laporan aplikasi herbisida

26
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN GULMA APLIKASI HERBISIDA TERHADAP GULMA Disusun Oleh Rahayu Novrina A240 80006 Christian Simanjuntak A24080064 Andrixinata A34070016 Hamdayanty A34080022 Riska Noviana A34080088 Dyah Wulandari A34080089 Dosen Dwi Guntoro M.A. Chozin Adolf Pieter Lontoh Is Hidayat Utomo Asisten Dina Mutiara Cokorda Istri Mega DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Upload: andrixinata-b

Post on 27-Jun-2015

2.069 views

Category:

Documents


54 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Aplikasi Herbisida

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGENDALIAN GULMA

APLIKASI HERBISIDA TERHADAP GULMA

Disusun Oleh

Rahayu Novrina A240 80006Christian Simanjuntak A24080064Andrixinata A34070016Hamdayanty A34080022Riska Noviana A34080088Dyah Wulandari A34080089

Dosen

Dwi GuntoroM.A. Chozin

Adolf Pieter LontohIs Hidayat Utomo

Asisten

Dina MutiaraCokorda Istri Mega

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

Page 2: Laporan Aplikasi Herbisida

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Herbisida merupakan bagian dari Pestisida. Pestisida berasal dari bahasa latin

pestis dan caedo, diterjemahkan sebagai racun untuk mengendalikan jasad

pengganggu. Jasad pengganggu pada tanaman disebut Organisme Pengganggu

Tanaman (OPT). Jenis-jenis pestisida 1. Insektisida 2. Fungisida Bakterisida 4.

Nematisida 5. Akarisida atau Mitisida 6. Rodentisida 7. Moluskisida 8. Herbisida 9.

Pestisida lain : Pisisida, Algasida, Avisida, Larvisida, Pedukulisida, Silvisida,

Ovisida, Piscisida, Termisida.

Herbisida adalah bahan secawa kimia beracun yang dapat dimanfaatkan untuk

mengendaliakan tumbuhan pengganggu atau gulma. Akibat serangan gulma dapat

menurunkan panen cukup besar. Hasil penelitian di AS gulma dapat menurunkan

hasil pada kacang-kacangan (51,1%), jagung (45,6%), kentang 16,6%) dan padi

(54,4%). Hasil penelitian di Indonesia pada tanaman padi bahwa gulma Marselia

crenata menurunkan bobot gabah sebesar 19%, Monochoria dan Fimbristilis

menurunkan bobot gabah sampai 54%. Aplikasi herbisida biasanya ditentukan oleh

stadia pertumbuhan tanaman utama dan gulma.

Ada beberapa macam herbisida bila dilihat dari waktu aplikasinya :

1.Herbisida pra tanam (pre plant), diaplikasikan pada saat tanaman belum ditanam

tetapi tanah sudah diolah 2. Herbisida pra pengolahan tanah diaplikasikan pada

vegetasi secara total agar mudah dalam pembersihan lahan 3. Herbisida pra tumbuh

(pre emergence) diaplikasikan setelah benih tanaman ditanam tetapi belum

berkecambah dan gulmapun belum tumbuh 4. Herbisida pasca tumbuh (post

emergence) diaplikasikan pada saat gulma dan tanaman sudah lewat stadia

perkecambahan. Jadi dapat diaplikasikan saat tanaman masih muda atau sudah tua.

Page 3: Laporan Aplikasi Herbisida

Ditinjau dari cara kerjanya, herbisida dibedakan atas herbisida kontak dan

herbisida sistemik.1. Herbisida kontak, mematikan jaringan gulma yang terkena.

Herbisida, diaplikasikan dengan penyemprotan dan sangat sesuai untuk

mengendalikan gulma setahun atau semusim, misalnya ceplukan (Physalis angulata),

babadotan (Ageratum conyzoides) dan bayam duri (Amaranthus spinosa) 2. Herbisida

sistemik, diabsorbsi oleh akar atau daun masuk ke dalam jaringan pembuluh

kemudian ditranslokasikan ke bagian lain, sehingga gulma mengalami kematian total.

Cara aplikasi herbisida dengan penyemprotan melalui daun atau penyiraman ke akar

tanaman. Efektif untuk gulma tahunan (perennial weed), misal alang-alang, teki dan

sembung darat.

