laporan tahunan 2014 balai pengkajian teknologi...
TRANSCRIPT
Page 1 of 204
LAPORAN TAHUNAN 2014
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGIPERTANIAN
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIANKEPULAUAN BANGKA BELITUNG
2014
Page 2 of 204
PENANGGUNGJAWAB:
Dr. Ir. Rubiyo, M.Si
Kepala Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kep. Bangka Belitung
PENYUSUN DAN PENYUNTING:
Ahmadi, SP, M.Sc
Akhmad Ansyor, SP
Tri Wahyuni, SP
Adhe Poppy W.E, SP
TATA LETAK DAN EDITING:Akhmad Ansyor, SP
Alamat:
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kep. Bangka Belitung
Jl. Mentok, KM. 4, Pangkalpinang, Bangka Belitung
Telp dan Fax: (0717) 421797
Email: [email protected]
http://www.babel.litbang.deptan.go.id
Page 3 of 204
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kita
panjatkan atas terselesaikannya laporan tahunan ini.
Laporan tahunan ini merupakan pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas, fungsi, dan mandate Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian (BPTP) Kep. Bangka Belitung
tahun 2014. Laporan tahunan ini disusun untuk dapat
digunakan sebagai referensi dan/atau dasar pertimbangan
pembelajaran di masa yang akan dating, baik dalam
tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi dalam upaya perbaikan kinerja
ke depan
Laporan tahunan BPTP Kep. Bangka Belitung tahun 2014 berisi tentang capaian
hasil kegiatan dalam mendukung empat tugas sukses Kementerian Pertanian
beserta sumberdaya pendukung yang tersedia, yang terincikan menjadi hasil
penelitian dan pengkajian (litkaji), penyebarluasan (diseminasi) hasil-hasil litkaji,
maupun kegiatan lainnya. Keberhasilan pelaksanaan kegiatan BPTP Kep. Bangka
Belitung tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak, terutama Pemerintah
Daerah, Kelompok Tani, Petani, dan Masyarakat. Selama pelaksanaan kegiatan
BPTP Kep. Bangka Belitung telah banyak hal yang dicapai, dan tidak luput dari
berbagai permasalahan yang perlu mendapatkan perhatian serta diupayakan
mencari solusi yang terbaik. Oleh karena itu kami mohon saran dan kritik yang
konstruktif baik untuk penyempurnaan laporan maupun peningkatan kinerja dan
prestasi BPTP Kepulauan Bangka Belitung dimasa mendatang.
Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan tahunan ini
diucapkan terima kasih. Harapan kami, laporan ini dapat bermanfaat bagi pihak
yang berkepentingan, khususnya dalam perbaikan kinerja BPTP Kep. Bangka
Belitung ke depan.
Pangkalpinang, Januari 2015Kepala BPTP Kep. Bangka Belitung
Dr. Ir. Rubiyo, M.Si
Page 4 of 204
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ……………………………………………………………...
DAFTAR TABEL ………………………………………………………...
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………...
RINGKASAN EKSEKUTIF ……………………………………………...
I.PENDAHULUAN .....................................................................................
1.1.Latar Balakang .................................................................................
1.2.Visi, Misi, dan Strategi ....................................................................
1.3.Sasaran dan Tujuan ..........................................................................
II. PROFIL BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG ................................................
2.1. Sejarah BPTP Kepulauan Bangka Belitung......................................
2.2. Struktur Organisasi ..........................................................................
2.3. Sumber Daya Manusia .....................................................................
2.4. Sarana dan Prasarana .......................................................................
2.5. Anggaran ..........................................................................................
III. KINERJA BPTP KEPULAUAN BANGKA BELITUNG....................
3.1. Peningkatan produktivitas padi di sawah bukaan baru melalui
mekanisasi pertanian dan pengelolaan tata air ...............................
3.2. Koleksi dan seleksi ayam merawang spesifik Bangka ..................
3.3. Peningkatan produktivitas tanaman lada dengan pengelolaan
hara dan jumlah bibit per rumpun ..................................................
3.4. Pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG) ...................................
3.5. Agro Ecological Zone (AEZ) 1:50.000 …………...……………..
3.6. Model Akselerasi Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan
(m-AP2RL) .....................................................................................
3.7. Visitor plot Kebun Percobaan Petaling (perkebunan,
hortikultura, peternakan) ................................................................
3.8. Percepatan pemasyarakatan PTT Padi …………………………...
3.9.Pendampingan KRPL ………………………………………….....
3.10. Model Pembangunan Pertanian Pedesaan Melalui Inovasi
i
iii
ix
xii
1
1
2
3
5
5
5
5
7
8
11
11
27
46
63
71
78
89
104
117
Page 5 of 204
(m-P3MI) .............................................................................
3.11. Pendampingan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) ...........
3.12. Pendampingan KATAM ......................................................
3.13. Perbenihan Padi ...................................................................
3.14. Efektivitas media penyuluhan terhadap pemanfaatan lahan
pekarangan guna mendukung keragaman pangan lokal di
Bangka Belitung ……………………………………….......
3.15. Identifikasi kebutuhan teknologi spesifik lokasi
mendukung kegiatan penetapan prioritas pelaksanaan
perencanaan dan pengkajian di Kep. Bangka Belitung .......
IV. PUBLIKASI KEGIATAN BPTP KEP. BANGKA BELITUNG DI
MEDIA MASA ....................................................................................
Panen perdana padi MT. II di lahan bukaan baru Desa Batu
Betumpang, Kabupaten Bangka Selatan ……………………………..
Peran inovasi teknologi dalam mendukung Bio Industri dan
Ketahanan Pangan di BPTP Kep. Bangka Belitung ………….............
Pameran inovasi teknologi pertanian dalam rangkaian kegiatan
lomba asah terampil petani di Kab. Bangka ……….............................
V. PENUTUP .............................................................................................
122
128
135
144
154
165
177
177
179
182
185
Page 6 of 204
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Daftar Nama-nama Jabatan, dan Tingkat Pendidikan PNS BPTP
Kepulauan Bangka Belitung ...............................................................
Alokasi Anggaran Untuk Pengadaan Sarana, Prasarana dan
Kelengkapan Kantor ...........................................................................
Rincian Anggaran Tahun 2014 ...........................................................
Komponen teknologi pengelolaan tanaman terpadu padi sawah ……
Hasil analisis sidik ragam perlakuan mekanisasi dan pengelolaan air
terhadap keragaan pertumbuhan padi inpari 10 di lahan sawah
bukaan baru .........................................................................................
Pengaruh mekanisasi pertanian dan system pengelolaan air terhadap
tinggi, jumlah anakan maksimal dan jumlah anakan produktif padi
inpari 10 di lahan sawah bukaan baru …..........................................
Hasil analisis sidik ragam perlakuan mekanisasi dan pengelolaan air
terhadap keragaan keragaan hasil dan komponen hasil padi inpari 10
di lahan sawah bukaan baru …………………....................................
Pengaruh mekanisasi pertanian dan sistem pengelolaan air terhadap
panjang malai, jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa, berat 1.000
butir gabah, dan hasil gabah Inpari 10 di lahan sawah bukaan baru,
Batubetumpang, MT II 2014……………………………...................
Analisis Usahatani Padi Sawah di Lahan Bukaan Baru dengan
Mekanisasi Pertanian dan Pengelolaan Air …………………………
Analisis Usahatani Padi Sawah di Lahan Bukaan Baru dengan
Mekanisasi Pertanian dan Pengelolaan Air ........................................
Perbandingan Produksi Telur Ayam Merawang dan Lokal yang
Dipelihara pada Kondisi yang Sama Selama 52 Minggu …..………
Karakteristik kualitatif ayam merawang di peternak Kota Sungailiat
Kab. Bangka .......................................................................................
Karakteristik kualitatif ayam merawang di peternak Desa Merawang
Kab. Bangka .......................................................................................
Karakteristik Kuantitatif Ayam Merawang di Peternak Kota
6
8
9
13
14
14
16
17
19
20
29
31
32
Page 7 of 204
Tabel 15
Tabel 16
Tabel 17
Tabel 18
Tabel 19
Tabel 20
Tabel 21
Tabel 22
Tabel 23
Tabel 24
Tabel 25
Tabel 26
Tabel 27
Tabel 28
Tabel 29
Tabel 30
Tabel 31
Tabel 32
Tabel 33
Sungailiat Kabupaten Bangka .............................................................
Karakteristik Kuantitatif Ayam Merawang Di Peternak Desa
Merawang Kabupaten Bangka ………………………........................
Produksi Telur Ayam Merawang …………………............................
Rataan Bobot Telur Ayam Merawang ................................................
Daya Tetas dan Bobot Tetas Telur Ayam Merawang ........................
Tingkah Laku Mengeram Induk Ayam Merawang ............................
Konsumsi pakan dan Bobot Badan Ayam Merawang ………………
Jumlah dan Mortalitas Ayam selama Kegiatan Pengkajian ...............
Tinggi tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK dan jumlah
bibit per rumpun .................................................................................
Jumlah ruas sulur panjat tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk
NPK dan jumlah bibit per rumpun …………......................................
Jumlah sulur panjat tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK
dan jumlah bibit per rumpun ...............................................................
Jumlah cabang primer tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk
NPK dan jumlah bibit per rumpun ......................................................
Jumlah ruas cabang primer tanaman lada pada perlakuan dosis
pupuk NPK dan jumlah bibit per rumpun ……...................................
Jumlah daun cabang primer tanaman lada pada perlakuan dosis
pupuk NPK dan jumlah bibit per rumpun ………………………...…
Jumlah bunga cabang primer tanaman lada pada perlakuan dosis
pupuk NPK dan jumlah bibit per rumpun …………………………...
Lebar kanopi utara – selata tanaman lada pada perlakuan dosis
pupuk NPK dan jumlah bibit per rumpun ……………………...……
Lebar kanopi barat - timur tanaman lada pada perlakuan dosis
pupuk NPK dan jumlah bibit per rumpun ………………………...…
Diameter batang tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK
dan jumlah bibit per rumpun …………………...................................
Tinggi tanaman tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK dan
pupuk kandang ……………………………........................................
Jumlah ruas tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK dan
32
32
35
37
38
39
41
42
49
50
50
51
51
52
52
53
53
54
55
Page 8 of 204
Tabel 34
Tabel 35
Tabel 36
Tabel 37
Tabel 38
Tabel 39
Tabel 40
Tabel 41
Tabel 42
Tabel 43
Tabel 44
Tabel 45
Tabel 46
Tabel 47
Tabel 48
Tabel 49
Tabel 50
Tabel 51
pupuk kandang …………………………………................................
Jumlah sulur panjat tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK
dan pupuk kandang ………………………………….........................
Jumlah cabang primer tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk
NPK dan pupuk kandang …………....................................................
Jumlah ruas cabang primer tanaman lada pada perlakuan dosis
pupuk NPK dan pupuk kandang …………………….........................
Jumlah daun cabang primer tanaman lada pada perlakuan dosis
pupuk NPK dan pupuk kandang …….................................................
Jumlah bunga cabang primer tanaman lada pada perlakuan dosis
pupuk NPK dan pupuk kandang ……….............................................
Lebar kanopi utara - selatan tanaman lada pada perlakuan dosis
pupuk NPK dan pupuk kandang ………….........................................
Lebar kanopi barat - timur tanaman lada pada perlakuan dosis
pupuk NPK dan pupuk kandang …….................................................
Diamater Batang tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK
dan pupuk kandang …………………….............................................
Intensitas serangan penyakit busuk pangkal batang pada masing-
masing perlakuan pemupukan ……...................................................
Laju Infeksi Penyakit Busuk Pangkal Batang pada masing-masing
perlakuan pemupukan ………………………....................................
Aksesi hasil inventarisasi Tahun 2014 …...........................................
Koleksi aksesi di Kebun Koleksi SDG lokal Kepulauan Bangka
Belitung …….......................................................................................
Tingkat pemetaan sumberdaya tanah dan kegunaannya ….................
Penggunaan pertanian terdiri dari ………...........................................
Hasil pengamatan tinggi tanaman, jumlah ruas, dan jumlah cabang
pada umur 20 mst ……………............................................................
Anjuran pemupukan kelapa sawit ……...............................................
Kondisi Tanaman Kelapa Sawit pada Bulan Desember 2014 …........
Perbandingan Nilai Gizi Rumput Gajah, Jerami Padi dengan
Limbah Serai Wangi ………………...................................................
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
62
64
67
72
74
87
91
91
92
Page 9 of 204
Tabel 52
Tabel 53
Tabel 54
Tabel 55
Tabel 56
Tabel 57
Tabel 58
Tabel 59
Tabel 60
Tabel 61
Tabel 62
Tabel 63
Tabel 64
Tabel 65
Tabel 66
Tabel 67
Tabel 68
Tabel 69
Tabel 70
Keragaan Perkembangan dan Produksi Biomassa Tanaman
Serawangi di Kebun Percobaan Petaling Tahun 2014 ........................
Dosis pupuk bagi tanaman karet pada masa TBM .............................
Ketinggian tanaman karet, 2014 .........................................................
Rekomendasi Pemupukan Tanaman Lada Menghasilkan (TBM)
Serta Waktu Aplikasi di Kep. Bangka Belitung, 2014 .......................
Dosis Pemupukan Tanaman Durian di Kebun Percobaan Petaling
BPTP Kep. Bangka Belitung, 2014 …………………………………
Varietas Buah-buahan di KP. Petaling, 2014 ….................................
Target Program PTT Padi dan P2BN di Bangka Belitung, 2014 .......
Data potensi lahan sawah dan lahan kering di Bangka Belitung,
2014 …………....................................................................................
Rekomendasi pemupukan padi sawah menggunakan pupuk
tunggal (Urea-TSP/SP-36- KCl) di Kep. Bangka Belitung …............
Rekomendasi pemupukan padi sawah menggunakan pupuk
majemuk (15-15-15-10) Kep. Bangka Belitung ….............................
Sasaran dan Realisasi Program PTT Padi dan P2BN di Bangka
Belitung, 2014 ………………............................................................
Hasil Display Uji VUB pendampingan PTT Padi pada MK. 2014…
Hasil Display Uji VUB pendampingan PTT Padi pada MH.
2014/2015 …………….......................................................................
Hasil Pendampingan PTT Padi dan P2BN pada MK. (April-
September) 2014 ….............................................................................
Hasil Pendampingan PTT Padi dan P2BN pada MH.(Oktober-
Maret) 2014/2015 ………................................................................
Analisis Usahatani Pendampingan PTT dan Program P2BN di Kep.
Bangka Belitung, TA.2014 …………….............................................
Data dan status penilaian KRPL Kabupaten Bangka Selatan tahun
2014 …………....................................................................................
Hasil kegiatan upgrading M-KRPL Kabupaten Belitung Timur
Tahun 2014 serta masalah yang dihadapi ……...................................
Kegiatan Pendampingan KRPL Kabupaten Belitung Timur yang
93
95
95
97
101
102
104
108
110
110
111
112
112
113
114
116
118
118
Page 10 of 204
Tabel 71
Tabel 72
Tabel 73
Tabel 74
Tabel 75
Tabel 76
Tabel 77
Tabel 78
Tabel 79
Tabel 80
Tabel 81
Tabel 82
Tabel 83
Tabel 84
Tabel 85
Tabel 86
Tabel 87
Tabel 88
Tabel 89
Tabel 90
telah dilaksanakan pada 2014 …….....................................................
Masalah Teknis Dan Non Teknis Yang Dihadapi Dalam
Pendampingan, Serta Usulan Kegiatan Pendampingan Ke Depan .....
Jumlah Kecamatan dan Desa di Kabupaten Belitung ….....................
Agroekosistem dan Komoditas Unggulan Di Lokasi MP3MI Kab.
Belitung …………...............................................................................
Lokasi, Luas Demparm dan Penerapan Teknologi di Lokasi
Kegiatan m-P3MI ……………………………...................................
Karakteristik Telur Ayam Merawang Kegiatan m-P3MI di Belitung
2014 ………………………………………........................................
Usulan Desa PUAP tahun 2014 Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung ...............................................................................................
Daftar Nominasi Sementara (DNS) calon gapoktan penerima BLM-
PUAP Tahun 2014 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ................
Data Dokumen RUB dan Dokumen Administarsi pendukung
lainnya yang dinyatakan benar dan lengkap dan dikirim ke Tim
PUAP Pusat (Direktorat Pembiayaan) ................................................
Gapoktan penerima dana BLM-PUAP Tahun 2014 Provinsi
Kepulauan Bangka Belitug .................................................................
Penyelia Mitra Tani Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun
2014 ....................................................................................................
Kinerja PMT tahun 2014 ....................................................................
Tim Katam 2014 .................................................................................
Sosialisasi Katam di Kep. Bangka Belitung ………………………...
Distribusi Katam MT II Tahun 2014 …………………………..........
Distribusi booklet level Kabupaten Katam MT 1 Tahun 2014/2015 .
Jenis Varietas pada penanaman MT II (April – September) 2014 ….
Jenis varietas pada penanaman MT I (Oktober –Maret) 2014/2015 ..
Produksi benih pada penanaman bulan April – September 2014 .......
Produksi benih pada penanaman bulan Oktober – Maret 2014/2015 .
Data produksi perbanyakan Bibit Lada BPTP Bangka Belitung,
2014 ………………………………………………………………....
119
120
123
123
125
127
129
130
131
132
133
134
136
137
139
142
144
145
147
148
151
Page 11 of 204
Tabel 91
Tabel 92
Tabel 93
Tabel 94
Tabel 95
Tabel 96
Tabel 97
Tabel 98
Tabel 99
Tabel 100
Tabel 101
Tabel 102
Tabel 103
Tabel 104
Tabel 105
Tabel 106
Data Penjualan Bibit Lada Tahun 2014………………………...........
Data Diseminasi Bibit Lada Tahun 2014 ………………....................
Data Distribusi Bibit Lada Tahun 2014 …………………………......
Data Stok Benih padi per 30 Desember 2014 ………………….........
Jumlah Siswa dan Mahasiswa yang magang di KP Petaling, 2014 …
Komposisi umur responden penyuluh dan petani di Kep. Bangka
Belitung, 2014 ……………………………….....................................
Tingkat pendidikan responden di Kep. Bangka Belitung, 2014 .........
Pekerjaan responden di Kep. Bangka Belitung, 2014 ........................
Status perkawinan responden di Kep. Bangka Belitung, 2014 ...........
Efektifitas media penyuluhan terhadap pemanfaatan lahan
pekarangan guna mendukung keragaman pangan lokal dalam pola
konsumsi rumah tangga di Kep. Bangka Belitung, 2014 ...................
Skor nilai penggunaan media penyuluhan oleh responden penyuluh,
2014 ....................................................................................................
Skor nilai penggunaan media penyuluhan oleh responden petani,
2014 ....................................................................................................
Komoditas Unggusan Eksisting Saat ini dan sebarannya menurut
Kabupaten ...........................................................................................
Hasil Analisis Komoditas Unggulan Spesifik Lokasi masing-masing
sub sektor di Bangka Belitung, 2014 ..................................................
Sebaran Komditas Unggulan di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung ...............................................................................................
Hasil Identifikasi Kebutuhan Teknologi Spesifik Lokasi Komoditas
Pertanian Unggulan Kabupaten/Kota di Provinsi Bangka Belitung ...
151
152
152
152
153
156
157
158
159
160
161
162
166
169
170
173
Page 12 of 204
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3
Gambar 4
Gambar 5
Gambar 6
Gambar 7
Gambar 8
Gambar 9
Gambar10
Gambar11
Gambar12
Gambar13
Gambar14
Gambar15
Gambar16
Gambar17
Gambar18
Gambar19
Gambar20
Gambar21
Gambar22
Gambar23
Gambar24
Gambar25
Gambar26
Gambar27
Gambar28
Dokumentasi penyemaian dengan trypot dan manual ........................
Dokumentasi penanaman ...................................................................
Dokumentasi pemeliharaan ................................................................
Dokumentasi hama dan penyakit yang menyerang tanaman padi .....
Dokumentasi pertumbuhan tanaman ..................................................
Kondisi panen dan pasca panen ..........................................................
Metode seleksi selama tiga generasi ..................................................
Pengamatan karakter kuantitatif ayam merawang di peternak Desa
Merawang Kab. Bangka .....................................................................
Pengamatan karakter kuantitatif ayam merawang di peternak Desa
Merawang Kab. Bangka .....................................................................
Kondisi peternakan ayam merawang di tingkat petani ......................
Pembuatan kandang battery ...............................................................
Pemberian pakan ................................................................................
Telur Produksi Induk F0 .....................................................................
Pengukuran berat telur ........................................................................
Pengukuran sisa pakan .......................................................................
Pengukuran berat anak (F1) ...............................................................
Pengukuran karkas ayam merawang ..................................................
Karkas ayam merawang .....................................................................
Ayam merawang jantan ......................................................................
Ayam merawang betina ......................................................................
Ayam merawang DOC .......................................................................
Wawancara untuk pengisian data paspor inventarisasi SDG .............
Karakterisasi nanas insitu ...................................................................
Karakterisasi manggis insitu ..............................................................
Karakterisasi talas exsitu ....................................................................
Koleksi aksesi ubi kayu lokal .............................................................
Koleksi aksesi durian lokal .................................................................
Peta Satuan Lahan Kabupaten Belitung, 2014 ……………………...
21
22
23
24
25
26
30
43
43
43
43
43
43
44
44
44
44
44
44
45
45
70
70
70
70
70
70
76
Page 13 of 204
Gambar29
Gambar30
Gambar31
Gambar32
Gambar33
Gambar34
Gambar35
Gambar36
Gambar37
Gambar38
Gambar39
Gambar40
Gambar41
Gambar42
Gambar43
Gambar44
Gambar45
Gambar46
Gambar47
Gambar48
Gambar49
Gambar50
Gambar51
Gambar52
Gambar53
Gambar54
Gambar55
Gambar56
Gambar57
Gambar58
Gambar59
Peta Satuan Lahan Kabupaten Bangka Barat, 2014 ………...............
Peta Satuan Lahan Kota Pangkalpinang, 2014 ...................................
Diagram input-output sistem lada di Bangka Belitung ......................
Tahapan dalam pendekatan sistem dinamik (Manetsch dan GL. Park
2002 dalam Supriatna et al. 2007) .....................................................
Causal Loop model revitalisasi lada di Bangka Belitung …………..
Struktur model revitalisasi lada di Bangka Belitung …………..........
Grafik Simulasi Model Revitalisasi Lada Mulai 2013 ………….......
Bibit yang berasal dari BPTP Kep. Bangka Belitung ........................
Persiapan lahan ...................................................................................
Lobang tanam lada .............................................................................
Penanaman tiang panjat ......................................................................
Lada setelah tanam .............................................................................
Lada 30 hst .........................................................................................
Lada 30 hst ………………………………………………………….
Denah tanaman kelapa sawit di KP Petaling ......................................
Sosialisasi katam MT. II Tahun 2014 di Kabupaten Bangka .............
Pembagian Katam dalam bentuk cd, poster, booklet dan buku ..........
Katam dalam bentuk stand Banner (a) dan dalam bentuk CD (b) ......
Kondisi awal lahan ……………………………………………….....
Pengolahan Lahan ………………………….………………….........
Pembuatan pematang ………………………………………………..
Pembuangan tunggul ………………………………………………..
Pembuatan Tempat persemaian …………………………………......
Persemaian …………………………………………………………..
Penanaman MT II …………………………………………………...
Penanaman MT I …………………………………………………...
Pertumbuhan tanaman pada MT II ………………………………….
Pertumbuhan tanaman pada MT I …………………………………..
Tanaman mulai mengurai …………………………………………...
Tanaman siap panen ………………………………………………...
Pemanenan dengan Combine pada MT II …………………………..
76
77
80
81
82
83
84
85
86
88
88
88
88
88
90
135
139
143
148
148
148
148
149
149
149
149
149
149
150
150
150
Page 14 of 204
Gambar60
Gambar61
Gambar62
Gambar63
Gambar64
Gambar65
Gambar66
Gambar67
Pengakutan hasil sabit pada panen MT I ……………………………
Proses penjemuran …………………………………………………..
Perontokan gabah pada panen ……………………………………...
Pemberian label ……………………………………………………..
Benih Berlabel ………………………………………………………
Paradigma dalam kegiatan, 2014 ........................................................
Hasil uji rank spearman efektifitas media penyuluhan untuk
responden penyuluh, 2014 ..................................................................
Hasil uji rank spearman efektifitas media penyuluhan untuk
responden petani, 2014 .......................................................................
150
150
150
150
150
155
163
164
Page 15 of 204
RINGKASAN EKSEKUTIF
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kepulauan Bangka
Belitung merupakan unit pelaksana teknis (UPT) Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian dengan wilayah kerja di Propinsi Kepulauan Bangka
Belitung. BPTP pada dasarnya merupakan upaya Badan Litbang Pertanian dalam
mewujudkan desentralisasi pengembangan teknologi yang disesuaikan dengan
kondisi daerah, mengingat adanya keragaman di daerah, baik dari segi aspek fisik,
ekonomi, maupun sosial budaya.
Sektor pertanian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diarahkan untuk
dapat bertindak sebagai sumber pertumbuhan baru pasca tambang timah. Untuk
itu sektor ini dikembangkan dengan memanfaatkan seoptimal mungkin potensi
sumberdaya spesifik wilayah dengan basis inovasi sehingga produk yang
dihasilkan dapat lebih berkualitas dan menghasilkan nilai tambah yang berdampak
pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Struktur rencana strategis ini, secara
komprehensif dijabarkan dalam visi, misi, strategi utama, sasaran utama, tujuan
dan program serta indikator kinerja utama.
Pada tahun 2014 BPTP Kepulauan Bangka Belitung menerima anggaran
melalui DIPA TA 2014 sebesar Rp 11.160.080.000 (Sebelas milyar seratus enam
puluh juta delapan puluh ribu rupiah) yang barasal dari APBN dan digunakan
untuk membiayai kegiatan BPTP Kepulauan Bangka Belitung. Disamping
anggaran yang bersumber DIPA TA 2014, BPTP Kepulauan Bangka Belitung
juga memperoleh alokasi anggaran dari Program kerjasama Badan Litbang
Pertanian dengan SMARTD sebesar Rp 405.000.000,- (Empat ratus lima juta
rupiah) untuk kegiatan penelitian dan pengembangan sarana dan prasarana
perkantoran. Dengan demikian total anggaran yang dikelola BPTP Kepulauan
Bangka Belitung adalah Rp. 11.565.080.000,- (Sebelas milyar lima ratus enam
puluh lima juta delapan puluh ribu rupiah).
Sebagai wujud dari pelaksanaan tugas, pokok, dan fungsi BPTP
Kepulauan Bangka Belitung, pada tahun anggaran 2014 BPTP Kepulauan Bangka
Belitung melaksanakan berbagai kegiatan pengkajian dan diseminasi. Kegiatan
tersebut antara lain: Peningkatan produktivitas padi di sawah bukaan baru melalui
Page 16 of 204
mekanisasi pertanian dan pengelolaan tata air, Koleksi dan seleksi ayam
merawang spesifik Bangka, Peningkatan produktivitas tanaman lada dengan
pengelolaan hara dan jumlah bibit per rumpun, Pengelolaan Sumber Daya Genetik
(SDG), Agro Ecological Zone (AEZ) 1:50.000, Model Akselerasi Pembangunan
Pertanian Ramah Lingkungan (m-AP2RL), Visitor plot Kebun Percobaan Petaling
(perkebunan, hortikultura, peternakan), Percepatan pemasyarakatan PTT Padi,
Pendampingan KRPL, Model Pembangunan Pertanian Pedesaan Melalui Inovasi
(m-P3MI), Pendampingan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), Pendampingan
KATAM, dan Perbenihan Padi.
Kegiatan yang bersumber dari Program kerjasama Badan Litbang
Pertanian dengan SMARTD antara lain: Efektivitas media penyuluhan terhadap
pemanfaatan lahan pekarangan guna mendukung keragaman pangan lokal di
Bangka Belitung, Identifikasi kebutuhan teknologi spesifik lokasi mendukung
kegiatan penetapan prioritas pelaksanaan perencanaan dan pengkajian di Kep.
Bangka Belitung, serta Pengembangan sarana dan prasarana perkantoran.
Kegiatan diseminasi teknologi terutama terkait dengan inovasi teknologi
padi mendapat apresiasi baik dan dukungan dari Pemerintah Daerah maupun dari
petani dan masyarakat. Salah satu bentuk dukungan Pemerintah Daerah yaitu
dengan menghibahkan tanah seluas 10 hektar kepada Badan Litbang Pertanian.
MoU dilaksanakan di Badan Litbang Pertanian tanggal 15 April 2015 yang di
hadiri oleh Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Haryono, M.Sc dan Bupati
Bangka Tengah H. Erzaldi Djohan, SE., MM..
Page 17 of 204
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kepulauan Bangka
Belitung merupakan unit pelaksana teknis (UPT) Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian dengan wilayah kerja di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Keberadaan BPTP pada dasarnya merupakan upaya
Badan Litbang Pertanian dalam mewujudkan desentralisasi pengembangan
teknologi yang disesuaikan dengan kondisi daerah, mengingat adanya
keragaman di daerah, baik dari segi aspek fisik, ekonomi, maupun sosial
budaya.
BPTP Kepulauan Bangka Belitung dibentuk berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Pertanian No. 633/KPTS/OT.140/12/2003 tanggal 30
Desember 2003. Pembentukan BPTP Kepulauan Bangka Belitung
merupakan respon terhadap pembentukan Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung yang memisahkan diri dari Provinsi Sumatera Selatantahun 2001.
Sebagai wujud dari pelaksanaan tugas, pokok, dan fungsinya, pada
tahun anggaran 2014 BPTP Kepulauan Bangka Belitung melaksanakan
berbagai kegiatan pengkajian dan diseminasi, baik bersumber dari DIPA
BPTP Kep. Bangka Belitung maupun dari Program kerjasama Badan
Litbang Pertanian dengan SMARTD. Kegiatan tersebut antara lain:
1. Peningkatan produktivitas padi di sawah bukaan baru melalui
mekanisasi pertanian dan pengelolaan tata air;
2. Koleksi dan seleksi ayam merawang spesifik Bangka;
3. Peningkatan produktivitas tanaman lada dengan pengelolaan hara dan
jumlah bibit per rumpun;
4. Pengelolaan Sumber Daya Genetik (SDG);
5. Agro Ecological Zone (AEZ) 1:50.000;
6. Model Akselerasi Pembangunan Pertanian Ramah Lingkungan (m-
AP2RL);
7. Visitor plot Kebun Percobaan Petaling (perkebunan, hortikultura,
peternakan);
Page 18 of 204
8. Percepatan pemasyarakatan PTT Padi;
9. Pendampingan KRPL;
10. Model Pembangunan Pertanian Pedesaan Melalui Inovasi (m-P3MI);
11. Pendampingan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP);
12. Pendampingan KATAM;
13. Perbenihan Padi;
14. Efektivitas media penyuluhan terhadap pemanfaatan lahan pekarangan
guna mendukung keragaman pangan lokal di Bangka Belitung;
15. Identifikasi kebutuhan teknologi spesifik lokasi mendukung kegiatan
penetapan prioritas pelaksanaan perencanaan dan pengkajian di Kep.
Bangka Belitung; dan
16. Pengembangan sarana dan prasarana perkantoran.
Sektor pertanian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diarahkan
untuk dapat meningkatkan produktivitas sektor pertanian spesifik lokasi,
rehabilitasi lahan pasca tambang timah, dan pengembangan pertanian Bio
Industri. Struktur rencana strategis ini, secara komprehensif dijabarkan
dalam visi, misi, strategi utama, sasaran utama, tujuan dan program serta
indikator kinerja utama.
1.2. Visi, Misi Dan Strategi
Visi
Mengacu kepada visi Badan Litbang Pertanian 2010-2014, untuk
menjadi lembaga penelitian dan pengembangan pertanian berkelas dunia
dalam menghasilkan dan mengembangkan inovasi pertanian mendukung
terwujudnya sistem pertanian industrial, serta visi BBP2TP di mana pada
tahun 2014 menjadi lembaga pengkajian dan pengembangan inovasi
pertaniantepat guna bertaraf internasional, sebagai lembaga yang relatif baru
(Peraturan Mentan Nomor 633/Kpts/OT.140/12/2003, tgl 30 Desember
2003) maka visi BPTP Kep. Bangka Belitung adalah “Pada tahun 2014
menjadi lembaga pengkajian dan pengembangan inovasi pertanian tepat
guna spesifik lokasi yang unggul di tingkat nasional”
Page 19 of 204
Misi
1. Menghasilkan, menyediakan dan menyebarluaskan teknologi dan pilihan
bahan kebijakan pertanian spesifik lokasi bagi pemerintah daerah,
2. Menjadi pusat informasi dan rujukan teknologi pertanian,
3. Menjalin kemitraan dengan instansi terkait dalam upaya memberdayakan
masyarakat,
4. Berperan dalam jaringan litkaji nasional guna menghasilkan teknologi
pertanian strategis
Strategi
Berdasarkan visi dan misi di atas, strategi utama BPTP Kep. Bangka
Belitung tahun 2010-2014 adalah sebagai berikut:
1. Optimalisasi sumberdaya internal/eksternal untuk peningkatan kapasitas
institusi.
2. Membangun aliansi strategis antar BPTP, antara BPTP Kep. Bangka
Belitung dengan Puslit dan Balit komoditas serta dengan berbagai
lembaga penelitian pertanian dari dalam dan luar negeri, dan antara
BPTP Kep. Bangka Belitung dengan seluruh pemangku kepentingan di
wilayah kerja.
3. Mendapatkan dan mendesiminasikan inovasi teknologi dan kelembagaan
terkini untuk mendukung pembangunan pertanian wilayah.
4. Membangun sistem manajemen mutu pada semua lini kegiatan
1.3. Sasaran danTujuan
Sasaran
Sasaran utama BPTP Kep. Bangka Belitung tahun 2010-2014 adalah
dihasilkannya inovasi pertanian unggulan spesifik lokasi yang sesuai dengan
kebutuhan pengguna serta mendorong peningkatan kinerja sektor pertanian
sebagai sumber pertumbuhan baru di Provinsi Kep. Bangka Belitung.
Page 20 of 204
Tujuan
1. Membangun aliansi strategis untuk mengembangkan jejaring kegiatan
pengkajian dan diseminasi pertanian
2. Meningkatkan kapasitas dan kapabilitas BPTP Kep. Bangka Belitung
dalam menjalankan tupoksinya
3. Mengembangkan sinkronisasi dan koordinasi dengan institusi pusat dan
daerah untuk menunjang pembangunan pertanian wilayah.
Page 21 of 204
II. PROFIL BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN
KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
2.1. Sejarah BPTP Kepulauan Bangka Belitung
BPTP Kep. Bangka Belitung sesuai Peraturan Menteri Pertanian
Nomor 16/Permentan/OT.140/2/2006 tanggal 1 Maret 2006 berada di bawah
koordinasi Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
(BBP2TP) yang berkedudukan di Bogor. Berdasarkan Permentan tersebut,
BPTP mempunyai tugas melaksanakan penelitian dan pengkajian teknologi
pertanian spesifik lokasi yang menjadi tanggung jawab dan wewenangnya.
BPTP Kep. Bangka Belitung pada awalnya merupakan Lembaga
Penelitian Tanaman Industri (LPTI Cabang Wilayah I Tanjung Karang yang
dibentuk pada tahun 1969 dibawah Direktorat Jenderal Perkebunan yang
kemudian berganti nama menjadi Sub Station /KP LPTI Bangka Cabang
Wilayah I Tanjung Karang di bawah koordinasi Badan Litbang Pertanian
pada tahun 1975. Sejarah panjang lembaga sebelum menjadi BPTP Kep.
Bangka Belitung sehingga lembaga ini sudah dikenal oleh masyarakat telah
menjadi salah satu kekuatan lembaga.
2.2. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan
Bangka Belitung terdiri atas:
1) Kepala Balai
2) Sub Bagian TataUsaha
3) Sub Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian
4) Kelompok Fungsional
2.3. Sumber Daya Manusia
Pada tahun 2014, sumberdaya manusia BPTP Kep. Bangka Belitung
terdiri dari sebanyak 36 orang PNS dan 10 orang tenaga honorer/kontrak,
dengan kualifikasi tingkat pendidikan S3 (1 orang), S2 (5 orang), S1 (19
orang), dan SLTA/sederajat ke bawah (11 orang). Daftar nama-nama, jabatan,
Page 22 of 204
dan tingkat pendidikan PNS dan Tenaga Honorer/kontrak di BPTP
Kepulauan Bangka Belitung disajikan pada tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Daftar Nama-nama, Jabatan, dan Tingkat Pendidikan BPTP KepulauanBangka Belitung
No Nama Golongan Jabatan Pendidikan
1 Dr. Ir. Rubiyo, M.Si IV/c Kepala Balai S3
2 Ir. Jefri III/d Kasubbag TU S1
3 Issukindarsyah, SP III/b Kasi KSPP S2
4 Asmarhansyah, SP, M.Sc III/c Peneliti Muda S2
5 Ahmadi, SP, M.Sc III/b Peneliti Pertama S2
6 Irma Audiah F, SP, MM III/b Peneliti Muda S2
7 Suyatno, SPt III/b Peneliti non klas S2
8 Ir. Suwardih III/d Penyuluh Pertama S1
9 Adhe Poppy WE, SP III/c Peneliti non klas S1
10 Nur’aini, S.Pt III/b Peneliti pertama S1
11 Sugito, SP III/b Penyuluh Pertama S1
12 Mamik Sarwendah, SP III/b Penyuluh non klas S1
13 Rahmat Hasan, SP III/b Peneliti Pertama S1
14 Ria Maya,SP III/b Penyuluh Pertama S1
15 Muzammil, SP III/b Peneliti Pertama S1
16 Zikril Hidayat,S.Pt III/b Peneliti Pertama S1
17 Dede Rusmawan, SP III/b Peneliti Pertama S1
18 Dian Yunita Rinawati, SP III/b Peneliti Pertama S1
19 Feriadi, SP III/a Penyuluh Pertama S1
20 Akhmad Ansyor, SP III/a Penyuluh Pertama S1
21 Kiki Yolanda, SP III/b Peneliti non klas S1
22 Minas Tiurlina P, SP III/b Penyuluh Pertama S1
23 Tri Wahyuni, SP III/a Peneliti non klas S1
24 Estie Estalita, S.I.Kom III/b Pranata Humas non klas S1
25 Djamaluddin III/a Staff TU S1
26 H. Saah III/a Teknisi SLTA
27 Hatamarasyid II/d Teknisi SLTA
28 Romaidah II/d Staff TU SLTA
Page 23 of 204
29 Muspitawati II/b Staff TU SLTA
30 Sri Kurniaty II/b Staff TU SLTA
31 M. Yusuf II/b Staff TU SLTA
32 Heri Siswanto II/b Teknisi SLTA
33 Effendi II/a Pekarya kebun SD
34 Supario I/d Pekarya kebun SD
35 Zainuddin I/b Pekarya kebun SD
36 Rosiati I/b Petugas kebersihan SD
37 Dhinta Rachmawati, SE Honor Staff KSPP S1
38 Setiana Gandarum, S.I.Kom Honor Staff KSPP S1
39 Yulinda Mawarsih, S.Kom Honor Staff TU S1
40 Adi Supriadi Honor Satpam SMA
41 Imam Santoso Honor Satpam SMA
42 Deska Honor Pengemudi SMA
43 Budi Honor Pengemudi SMA
44 M. Pidison Honor Pekarya kebun SMA
45 Mulyadi Honor Pekarya kebun SMA
46 Abdul Rozi Honor Pekarya kandang SMA
2.4. Sarana dan Prasarana
Disamping dukungan sumber daya manusia, dukungan fasilitas
pendukung berupa gedung dan sarana perkantoran, mes, ruang perpustakaan,
kendaraan bermotor (roda 2, roda 3, roda 4, dan traktor), laboratorium, rumah
kaca, dan Kebun Percobaan (KP. Petaling 28 ha, KP. Batu Betumpang 40 ha,
KP. Koba 10 ha). Faktor sumberdaya keuangan sebagai komponen kegiatan
yang sangat menentukan cakupan, kedalaman dan luaran suatu program atau
kegiatan selama ini berasal dari anggaran APBN dan ditunjang oleh dana
yang dihasilkan kegiatan kerjasama.
Pada tahun 2014, BPTP Kepulauan Bangka Belitung memperoleh
beberapa tambahan perlengkapan kantor, sarana, dan prasarana sebagaimana
terdapat pada tabel 2 di bawah ini.
Page 24 of 204
Tabel 2. Alokasi Anggaran untuk Pengadaan Sarana, Prasarana, dan PerlengkapanKantor TA 2014
No Uraian Jumlah Sumber Dana
1 Pengadaan alat pengolah data dankomunikasi
47.750.000 APBN
2 Pengadaan peralatan dan fasilitasperkantoran
470.802.000 APBN
3 Pengadaan gedung dan bangunan 3.050.400.000 APBN
Total 3.568.952.000 APBN
2.5. Anggaran
Pada tahun 2014 BPTP Kepulauan Bangka Belitung menerima
anggaran melalui DIPA TA 2014 sebesar Rp 11.160.080.000 (Sebelas milyar
seratus enam puluh juta delapan puluh ribu rupiah) yang barasal dari APBN
dan digunakan untuk membiayai kegiatan BPTP Kepulauan Bangka Belitung.
Disamping anggaran yang bersumber DIPA TA 2014, BPTP
Kepulauan Bangka Belitung juga memperoleh alokasi anggaran dari Program
kerjasama Badan Litbang Pertanian dengan SMARTD sebesar Rp
405.000.000,- (Empat ratus lima juta rupiah) untuk kegiatan penelitian dan
pengembangan sarana dan prasarana perkantoran. Dengan demikian total
anggaran yang dikelola BPTP Kepulauan Bangka Belitung adalah Rp.
11.565.080.000,- (Sebelas milyar lima ratus enam puluh lima juta delapan
puluh ribu rupiah).
Page 25 of 204
Tabel 3. Rincian Anggaran Tahun 2014 BPTP Kepulauan Bangka Belitung
No Uraian Kegiatan Anggaran
(Rp)
Realisasi (Rp) %
I Program penciptaan teknologi dan varietas unggul berdaya saing(018.09.12)
A Laporan pengelolaansatker
720.340.000 717.704.550 99.6
B Laporan koordinasidan sinkronisasikegiatan satker
190.000.000 186.705.100 98.3
C Teknologi SpesifikLokasi
974.600.000 973.814.300 99.9
D Rekomendasikebijakanpembangunanpertanian
58.500.000 57.801.400 98.8
E Terkonologi yangterdiseminasi kepengguna
508.241.000 504.081.200 99.2
F Laporan pelaksanaankegiatanpendampingan inovasipertanian dan programstrategis nasional
1.144.599.000 1.140.033.450 99.6
G Produksi benih 268.100.000 267.305.000 99.7H Layanan Perkantoran
(gaji dan tunjangan,dan Operasionalperkantoran)
3.726.748.000 3.498.079.576 93.9
I Perangkat pengolahdata dan komunikasi
47.750.000 46.850.000 98.1
J Peralatan dan fasilitasperkantoran
470.802.000 468.342.000 99.5
K Gedung dan bangunan 3.050.400.000 3.045.943.000 99.9Total 11.160.080.000 10.906.659.576 97.7
II SMARTDA Efektivitas media
penyuuhan dalampemanfaatanpekarangan gunamendukungkeragaman panganlokal di BangkaBelitung
132.500.000 132.500.000 100
Page 26 of 204
B Identifikasi kebutuhanteknologi spesifiklokasi mendukungkegiatan penetapanprioritas pelaksanaanperencanaan danpengkajian di Kep.Bangka Belitung
80.000.000 80.000.000 100
C Pengembangan saranadan prasaranaperkantoran.
192.500.000 192.500.000 100
TOTAL 405.000.000 405.000.000 100
Page 27 of 204
III. KINERJA BPTP KEP. BANGKA BELITUNG
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS PADI DI SAWAH BUKAAN BARU
MELALUI MEKANISASI PERTANIAN DAN PENGELOLAAN TATA
AIR
Besi merupakan salah satu unsur yang mengalami perubahan pada
kondisitergenang yaitu dapat mengalami reduksi dari Fe 3+ menjadi Fe 2+. Dari
aspek ketersediaan hara perubahan ini menguntungkan bagi tanaman, karena besi
lebih tersedia dan dapat diserap oleh tanaman yaitu dalam bentuk fero (Fe2+),
namun apabila reduksi berlebih maka besi tersebut dapat larut melebihi dari
kebutuhan tanaman, sehingga mengakibatkan keracunan tanaman.
Masalah keracunan besi sering terjadi pada tanah masam yang diusahakan
sebagai lahan sawah. Pada tanah dengan tingkat kemasaman tinggi (pH rendah),
pertumbuhan tanaman kurang baik, bahkan pada kondisi tertentu tanaman tidak
dapat dipanen. Salah satu upaya untuk mengatasi keracunan besi adalah dengan
pengelolaan tata air.
Penggenangan dan pengeringan pada tanah sawah menyebabkan terjadinya
reduksi atau oksidasi besi. Pada saat tergenang besi feri (Fe3+) mengalami reduksi
menjadi besi fero (Fe2+) begitu pula sebaliknya jika mengalami pengeringan atau
oksidasi maka besi fero (Fe2+) dengan sangat cepat berubah menjadi besi feri
(Fe3+) yang tidak tersedia bagi tanaman. Perubahan dari beri feri (Fe3+) menjadi
besi fero (Fe2+) akibat penggenangan dan perubahan besi dari fero (Fe2+) menjadi
feri (Fe3+) akibat pengoksidasian dapat mengurangi kelarutan besi secara berlebih
sehingga tidak menyebabkan meracuni tanaman.
