laporan kp 1.pdf

Upload: flyingcowinthesky

Post on 09-Oct-2015

175 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

  • LAPORAN KERJA PRAKTEK I

    Analisa Gangguan Arus Lebih Pada Jaringan Transmisi 70 KV

    PT. PLN (Persero) UPT Bandung Barat

    Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Akademis Program Studi Strata-I

    Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional

    Disusun Oleh :

    Tegar Avrilla Kharismawan

    11-2007-007

    KONSENTRASI TEKNIK ENERGI ELEKTRIK

    JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

    FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

    INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

    BANDUNG

    2011

  • ii

    KATA PENGANTAR

    Assalamu alaikum Wr.Wb

    Segala puja dan puji hanya milik Allah SWT karena atas limpahan rahmat,

    nikmat, dan taufik-Nya penyusun telah menyelesaikan Laporan Kerja Praktek I

    dengan semaksimal mungkin. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada

    junjungan kita baginda Rasulullah SAW yang telah memberikan keteladanan yang

    sangat baik di berbagai aspek kehidupan.

    Adapun alasan penyusun mengambil judul Analisa Gangguan Arus

    Lebih Pada Jaringan Transmisi 70 KV PT. PLN (Persero) UPT Bandung

    Barat, yaitu: ketertarikan penyusun terhadap sistem pengamanan atau proteksi

    saluran transmisi khususnya pada saluran output di suatu gardu induk.

    Dengan perasaan haru dan bangga, hingga akhirnya laporan ini dapat

    terselesaikan. Namun penulis juga sadar bahwa masih banyak tugas-tugas yang

    jauh lebih berat dan penuh tantangan yang akan penulis jalani di masa-masa yang

    akan datang nantinya.

    Di balik kesuksesan pasti ada orang-orang yang berjasa dan berperan

    penting dalam mencapainya, walaupun penyusun belum 100% memiliki

    kesuksesan itu, saya selaku penyusun berterima kasih atas dukungan moril dan

    materil kepada:

    1. Kedua orang tua serta kakak dan adik saya yang selalu memberikan

    dukungan dan kasih sayang yang tiada henti-hentinya.

    2. Bapak Tatang sebagai manager pemeliharaan UPT Bandung Barat yang

    telah mengizinkan saya untuk melakukan kerja praktek di gardu induk

    Cigereleng.

    3. Bapak Abdul Khodir sebagai pembimbing kerja praktek saya di gardu

    induk Cigareleng yang telah banyak membantu saya dalam melakukan

    kerja praktek di gardu induk Cigereleng.

  • iii

    4. Bapak dan ibu karyawan PT. PLN (Persero) UPT Bandung Barat yang

    telah banyak membantu, terutama Ibu Lilis yang telah membantu saya

    dalam pengurusan administrasi untuk dapat melakukan kerja praktek di

    UPT Bandung Barat.

    5. Bapak Nasrun Haryanto, M.T selaku dosen pembimbing kerja praktek I,

    yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan

    Laporan Kerja Praktek I ini.

    6. Bapak Endang salah satu staf lasso GI Cigereleng yang telah membantu

    saya untuk berbagi ilmunya untuk penyusunan laporan ini.

    7. Bapak Syahrial, MT selaku dosen wali yang selalu membimbing saya.

    8. Terima kasih juga untuk teman-teman seperjuangan di teknik elektro

    terutama Andi Fajrin partner saya sewaktu melakukan kerja praktek, Saka

    Putra yang selalu memberikan motivasi dan bimbingannya juga Hadian,

    Sukma, Adit dan anak-anak 2007 lainnya, terima kasih banyak atas

    bantuannya dalam penyusunan laporan ini.

    9. Dan seluruh orang-orang yang telah membantu saya yang tidak saya

    sebutkan satu persatu.

    Tiada yang sempurna di dunia ini kecuali Allah SWT, tentunya laporan ini

    masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharapkan kritik

    dan saran yang baik dan membangun, agar kelak di kemudian hari bisa lebih baik

    dari sekarang. Semoga laporan ini bermanfaat untuk semua umumnya dan untuk

    penyusun khususnya. Amin.

    Wassalamualaikum Wr.Wb

    Bandung, Desember 2010

    Tegar Avrilla. Kh

  • iv

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar ii

    Daftar Isi iv

    Daftar Tabel vii

    Daftar Gambar viii

    Daftar Lampiran ix

    BAB I PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah 1

    1.2 Maksud dan Tujuan 1

    1.3 Pembatasan Masalah 2

    1.4 Lokasi dan Waktu Kegiatan 2

    1.5 Metoda Penyelesaian Masalah. 3

    1.6 Sistematika Pembahasan 3

    BAB II GAMBARAN UMUM PT. PLN (PERSERO)

    2.1 Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) P3B 5

    2.2 Visi, Misi, Budaya dan Motto PT. PLN(Persero) P3B 6

    2.2.1. Visi 6

    2.2.2. Misi 7

    2.2.3. Budaya 7

    2.2.4. Motto 7

    2.3 Struktur Organisasi PT. PLN ( Persero ) P3B 8

    2.3.1. Struktur Region 8

    2.3.2 Struktur UPT 8

    2.3.3 Struktur UJT 8

  • v

    BAB III RELE PROTEKSI

    3.1 Sistem Proteksi .... 9

    3.2 Peralatan Proteksi ... 10

    3.3 Sistem Rele Proteksi............ 11

    3.3.1. Rele Utama. 11

    3.3.2. Rele Cadangan.. 11

    3.4. Daerah-Daerah Perlindungan... 13

    3.5. Langkah-Langkah Dalam Penggunaan Rele Proteksi. 13

    3.6. Rele Proteksi Pada SUTT. 14

    3.6.1. Rele Jarak (Distance Relay)..15

    3.6.2 Rele Arus Lebih (Over Current Relay). 17

    3.7. Rele Proteksi Pada Transformator . 20

    3.2.1. Rele Bucholz 20

    3.2.2. Rele Tekanan Lebih 21

    3.2.3. Rele Suhu 21

    3.2.3.a. Rele Suhu Minyak 21

    3.2.3.b. Rele Suhu Kumparan 21

    3.2.4. Rele Arus Lebih ( OCR ) 23

    3.2.5. Rele Jansen 23

    3.2.6. Rele Hubung Tanah 24

    3.2.7. Rele Hubung Tanah Terbatas 24

    3.2.8. Rele Tangki Tanah 25

    3.2.9. Rele Diferensial 26

    3.3 Gangguan Pada Transformator 27

    3.3.1. Gangguan Internal 27

    3.3.2. Gangguan Eksternal 27

    BAB IV ANALISA GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DI JARINGAN TRANSMISI

    70 KV UPT BANDUNG BARAT

    4.1. Gangguan Hubung Singkat......... 28

    4.1.1 Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah... 29

  • vi

    4.1.2. Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa. 31

    4.1.3 Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa ....... 33

    4.3.Langkah Perubahan Untuk Penanggulangan... 37

    4.4. Upaya Penanggulangan Gangguan di UPT Bandung Barat 38

    4.4.1.Faktor Ekstern...... 38

    4.4.2. Faktor Intern 39

    BAB V KESIMPULAN

    5.1 Kesimpulan . 41

    Daftar Pustaka 42

    Lampiran

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 Diagram satu garis dari sistem yang menggambarkan

    daerah proteksi rele utama 11

    Gambar 3.2 : Proteksi cadangan dengan rele arus lebih.. 12

    Gambar 3.3. Penerapan Zone Tripping 15

    Gambar 3.4. Gangguan pada SUTT 150 KV 16

    Gambar 3.5. Rangakaian rele arus lebih.. 18

    Gambar 3.6. Prinsip koordinasi rele transformator dengan rele penghantar 19

    Gambar 3.7. Grafik perubahan suhu pada trafo.. 22

    Gambar 3.8. Rele Arus Lebih (OCR).. 23

    Gambar 3.9. Rangkaian pengawatan rele arus lebih gangguan fasa dan

    hubung tanah.. 24

    Gambar 3.10. Prinsip kerja rele gangguan tanah terbatas... 25

    Gambar 3.11. Rangkaian pengawatan rele tangki tanah. 26

    Gambar 3.12. Prinsip kerja rele diferensial 26

    Gambar 4.1. Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah 29

    Gambar 4.2. Sambungan jala-jala urutan hubung singkat fasa tanah.. 30

    Gambar 4.3. Gangguan hubung singkat antar fasa.. 31

    Gambar 4.4. Sambungan jala-jala untuk gangguan antar fasa. 32

    Gambar 4.5. Gangguan hubung singkat tiga fasa... 33

    Gambar 4.6. Sambungan jala-jala urutan hubungan singkat tiga fasa 34

    Gambar 4.7. Sistem proteksi cadangan dengan arus lebih.. 36

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Perkembangan tenaga listrik, khususnya di Indonesia mengalami peningkatan

    yang pesat dibandingkan negara-negara berkembang lainnya. Hal ini dipengaruhi

    oleh meningkatnya permintaan akan tenaga listrik oleh masyarakat dan pesatnya

    perkembangan industri-industri yang membutuhkan energi listrik dalam skala besar.

    Pesatnya pertumbuhan industri dan teknologi dewasa ini menuntut suatu

    pelayanan kelistrikan yang terus menerus tanpa henti selama 24 jam. P.T PLN

    sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang energi ketenagalistrikan selalu

    berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kepada konsumen.

    Pada kesempatan ini, penulis memilih tempat kerja praktek I di P.T PLN

    (persero) P3B Jawa Bali Region Jawa Barat , yang bertempat di Jl. Moch Toha Km 4.

