makalah spi

23
1 PERADABAN DAN PEMIKIRAN ISLAM MASA TIGA KERAJAAN BESAR (TURKI UTSMANI, SAFAWI DI PERSIA DAN MUGHAL DI INDIA) Oleh: Siti Sa’adah (NR.C) PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012 I. PENDAHULUAN Sejarah Islam sekarang telah berjalan lebih dari empat belas abad lamanya. Sebagaimana halnya sejarah setiap umat, sejarah Islam pun mengalami pasang surut. Pada periode tertentu Islam mengalami pertumbuhan dan perkembangan, pada periode selanjutnya Islam mengalami kemajuan dan kejayaan dan pada periode lain Islam mengalami kemunduran bahkan kehancuran. Satu di antara beberapa sejarah peradaban Islam yang cukup menarik untuk bahan kajian ilmiah, yaitu masa pertengahan khususnya pada abad ke- 17, karena pada abad tersebut terdapat tiga kerajaan besar, yaitu Kerajaan Utsmani di Turki, Kerajaan Syafawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India, setelah sekian lama Islam mengalami kemunduran. Menurut Harun Nasution, ada tiga kerajaan besar yang muncul di permukaan dalam kurun waktu 1500-1800 M. Tiga kerajaan yang dimaksud adalah kerajaan Utsmani di Turki, kerajaan Syafawi di Persia dan kerajaan Mughal di India. Di masa kemajuan ketiga kerajaan besar ini mempunyai

Upload: fitriani-nassyam

Post on 08-Feb-2016

88 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah SPI

1

PERADABAN DAN PEMIKIRAN ISLAM MASA TIGA KERAJAAN

BESAR (TURKI UTSMANI, SAFAWI DI PERSIA DAN MUGHAL DI

INDIA)

Oleh:

Siti Sa’adah (NR.C)

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2012

I. PENDAHULUAN

Sejarah Islam sekarang telah berjalan lebih dari empat belas abad

lamanya. Sebagaimana halnya sejarah setiap umat, sejarah Islam pun

mengalami pasang surut. Pada periode tertentu Islam mengalami pertumbuhan

dan perkembangan, pada periode selanjutnya Islam mengalami kemajuan dan

kejayaan dan pada periode lain Islam mengalami kemunduran bahkan

kehancuran.

Satu di antara beberapa sejarah peradaban Islam yang cukup menarik

untuk bahan kajian ilmiah, yaitu masa pertengahan khususnya pada abad ke-

17, karena pada abad tersebut terdapat tiga kerajaan besar, yaitu Kerajaan

Utsmani di Turki, Kerajaan Syafawi di Persia, dan Kerajaan Mughal di India,

setelah sekian lama Islam mengalami kemunduran.

Menurut Harun Nasution, ada tiga kerajaan besar yang muncul di

permukaan dalam kurun waktu 1500-1800 M. Tiga kerajaan yang dimaksud

adalah kerajaan Utsmani di Turki, kerajaan Syafawi di Persia dan kerajaan

Mughal di India. Di masa kemajuan ketiga kerajaan besar ini mempunyai

Page 2: Makalah SPI

2

kejayaan masing-masing, terutama dalam bentuk literatur dan arsitek. Masjid-

masjid dan gedung-gedung indah yang didirikan di zaman ini masih terlihat di

Istambul, Tibriz dan Isfahan serta kota-kota lain di Iran dan Delhi. Kemajuan

umat Islam di zaman ini lebih banyak merupakan warisan kemajuan di masa

periode klasik. Perhatian pada ilmu pengetahuan masih kurang. Tentu saja bila

dibanding kemajuan yang dicapai pada Dinasti Abbasiyah, khususnya di

bidang ilmu pengetahuan. Namun menarik untuk di kaji karena kemajuan

pada masa ini terwujud setelah dunia Islam mengalami kemunduran beberapa

abad lamanya. (Thohir, 2004: 166)

Oleh karena itulah, penulis akan membahas masalah tiga kerajaan besar

tersebut dengan membatasi masalah sebagai berikut proses terbentuknya,

peradaban yang dicapai, faktor-faktor yang menyebabkan kemajuan dan

faktor-faktor penyebab kemunduran kerajaan Utsmani di Turki, kerajaan

Syafawi di Iran dan kerajaan Mughal di India.

II. PEMBAHASAN

A. KERAJAAN UTSMANI DI TURKI

A.1. Proses Terbentuknya Kerajaan Utsmani di Turki

Kerajaan Turki Utsmani berdiri tahun 1281. Pendiri kerajaan ini

adalah bangsa Turki dari kabilah Oghuz yang mendiami daerah mongol

dan daerah utara negeri Cina, yaitu Utsman bin Erthogril (Yatim:

2010:129)

Nama Utsmani diambil dari kakek mereka yang pertama dan

pendiri kerajaan ini yaitu Utsman bin Erthogril bin Sulaiman Syah dari

suku Qayigh, salah satu cabang keturunan Oghus Turki. (Thohir, 2004:

182)

Sebelum berdirinya kerajaan Turki Utsmani, diawali dengan

pengembaraan Sulaiaman Syah ke Anatolia tetapi sebelum mencapai

tujuan meninggal di Azerbaijan kemudian kedudukannya digantikan

putranya yang bernama Erthogril, dan akhirnya sampailah ke Anatolia dan

diterima penguasa Seljuk, Sultan Alaudin yang sedang berperang dengan

Page 3: Makalah SPI

3

Bizantium. Berkat bantuan dari Erthogril, pasukan Sultan Alaudin

mendapatkan kemenangan, sehingga Erthogril mendapat hadiah sebidang

wilayah di perbatasan Bizantium serta memberi wewenang mengadakan

ekspansi.

Sepeninggal Erthogril, atas persetujuan sultan Alaudin, digantikan

putranya yang bernama Utsman yang memerintah Turki Utsmani antara

tahun 1281-1324 M. Akibat serangan Mongol terhadap Bagdad termasuk

Seljuk yang terjadi pada tahun 1300 M menyebabkan terbunuhnya Sultan

Alaudin dan akibatnya dinasti ini terpecah-pecah menjadi sejumlah

kerajaan kecil. Dalam kondisi kehancuran Seljuk inilah Utsman

mengklaim kemerdekaan secara penuh atas wilayah yang didudukinya

sekaligus memproklamirkan berdirinya kerajaan Turki Utsmani. (Thohir,

2004: 182) Dengan Utsman sebagai raja pertama yang sering disebut

Utsman I ( Yatim, 2010: 130).

