kuliah kegawat daruratan respirasi (dr. yusup) 06.11.2013

76
KEGAWATAN PARU KEGAWATAN PARU Yusup Subagio Sutanto, Yusup Subagio Sutanto, dr.,SpP dr.,SpP

Upload: ilham-ramadhan

Post on 18-Nov-2015

49 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

  • KEGAWATAN PARUYusup Subagio Sutanto, dr.,SpP

  • PENDAHULUAN

    KEDARURATAN PARU KEGAGALAN PARU MEMPEROLEH O2

    DARI UDARA LUAR KEGAGALAN PARU MENGELUARKAN CO2 MACAM 1. Batuk Darah (HEMOPTISIS) 2. Asma Akut Berat 3. Pneumotoraks 4. Tenggelam

    5. Gagal napas akut

  • I. BATUK DARAH (HEMOPTISIS)

  • BATUK DENGAN EKSPEKTORASI DAHAK BERCAMPUR

    DARAH DARI SALURAN NAPAS DI BAWAH PITA SUARA

    DRAMATIS DAN MENGERIKAN

    ASFIKSIA & KEHILANGAN DARAH

    DAPAT MASUK DALAM KATEGORI INDIKASI

    PEMBEDAHAN SESEGERA MUNGKIN

  • BATASAN BATUK DARAH MASIF

    > 600 CC/ 24 JAM PENGAMATAN BELUM BERHENTI

    < 600 CC > 250 CC/ 24 JAM Hb < 10 gr%

    BL. BERHENTI

    < 600 CC > 250 CC/ 24 JAM Hb > 10 gr% 48 JAM

    PENGOBATAN KONVENSIONAL BATUK DARAH TETAP BERLANGSUNG

  • DIAGNOSIS

    ANAMNESIS : PERLU DIBEDAKAN ANTARA BATUK DARAH MUNTAH DARAH EPISTAKSIS GANGGUAN GUSI

  • Differentiating Features of Hemoptysis and HematemesisHemoptysisHematemesisHistoryAbsence of nausea and vomitingPresence of nausea and vomitingLung diseaseGastric or hepatic diseaseAsphyxia possibleAsphyxia unusualSputum examinationFrothyRarely frothyLiquid or clotted appearanceCoffee ground appearanceBright red or pinkBrown to blackLaboratoryAlkaline pHAcidic pHMixed with macrophages and neutrophilsMixed with food particlesInformation from references 4, 17, and 18.

  • Diagnostic Clues in Hemoptysis: Physical HistoryClinical cluesSuggested diagnosis*Anticoagulant useMedication effect, coagulation disorderAssociation with mensesCatamenial hemoptysisDyspnea on exertion, fatigue, orthopnea, paroxysmal nocturnal dyspnea, frothy pink sputumCongestive heart failure, left ventricular dysfunction, mitral valve stenosisFever, productive coughUpper respiratory infection, acute sinusitis, acute bronchitis, pneumonia, lung abscessHistory of breast, colon, or renal cancersEndobronchial metastatic disease of lungsHistory of chronic lung disease, recurrent lower respiratory track infection, cough with copious purulent sputumBronchiectasis, lung abscessHIV, immunosuppressionNeoplasia, tuberculosis, Kaposi's sarcomaNausea, vomiting, melena, alcoholism, chronic use of nonsteroidal anti-inflammatory drugsGastritis, gastric or peptic ulcer, esophageal varicesPleuritic chest pain, calf tendernessPulmonary embolism or infarctionTobacco useAcute bronchitis, chronic bronchitis, lung cancer, pneumoniaTravel historyWeight LossTuberculosis, parasites (e.g., paragonimiasis, schistosomiasis, amebiasis, leptospirosis), biologic agents (e.g., plague, tularemia, T2 mycotoxin)

  • Diagnostic Clues in Hemoptysis: Chest RadiographChest radiograph findingSuggested diagnosis*Cardiomegaly, increased pulmonary vascular distributionChronic heart failure, mitral valve stenosisCavitary lesionsLung abscess, tuberculosis, necrotizing carcinomaDiffuse alveolar infiltratesChronic heart failure, pulmonary edema, aspiration, toxic injuryHilar adenopathy or massCarcinoma, metastatic disease, infectious process, sarcoidHyperinflationChronic obstructive pulmonary diseaseLobar or segmental infiltratesPneumonia, thromboembolism, obstructing carcinomaMass lesion, nodules, granulomasCarcinoma, metastatic disease, Wegener's granulomatosis, septic embolism, vasculitidesNormal or no change from baselineBronchitis, upper respiratory infection, sinusitis, pulmonary embolism