Pergerakan herbisida masuk ke dalam tubuh tanaman dengan duan cara kerja,

yaitu selektif dan non selektif. Herbisida selektif, diaplikasikan pada berbagai

tumbuhan tetapi hanya akan mematikan gulma dan relatif tidak mengganggu tanaman

yang dibudidayakan. Herbisida non selektif, adalah herbisida yang diaplikasikan

lewat tanah atau daun yang dapat mematikan hampir semua jenis tumbuhan.

Formulasi pestisida yang dipasarkan terdiri atas bahan aktif (active ingredient)

yang merupakan bahan utama pembunuh OPT dan bahan ramuan (inert

ingredient).Bahan aktif digolongkan dalam kelompok organik sintetik, organik

alamiah dan inorganik. Bahan ramuan dapat berupa bahan pembawa, pewarna,

perekat, dan oroma,

Pemilihan herbisida yang sesuai untuk pengendalian gulma di pertanaman

karet merupakan suatu hal yang sangat penting. Pemilihan dilakukan dengan

memperhatikan daya efikasi herbisida terhadap gulma dan ada tidaknya titotoksisitas

pada tanaman. Faktor lain yang perlu dipertimbangkan meliputi keamanan terhadap

lingkungan (organisme bukan sasaran), harga dan ketersediaan.

Page 4: Laporan Aplikasi Herbisida

Tujuan

Adapun tujuan dari praktikum penegendalian gulma terkait aplikasi herbisida

di lapang adalah agar mahasiswa mengetahui, mempelajari, dan mempraktikan secara

langsung di lapang atau lahan yang bergulma serta mampu melakukan pengaplikasian

herbisida denagn perlakuan dan takaran cairan herbisida yang benar dan teapat.

Page 5: Laporan Aplikasi Herbisida

BAHAN DAN METODE

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sprayer punggung Solo,

ember, gelas ukur, pipet, kantong plastik, pisau, nozzle biru, dan kamera. Adapun

bahan yang digunakan air dan herbisida Sulfonat, 2,4-D.

Metode

Langkah awal yang dilakukan adalah kalibrasi alat semprot berdasarkan

volume larutan. Setelah dilakukan perhitungan, herbisida dan air dicampurkan di

ember yang telah disediakan. Campuran herbisida kemudian dimasukkan ke dalam

alat semprot. Setelah alat dan bahan siap digunakan, penyemprotan ke lahanpun

dilakukan. Penyemprotan dilakukan di kebun jarak. Pengamatan dilakukan setiap

minggu hingga minggu ketiga. Pada minggu ketiga diamati jenis dan spesies gulma

yang masih tersisa setelah aplikasi dilakukan.

Page 6: Laporan Aplikasi Herbisida

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Pengamatan

a. Kalkulasi Herbisida

Diketahui

Volume semprot = 500 L/ha

Lebar semprot nozzle biru = 1,5 m

Luas lahan = 3 x 3

= 9 m2

Luas lahan aplikasi

-Volume air yang dibutuhkan = x Volume semprot

Luas dlm 1 ha

9

= x 500 = 0,45 L/regu

10000

Volume air untuk 3 regu = 0,45 L x 3

= 1,35 L/3regu

Luas lahan aplikasi

- Herbisida yang dibutuhkan = x Dosis herbisida

Luas dlm 1 ha

9

= x 3

10000

Page 7: Laporan Aplikasi Herbisida

= 27 x 10-3 L/regu

Herbisida untuk 3 regu = 27 x 10-3 x 3

= 0,081 L/3regu

= 8,1 ml/3 regu

Jumlah air yang dimasukkan ke dalam sprayer adalah 4 liter, jadi

Dosis herbisida(ml)

- Jumlah herbisida yang digunakan = x Volume air yg digunakan

Volume semprot (L)

= 3000 ml500 L

x 4 L

= 24 ml/regu

Jumlah herbisida untuk 3 regu = 24 x 3

= 72 ml

Jadi, jumlah herbisida yang dimasukkan ke dalam sprayer adalah 72 ml untuk tiga

namun yang sebenarnya digunakan adalah 8,1 ml untuk tiga regu atau 2,7 ml/regu.

