repository.usd.ac.idrepository.usd.ac.id/27004/2/033114007_full.pdf · ketika pagi tiba bila aku...

143
PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN NON-LINEAR DENGAN METODE NEWTON DAN TERAPANNYA Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Matematika Disusun Oleh : Maria Nirmala Anggi Fitra Murti Martosudjito NIM : 033114007 PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007

Upload: others

Post on 08-Oct-2020

4 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN NON-LINEAR DENGAN

METODE NEWTON DAN TERAPANNYA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah

Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Matematika

Disusun Oleh :

Maria Nirmala Anggi Fitra Murti Martosudjito

NIM : 033114007

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2007

SOLUTION OF NON-LINEAR SYSTEM OF EQUATIONS WITH

NEWTON’S METHOD AND ITS APPLICATION

Thesis

Presented As Partial Fulfillment of The Requirement

To Obtain The Sarjana Sains Degree in Mathematics

By :

Maria Nirmala Anggi Fitra Murti Martosudjito

Student Number : 033114007

STUDY PROGRAM OF MATHEMATICS SCIENCE

DEPARTEMENT OF MATHEMATICS

FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

JOGJAKARTA

2007

ii

iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan atau daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, Desember 2007

Penulis,

Maria Nirmala Anggi Fitra Murti Martosudjito

iv

Ketika Pagi Tiba Bila aku susah tidur, dan kemudian terbangun .... Lalu kurasa BERAT dan KELABU semuanya, maka teringatlah aku, KEGELAPAN adalah juga bagian dari kehidupan ... Bila malam kulewatkan,

dengan penuh KEGELISAHAN, dan aku sadar ... betapa hidupku penuh dengan ^ BEBAN ^ ... Lalu sambil merasa ibu bumi masih menyanggaku ... Aku menghela Nafas ... Maka aku pun merasa pula, diriku ditopang oleh segala perasaanku,

... GEMBIRA maupun SUSAH ... Bila tidurku lewat, dalam mimpi menyesakkan ... dan aku harus berhadapan dengan masalah yang belum ku selesaikan, yang ingin KU LUPAKAN ... Lalu aku sadar ... TERANG ataupun GELAP, Harus ku terima semuanya ... Maka ketika pagi tiba,

teristimewa hari ini ... Aku pun akan menemui diriku “APA ADANYA” dengan penuh PERHATIAN dan CINTA ... dan akan menerima ^ Keterbatasanku ^ ...

Aku pun akan mengajak sesamaku, mengalami apa sesungguhnya MANUSIA itu ...

Ia tertawa dan menangis, Ia mencari dan menemukan, Ia ragu-ragu dan percaya ...

Segala sesuatu indah pada waktunya. (Pengkotbah 3:11)

Tuhan itu adalah kekuatan dan mazmurku.

Ia telah menjadi keselamatanku (Mzm 118:14)

In times of difficulties don’t ever say “God I have a big problem” but instead “Hey problem, I have a big God” and everything will be alright.

Tugas di hadapan kita tidak akan pernah sebesar kekuatan di belakang kita

Bila selama ini aku masih bertahan ...

Semua ini aku persembahkan hanya karena cintaku untuk :

Tuhan Yesus dan Bunda Maria, Teman dan Bunda tersayang yang dengan setia mendengarkan

semua kepedihan hatiku

Bapak-Ibuku tercinta.... Aku memang bukan ysng terbaik, tapi ketahuilah bahwa kalianlah

motivasi hidupku .....

Adik-adikku tersayang... Bram dan Christi... Jangan pernah berhenti meraih prestasi .....

Do the best that you can do, not for me or our parents but for your life ....

Keluarga Besar Martosudjito dan Keluarga Besar Sudarsono.... Aku bangga

menjadi bagian dari keluarga ini ....

Seseorang yang sudah hadir dan mewarnai hidupku..... Di atas semua yang pernah

terjadi di antara kita, baik ataupun buruk, you must know that I’m so glad to have you ....

Sahabat-sahabatku ... Aku akan selalu ada untuk kalian... FRIENDS FOREVER ...

Almamaterku ....

ABSTRAK

Sistem persamaan non-linear adalah himpunan m persamaan non-linear dengan yang dapat dinotasikan dengan 1m > ( ) =F x 0 . Sistem persamaan non-linear dapat diselesaikan dengan metode numeris, antara lain dengan metode Newton dan metode Turun Tercuram. Metode Newton adalah suatu algoritma iterasi fungsional yang membangkitkan dengan dan adalah matriks Jacobian. Apabila nilai awal yang dipilih cukup baik maka iterasi Newton akan konvergen dengan sifat q-kuadratik.

( ) ( 1) ( 1) 1 ( 1)( ) (k k k k− − −= −x x J x F x )−

) )

1k ≥ ( )J x

Metode Turun Tercuram merupakan metode optimasi yang akan digunakan untuk mengatasi kelemahan metode Newton. Penyelesaian yang diberikan adalah

dengan , dan adalah

gradien dari . Dalam mencapai konvergensinya, metode Turun Tercuram akan memiliki arah gerak yang zigzag atau vektor-vektor penyelesaiannya akan ortogonal.

(( ) ( 1) ( 1) ( 1)k k k kgλ− − −= − ∇x x x 1k ≥ ( 2

1( ) ( )

n

ii

g f=

= ∑x x ( )g∇ x

( )g x

Metode Newton dan metode Turun Tercuram dapat diaplikasikan dalam bidang fisika, khususnya dalam menghitung konsentrasi unsur dalam sampel.

vii

ABSTRACT

The system of non-linear equations is defined as a set of m of non-linear equations which can be denoted by ( ) =F x 0 in the condition . System of non-linear equations can be solved with numerical methods, for instance Newton Method and Steepest Descent Method. The Newton Method is a functional iteration procedure generated by in the condition and the Jacobian matrix . If the selected starting value is sufficiently accurate, the Newton’s Method will converge q-quadratic.

1m >

( ) ( 1) ( 1) 1 ( 1)( ) (k k k k− − −= −x x J x F x )−

) )

1k ≥( )J x

The Steepest Descent Method is considered as an optimization method which is employed to overcome the weakness of the Newton Method. The given solution is

in the condition , where and

which is defined as the gradient of . To converge, the Steepest Descent Method will have zigzag motion or the vectors of the solution will be orthogonal each other.

(( ) ( 1) ( 1) ( 1)k k k kgλ− − −= − ∇x x x 1k ≥ ( 2

1( ) ( )

n

ii

g f=

= ∑x x

( )g∇ x ( )g x

The Newton Method and the Steepest Descent Method can be applied to the field of physics, especially to estimate the concentrated subtance that is contained in some sample.

viii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur, penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, sang

Juru Selamat, sehingga karena kasih dan karunia-Nya skripsi ini dapat terselesaikan

tepat waktu.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis membutuhkan bantuan dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan

ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Lusia Krismiyati Budiasih, S.Si., M.Si., selaku dosen pembimbing dan

Kaprodi Matematika FST-USD yang dengan rendah hati mau meluangkan

banyak waktu luang dan penuh kesabaran telah membimbing selama penyusunan

skripsi ini walaupun penulis sering terlambat bahkan kabur dari jadwal

bimbingan dengan waktu yang cukup lama.

2. Bapak Sadmoko dan Ibu Darni, untuk semua pelajaran hidup, cinta, kasih sayang,

pengorbanan, doa, motivasi dan kepercayaan yang sangat berarti.

3. Bapak Y.G. Hartono, S.Si., M.Sc., yang telah bersedia menjadi dosen penguji

dan untuk semua bahan serta chatting sampai tengah malam.

4. Ibu M.V. Any Herawati, S.Si., M.Si., selaku dosen penguji yang telah

memberikan nilai yang cukup mengejutkan.

5. Ir. Greg. Heliarko, S.J., S.S., B.S.T., M.Sc., M.A., selaku Dekan FST-USD.

6. Segenap dosen, karyawan sekretariat FST khususnya Bapak Tukija dan Ibu Linda

dan karyawan Perpustakaan Paingan dan Mrican, atas ide, pelayanan dan

kesempatan kerja yang pernah diberikan.

ix

7. Adik-adikku, Bram dan Christian, yang selalu membuatku kesal tapi sangat aku

sayangi. Jangan pernah menyerah dan raihlah hasil yang lebih baik dariku.

8. Keluarga Besar Martosudjito dan R.Sudarsono, yang selalu mendoakan penulis.

9. Herry ‘Pokilz’, yang telah memberikan semangat, kerjaan dan teman tengah

malamku yang mau nemenin aku belajar serta curhat lewat rutinitas freetalk kita.

10. Sahabat terbaikku di Matematika’03, Eko, Ridwan ‘Djembat’, Kamto ‘Kambing’,

Koko ‘BruCab’, si putri solo Dewi ‘Cemplux’, si lemot Mekar ‘Kuncup’, si

pembuat heboh tapi multitalenta Anin ‘Berukwati’, si panik room Merry, si

perkasa Septi ‘Gondeswati’, si feminim dan teman senasib seperjuangan Valent,

anak kesasar angkatan Cicil dan si invisible Itha. Terimakasih untuk pelukan,

pinjaman bahu untuk menangis dan sandaran hati serta kebersamaan kita selama

ini. Tidak akan pernah ku lupakan semua waktu yang pernah kita lewati bersama.

11. Sahabat dan saudaraku, Nela, Teaka ‘si Kecil’ miss Berantakan yang selalu panik,

Uchie ‘my twin’ yang selalu memberikan bantuan dalam segala hal. Kalian selalu

ada untukku bahkan di saat paling kelam hidupku.

12. Sahabat-sahabatku, Shindy, yang dari kecil selalu menemani aku, Juna, si cuek

yang paling bisa aku ajak bicara dan buat aku tertawa, Ivan ‘Boy’, yang selalu

ada kalau aku butuh bantuannya, Sugriwo club, Ikoq ‘Sublek’, Lusi, Agnes

‘Supat’, yang selalu menyemangatiku. Teristimewa untuk Resti ‘adek dan juga

sahabatku’, yang selalu dengan setia dan sabar mendengarkan ceritaku. Banyak

kisah kebersamaan kita yang tak mungkin dapat ku lupakan dan kamu mengajari

aku banyak hal. Terimakasih karena kamu selalu mendukung aku walaupun aku

tahu bahwa kamu juga cukup sulit. Maaf, aku pernah membuatmu kecewa.

x

13. Teman-temen kostku, crew Palm, Triana ‘Babay’, Esti ‘Ndhoel’, Nana, Wening,

Adel, Puput, oma Vero, nenek Lusi, mami Ika, mbak Naning serta bapak-ibu

Petrus. Crew Muria, Lisa, k.Hetty, k.Titin, Riris, de’Lusi, Rere, Lita, Grace, sizta

Hermin, si kembar Rosa-Rosi, Ana, Ribut, Novi, Linda, Nancy, Rinus, Paul dan

mbak Niken. Terimakasih atas kebersamaan kita selama ini.

14. Teman-teman selama mengabdi bersama baik di fakultas maupun universitas,

crew DEMA 2004 dan DEMA 2005 yang kompak, kakak dan adik angkatan

Matematika, Ikom dan Fisika, dan semua kepanitian yang pernah ku ikuti.

15. Carloku tersayang yang dengan setia menemaniku kemanapun aku pergi.

16. Dyan Avando Michael Mendroza Sembiring Meliala, yang mengajariku banyak

hal tentang cinta, kesabaran dan pengurbanan bahkan sudah mengisi hidupku

dengan penuh warna.

17. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari kekurangan dalam skripsi

ini, untuk itu saran serta kritik sangat diharapkan dalam peningkatan kualitas skripsi

ini, dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak.

