kisah uwais al-qarni : hikmah taat kepada ibu web viewmereka ini dibimbing langsung oleh allah di...

120
Teladan birru walidain Al qorni dan kisah anak dan sapio betina Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Pada zaman Rasulullah Muhammad saw, ada seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarni yang tinggal di negeri Yaman. Uwais Al- Qarni merupakan seorang fakir dan yatim. Ia hidup bersama ibunya yang lumpuh dan buta. Uwais Al-Qarni yang bekerja sebagai penggembala domba hanya cukup untuk makan ibunya dari hasil usahanya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin. Uwais Al-Qarni dikenal sebagai anak yang taat beribadah dan patuh pada ibunya. Ia pun sering kali puasa. Uwais Al-Qarni ingin Bertemu Rasulullah Saw. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya sering bertemu dengan Nabi Muhammad Saw., sedangkan ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Suatu ketika Uwais Al- Qarni mendengar bahwa Nabi Muhammad giginya patah karena dilempari batu oleh musuhnya, Uwais Al-Qarni segera menggetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw. sekalipun ia belum pernah bertemu dengan Nabi. Kerinduan Uwais Al-Qarni untuk menemui Rasulullah saw. makin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw. dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia juga rindu mendengar suara Nabi saw., kerinduan karena iman. Pada suatu hari Uwais Al-Qarni datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan mohon izin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni sangat terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al- Qarni seraya berkata, “Pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan jika telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”

Upload: ngophuc

Post on 31-Jan-2018

311 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Teladan birru walidain

Al qorni dan kisah anak dan sapio betina

Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu

Pada zaman Rasulullah Muhammad saw, ada seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarni yang tinggal di negeri Yaman. Uwais Al-Qarni merupakan seorang fakir dan yatim. Ia hidup bersama ibunya yang lumpuh dan buta. Uwais Al-Qarni yang bekerja sebagai penggembala domba hanya cukup untuk makan ibunya dari hasil usahanya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin. Uwais Al-Qarni dikenal sebagai anak yang taat beribadah dan patuh pada ibunya. Ia pun sering kali puasa.

Uwais Al-Qarni ingin Bertemu Rasulullah Saw.Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya sering bertemu dengan Nabi Muhammad Saw., sedangkan ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Suatu ketika Uwais Al-Qarni mendengar bahwa Nabi Muhammad giginya patah karena dilempari batu oleh musuhnya, Uwais Al-Qarni segera menggetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw. sekalipun ia belum pernah bertemu dengan Nabi. Kerinduan Uwais Al-Qarni untuk menemui Rasulullah saw. makin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw. dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia juga rindu mendengar suara Nabi saw., kerinduan karena iman.

Pada suatu hari Uwais Al-Qarni datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan mohon izin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni sangat terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “Pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan jika telah berjumpa dengan Nabi, segeralah engkau kembali pulang.”

Betapa gembira mendengar ijin yang diberikan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat dan berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah untuk menemui Rasulullah Saw.. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw. yang ingin dijumpainya. Namun ternyata saat itu Nabi tidak berada di rumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra., istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw., tetapi Nabi saw. gagal dijumpainya.

Page 2: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Ketaatan Uwais Al-Qarni terhadap Pesan Ibunya

Dalam hati Uwais bergolak perasaan ingin menunggu sampai bertemu dengan Nabi, sementara ia ingat pesan ibunya agar ia cepat pulang ke Yaman. Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauan kuatnya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw.

Setelah Nabi pulang dari medan pertempuran. Sesampainya di rumah, Nabi saw. menanyakan kepada Siti Aisyah ra. tentang orang yang mencarinya. Siti Aisyah ra., menjelaskan bahwa memang benar ada yang mencarinya, tetapi karena lama menunggu, orang itu segera pulang kembali ke Yaman karena ibunya di rumah sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw. menjelaskan bahwa orang itu adalah penghuni langit. Nabi menceritakan kepada para sahabatnya, “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih di tengah talapak tangannya.” Nabi menyarankan, “Apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfar darinya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”

Khalifah Umar ra. dan Ali ra. Bertemu Uwais Al-Qarni 

Waktu terus berganti. Suatu ketika, Khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw. tentang Uwais Al-Qarni, sang penghuni langit. Sejak saat itu setiap ada khalifah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra. dan Ali ra. selalu menanyakan tentang perihal Uwais Al Qarni. Suatu hari rombongan kafilah itu pun tiba di Kota Madinah. Melihat ada rombongan kafilah yang baru datang dari Yaman, segera Khalifah Umar ra. dan Ali ra. mendatangi mereka dan bertanya apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, kebetulan dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, Khalifah Umar ra. dan Ali ra. segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.

Sesampainya di perkemahan tempat Uwais berada, Khalifah Umar ra. dan Ali ra. memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang Shalat. Setelah mengakhiri Shalat-nya dengan salam, Uwais menjawab salam Khalifah Umar ra. dan Ali ra. sambil mendekati kedua sahabat Rasulullah saw. tersebut dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra. dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk melihat tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.

Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Memang benar seperti sabda Nabi saw. bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra. dan Ali ra. menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban itu, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Uwais Al-Qarni”.

Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra. memohon agar Uwais membacakan doa dan istighfar untuk mereka. Uwais merasa enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “Sayalah yang harusnya meminta doa pada kalian.” Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata, “Kami datang ke sini untuk mohon doa dan

Page 3: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

istighfar dari Anda.” Akhirnya Uwais Al-Qarni berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu, Khalifah Umar ra. menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Namun Uwais menolak dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”

Wafatnya Uwais Al-Qarni 

Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni meninggal dunia. Anehnya, pada saat akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebut untuk memandikan. Saat mau dikafani, di sana pun sudah banyak orang-orang yang menunggu untuk mengafaninya. Saat mau dikubur, sudah banyak orang yang siap menggali kuburannya. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusung jenazahnya.

Penduduk Kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “Siapakah sebenarnya Uwais Al-Qarni itu? Bukankah Uwais yang kita kenal hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari pekerjannya hanya sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi oleh Allah Swt., hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”

Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi saat wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni, hal itu disebabkan oleh permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra. dan Ali ra. agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya penduduk Yaman mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw., bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.

(HR. Muslim dari Ishak bin Ibrahim, dari Muaz bin Hisyam, dari ayahnya, dari qatadah, dari zurarah, dari Usair bin Jabir)

Di Yaman, tinggalah seorang pemuda bernama Uwais Al Qarni yang berpenyakit sopak, tubuhnya belang-belang. Walaupun cacat, ia adalah pemuda yang soleh dan sangat berbakti kepadanya Ibunya. Ibunya adalah seorang wanita tua yang lumpuh. Uwais senantiasa merawat dan memenuhi semua permintaan Ibunya. Hanya satu permintaan yang sulit ia kabulkan.

"Anakku, mungkin Ibu tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkan agar Ibu dapat mengerjakan haji," pinta Ibunya. Uwais tercenung, perjalanan ke Mekkah sangatlah jauh melewati padang pasir tandus yang panas. Orang-orang biasanya menggunakan unta dan membawa banyak perbekalan. Namun Uwais sangat miskin dan tak memiliki kendaraan.

Uwais terus berpikir mencari jalan keluar. Kemudian, dibelilah seeokar anak lembu, Kira-kira untuk apa

Page 4: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

anak lembu itu? Tidak mungkinkan pergi Haji naik lembu. Olala, ternyata Uwais membuatkan kandang di puncak bukit. Setiap pagi beliau bolak balik menggendong anak lembu itu naik turun bukit. "Uwais gila.. Uwais gila..." kata orang-orang. Yah, kelakuan Uwais memang sungguh aneh.

Tak pernah ada hari yang terlewatkan ia menggendong lembu naik turun bukit. Makin hari anak lembu itu makin besar, dan makin besar tenaga yang diperlukan Uwais. Tetapi karena latihan tiap hari, anak lembu yang membesar itu tak terasa lagi.

Setelah 8 bulan berlalu, sampailah musim Haji. Lembu Uwais telah mencapai 100 kg, begitu juga dengan otot Uwais yang makin membesar. Ia menjadi kuat mengangkat barang. Tahulah sekarang orang-orang apa maksud Uwais menggendong lembu setiap hari. Ternyata ia latihan untuk menggendong Ibunya.

Uwais menggendong ibunya berjalan kaki dari Yaman ke Mekkah! Subhanallah, alangkah besar cinta Uwais pada ibunya. Ia rela menempuh perjalanan jauh dan sulit, demi memenuhi keinginan ibunya.

Uwais berjalan tegap menggendong ibunya tawaf di Ka'bah. Ibunya terharu dan bercucuran air mata telah melihat Baitullah. Di hadapan Ka'bah, ibu dan anak itu berdoa. "Ya Allah, ampuni semua dosa ibu," kata Uwais. "Bagaimana dengan dosamu?" tanya ibunya heran. Uwais menjawab, "Dengan terampunnya dosa Ibu, maka Ibu akan masuk surga. Cukuplah ridho dari Ibu yang akan membawa aku ke surga."

Subhanallah, itulah keinganan Uwais yang tulus dan penuh cinta. Allah SWT pun memberikan karunianya, Uwais seketika itu juga disembuhkan dari penyakit sopaknya. Hanya tertinggal bulatan putih ditengkuknya. Tahukah kalian apa hikmah dari bulatan disisakan di tengkuk? itulah tanda untuk Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib, dua sahabat utama Rasulullah SAW untuk mengenali Uwais.

Beliau berdua sengaja mencari Uwais di sekitar Ka'bah karena Rasullah SAW berpesan "Di zaman kamu nanti akan lahir seorang manusia yang doanya sangat makbul. Kamu berdua pergilah cari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. Kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdua untuk kamu berdua."

"Sesungguhnya Allah mengharamkan atas kamu, durhaka pada ibu dan menolak kewajiban, dan meminta yang bukan haknya, dan membunuh anak hidup-hidup, dan Allah, membenci padamu banyak bicara, dan banyak bertanya demikian pula memboroskan harta (menghamburkan kekayaan)." (HR. Bukhari dan Muslim)

Rasulullah Saw bercerita mengenai Uwais al-Qarni tanpa pernah melihatnya. Beliau Saw bersabda, “Dia seorang penduduk Yaman, daerah Qarn, dan dari kabilah Murad. Ayahnya telah meninggal. Dia hidup bersama ibunya dan dia berbakti kepadanya. Dia pernah terkena penyakit kusta. Dia berdoa kepada Allah Swt, lalu dia berdo’a kepada Allah Swt, lalu dia diberi

Page 5: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

kesembuhan, tetapi masih ada bekas sebesar dirham di kedua lengannya. Sungguh, dia adalah pemimpin para tabi’in.”

Uwais Al Qarni adalah seorang anak dari Amir, sehingga dia mempunyai nama lengkap Uwais bin Amir Al Qairani, karena beliau lahir dilahirkan di desa yang bernama Qaran, sehingga beliau lebih di kenal dengan sebutan Uwais Al Qarni. Dan para ahli sejarah tidak menceritakan tanggal dan tahun berapa beliau dilahirkan.

Dikalangan para sufi beliau dikenal sebagai seorang yang ta’at dan berbakti kepada kedua orang tua, dan kehiduapannya yang amat sederhana dan zuhud yang sejati, beliau juga dikenal sebagai orang sufi yang mempunyai ilmu kesucian diri yang amat luar biasa yang dilimpahkan Allah Swt kepadanya.Seorang pemuda yang mempunyai mata berwarna biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan, kulitnya kemerah-merahan, dagunya menempel di dada karena kebiasaan selalu melihat pada tempat sujudnya, tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya, seorang yang ahli dalam membaca Al Qur’an dan menangis, pakaiannya hanya punya dua helai yang sudah kusut dimana yang satu untuk penutup badan dan yang satunya digunakan untuk selendangan,tiada seorang pun yang menghiraukannya, tidak dikenal oleh penduduk bumi akan tetapi sangat terkenal di langit.

Dia (Uwais al Qarni), jika bersumpah maka demi Allah pasti akan Ijabah/ terkabul. Pada hari kiamat nanti ketika semua ahli ibadah dipanggil disuruh masuk surga, dia justru dipanggil agar berhenti dahulu dan mendapat perintah oleh Allah Swt untuk memberikan syafa’atnya, ternyata Allah Swt memberikan kelebihan yang berupa izin untuk memberi syafa’at sejumlah Qobilah Robi’ah dan Qobilah Mudhor, yang semua dimasukkan surga tanpa ada yang ketinggalan karenanya.

Dia adalah “Uwais Al-Qarni”.

Ia tidak dikenal banyak orang dan juga sangat miskin, banyak orang suka menertawakannya, mengolok-oloknya, dan menuduhnya sebagai tukang membujuk, tukang mencuri, serta berbagai macam umpatan dan penghinaan lainnya.

Seorang Fuqoha’ dari negeri Kuffah, karena ingin duduk dengannya lalu memberinya hadiah berupa dua helai pakaian, tapi tak berhasil dengan baik karena hadiah pakaian tadi setelah diterimanya lalu dikembalikan lagi olehnya seraya berkata : “Aku khawatir, nanti sebagian orang menuduh aku, darimana kamu mendapatkan pakaian itu, kalau tidak dari membujuk pasti dari mencuri”.

Pemuda dari desa Qorn – Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Yang masih tersisa hanyalah penglihatannya yang sudah kabur.. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing dan unta. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya. Beliau lahir dan besar di Yaman.

Page 6: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta tidak mempengaruhi kegigihannya dalam beribadah, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan selalu bermunajat di malam harinya.Adz Dzahabi berkata mengenai beliau, “Seorang teladan yang zuhud, penghulu para tabi’in di zamannya, termasuk diantara wali-wali Allah yang shalih lagi bertaqwa, dan hamba-hamba-Nya yang ikhlas” (Siyar A’lam An Nubala’ 4/19)

Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad Saw. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah Swt, yang tak ada sekutu bagi-Nya.Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur dan mulia. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya sangat menarik hati Uwais al Qarni, sehingga setelah seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, karena selama ini hati Uwais al Qarni selalu merindukan datangnya suatu kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran dari Nabi Muhammad Saw secara langsung. Dan sekembalinya di Yaman, mereka memperbaharui kehidupan rumah tangga mereka dengan cara kehidupan menurut tuntunan ajaran Islam.

Alangkah sedihnya hati Uwais al Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah “Bertamu dan Bertemu” dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedangkan ia sendiri belum.

Kecintaannya kepada Rasulullah Saw menumbuhkan kerinduan yang sangat kuat untuk bertemu dengan sang kekasih, tapi apalah daya ia tak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah, dan yang lebih ia beratkan adalah sang ibu yang jika ia pergi, maka tak ada yang merawatnya.

Di ceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah Saw mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Kabar ini akhirnya terdengar oleh Uwais al Qarni. Ia segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukannya adalah sebagai bukti kecintaannya kepada Nabi Muhammad Saw, sekalipun ia belum pernah melihatnya.

Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tak terbendung membuat hasrat untuk bertemu tak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, kapankah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau dari dekat ?Tapi, bukankah ia mempunyai ibu yang sangat membutuhkan perawatannya dan tak tega ditingalkan sendiri, hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa.

Akhirnya, pada suatu hari Uwais al Qarni mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan pergi menziarahi Nabi Saw di Madinah. Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya.Beliau memaklumi perasaan Uwais al Qarni, dan berkata : “Pergilah wahai anakku ! temuilah Nabi Saw di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”.Dengan rasa gembira ia berkemas untuk berangkat dan tak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi.

Page 7: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Sesudah berpamitan sambil menciumi sang ibu, berangkatlah Uwais al Qarni menuju Madinah yang berjarak kurang lebih 400 kilometer dari Yaman. Medan yang begitu ganas dilaluinya, tak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari, semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi Muhammad Saw yang selama ini dirindukannya.

Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi Muhammad Saw, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam.

Keluarlah sayyidatina ‘Aisyah R.ha sambil menjawab salam Uwais al Qarni. Segera saja Uwais al Qarni menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi Muhammad Saw sedang tidak berada di rumah melainkan sedang berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tak berada di rumah.

Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi Muhammad Saw dari medan peperangan.Tapi, kapankah beliau pulang ?Sedangkan masih terngiang di telinganya akan pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman,” Engkau harus lekas pulang”.Karena ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi Muhammad Saw.Ia akhirnya dengan terpaksa mohon pamit kepada sayyidatina ‘Aisyah R.ha untuk segera pulang ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi Muhammad Saw dan melangkah pulang dengan perasaan haru.

Sepulangnya dari perang, Nabi Muhammad Saw langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad Saw menjelaskan bahwa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit (sangat terkenal di langit).

Mendengar perkataan Rasulullah Saw, sayyidatina ‘Aisyah R.ha dan para sahabatnya tertegun.

Menurut informasi sayyidatina ‘Aisyah R.ha, memang benar ada seseorang yang mencari Nabi Saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.

Rasulullah Saw bersabda : “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda di tengah-tengah telapak tangannya.”

Sesudah itu beliau Saw, memandang kepada sayyidina Ali R.a dan sayyidina Umar R.a dan bersabda : “Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah do’a dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi”.

Tahun terus berjalan, dan tak lama kemudian Nabi Saw wafat, hingga kekhalifahan sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq R.a telah di lanjutkan kepada Khalifah Umar R.a.Ketika Umar R.a menjabat sebagai Amirul Mukminin, khalifah Umar R.a teringat akan sabda

Page 8: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Nabi Muhammad Saw tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada sayyidina Ali R.a untuk mencarinya bersama-sama.

Sejak saat itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, beliau berdua selalu menanyakan tentang Uwais al-Qorni, apakah ia turut bersama mereka. Di antara kafilah-kafilah itu ada yang merasa heran, apakah sebenarnya yang terjadi sampai-sampai ia dicari oleh khalifah Amirul Mukminin Umar R.a dan sayyidina Ali R.a.

Suatu ketika ada rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam datang dan pergi silih berganti, membawa barang dagangan mereka.Mereka bertanya kepada para rombongan kafilah dari Yaman di Baitullah, “Apakah di antara warga kalian ada yang bernama Uwais al-Qarni?”“Ada,” jawab mereka.Umar R.a melanjutkan, “Bagaimana keadaannya ketika kalian meninggalkannya?”

Mereka menjawab tanpa mengetahui derajad Uwais al Qarni, “Kami meninggalkannya dalam keadaan miskin harta benda dan pakaiannya telah usang.”Umar R.a berkata kepada mereka, “Celakalah kalian. Sungguh, Rasulullah Saw pernah bercerita tentangnya. Kalau dia bisa memohonkan ampun kepada Allah Swt untuk kalian, Lakukanlah…!”

Mendengar jawaban itu, khalifah Amirul Mukminin Umar R.a dan sayyidina Ali R.a bergegas pergi menemui Uwais al-Qorni. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar R.a dan sayyidina Ali R.a memberi salam. Namun rupanya Uwais al Qarni sedang melaksanakan sholat. Setelah mengakhiri sholatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman. Lalu Khalifah Umar R.a bermaksud hendak memastikannya terlebih dahulu,Lantas beliau bertanya “Siapakah namamu wahai saudaraku ?” Tanya Umar R.a“Abdullah”, jawab Uwais al Qarni.Mendengar jawaban itu, kedua sahabatpun tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya ?”

Uwais kemudian berkata: “Anda berdua sebetulnya siapa?”

Kami ini Amirul Mu’minin Umar bin Al- Khottob dan ini Ali”

Ketika itu barulah Uwais al Qarni kemudian berkata: “Nama saya Uwais al-Qorni”.

Umar R.a melanjutkan, “Darimana kamu berasal..?”“Dari Yaman” Jawab Uwais al QarniKamu berasal dari Yaman daerah mana?’Dia menjawab, “Dari Qarn.”“Tepatnya dari kabilah mana?” Tanya Umar R.a.Dia menjawab, “Dari kabilah Murad.”

Umar R.a bertanya lagi, “Bagaimana ayahmu?”“Ayahku telah meninggal dunia. Saya hidup bersama ibuku,” jawabnya.

Page 9: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Umar R.a melanjutkan, “Bagaimana keadaanmu bersama ibumu?’Uwais al Qarniberkata, “Saya berharap dapat berbakti kepadanya.”

Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais al Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu.

“Apakah engkau pernah sakit sebelumnya?” lanjut Umar R.a.“Iya. Saya pernah terkena penyakit kusta, lalu saya berdo’a kepada Allah Swt sehingga saya diberi kesembuhan.” Jawab Uwais al QarniUmar R.a bertanya lagi, “Apakah masih ada bekas dari penyakit tersebut?”Dia menjawab, “Iya. Di lenganku masih ada bekas sebesar dirham.”Dia memperlihatkan lengannya kepada Umar R.a. Ketika Umar R.a melihat hal tersebut, maka dia langsung memeluknya seraya berkata, “Engkaulah orang yang diceritakan oleh Rasulullah Saw. Mohonkanlah ampun kepada Allah Swt untukku!”

Uwais al Qarni enggan dan dia berkata kepada khalifah: “Sayalah yang harus meminta do’a dan Istighfar kepada kalian”.Mendengar perkataan Uwais al Qarni, Khalifah berkata: “Kami datang kesini atas wasiat dari Rasulullah Saw untuk mohon do’a dan istighfar dari anda”.

Uwais menjawab: “Do’aku bukan hanya untuk kalian berdua, namun untuk seluruh penghuni alam”.

Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdo’a dan membacakan istighfar bagi kedua sahabat tersebut.

Selanjutnya Umar R.a bertanya kepadanya mengenai kemana arah tujuannya setelah perjalanan ini.Dia menjawab, “Saya akan pergi ke kabilah Murad dari penduduk Yaman ke Irak.”Setelah itu Khalifah Umar R.a. berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais al Qarni untuk jaminan hidupnya.Segera saja Uwais al Qarni menolak dengan halus dengan berkata : “Hamba mohon kepada Anda wahai Amriul Mukminin agar engkau tidak melakukannya. Untuk hari-hari selanjutnya biarkanlah hamba yang fakir ini berjalan di tengah lalu lalang banyak orang tanpa dipedulikan atau diketahui orang.”

Setelah kejadian itu, nama Uwais al Qarni kembali tenggelam tak terdengar beritanya. Tapi ada seorang lelaki pernah bertemu dan di tolong oleh Uwais al Qarni , waktu itu kami sedang berada di atas kapal menuju tanah Arab bersama para pedagang, tanpa disangka-sangka angin topan berhembus dengan kencang. Akibatnya hempasan ombak menghantam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat. Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya. Lelaki itu keluar dari kapal dan melakukan sholat di atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu.

“Wahai waliyullah,” Tolonglah kami !” tetapi lelaki itu tidak menoleh.

Page 10: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Lalu kami berseru lagi,” Demi Dzat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!”

Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata: “Apa yang terjadi ?”

“Tidakkah engkau melihat bahwa kapal dihembus angin dan dihantam ombak ?” tanya kami.

“Dekatkanlah diri kalian pada Allah ! “katanya.

“Kami telah melakukannya.” jawab kami

“Keluarlah kalian dari kapal dengan membaca Bismillahirrohmaanirrohiim!” Kami pun keluar dari kapal satu persatu dan berkumpul di dekat itu.

Pada saat itu jumlah kami lima ratus jiwa lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami berikut isinya tenggelam ke dasar laut.Lalu orang itu berkata pada kami ,”Tak apalah harta kalian menjadi korban asalkan kalian semua selamat”.

“Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan ? “Tanya kami.

“Uwais al-Qorni”. Jawabnya dengan singkat.

Kemudian kami berkata lagi kepadanya, “Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir.”

“Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membagi-bagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?” tanyanya.

”Ya,” jawab kami.

Orang itu pun melaksanakan sholat dua rakaat di atas air, lalu berdo’a.Setelah Uwais al-Qorni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membagi-bagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tidak satupun yang tertinggal.

Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, disana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya.Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, “ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat

Page 11: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya.(Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan sayyidina Umar R.a.)

Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais al Qarni adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang.Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang.

Mereka saling bertanya-tanya: “Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni ? “

Bukankah Uwais al Qarni yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa,yang kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta ?Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal.Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya.

KEISTIMEWAAN UWAIS AL QARNI► Walaupun beliau tidak pernah bertemu dengan Rasulullah Saw, tetapi rohaninya selalu berhubungan.

► Pada hari kiamat nanti, dimana semua manusia akan dibangkitkan kembali, Uwais Al Qarni akan memberikan syafa’at kepada sejumlah manusia sebanyak domba yang dimiliki Rabi’ah dan Mundhar, demikian yang disabdakan Rasulullah Saw kepada Ali bin Abi Thalib dan Umar bin Khattab.

► Beliau adalah seorang sufi yang amat sederhana, takut dan ta’at pada Allah Swt, ta’at pada Rasulullah Saw dan kedua orang tuanya. Pada waktu siang hari beliau selalu giat bekerja, tetapi walaupun beliau pada siang hari giat bekerja, mulutnya selalu membaca istighfar dan membaca ayat-ayat Al Quran.

► Setiap hari beiau selalu dalam keadaan lapar dan hanya memiliki pakaian yang melekat pada tubuhnya. Ini menunjukkan bahwa beliau hidup sangat sederhana sekali. Daan dalam kesederhanaan itu beliau selalu berdo’a kepada Allah Swt, “Ya Allah, janganlah ENGKAU siksa aku karena ada yang mati kelaparan dan jangan pula ENGKAU siksa aku karena ada yang kedinginan”.

► Beliau selalu bersam Tuhan dan orang-orang yang lemah. Beliau dapat merasakan penderitaan yang dialami oleh orang-orang yang lemah dan membuat dirinya seperti mereka sebagaimana yang pernah diamalkan Rasulullah Saw.

Page 12: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Banyaknya keistimewaan yang dimiliki oleh seorang Uwais Al Qarni, hingga membuat Rasulullah Saw memerintahkan kepada Umar bin Khattab dan Ali bin Abi Thalib untuk menemui Uwais sambil menyampaikan salam dari Rasulullah Saw.

Ketika Umar dan Ali berhasil menemui Uwais, terjadilah percakapan sebagaimana yang telah dituturkan oleh Abu Na’im Al Asfahani,Umar ► “apa yang anda kerjakan disini.?”Uwais ► “Disini saya bekerja sebagai penggembala”Umar ► “Siapa sebenarnya anda ini.?”Uwais ► “Saya adalah hamba Allah SwtUmar ► “Semuanya sudah tahu, kita semua adalah hamba Allah Swt, izinkanlah kami mengetahui dan mengenal anda lebih dekat”Uwais ► “Silahkan”

Umar dan Ali ► “Setelah kami perhatikan, kami mempunyai kesimpulan bahwa anda inilah orang yang pernah diceritakan Rasulullah Saw kepada kami, oleh karena itu berilah kami pelajaran dan do’akan kami agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat”.Uwais ► “Saya tidak mendo’akan seseorang secara khusus. Setiap hari kami elalu mendo’akan kepada seluruh umat Islam. Siapa sebenarnya anda berdua ini.?”.Ali ► “Beliau adalah Umar bin Khattab Amirul Mukminin dan saya adalah Ali bin Abi Thalib, kami berdua diutus Rasulullah Saw menemui anda dan menyampaikan salam dari Rasulullah Saw.Uwais ► “Assalaamu ‘alaikum wahai Amirul Mukminin dan wahai Ali bin Abi Thalib, semoga Allah Swt selalu memberi kebaikan kepada tuan berdua atas jasa-jasa tuan kepada umat Islam”.Umar ► “Berilah kami pelajaran yang bermanfaat wahai hamba Allah”.Uwais ► “Carilah Rahmat Allah Swt dengan ta’at dan mengikuti dengan penuh pengharapan dan takutlah tuan kepada Allah Swt.”Umar ► “Terima kasih atas pelajaran yang anda berikan pada kami yang sangat berharga ini. Dan kami telah menyediakan kepada anda seperangkat pakaian dan uang untuk tuan. Kami mengharapkan agar anda menerimanya.”Uwais ► “Terima kasih wahai Amirul Mukminin, kami tidak menolak dan juga tidak membutuhkan apa yang tuan awa. Upah yang saya terima 4 dirham itu sangat berlebihan, sehingga sisanya saya berikan kepada ibuku. Sehari-hari saya hanya memakan buah korma dan minum air putih dan sayaini belum pernah memakan makanan yang dimasak. Kurasakan hidupku ini seolah-olah tidak sampai pada petang hari dan kalau tiba petang hari saya tidak merasa sampai pada pagi hari. Hati saya selalu mengingat Allah Swt dan sangat kecewa kalau tidak sampai mengingat-Nya.