Page 8: Laporan Aplikasi Herbisida

b. Aplikasi Herbisida

Tabel 1. Data aplikasi herbisida kelompok A

Tabel 2. Data aplikasi herbisida kelompok B

Data Aplikasi Herbisida Kelompok B% Tingkat Kematian

Minggu Ke-

Kelompok Herbisida DosisKonsen-

trasi1 2 3

B1-B3 Sulfonat 3 l/ha 6 ml/l 80 % 90 % 95 %

B4-B6 Gramoxone 2 l/ha 4 ml/l 95 % 100 % -

B7-B9 2,4 D 2 l/ha 4 ml/l 50 % 70 % 90 %

B10-12 Gramoxone 2 l/ha 4 ml/lTidak ada yang mati

(salah tempat aplikasi)

Page 9: Laporan Aplikasi Herbisida

Tabel 3. Data aplikasi herbisida kelompok C

Gambar 1. Hasil aplikasi lapang

Page 10: Laporan Aplikasi Herbisida

Gulma yang masih terdapat di lapang setelah aplikasi

Gambar 2. Passiflora foetida Gambar 3. Melastoma Malabrathricum

Gambar

4. Borreria alata Gambar 5. Gambar 6.

Page 11: Laporan Aplikasi Herbisida

Pembahasan

Pengendalian gulma pada prinsipnya merupakan usaha untuk

meningkatkan daya saing tanaman budidaya dan melemahkan daya saing

gulma. Teknik pengendalian gulma yang dapat dilakukan adalah: preventif,

mekanis, kultur teknis, hayati, kimia, dan terpadu (integrated weed

management). Pemeliharaan tanaman menghasilkan mencakup pemupukan,

pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, serta penunasan.

Pengendalian gulma merupakan salah satu komponen penting hampir di

detiap sistem produksi tanaman, karena hasil panen dipengaruhi oleh adanya

gulma (Sastroutomo, 1990).

Menurut tjitrosoedirdjo et. al. (1984) cara umum yang dilakukan

dalam pengendalian gulma di perkebunan adalah dengan menggunakan

herbisida. Aplikasi herbisida sebagai salah satu alternatif untuk

mengendalikan gulma menyebabkan penggunaan herbisida yang semakin

meluas dalam bidang pertanian terutama pada perkebunan-perkebunan besar.

Herbisida sendiri merupakan senyawa kimia yang digunakan untuk

mengendalikan gulma. Ashton dan Crafts (1981) membagi herbisida menjadi

tiga golongan berdasarkan sifat kimia, sifat selektivitas, dan cara pengendalian

gulma. Menurut sukman dan Yakup (1991), penggunaan herbisida sendiri

mulai berkembang pesat sejak diperkenalkannya senyawa 2,4-D sebagai

herbisida pada tahun 1944. Penemuan tersebut dinilai memberikan kontribusi

yang cukup besar dalam meningkatkan produksi tanaman per satuan luas dan

menghemat penggunaan tenaga kerja. Selain itu, penggunaan herbisida

memberikan keuntungan yang tidak didapat pada sistem pengendalian

manual.

Berdasarkan cara aplikasi melalui daun, herbisida dibedakan menjadi

yang bersifat kontak contoh Paraquat (Gramoxone) dan bersifat sistemik

contoh glifosat (Round Up) (Setyobudi et. al., 1995).

Page 12: Laporan Aplikasi Herbisida

Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-

jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida, terutama bagian

gulma yang berwarna hijau. Herbisida ini bereaksi sangat cepat dan efektif

jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih muda dan berwarna

hijau, serta gulma yang memiliki sistem perakaran tidak meluas (Barus,

2003). Paraquat adalah salah satu anggota golongan herbisida piridina, yang

bersifat non selektif yang dipergunakan secara pasca tumbuh, terutama sekali

pada gulma semusim dan rerumputan (Sukman dan Yakup, 2002).

