laporan program ukk fasila konveksi fixxx
DESCRIPTION
Laporan UKKTRANSCRIPT
LAPORAN PROGRAM
UNIT KESEHATAN KERJA (UKK)
DI HOME INDUSTRI “FASILA KONVEKSI” DINOYO
WILAYAH DINOYO MALANG
OLEH :
1. ANINDYA UMAMI (201320461011034)2. SRI AYUNI LESTARI (201320461011036)3. YUDI IRAWAN (201320461011040)4. ANDRI SUHARSONO (201320461011041)5. GUSTAN ARIADI (201320461011042)6. MUHAMMAD RISQONI (201320461011043)7. DIAN SARI R. USEMAHU (201320461011060)8. FITRIANTI S. DG BADJO (201320461011086)
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan sector industri saat ini merupakan
salah satu andalan dalam pembangunan Nasional Indonesia
yang berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja,
peningkatan pendapatan dan pemerataan pembangunan.
Disisi lain kegiatan industri dalam proses produksinya
selalu disertai faktor-faktor yang mengandung resiko
bahaya dengan terjadinya kecelakaan maupun penyakit
akibat kerja.
Setiap ancaman terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja harus di cegah. Karena ancaman seperti itu
akan membawa kerugian baik material, moril maupun
waktu terutama terhadap kesejehteraan tenaga kerja dan
keluarganya. Terlebih lagi perlu disadari bahwa
pencegahan bahaya tersebut jauh lebih baik daripada
menunggu sampai kecelakaan terjadi yang biasanya
memerlukan biaya yang lebih besar untuk penganan dan
pemberian kompensasinya. Mengingat kegiatan struktur
industri tidak terlepas dengan penggunaan tekhnologi maju
yang dapat berdampak terhadap keselamatan dan
kesehatan kerja terutam masalah penyakit akibat kerja.
Selain itu masih banyak perusahaan yang belum
melaksanakan ketentuan-ketentuan yang mengarah ke
pencegahan akibat kerja, hal ini disebabkan karena
kurangnya perhatian, dan waktu memerlukan biaya yang
tinggi dari pihak pekerja sendiri di samping pengertian dan
pengetahuan masih terbatas, ada sebagian dari mereka
yang masih segan menggunakan alat pelindung atau
mematuhi aturan yang sebenarnya. Oleh karena itu masalah
keselamatan dan kesehatan kerja tidak dapat dilakukan
sendiri-sendiri tetapi harus di lakukan secara terpadu yang
melibatkan pemilik dan pekerja serta organisasi lainnya.
Keselamatan kesehatan kerja (K3) di filosofikan
sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani
tenaga kerja pada khususnya dan manusai pada umumnya,
hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan
sejahtera. Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah
suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit
akibat kerja. Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya
tuntutan yang lebih tinggi dalam mencegah terjadinya
kecelakaan yang beraneka ragam bentuk maupun jenis
kecelakaan. Sejalan dengan itu, perkembangan
pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah
UU No.14 Tahun 1969 tentang pokok-poko mengenai tenaga
kerja yang selanjutnya mengalami perubahan menjadi UU
No.12 Tahun 2003 tentang kerjaan.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek keperawatan industri,
mahasiswa akan dapat meningkatkan kemampuan
komunitas dalam mengenali masalah kesehatan,
mengorganisasikan potensi dan sumber daya yang dimiliki
untuk mengatasi maslah kesehatan yang dihadapinya.
Menyebarluaskan pengetahuan tentang keselamatan
kesehatan kerja dan mengatasi masalah-
masalahkesehatan yang terjadi di lingkungan industri.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek asuhan keperawatan
komunitas di home Industri “Fasila Konveksi” Dinoyo
Malang, mahasiswa mampu :
a. Membina hubungan baik dengan komunitas industri
dengan mengenal pemilik dan para pekerja
b. Memberikan informasi dan pengetahuan pada pekerja
industri tentang macam-macam alata pelindung diri
(APD) dan masing-masing kegunaannya.
c. Memberikan informasi dan pengetahuan tentang
macam-macam resiko yang mungkin terjadi selama di
wilayah kerja industri.
d. Mengenali masalah-masalah kesehatan dan
keselamatan kerja yang terjadi di wilayah kerja
industri.
e. Memberikan solusi terhadap masalah-masalah
kesehatan dan keselamatan kerja yang terjadi di
wilayah kerja industri
f. Mengevaluasi setiap kegiatan
g. Mendokumentasikan kegiatan dan temuan masalah
dengan benar dan tepat.
