makalah problematika hak asasi manusia d

Upload: iyan-rahmad-iriyandi

Post on 02-Mar-2018

237 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/26/2019 Makalah Problematika Hak Asasi Manusia D

    1/21

  • 7/26/2019 Makalah Problematika Hak Asasi Manusia D

    2/21

    ii

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa Atas

    Berkat dan rahmatnyalah kami bisa menyelesaikan tugas Makalah ini dengan

    Tepat waktu.

    Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan

    kewarganegaraan dengan bahasan Hukum dan Hak Asasi di Indonesia. Adapun

    topik yang dibahas didalam makalah ini adalah mengenai Permasalahan yang

    dihadapi Pemerintah dalam Rangka Penghormatan, Pengakuan, Dan Penegakan

    Hukum dan HAM. Dimana setelah membahas topik ini, diharapkan pembaca

    dapat memahami Permasalahan yang dihadapi Pemerintah dalam Rangka

    Penghormatan, Pengakuan, Dan Penegakan Hukum dan HAM. Sehingga nantinya

    penegakan Hukum dan HAM dapat berjalan sesuai harapan. Haka Asasi Manusia

    adalah Hak yang dibawa sejak lahir dan merupakan karunia dari Yang Maha

    Kuasa yang tidak boleh direbut oleh siapapun. Dengan keluarnya UU N0. 39

    Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia maka pemerintah sudah manjamin tetap

    tegaknya Hak asasi manusia di Indonesia.Tidak hanya sampai disitu penegakan

    Hak Asasi Manusia tetap jalan ditempat, sehingga perlu di kaji apa Permasalahan

    yang dihadapi Pemerintah dalam Rangka Penghormatan, Pengakuan, Dan

    Penegakan Hukum dan HAM tersebut.

    Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Siswanto sebagai

    dosen pembimbing yang telah membimbing penulis didalam menyusun makalah

    ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

    berkontribusi untuk tersajinya makalah ini. Penulis menyadari bahwa Makalah ini

    masih jauh dari kata sempurna, hal itu dikarenakan keterbatasan yang ada bagipenulis .Sehingga penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun

    dari pembaca.Kiranya makalah ini memberikan banyak manfaat bagi kehidupan

    kita semua.Sehingga permasalahan penegakan Hukum dan Hak Asasi dapat

    terselesaikan. Atas perhatiannya, Kami ucapkan terima kasih.

    Bangkalan, 04 Oktober 2014

    Penyusun

  • 7/26/2019 Makalah Problematika Hak Asasi Manusia D

    3/21

    iii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ......................................................................... ii

    DAFTAR ISI ........................................................................................ iii

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. PENGERTIAN HAM .............................................................. 4

    B. SEJARAH HAM ...................................................................... 5

    C.

    PERKEMBANGAN HAM DI INDONESIA .......................... 6

    D. PERMASALAHAN ................................................................. 11

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Dasar Hukum pemberlakuan, penegakan dan penghormatan

    HAM di Indonesia .................................................................... 12

    B.

    Pelaksanaan dan penegakan HAM di Indonesia ...................... 13

    C. Permasalahan yang dihadapi pemerintah dalam upaya

    penegakan HAM ...................................................................... 14

    D.

    Upaya pemerintah dalam penghormatan, pengakuan

    dan penegakan HAM............................................................... 17

    BAB III

    PENUTUP

    A. KESIMPULAN ........................................................................ 19

    B. SARAN .................................................................................... 20

    DAFTAR PUSTAKA

  • 7/26/2019 Makalah Problematika Hak Asasi Manusia D

    4/21

    4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. PENGERTIAN HAM

    Istilah Hak Asasi Manusia dalam beberapa bahasa asing dikenal dengan

    sebutan droit de lhome (perancis), yang berarti hak manusia, Human Rights

    (Inggris) atau mensen rechten (Belanda) yang dalam bahasa Indonesia disalin

    menjadi hak-hak kemanusian atau hak-hak asasi manusia.

    Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang melekat pada diri manusia

    secara kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah yang diberikan oleh Tuhan

    Yang Maha Esa. Hak-hak seperti hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak untuk

    mengembangkan diri, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak berkomunikasi, hak

    keamanan, dan hak kesejahteraan merupakan hak yang tidak boleh diabaikan atau

    dirampas oleh siapapun, seperti yang tercantum pada rumusan hak asasi manusia

    sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Piagam Hak Asasi Manusia vide Tap

    MPR No. XVII/MPR/1998.

    Hak asasi manusia (HAM) pada hakekatnya merupakan hak kodrati yangsecara inheren melekat dalam setiap diri manusia sejak dilahirkan. Pengertian ini

    mnengandung arti bahwa HAM merupakan karunia dari yang maha kuasa kepada

    Hak Asasi Manusia (HAM) adalah hak-hak yang melekat pada diri manusia,

    dan tanpa hak-hak itu manusia tidak dapat hidup layak sebagai manusia. Hak asasi

    manusia adalah hak yang dimiliki manusia yang telah diperoleh dan dibawanya

    bersamaan dengan kelahirannya, atau kehadirannya di dalam kehidupan

    masyarakat. Hak Asasi bersifat umum (universal), karena diyakini beberapa hak

    dimiliki tanpa perbedaan atas bangsa, ras, agama, atau jenis kelamin. Dasar dari

    hak asasi, bahwa manusia harus memperoleh kesempatan untuk berkembang

    sesuai dengan bakat dan cita-citanya. Hak Asasi manusia bersifat supralegal,

    artinya tidak bergantung kepada adanya suatu Negara atau undang-undang dasar,

    maupun kekuasaan pemerintah, bahkan memiliki kewenangan lebih tinggi, karena

    hak asasi manusia dimiliki manusia bukan karena kemurahan atau pemberian

    pemerintah, melainkan Karena berasal dari sumber yang lebih tinggi. Disebut

  • 7/26/2019 Makalah Problematika Hak Asasi Manusia D

    5/21

    5

    HAM karena melekat pada eksistensi manusia, yang bersifat universal, merata dan

    tidak dapat dialihkan.

