kewaspadaan universal
DESCRIPTION
Kewaspadaan Universal. Mencegah T ransmisi S ilang P enyakit B erbahaya Kepada Orang Lain. Eni kusyati. Kuman Flora Kulit. Staphylococcus epidermidis, other coagulase negative Staph., Corynebacterium sp., Brevibacterium sp., Proprionibacterium acnes , Pityrosporum sp. - PowerPoint PPT PresentationTRANSCRIPT
6-1
Kewaspadaan Universal
Mencegah Transmisi Silang Penyakit Berbahaya Kepada Orang Lain
Eni kusyati
6-2
Kuman Flora Kulit
Staphylococcus epidermidis, other coagulase negative Staph., Corynebacterium sp., Brevibacterium sp., Proprionibacterium acnes, Pityrosporum sp..
6-3
Bakteri pada luka
Setelah empat minggu Umum = Proteus, E. coli, and Klebsiella. Luka semakin dalam : Anaerobes, dan
polymicrobial.
Escherichia coli
6-4
Bakteri pada awal luka akut
Normal skin flora predominate. S. aureus, and Beta-hemolytic Streptococcus soon
follow. (Group B Streptococcus and S. aureus) umum pada “diabetic foot ulcers”
Staphylococcus Aureus
6-5
Kuman pada luka infeksi
Staphylococcus aureus, Beta-hemolytic Streptococcus (S. pyogenes, S. agalactiae), E. coli, Proteus, Klebsiella, anaerobes, Pseudomonas, Acinetobacter, Stenotrophomonas (Xanthomonas).
6-6
Kuman yang menginfeksi Cellulitis ; β-hemolytic streptococci (A, B, C, G), Staphylococcus aureus Luka terinfeksi (tanpa antibiotic ): sama cellulitis, sering
monomicrobial Luka infeksi chronic atau dengan antibiotic sebelumnya : S.
aureus, β-hemolytic streptococci, Enterobacteriaceae (biasanya polymicrobial)
Luka masesari : Pseudomonas aeruginosa (polymicrobial) Luka lama sembuh , antibiotic spec. luas : S. aureus (MRSA),
coagulase-negative staphylococci, enterococci (VRE), diphtheroids, Enterobacteriaceae (ESBL resistance), Pseudomonas, nonfermentative gram-negative’s, dapat fungi (polymicrobial)
Luka necrosis, gangrene, sangat bau : Mixed aerobic gram-positive cocci, Enterobacteriace, nonfermentative gram-negative’s, obligate anaerobes
Lipsky et al., CID 39:885-910 (2004)
6-7
Infeksi luka Menghambat penyembuhan & penyebab utama morbiditas &
mortalitas baik di komunitas atau rumah sakit Merupakan hasil interaksi dinamik antara penjamu, potensial
patogen & lingkungan
Berisiko infeksi karena respon imun yang tidak optimal & memicu “high bacterial load”
(Mangram AJ, et.al, 1999 , Cantor A,2004)
6-8
Infeksi luka
Gangguan pada jamu karena toksin mikrobial
Bakteri menginfeksi, perubahan struktur, produksi enzim dan metabolik yang mengkontribusi virulensi dan patogenik
Baik bakteri aerob dan anaerob berkoloni hampir pada semua luka
(Mangram AJ, et.al, 1999 & Cooper RA, 2005)
6-9
Interaksi antara penjamu dan mikroorganisme pada luka
Terminologi Contamination Colonization Critical colonization Infection
(Landis SJ, 2008)
6-10
Contamination
Keberadaan bakteri dalam luka Semua luka kronik
terkontaminasi Bakteri tidak mengalami
replikasi Tidak merusak jaringan dan
penyembuhan berlangsung
6-11
Colonazation Tahap berikut melibatkan hubungan pada mikrobial dengan penjamu Bakteri mengalami replikasi Luka dapat sembuh Sumber potensial : - organisme lokal kulit: carynebacteria spp, prapianibacteria spp,
coagulase-negative staphylococci dan viridans streptococci. - lingkungan ekternal: multi-resistant organisms (MROs): MRSA - Sumber endogenous; streptococcus spp, coliforms dan anaerobes
6-12
Crtitical colonization
Tahap krusial dimana konfrontasi antara bakteri dan penjamu menghasilkan fisura dan pelindung pada kompartemen permukaan luka
Gambaran klinik: lambatnya penyembuhan, nyeri, exudat>>, perubahan warna pada dasar luka, jaringan granulasi mudah rapuh, normal/abnormal jaringan granulasi, bau yang tidak sedap
6-13
Infeksi pada luka, kulit & jaringan lunak
Dapat disebabkan oleh:staphylococcus aureus & kelompok streptococci (GAS), pseudomonas aeruginosa, enterococci & kelompok streptococci, anaerobic microbial; fusobacterium necrophorum & bacteroides fragillis.