1.3Metode
1.3.1 Tehnik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan pendekatan community as partner meliputi
delapan aspek inti pengkajian, yaitu : riwayat kesehatan,
demografi, etnik, nilai dan kepercayaan, lingkungan fisik,
pendidikan, layanan kesehatan dan social, komunikasi,
politik dan pemerintahan, ekonomi dan rekreasi. Untuk
memperoleh data-data tersebut dilakukan dengan
menggunakan berbagai metode pengkajian komunitas
yang mencakup : wawancara key informan, serta
pembagian angket sebagai bentuk focus group yang
dilakukan pada para pekerja.
1.3.2 Analisis Dan Diagnosa
Data yang terkumpul pada saat pengkajian kemudian di
analisa untuk menentukan data-data yang nantinya
dijadikan sebagai data focus. Dari data-data tersebut
kemudian ditentukan masalah-masalah yang terjadi pada
home industri ”Fasila Konveksi” sebagai bentuk diagnosa
keperawatan tentang permasalahan yang terjadi di
wilayah tersebut.
1.3.3 Musyawarah Warga Home Industri
Setelah didapatkan diagnosa kemudian masalah-
masalah kesehatan yang terjadi diajukan kepada pemilik
dan karyawan dalam bentuk musyawarah. Kegiatan
tersebut bertujuan untuk mendapatkan kesepakatan
bersama tentang metode penanganan masalah yang akan
dilakukan. Termasuk menentukan metode pelaksanaan,
jadwal pelaksanaan dan menentukan tempat pelaksanaan.
1.4Manfaat
1.4.1 Pekerja Industri
Diharapkan dapat membantu para pekerja lebih mengerti
tentang alat pelindung diri (APD) serta dapat
mengidentifikasi masalah kesehatannya sehingga dapat
menentukan metode untuk menangani permasalahn
tersebut.
1.4.2 Mahasiswa
Mahasiswa mampu untuk peka dalam mengenali masalah
kesehatan kerja serta dapat memberikan pengetahuan
tentang metode pemecahan masalah kesehatan yang
terjadi pada lingkup komunitas khususnya pada unit
kesehatan kerja.
1.4.3 Puskesmas
Dapat memberikan sumbangan / masuka berupa informasi
tentang kondisi kesehatan kerja di wilayah industri yang
termasuk dalam wilayah puskesmas guna menentukan
program untuk meningkatkan derajat kesehatan kerja
pada unit UKK.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Kesehatan Keselamatan Kerja
A. Definisi
Menurut Sumakmur (1998) kesehatan kerja adalah
spesialisasi dalam ilmu kesehatan atau kedokteran serta
prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan yang setinggi-
tingginya baik fisik atau mental maupun social dengan
usaha-usaha preventif dan kurantif terhadap penyakit atau
gangguan kesehatan.
Kesehatan kerja memiliki sifat sebagai berikut:
a. Sasaran adalah manusia
b. Bersifat madis
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian
dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses
pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya
serta cara melakukan pekerjaannya. ( Sumakmur 1993)
Keselamatan kerja mamiliki sifat sebagai berikut:
a. Sasarannya adalah lingkungan kerja
b. Bersifat teknik
Pengistilahan keselamatan dan kesehatan kerja ( atau
sebaliknya) bermacam-macam: ada yang menyebutkan
higyen perusahaan dan kesehatan kerja (hyperkes) dan ada
yang hanya disingkat K3, dan dalam istilah asing dikenal
Occupational Safety and Health.
B. Tujuan K3
Tujuan umum dari K3 adalah menciptakan tenaga kerja
yang sehat dan produktif.
Tujuan hyperkes dapat dirinci sebagai berikut:
a. Agar tenaga kerja dan setiap orang berada ditempat kerja
selalu dalam keadaan sehat dan selamat.
b. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara
lancer tanpa adanya hambatan.
C. Ruang Lingkup K3
a. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua
tempat kerja yang didalamnya melibatkan aspek manusia
sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang
dikerjakan.
b. Aspek perlindungan dalam hyperkes meliputi:
1. Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian.
2. Peralatan dan bahan baku yang digunakan.
3. Factor lingkungan fisik, biologi, kimiawi, maupun social
4. Proses produksi
5. Karakteristik dan sifat pekerjaan.
6. Teknologi dan metode kerja
c. Penerapannya dilaksanakan secara holistic sejak
perrencanaan hingga perolehan hasil dari kegiatan
industri barang maupun jasa.
d. Semua pihak yang terlibat proses industri/perusahaan
ikut bertanggung jawab atas keberhasilan usaha
hyperkes
2.2 Kecelakaan Kerja
A. Definisi
Menurut pengertian mentri tenaga kerja RI nomer:
03/MEN/ 1998 tentang cara pelaporan dan pemeriksaan
kecelakaan bahwa yang dimaksud kecelakaan adalah
suatu kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga
semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau
harta benda.
