laporan praktikum formalin 1

Upload: fajrin-dwi-syaputra

Post on 02-Jun-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Formalin 1

    1/18

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Formalin 1

    2/18

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Formalin 1

    3/18

    Laboratorium Biokimia Pangan Dan Gizi

    Progam study Pendidikan BiologiFKIP

    UMSurabaya

    Page | 3

    kesehatan dan keamanan bahan pangan

    DAFTAR ISI

    A.

    KATA PENGANTAR ....... 2B. DAFTAR ISI ... 3

    C. BAB I PENDAHULUAN

    A.

    LATAR BELAKANG MASALAH ... 4

    B. RUMUSAN MASALAH ...... 4

    C. HIPOTESIS .......... 4

    D.

    TUJUAN PENELITIAN ...... 4

    E. MANFAAT PENELITIAN ...... 4

    F. BAB II KAJIAN PUSTAKA .. 5

    G. BAB III METODE PENELITIAN

    A. ALAT DAN BAHAN ... 9

    B. CARA KERJA ...... 9

    H.

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..... 13

    I. BAB V PENUTUP

    A. KESIMPULAN ....... 18

    B.

    DAFTAR RUJUKAN ..... 18

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Formalin 1

    4/18

    Laboratorium Biokimia Pangan Dan Gizi

    Progam study Pendidikan BiologiFKIP

    UMSurabaya

    Page | 4

    kesehatan dan keamanan bahan pangan

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LATAR BELAKANG

    Dalam proses keamanan pangan, dikenal pula usaha untuk menjaga daya tahan

    suatu bahan sehingga banyaklah muncul bahan-bahan pengawet yang bertujuan untuk

    memperpanjang masa simpan suatu bahan pangan. Namun dalam praktiknya di

    masyarakat, masih banyak yang belum memahami perbedaan penggunaan bahan

    pengawet untuk bahan-bahan pangan dan non pangan. Formalin merupakan salah satu

    pengawet non pangan yang sekarang banyak digunakan untuk mengawetkan makanan.

    Formalin adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan air.

    Formalin yang beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang bervariasi, antara

    20% - 40%. Formalin memiliki kemampuan yang sangat baik ketika mengawetkan

    makanan, namun walau daya awetnya sangat luar biasa, formalin dilarang digunakanpada makanan karena berbahaya untuk kesehatan manusia. Bahaya yang ditimbulkan

    akibat penggunaan formalin bermacam-macam, misal mual, muntah, bahakan dapat

    menyebabkan kanker. Hal ini disebabkan oleh bahaya residu yang ditinggalkannya

    bersifat karsinogenik bagi tubuh manusia.

    Oleh karena itu perlu dilakukan uji formalin pada produk pangan seperti ikan asin

    dan tahu. Hal ini bertujuan agar kita dapat mengetahui produk apa saja yang

    mengandung pengwet buatan (formalin).

    B. RUMUSAN MASALAH

    1.

    Apakah ada kandungan formalin pada bahan pangan?

    C. HIPOTESISAda kandungan formalin pada bahan pangan.

    D. TUJUAN

    1. Mengidentifikasi kandungan formalin pada bahan makanan.

    2. Menentukan kadar formalin pada bahan makanan.

    E. MANFAATManfaat penelitian ini adalah

    Bagi Penyusun :

    Untuk mengetahui kandungan dan kadar formalin pada bahan pangan.

    Bagi Masyarakat :

    Memberikan informasi kepada masyarakat tentangan kandungan formalin pada

    bahan pangan.

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Formalin 1

    5/18

    Laboratorium Biokimia Pangan Dan Gizi

    Progam study Pendidikan BiologiFKIP

    UMSurabaya

    Page | 5

    kesehatan dan keamanan bahan pangan

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Definisi Formalin

    Formalin merupakan cairan jernih yang tidak berwarna dengan bau menusuk, uapnya

    merangsang selaput lendir hidung dan tenggorokan dan rasa membakar. Bobot tiap mililiter

    adalah 1,08 gram. Dapat bercampur dengan air dan alkohol, tetapi tidak bercampur dengan

    kloroform dan eter (Norman and Waddington, 1983). Didalam formalin mengandung sekitar

    37% formaldehid dalam air, biasanya ditambah methanol hingga 15% sebagai pengawet.

    Formalin dikenal sebagai bahan pembunuh hama (desinfektan) dan banyak digunakan dalam

    industri. Nama lain dari formalin adalah Formol, Methylene aldehyde, Paraforin, Morbicid,Oxomethane, Polyoxymethylene glycols, Methanal, Formoform, Superlysoform, Formaldehyde,

    dan Formalith (Astawan, Made, 2006). Berat Molekul Formalin adalah 30,03 dengan Rumus

    Molekul HCOH. Karena kecilnya molekul ini memudahkan absorpsi dan distribusinya ke dalam

    sel tubuh. Gugus karbonil yang dimilikinya sangat aktif, dapat bereaksi dengan gugusNH2 dariprotein yang ada pada tubuh membentuk senyawa yang mengendap (Harmita, 2006).

