laporan_iut_ii_tachimetri_kelompok_07.pdf

32
LAPORAN PRAKTIKUM Pengukuran Titik-Titik Detail Metoda Tachimetri GD 2201 ILMU UKUR TANAH 2 Kelompok 07 : Mila Olivia Trianaputri 15110066 Regina Maria Hitoyo 15110102 Rianto 15111015 Nia Pradina 15111018 M Khairul Hamid 15111050 Eka Fidiyanti 15111046 M Ibrahim Ulinnuha 15111082 Kramer Napitupulu 15111101 Ri‟yu Diawan Fuadhadi 15111107 TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2013

Upload: rdiawanfuadhadi2529

Post on 24-Apr-2015

205 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Laporan IUT II TACHIMETRI

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

LAPORAN PRAKTIKUM

Pengukuran Titik-Titik Detail Metoda Tachimetri

GD 2201 ILMU UKUR TANAH 2

Kelompok 07 :

Mila Olivia Trianaputri 15110066

Regina Maria Hitoyo 15110102

Rianto 15111015

Nia Pradina 15111018

M Khairul Hamid 15111050

Eka Fidiyanti 15111046

M Ibrahim Ulinnuha 15111082

Kramer Napitupulu 15111101

Ri‟yu Diawan Fuadhadi 15111107

TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKA

FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KEBUMIAN

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2013

Page 2: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 LATAR BELAKANG

Pembuatan peta situasi (pengukuran detail) dapat dibedakan menjadi dua, yaitu secara

planimetris dan tachimetri. Pemetaan planimetris yaitu pemetaan yang dilakukan tidak

dengan memperhitungkan ketinggian. Sedangkan pemetaan tachimetri dilakukan dengan

memperhitungkan ketinggian.

Peta yang dihasilkan oleh pengukuran situasi dengan menggunakan metoda tachimetri

adalah peta detail yang ditambahi keterangan ketinggian yang ditandai dengan garis kontur.

Berbeda dengan peta yang dihasilkan bila dengan menggunakan pemetaan planimetris yang

ditandai dengan tidak adanya informasi ketinggian.

1. 2 TUJUAN

Tujuan dari praktikum/pengukuran dengan metoda tachimetri ini adalah:

Membuat peta situasi dengan menambahkan informasi ketinggian;

Membuat peta situasi dengan menggunakan Theodolit Wild T0.

1. 3 WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum/pengukuran dengan metoda tachimetri ini dilakukan pada:

Hari, tanggal : Rabu, 13 Maret 2013

Jumat, 15 Maret 2013

Rabu, 27 Maret 2013

Waktu : 09.00 – 13.00 (Rabu, 13 Maret 2013)

: 08.30 – 11.30 (Jumat, 15 Maret 2013)

: 09.00 – 13.00 (Rabu, 27 Maret 2013)

Page 3: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

Ada pun lokasi pengukurannya yaitu di sekitar Labtek IX C dan B, di sekitar BM ITB

57 dan 56.

1. 4 VOLUME KERJA

Pada pratikum ini dilakukan pemetaan dengan luas 62,5 m x 90 m , dengan titik detail

berupa bangunan, jalan, tempat parkir, gardu listrik, pagar, dan detail lain terkait dengan

detail tersebut. Waktu yang digunakan pada pratikum kali ini adalah selama tiga hari

pengerjaan, dengan waktu tiap praktikum sekitar 4 jam.

1. 5 ALAT PRAKTIKUM

Alat-alat yang digunakan dalam pengukuran titik detail metoda tachimetri ini adalah

alat-alat yang dapat digolongkan ke dalam alat pengukuran sederhana, yaitu:

Theodolit Wild T0;

Statif;

Unting-unting;

Rambu ukur;

Pita ukur.

Page 4: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

BAB II

DASAR TEORI

Pengukuran titik detil tachimetri adalah suatu pemetaan detil lengkap (situasi) yaitu

pengukuran dengan menggunakan prinsip tachimetri (tacheo artinya menentukan posisi

dengan jarak) untuk membuat peta yang dilengkapi dengan data-data koordinat planimetris

(X,Y) dan koordinat tinggi (Z). Atau membuat peta situasi secara menyeluruh dari

permukaan bumi.

