laporan praktikum penyehatan udara

95
LAPORAN PRAKTIKUM PENYEHATAN UDARA Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penyehatan Udara Semester Tiga Kelas Non-Reguler Disusun oleh : 1. Joko Harjono 2. Khafid Anwar C 3. Lina Hanarisanty 4. Linda Anggraini P 5. Maria Pradnyayu 6. Nia Utami P071331100 66 P071331100 67 P071331100 70 P071331100 71 P071331100 73 P071331100 7. Okvendri Abrihari 8. Pratiwi Anggun M 9. Priestiana Mugi R 10. Ratna Purwanti 11. Rindy Astike D 12. Riza P071331100 79 P071331100 80 P071331100 81 P071331100 82 P071331100 83

Upload: linda-anggratiwi

Post on 05-Aug-2015

941 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

LAPORAN PRAKTIKUM

PENYEHATAN UDARA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Penyehatan Udara

Semester Tiga

Kelas Non-Reguler

Disusun oleh :

1. Joko Harjono

2. Khafid Anwar C

3. Lina Hanarisanty

4. Linda Anggraini P

5. Maria Pradnyayu

6. Nia Utami

P07133110066

P07133110067

P07133110070

P07133110071

P07133110073

P07133110076

7. Okvendri Abrihari

8. Pratiwi Anggun M

9. Priestiana Mugi R

10. Ratna Purwanti

11. Rindy Astike D

12. Riza Nurita A

P07133110079

P07133110080

P07133110081

P07133110082

P07133110083

P07133110084

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

2011

Page 2: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga

tugas penyusunan laporan penyehatan udara dapat diselesaikan

tepat pada waktunya.

Laporan ini terwujud atas bimbingan, saran dan bantuan dari

berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu dan pada

kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan terima

kasih kepada:

1. Dr. Hj. Lucky Herawati, SKM.MSc, selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Yogyakarta

2. Tuntas Bagyono, SKM,M.Kes, selaku Ketua Jurusan Kesehatan

Lingkungan Kemenkes RI Yogyakarta

3. Sri Muryani, SKM, M. Kes dan Sigid Sudaryanto, SKM, M.Pd

selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Penyehatan Udara

4. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan dan doa

5. Teman-teman baikku yang selalu semangat memberikan

dukungan dan bantuannya.

Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari pembaca untuk kesempurnaan Laporan Penyehatan Udara ini.

Harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita

semua.

Yogyakarta, Desember

2011

Page 3: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

Penyusun

PRAKTIKUM I

UJI EMISI KENDARAAN BERMOTOR

Hari,tanggal : Senin, 21 November 2011

Lokasi Praktik : Depan Laboratorium Rekayasa

A. Tujuan

1. Untuk mengetahui dan menganalisis kandungan dari gas buangan

kendaraan bermotor

2. Untuk mengetahui cara menguji gas buangan dari kendaraan

bermotor roda dua yang berbahan bakar bensin

3. Untuk mengetahui dan membandingkan antara persentase gas

buangan dengan baku mutu emisi sumber bergerak (kendaraan

bermotor roda dua)

B. Landasan Teori

Emisi adalah gas hasil dari pembakaran bahan bakar kendaraan

bermotor. Dalam uji emisi sumber bergerak bertujuan untuk mengetahui

berapa banyak kandungan (gas buang/partikulat) yang terdapat pada sumber

bergerak seperti mobil dan motor. Dengan uji ini dapat diketahui layak atau

tidaknya kendaran bermotor untuk beroperasi. Alat yang digunakan pada uji

emisi sumber bergerak menggunakan alat autocheck. Autocheck dapat juga

digunakan pada udara bebas untuk mengetahui kandungan–kandungan yang

terdapat pada udara bebas. Dalam autocheck yang diperiksa antara lain

Page 4: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

kandungan CO2,CO,HC,O2 dan NOx yang terdapat pada kendaraan bermotor

(motor).

Pencemaran kendaraan bermotor saat ini makin terasa. Pembakaran

bensin dalam kendaraan bermotor merupakan lebih dari separuh penyebab

polusi udara. Disamping monoksida, juga dikeluarkan nitrogen oksida,

belerang oksida, partikel padatan dan senyawa-senyawa fosfor timbal.

Senyawa ini selalu terdapat dalam bahan bakar dan minyak pelumas mesin.

Rancangan mesin dan macam bensin ikut menentukan akan jumlah

pencemar yang timbul. Karbon monoksida merupakan gas yang tidak

berwarna dan tidak berbau tetapi sangat berbahaya.

Kadar 10 bpj CO dalam udara dapat menyebabkan manusia sakit.

Dalam waktu setengah jam 1300 ppm dapat menyebabkan kematian. Setiap

lima liter bensin dapat menghasilkan 1-1,5 kg CO. Jika kita duduk di udara

dengan kadar 60 bpj CO selama 8 jam, maka kemampuan mengikat O2 oleh

darah kita akan turun sebanyak 15 %. Sama dengan kehilangan darah

sebanyak 0,5 liter. Pencemaran paling buiruk ialah bahan bakar yang kualitas

rendah dan murah, karena mengandung belerang yang tinggi. Jika

konsentrasi SO2 naik, orang akan merasa terganggu. Kadar 6 bpj SO2 akan

melumpuhkan dan merusak organ pernapasan.

Pembakaran bensin akan lebih efisien jika kendaraan bermotor

dilarikan dengan kecepatan yang konstan dan mengurangi frekuensi

pengereman serta menstarter. Pemeliharaan mesin dan penyetelan mesin

yang teratur akan menambah efisiensi kerja kendaraan bermotor.

Pembakaran bensin yang tidak sempurna akan menghasilkan banyak bahan

yang tidak diinginkan dan meningkatkan pencemaran.

C. Alat dan Bahan

1. Autochek

2. Kendaraan bermotor

3. Alat Tulis

Page 5: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

D. Langkah Kerja

1. Menghubungkan autochek dengan sumber listrik.

2. Menghidupkan kendaraan bermotor dan kemudian menunggu selama 5

menit.

3. Menghidupkan autochek dengan menekan tombol on kemudian pilih gas.

Akan muncul kategori CO2, CO, HC, O2 dan NO2.

4. Menekan enter dan memasukkan pipa autochek ke dalam knalpot

kendaraan bermotor yang akan diuji emisinya.

5. Menunggu hingga autocheck berbunyi.

6. Setelah autochek berbunyi, maka mengeluarkan pipa autochek dari

knalpot kendaraan.

7. Setelah itu akan muncul hasil dari uji emisi yang diuji.

8. Menekan enter tunggu hingga keluar print out hasil uji emisi yang

didalamnya juga terdapat standar baku mutu

E. Hasil Pengamatan

Baku Mutu Gas Buang Kendaraan Bermotor

PARAMETER STANDARD GAS LIMID

CO2 0,00%CO 4,50%HC 2400 ppmO2 10,97%AFR 5,00

Hasil Uji Emisi Kendaraan Bermotor

Plat nomor

Nama Pemilik

Jenis Kendaraan dan tahun Pembelian

CO2

(%)CO

( % )

HC (ppm)

O2

( % )

AFR

AB 6759

WESri K

Supra X 125 R

(2010)

0,002,92 1917 6,60 5,00

Page 6: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

AB 2531

WT

Santika

N

Yamaha Mio

(2010)

1,385,58 2045 7,18

15,6

0

AD

Pratiwi

Anggun

M

Honda Vario

Combi Break

(2011)

0,50 9,96 2376 6,5010,6

3

AB Tomi S Satria (1998) 0,00 4,38 3698 6,12 5,00

AD 6264

NJ

Nopiyant

o

Honda Vario

(2010)

1,536,89 2186 6,51

13,4

8

F. Pembahasan

Dalam praktik uji emisi sumber bergerak (kendaraan bermotor) dengan

menggunakan autocheck kita dapat melihat mekanisme pelaksanaan uji emisi

kendaraan, pemeriksan dilakukan satu persatu pada knalpot motor yang ingin

diuji. Pada uji emisi sumber bergerak kita menguji kadar seperti CO2, CO, HC,

O2 yang terkandung dari hasil pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor

dalam uji emisi ini kendaran bermotor, yang meliputi :

1. Supra X 125 R, volume gas buang yang dikeluarkan semuanya tidak

melebihi baku mutu gas buang kendaraan bermotor. Hal tersebut bisa dilihat

dari data hasil uji emisi yang dibandingkan dengan baku mutu yang ada.

Hasil uji emisi terhadap motor ini adalah CO2 menunjukkan angka 0,00 % ;

sudah memenuhi standar baku mutu. CO menunjukkan angka 2,92 % ;

sedangkan standar baku mutunya adalah 4,50 % ,sudah memenuhi standar

baku mutu. AFR dalam uji emisi menunjukkan angka 5,00 ; artinya sudah

memenuhi standar baku mutu yaitu 5,00. Untuk HC dan O2 angka hasil uji

emisi masih berada di bawah angka baku mutu atau masih angka aman.

2. Yamaha Mio, volume gas buang yang dikeluarkan oleh motor ini ada yang

melebihi baku mutu yaitu CO2, CO dan AFR. CO2 hasil uji emisi

menunjukkan angka 1,38% ; padahal standar baku mutu adalah 0,00%. CO

Page 7: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

hasil emisi menunjukkan angka 5,58% ; sedangkan standar baku mutunya

adalah 4,50%. AFR dalam uji emisi menunjukkan angka 15,60 ; artinya jauh

dari standar baku mutu yaitu 5,00. Untuk HC dan O2 angka hasil uji emisi

masih berada di bawah angka baku mutu atau masih angka aman.

3. Honda Vario Combi Break, volume gas buang yang dikeluarkan oleh motor

ini ada yang melebihi baku mutu yaitu CO2, CO dan AFR. CO2 hasil uji

emisi menunjukkan angka 0,50% ; padahal standar baku mutu adalah

0,00%. CO hasil emisi menunjukkan angka 9,96% ; sedangkan standar baku

mutunya adalah 4,50%. AFR dalam uji emisi menunjukkan angka 10,63 ;

artinya jauh melebihi standar baku mutu yaitu 5,00. Untuk O2 angka hasil uji

emisi masih aman atau dibawah standar baku mutu, sedangkan untuk HC

angka menunjukkan 2376 ppm, artinya tidak melebihi baku

mutu hanya saja masih terlalu tipis selisihnya dari angka

standar yaitu 2400 ppm.

4. Satria, volume gas buang yang dikeluarkan oleh motor ini ada yang

melebihi baku mutu yaitu HC. HC dalam dalam uji emisi menunjukkan

angka 3698 ppm, yang artinya melebihi ketentuan baku mutu

yaitu 2400 ppm. Untuk CO2, O2 dan AFR angka hasi uji emisi masih

di bawah standar baku mutu sehingga masih aman. Sedangkan untuk CO

angka hasil uji emisi menunjukkan 4,38% ; yang memiliki selisih

tipis dengan standar baku mutu CO yaitu 4,50%.

5. Honda Vario, volume gas buang yang dikeluarkan oleh motor ini ada

yang melebihi baku mutu yaitu CO2, CO dan AFR. CO2 hasil uji emisi

menunjukkan angka 1,53% ; padahal standar baku mutu adalah 0,00%. CO

hasil emisi menunjukkan angka 6,89% ; sedangkan standar baku mutunya

adalah 4,50%. AFR dalam uji emisi menunjukkan angka 13,48 ; artinya jauh

melebihi standar baku mutu yaitu 5,00. Untuk O2 angka hasil uji emisi

masih aman atau dibawah standar baku mutu, sedangkan untuk HC angka

menunjukkan 2186 ppm, artinya tidak melebihi baku mutu dari

angka standar yaitu 2400 ppm.