    Formaldehid (formalin) adalah larutan tidak berwarna, reaktif, dan dapat membentuk

    polimer pada suhu normal pada saat berwujud gas. Kalor pembakaran untuk gas formalin 4,47

    Kcal / gram. Daya bakar dilaporkan pada rentang volume 12,5 80 % di udara. Campuran 65

    70 % formaldehid di dalam udara sangat mudah terbakar. Formaldehid dapat terdekomposisi

    menjadi metanol dan karbonmonooksida pada suhu 150oC dan pada suhu 300C jika

    dekomposisi tidak menggunakan katalis. Pada tekanan atmosfer formaldehid mudah mengalami

    fotooksidasi menjadi karbondioksida (WAAC Newsletter, 2007). Larutan formaldehid atau

    larutan formalin mempunyai nama dagang formalin, formol atau mikrobisida dengan rumus

    molekul CH2O mengandung 37 % gas formaldehid dalam air. Biasanya ditambahkan 10 15%metanol untuk menghindari polimerisasi. Larutan ini sangat kuat dan dikenal dengan larutan

    formalin 40% yang mengandung 40 gram formaldehid dalam 100 ml pelarut (Cahyadi, 2006).

    B. Karakteristik FormalinFormalin atau Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal), merupakan aldehida

    berbentuknya gas dengan rumus kimia H2CO. Formaldehida awalnya disintesis oleh kimiawan

    Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867.

    Formaldehida bisa dihasilkan dari pembakaran bahan yang mengandung karbon. Terkandung

    dalam asap pada kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi,

    formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana dan hidrokarbon

    lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali juga dihasilkan sebagai

    metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia (Reuss 2005).

    Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi bisa larut dalam

    air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk dagang formalin atau

    formol ). Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi dan sedikit sekali yang ada dalam

    bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini mengandung beberapa persen metanol untuk

    membatasi polimerisasinya. Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar

    antara 10%-40%. Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya

    aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehida merupakan

    elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik dan sanyawa aromatik sertabisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena. Dalam keberadaan katalis basa,

    formaldehida bisa mengalami reaksi Cannizzaro, menghasilkan asam format dan metanol.

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Formalin 1

    6/18

    Laboratorium Biokimia Pangan Dan Gizi

    Progam study Pendidikan BiologiFKIP

    UMSurabaya

    Page | 6

    kesehatan dan keamanan bahan pangan

    Formaldehida bisa membentuk trimer siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer linier polioksimetilena.

    Formasi zat ini menjadikan sifat-sifat gas formaldehida berbeda dari sifat gas ideal, terutama

    pada tekanan tinggi atau udara dingin. Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen atmosfer

    menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup serta diisolasi supaya tidak

    kemasukan udara (Reuss 2005).

    C. Fungsi FormalinFormalin banyak digunakan dalam berbagai jenis industri seperti pembuatan perabot dan

    juga digunakan sebagai bahan campuran dalam pembuatan bangunan. Selain itu, formalin juga

    digunakan sebagai bahan pengawet mayat dan agen fiksasi di laboratorium. Bahan pengawet ini,

    menurut Kepala Pusat Penelitian Kimia LIPI, Dr. Leonardus Broto Kardono (2006).

    Penggunaan formalin diantaranya adalah sebagai berikut:

    a. Pembunuh kuman sehingga digunakan sebagai pembersih lantai, gudang, pakaian dan

    kapal.

    b. Pembasmi lalat dan serangga.

    c.

    Bahan pembuat sutra bahan, zat pewarna, cermin kaca dan bahan peledak.

    d. Dalam dunia fotografi digunakan sebagai pengeras lapisan gelatin dan kertas.

    e. Bahan pembentuk pupuk berupa urea.

    f. Bahan pembuatan produk parfum.

    g. Pencegah korosi untuk sumur minyak.

    h. Bahan untuk isolasi busa.

    i. Bahan perekat untuk produk kayu lapis (plywood)

    (Oke, 2008).

    Mekanisme formalin sebagai pengawet adalah jika formaldehid bereaksi dengan protein

    sehingga membentuk rangkaian-rangkaian antara protein yang berdekatan. Akibat dari reaksitersebut protein mengeras dan tidak dapat larut (Herdiantini, 2003). Sifat penetrasi formalin

    cukup baik, tetapi gerakan penetrasinya lambat sehingga walaupun formaldehid dapat digunakan

    untuk mengawetkan sel-sel tetapi tidak dapat melindungi secara sempurna, kecuali jika diberikan

    dalam waktu lama sehingga jaringan menjadi keras (Herdiantini, 2003).