Mikroorganise; virulensi tinggi: streptococcus pyogenes atau psudomonas aeruginosa
(Lazzarini L, 2004 & Ljung A, Yanagisawa N, Wadstrom T, 2006)
6-14
TUJUAN PENCEGAHAN INFEKSI Bagian dari kualitas pelayanan
kesehatan Mencegah infeksi silang dalam
prosedur klinik seperti ganti balutan
Menurunkan risiko transmisi penyakit menular seperti Hepatitis B dan AIDS
6-15
Aplikasi Kewaspadaan Standar Setiap orang dapat merupakan sumber infeksi Membudayakan cuci tangan Menggunakan barier protektif (misalnya:
sepatu, masker, kacamata, gaun bedah, sarung tangan)
Penggunaan aseptik medik , bedah, dan antiseptik
Memproses instrumen agar aman digunakan Budaya aman dalam setiap prosedur Pengelolaan limbah berbahaya secara adekuat
6-16
Kontrol terhadap luka terinfeksi
Dressing steril Udara ruangan Lantai Peralatan Pembuangan Teknik
6-17
Survey
Pasien yang berisiko Unit perawatan Data laboratorium
6-18
Beberapa cara mengurangi risiko transmisi penyakit Diantara klien-petugas
Cuci tangan Gunakan Barier Protektif
Sarung tangan Pelindung mata (kacamata, masker) Apron/Celemek
Budaya aman di tempat kerja Jangan memasang tutup/membengkokkan
jarum suntik bekas pakai Selalu berhati-hati dalam
memegang/mengelola benda tajam
6-19
CUCI TANGAN
Saat datang dan pulang dari tempat kerja Sebelum dan setelah memeriksa klien Sebelum dan setelah pakai sarung tangan Setelah terpapar darah atau sekret tubuh Setelah tersentuh material
berbahaya/toksik Sebelum dan setelah makan Setelah menggunakan toilet/buang air
6-20
Mencuci tangan
Gunakan sabun, air bersih mengalir 10-15 detik dan pakai handuk pribadi atau tissue
Sebagai alternatif, dapat gunakan bilasan alkohol-gliserin (asalkan tangan tak kotor secara fisik)
6-21
Cuci tangan pra-bedah Gunakan larutan
antiseptik (bila tersedia) dan bilas dengan air bersih mengalir
Gunakan sikat halus untuk membersihkan kuku
Gunakan spons untuk membersihkan kulit
Keringkan tangan dan lengan dengan handuk
6-22
INGAT !
Setiap tindakan dengan risiko infeksi harus dilaksanakan secara hati-hati dan benar.
Tingginya angka infeksi pasca tindakan menunjukkan rendahnya mutu pelayanan
6-23
Barier Protektif Gunakan
kacamata pelindung, masker, celemek dan sepatu tertutup.