Page 8: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

G. Kesimpulan

Dari hasil pemeriksaan uji emisi sumber bergerak (motor), kami

mendapatkan kendaraan tersebut masih banyak menghasilkan gas buang

yang volumenya melebihi baku mutu gas buang kendaraan bemotor. Berikut

kesimpulan dari kelima motor yang dilakukan uji emisi :

1. Supra X 125 R : Lulus Uji Emisi

2. Yamaha Mio : Fail On CO2, CO dan AFR

3. Vario Combi Break : Fail On CO2, CO dan AFR

4. Satria : Fail On HC

5. Honda Vario : Fail On CO2, CO dan AFR

H. Saran1. Kendaraan bermotor sebaiknya diuji emisi secara periodic untuk

mengetahui kadar gas buangan

2. Diperlukan rekayasa knalpot untuk mengurangi jumlah polutan karena

gas buangan kendaraan bermotor agar ramah lingkungan

3. Mengganti bahan bakar bensin (kadar Pb tinggi) dengan pertamax

4. Pengecekan atau perawatan mesin kendaraan bermotor secara berkala

atau rutin.

Page 9: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

PRAKTIKUM II

PEMERIKSAAN KUALITAS FISIK UDARA RUANG

( Suhu dan Kelembaban, Intensitas Cahaya, Kebisingan )

I. Pengukuran Suhu dan Kelembaban

Hari,tanggal : Senin, 28 November 2011

Lokasi : Lab.Hyperkes

A. Tujuan

1. Agar mahasiswa terampil menggunakan atau mengoperasikan alat

2. Agar mahasiswa dapat melakukan pengukuran suhu dan kelembaban

3. Agar mahasiswa dapat menentukan kriteria suhu dan kelembaban

ruang berdasar persyaratan

B. Landasan Teori

Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata – rata dari pergerakan

molekul – molekul.  Suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan

Page 10: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

kemampuan benda tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke benda –

benda lain atau menerima panas dari benda – benda lain tersebut. Dalam

sistem dua benda, benda yang kehilangan panas dikatakan benda yang

bersuhu lebih tinggi. Dasar pengukuran suhu adalah alat pengukur suhu

disebut termometer. Termometer dibuat dengan mendasarkan sifat – sifat

fisik dari suatu zat (bahan), misalnya pengembangan benda padat, benda

cair, gas dan juga sifat merubahnya tahanan listrik terhadap suhu. Alat yang

digunakan untuk mengukur suhu – suhu yang tinggi disebut Pyrometer,

misalnya Pyrometer radiasi, digunakan untuk mengukur suhu benda yang

panas dan tidak perlu menempelkan alat tersebut pada benda yang diukur

suhunya. Suhu tidak berdimensi sehingga untuk mengukur derajat suhu,

pertama – tama ditentukan 2 titik tertentu yang disesuaikan dengan suatu

sifat fisik suatu benda tertentu. Kemudian diantara dua buah titik yang telah

di tentukan tersebut di bagi – bagi dalam skala – skala, yang menunjukan

derajat – derajat suhu. Skala – skala tersebut merupakan pembagian suhu dan

bukan satuan daripada suhu. Dengan demikian suhu 30°C tidak berarti 3 x

10°C, dan 10°C berarti skala derajat C ke sepuluh.

Skala Suhu

Titik es adalah suhu dimana es murni mulai mencair di bawah

tekanan dari luar 1 atmosfer standar (normal) yaitu tekanan yang dapat

menahan berat sekolom air raksa setinggi 76 cm atau 1013,250 mb.

Sedangkan yang dimaksud titik uap adalah suhu dimana air murni mulai

mendidih dibawah tekanan dari luar 1 atmosfer standar. Skala suhu yang

biasa digunakan yaitu :

1.Skala Celsius, dengan titik es 0°C dan titik uap 100°C dan dibagi menjadi

100 bagian (skala).

2.Skala Fahreinheit, dengan titik es 32°F dan titik uap 212°F, dibagi menjadi

180 bagian (skala). 

Page 11: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi

ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik

atau kelembapan relatif. Alat untuk mengukur kelembapan disebut

higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat

kelembapan udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawalembap

(dehumidifier). Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan

termostat untuk suhu udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di udara

berhubungan dengan perubahan suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat

permukaan laut dapat mencapai 3% pada 30 °C (86 °F), dan tidak melebihi

0,5% pada 0 °C (32 °F).

Kelembaban udara dalam ruang tertutup dapat diatur sesuai dengan

keinginan. Pengaturan kelembaban udara ini didasarkan atas prinsip

kesetaraan potensi air antara udara dengan larutan atau dengan bahan padat

tertentu. Jika ke dalam suatu ruang tertutup dimasukkan larutan, maka air

dari larutan tersebut akan menguap sampai terjadi keseimbangan antara

potensi air pada udara dengan potensi air larutan. Demikian pula halnya jika

hidrat kristal garam-garam (salt cristal bydrate) tertentu dimasukkan dalam

ruang tertutup maka air dari hidrat kristal garam akan menguap sampai

terjadi keseimbangan potensi air (Lakitan, 1994).

Higrometer adalah sejenis alat untuk mengukur tingkat kelembapan

pada suatu tempat. Biasanya alat ini ditempatkan di dalam bekas (container)

penyimpanan barang yang memerlukan tahap kelembapan yang terjaga

seperti dry box penyimpanan kamera. Kelembapan yang rendah akan

mencegah pertumbuhan jamur yang menjadi musuh pada peralatan tersebut.

Higrometer juga banyak dipakai di ruangan pengukuran dan instrumentasi

untuk menjaga kelembapan udara yang berpengaruh terhadap keakuratan

alat-alat pengukuran.

C. Alat dan Bahan

1. Sling Psychrometer

2. Chart Psychrometer

Page 12: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

3. Stop watch

4. Alat tulis

D. Langkah Kerja

1. Membasahi ujung benang sampai pada ujung termometer basah

2. Memutar sling psychrometer hingga benang menjadi basah uap selama

15 menit ( dilakukan 3x pengulangan ), pada saat memutar dilakukan di

atas kepala

3. Membaca suhu pada termometer basah dan kering

4. Menambahkan suhu basah dan kering kemudian dibagi 2, sebagai suhu

ruang

5. Mencocokkan dengan grafik suhu – kelembaban

6. Cara membaca grafik :

a) Menghitung / mengkonversikan suhu dari termometer (Celcius) menjadi

suhu Fahrenheit

b) Garis mendatar pada grafik menunjukkan suhu kering

c) Garis diagonal menunjukkkan suhu basah

d) Perpotongan antara suhu basah dan kering merupakan kelembaban

e) Mengikuti garis melengkung sehingga diketahui kelembaban

E. Hasil Pengamatan

Data suhu dan kelembaban : 1 titik dengan 3x pengulangan

Dalam skala Celcius

Pengulangan Suhu

basah (x)

Suhu

kering (y)

Suhu

ruang (

x+ y2

)

1. 270 C 300 C 28,50 C

2. 27 0 C 29,50 C 28,250 C

3. 260 C 290 C 27,50 C

Rata-rata 26,66 0 C 29,5 0 C 28,08 0 C

Page 13: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

Dalam skala Fahrenheit ,dengan rumus : = (9/5 x suhu 0C ) + 32

Dari pembacaan Chart Psychrometer dapat kita ketahui bahwa :

Pengulangan Relative

humidity

(% )

Spesifik

humidity

(grains/lb)

Dew point

(0F)

1. 78 150 41

2. 82 154 42

3. 78 140 39

Rata-rata 79,33 148 40,66

F. Pembahasan

Suhu  udara  sangat  berperan  dalam  kenyamanan  bekerja karena 

tubuh  manusia  menghasilkan  panas  yang  digunakan  untuk metabolisme 

basal  dan  muskuler.  Namun  dari  semua  energi  yang dihasilkan  tubuh 

hanya  20  %  saja  yang  dipergunakan  dan  sisanya akan dibuang ke

lingkungan. Jika dibandingkan dengan Standar Baku Mutu   sesuai  

KepMenkes. No.261   bahwa   suhu   yang dianggap  nyaman  untuk 

suasana  bekerja  18-26 0C  maka  suhu rata-rata ruangan pada ruang kelas

Pengulangan Suhu

basah

Suhu

kering

1. 80,60 F 860 F

2. 80,6 0 F 85,10 F

3. 78,80 F 84,20 F

Rata-rata 800 F 85,10 F

Page 14: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

hyperkes belum memenuhi standar yaitu 28,08 ˚C. Selain itu, suhu udara 

ruang  kerja  yang  terlalu  dingin  dapat  menimbulkan  gangguan kerja 

bagi  karyawan,  salah  satunya  gangguan  konsentrasi  dimana pegawai 

tidak  dapat  bekerja  dengan  tenang  karena  berusaha  untuk

menghilangkan rasa dingin tersebut.

Kelembaban udara yang relatif rendah yaitu kurang dari 20 % dapat

menyebabkan kekeringan selaput lendir membran, sedangkan kelembaban

tinggi akan meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme. Hasil pengukuran

rata-rata kelembaban relatif pada ruang kelas hyperkes 79,33 % .Jika

dibandingkan dengan Standar  Baku  Mutu  sesuai  KepMenkes  No.261 

dimana kelembaban  ideal  berkisar  40-60  %,  maka kelembaban ruangan

pada ruang kelas hyperkes belum memenuhi standar . Pada saat dilakukan

pengukuran suhu dan kelembaban dengan menggunakan sling psychrometer

seharusnya pada saat memutar sling psychrometer dilakukan di atas kepala

menurut petunjuk penggunaan, tetapi dalam prakteknya tidak demikian.

Selain itu, pembacaan pada Chart psychrometer mengalami kesulitan dalam

hal penentuan hasil, kurang akurat dan tepat. Dalam praktik ini dilakukan

pengulangan pengukuran suhu dan kelembaban sebanyak 3x, sehingga data

yang diperoleh lebih valid karena bisa diambil perhitungan rata-rata.

G. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengukuran suhu dan kelembaban dan diulang

sebanyak 3x dapat disimpulkan bahwa hasil suhu rata-rata ruang kelas di

Lab. Hyperkes adalah sebesar 28,08 0C dan untuk kelembaban rata-ratanya

adalah sebesar 79,33 %.

Page 15: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

II. Pengukuran Intensitas Cahaya

Hari,tanggal : Senin, 28 November 2011

Lokasi : Ruangan di Lab.Hyperkes

A. Tujuan

Mahasiswa dapat melakukan pengukuran pencahayaan dan menghitung

tingkat pencahayan

B. Landasan Teori

Cahaya adalah salah satu bentuk energi yang memungkinkan melihat

segala sesuatu yang ada disekitar kita.Cahaya termasuk gelombang elektro-

magnetik, tidak memerlukan medium penghantar gelombang.

Gangguan akibat pencahayaan yang tidak adekuat :

1. gangguan kenyamanan

2. meningkatnya kecelakaan

3. menurunnya produktivitas

Gangguan akibat ultra violet yang berlebihan :

Page 16: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

1. conjunctivitas

2. inflamasi kornea

3. necrasis retina

4. katarak

CANDLE/CANDELA ( Cd ) : Satuan intensitas sebuah sumber

cahaya . Banyaknya cahaya yang dipancarkan oleh nyala lilin standart

(massa = 1/6 pound, cepat pembakaran 7,8 gr/jam)

LUMEN ( lm ) : Banyaknya flux cahaya yang diperlukan un-tuk menerangi

bidang seluas 1 ft2 dengan kekuatan 1 Fc

Intensitas cahaya adalah besaran pokok fisika untuk mengukur daya

yang dipancarkan oleh suatu sumber cahaya pada arah tertentu per satuan

sudut. Satuan SI dari intensitas cahaya adalah Candela (Cd). Dalam bidang

optika dan fotometri (fotografi), kemampuan mata manusia hanya sensitif

dan dapat melihat cahaya dengan panjang gelombang tertentu (spektrum

cahaya nampak) yang diukur dalam besaran pokok ini. Alat ukur cahaya (lux

meter) adalah alat yang digunakan untuk mengukur besarnya intensitas

cahaya di suatu tempat. Besarnya intensitas cahaya ini perlu untuk diketahui

karena pada dasarnya manusia juga memerlukan penerangan yang cukup.

