l.p. faal b-13

13
DAFTAR ISI Pendahuluan................................................................ ......................................................... 2 Pelaksanaan Praktikum.................................................................. ...................................... 3 Hasil Praktikum.................................................................. ................................................... 7 Kesimpulan................................................................. ...........................................................8 Daftar Pustaka.................................................................... ...................................................10 1

Upload: wahyuni-herda

Post on 11-Feb-2016

25 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

L.P. Faal B-13

TRANSCRIPT

Page 1: L.P. Faal B-13

DAFTAR ISI

Pendahuluan......................................................................................................................... 2

Pelaksanaan Praktikum........................................................................................................ 3

Hasil Praktikum..................................................................................................................... 7

Kesimpulan............................................................................................................................8

Daftar Pustaka.......................................................................................................................10

1

Page 2: L.P. Faal B-13

A. Pendahuluan

Dasar Teori:

Otot membentuk kelompok jaringan terbesar di dalam tubuh, menghasilkan sekitar separuh dari berat tubuh. Otot terdiri atas bundel-bundel sel otot. Setiap bundel berada di dalam lembaran jaringan ikat yang membawa pembuluh darah dan saraf yang mensuplai kebutuhan otot tersebut. Di setiap ujung otot, lapisan luar dan dalam dari jaringan ikat bersatu menjadi tendon yang biasanya menempel pada tulang.

Sebuah otot rangka terdiri dari sejumlah serat otot yang terletak sejajar satu sama lain dan disatukan oleh jaringan ikat. Ciri structural yang paling menonjol pada serat otot rangka adalah adanya banyak miofibril. Unsur-unsur kontraktil khusus ini, yang membentuk 80% dari volume serat otot, adalah struktur intrasel berbentuk silindris dengan garis tengah 1µm yang terentang keseluruh panjang serat otot. Setiap miofibril terdiri dari susunan teratur unsur-unsur sitoskeleton yang sangat terorganisasi—filamen tebal dan tipis. Filamen tebal, yang bergaris tengah 12 sampai 18 nm dan panjang 1,6 µm, adalah susunan khusus dari protein miosin, sedangkan filmaen tipis, yang bergaris tengan 5 sampai 8 nm dan panjang 1,0µm, keduanya terutama dibentuk oleh protein aktin.

Tumpukan filamen tebal dan tipis yang bergantian yang sedikit tumpang tindih satu sama lain berperan mmenghasilkan pita A dan pita I. Pita A dibentuk oleh tumpukan filamen tebal bersama dengan bagian dari filamen tipis yang tumpang tindih di kedua ujung filamen tebal. Filamen tebal hanya ditemukan di pita A dan terentang di seluruh lebarnya; yaitu, kedua ujung filamen tebal di dalam suatu tumpukan mendefinisikan batas luar suatu pita A.. Daerah yang lebih terang di tengah pita A, tempat yang tidak dicapai oleh filamen tipis, adalah zona H. Hanya bagian tengah filamen tebal yang ditemukan di bagian ini. Suatu sistem protein penunjang menahan filamen-filamen tebal vertikal di dalam setiap tumpukan. Protein-protein ini dapat dilihat sebagai garis M, yang berjalan vertikal di bagian tengah pita A di dalam bagian tengah zona H.

Pita I terdiri dari bagian filamen tipis sisanya yang tidak menjulurl ke dalam pita A. Di bagian tengah setiap pita I terlihat suatu garis vertikal padat garis Z. Daerah diantara dua garis Z disebut sarkomer, yang merupakan unit fungsional otot rangka. Unit fungsional setiap organ adalah komponen terkecil yang dapat melakukan semua fungsi organ tersebut. Karena itu, sarkomer adalah komponen terkecil serat otot yang dapat berkontraksi. Garis Z adalah lempeng sitoskeleton yang gepeng seperti cakram (piringan) yang menghubungkan filamen-filamen tipis dari dua sarkomer yang berdampingan. Pita I mengandung hanya filamen tipis dari dua sarkomer yang berdekatan tetapi bukan panjang keseluruhan filamen-filamen ini.

