makalah tanah-pengaruh iklim

27
PENGARUH IKLIM TERHADAP PEMBENTUKAN TANAH Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Geografi Tanah yang dibimbing oleh bapak Drs. Dwiyono Hari Utomo, MPd.,MS.i Disusun oleh: 1. Agus Setya Rachmad (100721403510) 2. Febri Eka Setyawan (100721403513) 3. Imroatus Sani (100721403516) 4. Mason Raihan (100721404414) 5. Rahmawati (100721404479) Offering B UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI

Upload: mason-raihan

Post on 01-Jan-2016

110 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

pokeke makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Tanah-pengaruh Iklim

PENGARUH IKLIM TERHADAP PEMBENTUKAN TANAH

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Geografi Tanah yang

dibimbing oleh bapak Drs. Dwiyono Hari Utomo, MPd.,MS.i

Disusun oleh:

1. Agus Setya Rachmad (100721403510)

2. Febri Eka Setyawan (100721403513)

3. Imroatus Sani (100721403516)

4. Mason Raihan (100721404414)

5. Rahmawati (100721404479)

Offering B

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS ILMU SOSIAL

JURUSAN GEOGRAFI

Februari 2012

Page 2: Makalah Tanah-pengaruh Iklim

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul “Pengaruh Iklim Terhadap Pembentukan Tanah”.

Penulisan makalah ini disusun berdasarkan tugas yang diberikan oleh Bapak

Dwiyono selaku dosen pembimbing mata kuliah “Geografi Tanah”.

Pada makalah ini kami mengkaji pengaruh iklim terhadap pembentukan

tanah. Kami menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh

karena itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan

guna menyempurnakan tulisan ini dalam kesempatan berikutnya.

Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi pengembangan

ilmu pengetahuan dan jika ada kesalahan dalam penyusunan, kami mohon maaf

yang sebesar-besarnya.

Malang, February 2012

Penyusun

Page 3: Makalah Tanah-pengaruh Iklim

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pembentukan tanah diawali dari pelapukan batuan, baik pelapukan

fisik maupun pelapukan kimia. Dari proses pelapukan ini, batuan akan menjadi

lunak dan berubah komposisinya. Pada tahap ini batuan yang lapuk belum

dikatakan sebagai tanah, tetapi sebagai bahan tanah (regolith) karena masih

menunjukkan struktur batuan induk. Proses pelapukan terus berlangsung hingga

akhirnya bahan induk tanah berubah menjadi tanah.

Melapuknya batuan sangat dipengaruhi oleh cuaca. Tanpa cuaca tak akan

terbentuk tanah. Iklim adalah rata – rata cuaca. Semua energy untuk membentuk

tanah datang dari matahari berupa penyinaran secara radio aktif yang

menghasilkan gaya dan panas. Cuaca merubah energy matahari menjadi energy

mekanik dan energy panas, sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam atmosfer

dari hari ke hari dan dari musim ke musim. Energy matahari menyebabkan

fotosintesis (asimilasi) pada tumbuhan dan gerakan angin menyebabkan transfirasi

dan evaporasi. Akibat langsung dari gerakan angin terhadap pembentukan tanah

ialah erosi angin dan secara tidak langsung berupa pemindahan panas.

Iklim merupakan salah satu factor yang mempengaruhi kecepatan

pembentukan tanah. Terdapat dua unsur iklim terpenting yang mempengaruhi

pembentukan tanah yaitu curah hujan dan suhu, yang berpengaruh besar terhadap

kecepatan proses kimia dan fisika, yaitu proses yang mempengaruhi

perkembangan profil.

Suhu mempunyai peranan yang besar terhadap pembentukan tanah,

terutama variasi antara suhu tanah dan suhu atmosfir. Atmosfir memancarkan

energy panas melalui udara tetapi menyerap sebagian besar gelombang pendek

matahari. Sebagian radiasi yang mencapai permukaan bumi dirubah menjadi

panas, sedangkan sebagian lainnya dipantulkan kembali. Energy panas inilah yang

menyebabkan suhu memainkan peranan pentik terhadap kecepatan reaksi yang

terjadi di dalam tanah. Telah diketahui bahwa untuk setiap kenaikan suhu sekitar

Page 4: Makalah Tanah-pengaruh Iklim

10 derajat celcius, kecepatan reaksi dalam tanah meningkat dua sampai tiga kali

lipat.

