lap.akhir p1

Upload: thea-widi-indiani

Post on 14-Apr-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/27/2019 Lap.akhir p1

    1/14

    LAPORAN RESMI

    PRAKTIKUM ANALISIS FARMASI

    PERCOBAAN I

    ANALISIS KUANTITATIF VITAMIN C DALAM SEDIAAN TABLET

    Disusun Oleh :

    Golongan B1, Kelompok 3

    1. ARUM WINDA SETYORINI (G1F010020)2. EGA UTOMO R. (G1F010022)3. MAYANI (G1F010024)4. SUCI RAHMAYANTI NAJJAH (G1F010026)5. ARINI RUFAIDA (G1F010028)

    Asisten : 1. Resti Mahlifati

    2. Ayu Mayangasari

    KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL

    UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

    FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

    JURUSAN FARMASI

    PURWOKERTO

    2012

  • 7/27/2019 Lap.akhir p1

    2/14

    PERCOBAAN I

    ANALISIS KUANTITATIF VITAMIN C DALAM SEDIAAN TABLET

    I. TUJUAN PRAKTIKUMMemilih dan menerapkan metode analisis untuk analisis vitamin C dalam sediaan

    tablet.

    II. ALAT DAN BAHANAlat-alat yang digunakandalampraktikum kali iniadalah beaker glass 500ml, beaker

    glass 25 ml, gelas ukur 50 ml, labuerlenmeyer, labu volume, pipet volume, pipet tetes,

    buret 25 ml, filler, statif, batangpengaduk, spatula, timbangananalitik, kertassaring,

    corongpisah.Bahan-bahan yang digunakanadalahtablet vitamin C, aquades, Iodium 0,1

    N, HCl 0,1 N, Kalium iodida , danindikator kanji.

    III. PROSEDUR PERCOBAAN

    a. Pembuatan Larutan Baku Iodium o,1 N

    -dilarutkan dalam 30 mL air hangat dalam labu tertutup

    -ditimbang dengan gelas arloji

    - ditambahkan sedikit demi sedikit ke dalam larutan KI pekat

    -ditutup

    -dikocok sampai Iodium larut

    -ditambah air hingga 100 mL

    b. Pembuatan Indikator Amilum

    0,2 KI

    12,7 Iodium

    Labu ukur 100 mL

    Hasil

  • 7/27/2019 Lap.akhir p1

    3/14

    -ditimbang

    -dilarutkan dalam 100 mL air mendidih

    -disaring dengan menggunakan kertas saring

    c. Analisis Kadar Vitamin C dalam tablet

    - Pretreatment

    -digerus dalam mortir

    -ditimbang sebanyak 20 mg

    -dilarutkan dalam 20 mL aquadest hingga larut

    - ditambahkan HCL 0,1 N sebanyak 1 mL, direplikasi 3 kali

    -Penetapan Kadar Vitamin C

    -diambil

    -dimasukkan dalam labu erlenmeyer

    -ditetesi dengan indikator amilum sebanyak 20 tetes

    -dititrasi dengan larutan Iodium 0,1 N

    -dilakukan replikasi sebanyak tiga kali

    IV. DATA PENGAMATAN

    500 m amilum

    Hasil

    20 tablet vitamin C

    Larutan Vitamin C

    Larutan Vitamin C

    Hasil

  • 7/27/2019 Lap.akhir p1

    4/14

    Titrasi I : 0,550 mL

    Titrasi II :0,500 mL

    Titrasi III : 0,600 mL

    VI. PERHITUNGANBM vitamin C = 176

    Ekivalensi vitamin C = 2

    BE zat =

    a. Pembakuan IodiumPada praktikum ini tidak dilakukan pembakuan iodium karena iodium 0,1 N

    yang sudah baku tersedia dalam laboratorium, sehingga tidak tidak ada

    perhitungan pembakuan iodium.