Jika kita menapaki sejarah, kerajaan Turki Utsmani merupakan

kerajaan terbesar dan paling lama berkuasa, selama enam abad lebih

(1281-1924 M), Pada masa pemerintahan Turki Utsmani para sultan bukan

hanya merebut negeri-negeri arab, tetapi juga seluruh wilayah antara

Kaukasus dan kota Wina, bahkan sampai ke Balkan. Dengan demikian

tumbuhlah pusat-pusat Islam di Trace, Macedonia, Thessaly, Bosnia,

Herzegovina, Bulgaria, Albania, dan sekitarnya (Thohir, 2004:180).

Bahkan raja-raja Islam di Indonesia (abad XVII), seperti raja Aceh dan

Banten pernah mengutus para utusan dengan kerajaan Turki Utsmani dan

pernah meminta pengakuan memakai gelar sultan dari Istambul. (Hamka,

1981: 203)

Dengan adanya berbagai ekspansi, menyebabkan ibukota Dinasti

Utsmani berpindah-pindah. Sebagai contoh, sebelum Utsman I memimpin

Dinasti Utsmani, ia mengambil kota Sogud sebagai ibukotanya. Kemudian

setelah penguasa Dinasti Utsmani dapat menaklukkan Broessa pada tahun

1317, maka pada tahun 1326 Broessa dijadikan ibukota pemerintahan. Hal

ini berlangsung sampai pemerintahan Murad I. ternyata, di masa Murad I

Page 4: Makalah SPI

4

kota Adrianopel yang ditaklukkannya itu dijadikan sebagai ibukota

pemerintahan. Sampai ditaklukkanya Konstantinopel pada tahun 1453 oleh

Muhammad II, yang kemudian diganti namanya menjadi Istambul sebagai

ibukota pemerintahan yang terakhir.

A.2. Perkembangan dan Kemajuan Peradaban Kerajaan Turki

Utsmani

a. Bidang Militer dan Perluasan Wilayah

Setelah Utsman I mengumumkan dirinya sebagai Padisyah Al

Utsman (raja besar keluarga utsman) tahun 699 H (1300 M), setapak demi

setapak mengadakan perluasan wilayah dengan mmperkuat kekuatan

militernya.

Program ini diteruskan para penggantinya seperti putranya Orkhan

mendirikan pusat pendidikan dan pelatihan militer sehingga terbentuklah

sebuah kesatuan militer yang disebut Yeniseri atau Inkisariyah (arab),

kemudian diteruskan oleh anaknya yang bernama Murad, dengan

membentuk cabang yeniseri sehingga dapat mengubah kerajaan Utsmani

yang baru lahir menjadi mesin perang yang paling kuat dan memberikan

dorongan sangat besar bagi penaklukan negeri-negeri non muslim seperti

menaklukan Andriannopel, Macedonia, Bulgaria, dan Serbia.

Dari para penguasa yang memimpin Turki Utsmani, Sultan

Muhammad II yang layak menyandang gelar al Fatih (sang penakluk)

karena keberhasilannya menaklukkan Romawi Timur yang berpusat di

kota Konstantinopel pada tahun 1453, dilanjutkan dengan menaklukkan ke

semenanjung Maura, Serbia, Albania sampai ke perbatasan Bundukia.

Salah satu peninggalan terpenting adalah mengubah gereja St. Sophia

menjadi masjid dengan nama Aya Sophia sebagai lambang kemenangan

orang Islam di kota Konstantinopel. (Thohir, 2004: 184-185). Oleh Sultan

Muhammad II, kota Konstantinopel diganti namanya menjadi Istanbul.

Dengan keberhasilan penaklukan Konstantinopel ini, seluruh ambisi umat

Islam untuk menundukkan imperium Romawi Timur tercapai sudah.

Page 5: Makalah SPI

5

Ada lima faktor yang menyebabkan kesuksesan Dinasti Utsmani

dalam perluasan wilayah Islam. (1) kemampuan orang-orang Turki dalam

strategi perang terkombinasi dengan cita-cita memperoleh ghanimah

(harta rampasan perang). (2) sifat dan karakter orang Turki yang selalu

ingin maju dan tidak pernah diam serta gaya hidupnya yang sederhana,

sehingga memudahkan untuk tujuan penyerangan. (3) semangat jihad dan

ingin mengembangkan Islam. (4) letak Istambul yang sangat strategis

sebagai ibukota kerajaan juga sangat menunjang kesuksesan perluasan

wilayah ke Eropa dan Asia. Istambul terletak antara dua benua dan dua

selat (selat Bosphaoras dan selat Dardanala), dan pernah menjadi pusat

kebudayaan dunia, baik kebudayaan Macedonia, kebudayaan Yunani

maupun kebudayaan Romawi Timur. (5) kondisi kerajaan-kerajaan di

sekitarnya yang kacau memudahkan Dinasti Usmani mengalahkannya. (

Van Hoeve: 1990: 60)

b. Bidang Pemerintahan

Raja-raja Turki Utsmani bergelar Sultan dan Khalifah sekaligus.

Sultan menguasai kekuasaan duniawi dan khalifah berkuasa di bidang

agama atau spiritual/ukhrawi. Mereka mendapatkan kekuasaan secara

turun temurun. Tetapi tidak harus putra pertama yang menjadi pengganti

sultan terdahulu, bahkan dalam perkembangannya pergantian kekuasaan

itu juga diseerahkan kepada saudara sultan bukan kepada anaknya.

