laporan mhp tiga

29
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari mikroorganisme. Objek kajiannya biasanya adalah semua makhluk (hidup) yang perlu dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik, protozoa, dan Archaea. Virus sering juga dimasukkan walaupun sebenarnya tidak sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk hidup. Mikrobiologi dimulai sejak ditemukannya mikroskop dan menjadi bidang yang sangat penting dalam biologi setelah Louis Pasteur dapat menjelaskan proses fermentasi anggur (wine) dan membuat serum rabies (Hardianty, 2011). Perkembangan biologi yang pesat pada abad ke-19 terutama dialami pada bidang ini dan memberikan landasan bagi terbukanya bidang penting lain: biokimia. Penerapan mikrobiologi pada masa kini masuk berbagai bidang dan tidak dapat dipisahkan dari cabang lain karena diperlukan juga dalam bidang farmasi, kedokteran, pertanian, ilmu gizi, teknik kimia, bahkan hingga astrobiologi dan arkeologi (Hardianty, 2011). Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat kecil sehingga untuk mengamatinya

Upload: norayatisiregar

Post on 21-Dec-2015

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

antioksidan buah lindur

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan MHP Tiga

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mikrobiologi adalah sebuah cabang dari ilmu biologi yang mempelajari

mikroorganisme. Objek kajiannya biasanya adalah semua makhluk (hidup) yang

perlu dilihat dengan mikroskop, khususnya bakteri, fungi, alga mikroskopik,

protozoa, dan Archaea. Virus sering juga dimasukkan walaupun sebenarnya tidak

sepenuhnya dapat dianggap sebagai makhluk hidup. Mikrobiologi dimulai sejak

ditemukannya mikroskop dan menjadi bidang yang sangat penting dalam biologi

setelah Louis Pasteur dapat menjelaskan proses fermentasi anggur (wine) dan

membuat serum rabies (Hardianty, 2011).

Perkembangan biologi yang pesat pada abad ke-19 terutama dialami pada

bidang ini dan memberikan landasan bagi terbukanya bidang penting lain:

biokimia. Penerapan mikrobiologi pada masa kini masuk berbagai bidang dan

tidak dapat dipisahkan dari cabang lain karena diperlukan juga dalam bidang

farmasi, kedokteran, pertanian, ilmu gizi, teknik kimia, bahkan hingga

astrobiologi dan arkeologi (Hardianty, 2011).

Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme yang berukuran sangat

kecil sehingga untuk mengamatinya diperlukan alat bantuan. Mikroorganisme

disebut juga organisme mikroskopik. Mikroorganisme seringkali bersel tunggal

(uniseluler) maupun bersel banyak (multiseluler). Namun, beberapa protista bersel

tunggal masih terlihat oleh mata telanjang dan ada beberapa spesies multisel tidak

terlihat mata telanjang. Virus juga termasuk ke dalam mikroorganisme meskipun

tidak bersifat seluler.  Ilmu yang mempelajari mikroorganisme disebut

mikrobiologi. Orang yang bekerja di bidang ini disebut mikrobiologi.

Mikroorganisme biasanya dianggap mencakup semua prokariota, protista dan alga

renik. Fungi, terutama yang berukuran kecil dan tidak membentuk hifa, dapat pula

dianggap sebagai bagiannya meskipun banyak yang tidak menyepakatinya

(Munir, 2006).

Page 2: Laporan MHP Tiga

Kebanyakan orang beranggapan bahwa yang dapat dianggap

mikroorganisme adalah semua organisme sangat kecil yang dapat dibiakkan

dalam cawan petri atau inkubator di dalam laboratorium dan mampu

memperbanyak diri secara mitosis. Mikroorganisme berbeda dengan sel

mikrooganisme. Sel makroorganisme tidak bisa hidup bebas di alam melainkan

menjadi bagian dari struktur multiselular yang membentuk jaringan, organ, dan

sistem organ. Sementara itu, sebagian besar mikrooganisme dapat menjalankan

proses kehidupan dengan mandiri, dapat menghasilkan energi sendiri, dan

bereproduksi secara independen tanpa bantuan sel lain (Munir, 2006).

Untuk mengetahui banyaknya mikroba misalnya bakteri pada suatu

sample sangat tidak mungkin bila kita tidak menggunakan metode penghitungan.