    b. Penentuan Kadar Vitamin CTitrasi I : 0,550 mL

    Titrasi II :0,500 mL

    Titrasi III : 0,600 mL

    Kadar I = x 100 %=

    x 100 %= 0,242 % b/b

    Kadar II =

    x 100 %

    = x 100 %

  • 7/27/2019 Lap.akhir p1

    5/14

    = 0,220 % b/b

    Kadar IIII = x 100 %= x 100 %= 0,264 % b/b

    ( ) 0,242 0 0

    0,220 0,242 0,022 4,84 x 10-

    0,264 0,022 4,84 x 10-

    Jadi, kadar sampel vitamin c dalam sampel adalah 0,242 0,22 % b/b

    Kadar vitamin C dalam tablet =

    0,242 0,22 % b/b= 0,605 0,22 % b/b

    Jadi kadar vitamin c dalam tablet yang dianalis adalah 0,605 0,22 % b/b

    Berat sampel vitamin c dalam tablet (dalam mg)Berat sampel = kadar sampel x berat sampel

    = 0,242 % x 20 mg

    = 0,048 mg dalam 20 mg sampel

  • 7/27/2019 Lap.akhir p1

    6/14

    0,12 mgJadi Berat vitamin C dalam tablet yang dianalisis adalah 0,12 mg

    VII. PEMBAHASANYodimetri merupakan titrasi langsung dengan menggunakan larutan standar

    yodium ( I2 ) sebagai titran untuk analisis kuantitatif senyawa-senyawa yang mempunyai

    potensial oksidasi lebih kecil dari sistem iodium-iodida, atau senyawa-senyawa yang

    bersifat reduktor, seperti Vitamin C, tiosulfat, arsenit, sulfida, sulfit, Sb (III), Sn ( II ),

    dan ferrosianida (Underwood, 1999).

    Titrasi yodimetri termasuk reaksi titrasi redoks. Titrasi redoks didasarkan pada

    reaksi oksidasi reduksi yang berjalan secara kuantitatif. Istilah oksidasi mengacu pada

    setiap perubahan kimia yang terjadi kenaikan bilangan oksidasi, sedangkan reduksi

    digunakan untuk setiap penurunan bilangan oksidasi. Artinya, proses oksidasi disertai

    dengan hilangnya elektron sedangkan reduksi memperoleh elektron. Oksidator adalah

    senyawa di mana atom yang terkandung mengalami kenaikan bilangan oksidasi.

    Oksidasi-reduksi harus selalu berlangsung bersama dan saling mengkompensasi satu

    sama lain. Berbagai macam titrasi redoks dapat berlangsung dengan cepat, dan

    diperlukan juga adanya indikator yang mampu menunjukkan titik ekivalen stoikiometri

    dengan akurasi yang tinggi. Banyak titrasi redoks dilakukan dengan indikator warna (

    Khopkar, 1990 ).

    Metode yang dipakai merupakan salah satu reaksi titrasi Oksidasi-Reduksi.

    Pada metode ini terjadi transfer elektron dari pasangan reduksi ke pasangan

    pengoksidasi. Kedua reaksi paro dari suatu reaksi oksidasi umumnya dapat ditulis

    sebagai berikut :

    Red Oks + ne

    Yang mana Red menunjukkan bentuk tereduksi (reduktor), Oks adalah bentuk

    teroksidasi (oksidator), n adalah jumlah elektron yang ditransfer, dan e adalah

    elektron.

  • 7/27/2019 Lap.akhir p1

    7/14

    Penggunaan metode titrasi dengan Iodium-Iodida sering dibagi menjadi 2

    bagian, yaitu :

    Iodimetri merupakan titrasi langsung dengan menggunakan baku iodium (I2)dan digunakan untuk analisis kuantitatif senyawa-senyawa yang mempunyai

    potensial oksidasi lebih kecil daripada sistem iodium-iodida dengan kata lain

    digunakan untuk senyawa-senyawa yang bersifat reduktor yang cukup kuat

    seperti vitamin C. Daya mereduksi dari berbagai zat tergantung pada

    konsentrasi ion hidrogen, dan hanya dengan penyesuaian pH dengan tepat

    yang dapat menghasilkan reaksi dengan iodium secara kuantitatif.