Iklim juga mempunyai pengaruh yang nyata terhadap kedalaman tanah dan

tekstur tanah. Pengaruh bersama dari curah hujan yang besar dan suhu tinggi,

seperti yang terjadi di daerah tropic menghasilkan suatu keadaan optimum bagi

pembentukan tanah.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh iklim terhadap pembentukan tanah?

2. Unsur-unsur iklim apa yang mempengaruhi pembentukan tanah?

3. Bagaimana jenis tanah berdasarkan iklim yang mempengaruhinya?

4. Apa dampak perubahan iklim pada pembentukan tanah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengaruh iklim terhadap pembentukan tanah.

2. Untuk mengetahui unsur-unsur iklim yang mempengaruhi pembentukan

tanah.

3. Untuk mengetahui jenis tanah berdasarkan iklim yang mempengaruhinya.

4. Untuk mengetahui dampak perubahan iklim pada pembentukan tanah.

Page 5: Makalah Tanah-pengaruh Iklim

BAB II

PEMBAHASAN

A. IKLIM

Iklim merupakan rata-rata cuaca pada jangka panjang, minimal per musim

atau per periode atau per tahun, dan seterusnya, sedangkan cuaca adalah kondisi

iklim pada suatu waktu berjangka pendek, misalnya harian, mingguan, bulanan

dan maksimal semusim atau seperiode.

Semua energi untuk membentuk tanah datang dari matahari berupa

penghancuran secara radio aktif yang menghasilkan gaya dan panas. Energi

matahari menyebabkan terjadinya fotosintesis (asimilasi) pada tumbuhan dan

gerakan angin menyebabkan transfirasi dan evaforasi. Akibat langsung dari

gerakan angin terhadap pembentukan tanah yaitu berupa erosi angin dan secara

tidak langsung berupa pemindahan panas. Di antara komponen iklim, yang paling

berperan dalam pembentukan tanah adalah curah hujan (presipitasi) dan

temperature.

Iklim Mikro Dan Genesis Tanah

Iklim mikro dapat dinyatakan sebagai iklim diatas permukaan tanah. Iklim

mikro sangat mempengaruhi relief, warna tanah dan vegetasi. Daerah-daerah di

sebelah utara khatulistiwa, lereng yang menghadap ke selatan biasanya lebih

panas dan lebih kering dari pada lereng yang menghadap ke utara, karena

mendapat sinar matahari lebih lama dan langsung hal sebaliknya terjadi di sebelah

selatan khatulistiwa. Kecuali lereng yang menghadap kebarat biasanya lebih panas

dari pada lereng yang menghadap ke timur, karena sinar matahari yang datang

pada pagi hari banyak digunakan untuk menguapkan embun di atmosfer,

sedangkan atmosfer di siang hari lebih kering sehingga lebih banyak sinar

matahari yang langsung sampai ke lereng yang menghadap ke barat.

Banyaknya kandungan air tanah sangat menentukan suhu tanah.

Banyaknya energi yang digunakan untuk menaikan suhu air lebih besar dari pada

untuk menaikan suhu tanah kering. Tetapi begitu tanah kering menjadi tanah

basah, maka diperlukan waktu lebih lama untuk menjadi dingin dibandingkan

tanah kering. Oleh karena itu tanah pasir yang mengandung 15% air pada

Page 6: Makalah Tanah-pengaruh Iklim

kapasitas lapang akan menjadi lebih panas dan menjadi lebih dingin dengan cepat

dari pada tanah liat dengan kandungan 30% air.

