fungsi, prinsip, orientasi model bimbingan konseling

21
Fungsi bimbingan dan konseling Paparan tentang pengertian, tujuan, dan landasan bimbingan dan konseling mengarahkan lebih lanjut kepada uraian tentang fungsi dari bimbingan dan konseli empat fungsi bimbingan dan konseling, diantaranya: A. Fungsi pemahaman B. Fungsi pencegahan C. Fungsi pengentasan D. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan A. Fungsi pemahaman Dalam fungsi pemahaman, kegunaan, manfaat, dan keuntungan-keuntungan apaka yang dapat diberikan oleh layanan bimbingan dan konseling? Jasa yang d pelayanan ini berkenaan dengan pemahaman. Pemahaman tentang klien dengan permasalahannya oleh klien sendiri dan pihak-pihak yang akan membantu k pemahaman tentang lingkungan oleh klien. a. Pemahaman tentang klien Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya pemberian terhadap Tanpa hasil yang memadai dari fungsi pemahaman, konselor tidak dapat bergerak le untuk membantu menyelesaikan permasalahan klien. Pemahaman tersebut bukan mengenai diri klien melainkan juga mengenai latar belakang pribadi klie kelemahannya, serta kondisi lingkungannya. Materipemahaman itulebih jauh dapat dikelompokkan menjadi berbagai data tentang: 1. Identitas individu: nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal tua, status dalam keluarga, dan tempat tinggal. 2. Pendidikan. 3. Kemampuan intelegensia, bakat, minat, serta cita-cita pendid pekerjaan. 4. Kesehatan. 5. Kecenderungan sikap dan kebiasaan. 6. Keadaan lingkungan tempat tinggal. 7. Prestasi yang pernah dicapai. 8. Kegiatan sosial. 9. Jurusan/ program studi yang diikuti 10. Nilai-nilai yang diperoleh dalam berbagai pelajaran.

Upload: siwishintara

Post on 21-Jul-2015

278 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Fungsi bimbingan dan konseling Paparan tentang pengertian, tujuan, dan landasan bimbingan dan konseling mengarahkan lebih lanjut kepada uraian tentang fungsi dari bimbingan dan konseling. Ada empat fungsi bimbingan dan konseling, diantaranya: A. Fungsi pemahaman B. Fungsi pencegahan C. Fungsi pengentasan D. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan A. Fungsi pemahaman Dalam fungsi pemahaman, kegunaan, manfaat, dan keuntungan-keuntungan apakah yang dapat diberikan oleh layanan bimbingan dan konseling? Jasa yang diberikan oleh pelayanan ini berkenaan dengan pemahaman. Pemahaman tentang klien dengan berbagai permasalahannya oleh klien sendiri dan pihak-pihak yang akan membantu klien, serta pemahaman tentang lingkungan oleh klien. a. Pemahaman tentang klien Pemahaman tentang klien merupakan titik tolak upaya pemberian terhadap klien. Tanpa hasil yang memadai dari fungsi pemahaman, konselor tidak dapat bergerak lebih jauh untuk membantu menyelesaikan permasalahan klien. Pemahaman tersebut bukan hanya mengenai diri klien melainkan juga mengenai latar belakang pribadi klien, kekuatan, dan kelemahannya, serta kondisi lingkungannya. Materi pemahaman itu lebih jauh dapat dikelompokkan menjadi berbagai data tentang: 1. Identitas individu: nama, jenis kelamin, tempat dan tanggal lahir, orang tua, status dalam keluarga, dan tempat tinggal. 2. Pendidikan. 3. Kemampuan intelegensia, bakat, minat, serta cita-cita pendidikan dan pekerjaan. 4. Kesehatan. 5. Kecenderungan sikap dan kebiasaan. 6. Keadaan lingkungan tempat tinggal. 7. Prestasi yang pernah dicapai. 8. Kegiatan sosial. 9. Jurusan/ program studi yang diikuti 10. Nilai-nilai yang diperoleh dalam berbagai pelajaran.

11. Kegiatan ekstrakulikuler. 12. Sikap dan kebiasaan belajar. 13. Hubungan dengan teman sebaya. Siapakah yang perlu memahami diri klien? Pertama, klien itu sendiri. Dalam kaitan ini, masih banyak individu yang tidak memahami dirinya. Akibatnya mereka tidak bisa mengembangkan secara optimal potensi yang ada dalam dirinya dan tidak berusaha memperbaikin kelemahan yang dimiliki. Pemahaman tentang diri klien juga perlu bagi pihakpihak yang berkepentingan dengan perkembangan dan kebahagiaan hidup klien tersebut. bagi para siswa, pemahaman orang tua terhadap anaknya sangat penting. Dengan memahami anaknya secara lebih mendalam, orang tua akan lebih dimungkinkan untuk memberikan perhatian, pelayanan, perlakuan, ataupun kemudahan yang lebih besar bagi perkembangan anak secara lebih terarah dan sesuai dengan kondisi anak tersebut. Guru-guru pun dapat memanfaatkan pendalaman yang mendalam terhadap siswa-siswanya demi keberhasilan proses pengajaran. Hal ini dilakukan dengan cara berusaha memilih metode pengajaran dan menyesuaikan materi agar masing-masing siswa dapat mengikuti pelajaran secara lebih efektif dan efisien. Pihak lain yang berkepentingan dengan pemahaman terhadap klien adalah konselor. Pemahaman konselor terhadap klien digunakan baik secara langsung membantu klien dalam pelayanan bimbingan dan konseling lebuh lanjut maupun sebagai bahan acuan dalam rangka kerjasama dengan pihak lain dalam membantu klien terutama orang tua dan guru untuk para siswa di sekolah. b. Pemahaman tentang masalah klien. Pemahaman terhadap masalah klien wajib dilakukan. Pemahaman ini terutama menyangkut jenis masalahnya, intensitasnya, sebab-sebabnya, dan kemungkinan berkembang jika tidak segera diatasi. Bagi para siswa, yang perkembangan dan kehidupannya masih amat dipengaruhi oleh orang tua dan guru, pemahaman masalah juga diperlukan oleh orang tua dan guru dari siswa tersebut. c. Pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas Secara sempit lingkungan diartikan sebagai kondisi sekitar individu yang secara langsung mempengaruhi individu tersebut, seperti keadaan rumah tempat tinggal, keadaan sosial ekonomi dan sosio-emosional keluarga, keadaan hubungan antar teman sebaya, dan sebagainya. Jenis lingkugan yang lebih luas adalah lingkungan sekolah bagi para siswa, ataupun lingkungan kerja bagi karyawan. Termasuk ke dalam lingkungan yang lebih luas itu

