makalah penuh untuk prosiding dalam seminar nasional pendidikan matematika unimed 2014 (rizki...

16
UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA POKOK BAHASAN FUNGSI KUADRAT DI KELAS X SMA N 11 MEDAN TA 2012-2013 RIZKI KURNIAWAN RANGKUTI Mahasiswa PPs Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Medan (UNIMED) Email: [email protected] Abstrak. Latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah kreativitas belajar matematika siswa rendah sehingga perlu dilakukan pembelajaran berbasis ICT, dan kemauan siswa laki-laki untuk belajar matematika sangat rendah yang berakibat kepada hasil belajar matematika yang rendah, sehingga perlu diupayakan pembelajaran berkelompok yang menekankan aktivitas kolaborasi yang bersifat pada pembentukan kelompok heterogen. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kreativitas belajar matematika siswa dan hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 minggu pada bulan Oktober di SMA Negeri 11 Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Instrument yang digunakan untuk mengukur berpikir kreatif dan hasil belajar siswa adalah wawancara, observasi, dan tes. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, dalam 1 siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Dari hasil tes awal yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa memiliki kemampuan sangat rendah, hal ini dibuktikan bahwa tidak terdapat siswa yang menunjukkan ketuntasan belajar dengan rata-rata pencapaian siswa 20,62 dan tingkat ketuntasan klasikal 0%. Setelah pemberian tindakan I tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal untuk tes berpikir kreatif siswa adalah 15% dengan rata-rata pencapaian kelas 33,75. Untuk tes hasil belajar siswa tingkat ketuntasan yang diperoleh siswa adalah 17,5% dengan rata-rata pencapaian kelas 26,42. Selanjutnya setelah pelaksanaan tindakan II tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal untuk tes berpikir kreatif siswa adalah 85% dengan rata-rata pencapaian kelas 72,85 termasuk dalam kategori sedang. Untuk tes hasil belajar siswa tingkat ketuntasan yang diperoleh siswa adalah 90% dengan rata-rata pencapaian kelas 77,17 termasuk dalam kategori sedang. Dari hal tersebut ada peningkatan tingkat ketuntasan klasikal sebesar 70% untuk berpikir kreatif siswa dan 72,5% untuk hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa media pembelajaran berbasis ICT dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar matematika siswa di kelas X 6 SMA Negeri 11 Medan Tahun Akademik 2012-2013. Kata Kunci: Kreativitas, Hasil Belajar, Media Berbasis ICT, dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

Upload: state-university-of-medan

Post on 18-Jul-2015

130 views

Category:

Education


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UNIMED 2014 (Rizki Kurniawan Rangkuti)

UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL

BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS ICT DENGAN

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA POKOK BAHASAN

FUNGSI KUADRAT DI KELAS X SMA N 11 MEDAN

TA 2012-2013

RIZKI KURNIAWAN RANGKUTI

Mahasiswa PPs Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Negeri Medan

(UNIMED) Email: [email protected]

Abstrak. Latar belakang dilakukannya penelitian ini adalah kreativitas belajar matematika siswa rendah sehingga perlu dilakukan pembelajaran berbasis ICT, dan kemauan siswa laki-laki untuk belajar matematika sangat rendah yang berakibat kepada hasil belajar matematika yang rendah, sehingga perlu diupayakan pembelajaran berkelompok yang menekankan aktivitas kolaborasi yang bersifat pada pembentukan kelompok heterogen. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kreativitas belajar matematika siswa dan hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 minggu pada bulan Oktober di SMA Negeri 11 Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Instrument yang digunakan untuk mengukur berpikir kreatif dan hasil belajar siswa adalah wawancara, observasi, dan tes. Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, dalam 1 siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Dari hasil tes awal yang diperoleh menunjukkan bahwa siswa memiliki kemampuan sangat rendah, hal ini dibuktikan bahwa tidak terdapat siswa yang menunjukkan ketuntasan belajar dengan rata-rata pencapaian siswa 20,62 dan tingkat ketuntasan klasikal 0%. Setelah pemberian tindakan I tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal untuk tes berpikir kreatif siswa adalah 15% dengan rata-rata pencapaian kelas 33,75. Untuk tes hasil belajar siswa tingkat ketuntasan yang diperoleh siswa adalah 17,5% dengan rata-rata pencapaian kelas 26,42. Selanjutnya setelah pelaksanaan tindakan II tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal untuk tes berpikir kreatif siswa adalah 85% dengan rata-rata pencapaian kelas 72,85 termasuk dalam kategori sedang. Untuk tes hasil belajar siswa tingkat ketuntasan yang diperoleh siswa adalah 90% dengan rata-rata pencapaian kelas 77,17 termasuk dalam kategori sedang. Dari hal tersebut ada peningkatan tingkat ketuntasan klasikal sebesar 70% untuk berpikir kreatif siswa dan 72,5% untuk hasil belajar matematika siswa. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa media pembelajaran berbasis ICT dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan kreativitas dan hasil belajar matematika siswa di kelas X6 SMA Negeri 11 Medan Tahun Akademik 2012-2013.

