laporan kp 1.pdf
TRANSCRIPT
-
LAPORAN KERJA PRAKTEK I
Analisa Gangguan Arus Lebih Pada Jaringan Transmisi 70 KV
PT. PLN (Persero) UPT Bandung Barat
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Akademis Program Studi Strata-I
Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional
Disusun Oleh :
Tegar Avrilla Kharismawan
11-2007-007
KONSENTRASI TEKNIK ENERGI ELEKTRIK
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL
BANDUNG
2011
-
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu alaikum Wr.Wb
Segala puja dan puji hanya milik Allah SWT karena atas limpahan rahmat,
nikmat, dan taufik-Nya penyusun telah menyelesaikan Laporan Kerja Praktek I
dengan semaksimal mungkin. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada
junjungan kita baginda Rasulullah SAW yang telah memberikan keteladanan yang
sangat baik di berbagai aspek kehidupan.
Adapun alasan penyusun mengambil judul Analisa Gangguan Arus
Lebih Pada Jaringan Transmisi 70 KV PT. PLN (Persero) UPT Bandung
Barat, yaitu: ketertarikan penyusun terhadap sistem pengamanan atau proteksi
saluran transmisi khususnya pada saluran output di suatu gardu induk.
Dengan perasaan haru dan bangga, hingga akhirnya laporan ini dapat
terselesaikan. Namun penulis juga sadar bahwa masih banyak tugas-tugas yang
jauh lebih berat dan penuh tantangan yang akan penulis jalani di masa-masa yang
akan datang nantinya.
Di balik kesuksesan pasti ada orang-orang yang berjasa dan berperan
penting dalam mencapainya, walaupun penyusun belum 100% memiliki
kesuksesan itu, saya selaku penyusun berterima kasih atas dukungan moril dan
materil kepada:
1. Kedua orang tua serta kakak dan adik saya yang selalu memberikan
dukungan dan kasih sayang yang tiada henti-hentinya.
2. Bapak Tatang sebagai manager pemeliharaan UPT Bandung Barat yang
telah mengizinkan saya untuk melakukan kerja praktek di gardu induk
Cigereleng.
3. Bapak Abdul Khodir sebagai pembimbing kerja praktek saya di gardu
induk Cigareleng yang telah banyak membantu saya dalam melakukan
kerja praktek di gardu induk Cigereleng.
-
iii
4. Bapak dan ibu karyawan PT. PLN (Persero) UPT Bandung Barat yang
telah banyak membantu, terutama Ibu Lilis yang telah membantu saya
dalam pengurusan administrasi untuk dapat melakukan kerja praktek di
UPT Bandung Barat.
5. Bapak Nasrun Haryanto, M.T selaku dosen pembimbing kerja praktek I,
yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama penyusunan
Laporan Kerja Praktek I ini.
6. Bapak Endang salah satu staf lasso GI Cigereleng yang telah membantu
saya untuk berbagi ilmunya untuk penyusunan laporan ini.
7. Bapak Syahrial, MT selaku dosen wali yang selalu membimbing saya.
8. Terima kasih juga untuk teman-teman seperjuangan di teknik elektro
terutama Andi Fajrin partner saya sewaktu melakukan kerja praktek, Saka
Putra yang selalu memberikan motivasi dan bimbingannya juga Hadian,
Sukma, Adit dan anak-anak 2007 lainnya, terima kasih banyak atas
bantuannya dalam penyusunan laporan ini.
9. Dan seluruh orang-orang yang telah membantu saya yang tidak saya
sebutkan satu persatu.
Tiada yang sempurna di dunia ini kecuali Allah SWT, tentunya laporan ini
masih sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang baik dan membangun, agar kelak di kemudian hari bisa lebih baik
dari sekarang. Semoga laporan ini bermanfaat untuk semua umumnya dan untuk
penyusun khususnya. Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb
Bandung, Desember 2010
Tegar Avrilla. Kh
-
iv
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iv
Daftar Tabel vii
Daftar Gambar viii
Daftar Lampiran ix
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah 1
1.2 Maksud dan Tujuan 1
1.3 Pembatasan Masalah 2
1.4 Lokasi dan Waktu Kegiatan 2
1.5 Metoda Penyelesaian Masalah. 3
1.6 Sistematika Pembahasan 3
BAB II GAMBARAN UMUM PT. PLN (PERSERO)
2.1 Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) P3B 5
2.2 Visi, Misi, Budaya dan Motto PT. PLN(Persero) P3B 6
2.2.1. Visi 6
2.2.2. Misi 7
2.2.3. Budaya 7
2.2.4. Motto 7
2.3 Struktur Organisasi PT. PLN ( Persero ) P3B 8
2.3.1. Struktur Region 8
2.3.2 Struktur UPT 8
2.3.3 Struktur UJT 8
-
v
BAB III RELE PROTEKSI
3.1 Sistem Proteksi .... 9
3.2 Peralatan Proteksi ... 10
3.3 Sistem Rele Proteksi............ 11
3.3.1. Rele Utama. 11
3.3.2. Rele Cadangan.. 11
3.4. Daerah-Daerah Perlindungan... 13
3.5. Langkah-Langkah Dalam Penggunaan Rele Proteksi. 13
3.6. Rele Proteksi Pada SUTT. 14
3.6.1. Rele Jarak (Distance Relay)..15
3.6.2 Rele Arus Lebih (Over Current Relay). 17
3.7. Rele Proteksi Pada Transformator . 20
3.2.1. Rele Bucholz 20
3.2.2. Rele Tekanan Lebih 21
3.2.3. Rele Suhu 21
3.2.3.a. Rele Suhu Minyak 21
3.2.3.b. Rele Suhu Kumparan 21
3.2.4. Rele Arus Lebih ( OCR ) 23
3.2.5. Rele Jansen 23
3.2.6. Rele Hubung Tanah 24
3.2.7. Rele Hubung Tanah Terbatas 24
3.2.8. Rele Tangki Tanah 25
3.2.9. Rele Diferensial 26
3.3 Gangguan Pada Transformator 27
3.3.1. Gangguan Internal 27
3.3.2. Gangguan Eksternal 27
BAB IV ANALISA GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DI JARINGAN TRANSMISI
70 KV UPT BANDUNG BARAT
4.1. Gangguan Hubung Singkat......... 28
4.1.1 Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah... 29
-
vi
4.1.2. Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa. 31
4.1.3 Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa ....... 33
4.3.Langkah Perubahan Untuk Penanggulangan... 37
4.4. Upaya Penanggulangan Gangguan di UPT Bandung Barat 38
4.4.1.Faktor Ekstern...... 38
4.4.2. Faktor Intern 39
BAB V KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan . 41
Daftar Pustaka 42
Lampiran
-
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Diagram satu garis dari sistem yang menggambarkan
daerah proteksi rele utama 11
Gambar 3.2 : Proteksi cadangan dengan rele arus lebih.. 12
Gambar 3.3. Penerapan Zone Tripping 15
Gambar 3.4. Gangguan pada SUTT 150 KV 16
Gambar 3.5. Rangakaian rele arus lebih.. 18
Gambar 3.6. Prinsip koordinasi rele transformator dengan rele penghantar 19
Gambar 3.7. Grafik perubahan suhu pada trafo.. 22
Gambar 3.8. Rele Arus Lebih (OCR).. 23
Gambar 3.9. Rangkaian pengawatan rele arus lebih gangguan fasa dan
hubung tanah.. 24
Gambar 3.10. Prinsip kerja rele gangguan tanah terbatas... 25
Gambar 3.11. Rangkaian pengawatan rele tangki tanah. 26
Gambar 3.12. Prinsip kerja rele diferensial 26
Gambar 4.1. Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah 29
Gambar 4.2. Sambungan jala-jala urutan hubung singkat fasa tanah.. 30
Gambar 4.3. Gangguan hubung singkat antar fasa.. 31
Gambar 4.4. Sambungan jala-jala untuk gangguan antar fasa. 32
Gambar 4.5. Gangguan hubung singkat tiga fasa... 33
Gambar 4.6. Sambungan jala-jala urutan hubungan singkat tiga fasa 34
Gambar 4.7. Sistem proteksi cadangan dengan arus lebih.. 36
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Perkembangan tenaga listrik, khususnya di Indonesia mengalami peningkatan
yang pesat dibandingkan negara-negara berkembang lainnya. Hal ini dipengaruhi
oleh meningkatnya permintaan akan tenaga listrik oleh masyarakat dan pesatnya
perkembangan industri-industri yang membutuhkan energi listrik dalam skala besar.
Pesatnya pertumbuhan industri dan teknologi dewasa ini menuntut suatu
pelayanan kelistrikan yang terus menerus tanpa henti selama 24 jam. P.T PLN
sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang energi ketenagalistrikan selalu
berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kepada konsumen.
Pada kesempatan ini, penulis memilih tempat kerja praktek I di P.T PLN
(persero) P3B Jawa Bali Region Jawa Barat , yang bertempat di Jl. Moch Toha Km 4.
Dengan topik kajian Gangguan Arus Lebih dan Penanggulangannya . Dengan
mendapatkan pengalaman kerja praktek di lapangan diharapkan seorang mahasiswa
teknik khususnya teknik elektro dapat mempersiapkan diri menjadi seorang sarjana
teknik dengan dasar pengetahuan teknologi yang kuat disertai dengan kemampuan
kerja sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.