Yogyakarta, Desember 2007

Penulis,

Maria Nirmala Anggi Fitra Murti Martosudjito

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ iv

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v

ABSTRAK .................................................................................................... vii

ABSTRACT .................................................................................................. viii

KATA PENGANTAR ................................................................................... ix

DAFTAR ISI .................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xv

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Perumusan Masalah ........................................................................... 3

C. Batasan Masalah ................................................................................ 4

D. Tujuan Penulisan ............................................................................... 4

E. Metode Penulisan ............................................................................... 4

F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4

G. Sistematika Penulisan ........................................................................ 5

xii

BAB II KONSEP DASAR DAN PERSAMAAN NON-LINEAR ............... 7

A. Ruang Vektor dan Matriks ................................................................. 7

B. Konvergensi ....................................................................................... 14

C. Penyelesaian Persamaan Non-Linear dengan Iterasi Titik Tetap ...... 22

D. Penyelesaian Persamaan Non-Linear dengan Metode Newton-

Raphson ............................................................................................. 27

E. Optimasi Fungsi menggunakan Quadratic Fit Line Seach ................ 30

BAB III PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN NON-LINEAR ........ 34

A. Sistem Persamaan Non-Linear .......................................................... 34

B. Konsep Dasar dan Iterasi Titik Tetap ................................................ 36

C. Metode Newton ................................................................................. 41

D. Konvergensi Metode Newton ............................................................ 62

E. Metode Turun Tercuram .................................................................... 67

F. Konvergensi Metode Turun Tercuram ............................................... 85

BAB IV TERAPAN METODE NEWTON DAN METODE TURUN

TERCURAM DALAM MENGHITUNG KONSENTRASI

UNSUR DALAM SUATU SAMPEL ............................................ 95

A. Metode Penyerapan Cahaya ............................................................... 95

B. Terapan Metode Newton dan Metode Turun Tercuram untuk

Menghitung Konsentrasi Unsur ......................................................... 97

C. Analisis Perhitungan Konsentrasi Unsur dengan Metode Newton

dan Metode Turun Tercuram ............................................................. 101

xiii

1. Analisis Sifat Konvergensi pada Hasil .................................. 101

a. Metode Newton ...................................................... 102

b. Metode Turun Tercuram ......................................... 103

2. Pengaruh Nilai Awal terhadap Hasil ..................................... 105

3. Pengaruh Pendekatan Fungsi terhadap Hasil ........................ 109

a. Metode Newton ...................................................... 110

b. Metode Turun Tercuram ......................................... 110

4. Perbandingan Nilai Absorban Hasil Pengukuran dengan

Hasil Perhitungan ................................................................... 111

5. Konsentrasi Parasetamol dan Kafein yang memenuhi ........... 113

BAB V PENUTUP ........................................................................................ 114

A. Kesimpulan ........................................................................................ 114

B. Saran .................................................................................................. 116

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 117

LAMPIRAN .................................................................................................. 119

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.2.1 ............................................................................................. .... 17

Gambar 2.2.2 ................................................................................................. 18

Gambar 2.5.1 ................................................................................................. 31

Gambar 2.5.2 ................................................................................................. 31

Gambar 2.5.3 ................................................................................................. 32

Gambar 3.3.1 ................................................................................................. 55

Gambar 3.5.1 ................................................................................................ 71

Gambar 3.5.2 ................................................................................................ 78

Gambar 3.6.1 ................................................................................................. 89

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.3.1 ..................................................................................................... 60

Tabel 3.4.1 ..................................................................................................... 66

Tabel 3.4.2 ..................................................................................................... 67

Tabel 3.5.1 ..................................................................................................... 82

Tabel 3.5.2 ..................................................................................................... 83

Tabel 3.6.1 ..................................................................................................... 91

Tabel 3.6.2 ..................................................................................................... 92

Tabel 3.6.3 ..................................................................................................... 93

Tabel 4.2.1 ..................................................................................................... 98

Tabel 4.2.2 ..................................................................................................... 98

Tabel 4.2.3 ..................................................................................................... 99

Tabel 4.2.4 ..................................................................................................... 100

Tabel 4.2.5 ..................................................................................................... 101

Tabel 4.3.1 ..................................................................................................... 102

Tabel 4.3.2 ..................................................................................................... 103

Tabel 4.3.3 ..................................................................................................... 104

Tabel 4.3.4 ..................................................................................................... 106

Tabel 4.3.5 ..................................................................................................... 107

Tabel 4.3.6 ..................................................................................................... 112

Tabel 4.3.7 ..................................................................................................... 112

xvi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan sering muncul persoalan yang

melibatkan model matematika. Sering kali model matematika yang muncul bukanlah

suatu model yang biasa, melainkan suatu model yang rumit bahkan sulit untuk dicari

penyelesaiannya. Model matematika ini bisa berupa suatu persamaan atau suatu

sistem persamaan. Persamaan bisa dibagi menjadi persamaan linear dan persamaan

non-linear. Sistem persamaan juga bisa dibagi menjadi sistem persamaan linear dan

sistem persamaan non-linear.

Persamaan linear dengan n variabel bebas 1 2, , , nx x x… adalah persamaan

yang berbentuk 1 1 2 2 n ny a x a x a x= + + +… . Sedangkan persamaan non-linear

merupakan negasi dari persamaan linear. Persamaan non-linear sendiri dibagi

menjadi persamaan non-linear satu variabel dan persamaan non-linear dengan n

variabel, dengan . Bentuk umum persamaan non-linear dengan satu variabel

adalah dengan

1>n

0)( =xf ( )f x adalah fungsi non-linear. Sedangkan bentuk umum

persamaan non-linear dengan n variabel adalah dengan 0),,,( 21 =nxxxf …

1 2( , , , )nf x x x… adalah fungsi non-linear.

Sistem persamaan linear adalah himpunan n persamaan linear, dengan .

Penyelesaian sistem persamaan linear dapat dicari dengan beberapa metode yang

sederhana, yaitu seperti metode subsitusi, metode eliminasi dan metode campuran.

1>n

2

Sistem persamaaan non-linear adalah himpunan n persamaan non-linear,

dengan . Sistem persamaan non-linear secara umum berbentuk: 1>n

0),,,(

0),,,(0),,,(

21

212

211

=

==

nn

n

n

xxxf

xxxfxxxf

……

di mana tiap fungsi merupakan pemetaan vektor dari ke

. Sistem ini dapat ditulis dalam bentuk lain dengan mendefinisikan fungsi F, yang

memetakan ke .

ift

nxxx ),,,( 21 …=x n

n n

tnnnnn xxxfxxxfxxxfxxx )),,,(,,),,,(,),,,((),,,( 2121221121 …………… =F

Dengan menggunakan notasi vektor, sistem di atas dapat diasumsikan dengan bentuk

F(x) = 0

Secara umum, ada dua metode penyelesaian suatu sistem persamaan yaitu

metode analitis dan metode numeris. Metode analitis adalah metode penyelesaian

model matematika dengan rumus-rumus aljabar yang sudah baku (lazim). Metode

numeris adalah teknik yang digunakan untuk memformulasikan persoalan

matematika dengan data numerik.

Sistem persamaan non-linear tidak mudah diselesaikan dengan metode

analitis dalam mendapatkan penyelesaian exact (exact solution) karena sistem terlalu

rumit tidak seperti sistem persamaan linear biasa. Selain itu, sistem ini mempunyai

masalah yang melibatkan banyak persamaan non-linear dan banyak variabel. Alasan

yang demikian menyebabkan sistem persamaan non-linear pada umumnya

diselesaikan dengan metode numeris.

3

Sistem persamaan non-linear dapat diselesaikan dengan beberapa metode

numeris, salah satunya adalah metode Newton. Metode Newton merupakan

perkembangan dari iterasi Titik-Tetap (Fixed-Point) dan metode Newton-Raphson

dalam menyelesaikan persamaan non-linear. Langkah awal penyelesaian persamaan

non-linear dengan metode Newton-Raphson adalah mencari turunan fungsinya.

Tidak jauh berbeda dengan metode Newton-Raphson, langkah awal penyelesaian

sistem persamaan non-linear dengan metode Newton adalah mencari turunan parsial

semua fungsinya terhadap setiap variabel yang ada dalam sistem tersebut. Semua

turunan parsial dalam sistem dibentuk menjadi suatu matriks yang dinamakan

matriks Jacobian.

Metode Newton merupakan metode yang paling mudah dan paling sering

digunakan akan tetapi mempunyai kelemahan yaitu konvergensinya akan sangat sulit

dicapai apabila pendekatan awal tidak baik, artinya terlalu jauh dari nilai yang

sebenarnya. Sebagai akibatnya, muncullah suatu metode yang dinamakan Metode

Turun Tercuram (Steepest Descent Method). Metode ini dapat mengatasi kelemahan

yang muncul pada Metode Newton, maksudnya pendekatan awal apapun yang dipilih

akan menyebabkan konvergensinya menjadi lebih cepat.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan dalam latar belakang, pokok

permasalahan dalam skripsi ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Bagaimana mencari penyelesaian sistem persamaan non-linear dengan metode

Newton?

4

b. Bagaimana mencari penyelesaian sistem persamaan non-linear dengan metode

Turun Tercuram?

c. Bagaimana terapan penyelesaian sistem persamaan non-linear di bidang fisika,

khususnya dalam masalah menghitung konsentrasi unsur dalam sampel?

C. Batasan Masalah

1. Sistem persamaan non-linear terdiri dari n persamaan dan n variabel.

2. Bahasa pemrograman yang digunakan untuk menyelesaikan sistem persamaan

non-linear adalah Matlab.

D. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk menyelesaikan sistem persamaan

non-linear dengan metode Newton dan metode Turun Tercuram untuk mempercepat

konvergensinya serta terapannya dalam bidang fisika khususnya dalam masalah

menghitung konsentrasi unsur dalam sampel.

E. Metode Penulisan

Metode penulisan skripsi ini adalah dengan menggunakan metode studi

pustaka dan analisis data.

F. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan skripsi ini adalah mengetahui cara penyelesaian dari

sistem persamaan non-linear dengan metode Newton dan metode Turun Tercuram

5

serta terapannya dalam bidang fisika, khususnya dalam masalah menghitung

konsentrasi unsur dalam sampel.

G. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab I akan dibahas tentang latar belakang, perumusan masalah,

batasan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat

penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : KONVERGENSI DAN PERSAMAAN NON-LINEAR

Dalam bab II akan dibahas konsep ruang vektor dan matriks,

konvergensi, penyelesaian persamaan non-linear dengan iterasi Titik

Tetap, penyelesaian persamaan non-linear dengan metode Newton-

Raphson serta optimasi fungsi dengan Quadratic Fit Line Search.

BAB III : PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN NON-LINEAR

Dalam bab III akan dibahas tentang sistem persamaan non-linear,

konsep dasar dan iterasi Titik Tetap, metode Newton, konvergensi

metode Newton, metode Turun Tercuram serta konvergensi metode

Turun Tercuram. Pengimplementasian penyelesaian sistem persamaan

non-linear dengan metode Newton dan metode Turun Tercuram

dengan menggunakan bahasa pemrograman Matlab.

6

BAB IV : TERAPAN METODE NEWTON DAN METODE TURUN

TERCURAM DALAM MENGHITUNG KONSENTRASI

UNSUR DALAM SUATU SAMPEL

Dalam bab IV akan dibahas tentang metode penyerapan cahaya,

terapan metode Newton dan metode Turun Tercuram untuk

menghitung konsentrasi unsur serta analisis penghitungan konsentrasi

unsur dengan metode Newton dan metode Turun Tercuram

BAB V : PENUTUP

Dalam bab V akan dibahas tentang kesimpulan dan saran.

BAB II

KONSEP DASAR DAN PERSAMAAN NON-LINEAR

Dalam bab ini akan dibahas konsep ruang vektor dan matriks, konvergensi,

penyelesaian persamaan non-linear dengan iterasi Titik-Tetap dan metode Newton-

Raphson serta optimasi fungsi dengan Quadratic Fit Line Search yang nantinya akan

digunakan untuk memahami metode Newton dan metode Turun Tercuram serta

konvergensinya.

A. Ruang Vektor dan Matriks

Definisi 2.1.1

Misalkan V adalah himpunan di mana didefinisikan operasi-operasi penjumlahan dan

perkalian dengan skalar. Penjumlahan adalah kaidah untuk mengasosiasikan setiap

pasang elemen u dan v di dalam V dengan sebuah elemen +u v , yang dinamakan

jumlah (sum). Perkalian skalar adalah sebuah kaidah untuk mengasosiakan setiap

skalar k dan setiap elemen u di dalam V dengan sebuah elemen ku, yang dinamakan

kelipatan skalar (scalar multiple). Jika aksioma-aksioma berikut dipenuhi oleh

semua elemen u, v, dan w di dalam V dan oleh semua skalar k dan l, maka V

dinamakan ruang vektor dan elemen-elemen di dalam V dinamakan vektor.

(1) Jika u dan v adalah elemen-elemen di dalam V, maka +u v berada di dalam V.

(2) + = +u v v u

(3) ( ) ( )+ + = + +u v w u v w

8

(4) Ada sebuah elemen 0 di dalam V sehingga + = + =0 u u 0 u untuk semua u di

dalam V.

(5) Untuk setiap u di dalam V, ada sebuah elemen –u di dalam V yang dinamakan

negatif dari u sehingga ( ) ( )+ − = − + =u u u u 0

k

u

.

(6) Jika k adalah sebarang bilangan real dan u adalah sebarang elemen di dalam V,

maka ku berada di dalam V.

(7) ( )k k+ = +u v u v

(8) ( )k l k l+ = +u u

(9) ( ) ( )k l kl=u u

(10) 1 =u u

Vektor 0 di dalam Aksioma 4 dinamakan vektor nol (zero vector) untuk V.

Definisi 2.1.2

Hasil kali dalam pada ruang vektor V adalah pemetaan dari V V× ke , dimana V

setiap pasang vektor-vektor u dan v di dalam V dipetakan ke sebuah bilangan real

n

,u v yang memenuhi syarat berikut:

(1) , ≥u u 0 Nonnegatif

(2) , =u u 0 jika dan hanya jika 0=u Positif

(3) , , ,+ = +u v w u w v w Penjumlahan

(4) ,α α=u v u v, untuk semua skalar α Homogenitas

Sebuah ruang vektor V dengan hasil kali dalam disebut ruang hasil kali dalam.

9

Definisi 2.1.3

Hasil kali dalam baku untuk adalah hasil kali skalar n

, T=x y x y

Definisi 2.1.4

Sebuah ruang vektor V dikatakan ruang linear bernorma (normed linear space)

jika untuk setiap vektor V∈v dikaitkan dengan sebuah bilangan real v yang

disebut norma dari v yang memenuhi :

(1) 0≥v Nonnegatif

(2) 0=v jika dan hanya jika 0=v Positif

(3) α α=v v untuk semua skalar α Homogenitas

(4) + ≤ +v w v w Ketaksamaan segitiga

Teorema 2.1.5 (Pertidaksamaan Cauchy-Schwarz)

Jika u dan v adalah vektor-vektor di dalam sebuah ruang hasil kali dalam V, maka

, ≤ ⋅u v u v

Bukti :

Bukti teorema 2.1.5 bisa dilihat pada buku karangan Leon, Steven J. (2001). Aljabar

Linear dan Aplikasinya (Terjemahan). Edisi kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga.

