laporan hasil observasi bimbingan konseling

75
LAPORAN HASIL OBSERVASI BIMBINGAN KONSELING DI SD NEGERI 101788 MARINDAL I KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG D I S U S U N OLEH LENAWANTY TOGATOROP 111 3 111 035 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2012 KATA PENGANTAR Pertama dan yang utama, penulis memanjatkan puji dan sykur kepada Yang MahaKu Karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan Observa sesuai waktu yang telah di tentukan. Saya juga sangat berterima kasih kepada pihak sekolah yang telah mengizinkan untuk melakukan observasi ini di sekolah tersebut , khususnya bagi Kepala Sekolah, dan siswa yang saya observasi, karena atas kerja sama yang baik saya bias mengerjak ini.

Upload: muhammaad-ihsaan

Post on 09-Oct-2015

129 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

l

TRANSCRIPT

DI SD NEGERI 101788 MARINDAL I  
KECAMATAN PATUMBAK KABUPATEN DELI SERDANG  




S


OLEH 
KATA PENGANTAR  
Pertama dan yang utama, penulis memanjatkan puji dan sykur kepada Yang MahaKuasa.
Karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan Observasi ini
sesuai waktu yang telah di tentukan. 
Saya juga sangat berterima kasih kepada pihak sekolah yang telah mengizinkan saya
untuk melakukan observasi ini di sekolah tersebut , khususnya bagi Kepala Sekolah, wali kelas
dan siswa yang saya observasi, karena atas kerja sama yang baik saya bias mengerjakan laporan
ini. 
 
Laporan ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan
dan Konseling. Observasi ini dilaksanakan pada tanggal 26 dan 27 April 2012.Observasi ini
dilakukan di SD Negeri NO. 101788 Marindal I Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. 
Tiada gading yang tak retak. Dari peribahasa itu, penulis menyadari laporan ini bukanlah
karya yang sempurna karena memiliki banyak kekurangan baik dalam hal isi maupun sistematika
dan teknik penulisan. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
menbangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini bisa memberikan
manfaat bagi penulis dan pembaca. 
Medan, April 2012 
karakteristiknya masing-masing. Mulai dari yang cepat memahami pelajaran, hingga yang
lamban. Mulai dari siswa yang berprestasi, hingga anak yang sarat akan masalah. 
Pada setiap kelas di Sekolah Dasar tidak jarang dijumpai peserta didik yang bermasalah
 baik dalam hal interaksi dengan sesama temannya, maupun dalam hal belajar. Mereka dapat
dikategorikan sebagai kelompok yang menuntut layanan bimbingan yang khusus. Temuan
lapangan Sunaryo dkk dalam Sunaryo menunjukkan bahwa masalah-masalah siswa sekolah
dasar menyangkut aspek perkembangan fisik, kognitif, pribadi, dan sosial. 
Adanya rentang keragaman individual siswa yang amat lebar memunculkan populasi
khusus target layanan bimbingan, antara lain mencakup: 
a.  siswa dengan kecerdasan dan kemampuan tinggi 
 b.  siswa yang mengalami kesulitan belajar  
c.  siswa dengan perilaku bermasalah. 
Untuk itu guru SD perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang jenis-jenis data
yang perlu dikumpulkan, sumber untuk memperoleh data tersebut, cara dan prosedur
mendapatkan data, dan keterampilan dalam menyusun alat pengumpul data serta penggunannya.
Pengetahuan dan keterampilan tersebut sangat berguna dalam mengidentifikasi peserta didik. 
 
Pada penelitian kali ini, penulis memfokuskan pada siswa yang mengalami
kesulitan belajar dan anak yang berprestasi pada kelas VI di SDN No. 101788 Marindal I
Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang. 
3.  Tujuan 
Tujuan diadakannya observasi ini adalah untuk mengetahui dan mengidentifikasi peserta
didik yang bermasalah di kelas VI di SDN No. 101788 Marindal I Kecamatan Patumbak
Kabupaten Deli Serdang 
4.  Manfaat 
mengkaji suatu permasalahan yang dihadapi oleh siswa. 
 b.  Melatih kita dalam membuat suatu karya tulis agar terbiasa dan lebih baik. 
c.  Memberikan kesempatan kepada mahasiswa (penulis) untuk lebih mengenal calon anak
didiknya dalam berbagai aspek yang ada dalam diri mereka dan masalah yang mereka hadapi,
khususnya anak yang berkesulitan belajar. 
d.  Sebagai pedoman untuk pembelajaran. 
e.  Sebagai motivasi untuk melakukan suatu observasi, wawancara atau membaca buku-buku yang
 berhubungan dengan permasalahan anak atau siswa. 
Tidak hanya bagi penulis, laporan ini juga bermanfaat bagi pembaca, karena: 
a. Mengetahui akan masalah yang dihadapi seorang siswa yang mungkin kita tidak
menyadarinya. 
 b. Lebih mendekatkan pembaca khususnya orang tua dengan anaknya, dengan memberikan
 perhatian, kesempatan dan motivasi bagi mereka. 
c. Menumbuhkan rasa ingin tahu dan kepedulian akan masalah yang dihadapi oleh siswa. 
5.  Metode Penelitian 
diantaranya,angket, dokumen, dan wawancara. 
6.  Waktu dan Tempat 
 
Bimbingan merupakan terjemahan dari istilah Guidance dalam bahasa Inggris. Bimbingan
adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh seorang ahli kepada individu dengan
menggunakan cara, prosedur dan bahan tertentu agar individu tersebut dapat mandiri, mampu
memecahkan masalah yang dihadapi dan dapat mengembangkan diri sebagai personal yang unik. 
Dilihat dari fungsi bimbingan atau penyuluhan itu bersifat pencegahan, pengembangan,
dan penyembuhan. 
a.  Penyuluhan (distributive) 
 b.  Pengadaptasian (adaptive) 
c.  Penyesuaian (adjustive) 
a.  Pemberian informasi sebagai orientasi 
 b.  Bantuan untuk menyesuaikan diri 
c.  Penyuluhan tentang perkembangan individu. 
Penyesuaian terhadap situasi baru,mengembangkan kemampuan anak untuk memahami
diri sendiri dan meerapkannya dalam situasi mendatang.
Bimbingan bukan lagi suatu tindakan yang bersifat hanya mengatasi setiap krisis yang dihadapi
oleh anak,tetapi juga merupakan suatu pemikiran tentang perkembangan anak sebagai pribadi
dengan segala kebutuhan,minat dan kemampuan yang harus berkembang. 
A.  Pengertian anak kesulitan belajar  
 
sulituntuk diidentifikasi hingga mereka masuk sekolah dan mengalamimasalah prestasi
akademis. Tanda anak yang mengidap kesulitan belajar antara lain: 
a.  Perkembangan terlambat Secara performance anak yang jauh tertinggal dengan teman seusianya
menjadi indikator adanya kelainan perkembangan pada anak berkesulitan belajar. Perkembangan
ini menyangkut keterlambatan berbahasa, misal: sulit mengerti kata -kata, sulitberbicara sesuai
dengan anak sebayanya. Keterlambatan ini juga bisa dilihat dari proses pertumbuhanya, seperti terlambat berjalan atau terlambat berdiri. Hal lain, ketertinggalan dalam memahami
arah,mengenal bentuk huruf, pelafalan kata atau hitungan. Hasil studimenunjukan anak yang
terlambat perkembangannya juga mengalamiketerlambatan di sekolah. 
 b.  Penampilan tak konsisten.Anak kesulitan belajar mampu melakukan soal matematika dari guru
saat ini, tapi jika mendapat soal itu pada pekan depan ia takmampu untuk menyelesaikannya. Kesulitan ini diprediksi karenakemampuan mengingatnya. Ketidak-konsisten anak kesulitan
 belajarjuga bisa berupa tulisan yang jelek namun hasil lukisanya bagus, danbisa juga, lebih bisa
mengerjakan sesuatu dengan baik di rumahdaripada di sekolah. 
c.  Kehilangan minat belajarSebenarnya anak kesulitan belajar suka belajar, namunantusiamenya kian berkurang begitu masuk sekolah karenamengalami gangguan pemrosesan informasi yang
 butuh daya ingatdan pengorganisasian informasi dalam jumlah besar. Tanda tandayang bisa
dilihat dengan jelas: suka menunda-nunda pekerjaan, sepertimengerjakan tugas belum selesai
dan mengatakan akanmengerjakannya di sekolah. 
d.  Tak mencapai prestasi seperti yang diharapkanAdanya kesenjangan antara potensi dan prestasi
yangditunjukan anak dapat menjadi ciri utama bagi yang mengalamikesulitan belajar. Misal,
anak 8 tahun kelas tiga SD, dengan IQ 139dengan kemampuanya bisa menguasai materi kelas 4  bahkan kelas 5.hambatan ini disebabkan ketidakmampuan belajar mandiri. 
e.  Masalah tingkah laku yang menetapAnak kesulitan belajar umumnya mempunyai masalahperilaku. Masalah perilaku ini, seperti cepat mengambek dan marah.Anak yang
mengalami kesulitan persepsi visual dan bahasa akan sulitmemahami dan mengingat informasi,
sehingga sering terke san sukardiatur dan kasar. Tingkah laku ini tentunya tidak disadari oleh
anak.Kesulitan muncul saat anak masuk sekolah, karena sekolah secarainten menuntutnya  berperilaku baik. Di sekolah mungkin ia berhasilmengendalikan diri, namun di rumah ada peruba
han mood yangmencolok. Hal ini yang menyebabkan anak learning disabilitiessering dianggap
keras kepala, malas, tak peka, tak bertanggung jawab,dan tak mau bekerja sama. 
Karakteristik kesulitan belajar yang ditemukan pada murid kecendrungan menunjukkan
kesulitan dalam hal-hal berikut :
a. Aspek Kognitif   Yaitu murid yang menunjukkan karakteristik kesulitan dalam masalah-masalah khusus, seperti : kemampuan membaca, menulis mendengarkan, berpikir dan matematis. Kasus kesulitan membaca (dyslexia) yang sering ditemukan di sekolah merupakan contoh klasik kurang berfungsinya aspek kognitif anak yang mengalami tuna cakap belajar. Kasus- kasus ini membuktikan bahwa anak tuna cakap belajar memiliki kemempuan kognitif yang normal, akan tetapi kemempuan tersebut tidak berfungsi secara optimal sehingga terjadi keterbelakangan akademik (academic retardation), yakni terjadinya kesenjangan antara apa yang mestinya dilakukan dengan apa yang dicapainya secara nyata.
b. Aspek Bahasa  Yaitu murid yang menunjukkan karakteristik kesulitan dalam mengekspresikan diri, baik secara lisan (verbal) maupun tertulis. Dengan kata lain murid yang mengalami tuna cakap belajar dalam aspek bahasa,cenderung mengalami kesulitan dalam menerima dan memahami bahasa (bahasa reseptif  ) serta dalam mengekpresikan diri secara verbal (bahasa ekspresif). c. Aspek motorik  Masalah motorik murupakan salah satu masalah yang dikaitkan dengan murid tuna cakap belajar yang behubungan dengan keulitan dalam keterampilan motorik-perseptual ( perceptual-motorproblem) yang deperlukan untuk mengembangakan keterampilan meniru rancangan atau pola, kemampuan ini diperlukan untuk menggambar, menulis menggunakan gunting, serta sangat diperlukan koordinasi yang baik antara tangan dan mata, yang dalam banyak hal koordinasi tersebut kurang dimanfaatkan murid yang mengalami tuna cakap belajar. d. Aspek Sosial dan Emosi  Dua karakteristik yang sering diangkat sebagai karakteistik social-emosional murid tuna cakap belajar ialah kelabilan emosional dan keimpulsif-an. Kelebihan emosional ditunjukkan sering berubahnya suasana hati dan temperamen yang menyebabkan lemahnya pengendalian terhadap dorongan-dorongan. 
Faktor-Faktor Yang Menimbulkan Kesulitan Belajar   Jerome Rosner (1993) melihat bahwa hal-hal yang paling umum, yang secara langsung berkaitan dengan masalah kesulitan khususnya dalam ketunacakapan belajar murid di tingkat sekolah dasar ialah keterlambatan dalam perkembangan ketermpilan perseptual dan kecakapan berbahasa. Selanjutnya, kephart (1967) mengelompokkan penyebab ketuna cakapan belajar kedalam katagori utama yaitu :
 