(Mughni,1997: 53)

Dalam struktur pemerintahan, sultan sebagai penguasa tertinggi

dibantu oleh shadr al a’zham (perdana menteri) yang membawahi pasya

(gubernur) , dan gubernur mengepalai daerah tingkat I. dibawahnya

terdapat beberapa orang al zanaziq atau al ‘alawiyah (bupati). Untuk

mengatur pemerintahan negara , di masa sultan Sulaiman I disusun

undang-undang (qanun) yang bernama Multaqa al Abhur, yang menjadi

pegangan hukum bagi kerajaan Turki Utsmani sampai datangnya

Page 6: Makalah SPI

6

reformasi pada abad ke 19. Karena jasa Sultan Sulaiman I, diujung

namanya diberi gelar al Qanuni. ( Yatim, 2010: 135)

c. Bidang Ilmu Pengetahuan, Kebudayaan dan Agama

Dalam bidang ilmu pengetahuan, kerajaan Turki Usmani tidak

menghasilkan karya-karya dan penelitian-penelitian ilmiah seperti di masa

Daulah Abbasiyah. Karena mereka lebih mengutamakan dalam bidang

militer dan perluasan wilayah, sehingga kita tidak dapati ilmuwan yang

terkenal dari Turki Utsmani.

Sedangkan dalam bidang kebudayaan, kebudayaan Turki Utsmani

merupakan perpaduan antara kebudayaan Bizantium, Persia dan Arab.

Karena bangsa Turki sangat mudah berasimilasi dengan budaya asing.

Bahkan bahasa arab banyak dipakai di Asia Kecil yang mayoritas

daerahnya dikuasai Turki.

Seperti seni arsitektur, Turki Usmani banyak meninggalkan

karya-karya agung berupa bangunan yang indah, seperti Mesjid Jami’

Muhammad al-Fatih, mesjid agung Sulaiman dan Masjid Abu Ayyub al-

Anshary dan masjid Aya Sophia yang dulu asalnya dari gereja St.

Sophia, merupakan peninggalan arsitektur yang dikagumi sampai saat

ini. (Thohir, 2004:187) Hoja Sinan (1490-1578 M) adalah tokoh terbesar

dalam bidang arsitektur ini. (Lapidus, 1999: 499),

Untuk kehidupan keagamaan, agama merupakan bagian dari

sistem sosial politik Turki Utsmani. Ulama mempunyai kedudukan

tinggi dalam kehidupan negara dan masyarakat. Mufti sebagai pejabat

tinggi agama , tanpa legitimasi Mufti keputusan hukum kerajaan tidak

dapat berjalan. Pada masa ini tarekat berkembang pesat. Al Bektasi dan

Al Maulawi merupakan dua tarekat yang paling besar. Al Bektasi

berpengaruh terhadap tentara Yenisari, sedangkan Al Maulawi

berpengaruh besar terhadap kelompok penguasa sebagai imbangan dari

kelompok Yenisari Bektasi. ( Yatim, 2010: 136) .

Page 7: Makalah SPI

7

Kajian-kajian ilmu keagamaan, seperti fiqh, ilmu kalam, tafsir

dan hadis boleh dikatakan tidak mengalami perkembangan yang

berarti.Para penguasa cenderung untuk menegakkan satu paham

(madzab) keagamaan dan menekan madzab lainnya. Sultan Abd al

Hamid II, misalnya fanatik terhadap aliran asy’ariyah. Untuk

mempertahankan madzabnya, ia memerintahkan Syaikh Husein Al Jisri

menulis kitab Al Hushun Al Hamidiyah (Benteng pertahanan Abdul

Hamid).Akibat fanatik yang berlebihan inilah, ijtihad menjadi tidak

berkembang. Ulama hanya suka menulis buku dalam bentuk syarah

(penjelasan), dan hasyiyah (catatan pinggir) terhadap karya-karya klasik

yang telah ada. (Yatim, 2010: 137)

Demikianlah kemajuan-kemajuan yang dicapai oleh kerajaan

Utsmani terutama di bidang militer, karena tidak terlepas dari tabiat

orang Turki yang terbiasa hidup nomaden, jiwa militer, tangguh dan

patuh terhadap pimpinan.

A.3. faktor-Faktor Kemajuan Dan kemunduran Turki Utsmani

Pada abad XVI merupakan masa keemasan kerajaan Turki

Utsmani. Pada tahun 1517 Sultan Salim merebut Mesir dari pemerintahan

Mamalik yang sudah lemah. Setelah kemenangan Mohaec tahun 1526 M,

sultan Sulaiman Yang Agung menundukkan sebagian besar Hungaria

selama satu setengah abad lebih. Di perbatasan timur, Syafawiyah yang

syiah, saingan berat kerajaan Turki Utsmani yang sunni, dapat ditaklukkan

di Chaldiran pada tahun 1514 M.

3.1. Fakktor – faktor kemajuan Turki Utsmani, dipengaruhi antara

lain:

1. Adanya sistem pemberian hadiah berupa tanah kepada tentara

yang berjasa sehingga mereka hidup berkecukupan dan

mempunyai kedudukan yang tinggi di masyarakat.

Page 8: Makalah SPI

8

2. Tidak adanya diskriminasi dari penguasa, semua pihak berhak

mendapat kedudukan yang tinggi, tidak terbatas pada kelompok

tertentu saja.

3. Menggunakan tenaga profesional dan terampil khususnya di

bidang administrasi pemerintahan serta kepengurusan organisasi

yang cakap

4. Turki memperlakukan para pendatang dan penduduk baru secara

baik dalam kehidupan beragama maupun bermasyarakat,

sehingga mereka banyak yang tertarik memeluk agama Islam.

5. Rakyat yang memeluk agama kristen hanya dibebani biaya

perlindungan (jizyah) yang murah dibanding di zaman

Bizantium.

6. Turki membebaskan rakyatnya untuk menjalankan ibadah sesuai

dengan agamanya masing-masing, bahkan kepada penduduk

pendatang seperti waktu hari besar kristen para tentara yeniseri

menjaga gereja. (Thohir, 2004:190)

3.2. Faktor-Faktor Kemunduran Kerajaan Turki Utsmani

Pada akhir kekuasaan Sulaiman al-Qanuni I kerajaan Turki Usmani

berada ditengah-tengah dua kekuatan monarki Austria di Eropa dan

kerajaan Safawi di Asia. Melemahnya kerajaan Utsmani setelah

wafatnya Sulaiman I dan digantikan oleh Salim II. Pengganti

kepemimpinan ini ternyata tidak mampu menghadapi kondisi tersebut.

Pada awal abad ke-19 para Sultan tidak mampu mengontol daerah-

daerah kekuasaannya. Dan melemahnya militer Turki Usmani berakibat

munculnya pemberontakan-pemberontakan. Beberapa daerah

berangsur-angsur mulai memisahkan diri dan mendirikan pemerintah

otonom.