10

Teorema 2.1.6

Jika V adalah sebuah ruang hasil kali dalam, maka persamaan

,=v v v untuk semua V∈v

Bukti :

Bukti teorema 2.1.6 bisa dilihat pada buku karangan Leon, Steven J. (2001). Aljabar

Linear dan Aplikasinya (Terjemahan). Edisi kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Beberapa contoh norma sebuah vektor

1. Norma Euclidean (Euclidean norm atau norm) dalam 2ln

( )1

122 2 2 22

1 221

,n

n ii

x x x x=

⎛ ⎞= + + + = =⎜ ⎟

⎝ ⎠∑x x… x

i sering disebut juga sebagai panjang vektor.

2. Norma jumlah (norm sum atau norm) dalam 1ln

1 211

n

n ii

x x x=

= + + + = x∑x …

3. Norma maksimum (max norm atau l∞ norm) dalam n

{ }1 2 1max , , , maxn ii n

x x x∞ ≤ ≤= =x … x

4. Norma ( norm) dalam pl pl n

1

1

n ppip

ix

=

⎛ ⎞= ⎜ ⎟⎝ ⎠∑x

untuk setiap bilangan real . 1≥p

11

Untuk selanjutnya norma yang akan digunakan dalam adalah norma Euclidean

kecuali ada ketentuan khusus dan akan ditulis dengan notasi

n

i .

Definisi 2.1.7

Misalkan adalah vektor-vektor di dalam sebuah ruang hasil kali dalam

V. Jika

1 2, , , nv v v…

,i j =v v 0 j bilamana i ≠ , maka { }1 2, , , nv v v… dikatakan sebagai sebuah

himpunan ortogonal dari vektor-vektor.

Definisi 2.1.8

Sebuah himpunan ortonormal dari vektor-vektor adalah sebuah himpunan

ortogonal dari vektor-vektor satuan dengan vektor satuan adalah vektor yang

panjangnya satu.

Himpunan { }1 2, , , nu u u… akan menjadi ortonormal jika dan hanya jika

,i j ijδ=u u

di mana

1 jika 0 jika ij

i ji j

δ=⎧

= ⎨ ≠⎩

12

Definisi 2.1.9

Sebuah matriks A yang berorde n n× dikatakan nonsingular jika ada sebuah matriks

yang berorde dengan 1−A n n× 1 1− −= =AA A A I . Matriks 1−A dinamakan invers

matriks A. Sebuah matriks yang tidak mempunyai invers disebut matriks singular.

Definisi 2.1.10

Sebuah matriks Q yang berorde n n× dikatakan sebagai matriks ortogonal jika

vektor-vektor kolom dari Q membentuk sebuah himpunan ortonormal di dalam . n

Teorema 2.1.11

Sebuah matriks Q yang berorde n n× adalah ortogonal jika dan hanya jika T =Q Q I

Bukti :

Berdasarkan definisi, sebuah matriks Q yang berorde n n× adalah ortogonal jika dan

hanya jika vektor kolom-kolomnya memenuhi

Ti j ijδ=q q

Tetapi adalah entri dari . Jadi Q adalah ortogonal jika dan hanya

jika .

Tiq q j )( ,i j TQ Q

T =Q Q I

13

Definisi 2.1.12

Misalkan adalah himpunan semua matriks berukuran nnM n× . Sebuah fungsi

: n →Mi dikatakan suatu norma matriks jika untuk setiap akan

memenuhi kelima aksioma di bawah ini:

, n∈A B M

(1) 0≥A Nonnegatif

(1a) 0=A jika dan hanya jika 0=A Positif

(2) c c=A A untuk semua skalar c Homogenitas

(3) + ≤ +A B A B Ketaksamaan segitiga

(4) ≤AB A B Submultiplikatif

Beberapa contoh norma matriks

1. Norma untuk yang didefinisikan dengan 1l n∈A M

1, 1

n

iji j

a=

= ∑A

2. Norma Euclidean atau norma untuk 2l n∈A M yang didefinisikan dengan

122

2, 1

n

iji j

a=

⎛ ⎞= ⎜ ⎟⎝ ⎠∑A

3. Norma untuk yang didefinisikan dengan l∞ n∈A M

1 ,max iji j n

a∞ ≤ ≤=A

14

Untuk selanjutnya norma yang akan digunakan dalam adalah norma Euclidean

kecuali ada ketentuan khusus dan akan ditulis dengan notasi

nM

i .

B. Konvergensi

Barisan bilangan real adalah suatu fungsi dari ke dalam . Jadi, fungsi

atau :f → ( )f n dengan n∈ adalah barisan bilangan real. Biasanya ( )f n

dinyatakan dengan . Barisan dengan sebagai suku ke-n akan ditulis ns ns ns atau

{ }ns .

Definisi 2.2.1

Misalkan f adalah fungsi yang terdefinisi di dalam himpunan bilangan real X; f

dikatakan mempunyai limit L di 0x , dan ditulis 0

lim ( )x x

f x L→

= , jika diberikan sebuah

bilangan 0ε > , maka ada sebuah 0δ > sedemikian sehingga ( )f x L ε− < bila

x X∈ dan 00 x x δ< − < .

Definisi 2.2.2

Misalkan f adalah fungsi yang terdefinisi di dalam himpunan bilangan real X dan

0x X∈ ; f dikatakan kontinu di 0x jika 0

0lim ( ) ( )x x

f x f x→

= . Fungsi f dikatakan kontinu

pada X jika f kontinu pada setiap titik di X.

15

Definisi 2.2.3

Barisan { }ns dikatakan konvergen jika terdapat s∈ dengan sifat, untuk sebarang

0ε > yang diberikan, terdapat N ∈ sehingga untuk semua dengan

berlaku

n∈ n ≥

ns s ε− < . Bilangan s dinamakan limit { }ns untuk dan ditulis

atau disingkat

n →∞

lim nns

→∞= s slim ns = . Suatu barisan yang tidak mempunyai limit

disebut divergen.

Definisi 2.2.4 (Deret Taylor)

Jika f terdiferensial pada semua tingkat di x b= maka dapat didefinisikan deret

Taylor untuk f di sekitar x b= adalah

( )2 3''( ) '''( ) ( )( ) ( ) '( )( ) ( ) ( ) ( )

2! 3! !

nnf b f b f bf x f b f b x b x b x b x b

n= + − + − + − + + − +… …

Teorema 2.2.5 (Teorema Rolle)

Misalkan [ ],f C a b∈ dan f terdiferensial dalam interval ( Jika

, maka ada paling sedikit satu bilangan c pada sedemikian

sehingga berlaku .

)

)

,a b

( ) ( ) 0f a f b= = ( ,a b

'( ) 0f c =

Bukti :

Karena ( )f x kontinu dalam a x b≤ ≤ berarti ( )f x mempunyai nilai maksimum M

dan nilai minimum m dalam [ ],a b , jadi ( )m f x M≤ ≤ dalam [ ],a b .

Bila maka m M= ( )f x =konstan, berarti '( ) 0f x = .

16

Karena dan m M< ( ) ( )f a f b= , maka paling sedikit salah satu dari m atau M tidak

sama dengan ( ) ( )f a f b= , misalnya ( )M f a≠ . Maka nilai maksimum M tidak pada

titik akhir dari ( , melainkan terletak di ),a b x c= , ( )a c b< < dan berarti '( ) 0f c = .

Teorema 2.2.6 (Teorema Nilai Rata-Rata)

Jika [ ],f C a b∈ dan terdifferensial dalam interval ( ),a b , maka paling sedikit ada

satu nilai c antara a dan b sedemikian hingga berlaku

( ) ( ) '( )f b f a f cb a−

=−

(2.2.1)

Bukti :

Gambar grafik f sebagai kurva pada bidang dan gambar sebuah garis lurus dari titik

( ), ( )A a f a dan ( ), ( )B b f b (lihat Gambar 2.2.1 ) maka fungsinya

( ) ( )( ) ( ) ( )f b f ag x f a x ab a−

= + −−

(2.2.2)

Selisih antara grafik f dan g pada x adalah

( ) ( )( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( )f b f ah x f x g x f x f a x ab a−

= − = − − −−

(2.2.3)

Dari persamaan (2.2.3) maka ( ) ( ) 0h a h b= = . Oleh karena fungsi-fungsi ( )f x dan

( )x a− adalah kontinu dalam a x b≤ ≤ dan terdiferensial dalam , maka

menurut teorema 2.2.5, ada (paling sedikit) nilai x yang turunannya = 0 dan misalkan

untuk

a x b< <

x c= , berlaku a c b< < '( ) 0h c = .

17

Gambar 2.2.1

Dari persamaan (2.2.3) diperoleh

( ) ( )'( ) '( ) f b f ah x f xb a−

= −−

(2.2.4)

Untuk x c= , maka persamaan (2.2.4) menjadi

( ) ( )'( ) '( ) f b f ah c f cb a−

= −−

( ) ( )0 '( ) f b f af cb a−

= −−

'( ) 0h c =

( ) ( )'( ) f b f af cb a−

=−

Teorema 2.2.7 (Teorema Nilai Antara)

Jika [ ],f C a b∈ dan K adalah sebuah bilangan yang berada di antara ( )f a dan

( )f b , maka ada sebuah nilai c di ( ),a b sedemikian sehingga ( )f c K= . (lihat

gambar 2.2.2)

18

Gambar 2.2.2

Bukti :

Dimisalkan ( ) ( )f a f b< dan m dan M berturut-turut nilai minimum dan maksimum

mutlak dari f pada [ . Maka ],a b [ ]( ) [ ], ,f a b m M= karena f kontinu pada [ ],a b .

Jadi . Karena pada ( ) ( )m f a c f b M≤ < < ≤ [ ],a b fungsi f mencapai semua nilai

mulai dari m sampai dengan M, maka pasti terdapat ( ),K a b∈ sehingga ( )f c K= .

Teorema 2.2.8 (Teorema Titik Ekstrem)

Andaikan f didefinisikan pada selang I yang memuat titik c. Jika ( )f c adalah nilai

ekstrim, maka c haruslah berupa suatu titik kritis, yakni c berupa salah satu :

(i) titik ujung dari I

(ii) titik stasioner dari f ( )'( ) 0f c = atau

(iii) titik singular dari f ( '( )f c tidak ada)

19

Bukti :

Bukti teorema 2.2.8 bisa dilihat pada buku karangan Varberg, Dale, Purcell, Edwin J.

(2001). Kalkulus (Terjemahan). Edisi Tujuh. Jilid Satu. Jakarta : Interaksara.

Teorema 2.2.9 (Perluasaan Teorema Nilai Rata-Rata yang Pertama ke Rumus

Taylor)

Jika f dan 'f kontinu pada [ ],a b dan 'f diferensial pada ( ),a b , maka ada sebuah

bilangan ξ antara a dan b sedemikian serupa sehingga

2''( )( ) ( ) '( )( ) ( )2!

ff b f a f a b a b aξ= + − + − (2.2.5)

Bukti :

Bukti teorema 2.2.9 bisa dilihat pada buku karangan Thomas, George B., Finney,

Ross L. (1986). Kalkulus dan Geometri Analitik (Terjemahan). Edisi keenam. Jilid I.

Jakarta : Penerbit Erlangga.

Lemma 2.2.10

Jika M adalah matriks yang berukuran n n× dengan 1<M maka adalah

nonsingular dan

−I M

( ) 1 11

−− ≤−

I MM

(2.2.6)

20

Bukti :

Akan ditunjukkan bahwa −I M adalah nonsingular dan pertidaksamaan (2.2.6) akan

diperoleh dengan menunjukkan bahwa deret

1

0( )l

l

∞−

=

= −∑M I M

Jumlah parsial deret tersebut

0

kl

kl=

= ∑S M

yang merupakan bentuk barisan Cauchy di n n× . Dari pernyataan tersebut maka

untuk semua m k>

1

ml

k ml k= +

− ≤ ∑S S M

Kemudian, ll ≤M M karena i adalah norma matriks yang sudah termasuk

norma vektor. Karena itu,

1

1

10

1

m kml k

k ml k

−+

= +

⎛ ⎞−⎜ ⎟− ≤ = →⎜ ⎟−⎝ ⎠

∑M

S S M MM

dengan . Oleh sebab itu, barisan konvergen, ditulis S. Karena

, maka didapatkan

,m k →∞ kS

1k ++ =M S I Sk + =M S I S dan sebab itu . Ini

membuktikan bahwa adalah nonsingular dan

( )− =I M S I

−I M ( ) 1−= −S I M .

Perlu dicatat bahwa

( ) ( ) 11

0

1l

l

∞ −−

=

− ≤ = −∑I M M M

21

Definisi 2.2.11

B merupakan pendekatan invers dari A jika 1− <I BA .