Dalam dunia mikrobiologi, mikroba seperti bakteri dapat diperkirakan jumlahnya

dengan suatu metode penghitungan. Terdapat dua metode penghitungan bakteri

yaitu metode hitungan mikroskopis langsung (direct microscopis count) dan

metode hitungan tak langsung (indirect count) dengan hitungan cawan, baik

dengan metode penyebaran maupun metode penuangan. Dalam aplikasinya

pengetahuan mengenai jumlah bakteri penting untuk mengetahui kualitas bahan

atau tujuan lain berdasarkan jumlah mikroba yang ada dalam sampel tersebut.

Penghitungan bakteri secara langsung memiliki banyak kelemahan yaitu tidak

dapat membedakan sel mati dan sel hidup, selain itu penghitungannya rumit

karena sel bakteri sangat kecil dan berjumlah banyak. Oleh karena itu dalam

praktikum ini dikaji cara penghiungan bakteri dengan metode penghitungan tak

langsung (Hardianty, 2011).

Medium adalah suatu bahan yang terdiri dari berbagai campuran nutrisi

yang dipakai untuk menumbuhkan mikrobia, selain untuk menumbuhkan berbagai

jenis mikrobia. Medium tersebut juga dapat digunakan untuk mengisolasi,

memperbanyak, pengujian sifat-sifat fisiologis dan perhitungan jumlah mikrobia.

Medium digunakan untuk menumbuhkan mikrobia jenis tertentu, sehingga dapat

mengamatinya secara langsung. Macam medium yang tersedia dapat

dikelompokkan dalam berbagai cara, yaitu tipe media dapat berupa media

kimiawi yang tidak dipergunakan untuk kultivasi rutin bakteri, melainkan

Page 3: Laporan MHP Tiga

substansi-substansi tertentu seperti pepton, ekstrak daging dan kadang-kadang

ekstrak khamir yang dilarutkan dengan air dengan jumlah bermacam-macam.

Sehingga media menunjang pertumbuhan berbagai ragam bakteri dan berbagai

jenis mikroorganisme yang lain (Munir, 2006).

Medium atau media agar adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran

nutrisi yang banyak dipakai untuk isolasi, memperbanyak, pengujian, sifat-sifat

fisiologi dan juga untuk perhitungan mikroba. Medium dapat dibedakan menjadi

tiga macam, berdasarkan susunan kimia yaitu medium organik, medium

anorganik, medium sintetik dan medium nonsintetik. Berdasarkan fungsinya yaitu

medium diperkaya, medium spesifik, medium diferensiasi, medium penghitung

dan medium penguji (Suriawiria, 2005).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum uji mikrobiologi ikan ini adalah agar mahasiswa

mengetahui pengaruh suhu penyimpanan terhadap pertumbuhan mikroba pada

bahan pangan seperti ikan air laut dan ikan air tawar.

Page 4: Laporan MHP Tiga

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikan sarden

Sistematika ikan sarden Sistematika ikan sarden (Sardinella lemuru)

menurut Effendie (2002), adalah sebagai berikut :

kingdom          : Animalia

phylum            : Chordata

class                 : Pisces

sub class           : Teleostei

ordo                 : Malacopterygixi

family              : Clupeidal

genus               : Sardinella

species             : Sardinella lemuru

Ikan sarden memiliki warna tubuh yang unik yakni tubuhnya berwarna

biru kehijauan pada bagian atasnya, putih perak pada bagian bawahnya. Ikan ini

terdapat 10 totol- totol gelap pada bagian atas badan, totol-totol ini tidak nyata

lagi setelah lama mati. Bentuk badan memanjang dan perut agak bulat. Awal sirip

punggung sedikit kemuka dari pertengahan badan, lebih dekat ke arah moncong

daripada kesirip ekor. Sirip punggung berjari-jari lemah 15-18, serta sirip

duburnya 18-20 (Effendie, 2002).

B. Jenis-jenis Mikroba Pada Produk Perikanan

Jumlah dan jenis populasi mikroorganisme yang terdapat pada berbagai

produk perikanan sangat spesifik. Hal ini disebabkan karena pengaruh selektif

yang terjadi terhadap jumlah dan jenis mikroorganisme pada produk perikanan,

sehingga satu atau beberapa jenis mikroorganisme menjadi dominan daripada

lainnya dan merupakan mikroorganisme yang spesifik pada produk perikanan

tertentu. Mikroorganisme yang terdapat pada produk perikanan dapat berasal dari

berbagai sumber seperti tanah, air permukaan, debu, saluran pencernaan manusia

Page 5: Laporan MHP Tiga

dan hewan, saluran pernafasan manusia dan hewan, dan lingkungan tempat

pemeliharaan/ budidaya, persiapan, penyimpanan atau pengolahan. Beberapa

parameter yang mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme pada produk

perikanan menentukan apakah suatu mikroorganisme dapat tetap dorman, mati,

atau hidup subur sehingga menjadi dominan pada produk perikanan tersebut

(Tampubolon, 2008).