Di Mesir, kelemahan-kelemahan kerajaan Turki Usmani membuat

Mesir bangkit kembali. Di bawah kepemimpinan Ali Bey, pada tahun

Page 9: Makalah SPI

9

1770 M., Mamalik kembali berkuasa di Mesir, sampai datangnya

Napoleon Bonaparte dari Prancis tahun 1798 M. (Hasan, 1967: 342)

Demikian pula pemberontakan-pemberontakan terjadi di Libanon

dan Syiria, sehingga kerajaan Turki Usmani mengalami kemunduran,

bukan saja daerah-daaerah yang tidak beragama Islam, tetapi juga di

daerah-daerah yang berpenduduk muslim.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kemunduran kerajaan Turki utsmani ada dua bagian

faktor internal dan faktor eksternal, seperti pendapat Ajib Thohir : .

A. Faktor internal

1. luasnya wilayah kekuasaan dan buruknya sistem

pemerintahan yang ditangani oleh orang-orang penerusnya

yang kurang profesional, kurangnya keadilan serta korupsi

yang merajalela.

2. Heterogenitas penduduk dan agama. Menurut Philip K

Hitti, dalam Tarikh al Daulah al Islamiyah menyatakan bahwa

suatu negara yang landasan berdirinya untuk kepentingan

militer, bukan untuk kemashlahatan bangsa, tidak akan mampu

menyatukan keberagaman penduduk dan agama.

3. Kehidupan para penguasa yang suka bermewah-mewahan

mengikuti gaya hidup orang barat dan meninggalkan nilai-nilai

Islam.

4. Merosotnya perekonomian negara akibat peperangan yang

berlangsung berabad-abad lamanya

B. Faktor Eksternal

1. Timbulnya gerakan nasionalisme di kalangan bangsa-bangsa

yang tunduk pada kerajaan Turki Utsmani

2. Kemajuan teknologi di dunia barat, khususnya di bidang

persenjataan, sedangkan Turki mengalami stagnasi dalam

bidang teknologi senjata, sehingga selalu mengalami kekalahan

Page 10: Makalah SPI

10

dalam setiap kontak senjata dengan bangsa Eropa.(Thohir.

2004: 191-192)

Sampai pada akhirnya pada tanggal 3 maret 1924, dengan tokoh reformisnya

Mustafa Kemal Attaturk, secara resmi menghapus lembaga kesultanan dan

khilafah dari bumi Turki dan memproklamsikan negara Republik Turki,

sebagai negara sekuler dalam konstitusi. (Mughni. 1997: 161)

Di bawah ini adalah daftar sultan yang memerintah di Kesultanan

Utsmaniyah sampai berdirinya Turki sekuler.

• Osman I (1281-1326 )

• Orhan I (1326-1359 )

• Murad I (1359-1389; sultan sejak

1383)

• Bayezid I (1389-1402)

• Interregnum (1402-1413)

• Mehmed I (1413-1421)

• Murad II (1421-1444) (1445-1451)

• Mehmed II (sang Penguasa) (1444-

1445) (1451-1481)

• Bayezid II (1481-1512)

• Selim I (1512-1520)

• Suleiman I (yang Agung) (1520-

1566)

• Selim II (1566-1574)

• Murad III (1574-1595)

• Mehmed III (1595-1603)

• Ahmed I (1603-1617)

• Mustafa I (1617-1618)

• Osman II (1618-1622)

• Mustafa I (1622-1623)

• Murad IV (1623-1640)

• Ibrahim I (1640-1648)

• Mehmed IV (1648-1687)

• Suleiman II (1687-1691)

• Ahmed II (1691-1695)

• Mustafa II (1695-1703)

• Ahmed III (1703-1730)

• Mahmud I (1730-1754)

• Osman III (1754-1757)

• Mustafa III (1757-1774)

• Abd-ul-Hamid I (1774-

1789)

• Selim III (1789 -1807)

• Mustafa IV (1807-1808)

• Mahmud II (1808-1839)

• Abd-ul-Mejid I (1839-1861)

• Abd-ul-Aziz (1861-1876)

• Murad V (1876)

• Abd-ul-Hamid II (1876-

1909)

• Mehmed V (Reşad) (1909-

1918)

• Mehmed VI (Vahideddin)

(1918-1922)

• Abd-ul-Mejid II, (1922-

1924)

B. KERAJAAN SAFAWI DI PERSIA

B.1. Proses Terbentuknya Kerajaan Safawi di Iran

Kerajaan ini berasal dari sebuah gerakan tarekat yang berdiri di Ardabil,

Sebuah kota di Azerbaijan. Tarekat ini diberi nama tarekat safawiyah, yang

berasal dari nama pendirinya, Safi Al-Din dan nama Safawi terus

dipertahankan sampai tarekat ini menjadi gerakan politik. (Yatim, 2010: 138).

Page 11: Makalah SPI

11

Safi al Din Al Ardabily adalah keturunan dari Imam Syi’ah yang

ketujuh Musa Al-Khazim. Oleh karena itu dia masih keturunan Rasulullah

dari garis puterinya Siti fatimah.

Kerajaan Safawi secara resmi berdiri di Persia pada 1501 M/907,

tatkala Syah Ismail memproklamasikan dirinya sebagai raja atau syah di

Tabriz, demikian pendapat CE Bosworth dan menjadikan Syiah Itsna

Asyariah sebagai ideologi negara. Namun event sejarah yang penting ini

tidaklah berdiri sendiri. Peristiwa itu berkaitan dengan peristiwa-peristiwa

sebelumnya dalam rentang waktu yang cukup panjang yakni kurang lebih dua

abad. (Thohir, 2004: 167) Sejak Safi Al Din mulai memimpin tarekat

safawiyah sampai kepada Syah Ismail memproklamirkan berdirinya kerajaan

safawi pada tahun 1501, tarekat safawi mengalami dua fase dalam

perjuangannya :

1) Pada masa 1301-1447 M (700-850 H), gerakan safawi masih murni

gerakan keagamaan (kultural) dengan tarekat safawiyah sebagai

sarana. Pengikutnya menyebar dari Persia, Syiria dan Anatolia.