Kata Kunci: Kreativitas, Hasil Belajar, Media Berbasis ICT, dan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD.

Page 2: Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UNIMED 2014 (Rizki Kurniawan Rangkuti)

PENDAHULUAN

Dunia pendidikan adalah harapan bangsa dan negara sesuai dengan tujuan pendidikan

nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan negara. Pendidikan yang menuntut

kepada pola pikir salah satunya adalah pendidikan matematika sebagai salah satu bidang

studi yang diajarkan di setiap jenjang pendidikan. Dalam proses pembelajaran

matematika terdapat beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa,

diantaranya tidak adanya media pembelajaran yang dapat mendukung kegiatan mengajar

guru dan model pembelajaran yang tidak efektif, di mana ketidakberpihakan media dan

model pembelajaran akan membawa kreativitas siswa semakin surut dan berakibat hasil

belajar yang tidak optimal. Oleh karena itu diperlukan suatu model dan media

pembelajaran yang dapat membuat peserta didik tertarik dalam pembelajaran matematika.

Saat peneliti melakukan observasi sebelum penelitian dilakukan di kelas X6 SMA Negeri

11 Medan tepatnya 16 Juli 2012 terdapat beberapa informasi yang mencerminkan

keadaan siswa selama proses pembelajaran, diantaranya adalah; (1) siswa terlihat kurang

memiliki keterampilan dalam mengerjakan soal, mungkin dikarenakan tidak terbiasa

dalam mengerjakan soal, sehingga kreativitas yang dimiliki siswa kurang berproduksi, (2)

ssiswa laki-laki terlihat kurang memiliki kemauan untuk belajar matematika dari pada

siswa perempuan, hal ini mungkin dikarenakan model pembelajaran yang diberikan tidak

model pembelajaran kooperatif (pembelajaran berkelompok) yang disertai dengan media

pembelajaran yang mendukung.

Model pembelajaran kooperatif dapat membuat siswa sanggup menguasai konsep

matematika dengan baik, di mana model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam

mengajar sangat menentukan keberhasilan siswa dalam belajar matematika. Dalam suatu

proses belajar mengajar, media pembelajaran memiliki peranan yang sangat penting.

Media pembelajaran berbasis ICT merupakan suatu media dengan menggunakan sarana

pendukung yaitu LCD Projektor, di samping itu pembelajaran berbasis ICT menggunakan

software presentasi dan software pendukung lainnya. Dengan adanya pembelajaran

berbasis ICT diharapkan akan membawa perubahan pemahaman siswa akan konsep

matematika yang diberikan.

Kreativitas didefenisikan secara berbeda-beda. Sedemikian beragam defenisi itu,

sehingga pengertian kreativitas tergantung pada orang yang mendefenisikannya. Renzulli

(dalam Pardede, 2010:15) berpendapat bahwa kreativitas dan tanggung jawab terhadap

tugas dapat dikembangkan melalui stimulasi dan pelatihan. Kreativitas dapat dipandang

sebagai sebuah bentuk inteligensi. Beetlestone (2011) memandang kreativitas sebagai

salah satu dari ‘multipel inteligensi’ yang meliputi berbagai macam fungsi otak.

Page 3: Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UNIMED 2014 (Rizki Kurniawan Rangkuti)

Kreativitas merupakan sebuah komponen penting dan memang perlu, tanpa kreativitas

pelajar hanya akan bekerja pada sebuah tingkat kognitif yang sempit. Aspek kreatif otak

dapat membantu menjelaskan dan menginterpretasikan konsep-konsep yang abstrak,

sehingga memungkinkan anak mencapai penguasaan yang lebih besar, khususnya dalam

mata pelajaran seperti matematika dan sains yang seringkali sulit dipahami.

Torrence (dalam Pardede, 2010:19) menyatakan bahwa kekuatan dasar kreativitas

meliputi: (1) Fluency (kelancaran), merupakan awal berpikir kreatif yang terfokus pada

kuantitas pemikiran, termasuk pula volume pemikiran atau respon dalam mengambil

sikap tertentu, (2) Flexibellity (fleksibelitas), fleksibelitas menempati urutan kedua

setelah fluency, yaitu transformasi dari suatu kelompok ke kelompok lain tatkala

menyebutkan optimalisasi hal tertentu atau perubahan arah akal kepada sesuatu atau sikap

tertentu, (3) Originality (orisinalitas), orisinalitas yaitu teknik pemikiran. Teknik

pemikiran tidak akan muncul tanpa volume. Teknik pemikiran bertopang pada volume

dan volume pemikiran meliputi pemikiran buruk dan baik. Pemikiran baik tidak akan

muncul tanpa keberadaan pemikiran buruk.