adalah berbagai informasi yang diperlukan oleh individu, seperti informasi pendidikan bagi para siswa. Para siswa perlu memahami dengan baik lingkungan sekolah yang meliputi lingkungan fisik, berbagai hak dan tanggung jawab siswa terhadap sekolah, disiplin yang harus dipatuhi siswa, aturan-aturan yang menyangkut kurikulum, pengajaran, kenikan kelas, hubungan dengan guru dan sesama siswa. Pemahaman yang baik terhadap hal-hal tersebut memungkinkan siswa menjalani kehidupan sekolah tanpa mengalami masalah masalah yang berarti. Disamping itu, para siswa juga perlu diberi kesempatan untuk memahami berbagai informasi yang berguna berkenaan dengan pendidikan lanjutan yang akan dilalui atau kemungkinan pekerjaan yang menjadi cita-citanya. Informasi ini sering disebut informasi pendidikan dan informasi pendidikan atau pekerjaan. Dengan mengetahui berbagai informasi itu, para siswa diharapkan sudah mulai mengenal masa depan mereka sehingga mereka merasa terlalu bingung saat memasuki lembaran masa depan mereka. Pemahaman oleh klien(siswa) tentang lingkungan yang lebih luas perlu dikembangkan oleh pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor perlu menyusun program yang lebih luas untuk pemahaman yang dimaksudkan itu. Kerja sama antara konselor dan pihak-pihak lain, seperti guru dan wali kelas disekolah amat diperlukan.

B. Fungsi pencegahan Upaya pencegahan memang telah disebut orang sejak puluhan tahun yang lalu. Pencegahan diterima sebagai sesuatu yang baik dan perlu dilaksanakan bagi konselor yang mempunyai tugas untuk menyingkirkan berbagai hambatan yang dapat menghalangi perkembangan individu, upaya pencegahan tidak sekadar merupakan ide yang bagus, tetapi adalah suatu keharusan yang bersifat etis (Horner & McElhaney, 1993). a. Pengertian pencegahan Dalam dunia kesehatan mental pencegahan didefinisikan sebagai upaya mempengaruhi dengan cara yang positif dan bijaksana lingkungan yang dapat menimbulkan kesulitan atau kerugian sebelum kesulitan atau kerugian itu benar-benar terjadi. Lingkungan yang baik akan memberikan pengaruh positif terhadap individu. Oleh karena itu, lingkungan harus dipelihara dan dikembangkan. Di sekolah, misalnya ruang kelas yang gelap dan kotor, pekarangan yang sempit, sarana belajar yang kurang memadai, semua akan menimbulkan kesulitan dan kerugian bagi para siswa dalam memperkembangan dirinya secara optimal di

sekolah. Dari sudut pencegahan, lingkungan sekolah seperti itu perlu diperbaiki. Upaya pencegahan dapat bertujuan untuk: menghindari timbulnya atau meningkatnya kondisi bermasalah pada diri klien meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, penilaian positif terhadap diri sendiri dan dukungan kelompok. b. Upaya pencegahan Sejak lama telah timbul dua sikap berbeda terhadap upaya pencegahan khususnya dalam bidang kesehatan mental, yaitu sikap skeptic dan optimistic. Sikap skeptik, meskipun menerima konsep pencegahan sebagai sesuatu yang bagus, tetapi meragukan apakah upaya pencegahan memang dapat dilakukan. Mereka yang bersikap skeptik itu menganggap bahwa gangguan mental emosional itu tidak dapat dicegah. Mereka juga beranggapan gangguan mental emosional yang terkait dengan kondisi biologis individu, kondisi biologis itu memang sudah ditentukan demikian, tidak dapat diubah ataupun diperbaiki. Lebih jauh, mereka juga beranggapan bahwa upaya pencegahan itu tidak praktis. Sebaliknya, golongan yang bersikap optimistic menganggap bahwa upaya pencegahan itu sangat penting dan pelaksanaannya mesti diusahakan. Mereka sangat menekankan pengaruh lingkungan dan organisme terhadap individu yang bersangkutan. Hasil studi yang diungkapkan oleh Horner & McElhaney mengenai pencegahan bahaya alkohol bagi para mahasiswa memperlihatkan kecenderungan hasil yang amat positif. Hasil ini menunjukkan bahwa salah satu cara untuk mencegah seseorang tidak terjerumus ke permasalahan adalah dengan menunjukkan bahaya atau penderitaan yang akan timbul apabila sesuatu dilakukan. Upaya yang perlu dilakukan oleh konselor adalah 1. Mendorong perbaikan lingkungan yang kalau diberikan akan berdampak negative terhadap individu yang bersangkutan. Mengubah dan memperbaiki lingkungan seringkali amat sulit dilakukan oleh konselor. Konselor berusaha secara positif dan bijaksana menghubungi dan membicarakan dengan pihak-pihak yang bersangkutan dengan lingkungan klien. 2. Mendorong perbaikan kondisi diri pribadi klien. Upaya mendorong peningkatan kondisi pribadi klien dapat diselenggarakan secara langsung terhadap individu yang bersangkutan. Misalnya bersangkut-paut dengan masalah kesehatan, penanggulangan stress, pengaturan waktu, makan dan istirahat, penggunaan waktu senggang, dll.