Gangguan emosional terjadi karena adanya trauma emosional yang berkepanjangan sehingga menggangu hubungan fungsional sistem urat syaraf c. Faktor “Pengalaman”  Faktor pengalaman mencakup faktor-faktor seperti kesenjangan perkembangan dengan kemiskinan pengalaman lingkungannya. Kondisi seperti ini biasanya dialami oleh anak yang terbatas memperoleh rangsangan lingkungan yang layak atau tidak memperoleh kesempatan menangani peralatan atau mainan tertentu, kesempatan seperti ini dapat mempermudah anak dalam mengembangkan keterampilan manipulatif dalam penggunaan alat tulis seperti pensil atau bollpoint. Biasanya kemiskinan pengalaman ini berkaitan erat dengan konisi sosial ekonomi orang tua, sehingga seringkali juga berkaitan erat dengan masalah kekurangan gizi yang pada akhirnya dapat mengganggu perkembangan dan keberfungsian otak. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan Anak 
1. Rumah atau Keluarga. 
Rumah adalah tempat pendidikan pertama kali bagi seorang anak dan merupakan tempat
yang paling berpengaruh terhadap pola hidup seorang anak. Anak yang hidup di tengah keluarga
yang harmonis, yang selalu melakukan ketaatan kepada Allah, maka ia akan tumbuh menjadi
anak yang taat dan pemberani. Oleh karena itu, setiap orang tua harus memperhatikan kondisi
rumahnya. Dalam hadits ini, terdapat anjuran untuk memperbaiki rumah supaya tidak seperti 
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat informal, yang pertama dan
utama dialamai oleh anak serta lembaga pendidikan yang bersifat kodrati orang tua bertanggung
 jawab memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh adn berkembang
dengan baik. 
kepribadian anak yaitu sebagai berikut: 
a.  Rumah adalah tempat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan fisik dan kebutuhan-kebutuhan
 psikologis anak, 
c.  Rumah adalah tempat untuk mendapatkan pengalaman-pengalaman dalam menerima dan juga
untuk menghadapi orang lain, 
2. Sekolah. 
Sekolah merupakan lingkungan baru bagi anak. Tempat bertemunya ratusan anak dari
 berbagai kalangan dan latar belakang yang berbeda, baik status sosial maupun agamanya. Di
sekolah inilah anak akan terwarnai oleh berbagai corak pendidikan, kepribadian dan kebiasaan,
 
Begitu juga para pengajar berasal dari berbagai latar belakang pemikiran dan budaya
serta kepribadian. Seorang pengajar merupakan figur dan tokoh yang menjadi panutan anak-anak
dalam mengambil semua nilai dan pemikiran tanpa memilah antara yang baik dengan yang
 buruk. Karena anak-anak memandang, guru adalah sosok yang disanjung, didengar dan ditiru.
Sehingga pengaruh guru sangat besar terhadap kepribadian dan pemikiran anak. 
McDonald mengemukakan sebagai berikut sekolah adalah lingkungan yang khusus
untuk mengubah tingkah laku secara menetap dalam hubungan dengan seluruh perkembangan
 pribadinya sebagai masyarakat. 
 pendidik yang memberikan pandangan hidup yang keliru terhadap anak akan memberikan
dampak atau pengaruh buruk terhadap perkembangan kepribadian anak tersebut. 
3. Lingkungan sosial (faktor sosiologis)  
Lingkungan sosial adalah semua perangsang dan pengaruh luar yang menimbulkan
tingkah laku tertentu pada seorang anak (contohnya tidak hormat kepada guru, berbohong,
mencontek, melanggar aturan atau norma-norma sosial). Semakin pesatnya kemajuan dan
semakin kompleksnya masyarakat sekarang, maka semakin banyak juga anak yang tidak mampu
melakukan penyesuaian terhadap pelbagai perubahan sosial yang ada. 
4. Media Elektronik dan Cetak . 
Kedua media ini sangat berpengaruh terhadap pendidikan, tingkah laku dan kepribadian
anak. Kalau orang tua tidak berhati-hati dan waspada terhadap kedua media ini. Tidak jarang
anak-anak akan tumbuh sebagai mana yang ia peroleh dari kedua media ini. 
a. Radio dan Televisi 
Dari sisi lain, radio dan televisi sebagai sumber berita, wahana penebar wacana baru,
menimba ilmu pengetahuan dan menanamkan pola pikir pada anak. Namun kedua media tersebut
 bisa menimbulkan pengaruh negative terhadap kepribadian anak misalnya melalui tayangan film-
film horor atau mistik Menampilkan orang-orang yang tidak menutup aurat dan mengajak anak-
anak untuk hidup penuh romantis atau berduaan antara wanita dan laki-laki. Lebih parah lagi,
film-film sejenis itu banyak ditayangkan dan cukup banyak diminati oleh kalangan muda dan
orang dewasa. 
Acara televisi seperti itu sangat berbahaya. Ia dapat menghancurkan kepribadian dan akhlak
 
b. Internet. 
Media ini telah menyumbangkan dampak negatif, sebab bahaya yang timbul dari internet
lebih banyak daripada manfaatnya. Bahkan media ini sudah mengenyampingkan nilai kemuliaan
dan kesucian dalam kamus kehidupan manusia. Misalnya, ada suatu situs khusus yang
menampilkan berbagai gambar porno, sehingga dapat menjerat setiap anak dengan berbagai
macam perbuatan keji dan kotor. Akibat yang ditimbulkan ialah kehancuran. 
c. Majalah dan Cerpen Anak  
Majalah dan buku-buku cerita sangat berperan penting dalam membentuk pola pikir dan
ideologi anak. Sementara itu, majalah yang beredar baik majalah anak-anak maupun majalah
remaja, isinya banyak ditonjolkan adalah syahwat dan hidup konsumtif. Pengaruh majalah
tersebut sangat besar dalam mempengaruhi generasi muda, sehingga banyak kita temui gaya
hidup dan pola pikir mereka meniru dengan yang mereka dapatkan dari majalah. Oleh sebab itu,
majalah dan buku-buku cerita memiliki peran yang sangat urgen, memiliki pengaruh sangat
signifikan dalam membentuk pola pikir dan tingkah laku serta pendidikan anak. Anak-anak
sangat gemar dan tertarik dengan berbagai kisah, karena kisah mengandung daya tarik, hiburan,
lelucon, kepahlawanan, amanah, dan kesatriaan. 
d. Komik dan Novel. 
Komik banyak digandrungi oleh anakanak kecil atau remaja, bahkan orang dewasa.
 Namun bacaan ini, sekarang banyak memuat gambar-gambar yang tidak sesuai dengan
 perkembangan dan pertumbuhan anak. Begitu pula novel, rata-rata berisi percintaan, dongeng
 palsu, cerita legendaris, penuh dengan muatan syirik dan kekufuran, serta cerita romantika
 picisan 
5. Teman dan Sahabat. 
Teman memiliki peran dan pengaruh besar dalam pendidikan, sebab teman mampu
membentuk prinsip dan pemahaman yang tidak bisa dilakukan kedua orang tua. 
6. Jalanan. 
Jalanan tempat bermain dan lalu lalang anak-anak terdapat banyak manusia dengan
 berbagai macam perangai, pemikiran, latar belakang sosial dan pendidikan.Dengan beragam latar
 
 belakang, mereka sangat membahayakan proses pendidikan anak, karena anak belum memiliki
filter untuk menyaring mana yang baik dan mana yang buruk. 
Di sela-sela bermain, anak akan mengambil dan meniru perangai serta tingkah laku
temannya atau orang yang sedang lewat; sehingga terkadang mampu merubah pemikiran lurus
menjadi rusak, apalagi mereka mempunyai kebiasaan rusak, misalnya perokok, pemabuk dan
 pecandu narkoba; maka mereka lebih cepat menebarkan kerusakan di tengah pergaulan anak-
anak dan remaja. 
7. Pembantu dan Tetangga. 
 
KEC. PATUMBAK KAB. DELI SERDANG 
 NSS / Nomor Statistik Sekolah : 101070105001 
ALAMAT : JL. PTPN II MARINDAL I 
C.  IDENTITAS KEPALA SEKOLAH  
 NAMA : LUMI MANULLANG, S.Pd 
: JL. BAJAK II H GG. SEKOLAH NO. 247 
MARINDAL I 
MASALAH :KURANG MEMAHAMI PELAJARAN DAN SERING
BERKELAHI DENGAN TEMANNYA 
PRESTASI : SELALU JUARA I DARI KELAS I- VI 
SERING MEMENANGKAN LOMBA
 No  Pertanyaan Mahasiswa  Jawaban siswa 
1  Adik rivaldo, masalah apa saja yang sering
kamu hadapi di kelas? 
 
adik? 
susah kadang gampang) 
3  Pelajaran apa yang kamu sukai dik?  IPA kak  
4  Kenapa adik tidak suka dengan pelajaran  bahasa Indonesia, PKN, dan matematika? 
Ya susah aja kak, banyak main-main 
5  Apa tidak dimarahi guru main –  main di
kelas? 
7  Apa orang tua adek pernah menyuruh adek
 belajar jika berada di rumah? 
Kadang- kadang kak, kadang marah, kadang
nggak juga. 
8  Kalau di rumah tidur jam berapa?  Kalau nggak jam 9, jam 10 
9  Pernah berantem di sekolah atau di kelas
dik? 
dorong kawanku. 
10  Pernah di bawa ke kantor karena berkelahi?  Pernah kak  
11  Apa yang dilakukan guru kepadamu di
kantor? 
12  Hobby adik apa?  Berenang, main bola, suka main internet. 
13  Internet,,,,? Kapan saja adik main internet, kan adik sekolah? 
Pulang sekolah kak. 
14  Di internet buka apa saja dik?  Kalau nggak game, facebook. 
15  Biasanya sampai berapa lama main internet dik? 
Kadang 1 jam kadang sampai 5 jam. 
16  Berapa 1 jam dik?  1 jam 2 ribu kak. 
17  Biasanya berapa uang jajan di kasih
mamak? 
Kadang 1 ribu, kadang 2 ribu 
18  Main internet uangnya darimana?  Kadang minta mamak, tapi suka kena marah
kalau lama-lamakenapa lama-lama disitu,
 bukannya ngerjain PR kau disitu, habis-
habisin duit saja kau gitu kata mamak. 
19  Kalau tidak dikasih mamak uang, trus
darimana uangnya? 
20  Biasanya dapatnya berapa?  53 ribu 
21  Pernah tinggal kelas atau mendapat nilai
merah di raport nggak dik? 
Kalau tinggal kelas nggak pernah kak, tapi
kalau dapat nilai merah pernah. 
22  Apa kata guru dan orang tua adek kalau
mendapat nilai merah? 
 bodoh terus. 
No  pertanyaan mahasiswa   jawaban siswa 
 