1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dilaksanakannya kerja praktek I ini untuk :
1. Memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan jenjang sarjana jurusan
Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional.
-
2
2. Sebagai bahan pembanding antara praktek di lapangan dengan teori yang
diperoleh penulis pada kuliah dan literatur yang berhubungan dengan yang
dibahas.
3. Memahami dan memperdalam disiplin ilmu, khususnya teknik energi listrik.
4. Menumbuhkan sikap dan mental profesional dalam memenuhi dunia kerja.
5. Melatih secara langsung dalam menangani suatu masalah atau gangguan yang
terjadi pada suatu sistem proteksi serta mampu mencari alternatif pemecahan
masalah di lapangan.
6. Menambah pustaka dan sarana dalam memperluas wawasan serta
pengetahuan bagi para pembaca, terutama bagi sesama rekan mahasiswa
sebagai bahan perbandingan studi tentang Sistem Rele Proteksi.
1.3. Pembatasan Masalah
Mengingat terlalu kompleksnya ruang lingkup masalah, maka dalam
penulisan laporan kerja praktek ini yang akan dibahas hanya terbatas pada
pengelompokan wilayah penyulang, penyebab, akibat dan penanggulangan gangguan
arus lebih atau disebut juga over current pada jaringa transmisi UPT Bandung Barat
tempat saya melakukan kerja praktek.
1.4. Lokasi dan Waktu Kegiatan
Lokasi kegiatan kerja praktek ini dilaksanakan pada PT. PLN (Persero) P3B
Jawa Bali Region Jawa Barat, yang bertempat di Jl. Moch Toha Km 4. Yang
dilaksanakan dari 1 Desember sampai dengan 31 Desember 2009.
-
3
1.5. Metoda Penyelesaian Masalah
Dalam penyelesaian laporan kerja praktek ini, penyusun memperoleh data
dengan cara sebagai berikut:
1. Metode Studi literatur
Studi literatur adalah metoda yang dilakukan dengan membaca dan
mempelajari sumber - sumber kepustakaan yang erat hubungannya dengan
topik yang penulis sajikan.
2. Metode Wawancara
Wawancara adalah metoda pengumpulan data melalui percakapan
langsung yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang lebih teliti dari
orang yang berwenang dengan masalah yang diteliti. Pada metoda ini penulis
melakukan wawancara secara langsung dengan pembimbing lapangan.
1.6. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan, maka penulis mengklasifikasikan
pembahasannya secara berurutan dan saling berkaitan, mulai dari bab pertama sampai
bab terakhir sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan latar belakang masalah, maksud dan tujuan kerja
praktek, pembatasan masalah,lokasi dan waktu kegiatan, metode penyelasian
masalah dan sistematika pembahasan.
-
4
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Pada bab ini menjelaskan sejarah singkat berdirinya PT. PLN (persero) P3B
Region Jawa Barat (RJBR).
BAB III RELE PROTEKSI
Pada bab ini menjelaskan gambaran umum rele proteksi mulai dari pengertian,
klasifikasi, jenis-jenis, dan cara kerja dari rele proteksi,
BAB IV ANALISA GANGGUAN HUBUNG SINGKAT JARINGAN
TRANSMISI 70 KV UPT BANDUNG BARAT
Pada bab ini penulis menjelaskan permasalahan dari sisi pengelompokan
penyebab, akibat, dan penanggulangannya apabila terjadi gangguan arus lebih
pada penyulang 70 KV
BAB V KESIMPULAN
Pada bab ini berisikan kesimpulan yang diambil penulis berdasarkan laporan
kerja praktek I.
-
5
BAB II
GAMBARAN UMUM
PT. PLN (PERSERO)
2.1 Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) P3B
Sejak masa penjajahan Belanda sampai awal tahun 1942, di Indonesia dikenal
suatu badan atau perusahaan yang menyediakan pasokan tenaga listrik milik
pemerintah, daerah otonom ( Gemente ) atau gabungan keduanya.
Di Jawa Barat khususnya Bandung perusahaan pengelola serta penyedia
tenaga listrik bagi kepentingan umum itu adalah Bandoengsche Electriciteit
Maatschappij ( BEM ) yang berdiri tahun 1905.
Pada tanggal 01 Januari 1920 Perusahaan Perseroan Gemeenschapplijk
Electriciteit Bedrijf Voor Bandoeng ( GEBEO ) menggantikan BEM, penggantian
ini dikukuhkan dengan akte pendirian Notaris Mr.Andrian Hendrik Van Ophuisen
No.213 tanggal 31 Desember 1919.
Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942- 1945, pendistribusian
tenaga listrik dilaksanakan oleh Djawa Denki Djigjo Sha Bandoeng Shi Sha, dengan
wilayah kerja seluruh pulau Jawa.
Setelah poklamasi kemerdekaan RI, Indonesia mengalami periode perjuangan
fisik sampai tibanya saat penyerahan kedaulatan RI dari Pemerintah Hindia Belanda.
Dengan Penetapan Pemerintah No.1 Tahun 1945 tertanggal 27 Oktober 1945
dibentuklah Jawatan Listrik dan Gas dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan
Tenaga Listrik Seiring dengan perubahan struktur organisasi dilingkungan PT. PLN (
persero ) UBS-P3B,sesuai dengan SK No.003.K/021/GM-UBS-P3B/2001 tanggal 16
April 2001 dibentuklah PT. PLN ( Persero ) P3B Region Jawa Barat.
-
6
Region Jawa Barat ( RJBR ) dibentuk dari gabungan 1 ( satu ) Unit Pengatur
Beban ( UPB dan 5 ( lima ) Sektor yaitu : Sektor Periangan, Sektor Cirebon, Sektor
TET, sebagian Sektor Pulo Gadung.dan sebagian kecil Sektor Bogor.
Region Jawa Barat memiliki 6 ( enam ) Unit Pelayan Transmisi dan 2 (dua)
Unit Jasa Teknik yaitu :
1. UPT Bandung Barat.
2. UPT Bandung Timur.
3. UPT Cirebon
4. UPT Karawang
5. UPT Purwakarta
6. UPT Garut.
7. UPT Bekasi.
8. UJT Bandung
9. UJT Cirebon
Region Jawa Barat ( RJBR ) brkedudukan di Bandung dengan alamat sebagai
berikut:
Jalan : Jl. Moch. Toha-KM 4, Komplek PLN/GI. Cigereleng
2.2 Visi, Misi, Budaya, dan Motto PT. PLN (Persero) P3B
2.2.1 VISI
Diakui sebagai pengelola transmisi, operasi siatem dan transaksi tenaga listrik
dengan kualitas pelayanan setara kelas dunia, yang mampu memenuhi harapan
stakeholders, dan memberikan kontribusi dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
-
7
2.2.2 MISI
1. Melakukan pengendalian operasi dan pemeliharaan penyaluran tenaga listrik
sehingga diperoleh sistem penyaluran yang efisien, andal,
berkualitas,terpercaya dan ramah lingkungan.
2. Melakukan pengembangan system penyaluran yang berupa sub-transmisi atau
peluasan gardu induk, untuk menunjang operasi.
3. Melaksanakan pengambangan dan pemberdayaan sumberdaya manusia yang
kompeten dan professional.
4. Mengembangakan usaha diluar usaha pokok yang dapat memberikan
kontribusi dalam laba usaha.
2.2.3 BUDAYA
Saling Percaya Integritas Peduli Pembelajar
2.2.4 MOTTO
Listrik Untuk Kehidupan Lebih Baik
-
22
2
A
2.3 Struktu
2.3.1 Strukt
2.3.2 Strukt
2.3.3 Str
DeputiManagerEngineering
AsistenMaE
AsistenManagerRencana&Evaluasi
r Organisas
tur Region
tur UPT
ruktur UJT
DeputiManagerKonstruksi
D
anagerRencana&Evaluasi
AsistenMOpera
Pemelih
si PT. PLN
T
DeputiManagerPemeliharaan
DO
&Asisten
Managerasi&haraan
(Persero) P
ManageRegion
DeputiManagerOperasiSistem
UPT/UPJ
MANAGER
ManagerPemelih
MANAGER
KEPALAG.I
P3B
ern
DeputiManagerKeuangan
araan
AsistenMAdm&Ke
DeputiManagerSDM&
Administrasi
AsistenManagerKeuangan
Manageruangan
DeputiManagerHukum&Lingkungan
rAdm&n
8
-
9
BAB III
RELE PROTEKSI
3.1 SISTEM PROTEKSI
Sistem tenaga listrik pada dasarnya harus dapat beroperasi terus menerus
secara normal, dalam pengoperasian diusahakan tidak mengalami kegagalan
operasi. Oleh sebab itu kemungkinan kemungkinan yang menyebabkan kegagalan
tersebut dapat diperkecil. Kegagalan system pengoperasian tenaga listrik dapat
disebabkan beberapa hal, antara lain :
1. Kegagalan karena kesalahan manusia, diantaranya adalah kelalaian saat
mengubah jaringan sistem, lupa membuka pentanahan setelah perbaikan
dan sebagainya.
2. Kegagalan karena gangguan dari dalam, misalnya faktor alat, arus lebih,
tegangan lebih dan sebagainya sehingga dapat merusak isolasi peralatan.
3. Kegagalan karena gangguan dari luar, yaitu gangguan yang berasal dari
alam, diantaranya cuaca, petir, gempa bumi, banjir maupun gangguan oleh
hewan.