Hasil belajar dipengaruhi oleh inteligensi dan penguasaan awal anak tentang materi yang

akan dipelajari. Ini berarti bahwa guru perlu menetapkan tujuan belajar sesuai dengan

kapasitas inteligensi anak, dan pencapaian tujuan belajar perlu menggunakan bahan

apersepsi, yaitu bahan yang telah dikuasai anak sebagai batu loncatan untuk menguasai

bahan pelajaran baru. Hasil belajar juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan yang

diberikan kepada anak.

Pembelajaran dewasa ini menghadapi 2 tantangan. Tantangan yang pertama datang dari

adanya perubahan persepsi tentang belajar itu sendiri dan tantangan kedua datang dari

adanya teknologi informasi dan telekomunikasi yang memperlihatkan perkembangan

yang luar biasa. Sementara itu, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang

begitu pesat yang menawarkan berbagai kemudahan-kemudahan baru dalam

pembelajaran memungkinkan terjadinya pergeseran orientasi belajar dari outside-guided

menjadi self-guided dan dari knowledge-as-possesion menjadi knowledge-as-

construction.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini merupakan salah satu tipe dari model

pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah

anggota tiap kelompok 4 s/d 5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan

penyampaian tujuan pembelajaran, panyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan

penghargaan kelompok. Slavin (dalam Trianto, 2012:68) menyatakan bahwa pada STAD

siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4 s/d 5 orang yang merupakan

Page 4: Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UNIMED 2014 (Rizki Kurniawan Rangkuti)

campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran

dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim

telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi

tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.

Menurut Resnick dalam Hasratuddin (dalam Paper presented in National Workshop :

Pembelajaran Matematika Berbasis ICT yang Menyenangkan dan Berkarakter, 2011) Ada

tiga hal yang perlu diperhatikan dalam modernisasi pendidikan; 1) Bagaimana kita

belajar (how people learn), 2) apa yang dipelajari (what people learn), dan 3) Kapan dan

dimana kita belajar (where and when people learn). Dengan mencermati jawaban atas

ketiga pertanyaan di atas, potensi, dan peran ICT yang bisa dimanfaatkan dapat dilihat

pada gambar berikut :

Gambar 1: Modernisasi Pendidikan

Dalam sejarah perkembangannya, Autograph Versi 3 pertama diterbitkan pada bulan

Maret tahun 2004, kemudian Autograph versi 3.10 diterbitkan pada bulan April tahun

2005, dan yang sekarang Autograph versi 3.20 Internasional (Unicode) edition diterbitkan

pada bulan Mei Tahun 2007.

Microsoft PowerPoint 2007 merupakan sebuah perangkat lunak yang dibuat dan

dikembangkan oleh perusahaan microsoft, dan merupakan salah satu program berbasis

multi media. PowerPoint adalah program untuk menyusun presentasi yang termasuk

dalam paket Microsoft Office.

Camtasia Studio adalah sebuah aplikasi yang digunakan untuk membuat video tutorial,

yaitu dengan cara merekam aktivitas di layar monitor. Aplikasi ini dikembangkan oleh

Techsmith dan tersedia untuk platform windows dan Mac OS. Selain untuk merekam

aktivitas di layar monitor, video yang telah anda rekam dapat langsung diedit, tanpa harus

menggunakan aplikasi tambahan.

ICT

What

How

Where & When

Page 5: Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UNIMED 2014 (Rizki Kurniawan Rangkuti)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 11 Medan Jalan Pertiwi No 93 Medan

Tembung. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 minggu pada semester ganjil tepatnya

bulan Oktober tahun ajaran 2012-2013. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X6 SMA

Negeri 11 Medan tahun ajaran 2012-2013 yang berjumlah 40 siswa. Adapun objek

penelitian ini adalah bagaimana meningkatkan kreativitas dalam rangka peningkatan hasil

belajar siswa melalui media pembelajaran berbasis ICT dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan fungsi kuadrat di kelas X SMA Negeri 11

Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan pendekatan

kuantitatif. Dalam satu siklus terdiri atas enam tahapan yaitu : (1) Permasalahan, (2)

Perencanaan tindakan, (3) Pelaksanaan tindakan, (4) Observasi, (5) Analisis data, (6)

Refleksi. Kemudian dilanjutkan dengan pelaksanaan tindak lanjut.

