laporan karet

Upload: sigit-satria-putra

Post on 02-Jun-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 Laporan Karet

    1/12

    LAPORAN PRAKTIKUM

    MATA KULIAH TEKNOLOGI PRODUK DERIVATPengaruh Suhu Terhadap Ketebalan, Kehalusan Permukaan dan Bentuk Karet

    Kompon

    Kelompok 4 :

    Disusun oleh :

    A Bagus Nur Sudrajat 121710101116

    JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

    FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIANUNIVERSAITAS JEMBER

    2014

  • 8/10/2019 Laporan Karet

    2/12

    BAB 1. PENDAHULUAN

    1.1Latar belakang

    Indonesia merupakan salah satu negara produsen utama karet alam terbesar di

    dunia yang dapat mengekspor hasil komoditas perkebunan karet ke beberapa negara.

    Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

    manusia, sebagai bahan yang sangat mudah didapat, praktis, ringan dan tentu saja

    modern. Hampir disegala sektor atau bidang kehidupan selalu kita temui barang-

    barang yang terbuat dari bahan karet, misalnya ban mobil, dan karet peredam per

    daun (rubber bushing)yang berfungsi untuk menghubungkan armdengan sasis agar

    tidak terjadi singgungan antar logam. Salah satu jenis karet yang digunakan dalam

    pembuatan bahan tersebut yaitu karet alam.

    Karet alam merupakan suatu komoditi non migas, penghasil devisa negara di

    Indonesia. Karet alam ini memiliki sifat fleksibilitas tinggi dan mampu berkristalisasi

    pada suhu rendah, apabila diregang. Pada dasarnya karet alam tidak memiliki tensile,

    modulus dan kekerasan yang merupakan sifat mekanik terpenting yang dibutuhkan

    industri. Oleh karena itu perlu untuk menambahkan bahan-bahan pada karet alam

    yang dapat meningkatkan karakteristik agar karet alam ini dapat digunakan untuk

    produksi. Produk-produk yang dihasilkan dari latex karet alam antara lain seperti

    sarung tangan, benang karet, balon kateter, pembalut luka elastis, kompon, tiup

    stateskop dan lain-lain (Termal, 2005).

    Kompon karet adalah campuran antara karet alam dengan bahan-bahan kimia

    yang ditentukan komposisinya dan pencampurannya dilakukan dengan cara

    penggilingan pada suhu 70C + 5C. Komposisi kompon karet berbeda-beda

    tergantung pada barang jadi karet yang akan dibuat. Sebelum bahan baku karet alam

    dicampur dengan bahan pembantu, terlebih dahulu bahan baku karet tersebut

    dilunakan (mastikasi) atau diplastisasi dengan cara digiling (Blow, 2001). Oleh

    karena itu dilakukan praktikum untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap bentuk,

  • 8/10/2019 Laporan Karet

    3/12

    kehalusan permukaan dan tekastur dari kompon dengan berbagai variasi suhu

    pemanasan.

    1.2Tujuan

    Tujuan dari praktikum adalah untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap

    kehalusan permukaan dan ketebalan dari kompon.

  • 8/10/2019 Laporan Karet

    4/12

    BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Definisi Karet

    Karet merupakan Polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi pada getah

    pohon karet atau dikenal sebagai lateks. (Syamsu, Y. 2003). Karet alam merupakan

    suatu komoditi non migas, penghasil devisa negara di Indonesia. Karet alam ini

    memiliki sifat fleksibilitas tinggi dan mampu berkristalisasi pada suhu rendah,

    apabila diregang. Pada dasarnya karet alam tidak memiliki tensile, modulus dan

    kekerasan yang merupakan sifat mekanik terpenting yang dibutuhkan industri. Oleh

    karena itu perlu untuk menambahkan bahan-bahan pada karet alam yang dapat

    meningkatkan karakteristik agar karet alam ini dapat digunakan untuk produksi.