Teorema 2.2.11 (Lemma Banach)

Jika A dan B adalah matriks yang berukuran n n× dan B merupakan pendekatan

invers dari A, maka A dan B keduanya adalah nonsingular dan

1

1− ≤

− −B

AI BA

, 1

1− ≤

− −A

BI BA

(2.2.7)

dan

1

1− −− ≤

− −B I BA

A BI BA

, 1

1− −

− ≤− −

A I BAA B

I BA (2.2.8)

Bukti :

Misalkan . Berdasarkan dari Lemma 2.2.9, = −M I B A ( )− = − − =I M I I B A B A

adalah nonsingular. Oleh karena itu, A dan B keduanya adalah nonsingular. Dari

pertidaksamaan (2.2.6)

( ) 11 1 1 11 1

−− − = − ≤ =− − −

A B I MM I BA

1− B

(2.2.9)

Karena , pertidaksamaan (2.2.9) implikasi dengan bagian pertama

dari (2.2.7). Bagian kedua akan didapatkan dengan cara yang sama dari

.

1 ( )− = −A I M

1 1( )− −= −B A I M

Untuk melengkapi bukti ini, perlu dicatat bahwa

22

1 1( )− −− = −A B I B A A , 1 1( )− −− = −A B B I B A

dan yang akan menggunakan pertidaksamaan (2.2.7). ■

C. Penyelesaian Persamaan Non-Liner dengan Iterasi Titik-Tetap

Persamaan non-linear persamaan non-linear merupakan negasi dari

persamaan linear. Persamaan non-linear dapat dibedakan menjadi persamaan non-

linear satu variabel dan persamaan non-linear dengan n variabel, dengan .

Bentuk umum persamaan non-linear dengan satu variabel adalah , dengan

1>n

0)( =xf

( )f x adalah fungsi non-linear. Sedangkan bentuk umum persamaan non-linear

dengan n variabel adalah 0),,,( 21 =nxxxf … , dengan 1 2( , , , )nf x x x… adalah

fungsi non-linear.

Contoh 2.3.1 :

• Persamaan non-linear satu variabel

0cos =− xx

• Persamaaan non-linear dengan 3-variabel

06cos22 321 =−++ − xe xx

Titik tetap untuk suatu fungsi g adalah titik p dengan . Masalah

mencari akar persamaan dan masalah titik tetap adalah equivalen. Misalkan :

diberikan masalah mencari akar persamaan

( )g p p=

( ) 0f p = . Akan didefinisikan suatu

fungsi g dengan titik tetap p, yaitu ( ) ( )g x x f x= − . Dengan demikian, jika fungsi g

23

memiliki titik tetap di p maka fungsi yang didefinsikan dengan

memiliki nilai nol di p.

( ) ( )g x x f x= −

Teorema 2.3.1

Jika [ ],g C a b∈ dan [ ]( ) ,g x a b∈ untuk semua [ ],x a b∈ maka g memiliki titik tetap

di . Misalkan, ditambahkan, bahwa ada di [ ,a b] '( )g x ( ),a b dan ada sebuah

konstanta positif dengan 1k <

'( ) 1g x k≤ < , untuk semua ( ),x a b∈ (2.3.1)

Maka titik tetap di [ adalah tunggal. ],a b

Bukti :

Jika atau , titik tetap jelas ada. Misalkan tidak maka pasti akan

benar dengan dan

( )g a a= ( )g b b=

( )g a a> ( )g b b< . Definisikan ( ) ( )h x g x x= − , maka h akan

kontinu dalam [ dan ],a b

( ) ( ) 0h a g a a= − > , ( ) ( ) 0h b g b b= − <

Teorema Nilai Antara berimplikasi dengan ada ( ),p a b∈ sedemikian sehingga

( ) 0h p = . Kemudian, ( ) 0g p p− = dan p adalah titik tetap dari g.

Misalkan, ditambahkan, dari pertidaksamaan (2.3.1) dan bahwa p dan q

keduanya adalah titik tetap di [ ],a b dengan p q≠ . Dari Teorema Nilai Rata-Rata,

ada sebuah ξ antara p dan q , dan di [ ],a b , dengan

24

( ) ( ) ( )'g p g q

gp q

ξ−

=−

Maka

( ) ( ) ( )'p q g p g q g p q k p q p qξ− = − = − ≤ − < −

Kontradiksi. Kontradiksi muncul dari permisalan bahwa p q≠ . Oleh karena itu,

dan titik tetap di [ adalah tunggal. p q= ],a b

Untuk mendekati titik tetap fungsi g, akan dipilih suatu pendekatan awal (0)p dan

akan dibangkitkan barisan { }( )

0

n

np

= dengan maka ( ) ( 1)(n np g p −= )

( ) ( )( ) ( 1) ( 1)lim lim lim ( )n n n

n n np p g p g p g− −

→∞ →∞ →∞= = = = p

dan penyelesaian ( )x g x= terpenuhi. Teknik ini disebut Iterasi Titik-Tetap atau

Iterasi Fungsional.

Teorema 2.3.2 (Teorema Titik-Tetap)

Misalkan [ ],g C a b∈ dan ( ) [ ],g x a b∈ untuk semua x di [ . Misalkan,

ditambahkan, bahwa ada ' di

],a b

g [ ],a b dengan

'( ) 1g x k≤ < , untuk semua ( ),x a b∈ (2.3.2)

Jika (0)p adalah nilai di [ , maka barisan yang didefinisikan dengan ],a b

( )( ) ( 1)n np g p −= , 1n ≥

25

konvergen ke suatu titik tetap secara tunggal di [ ],a b .

Bukti :

Berdasarkan Teorema 2.3.1, ada sebuah titik tetap tunggal p di [ . Karena g

merupakan pemetaan [ ke

]

]

,a b

,a b [ ],a b , maka barisan { }( )

0

n

np

= didefinisikan untuk

semua dan 0n ≥ [ ]( ) ,np a b∈ untuk semua n. Dengan menggunakan pertidaksamaan

(2.3.2) dan Teorema Nilai Antara, didapatkan

( ) ( ) ( )( ) ( 1) ( 1) ( 1)'n n n np p g p g p g p p k p pξ− −− = − = − ≤ −−

)

(2.3.3)

dengan . Menggunakan pertidaksamaan tersebut akan memberikan ( ,a bξ ∈

( ) ( 1) 2 ( 2) (0)n n n np p k p p k p p k p− −− ≤ − ≤ − ≤ ≤ −… p (2.3.4)

Karena , 1k <

( ) (0)lim lim 0n n

n np p k p p

→∞ →∞− ≤ − =

dan { }( )

0

n

np

= konvergen ke p.

Akibat 2.3.3

Jika g memenuhi hipotesis Teorema 2.3.2, batas untuk kesalahan (error) yang

terlibat dengan menggunakan ( )np untuk mendekati p diberikan sebagai

{ }( ) (0) (0)max ,n np p k p a b p− ≤ − −

dan ( ) (0) (1)

1

nn kp p p

k− ≤ −

−p , untuk semua . 1n ≥

26

Bukti :

Batasan pertama menurut pertidaksamaan (2.3.4) :

{ }( ) (0) (0) (0)max ,n n np p k p p k p a b p− ≤ − ≤ − −

karena [ ],p a b∈ .

Untuk , prosedur akan digunakan untuk bukti Teorema 2.3.2 yang implikasi

dengan

1n ≥

( ) ( )( 1) ( ) ( ) ( 1) ( ) ( 1) (1) (0)n n n n n n np p g p g p k p p k p p+ − −− = − ≤ − ≤ ≤ −…

Kemudian, untuk 1m n> ≥

( ) ( ) ( ) ( 1) ( 1) ( 1) ( )m n m m m np p p p p p p− − +− = − + − + −… n

( ) ( 1) ( 1) ( 2) ( 1) ( )m m m m np p p p p p− − − +≤ − + − + + −… n

1 (1) (0) 2 (1) (0) (1) (0)m m nk p p k p p k p p− −≤ − + − + + −…

( )2 1 (1)1n m nk k k k p p− −= + + + + −… (0)

Berdasarkan Teorema 2.3.2, ( )lim m

mp p

→∞= , sehingga

( ) ( ) ( ) (1) (0)

0

limn m n n

m i

p p p p k p p k∞

→∞=

− = − ≤ − i∑

Karena adalah barisan geometri dengan konstanta rasio k, maka akan

didapatkan batasan yang kedua sebagai berikut:

0

i

i

k∞

=∑

( ) (1) (0)

1

nn kp p p

k− ≤ −

−p

27

D. Penyelesaian Persamaan Non-Linear dengan Metode Newton-Raphson

Metode Newton-Raphson merupakan salah satu metode numerik yang

paling kuat dan paling banyak diketahui untuk menyelesaikan masalah mencari akar

persamaan . ( ) 0f x =

Misalkan [ ]2 ,f C a b∈ . Misalkan [ ],x a b∈ akan menjadi pendekatan

untuk p sedemikian sehingga '( ) 0f x ≠ dan x p− adalah “kecil”. Dengan

mempertimbangkan bentuk deret Taylor untuk ( )f x di sekitar x ,

2( )( ) ( ) ( ) '( ) ''( ( ))2

x xf x f x x x f x f xξ−≈ + − +

dengan ( )xξ berada di antara x dan x . Karena ( ) 0f p = dengan x p= , maka

persamaan akan menjadi

2( )0 ( ) ( ) '( ) ''( ( )2

p x )f x p x f x f pξ−≈ + − +

Metode Newton-Raphson diperoleh dari asumsi tersebut, karena p x− kecil, maka

2( p x− ) dapat diabaikan dan akan didapatkan

0 ( ) ( ) '( )f x p x f x≈ + − (2.4.1)

Menyelesaikan p dalam persamaan tersebut diberikan dengan

( )'( )

f xp xf x

≈ −

Persamaan tersebut merupakan bentuk penyelesaian untuk metode Newton-Raphson

dengan pendekatan awal (0)p dan akan membangkitkan barisan { }( )np yang

didefinisikan dengan

28

( 1)

( ) ( 1)( 1)

( )'( )

nn n

n

f pp pf p

−−

−= − , (2.4.2) 1n ≥

Teknik-pemberhentian pada metode Newton-Raphson. Pilih toleransi dengan 0ε >

dan menyusun (1) ( ), , np p… sehingga

( ) ( 1)n np p ε−− < (2.4.3)

( ) ( 1)

( )

n n

n

p p

−−< , ( ) 0np ≠ (2.4.4)

atau

( )( )nf p ε< (2.4.5)

Metode Newton-Raphson adalah teknik iterasi fungsional dengan bentuk

, berlaku ( ) ( 1)(n np g p −= )

( )( 1)

( 1) ( 1)( 1)

( )'( )

nn n

n

f pg p pf p

−− −

−= − , 1n ≥

Akan menjadi sangat jelas dari persamaan tersebut bahwa iterasi pada Metode

Newton-Raphson tidak dapat dilanjutkan jika ( 1)'( ) 0nf p − = .

Teorema 2.4.1

Misalkan [ ]2 ,f C a b∈ . Jika [ ],p a b∈ sedemikian hingga dan ( ) 0f p = ( )' 0f p ≠ ,

maka ada sebuah 0δ > sedemikian sehingga metode Newton-Raphson akan

29

membangkitkan barisan { }( )

1

n

np

= konvergen ke p untuk beberapa pendekatan awal

[ ](0) ,p p pδ δ∈ − + .

Bukti :

Bukti akan didasarkan dengan menganalisa metode Newton-Raphson sebagai pola

iterasi fungsional , untuk , dengan ( ) ( 1)(n np g p −= ) 1n ≥

( ) ( )'( )

f xg x xf x

= − .

Untuk sebuah nilai k di ( )0,1 , interval [ ],p pδ δ− + sedemikian sehingga g

merupakan pemetaan dari interval [ ],p pδ δ− + ke [ ],p pδ δ− + dan '( ) 1g x k≤ <

untuk [ ],x p pδ δ∈ − + .

Karena ( )'f p ≠ 0 dan 'f kontinu , maka ada sebuah 1 0δ > sedemikian sehingga

untuk '( ) 0f x ≠ [ ] [ ]1 1, ,x p p aδ δ∈ − + ⊂ b . Kemudian, g didefinisikan dan kontinu

pada [ ]1,p p 1δ δ− + . Sehingga

[ ] [ ]2 2

'( ) '( ) ( ) ''( ) ( ) ''( )'( ) 1'( ) '( )

f x f x f x f x f x f xg xf x f x−

= − =

untuk [ ]1,x p p 1δ δ∈ − + ; karena [ ]2 ,f C a b∈ , akan didapatkan

[ ]11,g C p p 1δ δ∈ − + . Berdasarkan asumsi ( ) 0f p = sehingga

[ ]2

( ) ''( )'( ) 0'( )

f p f pg pf x

= =

30

Karena ' kontinu , akan implikasi dengan untuk sebuah bilangan positif g 1k <

maka ada a δ , dengan 10 δ δ< < dan

'( )g x k≤ untuk [ ],x p pδ δ∈ − +

Akan ditunjukkan bahwa [ ] [ ]: , ,g p p p pδ δ δ δ− + → − + . Jika [ ],x p pδ δ∈ − + ,

Teorema Nilai Rata-Rata akan implikasi dengan untuk sebuah bilangan ξ antara x

dan p, ( ) ( ) '( )g x g p g x pξ− = − sehingga

( ) ( ) ( ) '( )g x p g x g p g x p k x p x pξ− = − = − ≤ − < −

Karena [ ],x p pδ δ∈ − + , yang diikuti dengan x p δ− < dan ( )g x p δ− < . Akan

berimplikasi dengan [ ] [ ]: , ,g p p p pδ δ δ− + → − +δ .

Semua kesimpulan yang terdapat pada Teorema 2.3.2 akan dipenuhi untuk

( )( )'( )

f xg x xf x

= − , sehingga barisan { }( )

1

n

np

= didefinisikan dengan

( )( ) ( 1)n np g p −= untuk 1, 2,3,n = …

konvergen ke p untuk sebuah [ ](0) ,p p pδ δ∈ − + .