2) Pada masa 1447-1501 M tarekat safawi berubah menjadi gerakan

politik (struktural), dengan pemimpinnya Junaid bin Ali. Perubahan

terjadi dikarenakan ambisi politik pada diri Junaid. Karena Junaid

seorang pemimpin tarekat, maka pengikutnya pun dijadikan pasukan

yang diberi nama Qizilbas ( surban merah yang berumbai dua belas

sebagai simbol Syiah Imamah Dua Belas).

Tapi usaha Junaid masih mengalami kegagalan dalam meraih

ambisinya karena selalu gagal dalam menaklukkan beberapa daerah

seperti Ardabil dan Chircasia, bahkan dalam tahun 1460 M mati

terbunuh. Kemudian digantikan anaknya yang bernama Haidar, tapi

belum berhasil juga. Sebelum meninggal, Haidar menunjuk adiknya

yang paling kecil bernama Ismail. Setelah berhasil menaklukkan kota

Tabriz, Ismail kenudian memproklamirkan berdirinya kerajaan Safawi,

dengan Syiah Itsna asyariah sebagai ideologi negara pada tahun 1501

M . (Thohir, 2004: 172-173)

Page 12: Makalah SPI

12

Berikut urutan penguasa kerajaan Safawi :

1. Isma'il I (1501-1524 M)

2. Tahmasp I (1524-1576 M)

3. Isma'il II (1576-1577 M)

4. Muhammad Khudabanda (1577-1587 M)

5. Abbas I (1587-1628 M)

6. Safi Mirza (1628-1642 M)

7. Abbas II (1642-1667 M)

8. Sulaiman (1667-1694 M)

9 . Husein I (1694-1722 M)

10. Tahmasp II (1722-1732 M)

11. Abbas III (1732-1736 M)

B.2. Perkembangan dan Kemajuan Peradaban Kerajaan Safawi

Perkembangan dan kemajuan kerajaan safawi tidak serta merta dapat

diraih ketika Syah Ismail I memimpin (1501-1524 M), tapi kejayaan kerajaan

Safawi baru terwujud pada masa pemerintahan Syaikh Abbas yang Agung

(1587-1628 M) raja yang kelima. Kemajuan yang dicapai kerajaan Safawi

meliputi beberapa bidang, antara lain:

2.1. Kemajuan di bidang Politik

Kerajaan Safawi dan Turki Utsmani sebelum abad ke-17 sudah saling

bermusuhan dan Safawi banyak mengalami kekalahan, namun setelah Abbas

I naik tahta kerajaan Safawi dalam merebut wilayah kekuasaan Turki

Utsmani banyak mengalami kemenangan.

Permusuhan antara dua Kerajaan aliran agama yang berbeda ini tidak

pernah padam sama sekali. Abbas I mengarahkan serangan-serangannya ke

wilayah Kerajaan Turki Utsmani pada tahun 1602 M. Disaat itu Turki

Utsmani berada di bawah Sultan Muhammad III. Pasukan Abbas I

menyerang dan berhasil menguasai Tabriz, Sirwan, dan Baghdad. Sedangkan

Nakh Chivan, Erivan, Ganja, dan Tiflis dapat dikuasai tahun 1605-1606 M.

Selanjutnya pada tahun 1622 M., Pasukan Abbas I berhasil merebut

Page 13: Makalah SPI

13

kepulauan Hurmus dan mengubah pelabuhan Gumurun menjadi pelabuhan

bandar Abbas (Yatim, 2010: 143).

Jadi dapat disimpulkan bahwa keadaan politik kerajaan Safawi mulai

bangkit kembali setelah Abbas I naik tahta dari tahun 1587-1629 dan dia

menata administrasi negara dengan cara yang lebih baik. Langkah-langkah

yang ditempuh Abbas I dalam rangka memulihkan politik Kerajaan Safawi

adalah:

a. Mengadakan pembenahan administrasi dengan cara pengaturan dan

pengontrolan dari pusat

b. Berusaha menghilangkan dominasi pasukan Qiziblash atas

Kerajaan Safawi dengan cara membentuk pasukan baru yang

anggotanya terdiri atas budak-budak yang berasal dari tawanan perang

bangsa Georgia, Armenia, dan Sircassia yang telah ada sejak Raja

Tamh I

c. Mengadakan perjanjian damai dengan Turki Utsmani

d. Berjanji tidak akan menghina tiga khalifah pada khotbah Jumat

(Yatim, 2010: 142 )

Masa kekuasaan Abbas I merupakan puncak kejayaan kerajaan Safawi.

Secara politik dia mampu mengatasi berbagai kemelut di dalam negeri yang

mengganggu stabilitas negara dan berhasil merebut kembali wilayah-wilayah

yang pernah direbut oleh kerajaan lain di masa raja-raja sebelumnya, dengan

reformasi politiknya.

2.2. Kemajuan di bidang keagamaan

Pada masa Abbas, kebijakan keagamaan tidak lagi seperti masa

khafilah-khafilah sebelumnya yang senantiasa memaksakan agar Syi’ah

menjadi agama negara, tetapi ia menanamkan sikap toleransi.

Menurut Hamka, terhadap politik keagamaan beliau Abbas tanamkam

paham toleransi atau lapang dada yang amat besar. Paham Syi’ah tidak lagi

menjadi paksaan, bahkan orang Sunni dapat hidup bebas mengerjakan

ibadahnya, Bukan hanya itu saja, pendeta-pendeta Nasrani diperbolehkan

Page 14: Makalah SPI

14

mengembangkan ajaran agama dengan leluasa sebab sudah banyak bangsa

Armenia yang telah menjadi penduduk setia di kota Isfahan (Hamka, 1981:

70).

2.3. Kemajuan di Bidang Ekonomi

Stabilitas politik Kerajaan Safawi pada masa Abbas I ternyata telah

memacu perkembangan perekonomian Safawi, terlebih setelah kepulauan

Hurmuz dikuasai dan pelabuhan Gumurun diubah menjadi Bandar Abbas.

Dengan dikuasainya bandar ini, salah satu jalur dagang laut antara timur dan

barat yang bisa diperebutkan oleh Belanda, Inggris, dan Prancis sepenuhnya

menjadi milik kerajaan Safawi (Yatim, 2010: 144)

Di samping sektor perdagangan, kerajaan Safawi juga mengalami

kemajuan di sektor pertanian terutama di daerah bulan sabit subur (fortile

crescent) (Yatim, 2010: 144).