  • PENYEBAB

    INFEKSI (TB >>)

    TUMOR PARU

    BRONKIEKTASIS

    TRAUMA

    KELAINAN VASKULER

    GANGGUAN SISTEM PEMBEKUAN DARAH

  • PEMERIKSAAN PENUNJANG

    PEMERIKSAAN LABORATORIUMDarah rutinSputum BTAMikro organisme lainJamurSitologi sputumSerologi

    FOTO TORAKSPA dan lateralCT Scan toraksBronkoskopi

  • KOMPLIKASI

    KEMATIANASFIKSIAASPIRASI PNEUMONIAKEHILANGAN DARAH HEBAT ATELEKTASISEMFISEMA OBSTRUKTIF PNEUMONITIS

  • PENATALAKSANAAN

    PENDERITA DENGAN REFLEKS BATUK BAIK

    Tidur dapat dengan posisi duduk

    atau setengah duduk.

    Nasehatkan agar penderita membatukkan darah

    bilamana terasa akan batuk (jangan menahan batuk).

    Isap darah dengan alat penghisap (suction apparat)

  • SEMENTARA ITU DIBERIKAN :

    Cairan infus

    Diberikan oksigen terutama bilamana sesak napas.

    Dapat diberikan obat hemostatika.

    Obat penenang ringan bilamana penderita cemas

    dan tenangkan dengan kontak person.

    Kalau batuk berlebihan dapat diberikan codein

    10 - 20 mg.

    Dapat dipertimbangkan kemungkinan pemberian

    tranfusi darah.

  • PENDERITA DENGAN REFLEKS BATUK KURANG BAIK Tidurkan penderita dengan posisi miring ke arah sisi yang diperkirakan sakit/asal sumber pendarahan.

    Tidur posisi kepala sedikit lebih rendah

    (trendelenburg), dapat dilakukan dengan pemasangan blok kayu pada kaki tempat tidur.

    Nasehatkan untuk tidak menahan batuk

    bilamana terasa akan batuk.

    Lakukan penghisapan darah dengan alat

    penghisap (suction).

  • TRENDELENBURG

  • SEMENTARA ITU DIBERIKAN :

    Oksigen

    Cairan infus

    Obat hemostatika

    Kalau perlu dapat diberikan obat penenang

    ringan atau tenangkan dengan kontak person.

    Dapat dipertimbangkan diberikannya tranfusi

    darah.

  • PENDAHULUAN Serangan asma dapat menyebabkan

    kematian (1 3 %) Inflamasi kronik

    Obstruksi menyeluruh

    Sembuh spontan dengan atau tanpa obat

    Pada semua umur dan jenis kelamin

    II. ASMA AKUT BERAT

  • SERANGAN ASMA AKUT

    DIPERLUKAN PENANGANAN CEPAT

    Kecepatan dan ketepatan diagnosis Kendala under diagnostic dan

    treatment status asmatikusGEJALA

    EPISODE KE ARAH PERBURUKAN/ PROGRESIF Sesak napas hebat Mengi Batuk Rasa berat di dada Dapat terjadi gawat napas

  • Gejala klinisSerangan ringanSerangan sedangSerangan beratMengancam jiwaSesak napas

    Berbicara

    Kesadaran

    Frekuensi pernapasan

    Otot bantu napas

    Berjalan sudah sesak, masih dapat berbaring

    Dapat menyelesaikan kalimat

    Kadang-kadang gelisah

    Meningkat

    Biasanya tidak digunakanBerbicara sudah sesak, lebih enak duduk, berbaring sesak

    Berbicara terputus-putus

    Selalu gelisah

    Meningkat

    Digunakan

    Istirahat sudah sesak, duduk harus membungkuk ke depan karena sesak

    Sukar berbicara karena sesak

    Selalu gelisah

    Lebih dari 30 kali permenit

    Digunakan

    Mengantuk atau bingung

    Gerakan para doksal torako abdominal

  • Gejala klinisSerangan ringanSerangan sedangSerangan beratMengancam jiwaBising mengi

    Nadi

    Pulsus paradoksus

    APE sesudah pemberian brongkodilator

    PO2

    PCO2

    SaO2Sedang, sering hanya akhir ekspirasi

    Kurang dari 100

    Kurang dari 10 mm Hg

    Lebih dari 80 %

    Normal

    Kurang dari 45 mm Hg

    Lebih dari 95 %Keras

    100 120

    10 25 mm Hg

    60 80 %

    Lebih dari 60 mm Hg

    Kurang dari 45 mm Hg

    91-95 %Biasanya keras

    Lebih dari 120

    Lebih dari 25 mm Hg

    Kurang dari 60% prediksi

    Kurang dari 60 mm Hg

    Lebih dari 45 mm Hg

    Kurang 90%Wheezing (-)

    Bradikardi

  • TUJUAN PENATALAKSANAAN

    Mencegah kematian

    Menghilangkan obstruksi secepatnya

    Mengatasi hipoksia

    Mencegah kekambuhan berikutnya

  • Penatalaksanaan eksaserbasi di Rumah (1)Penilaian beratnya serangan asmaUkur APE : nilai 50% prediksi/nilai terbaik menunjukkan asma akut berat. Catat tanda & gejala. Derajat batuk, sesak, mengi, & rasa tertekan di dada tidak akurat untuk menilai derajat beratnya serangan asma. Penggunaan otot bantu napas & retraksi suprasternal menunjukkan serangan asma beratPengobatan awalHirup agonis beta 2 aksi pendek 2-4 semprot, sampai 3 x setiap 20 menit atau nebulizer sekali

  • Penatalaksanaan eksaserbasi di Rumah (2)Respons baikEksaserbasi ringanAPE >80% prediksi/nilai terbaikTidak ada mengi/sesakRespons terhadap agonis 2 bertahan > 4 jamAgonis 2 dapat dilanjutkan setiap 3-4 jam selama 24-48 jamPenderita yang sedang menggunakan kortikosteroid hirup, dosis didobel untuk 7-10 hari

    Respons tidak lengkapEksaserbasi sedangAPE 50-80% prediksi/nilai terbaikMengi dan sesak napas menetapTambahkan kortikosteroid oralLanjutkan agonis 2

    Respons burukObstruksi beratAPE < 50% prediksi/nilai terbaikMengi dan sesak napas sangat menonjolTambahkan kortikosteroid oralUlangi agonis 2 segeraJika serangan sangat berat / tidak responsif, hubungi dokter & segera pergi ke gawat darurat

    Hubungi dokter untuk instruksi lebih lanjutHubungi dokter segera (hari ini) untuk instruksi lebih lanjutRujuk ke ruang gawat darurat

  • Penatalaksanaan eksaserbasi di rumah sakitEksaserbasi berat asma merupakan kegawatdaruratan medis yang mengancam jiwaPenanganan harus cekatan dan paling aman jika dilakukan di rumah sakit

  • Penatalaksanaan Eksaserbasi di Rumah Sakit (1)Penilaian awal (sesuai derajat berat/ringannya serangan asma)Riw. penyakit, pemeriksaan fisik, penggunaan otot bantu napas, frek. nadi, frek. napas, APE atau VEP1, saturasi O2, AGD pada pasien berat & pemeriksaan lain jika ada indikasi.Terapi awalInhalasi agonis 2 aksi singkat, dg nebulisasi, 1 dosis setiap 20 menit selama 1 jamOksigen untuk mencapai saturasi O2 90% (95% pada anak-anak)Kortikosteroid sistemik jika tidak ada respons segera/jika akhir-akhir ini mendapat steroid peroral atau jika serangan asmanya beratSedasi merupakan kontraindikasi pada penanganan serangan akut/eksaserbasi

    Penilaian ulang : tanda-tanda fisik, APE, saturasi O2, & pemeriksaan lain yang diperlukanTingkat SedangAPE 60-80% dari nilai prediksi/terbaikPem.fisik : gejala asma sedang, penggunaan otot bantu napasInhalasi agonis 2 setiap 60 menitPertimbangkan kortikosteroidLanjutkan pengobatan 1-3 jam, sepanjang ada perbaikan

    Tingkat BeratAPE < 60% dari nilai prediksi/terbaikPF: Gej. asma berat, istirahat ada retraksi dadaRiw. risiko tinggi, tak ada perbaikan stl t/ awalInhalasi agonis 2 tiap 60 menit atau kontinyu inhalasi antikolinergikOksigen, Kortikosteroid sistemikPertimbangkan agonis 2 SK, IM, atau IV

  • Penatalaksanaan Eksaserbasi di Rumah Sakit (2)Respons baikRespons menetap 60 menit sesudah t/ terakhirPem. fisik normalAPE > 70%Tidak ada distresSaturasi O2 >90% (anak 95%)