E. Optimasi Fungsi menggunakan Metode Quadratic Fit Line Search

Definisi 2.5.1

Himpunan S di dikatakan konveks jika setiap garis penghubung antara kedua

nilai yang ada di himpunan berada juga pada himpunan tersebut. Dengan kata lain,

jika dan ada di , maka

n

1x 2x S 1 (1 ) 2λ λ+ −x x harus ada di S untuk setiap [ ]0,1λ∈ .

31

x1●

● x2

(a) konveks (b) bukan konveks

Gambar 2.5.1 . Ilustrasi dari himpunan konveks

Contoh 2.5.1

Beberapa contoh himpunan konveks.

1. ( ){ }2 21 2 1 2, : 4S x x x x= + ≤ 2⊂

)

Himpunan ini merepresentasikan nilai yang berada di dalam lingkaran dengan pusat

dan radius 2 seperti pada gambar 2.5.2 (0,0

Gambar 2.5.2

2. ( ){ }2 2, :S x y y x= ≥ ⊂

Himpunan ini mempresentasikan semua nilai yang berada di atas kurva 2y x=

seperti pada gambar 2.5.3

32

Gambar 2.5.3

Definisi 2.5.2 (Quasikonveks)

Misalkan dengan S adalah himpunan konveks tak kosong dalam E1: ESf → n.

Fungsi f dikatakan quasikonveks jika untuk setiap dan , maka berlaku

pertidaksamaan

1x 2x S∈

{ } )1,0( semuauntuk )(),(maximum])1([ 2121 ∈≤−+ λλλ xxxx fff

Fungsi f dikatakan quasikonkav jika – f adalah quasikonveks.

Misalkan akan diminimumkan fungsi kontinu, suatu fungsi quasiconvex

)(λθ yang keras (strength) dengan 0≥λ dan akan diasumsikan tiga nilai

3210 λλλ <<≤ sedemikian sehingga 21 θθ ≥ dan 32 θθ ≥ dengan )( jj λθθ =

dengan . Jika 3,2,1=j θθθ == 21 maka akan mudah dipastikan bahwa semuanya

adalah penyelesaian minimumnya. Oleh karena itu, misalkan salah satu dari

pertidaksamaan 21 θθ ≥ dan 32 θθ ≥ bernilai benar. Kemudian akan mengarah

kepada kondisi yang dipenuhi oleh pola tiga nilai (Three Point Pattern atau TPP).

Sebagai awalnya, ambil 01 =λ dan menghitung nilai percobaan λ yang

dapat merupakan besarnya langkah dari metode line search dalam iterasi berikutnya.

Misalkan )(λθθ = . Jika 1θθ ≥ maka dapat ditentukan λλ =3 dan 2λ dapat

33

ditemukan dari membagi dua interval [ ]31 ,λλ secara berulang-ulang sampai

mencapai TPP. Dengan kata lain, jika 2θθ < maka dapat ditentukan λλ =3 dan 3λ

dapat ditemukan dengan penggandaan interval [ ]21,λλ sampai mencapai TPP.

Akan diberikan tiga titik ( ) 3,2,1,, =jjj θλ . Dapat disusun sebuah kurva

kuadratik yang melalui ketiga titik dan dapat meminimumkan λ dimana harus

terletak dalam ),( 31 λλ dengan TPP. Misalkan )(λθθ = dan newλ sebagai

peninjauan kembali himpunan dari tiga nilai ( )321 ,, λλλ yang diperbaharui adalah

sebagai berikut

i. Kasus I : 2λλ >

Jika 2θθ ≥ maka ( )λλλλ ,, 21=new . Dengan kata lain, jika 2θθ ≤ maka

( )32 ,, λλλλ =new .

ii. Kasus II : 2λλ <

Mirip dengan kasus I, jika 2θθ ≥ maka ( )32 ,, λλλλ =new dan jika 2θθ ≤

maka ( )21 ,, λλλλ =new

iii. Kasus III : 2λλ =

Dalam kasus ini, tidak perlu dicari nilai yang berbeda untuk mencapai TPP.

Jika ( ) ελλ ≤− 13 untuk beberapa toleransi konvergensi dengan 0>ε dapat

berhenti untuk menentukan besar langkah. Sebaliknya dapat ditentukan

sebuah nilai baru λ sebagai jarak 2/ε dari 2λ terhadap 1λ atau 3λ .

BAB III

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN NON-LINEAR

Dalam Bab III ini akan dibahas tentang beberapa metode untuk

menyelesaikan sistem persamaan non-linear yaitu Metode Newton dan Metode Turun

Tercuram serta konvergensi kedua metode. Di dalam pembahasan kedua metode ini,

pertama penulis akan membahas terlebih dahulu tentang sistem persamaan non-linear

serta Iterasi Titik-Tetap sebagai konsep dasar untuk metode Newton. Kemudian akan

dibahas Metode Newton serta konvergensinya dan yang terakhir Metode Turun-

Tercuram serta konvergensinya. Pengimplementasian penyelesaian sistem persamaan

non-linear dengan Metode Newton dan Metode Turun-Tercuram menggunakan

bahasa pemrograman Matlab.

A. Sistem Persamaan Non-Linear

Sistem persamaaan non-linear adalah himpunan m persamaan non-linear,

dengan 1>m . Sistem persamaan non-linear dengan m persamaan dan n variabel

secara umum berbentuk:

0),,,(

0),,,(0),,,(

21

212

211

=

==

nm

n

n

xxxf

xxxfxxxf

……

(3.1.1)

35

Setiap fungsi if dengan ni ,,2,1 …= merupakan pemetaan vektor

tnxxx ),,,( 21 …=x dari n ke . Sistem ini dapat ditulis dalam bentuk lain dengan

mendefinisikan fungsi F yakni pemetaan dari n ke n yang dapat ditulis sebagai

tnmnnn xxxfxxxfxxxfxxx )),,,(,,),,,(,),,,((),,,( 2121221121 …………… =F

Dengan menggunakan notasi vektor, sistem di atas dapat dinyatakan dalam bentuk

F(x) = 0 (3.1.2)

Fungsi mfff ,,, 21 … disebut koordinat fungsi F.

Contoh sistem persamaan non-linear

020

006.1sin)1.0(81

0)cos(3

3310

3

32

22

1

21

321

21 =++

=+++−

=−−

−− πxe

xxx

xxx

xx

(3.1.3)

Sistem persamaan (3.1.3) dalam bentuk persamaan (3.1.2) dengan mendefinisikan

tiga fungsi 21 , ff dan 3f dari 3 ke sebagai berikut

020),,(

006.1sin)1.0(81),,(

0)cos(3),,(

3310

33213

32

22

13212

21

3213211

21 =++=

=+++−=

=−−=

−− πxexxxf

xxxxxxf

xxxxxxf

xx

Dengan demikian F merupakan fungsi dari 3 3→ dengan

txx

t

xexxxxxx

xxxfxxxfxxxf

xxx

)20,06.1sin)1.0(81,)cos(3(

)),,(),,,(),,,((

),,()(

3310

332

22

121

321

321332123211

321

21 −− +++++−−−=

=

=

π

FxF

36

B. KONSEP DASAR DAN ITERASI TITIK TETAP

Teorema 3.2.1

Jika F terdiferensial dalam suatu himpunan terbuka nΩ⊂ dan Ω∈*x maka untuk

semua Ω∈x yang dekat dengan *x berlaku

∫ −−+′=−1

0

*)*))((*(*)()( dtt xxxxxFxFxF

Bukti

Misalkan Ω∈*x dan Ω∈x dengan nΩ⊂ .

Perhatikan bahwa ∫ ′= duufuf )()( .

Misalkan *)(* xxxu −+= t maka dtd *)( xxu −=

untuk *0 xu =⇒=t dan xu =⇒= 1t

Sehingga

∫∫ ′=−−+′x

x

uuFxxxxtxF*

1

0

)(*)*))((*( ddt

1

0**))(*()( xxxFuF x

x−+== t

*)(*))(*( xFxxxF −−+=

*)()( xFxF −=

37

Definisi 3.2.2

Misalkan { }( )n n⊂x dan * n∈x

i. *)( xx →n q-kuadratik jika *)( xx →n dan ada sebuah 0>K sedemikian

sehingga

2)()1( ** xxxx −≤−+ nn K

ii. *)( xx →n q-superlinear dengan q-orde 1>α jika *)( xx →n dan ada sebuah

0>K sedemikian sehingga

α** )()1( xxxx −≤−+ nn K

iii. *)( xx →n q-superlinear jika

0*

*lim

)(

)1(

=−

−+

∞→ xx

xxn

n

n

iv. *)( xx →n q-linear dengan q-faktor )1,0(∈σ jika

** )()1( xxxx −≤−+ nn σ

Definisi 3.2.3

Misalkan nΩ⊂ dan : nΩ→G . G memenuhi kondisi kontinu Lipschitz dalam Ω

dengan konstanta Lipschitz γ jika

yxyGxG −≤− γ)()(

38

Asumsi 3.2.4

1. Persamaaan (3.1.2) mempunyai penyelesaian *x .

2. : n n×′ Ω→F merupakan kontinu Lipshitz dengan konstanta Lipshitz γ .

3. *)(xF′ adalah nonsingular.

Dalam hal ini *x adalah akar penyelesaian dari F. Misalkan )(rΒ menyatakan suatu

bola dengan radius r di sekitar *x .

{ } *dengan |)( xxeex −=<= rrΒ

Jika )(kx merupakan iterasi ke-k dari barisan maka *)()( xxe −= kk merupakan

kesalahan dari iterasi tersebut.

Lemma 3.2.5

Misalkan Asumsi 3.2.4 terpenuhi. Maka ada 0>δ sedemikian sehingga untuk

semua )(δΒ∈x

, *)(2)( xFxF ′≤′ (3.2.1)

, *)(2)( 11 −− ′≤′ xFxF (3.2.2)

dan

exFxFe

xF *)(2)(2

*)(11 ′≤≤′−− (3.2.3)

39

Bukti

i). Akan dibuktikan bahwa *)(2)( xFxF ′≤′

Karena F′ merupakan kontinu Lipschitz dan )(δΒ∈x maka

δγγγ ≤≤−≤′−′ exxxFxF **)()(

Pilih γ

δ*)(xF′

= sedemikian sehingga 1*)(*)()( −′≤′−′ xFxFxF

*)()(*)()(*)( xFxFxFxFxF ′−′≥′−′≥′

)(*)(2*)(*)( xFxFxFxF ′≥′=′+′

Sehingga *)(2)( xFxF ′≤′

ii). Akan dibuktikan bahwa *)(2)( 11 −− ′≤′ xFxF

Perlu diingat tentang Lemma Banach bahwa

BAIA

B−−

≤−

11

Misalkan 1*)( −′= xFA dan )(xFB ′=

1

11

*)()(1

*)()(

−−

′′−−

′≤′

xFxFI

xFxF

maka 21*)()(1 1 ≤′′−− −xFxFI

1111 *)(*)(*))()((*)(*)()( −−−− ′≤′≤′−′′=′′− xFexFxFxFxFxFxFI δγγ

40

Pilih γ

δ2

*)(11 −−′

=xF

sedemikian sehingga

21*)(

2

*)(*)()( 1

111 ≤′

′≤′′− −

−−− xF

xFxFxFI

γγ (3.2.4)

dengan demikian

1

21

1

21

11 *)(2

*)(

1

*)()( −

−−− ′=

′≤

′≤′ xF

xFxFxF

iii). Akan dibuktikan exFxFe

xF *)(2)(2

*)(11 ′≤≤′−−

Untuk membuktikan pertidaksamaan tersebut, perlu dicatat bahwa jika )(δΒ∈x

maka )(* δΒt ∈+ ex untuk semua .10 ≤≤ t Dari teorema 3.2.1 dan pertidaksamaan

(3.2.1) akan didapatkan

exFexFeexFxFxFxF *)(2*)(2)*()(*)()(1

0

1

0

′=′≤+′≤≤− ∫∫ dtdtt

yang merupakan sebelah kanan dalam pertidaksamaan (3.2.3).

Sedangkan untuk membuktikan sebelah kiri dari pertidaksamaan (3.2.3) diperoleh

dengan cara

∫∫ +′=′=1

0

1

0

)*()()( dttd eexFxxFxF

∫∫∫∫ +′′+−=+′′=′ −−−1

0

11

0

1

0

1

0

11 )*(*)()*(*)()(*)( dttdtdtdtt eexFxFeeeexFxFxFxF

41

∫∫ +′′−−= −1

0

11

0

))*(*)(( dttdt eexFxFIe

∫ +′′−−= −1

0

1 ))*(*)(( dtt eexFxFIe

Dan dari pertidaksamaan (3.2.4) didapatkan

∫ +′′−−=′ −−1

0

11 ))*(*)(()(*)( dtt eexFxFIexFxF

∫ +′′−−≥ −1

0

1 ))*(*)(( dtt eexFxFIe

2

))*(*)((11

0

1 eexFxFIe ≥

⎥⎥⎦

⎢⎢⎣

⎡+′′−−= ∫ − dtt

sehingga

)(*)()(*)(2

11 xFxFxFxFe −− ′≤′≤

C. METODE NEWTON

Metode Newton merupakan salah satu metode yang paling terkenal dan sering

digunakan dalam menyelesaikan suatu sistem persamaan non-linear. Metode ini

merupakan perkembangan dari metode Newton-Raphson dan metode Fixed-Point

yang digunakan untuk menyelesaikan persamaan non-linear.