    Dengan topik kajian Gangguan Arus Lebih dan Penanggulangannya . Dengan

    mendapatkan pengalaman kerja praktek di lapangan diharapkan seorang mahasiswa

    teknik khususnya teknik elektro dapat mempersiapkan diri menjadi seorang sarjana

    teknik dengan dasar pengetahuan teknologi yang kuat disertai dengan kemampuan

    kerja sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.

    1.2. Maksud dan Tujuan

    Maksud dilaksanakannya kerja praktek I ini untuk :

    1. Memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang sarjana jurusan

    Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional.

  • 2

    2. Sebagai bahan pembanding antara praktek di lapangan dengan teori yang

    diperoleh penulis pada kuliah dan literatur yang berhubungan dengan yang

    dibahas.

    3. Memahami dan memperdalam disiplin ilmu, khususnya teknik energi listrik.

    4. Menumbuhkan sikap dan mental profesional dalam memenuhi dunia kerja.

    5. Melatih secara langsung dalam menangani suatu masalah atau gangguan yang

    terjadi pada suatu sistem proteksi serta mampu mencari alternatif pemecahan

    masalah di lapangan.

    6. Menambah pustaka dan sarana dalam memperluas wawasan serta

    pengetahuan bagi para pembaca, terutama bagi sesama rekan mahasiswa

    sebagai bahan perbandingan studi tentang Sistem Rele Proteksi.

    1.3. Pembatasan Masalah

    Mengingat terlalu kompleksnya ruang lingkup masalah, maka dalam

    penulisan laporan kerja praktek ini yang akan dibahas hanya terbatas pada

    pengelompokan wilayah penyulang, penyebab, akibat dan penanggulangan gangguan

    arus lebih atau disebut juga over current pada jaringa transmisi UPT Bandung Barat

    tempat saya melakukan kerja praktek.

    1.4. Lokasi dan Waktu Kegiatan

    Lokasi kegiatan kerja praktek ini dilaksanakan pada PT. PLN (Persero) P3B

    Jawa Bali Region Jawa Barat, yang bertempat di Jl. Moch Toha Km 4. Yang

    dilaksanakan dari 1 Desember sampai dengan 31 Desember 2009.

  • 3

    1.5. Metoda Penyelesaian Masalah

    Dalam penyelesaian laporan kerja praktek ini, penyusun memperoleh data

    dengan cara sebagai berikut:

    1. Metode Studi literatur

    Studi literatur adalah metoda yang dilakukan dengan membaca dan

    mempelajari sumber - sumber kepustakaan yang erat hubungannya dengan

    topik yang penulis sajikan.

    2. Metode Wawancara

    Wawancara adalah metoda pengumpulan data melalui percakapan

    langsung yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih teliti dari

    orang yang berwenang dengan masalah yang diteliti. Pada metoda ini penulis

    melakukan wawancara secara langsung dengan pembimbing lapangan.

    1.6. Sistematika Penulisan

    Untuk mempermudah pembahasan, maka penulis mengklasifikasikan

    pembahasannya secara berurutan dan saling berkaitan, mulai dari bab pertama sampai

    bab terakhir sebagai berikut :

    BAB I PENDAHULUAN

    Pada bab ini menjelaskan latar belakang masalah, maksud dan tujuan kerja

    praktek, pembatasan masalah,lokasi dan waktu kegiatan, metode penyelasian

    masalah dan sistematika pembahasan.

  • 4

    BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

    Pada bab ini menjelaskan sejarah singkat berdirinya PT. PLN (persero) P3B

    Region Jawa Barat (RJBR).

    BAB III RELE PROTEKSI

    Pada bab ini menjelaskan gambaran umum rele proteksi mulai dari pengertian,

    klasifikasi, jenis-jenis, dan cara kerja dari rele proteksi,

    BAB IV ANALISA GANGGUAN HUBUNG SINGKAT JARINGAN

    TRANSMISI 70 KV UPT BANDUNG BARAT

    Pada bab ini penulis menjelaskan permasalahan dari sisi pengelompokan

    penyebab, akibat, dan penanggulangannya apabila terjadi gangguan arus lebih

    pada penyulang 70 KV

    BAB V KESIMPULAN

    Pada bab ini berisikan kesimpulan yang diambil penulis berdasarkan laporan

    kerja praktek I.

  • 5

    BAB II

    GAMBARAN UMUM

    PT. PLN (PERSERO)

    2.1 Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) P3B

    Sejak masa penjajahan Belanda sampai awal tahun 1942, di Indonesia dikenal

    suatu badan atau perusahaan yang menyediakan pasokan tenaga listrik milik

    pemerintah, daerah otonom ( Gemente ) atau gabungan keduanya.

    Di Jawa Barat khususnya Bandung perusahaan pengelola serta penyedia

    tenaga listrik bagi kepentingan umum itu adalah Bandoengsche Electriciteit

    Maatschappij ( BEM ) yang berdiri tahun 1905.

    Pada tanggal 01 Januari 1920 Perusahaan Perseroan Gemeenschapplijk

    Electriciteit Bedrijf Voor Bandoeng ( GEBEO ) menggantikan BEM, penggantian

    ini dikukuhkan dengan akte pendirian Notaris Mr.Andrian Hendrik Van Ophuisen

    No.213 tanggal 31 Desember 1919.

    Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942- 1945, pendistribusian

    tenaga listrik dilaksanakan oleh Djawa Denki Djigjo Sha Bandoeng Shi Sha, dengan

    wilayah kerja seluruh pulau Jawa.

    Setelah poklamasi kemerdekaan RI, Indonesia mengalami periode perjuangan

    fisik sampai tibanya saat penyerahan kedaulatan RI dari Pemerintah Hindia Belanda.

    Dengan Penetapan Pemerintah No.1 Tahun 1945 tertanggal 27 Oktober 1945

    dibentuklah Jawatan Listrik dan Gas dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan

    Tenaga Listrik Seiring dengan perubahan struktur organisasi dilingkungan PT. PLN (

    persero ) UBS-P3B,sesuai dengan SK No.003.K/021/GM-UBS-P3B/2001 tanggal 16

    April 2001 dibentuklah PT. PLN ( Persero ) P3B Region Jawa Barat.

  • 6

    Region Jawa Barat ( RJBR ) dibentuk dari gabungan 1 ( satu ) Unit Pengatur

    Beban ( UPB dan 5 ( lima ) Sektor yaitu : Sektor Periangan, Sektor Cirebon, Sektor

    TET, sebagian Sektor Pulo Gadung.dan sebagian kecil Sektor Bogor.

    Region Jawa Barat memiliki 6 ( enam ) Unit Pelayan Transmisi dan 2 (dua)

    Unit Jasa Teknik yaitu :

    1. UPT Bandung Barat.

    2. UPT Bandung Timur.

    3. UPT Cirebon

    4. UPT Karawang

    5. UPT Purwakarta

    6. UPT Garut.

    7. UPT Bekasi.

    8. UJT Bandung

    9. UJT Cirebon

    Region Jawa Barat ( RJBR ) brkedudukan di Bandung dengan alamat sebagai

    berikut:

    Jalan : Jl. Moch. Toha-KM 4, Komplek PLN/GI. Cigereleng

    2.2 Visi, Misi, Budaya, dan Motto PT. PLN (Persero) P3B

    2.2.1 VISI

    Diakui sebagai pengelola transmisi, operasi siatem dan transaksi tenaga listrik

    dengan kualitas pelayanan setara kelas dunia, yang mampu memenuhi harapan

    stakeholders, dan memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan

    masyarakat.

  • 7

    2.2.2 MISI

    1. Melakukan pengendalian operasi dan pemeliharaan penyaluran tenaga listrik

    sehingga diperoleh sistem penyaluran yang efisien, andal,

    berkualitas,terpercaya dan ramah lingkungan.

    2. Melakukan pengembangan system penyaluran yang berupa sub-transmisi atau

    peluasan gardu induk, untuk menunjang operasi.

    3. Melaksanakan pengambangan dan pemberdayaan sumberdaya manusia yang

    kompeten dan professional.

    4. Mengembangakan usaha diluar usaha pokok yang dapat memberikan

    kontribusi dalam laba usaha.

    2.2.3 BUDAYA

    Saling Percaya Integritas Peduli Pembelajar

    2.2.4 MOTTO

    Listrik Untuk Kehidupan Lebih Baik

  • 22

    2

    A

    2.3 Struktu

    2.3.1 Strukt

    2.3.2 Strukt

    2.3.3 Str

    DeputiManagerEngineering

    AsistenMaE

    AsistenManagerRencana&Evaluasi

    r Organisas

    tur Region

    tur UPT

    ruktur UJT

    DeputiManagerKonstruksi

    D

    anagerRencana&Evaluasi

    AsistenMOpera

    Pemelih

    si PT. PLN

    T

    DeputiManagerPemeliharaan

    DO

    &Asisten

    Managerasi&haraan

    (Persero) P

    ManageRegion

    DeputiManagerOperasiSistem

    UPT/UPJ

    MANAGER

    ManagerPemelih

    MANAGER

    KEPALAG.I

    P3B

    ern

    DeputiManagerKeuangan

    araan

    AsistenMAdm&Ke

    DeputiManagerSDM&

    Administrasi

    AsistenManagerKeuangan

    Manageruangan

    DeputiManagerHukum&Lingkungan

    rAdm&n

    8

  • 9

    BAB III

    RELE PROTEKSI

    3.1 SISTEM PROTEKSI

    Sistem tenaga listrik pada dasarnya harus dapat beroperasi terus menerus

    secara normal, dalam pengoperasian diusahakan tidak mengalami kegagalan

    operasi. Oleh sebab itu kemungkinan kemungkinan yang menyebabkan kegagalan

    tersebut dapat diperkecil. Kegagalan system pengoperasian tenaga listrik dapat

    disebabkan beberapa hal, antara lain :

    1. Kegagalan karena kesalahan manusia, diantaranya adalah kelalaian saat

    mengubah jaringan sistem, lupa membuka pentanahan setelah perbaikan

    dan sebagainya.