1  Adik , juara berapa di kelas?  Juara 1 
2  Sudah berapa kali adik juara di kelas?  Mulai dari kelas 1 sampai sekarang kak  
3  Apa yang mendorong adik, supaya tetap
 berprestasi? 
Diri sendiri, dan keadaan orangtua kak. 
4  Memangnya apa cita- cita mu dik?  Aku mau jadi pilot kak. 
5  Apa motivasi dari orang tua ketika adik
mendapat juara? 
hadiah ketika adik mendapat juara? 
Tidak pernah kak. 
diberikan sama adik? 
anak –  anak yang berprestasi? 
Biasanya bukun kak. 
9  Apa kegiatan adik setelah pulang sekolah?  Bantuin orang tua jualan, belajar dan nonton
TV kak. 
10  Jam berapa biasnya adik belajar dirumah?  Saya belajar siap makan malam kak  
11  Kira –  kira berapa jam adik belajar?  Kira 2 jam kak  
12  Kalau belajar dirumah , apakah orang tua adik ikut membantu adik mengerjakan tugas? 
Iya kak, diajari sama mamak  
13  Berapa adik bersaudara?  2 orang kak  
14  Pernahkah adik diganggu teman, waktu  belajar di kelas? 
Pernah kak  
15  Terus apa yang yang adik lakukan?  Didiamin saja kak, tapi kadang –  kadang saya
marah 
16  Pelajaran apa yang paling disukai adik dan yang tidak disukai adik? 
Saya suka pelajaran IPA kak, yang tidak saya sukai pelajaran Matematika 
17  Pernah nggak adik ikut olimpiade?  Pernah kak  
18  Olimpiade apa dik?  Olimpiade MIPA se- kabupaten, dan
olimpiade semua mata pelajaran se- kecamatan 
19  Adik juara berapa?  Semua juara 1 kak  
20  Waktu kelas berapa adik mengikuti olimpiade itu? 
Waktu kelas 4 dan kelas 5 
SOLUSI YANG DIBERIKAN GURU  
 
1.  Guru memahami dan memastikan bahwa murid memiliki pengetahuan faktual yang diperlukan
dalam mempelajari bahan ajaran. 
2.  Guru membatasi jumlah informasi baru kepada hal-hal yang tercantum pada bahan atau unit
ajaran dan sampaikan sedikit demi sedikit. Jika perlu gunakan sistem jembatan keledai. 
3.  Guru menyajikan informasi secara jelas tentang apa yang harus murid pelajari. 
4.  Guru menyatakan secara eksplisit bahwa informasi yang diajarkan berkaitand engan informasi
yang telah dimiliki murid 
5.  Jika murid sudah mampi menguasai unit-unit kecil, perkenalkan dia kepada unit-unit yang lebih
 besar. 
6.  Guru menyiapkan pengalaman ulang untuk memperkuat informasi baru dalam ingatan murid 
7.  Guru melakukan drill dan latihan yang paling efektif, jika perlu minta murid mengatakan dan
menuliskan apa yang dia lihat dan dengar. 
Selain itu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru dan orang tua dalam
menangani masalah ini. 
kebutuhannya. 
2.  Khususnya bagi orang tua, terimalah kelemahan yang dimiliki anak dengan kesabaran, tanggung
 jawab untuk membimbingnya. 
3.  Maafkan dan jangan dimaki, berilah motivasi atau dorongan sebagai pemacu semangat mereka. 
4.  Jangan sekali-kali memberi anak cap bodoh karena itu akan menjadi beban baginya. 
5.  Selalu berprasangka baik terhadap anak. 
6.  Dekatilah dan menjadi teman curhat setia bagi mereka. 
7.  Pergunakanlah Metode Bimbingan yang sesuai dengan kebutuhannya. 
BAB V 
diwujudkan dalam kesulitan-kesulitan yang signifikan yang dapat menimbulkan gangguan proses
 belajar  
utama, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi minimal brain dysfunction
(ketidak berfungsian minimal otak), kelemahan perceptual, males belajar, kelemahan dalam
membaca (dyslexia), dan bawaan. Sedangkan faktor Ekstern (dari luar diri anak) yaitu
lingkungan yang tidak mendukung, beban pikiran karena masalah dengan keluarga, tidak adanya
atau kurangnya perhatian dari orang tua juga keluarga dan tidak adanya bimbingan atau
 pengarahan. 
Dari kasus yang penulis temukan di lapangan, faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa
yang bersangkutan adalah faktor pola asuh keluarga yang salah dan tidak adanya bimbingan atau
 pengarahan di rumah. Bimbingan yang telah diberikan guru belum membuahkan hasil. Karena
anak masih sulit untuk belajar dengan tekun di rumah. Sebaik apapun usaha yang dilakukan oleh
guru, namun yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu bimbingan adalah anak itu sendiri. 
DAFTAR PUSTAKA 
 
Pengaruh Sistem Transportasi Masal yang Baik Terhadap Angka Kelangsungan Hidup
B. Pendahuluan
Infrastruktur transportasi seperti jalan tidaklah berimbang dengan jumlah kendaraan yang ada.
Dampak dari itu semua adalah kemacetan di mana mana. Beberapa efek dari kemacetan ini adalah
polusi udara dan suara serta makin tidak efektifnya aktifitas di perkotaan. Melihat hal tersebut maka
laporan hasil observasi lingkungan ini akan mengamati pengaruh transportasi masal yang baik
terhadap angka kelangsungan hidup masyarakat di suatu negara.
+ Rumusan masalah
1. Apa faktor penyebab terjadinya pola hidup buruk dalam bertransportasi
2. Apa dampak bagi kesehatan
3. Apakah signifikan dampak dari pola transportasi yang sehat terhadap kelangsungan hidup.
+ Tujuan Observasi
- Untuk mengetahui dampak transportasi buruk terhadap umur seorang
- Untuk mengetahui solusi dan alternatif dari transportasi yang baik
+ Manfaat Observasi
Bagi peneliti
Bagi masyarakat
Bagi industri
- Agar mendukung dan menjadi donatur / sponsor dari kegiatan yang berkaitan dengan
transportasi masal
- Kajian Pustaka atau Landasan Teori
Semenjak jaman penjajahan VOC, pemerintah di kala itu sudah sadar bahwa Indonesia memiliki
potensi sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk yang sangat banyak. Melihat hal
tersebut sebelum kemerdekaan pemerintah belanda telah membangun infrastruktur kereta dalam
kota yang dikenal dengan nama tram di Jakarta (batavia), Surabaya, dan Yogyakarta. Sayangnya
seiring dengan perkembangan jaman, program transportasi masal ini tidak lagi mendapat perhatian
dan cenderung dikalahkan dengan program perluasan jalan agar tiap individu bisa menikmati
transportasi dengan kendaraan probadinya (mobil dan motor). Selain itu pertumbuhan kendaraan
bermotor juga baik bagi pemasukan pajak bagi pemerintah.
Dampak yang ditimbulkan adalah tentu saja kemacetan yang merajalela di mana mana. Sebagai
negara dengan ekonomi sangat kuat, Indonesia memiliki angka kelangsungan hidup yang
cenderung rendah. Kemacetan yang ada sudah pada ambang batas yang tidak layak dan juga
membuat keadaan tidak efektif lagi.
Hipotesis
 
Sampel dari populasi ini adalah negara dengan fasilitas transportasi buruk (Indonesia,
Bangladesh, India) dan negara dengan transportasi baik (Jepang, Korea Selatan, Singapura)
+ Sampel
Variabel terikat (dependen) terdiri dari angka kelangsungan hidup (usia rata rata orang di negara
tersebut).
Variabel bebas (independen) terdiri dari satuan kecepatan (m / s) rata rata yang ditempuh dalam
berkendara di negara tersebut
+ Metode dan teknik observasi
Metode yang ada adalah meregresikan satuan dari variable bebas tadi dan dampaknya pada
variabel terikat. Di sini bahasa awamnya adalah saat kecepatan (m/s) semakin rendah maka usia
rata rata orang di negara tersebut juga makin rendah.
IV.
- Program pemerintah yang lebih menekankan pda pendapatan pajak kendaraan bermotor
- tidak adanya satu koordinasi transportasi di bawah satu atap
- Tidak adanya implementasi dari perencanaan jangka panjang kota
- investasi yang cukup mahal pada sarana transportasi masal
Hasil dari analisa terhadap dua variable terikat dan bebas tadi di dapatkan bahwa negara dengan
manajemen transportasi yang baik (jepang, korsel, dan singapura) memiliki penduduk dengan angka
harapan hidup yang lebih panjang ketimbang Indonesia, Bangladesh, dan India.
Dampak dari transportasi yang buruk
- Penyakit pada pernapasan
- subsidi BBM yang membengkak
Cara mengatasi
- Meingimpementasikan monorail dan Mass Rapid transport ke semua kota besar di Indonesia tanpa
perkecualian, Mengedukasi masyarakat akan ketertiban lingkunagn
V.
masyarakat juga dapat berperan serta dalam memulai menggunakan transportasi yang ada. Di
samping itu menjaga kebersihan dan ikut menjaga kelestarian dari prasarana transportasi tadi.
Selain itu adalah dengan semakin majunya era komunikasi dengan internet maka diharapkan angka
pertambahan penduduk di kota dapat ditekan dan kita bisa lebih aktif di wilayah masing masing dan
memajukan wilayahnya.
NASIONAL DEFINISI UMUM : Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang
mempunyai ekosistem asli dan dikelola dengan bersistem untuk keperluan berbagai
penelitian,perkembangan ilmu pengetahuan,pendidikan,dan pariwisata.Di Taman Nasional ini
berbagai habitat hidup dengan aman dan alami,misalnya orang utan dengan leluasa berayun dari
satu pohon ke pohon lain dan dengan leluasanya juga ia memilih pucuk-pucuk daun untuk
dimakan. DESKRIPSI BAGIAN : Wilayah kawasan taman nasional memiliki sumber daya alam
hayati dan ekosistem yang khas,unik,utuh,dan alami serta mempunyai luas wilayah yang cukup
untuk kelangsungan proses ekologis secara alami dengan pembagian zona inti,zona
pemanfaatan,dan zona rimba. DESKRIPSI MANFAAT/KEGUNAAN : Taman Nasional didirikan
untuk melestarikan lingkungan alam dan mengembangkan pengetahuan.Taman Nasional berfungsi
untuk pelestarian habitat hewan dan tumbuhan yang hidup di wilayah Indonesia.Taman Nasional ini
sangat berguna untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan,misalnya untuk pengamatan
fenomena alam,konservasi alam,pemanfaatan air serta energi air panas,dan angin serta wisata
alam
A.  Latar Belakang 
Daerah pinggiran kota adalah suatu daerah yang juga dikenal sebagai daerah urban fringer atau daerah peri urban atau nama lain yang muncul kemudian merupakan daerah yang
memerlukan perhatian yang serius karena begitu pentingnya daerah tersebut terhadap peri
kehidupan penduduk baik desa maupun kota di masa yang akan datang. Sebagai contoh kawasan
 perkotaan Mamminasata yang terdapat WPU disekir kawasan tersebut. 
WPU ini menentukan peri kehidupan kekotaan karena segala bentuk perkembangan fisikal
 baru akan terjadi di wilayah ini, sehingga tatanan kehidupan kekotaan pada masa yang akan
datang sangat ditentukan oleh bentuk, proses dan dampak perkembangan yang terjadi di WPU tersebut. Tanpa adanya perhatian khusus pada WPU ini, sangat dimungkinkan terjadi suatu
 bentuk dan proses perkembangan fisikal kekotaan baru yang mengarah pada dampak negatif. 
Salah satu WPU dari Kawasan Perkotaan Mamminasata adalah Desa Patallassang yang
 berada di Kecamatan Patallassang. Di pihak lain, WPU juga berbatasan langsung dengan daerah  pedesaan dan sementara itu, di dalamnya masih banyak fisikal baru dari kota. Padahal sudah
diketahui bahwa WPU ini merupakan sasaran perkembangan penduduk desa yang masih
menggantungkan kehidupan dan penghidupannya pada sector pertanian. Suatu keniscayaan yang muncul didalamnya adalah hilangnya lahan pertanian. Konflik antara mempertahankan lahan
 pertanian untuk kepentingan sector kedesaan di satu sisi dan melepaskan lahan pertanian di sisi
lain untuk kepentingan perkembangan fisikal baru sector kekotaan merupakan bentuk konflik
 pemanfaatan lahan paling mencolok. Tidak berlebihan kiranya mengatakan bahwa WPU ini seolah-olah merupakan ajang pertempuran (battle front) antara sector kedesaan dan sector
kekotaan, di mana tidak pernah ada kenyataan empiris yang mengemukakan bahwa sector
kedesaan memenangkan peperangan ini. 
Jelas kiranya, dampak yang bakal muncul dimasa yang akan datang berkenaan dengan
 pemekaran fisikal kekotaan (urban sprawl) terhadap WPU yang terkait dengan peri kehidupan
dan penghidupan kedesaan, khususnya bagi petani. 
Hilangnya lahan pertanian, menurunnya produktivitas pertanian, menurunnya komitmen  petani terhadap lahan maupun kegiatan pertaniannya, hilangnya bidang pekerjaan pertanian,
ketidaksiapan petani masuk ke sector non-pertanian/kekotaan dan hilangnya atmosfir kedesaan
dalam berbagai dimensi merupakan beberapa contoh dampak negative dalam skala lokal dan regional yang secara langsung maupun tidak telah berpengaruh terhadap peri kehidupan sector
kedesaan. (Yunus,2008:). 
Akibat adanya perluasan pembangunan pada daerah pinggiran kota yang sebelumnya merupakan suatu daerah desa, maka akan timbul lingkungan baru yang biasa disebut sub urban
atau yang biasa disebut dalam perspektif lingkungan (Koestoer, 2007:198). Di wilayah desa-kota
ini cenderung terjadi konflik tentang tanah antara pemanfaatan ruang bagi kepentingan industry,
 pendidikan, pariwisata maupun prasarana pendukung lainnya. 
Pada dasarnya dengan adanya WPU maka setiap masyarakat yang ada di muka bumi ini
dalam hidupnya dapat dipastikan akan mengalami apa yag dinamakan dengan perubahan-
 perubahan. Adanya perubahan-perubahan tersebut akan dapat diketahui bila kita melakukan sutu
 perbandingan dengan menelaah suatu masyarakat pada masa tertentu yang kemudian dibandingkan dengan keadaan masyarakat pada masa lampau. 
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, pada intinya merupakan suatu
 proses yang terjadi terus menerus, ini artinya bahwa masyarakat pada kenyataannya akan mengalami perubahan-perubahan. Tetapi perubahan yang terjadi pada suatu masyarakat dengan
 