42

Dalam membangun suatu algoritma akan digunakan pendekatan metode

fixed-point untuk kasus satu dimensi yakni mencoba untuk menemukan suatu fungsi

φ yang memenuhi :

)()()( xfxxxg φ−=

yang akan konvergen kuadratik ke titik p dari g. Dari kondisi tersebut, Metode

Newton mengembangkannya dengan memilih )(/1)( xfx ′=φ .

Dengan menggunakan pendekatan serupa, untuk kasus n-dimensi dapat

disajikan dalam bentuk matriks

⎥⎥⎥⎥

⎢⎢⎢⎢

=

)()()(

)()()()()()(

)(

21

22221

11211

xxx

xxxxxx

xA

nnnn

n

n

aaa

aaaaaa

(3.3.1)

Setiap elemen )(xija merupakan fungsi dari n ke . Algoritma ini memerlukan

)(xA sehingga memenuhi

G(x) = x – A(x)-1F(x)

menyebabkan penyelesaian dari 0xF =)( konvergen kuadratik dan

)(xA nonsingular.

Definisi 3.3.1

Suatu fungsi G dari nD ⊂ ke n mempunyai titik tetap di D∈p jika ppG =)( .

43

Teorema 3.3.2

Misalkan ( ){ }nibxaxxxD iiit

n ,,2,1 setiapuntuk |,,, 21 …… =≤≤= untuk beberapa

konstanta naaa ,,, 21 … dan nbbb ,,, 21 … . Misalkan G adalah fungsi kontinu dari

nD ⊂ ke n dengan D∈)(xG jika D∈x . Maka G mempunyai titik tetap di D.

Misalkan bahwa G mempunyai derivatif parsial yang kontinu dan ada suatu konstanta

K < 1 dengan

D nK

xg

j

i ∈≤∂

∂x

x jika

)(, (3.3.2)

untuk setiap nj ,,2,1 …= dan setiap fungsi ig . Maka barisan { }∞=0)(

kkx didefinisikan

dengan memilih )0(x yang berubah-ubah di D dan dibangkitkan oleh

( ) 1 setiapuntuk ,)1()( ≥= − kkk xGx

konvergen ke suatu titik tetap secara tunggal D∈p dan

.1

)0()1()(

∞∞−

−≤− xxpx

KK k

k

Bukti

i). Jika aaG =)( dan bbG =)( jelas ada titik tetapnya. Misalkan salah maka pasti

benar bahwa aaG >)( dan bbG <)( . Definisikan xxGxH −= )()( maka H akan

kontinu dalam D dan

0aaGaH >−= )()( 0bbGbH <−= )()(

44

Teorema Nilai Antara akan implikasi dengan jika ada D∈p untuk semua

0pH =)( maka 0ppGpH =−= )()( dan p adalah titik tetap dari G.

Misalkan pertidaksamaan (3.3.2) berlaku dan bahwa p dan q keduanya adalah

titik tetap di D dengan qp ≠ . Berdasarkan Teorema Rata-Rata, ada ξ antara p

dan q, dan oleh karena itu berada di D, dengan

)()()(

ξqp

j

i

ii

ii

xg

qpgg

∂∂

=−−

Maka

iiiiiij

iiiii qpqp

nKqp

xg

ggqp −<−≤−∂∂

=−=− )()()( ξqp

akan menyebabkan kontradiksi. Oleh karena itu, ii qp = dan titik tetap di D akan

tunggal.

Sehingga G mempunyai titik tetap secara tunggal p di D.

ii). G mempunyai titik tetap secara tunggal D∈p . Karena G merupakan suatu

pemetaan D ke D barisan { }∞=0)(

kkx terdefinisi untuk semua 0≥k dan Dk ∈)(x

untuk semua k. Dengan menggunakan pertidaksamaan (3.3.2) dan Teorema Nilai

Rata-Rata akan didapatkan

ik

iik

ij

ii

kii

ki px

nKpx

xg

ggpx −≤−∂

∂=−=− − )()()1()( )(

)()(ξ

px

dengan D∈ξ .

45

Pertidaksamaan tersebut dikembangkan secara induksi sehingga

ii

k

ik

iik

iik

i pxnKpx

nKpx

nKpx −⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛≤≤−⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛≤−≤− −− )0()2(

2)1()( … (3.3.3)

Karena 1<K

0limlim )0()( =−⎟⎠⎞

⎜⎝⎛=−

∞→∞→ ii

k

kik

ikpx

nKpx

sehingga { }∞=0)(

kk

ix konvergen ke p dan menyebabkan { }∞=0)(

kkx juga konvergen ke

p.

iii). Untuk 1≥k pertidaksamaan (3.3.3) implikasi dengan

)2()1(2

)1()()1()()()1( )()( −−−−+ −⎟⎠⎞

⎜⎝⎛≤−≤−=− k

ik

ik

ik

ik

ik

ik

ik

i xxnKxx

nKggxx xx

)0()1()0()1()3()2(3

iik

ii

kk

ik

i xxKxxnKxx

nK

−≤−⎟⎠⎞

⎜⎝⎛≤≤−⎟

⎠⎞

⎜⎝⎛≤ −− …

Kemudian untuk 1≥> km

)()1()1()1()()()( ki

ki

mi

mi

mi

ki

mi xxxxxxx −+−+−=− +−− …

)()1()2()1()1()( ki

ki

mi

mi

mi

mi xxxxxx −++−+−≤ +−−− …

)0()1()0()1(2)0()1(1ii

kii

mii

m xxKxxKxxK −++−+−≤ −− …

( ) )0()1(121 iikmk xxKKKK −++++= −−…

Perlu diingat bahwa im

impx =

∞→

)(lim sehingga

46

∑∞

=∞→

−≤−=−0

)0()1()()()( limi

iii

kki

mik

kii KxxKxxxp

Karena ∑∞

=0i

iK merupakan barisan geometri dengan konstanta rasio K, maka akan

didapatkan

)0()1()(

1 ii

k

ik

i xxK

Kpx −−

≤−

Perlu diingat bahwa ijnjia

≤≤∞=

,1maxA sehingga

ik

ini

k px −=−≤≤∞

)(

1

)( maxpx

)0()1(

1

)0()1(

1max

11max ii

ni

k

ii

k

nixx

KKxx

KK

−−

=−−

≤≤≤≤≤

−−

= )0()1(

1xx

KK k

Teorema 3.3.3

Misalkan p adalah penyelesaian dari xxG =)( untuk suatu fungsi

G tngg ),,,(g 21 …= yang memetakan dari n ke n . Jika ada sebuah 0>δ

sedemikian sehingga { }δδ <−= pxx |N maka untuk semua

( ) δNxxx tm ∈= ,,, 21 …x , G(x) dapat dijabarkan menjadi deret Taylor linear sebagai

berikut :

47

∑∑∑= ==

−−∂∂

∂+−

∂∂

+=m

jkkjj

m

k kj

ijj

m

j j

iii pxpx

xxg

pxxg

gg1 1

2

1))()((

!21)()()()( ξppx (3.3.4)

dengan Ν∈m dan ni ,,2,1 …=

Bukti :

Akan dibuktikan bahwa )(xig benar dengan menggunakan Prinsip Induksi

Matematika.

• untuk m = 2

txx ),( 21=x

tpp ),( 21=p

∑∑∑= ==

−−∂∂

∂+−

∂∂

+=2

1

2

1

22

1))()((

!21)()()()(

jkkjj

k kj

ijj

j j

iii pxpx

xxg

pxxg

gg ξppx

⎢⎢⎣

⎡⎜⎜⎝

⎛−

∂∂∂

+⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡−

∂∂

+−∂∂

+= ∑=

2

1 1

2

222

111

))((!2

1))(())(()(j

jjj

iiii px

xxg

pxxg

pxxg

g ξppp

⎥⎥⎦

⎤⎟⎟⎠

⎞−−

∂∂∂

+− ))()(()( 222

2

11 pxpxxx

gpx jj

j

i ξ

⎢⎣

⎡+−

∂+⎥

⎤⎢⎣

⎡−

∂∂

+−∂∂

+= 2112

1

2

222

111

))((!2

1))(())(()( pxxg

pxxg

pxxg

g iiii ξppp

⎥⎦

⎤−

∂+−−

∂∂∂

+−−∂∂

∂ 2222

2

2

112221

2

221112

2

))(())()(())()(( pxxg

pxpxxx

gpxpx

xxg iii ξξξ

48

⎢⎣

⎡+−

∂+⎥

⎤⎢⎣

⎡−

∂∂

+−∂∂

+= 2112

1

2

222

111

))((!2

1))(())(()( pxxg

pxxg

pxxg

g iiii ξppp

⎥⎦

⎤−

∂+−−

∂∂∂ 2

2222

2

221112

2

))(())()((2 pxxg

pxpxxx

g ii ξξ

⎢⎣

⎡+

−∂

∂+⎥

⎤⎢⎣

⎡−

∂∂

+−∂∂

+=2

)()())(())(()()(2

112

1

2

222

111

pxxg

pxxg

pxxg

gg iiiii ξpppx

⎥⎦

⎤−∂

∂+−−

∂∂∂

2)(

)())()((2

222

2

2

221112

2 pxxg

pxpxxx

g ii ξξ

• diandaikan benar untuk m = r

tr

tr

ppp

xxx

),,,(

),,,(

21

21

……

=

=

p

x

∑∑∑= ==

−−∂∂

∂+−

∂∂

+=r

jkkjj

r

k kj

ijj

r

j j

iii pxpx

xxg

pxxg

gg1 1

2

1))()((

!21)()()()( ξppx

• untuk m = r + 1

),(),,,,(),,,( 1121121 +++ == rirriri xgxxxxgxxxg x……

∑∑∑+

=

+

=

+

=+++ −−

∂∂∂

+−∂∂

+=1

1

1

1

21

1111 ))()((

!21)(),(),(),(

r

jkkjj

r

k kj

ijj

r

jr

j

iriri pxpx

xxgpxp

xgpgxg ξppx

∑∑∑+

=

+

=

+

=

−−∂∂

∂+−

∂∂

+=1

1

1

1

21

1

### ))()((!2

1)()()()(r

jkkjj

r

k kj

ijj

r

j j

iii pxpx

xxg

pxxg

gg ξppx

dengan trxxx ),,,( 121

#+= …x dan t

rppp ),,,( 121#

+= …p

49

Jadi, benar bahwa deret Taylor linear pada persamaan (3.3.4) berlaku untuk semua

Ν∈m .

Teorema 3.3.4

Misalkan p adalah penyelesaian dari xxG =)( untuk suatu fungsi

G tngg ),,,(g 21 …= yang memetakan dari n ke n .

Jika ada sebuah 0>δ dengan sifat :

i) j

i

xg∂∂

kontinu pada { }δδ <−= pxx |N untuk setiap ni ,,2,1 …= dan

nj ,,2,1 …=

ii) )()(2

kj

i

xxg∂∂

∂ x kontinu dan Mxx

g

kj

i ≤∂∂

∂)()(2 x

untuk suatu konstanta M, jika δN∈x untuk

setiap ni ,,2,1 …= , nj ,,2,1 …= dan nk ,,2,1 …=

iii) 0)(=

∂∂

j

i

xg p

untuk setiap ni ,,2,1 …= dan nj ,,2,1 …=

maka ada sebuah δδ ≤ sedemikian sehingga barisan yang dibangkitkan oleh

( ))1()( −= kk xGx konvergen secara kuadratik ke p untuk sebarang )0(x yang dipilih,

asalkan bahwa δ<−px )0(

Selain itu

50

2)1(2

)(

2 ∞

∞−≤− pxpx kk Mn untuk setiap 1≥k

Bukti :

Misalkan ada 0>δ sedemikian sehingga :

i) j

i

xg∂∂

kontinu dalam { }δδ <−= pxx |N untuk setiap ni ,,2,1 …= dan

nj ,,2,1 …=

ii) )()(2

kj

i

xxg∂∂

∂ x dengan δN∈x untuk setiap ni ,,2,1 …= , nj ,,2,1 …= dan

nk ,,2,1 …=

iii) 0)(=

∂∂

j

i

xg p

untuk setiap ni ,,2,1 …= dan nj ,,2,1 …=

Pilih δδ ≤ˆ sedemikian sehingga ada dalam interval δN , G memiliki derivatif parsial

yang kontinu, nK

xg

j

i ≤∂

∂ )(x dan

)()(2

kj

i

xxg∂∂

∂ x kontinu untuk setiap

ni ,,2,1 …= , nj ,,2,1 …= dan nk ,,2,1 …= . Karena nK

xg

j

i ≤∂

∂ )(x maka syarat-

syarat dari barisan { }∞=0)(

nnp berada dalam δN .

Penjabaran G(x) dalam deret Taylor linear untuk ( ) δNxxx tm ∈= ,,, 21 …x dan setiap

ni ,,2,1 …= sebagai berikut :

51

∑∑∑= ==

−−∂∂

∂+−

∂∂

+=m

jkkjj

m

k kj

ijj

m

j j

iii pxpx

xxg

pxxg

gg1 1

2

1))()((

!21)()()()( ξppx

dengan ( )iii px ,∈ξ .