Menurut Tampubolon (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah

dan jenis mikroorganisme pada produk perikanan dapat dibedakan atas empat

faktor utama, yaitu faktor intrinsik, faktor ekstrinsik, factor pengolahan, dan

faktor implisit.

1. Faktor Intrinsik

Sifat-sifat fisik, kimia dan struktur produk perikanan yang mempengaruhi

populasi maupun keanekaragaman dan pertumbuhan mikroorganisme disebut

faktor intrinsik. Faktor-faktor tersebut terdiri dari: pH, aktifitas air (aw), potensi

oksidasi-reduksi (EM), kandungan nutrisi, senyawa antimikroba, dan struktur

biologi (Tampubolon, 2008).

a. Nilai PH

Kebanyakan mikroorganisme tumbuh baik pada pH sekitar 7.0 (6.6-7.5),

dan hanya beberapa yang dapat tumbuh di bawah pH 4.0. Bakteri mempunyai

kisaran pH pertumbuhan yang lebih sempit dibandingkan dengan kapang dan

khamir. Sebagai contoh, kebanyakan bakteri tidak dapat tumbuh pada pH di

bawah 4.0 dan di atas 8.0, sedangkan kapang mempunyai kisaran pH

pertumbuhan 1.5-2.0 sampai 11.0, dan khamir mempunyai kisaran pH

pertumbuhan 1.5 sampai 8.0-8.5. Oleh karena itu produk perikanan yang

mempunyai pH lebih rendah akan semakin awet karena semakin sedikit jenis

mikroorganisme yang dapat tumbuh (Tampubolon, 2008).

Nilai pH atau keasaman produk perikanan dipengaruhi oleh asam yang

terdapat pada produk perikanan tersebut. Asam di dalam produk perikanan

mungkin terbentuk selama fermentasi, misalnya pada kecap ikan, dan sebagainya.

Nilai pH minimum untuk pertumbuhan mikroorganisme kadang-kadang

dipengaruhi oleh jenis asam yang terdapat pada produk perikanan tersebut.

Page 6: Laporan MHP Tiga

Sebagai contoh, beberapa bakteri Laktobasili dapat tumbuh pada pH yang lebih

rendah jika asam yang terdapat pada produk perikanan tersebut berupa asam sitrat,

HCl (asam asetat), asam fosforat atau asam tartarat, dibandingkan jika asam yang

terdapat pada produk perikanan tersebut berupa asam asetat atau asam

laktat(Tampubolon, 2008).

b. Aktifitas Air (aw)

Nilai aw kebanyakan produk perikanan segar adalah di atas 0.99.

Kebanyakan bakteri, pembusuk tidak dapat tumbuh pada aw di bawah 0.91,

sedangkan kebanyakan khamir pembusuk tidak dapat tumbuh pada aw di bawah

0.88, dan kebanyakan kapang pembusuk tidak dapat tumbuh pada aw di bawah

0.80. Bakteri pathogen yang dapat tumbuh pada aw relatif rendah adalah

Staphylococcus aureus, yang dapat tumbuh sampai aw 0.86, sedangkan

Clostridium botulinum tidak dapat tumbuh pada aw di bawah 0.95. Bakteri yang

dapat tumbuh pada aw paling rendah adalah bakteri halofilik, yaitu sampai aw

0.75, sedangkan kapang xerofilik dapat tumbuh sampai aw 0.65, dan khamir

osmofilik dapat tumbuh sampai aw 0.60 (Tampubolon, 2008).

c. Potensi Oksidasi-Reduksi (O/R, Eh)

Mikroorganisme berbeda dalam sensitivitasnya terhadap potensi oksidasi

reduksi dari medium pertumbuhannya. Potensi O/R dari substrat menunjukkan

kemampuan substrat untuk melepaskan electron (teroksidasi) atau menerima

electron (tereduksi). Potensi O/W suatu sistem diberi simbol Eh. Mikroorganisme

aerobic memerlukan nilai, Eh positif (teroksidasi), sedangkan mikroorganisme

anaerobic memerlukan nilai Eh negatif (tereduksi). Komponen-komponen yang

menyebabkan kondisi, tereduksi (keadaan anaerobik) pada produk perikanan

terutama adalah grup sulfhidril (-SH) di dalam daging ikan. Selain itu tekanan

oksigen di atmosfer yang terdapat di sekitar produk perikanan juga mempengaruhi

potensi O/R (Tampubolon, 2008).