    D. Karakteristik Sampel1. Tahu

    Tahu merupakan hasil olahan dari bahan dasar kacang kedelai melalui proses pengendapan

    dan penggumpalan oleh bahan penggumpal. Tahu ikut berperan dalam pola makan sehari-hari

    sebagai lauk pauk maupun sebagai makanan ringan. Kacang kedelai sebagai bahan dasar tahu

    mempunyai kandungan protein sekitar 30-45%. Dibandingkan dengan kandungan protein bahanpangan lain seperti daging (19%), ikan (20%) dan telur (13%), ternyata kedelai merupakan bahan

    pangan yang mengandung protein tertinggi. Penggunaan CaSO4 merupakan cara penggumpalan

    tradisional yang dapat menghasilkan tahu yang bermutu baik (Tim Pengajar Pendidikan Industri

    Tahu, 1981).

    Tahu termasuk bahan makanan yang berkadar air tinggi. Besarnya kadar air dipengaruhi

    oleh bahan penggumpal yang dipakai pada saat pembuatan tahu. Bahan penggumpal asam

    menghasilkan tahu dengan kadar air lebih tinggi dibanding garam kalsium. Bila dibandingkan

    dengan kandungan airnya, jumlah protein tahu tidak terlalu tinggi, hal ini disebabkan oleh kadar

    airnya yang sangat tinggi. Makanan-makanan yang berkadar air tinggi umumnya kandungan

    protein agak rendah. Selain air, protein juga merupakan media yang baik untuk pertumbuhanmikroorganisme pembusuk yang menyebabkan bahan mempunyai daya awet rendah (Hamid,

    2012).

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Formalin 1

    7/18

    Laboratorium Biokimia Pangan Dan Gizi

    Progam study Pendidikan BiologiFKIP

    UMSurabaya

    Page | 7

    kesehatan dan keamanan bahan pangan

    Tahu diproduksi dengan memanfaatkan sifat protein, yaitu akan menggumpal bila bereaksi

    dengan batu tahu. Penggumpalan protein oleh batu tahu akan berlangsung secara cepat dan

    serentak di seluruh bagian cairan sari kedelai, sehingga sebagian besar air yang semula

    tercampur dalam sari kedelai akan terperangkap di dalamnya. Pengeluaran air yang terperangkap

    tersebut dapat dilakukan dengan memberikan tekanan. Semakin besar tekanan yang diberikan,semakin banyak air dapat dikeluarkan dari gumpalan protein. Gumpalan protein itulah yang

    kemudian disebut sebagai tahu (Bayuputra, 2011).

    Kandungan air di dalam tahu ternyata bukan merupakan hal yang merugikan. Oleh

    beberapa pengusaha, hal tersebut justru dimanfaatkan untuk memproduksi tahu dengan tingkat

    kekerasan yang rendah (tahu gembur). Dalam proses pembuatan tahu gembur, air yang

    dikeluarkan hanya sebagian kecil, selebihnya dibiarkan tetap berada di dalam tahu. Dengandemikian, akan dihasilkan tahu yang berukuran besar namun gembur (Bayuputra, 2011).

    Tabel 1. Kandungan gizi tahu

    No Unsur gizi Kadar/100 g bahan tahu1 Energi (kal) 79

    2 Protein (g) 7,8

    3 Mineral (g) 2,2

    4 Kalsium (mg) 124

    5 Fosfor (mg) 63

    6 Zat besi (mg) 0,8

    7 Vitamin A (mcg) 0

    8 Vitamin B (mg) 0.06

    9 Air 12,5

    Sumber : (Bayuputra, 2011)

    2. Ikan asin

    Ikan sebagai bahan makanan yang mengandung protein tinggi dan mengandung asam

    amino essensial yang diperlukan oleh tubuh, disamping itu nilai biologisnya mencapai 90%,

    dengan jaringan pengikat sedikit sehigga mudah dicerna (Adawyah, 2007). Ikan merupakan

    komoditi ekspor yang mudah mengalami pembusukan dibandingkan produk daging, buah dan

    sayuran. Pembusukan pada ikan terjadi karena beberapa kelemahan dari ikan yaitu tubuh ikan

    mengandung kadar air tinggi (80%) dan pH tubuh mendekati netral, sehingga memudahkan

    tumbuhnya bakteri pembusuk, daging ikan mengandung asam lemak tak jenuh berkadar tinggi

    yang sifatnya mudah mengalami proses oksidasi sehingga seringkali menimbulkan bau tengik,

    jaringan ikat pada daging ikan sangat sedikit sehingga cepat menjadi lunak dan mikroorganismecepat berkembang.