Dengan menggunakan hipotesa G(p) = p dan 0)(=

∂∂

j

i

xg p

untuk setiap

ni ,,2,1 …= dan nj ,,2,1 …= dapat disimpulkan bahwa

∑∑= =

−−∂∂

∂+=

m

jkkjj

m

k kj

ii pxpx

xxg

g1 1

2

))()((!2

1)( ξpx

Jika )(npx = untuk suatu n ,

∑∑= =

+ −−∂∂

∂+==

m

jk

nkj

nj

m

k

n

kj

ii

ni

ni pppp

xxg

pgp1

)()(

1

)(2

)()1( ))()((!2

1)( ξp

dan ( )in

in

i pp ,)()( ∈ξ

Jadi,

∑∑= =

++

∂∂∂

==−m

j

nk

nj

m

k

n

kj

ini

ni

ni ee

xxg

epp1

)()(

1

)(2

)1()()1( ))()((!2

1 ξ

Untuk ikj == maka akan diperoleh

( )( )2)()(2

2)1(

21 n

in

i

ini e

xg

e ξ∂

∂=+

nK

xg

j

i ≤∂

∂ )(x dalam δN dan G memetakan n ke n . Berdasarkan pada teorema

3.3.2 maka barisan { }∞=0)(

nn

ip yang didefinisikan dengan memilih sebarang )0(ip dan

membangkitkan

52

( ))1()( −= ni

ni gp p untuk setiap 1≥n

konvergen ke suatu titik tetap secara tunggal p .

)(niξ berada dalam δ̂)( <− i

ni pp untuk setiap n. { }∞=0

)(n

niξ konvergen ke p juga dan

)(21lim 2

2

2)(

)1(

pi

i

ni

ni

n xg

e

e

∂=

+

∞→

Ini berarti bahwa barisan { }∞=0)(

nnp adalah konvergen kuadratik.

Jadi benar bahwa ada δδ ≤ sedemikian sehingga barisan yang dibangkitkan oleh

( ))1()( −= kk G xx konvergen secara kuadrat ke p untuk sebarang )0(x asalkan bahwa

δ<−px )0( .

Karena )()(2

kj

i

xxg∂∂

∂ x kontinu dan Mxx

g

kj

i ≤∂∂

∂)()(2 x

untuk suatu konstanta M dengan

δN∈x untuk setiap ni ,,2,1 …= , nj ,,2,1 …= dan nk ,,2,1 …= sehingga ini

berlaku juga untuk nilai n yang cukup besar,

2)1(2

)(

2 ∞

∞−≤− pxpx kk Mn

Dalam menggunakan Teorema 3.3.4, misalkan bahwa A(x) adalah matriks

nn× dari fungsi n ke dalam bentuk persamaan (3.3.1) dengan spesifikasi setiap

elemen akan dipilih kemudian.

53

Misalkan bahwa A(x) adalah nonsingular yang dekat dengan penyelesaian p dari

0xF =)( dan )(xijb menyatakan elemen dari 1)( −xA dengan baris ke-i dan kolom

ke-j.

Karena )()()( 1 xFxAxxG −−= dengan ∑=

−=n

jjijii fbxg

1)()()( xxx maka

⎪⎪

⎪⎪

≠⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛∂

∂+

∂−

=⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛∂

∂+

∂−

=∂

=

=

kifxb

xf

b

kifxb

xf

b

xg

n

jj

k

ij

k

jij

n

jj

k

ij

k

jij

k

i

jika,)()()()(

jika,)()()()(1)(

1

1

xxxx

xxxxx

Teorema 3.3.4 menyatakan bahwa diperlukan 0)(=

∂∂

j

i

xg p

untuk setiap

ni ,,2,1 …= dan nj ,,2,1 …= . Ini berarti untuk ki = ,

∑= ∂

∂−=

n

j i

jij x

fb

1,)()(10 pp

sehingga

1)()(1

=∂

∂∑=

n

j i

jij x

fb pp (3.3.5)

Sedangkan untuk ki ≠ ,

∑= ∂

∂−=

n

j i

jij x

fb

1,)()(0 pp

sehingga

0)()(1

=∂

∂∑=

n

j i

jij x

fb pp (3.3.6)

54

Dengan mendefinisikan matriks J(x) sebagai

1 1 1

1 2

2 2 2

1 2

1 2

( ) ( ) ( )

( ) ( ) ( )( )

( ) ( ) ( )

n

n

n n n

n

f f fx x x

f f fx x x

f f fx x x

∂ ∂ ∂⎡ ⎤⎢ ⎥∂ ∂ ∂⎢ ⎥∂ ∂ ∂⎢ ⎥⎢ ⎥∂ ∂ ∂= ⎢ ⎥⎢ ⎥⎢ ⎥∂ ∂ ∂⎢ ⎥⎢ ⎥∂ ∂ ∂⎣ ⎦

x x x

x x xJ x

x x x

(3.3.7)

maka persamaan (3.3.5) dan (3.3.6) memerlukan

1( ) ( ) ,− =A p J p I

sehingga

( ) ( ).=A p J p

Sebagai akibatnya suatu pilihan pendekataan untuk A(x) adalah ( ) ( )=A x J x

karena kondisi (iii) pada teorema 3.3.4 terpenuhi.

Dengan demikian fungsi G didefinisikan dengan

1( ) ( ) ( )−= −G x x J x F x

dan algoritma iterasi fungsional tersusun dari memilih )0(x dan membangkitkannya

untuk 1≥k ,

( ) ( ) ( )1( ) ( 1) ( 1) ( 1) ( 1)k k k k k−− − − −= = −x G x x J x F x (3.3.8)

Metode ini disebut Metode Newton untuk Sistem Persamaan Non-Linear

dan biasanya diharapkan dapat menyebabkan konvergen kuadratik, asalkan diketahui

nilai awal yang cukup tepat dan ada 1( )−J p .

55

Flowchart dari algoritma Metode Newton dalam menyelesaikan sistem

persamaan non-linear.

Gambar 3.3.1

start

Nilai awal (x)Tol.error (error)

Iterasi maksimum (N)k=1

while k<=N

y=-inv(jx)*fx

if norm(y)<tol x

x=x+y'k=k+1

end ya

tidak

fx=fungsi(x) jx=jacobian(x)

56

Contoh 3.3.1

Carilah penyelesaian sistem persamaan non-linear di bawah ini dengan menggunakan

metode Newton

020

006.1sin)1.0(81

0)cos(3

3310

3

32

22

1

21

321

21 =++

=+++−

=−−

−− πxe

xxx

xxx

xx

Penyelesaian

Dengan pendekatan awal ( )(0) 0.1,0.1, 0.1 t= −x , toleransi 210ε −= dan 10N =

Matriks Jacobian ( )J x untuk sistem ini adalah

1 2 1 2

3 2 3 2 2 3

1 2 3 1 2 3

2 1

3 sin sin( , , ) 2 162( 0.1) cos

20x x x x

x x x x x xx x x x x x

x e x e− −

⎡ ⎤⎢ ⎥= − +⎢ ⎥⎢ ⎥− −⎣ ⎦

J

dan

( ) ( 1) ( 1)1 1 1

( ) ( 1) ( 1)2 2 2

( ) ( 1) ( 1)3 3 3

k k k

k k k

k k k

x x yx x yx x y

− −

− −

− −

⎡ ⎤ ⎡ ⎤ ⎡ ⎤⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥= +⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎢ ⎥ ⎢ ⎥ ⎢ ⎥⎣ ⎦ ⎣ ⎦ ⎣ ⎦

,

dengan ( )( ) ( )( 1)

11

( 1) ( 1) ( 1) ( 1) ( 1) ( 1) ( 1)2 1 2 3 1 2 3

( 1)3

, , , ,

k

k k k k k k k

k

yy x x x x x xy

−− − − − − − −

⎡ ⎤⎢ ⎥ = −⎢ ⎥⎢ ⎥⎣ ⎦

J F

Kemudian, pada iterasi ke-k sistem linear ( ) ( )( 1) ( 1) ( 1)k k k− − −= −J x y F x harus dapat

diselesaikan, dengan

57

( 1) ( 1) ( 1) ( 1)1 2 1 2

( 1) ( 1) ( 1) ( 1) ( 1) ( 1)3 2 3 2 2 3

( 1) ( 1) ( 1)1 2 3 1 2 3

( 1) ( 1)2 1

3 sin sin( , , ) 2 162( 0.1) cos

20k k k k

k k k k k k

k k k

x x x xk k

x x x x x xx x x x x x

x e x e− − − −

− − − − − −

− − −

− −− −

⎡ ⎤⎢ ⎥

= − +⎢ ⎥⎢ ⎥− −⎣ ⎦

J ,

( 1)1

( 1) ( 1)2

( 1)3

k

k k

k

yyy

− −

⎡ ⎤⎢ ⎥= ⎢ ⎥⎢ ⎥⎣ ⎦

y , dan ( ) ( )( 1) ( 1)

1 2

( 1) ( 1) ( 1) 11 2 3 2

2( 1) ( 1) ( 1) 2 ( 1)1 2 3

( 1) 10 33 3

3 cos( )

81( 0.1) sin 1.06

20k k

k k k

k k k k

x x k

x x x

x x x

e x π− −

− − −

− − − −

− − −

⎡ ⎤− −⎢ ⎥⎢ ⎥= − + + +⎢ ⎥⎢ ⎥+ +⎣ ⎦

F x .

Hasil penyelesaian sistem dengan menggunakan metode Newton

-------------------------------------------------------

k | x1 | x2 | x3

-------------------------------------------------------

0 0.100000 0.100000 -0.100000

1 0.499870 0.019467 -0.521520

2 0.500014 0.001589 -0.523557

3 0.500014 0.001589 -0.523557

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa metode Newton dapat konvergen dengan cepat

sekali pendekatan yang dihasilkan dekat dengan penyelesaian yang sebenarnya.

Bagaimanapun juga, tidak selalu mudah menentukan nilai awal yang pasti untuk

penyelesaiannya. Sebagai perbandingannya, akan diberikan contoh nilai awal yang

tidak mudah konvergen bahkan yang tidak memiliki penyelesaiannya.

58

a. (0) (9,7,5)t=x

Hasil penyelesaian sistem dengan menggunakan metode Newton

-------------------------------------------------------

k | x1 | x2 | x3

-------------------------------------------------------

0 9.000000 7.000000 5.000000

1 -8.280243 3.248734 -0.473599

2 -11.696025 1.787791 -11.656614

3 -13.705411 1.395148 -39.452404

4 -13.332672 1.360127 -11.309331

5 -13.403049 1.277946 -103.319472

6 -8.516938 1.669231 -307.691679

7 -12.372097 0.796947 -445.951097

8 8.409240 2.040590 167.213419

9 43.684234 3.253246 -0.473599

10 0.970759 -1.779062 -0.473599

11 0.555568 -0.942758 -0.318800

12 0.478269 -0.526994 -0.532366

13 0.496891 -0.325048 -0.532349

14 0.497836 -0.234536 -0.529738

15 0.498104 -0.204134 -0.528944

16 0.498104 -0.204134 -0.528944

59

b. (0) (10,10,10)t=x

Hasil penyelesaian sistem dengan menggunakan metode Newton

-------------------------------------------------------

k | x1 | x2 | x3

-------------------------------------------------------

0 10.000000 10.000000 10.000000

1 -26.3859 4.5720 -0.4736

(Warning: Matrix is close to singular or badly scaled. Results may be inaccurate.

RCOND = 5.762925e-054.)

Untuk nilai awal ini, dengan metode Newton, karena pada iterasi ke-2, matriks

Jacobiannya akan dekat dengan matriks singular maka invers dari matriks Jacobian

mendekati nol. Apabila dilanjutkan maka hasilnya tidaklah akurat dan jauh dari

penyelesaian yang sebenarnya, kalaupun dapat diselesaikan maka akan membutuhkan

iterasi yang cukup banyak.

c. ( )(0) 100,100,100 t=x

Hasil penyelesaian sistem dengan menggunakan metode Newton

-------------------------------------------------------

k | x1 | x2 | x3

-------------------------------------------------------

0 100.000000 100.000000 100.000000

1 -1761.168869 27.606920 -0.473599

60

Warning: Matrix is singular to working precision. (Type "warning off

MATLAB:singularMatrix" to suppress this warning.)

> In D:\Skripsi1\Burden\newton.m at line 24

2 NaN NaN NaN

Untuk nilai awal ini, dengan metode Newton, sistem tidak memiliki penyelesaian

yang konvergen. Dikarenakan pada iterasi ke-1, matriks Jacobian yang terbentuk

merupakan matriks singular yang menyebabkan matriks tidak mempunyai invers dan

iterasi tidak dapat dilanjutkan. Kalaupun dilanjutkan maka hasilnya tidak terdefinisi.

