makalah aqiqah

18
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Ibadah korban merupakan suatu ibadah yang sangat digalakkan didalam islam,khususnya bagi mereka yang berkemampuan dari segi kewangan.Ibadah korban telah disyariatkan oleh Allah SWT pada tahun kedua Hijrah. Firman Allah SWT: “Sesungguhnya kami (ALLAH) telah memberi engkau (wahai Muhammad) kebaikan yang banyak. Maha sembahyanglah engkau karena Tuhanmu dan sembelihlah (korbanmu)”.(QS.Al-kautsar 1- 2). Aqiqah merupakan salah satu ajaran islam yang di contohkan rasulullah SAW. Aqiqah mengandung hikmah dan manfaat positif yang bisa kita petik di dalamnya. Di laksanakan pada hari ke tujuh dalam kelahiran seorang bayi. Dan Aqiqah hukumnya sunnah muakad (mendekati wajib), bahkan sebagian ulama menyatakan wajib. Setiap orang tua mendambahkan anak yang shaleh, berbakti dan mengalirkan kebahagiaan kepada kedua orangnya. Aqiqah adalah salah satu acara penting untuk menanamkan nilai-nilai ruhaniah kepada anak yang masih suci. Dengan aqiqah di harapkan sang bayi memperoleh kekuatan, kesehatan lahir dan batin. Di tumbuhkan dan di kembangkan lahir dan batinnya dengan nilai-nilai ilahiyah. Aqiqah juga salah satu upaya kita untuk menebus anak kita yang tergadai. Aqiqah juga merupakan realisasi rasa syukur kita atas anugerah, sekaligus amanah yang di berikan allah SWT

Upload: asnani-sweet

Post on 14-Feb-2015

1.612 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

AQIQAH

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH AQIQAH

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

    Ibadah korban merupakan suatu ibadah yang sangat digalakkan didalam

islam,khususnya bagi mereka yang berkemampuan dari segi kewangan.Ibadah korban telah

disyariatkan oleh Allah SWT pada tahun kedua Hijrah.

Firman Allah SWT:

“Sesungguhnya kami (ALLAH) telah memberi engkau (wahai Muhammad) kebaikan

yang banyak. Maha sembahyanglah engkau karena Tuhanmu dan sembelihlah (korbanmu)”.

(QS.Al-kautsar 1-2).

    Aqiqah merupakan salah satu ajaran islam  yang di contohkan rasulullah SAW.

Aqiqah mengandung hikmah dan manfaat positif yang bisa kita petik di dalamnya. Di

laksanakan pada hari ke tujuh  dalam kelahiran seorang bayi. Dan Aqiqah hukumnya sunnah

muakad (mendekati wajib), bahkan sebagian ulama menyatakan wajib. Setiap orang tua

mendambahkan anak yang shaleh, berbakti dan mengalirkan kebahagiaan kepada kedua

orangnya. Aqiqah adalah salah  satu acara penting untuk menanamkan nilai-nilai ruhaniah

kepada anak yang masih suci. Dengan aqiqah di harapkan sang bayi memperoleh kekuatan,

kesehatan lahir dan batin. Di tumbuhkan dan di kembangkan lahir dan batinnya dengan nilai-

nilai ilahiyah.

    Aqiqah juga salah satu upaya kita untuk menebus anak kita yang tergadai. Aqiqah

juga merupakan realisasi rasa syukur kita atas anugerah, sekaligus amanah yang di berikan

allah SWT terhadap kita. Aqiqah juga sebagai upaya kita menghidupkan sunnah rasul SAW,

yang merupakan perbuatan yang terpuji, mengingat  saat ini sunnah tersebut mulai jarang di

laksanakan oleh kaum muslimin.

B. PEMBAHASAN MASALAH

Rasulullah SAW bersabda:

“ Barang siapa menghidupkan sunnahku disaat kerusakan pada umatku, maka baginya pahala

orang yang mati syahid. “ (al hadst) Aqiqoh untuk anak laki-laki dan anak perempuan yang

paling baik (afdhal) untuk anak laki-laki itu di sembelihkan dua ekor kambing atau domba

yang sama dan mirip dan umurnya juga bersamaan, sedangkan untuk anak perempuan di

sunahkan satu ekor. Hal ini berdsarkan hadist yang diriwayatkan oleh Ummu Kurz

al_ka’biyah, aku pernah mendengar rasulullah saw bersabda,”untuk anak laki-laki dua

Page 2: MAKALAH AQIQAH

kambimg yang mirip dan untuk anak perempuan satu ekor kambing.” Akan tetapi, apabila

kemampuan orangtua hanya satu ekor kambing saja, hal itu juga diperbolehakan dan ia sudah

mendapatkan sunah yang dilakukan oleh rasulullah saw.