3. Meningkatkan

kemampuan

individu

untuk

hal-hal

yang

diperlukan

dan

mempengaruhi perkembangan dan kehidupannya. Peningkatan kemampuan khusus individu diperlukan untuk memperkuat

perkembangan dan kehidupannya. Keterampilan pemecahan masalah, keterampilan belajar dengan berbagai aspeknya, keterampilan berkomunikasi dan hubungan sosial merupakan beberapa contoh kemampuan yang perlu ditingkatkan pada individu. 4. Mendorong individu untuk tidak melakukan sesuatu yang akan memberikan risiko yang besar, dan melakukan sesuatu yang akan memberikan manfaat. Misalnya, seorang siswa kecanduan narkotika karena awalnya ia sering

mengkonsumsi obat-obat penghilang rasa sakit. Seorang siswa lainnya tidak naik kelas karena ia tidak mau belajar, seorang lulusan SMA gagal memasuki jurusan tertentu di perguruan tinggi karena ia tidak mendaftarkan diri pada jurusan itu dengan alasan tidak mengetahui jurusan yang diinginkan itu ada. Semua permasalahan itu mengandung sejumlah tingkah laku yang seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan oleh para individu yang bersangkutan dalam masalah tersebut. Apabila masalah itu tidak diinginkan terjadi, maka individu yang bersangkutan terlebih dahulu perlu mengetahui dan memahami tingkah laku apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan dalam kaitannya dengan suasana ataupun hal-hal khusus tertentu. Individu yang bersangkutan perlu diajar/diberi informasi tentang berbagai aspek yang berkenaan dengan situasi ataupun hal khusus yang akan ia jalani. Tanpa pengajaran dan informasi yang diperlukan itu, individu dapat mengalami keterlanjuran tindakan atau tidak melakukan sesuatu sama sekali yang keduanya bisa berakibat amat merugikan. 5. Menggalang dukungan kelompok terhadap individu yang bersangkutan. Dukungan kelompok di luar individu amat besar artinya bagi individu yang bersangkutan. Seorang siswa memerlukan dukungan dari guru, teman-teman, dan keluarga. Dukungan dari berbagai pihak dalam berbagai jenis sokongan(sosial-emosional-materiil)akan memperkuat semangat dan upaya individu untuk terhindar dari permasalahan yang mungkin terjadi. Konselor perlu menggalang dukungan semacam itu untuk memperkuat upaya pencegahan yang dimaksudkan. Secara operasional konselor perlu menampilkan kegiatan dalam rangka pelaksanaan funsi pencegahan. Kegiatannya antara lain dapat berupa program-program nyata. Secara garis besar, program-program tersebut dikembangkan, disusun, dan diselenggarakan melalui tahaptahap berikut ini:

1) Identifikasi permasalahan yang mungkin timbul. Misalnya di sekolah, permasalahan yang mungkin timbul adalah para siswa kurang disiplin, tidak belajar secara penuh, gagal melewati ujian, pertentangan antar siswa, siswa terlibat tawuran, narkotika, dll. 2) Mengidentifikasi dan menganalisis sumber-sumber penyebab timbulnya masalahmasalah. 3) Mengidentifikasi pihak-pihak yang dapat membantu pencegahan masalah tersebut. Misalnya untuk permasalahan murid di sekolah pihak-pihak yang terkait adalah kepala sekolah, guru, wali kelas, orang tua, atau lembaga tertentu(sesuai dengan permasalahannya). Sangkut-paut pihak-pihak tersebut dengan permasalahan yang

dimaksudkan perlu dikaji secara objektif. 4) Menyusun rencana program pencegahan. Rencana ini disusun berdasarkan a) Spesifikasi permasalahan yang hendak dicegah tibulnya. b) Hasil kajian teoretik dan studi lapangan. c) Peranan pihak terkait. d) Faktor operasional dan pendukung, seperti waktu, tempat, biaya, dan perlangkapan kerja. 5) Pelaksanaan dan monitoring Pelaksanaan program sesuai dengan rencana dengan kemungkinan modifikasi yang tidak mengganggu pencapaian tujuan dengan persetujuan pihak-pihak terkait. 6) Evaluasi dan laporan Evaluasi dilakukan secara cermat dan objektif. Laporannya diberikan kepada pihak-pihak terkait untuk dipergunakan sebagai masukan bagi program sejenis lebih lanjut.

C. Fungsi pengentasan Orang yang sedang mengalami masalah itu dianggap berada dalam suatu keadaan yang tidak nyaman sehingga perlu dilakukan pengentasan. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan itu adalah upaya pengentasan melalui pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam hal itu, pelayanan bimbingan dan konseling menyelanggarakan fungsi pengentasan. a. Langkah-langkah pengentasan masalah. Upaya pengentasan masalah pada dasarnya dilakukan secara perorangan, sebab setiap masalah adalah unik. Masalah-masalah yang diderita oleh individu-individu yang

berbeda tidak boleh disamaratakan. Dengan demikian, penanganannya pun harus secara unik disesuaikan terhadap kondisi masing-masing masalah itu. Dalam konseling kkelompok pun orientasi terhadap keunikan setiap masalah dipertahankan. b. Pengentasan masalah berdasarkan diagnosis Sejak tahun empat puluhan, Bordin memakai konsep diagnostik yang mirip dengan pengertian medis dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Pengetian diagnostik yang dipakai oleh Bordin itu lebih lanjut dikenal dengan diagnostic pengklasiffikasian. Dalam upaya diagnostik itu masalah diklasifikasi, dilihat sebab-sebabnya, dan ditentukan cara pengentasannya. Klasifikasi masalah Sikap tergantung Sebab Klien belum belajar jawab Cara pengentasan untuk Konselor dalam agar membantu merasa klien

bertanggung

sanggup

pemecahan masalah sendiri

menghadapi masalah dalam hidupnya sehari-hari dan

memperoleh pengalamannya langsung untuk

memungkinkannya tidak lagi tergantung pada orang lain. Kekurangan informasi Pengalaman yang dimiliki klien Konselor memberikan

selama ini tidak memadai lagi informasi yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan klien. yang dihadapi Terjadi konflik dalam diri Dua atau lebih perasaan dan Konselor sendiri. keinginan yang berlainan arah untuk membentu mengenali klien dan

mendorong konflik dalam diri menerima perasaan-perasaan klien dan keinginan-keinginannya yang berlainan arah itu

sehingga konflik itu teratasi. Kecemasan memilih. dalam Klien tidak mampu menghadapi Konselor dan menerima suasana menyadari membantu dan klien

menerima

berat(dalam memilih) yang tak masalah yang dihadapinya itu terelakkan dan selanjutnya membuat

suatu keputusan.