2.4 Kemajuan di Bidang Ilmu Pengetahuan dan Seni

Dalam sejarah Islam, bangsa Persia terkenal sebagai bangsa yang

berperadaban tinggi dan berjasa dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

Oleh karena itu, tidaklah mengherankan apabila pada masa Kerajaan Syafawi,

khususnya ketika Abbas I berkuasa, tradisi keilmuan terus berkembang.

Berkembangnya ilmu pengetahuan masa Kerajaan Syafawi tidak lepas dari

suatu doktrin mendasar bahwa kaum Syi’ah tidak boleh taqlid dan pintu

ijtihad selamanya terbuka. Kaum Syi’ah tidak seperti kaum Sunni yang

mengatakan bahwa ijtihad telah terhenti dan orang mesti taqlid saja. Kaum

Syi’ah tetap berpendirian bahwasanya mujtahid tidak terputus selamanya

(Hamka, 1981: 70).-

Pada masa ini muncullah beberapa filosof antara lain;

Ilmuwan yang melestarikan pemikiran-pemikiran Aristoteles, Al-Farabi

adalah Mir Damad alias Muhammad Bagir Damad (w 1631 M) dengan

menulis buku filsafat dalam dua bahasa yaitu Arab dan persia, diantaranya

Page 15: Makalah SPI

15

yang terkenal qabasat dan taqdisat. (Thohir, 2004: 177) Selain itu ada filosof

yang terkenal yaitu Baha Al-Din Al-Syaerazi, yang selalu hadir di majlis

istana , begitu juga dengan Syah Abbas I yang sangat mendukung kegiatan

tersebut.

Adapun di bidang seni, kemajuan dalam bidang seni arsitektur

ditandai dengan berdirinya sejumlah bangunan megah yang memperindah

Isfahan sebagai ibu kota kerajaan ini. Sejumlah masjid, sekolah, rumah sakit,

jembatan yang memanjang diatas Zende Rud dan Istana Chihil Sutun. Kota

Isfahan juga diperindah dengan kebun wisata yang tertata apik. Ketika Abbas

I wafat, di Isfahan terdapat sejumlah 162 masjid, 48 akademi, 1802

penginapan dan 273 pemandian umum. Unsur lainnya terlihat dalam bentuk

kerajinan tangan, keramik, permadani dan benda seni lainnya. Serta ada

peninggalan masjid Shah yang dibangun tahun 1611 M dan masjid Syaikh

Lutf Allah yang dibangun tahun 1603 M. (Yatim, 2010 : 145)

B.3. Sebab-sebab kemunduran dan kehancuran kerajaan Safawi

Seiring dengan perjalanan waktu, kerajaan Safawi, lama kelamaan

mengalami masa- masa kemunduran, yang disebabkan antara lain:

1. Adanya konflik yang berkepanjangan dengan kerajaan Utsmani.

Berdirinya kerajaan Safawi yang bermadzhab Syi'ah merupakan

ancaman bagi kerajaan Utsmani, sehingga tidak pernah ada perdamaian

antara dua kerajaan besar ini.

2. Terjadinya dekandensi moral yang melanda sebagian pemimpin

kerajaaan Safawi. Raja Sulaiman yang pecandu narkotik dan

menyenangi kehidupan malam selama tujuh tahun tidak pernah

sekalipun ssmenyempatkan diri menangani pemerintahan, begitu pula

dengan sultan Husein.

3. Pasukan ghulam (budak-budak) yang dibentuk Abbas I ternyata

tidak memiliki semangat perjuangan yang tinggi seperti semangat

Qizilbash . Hal ini dikarenakan mereka tidak memiliki ketahanan

mental karena tidak dipersiapkan secara terlatih dan tidak memiliki

Page 16: Makalah SPI

16

bekal rohani. Kemerosotan aspek kemiliteran ini sangat besar

pengaruhnya terhadap lenyapnya ketahanan dan pertahanan kerajaan

Safawi.

4. Sering terjadi konflik intern dalam bentuk perebutan kekuasaan

dikalangan keluarga istana.( Yatim, 2010: 158-159)

Krisis abad 18 mengantarkan kepada berakhirnya sejarah Iran

pramodern. Hampir diseluruh wilayah muslim, periode pramodern yang

berakhir dengan Intervensi, penaklukan bangsa Eropa, dan dengan

pembentukan beberapa rezim kolonial, maka dalam hal ini konsolidasi

ekonomi dan pengaruh politik bangsa Eropa telah didahului dengan

kehancuran Inperium Safawiyah dan dengan liberalisasi ulama.

Demikianlah, Rezim safawiyah telah meninggalkan warisan kepada Iran

modern berupa tradisi Persia perihal sistem kerajaan yang agung, yakni

sebuah rezim yang dibangun berdasarkan kekuatan uymaq atau unsur

unsur kesukuan yang utama, dan mewariskan sebuah kewenangan

keagamaan syiah yang kohesif, monolitik dan mandiri. (Lapidus, 1999:

467)

C. KERAJAAN MUGHAL (INDIA)

C.I. Proses Terbentuknya Kerajaan Mughal di India

Kerajaan Mughal berdiri seperempat abad sesudah berdirinya Kerajaan

Safawi. Jadi, di antara tiga keajaan besar Islam tersebut kerajaan inilah yang

termuda. Kerjaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di anak Benua

India. Awal kekuasaan Islam di wilayah India terjadi pada masa Khalifah Al-

Walid, dari dinasti Bani Umayah. Penaklukan wilayah ini dilakukan oleh

tentara Bani Umayah di bawah pimpinan Muhammad ibn Qosim (Yatim,

2010: 145)

Kerajaan Mughal di India dengan Delhi sebagai ibukota didirikan oleh

Zaharuddin Babur (1482-1530 M) , salah satu dari cucu Timur Lenk.

Ayahnya bernama Umar Mirza penguasa Ferghana. Babur mewarisi

Page 17: Makalah SPI

17

Ferghana dari ayahnya ketika berumur 11 Tahun. Pada tahun 1494 M, dia

berhasil menduduki Samarkand yang menjadi kota penting di Asia Tengah

dengan bantuan dari Raja Safawi, Ismail I. Kemudian di tahun 1504 M, Kota

Kabul di Afghanistan berhasil diduduki.