Hal ini berdasarkan hadist yang diriwayatkan ibnu abbas dan anas bin malik ra seperti

dibawah ini : 

“sesungguhnya rasulullah saw pernah beraqiqah untuh hasan satu kambing dan untuk husein

satu kambing.”(HR Abu Daud dan Ibnu Hibban).

“Rasulullah shallahu’alaihi wasallam mengaqiqahkan hasan dan Husain pada hari ke tujuh,

memberikan kedua-duanya nama dan baginda menyuru supaya menghilangkan dari pada

keduanya kesakitan kepala ( mencukur rambut kepala ). “ ( hadist riwayat al-hakim )

Setelah penyembelihan di laksanakan, di saran kan untuk mengelolah  aqiqah itu

terlebilh dahulu sebelum di berikan, agar orang-orang miskin dan para tetangga yang

menerimanya tidak merasa repot lagi memasaknya. Hal ini akan menambah kebaikkan  serta

rasa syukur terhadap nikmat tersebut. Para tetangga, anak-anak serta orang-orang miskin

dapat menikmati hidangan itu dengan gembira.

C. TUJUAN

    Tujuan penulisan makalah ini adalah Guna untuk memenuhi tugas mata kuliah “pendidikan

agama”

Page 3: MAKALAH AQIQAH

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Pengertian Aqiqoh

Akikah (bahasa Arab: ,عقيقة transliterasi: Aqiqah) yang berarti memutus dan

melubangi, dan ada yang mengatakan bahwa akikah adalah nama bagi hewan yang

disembelih, dinamakan demikian karena lehernya dipotong, dan dikatakan juga bahwa akikah

merupakan rambut yang dibawa si bayi ketika lahir. Adapun maknanya secara syari’at adalah

hewan yang disembelih untuk menebus bayi yang dilahirkan.

Hukum akikah menurut pendapat yang paling kuat adalah sunah muakkadah, dan ini

adalah pendapat Jumhur Ulama, berdasarkan anjuran Rasulullah Shallallaahu alaihi wa

Sallam dan praktik langsung beliau Shallallaahu alaihi wa Sallam. “Bersama anak laki-laki

ada akikah, maka tumpahkan (penebus) darinya darah (sembelihan) dan bersihkan darinya

kotoran (Maksudnya cukur rambutnya).” (HR: Ahmad, Al Bukhari dan Ashhabus Sunan)

Perkataannya "Shallallaahu alaihi wa Sallam", yang artinya: “maka tumpahkan

(penebus) darinya darah (sembelihan),” adalah perintah, namun bukan bersifat wajib, karena

ada sabdanya yang memalingkan dari kewajiban yaitu: “Barangsiapa di antara kalian ada

yang ingin menyembelihkan bagi anak-nya, maka silakan lakukan.” (HR: Ahmad, Abu

Dawud dan An Nasai dengan sanad yang hasan).

Perkataan beliau Shallallaahu alaihi wa Sallam, yang artinya: “ingin

menyembelihkan,..” merupakan dalil yang memalingkan perintah yang pada dasarnya wajib

menjadi sunah.

B. HUKUM AQIQOH

Hukum aqiqah adalah sunnah mu’akkad. Aqiqah bagi anak laki-laki dengan dua ekor

kambing, sedangkan bagi wanita dengan seekor kambing. Apabila mencukupkan diri dengan

seekor kambing bagi anak laki-laki, itu juga diperbolehkan. Anjuran aqiqah ini menjadi

kewajiban ayah (yang menanggung nafkah anak, pen). Apabila ketika waktu dianjurkannya

aqiqah (misalnya tujuh hari kelahiran, pen), orang tua dalam keadaan faqir (tidak mampu),

maka ia tidak diperintahkan untuk aqiqah. Karena Allah Ta’ala berfirman (yang artinya),

“Bertakwalah kepada Allah semampu kalian” (QS. At Taghobun: 16)

Page 4: MAKALAH AQIQAH

Namun apabila ketika waktu dianjurkannya aqiqah, orang tua dalam keadaan berkecukupan,

maka aqiqah masih tetap jadi kewajiban ayah, bukan ibu dan bukan pula anaknya.