Pengkajian dilaksanakan di Kebun Percobaan Batubetumbang, Desa
Batubetumpang, Kecamatan Pulau Besar, Kabupaten Bangka Selatan pada lahan
seluas 3 Hektar. Waktu pelaksanaan kegiatan pengkajian dimulai dari bulan
Januari – Desember tahun 2014. KP Batu betumpang memiliki agroekosistem
lahan basah (sawah tadah hujan) yang berada pada titik koordinat S 2.81198 dan
E 106.13477 dengan ketinggian 15 meter dpl. Lahan sawah KP Batubetumpang
merupakan lahan sawah bukaan baru yang dicetak pada tahun 2013. Lahan sawah
Page 28 of 204
ini belum didukung dengan irigasi yang memadai, kondisi permukaan tanah yang
belum rata, dan masih terdapat sisa-sisa kayu dalam petak tanaman.
Pengkajian ini bertujuan untuk (1). menganalisis keragaan vegetatif dan
keragaan hasil padi sawah di lahan sawah bukaan baru dengan penerapan
teknologi mekanisasi pertanian dan pengelolaan tata air; (2). menganalisis
kelayakan ekonomi usahatani padi sawah dengan penerapan teknologi mekanisasi
pertanian dan pengelolaan tata air. Keluaran yang diperoleh adalah (1). 1 (satu) set
data produktivitas padi sawah di lahan sawah bukaan baru dengan penerapan
teknologi mekanisasi pertanian dan pengelolaan tata air; (2) 1 (satu) set data
kelayakan ekonomi usahatani padi sawah dengan penerapan teknologi mekanisasi
pertanian dan pengelolaan tata air.
Pengkajian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) sebanyak 4
ulangan, dengan perlakukan:
a. Taraf 1 Mekanisasi
1. T1 : Petani yaitu lahan diolah secara tidak sempurna,
penanaman manual dengan tenaga kerja dan panen dengan
digebot.
2. T2 : mekanisasi yaitu lahan diolah secara sempurna, penananaman
manual dengan tenaga kerja dan panen penggunaan harvester.
3. T3 : mekanisasi plus yaitu lahan diolah secara sempurna,
penggunaan mesin tanam dan harvester.
Mesin tanam yang digunakan dalam pengkajian adalah Kubota
SPW 48c dengan kapasitas:
Jumlah baris tanam 4 baris
Jarak antar baris 30 cm
Jarak antar tanaman 12, 14, 16,18 dan 21 cm
Perkiraan Kapasitas kerja 2100 m2 per jam atau 5- 8 jam per
ha, dengan jumlah tenaga kerja 2 – 4 orang
b. Taraf 2 Pengelolaan Air
1. P1: Tanpa pengelolaan air
2. P2: Intermiten yaitu pengelolaan air pada lahan pengkajian dilakukan
dengan cara menggenangi lahan secara bergantian sedalam 5 cm.
Page 29 of 204
Komponen teknologi yang diterapkan dalam pengkajian mengacu
pada Teknologi Pengelolaan Terpadu Padi Sawah (PTT Padi Sawah) Tabel4 dibawah ini:Tabel 4. Komponen teknologi pengelolaan tanaman terpadu padi sawah
No Komponen teknologi PTT1 Varietas VUB: Inpari 102 Jumlah benih 25 Kg/ha.3 Perlakuan benih Perlakuan benih dengan fipronil.
Benih direndam dan yangmengapung dibuang.
4 Sistem tanam Legowo 4:1 dengan jarak tanam 18x 30 cm
5 Umur bibit 18 - 21 Hari.6 Pemupukan Dosis rekomendasi Urea 200 kg per
ha, SP-36 100 kg per ha, KCL 100kg/ha.
Data yang akan diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan Analisis
Varian (ANOVA) pada level 5% dan dilanjutkan dengan uji beda nyata jika hasil
analisis varian menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan. Selain itu,
rekomendasi paket teknologi yang dihasilkan akan dianalisis kelayakannya
menggunakan analisis gross R/C. Analisis R/C digunakan untuk mengetahui
tingkat efisiensi usahatani, dengan rumus berikut:⁄ =Keterangan:
R/C > 1, maka usahatani tersebut menguntungkan
R/C < 1, maka usahatani tersebut tidak menguntungkan
Keragaan Pertumbuhan Vegetatif Tanaman
Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara
mekanisasi dan pengelolaan air pada seluruh parameter pengamatan, seperti
disajikan pada Tabel 5. Lebih lanjut, Tabel 5 juga mengambarkan pengaruh nyata
Page 30 of 204
beberapa perlakuan secara mandiri. Pengelolaan air memberikan pengaruh nyata
terhadap jumlah anakan maksimal dan jumlah anakan produktif. Sedangkan
perlakuan mekanisasi hanya berpengaruh terhadap jumlah anakan maksimal.
Tabel 5. Hasil analisis sidik ragam perlakuan mekanisasi dan pengelolaan airterhadap keragaan pertumbuhan padi Inpari 10 di lahan sawah bukaanbaru, Bangka Selatan, MT II 2014
ParameterFaktor
Mekanisasi Pengelolaan air Interaksi
Tinggi tanaman ns ns ns
Jumlah anakan maksimal * * ns
Jumlah anakan produktif ns ** ns
Keterangan ns = tidak berbeda nyata* = berbeda nyata* = berbeda sangat nyata
Hasil uji lanjut pengaruh mekanisasi dan pengelolaan tata air terhadap
tinggi tanaman, jumlah anakan maksimal dan jumlah anakan produktif disajikan
pada Tabel 6. Perlakuan T1 (petani), T2 (mekanisasi) T3 (mekanisasi plus) tidak
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman. Budidaya sawah dengan pengolahan
lahan sempurna atau tidak sempurna dan penanaman dengan mesin tanam atau
tenaga kerja tidak akan berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.
Tabel 6. Pengaruh mekanisasi pertanian dan sistem pengelolaan air terhadaptinggi, jumlah anakan maksimal dan jumlah anakan produktif padiInpari 10 di lahan sawah bukaan baru, Bangka Selatan, MT II 2014
Perlakuan Tinggi Jumlah Anakan
Maksimal
Jumlah Anakan
Produktif
Mekanisasi Pertanian
T1 90,46 a 19,60 ab 16,08 a
T2 90,29 a 21,43 a 17,05 a
T3 87,84 a 17,60 b 15,22 a
Sistem Pengelolaan Air
P1 88,85 a 17,90 b 15,30 b
P2 90,33 a 21,48 a 17,60 a
KK (%) 4,64 16,18 10,15
Page 31 of 204
Keterangan: Nilai pada setiap kolom atau baris untuk setiap peubah yangdiikuti oleh huruf yang sama, berarti tidak berbeda nyata denganuji jarak berganda Duncan (DMRT 5%)
Penggunaan mesin tanam pada lahan bukaan baru memiliki beberapa
kelemahan yaitu pengoperasian blm optimal karena lahan yang tidak rata dan
jumlah bibit per rumpun yang ditanam tidak dapat seragam yaitu >3 bibit per
rumpun. Penanaman dengan tenaga kerja jumlah bibit perumpun dapat diatur
yaitu 1-3 bibit per rumpun.
Perlakuan tanpa (P1) atau dengan pengelolaan air (P2) tidak berpengaruh
nyata terhadap tinggi tanaman namun berpengaruh nyata antara terhadap jumlah
anakan maksimal dan produktif. Perlakukan pengelolaan air dengan sistem
intermiten yaitu pengelolaan air dilakukan dengan cara menggenangi air secara
bergantian dengan kedalaman 5 cm dapat menghasilkan jumlah anakan maksimal
dan produktif lebih banyak dibandingkan perlakuan tanpa pengelolaan air (Tabel
6).
Keragaan Hasil dan Komponen HasilHasil analisis sidik ragam perlakuan mekanisasi dan pengelolaan air
terhadap keragaan hasil dan komponen hasil padi yang meliputi panjang malai,
jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa, berat 1.000 butir gabah, hasil gabah panen
dan hasil gabah kering giling disajikan pada Tabel 7. Hasil analisis sidik ragam
menunjukkan bahwa tidak ada interaksi antara mekanisasi dan pengelolaan air
pada seluruh parameter hasil dan komponen hasil. Namun, terdapat pengaruh
nyata secara mandiri pada perlakuan mekanisasi terhadap jumlah gabah isi dan
jumlah gabah hampa.
Page 32 of 204
Tabel 7. Hasil analisis sidik ragam perlakuan mekanisasi dan pengelolaan airterhadap keragaan hasil dan komponen hasil padi Inpari 10 di lahansawah bukaan baru, Bangka Selatan, MT II 2014
ParameterFaktor
Mekanisasi Pengelolaan air Interaksi
Panjang malai ns ns ns
Jumlah gabah isi ** ns ns
Jumlah gabah hampa ** ns ns
Berat 1.000 butir ns ns ns
Hasil gabah kering panen ns ns ns
Hasil gabah kering giling ns ns ns
Keterangan ns = tidak berbeda nyata** = berbeda nyata
Hasil uji lanjut pengaruh mekanisasi dan pengelolaan tata air terhadap
hasil dan komponen hasil disajikan pada Tabel 8. Jumlah gabah isi dan jumlah
gabah hampa pada perlakuan T1 (petani yaitu olah lahan tidak sempurna,
penananam, panen dan pascapapen dengan tenaga kerja manual), dan T2
(mekanisasi yaitu olah lahan sempurna, penanaman manual, panendan pascapanen
dengan mesin) berbeda nyata dengan perlakuan T3 (mekanisasi plus yaitu olah
lahan sempurna, penanaman dengan mesin tanaman serta panen dan pascapanen
dengan mesin). Jumlah gabah isi pada perlakuan T1 dan T2 lebih banyak
dibandingkan perlakuan T3. Hal ini disebabkan karena perlakuan T1 dan T2
menghasilkan anakan produktif yang lebih tinggi sehingga peluang jumlah gabah
isi lebih tinggi.
Pengamatan perlakuan mekanisasi dan pengelolaan air terhadap hasil dan
komponen hasil menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap
berat 1.000 butir gabah, gabah kering panen dan gabah kering giling. Anakan
produktif akan mempengaruhi jumlah malai pertanaman yang terbentuk dan
selanjutnya akan mempengaruhi hasil produksi gabah tanaman.
T
Page 33 of 204
Tabel 8. Pengaruh mekanisasi pertanian dan sistem pengelolaan air terhadappanjang malai, jumlah gabah isi, jumlah gabah hampa, berat 1.000 butirgabah, dan hasil gabah Inpari 10 di lahan sawah bukaan baru,Batubetumpang, MT II 2014
Perlakuan PanjangMalai
JumlahGabah
Isi
JumlahGabahHampa
Berat1.000gabah
HasilGabahKeringPanen
HasilGabahKeringGiling
Mekanisasi PertanianT1 20,19 a 53,98 a 10,66 a 29,70 a 2,78 a 2,47 aT2 19,06 a 52,77 a 10,77 a 29,87 a 2,80 a 2,52 aT3 18,81 a 42,72 b 8,74 b 29,66 a 2,32 a 2,09 a
Sistem Pengelolaan AirP1 18,79 a 48,78 a 10,08 a 29,90 a 2,75 a 2,31 aP2 20,01 a 51,05 a 10,03 a 29,56 a 2,80 a 2,41 a
KK (%) 10,26 a 14,361 a 14,61 a 16,57 a 17,88 a 3,10Keterangan: Nilai pada setiap kolom atau baris untuk setiap peubah yang
diikuti oleh huruf yang sama, berarti tidak berbeda nyata denganuji jarak berganda Duncan (DMRT)
Faktor lain yang dapat mempengaruhi hasil adalah curah hujan. Curah
hujan tinggi mengindikasikan intensitas cahaya yang rendah. Hal ini dapat
menghambat laju fotosintesis yang berdampak pada pengurangan hasil tanaman.
Curah hujan tinggi juga menyebabkan ketersediaan air melimpah. Kelebihan air
pada fase reproduktif, khususnya saat fase inisiasi pembungaan dapat mengurangi
kekuatan batang dan meningkatkan kerebahan serta menghambat proses
penyerbukan dan mengurangi hasil tanaman. Perkembangan hama dan penyakit
tanaman dipengaruhi oleh faktor-faktor iklim baik langsung maupun tidak
langsung, misalnya hama tikus akan meningkat apabila jumlah curah hujan dalam
satu bulan antara 150-200 mm, tingkat serangan penyakit blas akan meningkat
apabila jumlah curah hujan satu bulan >300 mm, serangan penyakit bercak coklat
dan wereng dapat terjadi baik pada musim kemarau ataupun musim hujan.
Imbangan Penerimaan dengan Biaya Produksi (R/C)
R/C adalah perbandingan antara penerimaan dengan biaya produksi. Nilai
R/C menunjukkan besar imbalan yang diperoleh untuk setiap satu rupiah yang
dikorbankan. Tabel 9 dan tabel 10 menunjukkan bahwa nilai R/C yang diperoleh
Page 34 of 204
pada tiap perlakuan berkisar 1,1 – 1,3. Nilai R/C terbesar dicapai pada sistem
mekanisasi (tanpa atau dengan pengelolaan air). Nilai R/C mekanisasi dengan
pengelolaan air sebesar 1,3 berarti bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan
dalam usahatani padi akan menghasilkan tambahan penerimaan sebesar Rp. 1,4,-.
Page 35 of 204
Tabel 9. Analisis Usahatani Padi Sawah di Lahan Bukaan Baru dengan Mekanisasi Pertanian dan Pengelolaan Air
No UraianTanpa Pengelolaan Air
Petani Mekanisasi Mekanisasi PlusQ Price Total Q Price Total Q Price Total
A. Saprodi 5.370.000 5.370.000 5.370.0001 Benih 25 kg 8.000 200.000 25 kg 8.000 200.000 25 kg 8.000 200.0002 Pupuk - - -
a. Pupuk kandang 1000 kg 1.000 1.000.000 1.000 kg 1.000 1.000.000 1000 kg 1.000 1.000.000b. Urea 200 kg 5.300 1.060.000 200 kg 5.300 1.060.000 200 kg 5.300 1.060.000c. SP-36 100 kg 6.900 690.000 100 kg 6.900 690.000 100 kg 6.900 690.000d. KCL 100 kg 5.700 570.000 100 kg 5.700 570.000 100 kg 5.700 570.000
3 Kapur 1000 kg 800 800.000 1.000 kg 800 800.000 1000 kg 800 800.0004 Herbisida 1 ha 50.000 50.000 1 ha 50.000 50.000 1 ha 50.000 50.0005 Insektisida 1 ha 1.000.000 1.000.000 1 ha 1.000.000 1.000.000 1 ha 1.000.000 1.000.000
B. Tenaga Kerja 8.548.750 8.251.250 7.195.7501 Pengolahan lahan 1 ha 1.200.000 1.200.000 1 ha 1.400.000 1.400.000 1 ha 1.400.000 1.400.0002 Semai dan Tanam 1 ha 2.000.000 2.000.000 1 ha 2.000.000 2.000.000 ha 1.500.000 1.500.0003 Penyulaman 1 ha 100.000 100.000 1 ha 100.000 100.000 1 ha 100.000 100.0004 Pemupukan 1 ha 1.400.000 1.400.000 1 ha 1.400.000 1.400.000 1 ha 1.400.000 1.400.0005 Pemeliharaan 1 ha 600.000 600.000 1 ha 600.000 600.000 1 ha 600.000 600.0006 Panen dan pascapanen 1 ha 3.000.000 3.000.000 1 ha 2.500.000 2.500.000 1 ha 2.000.000 2.000.0007 Penggilingan 2487,50 kg 100 248.750 2.513 kg 100 251.250 1957,50 kg 100 195.750
C. Biaya Lainnya 0 0 0
1Biaya bensin pengelolaanair 0 0 0
D. Total Biaya 13.918.750 13.621.250 12.565.750E. Penerimaaan
Produksi X Harga jual 1.741 kg 10.000 17.412.500 1.759 kg 10.000 17.587.500 1.370 kg 10.000 13.702.500F. Keuntungan 3.493.750 3.966.250 1.136.750G. B/C 1,25 1,29 1,09
Page 36 of 204
Tabel 10. Analisis Usahatani Padi Sawah di Lahan Bukaan Baru dengan Mekanisasi Pertanian dan Pengelolaan Air (dalam ribuan rupiah)
No Uraian Pengelolaan AirPetani Mekanisasi Mekanisasi Plus
Q Price Total Q Price Total Q Price TotalA. Saprodi 5.370.000 5.370.000 5.370.0001 Benih 25 kg 8.000 200.000 25 kg 8.000 200.000 25 kg 8.000 200.0002 Pupuk - - -
a. Pupuk kandang 1000 kg 1.000 1.000.000 1.000 kg 1.000 1.000.000 1000 kg 1.000 1.000.000b. Urea 200 kg 5.300 1.060.000 200 kg 5.300 1.060.000 200 kg 5.300 1.060.000c. SP-36 100 kg 6.900 690.000 100 kg 6.900 690.000 100 kg 6.900 690.000d. KCL 100 kg 5.700 570.000 100 kg 5.700 570.000 100 kg 5.700 570.000
3 Kapur 1000 kg 800 800.000 1.000 kg 800 800.000 1000 kg 800 800.0004 Herbisida 1 ha 50.000 50.000 1 ha 50.000 50.000 1 ha 50.000 50.0005 Insektisida 1 ha 1.000.000 1.000.000 1 ha 1.000.00
01.000.000 1 ha 1.000.00
01.000.000
B. Tenaga Kerja 8.546.250 8.253.750 7.222.5001 Pengolahan lahan 1 ha 1.200.000 1.200.000 1 ha 1.400.00
01.400.000 1 ha 1.400.00
01.400.000
2 Semai dan Tanam 1 ha 2.000.000 2.000.000 1 ha 2.000.000
2.000.000 1 ha 1.500.000
1.500.000
3 Penyulaman 1 ha 100.000 100.000 1 ha 100.000 100.000 1 ha 100.000 100.0004 Pemupukan 1 ha 1.400.000 1.400.000 1 ha 1.400.00
01.400.000 1 ha 1.400.00
01.400.000
5 Pemeliharaan 1 ha 600.000 600.000 1 ha 600.000 600.000 1 ha 600.000 600.0006 Panen dan pascapanen 1 ha 3.000.000 3.000.000 1 ha 2.500.00
02.500.000 1 ha 2.000.00
02.000.000
7 Penggilingan 2462,50 kg 100 246.250 2.538 kg 100 253.750 2225,00
kg 100 222.500
C. Biaya Lainnya1 Biaya bensin pengelolaan air 5 ltr 10.000 50.000 5 ltr 10.000 50.000 5 ltr 10.000 50.000
D. Total Biaya13.966.25
0
13.673.750 12.642.50
0E. Penerimaaan
Produksi X Harga jual1.724
kg
10.00017.237.50
0
1.776
kg
10.000 17.762.500
1.558 kg
10.00015.575.00
0
Page 37 of 204
F. Keuntungan 3.271.250 4.088.7502.932.500
G. B/C 1,23 1,30 1,23
Page 38 of 204
Gambar 1. Dokumentasi Penyemaian dengan Traypot dan Manual
Penyemaian padi dengan menggunakantraypot
Penyemaian langsung ke bedengansemai
Page 39 of 204
Gambar 2. Dokumentasi Penanaman
Penanaman Padi dengan transplanter
Penanaman Padi dengan Tenaga Kerja
Page 40 of 204
Gambar 3. Dokumentasi Pemeliharaan
Pemupukan Tanaman
Pengendalian hama tikus secara mekanis
Pengendalian hama burung
Page 41 of 204
Gambar 4. Dokumentasi Hama dan Penyakit yang Menyerang Tanaman Padi
Page 42 of 204
Gambar 5. Dokumentasi Pertumbuhan Tanaman
Page 43 of 204
Gambar 6. Dokumentasi Panen dan Pascapanen
Panen dengan mesin Panen dengan disabit
Perontokan
Penjemuran
Page 44 of 204
KOLEKSI DAN SELEKSI AYAM MERAWANG SPESIFIK BANGKA
Pengkajian akan dilaksanakan pada bulan Januari – Desember 2014, pada
kebun percobaan Petaling BPTP Kepulauan Bangka Belitung. Tujuan kajian
adalah: 1. Melakukan koleksi dan evaluasi ayam Merawang sesuai dengan
karakter kualitatif dan kuantitatif serupa, dan 2. Melakukan seleksi Ayam
Merawang untuk meningkatkan produksi telur. Keluaran kajian ini yaitu: 1. Bibit
ayam Merawang yang memiliki keseragaman dan kemurnian tinggi, 2. Bibit ayam
Merawang hasil seleksi untuk meningkatkan produksi telur sampai dengan
generasi pertama (G1).
Ayam merawang adalah ayam lokal dari spesies Gallus-gallus, family
Phasianidae. Pertama kali ayam Merawang dibawa oleh penambang timah dari
daratan Cina ke Indonesia pada masa penjajahan Belanda sekitar 300 tahun lalu.
Dalam perkembangannya ayam ini sudah beradaptasi di daerah setempat sehingga
ayam Merawang menjadi ayam lokal yang berasal dari Desa Merawang
Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung
dan merupakan sumber genetik serta aset masyarakat Propinsi Kepulauan Bangka
Belitung yang dapat dimanfaatkan dan harus dilestarikan.
Ayam Merawang sangat potensial untuk dikembangkan sebagai ayam
dwiguna penghasil telur dan daging. Bila dibandingkan dengan ayam kampung
biasa, produksi telur lebih tinggi rata-rata 165/butir/ekor/, sedangkan ayam lokal
lainnya hanya 40-60 butir/ekor/tahun. Bobot badan ayam Merawang betina
berkisar 1,35 -2,5 kg/ekor dan bobot badan ayam Merawang jantan berkisar antara
1,9-3,1 kg/ekor. Disisi lain jenis ayam ini memiliki nilai estetika yang tinggi,
khususnya untuk masyarakat Tionghoa yang masih mayoritas di Kepulauan
Bangka Belitung yang memiliki tradisi upacara keagamaan yang terjadi empat
kali dalam setahun.
Ayam Merawang merupakan ayam lokal dari spesies Gallus-gallus,
family Phasianidae yang berasal dari Desa Merawang, Kecamatan Merawang,
Kab. Bangka, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pemerintah Daerah Propinsi
Kepulauan Bangka Belitung sedang mengusulkan kepada Direktorat Jenderal
Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk menetapkan ayam spesifik local tersebut
sebagai rumpun ayam Merawang. Secara historis ayam Merawang berasal dari
Page 45 of 204
daratan Cina dan dibawa pertama kali oleh penambang timah keturunan Tionghoa
dari daratan Cina ke Indonesia sekitar 300 tahun lalu pada masa penjajahan
Belanda. Pada zaman penjajahan Belanda Pulau Bangkamerupakan daerah
pertama yang dijadikan pusat penambangan timah Belanda di Indonesia.
Sejalan dengan berkembangnya masyarakat keturunan Tionghoa di
Kepulauan Bangka Belitung, ayam Merawang ikut berkembang dan selanjutnya
sudah memiliki daya adaptasi lokal dengan kondisi agroekosistem yang ada di
wilayah Kepulauan Bangka Belitung. Berdasarkan data Dinas Pertanian
Perkebunan dan Peternakan Propinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun
2011 sebaran ayam Merawang yang terlihat jelas ada di 3 kabupaten yaitu:
Bangka (8.156 ekor), Bangka Tengah (3.717 ekor) dan Kota Pangkalpinang
(1.924 ekor).
Apabila dipelihara secara intensif ayam Merawang betina bertelur
pertama kali pada umur 5,5 bulan dengan bobot telur berkisar antara 38-45 g dan
produksi telur dapat mencapai 120-125 butir/ekor/tahun. Pertumbuhan ayam
Merawang juga relatif cepat, berat tubuh ayam jantan dapat mencapai 2,0-3,0 kg
per ekor pada umur 9-12 bulan. Keunggulan lainnya adalah lemak yang rendah
dibanding unggas lain dan nilai gizi telur yang cukup baik
Secara fisik ayam Merawang tidak jauh berbeda dengan ayam kampung
lainnya. Ayam ini mempunyai punggung agak panjang, bentuk dada lurus
mengikuti garis leher, dan sayap rapat dengan sisi badan. Sementara perut agak
dalam dan lebarserta berbentuk seperti segitiga. Kepala ayam Merawang lonjong
dengan paruh cukup panjang dan agak melengkung. Selain itu, terdapat jengger
yang berbentuk tunggal (single) dan pial ganda. Ukuran jengger dan pial jantan
lebih besar dari betina dan berwarna cerah. Sementara kaki, kulit, dan paruhnya
berwarna kuning. Mata ayam Merawang jernih dan paruh berbentuk runcing atau
tajam. Postur tubuh jantan besar dan tegap, betina lebih kecil dan kompak yang
menunjukkan ciri sebagai petelur produktif dan pedaging yang baik.
Produktivitas Ayam Merawang
Ayam Merawang memiliki pertumbuhan yang relative cepat. Bila
dipelihara secara intensif, berat tubuh ayam jantan dapat mencapai 2,0-3,0 kg per
ekor pada umur 9-12 bulan, sedangkan ayam jantan kampong pada umur yang
Page 46 of 204
sama umumnya 1,5-2 kg per ekor. Pada umur 12 minggu, saat panen, berat badan
ayam Merawang dapat mencapai sekitar 1 kg per ekor. Pertumbuhan berat badan
yang cepat ini sangat penting untuk pengusahaan sebagai ayam pedaging. Bobot
Badan ayam Merawang betina berkisar 1,35-2,5 kg/ekor dan bobot badan ayam
Merawang jantan berkisar antara 1,9-3,1 kg/ekor. Keunggulan ayam ini adalah
sebagai produksi telur dan daging.
Ayam Merawang betina bertelur pertama kali pada umur 5,5 bulan.
Bobot telur berkisar antara 38-45 g. Produksi telur dapat mencapai 120-125
butir/ekor/tahun. Produksi telur ayam merawang relatif lebih tinggi dibandingkan
dengan ayam lokal yang lainnya yaitu sebesar 54,42 % HD.
Tabel.11. Perbandingan Produksi Telur Ayam Merawang dan Lokal yangDipelihara pada Kondisi yang Sama Selama 52 Minggu.
No Jenis Ayam Produksi Telur (% hen day)
1. Ayam Merawang 64,42
2. Buras 41,3
3. Kedu Hitam 58,8
4. Kedu Putih 54,0
5. Nunukan 41,3
6. Pelung 32,0
Sumber : CresswelldanGunawan (1982) dalam HasnellydanSuwardih (2006).
Koleksi Ayam Merawang
Pengkajian menggunakan 33 ekor induk ayam Merawang dan 28 ekor
ayam Merawang jantan umur ± 1,5-2 tahun. Pemeliharaan ayam merawang
dilakukan dengan sistem intensif untuk indukan, sesuai dengan kebutuhan yaitu
dengan sistem kandang battery sedangkan ayam merawang jantan secara semi
intensif dengan sistem kandang ren, halaman berpagar sebagai halaman untuk
excercise sedangkan ratio jantan dan betina 1:5. dengan pemberian pakan 2 kali
sehari pagi dan sore sebanyak 120 gram/ekor dan air minum diberikan secara
adlibitum.
Page 47 of 204
Seleksi Untuk Meningkatkan Produksi Telur
Disamping untuk meningkatkan keseragaman ayam Merawang seleksi
juga dilakukan untuk meningkatkan mutu genetik seperti seleksi fisik dan seleksi
produksi. Seleksi untuk meningkatkan produksi telur pada ayam Merawang
dengan metode seleksi independent culling level. Kriteria seleksi adalah produksi
telur selama empat bulan. Produksi telur per individu diamati dan dicatat setiap
hari selama empat bulan. Pada generasi berikutnya replacement induk (calon
induk) terbaik dari populasi seleksi. Siklus seleksi ayam merawang tersaji dalam
Gambar 7. Metode seleksi selama tiga generasi.
Metode seleksi samasampai G3
Seleksi 50% terbaik dan mendekatikemurnian performans ayamMerawang
Seleksi 50% terbaik dan mendekatikemurnian performans ayamMerawang
Populasi dasar(G0)
33 ekor induk,28 ekor jantan
33 ekor indukG0 28 ekor
jantan
Populasiseleksi
14 ekor indukG0
6 ekor jantan
Perbanyakan
28 ekor indukG1
12 ekor jantan
14 ekor indukG1
6 ekor jantan
28 ekorinduk G3
Page 48 of 204
Metode perkawinan untuk menghasilkan ternak pada setiap generasi
dilakukan dengan Inseminasi Buatan (IB). Pengencer yang digunakan dalam
melakukan IB yaitu NaCl fisiologis dengan perbandingan 1:1 yang disuntikan
kira-kira 0,1 ml per dosis IB. IB dilakukan setiap dua kali seminggu, pemasukan
telur tetas ke mesin tetas dilakukan seminggu sekali.
Pengolahan dan Analisis Data
Parameter yang diamati selama kegiatan pengkajian yaitu:
a. Produksi telur selama empat bulan (PT) dengan menghitung jumlah
telur yang dihasilkan ayam merawang selama empat bulan masa
produksi.
b. Kejadian mengeram yaitu jumlah ayam yang memperlihatkan
munculnya sifat mengeram.
c. Frekuensi mengeram yaitu waktu mengeram per periode bertelur di
dalam waktu enam bulan produksi.
d. Lama mengeram yaitu lamanya hari pada periode masa pengeraman.
e. Rataan bobot telur yaitu bobot telur yang dihasilkan selama empat
bulan produksi.
f. Konsumsi pakan yaitu jumlah pakan yang dikonsumsi selama masa
periode produksi empat bulan.
Pengamatan karakteristik kualitatif
Parameter yang diamati adalah pola warna bulu, bentuk dan warna jengger,
warna kulit, shank/kaki, dan paruh.
Tabel 12. Karakteristik kualitatif ayam merawang di peternak Kota SungailiatKab. Bangka
No SexWarnaBulu
CorakBulu
WarnaKulit
WarnaCeker
BentukJengger
WarnaParuh
1. Jantan Coklatkemerahan
Polos putih kuning Singlecomb
Kuning
2. Betina coklatkemerahan
Polos putih kuning Singlecomb
Kuning
Page 49 of 204
Tabel 13. Karakteristik kualitatif ayam merawang di peternak Desa MerawangKab. Bangka
No SexWarnaBulu
CorakBulu
WarnaKulit
WarnaCeker
BentukJengger
WarnaParuh
1. Jantan Coklatkemerahan
Polos Putih kuning Singlecomb
Kuning
2. Betina Coklat Polos/lurik
Putih kuning Singlecomb
Kuning
Dari Tabel 12 dan Tabel 13 diatas, dapat dilihat bahwa karakteristik
kualitatif yang meliputi warna dan corak bulu, warna kulit dan shank/ceker serta
bentuk jengger ayam merawang betina didapatkan hasil bahwa warna bulu coklat
dan coklat kemerahan dan bercorak polos dan lurik, warna kulit putih, warna
ceker/shank dan paruh kuning serta bentuk jengger single comb. Selain itu, dari
data pada Tabel 12 dan Tabel 13 dapat dilihat bahwa warna bulu ayam merawang
jantan coklat kemerahan dan bercorak polos, warna kulit putih, warna ceker/shank
dan paruh kuning serta bentuk jengger single comb. Warna shank/ ceker, paruh
dan bentuk jengger sudah seragam. Ini dapat dijadikan standarisasi untuk seleksi
dalam meningkatkan keseragaman ayam merawang.
Warna shank ayam Merawang baik jantan maupun betina sudah seragam
yaitu berwarna kuning. Warna shank ayam Merawang umur 5-12 minggu seragam
dengan frekuensi 100% kuning. Warna paruh dan bentuk jengger pada ayam
merawang jantan dan betina juga sudah seragam yaitu berwarna kuning dan
berbentuk single comb. Hal ini dapat dijadikan standarisasi untuk seleksi dalam
meningkatkan kemurnian ayam merawang. Karakter kualitatif sering dijadikan
ciri khas dan patokan untuk menentukan jenis atau bangsa dari ternak. Karakter
kualitatif dikendalikan satu atau beberapa gen dan tidak atau sedikit sekali
dipengaruhi faktor lingkungan.
Pengamatan karakteristik kuantitatif
Pengukuran karakteristik kuantitatif antara lain bobot badan, panjang dan
lingkar kepala, panjang leher dan punggung, rentang sayap, lingkar dada, panjang
paha atas dan bawah, panjang ceker, lingkar ceker serta panjang jari tengah. Data
karakteristik kuantitatif ayam merawang yang dipelihara di tingkat peternak di
daearah Sungailiat dan Merawang tersaji dalam tabel 14 dan tabel 15.
Tabel 14. Karakteristik Kuantitatif Ayam Merawang di Peternak Kota Sungailiat Kabupaten Bangka
Tabel 15. Karakteristik Kuantitatif Ayam Merawang Di Peternak Desa Merawang Kabupaten Bangka
No SEXBobotBadan
LebarKepala
PanjangKepala
PanjangLeher
PanjangPunggung
RentangSayap
LingkarDada
PanjangDada
PanjangPahaAtas
PanjangPaha
Bawah
PanjangCeker
LingkarCeker
PanjangJari
Tengah
Gram ................... Cm ...........................
1. Jantan2.570±4
51,663.8±0.53 3.45±0.55 14.4±.41
21.90±3.31
18.9±1.79
33.6±3.95
13.75±1.84
12.15±1.33
15.25±1.32
10.35±1.05
5.54±0.65
6.57±0.69
2. Batina1.605±2
83.32.97±0.38 3.13±0.33
13.85±1.84
18.3±1.86
15.88±1.67
30.45±2.03
10.77±1.08
10.75±1.11
12.04±1.35
8.57±0.97
4.2±0.415.58±1.0
3
No SEXBobotBadan
LebarKepala
PanjangKepala
PanjangLeher
PanjangPunggung
RentangSayap
LingkarDada
PanjangDada
PanjangPahaAtas
PanjangPaha
Bawah
PanjangCeker
LingkarCeker
PanjangJari
Tengah
Gram ................... Cm ...........................
1. Jantan2.160±7
67.63.3±0.57 3.44±0.63
13.5±1.32
18.8±2.3819.8±1.3
031.9±6.2
912.7±1.8
512.7±2.7
14.86±2.91
8.8±1.35 6 6.82±0.52
2. Batina2.000±2
20.43.4±0.22 3.21±0.25
13.57±1.68
20.64±1.57
16.78±0.99
35.14±3.39
11.07±0.77
11.64±0.78
12 ±0.53 8.5±0.46 4.7±0.64 5.5±0.37
Page 33 of 204
Bobot badan
Pada tabel 14 dan tabel 15 dapat dilihat rata-rata bobot badan ayam merawang
jantan ditingkat peternak di Desa Sungaliat dan Merawang masing-masing 2,570 dan
2,160 kg sedangkan pada ayam merawang betina ditingkat peternak di Desa Sungaliat
dan Merawang masing-masing berkisar antara 1,605 dan 2,00 kg. Hasil ini hampir sama
dengan hasil penelitian Hasnelly, dkk (2005) yang menyebutkan bahwa rata-rata bobot
badan ayam merawang betina dewasa sebesar 1,77 kg, tetapi lebih tinggi jika
dibandingkan dengan penelitian Munggaran (2004) yaitu rata-rata bobot badan ayam
Merawang betina berkisar 1,35-2,5 kg/ekor dan bobot badan ayam Merawang jantan
berkisar antara 1,9-3,1 kg/ekor.
Panjang dan lingkar dada
Pada tabel 14 dan tabel 15 dapat dilihat rata-rata panjang dada ayam merawang
jantan ditingkat peternak di Desa Sungaliat dan Merawang masing-masing 13,75± 1,84
dan 12,7 ± 1,85 cm sedangkan rata-rata panjang dada ayam merawang betina ditingkat
peternak di Desa Sungaliat dan Merawang masing-masing berkisar antara 10,77±1,08
dan 11,07±0,77. Hasil ini hampir sama dengan hasil penelitian Hasnelly, dkk (2005)
yang menyebutkan bahwa panjang dada ayam merawang betina dewasa sebesar
11,72±1,66, tetapi lebih tinggi jika dibandingkan dengan penelitian Munggaran (2004)
yaitu rata-rata panjang dada ayam Sentul 9,504 cm dan lebih rendah dibandingkan
dengan ayam Pelung betina 12,04 cm.
Rata-rata lingkar dada ayam Merawang betina di Desa merawang dan Sungailiat
masing-masing didapat 30,45±2,03 dan 35,14±3,39 (tabel 14 dan tabel 15), sedangkan
rata-rata lingkar dada ayam Merawang jantan di Desa Merawang dan Sungailiat
masing-masing 33,6±3,95 dan 31,9±6,29 (tabel 14 dan tabel 15). Hasil ini hampir sama
dengan penelitian Hasnelly, dkk., (2005) yang menyebutkan bahwa rata-rata lingkar
dada ayam betina dewasa yaitu 30,93±1,8 cm tetapi lebih tinggi bila dibandingkan
penelitian Munggaran (2004) rata-rata lingkar dada ayam Sentul betina 29,022 cm dan
ayam Pelung betina 14,6 cm.
Panjang Paha Atas dan Bawah
Pada tabel 14 dan tabel 15 dapat dilihat rata-rata panjang paha atas ayam
merawang jantan ditingkat peternak di Desa Sungaliat dan Merawang masing-masing
12,15± 1,84 dan 12,7 ± 2,7 cm sedangkan rata-rata panjang paha atas ayam merawang
Page 34 of 204
betina ditingkat peternak di Desa Sungaliat dan Merawang masing-masing berkisar
antara 10,75±1,08 dan 11,64±0,78. Hasil ini lebih tinggi dengan hasil penelitian
Hasnelly, dkk (2005) yang menyebutkan bahwa panjang paha atas ayam Merawang
betina dewasa sebesar 9,53±0,96 cm, tetapi hampir sama dengan penelitian Munggaran
(2004) yaitu 10,091 cm dan lebih rendah dibandingkan dengan ayam Pelung betina 14,6
cm.
Rata-rata panjang paha bawah ayam merawang jantan ditingkat peternak di Desa
Sungaliat dan Merawang masing-masing 15,25± 1,32 dan 14,86 ± 2,91 cm sedangkan
rata-rata panjang paha bawah ayam merawang betina ditingkat peternak di Desa
Sungaliat dan Merawang masing-masing berkisar antara 12,04±1,35 dan 12±0,53. Hasil
ini lebih tinggi dengan hasil penelitian Hasnelly, dkk (2005) yang menyebutkan bahwa
panjang paha bawah ayam merawang betina dewasa sebesar 11,05+1,05 cm, tetapi
hampir sama dengan penelitian Munggaran (2004) yaitu 12,25 cm dan lebih rendah
dibandingkan dengan ayam Pelung betina 15,01 cm.
Panjang Shank
Rata-rata panjang shank ayam merawang jantan ditingkat peternak di Desa
Sungaliat dan Merawang masing-masing 10,35± 1,05 dan 8,8 ± 1,35 cm sedangkan
rata-rata panjang shank ayam merawang betina ditingkat peternak di Desa Sungaliat
dan Merawang masing-masing berkisar antara 8,57±0,97 dan 8,5±0,46. Hasil ini hampir
sama dengan hasil penelitian Hasnelly, dkk (2005) yang menyebutkan bahwa panjang
shank ayam merawang betina dewasa sebesar 8,57±0,40 cm, tetapi lebih tinggi dari
penelitian Munggaran (2004) yaitu 6,62 cm dan lebih rendah dibandingkan dengan
ayam Pelung betina 10,6 cm.
Pemeliharaan ayam merawang
Pemeliharaan ayam merawang dilakukan dengan sistem intensif untuk indukan,
sesuai dengan kebutuhan dengan sistem kandang battery sedangkan ayam merawang
jantan secara semi intensif dengan sistem kandang ren, halaman berpagar sebagai
halaman untuk excercise. Pemberian pakan secara terukur baik dari segi nutrisi maupun
frekuensi pemberian. Pakan yang diberikan adalah campuran dedak 25 %, jagung 50 %
dan konsentrat 25 % dengan pemberian pakan 2 kali sehari pagi dan sore sebanyak 120
gram/ekor sedangkan air minum diberikan secara adlibitum.
Page 35 of 204
Produksi Telur
Produksi telur adalah kemampuan ayam untuk menghasilkan telur yang lebih
sering dikenal dengan produktivitas. Produksi telur dapat dihitung berdasarkan jumlah
produksi per hari. Pada tabel 16 disajikan data produksi telur ayam merawang yang
digunakan selama kegiatan pengkajian, dimana didapatkan hasil bahwa rataan produksi
telur pada bulan ke-1, 2, 3 dan 4 pengamatan ayam merawang rata-rata 27, 38, 55 dan
29 butir/bulan, sedangkan produksi telur mencapai 149 butir/tahun.
Tabel 16. Produksi Telur Ayam Merawang
Ayam Bulan Ke- Rataan ProduksiTelur1 2 3 4
A1 0 1 4 4 9A2 0 2 0 3 5A3 0 0 0 0 0A4 0 0 1 1 2A5 2 0 2 1 5A6 2 3 1 0 6A7 0 0 0 0 0A8 0 0 5 6 11A9 3 3 0 0 6A10 0 0 0 0 0A11 5 0 2 0 7A12 0 0 12 0 12B1 3 4 0 0 7B2 0 0 0 0 0B3 0 0 0 0 0B4 0 0 1 0 1B5 1 2 4 0 7B6 2 3 3 1 9B7 3 2 3 3 11B8 2 5 1 0 8B9 0 3 1 3 7B10 0 0 0 0 0B11 1 0 1 0 2B12 2 1 2 4 9C1 1 6 9 1 17C2 0 0 0 0 0C3 0 3 1 0 4C4 0 0 2 2 4C5 0 0 0 0 0
Rataan 27 38 55 29 149
Page 36 of 204
Produksi telur pada ayam merawang ini masih lebih tinggi dibanding ayam
kampung yaitu sebesar 127 butir/ekor/tahun, dan hampir sama dengan pemeliharaan
ayam kampung yang dilakukan secara intensif yaitu masing-masing 146 dan 151
butir/ekor/tahun, namun lebih rendah pada pemeliharaan ayam merawang yaitu
170butir/ekor/tahun. Hal ini dikarenakan ayam merawang mempunyai sifat kanibalisme
yang tinggi, sehinggi telur-telur yang menetas apabila tidak cepat diambil akan dipatuk
ayam sendiri sehingga berpengaruh terhadap produksi telur. Sifat kanibalisme ini
kemungkinan disebabkan selain karena sifat genetis dari ayam Merawang juga
disebabkan karena paruh ayam yang relatif panjang serta ayam kekurangan kalsium.
Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan memisahkan ternak dan memberikan
pakan additive (mineral) dalam pemberian pakan.
Secara keseluruhan rataan produksi telur meningkat pada bulan ketiga diikuti
bulan kedua kemudian bulan keempat dan yang terakhir bulan pertama pengamatan.
Pengamatan produksi telur ideal dilakukan selama 6 bulan dalam 1 tahun pemeliharaan.
Namun, pada pengkajian ini pengamatan produksi telur dilakukan selama 4 bulan antara
pertengahan bulan Agustus sampai November 2014. Hal ini disebabkan pada bulan
Januari – Juli 2014 telur yang diproduksi indukan tidak dapat diamati jumlahnya. Telur
ayam merawang banyak yang rusak karena faktor kanibalisme induk ayam merawang.
Jumlah telur meningkat pada bulan ketiga pengamatan (Oktober) dan menurun pada
bulan ketiga pengamatan (November), sedangkan pada bulan agustus produksinya juga
menurun dikarenakan pengamatan dilaksanakan pada pertengahan bulan. Produksi telur
ayam merawang menurun di bulan November karena memasuki musim rontok bulu.
Rataan bobot telur
Tabel 17 menyajikan rataan bobot telur ayam merawang dari indukan yang
dipelihara selama pengkajian. Hasil pengamatan menunjukkan bobot telur pada masing-
masing sampel ayam berkisar antara 37,4 –49,0 gram sedangkan rataan bobot telur per
bulan pengamatan berkisar antara 41,71-43,87 gram . Hal ini sesuai dengan penelitian
Hasnelly et al., (2006), Rahayu (2003) dan BPTHMT Sembawa (2002) yang
menyebutkan bahwa bobot telur ayam Merawang berkisar antara 38-45 g/butir. Data
diatas memperlihatkan bahwa bobot telur ayam Merawang lebih besar dibanding ayam
Kampung (42,25 g/butir) dan ayam Bangkok (44,37 g/butir), namun lebih kecil
dibandingkan ayam Pelung (48,39 g/butir).
Page 37 of 204
Tabel 17. Rataan Bobot Telur Ayam Merawang
AyamBulan ke- Rataan
Bobot TelurWarna
Kerabang1 2 3 4
A1A2A3A4A5A6A7A8A9A10A11A12B1B2B3B4B5B6B7B8B9B10B11B12C1C2C3C4C5
0000
40,549,5
00
40,670470
41,330003843
45,3341004242360000
42,19
41410005100
37,67000
40,500041
43,6742,543,2
000423803900
41,71
45,5004045
46,50
39,80047
39,5800048
41,7544,6739,67
444704544
37,11037390
42,81
44,2544,33
0414700
40,6700000000048
44,3304800
47,538,5
00390
43,87
43,5842,67
040,5044,1749,00
040,2439,17
047,0039,5840,92
00
48,0040,2544,8442,9642,7347,50
043,5043,8837,40
038,0039,00
0
CoklatPutihPutihPutihPutih
CoklatPutih
CoklatPutihPutih
CoklatPutihPutihPutihPutih
CoklatPutih
CoklatPutih
CoklatPutihPutih
CoklatCoklatPutihPutihPutihPutihPutih
Telur yang diproduksi dihasilkan pada pagi hari sisanya pada siang sampai sore
hari. Hal ini sesuai dengan pola bertelur ayam ras petelur yang menghasilkan sebagian
besar telurnya pada pagi hari. Kerabang telur ayam merawang yang dipelihara berwarna
coklat dan putih. Perbedaan warna kulit telur disebabkan oleh deposisi pigmen dalam
saluran telur (oviduct), bergantung pada jenis atau bangsa (breed) ayam.
Page 38 of 204
Daya Tetas dan Bobot Tetas Telur
Nilai daya tetas dapat diperoleh dengan membandingkan antara telur yang
menetas dari sejumlah telur yang ditetaskan dan dinyatakan dalam satuan persen.
