larangan mengambil orang kafie sebagai pemimpin

Click here to load reader

Upload: saiful-hidayat

Post on 25-Nov-2015

28 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Studi Islam 3

TRANSCRIPT

Larangan Mengambil Orang-Orang Kafir Sebagai WaliTelah banyak diuraikan dalam Al-Quran mengenai kekuasaan Allah dan pengaturan-Nya terhadap alam raya dan manusia serta pengaturan-Nya menyangkut rezeki makhluk, maka apakah wajar mengangkat musuh-musuhNya sebgai wali yang diserahi wewenang mengurus urusan kaum muslim ? Tidak wajar ! Tidak wajar mendekat kepada orang-orang yang menolak menjadikan kitab suci sebagai rujukan hukum seperti orang-orang Kafir, Yahudi dan Nasharani yang telah banyak dijelaskan dalam Al-Quran.Wali mempunyai banyak arti antara lain yang berwenang menangani urusan (pemimpin), penolong, sahabat kental, dan lain-lain yang mengandung makna kedekatan. Banyak ayat-ayat Al-Quran yang melarang orang-orang mukmin menjadikan orang-orang kafir sebagai penolong, pemimpin bahkan teman akrab mereka. Karena jika seorang mukmin menjadikan orang-orang kafir itu dekat kepada mereka, maka itu berarti sang mukmin dalam keadaan lemah, padahal Allah enggan melihat orang beriman dalam keadaan lemah. Larangan menjadikan oarang-orang kafir sebagai wali ini mulai turun tatkala banyak dari kaum muslimin yang masih berhubungan erat terhadap para kafirun. Berbagai alasan dan pandangan yang mereka ungkapkan, mulai dari hubungan keluarga, hubungan akrab dan kerjasama, perniagaan dan lain sebagainya.Seperti halnya penduduk madinah, baik suku Aus maupun Khazraj yang telah menajalin hubungan akrab dan kerjasama dalam bidang pertahanan dan ekonomi yang kukuh dengan orang-orang Yahudi sebelum datangnya Islam. Sekian lama setelah kedatangan islam pun, jalinan tersebut masih cukup kuat, padahal situasi telah berubah.Kata kafir biasa dipahami dalam arti siapa yang tidak memeluk agama Islam. Makna ini tidaklah keliru, tetapi perlu diingat bahwa Al-Quran menggunakan kata kafir dalam berbagai bentuknya untuk banyak arti yang puncaknya dalah pengingkaran terhadap wujud atau keesaan Allah, disusul dengan keengganan melaksanakan perintah atau menjauhi laranganNya walau tidak mengingkari wujud dan keesaanNya, sampai pada tidak mensyukuri nikmatNya, yakni kikir. Maka dalam penjelasan kafir kali ini bukan saja dalam konteks melarang orang-orang beriman menjadikan orang Yahudi atau Nasharani sebagai wali, tetapi larangan itu mencakup juga orang yang dinamai muslim yang melaksanakan aktivitas bertentangan dengan tujuan ajaran islam. Larangan ini adalah karena kegiatan mereka secara lahiriah bersahabat, menolong dan membela ummat islam, tetapi pada hakikatnya denga halus mereka menggungting dalam lipatan. Adapun kerjasama dalam bidang yang menguntungkan keduabelah pihak, khususnya masalah keduniaan, maka hal tersebut dapat dibenarkan. Tetapi kerjasama dalan bidang keduniaan itu pun hendaknya memprioritaskan orang-orang yang beriman.BAHAYA PENGUSAAN ORANG KAFIR TEHADAP ISLAMTidaknya sempurna amal kebaikan kaum muslimin, kecuali jika mereka telah melepaskan diri dari kekuasaan orang-orang musyrik, dan lebih mengutamakan cinta kepada Allah dan RasulNya serta berjihad di jalan Allah dari pada cinta kepada ibu, bapak, anak, saudara, suami, istri, keluarga, harta dan tempat tinggal.Katakanlah: Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah ikutlah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu (Ali Imran : 31)La yukminu ahadukum hatta akuuna ahabba ilaihi min waalidihi wawaladihi wannaasi ajmaiinArtinya:Tidaklah sempurna iman salah seorang kamu sebelum ia mencintai aku lebih dari mencintai orang tuanya, anak-anaknya dan manusia seluruhnya. (HR: Bukhori Muslim)At-Taubah : 23Ayat ini diturunkan sehubungan dengan sikap sebagian kaum muslimin yang sewaktu mereka diperintah untuk hijrah ke Madinah, mereka menjawab : Jika kami hijrah, putuslah hubungan kami dengan orang-orang tua kami, anak-anak dan famili-famili kami, hancurlah perdagangan kami dan akhirnya kami menjadi orang yang sia-sia.Di dalam ayat ini Allah SWT melarang orang yang beriman menjadikan ibu bapak dan saudara-saudara mereka yang masih mengutamakan kekafiran atas keimanan, menjadi pemimpin. Jika larangan itu dilanggar, maka mereka adlah orang-orang yang zalim.LARANGAN BERTEMAN DENGAN ORANG-ORANG YAHUDI DAN NASHARANIAl-Maidah : 5Pada ayat ini Allah SWT melarang orang-orang yang beriman, agar jangan menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman akrab yang akan memnerikan pertolongan dan perlindungan, apalagi untuk dipercayai sebagai pemimpin. Selain dari ayat ini masih banyak-ayat-ayat yang lain dalam Al-Quran yang menyatakan larangan seperti ini terhadap orang-orang Yahudi dan Nasrani.Diulangnya berkali-kali larangan ini dalam beberapa ayat dalam Al-Quran, menunjukkan bahwa persoalannya sangat penting dan bila dilanggar akan mendatangkan bahaya yang besar. Larangan ini berlaku atas diri pribadi seorang mukmin yang mana dilarang untuk menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai wali (teman akrab), tempat menumpahkan rahsia dan kepercayaan seperti halnya dengan sesama mukmin. Begitu juga, berlaku bagi jamaah dan masyarakat mukmin, bahwa mereka dilarang untuk menjadikan orang-orang Yahudi dan Nasrani itu sebagai pembela, pelindung dan penolong, lebih-lebih dalam urusan yang berhubungan dengan agama dan kepercayaan. Kalau hanya untuk berteman biasa dalam pergaulan, apalagi dalam urusan-urusan keduniaan, Allah tidak melarangnya, asal saja hati-hati dalam pergaulan, sebab bagi mereka sifat melanggar janji dan berbohong untuk mencari keuntungan duniawi adalah biasa saja. Hal yang seperti ini sudah diperlihatkan oleh Rasullullah SAW ketika nabi berada di Madinah, mengadakan hubungan kerjasama dengan orang Yahudi dan Nasrani dan kadang-kadang mengadakan perjanjian-perjanjian dengan mereka, bila dipandang ada maslahatnya bagi orang-orang yang beriman.Orang Yahudi dan Nasrani itu rasa golongan mereka sangat tebal. Karena itu walau bagaimanapun baiknya hubungan mereka dengan orang mukmin, sehingga suka mengadakan perjanjian untuk kerjasama dengan mereka tapi kalau akan merugikan golongan dan bangsanya, mereka tidak akan segan-segan berbalik kebelakang, menghianati janji, dan memusuhi orang mukmin. Mereka sesama mereka senantiasa tolong menolong, bersatu dalam menghadapi orang mukmin. Lahirnya baik, tapi batinnya selalu mencari kesempatan untuk mengahncurkan orang-orang mukmin.Karena itu Allah begitu menegaskan, bahwa barang siapa diantara orang-orang mukmin menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman akrabnya, maka orang itu telah termasuk golongan mereka, tanpa sadar, lambat laun orang itu akan terpengaruh, bukan akan membantu islam melainkan akan menjadi musuh islam. Kalau dia telah menjadi musuh islam, berarti dia telah menganiaya dirinya sendiri. Ketauhilah, bahwa