    Oleh karena beberapa kelemahan tersebut, para produsen melakukan penghambatan

    kebusukan dari ikan dengan membuat kondisi lingkungan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan

    mikroba, sehingga mikroba dapat ditekan pertumbuhannya. Salah satu cara yang dilakukan yaitu

    dengan proses penggaraman dan pengeringan yang kemudian hasil produksinya disebut dengan

    ikan asin. Ikan asin diproduksi dari bahan ikan segar atau ikan setengah basah yang ditambahkan

    garam 15-20%. Walaupun kadar air didalam tubuh ikan masih tinggi 30-35 persen, namun ikan

    asin dapat disimpan agak lama karena penambahan garam yang relatif tinggi tersebut. Untuk

    mendapatkan ikan asin berkualitas bahan baku yang digunakan harus bermutu baik, garam yang

    digunakan biasanya garam murni berwarna putih bersih. Garam ini mengandung kadar natriumchlorida (NaCl) cukup tinggi, yaitu sekitar 95 %. Komponen yang biasa tercampur dalam garam

    murni adalah MgCl2 (magnesium chlorida), CaCl2 (calsium chlorida), MgSO4 (magnesium

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Formalin 1

    8/18

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Formalin 1

    9/18

    Laboratorium Biokimia Pangan Dan Gizi

    Progam study Pendidikan BiologiFKIP

    UMSurabaya

    Page | 9

    kesehatan dan keamanan bahan pangan

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. ALAT DAN BAHAN

    1.

    Tabung reaksi dan rak.2.

    Pipet tetes.

    3. Gelas kimia.

    4.

    Alat penangas (kompor, bunzen/lampu spiritus).

    5. Timbangan teknis Ohaus/timbangan roti.

    6. Formalin komersial 37% dari merck.

    7. Aquades.

    8. Teskit Formalin (PT. ET Group Indonesia).9.

    Bahan Makanan dari pasar (ikan asin).

    B. CARA KERJA

    1.

    Prosedur Uji kualitatifa. Uji Kualitatif dengan Kit Uji Formalin (Teskit Formalin ET-Easy Test)

    1). Cincang iris kecil-kecil atau blender bahan yang akan diuji. Ambil 10 g (sekitar 1

    sendok makan).

    2). Tambahkan 20 ml (Sekitar 2 sendok makan) air panas, lalu aduk dan biarkan dingin.

    3). Ambil 5 ml air campuran (airnya saja), kemudian tambahkan 4 tetes Reagen A dan 4

    tetes Reagent B. Kocok sebentar dan tunggu 5-10 menit. Amati perubahan warna yang

    terbentuk. Jika terbentuk warna ungu sampai ungu tua, berarti bahan makanan yang

    diuji positif mengandung formalin (PT. ET Group Indonesia).

    b. Uji Kualitas dengan Reagen Acetilaseton dan Reagen Amoniumasetata

    1). Menghaluskan sampel di dalam lumping porslen.

    2). Menimbang sampel yang telah dihaluskan 10 g, kemudian melarutkan dengan

    aquades sebanyak 100 ml dan menggojlok beberapa kali (dekantir) selama 30 menit.

    3). Menyaring filtrate sampel dan memasukkan 10 ml filtrate ke dalam labu takar 50 ml,

    kemudian menambahkan 10 ml larutan acetilaseton, 10 ml ammonium asetat dan

    menggenapkan volume dengan aquades samapai tanda batas.

    4). Memanaskan labu ukur takar yang telah ditutup didalam penangas air selama 15menit pada suhu 400C.

    5). Mengamati perubahan warna yang terjadi, adanya formalin ditunjukkan dengan

    munculnya warna ungu muda sampai ungu tua.

    2. Prosedur Uji Kualitas

    a. Pembuatan Larutan dan Kurva Standart Formalin

    1). Membuat larutan standard formalin 1000 ppm dengan menempatkan larutan formalin

    sebanyak 0,25 ml (formalin 37% Merk) kedalam labu takar 100 ml. kemudian

    mengencerkan dengan aquades samapai tanda batas.

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Formalin 1

    10/18

    Laboratorium Biokimia Pangan Dan Gizi

    Progam study Pendidikan BiologiFKIP

    UMSurabaya

    Page | 10

    kesehatan dan keamanan bahan pangan

    2). Kemudian, membuat seri larutan standard formalin kosentrasi 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, dan 10

    ppm dengan konsentrasi yang akan dibut ke dalam labu takar 100 ml dan mengencerkan

    dengan aquades samapai batas.

    3). Mengambil masing-masing seri larutan standard formalin sebanyak 10 ml dan dimasukkankedalam labu takar 50 ml. Kemudian, menambahkan 10 ml larutan acetilaseton, 10 ml

    ammonium asetat dan menggenapkan dengan aquades sampai tanda batas.