    Iodometri merupakan titrasi tidak langsung dan digunakan untuk menetapkansenyawa-senyawa yang mempunyai potensial oksidasi lebih besar dari sistem

    iodium-iodida atau senyawa-senyawa yang bersifat oksidator seperti CuSO4

    5H2O. Pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan

    Kalium Iodida berlebih dan akan menghasilkan iodium yang selanjutnya

    dititrasi dengan larutan baku tiosulfat. Banyaknya volume tiosulfat yang

    digunakan sebagai titran setara dengan iod yang dihasilkan dan setara dengan

    banyaknya sampel.

    (Jenkins et al, 1961)

    Pada metode iodimetri dan iodometri larutan harus dijaga supaya pH larutan

    lebih kecil dari 8 karena dalam larutan alkali, iodium bereaksi dengan hidroksida (OH-

    ) menghasilkan ion hipoiodit yang pada akhirnya menghasilkan ion iodat menurut

    reaksi :

    I2 + OH- --> HI + IO-

    3 IO- --> IO3- + 2 I-

    Sehingga apabila ini terjadi maka potensial oksidasinya akan lebih besar

    daripada iodium, akibatnya akan mengoksidasi tiosulfat (S2O32-) tidak hanya

    menghasilkan tetrationat (S4O62-) tetapi juga menghasilkan sulfat (SO4

    2-) sehingga

    menyulitkan perhitungan stoikiometri (reaksi berjalan tidak kuantitatif). Oleh karena

    itu, pda metode iodometri tidak pernah dilakukan dalam larutan basa kuat (Achmad,

    2007).

    Indikator yang sering digunakan adalah kanji atau amilum. Kanji dengan

    adanya iod akan memberikan kompleks berwarna biru kuat yang akan terlihat apabila

    konsentrasi iodium 2 x 10-4

    M. Kepekaan warna berkurang dengan kenaikan suhu

    larutan dan adanya pelarut-pelarut organik. Komponen utama dari kanji ada dua, yaitu

  • 7/27/2019 Lap.akhir p1

    8/14

    amilosa dan amilopektin yang perbandingannya berbeda untuk tumbuhan yang

    berbeda. Amilosa yang mempunyai rantai lurus akan memberikan warna biru jika

    bereaksi dengan iodium, sedangkan amilopektin yang mempunyai rantai bercabang

    akan memberikan warna merah violet jika bereaksi dengan iodium (Achmad, 2007).

    Penambahan indikator kanji sebaiknya dilakukan pada saat mendekati titik

    akhir titrasi karena iod dengan kanji akan membentuk kompleks yang berwarna biru

    yang tidak larut dalam air dingin, sehingga dikhawatirkan mengganggu penetapan

    titik akhir titrasi (Achmad, 2007).

    Asam askorbat (Vitamin C) merupakan senyawa obat yang dapat dianalisis

    baik secara iodometri maupun iodimetri. Dalam praktikum, kami mendapatkan

    literatur analisis vitamin C dalam sediaan tablet dengan menggunakan metode

    iodometri.

    Beberapa cara penerapan titrasi menggunakan sistem iodium iodida antara

    lain:

    a. Titrasi Langsung

    Iodium dapat digunakan untuk titrasi langsung senyawa dengan potensial

    oksidasi lebih rendah dari sistem iodium iodida ( reduktor kuat ), seperti padavitamin C ( asam askorbat ) yang juga dilakukan dalam praktikum analisis farmasi

    kali ini.

    b. Titrasi tidak langsung

    Digunakan untuk menitrasi reduktor lemah, seperti kalomel, glukosa, dan

    K2Cr2O7.

    c. Titrasi iodium yang dibebaskan dari penambahan Kalium Iodida

    Digunakan untuk menitrasi senyawa yang bersifat oksidator (potensial

    oksidasi lebih tinggi dari sistem iodiumiodida) seperti kuprisulfat (Khopkar,1990)

    Titrasi menggunakan yodium, ada beberapa faktor yang dapat mengakibatkan

    kesalahan analisa, yaitu :

    a. Hilangnya yodium karena mudah menguapb. Iodida dalam larutan asam mudah dioksidasi oleh udara

  • 7/27/2019 Lap.akhir p1

    9/14

    4 I- + O2 + 4 H+ 2 I2 + H2O

    Hal tersebut dapat diatasi dengan cara :

    a. Penguapan iodium dapat dikurangi dengan kelebihan iodida karena terbentuk iontriodida. Sublimasi iodium dalam 4% KI, maka penguapan iodium dapat diabaikan

    asalkan titrasi tidak terlalu lama.

    I2 + I- I3-

    b.pH dibuat netral untuk menghindari oksidasi iodida oleh udara dan mencegahpembentukan ion iodat (Khopkar, 1990).

    Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah

    a. Vitamin C (Asam Askorbat)

    Asam askorbat mengandung tidak kurang dari 99,0% C6H8O6. Pemerian

    serbuk atau hablur putih atau agak kuning, tidak berbau, rasa asam. Oleh pengaruh

    cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam keadaan kering, mantap di udara, dalam

    larutan cepat teroksidasi. Berat molekulnya 176,13 gr/mol. Kelarutannya mudah

    larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%), praktis tidak larut dalam

    kloroform, dalam eter dan dalam benzen. Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat,

    terlindung dari cahaya. Khasiat dan penggunaan antiskorbut (Anonim, 1979).

    b. Aquadest (H2O, BM 18,02)

  • 7/27/2019 Lap.akhir p1

    10/14

    Air murni adalah air yang dimurnikan yang diperoleh dengan destilasi,

    perlakuan menggunakan penukar ion, osmosis balik, atau proses lain yang sesuai.

    Dibuat dari air yang memenuhi persyaratan air minum. Tidak mengandung zat

    tambahan lain. Pemeriannya cairan jernih, tidak berwarna dan tidak berbau, pH

    antara 5,0-7,0. Wadah dan penyimpanannya dalam wadah tertutup rapat(Anonim,

    1995).

    c. Larutan KanjiGerus 500 mg pati P atau pati larut P dengan 5 ml air dan tambahkan air

    secukupnya sambil terus diaduk hingga 100 ml, didihkan selama beberapa menit,

    dinginkan dan saring (Anonim, 1995).

    d. IodiumIodum mengandung tidak kurang dari 99,5% I. Pemerian keping atau butir,

    berat, mengkilat, seperti logam, hitam, kelabu, bau khas. Kelarutan larut dalam lebih

    kurang 3500 bagian air, dalam 13 bagian etanol (95%) P, Penyimpanan dalam wadah

    tertutup rapat (Anonim, 1995)

    e. Asam Klorida Encer ( acidum hydrochloridum dilutum )

    Asam klorida encer mengandung tidak kurang dari 9,5% dan tidak lebih dari

    10,5% HCl, dibuat dengan mencampurkan 274 bagian asam klorida dengan 726

    bagian air. Pemerian cairan yaitu tidak berwarna, tidak berbau. Identifikasi

    memenuhi identifikasi yang tertera pada Acidum Hydrochloridum. Bobot per ml

    1,034 g sampai 1,049 g. keasaman-kebasaan bereaksi asam kuat terhadap larutan

    lakmus P. Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat (Anonim, 1995).

    f. Kalium Iodida (Kalii Iodidum)Rumus molekul : KI

    Bobot Molekul : 166,00

    Kalium iodida mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih dari

    101,5% KI, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian : hablur

    heksahedral, transparan atau tidak berwarna atau agak buram dan putih atau serbuk

    granul putih; agak higroskopik. Larutan menunjukkan reaksi netral atau basa

  • 7/27/2019 Lap.akhir p1

    11/14

    terhadap lakmus. Kelarutannya sangat larut dalam air, terlebih dalam air mendidih;

    mudah larut dalam gliserin; larut dalam etanol. Wadah dan penyimpanan dalam

    wadah tertutup baik (Anonim, 1995).