Di antara berbagai macam herbisida, glifosat dan 2,4-D merupakan

bahan aktif yang umum digunakan untuk mengendalikan gulma di

perkebunan. 2,4-D bersifat sistemik dan mampu mematikan gulma daun lebar

(Moenandir, 1993). Glifosat juga bersifat sistemik apabila disemprotkan pada

bagian tumbuhan dan segera ditranslokasikan ke seluruh bagian tumbuhan

(Thomson, 1979).

Bahan aktif glifosat dapat diabsorbsi lewat daun kemudian

ditranslokasikan bersama fotosintat dalam jaringan keseluruh bagian gulma.

Glifosat juga mempunyai daya brantas yang sangat luas dengan daya racun

yang rendah terhadap hewan dan manusia (Duke, 1988). Glifosat merupakan

herbisida sistemik yang bekerja lebih efektif pada saat pertumbuhan aktif

sehingga dapat ditranslokasikan ke seluruh bagian tumbuhan. Cara bekerja

glifosat adalah dengan menghambat sintesa protein dan metabolism asam

amino.

Dalam penyemprotan, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain

adalah kecepatan dalam berjalan yang sebisa mungkin sama. Kemudian tinggi

nozzle dari tanah juga dapat menimbulkan kesalahan dalam pengaplikasian.

Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah tekanan udara pada alat

penyempotan yang sebaiknya konstan. Apabila prosedur dapat dilakukan

dengan baik, maka diharapkan aplikasi dapat membuahkan hasil yang baik

sesuai dengan yang diharapkan.

Page 13: Laporan Aplikasi Herbisida

Berdasarkan data yang diperoleh diatas, lahan yang diberikan aplikasi

herbisida gramoxone menunjukkan kematian gulma pada minggu pertama

yang drastis yaitu 100% pada lahan kelompok A, 100% pada lahan kelompok

B dan 90% pada lahan kelompok C. Hasil ini menunjukkan kecepatan

kematian gulma yang cepat dikarenakan bahan aktif yang terkandung dalam

herbisida gramoxone adalah paraquat yang bersifat kontak.

Herbisida kontak umumnya akan menunjukkan gejala kematian secara

cepat karena bahan aktif secara langsung mematikan bagian gulma yang

terkena herbisida. Namun, pada pengamatan kelompok C terlihat intensitas

kematian gulma pada minggu pertama hanya sebesar 90%. Perbedaan yang

kecil dari pengamatan pada lahan kelompok A dan B. Hal ini bisa saja terjadi

karena kesalahan pada pengaplikasian. Tingkat kerataan cairan yang sampai

ke daun mungkin kecil karena penyemprotan yang kurang merata. Kemudian

hasil yang salah terlihat pada lahan B10-B12, dimana pengamat melakukan

kesalahan tempat pengaplikasian sehingga data tidak dapat diambil atau

diamati.

Jenis gulma yang mati sangat beragam, tidak hanya golongan rumput

atau daun lebar saja. Hal ini dikarenakan bahan aktif dari Gramoxone adalah

paraquat yang merupakan herbisida pasca tumbuh yang bersifat kontak dan

non selektif. Paraquat tidak dapat diserap oleh bagian gulma yang tidak

berwarna hijau (batang atau akar) dan bila tersemprot ke daun, hanya daun itu

saja yang layu dan mati. Butir semprot tidak meresap ke bagian lain sehingga

gulma tetap normal.

Bahan aktif paraquat mematikan gulma dengan merusak klorofil dan efektifitasnya

akan meningkat apabila ada sinar matahari. Penyerapan akan meningkat dengan

intensitas cahaya yang tinggi dan kelembaban yang cukup. Paraquat bereaksi di

kloroplas dimana terdapat sistem fotosintesis dalam menghasilkan karbohidrat.

Paraquat diketahui dapat menghambat proses dalam fotosistem I, yaitu dalam

mengikat electron hasil dari sistem tersebut, dan membentuk electron radikal bebas .

radikal bebas ini akan diikat oleh oksigen membentuk superoxide yang bersifat sangat

Page 14: Laporan Aplikasi Herbisida

aktif. Superoxide ini akan merusak membrane sel dan jaringan tanaman (Pusat

Informasi Paraquat, 2006).