Klimosekuen

Klimosekuen menunjukkan perubahan sifat-sifat tanah akibat pengaruh

iklim. Contoh klimosekuen umumnya terdapat di daerah pegunungan. Dimana

suhu darah turun 6° C pada seiap ketinggian 1000m, sedangkan curah hujan

berbandung lurus dengan ketinggian. Karena itu makin meningkat ketinggian

maka kandungan bahan organik dan C/N rasio meningkat, sedang PH, Ca, Mg dan

K berkurang.

Iklim Purba (paleoclimate)

Iklim dapat berubah pada suatu waktu. Walaupun tidak ada pengukuran

meteorologik pada masa lampau tetapi banyak bukti geologi dan botani yang

menunjukkan bahwa iklim dapat berubah. Contohnya yaitu, horison argilik di

daerah arid mungkin terbebtuk oleh iklim purba yang lebih rumit, bukan iklim

arid yang ada seperti saat ini.

Iklim Rata-rata VS Iklim Ekstrim

Menghubungkan sifat-sifat tanah dengan iklim tidak dapat hanya

berdasarkan pada iklim rata-rata. Iklim yang ekstrim banyak juga menentukan

sifat-sifat tanah. Contoh, curah hujan tinggi yang terjadi satu kali dalam sepuluh

tahun di daerah arid dapat mencuci garam-garam yang telah terakumulasi

bertahun-tahun.

Iklim dan Iklim Tanah

Disamping mempelajari iklim sebagai faktor pembentuk tanah, ahli

pedologi mulai memahami iklim tanah sebagai salah satu sifat tanah. Oleh karena

itu baik suhu tanah rata-rata maupun fluktuasi suhu tanah tahunan digunakan

sebagai kriteria dalam klasifikasi tanah.

Penggunaan iklim tanah sebagai sifat tanah adalah sejalan dengan

penggunaan tekstur tanah. Apabila iklim tanah sangat dipengaruhi oleh iklim

atmosfer disekitarnya, maka demikian pula tekstur tanah sangat dipengaruhi oleh

tekstur bahan induknya.

Page 7: Makalah Tanah-pengaruh Iklim

B. UNSUR-UNSUR IKLIM YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN

TANAH

a. Pengaruh Curah Hujan Terhadap Pembentukan Tanah

Curah hujan ini merupakan besarnya kapasitas hujan yang turun ke

permukaan yang berwujud air. Curah hujan akan berpengaruh terhadap

kekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan pencucian tanah yang cepat

menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah menjadi rendah). Pada umumnya

makin banyak curah hujan maka keasaman tanah makin tinggi atau pH tanah

makin rendah, karena banyak unsur-unsur logam alkali tanah yang terlindi

misalnya, Na, Ca, Mg, dan K, dan sebaliknya makin rendah curah hujan maka

makin rendah tingkat keasaman tanah dan makin tinggi pH tanah. Makin

lembab suatu tanah maka makin jelek aerasinya dan juga sebaliknya, hal ini

desebabkan karena adanya pergantian antara air dan udara dalam tanah.

Adapun hubungan curah hujan dengan pelapukan, jika hujan lebih besar

dari penguapan maka yang terjadi adalah penghancuran yang terus menerus

dan memakan waktu yang cukup lama untuk mengalami proses pelapukan

tersebut. Sebaliknya jika penguapan lebih besar dari pada hujan maka

terjadilah pencucian, pengkristalan garam, pengeringan tanah tidak memakan

waktu yang lama. Oleh sebab itu hubungan antara curah hujan dan penguapan

itu dalam kenyataannya memang dapat menghasilkan macam –macam tanah,

bentuk mineral, akumulasi garam. Sebagai contoh bahwa tanah alkali dan

danau-danau yang mengandung garam itu terjadi apabila penguapan lebih

besar dari pada curah hujan.