Ada beberapa pokok pelajaran dari seorang Uwais al Qarni agar manusia memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.“Seseorang akn memperoleh ketenangan dan ketenteraman jika hatinya selalu berdzikir kepada allah Swt dan tidak pernah terputus.”“Dan bahwa Hati itu hanyalah untuk Allah Swt, bukan untuk yang lainnya. Oleh karena itu kuasailah nafsu dan tundukkanlah secara penuh.”

SUBHANALLAH ….

Page 13: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Ternyata beliau tak terkenal di bumi , tapi terkenal di langit….

Semoga kita mampu memetik hikmah dan teladan atas kisah ketakwaan ini.

Uwais al-Qarni adalah seorang daripada kalangan tabi’in yang hidup selepas kewafatan Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص, dan dapat bertemu dengan para sahabat. Sejak dilahirkan beliau berpenyakit sopak dan ayahnya telah meninggal dunia. Hidupnya sangat fakir dan dalam keadaan yatim. Ibunyalah yang menjaganya sejak kecil sehingga beliau dewasa. Walaupun miskin, Uwais kaya dengan budi bahasa dan amanah.

Uwais al-Qarni hanya tinggal bersama seorang ibu yang sudah tua, buta dan lumpuh. Malah, ibu tua itu cuma bergantung harap pada Uwais untuk menguruskan kehidupannya. Di situlah mereka dua beranak meneruskan kehidupan tanpa ada sanak saudara. Tatkala ibunya memerlukan bantuan, Uwais tidak pernah mengeluh dan akan menguruskan ibunya terlebih dahulu sebelum membuat perkara lain.

Selain dikenali sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya. Uwais juga sangat taat melakukan ibadah, beliau seringkali berpuasa dan malam hari masanya terisi dengan ibadah solat-solat sunat dan tahajud kepada Allah SWT.

Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص pernah berpesan kepada Sayyidina Umar r.a. dan Sayyidina Ali KaramAllahu wajhah (k.w.): “Akan lahir di kalangan Tabiin seorang insan yang doanya sangat makbul. Namanya Uwais al-Qarni dan dia akan lahir di zaman kamu. Kamu berdua pergilah mencari dia. Dia akan datang dari arah Yaman, dia dibesarkan di Yaman. Dia akan muncul di zaman kamu, carilah dia. kalau berjumpa dengan dia minta tolong dia berdoa untuk kamu berdua.”

Sayyidina Umar dan Sayyidina Ali lalu sama-sama menanyakan kepada Rasulullah S.A.W: “Apakah yang patut saya minta daripada Uwais al-Qarni, ya Rasulullah?” Rasulullah :menjawab ملسو هيلع هللا ىلص “Mintalah kepadanya agar dia berdoa kepada Allah agar Allah ampunkan dosa-dosa kalian.”

Memang benarlah kata-kata Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص Uwais al-Qarni akhirnya muncul di zaman Sayyidina Umar dan Sayyidina Ali. Setelah puas menunggu dan mencari kabilah-kabilah yang datang dari Yaman ke Madinah, akhirnya mereka bertemu juga dengan Uwais al-Qarni.

Jika dilihat dari pandangan mata kasar orang biasa, Uwais al-Qarni tiada ciri-ciri istimewa kerana dari pandangan luaran beliau seperti orang yang tidak sempurna akal dan dianggap sebagai seorang yang kurang waras, tetapi beliau ada sesuatu yang kita tidak ketahui..

Uwais Al-Qarni adalah seorang yang berpenyakit sopak, badannya bertompok putih, yakni putih penyakit yang tidak digemari. Beliau berpenyakit sopak sejak dilahirkan dan bapanya telah meninggal dunia ketika dia masih kecil lagi. Walaupun beliau seorang berpenyakit sopak, beliau adalah seorang yang soleh yang amat mengambil berat tentang ibunya dan beliau begitu tekun untuk mendapatkan keredhaan ibunya dan setia menjaga ibunya yang sudah uzur dan lumpuh sampai beliau dewasa.

Page 14: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Ibunya mempunyai hajat untuk menunaikan haji di Makkah. Namun dengan kudrat yang sebegitu, ibu Uwais tidak mampu untuk ke Makkah berjalan seorang diri. Lalu dia mengutarakan hasratnya kepada Uwais supaya mengikhtiarkan sesuatu agar dia boleh dibawa ke Makkah menunaikan haji.

Sebagai seorang yang miskin, Uwais tidak berdaya untuk mencari perbelanjaan untuk ibunya kerana pada zaman itu kebanyakan orang pergi menunaikan haji dari Yaman ke Makkah perlu menyediakan beberapa ekor unta yang dipasang di atasnya ‘Haudat’ iaitu sebuah rumah kecil yang diletakkan di atas unta untuk melindungi panas matahari dan hujan, selesa namun harganya mahal. Uwais tidak mampu untuk menyediakan perbelanjaan yang sedemikian. Beliau tidak memiliki unta dan juga tidak mampu untuk membayar sewa.

Pada suatu hari, ibu Uwais yang semakin tua dan uzur berkata kepada anaknya: “Anakku, mungkin ibu dah tak lama lagi akan bersama dengan kamu, ikhtiarkanlah agar ibu dapat mengerjakan haji.”

Uwais mendapat suatu ilham. Dia membeli seekor anak lembu yang baru lahir dan sudah habis menyusu. Dia membuat sebuah pondok (rumah kecil) di atas sebuah ‘Tilal’ iaitu sebuah tanah tinggi (Dia buat pondok untuk lembu itu di atas bukit). Apa yang dia lakukan, pada petang hari beliau akan mendukung anak lembu untuk naik ke atas ‘Tilal’. Pagi esoknya beliau akan mendukung lembu itu turun dari ‘Tilal’ tersebut untuk diberi makan. Itulah yang dilakukannya setiap hari. Ada ketikanya dia mendukung lembu itu mengelilingi bukit tempat dia memberi lembu itu makan.

Perbuatan yang dilakukannya ini menyebabkan orang mengatakan beliau kurang waras. Memang pelik, membuatkan rumah untuk lembu di atas bukit, kemudian setiap hari mengusung lembu, petang dibawa naik, pagi dibawa turun bukit.

Namun sebenarnya jika dilihat di sebaliknya, Uwais seorang yang bijak. Lembu yang asalnya hanya 20 kilogram, selepas enam bulan lembu itu sudah menjadi 100kg. Otot-otot tangan dan badan Uwais pula menjadi kuat hinggakan dengan mudah mengangkat lembu seberat 100 kilogram turun dan naik bukit setiap hari.

Selepas lapan bulan, apabila sampai musim haji, rupa-rupanya perbuatannya itu adalah satu persediaan untuk dia membawa ibunya mengerjakan haji. Dia telah memangku ibunya dari Yaman sampai ke Makkah dengan kedua tangannya. Di belakangnya dia meletakkan barang-barang keperluan seperti air, roti dan sebagainya. Lembu yang beratnya 100 kilogram boleh didukung dan dipangku inikan pula ibunya yang lebih ringansekitar 50 kilogram.

Beliau membawa (mendukung dan memangku) ibunya dengan kedua tangannya dari Yaman ke Makkah, mengerjakan Tawaf, Saie dan di Padang Arafah dengan senang sahaja. Dan dia juga memangku ibunya dengan kedua tangannya pulang semula ke Yaman dari Makkah.

Setelah pulang semula ke Yaman, ibunya bertanya: “Uwais, apa yang kamu doakan sepanjang kamu berada di Mekah?”

Page 15: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Uwais menjawab: “Saya berdoa minta supaya Allah SWT mengampunkan semua dosa-dosa ibu.”

Ibunya bertanya lagi: “Bagaimana pula dengan dosa kamu?”

Uwais menjawab: “Dengan terampun dosa ibu, ibu akan masuk syurga. Cukuplah ibu redha dengan saya, maka saya juga masuk syurga.”

Ibunya berkata lagi: “Ibu inginkan supaya engkau berdoa agar Allah SWT hilangkan sakit putih (sopak) kamu ini.”

Uwais berkata: “Saya keberatan untuk berdoa kerana ini Allah yang jadikan. Kalau tidak redha dengan kejadian Allah, macam saya tidak bersyukur dengan Allah Ta’ala.”

Ibunya menambah: “Kalau ingin masuk ke syurga, mesti taat kepada perintah ibu. Ibu perintahkan engkau berdoa.”

Akhirnya Uwais tidak ada pilihan melainkan mengangkat tangan dan berdoa. Uwais lalu berdoa seperti yang diminta oleh ibunya supaya Allah SWT menyembuhkan tompok putih yang luar biasa (sopak) yang dihidapinya itu.

Namun kerana beliau takut masih ada dosa pada dirinya, beliau berdoa: “Tolonglah ya Allah! Kerana ibuku, aku berdoa hilangkan yang tompok putih pada badanku ini melainkan tinggalkanlah sedikit.”

Maka, Allah SWT segera memakbulkan doanya dan menghilangkan penyakit sopak di seluruh badannya kecuali meninggalkan setompok sebesar duit syiling di tengkuknya. Tanda tompok putih kekal pada Uwais kerana permintaannya, kerana ini (sopak) adalah anugerah Dan tanda itulah yang disebutkan oleh Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص kepada Saidina Umar al-Khattab dan Saidina Ali untuk mengenali Uwais al-Qarni.

Disebut Rasulullah kepada ملسو هيلع هللا ىلص Sayyidina Umar dan Sayyidina Ali: “Tandanya kamu nampak di belakangnya ada satu bulatan putih, bulatan sopak. Kalau berjumpa dengan tanda itu, dialah Uwais al-Qarni.”

Tidak lama kemudian, ibunya meninggal dunia. Dia telah menunaikan kesemua permintaan ibunya. Selepas ibunya meninggal, Uwais menjadi seorang yang soleh dan ditinggikan martabatnya di sisi Allah sehingga dia menjadi seorang yang doanya paling makbul.

Apabila Sayyidina Umar dan Sayyidina Ali dapat berjumpa dengan Uwais al-Qarni dan seperti yang diperintahkan oleh Rasulullah mereka berdua pun meminta supaya Uwais mendoakan supaya ,ملسو هيلع هللا ىلص dosa mereka diampunkan Allah SWT.

Ketika Uwais al-Qarni berjumpa Sayyidina Umar dan Sayyidina Ali, beliau berkata: “Aku ini datang dari Yaman ke Madinah kerana aku ingin menunaikan wasiat Rasulullah ملسو هيلع هللا ىلص kepada kamu iaitu supaya kamu berdua berjumpa dengan aku.”

Page 16: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Maka Uwais pun telah mendoakan untuk mereka berdua.

Setelah itu Sayyidina Umar, yang ketika itu memegang jawatan Khalifah, bertanya kepadanya: “Anda hendak pergi ke mana?”

“Kufah”, jawab Uwais.

Sayyidina Umar bertanya lagi: “Mahukah aku tuliskan surat kepada Gabenor Kufah agar melayanimu?”

Uwais menjawab: “Berada di tengah-tengah orang ramai sehingga tidak dikenali lebih aku sukai.”

Demikianlah kisah Uwais Al-Qarni yang amat taat dan kasih kepada ibunya. Seorang Wali Allah yang tidak terkenal di bumi, tetapi amat terkenal di langit.

Firman Allah SWT :

�حسـنا �دين� إ لول � اه وب �ي �آل إ ك أال تعبدو إ �وقضى رب ٱ ا�

  “Dan Tuhanmu telah mewajibkan supaya tidak menyembah selain dari-Nya dan berlaku baik kepada ibu bapa.”  (Surah Al-Isra’, ayat 23) 

بالصواب أعلم والله

Wallahu A’lam Bish Shawab

 (Hanya Allah Maha Mengetahui apa yang benar)

Assalammualaikum wbt, Tahukah kamu siapakah Uwais al-Qarni? Uwais al-Qarni merupakan pemuda yang disebut-sebut namanya oleh Rasullulah saw kepada para sahabat baginda. 

Rasullulah saw pernah berpesan kepada Saidina Umar ra dan Saidina Ali ra bahawa akan lahir di kalangan tabiin seorang yang sangat makbul doa yang akan lahir di zaman kamu (zaman selepas kewafatan Rasullulah saw). 

Tujuan Rasullulah saw menyuruh Saidina Umar ra dan Saidina Ali ra mencari Uwais al-Qarni tidak lain ialah meminta Uwais al-Qarni berdoa kepada Allah supaya mengampunkan dosa-dosa sahabat (Saidina Umar ra dan Saidina Ali ra). 

Page 17: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Marilah kita lihat apa istimewanya Uwais al-Qarni sehingga Rasullulah saw meminta sahabat mencari dan meminta doa darinya. 

Memang benarlah kata-kata Rasulullah S.A.W, Uwais al-Qarni akhirnya muncul di zaman Saidina Umar ra dan Saidina Ali ra. Kedua-dua mereka yang memang menunggu dan mencari kabilah-kabilah yang datang dari Yaman ke Madinah, akhirnya bertemu juga dengan Uwais al-Qarni. Pada pandangan mata kasar mereka, tidak mungkin dia adalah orang yang Rasulullah saw sebut-sebutkan ini kerana, Uwais Al-Qarni dianggap sebagai seorang yang kurang waras di kalangan orang awam atau penduduk setempat.

Uwais Al-Qarni adalah seorang yang berpenyakit sopak di seluruh tubuh badannya, yakni sejenis penyakit kulit yang tidak digemari ramai. Walaupun begitu, beliau adalah seorang yang soleh yang amat mengambil berat tentang ibunya yang uzur dan lumpuh. Beliau begitu tekun untuk mendapatkan keredhaan ibunya. Bapa beliau meninggal dunia ketika beliau masih kecil lagi. Beliau berpenyakit sopak sejak dilahirkan dan ibunya menjaganya sampai beliau dewasa.

Suatu hari ibunya memberitahu kepada Uwais Al-Qarni bahawa dia ingin sekali untuk mengerjakan ibadat haji. di Mekah. Ibunya menyuruh Uwais Al-Darni supaya berikhtiar agar beliau dapat membawanya ke Mekah untuk menunaikan haji. Sebagai seorang yang miskin, Uwais Al-Qarni  tidak berdaya untuk mencari perbelanjaan untuk ibunya kerana pada zaman itu kebanyakan orang pergi menunaikan haji dari Yaman ke Mekah perlu menyediakan beberapa ekor unta yang dipasang di atasnya ‘Haudat’. Haudat ialah sebuah rumah kecil yang diletakkan di atas unta untuk melindungi diri daripada cuaca panas matahari dan hujan. 

Uwais tidak mampu menyediakan perbelanjaan untuk ibunya pergi mengerjakan haji apatah lagi untuk memiliki unta.

Namun atas permintaan ibunya yang sangat Uwais kasihi. Uwais Al-Qarni mendapat suatu ilham. Beliau membeli seekor anak lembu yang baru lahir dan sudah habis menyusu. Beliau membuat sebuah rumah di atas ‘Tilal’ (tanah tinggi). Rumah untuk lembu itu dibina di atas bukit, apa yang beliau

Page 18: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

lakukan ialah pada petang hari beliau akan mendukung anak lembu untuk naik ke atas Tilal. Pagi esoknya beliau akan mendukung lembu itu turun dari Tilal tersebut untuk diberi makan. Itulah yang dilakukannya setiap hari. Ada ketikanya dia mendukung lembu itu mengelilingi bukit tempat dia memberi lembu itu makan. Perbuatan yang dilakukannya ini menyebabkan orang mengatakan beliau kurang waras.

Memang pelik, membuatkan rumah untuk lembu di atas bukit, kemudian setiap hari mengusung lembu, petang dibawa naik, pagi dibawa turun bukit. 

Namun sebenarnya jika dilihat di sebaliknya, Uwais al-Qarni seorang yang bijak. Lembu yang asalnya hanya 20kg, selepas 6 bulan lembu itu sudah menjadi 100kg. Otot-otot tangan dan badan Uwais Al-Qarni pula menjadi kuat hinggakan dengan mudah mengangkat lembu seberat 100kg turun dan naik bukit setiap hari.

Selepas 8 bulan, apabila sampai musim haji. Rupa-rupanya perbuatannya selama ini adalah satu persediaan untuk beliau membawa ibunya mengerjakan haji. Beliau telah memangku ibunya dari Yaman sampai ke Mekah dengan kedua tangannya. Di belakangnya beliau meletakkan barang-barang keperluan seperti air, roti dan sebagainya. Lembu yang beratnya 100kg boleh didukung dan dipangku inikan pula ibunya yang lebih ringan. Beliau membawa (mendukung dan memangku) ibunya dengan kedua tangannya dari Yaman ke Mekah, mengerjakan Tawaf, Saie dan di Padang Arafah dengan senang sahaja. Uwais juga memangku ibunya dengan kedua tangannya pulang semula ke Yaman dari Mekah.

Setelah pulang semula ke Yaman, ibunya bertanya:

“Uwais, apa yang kamu doakan sepanjang kamu berada di Mekah?”

Uwais Al-Qarni menjawab:

“Saya berdoa minta supaya Allah mengampunkan semua dosa-dosa ibu”.

Ibunya bertanya lagi:

“Bagaimana pula dengan dosa kamu?”

Uwais Al-Qarni menjawab:

Page 19: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

“Dengan terampun dosa ibu, ibu akan masuk syurga. Cukuplah ibu redha dengan saya, maka saya juga masuk syurga.”

Ibunya berkata lagi:

“Ibu inginkan supaya engkau berdoa agar Allah hilangkan sakit putih (sopak) kamu ini.”

Uwais Al-Qarni berkata:

“Saya keberatan untuk berdoa kerana ini Allah yang jadikan. Kalau tidak redha dengan kejadian Allah, macam saya tidak bersyukur dengan Allah Ta’ala.”

Ibunya menambah:

“Kalau ingin masuk ke syurga, mesti taat kepada perintah ibu. Ibu perintahkan engkau berdoa.”

Akhirnya Uwais Al-Qarni tidak ada pilihan melainkan mengangkat tangan dan berdoa. Beliau lalu berdoa seperti yang diminta oleh ibunya supaya Allah menyembuhkan putih yang luar biasa (sopak) yang dihidapinya itu. 

Allah SWT lalu menyembuhkan serta merta, hilang putih sopak di seluruh badannya kecuali tinggal satu tompok sebesar duit syiling di tengkuknya. Tanda tompok putih kekal pada Uwais Al-Qarni kerana permintaannya, kerana sopak ini adalah satu anugerah, maka inilah tanda pengenalan yang disebut Rasulullah saw kepada Saidina Umar ra dan Saidina Ali ra:

“Tandanya kamu nampak di belakangnya ada satu bulatan putih, bulatan sopak. Kalau berjumpa dengan tanda itu, dialah Uwais al-Qarni.”

Tidak lama kemudian, ibunya meninggal dunia. Beliau telah menunaikan kesemua permintaan ibunya. Selepas itu beliau telah menjadi orang yang paling tinggi martabatnya di sisi Allah. Saidina Umar ra dan Saidina Ali ra dapat berjumpa dengan Uwais Al-Qarni dan seperti yang diperintahkan oleh Rasulullah S.A.W, mereka meminta supaya beliau berdoa agar Allah SWT berkenan mengampuni semua dosa-dosa mereka berdua.

Ketika Uwais al-Qarni berjumpa Saidina Umar dan Saidina Ali, beliau berkata:

Page 20: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

“Aku ini datang dari Yaman ke Madinah kerana aku ingin menunaikan wasiat Rasulullah S.A.W kepada kamu iaitu supaya kamu berdua berjumpa dengan aku.”

Maka Uwais Al-Qarni pun telah mendoakan untuk mereka berdua.

Setelah itu Saidina Umar, yang ketika itu memegang jawatan Khalifah, saidina umar mahu membuat surat kepada Gabenor Kufah supaya melayan Uwais Al-Qarni dengan layanan yang istimewa. Namun begitu ditolak dengan baik oleh Uwais Al-Qarni. 

Lalu Uwais Al-Qarni menjawab dengan lembut :

“Berada di tengah-tengah orang ramai sehingga tidak dikenali lebih aku sukai.”Diriwayatkan semasa kewafatan beliau, terlalu ramai “orang” yang menyempurnakan jenazah beliau. Daripada urusan memandikan sehinggalah dibawa ke liang lahad. Agak menghairankan kerana pada masa hidup beliau tiada orang yang memperdulikan beliau yang miskin. Malah ada yang menganggap beliau seorang yang gila. Siapakah “orang-orang” tersebut. Mereka itu adalah penduduk-penduduk langit yang terdiri daripada malaikat-malaikat.

Demikianlah kisah Uwais Al-Qarni yang amat taat dan kasih kepada ibunya. Seorang Wali Allah yang tidak terkenal di bumi, tetapi amat terkenal di langit. Wallahua’lam.

Masjidil Haram, Mekkah, Saudi Arabia[foto: Chinx786]

Page 21: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Uwais Al-Qarni adalah seorang sahabat yang yang berasal dari Yaman, daerah Qarn, dan dari kabilah Murad. Pada zaman Rasulullah ia hidup bersama ibunya sedangkan sang ayah telah meninggal dunia. Dia pernah terkena penyakit kusta kemudian dia berdoa dan penyakitnya sembuh dan tersisa pada kedua telinganya.

Pemuda dari Yaman ini telah lama menjadi yatim, tak punya sanak famili kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh. Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa. Untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk sekedar menopang kesehariannya bersama Sang ibu, bila ada kelebihan, ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti keadaannya.

Kesibukannya sebagai penggembala domba dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak memengaruhi kegigihan ibadahnya, ia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.

Uwais al-Qarni telah memeluk Islam pada masa negeri Yaman mendengar seruan Nabi Muhammad. yang telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tak ada sekutu bagi-Nya. Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita mengenai Uwais al-Qarni tanpa pernah melihatnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia seorang penduduk Yaman, daerah Qarn, dan dari kabilah Murad. Ayahnya telah meninggal. Dia hidup bersama ibunya dan dia berbakti kepadanya. Dia pernah terkena penyakit kusta. Dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia diberi kesembuhan, tetapi masih ada bekas sebesar dirham di kedua lengannya. Sungguh, dia adalah pemimpin para tabi’in.”

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, “Jika kamu bisa meminta kepadanya untuk memohonkan ampun (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) untukmu, maka lakukanlah!”

Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu telah menjadi Amirul Mukminin, dia bertanya kepada para jamaah haji dari Yaman di Baitullah pada musim haji,“Apakah di antara warga kalian ada yang bernama Uwais al-Qarni?” “Ada,” jawab mereka.Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Bagaimana keadaannya ketika kalian meninggalkannya?”Mereka menjawab tanpa mengetahui derajat Uwais, “Kami meninggalkannya dalam keadaan miskin harta benda dan pakaiannya usang.”Umar radhiyallahu ‘anhu berkata kepada mereka, “Celakalah kalian. Sungguh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bercerita tentangnya. Kalau dia bisa memohonkan ampun untuk kalian, lakukanlah!”Dan setiap tahun Umar radhiyallahu ‘anhu selalu menanti Uwais. Dan kebetulan suatu kali dia datang bersama jemaah haji dari Yaman, lalu Umar radhiyallahu ‘anhu menemuinya. Dia hendak memastikannya terlebih dahulu, makanya dia bertanya,

Page 22: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

“Siapa namamu?”“Uwais,” jawabnya.Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Di Yaman daerah mana?’Dia menjawab, “Dari Qarn.”“Tepatnya dari kabilah mana?” Tanya Umar radhiyallahu ‘anhu.Dia menjawab, “Dari kabilah Murad.”Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya lagi, “Bagaimana ayahmu?”“Ayahku telah meninggal dunia. Saya hidup bersama ibuku,” jawabnya.Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Bagaimana keadaanmu bersama ibumu?’Uwais berkata, “Saya berharap dapat berbakti kepadanya.”“Apakah engkau pernah sakit sebelumnya?” lanjut Umar radhiyallahu ‘anhu.“Iya. Saya pernah terkena penyakit kusta, lalu saya berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga saya diberi kesembuhan.”Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya lagi, “Apakah masih ada bekas dari penyakit tersebut?”Dia menjawab, “Iya. Di lenganku masih ada bekas sebesar dirham.” Dia memperlihatkan lengannya kepada Umar radhiyallahu ‘anhu. Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu melihat hal tersebut, maka dia langsung memeluknya seraya berkata, “Engkaulah orang yang diceritakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mohonkanlah ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untukku!”Dia berkata, “Masa saya memohonkan ampun untukmu wahai Amirul Mukminin?”Umar radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Iya.”Umar radhiyallahu ‘anhu meminta dengan terus mendesak kepadanya sehingga Uwais memohonkan ampun untuknya.Selanjutnya Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya kepadanya mengenai ke mana arah tujuannya setelah musim haji. Dia menjawab, “Saya akan pergi ke kabilah Murad dari penduduk Yaman ke Irak.”Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Saya akan kirim surat ke walikota Irak mengenai kamu?”Uwais berkata, “Saya bersumpah kepada Anda wahai Amriul Mukminin agar engkau tidak melakukannya. Biarkanlah saya berjalan di tengah lalu lalang banyak orang tanpa dipedulikan orang.”

Wafatnya Uwais al-QorniBeberapa waktu kemudian, tersiar kabar kalau Uwais al-Qorni telah pulang ke Rahmatullah.

Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah ada

orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya.

Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan,

luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

Dan Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan, "ketika aku ikut mengurusi jenazahnya hingga aku pulang dari mengantarkan jenazahnya, lalu aku bermaksud untuk kembali ke tempat

penguburannya guna memberi tanda pada kuburannya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas kuburannya. (Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama

Uwais al-Qorni pada masa pemerintahan Umar bin Khattab)

Meninggalnya Uwais al-Qorni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak dikenal berdatangan

untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tak dihiraukan orang.

Page 23: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman

tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, "Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qorni? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tak memiliki apa-apa, yang

kerjanya hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka

adalah para malaikat yang di turunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa "Uwais al-Qorni"

ternyata ia tak terkenal di bumi tapi terkenal di langit.

Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah

Cetakan 1Kisah Muslim  

Berbagai sumber

Mengenal Lebih Dekat Siapa Uwais Al-Qarni

Sesungguhnya aku merasakan nafas ar-Rahman, nafas dari Yang Maha Pengasih, mengalir kepadaku dari Yaman!” Demikian sabda Nabi SAW tentang diri Uwais, yang kemudian dalam tradisi tasawuf menjadi contoh bagi mereka yang memasuki tasawuf tanpa dituntun oleh sang guru yang hidup.Para sufi yang mengaku dirinya telah menempuh jalan tanpa pembai’atan formal kemudian disebut dengan istilah Uwaisi. Mereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, atau telah ditasbihkan oleh wali nabi yang misterius, Khidhir. Uwais yang bernama lengkap Uwais bin Amir al-Qarani berasal dari Qaran, sebuah desa terpencil . Tidak diketahui kapan beliau dilahirkan. Ia dilahirkan oleh keluarga yang taat beribadah. Ia tidak pernah mengenyam pendidikan kecuali dari kedua orang tuanya yang sangat ditaatinya.

Untuk membantu meringankan beban orang tuanya, ia bekerja sebagai penggembala dan pemelihara ternak upahan. Dalam kehidupan kesehariannya ia lebih banyak menyendiri dan bergaul hanya dengan sesama penggembala di sekitarnya. Oleh karenanya, ia tidak dikenal oleh kebanyakan orang di sekitarnya, kecuali para tuan pemilik ternak dan sesamanya, para penggembala. Hidupnya amat sangat sederhana. Pakaian yang dimiliki hanya yang melekat di tubuhnya. Setiap harinya ia lalui dengan berlapar-lapar  saja. Ia hanya makan buah kurma dan minum air putih, dan tidak pernah memakan makan yang dimasak atau diolah. Oleh karenanya, ia merasakan betul derita orang-orang kecil di sekitarnya. Tidak cukup dengan empatinya yang sedemikian, rasa takutnya kepada Allah mendorongnya untuk selalu berdoa kepada Allah : “Ya Allah, janganlah Engkau menyiksaku, karena ada yang mati karena kelaparan, dan jangan Engaku menyiksaku karena ada yang kedinginan.” Ketaatan dan kecintaannya kepada Allah, juga termanifestasi dalam kecintaannya dan ketaatannya kepada Rasulullah dan kepada kedua orang tuanya, sangat luar biasa.Di siang hari, ia bekerja keras, dan dimalam hari, ia asik bermunajat kepada Allah swt. Hati

Page 24: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

dan lisannya tidak pernah lengah dari berdzikir dan bacaan ayat-ayat suci al-Qur’an, meskipun ia sedang bekerja. ‘Ala kulli hal, ia selalu berada bersama Tuhan, dalam pengabdian kepada-Nya. Rasulullah saw menuturkan keistimewaan Uwais di hadapan Allah kepada Umar dan Ali bahwa,” dihari kiamat nanti, disaat semua orang dibangkitkan kembali, Uwais akan memberikan syafaat kepada sejumlah besar umatnya, sebanyak jumlah domba yang dimiliki Rabbiah dan Mudhar (keduanya dikenal karena mempunyai domba yang banyak). Karena itu, Rasulullah menyarankan kepada mereka berdua agar menemuinya, menyampaikan salam dari Rasulullah, dan meminta keduanya untuk mendoakan keduanya”, yang digambarkan bahhwa Uwais memiliki tinggi badan yang sedang dan berambut lebat, dan memiliki tanda putih sebesar dirham pada bahu kiri dan telapak tangannya. Sejak Rasulullah menyarankan keduanya untuk menemuinya, sejak itu pula keduanya selalu penasaran ingin segera bertemu dengan Uwais.

Setiap kali Umar maupun Ali bertemu dengan rombongan orang-orang Yaman, ia selalu berusaha mencaru tahu dimana keberadaan Uwais dari rombongan yang ditemuinya. Namun, keduanya selalu gagal mendapatkan informasi tentang Uwais. Barulah setelah Umar diangkat menjadi khalifah, informasi tentang Uwais keduanya peroleh dari serombongan orang Yaman, “Ia tampak gila, tinggal sendiri dan tidak bergaul dengan masyarakat. Ia tidak makan apa yang dimakan oleh kebanyakan orang, dan tidak tampak susah atau senang. Ketika orang-orang tersenyum ia menangis, dan ketika orang-orang menangis ia tersenyum”. Demikian kata rombongan orang-orang Yaman tersebut. Mendengar cerita orang-orang Yaman tersebut, Umar dan Ali segera berangkat menuju tempat yang ditunjukkan oleh orang-orang Yaman tadi. Akhirnya, keduanya bertemu dengan Uwais di suatu tempat terpencul. Abi Naim al-Afshani menuturkan dialog yang kemudian terjadi antara Umar dan Ali dengan Uwais  al-Qarani sebagai berikut: Umar : “Apa yang anda kerjakan disini ?” Uwais : “Saya bekerja sebagai penggembala” Umar : ”Siapa nama Anda?” Uwais : “Aku adalah hamba Allah”  Umar : ”Kita semua adalah hamba Allah, akan tetapi izinkan kami untuk mengetahui anda lebih dekat lagi” Uwais : “Silahkan saja.”  Umar dan Ali : “Setelah kami perhatikan, andalah orang yang pernah diceritakan oleh Rasulullah SAW kepada kami. Doakan kami dan berilah kami nasehat agar kami beroleh kebahagiaan dunia dan di akherat kelak.” Uwais : “Saya tidak pernah mendoakan seseorang secara khusus, setiap hari saya selalu berdoa untuk seluruh umat Islam, lantas siapa sebenarnya anda berdua?”  Ali : “Beliau adalah Umar bin Khattab, Amirul Mu’minin, dan saya adalah Ali bin Abi Thalib. Kami berdua diminta oleh Rasulullah SAW untuk menemui anda dan menyampaikan salam beliau untuk anda.”  Umar : “Berilah kami nasehat wahai hamba Allah” Uwais : Carilah rahmat Allah dengan jalan ta’at dan penuh harap dan bertawaqal kepada Allah.”  Umar : ”Terimakasih atas nasehat anda yang sangat berharga ini. Sebagai tanda terima kasih kami, kami berharap anda mau menerima seperangkat pakaian dan uang untuk anda pakai.” Uwais : “Terimakasih wahai Amirul mu’minin. Saya sama sekali tidak bermaksud menolak pemberian tuan, tetapi saya tidak membutuhkan apa yang anda berikan itu. Upah yang saya terima adalah 4 dirham itu sudah lebih dari cukup. Lebihnya saya berikan kepada ibuku. Setiap hari saya cukup makan buah kurma dan minum air putih, dan tidak pernah makan makan yang di masak. Kurasa hidupku tidak akan sampai petang hari dan kalau petang, kurasa tidak akan sampai pada pagi hari. Hatiku selalu mengingat Allah dan sangat kecewa bila sampai tidak mengingat-Nya.”  Ketika orang-orang Qaran mulai mengetahui keduduka spiritualnya yang demikian tinggi di mata Rasulullah saw, mereka kemudian berusaha untuk menemui dan memuliakannya. Akan tetapi, Uwais yang sehari-harinya hidup penuh dengan kesunyian ini,

Page 25: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

diam-diam meninggalkan mereka dan pergi menuju Kufah, melanjutkan hidupnya yang sendiri. Ia memilih untuk hidup dalam kesunyian, hati  terbatas untuk yang selain Dia. Tentu saja, “kesunyian” disini tidak identik dengan kesendirian (pengasingan diri).

Hakekat kesendirian ini terletak pada kecintaanya kepada Tuhan. Siapa yang mencintai Tuhan, tidak akan terganggu oleh apapun, meskipun ia hidup ditengah-tengah keramaian. Alaisa Allah-u bi Kafin abdahu? Setelah seorang sufi bernama Harim bin Hayyam berusaha untuk mencari Uwais setelah tidak menemukannya di Qaran. Kemudian ia menuju Basrah. Di tengah perjalanan menuju Basrah, inilah, ia menemukan Uwais yang mengenakan jubah berbulu domba sedang berwudhu di tepi sungai Eufrat. Begitu Uwais beranjak naik menuju tepian sungai sambil merapikan jenggotnya. Harim mendekat dan memberi salam kepadanya. Uwais : menjawab: “ Wa alaikum salam”, wahai Harim bin Hayyan. Harim terkejut ketika Uwais menyebut namanya. “Bagaimana engakau mengetahui nama saya Harim bin Hayyan?’ tanya Harim. “Ruhku telah mengenal ruhmmu”, demikian jawaban Uwais, kemudian menasehati Harim untuk selalu menjaga hatinya. Dalam arti mengarahkannya untuk selalu dalam ketaatan kepada-Nya melalui mujahadah, atau mengarahkan diri “dirinya “ untuk mendengar dan mentaati kata hatinya. Meski Uwais menjalani hidupnya dalam kesendirian dan kesunyian, tetapi pada saat-saat tertentu ia ikut berpartisipasi dalam kegiatan jihad untuk membela dan mempertahankan agama Allah. Ketika terjadi perang Shiffin antara golongan Ali melawan Muawiyah, Uwais berdiri di golongan Ali. Saat orang islam membebaskan Romawi, Uwais ikut dalam barisan tentara Islam. Saat kembali dari pembebasan tersebut, Uwais terserang penyakit dan meninggal saat itu juga. (th 39 H). Demikianlah sekelumit tentang Uwais al-Qarni, kemudian hari namanya banyak di puji oleh masyarakat. Yunus Emre misalnya memujinya dalam satu sajak syairnya : Kawan tercinta kekasih Allah; Di tanah Yaman, Uwais al-Qarani. Dia tidak berbohong ; dan tidak makan makan haram Di tanah Yaman, Uwais al-Qarani Di pagi hari ia bangun dan mulai bekerja, Dia membaca dalam dzikir seribu satu malam Allah; Dengan kata Allahu Akbar dia menghela unta-unta Di tanah Yaman, Uwais al-Qarani Negeri Yaman “negeri di sebelah kanan “, negeri asal angin sepoi-sepoi  selatan yang dinamakan nafas ar-rahman, Nafas dari Yang Maha Pengasih, yang mencapai Nabi dengan membawa bau harum dari ketaatan Uwais al-Qarani, sebagaimana angin sepoi-sepoi sebelumnya yang mendatangkan keharuman yang menyembuhkan dari kemeja Yusuf kepada ayahnya yang buta. Ya’kub (QS, 12: 95), telah menjadi simbol dari Timur yang penuh dengan cahaya, tempat dimana cahaya muncul, yang dalam karya Suhrawadi menggambarkan rumah keruhanian yang sejati. “Negeri di sebelah kanan “ itu adalah tanah air Uwais al-Qarani yanag memeluk Islam tanpa pernah betemu dengan nabi.

Hikmah Yamaniyyah, “Kebijaksanaan Yaman,” dan Hikmah Yamaniyyah,”filosofi Yanani”, bertentangan, sebagaimana makrifat intuitif dan pendekatan intelektual, sebagaimana Timur dan Barat. Doa dan Dzikir Satu hal yang perlu digarisbawahi dari diri Uwais al-Qarani, kemudian menjadi landasan dalam tareqat-tareqat sufi, selain baktinya yang luar biasa terhadap kedua orang tuanya dan sikap zuhudnya, adalah doa dan dzikirnya. Uwais tidak pernah berdoa khusus untuk seseorang, tetapi selalu berdoa untuk seluruh umat kaum muslim. Uwais juga tidak pernah lengah dalam berdzikir meskipun sedang sibuk bekerja, mengawasi dan menggiring ternak-ternaknya. Doa dan dzikir bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Hakekatnya adalah satu. Sebab, jelas doa adalah salah satu bentuk dari dzikir, dan dzikir kepada–Ku hingga ia tidak sempat bermohon (sesuatu) kepada-Ku, maka Aku akan

Page 26: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

mengaruniakan kepadanya sesuatu yang terbaik dari yang diminta orang yang berdoa kepada-Ku”. Uwais selalu bedoa untuk seluruh muslimin. Doa untuk kaum muslim adalah salah satu bentuk perwujudan dari kepedulian terhadap “urusan kaum muslim”. Rasulullah saw. Pernah memperingatkan dengan keras: Siapa yang tidap peduli dengan urusan kaum muslim, maka ia tidak termasuk umatku.” Dalam hal ini, Rasulullah saw menyatakan bahwa “permohonan yang paling cepat dikabulkan adalah doa seseorang untuk saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan dan mendahulukan doa untuk selain dirinya.” Dan Uwais lebih memilih untuk medoakan seluruh saudaranya seiman. Suatu ketika Hasan bin Ali terbangun tengah malam dan melihat ibunya, Fatimah az-Zahra, sedang khusu’ berdoa. Hasan yang penasaran ingin tahu apa yang diminta ibunya dalam doanya berusaha untuk menguping. Namun Hasan agak sedikit kecewa, karena dari awal hingga akhir doanya, ibunya, hanya meminta pengampunan dan kebahagian hidup untuk seluruh kaum muslimin di dunia dan di akhirat kelak. Selesai berdoa, segera Hasan bertanya kepada ibunya perihal doanya yang sama sekali tidak menyisakan doanya untuk dirinya sendiri. Ibunya tersenyum, lalu menjawab bahwa “apapun yang kita panjatkan untuk kebahagiaan hidup kaum muslim, hakekatnya, permohonan itu akan kembali kepada kita.”Sebab para malaikat yang menyaksikan doa tersebut akan berkata “Semoga Allah mengabulkanmu dua kali lipat.” Dari prinsip tersebut, para sufi kemudian menarik suatu prinsip yang lebih umum yang padanya bertumpu seluruh rahasia kebahagiaan. Apa yang kita cari dalam kehidupan ini, harus kita berikan kepada orang lain. Jika kebajikan yang kita cari, berikanlah; jika kebaikan, berikanlah; jika pelayanan, berikanlah. Bagi para sufi, dunia adalah kubah, dan perilaku seseorang adalah gema dari pelaku yang lain. Secuil apapun kebaikan yang kita lakukan, ia akan kembali. Jika bukan dari seseorang, ia akan datang dari orang lain. Itulah gemanya. Kita tidak mengetahui dari mana sisi kebaikan itu akan datang, tetapi ia akan datang beratus kali lipat dibanding yang kita berikan. Demikianlah, berdoa untuk kaum muslim akan bergema di dalam diri yang tentu saja akan berdampak besar dan positif dalam membangun dan meningkatkan kualitas kehidupan spiritual seseorang. Paling tidak, doa ini akan memupus ego di dalam diri yang merupakan musuh terbesar, juga sekaligus akan melahirkan dan menanamkan komitmen dalam diri “rasa Cinta”dan “prasangka baik”terhadap mereka, yang merupakan pilar lain dari ajaran sufi, sebagai manifestasi cinta dan pengabdian kepada Allah swt. Uwais tidak pernah lengah untuk berdzikir, mengingat dan menyebut-nyebut nama Allah meskipun ia sedang sibuk mengurus binatang ternaknya. Dzikir dalam pengertiannya, yang umum mencakup ucapan segala macam ketaatan kepada Allah swt.

Namun yang dilakukan Uwais disini adalah berdzikir dengan menyebut nama-nama Allah dan mengingat Allah, juga termasuk sifat-sifat Allah.

Ibn Qayyim al-Jauziyyah ketika memaparkan berbagai macam faedah dzikir dalam kitabnya “al-wabil ash-shayyab min al-kalim at-thayyib” menyebutkan bahwa “yang paling utama pada setiap orang yang beramal adalah yang paling banyak berdzikir kepad Allah swt. Ahli shaum yang paling utama adalah yang paling banyak dzikirnya; pemberi sedekah yang paling baik adalah yang paling banyak dzikirnya; ahli haji yang paling utama adalah yang paling banyak berdzikir kepada Allah swt; dan seterusnya, yang mencakup segala aktifitas dan keadaan.”

Syaikh Alawi dalam “al-Qawl al-Mu’tamad,” menyebutkan bahwa mulianya suatu nama adalah kerena kemuliaan pemilik nama itu, sebeb nama itu mengandung kesan si pemiliknya dalam lipat tersembunyi esensi rahasianya dan maknanya. Berdzikir dan mengulang-ulang Asma Allah,

Page 27: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Sang Pemilik kemuliaan, dengan demikian, tak diragukan lagi akan memberikan sugesti, efek, dan pengaruh yang sangat besar.

Al-Ghazali menyatakan bahwa yang diperoleh seorang hamba dari nama Allah adalah ta’alluh (penuhanan), yang berarti bahwa hati dan niatnya tenggelan dalam Tuhan, sehingga yang dilihat-Nya hanyalah Dia.

Dan hal ini, dalam pandangan Ibn Arabi, berarti sang hamba tersebut menyerap nama Allah, yang kemudian merubahnya dengan ontologis. Demikianlah, setiap kali kita menyerap asma Allah lewat dzikir kepada-Nya, esensi kemanusiaan kita berubah. Kita mengalami tranformasi. Yang pada akhirnya akan membuahkan akhlak al-karimah yang merupakan tujuan pengutusan rasulullah Muhammad saw. Dilihat dari sudut pandang psikologis sufistik, pertama-tama dzikir akan memberi kesan pada ruh seseorang, membentuknya membangun berbagai kualitas kebaikan, dan kekuatan inspirasi yang disugestikan oleh nama-nama itu.

Dan mekanisme batiniah seseorang menjadi semakin hidup dari pengulangan dzikir itu, yang kemudian mekanisme ini berkembang pada pengulangan nama-nama secara otomatis. Jadi jika seseorang telah mengilang dzikirnya selama satu jam, misalnya, maka sepanjang siang dan malam dzikir tersebut akan terus berlanjut terulang, karena jiwanya mengulangi terus menerus. Pengulangan dzikir ini, juga akan terefleksi pada ruh semesta, dan mekanisme universal kemudian mengulanginya secara otomatis. Dengan kata lain, apa yang didzikirkan manusia dengan menyebutnya berulang-ulang. Tuhan kemudian mulai mengulanginya, hingga termaterialisasi dan menjadi suatu realita di semua tingkat eksistensi.

Wallahu a’lam bis-shawab.

Kisah Seorang Wali Allah Uwais al-Qarni

Pada zaman Nabi Muhammad S.A.W, ada seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, pundaknya lapang panjang, berpenampilan cukup tampan.Kulitnya kemerah-merahan. Dagunya menempel di dada kerana selalu melihat pada tempat sujudnya. Tangan kanannya menumpang pada tangan kirinya. Ahli membaca al-Quran dan selalu menangis, pakaiannya hanya dua helai dan sudah kusut yang satu untuk penutup badan dan yang satunya digunakannya sebagai selendang. Tiada orang yang menghiraukan, tidak terkenal dalam kalangan manusia,namun sangat terkenal di antara penduduk langit.

 

Tatkala datangnya hari Kiamat, dan tatkala semua ahli ibadah diseru untuk memasuki Syurga, dia justeru dipanggil agar berhenti dahulu seketika dan disuruh memberi syafa'atnya.  Ternyata Allah memberi izin padanya untuk memberi syafa'at bagi sejumlah bilangan qabilah Robi'ah dan qabilah Mudhor, semua dimasukkan ke Syurga dan tiada seorang pun ketinggalan dengan izin-Nya.

 Dia adalah 'Uwais al-Qarni' siapalah dia pada mata manusia...

Page 28: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

 Tidak banyak yang mengenalnya, apatah lagi mengambil tahu akan hidupnya. Banyak suara-suara yang mentertawakan dirinya, mengolok-olok dan mempermainkan hatinya.  Tidak kurang juga yang menuduhnya sebagai seorang yang membujuk, seorang pencuri serta berbagai macam umpatan demi umpatan, celaan demi celaan daripada manusia.

 Suatu ketika, seorang fuqoha' negeri Kuffah, datang dan ingin duduk bersamanya. Orang itu memberinya dua helai pakaian sebagai hadiah. Namun, hadiah pakaian tadi tidak diterima lalu dikembalikan semula kepadanya. Uwais berkata:

 "Aku khuatir, nanti orang akan menuduh aku, dari mana aku mendapatkan pakaian itu? Kalau tidak daripada membujuk pasti daripada mencuri."

Uwais telah lama menjadi yatim. Beliau tidak mempunyai sanak saudara, kecuali hanya ibunya yang telah tua renta dan lumpuh tubuh badannya.

 Hanya penglihatan kabur yang masih tersisa.

 Bagi menampung kehidupannya sehari-hari, Uwais bekerja sebagai pengembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup-cukup untuk menampung keperluan hariannya bersama ibunya. Apabila ada wang berlebihan, Uwais menggunakannya bagi membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan.  Kesibukannya sebagai pengembala dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mempengaruhi kegigihan ibadahnya. Dia tetap melakukan puasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.

 

Uwais al-Qarni telah memeluk Islam ketika seruan Nabi Muhammad S.A.W tiba ke negeri Yaman. Seruan Rasulullah telah mengetuk pintu hati mereka untuk menyembah Allah, Tuhan Yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya.

 Islam mendidik setiap pemeluknya agar berakhlak luhur. Peraturan-peraturan yang terdapat di dalamnya menarik hati Uwais. Apabila seruan Islam datang di negeri Yaman, ia segera memeluknya, kerana selama ini hati Uwais selalu merindukan datangnya kebenaran. Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam, pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad S.A.W secara langsung. Sekembalinya di Yaman, mereka memperbaharui rumah tangga mereka dengan cara kehidupan Islam.

 Alangkah sedihnya hati Uwais apabila melihat setiap tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka itu telah bertamu dan bertemu dengan kekasih Allah penghulu para Nabi, sedang dia sendiri belum berkesempatan.  Kecintaannya kepada Rasulullah menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang kekasih. Namun apakan daya, dia tidak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah. Lebih dia beratkan adalah ibunya yang sedang sakit dan perlu dirawat. Siapa yang akan merawat ibunya sepanjang ketiadaannya nanti?

 Diceritakan ketika terjadi perang Uhud Rasulullah S.A.W mendapat cedera dan giginya patah kerana dilempari batu oleh musuh-musuhnya. Khabar ini sampai ke pengetahuan Uwais.  Dia

Page 29: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

segera memukul giginya dengan batu hingga patah. Hal tersebut dilakukan sebagai bukti kecintaannya kepada Rasulullah, sekalipun ia belum pernah melihatnya.

 Hari berganti dan musim berlalu, dan kerinduan yang tidak terbendung dan hasrat untuk bertemu tidak dapat dipendam lagi. Uwais merenungkan diri dan bertanya dalam hati, "Bilakah ia dapat menziarahi Nabinya dan memandang wajah beliau dengan dekat?"

Bukankah dia mempunyai ibu yang sangat memerlukan perhatian daripadanya dan tidak sanggup meninggalkan ibunya sendiri. Hatinya selalu gelisah siang dan malam menahan kerinduan untuk berjumpa Rasulullah.  Akhirnya, pada suatu hari Uwais mendekati ibunya. Dia meluahkan isi hatinya dan memohon izin kepada ibunya agar diperkenankan untuk pergi menziarahi Nabi S.A.W di Madinah.  Sang ibu, walaupun telah uzur, merasa terharu ketika mendengar permohonan anaknya. Beliau amat faham hati nurani anaknya, Uwais dan berkata,  "Pergilah wahai anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Apabila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang."  Dengan rasa gembira dia berkemas untuk berangkat. Dia tidak lupa untuk menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama mana dia pergi.

 Sesudah siap segala persediaan, Uwais mencium sang ibu. Maka berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak lebih kurang empat ratus kilometer dari Yaman.  Medan yang begitu panas dilaluinya. Dia tidak peduli penyamun gurun pasir, bukit yang curam, gurun pasir yang luas yang dapat menyesatkan dan begitu panas di siang hari, serta begitu dingin di malam hari. Semuanya dilalui demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya paras baginda Nabi S.A.W yang selama ini dirinduinya.

 Tibalah Uwais al-Qarni di kota Madinah. Segera ia menuju ke rumah Nabi S.A.W, diketuknya pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Keluarlah sayyidatina 'Aisyah R.A sambil menjawab salam Uwais.  Segera sahaja Uwais menanyakan Nabi yang ingin dijumpainya. Namun ternyata baginda tidak berada di rumah melainkan berada di medan perang. Betapa kecewa hati sang perindu, dari jauh ingin berjumpa tetapi yang dirindukannya tidak berada di rumah. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi S.A.W dari medan perang.  Bilakah beliau pulang? Sedangkan masih terngiang di telinga pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman.

"Engkau harus lekas pulang."  Atas ketaatan kepada ibunya, pesan ibunya tersebut telah mengalahkan suara hati dan kemahuannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi S.A.W. Dia akhirnya dengan terpaksa memohon untuk pulang semula kepada sayyidatina 'Aisyah R.A ke negerinya. Dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi S.A.W dan melangkah pulang dengan hati yang pilu.

 Sepulangnya dari medan perang, Nabi S.A.W langsung menanyakan tentang kedatangan orang yang mencarinya. Nabi Muhammad S.A.W menjelaskan bahawa Uwais al-Qarni adalah anak yang taat kepada ibunya. Ia adalah penghuni langit dan sangat terkenal di langit.  Mendengar perkataan baginda Rasulullah S.A.W, sayyidatina 'Aisyah R.A dan para sahabatnya terpegun. Menurut sayyidatina 'Aisyah R.A memang benar ada yang mencari Nabi S.A.W dan segera

Page 30: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

pulang kembali ke Yaman, kerana ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama.

 Rasulullah S.A.W bersabda: "Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qarni), perhatikanlah, ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya."

 Sesudah itu Rasulullah S.A.W, memandang kepada sayyidina Ali K.W dan sayyidina Umar R.A dan bersabda:  "Suatu ketika, apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi."

 Tahun terus berjalan, dan tidak lama kemudian Nabi S.A.W wafat, hinggalah sampai waktu khalifah Sayyidina Abu Bakar as-Shiddiq R.A telah digantikan dengan Khalifah Umar R.A. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi S.A.W tentang Uwais al-Qarni, sang penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kepada sayyidina Ali K.W untuk mencarinya bersama.  Sejak itu, setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, mereka berdua selalu bertanya tentang Uwais al-Qarni, apakah ia turut bersama mereka. Di antara kafilah-kafilah itu ada yang merasa hairan, apakah sebenarnya yang terjadi sampai ia dicari oleh beliau berdua.  Rombongan kafilah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka.

 Suatu ketika, Uwais al-Qarni turut bersama rombongan kafilah menuju kota Madinah.  Melihat ada rombongan kafilah yang datang dari Yaman, segera khalifah Umar R.A dan sayyidina Ali K.W mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais turut bersama mereka.  Rombongan itu mengatakan bahawa ia ada bersama mereka dan sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawapan itu, beliau berdua bergegas pergi menemui Uwais al-Qarni. Sesampainya di khemah tempat Uwais berada, Khalifah Umar R.A dan sayyidina Ali K.W memberi salam. Namun rupanya Uwais sedang melaksanakan solat. Setelah mengakhiri solatnya, Uwais menjawab salam kedua tamu agung tersebut sambil bersalaman.

 Sewaktu berjabat tangan, Khalifah Umar segera membalikkan tangan Uwais, untukmembuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais,sebagaimana pernah disabdakan oleh baginda Nabi S.A.W.  Memang benar! Dia penghuni langit.

 Dan ditanya Uwais oleh kedua tamu tersebut,

"Siapakah nama saudara?"

"Abdullah." Jawab Uwais.

 Mendengar jawapan itu, kedua sahabat pun tertawa dan mengatakan,

"Kami juga Abdullah, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?"

 Uwais kemudian berkata "Nama saya Uwais al-Qarni."

Page 31: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

 Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais telah meninggal dunia.Itulah sebabnya, dia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan sayyidina Ali K.W. memohon agar Uwais berkenan mendoakan untuk mereka.

 Uwais enggan dan dia berkata kepada khalifah,

"Sayalah yang harus meminta doa daripada kalian."