Pengukuran titik detail menggunakan metoda tachimetri dapat menggukan tipe

Theodolit Wild T0, karena theodolit ini dilengkapi dengan kompas yang piringan skala

mendatar dapat mengacu pada utara magnetis, sehingga hasil yang didapat saat pengukuran

mendatar adalah azimuth magnetis. Namun theodolit ini dapat dikunci kompasnya (tidak

menggunakan arah magnet yang membuat skala mendatar sama dengan azimutnya). Hal ini

dikarenakan ketika pengukuran dilakukan pada daerah yang sekitarnya banyak sesuatu yang

terbuat dari bahan besi sehingga dapat mengganggu arah magnetis kompas terhadapat arah

utaranya, sehingga hasil/ azimut yang didapatkan berisiko salah karena gangguan dari benda-

benda yang terbuat besi tersebut. Oleh karena itu digunakan cara lain yaitu dengan

menggunakan azimut ikatan ke belakang atau azimut ikatan kemuka. Pengukuran titik detil

pada metoda ini dilakukan di atas titik kerangka dasarnya. Lalu jarak antara titik detail dan

titik kerangka dasar yang digunakan diperoleh dengan menggunakan jarak optis.

Pengukuran tachimetri ini dapat digunakan beberapa cara, yaitu:

Page 5: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

A. Perolehan azimut dengan magnetis kompas

A = (φoa, doa)

B = (φob, dob)

C = (φoc, doc)

φoa, φob, φoc = azimuth geografis

doa, dob, doc = jarak mendatar

Koordinat planimetris (X, Y) digunakan metoda polar dengan argumen azimuth dan

jarak.

Page 6: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

B. Perolehan azimut dengan ikatan kebelakang atau ke muka

A,B,C = titik basis

a,b,c,d = titik detil

a',b',c',d' = titik proyeksi

Aa', Ab, Ac„ = jarak basis

a'a, b'b, c'c„ = jarak proyeksi

AB, BC = garis basis

Titik-titik detil dinyatakan sebagai berikut :

Titik a = {(Aa'), (a'a)}

Titik b = {(Ab'), (b'b)}

Titik c = {(Ac'), (c'c)}

Page 7: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

C. Cara Trilaterasi

A,B,C = titik basis

a,b,c,d,e,f = titik detil

Aa,Ba,Bb,Cb,Cc = jarak pengikatan

Ap = jarak kontrol

AB,BC = garis basis

Titik detail dinyatakan sebagai berikut :

Titik a = {(Aa), (Ba)}

Titik b = {(Bb), (Cb)}

Page 8: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

Tachimetri sendiri pun juga mempunyai rumus-rumus dasarnya, yaitu seperti:

Jarak optis bila garis bidik tegak lurus pada rambu ukur (sudut II 90°):

do = 100 |BA – BB|

Namun karena sudut II tidak tegak lurus, maka yang digunakan adalah:

do = 100 |BA – BB| cos α

dengan α = m = sudut miring.

Karena dm = do cos α,

maka:

dm = 100 |BA – BB| cos2α

Page 9: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

dimana:

dm = Jarak mendatar antara titik A dan B ;

do = Jarak optis antara titik A dan B ;

BA = Bacaan benang atas ;

BB = Bacaan benang bawah;

α = Sudut miring .

∆HAB = TAA + TPA + V – BT – TPB

Karena

V = do sin α

Maka:

∆HAB = TAA + TPA + 100 |BA – BB| sin α cos α – BT – TPB

Dimana

∆HAB = Beda tinggi titik A dengan titik B;

TAA = Tinggi alat di titik A;

TPA = Tinggi patok A;

TPB = Tinggi patok B ;

BT = Bacaan benang tengah masing-masing diukur dilapangan.

Apabila target atau titik detail tidak di atas titik BM, maka:

∆HAB = TAA + TPA + 100 |BA – BB| sin α cos α – BT

∆HAB = Beda tinggi titik A dengan titik B;

Page 10: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

TAA = Tinggi alat di titik A;

TPA = Tinggi patok A;

BT = Bacaan benang tengah masing-masing diukur dilapangan.

Dalam pengukuran pengukuran dengan metoda tacimetri, biasanya terdapat

kesalahan-kesalahan yang dilakukan. Beberapa kesalahan yang dilakukan yaitu seperti:

a. Salah indeks diterapkan dengan tanda yang salah;

b. Kekacauan tanda plus dan minus pada sudut-sudut vertikal.;

c. Kesalahan aritmetik dalam menghitung perpotongan rambu;

d. Pemakaian faktor pengali yang tidak benar;

e. Mengayunkan rambu (rambu harus selalu dipegang tegak lurus).

Pengukuran metoda tachimetri ini menggambarkan suatu titik detail secara horizontal

dan vertikal. Dalam penggambaran peta, tinggi titik detail dalam peta ditandakan dengan

garis yang bernama kontur. Kontur adalah garis yang menggambarkan/mewakilkan titik-titik

dengan ketinggian yang sama. Dalam penggambaran garis kontur, terdapat beberapa aturan,

yaitu seperti:

Garis kontur merupakan garis lengkungan yang tertutup dan tidak bercabang atau

terputus;

Garis kontur terputus hanya dan jika hanya ada dibatas peta;

Untuk daerah yang berbukit atau terjal, garis kontur makin rapat, bahkan

cenderung menjadi suatu garis tebal;

Untuk daerah datar, maka garis kontur tampak menjadi jarang atau jaraknya

renggang;

Garis kontur yang melewati sungai diarahkan pada nilai kontur yang lebih tinggi

kearah hulu sunga;

Page 11: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

Garis kontur yang melalui jalan lekukan atau ketajaman dari sudut belokan garis

kontur menuju kenilai kontur yang lebih rendah;

Garis kontur yang melewati bangunan gedung, maka garis mengelilingi bangunan

tersebut.

Page 12: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

BAB III

LANGKAH KERJA

Dalam pengukuran ini, ada langkah-langkah yang harus diperhatika agar pengukuran

ini berjalan sesuai dengan prosedur yang ada. Langkah-langkah yag harus dilakukan adalah:

• Membuat sketsa dari wilayah yang akan dipetakan;

• Menggunakan titik-titik kerangka dasar (BenchMark) yang berada di sekitar

wilayah tersebut sebagai titik acuan tempat berdirinya alat;

• Memasang theodolit di salah satu BM dan lakukan sentring;

• Setting sudut vertical atau zenithnya pada 90 0;

• Mengukur ketinggian alat dan ketinggian BM dengan menggunakan pita ukur;

• Menegakan rambu ukur di BM yang lain dan membaca dan mencatat bacaan

benang atas, tengah bawah, benang bawah, sudut horizontalnya;

• Memindakan rambu ukur ke titik-titik detail lainnya dan membaca dan mencatat

bacaan benang atas, tengah bawah, benang bawah, sudut horizontal, sama seperti

ketika rambu ukur diletakan di atas titik BM;

• Memindahkan theodolit dan alat-alat lainnya ketika titik detail tidak dapat terlihat

lagi ketika dari BM yang telah digunakan;

• Membuat titik bantu baru jika semua BM telah digunakan tetapi titik detail belum

semuanya diukur;

• Memindakan rambu ukur ke titik-titik detail lainnya dan membaca dan mencatat

bacaan benang atas, tengah bawah, benang bawah, sudut horizontal.

Page 13: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

BAB IV

DATA DAN PENGOLAHAN DATA

4. 1 DATA

Dalam pengukuran titik detail kali ini, lokasi terdapat di sekitar Basic Science B dan

lapangan parkir Fakultas Ilmu dam Teknologi Kebumian (FITB). Dalam pengukuran ini,

digunakan satu buah BenchMark yang berada di sekitar lokasi pengukuran tersebut, yaitu BM

ITB 57.

Pada pengukuran titik detail ini, setidaknya ada sekitar 38 titik detail yang diambil.

Data yang diambil dalam pengukuran ini adalah bacaan benang atas, tengah, dan bawah pada

rambu ukur yang dilihat dari theodolit wild T0, dan bacaan skala vertikal dan horizontal.

Karena pada pengukuran ini, kunci magnetis pada theodolit tidak dibuka (dikarenakan akan

terjadinya atraksi lokal), maka bacaan bacaan azimut magnetisnya menjadi bacaan skala

horizontal seperti theodolit-theodolit pada umumnya.

PENGOLAHAN DATA

Tujuan dari pengukuran kali ini adalah membuat peta situasi dengan ketinggiannya

diketahui (ditandai oleh garis kontur). Agar peta tersebut dapat dibuat, dan kontur dapat

digambarkan, maka perlu diketahui koordinat (x,y) dan tinggi (z) titik detail tersebut. Untuk

mendapatkan x,y,z, data-data yang diambil saat pengukuran perlu diolah.

Tahap-tahap pengolahannya adalah sebagai berikut:

Menghitung jarak optis:

do = 100 * (BB-BA) * Sin Z Untuk theodolit sudut zenit;

do = 100 * (BB-BA) * Cos M Untuk theodolit sudut miring;

kali ini yang digunakan adalah sudut zenith,

contoh : do = 100*(22.05-21.75)*sin (90) = 30 dm = 3 m

Page 14: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

Menghitung jarak mendatar:

dm = do * Sin Z Untuk theodolit sudut zenit;

dm = do * Cos M Untuk theodolit sudut miring;

kali ini yang digunakan adalah sudut zenith,

contoh : dm = 3m * sin (90) = 3m

karena awalnya sudah di “set” 90o

Menghitung beda tinggi:

∆HA1 = Tgb + doA1 * Cos Z – BT1 Untuk sudut zenit;

∆HA1 = Tgb + doA1 * Sin M – BT1 Untuk sudut miring;

*kali ini yang digunakan adalah sudut zenith,

Contoh : ∆HA1 = 1.36 + 3 * Cos (90o) – 2.004 = -0.644 m

Menghitug tinggi titik (z):

z1 = zA + ∆HA1

contoh : zB = 765.559 + (-0.644) = 764.915 m

Ket:

Bacaan skala sudut vertikal harus dikurangi salah indeks terlebih dahulu;

Sudut jurusan harusan dikurangi salah kolimasi terlebih dahulu.

Page 15: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

Berikut ini adalah data-data yang telah diolah:

Page 16: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf
Page 17: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

Setelah melakakukan proses hitungan/olah data, data jarak dan bacaan sudut

digunakan untuk menggambarkan titik detail tersebut tanpa menggunakan koordinat.

Sedangkan ketinggian z adalah untuk penunjuk ketinggian. Namun di dalam peta, ketinggian

akan ditandakan dengan garis kontur yang memiliki selang kontur setiap 12,5 cm.

Page 18: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

BAB V

Analisis

Mila Olivia Trianaputri (15110066)

Pada praktikum kali ini, kami menggunakan metoda Tachimetri untuk penggambaran

detail situasi. Cara tachimetry merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam praktek

pegukuran detail situasi, terutama untuk pemetaan dalam daerah yang luas dan juga untuk

detail-detail yang bentuknya tidak beraturan. Dalam pengukuran tachimetry sendiri, terdapat

dua macam pengukuran, yaitu pengukuran planimetrik untuk mendapatkan kooordinat x dan

y mendatar (horizontal). Sedangkan Pengukuran vetikal bertujuan menggambarkan relief dari

permukaan bumi (tinggi atau rendahnya permukaan bumi). Untuk itu dibutuhkan posisi tegak

dari titik-titik detail tersebut sehingga dapat ditarik garis-garis tinggi (kontur). Dibandingkan

dengan metoda-metoda penguran detail lainnya seperti Offset dan Planetabel, metoda

Tacimetri ini memiliki beberapa keunggulan antara lain :

- Paling akurat, karena data koordinat yang dihasilkan adalah (X, Y, dan Z).

- Memiliki jangkauan yang lebih luas (standard 75 m).

- Koordinat hasil ukuran sudah diperhitungkan terhadap arah utara magnetis bumi.

- Dapat menggambarkan model permukaan tanah pada wilayah pengukuran.

Namun, ada kekurangan dari theodolite T0 ini. Ketelitian yang dimiliki hanya sampai

ketelitian menit sehingga saat pengolahan data dan output yang didapat (peta) terdapat

beberapa kesalahan. Selain itu, kesalahan-kesalahan yang ada juga diakibatkan oleh :

1. Kurangnya sentering alat

2. Kurang tegaknya rambu ukur saat akan dibidik sehingga ada saja kesalahan yang

muncul saat pembacaan rambu

3. Kesalahan pengamat saat membaca rambu ukur dan bacaan sudut mendatar

4. Kelelahan mata pengamat bila semakin lama membidik sehingga menyebabkan

ketidak akuratan saat pembacaan

5. Faktor cuaca. Bila cuaca terlalu panas akan mengakibatkan adanya refraksi. Sehingga

mempengaruhi bacaan yang didapat

6. Kurang tepatnya sentering alat di titik BM yang ada

7. Penggunaan titik bantu yang menyebabkan berkurangnya ketelitian

Page 19: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

Regina Maria Hitoyo (15110102)

Tachimetri adalah pengukuran titik-titik detail yang dilakukan dengan peralatan

teknologi lensa optis dan elektronis digital. Dalam pengukuran titik-titik detail

pada prinsipnya adalah menentukan koordinat dan tinggi titik –titik detail dari titik-titik

ikat. Cara tachimetri merupakan cara yang paling banyak digunakan dalam praktek

pengukuran detail situasi, terutama untuk pemetaan dalam daerah yang luas dan juga untuk

detail-detail yang bentuknya tidak beraturan. Untuk dapat melakukan pemetaan dengan cara

ini, diperlukan suatu alat yang dapat mengukur arah sekaligus mengukur jarak, seperti

theodolit kompas (theodolit wild T0). Terdapat salah satu keuntungan lain dari metoda

tachimetri, yaitu memungkinkan untuk melakukan penggambaran dan pemetaan bentuk muka

tanah. Membandingkan pengukuran metoda tachimetry dan dua metoda sebelumnya yaitu

offset dan plane table, maka diperoleh beberapa keuntungan dari metoda tachimetry, yaitu

paling akurat, karena data koordinat yang dihasilkan adalah (X, Y, dan Z), memiliki

jangkauan yang lebih luas (standard 75 m), koordinat hasil ukuran sudah diperhitungkan

terhadap arah utara magnetis bumi (Azimuth magnetic), dapat menggambarkan model

permukaan tanah pada wilayah pengukuran. Akan tetapi sumber kesalahan pada metoda

tacimetri antara lain adalah posisi rambu ukur yang tidak lurus sehingga menyebabkan

bacaan pada tehodolit kurang teliti. Atau kesalahan pengukur saat membaca theodolit yang

dapat disebabkan karena keterbatasan mata pengukur sehingga bacaan menjadi tidak teliti,

terjadi pemuaian lensa pada theodolit karena cuaca yang sangat panas, sentring alat yang

tidak tepat, dan perambatan kesalahan akibat penggunaan titik bantu untuk melihat titik detail

yang terhalangi.

Rianto (15111015)

Pengukuran tachimetri kali ini menggunakan theodolit T0 sebagai alat utama. Secara

keseluruhan praktikum yang kami lakukan berjalan lancar dan pengukuran dilakukan dengan

cukup teliti. Namun masih terdapat kesalahan – kesalahan yang terjadi, seperti blunder saat

membaca pengukuran dan pastinya terdapat kesalahan acak. Sebenarnya yang menjadi

perhatian disini adalah kontur hasil pengukuran yang telah kami transformasikan ke peta,

disini terlihat kontur yang kami buat kurang merepresantasikan keadaan sebenarnya. Hal ini

dipengaruhi oleh keterampilan pengamat yang kurang dalam menginterpretasikan data yang

diukur dengan keadaan sebenarnya. Sehingga peta yang kami hasilkan kurang bagus dari segi

desain kartografi. Selain itu, kami juga tidak menggunakan unsur koordinat dalam

menggambarkan titik detail, kami hanya menggunakan data sudut dan jarak. Sehingga peta

yang dihasilkan masih kurang akurat. Sebagai seorang surveyor sekaligus kartografer

harusnya bisa mengaplikasikan ilmu kartografi dan ilmu ukur tanah dalam proyek yang

sebenarnya. Kesalahan – kesalahan tersebut harusnya tidak akan terulang lagi.

Page 20: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

Nia Pradinawati ( 15111018)

Pada paraktikum ini dihasilkan peta dasar dan peta kontur dari daerah sekitar labtek

IX A dan labtek IX C. Peta yang didapat tidak jauh berbeda dengan peta hasil Offset dan

Plane Table, hal tersebut dikarenakan kami masih menggunakan titik-titik detail yang

letaknya hampir sama. Setiap metoda ada kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Tetapi ada satu hal yang dapat dianalisis dari ketiga metoda tersebut adalah penentuan arah

utara. Lokasi praktikum kelompok kami berdekatan dengan 2 bangunan gardu listrik

sehingga mempengaruhi arah utara dari kompas maupun arah utara dari Theodolit T0. Selain

tu hal yang dapat dianalisis ketika praktikum metoda tachymetri ialah :

- Kesalahan sistematis : hampir tidak ada,hanya saja rambu ukur yang kami dapat ada

yang bacaannya terbalik dan ada yang bacaannya tidak dibalik. Selain itu ketelitian

alat tidak diketahui.

- Kesalahan blunder : pembacaan benang atas bawah tengah,dan pembacaan sudut

horisontal,perhitungan jarak optik dan jarak mendatar,serta penentuan titik detail yang

dianggap memiliki beda tinggi cukup jauh.

- Kesalahan acak : banyaknya pohon-pohon besar disekitar tempat praktikum

menghalangi pembacaan rambu ukur sehingga kami hanya mengukur jaraknya

menggunakan meteran dan menganggap garsinya sejajar pada saat pemetaan.

Menurut saya metoda yang paling mudah digunakan ialah metoda pemataan plane

table,hanya saja peta yang didapat tidak begitu akurat perihal jaraknya. Sedangkan metoda

Offset cukup memakan waktu ketika menentukan garis lurusnya antara keitga jalon dan juga

jaraknya masih belum akurat karena masih menggunakan pita ukur. Metoda tacymetri

memang lebih akurat dari kedua metoda sebelumnya karena jaraknya diukur berdasarkan

perhitungan selain itu dengan metoda ini juga dapat dihasilkan peta kontur.