C. Syarat-syarat Aqiqah

a) Dari sudut umur binatang Aqiqah & korban sama sahaja.

b) Sembelihan aqiqah dipotong mengikut sendinya dengan tidak memecahkan tulang 

sesuai dengan tujuan aqiqah itu sebagai “Fida”(mempertalikan ikatan diri anak

dengan Allah swt).

c) Sunat dimasak dan diagih atau dijamu fakir dan miskin, ahli keluarga, jiran tetangga

dan saudara mara. Berbeza dengan daging korban, sunat diagihkan daging yang

belum dimasak.

d) Anak lelaki disunatkan aqiqah dengan dua ekor kambing dan seekor untuk anak

perempuan

kerana mengikut sunnah Rasulullah.

‘Aisyah Radhiallahu ‘anha katanya:

Maksudnya: "Afdhal bagi anak lelaki dua ekor kambing yang sama keadaannya dan

bagi anak perempuan seekor kambing. Dipotong anggota-anggota (binatang) dan jangan

dipecah-pecah tulangnya." (HR.AL-HAKIM).

D. Hikmah Aqiqoh

Sejak seorang suami memancarkan sperma kepada istrinya, lalu sperma itu berlomba-

lomba mendatangi panggilan indung telur melalui signyal kimiawi yang dipancarkan darinya,

sejak itu tanpa banyak disadari oleh manusia, sesungguhnya setan jin sudah mengadakan

penyerangan kepada calon anak mereka. Hal tersebut dilakukan oleh jin dalam rangka

membangun pondasi di dalam janin yang masih sangat lemah itu, supaya kelak di saat anak

manusia tersebut menjadi dewasa dan kuat, setan jin tetap dapat menguasai target sasarannya

itu. Maka sejak itu pula Rasulullah saw. telah mengajarkan kepada umatnya cara menangkal

serangan yang sangat membahayakan itu sebagaimana yang disampaikan Beliau saw. melalui

sabdanya berikut ini :

ل�و� : ل�م� و�س� ع�ل�ي�ه الل�ه� ل�ى ص� الل�ه ول� س� ر� ال� ق� ال� ق� ا م� ع�ن�ه� الل�ه� ي� ض ر� ع�ب�اس� اب�ن ديث� ح�

ن%ب و�ج� ي�ط�ان� الش� ن%ب�ن�ا ج� م� الل�ه� الل�ه م باس� ال� ق� ل�ه� ه�أ� تي�ي�أ� أ�ن� اد� ر�

أ� إذ�ا م� د�ه� ح�أ� أ�ن�

�ب�د1ا أ ي�ط�ان2 ش� ه� ر� ي�ض� ل�م� ذ�لك� في ل�د2 و� ا م� ب�ي�ن�ه� د�ر� ي�ق� إن� إن�ه� ف� ت�ن�ا ق� ز� ر� ا م� ي�ط�ان� * الش�

Page 5: MAKALAH AQIQAH

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a berkata: Rasulullah s.a.w pernah bersabda: apabila

seseorang diantara kamu ingin bersetubuh dengan isterinya hendaklah dia membaca:

  ت�ن�ا ق� ز� ر� ا م� ي�ط�ان� الش� ن%ب و�ج� ي�ط�ان� الش� ن%ب�ن�ا ج� م� الل�ه� الل�ه م بس�

Yang artinya: Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Wahai

Tuhanku! Jauhkanlah kami dari setan dan jauhkanlah setan dari apa yang Engkau karuniakan

kepada kami. Sekiranya hubungan aantara suami istri itu ditakdirkan mendapat seorang anak.

Anak itu tidak akan diganggu oleh setan untuk selamanya

Riwayat Bukhari di dalam Kitab Nikah hadits nomor 4767

Riwayat Muslim di dalam Kitab Nikah hadits nomor 2591

 Riwayat Tirmidzi di dalam Kitab Nikah hadist nomor 1012

 Riwayat Abu Dawud di dalam Kitab Nikah hadits nomor 1846.