Berdasarkan data pada tabel 18 dapat dilihat bahwa daya tetas pemeliharaan selama
kegiatan pengkajian sebesar 12,08%. Hasil ini masih sangat jauh dari hasil penelitian
Hasnelly., dkk (2005) yang menyatakan bahwa rata-rata daya tetas dari pemeliharaan
secara intensif ayam merawang sebesar 90,92%. Yuwanta (1993) melaporkan bahwa
daya tetas ayam kampung pada pemeliharaan berkelompok sebesar 61,22%.
Tabel 18. Daya Tetas dan Bobot Tetas Telur Ayam Merawang
No Parameter Rataan
12
Daya tetas (%)Bobot tetas (g)MaksimumMinimum
12,08303721
Rendahnya daya tetas yang dihasilkan pada kegiatan ini dikarenakan jumlah
induk ayam merawang yang mengerami telurnya sendiri masih sangat sedikit dan juga
menetaskan telur di mesin tetas masih menjadi kendala dilihat dari tingkat
keberhasilannya. Faktor lain yang mempengaruhi rendahnya daya tetas adalah lamanya
penyimpanan telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Zakaria (2010) yang menyatakan
bahwa umur penyimpanan telur mempengaruhi daya tetas telur. Menurut Bachari dkk.,
(2006) bahwa penyimpanan telur sebaiknya tidak lebih dari 4 hari dan suhu paling ideal
untuk menyimpan telur adalah 10-130C. Ditambahkan oleh Blakely dan Bade (1991)
bahwa telur yang masa penyimpanannya lebih dari 6 hari akan mempengaruhi daya
tetas telur. Alternatif lain yang ditempuh untuk meningkatkan daya tetas pada ayam
merawang selama kegiatan pengkajian dengan cara menitipkan telur pada ayam
kampung lain yang sedang mengeram.
Berdasarkan pada data Tabel 18 bahwa bobot tetas yang diperoleh selama
kegiatan pengkajian berkisar antara 21-37 g/ekor dengan rata-rata sebesar 30 g/ekor.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Iman dkk., (2005) yaitu memperoleh bobot tetas
sebesar 29,24-30,17 g/ekor dan BPTHMT (2002) sebesar 25-30 g/ekor. Salah satu
faktor yang mempengaruhi bobot tetas adalah bobot telur. Semakin besar bobot telur
dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan besarnya bobot tetas. Telur yang
lebih berat akan menghasilkan DOC yang lebih besar.
Page 39 of 204
Seleksi ternak
Penggunaan parameter seleksi pada ayam merawang pada prinsipnya tujuan
akhirnya adalah meningkatkan mutu genetik seperti seleksi fisik dan seleksi produksi
ayam. Pada kegiatan pengkajian sistem pemeliharaan secara intensif pada ayam
merawang sudah diseleksi dan disesuaikan fenotipnya dengan melihat karakteristik
ayam merawang yang khas yaitu warna shank/ cekerdan paruh kuning serta bentuk
jengger single comb/ tunggal bergerigi sudah seragam yaitu kuning . Ini dapat dijadikan
standarisasi untuk seleksi dalam meningkatkan keseragaman ayam merawang.
Seleksi untuk meningkatkan produksi telur pada ayam Merawang selama
kegiatan pengkajian dengan menggunakan metode seleksi independent culling level.
Kriteria seleksi adalah produksi telur yang dihasilkan ayam selama kegiatan pengkajian
(empat bulan). Berdasarkan data produksi telur ayam merawang selama kegiatan
diperoleh 14 sampel ayam dengan produksi telur tertinggi (tabel 16). Dari data dapat
dilihat bahwa produksi telur tertinggi berkisar antara 6-17 butir. Keturunan ayam
Merawang terus diseleksi secara berkala sampai generasi ketiga dan yang diluar kriteria
yang ditetapkan dikeluarkan, hal ini untuk menjaga kemurnian ayam Merawang dalam
suatu kelompok ternak.
Mengeram
Kejadian/kebiasaan mengeram pada ayam kampung ditandai dengan menyarang
yang terus menerus, menjaga telurnya dan karakter clucking (sifat defensif pada ayam
mengeram disertai bunyi suara yang khas). Secara keseluruhan kebiasaan mengeram
selama masa inkubasi dan setelah menetas dinamakan sifat mengeram. Apabila ayam
lokal dipelihara secara ekstensif atau semi intensif, setelah ayam tersebut bertelur
kurang lebih sebanyak 12-15 butir, kemudian dilanjutkan dengan mengerami telurnya
selama 21 hari sampai telur menetas.
Tabel 19. Tingkah Laku Mengeram Induk Ayam Merawang
Mengeram
Kejadian Frekuensi Lama
1 ekor 2 kali 22 hari
Page 40 of 204
Berdasarkan data tingkah laku mengeram pada indukan ayam merawang selama
kegiatan (Tabel 19), didapatkan hasil bahwa hanya ada satu induk ayam merawang
yang menunjukkan kejadian mengeram, sedangkan ayam betina yang lain tidak
menunjukkan gejala tersebut. Dan frekuensi mengeramnya hanya sebanyak dua kali
dengan selang waktu ± 22 hari. Sangat sedikitnya jumlah indukan yang mau mengeram
dikarenakan ayam berkonsentrasi pada produksi telur dibandingkan untuk mengeram,
karena tingkah laku mengeram sangat mempengaruhi produksi telur.
Hasil pengamatan diatas sesuai dengan pendapat Romanov et al. (2002), bahwa
pada pemeliharaan secara intensif/kondisi komersial dengan kandang battery, walaupun
telurnya diambil setiap hari, masih dijumpai ayam kampung yang menunjukkan gejala
sifat mengeram dan bahkan ada yang mengeram lebih dari 21 hari bahkan sampai 100
hari. Adanya sifat mengeram ini berhubungan dengan menurunnya produksi telur,
karena produksi telur akan terhenti selama ayam tersebut menunjukkan gejala
mengeram dan diikuti dengan lama istirahat yang panjang (tidak bertelur).
Salah satu sifat yang menghalangi tingginya produksi bibit ayam lokal adalah
sifat mengeram pada induk betina ayam lokal. Sifat mengeram merupakan sifat yang
menurun dan tinggi rendahnya sifat mengeram tergantung pada faktor genetik seperti
bangsa atau strain ayam dan faktor lingkungan seperti lama cahaya (fotoperiodesitas),
suhu, kelembagaan dan ketersediaan sumber pakan dan tata laksana pemeliharaan.
Konsumsi Pakan dan Bobot Badan Ayam Merawang
Konsumsi pakan seekor ternak merupakan jumlah pakan yang diberikan
dikurangi dengan sisa pakan yang dihasilkan. Beberapa faktor yang mempengaruhi
konsumsi pakan pada ayam antara lain berat badan, kecepatan pertumbuhan, dan
kandungan zat-zat makanan dalam pakan. Jumlah konsumsi pakan selama kegiatan
pengkajian pada ayam merawang betina sebesar 108,49 g/ekor/hari sedangkan pada
ayam merawang jantan sebesar 80,93 g/ekor/hari. Konsumsi pakan selama kegiatan
masih dalam kisaran normal seperti diungkapkan oleh Sinurat dkk (1992) dan Dwiyanto
(1999) yang menyatakan bahwa induk ayam buras yang dipelihara intensif
mengkonsumsi pakan antara 80-120 g/ekor/hari. Berdasarkan data yang diperoleh,
konsumsi pakan betina lebih besar dibandingkan konsumsi pakan jantan, pada
prinsipnya ayam akan makan untuk memenuhi kebutuhan fisik (maintenance) dan
kebutuhan fisiologis (pertumbuhan dan produksi telur).
Page 41 of 204
Campuran pakan yang diberikan selama kegiatan pengkajian yaitu dedak 25 %,
jagung 50 % dan konsentrat 25 % dengan pemberian pakan 2 kali sehari pagi dan sore
sebanyak 120 gram/ekor sedangkan air minum diberikan secara adlibitum. Dari hasil
pengamatan selama kegiatan berlangsung rata-rata konsumsi pakan, bobot badan dan
konversi pakan pada kegiatan pengkajian dapat dilihat pada Tabel 20.
Tabel 20. Konsumsi pakan dan Bobot Badan Ayam Merawang
No. Variabel Rataan
1
2
Konsumsi pakan (g/ekor/hari)JantanbetinaBobot Badan (kg)JantanMaksimumMinimumBetinaMaksimumMinimum
80,93108,49
2,69±0,263,062,471,89±0,372,331,40
Pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa rerata bobot badan pada ayam merawang
jantan selama kegiatan pengkajian sebesar 2,69±0,26 kg dengan bobot badan tertinggi
3,06 kg dan terendah 2,47 kg. Hasil ini hampir sama dengan hasil penelitian Ulfah
(2005) yang menyebutkan bahwa rata-rata bobot badan ayam merawang jantan berkisar
antara 1,9-3,1 kg/ekor. Sedangkan rerata bobot badan pada ayam merawang betina
selama kegiatan pengkajian sebesar 1,89±0,37 kg dengan bobot badan tertinggi 2,33 kg
dan terendah 1,40 kg. Hasil ini hampir sama dengan hasil penelitian Hasnelly, dkk
(2005) yang menyebutkan bahwa rata-rata bobot badan ayam merawang betina 1,77 kg
dan berkisar 1,35-2,5 kg/ekor.
Pemeliharaan ayam Merawang secara intensif dapat menghasilkan berat badan
maksimal pada ayam jantan diatas 3,1 kg, sedangkan ayam merawang betina memiliki
berat yang relatif lebih rendah yaitu maksimal diatas 2 kg. Bobot badan ayam
merawang betina dapat dijadikan standarisasi karakter ayam merawang betina sebagai
bibit. Secara keseluruhan didapatkan hasil bahwa bobot badan akhir ayam merawang
baik jantan maupun betina mengalami penurunan dibanding bobot badan awal selama
pengamatan, hal ini dimungkinkan karena faktor umur dari ayam yang sudah lewat dari
masa pertumbuhan yaitu 1,5-2 tahun. Pertumbuhan ternak memiliki tahap-tahap yang
cepat dan lambat. Tahap pertumbuhan cepat terjadi pada saat lahir sampai pubertas
Page 42 of 204
(DOC umur 20 minggu) dan tahap lambat terjadi pada saat kedewasaan tubuh sudah
terjadi (21-36 minggu). Pertumbuhan akan menurun sampai tidak lagi terjadi
pertumbuhan tulang maupun urat daging (umur >48 minggu).
Jumlah dan Mortalitas Ayam
Tabel 21. Jumlah dan Mortalitas Ayam selama Kegiatan Pengkajian
BulanJumlah Mortalitas
Betina(ekor)
Jantan(ekor)
Anak(ekor)
Betina(ekor)
Jantan(ekor)
Anak(ekor)
JanuariFebruariMaretAprilMeiJuniJuliAgustusSeptemberOktoberNovemberDesember
333333333329292925242423
282828282826262626262121
-------
1299915
-----4--41-1
-----2----5-
-------3----
Tabel 21 menyajikan data mortalitas ayam merawang selama pengkajian. Hasil
pengamatan menunjukkan mortalitas pada ayam sebesar 10 ekor pada ayam merawang
betina dan 7 ekor pada ayam merawang jantan yaitu masing-masing 4 ekor ayam betina
dan 2 ekor pada ayam jantan pada bulan juni, hal ini dikarenakan kanibalisme, 3 ekor
anak pada bulan agustus, 4 ekor ayam betina pada bulan september dikarenakan sakit
dan terjepit kandang, 1 ekor ayam betina pada bulan oktober dikarenakan sakit, 5 ekor
ayam jantan dikarenakan dipotong karena diambil data karkasnya sedangkan dibulan
desember 1 ekor ayam betina yang mati karena sakit.
Rata-rata kematian selama kegiatan pengkajian sebesar 27,87% pada ayam
dewasa dan 20% pada anak. Angka ini masih sangat jauh dibawah target program
pemerintah sebesar 10% untuk ayam dewasa dan mendekati target yaitu 25% untuk
anak ayam. Tingkat kematian atau mortalitas merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan efisiensi produksi suatu usaha peternakan unggas. Banyaknya kematian
dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya sanitasi dan makanan.
Page 43 of 204
Gambar 8. Pengamatan karakter kuantitatifayam merawang di peternak
Kota Sungailiat
Gambar 9. Pengamatan karakter kuantitatifayam merawang di peternak Desa
Merawang Kab. Bangka
Gambar 10. Kondisi peternakan ayammerawang di tingkat petani
Gambar 11. Pembuatan kandang battery
Gambar 12. Pemberian pakan Gambar 13. Telur Produksi Induk F0
Page 44 of 204
Gambar 14. Pengukuran berat telur Gambar 15. Pengukuran sisa pakan
Gambar 16. Pengukuran berat anak(F1)
Gambar 17. Pengukuran karkas ayammerawang
Gambar 18. Karkas ayam merawang Gambar 19. Ayam merawang jantan
Page 45 of 204
Gambar 20. Ayam merawang betina Gambar 21. Ayam merawang DOC
Page 46 of 204
PENINGKATAN PRODUKTIVITAS TANAMAN LADA DENGAN
PENGELOLAAN HARA DAN JUMLAH BIBIT PER RUMPUN
Pengkajian akan dilakukan di di Kebun Percobaan Petaling Kabupaten Bangka
pada bulan Januari sampai dengan Desember 2014. Tujuan kegiatan ini adalah
mendapatkan rekomendasi teknologi budidaya lada (jumlah bibit per lubang tanam dan
dosis pemupukan) pada skala lapang untuk meningkatkan produktivitas tanaman lada
dengan biaya produksi yang lebih efisisen. Keluaran yang diharapkan yaitu: 1.
Rekomendasi teknologi budidaya lada (jumlah bibit per lubang tanam dan dosis
pemupukan) pada skala lapang untuk meningkatkan produktivitas tanaman lada dan
mempercepat periode produksi, 2. Informasi biaya produksi lada dengan inovasi
teknologi budidaya yang dikembangkan.
Kegiatan pengkajian terdiri atas dua sub pengkajian yaitu 1) Pengkajian
produktivitas lada melalui aplikasi beberapa dosis pupuk NPK dan jumlah bibit per
lubang tanaman dan 2) Pengkajian produktivitas lada melalui aplikasi beberapa dosis
pupuk NPK dan pupuk kandang.
1). Pengkajian produktivitas lada melalui aplikasi beberapa dosis pupuk NPK
Pengkajian mmenggunakan rancangan acak kelompok faktorial (RAKF) sebanyak
3 ulangan. Pengkajian menggunakan dua (2) factor perlakuan yaitu faktor pertama
adalah dosis pupuk NPK (N) yang terdiri 4 (empat) taraf pemupukan untuk
tanaman lada < 1 tahun : N1 = 0 g/tanaman, N2= 300 g/tanaman, N3 = 600
g/tanaman dan N4 = 900 g/tanaman. Faktor kedua adalah jumlah bibit per lubang
(B) tanam terdiri dari 4 taraf perlakuan yaitu B1 = 1 bibit, B2 = 2 bibit, B3 = 3
bibit dan B4 = 4 bibit. Bibit yang digunakan adalah bibit polibag varietas merapin
daun lebar (MDL). Populasi setiap unit perlakuan sebanyak 15 tanaman. Jarak
tanam yang digunakan 2,4 x 2,4 m dengan ukuran lubang tanam 50 x 50 x 50 cm.
2) Pengkajian produktivitas lada melalui aplikasi beberapa dosis pupuk NPK dan
pupuk kandang. Pengkajian mmenggunakan rancangan acak kelompok faktorial
(RAKF) sebanyak 3 ulangan. Pengkajian menggunakan dua (2) faktor perlakuan
yaitu faktor pertama adalah dosis pupuk NPK (A) yang terdiri 4 (taraf) taraf
pemupukan untuk tanaman lada < 1 tahun : A0 = 0 g/tanaman (dosis anjuran), A1=
100 g/tanaman, A2 = 200 g/tanaman, A3 = 300 g/tanaman . Faktor kedua adalah
dosis pupuk kandang (P) terdiri dari 5 taraf perlakuan yaitu P1 = 0 kg/tanaman, P2
Page 47 of 204
= 10 kg/tanaman, P3 = 20 kg/tanaman, P4 = 30 kg/tanaman dan P5 = 40
kg/tanaman. Pengkajian menggunakan pupuk kandang dan bibit setek satu ruas
varietas Petaling 1. Populasi setiap unit perlakuan sebanyak 9 tanaman. Tanaman
ditanaman pada jarak 2 x 2 m dengan ukuran lubang tanam 50 x 50 x 50 cm.
Variabel pengamatan
Variabel yang diamati adalah variabel agronomi dan variabel kelayakan
teknologi yang direkomendasikan.
Variabel agronomi meliputi:
1. Tinggi tanaman; Tinggi tanaman diamati pada salah satu sulur panjat yang diukur
dari pangkal batang sampai titik tumbuh tertinggi menggunakan meteran.
2. Diameter batang; Diameter batang diamati pada pangkal batang menggunakan
jangka sorong digital pada ketinggian 30 cm dari atas permukaan tanah.
3. Jumlah sulur panjat setiap bibit; Jumlah sulur panjat yang diamati adalah sulur
panjat yang memanjat pada tiang panjat setiap rumpun
4. Jumlah ruas setiap satu sulur panjat; Jumlah ruas diamati mulai dari ruas terbawah
(pangkal batang) hingga ruas terakhir (titik tumbuh).
5. Jumlah cabang primer; Jumlah cabang primer pada setiap rumpun tanaman.
6. Panjang cabang primer; Panjang cabang primer diamati pada salah satu cabang
dengan ketinggian + 100 cm dari permukaan tanah.
7. Jumlah ruas dan daun cabang primer; Jumlah ruas dan daun cabang primer yang
diamati adalah sama dengan sampel pengukuran panjang cabang primer.
8. Jumlah bunga pada cabang primer; Jumlah bunga diamati adalah sama dengan
sampel pengukuran panjang cabang primer
9. Jumlah tandan buah pada cabang primer dan satu rumpun tanaman; Pengamatan
dilakukan saat tanaman memasuki fase generatif.
10. Jumlah bulir pada tandah buah; Pengamatan dilakuan pada saat tanaman memasuki
fase generatif
11. Berat kering bulir per rumpun; Pengamatan dilakuan pada saat tanaman memasuki
fase generatif
12. Berat 1000 bulir; Pengamatan dilakukan pada saat tanaman memasuki fase
generative
Page 48 of 204
13. Skor keparahan penyakit dikonversikan ke intensitas penularan dengan rumus:
IP =
IP = intesitas penyakit, ni = jumlah sampel dengan skala i, vi = skala keparahan
penyakit (0-4), N = jumlah sampel yang diamati, V = skala penyakit tertinggi.
Perhitungan laju infeksi menggunakan rumus epidemiologi Van der plank (1963)
dalam Oka (1992):
Pengamatan dilakukan pada tanaman berumur 12 bulan, tanaman sampel
diambil secara diagonal sebanyak 5 tanaman per petak.
Data yang akan diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan Analisis Varian
(ANOVA) pada level 5% dan dilanjutkan dengan uji beda nyata jika hasil anova
menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan.
Salah satu tantangan dalam mengembalikan kejayaan Muntok White Pepper
adalah ketersediaan lahan yang semakin terbatas akibat alih fungsi lahan ke non
pertanian dan persaingan pemanfaatan lahan antar komoditas pertanian lain seperti
kelapa sawit dan karet. Oleh karenanya pengelolaan satuan lahan menjadi lebih intensif
yang berdampak terhadap degradasi kesuburan lahan. Terkait dengan persoalan tersebut
peningkatan produksi lada di Bangka Belitung melalui penerapan inovasi teknologi
yang tepat.
Produktivitas tanaman lada memiliki korelasi positif dengan keragaan vegetatif
tanaman (jumlah sulur panjat). Inovasi teknologi eksisting untuk memperbanyak
jumlah sulur melalui pemangkasan. Namun dengan teknik pemangkasan tersebut
Page 49 of 204
mengakibatkan pertumbuhan maksimal lada menjadi lebih lamban sehingga produksi
optimal pun lebih lambat tercapai. Penggunaan bibit lebih dari satu bibit per lubang
tanam diprediksi akan mempercepat tercapainya pertumbuhan tanaman lada yang
maksimal. Pencapaian pertumbuhan tanaman lada maksimal juga harus diiringi dengan
pengelolaan hara yang tepat.
Hasil sidik ragam dari parameter yang diamati Pada tahun pertama kegiatan
pengkajian menunjukkan tidak terdapat interaksi antara perlakuan jumlah bibit per
rumpun dengan dosis pupuk NPK demikian juga dengan perlakuan dosis pupuk NPK
dengan dosis pupuk kandang.
Pengkajian produktivitas lada melalui aplikasi beberapa dosis pupuk NPK
Tinggi tanaman.
Hasil sidik ragam diperoleh bahwa faktor perlakuan pupuk NPK tidak
memberi pengaruh nyata terhadap tinggi tanaman demikian pula dengan perlakuan
jumlah bibit per rumpun. Rerata tinggi tanaman pada masing-masing perlakuan seperti
terlihat pada tabel 22 yang menunjukkan tidak berbeda nyata pada dosis perlakuan
pupuk NPK dan jumlah bibit per rumpun.
Tabel 22. Tinggi tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK dan jumlah bibit per
rumpun
Perlakuan Tinggi (cm) Perlakuan Tinggi (cm)B1B2B3B4
160,92 a159,20 a171,03 a164,19 a
NIN2N3N4
159,33 a165,64 a164,99 a165,36 a
KK 9,99Keterangan: Rerata dalam satu kolom dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut DMRT taraf 5%
Jumlah ruas sulur panjat.
Jumlah ruas sulur panjat yang diamati adalah ruas pada sulur panjat tertinggi.
Hasil sidik ragam diperoleh bahwa jumlah ruas sulur panjat tidak berpenaruh nyata
pada perlakuan dosis pemupukan NPK dan jumlah bibit per rumpun. Tabel 23
Page 50 of 204
menginformasikan jumlah ruas sulur panjat tidak berbeda nyata antar perlakuan dosis
pupuk NPK dan jumlah bibit per rumpun.
Tabel 23. Jumlah ruas sulur panjat tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK dan
jumlah bibit per rumpun
Perlakuan Jumlah ruassulur panjat
Perlakuan Jumlah ruassulur panjat
B1B2B3B4
33,72 a33,42 a36,33 a33,97 a
NIN2N3N4
33,67 a33,89 a36,11 a33,78 a
KK 9,68Keterangan: Rerata dalam satu kolom dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut DMRT taraf 5%
Jumlah sulur panjat.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa faktor perlakuan jumlah bibit per
rumpun berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah sulur panjat per rumpun namun pada
perlakuan pupuk NPK tidak berbeda nyata. Semakin banyak jumlah bibit per rumpun
maka jumlah sulur panjat semakin banyak. Jumlah sulur panjat terbanyak pada
perlakuan B4 berbeda nyata dengan perlakuan B1, B2 dan B3 dan sulur panjat
perlakuan B1 paling sedikit yang berbeda nyata dengan perlakuan B2 dan B3.
Perlakuan B2 dan B3 tidak berbeda nyata. Jumlah sulur panjat tidak berbeda nyata
pada semua perlakuan dosis pupuk NPK (Tabel 24).
Tabel 24. Jumlah sulur panjat tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK dan
jumlah bibit per rumpun
Perlakuan Jumlah sulurpanjat
Perlakuan Jumlah sulurpanjat
B1B2B3B4
2,36 c3,64 b3,50 b4,69 a
NIN2N3N4
3,56 a3,47 a3,47 a3,69 a
KK 22,18Keterangan: Rerata dalam satu kolom dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut DMRT taraf 5%
Page 51 of 204
Jumlah cabang primer.
Perlakuan jumlah bibit per rumpun memberi pengaruh nyata terhadap jumlah
cabang primer, tetapi tidak berpengaruh nyata oleh perlakuan dosis NPK. Perlakuan B4
yang merupakan perlakuan jumlah bibit terbanyak menujukkan jumlah cabang pimer
terbanyak walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan B3. Jumlah bibit paling
sedikit pada perlakuan B1 yang tidak berbeda nyata dengan perlakuan B2 tetapi berbeda
nyata dengan perlakuan B3 dan B4. Jumlah cabang primer tidak berbeda nyata pada
semua dosis perlakuan NPK (Tabel 25).
Tabel 25. Jumlah cabang primer tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK dan
jumlah bibit per rumpun
Perlakuan Jumlah cabangprimer
Perlakuan Jumlah cabangprimer
B1B2B3B4
44,56 c54,92 bc59,08 ba70,58 a
NIN2N3N4
53,03 a55,14 a55,64 a65,33 a
KK 26,46Keterangan: Rerata dalam satu kolom dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut DMRT taraf 5%
Jumlah ruas cabang primer.
Hasil sidik ragam diperoleh bahwa perlakuan jumlah bibit per rumpun dan
dosis pupuk NPK tidak memberi pengaruh nyata terhadap parameter jumlah ruas
cabang primer (Tabel 26).
Tabel 26. Jumlah ruas cabang primer tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK
dan jumlah bibit per rumpun
Perlakuan Jumlah ruascabang primer
Perlakuan Jumlah ruascabang primer
B1B2B3B4
5,78 a5,64 a6,33 a5,67 a
NIN2N3N4
5,61 a6,25 a5,97 a5,58 a
KK 16,16Keterangan: Rerata dalam satu kolom dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut DMRT taraf 5%
Page 52 of 204
Jumlah daun cabang primer.
Jumlah daun cabang primer berkorelasi positif dengan jumlah ruas cabang
primer karena daun tanaman lada terletak pada setiap ruas cabang. Oleh karenanya
perlakuan jumlah bibit per rumpun dan dosis pupuk NPK tidak berpengaruh nyata
terhadap parameter jumlah daun cabang primer (Tabel 27).
Tabel 27. Jumlah daun cabang primer tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK
dan jumlah bibit per rumpun
Perlakuan Jumlah daun
cabang primer
Perlakuan Jumlah daun
cabang primer
B1
B2
B3
B4
16,42 a
14,70 a
17,19 a
13,70 a
NI
N2
N3
N4
14,72 a
14,53 a
14,95 a
17,81 a
KK 30,92
Keterangan: Rerata dalam satu kolom dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut DMRT taraf 5%
Jumlah bunga cabang primer.
Bunga tanaman lada terletak pada buku ruas cabang. Namun demikian tidak
semua buku ruas dapat tumbuh bunga. Pada tanaman berumur satu tahun bunga
tanaman lada belum optimal bahkan sering di buang untuk memaksimalkan
pertumbuhan organ vegetatif tanaman. Hasil sidik ragam diperoleh bahwa jumlah
bunga pada cabang primer tidak dipengaruhi oleh perlakuan jumlah bibit per rumpun
maupun dosis pupuk NPK.
Tabel 28. Jumlah bunga cabang primer tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK
dan jumlah bibit per rumpun
Perlakuan Jumlah bungacabang primer
Perlakuan Jumlah bungacabang primer
B1B2B3B4
5,36 a5,31 a6,97 a5,42 a
NIN2N3N4
5,44 a6,11 a5,53 a5,97 a
KK 40,32Keterangan: Rerata dalam satu kolom dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut DMRT taraf 5%
Page 53 of 204
Lebar kanopi utara – selatan.
Hasil sidik ragam diperoleh bahwa perlakuan jumlah bibit berpengaruh
terhadap lebar kanopi utara-selatan. Perlakuan B3 menunjukkan lebar kanopi utara-
selatan paling lebar walaupun tidak berbeda nyata dengan perlakuan B4 tetapi berbeda
nyata dengan perlakuan B1 dan B2 dimana keduanya tidak berbeda nyata. Perlakuan
dosis pupuk NPK tidak memberi pengaruh nyata terhadap lebar kanopi utara-selatan
(Tabel 29).
Tabel 29. Lebar kanopi utara – selata tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK
dan jumlah bibit per rumpun
Perlakuan Lebar kanopiutara – selatan
Perlakuan Lebar kanopiutara – selatan
B1B2B3B4
60,50 b61,42 b70,06 a69,39 a
NIN2N3N4
63,75 a62,86 a67,67 a68,08 a
KK 13,75Keterangan: Rerata dalam satu kolom dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut DMRT taraf 5%
Lebar kanopi barat – timur.
Lebar kanopi barat – timur dipengaruhi oleh perlakuan jumlah bibit per
rumpun. Pada tabel 9 memberi informasi bahwa perlakuan B4 memiliki kanopi barat -
timur paling lebar namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan B2 dan B3. Perlakuan
B1 memiliki lebar kanopi barat – timur paling kecil yang tidak berbeda nyata dengan
perlakuan B2 dan B3. Lebar kanopi barat – timur tidak dipengaruhi oleh perlakuan
dosis pupuk NPK (Tabel 30).
Tabel 30. Lebar kanopi barat - timur tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK
dan jumlah bibit per rumpun
Perlakuan Lebar kanopibarat - timur
Perlakuan Lebar kanopibarat – timur
B1B2B3B4
59,69 b63,50 ba65,36 ba69,95 a
NIN2N3N4
59,34 b64,75 ba66,75 ba67,67 a
KK 13,50Keterangan: Rerata dalam satu kolom dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut DMRT taraf 5%
Page 54 of 204
Diameter batang.
Diameter batang tidak dipengaruhi oleh perlakuan jumlah bibit per rumpun.
Tabel 31 menunjukkan diameter batang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan
jumlah bibit per rumpun. Diamter batang dipengaruhi oleh perlakuan dosis pupuk
NPK. Semakin tinggi perlakuan dosis pupuk NPK diameter batang cenderung semakin
tinggi. Diamter batang perlakuan N4 paling besar walaupun belum menunjukkan
konsistensi karena berbeda nyata dengan perlakuan N2 sedangkan dengan N1 dan N3
tidak berbeda nyata, demikian pula dengan perlakuan B1, B2 dan B3 yang tidak
berbeda nyata.
Tabel 31. Diameter batang tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK dan jumlah
bibit per rumpun
Perlakuan Diameter batang Perlakuan Diameter batangB1B2B3B4
8,17 a7,89 a7,88 a7,64 a
NIN2N3N4
7,80 ba7,64 b7,85 ba8,29 a
KK 8,94Keterangan: Rerata dalam satu kolom dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut DMRT taraf 5%
Pengkajian produktivitas lada melalui aplikasi beberapa dosis pupuk NPK dan
pupuk kandang.
Tinggi tanaman.
Tinggi tanaman menjadi acuan untuk menggambarkan pertumbuhan tanaman.
Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa pada pengkajian ini terdapat interaksi antara
perlakuan dosis pemupukan NPK dengan dosis pupuk kandang. Pada tabel 32
menginformasi tanaman lada cenderung semakin tinggi dengan bertambahnya dosis
pupuk NPK dan pupuk kandang. Tanaman lada tertinggi pada perlakuan A3P1 dan
terendah A0P0. Semakin tinggi dosis pemupukan NPK maka ketersedia hara bagi
tanaman semakin tercukupi. Demikian halnya dengan pupuk kandang yang tidak hanya
menyediakan ragam hara juga akan memperbaiki sifat biofisik dan kimia tanah.
Page 55 of 204
Tabel 32. Tinggi tanaman tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK dan pupuk
kandang
Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4A0A1A2A3
83,28fg126,61abc
115,44abcde128,67abc
118,11abcd134,78ab
114,33abcde141,50a
122,78abc91,00defg
119,33abcd128,06abc
100,94cdefg105,95bcdefg114,44abcde105,50bcdefg
85,83efg85,33efg
110,61bcdef110,61bcdef
KK 13,75Keterangan: Rerata dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT
taraf 5%
Jumlah ruas tanaman.
Dosis pupuk NPK berpengaruh terhadap jumlah ruas tanaman. Jumlah ruas
bertambah banyak dengan kenaikan dosis pupuk NPK. Jumlah ruas tanaman terbanyak
pada perlakuan A2 dan A3 namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan A1. Jumlah
rua tanamman sangat terkait dengan tinggi tanaman lada. Tanaman lada yang semakin
tinggi dapat menginformasikan memiliki ruas yang semakin banyak. Jumlah ruas
tanaman tidak berbeda nyata pada perlakuan dosis pupuk kandang (Tabel 33). Pupuk
NPK dapat menyediakan hara yang lebih besar dan cepat dibandingkan dengan pupuk
kandang.
Tabel 33. Jumlah ruas tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK dan pupuk
kandang
Perlakuan Jumlah ruas Perlakuan Jumlah ruasA0A1A2A3
25,76 b25,71 ba28,60 a28,60 a
P0PIP2P3P4
28,61 a30,22 a28,25 a27,36 a23,89 a
KK 12,17Keterangan: Rerata dalam satu kolom dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut DMRT taraf 5%
Jumlah sulur panjat.
Hasil sidik ragam menginformasikan bahwa dosis pupuk NPK dan pupuk
kandang tidak berpengaruh terhadap jumlah sulur panjat. Tabel 34 menunjukkan
jumlah sulur panjat tidak berbeda nyata pada masing-masing perlakuan dosis pupuk
NPK dan pupuk kandang. Jumlah sulur panjat yang tumbuh kurang dari tiga sulur.
Page 56 of 204
Tabel 34. Jumlah sulur panjat tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK dan
pupuk kandang
Perlakuan Jumlah sulurpanjat
Perlakuan Jumlah sulurpanjat
A0A1A2A3
1,60 a1,78 a1,73 a1,55 a
P0PIP2P3P4
1,83 a1,81 a1,64 a1,49 a1,55 a
KK 37,57Keterangan: Rerata dalam satu kolom dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut DMRT taraf 5%
Jumlah cabang primer.
Jumlah cabang primer tidak dipengaruhi oleh perlakuan dosis pupuk NPK dan
pupuk kandang. Jumlah cabang primer pada perlakuan dosis pupuk NPK tidak berbeda
nyata antar perlakuan demikian hal nya dengan dosis pupuk kandang. Jumlah cabang
primer yang terbentuk berkisar antara 13 – 17 cabang (Tabel 35).
Tabel 35. Jumlah cabang primer tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK dan
pupuk kandang
Perlakuan Jumlah cabangprimer
Perlakuan Jumlah cabangprimer
A0A1A2A3
13,60 a16,00 a15,76 a14,93 a
P0PIP2P3P4
14,64 ab16,92 a16,11 a15,25 ab14,45 ab
KK 25,77Keterangan: Rerata dalam satu kolom dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut DMRT taraf 5%
Jumlah ruas cabang primer.
Hasil sidik ragam terdapat interaksi antara perlakuan dosis pupuk NPK dan
pupuk kandang. Jumlah ruas cabang primer cenderung lebih banyak pada aplikasi
NPK dan pupuk kandang yang semakin besar. Jumlah ruas cabang primer paling
banyak pada perlakua A3P3 dan terkecil pada perlakuan A0P0 (Tabel 36).
Page 57 of 204
Tabel 36. Jumlah ruas cabang primer tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK
dan pupuk kandang
Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4A0A1A2A3
3,83f6,83a6,00bc6,17abc
6,17abc6,00bc5,67cd6,50ab
5,67cd4,83e5,67cd6,50ab
5,50cde6,00bc6,17abc6,83a
4,00f5,17de6,17abc4,83e
KK 7,02Keterangan: Rerata dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT
taraf 5%
Jumlah daun cabang primer.
Pada tanaman lada letak daun pada buku percabangan atau pun sulur panjat.
Jumlah daun semakin banyak pada tanaman yang memiliki jumah sulur panjat dan
cabang yang paling banyak. Seperti halnya dengan jumlah ruas cabang primer, jumlah
daun cabang primer dipengaruhi perlakuan dosis pupuk NPK dan pupuk kandang dan
terdapat interaksi antar keduanya. Jumlah daun cabang primer cenderung bertambah
banyak dengan kenaikan dosis pupuk NPK dan pupuk kandang. Perlakuan A0P0
menunjukkan jumlah daun cabang primer paling sedikit dan terbanyak pada perlakuan
A2P3 (Tabel 37).
Tabel 37. Jumlah daun cabang primer tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK
dan pupuk kandang
Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4A0A1A2A3
7,89f13,55abcdef12,00cdef13,22bcdef
12,00cdef14,99abcd11,89cdef15,44abc
11,55cdef9,89cdef
13,00bcdef18,00ab
9,89cdef12,45cdef
18,78a12,11cdef
9,44def8,67ef
14,22abcde8,67ef
KK 23,43Keterangan: Rerata dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT
taraf 5%
Jumlah bunga cabang primer.
Pada kondisi normal tanaman lada baru menghasilkan pada saat tanaman
berumur tiga tahun. Bunga yang terbentuk pada saat tanaman berumur kurang dari dua
tahun dibuang, hal ini dimaksudkan agar pertumbuhan tanaman menjadi lebih optimal.
Selain itu jumlah bunga yang terbentuk pun belum optimal. Pada pengkajian ini
dilakukan pemangkasan untuk membentuk tanaman memiliki keragaan yang lebih
Page 58 of 204
optimal sehingga bunga yang terbentuk tidak dibuang. Hasil pengamatan dan analisis
statistik diperoleh bahwa jumlah bunga tidak berpengaruh nyata antar perlakuan dosis
pupuk NPK dan pupuk kandang. Jumlah bunga yang terbentuk pun masih sangat
rendah (Tabel 38).
Tabel 38. Jumlah bunga cabang primer tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK
dan pupuk kandang
Perlakuan Jumlah bungacabang primer
Perlakuan Jumlah bungacabang primer
A0A1A2A3
0,82 ba0,49 b1,96 a0,60 ba
P0PIP2P3P4
1,00 a1,08 a0,72 a1,36 a0,67 a
KK 165,51Keterangan: Rerata dalam satu kolom dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut DMRT taraf 5%
Lebar kanopi utara – selatan.
Lebar kanopi utara – selatan tidak berbeda nyata pada semua perlakuan dosis
pupuk NPK. Perlakuan dosis pupuk kandang memberi pengaruh nyata terhadap lebar
kanopi utara – selatan. Lebar kanopi cenderung semakin besar hingga perlakuan P2
selanjutnya cenderung menurun hingga pada perlakuan P3 dan P4 yang menunjukkan
tidak beda nyata dengan P0 (Tabel 39).
Tabel 39. Lebar kanopi utara - selatan tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK
dan pupuk kandang
Perlakuan Lebar kanopiutara - selatan
Perlakuan Lebar kanopiutara – selatan
A0A1A2A3
39,36 a41,76 a39,89 a38,84 a
P0PIP2P3P4
37,30 b46,83 a40,47 a39,69 b35,0 b
KK 20,47Keterangan: Rerata dalam satu kolom dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut DMRT taraf 5%
Page 59 of 204
Lebar kanopi barat – timur.
Lebar kanopi barat – timur tidak dipengaruhi oleh perlakuan dosis pupuk NPK.
Lebar kanopi tidak beda nyata pada semua perlakuan. Demikian halnya dengan
perlakuan dosis pupuk kandang cenderung tidak berbeda nyata pada semua perlakuan
walaupun pada perlakuan A1 menunjukkan beda nyata dengan perlakuan lainnya. Hal
ini seperti terlihat pada tabel 40.
Tabel 40. Lebar kanopi barat - timur tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK
dan pupuk kandang
Perlakuan Lebar kanopibarat - timur
Perlakuan Lebar kanopibarat – timur
A0A1A2A3
36,24 a40,33 a39,80 a39,58 a
P0PIP2P3P4
36,28 b45,92 a39,03 b38,61 b35,11 b
KK 18,59Keterangan: Rerata dalam satu kolom dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata
menurut DMRT taraf 5%
Diameter batang.
Hasil sidik ragam menginformasikan bahwa terdapat interaksi antara
perlakuan dosis pupuk NPK dengan pupuk kandang berpengaruh nyata terhadap
diameter batang. Pada perlakuan dosis pupuk kandang yang sama diameter batang
cenderung meningkata dengan semakin bertambah dosis NPK demikian hal dengan
pada dosis NPK yang sama diameter batang cenderung meningkat hingga perlakuan P3.
Hal tersebut seperti terlihat pada tabel 41. Diameter batang tertinggi pada perlakuan
A3P2 dan A2P3 dan terendah pada perlakuan A0P0.
Tabel 41. Diamater Batang tanaman lada pada perlakuan dosis pupuk NPK dan pupuk
kandang
Perlakuan P0 P1 P2 P3 P4A0A1A2A3
5,37c6,63abc5,65c
6,58abc
6,59abc7,28ab7,91a7,33ab
7,28ab6,13bc6,59abc7,79a
6,14bc6,62abc7,79a
6,77abc
5,59c6,22bc7,18ab5,65c
KK 10,94Keterangan: Rerata dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata menurut DMRT
taraf 5%
Page 60 of 204
Serangan penyakit
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian tanaman dalam plot perlakuan
terserang penyakit busuk pangkal batang dengan intensitas serangan yang berbeda-
beda. Sebagian besar intensitas serangan penyakit meningkat pada minggu ketiga dan
keempat. Intensitas serangan penyakit busuk pangkal batang pada minggu terakhir
pengamatan tertinggi pada perlakuan tanpa pupuk kandang + NPK 300 g/tanaman dan
tanpa pemupukan senilai 16,67% dan 15%. Intensitas serangan penyakit terendah pada
plot perlakuan tanpa pupuk kandang + NPK 100 g/tanaman senilai 3.33% (Tabel 21).
Intensitas serangan tertinggi pada tanaman tanpa pemberian pupuk kandang.
Pupuk kandang berperan dalam proses penyuburan tanah, memperbaiki struktur tanah,
menaikkan daya serap tanah terhadap air, menaikkan kondisi mikroorganisme dalam
tanah, dan mendorong tanaman lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit
(Sutanto, 2002). Pengaruh positif pupuk kandang terhadap ketahanan tanaman juga
dilaporkan Hasnah et al. (1997), pemberian pupuk kandang juga mampu menekan
intensitas serangan penyakit busuk batang panili yang disebabkan oleh jamur Fusarium
oxysporum dari 88% menjadi 52%.
Hasil pengamatan intensitas serangan mengalami penurunan pada beberapa
perlakuan seperti pada plot NPK 0 g/tanaman +30 kg pupuk kandang dan NPK 100
g/tanaman +0 kg pupuk kandang. Penurunan ini dapat disebabkan adanya faktor luar
tanaman (lingkungan). Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh pada intensitas
serangan penyakit antara lain curah hujan, suhu, dan kelembaban udara. Penyiangan
lahan juga diduga menjadi penyebab penyebaran dan intensitas penyakit menjadi lebih
tinggi. Jamur P.capsici.
Tabel 42. Intensitas serangan penyakit busuk pangkal batang pada masing- masing
perlakuan pemupukan
Perlakuan Intensitas Serangan (%) pada minggu pengamatan ke-
I II III IV
A0P0 10a 8.33a 13.33a 15ab
A0P1 1.67b 1.67a 3.33b 5c
A0P2 1.67b 1.67a 8.33ab 8.33abc
A0P3 3.33b 1.67a 8.33ab 6.67abc
A0P4 0b 5a 5ab 11.67abc
A1P0 1.67b 6.67a 8.33ab 3.33c
Page 61 of 204
A1P1 1.67b 6.67a 1.67b 6.67abc
A1P2 5ab 6.67a 8.33ab 10abc
A1P3 1.67b 5a 1.67b 5c
A1P4 0b 1.67a 5ab 5c
A2P0 10a 8.33a 3.33b 11.67abc
A2P1 0b 1.67a 1.67b 6.67abc
A2P2 3.33b 5a 6.67ab 8.33abc
A2P3 1.67b 3.33a 5ab 8.33abc
A2P4 1.67b 3.33a 3.33b 5c
A3P0 3.33b 10a 10ab 16.67ab
A3P1 0b 3.33a 1.67b 8.33abc
A3P2 3.33b 1.67a 1.67b 13.33abc
A3P3 5ab 5a 3.33b 10abc
A3P4 0b 3.33a 6.67ab 13.33abc
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada masing-masing
kolom tidak berbeda nyata pada taraf uji 5% DMRT
Laju infeksi penyakit busuk pangkal batang pada perlakuan tanpa pemberian
pupuk NPK memiliki pola yang sama, yaitu laju infeksi penyakit meningkat di minggu
kedua dan kembali menurun di minggu terakhir pengamatan. Berbeda dengan perlakuan
kombinasi NPK 0 g/tanaman+40 kg pupuk kandang, laju infeksi pada minggu kedua
r=0 unit per hari. Hal ini disebabkan persentase intensitas serangan penyakit pada
minggu II dan III pengamatan tidak mengalami perubahan.
Penyakit busuk pangkal batang P. capsici termasuk ke dalam jenis penyakit
polisiklik. Penyakit ini memiliki sifat antara lain inokulum bertambah dengan cepat,
perkembangannya bersifat logaritmik atau eksponensial, bagian tanaman atau tanaman
yang mula-mula terkena infeksi menjadi sumber infeksi bagi individu tanaman lain di
sekitarnya, dan nilai laju infeksi (r) mula-mula kecil, tetapi dengan cepat naik karena
tiap bercak di daun dapat menjadi sumber infeksi bagi individu tanaman lain. Laju
infeksi penyakit umumnya berkurang pada fase akhir pengamatan. Hal ini dikarenakan
bagian tanaman sehat yang belum terserang semakin berkurang sehingga nilai laju
infeksi penyakit mengalami penurunan.
Page 62 of 204
Tabel 43. Laju Infeksi Penyakit Busuk Pangkal Batang pada masing-masing perlakuan
pemupukan
Perlakuan Laju Infeksi (unit/hari)r1 r2 r3
A0P0 -0.03 0.07 0.02A0P1 0 0.09 0.06A0P2 0 0.24 0A0P3 -0.09 0.24 -0.03A0P4 0.42 0 0.13A1P0 0 0.03 -0.13A1P1 0.2 -0.2 0.2A1P2 0.04 0.03 0.03A1P3 0.16 -0.16 0.16A1P4 -0.58 0.16 0A2P0 -0.03 -0.13 0.19A2P1 -0.58 0 0.2A2P2 0.06 0.04 0.03A2P3 0.09 0.06 0.07A2P4 0.09 0 -0.06A3P0 0.17 0 0.08A3P1 -0.48 -0.09 0.24A3P2 -0.09 0 0.31A3P3 0 -0.06 0.17A3P4 -0.48 0.11 0.10
Laju infeksi tertinggi di minggu terakhir pengamatan pada perlakuan NPK 300
g/tanaman+20 kg pupuk kandang dan NPK 300 g/tanaman+10 kg pupuk kandang yaitu
0,31 unit/hari dan 0,24 unit/hari. Laju infeksi tinggi diduga karena pemberian dosis
NPK yang tinggi mengakibatkan jaringan tanaman menjadi lemah sehingga mudah
terserang penyakit. Perkembangan penyakit tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor
baik internal maupun eksternal. Faktor internal berupa ketahanan tanaman terhadap
patogen (Semangun, 2001). Faktor eksternal yang berpengaruh pada perkembangan
penyakit adalah cuaca terutama kelembaban udara (Kerr (1980) cit Sudarma, 1989).