Beberapa bakteri aerobik tumbuh lebih baik pada kondisi tereduksi, dan

bakteri semacam ini disebut bakteri mikroaerofilik. Beberapa contoh bakteri

mikroaerofilik misalnya Laktobasili dan Streptokoki. Beberapa bakteri

mempunyai kemampuan untuk tumbuh pada keadaan aerobik maupun anaerobik

Page 7: Laporan MHP Tiga

dan disebut anaerob fakultatif. Kebanyakan kapang dan khamir yang tumbuh pada

produk perikanan bersifat aerobik, dan hanya beberapa yang bersifat anaerobik

fakultatif (Tampubolon, 2008).

d. Kandungan Nutrisi

Untuk dapat tumbuh dan berfungsi secara normal, mikroorganisme

membutuhkan komponen-komponen sebagai berikut: air, sumber energi, sumber

nitrogen, vitamin dan faktor pertumbuhan lainnya, serta mineral. Dari kebutuhan

nutrien untuk pertumbuhan, kapang mempunyai kebutuhan nutrien yang paling

minimal, diikuti dengan khamir, kemudian bakteri gram negatif, sedangkan

bakteri gram positif mempunyai kebutuhan nutrien yang paling tinggi. Sebagai

sumber energi, mikroorganisme yang ada di produk perikanan dapat

menggunakan berbagai gula, alkohol, dan asam amino. Beberapa mikroorganisme

dapat menggunakan sumber karbohidrat yang lebih kompleks seperti pati dan

sellulosa, dengan terlebih dahulu memecahnya menjadi unit-unit gula sederhana.

Lemak juga dapat digunakan oleh beberapa mikroorganisme tertentu sebagai

sumber energy (Tampubolon, 2008).

Sumber nitrogen utama bagi mikroorganisme heterotrofik adalah asam

amino. Sebagai senyawa sumber nitrogen juga dapat digunakan oleh berbagai

mikroorganisme. Beberapa mikroorganisme dapat menggunakan nukleotida dan

asam amino bebas, sedangkan mikroorganisme lainnya dapat menggunakan

peptida dan protein. Pada umumnya mikroorganisma akan menggunakan senyawa

yang paling sederhana terlebih dahulu, yaitu asam amino, sebelum menggunakan

senyawa yang lebih kompleks seperti protein. Mikroorganisme mungkin

membutuhkan vitamin B dalam jumlah kecil. Pada umumnya bakteri gram positif

mempunyai kemampuan paling rendah dalam mensintesa vitamin, sedangkan

bakteri gram negatif dan kapang dapat mensintesa hampir semua factor

pertumbuhan yang dibutuhkan, oleh karena itu kedua grup mikroorganisme

tersebut sering ditemukan tumbuh pada produk- produk perikanan yang

mempunyai kandungan vitamin B rendah (Tampubolon, 2008).

e. Senyawa Antimikroba

Page 8: Laporan MHP Tiga

Ketahanan produk perikanan terhadap serangan mikroorganisme juga

dipengaruhi oleh adanya senyawa-senyawa antimikroba yang terdapat secara

alamiah di dalam produk perikanan tersebut. Secara rinci masih belum terungkap

senyawa anti mikroba yang secara alamiah didapat dalam produk perikanan

(Tampubolon, 2008).

f. Struktur Biologi

Beberapa produk perikanan mempunyai struktur spesifik yang

melindunginya terhadap masuknya organisme pembusuk dan proses pembusukan

selanjutnya. Contoh struktur tersebut misalnya kulit pada ikan dan hewan, dan

sebagainya. Selain itu tekstur produk perikanan juga mempengaruhi kecepatan

pembusukan oleh organisme pembusuk. Sebagai contoh, ikan lebih cepat

mengalami kerusakan dan kebusukan dibandingkan dengan daging sapi karena

ikan mempunyai struktur yang lebih lembut dan lunak dibandingkan dengan

daging sapi (Tampubolon, 2008).