    Karena HAM itu bersifat kodrati, sebenarnya ia tidak memrlukan legitimasi

    yuridis untuk pemberlakuannya dalam suatu system hukum nasional maupun

    Internasional. Sekalipun tidak ada perlindungan dan jaminan konstitusional

    terhadap HAM , hak itu tetap eksis dalam setiap diri manusia. Gagasan HAM

    yang bersifat teistik ini diakui kebenarannya sebagai nilai yang paling hakiki

    dalam diri manusia. Namun karena sebagian besar tata kehidupan manusia

    bersifat sekuler dan positivistic, maka eksistensi HAM memerlukan landasan

    yuridis untuk diberlakukan dalam mengatur kehidupan manusia.

    Perjuangan dan perkembangan hak-hak asasi manusia di setiap negara

    mempunyai latar belakang sejarah sendiri-sendiri sesuai dengan perjalanan hidup

    bangsanya, meskipun demikian sifat dan hakikat HAM di mana-mana pada

    dasarnya sama juga

    Atas dasar itulah maka tidak ada orang atau badan manapun yang dapat

    mencabut hak itu dari tangan pemiliknya. Demikian pula tidak ada seorangpun

    diperkenankan untuk merampasnya, serta tidak ada kekuasaan apapun untuk

    membelenggungnya.

    B. SEJARAH HAM

    Sejarah HAM dimulai pada saat berakhirnya Perang Dunia II. Dan, negara-

    negara penjajah berusaha menghapuskan segi-segi kebobrokan daripada

    penjajahan, sehingga pemikir-pemikir Barat mencetuskan konsep "Declaration of

    Human Rights" (DUHAM) pada tahun 1948. Semula Konsep HAM ini secara

    sukarela dijual ke semua negara yang sedang berkembang atau negara bekas

    jajahan namun tidak banyak mendapat respon. Banyak negara tidak bersedia

    menandatangani "Declaration of Human Rights". Hak Asasi Manusia (HAM)

    dilahirkan oleh sebuah komisi PBB yang dipimpin Eleanor Roosevelt, dan pada

    10 Desember 1948 secara resmi diterima oleh PBB sebagai Universal

    Declaration of Human Rights. Universal Declaration of Human Rights (1948)

    memuat tiga puluh pasal, menjelaskan hak-hak sipil, politik, ekonomi, social dan

    kebudayaan yang fundamental yang harus dinikmati oleh manusia di dunia ini.Hal

  • 7/26/2019 Makalah Problematika Hak Asasi Manusia D

    6/21

    6

    itu sesuai dengan pasal 1 piagam PBB, menegaskan salah satu tujuan PBB adalah

    untuk mencapai kerjasama internasiomal dalam mewujudkan dan mendorong

    penghargaan atas hak-hak asasi manusia dan kemerdekaan yang mendasari bagi

    semua orang, tanpa membedakan suku bangsa, kelamin, bahasa maupun agama.

    Pada awalnya deklarasi ini hanya mengikat secara formal dan moral anggota PBB,

    tetapi sejak 1957 dilengkapi 3 (tiga) perjanjian :

    1. International Covenant on Economic, Social and Cultural Rights

    2. International Covenant em civil and political rights

    3.

    Optional Protocol to the International covenant on civil and Political Rights

    Ketiga dokumen tersebut diterima Sidang Umum PBB 16 Desember 1966,

    dan kepada anggota PBB diberi kesempatan untuk meratifikasinya. Setiap Negara

    yang meratifikasi dokumen tersebut, berarti terikat dengan ketentuan dokumen

    tersebut. Kovenan tersebut bertujuan memberi perlindungan atas hak-hak (rights)

    dan kebebasan (freedom) pribadi manusia.

    Setiap Negara yang meratifikasi kovenan tersebut, menghormati dan

    menjamin semua individu di wilayah kekuasaannya, dan mengakui kekuasaan

    pengadilan hak-hak yang diakui dalam kovenan tersebut, tanpa membedakan ras,

    warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendapat politik, asal-usul kebangsaan

    atau social, harta milik, kelahiran atau status lainnya. Meskipun telah disepakati

    secara aklamasi oleh sejumlah anggota PBB, baru 10 tahun kemudian perjanjian

    itu dapat diberlakukan. Ini disebabkan pada tahun 1976, baru 35 negara bersedia

    meratifikasi. Bahkan tidak berbeda dengan Indonesia, Negara yang merasa dirinya

    champion dalam hak asasi manusia seperti USA dan Inggris hingga awal decade

    1990-an belum meratifikasi kedua kovenan tersebut.

    C. PERKEMBANGAN HAM DI INDONESIA

    Memang jika ditilik dari defenisi HAM maka di Indonesia tercatat banyak

    sekali kasus yang terjadi khususnya di bidang HAM. Misalnya kasus-kasus

    penggusuran rumah-rumah warga yang dibangun di sekitar jembatan,

    pembersihan para pedagang kaki lima yang sering meresahkan para pengguna

    jalan raya seperti para pengguna kendaraan bermotor dan para pejalan kaki.