Menurut Semangun (2001) kelembaban berpengaruh terhadap perkecambahan dan
perkembangan spora patogen. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah suhu dan
cahaya matahari.
Page 63 of 204
PENGELOLAAN SUMBER DAYA GENETIK (SDG)
Pengelolaan Sumberdaya genetik dilaksanakan mulai bulan Januari sampai
dengan Desember 2014. Kegiatan inventarisasi dan karakterisasi dilakukan di enam
kabupaten di Kepulauan Bangka Belitung (Kabupaten Bangka, Bangka Tengah, Bangka
Selatan, Bangka Barat, Belitung, dan Belitung Timur). Koleksi dan pemeliharaan kebun
koleksi dilaksanakan di BPTP Kepulauan Bangka Belitung.
Tujuan kajian ini adalah: a) Melakukan karakterisasi beberapa aksesi lokal
hasil inventarisasi tahun 2013, yaitu padi ladang (6 aksesi), ubi kayu (6 aksesi), talas
(10 aksesi), sukun (2 aksesi), nanas (3 aksesi), durian (4 aksesi), manggis (3 aksesi),
alpukat (1 aksesi), dan cadur (1 aksesi). b) Inventarisasi sumberdaya genetik lokal pada
lahan pekarangan maupun non pekarangan. c) Memperkuat kelembagaan Komisi
Daerah Sumberdaya Genetik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. dan d) Melakukan
revitalisasi kebun koleksi sumberdaya genetik Kepulauan Bangka Belitung dengan
penambahan dan pemeliharaan koleksi. Keluaran yang diharapkan antara lain: a) Data
karakter morfologi dan/atau karakter agronomi aksesi lokal hasil inventarisasi tahun
2013, terdiri dari 6 aksesi padi ladang, 6 aksesi ubi kayu, 10 aksesi talas, 2 aksesi
sukun, 3 aksesi nanas, 4 aksesi durian, 3 aksesi manggis, 1 aksesi alpukat, dan 1 aksesi
cadur, b) Database sumberdaya genetik Kepulaun Bangka Belitung yang berisi
informasi spesies, nama lokal, karakter morfologi dan/atau agronomi, pemanfatan,
lokasi asal, agroekosistem lokasi, dan daerah penyebarannya. c) Komisi Daerah
Sumberdaya Genetik Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang aktif melaksanakan
fungsinya, d) Kebun koleksi sumberdaya genetik seluas 0,5 ha yang terawat dan
mengalami penambahan koleksi sumberdaya genetik lokal.
Setiap wilayah memiliki agroekosistem tertentu sebagai habitat aneka ragam
tanaman maupun hewan. Sumberdaya genetik di setiap wilayah tidak selalu sama,
beberapa diantaranya memiliki karakteristik unik dan khas wilayah setempat.
Pengelolaan sumberdaya genetik yang dapat dilakukan di daerah meliputi inventarisasi,
karakterisasi, dan konservasi.
Inventarisasi Sumberdaya Genetik Lokal
Inventarisasi pada tahun 2014 sudah terlaksana di 5 kabupaten, yaitu
Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Selatan, Belitung, dan Belitung Timur. SDG
lokal yang diinventarisasi berupa tanaman yang tumbuh di pekarangan, kebun, kebun
Page 64 of 204
koleksi pribadi/instansi/swasta dan lapangan terbuka. Dengan pertimbangan efisiensi
waktu, inventarisasi tahun 2014 dilaksanakan bersamaan dengan karakterisasi eksitu
SDG hasil inventarisasi tahun 2013. Beberapa aksesi baru telah dinventarisasi dan
dikarakterisasi sekaligus. Selama pelaksanaan kegiatan karakterisasi di lapangan,
beberapa kali dosen dan mahasiswa fakultas biologi Universitas Bangka Belitung
dilibatkan untuk membantu mengidentifikasi aksesi sekaligus untuk membangun sinergi
pengelolaan SDG ke depannya.
Tabel 44. Aksesi hasil inventarisasi Tahun 2014
Tanaman No AksesiKabupaten
AsalKarakterisasi Koleksi Aksesi
Sudah Belum Ada TidakUbi 1 Ubi batin sungkap Bangka
Tengah √ √2 Ubi es Bangka
Tengah √ √
Rumbia(sagu)
1 Rumbia (sagu) Bangka,BangkaSelatan
√ √
2Rumbia (sagu)berduri
BangkaSelatan √ √
Manggis 1 Manggis hijau Belitung √ √2 Manggis kuning Belitung √ √
Langsat 1 Langsat Belitung,BelitungTimur
√ √
Rambai 1 Rambai Belitung √ √
Sukun 1 Sukun pongok BangkaSelatan √ √
Nanas 1 Nanas mini BangkaSelatan √ √
2 Nanas selangor Bangka √ √
3Nanas Tuatunu Kota
Pangkalpinang √
Jeruk 1 Jeruk Siam Belitung √ √2 Jeruk sate Belitung √ √
Page 65 of 204
Tampui 1 Tampui Belitung √ √
Kramunting 1 Kramunting Bangka,BelitungTimur
√ √
Mangga 1 Mangga Mempelem BangkaSelatan √ √
2 Mangga Koba BangkaSelatan √ √
Durian 1 Durian Rias BangkaSelatan √ √
Pisang 1 Pisang Jernang BangkaSelatan √ √
2 Pisang Australi Bangka √ √
Kemang1
Kemang Bangka danBelitung √ √
Bacang 1 Bacang Bangka √ √
Asamkandis
1 Asam kandis Belitung√ √
Cempedak 1 Cempedak Bangka,Belitung,BangkaSelatan
√ √
Lelabu1
Lelabu BangkaSelatan √ √
Kelubi 1 Kelubi Bangka,BangkaSelatan
√ √
Pelawan 1 Pelawan Belitung,BangkaTengah
√ √
Nyatoh 1 Nyatoh Belitung √ √
Kayu manis 1 Kayu manis Belitung √ √
Penagan 1 Penagan BelitungTimur
√ √
Page 66 of 204
Alpukat 1 Alpukat mentegabulat
Bangka √ √
Duku 1 Duku Muntok Bangka √ √
Lada 1 Lada Petaling 1 Bangka √ √
2 Lada Petaling 2 Bangka √ √
3 Lada LampungDaun Kecil (LDK)
Bangka √ √
4 Lada LampungDaun Lebar (LDL)
Bangka √ √
5 Lada Natar 1 Bangka √ √
6 Lada Natar 2 Bangka √ √
7 Lada Chunuk Bangka √ √
8 Lada Paninjur Bangka √ √
9 Lada Merapin DaunKecil (MDK)
Bangka √ √
Padi ladang 1 Grintil Bangka Barat √ √
2 Mukut Grintil Bangka Barat √ √
3 Utan Antu Bangka Barat √ √
4 Balok Bangka Barat √ √
Ayam 1 Ayam Merawang Bangka √ √
Penyusunan Database Sumber Daya Genetik Lokal
Penyusunan data inventarisasi dan karakter SDG lokal berdasarkan data yang
diperoleh dari lapangan oleh tim Pengelolaan SDG maupun dari literatur mengenai
karakter SDG lokal yang telah dilakukan oleh instansi/pihak lain. Data paspor dan
deskripsi aksesi dihimpun dalam format excel. Dokumentasi morfologi aksesi juga
dihimpun dalam bentuk file foto. Buku Sumber Daya Genetik Spesifik Kepulauan
Bangka Belitung telah selesai disusun. Buku tersebut memuat sebanyak 71 aksesi SDG
lokal Kepulauan Bangka Belitung yang meliputi SDG lokal tanaman pangan, tanaman
hortikultura (buah dan sayuran), tanaman perkebunan, tanaman hutan, tanaman obat,
dan ternak.
Page 67 of 204
Koleksi dan Pemeliharaan Kebun KoleksiLuas kebun koleksi SDG lokal Kepulauan Bangka Belitung di lahan BPTP
yang semula seluas 0,5 ha, pada tahun 2014 bertambah 0,25 ha sehingga sekarang total
luas kebun koleksi menjadi 0,75 ha. Aksesi tanaman yang ditanam mulai 2013 seluas
0,5 ha meliputi : aksesi talas, keladi, nenas, ubi kayu dan lada (Tabel 3). Sedangkan
tambahan 0,25 ha diperuntukan untuk kebun bibit ubi kayu lokal yang terdiri dari 8
aksesi. Koleksi aksesi ubi kayu dan keladi telah diperbanyak secara vegetatif untuk
menambah populasi. Pada kegiatan inventarisasi tahun 2014 didapatkan bahan
perbanyakan beberapa aksesi baru untuk ditanam di kebun koleksi, diantaranya biji
manggis hijau, manggis kuning, manggis burik, cempedak, rambai, dan langsat. Biji
aksesi-aksesi tersebut tidak berkecambah, kecuali cempedak yang berhasil
berkecambah namun tidak bertahan hidup setelah ditanam di kebun koleksi. Lima (5)
aksesi durian lokal yang tumbuh di lahan kantor BPTP Babel dimasukan sebagai
koleksi SDG lokal dan berada dalam pemeliharaan kebun koleksi. Aksesi durian
tersebut terdiri dari Durian Namlung, Durian Putri Dewa, Durian Setra Manis, Durian
Mak Gembek Ketap, dan Durian Kota Kapur.
Tabel 45. Koleksi aksesi di Kebun Koleksi SDG lokal Kepulauan Bangka Belitung
No Aksesi Asal
1 Keladi wangi Perawas Kec. Tanjungpandan Kab. Belitung
2 Keladi pikul Desa Mendo Kec. Mendo Barat Kab. Bangka
3 Keladi alar Desa Mendo Kec. Mendo Barat Kab. Bangka
4 Keladi pinang bu Desa Mendo Kec. Mendo Barat Kab. Bangka
5 Keladi kelat mantakDesa Belimbing Kec. Lubuk Besar Kab. BangkaTengah
6 Keladi rakit Desa Mendo Kec. Mendo Barat Kab. Bangka
7 Keladi kurai Desa Gadung Kec. Toboali Kab. Bangka Selatan
8 Keladi hitam Desa Mendo Kec. Mendo Barat Kab. Bangka
9 Keladi selasih Kab. Bangka
10 Nanas Badau Desa Badau Kec. Badau Kab. Belitung Timur
11 Nanas peranak Desa Mendo Kec. Mendo Barat Kab. Bangka
Page 68 of 204
12 Nanas bikang Desa Bikang Kec. Toboali Kab. Bangka Selatan
13 Ubi es Kab. Bangka Tengah
14 Ubi mentega Perawas Kec. Tanjungpandan Kab. Belitung
15 Ubi ketan Perawas Kec. Tanjungpandan Kab. Belitung
16 Ubi batin Desa Mendo Kec. Mendo Barat Kab. Bangka
17 Ubi batin sungkap Desa Sungkap
18 Ubi tiga bulan Desa Mendo Kec. Mendo Barat Kab. Bangka
19 Ubi roti Perawas Kec. Tanjungpandan Kab. Belitung
20 Ubi ular Perawas Kec. Tanjungpandan Kab. Belitung
21 Lada Petaling 1 Kab. Bangka
22 Lada Petaling 2 Kab. Bangka
23Lada LDK (LampungDaun Kecil) Kab. Bangka
24Lada LDL (LampungDaun Lebar) Kab. Bangka
25Lada MDK (MerapinDaun Kecil) Kab. Bangka
26 Lada Chunuk Kab. Bangka
27 Lada Paninjur Kab. Bangka
28 Lada Natar 1 Kab. Bangka
29 Lada Natar 2 Kab. Bangka
30 Durian Namlung Kab. Bangka
31 Durian Putri Dewa Kab. Bangka
32Durian Mak GembekKetap Kab. Bangka
33 Durian Kota Kapur Kab. Bangka
Page 69 of 204
Penguatan Kelembagaan Komisi Daerah Sumber Daya (Komda SDG)
Komda SDG Kepulauan Bangka Belitung yang telah terbentuk pada tahun
2013 belum aktif merealisasikan program kerja. Program kerja Komda telah disusun
oleh tim perumus, antara lain: 1) Menyusun database sumber daya genetik lokal
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan mengkompilasi data hasil inventarisasi
yang telah dilakukan berbagai instansi/stakeholder, 2) Mengidentifikasi sumberdaya
genetik lokal untuk selanjutnya dilakukan upaya inventarisasi dan konservasi, dengan
prioritas berdasarkan status kelangkaan dan potensinya, 3) Membina kerjasama dengan
masyarakat pelestari SDG dalam pengelolaan SDG local, 4) Membangun pemahaman
dan kepedulian masyarakat mengenai nilai penting sumber daya genetik, pemanfaatan,
dan pengelolaannya, 5) Penguatan kelembagaan Komda SDG melalui pertemuan teknis,
6) Menginisiasi pembentukan kebun koleksi sumber daya genetik lokal di bawah
pengelolaan Komda SDG.
Susunan pengurus Komda SDG sedang diusahakan untuk dirombak karena
beberapa pengurus telah mutasi tugas ke luar daerah atau ke SKPD lain sehingga tidak
dapat melanjutkan tugas dalam kepengurusan Komda. Usulan perubahan susunan
kepengurusan Komda telah disepakati dalam pertemuan Komda SDG yang
diselenggarakan pada tanggal 17 April 2014. Draft usulan pengurus yang baru telah
dikirimkan ke Biro Hukum Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, namun draft tersebut
belum disetujui oleh Gubernur Kepulauan Bangka Belitung karena usulan susunan
kepengurusan Komda SDG dinilai terlalu banyak personil. Biro Hukum
merekomendasikan susunan kepengurusan Komda SDG dirampingkan agar efisien
dalam pelaksanaan tugas Komda maupun dalam hal pendanaan. Sampai saat ini belum
ada pendanaan dari Pemerintah Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung untuk
Komda SDG. Kendala koordinasi dan pendanaan berdampak pada belum terlaksananya
program kerja Komda.
Page 70 of 204
Gambar 22. Wawancara untuk pengisiandata paspor inventarisasi SDG
Gambar 23. Karakterisasi nanas insitu
Gambar 24. Karakterisasi manggis insitu Gambar 25. Karakterisasi talas exsitu
Gambar 26. Koleksi aksesi ubi kayu lokal Gambar 27. Koleksi aksesi durian lokal
Page 71 of 204
AGRO ECOLOGICAL ZONE (AEZ) 1:50.000
Lokasi kegiatan pewilayahan komoditas berdasarkan zona agro-ekologi skala
semi detail pada tahun 2014 meliputi 3 wilayah kabupaten yaitu Kabupaten Belitung,
Kabupaten Bangka Barat dan Kota Pangkalpinang. Persiapan kegiatan meliputi
koordinasi kegiatan dengan Pemda, pelatihan petugas di Bandung sebanyak 2 orang,
studi pustaka, penyusunan peta kerja lapang berupa peta draft landform/satuan lahan
hasil overlay peta RBI skala 1:50.000, peta geologi dan peta hasil interpretasi landform
dari citra Landsat TM7 serta citra Google (2012). Keluaran dari kegiatan ini adalah
tersedianya peta satuan landform sebagai peta kerja lapang untuk merancang kegiatan
transek pengamatan tanah.
Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan pemetaan wilayah komoditas
pertanian berdasarkan Zona Agroekologi (ZAE) di Propinsi Kepulauan Bangka
Belitung adalah sebagai adalah: 1) Menyusun peta AEZ kesesuaian lahan skala
1:50:000 Kabupaten Belitung, Bangka Barat dan Kota Pangkalpinang, 2) Menyusun
peta pewilayahan komoditas berdasarkan AEZ skala 1:50.000 di Kabupaten Belitung,
Bangka Barat dan Kota Pangkalpinang. Keluaran Yang Diharapkan yaitu 1) Peta
kesesuaian lahan (AEZ skala 1:50:000) Kabupaten Belitung, Bangka Barat dan Kota
Pangkalpinang, 2) Peta pewilayahan komoditas skala 1 : 50.000 berdasarkan ZAE
Kabupatan Belitung, Bangka Barat dan Kota Pangkalpinang
Data dan informasi spasial sumberdaya lahan yang handal dan akurat
mempunyai peranan sangat penting dalam mendukung pembangunan pertanian di
daerah melalui pemanfaatan lahan potensial secara optimal. Data tersebut diperoleh
melalui tahapan kegiatan penelitian inventarisasi dan evaluasi sumberdaya lahan yang
dikenal dengan survei dan pemetaan sumberdaya tanah/lahan. Kegiatan tersebut
menghasilkan data karakteristik dan kesesuaian lahan, potensi dan kendala penggunaan
lahan, serta alternatif mengatasinya. Tergantung pada tujuannya, pemetaan sumberdaya
lahan dibedakan ke dalam tingkat atau skala peta, yaitu: eksplorasi, tinjau, tinjau
mendalam, semi detil, dan detil (Soil Survey Division Staff, 1993; Subagjo, 1995).
Makin detil tingkat pemetaan atau makin besar skala peta, makin spesifik atau rinci
informasi yang disajikan (Tabel 46).
Page 72 of 204
Tabel 46. Tingkat pemetaan sumberdaya tanah dan kegunaannya
Skala Nama dan tingkat informasiLuas per
cm2 dalampeta (ha)
Kegunaan
1: 1.000.000atau lebihkecil
Eksplorasi, sangat kasar(indikasi awal)
62.500 -10.000
Perencanaan tingkatnasional
1: 250.000 Tinjau (Reconnaissance),kasar (indikasi kedua),lokasi pengembangan jelas.
625 Perencanaan tingkatregional/provinsi
1: 100.000 Tinjau Mendalam 100 Perencanaan khusus, a.l.Pengelolaan DAS
1: 50.000 Semi detil, cukup rinci,lokasi akurat.
25 Operasioanl proyek, a.l.:pembukaan arealtransmigrasi, perkebunan
1: 10.000 Detil, sangat rinci, farmlevel dan paket teknologi.
1 Percobaan penelitian,demplot.
Bahan-bahan penelitian terdiri atas: (a) foto udara pankromatik skala 1 :
50.000; (b) peta-peta togpografi skala 1: 50.000, lembar-lembar dan peta dari Jantop
TNI-AD, Edisi Sementara (1984) (c) Peta geologi lembar Belitung skala 1: 250.000
(Puslitbang Geologi, 1994); (d) Citra TM-7 (e) Peta agroklimat Sumatera (Oldeman,
Irsal, dan Darwis, 1978); dan (f) Alat tulis kantor dan peralatan lapangan, seperti: bor
tanah tipe Belgia, Munsell Soil Color Chart, abney level, altimeter, kompas, pH
Truogh, pisau lapang, meteran, stereoskop cermin dan computer.
Penelitian sumberdaya lahan terdiri atas tahapan: (a) penyusunan peta dasar,
(b) interpretasi citra, (c) penyusunan peta analisis satuan lahan, (d) penelitian lapangan,
(e) analisis contoh tanah dan air, dan (f) penyusunan basis data sumberdaya lahan.
Topografi
Kondisi topografi Pulau Belitung pada umumnya bergelombang dan berbukit-
bukit yang telah membentuk pola aliran sungai di daerah ini menjadi pola sentrifugal,
dimana sungai-sungai yang ada, berhulu di daerah pegunungan dan mengalir ke daerah
pantai. Daerah yang paling tinggi di Kabupaten Belitung hanya mempunyai ketinggian
kurang lebih 500 m dari atas permukaan laut dengan puncak tertinggi ada di daerah
Gunung Tajam. Sedangkan daerah hilir (pantai) terdiri atas beberapa Daerah Aliran
Page 73 of 204
Sungai (DAS) utama. Sementara itu wilayah Kabupaten Bangka Barat pada umumnya
berombak dan bergelombang hingga berbukit, dan sekitar 25% rawa dan bencah/datar
dengan jenis tanahnya Asosiasi Alluvial Hedromotif dan Glei Humus serta Regosol
Kelabu Muda berasal dari endapan pasir dan tanah liat. Sedangkan Kota Pangkalpinang
pada umumnya bergelombang dan berbukit dengan ketinggian 20-50 m dari permukaan
laut, dan kemiringan 0 - 25 %. Secara morfologi daerahnya berbentuk cekung dimana
bagian pusat kota berada di daerah rendah. Daerah-daerah yang berbukit mengelompok
di bagian Barat dan Selatan Kota Pangkalpinang. Beberapa bukit yang utama adalah
Bukit Girimaya dan Bukit Menara Berdasarkan luas wilayah Kota Pangkalpinang dapat
dirinci penggunaan tanahnya; lahan untuk sawah tidak ada di Kota Pangkalpinang
karena tidak terdapat area persawahan di Kota Pangkalpinang. lahan kering
(pekarangan, kebun, ladang, padang rumput, hutan, lahan sementara yang tidak
diusahakan) luasnya mencapai 9.746 hektar, selanjutnya lahan lainnya (rawa2 tidak
ditanami, tambak, dan kolam) luasnya mencapai 2.049 hektar
Iklim
Iklim di lokasi Kabupaten Belitung termasuk tipe iklim Afa (Koopen) dan tipe
hujan B dengan curah hujan tahunan 2.592 mm, bulan-bulan basah > 9 bulan dan bulan-
bulan kering < 2 bulan (Schmidt dan Fergusson, 1951). Menurut Atlas Sumberdaya
Iklim Indonesia Skala 1:1.000.000 (Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, 2003),
daerah Manggar-Gantung dan sekitarnya termasuk pada zona pola hujan IVC, yaitu
termasuk iklim basah dengan curah hujan tahunan 3.000-4.000 mm/tahun dan pola
hujan ganda. Bulan-bulan terkering jatuh pada bulan Agustus sampai September.
Data curah hujan yang diperoleh dari PT. Steelindo Wahana Perkasa, Kelapa
Kampit Belitung Timur selama 14 tahun (1999-2012) menunjukan bahwa lokasi
penelitian memiliki iklim basah dengan curah hujan rata-rata tahunan sebesar 3.263 mm
dan jumlah hari hujan 172 hari dalam setahun (Tabel 1). Bulan-bulan yang relatif kering
jatuh pada bulan Agustus sampai September. Walaupun curah hujan rata-rata bulanan
terendah (Agustus-September) masih diatas 100 mm, namun seperti tampak pada data
bahwa dalam beberapa tahun terjadi curah hujan bulanan di bawah 60 mm bahkan tidak
ada hujan sama sekali. Jumlah hari hujan pada bulan-bulan tersebut sangat rendah,
terjadi hanya 4-5 hari dalam sebulan, bahkan tidak ada hujan seharipun.
Bila memperhatikan distribusi curah hujan bulanan, maka dalam setahun dapat
ditanam padi 2 kali, yaitu pada periode antara Oktober-Mei, sedangkan tanaman
Page 74 of 204
palawija seperti jagung, kedelai, kacang hijau dan sayuran dapat ditanam pada Juni-
September. Pola tanam yang disarankan: padi-padi-palawija (jagung/kedelai/kacang
hijau/sayuran), atau bila kurang tersedia air pengairan : padi-jagung-kedelai/kacang
hijau/sayuran.
Geologi dan Bentuk Wilayah
Berdasarkan Peta Geologi Bersistem Indonesia skala 1:250.000 (Lembar
Belitung, Sumatera) Puslitbang Geologi (1995) di wilayah Kabupaten Belitung
termasuk dalam formasi Kelapa kampit (PCKs) dan Qa. Formasi Kelapa kampit
berumur pretersier, tersusun atas batuan sedimen malihan yang terlipat sedang, terdiri
dari batupasir berselingan dengan batu sabak, batu lumpur dan batul anau tufaan.
Sedangkan formasi Qa berumur kuarter muda, terdiri dari endapan aluvial pantai dari
bahan-bahan kerikil-kerakal, pasir dan lanau (Baharudin dan Sidarto, 1995). Batuan-
batuan induk ini kemudian membentuk tanah-tanah sawah yang kini terdapat di lokasi
penelitian. (Qa) terdiri dari bongkah, kerakal, kerikil, pasir, lempung dan gambut;
Berdasarkan hasil pengamatan lapangan dan analisis laboratorium, bahan induk tanah
dapat dibedakan menjadi: (a) endapan aluvium, menutupi jalur-jalur aliran sungai dan
anak-anak sungainya serta daerah sekitarnya, (b) endapan aluvium/marin, (c) bahan
organic, (d) batuan intrusi granit yang umumnya belum banyak melapuk (e) batuan
sedimen terutama batuliat dan batupasir.
Penggunaan Lahan dan Vegetasi
Dari hasil data yang dikumpulkan penggunaan lahan di daerah di 3 wilayah
penelitian dibedakan ke dalam penggunaan pertanian dan non-pertanian.
Tabel 47. Penggunaan pertanian terdiri dari
No. Penggunaan LahanKabupaten Kota
Belitung BangkaBarat
Pangkalpinang
I. Lahan Pertanian 191.524 227.949 2.293A. Lahan Sawah 606 614 0 Sawah Irigasi 222 500 0 Sawah Tadah Hujan 285 114 0 Rawa Pasang Surut 0 0 0 Rawa Lebak 99 0 0B. Lahan Bukan Sawah/
Lahan Kering190.198 227.235 2.293
Page 75 of 204
Tegal 11.023 21.142 931 Ladang 1.892 6.661 45 Perkebunan 98.996 39.444 519 Hutan Rakyat 19.722 14.559 13 Padang
Penggembalaan100 26 157
Lahan sementaratidak diusahakan
1.076 29.105 203
Lain-Lain 58.109 116.398 425
(a) kebun campuran (kelapa, rambutan, durian, langsat, jeruk) campur karet
dan semak belukar, (b) kebun karet/lada/sawit rakyat campur semak belukar, (c)
perkebunan kelapa sawit dan karet. Penggunaan non-pertanian terdiri atas: (a)
semak/belukar campur karet, (b) belukar rawa (bakau dan gelam), (c) hutan rawa, (d)
hutan campur semak belukar dan karet (e) galian/pertambangan (timah), (f)
kota/pemukiman dan (g) tubuh air (sungai dan danau).
Peta Satuan Lahan
Peta satuan lahan skala 1: 50.000 disusun berdasarkan hasil interpretasi foto
udara dan citra Lnadsat TM-7 dan diuji dengan pengamatan lapangan serta ditunjang
oleh data analisis contoh tanah di laboratorium. Peta ini memberikan informasi
penyebaran keadaan karakteristik lahan, termasuk sifat-sifat tanah yang berkaitan erat
dengan parameter untuk evaluasi lahan.
Karakteristik lahan yang disajikan pada legenda peta satuan lahan terdiri atas:
satuan landform dan tingkat torehan, elevasi, litologi atau bahan induk, relief dan
lereng, subgrup tanah, jenis penggunaan lahan, dan luasan untuk setiap satuan lahan.
Dari hasil penyusunan tersebut diperoleh sebanyak 40 satuan lahan dari grup landform
aluvial, marin, gambut, volkanik, dan tektonik serta 3 satuan lahan dari grup aneka.
Page 76 of 204
Gambar 28. Peta Satuan Lahan Kabupaten Belitung, 2014
Gambar 29. Peta Satuan Lahan Kabupaten Bangka Barat, 2014
Page 77 of 204
Gambar 30. Peta Satuan Lahan Kota Pangkalpinang, 2014
Page 78 of 204
MODEL AKSELERASI PEMBANGUNAN PERTANIAN RAMAH
LINGKUNGAN (m-AP2RL)
Penelitian akan dilaksanakan sejak Januari sampai dengan Desember 2014 di
Bangka Belitung, yaitu Desa Air Mesu, Kabupaten Bangka Tengah. Waktu pelaksanaan
kegiatan disajikan dalam jadwal palang di bawah ini. Tujuan kajian ini yaitu
mengimplementasikan 1 (satu) model pembangunan perdesaan berbasis lada ramah
lingkungan dalam rangka revitalisasi lada putih di Bangka Belitung. Keluaran yang
diharapkan dari kajian ini adalah Implementasi 1 (satu) model pembangunan perdesaan
berbasis lada ramah lingkungan dalam rangka revitalisasi lada putih di Bangka
Belitung.
Data dan informasi yang dihasilkan kemudian ditabulasi, dianalisis dan
disajikan. Penyusun strategi peningkatan produksi padi untuk pemenuhan konsumsi di
Bangka Belitung dilakukan dengan pendekatan simulasi sistem dinamik dengan alat
bantu software powersim.
Identifikasi sistem dan Vaiabel Kunci
Langkah awal adalah melakukan identifikasi sistem yang bertujuan untuk
memberikan gambaran rerhadap sistem yang dikaji dalam bentuk diagram antara
komponen masukan (input) dengan sistem lingkungan yang mengahsilkan suatu
keluaran (output)baik yang diharapkan maupun yang tidak diharapkan.
Input merupakan faktor yang mempengaruhi kinerja sistem yang dapat
digolongkan ke dalam input langsung dan tidak langsung. Input langsung adalah faktor-
faktor yang mempengaruhi kinerja sistem secara langsung, yang terdiri atas input
terkendali dan tidak terkendali.
Input terkendali (controled input) adalah input yang secara langsung
mempengaruhi kinerja sistem dan bersifat dapat dikendalikan (luas sawah dan ladang,
IP padi, perluasan areal, teknologi, infrastruktur irigasi). Input tak terkendali
(uncontroled input) merupakan input yang diperlukan agar sistem dapat berfungsi
dengan baik namun tidak dapat dikendalikan atau berada di luar kendali kerja sistem.
Input lingkungan (environment input) merupakan elemen-elemen yang mempengaruhi
sistem secara tidak langsung dalam mencapai tujuan. Input ini biasanya berada di luar
batasan sistem, sehingga sering disebut sebagai input tidak langsung.
Page 79 of 204
Output merupakan tujuan kajian sistem, yang dapat dikategorikan sebagai
output yang diinginkan (desired output) dan yang tidak diinginkan (undesired output).
Output yang diharapkan dari model yang dibangun adalah diperolehnya produksi padi
untuk mencukupi kebutuhan pangan secara berkelanjutan. Output yang tidak diinginkan
merupakan hal yang tidak dapat dihindari dan kadang-kadang diidentifikasi sebagai
pengaruh negatif bagi kinerja sistem. Para perencana perlu mengenali mekanisme
proses yang terjadi dalam sistem agar dapat meminimumkan output yang tidak
diharapkan. Perkiraan output yang tidak diharapkan seperti terjadinya degradasi lahan,
konversi lahan sawah, konflik pemanfaatan lahan dan defisit pangan perlu
ditindaklanjuti melalui umpan balik (feedback). Dalam hubungan ini input harus
dimodifikasi intervensinya yang lebih tepat agar menghasilkan output yang diinginkan.
Batas sistem (system boundary) merupakan pembatas dari sistem yang dikaji.
Variabel-variabel di luar batas sistem tidak akan diperhatikan dalam model. Dalam
permodelan, beberapa variabel yang berada di luar sistem dapat mempengaruhi kinerja
sistem, sehingga dapat dipertimbangkan/ dimasukkan sebagai variabel model.
Diagram input-output menggambarkan hubungan antara output yang akan
dihasilkan dengan input berdasarkan tahapan analisis kebutuhan dan formulasi
permasalahan. Diagram input-output sering disebut diagram kotak gelap (black box),
karena diagram ini tidak menjelaskan bagaimana proses yang akan dialami input
menjadi output yang diinginkan.Keterkaitan antar input dan outputtersebut disajikan
pada Gambar 31.
Page 80 of 204
Gambar 31. Diagram input-output sistem lada di Bangka Belitung
Perumusan Strategi
Perumusan strategi merupakan langkah terakhir setelah dilakukan
pengembangan model. Strategi disusun sebagai upaya untuk mendapatkan langkah
bagi pencapaian tujuan berdasarkan struktur dan perilaku model.
Pendekatan Sistem Modelling Dinamis
Pendekatan sistem adalah suatu pendekatan analisis organisatoris yang
menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis (Marimin, 2004). Menurut
Eriyatno (1999) pendekatan sistem merupakan metode pemecahan masalah yang
dimulai dengan identitifikasi dan analisis kebutuhan serta diakhiri dengan sistem
operasi yang efektif. Pendekatan sistem ini memliki beberapa unsur antara lain
metodologi untuk perncanaan, pengelolaan, bersifat multidisiplin, dan terorganisir,
mampu berfikis secara non-kuantitatif, menggunakan model matematik, teknik simulasi
dan optimasi serta dapat diaplikasikan dengann komputer.
Page 81 of 204
Pendekatan sistem merupakan cara penyelesaian persoalan yang dimulai
dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan,
sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif.
Pendekatan sistem dapat memberi landasan untuk pengertian yang lebih luas mengenai
faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku sistem dan memberikan dasar untuk
memahami penyebab ganda dari suatu masalah dalam kerangka sistem.
Sistem dinamis adalah metodologi untuk memahami suatu masalah tang
kompleks. Metodologi ini dititikberatkan pada pengambilan kebijakan dan bagaimana
kebijakan tersebut menentukan tingkah laku masalah-masalah yang dapat dimodelkan
oleh sistem secara dinamik, Permasalah sistem dinamil dianggap disebabkan oleh
struktur internal sistem bukan dari luar sistem. Pendekatan sistem dinamis sangat cocok
untuk menganalisis mekanisme, pola dan kecenderungan sistem yang seringkali
berubah cepat dan mengandung ketidakpastian (Marimin, 2004; Hartrisari, 2007).
Tahapan dalam pendekatan sistem dinamik ini diawali dan diakhiri dengan pemahaman
sisten dan permalahannya sehingga membentuk suatu lingkaran tertutup. Proses dari
pendekatan sistem dinamik dapat dilihat pada gambar 32.
Gambar 32. Tahapan dalam pendekatan sistem dinamik(Manetsch dan GL. Park 2002 dalam Supriatna et al. 2007)
Keunggulan pendekatan sistem antara lain: (1) pendekatan sistem diperlukan
karena makin lama makin dirasakan interdependensinya dari berbagai bagian dalam
mencapai tujuan sistem, (2) sangat penting untuk menonjolkan tujuan yang hendak
Pemahaman SistemSystem comprehension
Identifikasi masalahProblem identification
Konseptualisasi SistemConceptualization of system
Analisis KebijakanPolicy Analysis
Simulasi modelModel simulation
Formulasi ModelFormulation of model
Implementasi modelImplementation
Page 82 of 204
dicapai, dan tidak terikat pada prosedur koordinasi atau pengawasan dan pengendalian
itu sendiri, (3) dalam banyak hal pendekatan manajemen tradisional seringkali
mengarahkan pandangan pada cara-cara koordinasi dan kontrol yang tepat, seolah-olah
inilah yang menjadi tujuan manajemen, padahal tindakan-tindakan koordinasi dan
kontrol ini hanyalah suatu cara untuk mencapai tujuan, dan harus disesuaikan dengan
lingkungan yang dihadapi, (4) konsep sistem terutama berguna sebagai cara berfikir
dalam suatu kerangka analisa, yang dapat memberi pengertian yang lebih mendasar
mengenai perilaku dari suatu sistem dalam mencapai tujuan.
Causal loop
Pada model system dinamik yang dibangun, komponen-komponen yang terkait
dalam model menjadi perhatian penting karena komponen-komponen tersebut berkaitan
erat secara langsung dalam penyediaan produksi dan ekspor lada di Bangka Belitung.
Pengumpulan data dan informasi dilakukan dengan pendekatan trianggulasu melalui
desk study, focus group discussion (FGD), dan verifikasi data dengan lembaga terkait.
Sumber informasi adalah Badan Pusat Statistik, Dinas Pertanian, BP3L, Badan
Pengelolaan Pengembangan dan Pemasaran Lada, Assosiasi Eksportir Lada Indonesia
(AELI) dan petani.
Berdasarkan hasil validasi data dan FGD, telah ditetapkan hubungan sebab-
akibat antara elemen-elemen yang terkait dalam model system revitalisasi
lada.Hubungan sebab akibat (causal loop) antar elemen terkait dapat terjadi secara
positif maupun negative sebagaimana disajikan pada gambar 33.
Gambar 33. Causal Loop model revitalisasi lada di Bangka Belitung
Perluasanareal
Stok dipetani
Ekspor
Harga DN
Doronganmenanam
Stok dieksportir
Stok dipengumpul
Produksi
++
+
+
+
+
+
( - )
--
-
( - )
( - )
-
-
( - )
- ( - )
KonsumsiDalam Negeri
Luas Tanam
Konversilahan
Harga LadaDunia
PengendalianOPT
TeknologiBudidaya
Bibit Unggul
Peran dan FungsiKelembagaan +
++
+
+
+
+
+
+ ( - )
++++
+
-
+
LimbahTajar Hidup
Pakan ternak ( - )
+
Page 83 of 204
Secara umum, teknologi budidaya, pengendalian OPT, penggunaan bibit
unggul dan perluasan areal tanam secara positif akan meningkatkan produksi lada.
Selanjutnya produksi akan mempengaruhi ekspor lada melalui stok yang ada di Bangka
Belitung. Dengan peningkatan produksi diharapkan dapat secara positif meningkatkan
ekspor lada putih Bangka Belitung di pasar Internasional.
Stock-flow diagram
Langkah lanjut dalam pengembangan model adalah membuat struktur model.
Langkah ini dilakukan dengan cara mengubah diagram sebab-akibat menjadi diagram
alir yang dapat dimengerti oleh perangkat lunak komputer yang akan digunakan
sehingga dapat mengetahui perilaku dinamis yang diakibatkan oleh asumsi-asumsi dari
model yang disimulasikan. Diagram stock-flow model dinamika system revitalisasi lada
di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung disajikan pada gambar 34.
Gambar 34. Struktur model revitalisasi lada di Bangka Belitung
stok di petaniproduksi
luas tanamlaju konversilaju ekstensifikasi
fraksi perluasan
gap perluasan
potensi lahan
produktivitasexisting
produktivitas 1lj pningktn prod
GAP Produksi
prod maks
pemangkasanjunung hidup
bibit unggul
pengendalian OPT
waktu capai
kirim ke pengumpul
persen kirim kepngmpl
Stok di pengumpul
Jml pnduduk
laju pertumbuhan
fraksi pertmbhan
konsumsi perkapita
harga lada DN
dy dorongperluasan areal
Pendapatnlaju pendapatan
limbah perHa
hijauan pakan ternaklaju hp
jml sapi
kebut persapi
laju kebut konsmsi
umur tanaman
turun hp
jlm sapi perHa
Potensi ekspor persen kirim keeksportir
pengendalian gulma
jumlah bibit per junjung2-3
Tinggi tanaman
waktu panen
perluasan lubangtanam
Pemupukan
pupuk organikpupuk anorganik
Page 84 of 204
Simulasi Model
Simulasi dilakukan setelah diperoleh model yang dibangun dari Causal Loop
dan Stock Flow Diagram, yang kemudian dinyatakan dalam bentuk persamaan
komputasi. Simulasi ini berarti memasukan data pendukung setiap variabel dalam
model simulasi kemudian program dijalankan sehingga diperoleh tampilan grafik waktu
(time-graph) seperti tertera pada gambar 35.
Produksi
Gambar 35. Grafik Simulasi Model Revitalisasi Lada Mulai 2013
Berdasarkan data BPS Babel Produksi lada Bangka Belitung tertinggi yang
pernah dicapai adalah sebesar 67.000 ton. Hasil dari simulasi model menunjukkan
bahwa mulai tahun 2018 produksi lada putih Kepulauan Bangka Belitung akan
mencapai level 64.495,35 ton dengan potensi ekspor sebesar 27.908,59 ton. Produksi ini
akan tercapai jika dilakukan:
- Perluasan area tanam sebesar 14,5 %/tahun
- Penggunaan bibit unggul sebesar 20%
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
30.000
60.000
90.000ton/yr
produksiPotensi ekspor
Produksi
Tahun
Page 85 of 204
- Pengendalian OPT sebesar 30%
- Pemberian pupuk Organik sebesar 20%
- Aplikasi paket budidaya berupa pemangkasan junjung hidup, perluasan
lubang tanam, waktu panen yang tepat untuk mengurangi losses panen,
meningkatkan tinggi tanaman atau tiang panjat, pengendalian gulma, dan
penambahan jumlah bibit per junjung (2-3 bibit).
Persiapan pelaksanaan kegiatan di lapangan meliputi penyediaan bibit,
identifikasi lahan, pengukuran, dan plotting. Bibit yang digunakan merupakan bibit
unggul ravietas lokal yaitu Merapin daun lebar (MDL) dan Lampung Daun Lebar
(LDL). Bibit dibeli dan berasal dari BPTP Kepulauan Bangka Belitung dan persemaian
milik BP3L Kepulauan Bangka Belitung. Di tempat asalnya bibit tersebut disemai
dengan metode penyemaian satu ruas, yang dipelihara selama lebih kurang 4 (empat)
bulan dalam polibeg sehingga siap tanam dan memiliki ruas sebanyak 5 – 7 ruas.
Gambar 36. Bibit yang berasal dari BPTP Kep. Bangka Belitung
Lahan yang digunakan memiliki luasan lebih kurang 7000 m2 milik ketua
kelompok tani barat Raya. Di areal yang sama telah dikembangkan ternak sapi dan lada
oleh kelompok tani tersebut, namun belum memperoleh hasil yang optimal disebabkan
teknologi yang digunakan belum sesuai dengan yang diharapkan.
Page 86 of 204
Gambar 37. Persiapan lahan
Pelaksanaan Lapangan
Pelaksanaan kegiatan di lapangan meliputi pembuatan lobang tanam,
pemupukan dasar, pemasangan tiang panjat, penanaman serta pemeliharaan tanaman.
Jarak lobang tanam 2 m x 2 m. Lobang tanam berukuran 40cm x 40cm x 30cm. Setelah
dilakukan pembuatan lobang tanam, dilakukan pengapuran sebanyak 0,5 kg per lobang
tanam. Pemupukan awal dilaksanakan 14 (empat belas) hari setelah pengapuran. Pupuk
awal menggunakan pupuk organik yaitu campuran pupuk kandang ayam dengan pupuk
kandang ternak sapi sebanyak 5 kg, 7,5 kg, dan 10 kg per lobang tanam. Setelah
pemupukan awal, dilakukan pemasangan tiang panjat hidup menggunakan glirisedia.
Grisedia yang digunakan memiliki diameter 6-7 cm serta panjang 2,5 m.
Pengamatan dilakukan pada saat 25 hari setelah tanam dengan parameter
tingkat kematian tanaman lada dan tiang panjat. Hasil pengamatan menunjukan bahwa
kematian tanaman lada berjumlah 196 batang, dan tiang panjat sebanyak 203 batang.
Setelah mengetahui jumlah kematian tanaman lada serta tiang panjat, dilakukan
penyulaman pada tiang panjat saja sementara belum dilakukan penyulaman pada
tanaman lada, mengingat cuaca ekstrim panas dengan temperatur udara 29 0c – 34 0c.
Pengamatan kedua dilakukan pada saat 20 minggu setelah tanam untuk
mengetahui tingkat kematian tanaman lada dan tiang panjat. Dari hasil pengamatan
menunjukan jumlah kematian tanaman lada meningkat sebanyak 518 tanaman,
sedangkan tiang panjat sebanyak 31 batang.
Pengamatan tinggi tanaman, jumlah ruas, dan jumlah cabang dilakukan pada
umur tanaman lada 20 minggu setelah tanam. Hasil pengamatan tinggi tanaman, jumlah
ruas, dan jumlah cabang dapat dilihat pada tabel berikut.
Page 87 of 204
Tabel 48. Hasil pengamatan tinggi tanaman, jumlah ruas, dan jumlah cabang pada umur20 mst
Lajur PO 5 kg/ tam PO 7,5 kg/ tnm PO 10 kg/ tnm
Tnggi(cm)
ruas cabang Tnggi(cm)
ruas cabang
Tnggi(cm)
ruas cabang
1234567891011
52,5043,1039,7050,5042,9042,3042,5051,9043,1050,00
9,008,006,009,007,007,007,008,007,008,00
2,102,703,002,203,902,803,702,802,752,30
45,7055,2052,4042,9043,3049,8053,3042,0043,0045,00
8,0010,0
09,007,007,008,009,007,007,007,00
2,102,902,503,103,203,703,303,203,102,80
42,0059,6044,7044,5044,0050,5055,5053,5062,6059,0049,10
5,889,505,655,504,809,75
10,209,25
10,5510,248,85
3,752,153,202,702,802,503,002,903,203,002,90
45,85 7,60 2,83 47,26 7,90 2,99 51,36 8,20 2,92
Penyiangan gulma dilaksanakan setiap satu bilan sekali. Penyiangan dilakukan
dengan cara pembokoran sekeliling tanaman lada dan tiang panjat.
Page 88 of 204
Gambar 38. Lobang tanam lada Gambar 39. Penanaman tiang panjat
Gambar 40. Lada setelah tanam Gambar 41. Lada 30 hst
Gambar 42. Lada 30 hst
Page 89 of 204
VISITOR PLOT KEBUN PERCOBAAN PETALING (PERKEBUNAN,
HORTIKULTURA, PETERNAKAN)
Kegiatan diseminasi hasil pengkajian spesiffik lokasi Kep. Bangka Belitung
dilaksanakan melalui visitor plot Kebun Percobaan Petaling mendukung kegiatan open
house yang diselenggarakan di Kebun Percobaan Petaling BPTP Kepulauan Bangka
Belitung. Kegiatan ini akan dilaksanakan selama 12 bulan mulai dari bulan Januari -
Desember 2014 yang meliputi kegiatan: (1) Mendiseminasikan inovasi teknologi
komoditas utama yang dikembangkan di Kebun Percobaan Petaling diantaranya lada,
karet, kelapa sawit, durian, ternak sapi, HMT, jagung, dan tanaman hortikultura
(Pisang, Sirsak, Jambu Biji, dan Alpokat) melalui kegiatan visitor kepada berbagai
lapisan stake holders (Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Provinsi dan
Kabupaten/Kota, PPL, Kontak tani dan petani.