B. Penyebab Kecelakaan Kerja
Secara umum terdapat dua penyebab terjadinya
kecelakaan kerja, yaitu penyebab langsung dan penyebab
dasar
a. Penyebab Dasar
1. Factor manusiaataupribadi, antara lainkarena:
Kurangnya kemampuan fisik, mental dan psikologis
Kurangnya atau lemahnya pengetahuan dan
ketrampilan atau keahlian
Stress
Motivasi yang tidak cukup
2. Factor kerja/lingkungan, antara lain karena:
Tidak cukup kepemimpinan atau penguasaan
Tidak cukup rekayasa
Tidak cukup pemberian barang
Tidak cukup perawatan
Tidak cukup alat-alat, perlengkapan dan barang-
barang
Tidak cukup standar kerja
Penyalahgunaan
b. Penyebab langsung
1. Kondisi berbahaya yaitu tindakan yang akan
menyebabkan kecelakaan, misalnya :
Peralayan pengaman atau pelindung yang tidak
memadai atau tidak memenuhi syarat
Bahan, alat-alat yang sudah rusak
Terlalu sesak/ sempit
System/ tanda peringatan yang kurang memadai
Bahaya kebakaran dan ledakan
Tata letak yang buruk
Lingkungan berbahaya
Kebisingan
Paparan radiasi
Ventilasi dan penerangan yang kurang
2. Tindakan berbahaya merupakan tingkah laku yang akan
menyebabkan kecelakaan, misalnya:
Mengoperasikan alat tanpa wewenang
Gagal untuk memberikan peringatan
Gagal untuk mengamankan
Bekerja dengan kecepatan yang salah
Menyebabkan alat-alat keselamatan kerja tidak
berfungsi
Memindahkan alat-alat keselamatan
Menggunakan alat yang rusak.
Menggunakan alat dengan cara yang salah
Kegagalan memakai alat pelindung dengan benar.
C. Jenis Kecelakaan Kerja
ILO meyusun daftar berbagai tipe kecelakaan,
klasifikasi berbagai kecelakaan adalah sebagai berikut :
1. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut tipe kecelakaan :
Orang jatuh
Kejatuhan benda
Terbentur benda yang tidak bergerak
Terjepit diantara dua benda
Gerakkan yang dipaksakan
Tekena suhu yang ekstrim
Tersengat arus listrik
Terkena bahan-bahan berbahaya atau radiasi
2. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut jenis luka
Fraktur/retak
Dislokasi
Terkilir
Gegar otak
Amputasi
Luka-luka ringan
Memar dan remuk
Terbakar
Keracunan akut
Sesak nafas
Akibat arus listrik
Akibat radiasi
3. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut lokasi luka pada
bagian :
Kepala
Leher
Badan
Tangan
Tungkai
Aneka lokasi
Luka-luka umum
D. Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja pada prinsipnya dapat dicegah dan
pencegahanini menurut Bennet (1995) merupakan
tanggung jawab manager lini, penyedia, mandor, dan juga
kepala urusan. Tetapi menurut Sulaksomo (1997) dan yang
tersirat dalam undang-undang nomor 1 tahun 1970 pasal 10
”bahwa tanggung jawab pencegahan kecelakaan kerja ,
selain pihak perusahaan juga karyawaan atau tenaga kerja
dan pemerintah”.
Pencegahan kecelakaan kerja menurut Bennet (1995)
dilakukan melalui dua aspek pendekatan yaitu :
1. Aspek perangkat keras (hardwer) seperti peralatan ,
perlengkapan mesin, tata letak.
2. Aspek perangkat lunak (software) seperti manusia dan
segala unsur yang berkaitan.
Suatu pencegahan kecelakaan yang efektif
memerlukan pelaksanaan pekerjaan dengan baik oleh setiap
orang di tempat kerja. Semua pekerja harus mengetahui
bahaya dari bahan dan peralatan yang mereka tangani,
semua bahaya dari operasi perusahaan serta cara
pengendaliannya (Sahab, 1997).
Menurut Suma’ur (1994), upaya pengendalian atau
pencegahan kecelakaan kerja adalah :
1. Pengendalian secara mekanik
Mengendalikan potensi bahaya langsung pada
sumbernya (engineering control), yang meliputi :
Substitusi , yaitu mengganti bahan yang berbahaya
dengan bahan yang kurang berbahaya atau tidak
berbahaya sama sekali .
Ventilasi, yaitu pengaliran udara bersih untuk
menggantikan udara kotor dari lingkungan kerja
Isolasi, yaitu proses kerja yang berbahaya
disendirikan / diisolir
Mekanisasi, yaitu penggunaan tombol-tombol secara
otomatis dalam pengoperasian mesin
Lubrikasi , yaitu penggunaan pelumas pada mesin
Peredam, yaitu penggunaan alat peredam pada mesin
2. Pengendalian secara administratif keselamatan kerja
Banyak situasi yang berbahaya dalam industri yang
tak dapat dikenda;ikan dengan menghilangkan,
penggantian, atau engineering . bilamana metode-
metode diatas tidaklah praktis, maka harus diadopsi
pengenalan policy atau kebijakan, prosedur dan sistem
safety.