  • 7/26/2019 Makalah Problematika Hak Asasi Manusia D

    7/21

    7

    Berikut adalah perkembangan HAM di Indonesia

    1. Periode Sebelum Kemerdekaan ( 1908-1945 ) Boedi Oetomo

    Dalam konteks pemikiran HAM, pemimpin Boedi Oetomo telah

    memperlihatkan adanya kesadaran berserikat dan mengeluarkan pendapat

    melalui petisi-petisi yang dilakukan kepada pemerintah kolonial maupun dalam

    tulisan yang dalam surat kabar goeroe desa. Bentuk pemikiran HAM Boedi

    Oetomo dalam bidang hak kebebasan berserikat dan mengeluarkan pendapat.

    Perhimpunan Indonesia lebih menitikberatkan pada hak untuk menentukan

    nasib sendiri. Sarekat Islam Menekankan pada usaha-usaha unutk memperoleh

    penghidupan yang layak dan bebas dari penindasan dan deskriminasi rasial.

    Partai Komunis Indonesia Sebagai partai yang berlandaskan paham

    Marxisme lebih condong pada hak-hak yang bersifat sosial dan menyentuh isu-

    isu yang berkenan dengan alat produksi. Indische Partij Pemikiran HAM yang

    paling menonjol adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta

    mendapatkan perlakuan yang sama dan hak kemerdekaan. Partai Nasional

    Indonesia Mengedepankan pada hak untuk memperoleh kemerdekaan.

    Organisasi Pendidikan Nasional Indonesia Menekankan pada hak politik

    yaitu hak untuk mengeluarkan pendapat, hak untuk menentukan nasib sendiri,

    hak berserikat dan berkumpul, hak persamaan di muka hukum serta hak untuk

    turut dalam penyelenggaraan Negara. Pemikiran HAM sebelum kemerdekaan

    juga terjadi perdebatan dalam sidang BPUPKI antara Soekarno dan Soepomo

    di satu pihak dengan Mohammad Hatta dan Mohammad Yamin pada pihak

    lain. Perdebatan pemikiran HAM yang terjadi dalam sidang BPUPKI berkaitan

    dengan masalah hak persamaan kedudukan di muka hukum, hak atas pekerjaan

    dan penghidupan yang layak, hak untuk memeluk agama dan kepercayaan, hakberserikat, hak untuk berkumpul, hak untuk mengeluarkan pikiran dengan

    tulisan dan lisan.

    2. Periode Setelah Kemerdekaan ( 1945-sekarang )

    a.

    Periode 1945-1950

    Pemikiran HAM pada periode awal kemerdekaan masih pada hak

    untuk merdeka, hak kebebasan untuk berserikat melalui organisasi politik

    yang didirikan serta hak kebebasan untuk untuk menyampaikan pendapat

  • 7/26/2019 Makalah Problematika Hak Asasi Manusia D

    8/21

    8

    terutama di parlemen. Pemikiran HAM telah mendapat legitimasi secara

    formal karena telah memperoleh pengaturan dan masuk kedalam hukum

    dasar Negara ( konstitusi ) yaitu, UUD 45. komitmen terhadap HAM

    pada periode awal sebagaimana ditunjukkan dalam Maklumat

    Pemerintah tanggal 1 November 1945.Langkah selanjutnya memberikan

    keleluasaan kepada rakyat untuk mendirikan partai politik. Sebagaimana

    tertera dalam Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945.

    b. Periode 1950-1959

    Periode 1950-1959 dalam perjalanan Negara Indonesia dikenal

    dengan sebutan periode Demokrasi Parlementer. Pemikiran HAM pada

    periode ini menapatkan momentum yang sangat membanggakan, karena

    suasana kebebasan yang menjadi semangat demokrasi liberal atau

    demokrasi parlementer mendapatkan tempat di kalangan elit politik.

    Seperti dikemukakan oleh Prof. Bagir Manan pemikiran dan aktualisasi

    HAM pada periode ini mengalami pasang dan menikmati bulan

    madu kebebasan. Indikatornya menurut ahli hukum tata Negara ini ada

    lima aspek. Pertama, semakin banyak tumbuh partai-partai politik dengan

    beragam ideologinya masing-masing. Kedua, Kebebasan pers sebagai

    pilar demokrasi betul-betul menikmati kebebasannya. Ketiga, pemilihan

    umum sebagai pilar lain dari demokrasi berlangsung dalam suasana

    kebebasan, fair ( adil ) dan demokratis. Keempat, parlemen atau dewan

    perwakilan rakyat resprentasi dari kedaulatan rakyat menunjukkan

    kinerja dan kelasnya sebagai wakil rakyat dengan melakukan kontrol

    yang semakin efektif terhadap eksekutif. Kelima, wacana dan pemikiran

    tentang HAM mendapatkan iklim yang kondusif sejalan dengantumbuhnya kekuasaan yang memberikan ruang kebebasan.

    c. Periode 1959-1966

    Pada periode ini sistem pemerintahan yang berlaku adalah sistem

    demokrasi terpimpin sebagai reaksi penolakan Soekarno terhaap sistem

    demokrasi Parlementer. Pada sistem ini ( demokrasi terpimpin ) kekuasan

    berpusat pada dan berada ditangan presiden. Akibat dari sistem

    demokrasi terpimpin Presiden melakukan tindakan inkonstitusional baik

  • 7/26/2019 Makalah Problematika Hak Asasi Manusia D

    9/21

    9

    pada tataran supratruktur politik maupun dalam tataran infrastruktur

    poltik. Dalam kaitan dengan HAM, telah terjadi pemasungan hak asasi

    masyarakat yaitu hak sipil dan dan hak politik.

    d.