Tidak ada masalah*

Klien membutuhkan dukungan Konselor terhadap keputusan yang telah dorongan dan

memberikan dukungan

diambil atau ingin mengecek kepada klien. apakah ia bertindak di jalur yang benar. *kadang, klien datang kepada konselor tanpa masalah yang memberatkan dirinya. Ia hanya ingin memperoleh kawan yang dipercaya dalam menindaklanjuti keputusannya. Model diagnostic Bordin tampak cukup menarik. Sejalan dengan diagnostic medis. Ada masalah, dianalisis, dan diklasifikasi, ditetapkan sebab-sebab, dan diberikan resep pengentasannya. Namun, pada akhir tahun lima puluhan mulai dirasakan bahwa model seperti itu tidak tepat, bahkan pada tahun enam puluhan model diatas dikecam sebagai cara diagnostik yang tidak membuahkan hasil diagnostik apapun yang berupa sebab-sebab

timbulnya masalah yang mendorong ditetapkannya cara-cara pengentasan tertentu. Disamping itu, mengklasifikasi masalah seperti dilakukan Bordin dirasa sulit karena unsurunsur masalah yang satu sering saling terkait satu sama lain, dan dengan lebih penting lagi setiap masalah klien adalah unik. Pengklasifikasian masalah cenderung menyamaratakan masalah klien yang satu dengan klien lainnya. Model diagnostik selanjutnya yang diterima dalam pelayanan bimbingan dan konseling adalah model diagnostik pemahaman, yaitu yang mengupayakan pemahaman masalah klien, yakni pemahaman terhadap seluk beluk masalah klien, termasuk di dalamnya perkembangan dan sebab-sebab timbulnya masalah. Tiga dimensi diagnostiknya, yaitu 1) Diagnosis mental/psikologis. Diagnosis ini mengarah kepada pemahaman tentang kondisi mental/ psikologis klien, seperti kemampuan-kemampuan dasarnya, bakat dan kecenderungan minat-minatnya, keinginan dan harapan-harapannya, temperamen dan kematangan emosionalnya, sikap dan kebiasaannya. 2) Diagnosis sosio-emosional Diagnosis sosio-emosional mengacu pada hubungan sosial klien dengan orangorang yang amat besar pengaruhnya bagi klien, seperti orang tua, guru, teman sebaya(bagi siswa). 3) Diagnosis instrumental Diagnosis ini berkenaan dengan kondisi atau prasyarat yang diperlukan terlebih dahulu sebelum individu mampu melakukan atau mencapai sesuatu. Diagnosis instrumental ini meliputi aspek-aspek fisik klien (seperti kesehatan), fisik lingkungan(seperti keadaan

sandang, pangan, papan), sarana kegiatan (seperti buku-buku pelajaran bagi siswa), prasyarat kemampuan untuk belajar lebih lanjut, dan pemahaman situasi(misalnya untuk dapat bertindak secara disiplin, seseorang harus memahami terlebih dahulu peraturan yang berlaku; untuk dapat memilih dengan tepat, seseorang perlu memahami kondisi dari setiap pilihan yang ada). Penjelajahan yang baik atas aspek aspek diatas, akan memberikan pemahaman yang lebih luas dan mendalam tentang seluk-beluk masalah klien yang mengarah pada identifikasi sebab-sebab timbulnya masalah dan upaya pengentasannya.

D. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan Fungsi pemeliharaan berarti memelihara segala sesuatu yang lebih baik yang ada pada diri individu, baik hal itu merupakan pembawaan maupun hasil-hasil perkembangan yang telah dicapai selama ini. Selain itu juga, lingkungan yang baik pun (lingkungan fisik,sosial, dan budaya) harus terus dipelihara dan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan individu yang bersangkutan. Pemeliharaan tidak hanya mempertahankan agar hal-hal yang baik tetap dalam keadaan semula melainkan juga mengusahakan agar hal-hal baik tersebut bertambah lebih baik dan memiliki nilai tambah dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, fungsi pemeliharaan tidak bisa dilepaskan dari fungsi pengembangan. Keduanya berfungsi seiring dan saling menunjang. Dalam pelayanan bimbingan dan konseling, fungsi pemeliharaan dan pengembangan dilaksanakan melalui berbagai pengaturan, kegiatan, dan program. Misalnya di sekolah, bentuk dan ukuran meja/kursi murid disesuaikan dengan ukuran tubuh serta sikap tubuh yang diharapkan. Ventilasi, suhu, bentuk, dan susunan ruang kelas diusahakan agar mereka yang berada di ruangan itu merasa nyaman betah dapat melakukan kegiatan dengan tenang dan sepenuh kemampuan. Aturan disiplin dibuat sedemikian rupa sehingga di satu sisi tidak kaku atau membosankan dan di sisi lain tidak menciptakan suasan keributan. Contoh diatas merupakan beberapa dan secara garis besar yang berkenaan dengan kehidupan siswa di sekolah. Pengaturan, kegiatan, dan program-program lain yang mengacu kepada fungsi bimbingan dan konseling tersebut dapat disusun dan dikembangkan dalam jenis dan jumlah yang bervariasi dengan kemungkinan yang tidak terbatas. Demikian pula dengan berbagai jenis pengaturan, kegiatan, dan program untuk siswa berkenaan dengan keluarganya dan lingkungannya yang lebih luas. Tugas-tugas dan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan, apalagi pemeliharaan dan pengembangan individu manusia yang segenap aspek dang sangkut-pautnya yang sangat

bervariasi dan kompleks, tidak dapat berdiri sendiri. Demikianlah, fungsi pemeliharaan dan pengembangan dalam bimbingan dan konseling tidaklah mungkin berdiri sendiri. Dengan contoh diatas, agaknya menjadi jelas bahwa (a) fungsi pemeliharaan dan pengembangan dalam suatu kegiatan atau program bimbingan dan konseling sebenarnya terkait langsung pada ketiga fungsi yang lain(pemahaman, pencegahan, dan pengentasan); bahkan seringkali untuk dapat terpelihara dan terkembangnya aspek-aspek tertentu pada diri klien perlu dipersyarati dengan keberhasilan fungsi-fungsi pemahaman, pencegahan, dan pengentasan itu, dan (b) dalam menjalankan fungsi pemeliharaan dan pengembangan itu konselor seringkali tidak dapat berjalan sendiri tetapi juga perlu bekerja sama dengan pihak-pihak lain.

Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling di sekolah Di sekolah pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan amat baik. Sekolah memiliki kondisi dasar yang justru menuntut adanya pelayanan ini pada kadar yang tinggi. Pata siswanya yang sedang dalam tahap perkembangan yang meranjak memerlukan segala jenis layanan bimbingan dan konseling dalam segenap fungsinya. Dalam hal ini tepatlah apa yang dikatakan oleh Bernard & Fullmer bahwa guru amat memperhatikan bagaimana pengajaran berlangsung, sedangkan konselor amat memperhatikan bagaimana murid belajar. Seiring dengan itu, Crow & Crow mengemukakan perubahan materi kurikulum dan prosedur pengajaran hendaklah memuat kaidah-kaidah bimbingan. Apabila kedua hal itu memang terjadi, materi dan prosedur pengajaran berkaidah bimbingan, dibarengi oleh kerjasama yang erat antara guru dan konselor, dapat diyakini bahwa proses belajar-mengajar yang dilakukan oleh guru untuk murid akan sukses. Pelayanan bimbingan dan konseling secara resmi memang ada di sekolah, tetapi keberadaannya belum seperti yang dikehendaki. Dalam kaitan ini Belkin menegaskan enam prinsip untuk menegakkan dan menumbuhkembangkan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Pertama, konselor harus memulai kariernya sejak awal dengan program kerja yang jelas, dan memiliki kesiapan yang tinggi untuk melaksanakan program tersebut. Konselor juga memberikan kesempatan kepada seluruh personal sekolah dan siswa untuk mengetahui program-program yang hendak dijalankan itu. Kedua, konselor harus selalu mempertahankan sikap professional tanpa mengganggu keharmonisan hubungan antara konselor dengan personal sekolah lainnya dan siswa. Dalam hal ini, konselor harus menonjolkan keprofesionalannya, tetapi tetap menghindari sikap kesombongan/keangkuhan profesional.

Ketiga, konselor bertanggung jawab untuk memahami peranannya sebagai konselor profesional dan menerjemahkan peranannya itu ke dalam kegiatan nyata. Konselor harus pula mampu dengan sebaik-baiknya menjelaskan kepada orang-orang dengan siapa ia akan bekerja sama tentang tujuan yang hendak dicapai oleh konselor serta tanggung jawab yang terpikul di pundak konselor. Keempat, konselor bertanggung jawab kepada semua siswa, baik siswa-siswa yang gagal, yang menimbulkan gangguan, yang berkemungkinan putus sekolah, yang mengalami permasalahan emosional, yang mengalami kesulitan belajar, maupun siswa-siswa yang memiliki bakat istimewa, yang berpotensi rata-rata, yang pemalu dan menarik diri dari khalayak ramai, serta bersikap menarik perhatian guru, konselor, dan personal sekolah lainnya. Kelima, konselor harus memahami dan mengembangkan kompetensi untuk membantu siswa-siswa yang mengalami masalah dengan kadar yang cukup parah dan siswasiswa yang menderita gangguan emosional, khususnya melalui penerapan program-program kelompok, kegiatan pengajaran di sekolah dan kegiatan di luar sekolah, serta bentuk-bentuk kegiatan lainnya. Prinsip-prinsip tersebut menegaskan bahwa penegakkan dan penumbuhkembangan pelayan bimbingan dan konseling di sekolah hanya mungkin dilakukan oleh konselor profesional yang tahu dan mau bekerja, memiliki program nyata dan dapat dilaksanakan, sadar akan profesinya, dan mampu menerjemahkannya ke dalam program dan hubungan dengan sejawa dan personal sekolah lainnya, memiliki komitmen dan keterampilan untuk membantu siswa dengan segenap variasinya di sekolah, dan mampu bekerja sama serta membina hubungan yang harmonis-dinamis dengan kepala sekolah.

Orientasi bimbingan dan konseling Orientasi yang dimaksud ialah pusat perhatian atau titik berat pandangan. Apa yang menjadi titik berat pandangan atau pusat perhatian konselor terhadap kliennya? Itulah orientasi bimbingan dan konseling. A. Orientasi perseorangan Orientasi perseorangan bimbingan dan konseling menghendaki agar konselor menitikberatkan pandangan pada siswa secara individual. Satu per satu siswa perlu mendapat perhatian. Pemahaman konselor yang baik terhadap keseluruhan siswa sebagai kelompok dalam kelas itu penting juga, tetapi arah pelayanan dan kegiatan bimbingan ditujukan kepada masing-masing siswa. Kondisi keseluruhan(kelompok) siswa itu merupakan

konfigurasi(bentuk keseluruhan) yang dampak positif dan negatifnya terhadap siswa secara individual harus diperhitungkan. Pemusatan perhatian terhadap individu itu sama sekali tidak berartti mengabaikan kepentingan kelompok kepentingan kelompok justru dikembangkan dan ditingkatkan melalui terpenuhinya kepentingan dan tercapainya kebahagiaan individu. Lebih jauh, pelayanan bimbingan dan konseling yang berorientasi individu itu sama sekali tidak boleh menyimpang atau bertentangan dengan nilai-nilai yang berkembang dalam kelompok selama nilai dan norma itu sesuai dengan yang berlaku umum. Sejumlah kaidah yang berkaitan dengan orientasi perorangan dalam bimbingan dan konseling sebagai berikut: a. Semua kegiatan yang diselenggarakan dalam rangka pelayanan bimbingan dan

konseling diarahkan bagi peningkatan perwujudan diri sendiri setiap individu yang menjadi sasaran layanan. b. Pelayanan bimbingan dan konseling meliputi kegiataan berkenaan dengan

individu untuk memahami kebutuhan-kebutuhannya, motivasi-motivasinya, dan kemampuankemampuan potensialnya, yang semuanya unik, serta untuk membantu individu agar dapat menghargai kebutuhan, motivasi, potensinya itu ke arah pengembangannya yang optimal dan pemanfaatannya yang sebesar-besarnya bagi diri dan lingkungannya. c. individual. d. Tanggung jawab konselor untuk memahami minta, kemampuan, dan perasaan Setiap klien harus diterima sebagai individu dan harus ditangani secara

klien serta untuk menyesuaikan program-program pelayanan dengan kebutuhan klien setepat mungkin.