Adapun pengaruh curah hujan itu sendiri terhadap sifat tanah tampak jelas

sekali pada analisa yang dilakukan oleh Jenny di USA pada tahun 1941 seperti

di bawah ini:

1. Pelindian unsur-unsur K dan Na yang oleh Jenny digambarkan dalam tabel

dibawah ini dengan menggunakan istilah Leaching value

Page 8: Makalah Tanah-pengaruh Iklim

2,0

1,0

Daerah Jenis Tanah Jumlah Profil Leaching Value

Semi arid to

semi humid

Semi humid,

north Dakota

Humid

Chestnut dan

chernozemlike

soils

Chernozemlike

soil

Podzolized soil

15

29

12

0,981 ± 0,059

0,901±0,028

0,719±0,053

Leaching value = horizon terlindih

Horizon bahan induk

= K2O + Na2O + CaO

Al 2O3

= K2O + Na2O + CaO

Al 2O3

2. Pelindihan CaCO3 (kapur) dalam profil tanah

→7° CaCO3

Desert soil

Chernozem soil

Chestnut soil

3. Pelindihan C dan N dalam tanah

% C 75°F

hutan

pertanian

40” 80” 120” P

Pengaruh iklim terhadap

pencucian CaCo3

Pengaruh curah hujan

terhadap kadar C

dalam tanah

Page 9: Makalah Tanah-pengaruh Iklim

0,20

0,10

% N N= 0,00655

P= 0,023

Rumus umum yang dijabarkan dari

kumpulan analisa di USA

20” 40” 60” P

Grafik umum pengaruh curah hujan terhadap kadar N dalam tanah

Hubungan faktor pelapukan Ramann dengan zone iklim dalam

mempengaruhi jenis tanah

Daerah Rata-rata Suhu ºC Dissosiasi

relatif H2O

Jumlah hari

pelapukan

Faktor

Pelapukan

Sub Arctic 10 1,7 100 170

Temperate 18 2,4 200 430

Tropical 34 4,5 360 1620

Proses disintegrasi ini terjadi jika temperature mencapai titik beku sdang

batuan mengandung air. Jadi sebenarnya proses ini disebabkan membekunya air.

Seperti kita ketahui berat jenis air yang terbesar terdapat pada temperature 4,0˚C.

jika temperature turun di bawah 4,0˚C atau naik di atasnya, maka volumenya

naik.menurut Lang (1926; dalam Lutz & Chandler, 1959) volume 1 gram air pada

0˚C ialah 1,00013cc, sedang 1gram es pada 0˚C=1,0983cc. pada proses

pembekuan air akan memulai kira-kira 9%. Pada umumnya batuan yang

retakannya terisi air tidak kuat untuk menahan perubahan volume ini, sehingga

akan pecah berantakan. Expansi maximum tercepat pada temperature 22˚C dan

tekanan 250 atmosfer per cm2.

Syarat berlangsungnya proses desintegrasi semacam ini adanya retakan-

retakan dalam batuan yang dapat mengabsorbsi air, berupa kesarangan yang sudah

ada semula atau sebagai tekanan tektonik. Proses pelapukan desintegrasi ini

merupakan ciri khas bagi daerah kutub dan daerah pegunungan tinggi di atas garis

salju.

Page 10: Makalah Tanah-pengaruh Iklim

b. Pengaruh Temperatur Terhadap Pembentukan Tanah

Perbedaan temperature merupakan cerminan energy panas matahari yang

sampai ke suatu wilayah, sehingga berfungsi sebagai pemicu:

1. Proses fisik dalam pembentukan liat dari mineral-mineral bahan induk tanah, dengan mekanisme identik proses pelapukan bebatuan

2. Keanekaragaman hayati yang aktif, karena masing-masing kelompok terutama mikrobia mempunyai temperature optimumspesifik, sehingga perbedaan temperature akan menghasilkan jenis dan populasi mikrobia yang berbeda pula. Umumnya makin rendah tau makin tinggi temperature dari titik optimalnya akan diikuti oleh jenis dan populasi mikrobia yang makin sedikit.