2. Faktor Ekstrinsik

Faktor ekstrinsik adalah kondisi lingkungan penyimpanan yang

mempengaruhi produk perikanan dan mikroorganisme. Faktor ekstrinsik yang

mempengaruhi jumlah dan jenis mikroorganisme pada produk perikanan terutama

adalah suhu penyimpanan, kelembaban relatif lingkungan, dan susunan gas di

lingkungan tempat penyimpanan (Tampubolon, 2008).

a. Suhu

Menurut Tampubolon (2008), berdasarkan suhu optimum

pertumbuhannya, mikroorganisme dapat dibedakan atas tiga grup, yaitu:

1) Psikrofil yang mempunyai suhu optimum 5-150C dengan kisaran suhu

pertumbuhan -5 sampai 200C

2) Mesofil yang mempunyai suhu optimum 20-400C dengan kisaran suhu

pertumbuhan 10 sampai 450C

3) Termofil yang mempunyai suhu optimum 45-600C dengan kisaran suhu

pertumbuhan 25 sampai 800C.

b. Kelembaban Relatif

Page 9: Laporan MHP Tiga

Kelembaban relatif (RH) lingkungan tempat penyimpanan mempengaruhi

aw di dalam produk perikanan dan pertumbuhan mikroorganisme pada permukaan

produk perikanan. Produk perikanan dengan aw rendah akan menyerap air jika

disimpan di dalam lingkungan dengan RH tinggi. Demikian juga sebaliknya,

produk perikanan dengan aw tinggi akan kehilangan air jika disimpan di dalam

ruangan dengan RH rendah. Penyimpanan produk perikanan di dalam ruangan

dengan RH rendah dapat mencegah kebusukan oleh mikroorganisme, akan tetapi

pada RH yang rendah produk perikanan juga akan kehilangan sebagian airnya

sehingga mengerut dan menurunkan mutu produk perikanan. Dalam memilih RH

lingkungan yang tepat, perlu diperhatikan kemungkinan pertumbuhan

mikroorganisme pembusuk dengan tetap mempertahankan mutu produk perikanan

yang disimpan (Tampubolon, 2008).

c. Susunan Gas Atmosfer

Penyimpanan produk perikanan di dalam ruangan dengan konsentrasi CO2

dinaikkan ternyata dapat mencegah pertumbuhan mikroba. Cara penyimpanan ini

disebut controlled atmosphere storage (CA storage), dimana CO2 ditambahkan ke

dalam ruangan dari sumber mekanis atau menggunakan es kering (CO2 padat).

Selain CO2, ozon (O3) juga mempunyai efek mengawet terhadap beberapa produk

perikanan. Dengan konsentrasi beberapa ppm, ozon terbukti dapat mencegah

pertumbuhan mikroorganisme pembusuk. Karena ozon merupakan suatu senyawa

pengoksidasi kuat, maka ozon tidak dapat digunakan untuk mengawetkan produk

perikanan yang mempunvai kandungan lipid tinggi karena akan menyebabkan

ketengikan pada produk perikanan tersebut (Tampubolon, 2008).

Jumlah dan jenis mikroorganisme yang tumbuh pada produk perikanan

sangat dipengaruhi oleh ada tidaknya oksigen di sekelilingnya. Daging ikan yang

disimpan pada suhu rendah biasanya banyak terkontaminasi oleh bakteri gram

negatif yang bersifat psikrofil. Pada kondisi penyimpanan aerobik, bakteri

predominan pada karkas daging yang disimpan pada suhu rendah (lemari es)

adalah bakteri gram negative berbentuk batang dan pembentuk lendir, sedangkan

persentase bakteri gram positif menurun selama beberapa jam penyimpanan.

Sebaliknya, pada daging yang dipak secara vakum (kondisi anaerobik) dan

Page 10: Laporan MHP Tiga

disimpan pada suhu penyimpanan yang sama, bakteri yang predominan adalah

bakteri gram positif yang bersifat anaerobik fakultatif dan menyebabkan

keasaman atau penurunan pH daging ikan. Selama penyimpanan vakum jumlah

bakteri gram negatif pada daging ikan menurun (Tampubolon, 2008).

3. Faktor Implisit

Faktor implisit adalah parameter biotic yang mempengaruhi jumlah dan

jenis mikroorganisme yang terdapat di dalam produk perikanan, dan meliputi

antagonisme, sinergisme dan sintrofisme. Sinergisme dan antagonisme terjadi

terutama melalui pembentukan senyawa perangsang (untuk sinergisme) atau

penghambat (untuk antagonisme). Contoh senyawa penghambat yang terbentuk

oleh mikroorganisme misalnya bakteriosin. Siretrofisme adalah pertumbuhan

antara dua mikroorganisme sehingga membentuk kondisi nutrisi Yang

memungkinkan mikroba untuk tumbuh. Meskipun mikroorganisma patogen atau

pembusuk terdapat di dalam produk perikanan, tetapi kadang-kadang tidak terjadi

keracunan atau kebusukan produk perikanan karena pertumbuhan dan

metabolisme dari mikroorganisme pathogen atau pembusuk tersebut dihambat

melalui reaksi antagonistik oleh mikroorganisme lainnya. Tabel 24 menunjukkan

mikroorganisme yang umum terdapat pada produk perikanan dan bersifat

antagonis terhadap mikroorganisme lainnya (Tampubolon, 2008).