    2. Kegagalan karena gangguan dari dalam, misalnya faktor alat, arus lebih,

    tegangan lebih dan sebagainya sehingga dapat merusak isolasi peralatan.

    3. Kegagalan karena gangguan dari luar, yaitu gangguan yang berasal dari

    alam, diantaranya cuaca, petir, gempa bumi, banjir maupun gangguan oleh

    hewan.

    Untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang

    terganggu dengan bagian lain yang masih baik serta sekaligus mengamankan

    bagian yang baik dari kerusakan atau kerugian yang lebih besar, diperlukan

    peralatan proteksi yang dapat dimonitor dan dikontrol.

    Peralatan proteksi yang digunakan terdiri dari perangkat Rele Elektronik.

    Setiap Rele Proteksi mempunyai pengawasan elektronik rele yang memberikan

    sinyal ke kontak yang tersambung jika tegangan dari rele proteksi tersebut

    melebihi batas.

    Oleh karena itu Rele Proteksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    1. Sensitif :

    Rele harus sensitif (peka) terhadap gangguan di daerah kerja meskipun

    gangguan tersebut minimum dan selanjutnya memberikan respon.

  • 10

    2. Andal :

    Akan bekerja bila diperlukan ( dependability ) dan tidak akan bekerja bila

    tidak diperlukan (security ).

    3. Selektifitas :

    Kecermatan pemilihan dalam mengadakan perlindungan, hal ini

    menyangkut koordinasi system proteksi dari sistem secara keseluruhan.

    4. Cepat bereaksi :

    Rele harus cepat bekerja / bereaksi bila sistem mengalami gangguan

    sehingga peralatan dapat terlindungi.

    3.2 PERALATAN PROTEKSI

    Sebuah transformator distribusi dengan daya kecil, biasanya mendapatkan

    pengamanan yang sederhana terhadap arus lebih atau arus hubung singkat dengan

    pengaman lebur (fuse) saja. Pengaman lengkap akan menjadi terlampau mahal

    untuk daya terpasang yang tidak begitu besar. Sedangkan untuk transformator

    dengan daya besar, digunakan system proteksi yang terdiri dari seperangkat

    peralatan proteksi dengan komponenkomponen terpentingnya antara lain :

    1. Relai proteksi, sebagai elemen perasa yang mendeteksi adanya gangguan

    atau keadaan abnormal lainnya (Fault Detection).

    2. Pemutus tenaga (PMT), sebagai pemutus arus gangguan di dalam sirkit

    tenaga untuk melepaskan bagian sistem yang terganggu. Dapat dikatakan

    untuk membebaskan sistem dari gangguan (Fault Clearing), PMT

    menerima perintah (sinyal trip) dari relai proteksi untuk membuka.

    3. Trafo arus (Current Transformator) dan trafo tegangan (PT), untuk

    meneruskan arus dan tegangan dengan perbandingan tertentu dari sirkit

    primer (sirkit tenaga) ke sirkit sekunder (sirkit relai) dan memisahkan

    sirkit sekunder dari sirkit primernya.

    4. Battery (aki), sebagai sumber tenaga untuk mengetrip PMT dan catu daya

    untuk relai.

  • 11

    3.3 SISTEM RELE PROTEKSI

    Dalam sistem proteksi terdapat dua jenis rele proteksi yang dikenal, yaitu:

    a. Rele Utama (Primary Relaying)

    b. Rele Cadangan (Back Up Relaying)

    3.3.1 Rele Utama

    Pada Gambar 3.1 dijelaskan tentang daerah proteksi dari rele utama,

    dimana PMT ditempatkan untuk menghubungkan komponen dari sistem tenaga.

    Jika terjadi beberapa gangguan dalam daerah proteksi akan menyebabkan

    terbukanya PMT dalam daerah proteksi.

    Rele utama merupakan pengamaan utama dari sistem apabila terjadi

    gangguan dalam daerah proteksi, rele dapat membuka PMT, sehingga dapat

    melokalisir gangguan maupun akibat gangguan tersebut.

    Gambar 3.1 Diagram satu garis dari sistem yang menggambarkan daerah proteksi rele utama.

    3.3.2 Rele Cadangan (Back Up Relaying)

    Rele Cadangan akan bekerja jika rele utama gagal bekerja, dan bertugas

    tidak hanya melindungi daerah yang terjadi gangguan saja, tetapi juga untuk

    melindungi daerah proteksi berikutnya.

    Penyetelan (Setting) waktu dari rele proteksi cadangan dibuat lebih

    besar dibandingkan dengan rele proteksi utamanya, sehingga perbedaan tersebut

  • 12

    masih dapat memberi waktu yang cukup untuk bekerjanya sistem proteksi

    utama. Suatu contoh sederhana dari sistem proteksi cadangan pada suatu sistem

    tenaga terlihat pada Gambar 3.2, pada ilustrasi gambar berikut digunakan rele arus

    lebih dengan tingkatan waktu.

    Gambar 3.2 : Proteksi cadangan dengan rele arus lebih

    Jika terjadi gangguan dititik F dengan arus If pada Gambar, maka mula-mula

    gangguan ini akan dideteksi oleh rele R1, dan setelah selang waktu t akan segera

    mengerjakan saklar daya CB di C, tetapi jika terjadi sesuatu hal pada sistem

    proteksi di C ini tidak bekeria dengan baik maka gangguan tersebut akan segera

    diatasi oleh CB di B yang di kerjakan oleh rely R2, setelah mencapai waktu t2, dan

    demkian seterusnya. Selain itu releproteksi cadangan sering digunakan untuk

    menggantikan rele utama; iika pads rele utama dilakukann perbaikan atau

    perawatan.

  • 13

    3.4 DAERAH-DAERAH PERLINDUNGAN (Zones Of Protection)

    Konsep daerah-daerah perlindungan ini membantu dalam

    mendefinisikan persyaratan sistem perlindungan. Dalam sistern tenaga bila

    terjadi gangguan maka ganggnan tersebut harus dilokalisir jangan sampai

    meluas. Untuk memenuhi hal tersebut alat pengaman harus dapat dikoordinir

    satu sama lain, sehingga hanya alat-alat pengaman yang terdekat dengan

    tempat gangguan saia yang bekeria, dengan kata lain bersifat selektif.

    Karena alat-alat pengaman mempunyai kemampuan kerja terbatas, maka

    pada sistem tenaga terdapat pembagian daerah-daerah proteksi sehingga

    didapatkan selektifitas yang baik.

    Aspek penting lainnyaa tentang daerah perlindungan adalah bahwa

    daerah yang berdekatan selalu tumpang tindih (Overlap). Hat ini memang

    diperlukan, karena jika tidak demikian, maka terdapat daerah yang tidak

    terdeteksi oleh rele.

    3.5 . LANGKAH-LANGKAH DALAM PENGGUNAAN RELE PROTEKSI

    Hal yang pertama kali yang perlu dilakukan dalam penggunaan rele

    proteksi adalah menetapkan dengan tepat persoalan proteksi untuk dihadapi.

    Beberapa informasi yang diperlukan adalah sebagai berikut:

    a. Konfigurasi Sistem.

    Konfigurasi sistem tenaga dipresentasikan dalam bentuk diagram satu garis

    yang menunjukkan bagian-bagian dari sistem yang termasuk dalam persoalan

    proteksi

    b. Tingkat Proteksi yang diperlukan.

    Untuk menentukan tingkat proteksi yang diperlukan maka tipe proteksi yang

    akan dipakai digambarkan terlebih dahulu, dari data-data inilah nantinya

    ditentukan apakah diperlukan tingkat proteksi yang bekerja sangat cepat,

    sedang, lambat dan lain-lain. Juga apakah diperlukan penutupan PMT

    secepatnya.

  • 14

    c. Studi Gangguan

    Untuk mengunakan rele-rele proteksi, maka terlebih dahulu melakukan

    perhitungan besar tegangan dan arus urutan yang mungkin timbul pada jenis

    gangguan tertentu. Untuk keperluan setting rele studi gangguan yang digunakan

    biasanya adalah studi hubung singkat tiga fasa, dua fasa dan satu fasa ke tanah.

    d. Beban Maksimum, Data-Data Trafo, dan Impedansi

    Untuk merencanakan suatu jenis rele, dibutuhkan data-data tentang beban

    maksimum, hubungan trafo tegangan dan trafo arus, lokasi, perbandingan

    lilitannya, impedansi trafo, dan penghantar.

    3.6. RELE PROTEKSI PADA SUTT

    Rele proteksi SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) adalah sistem

    pengamanan terhadap gangguan yang terjadi pada SUTT tersebut yang

    bertujuan untuk:

    a. Mengamankan peralatan listrik terhadap kerusakan akibat gangguan.

    b. Melokalisir gangguan sehingga pemadaman listrik pada konsumen dapat

    ditekan sekecil mungkin

    c. Mencegah rusaknya sistem operasional sehingga pemadaman total dapat

    dihindari.

    Macam-macam gangguan yang tirnbul:

    Hubung sinikat antar fasa kawat Hubung singkat fasa ke tanah Kawat putus

    Untuk pengamanan dari gangguan-gangguan tersebut diatas maka suatu

    sistem proteksi dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:

    a. Pengaman Utama : merupakan sistem proteksi yang diharapkan segera

    bekerja jika terjadi kondisi abnormal atau gangguan pada daerah

    pengamannya, dalam hal ini digunakan rele jarak.

    b. Pengaman Cadangan : diperlukan apabila pengaman utama tidak berkerja

  • 15

    atau terjadi gangguan pada sistem pengaman utama itu sendiri dalam hal ini

    Rele Arus Lebih.

