makalah kultu tanaman jati dengan media ms

24
K U L T U R J A R I N G A N T A N A M A N J A T I (Tectona grandis L.f.) BAB I PENDAHULUAN 1.1 . Latar Belakang Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan alternatif untuk mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat sama dengan tanaman induknya dalam jumlah yang besar. Perbanyakan secara vegetatif dengan sifat konvensional umumnya masih memerlukan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, saat ini di beberapa Negara maju telah banyak dikembangkan suatu sistem perbanyakan tanaman secara vegetatif yang lebih cepat dengan hasil yang lebih banyak lagi, yakni dengan sistem kultur jaringan atau budidaya jaringan.

Upload: cornmale

Post on 29-Nov-2015

147 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

makalah mengenai kultur tanaman jati dengan media ms

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kultu Tanaman Jati Dengan Media Ms

K U L T U R    J A R I N G A N    T A N A M A N    J A T I(Tectona grandis L.f.)

BAB IPENDAHULUAN

1.1            . Latar Belakang

Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan alternatif untuk mendapatkan

tanaman baru yang mempunyai sifat sama dengan tanaman induknya dalam jumlah yang

besar. Perbanyakan secara vegetatif dengan sifat konvensional umumnya masih memerlukan

waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, saat ini di beberapa Negara maju telah banyak

dikembangkan suatu sistem perbanyakan tanaman secara vegetatif yang lebih cepat dengan

hasil yang lebih banyak lagi, yakni dengan sistem kultur jaringan atau budidaya jaringan.

Kultur jaringan tanaman adalah teknik perbanyakan tanaman secara bioteknologi.

Perbanyakan bibit secara kultur jaringan menggunakan bahan vegetatif atau organ tanaman

lalu di biakkan secara in vitro, dan menghasilkan bibit-bibit tanaman dalam jumlah banyak

pada waktu singkat, serta sifat dan kualitas sama dengan induknya.

Saat ini, kultur jaringan telah berkembang menjadi suatu teknologi bioteknologi yang

bermanfaat untuk memproduksi bibit-bibit unggul, pemuliaan tanaman, pelestarian plasma

nutfah, dan kreasi varietas baru untuk perbaikan kualitas tanaman. Perbanyakan tanaman

dengan system kultur jaringan dilaksanakan di suatu laboratorium yang aseptis dengan

Page 2: Makalah Kultu Tanaman Jati Dengan Media Ms

peralatan seperti pada laboratorium mikrobiologi. Ada banyak sekali permasalahan yang

dapat diteliti untuk menghasilkan bibit secara in vitro, yaitu mulai dari cara budidayanya,

eksplan yang digunakan, sampai dengan macam enzim yang digunakan untuk fusi protoplas.

Perkembangan ilmu dan teknik budidaya tanaman, saat ini telah tersedia bahan

tanaman jati hasil rekayasa teknis, baik melalui pengembangan benih dari pohon plus

maupun teknologi kultur vegetatif. Hasilnya berupa klon atau kultivar tanaman jati dengan

daur produksi ekonomis sekitar 15 tahun sehingga dalam kurun waktu relatif singkat dapat

diperoleh nilai produksi yang cukup menjanjikan. Perbanyakan atau pengembangan secara

kultur jaringan atau kultur tunas merupakan upaya pengembangan tanaman melalui

pembiakan sel-sel meristematis dari jaringan tanaman, seperti pucuk/tunas, ujung akar,

embrio benih, atau bunga.

Jati hasil kultur jaringan yang beredar saat ini dengan klon dari berbagai asal-usul di

luar negeri, perlu dikaji lebih cermat karena pada umumnya klon yang berasal dari kultur

jaringan bersifat site spesific, sehingga belum tentu cocok dikembangkan di setiap lokasi di

Indonesia.

Perbanyakan secara kultur jaringan bukan merupakan metode pemuliaan, tetapi hanya

merupakan suatu metode perbanyakan biasa sehingga tidak dapat memperbaiki kualitas

genetik bibit. Oleh karenanya perlu didukung adanya uji klon unggul untuk skala operasional.

Oleh karena itu dalam program pengembangan jati diminta agar dilaksanakan

koordinasi yang intensif dan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

1. Penggunaan klon-klon jati lokal dengan jumlah (klon) yang lebih besar dan jelas asal-

usulnya untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan di masa yang akan

datang.

2. Informasi yang tersebar tentang jati yang dapat dipanen pada umur 15 tahun, masih

perlu dilakukan kajian lebih lanjut dari berbagai aspek antara lain aspek genetik.

Sebab aspek genetik sangat berperan dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas

tanaman melalui uji genetik. Untuk itu perlu dilakukan plot uji coba genetik pada

setiap lokasi pengembangan yang akan dilakukan dan dapat dimonitor serta diamati

perkembangannya.

3. Di samping faktor genetik, manipulasi faktor lingkungan seperti jarak tanam,

pemupukan, pemeliharaan, pola tanam dan lain-lainnya merupakan hal penting yang

harus dilakukan dan ternyata memberikan hasil yang signifikan.