Untuk mengidentifikasi gangguan dan memisahkan bagian jaringan yang
terganggu dengan bagian lain yang masih baik serta sekaligus mengamankan
bagian yang baik dari kerusakan atau kerugian yang lebih besar, diperlukan
peralatan proteksi yang dapat dimonitor dan dikontrol.
Peralatan proteksi yang digunakan terdiri dari perangkat Rele Elektronik.
Setiap Rele Proteksi mempunyai pengawasan elektronik rele yang memberikan
sinyal ke kontak yang tersambung jika tegangan dari rele proteksi tersebut
melebihi batas.
Oleh karena itu Rele Proteksi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Sensitif :
Rele harus sensitif (peka) terhadap gangguan di daerah kerja meskipun
gangguan tersebut minimum dan selanjutnya memberikan respon.
-
10
2. Andal :
Akan bekerja bila diperlukan ( dependability ) dan tidak akan bekerja bila
tidak diperlukan (security ).
3. Selektifitas :
Kecermatan pemilihan dalam mengadakan perlindungan, hal ini
menyangkut koordinasi system proteksi dari sistem secara keseluruhan.
4. Cepat bereaksi :
Rele harus cepat bekerja / bereaksi bila sistem mengalami gangguan
sehingga peralatan dapat terlindungi.
3.2 PERALATAN PROTEKSI
Sebuah transformator distribusi dengan daya kecil, biasanya mendapatkan
pengamanan yang sederhana terhadap arus lebih atau arus hubung singkat dengan
pengaman lebur (fuse) saja. Pengaman lengkap akan menjadi terlampau mahal
untuk daya terpasang yang tidak begitu besar. Sedangkan untuk transformator
dengan daya besar, digunakan system proteksi yang terdiri dari seperangkat
peralatan proteksi dengan komponenkomponen terpentingnya antara lain :
1. Relai proteksi, sebagai elemen perasa yang mendeteksi adanya gangguan
atau keadaan abnormal lainnya (Fault Detection).
2. Pemutus tenaga (PMT), sebagai pemutus arus gangguan di dalam sirkit
tenaga untuk melepaskan bagian sistem yang terganggu. Dapat dikatakan
untuk membebaskan sistem dari gangguan (Fault Clearing), PMT
menerima perintah (sinyal trip) dari relai proteksi untuk membuka.
3. Trafo arus (Current Transformator) dan trafo tegangan (PT), untuk
meneruskan arus dan tegangan dengan perbandingan tertentu dari sirkit
primer (sirkit tenaga) ke sirkit sekunder (sirkit relai) dan memisahkan
sirkit sekunder dari sirkit primernya.
4. Battery (aki), sebagai sumber tenaga untuk mengetrip PMT dan catu daya
untuk relai.
-
11
3.3 SISTEM RELE PROTEKSI
Dalam sistem proteksi terdapat dua jenis rele proteksi yang dikenal, yaitu:
a. Rele Utama (Primary Relaying)
b. Rele Cadangan (Back Up Relaying)
3.3.1 Rele Utama
Pada Gambar 3.1 dijelaskan tentang daerah proteksi dari rele utama,
dimana PMT ditempatkan untuk menghubungkan komponen dari sistem tenaga.
Jika terjadi beberapa gangguan dalam daerah proteksi akan menyebabkan
terbukanya PMT dalam daerah proteksi.
Rele utama merupakan pengamaan utama dari sistem apabila terjadi
gangguan dalam daerah proteksi, rele dapat membuka PMT, sehingga dapat
melokalisir gangguan maupun akibat gangguan tersebut.
Gambar 3.1 Diagram satu garis dari sistem yang menggambarkan daerah proteksi rele utama.
3.3.2 Rele Cadangan (Back Up Relaying)
Rele Cadangan akan bekerja jika rele utama gagal bekerja, dan bertugas
tidak hanya melindungi daerah yang terjadi gangguan saja, tetapi juga untuk
melindungi daerah proteksi berikutnya.
Penyetelan (Setting) waktu dari rele proteksi cadangan dibuat lebih
besar dibandingkan dengan rele proteksi utamanya, sehingga perbedaan tersebut
-
12
masih dapat memberi waktu yang cukup untuk bekerjanya sistem proteksi
utama. Suatu contoh sederhana dari sistem proteksi cadangan pada suatu sistem
tenaga terlihat pada Gambar 3.2, pada ilustrasi gambar berikut digunakan rele arus
lebih dengan tingkatan waktu.
Gambar 3.2 : Proteksi cadangan dengan rele arus lebih
Jika terjadi gangguan dititik F dengan arus If pada Gambar, maka mula-mula
gangguan ini akan dideteksi oleh rele R1, dan setelah selang waktu t akan segera
mengerjakan saklar daya CB di C, tetapi jika terjadi sesuatu hal pada sistem
proteksi di C ini tidak bekeria dengan baik maka gangguan tersebut akan segera
diatasi oleh CB di B yang di kerjakan oleh rely R2, setelah mencapai waktu t2, dan
demkian seterusnya. Selain itu releproteksi cadangan sering digunakan untuk
menggantikan rele utama; iika pads rele utama dilakukann perbaikan atau
perawatan.
-
13
3.4 DAERAH-DAERAH PERLINDUNGAN (Zones Of Protection)
Konsep daerah-daerah perlindungan ini membantu dalam
mendefinisikan persyaratan sistem perlindungan. Dalam sistern tenaga bila
terjadi gangguan maka ganggnan tersebut harus dilokalisir jangan sampai
meluas. Untuk memenuhi hal tersebut alat pengaman harus dapat dikoordinir
satu sama lain, sehingga hanya alat-alat pengaman yang terdekat dengan
tempat gangguan saia yang bekeria, dengan kata lain bersifat selektif.
Karena alat-alat pengaman mempunyai kemampuan kerja terbatas, maka
pada sistem tenaga terdapat pembagian daerah-daerah proteksi sehingga
didapatkan selektifitas yang baik.
Aspek penting lainnyaa tentang daerah perlindungan adalah bahwa
daerah yang berdekatan selalu tumpang tindih (Overlap). Hat ini memang
diperlukan, karena jika tidak demikian, maka terdapat daerah yang tidak
terdeteksi oleh rele.
3.5 . LANGKAH-LANGKAH DALAM PENGGUNAAN RELE PROTEKSI
Hal yang pertama kali yang perlu dilakukan dalam penggunaan rele
proteksi adalah menetapkan dengan tepat persoalan proteksi untuk dihadapi.
Beberapa informasi yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a. Konfigurasi Sistem.
Konfigurasi sistem tenaga dipresentasikan dalam bentuk diagram satu garis
yang menunjukkan bagian-bagian dari sistem yang termasuk dalam persoalan
proteksi
b. Tingkat Proteksi yang diperlukan.
Untuk menentukan tingkat proteksi yang diperlukan maka tipe proteksi yang
akan dipakai digambarkan terlebih dahulu, dari data-data inilah nantinya
ditentukan apakah diperlukan tingkat proteksi yang bekerja sangat cepat,
sedang, lambat dan lain-lain. Juga apakah diperlukan penutupan PMT
secepatnya.
-
14
c. Studi Gangguan
Untuk mengunakan rele-rele proteksi, maka terlebih dahulu melakukan
perhitungan besar tegangan dan arus urutan yang mungkin timbul pada jenis
gangguan tertentu. Untuk keperluan setting rele studi gangguan yang digunakan
biasanya adalah studi hubung singkat tiga fasa, dua fasa dan satu fasa ke tanah.
d. Beban Maksimum, Data-Data Trafo, dan Impedansi
Untuk merencanakan suatu jenis rele, dibutuhkan data-data tentang beban
maksimum, hubungan trafo tegangan dan trafo arus, lokasi, perbandingan
lilitannya, impedansi trafo, dan penghantar.
3.6. RELE PROTEKSI PADA SUTT
Rele proteksi SUTT (Saluran Udara Tegangan Tinggi) adalah sistem
pengamanan terhadap gangguan yang terjadi pada SUTT tersebut yang
bertujuan untuk:
a. Mengamankan peralatan listrik terhadap kerusakan akibat gangguan.
b. Melokalisir gangguan sehingga pemadaman listrik pada konsumen dapat
ditekan sekecil mungkin
c. Mencegah rusaknya sistem operasional sehingga pemadaman total dapat
dihindari.
Macam-macam gangguan yang tirnbul:
Hubung sinikat antar fasa kawat Hubung singkat fasa ke tanah Kawat putus
Untuk pengamanan dari gangguan-gangguan tersebut diatas maka suatu
sistem proteksi dapat dibagi dalam dua kelompok, yaitu:
a. Pengaman Utama : merupakan sistem proteksi yang diharapkan segera
bekerja jika terjadi kondisi abnormal atau gangguan pada daerah
pengamannya, dalam hal ini digunakan rele jarak.
b. Pengaman Cadangan : diperlukan apabila pengaman utama tidak berkerja
-
15
atau terjadi gangguan pada sistem pengaman utama itu sendiri dalam hal ini
Rele Arus Lebih.
3.6.1. Rele Jarak (Distance Relay)
Rele jarak berfungsi untuk memproteksi SUTT 150 KV terhadap
gangguan antar fasa maupun gangguan hubungan ke tanah (sebagai
pengaman utama).