    Disaat manusia sedang menjalani bagian kehidupan yang paling nikmat, mereka tidak

boleh lupa diri. Mereka tidak boleh lupa kepada Allah Ta’ala. Kebahagiaan hidup itu harus

dimulai dengan berdzikir menyebut asma-Nya dan membaca do’a. Hal itu harus dilakukan,

supaya kebutuhan biologis manusiawi tersebut dinilai sebagai amal ibadah. Ketika perbuatan

yang sering menjadikan manusia lupa diri itu menjadi amal ibadah, disamping mereka

mendapatkan pahala yang besar, juga apa saja yang ditimbulkan darinya akan menjadi buah

ibadah. Oleh karena ibadah berarti menolong di jalan Allah, maka Allah Ta’ala akan selalu

memberikan pertolongan kepada hamba-Nya yang beriman itu. Allah Ta’ala menyatakan hal

tersebut dengan firman-Nya:

: محمد - ك�م� د�ام� ق�أ� ي�ث�ب%ت� و� ك�م� ر� ي�ن�ص� الل�ه� وا ر� ت�ن�ص� إن� ن�وا ء�ام� ال�ذين� ا يHه�

� 47/7ي�اأ

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan

menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. QS:47/7.

Dengan sebab pertolongan Ilahiyah tersebut, sejak saat itu juga calon anak manusia

itu akan mendapatkan perlindungan dari-Nya. Janin yang masih sangat lemah itu dimasukkan

dalam benteng perlindungan-Nya yang kokoh sehingga setan jin tidak mampu lagi

mengganggu untuk selama-lamanya. Allah Ta’ala telah menyatakan pula dengan firman-Nya:

الحجر – ال�غ�اوين� من� ات�ب�ع�ك� م�ن إال� ل�ط�ان2 س� م� ع�ل�ي�ه ل�ك� ل�ي�س� ب�ادي ع 15/42: إن�

Page 6: MAKALAH AQIQAH

Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka,

kecuali orang-orang yang mengikuti kamu, yaitu orang-orang yang sesat. QS:15/42.

Adakah kasih sayang yang melebihi kasih sayang Allah Ta’ala kepada hamba-Nya,

dan Rasulullah saw. kepada umatnya? Betapa seandainya tidak ada kasih sayang itu.

Seandainya kita tidak diajarkan oleh Rasulullah saw. usaha tandingan untuk menangkal

bahaya besar yang tidak banyak disadarai oleh manusia itu, adakah kira-kira manusia dapat

selamat dari ancaman setan jin yang sangat mengerikan itu?

Sementara sepasang anak manusia sedang asyik-asyiknya dalam keadaan lupa diri,

ternyata setan jin telah menyiapkan jurus-jurus ampuh. Jika seandainya tidak ada penangkal

tersebut barangkali dapat dipastikan, tidak ada seorang manusiapun mampu menyelamatkan

diri dari serangan jin yang mematikan itu.

Buah ibadah yang dilakukan oleh seorang laki-laki sebelum mendatangi istrinya itu

disebut “Nismatul ‘ubudiyah” sedangkan kehidupan yang mendiami janin di dalam rahim

seorang ibu itu disebut “Nismatul adamiyah”. Selama keberadaan nismatul adamiyah

didampingi nismatul ‘ubudiyah, sampai kapanpun anak manusia tetap mendapatkan

perlindungan Allah Ta’ala. Dengan perlindungan itu setan jin tidak mempunyai kekuatan

untuk menguasainya, kecuali manusia sendiri terlebih dahulu merusak sistem perlindungan

tersebut dengan berbuat kemaksiatan dan dosa. Akibat dosa-dosa yang dilakukan itu dengan

sendirinya nismatul ‘ubudiyah akan meninggalkan nismatul adamiyah, sehingga terbuka

peluang bagi setan jin untuk menguasai manusia

Ketika persetubuhan itu tidak dilandasi dengan nuansa ibadah, tidak diniati dengan

niat yang baik, hanya memperturutkan dorongan hawa nafsu belaka, lebih-lebih lagi

dilaksanakan dalam kondisi masih haram, sehingga sejak proses awal kejadian anak manusia

itu tidak mendapatkan nismatul ‘ubudiyah, tidak mendapatkan sistem penjagaan malaikat

untuk melindungi jalan hidupnya, maka sejak masih berbentuk janin itu, anak manusia

tersebut sudah terkontaminasi anasir-anasir jin. Akibatnya, sejak itu pula menjadi sangat

rentan mendapatkan gangguan setan jin, baik jasmani maupun ruhaninya. Jasmaninya dalam

arti sangat rentan mendapatkan berbagai macam penyakit yang penyebabnya datang dari

dimensi alam jin dan ruhaninya dalam arti baik kesadaran maupun karakternya rentan

mendapatkan gangguan jin. Dengan demikian itu berarti, bagian kehidupan

anak manusia itu telah tergadai di dalam kekuasaan setan jin sehingga kapan saja jin dapat

melaksanakan niat jahatnya. Allah Ta’ala telah menegaskan hal tersebut dengan firman-Nya:

: المدثر - ين�ة2 ه ر� ب�ت� ك�س� ا بم� ن�ف�س� H74/38ك�ل

Page 7: MAKALAH AQIQAH

Tiap-tiap jiwa dengan apa yang telah diperbuatnya akan tergadai. QS:74/83.

Akibat dari kesalahan tersebut, jiwa anak manusia bagaikan sudah digadaikan oleh

orang tuanya kepada setan jin, maka dia membutuhkan tebusan untuk membebaskannya.

Oleh karena itu, berkat rahmat-Nya yang Agung, Allah Ta’ala masih memberikan

kesempatan kepada setiap orang tua untuk menebus jiwa anaknya tersebut dengan

melaksanakan sunnah Rasulullah saw yang disebut Aqiqoh.

Sebagaimana pelaksanaan ibadah qurban – laki-laki dengan dua ekor kambing dan

perempuan dengan satu ekor kambing – Aqiqoh juga demikian. Rasulullah saw.

sebagai seorang Rasul yang “Ma’shum” atau yang sudah mendapat jaminan keselamatan dan

penjagaan dari akibat kesalahan-kesalahan dan dosa-dosa, beliau melaksanakan Aqiqoh untuk

putra-putrinya hanya selang tujuh hari setelah hari kelahirannya.

Hal itu berarti mengandung pelajaran bagi umatnya tentang demikian besarnya hikmah

Aqiqoh.

Jika diambil arti secara filosofi, tujuan aqiqoh juga seperti tujuan ibadah qurban,

yakni melaksanakan tebusan atau yang disebut dengan istilah Fida’. Artinya; yang semestinya

Nabi Ismail as. mati kerena saat itu Nabi Ibrahim as. mendapatkan perintah untuk

menyembelihnya, namun kematian itu ditebusi oleh Allah Ta’ala dengan kematian seekor

binatang qurban. Sehingga sejak itu, setiap hari Raya Qurban kaum muslimin disunnahkan

untuk melaksanakan qurban dengan menyembelih binatang qurban. Seperti itu pula tujuan

aqiqoh yang dilakukan oleh kedua orang tua terhadap anaknya. Yakni melaksanakan

penebusan barangkali di saat kedua orang tua tersebut melaksanakan kuwajiban nafkah badan

ada kehilafan. Maksudnya, bagian kehidupan anak yang sudah terlanjur tergadaikan kepada

setan jin akibat kesalahan yang diperbuat, orang tua itu dianjurkan melaksanakan tebusan

dengan melaksanakan aqiqoh bagi anak-anaknya.

Oleh karena itu hendaknya umat Islam melaksanakan aqiqoh untuk anak-anaknya

dengan sungguh-sungguh, dilaksanakan dengan ikhlas semata-mata karena Allah Ta’ala.

Aqiqoh boleh dilaksanakan bersamaan pelaksanaan hajad- hajad yang lain, hal itu karena

daging aqiqoh dianjurkan dibagikan dalam keadaan matang. Boleh untuk walimatul ‘ursy,

atau walimatul khitan umpamanya, asal dalam pelaksanaan itu tidak dibarengi dengan niat-

niat yang tidak terpuji. Aqiqoh tidak boleh dibarengi dengan niat-niat yang dapat

membatalkan pahala ibadah, misalnya untuk berbuat bangga-banggaan atau untuk perbuatan

riya’ dan pamer, atau perbuatan yang sifatnya mubadzdzir menurut hukum agama islam,

seperti pesta-pesta perkawinan yang sifatnya hanya untuk menunjukkan status dan

kehormatan duniawi, hanya untuk pamer kesombongan dan bangga-banggaan. Hal itu

Page 8: MAKALAH AQIQAH

dilakukan agar aqiqoh yang dilaksanakan itu benar-benar mencapai target sasaran.

Menjadikan kafarot atau peleburan bagi dosa-dosa dan kesalahan yang telah terlanjur

dilakukan oleh kedua orang tua.