Page 3: Makalah Kultu Tanaman Jati Dengan Media Ms

Tanaman jati merupakan tanaman tahunan yang memiliki nilai produk yang sangat

ekonomis. Bahan bangunan dan meubel yang berasal dari kayu jati memiliki kelas pasar

tertentu dengan nilai jual tinggi. Umumnya tanaman jati dipanen setelah berumur lebih dari

sepuluh tahun. Terobosan teknologi menghasilkan jenis-jenis jati tertentu yang berumur

genjah dengan kualitas produk yang baik. Umumnya tanaman jati diperbanyak dengan

anakan. Namun untuk kebutuhan pengembangan luas seperti pembangunan hutan industri,

misalnya, perbanyakan konvensional sangat menyulitkan. Perbanyakan bibit melalui teknik

kultur jaringan merupakan salah satu teknologi harapan yang banyak dibicarakan dan terbukti

memberikan keberhasilan. Teknik ini menawarkan cara perbanyakan tanaman dalam jumlah

banyak dan waktu cepat dengan memanfaatkan bahan tanaman asal yang terbatas.

1.2            . Tujuan

Tujuan artikel ini adalah untuk mengetahui proses kultur jaringan pohon jati.

BAB II

ISI

2.1 Definisi Kultur Jaringan

Perbanyakan tanaman secara vegetatif merupakan alternatif untuk mendapatkan

tanaman baru yang mempunyai sifat sama dengan tanaman induknya dalam jumlah yang

besar. Perbanyakan secara vegetatif dengan sifat konvensional umumnya masih memerlukan

waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, saat ini di beberapa Negara maju telah banyak

dikembangkan suatu system perbanyakan tanaman secara vegetatif yang lebih cepat dengan

hasil yang lebih banyak lagi, yakni dengan system kultur jaringan atau budidaya jaringan.

Kultur jaringan tanaman adalah teknik perbanyakan tanaman secara bioteknologi.

Perbanyakan bibit secara kultur jaringan menggunakan bahan vegetatif atau organ tanaman

lalu di biakkan secara in vitro, dan menghasilkan bibit-bibit tanaman dalam jumlah banyak

pada waktu singkat, serta sifat dan kualitas sama dengan induknya.

Menurut Suryowinoto (1991), kultur jaringan dalam bahasa asing disebut sebagai

tissue culture, weefsel cultuus, atau gewebe kultur. Kultur adalah budidaya dan jaringan

adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. Maka, kultur jaringan

berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai

sifat seperti induknya.

Page 4: Makalah Kultu Tanaman Jati Dengan Media Ms

Kultur jaringan akan lebih besar persentase keberhasilannya bila menggunakan

jaringan meristem. Jaringan meristem adalah jaringan muda, yaitu jaringan yang terdiri dari

sel-sel yang selalu membelah, dindingnya tipis, belum mempunyai penebalan dari zat pectin,

plasmanya penuh, dan vakuolanya kecil-kecil. Kebanyakan orang menggunakan jaringan ini

untuk tissue culture. Sebab, jaringan meristem keadaannya selalu membelah, sehingga

diperkirakan mempunyai zat hormone yang mengatur pembelahan.

Usaha pengembangan tanaman dengaan kultur jaringan merupakan usaha perbanyak

vegetatif tanaman yang dapat dikatakan masih baru. Namun saat ini sudah banyak sekali

penemuan-penemuan tentang ilmu pengetahuan kultur jaringan dalam bidang pertanian,

biologi, farmasi, kedokteran, dan sebagainya. Di bidang farmasi, teknik kulttur jaringan

sangat menguntungkan karena dapat menghasilkan senyawa metabolit sekunder untuk

keperluan obat-obatan dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang singkat. Untuk

mengetahui keuntungan pelaksannan kultur jaringan lebih lanjut, maka perlu dikemukakan

perbedaan perbanyak secara vegetatif dan generatif.

Perbanyakan tanaman dapat digolongkan menjadi dua, yaitu perbanyakan tanaman

secara generatif dan perbanyakan tanaman secara vegetatif. Perbanyakan tanaman secara

generatif adalah dengan menanam biji, sedangkan perbanyakan tanaman secara vegetatif

adalah dapat dilakukan dengan cara setek, okulasi, cangkok, penyambungan, dan yang paling

mutakhir adalah kultur jaringan. Metode perbanyakan dengan cara ini dapat menghasilkan

tanaman baru dalam jumlah banyak, dalam waktu yang relatif singkat.

Pengembangan tanaman dalam jumlah besar berarti pula memperbanyak tanaman

secara besar-besaran untuk menhasilkan klon. Klon adalah sekumpulan tanaman atau

individu atau jaringan yang mempunyai sifat keturunan atau sifat genetic yang sama . bila

tanaman-tanaman yang dihasilkan berasal dari pengembangan suatu jaringan meristem maka

disebut mericlone. Sifat-sifat dari meriklone ini sama persis dengan tanaman induknya.

2.2 Manfaat Kultur Jaringan

Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman baru dalam

jumlah banyak dan dalam waktu yang relative singkat, yang mempunyai sifat fisiologi dan

morfologi sama persis dengan tanaman induk. Dari teknik kultur jaringan ini diharapkan pula

memperoleh tanaman baru yang bersifat lebih unggul.

Kultur jaringan telah dikenal banyak orang sebagai usaha mendapatkan varietas baru

yang unggul, dari suatu jenis tanaman dalam waktu yang relatif lebih singkat daripada dengan

Page 5: Makalah Kultu Tanaman Jati Dengan Media Ms

cara pemuliaan tanaman yang harus dilakukan penanaman secara berulang-ulang sampai

beberapa generasi. Untuk mendapatkan varietas baru melalui kultur jaringan, dapat dilakukan

dengan cara isolasi protoplas dari dua macam varietas yang difusikan.

Kultur jaringan mempunyai manfaat yang besar dibidang farmasi, karena dari usaha

ini dapat menghasilkan metabolit sekunder untuk upaya pembuatan obat-obatan, yaitu dengan

memisahkan unsure-unsur yang terdapat didalam kalus maupun protokormus. Kultur jaringan

juga memberikan manfaat dibidang fisiologi tanaman. Pada tanaman anggrek, misalnya telah

berhasil diketahui bahwa jika ujung akarnya diiris melintang akan memperlihatkan warna

tertentu. Warna ini yang nantinya akan sama dengan warna bunganya. Hal ini sangat jelas

bermanfaat di dunia perdagangan tanaman hias, sebab walaupun tanaman nya belum

berbung, orang sudah dapat mengetahui warna bunga yang akan muncul.

Teknik kultur jaringan sampai saat ini memang belum biasa dilaksanakan oleh para

petani, baru beberapa kalangan pengusaha swasta saja yang sudah mencoba

melaksanakannya, karena pelaksanaan teknik kultur jaringan ini memang memerlukan

keterampilan khusus dan harus dilatarbelakangi dengan ilmu pengetahuan dasar tentang

fisiologi tumbuhan, anatomi tumbuhan, biologi, kimia, dan pertanian. Dengan demikian akan

sangat sulit untuk diterima oleh kalangan petani biasa. Namun, lepas dari semua kendala

tersebut, kita harus mengetahui bahwa teknik kultur jaringan sangat bermanfaat bagi ilmu

pengetahuan terutama untuk pengembangan bioteknologi.

2.3 Media Tumbuh Kultur Jaringan

Media tumbuh pada kultur jaringan sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan

dan perkembangan eksplan serta bibit yang dihasilkannya. Oleh karena itu, macam-macam

media kutur jaringan telah ditemukan sehingga jumlahnya cukup banyak. Nama-nama media

tumbuh untuk eksplan ini biasanya sesuai dengan nama penemunya. Media tumbuh untuk

eksplan ini berisi kualitatif komponen bahan kimia yang hampir sama, hanya agak berbeda

dalam besarnya kadar untuk tiap-tiap persenyawaan. Medium yang digunakan untuk alas

makanan mengandung garam-garam mineral yang terdiri dari unsur-unsur makro dan mikro,

sumber karbon, vitamin, asam-asam amino, zat pengatur tumbuh, bahan organik kompleks

seperti air kelapa, ekstrak kamir, ekstrak pisang, air jeruk, daging buah alpokat, apel, kentang,

ekstrak buncis, kedelai dan sebagainya.

Unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dikelompokan menjadi dua, yaitu garam

garam anorganik dan zat organik.Garam anorganik dibedakan lagi menjadi unsur makro dan

Page 6: Makalah Kultu Tanaman Jati Dengan Media Ms

unsur mikro. Unsur makro adalah unsur yang dibutuhkan dalam jumlah besar, yaitu

Nitrogen(N), Fospor(P), Kalium(K), Sulfur(S), Kalsium(Ca), dan Magnesium(Mg). Unsur

NPK adalah unsur yang mutlak dibutuhkan oleh tanaman, sedangkan unsur S, Ca, dan Mg

boleh ada dan boleh tidak. Unsur mikro adalah unsur yang diperlukan tumbuhan dalam

jumlah kecil. Unsur yang termasuk unsur mikro adalah Klor(Cl), Mangan(Mn), Besi(Fe),

Tembaga(Cu), Seng(Zn), Bor(B), Molibdenum(Mo).

Unsur-unsur makro biasanya diberikan dalam bentuk NH4NO3, KNO3, CaCl2,

2H2O, MgSO4, 7H2O, dan KH2PO4. Sedangkan unsur mikro biasa diberikan dalam bentuk

MnSO4, 4H2O, ZnSO4, H3BO3, KJ, NaMoO4, 2H2O, CuSO4, 5H2O, CoCl2, dan 6H2O.

Zat organik yang biasanya ditambahkan dalam medium kultur jaringan adlah sukrosa,

mio-inositol, vitamin, asam-asam amino dan zat pengatur tumbuh. Sebagai tambahan

biasanya diberi zat organik lain seperti air kelapa, ekstrak ragi, pisang, tomat, taoge, jeruk,

kentang, avokat, pepaya dan masih banyak lagi lainnya.

Zat tambahan yang biasa digunakan adalah zat pengatur tumbuh. Untuk media kultur

jaringan, kombinasi zat pengatur tumbuh disesuaikan dengan macam eksplan yang akan

digunakan. Misalnya eksplan yang berasal dari jaringan meristem suatu tanaman tertentu

seperti tanaman anggrek atau dari embrio, serbuk sari, endosperm, kotiledon,, dan

sebagainya. Zat pengatur tumbuh auksin dan sitokinin dapat diberikan secara bersama-sama,

atau auksin saja, atau sitokinin saja. Penambahan zat pengatur tumbuh ini tergantung dari

tujuan kita, misalnya untuk menginduksi pertumbuhan kalus saja, atau ingin menginduksi

pertumbuhan kalus saja atau ingin menumbuhkan akarnya atau tunasnya dahulu. Beberapa

macam tanaman memang baru berhasil ditumbuhkan akarnya saja dan belum berhasil keluar

tunasnya, atau malah sebaliknya.

Zat pengatur tumbuh pada tanaman adalah senyawa organik bukan hara, yang dalam

jumlah sedikit dapat mendukung menghambat dan dapat merubah proses fisiologi tumbuhan.

Zat pengatur tumbuh dalam tanaman terdiri dari lima kelompok, yaitu auksin, giberelin,

sitokinin, etilen dan inhibitor dengan ciri khas serta pengaruh yang berlainan terhadap proses

fisiologis.

Zat pengatur tumbuh sangat diperlukan sebagai komponen medium bagi

pertumbuham dan diferensiasi. Tanpa penambahan zat pengatur tumbuh dalam medium,

pertumbuhan sangat terhambat, bahkan mungkin tidak tumbuh sama sekali. Pertumbuhan

kalus dan organ-organ ditentukan oleh penggunaan yang tepat dari zat pengatur tumbuh

tersebut.

Page 7: Makalah Kultu Tanaman Jati Dengan Media Ms

Selain nutrisi, zat pengatur tumbuh juga sangat diperlukan sebagai komponen medium

bagi pertumbuhan, perkembangan dan diferensiasi. Zat pengatur tumbuh aktif pada

konsentrasi rendah dan diproduksi didalam tubuh tanaman itu sendiri(endogen). Untuk

keperluan kultur jaringan telah dibuat zat pengatur tumbuh sintetik.

2.5 Kultur Jaringan Jati

Jati (Tectona grandis L.f.) terkenal sebagai kayu komersil bermutu tinggi, termasuk

dalam famili Verbenaceae. Penyebaran alami meliputi negara-negara India, Birma, Kamboja,

Thailand, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia jati terdapat di beberapa daerah seperti Jawa,

Muna, Buton, Maluku dan Nusa Tenggara. Pohon Jati cocok tumbuh di daerah musim kering

agak panjang yaitu berkisar 3-6 bulan pertahun. Besarnya curah hujan yang dibutuhkan rata-

rata 1250-1300 mm/tahun dengan temperatur rata-rata tahunan 22-26° C. Daerah-daerah yang

banyak ditumbuhi Jati umumnya tanah bertekstur sedang dengan pH netral hingga asam.

Tanaman jati yang tumbuh di Indonesia, awalnya berasal dari India. Nama ilmiah

Tectona gradis L. secara historis ” tectona” berasal dari bahasa Portugis ( tekton ) yang

berarti tumbuhan yang mempunyai kualitas tinggi. Jati digolongkan sebagai kayu mewah

( fancy wood ) dan memiliki kelas awet yang tinggi yang tahan terhadap gangguan rayap

serta jamur dan mampu bertahan sampai 500 tahun. Pohon Jati cocok tumbuh di daerah

musim kering agak panjang yaitu berkisar 3-6 bulan pertahun. Besarnya curah hujan yang

dibutuhkan rata-rata 1250-1300 mm/tahun dengan temperatur rata-rata tahunan 22-26° C.

Daerah-daerah yang banyak ditumbuhi Jati umumnya tanah bertekstur sedang dengan pH

netral hingga asam.

Page 8: Makalah Kultu Tanaman Jati Dengan Media Ms

Kingdom         : Plantae

Divisi              : Spermatophyta

Kelas               : Angiospermae

Sub-kelas         : Dicotyledoneae

Ordo                : Verbenales

Famili              : Verbenaceae

Genus              : Tectona

Spesies            : Tectona grandis Linn.

Perkembangan ilmu dan teknik budidaya tanaman, saat ini telah tersedia bahan

tanaman jati hasil rekayasa teknis, baik melalui pengembangan benih dari pohon plus

maupun teknologi kultur vegetatif. Hasilnya berupa klon atau kultivar tanaman jati dengan

daur produksi ekonomis sekitar 15 tahun sehingga dalam kurun waktu relatif singkat dapat

diperoleh nilai produksi yang cukup menjanjikan. Perbanyakan atau pengembangan secara

kultur jaringan atau kultur tunas merupakan upaya pengembangan tanaman melalui

pembiakan sel-sel meristematis dari jaringan tanaman, seperti pucuk/tunas, ujung akar,

embrio benih, atau bunga.

Secara umum, produksi bibit melalui metode kultur jaringan memerlukan beberapa

tahap, yaitu.

1.      penyediaan bahan tanaman (eksplan) dari induk terpilih,

2.      sterilisasi eksplan yang akan ditanam pada media inisiasi,

3.      penanaman pada media untuk penggandaan atau multiplikasi tunas,

4.      penanaman pada media untuk perakaran atau pembentukan planlet, dan

5.      aklimatisasi.

           Beberapa persyaratan pohon induk tanaman jati yaitu.

1.      Pohon memiliki kenampakan (performance) tumbuh yang baik, sehat, dan bertajuk

rindang.

2.      Tinggi pohon bebas cabang minimal 4 meter.

3.      Tahan gangguan hama dan penyakit.

4.      Memiliki kematangan umur (maturasi) yang optimal (≥ 15 tahun).

5.      Berbuah sepanjang tahun dan memiliki kapasitas optimal

6.      Memiliki daya kecambah benih ≥ 80%.

Jati menjadi tanaman yang sangat populer sebagai penghasil bahan baku untuk

industri perkayuan karena memiliki kualitas dan nilai jual yang sangat tinggi. Kekuatan dan

Page 9: Makalah Kultu Tanaman Jati Dengan Media Ms

keindahan seratnya merupakan faktor yang menjadikan kayu jati sebagai pilihan utama.

Kebutuhan akan kayu jati selalu meningkat baik di dalam maupun luar negeri sedangkan

populasi dan pasokannya semakin menipis karena siklus umur panen jati konvensional

relative lama (sekitar 45 tahun). Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan tanaman jati

yang memiliki umur panen relatif cepat (genjah) dengan keindahan dan kualitas serat

memadai yang dapat memenuhi kebutuhan pasar.

Perbanyakan tanaman jati umumnya dilakukan melalui biji atau bagian vegetatif

seperti stek atau sambungan. Untuk menyediakan tanaman jati genjah dalam jumlah banyak,

sulit dilakukan melalui cara perbanyakan konvensional (stek atau sambungan). Oleh karena

itu, saat ini banyak digunakan perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan.

Pemanfaatan teknologi kultur jaringan untuk tujuan perbanyakan bibit telah diaplikasikan

pada berbagai tanaman tahunan seperti jati, eukaliptus, akasia, dan lain-lain.

Kayu Jati banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Beberapa kalangan

masyarakat merasa bangga apabila tiang dan papan bangunan rumah serta perabotannya

terbuat dari Jati. Berbagai konstruksi pun terbuat dari Jati seperti bantalan rel kereta api, tiang

jembatan, balok dan gelagar rumah, serta kusen pintu dan jendela. Pada industri kayu lapis,

Jati digunakan sebagai finir muka karena memiliki serat gambar yang indah. Dalam industri

perkapalan, kayu Jati sangat cocok dipakai untuk papan kapal yang beroperasi di daerah

tropis.

Beberapa kelebihan dari penggunaan teknik kultur jaringan dibandingkan dengan cara

konvensional adalah faktor perbanyakan tinggi, tidak tergantung pada musim karena

lingkungan tumbuh in vitro terkendali, bahan tanaman yang digunakan sedikit sehingga tidak

merusak pohon induk, tanaman yang dihasilkan bebas dari penyakit meskipun dari induk

yang mengandung patogen internal, tidak membutuhkan tempat yang sangat luas untuk

menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak. Sedangkan masalah yang banyak dihadapi

dalam mengaplikasikan teknik kultur jaringan, khususnya di Indonesia adalah modal

investasi awal yang cukup besar dan sumber daya manusia yang menguasai dan terampil

dalam bidang kultur jaringan tanaman masih terbatas.

Masalah lain yang sering muncul adalah tanaman hasil kultur jaringan sering berbeda

dengan tanaman induknya atau mengalami mutasi. Hal ini dapat terjadi karena penggunaan

metode perbanyakan yang salah, seperti frekuensi subkultur yang terlalu tinggi, perbanyakan

melalui organogenesis yang tidak langsung (melalui fase kalus) atau konsentrasi zat pengatur

tumbuh yang digunakan terlalu tinggi (Mariska et al., 1992).

Page 10: Makalah Kultu Tanaman Jati Dengan Media Ms

Secara umum, produksi bibit melalui metode kultur jaringan memerlukan beberapa

tahap, yaitu (1) penyediaan bahan tanaman (eksplan) dari induk terpilih, (2) sterilisasi eksplan

yang akan ditanam pada media inisiasi, (3) penanaman pada media untuk penggandaan atau

multiplikasi tunas, (4) penanaman pada media untuk perakaran atau pembentukan planlet,

dan (5) aklimatisasi (Murashige, 1974; George dan Sherrington, 1984). Pada metode

perbanyakan untuk tanaman jati genjah, umumnya tidak dilakukan tahap multiplikasi tunas

dan perakaran tetapi diganti menjadi tahap induksi tunas dan elongasi, sedangkan tahap

perakaran dilakukan pada saat aklimatisasi. Metode ini cukup sederhana dan mirip dengan

cara perbanyakan dengan stek secara konvensional. Oleh karena itu, metode perbanyakan jati

genjah sering disebut secara stek mikro. Keuntungan penggunaan metode ini adalah tanaman

yang dihasilkan stabil secara genetik.

  Persiapan Bahan Tanaman

Salah satu kunci keberhasilan untuk mendapatkan bahan tanaman yang responsif dan

dapat diperbanyak secara kultur in vitro adalah bahan tanaman yang masih muda. Untuk

tanaman kehutanan atau tanaman tahunan lainnya daya tumbuh bahan yang akan ditanam

sangat diperhatikan (Mariska dan Purnamaningsih, 2001). Daya tumbuh tunas muda akan

hilang secara fisik apabila jarak antara ujung tunas dan akar semakin jauh karena

pertumbuhan (George dan Sherrington, 1984). Pada tanaman tahunan dewasa, tunas muda

yang memiliki daya tumbuh tinggi (juvenil) sering muncul pada bagian tanaman yang dekat

dengan tanah atau sering disebut tunas air. Tunas juvenil dari tanaman berkayu tahunan

dewasa yang akan digunakan sebagai bahan tanaman untuk kultur jaringan, juga dapat

diperoleh dengan cara melakukan pemangkasan berat. Tunas yang muncul setelah

pemangkasan dapat digunakan sebagai bahan tanaman. Selain itu, fase juvenil kadang-kadang

dapat juga diinduksi dengan cara melakukan penyemprotan tanaman dewasa dengan GA3

atau campuran antara auksin dan GA3 (George dan Sherrington, 1984).

Sterilisasi Bahan Tanaman dan Inisiasi Kultur AseptikSterilisasi bahan tanaman (eksplan) merupakan langkah awal yang cukup penting dan

dapat menentukan keberhasilan penanaman secara in vitro. Eksplan yang akan ditanam pada

media tumbuh harus bebas dari mikroorganisme kontaminan. Tahap sterilisasi sering menjadi

kendala utama keberhasilan perbanyakan tanaman secara in vitro. Terlebih iklim tropis

seperti Indonesia yang memungkinkan kontaminan seperti cendawan dan bakteri terus

Page 11: Makalah Kultu Tanaman Jati Dengan Media Ms

tumbuh sepanjang tahun. Untuk tanaman tertentu, sterilisasi sulit dilakukan karena

kontaminan berada pada bagian internal dari jaringan tanaman.

Sterilisasi eksplan biasanya dilakukan dengan cara merendam bahan tanaman dalam

larutan kimia sistemik pada konsentrasi dan waktu perendaman tertentu, baik dengan

menggunakan satu macam maupun dengan macam-macam sterilan. Bahan-bahan yang

biasanya digunakan untuk sterilisasi antara lain alkohol, natrium hipoklorit (NaOCl), kalsium

hipoklorit atau kaporit (CaOCl), sublimat (HgCl2), dan hidrogen peroksida (H2O2).

Tahap Induksi dan Elongasi TunasPada tahap ini, penggunaan media tumbuh yang cocok merupakan salah satu faktor

yang menentukan keberhasilan perbanyakan tanaman jati melalui kultur jaringan. Berbagai

komposisi media tumbuh telah dikembangkan Dari sekian banyak komposisi media yang

telah berkembang, media dasar Murashige dan Skoog (MS) merupakan media dasar yang

paling banyak digunakan, baik untuk tanaman herba maupun berkayu. Pada tahap induksi

tunas tanaman jati, media MS merupakan media dasar yang paling banyak digunakan, selain

itu modifikasi media MS juga banyak digunakan.

Penambahan zat pengatur tumbuh pada media kultur merupakan kunci keberhasilan

baik pada tahap induksi maupun elongasi tunas. Umumnya media yang digunakan pada tahap

induksi tunas jati adalah media MS yang ditambah zat pengatur tumbuh golongan sitokinin

seperti benzylaminopurine (BAP) atau furfurylaminopurine (kinetin) atau kombinasi

keduanya dengan konsentrasi antara 0,1-1 mg/l. Gupta et al. (1980) menggunakan media

dasar MS ditambah kinetin 0,1 mg/l dan BAP 0,1 mg/l untuk menginduksi tunas adventif dari

eksplan tanaman jati berupa tunas ujung dan batang satu buku.