Akan tetapi daaya kerja biologis paraquat akan hilang apabila terkena

tanah. Hal ini terjadi karena adanya reaksi antara muatan positif ganda pada

kation paraquat dengan mineral liat tanah sehingga membentuk ikatan

kompleks dan tidak aktif. Butiran semprot paraquat bila jatuh ke perairan atau

terlarut oleh air hujan akan segera terikat oleh butiran lumpur (Ashton dan

Monaco, 1991).

Selanjutnya pada lahan yang diberi aplikasi herbisida merk Round-Up

menunjukkan kematian gulma pada lahan kelompok C menunjukkan kematian

100% pada minggu pertama. Bila dilihat dari bahan aktif yang terkandung

dalam herbisida ini adalah glifosat yang bersifat sistemik. Kematian yang

ditunjukkan maksimum pada minggu pertama, bukan pada minggu ke 3 atau

bertahap. Hal ini dapat terjadi karena kerusakan sistemik sangat bergantung

pada kecepatan aliran metabolisme gulma yang dikendalikan. Sehingga bisa

saja gulma mati lebih cepat namun tetap bertahap atau lebih lambat dari

herbisida kontak. Akan tetapi jenis gulma yang mati juga bersifat umum, atau

semua jenis gulma mati. Oleh karena itu, roun up merupakan jenis herbisida

selektif yang sistemik.

Sedangkan lahan yang diaplikasikan herbisida berbahan aktif 2,4-D

hanya menunjukkan kematian pada minggu pertama sebesar 50%, pada

minggu ke-2 70% dan minggu ke-3 90%. Hal ini meninjukkan herbisida 2,4-

D cukup efektif dalam mengendalikan gulma yang dominan di lahan

perkebunan yang diaplikasikan. Kemudian pengaplikasian herbisida Sulfonat

menunjukkan persentase kematian gulma cepat pada minggu pertama hingga

ke-3 berturut-turut 80%, 90%, 95%. Namun gulma berdaun lebar tidak

mengalami kematian. Hal ini menunjukka bahwa jenis herbisida ini bersifat

selektif dan hanya mematikan gulma rumput saja.

Kemudian aplikasi herbisida Trendy menunjukkan kematian secara

bertahap. Secara umum dapat dinilai bahwa herbisida ini merupakan jenis

Page 15: Laporan Aplikasi Herbisida

herbisida yang bersifat sistemik. Data yang diperoleh menunjukkan efektifitas

yang cukup kecil dibandingkan dengan pengaplikasian pada lahan yang

berbeda. Berdasarkan data, gulma yang mati adalah golongan rumput. Hal ini

juga menunjukkan selain sistemik, herbisida ini juga merupakan herbisida

yang selektif. Sebab, lahan yang diplikasi memiliki dominansi jenis gulma

yang berbeda.

Sementara itu, herbisida merk Kemiru menunjukkan kematian gulma

daun lebar dengan tahap kematian jelas. Hal ini menunjukkan bahwa jenis

herbisida ini juga selektif dan sistemik. Sehingga jenis gulma yang mati hanya

daun lebar dan kematian gulma bertahap. Lalu aplikasi herbisida merk dagang

Glitop menunjukkan kematian gulma yang juga bertahap dan jenis gulma

paku-pakuan tidak mengalami kematian, hal ini menunjukkan herbisida ini

juga selektif atau bukan herbisida general sehingga tidak semua jenis gulma

mati. Kematian gulma juga bertahan atau bisa dikatakan herbisida ini bersifat

sistemik. Akan tetapi jenis herbisida ini dapat mematikan gulma daun lebar

sekaligus rumput, kecuali paku-pakuan.

Lalu aplikasi herbisida Indamin 720 HC menunjukkan kematian yang

bertahap dan umum seperti round up. Akan tetapi persentase kematian yang

terlihat lebih kecil dibandingkan dengan herbisida lain, sehingga bisa

dikatakan jenis herbisida ini kurang efektif dalam mengendalikan gulma. Hal

ini juga bisa terjadi karena kesalahan praktikan dalam pengaplikasian atau

kandungan bahan aktif dalam herbisida yang kurang baik.

Secara umum, pengendalian gulma secara kimiawi dengan herbisida

dapat berhasil tergantung dari kemampuan herbisida dapat berhasil tergantung

dari kemampuan herbisida untuk membasmi beberapa jenis gulma dengan

tidak menimbulkan efek yang merugikan pada tanaman budidaya. Sehingga

hasil yang diperoleh juga relatif tergantung pada cara pengaplikasian

herbisida.