4. Faktor Pengolahan

Setelah seleksi oleh faktor-faktor intrinsic dan ekstrinsik, jumlah dan jenis

mikroorganisme yang terdapat di dalam produk perikanan juga dipengaruhi oleh

proses pengolahan yang dilakukan terhadap produk perikanan tersebut. Perlakuan

panas, irradiasi dan penggunaan senyawa pensteril seperti etilen okside pada

umumnya dapat membunuh semua atau sebagian mikroorganisme pembusuk.

Disamping itu, beberapa tahap pangan yang paling mudah rusak selama

penyimpanan, sedangkan kelas yang tertinggi, yaitu kelompok delapan

merupakan kelompok produk perikanan yang paling awet karena telah mengalami

pengawetan dengan sterilisasi (Tampubolon, 2008).

Pada bahan pangan segar seperti daging, susu, telur, daging ayam dan ikan

segar, mikroorganisme yang dominan terutama adalah bakteri gram negatif

Page 11: Laporan MHP Tiga

berbentuk batang dan bersifat psikrotrof. Pada bahan pangan yang telah

mengalami proses pasteurisasi, bakteri gram negatif pada umumnya akan mati dan

yang masih tahan pasteurisasi adalah Streptokoki grup D dan Lancefield sera

bakteri pembentuk spora. Penurunan aw produk perikanan akan mengubah

mikroba pada produk perikanan tersebut. Bahan pangan yang diturunkan aw -nya

sampai 0.95 dan dikombinasi dengan penurunan pH, penambahan bahan

pengawet serta pengemasan hermetis, mempunyai daya tahan simpan beberapa

minggu pada suhu di bawah 100C. Mikroorganisme yang predominan pada

produk perikanan semacam ini terutama adalah Laktobasili, Streptokoki, kapang

dan khamir (Tampubolon, 2008).

Produk perikanan yang diturunkan awnya sampai 0.85 pada umumnya

tidak ditumbuhi bakteri, tetapi yang predominan terutama adalah kapang dan

khamir. Jika aw produk perikanan diturunkan lagi sampai 0.80, hanya kapang

yang dapat tumbuh pada produk perikanan tersebut. Pada produk perikanan yang

disterilisasi dengan cara pengalengan, hanya bakteri pembentuk spora yang masih

mungkin tumbuh dan menyebabkan kebusukan (Tampubolon, 2008).

C. Pengaruh Pendinginan dan Pembekuan

Seperti yang telah kita ketahui, pendinginan dapat memperpanjang masa

simpan suatu makanan, karna selama pendinginan pertumbuhan mikroba dapat

dicegah atau diperlambat. Pertanyaan yang sering timbul adalah: bagaimana

pendinginan dapat memperlambat suhu maksimum dan suhu minimum sebagai

yang terbaik untuk pertumbuhannya. Suhu yang terbaik untuk pertumbuhan

mikroba disebut suhu optimum. Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan mikroba

disebabkan suhu mempengaruhi aktifitas enzim yang mengkatalis reaksi-reaksi

biokimia di dalam sel mikroba.dibawah suhu optimum, keaktifan enzim di dalam

selmikroba menurun dengan semakin rendahnya suhu, akibatnya pertumbuhan sel

juga terhambat. Pada suhu pembekuan keaktifan metabolism akan berhenti

disebabkan keaktifan enzim berhenti, juga karna sel kekurangan cairan

isekelilingnya yang digunakan untuk menyerap zat-zat makanan dan

Page 12: Laporan MHP Tiga

mengeluarkan sisa-sisa metabolism, akibatnya pertumbuhan sel akan berhenti

sama sekali (Hidayat, 2006).

Tortora (2002) menyatakan bahwa berdasarkan suhu minimum, optimum

dan maksimum untuk pertumbuhan mikroba dibedakan atas tiga grup yaitu:

1. Grup psikrofilik, yaitu mikroba yang dapat tumbuh pada suhu 0oC, dengan

suhu optimum 5-15oC dan suhu maksimum sekitar 20oC.