Mendengar perkataan Uwais, Khalifah berkata,

"Kami datang ke sini untuk mohon doa dan istighfar daripada anda."

 

Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais al-Qarni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdoa dan membacakan istighfar.  Setelah itu Khalifah Umar R.A berjanji untuk menyumbangkan wang negara daripada Baitulmal kepada Uwais, untuk jaminan hidupnya. Segera sahaja Uwais menolak dengan halus dengan berkata,  "Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi."

 

Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam dan tidak terdengar beritanya.  Namun, ada seorang lelaki pernah bertemu dan dibantu oleh Uwais. Ketika itu kami berada di atas kapal menuju ke tanah Arab bersama para pedagang. Tanpa disangka-sangka angin taufan berhembus dengan kencang.  Akibatnya, hempasan ombak menghentam kapal kami sehingga air laut masuk ke dalam kapal dan menyebabkan kapal semakin berat. Pada saat itu, kami melihat seorang laki-laki yang mengenakan selimut berbulu di pojok kapal yang kami tumpangi, lalu kami memanggilnya.

 

Lelaki itu keluar daripada kapal dan melakukan solat di atas air. Betapa terkejutnya kami melihat kejadian itu.

"Wahai waliyullah, tolonglah kami!" 

 

Namun, lelaki itu tidak menoleh. Lalu kami berseru lagi,

"Demi Zat yang telah memberimu kekuatan beribadah, tolonglah kami!"

 

Page 32: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Lelaki itu menoleh kepada kami dan berkata,

"Apa yang terjadi?"

"Tidakkah engkau melihat bahawa kapal dihembus angin dan dihentam ombak?" Tanya kami.

 

"Dekatkanlah diri kalian pada Allah!" Katanya.

 

"Kami telah melakukannya."

"Keluarlah kalian daripada kapal dengan membaca Bismillahirrahmaanirrahiim!"

Kami pun keluar daripada kapal satu persatu dan berkumpul. Pada saat itu jumlah kami lima ratus lebih. Sungguh ajaib, kami semua tidak tenggelam, sedangkan perahu kami serta isinya tenggelam ke dasar laut.

 

Lalu orang itu berkata pada kami,

"Tidak apalah harta kalian menjadi korban, asalkan kalian semua selamat."

"Demi Allah, kami ingin tahu, siapakah nama Tuan?" Tanya kami.

 

"Uwais al-Qorni." Jawabnya dengan singkat.

 

Kemudian kami berkata lagi kepadanya, "Sesungguhnya harta yang ada di kapal tersebut adalah milik orang-orang fakir di Madinah yang dikirim oleh orang Mesir."

"Jika Allah mengembalikan harta kalian. Apakah kalian akan membahagi-bahagikannya kepada orang-orang fakir di Madinah?" Tanyanya.

 

"Ya!" Jawab kami.

 

Page 33: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Orang itu pun melaksanakan solat dua rakaat di atas air, lalu berdoa. Setelah Uwais al-Qarni mengucap salam, tiba-tiba kapal itu muncul ke permukaan air, lalu kami menumpanginya dan meneruskan perjalanan. Setibanya di Madinah, kami membahagi-bahagikan seluruh harta kepada orang-orang fakir di Madinah, tiada satu pun yang tertinggal.

 

Beberapa waktu kemudian, tersiar khabar Uwais al-Qarni telah pulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan tiba-tiba sudah banyak orang yang berebut untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafan, di sana sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafankannya.

 

Demikian juga ketika orang pergi hendak menggali kuburnya. Di sana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke perkuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.

 

Syeikh Abdullah bin Salamah menjelaskan,

"Ketika aku ikut menguruskan jenazahnya hingga aku pulang daripada menghantarkan jenazahnya, lalu aku ingin untuk kembali ke kubur tersebut untuk memberi tanda pada kuburnya, akan tetapi sudah tak terlihat ada bekas di kuburnya."

(Syeikh Abdullah bin Salamah adalah orang yang pernah ikut berperang bersama Uwais al-Qarni pada masa pemerintahan sayyidina Umar R.A.)

 

Pemergian Uwais al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat menghairankan. Sedemikian banyaknya orang yang tidak kenal datang untuk mengurus jenazah dan pengebumiannya, padahal Uwais adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang.

 

Sejak dia dimandikan hingga jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, di situ selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang.

 

Page 34: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Mereka saling bertanya-tanya "Siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais al-Qarni? Bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir yang tidak memiliki apa-apa? Kerjanya hanyalah sebagai penggembala?"

 

"Namun, ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenali. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya."

 

Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamannya.

 

Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya siapa Uwais al-Qarni.

"Dialah Uwais al-Qarni, tidak terkenal di bumi tapi sangat terkenal di langit."

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bercerita mengenai Uwais al-Qarni tanpa pernah melihatnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Dia seorang penduduk Yaman, daerah Qarn, dan dari kabilah Murad. Ayahnya telah meninggal. Dia hidup bersama ibunya dan dia berbakti kepadanya. Dia pernah terkena penyakit kusta. Dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, lalu dia diberi kesembuhan, tetapi masih ada bekas sebesar dirham di kedua lengannya. Sungguh, dia adalah pemimpin para tabi’in.”

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Umar bin al-Khaththab radhiyallahu ‘anhu, “Jika kamu bisa meminta kepadanya untuk memohonkan ampun (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) untukmu, maka lakukanlah!”

Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu telah menjadi Amirul Mukminin, dia bertanya kepada para jamaah haji dari Yaman di Baitullah pada musim haji, “Apakah di antara warga kalian ada yang bernama Uwais al-Qarni?” “Ada,” jawab mereka.

Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Bagaimana keadaannya ketika kalian meninggalkannya?”

Mereka menjawab tanpa mengetahui derajat Uwais, “Kami meninggalkannya dalam keadaan miskin harta benda dan pakaiannya usang.”

Umar radhiyallahu ‘anhu berkata kepada mereka, “Celakalah kalian. Sungguh, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bercerita tentangnya. Kalau dia bisa memohonkan ampun untuk kalian, lakukanlah!”

Page 35: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Dan setiap tahun Umar radhiyallahu ‘anhu selalu menanti Uwais. Dan kebetulan suatu kali dia datang bersama jemaah haji dari Yaman, lalu Umar radhiyallahu ‘anhu menemuinya. Dia hendak memastikannya terlebih dahulu, makanya dia bertanya, “Siapa namamu?”

“Uwais,” jawabnya.

Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Di Yaman daerah mana?’

Dia menjawab, “Dari Qarn.”

“Tepatnya dari kabilah mana?” Tanya Umar radhiyallahu ‘anhu.

Dia menjawab, “Dari kabilah Murad.”

Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya lagi, “Bagaimana ayahmu?”

“Ayahku telah meninggal dunia. Saya hidup bersama ibuku,” jawabnya.

Umar radhiyallahu ‘anhu melanjutkan, “Bagaimana keadaanmu bersama ibumu?’

Uwais berkata, “Saya berharap dapat berbakti kepadanya.”

“Apakah engkau pernah sakit sebelumnya?” lanjut Umar radhiyallahu ‘anhu.

“Iya. Saya pernah terkena penyakit kusta, lalu saya berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala sehingga saya diberi kesembuhan.”

Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya lagi, “Apakah masih ada bekas dari penyakit tersebut?”

Dia menjawab, “Iya. Di lenganku masih ada bekas sebesar dirham.” Dia memperlihatkan lengannya kepada Umar radhiyallahu ‘anhu. Ketika Umar radhiyallahu ‘anhu melihat hal tersebut, maka dia langsung memeluknya seraya berkata, “Engkaulah orang yang diceritakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mohonkanlah ampun kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala untukku!”

Dia berkata, “Masa saya memohonkan ampun untukmu wahai Amirul Mukminin?”

Umar radhiyallahu ‘anhu menjawab, “Iya.”

Umar radhiyallahu ‘anhu meminta dengan terus mendesak kepadanya sehingga Uwais memohonkan ampun untuknya.

Selanjutnya Umar radhiyallahu ‘anhu bertanya kepadanya mengenai ke mana arah tujuannya setelah musim haji. Dia menjawab, “Saya akan pergi ke kabilah Murad dari penduduk Yaman ke Irak.”

Page 36: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Umar radhiyallahu ‘anhu berkata, “Saya akan kirim surat ke walikota Irak mengenai kamu?”

Uwais berkata, “Saya bersumpah kepada Anda wahai Amriul Mukminin agar engkau tidak melakukannya. Biarkanlah saya berjalan di tengah lalu lalang banyak orang tanpa dipedulikan orang.”

Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1

Kisah Al Baqarah (Sapi Betina) di Zaman Nabi Musa – Singkatnya, tersebutlah di kalangan Bani Israil seorang kaya raya. Dia mempunyai saudara sepupu yang fakir. Tidak ada ahli waris selain dirinya. Ketika orang kaya tersebut tidak lekas mati, maka saudara sepupu ini membunuhnya agar dia dapat mewarisi hartanya. Lalu dia membawa mayat saudaranya ke desa lain lalu melemparkan di pelataran desa. Kemudian dia berlagak hendak menuntut balas. Dia bersama orang-orang mendatangi Nabi Musa ‘alaihissalam lalu mereka memohon kepada Nabi Musa ‘alaihissalam agar berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala supaya diberi keterangan mengenai pembunuh orang tersebut.

Kemudian Nabi Musa ‘alaihissalam memerintahkan mereka agar menyembelih sapi dengan berkata kepada mereka:

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.” Mereka berkata: “Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?” (QS. Al-Baqarah: 67).

Maksudnya, apakah engkau mengejek kami, padahal kami bertanya kepadamu mengenai orang yang terbunuh, dan engkau justru memerintahkan kami agar menyembelih sapi.

Lantas Nabi Musa ‘alaihissalam menjawab:

“Aku berlindung kepada Allah agar tidak termasuk orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-Baqarah: 67)

Maksudnya, termasuk orang-orang yang mengejek kaum mukmin.

Ketika orang-orang mengetahui bahwa menyembelih sapi merupakan rencana dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka mereka menanyakan ciri-ciri sapi tersebut kepada Nabi Musa ‘alaihissalam.

Ternyata di balik hal tersebut ada hikmah besar, yaitu bahwa di kalangan Bani Israil terdapat orang shalih. Dia mempunyai anak laki-laki yang masih kecil dan dia mempunyai anak sapi betina. Dia membawa anak sapi tersebut ke dalam hutan dan berkata, “Ya Allah! Saya menitipkan anak sapi ini kepada-Mu untuk anakku kelak jika dia dewasa.”

Selanjutnya orang shalih ini meninggal dunia, sehingga anak sapi ini masih di hutan sampai bertahun-tahun. Anak sapi itu berlari setiap kali dilihat oleh orang. Ketika anak orang shalih tadi telah dewasa, dia menjadi anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Dia membagi

Page 37: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

malamnya menjadi tiga bagian. Dia melaksanakan shalat dalam sepertiga malam, tidur dalam sepertiga malam, dan duduk di samping ibunya dalam sepertiga malam. Di pagi hari dia mencari kayu bakar yang ditaruh di punggungnya, lalu datang ke pasar untuk menjual kayunya sesuai kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kemudian dia menyedekahkan sepertiganya, memakan sepertiganya, dan memberikan kepada sang ibu sepertiganya.

Pada suatu hari sang ibu berkata kepadanya, “Sesungguhnya ayahmu telah mewariskan anak sapi betina untukmu yang dia titipkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala di hutan ini, maka berangkatlah! Berdoalah kepada Rabb Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, Nabi Ismail ‘alaihissalam, dan Nabi Ishaq ‘alaihissalam agar mengembalikan anak sapi tersebut kepadamu. Ciri-cirinya, jika engkau melihatnya, kamu membayangkan seakan-akan sinar matahari memancar dari kulitnya. Dia diberi nama ‘Al-Mudzahhabah’ karena keindahan dan kejernihannya.”

Kemudian anak tersebut memasuki hutan, lalu dia melihat anak sapi sedang merumput, lantas dia memanggilnya dengan mengatakan, “Saya bermaksud kepadamu dengan menyebut nama Rabb Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, Nabi Ismail ‘alaihissalam, dan Nabi Ishaq ‘alaihissalam.” Kontan sapi itu menengok ke arahnya dan berjalan mendekatinya sehingga sapi tersebut berdiri di hadapannya. Dia lalu memegang lehernya dan menuntunnya.

Dengan izin Allah Subhanahu wa Ta’ala, tiba-tiba sapi tersebut bicara, “Wahai anak yang berbakti kepada kedua orang tua! Tunggangilah aku, karena hal itu lebih meringankanmu.’

Anak tersebut berkata, “Sesungguhnya ibuku tidak memerintahkanku melakukan hal itu. Akan tetapi, beliau berkata ‘peganglah lehernya.’”

Sapi itu berkata, “Demi Rabb Bani Israil, jika engkau menunggangiku, niscaya kamu tidak dapat menguasaiku untuk selamanya. Ayo berangkat! Sungguh, jika engkau memerintahkan gunung melepaskan diri dari pangkalnya dan berjalan bersamamu, niscaya ia melakukannya lantaran baktimu kepada ibumu.”

Lantas pemuda tersebut berjalan bersama sapi menemui ibunya. Sang ibu berkata kepadanya, “Sesungguhnya engkau orang fakir. Engkau tidak memiliki harta. Engkau kerepotan mencari kayu bakar di siang hari dan melakukan qiyamul lail di malam hari. Oleh karena itu, pergilah. Jual sapi ini!”

Si anak bertanya , “Saya jual dengan harga berapa?”

Ibunya menjawab, “Tiga dinar. Engkau jangan menjual tanpa pertimbanganku.” Harga sapi telah dipatok tiga dinar. Sang anak pun berangkat ke pasar.

Lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus malaikat agar dia melihat makhluk-Nya dan kekuasaan-Nya sekaligus untuk menguji pemuda tersebut bagaimana baktinya kepada ibunya. Sungguh, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui hal tersebut.

Sang malaikat bertanya, “Kamu jual sapi ini dengan harga berapa?”

Page 38: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Dia menjawab, “Tiga dinar. Dengan catatan ibuku meridhainya.”

Lantas malaikat berkata, “Saya beli enam dinar. Tetapi engkau tidak perlu meminta persetujuan ibumu.”

Pemuda itu berkata, “Seandainya engkau memberiku emas seberat sapi ini pun, saya tidak akan mengambilnya melainkan dengan ridha ibuku.”

Kemudian dia membawa pulang sapi kepada ibunya dan dia menceritakan tentang harganya.

Lalu sang ibu berkata, “Kembali lagi! Juallah dengan harga enam dinar berdasarkan ridha dariku.’

Dia pun berangkat ke pasar dan menemui malaikat. Sang malaikat bertanya, “Apakah engkau telah meminta persetujuan ibumu?”

Pemuda itu menjawab, “Beliau menyuruhku agar tidak mengurangi harganya dari enam dinar dengan catatan saya meminta persetujuan ibu.”

Sang malaikat berkata, “Saya akan memberimu dua belas dinar.”

Pemuda itupun menolak, lalu kembali kepada ibunya dan menceritakan hal tersebut kepadanya.

Ibunya berkata, “Sungguh, orang yang mendatangimu adalah malaikat dalam bentuk manusia untuk mengujimu. Jika dia mendatangimu lagi, katakan padanya, ‘Apakah engkau memerintahkan kami untuk menjual sapi ini ataukah tidak?”

Pemuda itu pun melakukan hal tersebut, lalu malaikat berkata, “Kembalilah kepada ibumu. Dan tolong sampaikan padanya, ‘Biarkanlah sapi ini. Sungguh Nabi Musa bin Imran ‘alaihissalam akan membelinya dari kalian untuk mengungkap korban pembunuhan seseorang di kalangan kaum Bani Israil. Janganlah engkau menjualnya kecuali dengan kepingan dinar yang memenuhi kulitnya. Oleh karena itu, tahan dulu sapi ini.’”

Allah Subhanahu wa Ta’ala memang menakdirkan orang-orang Bani Israil yang menyembelih sapi itu. Mereka terus-menerus menanyakan ciri-ciri sapi tersebut dan ternyata ciri-ciri yang diberikan sesuai dengan ciri-ciri sapi pemuda shalih tersebut. Hal ini merupakan imbalan bagi pemuda tersebut atas baktinya kepada sang ibu sebagai anugerah dan kasih sayang.

Akhirnya mereka pun membeli sapi tersebut dengan emas sepenuh kulit sapi. Lantas mereka menyembelih sapi tersebut kemudian memukulkan bagian dari sapi kepada korban pembunuhan sebagaimana perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Selanjutnya orang yang terbunuh bangkit; hidup lagi dengan izin Allah, sedang urat lehernya masih mengalirkan darah. Lalu dia berkata, “Yang membunuh saya adalah fulan.” Kemudian dia jatuh dan mati di tempatnya. Maka, si pembunuh terhalang mendapat warisan.

Page 39: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Sumber: Hiburan Orang-orang Shalih, 101 Kisah Segar, Nyata dan Penuh Hikmah, Pustaka Arafah Cetakan 1

Artikel www.KisahMuslim.com

Al-Ustadz Abu Muhammad Harits

Samiri telah merasakan buah dari kejahatan dan kesesatannya di dunia. Seumur hidupnya, dia selalu berkata kepada orang lain, “Jangan sentuh saya,” karena setiap kali tubuhnya disentuh, dia merasa seperti terbakar. Itulah hukuman bagi orang-orang yang melakukan kesyirikan, bahkan mengajak orang lain ke dalam kesesatan. Menurut ulama, kisah ini terjadi sesudah dihancurkannya patung anak sapi yang disembah oleh sebagian besar bani Israil yang menyertai Nabi Musa ‘Alaihissalam. Hal itu agar semakin jelas betapa rendahnya sesuatu yang mereka sembah selain Allah Subhanahu wata’ala. Ketika sapi itu sebagai makhluk yang hidup, ia tidak berdaya ketika disembelih, lebih-lebih lagi jika ia hanya sebuah benda mati, kaku, dan bisu. Mungkin—Allahu a’lam—kisah penyembelihan sapi betina ini adalah

salah satu bentuk rahmat dan karunia Allah Subhanahu wata’ala kepada bani Israil. Dengan memerintahkan mereka menyembelih seekor sapi ini, akan tercabut sisa-sisa pengaruh kesyirikan dan kesesatan yang pernah mereka lakukan, yaitu menyembah patung anak sapi, serta menambah kokoh keyakinan mereka bahwa hanya Allah Subhanahu wata’ala satu-satunya yang berhak menerima peribadatan dalam bentuk apa pun. Kisah ini—kalau secara lengkap dan detail—bersumber dari sebagian cerita Israiliyat. Akan tetapi, kisah ini termasuk kisah-kisah yang boleh diriwayatkan, meskipun kebenaran ataupun kebatilannya tidak dapat kita akui secara mutlak.

Oleh sebab itu, kisah ini ataupun kisah-kisah Israiliyat lainnya harus dihadapkan kepada al-Qur’an dan as-Sunnah yang sahih. Apa saja yang di dalamnya sesuai dengan al-Qur’anul Karim dan as-Sunnah yang sahih, itulah yang benar, sedangkan yang tidak sesuai, itulah yang batil dan harus ditolak. Adapun riwayat yang menceritakan secara detail tentang kisah mereka dan sampai kepada kita adalah melalui as-Suddi, Abul ‘Aliyah, dan ‘Abidah as-Salmani rahimahumullah. Riwayatriwayat ini dikeluarkan oleh imam-imam kaum muslimin, seperti Ibnu Jarir ath- Thabari, Ibnu Abi Hatim, Ibnul Mundzir, dan al-Baihaqi rahimahumullah.

Awal Kejadian

Alkisah—menurut riwayat-riwayat tersebut—, di zaman dahulu, ketika bani Israil masih bersama Nabi Musa ‘Alaihissalam, hiduplah seorang hartawan dengan kekayaan yang berlimpah. Hartawan tersebut tidak mempunyai anak yang akan mewarisi hartanya. Tetapi, ada kerabatnya yang akan mewarisi hartanya apabila dia meninggal dunia. Pada suatu hari, hartawan itu ditemukan terbunuh dan jenazahnya tergeletak di depan rumah penduduk sebuah desa. Keesokan harinya, kerabat hartawan

itu tiba di desa tersebut dan melihat jenazah hartawan itu. Kerabatnya segera menjerit dan meratap. Dia memandangi orang-orang di sekitarnya dan menuduh merekalah yang membunuh hartawan itu. Tentu saja, mereka mengingkari. Warga menjadi marah. Akhirnya, mereka ribut dan hampir berkelahi. Salah seorang cerdik pandai di kalangan masyarakat di desa itu berusaha

Page 40: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

menengahi mereka, “Untuk apa kalian berkelahi dan saling membunuh? Bukankah di tengah-tengah kita ada Rasulullah Musa ‘Alaihissalam? Mari kita menanyakan urusan ini kepada beliau.” Mereka segera menemui Nabi Musa ‘Alaihissalam dan menceritakan apa yang baru saja terjadi. Nabi Musa Alaihissalam segera berdoa kepada Allah Subhanahu wata’ala meminta petunjuk tentang kejadian tersebut. Allah Subhanahu wata’ala mewahyukan kepada beliau agar menyampaikan kepada bani Israil bahwa Allah Subhanahu wata’ala memerintahkan mereka menyembelih seekor sapi. Tentu saja mereka heran, Nabi Musa ‘Alaihissalam tidak menyebutkan pelakunya, tetapi menyuruh mereka menyembelih seekor sapi. “Apakah kamu mau menjadikan kami bahan ejekan?” tanya mereka. “Aku berlindung kepada Allah (jangan sampai aku) termasuk orangorang yang jahil (bodoh),” kata Nabi Musa ‘Alahissalam.

Kemudian mereka bertanya kepada beliau, “Berapa usia sapi itu?” “Tidak muda, tidak pula tua.  Pertengahan di antara keduanya. Nah, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada kalian!” kata beliau. Mereka masih juga bertanya, “Apa warna sapi itu?” “Kuning tua, menyenangkan orang yang melihatnya,” kata beliau. Kembali mereka berkata, “Bagaimana keadaan sapi itu? Semoga kami mendapat petunjuk, insya Allah.” “Sapi itu tidak pernah digunakan untuk bekerja membajak sawah, memberi minum tanaman, dan bersih dari cacat,” kata beliau menerangkan. “ Sekarang , barulah kamu menerangkan keadaan sapi itu dengan benar,” kata mereka. Setelah mendapatkan jawaban Nabi Musa ‘Alaihissalam itu, mereka pun berkeliling mencari sapi yang dimaksud. Itulah akibat kesalahan mereka sendiri. Seandainya mereka langsung mengerjakan perintah Allah Subhanahu wata’ala yang disampaikan oleh Nabi Musa ‘Alahissalam, tentu tidak akan memberatkan dan menyusahkan mereka.

Setelah hampir putus asa mencari sapi yang dimaksud, mereka tiba di sebuah desa tempat seorang anak yatim yang hidup sederhana bersama ibunya. Ayahnya wafat ketika anak itu masih kecil. Sebelum meninggal dunia, sang ayah pernah berdoa kepada Allah Subhanahu wata’ala agar memeliharakan sapinya. Itulah satusatunya kekayaan yang dimilikinya. Sapi itu dibiarkan begitu saja, tidak dilatih bekerja apa pun. Kulit sapi itu kuning tua, bersih tanpa ada warna lain sedikit pun, tidak tua dan tidak pula muda, benar-benar seperti yang diterangkan di dalam firman Allah Subhanahu wata’ala. Melihat sapi tersebut, mereka segera mendekati dan menawarnya.

Ternyata anak yatim itu tidak ingin menjualnya dengan harga biasa. Mereka terpaksa kembali menemui Nabi Musa ‘Alahissalam dan mengadukan hal__ itu. Keadaan itu seakan-akan sebagai hukuman atas sikap mereka yang enggan bersegera menjalan perintah. Akhirnya, mereka harus mau memenuhi harga yang ditetapkan anak itu, yaitu emas sebanyak yang menutupi kulit sapi tersebut. Dengan terpaksa, mereka membeli juga sapi itu dengan emas sebanyak yang diminta anak yatim tersebut.

Setelah sapi itu dibawa ke hadapan Nabi Musa ‘Alaihissalam, beliau memerintahkan sapi itu disembelih dan salah satu anggota tubuhnya dipukulkan ke jenazah tersebut. Dengan izin Allah Subhanahu wata’ala, jenazah itu pun hidup kembali. Nabi Musa ‘Alahissalam bertanya kepadanya, “Siapa yang membunuhmu?” “Dia ini,” kata orang itu sambil menunjuk ke arah kerabatnya, dan setelah itu dia pun kembali menjadi mayat.

Ternyata pelaku pembunuhan itu adalah kerabatnya sendiri, tetapi mereka mengingkarinya, “Demi Allah, kami tidak membunuhnya.” Demikianlah watak bani Israil, sampai saat ini. Itulah

Page 41: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

cerita yang dinukilkan para ulama kaum muslimin dari ahli kitab. Secara umum, kisah ini diabadikan oleh Allah Subhanahu wata’ala di dalam Kitab Suci-Nya, al-Qur’anul Karim. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

ــرة ــذبحوا بق ـأمركم أن ت ه ي �ن الل �قوم�ه� إ �ذ قال موسى ل وإ

خ�ذنا هزوا �ينقالوا أتت ــاه�ل ه� أن أكون م�ن الج �الل قال أعوذ بــا مــا ه�ي ن ن ل ك يبي هــا () قالوا ادع لنا رب �ن ه يقــول إ �ن قــال إ�ك �كر عوان بين ذل فافعلوا ما تؤمرونبقرة ال فار�ض وال بنا ما لونها ن ل ك يبي ــا () قالوا ادع لنا رب ه �ن ه يقــول إ �ن ــال إ ق

ــا اظ�ر�ين () قــالوا ادع لن ر الن ونهــا تســ بقرة صفراء فــاق�ع له �ن شاء الل ا إ �ن �ن البقر تشابه علينا وإ نا ما ه�ي إ ن ل ك يبي رب�ــير األرض ــول تث ــرة ال ذل ها بق �ن ه يقول إ �ن لمهتدون () قال إ

ــا ية ف�يه مة ال شــ� ل ــالوا اآلن ج�ئت وال تسق�ي الحرث مســ ق�ــالحق ا ب �ذ قتلتم نفســ ــون () وإ ــادوا يفعل ــذبحوها ومــا ك ف

ــا ــادارأتم ف�يه ـاف ـ ــون () فقلن ــر�ج ما كنتم تكتم ه مخ واللها �بعضــ� �ــه� اضر�بوه ب ــر�يكم آيات ه المــوتى وي �ي الل �ك يحي ــذل ك

كم تعق�لون لعلDan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina.” Mereka berkata, “Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?” Musa menjawab, “Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil.” Mereka menjawab, “Mohonkanlah kepada Rabbmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu.” Musa menjawab, “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan

Page 42: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada kalian!” Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Rabbmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya.

” Musa menjawab, “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orangorang yang memandangnya.” Mereka berkata, “Mohonkanlah kepada Rabbmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu).” Musa berkata, “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, dan tidak ada belangnya.” Mereka berkata, “Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya.” Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan.

Lalu Kami berfirman, “Pukullah mayat itu dengan sebagian anggota tubuh sapi betina itu!” Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti.” (al-Baqarah: 67—73)

Inilah kisah mereka yang dipaparkan oleh Allah Subhanahu wata’ala, dan pasti benar. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

�قوم�ه� �ذ قال موسى ل وإDan [ingatlah], ketika Musa berkata kepada kaumnya), yakni ingatlah wahai bani Israil ketika Musa berkata kepada kaumnya (firman Allah Subhanahu wata’ala);

ه يأمركم أن تذبحوا بقرة �ن الل إ(sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina).