Untuk mengetahui besarnya intensitas cahaya ini maka diperlukan sebuah

sensor yang cukup peka dan linier terhadap cahaya. Sehingga cahaya yang

diterima oleh sensor dapat diukur dan ditampilkan pada sebuah tampilan

digital.

Tingkat pencahayaan suatu ruangan dapat mempengaruhi

produktifitas kerja kita. Biasanya, kita ingin mendapatkan kenyamanan

dalam sebuah ruangan. Kenyamanan tersebut dapat ditentukan dari tingkat

suhu dan tingkat pencahayaan yang kita harapkan. Bila suhu ruangan dapat

kita ukur dengan termometer, maka tingkat pencahayaan dapat diukur

dengan lux meter. Kebutuhan pencahayaan berbeda di setiap ruangan.

Aktifitas dan pekerjaan yang dilakukan akan mempengaruhi kebutuhan

pencahayaan ruangan. Misalnya, kita hanya butuh cahaya yang untuk

Page 17: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

membaca, maka kita tidak perlu menyediakan cahaya yang dibutuhkan untuk

menggambar arsitek. Namun, ruang baca membutuhkan tingkat pencahayaan

lebih besar dibandingkan ruang tidur. Demikian halnya, ruang komputer

membutuhkan tingkat pencahayaan lebih besar dari pada kamar mandi.

Tujuan penggunaan lux meter adalah agar tingkat pencahayaan

ruangan sesuai dengan fungsi ruangan. Fungsi ruangan yang dimaksud

adalah jenis aktifitas yang dilakukan di dalam ruangan tersebut. Bila tingkat

pencahayaan ruangan telah sesuai dengan fungsinya, dan ruangan tidak

terlalu terang dan tidak terlalu redup untuk suatu pekerjaan tertentu, berarti

efisiensi energi untuk penerangan telah dicapai. Badan Standarisasi Nasional

telah membuat standar tingkat pencahayaan rata-rata. Hal ini telah tertuang

dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) nomor 03-6197-2000 tentang

konservasi energi pada sistem pencahayaan. SNI tersebut menyebutkan

tingkat pencahayaan yang dianjurkan untuk masing-masing fungsi ruangan.

Lux meter digunakan untuk mengukur tingkat iluminasi. Hampir

semua lux meter terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto, dan layer

panel. Sensor diletakkan pada sumber cahaya. Cahaya akan menyinari sel

foto sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin

banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkan lebih besar. Kunci

untuk mengingat tentang cahaya adalah cahaya selalu membuat beberapa

jenis perbedaan warna pada panjang gelombang yang berbeda. Oleh karena

itu, pembacaan merupakan kombinasi efek dari semua panjang gelombang.

Standar warna dapat dijadikan referensi sebagai suhu warna dan dinyatakan

dalam derajat Kelvin. Standar suhu warna untuk kalibrasi dari hampir semua

jenis cahaya adalah 2856 derajat Kelvin, yang lebih kuning dari pada warna

putih. Berbagai jenis dari cahaya lampu menyala pada suhu warna yang

berbeda. Pembacaan lux meter akan berbeda, tergantung variasi sumber

cahaya yang berbeda dari intensitas yang sama. Hal ini menjadikan, beberapa

cahaya terlihat lebih tajam atau lebih lembut dari pada yang lain.

Page 18: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

C. Alat dan Bahan

1. Lux meter

2. Alat tulis

D. Langkah Kerja

1. Menentukan titik sampling yang baik, jarak dari dinding minimal 1

meter

2. Meletakkan/pegang sound level meter pada ketinggian 1-1,2 meter

3. Mengarahkan sensor ke sumber cahaya

4. Menghidupkan lux meter dengan menggeser tombol switch on/off

yang telah dikalibrasi dengan membuka penutup sensor

5. Membawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan, baik

pengukuran untuk intensitas penerangan setempat atau umum.

6. Mengatur range sesuai kuat pencahayaan

7. Membaca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu

beberapa saat sehingga didapat nilai angka yang stabil.

8. Mencatat hasil pengukuran

9. Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran intensitas

cahaya.

E. Hasil Pengamatan

No Ruang kelas

(lux)

Ruang

Bpk.Urip

(lux)

Ruang

Reaction

Time (lux)

1. 31,41 34,86 53,1

2. 23,38 34,79 110,2

3. 22,36 29,44 118,4

4. 36,11 33,48 30,66

5. 39,1 30,37 32,13

Rata

2

30,472 32,588 68,898

Page 19: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

F. Pembahasan

Pemeriksaan tingkat pencahayaan dilakukan pada tiga ruang berbeda

yang terdapat di Lab. Hyperkes diantaranya ruang kelas, ruang reaction time,

dan ruang dosen Bpk.Urip . Karena luas masing-masing ruangan kurang dari

5 x 8 m maka diambil 5 titik pemeriksaan dan setiap ruangan memiliki

tingkat pencahayaan yang berbeda-beda. Setelah dilakukan perhitungan

tingkat pencahayaan pada tiga ruang yang telah ditentukan apabila

dibandingkan dengan baku mutu yang ada menurut Menkes/SK/XI/2002

yang menyatakan bahwa tingkat pencahayaan ruang yang baik adalah

sebesar 100-300 lux maka ketiga ruang yang diperiksa tingkat pencahayaan

nya belum memenuhi standar baku mutu karena hasilnya di bawah 100 lux.

G. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengukuran tingkat pencahayaan di tiga ruangan

yang ada pada Lab. Hyperkes dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata

pencahayaan yang tertinggi terdapat pada ruang reaction time sebesar 68,89

lux dan nilai rata-rata pencahayaan yang paling rendah adalah ruang kelas

sebesar 30,472 lux. Sedangkan untuk ruang satunya yaitu ruangan dosen

Bpk.Urip tingkat pencahayaan sebesar 32,58 lux.

Page 20: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

III. Pengukuran Kebisingan

Hari,tanggal : Senin, 28 November 2011

A. Tujuan

Mahasiswa terampil melakukan pengukuran tingkat kebisingan

B. Landasan Teori

Kebisingan adalah semua suara/bunyi yang tidak dikehendaki yang

bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada

tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Kwalitas suatu

bunyi ditentukan oleh frekuensi dan intensitasnya. Frekuensi dinyatakan

dalam jumlah getaran perdetik ( Hertz,Hz ), sedangkan intensitas atau arus

Page 21: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

energi persatuan luas biasanya dinyatakan dalam suatu logaritmis yang

disebut desibel ditulis dBA atau dB(A).

Untuk mengukur kebisingan di lingkungan kerja dapat dilakukan

dengan menggunakan alat Sound Level Meter. Ada tiga cara atau metode

pengukuran akibat kebisingan di lokasi kerja.

1. Pengukuran dengan titik sampling

Pengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi ambang

batas hanya pada satu atau beberapa lokasi saja. Pengukuran ini juga dapat

dilakukan untuk mengevalusai kebisingan yang disebabkan oleh suatu

peralatan sederhana, misalnya Kompresor/generator. Jarak pengukuran dari

sumber harus dicantumkan, misal 3 meter dari ketinggian 1 meter.

2. Pengukuran dengan peta kontur

Pengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat dalam

mengukur kebisingan, karena peta tersebut dapat menentukan gambar

tentang kondisi kebisingan dalam cakupan area. Pengukuran ini dilakukan

dengan membuat gambar isoplet pada kertas berskala yang sesuai dengan

pengukuran yang dibuat. Biasanya dibuat kode pewarnaan untuk

menggambarkan keadaan kebisingan, warna hijau untuk kebisingan dengan

intensitas dibawah 85 dBA warna orange untuk tingkat kebisingan yang

tinggi diatas 90 dBA, warna kuning untuk kebisingan dengan intensitas

antara 85 – 90 dBA.

3. Pengukuran dengan Grid

Untuk mengukur dengan Grid adalah dengan membuat contoh data

kebisingan pada lokasi yang di inginkan. Titik–titik sampling harus dibuat

dengan jarak interval yang sama diseluruh lokasi. Jadi dalam pengukuran

lokasi dibagi menjadi beberpa kotak yang berukuran dan jarak yang sama,

misalnya : 10 x 10 m. kotak tersebut ditandai dengan baris dan kolom untuk

memudahkan identitas.

C. Alat dan Bahan

Page 22: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

1. Sound level meter

2. Alat tulis

3. Stop watch

4. Formulir Bis – 1

5. Formulir Bis – 2

D. Langkah Kerja

1. Menentukan titik sampling yang baik, jarak dari dinding pemantul 2-3

meter

2. Mengecek baterai sound level meter dengan memggeser tombol power

3. Meletakkan sound level meter pada ketinggian 1-1,2 meter dan

mengarahkan mikrofon ke sumber suara

4. Menghidupkan SLM dengan tombol switch on/off

5. Stel respon F (fast) pada jenis kebisingan kontinue dan S pada kebisingan

fluktuatif

6. Selanjutnya mencatat angka yang muncul pada display setiap 5 detik

terakhir

7. Mencatat dan memasukkan pada formulir bis-1

8. Melakukan pengukuran selama 10 menit,(120 angka)

9. Melakukan pengelompokan hasil pengukuran dengan formulir bis-2

10. Menghitung tingkat kebisingan dengan rumus sebagai berikut:

L = X+(P1)

(P 1+P 2)x C

Keterangan :

L = Tingkat kebisingan

X = Batas bawah kelas yang mengandung modus

P1 = Beda frekuensi kelas modus dengan kelas di bawahnya

P2 = Beda frekuensi kelas modus dengan kelas di atasnya

C = Lebar kelas

E. Hasil Pengamatan

Page 23: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

Formulir Bis- 1 (pengulangan I)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 67,8 65,7 66,0 64,4 58,0 47,9 54,0 47,3 72,7 46,8

2 67,0 53,0 63,4 59,8 46,5 57,9 60,3 57,1 68,6 61,8

3 61,3 54,6 58,8 64,4 54,7 47,9 58,9 64,7 59,8 64,0

4 58,1 67,7 56,4 59,4 51,1 62,2 71,1 68,9 57,8 51,8

5 52,1 70,4 51,0 67,8 53,1 45,9 78,0 61,2 61,1 55,0

6 64,1 64,9 62,9 58,7 61,8 56,3 53,2 69,1 60,6 59,6

7 64,8 62,7 58,1 51,8 60,9 58,6 50,6 64,7 62,3 57,6

8 63,1 59,0 60,5 61,3 49,1 53,7 54,7 65,5 60,8 49,0

9 66,9 64,6 68,7 51,6 58,7 52,0 59,7 58,7 56,5 60,8

1

0

53,7 64,4 67,9 58,0 51,4 52,7 57,7 59,5 61,5 49,7

1

1

61,7 53,3 58,4 51,5 61,0 49,7 53,0 62,8 65,1 60,4

1

2

63,0 64,9 64,8 58,7 59,4 61,4 62,6 53,1 60,1 69,8

Formulir Bis- 1 (pengulangan II)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 65,6 61,1 69,7 64,8 64,4 57,4 61,4 60,8 57,3 58,8