Pada gambar 3.3. menunjukan contoh penerapan pada sistem
penjatuhan daerah secara bertingkat (zone tripping). Tingkat pertama ZA1-
ZB1 dipasang pada jarak 80% dari daerah yang dilindungi, sehingga
penjatuhan (tripping) dari daerah tersebut berlangsung dengan kecepatan
tinggi
-
16
Zone 1 = ZA CT = Current Transformer
Zone l = ZB 1 PT = Potensial Transformer
Zone 2 = ZA2, ZB2 DR = Distance Relay
Zone 3 = ZA3, ZB3 OCR = Over Current Relay
F l, F2, F3 = Gangguan PMT = Pemutus Tenaga
Pada dasarnya rele jarak memberikan tripping seketika untuk
gangguan pada kawasan Zone 1, yang mencakup sekitar 80% dari panjang
saluran. Sedangkan untuk gangguan diluar daerah zone 1 trip dilakukan
dengan perlambatan waktu. Agar pada penghantar yang bersangkutan trip
dengan cepat pada basic time-nya maka pada rele jarak dilengkapi dengan
Teleproteksi sebagai nengirim sinyal tripping.
Gambar 3.4. Gangguan pada SUTT 150 KV.
1. Gangguan pada F1, rele jarak akan mendeteksi gangguan terletak pasa
ZA 1 dan akan membuka PMT pada GI. A dengan waktu < 50 ms,
sedangkan untuk GI. B rele jarak akan mendeteksi gangguan pada zone 2
(ZB2) dan menerima sinyal trip dari GI. A dengan perlambatan waktu.
2. Gangguan pada F2, masing-masing rele jarak akan mendeteksi
gangguan. GI. A akan mendeteksi pada ZA 1 sedangkan GI. B akan
mendeteksi pada ZB 1 dan saling mengirimkan sinval trip pada masing-
masing GI.
-
17
3. Gangguan pada F3 rele jarak akan mendeteksi gangguan terletak pada
ZB1 dan akan mentripkan PMT pada GI. B dengan waktu < 50 ms,
sedangkan untuk GI. A rele jarak akan mendeteksi gangguan pada zone 2
(ZA2) dan menerima sinyal trip dari GI. B dengan perlambatan waktu.
3.6.2 Rele Arus Lebih (Over Current Relay)
Jika terjadi gangguan eksternal pada suatu transformator tidak cepat
dihilangkan (misalnya hubungan singkat), dapat mengakibatkan pemanasan
yang berlebihan ataupun kerusakan lainnya. Rele arus lebih digunakan
untuk menghindari kerusakan transformator dari gangguan hubung singkat
yang terjadi pada rel daya transmisi sebelum gangguan tersebut menjalar pada
transformator. Berdasarkan waktu kerjanya. rele arus lebih dibedakan menjadi
tiga macam:
1. Rele anus lebih Inverse (Inverse time Over Current relc7v).
Adalah rele arus lebih yang bekerjanya sesuai karakteristik rele
inverse, tergantung pada besamya anus gangguan. Ada empat macam
karakteristik rele Inverse, yaitu
a. Normal Inverse
b. Very Inverse
c. Extremely Inverse
d. Inverse Time Relay
2. Rele anus lebih difinit (Definite-Tinge Over-Current relay)
Adalah rele arus lebih dengan penundaan waktu tertentu.
3. Rele arus lebih sesaat (Instantaneous Over Current Relay) Adalah rele arus lebih yang bekerjanya tanpa waktu tunda.
3.6.2.1 Prinsip Kerja Rele Arus Lebih
Rele arus lebih merupakan rele utama atau cadangan yang berfungsi untuk
mengamankan transformator terhadap gangguan hubung singkat antar fasa.
Bekerjanya rele ini berdasarkan arus lebih dan memberikan perintah trip ke PMT
sesuai dengan karakteristik waktunya.
-
18
Gambar 3.5. Rangakaian rele arus lebih.
1. Pada kondisi normal, arus beban (Ib) oleh trafo arus ini ditransformasikan ke
besaran sekunder (Ir). Arus Ir mengalir pada kumparan rele. Karena arus itu
masih kecil daripada harga yang ditetapkan (setting) rele tidak akan bekerja.
2. Bila terjadi gangguan hubung singkat, arus lb akan naik dan menyebabkan arus
Ir naik pula. Jika arus Ir ini melebihi suatu harga setting-nya, maka rele akan
bekerja dan memberikan perintah trip ke PMT, sehingga gangguan dapat
diisolir.
3. Beberapa istilah pada rele arus lebih:
Ip = arus kerja (arus Pick-up), yaitu arus minimum yang menyebabkan rele bekerja.
Id = Ir = arus kembali (arus drop-off/ Id, arus reset/Ir), yaitu arus maksimum yang menyebabkan rele kembali tidak bekerja.
Perbandingan Id/Ip, adalah suatu harga perbandingan antara arus kembali dengan arus kerja.
Time delay, yaitu periode waktu yang sengaja diberikan pada rele untuk memperlambat trip ke PMT sejak rele itu Pick-up.
-
19
3.6.2.2 Penentuan Setting Rele pada Transformator
3.6.2.2.1 Rele Arus Lebih Inverse untuk Gangguan Fasa
a. Setting arus dengan kelambatan waktu setting = 1,3 x In, dimana In adalah
arus nominal pada rele arus lebih.
b. Setting arus untuk elemen Instantaneous.
Elemen ini tidak diaktifkan.
c. Pemilihan kurva karakteristik waktu. Pada Gambar 3.6. merupakan kurva karakteristik waktu rele arus lebih dipilih
sedemikian sehingga pada arus hubung singkat 3 fasa males rnum kurva rele arus
lebih berada antara 0,5 sampai 1 detik di atas kurva rele jaringan tegangan
menengah.
Gambar 3.6. Prinsip koordinasi rele transformator dengan rele penghantar.
Keterangan:
a = Kurva rele pada penghantar.
b = Kurva rele pada transformator.
Ihs = arus hubung singkat 3 fasa.
t = beda waktu 0,5 sampai 1 detik.
-
20
3.7. Rele Proteksi Pada Transformator
Pengamanan pada trafo merupakan pengamanan yang sangat penting karena
trafo berfungsi untuk menyalurkan daya / tenaga listrik dari tegangan tinggi ke
tegangan rendah atau sebaliknya. Adapun tujuan dari proteksi trafo ini adalah :
a. Mencegah kerusakan trafo karena gangguan yang terjadi di daerah letak
trafo dan di dalam trafo itu sendiri.
b. Membatasi luas daerah terganggu (pemadaman) sekecil mungkin.
c. Memberikan pengamanan cadangan bagi instalasi lainnya, misalnya
jaringan tegangan menengah.
3.7.1. Rele Bucholz
Rele ini berfungsi untuk mendeteksi adanya aliran minyak atau gas yang
timbul akibat gangguan di dalam trafo. Rele ini mempunyai dua tahapan kerja
yaitu tahap alarm dan tahap trip.
Selama trafo beroperasi normal, rele terisi penuh dengan minyak.
Pelampung akan berada pada posisi awal. Bila terjadi gangguan kecil di dalam
tangki trafo, misalnya hubungan singkat dalam kumparan, akan menimbulkan gas.
Gas yang terbentuk akan berkumpul dalam rele pada saat perjalanan menuju
tangki konservator, sehingga level minyak dalam rele turun dan akan mengerjakan
kontak alarm ( kontak pelampung atas ).
Bila level minyak trafo turun secara perlahan-lahan akibat kebocoran,
maka pelampung atas akan memberikan sinyal alarm dan bila penurunan minyak
ini terus berlanjut maka pelampung bawah akan memberikan sinyal trip.
Bila terjadi busur api yang besar , kerusakan minyak akan terjadi dengan
cepat dan timbul juga tekanan pada minyak yang bergerak melalui pipa ke rele
bucholz.
Gangguan yang dapat menyebabkan Bucholz bekerja :
1. Hubung singkat antar lilitan
2. Hubung singkat antar fasa
3. Hubung singkat antar fasa ke tanah
4. Busur api listrik karena kontak yang kurang baik
-
21
5. Kejutan aliran yang disebabkan gangguan dalam trafo
3.7.2. Rele Tekanan Lebih ( Sudden Pressure Relay )
Rele ini berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap tekanan lebih
dengan mendeteksi kenaikan minyak yang tiba-tiba dan langsung menjatuhkan
PMT.
CARA KERJA
1. Apabila tekanan didalam trafo dibawah tekanan operasi katup, maka gaya
dari pegas penutup akan dikenakan pada piringan katup yang akan
berhenti didalam gasket.
2. Mekanik indikator ditempatkan pada titik tengah tutup dan dengan ujung
terendah pada katup.(berwarna kuning).
3. Pada Katup relief disediakan saklar alarm yang berfungsi sebagai signal
untuk lokal atau indikasi jarak jauh apabila katup tersebut bekerja.
3.7.3. Rele Suhu
Rele ini berfungsi untuk mencegah / mengamankan trafo dari kerusakan
isolasi kumparan akibat adanya panas berlebih. Besaran yang diukur di dalam rele
ini adalah kenaikan temperatur pada kumparan dan minyak.
3.7.3.1. Rele Suhu Minyak
Rele ini mempunyai sensor temperatur yang di tempatkan pada ruangan
(pocket) berisi minyak yang terletak di bagian atas tangki trafo. Sensor tersebut
dihubungkan ke instrumen (thermometer + kontak-kontak) melalui pipa kapiler.