Dalam ayat ini, Nabi Musa ‘Alaihissalam menerangkan bahwa Allah Subhanahu wata’alalah yang memerintahkan mereka menyembelih seekor sapi betina, bukan beliau. Semestinya, yang wajib mereka lakukan ialah segera mengerjakan perintah tersebut, bukan membantahnya. Akan tetapi, apa yang terjadi? Mereka justru mengucapkan kata-kata yang tidak beradab kepada Nabi yang mulia ini, (sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala),

خ�ذنا هزوا قالوا أتت

Page 43: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

“Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?” atau tertawaan orang?

Subhanallah.Mengapa harus merasa heran terhadap perintah Allah Yang Maha Mengetahui? Seolah-olah dengan pernyataan ini, mereka merasa ragu, bagaimana mungkin dengan menyembelih seekor sapi akan hilang pertikaian di antara mereka, dan pelaku pembunuhan itu akan segera diketahui? Inilah kebiasaan mereka hingga saat ini, yang selalu menilai segala sesuatunya dengan akal dan kebendaan (materi). Sok logis. Apakah mereka lupa, bagaimana Allah Yang Mahakuasa membelah laut menjadi dua belas jalan kering yang dilalui oleh setiap kabilah bani Israil? Dan itu belum lama terjadi. Padahal, mereka juga sudah melihat sendiri beberapa kejadian luar biasa selama Nabi Musa q bersama mereka. Lebih dari itu, sikap memperolokolok orang lain adalah perbuatan orang yang tidak berakal atau kurang akalnya. Para Nabiyullah r adalah manusia yang paling jauh dari perilaku ini. Sebab itu pula, Nabi Allah Musa ‘Alaihissalam berkata (sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala),

�ين ه� أن أكون م�ن الجاه�ل �الل أعوذ ب“Aku berlindung kepada Allah agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil.” Seakan-akan Nabi Musa ‘Alaihissalam hendak mengatakan, “Aku berlindung kepada Allah Subhanahu wata’ala untuk mengatakan tentang Allah Subhanahu wata’ala sesuatu yang tidak diwahyukan kepadaku.” Selain itu, orang yang berakal tentu melihat bahwa termasuk aib yang sangat besar adalah meremehkan agama dan akal, serta mengolok-olok manusia seperti dia juga, walaupun dia dilebihkan dari orang lain. Wallahul muwaffiq.

Dan kata; بقرة (seekor sapi betina) pada ayat 67 ini berbentuk nakirah dalam susunan kalimat mutsbat (positif), sehingga pengertiannya bersifat mutlak, tidak ditentukan jenis, umur, warna, atau

keadaan yang lainnya. Artinya, seekor sapi betina yang mana saja mereka sembelih, sudah mencukupi, dan mereka tergolong orang-orang segera mematuhi perintah Allah Allah Subhanahu wata’ala, serta selesailah persoalan itu dengan segera. Akan tetapi, apa yang terjadi? Mereka justru mempersulit diri sendiri, maka Allah Subhanahu wata’ala menambah kesulitan tersebut. Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

نا ما ه�ي ن ل ك يبي قالوا ادع لنا ربMereka menjawab, “Mohonkanlah kepada Rabbmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu.” (al-Baqarah: 68)

Nabi Musa ‘Alaihissalam pun berkata kepada mereka—sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala—,

Page 44: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

ــك � ــوان بين ذل ــر ع �ك ــار�ض وال ب ــا بقــرة ال ف ه �ن ه يقــول إ �ن إفافعلوا ما تؤمرون

“Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepada kalian!”

Dalam ayat ini kembali Nabi Musa ‘alaihissalam menyandarkan bahwa yang menetapkan kriteria sapi itu adalah Allah Subhanahu wata’ala sendiri. Seharusnya, mereka segera bergerak mencari sapi dengan kriteria awal itu, karena masih mudah untuk didapatkan. Sekali lagi, lihatlah apa yang mereka lakukan? Mereka justru mempersulit diri sendiri, bukannya segera menjalankan perintah tersebut. Wallahul musta’an.

Mereka berkata—sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala—,

نا ما لونها ن ل ك يبي قالوا ادع لنا رب“Mohonkanlah kepada Rabbmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya.” (al-Baqarah: 69)

Mereka semakin menambah kesulitan mereka sendiri dengan menanyakan warnanya. Perintah pertama sebetulnya sudah cukup jelas, bahkan Nabi Musa ‘Alahissalam mengingatkan agar mereka tidak

menyanggahnya. Namun, Nabi Musa ‘Alahissalam tetap menjawab—sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala—,

اظ�ر�ين ونها تسر الن ها بقرة صفراء فاق�ع ل �ن ه يقول إ �ن إ“Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya.” (al-Baqarah: 69)

Beliau tetap menerangkan bahwa keadaan sapi itu benar-benar dari Allah Subhanahu wata’ala. Warna yang disebutkan adalah warna sapi yang paling bagus. Mereka mulai beranjak, tetapi kembali lagi mempersulit diri sendiri dengan bertanya—sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala—,

Page 45: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

�ن ا إ �ن ــا وإ ابه علين �ن البقــر تشــ نا ما ه�ي إ ن ل ك يبي ادع لنا ربه لمهتدون شاء الل

“Mohonkanlah kepada Rabbmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu).” (al- Baqarah: 70)

Seolah-olah, menurut mereka, sapi seperti yang diterangkan itu belum jelas. Mereka ingin sapi yang dimaksud sudah tidak samar lagi sifat-sifatnya, maka mereka bertanya kembali. Seandainya mereka tidak mengucapkan, “Insya Allah,” niscaya keadaan mereka masih tetap dalam kebingungan mengenai sapi tersebut. Nabi Musa ‘Alahissalam menjawab— sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala—,

�ير األرض وال تسق�ي الحرث ها بقرة ال ذلول تث �ن ه يقول إ �ن إ“Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman,” karena sapi itu dibiarkan dalam keadaan liar, tidak dilatih untuk bekerja.

ية ف�يها مة ال ش� مسل“Tidak bercacat, tidak ada belangnya,” yang mencampuri warna kuning tua tersebut.

Setelah mendapat keterangan ini, mereka pun berkata—sebagaimana firman Allah Subhanahu wata’ala—,

�الحق ئت ب فذبحوها وما كادوا يفعلون قالوا اآلن ج�“Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya.” Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.

Perkataan mereka yang diceritakan oleh Allah Subhanahu wata’ala ini kepada kita menunjukkan seolah-olah—menurut mereka— penjelasan Nabi Musa ‘Alaihissalam di awal tidak lengkap dan tidak benar. Mahasuci Allah. Di awal, mereka mengira Nabi Musa ‘Alaihissalam mempermainkan mereka, membodoh-bodohi mereka. Padahal,

Page 46: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

mereka mendengar bahwa Nabi Musa q menyebutkan bahwa perintah menyembelih sapi itu langsung dari Allah Subhanahu wata’ala. Kemudian, mereka sendiri yang meminta Nabi Musa berdoa kepada Allah Subhanahu wata’ala agar Allah Subhanahu wata’ala menerangkan sifat sapi tersebut. Sebetulnya, satu sifat saja (dari sapi tersebut) yang mereka tanyakan sudah cukup, dan itulah sebabnya Nabi Musa ‘Alaihissalammemperingatkan mereka agar tidak menyanggah perintah itu, hendaknya segera saja dikerjakan. Tetapi, itulah kebiasaan bani Israil sampai saat ini. Akibat pembangkangan mereka itu, hampir saja mereka tidak mau menyembelih sapi yang sudah ditemukan. Pada awal kisah ini, Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

�قوم�ه� �ذ قال موسى ل وإ“Dan [ingatlah], ketika Musa berkata kepada kaumnya,” yakni ingatlah wahai bani Israil, ketika Musa berkata kepada kaumnya (firman Allah Subhanahu wata’ala);

ه يأمركم أن تذبحوا بقرة �ن الل إ“Sesungguhnya Allah menyuruh kalian menyembelih seekor sapi betina.”

Tetapi, Allah Subhanahu wata’ala belum menerangkan sebabnya. Seakan-akan memancing minat orang-orang yang mau memerhatikan agar menunggu dan membacanya dengan saksama sampai selesai. Wallahu a’lam.

Kemudian, pada bagian akhir kisah ini Allah Subhanahu wata’ala berfirman,

ــا ــادارأتم ف�يهـ ا فـ ــ �ذ قتلتم نفسـ ــر�ج ما كنتموإ ه مخـ والل�بعض�ها ه الموتى تكتمون () فقلنا اضر�بوه ب �ي الل �ك يحي كذل

كم تعق�لون �ه� لعل وير�يكم آياتDan (ingatlah), ketika kalian membunuh seorang manusia lalu kalian saling tuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. Lalu Kami berfirman, “Pukullah mayat itu dengan sebagian anggota sapi betina itu!” Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti.” (al-Baqarah: 72—73)

Ayat yang mulia ini, menjelaskan peristiwa apa yang sebetulnya terjadi, sehingga mereka diperintah untuk menyembelih seekor sapi. Seakan-akan hendak menerangkan pula kepada kaum mukminin sifat dan watak orang-orang Yahudi terhadap perintah Allah Subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya, agar mereka tidak meniru, lalu binasa seperti mereka. Setelah sapi itu disembelih,

Page 47: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Allah Subhanahu wata’ala memerintahkan agar memukulkan sebagian anggota tubuh sapi itu kepada mayat yang mereka perselisihkan siapa pembunuhnya. Allah Subhanahu wata’ala tidak menerangkan bagian tubuh yang mana dipukulkan kepada mayat tersebut, karena itu bukan urusan kita dan tidak ada kepentingannya. Begitu pula pemaparannya, tidak secara lengkap sebagaimana yang dinukil oleh para ulama kaum muslimin, adalah juga karena

tidak banyak faedahnya. Kami menukilnya di sini untuk memudahkan alur cerita karena sudah begitu dikenal kaum muslimin. Dan, bagaimanapun, Kalam Allah Subhanahu wata’ala pastilah yang paling jelas dan benar.

(insya Allah bersambung; Akhir Peristiwa dan Beberapa Faedah)

AYAT YANG BERKAITAN BESERTA TERJEMAHNYA

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqoroh ayat 67-73:

ــذبحوا ـأمركم أن ت ه ي �ن الل ــه� إ �قوم� ى ل ــال موســ �ذ ق وإــون م�ن ه� أن أك �الل ــوذ ب خ�ذنا هزوا قال أع بقرة قالوا أتت

�ين ( ن لنا مــا ه�ي قــال67الجاه�ل ك يبي ) قالوا ادع لنا رب�ــك ــر عــوان بين ذل �ك ها بقرة ال فــار�ض وال ب �ن ه يقول إ �ن إ

ن لنا ما68فافعلوا ما تؤمرون ( ك يبي ) قالوا ادع لنا ربر ــا تســ ها بقرة صفراء فاق�ع لونه �ن ه يقول إ �ن لونها قال إ

اظ�ر�ين ( �ن69الن ــا مــا ه�ي إ ن لن ك يبي ــا رب ) قالوا ادع لنــدون ( ه لمهت اء الل �ن شــ ا إ �ن ــا وإ ابه علين ــر تشــ )70البق

�ير األرض وال تسق�ي ها بقرة ال ذلول تث �ن ه يقول إ �ن قال إــالحق � ية ف�يهــا قــالوا اآلن ج�ئت ب مة ال شــ� ل الحرث مســ

ـون ( ـ ــادوا يفعل ــا ك ــذبحوها وم ا71ف ــ �ذ قتلتم نفس ) وإ

Page 48: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

ه مخر�ج ما كنتم تكتمون ( ) فقلنا72فادارأتم ف�يها واللـه� ـ� ــر�يكم آيات ه الموتى وي �ك يحي� الل �بعض�ها كذل اضر�بوه ب

كم تعق�لون ( )73لعل

”Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya:”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu

menyembelih seekor sapi betina”. Mereka berkata:”Apakah kamu hendak menjadikan kami

buah ejekan?”. Musa menjawab:”Aku berlindung kepada Allah sekiranya menjadi seorang dari

orang-orang yang jahil”. Mereka menjawab:”Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami, agar

dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu?”. Musa menjawab:”sesungguhnya Allah

berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara

itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu”. Mereka berkata:”Mohonkanlah

kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya”. Musa

menjawab:”Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang

kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya”.

Mereka berkata:”Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada

kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami

dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk”.Musa berkata:”Sesungguhnya

Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk

membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya”.

Mereka berkata:”Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya”.

Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.

Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh-menuduh

tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. Lalu

Kami berfirman:”Pukullah mayat itu dengan sebagian anggota sapi betina itu!”. Demikianlah

Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan kepadamu

tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti.”(QS. Al-Baqarah: 67-73).

 

Page 49: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

B.     TAFSIR AL-QURAN

Ibnu Katsir menyebutkan dalam tafsirnya:

Ibnu Abi Hatim berkata: telah bercerita kepada kami Hasan bin Muhammad bin Shobbah,

telah bercerita kepada kami Yazid bin Harun, telah mengabarkan kepada kami Hisyam bin

Hassan, dari Muhammad bin Sirin, dari Ubaidah As-Salmany, ia berkata:

“Terdapat seorang laki-laki mandul (di kalangan Bani Israil), sedang dia mempunyai harta

kekayaan melimpah, dan dia mempunyai beberapa orang keponakan. Semua keponakannya itu

sangat mengharapkan kematiannya, agar mereka dapat mewarisi hartanya tersebut. Kemudian,

di antara mereka ada yang beranjak untuk membunuh orang tersebut pada malam hari dan

kemudian melempar mayatnya di persimpangan jalan. Ada juga yang mengatakan, mayatnya

diletakkan di depan pintu salah satu dari mereka. Keesokan harinya, orang-orang bangun dan

ramai memperbincangkan mayat orang tersebut. Kemudian ada salah seorang keponakannya

datang dan langsung berteriak secara histeris seraya memukul-mukul dirinya sendiri. Mereka

berkata:’Mengapa kalian saling bertengkar dan tidak mendatangi Nabi Allah?’ Kemudian

keponakannya datang dan mengadukan masalah pamannya itu kepada Rasul Allah, Musa

‘alaihissalam. Musa pun berkata:

”…Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina”. Mereka

berkata:”Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan…?.Musa menjawab:’Aku

berlindung kepada Allah sekiranya menjadi seorang dari orang-orang yang jahil.’”(QS. Al-

Baqarah: 67)

Masih dari Tafsir Ibnu Katsir:

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma, ‘Ubaidah, Mujahid, ‘Ikrimah, rahimahumullah dan

beberapa ulama lainnya mengatakan:”Seandainya mereka langsung mencari sapi betina

bagaimanapun wujudnya dan segera menyembelihnya, niscaya telah tercapai tujuan yang

dimaksud, tetapi mereka mempersulit diri mereka sendiri.

Page 50: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Maksudnya, mereka diperintahkan menyembelih sapi yang tidak tua dan tidak muda, dan yang

belum dikawini oleh sapi jantan. Demikian yang dikemukakan oleh sekelompok ulama. Namun,

mereka mempersulit diri mereka dengan menanyakan warnanya, sehingga mereka diperintahkan

untuk menyembelih sapi berwarna kuning tua, yang menyenangkan mata orang-orang yang

melihatnya. Dan warna ini sangat bagus, selain itu mereka juga mempersulit diri dengan ucapan

mereka:

”Mereka berkata:”Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia menerangkan kepada

kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami

dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat petunjuk.”(QS. Al-Baqarah: 70)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

”Musa berkata:’Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang

belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak

bercacat, tidak ada belangnya”.”(QS. Al-Baqarah: 71)

Dan firman-Nya:

“Mereka berkata:”Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya”.

Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.”

Ibnu Katsir menyebutkan: Muhammad bin Ka’ab dan Muhammad bin Qais berkata:

<<“Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah

itu.”>> dengan mahal (kesukaran) memperolehnya.

C.    KESIMPULAN

Kisah yang terdapat dalam Al-Quran serta penjelasannya yang tertera pada tafsir surat

Al-Baqorh ayat 67 sampai 73 ini merupakan sebab penamaan surat Al-Baqoroh. Di dalam kisah

ini terkandung jelas bagaimana sifat Bani Israil. Karakter yang sangat jelas adalah

pembangkangannya terhadap nabi Musa ‘Alaihis Salaam ketika mereka meminta Nabi Musa

untuk bertanya kepada Rabb-Nya agar mereka tahu siapa pembunuh lelaki mandul dan kaya raya

yang telah saya tulis sebelumnya. Allah SWT berfirman agar mereka menyembelih seekor sapi

Page 51: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

betina sebagai jawaban dari pertanyaan merek. Namun mereka heran atas jawaban itu dan

dengan beraninya mereka berkata: “Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?”.

Keengganan mereka terhadap perintah ini membuat mereka terus bertanya bagaimana sapi yang

harus disembelih itu.

Awalnya perintah Allah hanya sebatas menyembelih sapi betina Namun atas pertanyaan

mereka yang bertubi-tubi itu maka persyaratan atau kriteria sapi itu adalah sapi yang tidak tua

dan tidak muda; pertengahan antara itu, sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang

kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya,  sapi betina itu juga

adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk

mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya. Pertanyaan yang mereka tanyakan

sebagai bentuk pembangkangan mereka sesungguhnya semakin mempersulit mereka. Dari

sinilah baru. kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan

perintah itu karena mereka sudah bersusah payah untuk mendapatkannya serta harganya yang

mahal.

Setelah sapi betina itu disembelih Allah berfirman:”Pukullah mayat itu dengan sebagian

anggota sapi betina itu!”. Mayat itu pun hidup setelah mereka memukul tubuh mayat, Allah

Subhanahu wa Ta’ala menghidupkannya kembali, orang itu pun bangkit. Kemudian Nabi Musa

‘alaihissalam bertanya:’”Siapa yang membunuhmu?” Dia menjawab:”Keponakanku yang telah

membunuhku.” Lalu, dia mati kembali.

Thobary dalam tafsirnya menyebutkan: Telah bercerita kepadaku Muhammad bin Amr,

ia berkata: Abu ‘Asshim telah bercerita kepada kami, ia berkata: Telah bercerita kepada kami

Isa, Dari Ibnu Abi Najih, dari Mujahid, ia berkata: “Lelaki itu dipukul dengan paha sapi betina

itu kemudian ia hidup dan lelaki itupun berkata: ‘Fulan telah membunuhku’, kemudian ia

kembali mati.”.

Kalau saja mereka tidak banyak bertanya dan langsung menuruti apa yang Allah

perintahkan, niscaya mereka tidak akan dipersulit atas pertanyaan mereka itu.

D.    FAEDAH KISAH SAPI BANI ISRAIL

Page 52: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Ada beberapa faedah yang bisa kita ambil dari kisah ini, diantaranya:

(1). Tidaklah datang kepada suatu kaum seorang nabi kecuali ada ujian keimanan di dalamnya.

(2). Hendaknya jika datang kepada kita sebuah perintah dari Allah, segera dilaksanakan tanpa

berusaha meniadakan perintah itu karena keengganan dan pikiran bahwa itu tak sesuai dengan

kebutuhan kita karena Allah lebih tahu apa yang hamba-Nya butuhkan.

(3). Perkataan yang keluar dari para utusan Allah merupakan wahyu dan bukan hanya perkataan

yang sia-sia apalagi main-main.

(4). Ketaatan kita kepada Allah adalah salah satu sebab Allah mengijabah keinginan dan

permintaan hamba-Nya.

(5). Kisah-kisah yang terdapat dalam al-Quran sudah semestinya dijadikan sebagai sebuah

pelajaran dan diambil hikmahnya oleh orang-orang yang beriman lagi berpikir.

Kisah Bani Israil dan perintah menyembelih Sapi Betina

Kali ini pembahasan Quran kita beranjak ke surat Al Baqarah ayat 68-71

surat ini bercerita tentang kaum Bani Israil yang selalu mencari-cari alasan tentang perintah Allah, sebagai sifat Bani Israil yang sok pintar, istilahnya pinter ngeles karena mereka menganggap perintah bisa ditawar-tawar. Pada surat Albaqarah Ayat ke68

Artinya:Mereka menjawab: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu.” Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu”.

Manakala Bani Israil menyadari bahwa perintah penyembelihan sapi betina itu serius, maka mereka mulai mencari-cari alasan, seperti sapi yang bagaimanakah yang harus kami sembelih? Ada kemungkinan, alasan-alasan ini datang dari pembunuh yang sebenarnya, jangan sampai rahasia perbuatan jahatnya terungkap dan masyarakat mengetahuinya.

Walaupun bertanya adalah kunci ilmu pengetahuan, namun tujuan Bani Israel mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut, semata-mata untuk lari dari tanggung jawab dan perintah Allah. Oleh karena itulah mereka mengutarakan pertanyaan-pertanyaan tanpa kesopanan dan berkata,

Page 53: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

“Wahai Musa mohonkanlah kepada Tuhanmu.” Seakan-akan tuhan Musa as tidak sama dengan tuhan mereka.

pada Albaqarah Ayat ke69

Artinya:Mereka berkata: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya.” Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya.”

 

Kendati perintah penyembelihan sudah dua kali turun, namun sepertinya mereka enggan melaksanakan dan menunaikan perintah itu. Karena itu, mereka mengajukan pertanyaan lain lagi, yaitu apakah warna sapi betina itu? Padahal, warna sapi tidaklah berpengaruh atau berperan dalam hukum. Dan sekiranya hal itu penting, niscaya Allah sudah menyebutkan sebelumnya. Namun supaya Bani Israil tidak mempunyai peluang dan alasan untuk lari dari perintah ini, Allah swt menentukan warna kuning untuk sapi tersebut, supaya mereka tahu apa yang disembelih atas perintah Allah, haruslah binatang yang bagus dan berharga, dan berusia tidak terlalu tua, melainkan pertengahan.

Ayat ke 70-71

Artinya:Mereka berkata: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat pentunjuk.”

 

Musa berkata: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya.” Mereka berkata: “Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya”. Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.

 

Pada ayat sebelumnya dijelaskan bahwa, karena Allah memerintahkan mereka menyembelih seekor sapi untuk mengungkap pembunuhan, maka sekelompok bani Israel melontarkan berbagai alasan dan dengan tujuan mengolok-olok, mereka menanyakan warna dan umur sapi tersebut. Ayat ini juga menceritakan kelanjutan alasan-alasan yang mereka cari-cari, Meski Allah telah telah menjelaskan warna dan umur sapi tersebut, namun mereka berkata, “Wahai Musa terangkan lebih banyak ciri-ciri sapi tersebut hingga kami dapat mengenalinya.”

Page 54: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

 

Sewaktu Musa, dengan penjelasan-penjelasan dari sisi Allah, menjelaskan ciri-ciri sapi tersebut, maka mereka pun pasrah dan menyembelih sapi itu, sedangkan mereka sudah sempat berpikir untuk lari dan tidak melaksanakan pekerjaan ini. Ayat ini menunjukkan bahwa watak keras kepala dan sikap egois menyebabkan manusia hanya menganggap benar hal-hal yang sesuai dengan kecenderungan dan pandangannya, dan dengan sikap tidak sopan mereka berkata kepada Nabi Musa, “kini engkau telah menerangkan dengan benar.” Seolah-olah sebelum itu Musa as menerangkan dengan cara yang tidak benar.

so kesimpulannya, Jadi orang pinter bukannya mencari alasan untuk tidak melakukan perintah NYA namun Kepintarannya dilakukan untuk mencari jalan terbaik untuk menjalankan PerintahNYA

saduran dari http://indonesian.irib.ir/al-quran/-/asset_publisher/b9BB/content/tafsir-al-quran-surat-al-baqarah-ayat-67-71

Mbah Jenggot

PEMILIK "SAPI BETINA" DALAM SURAT AL-BAQOROH.(1)

temen2 tentu tak asing dengan cerita tentang kaumnya Nabi Musa saat terjadi pembunuhan dan tak diketahui siapa pembunuhnya,lantas Alloh memerintahakan untuk mencari sapi yg istimewa untuk menghidupkan korban pembunuhan.cerita tersebut terangkum dalam Al Qur`an Surat Baqoroh (66-73) berikut cuplikan crita tersebut:

“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya Allah menyuruh kalian untuk menyembelih seekor sapi betina (lalu pukulkanlah bagian dari sapi itu ke tubuh jenazah yang tidak diketahui pembunuhnya itu sehingga ia bangun dari kematiannya dan memberitahukan siapa pembunuhnya yang sebenarnya)”. Mereka berkata, “Apakah engkau memperolokkan kami?” Ia menjawab, “Aku berlindung kepada Allah agar tidak termasuk golongan orang-orang yang bodoh”

“Mereka berkata, “Mohonlah kepada Tuhanmu agar Ia menerangkan kepada kami sapi betina apakah itu!” Musa menjawab, “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa ia adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan di antara itu. Maka kerjakanlah apa yang telah diperintahkan kepada kalian.”

Mereka berkata, “Mohonlah kepada Tuhanmu agar Ia menerangkan kepada kami apa warnanya”. Musa menjawab, “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa (warna) sapi betina itu adalah kuning tua (yang merata) nan menyenangkan orang-orang yang memandangnya.”

Mereka berkata, “Mohonlah kepada Tuhanmu agar Ia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan jika Allah menghendaki (dengan keterangan yang telah kau berikan) kami akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu).”

Page 55: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

…Musa berkata, “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa ia adalah sapi betina yang belum pernah digunakan untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat (dan) tidak ada belangnya.” Mereka berkata, “Sekarang barulah engkau menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya”…Setelah mendengar ciri-ciri sapi tersebut, Bani Israel mencari sapi yang memiliki ciri-ciri ini, usaha apapun yang mereka lakukan tetap tidak membuahkan hasil hingga pada akhirnya mereka mendapatkannya di rumah seorang pemuda. 

Catatan dibawah ini akan lebih fokus menjelaskan siapa sebenarnya pemilik SAPI ISTIMEWA tersebut?? 

Imam Al-Baghawi menceritakan didalam kitab Tafsirnya, di kalangan Bani Israil ada seorang lelaki yang saleh, Ia punya seroang anak kecil dan seekor anak lembu. Menjelang hari kematiannya, lelaki itu melepaskan anak lembu tersebut di suatu hutan seraya berdoa. “Wahai Tuhanku, aku menitipkan anak lembu ini untuk anakku sampai ia besar”

Doa lelaki ini dikabulkan oleh Allah SWT. Setelah ia meninggal dunia, anak lembu itu tidak pernah keluar hutan dan selalu menyembunyikan diri agar tidak terlihat orang lain. Setelah anak itu dewasa, ia membaktikan diri pada ibunya. Ia berkerja mencari kayu bayar untuk kemudian dijual di pasar. Hasil jerih-payahnya itu dibagi tiga, satu bagian untuk sedekah, satu bagian untuk makan, dan yang terakhir untuk ibunya. Ia pun membagi waktu malamnya menjadi tiga, sepertiga malan untuk beribadah, sepertiga lagi untuk tidur, dan sepertiga lagi untuk menunggui ibunya.