    3.6.1. Rele Jarak (Distance Relay)

    Rele jarak berfungsi untuk memproteksi SUTT 150 KV terhadap

    gangguan antar fasa maupun gangguan hubungan ke tanah (sebagai

    pengaman utama).

    Pada gambar 3.3. menunjukan contoh penerapan pada sistem

    penjatuhan daerah secara bertingkat (zone tripping). Tingkat pertama ZA1-

    ZB1 dipasang pada jarak 80% dari daerah yang dilindungi, sehingga

    penjatuhan (tripping) dari daerah tersebut berlangsung dengan kecepatan

    tinggi

  • 16

    Zone 1 = ZA CT = Current Transformer

    Zone l = ZB 1 PT = Potensial Transformer

    Zone 2 = ZA2, ZB2 DR = Distance Relay

    Zone 3 = ZA3, ZB3 OCR = Over Current Relay

    F l, F2, F3 = Gangguan PMT = Pemutus Tenaga

    Pada dasarnya rele jarak memberikan tripping seketika untuk

    gangguan pada kawasan Zone 1, yang mencakup sekitar 80% dari panjang

    saluran. Sedangkan untuk gangguan diluar daerah zone 1 trip dilakukan

    dengan perlambatan waktu. Agar pada penghantar yang bersangkutan trip

    dengan cepat pada basic time-nya maka pada rele jarak dilengkapi dengan

    Teleproteksi sebagai nengirim sinyal tripping.

    Gambar 3.4. Gangguan pada SUTT 150 KV.

    1. Gangguan pada F1, rele jarak akan mendeteksi gangguan terletak pasa

    ZA 1 dan akan membuka PMT pada GI. A dengan waktu < 50 ms,

    sedangkan untuk GI. B rele jarak akan mendeteksi gangguan pada zone 2

    (ZB2) dan menerima sinyal trip dari GI. A dengan perlambatan waktu.

    2. Gangguan pada F2, masing-masing rele jarak akan mendeteksi

    gangguan. GI. A akan mendeteksi pada ZA 1 sedangkan GI. B akan

    mendeteksi pada ZB 1 dan saling mengirimkan sinval trip pada masing-

    masing GI.

  • 17

    3. Gangguan pada F3 rele jarak akan mendeteksi gangguan terletak pada

    ZB1 dan akan mentripkan PMT pada GI. B dengan waktu < 50 ms,

    sedangkan untuk GI. A rele jarak akan mendeteksi gangguan pada zone 2

    (ZA2) dan menerima sinyal trip dari GI. B dengan perlambatan waktu.

    3.6.2 Rele Arus Lebih (Over Current Relay)

    Jika terjadi gangguan eksternal pada suatu transformator tidak cepat

    dihilangkan (misalnya hubungan singkat), dapat mengakibatkan pemanasan

    yang berlebihan ataupun kerusakan lainnya. Rele arus lebih digunakan

    untuk menghindari kerusakan transformator dari gangguan hubung singkat

    yang terjadi pada rel daya transmisi sebelum gangguan tersebut menjalar pada

    transformator. Berdasarkan waktu kerjanya. rele arus lebih dibedakan menjadi

    tiga macam:

    1. Rele anus lebih Inverse (Inverse time Over Current relc7v).

    Adalah rele arus lebih yang bekerjanya sesuai karakteristik rele

    inverse, tergantung pada besamya anus gangguan. Ada empat macam

    karakteristik rele Inverse, yaitu

    a. Normal Inverse

    b. Very Inverse

    c. Extremely Inverse

    d. Inverse Time Relay

    2. Rele anus lebih difinit (Definite-Tinge Over-Current relay)

    Adalah rele arus lebih dengan penundaan waktu tertentu.

    3. Rele arus lebih sesaat (Instantaneous Over Current Relay) Adalah rele arus lebih yang bekerjanya tanpa waktu tunda.

    3.6.2.1 Prinsip Kerja Rele Arus Lebih

    Rele arus lebih merupakan rele utama atau cadangan yang berfungsi untuk

    mengamankan transformator terhadap gangguan hubung singkat antar fasa.

    Bekerjanya rele ini berdasarkan arus lebih dan memberikan perintah trip ke PMT

    sesuai dengan karakteristik waktunya.

  • 18

    Gambar 3.5. Rangakaian rele arus lebih.

    1. Pada kondisi normal, arus beban (Ib) oleh trafo arus ini ditransformasikan ke

    besaran sekunder (Ir). Arus Ir mengalir pada kumparan rele. Karena arus itu

    masih kecil daripada harga yang ditetapkan (setting) rele tidak akan bekerja.

    2. Bila terjadi gangguan hubung singkat, arus lb akan naik dan menyebabkan arus

    Ir naik pula. Jika arus Ir ini melebihi suatu harga setting-nya, maka rele akan

    bekerja dan memberikan perintah trip ke PMT, sehingga gangguan dapat

    diisolir.

    3. Beberapa istilah pada rele arus lebih:

    Ip = arus kerja (arus Pick-up), yaitu arus minimum yang menyebabkan rele bekerja.

    Id = Ir = arus kembali (arus drop-off/ Id, arus reset/Ir), yaitu arus maksimum yang menyebabkan rele kembali tidak bekerja.

    Perbandingan Id/Ip, adalah suatu harga perbandingan antara arus kembali dengan arus kerja.

    Time delay, yaitu periode waktu yang sengaja diberikan pada rele untuk memperlambat trip ke PMT sejak rele itu Pick-up.

  • 19

    3.6.2.2 Penentuan Setting Rele pada Transformator

    3.6.2.2.1 Rele Arus Lebih Inverse untuk Gangguan Fasa

    a. Setting arus dengan kelambatan waktu setting = 1,3 x In, dimana In adalah

    arus nominal pada rele arus lebih.

    b. Setting arus untuk elemen Instantaneous.

    Elemen ini tidak diaktifkan.

    c. Pemilihan kurva karakteristik waktu. Pada Gambar 3.6. merupakan kurva karakteristik waktu rele arus lebih dipilih

    sedemikian sehingga pada arus hubung singkat 3 fasa males rnum kurva rele arus

    lebih berada antara 0,5 sampai 1 detik di atas kurva rele jaringan tegangan

    menengah.

    Gambar 3.6. Prinsip koordinasi rele transformator dengan rele penghantar.

    Keterangan:

    a = Kurva rele pada penghantar.

    b = Kurva rele pada transformator.

    Ihs = arus hubung singkat 3 fasa.

    t = beda waktu 0,5 sampai 1 detik.

  • 20

    3.7. Rele Proteksi Pada Transformator

    Pengamanan pada trafo merupakan pengamanan yang sangat penting karena

    trafo berfungsi untuk menyalurkan daya / tenaga listrik dari tegangan tinggi ke

    tegangan rendah atau sebaliknya. Adapun tujuan dari proteksi trafo ini adalah :

    a. Mencegah kerusakan trafo karena gangguan yang terjadi di daerah letak

    trafo dan di dalam trafo itu sendiri.

    b. Membatasi luas daerah terganggu (pemadaman) sekecil mungkin.

    c. Memberikan pengamanan cadangan bagi instalasi lainnya, misalnya

    jaringan tegangan menengah.

    3.7.1. Rele Bucholz

    Rele ini berfungsi untuk mendeteksi adanya aliran minyak atau gas yang

    timbul akibat gangguan di dalam trafo. Rele ini mempunyai dua tahapan kerja

    yaitu tahap alarm dan tahap trip.

    Selama trafo beroperasi normal, rele terisi penuh dengan minyak.

    Pelampung akan berada pada posisi awal. Bila terjadi gangguan kecil di dalam

    tangki trafo, misalnya hubungan singkat dalam kumparan, akan menimbulkan gas.

    Gas yang terbentuk akan berkumpul dalam rele pada saat perjalanan menuju

    tangki konservator, sehingga level minyak dalam rele turun dan akan mengerjakan

    kontak alarm ( kontak pelampung atas ).

    Bila level minyak trafo turun secara perlahan-lahan akibat kebocoran,

    maka pelampung atas akan memberikan sinyal alarm dan bila penurunan minyak

    ini terus berlanjut maka pelampung bawah akan memberikan sinyal trip.

    Bila terjadi busur api yang besar , kerusakan minyak akan terjadi dengan

    cepat dan timbul juga tekanan pada minyak yang bergerak melalui pipa ke rele

    bucholz.

    Gangguan yang dapat menyebabkan Bucholz bekerja :

    1. Hubung singkat antar lilitan

    2. Hubung singkat antar fasa

    3. Hubung singkat antar fasa ke tanah

    4. Busur api listrik karena kontak yang kurang baik

  • 21

    5. Kejutan aliran yang disebabkan gangguan dalam trafo

    3.7.2. Rele Tekanan Lebih ( Sudden Pressure Relay )

    Rele ini berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap tekanan lebih

    dengan mendeteksi kenaikan minyak yang tiba-tiba dan langsung menjatuhkan

    PMT.

    CARA KERJA

    1. Apabila tekanan didalam trafo dibawah tekanan operasi katup, maka gaya

    dari pegas penutup akan dikenakan pada piringan katup yang akan

    berhenti didalam gasket.

    2. Mekanik indikator ditempatkan pada titik tengah tutup dan dengan ujung

    terendah pada katup.(berwarna kuning).

    3. Pada Katup relief disediakan saklar alarm yang berfungsi sebagai signal

    untuk lokal atau indikasi jarak jauh apabila katup tersebut bekerja.

    3.7.3. Rele Suhu

    Rele ini berfungsi untuk mencegah / mengamankan trafo dari kerusakan

    isolasi kumparan akibat adanya panas berlebih. Besaran yang diukur di dalam rele

    ini adalah kenaikan temperatur pada kumparan dan minyak.