3. Kesempurnaan proses dekomposisi biomass tanah hingga ke mineralisasinya.

Sebagai hasil dari fungsi no 2 dan 3, maka kadar biomass tanah-tanah akan

bervariasi. Tanah yang terbentuk pada temperature rendah (daerah kutub) akan

cenderung berkadar biomass rendah lagi mentah (fibrik), akibat tetanaman yang

tumbuh umumnya berbatang kecil dan lambat berkembang dan sedikitnya

populasi dan jenis mikroba heterotroph yang aktif. Tanah yang terbentuk pada

temperature tinggi (daerah arid) juga berkadar biomass rendah tetapi matang

(saprik) karena cepatnya proses mineralisasi kimiawi terhadap sisa-sisa tanaman.

Tanah-tanah yang terbentuk pada daerah humid (temperature sedang) akan

mempunyai jenis dan populasi mikroba yang ideal, maka aktivitas biologisnya

dalam dekomposisi biomass juga akan ideal. Sumber biomassnya berlimpah

karena semua jenis tanaman akan tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga

kadar biomass tanah dan derajat kematangannya akan semakin baik (hemik),

karena laju proses humufikasi biomass seimbang dengan laju proses

mineralisasinya. Humufikasi adalah proses dekomposisi bahan organic tanah yang

menghasilkan senyawa-senyawa organic sederhana (seperti mina dari protein dan

monosakarida dari karbohidrat) dan humus, sedangkan mineralisasi adalah proses

dekomposisi senyawa-senyawa organic sederhana menjadi senyawa-senyawa atau

ion-ion anorganic (seperti ammonium dan nitrat).

Temperatur mempengaruhi pembentukan tanah menurut dua cara, ialah:

Page 11: Makalah Tanah-pengaruh Iklim

(1) Memperbesar evapotranspirasi sehingga mempengaruhi pula gerakan air

dalam tanah, dan

(2) Mempercepat reaksi kimia dalam tanah.

Cara mempercepat reaksi kimia dinyatakan dengan:

(a) Dalil Van’t Hoff ialah bahwa kenaikan temperature tiap 10˚C

mempercepat reaksi kimia 2-3 kali lipat;

(b) Factor pelapukan Ramann: berdasarkan atas pendapat bahwa disosiasi

H2OH++OH- sangat tergantu ng pada tempeartur.

Secara umum untuk waktu yang lama para ahli tanah menganggap bahwa

pengaruh iklim terhadap pembentukan tanah dapat dirumuskan dengan nilai

pecahan:

Presipitasi

evapotranspirais

Kalau diperhatikan lebih lanjut maka sebenarnya yang berpengaruh

terhadap pembentukan tanah ialah jumlah air yang dikandung tanah pada saat itu.

Hal ini tak mungkin dinyatakan dengan suatu angka pecahan, tetapi lebih masuk

akal sebagai presipitasi-evapotranspirasi.

Desintegrasi Akibat Temperatur

Batuan yang bertekstur kasar lebih mudah mengalami desintegrasi dari

pada yang bertekstur halus, sedang mineral yang berwarna kelam lebih banyak

menyerap panas dari pada yang berwarna cerah. Karena batuan tersusun atas

berbagai mineral yang mempunyai koefisien ekspansi dan kontraksi yang

berlainan, maka fluktuasi temperature menyebabkan pecahnya batuan. Menjadi

butir-butir mineral tunggal dan temperature yang menentukan adalah tinggi

temperature mutlak dan frekuensi temperature.

Desitegrasi batuan juga tergantung pada daya hantar (conductivity) panas

batuan. Daya hantar panas batuan berbeda tak hanya karena perbedaan jenis

batuan, tetapi juga karena perbedaan tempat kedudukan batuan.