Suatu hari ibunya mengatakan, “Sesungguhnya ayahmu meninggalkan anak lembu untukmu yang dilepaskan di suatu hutan. Carilah lembu itu sambil berdoa kepada Tuhannya Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishaq, dan Nabi Ya’qub supaya Dia mengembalikan anak lembu itu kepadamu.Pergilah anak muda itu ke hutan, dan menemukan lembu yang dimaksud. Lalu ia berkata, “Demi TUhan Nabi Ibrahim, Nabi Ismail, Nabi Ishaq, dan Nabi Ya’qub, tenanglah engkau di situ.”Lembu yang menghampiri anak muda itu dan berkata, “Hai anak muda yang bakti pada ibunya,” tegur lembu tersebut. “Naikilah aku supaya ringan bagimu.” Anak berkata, “Sesungguhnya ibuku tidak memerintahkan aku menaikimu, tetapi membawamu pulang.”“Demi tuhannya Bani Israil,” sumpah lembu tersebut, “Jika engkau menaikiku (berarti tidak mematuhi perintah ibunya), sesungguhnya engkau tidak akan dapat menguasaiku selamanya. Maka berjalanlah engkau, karena sesungguhnya andaikan engkau memerintahkan sebuah gunung berjalan sendiri untuk engkau naiki, niscaya gunung itu akan menurut semata-mata baktimu kepada ibumu.”

Sesampai di rumah, ibunya berkata, “Anakku engkau adalah orang fakir. Tidak punya harta, berpaya-payah mencari kayu bakar. Untuk itu juallah lembu ini.” Ibunya menyuruh anak itu menjual lembu itu ke pasar dengan harga tiga dinar.Maka pergilah anak itu ke pasar. Lalu Allah mengutus seorang malaikat untuk memperlihatkan kekuasan-Nya dan memberitahukan bakti anak muda itu terhadap ibunya kepada makhluknya.

Page 56: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

“Berapa dinar engkau jual lembu ini”, tanya malaikat itu.“Tiga dinar, dan aku mengadakan perjanjian kepadamu dengan keridhaan ibuku, “Jawab anak muda itu.“ambillah enam dinar ini, dan usahlah engkau meminta persetujuan ibumu”, bujuk malaikat itu.“Bahkan andai engkau memberiku emas seberat lembu ini, takkan kuterima kecuali dengan keridhaan/Ijin ibuku”.

Anak muda itu pulang kerumah, dan menyampaikan bahwa lembu mereka ditawar enam dinar.“Kembalilah engkau ke pasar, dan juallah lembu itu dengan enam dinar atas keridhaanku,” perintah ibunya.Anak muda itu pun kembali ke pasar.“Sudahkah engkau minta persetujuan ibumu?” Tanya malaikat yang tadi.“Ibuku memerintahkan aku agar menjual lembu ini tidak kuran gdari enam dinar”, kata si pemuda.“Aku akan memberimu 12 dinar, tak usahlah kamu meminta persetujuan ibumu,” bujuk malaikat itu lagi.Pemuda itu kembali lagi kepada ibunya dan memberitahukan mengenai tawaran ini. Sang ibu berkata, “Sesungguhnya orang yagn datang kepadamu itu adalah malaikat. Ia menjelma dalam bentuk manusia untuk mengujimu. Untuk itu jika ia kembali kepadamu, tanyakanlah: apakah engkau mengizinkan aku menjual lembu ini atau tidak?”

Pemuda itu melaksanakan segal perintah ibunya. Akhirnya malaikat tersebut mengatakan, “Pulanglah engkau dan katakanlah pada ibumu agar merawat lembu ini baik-baik. Kelak Musa bin ‘Imran akan membeli lembu darimu, karena ada seseorang yang amti terbunuh dari kaum Bani Israil. Untuk itu jangan engkau jual, kecuali dengan uang dinar seberat lembumu itu.”Pemuda itu pulang dan merawat lembunya baik-baik. Tak lama kemudian Allah SWT mentakdirkan Bani Israil supaya menyembelih seekor lembu*. Lalu mereka berkali-kali meminta supaya Nabi Musa a.s. menerangkan sifat-sifat lembu yang akan disembelihnya. Sehingga akhirnya lembu anak muda itulah yang memenuhi syarat. Dan itu semua terjadi semata-mata karena amal bakti anak muda itu kepada ibunya.

*Lembu yagn dimaksudkan sebagai perantara untuk mencari siapa pelaku pembunuhan di kalangan kaum Bani Israil. Kisah ini diterangkan dalam Al Quran surah Al-Baqarah ayat 67-73.

(1) . وقال ثابتة برواية جاء ما إال الله كتاب تفسير في يقبل وال يظهر، كما اإلسرائيليات، من القصة : والسدي العالية وأبي عبيدة عن السياقات وهذه البقرة قصة قص أن بعد الله رحمه كثير ابن

ال ولكن نقلها، يجوز مما وهي إسرائيل، بني كتب من مأخوذة أنها والظاهر اختالف فيها وغيرهم ." . كثير ابن تفسير أعلم والله عندنا، الحق وافق ما إال عليها يعتمد ال فلهذا تكذب وال 197 / 1تصدق الذهبي: حسين محمد للدكتور والحديث التفسير في اإلسرائيليات .وانظر

(Tafsir Baghowy Juz 1 Hal 108-) —

Kisah Nabi Musa AS . A da seorang lelaki kaya dari Bani Israil. Ia mempunyai saudara sepupu (anak paman) yang fakir dan tidak memiliki ahli waris selain saudara sepupunya itu. Setelah sekian lama si sepupu menunggu kematian lelaki kaya itu, ia pun tak sabar dan kemudian

Page 57: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

membunuhnya. Ia lalu membawa mayatnya ke desa tetangga dan membuangnya di suatu tempat. Si pembunuh itu kemudian menuntut penduduk desa atas kematian saudaranya dan mengadukan permasalahan tersebut kepada Musa as.

Maka penduduk desa itu memohon kepada Musa as. agar berdoa kepada آلله supaya menjelaskan siapa pembunuhnya. Musa as. memerintahkan mereka menyembelih seekor sapi.

"Sesungguhnya آلله menyuruh kalian menyembelih seekor sapi betina" seru Musa as. Mereka mencela, "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan? Artinya, engkau menjadikan kami bahan tertawaan padahal kami memintamu untuk mengungkap siapa pelaku pembunuhan dan engkau malah menyuruh kami menyembelih sapi betina?"

Musa menjawab, "Aku berlindung kepada آلله agar tidak menjadi salah seorang dari orang-orang yang jahil "(Q.S. Al Baqoroh :67) arti jahil: "orang-orang yang mengejek kaum mukminin". Setelah orang-orang mengetahui bahwa perintah menyembelih sapi adalah perintah

mereka meminta Musa as. menyebutkan sifat-sifat sapi yang dimaksud… Di balik ,آللهperistiwa ini ada hikmah yang besar terungkap dalam kisah berikut:

Photo by Snežana Trifunović CC BY-SA 3.0 / WikimediaKonon, ada seorang pria saleh dari kalangan Bani Israil. Ia mempunyai seorang anak yang masih kecil dan seekor sapi. Suatu hari ia membawa sapi itu ke sebuah semak belukar, lalu berdoa, "Ya

".hamba titipkan sapi ini kepada-Mu untuk anak hamba sampai dia tumbuh dewasa , آللهLelaki itu kemudian meninggal dunia, dan sapi tersebut tinggal di hutan selama beberapa tahun. Sapi itu selalu menghindar dari orang yang melihatnya.

Seiring perjalanan sang waktu, anaknya yang masih kecil itu pun tumbuh dewasa. Ia selalu berbakti kepada ibunya. Ia membagi malam menjadi tiga bagian, sepertiga untuk sholat, sepertiga untuk tidur dan sepertiga malam untuk menemani ibunya. Saat pagi tiba, ia pergi mencari kayu bakar dan menjualnya ke pasar. Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang lain, sepertiga untuk membeli makanan dan sepertiga lagi ia serahkan kepada ibunya.

Pada suatu hari si Ibu berkata kepada anaknya, "Sebenarnya ayahmu meninggalkan warisan

seekor sapi untukmu. Sapi itu ia titipkan kepada آلله di sebuah hutan. Pergilah dan panggilah sapi itu dengan menyebut Tuhan Ibrahim, Isma'il dan Ishaq agar Ia mengembalikan sapi itu kepadamu. Ciri-ciri sapi itu adalah bila engkau melihatnya seolah-olah tubuhnya mengeluarkan cahaya kuning keemasan laksana cahaya matahari. Sapi itu diberi nama Al Mudzhhabah (kuning keemasan) karena keelokan dan kebeningan cahayanya".

Kemudian si anak pergi ke hutan, ia melihat sapi itu sedang merumput. Anak itu memanggilnya,

Page 58: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

"Aku bersumpah demi Tuhan Ibrahim, Isma’il, Ishaq dan Ya'qub agar engkau datang kepadaku!" Maka sapi itu pun berjalan mendekat hingga sampai ke hadapannya.

Kemudian sang anak memegang lehernya dan menggiringnya. Dengan seizing آلله sapi itu bisa bicara dan berkata, "Wahai anak muda yang berbakti kepada kedua orang tua, naiklah ke punggungku, itu akan lebih memudahkanmu". Si pemuda menjawab, "Ibuku tidak menyuruhku demikian, tetapi ibuku berkata: Peganglah lehernya".

Sapi itu berkata seperti ini, "Demi آلله jika engkau menaiki diriku niscaya engkau tidak akan mampu (melakukan hal itu) untuk selamanya. Oleh karena itu teruslah berjalan, sebab jika engkau perintah bukit itu supaya tercabut dari tanah dan berjalan bersamamu pasti bukit itu akan melakukannya. Semua itu karena baktimu pada ibumu".

Si pemuda berjalan menggiring sapi itu hingga ke depan ibunya. Sang ibu berkata, "Engkau anak yang fakir, tidak memiliki harta benda, sangat berat bagimu harus mencari kayu di siang hari dan menghabiskan malam hari untuk sholat. Pergilah ke pasar dan jualah sapi ini!" Si anak bertanya, "Dengan harga berapa aku menjualnya?" Sang ibu berkata, "Tiga dinar dan jangan menjualnya tanpa persetujuanku!" Kemudian pemuda itu pergi ke pasar untuk menjual sapinya.

Lalu آلله mengutus malaikat yang menyamar menjadi manusia untuk memperlihatkan

kekuasaan-Nya dan menguji seberapa besar bakti pemuda itu kepada ibu. Dan آلله Maha mengetahui.

Sang malaikat berkata, "Berapa kau jual sapi ini?" Si pemuda menjawab, "Tiga dinar, tapi aku mensyaratkan keridhoan dari ibuku". Sang malaikat berkata, "Aku akan membayarmu enam dinar, tetapi kamu jangan minta izin ibumu". Si pemuda berkata, "Seandainya kau bayar dengan emas seberat sapi ini, aku tidak akan menjualnya kecuali dengan keridhoan ibuku".

Kemudian si pemuda kembali kepada ibunya dan memberitahukan tawaran harga (malaikat tadi). Si ibu berkata, "Kembalilah pada orang itu dan jualah dengan harga enam dinar dengan persetujuanku". Si pemuda tadi kembali ke pasar dan menemui malaikat yang menyamar itu.

"Engkau sudah minta persetujuan ibumu?" Tanya malaikat, si pemuda menjawab, "Ibuku menyuruhku untuk tidak menjualnya kurang dari enam dinar dengan syarat persetujuan darinya". Sang malaikat berkata, "Aku akan memberimu 12 dinar". Si pemuda menolak dan kembali menghadap ibunya memberitahukan tawaran tersebut. Si ibu berkata, "Orang yang datang kepadamu adalah malaikat yang menyamar menjadi manusia untuk mengujimu. Jika ia datang kepadamu, katakan padanya, Apakah engkau menyuruh kami menjual sapi ini atau tidak?"

Si pemuda itu pun melaksanakan perintah ibunya. Maka sang malaikat berkata, "Pergilah kepada ibumu dan katakana padanya, Peganglah sapi ini karena Musa bin Imran as akan membeli sapi ini dari kalian untuk seseorang yang terbunuh dari Bani Israil, janganlah kalian menjualnya

Page 59: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

kecuali dengan dinar seberat sapi ini".

telah mentakdirkan atas Bani Israil untuk menyembelih sapi itu. Orang-orang Bani Israil آللهmeminta cirri-ciri sapi itu hingga Musa menerangkan sifat-sifatnya sebagai balasan, keutamaan

dan rahmat آلله atas bakti pemuda itu pada ibunya. Bani Israil kemudian membeli sapi tersebut dengan harga emas seberat tubuh sapi itu.

Lalu mereka menyembelihnya dan memukul orang yang terbunuh dengan bagian (ekor)

tubuhnya sebagaimana diperintahkan آلله Orang yang mati itu bangkit dan hidup kembali

dengan izin آلله. Urat lehernya mengucurkan darah. Orang itu berkata, "Pembunuhku adalah si fulan" kemudian tubuhnya jatuh meninggal di tempat. Akhirnya si pembunuh itu diharamkan menerima warisan.

هزوا   أتتخذنا قالوا بقرة تذبحوا أن يأمركم الله إن لقومه موسى قال إذ والجاهلين من أكون أن بالله أعوذ قال

( 67) Dan (ingatlah) seketika berkata Musa kepada kaumnya : Sesunggulnya AIlah memerintahkan kamu menyembelih seekor lembu betina. Mereka berkata : Apakah akan engkau ambil kami ini jadi permainan ? Dia berkata : Berlindung aku kepada Allah, daripada jadi seorang di antara orang-orang yang bodoh.

بكر وال فارض ال بقرة إنها يقول إنه قال هي ما لنا يبين ربك لنا ادع قالواتؤمرو ما فافعلوا ذلك بين عوان

( 68) Mereka berkata : Serulah untuk kami kepada Tuhan engkau, supaya diterangkanNya , bagaimana lembu itu ? Berkata dia : Sesungguhnya Dia bersabda, bahwa dia hendaklah lembu betina yang belum tua benar dan tidak sangat muda, pertengahanlah di antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu itu .

فاقع صفراء بقرة إنها يقول إنه قال لونها ما لنا يبين ربك لنا ادع قالواالناظرين تسر لونها

Page 60: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

(69) Mereka berkata : Serulah untuk kami kepada Tuhan engkau, supaya Dia jelaskan kepada kami, bagaimana warnanya: Berkata dia : Sesungguhnya Dia bersabda, bahwa dianya ialah seekor lembu betina yang kuning, berkilau warnanya, menyenangkan mereka yang melihat.

الله شاء إن وإنآ علينا تشابه البقر إن هي ما لنا يبين ربك لنا ادع قالوالمهتدون

(70) Mereka berkata : Serulah untuk kami kepada Tuhan engkau, supaya Dia jelaskan (lagi) kepada kami , karena sesungguhnya lembu-lembu itu serupa-serupa atas kami, dan sesungguhnya kami, Insya Allah, akan dapat petunjuk.

قالوا ف�يها ية ش� ال مة مسل الحرث تسق�ي وال األرض �ير تث ذلول ال بقرة ها �ن إ يقول ه �ن إ قاليفعلون كادوا ما و فذبحوها �الحق ب ئت ج� اآلن

(7 1) Dia berkata : Sesungguhnya dia mengatakan bahwa dia itu hendaklah lembu lembu betina yang tidak digunakan pembajak tanah, dan tidak peran-cah sawah, tidak bercacat, tidak ada belang padanya. Mereka berkata : Sekarang engkau telah datang membawa kebenaran ! Maka mereka sembelihlah dia, dan nyarislah mereka itu tidak sanggup mengerjakan.

تكتمون كنتم ا م مخرج والله فيها فادارأتم نفسا قتلتم إذ و

(72) Dan (ingatlah) seketika kamu membunuh satu diri, maka bersitolak-tolakkan kamu padanya, dan Allah mengeluarkan apa yang kamu telah sembunyikan.

تعقلون لعلكم آياته ويريكم الموتى الله يحيي كذلك ببعضها اضربوه فقلنا

( 73) Dan Kami katakan : Pukullah olehmu dengan sebagian daripadanya ! Demikianlah Allah menghidupkan yang telah mati dan memperlihatkan ayat ayatNya, supaya kamu berpikir.

Page 61: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

من إن و قسوة أشد أو كالحجارة فهي ذلك بعد ن م قلوبكم قست ثمإن و الماء منه فيخرج ق ق يش لما منها إن و األنهار منه ر يتفج لما الحجارة

تعملون ا عم بغافل الله ما و الله خشية من يهبط لما منها

(74) Kemudian telah kesat hati kamu sesudah itu , maka adalah dia laksana batu atau lebih keras. Dan sesungguhnya daripada batu kadang kadang terpancarlah dari padanya sungai-sungai , dan Se sesungguhnya setengah dari padanya ada yang belah, maka keluarlah air dari dalamnya. Dan sesungguhnya dari setengahnya pula ada yang runtuh dari takutnya kepada Allah. Dan tidaklah Allah lengah dari apa yang kamu perbuat.

Menyembelih Lembu BetinaSetelah menerangkan beberapa nikmat yang telah dikaruniakan kepada Bani Israil itu, dan beberapa pula pelanggaran mereka akan janji dengan Tuhan, sesudah itu beberapa kali pula mereka telah dihukum karena pelanggaran janji, dan berapa kali pula Allah telah memberi kesempatan bagi mereka buat hidup untuk memperbaiki diri dan menempuh jalan yang benar, sekarang Tuhan mengemukakan lagi suatu kisah yang kejadian pada mereka , yaitu urusan menyembelih lembu betina.

Asal-usul maka timbul perintah menyembelih lembu betina ialah karena terjadi suatu pembunuhan gelap, tidak terang siapa pembunuhnya. Maka untuk menghabiskan perselisihan yang bisa menimbulkan huru-hara di antara satu suku dengan suku yang lain, atau satu kampung dengan kampung yang lain, Nabi Musa memerintahkan menyembelih seekor lembu betina.

بقرة تذبحوا أن يأمركم الله إن لقومه موسى قال إذ و "Dan (ingatlah) seketika berkata Musa kepada kaumnya : Sesungguhnya Allah memerintahkan kamu menyembelih seekor lembu betina. " (pangkal ayat 67).

Perintah itu sudah jelas menyembelih lembu betina. Dan kalau mereka tidak keras kepala, niscaya perintah itu dapat dilaksanakan sebentar itu juga. Sebab lembu betina itu banyak berkeliaran di padang rumput mereka. Tetapi mereka ingin bertukar pikiran atau memandang enteng juga kepada pemimpin dan Rasul mereka.

هزوا أتتخذنا قالوا"Mereka berkata : Apakah akan engkau ambil kami ini jadi permainan ?"

Perintah itu telah mereka pandang sebagai mempermain-mainkan mereka

Page 62: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

saja. Mungkin hati mereka yang kesat itu berkata, kita sekarang ini tengah mencari penyelesaian pembunuhan, tahu-tahu lembu betina yang disuruh sembelih. Mendengar sambutan mereka yang demikian:

الجاهلين من أكون أن بالله أعوذ قال "Dia berkata berlindung aku kepada Allah daripada jadi seorang di antara orang-orang yang bodoh. " (ujung ayat 67).

Dengan jawaban demikian Musa telah menjelaskan bahwa dia tidak memberikan perintah main-main. Sebab menjatuhkan perintah hanya untuk bersenda gurau, bukanlah perbuatan orang yang berakal budi, melainkan perbuatan orang yang bodoh. Apatah lagi dia adalah seorang Rasul Allah. Aku berlindung kepada Tuhan daripada perangai demikian.

هي ما لنا يبين ربك لنا ادع قالوا "Mereka berkata : Serukanlah untuk kami kepada Tuhan engkau, supaya diterangkanNya, bagaimana lembu itu ?" (pangkal ayat 68).

Lembu betina banyak berkeliaran di padang rumput. Kami mau jelas yang bagaimana macamnya lembu itu. Menjatuhkan perintah hendaklah yang terang ! Cobalah tanyakan kembali kepada Tuhanmu itu, lembu betina yang macam mana dikehendaki.

ذلك بين عوان بكر وال فارض ال بقرة إنها يقول إنه قال ما فافعلواتؤمرو" Berkata dia: Sesungguhnya, Dia bersabda, bahwa dia hendaklah lembu betina yang belum tua benar dan tidak sangat muda, pertengahanlah di antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu itu. " (ujung ayat 68).

Kesombongan mereka dan cara mereka bertanya, sebenarnya telah mempersulit mereka sendiri. Dengan jawaban Nabi Musa yang demikian, menyuruh mencari lembu betina yang belum tua, tetapi tidak pula muda lagi, supaya dicari yang pertengahan di antara tua dan muda, mereka telah mempersulit diri.

Tadinya jika mereka tangkap saja sembarangan lembu betina, entah muda entah tua, perintah itu telah terlaksana dengan baik. Tetapi dengan perintah yang sekarang ini, mereka sudah mesti menyaring benar terlebih dahulu dan menaksir umur lembu-lembu betina yang hendak disembelih itu. Nabi Musa memerintahkan lekas-lekaslah laksanakan perintah itu, dengan maksud supaya mereka jangan bertanya lagi. Tetapi mereka tidak mau mengerti. Mereka masih bertanya juga :

ربك لنا ادع قالوا"Mereka berkata: Serulah untuk kami kepada Tuhan engkau. "(pangkal ayat 69).

Page 63: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Cobalah tanyakan kembali kepada Tuhanmu itu :

لونها ما لنا يبين"Supaya Dia jelaskan kepada kami. Bagaimana warnanya ?"

Sekarang warnanya pula yang mereka tanyakan kepada beliau. Padahal kalau mereka tidak tanyakan warna, sembarang warnapun jadi.

الناظرين تسر لونها فاقع صفراء بقرة إنها يقول إنه قال"Berkata Dia : Sesungguhnya dia bersabda, bahwa dianya ialah seekor lembu betina yang kuning, berkilat warnanya, menyenangkan rnereka yang melihat. " (ujung ayat 69).

Jawaban Nabi Musa ini mempergandakan kesulitan mereka. Tadi sudah diperintahkan agar segera perintah itu laksanakan. Tetapi karena hendak menunjukkan bahwa mereka orang ahli bertanya semua , sekarang mereka minta penjelasan warnanya Dan telah dijawab oleh Nabi Musa, hendaklah kuningnya bukan sembarang kuning, hendaklah kuning kilau-mengkilau, senang mata memandangnya. Belum juga mereka insaf rupanya bahwa mencari lembu betina yang demikian warnanya, demikian pula umurnya bukanlah perkara yang mudah lagi; sedang urusan pembunuhan belum lagi diselesaikan. Dan itupun belum juga memuaskan mereka; mereka masih juga bertanya:

علينا تشابه البقر إن هي ما لنا يبين ربك لنا ادع قالوا "Mereka berkata : Serulah untuk kami kepada Tuhan engkau, supaya Dia jelaskan (lagi) kepada kami, karena sesungguhnya lembu-lembu itu serupa-serupa atas kami. " (pangkal ayat 70).

Lembu itu banyak, lantaran banyaknya kami jadi ragu.

لمهتدون الله شاء إن وإنآ"Dan sesungguhnya kami, Insya Allah, akan dapat petunjuk. " (ujung ayat 70).

Mudah-mudahan kami kelak diberi petunjuk Allah mencarinya, sehingga dapat yang kita cari itu.

ال مسلمة الحرث تسقي وال األرض تثير ذلول ال بقرة إنها يقول إنه قالفيها شية

"Dia berkata : Sesungguhnya Dia mengatakan bahwa dia itu hendaklah lembu betina yang tidak (pernah) digunakan pembajak tanah, dan tidak perancah sawah, tidak bercacat, dan tidak ada belang padanya. " (pangkal ayat 71).

Dengan jawaban Nabi Musa seperti ini bertambah kesukaran mencari lembu betina yang tidak muda lagi, belum tua benar, kuning warnanya, berkilau-kilau dan belum pernah diambil penarik bajak membuka tanah atau

Page 64: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

membajak sawah dan tidak ada cacat, tidak ada luka atau parut, dan tidak ada belangnya. Benar-benar seekor sapi peliharaan (pilihan).

Tetapi bagaimana mereka atas jawaban yang terakhir itu. Mereka bangga dan

بالحق جئت اآلن قالوا"Mereka berkata : Sekarang engkau telah datang membawa kebenaran ! "

Kalau begitu barulah kami percaya bahwa engkau sungguh-sungguh seorang Nabi yang diutus Allah membawa kebenaran.

فذبحوها"Maka mereka sembelih dia, "

yaitu sesudah bekerja keras berhari-hari lamanya mencari lembu betina dengan syarat-syarat yang demikian. Alangkah susahnya; bertemu lembu betina berkilau-kilau warnanya, sayang bukan kuning. Bertemu kuning berkilau-kilau, tetapi ada cacat bekas luka. Bertemu yang tidak luka, sayang ada belangnya. Ada lembu betina yang bagus, sayang masih terlalu muda. Ada yang belum diambil menenggala atau membuka sawah, sayang sudah agak tua. Dan macam-macam kesukaran yang lain, sehingga:

يفعلون كادوا ما و "Dan nyarislah mereka itu tidak sanggup mengerjakan. " (ujung ayat 71).

Maka panjanglah, keterangan ahli-ahli tafsir tentang cara mencari lembu betina itu, sehingga dengan kisah tambahan ahli tafsir, maka kisah asli dari al-Qur'an ditambahi bumbu di sana sini sehingga menjadi semacam roman sampai ada yang mengatakan bertemu juga akhirnya lembu betina dengan cukup segala syarat itu tetapi harus dibayar harganya dengan uang emas sepuluh kulit lembu itu. Oleh karena tambahan, tidak berdasar Hadits yang shahih, maafkanlah kita jika tidak kita bawakan. Bahkan berkata Imam as-Syaukani di dalam tafsirnya Fathul-Qadir. "Hal ini telah diriwayatkan dengan kisah macam-macam, yang tidak ada hubungannya dengan pokok, dan tidak banyak faedahnya."

Sekaranglah barulah dijelaskan sebab-sebab perintah menyembelih lerribu betina itu.

ا مخرج والله فيها فادارأتم نفسا قتلتم إذ و تكتمون كنتم م "Dan (ingatlah) seketika kamu rnemburauh satu diri, maka bersitolak tolakkan kamu padanya, dan Allah mengeluarkan apa yang kamu sembunyikan. "(ayat72).

Kedapatan orang mati terbunuh, tetapi tidak terang siapa pembunuhnya.

Page 65: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Maka timbul talak menalak, tuduh menuduh. Maka disembelihlah lembu betina itu, yang akan digunakan pencari siapa pembunuhnya :

ببعضها اضربوه فقلنا"Dan kami katakan : pukullah olehmu dengan sebagian daripadanya. " (pangkal ayat 73).

Apakah bangkai orang yang telah mati itu dipukul dari sebagian tubuh Iembu betina yang telah dipotong itu ? Atau apakah kuburnya ? Atau dengan bagian dalam sapi yang mana dipukul ? Kata setengah ahli tafsir dengan ekor lembu betina itu. Kata yang lain dengan tunjang kakinya, dan kata yang setengah dengan lidahnya. Yang mana. yang benar, tidaklah penting. Sebab kalau al-Qur'an sudah menyatakan sebagian daripada tubuhnya, sampailah dia kepada puncak kecukupan. Yang penting diperhatikan ialah lanjutan sabda Tuhan:

تعقلون لعلكم آياته ويريكم الموتى الله يحيي كذلك °'Demikianlah Allah menghidupkan yang telah mati, dan memperlihatkan ayat-ayatNya supaya kamu berpikir. " (ujung ayat 73).