Tujuan yang diharapkan adalah: 1) Mendiseminasikan inovasi teknologi (lada,
karet, kelapa sawit, durian, ternak sapi, HMT, jagung, sayuran (M-KRPL), tanaman
hortikultura dan serai wangi melalui visitor di kebun percobaan kepada 300
pengunjung, 2) Mendiseminasikan inovasi teknologi melalui temu lapang dalam bentuk
demplot. Keluaran dari kegiatan ini yaitu: 1) Terdiseminasinya inovasi teknologi (lada,
karet, kelapa sawit, durian, ternak sapi, HMT, jagung, sayuran (M-KRPL), tanaman
hortikultura dan serai wangi melalui visitor di kebun percobaan kepada 300
pengunjung, 2) Terdiseminasinya inovasi teknologi melalui pameran dan publikasi.
Kegiatan Visitor Plot Tanaman Kelapa Sawit
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.), merupakan salah satu tanaman
perkebunan yang dikembangkan selain karet dan lada sebagai kegiatan visitor plot di
Kebun Percobaan dengan luas + 6 hektar yang terdiri dari 4 (empat) varieta/jenis yaitu
Langkat, DP Lame, DP Simalunggun dan DP Yanggambi. Pengembangan tanaman
kelapa sawit sebagai uji adaptasi keempat jenis tersebut, sehingga pada akhirnya dapat
diketahui jenis yang paling adaptif dan memiliki produksi yang paling baik di Bangka
Belitung.
Secara umum kondisi tanaman kelapa sawit di Kep. Bangka Belitung ± 62%
diusahakan oleh perkebunan rakyat dan sisanya di usahakan oleh perusahaan besar
swasta. Produktivitas tanaman kelapa sawit khususnya yang diusahakan rakyat sangat
rendah yang diakibatkan oleh penggunaan bibit asalan (jual bebas) dan pemeliharaan
Page 90 of 204
tidak sesuai anjuran. Berdasarkan informasi tersebut, diharapkan kegiatan ini kedepan
dapat memberi rekomendasi kepada stake holders terutama petani jenis sawit yang
paling adaptif dan memiliki produktivitas tinggi yang dapat dikembangkan.
Kegiatan visitor plot tanaman kelapa sawit di Kebun Percobaan Petaling
merupakan kegiatan lanjutan dimana tanaman kelapa sawit tersebut ditanam pada akhir
tahun 2012 sehingga pada awal tahun 2014 kondisi tanaman kelapa sawit telah berumur
+ 1,5 tahun dan pada akhir 2014 tanaman telah berumur 2,5 tahun dengan jarak tanam
yang digunakan adalah 8,5 x 8,5 x 8,5 m (BPTP Kep. Bangka Belitung 2013). Denah
Penamanan Kelapa Sawit Di Kebun Percobaan Kep. Bangka Belitung 2014 sebagai
berikut :
J a l a n K e b u n
DP.
LANGKAT
DP.
SIMALUNGUN
J
a
l
a
n
K
e
b
u
n
DP.
LAME
DP.
YANGGAMBI
Gambar 43. Denah Tanaman Kelapa Sawit di Kebun Percobaan Petaling
Page 91 of 204
Tabel 49. Anjuran pemupukan kelapa sawit sebagai berikut :
Jenis Pupuk Waktu Aplikasi Bulan ke Dosis Pupuk
(Kg/ha)
Urea 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
225 kg/ha
1000 kg/ha
SP-36 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
115 kg/ha
750 kg/ha
MOP/KCl 1. Bulan ke 6, 12, 18, 24, 30 & 36
2. Bulan ke 42, 48, 54, 60 dst
200 kg/ha
1200 kg/ha
Catatan: Aplikasi pupuk pertama dilakuakan awal musim hujan (Sept–Okt) dan
kedua di akhir musim hujan (Maret- April).
Kondisi pertanaman pada bulan Desember 2014 sebagaimana tersaji pada tabel
50 berikut :
Tabel 50. Kondisi Tanaman Kelapa Sawit pada Bulan Desember 2014.
No. Jenis Rerata TinggiTanaman (Cm)
Jumlah Pelepah(Buah)
Jumlah YangBerbuah (%)
1 DP Langkat 270 42.8 60
2 DP Simalungun 200 21.8 0
3 DP Yangambi 235 38.8 40
4 DP Lame 236 38.4 40
Berdasarkan data pada Tabel 50 diatas bahwa dari 4 (empat) varietas/jenis
kelapa sawit yang ditanam menunjukkan bahwa varietas/jenis DP Langkat memiliki
tinggi, jumlah pelepah dan persentase berbuah (buah pasir) paling tinggi dan DP
Simalungun yang memiliki tinggi, jumlah pelepah dan persentase yang paling rendah.
Sedangkan DP Yangambi dan DP Lame memiliki penampilan yang hampir sama.
Kegiatan Visitor Plot Tanaman Serai Wangi Sebagai Tanaman Sela Diantara
Tanaman Kelapa Sawit
Tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus L.) mempunyai daya hidup yang
kuat, bahkan sering ditanam pada daerah-daerah yang memiliki tanah cukup marginal.
Page 92 of 204
Tanaman serai dapat hidup dalam kondisi ekstrim seperti tanah yang miskin hara, tanah
basa, lereng terjal, dan hutan yang terdegradasi serta dapat dintegrasikan dengan
tanaman perkebunan lain. Akarnya mampu menahan tanah sehingga banyak
direkomendasikan sebagai tanaman pencegah erosi. Selain itu serai wangi merupakan
salah satu jenis tanaman penghasil minyak atsiri. Hasil penyulingan daunnya diperoleh
minyak serai wangi yang dalam dunia perdagangan dikenal dengan nama Citronella oil.
Penyulingan serai wangi menghasilkan produk utama berupa minyak atsiri dan
menghasilkan limbah berupa ampas sisa hasil penyulingan sebanyak 150 ton/ha untuk
tanaman monokultur. Limbah penyulingan serai wangi ini sangat potensial untuk
dijadikan pakan sumber serat untuk ternak sapi sebagai pengganti rumput. Sehingga
pola integrasi antara tanaman kelapa sawit, serai wangi dengan sapi sangat potensial
untuk menciptakan bioindustri pertanian untuk menghasilkan CPO, minyak astiri,
daging dengan bonus biogas, dan kompos.
Berdasarkan hasil analisis nilai gizi limbah serai wangi dibandingkan dengan
tanaman rumput gajah dan jerami padi dapat dilihat pada Tabel 51 sebagai berikut :
Tabel 51. Perbandingan Nilai Gizi Rumput Gajah, Jerami Padi dengan Limbah Serai
Wangi
No Uraian Limbah Seraiwangi Rumput Gajah Jerami
1 Protein 7,00% 10,19% 3,93%
2 Lemak 2,35% 1,64% 0,87%
3 Energi 3353,00 kkg/GE/kg 4031,00
kkg/GE/kg
3167,00
kkg/GE/kg
4 Serat kasar 25,73 % 34,15% 32,99%
5 Ca 0,35% 0,48% 1,2%
6 P 0,14 % 0,23% 1,2%
7 Kadar abu 7,91 % 11,73 % 22,44 %
Sumber : Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah (2014)
Berdasarkan Tabel 51 tersebut menunjukkan bahwa limbah serai wangi
memiliki kandungan protein lebih tinggi dibanding jerami padi, namun lebih rendah
dibanding dengan rumput gajah, akan tetapi memiliki kandungan lemak yang lebih
Page 93 of 204
tinggi, dan serat kasar yang rendah dibanding dengan rumput gajah dan jerami padi
termasuk kandungan energi yang lebih tinggi dibanding jerami padi. Berdasarkan
kondisi ini maka tanaman serai wangi sangat potensial sebagai sumber pakan ternak
sapi. Selain nilai gizi yang cukup baik juga tanaman serai wangi (limbah dan segar)
cukup disenangi ternak sapi Bali, sehingga disimpulkan bahwa serai wangi memiliki
palatabilitas tinggi dan belum ditemukan kandungan unsur-unsur yang menghambat
pertumbuhan ternak. Dengan demikian memenuhi syarat sebagai pakan tenak.
Tanaman serai wangi yang dikembangkan di Kebun percobaan Petaling
ditanam diantara tanaman kelapa sawit sebagai tanaman sela. Bibit serai wangi berasal
dari Kebun Percobaan Manoko Lembang Jawa Barat Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat Badan Litbang Pertanian yang terdiri dari 2 jenis yaitu G1 dan G2
sebanyak 10.000 setum. Sedangkan jenis G3 berasal dari kebun petani di Sungai Liat
Kabupaten Bangka yang lebih dulu mengembangkan serai wangi yang juga pada
awalnya bibit yang digunakan berasal dari Pusat Penelitian dan Pengembangan
Tanaman Industri Badan Litbang Pertanian.
Tabel 52. Keragaan Perkembangan dan Produksi Biomassa Tanaman Serawangi di
Kebun Percobaan Petaling Tahun 2014
No Jenis Jumlah
Setum
Awal
Tanam
Jumlah
Rumpun
/ha
Rata-Rata
Jumlah
Anakan
Per
Rumpun
(Btg)
Tinggi
Tanaman
(Cm)
Rerata
Produksi
Biomassa
/rumpun/
Pemangkasan
Pertama (Kg)
Perkiraan
Produksi
Biomassa
Berdasarkan
sampel
pemangkasan
pertama (Kg)
Umur
Tanaman
(Bulan)
1 G1 2 27.500 50 84 1,9 52.250 8
2 G2 2 27.500 52 76,4 2,06 56.650 8
3 G3 2 27.500 39,4 75 0.8 22.000 6
Produksi biomassa segar pada panen pertama dari 3 varietas serai wangi yang
ditanam diantara tanaman kelapa sawit dengan jarak menunjukkan bahwa varietas G2
menunjukkan produksi yang paling tinggi yaitu 2,06 kg/rumpun atau diestimasi sekitar
56.650 kg/ha dengan populasi sekitar 27.000/ha atau jarak tanam 1 m x 1 m. Sementara
varietas G1 dan G3 masing-masing memiliki produksi 52.250 kg dan 22.000 kg.
Page 94 of 204
Rendahnya produksi G3 mungkin disebabkan karena perbedaan umur disamping itu
varietas G3 adalah varietas untuk daerah dataran tinggi.
Kegiatan Visitor Plot Tanaman Karet
Kegiatan demplot/visitor plot perkebunan karet hanya memelihara klon karet
unggul yang telah ditanam Tahun 2012, dikebun percobaan BPTP Kepulauan Bangka
Belitung. Klon karet yang ditanam diantaranya klon RRIC 100, dan PB 260.
Ruang lingkup kegiatan ini meliputi : Pembersihan gulma, pemotongan kayu
bekas junjung lada disekitar pertanaman karet, pemupukan dan pemangkasan cabang.
A. Pembersihan gulma
Pembersihan gulma diantara tanaman karet dilakukan secara rutin 3 bulan
sekali yaitu dengan cara menyemprot tanaman gulma dengan herbisida sistemik dan
kontak, sedangkan tunas-tunas kayu yang tumbuh dilakukan penebasan. Pembersihan
gulma dimaksudkan agar pertumbuhan karet tidak terganggu.
B. Penebangan Kayu Bekas Tiang Panjat Lada di Areal Tanaman Karet
Sebagian tanaman karet ditanam diareal tanaman lada tua dengan
menggunakan tiang panjat tanaman gamal. Bekas tiang panjat lada tersebut dipotong
seluruhnya (1500 pohon) dengan mengguankan mesin potong kayu dan selanjutnya
dibersihkan lahan tanaman karet dari potongan kayu tersebut. Kegiatan ini
dimaksudkan agar tanaman gamal tersebut tidak mengganggu pertumbuhan tanaman
karet yang dibudidayakan.
C. Pemupukan
Pemupukan tanaman karet dilakukan sebanyak 2 kali. Pemupukan dilakukan
pada bulan Maret dan November 2014 dengan mengacu pada dosis rekomendasi
sebagai berikut :
Page 95 of 204
Tabel 53. Dosis pupuk bagi tanaman karet pada masa TBM
Umur
Tanaman
Karet (Tahun)
Jenis Pupuk
Urea
(g/pohon/th)
SP-36
(g/pohon/th)
KCl
(g/pohon/th)
Kieserit
(g/pohon/th)
Pupuk dasar - 125 - -
1 250 150 100 50
2 250 250 200 75
3 250 250 200 100
4 300 250 250 100
5 300 250 250 100
D. Pemangkasan Cabang (Mewiwil)
Cabang-cabang tanaman karet yang tumbuh sebelum mencapai 3 meter perlu
dipangkas (Mewiwil) agar tanaman cepat tumbuh dan batangnya lurus hingga mencapai
3 meter.
Berdasarkan hasil pengamatan hingga pada akhir bulan Desember 2014
tanaman karet telah mencapai ketinggian sebagaimana pada Tabel 54. berikut :
Tabel 54. Ketinggian tanaman karet, 2014
No. Klon
Jumlah
Tanaman
(Btg)
Rerata Tinggi
Tanaman Awal
Tahun 2014
(Cm)
Rerata Tinggi
Tanaman Akhir
Tahun 2014
(Cm)
1 RRIC-100 350 1,21 3,68
2 PB-260 716 1,33 3,82
Jumlah 1.066
Dari data tersebut diatas menunjukkan bahwa tanaman karet klon PB-260
memiliki tinggi lebih baik dibandingkan klon RRIC-100.
Page 96 of 204
Kegiatan Visitor Plot Pemeliharaan Lada Eksisiting
1. Pemeliharaan Lada dengan Tiang Panjat Hidup
Kegiatan ini merupakan lanjutan dari kegiatan tahun sebelumnya. Luas lahan
yang digunakan awalnya ± 1,0 ha, dengan varietas Lampung Daun lebar (LDL), dan
jarak tanam yang digunakan 2 m x 2m. dengan penegak hidup. Tanaman ini ditanam
pada tahun 2008. Kondisi tanaman lada kurang baik pertumbuhannya, sehingga
diperlukan peraatan yang cukup intensif. Kegiatan pemerliharaan tanaman lada
meliputi; pengendalian gulma, pemupukan, pengapuran, pemangkasan tiang panjat,
pengendalian hama penyakit, panen dan pasca panen. Rincian kegiatan tersebut;
a. Pengendalian gulma
Pengendalian gulma dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara
menggunakan cangkul/kedik. Kegiatan pengendalian gulma dilakukan secara
rutin atau tergantung kondisi rumput yang ada, paling tidak dilakukan sekali
dalam sebulan. Sedangkan pembumbunan pohon tanaman lada dilakukan 6
bulan sekali.
b. Pemangkasan tiang panjat hidup
Pemangkasan tiang panjat hidup (Glyricidia). Pemangkasan tiang panjat hidup
lada dilakukan 2 kali dalam 6 bulan (sangat tergantung dengan pertumbuhan
tiang panjat hidup (Glyricidia) atau gamal tersebut.
c. Pemupukan.
Pemupukan pada tanaman lada diaplikasikan dengan 2 jenis pupuk yaitu
pupuk kandang/organik dan pupuk an-organik. Aplikasi pupuk kandang telah
dilakukan dengan dosis 10 kg per pohon dengan cara ditaburkan disekitar
pohor (dibawah kanopi) kemudian dilakukan penutupan dengan tanah,
sementara pupuk an-organik dilakukan 4 kali dalam setahun dengan dosis 1600
g NPK. (Tabel 55)
Page 97 of 204
Tabel 55. Rekomendasi Pemupukan Tanaman Lada Menghasilkan (TBM)Serta Waktu Aplikasi di Kep. Bangka Belitung, 2014
No Umur Tanaman/Waktu Aplikasi
Dosis Pupuk gr (Tanaman)
BIBIT DITANAM PADA BULAN SEPTEMBER (awal september)TANAMAN PRODUKTIF ( dengan interval 40 hari selama musim hujan)
1 Umur > 24 bulan,Waktu aplikasi(Awal musimhujan, bulanSepember)
640 g NPKMg (12:12:17:2)+ 500 g Dolomit, Setaradengan 170 g Urea + 210 g SP-36 + 260 g KCl +42 g Kiserit + 500 g Dolomit atau setara dengan510 g NPK (15:15:15) + 340 g KCl + 42 g Kiserit +500 g Dolomit.
2 40 hari berikutnya(Bulan November)
480 g NPKMg (12:12:17:2), Setara dengan 120 gUrea + 150 g SP-36 + 195 KCl + 30 g Kiserit atausetara dengan 390 g NPK (15:15:15) + 195 g KCl +30 g Kiserit.
3 40 hari berikutnya(Bulan Januari)
320 g NPKMg (12:12:17:2), Setara dengan 80 gUrea + 100 g SP-36 + 130 g KCl + 20 g Kiseritatau setara dengan 260 g NPK (15:15:15) + 130 gKCl + 20 g Kiserit.
4 40 hari berikutnya(Bulan Maret)
160 g NPKMg (12:12:17:2), Setara dengan 42 gUrea + 52 g SP-36 + 65 g KCl + 10 g Kiserit atausetara dengan 130 g NPK (15:15:15) + 65 g KCl +10 g Kiserit.
5 Selanjutnya dosispupuk & waktuaplikasi sama
Keterangan :1. Sekitar 7-10 hari sebelum pemupukan, pohon penegak dipangkas
seperlunya.2. Setiap awal musim hujan (september) ditambah 0,5 Dolomit/tanaman.3. Setiap ahkir musim hujan diberikan kompos atau pupuk kandang 5-10
kg/tanamanSumber : Nuryani et.al, 2003.
d. Pengendalian hama penyakit.
Tanaman lada baik yang menggunakan tiang panjat mati maupun tiang panjat
hidup mengalami serangan hama Busuk Pangkal Batang sehingga
menyebabkan beberapa tanaman mati. Begitu pula serangan penyakit kuning
menyebabkan tanaman mulai kuning yang pada akhirnya mati. Pengendalian
hama dan penyakit ini disesuaikan dengan hama dan penyakit yang
menyerangnya yaitu dengan memberikan furadan untuk mengantisivasi
penyebaran penyakit kuning dan mengaplikasikan fungisida (bubur bordok)
untuk yang terserang jamur.
Page 98 of 204
Pengendalian hama penyakit dilakukan menggunakan insektisida secara
bijaksana dengan mempertimbangkan aspek lingkungan. Namun demikian
penggunaan pestisida dilakukan jika tingkat serangan hama meluas.
e. Panen dan Pasca panen.
Hasil panen lada diperoleh lada putih kering sebanyak 60 kg dan dijual
langsung kepada pedagang dengan harga Rp.150.000,-/kg = Rp.6.000.000,-
dan penjualan tiang panjat hidup (gamal) sebanyak Rp. 2.000.000,- jadi
totalnya Rp. 8.000.000,- Hasil penjualan lada dan tiang panjat tersebut disetor
ke Bendahara Penerimaan BPTP Kep. Bangka Belitung
2. Pemeliharaan Lada Perdu
Kegiatan ini merupakan lanjutan dari kegiatan sebelumnya. Demplot/visitor
plot lada perdu seluas 0,5 hektar ditanam pada awal bulan April 2013 dan 2014
merupakan tahun ke 2. Tujuan pembuatan demplot/visitor plot lada perdu adalah untuk
memberikan contoh alternatif pengembangan lada di Kep. Bangka Belitung. Kegiatan
ini menggunakan jarak tanam 1,5 m x 1 m dengan jumlah tanaman sebanyak 1.088
batang. Ruang lingkup kegiatan ini meliputi:
a. Pemeliharan Tanaman
Pemeliharaan tanaman lada perdu meliputi pengendalian gulma dengan 2 cara
yaitu menggunakan herbisida dan dengan cara membersihkan memakai
cangkul, selain itu, dilakukan pembumbunan pohon lada perdu setiap kali
setelah dilakukan pembersihan gulma.
b. Penyulaman Tanaman
Pada tahun 2014 dilakukan penyulaman pada tanaman yang mati sebanyak 250
batang yang dilaksanakan pada bulan November 2014. Kematian tanaman
disebabkan cekaman kemarau yang panjang.
c. Pemupukan
Pemupukan lada perdu dilakukan pemupukan baik yang berasal dari bahan
organik dan pupuk anorganik. Dosisi pupuk anorganik pada tahun kedua
adalah 200 gr kg NPKMg pertanaman pertahun dengan interval 6 bulan sekali.
Aplikasi pemupukan dapat diberikan pada awal musim hujan dan ahkir musim
hujan. Sedangkan pupuk organik dilakukan sekali dengan dosis 1 kg/pohon.
Page 99 of 204
3. Pemeliharaan Saluran draenase dan Sanitasi Kebun.
Pemeliharaan saluran drainase di tujukan untuk menghindari adanya genangan
air terutama disekeliling tanaman, pemeliharaan saluran drainase dapat dilakukan 3-4
kali pertahun terutama pada musim penghujan. Adanya genangan air akan
menyebabkan kematian pada tanaman karena tanaman lada tidak tahan terhadap
genangan air disamping itu, sangat kondusif perkembangn patogen-patogen penyebab
penyakit tanaman.
4. Pengendalian Organime Penganggu Tanaman (OPT).
Pengendalian hama dan penyakit dengan menggunakan bahan kimia berupa
pestisida sintetik yang digunakan untuk mengendalikan penyakit kuning dan busuk
pangkal batang seperti Furadan 3G (penyakit kuning), Dithane M45 (penyakit busuk
pangkal batang), sedangkan untuk pengendalian hama dipergunakan seperti pestisida
Decis.
Kegiatan Visitor Plot Ternak Sapi Dan Tanaman Pakan Ternak
Secara nasional perhatian utama pemerintah saat ini dalam pembangunan
peternakan adalah pencapaian swasembada daging pada tahun 2014. Kebijakan dan
program ini cukup direspon oleh beberapa pemerintah daerah di Kep. Bangka Belitung
dengan mengembangkan ternak sapi sebagai salah satu komoditas unggulan, karena
melalui pengembangan sapi akan memberikan dampak yang luas terhadap
pengembangan komoditas pertanian lainnya melalui perbaikan kesuburan lahan dan
mengifisienkan input dalam usahatani. kegiatan visitor plot ternak di Kebun Percobaan
BPTP Kep. Bangka Belitung menjadi alternatif inovasi teknologi yang dapat diterapkan
oleh peternak dalam mengolola usaha ternaknya, karena kegiatan ini selain bertujuan
untuk menjadi wahana percontohan, sarana belajar bagi seluruh stake holders juga
menjadi asset yang penting bagi BPTP dalam pengembangan inovasi teknologi
kedepan. Kegiatan ini meliputi (1) budidaya ternak sapi pembibitan secara intensif,
dimana dipelihara dikandang dan diberi pakan terus menerus (2) budidaya ternak sapi
pembibitan secara lepas di pagi hari hingga sore hari dan selanjutnya dikandangkan
pada malam hari. jenis sapi yang digunakan Bangsa Bali sebanyak 36 ekor, (3)
pembuatan pupuk padat dan pupuk cair untuk mengsuplai kebutuhan tanaman pada
kegiatan visitor lainnya di Kebun Percobaan (4) pengembangan beberapa jenis tanaman
pakan ternak (TPT),:
Page 100 of 204
Hasil kegiatan menunjukkan bahwa ternak sapi yang dipelihara dengan sistem
pemeliharaan dilepas pada lahan yang dipagar keliling di bawah pertanaman durian
seluas 2,5 ha dan diberi pakan tambahan berupa hijauan pakan dan dedak pada sore hari
setelah kembali kekandang menunjukkan penampilan yang cukup baik disamping dapat
menghemat tenaga kerja dibanding dengan ternak yang dikandangkan terus menerus
memerlukan tenaga ekstra untuk mengambil rumput. Performan ternak yang dilepas
lebih baik yang dilepas dibanding dengan yang dikandang, hal ini kemungkinan
disebabkan karena ternak yang dilepas dapat memilih rumput yang disenangi dan dapat
makan secara terus menerus dibanding ternak yang dipelihara secara intensif.
Penanaman tanaman pakan ternak berupa king grass, rumput paspalum dan
BD dikembangkan di lahan seluas 1 ha untuk mengsuplai kebutuhan pakan ternak yang
berkualitas selain sebagai sumber bibit untuk dikembangkan petani. Pada tahun 2014
bibit rumput disalurkan ke beberapa petani dari Kabupaten Bangka Barat dan Bangka
Tengah untuk dikembangkan.
Selain itu, limbah dari ternak sapi diolah menjadi kompos padat dan cair untuk
memenuhi kebutuhan tanaman lada dan hortikultura di Kebun Percobaan. Kondisi ini
menunjukkan adanya keterkaitan antara tanaman dan ternak (integrasi).
Kegiatan Visitor Plot Tanaman Hortikultura
1. Pemeliharaan Tanaman Durian
Tanaman durian merupakan salah satu jenis tanaman buah-buahan unggulan
daerah dan banyak dikembangkan masyarakat di wilayah Bangka Belitung. Tanaman
durian yang diusahakan di Kebun Percobaan Petaling pada umumnya tanaman
unggulan asli yang ada di Bangka seperti DR-6 Namlung, Putri Dewa, Setra Manis,
Tembaga dan lain sebagainya, dan tanaman durian tersebut ditanam pada tahun
2006/2007. Tujuan dari kegiatan ini selain diarahkan untuk pelestarian plasma nutfah
juga sebagai sumber bibit karena tanaman durian yang diusahakan masyarakat pada
umumnya adalah durian yang tumbuh secara alami dengan varietas yang beragam.
Menurut Sunarjono,1992 pada umumnya tanaman durian yang telah menghasilkan
sekarang ini masih merupakan tanaman buah yang ada diperkarangan atau tanaman
yang tumbuh diladang bersama-sama dengan tanaman lainnya/campuran, demikian pula
varietasnya masih beragam.
Kegiatan visitor pemeliharaan durian merupakan lanjutan dari kegiatan
sebelumnya. Luas lahan yang digunakan pada areal tanaman durian 2,5 Ha dengan
Page 101 of 204
jumlah tanaman durian sebanyak 116 pohon dengan jarak tanam yang digunakan
adalah 10 m x 10 m.
Fokus kegiatan 2014 pada pemeliharaan tanaman buah-buahan meliputi
pemagaran kebun durian pengendalian gulma pada areal pertanaman, pemupukan 2 kali
setahun yaitu awal musim penghujan bulan Februari dan bulan November 2014 dengan
dosis NPK sebanyak 6 kg/pohon yang diberikan pada akhir musim hujan. Untuk lebih
jelas tentang dosis pemupukan dapat dilihat pada tabel. 3 dibawah ini.
Tabel 56. Dosis Pemupukan Tanaman Durian di Kebun Percobaan PetalingBPTP Kep. Bangka Belitung, 2014.
Umur Tanaman(Tahun)
Dosis Pupuk An Organik(NPK 15:15:15)
Keterangan
< 1
2
3
4 - 5
> 6
0,6 kg/pohon
1,0 kg/pohon
2,0 kg/pohon
4,5 kg/pohon
6,0 kg/pohon
Pupuk diberikan 2 x yaitu :pada awal MH dan akhirMH
Pada tahun 2014 dilakukan pemagaran keliling kebun durian seluas 2,5 ha
dengan menggunakan tiang pagar kayu gamal yang berdiameter +15 dengan jarak 2
meter, kemudian dipasang waring keliling kebun dengan tujuan menjaga keamanan
tanaman durian dan ternak yang dipelihara tidak kelur berkeliaran diluar areal yang
dapat mengganggu tanaman budidaya lainnya.
2. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman Kebun Induk Buah-Buhan (Sisrsak,
Pisang, Jambu Biji dan Alpokat)
Kebun buah lainnya yang menjadi kegiatan visitor plot adalah kebun
hortikultura yang bibitnya didatangkan dari Balai Penelitian Buah Tropika Solok
Puslitbang Hortikultura Badan Litbang Pertanian berupa tanaman sirsak 2 jenis yaitu
lokal dan sirsak ratu, jambu biji, beberapa jenis pisang dan alpokat.
Page 102 of 204
Tabel 57. Varietas Buah-buahan di KP. Petaling, 2014
No. Nama Tanaman Rerata Tinggi Tanaman (Cm)1. Pisang Raja Kinalun 1802. Pisang Roti 1743. Pisang Emas Kirana 1184. Sirsak Lokal 114.85. Sirsak Paninggahan (Ratu) 986. Jambu Biji 0.6
Kegiatan Visitor Plot Tanaman Jagung
Kegiatan penanaman jagung di Kebun Percobaan Petaling BPTP Kep. Bangka
Belitung merupakan salah satu kegiatan visitor plot dalam rangka acara open house.
Luas demplot jagung adalah 0,25 ha dengan berbagai varietas inhibrida yang berasal
dari Balit Serelia Maros. Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan juni 2014. Kondisi
pertanaman kurang optimal karena terjadi kekeringan pada saat tanaman memasuki
masa pembungaan meskipun dilakukan penyiranaman tetapi tidak menunjukkan
penampilan hasil yang sebenarnya pada setiap varietas yang ditanam. Kemudian
dilanjutkan penanaman jagung manis pada bulan November 2014 dengan varietas
komersil.
Kegiatan Visitor Plot Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (Krpl)
Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari merupakan salah satu
kegiatan yang dirancang untuk percontohan dalam upaya mempercepat transfer
teknologi kepada pengguna. Kegiatan m-KRPL ini dilaksanakan dalam upaya
mendukung kegiatan open house dikebun percobaan yang dilaksanakan pada bulan
september 2014. Kegiatan ini sebagai percontohan untuk memperkuat program
kemandirian dan ketahanan pangan disetiap rumah tangga masyarakat melalui
optimalisasi pemanfaatan pekarangan dengan berbagai berbagai tanaman sayuran, ikan,
ternak, dan tanaman pangan lainnya. Diharapkan kegiatan ini dapat menjadi contoh
model dalam mempercepat pengembangan KRPL diberbagai lokasi dengan tujuan (1)
Mewujudkan ketahapnan pangan di tingkat rumah tangga, (2) Meningkatkan
kemandirian pangan rumah tangga, (3) Memberdayakan potensi masyarakat dan lahan
pekarangan menjadi bernilai produktif, (4) Mengembangkan diversifikasi pangan, (5)
Mendorong masyarakat untuk meningkatkan konsumsi gizi seimbang. Dengan harapan
(1) Tersedianya bahan pangan di lingkungan rumah yang dapat dimanfaatkan setiap
Page 103 of 204
saat dalam jumlah yang cukup, (2) Berkurangnya ketergantungan rumah tangga pada
ketersediaan bahan pangan di pasar (3) Masyarakat yang mandiri dan pekarangan
sebagai penyedia bahan pangan (4) Bahan pangan yang beraneka ragam untuk
konsumsi rumah tangga.
Pelaksanaan kegiatan m-KRPL ini meliputi : Pembersihan lokasi, pengolahan
dan penataan lahan, pembuatan bedengan dan pengisian polybag dengan tanah,
pemberian pupuk dasar, penyemaian bibit, penanaman, pemeliharaan tanaman,
kunjungan stake holders dan panen.
Berbagai tanaman yang diperagakan dalam pelaksanaan model KRPL di
Kebun Percobaan antara lain: kacang panjang, cabe besar, cabe kecil, cabe keriting,
mentimun, berbagai jenis sayuran sawi, seledri, terung, jahe, kunyit, temu lawak,
kencur, jeruk kunci, pepaya, pembibitan lada dll
Diseminasi Hasil Kegiatan
Dalam upatya mempercepat adopsi inovasi teknologi yang diterapkan, maka
berbagai upaya telah dilakukan yaitu melalui kunjungan stake holders baik perorangan
maupun berkelompok, kegiatan open house dan sebagai wahana praktek bagi siswa
SMK Pertanian diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Kegiatan Open House di Lokasi Kebun Percobaan Petaling
Dalam rangka hari ulang tahun Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
maka setiap BPTP termasuk BPTP Kep. Bangka Belitung menyelenggarakan
acara open house yang bertujuan untuk mempercepat diseminasi hasil
pengkajian dengan cara mengundang berbagai stake holders mengunjungi
kegiatan visitor plot dan kegiatan diseminasi lainnya yang diselenggarakan
pada bulan oktober 2014. Berbagai lapisan masyarakat yang hadir pada acara
dimaksud untuk mempelajari teknologi yang diterapkan pada setiap kegiatan
visitor plot dan kegiatan diseminasi lainnya.
b. Wahana Praktek Bagi Siswa SMK.
Pada tahun 2014 terdapat 24 siswa yang melakukan kerja praktek di Kebun
Percobaan Petaling BPTP Kep. Bangka Belitung yaitu 12 siswa SMK
Pertanian Petaling Kecamatan Mendo Barat Kabupaten Bangka dan 12 orang
siswa SMK Pertanian dari Kecamatan Pulau Besar Kabupaten Bangka Selatan,
masing-masing selama 2 bulan.
c. Kunjungan Perorangan maupun Kelompok Tani.
Page 104 of 204
PERCEPATAN PEMASYARAKATAN PENGELOLAAN TANAMAN
TERPADU (PTT) PADI
Kegiatan pendampingan PTT Padi di Bangka Belitung adalah kabupaten 5
kabupaten yaitu ; 4 kabupaten pelaksana PTT Padi yaitu kabupaten Bangka, Bangka
Selatan, Bangka Barat, Belitung Timur dan 1 kabupaten non PTT padi yaitu ;
Kabupaten Bangka Tengah. Pemilihan kabupaten tersebut berdasarkan hasil koordinasi
dengan Dinas Pertanian Provinsi/kabupaten serta respon masing-masing kabupaten.
Kegiatan pendampingan PTT Padi pada tahun 2014 merupakan lanjutan dari kegiatan
pendampingan SL-PTT padi pada tahun 2013.
Cakupan kegiatan pendampingan PTT Padi di Bangka Belitung adalah; (1)
Mengidentifikasi masalah dan potensi peningkatan produksi padi di Bangka Belitung
(2) Pendampingan PTT Padi di 5 kabupaten di Bangka Belitung (3) Melaksanakan 3
Display VUB di 3 lokasi, 1 kali temu lapangan /gelar teknologi dan 3 judul tercetak
untuk meningkatkan pengetahuan petani di Bangka Belitung.
Tujuan kegiatan penpamingan PTT Padi di Bangka Belitung adalah; (1)
Mengidentifikasi masalah dan potensi peningkatan prduksi padi di Bangka Belitung (2)
Pendampingan PTT Padi pada 5 kabupaten di Kep. Bangka Belitung (3) Melaksanakan
3 Display VUB di 3 lokasi, 1 kali temu lapangan /gelar teknologi dan 3 judul tercetak
untuk meningkatkan pengetahuan petani di Bangka Belitung.
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan pendampingan PTT Padi di Bangka
Belitung; (1) Teridentifikasinya masalah dan potensi peningkatan produksi padi di
Bangka Belitung (2) Terlaksananya pendampingan PTT padi di 5 kabupaten di Kep.
Bangka Belitung (3) Terlaksananya 3 Display VUB di 3 lokasi, 1 kali temu lapangan
/gelar teknologi dan 3 judul tercetak untuk meningkatkan pengetahuan petani di Bangka
Belitung.
Tabel 58. Target Program PTT Padi dan P2BN di Bangka Belitung, 2014
No. KabupatenProgram PTT Padi
Sawah (Ha) Ladang (Ha) Total (Ha)
1. Bangka Selatan 4.000 1.000 5.000
2. Bangka 1.000 - 1.000
4. Bangka Barat 1.000 - 1.000
5. Belitug Timur 1.000 - 1.000
Jumlah 7.000 1.000 8.000
Page 105 of 204
Berdasarkan hasil evaluasi pembangunan pertanian yang telah dilaksanakan
sampai saat ini, permasalahan mendasar yang ditemukan dan diperkirakan masih
dihadapi dimasa yang akan datang, adalah sebagai berikut :
a. Ketersediaan infrastruktur, sarana dan prasarana, lahan dan air
Salah satu prasarana pertanian yang saat ini keberadaannya sangat
memprihatinkan adalah jaringan irigasi. Kurangya potensi sumber daya air untuk
pembangunan bendung dan jaringan irigasi baru serta rusaknya jaringan irigasi
yang ada mengakibatkan daya dukung irigasi bagi pertanian sangat menurun.
Kerusakan ini terutama diakibatkan banjir dan erosi, kerusakan sumberdaya alam
di daerah aliran sungai, bencana alam serta kurangnya pemeliharaan jaringan
irigasi hingga ke tingkat usahatani. Tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan
prasarana pengairan adalah bagaimana meningkatkan partisipasi masyarakat
dalam perlindungan daerah aliran sungai; pemeliharaan jaringan irigasi pedesaan;
pengembangan sumber-sumber air alternatif dan berskala kecil antara lain melalui
pemanfaatan teknologi pengambilan air permukaan dan bawah tanah;
pembangunan dan pemeliharaan embug dan bendungan serta pemanfaatan sumber
air tanah, danau, rawa dan air hujan. Prasarana usahatani lain yang sangat
dibutuhkan masyarakat seperti jalan usahatani, jalan produksi, laboratorium dan
kebun percobaan bagi penelitian, laboratorium uji standar dan mutu, kebun dan
kandang penangkaran benih dan bibit, balai informai dan promosi pertanian,
balai-balai penyuluhan serta pasar-pasar yang spesifik bagi komoditas. Khusus
daerah-daerah kepulauan seperti Bangka Beltung, akses petani terhadap sarana
produksi dan pemasaran hasil sangat terbatas, sehingga perlu diperbaiki terutama
sarana perhubungan laut.
b. Keterbatasan akses petani terhadap permodalan
Hingga saat ini kondisi masyarakat petani dihadapkan pada kecilnya skala
penguasaan dan pengusahaan lahan petani yang mengakibatkan terbatasnya
kemampuan petani untuk melakukan pemupukan modal melalui tabungan dan
investasi. Disisi lain petani juga belum memiliki kemampuan untuk mengakses
sumber permodalan/lembaga keuangan formal, diantaranya diakibatkan oleh tidak
mudahnya prosedur pengajuan kredit dan ketidak adanya agunan yang
dipersyaratkan, sehingga petani lebih memilih rentenir yang menyediakan
pinjaman modal dengan cepat walau tingkat bunga yang lebih tinggi
Page 106 of 204
dibandingkan lembaga keuangan formal. Kondisi ini pada akhirnya semakin
memperburuk kondisi arus tunai dan kesejahteraan petani. Tantangan ke depan
yang harus dikembangkan adalah bagaimana menjembatani kesenjangan
manajemen antara lembaga perbankan formal di daerah perkotaan dengan
masyarakat petani yang tersebar di pedesaan. Selain itu, pemberdayaan
kelembagaan usaha kelompok untuk menjadi cikal bakal lembaga keuangan
mikro di pedesaan perlu dilakukan. Pada akhirnya lembaga ini diharapkan dapat
berkembang menjadi lembaga mandiri milik masyarat petani pedesaan.
c. Status kepemilikan dan luas lahan terbatas
Status penguasaan lahan oleh sebagian besar petani belum memiliki legalitas yang
kuat dalam bentuk sertifikat, sehingga belum bisa dijadikan jaminan untuk
memperoleh modal usaha melalui perbankan.
d. Perubahan iklim dan meningkatnya kerusakan lingkungan
Dampak perubahan iklim global adalah terjadinya gangguan terhadap siklus
hidrologi dalam bentuk perubahan pola dan intensitas curah hujan, kenaikkan
permukaan laut, peningkatan frekuensi dan intensitas bencana alam yang dapat
menyebabkan terjadinya banjir dan kekeringan. Secara nasional, sejak tahun 1998
telah terjadi kenaikkan suhu yang mencapai 1 derajat Celsius, sehingga diprediksi
akan terjadi lebih banyak curah hujan dengan perubahan 2-3 persen per tahun.
Bagi sektor pertanian, dampak dari perubahan iklim adalah bergesernya pola dan
kalender tanam, perubahan keanekaragaman hayati, eksplosi hama dan penyakit
tanaman dan hewan, serta pada akhirnya adalah penurunan produksi pertanian.
e. Diversifikasi Pangan belum berjalan dengan baik
Pola konsumsi pangan masyarakat masih didominasi oleh beras yaitu 139
kg/kapita/thn (Thailand 60 kg/kapita/thn, Jepang 50 kg/kapita/thn). Dengan
semakin bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan beras untuk konsumsi
masyarakat akan semakin bertambah. Apabila keadaan ini terus berlangsung serta
tidak ada upaya diversifikasi pangan, maka akan membebani masyarakat serta
mengancam ketahanan pangan. Selain itui belum optimalnya upaya diversifikasi
pangan, disebabkan antara lain belum berkembangnya pangan lokal berbasis
teknologi pengolahan pangan, pola konsumsi pangan masyarakat serta belum
Page 107 of 204
optimalnya dukungan dari program sektor lain dalam percepatan diversifikasi
pangan.
Potensi Lahan
Upaya mewujudkan pemenuhan kebutuhan pangan khususnya beras sebesar
25% Bangka Belitung tahun 2017 cukup realistis dan optimis dapat dicapai. Salah satu
pertimbangan mendasar adalah tersedianya potensi lahan dan sumber daya manusia
yang cukup menunjang. Berdasarkan data statistik tahun 2014, potensi lahan sawah di
Kepulauan Bangka Belitung seluas 11. 521 ha terdiri dari sawah beririgasi teknis 5.731
ha, sawah tadah hujan 3.622 ha, sawah pasang surut 168 ha dan rawa lebak 2.000 ha.
Selain lahan sawah, Kepulauan Bangka Belitung juga memiliki potensi lahan kering
yang cukup luas untuk pengembangan Padi ladang 48.960 ha. Data potensi lahan
sawah dan lahan kering seperti tabel 59 berikut :
Page 108 of 204
Tabel 59. Data potensi lahan sawah dan lahan kering di Bangka Belitung, 2014
No.Luas Baku Lahan
Sawah
Kabupaten /KotaTotal
(Ha)Bangka Belitung Bangka
Barat
Bangka
Tengah
Bangka
Selatan
Belitung
Timur
Pangkal
pinang
I. Lahan Sawah
- Sawah Irigasi
- Sawah Tadah Hujan
- Rawa Pasang Surut
- Rawa Lebak
940
580
360
0
0
654
174
480
0
0
1.134
695
439
0
0
85
40
45
0
0
7.379
4.222
1.007
150
2.000
1.329
20
1.291
18
0
0
0
0
0
0
11.521
5.731
3.622
168
2.000
II. Ladang 19.725 9.550 3.235 7.994 8.603 377 45 48.960
J u m l a h 20.665 10.204 4.369 8.079 15.982 1.706 45 60.481
Sumber : BPS, Bangka Belitung, 2014
Page 109 of 204
Peluang Peningkatan Produksi
Peluang peningkatan produksi masih cukup menjanjikan, karena
kesenjangan angka produksi antara rata-rata produksi petani dengan hasil
kajian/potensi hasil masih cukup besar (±3-4 t/ha). Rata-rata produksi petani
berada pada angka ± 3,5 t/ha, sedangkan potensi hasil produksi Padi varietas
unggul dapat mencapai 6 - 8 t/ha. Angka produksi Padi masih dapat ditingkatkan
dari kondisi saat ini (± 3,5 t/ha) dengan menerapkan teknologi produksi yang
dianjurkan antara lain : penggunaan benih varietas unggul tipe baru, pemupukan
berimbang, pengendalian OPT, penyediaan air irigasi yang cukup melalui
pembangunan/perbaikkan jaringan irigasi, pencetakan sawah baru, optimalisasi
lahan sawah tadah hujan dan lahan kering. Peluang untuk meningkatkan produksi
padi di Kepulauan Bangka Belitung dapat ditempuh melalui:
a. Dukungan kebijakan pemerintah diperlukan untuk mewujudkan peluang
untuk meningkatkan produksi beras mencapai didukung Kebijakan
Pemerintah Pusat dan Daerah yang menempatkan peningkatan produksi beras
atau Swasembada Beras sebagai Prioritas pembangunan (RPJM) hingga tahun
2017. Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bertekad Bangka
Belitung dapat mewujudkan peningkatan produksi beras 40% atau
pemenuhan kebutuhan beras 25% tahun 2017.
b. Tersedianya paket teknologi budidaya padi yang spesifik, mulai tahap
pengolahan tanah, benih unggul berproduksi tinggi, tata guna air, pemupukan,
teknisi budidaya/pola tanam, penanganan panen hingga pasca panen.
c. Masih adanya kesenjangan produktivitas padi yang dicapai dengan
produktivitas potensial, berpeluang ditingkatkan dari 3,5 t/ha saat ini menjadi
6-8 t/ha.
d. Perluasan areal tanam masih dapat ditingkatkan dengan adanya varietas padi
baru berumur genja yang dapat meningkatkan IP, optimalisasi irigasi melalui
perbaikan jaringan irigasi primer, sekunder, tersier, irigasi tingkat usaha tani
(JITU), jaringan irigasi Desa (JIDES) yang saat ini banyak mengalami
kerusakan, potensi lahan kering cukup teredia untuk pengembangan padi
lahan kering.
Page 110 of 204
e. Peluang harga beras dalam Negeri yang akan mengalami kenaikan akibat
dihentikannya Impor beras oleh negara-negara produsen.
Rekomendasi Pemupukan Spesifik Lokasi
Berdasarkan kalender tanam dan hasil analisis sifat fisik kimia tanah
tersebut, maka diperoleh informasi bahwa kondisi lahan sawah di Kep. Bangka
Belitung umumnya mempunyai pH < 5 dan kandungan unsur-unsur N, P, K, dan
Ca rendah, sehingga untuk memperoleh pertumbuhan tanaman padi yang optimal,
sangat dibutuhkan external input berupa pupuk buatan, pupuk organik, dan kapur.
Dari hasil analisis contoh tanah dan katam, maka rekomendasikan pemupukan
padi sawah seperti tabel 60 dan 61 dibawah ini :
Tabel 60. Rekomendasi pemupukan padi sawah menggunakan pupuktunggal (Urea-TSP/SP-36- KCl) di Kep. Bangka Belitung.