Media kultur dibuat padat dengan penambahan 8 g/l agar dan 20 g/l gula serta pH

media 5,8. Eksplan yang digunakan pada tahap induksi dapat berupa tunas apikal atau tunas

adventif yang berasal dari batang satu buku dengan ukuran 1-2 cm. Indikasi lain pada tahap

induksi tunas yang dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan pada tahap selanjutnya

(tahap elongasi) adalah terbentuknya kalus kompak pada bagian dasar batang eksplan. Umur

biakan pada tahap induksi tunas sekitar 3 minggu.

AKLIMATISASIAklimatisasi dapat didefinisikan sebagai proses penyesuaian suatu organisme untuk

beradaptasi pada lingkungan yang baru. Proses aklimatisasi sangat penting karena akan

menentukan apakah tanaman yang berasal dari in vitro dapat beradaptasi atau tidak pada

Page 12: Makalah Kultu Tanaman Jati Dengan Media Ms

kondisi in vivo. Umumnya biakan hasil kultur jaringan yang akan diaklimatisasi harus berupa

planlet artinya biakan harus mempunyai perakaran dan pertunasan yang proporsional. Akan

tetapi pada perbanyakan tanaman jati melalui kultur jaringan, biakan yang akan diaklimatisasi

berupa biakan tanpa akar (stek mikro).

Induksi perakaran dilakukan pada saat aklimatisasi dengan terlebih dahulu merendam

atau mencelupkan bagian dasar batang dalam larutan yang mengandung senyawa auksin

seperti IBA dan NAA atau dengan Rooton F. Biakan yang berasal dari tahap elongasi yang

akan diaklimatisasi dan diinduksi perakarannya harus terlebih dahulu dibuang bagian

kalusnya dan dibersihkan pada air mengalir. Harus diperhatikan pula bahwa dalam proses

aklimatisasi tunas jati memerlukan kelembaban yang cukup dan media tumbuh tidak terlalu

basah.

Media sebaiknya disterilisasi dahulu dengan pemanasan dan tekanan uap. Media yang

telah disterilisasi dapat diletakkan dalam bak plastik atau bak semen yang ada di kamar kaca.

Untuk menjaga kelembaban dilakukan penyungkupan dengan plastik, sedangkan untuk

mempercepat pertumbuhan bibit, penyemprotan dengan pupuk daun seperti Hyponex,

Bayfolan, dan Gandasil sangat dianjurkan pada umur 1 minggu satelah tanam. Aklimatisasi

bibit jati di pesemaian disajikan pada. Umur bibit tanaman jati genjah hasil kultur jaringan

yang cukup baik untuk dipindahkan ke lapang (bibit siap salur) berumur sekitar 3 bulan. Pada

umur tersebut bibit jati genjah dapat mencapai tinggi sekitar 30-50 cm.

Tahap inisiasi, eksplan tanaman jati sering menunjukkan gejala pencoklata ( browning

) pada media di sekitar potongan eksplan. Keadaan ini disebabkan karena oksidasi dari

senyawa fenolik yang dihasilkan jaringan tanaman jati terutama dari eksplan in vivo. Oksidasi

senyawa fenolik tersebut dapat menghambat bahkan bersifat toksik bagi pertumbuhan

eksplan. Keadaan ini merupakan masalah yang selalu dihadapi pada tahap awal penanaman

eksplan yang berasal dari lapang atau kamar kaca ( Siregar, 2005 ) .

Berbagai cara untuk menanggulangi masalah pencoklatan telah dilakukan, misalnya

dengan penggunaan bahan anti oksidan (seperti polivinyl pirolidone atau PVP pada

konsentrasi 0,01-2% dan asam askorbik sebanyak 50-200 mg/l) baik sebelum eksplan

ditanam pada media maupun penambahan bahan tersebut pada media kultur atau kombinasi

keduanya. Pendekatan lain untuk menanggulangi masalah pencoklatan pada kultur tanaman

jati, yaitu dengan subkultur atau transfer eksplan secara periodik dengan perlakuan waktu

yang berbeda. Sumber eksplan yang digunakan berasal dari tanaman jati terpilih berumur 45

tahun ( Siregar, 2005 ).

Page 13: Makalah Kultu Tanaman Jati Dengan Media Ms

Media tumbuh yang cocok merupakan salah satu faktor yang menentukan

keberhasilan perbanyakan tanaman jati melalui kultur jaringan. Berbagai komposisi media

tumbuh telah dikembang-kan. Dari sekian banyak komposisi media yang telah berkembang,

media dasar Murashige dan Skoog (MS)  merupakan media dasar yang paling banyak

digunakan, baik untuk tanaman herba maupun berkayu. Pada tahap induksi tunas tanaman

jati, media MS merupakan media dasar yang paling banyak digunakan, selain itu modifikasi

media MS juga banyak digunakan. Penambahan zat pengatur tumbuh pada media kultur

merupakan kunci keberhasilan baik pada tahap induksi maupun elongasi tunas. Umumnya

media yang digunakan pada tahap induksi tunas jati adalah media MS yang ditambah zat

pengatur tumbuh golongan sitokinin seperti benzylaminopurine (BAP) atau

furfurylaminopurine (kinetin) atau kombinasi keduanya dengan konsentrasi antara 0,1-1 mg/l.