Patut juga kita ketahui serba sedikit penafsixan tentang ini. Menurut yang diriwayatkan oleh Abd bin Humaid, Ibnu Jarir, Ibnul Mundzir, lbnu Abi Hatim dan a1-Baihaqi dalam sunnahnya yang riwayatnya diterima dari Ubaidah as-Salmani, dipukulkan bagian badan lembu betina itu ke kubur orang yang mati terbunuh itu, lalu dia bangkit dari kuburnya, terus bercakap;

"Yang membunuh aku ialah anak saudaraku, karena mengharapkan warisanku, sebab aku tidak beranak, maka dialah yang berhak meraerima waris. Sebab itulah aku dibunuhnya. "

Sehabis bercakap itu dia jatuh kembali dalam keadaan semula, yaitu bangkai dan langsung dikuburkan kembali. Karena mendengar keterangan sejelas itu , maka anak saudaranya itu ditangkap dan dijalankanlah hukum qishash atas dirinya.

Dengan jalan penafsiran seperti inilah dipahamkan ujung ayat tadi, bahwa Tuhan Allah telah memperlihatkan kekuasaannya, ayat ayatNya; orang yang telah mati dapat dihidupkan kembali.

Dan Ibnu Abid-Dunya menyalinkan pula riwayat ini dalam kitabnya yang bernama Man `aasy ba'dal mauti (orang yang hidup sesudah mati).

Dari Ibnu Abibas. Tetapi kedua ayat ini dan riwayat yang lain, walaupun disalin oleh Imam as-Syaukani dalam tafsir beliau, beliau katakan tidak banyak faedahnya. Sebagai tadi kita salinkan. Sekarang kita nuqilkan lagi penafsiran Syaikh Muhammad Abduh untuk kita perbandingkan penafsiran yang lebih disandarkan kepada pengumpulan riwayat, dengan penafsiran

Page 66: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

yang lebih mempergunakan dirayat yaitu analisa.

Syaikh Muhammad Abduh menurut yang diriwayatkan oleh muridnya Sayid Rasyid Ridha di dalam Tafsir al-Manar berkata:

"Telah aku katakan kepada tuan-tuan bukan sekali dua, bahwa wajiblah kita awas benar dengan kisah-kisah Bani Israil ini dan kisah-kisah Nabi nabi yang lain dan jangan Ickas percaya dari apa yang ditambah tambahkan atas al-Qur'an dari kata-kata ahli-ahli tarikh dan ahli-ahli tafsir. Orang-orang yang berminat besar kepada penyelidikan sejarah dan ilmu pengetahuan di jaman kini sependapat dengan kami , bahwa tidak boleh dipercaya saja barang sesuatu dari tarikh jaman-jaman lampau itu yang mereka namai Jaman Gelap, melainkan sesudah penyelidikan yang mendalam dan membongkar bekas-bekas kuno yang terpendam. Tetapi kita dapat memberi maaf ahli-ahli tafsir yang membumbui kitab-kitab tafsir dengan kisah-kisah yang tidak dapat dipercayai itu, karena maksud merekapun baik juga. Tetapi kita tidak boleh berpegang saja kepadanya, bahkan kita larang keras. Cukup jika kita berpegang saja dengan nash-nash yang seterang itu dalam alQur'an dan tidak pula kita lampaui lebih dari itu. Kita hanya suka mengambil untuk penjelasan jika penjelasan itu sesuai dengan bunyi al-Qur'an, apabila shahih riwayatnya."

Demikian keterangan Syaikh Muhammad Abduh.

Dengan jalan pikiran yang seperti ini niscaya kita hendak tahu bagaimana cara mereka menafsirkan ayat ini. Yaitu bahwa orang yang mati dihidupkan kembali dan Allah memperlihatkan ayat-ayatNya, artinya tanda kckuasaanNya.

Saiyid Rasyid Ridha dalam tafsirnya menilik kembali hubungan kisah lembu betina ini dari Kitab Taurat yang ada sekarang, karena Islampun mengakui bahwa tidak seluruhnya Kitab Taurat yang ada sekarang ini sudah bikinan tangan manusia semua.Masih banyak terselip yang harus jadi perhatian kitapun, cari sekedar untuk menjadi dasar belaka daripada kisah lembu-betina itu.

Maka bertemulah dalam Kitab Ulangan, Pasal 21 tentang Peraturan Bani Israil kalau terjadi pembunuhan gelap dengan menyembelih lembu betina.

Kitab Ulangan Pasal 21:

1. Sebermula, maka apabila didapati akan seorang yang kena tikam dalam negeri, yang akan dikaruniakan Tuhan Allahmu kepadamu akan milikmu pusaka, maka orang mati itu terhantar di padang tiada ketahuan siapa yang membunuh dia.

2. Maka hendaklah segala tua-tua dan hakim kamu keluar pergi mengukur jarak negeri-negeri, yang keliling tempat orang yang dibunuh itu.

Page 67: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

3. Maka jikalau telah tentu mana negeri yang terdekat dengan tempat orang dibunuh itu, maka hendaklah diambil oleh segala tua tua negeri itu akan seekor lembu betina daripada kawan lembu, yang belum tahu dipakai kepada pekerjaan dan yang belum tahu dikenakan kok (Pasangan yang dikenakan pada leher sapi atau kerbau untuk menarik gerobak atau membajak).

4. Dan hendaklah segala tua-tua negeri itu menghantar akan lembu muda itu kepada anak sungai yang selain mengalir airnya dan yang tanahnya belum tahu ditanami atau ditaburi, maka di sana hendaklah mereka itu menyembelihkan anak lembu itu dalam anak sungai.

5. Lalu hendaklah datang hampir segala imam, yaitu anak-anak Levi, karena dipilih Tuhan Allahmu akan mereka ikut, supaya mereka itu berbuat bakti kepadaNya dan memberi berkat dengan nama Tuhan, dan atas hukum mereka itupun putuslah segala perkara perbantahan dan perdakwaan.

6. Maka segala tua-tua negeri yang terdekat dengan tempat orang yang dibunuh itu hendaklah membasuhkan tangannya di atas lembu muda yang disembelih dalam anak sungai itu.

7. Sambil kata mereka itu demikian : "Bukannya tangan kami menumpahkan darah ini dan mata kamipun tiada melihatnya."

8. Adakan apakah ghafirat atas umatmu Israil, yang telah kau tebus, ya Tuhan ! Jangan apalah kau tanggungkan darah orang yang tiada bersalah di tengah-tengah umatmu Israil. Maka demikianlah diadakan ghafirat atas mereka itu daripada darah itu.

9. Dan kamupun akan menghapuskan darah orang yang tiada bersalah itu dari tanganmu, jikalau kamu telah berbuat barang yang benar kepada pemandangan Tuhan.

Dengan salinan Taurat bahasa Indonesia ini sudah terang duduk perkara. Jika terdapat orang mati terbunuh, tidak terang siapa pembunuhnya, maka menurut peraturan hendaklah ukur jarak tempat bangkai orang itu dengan kampung terdekat. Sembelih lembu betina di sungai.

Orang tua-tua negeri yang terdekat hendaklah membasuh tangannya di atas lembu itu sambil membaca-bacaan semacam sumpah. Mana yang berani membasuh tangan di sana, selamatlah dan mana yang tidak mau, tandanya dia bersalah. Hukumpun dilakukan, hutang nyawa dibayar nyawa. Dengan berjalannya aturan kisah ini, artinya telah dihidupkan orang yang mati. Itulah ayat-ayat Allah; artinya supaya kamu pergunakan pikiranmu menyelidik rahasia hukum Ilahi dan menerimanya dengan segala kepatuhan.

Page 68: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Dengan penafsiran secara ini dijelaskan bahwa menghidupkan orang yang mati bukanlah artinya bahwa orang itu bangun dari kubur memberi keterangan bahwa dia dibunuh anak saudaranya, tetapi dengan berlakunya hukum qishash, artinya orang yang telah mati dihidupkan kembali, menurut ayat 179 dari Surat ini yang akan ditafsirkan kelak, Insya Allah.

Celaan keras pada ayat-ayat tersebut ini, terutama tentang cerita penyembelihan lembu betina itu meninggalkan kesan mendalam di hati kaum Muslimin, bahwa Tuhan Allah menurunkan suatu perintah dengan perantaraan RasulNya adalah dengan terang, jitu dan ringkas. Agama tidaklah untuk mempersukar manusia. Sebab itu dilarang keraslah bersih banyak tanya, yang kelak akan menyebabkan itu menjadi berat. Bukanlah perintah agama yang tidak cukup, sebab itu jalankanlah sebagaimana yang diperintahkan.

Dirawikan oleh Ibnu Jarir at-Thabari dalam tafsirnya, dengan riwayat yang shahih dari Ibnu Abbas :

"Kalau mereka sembelih saja sembarang lembu betina yang mana merekakehendaki, sudahlah diteri»aa. Tetapi rrlereka mempersukar atas diri merekasendiri, sebab itu Allah pun mempersukar. "Dan ada lagi Hadits shahih yang lain, nasehat buat kita kaum Muslimin :

"Dan dibenci pada kamu konon khabarnya dan kata si anu, dan membuang-buang harta dan bersibanyak tanya. "

Agama mudah dijalankan, yang menukarkannya ialah apabila banyak "kalau begini, kalau begitu."

ن قلوبكم قست ثم قسوة أشد أو كالحجارة فهي ذلك بعد م "Kemudian telah kesat hati kamu sesudah itu, maka adalah dia laksana batu atau lebih keras. " (pangkal ayat 74).

Lebih keras daripada batu, sebab tidak ada pengajaran yang bisa masuk ke dalam.

ر لما الحجارة من إن و األنهار منه يتفج"Dan sesungguhnya daripada batu kadang-kadang terpancarlah daripadanya sungai-sungai. "

Artinya daripada batu yang dikatakan keras itu masih juga ada faedah yang diharap; dia dapat memancarkan sungai. Tapi hati yang keras tak dapat memancarkan faedah apa-apa.

Page 69: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

ق لما منها إن و ق الماء منه فيخرج يش "Dan sesungguhnya setengah daripadanya uda yang belah, maka keluarlah air dari dalamnya."

Dapatlah menjadi rninuman orang; berfaedah juga.

الله خشية من يهبط لما منها إن و"Dan sesungguhnya dari setengahnya pula ada yang rurrtuh dari takutnya kepada Allah. "

Maka kalau hatimu dimisalkan sekeras batu, padahal daripada batu masih banyak faedah yang diharapkan dan dari batu yang runtuh karena takutnya kepada Allah dan tunduk sujudnya kepada Tuhan, apakah lagi misal yang layak bagi hatimu yang kesat lagi keras itu ? Sungguhpun demikian:

ا بغافل الله ما و تعملون عم "Dan tidaklah Allah lengah dari apa yang kamu perbuat. " (ujung ayat 74).

Tidaklah Allah akan lengah. "tidaklah kamu lepas dari titikan Tuhan. Pasti datang masanya kamu akan membayar sendiri dengan mahal segala kejahatan hatimu itu. Jika pengajaran yang lunak tidak berbekas kepada hatimu, karena lebih keras dari batu, maka palu godam azablah yang akan menimpa dirimu kelak. Waktunya akan datang.

Sayangnya hal yang dimisalkan kepada orang Yahudi ini, lama kelamaan telah bertemu pula pada orang Islam sendiri. Masalahnya tidak ada, lalu diadakan. Hal ini terdapat dalam kitab-kitab Fiqh Mutaakhirin (jaman terkemudian). Panjang lebar membicarakan hukum istinja', rukun bersuci dan panjang lebar memperkatakan niat sembahyang. Sehingga kadang timbul yang lucu-lucu.

Dengan cara sangat sederhana Nabi Muhammad s.a.w. mengajarkan dan memberi contoh dengan perbuatan beliau sendiri, yaitu memulai sembahyang hendaklah dengan membaca Takbir: Allahu Akbar. Semua orang dapatlah memahamkannya, walaupun anak kecil atau orang tua, orang awam atau ulama.

Tetapi datanglah beberapa pembahasan dalam setengah Kitab Fiqh, bahwa hendaklah membaca T'akbir itu serentak sekali dengan nat. Hendaklah penuh niat di dalam huruf yang delapan dari Takbir itu. Penuhnya ialah mengandung qashad, yaitu sengaja hati. Artinya hendaklah mengerjakannya itu sejak awal permulaan dengan takbir dan akhir penutupan dengan salam seketika mengucapkan takbir yang pertama (Takbiratul Ihram) itu, dan hendaklah ta'yiin, yaitu jelas benar ditentukan sembahyang yang mana yang akan didirikan itu, sembahyang wajibkah? Kalau wajib, apakah Zuhur atau Ashar dan sebagainya. Dan kalau sembahyang Nawafil (sembahyang sunnat), hendaklah ta'yiin, sembahyang qabliyahkah atau ba'diyah ?

Page 70: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Dhuhakah atau tahajud ?

Setelah disyarati begitu dia jadi sukar. Padahal kalau dikerjakan saja sebentar sudah selesai.Misalnya pula bagaimana hukumnya kalau seorang perempuan berjanggut dan tebal janggutnya itu, apakah wajib juga baginya menyampaikan air ke urat janggutnya itu: Fafihi Qaulani. Dalam hal ini ada dua kata!

Kata setengah Ulama wajiblah baginya menyampaikan air ke urat janggut itu, sebab itulah yang sebenarnya anggota wudhu', sebab janggut bukanlah asal baginya. Berkata yang setengah lagi, tidaklah mengapa jika tidak sampai air ke urat janggut, sebab masyuqqat baginya. Maka berkata orang jaman sekarang : "Di antara 300 juta perempuan Islam di dunia ini di jaman sekarang, barangkali tidak akan ada barang 3 orang yang berjanggut. Perlu apa masalah ini diadakan ? Dan kalau dia perempuan cantik lebih baik dicukurnya saja, habis perkara !"

Dan berpanjang-panjang pula dalam soal ta'liq dalam talak: bagaimana kalau seorang laki-laki menta'liq istrinya; kalau engkau naik ke loteng, jatuh talakku, kaiau engkau turun ke bawah jatuh pula talakku; bagaimana perempuan-perempuan itu harus mengelak supaya talak itu jangan jatuh ? Maka berbagai pulalah qaul tentang itu. Katanya setengahnya, turun saja dari jendela! Datang orang jaman sekarang berkata : "Talak itu tidak akan jatuh sama sekali, sebab otak laki-laki yang menta'liq itu wajib dioperasi."

Padahal Saiyidina Umar bin Khathab, kalau orang datang bertanya suatu masalah, selalu beliau bertanya pula : Yang engkau tanyakan itu pernah kejadian atau tidak ? Kalau tidak, disuruhnya orang itu berhenti bertanya, karena tidak ada gunanya.

Semakin mereka bertanya, makin sulit mendapatkan sapi yang dimaksud.

Kisah ini merupakan satu dari beragam kisah Israiliyat. Namun, penyebutannya dalam Alquran membuat kisah ini benar adanya. Jika Anda membaca al-Baqarah, inilah kisah di balik surah

kedua kitabullah tersebut.

Pada zaman dahulu kala di zaman Bani Israil hidup sorang hartawan yang kekayaannya luar biasa berlimpah. Namun, ia tak satu pun memiliki anak yang akan mewarisi harta tersebut.

Alhasil, banyak kerabat yang menginginkan dan menanti warisan.

Hal yang ditunggu mereka pun terjadi, sang hartawan ditemukan tewas di depan sebuah rumah penduduk. Kerabat sang hartawanlah yang kali pertama menemukan mayatnya pada pagi hari.

Maka, gemparlah seluruh desa atas kematian sang hartawan. Masing-masing dari mereka bertanya-tanya, siapa gerangan yang membunuhnya?

Asumsi-asumsi pun bermunculan. Ada yang bilang, sang kerabat yang menemukanlah yang

Page 71: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

membunuhnya. Yang lain mengatakan, si pemilik rumah yang didepannya ditemukan jasad si hartawanlah pelakunya.

Di tengah keributan tersebut, datang seorang salih yang cerdas. Ia pun menengahi warga. “Mengapa kalian berkelahi? Bukankah di antara kita ada Musa, sang rasul Allah? Mari kita

tanyakan perihal ini kepada beliau,” ujarnya. Maka, mereka pun segera berbondong-bondong menemui Musa.

Mendengar kisah dari penduduk desa, Nabi Musa segera memanjatkan doa. Ia memohon wahyu dari Allah agar menunjukkan rahasia di balik kematian sang hartawan. Maka, Allah pun

memerintahkan Musa agar menyuruh umatnya menyembelih seekor sapi.

“Hai Musa, apakah kau ingin menjadikan kami bahan ejekan?” ujar mereka.

MACAM-MACAM JIHAD1- Jihad terbagi menjadi empat:1. Jihad melawan jiwa dan hawa nafsu (Jihad an-nafs): yaituberjihad melawan hawa nafsu untuk belajar agama, mengamalkan,berdakwah terhadapnya dan bersabar terhadap cobaan yangdihadapinya.2. Jihad melawan setan (jihad asy-syaitan): yaitu berjihad untukmelawan apa yang disebarkan oleh syetan berupa keraguan dansyahwat kepada seorang hamba.3. Jihad melawan orang-orang yang dzalim dan pelaku bid'ah dankemungkaran, yaitu: berjihad melawan mereka denganmenggunakan tangan (kekuatan) jika mampu, dan jika tidak makamenggunakan lisan atau hati, sesuai dengan kondisi dan maslahatyang terbaik bagi Islam dan kaum muslimin.4. Jihad melawan orang kafir dan munafik: yaitu berjihadmelawan mereka dengan menggunakan hati, lisan, harta atau jiwa–dan inilah yang dimaksud disini- (perang melawan orang-orangkafir dan munafik

Berikut in adalah jenis dan macam-macam jihad Islam di jalan Allah menurut ajaran Islam berdasarkan pada dalil Hadits Nabi dan dalil dari Al-Qur'an Al-Karim. Macam dan jenis jihad dalam ajaran islam antara lain sebagai berikut :

Jihad harta benda. Macam jihad yang pertama adalah "Jihad harta benda": adalah jenis jihad dengan menafkahkan (membelanjakannya) untuk meninggikan kalimat Allah. Dan jihad jenis ini merupakan urat

Page 72: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

sensitif bagi setiap jihad yang dilakukan umat Islam dalam hidupnya, baik jihad tabligh (menyampaikan) ataupun jihad pengajaran, politik maupun perang.  Beberapa ayat al-Qur'an yang menegaskan tentang salah satu macam jihad harta dan benda antara lain sebagai berikut :

"Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. (Q.S. 9: 111)"

"Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan ataupun merasa berat, dan berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah. (Q.S. 9: 41)"

Dan juga disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan An-Nasa'i mengenai jihad harta dan benda :

ض�عف �سبع�م�ائة� ب له �بت كت ه� الل �يل� سب ف�ي نفقة أنفق ٠من"Barang siapa yang membelanjakan hartanya di jalan Allah, baginya disediakan tujuh ratus lipat harta yang dibelanjakannya itu".

Juga dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Enam, kecuali Malik mengenai salah satu macam jihad harta benda dengan menyiapkan bekal bagi pejihad dan menafkahi keluarga :

غزا فقد ه� الل �يل� سب ف�ي غاز�يا جهز �ه� ٬من أهل ف�ي غاز�يا خلف من و ٠غزا

"Barang siapa yang mempersiapkan (bekal) orang yang hendak pergi ke medan jihad di jalan Allah, berarti ia telah berjihad, dan barang siapa menanggung nafkah keluarga seseorang yang sedang berperang, berarti ia telah berjihad dijalan Allah".

Jihad Tabligh

Jenis atau macam jihad yang kedua adalah Jihad menyampaikan (tabligh). Jihad tabligh adalah dengan menyampaikan Islam dengan perkataan, memberikan argumentasi bahwa dakwah Islam adalah hak terhadap orang-orang yang memerlukan seperti orang munafik, orang yang keluar dari agama islam dan yang menyimpang.

Dalil dalm al-Qur'an tentang jihad tabligh antara lain :

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah, sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. 9: 71)

Page 73: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

. . . (yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merana takut kepada seorang (pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan. (Q.S. 33: 39)

Dalil-dalil dari hadits Nabi tentang salah satu macam jihad islam yaitu jihad tabligh

Rasulullah saw. bersabda dalam hadits yang diriwayatkan At-Tirmidzi, Ahmad, dan Ibnu Jaban:

أوعى غ مبل فرب كماسم�عه فبلغه شيئا ي م�ن اسم�ع امرء ه الل نضرسام�ع ٠م�ن    

"Allah mengetokkan rupa seseorang yang mendengarkan sesuatu daripadaku dan menyampaikannya sebagaimana yang ia dengar. Acap kali orang yang menyampaikan lebih menerima dan menghafal dari orang yang sekedar mendengarkan ".

Beliau juga bersabda dalam hadits yang diriwayatkan Muslim dan Ashhabu 's-Sunan:

ينقص ال بعه ات من� أجور� م�ثل األجر� م�ن له كان هدى �لى إ دعا منشيئا أجور�ه�م م�ن �ك ٠ذل

"Barang siapa yang mengajak kepada petunjuk, baginya pahala seperti pahala-pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun..."

Jihad mengajar

Macam jihad yang ketiga adalah Jihad mengajar: Jihad mengajar adalah dengan mengeluarkan daya upaya dalam membentuk masyarakat Islam dari segi intelektual, kultural dan mental, dan memberikan gambaran yang betul tentang ideologi Islam. Secara keseluruhan, tentang alam semesta, kehidupan dan manusia.

Dalil Al-Quran dan Hadits tentang jihad mengajar

Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang Mukmin itu pergi semuanya (ke dalam perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya. (Q.S. 9: 122)

Ath-Thabrani meriwayatkan dari Ibnu Abbas ra. dari Rasulullah saw., beliau bersabda:

�ه� يانت خ� م�ن أشد الع�لم�ه� ف�ى أحد�كم يانة خ� �ن فإ � الع�لم ف�ى صحوا تنا�ه� مال �لكم ٬ف�ى مسائ ه الل �ن ٠وا

"Saling nasihat menasihatilah dalam ilmu, karena khianat salah seorang dari kamu dalam ilmunya adalah lebih berat daripada khianatnya dalam harta, dan sesungguhnya Allah akan minta

Page 74: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

pertanggungjawabanmu".

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan At- Tirmidzi:

الق�يامة� يوم نار� م�ن �جام �ل ب م ألج� فكتمه لم ع� عن �ل سئ من"Barang siapa ditanya tentang suatu ilmu, lalu menyembunyikannya, niscaya ia akan didera, pada hari kiamat dengan dera dari api".

Jihad politik

Macam atau jenis jihad selanjutnya adalah Jihad politik: yaitu dengan mengeluarkan daya upaya dalam mendirikan Daulah Islamiyah berdasarkan prinsip-prinsip Islam, kaidah-kaidahnya yang umum dan menyeluruh. Ringkasnya, pemerintahan harus menerapkan peraturan hukum Allah semata.

Dalil al-Quran dan Hadits Nabi mengenai jihad dalam politik

. . . dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu dari sebagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin? (Q.S. 5: 49-50)

Muslim meriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud ra., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda:

ون حوار�ي �ه� أمت م�ن له كان �ال إ �ي قبل أمة ف�ى ه الل بعثه �ي نب مام�ن�ه� ت �سن ب يأخذون بعد�ه�م ٬وأصحاب م�ن تخلف ها �ن إ ثم �أمر�ه� ب ويقتدون

يفعلون ماال يقولون فهو  خلوف �ه� �قلب ب جاهدهم فمن ، يؤمرون ماال خردل ة حب �يمان� اإل م�ن �ك ذل وراء وليس ٠مؤم�ن،

"Tidaklah seorang Nabi yang diutus Allah ke suatu umat sebelumku kecuali ia dari umatnya mempunyai penolong dan sahabat yang memegang sunnahnya, mengikuti perintahnya, kemudian setelah itu datanglah orang-orang yang mengatakan apa yang tidak mereka kerjakan, mengerjakan apa yang tidak diperintahkan. Maka, barang siapa yang memerangi mereka dengan tangannya, maka ia adalah seorang Mukmin, dan barang siapa yang memerangi mereka dengan lisannya, maka ia adalah seorang Mukmin, dan barang siapa yang memerangi mereka dengan hatinya maka ia adalah seorang Mukmin, dan di belakang itu tidak ada lagi iman walau sebesar biji sawipun".

Jihad Perang

Page 75: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Jihad perang adalah macam dari jihad dengan mengeluarkan daya upaya untuk menghadapi thaghut yang merintangi menjalankan hukum Allah, menghalang-halangi penyebaran dakwah-Nya di muka bumi.

Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan(Q.S. 8: 39)

Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk(Q.S. 9: 29)

Dan ini adalah yang disebutkan Rib'iy bin 'Amir dalam pertemuan yang berlangsung antara kaum Muslimin dan Rustum, pemimpin Persia: "Sesungguhnya Allah mengutus kami untuk membebaskan manusia dari penyembahan hamba kepada pc nyembahan Allah, dari kesempitan dunia kepada kelapangannyn, dari penganiayaan agama-agama kepada keadilan Islam".

Itulah jenis-jensi dan macam jihad di jalan Allah yang merupakan ajaran islam untuk kita laksanakan bersama.

Jihad ada empat macam:

» Tingkatan-tingkatan Para Mujahidin Fi Sabilillah di Surga:

1. Jihad melawan hawa nafsu: yaitu jihad melawan hawa nafsu untuk mempelajari dien, mengamalkannya, mendakwahkannya dan sabar terhadap gangguan di dalamnya.

2. Jihad melawan syaitan: Yaitu melawannya terhadap apa yang dia bisikan kepada si hamba berupa syubuhat dan syahawat.

3. Jihad melawan para pelaku kedzaliman, bid’ah dan kemungkaran: Dan itu dengan tangan bila mampu, dan bila tidak mampu maka dengan lisan, dan bila tidak mampu maka dengan hati, sesuai keadaan dan mashlahat.

4. Jihad melawan orang-orang kafir dan munafiq: Dan ia itu dengan hati, lisan, harta dan jiwa – dan ia adalah yang dimaksud disini–.

…« :× : الله أعدهـا درجة م�ائة ة� الجن ف�ي إن النبي قال قال عنه الله رضي هريرة أبي عنفاسألوه الله سألتـم فإذا واألرض�، مـاء� الس بين كما الدرجتين� بين ما الله، �يل� سب ف�ي �لـمـجاه�د�ين ل

.» ة� الجن أنـهار ر تفج وم�نـه ، حـمن� الر عرش وفوقه ة�، الجن وأعلى ة�، الجن أوسط ه ـ فإن الفـردوسالبخاري أخرجه

Dari Abu Hurairah radliyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “……Sesungguhnya di surga itu ada seratus derajat (tingkatan) yang telah Allah sediakan bagi mujahidin fi sabilillah, jarak antara dua tingkatan adalah seperti jarak antara langit dan bumi. Dan bila kalian memohon kepada Allah, maka memohonlah Firdaus

Page 76: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

kepada-Nya, karena ia itu adalah surga yang paling tengah dan yang paling tinggi, dan di atasnya adalah ‘Arasy Ar Rahman, dan darinya menyembur sungai-sungai surga”. (HR. Al Bukhari)[10]

» Jihad Fi Sabilillah itu memiliki empat keadaan:

1. Jihad melawan orang-orang kafir dan musyrikin: Dan ia adalah hal yang wajib untuk melindungi kaum muslimin dari kejahatan mereka dan untuk menyebarkan Islam di antara mereka. Dan mereka diberi pilihan di dalamnya secara berurutan antara masuk Islam atau membayar jizyah atau perang.