Pengendalian administratif merupakan prosedur yang
membatasi atau mengurangi melalui pengaturan atau
perencanaan kerja yang baik, antara lain:
a. Pendidikan dan pelatihan
Diperlukan pelatihan untuk meningkatkan
pengetahuan pekerja mengenai keselamatan dan
kesehatan kerja dijadikan satu dengan pelatihan lain
(Sahab, 1997).
Penyedia atau manager mempunyai peran besar
dalam upaya pencegahann kecelakaan kerja, untuk itu
perlu diperhatikan khusus terhadap pelatihan
keselamatan kerja bagi penyedia atau manager.
Pendidikan dan pelatihan pada dasarnya merupakan
upaya untuk meningkatkan berbagai pengetahuan dan
keterampilan , serta usaha untuk memberikan
kemungkinan perubahan sikap yang dilandasi oleh
motivasi untuk berprestasi (Sukomo,1984)
b. Pemberian label
c. Pengadaan MSDS (material safety data sheet)
d. Ketata rumah tanggaan yang baik, terutama kebersihan
tempat kerja
e. Rotasi pekerjaan.
Merupakan strategi pemberdayaan tenaga kerja
dimana tenaga kerja menempati posisi yang berbeda-
beda dalam interval dan durasi waktu tertentu secara
rotatif dengan tujuan untuk meratakan paparan pada
peran dan fungsi
Yang berbeda (Smiths, 2009).
Mencegah tenaga kerja mengalami kebosanan ,
kelelahan , ataupun melakukan kecerobohan akibat
keduanya.
Memberikan kepuasaan pribadi bagi tenaga kerja,
karena dengan memberikan suasana kerja yang
berbeda maka tenaga kerja dapat menganalisa dengan
sendirinya kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya.
Meningkatkan motivasi kerja, tenaga kerja yang diberi
kesempatan untuk merasakan pekerjaan yang berbeda
dapat meningkatkan kemampuan (skill) dan
kompetensi yang dimilikinya sehingga memberikan
tantangan bagi tenaga kerja.
f. Hygiene perseorangan
g. Monitor untuk memantau efektivitas pengalihan yang
telah dilakukan
h. Pemeriksaan kesehatan.
Tolak ukur pengendalian administratif sering
diperlukan untuk mendukung strategi pengendalian
lainnya untuk menjamin pengendalian dapat tercapai.
2.3 Alat Pelindung Diri (APD)
APD adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang dalam melakukan pekerjaannya yang
berfungsi untuk mengisolasi tenaga kerja dari faktor bahaya
di sekitarnya.
Ada beberapa kelemahan dari penggunaan APD yaitu
kemampuan perlindungan yang tidak memenuhi
persyaratan dan sering APD tidak digunakan karena tidak
enak, atau kurang nyaman (Nedved, 1991).
Adapun APD dapat digolongkan menurut bagian-
bagian tubuh yang dilindunginya yaitu, APD mata , kepala,
nafas, tangan, kaki, dan telinga.
Alat pelindung diri harus digunakan sebagai upaya
terakhir dalam melindungi tenaga kerja, atau dalam
kaitannya dalam strategi pengendalian lainnya. Alat
pelindung diri menjadi tolok ukur pengendalian efektif
bilamana (Suma’ur, 1994).
a. Diseleksi dengan benar
b. Dipelihara secara berkala
c. Dipakai dengan benar
d. Digunakan bila dikehendaki
e. Disimpan dangan aman
Sementara itu syarat-syarat APD menurut Rasjid (1992)
adalah :
a. Memberikan perlindungan yang adekuat pada pekerja
b. Ringan dan nyaman
c. Dapat dipakai secra fleksibel
d. Mudah dikenali
e. Awet dan tidak mudah rusak
f. Tidak menimbulkan bahaya tambahan
g. Memenuhi standart
h. Tidak membatasi gerakan dan persepsi sensori pemakai
i. Suku cadand mudah didapat
Adapun jenis-jenis APD menurut terget yang dilindungi
adalah (Rasjid, 1992)
a. Alat pelindung kepala
Safety helmet (helm keselamatan)
Hood (tudung kepala )
Hair cap ( topi)
b. Alat pelindung mata
Kacamata (spectacles) dengan atau tanpa pelindung
samping
Goggles
Tameng wajah
c. Alat pelindung telinga
Ear plug (sumbat telinga)
Ear muff (tutup telinga)
Helm peredam
d. Alat pelindung pernafasan
Canister gas mask
Mechanical filter respiratory
Air supplied respiratory
Hose mask
Self contained breathing appartus
e. Alat pelindung tangan
Sarung tangan kulit
Sarung tangan karet
Gauntlets ( dengan lapisan plat logam)
Mitts ( 4 jari jadi 1, kecuali ibu jari)
f.Alat pelindung kaki
Faundry legging ( pada pengecoran baja dari kulit dan
dilapisi krom atau asbes)
Sepatu karet elektrostatis ( melindungi dari bahaya
listrik dan hubungan pendek.)