6-24
Gunakan Sarung Tangan
Saat melakukan prosedur bedah Ketika melakukan periksa dalam Saat mengambil sampel darah Jika menangani peralatan/linen yang
terkontaminasi bahan/sekret menular Saat mengelola dan membuang limbah Membersihkan percikan darah/sekret
tubuh di peralatan, permukaan meja bedah, lantai
6-25
PERLINDUNGAN TRANSMISI PENYAKIT BAGI PETUGAS KESEHATAN Kebanyakan infeksi terjadi akibat
paparan dengan darah atau cairan tubuh pasien yang secara klinis belum menunjukkan gejala adanya penyakit
Aplikasikan budaya bersih dan aman seperti cuci tangan dan memakai sarung tangan.
Mencegah terjadinya luka tusuk/sayat dan melakukan prosedur antisepsis
Proses peralatan dan sarana kesehatan
6-26
Risiko Transmisi Penyakit
Risiko transmisi HIV setelah tertusuk jarum suntik dari pasien dengan HIV positif adalah 4 : 1000
Risiko penularan HBV setelah tertusuk jarum suntik dari pasien dengan HBV positif adalah 27 - 37 : 100
6-27
Per
100
0 H
IV-p
osi
tif
0.000
0.002
0.004
0.006
0.008
0.010
0.012
0.014
0.016
1992 – 1993
1993 – 1994
1994 – 1995
1995 – 1996
1996 – 1997
1997 – 1998
1998 – 1999
1999 – 2000
2000 – 2001
Sumber: National AIDS Programme, Indonesia
July 2002
Prevalensi HIV dalam darah donor di Indonesia pada
tahun 1992-2001
6-28
Mencegah Luka Tusuk
Gunakan teknik zona aman untuk membawa atau memindah-tangankan benda/instrumen tajam
Pilih media/penghantar instrumen tajam yang sesuai (misalnya: wadah logam)
Gunakan pinset atau klem ketika mengambil jarum atau memasang skalpel/pisau bedah
Beritahukan pada operator bahwa anda akan memberikan instrumen tajam yang diminta
6-29
Mencegah Luka Tusuk Gunakan pinset saat mengambil jarum dan zona
aman sebagai penghantar instrumen tajam
6-30
Mencegah Luka Tusuk
Gunakan klem atau pemegang jarum saat memasang atau melepaskan pisau bedah atau instrumen tajam lain yang harus disatukan atau dipisahkan
6-31
Eradikasi mikroorganisme di peralatan bekas pakai melalui
berbagai tingkatan proses
Memproses peralatan bekas pakai:
Dekontaminasi Cuci dan Bilas Disinfeksi Tingkat Tinggi Sterilisasi
DTT Merebus Mengukus Kimiawi
Tahapan Proses peralatan
Sterilisasi Kimiawi Uap panas
tekanan tinggi Panas kering
Keringkan,dinginkan, simpan atau siap
pakai
Dekontaminasi
Cuci dan Bilas
6-33
Dekontaminasi
Masukkan peralatan bekas pakai yang akan digunakan kembali ke dalam larutan klorin 0,5% segera setelah digunakan.
Rendam selama 10 menit dan segera lakukan pembilasan.
Lakukan pula pembersihan permukaan peralatan (misalnya meja bedah) dengan larutan klorin 0,5%.
6-34
Cara membuat klorin 0,5% dari konsentrat atau sediaan yang mengandung 5% klorin
Formula :
Bagian air digunakan sebagai pelarut :
% konsentrat yang tersedia -- 1 % yang diinginkan
= ....... bagian air
Bila ingin membuat klorin 0,5% dari konsentrat / sediaan yang mengandung 5% klorin, caranya adalah sebagai berikut:
5% klorin (Bayclin®)
0,5% (yg diinginkan)
5 X 10
5
1 = 9 bagian air
Berarti, untuk mendapatkan klorin 0,5%, campurkan 1 bagian konsentrat 5% klorin dengan 9 bagian air bersih
:
6-35
Pencucian Cuci dengan air bersih dan sabun atau deterjen
Sikat dengan sikat halus hingga tampak bersih
Lakukan penyikatan dalam air pencuci untuk menghindarkan percikan
Buka engsel atau sambungan peralatan
Bilas merata dengan air bersih.