masyarakat yang lain tidaklah sama. Kerena ada yang disebut perubahan sosial dan perubahan
ekonomi. Untun perubahan ekonomi terkait dengan perubahan kondisi fisik dan beberapa aspek
yang terkait didalamnya. Sebagaimana perubahan yang terjadi di Kelurahan Patallassang. 
B.  Rumusan Masalah 
2.  Bagaimana perencanaan ekonomi dan perencanaan fisik di Desa Patallassang? 
C.  Tujuan 
1.  Untuk mengetahui gambaran umum fisik dan ekonomi Desa Patallassang. 
2.  Untuk mengetahui perencanaan ekonomi dan perencanaan fisi di Desa Patallassang. 
D.  Sistematika Pembahasan 
Dalam penulisan Laporan ini dilakukan dengan mengurut data sesuai dengan tingkat
kebutuhan dan kegunaan, sehingga semua aspek yang dibutuhkan dalam proses selanjutnya
terangkum secara sistematis, dengan sistematika penulisan sebagai berikut: 
BAB I : PENDAHULUAN 
Berisi uraian mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, dan juga sistematika
 pembahasan. 
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas tentang Pengertian Wilayah Peri Urban, Pengertian Desa, Karakteristik
Masyarakat , Perubahan Fisik/Spasial, dan Perubahan Ekonomi. 
BAB III : GAMBARAN UMUM WILAYAH DANANALISIS  
Bab ini membahas tentang gambaran umum Kelurahan Patallassang dan analisis yang digunakan. 
BAB IV : PENUTUP 
Dalam bab ini menyajikan tentang kesimpulan dan saran dari berbagai pihak. 
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA
A.  Pengertian Wilayah Peri Urban  
Istilah peri urban merupakan istilah yang berasal dari bahasa Inggris. Istilah peri
merupakan kata sifat yang bermakna pinggiran atau sekitar dari suatu objek tertentu. Sementara
istilah urban merupakan istilah yang berarti sifat kekotaan atau sesuatu yang berkenaan dengan kota. Penggabungan dari kedua istilah tersebut yaitu peri dan urban akan membentuk kata sifat
 baru yang secara harafiah berarti sifat kekotaan dan sekitar, sehingga apabila ditambah dengan
kata region, maka kata peri urban region mempunyai makna sebagai suatu wilayah yang berada
disekitar perkotaan. 
Kawasan peri urban merupakan kawasan yang berdimensi multi, hal ini dikarenakan
 pengkaburan makna sekitar perkotaan, yang berarti memiliki makna sifat kekotaan dan sifat
kedesaan. Pengidentifikasian kawasan peri urban sangat sulit jika dilihat dari dimensi non- fisikal, oleh karena itu pada tahap pengenalan kawasan peri urban hanya didasarkan pada istilah
kedesaan maupun kekotaan dari segi fisik morfologi yang diindikasikan oleh bentuk
 
agraris. 
maupun ekonomi masyarakat. Secara ilmiah penentuan batasan kawasan peri urban ini sanagt
sulit, namun McGee (1994:13) mengemukakan bahwa batas terluar dari kawasan peri urban
ini adalah tempat dimana orang masih mau menglaju untuk bekerja/melakukan kegiatan kekota”. Hal seperti ini tidak menutup kemungkinan terjadi di kawasan peri urban. Pagi hari
orang akan melakukan perjalanan dari kawasan pedesaan ke kawasan perkotaan, dan sebaliknya
di sore hari, orang akan melakukan perjalanan pulang dari kawasan perkotaan ke kawasan  pedesaaan. Dengan demikian dari waktu kewaktu kawasan peri urban ini akan semakin meluas
 baik ditinjau dari segi fisikal morfologis maupun dari segi sosial ekonomi. Fenomena
transportasi didasarkan pada kenyataan bahwa saat ini selalu bertambah canggih dengan
kemampuan jangkau yang semakin jauh ditambah penyingkatan waktu yang diperlukan untuk melakukan perjalanan. 
Batasan fisikal morfologis kawasan peri urban mengisyaratkan adanya kecendrungan
semakin luasnya kawasan peri urban ini. Hal ini didasarkan pada kenyataan dilapangan bahwa  pertambahan penduduk dan kegiatannya selalu diikuti dengan tuntutan peningkatan ruang yang
akan dimanfaatkan, baik digunakan sebagai tempat tinggal maupun untuk tempat kegiatan
lainnya. Perkembangan sarana dan prasarana transportasi memegang peranan yang sangat
signifikan atas perkembangan kawasan peri urban. Yang terkait didalamya adalah wilayah desa. 
Secara historis desa merupakan cikal bakal terbentuknya masyarakat politik dan
 pemerintahan jauh sebelum negara Indonesia terbentuk. Sejarah perkembangan desa - desa di
Indonesia telah mengalami perjalanan yang sangat panjang, bahkan lebih tua dari Republik Indonesia sendiri. Sebelum masa kolonial, di berbagai daerah telah dikenal kelompok
masyarakat yang bermukim di suatu wilayah atau daerah tertentu dengan ikatan kekerabatan atau
keturunan. Pola pemukiman berdasarkan keturunan atau ikatan emosional kekerabatan
 berkembang terus baik dalam ukuran maupun jumlah yang membentuk gugus atau kesatuan  pemukiman. 
Pada masa itu, desa merupakan kesatuan masyarakat kecil seperti sebuah rumah tangga
 besar, yang dipimpin oleh anggota keluarga yang paling dituakan atau dihormati berdasarkan garis keturunan. Pola hubungan dan tingkat komunikasi pada masa itu masih sangat rendah,
terutama di daerah perdesaan terpencil dan pedalaman. Namun di pulau Jawa proses itu terjadi
cukup cepat dan lebih baik dibanding dengan apa yang terjadi di pulau lainnya, sehingga  perkembangan masyarakat yang disebut desa lebih cepat mengalami perubahan. 
Ketika kolonial mengukuhkan kakinya di Indonesia pada jaman pra kemerdekaan, mulai
terjadi perubahan politik dan pemerintahan yang sangat mendasar, dimana kekuasaan melakukan
intervensi dalam tata organisasi desa untuk mempertahankan hegemoninya. Secara cepat situasi  politik, pemerintahan mempengaruhi sifat dan bentuk desa mulai mengalami proses transisi dan
 berubah menjadi wilayah teritorial atau memiliki wilayah hukum. Selama penjajahan Belanda,
desa menjadi perpanjangan tangan pemerintah dengan diterbitkannya berbagai aturan dan
undang-undang yang disusun untuk kepentingan kolonial. Meski dalam proses penentuan dan  pemilihan pemimpin desa masih belum dicampuri, namun Belanda mulai memposisikan
 pimpinan desa sebagai wakil dari kepentingan penguasa secara tersamar. 
Ketika bangsa Indonesia merdeka, ternyata intervensi kebijakan terhadap organisasi dan kelembagaan masyarakat desa cenderung meningkat, bahkan terjadi penyeragaman terhadap
 