Seapatu pengaman kerja bangunan ( safety shoes dan
kulit dilapisi baja pada ujung depan spatu
g. Pakaian pelindung
Appron : menutupi dada sampai lutut
Overalls : menutupi seluruh tubuh
h. Tali dan sabuk pengamanan
Safety belt, untuk pekerjaan pada ketinggian < 2
meter , pada pekerjaan mengoperasikan kendaraan /
alat berat.
Body harness untuk pekerjaan mendaki, memanjat,
menolong korban , memasuki palka, atau sumur dan
lubang dengan kedalaman atau ketinggian di atas 2
meter.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. CORE (INTI)
1. Riwayat
Berdasarkan penuturan pak Hadi (pemilik) berdirinya
Home Industri ”Fasila Konveksi” ini adalah pada tahun
1990 atas inisiatif keluarga sendiri yaitu keluarga bapak
Hadi.
2. Riwayat Penyakit
Berdasarkan penuturan pak Hadi karyawannya tidak
memiliki jenis penyakit yang dianggap berat, penyakit yang
sering menyerang karyawannya berupa batuk pilek dan
pegal-pegal.
Berdasarkan hasil wawancara para pekerja dalam 1
bulan ini ada beberapa pekerja yang menderita penyakit
sebagai berikut :
Gatal-gatal : 3 orang.
Sakit pinggang : 5 orang.
Batuk pilek : 10 orang.
Para pekerja bekerja dengan posisi yang kurang baik
sehingga memungkinkan terjadi kelainan postur tubuh
serta para pekerja malas menggunakan masker dengan
alasan panas serta risih, dan mereka tetap merasa sehat
meskipun tidak memakai masker dan alas kaki.
3. Demografi
Jumlah karyawan ± 20 orang ditambah dengan pemilik
industry yang ikut juga bekerja, namun sebagian ada
yang cuti dan sakit.
Laki-
laki
Perempu
an
3
orang
17 orang
Usia karyawan rata-rata 21- 45 tahun
20-44
thn
≥ 45
tahun
≤ 60
thn
11
orang
1 orang -
Status karyawan pada Home Industri “FasilaKonveksi”
rata-rata sudah berumah tangga.
Angka kesakitan (morbiditas ) karyawan saat bekerja
sering terjadi batuk pilek dan sakit pinggang
Angka kematian ( mortalitas ) karyawan saat sedang
bekerja tidak pernah terjadi
4. Etnik
Semua karyawan bersuku jawa dengan penggunaan
bahasa sehari-hari bahasa jawa
5. Nilai Dan Kepercayaan
Karyawan home industri “FasilaKonveksi” memiliki
kebiasaan ramah dengan setiap orang yang datang ke
tempatnya bekerja , hal ini merupakan salah satu cara
mereka untuk menarik pelanggan agar nantinya bisa
menjadi pembeli.
Setiap bulan para karyawan serta pemilik memiliki
kebiasaan rutinitas yaitu makansama-sama (tsukuran),
mereka meyakini dengan melakukan kegiatan ini akan
menumbuhkan keakraban yang semakin kuat diantara
karyawan yang satu dengan karyawan yang lainnya.
B. SUBSISTEM
1. Lingkungan Fisik
- Keadaan
Home industry terlihat tampak gelap tanpa di bantu
dengan alat penerangan, juga pengaturan ruangan yang
kurang kondusif antara tempat kerja, tempat menaruh
kain yang sudah dipotong maupun hasil dari jahitan
kurang ditata dengan rapi.
- Air :
Sumber air diperoleh dari PDAM, untuk pembuangan
limbah biasanya karyawan menempatkan pada suatu
tempat tersendiri guna dijual kembali (didaur ulang).
- Tanah
Bangunan industry telah mengalami betonisasi termasuk
lantai dan pelataran yang keseluruhannya sudah di
semen.
- Polusi
Ada beberapa sumber polusi yang ada di industry “Fasila
Konveksi” yakni polusi suara dari suara mesin jahit,
kemudian ada polusi udara dari sisa-sisa dan serat
benang maupun kain percahnya.
- Perlu digaris bawahi bahwa limbah kain yang dihasilkan
Home industry “Fasila Konveksi” tidak dibuang tetapi
dikumpulkan kemudian di jual kembali.
