lukisan tamadun islam dalam budaya islam

15
Lukisan Tamadun Islam Dalam budaya islam, penghasilan hasil seni yang bermotifkan haiwan atau sebarang motif lain adalah dibenarkan. Tetapi hasil seni yang bermotifkan agama adalah amat dilarang. Gambaran yang melibatkan penghasilan lakaran berunsur geometri yang abstrak atau motif bunga-bungaan sering digunakan. Penghasilan motif ini digunakan dalam bidang pembinaan dan kaligrafi yang terdapat pada binaan masjid dan buku-buku agama termasuk kitab suci al-Quran. Lakaran- lakaran abstrak ini bukanlah suatu yang dianggap baru, tetapi ianya sudah lama digunapakai sejak zaman

Upload: reygnna-meiy-dy-k

Post on 11-Jul-2016

17 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

islam

TRANSCRIPT

Lukisan Tamadun Islam Dalam budaya islam, penghasilan hasil seni yang bermotifkan haiwan atau sebarang motif lain adalah dibenarkan. Tetapi hasil seni yang bermotifkan agama adalah amat dilarang. Gambaran yang melibatkan penghasilan lakaran berunsur geometri yang abstrak atau motif bunga-bungaan sering digunakan. Penghasilan motif ini digunakan dalam bidang pembinaan dan kaligrafi yang terdapat pada binaan masjid dan buku-buku agama termasuk kitab suci al-Quran. Lakaran-lakaran abstrak ini bukanlah suatu yang dianggap baru, tetapi ianya sudah lama digunapakai sejak zaman Pra-Klasik dan juga zaman Barbarian. Seorang illustrator, M. C. Escher telah memperkenalkan lukisan geogmetri islam ini ke dalam dunia barat yang bermotifkan bunga-bungaan. Seni lukis pada zaman ini turut dikenali sebagai seni halus. Seni lukis bermula pada zaman Khalifah Muawiyah di Damsyik dan ia biasanya tertera pada helaian safhah al-Quran ygn dihisai dgn corak lukisan bunga dan gambar berbentuk

Arabesque dgn pilihan warna emas. Dalam seni islam, pelukis diharamkan membentuk dan melukis makhluk yang bernyawa, namun lukisan ini dibolehkan hanya dengan bertujuan kerana keperluan yang diiktiraf seperti untuk kegunaan pendidikan. Seni lukis ula bermula pada zaman khalifah Muawiyah di Damsyik dan ia biasnya tertera pada helaian-helaian safhah aQuran yang dihiasi dengan corak lukisan bunga dan gambar berbentuk araesque dengan pilihan warna emas, buku-buku sejarah yang dihiasi dengan gambar-gambar warna yang cantik seperti kitab al-Tarikh Syahnama dan buku hikayat alfun alLaial dan buku-buku cerita. Seni lukis Islam biasanya terhad kepada lukisan keindahan alam dan tidak termasuk benda-benda bernyawa yan boleh menjadi pujaan seperti haiwan, dewa atau patung. Di tengah pro dan kontra itu seni lukis berkembang di dunia Islam. Meski begitu, para arkeolog dan sejarawan tak menemukan adanya bukti adanya sisa peninggalan lukisan Islam asli di atas kanvas serta panel kayu.

Hasil penggalian yang dilakukan arkeolog justru menemukan adanya lukisan dinding, lukisan kecil di atas kertas yang berfungsi sebagai gambar ilustrasi pada buku. Salah satu bukti bahwa umat Islam mulai terbiasa dengan gambar makhluk hidup paling tidak terjadi pada masa pemerintahan Dinasti Umayyah (661 M -750 M) di Damaskus, Suriah. Hal itu dapat disaksikan dalam lukisan yang terdapat pada Istana keci Qusair Amrah yang dibangun pada 724 M hingga 748 M. Selain itu, serambi istana Musyatta yang dibangun penguasa Umayyah di akhir kekuasaannya tahun 750 M, juga dipenuhi lukisan manusia dan binatang. Pada era kekuasaan Abbasiyah, penggunaan gambar makhluk hidup dalam lukisan dinding juga digunakan pada istana Juasaq Al-Kharqani yang dibangun oleh Khalifah Al-Mu'tasim pada 836 M-839 M. Makhluk hidup juga menjadi objek lukisan di istana Dinasti Abbasiyah di era pemerintahan Al-Muqtadir (908 M-932 M). Dalam dinding istana itu, tergambar lima belas penunggang kuda. Lukisan ini dipengaruhi gaya

Mesopotamia. Lukisan manusia juga terdapat dalam dinding istana Sultan Mahmud Gazna (wafat 1030 M). Gambar prajurit serta perburuan gajah yang terlukis di dinding istana Sultan itu lebih banyak dipengaruhi seni dari India. Lukisan manusia dan makhluk hidup mulai berkembang pesat di era Dinasti Fatimiyah dan Seljuk antara abad ke-12 dan 13 M. Seabad kemudian, seni lukis miniature berkembang pesat di era kekuasaan Dinasti Il-Khans--dinasti keturunan Hulagu Khan yang sudah masuk Islam. Penguasa Il-Khans, seperti Mahmud Ghazan (1295 M-1304 M), Muhammad Khodabandeh (Oljeitu) (1304 M-1316 M), dan Abu Sa'id Bahadur (1316 M1335 M) sangat menaruh perhatian pada perkembangan seni. Mereka memperbaiki kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh invasi yang dilakukan leluhurnya terhadap dunia Islam. Dinasti ini pun memperkenalkan gaya lukis Cina terhadap seni lukis miniatur Persia di zaman itu. Seni lukis miniatur Persia berkembang makin pesat di era kekuasaan

Dinasti Timurid di wilayah Iran. Dipengaruhi gaya lukis Cina dan India, seni lukis miniatur Persia itu tampil dengan gaya yang unik.

