laporan mk itper penanaman batang bawah

21
LAPORAN MK. ILMU TANAMAN PERKEBUNAN (AGH 341) PENANAMAN BATANG BAWAH KARET Kelompok 19 Rabu : Yeyen Novitasari A24120127 Afriansyah D Nst A24130041 Santi Indah Lestari A34120062 Mochammad Azkari H A44120073 Desyta Nugraheni I34120098 Asisten : Miftahul Dosen : Dr. Ir. Ade Wachjar, MS Dr. Ir. Ahmad Junaedi, M.Si Dr. Ir. Supijatno, M.Si Dr. Ir. Suwarto, MS DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Upload: alvian-rizky

Post on 25-Sep-2015

98 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

laporan itper karet

TRANSCRIPT

LAPORAN MK. ILMU TANAMAN PERKEBUNAN (AGH 341)PENANAMAN BATANG BAWAH KARETKelompok 19 Rabu :Yeyen NovitasariA24120127Afriansyah D Nst A24130041Santi Indah LestariA34120062Mochammad Azkari H A44120073Desyta Nugraheni I34120098

Asisten :MiftahulDosen :Dr. Ir. Ade Wachjar, MSDr. Ir. Ahmad Junaedi, M.SiDr. Ir. Supijatno, M.SiDr. Ir. Suwarto, MS

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURAFAKULTAS PERTANIANINSTITUT PERTANIAN BOGOR2015

PENDAHULUANLatar BelakangKaret (termasuk karet alam) merupakan kebutuhan yang vital bagi kehidupan manusia sehari-hari, hal ini terkait dengan mobilitas manusia dan barang yangmemerlukan komponen yang terbuat dari karet seperti ban kendaraan,conveyor belt, sabuk transmisi,dock fender, sepatu dan sandal karet.Karet alam adalah salah satu komoditi perkebunan yang strategis bagi Indonesia. Ditinjau dari luas areal dan poduksi, karet Indonesia didominasi oleh perkebunan besar negara dan perkebunan besar swasta (BBPPTP 2013). Tanaman karet memiliki umur ekonomis 20-30 tahun. Oleh karena itu, persiapan bibit harus dilaksanakan dengan benar agar dapat memberikan jaminan sesuai umur ekonomisnya. Tanaman karet memerlukan waktu 4-5 tahun untuk dapat disadap, oleh karena itu pembangunan perkebunan karet memerlukan investasi jangka panjang dengan masa tenggang 4-5 tahun (BBPPTP 2013).Semakin meningkatnya kebutuhan karet maka diperlukan teknologi dalam hal pengelolaan perkebunan karet. Salah satunya dengan pengelolaan bahan tanam karet yang memiliki produktivitas tinggi. Tanaman karet diperbanyak melalui okulasi, sehingga untuk menghasilkan bibit yang baik perlu mempersiapkan adanya batang bawah dan batang atas. Batang bawah berupa tanaman semaian dan biji-biji dari klon anjuran, sedangkan untuk batang atas berasal dari mata klon-klon anjuran. Untuk mendapatkan bibit yang bermutu baik perlu mempersiapkan kebun batang bawah dan kebun batang atas (entres) yang dibangun sesuai dengan standar yang dianjurkan, mulai dari pemilihan lokasi sampai dengan pengelolaannya. Benihtanaman karetyang dibutuhkan untuk penanaman batang bawah sebaiknya merupakan tanaman yang berasal dari benih yang berkualitas sehingga pohon yang dihasilkan memiliki batang bawah dan akar yang kuat. Penggunaan penanaman benih berkualitas adalah untuk membentuk batang bawah yang kuat, yang nantinya akan digunakan untuk okulasi. Penggunaan bahan tanam karet yang dianjurkan adalah bahan tanam yang diperbanyak secara okulasi. Hal ini dikarenakan dibandingkan dengan bibit semaian, penggunaan bahan tanam secara okulasi sangat menguntungkan karena mempunyai produktivitas lebih tinggi dan tanaman lebih seragam sehingga produksi pada tahun sadap pertama lebih banyak serta memiliki sifat sekunder yang diinginkan seperti tahan terhadap penyakit tertentu, batang tegap, responsif terhadap stimulan dan pupuk serta volume kayu perpohon tinggi .

TujuanTujuan praktikum ini adalah mengetahui metode yang paling efisien untuk pengujian viabilitas benih karet dan mengerahui adakah kesamaan hasil pada tiga metode yang digunakan.