2. Layanan Kesehatan Dan Sosial
Pelayanan kesehatan di industri “Fasila Konveksi”
sudah berjalan dengan baik dengan adanya kerjasama
antara pihak home industri dengan Puskesmas. “Fasila
Konveksi pernah mendapat bantuan dari pihak Puskesmas
dengan bentuk kotak P3K, namun bukan kotak khusus
untuk P3K tetapi kotak yang berisi obat-obatan yang setiap
6 bulan sekali dilakukan kunjungan ke industri guna
mengganti atau memberikan pasokan obat ke pihak
industri.
3. Ekonomi (Informal)
Gaji karyawan dalam home industry “FasilaKonveksi’
dibedakan antara karyawan yang satu dengan karyawan
yang lainnya, berdasarkan kecekatan dan lamanya bekerja,
sehingga karyawan yang satu dengan karyawan yang
lainnya dalam satu bulan ada yang menerima gaji ≤
500.000 per bula, ada yang ≥ 1.000.000
4. Transportasi Dan Keselamatan
- Transportasi
Sebagian besar karyawan menggunakan sepeda motor
untuk datang ke tempat kerja, sebagian dari mereka ada
yang berjalan kaki karena jarak yang dekat, dan hanya 1-
2 orang ada yang tinggal di tempat bekerja guna menjaga
home industri.
5. Politik Dan Pemerintahan
- Kebijakan home industry “FasilaKonveksi”
Tidak ada kebijakan yang begitu berarti kerena system
dari home industry “FasilaKonveksi” adalah menerapkan
sistim kekeluargaan sehingga semua karyawan dianggap
keluarga sendiri.
- Peran manager / pemilik home industry
Manager bertugas untuk mengawasi dan membina kerja
para karyawan , metode yang digunakan oleh pemilik
home industry “FasilaKonveksi” adalah dengan metode
kekeluargaan.
- Peraturan yang berlaku
Peraturan yang berlaku di home industry
“FasilaKonveksi” adalah para karyawan diberikan waktu
ISHOMA dari jam 12.00 s/d jam 13.00. karyawan yang
datang terlambat tidak diberikan sanksi apapun
begitupula karyawan yang tidak masuk hanya saja tidak
mendapakan gaji , hal ini terjadi karena sistim
kekeluargaan dan tidak terikat.
6. Komunikasi
- Formal 100% pegawai memiliki alat komunikasi. Media Elektronik Telkom (handphone)
- Informal: Informasi karyawan yang diperoleh dari mulut ke mulut.
7. Pendidikan - SD = 1 orang
- SMP = 5 orang
- SMA = 6 orang
8. Rekreasi
Libur yang disediakan oleh pemilik home industry
“FasilaKonveksi” adalah sekali dalam seminggu yaitu hari
minggu. Pada hari libur itu para karyawan memiliki aktifitas
berbeda, rata-rata para karyawan berkumpul dengan
keluarga masing-masing.
ANALISA DATA
N
o
Variabl
eData Masalah Etiologi
1 Core
variable
Sub
Sistem:
Pendidik
an
Dari 20 orang
yang bekerja
pada home
industri.
Para pekerja
mengatakan tidak
tahu manfaat
APD dan bahaya
dari tidak
memakai APD
(masker
Tamat SD : 1
orang
Tamat SMP : 5
orang
Tamat SMA : 6
orang
Kurang
pengetahu
an
pengguna
an APD
dan
tindakan
pertolonga
n pertama
Kurang
kesadaran
tentang
pentingnya
APD
Tidak
terpaparnya
pekerja
dengan
informasi
tentang APD
2 Core
variable
Sub
Sistem:
lingkung
an fisik
Di lokasi kerja
tidak terdapat
wastafel,
Anggota
umumnya
menggunakan
Resiko
infeksi
Perilaku
hidup bersih
dan sehat
yang tidak
adekuat
air PDAM untuk
keperluan
sehari-hari
Pekerja belum
tahu cara cuci
tangan yang
benar (6
langkah)
Diagnosa Keperawatannya antara lain;
1. Kurang pengetahuan penggunaan APD berhubungan dengan
kurang kesadaran tentang pentingnya APD, tidak terpaparnya
pekerja dengan informasi tentang APD.
2. Resiko infeksi saluran pencernaan berhubungan dengan
perilaku hidup bersih dan sehat yang tiadak adekuat.
POA
No Tujuan Rencana kegiatan Sasaran Tempat Waktu Dana Penanggun
g jawab
1 Para pekerja
home industri
mengerti dan
memahami
tentang
pentingnya
penggunaan
APD
Para pekerja
menerapkan
penggunaan
APD saat
bekerja
1. Membina
hubungan
saling percaya
dengan pemilik
dan kariyawan.