    3.7.3.1. Rele Suhu Minyak

    Rele ini mempunyai sensor temperatur yang di tempatkan pada ruangan

    (pocket) berisi minyak yang terletak di bagian atas tangki trafo. Sensor tersebut

    dihubungkan ke instrumen (thermometer + kontak-kontak) melalui pipa kapiler.

    3.7.3.2. Rele Suhu Kumparan

    Sensor temperatur mendapat panas dari elemen pemanas yang dialiri arus

    dari trafo arus yang sebanding dengan arus beban trafo. Sensor tersebut

    dihubungkan ke instrumen (termometer + kontak-kontak) melalui pipa kapiler.

    Besaran panas yang diterima sensor temperatur di ubah menjadi gerakan mekanis

    untuk menggerakan suatu poros yang mempunyai jarum penunjuk suhu dan

  • 22

    beberapa kontak. Kontak-kontak ini bekerja bertahap sesuai kenaikan suhu. Tahap

    pertama akan menjalankan sistem pendinginan, tahap kedua memberikan alarm

    dan tahap terakhir memberikan perintah trip ke PMT.

    3.7.3.3. Rele Beban Lebih ( OLR )

    Rele ini berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap suhu yang

    berlebihan dipakai rele beban lebih yang menggunakan sikuit simulasi untuk

    mendeteksi suhu kumparan trafo yang pada tahap pertama membunyikan alarm

    dan pada tahap kedua menjatuhkan PMT. Rele ini disebut juga rele thermis yang

    prinsip kerjanya dengan menggunakan elemen bimetal. Rele ini terdiri atas

    elemen pemanas yang di lalui arus dari trafo arus dan memanaskan elemen

    bimetal serta beberapa keping logam yang ketebalanya akan menentukan

    kecepatan rele ini menjadi panas. Suatu trafo bila mendapat sejumlah panas yang

    disebabkan oleh arus beban, suhunya akan naik secara eksponensial seperti di

    tunjukkan pada gambar dibawah ini.

    Gambar 3.7. Grafik perubahan suhu pada trafo.

    To = Suhu awal

    Tn = Suhu Akhir

    T = kenaikan suhu =Tn-To

    = konstanta waktu termis

  • 23

    Kecepatan trafo menjadi panas ditentukan oleh kapasitas (MVA) dan

    system pendinginannya, sedangkan suhu akhir ditentukan oleh besarnya arus.

    Ukuran untuk menunjukan kecepatan kenaikan suhu disebut konstanta waktu

    termis (thermal time constant) yang pengertiannya adalah waktu yang diperlukan

    untuk mencapai 63% dari T. Semakin kecil harga konstanta waktu termis suatu

    trafo, berarti trafo tersebut semakin cepat panas. Arus yang mengalir pada arus

    beban sebanding dengan arus beban trafo, dimana arus ini akan menaikkan suhu

    trafo dan suhu rele secara bersama-sama.

    3.7.4. Rele Arus Lebih (OCR)

    Rele ini berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap gangguan hubungan

    singkat antar fasa di dalam maupun di luar petak trafo. Rele ini berfungsi pula

    sebagai pengaman cadangan bagi bagian instalasi lainnya.

    Untuk memungkinkan selected Tripping dari gangguan dalam waktu

    sesingkat mungkin, sebaiknya dipakai rele dengan karakteristik pengunduran

    waktu yang terbalik (Inverse time delay), bila nilai arus hubung singkat ditentukan

    terutama pada titik gangguan.

    Bila nilai tersebut dalam keadaan operasionil, maka sebaiknya dipakai rele

    dengan karakteristik pengunduran waktu tertentu (definite time delay).

    Gambar 3.8. Rele Arus Lebih (OCR).

    3.7.5. Rele Jansen

    Rele Jansen digunakan untuk mengamankan ruang diverter switch apabila

    terjadi gangguan pada sistem tap changer. Rele Jansen dipasang antara tangki tap

    changer dengan konservator minyak tap changer.

  • 24

    Rele Jansen akan bekerja apabila ada desakan tekanan yang terjadi akibat

    flash over( hubung singkat ) antar bagian bertegangan atau bagian bertegangan

    dengan body atau ada desakan aliran minyak karena gangguan eksternal.

    3.7.6. Rele Hubung Tanah

    Rele ini berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap gangguan hubung

    tanah.

    Gambar 3.9. Rangkaian pengawatan rele arus lebih gangguan fasa dan hubung tanah.

    Bila terjadi ketidakseimbangan arus atau terjadi gangguan hubung singkat

    ke tanah, maka akan timbul arus urutan nol pada titik pentanahan trafo, sehingga

    rele di netral trafo akan bekerja. Hal yang sama juga dirasakan oleh rele hubung

    tanah pada out-going trafo.

    Rangkaian pada gambar (a) diatas mempunyai keuntungan terhadap

    gambar (b) karena dapat melihat gangguan F pada outgoing trafo, sedangkan

    gambar (b) tidak dapat melihat gangguan F pada out-going trafo.

    3.7.7. Rele Hubung Tanah Terbatas (restricted-earth fault relay)

    Rele ini berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap gangguan tanah di

    dekat titik netral yang tidak dapat dirasakan oleh rele diferensial.

    Rele ini hanya dipasang pada trafo yang titik netralnya ditanahkan

    langsung atau melalui tahanan dan berfungsi untuk membantu rele diferensial

    dalam mengamankan trafo dari gangguan hubung tanah di dalam kumparan trafo.

  • 25

    Rele ini diperlukan karena sensitivitas rele diferensial adalah sangat

    terbatas, terutama dalam mendeteksi terjadinya hubung singkat di dekat titik

    netral.

    Gambar 3.10. Prinsip kerja rele gangguan tanah terbatas.

    Bila terjadi gangguan tanah di luar daerah pengamanan, maka tidak ada

    arus yang mengalir di rele, tetapi kalau terjadi gangguan tanah di dalam daerah

    pengamanan, maka akan timbul arus yang mengalir di rele.

    Jenis rele yang dapat di gunakan sebagai rele gangguan tanah terbatas

    adalah rele diferensial berimpedansi tinggi. Bila digunakan rele berimpedansi

    tinggi, maka pada kondisi gangguan tanah internal akan timbul tegangan yang

    tinggi pada terminal rele. Untuk mengamankan peralatan proteksi dari tegangan

    tinggi ini digunakan tahanan non linier (Varistor). Rele ini memberikan perintah

    trip tanpa waktu tunda.

    3.7.8. Rele Tangki Tanah

    Rele ini berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap hubung singkat

    antar kumparan fasa dengan tangki trafo yang titik netralnya ditanahkan.

    Rele tangki tanah pada prinsipnya adalah rele arus lebih jenis

    instantaneous (tanpa waktu) yang berfungsi untuk mendeteksi arus hubung

    singkat belitan fasa ke tangki trafo. Jadi rele ini hanya dapat merasakan gangguan

    tanah dan hanya efektif pada trafo tenaga yang titik netralnya ditanahkan, karena

    arus urutan nol dapat mengalir. Agar rele tersebut dapat bekerja dengan baik,

  • 26

    maka tangki trafo harus diisolir terhadap tanah (lihat gambar dibawah). Rele

    tangki tanah dapat pula bekerja bila tangki trafo terkena tegangan AC seperti

    untuk sumber motor kipas pendingin, tap changer, alat pemanas (beater) dan

    sebagainya.

    Gambar 3.11. Rangkaian pengawatan rele tangki tanah.

    3.7.9. Rele Diferensial

    Rele ini berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap gangguan hubung

    singkat yang terjadi di dalam trafo.

    Prinsip kerjanya adalah membandingkan arus-arus masuk dan keluar trafo

    (lihat gambar dibawah). Pada kondisi normal atau gangguan diluar trafo

    (eksternal), arus akan bersirkulasi pada rangkaian sekunder trafo arus tanpa

    melewati rele (gambar 1 I a). bila terjadi gangguan di dalam trafo(internal), maka

    arus 2 I akan berbalik arah, sehingga arus sekunder dari kedua trafo akan saling

    menjumlahkan dan masuk ke rel dan rele bekerja (gambar 1 I b.)

    Gambar 3.12. Prinsip kerja rele diferensial

  • 27

    3.8. GANGGUAN PADA TRANSFORMATOR

    3.8.1. Gangguan internal

    Gangguan yang terjadi di daerah proteksi trafo, baik di dalam trafo

    maupun di luar trafo sebatas lokasi CT. Gangguan internal dapat dikelompokkan

    menjadi :

    a. Incipient Fault

    Gangguan terbentuk lambat, dan akan berkembang menjadi gangguan besar jika

    tidak terdeteksi dan tidak diatasi. Contoh gangguan :

    1. Overheating

    2. Overfluxing

    3. Overpressure

    b. Active fault

    Gangguan yang disebabkan oleh kegagalan isolasi atau komponen lainnya yang

    terjadi secara cepat. Contoh gangguan :

    1. Hubung singkat fasa dengan ground

    2. Hubung singkat fasa-fasa

    3. Tank faults

    4. Bushing flashover

    3.8.2. Gangguan Eksternal

    1. Overload

    2. Overvoltage

    3. Underfrequency

    4. External system short circuit

  • 28

    BAB IV

    ANALISA GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DI JARINGAN

    TRANSMISI 70 KV UPT BANDUNG BARAT

    4.1. Gangguan Hubung Singkat

    Gangguan hubung singkat ini merupakan gangguan internal yang

    diakibatkan jika gangguan eksternal pada suatu jaringan tidak cepat dihilangkan,

    yang dapat mengakibatkan pemanasan yang berlebihan ataupun kerusakan lainnya,

    sehingga dapat merusak kornponen lain apabila tidak dipasang proteksi dan

    digunakan untuk menghindari kerusakan pada komponen transmisi dari

    gangguan hubung singkat yang terjadi pada rel daya transmisi sebelum gangguan

    tersebut dapat menjalar pada komponen lain.