Seni lukis tradisi berkualitas tinggi juga berlangsung di era kekuasaan Dinasti Safawiyah.

Lantaran negara-negara Islam saat itu berbentuk monarki, seni lukis di setiap kota Islam sangat ditentukan pemimpinnya. Para penguasa Dinasti Safawiyah sebenarnya sangat mendukung para seniman. Salah seorang pemimpin Safawiyah yang mendukung kegiatan para seniman itu adalah Shah Ismail I Safav. Bahkan, dia mengangkat Kamaludin Behzad--pelukis kenamaan Persia--sebagai direktur studio lukis istana. Lukisan Persia memiliki ciri khas tersendiri. Kebanyakan berisi sanjungan kepada raja dan penguasa. Selain itu, ada pula lukisan keagamaan yang menggambarkan interpretasi orang Persia terhadap Islam-- agama yang mereka anut. Lukisan Persia pun sangat termasyhur dengan penggunaan geometri dan warna-warna penuh semangat. Yang lebih penting lagi, lukisan Persia dikenal mata ilustratif. Lukisannya mampu memadukan antara puisi dengan seni lukis. Bila kita melihat lukisan Persia, seakan-akan kita diajak untuk membaca sebuah kisah puitis yang mampu menumbuhkan rasa kepahlawanan. Hal itu terjadi,

karena lukisanlukisan itu diciptakan dan terinspirasi oleh syair-syair yang begitu luar biasa. Penguasa Safawiyah mulai mencabut dukungannya kepada para seniman di era kekuasaan Shah Tahmasp I tahun 1540-an. Akibatnya, para seniman yang bekerja di istana Shah pergi meninggalkan Tabriz, Iran. Mereka ada yang hijrah ke Bukhara kawasan utara India. Tak heran, jika seni lukis berkembang di Kesultanan Mughal, India. Di wilayah ini, seni lukis dikembangkan oleh para seniman imigran. Salah satu ciri khas seni lukis Mughal adalah lebih bernilai humanistik dibandingkan hiasan. Gambar yang dilukiskan lebih ke dalam bentuk realistik, dibandingkan dalam bentuk fantasi. Pada era kekuasaan Turki Usmani, seni lukis juga berkembang pesat dengan sokongan dari istana Sultan. Para penguasa Usmani memerintahkan para senimannya menggambar beragam bentuk peristiwa tentang kiprah Sultan, seperti pertempuran dan festival. Di era kepemimpinan Sultan Sulaeman Al-Qanuni ada pelukis miniatur

terkemuka bernama Nasuh Al-Matraki. Hampir semua karya lukis pada

zaman ini tersimpan di Perpustakaan Istana di Istanbul. Begitulah seni lukis berkembang dari masa ke masa di era kejayaan Islam. Seni lukis yang khas dari setiap dinasti membuktikan bahwa umat Islam pada waktu itu mampu mencapai peradaban yang sangat tinggi di dunia. Mehmet II, from the Sarai Albums of Istanbul, Turkey, 15th century AD.

Lukisan Lukisan dianggap sebagai seni yang penting dalam Islam. Sekitar 1150, beberapa sekolah seni keagamaan muncul yang khusus dalam ilustrasi naskah dari berbagai jenis, semua digambarkan

dengan lukisan miniatur. Bentuk seni, dalam kombinasi dengan pencahayaan, tumbuh menjadi tradisi artistik yang signifikan di Iran. Yang paling terkenal pelukis miniatur Persia Bihzad, yang berkembang pada akhir abad kelima belas, menjadi kepala Herat Akademi Seni Lukis dan Kaligrafi. Lukisan pemandangan Nya dieksekusi dalam gaya realistis menggunakan palet warna hidup. Di antara murid-muridnya beberapa pelukis mencatat hari, termasuk Mirak dan Sultan Mohammed. Lukisan Bihzad yang terwakili di Perpustakaan Universitas di Princeton, dan Perpustakaan Mesir di Kairo. Gaya lukisan lainnya, seperti gunung-scapes dan adegan berburu menjadi populer selama abad ketiga belas dan keempat belas dengan Baghdad, Herat, Samarqand, Bukhara dan Tabriz menjadi pusat seni utama. Kemudian, seni potret menjadi modis. Dari akhir 1600-an, seniman Persia ditiru lukisan Eropa dan ukiran, yang mengarah ke sedikit melemahnya tradisi Iran.