2. Grup mesofilik, yaitu mikroba yang tumbuh baik pada suhu 20-45oC. beberapa

mikroba mesofilik dapat tumbuh pada suhu rendah yaitu 5oC atau dibawah,

sehingga sifatnya menyerupai pisikrofilik. Berdasarkan sifat tersebut, dikenal

dua grup mikroba yaitu psikotrofik atau mikroba yang tumbuh baik pada suhu

rendah tetapi tidak membutuhkan suhu tersebut untuk pertumbuhannya, dan

psikrodurik yaitu mikroba yang lebih menyukai suhu pertengahan untuk

pertumbuhannya tetapi masih tahan hidup pada suhu rendah

3. Grup termofilik, yaitu mikroba yang dapat tumbuh pada suhu yang relative

tinggi dengan suhu minimum 25oC, suhu optimum 45-55oC dan suhu

maksimum 60-65oC. beberapa bakteri termofilik bahkan masih dapat hidup

dan tumbuh sampai suhu 75oC, misalnya Bacillus stearothermophilus dan

Clostridium thermosaccharolyticum. Bateri yang masih tahan dan tidak mati

pada suhu pasteurisasi disebut bakteri termodurik

Page 13: Laporan MHP Tiga

III. METODOLOGI PRAKTIKUM

A. Waktu danTempat

Praktikum Mikrobiologi Hasil Perikanan mengenai Media dan Cara

Pembuatannya ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 08 April 2013, pukul

10.00 WIB sampai selesai di Laboratorium Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas

Pertanian, Universitas Sriwijaya.

B. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain seperti:

autoklaf, beker gelas, bunsen, cawan petri, Erlenmeyer, tabung reaksi, timbangan

dan pipet tetes. Bahan-bahan yang digunakan adalah ikan laut dan ikan tawar serta

larutan PCA dan alkohol 70%.

C. Cara Kerja

Cara kerja dari praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Pembuatan media cair PCA

a. Siapkan 300 ml aquadest dalam Erlenmeyer 500 ml.

b. Masukan glukosa, pepton, ekstrak yeast ke dalam 300 ml aquadest.

c. Masukkan sisa akuadest sampai mencapai volume 1 liter

d. Ukur pH sampai 7,4

e. Masukkan kedalam tabung reaksi sebanyak 9 ml, sumbat dengan kapas.

f. Sterilisasi pada suhu 121oC dengan autoklaf selama 15 menit

2. Membiakkan bakteri

a. Siapkan kawat yang dibalut kapas ujungnya.

b. Oleskan kapas tadi pada permukaan ikan yang telah beku seluas 2x2 cm.

c. Masukkan kawat yang dilapisi kapas pada tabung reaksi yang tersedia lalu

kocok hingga kira-kira sudah tercampur semua.

Page 14: Laporan MHP Tiga

d. Lalu lakukan pengenceran 10-2 10-3 dan 10-4, dan biakkan bakteri pada cawan

petri yang telah disediakan.

Page 15: Laporan MHP Tiga

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Adapun hasil yang di peroleh dari praktikum uji mikrobiologi ikan ini

adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah mikroba pada cawanBahan Pengenceran

Ikan laut pada

frezeer

10-2 10-3 10-4

A B A B A B

25 124 156 20 29 216

B. Pembahasan

Pada praktikum uji mikrobiologi ikan ini digunakan media PCA. Pada

praktikum ini awalnya dilakukan pengenceran untuk mendapatkan media PCA

dalam bentuk larutan atau cairan, yaitu pembuatan media agar dalam cawan petri.

Media yang dibuat pada praktikum ini mengandung glukosa, pepton, ekstak yeast

dan aquadest. Dimana keempat bahan itu memiliki fungsi masing-masing dalam

proses pembuatan media cair. Glukosa berfungsi sebagai mempercepat

perkembangan mikroba atau bakteri agar cepat tumbuh karena glukosa pada

proses pembuatan media dapat berfungsi sebagai sumber makanan atau sumber

karbohidrat yang berguna sebagai sumber energi yang dimanfaatkan oleh mikroba

sehingga perkembangbiakan atau pertumbuhannya dapat berjalan, sedangkan

fungsi dari ekstak yeast itu sendiri merupakan bahan utama yang digunakan untuk

menumbuhkan mikroba.

Pada praktikum ini digunakan media cair atau yang sering disebut dengan

broth, yaitu berupa nutrient yang dilarutkan dalam air. Mikroba dikatakan tumbuh

maupun berkembang jika di dalam cairan yang digunakan tersebut terlihat adanya

pertambahan kekeruhan atau semakin keruh. Setelah proses atau sebelum proses

Page 16: Laporan MHP Tiga

pembuatan media praktikan harus menjaga kebersihan dan sanitasi selama

praktikum berlangsung supaya alat-alat yang telah disterilisasi tidak

terkontaminasi oleh bakteri yang tidak diinginkan baik itu dari tangan praktikan,

pakaian maupun meja. Sehingga hasilnya kelak sesuai dengan yang diharapkan.