Jenis Pupuk Takaran
(Kg/Ha)
Aplikasi Pemupukan
Dasar (*)
0-7 Hst
Susulan I
20-30 Hst
Susulan II
35-40 Hst
Kapur Pertanian 1.000 1.000* - -
Pupuk organik 0 - 600 0 - 600 - -
Urea 200 1/3 BWD BWD
SP-36 100 100 - -
KCl 100 50 -50 50
Tabel 61. Rekomendasi pemupukan padi sawah menggunakan pupukmajemuk (15-15-15-10) Kep. Bangka Belitung.
Jenis Pupuk Takaran(Kg/Ha)
Aplikasi PemupukanDasar (*)0-7 Hst
Susulan I20-30 Hst
Susulan II35-40 Hst
Kapur Pertanian 1.000 1.000* - -
Petro-organik 0 - 600 0 - 600 - -
Phonska 300 - 350 150 - 175 150 - 175
Urea 100 50 BWD BWDCatatan : (*) Pupuk diberikan setelah penggolahan tanah pertama
Page 111 of 204
Sasaran dan Realisasi Program PTT dan P2BN di Bangka Belitung
Realisasi program PTT dan P2BN di Bangka Belitung selama 3 tahun
terakhir (2012-2014), cenderung menurun, bila dibanding dengan tahun
2010/2011. Pada tahun 2010/2011 realisasi program SLPTT cukup baik dan
terjadi peningkatan produksi yang cukup signifikan terutama di kabupaten Bangka
Selatan. Alasan utama keberhasilan program SL-PTT pada tahun 2010/2011
adalah bantuan sarana produksi seperti benih, pupuk dan obat-obatan ada,
sedangkan pada tahun berikutnya yang ada hanya bantuan benih itu pun
realisasinya dan sering terlambat dan tidak sesuai dengan yang diminta oleh
petani.
Tabel 62. Sasaran dan Realisasi Program PTT Padi dan P2BN di BangkaBelitung, 2014
No. Kabupaten Program PTT Padi Realisasi Program PTTPadi
Sawah(Ha)
Ladang(Ha)
Total(Ha)
Sawah(Ha)
Gogo(Ha)
Total(Ha)
1. Bangka Selatan 4.000 1.000 5.000 2.900 - 2.9002. Bangka 1.000 - 1.000 500 - 5004. Bangka Barat 1.000 - 1.000 500 - 5005. Belitug Timur 1.000 - 1.000 580 - 580
Jumlah 7.000 1.000 8.000 4.850 - 4.850
Display Varietas Unggul Baru (VUB)
Pelaksanaan display VUB pada tahun 2014 dan tahun 2015 dilakukan
pada lahan bukaan baru yang tingkat produktivitasnya masi rendah, sedangkan
pada sawah yang produktivitasnya sudah tinggi > 5 ton/ha seperti Kecamatan
Toboali dan Kecamatan Air Gegas di Kabupaten Bangka Selatan, BPTP Bangka
Belitung hanya melakukan pendampingan teknologi dan pemantauan hama
penyakit serta meyediakan narasumber apabila diperlukan. Display VUB untuk
kabupaten Bangka Selatan difakuskan pada sawah bukaan baru di Desa Batu
betumpang, kecamatan Pulau Besar. Di kabupaten Bangka display VUB
dilakukan diDesa Labu, Kecamatan Puding Besar, sedangkan di kabupaten
Bangka Barat kegiatan Display VUB masih diletakan di Desa tuik, kecamatan
Kelapa, kabupaten Bangka Barat.
Page 112 of 204
Tabel 63. Hasil Display Uji VUB pendampingan PTT Padi pada MK. 2014
No. Kabupaten Luas (Ha) Varietas Hasil Ubinant/ha GKG
1. Bangka 0,5 Inpari 10Inpari 11Inpara 6Ciliwung (*)
5,54,54,06,0
2. Bangka Selatan 0,5 Inpari 10Inpara 2Inpago 8
6,03,24,8
Keterangan (* varietas pembanding)
Tabel 64. Hasil Display Uji VUB pendampingan PTT Padi pada MH. 2014/2015
No. Kabupaten Luas (Ha) Varietas Hasil Ubinant/ha GKG
1. Bangka Barat 1,0 Inpago-7Inpago-8Inpago-9
3,65,15,5
Rerata 4,72. Bangka 1,0 Inpari 23
Inpari 24Inpari 30Inpari 32Inpari 33Ciliwung *
5,44,05,47,06,64,6
Rerata 5,53. Bangka Selatan 3,0 Inpari 23
Inpari 24Inpari 28Inpari 29Inpari 30Inpari 32Inpari 33Inpago 7Inpago 8Inpago 9Inpari 10 *Inpara 2 *
4,75,02,75,04,56,12,94,74,53,83,54,4
Rerata 4,3Keterangan (* varietas pembanding)
Hasil ubinan pada kegiatan display VUB, baik yang dilaksanakan pada
MK ( April-September) 2014 maupun pada MH ( Oktober-Maret) 2014/2015
Page 113 of 204
hampir semua varieats yang diuji mempunyai daya adaptasi yang cukup tinggi,
hal ini ditunjukan oleh hasil produksi masing-masing varietas. Produksi hasil
VUB yang dilaksanakan pada MK atau musim tanam (MT) April-September 2014
maupun musim hujan (MH) atau Oktober-Maret 2014/2015 menunjukan hasil
yang cukup tinggi. Rata-rata hasil ubinan display VUB diatas rata-rata produksi di
Bangka Belitung yaitu 3,5 ton/ha.
Hasil Ubinan
Hasil ubinan pada kegiatan pendampingan PTT dan Program P2BN di
Bangka Belitung pada MK.I. (April - September 2014) dapat dilaksanakan di 5
Kabupaten yaitu : Bangka Selatan, Bangka, Bangka Tengah, Belitung Timur dan
Bangka Barat. Rendahnya hasil ubinan kegiatan pendampingan pada MK. I
disebabkan oleh banyaknya permasalahan dan kendala yang dihadapi dilapangan
seperti serangan hama penyakit seperti hama tikus, dan burung. Tingginya
serangan hama burung dan tikus tersebut disebabkan oleh rendahnya luas tanam
pada musim kemarau, sehingga hama tikus dan burung cukup dominan. Jumlah
petani yang mau tanam 2 kali setahun hanya sedikit. Hal ini disebabkan oleh
ancaman kekeringan dan hama penyakit pada MK.I (April-September).
Tabel 65. Hasil Pendampingan PTT Padi dan P2BN pada MK. (April- September)2014
No. KabupatenLuas Tanam
(ha)
ProduktivitasSistem TanamJajar legowo
(t/ha)
ProduktivitasSistem Tanam
Tegel (t/ha)
1 Bangka Selatan 350 5,0 4,52 Bangka 150 5,0 4,03 Bangka Tengah 69 4,5 3,04 Bangka Barat 150 3,0 2,05 Belitung Timur 350 6,0 4,56 Belitung 350 6,0 4,5
Jumlah 1.359
Pada MK. I (April-September) dengan total luas tanam seperti diatas
yang tersebar pada 6 kabupaten yang meliputi Bangka Selatan, Bangka, Bangka
Tengah, Bangka Barat, Belitung dan Belitung Timur dengan provitas 4,3 t/ha.
Rendahnya realisasi tanam pada MK.I disebabkan oleh kondisi sawah di Bangka
Page 114 of 204
Belitung rata-rata sawah bukaan baru dan irigasi yang ada belum berfungsi
dengan baik sehingga petani tidak mau tanam denganalas an takut gagal panen.
Tabel 66. Hasil Pendampingan PTT Padi dan P2BN pada MH.(Oktober-Maret)2014/2015
KabupatenLuas
Tanam(ha)
Produktivitas SistemTanam Jajarlegowo(t/ha)
ProduktivitasSistem Tanam
Tegel (t/ha)Bangka Selatan 2.900 5,6 4,5Bangka 200 5,0 4,5Bangka Barat 500 3,0 2,5Belitung Timur 580 6,0 5,5Belitung 350 6,5 5,0Total PTT 4.180Swadaya Petani 2.000 3,5 3,2
Total PTT danSwadaya Petani
6.180
Temu Lapang
Temu lapang pada kegiatan pendampingan PTT Padi di Bangka Belitung
dilaksanakan pada bulan Pebruari 2015 dilokasi pendampingan PTT kabupaten
Bangka Barat, dengan Judul “ TEMU TANI DAN PENYULUH MENDUKUNG
SWASEMBADA BERAS DI BANGKA BELITUNG”. Kegiatan temu lapang
dihadiri oleh Bapak Gubernur, Bupati, Kepala BPTP, dan Seluruh SKPD provinsi
dan Kabupaten Bangka Barat, serta tamu undanganm lainnya. Dalam kesempatan
tersebut, Kepala BPTP menyampaikan bahwa BPTP telah melakukan
pendampingan PTT Padidi kabupaten Bangka Barat mulai dari tahun 2012-2014
dengan menggunakan varietas unggul baru (VUB) Inhibrida Padi Gogo atau
INPAGO, mulai dari INPAGO 4, INPAGO 5, INPAGO 6, INPAGO 7, INPAGO
8, dan INPAGO 9. Hasil uji display semua varieas cukup adaptif untuk jenis
sawah tadah hujan dan produktovitasnya cukup tinggi rata-rata 4 – 5 ton/ha.
Namun dari semua varietas tersebut yang disukai oleh petani yaitu INPAGO 6,
INPAGO 7, INPAGO 8, sedangkan dari peanampilan sebenarnya INPAGO 9
paling baik namun dari segi nasinya kurang pulen sehingga kurang disukai oleh
petani.
Page 115 of 204
Analisis Finansial
Data agronomis pendampingan PTT di analisis secara ekonomi untuk
mengetahui tingkat efisiensi pendampingan PTT tersaji pada Tabel. 67
Page 116 of 204
Tabel 67. Analisis Usahatani Pendampingan PTT dan Program P2BN di Kep. Bangka Belitung, TA.2014
U r a i a n
Pendampingan MT (Januari-Oktober 2013)Kabupaten Bangka Barat Kabupaten Bangka Kabupaten Bangka Selatan
Volume(Kg/HOK)
Satuan(000)
Nilai(000)
Volume(Kg/HOK)
Satuan(000)
Nilai(000)
Volume(Kg/HOK)
Satuan(000)
Nilai(000)
A. Biaya Saprodi1. Benih2. Pupuk An-organik
- Urea- NPK
3. Pupuk Organik4. Kapur5. Pestisida
B. Biaya Tenaga Kerja1. Persiapan lahan2. Pengolahan lahan3. Pembuatan TAM4. Penanaman5. Pemupukan6. Pemeliharaan7. Panen, Pascapanen
30
100300
01.0001 Pkt
5205
35101030
15
2.512
01.0002.000
50505050505050
450
2503.600
01.0002.000
2501.000
2501.750
500500
1.500
25
100300
01.0001 Pkt
5205
35101030
15
2.512
01.0002.000
50505050505050
375
2503.600
01.0002.000
2501.000
2501.750
500500
1.500
25
100300
00
1 Pkt
5205
32101030
15
2.512
00
2.000
50505050505050
375
2503.600
00
2.000
2501.000
2501.600
500500
1.500
C. Jumlah Biaya 13.050 12.975 11.825D. Penerimaan(ton x Rp.3.700) 4,7 4,0 18.800 5,5 4,0 22.000 4,3 4,0 17.200E. Keuntungan 5.750 9.025 5.375F. B/C Ratio 1,44 1,69 1,45
Page 117 of 204
PENDAMPINGAN KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL)
Kegiatan ini akan dilaksanakan secara partisipatif dengan melibatkan
petani atau kelompok tani/kelompok rumah tangga di suatu kawasan penduduk
Kab. Belitung Timur, dengan memperhatikan potensi sumber daya yang dimiliki.
Kegiatan meliputi pendampingan dan diseminasi teknologi pertanian untuk
budidaya tanaman sayuran di lahan-lahan pekarangan. Pelaksanaan
pendampingan/diseminasi melibatkan Petugas Lapang setempat. Kegiatan ini
dilaksanakan pada Januari – Desember 2014 di Kabupaten Belitung Timur.
Lokasi pendampingan adalah lokasi KRPL tahun 2013, yaitu Desa Baru.
Tujuan kegiatan ini adalah: 1) Melakukan pendampingan inovasi
teknologi di lokasi KRPL Kabupaten Belitung Timur, 2) Melakukan
pendampingan inovasi teknologi di lokasi Kebun Bibit Desa KRPL Kabupaten
Belitung Timur. Keluaran yang diharapkan yaitu: 1) Terlaksananya pendampingan
inovasi teknologi di lokasi KRPL Kabupaten Belitung Timur, 2) Terlaksananya
pendampingan inovasi teknologi di lokasi Kebun Bibit Desa KRPL yang telah
terbentuk pada tahun 2013.
Pendampingan KRPL dan Pendampingan KBD di Kabupaten Belitung
Timur pada tahun 2014 dilaksanakan di lokasi yang telah didampingi pada tahun
2013, yaitu di Desa Baru ((2°51’19.36”S & 108°17’8.75”E.), Kecamatan
Manggar. Lokasi berada di kota Manggar. Anggota kelompok memiliki latar
belakang pendidikan dan tingkat pengetahuan yang beda-beda terhadap pertanian
dan tidak ada yang berlatar belakang sebagai petani, sehingga keragaman ini
menjadi karakteristik tersendiri dalam melaksanakan usahatani pekarangan.
Pekerjaan utama anggota KRPL Desa Baru adalah pegawai negeri dan swasta
dengan jumlah seluruhnya 10 KK.
Page 118 of 204
Perbaikan (upgrading) KRPL
Tabel 68. Data dan status penilaian KRPL Kabupaten Bangka Selatan tahun 2014
No Kecamatan Desa/Lokasi KRPLTahun 2012-2013
Desa/Lokasi KRPLyang diupgrade
Status Akhir2014 (setelahdiupgrade)
1 Manggar1) Desa Baru Desa Baru Hijau2) Desa Selinsing - Merah
Tabel 69. Hasil kegiatan upgrading M-KRPL Kabupaten Belitung Timur Tahun2014 serta masalah yang dihadapi
No LokasiKRPL(Desa,
Kecamatan)
KegiatanUpgrading
Status Upgrading Masalah/Kendala
Sebelum Sesudah
1 Desa Baru,Kec.Manggar
- Pendampinganbudidaya sayuran
- Pendampinganpengelolaan KBD
- UsahamemfungsikanKBD untukproduksi benihsayuran secaramandiri
Kuning Hijau 1) Status lahanuntuk KBDmerupakanpinjaman
2 KelurahanSelinsing,Kec.Gantung
- Pendampinganbudidaya sayuran
Merah Merah 1) Lemahnyakelembagaan dankomitmenmasyarakat KRPLuntukmelanjutkanKRPL menujulestari2) sumber airterbatas
Page 119 of 204
Pendampingan KRPL
Tabel 70. Kegiatan Pendampingan KRPL Kabupaten Belitung Timur yang telahdilaksanakan pada 2014
No Lokasi KRPL(Desa,
Kecamatan)
ProsedurPendampingan
Uraian/Materi
1 Desa Baru, Kec.Manggar
- Pertemuan kelompokKRPL
Pertemuan dan koordinasi antaratim pendampingan KRPL BPTP,PPL, dan anggota KRPLdilakukan untuk memberikansosialisasi dan pemahamanmengenai konsep pendampinganupgrading KRPL tahun 2014,
- Pendampinganbudidaya sayuran
Pendampingan teknik budidayasayuran di pekarangan. Materiyang disampaikan mulai daripenyiapan media, penyemaianbenih, perawatan tanaman,pengendalian hama penyakit danpemanfaatan/cara pengolahanuntuk konsumsi
- Pendampinganpengelolaan KBD
- Perluasan persemaian KBD- Pencampuran media tanam- cara penyemaian benih sayuran- Pengendalian H&P- Pengelolaan KBD dan Sistem
Pemasaran- Pendampingan
Kelembagaan- Peningkatan peran kelembagaan
kelompok dalam mengelolausahatani sayuran di pekarangan
- Sistem pemasaran hasil2 Desa Selinsing,
Kec. Gantung- Pendampingan
budidaya sayuranPendampingan teknik budidayasayuran di pekarangan,
Page 120 of 204
Tabel 71. Masalah Teknis Dan Non Teknis Yang Dihadapi Dalam Pendampingan,Serta Usulan Kegiatan Pendampingan Ke Depan
No Lokasi KRPL(Desa,
Kecamatan)
Masalah Usulan KegiatanPendampingan ke
depanTeknis Non Teknis
1 Desa Baru,Kec. Manggar
1) Pada saat musimkemarau (Juli –Oktober )memerlukan tenagaekstra untukpenyiraman tanamandan sebaliknya padamusim hujantanaman sayurancenderung kurangbaik karena hamapenyakit2) Budidaya dengansistem polybagsering kali padamusim hujan tetapitanaman tetapdisiram karena airhujan tidak masuk kepolybag terutamajika media tanamsudah tertupi kanopidaun tanaman3) Media tanampetani harusmembeli (tanah,pupuk kandang dll).
1) Beragamnyapengetahuan danketerampilanteknis budidayatanaman bagianggotakelompok2) Masih perlunyapeningkatankesadarananggota dalamberkelompok
Tidakmemungkinkandilanjutkan
2. Desa SelinsingKec. Gantung
1) LokasiPekarangan memilikitanah berpasir danmiskin hara,sehinggamemerlukan bahanorganik tinggi2) Pada saat musimkemarau (Juli –Oktober )memerlukan tenagaekstra untukpenyiraman tanamandan sebaliknya padamusim hujan
1) Bubarnyakelompok karenaketidak percayaananggota terhadapketua kelompok
Page 121 of 204
tanaman sayurancenderung kurangbaik karena hamapenyakit3) Tidak adanyasumber air terutamapada musimkemarau
Implementasi dan Kendala
a. Desa Baru, Kecamatan Manggar
Kegiatan m-KRPL pada tahun 2014, merupakan lanjutan dari kegiatan
tahun sebelumnya meliputi kegiatan budidaya tanaman sayuran. Pada
kelompok ini memilih tanaman cabe sebagai tanaman utama dengan beberapa
pertimbangan antara lain harga mahal, dan pemasaran sangat mudah karena
kebutuhan cabe bagi masyarakat masih didatangkan dari luar Belitung Timur,
Sedangkan tanaman sayuran lainnya ditanam untuk memeuhi kebutuhan
rumah tangga.
Anggota kelompok di Desa Baru ini adalah kelompok pemuda, sehingga
dalam mengelola kegiatan budidaya tanaman sayuran dipekarangan cukup
mudah. Dalam mengelola KBD setiap anggota bergiliran dan setiap harinya
berganti sesuai jadal yang telah ditentukan. KBD dikelola secara komersil
sehingga dapat menghasilkan uang dan modal untuk kegiatan selanjutnya.
Kendala teknis budidaya yang umum dikeluhkan anggota adalah
serangan hama penyakit pada berbagai tanaman yang dibudidayakan dan
memiliki keragaman penyakit pada setiap tanaman.
b. Desa Selinsing, Kecamatan Gantung
Kelompok KRPL di Desa Selinsing sudah bubar karena berbagai kendala
yang dihadapi baik teknis maupun non teknis. Kendala teknis seperti tanah
berpasir dan miskin hara, sulitnya mendapatkan tanah sebagai media tanam
utama, serangan hama penyakit, dan kendala air. Sedangkan non teknis
adalah ketidak percayaan anggota kelompok terhadap pengurus kelompok.
Page 122 of 204
MODEL PEMBANGUNAN PERTANIAN PEDESAAN MELALUI
INOVASI (m-P3MI)
Kegiatan m-P3MI di Kabupaten Belitung dilaksanakan di Desa Perpat
dan Desa Kembiri Kecamatan Membalong. Pada tahun 2014 merupakan lanjutan
dari kegiatan tahun sebelumnya meliputi budidaya padi, pembibitan dan budidaya
lada, pembibitan karet, perbibitan ternak ayam merawang melalui kegiatan
laboratorium inovasi. Namun demikian pada 2014 ini lebih difokuskan pada
pemeliharaan tanaman dan ternak, sedangkan komoditas padi dikembangkan
INPARI 19, karena varietas ini menunjukkan adaptasi yang cukup baik dengan
produksi rata-rata diatas 5 ton/ha.
Tujuan kegiatan ini adalah: 1) Pendampingan penerapan inovasi
teknologi pembibitan tanaman lada dan karet, 2) Pendampingan Pendampingan
penerapan inovasi teknologi tanaman padi sawah, 3) Pendampingan penerapan
inovasi teknologi ternak ayam merawang, 4) Pendampingan kelembagaan
kelompok tani. Keluaran kegiatan ini yaitu diharapkan : 1) Terlaksananya
pendampingan penerapan inovasi teknologi pembibitan tanaman lada dan karet, 2)
Terlaksananya pendampingan Pendampingan penerapan inovasi teknologi
tanaman padi sawah, 3) Terlaksananya pendampingan penerapan inovasi
teknologi ternak ayam merawang, 4) Terlaksannya pendampingan kelembagaan
kelompok tani.
Potensi Sumberdaya dan Permasalahan
Secara geografis, Kabupaten Belitung terletak antara 107o08’ BT sampai
107o58’ BT dan 02o30’ LS sampai 03o15’ LS dengan luas seluruhnya 229.369 ha
atau kurang lebih 2.293,69 km2. Dengan batas wilayah sebagai berikut : - Sebelah
Utara berbatasan dengan Laut Cina Selatan, - Sebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Belitung Timur, - Sebelah Selatan berbatasan dengan laut Jawa, dan -
Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Gaspar. Kabupaten Belitung merupakan
bagian dari wilayah Propinsi Kepulauan Bangka Belitung yang juga merupakan
wilayah kepulauan yang terdiri dari 98 buah pulau besar dan kecil. Pulau yang
terbesar adalah Pulau Belitung, disamping itu masih ada pulau besar lainnya
seperti : Pulau Seliu, Pulau Mendanau, dan Pulau Nadu yang terdiri dari 40 buah
Page 123 of 204
desa dan 2 Kelurahan yang tersebar di lima kecamatan yang dihuni dengan jumlah
penduduk 155.640 jiwa (berdasarkan Registrasi Penduduk 2010).
Kabupaten Belitung merupakan salah satu kabupaten di Propinsi
Kepulauan Bangka Belitung yang memiliki komitmen kuat dalam pengembangan
sektor pertanian.Kabupaten Belitung didominasi lahan kering dataran rendah
dengan iklim basah. Komoditas yang dominan diusahakan petani adalah
komoditas perkebunan seperti karet, lada dan kelapa sawit, sedangkan tanaman
pangan diusahakan petani dalam skala kecil.
Tabel 72. Jumlah Kecamatan dan Desa di Kabupaten Belitung
No. Kecamatan Jumlah Desa1. Tanjung Pandan 122. Membalong 123. Sijuk 84. Badau 65. Selat Nasik 4
Jumlah 42
Kegiatan m-P3MI di Kabupaten Belitung ditempatkan di Desa Perpat,
Kecamatan Membalong yang dimulai pada tahun 2011 dan pada tahun 2012
kegiatan dikembangkan di Desa Kembiri. Lokasi kegiatan di Desa Perpat
memiliki potensi sumberdaya lahan yang cukup beragam mulai dari lahan kering,
lahan basah dan pekarangan, sedangkan cakupan usaha tani yang dilaksanakan
petani juga cukup beragam seperti usaha tani padi pada lahan sawah irigasi dan
tadah hujan, perkebunan (karet, lada, sawit), sayuran dan hortikultura, kacang
tanah dan ternak (sapi, ayam) sebagaimana pada Tabel 2 berikut :
Tabel 73. Agroekosistem dan Komoditas Unggulan Di Lokasi MP3MI Kab.
Belitung
No. Agroekosistem Komoditas Luas(Ha)
1. Lahan Sawah Irigasi Padi Sawah 2022 Lahan Sawah Tadah
HujanPadi sawah 100
3. Lahan Kering Karet, lada, kebun campuran 1.1714. Lahan Pekarangan Sayuran, dan Ternak Sapi 16
Page 124 of 204
Desa Perpat dihuni oleh penduduk asli dan pendatang (Transmigran)
dari Pulau Jawa yang mendiami satu dusun dari 3 (tiga) dusun yang ada.
Penduduk asli pada umumnya melakukan usahatani perkebunan, sedangkan
penduduk transmigrasi pada umumnya adalah mengusahakan tanaman pangan dan
palawija, sayuran dan ternak serta tanaman perkebunan. Namun dalam
perkembangannya penduduk asli sebagaian telah melakukan usahatani padi dan
penduduk yang semula pendatang juga sudah mulai melakukan usahatani dibidang
perkebunan.
Secara umum permasalahan yang dihadapi pada sektor pertanian adalah
lahan pertanian memiliki tingkat kesuburan rendah, pH tanah rendah, struktur
tanah dominan pasir sehingga mudah erosi, terbatasnya tenaga kerja, sementara
setiap keluarga tani mengusahakan berbagai macam cabang usaha tani sekaligus,
sehingga kondisi ini mempengaruhi produktivitas dan produksi yang dihasilkan
menjadi kurang optimal, karena kurangnya pengelolaan budidaya dan penerapan
teknologi termasuk pada komoditas tertentu masih menggunakan varietas lokal.
Sedangkan kelembagaan penunjang cukup baik seperti kelembagaan sarana
pertanian, kelembagaan pemasaran hasil, kecuali kelembagaan kelompok tani
masih kurang optimal. Permasalahan lainnya adalah rendahnya kesuburan lahan
dan rendahnya akses teknologi.
Berdasarkan kondisi tersebut, maka pada kegiatan m-P3MI telah
introduksikan berbagai inovasi teknologi pada berbagai cabang usaha tani mulai
dari varietas, teknik budidaya, pengendalian OPT hingga pasca panen. Berbagai
introduksi dan rekayasa telah dilakukan sebagaimana diuraikan berikut :
Usahatani dan Usaha Penunjang
a. Usaha Tani Padi Sawah
Untuk mendukung peningkatan produksi, percepatan penyebaran inovasi
teknologi pertanian pada sektor tanaman pangan dengan komoditas padi,
maka pada tahun 2014 adalah melanjutkan pendampingan teknologi pada
kegiatan yang dilaksanakan pada tahun 2013 yang ditanam pada musim
tanam II (November) yang berlokasi di Desa Perpat dan panen aal tahun 2014
dengan rincian teknologi sebagai berikut:
Page 125 of 204
Tabel 74. Lokasi, Luas Demparm dan Penerapan Teknologi di Lokasi Kegiatanm-P3MI
No. Lokasi LuasPercontohan
(ha)
Penerapan Inovasi Teknologi
1. DesaPerpat
3 - Inpari 18 dan 19- Pengolahan lahan sempurna- Penggunaan Bahan organik- Sistem tanam legowo dan biasa- Pemupukan (Urea 200 kg/ha, TSP
150 Kg/ha, KCL 100 kg/ha)- Pengendalian OPT
2. DesaKembiri
2 - Inpari 19- Pengolahan lahan sempurna- Penggunaan Bahan organik- Sistem tanam legowo dan
penggunaan alat tanam/dan mesin- Pemupukan (Urea 200 kg/ha, TSP
150 Kg/ha, KCL 100 kg/ha)- Pengendalian OPT
Varietas inpari 19 yang diadaptasikan di Desa Kembiri (Dusun Air Gede)
memiliki produksi yang lebih rendah dibanding yang ditanam di Desa Perpat yaitu
dengan produksi 2,5 – 3.00 ton/ha. Sementara produksi di Desa Perpat mencapai
antara 5,5-6,3 ton/ha. Kondisi ini disebabkan karena di lahan sawah di Desa
Kembiri adalah lahan bukaan baru, disamping itu petani kooperator juga petani
baru yang belum banyak pengalaman menanam padi.
b. Usaha Tanaman Perkebunan
Pada lokasi m-P3MI di Kabupaten Belitung, lahan kering merupakan
salah satu agroekosistem yang dominan dan dimamfaatkan petani untuk usaha
tanaman perkebunan berupa tanaman karet, lada dan kelapa sawit disamping
tanaman jagung dan palawija lainnya seperti kacang tanah dan sayuran pada
musim penghujan. Tanaman kelapa sawit didominasi oleh perusahan perkebunan,
sedangkan tanaman lada dan karet diusahakan masyarakat. Permasalahan yang
dihadapi pada tanaman karet dan tanaman kelapa sawit yang diusahakan oleh
masyarakat adalah rendahnya produktivitas karena salah satunya disebabkan
Page 126 of 204
penggunaan bibit yang diperjual belikan tetapi tidak jelas asal usulnya. Disamping
teknik budidaya yang belum sesuai anjuran
Kegiatan m-P3MI untuk tanaman perkebunan pada Tahun 2014 yaitu
melanjutkan kegiatan sebelumnya diantaranya demplot lada sebanyak 500 batang,
dan kegiatan pembibitan karet di Desa Perpat dan Kembiri. Sebagaimana telah
dilaporkan sebelumnya bahwa pada tahun 2013 dibangun usaha perbibitan karet
yaitu pembangunan kebun entris sebanyak 400 batang dan 60.000 untuk kebun
bibit batang bawah yang berlokasi 2 desa tersebut, dan pada Tahun 2014 hanya
dilakukan pemeliharaan kebun entris dan kebun demplot lada, serta pertemuan
kelompok dalam rangka koordinasi dan sosialisasi kegiatan yang akan
dilaksanakan. Tujuan kegiatan ini adalah selain mengintroduksi batang entris
klon unggul PB-260 yang berasal Balit Karet Sembawa juga kegiatan ini menjadi
wahana pembelajaran dan pelatihan dalam rangka meningkatkan kemampuan dan
keterampilan bagi anggota kelompok tani yang ada.
c. Usaha Ternak Pembibitan Ayam Merawang
Ayam merawang merupakan salah satu ayam buras unggul di Bangka
Belitung yang perlu di kembangkan. Meskipun ayam merawang berasal dari
Kabupaten Bangka, namun demikian perlu dikembangkan di Pulau Belitung
karena selain memiliki keunggulan dari segi produksi telur, dan pertumbuhan
cepat juga permintaannya cukup tinggi serta pulau Belitung memiliki
agroekosistem yang relatif sama dengan pulau Bangka.
Selama ini jenis ayam kampung yang dipelihara di wilayah Belitung
adalah ayam buras/kampung yang memiliki produksiduktivitas relatif rendah,
sehingga diperlukan alternatif ayam buras unggul untuk peningkatan produksi
telur dan daging, apalagi ayam merawang merupakan tipe ayam dwi guna.
Berdasarkan hal tersebut dan atas permintaan masyarakat, maka telah ayam
merawang telah dintroduksikan kepada kelompok peternak perbibitan sebanyak
200 ekor dalam bentuk DOC pada tahun 2012 dan dilakukan pembesaran hingga
kegiatan diseleksi pada tahun 2013.
Page 127 of 204
Tabel 75. Karakteristik Telur Ayam Merawang Kegiatan m-P3MI di Belitung
2014
No. Uraian Ayam MerawangI. BERAT TELUR
- Berat telur (minimal, gram) 42.90- Berat telur (maksimal, gram) 46.80- Berat telur (rata-rata, gram) 45.05- Berat tetas (minimal, gram) 30.02- Berat tetas (maksimal, gram) 32.60- Berat tetas (rata-rata, gram) 33,55
II ANAK AYAM (DOC)- Berat DOC (minimal, gram) 40,00- Berat telur (maksimal, gram) 50,00- Berat telur (rata-rata, gram) 46,40
Kegiatan pembibitan ayam merawang dipelihara oleh kelompok peternak
sebanyak 6 orang dan pada tahun 2014 kegiatan pembibitan ayam merawang
sudah berjalan dengan memproduksi telur dan DOC meskipun belum optimal,
akan tetapi kelompok pembibitan ayam merawang ini telah menghasilkan bibit
ayam dan telah tersebar ke berbagai wilayah Belitung.
Dari data hasil penimbangan telur dan DOC yang dihasilkan
menunjukkan bahwa telur ayam merawang hasil produksi kelompok peternak ini
cukup baik sebagaimana pada Tabel diatas. Berat telur kelompok peternak
tersebut lebih berat dibanding hasil yang dicapai Abu Bakar, et al, (2005) yaitu
rata-rata 41,5 g/butir. Termasuk berat DOC lebih baik dari hasil yang dilaporkan
Imam Rahayu (2003) yaitu rata-rata 31 g/ekor, sementara petani koopertor di
Belitung mencapai rata-rata berat DOC 46,40 g/ekor. Tingginya hasil yang
dicapai tersebut kemungkinan disebabkan oleh faktor pakan, dan sistem
pemeliharaan. Permasalahan yang dihadapi adalah banyaknya gangguan dari kera
liar yang sering memakan telur ayam yang dihasilakan dan sulit diatasi, selain
persoalan pakan yang belum dapat dihasilkan petani sesuai mutu dan kualitas
yang diharapkan.
Page 128 of 204
PENDAMPINGAN USAHA AGRIBISNIS PEDESAAN (PUAP)
Pelaksanaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) tahun
2014 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengacu kepada pola dasar yang di
tetapkan dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 01/Permentan/OT.140/1/2014
tentang Pedoman Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Tahnun
2014. BPTP Kepulauan Bangka Belitung yang ditetapkan sebagai sekretaris
Program PUAP di Propinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan tugas utamanya
adalah mengkoordinasikan dan menverifikasi dokumen Gapoktan penerima dana
BLM PUAP 2014 dari kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
serta membantu pelaksanaan pelaporan bulanan Penyelia Mitra Tani (PMT).
Jumlah desa atau gapoktan yang menerima Program dana PUAP di Wilayah
Kepulauan Bangka Belitung tahun 2008-2014 sejumlah 275 gapoktan/Desa yang
terdiri tahun 2008 ada 61 desa, tahun 2009 sejumlah 78 desa, tahun 2010
sebanyak 43 desa, tahun 2011 37 desa, tahun 2012 ada 22 desa, tahun 2013
sejumlah 24 Desa dan tahun 2014 sejumlah 10 Desa.
Tujuan kegiatan adalah: a. Melakukan Verifikasi dokumen Gapoktan
calon penerima dana BLM-PUAP 2014 dari masing-masing kabupaten, b.
Mengkoordinasikan pelaksanaan PUAP ditingkat Propinsi antara Tim PUAP
Pusat, Tim Pembina Propinsi, Tim Teknis Kabupaten, Penyuluh Pendamping
PUAP dan Penyelia Mitra Tani, c. Membantu Pelaksanaan pelaporan bulanan
PMT, d. Melakukan pendampingan teknis teknologi inovasi usaha ekonomi
produktif pertanian ke gapoktan. Keluaran yang diharapkan yaitu: 1.
Terverifikasinya dokumen Gapoktan calon penerima dana BLM-PUAP 2014 dari
masing-masing kabupaten; 2. Terkoordinasinya pelaksanaan PUAP ditingkat
Propinsi antara Tim PUAP Pusat, Tim Pembina Propinsi, Tim Teknis Kabupaten,
Penyuluh Pendamping PUAP dan Penyelia Mitra Tani, 3. Terlaksananya alur
pelaporan bulanan PMT, 4. Terlaksananya pendampingan teknis teknologi inovasi
usaha ekonomi produktif pertanian ke Gapoktan.
Verifikasi Dokumen Gapoktan
BPTP Kepulauan Bangka Belitung bertugas melakukan verifikasi
dokumen Gapoktan penerima dana BLM-PUAP tahun 2014 di Provinsi
Page 129 of 204
Kepulauan Bangka Belitung. Gapoktan penerima dana BLM-PUAP ditentukan
oleh Tim PUAP Pusat, namun sebelumnya setiap desa diharuskan mengusulkan
terlebih dahulu gapoktan calon penerima PUAP yang diketahui oleh Kepala Desa,
Kepala BPP setempat dan disetujui oleh Tim Teknis Kabupaten. Desa calon
penerima gapoktan PUAP selanjutnya diusulkan oleh Bupati/walikota kepada Tim
PUAP Pusat.
Tabel 76. Usulan Desa PUAP tahun 2014 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
No Kab Jumlah Usulan (Desa)1 Belitung Timur -2 Belitung -3 Bangka Barat 64 Bangka 35 Bangka Selatan -6 Bangka Tengah 37 Pangkalpinang -
Total Usulan 12
Tim PUAP Pusat selanjutnya melakukan overlay terhadap Desa,
Gapoktan dan Pengurus Gapoktan menjadi Daftar Nominasi Sementara (DNS)
yang meliputi daftar desa, Gapoktan dan Pengurus Gapoktan calon penerima
BLM-PUAP. DNS tersebut disampaikan kepada Tim Teknis Kabupaten melalui
BPTP Kepulauan Bangka Belitung untuk diverifikasi kebenarannya. DNS yang
telah benar selanjutnya dilakukan pemberkasan dokumen oleh gapoktan dan yang
belum sesuai diusulkan untuk di revisi.
Page 130 of 204
Tabel 77. Daftar Nominasi Sementara (DNS) calon gapoktan penerima BLM-PUAP Tahun 2014 Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
No Dns Kab Kec Desa/kel. GapoktanTahap ke
1 3 Bangka Barat Parit Tiga Semulut Karsa Sejati2 3 Bangka Barat Parit Tiga Teluk Limau Teluk Limau jaya3 3 Bangka Barat Parit Tiga Telak Tunas harapan4 3 Bangka Barat Parit Tiga Puput Gapput5 3 Bangka Barat Parit Tiga Bakit Bakit Selalu Jaya6 3 Bangka Barat Parit Tiga Kelabat Kelabat jaya
7 3BangkaTengah
NamangCambaiSelatan
Aneka Bersama
8 3 Bangka Merawang Baturusa Baturusa Vokasi9 3 Bangka Merawang Jurung Maju Bersama10 3 Bangka Mendo barat Air Buluh Usaha Bersama
Berkas dokumen calon gapoktan penerima dana BLM-PUAP tahun 2014
yang sudah selesai diberkaskan di teliti dan diverifikasi oleh BPTP Kepulauan
Bangka Belitung yaitu dokumen RUB dan dokumen admisnistrasi pendukung
lainnya. Verifikasi dokumen meliputi :
1. Kesesuaian nomor dan nomenklatur dokumen perjanjian kerjasama, surat
perintah kerja, berita acara, pakta integritas, kuitansi, fotokopi KTP
pengurus gapoktan dan buku tabungan gapoktan
2. Memastikan bahwa penjumlahan dana dokumen RUB dan dana BLM-
PUAP tidak melebihin Rp. 100.000.000,- (seratus juta)
3. Kebenaran data-data yang diinput oleh PMT dan Tim Teknis kabupaten
Kota dalam bentuk CD file SPP-LS
4. RUB dan dokumen pendukung yang belum memenuhi syarat akan
dikembalikan untuk diperbaiki dan bila telah lengkap akan diteruskan ke
Tim PUAP Pusat.
5. Dokumen yang telah dinyatakan lengkap dan benar,dibuat berita acara
verifikasi oleh BPTP Kepulauan Bangka Belitung dan dikirimkan kepada
Tim PUAP Pusat (Direktorat Pembiayaan Pertanian)
Page 131 of 204
Tabel 78 Data Dokumen RUB dan Dokumen Administarsi pendukung lainnya
yang dinyatakan benar dan lengkap dan dikirim ke Tim PUAP Pusat
(Direktorat Pembiayaan)
No Dns Kab Kec Desa/kel. GapoktanTahap ke
1 3 Bangka Barat Parit Tiga Semulut Karsa Sejati
2 3 Bangka Barat Parit TigaTelukLimau
Teluk Limau jaya
3 3 Bangka Barat Parit Tiga Telak Tunas harapan4 3 Bangka Barat Parit Tiga Puput Gapput5 3 Bangka Barat Parit Tiga Bakit Bakit Selalu Jaya6 3 Bangka Barat Parit Tiga Kelabat Kelabat jaya
7 3BangkaTengah
NamangCambaiSelatan
Aneka Bersama
8 3 Bangka Merawang Baturusa Baturusa Vokasi9 3 Bangka Merawang Jurung Maju Bersama10 3 Bangka Mendo barat Air Buluh Usaha Bersama
Dokumen RUB dan dokumen Administrasi pendukung lainnya yang
telah diterima oleh Tim PUAP Pusat diverifikasi kembali dan dokumen yang
dinyatakan sudah benar dan lengkap melalui surat keputusan Direktur jenderal
Prasarana dan sarana Pertanian atas nama Menteri Pertanian ditetapkan sebagai
Gapoktan Penerima dan BLM-PUAP tahun 2014. Penetapan gapoktan penerima
dana BLM-PUAP ini diiringi dengan penyaluran dana ke rekening gapoktan
sejumlah Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah) melalui mekanisme pembayaran
langsung ke rekening gapoktan.
Page 132 of 204
Tabel 79 Gapoktan penerima dana BLM-PUAP Tahun 2014 Provinsi KepulauanBangka Belitug.
No KAB KEC DESA/KEL. GAPOKTAN DNSTahap
ke
Sk.Tahap
ke
SK Menteri No.
1BangkaBarat
Parit Tiga Semulut Karsa Sejati 3 8 806/Kpts/SR.210/B/12/2014
2BangkaBarat
Parit Tiga Teluk LimauTeluk Limaujaya
3 6 760/Kpts/OT.140/B/10/2014
3BangkaBarat
Parit Tiga TelakTunasharapan
3 5 684/Kpts/OT.140/B/10/2014
4BangkaBarat
Parit Tiga Puput Gapput 3 6 760/Kpts/OT.140/B/10/2014
5BangkaBarat
Parit Tiga BakitBakit SelaluJaya
3 5 684/Kpts/OT.140/B/10/2014
6BangkaBarat
Parit Tiga Kelabat Kelabat jaya 3 5 684/Kpts/OT.140/B/10/2014
7BangkaTengah
NamangCambaiSelatan
AnekaBersama
3 5 684/Kpts/OT.140/B/10/2014
8 Bangka Merawang BaturusaBaturusaVokasi
3 5 684/Kpts/OT.140/B/10/2014
9 Bangka Merawang JurungMajuBersama
3 5 684/Kpts/OT.140/B/10/2014
10 BangkaMendobarat
Air BuluhUsahaBersama
3 5 684/Kpts/OT.140/B/10/2014
Penyelia Mitra Tani (PMT)
Tahun 2014 perpanjangan kontrak kerja PMT dilakukan oleh Direktorat
Pembiayaan Pertanian. Kontrak Kerja di mulai pada tanggal 1 Maret 2014 dan
berakhir pada tanggal 30 Oktober 2014 dengan total jumlah PMT se Bangka
Belitung 9 orang. Kontrak Biaya Operasional Penyelia (BOP) dimulai awal bulan
April dan berakhir pada tanggal 30 November 2014. BOP bisa dicairkan dengan
syarat PMT yang bersangkutan harus menyerahkan laporan bulanan kepada Tim
PUAP Pusat c.q. BPTP Kepulauan Bangka Belitung. Pada awal bulan Juli 2014
ada penambahan jumlah PMT sejumlah 2 orang yaitu 1 orang PMT dari
Kabupaten Bangka Barat dan 1 orang lagi PMT dari Kabupaten Bangka Tengah
sehingga total PMT yang ada sejumlah 11 orang.
Page 133 of 204
Tabel 80. Penyelia Mitra Tani Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun 2014.
Kabupaten PMT Kontrak KerjaBangka Barat 1. Suar, SE Maret- Oktober 2014
2. Rusdi, SP Juli - Oktober 2014Bangka Selatan 1. Ira Marlina, SE Maret- Oktober 2014
2. Budi Setiawan, S.Sos Maret- Oktober 2014Bangka 1. Agus Salim, S.Ag Maret- Oktober 2014
2. Dewi Puspasari, SP Maret- Oktober 2014Bangka Tengah 1. Kahwayudi, SP Maret- Oktober 2014
2. Burhan, SP Juli - Oktober 2014Belitung 1. Andre Auris Maret- Oktober 2014
2. Firmansyah Maret- Oktober 2014Belitung Timur 1. Rianto, STP Maret- Oktober 2014
PMT wajib menyerahkan laporan bulanan sesuai dengan format yang
telah ditetapkan oleh Tim PUAP Pusat dalam bentuk soft copy dan hard copy
paling lambat tanggal 10 setiap bulannya ke BPTP Kepulauan Bangka Belitung
selaku sekretariat PUAP Provinsi. PMT yang terlambat menyerahkan laporan
berakibat tidak akan direkomendasikan oleh BPTP Kepulauan Bangka Belitung
untuk pencairan dana BOPnya, dimana pencairan dana BOP dilakukan oleh PPK
Direktorat Pembiayaan Pertanian.
Selain merekomendasikan pencairan BOP, BPTP kepulauan Bangka
Belitung juga selaku Sekretaris Pembina PUAP Provinsi melakukan evalusi
terhadap kinerja PMT. Hasil penilaian terhadap kinerja PMT selama tahun 2014
seperti tabel dibawah ini.
Page 134 of 204
Tabel 81. Kinerja PMT tahun 2014
No Nama PMT Lokasi PMT(Kab./Kota)
KinerjaBaik Sedang Kurang
1 Suar, SE Bangka Barat √2 Rusdi, SP Bangka Barat √3 Ira Marlina, SE Bangka Selatan √4 Budi Setiawan,
S.SosBangka Selatan √
5 Agus Salim,S.Ag
Bangka √
6 Dewi Puspasari,SP
Bangka √
7. Kahwayudi, S.P Bangka Tengah √8. Burhan, SP Bangka Tengah √9. Andre Auris Belitung √10. Firmansyah Belitung √11. Rianto, STP Belitung Timur √
Pendampingan teknis teknologi inovasi usaha ekonomi produktif.
BPTP Kepulauan Bangka Belitung melakukan pendampingan dalam
bentuk pendampingan teknis teknologi inovasi usaha ekonomi produktif.