2 62,2 50,9 71,4 56,2 63,7 66,3 59,6 62,5 64,8 68,5

3 64,4 61,3 66,3 63,8 72,0 65,9 70,1 66,6 59,8 64,9

4 61,0 72,5 63,9 59,7 64,3 58,4 61,7 61,3 64,9 66,0

5 69,5 61,3 64,6 61,6 63,9 67,6 59,8 72,1 66,3 57,5

6 61,7 59,1 62,7 57,3 63,3 67,5 67,8 62,0 55,6 71,4

7 59,7 61,5 59,4 65,7 61,5 59,4 65,1 70,0 55,2 63,3

8 55,6 57,1 66,0 66,1 59,3 64,0 64,3 55,4 63,0 68,0

9 60,4 59,9 67,4 57,8 65,5 53,7 73,6 53,7 51,0 55,0

1 62,0 65,4 65,2 63,0 65,9 55,0 55,8 63,4 66,1 51,5

Page 24: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

0

1

1

49,7 65,9 71,7 59,2 61,6 65,1 59,5 67,6 61,9 52,9

1

2

71,4 63,7 63,4 51,2 65,7 69,3 60,2 57,5 62,5 54,3

Formulir Bis- 1 (pengulangan III)

x1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 73,6 64,

0

67,3 51,9 70,

3

68,7 66,3 67,

8

67,8 70,5

2 70,0 53,

1

52,4 68,3 52,

8

61,5 67,1 54,

3

65,5 69,5

3 65,8 75,

0

50,0 54,0 48,

4

83,4 61,7 66,

5

62,8 59,9

4 64,8 75,

3

61,7 68,6 64,

7

71,9 58,1 69,

3

58,7 57,0

5 62,1 69,

3

65,8 63,5 58,

0

56,1 64,7 50,

6

58,1 58,2

6 71,3 63,

9

70,4 61,2 67,

4

57,5 58,8 52,

4

60,2 58,7

7 73,3 73,

4

72,5 70,4 65,

6

61,4 61,9 52,

4

51,7 69,6

8 60,3 61,

7

52,7 67,5 58,

5

55,7 61,9 64,

9

61,4 68,6

9 58,0 66,

1

73,8 61,9 68,

2

55,9 69,2 54,

6

65,4 71,3

10 61,0 76,

2

59,9 60,5 59,

5

52,1 63,5 69,

2

56,8 59,6

11 51,0 67,

0

57,7 62,4 65,

4

67,6 70,7 65,

3

59,7 66,7

12 70,4 60,

8

59,9 56,5 65,

8

68,3 60,1 52,

0

57,3 52,9

Page 25: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

Formulir Bis- 2 (pengulangan I)

Kelas

Interval

Jumlah Prosen Jumlah

Kumulatif

Prosen

Kumulatif

45-49 7 5,83 % 7 5,83 %

50-54 23 19,16 % 30 25 %

55-59 24 20 % 54 45 %

60-64 36 30 % 90 75 %

65-69 24 20 % 114 95 %

70-74 5 4,16 % 119 99,16 %

75-79 1 0,83 % 120 100 %

80-84 - - - -

Formulir Bis- 2 (pengulangan II)

Kelas Jumlah Prosen Jumlah Prosen

Page 26: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

Interval Kumulatif Kumulatif

45-49 1 0,83 % 1 0,83 %

50-54 8 6,66 % 9 7,5 %

55-59 29 24,16 % 38 31,66 %

60-64 43 35,83 % 81 67,5 %

65-69 29 24,16 % 110 91,66 %

70-74 10 8,33% 120 100 %

75-79 - - - -

80-84 - - - -

Formulir Bis- 2 (pengulangan III)

Kelas

Interval

Jumlah Prosen Jumlah

Kumulatif

Prosen

Kumulatif

45-49 1 0,83 % 1 0,83 %

50-54 16 13,33 % 17 14,16 %

55-59 22 18,33 % 39 32,5 %

60-64 28 23,33 % 67 55,83%

65-69 33 27,5 % 100 83,33 %

70-74 16 13,33% 116 96,66 %

75-79 3 2,5 % 119 99,16 %

80-84 1 0,83 % 120 100 %

Page 27: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

Analisis tingkat kebisingan :

Pengulangan I

L = X+(P1)

(P 1+P 2)x C

= 59,5+(12)

12+12 x 5

= 62

Pengulangan II

L = X+(P1)

(P 1+P 2)x C

= 59,5+(14 )

14+14 x 5

= 72

Pengulangan III

L = X+(P1)

(P 1+P 2)x C

= 64,5+(5)

5+17 x 5

= 65,63

Rata-rata tingkat kebisingan :

= 62 + 72 + 65,63

3

= 66,54

F. Pembahasan

Page 28: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

Tingkat kebisingan yang melebihi ambang batas dapat menyebabkan dampak

negatif terhadap tenaga kerja. Dengan kata lain, kebisingan berpotensi

menimbulkan penyakit akibat kerja. Misalnya, terganggunya fungsi

pendengaran.

Menurut Keputusan Menteri Tenaga Kerja, yaitu nomor KEP.

51/MEN/1999, Nilai Ambang Batas (NAB) adalah standar faktor tempat kerja

yang dapat diterima tenaga kerja tanpa mengakibatkan penyakit atau gangguan

kesehatan, dalam pekerjaan sehari-hari untuk waktu tidak melebihi 8 jam sehari

atau 40 jam seminggu.

Dalam kepmen tersebut, khususnya pada Pasal 3 dinyatakan bahwa NAB

kebisingan ditetapkan sebesar 85 desi Bell A (dBA). Tingkat kebisingan yang

diperiksa = 66,54 dB yang berarti masih memenuhi standar baku mutu.

Dalam praktik pengukuran tingkat kebisingan diperlukan kerja sama antara

dua orang praktikan, untuk praktikan satu bertugas melakukan pengamatan

terhadap sound level meter dan melihat waktu sedangkan praktikan yang lain

bertugas mencatat hasil pengamatan yang ada.

G. Kesimpulan

Setelah dilakukan pegukuran kebisingan dan juga pengulangan pengukuran

sebanyak 3x ,rata-rata tingkat kebisingan di ruang kelas adalah sebesar 66,54 dB,

yang berarti bahwa masih memenuhi standar baku mutu seperti yang disebutkan

di atas, dalam artian tingkat kebisingan di ruang kelas masih aman, tidak

menimbulkan gangguan bagi kesehatan. Dan tingkat kebisingan tertinggi terjadi

pada saat pengulangan pengukuran kedua sebesar 72 dB.

PRAKTIKUM III

PENGAMBILAN DAN PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN DI UDARA

Hari dan tanggal : Senin, 05 dan 07 Desember 2011

A. Tujuan

Page 29: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

1. Agar mahasiswa terampil melakukan pengambilan sampel kuman udara

2. Agar mahasiswa terampil melakukan pemeriksaan sampel kuman udara

B. Landasan Teori

Udara bukan merupakan habitat kuman, namun sel-sel kuman yang

terdapat di udara merupakan kontaminan besar. Kuman adalah

mikroorganisme atau jasad hidup yang sangat kecil ukurannya sulit diamati

tanpa alat pembesar, berukuran beberapa micron dan meliputi : bakteri,

jamur, alga, protozoa. Pertumbuhan kuman di dala ruangan dipengaruhi oleh

factor-faktor lingkungan seperti : suhu, kelembaban, cahaya. Angka kuman

adalah angka yang menunjukkan banyaknya kuman yang ada di udara dalam

ruangan yang diperoleh dengan cara pengukuran menggunakan nutrient agar.

Pemriksaan angka kuman di udara untuk mengetahui banyaknya angka

kuman di dalam suatu ruangan. Sedangkan pengambilan sampel udara untuk

menentukan kandungan mikroorganisme (kuman) memerlukan peralatan

khusus. Secara umum, peralatan tersebut terbagi menjadi dua, yaitu : bentuk

padat (solid impingement device) dan bentuk cair (liquid impingement

device). Prinsip pengoperasiannya dengan mengalirkan udara yang terukur

volumenya pada suatu alat, kemudian dilakukan pemaparan dengan

kecepatan aliran tertentu selama 15 menit, dan alat dimatikan. Sampel

diambil dengan pipet steril dan kemudian dimasukkan ke dalam petridish,

selanjutnya ditambahkan media agar cair dan dilakukan pengeraman pada

incubator suhu 370 selama 2x24 jam. Jumlah koloni kuman yang terbentuk

dihitung dengan koloni counter sel yang merupakan bagian dari alat tersebut

dan dilengkapi dengan kalkulator. Dengan cara menekan ujung detector pada

agar strip, maka akan terbaca jumlah koloni kuman yang terbentuk pada

display calculator.

C. Alat dan Bahan

1. Pengambilan sampel kuman udara :

a. Alat :

Page 30: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

1) Midget impinge steril

2) Air pump

3) Stopwatch/ penghitung waktu

4) Pipet ukur 10 ml steril

5) Propipet

b. Bahan :

1) NaCl Fisiologis (0,85%)

2) Kertas label

3) Alkohol 70%

2. Pemeriksaan sampel untuk angka kuman udara :

a. Alat :

1) Lampu Bunsen

2) Korek api

3) Inkubator

4) Coloni counter

5) Cawan petri

6) Pipet ukur 10 ml steril

b. Bahan :

1) Plate Count Agar (PCA) 2% cair

2) NaCl 0,85 %

3) Kertas label

4) Kertas payung

D. Langkah Kerja

1. Pengambilan sampel kuman udara :

a. Mengusap tangan dengan alcohol 70%

b. Menghubungkan air pump dengan midget impinge steril yang

sebelumnya dimasukkan NaCl 0,85% sebanyak 15 ml ke dalam

impinger steril

Page 31: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

c. Mengatur kecepatan aliran pada air pump dengan menekan tombol

“on” dan memutar pada kecepatan aliran dengan memutar tombol

sampai bola menunjuk angka 1 lpm

d. Inlet pad midget impinge diletakkan setinggi 1 meter dari atas lantai,

dan paparkan selama 15 menit.

e. Setelah 15 menit, air pump dimatikan.

2. Pemeriksaan Angka Kuman Udara :

a. Menyiapkan cawan petri steril sebanyak 4 buah untuuk masing-

masign sampel.

b. Memberi kode pada cawan petri dengan kertas label angka sampai

angka 4. Cawan dengan kode 4 digunakan sebagai control.

c. Menggoyang sampel uji hingga sampel homogeny.

d. Mengambil 3 ml sampel dengan pipet ukur 10 ml steril. Kemudian

memasukkan ke dalam cawan petri kode 1 sampai 3 masing-masing 1

ml. Sedangkan cawan petri kode 4 dilakukan pengisian 1 ml larutan

NaCl 0,85%.

e. Menuangkan PCA 2% yang sebelumnya telah dilakukan pencairan

dan pada suhu hangat-hangat kuku secukupnya pada masing-masing

cawan petri.

f. Melakukan pengeraman pada incubator untuk seluruh sampel dan

control pada suhu 370 selama 2x24 jam dalam posisi terbalik. Selain

itu, 4 buah cawan petri sebelum dimasukkan ke dalam incubator

dilakukan pembungkusan dengan kertas paying dan diikat dengan tali

kenur serta member keterangan kepemilikan pada kertas payungnya.

g. Setelah dieramkan, hitung jumlah koloni dengan coloni counter.

E. Hasil Pengamatan

Setelah dilakukan pengeraman selama 2 hari (05-12-2011 sampai 07-

12-2011), dan dilakukan perhitungan didapatkan data sebagai berikut :

Jumlah koloni kuman :

Page 32: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

1. Cawan petri 1 = 839

2. Cawan petri 2 = 1017

3. Cawan petri 3 = 817

4. Cawan petri 4 (control) = 189

Analisis Data :

1. Rata-rata jumlah koloni kuman

( A−D )+( B−D )+(C−D)3

= …… koloni

Keterangan :

A : Jumlah koloni kuman cawan 1

B : Jumlah koloni kuman cawan 2

C : Jumlah koloni kuman cawan 3

D : Jumlah koloni kuman cawan 4

¿(839−189 )+ (1017−189 )+(817−189)

3

¿ 650+828+6283

= 2106

3

= 702 koloni

2. Jumlah koloni kuman per m3

rata−ratakoloni x volume NaCl x 1000kecepatan (lpm ) x waktu sampling(menit)

=…CF/m3

702 x 0,015 x10001 x 15

= 702 CF/m3

F. Pembahasan

Berdasarkan hasil dari praktikum Pemeriksaan dan Pengambilan

Sampel Kuman di udara yang dilakukan di Laboratorium Dasar

Page 33: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

Mikrobiologi, yang dilakukan pada hari Senin (05-12-2011) dan Rabu (07-

12-2011), diperoleh hasil bahwqa jumlah kolini kuman Laboratorium Dasar

Mikrobiologi adalah 702 CF/m3. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kondisi

Laboratorium Dasar Mikrobiologi tidak memenuhi syarat sesuai dengan

Kepmenkes RI No. 1405/MENKES/SK/IX/2002 tentang Persyaratan

Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri, yangh menyatakan

bahwa udara ruangan memenuhi syarat mikrobiologi (angka kuman) yaitu

kurang dari 700 koloni/m3 udara dan bebas kuman pathogen.