1. Jihad melawan orang-orang yang murtad dari Islam: Dan mereka itu diberi pilihan secara berurutan antara kembali kepada Islam atau perang.[11]

2. Jihad melawan Bughat: Yaitu orang-orang yang menentang kepada Imamul Muslimin dan memunculkan kekacauan. Bila mereka rujuk (maka itu yang diharapkan) dan bila tidak maka mereka diperangi.

3. Jihad melawan para perampok: Dalam menyikapi mereka, imam boleh memilih antara membunuh mereka atau mensalib mereka atau memotong kaki dan tangan mereka secara menyilang atau mengasingkan mereka dari negeri, dan hukuman mereka itu sesuai kejahatan mereka, sesuai pandangan imam

» Karena dlarurat wanita boleh ikut berperang bersama pria untuk khidmat (bantu-bantu).

: ا رسول كان قال عنه الله رضي مالك بن أنس إذا × ٬عن معه األنصار� م�ن �سوة ون سليـم �أم ب يـغزو . عليه متفق الجرحى ويداو�ين الماء، فيسق�ين غزا،

Dari Anas Ibnu Malik radliyallahu ‘anhu berkata: “Adalah Rasulullah shallallah ‘alaihi wa sallam pergi dengan menyertakan Ummu Sulaim dan sejumlah wanita Anshar bersamanya bila beliau pergi berperang, di mana mereka itu mengambilkan air dan mengobati orang-orang yang terluka”. (Muttafaq ‘alaih)[12].

» Disunnahkan mengantar mengiringi para pejuang dan berdoa untuk mereka, serta keluar menyambut mereka saat pulang dari invasi (perang).

____________________________

[9]     Muttafaq ‘alaih, Al Bukhari (2792) dan Muslim (1880).

[10]    Al Bukhari (2790).

[11]    Memerangi pemerintahan-pemerintah murtad yang menerapkan hukum buatan, demokrasi dan jaran kafir lainnya adalah wajib didahulukan daripada menjihadi kaum kafir asli, karena mereka itu dekat, murtad dan menguasai negeri-negeri kaum muslimin, disamping mereka itu lebih membahayakan aqidah daripada kafir asli. (Pent).

[12]    Muttafaq ‘alaih, Al Bukhari (3811) dan Muslim (1810) dan ini teksnya.

Page 77: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

4 MACAM BENTUK JIHAD

Jihad melawan hawa nafsu merupakan asas semua jihad, sedangkan jihad melawan musuh merupakan cabang dari jihad melawan hawa nafsu. Sebelum seseorang mampu berjihad melawan musuh, ia terlebih dahulu harus menundukkan hawa nafsunya dan itu dapat dicapai melalui 4 hal :

Menundukkan hawa nafsunya dengan mempelajari petunjuk dan sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.

Menundukkan hawa nafsunya dengan mengamalkan semua apa yang dia ilmui, secara ikhlash karena Allah ta’ala dan itiiba’ kepada sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.

Menundukkan hawa nafsunya dengan berusaha mendakwahkan apa yang telah diilmui dan diamalkannya.

Menundukkan hawa nafsunya dengan bersabar atas rintangan dan hambatan yang ia jumpai ketika mempelajari ilmu agama ini, mengamalkannya dan mendakwahkannya.

Jihad melawan syaithan.Syaithan merupakan musuh yang harus ditundukkan terlebih dahulu sebelum melawan musuh berjenis manusia. Dalam melancarkan serangannya terhadap manusia, syaithan menggunakan dua senjata yaitu syubhat dan syahwat. Dua hal ini hanya dapat ditangkal dengan ilmu dan sabar.Jihad melawan orang-orang kafir.Jihad melawan orang-orang kafir akan dapat terlaksana dengan baik apabila syaithan dan hawa nafsu mampu untuk ditundukkan. Jihad melawan orang kafir dilakukan dengan kekuatan dan kekuasaan. Namun selain itu, juga dapat dilakukan melalui hujjah dan bayan tentang kebenaran syari’at Islam ini.Jihad melawan kaum munafiqinJihad melawan kaum munafiqin dilakukan melalui hujjah dan bayan.Dalam menjelaskan macam-macam jihad tersebut, Ibnul-Qayyim membawakan sejumlah dalil dan rincian yang sangat bagus [lihat selengkapnya dalam kitab Zaadul-Ma’ad 3/5-12.

 Lihat Tafsir Al-Qurthubi (Al-Jaami’ li-Ahkaamil-Qur’an) 13/364-365; Tafsir QS. Al-Ankabut : 69. Imam Al-Qurthubi juga menukil perkataan Ibnu ‘Athiyyah :“Hal itu sebelum (pensyari’atan) jihad ‘urfy (perang/ qitaal ). Jihad tersebut merupakan jihad secara umum dalam membela agama Allah dan mencari keridlaan-Nya” [selesai]. Perkataan innamaa huwa jihaadun ‘aammun (“jihad tersebut merupakan jihad secara umum”) bukanlah dimaksudkan jihad dari tinjauan bahasa (lughawy) tanpa makna syar’i. Bahkan ia merupakan jihad syar’i dalam pengertian umum. Adapun perang (qitaal) merupakan jihad dalam makna khusus yang merupakan cabang dari jihad yng dijelaskan oleh Abu Sulaiman Ad-Daarani.

Pengertian,Macam-macam,Jenis-Jenis,dan Tujuan JIHAD

Page 78: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Pengertian

Jihad secara bahasa berarti mengerahkan dan mencurahkan segala kemampuannya baik berupa perkataan maupun perbuatan. Dan secara istilah syari’ah berarti seorang muslim mengerahkan dan mencurahkan segala kemampuannya untuk memperjuangkan dan meneggakan Islam demi mencapai ridha Allah SWT.

Macam-Macam 

1. Berjihad dengan Lisan / Perkataan : berjihad ini dilakukan dengan cara mencurahkan segala kemampuan daya fikir dan dialogis.

2. Berihad dengan Harta : berjihad ini dilakukan dengan cara menyediakan sebagian harta atau seluruhnya untuk kepentingan berjihad, maka hal ini termasuk kategori berjihad dengan harta.

3. Berjihad dengan Jiwa : berjihad dengan jiwa dilakukan dengan cara bersedia mengorbankan jiwa dengan cara mempertaruhkannya dengan cara berperang.

Jenis

1.Jihad tholabi adalah menyerang dan memerangi musuh di negeri Sendiri

Dalil jihad tholabi :Firman Allah SWT:“…maka bunuhlah orang-orang musyrikin di mana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka . Kepunglah mereka dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang…” (Qs. At Taubah:5)

Allah SWT juga berfirman:“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) pada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan Rasul- Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (Qs. At Taubah:29)

Page 79: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

2.Jihad difa’i adalah memerangi musuh yang terlebih dahulu menyerang kaum mukminin.jihad difa’i, dalilnya adalah:Firman Alloh SWT:“Hai orang-orang beriman, apabila kamu bertemu orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur).” (Qs. Al Anfal:15)

Dan firman Allah SWT:“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (Qs. Al Baqoroh:110)

3. Jihadun Nafsi:Iaitu Pembinaan/Tarbiyyah manusia terhadap dirinya untuk menta’ati Allah, menolak fitnah syahwat dan syubhat, dan melaksanakan ketaatan walupun ia amat berat dan tidak disukai oleh hawa nafsunya.

4. Jihadus Syaitan :Iaitu Jihad melawan syaitan dengan menolak syahwat dan syubhat yang dilontarkan (godaan syaitan) kepada manusia. Jihad terhadap syaitan dengan menolak syubhat yaitu dengan ilmu yang manfa’at dan warisan para nabi sehingga membuahkan keyakinan yang teguh kedalam hati. sedangkan Jihad terhadap syaitan dengan menolak syahwat dan segala keinginan yang merosak yaitu dengan perasaan takut kepada Allah dan banyak mengingat perjumpaan dengannya dan kedudukannya dihadapan Alla swt.

5. Jihadul Kuffar :Iaitu Jihad menghadapi orang kafir dengan memerangi dan membunuh mereka, dan mengerahkan segala yang diperlukan dalam peperangan baik berupa harta, jiwa dan yang lainnya sebagaimana sabda nabi Muhammad saw :“Perangilah orang-orang musyrik itu dengan harta, diri dan lisanmu.” (HR Abu Daud, An Nasa’i, Ahmad, Ibnu Hibban, Hakim, Baihaqi, Baghawi dan Ibnu Asakir dari Anas ra)

Page 80: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

6.Jihadul Murtaddien.Perbuatan orang Murtad disebut Riddah.Menurut bahasa : Riddah adalah mundur yaitu kembali dari sesuatu menuju sesuatu yang lain. jadi orang Murtad adalah orang yang kembali kepada kekafiran sesudah masuk Islam.Menurut Syara’ : Riddah ialah kembali dari Islam kepada kekafiran. Jadi Murtad bermakna orang yang menjadi kafir sesudah memeluk Islam, baik dengan ucapan, keyakinan, keraguan ataupun dengan perbuatan. Seseorang atau sesuatu kumpulan boleh menjadi Murtad dengan melalui salah satu dari beberapa sebab berikut ini, antara lain :1. Mempersekutukan Allah apakah melalui I’tikad, ucapan ataupun perbuatan seperti sujud kepada berhala atau berjalan ke gereja dengan fesyen orang Nashrani.2. Mengingkari agama Islam atau satu rukun padanya, atau mengingkari satu hukum Islam yang dapat diketahui secara daruri3. Orang yang meng’itikadkan bahwa tidak wajib berhukum denga hukum yang diturunkan Allah.4. orang yang meninggalkan Solat karena mengingkari kewajibannya, dan demikian pula jika ia mengingkari kewajiban sholat walaupun tidak meninggalkannya.5. Orang yang meninggalkan solat karena kesombongan atau kedengkian.6. Orang yang meninggalkan solat karena meremehkan dan memandang hina terhadap sholat7. Orang yang meninggalkan solat, dan berterusan meninggalkannya hingga dibunuh8. Orang yang meninggalkan solat karena berpaling daripadanya, ia tidak mengakui kewajiban solat dan tidak pula mengingkarinya.9. Dan banyak lagi yang lainnya.

Perbuatan perbuatan diatas jika dilakukan oleh seorang yang baligh serta berakal, baik laki-laki maupun wanita dan perbuatan demikian dilakukan dengan inisiatif sendiri maka perbuatan itu menjadikannya Murtad.

Hukum mengenai orang murtad ini adalah dibunuh.Firman Allah :“Barangsiapa yang murtad diantara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal didalamnya.” (QS Al-Baqarah ayat 217)“Sesiapa yang menukarkan agamanya maka bunuhlah ia.” (HR Bukhari, Abu Daud, Tirmidzi, An-Nasa’i dan Ibnu Majah)

7. Jihadul Bughat al-KharijinFirman Allah :“Dan jika ada dua golongan dari orang-orang mu’min berperang maka damaikanlah

Page 81: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

antara keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah, jika golongan itu telah kembali (kepada perintah Allah), maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” (QS Al-Hujarat 9)

8. Jihadul Muhabirin al-MufsidinFirman Allah:“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya dan membuat kerusakan dimuka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). Yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka di dunia, dan akhirat mereka akan mendapatkan siksaan yang besar. Kecuali orang-orang yang taubat (diantara mereka) sebelum kamu dapat menguasai (menangkap) mereka: maka ketahuilah bahwasannya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Al-Maidah 33-34)

9. Jihadul Munafiqin.Iaitu Jihad menghadapi orang-orang munafiq dengan lisan, menegakkan hujjah atas mereka, mencegah mereka dari sikap kekafiran yang tersembunyi, menjauhkan segala permainan dan langkah-langkah mereka, dan menolak terhadap perbuatan dan perilaku mereka dsb. Dan Jihad terhadap mereka ini merupakan satu jenis dari Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar.

10. Jihaduz ZaliminIaitu Jihad terhadap orang-orang Fasik, Zalim, Ahli bid’ah dan pelaku kemungkaran. Dan Jihad terhadap mereka ini termasuk satu jenis Amar Ma’ruf dan Nahi Munkar.

Dan lain-lain

Page 82: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

 ADA PERKATAAN DARI ORANG KAFIR YANG MENGATAKAN JIHAD SEX,YAITU BERHUBUNGAN TUBUH/ZINA TANPA HUBUNGAN SUAMI-ISTRI.YANG BERISI"BOLEH MELAKUKAN ZINA DEMI JIHAD".PADAHAL ZINA ITU SANGAN DILARANG DALAM ISLAM.!!!!

Sumber

1.tasbihhitam.blogspot.com 

2.sothepoenyaarpholo.blogspot.com 

3.www.dakwatuna.com 

4.al-badar.net

A. Hukum Berjihad

Jihad yang bersifat khusus, yaitu memerangi orang-orang kafir dan orang-orang yang memerangi orang-orang muslim hukumnya adalah fardhu kifayah. Apabila sebagian dari mereka telah melaksanakannya, maka gugurlah kewajiban sebagian yang lainnya. Hal ini adalah berdasarkan firman Allah:

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (At-Taubah: 122)

Namun, hukumnya menjadi wajib ‘ain bagi orang yang ditunjuk oleh imam (khalifah). Berdasarkan sabda Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam:

“Dan apabila kalian dipanggil untuk berperang, maka berangkatlah.” (HR. Al-Bukhari: 3/18, Muslim: 86, 85, Ibnu Majah: 2773, dan Ahmad: 1/226)

Demikian juga apabila musuh menyerang suatu negeri, maka wajib bagi penduduknya hingga kaum wanita untuk melawan dan mengusir mereka.

B. Macam-macam Jihad

1. Jihad memerangi orang kafir serta orang-orang yang memerangi kaum muslimin, yaitu dengan tangan, harta, lisan, dan hati. Berdasarkan sabda Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam:

“Perangilah orang-orang musyrik dengan harta, jiwa, dan lisan kalian.” (HR. Ahmad: 3/124, 251. Abu Daud: 2504, dan An-Nasa’i: 6/7)

Page 83: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

2. Jihad memerangi orang-orang fasik yaitu dengan tangan, lisan, dan hati. Berdasarkan sabda Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam:

“Barang siapa di antara kalian melihat satu kemungkaran maka hendaklah dia mengubahnya dengan tangannya, jika dia tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak bisa juga maka dengan hatinya, dan itu adalah selemah-lemahnya iman.” (HR. Muslim, 1/5, Ahmad, 24/303, Ibnu Hibban, 1/530)

3. Jihad memerangi setan

Yaitu dengan menolak syubhat-syubhat yang muncul dari setan serta meninggalkan syahwat-syahwat yang telah dihiasi oleh setan. Berdasarkan firman Allah:

“… dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah.” (Luqman: 33)

“Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia musuh(mu), karena Sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala” (Fathir: 6)

4. Jihad melawan nafsu

Yaitu dengan membuka diri untuk mempelajari perkara-perkara agama, mengamalkannya, mengajarkannya, serta dengan memalingkan dari mengikuri hawa nafsunya dan menundukkan keliarannya.

Jihad melawan nafsu utu adalah Al-Jihad Al-Akbar (jihad yang paling besar) menurut sebuah hadits dha’if yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqqi dan Al-Khatib di dalam Tarikh-nya dari Jabir dengan lafadz sebagai berikut:

“Ketika Nabi Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam pulang dari suatu peperangan (perang badar), beliau bersabda: ‘Dan kalian pulang dari kemenangan yaitu jihad yang kecil menuju jihad yang besar.’ Ada yang bertanya: ‘Apakah jihad yang besar itu?’ Beliau Shallallaahu ‘Alaihi Wasallam bersabda: Jihadnya seorang hamba dalam memerangi hawa nafsunya.’”

 C. Hikmah Jihad

Di antara hikmah yang terkandung dalam syari’at jihad adalah agar hanya Allah lah satu-satunya yang disembah, disamping untuk melawan permusuhan dan kejahatan, menjaga jiwa dan harta, melindungi hak dan memelihara keadilan, serta menebarkan kebaikan dan akhlak mulia. Allah Berfirman:

“Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. jika mereka berhenti (dari kekafiran), Maka Sesungguhnya Allah Maha melihat apa yang mereka kerjakan.” (Al-Anfal: 39)

Page 84: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Demikianlah sedikit uraian tentang jihad: hukumnya, macamnya, dan hikmah yang ada padanya. Mudah-mudahan tulisan singkat ini dapat membuka mata kita tentang hakikat yang sebenarnya dari jihad tersebut dan sesungguhnya boleh jadi kita menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya keburukan yang banyak, dan kita membenci sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.

Wallaahu A’lam

Sumber: Minhajul Muslim, Pedoman Hidup Ideal Seorang Muslim, karya Abu Bakar Jabir Al-Jaza’iri

- See more at: http://matasalman.com/jihad-hukum-macam-dan-hikmahnya/#sthash.rDdOddWz.dpuf

Home « Dasar-Dasar Islam « Fiqih Islam « Fiqih Ahkam « Narasi Islam « Fiqih Dakwah « Jihad Jalan Kami (Definisi Jihad, Tujuan, dan Hukumnya)

Jihad Jalan Kami (Definisi Jihad, Tujuan, dan Hukumnya)

Rubrik: Fiqih Ahkam, Fiqih Dakwah | Oleh: Iman Santoso, Lc. MEI. - 15/01/08 | 13:10 | 06 Muharram 1429 H

Ada 31 komentar 26.051 Hits

Iklan negatif? Laporkan!

dakwatuna.com – Hidup ini adalah perjuangan dan perjuanganlah yang membuat kita hidup. Jihad fi sabilillah merupakan puncak ajaran Islam. Sehingga umat Islam yang melaksanakannya akan mendapatkan kemuliaan dan kejayaan di dunia dan surga Allah di akhirat.

Sebaliknya mereka yang meninggalkan jihad dan tidak terbersit sedikitpun dalam hatinya untuk berjihad akan hina dan menderita di dunia serta mendapatkan siksa Allah di neraka. Jihad adalah satu-satunya jalan bagi umat Islam untuk meraih kejayaan Islam, merdeka dari penjajahan dan meraih kembali tanah yang hilang.

Ketika umat Islam lalai terhadap kewajiban, maka Allah akan menghinakan mereka. Rasulullah saw. bersabda,” Jika kalian telah berdagang dengan ‘Inah (sistem riba’), mengikuti ekor-ekor sapi (sibuk beternak), rela bercocok tanam dan meninggalkan jihad, pasti Allah akan

Page 85: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

menimpakan kehinaan atas kalian. Allah tidak akan mencabut kehinaan itu hingga kalian kembali ke ajaran agama kalian.” (HR Ahmad, Abu Dawud dan al-Baihaqi).

Imam Syahid Hasan al-Banna berkata: Sesungguhnya umat yang mengetahui bagaimana cara membuat kematian, dan mengetahui bagaimana cara meraih kematian yang mulia, Allah pasti memberikan kepada mereka kehidupan mulia di dunia dan keni’matan yang kekal di akhirat. Wahn (kelemahan) yang menghinakan kita tidak lain karena penyakit cinta dunia dan takut mati. Maka persiapkanlah jiwa kalian untuk amal yang besar, dan semangatlah menjemput kematian niscaya diberi kehidupan. Ketahuilah bahwa kematian adalah kepastian dan tidak datang kecuali satu kali. Jika engkau menjadikannya di jalan Allah, maka hal itu merupakan keuntungan dunia dan ganjaran akhirat.

Definisi Jihad (Pengertian Jihad)

Jihad secara bahasa berarti mengerahkan dan mencurahkan segala kemampuannya baik berupa perkataan maupun perbuatan. Dan secara istilah syari’ah berarti seorang muslim mengerahkan dan mencurahkan segala kemampuannya untuk memperjuangkan dan meneggakan Islam demi mencapai ridha Allah SWT. Oleh karena itu kata-kata jihad selalu diiringi dengan fi sabilillah untuk menunjukkan bahwa jihad yang dilakukan umat Islam harus sesuai dengan ajaran Islam agar mendapat keridhaan Allah SWT.

Imam Syahid Hasan Al-Banna berkata, “Yang saya maksud dengan jihad adalah; suatu kewajiban sampai hari kiamat dan apa yang dikandung dari sabda Rasulullah saw.,” Siapa yang mati, sedangkan ia tidak berjuang atau belum berniat berjuang, maka ia mati dalam keadaan jahiliyah”.

Adapun urutan yang paling bawah dari jihad adalah ingkar hati, dan yang paling tinggi perang mengangkat senjata di jalan Allah. Di antara itu ada jihad lisan, pena, tangan dan berkata benar di hadapan penguasa tiran.

Dakwah tidak akan hidup kecuali dengan jihad, seberapa tinggi kedudukan dakwah dan cakupannya yang luas, maka jihad merupakan jalan satu-satunya yang mengiringinya. Firman Allah,” Berjihadlah di jalan Allah dengan sebenar-benarnya jihad” (QS Al-Hajj 78).

Dengan demikian anda sebagai aktifis dakwah tahu akan hakikat doktrin ‘ Jihad adalah Jalan Kami’

Tujuan Jihad

Jihad fi sabilillah disyari’atkan Allah SWT bertujuan agar syari’at Allah tegak di muka bumi dan dilaksanakan oleh manusia. Sehingga manusia mendapat rahmat dari ajaran Islam dan terbebas dari fitnah. Jihad fi sabilillah bukanlah tindakan balas dendam dan menzhalimi kaum yang lemah, tetapi sebaliknya untuk melindungi kaum yang lemah dan tertindas di muka bumi. Jihad juga bertujuan tidak semata-mata membunuh orang kafir dan melakukan teror terhadap mereka, karena Islam menghormati hak hidup setiap manusia. Tetapi jihad disyariatkan dalam Islam

Page 86: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

untuk menghentikan kezhaliman dan fitnah yang mengganggu kehidupan manusia. (QS an-Nisaa’ 74-76).

Macam-Macam Jihad

Jihad fi Sabilillah untuk menegakkan ajaran Islam ada beberapa macam, yaitu:

1. Jihad dengan lisan, yaitu menyampaikan, mengajarkan dan menda’wahkan ajaran Islam kepada manusia serta menjawab tuduhan sesat yang diarahkan pada Islam. Termasuk dalam jihad dengan lisan adalah, tabligh, ta’lim, da’wah, amar ma’ruf nahi mungkar dan aktifitas politik yang bertujuan menegakkan kalimat Allah.

2. Jihad dengan harta, yaitu menginfakkan harta kekayaan di jalan Allah khususnya bagi perjuangan dan peperangan untuk menegakkan kalimat Allah serta menyiapkan keluarga mujahid yang ditinggal berjihad.

3. Jihad dengan jiwa, yaitu memerangi orang kafir yang memerangi Islam dan umat Islam. Jihad ini biasa disebut dengan qital (berperang di jalan Allah). Dan ungkapan jihad yang dominan disebutkan dalam al-Qur’an dan Sunnah berarti berperang di jalan Allah.

Keutamaan Jihad dan Mati Syahid

Beberapa ayat Alquran memberikan keutamaan tentang berjihad. Di antaranya, (QS an-Nisaa’ 95-96)(QS as-Shaff 10-13).

Rasulullah SAW bersabda: Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah SAW ditanya: ”Amal apakah yang paling utama?” Rasul SAW menjawab: ”Beriman kepada Allah”, sahabat berkata:”Lalu apa?” Rasul SAW menjawab: “Jihad fi Sabilillah”, lalu apa?”, Rasul SAW menjawab: Haji mabrur”. (Muttafaqun ‘alaihi)

Dari Anas ra, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ”Pagi-pagi atau sore-sore keluar berjihad di jalan Allah lebih baik dari dunia seisinya.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Dari Anas ra bahwa nabi SAW bersabda: ”Tidak ada satupun orang yang sudah masuk surga ingin kembali ke dunia dan segala sesuatu yang ada di dunia kecuali orang yang mati syahid, ia ingin kembali ke dunia, kemudian terbunuh 10 kali karena melihat keutamaan syuhada.” (Muttafaqun ‘alaihi)

”Bagi orang yang mati syahid disisi Allah mendapat tujuh kebaikan: 1. Diampuni dosanya dari mulai tetesan darah pertama. 2. Mengetahui tempatnya di surga. 3. Dihiasi dengan perhiasan keimanan. 4. Dinikahkan dengan 72 istri dari bidadari. 5. Dijauhkan dari siksa kubur dan dibebaskan dari ketakutan di hari Kiamat. 6. Diletakkan pada kepalanya mahkota kewibawaan dari Yakut yang lebih baik dari dunia seisinya. 7. Berhak memberi syafaat 70 kerabatnya.” (HR at-Tirmidzi)

Hukum Jihad Fi Sabilillah

Page 87: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Hukum Jihad fi sabilillah secara umum adalah Fardhu Kifayah, jika sebagian umat telah melaksanakannya dengan baik dan sempurna maka sebagian yang lain terbebas dari kewajiban tersebut. Allah SWT berfirman:

“Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mu’min itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya” (QS at-Taubah 122).

Jihad berubah menjadi Fardhu ‘Ain jika:

1. Muslim yang telah mukallaf sudah memasuki medan perang, maka baginya fardhu ‘ain berjihad dan tidak boleh lari.

”Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.” (QS al-Anfal 15-16).

2. Musuh sudah datang ke wilayahnya, maka jihad menjadi fardhu ‘ain bagi seluruh penduduk di daerah atau wilayah tersebut .

”Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS at-Taubah 123)

3. Jika pemimpin memerintahkan muslim yang mukallaf untuk berperang, maka baginya merupakan fardhu ‘ain untuk berperang. Rasulullah SAW bersabda:

”Tidak ada hijrah setelah futuh Mekkah, tetapi yang ada adalah jihad dan niat. Dan jika kamu diperintahkan untuk keluar berjihad maka keluarlah (berjihad).” (HR Bukhari)

Kata-Kata Jihad

Khubaib bin Adi ra. berkata ketika disiksa oleh musuhnya, “Aku tidak peduli, asalkan aku terbunuh dalam keadaan Islam. Dimana saja aku dibunuh, aku akan kembali kepada Allah. Kuserahkan kepada Allah kapan saja Ia berkehendak. Setiap potongan tubuhku akan diberkatinya”.

Al-Khansa ra. berpesan kepada 4 anaknya mengantarkan mereka untuk jihad, “Wahai anak-anakku ! Kalian tidak pernah berkhianat pada ayah kalian. Demi Allah, kalian berasal dari satu keturunan. Kalianlah orang yang ada dalam hatiku. Jika kalian menuju ke medan perang, jadilah kalian pahlawan. Berperanglah ! Jangan kembali. Aku membesarkan kalian untuk hari ini”.

Page 88: Kisah Uwais Al-Qarni : Hikmah Taat Kepada Ibu Web viewMereka ini dibimbing langsung oleh Allah di jalan tasawuf, ... Kemudian sepertiga uang hasil jualan ia sedekahkan kepada orang

Abdullah bin Mubarak berkata pada saudaranya Fudail bin Iyadh yang sedang asyik ibadah di tahan suci,” Wahai ahli ibadah di dua tahan Haram, jika engkau melihat kami, niscaya engkau akan tahu bahwa engkau hanya bermain-main dalam ibadah. Barangsiapa membasahi pipinya dengan air mata. Maka, leher kami basah dengan darah”.

Demikianlah jihad adalah satu-satunya jalan menuju kemuliaan di dunia dan di akhirat. Ampunan Allah, surga Adn, Pertolongan dan Kemenangan. Wallahu a’lam bishawaab. []

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2008/01/15/355/jihad-jalan-kami/#ixzz3W6lsvXeJ Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook