laporan koledokolitiasis

8
BAB II Pembahasan A. Definisi Batu saluran empedu atau koledokolitiasis adalah suatu penyakit dimana terdapat batu empedu di dalam duktus koledokus. Batu ini dapat kecil atau besar, tunggal atau multiple, ditemukan 6 – 12% pasien dengan batu kandung empedu. B. Epidemiologi Insidensi koledokolitiasis meningkat seiring dengan pertambahan usia. Sekitar 25% pasien usia lanjut yang dilakukan kolesistektomi memiliki batu pada CBD (common bile duct) nya.1,2,3 Terbentuknya batu pada saluran empedu dapat disebabkan karena adanya stasis bilier yang dapat disebabkan oleh striktur, stenosis papilla, tumor atau batu sekunder lainnya. C. Etiologi Penyebab pasti dari Kolelitiasis/Koledokolitiasis atau batu empedu belum diketahui. Satu teori menyatakan bahwa kolesterol dapat menyebabkan supersaturasi empedu di kandung empedu. Setelah beberapa lama, empedu yang telah mengalami supersaturasi menjadi mengkristal dan memulai membentuk batu. Tipe lain batu empedu adalah batu pigmen. Batu pigmen tersusun oleh kalsium bilirubin, yang terjadi ketika bilirubin bebas berkombinasi dengan kalsium.

Upload: nyoman-surya

Post on 01-May-2017

415 views

Category:

Documents


22 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan koledokolitiasis

BAB IIPembahasan

A. Definisi

Batu saluran empedu atau koledokolitiasis adalah suatu penyakit dimana

terdapat batu empedu di dalam duktus koledokus. Batu ini dapat kecil atau besar,

tunggal atau multiple, ditemukan 6 – 12% pasien dengan batu kandung empedu.

B. Epidemiologi

Insidensi koledokolitiasis meningkat seiring dengan pertambahan usia.

Sekitar 25% pasien usia lanjut yang dilakukan kolesistektomi memiliki batu pada

CBD (common bile duct) nya.1,2,3 Terbentuknya batu pada saluran empedu dapat

disebabkan karena adanya stasis bilier yang dapat disebabkan oleh striktur,

stenosis papilla, tumor atau batu sekunder lainnya.

C. Etiologi

Penyebab pasti dari Kolelitiasis/Koledokolitiasis atau batu empedu belum

diketahui. Satu teori menyatakan bahwa kolesterol dapat menyebabkan

supersaturasi empedu di kandung empedu. Setelah beberapa lama, empedu yang

telah mengalami supersaturasi menjadi mengkristal dan memulai membentuk batu.

Tipe lain batu empedu adalah batu pigmen. Batu pigmen tersusun oleh kalsium

bilirubin, yang terjadi ketika bilirubin bebas berkombinasi dengan kalsium.

Page 2: Laporan koledokolitiasis

D. Patofisiologi

Perjalanan penyakit batu empedu dari Sherlock

E. Gambaran klinis

Gejala Klinis yang sering ditemukan adanya riwayat nyeri bilier atau

ikterus, nyeri hebat di epigastrium atau abdomen kuadran kanan atas yang

menjalar ke skapula atau bahu, mual dan muntah, demam menggigil yang dapat

diikuti dengan syok, ikterus. Sebagian besar penderita batu empedu terutama yang

tanpa gejala ditemukan secara kebetulan pada saat penderita melakukan

pemeriksaan radiologi karena keluhan lain.

F. Diagnosis

Diagnosis koledokolitiasis ditegakkan atas dasar gejala klinik dan

pemeriksaan penunjang. Ada beberapa hal penting dalam menegakkan

diagnosis koledokolitiasis, yaitu: adanya riwayat nyeri bilier atau ikterus, nyeri

hebat di epigastrium atau abdomen kuadran kanan atas yang menjalar ke

skapula atau bahu, mual dan muntah, demam menggigil yang dapat diikuti

dengan syok, ikterus.