6-36
Desinfeksi Tingkat Tinggi(Perebusan) Susun peralatan
hingga terendam dalam air
Rebus hingga mendidih dalam panci bertutup.
Hitung waktu dari saat air mulai mendidih hingga 20 menit untuk proses DTT
Jangan menambah sesuatu ke dalam panci setelah penghitungan waktu dimulai
Keringkan di udara terbuka sebelum disimpan.
6-37
Desinfeksi Tingkat Tinggi (Pengukusan)
Susun peralatan/sarung tangan agar semua bagian terpapar uap dan tak terendam air pengukus
Kukus hingga keluar uap air dari pengukus dan mulai saat itu, hitung hingga 20 menit
Jangan menambah air atau peralatan selama pengukusan berlangsung
6-38
Desinfeksi Tingkat Tinggi secara Kimiawi
Masukkan peralatan kedalam larutan dekontaminan yang tersedia
Rendam selama 20 menit.
Bilas dengan air DTT
Biarkan kering sebelum digunakan dan disimpan.
6-39
DTT Kimiawi Sebelum tingkat DTT harus dilakukan dulu
dekontaminasi, cuci-bilas dan keringkan Gunakan larutan Klorin 0,1-0,5% atau
Glutaraldehida 2% Gunakan larutan baru atau belum kedaluarsa Pakai wadah berpenutup, bahan non-korosif Digunakan untuk instrumen tidak tahan panas
atau peralatan optik Instrumen harus terendam dengan baik Waktu DTT 20 menit dan bilas dengan air DTT
sebelum digunakan
6-40
Sterilisasi
Autoklaf
106 kPa, 121°C, 20 menit & 30 menit (tanpa bungkus & terbungkus)
Kimiawi
Rendam dalam Glutaraldehida selama 10 jam
Panas kering
170°C selama 60 menit atau 160°C selama 120 menit
6-41
Menyiapkan kulit atau mukosa untuk prosedur pembedahan Jangan menggunakan pisau cukur pada area
pembedahan Pada area berambut, lakukan pengguntingan
bila menghalangi lapangan pandang operator Tanyakan riwayat alergi antiseptik pada
klien. Bersihkan area operasi dengan sabun. Usapkan larutan antiseptik pada area operasi
secara secara melingkar atau atas-bawah
6-42
Mengamankan atau membuang instrumen tajamMasukkan dalam wadah khusus yang tahan bocor atau tusukanLakukan dekontaminasi sebelum di buang atau dimasukkan ke dalam wadah tersebutJangan menekuk atau mematahkan jarum dengan tangan
6-43
Mengelola Limbah Untuk mencegah infeksi atau cedera berbahaya akibat benda tajam pada petugas pengelola limbah
Menghindarkan penularan penyakit ke masyarakat sekitar
Pisahkan limbah terkontaminasi dan non-kontaminasi
Masukkan bahan-bahan terkontaminasi kedalam pembungkus tahan bocor atau kantong plastik.
Dibuang secara dibakar atau ditanam.
6-44
Cara Pengelolaan Limbah Gunakan sarung tangan rumah tangga Tempatkan limbah berbahaya dalam
wadah tertutup dan aman Masukkan instrumen/benda tajam ke
dalam tempat khusus/tahan tusuk Buang limbah cair pada saluran khusus Bakar/tanam limbah padat yang
terkontaminasi Cuci tangan, sarung tangan dan wadah
yang telah digunakan untuk mengelola limbah
6-45
Rangkuman
Pencegahan Infeksi merupakan upaya untuk mencegah transmisi silang dan diterapkan dengan mengacu pada kewaspadaan standar
Proses peralatan atau instrumen harus dilakukan secara benar dan taat azaz agar diperoleh hasil maksimal dan memenuhi syarat
Pencegahan Infeksi tidak selalu berati penambahan biaya, yang paling penting adalah pembudayaan lingkungan bersih dan aman serta menumbuhkan perilaku bekerja secara standar dan selalu menjaga kualitas pelayanan