B. Orientasi perkembangan Orientasi perkembangan dalam bimbingan dan konseling lebih menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan yang hendaknya diterjadikan pada diri individu. Bimbingan dan konseling memusatkan perhatiannya pada keseluruhan proses perkembangan itu. Secara khusus, Thompson &Rudolph (1983) melihat perkembangan individu dari sudut perkembangan kognisi. Dalam perkembangannya, anak-anak memiliki kemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi dalam empat bentuk, diantaranya: a. Hambatan egosentrisme, yaitu ketidakmampuan melihat kemungkinan lain di

luar apa yang dipahaminya. b. Hambatan konsentrasi, yaitu ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian

lebih dari satu aspek tentang sesuatu hal. c. Hambatan reversibilitas, yaitu ketidakmampuan menelusuri alur yang terbalik

dari alur yang dipahami semula. d. Hambatan transformasi, yaitu ketidakmampuan melektakkan sesuatu pada

susunan urutan yang ditetapkan. Thompson& Rudolph menekankan bahwa tugas bimbingan dan konseling adalah menangani hambatan- hambatan perkembangan itu. Hal ini karena permasalahan yang dihadapi oleh individu harus diartikan sebagai terhalangnya perkembangan.

C. Orientasi permasalahan Tujuan umum bimbingan dan konseling sejalan dengan tujuan hidup dan perkembangan itu sendiri, yakni kebahagiaan hidup. Hambatan dan rintangan dalam perjalanan hidup dan perkembangan pastilah mengganggu tercapainya kebahagiaan itu maka kita harus selalu waspada akan hal ini. Kewaspadaan terhadap timbulnya hambatan dan rintangan inilah yang melahirkan konsep orientasi masalah dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling yang telah dibahas, orientasi masalah secara langsung berkaitan dengan fungsi pencegahan dan fungsi pengentasan. Fungsi pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar dari masalahmasalah yang mungkin membebani dirnya. Sedangkan fungsi pengentasan menginginkan agar individu yang terlanjur tertimpa masalah dapat terentaskan masalahnya. Fungsi-fungsi lain, yaitu fungsi pemahaman dan fungsi pemeliharaan/ pengembangan juga berkaitan dengan permasalahan pada diri klien. Fungsi pemahaman memungkinkan individu memahami

berbagai informasi dan aspek lingkungan yang dapat berguna untuk mencegah timbulnya masalah, dan dapat pula bermanfaat di dalam upaya pengentasan masalah yang telah terjadi. Demikian pula dengan fungsi pemeliharaan dapat mengarah pada mencegah atau mengentaskan maslah- maslah tertentu. Dengan demikian konsep orientasi masalah berkaitan dengan empat fungsi bimbingan dan konseling. Orientasi masalah dalam bimbingan dan konseling mewaspadai kemungkian timbulnya masalah dan jika individu tersebut telah tertimpa masalah maka tugas bimbingan dan konseling adalah membantunya mengatasi masalah-masalahnya.

Ruang lingkup pelayanan dan Konseling 1) Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah Sekolah merupakan lembaga formal yang secara khusus dibentuk untuk

menyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakat. Dalam kelembagaan sekolah terdapat sejumlah bidang kegiatan dan bidang pelayanan bimbingan dan konseling mempunyai kedudukan dan peranan yang khusus. a. Keterkaitan antara bidang pelayanan bimbingan konseling dan bidang-bidang lainnya. Dalam proses pendidikan, khususnya di sekolah Moertesen & Schumuller(1976) mengemukakan adanya bidang-bidang tugas atau pelayanan yang saling terkait

Administrasi & supervisi Tujuan: perkembangan optimal setiap siswa sesuai dengan bakat, kemampuan, minta, dan nilai.

pengajaran

bimbingan & konseling

Dalam gambar diatas, terdapat tiga bidang pelayanan pendidikan, yaitu

1) Bidang kurikulum dan pengajaran, meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum dan pelaksanaan pengajaran, yaitu penyampaian dan pengembangan pengetahuan,

keterampilan, sikap, dan kemampuan berkomunikasi peserta didik. 2) Bidang administrasi atau kepemimpinan, meliputi berbagai fungsi berkenaan dengan tanggung jawab dan pengambilan kebijaksanaan, serta bentuk0bentuk kegiatan pengelolaan dan administrasi sekolah, seperti perencanaan, pembiayaan, pengeadaan, dan pengembangan staf, prasana dan sarana fisik, dan pengawasan. 3) bidang kesiswaan, meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu pada pelayanan kesiswaan secara individual agar masing-masing peserta didik itu dapat berkembang sesuai dengan bakat, potensi, dan minat-minatnya, serta tahap perkembangannya. Bidang ini dikenal sebagai bidang pelayanan bimbingan dan konseling.