Allah tidak akan menunjuki orang-orang yang aniaya, kepada jalan yang benar untuk mencapai hidup bahagia di dunia dan akhirat.LARANGAN MENGAMBIL ORANG-ORANG KAFIR SEBAGAI PELINDUNG DAN PENOLONGSetelah pada beberapa ayat yang lalu, Allah melarang orang-orang mukmin mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi teman akrab, pelindung dan penolong dengan menerangkan sebab-sebabnya, kemudian menyatakan bahwa pelindung dan penolong mereka hanyalah Allah, RasulNya dan orang-orang yang beriman, maka pada ayat ini Allah melarang pula orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir pada umumnya menjadi pelindung dan penolong, baik kafir asli, seperti penyembah api dan sebagainya, maupun kafir yang berasal dari ahli kitab dan lain-lainnya.Al-Maidah : 57Pada ayat ini Allah melarang orang-orang yang beriman untuk mengambil orang-orang kafir yang suka mengejek dan mempermainkan agama islam, untuk menjadi teman akrab, pelindung dan penolong, baik orang-orang kafir asli, penyembah api, berhala dsb, maupun kafir yang tidak asli seperti ahli kitab, yaitu orang-orang Yahudi dan Nasrani.Ahli kitab adalah suatu sebutan bagi penganut-penganut agama Yahudi dan Nasrani, sedang kata-kata Musyrik (bentuk tunggal), dan Musyrikin (bentuk jamak) adalah sebutan bagi kafir asli.Adapun sebagian dari ejekan dan permainan orang-orang kafir terhadap islam, yaitu apabila orang-orang islam mengajak mereka untuk shalat maka orang-orang kafir itu menjadikan ajakan itu sebagai bahan ejekan dan permainan sambil mentertawakan mereka.LARANGAN BERPIHAK KEPADA ORANG KAFIRAli Imran : 28Telah diterangkan oleh para ahli sejarah, bahwa diantara orang-orang yang telah masuk islam terperdaya oleh kemuliaan orang-orang kafir lalu mereka mengadakan hubungan persaudaraan dan persahabatan yang akrab sampai menjadikan orang-orang kafir itu sebagai orang-orang yang dipercayai.Di dalam ayat ini Allah melarang kaum muslimin untuk menjadikan orang kafir sebagai kawan yang akrab, pemimpin atau penolong, jika hal yang demikian ini akan merugikan mereka sendiri baik dalam urusan agama maupun dalam kepentingan umat, atau jika dalam hal ini kepentingan orang kafir akan lebih didahulukan daripada kepentingan kaum muslimin sendiri. Apalagi jika hal ini ternyata akan membantu tersebar luasnya kekafiran. Hal yang demikian ini sangat dilarang oleh agama.Allah mencegah orang-orang mukmin mengdakan hubungan akrab dengan orang-orang kafir, baik disebabkan oleh kekerabatan, kawan lama waktu zaman jahiliyah, ataupu bertetangga. Larangan itu tidak lain hanyalah untuk menjaga dan memelihara kemaslahatan agama, serta agar kaum muslimin tidak terganggu dalam usahanya untuk mencapai tujuan yang dikehendaki oleh agamanya.Orang-orang mukmin boleh mengadakan hubungan akrab dengan orang-orang kafir, dalam keadaan takut mendapat kemudharatan atau untuk memberikan kemanfaatan bagi orang-orang islam. Juga tidak terlarang bagi suatu pemerintah islam, untuk mengadakan perjanjian persahabatan dengan pemerintah yang bukan islam, dengan maksud untuk menolak kemudhoratan, atau untuk mendapatkan kemanfaatan. Kebolehan mengadakan persahabatan ini tidak khusus dalam keadaan lemah saja tetapi boleh juga dalam sembarang waktu, sesuai dengan kaidah :Darul mafaasid muqoddamun ala jalbil masholihArtinya: Menolak kerusakan lebih diutamakan daripada mendatangkan kemaslahatanBerdasarkan kaidah ini para ulama membolehkan taqiyah, yaitu