Hal ini mungkin disebabkan system sirkulasi udara pada Laboratorium

ini yang kurang baik, sehingga suplai udara segar dari luar tidak dapat masuk

secara sempurna. Dikarenakan juga letak ventilasi yang tidak menggunakan

cross system. Dan posisi Laboratorium Dasar Mikrobiologi yang tidak

menguntungkan, yaitu berada di antara ruangan-ruangan lain, menyebabkan

kurangnya cahaya pada ruangan tersebut. Padahal cahay dapat

memperngaruhi pertumbuhan kuman di udara. Karena bakteri dapat tumbuh

baik pada kondisi kurang cahaya ataupun gelap. Agar angka kuman di udara

pada ruangan tersebut dapat memnuhi persyaratan angka kuman udara,

sebaiknya dilakukan tindakan sebagai berikut : lant system ai dibersihkan

dengan antiseptic, memelihara system ventilasi agar dapat berfungsi dengan

baik dan karyawan yang sedang menderita penyakut yang dapat ditularkan

melalui udara tidak diperkerjakan sementara waktu. Oleh karena itu agar

udara dalam ruangan baik, harus memperhatikan design dan lokasi ruangan,

sistem ventilasi ruangan dan manajemen polutan.

G. Kesimpulan

Dari hasil praktikum didapatkan hasil bahwa jumlah koloni kuman di

Laboratorium Dasar Mikrobiologi adalah 702 CF/m3. Hal ini menunjukkan

angka kumanudara di Laboratorium Dasar Mikrobiologi tidak memenuhi

persyaratan Kepmenkes RI No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang

Page 34: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja Perkantoran dan Indutri yang

seharusnya < 700 koloni/m3. Harus dilakukan perbaikan sistem ventilasi,

agar udara segar dari luar dapat masuk ke dalam ruangan. Membuka jendela,

membersihkan lubang ventilasi secara periodic dan melakukan perawatan

AC ruangan.

PRAKTIKUM IV

DESINFEKSI RUANGAN

Hari , tanggal : Senin, 12 Desember 2011

A. Tujuan

Page 35: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

1. Agar mahasiswa dapat melakukan dan memahami desinfeksi ruangan

2. Agar mahasiswa dapat melakukan perhitungan desinfeksi

B. Landasan Teori

Desinfeksi adalah upaya menurunkan jumlah mikroorganisme .

Desinfeksi ruangan adalah upaya menurunkan jumlah mikroorgasni di udara

dalam suatu ruangan dan menggunakan zat – zat tertentu. Dalam proses

desinfeksi ada 2 cara yaitu cara fisik (desinfeksi ruangan dengan

pemananasan) dan cara kimia (desinfeksi ruangan dengan perubahan bahan

kimia). Metode desinfeksi ruangan dapat dilakukan dengan menggunakan

radiasi sinar ULV dan Ozontek. Bahan untuk desinfeksi disebut desinfektan.

Desinfektan ini merupakan bahan kimia yang digunakan untuk mencegah

adanya infeksi atau pencemaran oleh jasad renik, seperti bakteri terutama

balteri patogen dan virus . bahan kimia tertentu merupakan zat aktif dalam

proses desinfeksi dan sangat menentukan efektivitas ,funfgsi serta target

mikroorganisme yang akan dimatikan.

Efektivitas desinfektan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya,

yaitu lama paparan, suhu, konsentrasi desinfektan, pH dan ada tidaknya

bahan pengganggu. pH merupakan faktor penting dalam menentukan

efektivitas desinfektan sebagai contoh senyawa penganggu yang dapat

menurunkan efektivitas desinfektan adalah senyawa organik. Jenis – jenis

bahan kimia penggunaan chlorin dilarang. Sedangkan virkon, mikrozoid,

cidex masih digunakan karena kandungan didalamnya yang berupa fenol.

Virkon merupakan bahan desinfektan yang memiliki spektrum luas

terdapat aktivitas bakteri dan virus serta jamur. Virkon berbentuk serbuk

(powder), bau enak seperti bau jeruk , warna merah muda , cara penggunaan

virkon diencerkan dengan air serta dengan perbandinagn 1 % . Satu liter

campuran virkon dan air digunakan untuk ruangan yang memiliki 30 – 35 m3.

Kelemahan dari virkon ini ruangan akan menjadi basah dan licin sehingga

ada waktu kontak selama 2 jam . Selain itu, akan menimbulakan residu

Page 36: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

( bekas) berwarna putih . Untuk mikrozoid dalam bentuk cairan , dapat

langsung digunakan tanpa campuran apapun, tetapi harga mikrozoid mahal.

C. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Fogger/ ULV

b. Roll kabel

c. Koran

d. Isolasi

e. Gelas ukur 1 Liter

f. Pengaduk

g. Timbangan

h. APD (sarung tangan, masker , topi)

i. Alat tulis dan sumber listrik

j. Penggaris

2. Bahan

a. Virkon

b. Air

D. Langkah Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan

2. Mengukur volume ruangan ( p x l x t ) untuk menentukan jumlah virkon

yang dibutuhkan dan kebutuhan air untuk pelarut

3. Menutup ventilasi yang ada dengan koran secara rapat dan menyeluruh

4. Memberikan catatn peringatan di depan pintu masuk ruanagn yang akan

di desinfeksi . contoh “ Dilarang masuk karena ruangan sedang di

desinfeksi”

5. Mencampurkan virkon yang sudah ditimbang dengan air yang sudah

disesuaikan

6. Memasukkan campuran air dan virkon ke dalam ULV/Fogger

7. Menggunakan APD

Page 37: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

8. Melakukan pengkabutan , dengan langkah sebagai berikut :

a. Menyambungkan alat fogger / ULV ke sumber listrik roll kabel

b. Meletakkan ULV/ fogger pada meja beroda atau mengangkat secara

manual dengan kedua tangan.

c. Menekan tombol on

d. Mengarahkan ULV/Fogger ke arah luruh ,kanan,kiri ,atas , bawah

dengan jarak Fogger/ ULV dan tembok ± 1m

e. Berjalan mundur ke arah pintu

f. Waktu desinfektan 2 jam , setelah ruangan dapat digunakan kembali

g. Jangan lupa untuk dimatikan dahulu sebelum dilakukan desinfeksi

ruangan

E. Hasil Pengamatan

1. Perhitungan

a. Volume ruangan sansur

Panjang = 9,05 m

Lebar = 6,30 m

Tinggi = 3,40 m

Volume ruangan = P X L X T

= 9,05 X 6,30 X 3,40

= 193,85 m3

b. Jumlah air dan virkon yang dibutuhkan :

Volume ruangan : 193,85 m3 , efektivitas : 35 m3

Maka : jumlah air yang dibutuhkan

= 193, 85 m3

35 m3

= 5,53 Liter

= 5,5 Liter

= 5500 mL

Page 38: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

Banyak virkon yang dilarutkan dengan air seesuai perbandingan

yaitu 1 %

= 1

100 X 5500

= 55 gram

Maka banyak virkon = 55 gram

F. Pembahasan

Setelah dilakukan perhitunagn , banyaknya virkon yang diperlukan

sebanyak 55 gram dan dilarutkan dalam 5,5 Liter air. ULV/Fogger yang

digunakan untuk desinfeksi ruangan hanya cukup menampung 4 Liter

campuran antara virkon dan air (kapasitas kotak cairan desinfektan ULV .

setiap proses desinfeksi ruangan , campuran antara air dan virkon harus habis

, dalam artian sekali pakai. Untuk itu perhitungan kebutuhan air dan virkon

harus tepat dan sesuai dengan volume ruangan yang akan didsinfeksi.

Kesalahn yang dilakukan adalah karena dengan tangan yang

mengangkat ULV/Fogger saat desinfeksi setiap praktikan yang mengankat

ULV/Fogger saat desinfeksi ruangan , tidak menggunakan meja beroda

sehingga menyebabkan setiap praktikan yang mencoba hanya beberapa

menit saja dan kurang meratn tidak ke segala arah karena cepat lelah

mengangkat ULV, proses desinfeksi ruangan tidak efektif dan kurang

merata. Selain itu, karena ULV/Fogger yang digunakn setting kecepatan

keluarnya desinfektan tidak berfungsi, dan menyebabkan bahan kimia virkon

yang sudah dilarutkan dalam air keluarnya sedikit – sedikit dan

membutuhkan waktu yang lama untuk menghabiskan 4 Liter campuran

virkon dan air pada ULV/Fogger . pada akhirnya menyebabkan campuran

virkon dan air dalam ULV /Fogger tidak habis bahkan sisa banyak.

G. Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa

bahan desinfektan yang digunakan untuk desinfeksi ruangan sansur adalah

Page 39: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

virkon sebanyak 55 gram dengan pelarut yaitu air sebnayak 5,5 liter dengan

volume ruangan sansur = 193,85 m3 .

PRAKTIKUM V

REKAYASA MODEL KNALPOT

Hari/ Tanggal : Senin, 19 Desember 2011

A. Tujuan

Page 40: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

Mahasiswa dapat memodifikasi atau merekayasa knalpot yang ada menjadi

knalpot yang ramah lingkungan.

B. Landasan Teori

 Tidak berbeda dengan desain knalpot pada umumnya, knalpot ramah

lingkungan adalah knalpot standar yang dipasangi batu–batu zeolit sebagai

penyaring asap dan gas karbon. Batu zeolit berfungsi untuk mengurangi emisi

dan karbon berbahaya. Batu zeolit ini mampu  menarik dan menyaring gas

karbon, ditaruh sebagai penyaring dan dipasangkan di dalam kipas yang sengaja

dipasang pada knalpot. Mungkin dapat dibantu di bengkel untuk pemasangannya

karena harus di las. Batu zeolit adalah batuan asam yang berbutir halus, berpori,

serta berstruktur tiga dimensi. Hasilnya, mampu mengurangi karbon hingga 50

%  lebih dengan diukur menggunakan media kertas sebelum dan sesudah pakai

zeolit nampak perbedaannya. Setelah disaring pakai zeolit kehitamannya jauh

berkurang. Sifat zeolit sebagai adsorben dan penyaring molekul, dimungkinkan

karena struktur zeolit yang berongga, sehingga zeolit mampu menyerap sejumlah

besar molekul yang berukuran lebih kecil atau sesuai dengan ukuran rongganya.

Selain itu kristal zeolit yang telah terdehidrasi merupakan adsorben yang selektif

dan mempunyai efektivitas adsorpsi yang tinggi.

Kemampuan zeolit sebagai katalis berkaitan dengan tersedianya pusat-

pusat aktif dalam saluran antar zeolit. Pusat-pusat aktif tersebut terbentuk karena

adanya gugus fungsi asam tipe Bronsted maupun Lewis. Perbandingan kedua

jenis asam ini tergantung pada proses aktivasi zeolit dan kondisi reaksi. Pusat-

pusat aktif yang bersifat asam ini selanjutnya dapat mengikat molekul-molekul

basa secara kimiawi. Sedangkan sifat zeolit sebagai penukar ion karena adanya

kation logam alkali dan alkali tanah. Kation tersebut dapat bergerak bebas

didalam rongga dan dapat dipertukarkan dengan kation logam lain dengan

jumlah yang sama. Akibat struktur zeolit berongga, anion atau molekul

berukuran lebih kecil atau sama dengan rongga dapat masuk dan terjebak.