Tabel 1: Prosedur Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas

Pada Penelitian ini di SMA Negeri 11 Medan

Permasalahan

Refleksi I Analisis Data I Observasi I

Alternatif Pemecahann

(Rencana T indakan I) Pelaksanaan Tindakan I

SIKLUS I

Terselesaikan

Belum Terselesaikan Alternatif Pemecahan

(Rencana T indakan II)

Pelaksanaan Tindakan II

Refleksi II Analisis Data II Observasi II Terselesaikan

SIKLUS I SIKLUS II

SIKLUS I

Belum Terselesaikan

Refleksi III Analisis Data III Observasi III

Alternatif Pemecahan

(Rencana Tindakan III)

Pelaksanaan Tindakan III

SIKLUS I

Terselesaikan

SIKLUS III

Page 6: Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UNIMED 2014 (Rizki Kurniawan Rangkuti)

Alat yang digunakan untuk mengumpul data dalam penelitian ini adalah wawancara,

observasi, dan tes. Untuk keperluan mencari reliabilitas tes, Arikunto mengemukakan:

“Koefisien reliabilitas tes berbentuk uraian (essay test) dapat digunakan rumus Alpha

sebagai berikut” :

𝑟11 =𝑛

𝑛−1(1 −

∑𝜎𝑖2

𝜎𝑇2

), 𝐴𝑟𝑖𝑘𝑢𝑛𝑡𝑜 (2011: 109) (1)

Untuk tabel harga kritik 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 Product Moment dengan 𝛼 = 0,05. Jika 𝑟11 > 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka

keseluruhan tes dinyatakan reliabel. Untuk menguji validitas tes digunakan rumus

Korelasi Product Moment dengan angka kasar, yaitu sebagai berikut:

𝑟𝑋𝑌 =𝑁 ∑ 𝑋𝑌−(∑𝑋)(∑𝑌)

√(𝑁∑ 𝑋2−(∑𝑋)2

) (𝑁∑ 𝑌2−(∑𝑌)2

)

, 𝐴𝑟𝑖𝑘𝑢𝑛𝑡𝑜 (2011: 72) (2)

Jika harga 𝑟𝑋𝑌 lebih besar dari harga kritik dalam tabel pada 𝛼 = 0,05 yaitu 𝑟𝑋𝑌 ≥ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙,

maka korelasi tersebut signifikan. Tetapi jika 𝑟𝑋𝑌 < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka korelasi tersebut tak

signifikan.

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, paparan

data, verifikasi data, dan interpretasi data. Dimana hasil belajar siswa sesuai dalam

petunjuk pelaksanaan proses belajar mengajar Depdikbud bahwa terdapat kriteria

ketuntasan belajar perorangan dan klasikal, yaitu: (a) seorang siswa telah tuntas belajar

jika siswa tersebut telah mencapai skor 65% atau nilai 65, (b) suatu kelas dikatakan telah

tuntas belajar jika dalam kelas tersebut terdapat 85% siswa yang telah mencapai daya

serap lebih dari 65%. Ketuntasan belajar perorangan dapat dihitung dengan menggunakan

rumus:

𝐷𝑆 =𝑃

𝑄 x 100% (3)

Secara individu, siswa telah dikatakan tuntas belajar apabila 𝐷𝑆 ≥ 65%. dan ketuntasan

belajar klasikal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

𝐷 =𝑋

𝑁 x 100% (4)

Selain dengan melihat ketuntasan belajar klasikal dan ketuntasan belajar perorangan,

peningkatan kreativitas matematika siswa dan hasil belajar juga dapat dilihat dengan

menggunakan analisis komparatif untuk menguji satu kelompok sampel dengan dua data

terpisah yang digunakan untuk membandingkan perbedaan dua data dalam satu kelompok

sampel penelitian. Subjek penelitian di dalam analisis ini adalah subjek yang terpisah

dikemukakan oleh Hardjodipuro (1987:60) disebut “dependent sample”. Teknik analisis

yang digunakan menurut Hardjodipuro adalah t-test. Rumus yang digunakan adalah:

Page 7: Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UNIMED 2014 (Rizki Kurniawan Rangkuti)

𝑡 =𝑋1−𝑋2

√∑𝐷2−(∑𝐷)

2

𝑁𝑁(𝑁−1)

(5)

Pada taraf signifikan 𝛼 = 0,05 dengan derajat kebebasan dk = N – 1 maka dapat

diperoleh harga t tabel. Apabila t hasil perhitungan lebih besar dari harga t tabel

(𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙) maka dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna

antara dua kelompok data penelitian itu. Tetapi apabila sebaliknya, jika harga t hitung

lebih kecil atau sama dengan t tabel (𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙) maka tidak terdapat perbedaan

antara kedua kelompok data tersebut.

Dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer yaitu guru bidang studi matematika

kelas X6 SMA Negeri 11 Medan dan seorang mahasiswa satu fakultas di FKIP UISU,

data yang diperoleh di analisis dengan rumus:

𝑃𝑖 =𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖

𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑎𝑚𝑎𝑡𝑖 (6)

Dimana Pi adalah hasil pengamatan pada pertemuan ke-i.

Adapun kriteria rata-rata penilaian observasi adalah sebagai berikut:

0 – 1,1 artinya hasil observasi bernilai kurang

1,2 – 2,1 artinya hasil observasi bernilai cukup

2,2 – 3,1 artinya hasil observasi bernilai baik

3,2 – 4,0 artinya hasil observasi bernilai sangat baik

Kegiatan menganalisis tingkat berpikir kreatif bertujan untuk memilih dan

mengelompokkan tingkat kemampuan siswa berdasarkan skor, banyak siswa, dan rata-

rata skor kemampuan yang diperoleh baik dalam berpikir kreatif kategori lancar, berpikir

kreatif kategori luwes, maupun berpikir kategori original dalam menyelesaikan soal-soal

fungsi kuadrat. Dalam hal ini dapat disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut berikut:

Tabel 2: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa

Skor Berpikir Kreatif

Tingkat Kemampuan

Banyak Siswa Persentase

Jumlah Siswa

Rata-Rata

Skor Kemampuan

80 – 100 Tinggi

6 1 – 79 Sedang

0 – 60 Rendah

Page 8: Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UNIMED 2014 (Rizki Kurniawan Rangkuti)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil jawaban siswa yang diberikan pada tes berpikir kreatif I dideskripsikan

tingkat berpikir kreatif siswa sebagai berikut :

1. Dilihat dari kemampuan siswa dalam berpikir kreatif lancar bahwa tidak ada yang

memiliki kemampuan tinggi dari 40 orang siswa dan juga tidak ada yang memiliki

kemampuan sedang dari 40 orang siswa yang memiliki kemampuan tinggi maupun

sedang. Sementara terdapat 40 orang siswa yang memiliki kemampuan rendah dengan

rata-rata kemampuan siswa dalam berpikir lancar 5,12.

Tabel 3: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif I Siswa

Dalam Berpikir Lancar (Kategori I)

Skor

Berpikir

Kreatif

Tingkat

Kemampuan

Banyak

Siswa

Persentase

Jumlah

Siswa

Rata-Rata

Skor

Kemampuan

80 – 100 Tinggi 0 0%

5,125 61 – 79 Sedang 0 0%

0 – 60 Rendah 40 100%

Gambar 2: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif I Siswa

Dalam Berpikir Lancar (Kategori I)

2. Dilihat dari kemampuan siswa dalam berpikir luwes terdapat 6 orang siswa dari 40

orang siswa yang memiliki kemampuan tinggi, 2 orang siswa yang memiliki

kemampuan sedang, dan 32 orang siswa yang memiliki kemampuan rendah dengan

rata-rata kemampuan siswa dalam berpikir luwes 35,62.

Tabel 4: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif I Siswa

Dalam Berpikir Luwes (Kategori II)

Skor

Berpikir

Kreatif

Tingkat

Kemampuan

Banyak

Siswa

Persentase

Jumlah

Siswa

Rata-Rata

Skor

Kemampuan

80 – 100 Tinggi 6 15%

35,62 61 – 79 Sedang 2 5%

0 – 60 Rendah 32 80%

05

1015202530354045

Tingkat Kemampuan

Tinggi

Tingkat Kemampuan

Sedang

Tingkat Kemampuan

Rendah

Page 9: Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UNIMED 2014 (Rizki Kurniawan Rangkuti)

Gambar 3: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif I Siswa

Dalam Berpikir Luwes (Kategori II)

3. Dilihat dari kemampuan siswa dalam berpikir original terdapat 4 orang siswa dari 40

orang siswa yang memiliki kemampuan tinggi, 7 orang siswa dari 40 orang siswa yang

memiliki kemampuan sedang, dan 29 orang siswa yang memiliki kemampuan rendah

dengan rata-rata kemampuan siswa dalam berpikir original 35,62.