Jadi, salah satu hikmah aqiqoh adalah, disamping diniatkan untuk melaksanakan

sunnah Rasul saw, juga dapat dijadikan media atau sarana bagi usaha penyembuhan orang

yang telah terlanjur jiwanya tergadaikan kepada setan jin sehingga badannya  dihinggapi

berbagai penyakit. Aqiqoh yang dilaksanakan itu bukan dalam arti kambing yang disembelih

itu kemudian dipersembahkan kepada jin yang sedang memperdaya orang yang sakit

sehingga hukumnya menjadi syirik. Hal tersebut sebagaimana yang disangkah oleh sebagian

kalangan yang tidak memahami ilmunya. Namun dilaksanakan semata-mata melaksanakan

syari’at agama. Dengan asumsi, bahwa ibadah yang dilakukan oleh seorang hamba bukan

untuk kepentingan Allah Ta’ala, tetapi pasti ada kemanfaatan bagi orang yang malakukannya.

 Hal itu bisa terjadi, karena secara sunatullah, Allah Ta’ala sudah menetapkan bahwa setiap

amal kebajikan pasti dapat menghilangkan kejelekan, asal kebajikan tersebut dilaksanakan

semata-mata melaksanakan perintah-Nya. Allah Ta’ala telah menegaskan dengan firman-

Nya:

للذ�اكرين� ى ذك�ر� ذ�لك� ي%ئ�ات الس� ب�ن� ي�ذ�ه ن�ات س� ال�ح� : إن� 11/114هود -

“Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-

perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”. QS:11/114.

E. Syarat Akikah

Hewan dari jenis kibsy (domba putih) nan sehat umur minimal setengah tahun dan

kambing jawa minimal satu tahun. Untuk anak laki-laki dua ekor, dan untuk anak perempuan

satu ekor

F. Hewan Sembelihan

Hewan yang dibolehkan disembelih untuk akikah adalah sama seperti hewan yang

dibolehkan disembelih untuk kurban, dari sisi usia dan kriteria.

Imam Malik berkata: Akikah itu seperti layaknya nusuk (sembeliah denda larangan

haji) dan udhhiyah (kurban), tidak boleh dalam akikah ini hewan yang picak, kurus, patah

tulang, dan sakit. Imam Asy-Syafi'iy berkata: Dan harus dihindari dalam hewan akikah ini

cacat-cacat yang tidak diperbolehkan dalam qurban.

Page 9: MAKALAH AQIQAH

Ibnu Abdul Barr berkata: Para ulama telah ijma bahwa di dalam akikah ini tidak

diperbolehkan apa yang tidak diperbolehkan di dalam udhhiyah, (harus) dari Al Azwaj Ats

Tsamaniyyah (kambing, domba, sapi dan unta), kecuali pendapat yang ganjil yang tidak

dianggap.

Namun di dalam akikah tidak diperbolehkan berserikat (patungan, urunan)

sebagaimana dalam udhhiyah, baik kambing/domba, atau sapi atau unta. Sehingga bila

seseorang akikah dengan sapi atau unta, itu hanya cukup bagi satu orang saja, tidak boleh

bagi tujuh orang.

G. Kadar Jumlah Hewan

Kadar akikah yang mencukupi adalah satu ekor baik untuk laki-laki atau pun untuk

perempuan, sebagaimana perkataan Ibnu Abbas rahimahulloh: “Sesungguh-nya Nabi

Shallallaahu alaihi wa Sallam mengaqiqahi Hasan dan Husain satu domba satu domba.”

(Hadis shahih riwayat Abu Dawud dan Ibnu Al Jarud)

Ini adalah kadar cukup dan boleh, namun yang lebih utama adalah mengaqiqahi anak

laki-laki dengan dua ekor, ini berdasarkan hadis-hadis berikut ini

1. Ummu Kurz Al Ka’biyyah berkata, yang artinya: “Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam

memerintahkan agar dsembelihkan akikah dari anak laki-laki dua ekor domba dan

dari anak perempuan satu ekor.” (Hadis sanadnya shahih riwayat Imam Ahmad dan

Ashhabus Sunan)

2. Dari Aisyah Radhiallaahu anha berkata, yang artinya: “Nabi Shallallaahu alaihi wa

Sallam memerintahkan mereka agar disembelihkan akikah dari anak laki-laki dua

ekor domba yang sepadan dan dari anak perempuan satu ekor.” (Shahih riwayat At

Tirmidzi)

Dan karena kebahagian dengan mendapatkan anak laki-laki adalah berlipat dari

dilahirkannya anak perempuan, dan dikarenakan laki-laki adalah dua kali lipat wanita dalam

banyak hal.