3.7.3.2. Rele Suhu Kumparan
Sensor temperatur mendapat panas dari elemen pemanas yang dialiri arus
dari trafo arus yang sebanding dengan arus beban trafo. Sensor tersebut
dihubungkan ke instrumen (termometer + kontak-kontak) melalui pipa kapiler.
Besaran panas yang diterima sensor temperatur di ubah menjadi gerakan mekanis
untuk menggerakan suatu poros yang mempunyai jarum penunjuk suhu dan
-
22
beberapa kontak. Kontak-kontak ini bekerja bertahap sesuai kenaikan suhu. Tahap
pertama akan menjalankan sistem pendinginan, tahap kedua memberikan alarm
dan tahap terakhir memberikan perintah trip ke PMT.
3.7.3.3. Rele Beban Lebih ( OLR )
Rele ini berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap suhu yang
berlebihan dipakai rele beban lebih yang menggunakan sikuit simulasi untuk
mendeteksi suhu kumparan trafo yang pada tahap pertama membunyikan alarm
dan pada tahap kedua menjatuhkan PMT. Rele ini disebut juga rele thermis yang
prinsip kerjanya dengan menggunakan elemen bimetal. Rele ini terdiri atas
elemen pemanas yang di lalui arus dari trafo arus dan memanaskan elemen
bimetal serta beberapa keping logam yang ketebalanya akan menentukan
kecepatan rele ini menjadi panas. Suatu trafo bila mendapat sejumlah panas yang
disebabkan oleh arus beban, suhunya akan naik secara eksponensial seperti di
tunjukkan pada gambar dibawah ini.
Gambar 3.7. Grafik perubahan suhu pada trafo.
To = Suhu awal
Tn = Suhu Akhir
T = kenaikan suhu =Tn-To
= konstanta waktu termis
-
23
Kecepatan trafo menjadi panas ditentukan oleh kapasitas (MVA) dan
system pendinginannya, sedangkan suhu akhir ditentukan oleh besarnya arus.
Ukuran untuk menunjukan kecepatan kenaikan suhu disebut konstanta waktu
termis (thermal time constant) yang pengertiannya adalah waktu yang diperlukan
untuk mencapai 63% dari T. Semakin kecil harga konstanta waktu termis suatu
trafo, berarti trafo tersebut semakin cepat panas. Arus yang mengalir pada arus
beban sebanding dengan arus beban trafo, dimana arus ini akan menaikkan suhu
trafo dan suhu rele secara bersama-sama.
3.7.4. Rele Arus Lebih (OCR)
Rele ini berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap gangguan hubungan
singkat antar fasa di dalam maupun di luar petak trafo. Rele ini berfungsi pula
sebagai pengaman cadangan bagi bagian instalasi lainnya.
Untuk memungkinkan selected Tripping dari gangguan dalam waktu
sesingkat mungkin, sebaiknya dipakai rele dengan karakteristik pengunduran
waktu yang terbalik (Inverse time delay), bila nilai arus hubung singkat ditentukan
terutama pada titik gangguan.
Bila nilai tersebut dalam keadaan operasionil, maka sebaiknya dipakai rele
dengan karakteristik pengunduran waktu tertentu (definite time delay).
Gambar 3.8. Rele Arus Lebih (OCR).
3.7.5. Rele Jansen
Rele Jansen digunakan untuk mengamankan ruang diverter switch apabila
terjadi gangguan pada sistem tap changer. Rele Jansen dipasang antara tangki tap
changer dengan konservator minyak tap changer.
-
24
Rele Jansen akan bekerja apabila ada desakan tekanan yang terjadi akibat
flash over( hubung singkat ) antar bagian bertegangan atau bagian bertegangan
dengan body atau ada desakan aliran minyak karena gangguan eksternal.
3.7.6. Rele Hubung Tanah
Rele ini berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap gangguan hubung
tanah.
Gambar 3.9. Rangkaian pengawatan rele arus lebih gangguan fasa dan hubung tanah.
Bila terjadi ketidakseimbangan arus atau terjadi gangguan hubung singkat
ke tanah, maka akan timbul arus urutan nol pada titik pentanahan trafo, sehingga
rele di netral trafo akan bekerja. Hal yang sama juga dirasakan oleh rele hubung
tanah pada out-going trafo.
Rangkaian pada gambar (a) diatas mempunyai keuntungan terhadap
gambar (b) karena dapat melihat gangguan F pada outgoing trafo, sedangkan
gambar (b) tidak dapat melihat gangguan F pada out-going trafo.
3.7.7. Rele Hubung Tanah Terbatas (restricted-earth fault relay)
Rele ini berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap gangguan tanah di
dekat titik netral yang tidak dapat dirasakan oleh rele diferensial.
Rele ini hanya dipasang pada trafo yang titik netralnya ditanahkan
langsung atau melalui tahanan dan berfungsi untuk membantu rele diferensial
dalam mengamankan trafo dari gangguan hubung tanah di dalam kumparan trafo.
-
25
Rele ini diperlukan karena sensitivitas rele diferensial adalah sangat
terbatas, terutama dalam mendeteksi terjadinya hubung singkat di dekat titik
netral.
Gambar 3.10. Prinsip kerja rele gangguan tanah terbatas.
Bila terjadi gangguan tanah di luar daerah pengamanan, maka tidak ada
arus yang mengalir di rele, tetapi kalau terjadi gangguan tanah di dalam daerah
pengamanan, maka akan timbul arus yang mengalir di rele.
Jenis rele yang dapat di gunakan sebagai rele gangguan tanah terbatas
adalah rele diferensial berimpedansi tinggi. Bila digunakan rele berimpedansi
tinggi, maka pada kondisi gangguan tanah internal akan timbul tegangan yang
tinggi pada terminal rele. Untuk mengamankan peralatan proteksi dari tegangan
tinggi ini digunakan tahanan non linier (Varistor). Rele ini memberikan perintah
trip tanpa waktu tunda.
3.7.8. Rele Tangki Tanah
Rele ini berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap hubung singkat
antar kumparan fasa dengan tangki trafo yang titik netralnya ditanahkan.
Rele tangki tanah pada prinsipnya adalah rele arus lebih jenis
instantaneous (tanpa waktu) yang berfungsi untuk mendeteksi arus hubung
singkat belitan fasa ke tangki trafo. Jadi rele ini hanya dapat merasakan gangguan
tanah dan hanya efektif pada trafo tenaga yang titik netralnya ditanahkan, karena
arus urutan nol dapat mengalir. Agar rele tersebut dapat bekerja dengan baik,
-
26
maka tangki trafo harus diisolir terhadap tanah (lihat gambar dibawah). Rele
tangki tanah dapat pula bekerja bila tangki trafo terkena tegangan AC seperti
untuk sumber motor kipas pendingin, tap changer, alat pemanas (beater) dan
sebagainya.
Gambar 3.11. Rangkaian pengawatan rele tangki tanah.
3.7.9. Rele Diferensial
Rele ini berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap gangguan hubung
singkat yang terjadi di dalam trafo.
Prinsip kerjanya adalah membandingkan arus-arus masuk dan keluar trafo
(lihat gambar dibawah). Pada kondisi normal atau gangguan diluar trafo
(eksternal), arus akan bersirkulasi pada rangkaian sekunder trafo arus tanpa
melewati rele (gambar 1 I a). bila terjadi gangguan di dalam trafo(internal), maka
arus 2 I akan berbalik arah, sehingga arus sekunder dari kedua trafo akan saling
menjumlahkan dan masuk ke rel dan rele bekerja (gambar 1 I b.)
Gambar 3.12. Prinsip kerja rele diferensial
-
27
3.8. GANGGUAN PADA TRANSFORMATOR
3.8.1. Gangguan internal
Gangguan yang terjadi di daerah proteksi trafo, baik di dalam trafo
maupun di luar trafo sebatas lokasi CT. Gangguan internal dapat dikelompokkan
menjadi :
a. Incipient Fault
Gangguan terbentuk lambat, dan akan berkembang menjadi gangguan besar jika
tidak terdeteksi dan tidak diatasi. Contoh gangguan :
1. Overheating
2. Overfluxing
3. Overpressure
b. Active fault
Gangguan yang disebabkan oleh kegagalan isolasi atau komponen lainnya yang
terjadi secara cepat. Contoh gangguan :
1. Hubung singkat fasa dengan ground
2. Hubung singkat fasa-fasa
3. Tank faults
4. Bushing flashover
3.8.2. Gangguan Eksternal
1. Overload
2. Overvoltage
3. Underfrequency
4. External system short circuit
-
28
BAB IV
ANALISA GANGGUAN HUBUNG SINGKAT DI JARINGAN
TRANSMISI 70 KV UPT BANDUNG BARAT
4.1. Gangguan Hubung Singkat
Gangguan hubung singkat ini merupakan gangguan internal yang
diakibatkan jika gangguan eksternal pada suatu jaringan tidak cepat dihilangkan,
yang dapat mengakibatkan pemanasan yang berlebihan ataupun kerusakan lainnya,
sehingga dapat merusak kornponen lain apabila tidak dipasang proteksi dan
digunakan untuk menghindari kerusakan pada komponen transmisi dari
gangguan hubung singkat yang terjadi pada rel daya transmisi sebelum gangguan
tersebut dapat menjalar pada komponen lain.