Setelah Kabul berhasil ditaklukkan, Raja Babur melanjutkan

ekspansinya ke India untuk melawan raja Ibrahim Lodi sebagai penguasa

India. Karena terjadi krisis pemerintahan di India, hal ini menguntungkan

pihak Babur. Dengan mengerahkan militernya akhirnya pada tahun 1525 M,

berhasil menaklukkan Punjab dengan ibukotanya Lahore, dan di tahun 1526

M terjadilah pertempuran yang dahsyat antara pasukan Ibrahim dengan

Babur di Panipat, Babur berhasil memasuki kota Delhi pada tanggal 21 April

1526, sebagai pemenang dan menegakkan pemerintahan dengan mendirikan

kerajaan Mughal di Delhi. (Yatim, 2010: 147)

C.2. Perkembangan Dan Kemajuan Peradaban Kerajaan Mughal

Stabilitas politik dan pemerintahan yang baik di masa raja Akbar

membawa dampak bagi kemajuan di berbagai bidang.

2.1. Kemajuan di bidang Politik dan Sosial

Puncak kejayaan kerajaan Mughal terjadi pada masa

pemerintahan Putra Humayun, Akbar Khan (1556-1605 M).

Sistem Pemerintahan Akbar adalah militeristik. Akbar berhasil

memperluas wilayah sampai Kashmir dan Gujarat. Pejabatnya

diwajibkan mengikuti latihan militer. Politik Akbar yang sangat

terkenal dan berhasil menyatukan rakyatnya adalah Sulakhul atau

toleransi universal. Dengan politik ini semua rakyat India

dipandang sama. Mereka tidak dibedakan etnis dan agamanya.

(Yatim, 2010 : 150)

Sehingga di masa Akbar, kerajaan tidak dijalankan

dengan kekerasan, ia banyak menyatu dengan rakyat, bahkan

Page 18: Makalah SPI

18

rakyat dari berbagai agama tidak dipandangnya sebagai orang

lain.

Amir-amir dan sultan-sultan Islam yang selama ini

berkuasa di daerahnya sendiri dengan cara kesewenang-wenangan

bersama dengan para maharaja beragama Brahmana, berkat Akbar

semuanya telah menjadi tiang-tiang bagi sebuah imperium Islam

yang besar di Benua India. Di samping itu, pemerintahan tidak

dipegangnya sendiri, tetapi diadakannya menteri-menteri. Kepada

pemungut pajak diperintahkan dengan keras agar tidak memungut

pajak dengan memaksa dan memeras. Di dalam persoalan agama,

beliau sangat toleran dan bagi orang yang beragam Hindu

dihormati oleh Akbar dan tidak dipaksa untuk memeluk agama

Islam (Hamka, 1981: 150). Dengan demikian, Akbar adalah

seorang reformis Kerajaan Mughal yang telah menata

pemerintahan dengan sistem yang lebih baik dibanding dengan

kerajaan-kerajaan sebelumnya. Di bidang agama, ia adalah

sebagai tokoh moderat yang memberikan kebebasan kepada

pemeluknya untuk melaksanakan ibadah sesuai dengan

keyakinannya masing-masing.

Dengan adanya kebijakan seperti di atas, rakyat India

sangat simpati kepadanya dan kehidupan sosial masyarakat saling

hormat-menghormati serta senantiasa menjunjung tinggi toleransi.

2.2. Kemajuan di bidang Pengetahuan dan Seni

Bersamaan dengan majunya bidang ekonomi Kerajaan

Mughal pada abad ke-17, mengalami kemajuan dalam bidang

pengetahuan, seni, dan budaya. Di bidang pengetahuan kebahasaan

Akbar telah menjadikan tiga bahasa sebagai bahasa nasional, yaitu

bahasa Arab sebagai bahasa agama, bahasa Turki sebagai

bangsawan dan bahasa Persia sebagai bahasa istana dan

kesusastraan (Hamka, 1981: 152). Selain itu, Akbar telah

Page 19: Makalah SPI

19

memodifikasi tiga bahasa tersebut ditambah dengan bahasa Hindu

dan menjadi bahasa Urdu (Hamka, 1981: 152). Di bidang filsafat

cukup maju dan satu di antara tokohnya adalah Akbar sendiri,

sementara ahli tasawuf yang terkenal pada masa itu adalah

Mubarok, Abdul Faidhl, dan Abul Fadl, (Hamka, 1981: 152)

Sementara karya seni yang paling menonjol adalah karya

sastra gubahan penyair istana, baik yang berbahasa Persia maupun

bahasa India. Penyair India yang terkenal adalah Malik

Muhammad Jayadi seorang sastrawan sufi yang menghasilkan

karya besar yang berjudul Padmavat, sebuah karya alegoris yang

mengandung pesan kebijakan jiwa manusia. Pada masa Akbar,

dibangun Istana Fatpur di sikri, vila, dan masjid yang indah. Pada

zaman Syah Jehan, dibangun masjid berlapiskan mutiara dan

Tajmahal di Aqra, Masjid Raya Delhi di Istana Indah, Lahore,

(Yatim, 2010:151). Sultan-sultan Mughal juga mendirikan

makam-makam yang indah. Berdasarkan uraian di atas maka ilmu

pengetahuan, seni, dan budaya pada masa Kerajaan Mughal maju

cukup pesat, khususnya pada masa Akbar.

2.3. Kemajuan di bidang Ekonomi

Sektor ekonomi utama kerajaan Mughal berasal dari hasil

pertanian seperti biji-bijian, padi kapas, nila, rempah-rempah dll,

bahkan hasil pertanian ini diekspor ke negara Eropa, Afrika,

Arabia dan Asia tenggara bersama dengan hasil kerajinan seperti

pakaian tenun dan kain tipis yang banyak diproduksi di Gujarat

dan Bengal. Bahkan untuk meningkatkan hasil produksinya

Jengahir mengizinkan Inggris (1611M) dan Belanda (1617M)

mendirikan pabrik pengolahan hasil pertanian di Surat. (Yatim,

2010: 150)

Kemajuan yang dicapai Akbar dapat dipertahankan oleh tiga

sultan berikutnya yaitu, Jehangir (1605-1628), Syah Jehan (1628-

Page 20: Makalah SPI

20

1658) dan Aurangzeb (1658-1707), ketiganya merupakan sultan-

sultan besar Mughal yang didukung dengan berbagai kecakapan

dan kekuatan militer , tetapi setelah terjadi pergantian raja raja

sesudahnya kerajaan Mughal mengalami kehancuran. (Yatim,

2010: 150-151)

C.3. Faktor-Faktor Kemajuan dan kemunduran kerajaan Mughal

Kerajaan Mughal tidak mencapai kejayaannya secara mudah.