    Periode 1966-1998

    Setelah terjadi peralihan pemerintahan dari Soekarno ke Soeharto,

    ada semangat untuk menegakkan HAM. Pada masa awal periode ini telah

    diadakan berbagai seminar tentang HAM. Salah satu seminar tentang

    HAM dilaksanakan pada tahun 1967 yang merekomendasikan gagasan

    tentang perlunya pembentukan Pengadilan HAM, pembentukan Komisi

    dan Pengadilan HAM untuk wilayah Asia. Selanjutnya pada pada tahun

    1968 diadakan seminar Nasional Hukum II yang merekomendasikan

    perlunya hak uji materil ( judical review ) untuk dilakukan guna

    melindungi HAM. Begitu pula dalam rangka pelaksanan TAP MPRS No.

    XIV/MPRS 1966 MPRS melalui Panitia Ad Hoc IV telah menyiapkan

    rumusan yang akan dituangkan dalam piagam tentang Hak-

    hakAsasiManusiadanHak-hak serta KewajibanWarga negara. Sementara

    itu, pada sekitar awal tahun 1970-an sampai periode akhir 1980-an

    persoalan HAM mengalami kemunduran, karena HAM tidak lagi

    dihormati, dilindungi dan ditegakkan. Pemerintah pada periode ini

    bersifat defensif dan represif yang dicerminkan dari produk hukum yang

    umumnya restriktif terhadap HAM. Sikap defensif pemerintah tercermin

    dalam ungkapan bahwa HAM adalah produk pemikiran barat yang tidak

    sesuai dengan nilai nilai luhur budaya bangsa yang tercermin dalam

    Pancasila serta bangsa Indonesia sudah terlebih dahulu mengenal HAM

    sebagaimana tertuang dalam rumusan UUD 1945 yang terlebih dahuludibandingkan dengan deklarasi Universal HAM. Selain itu sikap defensif

    pemerintah ini berdasarkan pada anggapan bahwa isu HAM seringkali

    digunakan oleh Negara-Negara Barat untukmemojokkan.

    Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia.Meskipun dari

    pihak pemerintah mengalami kemandegan bahkan kemunduran,

    pemikiran HAM nampaknya terus ada pada periode ini terutama

    dikalangan masyarakat yang dimotori oleh LSM (Lembaga Swadaya

  • 7/26/2019 Makalah Problematika Hak Asasi Manusia D

    10/21

    10

    Masyarakat) dan masyarakat akademisi yang concern terhadap

    penegakan HAM. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat melalui

    pembentukan jaringan dan lobi internasional terkait dengan pelanggaran

    HAM yang terjadi seprtikasus Tanjung Priok, kasus Keung Ombo, kasus

    DOM di Aceh, kasus di Irian Jaya, dan sebagainya.Upaya yang dilakukan

    oleh masyarakat menjelang periode 1990-an Nampak memperoleh hasil

    yang menggembirakan karena terjadi pergeseran strategi pemerintah dari

    represif dan defensive menjadi ke strategi akomodatif terhadap tuntutan

    yang berkaitan dengan penegakan HAM. Salah satu sikap akomodatif

    pemerintah terhadap tuntutan penegakan HAM adalah dibentuknya

    Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (KOMNAS HAM ) berdasarkan

    KEPRES No. 50 Tahun 1993 tertanggal 7 Juni 1993. Lembaga ini

    bertugas untuk memantau dan menyelidiki pelaksanaan HAM, serta

    member pendapat, pertimbangan, dan saran kepada pemerintah perihal

    pelaksanaan HAM.

    e. Periode 1998-sekarang

    Pergantian rezim pemerintahan pada tahun 1998 memberikan

    dampak yang sangat besar pada pemajuan dan perlindungan HAM di

    Indonesia. Pada saat ini mulai dilakukan pengkajian terhadap beberapa

    kebijakan pemerintah orde baru yang berlawanan dengan pemajuan dan

    perlindungan HAM.Selanjutnya dilakukan penyusunan peraturan

    perundang-undangan yang berkaitan dengan pemberlakuan HAM dalam

    kehidupan ketatanegaraan dan kemasyarakatan di Indonesia. Hasil dari

    pengkajian tersebut menunjukkan banyaknya norma dan ketentuan

    hukum nasional khususnya yang terkait dengan penegakan HAMdiadopsi dari hokum dan instrument Internasional dalam bidang HAM.

    Strategi penegakan HAM pada periode ini dilakukan melalui dua

    tahap yaitu tahap status penentuan dan tahap penataan aturan secara

    konsisten. Pada tahap penentuan telah ditetapkan beberapa penentuan

    perundangundangan tentang HAM seperti amandemen konstitusi

    Negara ( UndangundangDasar 1945 ), ketetapan MPR ( TAP MPR ),

  • 7/26/2019 Makalah Problematika Hak Asasi Manusia D

    11/21

    11

    Undang-undang (UU), peraturan pemerintah dan ketentuan perundang

    undangan lainnya.

    Pada masa menjelang peralihan pemerintahan dari masa Orde Baru

    ke masa Reformasi banyak sekali kejadian menyangkut pelanggaran

    HAM ini. Peristiwa 1998 yang berujung penguduran diri Presiden

    Soeharto pada waktu itu sebetulnya adalah puncak dari segala peristiwa

    yang terjadi sebelumnya. Pada masa pemerintahan yang sangat represif,

    banyak aktifis yang tiba-tiba hilang tak tahu di mana rimbanya.