2. Melakukan
pengkajian
terhadap
pengetahuan
para kariawan
tentang APD,
ditemukan
pengetahuan
tentang APD
cukup, namun
Semua
kariawan
home
industri
“Fasila
Konveksi”
kelurahan
Dinoyo.
Home
Industri “
Fasila
Konveksi
”
Jumat, 13
Februari
2015
Masker 1
box : Rp.
30.000
Mahasiswa
profesi
ners
kesadaran
akan
penggunaa
APD masih
kurang
3. Melakukan
observasi
penggunaan
APD saat
bekerja.
4. Melakukan
penyuluhan
tentang
pentingnya
penggunaan
APD kepada
para
kariyawan.
5. Memberikan
bantuan APD
berupa masker
2 Kariyawan
dapat
melakukan
pertolongan
pertama pada
kecelakaan
kerja.
Karyawan
dapat
mengetahui
langkah-
langkah
mencuci
tangan.
Kariawan
terhindar dari
1. Memberikan
edukasi
tentang P3K
dan
pertolongan
P3K
Semua
kariawan
fasila
konveksi.
Home
Industri
‘Fasila
Konveksi’
Jumat, 13
Februari
2015
1. Kotak
P3K
2. Kassa
Gulung 2
bh
3. Kassa
Kotak
4. Betadine
5. Plester
6. NS
7. Gunting
Rp. 90.000
Mahasiswa
profesi
ners
penyakit
infeksi
Kariawan
melakukan
pola hidup
sehat sehari
Rencana Asuhan Asuhan Keperawatan Komunitas
No Diagnosa
keperawatan
Tujuan
umum
Tujuan
khusus
Strategi
intervens
i
Rencana
kegiatan
Evaluasi Sumb
er
Tempa
t
Penangg
ung
jawab
Kriteria S
tandart
1 Kurang
pengetahuan
penggunaan
APD
berhubungan
dengan
kurang
kesadaran
tentang
pentingnya
APD, tidak
terpaparnya
pekerja
dengan
informasi
tentang APD
Kariawan
dapat
mengetah
ui tentang
pengguna
an APD
Kariawa
n
mengerti
dan
memaha
mi
tentang
pentingn
ya
penggun
aan APD
Kariawa
n
menerap
kan
penggun
Penyuluha
n dan
demonstra
si bersama
kariawan
fasila
konveksi.
1.Membina
hubungan
saling
percaya
dengan
pemilik dan
kariawan.
2. Melakukan
pengkajian
terhadap
pengetahua
n para
pekerja
tentang
APD,
ditemukan
1. Karia
wan
mamp
u
menye
butka
n APD
yang
diguna
kan
saat
bekerj
a
2. Karia
wan
dapat
80 %
para
kariaw
an
mampu
menye
butkan
APD
yang
diguka
n saat
bekerja
dan
manfaa
t
penggu
Mahasi
swa
profesi
Home
Industr
i
“Fasila
Industr
i”
Mahasis
wa
profesi
ners
aan APD
saat
bekerja
pengetahua
n tentang
APD cukup,
namun
kesadaran
akan
penggunaa
APD masih
kurang
3. Melakuka
n
observasi
pengguna
an APD
saat
bekerja.
4. Melakuka
n
penyuluha
menye
butka
n
manfa
at
dalam
pengg
unaan
APD
3. Tukan
g ojek
karan
g
taruna
tlogo
mas
dampa
k dari
tidak
naan
APD
dan
dampa
k
ketika
tidak
mengg
unakan
APD
saat
bekerja
n tentang
pentingny
a
pengguna
an APD
kepada
kariawan
fasila
konveksi.
5. Memberik
an
bantuan
APD
berupa
masker
mengg
unaka
n APD
saat
bekerj
a
2. Resiko infeksi
saluran
pencernaan
berhubungan
Kariawan
dapat
mengetah
ui tentang
K
ariawan
dapat
melakuk
Demonstra
si tentang
P3K
bersama
1. Me
mberikan
edukasi
tentang
1.Kariawa
n Fasila
Konveksi
mampu
80%
kariaw
an
Fasila
Mahasi
swa
profesi
Home
Industr
i Fasila
Konvek
Mahasis
wa
profesi
dengan
perilaku
hidup bersih
dan sehat
yang tiadak
adekuat
dampak
polusi dan
dapat
melakukan
pola hidup
sehat
an
pertolon
gan
pertama
pada
kecelaka
an
Kariawa
n
terhinda
r dari
penyakit
infeksi
Kariawa
n
melakuk
an pola
hidup
sehat
kariawan
Fasila
Konveksi
P3K melakuk
an P3K
Konvek
si
mampu
melaku
kan
P3K
si ners
sehari
EVALUASI
N
O
DX
KEP
TGL
PELAKS
ANAAN
IMPLEMENTASI EVALUASI PENANGGUNG JAWAB
1 1 13-02-
2015
1. Membina hubungan saling
percaya dengan pemilik dan
kariawan Fasila Konveksi
2. Melakukan pengkajian
terhadap pengetahuan para
pekerja tentang APD,
ditemukan pengetahuan
tentang APD cukup, namun
kesadaran akan penggunaa
APD masih kurang
3. Melakukan observasi
penggunaan APD saat
S = peserta penyuluhan
paham dengan apa yang
disampaikan penyuluh
O = peserta dapat
menjawab 75% dari
pertanyaan penyuluh
A = Masalah teratasi
sebagian
P= Kariawan dapat
menggunakan APD pada
saat bekerja
Mahasiswa Profesi
bekerja
4. Melakukan penyuluhan
tentang pentingnya
penggunaan APD kepada
kariawan Fasila Konveksi.