Interaksi jembatan silang antara aktin dan miosin menyebabkan kontraksi otot melalui mekanisme pergeseran filamen. Sewaktu kontraksi, filamen tipis dikedua sisi sarkomer bergeser ke arah dalam terhadap filamen tebal yang diam menuju ke pusat pita A. Sewaktu bergeser ke dalam, filamen tipis menarik garis-garis Z tempat filamen tersebut melekat saling mendekat sehingga sarkomer memendek. Karena semua sarkomer keseluruhan panjang otot memendek bersamaan maka seluruh serat otot memendek. Ini adalah mekanisme pergeseran filamen pada kontraksi otot. Zona H, di bagian tengah pita A yang tidak dicapai oleh filamen tipis, menjadi lebih kecil karena filamen-filamen tipis saling mendekati ketika mereka bergeser semakin ke arah dalam. Pita I, yang terdiri dari bagian filamen tipis yang tidak bertumpang tindih dengan filamen tebal, menyempit ketika filamen-filamen tipis semakin bertumpang tindih dengan filamen tebal sewaktu pergeseran tersebut. Filamen tipis itu sendiri tidak mengalami perubahan panjang sewaktu serat otot memendek. Lebar pita A tidak berubah selama kontraksi, karena lebarnya ditentukan oleh panjang filamen tebal, dan filamen tebal tidak mengalami perubahan panjang selama proses pemendekan otot. Panjang filamen tebal dan filamen tipis tidak berkurang untuk memperpendek sarkomer. Kontraksi dicapai oleh pergeseran saling mendekat filamen-filamen tipis di sisi sarkomer yang berlawanan di antara fiamen-filamen tebal.

2

Page 3: L.P. Faal B-13

Gambar: susunan filamen tebal dan filamen tipis (sumber:google)

Aktivitas kontraktil berlangsung jauh lebih lama daripada aktivitas listrik yang memulainya. Sebuah potensial aksi di serat otot rangka hanya berlangsung selama 1 sampai 2 mdet. Awitan respons kontraksi yang terjadi tertinggal dari potensial aksi, karena proses penggabungan eksitasi-kontraksi keseluruhan harus terjadi sebelum akivitas jembatan silang dimulai. Pada kenyataannya, potensial aksi telah selesei sebelum perangkat kontraktil mennjadi operasional. Kesenjangan waktu beberapa milidetik antara stimulasi dan awitan kontraksi ini dikenal sebagai periode laten. Waktu dari awitan kontraksi sampai tegangan puncak terbentuk—waktu kontraksi—berkisar sekitar 50mdet, walaupun waktu ini bervariasi tergantung pada jenis serat otot. Waktu antara puncak tegangan sampai relaksasi sempurna, waktu relaksasi, biasanya berlangsung sedikit lebih lama daripada waktu kontraksi, 50mdet lagi atau lebih. Keseluruhan respon kontraktil terhadap sebuah potensial aksi dapat berlangsung sampai 100mdet atau lebih; waktu ini jelas lebih lama daripada durasi potensial aksi yang memulainya (100 mdet dibandingkan dengan 1 sampai 2 mdet).

B. Pelaksanaan Praktikum

Otot Rangka ITujuan:

1. Membuat sediaan otot katak sesuai dengan petunjuk umum praktikum.2. Menggunakan alat stimulator induksi sehingga dapat merangsang sediaan otot

dengan berbagai macam kekuatan yaitu arus tunggal buka dan arus tunggal tutup3. Membuat pencatatan kontraksi otot (mekaniomiogram) pada kimograf dan

memfiksasinya4. Merangsang otot katak dengan beberapa macam kekuatan rangsang yakni rangsang:5. Bawah ambang (subthreshold)-submaksimal6. Ambang (threshold)-supramaksimal7. Menarik kesimpulan dari hasil latihan ini tentang pengaruh kekuatan rangsang

terhadap kekuatan kontraksi otot.

Alat dan binatang percobaan yang diperlukan :1. Kimograf + kertas + perekat2. Statip + klem + pencatat otot + klem femur + binatang kuningan 3. 2 buah sinyal maknit : 1 untuk mencatat waktu

1 untuk mencatat tandan rangsang4. Stimulator induksi + elektroda perangsang + sakelar + kawat-kawat listrik5. Papan fiksasi + jarum pentul = penusuk katak + katak6. Benang + kapas + gelas arloji7. Botol plastic berisi larutan Ringer + pipet + Waskom kecil

3

Page 4: L.P. Faal B-13

Tata Kerja:

Hubungan antara kekuatan rangsang dan tinggi mekanomiogram akibat kerutan otot

1. Pasanglah semua alat sesuai dengan gambar2. Buatlah sediaan otot menurut petunjuk umum. Sebelum digunakan, bungkuslah

sediaan otot tersebut dengan kapas yang dibasahi dengan larutan Ringer dan letakkanlah digelas arloji.