Arang aktif merupakan senyawa karbon amorph, yang dapat dihasilkan

dari bahan-bahan yang mengandung karbon atau dari arang yang diperlakukan

Page 41: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

dengan cara khusus untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Arang aktif

dapat mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat

adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau volume pori-pori dan luas

permukaan. Daya serap arang aktif sangat besar, yaitu 25- 1000% terhadap berat

arang aktif. Karena hal tersebut maka karbon aktif banyak digunakan oleh

kalangan industri. Hampir 60% produksi arang aktif di dunia ini dimanfaatkan

oleh industri-industri gula dan pembersihan minyak dan lemak, kimia dan

farmasi.

Karbon atau arang aktif adalah material yang berbentuk butiran atau

bubuk yang berasal dari material yang mengandung karbon misalnya batubara,

kulit kelapa, dan sebagainya. Dengan pengolahan tertentu yaitu proses aktivasi

seperti perlakuan dengan tekanan dan suhu tinggi, dapat diperoleh karbon aktif

yang memiliki permukaan dalam yang luas.

C. Alat dan Bahan

1. Knalpot motor standar

2. Kawat kasa

3. Gunting besi

4. Kawat

5. Zeolit

6. K arbon aktif

7. Timbangan

D. Langkah Kerja

1. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan kami gunakan dalam

praktikum.

2. Melihat kerangka knalpot motor yang akan kami modifikasi.

Page 42: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

3. Membuat design alat penyaring dala knalpot yang kami sesuaikan

dengan volume knalpot.

4. Memilih absorban yang akan kami gunakan yaitu campuran antara arang

aktif dengan zeolit.

5. Memotong kawat kasa dengan ukuran yang kami sesuaikan dengan

ukuran knalpot.

6. Membentuk kawat kasa sesuai dengan design yang telah kami buat.

7. Mengayak arang aktif dan zeolit dengan diameter yang lebih besar dari

pada diameter kawat kasa.

8. Menimbang arang aktif dengan zeolit.

9. Memasukkan arang aktif dan zeolit kedalam kawat kasa yang telah kami

bentuk.

10. Memasang alat penyaring yang telah jadi ke dalam knalpot motor

standar.

E.Hasil Pengamatan

Design alat penyaring

16,5 cm

4 cm 8 cm

Dengan ukuran knalpot 16,5 x 8 x 4 cm3 kami membuat alat penyaring dengan

Berat zeolit : 90 gr

Berat arang aktif : 48 gr

Jadi kami mendapatkan perbandingan arang aktif dengan zeolit adalah 1 : 2

F.Pembahasan

Bentuk atau design dari alat penyaring yang kami buat, kami sesuaikan

dengan bentuk rancangan dalam knalpot yang akan kami rekayasa.

Page 43: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

Absorben yang kami gunakan dalam alat penyaring adalah campuran

antara arang aktif dengan zeolit dengan perbandingan 1:2. Cara mendapatkan

perbandingan adalah dengan memenuhi bentukan kawat kasa dengan perkiraan

banyaknya zeolit dengan perkiraan banyaknya arang aktif yang kami dapat

adalah 90 gram zeolit dan 48 gram arang aktif. Arang aktif sangat efektif dalam

mengadsorpsi gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya

selektif. Sedangkan zeolit untuk mengurangi emisi dan karbon berbahaya. Batu

zeolit ini mampu  menarik dan menyaring gas karbon, ditaruh sebagai penyaring

dan dipasangkan di dalam kipas yang sengaja dipasang pada knalpot.

Tujuan pengayakan dalam pembuatan alat penyaringan ini adalah supaya

didapatkan diameter karbon aktif dan zeolit yang seragam. Alat ayak yang kami

gunakan mempunyai diameter yang lebih besar dari kawat kasa. Hal ini

bertujuan absorben yang akan kami gunakan tidak lolos dari kawat kasa apabila

mendapat tekanan dari gas saat mesin kendaraan dihidupkan.

G.Kesimpulan

Alat penyaring dengan dengan ukuran 16,5 x 8 x 4 cm3 membutuhkan

zeolit dan arang aktif masing-masing sebanyak 90 gram dan 48 gram.

PRAKTIKUM VI

PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIENT

Hari,tanggal : Selasa, 20 Desember 2011

Lokasi Praktik : Jalan Godean Km. 4,5

Page 44: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

Waktu : 07.30 – Selesai

I.Pengukuran kebisingan

A. Tujuan

1. Agar mahasiswa terampil menggunakan / mengoperasikan alat

2. Agar mahasiswa terampil melakukan pengukuran tingkat kebisingan

B. Landasan Teori

Sound adalah Sensasi psikologis yang dihasilkan dari usik-an

gelombang yang mencapai telinga.Berupa gelombang mekanik longitudinal

yang memerlukan medium penghantar (zat padat, cair, gas). Kebisingan

adalah Bunyi yang tidak diinginkan dengan kualitas musikal yang tidak

menyenangkan yang menyebabkan Gangguan psikologis :konsentrasi,

istirahat, emosi Gangguan komunikasi Gangguan fisiologis :tempory

permanent, Pengukuran, mengacu pada KepMenLH N0.49/MenLH/11/1996,

3 diantaranya adalah sebagai berikut:

- Waktu pengukuran adalah 10 menit tiap jam ( dalam 1 hari ada 24 data)

- Pencuplikan data adalah tiap 5 detik ( 10 menit ada 120 data)

-Ketinggian microphone adalah 1,2 m dari permukaan tanah.

Peraturan Menteri Kesehatan No. 718 tahun 1987 tentang kebisingan

yang berhubungan dengan kesehatan menyatakan pembagian wilayah dalam

empat zona. Zona A adalah zona untuk tempat penelitian, rumah sakit,

tempat perawatan kesehatan atau sosial. Tingkat kebisingannya berkisar 35 –

45 dB. Zona B untuk perumahan, tempat pendidikan, dan rekreasi. Angka

kebisingan 45 – 55 dB. Zona C, antara lain perkantoran, pertokoan,

perdagangan, pasar, dengan kebisingan sekitar 50 – 60 dB. Zona D bagi

lingkungan industri, pabrik, stasiun kereta api, dan terminal bus. Tingkat

kebisingan 60 – 70 dB.

Page 45: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

Ada beberapa cara untuk mengurangi pengaruh kebisingan: mengurangi

kebisingan pada sumbernya, membuat penghalang pada media penghantar,

dan memasang penutup telinga.

Peredaman kebisingan dapat dilakukan dengan menanam tanaman

berupa rumput, semak dan pepohonan. Pohon dapat meredam suara dengan

cara mengabsorpsi gelombang suara oleh daun, cabang dan ranting. Jenis

tumbuhan yang efektif untuk meredam suara ialah yang mempunyai tajuk

yang tebal dengan daun yang rindang. Dengan menanam tanaman dengan

berbagai strata yang cukup rapat dan tinggi akan dapat mengurangi

kebisingan. Dedaunan tanaman dapat menyerap kebisingan sampai 95%.

Tanaman selain dapat meredam kebisingan, pada saat tertiup angin dapat

menghasilkan suara.

C. Alat dan Bahan

1. Sound Level Meter

2. Formulir Bis – 1

3. Formulir Bis – 2

4. Formulir Bis – 3

5. Stop watch

6. Alat tulis

D. Langkah Kerja

a. Mengecek baterai sound level meter dengan memggeser tombol power

b. Meletakkan sound level meter pada ketinggian 1-1,2 meter

c.Menghidupkan SLM dengan tombol switch on/off

d. Stel respon F (fast) pada jenis kebisingan kontinue dan S pada

kebisingan fluktuatif

e.Selanjutnya mencatat angka yang muncul pada display setiap 5 detik

terakhir

f. Mencatat dan memasukkan pada formulir bis-1

f. Melakukan pengukuran selama 10 menit,(120 angka)

Page 46: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

g. Melakukan pengelompokan hasil pengukuran dengan formulir bis-2

h. Menghitung tingkat kebisingan dengan rumus sebagai berikut:

L = X+(P1)

(P 1+P 2)x C

Keterangan :

L = Tingkat kebisingan

X = Batas bawah kelas yang mengandung modus

P1 = Beda frekuensi kelas modus dengan kelas di

bawahnya

P2 = Beda frekuensi kelas modus dengan kelas di atasnya

C = Lebar kelas

E. Hasil Pengamatan

Formulir Bis- 1 (pengulangan I)

Page 47: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

Formulir Bis- 1 (pengulangan II)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 80,2 79,4 71,0 78,9 75,2 77,5 79,0 79,2 75,0 79,9

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 77,7 71,8 78,1 69,4 75,9 74,3 83,7 75,8 81,2 73,6

2 78,1 84,3 76,3 74,6 77,6 75,9 75,9 68,6 78,2 79,0

3 76,8 85,1 77,6 75,7 75,2 73,5 76,7 76,7 77,0 68,5

4 78,3 76,6 75,4 75,9 73,1 76,0 76,7 73,8 79,1 79,0

5 74,0 81,0 77,7 78,5 75,5 81,1 80,9 73,9 76,1 79,6

6 73,2 78,5 76,9 73,8 77,7 79,7 78,8 82,1 74,7 73,3

7 71,6 87,5 73,8 77,4 72,0 76,1 89,0 80,2 78,8 75,8

8 66,8 78,6 80,7 77,5 78,6 79,1 74,1 73,8 70,1 78,6

9 69,8 76,7 84,2 77,5 74,5 87,9 70,5 76,6 73,5 80,7

1

0

67,1 75,1 76,7 75,0 73,9 82,0 70,8 79,0 90,1 80,9

1

1

66,7 77,5 79,1 77,8 70,6 82,2 79,8 82,1 71,3 77,1

1

2

70,8 76,3 75,8 77,8 72,7 81,6 79,1 80,3 69,0 75,3

Page 48: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

2 75,5 77,9 76,9 79,9 79,7 78,4 73,5 79,4 82,1 76,2

3 78,76 77,1 78,4 80,4 87,3 72,7 76,0 76,1 81,5 76,8

4 74,8 76,1 74,3 76,8 81,9 75,2 76,0 73,5 77,4 77,0

5 81,8 79,0 77,4 74,9 80,0 77,1 78,7 74,4 75,1 78,6

6 77,2 90,9 80,6 80,9 71,4 72,4 73,7 74,3 81,7 79,7

7 78,8 75,6 82,8 75,9 72,9 69,7 71,9 67,3 78,3 76,2

8 77,3 68,9 76,7 73,0 76,5 68,5 74,5 66,1 79,3 71,0

9 75,9 100,1 77,7 67,2 76,6 77,4 79,3 72,8 77,0 66,7

10 80,2 78,1 76,3 74,0 75,7 74,8 79,6 75,7 74,8 70,9

11 66,9 78,0 80,0 74,4 76,8 66,4 80,4 73,0 78,1 75,2

12 74,4 84,5 76,9 73,3 79,3 77,3 78,4 73,8 76,1 78,5

Formulir Bis- 1 (pengulangan III)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 71,

0

75,

6

76,

9

70,

6

76,

7

81,

3

74,

2

77,

8

72,

0

75,

1

2 76,

8

74,

4

87,

9

78,

7

76,

5

80,

2

79,

0

78,

9

80,

4

74,

3

3 79,

1

74,

3

77,

7

81,

0

77,

5

71,

3

76,

0

74,

9

76,

0

68,

4

4 77, 77, 77, 87, 83, 76, 85, 76, 73, 73,

Page 49: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

7 1 3 9 7 6 3 0 6 5

5 78,

0

76,

2

73,

3

77,

8

75,

0

75,

9

69,

8

75,

3

76,

4

78.