Eka Fidiyanti (15111046)

Praktikum kali ini adalah praktikum tachimetri menggunakan theodolite T0. Tujuan

praktikum kali ini adalah untuk menentukan kontur dan titik-titik detail di sekitar ITB 56 dan

ITB 57. Kita menggunakan sudut zenith 900, sehingga hasil jarak optis dan jarak mendatar

dari titik-titik detail tersebut sama. Cara tachimetri paling banyak digunakan untuk

pengukuran detail situasi di tempat yang luas. Menurut saya, metoda tachimetri ini paling

kurat dibandingkan metoda offset dan plane table. Dalam sauatu prktikum pasti terjadi

kesalahan. Kesalahan tersebut dapat terjadi karena beberapa faktor, antara lain faktor alam,

alat dan manusia itu sendiri.

Faktor alam disebabkan oleh pengaruh medan magnet. Tempat praktikum kelompok

kami berada di sekitar gardu listrik. Hal ini sedikit berpengaruh pada kompas. Arah utara

sedikit bergeser dari arah utara sebenarnya. Faktor alat disebabkan oleh alat itu sendiri.

Praktikum kali ini kita menggunakan theodolite T0. Di theodolite T0 terdapat kompas

Page 21: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

didalamnya. Kompas tersebut bila di lepas, secara otomatis harusnya langsung mencari arah

utara. Namun, theodolite yang pertama kali gunakan, kompas tersebut tidak bergerak,

akhirnya kami mengganti alat kami. Pada theodolite T0 ketelitiannya hanya sampai menit,

sehingga hasil yang dihasilkan kurang akurat. Kesalahan yang terakhir yaitu kesalahan

pengamat. Kesalahan pengamat terjadi saat pembacaan garis bidik yang tidak tepat, untuk

menentukan batas atas, batas tengah, dan batas bawah. Selain itu pemegang rambu ukur tidak

selalu lurus saat memegang rambu untuk di bidik. Sentring alat yang sangat sulit dengan

menggunakan unting-unting. Penggunaan titik bantu yang menyebabkan berkurangnya

ketelitian.

M Khairul Hamid (15111050)

Analisis Pratikum IUT

Pada pratikum kali ini telah dibuat sebuah peta dengan menggunakan metoda tacimetri

dengan menggunakan teodolit T-0. Peta memuat unsur detail lokasi dan kontur. Pada

pelaksanaannya terdapat kesalahan kesalahan, berikut adalah analisisnya :

Pratikum ini menggunakan alat yang sudah sangat lama umurnya, pada saat

pratikum ditemui alat yang sudah tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Sehingga disarankan pada pratikum selanjutnya untuk melakukan pengecekan

terhadap alat, sehingga pratikum berjalan lebih cepat dan data yang diambil

tidak salah.

Dalam penentuan posisi-posisi titik detail, terdapat titik yang tidak dapat

dibidik dari BM, sehingga dibuatlah titik bantu, koordinat titik bantu yang

digunakan merupakan hasil bidikan dari BM, tidak dilakukan metoda poligon,

sehingga tidak ada koreksi terhadap titik bantu tersebut. Pada pratikum

selanjutnya sebelum melakukan penentuan titik detail maka tentukan terlebih

dahulu titik-titik bantu yang akan digunakan, sehingga koordinat titik bantu

akan lebih akurat.

Adanya atraksi lokal, yaitu gangguan medan magnet disekitar lokasi

pemetaan, pada lokasi pemetaan kelompok kami terdapat sebuah gardu listrik

yang ditenggarai mempunyai medan magnet sehingga mempengaruhi

penentuan arah utara oleh teodolit T-0. Pada pratikum selanjutnya disarankan

untuk memilih lokasi pengamatan yang berjauhan dengan benda yang

memiliki medan magnet.

M Ibrahim Ulinnuha (15111082)

Praktikum Tachimetri tetap dilakukan di tempat yang sama dengan praktikum – praktikum

sebelumnya. Praktikum kali ini menggunakan theodolite T0 dengan men-setting zenith 90o

sehingga akan langsung didapat jarak mendatar, dimana jarak mendatar sama dengan jarak

optis dari bacaan rambu. Kelompok kami berasumsi menggunakan cara tersebut akan

diperoleh pengukuran jarak yang lebih akurat, meskipun ketelitian hanya mencapai desimeter

Page 22: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

tetapi hasil ini lebih akurat ketimbang pengukuran menggunakan pita ukur. Karena

pengukuran dengan pita ukur sering kali tidak lurus betul pitanya sehingga pembacaan akan

tidak akurat.

Dalam kenyataanya, selama praktikum ini banyak terjadi kesalahan, diantaranya adalah :

1. Faktor alam, karena kami mengukur jarak dan sudut menggunakan cara optis maka

akan sangat terpengaruh dari cahaya matahari. Terjadinya refraksi menyebabkan

kesalahan baca pada alat. Selain itu adanya gardu listrik di dekat BM kami

menimbulkan medan magnet yang mengganggu magnet theodolite kami

2. Faktor manusia, posisi mendirikan rambu ukur yang masih miring menyebabkan

pembacaan rambu menjadi salah. Selain itu kesalahan estimasi dari pembacaan rambu

ukur benang atas, benang bawah, maupun benang tengah juga menimbulkan

kesalahan dalam perhitungan.

3. Kesalahan acak, merupakan kesalahan yang tidak terdeteksi meskipun praktikan

sudah sebaik mungkin dalam melakukan praktikum.

Kramer Napitupulu (15111101)

Pada praktikum kali ini kita membuat peta kontur menggunakan alat Theodolite T0 dengan

selang kontur 12,5 cm. Kesulitan-kesulitan yang kita dapati pada pelaksanaan praktikum ini,

jelas berasal dari kurangnya pengetahuan atau tuntunan yang kita peroleh tentang pembuatan

peta berkontur. Ini mengakibatkan kita kurang tau atau menjadi bingung untuk menentukan

titik-titik mana saja yang harus dikur agar menghasilkan peta berkontur dengan selang kontur

yang telah ditentukan, ditambah lagi kita bekerja pada daerah yang relatif datar.

Ri’yu Diawan Fuadhadi (15111107)

Praktikum modul Tachimetri ini kita menggunakan Theodolite T0. Dalam praktikum kali ini

kita mensetting sudut zenith pada Theodolite T0 tersebut dengan besaran 90 o

. Hal ini

dilakukan agar untuk mempermudah kita dalam menentukan jarak optis maupun jarak

mendatar, karena pada sudut zenith 90 o

mengakibatkan jarak optis sama dengan jarak

mendatarnya. Dalam praktikum kali ini ada beberapa hal yang bisa dianalisis terhadap

kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi, seperti :

a. Alat

Alat disini berperan penting dalam setiap praktikum. Pada kesalahan alat ini yang

layak untuk disoroti adalah rambu. Rambu disini bisa dikatakan kurang akurat karena

rambu yang kita gunakan sudah relatif tua, karena dengan adanya gesekan pada

tumpuan saat praktikum-praktikum sangat dimungkinkan rambu itu terkikis dan

menimbulkan kurang akuratnya titik nol(0)nya.

Page 23: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

b. Alam

Dalam praktikum pemetaan detail kita selalu menempati wilayah yang sama yaitu di

sekitar Labtek IX. Di tempat kita praktikum tersebut terdapat bangunan yang berisi

gardu listrik, tentu sangat dimungkinkan gardu listrik tersebut mempengaruhi kompas.

Sedangkan pada alat yang kita gunakan waktu praktikum kali ini (Theodolite T0)

menggunakan kompas di dalamnya untuk menentukan arah utaranya. Dengan adanya

gardu listrik di daerah kita praktikum, maka gardu listrik tersebut memengaruhi arah

utara pada alat yang kita gunakan walaupun itu relatif kecil, namun selisih kecil pun

dalam sudut horizontal sangat berpengaruh dalam pembuatan peta yang berdasar pada

pengambilan data di lapangan.

c. Praktikan

Selain alat dan alam, tak luput seorang praktikan juga sangat dimungkinkan

melakukan kesalahan. Kesalahan tersebut diantaranya adalah keadaan atau posisi

rambu yang diberdirikan oleh praktikan saat praktikum terkadang tidak lurus, dan

menyebabkan kurang akuratnya dalam pengambilan data saat di lapangan; kesalahan

berikutnya yaitu pada kemampuan mata, apalagi dalam praktikum kali ini sangat

diperlukan kemampuan mata yang bagus, namun tiap praktikan mempunyai

kemampuan berbeda pada mata, saat praktikum kali ini dibutuhkan kemampuan mata

yang bagus karena praktikum kali ini menggunakan alat berupa Theodolite T0 dimana

dalam pengambilan datanya menggunakan teropong yang berhubungan langsung

dengan mata, setelah itu kemampuan setiap praktikan dalam mengira-ngira bacaan

pada rambu juga berbeda, sehingga dapat menimbulkan kesalahan, faktor lelah pada

mata juga berpengaruh karena saat mengamati rambu mata kita harus selalu fokus,

apabila terlalu sering fokus mata kita, maka akan cepat membuat lelah pada mata,

akibatnya sangat dimungkinkan berpengaruh dalam pengambilan data dan akhirnya

terdapat kesalahan.