Page 12: Makalah Tanah-pengaruh Iklim

Batuan yang mempunyai daya hantar panas lemah menyebabkan

perbedaan temperature diantara lapisan permukaan dan lapisan sedikit lebih dalam

sehingga batuan terkelupas kulitnya (exfoliasi).

c. Pengaruh Angin Terhadap Pembentukan Tanah

Pengaruh angin serupa dengan pengaruh aliran air. Aliran angin selain

disebabkan bentuk permukaan bumi juga disebabkan perbedaan temperature

tempat-tempat tertentu. Angin dengan kecepatan besar mampu mengangkut

batuan dan selanjutnya bahan yang diangkutnya sanggup pula mengikis dan

memecahkan batuan. Karena secara tak langsung proses disintegrasi ini

merupakan akibat perbdaan temperature, maka proses ini banyak terjadi di daerah

kering seperti gurun pasir.

C. JENIS TANAH BERDASARKAN PENGARUH IKLIM

Berdasarkan nisbah antara P {presipitasi (hujan+salju+embun)}: Et

(evapotranspirasi), Walther Penck membagi tanah dunia menjadi dua wilayah,

yaitu:

a. Daerah Humid (basah) apabila nisbah P : Et lebih besar dari 0,7 dan

b. Daerah Arid (kering) apabila bernisbah kurang dari 0,7.

Lang membagi wilayah bumi berdasarkan nisbah R {curah hujan rerata

tahunan (mm)} : T {temperature rerata tahunan(°C)} menjadi 4 wilayah yaitu:

a. Daerah Arid (kering) apabila nisbah R : T kurang dari 40, yaitu kawasan

yang berevapotranspirasi lebih besar ketimbang curah hujan, sehingga air

tanah naik ke permukaan. Tanah kawasan ini berciri-khas adanya kerak-

kerak garam di permukaan.

b. Daerah Humid (lembab) apabila bernisbah antara 40-160, yaitu kawasan

yang bercurah hujan lebih besarketimbang evapotranspirasi, sehingga

proses mineralisasi lebih lambat ketimbang humifikasi. Oleh karena itu,

humus makin banyak terbentuk dengan makin banyaknya hujan dan proses

humifikasi optimum pada nisbah 120. Tanah-tanah dwilayah ini terbagi

menjadi:

Page 13: Makalah Tanah-pengaruh Iklim

1. Tanah-tanah Kuning atau merah, dengan nisbah 40-60

2. Tanah-tanah coklat, dengan nisbah 60-100, dan

3. Tanah-tanah hitam dengan nisbah 100-160

c. Daerah Perhumid (sangat lembab), yaitu wilayah bernisbah lebih besar

dari 160.

d. Daerah Nival (basah, yaitu wilayah tanpa penguapan sama sekali, seperti

disebagian Eropa, Palestina dan Amerika Serikat.

Dua istilah yang sering juga dipergunakan adalah daerah pegunungan dan

daerah tropika. Daerah pegunungan menurut Mayer adalah dataran tinggi yang

mempunyai nisbah N (jumlah hujan setahun) : S (deficit kejenuhan = beda

tekanan uap air maksimum pada temperature tertentu dan tekanan 76 cm Hg

dengan kelembapan mutlak udara) untuk semua bulan lebih dari 30 atau

lembab lebih dari 128. Indeks E-T (Efisiensi Temperatur) adlah jumlah

nisbah {temperature bulan (°F)-32} : 4 selama setahun (cit.

Darmawijaya,1990).

Mohr (1922) menyusun suatu klasifikasi tanah untuk Pulau Jawa dan

Sumatera didasarkan pada sifat genese tanah berupa temperatur dan

kelembaban udara. Dalam susunan ini Mohr membedakan atas:

1) Tanah lixivium bagi tanah-tanah bertemperatur tinggi dan curah hujan

melebihi evaporasi, terutama yang berwarna kuning dan coklat.

2) Tanah merah atau lixivium merah bagi tanah-tanah di temperatur tinggi

dengan musim hujan berseling musim kemarau (intermitterend)

3) Tanah pucat (bleekaarden) dengan temperatur rendah dan curah hujan

melebihi evaporasi.

4) Tanah hitam (zwartaarden) dengan temperatur tinggi dan hujan berseling

musim kemarau.

5) Tanah kristal garam temperatur tinggi, evaporasi melebihi curah hujan.

6) Tanah kelabu muda temperatur tinggi dan tanah selalu tergenang air.