Seperti yang telah kita ketahui bahwa pendinginan dan pembekuan dapat

memperpanjang masa simpan suatu bahan makanan, karena selama pendinginan

dan pembekuan tersebut pertumbuhan mikroba dapat dicegah atau bahkan di

perlambat. Sampel yang digunakan adalah ikan sarden yang telah mengalami

proses pembekuan (ikan air laut dalam freezer) selama 26 jam di kulkas rumah

tangga. Bakteri akan mati pada saat bahan sudah mengalami pendinginan atau

pembekuan, tapi ada juga bakteri yang dapat bertahan pada suhu rendah. Namun

tidak sebanyak pada saat ikan tidak mengalami perlakuan. Bakteri pada ikan yang

dapat bertahan pada suhu rendah termasuk pada bakteri golongan psikrofilik yaitu

bakteri yang dapat tumbuh pada suhu 0oC (suhu beku).

Pada praktikum uji mikrobiologi ikan ini telah dihitung mikroba yang

tumbuh pada cawan petri yang telah diinkubasi selama 48 jam dengan coloni

counter dan diperoleh data sebagai berikut: pada pengenceran 10-2 jumlah bakteri

yang diperoleh sebanyak 25 pada cawan a dan 31 pada cawan b, pada

pengenceran 10-3 jumlah bakteri yang diperoleh sebanyak 39 pada cawan a dan 20

pada cawan b, dan pada pengenceran 10-4 jumlah bakteri yang diperoleh sebanyak

29 pada cawan a dan 54 pada cawan b.

Page 17: Laporan MHP Tiga

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum uji mikrobiologi ikan ini

adalah sebagai berikut:

1. Medium atau media agar yang sering digunakan adalah media cair atau yang

sering disebut dengan broth, yaitu berupa nutrient yang dilarutkan dalam air

2. Fungsi glukosa yang terdapat pada media PCA yang digunakan adalah sebagai

sumber energy dan bahan makanan mikroba sehingga bakteri yang diisolasi

dapat tumbuh

3. Pembekuan dapat memperpanjang masa simpan suatu makanan, karena

selama pendinginan pertumbuhan mikroba dapat dicegah atau diperlambat

4. Pembekuan bahkan dapat membunuh mikroba namun tidak semua mikroba

dapat mati karena mikroba dari golongan psikrofilik masih dapat bertahan

pada suhu beku tersebut

5. Data yang diperoleh sebagai berikut: pada pengenceran 10-2 jumlah bakteri

yang diperoleh sebanyak (a) 25 dan (b) 31, pada pengenceran 10-3 jumlah

bakteri yang diperoleh sebanyak (a) 39 dan (b) 20, dan pada pengenceran 10-4

jumlah bakteri yang diperoleh sebanyak (a) 29 dan (b) 54

B. Saran

Sebaiknya yang melakukan pembuatan media yang akan digunakan adalah

praktikan namun masih dalam pengawasan dan bimbingan asisten supaya

praktikan tidak pasif saat praktikum dilaksanakan serta pada praktikum yang akan

datan alat dan bahan terutama alat harus diperhatikan cukup atau tidaknya agar

praktikum dapat berjalan dengan lancar.

Page 18: Laporan MHP Tiga

DAFTAR PUSTAKA

Effendie. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantama. Yogyakarta.

Hardianty, denty Irma. 2011. Uji Mikrobiologi dan Uji Aktivitas Starter. Riau.

Hidayat, C. 2006. Mikrobiologi Industri. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Munir, 2006. Penentuan Mikroorganisme Keamanan Pangan Laut. Bogor.

Suriawiria, Unus. 2005. Pengantar Mikrobiologi Umum. Angkasa. Bandung.

Tampubolon, Komariah. 2008. Penentuan Mikroorganisme Keamanan Pangan Laut. Bogor.

Tortora, G. J., B. R. Funke, and C. L. Case. 2002. Microbiology An Introduction. New York : Addison Wesley Longman.

Page 19: Laporan MHP Tiga

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI HASIL PERIKANAN

UJI MIKROBIOLOGI IKAN

Oleh :Kelompok I

Savitri Lestari (05101006002)Yogi Christian J (05111006019)Krismawati Sianturi (05111006024)Norayati Siregar (05111006026)Riyan Saputra (05111006042)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANANFAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

INDRALAYA2013