TINJAUAN PUSTAKATanaman karet (Hevea brasiliensis) adalah tanaman tahunan, yang merupakan salah satu komoditi unggulan tanaman perkebunan. Pengembangan perkebunan karet memberikan peranan penting bagi perekonomian nasional yaitu sebagai sumber devisa, bahan baku industri dan berperan dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Woelan (2012) dalam BBPPTP (2013) menyatakan rata-rata produktivitas sampai saat ini masih tergolong rendah yaitu 600 700 kg/ha/th (2,37 ton). Rendahnya produktifitas ini selain penerapan teknologi budidaya seperti pemupukan dan pemeliharaan kurang, yang lebih pokok adalah masalah penggunaan bahan tanam. Penggunaan benih unggul bermutu untuk komoditi karet masih 41% (Disbun Sumut, 2012 dalam BBPPTP, 2013).Menggunakan bahan tanam karet yang bermutu merupakan kunci sukses menuju agribisnis karet yang menguntungkan secara berkesinambungan. Kesalahan dalam memilih bahan tanam karet akan dirasakan selama umur ekonomis tanaman. Suhendry I (2012) dalam BBPPTP (2013) menyatakan bahwa penggunaan bibit tidak bermutu akan berakibat :1. Tanaman yang tidak berkualitas memiliki heterogenitas tinggi, pertumbuhan2. lambat dan produktivitas lambat.3. Pemeliharaan yang optimal tetap tidak memberikan manfaat.4. Tidak ada sistem eksploitasi yang mampu memberikan hasil tinggi dalam jangka panjang secara konsisten.Sehingga penggunaan benih berkualitas yang membawa sifat genetik unggul (klon unggul) mutlak harus dilaksanakan. Bibit bermutu haruslah secara fisik memenuhi ukuran pertumbuhan yang normal, secara fisiologi memiliki daya hidup yang baik, dan secara genetis terdiri dari klon yang asli dan murni (BBPPTP, 2013).Tanaman karet yang ditumbuhkan seragam di lapangan, sangat bergantung pada penggunaan bibit hasil okulasi yang entresnya diambil dari kebun entres yang memiliki klon yang murni. Kegiatan pemuliaan karet di Indonesia sendiri telah menghasilkan klon-klon karet unggul sebagai penghasil lateks dan penghasil kayu.Persiapan bahan tanam tanaman karet dilakukan jauh hari sebelum penanaman.Tiga komponen bahan tanam yang perlu disiapkan, yaitu: batang bawah (root stoct), entres/batang atas (budwood), dan okulasi (grafting) pada penyiapan bahan tanam.(Hendroyono dan Wijayani 1994).Persiapan batang bawah merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh bahan tanam yang mempunyai perakaran kuat dan daya serap hara yang baik. Untuk mencapai kondisi tersebut, diperlukan pembangunan pembibitan batang bawah yang memenuhi syarat teknis yang mencakup persiapan tanah pembibitan, penanganan benih, perkecambahan, penanaman kecambah, serta usaha pemeliharaan tanaman di pembibitan. Bahan tanam telah siap, kemudian dilakukan okulasi. Okulasi merupakan salah satu teknik perbanyakan tanaman secara vegetatif dengan menempelkan mata tunas dari suatu tanaman kepada tanaman lain yang dapat bergabung (kompatibel) dengan tujuan menggabungkan sifat-sifat yang baik dari setiap komponen sehingga di peroleh pertumbuhan dan produksi yang baik. Keunggulan yang diharapkan dari batang bawah secara umum adalah sifat perakarannya yang baik, sedang dari batang atas adalah produksilatexyang baik. Bibit yang di okulasi ini ditumbuhkan di lapangan disebut sebagai tanaman okulasi, sedangkan tanaman asal biji yang di tumbuhkan dilapangan disebut tanaman semai (Simanjuntak, 2010).Tanaman yang akan dijadikan batang bawah pada okulasi adalah tanaman hasil perbanyakan generatif (biji). Walaupun merupakan hasil perbanyakan generatif, batang bawah juga memiliki kon-klon anjuran yang sebaiknya digunakan untuk proses okulasi. Batang bawah yang dianjurkan, selain memiliki kelebihan dalam perakaran dan ketahanan terhadap serangan organisme pengganggu tanaman, juga memiliki kelebihan yaitu lebih kompatibel dengan klon-klon yang dianjurkan sebagai batang atas. Beberapa klon anjuran untuk batang bawah adalah GT1, PR 300, AVROS 2037, PR 228, dan LCB 1320 (BBPPTP, 2013).Tanaman karet hasil okulasi merupakan tanaman klonal yang pertumbuhannya seragam, sifat karakteristiknya lebih mendekati induknya dan variasi antar individu relatif sangat kecil. Dalam perbanyakan