    Produk-produk yang dihasilkan dari latex karet alam antara lain seperti sarung

    tangan, benang karet, balon kateter, pembalut luka elastis, kompon, tiup stateskop dan

    lain-lain (Termal, 2005).

    2.2 Definisi Kompon

    Kompon karet adalah campuran antara karet alam dengan bahan-bahan kimia

    yang ditentukan komposisinya dan pencampurannya dilakukan dengan cara

    penggilingan pada suhu 70C + 5C. Komposisi kompon karet berbeda-beda

    tergantung pada barang jadi karet yang akan dibuat. Sebelum bahan baku karet alam

    dicampur dengan bahan pembantu, terlebih dahulu bahan baku karet tersebut

    dilunakan (mastikasi) atau diplastisasi dengan cara digiling (Blow, 2001).

    Carbon black adalah jenis bahan pengisi yang paling umum digunakan dalam

    pembuatan kompon karet. Bahan pengisi carbon black memberikan efek penguatan

    terhadap sifat fisik vulkanisat terutama yang ukuran butirannya kecil (Omafumaet al.,

    2011). Penambahan carbon black akan mempengaruhi sifat kompon, viskositas dan

    kekuatan kompon akan bertambah, namun penggunaan carbon black mempunyai

    kelemahan, yaitu daya lekat kompon akan berkurang. Hal ini membuat carbon black

    tidak kompak dengan bahan penyusun lainnya pada saat pencampuran.

  • 8/10/2019 Laporan Karet

    5/12

    2.3 Proses Pembuatan Kompon

    Kompon terdiri dari campuran karet alam, filler hybrid (carbon black dan

    silica), plasticizer, accelerator, activator, co-activator, dan antidegradant yang belum

    mengalami vulkanisasi. Mastikasi adalah proses awal dalam pembuatan kompon

    karet. Mastikasi merupakan proses penurunan berat molekul karet yang ditunjukan

    dengan penurunan viskositas karet sehingga pencampuran bahan kompon yang

    sebagian besarnya berupa serbuk padat, dapat bercampur dengan mudah dan merata

    dengan karet. Karet menagalami penurunan berat molekul akibat rantai-rantai utama

    atau backbone dari karet diputus-putus yang berakibat visikositasnya menurun.

    Proses mastikasi terbagi menjadi dua jenis berdasarkan temperature yang digunkaan,

    yaitu mastikasi dingin dan panas. Mastikasi dingin merupakan proses pelunakan

    yang dilakukan pada suhu di bawah 100oC pada mastikasi panas. Mastikasi ini lebih

    dominan berasal dari proses oksidasi yang dialami oleh rantai molekul karet. Istilah

    vulkanisasi ialah proses pemanasan keret ban setelah dicampur dengan belerang.

    Namun secara kimiawi, vulkanisasi adalah proses pembentukan polimer karet untuk

    saling bertautan satu sama lain (cross-linking). Sejak ditemukan oleh Charles

    Goodyear tahun 1839, untuk proses vulkanisasi ini sering dipakai senyawa belerang

    (sulfur) sebagai pengikat polimer karet tersebut. Tujuan proses vulkanisasi karet

    adalah agar barangjadi yang akan dihasilkan menjadi kuat (Ompungssu, 1987).

    2.4 Vulkanisasi

    Vulkanisasi adalah suatu proses dimana molekul karet yang linier mengalami

    reaksi sambung silang sulfur (sulfur-crosslinking) sehingga menjadi molekul polimer

    yang membentuk rangkaian tiga dimensi. Reaksi ini merubah karet yang bersifat

    plastis (lembut) dan lemah menjadi karet yang elastis, keras dan kuat. Vulkanisasi

    juga dikenal dengan proses pematangan (curing/cure), dan molekul karet yang sudah

    tersambung silang (crosslinked rubber) dirujuk sebagai vulkanisat karet (rubber

    vulcanizate). Vulkanisat karet tidak lagi bersifat lengket (tacky), tidak melarut tetapi

    hanya mengembang didalam pelarut organik tertentu Silverstein (1916).