0

6 74,

4

74,

2

71,

1

77,

6

79,

1

76,

1

74,

3

76,

4

74,

2

75,

6

7 72,

8

77,

4

73,

4

76,

4

73,

7

77,

5

70,

0

73,

4

69,

0

76,

6

8 68,

8

77,

8

73,

0

80,

3

68,

3

80,

6

74,

9

76,

4

66,

0

73,

8

9 76,

8

76,

1

72,

6

80,

3

75,

9

80,

4

75,

1

78,

1

75,

5

77,

4

1

0

74,

1

73,

3

67,

9

75,

0

64,

3

75,

8

74,

0

76,

3

78,

2

76,

3

1

1

75,

3

75,

7

66,

5

78,

0

67,

9

71,

7

76,

3

73,

0

68,

7

79,

6

1

2

78,

8

73,

5

64,

4

73,

9

73,

6

76,

7

79,

3

75,

5

79,

0

74,

2

Formulir Bis- 1 (pengulangan I)

Page 50: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

Kelas

Interval

Jumlah Prosen Jumlah

Kumulatif

Prosen

Kumulatif

60-64 - - - -

65-69 8 6,67% 8 6,67%

70-74 28 23,33% 36 30%

75-79 62 51,67% 98 81,67%

80-84 16 13,33% 114 95%

85-89 5 4,17% 119 99,17%

90-94 1 0,83% 120 100%

95-99 - - - -

Formulir Bis- 2 (pengulangan II)

Kelas

Interval

Jumlah Prosen Jumlah

Kumulatif

Prosen

Kumulatif

65-69 9 7,5% 9 7,5%

70-74 27 22,5% 36 30%

75-79 68 56,67% 104 86,67%

80-84 13 10,84% 117 97,51%

85-89 1 0,83% 118 98,34%

90-94 1 0,83% 119 99,17

95-99 - - - -

100-104 1 0,83% 120 100%

Page 51: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

105-109 - - - -

Formulir Bis- 2 (pengulangan III)

Kelas

Interval

Jumlah Prosen Jumlah

Kumulatif

Prosen

Kumulatif

60-64 2 1,67% 2 1,67%

65-69 9 7,5% 11 9,17%

70-74 35 29,17% 46 38,34%

75-79 61 50,83% 107 89,17%

80-84 10 8,33% 117 97,5%

85-89 3 2,5% 120 100%

90-94 - - - -

Analisis tingkat kebisingan :

Pengulangan I

Page 52: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

L = X+(P1)

(P 1+P 2)x C

= 74,5+(34 )

34+46 x 5

= 76,625

Pengulangan II

L = X+(P1)

(P 1+P 2)x C

= 74,5+(41)

41+55 x 5

= 76,635

Pengulangan III

L = X+(P1)

(P 1+P 2)x C

= 74,5+(26)

26+51 x 5

= 76,188

Rata-rata tingkat kebisingan :

L = 76,625 + 76,635 + 76,1883

= 76.483

F. Pembahasan

Praktikum ini kami lakukan di depan mini market indomaret,sisi

utara jalan godean km 4,5 selama 30 menit yaitu pada pukul 08.00-08.30

WIB. Dilakukan oleh dua orang petugas, satu orang pencatat dan satu orang

pembaca sound level meter. Sound level meter dibaca setiap 5 detik selama

10 menit dan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Setelah mendapatkan

data, data tersebut diolah sedemikian rupa hingga mendapatkan hasil tingkat

kebisingan. Pada umumnya keseluruhan pemantauan tersebut diatas, sumber

bising utamanya adalah aktivitas dari kendaraan yang ada di jalan raya,

kelemahannya adalah metode pengukurannya secara general tanpa

Page 53: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

memperhatikan tipe atau jenis bising utamanya, sehingga kelemahannya

adalah tidak dihitungnya jumlah, jenis maupun kecepatan kendaraannya.

G. Kesimpulan

1. Tingkat kebisingan di jalan godean km 4,5 pada pagi hari di sisi utara

jalan sebesar 76.483 dB.

2. Berdasarkan data tersebut bila dibandingkan dengan nilai ambang batas

kebisingan lalu lintas yang termasuk dalam zona D sebesar 70 dB maka

tingkat kebisingan di jalan godean belum memenuhi baku mutu yang ada.

Page 54: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

II.Pengukuran kelembaban

A. Tujuan

Mahasiswa dapat melakukan pengukuran kelembaban dan menghitung

tingkat kelembaban

B. Landasan Teori

Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi

suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu

menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam

suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan

maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-

atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut.Suhu juga disebut

temperatur yang diukur dengan alat termometer. Secara kualitatif, kita dapat

mengetahui bahwa suhu adalah sensasi dingin atau hangatnya sebuah benda

yang dirasakan ketika menyentuhnya. Secara kuantitatif, kita dapat

mengetahuinya dengan menggunakan termometer. Suhu dapat diukur dengan

menggunakan termometer yang berisi air raksa atau alkohol. Kata

termometer ini diambil dari dua kata yaitu thermo yang artinya panas dan

meter yang artinya mengukur (to measure). Variasi harian suhu permukaan

selama 24 jam, suhu udara selalu mengalami perubahan – perubahan. Di atas

lautan perubahan suhu berlangsung lebih banyak perlahan – lahan daripada

di atas daratan. Variasi suhu pada permukaan laut kurang dari 1°C, dan

dalam keadaan tenang variasi suhu udara dekat laut hampir sama. Sebaliknya

diatas daerah pedalaman continental dan padang pasir perubahan suhu udara

permukaan antara siang dan malam mencapai 20°C. Sedangkan pada daerah

pantai variasinya tergantung dari arah angin yang bertiup. Variasinya besar

bila angin bertiup dari atas daratan dan sebaliknya.

Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang

dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif)

Page 55: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

maupun defisit tekanan uap air. Kelembaban mutlak adalah kandungan uap

air (dapat dinyatakan dengan massa uap air atau tekanannya) per satuan

volum. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan/tekanan uap

air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk

menampung uap air. Kapasitas udara untuk menampung uap air tersebut

(pada keadaan jenuh) ditentukan oleh suhu udara. Sedangkan defisit tekanan

uap air adalah selisih antara tekanan uap jenuh dan tekanan uap aktual.

Masing-masing pernyataan kelembaban udara tersebut mempunyai arti dan

fungsi tertentu dikaitkan dengan masalah yang dibahas (Handoko,1994).

Semua uap air yang ada di dalam udara berasal dari penguapan.

Penguapan adalah perubahan air dari keadaan cair kekeadaan gas. Pada

proses penguapan diperlukan atau dipakai panas, sedangkan pada

pengembunan dilepaskan panas. Seperti diketahui, penguapan tidak hanya

terjadi pada permukaan air yang terbuka saja, tetapi dapat juga terjadi

langsung dari tanah dan lebih-lebih dari tumbuh-tumbuhan. Penguapan dari

tiga tempat itu disebut dengan Evaporasi(Karim,1985).

C. Alat dan Bahan

1. Sling Psychrometer

2.Chart Psychrometer

3.Stop watch

4.Alat tulis

D. Langkah Kerja

1.Membasahi ujung benang sampai pada ujung termometer basah

2.Memutar sling psychrometer hingga benang menjadi basah uap selama 15

menit ( dilakukan 3x pengulangan ), pada saat memutar dilakukan di atas

kepala

3. Membaca suhu pada termometer basah dan kering

4. Menambahkan suhu basah dan kering kemudian dibagi 2, sebagai

suhu ruang

Page 56: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

5. Mencocokkan dengan grafik suhu – kelembaban

6. Cara membaca grafik :

a)Menghitung / mengkonversikan suhu dari termometer (Celcius)

menjadi suhu Fahrenheit)

b)Garis mendatar pada grafik menunjukkan suhu kering

c)Garis diagonal menunjukkkan suhu basah

d)Perpotongan antara suhu basah dan kering merupakan kelembaban

e)Mengikuti garis melengkung sehingga diketahui kelembaban

E. Hasil Pengamatan

Data suhu dan kelembaban : 1 titik dengan 3x pengulangan

Dalam skala Celcius

Pengulangan Suhu

basah (x)

Suhu

kering (y)

Suhu

ruang (

x+ y2

)

1. 250 C 260 C 25,50 C

2. 24 0 C 250 C 24,50 C

3. 250 C 290 C 270 C

Rata-rata 24,66 0 C 26,660 C 25,66 0 C

Dalam skala Fahrenheit

95

x suh u (celcius )+32

Page 57: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

Pengulangan Suhu

basah

Suhu

kering

1. 770 F 78,80 F

2. 75,2 0 F 770 F

3. 770 F 84,20 F

Rata-rata 76,40 F 800 F

Dari pembacaan Chart Psychrometer dapat kita ketahui bahwa :

Pengulangan Relative

humidity

(% )

Spesifik humidity

(grains/lb)

Dew point

(0F)

1. 95 140 39

2. 91 130 37

3. 72 130 37

Rata-rata 86 133,33 37,66

F. Pembahasan

Praktikum ini kami lakukan di jalan godean km 4,5 selama 45 menit

yaitu pada pukul 08.00-08.45 WIB. Dilakukan oleh tiga orang petugas,

apabila satu orang bertugas maka dua orang petugas lainnya bertugas

mencatat hasil pemeriksaan. Setiap satu orang bertugas memutar Sling

Psychrometer selama 15 menit dan dilakukan secara bergantian.Dilakukan

pengulangan 3x supaya data yang diperoleh hasilnya lebih valid. Setelah

mendapatkan data, data tersebut diolah sedemikian rupa sehingga

mendapatkan hasil mengenai suhu dan kelembaban yang ada di jalan godean

tersebut. Data suhu basah dan kering harus diubah dulu dalam Fahrenheit

karena itu merupakan syarat pembacaan kelembaban pada Chart

Psychrometer sedangkan untuk suhu diperoleh dengan cara menjumlahkan

suhu basah dan kering dalam satuan derajat celcius dan membagi dua, dan

Page 58: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

selanjutnya dihitung nilai rata-ratanya. Pengukuran suhu dan kelembaban

harus terhindar dari berbagai gangguan lokal maupun hal-hal lain yang

mengurangi kemurnian suhu atmosfer. Beberapa gangguan yang perlu

dihindarkan antara lain pengaruh radiasi langsung dari surya dan

pantulannya oleh benda-benda di sekelilingnya, gangguan tetesan air hujan,

tiupan angin yang terlalu kuat, pengaruh lokal gradien suhu tanah akibat

pemanasan dan pendinginan permukaan tanah setempat.

G. Kesimpulan

Setelah dilakukan pengukuran dengan menggunakan Sling Psychrometer

pada pagi hari diperoleh hasil yaitu :

1. Suhu rata-rata di jalan godean km 4,5 sebesar 25,660C

2. Kelembaban rata-rata sebesar 86 %.

Page 59: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

III.Pengukuran kepadatan lalu lintas

A. Tujuan

Agar mahasiswa dapat melakukan pengukuran tingkat kepadatan lalu lintas.

B. Landasan Teori

R.J. Salter, 1976 menyatakan analisis arus kendaraan sepanjang ruas jalan

dipengaruhi oleh tiga parameter yang sangat signifikan, yaitu kecepatan,

kepadatan dan arus (volume) kendaraan. Kepadatan kendaraan menggambarkan

ukuran kualitas pelayanan ruas yang ditujukan melalui aliran kendaraan. Arus

atau volume kendaraan merupakan ukuran kuantitas dari aliran kendaraan atau

permintaan pada suatu ruas jalan. Arus lalu lintas merupakan interaksi yang unik

antara pengemudi, kendaraan, dan jalan. Tidak ada arus lalu lintas yang sama

bahkan pada keadaan yang serupa, sehingga arus pada suatu ruas jalan tertentu

selalu bervariasi. Walaupun demikian diperlukan parameter yang dapat

menunjukkan kondisi ruas jalan atau yang akan dipakai untuk desain. Parameter

tersebut adalah volume, kecepatan dan kepadatan, tingkat pelayanan dan derajat

kejenuhan. Hal yang sangat penting untuk dapat merancang dan mengoperasikan

sistem – sistem transportasi dengan tingkat efisiensi dan keselamatan yang

paling baik.