okulasi terdapat dua bagian tanaman yang disambung yaitu batang bawah yang dilengkapi dengan akar dan batang atas yang akan diharapkan hasilnya. Batang bawah merupakan tanaman dari biji (seedling). Dimana genetik biji untuk batang bawah sangat menentukan kejaguran dan produksi tanaman karet. Batang bawah diharapkan memiliki perakaran yang kuat dan memiliki daya serap zat hara yang baik. Perbanyakan dengan okulasi memerlukan dukungan kebun entres sebagai sumber mata entres. Mutu fisik batang atas juga menyangkut kesegaran kayu okulasi. Kayu okulasi sebagai sumber mata okulasi sebaiknya segera dipakai setelah pemotongan dari tanaman induknya. Mata tunas yang baik adalah yang berasal dari kebun entres yang sehat, umurnya hampir sama dengan umur bibit batang bawah dan jenis mata untuk okulasi coklat (umur batang bawah 7 bulan dan berwarna coklat) adalah mata ketiak daun. Standar mutu mata okulasi atau entres ialah (Siagian, 2010): berasal dari kebun entres yang terawat baik sesuai anjuran,umur kayu okulasi setelah penyerongan kurang dari 3 hari dan jaringan masih segar, berasal dari klon anjuran komersial dengan kemurnian 100%, mata tunas yang berasal dari ketiak daun digunakan untuk okulasi coklat (umur batang bawah 7 bulan dan berwarna coklat) dan mata sisik yang berasal dari daun yang rudimenter digunakan untuk okulasi tanaman muda (3-4 bulan).Pengadaan benih sebagai sumber batang bawah merupakan tahap awal dari suatu proses pertanaman dan sangat menentukan keberhasilan suatu program penanaman. Biji karet yang dikumpulkan dari pohon pada saat masak fisiologis, dimana biji akan merekah dan jatuh dari pohon. Dengan demikian kebun sumber benih hendaknya mendapat perlakuan sebagai berikut (Siagian, 2010 dalam BBPPTP, 2013): Satu bulan sebelum biji jatuh, areal dibawah pohon dibersihkan/disiangi dan dibebaskan dari biji-biji yang lama. Kemudian pengumpulan biji dilakukan secara serentak setiap dua hari sekali.Biji untuk batang bawah berasal dari kebun monoklonal yang memiliki luasan minimal 10 ha dan dari klon anjuran. Hal ini dikarenakan penyerbukan bunga dilakukan oleh serangga sehingga induk betina dapat diketahui dengan pasti sedangkan induk jantan tidak diketahui pasti. Maka luasan sumber benih ditentukan dan dari kebun monoklonal, dengan harapan penyerbukan bunga yang dibantu oleh serangga berasal dari serbuk sari yang sama dengan induk betina. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi produksi biji karet antara lain umur tanaman, jarak tanaman, keadaan penyakit daun/bunga, pemupukan, sifat fertilitas bunga dan pengaruh iklim (IPB 2012). Dalam Napitupulu menyatakan bahwa makin dewasa pohonnya, produksi buah makin banyak dan kemudian menurun pada tanaman tua. Dikatakan bahwa hasil yang paling banyak terdapat pada umur antara 10 20 tahun.Biji yang telah dikumpul diseleksi untuk memisahkan biji yang baik dan jelek agar diperoleh mutu biji yang bernas. Seleksi biji dilakukan secara manual dan visual atau menggunakan alat pental biji karet. Adapun seleksi secara manual biji memiliki ciri-ciri antara lain warna benih mengkilap, permukaan licin, bentuk normal, tidak cacat dan bebas penyakit serta memiliki daya pantul yang tinggi dan nyaring apabila dijatuhkan di lantai. Seleksi secara visual dengan uji kesegaran biji dengan cara membelah biji dan diamati endosperm (daging buah) dan kotiledonnya (keping lembaga). Uji kesegaran ini sebagai pendugaan kecambah. Jika kesegaran biji tinggi, maka daya kecambah juga tinggi. Sebaiknya kesegaran biji tidak kurang dari 70% dan biji karet yang mempunyai kesegaran dibawah 50% tidak dapat diterima untuk benih batang bawah (Siagian 2010). Biji yang tergolong baik mempunyai ciri sebagai berikut (Siagian, 2012): daging buah (endosperm) menunjukkan warna putih dan masih segar, serta kotiledon masih rapat (kelas I), daging buah berwarna putih agak kekuningan, kotiledon terbuka tidak lebih dari 1 mm (kelas II), dan jika daging buah berwarna kuning, kuning kehitaman serta lembek dan berminyak maka biji sudah jelek dan tidak akan mampu tumbuh menjadi kecambah normal (biji afkir masuk kelas III dan IV).