    Disinyalir kuat mereka telah diculik dan dibunuh oleh tangan-tangan

    penguasa pada waktu itu. Aksi demo besar-besaran mahasiswa dari

    seluruh Indonesia juga menyimpan sejumlah kasus pelanggaran HAM

    oleh aparat keamanan terhadap rakyat sipil. Semuanya berlangsung

    secara sporadic dan sangat massif pada waktu itu. Karena institusi hukum

    telah dikuasai oleh penguasa, maka HAM adalah alat yang digunakan

    untuk menjerat para pelaku pelanggaran tersebut. Bahkan ketika masa

    reformasi, cara-cara pelenyapan aktifis masih juga terjadi. Masih segar

    dalam ingatan kita bagaimana almarhum Munir yang tewas secara

    mendadak dalam perjalanannya ke Belanda. Di dalam darahnya

    ditemukan racun jenis arsen yang melewati ambang batas normal.

    Diduga kuat dia telah dengan sengaja diracun.

    D. PERMASALAHAN

    Berdasarkan hal-hal yang telah di jelaskan, adapun permasalahan yang kami

    temukan dan kami angkat dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

    1.

    Apa dasar Hukum pemberlakuan, penegakan, dan penghormatan HAM di

    Indonesia ?

    2.

    Bagaimana Pelaksanaan dan Penegakan HAM di Indonesia ?

    3. Apa saja permasalahan yang dihadapi pemerintah dalam upaya

    penegakan HAM ?

    4. Bagaiman upaya pemerintah dalam penghormatan, pengakuan dan

    penegakan HAM ?

  • 7/26/2019 Makalah Problematika Hak Asasi Manusia D

    12/21

    12

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Dasar Hukum pemberlakuan, penegakan dan penghormatan HAM di

    Indonesia

    Istilah atau perkataan hak asasi manusia itu sendiri sebenarnya tidak

    dijumpai dalam UUD 1945 baik dalam pembukaan, batang tubuh, maupun

    penjelasannya. Istilah yang dapat ditemukan adalah pencantuman dengan tegas

    perkataan hak dan kewajiban warga negara, dan hak-hak Dewan Perwakilan

    Rakyat. Baru setelah UUD 1945 mengalami perubahan atau amandemen kedua,

    istilah hak asasi manusia dicantumkan secara tegas. Guna lebih memantapkan

    perhatian atas perkembangan HAM di Indonesia, oleh berbagai kalangan

    masyarakat (organisasi maupun lembaga), telah diusulkan agar dapat

    diterbitkannya suatu Ketetapan MPR yang memuat piagam hak-hak asasi Manusia

    atau Ketetapan MPR tentang GBHN yang didalamnya memuat operasionalisasi

    daripada hak-hak dan kewajiban-kewajiban asasi manusia Indonesia yang ada

    dalam UUD 1945. Akhirnya ketetapan MPR RI yang diharapkan memuat secaraadanya HAM itu dapat diwujudkan dalam masa Orde Reformasi, yaitu selama

    Sidang Istimewa MPR yangberlangsung dari tanggal 10 sampai dengan 13

    November 1988. Dalam rapat paripurna ke-4 tanggal 13 November 1988, telah

    diputuskan lahirnya Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1988 tentang Hak Asasi

    Manusia. Kemudian Ketetapan MPR tersebut menjadi salah satu acuan dasar bagi

    lahirnya UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia yang disahkan pada

    tanggal 23 september 1999.

    Undang-Undang ini kemudian diikuti lahirnya Perpu No. 1 Tahun 1999

    yang kemudian disempurnakan dan ditetapkan menjadi UU No. 26 Tahun 2000

    tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Sebagai bagian dari HAM, sebelumnya

    telah pula lahir UU No. 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan

    Pendapat Di Muka Umum yang disahkan dan diundangkan di Jakarta pada

    tanggal 26 oktober 1998, serta dimuat dalam LNRI Tahun 1999 No. 165.

  • 7/26/2019 Makalah Problematika Hak Asasi Manusia D

    13/21

    13

    Di samping itu, Indonesia telah merativikasi pula beberapa konvensi internasional

    yang mengatur HAM, antara lain :

    1.

    Deklarasi tentang Perlindungan dan Penyiksaan, melalui UU No. 5

    Tahun 1998.

    2. Konvensi mengenai Hak Politik Wanita 1979, melalui UU No. 68 Tahun

    1958.

    3. Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap wanita,

    melalui UU No. 7 Tahun 1984.

    4.

    Konvensi Perlindungan Hak-Hak Anak, melalui Keppres No. 36 Tahun

    1990.

    5.

    Konvensi tentang Ketenagakerjaan, melalui UU No. 25 Tahun 1997,

    yang pelaksanaannya ditangguhkan sementara.

    6. Konvensi tentang Penghapusan Bentuk Diskriminasi Ras Tahun 1999,

    melalui UU No. 29 Tahun 1999.

    B. Pelaksanaan dan penegakan HAM di Indonesia

    Tegaknya HAM selalu mempunyai hubungan korelasional positif dengan

    tegaknya negara hukum. Sehingga dengan dibentuknya KOMNAS HAM dan

    Pengadilan HAM, regulasi hukum HAM dengan ditetapkannya UU No. 39 Tahun

    1999 dan UU No. 26 Tahun 2000 serta dipilihnya para hakim ad hoc, akan lebih

    menyegarkan iklim penegakkan hukum yang sehat. Artinya kebenaran hukum dan

    keadilan harus dapat dinikmati oleh setiap warganegara secara egaliter. Disadari

    atau tidak, dengan adanya political will dari pemerintah terhadap penegakkan

    HAM, hal itu akan berimplikasi terhadap budaya politik yang lebih sehat dan

    proses demokratisasi yang lebih cerah. Dan harus disadari pula bahwa kebutuhan

    terhadap tegaknya HAM dan keadilan itu memang memerlukan proses dan

    tuntutan konsistensi politik. Begitu pula keberadaan budaya hukum dari aparat

    pemerintah dan tokoh masyarakat merupakan faktor penentu (determinant) yang

    mendukung tegaknya HAM.