Khristy C. Jotin dan Lall B. Kent menyatakan terdapat beberapa variabel

atau ukuran dasar yang digunakan untuk menjelaskan arus lalu lintas. Tiga

variabel utama adalah kecepatan (v) volume (q), dan kepadatan (k). Variabel

lainnya yang digunakan dalam analisis lalu lintas adalah headway (h), spacing

(s), dan occupancy (R). Kepadatan (destiny) atau konsentrasi didefinisikan

sebagai jumlah kendaraan yang menempati panjang ruas jalan tertentu atau lajur,

yang umumnya dinyatakan sebagai jumlah kendaraan per kilometer atau satuan

mobil penumpang per kilometer (smp/km). Jika panjang ruas yang diamati

adalah I, dan terdapat n kendaraan, maka kepadatan k dapat dihitung sebagai

berikut,

Page 60: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

k = I

n¿¿

keterangan:

k = kepadatan

n = jumlah kendaraan pada panjang

I = Panjang ruas jalan

Kepadatan sukar diukur secara langsung (karena diperlukan titik

ketinggian tertentu yang dapat megamati jumlah kendaraan dalam panjang ruas

jalan tertentu), sehingga besarnya ditentukan dari dua parameter volume dan

kecepatan, yang mempunyai hubungan sebgai berikut :

k = va

keterangan :

k = kepadatan rata – rata (kend/km atau smp/km)

q = volume lalu lintas (kend/jam atau smp/jam)

v = kecepatan rata – rata ruang (km/jam)

Kepadatan merupakan parameter penting dalam menjelaskan kebebasan

bermanuver dari kendaraan.

C. Alat dan Bahan

1. Counter

2. Stopwatch

3. Alat tulis

D. Langkah Kerja

1. Menyiapkan alat dan bahan.

Page 61: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

2. Meentukan dua titik jalur jalan yang akan dihitung kepadatannya, pisahkan

roda dua dan roda empat.

3. Menghitung kendaraan yang melewati jalan tersebut selama satu jam,

kemudian mencatatnya.

4. Menghitung rata – rata hasil kendaraan.

E. Hasil Pengamatan

Tempat

Jenis Kendaraan

Rata-rata/

menit

Roda dua Roda empat

Utara JalanSelatan

Jalan

Utara

Jalan

Selatan

Jalan

Jalan

Godean

2887

unit/jam

1010

unit/jam

405

unit/jam

284

unit/jam77 unit

Kepadatan lalu lintas kendaraan

K= jumlah roda dua + jumlah roda empat

60 menit

= 3897 unit/jam + 689 unit/ jam

60 menit

= 77 unit/menit.

F. Pembahasan

Data kepadatan lalu lintas mengambil lokasi studi pada Jalan Godean KM.4

yaitu depan Indomaret Godean dengan menggunakan counter pada jam 07.30

WIB – 08.30 WIB, yaitu pada hari Selasa, 20 Desember 2011. Data diambil

dengan waktu 60 menit, penggolongan jenis kendaraan yaitu kendaraan roda dua

dan kendaraan roda empat atau lebih. Berdasarkan distribusi jumlah kepadatan

lalu lintas seperti yang disajikan pada tabel, dapat dilihat adanya variasi jumlah

kendaraan bermotor dalam waktu maupun lokasi penelitian. Tingginya jumlah

kepadatan kendaraan jalan Godean pada pagi hari disebabkan karena letaknya

Page 62: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

yang strategis dimana jalan ini dekat dengan beberapa perkantoran, pusat

perbelanjaan dan pusat pendidikan. Jalan ini merupakan pusat kota yang

memiliki aktivitas yang tinggi dan dilalui oleh berbagai jenis kendaraan. Adapun

kendaraan yang lewat pada jalan Godean ini adalah bus kota, angkot, mobil

pribadi, truk, dan kendaraan roda dua.

G. Kesimpulan

Dari hasil penelitian terhadap kepadatan lalu lintas di jalan Godean

dapat diambil kesimpulan bahwa kepadatan lalu lintas pada jalan Godean

termasuk padat dikarenakan didapatkan hasil 77 unit kendaraan/menit.

Page 63: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

IV.Pemeriksaan H2S

A. Tujuan

Mahasiswa terampil memeriksa H2S Udara dengan metode mthylen blue

dengan H2S in Air Tes Kit.

B. Landasan Teori

Gas H2S adalah rumus kimia dari gas Hidrogen Sulfida yang terbentuk dari 2

unsur Hidrogen dan 1 unsur Sulfur. Satuan ukur gas H2S adalah PPM ( part per

milion ). Gas H2S disebut juga gas telur busuk, gas asam, asam belerang atau uap

bau. Gas H2S terbentuk akibat adanya penguraian zat-zat organik oleh bakteri.

Gas ini dapat ditemukan di dalam operasi pengeboran minyak/ gas dan panas

bumi, lokasi pembuangan limbah industri, peternakan atau pada lokasi

pembuangan sampah.

Gas H2S tersebut bisa menimbulkan bahaya bagi manusia karena bisa

menyebabkan batuk-batuk, iritasi mata dan indera penciuman sudah tidak

berfungsi, Pembengkakan mata dan rasa kekeringan di tenggorokan, Kehilangan

kesadaran dan bisa mematikan dalam waktu 30 - 1 jam. Tergantung tingkat H2S

(ppm) yang memapar pada manusia. Semakin banyak semakin berbahaya.Oleh

karena itu pencemaran karena H2S harus benar-benar diperhatikan.

Sifat-sifat gas H2S 

1. tidak berwarna

2. berbau seperti telur busuk pada konsentrasi 0,01 ppm sampai 100 ppm.

Baunya saja tidak dapat hilang dalam waktu 3 – 15 menitpada konsentrasi 100

ppm.

3. sangat beracun

4. dapat larut dalam cairan seperti crude oil dan air, segera lepas apabila cairan

tersebut dipanaskan atau ter-agitasi.

Page 64: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

5. sangat korosif terhadap logam tertentu.

6. lebih berat dari udara sehingga dapat berakumulasi menjadi konsentrasi

berbahaya pada daerah rendah seperti pada lobang parit dan pompa, tetapi gas

ini dapat segera menyebar oleh gerakan udara atau angin.

7. gas H2S mudah terbakar, jika terbakar mengeluarkan nyala biru dan

menghasilkan gas sulfur dioksida (SO2) yang juga merupakan gas

beracun.peralatan yang mengandung gas H2S dapat juga mengandung kerak

sulfide besi. Kerak sulfide besi ini akan teriksidasi jika terpapar keudara dan

mungkin menimbulkan panas yang cukup (kerak tersebut sebagai sumber panas)

untuk menyalakan bahan-bahan lain yang mudah terbakar.

Akibat keracunan gas H2S adalah : membuat mata perih, menimbulkan

gangguan system pernapasan bila dihirup, gas yang terhirup kedalam paru-paru

akan dialirkan kedalam aliran darah, dalam jumlah kecil gas H2S (50-100 ppm)

dapat menimbulkan pusing, batuk dan sakit kepala, tetapi dalam konsentrasi

besar dari 300 ppm dapat mengakibatkan pingsan dan kematian segera karena

kegagalan pernafasan, melemahkan atau menggagalkan sama sekali indera

penciuman, pada konsentrasi mendekati 100 ppm, pemaparan terhadap gas H2S

dapat menyebabkan hilangnya indera penciuman. Efek ini dapat menimbulkan

rasa keamanan semu pada seseorang berkaitan dengan kondisi pemaparan.

Orang tersebut akan mengira bahwa gas H2S sudah hilang, padahal tidak karena

indera penciumannya sendiri sudah tidak berfungsi lagi. 

Faktor –faktor yang berpengaruh pada paparan gas H2S

1. waktu paparan

lamanya seseorang menghirup gas H2S pada konsentrasi tertentu (dalam

hitungan jam atau menit).

2. frekuensi

seberapa sering seseorang terpapar (misalnya tiap hari atau sekali 2 hari atau

sekali seminggu).

3. intensitas 

berapa banyak dosis (konsentrasi) yang terpapar pada seseorang (dalam satuan

ppm)

Page 65: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

4. kerentanan seseorang

kerentanan seseorang berbeda-beda tergantung pada fisiologis orang tersebut

(umur dan daya tahan tubuh) dan apakah benar terpapar dalam beberapa jam

sebelumnya terhadap gas H2S.

C. Alat dan Bahan

a. H2S in air tes kit (merk lamote)

b. Midget Impinger

c. Pompa sampling udara

D. Langkah Kerja

a.Menuangkan 7 ml regen sulfida ke dalam midget

impinger.Menghubungkan Midget impinger dengan pompa sampling udara,

selanjutnya menyalakan pompa sampling udara dengan menekan/menggeser

tombol on

b.Memaparkan/melakukan sampling selama 10 menit dengan kecepatan

aliran udara 2 lpm

c.Setelah sampling selesai, memindahkan larutan yang telah dipaparkan

pada tabung uji dan menambahkan 0,5 ml reagen sulfida #2 dengan pipet

0,5 ml (0353) ke dalam larutan penyerap

d.Menambahkan 0,5 ml reagen sulfida #3 dengan menggunakan pipet0,5 ml

yang lain (0353) kemudian menggojoknya

e.Menambahkan 4 tetes reagen sulfide #4, di campur, ditunggu selama 1

menit warna biru menunjukan adanya sulfide

f.Menambahkan 1,0 ml reagen sulfide #5 dengan menggunakan pipet 1,0 ml

(0305) dicampur

g.Memasukkan tabung ke dalam komparator dan warna sampel dicocokan

dengan indeks standar warna.

Page 66: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

E. Hasil Pengamatan

Setelah dilakukan pemeriksaan warna larutan pada tabung uji

menunjukkan warna kuning dan setelah dicocokkan dengan indeks standar

warna tidak ada warna yang sesuai dengan warna pada komparator.

F. Pembahasan

Pada saat pemaparan sampel dilakukan selama 10 menit dilakukan

dengan cara : tangan sebelah kanan memegang midget impinger dan tangan

sebelah kiri memegang pompa sampling udara dan mengangkat kedua

tangan di atas kepala, dilakukan demikian karena kurangnya persiapan

sarana untuk kegiatan tersebut. Karena pompa sampling udara yang

digunakan agak rusak maka setelah dihidupkan dengan menekan tombol on

tidak bisa digunakan harus secara manual dipancing dengan cara menyedot

selang pada pompa sampling udara sasmpai bisa selain itu, kecepatan aliran

pada pompa sampling udara tidak bisa mencapai 2 lpm hanya bisa 1 lpm.

G. Kesimpulan

Setelah dilakukan pemeriksaan H2S dapat disimpulkan bahwa kandungan

H2S yang terdapat pada jalan godean kurang dari satu dengan waktu

sampling selama 10 menit dan warna sampel setelah dilakukan pemeriksaan

H2S adalah kuning.

Page 67: Laporan Praktikum Penyehatan Udara

Waktu

(menit)

NOMOR INDEKS WARNA KOMPARATOR

1 2 3 4 5 6 7 8

10 0,060,1

40,228 0,55 1,11 1,66

2,22 2,77

20 0,030,0

70,14 0,28 0,55 0,83

1,11 1,39

30 0,020,0

50,09 0,19 0,37 0,55

0,74 0,922

60 0,010,0

20,05 0,095 0,19 0,28

0,37 0,45

90 0,010,0

20,03 0,06 0,12 0,19

0,25 0,30