BAHAN DAN METODEBahan dan AlatBahan yang digunakan dalam praktikum penanaman batang bawah karet adalah bibit karet hasil persilangan alami yang berkecambah di sekitar pertanaman karet . Benih karet yang telah berkecambah (kongkoak) diambil sebanyak 20 buah yang sehat dan memiliki perakaran yang lurus dan benih karet sebanyak 25 buah.Alat yang digunakan dalam praktikum penanaman batang bawah karet terdiri atas 3 buah cangkul, 1buah kored, tali rafia, meteran, ajir, 1 buah pisau, dan 1 buah ember.

Metode KerjaMetode kerja yang diterapkan dalam praktikum penanaman batang bawah karet terdiri atas:1. Setiap kelompok mengambil benih karet yang telah berkecambah di sekitar pertanaman karet sebanyak 20 buah dengan kriteria sehat dan memiliki perakaran yang lurus,2. Setiap kelompok mengambil 25 benih karet dan mengujinya dengan tiga metode, yaitu pemantulan, perendaman, dan pengamatan endosperm,3. Seluruh kelompok melakukan pembersihan gulma dan penggemburan tanah sebagai lahan untuk pembibitan karet sebagai tanaman batang bawah,4. Setiap kelompok membuat bedengan sebagai tempat pembibitan karet di tempat yang sudah dibersihkan dan digemburkan,5. Setiap kelompok melakukan pengajiran dengan jarak tanam 60 cm x 40 cm x 40 cm (jarak pagar ganda) dengan meteran dan rafia,6. 60 cm adalah jarak tanam antar kelompok, setiap kelompok menanam dalam 2 baris dengan 40 cm jarak antar baris dan 40 cm dalam baris,7. Daun bibit karet yang telah diambil kemudian dipotong bagian untuk mengurangi respirasi dan pemotongan akar untuk menghilangakan akar sekunder,8. Tanam bibit karet yang sudah dipotong daunnya dan dibersihkan perakaran kedalam lubang tanam sesuai jarak tanam,9. Padatkan tanah dengan bibit karet yang sudah ditanam agar perakaran menyetuh dengan tanah,10. Lakukan penyiraman pada bibit karet yang sudah ditanam, dan11. Lakukan penghitungan HOK dan akhiri dengan berdoa.

HASIL DAN PEMBAHASANHasilHOK = 5/7 X 1,3 = 0,92 HKNoPantulPerendamanWarna endosperm