    Langkah pertama dalam praktikum kali ini yaitu Pembuatan larutan baku

    iodium yang dilakukan dengan melarutkan 2 g kalium iodida dalam 30 ml aquadest

    dalam labu bertutup. 12,7 g yodium ditimbang dalam gelas arloji, ditambahkan sedikit

    demi sedikit ke dalam larutan kalium iodida pekat. Labu ditutup dan dikocok sampai

    iodiumnya larut. Diamkan larutan pada suhu kamar dan ditambah aquadest hingga 1000

    ml.yodium larut dalam KI, sehingga dilarutkan dalam KI terlebih dahulu sebelum

    ditambah aquadest. Pada praktikum ini tidak dilakukan pembuatan larutan baku iodium

    karena larutan baku iodium 0,1 N sudah tersedia dalam lanoratorium.

    Dalam kebanyakan titrasi langsung dengan iod digunakan suatu larutan iod

    dalam kalium iodida, dan karena itu spesi reaktifnya adalah ion triiodida. Untuk lebih

    tepatnya, semua persamaan yang melibatkan reaksi-reaksi iod seharusnya ditulis

    dengan I3- dan bukan dengan I2 , misal :

    I3- + 2S2O3

    2- 3I- + S4O62-

    akan lebih akurat dari pada :

    I2 + 2S2O32- 2I- + S4O62-

    Namun demi kesederhanaan, persamaan dalam buku ini biasanya lebih banyak

    ditulis dengan rumus-rumus iod molekuler dari pada ion triiodida.

    Standarisasi iodium ini dilakukan agar larutan yodium menjadi larutan standar

    primer dan hal ini juga diperlukan agar kita dapat mengetahui konsentrasi larutan

    iodium tersebut yaitu sebesar 0,1 N (Riana, 2009).

    Pemakaian yodium sebagai reagen karena harga E0 yodium berada pada daerah

    pertengahan, maka sistem yodium dapat digunakan untuk oksidator maupun reduktor.

    Jika E0 tidak bergantung pH ( pH < 8,0 ) maka persamaan reaksinya :

    I2 + 2e- 2I- ( Khopkar, 1990 ).

    Mekanisme pembentukan kompleks yang berwarna pada pemberian indikator

    kanji tidak diketahui, namun ada pemikiran bahwa molekul-molekul yodium tertahan di

    permukaan -amylose, suatu konstituen dari amilum. Larutan-larutan amilum dengan

  • 7/27/2019 Lap.akhir p1

    12/14

    mudah didekomposisi oleh bakteri, dan biasanya sebuah substansi, seperti asam borat

    ditambahkan sebagai bahan pengawet ( Day, 1999 ).

    Langkah selanjutnya yaitu penetapan kadar vitamin c dalam sediaan tablet.

    Pertama disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Vitamin C dalam kemasan, digerus

    halus dalam mortir kemudian ditimbang sesuai dengan perhitungan yaitu sebesar 20 mg

    kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur bertutup dan dilarutkan dalam 20 ml

    aquades sampai serbuk larut sempurna. Setelah itu ditambahkan HCl 0,1 N sebanyak 5

    tetes. Kemudian ditetesi indikator kanji sebanyak 20 tetes yang akan memberikan

    warna biru pada saat tercapainya titik akhir titrasi. Kemudian dititrasi dengan larutan

    baku Iodium 0,1 N. Penetapan kadar ini dilakukan sebanyak 3 kali replikasi. Iodium

    merupakan oksidator yang relatif kuat dengan nilai potensial oksidasi sebesar +0,535

    V. Pada saat reaksi oksidasi iodium akan direduksi menjadi iodida sesuai dengan reaksi

    :

    I2 + 2E 2 I- (Gandjar, 2007).