 berbagai aturan pemerintahan. Desa menjadi lahan subur bagi upaya memperkuat kekuasaan
 politik tertentu. Hal ini tidak lebih baik, jika dibandingkan dengan yang diterapkan pemerintahan
kolonial yang masih menyadari adanya perbedaan dalam organisasi masyarakat desa. Pada masa kolonial masih membedakan berbagai undang-undang dan aturan yang berbeda antara Pulau
Jawa dengan pulau lainnya (IGO, Inlandsche Gemeente Ordonantie untuk Jawa dan
IGOB, Inlandsche Gemeente Ordonantie Buitengewesten, untuk luar Jawa). Meskipun keduanya
tetap merongrong eksistensi otonomi desa yang sudah tumbuh cukup lama di Indonesia. 
Pada tahun 1818, pemerintah kolonial Belanda telah merinci persyaratan untuk menjadi
Kepala Desa, dengan memasukkan unsur-unsur lain seperti pendidikan, kesehatan jasmani,
mental, fisik, dan usia di luar perilaku etika dan moralitas berupa budi pekerti, ketauladanan, ketaatan beragama, dan norma susila lainnya. Sejak saat itu, dimulai babak baru intervensi
kekuasaan kolonial terhadap beragam organisasi dan kelembagaan desa untuk kepentingan pihak
luar. Pemerintah kolonial memberikan peran ganda kepada Kepala Desa, di satu sisi bertindak
mewakili kepentingan rakyatnya, disisi lain mewakili kepentingan pimpinan atau atasan yang  banyak ditunggangi kepentingan pribadi atau kekuasaan. 
Ironisnya setelah pasca kemerdekaan gejala intervensi terhadap kehidupan organisasi dan
masyarakat perdesaan semakin meningkat, baik selama periode orde lama, maupun orde baru. Desa telah menjadi korban dari kebijakan pembangunan yang deterministik sentralistik, bahkan
dalam banyak hal ditujukan untuk kepentingan politik. Dinamika kelembagaan desa
terpinggirkan, kemiskinan semakin meluas dan pola pembangunan berjalan tidak berkelanjutan.
Kecenderungan kekeliruan pembangunan perdesaan akibat paradigma yang tidak tepat ternyata menjadi penyebab utama rendahnya kemandirian masyarakat desa. Bahkan pada tahun 60-an,
ketika partai politik menjadikan desa sebagai basis untuk menggalang kekuatan mengakibatkan
 perubahan tatanan masyarakat yang sangat kohesif menjadi tersegmentasi dalam berbagai kepentingan. Pelapisan atau “patronclient”  terdesak oleh arus pertentangan politik masyarakat
kota, sehingga desa atau masyarakat perdesaan mengalami pengikisan nilai-nilai kelembagaan
dan kemandirian. 
Ketika pemerintah semakin gencar dengan kebijakan pertumbuhan ( growth), khususnya  pada masa orde baru, banyak kalangan akademisi dan praktisi pembangunan menilai bahwa
nilai-nilai lokal yang tumbuh di desa sejak lama dapat dijadikan pertimbangan dalam
membangun demokrasi dan kemandirian masyarakat. Terlebih tuntutan reformasi untuk membangun good governance dan penguatan otonomi desa perlu diaktualisasikan kembali nilai-
nilai sosial yang telah terbangun di desa serta keterlibatan masyarakat secara penuh dalam
 pengambilan keputusan di tingkat desa hingga kebijakan nasional. Pertanyaannya apakah gambaran ideal tersebut masih relevan dikembalikan sebagai nilai-nilai tradisi lama, atau justru
diperlukan suatu pendekatan baru berupa penyesuaian paradigma yang lebih sesuai dengan
 jaman. Berikut ini akan dijelaskan mengenai Desa dan aspek yang terkait dengan pedesaan. 
B.  Pengertian Desa 
Istilah desa berasal dari bahasa India swadesi yang berarti tempat asal, tempat tinggal, negeri
asal atau tanah leluhur yang merujuk pada satu kesatuan hidup dengan kesatuan norma serta
memiliki batas yang jelas (Yayuk dan Mangku, 2003). Istilah desa dan perdesaan sering
dikaitkan dengan pengertian rural dan village yang dibandingkan dengan kota (city/town) dan  perkotaan (urban). Konsep perdesaan dan perkotaan mengacu kepada karakteristik masyarakat
sedangkan desa dan kota merujuk pada suatu satuan wilayah administrasi atau teritorial, dalam
hal ini perdesaan mencakup beberapa desa (Antonius T, 2003). 
 
Landis menguraikan pengertian desa dalam tiga aspek; (1) analisis statistik, desa didefinisikan sebagai suatu lingkungan dengan penduduk kurang dari 2500 orang, (2) analisis sosial
 psikologis, desa merupakan suatu lingkungan yang penduduknya memiliki hubungan akrab dan
 bersifat informal diantara sesama warganya, dan (3) analisis ekonomi, desa didefinisikan sebagai
suatu lingkungan dengan penduduknya tergantung kepada pertanian. Di Indonesia penggunaan istilah tersebut digunakan dengan cara yang berbeda untuk masing-masing daerah,
seperti dusun bagi masyarakat Sumatera Selatan, dati bagi Maluku, kuta untuk
Batak,nagari untuk Sumatera Barat, atau wanua di Minahasa. Bagi masyarakat lain istilah desa memiliki keunikan tersendiri dan berkaitan erat dengan mata pencahararian, norma dan adat
istiadat yang berlaku. Zakaria (2000) menyatakan, desa adalah sekumpulan manusia yang hidup
 bersama atau suatu wilayah, yang memiliki suatu organisasi pemerintahan dengan serangkaian
 peraturanperaturan yang ditetapkan sendiri, serta berada di bawah pimpinan desa yang dipilih dan ditetapkan sendiri. Definisi ini, menegaskan bahwa desa sebagai satu unit kelembagaan
 pemerintahan mempunyai kewenangan pengelolaan wilayah perdesaan. Wilayah perdesaan
sendiri diartikan sebagai wilayah yang penduduknya mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaan sumberdaya alam, dengan susunan fungsi wilayah sebagai pemukiman
 perdesaan, pelayanan jasa pemerintah, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. 
Dalam PP Nomor 76/ 2001 tentang Pedoman Umum Pengaturan mengenai Desa dinyatakan
 bahwa desa sebagai suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asli  berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa, sebagaimana dimaksud dalam penjelasan Pasal
18 Undang-undang Dasar 1945. Dalam Bab 1, Ketentuan Umum, Pasal 1, dinyatakan bahwa
Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem
 pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten. 
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa desa merupakan suatu kesatuan masyarakat yang dibangun berdasarkan sejarah, nilai-nilai, budaya, hukum dan keistimewaan
tertentu yang diakui dalam sistem kenegaraan kesatuan Republik Indonesia yang memiliki
kewenangan untuk mengatur, mengorganisir dan menetapkan kebutuhan masyarakatnya secara mandiri. 
C.  Karakteristik Masyarakat Desa  
Dalam beberapa kajian dibedakan antara masyarakat kota (urban community) dan desa (rural community) berdasarkan letak geografis, kebiasaan dan karakteristik keduanya. Menurut Roucek
dan Warren (1962) masyarakat desa memiliki karakteristik sebagai berikut; (1) peranan
kelompok primer sangat besar; (2) faktor geografis sangat menentukan pembentukan kelompok
masyarakat; (3) hubungan lebih bersifat intim dan awet; (4) struktur masyarakat bersifat homogen; (5) tingkat mobilitas sosial rendah; (6) keluarga lebih ditekankan kepada fungsinya
sebagai unit ekonomi; (7) proporsi jumlah anak cukup besar dalam struktur kependudukan. 
Sorokin dan Zimerman dalam T.L Smith dan P.E Zop (1970) mengemukakan sejumlah
faktor yang menjadi dasar dalam menentukan karakteristik desa dan kota, yaitu; mata  pencaharian, ukuran komunitas, tingkat kepadatan penduduk, lingkungan, diferensiasi sosial,
stratifikasi sosial, interaksi sosial dam solidaritas sosial. 
 
tangan dan pedagang kecil. Ciri lain yang masih nyata terlihat, produksi pertanian yang ditekuni
masyarakat terutama untuk memenuhi keperluan sendiri ( subsistence). 
Masyarakat desa dalam kehidupan sehari-hari masih memegang teguh tradisi, nilai-nilai dan adat istiadat secara turun temurun. Bukan berarti tradisi dan adat istiadat yang dianut tidak
menunjang usaha pembangunan, sebagian justru dibutuhkan untuk memelihara kelangsungan
hidup dan lingkungan. Tetapi harus diakui sebagian tradisi dan adat istiadat yang dianut
menghambat dan menghalangi usaha pembangunan itu sendiri (Siagian, 1983). 
Secara psikologis masyarakat desa cenderung memiliki sifat konservatif dan ortodoks, fatalis
dan suka curiga terhadap orang luar. Namun demikian, masyarakat desa dapat bersikap hemat,
cermat dan menghormati orang lain yang terkadang sulit ditemukan di perkotaan. Beberapa ciri khas yang membedakan antara penduduk desa dengan kota diantaranya; 
1.  Kehidupan dan mata pencaharian di desa sangat erat hubungannya dengan alam. 
2.  Pada umumnya anggota keluarga mengambil peran dalam kegiatan bertani dengan tingkat
keterlibatan yang berbeda-beda. 
3.  Masyarakat desa sangat terikat dengan lingkungan dan nilai-nilai yang dianutnya. 
4.  Terbangunnya kekerabatan yang sangat kuat, pola kehidupan keluarga dan masyarakat yang
saling ketergantungan, sehingga berkembang nilai-nilai gotong royong, kerjasama, perasaan sepenanggungan dan tolong menolong. 
5.  Corak feodalisme masih nampak meskipun dalam perkembangannya mulai berkurang. 
6.  Hidup di desa banyak berkaitan dengan tradisi, nilai, norma adat yang telah berkembang secara
turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya, sehingga masyarakat desa cenderung di cap statis. 
7.  Keterbukaan dan keterlibatan yang sangat erat dengan permasalahan rohani atau keagamaan
sangat kental. 
mistis sehingga kurang menerima hal-hal yang bersifat rasional dan kurang kritis. 
9.  Karena kondisi alam atau kepadatan penduduk dengan beban tanggungan keluarga besar,
sementara sempitnya lahan pekerjaan bagi masyarakat mengakibatkan kemiskinan dan kemelaratan sehingga mendorong sikap apatis. 
Gambar 2.1 Struktur Pemerintahan Desa 
Jumlah dan jabatan perangkat desa disesuaikan dengan tradisi dan perkembangan setempat
yang diatur melalui Perda dan Perdes. Unsur-unsur perangkat desa yaitu; 
1.  Unsur staf, yaitu petugas pelayanan kegiatan administrasi pemerintahan desa, seperti Sekretaris Desa dan atau Tata Usaha Desa. 
2.  Unsur pelaksana, yaitu; pelaksana teknis lapangan, seperti Urusan Pamong Tani Desa, dan
Urusan Keamanan. 
3.  Unsur wilayah, yaitu unsur pembantu Kepala Desa di wilayah bagian desa, seperti Kepala Dusun Sistem administrasi pemerintahan desa yang dikembangkan berupa pelayanan administrasi yang
sesuai dengan kebutuhan nyata masyarakat untuk mewujudkan pelayanan yang cepat dan efisien
kepada masyarakat. 
tahap perancanaan, pelaksanaan dan pengawasan maupun pemilikan dan pengembangan. 
2.  Memberikan masukan dan kritik yang membangun kepada pemerintah desa. 
D.  Perubahan Spasial / Fisik  
Transformasi spasial adalah perubahan perubahan yang terjadi dalam tata ruang kawasan
 peri-urban. Menurut Yunus (2008), transformasi spasial merupakan artikulasi dari kegiatan
manusia yang ada di permukaan bumi. Transformasi spasial di wilayah peri-urban dapat berupa : 
1.   perubahan bentuk pemanfaatan lahan, 
2.   perubahan harga lahan, 
1.  Perubahan Bentuk Pemanfaatan Lahan  
Salah satu perubahan bentuk pemanfaatan lahan di wilayah peri-urban yang terjadi
hampir di semua negara adalah hilangnya lahan pertanian karena berubah fungsi menjadi kawasan permukiman atau komersil. Konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian
dapat mengakibatkan penurunan produksi pertanian. 
Yunus (2008) mencatat hilangnya lahan-lahan pertanian yang digantikan oleh
keberadaan pabrik atau kawasan industry, merupakan potensi yang signifikan terhadap  penurunan produktifitas lahan. Munculnya pabrik atau industry yang membuang limbahnya ke
sungai tanpa treatment yang cukup, sangat mengancam kualitas air dan tanah di lahan pertanian
sehingga berpotensi menurunkan produktifitas lahan. Perubahan bentuk pemanfaatan lahan lainnya adalah semakin banyaknya area terbangun (built up area) terutama untuk permukiman
akibat semakin banyak jumlah penduduk di wilayah peri-urban. Zona-zona di sekitar kota
merupakan kawasan favorit untuk disulap menjadi kawasan permukiman karena kedekatannya
dengan tempat bekerja di kota, tetapi kenyamanan tinggal di pinggiran kota dapat sekaligus dicapai. 
2.  Perubahan Harga Lahan  
Perubahan harga lahan di wilayah peri-urban umumnya berupa kenaikan harga yang cukup signifikan. Beberapa faktor yang menyebabkan harga lahan di wilayah peri-urban terus
meningkat adalah perubahan karakteristik lahan dari karakter desa ke karakter kota yang
memiliki berbagai kelebihan seperti telah tersedianya infrastruktur pendukung seperti jalan yang
 baik, saluran air bersih, listrik dari pemerintah (PLN), jaringan telepon, dan sebagainya. 
Selain itu, perubahan yang cepat di wilayah peri-urban telah pula mendorong lahirnya
 para spekulan tanah yang secara langsung maupun tidak langsung turut menentukan kenaikan
harga lahan. 
Perubahan lingkungan salah satunya dipicu dari konversi lahan pertanian menjadi
 permukiman atau industri, yang tidak diantisipasi sejak awal. Kemunculan industri besar atau kecil dikawasan peri-urban dapat menyebabkan polusi air, tanah, dan udara. Perubahan
lingkungan lainnya dapat berupa: berkurangnya kawasan hijau dan resapan air, berkurangnya
keragaman flora dan fauna akibat perubahan habitatnya, perubahan suhu dan musim yang tidak
menentu, dan sebagainya. 
E.  Perubahan Ekonomi 
Perubahan ekonomi adalah perubahan struktur kegiatan ekonomi akibat peri - urbanisasi.
Salah satu perubahan yang mencolok dalam hal aktifitas ekonomi di wilayah peri urban adalah
 perubahan mata pencaharian penduduk yang tinggal di wilayah peri-urban dari petani menjadi non-petani. Yunus (2008) menulis bahwa perubahan tersebut, dalam beberapa hal, merupakan
 berkah tersendiri, namun dalam beberapa hal yang lain banyak menimbulkan efek negatif.
Banyaknya petani yang berubah menjadi non-petani, mengakibatkan perubahan perilaku ekonomi, sosial, dan budaya. 
 