    Dalam merencanakan suatu sistem rele proteksi untuk mencegah terjadinya

    gangguan, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu data gangguan dan faktor-

    faktor yang menyebabkan gangguan tersebut. Gangguan hubung singkat

    merupakan gangguan yang terburuk, dan harus segera diisolir sebelum merambat ke

    peralatan sistem yang lain.

    Besar arus gangguan harus diketahui untuk menentukan daya hubung

    singkat, setting rele untuk koordinasi rele. Untuk itu diperlukan studi gangguan

    dan penanggulangan terhadap jaringan beserta faktor-faktor yang menyebabkan

    gangguan, yang diakibatkan oleh manusia atau alam, dari kedua gangguan

    tersebut dapat dibagi menjadi dua faktor penyebab terjadinya gangguan yaitu

    faktor ekstern dan intern.

    Faktor ekstern merupakan gangguan yang disebabkan oleh alam, lingkingan dll,

    seperti tertimpa pohon, petir, gangguan binatang, layang-layang, antena tv.

    Sedangkan faktor intern merupakan gangguan yang diakibatkan oleh alat itu

    sendiri seperti:

  • 29

    1. Jaringan tidak terawat.

    Jaringan tidak terawat ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:

    a. Jaringan trasmisi kotor, tiang miring, konduktor dan sambungan

    kendor.

    b. Instalasi jaringan jelek, kotor, panas berlebih, korosi, panel keropos, dll.

    c. Alat pengaman tidak rnemenuhi standar.

    d. Halaman gardu kurang terawat: rumput atau tanaman liar, sampah.

    2. Sumber daya manusia tidak optimal.

    a. Kurangnya pengetahuan tentang kewajiban dan tanggung jawab.

    b. Kurangnya pengorganisasian atau pengaturan kerja.

    c. Kurangnya kemampuan untuk melakukan perubahan yang baik.

    3. Sarana Peralatan.

    a. Alat kerja dan keselamatan kerja kurang lengkap.

    b. Belum tersedianya single line diagram

    c. Suku cadang kurang tersedia.

    d. Kurangnya biaya operasional.

    Gangguan ini dapat dideteksi karena akan timbul tegangan maupun arus yang

    tidak normal. Jenis gangguan dan perhitungan arus gangguan hubung singkat sebagai

    berikut:

    4.1.1 Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah

    Pada gambar 4.1 terlihat gangguan saluran ke tanah di F melalui impedansi Zf.

    Fasa dimana terjadi gangguan disebut fasa a.

    Gambar 4.1. Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah.

  • 30

    Persamaan kondisi pada titik F :

    Ib = 0

    Ic = 0

    Va = Zf.Ia(4.1)

    Komponen-komponen untuk arus yang mengalami gangguan adalah:

    1 3 1 1 11

    1

    00

    (4.2)

    Dengan mudah terlihat :

    Ia1 = Ia2 = Ia0 = Ia.(4.3)

    Dengan memasukan persamaan 4.1 menjadi komponen simetris didapat :

    Va1 = Va2 = Va0 = Zf . Ia = 3. Zf. Ia1................................................(4.4)

    Sehingga dari persaman (4.4) di atas dapat dilihat bahwa persamaan tersebut

    merupakan jumlah dari komponen-komponen simetris yang dihubung singkat seperti gambar

    4.2.

    Gambar 4.2. Sambungan jala-jala urutan hubung singkat fasa tanah.

  • 31

    Dengan cara Thevenin dapat dituliskan:

    3.

    ..(4.5)

    Jadi, besar arus hubung singkat satu fasa ke tanah adalah:

    (4.6)

    Dimana:

    Z1 = Impedansi urutan positif

    Z2 = Impedansi urutan negatif

    Z0 = Impedansi urutan nol

    Ea = Sumber tegangan

    4.1.2. Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa Pada Gambar 4.4 adalah gangguan antara saluran dimana gangguan terjadi pada

    titik f pada fasa B dan C melalui impedansi gangguan Zf.

    Gambar 4.3. Gangguan hubung singkat antar fasa.

    Arus dan tegangan di tempat gangguan:

    0

    ; .

  • 32

    Komponen-komponen simetris untuk arus gangguan adalah:

    1 3 1 1 11 1

    1 1

    0

    (4.7)

    Sehingga didapat:

    Ia2 = -Ia1

    Ia0 = 0

    Komponen-komponen simetris untuk tegangan pada saat terjadi gangguan:

    1 3 1 1 11 1

    1 1

    ..(4.8)

    3 Va1 = Va + (a + a2) Vb a2. Zf. Ib

    3 Va1 = Va + (a + a2) Vb a. Zf. Ib

    Didapatkan:

    3 (Va1-Va2) = (a-a2). Zf. Ib = j 3 Zf. Ib.....(4.9)

    Ib = (a2-a) Ia1 ; Ia2 = -Ia1 ; Ia0 = 0

    Ib = -j 3 Ia1

    Dengan memasukan Ib ke dalam persamaan 4.8 didapat:

    Va1 Va2 = Zf Ia1(4.10)

    Karena Ia0 = 0, maka urutan nol tidak dihubungkan, gambar rangkaian terlihat

    seperti pada Gambar 4.4.

    Gambar 4.4. Sambungan jala-jala untuk gangguan antar fasa.

  • 33

    Dengan rumus Thevenin dari Gambar di atas dapat dituliskan sebagai berikut:

    ..(4.11)

    Dengan memasukan ke dalam persamaan 4.9 kita dapatkan:

    Ib = - Ic =

    (4.12)

    Jadi, persamaan arus hubung singkat dua fasa adalah:

    If 2 =

    ..(4.13)

    4.1.3 Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa

    Gambar 4.5. Gangguan hubung singkat tiga fasa.

    Keterangan:

    Ia = arus fasa a

    Ib = arus fasa b

    Ic = arus fasa c

    Zf = Impedansi gangguan

  • 34

    Persamaan keadaan pada titik gangguan:

    Ia + Ib + Ic = 0

    Va = Ia Zf ; Vb = Ib Zf ; Vc = Ic Zf

    Dengan menggunakan persamaan keadaan di dapat:

    Ia0 = (Ia + Ib + Ic) = 0

    Va0 = (Va + Vb + Vc) = 0

    Va1 = Ia1 Zf = Ea Ia1 Z1

    Gambar 4.6. Sambungan jala-jala urutan hubungan singkat tiga fasa.

    Dari rangkaian ekivalen diatas didapat:

    Ia = Ia1 =

    (4.14)

    Jadi, persamaan arus hubung singkat tiga fasa adalah:

    If 3 = Ia = Ia1 =

    ..(4.15)

  • 35

    GRAFIK

  • 36

  • 37

    Dari data gangguan arus lebih UPT. Bandung Barat (terdapat pada bagian

    lampiran) merupakan suatu wilayah yang cukup sering terjadi gangguan. Dengan

    melihat kondisi wilayah Jawa Barat yang merupakan suatu daerah pegunungan

    dan terdapat pemukiman penduduk yang sebabkan oleh faktor ekstern, terutama faktor

    alam dan lingkingan.

    Apabila hal ini terus terjadi dan fungsi sistem proteksi pada jaringan trasmisi 70

    kV tidak dapat bekerja secara maksimal dan handal maka akibat yang ditimbulkan

    adalah:

    a. Pelanggan tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh PLN,

    b. Biaya pemeliharaan tinggi,

    c. Pendapatan berkurang (energi yang tak tersalurkan cukup tinggi),

    d. Pegawai tertekan.

    4.3. Langkah Perubahan Untuk Penanggulangan

    Untuk mengurangi kemungkinan kerusakan akibat gangguan yang bersifat

    temporer khususnya ganguan eksternal, maka diterapkan sistem yang berlapis-lapis

    seperti gambar di bawah ini:

    Gambar 4.7. Sistem proteksi cadangan dengan arus lebih.

    Apabila rele utama gagal bekerja tidak hanya dapat melindungi daerah

    yang terjadi gangguan saja melainkan bisa melindungi daerah proteksi berikutnya

    dengan penyetelan waktu dari rele proteksi dibuat lebih besar dibandingkan dengan

    rele proteksi utamanya, supaya dapat saling mem-back up dengan system proteksi

    utama.

  • 38

    Dilihat dari jenis gangguan yang sering terjadi maka menerapkan sistem

    proteksi dengan OCR sebagai rele utama untuk mendeteksi gangguan hubung singkat

    antar fasa yang banyak diakibatkan oleh gangguan eksternal, dan pemasangan

    rele cadangan (Back Up Relay) untuk men-trip-kan CB/PMT, sehingga bagian yang

    mengalami gangguan dapat dilsolirkan dari sistem.

    Nilai setting rele proteksi harus ditentukan dengan tepat agar rele bekerja di

    daerah yang tepat dimana terjadinya gangguan, sehingga komponen yang lain

    terhindar dari kerusakan.

    4.4. Upaya Penanggulangan Gangguan di UPT Bandung Barat

    4.4.1 Faktor Ekstern

    a. Perbaikan Jaringan

    1. Melakukan investigasi kondisi jaringan.

    2. Memasang sistem pengaman proteksi di setiap segmen pada penyulang

    untuk mengurangi perluasan daerah gangguan.

    3. Membuat perencanaan untuk perbaikan.

    4. Membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB).

    5. Melakukan pengawasan saat melaksanakan perbaikan.

    6. Melakukan evaluasi pelaksanaan perbaikan.

    b. Pemetaan Potensi Gangguan

    Pemetaan potensi gangguan dilakukan dengan skala prioritas:

    1. Peta pohon.

    2. Lokasi rawan petir

    3. Lokasi daerah polusi

    4. Lokasi rawan akibat aktifitas publik.

  • 39

    c. Mengoptimalkan Peran Territorial

    1. Sosialisasi manfaat listrik, bahaya listrik, penyebab gangguan aliran listrik

    kepada masyarakat.