5. Memberikan bantuan APD
berupa masker dan kotak
P3K (betadine, kassa,
plester, revanol).
2 2 13-02-
2015
1. Melakukan penyuluhan
tentang perawatan luka
2. Mendemonstrasikan BLS
(rawat luka)
S = para kariawan
mengatakan sudah
mengerti tentang P3K
O = para kariawan
antusias memperhatikan
penyuluhan dan
demonstrasi setelah di
praktekan oleh salah satu
Mahasiswa profesi
mahasiswa profesi
A = Masalah teratasi
sebagian
P = Menggunakan sumber
sistem pendukung
komunitas
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Era globalisasi yang semakin canggih, modern, dan
trampil menuntut fisik untuk kerja lebih ekstra hati-hati,
dalam hal ini perlindungan dan kesehatan kerja penting
untuk diperhatikan. Kesadaran dalam diri dalam upaya
perubahan tingkah laku merupakan inti dari terlaksananya
suatu perlindungan terhadap diri pekerja terutama di home
industri ”Fasila Konveksi” kelurahan Dinoyo Malang.
Keselamatan kerja menunjuk kepada kondisi-kondisi
fisiologis – fisikal dan psikologis tenaga kerja yang
diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh
industri. Jika sebuah industri melaksanakan tindakan-
tindakan keselamatan yang efektif dan tersedianya alat
pelindung diri maka tidak akan ada lagi kecelakaan dalam
pekerja. Hal ini akan lebih mempercepat kesejahteraan
karyawan atau pekerja industri yang nantinya juga
berimbas pada hasil-hasil produksi industri ini.
4.2 Saran
Kecelakaan pada saat bekerja merupakan resiko yang
merupakan bagian dari pekerjaan , untuk itu pekerja
home industri hendaknya mencegah dalam hal ini
melakukan proteksi atau perlindungan berupa
kompensasi yang tidak dalam bentuk imbalan, baik
langsung maupun tidak langsung yang diterapkan oleh
pekerja sendiri.
Kesadaran karyawan home industry berhubungan
langsung dengan pengetahuan yang mereka miliki. Oleh
sebab itu diperlukan pembinaan baik dari pemerintah
maupun lembaga kesehatan terkait agar pemeliharaan
kesehatan pada komunitas khususnya home industri
dapat terlaksana.
LAMPIRAN
1) Tingkat Pendidikan
Pendidikan
SDSMPSMA
Bagan 1 : Dari hasil kuesioner yang diberikan kepada responden yaitu karyawan Fasila Konveksi ditemukan, ada karyawan yang tingkat pendidikan SD berjumlah 1 orang, yang pendidikan SMP ada 5 orang dan yang pendidikan SMA ada 6 orang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata karyawan Fasila Konveksi ada lulusan SMA.
2) Penghasilaan Perbulan
< 500.0001 juta> 1 juta - 2,5 juta
Bagan 2: Dari hasil kuesioner yang diberikan kepada responden yaitu karyawan Fasila Konveksi yang memiliki pendapatan < 500.000 berjumlah 9 orang, yang pendapatan 1 juta berjumlah 2 orang, yang berpendapatan > 1 juta – 2,5 juta berjumlah 1 orang
3) Penggunan APD
MaskerAlas kakiMasker dan Alas kakiTidak sama sekali
Bagan 3 : Dari hasil kuesioner yang diberikan kepada responden yaitu karyawan Fasila Konveksi ditemukan karyawan yang menggunakan APD Masker 0, yang mengguakan alas kaki 8 karyawan, serta yang menggunakan masker dan alas kaki 0 karyawan, dan yang tidak menggunakan APD sama sekali ada 4 karyawan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesadaran
karyawan di Fasila Konveksi masih kurang dalam penggunaan APD.
DOKUMENTASI
PENGKAJIAN