    Respons tidak lengkap 1-2 jamRiw. risiko tinggi Pem. fisik gejala asma ringan/sedangAPE >50% tetapi

  • Tabel . Obat-obat asma pada eksaserbasi akut

  • Nebulizer

  • KORTIKOSTEROID Mekanisme kerja : Hambat metabolisme asam arakidonat Cegah migrasi sel inflamasi Mengurangi kebocoran mikro vaskuler Meningkatkan kepekaan reseptor beta

  • PENILAIAN FUNGSI PARU BILA MUNGKIN PERIKSA APE DAN VEP1

    ANALISA GAS DARAH SERANGAN AKUT BERAT : TEKANAN CO2 NORMAL ATAU HIPOKSIA DAN Ph DARAH

    FOTO THORAKS MENYINGKIRKAN PENYAKIT LAIN EVALUASI KOMPLIKASI PNEUMONIA ATELEKTASIS PNEUMOTHORAKS

  • III. PNEUMOTORAKS

    UDARA BEBAS DALAM RONGGA PLEURA JENISTerbukaTertutupVENTILArtifisialTraumatikSpontanPENDESAKAN TERHADAP ORGAN SEKITAR

  • KlinisTanpa keluhan, dapat pada istirahat keluhan memberat pada exercise dispnea & atau nyeri dada pada sisi yang sakitPneumotoraks Spontan Primer (PSP)

  • Ax:sesak napasnyeri dadatanpa penyakit paru sebelumnyamendadaktidak aktifitas

    PF:tertinggal pada pergerakan napas fremitus melemahhipersonorsuara napas melemah/jauh

    Ro:paru kolaps pleural linedaerah avascularPneumotoraks Spontan Primer (PSP)

    Diagnosis

  • Pneumotoraks Spontan Sekunder (PSS)Insiden~ PSSdibandingkan dengan PSP: 4 kali

    EtiologiPPOK, TB paru, abses paru, kanker paru, tumor metastasis di pleura, fibrosis paru, sarkoidosis, AIDS + PCP

  • Pneumotoraks Spontan Sekunder (PSS)Diagnosis

    Riwayat penyakit paru Ro Toraks

    Pada PPOK sulit melihat pleural line Gambar hiperlusen sulit dibedakan dengan avascular CT scan toraks

  • Pneumotoraks

    PenatalaksanaanTujuan

    Evakuasi udara di rongga pleura cegah kekambuhan

    Cara

    Non operatifOperatif

  • Pneumotoraks Non operatif Observasi Aspirasi Water sealed drainage (WSD)Pleurodesis

  • Non operatif Observasi Tanpa keluhan < 15%Ro ulang beberapa hari Hati-hati pneumotoraks tension mati mendadak

    Kematian 5%

  • Non operatifAspirasi Venocath 14 Three way Infus set / blood set Spuit 50 ml

    Keberhasilan PSP 65%

    PSS 35%

  • Non operatifWater sealed drainage (WSD) PSP > 15% atau dengan keluhan Pneumotoraks ventil + peny. paru kontralateral PSS

  • Non operatifPleurodesis peradangan pada pleuraIndikasi: PSP pertama (kontroversi) PSP berulang PSS

    Syarat: paru telah mengembangSklerosan aman, mudah, murah, penggunaan luas TetrasiklinDoksisiklinWSDMinoksidin TorakoskopiTalkTorakotomiAdriamisinBleomisin

  • OperatifTorakoskopi medikNegara majuSebagian besar PSPSelektif PSS

    PSP & PSS berulang PleurodesisPneumotoraks

  • OperatifOpen torakotomiTindakan non operatif gagal Komplikasi (hemotoraks) Penebalan pleura Fistula bronkopleural Pneumotoraks

  • IV. TENGGELAM

    BERNAPAS DALAM AIR REFLEK SPASMUS LARING MENELAN BERULANG

    DI AIR : TAWAR DAN LAUT

    KEADAAN SAAT TENGGELAM SADAR : ASPIRASI - (PROGNOSA > BAIK)

    ASPIRASI + NYERI SEPERTI TERBAKAR PINGSAN : REFLEK

  • Fisiologi TenggelamTekanan hidrostatik meningkat terjadi selama proses tenggelam peningkatan venous return (aliran balik vena) meningkatkan volume darah pulmonal serta isi sekuncup cardiac output kemudian terjadi diuresis signifikan. Perubahan diafragma ke kranial karena meningkatnya tekanan abdomen diikuti dengan kompresi langsung terhadap paru meningkatkan kerja pernapasan sampai sekitar 65%.