Page 16: Laporan Aplikasi Herbisida

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Aplikasi herbisida dilapang sangat bergantung pada pengaplikasian yang

sesuai prosedur. Gramoxone merupakan jenis herbisida yang bersifat kontak dan non

selektif. Sedangkan Round-up merupakan jenis herbisida yang bersifat sistemik dan

selektif. Sementara Indamin 720 HC merupakan herbisida sistemik dan non selektif.

Lalu Kemiru merupakan jenis herbisida yang bersifat selektif dan sistemik. Kemudian

Glitop merupakan jenis herbisida ini juga selektif tetapi selektif terhadap daun lebar

dan daun sempit, dan tidak mematikan paku-pakuan, herbisida ini juga bersifat

sistemik.

Saran

Pemakain herbisida pada pertanaman sebaiknya dilakukan dengan sangat hati-

hati dan sebisa mungkin diminimalisasi. Sebab pemakaian herbisida yang berlebihan

dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Selain itu juga dapat menimbulkan efek

biologi berupa kekenyalan genetis pada jenis-jenis OPT tertentu sehingga timbul OPT

yang bersifat mutan. Kemudian dalam pengaplikasian herbisida juga diperlukan

keahlian dan paham yang baik untuk mengurangi dampak negatif dan pemborosan.

Oleh karena itu, Praktek pelaksanaan aplikasi herbisida harus tepat (Lima Tepat) agar

tidak salah sasaran dan tidak mencemari lingkungan.

Page 17: Laporan Aplikasi Herbisida

DAFTAR PUSTAKA

Ashton, F. M. and A. S. Crafts. 1981. Mode of Action of Herbicides. A Wiley

Interscience Publication, John Wiley and Sons. New York. 525 p.

Ashton, F. M., and T. J. Monaco. 1991. Weed Science: Principiles and Practices (3rd

ed.). John Wiley and Sons, Inc. New York. 466 p.

Barus, E. 2003. Pengendalian Gulma di Perkebunan. Kanisius. Yogyakarta

Duke, S. O. 1988. Glyphosate. Pl-7, in Kearney, C. P., and D. D. Kurfman (eds).

1988. Herbicides: Chemistry , Degradation, and Mode of Action. Vol 3.

Marcel Dekker Inc. New York and Bassel.

Moenandir, J., and E. Murniningtias. 1999. The effect of herbicide glifosat and 2,4-D

mixtures on weed depression in soybean field. Proceeding the Seventeenth

Asian-Pasific Weed Science Society Confrence. Bangkok. 419-423p.

Pusat Informasi Paraquat. 2006. The Paraquat Information Center on Behalf of

Syngenta Crop Protection AG. http: //www.paraquat.com

Rochecouste, E. 1971. Weed control in tropical plantation crops. Proceeding of the

First Indonesia Weed Science Conference. Indonesia. 149-158p.

Sastroutomo, S. S. 1990. Ekologi Gulma. PT. Gramedia. Jakarta. 254 hal.

Setyobudi, H., Subiyantono, dan S. Wanasuria. 1995. Praktek-praktek pencampuran

herbisida pada tanaman perkebunan. Hal: 47-53. Dalam P. Bangunan, I, U.

Sutanto dan R. C. B. Ginting (eds). Prosiding Seminar Pengembangan

Aplikasi Kombinasi Herbisida. Jakarta.

Page 18: Laporan Aplikasi Herbisida

Sukman, Y., dan Yakup. 1991. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta. 123 hal.

Sukman, dan Yakup. 2002. Gulma dan Teknik Pengendaliannya. PT. Raja Grafindo

Persada. Jakarta.

Thomson, W. T. 1979. Agricultural Chemistry. Book II: Herbicides. Thomson Publ.

Indianapolis. 326 p.

Tjitrosoedirdjo, S., I. H. Utomo dan J. Wiroatmodjo. (Eds). 1984. Pengelolaan

Gulma di Perkebunan. PT. Gramedia. Jakarta. 209 hal.