    4). Memanaskan labu takar yang telah ditutupi di dalam penangas air selama 15 menit pada suhu

    400C.

    5). Mengangkat dan mendinginkan semua labu pada suhu kamar yang terhindar dari cahaya

    selama 1 jam. Kemudian, memindahkan larutan sampel ke dalam kuvet dan mengukur

    asorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 412 nm. Sebagai larutan

    balngko menggunakan aquades.

    6). Mencatat hasil asorbansi semua seri konsentrasi standard formalin dalam tabel. Memflothubungan antara kosentrasi dan asorbansi larutan standard formalin, kemudian membuat

    persamaan regresi linier yang akan digunakan unyuk menghitung kadar formalin dalam

    sampel.

    b. Penentuan Kadar Formalin Sampel.

    1). Mengambil 10 ml filtrate dari masing-masing perlakuan ke dalam labu takar 50 ml,

    Kemudian menambahkan 10 ml larutan acetilaseton, 10 ml ammonium asetat dan

    mengenapkan volume dengan aquades sampai tanda batas.

    2). Memanaskan labu takar yang telah ditutupi di dalam penangas air selama 15 menit pada suhu

    400C.

    3). Mengangkat dan mendinginkan semua labu pada suhu kamar yang terhindar dari cahaya

    selama 1 jam. Kemudian, memindahkan larutan sampel ke dalam kuvet dan mengukur

    asorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 412 nm.

    4). Mencatat hasil asorbansi semua smapel dalam tabel dan menentukan kadar formalin

    berdasarkan persamaan regresi hasil dari seri larutan standard formalin.

    c. Prosedur Pemakaian Spectronic-20 Bausch-Lomb

    1). Putar tombol (1) (tombol on/off yang di sebelah kiri) ke kanan. Biarkan 1 menit untuk

    memanaskan alat. Atur tombol sampai menujukkan angka 0 pada petunjuk % (layar

    penunjuk serapan).

    2). Putar tombol (2) (tombol yang ada disebelah atas alat) untuk memilih panjang gelombang

    sesuai dengan panjang gelombang yang diinginkan.

    3). Masukkan kuvet yang berisi paling sedikit 3 ml aquades ke dalam tempat sampel (sebelum

    memasukkan kuvet, pastikan bahwa kuvet dalam keadaan kering dengan mengeringkannya

    menggunakan kertas tissue). Tutup penutup tempat sampel.

    4). Putar tombol (3) (tombol yang terletak disebelah kanan). Sehingga %T pada layar penunjuk

    serapan menujukkan angka 100 atau A menunjukkan 0.

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Formalin 1

    11/18

    Laboratorium Biokimia Pangan Dan Gizi

    Progam study Pendidikan BiologiFKIP

    UMSurabaya

    Page | 11

    kesehatan dan keamanan bahan pangan

    5). Angka kuvet yang berisi aquades dari tempat sampel (6). Gnati isi kuvet dengan larutan

    balnko , baca serapannya. Ganti larutan blanko dalam kuvet dengan larutan standard atau

    larutan uji. Baca serapannya (Soewoto, dkk. 2001).

    Contoh :Data hasil pengkuran kadar formalin pada larutan standard, seperti disajikan pada tabel 1 di

    bawah ini.

    Tabel 1. Hasil Asorbansi Spektofometer Larutan Standar.

    Konsentrasi Absorban

    0 0

    1 0,009

    2 0,016

    3 0,035

    4 0,0685 0,094

    6 0,122

    7 0,165

    8 0,187

    9 0,205

    10 0,231

    Penentuan kadar formalin pada sampel berdasarkan grafik larutan dengan persamaan regresi

    Y=0,025X-0,022, sebagai berikut:

    Persamaan :

    Y= 0,022X-0,022, dimana Y = nilai hasil absorbansi, X = kadar formalin.

    jika diketahui hasil absorbansi sampel 0,208 dan sampel yang digunakan 2 g, maka kadar

    formalin dalam mg/kg (ppm) adalah :

    X={[Y + 0,022)/0,025]/berat sampel} X 1000

    ={[0,208 + 0,022)/0,025]/2} X 1000

    =4600 mg/kg (ppm)

    Atau = 4600/10.000 = 1,46%

    Jadi, Kadar formalin dalam bahan makan adalah 4600 ppm atau 0,46%.

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Formalin 1

    12/18

    Laboratorium Biokimia Pangan Dan Gizi

    Progam study Pendidikan BiologiFKIP

    UMSurabaya

    Page | 12

    kesehatan dan keamanan bahan pangan

    1. Uji Kualitas Formalin

    a. Uji Formalin dengan Test Kit

    - Dihaluskan.