Media dasar MS ditambah kinetin 0,1 mg/l dan BAP 0,1 mg/l untuk menginduksi tunas

adventif dari eksplan tanaman jati berupa tunas ujung dan batang satu buku. Media kultur

dibuat padat dengan penambahan 8 g/l agar dan 20 g/l gula serta pH media 5,8 ( Siregar,

2005 ).

Eksplan yang digunakan pada tahap induksi dapat berupa tunas apikal atau tunas

adventif yang berasal dari batang satu buku dengan ukuran 1-2 cm. Indikasi lain pada tahap

induksi tunas yang dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan pada tahap selanjutnya

(tahap elongasi) adalah terbentuknya kalus kompak pada bagian dasar batang eksplan. Umur

biakan pada tahap induksi tunas sekitar 3 minggu. Pada umur tersebut biakan sudah berada

pada kondisi yang optimal untuk dipindahkan pada tahap elongasi.

Aklimatisasi bibit jati di pesemaian disajikan pada. Umur bibit tanaman jati genjah

hasil kultur jaringan yang cukup baik untuk dipindahkan ke lapang (bibit siap salur) berumur

sekitar 3 bulan. Pada umur tersebut bibit jati genjah dapat mencapai tinggi sekitar 30-50 cm.

 

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah disampaikan diatas,maka dapat diambil

beberapa kesimpulan, antara lain :

Page 14: Makalah Kultu Tanaman Jati Dengan Media Ms

1. Kultur jaringan tanaman adalah teknik perbanyakan tanaman secara

bioteknologi. Perbanyakan bibit secara kultur jaringan menggunakan bahan

vegetatif atau organ tanaman lalu di biakkan secara in vitro, dan menghasilkan

bibit-bibit tanaman dalam jumlah banyak pada waktu singkat, serta sifat dan

kualitas sama dengan induknya.

2. Kegunaan utama dari kultur jaringan adalah untuk mendapatkan tanaman baru

dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relative singkat, yang

mempunyai sifat fisiologi dan morfologi sama persis dengan tanaman induk.

Dari teknik kultur jaringan ini diharapkan pula memperoleh tanaman baru

yang bersifat lebih unggul.

3. Unsur-unsur yang dibutuhkan oleh tanaman dikelompokan menjadi dua, yaitu

garam garam anorganik dan zat organik.Garam anorganik dibedakan lagi

menjadi unsur makro dan unsur mikro. Unsur makro adalah unsur yang

dibutuhkan dalam jumlah besar, yaitu Nitrogen(N), Fospor(P), Kalium(K),

Sulfur(S), Kalsium(Ca), dan Magnesium(Mg). Unsur NPK adalah unsur yang

mutlak dibutuhkan oleh tanaman, sedangkan unsur S, Ca, dan Mg boleh ada

dan boleh tidak. Unsur mikro adalah unsur yang diperlukan tumbuhan dalam

jumlah kecil. Unsur yang termasuk unsur mikro adalah Klor(Cl),

Mangan(Mn), Besi(Fe), Tembaga(Cu), Seng(Zn), Bor(B), Molibdenum(Mo).

    

DAFTAR PUSTAKA

Daisy, S.H. dan Ari Wijayani, 1994, Teknik Kultur Jaringan, Kanisius, Yogyakarta.

George, E.F. and Sherrington. 1984. Plant propagation by tissue culture. Eastern Press, Reading Berks.

709 p.

Mahfudz et al, 2003. Sekilas Jati. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan

Tanaman Hutan. Purwobinangun. Yogyakarta

Mariska, I., Hobir, dan D. Sukmadjaja. 1992. Usaha pengadaan bahan tanaman melalui bioteknologi

kultur jaringan. Prosiding Temu Usaha Pengembangan Hasil Penelitian Tanaman Rempah

dan Obat. Puslitbangtri dan Pusat Pengkajian dan Pengembangan Agribisnis. Jakarta.

Mariska, I. dan R. Purnamaningsih. 2001. Perbanyakan vegetative tanaman tahunan melalui kultur in

vitro. Jurnal Litbang Pertanian 20(1):1-7.

Murashige, T. 1974. Plant propagation through tissue culture. Ann. Rev. Plant Physiol. 25:135-166.

Page 15: Makalah Kultu Tanaman Jati Dengan Media Ms

Simon, H., 2000, Hutan Jati dan Kemakmuran: Problematika dan Strategi Pemecahannya, Bigraff

Publishing, Yogyakarta.

Siregar, E., 2005, Potensi Budidaya Jati, Gramedia, Jakarta.

Soenardi. 1976, Sifat-sifat Fisika Kayu. Bagian Penerbitan, Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan,

Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Sumarna, Y., 2003, Budidaya Jati, PT. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sumber :

http://luqmanmaniabgt.blogspot.com/2012/10/makalah-kultur-jaringan-pohon-jati.htmlhttp://khusmatul-aurora.blogspot.com/2011/09/kultur-jaringan-jati.html

 

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook

0 komentar:

Poskan Komentar