Page 10: MAKALAH AQIQAH

H. Waktu Pelaksanaan

Pelaksanaan akikah disunnahkan pada hari yang ketujuh dari kelahiran, ini

berdasarkan sabda Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam, yang artinya: “Setiap anak itu

tergadai dengan hewan akikahnya, disembelih darinya pada hari ke tujuh, dan dia dicukur,

dan diberi nama.” (HR: Imam Ahmad dan Ashhabus Sunan, dan dishahihkan oleh At

Tirmidzi)

Dan bila tidak bisa melaksanakannya pada hari ketujuh, maka bisa dilaksanakan pada

hari ke empat belas, dan bila tidak bisa, maka pada hari ke dua puluh satu, ini berdasarkan

hadis Abdullah Ibnu Buraidah dari ayahnya dari Nabi Shallallaahu alaihi wa Sallam, beliau

berkata yang artinya: “Hewan akikah itu disembelih pada hari ketujuh, keempatbelas, dan

keduapuluhsatu.” (Hadis hasan riwayat Al Baihaqiy)

Namun setelah tiga minggu masih tidak mampu maka kapan saja pelaksanaannya di

kala sudah mampu, karena pelaksanaan pada hari-hari ke tujuh, ke empat belas dan ke dua

puluh satu adalah sifatnya sunah dan paling utama bukan wajib. Dan boleh juga

melaksanakannya sebelum hari ke tujuh.

Bayi yang meninggal dunia sebelum hari ketujuh disunnahkan juga untuk

disembelihkan akikahnya, bahkan meskipun bayi yang keguguran dengan syarat sudah

berusia empat bulan di dalam kandungan ibunya.

Akikah adalah syari’at yang ditekan kepada ayah si bayi. Namun bila seseorang yang

belum di sembelihkan hewan akikah oleh orang tuanya hingga ia besar, maka dia bisa

menyembelih akikah dari dirinya sendiri, Syaikh Shalih Al Fauzan berkata: Dan bila tidak

diakikahi oleh ayahnya kemudian dia mengaqiqahi dirinya sendiri maka hal itu tidak apa-apa.

wallahu ‘Alam.

I. Pembagian daging akikah

Adapun dagingnya maka dia (orang tua anak) bisa memakannya, menghadiahkan

sebagian dagingnya, dan mensedekahkan sebagian lagi. Syaikh Utsaimin berkata: Dan tidak

apa-apa dia mensedekahkan darinya dan mengumpulkan kerabat dan tetangga untuk

menyantap makanan daging akikah yang sudah matang. Syaikh Jibrin berkata: Sunahnya dia

memakan sepertiganya, menghadiahkan sepertiganya kepada sahabat-sahabatnya, dan

Page 11: MAKALAH AQIQAH

mensedekahkan sepertiga lagi kepada kaum muslimin, dan boleh mengundang teman-teman

dan kerabat untuk menyantapnya, atau boleh juga dia mensedekahkan semuanya. Syaikh Ibnu

Bazz berkata: Dan engkau bebas memilih antara mensedekahkan seluruhnya atau

sebagiannya dan memasaknya kemudian mengundang orang yang engkau lihat pantas

diundang dari kalangan kerabat, tetangga, teman-teman seiman dan sebagian orang faqir

untuk menyantapnya, dan hal serupa dikatakan oleh Ulama-ulama yang terhimpun di dalam

Al lajnah Ad Daimah.

Page 12: MAKALAH AQIQAH

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Aqiqoh merupakan penyembelihan kambing dimana saat anak dilahirkan pada hari

ketujuh. Dan hukumnya sunnah muakad. Dan hendaklah orang yang berqurban melaksanakan

qurban karena Allah semata. Jadi niatnya haruslah ikhlas lillahi ta’ala, yang lahir dari

ketaqwaan yang mendalam dalam dada kita. Bukan berqurban karena riya` agar dipuji-puji

sebagai orang kaya, orang dermawan, atau politisi yang peduli rakyat, dan sebagainya.

Sesungguhnya yang sampai kepada Allah SWT adalah taqwa kita, bukan daging dan darah

qurban kita.