3. Pasanglah sediaan otot sesuai dengan gambar P.II.I.1 Manakah yang harus diselesaikan lebih dahulu, pemasangan alat atau pembuatan sediaan otot?Jawab: Pemasangan alat terlebih dahulu, karena jika membuat sediaan otot terlebih dahulu dapat menyebabkan sediaan tidak dalam keadaan segar dan hasil yang akan kita dapatkan saat percobaan akan lebih baik dan optimal/maksimal apabila menggunakan sediaan otot yang masih segar

4. Dengan tromol tetap diam, otot dirangsang sehingga terdapat suatu kerutan.P.II.I.2 Bila hasil pencatatan kontraksi otot sangat kecil, bagaimana memperbesarkannya?Jawab:Dengan meningkatkan voltase yang diberikan dan meneteskan kembali cairan Ringer Lactate ke sediaan otot agar hasil yang didapat lebih optimal/maksimal.

P.II.I.3 Bila hanya sebagian kontraksi yang tercatat, apa yang harus diperhatikan/diperbaiki?Jawab:

- Besarnya voltase yang diberikan, alat percobaan apakah sudah tersusun sebagaimana mestinya

- sediaan otot yang apabila akan digunakan kembali tidak digunakan terlalu cepat

- pemberian kembali cairan Ringer Lactate agar dalam keadaan fisiologis dan segar

5. Pencatatan selalu dilakukan pada tromol yang diam. Berilah waktu istirahat selama 15 detik sesudah tiap perangsangan. Putarlah tromol sepanjang ½ cm pada tiap kali sesudah pemberian rangsang tutup dan 2 cm pada tiap kali sesudah rangsang buka,P.II.I.4 Mengapa harus diberi waktu untuk istirahat?Jawab:

- Agar potensi aksi menghilang sehingga retikulum sarkoplasma berhenti memproduksi ion kalsium

- Serta tidak terjadi kelelahan otot yang diakibatkan oleh kontraksi yang terus menerus, sehingga diberikan waktu untuk istirahat/relaksasi. Hal ini juga dapat membantu didapatkannya hasil yang optimal.

6. Rangsanglah sedian otot dengan rangsang tutup dan rangsang buka berturut-turut dengan kekuatan rangsang yang setiap kali diperbesar 0,5volt, sehingga didapatkan mekaniomiogram sebagai hasil perangsangan bawah ambang, ambang, submaksimal, maksimal, dan supramaksimal. P.II.I.5. Apa yang disebut rangsang bawah ambang (subthreshold)?Jawab:Rangsangan yang belum mampu menstimulasi/memberikan respon kontraksi dikarenakan kecilnya besaran rangsangan yang diberikan, namun sudah mendekati rangsang ambang (rangsangan yang dapat menstimulasi respon kontraksi).P.II.I.6 Mengapa efek fisiologis arus buka lebih besar daripada arus tutup walaupun voltasenya sama?Jawab:Karena otot terus menerus melakukan kontraksi tanpa diselingi istirahat selama 15 detik yang telah disarankan.

P.II.I.7 Bagaimana kita dapat membedakan rangsang maksimal dengan supramaksimal?Jawab:

4

Page 5: L.P. Faal B-13

- Maksimal : rangsangan dengan intensitas terbesar, hasil respon maksimal

- Supramaksimal : rangsangan dengan intensitas yang lebih besar, hasil respon sama dengan rangsangan maksimal.

Otot Rangka IITujuan:Pada Akhir latihan ini mahasiswa harus dapat

1. Merangsang sediaan otot katak dengan arus faradic dengan berbagai kekuatan rangsang.

2. Membebani sediaan otot katak dengan cara pembebanan langsung dan tidak langsung3. Mendemonstrasikan hubungan antara panjang awal otot dengan kekuatan konstrasi4. Menghitung sediaan otot katak5. Mendemonstrasikan hubungan antara panjang awal otot dengan kerja otot6. Mengukur kekuatan konstraksi otot ekstensor dan fleksor dalam pelbagai sikap tubuh

Alat dan binatang percobaan yang diperlukan :1. Kimograf + kertas + perekat2. Statif + klem-kle + pencatat otot + klem femur 3. Stimulator induksi + elektroda perangsang 4. Papan fiksasi + jarum-jarum pentul + penusuk katak + katak5. Beban-beban dengan penggantungnya6. Benang + kapas + gelas arloji7. Botol plasti berisi larutan Ringer + pipet + Waskom + gelas beker8. Dinamometer

Tata Kerja:

A. Pengaruh panjang awal (Initial Length) otot katak terhadap kekuatan kerutan.

1. Pasanglah semua alat sesuai dengan gambar 2. Buatlah sediaan otot menurut petunjuk umum praktikum. Sebelum digunakan,

bungkuslah sediaan otot tersebut dengan kapas yang dibasahi dengan larutan Ringer dan letakkan di gelas arloji.