    Iodium akan mengoksidasi senyawa-senyawa yang mempunyai potensial

    reduksi yang lebih kecil dibanding iodium. Vitamin C mempunyai potensial reduksi

    yang lebih kecil dari pada iodium sehingga dapat dilakukan titrasi langsung denganiodium. Reaksi yang terjadi :

    C6H8O6+ I2 C6H6O6 + 2 HI(Khopkar, 1990).

    Praktikum kali ini kelompok kami melakukan percobaan penentuan kadar

    vitamin C dengan menggunakan Metode Iodimetri. Berdasarkan hasil percobaan yang

    kami lakukan didapatkan hasil titrasi berwarna coklat yang seharusnya berubah menjadi

    warna biru, hal tersebut dapat disebabkan karena kesalahan pada saat membuat

    indikator amilum, indikator yang diberikan kurang banyak, atau indikator yang

    digunakan sudah tidak stabil karena indikator amilum bersifat tidak stabil dan mudah

    rusak.Kadar vitamin C pada 20 mg sampel yang kami uji memiliki kadar0,242 %

    0,022 %. Kadar vitamin C dalam tablet 0,605 0,22 % b/b. Hasil tersebut sangat

    berbeda jauh dari kadar yang tertera di literatur yaitu tidak kurang dari 99,0 % dan tidak

    lebih dari 105 %.Sedangkan berat Vitamin C yang diperoleh adalah 0,12 mg. Hasil

    tersebut berbeda jauh dari berat vitamin C yang tertera dalam kemasan, dalam kemasan

    menyatakan bahwa berat vitamin C adalah 50 mg. Faktor-faktor yang menyebabkan

  • 7/27/2019 Lap.akhir p1

    13/14

    hasil titrasi tidak akurat antara lain penimbangan yang kurang tepat, kurangnya

    ketelitian dalam memperhatikan perubahan warna indikator, kurang teliti dalam

    membaca skala buret, serta kesalahan dalam membuat indikator amilum karena

    indikator amilum bersifat tidak stabil dan mudah rusak, serta pemilihan metode yang

    kurang tepat.Berdasarkan pernyataan Day & Underwood dalam bukunya Analisis

    Kimia Kuantitatif disebutkan bahwa untuk penentuan kadar senyawa vitamin C

    (C6H8C6) metode yang baik digunakan adalah metode Iodometri, jadi apabila penentuan

    kadar Vitamin C dianalisis menggunakan metode Iodimetri maka hasilnya akan kurang

    akurat.

    VIII. KESIMPULANMetode iodometri dapat digunakan dalam analisis vitamin C dalam sediaan

    tablet. Kadar yang diperoleh dari hasil percobaan adalah0,605% 0,22 % b/b, hasil

    tersebut sangat berbeda jauh dari kadar yang tertera di literatur yaitu tidak kurang dari

    99,0 % dan tidak lebih dari 105 %. Berat vitamin C yang diperoleh adalah 0,12, hasil

    tersebut berbeda jauh dengan berat vitamin C yang dalam kemasan yang menyatakan

    berat vitamin C 50 mg.

  • 7/27/2019 Lap.akhir p1

    14/14

    IX. DAFTAR PUSTAKAAnonim. 1979. Faramakope Indonesia edisi III. Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia. Jakarta.

    Anonim. 1995. Faramakope Indonesia edisi IV. Departemen Kesehatan Republik

    Indonesia. Jakarta.

    Day, R.A., and Underwood, A.L.1999. Analisis Kimia Kuantitatif edisi keenam.

    Erlangga:. Jakarta.

    Gandjar, I. G. dan Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka Pelajar.

    Yogyakarta.

    Jenkins, G.L. Knevel, A.M and Digangi, F.G. 1961. Quantitative Pharmaceutical

    Chemistry, 6th Ed. Mc.Graw Hill, New York.

    Kealey, D and Haines, P.J. 2002. Instant Notes : Analytical Chemistry. BIOS Scientific

    Publishers Limited, New York.

    Khopkhar, SM. 1990.Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.

    Mursyidi, Achmad dan Abdul Rohman. 2007. Pengantar Kimia Farmasi Analisis

    Volumetri & Gravimetri. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.