    2. Pendekatan kepada masyarakat, tokoh dan lain-lain.

    d. Pemetaan Jaringan Terbaru

    Single line diagram selalu diperbaharui dengan data kondisi terbaru

    setiap ada penurunan atau penambahan jaringan.

    4.4.2. Faktor Intern

    a. Perencanaan Pelaksanaan Pemeliharaan

    1. Melakukan survei untuk pelaksanaan pemeliharaan (Check List Har).

    2. Mempersiapkan personil meliputi penugasan pengawas dan pelaksana

    pekerjaan.

    3. Mempersiapkan sarana dan prasarana (alat kerja, alat pelindung diri, alat

    komunikasi, dan kendaraan).

    4. Mempersiapkan material dengan mutu yang baik.

    5. Melakukan pembagian area kerja unruk masing-masing personil.

    b. Pemberdayaan SDM dan Masyarakat

    1. Pemberdayaan Supervisor pemeliharaan Dist. dan Kontruksi Dist. dalam

    kegiatan pemeliharaan.

    2. Pemberdayaan peran Supervisor Op. Dist. dalam usaha mengurangi

    jumlah gangguan jaringan distribusi.

    3. Pemberdayaan Supervisor KP dalam kegiatan pemeliharaan.

    4. Mengoptimalkan peran tenaga outsorching dalam membantu pelaksanaan

    pemeliharaan, pemeriksaan, dan pengukuran jaringan dan gardu, serta

    pelayanan gangguan.

  • 40

    5. Mengoptimalkan peran tenaga instalatir dalam pelaksanaan pemeliharaan.

    6. Mengoptimalkan peran masyarakat dalam info gangguan dan mendukung

    pelaksanaan pemeliharaan.

    c. Pelaksanaan Pemeliharaan

    1. Melakukan perbaikan instalasi.

    2. Melakukan pemeliharaan Jaringan Transmisi

    3. Melakukan pemeliharaan Gardu Induk.

    4. Melakukan patroli, monitoring dan pengawasan jaringan dengan ketat dan

    rutin untuk memantau kondisi sistem penyaluran listrik.

    5. Menganalisa setiap tejadinya gangguan dan langkah perbaikannya.

  • 41

    BAB V

    KESIMPULAN

    Setelah penulis melakukan kerja praktek di PT. PLN (Persero) Unit

    Pelayanan dan Transmisi (UPT) Bandung Barat selama kurang lebih 1 bulan

    yang dilaksanakan pada bulan Desember 2009, maka penulis dapat menarik

    kesimpulan sebagai berikut:

    1. Agar dapat memenuhi fungsinya dengan baik, rele proteksi harus mempunyai

    kriteria sebagai berikut :

    a) Kecepatan (speed)

    b) Sensitifitas (sensitivity)

    c) Selektifitas (selectivity)

    d) Keandalan (reability)

    e) Kesederhanaan (simplicity)

    2. Dengan melihat data gangguan arus lebih (terdapat pada lampiran) banyak

    di sebabkan oleh faktor ekstern terutama faktor alam dan lingkungan

    dikarenakan wilayah Jawa Barat merupakan daerah pegunungan dan terdapat

    pemukiman yang padat penduduk, dan kondisi cuaca yang tidak menentu juga

    menjadi penebab utama terjadinya gangguan karena sambaran petir, pohon

    tumbang saat terjadi hujan deras, dan lain-lain.

    3. Untuk mengatasi adanya gangguan arus lebih pada jaringan transmisi 70 kV

    maka pada sistem proteksi dipasang rele arus lebih/over current relay (OCR)

    yang berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap gangguan hubung singkat

    antar fasa di dalam maupun di luar petak trafo. Juga diharapkan rele ini

    mempunyai sifat komplementer dengan rele beban lebih. Rele ini berfungsi pula

    sebagai pengaman cadangan bagi bagian instalasi lainnya.

  • 42

    4. Untuk mengurangi kemungkinan kerusakan akibat gangguan yang bersifat

    temporer khususnya ganguan eksternal, maka diterapkan sistem yang berlapis--

    lapis, hal seperti ini dilakukan karena, apabila rele utama gagal bekerja

    tidak hanya dapat melindungi daerah yang terjadi gangguan saja

    melainkan bisa melindungi daerah proteksi berikutnya dengan penyetelan

    waktu dari rele proteksi dibuat lebih besar dibandingkan dengan rele

    proteksi utamanya, supaya dapat saling mem-back up dengan sistem proteksi

    utama.

    5. Dengan menggunakan sistem rele proteksi, gangguan arus lebih dapat diisolisir

    sehingga dapat dihindari kerusakan komponen dan peralatan yang lainnya.

  • DAFTAR PUSTAKA

    Arismunandar, A. Gardu Induk dan Teknik Tenaga Listrk Jilid III, Pradya

    Paramitha, Jakarta, 1997

    P.T. PLN, Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan Peralatan Penyaluran Tenaga

    Listrik, Perusahaan Listrik Negara, Jakarta 1984.

    Pribadi, Yanuar Hendra., Rele Proteksi Sebagai Pengaman Transformator

    Tenaga 150 / 20 KV 60 MVA Pada Gardu Induk Cigereleng, Laporan Kerja Praktek

    I, ITENAS, 2008.

    Hutahuruk, T.S., Analisa Sistem Tenaga Listrik, jilid 1, Jakarta, 1987.

    Warrington, A. R. van C., Protective Relays Their Theory and Practice,

    Volume One Third Edition, Chapman & Hall, London, 1977.

    Warrington, A. R. van C., Protective Relays Their Theory and Practice,

    Volume Two Third Edition, Chapman & Hall, London, 1977.

  • LAMPIRAN

  • Data Terjadinya Gangguan Arus Lebih Pada Jaringan Transmisi 70 kV

  • Data Seting Relay Pada

    Trafo 150/70 kV G.I Cigereleng

  • kV

    PHT 70 4 12 2009 CRBON

    PMT 70 KV BBKAN - 2 PHT 70 4 12 2009 CRBON

    PMT 70 KV SRAGI - 1 DIST. A - B PHT CUACA HUJAN DERAS 70 4 12 2009 CRBON

    PHT 70 4 12 2009 CRBON

    PHT 70 4 12 2009 CRBON

    PHT 70 5 12 2009 GARUT

    PMT 70 KV BNJAR - 2 RECLOSE DIST. R UA PHT CUACA HUJAN LEBAT (counter 30-31) 70 5 12 2009 GARUT

    PHT 70 7 12 2009 GARUT

    PMT 70 KV BNJAR 2 DIST. FASA R, UA PHT 70 7 12 2009 GARUT

    PHT 70 15 12 2009 CRBON

    PMT 70 KV KDPTN - 2 DIST. A - C ZONE-2 PHT 70 15 12 2009 CRBON

    PMT 70 KV PRKAN - 1 TRIP - CLOSE DIST. R - T ZONE 2 PHT 70 15 12 2009 CRBON

    PHT 70 15 12 2009 CRBON

    PHT 70 16 12 2009 GARUT

    PHT 70 16 12 2009 GARUT

    PHT 70 16 12 2009 GARUT

    PHT 70 17 12 2009 CRBON

    PMT 70 KV PRKAN - 2 RECLOSE DIST. T PHT MENDUNG 70 17 12 2009 BDTMR

    PHT 70 17 12 2009 PWKTA

    PHT 70 17 12 2009 KRWNG

    PHT 70 17 12 2009 KRWNG

    PMT 70 KV KSBRU RECLOSE DIST. A- N (counter 47-48) PHT HUJAN LEBAT 70 17 12 2009 KRWNG

    PHT 70 21 12 2009 PWKTA

    PMT 70 KV PWKTA - 1 PHT 70 21 12 2009 PWKTA

    PHT 70 24 12 2009 BDBRT

    PHT 70 24 12 2009 BDBRT

    PHT 70 26 12 2009 PWKTA

    PHT 70 26 12 2009 KRWNG

    PMT 70 KV CURUG CLOSE PHT PENORMALAN GANGGUAN TGL 26-12-2009 70 27 12 2009 KRWNG

    RECLOSE PHT 70 27 12 2009 BDBRT

    PHT 70 27 12 2009 BDBRT

    RECLOSE PHT 70 27 12 2009 CRBON

    DIST A ZONE 1 (counter 36-37) PHT 70 27 12 2009 CRBON

    RECLOSE PHT 70 27 12 2009 CRBON

    DIST A ZONE 1 PHT 70 27 12 2009 CRBON

    PHT 70 29 12 2009 BKASI

    PHT 70 29 12 2009 BKASI

    PHT 70 29 12 2009 BKASI

    PMT 70 KV TMBUN -1 PHT 70 29 12 2009 BKASI

    PMT 70 KV TMBUN -1 OPEN-CLOSE PHT T 30 - 33 ) 70 29 12 2009 BKASI

    PMT 70 KV TMBUN - 2 OPEN-CLOSE PHT 70 29 12 2009 BKASI

    PHT CUACA MENDUNG (counter 2-3) 70 31 12 2009 PWKTA

    PHT 70 31 12 2009 PWKTA

    PHT 70 31 12 2009 KRWNG

    DATATERJADINYAGANGGUANPADAJARINGANTRANSMISI70kVBULAN DESEMBER 2009

    SBANG PMT 70 KV PWKTA - 1 RECLOSE DISTANCE FASA A, AR SUCCESS, CARRIER RECEIVE CUACA MENDUNG (counter 167-168)