Kendatipun ketiga bidang tersebut tampaknya terpisah antara satu dengan lainnya, tetapi semuanya memiliki arah yang sama, yaitu memberikan kemudahan bagi pencapaian perkembangan yang optimal peserta didik. pelayanan bimbingan dan konseling dapat memberikan sumbangan yang berarti terhadap bidang pengajaran. Misalnya, proses belajarmengajar akan berjalan efektif jika siswa terbebas dari masalah yan dapat mengganggu proses belajarnya. Pembebasan masalah-masalah siswa itu dilakukan melalui pelayanan bimbingan dan konseling. Lebih jauh, materi layanan bimbingan dan konseling dapat

dimanfaatkan oleh guru untuk penyesuaian pengajaran dengan individualitas siswa. Semikian juga terhadap admnistrasi dan supervisi, misalnya dalam kaitannya dengan penyusunan kurikulum, pengembangan program-program belajar, pengambilan kebijakan yang tepat dalam rangka penciptaan iklim sekolah yang menunjang bagi pemenuhan kebutuhan dan perkembangan siswa. Sebaliknya, bidang pengajaran dan administrasi dapat memberikan sumbangan bagi suksesnya bidang bimbingan dan konseling. Pelaksanaan pengajaran yang sehat dan mantap, baik dalam isi maupun suasanya, akan memberikan sumbangan besar bagi pencegahan timbulnya masalah siswa. Pengajaran perbaikan dan pemberian materi pengayaan merupakan bentuk layanan bimbingan yang diselenggarakan melalui kegiatan pengajaran. Bidang pengelolaan dan administrasi dapat memberikan sumbangan bagi pelayanan bimbingan dan konseling melalui berbagai kebijaksanaan dan pengaturan yang menghasilkan kondisi yang memungkinkan berjalannya layanan itu secara optimal sehingga fungsi, jenis layanan, dan kegiatan bimbingan dapat terlaksana dan mencapai sasaran.

b. Tanggung jawab konselor sekolah, kepada 1) Tanggung jawab konselor kepada siswa, yaitu bahwa konselor: a) Memiliki kewajiban dan kesetiaan utama dan terutama kepada siswa yang harus diperlakukan sebagai individu yang unik. b) Mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi setiap siswa. c) Tidak mendesakkan kepada siswa(klien) nilai-nilai tertentu yang sebenarnya hanya sekadar apa yang dianggap baik oleh konselor. d) Menjaga kerahasiaan data siswa e) Memberi tahu siswa tentang tujuan dan teknik layanan bimbingan dan konselng, serta aturan maupun prosedur yang harus dilalui apabila ia menghendaki bantuan bimbingan dan konseling. 2) Tanggung jawab kepada orang tua, yaitu bahwa konselor: a) Menghormati hak dan tanggung jawab orang tua terhadap anaknya dan berusaha membangun hubungan yang erat dengan orang tua demi perkembangan siswa. b) Menyediakan untuk orang tua berbagai informasi yang berguna dan menyampaikan dengan cara sebaik-baiknya untuk perkembangan siswa. 3) Tanggung jawab kepada sekolah dan masyarakat, yairu bahwa konselor: a) Mendukung dan melindungi program sekolah terhadap penyimpangan yang merugikan siswa. b) Membantu pengembangan: Kondisi kurikulum dan lingkungan yang baik untuk kepentingan sekolah Program dan prosedur pendidikan demi pemenuhan kebutuhan siswa dan masyarakat Proses evaluasi dalam kaitannya dengan fungsi-fungsi sekolah pada umumnya(fungsi bimbingan dan konseling, kurikulum dan pengajaran, dan pengelolaan/administrasi) 4) Tanggung jawab kepada profesi, yaitu bahwa konselor: a) Melakukan penelitian dan melaporkan penemuannya sehingga memperkaya khasanah dunia bimbingan dan konseling b) Menjalankan dan mempertahankan standar profesi bimbingan dan konseling serta kebijaksanaan yang berlaku berkenaan dengan pelayanan bimbingan dan konseling.

2) Pelayanan bimbingan dan konseling di luar sekolah Bimbingan dan konseling keluarga Di dalam keluarga setiap warga masyarakat memulai kehidupannya, dan di dalam dan dari keluargalah setiap individu dipersiapkan untuk menjadi warga masyarakat. Lebih jauh, mutu kehidupan di dalam masyarakat dan mutu masyarakat itu sendiri sebagian besar ditentukan oleh mutu keluarga-keluarga yang mendukung kehidupan bermasyarakat itu. Oleh karena itu, anggota keluarga yang tidak imun terhadap berbagai permasalahan dalam keluarga akan terpengaruh baik mereka yang sudah dewasa maupun yang masih muda. Permasalahan yang ditimbulkan oleh pengaruh yang tidak menguntungkan itu mengundang berperannya bimbingan dan konseling dalam keluarga. Konselor di sekolah diharapkan dapat menjembatani program bimbingan dan konseling di sekolah dengan kebutuhan keluarga dalam pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor sekolah hendaknya mampu mensinkronisasi secara harmonis pemenuhan kebutuhan anak di sekolah dan di rumah pada satu segi; serta fungsi sekolah dan fungsi keluarga terhadap anak pada segi yang lain.

Model-model bimbingan Terdapat beberapa model bimbingan yang berkembang mulai periode awal sampai periode sekarang. Model bimbingan ini sangat dipengaruhi oleh pandangan para ahli bimbingan terhadap individu yang dibimbing, konselor, proses, metode, dan hasil bimbingan yang diharapkan. Di samping itu model ini juga dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. a. Model bimbingan periode awal 1) Model personian Model bimbingan ini merupakan buah pikir dari Frank Parson. Model ini berupaya menjodohkan karakteristik(kemampuan, minat, dan temperamen) individu dengan syaratsyarat yang dituntut suatu pekerjaan. Parson berpendapat bahwa seseorang membutuhkan bantuan yang sistematik dari orang lain yang berpengalaman dan punya keahlian, yaitu konselor dalam memilih pekerjaan. Teori Parson initelah memberikan kontribusi yang sangat berarti kepada perkembangan bimbingan, terutama menyangkut ketiga aspek berikut ini: a. Kegiatan analisis sebelum memilih pekerjaan mengilhami penggunaan tes psikologis untuk mendiagnosis karakter individu. b. Bimbingan dipandang sebagai suatu program yang membantu individu sebelum masuk ke dunia kerja.