3. Pasanglah sediaan otot sesuai dengan gambar.P.II.2.1 Manakah yang harus diselesaikan terlebih dahulu, pemasangan alat atau pembuatan sediaan otot?Jawab:Pemasangan alat terlebih dahulu, karena jika membuat sediaan otot terlebih dahulu dapat menyebabkan sediaan tidak dalam keadaan segar dan hasil yang akan kita dapatkan saat percobaan akan lebih baik dan optimal/maksimal apabila menggunakan sediaan otot yang masih segar

4. Bebanilah dengan beban seberat 20 gram. Kendorkan sekrup penumpu sehingga terjadi pembebanan langsung. Dengan memuat tromol, buatlah garis sepanjang ± 10 cm dan tulislah: “garis dasar 20” pada ujung akhir garis tersebut.P.II.2.2Apa yang dimaksud dengan pembebanan langsung?Jawab:beban diletakkan langsung pada otot.

5. Angkatlah seluruh pembebanan sehingga otot kembali ke panjang semula. Buatlah sekali lagi garis sepanjang ± 10 cm tepat di atas garis yang pertama dan tulislah “garis dasar 0 pada ujung akhir garis tersebut. P.II.2.3. Mengapa pada saat beban diangkat otot kembali lagi ke panjang semula?Jawab:Otot tersusun atas serat-serat elastin, sehingga ifat elastis dimiliki oleh otot. Ketika diberikan beban, otot akan memendek (akibat dari adanya pemendekan sarcomere/Z line: actin dan myosin) tapi akan kembali meregang atau ke keadaan semula jika beban di lepaskan.

6. Gantungkanlah lagi beban 20 gram dan dengan sekrup pemumpu kembalikan ujijng pencatat otot ke garis dasar 0, sehingga terjadi pembebanan tidak langsung.P.II.2.4. Apa yang disebut dengan pembebanan tidak langsung?Jawab:

5

Page 6: L.P. Faal B-13

Beban diletakkan tidak langsung pada otot, melainkan pada saraf.7. Dengan melakukan pencatatan pada awal garis dasar 0 carilah kekuatan rangsang

faradic maksimal. Rangsangan diberikan paling lama 1 detik. Berilah waktu istirahat selama 30 detik sesudah setiap rangsang.P.II.2.5. Mengapa harus diberi waktu untuk istirahat?Jawab:Kelelahan atau fatique bisa terjadi pada otot apabila terus-menerus dilakukan kontraksi, sehingga diperlukan waktu istirahat.

P.II.2.6. Apa yang dimaksud dengan rangsang faradic maksimal?Jawab:Rangsang faradic maksimal adalah rangsangan yang diberikan dengan menggunakan prinsip potensial aksi (dengan memberikan arus) yang besarnya dapat menghasilkan kontraksi yang maksimal.

8. Gunakan selalu kekuatan rangsang faradic maksimal sub.6. untuk perangsangan selanjutnya.

9. Putarlah tromol sejauh 1 cm setiap kali sesudah perangsangan, carilah besar pembebanan yang pada perangsangan menghasilkan mekanomiogram setinggi 1 cm. untuk percobaan selanjutnya tetap digunakan beban ini.

10. Putarlah tromol sejauh 2 cm dan catatlah sekali lagi mekanomiogram yang terakhir.11. Putarlah tromol sejauh 1 cm dan turunkanlah ujung pencatat otot sehingga terletak

tepat ditengah-tengah Antara garis dasar 20 dan garis dasar 0 (gunakan skrup penumpu). Putarlah lagi tromol sejauh 1 cm dan ulangilah perangsangan dan pencatatan. P.II.2.7. Apa yang kita harapkan terjadi akibat tindakan tersebut?Jawab Dapat membuktikan bahwa initial length (panjang awal) akan sangat berpengaruh terhadap kekuatan kontraksi otot

12. Putarlah tromol sejauh 1 cm dan turunkanlah ujung pencatat otot sampai garis dasar 20, putar tromol lagi sejauh 1 cm dan ulangilah sekali lagi perangsangan dan pencatatan.