mengatakan atau mengerjakan sesuatu berlawanan dengan kebenaran untuk menolak bencana dari musuh atau untuk keselamatan jiwa atau untuk memelihara kehormatan dan harta benda.Maka barangsiapa mengucapkan kata-kata kufur karena dipaksa, sedang hati (jiwanya) tetap beriman, karena untuk memelihara diri dari kebinasaan, maka dia tidak menjadi kafir, sebagaimana yang telah dilakukan oleh Ammar bin Yasir yang dipaksa oleh orang-orang Quraisy untuk menjadi kafir, sedang hatinya tetap beriman.Allah berfirman :An-Nahl : 106Kelonggaran-kelonggaran itu disebabkan keadaan darurat yang mendatang, bukan menyangkut poko-pokok agama yang selalu ditaati. Dalam hal ini diwajibkan bagi orang islam berhijrah dari tempat dimana ia tidak dapat menjalankan perintah agama dan terpaksa ditempat itu melakukan taqiyyah. Adalah termasuk tanda kesempurnaan iman bila seseorang tidak merasa takut kepada cercaan di dalam menjalankan agama Allah.Allah berfirman ;Falaa takhoofuuhumwa khoofuuni inkumtum mukminiinArtinya :Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman. (QS: Ali Imran 175)Dan firmanNya : Falaa takhsyawunnaasa wakhsyauniArtinya : Karena itu janganlah takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada Ku (QS: Al-Maidah 44)Termasuk dalam taqiyyah, berlaku baik, lemah lembut kepada orang-orang kafir, orang-orang zalim, orang-orang fasik dan memberi harta kepada mereka untuk menolak gangguan-gangguan mereka. Hal ini tidak dipandang bersahabat akrab yang dilarang tetapi adalah pekerjaan yang menurut peraturan.Orang-orang islam dilarang menjadikan orang kafir sebagai teman akrab dalam urusan yang memungkinkan kerusakan agama ataupun kerusakan umat.LARANGAN MENGAMBIL ORANG KAFIR SEBAGAI TEMAN KEPERCAYAANAli Imran : 188.119.120Pada ayat-ayat sebelumnya Allah telah menerangkan sifat-sifat orang kafir dan tindakan mereka dalam menghalangi manusia untuk mengukuti jalan Allah dan dalam menerima kebenaran. Merekan tidak segan membunuh nabi-nabi, pembawa kebenaran dan melarang manusia mengikutinya dengan berbagai cara yang licik dan beraneka ragam tipu daya. Disamping itu Allah telah menerangkan pula bagaimana sifat-sifat orang mukmin. Mereka cepat menerima kebenaran, selalu berusaha mengerjakan kebaikan dan selalu menyeru kepada yang maruf dan melarang dari yang mungkar.Pada ayat 118 Allah memperingatkan orang-orang mukmin agara jangan bergaul dengan orang-orang kafir yang telah nyata sifat-sifatnya yang buruk itu, jangan mempercayai mereka dan jangan menyerahkan urusan-urusan kaum muslimin kepada mereka. Menurut Ibnu Abbas ayat ini diturunkan berhubungan dengan tindakan sebagian kaum muslimin yang berhubungan rapat dengan orang-orang Yahudi Madinah karena bertetangga dan adanya perjanjian damai antara mereka.Walau bagaimanapun sebab turunnya ayat ini namun dapat difahami dari padanya bahwa Allah melarang mengambil orang-orang kafir yang telah nyata kejahatan niatnya terhadap orang mukmin sebagai teman akrab, mereka itu adalah orang-orang musyrik, Yahudi, Nasrani, munafik dan lain-lain.Maka jangan orang mukmin bergaul rapat denga orang-orang kafir yang mempunyai sifat yang dinyatakan dalam ayat ini yaitu mereka yang :a. Senantiasa menyakiti dan merugikan kaum muslimin dan berusaha mengahncurkan merekab. Menyatakan terang-terangan dengan lisan rasa amarah dan benci terhadap kaum muslimin, mendustakan Nabi Muhammad SAW dan Al-Quran dan menuduh orang-orang islam sebagai orang-orang yang bodoh dan fanatikc. Kebencian dan kemarahan yang mereka ucapkan denga lisan itu adalah amat sedikit sekali bila dibandingkan dengan kebencian dan kemarahan yang disembunyikan dalam hati mereka. Tetapi bila sifat-sifat itu telah berubah menjadi sifat yang baik atau mereka tidak lagi mempunyai sifat-sifat buruk itu terhadap kaum muslimin maka Allah tidak melarang untuk bergaul dengan mereka.Firman Allah :QS: Al-Mumtahanah 8 dan 9Dalam ayat 119 ini ditambah lagi penjelasan mengenai sebab-sebab mengapa orang-orang kafir itu tidak boleh dijadikan teman akrab yaitu:a. Orang-orang kafir itu tidak menyukai kebahagiaan kaum muslimin dan mereka menginginkan supaya kaum muslimin selalu dalam kesulitan dan kesusahan, padahal mereka telah dianggap sebagai saudara dan kepada mereka diberikan hak yang sama dengan hak kaum muslimin sendirib. Kaum muslimin mempercayai semua kitab-kitab yang diturunkan kepada nabi-nabi sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk membenci Ahli kitab, itu karena banyak diantara kaum muslimin yang sayang kepada mereka, bergaul secara baik dengan mereka. Tetapi meskipun demikian mereka tidak juga menyenangi kaum muslimin bahkan tetap mempunyai keinginan untuk mencelakakan mereka.c. Banyak diantara kaum mereka yang munafik, apabila mereka berhadapan dengan kaum muslimin mereka mengucapkan kata-kata manis, seakan-akan mereka benar-benar teman sejati, percaya kepada kebenaran agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Tetapi bila merekan kembali kepada golongannya, mereka bersikap lain dan mengatakan dengan terang-terangan kebencian dan kemarahan mereka terhadap kaum muslim.Oleh sebab itu Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad supaya dengan tegas mengatakan kepada mereka:Muutuubigoizikum innaallaha aliimun bidzatisshudurMatilah kamu karena kemarahanmu itu. Sesungguhnya Allah mangetahui segala isi hati (QS: Ali Imran 199)Sebenarnya Allah mengetahui segala niat yang tersimpan dalam hati kaum muslimin yang mencintai orang-orang kafir itu sebagaimana Dia mengetahui pula keburukan hati orang-orang kafir. Maka dia akan membalasi kebaikan hati kaum muslimin dengan balasan yang berlipat ganda dan akan membalasi pula kejahatan orang-orang kafir dengan balasan yang setimpal.Ayat 120Selain dari sifat-sifat yang tersebut diatas yang menyebabkan timbulnya larangan bagi kaum muslimin mengambil mereka sebagai teman akrab, dalam ayat ini disebutkan lagi suatu sikap yang menggambarkan bagaimana jahatnya hati orang-orang kafir dan hebatnya sifat dengki yang bersemi dalam dada mereka.Allah berfirman ;Intamsaskum hasanatun tasukhum, wa in tushibkum sayyiatun yafrakhuubihaaJika kamu memperoleh kebaikan niscaya mereka bersedih hati, tetapi jika kamu mendapat bencana mereka bergembira karenanya. (QS: Ali Imran 120)Oleh karena itu Allah memerintahkan kepada umat Islam dalam menghadapi kelicikan dan niat jahat kaum kafir itu selalu bersifat sabar dan takwa serta penuh tawakkal kepadaNya. Dengan demikian kelicikan mereka itu tidak akan memnahayakan sedikitpun. Allah Maha Mengetahui segala tindak tanduk mereka.-Allah melarang kaum muslimin berteman akarab dengan orang-orang kafir yang memusuhi Islam yang selalu berusaha untuk mengahncurkan dan melemahkan kedudukannya-Dalam menghadapi apai mereka hendaklah setiap muslim berhati-hati dan jangan terperdaya dengan ucapan-ucapan mereka, serta selalu membentengi diri dengan sabar, tawakkal dan taqwa.