  • Refleks pernapasan dalam proses tenggelam1. Airways Irritant Aspirasi air masuk mulut merangsang respons menelan disertai refleks batuk, penutupan glotis, laringospasme.2. Shock Cold tenggelam mendadak pd air t < 25C merangsang bernapas udara jml besar diikuti hiperventilasi . Kapasitas residu fungsional meningkat mendadak korban bernapas hampir seluruh kapasitas paru total sensasi sesak napas.

  • 3. Diving Reflex respons rangsang air dingin wajah dan mata, refleks menyelam menyebabkan bradikardi, vasokonstriksi perifer dan apnea pada hampir seluruh refleks mamalia. Penutupan glotis krn aspirasi air, refleks pulmonal, shock cold, dan respons menyelam mempengaruhi tahapan kejadian setelah seseorang tenggelam dalam air.

  • Pembagian tengelam meliputi:1. Tenggelam Tanpa Aspirasi AirRefleks shock cold minimal di air suhu netral, refleks laring laring tertutup rapat saat korban tenggelam korban kehilangan kesadaran sebelum air sempat diaspirasi. Perbedaan tekanan parsial gas darah vena alveolar tercampur, PO2 akan turun sampai 10 x peningkatan tekanan arterial PCO2

  • 2. Tenggelam dengan Aspirasi AirKorban tenggelam 90 % mengaspirasi air volume banyak setelah proses tenggelam di air dingin respons shock cold > sering terjadi dibanding diving refleks, hiperventilasi timbul segera akan menyebabkan aspirasi. Pada air termonetral penutupan glotis mengatasi aspirasi pasien sadar / menurun krn hipoksia.

  • Bila aspirasi terjadi akan cepat di ikuti refleks bronkospasme memperburuk fungsi pernapasan.

    3. Air Tawar. Aspirasi air tawar masuk cabang bronkus menyebabkan perubahan besar pada surfaktan alveoli hilangnya elastisitas alveoli dan terganggunya rasio V/Q kolaps dan shunt pulmonal hipoksia.

  • Absorspsi air tawar ke paru hemodilusi mencapai 800 ml Hemodilusi teoritis dapat hemolisis jarang terjadi perubahan membahayakan pada elektrolit plasma dan hemoglobin kebanyakan manusia hanya mengaspirasi air dalam jumlah yang kecil.

  • 4. Air Laut. Bersifat hipertonik osmolaritas 3 x darah tidak langsung diabsorbsi menarik cairan dari sirkulasi ke dalam paru. Pada hewan percobaan di laboratorium mengaspirasi air laut masih mungkin untuk sembuh mencapai 50% dari kemampuan inspirasi proporsi perbandingan alveoli yang terisi air akan menetap shunt persistent alveoli dan akan menurunkan PO2.

  • Bahan lain mengkontaminasi paruKebanyakan orang tenggelam menelan air jumlah besar kemudian memuntahkan.Bahan-bahan diaspirasi paru dapat terkontaminasi asam lambung dan aspirasi benda padat komplikasi ditemukan pada kasus near drowning di perairan dangkal / danau

  • AIR TAWAR Tek. Osmotik intra kapiler > tinggi Pada air tawar Difusi cairan alveoli darah Hipervolemia & Hemodilusi Na & Cl Tek. Osmotik plasma turun K , Hemolisis sel darah merah dan hipoksia fibrilasi ventrikal atau aritmia jantung

  • AIR LAUT

    CAIRAN HIPERTONIK (GARAM) BERDIFUSIKE DARAH AIR DARAH KELUARHEMOKONSENTRASIEDEMA PARU

    KLINIS T & N CEPAT ANOKSIA & INSUFISIENSI COR MENINGGAL (3 MENIT)KHS. BUSA HALUS KEMERAHAN DI MULUT &HIDUNG

  • PENATALAKSANAAN

    1. DITEMPAT KEJADIAN REOKSIGENASI RESUSITASI KARDIOPULMONER -BERSIHKAN FARING / JALAN NAPAS -DISTENSI PERUTMIRINGKAN KORBAN TEKAN PERUT ATAS GAS & AIR KELUAR ATAU - TELUNGKUPKAN ANGKAT BADAN DNG. TANGAN DI BAWAH LAMBUNG

    LAKUKAN DENGAN CEPAT BATUK & PERNAPASAN + SADAR, TANPA SIANOSIS RS PASANG INFUS k/p DEFIBRILASI & ATAU INTUBASI TD. VITAL