Dalam pembuatan peta dengan metoda offset, plane table, dan tachimetri memiliki kelebihan

masing-masing. Menurut saya metoda untuk pengukuran titik-titik detail yang lebih bagus

adalah metoda plane table, karena plane table lebih simple dan mudah dalam pengerjaannya,

namun untuk ketelitian jaraknya masih kurang teliti. Metoda tachimetri inilah yang paling

teliti dalam menentukan jarak, namun ini juga riskan mengingat kemampuan mata setiap

praktikan berbeda. Karena bila salah sedikit saja dalam mengamati rambu akan sangat

berpengaruh dengan jaraknya.

Page 24: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6. 1 KESIMPULAN

Setelah melakukan praktikum/pengukuran tahcimetri, dapat ditarik beberapa

kesimpulan, bahwa pengukuran titik detail selain digunakan cara offset dan plane table, dapat

juga dilakukan dengan cara tahchimetri. Cara ini lebih baik dibandigkan dengan cara-cara

offset dan plane table. Hal ini dikarenakan alat yang digunakan jauh lebih berkembang

dibandingkan dengan cara yang sebelumnya yang akhirnya membuat pengukuran jauh lebih

cepat dibandingkan dengan pengukuran sebelum-sebelumnya. Selain itu, data pengukuran

mengandung banyak unsur sehingga hasil yang didapat lebih presisi.

Pengukuran tachimetri ini juga lebih baik dikarenakan hasil/output pengukuran ini

berupa peta situasi yang dapat menyediakan informasi ketinggian dari setiap titik yang

kemudian ditandai dengan garis kontur.

Pengukuran ini juga membuktikan bahwa pengukuran jarak dapat dilakukan relatif

lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan pita ukur. Ketelitian pun juga tidak jauh

berbeda dengan ketelitian bila menggunakan pita ukur.

6. 2 SARAN

Seperti biasa, pengukuran tachimetri yang kami lakukan pun tidak luput dari

kesalahan-kesalahan yang ada. Setelah kami melakukan pengukuran ini, ada beberapa hal

yang dapat kami sarankan ketika melakukan pengukuran ini lagi, yaitu:

Pengamat masih mungkin melakukan blunder, sehingga tetap harus teliti dalam

membaca bacaan.

Payungilah theodolit saat pengukuran, karena apabila saat pengukuran theodolit

terkena sinar matahari langsung (terkena panas langsung), lingkar skala bacaan

pada theodolit dapat memuai, sehingga dapat mengacaukan pembacaan skala;

Page 25: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

Saat pengukuran, hendaklah pemegang rambu ukur harus lebih menegakan rambu

ukurnya. Karena apabila ada kemiringan sedikit saja, pembacaan pada rambu ukur

tidak tepat, sehingga dapat membuat kesalahan pada penghitungan jarak

optis/mendatar dan beda tinggi;

Jangan lupa untuk mengecek salah indeks dan salah colimasi saat pengukuran;

Jangan lupa mengecek Tgb (tinggi alat dan tinggi patok) pada setiap pengukuran;

Skets gambar keadaan tempat pengukuran terlebih dahulu, agar penempatan

rambu pada titik detail dapat diprediksi;

Apabila titik detail tidak terlihat dari titik yang dipakai pada awalnya, buatlah titik

bantu (titik kerangka dasar bantu) agar dapat membidik/mengukur titik detail

lainnya.

Page 26: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

DAFTAR PUSTAKA

http://crayonpedia.org/mw/Pengukuran_Titik-titik_Detail_Metoda_Tachymetri._Iskandar

http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=3&ved=0CCIQFjAC&url=http%3A%2F

%2F209.85.48.16%2F4807%2F171%2F0%2Fp1009929%2FKuliah_tachimetri_kulia

h_4.ppt&ei=nMWOTbzPDZH-

vQOU8cGtDQ&usg=AFQjCNH6XBDC9iwd4eoE9ofYIx2YNSZYiw&sig2=yyB9A

SsY7uGPeoSFNMi3Zw

Purworaharjo,Umaryono.1986. Ilmu Ukur tanah Seri C Pemetaan Topografi. Bandung:FTSP

ITB.

Page 27: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

LAMPIRAN

a. Foto waktu praktikum

Dari kiri ke kanan : M.I Ulinnuha, Regina, Nia P, Rianto, Kramer N, Eka F, Mila O, M.K

Hamid, Ri‟yu D.F

Page 28: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

b. Surat tugas

Page 29: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf
Page 30: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

c. Peta Lokasi praktikum

Lokasi Praktikum

Page 31: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

d. Sketsa peta

Page 32: Laporan_IUT_II_Tachimetri_Kelompok_07.pdf

e. Hasil Peta

Hasil peta sudah dikumpulkan dalam bentuk hardcopy.