Page 3: Laporan koledokolitiasis

Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan pada penderita batu empedu di

antaranya hitung sel darah lengkap, urinalisis, pemeriksaan feses, tes fungsi hati dan kadar

amilase serta lipase serum. Pada episode kolik biliaris, sebagian besar penderita

mempunyai hasil laboratorium yang normal. Tetapi bila disertai komplikasi dapat

menunjukkan leukositosis dan peningkatan kadar enzim hati (aspartate aminotransferase,

alanine aminotransferase, fosfatase alkali), gamma glutamyl transferase dan bilirubin serum,

terutama jika terdapat batu pada duktus koledokus. Pada pemeriksaan urinalisis, adanya

bilirubin tanpa adanya urobilinogen dalam urin dapat mengarahkan pada kemungkinan

adanya obstruksi saluran empedu. Sedangkan pada pemeriksaan feses, tergantung pada

obstruksi oleh batu empedu, bila tedadi obstruksi total saluran empedu, maka feses tampak

pucat (akholis).

Pada penderita batu empedu dengan pankreatitis dapat terjadi peningkatan kadar

amilase dan lipase serum, di samping tes fungsi hati yang abnormal. Diduga terdapat

kolesistitis akut jika ditemukan leukositosis dan sampai 15% penderita mempunyai

peningkatan sedang dari aspartate aminotransferase, olanine aminotransferase, fosfatase

alkali dan bilirubin serum.

Radiologi

Ultrasonografi abdomen, pemeriksaan ini berguna untuk melihat adanya batu di

kandung empedu dan menentukan ukuran duktus koledokus.Batu pada duktus biliaris

biasanya cenderung bergerak ke bagian distal duktus koledokus, sehingga gas pada

duodenum dapat menutupi keberadaan batu tersebut. Duktus koledokus yang

mengalami dilatasi dengan diameter >8mm pada hasil ultrasonografi pada pasien

dengan batu empedu, ikterus dan kolik bilier memberikan sugesti adanya batu kandung

empedu. Endoscopic Retrograde Cholangio-Pancreaticography (ERCP) adalah standar

utama untuk mendiagnosis batu duktus koledokus. Pemeriksaan ini memiliki keuntungan

dapat memberikan terapi (berupa sfingterotomi dan dapat dilakukan ekstraksi batu)

pada saat bersamaan, dengan cara endoskopi disertai sfingterotomi batu dapat diambil

atau batu dapat lolos secara spontan. Pada pemeriksa yang berpengalaman, kanulasi

ampula Vateri dan kolangiografi diagnostik dapat mendiagnosis batu dengan sensitivitas

90% dan spesifisitas 98%, dengan morbiditas kurang dari 5% (biasanya kolangitis dan

pankreatitis).

Magnetic Resonance Cholangio-Pancreaticography (MRCP) memberikan detil

anatomi yang sangat jelas dan memiliki sensitivitas 95% dan spesifitas 89% untuk

mendiagnosis batu pada duktus koledokus,Pada pencitraan ini struktur saluran empedu

Page 4: Laporan koledokolitiasis

lebih terang dengan intensitas sinyal yang tinggi, tanpa menggunakan bahan kontras,

instrumentasi, maupun ion radiasi, dapat memvisualisasi saluran empedu, gambaran

seluruh cabang cabang saluran empedu intra hepatal, Dapat mendeteksi batu berukuran

2 mm tanpa walaupun tidak dijumpai dilatasi saluran empedu. Ada juga beberapa

pemeriksaan diagnostik lainnya seperti Endoscopic Ultrasound (EUS), CT scaning (CT),

Radioisotop Scaning, Intravenous cholangiografi dan Percutaneus transhepatic

cholangiografi (PTC).