7) Tanah hitam alkali temperatur tinggi, musim hujan dan musim kemarau

seimbang.

Page 14: Makalah Tanah-pengaruh Iklim

Vilenskii (1925) memilah tanah menjadi empat golongan berdasarkan

faktor-faktor yang terutama menguasai pembentukannya.

1) Tanah Thermogenik

Tanah ini terbentuk dan berkembang dalam iklim subtropis dengan faktor

pembentuk tanah, terutama temperatur tinggi menyebabkan dekomposisi

yang cepat terhadap mineral silikat dan mineralisasi yang cepat terhadap

bahan organik dengan menghasilkan CO2, sehingga terbentuk tanah geluh

berwarna merah kuning, serta tanah laterit yang kurang mengandung

bahan organik.

2) Tanah Lithogenik

Tanah ini terutama terbentuk dan berkembang dalam iklim sedang lembab

dengan faktor utama vegetasi, sehingga mendorong tertimbunnya bahan

organik dan pelapukan mineral silikat yang intensif, dengan membentuk

tanah-tanah chernozem, chestnut, chernozem yang mengalami degradasi

dan podzol.

3) Tanah Hidrogenik

Tanah ini terutama terbentuk dan berkembang dalam iklim dingin seperti

daerah tundra hutan, sehingga genese tanah berlangsung dalam keadaan

jenuh air, berakibat terbentuknya gambut humus. Sedangkan dalam

horison subhidrat (selalu di bawah air) terdapat senyawa-senyawa ferro

seperti pirit, markasit dan sinderit atau FeCO3. Tanah-tanah yang terbentuk

adalah tanah tundra, podzol bergambut dan wiesenboden.

4) Tanah Halogenik

Tanah yang berkembang dengan adanya garam natrium, meliputi macam-

macam tanah solonchak, solonetz dan soloth.

Pada tahun 1927 Valenskii kembali mengklasifikasikan tanah seperti pada

tabel berikut.

Daerah Kering

(arid)

Agak kering

(semi arid)

Sedang

(temperated)

Agak basah

(subhumid)

Basah

(humid)

Kutub Tundra Tanah

setengah

gambut

Tanah

gambut dan

rumput

- Tanah

gambut dan

rumput

Dingin Tanah - Tanah Tanah Tanah

Page 15: Makalah Tanah-pengaruh Iklim

gambut

kering

rumput hitam rumput

degradasi

podzol

Sedang Tanah

kelabu

Tanah

chestnut

Tanah

chernozem

Tanah hutan

kelabu

Tanah

podzol

Subtropik - Tanah

kuning

steppe kering

Tanah

kuning

Tanah

kuning

degradasi

Tanah

kuning

terpodzolis

asi

Tropik Tanah

merah

setengah

gurun

Tanah merah Tanah laterit Tanah merah

degradasi

Tanah

merah

terpodzolis

asi

Contoh persebaran jenis tanah berdasarkan iklim

1. Tanah Latosol

Latosol tersebar di daerah beriklim basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan

ketinggian tempat berkisar 300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung

api kemudian mengalami proses pelapukan lanjut.

2. Tanah Grumusol

Jenis ini berasal dari batu kapur, batuan lempung, tersebar di daerah iklim subhumid

atau subarid, dan curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun.

3. Tanah Podsolik

Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim basah tanpa

bulan kering, curah hujan lebih 2.500 mm/ tahun. Tekstur lempung hingga berpasir,

kesuburan rendah hingga sedang, warna merah, dan kering.

4. Tanah Podsol

Jenis tanah ini berasal dari batuan induk pasir. Penyebaran di daerah beriklim

basah, topografi pegunungan, misalnya di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra

Utara, dan Papua Barat. Kesuburan tanah rendah

5. Tanah Andosol

Tanah jenis ini berasal dari bahan induk abu vulkan. Penyebaran di daerah

beriklim sedang dengan curah hujan di atas 2.500 mm/ tahun tanpa bulan

kering. Umumnya dijumpai di daerah lereng atas kerucut vulkan pada

Page 16: Makalah Tanah-pengaruh Iklim

ketinggian di atas 800 meter. Warna tanah jenis ini umumnya cokelat, abu-abu

hingga hitam.