  • 1. SELAMA PERJALANAN RESUSITASI LANJUTAN INFUS TERPASANG k/p INTUBASI MONITORING EKG DEFIBRILASI2. DI RUMAH SAKIT SEMBAB PARU & PERUBAHAN ELEKTROLIT DARAH PROBLEM LESI PARU REVERSIBLE LESI OTAK (?) RESUSITASI OTAK

  • TANPA ASPIRASI

    OBSERVASI ICU 24 JAMANALISA GAS DARAH KOREKSIFOTO THORAKS ; LAB. DARAH : ELEKT. JENISDNG ASPIRASI VENTILASI ADEKUAT RAWAT ICU OKSIGENANALISA GAS DARAH ; DL ; RO.HIPOTERMI SELIMUT IVFD DI HANGATKAN(DEXT 5% AIR LAUT ; NaCL AIR TAWAR)KOREKSI ASIDOSIS k/p DARAH & PLASMAANTIBIOTIKA ; STEROID

  • PERNAPASAN BERSIHKAN FARING BUAT PERNAPASAN MOUTH TO

    MOUTH TANPA SIRKULASIRESUTASI

    KOMPRESI JANTUNG DARI LUAR NAPASRS

  • Sangat sulit menentukan apakah telah terjadi gagal jantung atau gagal napasOleh karena itu resusitasi kardiopulmoner harus dilakukan sejak awalSebagian besar korban yang selamat akan bernapas spontan setelah 1 5 menit, setelah dievakuasi dari airKeputusan penghentian resusitasi diambil, sampai tiba di rumah sakitHipotermia akan menginduksi penurunan metabolisme pada otakPenanganan di RS sesuai prinsip injuri paru akibat aspirasi dan hipoksia otak

  • V. GAGAL NAPAS AKUTKehilangan kemampuan ventilasiKebutuhan oksigen darah & organ tergangguDisfungsi sistem respirasi CO2 darah meningkat, O2 darah menurun

  • DIAGNOSISDiagnosis gagal napas akut ditegakkan bila terdapat dua dari empat kriteria, yaitu :Sesak napas akut PaO2 kurang dari 50 mmHg dengan pernapasan di udara ruangan PaCO2 lebih dari 50 mmHg pH sesuai dengan asidosis respiratorik. Perubahan status mental pasien.

  • KLASIFIKASITipe I

    Ciri khusus tipe ini : PaO2 50 mmHg PaCO2 40 mmHg, meskipun ini bisa juga disebabkan gagal napas hiperkapnia. Kondisi yang dapat menyebabkan gagal napas tipe I :Ketidaknormalan tekanan parsial oksigen inspirasi (low PlO2) Kegagalan difusi oksigen Ketidakimbangan ventilasi/perfusi [V/Q mismatch] Shunting kanan ke kiri Hipoventilasi alveolar Konsumsi oksigen jaringan yang tinggi.

  • Tipe IICiri khusus tipe ini : PaO2 50 mmHg PaCO2 > 50 mmHg.Tipe ini karena kegagalan ventilasi.Kelainan utama gagal napas tipe II :Kelainan sistem saraf pusatKelamahan neuromuskulerDeformitas dinding dada

  • PENATALAKSANAANPenatalaksanaan gagal napas meliputi :Oksigenasi jaringan yang adekuatMeningkatan kapasitas residu fungsionalMempertahankan tekanan kapiler paru yang rendahMengobati penyakit dasarMengatasi komplikasi

  • Oksigenasi jaringanTerapi oksigen : pemberian oksigen berdasarkan FiO2 yang dibutuhkan dan cara pemberian (high flow system atau low flow system) Posisi tubuh : Ada tiga faktor yang mempengaruhi (Cardiac output, Airway closure, Gravitasi)Positive end expiratory pressureVentilasi mekanik

  • Koreksi Asidosis respiratorik

    Asidosis respiratorik akut adalah kegawatan medik

    Terapi ditujukan :

    Memperbaiki oksigenasi dan ventilasiMenghilangkan asidosis yang mengancam jiwa

  • Bila didapatkan hipokalemi dikoreksi dengan rumus :

    K x BB x 1/3 Misal: K pasien 2 ( normal 3,5-4,5), ingin mencapai 4, maka kekurangan 4-2 = 2, BB 60 Kg maka => kebutuhan : 2 x 60 x 1/3 = 40 mEq