    Kenyataan menunjukkan bahwa masalah HAM di indonesia selalu menjadi

    sorotan tajam dan bahan perbincangan terus-menerus, baik karena konsep

    dasarnya yang bersumber dari UUD 1945 maupun dalam realita praktisnya di

  • 7/26/2019 Makalah Problematika Hak Asasi Manusia D

    14/21

    14

    lapangan ditengarai penuh dengan pelanggaran-pelanggaran. Sebab-sebab

    pelanggaran HAM antara lain adanya arogansi kewenangan dan kekuasaan yang

    dimiliki seorang pejabat yang berkuasa, yang mengakibatkan sulit mengendalikan

    dirinya sendiri sehingga terjadi pelanggaran terhadap hak-hak orang lain.

    Terutama dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini, issue mengenai

    HAM di Indonesia bergerak dengan cepat dan dalam jumlah yang sangat

    mencolok. Gerak yang cepat tersebut terutama karena memang telah terjadi begitu

    banyak pelanggaran HAM, mulai dari yang sederhana sampai pada pelanggaran

    HAM berat(gross human right violation). Disamping itu juga karena gigihnya

    organisasi-organisasi masyarakat dalam memperjuangkan pemajuan dan

    perlindungan HAM. Masalah Hak Azasi Manusia (HAM) populer di Indonesia

    pada masa pemerintahan Orde Baru, Di masa ini banyak peristiwa yang dinilai

    merupakan pelanggaran HAM. Pada dasarnya HAM terdapat pada UUD 1945

    BAB X-A pasal 28-A sampai dengan pasal 28-J. Sebagian kalangan menafsirkan,

    dengan adanya dasar hukum tersebut maka masyarakat Indonesia berhak atas

    pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan

    yang sama dihadapan hukum (UUD 1945 Amandemen ke-2 pasal 28-D ayat 1).

    Memang jika ditilik dari defenisi HAM maka di Indonesia tercatat banyak sekali

    kasus yang terjadi khususnya di bidang HAM. Misalnya kasus-kasus penggusuran

    rumah-rumah warga yang dibangun di sekitar jembatan, pembersihan para

    pedagang kaki lima yang sering meresahkan para pengguna jalan raya seperti para

    pengguna kendaraan bermotor dan para pejalan kaki.

    Pada masa menjelang peralihan pemerintahan dari masa Orde Baru ke masa

    Reformasi banyak sekali kejadian menyangkut pelanggaran HAM ini. Peristiwa

    1998 yang berujung penguduran diri Presiden Soeharto pada waktu itu sebetulnyaadalah puncak dari segela peristiwa yang terjadi sebelumnya.

    C. Permasalahan yang dihadapi pemerintah dalam penegakan HAM di

    Indonesia

    Kenyataan menunjukkan bahwa masalah HAM di Indonesia selalu menjadi

    sorotan tajam dan bahan perbincangan terus-menerus, baik karena konsep

    dasarnya yang bersumber dari UUD 1945 maupun dalam realita praktisnya di

  • 7/26/2019 Makalah Problematika Hak Asasi Manusia D

    15/21

    15

    lapangan ditengarai penuh dengan pelanggaran-pelanggaran. Sebab-sebab

    pelanggaran HAM antara lain adanya arogansi kewenangan dan kekuasaan yang

    dimiliki seorang pejabat yang berkuasa, yang mengakibatkan sulit mengendalikan

    dirinya sendiri sehingga terjadi pelanggaran terhadap hak-hak orang lain.

    Terutama dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir ini, issue mengenai HAM di

    Indonesia bergerak dengan cepat dan dalam jumlah yang sangat mencolok. Gerak

    yang cepat tersebut terutama karena memang telah terjadi begitu banyak

    pelanggaran HAM, mulai dari yang sederhana sampai pada pelanggaran HAM

    berat (gross human right violation). Di samping itu juga karena gigihnya

    organisasi-organisasi masyarakat dalam memperjuangkan pemajuan dan

    perlindungan HAM. Berbagai permasalahan yang dihadapi pemerintah Indonesia

    dalam rangka penghormatan, pengakuan, penegakan hukum dan HAM antara lain

    1. Penegakan Hukum di Indonesia belum dirasakan optimal oleh

    masyarakat. Hal itu antara lain, ditunjukan oleh masih rendahnya kinerja

    lembaga peradilan. Penegakan hukum sejumlah kasus pelanggaran HAM

    berat yang sudah selesai tahap penyelidikannya pada tahun 2002, 2003,

    dan 2004, sampai sekarang belum di tindak lanjuti tahap

    penyelidikannya.

    2. Masih ada peraturan perundang-undangan yang belum berwawasan

    gender dan belum memberikan perlindungan HAM. Hal itu terjadi antara

    lain, karena adanya aparat hukum, baik aparat pelaksana peraturan

    perundang-undangan, maupun aparat penyusun peraturan perundang-

    undangan yang belum mempunyai pemahaman yang cukup atas prinsip-

    prinsip perlindungan hak asasi manusia.

    3.

    Belum membaiknya kondisi kehidupan ekonomi bangsa sebagai dampakkrisis ekonomi yang terjadi telah menyebabkan sebagian besar rakyat

    tidak dapat menikmati hak-hak dasarnya baik itu hak ekonominya seperti

    belum terpenuhinya hak atas pekerjaan yang layak dan juga hak atas

    pendidikan

    4. Sepanjang tahun 2004 telah terjadi beberapa konflik dalam masyarakat,

    seperti Aceh, Ambon, dan Papua yang tidak hanya melibatkan aparat

    Negara tetapi juga dengan kelompok bersenjata yang menyebabkan tidak

  • 7/26/2019 Makalah Problematika Hak Asasi Manusia D

    16/21

    16

    terpenuhinya hak untuk hidup secara aman dan hak untuk ikut serta

    dalam pemerintahan

    5.