G. Penanganan

Pasien batu kandung empedu simtomatik dan dugaan adanya batu CBD, endoskopi

preoperatif atau kolangiografi intraoperatif dapat dilakukan untuk memastikan adanya

batu saluran empedu. Jika pada pemeriksaan kolangiografi endoskopik ditemukan batu,

dapat dilakukan sfingterotomi dan pembersihan duktus dari batu, kemudian dilanjutkan

dengan laparoskopi kolesistektomi. Pemeriksaan kolangiografi intraoperatif pada saat

kolesistektomi juga dapat mendeteksi ada tidaknya batu dalam saluran empedu.

Eksplorasi CBD secara laparoskopi dapat dilakukan dengan kolangiografi melalui duktus

sistikus atau koledokotomi. Apabila ditemukan batu dapat dilakukan pengambilan batu

pada saat yang sama. Apabila ahli bedah yang mampu tidak ada atau instrumen tidak

tersedia, eksplorasi CBD secara terbuka merupakan pilihan jika cara endoskopi telah

dicoba atau dengan berbagai alasan tidak bisa dilaksanakan. Batu impaksi di ampula

Vateri mungkin sulit diambil secara endoskopi atau eksplorasi CBD (baik terbuka

maupun laparoskopi), maka pada kasus seperti ini ukuran CBD biasanya sekitar 2 cm,

bila diperlukan bypass, maka tindakan koledoko-duodenostomi atau koledoko-

jejenostomi secara Roux-en-Y merupakan pilihan yang baik. Apabila di kemudian hari

ditemukan sisa batu (retained stones) atau batu rekurens setelah kolesistektomi,

pilihan yang terbaik dilakukan pengambilan batu secara endoskopi. Sisa batu bisa

diambil secara endoskopi dengan menggunakan basket atau balon melalui saluran yang

terbentuk dari bekas selang T setelah mature (2-4 minggu) dengan tuntunan

Fluoroskopi. Pada penderita yang telah terdeteksi adanya batu di CBD dengan MRCP atau ERCP akan dilakukan eksplorasi saluran empedu yang dilanjutkan dengan

intraoperatif kolangiografi (IOC) pascaeksplorasi CBD. Apabila pasien tidak mampu

untuk dilakukan MRCP dan ERCP atau ERCP tidak berhasil, maka pada waktu

eksplorasi CBD terlebih dahulu akan dilakukan identifikasi batu saluran empedu dengan

palpasi CBD, kolangiografi intraoperatif pre eksplorasi, dan dilanjutkan kolangiografi

pasca eksplorasi. Cara lain untuk mendeteksi adanya batu saluran empedu CBD

Page 5: Laporan koledokolitiasis

intraoperatif adalah dengan memakai koledokoskopi fleksibel. Koledokoskopi dapat

dipergunakan pada teknik operasi terbuka dan laparoskopi. Koledokoskop dapat

dipasang melalui duktus sistikus atau CBD untuk memvisualisasi secara langsung

adanya batu empedu di saluran empedu CBD.

Page 6: Laporan koledokolitiasis

Referensi

1. Sri Astri Widiastuty. Jurnal : Patogenesis Batu Empedu. Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Palembang. Volume 1, Edisi 1, September 2010

Tersedia di : http://www.umpalembang.net/jurnal.fk.ump/File/Astri%20Sri

%20Widiastuty_J.%20SyifaMedika%20V%201%20n1.pdf

2. Nuhadi Muhammad. Jurnal : Penelitian Perbedaan Komposisi Batu Kandung

Empedu Dengan Batu Saluran Empedu Pada Penderita Yang Dilakukan

Eksplorasi Saluran Empedu di RSHS Bandung. Program Pendidikan Dokter

Spesialis II Bedah Digestif RS DR Hasan Sadikin Bandung 2010-2011

Tersedia di :

http://download.ikabdi.org/hasil-penelitian-dr-nuhadi.pdf

3. Jurnal Forum Sains. Kolelitiasis

Tersedia di :

http://www.forumsains.com/kesehatan/kolelitiasiskoledokolitiasis/?wap