Tabel 5: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif I Siswa

Dalam Berpikir Original (Kategori III)

Skor

Berpikir

Kreatif

Tingkat

Kemampuan

Banyak

Siswa

Persentase

Jumlah

Siswa

Rata-Rata

Skor

Kemampuan

80 – 100 Tinggi 4 10%

36,5 61 – 79 Sedang 7 17,5%

0 – 60 Rendah 29 72,5%

Gambar 4: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif I Siswa

Dalam Berpikir Original (Kategori III)

0

5

10

15

20

25

30

35

Tingkat Kemampuan

Tinggi

Tingkat Kemampuan

Sedang

Tingkat Kemampuan

Rendah

0

5

10

15

20

25

30

35

Tingkat Kemampuan

TinggiTingkat Kemampuan

SedangTingkat Kemampuan

Rendah

Page 10: Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UNIMED 2014 (Rizki Kurniawan Rangkuti)

Dari hasil tes berpikir kreatif siswa I yang diberikan kepada 40 orang siswa diperoleh 34

orang siswa yang belum mencapai skor lebih besar dari 60, 6 orang siswa yang mencapai

skor lebih besar dari 60 dengan rata-rata skor berpikir kreatif siswa 33,75. Dari hasil tes

belajar I, diperoleh bahwa penguasaan siswa terhadap materi fungsi kuadrat sangat

rendah. Pada materi fungsi kuadrat dari 40 orang siswa terdapat 7 orang siswa telah

mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 33 orang siswa belum mencapai ketuntasan

belajar. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada tes hasil belajar I ini yaitu 26,42. Hal ini

berarti bahwa kemampuan siswa pada tes hasil belajar I meningkat sebesar 5,8

dibandingkan pada tes awal.

Berdasarkan hasil jawaban siswa yang diberikan pada tes berpikir kreatif II

dideskripsikan tingkat kemampuan berpikir kreatif II siswa sebagai berikut :

1. Dilihat dari kemampuan siswa dalam berpikir lancar terdapat 28 orang siswa dari 40

orang siswa yang memiliki kemampuan tinggi, tidak ada seorang siswa yang memiliki

kemampuan sedang, dan terdapat 12 orang siswa dari 40 orang siswa yang memiliki

kemampuan rendah dengan nilai rata-rata kemampuan siswa dalam berpikir lancar

adalah 71,55.

Tabel 6: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif II Siswa

Dalam Berpikir Lancar (Kategori I)

Skor

Berpikir

Kreatif

Tingkat

Kemampuan

Banyak

Siswa

Persentase

Jumlah

Siswa

Rata-Rata

Skor

Kemampuan

80 – 100 Tinggi 28 70%

71,55 61 – 79 Sedang 0 0%

0 – 60 Rendah 12 30%

Gambar 5: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif II Siswa Dalam Berpikir Lancar (Kategori I)

0

5

10

15

20

25

30

Tingkat Kemampuan

Tinggi

Tingkat Kemampuan

Sedang

Tingkat Kemampuan

Rendah

Page 11: Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UNIMED 2014 (Rizki Kurniawan Rangkuti)

2. Dilihat dari kemampuan siswa dalam berpikir luwes terdapat 29 orang siswa dari 40

orang siswa yang memliki kemampuan tinggi, 4 orang siswa dari 40 orang siswa yang

memiliki kemampuan sedang, dan 7 orang siswa dari orang 40 siswa yang memiliki

kemampuan rendah dengan nilai rata-rata kemampuan siswa dalam berpikir luwes

adalah 79,08.

Tabel 7: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif II Siswa

Dalam Berpikir Luwes (Kategori II)

Skor

Berpikir

Kreatif

Tingkat

Kemampuan

Banyak

Siswa

Persentase

Jumlah

Siswa

Rata-Rata

Skor

Kemampuan

80 – 100 Tinggi 29 72,5%

79,08 61 – 79 Sedang 4 10%

0 – 60 Rendah 7 17,5%

Gambar 6: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif II Siswa

Dalam Berpikir Luwes (Kategori II)

3. Dilihat dari kemampuan siswa dalam berpikir original terdapat 25 orang siswa dari 40

orang siswa yang memiliki kemampuan tinggi, 1 orang siswa dari 40 orang siswa yang

memiliki kemampuan sedang, dan 14 orang siswa dari 40 orang siswa yang memiliki

kemampuan rendah dengan nilai rata-rata kemampuan siswa dalam berpikir original

adalah 66,75.

Tabel 8: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif II Siswa

Dalam Berpikir Original (Kategori III)

Skor

Berpikir

Kreatif

Tingkat

Kemampuan

Banyak

Siswa

Persentase

Jumlah

Siswa

Rata-Rata

Skor

Kemampuan

80 – 100 Tinggi 25 62,5%

66,75 61 – 79 Sedang 1 2,5%

0 – 60 Rendah 14 35,%

0

5

10

15

20

25

30

35

Tingkat Kemampuan

TinggiTingkat Kemampuan

SedangTingkat Kemampuan

Rendah

Page 12: Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UNIMED 2014 (Rizki Kurniawan Rangkuti)

Gambar 7: Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif II Siswa

Dalam Berpikir Original (Kategori III)

Dari hasil tes berpikir kreatif II yang diberikan kepada 40 orang siswa diperoleh 34 orang

siswa yang mencapai skor lebih besar dari 60, dan terdapat 6 orang siswa yang belum

mencapai skor lebih besar dari 60 dengan skor rata-rata berpikir kreatif II adalah 72,85.