    KSBRU PMT 70 KV PNDLI - 1 RECLOSE / TRIP DISTANCE FASA S UA UD OCR-3 HUJAN LEBAT (counter 238-239)

    PCLMA

    PCLMA

    PWKTA PMT 70 KV SBANG - 1 RECLOSE DISTANCE FASA R, Z1, AR SUCCESS, CARRIER SEND

    TMBUN GANTRI

    PCLMA RECLOSE DIST. T. ZONE-1 (counter 78-79) COUNTER ARESTER ( R 30 - 31, S 30 - 31

    TMBUN PMT 70 KV PCLMA -1 TRIP - CLOSE DIST, A, ZONE 1 HUJAN LEBAT DAN PETIR

    TMBUN PMT 70 KV PCLMA - 2 TRIP - CLOSE OCR, DIST FASA S-T ZONE 1 FLASH OVER PADA ISOLATOR FASA S DI TIANG

    BBKAN PMT 70 KV SRAGI -1 DIST A ZONE 1 CUACA HUJAN LEBAT

    BBKAN RECLOSE

    SRAGI PMT 70 KV BBKAN - 1 DIST A ZONE 1 (counter 35-36) CUACA MENDUNG

    SRAGI RECLOSE

    CGRLG PMT 70 KV CKLNG - 1 DIST. S UA (counter 182-183) CUACA MENDUNG

    CKLNG PMT 70 KV CGRLG - 1 RECLOSE DIST. B (counter 32-33) HUJAN LEBAT DISERTAI PETIR

    KSBRU PMT 70 KV CURUG TRIP OCR 1-3 HASIL TEMUAN DI T.B5 ADA KAWAT

    KSBRU

    CGRLG PMT 70 KV MJLYA - 1 RECLOSE DIST. RELAY FASA A CUACA CERAH

    PWKTA PMT 70 KV SBANG - 1 RECLOSE DIST. R Zone-1 Carier Send, CUACA HUJAN & PETIR

    SBANG RECLOSE DIST. A , OCR. STARTING (counter 165-166) HUJAN & PETIR

    MJLYA PMT 70 KV CGRLG - 1 RECLOSE DIST. RELAY FASA A (counter 12-13) CUACA HUJAN LEBAT DISERTAI PETIR

    IDBRT

    PWKTA PMT 70 KV SBANG - 1 TRIP-CLOSE OCR, POLE DISCRAPANCY CUACA CERAH

    KSBRU PMT 70 KV PWKTA RECLOSE DIST. B, ZONE-1 (counter 306-307) HUJAN LEBAT

    KSBRU PMT 70 KV IDBRT RECLOSE DIST. A-N, ZONE-1 (counter 306-307)

    SMDNG

    PWKTA PMT 70 KV KSBRU RECLOSE DIST. S, ZONE-1 (counter 8-9) MENDUNG

    MLBNG PMT 70 KV TSMYA - 1 RECLOSE DIST. ST UA, OCR. T GF.(counter 372-373)

    PRKAN PMT 70 KV SMDNG - 2 TRIP - CLOSE DIST. C ZONE - 2

    TSMYA PMT 70 KV MLBNG - 1 RECLOSE DIST. ST UA, OCR. 2 GF.(counter 408-409) diantara tiang 111 - 112 ditemukan

    TSMYA benang layangan dari kawat.

    KDPTN CUACA HUJAN & PETIR

    KDPTN PMT 70 KV PRKAN - 2 OPEN-CLOSE -

    PRKAN PMT 70 KV KDPTN - 1 TRIP - CLOSE DIST. A - C

    PRKAN TRIP - CLOSE Info Operator u/ PRKAN-KDTPN II Reclose/trip

    BNJAR PMT 70 KV PDRAN 2 RECLOSE DIST. FASA R, UA CUACA HUJAN & PETIR (counter 149-150)

    PDRAN RECLOSE

    BNJAR PMT 70 KV PDRAN - 2 RECLOSE DIST. R UA CUACA HUJAN LEBAT (counter 148-149)

    PDRAN

    Kontak - kontak PMT kurang sempurna

    SRAGI PMT 70 KV BBKAN - 2 OPEN - CLOSE

    BBKAN RECLOSE

    BBKAN PMT 70 KV SRAGI - 2 OPEN - CLOSE

    SRAGI PMT 70 KV BBKAN - 1 TRIP - CLOSE DIST. A - B CUACA HUJAN

    SRAGI RECLOSE DIST. B G Zone-1

    Bln

    Thn

    UPTPEMBANGKIT / TRAFO / PHTLOKASI STATUS PMT RELE YANG KERJA JENIS KETERANGAN

    Tgl

  • PHT 70 31 12 2009 KRWNGPNDLI PMT 70 KV KSBRU - 1 TRIP - CLOSE DISTANCE FASA S, Z1

  • kV

    GI PHT 70 3 1 2010 BDBRT

    GI PMT 70 KV CGRLG - 1 RECLOSE DIST. A (counter 113-114) PHT HUJAN LEBAT DISERTAI PETIR 70 3 1 2010 BDTMR

    GI PHT 70 5 1 2010 BDBRT

    GI DIST. A. ZONE-1 (counter 114-115) PHT 70 5 1 2010 BDTMR

    GI PMT 70 KV ARJWN - 1/2 RECLOSE DISTANCE PHASA : R S, OCR/GFR STARTING PHT HUJAN LEBAT PETIR (counter 15 - 16) 70 21 1 2010 CRBON

    PHT 70 21 1 2010 CRBON

    GI PHT 70 21 1 2010 CRBON

    PMT 70 KV CGNEA OPEN - PHT CT FASA S TRAFO-2 DI CGNEA MELEDAK 70 22 1 2010 PWKTA

    PMS LINE 70 KV JTLHR OPEN PHT 70 22 1 2010 PWKTA

    PHT 70 23 1 2010 PWKTA

    GI PHT 70 23 1 2010 PWKTA

    GI PHT 70 23 1 2010 PWKTA

    PMT 70 KV CRATA 2 PHT 70 23 1 2010 PWKTA

    PHT 70 23 1 2010 PWKTA

    GI PHT 70 24 1 2010 GARUT

    PHT 70 24 1 2010 GARUT

    GI PHT 70 24 1 2010 GARUT

    PHT 70 24 1 2010 GARUT

    GI PHT 70 31 1 2010 CRBON

    PMT 70 KV MLBNG -2 PHT 70 31 1 2010 CRBON

    GI PHT 70 31 1 2010 GARUT

    PMT 70 KV PRKAN - 2 PHT 70 31 1 2010 GARUT

    GI PHT 70 31 1 2010 GARUT

    GI PMT 70 KV BNJAR - 2 PHT 70 31 1 2010 GARUTPDRAN RECLOSE DIST, R UA (counter 31 - 32)

    DATA TERJADINYA GANGGUAN PADA JARINGAN TRANSMISI 70 kV

    BULAN JANUARI 2010

    BNJAR PMT 70 KV PDRAN - 2 RECLOSE DIST. R UA, OCR 1 STAR (counter 150 - 151) CUACA GERIMIS

    CUACA GERIMIS DAN PETIR

    MLBNG TRIP - CLOSE DIST. B N, OCR R

    PRKAN TRIP - CLOSE Dist. B OCR GF

    MLBNG PMT 70 KV PRKAN - 1 TRIP - CLOSE DIST. A N, OCR R

    PRKAN PMT 70 KV MLBNG -1 TRIP - CLOSE Dist. A OCR I Start

    PDRAN (counter 30 - 31)

    PDRAN PMT 70 KV BNJAR - 1/2 RECLOSE DISTANCE PH. RST, OCR STARTING (counter 39 - 40) HUJAN DISERTAI PETIR

    BNJAR PMT 70 KV PDRAN - 2 TRIP - CLOSE DISTANCE PH. RST, UD

    Ganngguan motor penggerak Pengisi pegas

    BNJAR PMT 70 KV PDRAN - 1 RECLOSE DISTANCE PH. RST, ZONE 2 (counter 184 - 185) HUJAN GERIMIS

    PWKTA OPEN - CLOSE spring charger failure tdk bisa direset )

    PWKTA

    PWKTA PMT 70 KV CRATA 2 RECLOSE DIST. R UA OCR GF START (counter 22 - 23) CUACA MENDUNG ( muncul alarm

    MENORMALKAN GGN. TGL 22 JAN 2010

    CGNEA PMS LINE 70 KV JTLHR CLOSE (KONSUMEN MILIK POJ)

    JTLHR

    CGNEA

    JTLHR PMT 70 KV CGNEA CLOSE

    ARJWN PMT 70 KV SRAGI - 1 TRIP - CLOSE DISTANCE PHASA : R S ZONE 1 BEBAN GI SEMEN TURUN DARI 34 MW KE 0 MW

    SRAGI

    SRAGI (counter 32 - 33)

    MJLYA PMT 70 KV CGRLG 1 RECLOSE CUACA HUJAN & PETIR

    MENDUNG

    PEMBANGKIT / TRAFO / PHT

    Tgl

    BlnMJLYA

    CGRLG PMT 70 KV MJLYA 1 TRIP - CLOSE DIST. A. ZONE-2

    CGRLG PMT 70 KV MJLYA - 1 RECLOSE DIST. A (counter 93-94)

    Thn

    UPTRELE YANG KERJA JENIS KETERANGAN

    PadamLOKASI PLT / GI STATUS PMT

    01_COVER dan lembar pengesahan.pdf02_KATA PENGANTAR.pdf03_DAFTAR ISI.pdf04_DAFTAR GAMBAR.pdf05_BAB I.pdf06_BAB II.pdf07_BAB III.pdf08_BAB IV.pdf09_BAB V.pdf10_DAFTAR PUSTAKA.pdf11_LAMPIRAN.pdf12_70KV Jadi 2009.pdf13_70 kv jadi 2010.pdf