makalah al yakin la yuzalu bi syak

28

Click here to load reader

Upload: ailif-pardianzyah

Post on 20-Jun-2015

4.311 views

Category:

Documents


59 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah al yakin la yuzalu bi syak

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Alhamdulillah semoga Alloh SWT selalu memberikan kepada kita hidayah

dan Taufiq-Nya. Amin. Shalawat dan salam semoga terlimpah pada rasulullah

Saw.

Dalam hal ini penulis akan menguraikan kaidah al-yaqin la yuzalu

bisyakki. Kaidah-kaidah fiqih yang ada dalam khazanah keilmuan qawaid al

fiqhiyyah pada dasarnya tebagi dalam dua kategori. Pertama adalah kaidah fiqih

yang hanya diperuntukkan untuk masalah individu dan masalah ibadah dalam arti

hubungan vertikal antara setiap individu dengan Allah. Kedua, kaidah fiqih yang

memang sengaja dimunculkan untuk menyelesaikan beberapa masalah terkait

dengan hubungan yang bersifat horizontal antar manusia itu sendiri, selain

memang di dalamnya terdapat nilai-nilai hubungan vertikal karena beberapa

obyek yang menjadi kajian adalah hukum Islam yang tentu saja itu semua

bersumber dari Allah.

Rasulullah SAW bersabda:

الناس من كثير يعلمها ال مشبهات وبينهما ، بين والحرام بين الحالل

Artinya: “sesuatu yang halal dan haram telah jelas (hukumnya) dan diantara

keduanya ada masalah-masalah mutasyabihat (yang tidak jelas hukumnya) yang

mayoritas orang tidak mengetahui hukumnya”.1

Alloh SWT telah memberikan kemudahan yang luar biasa kepada umat

Islam dalam rangka menjalankan kehidupan sehari-harinya. Alloh SWT

berfirman:

1 Hadist riwayat Imam Bukhari, Shahih Bukhari, juz 1 hal. 28. Imam Muslim,Shahih Muslim, juz 3 hal. 1221. Imam At-Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, juz 3 hal. 511. Imam Ibn Majah, Sunan Ibn Majah, juz 2 hal. 1318. Imam Ahmad, Musnad Ahmad, juz 4 hal. 269

Page 2: Makalah al yakin la yuzalu bi syak

Artinya; “tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan

perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa

orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk

memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya,

supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. 2

Pada umumnya pembahasan Qowaid Fiqiyah berdasarkan pembagian

kaidah-kaidah asasiyah dan kaidah-kaidah ghoiru asasiyah. Kaidah asasiyah

adalah kaidah yang disepakati oleh imam-imam azhah tanpa diperselisihkan

kekuatannya disebut juga sebagai kaidah-kaidah induk karena hampir setiap bab

dalam Fiqih masuk dalam kelompok kaidah induk ini. Adapun jumlah kaidah

asasiyah hanya 5 macam yaitu:

1. Segala sesuatu tergantung kepada tujuannya. بمقاصدها األمور

2. Yakin itu tidak dapat dihilangkan dengan adanya keraguan. يزول ال اليقين

بالشك

3. Kesulitan itu dapat menarik kemudahan. التيسير تجلب المشقة

4. Kemadharatan itu harus dihilangkan. يزال الضرر

5. Kebiasaan itu dapat dijadikan hukum. محكمة العادة

Dari kelima kaidah diatas penulis akan mencoba untuk membahas kaidah

Alyaqin La Yazulu Bisyakki. Menurut hemat penulis, bahwa kaidah ini sangat

penting untuk dibahas karena merupakan kaidah yang berisi tentang al-yaqin dan

asy-syakk. Imam As-Suyuthi menyatakan: “kaidah ini mencakup semua

pembahasan dalam Fiqih, dan masalah-masalah yang berkaitan dengannya

mencapai ¾ dari subyek pembahasan fiqih”.3 Imam Al-Qarafi menambahkan:

“dalam kaidah ini seluruh ulama sudah bersepakat dalam mengamalkannya dan

kita harus selalu mempelajarinya”.4

2 Surat At-Taubah: 122.

3 As-Suyuthi, Al-Asybah Wa An-Nadzair, hal. 55.

4 Al-Qarafi, Al-Furuq, juz 1 hal. 111.

Page 3: Makalah al yakin la yuzalu bi syak

Kemudian Imam Daqiq Al-‘Id mengisyaratkan kepada setiap umat Islam

untuk mengerjakan sesuatu yang sudah pasti dan membuang keragu-raguan,

sehingga seakan-akan ulama telah sepakat tentang keberadaan kaidah, akan tetapi

mereka tidak bersepakat dalam prosedur tata laksana kaidah ini”.5 Kaidah ini

menghantarkan kepada kita kepada konsep kemudahan demi menghilangkan

kesulitan yang kadang kala menimpa kepada kita, dengan cara menetapkan sebuah

kepastian hukum dengan menolak keragu-raguan. Dan telah diketahui akibat dari

keragu-raguan adalah adanya beban dan kesulitan, maka kita diperintahkan untuk

mengetahui hukum secara benar dan pasti sehingga terasa mudah dan ringan

dalam menjalankan perintah Alloh dan menjauhi larangan-Nya.6 Termasuk

didalamnya adalah aqidah dan ibadah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas maka penulis akan membahas kaidah “Yakin itu tidak

dapat dihilangkan dengan adanya keraguan” menjadi tiga poin sebagai berikut:

1. Apa yang di maksud dengan kaidah “Yakin itu tidak dapat dihilangkan

dengan adanya keraguan” بالشك يزول ال ? اليقين

2. Apa dasar hukum kaidah Yakin itu tidak dapat dihilangkan dengan adanya

keraguan. بالشك يزول ال ? اليقين

3. Apa sajakah kaidah turunan yang timbul dari kaidah “Yakin itu tidak dapat

dihilangkan dengan adanya keraguan” بالشك يزول ال ? اليقين

5 Daqiq Al-‘Id, Ihkam Al-Ahkam Syarh ‘umdat Al-Ahkam, juz 1 hal. 78.6 An-Nadawi, Qawaid Fiqhiyyah, hal. 354.

Page 4: Makalah al yakin la yuzalu bi syak

BAB II

PEMBAHASAN

A. Kaidah Fiqh Tentang Keyakinan dan Keraguan

Keyakinan dan keraguan merupakan dua hal yang berbeda, bahkan bisa

dikatakan saling berlawanan. Hanya saja, besarnya keyakinan dan keraguan akan

bervariasi tergantung lemah-kuatnya tarikan yang satu dangan yang lain. Sebelum

menjelaskan kaidah Al Yaqinu la Yuzalu Bi al-Syak ini penulis akan menjelaskan

terlebih dahulu makna Al Yaqinu la Yuzalu Bi al-Syak dari segi kebahasaan dan

dari segi istilah.

1. Al-Yaqin.

1) Menurut kebahasaan berarti: pengetahuan dan tidak ada keraguan

didalamnya.7 Ulama sepakat dalam mengartikan Al-Yaqin yang artinya

pengetahuan dan merupakan anonim dari Asy-Syakk.

2) Menurut istilah:

a. Menurut Imam Al-Jurjani Al-Yaqin adalah ”meyakini sesuatu bahwasanya

”begini” dengan berkeyakinan bahwa tidak mungkin ada kecuali dengan

”begini” cocok dengan realita yang ada, tanpa ada kemungkinan untuk

menghilangkannya”.8

b. Imam Abu Al-Baqa’ Al-Yaqin adalah ”pengetahuan yang bersifat tetap

dan pasti dan dibenarkan oleh hati dengan menyebutkan sebab-sebab

tertentu dan tidak menerima sesuatu yang tidak bersifat pasti”.9

c. As-Suyuthi menyatakan Al-Yaqin adalah ”sesuatu yang tetap dan pasti

yang dapat dibuktikan melalui penelitian dan menyertakan bukti-bukti

yang mendukungnya”.10

2. Asy-Syakk

7 Ibn Mandzur, Lisan Al-Arab, juz 13 hal. 457. Al-Jurjani, At-Ta’rifaat, hal 332.

8 Al-Jurjani, At-Ta’rifaat, hal 322.9 Abu Al-Baqa’, Al-Kulliyat, juz 5 hal. 116.10 As-Suyuthi, Al-Asybah Wa An-Nadzair, hal. 58

Page 5: Makalah al yakin la yuzalu bi syak

1) Menurut kebahasaan berarti: anonim dari Al-Yaqin. Juga bisa diartikan

sesuatu yang membingungkan.11

2) Menurut istilah:

a. Menurut Imam Al-Maqarri Asy-Syakk adalah ”sesuatu yang tidak

menentu (meragukan) antara ada atau tidak ada”.12

b. Menurut Imam Al-Jurjani Asy-Syakk adalah ”sesuatu yang tidak

menentu (meragukan) antara sesuatu yang saling berlawanan, tanpa

dapat dimenangkan salah satunya”.13

Dari uraian diatas maka dapat diperoleh pengertian secara jelas bahwa

sesuatu yang bersifat tetap dan pasti tidak dapat dihapus kedudukannya oleh

keraguan. Sebagai penjelasan lebih lanjut الذمة براءة hukum asal sesuatu) األصل

itu adalah terbebas seseorang dari beban tanggung jawab) sehingga al-yaqin

bukan termasuk sesuatu yang terbebankan. Dan apabila ada sebuah dalil yang

memberikan pembebanan kepada al-yaqin, maka harus sesuai dengan sendi

agama. Contoh: hukum asal air adalah suci, baik air hujan, sungai, laut, sumber,

danau. Hukum asal air telah pasti suci dan tidak ada sesuatu yang meragukan

hukum asal air tersebut. Contoh lain: الحقيقة الكالم في hukum asal pada) األصل

suatu kalimat adalah makna hakekat (kenyataan)-nya, artinya sesuatu yang pasti

dalam dalalah al-alfadz digunakan dari segi maknanya yang tersurat, sampai

datang dalil yang menjelaskannya kemudian.

Hukum yang bersifat tetap dan pasti harus ditetapkan dan berpedoman

dengan dalil, dan dalil yang ada tersebut tidak boleh saling bertentangan.contoh:

apabila sesorang memiliki harta yang diperolehnya melalui jual beli, warisan atau

sebab lain dengan cara yang halal dan benar maka hukumnya menjadi hak milik

penuh dan harta tersebut tidak bisa berpindah tangan kecuali ada bukti lain yang

datang kemudian. Karena hak milik tersebut berpedoman pada sebab-sebab

pemerolehannya secara benar dan halal, maka hal tersebut bersifat tetap dan pasti,

dan tidak bisa dihapus oleh keraguan yang tidak didasari dengan alat bukti yang

kuat.

11 Ibn Mandzur, Lisan Al-Arab, juz 10 hal. 451. Ibn Nujaim, Al-Asybah Wa An-Nadzair, hal 82.12 Al-Maqarri, Al-Mishbah Al-Munir, juz 1 hal. 320.13 Al-Jurjani, At-Ta’rifaat, hal 168.

Page 6: Makalah al yakin la yuzalu bi syak

Untuk bisa memahami kaidah ini, terlebih dahulu harus mengetahui,

bahwa tingkat daya hati dalam menangkap sesuatu selalu berbeda-beda, yakni :

1. Al Yakin

Secara bahasa: mengetahui dan hilangnya keraguan. Al Yakin merupakan

kebalikan dari Al Syak. Bisa disimpulkan bahwa Al Yakin adalah bentuk

penetapan dan penenangan atas sesuatu yang sekiranya tidak tersisa lagi keraguan.

Keyakinan yang ada tidak bisa dihilangkan oleh keraguan yang baru datang, dan

keyakinan semacam ini tidak bisa hilang kecuali dengan keyakinan yang

sederajat.

2. Ghalabah al Dzan

Ghalabatul al dzan bisa digambarkan ketika seseorang dihadapkan pada dua

kemungkinan. Ia menduga salah satunya lebih unggul dan hatinya lebih condong

untuk membuang salah satu lainnya yang lemah, maka yang lebih unggul disebut

Ghalabatul al dzan.

3. Al Dzan

Menurut para ahli fiqh jika salah satu dari dua kemungkinan itu lebih kuat dan

bisa mengungguli yang lain, namun hati enggan mengambil yang kuat dan enggan

juga membuang lainnya yang lemah maka inilah yang disebut al dzan. Sedangkan

jika hati berpegang pada salahsatunya dan membuang yang lain maka disebut

Ghalabatul al dzan

4. Al syak

Al syak secara bahasa artinya ragu atau bingung. Secara terminologi, al syak

adalah setara antara dua perkara, yaitu berhenti/tidak bisa menentukan diantara

dua perkara dan hati tidak condong pada salah satunya. Sementara Al Razi

menjelaskan, ragu diantara dua perkara, jika keduanya seimbang, maka disebut Al

Syak. Jika tidak seimbang, maka yang lebih unggul disebut dzan dan yang lemah

disebut salah duga/al wahn.

. Kaidah yang berkaitan dengan hal ini ialah:

Page 7: Makalah al yakin la yuzalu bi syak

ك4 6لش5 با ال7 7ز8 ي 8 ال 9ن7 8ق6ي 9ي 8ل ا

“Keyakinan tidak dapat dihapus dengan keraguan.”

B. Dasar Hukum Kaidah 4ك 6لش5 با ال7 7ز8 ي 8 ال 9ن7 8ق6ي 9ي 8ل ا

Dasar-dasar kaidah tentang keyakinan dan keraguan berdasarkan kepada

Al-Qur-an, Hadits Nabi Muhammad saw, Ijma para Sahabat, dan dalil Aqli

yang disepakati jumhur Ulama. Berikut adalah penjelasannya :

1. Firman Alloh SWT:

Artinya: “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi

ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain

hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta

(terhadap Allah)”.14

Seperti menghalalkan memakan apa-apa yang telah diharamkan Allah, dan

mengharamkan apa-apa yang telah Dihalalkan Allah, menyatakan bahwa Allah

mempunyai anak dll

Artinya: “Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja.

Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai

kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka kerjakan”.15

14 Surat Al-An’am: 116.15 Surat Yunus: 36.

Page 8: Makalah al yakin la yuzalu bi syak

Artinya: “Ingatlah, Sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di langit dan

semua yang ada di bumi. dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu selain

Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). mereka tidak mengikuti kecuali

prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga”.16

Artinya: “Dan mereka tidak mempunyai sesuatu pengetahuanpun tentang itu.

mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan sedang Sesungguhnya

persangkaan itu tiada berfaedah sedikitpun terhadap kebenaran”.17

2. Hadits Rasulullah SAW:

Adapun dasar-dasar pengambilan kaidah asasiyyah yang kedua ini mengenai

keyakinan dean keraguan, antara lain sebagai berikut:

Sebagaimana yang dikutip oleh Muchlis Usman, bahwa Nabi Muhammad

SAW bersabda, yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:[13][13]

6ذ8ا إ 5م8 ل و8س8 9ه6 8ي ع8ل 5ه الل ص8ل5ى 5ه6 الل ول7 س7 ر8 ق8ال8 ق8ال8 ة8 9ر8 ي ه7ر8 6ي ب8 أ ع8ن9

ال8 8م9 أ Cء ي9 ش8 9ه7 م6ن ج8 خ8ر88 أ 9ه6 8ي ع8ل 8ل8 ك 8ش9 ف8أ Hا 9ئ ي ش8 6ه6 8ط9ن ب ف6ي 7م9 ح8د7ك

8 أ و8ج8د8

ا Hر6يح 8ج6د8 ي و98 أ Hا ص8و9ت م8ع8 8س9 ي 5ى ح8ت ج6د6 9م8س9 ال م6ن8 ج8ن5 8خ9ر7 ي ف8ال8

Dari Abu Hurairah berkata : Rosululloh bersabda : “Apabila salah seorang

diantara kalian merasakan sesuatu dalam perutnya, lalu dia kesulitan menetukan

apakah sudah keluar sesuatu (kentut) ataukah belum, maka jangan membatalkan

sholatnya sampai dia mendengar suara atau mencium bau.” (HR. Muslim).

9ه6 8ي ع8ل 5ه الل ص8ل5ى 5ه6 الل ول7 س7 ر8 ق8ال8 ق8ال8 9خ7د9ر6ي4 ال Pع6يد س8 6ي ب8 أ ع8ن9

8عHا ب ر98 أ 8م9 أ Hا ث 8ال8 ث ص8ل5ى 8م9 ك 8د9ر6 ي 8م9 ف8ل 6ه6 ت ص8ال8 ف6ي 7م9 ح8د7ك

8 أ ك5 ش8 6ذ8ا إ 5م8 ل و8س8

9ل8 ق8ب 9ن6 8ي د8ت ج9 س8 ج7د7 8س9 ي 7م5 ث 9ق8ن8 8ي ت اس9 م8ا ع8ل8ى 9ن6 8ب 9ي و8ل ك5 الش5 ح6 8ط9ر8 9ي ف8ل

16 Surat Yunus: 66.17 Surat An-Najm: 28.

Page 9: Makalah al yakin la yuzalu bi syak

ص8ل5ى 8ان8 ك 6ن9 و8إ 8ه7 ت ص8ال8 8ه7 ل ف8ع9ن8 ش8 ا Hخ8م9س ص8ل5ى 8ان8 ك 6ن9 ف8إ 4م8 ل 7س8 ي 8ن9 أ

9ط8ان6 ي 6لش5 ل غ6يمHا 8ر9 ت 8ا 8ت 8ان ك P8ع ب ر98 أل6 9م8امHا 6ت إ

“ Dari Abu Sa’id Al Khudri berkata : Rosululloh bersabda : “Apabila salah

seorang diantara kalian ragu-ragu dalam shalatnya, sehingga tidak mengetahui

sudah berapa rakaatkah dia mengerjakan shalat, maka hendaklah dia membuang

keraguan dan lakukanlah yang dia yakni kemudian dia sujud dua kali sebelum

salam, kalau ternyata dia itu shalat lima rakaat maka kedua sujud itu bisa

menggenapkan shalatnya, dan jikalau ternyata shalatnya sudah sempurna maka

kedua sujud itu bisa membuat jengkel setan.” (HR. Muslim)

Imam An-Nawawi berkomentar terhadap hadits diatas: “hadits ini adalah pokok

dari syariat Islam, sebuah pondasi kuat dari tegaknya kaidah-kaidah fiqih.

Maksudnya adalah segala sesuatu diberi beban hukum atas dasar

keberlangsungannya dengan menggunakan pokok-pokok ajaran Islam secara

yakin dan pasti serta tidak ada keraguan yang mengganggu pikirannya. Dari hadits

diatas tersurat adanya seseorang yang yakin dia dalam keadaan suci akan tetapi

terdetik dalam hatinya keraguan dia ber”hadats”, maka yang diunggulkan adalah

dia masih dalam keadaan bersuci sampai datang bukti yang menyebutkan dia

sudah ber”hadats”.18

3. Ijma’

Ulama telah bersepakat tentang adanya pengamalan kaidah 4ك 6لش5 با ال7 7ز8 ي 8 ال 9ن7 8ق6ي 9ي 8ل ا

ini. Imam Al-Qarafi menyatakan: “dalam kaidah ini seluruh ulama sudah

bersepakat dalam mengamalkannya dan kita harus selalu mempelajarinya”.19

Imam Daqiq Al-‘Id mengisyaratkan kepada setiap umat Islam untuk mengerjakan

sesuatu yang sudah pasti dan membuang keragu-raguan, sehingga seakan-akan

ulama telah sepakat tentang keberadaan kaidah, akan tetapi mereka tidak

bersepakat dalam prosedur tata laksana kaidah ini”.20

18 Imam An-Nawawi, Syarh An-Nawawi ‘Ala Shahih Muslim, juz 2 hal. 414.

19 Al-Qarafi, Al-Furuq, juz 1 hal. 111.20 Daqiq Al-‘Id, Ihkam Al-Ahkam Syarh ‘umdat Al-Ahkam, juz 1 hal. 78.

Page 10: Makalah al yakin la yuzalu bi syak

Imam Abu Bakar As-Sarkhasi menyatakan: “berpegang teguh pada sesuatu yang

pasti dan tetap dan meninggalkan keragu-raguan merupakan pokok ajaran syariat

Islam”.21

4. Dalil ‘Aqli

Sudah dipastikan bahwa sesuatu yang pasti itu lebih kuat kedudukannya daripada

sesuatu yang meragukan dan membingungkan, karena sesuatu yang pasti selalu

bersifat tetap dan dapat dibuktikan dengan menggunakan alat bukti yang sah, dan

sesuatu yang meragukan selali bersifat membingungkan dan penuh dengan

berbagai kemungkinan-kemungkinan yang akan datang dikemudian hari. Syaikh

Musthafa Az-Zarqa menyatakan: “sesuatu yang pasti itu lebih kuat kedudukannya

daripada sesuatu yang meragukan dan membingungkan, karena sesuatu yang pasti

itu mempunyai kedudukan hukum yang kuat dan bersifat pasti, dan jika ada

keragu-raguan yang tiba-tiba datang maka tidak bisa menghapus hukum yang

bersifat psti tersebut”.22

C. Kaidah-kaidah Lanjutan dari kaidah 4ك 6لش5 با ال7 7ز8 ي 8 ال 9ن7 8ق6ي 9ي 8ل ا

Muhammad Shidqi Ibn Ahmad al-Burnu menjelaskan bahwa kaidah al-yaqin

la yazalu bi al-syak adalah bersumber dari Abu Hanifah. Zaid al-Dabusi dalam

kitab Ta’sis al-Nazhar menyatakan bahwa: “Menurut Abu Hanifah, sesuatu yang

ditetapkan dengan cara penelitian dari segala segi dan meyakinkan dari seluruh

seginya, hukumnya ditetapkan berdasarkan penelitian tersebut sebelum terdapat

bukti kuat yang mengingkarinya.”

Kaidah asasiyyah tentang keyakinan dan keraguan yang penulis ketahui ada

11 (sebelas) yang merupakan sub-sub dari kaidah 4ك 6لش5 با ال7 7ز8 ي 8 ال 9ن7 8ق6ي 9ي 8ل :yaitu , ا

Kaidah pertama:

6ه6 9ل م6ث 9ن6 8ق6ي 9ي بال ال7 7ز8 ي 8ق6ن7 9ي ال

“ Apa yang yakin bisa hilang karena adanya bukti lain yang meyakinkan pula “

21 As-Sarkhasi, Usul As-Sarkhasi, juz 2 hal. 116.22 Musthafa Ahmad Az-Zarqa, Al-madkhal Al-Fiqh Al-‘Am, juz 2 hal. 981.

Page 11: Makalah al yakin la yuzalu bi syak

Maksudnya apabila telah meyakini sesuatu kemudian ada bukti yang lebih

meyakinkan tentang hal tersebut, maka keyakinan kedua lah yang dianggap benar.

Contoh:

Seseorang yang berkendaraan pada waktu hujan, kemudian dia terkena

percikan air hujan yang sudah tercampur dengan air di jalan yang kemungkinan

bahwa air itu najis, maka dia tidak wajib mencuci kaki atau baju yang terkena air

tersebut, karena pada dasarnya air adalah suci, kecuali kalau ada bukti kuat bahwa

air itu najis.

Kaidah kedua

P8ق6ين 6ي ب إال5 8ف6ع7 ت 8ر9 ي ال8 P8ق6ين 6ي ب 8ت8 8ب ث م8ا 8ن5 أ

“ Apa yang ditetapkan atas dasar keyakinan tidak bisa hilang kecuali dengan

keyakinan lagi “

Dalam kaidah ini berhubungan dengan jumlah bilangan, apabila seseorang

ragu, maka bilangan yang terkecil itulah yang meyakinkan.23

Contoh:

Seseorang makan gorengan sambil berkumpul dengan teman-temannya,

kemudian dia ragu sudah memakan 3 atau 4 gorengan, maka bilangan yang 4 lah

yang meyakinkan,karena ini berhubungan dengan mualamalah atau hubungan

sesama manusia, sebab jika kita memilih bilangan sedikit, dikhawatirkan akan

termakan hak orang lain, tetapi jika keraguan dalam masalah ibadah kepada Allah

SWT seperti bilangan shalat, apakah sudah 3 rakaat atau 4 rakaat, maka bilangan

terkecillah yang kita ambil sebab ini adalah masalah pelaksanaan kewajiban kita

sebagai hamba-Nya dan untuk kehati-hatian kita .

الذ�م�ة اءة� بر ل� ص� األ�

“ Hukum asal adalah bebasnya seseorang dari tanggung jawab “

Pada dasarnya manusia dilahirkan dalam keadaan bebas dari tuntutan, baik

yang berhubungan dengan hak Allah maupun dengan hak Adami. Jadi sesuatu

bebas dari tanggungan sampai ada yang mengubahnya.24

Contoh:

23 Djazuli, Kaidah-kaidah Fikih: Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam Menyelesaikan Masalah-masalah yang praktis, h. 48.24 ibid

Page 12: Makalah al yakin la yuzalu bi syak

Seseorang bebas dari tanggung jawabnya sebagai mahasiswa, sampai dia

benar-benar masuk sebuah universitas dan terdaftar sebagai mahasiswa.

8ان ك م8ا ع8ل8ى 8ان8 ك م8ا 8ق8اء7 ب ص9ل78 األ9

“ Hukum asal itu tetap dalam keadaan tersebut selama tidak ada hal lain yang

mengubahnya “

Keadaan dalam contoh sebelumnya bisa terjadi perubahan lagi, manakala

ada unsur lain yang mengubahnya.25 Mislanya, mahasiswa bebas lagi dari tugas

dan kewajibannya sebagai mahasiswa ketika dia telah lulus atau menyelesaikan

sekolahnya. Contoh lainnya, seseorang yang telah berwudhu, akan tetap dalam

keadaan berwudhu, sampai adanya bukti bahwa ia telah batal. Dengan adanya

bukti batal tersebut, maka berubahlah hukum masihnya ia dalam keadaan

berwudhu.

ال�عدم ل� ص� األ�

“ Hukum asal adalah ketiadaan “

Contoh:

Andi membeli play station, kemudian dia berselisih dengan penjual bahwa

play station yang dibelinya ternyata rusak, maka dalam masalah ini yang menang

adalah penjual, karena waktu pembeliaan play station ini sudah dicoba terlebih

dahulu dan dalam keadaan baik.

6ه6 و9ق8ات8 أ ب8 أق9ر8 6ل8ى إ 9حأد6ث6 ال 6ض8ف8ة7 إ ص9ل7

8 األ9

“ Hukum asal adalah penyandaran suatu peristiwa kepada waktu yang lebih dekat

kejadiannya “

Kaidah tersebut terdapat dalam kitab-kitab mazhab Hanafi. Sedangkan

dalam kitab-kitab mazhab Syafi’I, meskipun substansinya sama tetapi

ungkapannya berbeda, yaitu:

م8أن6 6الز5 ب ق9ر88 6أ ب ه7 ر7 8ق8د4 ت ح8اد6ث6 7ل4 ك ف6ي ص9ل7

8 األ9

“ Hukum asal dalam segala peristiwa adalah terjadi pada waktu yang paling dekat

kepadanya “

25 Ibid., hal. 49

Page 13: Makalah al yakin la yuzalu bi syak

Apabila terjadi keraguan karena perbedaan waktu dalam suatu peristiwa, maka

hukum yang ditetapkan adalah menurut waktu yang paling dekat kepada peristiwa

tersebut, karena waktu yang paling dekat yang menjadikan peristiwa itu terjadi.26

Contoh:

Seseorang menjalani operasi ginjal, setelah itu dia sehat dan dapat menjalani

aktifitas sehari-harinya seperti biasa, kemudian selang beberapa bulan dia

meninggal dunia, maka meninggalnya orang tersebut bukan karena terjadi operasi,

tetapi dikarenakan suatu hal dan sebagainya.

ر�يم الت�ح� على الد�ل�يل� �يد�ل ت�ى ح ة� �باح اإل� ياء� ش� األ� ف�ي ل� ص�

األ�

“ Hukum asal segala sesuatu itu adalah boleh sampai ada dalil yang menunjukkan

keharamannya “

Maksudnya selama belum adanya dalil yang menjadikan sesuatu itu haram, maka

hukumnya adalah boleh. Di kalangan mazhab Hanafi ada pula kaidah:

9ح8ظ8ر7 ال 8اء6 ي 8ش9 األ9 ف6ي ص9ل78 األ9

“ Hukum asal segala sesuatu adalah larangan (haram) “

Kemudian oleh para ulama, kaidah tersebut dikompromikan menjadi dua kaidah

dalam bidang hukum yang berbeda, yaitu kaidah:

ر�يم� الت�ح� على الد�ل�يل� �يد�ل ت�ى ح ة� �باح اإل� ياء� ش� األ� ف�ي ل� ص�

األ�

“ Hukum asal segala sesuatu itu adalah kebolehan sampai ada dalil yang

menunjukkan keharamannya “

Contoh:

Tentang binatang cacing, misalnya seseorang memakan atau memperjualbelikan

cacing. Karena pada dasarnya semua hukum itu adalah mubah, maka dalam hal ini

pun diperbolehkan untuk melaksanakan kegiatan tersebut sampai adanya dalil

yang menyatakan keharamannya. Kaidah ini hanya berlaku untuk bidang fiqih

muamalah, sedangkan untuk fikih ibadah digunakan kaidah:

8 9ع6ب ال ف6ي ص9ل78 م9ر6 ااأل9

8 األ9 ع8ل8ى 9ل7 6ي الد5ل 8ق7وم8 ي 5ى ح8ت ن7 7ط9ال8 9مب ال د8ة6

“ Hukum asal dalam ibadah mahdah adalah batal sampai ada dalil yang

memerintahkannya “

Contoh:

26 Ibid,. Hal. 51

Page 14: Makalah al yakin la yuzalu bi syak

Kita telah mengetahui bahwa tiap-tiap shalat memiliki jumlah rakaat masing-

masing. Maka tidak boleh kita merubahnya, misalkan shalat isya yang 4 rakaat

menjadi 3 rakaat saja, karena masalah ibadah itu sudah ada ketetapannya dari

Allah SWT.

Imam Syafi’I berpendapat : “ Allah itu Maha Bijaksana, jadi mustahil Allah

menciptakan sesuatu, lau mengharamkan atas hamba-Nya”. Sedangkan Imam Abu

Hanifah berkata bahwa: “ Memang Allah Maha Bijaksana, tetapi bagaimanapun

segala sesuatu itu adalah milik Allah Ta’ala sendiri. Jadi kita tidak boleh

menggunakannya sebelum ada izin dari Allah.27

ة يق ق� ال�ح م� ال�كال ف�ي ل� ص� األ�

“ Hukum asal dari suatu kalimat adalah arti yang sebenarnya “

Kaidah ini member maksud bahwa dalam suatu kalimat, harus diartikan kepada

arti yang hakikat atau arti yang sebenarnya. Yakni sebagaimana yang

dimaksudkan oleh pengertian yang hakiki.28 Jadi, makna dari sebuah kata yang

diungkapkan haruslah arti yang sebenarnya.

Contoh;

Seorang pengusaha kaya akan menghibahkan sebuah rumah dan kendaraan

kepada bapak si Jodi yang telah berjasa dalam mengelola usahannya. Jadi bapak

dalam kalimat itu adalah ayah kandung dari Jodi, bukan ayah angkat ataupun ayah

tirinya Jodi.

خ8ط8اء7ه7 8ظ9ه8ر7 ي 5ذ6ي ال 6الظ5ن4 ب ة7 9ر8 ب ع6 ال8

“ Tidak dianggap (diakui), persangkaan yang jelas salahnya “

Contoh:

Apabila seorang anak yang berhutang sudah melunasi semua hutangnya, lalu si

ayah dari penghutang juga membayarkan hutang anaknya tadi, karena si ayah

menyangka belum dibayar. Maka si ayah boleh meminta uangnya kembali, karena

ada persangkaan yang salah.

6 5و8هم 6لت ل ة7 9ر8 ب ع6 ال8

“ Tidak diakui adanya waham (kira-kira) “

Maksudnya adalah dalam suatu hal, kita tidak menggunakan perkiraan.

27 Imam Musbikin, Qawa’id al-fiqhiyah, hal. 59.

28 Ibid., hal. 64.

Page 15: Makalah al yakin la yuzalu bi syak

Contoh:

Seseorang yang meninggal dunia dan memiliki harta warisan yang banyak,

kemudian harta tersebut dibagi kepada ahli warisnya. Tentang harta lain yang

dikira-kira ada barangnya, tidak diakui karena hanya berupa perkiraan saja.

ف6ه6 خ6ال8 ع8ل8ى 9ل7 6ي الد5ل 8ق7م9 ي 8م م8ال 8ق8اء6ه6 بب 8م7 7ح9ك ي م8ن6 6ز8 ب 8ت8 8ب ث م8ا

“ Apa yang ditetapkan berdasarkan waktu, maka hukumnya ditetapkan

berdasarkan berlakunya waktu tersebut selama tidak ada dalil yang bertentangan

dengannya “

Contoh:

Seseorang yang pergi ke luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI),

kemudian lama tidak terdengar kabar beritanya, maka dia tetap dinyatakan masih

hidup. Karena berdasarkan pada keadaan saat dia berangkat, yakni dalam keadaan

masih hidup.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keyakinan dan keraguan merupakan dua hal yang berbeda, bahkan bisa dikatakan

saling berlawanan. Hanya saja, besarnya keyakinan dan keraguan akan bervariasi

tergantung lemah-kuatnya tarikan yang satu dangan yang lain.

Dalil ‘aqli (akal) bagi kaidah keyakinan dan keraguan adalah bahwa keyakinan

lebih kuat dari pada keraguan, karena dalam keyakinan terdapat hukum qath’i

yang meyakinkan. Atas dasar petimbangan itulah bisa dikatakan bahwa keyakinan

tidak boleh dirusak oleh keraguan.

Page 16: Makalah al yakin la yuzalu bi syak

Dari pembahasan tentang kaidah keyakinan tidak bisa hilang dengan adanya

keraguan ini, oleh karenanya pemakalah mengambil kesimpulan bahwa apabila

kita telah yakin terhadap sesuatu dalam hati, maka hal itu lah yang berlaku,

kecuali memang ada dalil atau bukti lain yang lebih kuat atau meyakinkan

sehingga dapat membatalkan keyakinan kita itu. Karena sesuai dengan maknanya

yakin itu adalah kemantapan hati atas sesuatu. Intinya rasa ragu itu tidak bisa

menghapuskan keyakinan kita.

B. Saran

Sebagai hamba Allah yang beriman dan bertaqwa, marilah kita bersama-sama

mematuhi perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan menjalankan syariat-

Nya. Dan marilah kita hindari hal-hal yang meragukan, sebab hal yang meragukan

hanya akan menjadi penghalang bagi kita untuk menjalankan syariatnya. Dan

tetaplah konsisten dengan pendirian yang meyakinkan hati.

DAFTAR PUSTAKA

B.Buku

Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahannya. Surabaya: PT Mahkota,

2004 M

Hadits Digital 9 imam.

Djazuli, Acep, Ilmu Fiqh: Penggalian, Perkembangan dan Penerapan Hukum

Islam, Jakarta: Kencana, 2006.

Djazuli, Acep, Kaidah-Kaidah Fikih: Kaidah-kaidah Hukum Islam dalam

Menyelesaikan Masalah-masalah yang Praktis, Jakarta: Kencana, 2006.

Page 17: Makalah al yakin la yuzalu bi syak

Mubarok, Jaih, Kaidah Fiqh: sejarah dan kaidah-kaidah asasi, Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2002.

Musbikin, Imam, Qawa’id al-fiqhiyah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,

2001.

Usman, Mukhlis, Kaidah-kaidah Istinbath hukum Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo

Persada, 2002.

Asjmuni A. Rahman, Kaidah-kaidah Fiqih (Qawai’idul Fiqhiyyah), Jakarta: Bulan

Bintang, 1976.

Mun’im A. Sirry, Sejarah Fiqih Islam: Sebuah Pengantar, Surabaya: Risalah

Gusti, 1995.

Abu Al-Baqa’, Ayyub bin Musa, Al-Kafawi. Al-Kulliyat. Suriah: wizarah Ats-

Tsaqafah, 1981 M.

Ab Husain, Ya’qub Abdulwahhab. Kaidah Al-Yaqin La Yazulu Bi Asy-Syakk.

Riyadh: Maktabah Ar-Rasyd, t.th.

Al-Jurjani, Ali bin Muhammad bin Ali. At-Ta’rifaat. Beirut: Dar Al-Kitab Al-

Arabi, 1405 H.

Al-Maqarri, Ahmad bin Muhammad bin Ali. Al-Mishbah Al-Munir. Beirut: Al-

Maktabah Al-Ilmiyah, t.th.

Al-Qarafi, Ahmad bin Idris bin Abdurrahman Ash-Shonhaji, Syihabuddin. Al-

Furuq, Beirut: ‘Alim A,-Kutub, t.th.

An-Nadawi, Ali Ahmad. Qawaid Fiqhiyyah. Damaskus: Dar Al-Qalam, t.th.

An-Nawawi, Yahya bin Syarf, Abu Zakariya. Syarh An-Nawawi ‘Ala Shahih

Muslim, Beirut: Dar Ihya’ At-Turats Al-Arabi, 1392 H.

As-Sarkhasi, Muhammad bin Ahmad Abu Bakar. Usul As-Sarkhasi. Beirut: Dar

Al-Ma’rifat, 1393 H.

Page 18: Makalah al yakin la yuzalu bi syak

As-Suyuthi, Jalaluddin Abdurrahman. Al-Asybah Wa An-Nadzair fi qawaid wa

furu’ fiqh Asy-Syafi’iyyah, Beirut: Dar Al-Kutub Al-‘Ilmiyyah, t.th.

Daqiq Al-‘Id, Muhammad bin Ali bin wahab Al-qusyairi. Ihkam Al-Ahkam Syarh

‘umdat Al-Ahkam. Kairo: al-Muniriyah, t.th.

Ibn Mandzur, Muhammad bin Mukarrim. Lisan Al-Arab. Beirut: Dar Shadr, t.th.

Musthafa Ahmad Az-Zarqa, Al-madkhal Al-Fiqh Al-‘Am. Damaskus: Dar Al-

Qalam, t.th

B.     Internet

http://ahmadsabiq.com/2010/02/24/sesuatu-yang-yakin-tidak-bisa-hilang-dengan-keraguan/ On Line 10 oktober 2013, 16.00 wib.

Page 19: Makalah al yakin la yuzalu bi syak

[13]