1.  Perencanaan Fisik  
a.  Aspek penggunaan Lahan 
Untuk perencanaan fisik yang meliputi aspek sarana memiliki standarisasi yaitu : 
1)  Sarana Pemerintahan 
Standarisasi kebutuhan fasilitas perkantoran yaitu: 
a)  Memiliki parkir umum + MCK seluas 200 m 2 , setiap unit melayani 2.500 jiwa. 
 b)  Balai pertemuan dengan luas lahan 600 m 2
, setiap un it melayani penduduk sekitar 2.500 jiwa. 
c)  Kantor Camat dengan luas lahan 2.000 m 2 . 
d)  Kantor Lurah dengan luas lahan 1.000 m 2 . 
e)  Kantor pos pembantu dengan luas lahan 200 m 2 . 
f)  Pos Polisi dengan luas lahan 400 m 2 . 
g)  Kantor koramil dengan luas lahan 400 m 2 . 
2)  Sarana Pendidikan 
 berpedoman pada tingkat kepadatan penduduk. Dan lebih mendasar lagi adalah bagaimana
memadukan antara supply and demand dengan standar yang digunakan. 
a)  Taman Kanan –  Kanak (TK), penduduk pendukung fasilitas ini minimal 1000 orang dengan luas lahan 2.400 m
2 .lokasinya sebaiknya berada di tengah –  tengah kelompok keluarga, jumlah murid
dengan standar 3 ruang kelas terdiri dari 30 –  40 murid di setiap satu ruang kelas. 
 b)  Sekolah Dasar (SD), penduduk pendukung 1.600 jiwa dengan luas lahan 7.200 m 2 . Radius
 pencapaian daerah yang dilayani maksimum 100 m. 
c)  Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), penduduk pendukung minimal 4.800 jiwa dengan
luas lahan 5.400 m 2 . Standar murid 40 murid/kelas. 
d)  Sekolah Menengah Umum (SMU), penduduk pendukung minimal 4.800 jiwa untuk sebuah SMU. Luas lahan 5.400 m
2 . Standar 30 murid / kelas dengan 14 kelas (pagi/sore). 
3)  Sarana Kesehatan 
Fungsi utama sarana ini adalah memberikan pelayanan medis kepada penduduk. Oleh karena itu standarisasi penyediaan saran kesehatan sebagai berikut: 
a)  Puskesmas pembantu, minimal penduduk pendukungnya adalah 30.000 jiwa dengan luas lahan
2.400 m 2 . Dengan radius pencapaian 1.500 m. 
 b)  BKIA/Rumah Bersalin, penduduk pendukungnya 10.000 jiwa dengan luas lahan 3.200 m 2 .
Radius pencapaian maksimal 2.000 m. 
c)  Apotik, penduduk pendukung minimal 10.000 jiwa dengan luas lahan 700 m 2 . 
d)  Praktek Dokter, untuk menciptakan optimalisasi pelayanan kesehatan yang baik kepada masyarakat, maka lokalitas sarana ini disatukan dengan perumahan penduduk dan setiap unitnya
melayani penduduk 5.000 jiwa. 
e)  Balai pengobatan, minimal penduduk pendukungnya 3.000 jiwa dengan luas lahan 600 m 2 .
Radius pencapaian maksimum 1.500 m. 
4)  Sarana Peribadatan 
 penduduk pemeluk agama yang ada. Standarisasi penyediaan sarana peribadatan yaitu: 
 
a)  Masjid, penduduk pendukungnya adalah 30.000 jiwa dengan luas 3.500 m 2 . Lokasi penempatan
saran ini berada dalam satu pusat lingkungan dan dekat dengan konsentrasi penduduk. 
 b)  Mushallah/Langgar, penduduk minimal 2.500 jiwa , dengan luas lahan 600 m 2 . Lokasi
 penempatan fasilitas tergantung kondisi konsentrasi dan distribusi pemeluk agama yang
 bersangkutan. 
Keberadaan pasar merupakan salah satu tingkat pelayanan regional sangat besar manfaatnya bagi kegiatan perekonomian yang diharapkan dapat berperan sebagai titik pusat kegiatan jasa
distribusi barang –  barang produksi yang dapat menarik dan mendorong laju pertumbuhan desa –  
desa pad wilayah pelayanannya. Standarisasi penyediaan sarana perdagangan yaitu: 
a)  Pertokoan, penduduk pendukung minimal 2.500 jiwa dengan luas lahan 2.400 m 2 . Criteria lokasi
terletak pada jalan utama lingkungan dan mengelompokkan dengan pusat lingkungan. 
 b)  Warung/kios, penduduk pendukungnya adalah 250 jiwa. Criteria lokasi dipusat lingkungan yang
mudah dicapai dengan radius maksimal 500 m. 
6)  Fasilitas Olahraga dan Ruang Terbuka 
Fasilitas olahraga dan ruang terbuka adalah semua bangunan dan taman yang digunakan untuk
kegiatan olahraga dan rekreasi. Lokalitas sarana ini umumnya terletak di tengah –  tengah lingkungan permukiman terutama untuk taman. Standarisasi penyediaan sarana ini yaitu : 
a)  Taman, untuk pelayanan 250 jiwa, saran ini berfungsi sebagai ruang hijau sebuah wilayah baik
kota maupun desa, luas setiap unit 500 m 2 . 
 b)  Taman Tempat Bermain, untuk pelayanan 2.500 jiwa yang berfungsi sebagai ruang terbuka dan tempat bermain. Sarana ini dibutuhkan lahan seluas 2.500 m
2 . 
2.  Perencanaan Ekonomi  
BAB III 
METODOLOGI PENELITIAN 
tanggal 11 Februari 2013 . 
B.  Metode Pengumpulan Data  
Dalam penyusunan laporan terdapat beberapa tahap sehingga agar lebih efisien dan terstruktur yaitu : 
1.  Persiapan Survey, meliputi:  
2)  Mengatasi masalah-masalah yang mungkin muncul. 
b.   Persiapan Teknis 
Observasi lapangan dilakukan untuk memperoleh data yang lebih akurat dan sekaligus
membandingkan atau mencocokkan data dari instansi terkait dengan data yang sebenarnya di
lapangan. 
Survey data instansi dilakukan untuk mengumpulkan data dari beberapa instansi terkait. Data
tersebut dapat berupa uraian, data tabulasi angka, ataupun peta yang menggambarkan daerah atau
wilayah survey pada umumnya dan bahkan lebih spesifik. 
2)  Kepustakaan 
Hal ini dilakukan dengan maksud untuk mengumpulkan berbagai data-data penting tentang daerah atau wilayah survey dari berbagai rujukan buku atau literatur. 
3.  Kompilasi Data 
Kompilasi data adalah langkah menggabungkan semua data-data yang didapatkan dari hasil
survey dan baik itu berupa data primer atau hasil dari survey lapangan maupun data sekunder yang didapatkan dari instansi-instansi terkait kemudian dituangkan atau dikonsep ke dalam suatu
 bentuk laporan yang sistematis. 
Data yang berhasil dikumpulkan dari survey termasuk di dalamnya penelaahan data sekunder, penelaahan pustaka dan dokumen dikumpulkan dan disusun sedemikian rupa agar
mudah dibaca, mudah dilihat kaitannya satu dengan yang lain, dan informatif. Usaha penyusunan
demikian disebut pula dengan kompilasi data. 
Tahap kompilasi data ini harus mempunyai bobot pra analisis. Artinya, dari kompilasi data ini sudah dapat terbaca segala kecenderungan di masa mendatang yang akan sangat penting
 peranannya dalam proses peramalan. 
Kompilasi data mempengaruhi oleh sistem analisis yang akan digunakan yang juga menentukan volume data yang dibutuhkan. Oleh karena itu pencatatan data harus dibuat
sedemikian rupa agar dapat berguna bagi analisis apapun yang terkait. Dengan kata lain,
 pencatatan data harus dibuat selengkap mungkin dan terperinci. 
 
Kompilasi data ini dapat disajikan dengan berbagai cara antara lain dalam bentuk
verbalisasi, tabulasi, grafik dan diagram, serta visualisasi dan pemetaan. 
4.  Penggambaran Peta Penggambaran peta merupakan suatu langkah untuk memvisualisasikan atau
menggambarkan hasil survey yang telah didapat agar lebih jelas. Adapun penggambaran peta
tersebut terdiri dari penggambaran peta dasar, peta penggunaan lahan. 
5. Analisis 
Untuk mengolah data yang sudah tersedia maka diperlukan suatu analisis yang berkaitan
dengan perencanaan sosial terkait dengan kondisi fisik di wilayah Desa Patallassang Kecamatan
Patallassang. Adapun analisisnya sebagai berikut. Yang pertama, Analisis Aspek Fisik  Dasar.Analisis Aspek Fisik Dasar Merupakan Analisis yang digunakan untuk mengetahui
seberapa besar daya dukung kondisi wilayah perencanaan yang nantinya dapat membantu dalam
melakukan perencanaan. Analisis ini diantaranya; Topografi, Geologi dan Jenis Tanah,
Hidrologi, serta Tata Guna Lahan. Yang kedua, Analisis Aspek Demografi. Terdiri dari : Jumlah Penduduk 5 Tahun Terakhir, dan Kepadatan Penduduk 5 Tahun Terakhir. Yang ketiga,
adalah Analisis Aspek Perekonomian. Analisis ini diantaranya : Analisis Tanaman Pangan,
Analisis Peternakan. 
BAB V 
Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka kesimpulan yang dapat diambil dari laporan hasil penelitian ini yaitu:
a.  Gambaran perubahan fisik lahan dan ekonomi masyarakat di Desa Patallassang, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Gowa:
a.  Gambaran perubahan fisik lahan dalam waktu lima tahun terakhir di Desa Patallassang yaitu mengalami peningkatan pada luas
 penggunaan lahan permukiman dan mengalami penurunan pada luas RTH dan pertamanan, sawah, dan perkebunan. Terjadinya
 perubahan fisik demikian menjadikan wilayah ini menjadi zona bingkai desa karena 75% penggunaan lahannya masih tetap
dipengaruhi oleh kegiatan pertanian.
 b.  Gambaran perubahan ekonomi di Desa Patallassang dalam waktu lima tahun terakhir yaitu terjadinya penurunan penggunaan luas
lahan perkebunan, peningkatan pada lahan usaha pertanian
 b.  Perencanaan fisik lahan dan perencanaan ekonomi masyarakat di Desa Patallassang, Kecamatan Pattallassang, Kabupaten Gowa:
a.  Perencanaan fisik lahan pada Desa Patallassang yaitu terfokus pada tiga aspek yaitu:
1)  Perencanaan Penggunaan Lahan, dengan menekankan pada penyediaan lahan untuk pelayanan jasa.
2)  Perencanaan Saran di Desa Patallasang yaitu penambahan sarana pendidikan berupa sarana pendidikan yaitu SD 1 Unit, SMP 1
Unit,. Penyediaan sarana kesehatan berupa poskesdes 1 unit.
.
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saran yang dapat diberikan yaitu sebagai berikut:
1.  Perlunya kerjasama yang baik antara masyarakat, pemerintah dan swasta dalam proses perencanaan fisik dan ekonomi di Desa
Patallassang.
 