    Adanya aksi terorisme yang ditujukan kepada sarana public yang

    mnyebabkan rasa tidak aman bagi masyarakat

    6. Dengan adanya globalisasi, intensitas hubungan masyarakat antara satu

    Negara dengan Negara lainnya manjdi makin tinggi. Dengan demikian

    kecenderungan munculnya kejahatan yang bersifat transnasional menjadi

    makin sering terjadi. Kejahatan-kejahatan tersebut antara lain, terkait

    dengan masalah narkotika, pencucian uang dan terorisme. Salah satu

    permasalahan yang sering timbul adalah adanya peredaran dokumen

    palsu. Yang membuat orang-orang luar bebas datang ke Indonesia.

    Beberapa masalah Hak Asasi di Indonesia yaitu:

    2. Perlindungan Perempuan : Keadilan dan kesetaraan gender.

    UUD 1945 pasal 27 menjamin persamaan Hak perempuan dan Laki-laki ;

    dan Bahwa perempuan adalah bagian dari HAM yang tercantum dalam UU No.

    7/198-4 tentang anti diskriminasi dan UU No. 39/1999 tentang HAK. Ada pun

    hak-hak politik perempuan tercantum dalam UU No. 68/1958

    3.

    Rencana Aksi Nasional (RAN) Penghapusan perdagangan perempuan

    dan Anak

    Indonesia telah memiliki rencana aksi nasional penghapusan trafficking

    perempuan dan anak 2003-2007. RAN tersebut merupakan implementasi dari

    konvensi PBB menentang kejahatan Terorganisir antar Negara

    4. Perlindungan Hak Anak

    Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah legislative dan

    administrative untuk lebih memperbaiki perlindungan hak-hak anak danperempuan. Langkah-langkah legislative tersebut antara lain dengan keluarnya

    UU No. 32 tahun 2002 tentang perlindungan anak dan UU No. 20 tahun 2003

    dengan system pendidikan nasional. Sedangkan langkah administrative dalam

    menetukan rencana aksi dan penentuan penjuru untuk pemajuan dan

    perlindungan HAM antara lain, melalui kepres No. 59 tahun 2002 tentang

    rencana aksi nasional penghapusan Bentuk-bentuk pekerjaan terburuk anak.

  • 7/26/2019 Makalah Problematika Hak Asasi Manusia D

    17/21

    17

    Dan juga pembentukan komisi perlindungan anak Indonesia di bentuk pada

    tahun 2003 melalui keppres No. 77 tahun 2003.

    D. Upaya Pemerintah dalam hal penghormatan, pengakuan , dan penegakan

    Hukum dan HAM

    Untuk mewujudkan dan menegakkan Hak Asasi Manusia (HAM) di

    Indonesia tidaklah semudah menuliskan serta mengucapkannya. Hal ini

    disebabkan banyak hambatan dan tantangan yang tidak lagi sebatas terorika,

    melainkan sudah menjadi realita yang tidak dapat dihindari apalagi ditunda-tunda.

    Dalam penegakan HAM melalui sistem hukum pidana yang telah berlaku di

    Indonesia terdapat kendala-kendala atau hambatan yang bersifat prinsipil

    substansil dan klasik.

    Pemerintah wajib dan bertanggung jawab menghormati, melindungi,

    menegakkan, Dan memajukan Hak asasi manusia melalui langkah implementasi

    yang efektif dalam bidang hukum, politik, social, budaya, pertahanan dan

    keamanan Negara, dan bidang lainnya.

    Bahwa untuk ikut serta memelihara perdamaian dunia dan menjamin

    pelaksanaan hak asasi manusia serta memberikan perlindungan , kepastian

    keadilan dan perasaan aman kepada perorangan ataupun masyarakat, perlu

    dibentuk suatu pengadilan Hak asasi manusia untuk menyelesaikan pelanggaran

    Hak Asasi manusia yang berat sesuai dengan ketentuan pasal 104 ayat (1) UU No.

    39 tahun 1999 tentang Hak asasi manusia yakni UU No. 26 tahun 2000.

    Program pemrintah dalam penegakan Hukum dan HAM (PP Nomor 7 tahun

    2005) yaitu meliputi pemberantasan korupsi, anti terorisme, dan pembasmian

    penyalahgunaan narkotika dan obat berbahaya. Oleh sebab itu, penegakan hukum

    dan HAM harus selalu ditegakkan secara tegas, tidak diskriminatif dan konsisten.

    Partisipasi masyarakat dapat pula berpartisipasi dalam perlindungan,

    penegakan, dan pemajuan hak asasi manusia. Masyarakat disini meliputi antara

    lain : setiap orang, kelompok, organisasi politik, organisasi masyarakat, lembaga

    swadaya masyarakat atau lembaga kemasyarakatan lainnya seperti Perguruan

    Tinggi dan lembaga studi.

  • 7/26/2019 Makalah Problematika Hak Asasi Manusia D

    18/21

    18

    Partisipasi masyarakat ini dapat berupa :

    a. Pengajuan usulan mengenai perumusan dan kebajikan yang

    berkaitan dengan hak asasi manusia

    b.

    Melakukan penelitian

    c. Melakukan pendidikan

    d.