YaTidaktenggelammelayangterapungputihkuningCoklat/hitam

1---

2---

3---

4---

5---

6---

7---

8---

9---

10---

11---

12---

13---

14---

15---

16---

17---

18---

19---

20---

21---

22---

23---

24---

25---

Jumlah71802502500

-PembahasanKegiatan praktikum yang kami lakukan adalah menguji viabilitas benih karet dengan tiga metode yaitu pantulan, perendaman, dan pengamatan endosperm serta melakukan penanaman kongkoak untuk batang bawah karet. Ketika biji karet tersebut kondisinya baik maka biji karet akan memantul dengan ketinggian sekitar 20 cm. Apabila biji karet tersebut tidak memantul menunjukan bahwa biji tersebut tidak baik. Namun pada metode perendaman biji dengan air semua biji dinilai baik karena biji-biji karet tersebut melayang. Metode pemantulan dengan metode perendaman tidak sinkron karena seharusnya biji-biji karet yang tidak mantul, ketika diuji dengan metode perendaman seharusnya biji-biji tersebut tenggelam atau terapung. Penggunaan metode pemeriksaan kesegaran pada endosperm benih benih yang tidak mantul memiliki kondisi yang baik pada bagian endospermnya. Hal ini ditujukkan dengan warna endosperm yang putih dan masih segar. Sehingga benih yang diuji dengan metode pemantulan, dan tidak mantul kemungkinan kondisinya masih bagus.Berdasarkan pada tabel diatas dari data pantulan menunjukkan bahwa dari 25 benih, hanya 7 yang memantul, pada metode perendaman semua benih melayang, dan pada pengamatan endosperm semua endosperm berwarna putih. Berdasarkan hasil yang disimpulkan bahwa metode pengujian benih dengan pantulan tidak memiliki hasil yang sama dengan metode yang lain.Biji karet tergolong rekalsitran maka biji yang telah dipilih dan diseksi harus segera disemaikan dan paling lama 6 hari dari biji jatuh (Dalimunte 2004). Untuk biji yang telah jatuh lebih dari tiga hari, disarankan dilakukan perendaman satu sampai dua malam dalam air mengalir sebelum disimpan untuk meningkatkan kadar air. Jika biji tidak langsung dikemas, maka penyimpanan dilakukan dengan cara ditebar di lantai di area terlindung dari sinar matahari langsung, lama penyimpanan dapat mencapai 4-5 hari dengan daya tumbuh 60%. Untuk pengiriman jarak jauh, pengawetan dillakukan dengan cara mengemas biji didalam kantong plastik berlubang ditambah serbuk gergaji yang lembab.Kegiatan kedua yang kami lakukan adalah melakukan penanaman kongkoak atau bibit karet untuk batang bawah. Bibit karet yang menjadi batang bawah memiliki syarat tanaman harus lurus hingga akar. Sebelum dilakukan penanaman, jumlah daun pada bibit dikurangi hingga 1/3 untuk mengurangi transpirasi. Akar sekunder pada bibit juga dibuang, hal ini dikarenakan untuk menginduksi pertumbuhan akar. Bibit tersebut ditanam dengan jarak tanam 60 cm x 40 cm x 40 cm. Setelah melakukan penanaman maka tanaman disiram dengan air. HOK yang dihasilkan untuk melakukan 2 kegiatan tersebut adalah 0,92 HK.

KESIMPULANDilihat dari hasil yang didapatkan dapat disimpulkan bahwa antara cara pengujian dengan diuji dengan air tidak terjadi persamaan hasil, sedangkan penggunaan metode pemeriksaan kesegaran pada endosperm benih-benih yang tidak mantul memiliki kondisi yang baik pada bagian endospermnya. Hal ini ditujukkan dengan warna endosperm yang putih dan masih segar. Sehingga benih yang diuji dengan metode pemantulan, dan tidak mantul kemungkinan kondisinya masih bagus. Jadi jika dibandingkan penggunaan ketiga metode, metode yang paling efisien untuk pengujian viabilitas benih adalah metode perendaman dan metode pemeriksaan endosperm.

DAFTAR PUSTAKABBPPTP. 2013. Pembangunan Kebun Bibit Batang Bawah Karet Hevea brasilliensis. Dapat diunduh pada : http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpsurabaya/berita-465-pembangunan-kebun-bibit-batang-bawah-karet-hevea-brasilliensis.html. [5 Mei 2015].Dalimunthe, A. 2004. Tanggap pertumbuhan dan serapan hara bibit karet (Havea brassiliensis Muell Agr.) asal stum mata tidur karet terhadap ketersediaan air tanah. Tesis. Program Pasca Sarjana USU. Medan. Hendaryono, D.P.S dan A. Wijayani. 1994.Teknik Kultur, Pengenalan Dan Petunjuk Perbanyakan Secara Vegetatif.Yogyakarta (ID): Kanisius.IPB. 2012. Analisis Agronomi dan Fisiologi Pada Berbagai Kombinasi Okulasi Tanaman Karet. Bogor. Sagala, Aidi D. 2012. Teknik Pengelolaan Benih Tanaman Karet. Makalah yang disampaikan pada Pelatihan Pembinaan dan Inventarisasi Penangkar Benih Tanaman Perkebunan Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Utara pada Tanggal 28-29 juni 2012.Siagian N. 2010. Sifat dan Penanganan Biji Karet. Makalah yang Disampaikan pada Magang Petugas Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Medan pada Tanggal 30 Nopember 1 Desember 2010. Pusat Penelitian Karet Sungei Putih.Siagian N. 2012. Pembibitan dan Pengadaan Bahan Tanam Karet Unggul. Balai Penelitian Sungai Putih Pusat Penelitian. Medan.Simanjuntak, Faddalena. 2010.Teknik Okulasi Karet. Medan(ID): Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan.

LAMPIRAN

(20 kongkoak tanaman karet yang sudah dikurangi daunnya) (pengolahan lahan untuk penanaman batang bawah)