2.  Perlunya kesadaran bagi tiap masyarakat yang meskipun desanya termasuk dalam wilayah peri urban / kawasa perkotaan
Mamminasata, maka tidak seharusnya mementingkan nilai ekonomi dibandingkan nilai ekologi. Akan tetapi menyeimbangkan
diantara keduanya.
DAFTAR PUSTAKA 
Peri Urban(http://syahriartato.wordpress.com/2009/12/28/struktur-spasial-wilayah-pheri-urban- sebagai-sistem-dari-tata-ruang-kota/) 
wordpress.com/2010/12/06/konsepsi-kawasan-peri-urban/) 
Kecamatan Pattallassang dalam Angka 2008 –  2012 (BPS) 
RPJMD Desa Patallassang Tahun 2008 –  2012 (Kantor Desa) 
Survey Lapangan di Desa Patallassang 2013 
http://glekhoba.blogspot.com/2011/04/makalah-kebijakan perencanaan.html 
 Nah sesuai janji pada posting sebelumnya tentang arti perencanaan, pada kesempatan ini akan
coba dijelaskan arti dari KOTA.
Ok ngga akan panjang lebar dech basa-basi nya kita langsung aja ya lihat pengetian KOTA
menurut beberapa ahli.
1. Menurut SMSAI (Standard Metropolitan Statistical Area) USA –  Canada
Kota memiliki beberapa kriteria sebagai berikut :
 Penduduk 50.000 jiwa atau gabungan 2 kota dengan total penduduk 50.000 jiwa.
 Gabungan kota-kota kecil dengan masing-masing jumlah penduduknya @ 15.000 jiwa.
 Menunjukan hubungan antara aspek ekonomi dan sosial.
 75 % penduduknya bekerja di sektor non pertanian.
 Mayoritas penduduk bekerja di kota.
 Kepadatan penduduk 150 jiwa/mil atau 375 jiwa/Ha.
2. Menurut Ir. Sutami (1976)
Kota dipandang sebagai Koldip (Koleksi, Distribusi dan Produksi).
3. National Urban Development Strategi (NUDS), 1985
Kota sebagai pusat pelayanan kegiatan produksi, distribusi dan jasa-jasa yang mendukung
 pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitarnya.
4. Djoko Sujarto (1992)
 Demografis
sekitarnya.
 Sosiologis
 Ekonomis
Adanya proporsi lapangan pekerjaan yang dominan di sekitar non pertanian seperti
industri, pelayanan jasa, transport dan pedagang.
 Fisik
 Administrasi
Suatu wilayah wewenang yang dibatasi oleh suatu wilayah yuridikasi yang ditetapkan
 berdasarkan peraturan yang berlaku.
 Kota sebagai pusat pelayanan jasa, produksi, distribusi, serta pintu gerbang atau simpul
transportasi bagi kawasan permukiman dan wilayah produksi sekitarnya.
 Sebagai tempat tinggal sebagian besar penduduk kota, setiap tahunnya selalu bertambah
 jumlahnya.
1. Sair –  Wagon Epoch (masa kapal wagon)
Mulai berkembangnya kota ini tumbuh dipengaruhi oleh sarana transportasi yang
melewatinya. Dimulai dari kota :New York –  Boston, Philadelphia –  Atlantic.
2. Iron –  Horse Epoch
Dimulai dari kota : Claveland, Detroit, Chicago, St. Louis, New Orleans, New York. Mulai dari
adanya pemanfaatan teknologi secara sederhana yang terbuat dari besi dan adanya tempat
 pemberhentian kota.
Dimulai dari kota : Seatle, Los Angeles, Dallas, Michigan, Ohio, Pensylviana. Ditandai dengan
sudah adanya kemajuan dalam pemanfaatan jaringan kereta (rail network), karena sudah
adanya pemanfaatan baja dalam kinerjanya, serta perkembangan percampuran antara
kebudayaan, kehutanan, dan sumber-sumber mineral.
4. Auto – Air, Amenity Epoch
Fungsi Kota adalah : 
1. Pusat Produksi
distribusi barang-barang kebutuhan, pelayanan sosial dan jasa.
2. interrigional Communication
terciptanya hubungan antar wilayah seperti kota yang memegang peranan khusus dalam
mengumpulkan barang-barang produksi yang kemudian disalurkan ke wilayah lain atau
ekspor seperti kota mempunyai fasilitas pelabuhan.
3. good Processing
merupakan kedudukan pabrik-pabrik yang mengolah bahan mentah untuk menjadi barang
 jadi. Hampir semua kota mempunyai kegiatan industri, namun fungsi ini cenderung
 berkonsentrasi di kota atau dekat kota yang lebih besar.
4. Residential Sub Centre
Merupakan sub-sub permukiman yaitu sebagai tempat tinggal bagi penduduk yang terkait
dengan kegiatan di kota-kota utama yang besar.
Sebetulnya banyak banget pengetian dari KOTA, tapi klo di bahas semua pastinya akan sangat
 panjang.
Semoga Posting ini bermanfaat bagi temen-temen semua khususnya buat saya pribadi yang
selalu lupa pengetian-pengertian dan istilah dalam perencanaan.
 
KATA PENGANTAR  
Dengan meyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Penyayang serta ucapan syukur khusus
kepada-Nya, satu –  satunya zat yang berhak dipuji. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Muhammad Saw hamba dan rasul-Nya, serta sahabat dan pengikut-Nya yang
setia. 
 Mahasuci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajar kan kepada kami,
sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui Lagi  Mahabijaksana”  
(QS: Al -baqarah, 2: 32)  
Laporan ini disajikan kepada para pembaca untuk mengetahui sekilas tentang kegiatan yang telah
dilakasnakan oleh mahasiswa/i KPM, yang pelaksanaanya kurang lebih selama dua bulan penuh.
Penulisan laporan ini juga merupakan serangkain kegiatan akhir para mahasiswa/i peserta Kuliah
Pengabdian Masyarakat (KPM). Hal ini bersifat mutlak bagi setiap mahasiswa yang telah
melaksanakan kegiatan praktek Kuliah Pengabdian pada Masyarakat, dan merupakan bagian dari
mata kuliah yang dibebankan kepada setiap mahasiswa. 
Penulisan laporan (daily report activity) ini juga bukan sekedar sebagai sebuah tugas tetapi
sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya bahwa hal ini dilakukan untuk mengetahui
kegiatan mahasiswa/i KPM sebagai abdi Negara dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuanya di
tengah masyarakat menurut specifikasinya masing –  masing atau keahlian/skill lain yang dimiliki
oleh peserta KPM, sehingga diharapkan kualitas dan tingkat kedewasaan mahasiswa/i KPM
kedepanya akan lebih menjamin dan berkualitas serta bermanfaat bagi dirinya sendiri dan
lingkungan sekitarnya. Serta diharapkan mampu menghadapi tantangan global yang menuntut
setiap insan lebih kreatif untuk mengembangkan pengetahuanya sendiri dibidangnya masing –  
masing. 
Adapun kegiatan para Mahasiswa/i peserta KPM selama melaksanakan kegiatan Kuliah
Pengabdian Masyarakat akan didiskripsikan dalam bentuk laporan harian (daily report activity)
yang terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan harian dan data –  data lainya menyangkut Desa
Rime Raya Kecamatan Pintu Rime Gayo Kabupaten Bener Meriah. Informasi dan data –  data
yang tersedia dalam laporan ini kiranya dapat memberi informasi kepada pihak –  pihak yang
membutuhkan tetang gambaran umum Desa Rime Raya Kecamatan Pintu Rime Gayo Kabupaten
Bener Meriah. 
Penulis sangat menyadari bahwa dalam pelaksanaan penulisan laporan ini tidak terwujud tanpa
ada bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapakan ribuan
terimakasih kepada Bapak Drs. Al Misry, MA selaku supervisor dan Muklis selaku kepala
kampung Rime Raya Kecamatan Pintu Rime Gayo yang telah banyak menyisihkan waktu untuk
membimbing penulis baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga penulis dapat
meneyelesaikan penulisan laporan ini. 
ebaik –  baiknyapat meneyelesaikan penulisan laporan ini, aktu membimbing penulis baik secara
langsung maupun tidak langsung sehTerima kasih penulis ucapkan kepeda para Dosen yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan, sehingga penulis
 
mampu melaksanakan setiap tugas yang dibebankan kepada penulis selama kegiatan Kuliah
Pengabdian Masyarakat berlangsung sampai dengan selesai. 
Penulis sangat menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu
 penulis selalu terbuka kepada semua pihak untuk mendiskusikan atau memberi saran –  saran dan
kritikan yang bersifat konstruktif agar isi dari laporan ini lebih bermanfaat terutama untuk
 penulis sendiri dan para pembaca serta generasi selanjutnya. 
Hormat Kami, 
2. Sarana dan prasarana yang tersedia 
3. Penduduk  
BAB III kegiatan –  kegiatan 
1. Bidang Kegiatan Utama 
2. Bidang kegaitan Pendukung 
1. Latar Belakang 
Sekolah Tinggi Agama Islam Gajah Putih Takengon adalah salah satu lembaga pendidikan tinggi
yang ada di Indonesai. Sebagai sebuah lembaga penyelenggara pendidikan tinggi tentunya akan
melakukan hal –  hal memberi pendewasan kepada setiap mahasiswanya melalui berbagai
 program. Salah satunya adalah kegiatan Kuliah Pengabdian pada Masyarakat, hal ini dilakukan
untuk memenuhi tuntutan Tri Darma Perguruan Tinggi yaitu darma yang ketigadarma 
 pengabdian kepada masyarakat. Kegiatan Kuliah Pengabdian Masyarakat ini merupakan
kegiatan yang berlaku bagi setiap mahasiswa/i yang berada di lingkungan STAI Gajah Putih
 