    -

    10 g dilarutkan 20 ml air panas, dikocok

    (dekantir selama 30 menit, biarkan

    dingin)

    - Disaring filtratnya

    -

    - Ditambahkan 4 tetes Reagen A dan 4

    tetes Reagen B

    - Dikocok sebentar dan biarkan 5-10

    menit.

    SAMPEL

    5 ml filtrate sampel dimasukkan ke dalam

    tabung reaksi

    HASIL POSITIF : Larutan berwarna ungu

    terang samapi gelap

    HASIL NEGATIF : Larutan tidak berubah

    warna

    DITERUSKAN UJI KUANTITATIF

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Formalin 1

    13/18

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Formalin 1

    14/18

    Laboratorium Biokimia Pangan Dan Gizi

    Progam study Pendidikan BiologiFKIP

    UMSurabaya

    Page | 14

    kesehatan dan keamanan bahan pangan

    PEMBAHASAN

    Pada praktikum ini kami meneliti 4 macam bahan makan yaitu udang kering, ikan asin,

    terasi dan tahu pada keempat bahan tersebut ada yang positif mengandung formalin dan ada juga

    yang hasilnya negative atau tidak mengandung formalin.Kami dapat menilai bahan pangan tersebut positif mengandung formalin dengan

    menggunakan uji kealitatif formalin dengan menggunakan Test Kit, yaitu dengan cara melihat

    warna bahan makanan tersebut dengan mata telanjang sesudah pemberian perlakuan yakni

    sesudah diberi 4 tetes Reagen A dan 4 tetes Reagen B (Test Kit).

    Dari hasil pengmatan tabel yang pertama yaitu pengmatan pada ikan udang kering warna

    pertama menujukkan coklat moca kemudian sesudah diberi perlakuan yaitu pemberian Reagen A

    dan Reagen B (Test kit) warnanya berubah menjadi ungu agak pekat dengan indicator ++, hal

    tersebut dapat membuktikan bahwa bahan makanan ikan udang kering positif mengandung

    formalin.

    Dari hasil pengmatan tabel yang kedua yaitu pengmatan pada ikan udang kering warna

    pertama menujukkan coklat moca kemudian sesudah diberi perlakuan yaitu pemberian Reagen A

    dan Reagen B (Test kit) warnanya berubah menjadi ungu agak pekat dengan indicator ++, hal

    tersebut dapat membuktikan bahwa bahan makanan ikan udang kering positif mengandung

    formalin.

    Dari hasil pengmatan tabel yang ketiga yaitu pengmatan pada terasi warna pertama

    menujukkan coklat kemudian sesudah diberi perlakuan yaitu pemberian Reagen A dan Reagen

    B (Test kit) warnanya berubah menjadi ungu pekat dengan indicator +++, hal tersebut dapat

    membuktikan bahwa bahan makanan ikan udang kering positif mengandung formalin.

    Dari hasil pengmatan tabel yang keempat yaitu pengmatan pada ikan udang kering sama

    dengan kelompok satu dan warna pertama menujukkan coklat moca kemudian sesudah diberi

    perlakuan yaitu pemberian Reagen A dan Reagen B (Test kit) warnanya berubah menjadi ungu

    agak pekat dengan indicator ++, hal tersebut dapat membuktikan bahwa bahan makanan ikan

    udang kering positif mengandung formalin.

    Dari hasil pengmatan tabel yang kelima yaitu pengmatan pada tahu warna pertama

    menujukkan putih susu kemudian sesudah diberi perlakuan yaitu pemberian Reagen A dan

    Reagen B (Test kit) warnanya tidak berubah yakni sama dengan warna semula putih susu dengan

    indicator -, hal tersebut dapat membuktikan bahwa bahan makanan tahu negative artinya tidak

    mengandung formalin.A. APAKAH BAHAN MAKANAN YANG DIPERIKSA MENGANDUNG FORMALIN?

    BAHAN MAKANAN MANA SAJA YANG MENGANDUNG FORMALIN?

    Pada semua bahan makanan yang kami amati, tidak semuanya bahan makanan tersebut

    mengandung formalin, pada bahan makanan yang mengandung formalin yaitu:

    1. ikan asin

    2. ikan udang kering

    3. dan terasi udang

    pada ketiga sampel tersebut positif mengandung formalin hanya saja kadarnya yangmembedakan, pada kadar formalin yang sangat tinggi yaitu terdapat pada bahan makanan terasi

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Formalin 1

    15/18

    Laboratorium Biokimia Pangan Dan Gizi

    Progam study Pendidikan BiologiFKIP

    UMSurabaya

    Page | 15

    kesehatan dan keamanan bahan pangan

    udang. Sedangkan pada ikan asin dan ikan udang kering kadar formalinnya juga tinggi tetapi

    masih lebig tinggi kadar formalin yang terdapat dalam terasi udang.