6. Tanah Mediteran Merah Kuning

Tanah jenis ini berasal dari batuan kapur keras (limestone). Penyebaran di

daerah beriklim subhumid, topografi karst dan lereng vulkan dengan ketinggian

di bawah 400 m. Warna tanah cokelat hingga merah. Khusus tanah mediteran

merah kuning di daerah topografi karst disebut ”Terra Rossa”.

D. DAMPAK PERUBAHAN IKLIM PADA PEMBENTUKAN TANAH

Iklim di wilayah satu berbeda dengan iklim di wilayah lainnya, karena

itulah proses pembentukan tanah yang terjadi berbeda-beda pula. Dampak

nyatanya adalah adanya perbedaan jenis tanah antar wilayah. Indonesia yang pada

dasarnya beriklim tropis di mana musim panas dan musim hujan datang setiap

enam bulan sekali memiliki tanah yang lebih subur daripada tanah di negara-

negara Eropa ataupun negara-negara Afrika. Akan tetapi, perlu diingat pula bahwa

waktu juga menjadi salah satu faktor pembentukan tanah. Dan selama waktu

berjalan manusia akan terus melakukan berbagai aktivitas di mana sebagian besar

aktivitas tersebut seringkali berdampak pada alam; misalnya overexploitation

sumber daya alam, membuang sampah sembarangan dan reklamasi pantai.

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa iklim dapat berubah, salah satunya

karena aktivitas manusia. Karena itulah semakin tidak terkontrol perlakuan

manusia terhadap alam, semakin cepat terjadinya perubahan iklim. Akibat

perubahan iklim, lapisan salju melebur dan tanah akan lebih banyak menyerap

panas matahari. Umpan balik dari peleburan lapisan salju tersebut akan

meningkatkan pemanasan global (global warming). Kenaikkan temperatur akan

mempengaruhi pasokan air yang berasal dari pencairan salju. Pada musim dingin

air disimpan dalam bentuk salju dan secara bertahap dilepaskan pada saat meleleh

pada musim semi dan musim panas. Pada bagian bumi yang lebih panas, curah

hujan meningkat pesat. Sungai-sungai di daerah ini menjadi sangat kering saat

musim panas dan meluap pada waktu musim hujan (Wibowo, 1996).

Komposisi ekosistem alami dapat rusak akibat perubahan iklim ketika

dampak perubahan iklim tersebut tidak dapat ditolerir oleh komponen pendukung

ekosistem. Karena tanah merupakan salah satu komponen ekosistem alami

Page 17: Makalah Tanah-pengaruh Iklim

(komponen abiotik) maka perubahan iklim akan merubah sifat-sifat tanah. Dengan

begitu tanah di Indonesia yang pada umumnya bersifat subur bisa saja berubah

menjadi tandus akibat perubahan iklim yang tengah terjadi saat ini.

Page 18: Makalah Tanah-pengaruh Iklim

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Iklim merupakan faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan tanah.

Terdapat dua unsur iklim terpenting yang mempengaruhi pembentukan tanah yaitu curah

hujan dan suhu

Daftar Pustaka

Hari Utomo, Dwiyono,MPd.,MSi.2010.Bahan Ajar Geografi Tanah.Fakultas Ilmu

Sosial Universitas Negeri Malang: Malang.

Hanafiah, Kemas Ali. 2004. DASAR-DASAR ILMU TANAH. Jakarta: RajawaliPress.

Darmawijaya, M. Isa. 1990. KLASIFIKASI TANAH. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.

Sarwono, Hardjowigeno. 1993. KLASIFIKASI TANAH DAN PEDOGENESIS. Jakarta: Akademika Pressindo

Foth, D.H. 1984. DASAR-DASAR ILMU TANAH. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.