Bagaimanapun, umat Islam di masa ini termasuk golongan minoritas di

tengah mayoritas Hindu

3.1. Faktor – faktor kemajuan kerajaan Mughal

Kemajuan yang dicapai kerajaan Mughal disebabkan karena

beberapa faktor, antara lain:

a. Kerajaan Mughal memiliki pemerintahan dan raja yang

kuat. Politik toleransi dinilai dapat menetralisir perbedaan agama

dan suku bangsa, baik antara Islam-Hindu, antara masyarakat

beretnis dari India maupun non India (Persi atau Turki).

b. Hingga Pemerintahan Aurangzeb, rakyat cukup puas dan

sejahtera dengan pola kepemimpinan raja dan program

kesejahteraannya.

c. Prajurit Mughal dikenal sebagai prajurit yang tangguh dan

memiliki patriotisme yang tinggi. Hal ini diwarisi dari Timur Lenk

yang merupakan petualang yang suka perang dari Persia di Asia

Tengah dan cukup dominan dalam ketentaraan.

d. Sultan yang memerintah sangat mencintai ilmu dan

pengetahuan. Para Bangsawan Mughal mengemban tanggung

jawab membangun masjid, jembatan, dan atas berkembangnya

kegiataan ilmiah dan sastra.

(nasirsalo.blogspot.com/2008/09/kerajaan-mughal-di-india-asal-

usul.html)

3.2. Faktor-faktor kemunduran Kerajaan Mughal

Page 21: Makalah SPI

21

Ada beberapa faktor yang menyebabkan kekuasaan dinasti Mughal

mundur dan membawa kepada kehancurannya pada tahun 1858 M

yaitu:

1. Terjadi stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer

sehingga operasi militer Inggris di wilayah-wilayah pantai tidak

dapat segera dipantau oleh kekuatan maritim Mughal.

2. Kemerosotan moral dan hidup mewah di kalangan elite

politik, yang mengakibatkan pemborosan dalam penggunaan uang

negara.

3.Pendekatan Aurangzeb yang terlampau keras dalam

melaksanakan syariat Islam tanpa adanya toleransi antar umat

beragama Islam dengan Hindu, sehingga konflik antaragama

sangat sukar diatasi oleh sultan-sultan sesudahnya.

4.Semua pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-

orang lemah dalam bidang kepemimpinan. ( Yatim, 2010: 163)

III. KESIMPULAN

Uraian diatas dapat dirumuskan simpulan sebagai berikut:

1. Kebesaran imperium Islam abad ke-17 tertumpu pada tiga kerajaan

besar, yaitu Kerajaan Syafawi di Persia, Mughal di India, dan Turki

Utsmani di Turki..

2. Proses terbentunya ketiga kerajaan tersebut yaitu,

a. Kerajaan Turki Utsmani terbentuk akibat terbunuhnya

Sultan Seljuk, Alaudin ketika mendapat serangan dari kerajaan

Mongol sehingga kerajaan –kerajaan kecil di sekitar Seljuk

memproklamirkan sebagai sebuah kerajaan termasuk sultan

Utsman yang kemudian mendirikan kerajaan Utsmani

b Kerajaan Safawi terbentuk berawal dari gerakan tarekat

safawiyah yang ingin terjun ke dunia politik sampai pada akhirnya

terwujud ketika Syah Ismail berhasil menaklukkan kota Tabriz,

dengan Syiah Itsna Asyariah sebagai ideologi negara.

Page 22: Makalah SPI

22

c. Kerajaan Mughal terbentuk melalui proses yang panjang,

yaitu setelah sultan Babur berhasil mengalahkan Ibrahim Lodi

penguasa di India, dan menaklukkan Delhi. Dengan

keberhasilannya tersebut Sultan Babur memproklamirkan

berdirinya kerajaan mughal di India.

3. Kemajuan ilmu pengetahuan mengalami kemunduran dibanding

pada masa Dinasti Abbasyiah, yang dipicu oleh berkembangnya berbagai

aliran tarekat dan terpaku pada satu madzab.

4. Kemajuan yang dicapai terutama dalam bidang politik terutama

dalam perluasan wilayah, ekonomi maupun seni

5. Kemajuan tersebut disebabkan karena faktor kekuatan militer serta

pasukannya yang sangat setia terhadap pemimpinnya, jiwa dan tenaga

yang tangguh.

6. Tetapi kemajuan yang dicapai ternyata tidak berlangsung lama

yang disebabkan regenerasi raja-raja yang tidak setangguh pendahulunya,

sering terjadi perebutan kekuasaan dikalangan istana, serta kehidupan

duniawi yang berlebihan para raja dan intervensi negara-negara Eropa

seperti Inggris, Belanda, Austria dan Perancis

IV. PENUTUP

Demikian makalah yang dapat penulis sajikan semoga dapat menjadi

pelajaran bagi perkembangan Islam di masa yang akan datang . Saran dan kritik

yang membangun sangatlah penulis harapkan agar menjadi makalah yang lebih

baik.

DAFTAR PUSTAKA

Hasan, Ibrahim Hasan, Mausu’at al-Tarikh al-Islami V, Maktabah al

Nahdhah al-Misriyah, Kairo,1967

Hamka, Sejarah Umat Islam III, Bulan Bintang, Jakarta, 1981

Mughni, A. Syafiq, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, Logos, Jakarta,

1997

Page 23: Makalah SPI

23

Lupidus , Ira M, Sejarah Sosial Ummat Islam, PT RajaGrafindo Persada,

Jakarta, 1999

Thohir, Ajib, Perkembangan Peradaban Di Kawasan Dunia Islam, PT

RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004

Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, PT RajaGrafindo Persada,

Jakarta, 2010

Ensiklopedi Islam, jilid IV, Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1990

Nasirsalo.blogspot.com/2008/09/kerajaan-mughal-di-india-asal-usul.html,

diunduh tg 8 desember 2012