 positif di tengah –  tengah masyarakat serta lingkungan sekitarnya. 
Menurut survei –  survie semi ilmiah dan kajian lainya serta menurut informasi dari berbagai
media massa tentang situasi dan kondisi masyarakat bahwa kegiatan praktek Kuliah Pengabdian
Masyarakat adalah salah program yang sangat dibutuhkan masyarkat pada saat sekarang ini. Hal
ini dilakukan sebagai upaya merespon kebutuhan masyarakat dan bersifat real program serta
realistis terutama dalam bidang Agama, sosial dan budaya. 
Pelaksanaan KPM yang berlokasi di desa –  desa merupakan daerah yang telah disurvie
sebelumnya oleh Sekolah Tinggi Agama Islam Gajah Putih Takengon guna memastikan perlu
tidaknya daerah tersebut untuk dibina dari segala aspek dengan harapan agar tatanan kehidupan
masyarakat menjadi lebih baik. 
Program KPM merupakan program yang bersifat belajar, mengkaji dan mengabdi yang
diwujudkan dalam bentuk pengenalan dan penghayatan tentang pembangunan masyarakat
melalui kejelasan program perubahan yang direncanakan serta metode penyelesaian masalah
yang berkenaan dengan kemampuan memilih serta menggunakan keterampilan yang tepat. 
Dorongan untuk mengembangkan kehidupan tatanan masyarakat kearah yang lebih baik di
semua aspek dilakukan dengan penuh kecermatan dan ketepatan dengan melihat situasi sosial
masyarakat setempat sehingga rencana yang akan dilaksanakan dapat berjalan dengan baik. 
2. Tujuan Kuliah Pengabdian Pada Masyarakat. (KPM) 
Tujuan kuliah pengabdian masyarakat (KPM) Sekolah Tinggi Agama Islam Gajah Putih
Takengon adalah sebagai salah satu upaya peningkatan kualitas lulusan dalam mengaplikasikan
ilmu pengetahuanya di tengah –  tengah masyarakat sesuai dengan specifikasinya masing –  
masing. Disamping itu, kuliah pengabdian masyarakat (KPM) diharapkan dapat mendidik
mahasiswa untuk berbakti tanpa pamrih dalam membangun masyarakat baik moril maupun fisik.
Secara lebih terperinci, tujuan kuliah pengabdian masyarakat adalah: 
1. Mempersiapkan calon sarjana yang dapat menghayati dan memahami kompleksitas
 permasalahan masyarakat, dan memperluas cakrawala berpikir serta belajar menyelesaikan
masalah social dan keagamaan secara sistematis, objektif dan terpadu. 
2. Mengembangkan pengetahuan sikap dan keterampilan mahasiswa melalui penerapan ajaran
Islam secara langsung dalam masyarakat serta melatih mahasiswa untuk bekerja antar bidang
keahlian secara terpadu 
2. Metode 
Dalam pengisian laporan ini penulis menggunakan metode deskriptive, yaitu suatu metode yang
 penulisanya langsung kepada pokok persoalan yang di temukan di lapangan, adapun metode ini
dapat diolah menggunakan metode kualitatif yaitu pembicaraan dari segenap wawancara yang
dilakukan dengan pihak terkait yang diuraikan dalam bentuk kalimat serta di olah pula dengan
menggunakan metode kualitatif yaitu data –  data yang menyangkut jumlah pemuda/i, orang tua,
remaja, balita, serta masyarakat. 
data, antara lain: 
1. Observasi, yaitu pengamatan langsung untuk mendapatkan data tentang keadaan kampung Rime
Raya Kec. Pintu Rime Gayo Kabupaten Bener Meriah 
2. Interview, yaitu wawancara yang dilakukan dengan beberapa pihak terkait misalnya Kepala
Kampung, Imam Kampung Pemuda/i serta masyarakat Kampung Pintu Rime Gayo. 
3. Dokumentasi, yaitu data –  data yang telah ada dikampung Rime Raya Kec. Pintu Rime gayo Kabupaten
Bener Meriah. 
A. Letak Geografis Lokasi KPM 
Kampung Rime Raya adalah salah satu lokasi yang di tempati oleh peserta Kuliah Pengabdian
Pada Masyarakat (KPM) angkatan XVI pada Tahun 2009. kampung ini terletak di daerah
lintasan jalan Provinsi Kabupaten Bener Meriah. 
Pada umumnya kampung –  kampung di Kecamatan Pintu Rime Gayo berada dalam daerah
lintasan jalan provinsi kecuali beberapa kampung lainya. Kesemua kampung yang di tempati
oleh peserta KPM adalah daerah yang sudah agak maju kecuali beberapa kampung lainya seperti
Uning Mas, Pancar Jelobok, dan Pantan Sinaku. 
Kampung Rime Raya adalah salah satu daerah yang berada pada lintasan Jalan Takengon –  
Birueun. Di kampung ini terdapat suatu situs sejarah yaitu Tugu Radio Rimba Raya. 
Berdasarkan informasi dari literature –  literatur dan saksi hidup dari Tugu ini lah disiarkan
tentang Kemerdekaan Bangsa Indonesia, yang di siarkan dalam beberapa bahasa di antaranya
 bahasa Indonesia, Inggris, Belanda, Cina, Arab, Urdu India dan Pakistan Madras. 
Kampung Rime Raya adalah kampung tertua dalam wilayah kecamatan Timang Gajah. Pada
tahun 2000 kampung Rime Raya di mekarkan menjadi lima (5) kampung yaitu Rime Raya,
Singah Mulo, Alur gading, Blang Rakal dan Negeri Antara. Di saat bersamaan pula wilayah ini
dimekarkan menjadi Kecamatan Pintu Rime Gayo. Pada tahun 2002 Kecamatan Pintu Rime Gayo di mekarkan lagi
sebanyak 18 kampung sehingga Kecamatan Pintu Rime Gayo menjadi 23 Kampung. Kesemuanya induknya adalah
kampung Rime Raya. 
Adapun luas kampung Rime Raya adalah ±49 KM, diantaranya 182 Ha adalah lokasi
 perkampungan, areal pertanian 2241 Ha, Persawahan 36 Ha, Kolam 1 Ha, lahan terlantar 2320
Ha dan hutan lindung 120 ha. Rime Raya merupakan salah satu daerah yang subur untuk areal
 pertanian terutama jenis tanaman tua seperti pinang, durian, coklat, kelapa, pala, dan jenis
tanaman keras lainya. 
Secara garis besar tentang wilayah kampung Rime Raya Kecamatan Pintu Gayo Kabupaten
Bener Meriah dapat dilihat dari tabel –  tabel di bawah ini: 
Tabel 1. Penggunaan Lahan 
1  Perkampungan  182 Ha 
2  Pertanian  2241 Ha 
3  Kolam  1 Ha 
6  Sawah  36 Ha 
 
  Sebelah Timur berbatasan dengan Kampung Pulo Intan 
  Sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Krung Peusangan 
Tabel 2 Orbitasi (jarak antar wilayah) 
 No Orbitasi  Panjang (Km) 
9  Ke Pinggiran Hutan  6 KM 
10  Ke Pelabuhan  120 KM 
11  Ke Bandara  25 KM 
12  Ke Rumah Sakit  40 KM 
13  Ke Kantor Polsek   10 KM 
14  Ke Kantor Camat  10 KM 
15  Ke Kantor Koramil  10,5 KM 
B. Sarana dan Prasarana Yang Tersedia 
1. Jalan 
Kecamatan Pintu Rime Gayo merupakan daerah pada lintasan antar Kabupaten dalam Provinsi
(Provinsi NAD). Sehingga jalur transportasi menuju kampung Rime Raya merupakan jalan yang
mudah di lalui, kecuali jalan menuju ke beberapa dusun seperti dusun menasah selatan, Dusun
Blang Petona dan Dusun Sejahtra, dusun –  dusun ini dulunya merupakan daerah yang sudah
maju namun karena terjadinya konflik yang memaksa masyarakat meninggalkan tempat
tinggalnya dalam beberapa tahun, sehingga jalan menuju dusun –  dusun tersebut rusak akibat di
tinggalkan warga. Kerusakanpun tidak hanya terjadi pada jalan sebagai sarana tranportasi tetapi
 juga sarana –  sarana lainya seperti listrik, rumah ibadah, sekolah dan seluruh rumah warga
hancur akibat dari imbas konflik. Dalam beberapa tahun terakhir sejak konflik mereda
Pemerintah daerah baik tingkat Porvinsi maupun Kabupaten sudah melakukan perbaikan –  
 perbaikan terhadap sarana –  sarana tersebut walaupun belum maksimal. Sejumlah warga juga
sudah kembali ke daerah tersebut dengan menempati rumah –  rumah bantuan yang di berikan
oleh pemerintah melalui Badan Reintegrasi Aceh (BRA) 
Jalan menuju kampung Rime Raya merupakan jalan yang menghubungkan beberapa kabupaten
khususnya kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah ke Ibu Kota Provinsi Aceh. Dalam waktu
dekat Pemerintah Aceh juga akan melakukan pelebaran terhadap jalan ini untuk memperlancar
 jalur transportasi antar kabupaten dalam Provinsi maupun antara Provinsi. 
2. Sekolah 
Dikampung Rime Raya fasilitas pendidikan cukup memadai baik di tinjau dari sarana dan prasarana maupun tenaga
 
Terutama pada minat masyarakat dalam menyekolahkan anaknya yang masih terasa kurang. Ini terlihat dari
hasil observasi dan study –  study di lapangan. Secara terperinci adapun sarana pendidikan yang
ada di kampung Rime Raya adalah sebagai Berikut: 
Table Sarana dan Prasarana Pendidikan 
 No   Nama Sekolah  Unit 
2  SD. N I Rime Raya  1 Unit 
3  SMP N. 1 Pintu Rime Gayo  1 Unit 
4  TPA/TQA Mubalighin  1 Unit 
5  TPA/TQA  1 Unit 
3. Masjid 
Masjid sebagai sarana ibadah bagi masyarakat Rime Raya dan sekitarnya adalah bangunan yang
sudah permanen lengkap dengan sarana pendukung seperti tempat berwudhu, MCK dan fasilitas
 pendukung lainya. Sekarang masjid ini (Masjid MUBALLIGHIN) sedang melakukan renovasi
 pada lantai dua yang didanai oleh Pemerintah Provinsi senilai Rp. 100.000.000,- (Seratus Juta
Rupiah). Renovasi ini dilakukan karena lokasi masjid mengalami penyempitan yang diakibatkan
oleh pelebaran jalan. 
Salah satu sarana penting bagi masyarakat adalah adanya Puskesmas untuk pelayanan kesehatan
 bagi masyarakat. Di kampung Rime Raya terdapat satu Unit Pustu (Puskesmas Pembantu) dan
satu unit Polindes di dusun Tunas Baru. Menyangkut tenaga medis puskesmas ini memiliki dua
orang tenaga medis di tambah satu tenaga medis pembantu yang di tempatkan di puskesmas
 pembantu. Dengan demikian pelayanan kesehatan dan tenaga medis di kampung Rime Raya
cukup memadai di tinjau dari fasilitas dan tenaga medis. 
5. Sarana Lainya. 
Sebagai pendukung kegiatan masyarakat baik kegiatan pemerintahan maupun kegiatan lainya,
maka di desa ini juga telah di bangun beberapa sarana prasarana pendukung penunjang kegiatan
kemasyarakatan tersebut di antaranya adalah satu unit Kantor Kepala Desa yang di gunakan
sebagai central kegiatan pemerintahan desa. Satu unit kantor mukim dan satu unit balai
 pertemuan bagi masyarakat. 
Untuk sarana kegiatan keolahragaan juga telah dibangun satu unit lapangan Bola Voly secara
 permanent. Secara terperinci dapat dilihat dari tabel di bawah ini: 
Tabel. Sarana dan Prasarana Pendukung 
 No  Nama Sarana  Jumlah (Unit) 
1  Kantor Desa  1 Unit 
2  Kantor Mukim  1 Unit 
3  Balai Pertemuan  1 Unit 
4  Monumen Radio RRI  1 Unit 
5  Lapangan Bola Volly  1 Unit 
3. Penduduk  
 
Kampung Rime Raya memiliki jumlah penduduk 355 KK (1168 Jiwa) yang tersebar di sembilan
dusun. Mayoritas masyarakat adalah petani, sebagian lainya adalah Pegawai negeri, pedagang,
TNI/POLRI, wiraswasta dan Politisi. 
Pendidikan masyarakat pada umumnya sudah menamatkan program wajib belajar 9 (sembilan)
tahun, bahkan sudah ada yang berpendidikan Strata 1, hanya sebagian kecil dari masyarakat
setempat terutama pemuda yang tidak melanjutkan pendidikan dikarenakan minat dan keinginan
serta motivasi yang lemah dari keluarga ditambah dengan keadaan lingkungan yang tidak
mendukung. 
Sebagai masyarakat yang mayoritasnya petani. Sistem pengolahan lahan pertanian dan
 perkebunan dan persawahan sudah agak maju, i