Dari tes hasil belajar II, diperoleh bahwa penguasan siswa terhadap materi fungsi kuadrat

sudah meningkat dari sikus I ke siklus II. Pada materi fungsi kuadrat dari 40 orang siswa

terdapat 36 orang siswa telah mencapai ketuntasan belajar, sedangkan 4 orang siswa

belum mencapai ketuntasan belajar. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada tes hasil

belajar II yaitu 77,17. Hal ini berarti bahwa kemampuan siswa pada tes hasil belajar II

meningkat sebesar 50,75 dari tes hasil belajar I.

Peningkatan rata-rata kreativitas siswa antara siklus I dengan siklus II juga dapat

dilihat dengan uji t-test sebagai berikut:

𝑡 =�̅�1 − �̅�2

√∑𝐷2 −(∑𝐷)

2

𝑁𝑁(𝑁 − 1)

Tabel 9: Perbandingan Skor Berpikir Kreatif Siswa Pada Siklus I dan Siklus II

No Kode Siswa Skor

Siklus I

Skor

Siklus II D D2

1 S1 48 96 48 2304

2 S2 48 96 48 2304 3 S3 0 0 0 0

4 S4 35 71 36 1296 5 S5 0 96 96 9216

6 S6 0 96 96 9216 7 S7 43 0 43 1849

0

5

10

15

20

25

30

Tingkat Kemampuan

Tinggi

Tingkat Kemampuan

Sedang

Tingkat Kemampuan

Rendah

Page 13: Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UNIMED 2014 (Rizki Kurniawan Rangkuti)

8 S8 74 96 22 484

9 S9 74 96 22 484 10 S10 53 96 43 1849

11 S11 33 76 43 1849 12 S12 74 96 22 484

13 S13 30 84 54 2916 14 S14 0 76 76 5776

15 S15 53 96 43 1849 16 S16 53 69 16 256

17 S17 43 96 53 2809 18 S18 43 0 43 1849

19 S19 53 0 53 2809 20 S20 48 96 48 2304

21 S21 48 76 28 784

22 S22 28 69 41 1681 23 S23 35 81 46 2116

24 S24 48 86 38 1444 25 S25 0 76 76 5776

26 S26 74 96 22 484 27 S27 3 72 69 4761

28 S28 25 76 51 2601 29 S29 0 96 96 9216

30 S30 0 73 73 5329 31 S31 0 74 74 5476

32 S32 0 91 91 8281 33 S33 0 66 66 4356

34 S34 0 66 66 4356 35 S35 74 96 22 484

36 S36 74 96 22 484 37 S37 0 0 0 0

38 S38 48 96 48 2304

39 S39 33 0 33 1089 40 S40 55 96 41 1681

Jumlah 1350 2914 1908 114606

Rata-Rata 33,75 72,85 47,7 2865,15

𝑡 =�̅�1 − �̅�2

√∑𝐷2 −(∑ 𝐷)

2

𝑁𝑁(𝑁 − 1)

=72,85 − 33,75

√114606 −(1908)2

4040(39)

=39,1

√114606 − 91011,6

1560

= 10,05

Dengan 𝛼 = 0,05 dan dk = N − 1 = 40 − 1 = 39 maka diperoleh t0,95(39) =1,69.

Ternyata t hasil perhitungan lebih besar dari t tabel, yaitu 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 10,05 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =

1,69, maka dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara kreativitas

siswa siklus I dengan kreativitas siswa siklus II, dimana kreativitas siswa pada siklus II

lebih baik dibandingkan dengan kreativitas siklus I.

Page 14: Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UNIMED 2014 (Rizki Kurniawan Rangkuti)

Selain dilihat dari nilai peningkatan rata-rata kelas, peningkatan rata-rata hasil belajar

siswa yang diperoleh dari siklus I ke siklus II dapat juga dilihat dengan uji t-test sebagai

berikut:

𝑡 =�̅�1 − �̅�2

√∑𝐷2 −(∑𝐷)

2

𝑁𝑁(𝑁 − 1)