    Pada bahan praktikum bahan makanan yang negative artinya tidak mengandung formalin

    yaitu:1. tahu

    karena pada saat bahan makanan tahu ini di uji warna semula yakni sebelum diberi perlakuan

    (diberi test kit) sama dengan warna sesudah diberi perlakuan (diberi test kit), dan tidak

    menjukkan adanya warna merah ataupun warna ungu. Hal tersebut yang membuktikan bahwa

    bahan makanan tahu ini negative atau tidak mengandung formalin sedikitpun.

    B.

    APAKAH ADA PERBEDAAN, SECARA FISIK, BAHAN MAKANAN TANPA

    FORMALIN DENGAN BAHAN MAKANAN BERFORMALIN?

    Berikut ini terdapat beberapa ciri penggunaan formalin, walaupun tidak terlampau khasuntuk mengenali pangan berformalin, namun dapat membantu membedakannya dari pangan

    tanpa formalin:

    1. Ikan Asin Sangat Awet

    Ikan asin yang tidak mengandung formalin biasanya cepat busuk dan rusak jika

    diletakkan di ruangan biasa. Sedangkan ikan asin yang diberi pengawet bisa tahan hingga 1

    bulan lebih.

    2. Bau Khas Ikan Asin Hilang

    Ikan asin biasanya berbau tidak sedap dan ada aroma khasnya. Jika Anda tidak mencium

    aroma tersebut dan bahkan tidak ada aroma apapun pada ikan asin itu, kemungkinan karena

    sudah dicampur formalin.

    3. Daging Lebih Keras dan Alot

    Daging ikan asin biasanya mudah hancur dan rapuh. Anda harus waspada pada ikan asin

    yang dagingnya alot, keras dan susah diambil dengan tangan. Formalin akan membuat bahan

    makanan lebih alot dan tidak mudah hancur.

    4. Tidak Dihinggapi Lalat dan Kucing Tidak Mau

    Lihatlah di bagian atas ikan asin, apakah ada lalat yang hinggap? Jika ada, itu adalah hal

    yang baik, karena lalat biasanya punya sensor lebih peka, sehingga mereka tidak mau hinggap di

    bahan makanan yang sudah tercampur bahan kimia. Coba tes juga ikan asin dengan memberinya

    pada kucing, jika kucing tampak menolak, ada kemungkinan ikan asin itu mengandung formalin.

    C. APA KADAR FORMALIN DAPAT MEMPENGARUHI KADAR ZAT GIZI LAIN

    DALAM BAHAN MAKANAN?

    Iya, karena pada bahan makanan yang mengandung formalin zat gizinya sudah

    berkurang, dan jika pada bahan makanan tersebut kadar formalinnya bertambah banyakmaka bahan makanan tersebut tidak lagi bergizi, tetapi menjadi seperti racun karena jika

    dimakan akan menimbulkan berbagai penyakit, dan bahan makanana yang mengandung

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Formalin 1

    16/18

    Laboratorium Biokimia Pangan Dan Gizi

    Progam study Pendidikan BiologiFKIP

    UMSurabaya

    Page | 16

    kesehatan dan keamanan bahan pangan

    formalin jika tertelan atau termakan oleh manusia dampeknya tidak akan timbul secara

    langsung akan tetapi jika bahan makanan tersebut tertelan atau termakan berkali-kali

    maka akan menimbulkan penyakit yang kronik.

    D.

    APA DAMPAK BAHAN MAKANAN BERFORMALIN TERHADAP KESEHATAN?

    Dampak formalin pada kesehatan manusia, dapat bersifat akut dan kronik.

    a. Akut (efek pada kesehatan manusia terlihat langsung).1) Bila terhirup akan terjadi iritasi pada hidung dan tenggorokan, gangguan pernafasan,

    rasa terbakar pada hidung dan tenggorokan serta batuk-batuk. Kerusakan jaringan dan

    luka pada saluran pernafasan seperti radang paru dan pembengkakan paru. Tanda-tanda

    lainnya meliputi bersin, radang tekak, radang tenggorokan, sakit dada, yang berlebihan,

    lelah, jantung berdebar, sakit kepala, mual dan muntah. Pada konsentrasi yang sangat

    tinggi dapat menyebabkan kematian.

    2) Bila terkena kulit akan menimbulkan perubahan warna, yakni kulit menjadi merah,

    mengeras, mati rasa dan ada rasa terbakar.3) Bila terkena mata akan menimbulkan iritasi mata sehingga mata memerah, rasanya

    sakit, gata-gatal, penglihatan kabur dan mengeluarkan air mata. Bila merupakan bahan

    berkonsentrasi tinggi maka formalin dapat menyebabkan pengeluaran air mata yang

    hebat dan terjadi kerusakan pada lensa mata.