  • 8/10/2019 Laporan Karet

    6/12

    BAB 3. METODOLOGI

    3.1 Alat Dan Bahan

    3.1.1 Bahan

    Bahan yang digunakan dalam praktikum diantaranya :

    1. Karet Kompon

    2. Label

    3.1.2 Alat

    Alat yang digunakan dalam praktikum karet kompon diantaranya :

    1.

    Seng

    2. Pompa hidrolik

    3. Cetakan

    4. Skrup

    5. Oven

    6. Jangka Sorong

    3.2 Skema Kerja

  • 8/10/2019 Laporan Karet

    7/12

    BAB 4. HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

    4.1Hasil Pengamatan

    4.1 Tabel Hasil Pengamatan Ketebalan Kompon

    KontrolSuhu (C)/ mm

    65 75 85

    0,35 0,35 0,35 0,325

    4.2

    Kehalusan Permukaan

    KontrolSuhu (C)

    65 75 85

    +++ +++ ++ +

    Keterangan : Semakin (+) semakin halus

  • 8/10/2019 Laporan Karet

    8/12

    BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

    5.1 Skema Kerja Dan Fungsi Perlakuan

    Kompon adalah hasil pengolahan karet yang ditambahkan dengan bahan

    kimia yang diproses secara vulkanisasi. Pengujian kompon dengan pengaruh suhu

    terhadap ketebalan dan kehalusan bentuk dimulai dengan persiapan bahan kompon.

    Bahan kompon diptong dengan ukuran 5 cm yang kemudian dilatakkan diatas seng

    untuk dilakukan proses pengepresan. Proses pengepresan dilakukan dengan

    menggunakan pompa hidrolik selama 10 detik. Tujuan dari pengepresan adalah untuk

    menekan kompon agar kompon lebih padat dan pada saat dipanasan tidak meluber.

    Setelah dilakukan proses pengepresan dilakukan proses pemansan dengan variasi

    suhu, 65C, 75C dan 85C selama 30 menit. Tujuan dari pemanasan yaitu untuk

    mengetahui tingkat pengaruh suhu terhadap ketebalan dan kehalusan permukaan.

    Kompon yang telah dipanaskan kemudian didinginkan untuk mempermudah proses

    pengamatan. Setelah dingin, kompon diamatai mulai dari ketebalan dan kehalusan

    permukaan.

    5.2 Analisa Data

    5.2.1 Ketebalan Kompon

    Berdasarkan data hasil praktikum dapat diketahui bahwa pengaruh suhu 65

    C, 75 C dan 85 C tidak menunjukakan berbedaan pada ketebalan kompon. Pada

    beberapa perlakuan suhu dapat diketahui bahwa pada perlakuan kontrol tebal darai

    kompon adalah 0,35 mm sedangkan untuk perlakuan suhu 65, 75 dan 85 C ketebalan

    kompon secara berturut-turut adalah 0,35, 0,35 dan 0,325 mm. Ketidak adanya

    perbedaan antara variasi suhu tersebut dikarenakan tingkat pengepresan sebelun

    pemanasan masih belum menekan kompon. hal tersebut tidak sesuai dengan literatur

    yang sudah ada bahwasanya penurunan sifat fisik disebabkan terjadinya degradasi

    karet karena oksidasi oleh oksigen dan ozon. Oksidasi dipercepat dengan adanya

  • 8/10/2019 Laporan Karet

    9/12

    panas, sinar ultraviolet, dan logam-logam yang mengkatalisa oksidasi karet. Menurut

    haris (2004), menjelaskan bahwa Barang jadi karet sering rusak akibat pengerasan

    pada saat penyimpananpengangkutan dan penggunaannya serta kerusakan akibat

    panas, suhu tinggi dan sinar matahari, kerusakan karena oksigen dan ozon di udara,

    keretakan dan kelenturan, serta ion-ion prooksidan, yaitu ion tembaga, ion mangan

    atau ion besi.