Tabel 10: Perbandingan Skor Hasil Belajar Matematika Siswa

Pada Siklus I dan Siklus II

No Kode Siswa Skor

Siklus I

Skor

Siklus II D D2

1 S1 77 85 8 64

2 S2 0 82 82 6724 3 S3 37 96 59 3481

4 S4 0 100 100 10000 5 S5 43 94 51 2601

6 S6 48 95 47 2209 7 S7 0 95 95 9025

8 S8 77 77 0 0 9 S9 0 85 85 7225

10 S10 48 0 48 2304 11 S11 20 78 58 3364

12 S12 0 80 80 6400

13 S13 41 95 54 2916 14 S14 0 0 0 0

15 S15 80 95 15 225 16 S16 35 82 47 2209

17 S17 43 95 52 2704 18 S18 0 0 0 0

19 S19 0 90 90 8100 20 S20 77 85 8 64

21 S21 0 0 0 0 22 S22 20 67 47 2209

23 S23 20 65 45 2025 24 S24 0 76 76 5776

25 S25 0 76 76 5776 26 S26 5 82 77 5929

27 S27 48 100 52 2704 28 S28 48 95 47 2209

29 S29 48 78 30 900

30 S30 0 66 66 4356 31 S31 0 90 90 8100

32 S32 80 95 15 225 33 S33 0 78 78 6084

34 S34 0 81 81 6561 35 S35 5 78 73 5329

Page 15: Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UNIMED 2014 (Rizki Kurniawan Rangkuti)

36 S36 77 92 15 225

37 S37 0 100 100 10000 38 S38 0 78 78 6084

39 S39 0 91 91 8281 40 S40 80 90 10 100

Jumlah 1057 3087 2126 152488

Rata-Rata 26,425 77,125 53,15 3812,2

𝑡 =�̅�1 − �̅�2

√∑𝐷2 −(∑ 𝐷)

2

𝑁𝑁(𝑁 − 1)

=77,125 − 26,425

√152488 −(2126)2

4040(39)

=50,7

√152488 − 112996,91560

= 10,08

Dengan 𝛼 = 0,05 dan dk = N − 1 = 40 − 1 = 39 maka diperoleh t0,95(39) = 1,69.

Ternyata t hasil perhitungan lebih besar dari ttabel yaitu 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = 10,08 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 =

1,69, maka dapat dijelaskan bahwa terdapat perbedaan yang nyata antara hasil belajar

siswa pada siklus I dengan siklus II, dimana kemampuan siswa pada siklus II lebih baik

dibandingkan dengan kemampuan siswa pada siklus I.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang disajikan pada BAB IV maka dapat diambil

kesimpulan bahwa:

1. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa melalui media pembelajaran berbasis

ICT dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan

kreativitas siswa pada pokok bahasan fungsi kuadrat di kelas X6 SMA Negeri 11

Medan tahun akademik 2012-2013.

2. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa melalui media pembelajaran berbasis

ICT dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil

belajar matematika siswa pada pokok bahasan fungsi kuadrat di kelas X6 SMA

Negeri 11 Medan tahun akademik 2012-2013.

Berdasarkan kesimpulan di atas penulis menyampaikan beberapa saran antara lain :

1. Kepada sekolah, sebagai salah satu tolak ukur dalam memperbaiki proses

pembelajaran dengan selalu berusaha mengikuti perkembangan teknologi yang

sangat penting dimanfaatkan sebagai media pembelajaran.

2. Kepada guru, supaya dalam memberikan pembelajaran yang lebih baik kepada siswa

perlu dilakukan pengintegrasian media dengan model pembelajaran.

Page 16: Makalah Penuh untuk Prosiding dalam Seminar Nasional Pendidikan Matematika UNIMED 2014 (Rizki Kurniawan Rangkuti)

3. Kepada peneliti lanjutan, supaya membuat berbagai inovasi yang mendukung proses

pembelajaran dengan berusaha mengintegrasikan beberapa hal yang dianggap dapat

memberikan pembelajaran yang lebih baik kepada siswa.

4. Kepada pendidikan non formal, supaya tidak bosan-bosannya memfasilitasi anak

kursusnya melalui fasillitas pembelajaran yang tidak kalah baiknya di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Beetlestone, Florence., (2011), Creative Learning, Nusamedia, Bandung.

Hardjodipuro, Siswoyo., 1987, Statistik Terapan Untuk Penelitian Pendidikan Aplikasi dan Interpretasi, Depdikbud, Jakarta

Pardede, Herfina., (2010), Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk

Meningkatkan Kreativitas dan Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Bangun Datar di Kelas VII SMP Negeri 10 Medan Tahun Ajaran

2009-2010., Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Siregar, Hasratuddin., 2011, Revolusi Pembelajaran Matematika Berbasis Information and Cummunication Technology (ICT) dalam Membangun Karakter (Character Building), Pembelajaran Matematika Berbasis ICT yang Menyenangkan dan

Berkarakter, Volume 14 hal 1-11.

Sudjana., (2005), Metoda Penelitian, Tarsito, Bandung.

Trianto., (2012), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Krismatik, Jakarta.