Pendampingan dilakukan kepada Gapoktan penerima dana PUAP tahun 2008 –
2013. Beberapa gapoktan yang telah dilakukan pendampingan antara lain
Kabupaten Bangka Barat yaitu Gapoktan Pakat Desa Tuik, Gapoktan Tebing Jaya
Desa Tebing, Kabupaten Bangka yaitu Gapoktan Sinar Abadi Desa Penyamun,
Gapoktan Sejahtera Desa Kemuja, Gapoktan Berkah Desa Petaling, Kabupaten
Bangka Tengah yaitu Gapoktan Mustika Jaya Desa Pinang Sebatang, Gapoktan
Sebelukar Desa Namang, Gapoktan Hijau Tani Ceria Desa Terentang Kabupaten
Bangka Selatan Gapoktan Sadap Pagi Desa Rindik dan Gapoktan Green Pasti
Desa Pasir Putih.
Gapoktan yang memenuhi kriteria sebagai Gapoktan aktif juga dilakukan
pembinaan terkait usaha ekonomi produktif yang berkembang di Gapoktan guna
diarahkan kepada pembentukan LKM-A (Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis)
yang merupakan salah satu unit usaha otonom yang ada di gapoktan PUAP.
Page 135 of 204
PENDAMPINGAN KATAM
Tujuan kegiatan Diseminasi pendampingan Kalender Tanam Terpadu di
Kep. Bangka Belitungadalah untuk : 1) Melaksanakan pendampingan Kalender
Tanam terpadu di 5 Kabupaten pada hamparan SL-PTT dan program P2BN, 2)
Menyiapkan informasi dan materi penyuluhan berupa kalender tanam terpadu, dan
narasumber, 3) Melaksanakan sosialisasi dan pelatihan cara mengakses Kalender
Tanam Terpadu (Katam) dalam rangka mengantisipasi dampak perubahan iklim di
Kep. Bangka Belitung. Keluaran yang diharapkan dari kegiatan Diseminasi
pendampingan Kalender Tanam Terpadu di Kep. Bangka Belitungadalah untuk :
1) Terlaksananya diseminasi dan Pendampingan Kalender Tanam di 5 Kabupaten
pada hamparan SL-PTT dan Program P2BN, 2) Tersedianya informasi dan materi
penyuluhan berupa Kalender tanam terpadu dan narasumber, dan 3)
Terlaksananya sosialisasi dan pelatihan cara mengakses Kalender Tanam Terpadu
(Katam) dalam rangka mengantisipasi dampak perubahan iklim di Kep. Bangka
Belitung.
Workshop Kalender Tanam MT. II Tahun 2014
Tim gugus tugas Kalender Tanam seluruh Indonesia mengikuti kegiatan
workshop menghadapi MT. II tahun 2014 yang dilaksanakan di Auditorium
Sadikin Sumintawikarta – Bogor. Workshop ini dihadiri oleh 33 (tiga puluh tiga)
BPTP dan Loka dan dilaksanakan untuk menyamakan persepsi dan pemahaman
bagi tim katam seluruh Indonesia tentang Kalender Tanam Terpadu yang
senantiasa dinamis mengalami perubahan dari Katam versi sebelumnya.
Pembentukan Tim Katam
Untuk memudahkan pelaksanaan kegiatan pendampingan Katam 2014
maka dibentuklah tim Katam. Setiap anggota tim memiliki tugas pokok dan fungsi
masing-masing yang bertujuan mempermudah dan memperlancar kegiatan katam.
Berikut disajikan susunan tim dan tugas masing-masing pada kegiatan katam
tahun 2014.
Page 136 of 204
Tabel 82. Tim Katam 2014
NO NAMA/NIPJABATAN
FUNGSIONALBID.KEAHLIAN
JABATANDALAM
KEGIATAN
URAIANTUGAS
ALOKASIWAKTU
(J/mg)1 Feriadi, S.P.
19830717 201101 1 015PenyuluhPertama/Sosek
PJ RDHP/ Mengkoordinir,perencanaan,pelaksanaankegiatan
20
2 Sugito, SP197301292008011004
Penyuluh Pertama/Agronomi
PJ RODHP/Anggota
MembantuPelaksanaanKegiatan
20
3 Ahmadi, S.P., M.Sc196810012005011001
PenelitiPertama/FarmingSystem
Anggota MembantuPelaksanaanKegiatan
16
4 Kiki Yolanda, S.P198011042011012010
PNK/HamaPenyakit
Anggota MembantuPelaksanaanKegiatan
16
5 Estie Estalita, S.I.Kom.19841107 200912 2 006
PNK/ Komunikasi Anggota MembantuPelaksanaanKegiatan
16
6 Sri Kurniaty19771728 200812 2 001
PembantuAdministrasi
Anggota MembantuPelaksanaanKegiatan
8
Sosialisasi Kalender Tanam Terpadu
Sosialisasi Kalender Tanam Terpadu (Katam) dilaksanakan di 6 (enam)
Kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meliputi Kabupaten Bangka,
Kabupaten Bangka Barat, Kabupaten Bangka Selatan, Kabupaten Bangka Tengah,
Kabupaten Belitung dan Kabupaten Belitung Timur.
Gambar 44. Sosialisasi katam MT. II Tahun 2014 di Kabupaten Bangka
Kegiatan sosialisasi ini bertujuan untuk memperkenalkan dan
memberikan gambaran tentang Katam kepada stakeholders terkait. Dengan
Page 137 of 204
adanya kegiatan sosialisasi ini, tim gugus tugas katam BPTP Kep. Bangka
Belitung dapat mengetahui umpan balik dan menjaring permasalahan penerapan
katam ditingkat petani. Rincian sosialisasi katam dapat dilihat pada tabel 83
berikut ini.
Tabel 83. Sosialisasi Katam di Kep. Bangka Belitung
NOLOKASI SOSIALISASI
KEHADIRAN(JUMLAH ORANG)
KEHADIRAN BPP(UNITBPP)
BPP YANGMENGHADIRI
KAB KECPENYU
LUHDINAS
PETANI
1 BANGKASUNGAILIAT
25 35 - 8
Dilaksanakan diBadan KetahananPangan danPelaksanaPenyuluhan Kab.Bangka
2BANGKABARAT
KELAPA 10 20 55 2
Sosialisasi dihadiri oleh KepalaBakorluh Prov.Babel, KepalaDinas PertanianBangka Barat,Kepala BadanKetahananPangan bangkaBarat, AparatDesa Tuik, PPLdan petani.
3BANGKATENGAH
NAMANG 11 3 - 1
Potensi sawahyang ada diKabupatenBangka Tengahhanya terdapat diKecamatanNamang, olehkarena itu BPPyang hadir hanyaBPP Namang
Page 138 of 204
4BANGKASELATAN
TOBOALI 20 5 58 1
Dilaksanakansebanyak 2 kali.Pertamadilaksanakan diBPP Toboali danyang keduadilaksanakan dipertemuankelompok taniDesa Rias.
5 BELITUNGTANJUNGPANDAN
45 5 0 5
Dilaksanakanpada tanggal 27Juni 2014diintegrasikandengan kegiatanKP3SL di Kab.Belitung
6BELITUNGTIMUR
MANGGAR 33 3 0 4
Dilaksanakanpada tanggal 30Juni 2014diintegrasikandengan kegiatanKP3SL di Kab.Belitung Timur
Distribusi Kalender Tanam Terpadu MT II Tahun 2014
Sasaran utama dalam pendistribusian katam adalah Kabupaten atau
Kecamatan yang memiliki potensi padi sawah, jagung dan kedelai. Pertimbangan
distribusi tersebut berkaitan dengan cakupan informasi yang ada dalam Katam.
Page 139 of 204
Gambar 45. Pembagian Katam dalam bentuk cd, poster, booklet dan buku.
Untuk memudahkan transfer informasi langsung ke pengguna, maka
katam disusun dalam beberapa bentuk media.Kalender Tanam Terpadu di
distribusikan dalam bentuk buku, cd, poster, dan booklet. Sebaran distribusi katam
dapat dilihat pada tabel 84 berikut ini.
Tabel 84. Distribusi Katam MT II Tahun 2014
NOKABU
PATENKEC
BUKU(EKS)
CD(BH)
POSTER(LBR)
WHITEBOARD
(BH)
RollBanner
(BH)KET.
1 Bangka
Mendo Barat 2 4 10 1 0DiberikansaatpertemuanseluruhPPL Kab.Bangka diDispertaSungai liat
Merawang 2 4 10 1 0
PudingBesar
2 4 10 1 0
Riau Silip 2 4 10 1 0
2 BangkaBarat
Kelapa 3 6 0 0 0Dibagikansaat temulapang disaung tanidalamrangkapersiapantanam MT.II
Mentok 0 0 0 1 0
Page 140 of 204
3 BangkaTengah
Namang 2 4 10 1 0Diberikandi BPPNamang
4BangkaSelatan
Toboali 3 4 10 1 0SebagiandibagikanmelaluiBadanPelaksanaPenyuluhan danKetahananPanganKab.BangkaSelatan.SedangkanuntukToboali dibagikansaatpertemuanPPL danPetanidalamrangkaPersiapanMT. IIPadi sawah
Pulau Besar 1 2 10 1 0
SimpangRimba
1 2 10 1 0
LeparPongok
1 2 10 1 0
KepulauanPongok
1 2 10 1 0
Air Gegas 1 2 10 1 0
5 Belitung
TanjungPandan
4 4 10 1 0DibagikanmelaluipertemuanPPL danPetanipadaKegiatanKP3SL diDispertaKab.Belitung
Membalong 3 2 10 1 0
Sijuk 3 2 10 1 0
Badau 3 2 10 1 0
6BelitungTimur
Gantung 4 4 10 1 0DibagikanmelaluipertemuanPPL danPetanipadaKegiatanKP3SL diDispertaKab.BelitungTimur
SimpangPesak
3 2 10 1 0
Dendang 3 2 10 1 0
SimpangRenggiang
3 2 10 1 0
7Pangkalpinang
-0 0 60 0 2
60 lembarposterdibagikan
Page 141 of 204
kepadapesertaPelatihanPetugasPos Hujandi PulauBangkayangdiselenggarakan olehStasiunMeteorologi danGeofisikaPkp.Sedangkanroll bannerdi pasangdi kantorBPTP.
Jumlah 47 60 250 20 2
Distribusi Kalender Tanam Terpadu MT I Tahun 2014/2015
Distribusi Katam MT I Tahun 2014/2015 dimulai pada bulan september
tahun 2014. Pada MT I Tahun 2014/2015 terjadi pergeseran jadwal tanam yang
disebabkan oleh musim kering yang lebih panjang. Dilakukan dengan penyebaran
booklet level Kabupaten pada setiap Kabupaten yang memiliki potensi padi sawah
meliputi Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, bangka Selatan,
Belitung dan Belitung Timur. Rincian penyebaran katam MT 1 tahun 2014/2015
dapat di lihat pada tabel 85. Berikut ini.
Page 142 of 204
Tabel 85. Distribusi booklet level Kabupaten Katam MT 1 Tahun 2014/2015
NoKabupaten
JumlahBooklet
Satuan Keterangan
1 Bangka 11 Eks
Diberikankepadapenyuluh danpetani yangmemilikipotensi sawah
2 Bangka Barat 11 Eks
Diberikankepadapenyuluh danpetani yangmemilikipotensi sawah
3 Bangka Selatan 11 Eks
Diberikankepadapenyuluh danpetani yangmemilikipotensi sawah
4 Bangka Tengah 11 Eks
Diberikankepadapenyuluh danpetani yangmemilikipotensi sawah
5 Belitung 11 Eks
Diberikankepadapenyuluh danpetani yangmemilikipotensi sawah
6 Belitung Timur 11 Eks
Diberikankepadapenyuluh danpetani yangmemilikipotensi sawah
Respon Instansi terkait Berkaitan dengan Katam
Secara umum, respon instansi terkait seperti Dinas Pertanian, Badan
Ketahanan Pangan, Balai Penyuluhan dan masyarakat masuk dalam kategori baik.
Kalender Tanam Terpadu hingga saat ini masih sangat diperlukan bagi penyuluh
Page 143 of 204
sebagai bahan utama dalam melaksanakan penyuluhan pertanian yang berkaitan
dengan jadwal tanam, rekomendasi pemupukan dan rekomendasi varietas tanaman
pangan, khususnya padi, jagung dan kedelai. Informasi Katam yang ada, tidak
sepenuhnya bisa diterapkan di tingkat petani. Beberapa informasi yang dapat di
jadikan acuan bagi petani dalam usaha taninya adalah rekomendasi varietas,
rekomendasi pemupukan, dan prediksi serangan Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT). Sedangkan informasi lain yang tercantum dalam Katam seperti jadwal
tanam, dibeberapa Kabupaten dan secara umum belum dijadikan bahan acuan oleh
petani. Hal ini terjadi akibat perubahan iklim yang ekstrim sehingga terjadi
pergeseran musim hujan dan kemarau dari perkiraan yang ditetapkan.
Gambar 46. Katam dalam bentuk stand Banner (a) dan dalam bentuk CD (b)
Page 144 of 204
PERBENIHAN PADI T.A. 2014
Kegiatan akan dilaksanakan dari bulan Januari s/d. Desember 2014 pada
MT II (April - Septemberl) 2014 dan MT I. (Oktober - Maret) tahun 2015 di KP
Batu Betumpang, Kabupaten Bangka Selatan. Tujuan kegiatan ini adalah : 1.
Memproduksi benih padi kelas SS dan ES, 2. Menyebarkan benih padi VUB ke
pengguna. Keluaran yang diharapkan antara lain : 1. Tersediannya benih padi
sebanyak 19 ton kelas SS dan ES, 2. Tersebarnya benih padi kepada pengguna.
Perbanyakan Perbenihan
Pelaksanaan kegiatan perbenihan dilakukan di KP Batu Betumpang,
dengan alasan untuk mengoptimalkan pemanfaatan Kebun Percobaan. Di mana
Kebun Percobaan Batu Betumpang merupakan KP yang baru dibuka dengan
agroekosistem dataran rendah ilkim basah, sehingga pemanfaatannya diutamakan
untuk tanaman pangan khususnya padi. Selain itu perbanyakan perbenihan ini
juga sebagai tempat percontohan bagi petani untuk tempat belajar dan
membuktikan bahwa penanaman padi di MT II (April – September) bisa
dilakukan. Sehingga diharapkan petani di sekitar KP akan semangat dan mencoba
untuk menanam padi dua kali setahun.
Perbanyakan perbenihan pada bulan April – September 2014 seluas 5,5
ha ,dengan tiga varietas yaitu Inpari 10, Inpara 2, dan Inpago 8 seperti telampir
dalam tabel 86.
Tabel 86. Jenis Varietas pada penanaman MT II (April – September) 2014
No Varietas Kelas Luas (Ha) Asal
1 Inpari 10 SS 1 BB Padi
2 Inpara 2 SS 1,5 BB Padi
3 Inpago 8 SS 3 BB Padi
Sedangkan penanaman ke dua yaitu pada bulan Oktober – Maret
2014/2015 seluas 9,5 ha dengan varietas inpari 10, Inpara 2, Inpago 8 dan Inpari
30, seperti terlampir dalam tabel 87.
Page 145 of 204
Tabel 87. Jenis varietas pada penanaman MT I (Oktober –Maret) 2014/2015
No Varietas Kelas Luas (Ha) Asal
1 Inpari 10 SS 3 BB Padi2 Inpara 2 FS 2,5 BB Padi3 Inpago 8 SS 2 BB Padi4 Inpari 30 Ciherang
sub 1SS 2 BB Padi
Alasan pemilihan varietas tersebut di atas adalah untuk mewakili jenis
padi yang sesuai dengan agroekosistemnya, di mana usaha tanaman padi di
wilayah Bangka Belitung lahannya beragam, yaitu berupa lahan sawah irigasi,
lahan rawa,dan lahan kering. Ketiga jenis varietas tersebut sebelumnya sudah diuji
adaptasikan melalui kegiatan SLPTT.
Perkembangan Tanaman
Pada awal penanaman MT II, sawah dalam kondisi macak-macak, dan
ada beberapa bagian yang kering, karena lahan lebih tinggi dan tidak rata,
sehingga tanaman yang tumbuh di lahan yang kering banyak yang mengalami
kematian karena terserang hama orong-orong. Pengendalian dilakukan dengan
pemberian insektisida Furadan.
Pada Pertumbuhan vegetative tanaman untuk semua varietas
menunjukan perfome yang baik, kecuali pada varietas Inpago 8, pertumbuhan
awal terhambat, karena satu minggu setelah pindah tanam sawah terkena banjir .
Hal ini sesuai dengan jenisnya dimana varietas Inpago 8 tidak banyak
membutuhkan air, apalagi sampai terendam banjir.
Hama dan penyakit yang menyerang pada semua varietas adalah hama
sundep, tikus, blas dan bercak coklat. Untuk hama sundep dan tikus bisa
dikendalikan dengan pemberian insektisida dan pemasangan pagar plastic, dan
kawat setrum. Penyakit blas dijumpai pada varietas Inpari 10 yang menyerang di
daun dalam jumlah sedikit dan spot-spot, dan bisa dikendalikan dengan Fungisida
. Sedangkan varietas Inpara 2 dan Inpago 8 tidak terserang blas, hal ini sesuai
dengan diskripsi varietas tersebut yang toleran penyakit blas.
Page 146 of 204
Pada perkembangan generativ, yaitu saat tanaman keluar malai, hama
yang menyerang adalah walang sangit. Serangan walang sangit ini menyebabkan
malai menjadi hampa dan bercak hitam pada kulit gabah sehingga bisa penurunan
hasil. Serangan walang sangit ini bisa ditanggulangi dengan pemberian
insektisida sesuai anjuran. Sedangkan saat pengisian bulir padi terjadi serangan
burung yang sangat luar biasa, hal ini karena kondisi tanaman yang terisolasi
sendiri sehingga semua burung mengumpul di areal perbenihan tersebut.
Pengendalian burung masih menggunakan tenaga manusia secara konvensional,
yaitu dengan menakut-nakuti, tetapi dengan terbatasnya tenaga kerja, hal ini
menjadi kurang efektif. Dari serangan burung ini bisa menurunkan hasil sampai
30 %, khusunya varietas Inpago 8.
Pemanenan dilakukan saat tanaman sudah mulai menguning 95 %
dengan menggunakan mesin panen/ combnine harvester dan cara di sabit. Cara
disabit dilakukan untuk sawah yang masih basah, sehingga mesin combine tidak
bisa masuk. Dari hasil panen, kemudian dilakukan penjemuran dengan terpal di
bawah sinar matahari lansung sampai kering.
Pada penanaman MT I (Oktober– Maret) kondisi sawah dalam keadaan
kering, sehingga penanaman dilakukan dengan cara tugal. Sawah di LP Batu
Betumpang merupakan sawah tadah hujan, yang pengairannya tergantung dari air
hujan. Di mana air akan tinggi biasanya pada bulan Januari - Maret, sehingga para
petani di sekitar KP, untuk penanaman padi pada MT I, biasa dilakukan dengan
cara tugal antara bulan Oktober-Nopember, dengan asumsi saat curah hujan
tinggi, tanaman sudah besar.
Pada pertumbuhan vegetatif/anakan kondisi tanaman keseluruhan sangat
baik, walaupun air di sawah belum cukup . Saat tanaman umur dua bulan
beberapa tanaman mulai terserang hama ulat daun dan penyakit blas, hal ini
seiring dengan mulai datangnya hujan. Pada varietas Inpari 10 dan Inpari 30,
serangan blas sangat cepat penyebarannya, sehingga sebagian tanaman rusak dan
mati. Pengendalian dilakukan dengan pemberian insektisida untuk hama ulat
daun, dan fungisida untuk penyakit blas. Dengan curah hujan yang tinggi
serangan penyakit blas semakin cepat menyebar dan meluas sampai pada fase
generatif, sehingga banyak malai yang menjadi hampa. Diketahui bahwa di
Page 147 of 204
Bangka Belitung penyakit blas merupakan faktor paling besar bagi petani dalam
penurunan hasil, bahkan sampai gagal panen terutama pada musim tanam Oktober
– Maret dengan curah hujan tinggi, sehingga perlu dilakukan pemeliharaan yang
intensif.
Pada saat pemanenan MT I, kondisi air di sawah cukup tinggi, sehingga
pemanenan dilakukan dengan cara disabit, dikumpulkan dalam perahu yang
menggunakan terpal plastik supaya padi tidak basah, selanjutnya padi dirontok
menggunakan power threser. Penjemuran dilakukan menggunakan terpal plastic
yang dihamparkan di bahu jalan kebun, karena lantai jemur belum terbuat. Pada
saat penjemuran cuaca kurang baik, dimana sering terjadi hujan sehingga
menghambat proses pengeringan.
Produksi Benih dan Penyebarannya
Dari hasil pertumbuhan dan perkembangan tanaman, serta pemeliharaan
yang dilakukan pada penaman MT II (April – September ) 2014 dan MT I
(Oktober –Maret 2014/2015), hasil panen belum memberikan hasil yang
maksimal karena produktivitasnya masih rendah. Hal ini disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu a) lahan merupakan sawah bukaan baru yang baru pertama
kali ditanami, b) lokasi penanaman yang tersendiri dan dalam luasan skala kecil,
c) perubahan iklim yang menyebabkan tingginya serangan hama dan penyakit.
Produksi perbenihan penanaman MT II (April – September) tahun 2014
dan MT I (Oktober – Maret) 2014/2015 adalah sebagai berikut:
Tabel 88. Produksi benih pada penanaman bulan April – September 2014
No. Varietas Luas (Ha) Hasil GKG (kg) Kelas
Benih
1. Inpari 10 1 1500 ES
2. Inpago 8 3 2000 ES
3. Inpara 2 1,5 1500 ES
Page 148 of 204
Tabel 89. Produksi benih pada penanaman bulan Oktober – Maret 2014/2015
No. Varietas Luas (Ha) Hasil GKG (kg) Kelas
Benih
1. Inpari 10 3 1300 ES
2. Inpago 8 2 2150 ES
3. Inpara 2 2,5 4050 SS
4. Inpari 30 ciherang
sub 1
2 2000 ES
Dari hasil panen yang sudah kering, kemudian dilakukan pengemasan
dan pelabelan dengan berat 5 kg. Adapun kelas benih yang dihasilkan adalah kelas
SS dan ES, yang sebelumnya didaftarkan terlebih dahulu ke BPSMB. Kelas benih
SS tidak bisa dihasilkan semua varietas, karena benih sumber untuk kelas FS di
BB Padi tidak tersedia. Benih yang sudah berlabel sebagian telah dimanfaatkan
dan disalurkan ke petani
Gambar 48. Pengolahan Lahan
Gambar 49. Pembuatan pematang
Gambar 47. Kondisi awal lahan
Gambar 50. Pembuangan tunggul
Page 149 of 204
Gambar 51. Pembuatan Tempat persemaian Gambar 52. Persemaian
Gambar 53. Penanaman MT II Gambar 54. Penanaman MT I
Gambar 55. Pertumbuhan tanamanpada MT II
Gambar 56. Pertumbuhan tanamanpada MT I
Page 150 of 204
Gambar 57. Tanaman mulai mengurai Gambar 58. Tanaman siap panen
Gambar 59. Pemanenan denganCombine pada MT II
Gambar 60. Pengakutan hasil sabitpada panen MT I
Gambar 61. Proses penjemuran Gambar 62. Perontokan gabah pada panenMT I
Gambar 63. Pemberian label Gambar 64. Benih Berlabel
Page 151 of 204
Perbanyakan benih atau bibit lada telah dilaksanakan di Kebun
Percobaan Petaling BPTP Kepulauan Bangka Belitung, mulai dari bulan Januari –
Desember 2014. Varietas yang digunakan dalam perbanyakan bibit lada sesuai
dengan yang diminta oleh penguna antara lain : Merapin Daun Lebar (MDL),
Petaling-1 (P1), Petaling-2 (P2), Lampung Daun Kecil (LDK), Chunuk, serta
varietas lain seperti ; Lampun Daun Lebar (LDL), Natar-1(N1), Natar-2 (N2).
Tujuan kegiatan ini yaitu: 1. Memproduksi bibit lada di UPBS KP. Petaling, 2.
Menjadikan UPBS Lada sebagai sumber bibit (pohon induk) dan pusat pelatihan
petani, dan penangkar bibit lada. Sedangkan keluaran yang diharapkan yaitu: 1)
Bibit lada 10. 000 polybag, 2) Terpeliharanya UPBS lada sebagai sumber bibit
(pohon induk) dan 3) pusat pelatihan petani dan penangkar bibit lada.
Tabel 90. Data produksi perbanyakan Bibit Lada BPTP Bangka Belitung, 2014
No. Varietas Sumber Benih Produksi1. Pelating-1 Kebun Induk/SDG 1.5002. Petaling-2 Kebun Induk/SDG 1.5003. MDL Kebun Induk/SDG 1.5004. LDK Kebun Induk/SDG 1.5005. Chunuk Kebun Induk/SDG 1.5006. Natar-1 Kebun Induk/SDG 1.5007. Natar-2 Kebun Induk/SDG 1.5008. MDK Kebun Induk/SDG 2.0009. Paninjur SDG 500
Jumlah 13.000
Tabel 91. Data Penjualan Bibit Lada Tahun 2014
No. Uraian Jumlah Bibit (Polybag) Sebaran Pembeli1. Januari 02. Pebruari 03. Maret 04. April 05. Mei 06. Juni 07. Juli 08. Agustus 09. September 1.20010. Oktober 011. November 1.23012. Desember 1.382
Jumlah 3.812
Page 152 of 204
Tabel 92. Data Diseminasi Bibit Lada Tahun 2014
No. Uraian Jumlah Bibit(Polybag)
Penerima
1. Demplot kegiatan MP3MIdi Kabupaten Belitung
500 Ir. Suawardih
2. Demplot Padan Keg.Puslitbangbun di BangkaBarat
500 Heri Siswanto
3. Penyulaman KegiatanVisitor Plot. KP. Pataling
1.000 Kepala KP.Petaling
4. BP3L 100 Drs. Herwan5. Bupati Bangka 100 Ajudan Bupati6. Acara Open House Ultah
Balitbangtan Ke 40 Tahun100 Seksi Acara Open
HouseJumlah 2.300
Tabel 93. Data Distribusi Bibit Lada Tahun 2014
No. Uraian Jumlah Bibit(Polybag)
SebaranPembeli
1. Penjualan 3.5002. Diseminasi 2.3003. Hilang 3.4974. Stok bibit per 31 Desember 2014 2.7005. Mati 803
Jumlah 13.000
Tabel 94. Data Stok Benih padi per 30 Desember 2014
No. Uraian/Alokasi Bibit Jumlah Bibit(Polybag)
Penerima
1. Kebun Induk Keg.UPBS Lada 2015 2.000 Pj. Kegiatan2. Diseminasi Kegiatan Kerjasama di
Kabupaten Bangka Tengah Ta. 20157.00 Irma Audiah
3. Model Pertanian Bio Industri LadaSapi Terpadu TA. 2015
1.000 Issukindarsyah
Jumlah 2.700
Pelatihan Petani dan Penyuluh
Pelatihan petani dan penyuluh dilakukan dalam rangka memperkenalkan
kegiatan UPBS lada dan memeriahkan Ulang Tahun Balitbangtan ke 40 Tahun.
Pembinaan dititik beratkan peningkatan keterampilan petani penangkar dalam
tahapan perbanyakan bibit lada dan durian. Peserta pelatihan berasal dari
Kabupaten Bangka Selatan dan Kabupaten Bangka Barat. Tujuan pelatihan ini
Page 153 of 204
dimaksudkan agar petani maupun kelompok tani terampil memperbanyak benih
secara mandiri.
Magang/Kunjungan Tamu
Dengan dikenalnya Kebun Percobaan Petaling, BPTP Kep. Bangka
Belitung sebagai sumber inovasi teknologi pertanian didaerah, maka keberadaan
KP Petaling ini menjadi salah satu obyek kunjungan para pencari informasi
teknologi utamanya lada oleh berbagai pihak, baik itu mahasiswa, pelajar,
penyuluh, dinas terkait maupun kelompk tani. Selama tahun 2014 KP Pelaing
telah menerima kunjungan dari berbagai pihak yang tertera pada Tabel 6.
Kebun Percobaan Petaling BPTP Kep. Bangka Belitung selain sebagai
tempat kunjungan tamu, juga sebagai tempat untuk magang para siswa dan
mahasiswa yang dari tahun ke tahun semakin berkembang. Selama tahun 2014,
KP Petaling telah menerima mahasiswa dan siswa dari berbagai sekolah kejuruan
yang ada di Kep. Bangaka Belitung maupun luar pulau Kep. Bangka Belitung
untuk magang. Kegiatan magang ini telah menjadi komitmen Balai untuk dapat
berpartisipasi aktif dalam memajukan bidang pendidikan akademik/sekolah
kejuruan yang berkaitan dengan aktivitas KP Petaling, data siswa dan mahasiswa
yang yang telah magang disajikan pada Tabel 7.
Tabel 95. Jumlah Siswa dan Mahasiswa yang magang di KP Petaling, 2014
No Nama sekolah/Universitas
Jumlah siswa/Mahasiswa
Lama Magang(Bulan)
1. SMK Neg. 1 Kelapa,Bangka Barat
10 3
2. SMK Neg. 1 Pulau Besar,Bangka Selatan
15 3
3. Mahasiswa UNSUD 1 1Jumlah 26
Page 154 of 204
EFEKTIVITAS MEDIA PENYULUHAN TERHADAP PEMANFAATAN
LAHAN PEKARANGAN GUNA MENDUKUNG KERAGAMAN PANGAN
LOKAL DI BANGKA BELITUNG
Kegiatan ini dilaksanakan mulai bulan Januari s/d Desember 2014 di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pelaksanaan lapang pengkajiaan ini
dilakukan dengan pembagian 2 wilayah, yaitu wilayah Bangka (untuk kabupaten
yang ada di pulau bangka) dan wilayah Belitung (untuk kabupaten yang ada di
pulau belitung). Tujuan kajian ini adalah untuk mengetahui: 1. Efektivitas media
penyuluhan dalam pemanfaatan pekarangan guna mendukung keragaman pangan
lokal dalam pola konsumsi rumah tangga di Kep. Bangka Belitung, 2. Faktor-
faktor yang berhubungan dengan efektivitas media penyuluhan dalam
pemanfaatan pekarangan guna mendukung keragaman pangan lokal dalam pola
konsumsi rumah tangga di Kep. Bangka Belitung. Keluaran akhir kajian ini adalah
rekomendasi tentang model media penyuluhan yang efektif berbasis pengetahuan
dan teknologi dalam pemanfataan lahan pekarangan untuk mendukung keragaman
pangan lokal di Kep. Bangka Belitung. Paradigma dalam kegiatan ini disajikan
pada gambar 65 berikut:
Page 155 of 204
Gambar 65. Paradigma dalam kegiatan, 2014
Responden yang menjadi objek penelitian berjumlah 295 orangyang
terdiri dari 136 orang penyuluh dan 159 orang petani. Karakteristik responden
pada penelitian ini digambarkan sebagai berikut:
Umur
Komposisi rata-rata umur responden di Kepulauan Bangka Belitung.
Komposisi umur tersebut masih merupakan kelompok umur produktif yang
diharapkan mempunyai sikap yang baik terhadap Program Aksi Desa Mandiri
Pangan. Komposisi umur responden penyuluh dan petani di Kep. Bangka
Beiitung ditunjukkan pada Tabel 96.
Efektifitas mediapenyuluhan terhadappemanfaatan lahanpekarangan guna
mendukungkeragaman pangan
lokal dalam polakonsumsi rumahtangga di Kep.
Bangka Belitung
(Variabel Y)
- Kesesuaian mediapenyuluhan yangdigunakan
- Pengetahuan terhadapmedia penyuluhanyang digunakan
- Jenis mediapenyuluhan yangdigunakan penyuluhdan yang diterimapetani
Faktor-faktor yangberhubungan dengan
Efektifitas mediapenyuluhan
(Variabel X)
Umur (X1)
Tingkat Pendidikan (X2)
Pekerjaan (X3)
Status Perkawinan (X4)
Page 156 of 204
Tabel 96. Komposisi umur responden penyuluh dan petani di Kep. BangkaBelitung, 2014
LokasiUMUR
Penyuluh PetaniJumlah Rata-
rataJumlah Rata-
rata(orang) (orang)Pangkalpinang dan Provinsi 23 36 29 38Bangka 18 36 9 30Bangka Barat 5 35 20 39Bangka Tengah 23 33 22 49Bangka Selatan 14 34 15 38Belitung 41 41 22 42Belitung Timur 35 38 19 39
Jumlah 159 253 136 275Rata-rata 36 39
Klasifikasi Setengah baya
Tabel 96 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berada pada
rata-rata sebaran umur 30 – 50 tahun. Dari sebaran tersebut dapat diketahui
bahwa responden termasuk pada klasifikasi setengah baya dan tergolong kedalam
usia produktif. Secara teoritis, semakin muda usia seseorang maka seseorang
tersebut akan semakin produktif karena taraf kematangan sebagai orang dewasa
mulai terpenuhi baik secara kognitif, afektif, maupun psikomotor.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan adalah rata-rata jenjang pendidikan formal yang
pernah diikuti responden di setiap kabupaten/kota sampai saat penelitian, jika
responden menempuh pendidikan formalnya tidak tuntas/selesai/berijazah, maka
tingkat pendidikannya dianggap selesai. Secara rinci tingkat pendidikan
responden tertera pada Tabel 97.
Page 157 of 204
Tabel 97. Tingkat pendidikan responden di Kep. Bangka Belitung, 2014
LokasiTingkat Pendidikan
Penyuluh PetaniJumlah Rata-
rataJumlah Rata-
rata(orang) (orang)Pangkalpinang dan Provinsi 23 sarjana 29 SMABangka 18 sarjana 9 SMPBangka Barat 5 sarjana 20 SDBangka Tengah 23 sarjana 22 SMPBangka Selatan 14 sarjana 15 SMABelitung 41 diploma 22 SMPBelitung Timur 35 diploma 19 SMA
Jumlah 159 136Rata-rata sarjana SMP
Klasifikasi sarjana SMP
Tabel 97 menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan penyuluh
responden Kep. Bangka Belitung umumnya sudah baik, yaitu sarjana. akan tetapi,
rata-rata tingkat pendidikan petani responden belum cukup baik, namun mereka
sudah mencapai 9 tahun atau sederajat dengan Sekolah Menengah Pertama
(SMP). Keadaan ini menunjukkan, meskipun tingkat pendidikan petani
responden tidak tinggi tetapi mereka telah mengenal baca dan tulis sehingga dapat
menunjang dalam menerima informasi dan memperlancar komunikasi antara
anggota kelompok dengan penyuluh pertanian lapangan (PPL).
Pekerjaan
Pekerjaan Responden adalah rata-rata kegiatan yang dilakukan oleh
responden disetiap kabupaten/kota sehari-hari. Pekerjaan dikalsifikasikan menjadi
Bekerja dan Tidak Bekerja. Secara rinci, pendapat responden tertera pada tabel
98.
Page 158 of 204
Tabel 98. Pekerjaan responden di Kep. Bangka Belitung, 2014
Lokasi
PekerjaanPenyuluh Petani
Jumlah Rata-rata
Jumlah Rata-rata(orang) (orang)
Pangkalpinang dan Provinsi 23 Bekerja 29 BekerjaBangka 18 Bekerja 9 BekerjaBangka Barat 5 Bekerja 20 BekerjaBangka Tengah 23 Bekerja 22 BekerjaBangka Selatan 14 Bekerja 15 BekerjaBelitung 41 Bekerja 22 BekerjaBelitung Timur 35 Bekerja 19 Bekerja
Jumlah 159 136Rata-rata Bekerja Bekerja
Klasifikasi Bekerja
Tabel 98 menunjukkan bahwa seluruh responden sudah bekerja.
Responden penyuluh diperoleh rata-rata bekerja sebagai penyuluh pertanian
dengan status THL (Honor Daerah). Responden petani diperoleh rata-rata bekerja
sebagai petani, baik itu berkebun ataupun ladang.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa responden dalam penelitian
sudah mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup rumah tangganya sendiri.
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan responden dapat meningkatkan
pendapatan ataup menekan pengeluaran rumah tangganya dengan memanfaatkan
lahan pekarangan untuk usaha pertanian. Usaha pertanian yang dapat dilakukan
responden antara lain dengan menanam tanaman yang dibutuhkan untuk makanan
sehari-hari, misalnya cabai, tomat, dan bermacam sayur lainnya.
Status Perkawinan
Status perkawinan responden adalah rata-rata status responden dalam
perkawinan yang tercatat oleh agama dan/atau hukum di setiap kabupaten/kota.
Secara rinci, status perkawinan responden di Kep. Bangka Belitung tertera pada
tabel 99.
Page 159 of 204
Tabel 99. Status perkawinan responden di Kep. Bangka Belitung, 2014
Lokasi
Status PerkawinanPenyuluh Petani
Jumlah Rata-rata
Jumlah Rata-rata(orang) (orang)
Pangkalpinang dan Provinsi 23 kawin 29 kawinBangka 18 kawin 9 kawinBangka Barat 5 kawin 20 kawinBangka Tengah 23 kawin 22 kawinBangka Selatan 14 kawin 15 kawinBelitung 41 kawin 22 kawinBelitung Timur 35 kawin 19 kawin
Jumlah 159 136Rata-rata kawin kawin
Klasifikasi kawin
Tabel 99 menunjukkan bahwa seluruh responden sudah kawin. Dengan
status perkawinan tersebut, menunjukkan bahwa dalam rumah tangga responden
sudah mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup rumah tangganya sendiri.
Efektifitas media penyuluhan dalam pemanfaatan lahan pekarangan guna
mendukung keragaman pangan lokal dalam pola konsumsi rumah tangga
Efektifitas media penyuluhan terhadap pemanfaatan lahan pekarangan
guna mendukung keragaman pangan lokal dalam pola konsumsi rumah tangga di
Kep. Bangka Belitung dibagi mejadi 3 (tiga) komponen, yaitu: 1. Kesesuaian
media penyuluhan yang digunakan (untuk penyuluh), 2. Pengetahuan terhadap
media penyuluhan yang digunakan (untuk penyuluh), dan 3. Jenis media
penyuluhan yang digunakan (untuk penyuluh) dan media yang diterima (untuk
petani). Secara rinci, efektifitas media penyuluhan terhadap pemanfaatan lahan
pekarangan guna mendukung keragaman pangan lokal dalam pola konsumsi
rumah tangga di Kep. Bangka Belitung tertera pada tabel 100.
Page 160 of 204
Tabel 100. Efektifitas media penyuluhan terhadap pemanfaatan lahan pekarangan
guna mendukung keragaman pangan lokal dalam pola konsumsi rumah tangga di
Kep. Bangka Belitung, 2014
Lokasi
Variabel YKesesuaian Media Pengetahuan Thdp Media Penyuluhan
Penyuluhan Media Penyuluhan yang DigunakanPenyuluh Petani Penyuluh Petani Penyuluh Petani
Pangkalpinang dan Provinsi 177 - 895 - 1530 1305Bangka 51 - 305 - 1250 276Bangka Barat 30 - 201 - 426 1071Bangka Tengah 160 - 1000 - 1663 1484Bangka Selatan 100 - 583 - 698 994Belitung 234 - 1667 - 3938 1974Belitung Timur 211 - 1462 - 2841 1541Jumlah 963 - 6113 - 12346 8645Klasifikasi Sesuai Baik Tinggi Tinggi
Tabel 100 menunjukkan bahwa media penyuluhan yang digunakan oleh
penyuluh sudah sesuai. Hal ini dikarenakan pengetahuan penyuluh pertanian
dalam membuat media penyuluhan tersebut sudah baik. Media penyuluhan yang
digunakan memiliki klasifikasi baik, artinya, bahwa baik penyuluh ataupun petani
sudah tahu, mau, dan mampu dalam menggunakan media penyuluhan.
Media penyuluhan yang disampaikan saat pendampingan pengisian
kuisioner dan saat pelaksanaan FGD antara lain: tayangan slide, poster/banner,
leaflet/folder/brosur, koran/majalah, booklet/buku saku, siaran TV/radio, dan
lokasi percontohan. Penggunaan media penyuluhan terhadap pemanfaatan lahan
pekarangan guna mendukung keragaman pangan lokal dalam pola konsumsi
rumah tangga di Kep. Bangka Belitung dapat diketahui dari tabel 101 dan tabel
102.
Page 161 of 204
Tabel 101. Skor nilai penggunaan media penyuluhan oleh responden penyuluh,
2014
Lokasi
Penyuluh
Jenis Media Penyuluhan
Tayangan Poster/ Leflet/ Koran/ Booklet/ Siaran Lokasi
Slide Banner Folder/Brosur Majalah Buku Saku TV/Radio Percontohan
Pangkalpinangdan Provinsi 129 350 636 111 51 30 223
Bangka 257 273 91 50 0 70 509
Bangka Barat 27 50 29 29 142 22 127
Bangka Tengah 307 103 405 132 160 55 501
Bangka Selatan 90 55 278 3 91 0 181
Belitung 521 510 859 373 257 544 874
Belitung Timur 756 431 414 184 107 202 747
Jumlah 2087 1772 2712 882 808 923 3162
Klasifikasi baik
Tabel 101 menunjukkan bahwa skor tertinggi dalam penggunaan media
penyuluhan oleh penyuluh pertanian terlihat pada lokasi percontohan sebesar 3162
diikuti leaflet/foldr/brosur sebesar 2712. Hal ini berarti bahwa lokasi percontohan
merupakan media yang paling banyak digunakan oleh penyuluh pada saat berada
di lapangan, akan tetapi ketika penyuluh menyampaikan materi di dalam ruangan,
maka media penyuluhan yang banyak digunakan adalah leflet/folder/brosur.
Page 162 of 204
Tabel 102. Skor nilai penggunaan media penyuluhan oleh responden petani, 2014
Lokasi
Petani
Jenis Media Penyuluhan
Tayangan Poster/ Leflet/ Koran/ Booklet/ Siaran Lokasi
Slide Banner Folder/Brosur Majalah Buku Saku TV/Radio PercontohanPangkalpinangdan Provinsi 33 164 283 91 0 0 734
Bangka 8 0 0 196 0 72 0
Bangka Barat 296 187 104 72 60 65 287
Bangka Tengah 180 150 326 116 161 64 487
Bangka Selatan 205 59 317 0 55 61 297
Belitung 409 190 305 198 109 410 353
Belitung Timur 353 139 144 278 45 246 336
Jumlah 1484 889 1479 951 430 918 2494
Klasifikasi baik
Tabel 102 menunjukkan bahwa skor tertinggi dalam penggunaan media
penyuluhan oleh petani terlihat pada lokasi percontohan sebesar 2494 diikuti
tayangan slide sebesar 1484. Hal ini berarti bahwa lokasi percontohan merupakan
media yang paling banyak diminati oleh petani pada saat penyuluh memberikan
maeri penyuluhan di lapangan, akan tetapi ketika penyuluh menyampaikan materi
di dalam ruangan, maka media penyuluhan yang banyak diminati adalah tayangan
slide.
Perbedaan dalam penggunaan media penyuluhan oleh petani dan
penyuluh pada saat pemberian materi di lapangan dikarenakan untuk membuat
tayangan slide dalam penyampaian materi, penyuluh terkendala oleh listrik. Akan
tetapi, saat petani mendapatkan media penyuluhan berupa leflet/folder/brosur
ketika penyampaian materi penyuluhan, dirasakan oleh mereka kurang menarik
dan membosankan.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan efektifitas media penyuluhan
anatara lain: umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan status perkawinan. Secara
rinci, nilai keeratan hubungan antara faktor-faktor yang diteliti dengan efektifitas
media penyuluhan setelah diuji dengan uji rank speraman dapat terlihat dari
gambar 66 untuk responden penyuluh, sedangkan gambar 67 untuk responden
petani.
Page 163 of 204
Gambar 66. Hasil uji rank spearman efektifitas media penyuluhan untuk
responden penyuluh, 2014
Gambar 66 menunjukkan bahwa umur, pendidikan, pekerjaan, dan status
perkawinan berhubungan nyata terhadap efektifitas media penyuluhan terhadap
pemanfaatan lahan pekarangan guna mendukung keragaman pangan lokal dalam
pola konsumsi rumah tangga di Kepulauan Bangka Belitung. Umur, pekerjaan dan
status perkawinan memiliki hubungan nyata terhadap efektifitas media dengan
selang kepercayaan 99% atau taraf nyata 1%. Tingkat pendidikan memiliki
hubungan nyata terhadap efektifitas media penyuluhan dengan selang
kepercayaan 95% atau taraf nyata 5%. Selang kepercayaan 95% atau taraf nyata
5%, menjelaskan bahwa variabel bebas (variabel x) yang diteliti tersebut sudah
memiliki hubungan yang erat terhadap variabel terikat (variabel y), sedangkan
selang kepercayaan 99% atau taraf nyata 1% menjelaskan bahwa variabel bebas
(variabel x) sangat memiliki hubungan yang erat terhadap variabel terikat
(variabel y). Selang kepercayaan 99% atau taraf nyata 1% biasanya dipakai untuk
pengujian variabel/sampel yang berhubungan dengan ilmu pasti, sedangkan selang
kepercayaan 95% atau taraf nyata 5% biasanya digunakan untuk pengujian
variabel/sampel yang behubungan dengan ilmu sosial.
Page 164 of 204
Gambar 67. Hasil uji rank spearman efektifitas media penyuluhan untuk
responden petani, 2014
Gambar 67 menunjukkan bahwa dari 4 (empat) variabel bebas yang diuji,
hanya umur yang berhubungan nyata terhadap efektifitas media penyuluhan.
Umur memiliki selang kepercayaan 95% atau taraf nyata 5 %.