    Sehingga seharusnya pengepresan dan pemanasan pada kompon memberikan

    pengaruh terhadap tingkat ketebalan karet kompon. Semakin lama waktu pemanasan

    maka tingkat ketebalan dari karet kompon seamakin rendah atau karet kompon

    semakin tipis karena meleleh karena panas.

    5.2.2 Kehalusan Permukaan

    Dari data praktikum tersebut dapat diketahui bahwa semakin tinggi suhu

    pemanasan, maka tingkat kehalusan permukaan dari karet kompon semakin rendah

    atau semakin tidak halus. Hal tersebut dikarenakan pengaruh pemanasan akan terjadi

    reaksi ikatan silang gugus aldehida pada kompon karena reakasi oksidasi yang

    memutuskan rantai molekul karet. Menurut Refrizon (2003), menjelaskan bahwa

    pada waktu pemanasan akan terjadi reaksi ikatan silang gugus aldehida yang berasal

    dari bahan karet dengan reaksi oksidasi yang memutuskan rantai molekul karet.

    Reaksi ikatan silang antara gugus aldehida berjalan lamban dan sangat dipengaruhi

    oleh tingkat kadar air yang terdapat dalam karet tersebut. Semakin kering akan

    semakin dipercepat terjadinya reaksi ikatan silang gugus aldehida tersebut (Burfield,

    2003)

  • 8/10/2019 Laporan Karet

    10/12

    BAB 6. PENUTUP

    6.1 Kesimpulan

    Dari beberapa hasil pembahasan praktikum karet kompon, dapat disimpulkan

    bahwa :

    1. Semakin tinggi suhu pemanasan, maka semakin rendah nilai ketebalan pada

    karet kompon

    2. Pengaruh suhu terhadap kehalusan permukaan adalah semakin tinggi suhu,

    maka tingkat kehalusan permukaan semakin rendah.

    6.2 Saran

    Saran dari praktikum kali ini yaitu berikan penyajian praktikum yang tela

    ditetapkan, agar praktikumnya bisa berjalan dengan lancar.

  • 8/10/2019 Laporan Karet

    11/12

    DAFTAR PUSTAKA

    Blow, C.M. 2001. Rubber Technology and Manufacture, 2nd Edition. London:Butterworth Scientifics.

    Burfield, D.R., Lim, K.L., and Law, K.S. 2003. Epoxidation of Natural RubberLatices Methods of Preparation and Properties of Modified Rubbers. Journal of

    Applied Polymer Science. 29(5): 1661-1673.

    Haris, U. 2004. Karet Alam Hevea dan Industri Pengolahannya.Bogor: BalaiPenelitian Teknologi Karet Bogor, Pusat Penelitian Karet, Lembaga Riset

    Perkebunan Indonesia.

    M. R. Silverstein. 1916. Spectrometric Identification of Organic Compounds, Fourthedition. p.166-170, John Wiley & Son, New York.

    Omafuma, F.E., Adeniye, S.A., and Adeleke, A.E. 2001. The Effect of Particle Sizeson the Performance of Filler: A Case Study of Rice Husk and Wood Flour.

    World Appl. Sci. J., 14(9): 1347-1352.

    Refrizon. 2003. Viscositas Mooney Karet Alam. Medan: Fakultas Matematika danIlmu PengetahuanAlam Universitas Sumatera Utara.

    Syamsu, Y. 2003. Perbaikan Sifat Ketahanan Minyak Karet Alam melalui Modifikasidengan Senyawa Vinilik. Balai Penelitian dan Teknologi Karet. Bogor.

    Termal A, Schaller, R. Moctil M and Kern W. 2005, Determination fo residualvulcanization accelerations in Natural RubberFilm Using FTIR Spektroscopy.

    Journal of Rubber Chemistry and Technology, 78 (1) : 28- 41

  • 8/10/2019 Laporan Karet

    12/12

    LAMPIRAN FOTO

    Gambar 1. Kehalusan Permukaan

    Gambar 2. Ketebalan Karet Kompon