Dalam merencanakan suatu sistem rele proteksi untuk mencegah terjadinya
gangguan, sebelumnya harus diketahui terlebih dahulu data gangguan dan faktor-
faktor yang menyebabkan gangguan tersebut. Gangguan hubung singkat
merupakan gangguan yang terburuk, dan harus segera diisolir sebelum merambat ke
peralatan sistem yang lain.
Besar arus gangguan harus diketahui untuk menentukan daya hubung
singkat, setting rele untuk koordinasi rele. Untuk itu diperlukan studi gangguan
dan penanggulangan terhadap jaringan beserta faktor-faktor yang menyebabkan
gangguan, yang diakibatkan oleh manusia atau alam, dari kedua gangguan
tersebut dapat dibagi menjadi dua faktor penyebab terjadinya gangguan yaitu
faktor ekstern dan intern.
Faktor ekstern merupakan gangguan yang disebabkan oleh alam, lingkingan dll,
seperti tertimpa pohon, petir, gangguan binatang, layang-layang, antena tv.
Sedangkan faktor intern merupakan gangguan yang diakibatkan oleh alat itu
sendiri seperti:
-
29
1. Jaringan tidak terawat.
Jaringan tidak terawat ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut:
a. Jaringan trasmisi kotor, tiang miring, konduktor dan sambungan
kendor.
b. Instalasi jaringan jelek, kotor, panas berlebih, korosi, panel keropos, dll.
c. Alat pengaman tidak rnemenuhi standar.
d. Halaman gardu kurang terawat: rumput atau tanaman liar, sampah.
2. Sumber daya manusia tidak optimal.
a. Kurangnya pengetahuan tentang kewajiban dan tanggung jawab.
b. Kurangnya pengorganisasian atau pengaturan kerja.
c. Kurangnya kemampuan untuk melakukan perubahan yang baik.
3. Sarana Peralatan.
a. Alat kerja dan keselamatan kerja kurang lengkap.
b. Belum tersedianya single line diagram
c. Suku cadang kurang tersedia.
d. Kurangnya biaya operasional.
Gangguan ini dapat dideteksi karena akan timbul tegangan maupun arus yang
tidak normal. Jenis gangguan dan perhitungan arus gangguan hubung singkat sebagai
berikut:
4.1.1 Gangguan Hubung Singkat Satu Fasa ke Tanah
Pada gambar 4.1 terlihat gangguan saluran ke tanah di F melalui impedansi Zf.
Fasa dimana terjadi gangguan disebut fasa a.
Gambar 4.1. Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah.
-
30
Persamaan kondisi pada titik F :
Ib = 0
Ic = 0
Va = Zf.Ia(4.1)
Komponen-komponen untuk arus yang mengalami gangguan adalah:
1 3 1 1 11
1
00
(4.2)
Dengan mudah terlihat :
Ia1 = Ia2 = Ia0 = Ia.(4.3)
Dengan memasukan persamaan 4.1 menjadi komponen simetris didapat :
Va1 = Va2 = Va0 = Zf . Ia = 3. Zf. Ia1................................................(4.4)
Sehingga dari persaman (4.4) di atas dapat dilihat bahwa persamaan tersebut
merupakan jumlah dari komponen-komponen simetris yang dihubung singkat seperti gambar
4.2.
Gambar 4.2. Sambungan jala-jala urutan hubung singkat fasa tanah.
-
31
Dengan cara Thevenin dapat dituliskan:
3.
..(4.5)
Jadi, besar arus hubung singkat satu fasa ke tanah adalah:
(4.6)
Dimana:
Z1 = Impedansi urutan positif
Z2 = Impedansi urutan negatif
Z0 = Impedansi urutan nol
Ea = Sumber tegangan
4.1.2. Gangguan Hubung Singkat Dua Fasa Pada Gambar 4.4 adalah gangguan antara saluran dimana gangguan terjadi pada
titik f pada fasa B dan C melalui impedansi gangguan Zf.
Gambar 4.3. Gangguan hubung singkat antar fasa.
Arus dan tegangan di tempat gangguan:
0
; .
-
32
Komponen-komponen simetris untuk arus gangguan adalah:
1 3 1 1 11 1
1 1
0
(4.7)
Sehingga didapat:
Ia2 = -Ia1
Ia0 = 0
Komponen-komponen simetris untuk tegangan pada saat terjadi gangguan:
1 3 1 1 11 1
1 1
..(4.8)
3 Va1 = Va + (a + a2) Vb a2. Zf. Ib
3 Va1 = Va + (a + a2) Vb a. Zf. Ib
Didapatkan:
3 (Va1-Va2) = (a-a2). Zf. Ib = j 3 Zf. Ib.....(4.9)
Ib = (a2-a) Ia1 ; Ia2 = -Ia1 ; Ia0 = 0
Ib = -j 3 Ia1
Dengan memasukan Ib ke dalam persamaan 4.8 didapat:
Va1 Va2 = Zf Ia1(4.10)
Karena Ia0 = 0, maka urutan nol tidak dihubungkan, gambar rangkaian terlihat
seperti pada Gambar 4.4.
Gambar 4.4. Sambungan jala-jala untuk gangguan antar fasa.
-
33
Dengan rumus Thevenin dari Gambar di atas dapat dituliskan sebagai berikut:
..(4.11)
Dengan memasukan ke dalam persamaan 4.9 kita dapatkan:
Ib = - Ic =
(4.12)
Jadi, persamaan arus hubung singkat dua fasa adalah:
If 2 =
..(4.13)
4.1.3 Gangguan Hubung Singkat Tiga Fasa
Gambar 4.5. Gangguan hubung singkat tiga fasa.
Keterangan:
Ia = arus fasa a
Ib = arus fasa b
Ic = arus fasa c
Zf = Impedansi gangguan
-
34
Persamaan keadaan pada titik gangguan:
Ia + Ib + Ic = 0
Va = Ia Zf ; Vb = Ib Zf ; Vc = Ic Zf
Dengan menggunakan persamaan keadaan di dapat:
Ia0 = (Ia + Ib + Ic) = 0
Va0 = (Va + Vb + Vc) = 0
Va1 = Ia1 Zf = Ea Ia1 Z1
Gambar 4.6. Sambungan jala-jala urutan hubungan singkat tiga fasa.
Dari rangkaian ekivalen diatas didapat:
Ia = Ia1 =
(4.14)
Jadi, persamaan arus hubung singkat tiga fasa adalah:
If 3 = Ia = Ia1 =
..(4.15)
-
35
GRAFIK
-
36
-
37
Dari data gangguan arus lebih UPT. Bandung Barat (terdapat pada bagian
lampiran) merupakan suatu wilayah yang cukup sering terjadi gangguan. Dengan
melihat kondisi wilayah Jawa Barat yang merupakan suatu daerah pegunungan
dan terdapat pemukiman penduduk yang sebabkan oleh faktor ekstern, terutama faktor
alam dan lingkingan.
Apabila hal ini terus terjadi dan fungsi sistem proteksi pada jaringan trasmisi 70
kV tidak dapat bekerja secara maksimal dan handal maka akibat yang ditimbulkan
adalah:
a. Pelanggan tidak puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh PLN,
b. Biaya pemeliharaan tinggi,
c. Pendapatan berkurang (energi yang tak tersalurkan cukup tinggi),
d. Pegawai tertekan.
4.3. Langkah Perubahan Untuk Penanggulangan
Untuk mengurangi kemungkinan kerusakan akibat gangguan yang bersifat
temporer khususnya ganguan eksternal, maka diterapkan sistem yang berlapis-lapis
seperti gambar di bawah ini:
Gambar 4.7. Sistem proteksi cadangan dengan arus lebih.
Apabila rele utama gagal bekerja tidak hanya dapat melindungi daerah
yang terjadi gangguan saja melainkan bisa melindungi daerah proteksi berikutnya
dengan penyetelan waktu dari rele proteksi dibuat lebih besar dibandingkan dengan
rele proteksi utamanya, supaya dapat saling mem-back up dengan system proteksi
utama.
-
38
Dilihat dari jenis gangguan yang sering terjadi maka menerapkan sistem
proteksi dengan OCR sebagai rele utama untuk mendeteksi gangguan hubung singkat
antar fasa yang banyak diakibatkan oleh gangguan eksternal, dan pemasangan
rele cadangan (Back Up Relay) untuk men-trip-kan CB/PMT, sehingga bagian yang
mengalami gangguan dapat dilsolirkan dari sistem.
Nilai setting rele proteksi harus ditentukan dengan tepat agar rele bekerja di
daerah yang tepat dimana terjadinya gangguan, sehingga komponen yang lain
terhindar dari kerusakan.
4.4. Upaya Penanggulangan Gangguan di UPT Bandung Barat
4.4.1 Faktor Ekstern
a. Perbaikan Jaringan
1. Melakukan investigasi kondisi jaringan.
2. Memasang sistem pengaman proteksi di setiap segmen pada penyulang
untuk mengurangi perluasan daerah gangguan.
3. Membuat perencanaan untuk perbaikan.
4. Membuat Rencana Anggaran Biaya (RAB).
5. Melakukan pengawasan saat melaksanakan perbaikan.
6. Melakukan evaluasi pelaksanaan perbaikan.
b. Pemetaan Potensi Gangguan
Pemetaan potensi gangguan dilakukan dengan skala prioritas:
1. Peta pohon.
2. Lokasi rawan petir
3. Lokasi daerah polusi
4. Lokasi rawan akibat aktifitas publik.
-
39
c. Mengoptimalkan Peran Territorial
1. Sosialisasi manfaat listrik, bahaya listrik, penyebab gangguan aliran listrik
kepada masyarakat.