B. Pengaruh beban terhadap kerja otot

1. Buatlah garis dasar 0 yang baru sepanjang mungkin.2. Dengan menggunakan kekuatan rangsang sebesar ad.I.6. buatlah mekanomiogram

pada tromol yang diam. Pencatatan selalu dimulai pada garis dasar 0 dengan mengatur sekrup penumpu.

3. Ulangi perangsangan dan pencatatan, dimulai dengan pembebanan 10 gram, sehingga dicapai beban maksimal. Setiap kali setelah pencatatan, putarlah tromol sepanjang 1 cm dan berilah otot istirahat selama 30 detik.P.II.2.8. Apa yang dimaksud dengan beban maksimal?Jawab:Beban maksimal adalah beban di mana otot tidak dapat lagi memberikan gerakan. Kondisi otot dapat berkontraksi maksimal, namun tetap tidak bisa memberikan gaya terhadap benda/beban tersebut. Beban dengan berat maksimal yang mampu ditumpu oleh otot.

4. Hitunglah kerja sediaan otot pada setiap pembebanan yang saudara berikan.P.II.2.9. Bagaimana saudara menghitung besar kerja sediaan otot?Jawab: Besar kerja sediaan otot dihitung dengan seberapa jauhnya otot dapat memendek dan melalui persamaan W=F.s

5. Simpulkan pengaruh beban terhadap kerja otot.

C. Pengaruh regangan terhadap kekuatan kerutan otot ekstensor dan fleksor pada manusia.

Untuk latihan ini disediakan sebuah alat dynamometer yang ada dasarnya terdiri atas meja dan timbangan pegs untuk menguur kekuata kerutan otot fleksordan ekstensor

6

Page 7: L.P. Faal B-13

pada manusia. Oleh karena hanya ada satu alat saja, maka alat tersebuh harus dipakai secara bergilir per regu meja. a. Mengukur kekuatan kerutan otot ekstensor

1. Suruh o.p duduk dipinggir meja alat tersebut dengan membelakangi timbangan dan dengan tungkai bawahnya tergantung secara bebas.

2. Pasanglah ban kulit pada salah satu pergelangan kaki dan hubungkanlah ban kulit tersebut, dengan kawat baja yang dapat menarik timbangan melalui katrol.

3. Suruh o.p meluruskan tungkainya sekuat tenaga dan catatlah kekuatan kerutan otot ekstensor untuk tiap-tiap sikap berikut ini :- Duduk tegak- Duduk sambil membungkukkan badan sejauh-jauhnya- Berbaring terlentang

b. Mengukur kekuatan kerutan otot fleksor1. Suruh o.p duduk dipinggir meja alat tersebut dengan menghadapi timbangan dan

dengan tungkai bawahnya tergantung secara bebas.2. Pasanglah ban kulit seperti pada A.2 3. Suruhlah o.p membengkokkan tungkainya sekuat tenaga dan catatlah kekuatan

kerutan otot fleksor untuk tiap-tiap sikap seperti pada A.3.P.II.2.10. Apakah terdapat perbedaan kekuatan kerutan otot ekstensor dan otot fleksor pada sikap tersebut?Jawab:Ada, pada posisi ekstensor yang paling kuat pada saat posisi berbaring, sedangkan pada saat posisi fleksor yang paling kuat pada saat posisi duduk membungkuk.

C. Hasil Praktikum

Otot Rangka I

Besarnya rangsangan (volt)

Panjang mekaniomiogram (cm)

Jenis arus (buka/tutup)

0,5 - Tutup (single)

0,5 - Buka (multi)

1 0,3 Tutup (single)

1 0,4 Buka (multi)

1,5 0,7 Tutup (single)

1,5 3,0 Buka (multi)

2 6,4 Buka (multi)

2 1,1 Tutup (single)

2,5 3,4 Tutup (single)

2,5 7,0 Buka (multi)

3 4,5 Tutup (single)

3 9 Buka (multi)

3,5 5,5 Tutup (single)

3,5 10 Buka (multi)

4 6 Tutup (single)

7

Page 8: L.P. Faal B-13

4 11 Buka (multi)

4,5 5,5 Tutup (single)

4,5 9,5 Buka (multi)

Otot Rangka II

Besarnya Rangsangan (volt) Panjang mekaniomiogram (cm)

20 -

25 -

30 4,0

35 5,8

40 7,5

45 9

50 10

Otot Rangka II bagian III

Mengukur kekuatan kerutan otot ekstensorOP laki-laki menggunakan kaki kananDuduk tegak : 10Duduk membungkuk : 15Berbaring : 24