2) Bimbingan identic dengan pendidikan Brewer yang mengungkapkan bahwa konsep bimbingan identic dengan pendidikan melalui bukunya Education as Giudance, 1932. Brewer berpendapat bahwa pendidikan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu melakukan-melakukan aktivitas yang bermakna melalui pengetahuan dan kebijakan. Dia mengemukakan bebrapa kriteria bimbingan sebagai berikut: a. Individu dibimbing dalam upaya memecahkan masalah, menyelesaikan tugas, atau meraih tujuan. b. Seseorang dibimbing biasanya berdasarkan permintaan atau inisiatifnya. c. Bimbingan bersifat simpatik, bersahabat, dan pemahaman. d. Individu yang dibimbing secara progresif menerima bimbingan dan mengambil kepurusannya sendiri. e. Bimbingan membrikan bantuan kepada individu agar dapat membimbing diri sendiri secara lebih baik. b. Model bimbingan periode berikutnya 1) Bimbingan sebagai distribusi dan penyesuaian Pada tahun 1930-an, Koos dan Kefauver menekankan bahwa bimbingan harus melaksanakan dua fungsi pokok, yaitu a. Distribusi. Konselor berupaya untuk membantu siswa baik dalam hal aspek pekerjaan, sosial, pribadi, maupun lainnya. Dalam proses bantuan ini, siswa diharapkan memiliki pemahaman tentang dirinya dan juga lingkungannya. Dalam fungsi distribusi ini, siswa dibantu untuk menemukan peluang-peluang dalam bidang pendidikan dan pekerjaannya. b. Penyesuaian. Konselor membantu siswa agar dapat menyesuaikan diri, ketika dia tidak mampu memadukan atau mengintegrasikan pengetahuan tentang dirinya dan lingkungannya yang terkait dengan tujuan yang ingin dicapai. 2) Bimbingan sebagai proses klinis Bimbingan model ini pertama kali diperkenalkan oleh M.S. Viteles, Donald G. Paterson, dan E.G. Williamson. Bimbingan sebagai proses klinis menekankan kepada penggunaan tes psikologis, teknik, klinis, dan studi diagnosis analitis sehingga konselor dapat memahami kliennya secara lebih baik, dapat menentukan masalah klien secara lebih cepat dan akurat para konselor tidak menaruh perhatian terhadap pengambilan keputusan bagi klien, tetapi lebih kepada upaya mengorganisasikan

situasi belajar sehingga klien memperoleh wawasan atau pemahaman, dan memilih alternative perilaku yang tepat. 3) Bimbingan sebagai pengambil keputusan Dua orang ahli, yaitu Jones dan Myer adalah yang pertama kali mempersepsikan bimbingan sebagai pengambilan keputusan. Bagi Jones, bimbingan merupakan pemberian bantuan dalam membuat pilihan dan penyesuaian diri, pemecahan masalah, dan pengembangan kemampuan untuk pengarahan diri(selfdirection) Myer mengemukakan bimbingan sebagai intervensi profesional terhadap individu agar dapat melakukan pilihan-pilihan dalam pendidikan atau pekerjaan. Menurutnya, kemampuan mengambil keputusan dipengaruhi oleh faktor-faktor sosiokultural dan nilai-nilai. Dalam model bimbingan ini, konselor memiliki tugas untuk mendorong siswauntuk memahami nilai-nilai dan menyertakan nilai-nilai pilihannya dalam mengambil keputusan, memberikan informasi kepada klien tentang peluang-peluang yang bermanfaat dari setiap alternative pilihan.

c. Model bimbingan kontemporer 1) Bimbingan sebagai konstelasi layanan Hoyt mengenalkan model ini tahun 1962. Dia mengartikan bimbingan sebagai bagian dari layanan pribadi siswa yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu melalui perluasan pelayanan sekolah bagi para siswa, yang terkait dengan maslah-masalah pribadi, pilihan, dan pengambilan keputusan yang semuanya itu diarahkan kepada pencapaian kematangan. Hoyt berpendapat bahwa program bimbingan bukan hanya tanggung jawab konselor melainkan juga tanggung jawab bersama personel sekolah, sekolah merupakan figure kunci yang bertanggung jawab terhadap program bimbingan, pekerjaan konselor lebih utama adalah menjalin kerjasama dengan para guru daripada dengan psikolog, pekerja sosial, dan lainnya. Model bimbingan ini biasanya eksis di sekolah untuk mendukung pekerjaan guru. Program bimbingan dibutuhkan karena siswa mengalami kesulitan belajar. Oleh karena itu siswa perlu diberikan pengajaran remedial, agar mereka berhasil dalam belajarnya. Pandangan ini menganggap guru sebagai seorang profesional utama di

sekolah, sementara layanan bimbingan hanya sebagai pelengkap dan konselor dipandang sebagai tenaga teknis. 2) Bimbingan perkembangam Konsep bimbingan model ini menekankan pemberian bantuan kepada semua siswa dan meliputi semua bidang bimbingan: vokasional, pendidikan, personal, dan sosial pada semua tahap atau rentang kehidupan. Para ahli sebagai pengembang model ini adalah Wilson Little dan A.L. Chapman. Perbedaan antara bimbingan perkembangan dengan penyesuaian(adjustive guidance) adalah bahwa bimbingan penyesuaian menekankan layanannya kepada masalah individu, sementara yang pengembangan menekankan kepada upaya

mengembangkan potensi dari dalam diri sendiri yang difokuskan kepada pengembangan fungsi ego dan self concept. Layanan bimbingan pengembangan bersifat komprehensif meliputi semua aspek rentang kehidupan, tidak hanya terbatas kepada aspek vokasional dan pendidikan, tetapi juga bersifat interpretatif bukan deterministik. Perbedaan antara bimbingan tradisional dan bimbingan perkembangan Bimbingan tradisional Bimbingan perkembangan (komprehensif) Bersifat reaktif Konseling krisis Hanya melakukan bimbingan menggunakan Terencana dan didasarkan pada prioritas pendekatan Konseling menggunakan pendekatan

preventif dan krisis atau Melaksanakan konseling dan bimbingan kelompok Semua siswa mendapatkan pelayanan program dasar dan

konseling individual Tidak semua siswa mendapatkan layanan Menekankan layanan informasi

dan Menekankan

berorientasi kepada tugas administrative

berorientasi kepada pencapaian tujuan.. terstruktur, dievaluasi,

Programnya tidak terstruktur dan tidak Programnya dapat diukur Hanya dilakukan oleh konselor sendiri

dikembangkan berdasarkan hasil evaluasi. Dilakukan teamwork