2. Pendekatan kepada masyarakat, tokoh dan lain-lain.
d. Pemetaan Jaringan Terbaru
Single line diagram selalu diperbaharui dengan data kondisi terbaru
setiap ada penurunan atau penambahan jaringan.
4.4.2. Faktor Intern
a. Perencanaan Pelaksanaan Pemeliharaan
1. Melakukan survei untuk pelaksanaan pemeliharaan (Check List Har).
2. Mempersiapkan personil meliputi penugasan pengawas dan pelaksana
pekerjaan.
3. Mempersiapkan sarana dan prasarana (alat kerja, alat pelindung diri, alat
komunikasi, dan kendaraan).
4. Mempersiapkan material dengan mutu yang baik.
5. Melakukan pembagian area kerja unruk masing-masing personil.
b. Pemberdayaan SDM dan Masyarakat
1. Pemberdayaan Supervisor pemeliharaan Dist. dan Kontruksi Dist. dalam
kegiatan pemeliharaan.
2. Pemberdayaan peran Supervisor Op. Dist. dalam usaha mengurangi
jumlah gangguan jaringan distribusi.
3. Pemberdayaan Supervisor KP dalam kegiatan pemeliharaan.
4. Mengoptimalkan peran tenaga outsorching dalam membantu pelaksanaan
pemeliharaan, pemeriksaan, dan pengukuran jaringan dan gardu, serta
pelayanan gangguan.
-
40
5. Mengoptimalkan peran tenaga instalatir dalam pelaksanaan pemeliharaan.
6. Mengoptimalkan peran masyarakat dalam info gangguan dan mendukung
pelaksanaan pemeliharaan.
c. Pelaksanaan Pemeliharaan
1. Melakukan perbaikan instalasi.
2. Melakukan pemeliharaan Jaringan Transmisi
3. Melakukan pemeliharaan Gardu Induk.
4. Melakukan patroli, monitoring dan pengawasan jaringan dengan ketat dan
rutin untuk memantau kondisi sistem penyaluran listrik.
5. Menganalisa setiap tejadinya gangguan dan langkah perbaikannya.
-
41
BAB V
KESIMPULAN
Setelah penulis melakukan kerja praktek di PT. PLN (Persero) Unit
Pelayanan dan Transmisi (UPT) Bandung Barat selama kurang lebih 1 bulan
yang dilaksanakan pada bulan Desember 2009, maka penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Agar dapat memenuhi fungsinya dengan baik, rele proteksi harus mempunyai
kriteria sebagai berikut :
a) Kecepatan (speed)
b) Sensitifitas (sensitivity)
c) Selektifitas (selectivity)
d) Keandalan (reability)
e) Kesederhanaan (simplicity)
2. Dengan melihat data gangguan arus lebih (terdapat pada lampiran) banyak
di sebabkan oleh faktor ekstern terutama faktor alam dan lingkungan
dikarenakan wilayah Jawa Barat merupakan daerah pegunungan dan terdapat
pemukiman yang padat penduduk, dan kondisi cuaca yang tidak menentu juga
menjadi penebab utama terjadinya gangguan karena sambaran petir, pohon
tumbang saat terjadi hujan deras, dan lain-lain.
3. Untuk mengatasi adanya gangguan arus lebih pada jaringan transmisi 70 kV
maka pada sistem proteksi dipasang rele arus lebih/over current relay (OCR)
yang berfungsi untuk mengamankan trafo terhadap gangguan hubung singkat
antar fasa di dalam maupun di luar petak trafo. Juga diharapkan rele ini
mempunyai sifat komplementer dengan rele beban lebih. Rele ini berfungsi pula
sebagai pengaman cadangan bagi bagian instalasi lainnya.
-
42
4. Untuk mengurangi kemungkinan kerusakan akibat gangguan yang bersifat
temporer khususnya ganguan eksternal, maka diterapkan sistem yang berlapis--
lapis, hal seperti ini dilakukan karena, apabila rele utama gagal bekerja
tidak hanya dapat melindungi daerah yang terjadi gangguan saja
melainkan bisa melindungi daerah proteksi berikutnya dengan penyetelan
waktu dari rele proteksi dibuat lebih besar dibandingkan dengan rele
proteksi utamanya, supaya dapat saling mem-back up dengan sistem proteksi
utama.
5. Dengan menggunakan sistem rele proteksi, gangguan arus lebih dapat diisolisir
sehingga dapat dihindari kerusakan komponen dan peralatan yang lainnya.
-
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar, A. Gardu Induk dan Teknik Tenaga Listrk Jilid III, Pradya
Paramitha, Jakarta, 1997
P.T. PLN, Petunjuk Operasi dan Pemeliharaan Peralatan Penyaluran Tenaga
Listrik, Perusahaan Listrik Negara, Jakarta 1984.
Pribadi, Yanuar Hendra., Rele Proteksi Sebagai Pengaman Transformator
Tenaga 150 / 20 KV 60 MVA Pada Gardu Induk Cigereleng, Laporan Kerja Praktek
I, ITENAS, 2008.
Hutahuruk, T.S., Analisa Sistem Tenaga Listrik, jilid 1, Jakarta, 1987.
Warrington, A. R. van C., Protective Relays Their Theory and Practice,
Volume One Third Edition, Chapman & Hall, London, 1977.
Warrington, A. R. van C., Protective Relays Their Theory and Practice,
Volume Two Third Edition, Chapman & Hall, London, 1977.
-
LAMPIRAN
-
Data Terjadinya Gangguan Arus Lebih Pada Jaringan Transmisi 70 kV
-
Data Seting Relay Pada
Trafo 150/70 kV G.I Cigereleng
-
kV
PHT 70 4 12 2009 CRBON
PMT 70 KV BBKAN - 2 PHT 70 4 12 2009 CRBON
PMT 70 KV SRAGI - 1 DIST. A - B PHT CUACA HUJAN DERAS 70 4 12 2009 CRBON
PHT 70 4 12 2009 CRBON
PHT 70 4 12 2009 CRBON
PHT 70 5 12 2009 GARUT
PMT 70 KV BNJAR - 2 RECLOSE DIST. R UA PHT CUACA HUJAN LEBAT (counter 30-31) 70 5 12 2009 GARUT
PHT 70 7 12 2009 GARUT
PMT 70 KV BNJAR 2 DIST. FASA R, UA PHT 70 7 12 2009 GARUT
PHT 70 15 12 2009 CRBON
PMT 70 KV KDPTN - 2 DIST. A - C ZONE-2 PHT 70 15 12 2009 CRBON
PMT 70 KV PRKAN - 1 TRIP - CLOSE DIST. R - T ZONE 2 PHT 70 15 12 2009 CRBON
PHT 70 15 12 2009 CRBON
PHT 70 16 12 2009 GARUT
PHT 70 16 12 2009 GARUT
PHT 70 16 12 2009 GARUT
PHT 70 17 12 2009 CRBON
PMT 70 KV PRKAN - 2 RECLOSE DIST. T PHT MENDUNG 70 17 12 2009 BDTMR
PHT 70 17 12 2009 PWKTA
PHT 70 17 12 2009 KRWNG
PHT 70 17 12 2009 KRWNG
PMT 70 KV KSBRU RECLOSE DIST. A- N (counter 47-48) PHT HUJAN LEBAT 70 17 12 2009 KRWNG
PHT 70 21 12 2009 PWKTA
PMT 70 KV PWKTA - 1 PHT 70 21 12 2009 PWKTA
PHT 70 24 12 2009 BDBRT
PHT 70 24 12 2009 BDBRT
PHT 70 26 12 2009 PWKTA
PHT 70 26 12 2009 KRWNG
PMT 70 KV CURUG CLOSE PHT PENORMALAN GANGGUAN TGL 26-12-2009 70 27 12 2009 KRWNG
RECLOSE PHT 70 27 12 2009 BDBRT
PHT 70 27 12 2009 BDBRT
RECLOSE PHT 70 27 12 2009 CRBON
DIST A ZONE 1 (counter 36-37) PHT 70 27 12 2009 CRBON