Mengukur kekuatan kerutan otot fleksorOP laki-laki menggunakan kaki kananDuduk tegak : 10Duduk membungkuk : 13Berbaring : 2

Ekstensi Fleksi

Duduk tegak 10 10

Duduk Membungkuk 15 13

Berbaring 24 2

D. KesimpulanOtot Rangka I Rangsang bawah ambang: 0,5 volt, karena ketika otot katak di rangsang pada

rangsangan tertentu di bawah 2,5V otot tidak menimbulkan respons pada kimograf. Rangsang ambang: 1 volt, karena pada rangsang tersebut merupakan rangsang terkecil

yang dapat menimbulkan kontraksi otot sekaligus pergerakan pada kimograf. Submaksimal: 2 volt, karena dalam rentangan dari 2-3 V terdapat variasi rangsang yang

makin meninngi rangsang makin meningkat kontraksi otot. Supramaksimal: 3 volt. 3,5 volt, 4,5 volt, karena dengan intensitas rangsang yang lebih

besar dari rangsang maksimal otot tetap memberikan konraksi yang sama ketika diberikan rangsang maksimal.

8

Page 9: L.P. Faal B-13

Kesimpulan: Semakin besar kekuatan rangsangan yang diberikan maka semakin panjang hasil yang

tercatat di mekaniomiogram yang mengindikasikan semakin besar kekuatan ototnya. Dengan menggunakan arus multi atau terbuka maka panjang hasil yang tercatat di

mekaniomiogram semakin besar dibandingkan menggunakan arus single atau tertutup karena arus terbuka memiliki kumparan yang lebih banyak sehingga kontraksinya lebih besar.

Otot Rangka II

Berat berpengaruh terhadap kerja otot karena dapat menurunkan daya kerja otot sehingga hasilyang diperoleh lebih kecil daripada saat tidak diberi beban. Semakin berat bebannya semakin sedikit pemendekan otot dan semakin kecil pula kerja otot. Bawah ambang merupakan sudah diberi rangsangan tetapi tidak menghasilkan kontraksi. Ambang merupakan terjadinya kontraksi pada otot tetapi tidak memberikan hasil. Ambang submaksimal ialah hasil yang diperoleh lebih besar dari kontraksi ambang namun lebih kecil dari ambang supramaksimal ialah hasil diatas dari submaksimal tetapi pada saat diberi tegangan lagi tidak hasil yang dihasilkan sama dan tidak dapat bertambah.

Otot Rangka II bagian 3

Kesimpulan:

Setelah dilakukan percobaan, ini membuktikan bahwa posisi duduk tegak, duduk membungkuk, dan berbaring mempengaruhi kekuatan dari otot fleksor dan ekstensor. Dimana, otot ekstensor akan berkontraksi secara maksimal pada saat posisi berbaring, karena jarak antara aktin dan miosin berjauhan sehingga memungkinkan terjadinya kontraksi. Sedangkan ekstensor pada posisi duduk dengan membungkukkan badan sejauh-jauhnya sangat rendah karena jarak aktin miosinnya sudah saling menumpuk sehingga kontraksi yang dihasilkan sedikit. Sedangkan otot fleksor akan berkontraksi secara maksimal pada saat posisi duduk membungkuk karena jarak antara aktin dan miosin berjauhan sehingga memungkinkan terjadinya kontraksi. Sedangkan fleksor pada posisi berbaring sangat rendah karena jarak aktin miosinnya sudah saling menumpuk sehingga kontraksi yang dihasilkan sedikit.

Setelah melakukan percobaan kami dapat menyimpulkan bahwa kekuatan dari otot fleksor maupun ekstensor kaki dipengaruhi oleh posisi tubuh dimana dalam percobaan dilakukan posisi nunduk, duduk, tidur. Untuk otot fleksor akan berkontraksi secara maksimal ketika dalam posisi nunduk, sedangkan untuk otot ekstensor akan berkontraksi secara maksimal ketika dalam posisi tidur.

9

Page 10: L.P. Faal B-13

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A., J.B. Reece, L.G. Mitchell. 2004. Biologi edisi kelima jilid 3. Jakarta: Erlangga

Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia;dari Sel ke Sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC, 2014.

Tortora, Gerard J. Bryan Derrickson 2014. Principles of Anatomy and Physiology 14th Edition. US: Quad Graphics/Versailles.

10