    4) Apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit menelan,

    mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit

    kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu

    juga dapat terjadi kerusakan hati, jantung, otak, limpa, pankreas, sistem susunan syaraf

    pusat dan ginjal.

    b. Kronik (setelah terkena dalam jangka waktu yang lama dan berulang).

    1) Apabila terhirup dalam jangka waktu lama maka akan menimbulkan sakit kepala,gangguan sakit kepala, gangguan pernafasan, batuk-batuk, radang selaput lendir hidung,

    mual, mengantuk, luka pada ginjal dan sensitasi pada paru. Efek neuropsikologis meliputi

    gangguan tidur, cepat marah, keseimbangan terganggu, kehilangan konsentrasi dan daya

    ingat berkurang. Gangguan haid dan kemandulan pada perempuan. Kanker pada hidung,

    rongga hidung, mulut, tenggorokan, paru dan otak.

    2) Apabila terkena kulit, kulit terasa panas, mati rasa, gatal-gatal serta memerah,

    kerusakan pada jari tangan, pengerasan kulit dan kepekaan pada kulit, dan terjadi radang

    kulit yang menimbulkan gelembung.

    3) Jika terkena mata, yang paling berbahaya adalah terjadinya radang selaput mata.

    4) Jika tertelan akan menimbulkan iritasi pada saluran pernafasan, muntah-muntah dan

    kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal didada.

    Pemakaian formaldehida pada makanan dapat menyebabkan keracunan pada tubuh

    manusia, dengan gejala: sukar menelan, mual, sakit perut yang akut disertai muntah-

    muntah, mencret darah, timbulnya depresi susunan syaraf, atau gangguan peredaran

    darah. Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan konvulsi

    (kejang-kejang), haematuri (kencing darah) dan haimatomesis (muntah darah) yang

    berakhir dengan kematian. Injeksi formalin dengan dosis 100 gr dapat mengakibatkan

    kematian dalam waktu 3 jam.

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Formalin 1

    17/18

  • 8/10/2019 Laporan Praktikum Formalin 1

    18/18

    Laboratorium Biokimia Pangan Dan Gizi

    Progam study Pendidikan BiologiFKIP

    UMSurabaya kesehatan dan keamanan bahan pangan

    BAB V

    PENUTUP

    A. KESIMPULAN

    Pada hasil praktikum tidak semua bahan positif mengandung formalin, bahan

    yang mengandung formalin yaitu ikan udang kering, ikan asin, dan terasi hanya saja yang

    membedakan kadar formalin dari bahan makanan tersebut yaitu indikatornya.

    Sedangkan bahan makanan yang tidak mengandung formalin yaitu tahu karena

    warna tahu pada saat pemebrian perlakuan dan sesudah pemberian perlakuan warna tetap

    sama dengan indikato -.

    B. DAFTAR RUJUKAN

    Wikanta Wiwi. 2014. Pedoman Praktikum Bio Pangan dan Gizi. UniversitasMuhammadiyah. Surabaya

    F.G. winarno. 2004. kimia pangan dan gizi. gramedia pustaka utama, Jakarta.

    http://nuruszahro.blogspot.com/2014/01/laporan-boraks.html

    http://www.wikipedia.com

    http://catatankimia.com/catatan/ciri-makanan-berformalin.html

    http://www.ut.ac.id/html/suplemen/peki4422/bag%204.htm

    http://budidaya-ikan-ririwindri.blogspot.com/2011/09/perbedaan-ikan-berformalin-dan-tidak.html

    http://nuruszahro.blogspot.com/2014/01/laporan-boraks.htmlhttp://nuruszahro.blogspot.com/2014/01/laporan-boraks.htmlhttp://www.wikipedia.com/http://www.wikipedia.com/http://catatankimia.com/catatan/ciri-makanan-berformalin.htmlhttp://catatankimia.com/catatan/ciri-makanan-berformalin.htmlhttp://www.ut.ac.id/html/suplemen/peki4422/bag%204.htmhttp://www.ut.ac.id/html/suplemen/peki4422/bag%204.htmhttp://budidaya-ikan-ririwindri.blogspot.com/2011/09/perbedaan-ikan-berformalin-dan-tidak.htmlhttp://budidaya-ikan-ririwindri.blogspot.com/2011/09/perbedaan-ikan-berformalin-dan-tidak.htmlhttp://budidaya-ikan-ririwindri.blogspot.com/2011/09/perbedaan-ikan-berformalin-dan-tidak.htmlhttp://www.ut.ac.id/html/suplemen/peki4422/bag%204.htmhttp://catatankimia.com/catatan/ciri-makanan-berformalin.htmlhttp://www.wikipedia.com/http://nuruszahro.blogspot.com/2014/01/laporan-boraks.html