Page 165 of 204
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN TEKNOLOGI SPESIFIK LOKASI
MENDUKUNG KEGIATAN PENETAPAN PRIORITAS PELAKSANAAN
PERENCANAAN DAN PENGKAJIAN DI KEP. BANGKA BELITUNG
Penelitian telah dilaksanakan sejak bulan Mei sampai dengan bulan
Desember 2014 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Bahan dan alat-alat yang
digunakan dalam penelitian ini meliputi: alat tulis kantor (ATK) dan Komputer,
Printer, dan lain-lain. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakan pendekatan survei dan desk study . Pengumpulan data
menggunakan pendekatan dan teknik pemantau cepat (rapid appraisal) yaitu :
Wawancara informan kunci (key informant interview) bersifat kualitatif,
mendalam dan semi-terstruktur, Diskusi kelompok (focus group discussion),
Wawancara kelompok masyarakat (community group discussion)
Tujuan kegiatan ini adalah: 1. Melakukan inventarisasi komoditas
unggulan daerah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi dan
kabupaten/kota di Bangka Belitung, 2. Melakukan identifikasi kebutuhan
teknologi komoditas pertanian unggulan spesifik lokasi yang dibutuhkan
pengguna di Bangka belitung, 3. Menetapkan komoditas pertanian unggulan
daerah dan teknologi pertanian spesifik lokasi untuk dijadikan acuan dalam
menyusun prioritas kebijakan pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian di
BPTP. Keluaran kegiatan ini yaitu: 1) Mendapatkan data komoditas unggulan
daerah yang ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota, 2)
Mendapatkan teknologi komoditas pertanian unggulan spesifik lokasi yang
dibutuhkan pengguna, 3) Ditetapkan komoditas pertanian unggulan daerah dan
teknologi pertanian spesifik lokasi untuk dijadikan acuan dalam menyusun
prioritas kebijakan pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian di BPTP.
Page 166 of 204
Komoditas Unggulan Eksisting Saat ini
Tabel 103. Komoditas Unggusan Eksisting Saat ini dan sebarannya menurut
Kabupaten
JenisKomoditas
Sebaran Lokasi Luas Areal(Ha)
Dasar Penetapan*Kab/Kota Kecamatan
Pangan- Padi Sawah Bangka
SelatanToboali, Air Gegas, Pulau Besar
6.304,00 Nilai LQ = 1,83
BelitungTimur
Gantung, Simpang Pesak,Simpang Renggiang
1.170,00 Nilai LQ = 1,09
Belitung Membalong, Tanjung Pandan,Sijuk, Badau
710,00 Nilai LQ = 1,09
- Padi Gogo BangkaBarat
Kelapa, Simpang Teritip,Tempilang,Muntok
2.278,00 Nilai LQ = 2,26
BangkaRiau Silip, Bakam, Mendo Barat,Puding Besar, Belinyu,Merawang
2.068,00 Nilai LQ = 1,58
- Ubi KayuBangkaTengah
Sungai Selan, Pangkalan Baru,Koba, Simpang Katis
171,00 Nilai LQ = 1,84
Bangka Belinyu, Sungailiat, Merawang,Pemali, Puding Besar
423,00 Nilai LQ = 1,66
BangkaBarat
Jebus, Muntok, Kelapa, SimpangTeritip, Tempilang
353,00 Nilai LQ = 1,15
BelitungMembalong, Tanjung Pandan,Sijuk, Badau, Selat Nasik
195,00Nilai LQ = 1,19
BelitungTimur
Gantung, Damar, Manggar,Dendang, Kelapa Kampit
122,00 Nilai LQ = 1,19
Pangkalpinang
Giri Maya, Bukit Intan,Gerunggang, Rangkui, Gabek
14,00 Niliai LQ = 2,30
- Jagung BangkaTengah
Pangkalan Baru, Koba, Namang,Simpang Katis
204,00 Nilai LQ = 4,03
Belitung Tanjung Pandan, Membalong,Sijuk, Badau, Selat Nasik
79 Nilai LQ = 3,70
BelitungTimur
Gantung, Damar, Manggar,Dendang, Kelapa Kampit
103,00Nilai LQ = 3,70
Pangkalpinang
Giri Maya, Bukit Intan,Gerunggang, Rangkui, Gabek
26,00 Nilai LQ = 16,0
- Ubi Jalar BangkaTengah
Sungai Selan, Pangkalan Baru,Koba, Simpang Katis
98,00Nilai LQ = 2,89
Bangka Belinyu, Sungailiat, Merawang,Pemali, Puding Besar
164,00 Nilai LQ = 1,45
BangkaBarat
Jebus, Muntok, Kelapa, SimpangTeritip, Tempilang
96,00 Nilai LQ = 1,07
Belitung Membalong, Tanjung Pandan,Sijuk, Badau,Selat Nasik
21,00 Nilai LQ = 1,08
BelitungTimur
Gantung, Damar,Manggar,Dendang, KelapaKampit
24,00 Nilai LQ = 1,08
- Kacang Bangka Pangkalan Baru, Koba, Namang, 89,00 Nilai LQ = 3,27
Page 167 of 204
Tanah Tengah Simpang Katis
Belitung Membalong, Tanjung Pandan,Sijuk, Badau,Selat Nasik
73,00 Nilai LQ = 2,15
BelitungTimur
Gantung, Damar,Manggar,Dendang, KelapaKampit
58,00 Nilai LQ = 2,15
Hortikultura (Sayur-Sayuran)- Cabe Besar Bangka
Selatan
Toboali, Lepar Ponggok, PulauBesar, Simpang Rimba , AirGegas
94,00 Nilai LQ = 1,50
Bangka Merawang, Mendo Barat,Sungailiat, Pemali, Belinyu,Riau Silip
163,00Nilai LQ = 2,23
BangkaTengah
Koba, Namang, Lubuk Besar,Sungai Melan, Simpang katis
78,00Nilai LQ = 1,56
- Cabe RawitBangkaSelatan
Toboali, Lepar Ponggok, PulauBesar, Simpang Rimba, AirGegas
140,00 Nilai LQ = 2,90
BangkaTengah
Toboali, Lepar Ponggok, PulauBesar, Simpang Rimba , AirGegas
86,00 Nilai LQ = 1,56
BelitungTimur
Gantung, Damar, Manggar,Dendang, Kelapa Kampit
69,00 Nilai LQ = 1,85
Pangkalpinang
Bukit Intan, Taman Sari, Girimaya, Rangkui,Gerunggang,Pangkal Balam
6,00 Nilai LQ = 1,37
- Mentimun BangkaMerawang, Mendo Barat,Sungailiat, Belinyu, Riau silip
237,00 Nilai LQ = 1,47
BangkaBarat
Tempilang, Mentok, Kelapa,Simpang Teritip
103,00Nilai LQ = 1,79
BelitungTimur
Dendang, Gantung, Manggar,Kelapa Kampit, Simpang pesak
67,00Nilai LQ = 1,14
- Kc. Panjang BangkaTengah
Koba, Namang, Lubuk Besar,Sungai Melan, Simpang katis
227,00 Nilai LQ = 1,80
BelitungTimur
Dendang, Gantung, Manggar,Kelapa Kampit, Simpang pesak
67,00 Nilai LQ = 1,08
Pangkalpinang
Gerunggang, Girimaya, BukitIntan,Gabek,
7,00Nilai LQ = 1,45
- Terung Belitung Membalong, Tanjung Pandan,Sijuk, Badau
59,0 Nilai LQ = 1,83
Hortikultura (Bauh-Buahan)
- Durian BangkaPemali, Mendo Barat, Belinyu,Merawang, Sungailiat
675,90 Nilai LQ = 4,15
BangkaBarat
Jebus, Muntok, Kelapa, SimpangTeritip, Tempilang
499,40 Nilai LQ = 4,01
BangkaTengah
Pangkalan Baru, Lubuk Besar,Sungai Selan, Simpang Katis.
218,10 Nilai LQ = 1,20
- Manggis Belitung Badau, Membalong, TanjungPandan, Sijuk
150,9 Nilai LQ = 4,66
BelitungTimur
Dendang, Gantung, SimpangPesak, Kelapa kampit
147,0 Nilai LQ = 3,69
BangkaBarat
Mentok, Kelapa, tempilang,Simpang Teritip, Jebus
75,9 Nilai LQ = 2,49
Page 168 of 204
BangkaTengah
Pangkalan Baru, Namang,Simpang Katis, Koba, SungaiSelan
129,6 Nilai LQ = 1,11
Bangka Pemali, Mendo Barat, Belinyu,Merawang
109,5 Nilai LQ = 4,01
- Cempedak BangkaBarat
Muntok, SimpangTeritip,Tempilang
370,40 Nilai LQ = 1,93
BangkaSelatan
Lepar ponggok, Roboali, TukakSadai, Simpang Rimba
542,50 Nilai LQ = 2,44
- Duku Bangka Pemali, Mendo Barat, Belinyu,Merawang
540,4 Nilai LQ = 3,10
BangkaBarat
Muntok, SimpangTeritip,Tempilang, Jebus
194,5 Nilai LQ = 3,49
BangkaTengah
Pangkalan Baru, Namang,Simpang Katis, Koba, SungaiSelan
219,4 Nilai LQ = 1,73
BelitungTimur
Dendang, Gantung, SimpangPesak, Kelapa Kampit
119,2 Nilai LQ = 1,70
- JerukKeprok Bangka
Merawang, Mendo Barat,Sungailiat, Pemali, Riau Silip
1.077,70 Nilai LQ = 1,28
BangkaSelatan
Tukak Sadai, Toboali, Air Gegas,Payung, Simpang Rimba
2.418,00 Nilai LQ = 1,21
BangkaTengah
Koba, Pangkalan Baru, Namang 2.266,30 Nilai LQ = 3,69
- NenasPangkalpinang
Gerunggang 14.305,90 Nilai LQ = 2,97
- Pisang Bangka Merawang, Sungailiat, MendoBarat, Belinyu
122,10 Nilai LQ = 2,64
BangkaSelatan
Air Gegas, Lepar ponggok,Toboali
79,00 Nilai LQ = 1,29
BelitungMembalong, Sijuk, TanjungPandan, Badau, Selat nasik
53,70 Nilai LQ = 3,99
BelitungTimur
Gantung, Simpang Pesak,Manggar
61,50 Nilai LQ = 2,64
Perkebunan- Lada Bangka
SelatanAir Gegas, Payung, TukakSadai,Toboali, dan SimpangRimba
21.491,00 Nilai LQ = 2,19
- Karet BangkaBarat
Simpang Teritip, Kelapa,Tempilang, Muntok,
18.295,00 Nilai LQ = 1,12
Bangka Mendo barat, Puding Besar,Bakam,Riau Silip,Merawang,Belinyu,
24.946,00 Nilai LQ = 1,00
- KelapaSawit
BangkaTengah
Koba, Sungai Selan, LubukBesar, Simpang Katis
6.565,00 Nilai LQ = 1,24
BangkaBarat
Kelapa, Tempilang, SimpangTeritip, Jebus
15.685,00 Nilai LQ = 1,17
BangkaMendo Barat,Puding Besar, Bakam,Riau Silip,Belinyu, Merawang, Sungailiat
9.420,00 Nilai LQ = 1,17
- Kelapa Bangka Sungailiat, Belinyu, PudingBesar,Riau Silip
3.932,00 Nilai LQ = 1,77
Belitung Membalong, Sijuk, Tanjung 2.009,00 Nilai LQ = 1,60
Page 169 of 204
Pandan
BelitungTimur
Simpang Pesak, Dendang,Gantung, Damar
747,00 Nilai LQ = 1,60
- Kakao Bangka Sungailiat, Pemali, Merawang,Belinyu, Riau Silip,Puding Besar,Mendo Barat
475,00 Nilai LQ = 2,88
Ternak Besar- Sapi Belitung Membalong, Tanjung Pandan,
Badau, Sijuk1.338,00 Nilai LQ = 1,06
- KambingBangkaSelatan
Toboal, Simpang Rimba, TukakSadai
391,00 Nilai LQ = 32,36
BangkaBarat
Muntok, Simpang Teritip, Kelapa257,00 Nilai LQ = 13,52
BangkaTengah
Pangkalan Baru, Koba,SungaiSelan, Lubuk Besar
622,00 Nilai LQ = 12,03
BangkaSungailiat, Puding Besar, MendoBarat, Belinyu, Merawang,Pemali, Bakam
979,00Nilai LQ = 10,23
Ternak Kecil- Itik Belitung Tanjung Pandan, Sijuk,
Membalong, Badau, Selat Nasik2.496,00 Nilai LQ = 66,3
BelitungTimur
Gantung, Manggara, KelapaKampit, Damar
1.623,00 Nilai LQ = 66,3
Komoditas Unggulan Spasifik Lokasi Provinsi Bangka Belitung
Berdasarkan Hasil Analisis LQ
Tabel 104. Hasil Analisis Komoditas Unggulan Spesifik Lokasi masing-masing
sub sektor di Bangka Belitung, 2014.
Jenis Komoditas Hasil Analisis
1. Tanaman Pangan
- Padi Sawah LQ = 1,83
- Padi Gogo LQ = 2,26
- Jagung LQ = 4,03
- Ubi Kayu LQ = 1,84
- Ubi Jalar LQ = 2,89
- Kacang Tanah LQ = 3,27
2. Hortikultura (Sayuran dan Tanaman semusim lainnya)
- Cabe Besar LQ = 1,75
- Cabe Rawit LQ = 2,28
- Mentimun LQ = 1,47
Page 170 of 204
- Kacang panjang LQ = 2,75
- Terung LQ = 3,36
3. Hortikultura (Buah-buahan)
- Durian LQ = 4,15
- Cempedak LQ = 2,44
- Manggis LQ = 4,66
- Duku LQ = 1,84
- Jeruk Keprok LQ = 3,69
- Nenas LQ = 2,83
- Pisang LQ = 2,64
4. Perkebunan
- Lada LQ = 1,84
- Karet LQ = 2,89
- Kelapa sawit LQ = 1,83
- Kelapa LQ = 2,26
- Kakao LQ = 1,77
5. Peternakan
- Sapi LQ = 1,01
- Kambing LQ = 54,46
- Itik LQ = 66,3
Analisisi LQ kontribusi dalam analisis ini hanya mengunakan faktor yaitu data
produksi sedangkan utuk ternak menggunakan data populasi.
Tabel 105. Sebaran Komditas Unggulan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung
JenisKomoditas
Sebaran Lokasi Luas Areal (Ha) /kondisi saat iniKab/Kota Kecamatan
Padi SawahBangkaSelatan
Toboali, Air gegas, Pulau Besar 6.304,00
BelitungTimur
Gantung, Simpang Pesak,Simpang Renggiang
1.170,00
Belitung Membalong, Tanjung Pandan,Sijuk, Badau
710,00
Padi Gogo BangkaBarat
Kelapa, Simpang teritip,Tempilang, Muntok
2.068,00
BangkaRiau Silip, Bakam, Mendo Barat,Puding Besar, Belinyu, Merawang
2.278,00
Ubi Kayu BangkaTengah
Sungai Selan, PangkalanBaru, Koba, Simpang Katis
171,00
Bangka Belinyu, Sungailiat, Merawang,Pemali, Puding Besar
4.953,00
BangkaBarat
Jebus, Muntok, Kelapa, SimpangTeritip, Tempilang
353,00
Belitung Membalong, Tanjung Pandan,Sijuk, Badau dan Selat Nasik
195,00
Page 171 of 204
BelitungTimur
Gantung, Damar, Manggar,Dendang, Kelapa Kampit
122,00
Pangkalpinang
Giri maya, Bukit Intan,Gerunggang, Gabel
14,00
Jagung BangkaTengah
Pangkalan Baru, Koba,Namang, Simpang Katis
204,00
Belitung Tanjung Pandan, Membalong,Sijuk, Badau, Selat Nasik
79,00
BelitungTimur
Gantung, damar, Dendang,Kelapa Kampit
103,00
Pangkalpinang
Giri maya, Bukit intan,Gerunggang, Gabek
26,00
Ubi Jalar BangkaTengah
Sungai Selan, Pangkalan Baru,Koba, Simpang Katis
94,00
Bangka Belinyu, Sungailiat, Merawang,Pemali, Puding Besar
164,00
BangkaBarat
Jebus, Muntok, KelapaSimpang Teritip, Tempilang
96,00
Belitung Gantung, Damar, manggar,Dendang, Kelapa kampit
21,00
BelitungTimur
Gantung, Damar, Manggar,Dengdang, Kelapa Kampit
24,00
Kc. Tanah BangkaTengah
Pangkalan baru, koba,Namang, Simpang Katis
89,00
Belitung Membalong, Tanjung Pandan,Sijuk, Badau, Selat Nasik
73,00
BelitungTimur
Gantung, Damar, manggar,Dendang, Kelapa kampit
58,00
Cabe Besar BangkaSelatan
Toboali, Lepar Ponggok,Pulau Besar, Simpang Rimba
94,00
Bangka Merawang, Mendo Barat,Sungailiat, Belinyu, Riau Silip
164,00
BangkaTengah
Koba, Namang, Lubuk Besar,Sungai Selan, Simpang Katis
78,00
Cabe Rawit BangkaSelatan
Toboali, Lepar Ponggok,Pulau Besar, Simpang Rimba
140,00
BangkaTengah
Koba, Namang, Lubuk Besar,Sungai Selan, Simpang Katis
86,00
BelitungTimur
Gantung, Damar, Manggar,Dengdang, Kelapa Kampit
69,00
Pangkalpinang
Bukit Intan, Taman sari,Giri maya, GerunggangRangkui, Pangkal Balam
6,00
Mentimun Bangka Merawang, Mendo Barat,Sungailiat, Belinyu, Riau Silip
237,00
BangkaBarat
Jebus, Muntok, KelapaSimpang Teritip, Tempilang
103,00
Belitung Membalong, Tanjung Pandan,Sijuk, Badau, Selat Nasik
105,00
Kc. Panjang BangkaTengah
Koba, Namang, Lubuk Besar,Sungai Selan, Simpang Katis
120,00
Belitung Membalong, Tanjung Pandan,Sijuk, Badau, Selat Nasik
97,00
Pangkalpinang
Bukit Intan, Taman sari,Giri maya, GerunggangRangkui, Pangkal Balam
7,00
Terung Belitung Membalong, Tanjungpandan, Sijuk, 59,00
Page 172 of 204
Badau, Selat NasikDurian Bangka Pemali, Mendo Barat, Belinyu,
Merawang, Sungailliat676,00
BangkaBarat
Jebus, Simpang teritip, Tempilang,Muntok
499,00
BangkaTengah
Panglakan baru, Sungai Selan,Lubuk Besar
218,00
Manggis Belitung Badau, Membalong, TanjungPangdan, Sijuk
480,00
BelitungTimur
Dendang, Membalong,Kelapa Kampit
394,00
BangkaBarat
Muntok, Jebus, TempilangSimpang Teritip
74,00
BangkaTengah
Pangkalan baru, Namang,Simpang katis, Sungai Selan
59,00
Bangka Pemali, Mendo Barat,Belinyu, Merawang
139,00
Cempedak BangkaBarat
Muntok, Simpang Teritip,Tempilang, Muntok
370,00
BangkaSelatan
Lepar Ponggok, Simpang Rimba,TukakSadai, Toboali
542,00
Duku Bangka Belinyu, Pemali,Merawang, Riau Silip
202,00
BangkaBarat
Jebus, Muntok, SimpangTeritip
90,00
BangkaTengah
Pangkalan Baru, Sungai Selan,Simpang Katis
117,00
BelitungTimur
Dendang, Gantung,Simpang pesak, Kelapa kampit
84,00
JerukKeprok
BangkaTengah
Koba, Pangkalan Baru,Namang
292,00
BangkaSelatan
Tukak Sadai, Toboali,Air Gegas, Payung, LeparPonggok, Simpang Rimba
199,00
Bangka Merawang, Mendo Barat,Sungailiat, Pemali, Riau Silip
190,00
NenasPangkalpinang
Gerunggang 190,00
LadaBangkaSelatan
Air Gegas, Payung, TukakSadai, Simpang Rimba,Pulau Besar, Toboali
21.491,00
Karet BangkaBarat
Simpang teritip, Kepala,Tempilang
5.233,00
Bangka Mendo barat, Puding Besar,Bakam, Riau Silip, Belinyu
7.827,00
KelapaSawit
BangkaTengah
Koba, Sungai Selan,Lubuk Besar, simpang Katis
6.565,00
BangkaBarat
Kelapa, Tempilang,Simpang Teritip
15.685,00
Bangka Mendo Barat, Puding Besar,Bakam, Riau silip, Belinyu
9.420,00
Kelapa Bangka Sungailiat, Belinyu,Puding Besar, Riau Silip
3.932,00
Belitung Membalong, Sijuk,Tanjung Padan
2.009,00
BelitungTimur
Simpang pesak, Dendang,Gantung, damar
747,00
Page 173 of 204
Kakao Bangka Sungailiat, Pemali, Merawang,Belinyu, Puding Besar
475,00
Sapi Belitung Membalong, Tanjung Pandan,Badau, Sijuk
1.338,00
Kambing BangkaSelatan
Toboali, Simpang Rimba,Tukak Sadai
391,00
BangkaBarat
Muntok, Simpang Teritip,Kelapa
257,00
Bangka Sungailiat, Puding Besar,Mendo Barat, Merawang,Pemali, Belinyu, Bakam
975,00
Itik Belitung Tanjung pandan, Sijuk,Membalong, Badau, Selat Nasik
2.496,00
BelitungTimur
Gantung, Damar, Manggar,Dendang, Kelapa Kampit
1.623,00
Identifikasi Kebutuhan Teknologi Spesifik Lokasi
Tabel 106. Hasil Identifikasi Kebutuhan Teknologi Spesifik Lokasi Komoditas
Pertanian Unggulan Kabupaten/Kota di Provinsi Bangka Belitung
Kab/Kota
Jenis KomoditasUnggulan
Kebutuhan InovasiTeknologi
Sumber Teknologi
Bangka
KelapaPHT hama Sexava,pascapanen, kelembagaanpemasaran
Puslitbangbun,
BB Pascapanen, PSE/KP
KakaoVUB, PHT PBK, pascapanen,kelembagaan pemasaran
Puslitbangbun,
BB Pascapanen, PSE/KP
KaretVUB, PHT, pascapanen,kelembaan pemasaran
Puslitbangbun, Balit
Kelapa SawitVUB, PHT, pascapanen,kelembaan pemasaran
Puslitbangbun, Balit
Padi ladang VUB, Pupuk berimbang Puslitbangtan
Ubi KayuVUB, pemupukanberimbang,pasca panen dankelembagaan pasar
Puslitbangbun,
BB Pasca Panen, PSE/KP
Ubi jalar VUB, Pupuk berimbang Puslitbangtan
Jeruk KeprokSiam
VUB bebas penyakit,pemupukan berimbang
Puslibanghor
DurianTenologi PHT, pemupukaBerimabg
Puslitbanghort,
BB Pasca Panen
DukuTenologi PHT, pemupukaBerimabg
Puslitbanghort,
BB Pasca Panen
Page 174 of 204
Cabe Besar VUB, teknologi PHT Puslitbanghort
Mentimen VUB, teknologi PHT Puslitbanghort
ManggisTenologi pascapanen,kelembagaan pasar
Puslitbanghort,
Pascapanen, PSE/KP
SapiTeknologi budidaya, Bakalan,IB, dan teknologi pakan
Puslitbangnak
KambingBakalan, pengendalianpenyakit, teknologi pakan
Puslitbangnak
Belitung
Padi sawah VUB, jarwo, PHT, Katam Puslitbangtan
Jagung VUB, lembaga pemasaran Puslitbangtan, PSE/KP
Ubi KayuVUB, pemupukanberimbang,pasca panen dankelembagaan pasar
Puslitbangbun,
BB Pasca Panen, PSE/KP
Ubi jalar VUB, Pupuk berimbang Puslitbangtan
MentimunVUB, PHT, pemupukan,kelembagaan pasar
Puslitbantan
Kacang PanjangVUB, PHT, pemupukan,kelembagaan pasar
Puslitbantan
ManggisTenologi budidaya, Teknologipasca panendan kelembagan pasar
Puslitbanghort,
BB pasca panen, PSE/KP
ManggisTenologi budidaya, Teknologipasca panendan kelembagan pasar
Puslitbanghort,
BB pasca panen, PSE/KP
KelapaVUB, Teknologi Pemupukan,PHT
Puslitbangbun
SapiIntensif, IB, dan hijauan pakanunggul lokal
Puslitbangnak
Itik Bibit, teknologi pakan Puslitbangnak
BangkaBarat
Padi Gogo VUB, pupuk berimbang Puslitbangtan
Ubi KayuVUB, pemupukanberimbang,pasca panen dankelembagaan pasar
Puslitbangbun,
BB Pasca Panen, PSE/KP
Ubi jalar VUB, Pupuk berimbang Puslitbangtan
KaretVUB, PHT, pascapanen,kelembaan pemasaran
Puslitbangbun, Balit
Kelapa SawitVUB, PHT, pascapanen,kelembaan pemasaran
Puslitbangbun, Balit
Jeruk KeprokSiam
VUB bebas penyakit,pemupukan berimbang
Puslibanghort
DurianTenologi PHT, pemupukanBerimbang, pasca panen
Puslitbanghort,
BB Pasca Panen
DukuTenologi PHT, pemupukanBerimbang, pasca panen
Puslitbanghort,
BB Pasca Panen
Page 175 of 204
CempedakTenologi PHT, pemupukanBerimbang, pasca panen
Puslitbanghort,
BB Pasca Panen
KambingBakalan, teknologi budidaya,teknologi pakan
Puslitbangnak
BangkaSelatan Padi sawah
VUB, Jarwo, PHT, Katam,pasca panen dan kelembagaan
Puslitbangtan
Jeruk KeprokSiam
VUB bebas penyakit,pemupukan berimbang
Puslibanghort
CempedakTenologi PHT, pemupukanBerimbang, pasca panen
Puslitbanghort,
BB Pasca Panen
KambingBakalan, teknologi budidaya,teknologi pakan
Puslitbangnak
LadaBibit, Teknologi budidaya,PHT, pasca panen, dankelembagaan
Puslitbangbun,
BB pasca panen
BangkaTengah
Ubi KayuVUB, pemupukanberimbang,pasca panen dankelembagaan pasar
Puslitbangbun,
BB Pasca Panen, PSE/KP
Ubi jalar VUB, Pupuk berimbang Puslitbangtan
JagungVUB, teknologi pemupukan,Katam
Puslitbangtan, BBPSDLP
Kacang Tanah VUB, pemupukan Puslitbangtan
Cabe Besar VUB, PHT, pasca panen Puslitbangort
Cabe Rawit VUB, PHT, pasca panen Puslitbangort
Kacang Panjang VUB, PHT, pasca panen Puslitbangort
Jeruk KeprokVUB bebas penyakit,pemupukan berimbang
Puslibanghort
DurianTenologi PHT, pemupukanBerimbang, pasca panen
Puslitbanghort,
BB Pasca Panen
DukuTenologi PHT, pemupukanBerimbang, pasca panen
Puslitbanghort,
BB Pasca Panen
Kelapa SawitVUB, PHT, pascapanen,kelembaan pemasaran
Puslitbangbun, Balit
BelitungTimur
Padi sawah VUB, jarwo, PHT, Katam Puslitbangtan
Jagung VUB, lembaga pemasaran Puslitbangtan, PSE/KP
Ubi KayuVUB, pemupukanberimbang,pasca panen dankelembagaan pasar
Puslitbangbun,
BB Pasca Panen, PSE/KP
Ubi jalar VUB, Pupuk berimbang Puslitbangtan
Kacang Tanah VUB, Teknologi budidaya Puslitbangtan
Cabe RawitVUB, PHT, pemupukan,kelembagaan pasar
Puslitbantan
Page 176 of 204
DukuTenologi budidaya, Teknologipasca panendan kelembagan pasar
Puslitbanghort,
BB pasca panen, PSE/KP
KelapaVUB, Teknologi Pemupukan,PHT
Puslitbangbun
Itik Bibit, teknologi pakan Puslitbangnak
Pangkalpinang Ubi Kayu
VUB, pemupukanberimbang,pasca panen dankelembagaan pasar
Puslitbangbun,
BB Pasca Panen, PSE/KP
JagungVUB, teknologi pemupukan,Katam
Puslitbangtan, BBPSDLP
Cabe Rawit VUB, PHT, pasca panen Puslitbangort
Kacang Panjang VUB, PHT, pasca panen Puslitbangort
NenasTeknologi Budidaya, Pascapanen dan kelembagaan pasar
Puslitbanghort,
BB pasca panen
Rekomendasi Kebijakan.
Pasca timah sektor pertanian mempunyai peranan penting dalam
pembangunan ekonomi di Kepulauan Bangka Belitung, hal ini dapat dilihat dari
indikator sektor pertanian terhadap Produk Domestika Regional Bruto (PDRB)
mencapai sekitar 22,96%. sektor ini hanya disainggi oleh sektor industri dan
pengolahan 20,29%, sedangkan pertambangan dan pengalian hanya mampu
menyumbang 13,04% (BPS Bangka Belitung, 2013). Sektor pertanian merupakan
salah satu potensi untuk dikembangkan menjadi pusat pertumbuhan, menyediakan
lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan petani. Oleh karena itu komoditas
unggulan daerah merupakan salah satu kunci untuk dapat mewujudkan alasan
tersebut.
Identifikasi komoditas unggulan dan kebutuhan teknologi kebutuhan
spesifik lokasi yang dilakukan dengan tepat akan mendorong pembangunan
pertanian, peningkatan produksi dan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu
indentifikasi komoditas unggulan dan kebutuhan teknologi spesifik lokasi sangat
diperlukan untuk mendukung prioritas perencanaan sektor pertanian. Selain itu
ketersediaan teknologi spesifik lokasi akan merangsang pengguna atau
masyarakat untuk memanfaatkan sumberdaya alam yang dimilikinya untuk
meningkatkan produksi, penyedia lapangan kerja dan peningkatan pendapatan
serta kesejahteraan masyarakat.
Page 177 of 204
IV. PUBLIKASI KEGIATAN BPTP KEP. BANGKA BELITUNG
DI MEDIA MASA
Panen Perdana Padi Musim Tanam II Di Lahan Sawah
Bukaan Baru Desa Batu Betumpang Kabupaten Bangka
Selatan
Rabu, 27 Agustus 2014 00:00, Sumber: Bangka Post
Selasa (26/08/14). Balai
Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kepulauan Bangka Belitung bekerjasama
dengan Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Bangka Selatan melakukan
panen perdana padi sawah MT II, yang bertempat di Kebun Percobaan Batu
Betumpang, Desa Batu Betumpang, Kecamatan Pulau Besar.
Hadir dalam kesempatan itu, Bupati Bangka Selatan Jamro H Jalil yang
sempat mendemokan penggunaan mesin panen (combineharvester) padi sawah di
lahan persawahan Kebun Pervobaan Batu Betumpang seluas 40 hektar yang
diperoleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kepulauan Bangka
Belitung dari hibah Pemerintah Daerah kabupaten bangka Selatan pada tahun
2012.
Dalam sambutannya, Kepala BPTP Kepulauan Bangka Belitung (Dr.Ir.
Rubiyo, M.Sc) mengucapkan terima kasih atas hibah tanah untuk kebun
percobaan yang diberikan oleh Pemda Bangka Selatan.“Kegiatan ini merupakan
Page 178 of 204
bagian dari rangkaian Pekan Agroinovasi dalam rangka memperingati hari ulang
tahun Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian ke-40 yang dilaksanakan
oleh BPTP Kepulauan Bangka Belitung”. Hadir pula Kepala Dinas Pertanian dan
Peternakan Bangka Selatan (Ir. Hattamarasyid), Kepala Bapeluh Bangka Selatan,
Kepala Dinas Transmigrasi Bangka Selatan, Kepala Dinas Pertanian dan
Peternakan Kepulauan Bangka Belitung,Kepala Bakorluh Kepulauan Bangka
Belitung, Kepala BPSMB Kepulauan Bangka Belitung, Kepala Karantina
Pertanian Kepulauan Bangka Belitung, Gapoktan dan penyuluh Bangka Selatan
serta petani disekitar Kebun Percobaan Batu Betumpang
Keberadaan Kebun Percobaan (KP) Batu Betumpang di Kabupaten
Bangka Selatan menjadi strategis un tuk mendukung pembangunan pertanian,
mengingat Kabupaten Bangka Selatan merupakan produsen utama beras di
Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sebagian besar areal persawahan yang ada
di Kabupaten Bangka Selatan merupakan sawah bukaan baru, sehingga
memerlukan inovasi teknologi yang tepat guna mengoptimalkan pemanfatan
sawah bukaan baru tersebut. KP Batu Betumpang yang merupakan areal
persawahan diharapkan dapat menjadi tempat pembelajaran dan diseminasi
inovasi teknologi pertanian bagi masyarakat Bangka Selatan. Adapun Varietas
yang digunakan merupakan varietas yang direkomendasikan untuk dikembang di
Kepulauan Bangka Belitung yaitu INPARI 10, INPARA 2 dan INPAGO 8.
Page 179 of 204
Peran Inovasi Teknologi dalam Mendukung Bioindustri
dan Ketahanan Pangan di BPTP Kepulauan Bangka
Belitung
Rabu, 24 September 2014 00:00, Sumber: Bangka Post
Pangkalpinang (23-25/09/14).
Memperingati HUT ke-40 Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
(Balitbangtan), BPTP Kepulauan Bangka Belitung menyelenggarakan Pekan
Bhakti Agroinovasi yang dipusatkan di kantor BPTP Kepulauan Bangka Belitung
dan KP Petaling. Kegiatan ini dihadiri seluruh stakeholder yang ada di Bangka
Belitung meliputi pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota, BUMN,
perguruan tinggi, pelajar, penyuluh, petani dan swasta.
Dalam laporannya, Dr.Ir. Rubiyo, Msi (Ka. Balai) menyampaikan bahwa
rangkaian kegiatan Pekan Bhakti Agroinovasi telah diawali dengan kegiatan
Temu Lapang panen padi sawah perdana MT II pada tanggal 26 Agustus 2014 di
KP Batu Betumpang. Selanjutnya kegiatan lain yang diselenggarakan meliputi :
1) gelar inovasi teknologi berbagai berbasis lahan lahan kering yaitu bawang
merah, cabai, melon, semangka, dan sayuran berdaun dengan konsep terintegrasi
dengan ternak, optimalisasi lahan diantara karet TBM melalui tumpang sari
dengan tanaman palawija (jagung, kacang tanah, ubi jalar, kedelai) terintegrasi
Page 180 of 204
dengan ternak, MKRPL, model pertanian industri integrasi kelapa sawit, serai
wangi, lada dan ternak, 2) Talk Show dengan tema “Inovasi Teknologi Dalam
Menudukung Pertanian Berkelanjutan di Bangka Belitung” dengan nara sumber
Kepala Balitbngtan, Gubernur Kepulauan Bangka Belitung dan Bupati Bangka, 3)
Pelatihan perbanyakan lada setek satu ruas dan bibit durian dengan sistem
sambung pucuk, dan sosialisasi peran informasi iklim dalam mendukung
pembangunan pertanian, 4) perlombaan siswa.
Kepala Balitbangtan dalam sambutannya yang disampaikan oleh Kapus
PSEKP Dr. Handewi Purwati Saliem Rachman mengatakan bahwa dalam
kiprahnya yang ke-40, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
(Balitbangtan) telah memberikan kontribusi signifikan dalam pembangunan
pertanian nasional, melalui inovasi dan pengembangan teknologi berupa varietas
unggul, pengelolaan tanaman terpadu, teknologi alat dan mesin pertanian
(alsintan) dan pasca panen, pengembangan model kelembagaan serta saran
kebijakan untuk mendukung pencapaian swasembada beras dan jagung,
peningkatan produktivitas, nilai tambah dan daya saing produk pertanian serta
peningkatan kesejahteraan petani. Diharapkan kegiatan ini dapat menjadi ajang
komunikasi dalam penyampaian hasil inovasi teknologi pertanian dan menjalin
kerjasama dengan institusi terkait guna pengembangan pertanian di Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung.
Lebih lanjutkan dikemukan isu Pengembangan Teknologi Spesifik
Lokasi melalui Pemanfaatan Sumberdaya Lokal Menuju Pertanian Ramah
Lingkungan merupakan isu yang menarik perhatian berbagai pihak dan
mengharapkan BPTP Kepulauan Bangka Belitung untuk berperan aktif dalam
mewujudkan pembangunan pertanian berkelanjutan di Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung. Ke depan, Balitbangtan harus semakin siap menghadapi era
keterbukaan informasi. Pada era keterbukaan informasi, keberhasilan Badan
Litbang Pertanian terletak pada bagaimana cara kita berkomunikasi dengan efektif
dan dalam kita melayani beneficiaries. The power of information memberi makna
betapa strategisnya kedudukan informasi, sehingga informasi perlu dikemas dan
disajikan dengan baik agar mampu memberikan pemahaman yang positif kepada
masyarakat. Hal ini selaras dengan pengembangan dan implementasi Spektrum
Page 181 of 204
Diseminasi Multi Channel (SDMC). Dokumentasi kegiatan yang dilaksanakan
oleh UK lingkup Badan Litbang Pertanian khususnya lingkup BPTP perlu
dipromosikan dan disosialisasikan karena banyak memuat substansi sain, inovasi,
dan dapat membangun network dengan stakeholders.
Dalam sambutannya Gubernur Kepulauan Bangka Belitung yang
diwakili oleh Asisten dua bidang ekonomi Ir. Budiman Ginting, MSi
Menyampaikan bahwa sektor pertanian memegang peran strategis dalam
perekonomian di Bangka Belitung pasca era tambang timah yang saat ini sudah
mulai berkurang, hal ini melihat potensi SDA dan SDM yang ada di Bangka
Belitung. Disebutkan bahwa pembangunan pertanian kedepan dihadapkan pada
tantangan dan permasalahan seperti alih fungsi lahan pertanian, permodalan,
pemasaran, kesuburan lahan dan hama penyakit. Namun dikatakan dengan
semangat kebersamaan untuk membangun Bangka Belitung khususnya di sektor
pertanian maka dengan rasa optimis dapat teratasi. Dalam akhir penyampaiannya
mengharapkan agar Balitbangtan dapat secara konsisten untuk terus menghasilkan
inovasi teknologi sesuai dengan kebutuhan petani.
Pada kesempatan tersebut, disampaikan juga dilakukan penandatanganan MOU
antara Bupati Bangka dengan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan
Teknologi Pertanian.
Page 182 of 204
PAMERAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN
DALAM RANGKAIAN KEGIATAN LOMBA ASAH
TERAMPIL PETANI DI KABUPATEN BANGKA
Senin, 24 November 2014 00:00, Sumber: Bangka Post
Pada tanggal 22 November 2014 bertempat di Desa Pagarawan
Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka dilaksanakan Lomba Asah Terampil
Petani Tingkat Kabupaten. Hadir dalam acara tersebut Bupati Bangka Tarmizi H.
Saat, Anggota DPRD, BPTP Kep. Bangka Belitung, Dinas Pertanian , Dinas
Perkebunan, Penyuluh Pertanian dan petani yang ada di Kabupaten Bangka.
Lomba Asah Terampil tersebut merupakan agenda rutin tahunan Badan
Ketahanan Pangan Kabupaten Bangka. Peserta lomba merupakan perwakilan
petani di masing-masing kecamatan yang ada di Kabupaten Bangka yaitu
Kecamatan Sungailiat, Merawang, Mendo Barat, Puding Besar, Bakam, Belinyu
dan Riau Silip.
Bertindak sebagai dewan juri pada kegiatan tersebut adalah Bupati
Bangka Bpk. Tarmizi H Saat, BPTP Kep. Babel yang diwakili oleh Bpk. Feriadi,
dan Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Bangka Bpk. Kemas.Selain untuk
memberikan penyegaran dan motivasi, lomba asah terampil merupakan kegiatan
yang bertujuan untuk menambah wawasan bagi petani khususnya di bidang
pertanian.Pertanian modern menuntut petani menjadi lebih kreatif dalam
Page 183 of 204
melakukan usaha tani yang digelutinya sehingga kesejahteraan petanipun
meningkat.
Dalam rangkaian acara tersebut juga dilaksanakan pameranyang di ikuti
oleh beberapa lembaga, terdiri dari unsur pemerintahan dan swasta. BPTP Kep.
Bangka Belitung sebagai salah satu unsur pemerintahan yang ada di Provinsi Kep.
Bangka Belitung ikut berpartisipasi dalam pameran tersebut dengan memamerkan
inovasi teknologi yang sudah dihasilkan. Beberapa inovasi teknologi tersebut
antara lain berupa produk-produk hasil penelitian dan pengkajian seperti berupa
asap cair, sabun yang berasal dari limbah sawit, kopi lada, benih unggul padi,
jagung, kedelai, lada putih dan lain-lain. Disamping itu ditampilkan juga beberapa
tanaman dalam polybag diantaranya tanaman sawi liman, selada hijau, kol/kubis,
terong ungu, bibit durian namlung dan beberapa jenis lada yang adaptif di
Provinsi Kep. Bangka Belitung.
Stand BPTP Kepulauan Bangka Belitung menjadi salah satu pusat
perhatian dari pengunjung mulai dari PPL, petani dan masyarakat yang hadir
pada kesempatan tersebut. Pada umumnya pengunjung mengajukan pertanyaan
mengenai inovasi teknologi di bidang pertanian yang dipamerkan. BPTP
Kepulauan Bangka Belitung memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi
seluruh stakeholders untuk berdiskusi mengenai permasalahan di bidang pertanian
yang sedang dihadapinya.
Pada kesempatan itu, Bupati Bangka Bpk. Tarmizi H. Saat beserta istri
berkunjung ke stand BPTP Kepulauan Bangka Belitung. Beliau berdiskusi dengan
peneliti BPTP tentang kemungkinan pengembangan tanaman sayuran di
Page 184 of 204
Kabupaten Bangka. Dengan adanya contoh tanaman yang ditampilkan pada
pameran tersebut, diharapkan mampu memberikan motivasi kepada masyarakat
bahwa bertanam sayuran dapat dilakukan oleh saja dan akan memberikan hasil
yang baik bila dikelolan dengan benar. Dalam diskusi yang berlangsung singkat
tersebut ditekankan tentang pentingnya penggunaan pupuk organik cair dan
hormon organik dengan dosis yang tepat disertai dengan penggunaan pestisida
nabati yang terukur.
Pada kesempatan yang baik itu pula, BPTP Kepulauan Bangka belitung
memberikan buah tangan kepada Bapak Tarmizi H Saat berupa tanaman kol dan
terong dalam polybag. Bibit durian Namlung dan Putri Dewa yang merupakan
hasil sambung pucuk yang dihasilkan oleh BPTP Kepulauan Bangka Belitung,
tidak luput dariperhatianpengunjung. Peluang bagi pengembangan bibit durian
masih sangat besar. Antusias masyarakat yang begitu besar terhadap bibit durian
jenis ini berkorelasi pada permintaan yang besar pula.
Pameran sebagai salah satu cara yang cukup efektif dalam percepatan
transfer inovasi teknologi spesifik lokasi yang telah dihasilkan BPTP Kepulauan
Bangka Belitung kepada masyarakat luas dimanfaatkan dengan penyebaran leaflet
dan folder bidang pertanian. Selain itu kepada sebagian pengunjung diberikan
benih buncis tegak. Dengan adanya acara tersebut diharapkan pengetahuan
masyarakat di bidang pertanian akan meningkat dan tingkat adopsi inovasi di
bidang pertanian di Kepulauan Bangka Belitung akan meningkat pula.
Page 185 of 204
V. PENUTUP
Pada tahun 2014 BPTP Kepulauan Bangka Belitung menerima anggaran
melalui DIPA TA 2014 sebesar Rp 11.160.080.000 (Sebelas milyar seratus enam
puluh juta delapan puluh ribu rupiah) yang barasal dari APBN dan digunakan
untuk membiayai kegiatan BPTP Kepulauan Bangka Belitung. Disamping
anggaran yang bersumber DIPA TA 2014, BPTP Kepulauan Bangka Belitung
juga memperoleh alokasi anggaran dari Program kerjasama Badan Litbang
Pertanian dengan SMARTD sebesar Rp 405.000.000,- (Empat ratus lima juta
rupiah) untuk kegiatan penelitian dan pengembangan sarana dan prasarana
perkantoran. Dengan demikian total anggaran yang dikelola BPTP Kepulauan
Bangka Belitung adalah Rp. 11.565.080.000,- (Sebelas milyar lima ratus enam
puluh lima juta delapan puluh ribu rupiah).
Sebagai wujud dari pelaksanaan tugas, pokok, dan fungsi BPTP
Kepulauan Bangka Belitung, pada tahun anggaran 2014 BPTP Kepulauan Bangka
Belitung melaksanakan berbagai kegiatan pengkajian dan diseminasi. Kegiatan
tersebut antara lain: Peningkatan produktivitas padi di sawah bukaan baru melalui
mekanisasi pertanian dan pengelolaan tata air, Koleksi dan seleksi ayam
merawang spesifik Bangka, Peningkatan produktivitas tanaman lada dengan
pengelolaan hara dan jumlah bibit per rumpun, Pengelolaan Sumber Daya Genetik
(SDG), Agro Ecological Zone (AEZ) 1:50.000, Model Akselerasi Pembangunan
Pertanian Ramah Lingkungan (m-AP2RL), Visitor plot Kebun Percobaan Petaling
(perkebunan, hortikultura, peternakan), Percepatan pemasyarakatan PTT Padi,
Pendampingan KRPL, Model Pembangunan Pertanian Pedesaan Melalui Inovasi
(m-P3MI), Pendampingan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), Pendampingan
KATAM, dan Perbenihan Padi.
Kegiatan yang bersumber dari Program kerjasama Badan Litbang
Pertanian dengan SMARTD antara lain: Efektivitas media penyuluhan terhadap
pemanfaatan lahan pekarangan guna mendukung keragaman pangan lokal di
Bangka Belitung, Identifikasi kebutuhan teknologi spesifik lokasi mendukung
kegiatan penetapan prioritas pelaksanaan perencanaan dan pengkajian di Kep.
Bangka Belitung, serta Pengembangan sarana dan prasarana perkantoran.
Page 186 of 204
Kegiatan diseminasi teknologi terutama terkait dengan inovasi teknologi
padi mendapat apresiasi baik dan dukungan dari Pemerintah Daerah maupun dari
petani dan masyarakat. Salah satu bentuk dukungan Pemerintah Daerah yaitu
dengan menghibahkan tanah seluas 10 hektar kepada Badan Litbang Pertanian.
MoU dilaksanakan di Badan Litbang Pertanian tanggal 15 April 2015 yang di
hadiri oleh Kepala Badan Litbang Pertanian Dr. Haryono, M.Sc dan Bupati
Bangka Tengah H. Erzaldi Djohan, SE., MM..