RECLOSE PHT 70 27 12 2009 CRBON
DIST A ZONE 1 PHT 70 27 12 2009 CRBON
PHT 70 29 12 2009 BKASI
PHT 70 29 12 2009 BKASI
PHT 70 29 12 2009 BKASI
PMT 70 KV TMBUN -1 PHT 70 29 12 2009 BKASI
PMT 70 KV TMBUN -1 OPEN-CLOSE PHT T 30 - 33 ) 70 29 12 2009 BKASI
PMT 70 KV TMBUN - 2 OPEN-CLOSE PHT 70 29 12 2009 BKASI
PHT CUACA MENDUNG (counter 2-3) 70 31 12 2009 PWKTA
PHT 70 31 12 2009 PWKTA
PHT 70 31 12 2009 KRWNG
DATATERJADINYAGANGGUANPADAJARINGANTRANSMISI70kVBULAN DESEMBER 2009
SBANG PMT 70 KV PWKTA - 1 RECLOSE DISTANCE FASA A, AR SUCCESS, CARRIER RECEIVE CUACA MENDUNG (counter 167-168)
KSBRU PMT 70 KV PNDLI - 1 RECLOSE / TRIP DISTANCE FASA S UA UD OCR-3 HUJAN LEBAT (counter 238-239)
PCLMA
PCLMA
PWKTA PMT 70 KV SBANG - 1 RECLOSE DISTANCE FASA R, Z1, AR SUCCESS, CARRIER SEND
TMBUN GANTRI
PCLMA RECLOSE DIST. T. ZONE-1 (counter 78-79) COUNTER ARESTER ( R 30 - 31, S 30 - 31
TMBUN PMT 70 KV PCLMA -1 TRIP - CLOSE DIST, A, ZONE 1 HUJAN LEBAT DAN PETIR
TMBUN PMT 70 KV PCLMA - 2 TRIP - CLOSE OCR, DIST FASA S-T ZONE 1 FLASH OVER PADA ISOLATOR FASA S DI TIANG
BBKAN PMT 70 KV SRAGI -1 DIST A ZONE 1 CUACA HUJAN LEBAT
BBKAN RECLOSE
SRAGI PMT 70 KV BBKAN - 1 DIST A ZONE 1 (counter 35-36) CUACA MENDUNG
SRAGI RECLOSE
CGRLG PMT 70 KV CKLNG - 1 DIST. S UA (counter 182-183) CUACA MENDUNG
CKLNG PMT 70 KV CGRLG - 1 RECLOSE DIST. B (counter 32-33) HUJAN LEBAT DISERTAI PETIR
KSBRU PMT 70 KV CURUG TRIP OCR 1-3 HASIL TEMUAN DI T.B5 ADA KAWAT
KSBRU
CGRLG PMT 70 KV MJLYA - 1 RECLOSE DIST. RELAY FASA A CUACA CERAH
PWKTA PMT 70 KV SBANG - 1 RECLOSE DIST. R Zone-1 Carier Send, CUACA HUJAN & PETIR
SBANG RECLOSE DIST. A , OCR. STARTING (counter 165-166) HUJAN & PETIR
MJLYA PMT 70 KV CGRLG - 1 RECLOSE DIST. RELAY FASA A (counter 12-13) CUACA HUJAN LEBAT DISERTAI PETIR
IDBRT
PWKTA PMT 70 KV SBANG - 1 TRIP-CLOSE OCR, POLE DISCRAPANCY CUACA CERAH
KSBRU PMT 70 KV PWKTA RECLOSE DIST. B, ZONE-1 (counter 306-307) HUJAN LEBAT
KSBRU PMT 70 KV IDBRT RECLOSE DIST. A-N, ZONE-1 (counter 306-307)
SMDNG
PWKTA PMT 70 KV KSBRU RECLOSE DIST. S, ZONE-1 (counter 8-9) MENDUNG
MLBNG PMT 70 KV TSMYA - 1 RECLOSE DIST. ST UA, OCR. T GF.(counter 372-373)
PRKAN PMT 70 KV SMDNG - 2 TRIP - CLOSE DIST. C ZONE - 2
TSMYA PMT 70 KV MLBNG - 1 RECLOSE DIST. ST UA, OCR. 2 GF.(counter 408-409) diantara tiang 111 - 112 ditemukan
TSMYA benang layangan dari kawat.
KDPTN CUACA HUJAN & PETIR
KDPTN PMT 70 KV PRKAN - 2 OPEN-CLOSE -
PRKAN PMT 70 KV KDPTN - 1 TRIP - CLOSE DIST. A - C
PRKAN TRIP - CLOSE Info Operator u/ PRKAN-KDTPN II Reclose/trip
BNJAR PMT 70 KV PDRAN 2 RECLOSE DIST. FASA R, UA CUACA HUJAN & PETIR (counter 149-150)
PDRAN RECLOSE
BNJAR PMT 70 KV PDRAN - 2 RECLOSE DIST. R UA CUACA HUJAN LEBAT (counter 148-149)
PDRAN
Kontak - kontak PMT kurang sempurna
SRAGI PMT 70 KV BBKAN - 2 OPEN - CLOSE
BBKAN RECLOSE
BBKAN PMT 70 KV SRAGI - 2 OPEN - CLOSE
SRAGI PMT 70 KV BBKAN - 1 TRIP - CLOSE DIST. A - B CUACA HUJAN
SRAGI RECLOSE DIST. B G Zone-1
Bln
Thn
UPTPEMBANGKIT / TRAFO / PHTLOKASI STATUS PMT RELE YANG KERJA JENIS KETERANGAN
Tgl
-
PHT 70 31 12 2009 KRWNGPNDLI PMT 70 KV KSBRU - 1 TRIP - CLOSE DISTANCE FASA S, Z1
-
kV
GI PHT 70 3 1 2010 BDBRT
GI PMT 70 KV CGRLG - 1 RECLOSE DIST. A (counter 113-114) PHT HUJAN LEBAT DISERTAI PETIR 70 3 1 2010 BDTMR
GI PHT 70 5 1 2010 BDBRT
GI DIST. A. ZONE-1 (counter 114-115) PHT 70 5 1 2010 BDTMR
GI PMT 70 KV ARJWN - 1/2 RECLOSE DISTANCE PHASA : R S, OCR/GFR STARTING PHT HUJAN LEBAT PETIR (counter 15 - 16) 70 21 1 2010 CRBON
PHT 70 21 1 2010 CRBON
GI PHT 70 21 1 2010 CRBON
PMT 70 KV CGNEA OPEN - PHT CT FASA S TRAFO-2 DI CGNEA MELEDAK 70 22 1 2010 PWKTA
PMS LINE 70 KV JTLHR OPEN PHT 70 22 1 2010 PWKTA
PHT 70 23 1 2010 PWKTA
GI PHT 70 23 1 2010 PWKTA
GI PHT 70 23 1 2010 PWKTA
PMT 70 KV CRATA 2 PHT 70 23 1 2010 PWKTA
PHT 70 23 1 2010 PWKTA
GI PHT 70 24 1 2010 GARUT
PHT 70 24 1 2010 GARUT
GI PHT 70 24 1 2010 GARUT
PHT 70 24 1 2010 GARUT
GI PHT 70 31 1 2010 CRBON
PMT 70 KV MLBNG -2 PHT 70 31 1 2010 CRBON
GI PHT 70 31 1 2010 GARUT
PMT 70 KV PRKAN - 2 PHT 70 31 1 2010 GARUT
GI PHT 70 31 1 2010 GARUT
GI PMT 70 KV BNJAR - 2 PHT 70 31 1 2010 GARUTPDRAN RECLOSE DIST, R UA (counter 31 - 32)
DATA TERJADINYA GANGGUAN PADA JARINGAN TRANSMISI 70 kV
BULAN JANUARI 2010
BNJAR PMT 70 KV PDRAN - 2 RECLOSE DIST. R UA, OCR 1 STAR (counter 150 - 151) CUACA GERIMIS
CUACA GERIMIS DAN PETIR
MLBNG TRIP - CLOSE DIST. B N, OCR R
PRKAN TRIP - CLOSE Dist. B OCR GF
MLBNG PMT 70 KV PRKAN - 1 TRIP - CLOSE DIST. A N, OCR R
PRKAN PMT 70 KV MLBNG -1 TRIP - CLOSE Dist. A OCR I Start
PDRAN (counter 30 - 31)
PDRAN PMT 70 KV BNJAR - 1/2 RECLOSE DISTANCE PH. RST, OCR STARTING (counter 39 - 40) HUJAN DISERTAI PETIR
BNJAR PMT 70 KV PDRAN - 2 TRIP - CLOSE DISTANCE PH. RST, UD
Ganngguan motor penggerak Pengisi pegas
BNJAR PMT 70 KV PDRAN - 1 RECLOSE DISTANCE PH. RST, ZONE 2 (counter 184 - 185) HUJAN GERIMIS
PWKTA OPEN - CLOSE spring charger failure tdk bisa direset )
PWKTA
PWKTA PMT 70 KV CRATA 2 RECLOSE DIST. R UA OCR GF START (counter 22 - 23) CUACA MENDUNG ( muncul alarm
MENORMALKAN GGN. TGL 22 JAN 2010
CGNEA PMS LINE 70 KV JTLHR CLOSE (KONSUMEN MILIK POJ)
JTLHR
CGNEA
JTLHR PMT 70 KV CGNEA CLOSE
ARJWN PMT 70 KV SRAGI - 1 TRIP - CLOSE DISTANCE PHASA : R S ZONE 1 BEBAN GI SEMEN TURUN DARI 34 MW KE 0 MW
SRAGI
SRAGI (counter 32 - 33)
MJLYA PMT 70 KV CGRLG 1 RECLOSE CUACA HUJAN & PETIR
MENDUNG
PEMBANGKIT / TRAFO / PHT
Tgl
BlnMJLYA
CGRLG PMT 70 KV MJLYA 1 TRIP - CLOSE DIST. A. ZONE-2
CGRLG PMT 70 KV MJLYA - 1 RECLOSE DIST. A (counter 93-94)
Thn
UPTRELE YANG KERJA JENIS KETERANGAN
PadamLOKASI PLT / GI STATUS PMT
01_COVER dan lembar pengesahan.pdf02_KATA PENGANTAR.pdf03_DAFTAR ISI.pdf04_DAFTAR GAMBAR.pdf05_BAB I.pdf06_BAB II.pdf07_BAB III.pdf08_BAB IV.pdf09_BAB V.pdf10_DAFTAR PUSTAKA.pdf11_LAMPIRAN.pdf12_70KV Jadi 2009.pdf13_70 kv jadi 2010.pdf