    Melakukan penyebarluasan informasi mengenai hak asasi manusia

  • 7/26/2019 Makalah Problematika Hak Asasi Manusia D

    19/21

    19

    BAB III

    PENUTUP

    A. KESIMPULAN

    Tegaknya HAM selalu mempunyai hubungan korelasional positif dengan

    tegaknya negara hukum. Sehingga dengan dibentuknya KOMNAS HAM dan

    Pengadilan HAM, regulasi hukum HAM dengan ditetapkannya UU No. 39 Tahun

    1999 dan UU No. 26 Tahun 2000 serta dipilihnya para hakim ad hoc, akan lebih

    menyegarkan iklim penegakkan hukum yang sehat. Artinya kebenaran hukum dan

    keadilan harus dapat dinikmati oleh setiap warganegara secara egaliter. Disadari

    atau tidak, dengan adanya political will dari pemerintah terhadap penegakkan

    HAM, hal itu akan berimplikasi terhadap budaya politik yang lebih sehat dan

    proses demokratisasi yang lebih cerah. Dan harus disadari pula bahwa kebutuhan

    terhadap tegaknya HAM dan keadilan itu memang memerlukan proses dan

    tuntutan konsistensi politik. Begitu pula keberadaan budaya hukum dari aparat

    pemerintah dan tokoh masyarakat merupakan faktor penentu (determinant) yang

    mendukung tegaknya HAM. Kenyataan menunjukkan bahwa masalah HAM diindonesia selalu menjadi sorotan tajam dan bahan perbincangan terus-menerus,

    baik karena konsep dasarnya yang bersumber dari UUD 1945 maupun dalam

    realita praktisnya di lapangan ditengarai penuh dengan pelanggaran-pelanggaran.

    Sebab-sebab pelanggaran HAM antara lain adanya arogansi kewenangan dan

    kekuasaan yang dimiliki seorang pejabat yang berkuasa, yang mengakibatkan sulit

    mengendalikan dirinya sendiri sehingga terjadi pelanggaran terhadap hak-hak

    orang lain.

    Perkembangan dan perjuangan dalam mewujudkan tegaknya HAM di

    Indonesia terutama terjadi setelah adanya perlawanan terhadap penjajahan bangsa

    asing, sehingga tidak bisa dilihat sebagai pertentangan yang hanya mewakili

    kepentingan suatu golongan tertentu saja, melainkan menyangkut kepentingan

    bangsa Indonesia secara utuh. Dewasa ini, meskipun ditengarai banyak kasus

    pelanggaran HAM berat di Indonesia, tetapi secara umum Implementasi HAM di

    Indonesia, baik menyangkut perkembangan dan penegakkannya mulai

  • 7/26/2019 Makalah Problematika Hak Asasi Manusia D

    20/21

    20

    menampakkan tanda-tanda kemajuan. Hal ini terlihat dengan adanya regulasi

    hukum HAM melalui peraturan perundang-undangan. Di samping itu telah

    dibentuknya Pengadilan HAM dalam upaya menyelesaikan berbagai kasus

    pelanggaran HAM berat yang terjadi.

    B. SARAN

    Pengawalan penegakkan HAM kian berat. Tak semudah membalik telapak

    tangan. Buktinya di bangsa yang berumur 66 tahun ini belum bisa sepenuhnya

    menancapkannya. Walau masih bangsa muda dibandingkan dengan Negara-

    negara barat, namun waktu seperti itu bukanlah sempit bagi pemerintah kita untuk

    mewujudkannya. Namun mari kembali lagi pada kenyataannya. Bangsa Indonesia

    belum menjamin HAM warganya.

    Di butuhkan keseriusan pemerintah untuk mempelopori penegakkan HAM

    di Indonesia. Tentu saja itu tidak cukup, hanya pemerintah namun,partisipasi dan

    kerja sama warga nemasih sangat dibutuhkan kerjasama warna Negara Indonesia

    yang semoga baik-baik saja. Kemudian secara sinergi merongrong Negara

    Indonesia yang adil. Kita sebagai mahasiswa dan generasi penerus bangsa, sudah

    semestinya membantu pemerintah untuk terus menegakkan HAM di Indonesia.

    Kondisi HAM di Indonesia sudah saatnya dibenahi dan ditata ulang agar

    terbentuk good goverment. Segala jenis hambatan dan tantangan yang dapat

    mengganggu terwujudnya pelaksanaan HAM harus segera dihilangkan.

  • 7/26/2019 Makalah Problematika Hak Asasi Manusia D

    21/21

    DAFTAR PUSTAKA

    BUKU-BUKU :

    Murya, Edy.SH.M.Hum. 2012.Diktat Hukum dan Hak Asasi Manusia. Medan :

    Universitas Sumatera Utara

    Affandi , Idrus, dkk. 2007. Hak Asasi Manusia. Jakarta : Universitas Terbuka

    Basrowi, dkk. 2006. Demokrasi dan HAM. Kediri : Jenggala Pustaka Utama.

    Bahar, Safroedin,Drs. 1997.Hak Asasi Manusia. Jakarta: Pustaka Sinar

    Sumarsono, S, Drs. 2001.Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT Gramedia

    Kaelan, H, Dr. 2007.Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan

    Tinggi.Yogyakarta:Gramedia

    PERUNDANG-UNDANGAN

    UUD 1945

    UU N0. 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia

    KEPRES No. 50 Tahun 1993 tertanggal 7 Juni 1993 Tentang Pembentukan

    KOMNAS HAM

    LAIN-LAIN

    INTERNET

    www.waspada-online.com

    http://jurnal-politik.blogspot.com/2009/09/upaya-penegakan-hak-asasi-manusia-

    di.html

    http://www.kapanlagi.com/h/politik_nasional.html

    www.komnas-ham.co.idhttp://hariadi44.blogspot.com/2013/04/makalah-hak-asasi-manusia-di-

    indonesia.html