Berikut ini akan diberikan tabel perbandingan pengaruh nilai awal dengan hasil akhir

dan jumlah iterasi yang diperlukan pada metode Newton untuk menyelesaikan sistem

persamaan non-linear. Akan digunakan toleransi 210ε −=

Tabel 3.3.1 Tabel pengaruh nilai awal Metode Newton

No. Nilai Awal ( (0)x ) Penyelesaian Sistem ( ( )kx ) Iterasi

1. ( )5, 3, 1 t− − − ( )0.498126,-0.201667,-0.528880 t 7

2. ( )9, 12, 4 t− − − ( )0.498127,-0.201518,-0.528876 t 9

3. ( )20, 30, 40 t− − − ( )0.498134,-0.200732,-0.528855 t 64

4. ( )2,3,4 t ( )0.498075,-0.207249,-0.529026 t 25

5. ( )5,5,5 t ( )0.498046,-0.208749,-0.529064 t 20

6. ( )6,8,5 t ( )0.500047,0.005152,-0.523464 t 8

61

7. (9,7,5)t ( )0.498104,-0.204134,-0.528944 t 16

8. ( )10,10,10 t ( )0.500029,0.003170,-0.523516 t 105*)

9. ( )20,25,30 t ( )0.498138,-0.200313,-0.528845 t 23 *)

10. ( )78,96,120 t ( )0.500222,0.001023,-0.524215 t 146 *)

11. ( )100,100,100 t ( )NaN,NaN,NaN t 2 **)

12. ( )250,275,300 t ( )NaN,NaN,NaN t 6 **)

Keterangan:

*) Pada iterasi tertentu, matriks Jacobiannya akan dekat dengan matriks singular

**) Pada iterasi tertentu, matriks Jacobiannya akan menjadi matriks singular

Dengan menggunakan Tabel 3.3.1 di atas dapat dilihat bahwa dengan nilai

awal yang berbeda-beda, sistem persamaan non-linear apabila diselesaikan dengan

metode Newton akan memberikan hasil akhir yang berbeda. Untuk beberapa nilai

awal yang cukup dekat dengan penyelesaian yang sebenarnya (no.2-3 dan no.5-7)

akan konvergen ke suatu nilai yang sama yaitu ( )0.500014,0.001589,-0.523557 t

dengan iterasi yang relatif sedikit ( 30≤ ). Untuk nilai awal yang diberikan pada no.3

dan no.8-10 akan konvergen ke suatu nilai yang sama juga yaitu

( )0.500014,0.001589,-0.523557 t dengan iterasi yang relatif banyak ( 20≥ ). Keadaan

ini dikarenakan pada iterasi tertentu seperti pada no.8 ( )1 68− , no.9 ( )1 8− dan

62

no.10 ( )1 136− , matriks Jacobiannya akan dekat dengan matriks singular sehingga

perhitungannya pun akan cukup sulit dan kurang akurat. Sedangkan untuk nilai awal

yang diberikan pada no.11 dan no.12, sistem tidak akan memiliki penyelesaian yang

konvergen ke suatu nilai bahkan penyelesaian yang diberikan tidak terdefinisi.

Keadaan ini dikarenakan pada iterasi yang tertera pada tabel, matriks Jacobian yang

terbentuk akan menjadi matriks singular yang tidak mempunyai invers sehingga

syarat 1( ) 0− ≠J x tidak terpenuhi.

Dari sini, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa nilai awal akan sangat

mempengaruhi hasil akhir sistem, kekonvergenan sistem dan jumlah iterasi yang

diperlukan dalam menyelesaikan sistem persamaan non-linear. Nilai awal yang bagus

dan cukup dekat dengan penyelesaian yang sebenarnya akan membutuhkan iterasi

yang relatif sedikit untuk konvergen. Sedangkan untuk nilai awal yang cukup jauh

akan membutuhkan iterasi yang relatif banyak untuk konvergen bahkan ada nilai awal

yang akan membuat sistem tidak konvergen. Selain nilai awal, yang mempengaruhi

adalah syarat bahwa 1( ) 0− ≠J x haruslah terpenuhi.

D. KONVERGENSI METODE NEWTON

Teorema 3.4.1

Misalkan Asumsi 3.2.4 terpenuhi. Maka ada sebuah 0>K dan 0>δ sedemikian

sehingga jika )()( δΒ∈kx suatu iterasi Newton dari )(kx yang diberikan pada

persamaan )()( )(1)()()1( kkkk xFxFxx −+ ′−= memenuhi

63

2)()1( kk K ee ≤+ (3.4.1)

Bukti :

Pilih δ sedemikian sehingga Lemma 3.2.5 terpenuhi.

Berdasarkan Teorema 3.2.1

∫ +′′−=′−= −−+1

0

)()(1)()()(1)()()1( )*()()()( dtt kkkkkkkk eexFxFexFxFee

⎥⎦

⎤⎢⎣

⎡+′−′′= ∫−

1

0

)()()()(1)( )*()()( dtt kkkkk eexFexFxF

∫ +′−′′= −1

0

)()()(1)( ))*()(()( dtt kkkk eexFxFxF

Berdasarkan Lemma 3.2.5 dan karena F′ merupakan kontinu Lipschitz maka

∫ +′−′′= −+1

0

)()()(1)()1( ))*()(()( dtt kkkkk eexFxFxFe

∫ +′−′′= −1

0

)()()(1)( ))*()(()( dtt kkkk eexFxFxF

∫ +−′≤ −1

0

)()()(1 )*(*)(2 dtt kkk exxexF γ

∫∫ −′=−′= −−1

0

)()(11

0

)()()(1 )1(*)(2*)(2 dttdtt kkkkk eexFeeexF γγ

1

0

221

2)(11

0

2)(1 )(*)(2)1(*)(2 ttdtt kk −′=−′= −− ∫ exFexF γγ

64

2)(1

2)(1 *)(

2*)(2 k

k

exFe

xF −− ′=′= γγ

dengan mengambil 1*)( −′= xFγK maka 2)()1( kk K ee ≤+ .

Dengan menentukan δ sedemikian sehingga 1<δK maka δ≤+ )1(ke untuk setiap

)()1( δBk ∈+x

Teorema 3.4.2

Misalkan Asumsi 3.2.4 terpenuhi. Maka ada sebuah δ sedemikian sehingga jika

)()0( δΒ∈x , iterasi Newton

)()( )(1)()()1( kkkk xFxFxx −+ ′−=

konvergen q-kuadratik ke x*.

Bukti

Pilih δ sedemikian sehingga Teorema 3.4.1 terpenuhi dan 1<=ηδK . Jika 0≥k

dan )()( δΒ∈kx maka Teorema 3.4.1 menyatakan bahwa

)()()(2)()1( kkkkk KK eeeee ≤=≤≤+ ηδ (3.4.2)

65

Oleh karena itu )()()1( δηδ Β⊂Β∈+kx . Sehingga jika )()( δΒ∈kx maka iterasi dapat

dilanjutkan. Karena dari asumsi bahwa )()0( δΒ∈x maka seluruh barisan

{ } )()( δΒ⊂kx . Persamaan (3.4.2) menyatakan bahwa *)( xx →k q-kuadratik.

Contoh 3.4.1

Dengan menggunakan salah satu nilai awal dan penyelesaian yang didapatkan dari

penyelesaian sistem persamaan non-linear dengan metode Newton (lihat Tabel

3.3.1), akan dianalisis sifat-sifat konvergensinya. Menurut Teorema 3.4.2 bahwa

penyelesaian yang diberikan oleh metode Newton bersifat konvergen q-kuadratik

dengan relasi kesalahan ( 1) ( )k k+ ≤e e . Maka akan dibuktikan bahwa hasil

perhitungan yang diperoleh dari penyelesaian sistem persamaan non-linear dengan

metode Newton akan memenuhi teorema 3.4.2.

Diberikan (0) (6,8,5)t=x , 10N = , 0.01ε = yang memiliki penyelesaian

( )0.500047,0.005152,-0.523464 t=x . Berikut ini adalah hasil perhitungan dari setiap

iterasi dengan menggunakan metode Newton yang akan disajikan dalam Tabel 3.4.1

di bawah ini.

66

Tabel 3.4.1 Hasil Perhitungan dengan menggunakan Metode Newton

Iterasi ke- 1x 2x 3x

0. 6.000000 8.000000 5.000000

1. 15.706802 4.065097 -0.473599

2. 0.410482 1.636929 -0.473599

3. 0.488415 0.771338 -0.504950

4. 0.501551 0.341471 -0.514759

5. 0.501038 0.132117 -0.520160

6. 0.500331 0.037631 -0.522616

7. 0.500047 0.005152 -0.523464

8. 0.500047 0.005152 -0.523464

Akan dibuktikan bahwa hasil perhitungan yang didapat pada Tabel 3.4.1 bersifat q-

kuadratik dari hasil perhitungan berikut :

Metode Newton bersifat konvergen q-kuadratik bila memenuhi ( 1) ( )k k+ ≤e e .

( 1) ( 1) ( )k k k+ += −e x x dan ( ) ( 1)k k+= −e x x

(2) (2) (1)= −e x x

( ) ( )0.410482, 1.636929, -0.473599 15.706802, 4.065097, -0.473599t t= −

( )-15.2963, -2.4282, 0 15.4878t= =

(3) (3) (2)= −e x x

( ) ( )0.488415, 0.771338, -0.504950 0.410482, 1.636929, -0.473599t t= −

67

( )0.0779, -0.8656, -0.0314 0.8697t= =

Tabel 3.4.2 Perhitungan kesalahan pada iterasi ke-k

( )ke ( )ke

(2)e 15.4878

(3)e 0.8697

(4)e 0.4302

(6)e 0.0945

(7)e 0.0325

(8)e 0

Berdasarkan dari tabel 3.4.2 dapat dilihat bahwa (8) (7) (3) (2)≤ ≤ ≤ ≤e e e e… .

Dapat disimpulkan bahwa sistem persamaan non-linear ini mempunyai penyelesaian

yang konvergen q-quadratik.

E. METODE TURUN TERCURAM

Keuntungan dalam menggunakan metode Newton untuk menyelesaikan

sistem persamaan non-linear adalah bahwa iterasi akan cepat konvergen bila

pendekatan awal yang digunakan cukup baik. Akan tetapi, kelemahan dari metode ini

adalah pendekatan awal yang diberikan harus cukup akurat untuk dapat menjamin

konvergensinya. Metode Turun Tercuram dapat dipertimbangkan sebagai salah satu

68

metode penyelesaian sistem persamaan non-linear yang dapat mengatasi masalah

tersebut. Biasanya dengan menggunakan metode ini walaupun pendekatan awalnya

buruk tetapi akan tetap konvergen.

Metode Turun Tercuram termasuk salah satu metode yang populer dan sering

digunakan. Secara umum, metode ini merupakan metode untuk menentukan

minimum lokal dari fungsi multivariabel dengan bentuk : ng → .

Hubungan antara meminimumkan suatu fungsi dari n ke dan solusi suatu

sistem persamaan non-linear adalah misalkan terdapat sistem dengan bentuk

0),,,(

0),,,(0),,,(

21

212

211

=

==

nn

n

n

xxxf

xxxfxxxf

……

yang memiliki suatu penyelesaian di tnxxx ),,,( 21 …=x maka fungsi g yang

didefinisikan dengan

[ ]∑=

=n

inin xxxfxxxg

1

22121 ),,,(),,,( …… (3.5.1)

akan mempunyai nilai minimum nol.

Metode Turun Tercuram dalam mencari nilai minimum lokal untuk fungsi g

dari n ke yang berubah-ubah dapat digambarkan sebagai berikut :

i. Menaksir nilai g dengan pendekatan awal tnxxx ),,,( )0()0(

2)0(

1)0( …=x .

ii. Menentukan arah dari )0(x yang dapat mengurangi nilai g.

iii. Memindahkan jarak arah yang tepat dan memanggil vektor baru )1(x .

69

iv. Mengulangi langkah i sampai iii dan mengganti )0(x dengan )1(x

Perlu diingat kembali dalam kalkulus, Teorema Nilai Ekstrem hanya akan berlaku

apabila derivatif fungsinya bernilai nol.

Definisi 3.5.1

Jika : ng → maka gradien g di tnxxx ),,,( 21 …=x akan dinotasikan dengan

)(xg∇ dan didefinisikan sebagai berikut

t

nxg

xg

xgg ⎟⎟

⎞⎜⎜⎝

⎛∂∂

∂∂

∂∂

=∇ )(,),(),()(21

xxxx …

Gradien untuk fungsi multivariabel analog dengan derivatif untuk fungsi satu

variabel. Fungsi multivariabel yang differensiabel ini dapat memiliki minimum di x

hanya ketika gradiennya bernilai nol. Dalam hal ini, gradien akan berperan sebagai

arah untuk suatu perpindahan kecil yang diberikan dan nilai fungsi g akan meningkat

dalam arah gradien daripada sebarang arah lainnya.

Gradien memiliki hubungan lain yang cukup penting dengan minimum dari

fungsi multivariabel. Misalkan bahwa tnvvv ),,,( 21 …=v adalah vektor dalam n ,

sedemikian sehingga

11

22

2== ∑

=

n

iivv

70

Vektor d disebut sebagai arah turunan dari fungsi g di x jika ada 0>δ

sedemikian sehingga )()( xdx gg <+ λ untuk semua ),0( δλ ∈ .

Algoritma ini akan dimulai dengan menentukan 0>ε sebagai skalar akhir

dan memilih sebarang )0(x sebagai pendekatan awal. Iterasi akan berjalan mulai dari

0=k . Apabila 0)( =∇ xg berarti bahwa g sudah memiliki penyelesaian dan iterasi

akan berhenti. Akan tetapi bila tidak maka iterasi akan dilanjutkan kembali dengan

nilai x yang baru.

Misalkan )(kx adalah nilai x pada iterasi ke-k dan 0=k merupakan nilai

awal. Akan dipilih suatu arah turun d dan besar langkah 0>λ sedemikian sehingga

nilai baru dx λ+)(k yang akan membuat )()( )()( kk gg xdx <+ λ . Untuk mengetahui

λ yang akan dipilih, maka g akan dijabarkan dengan menggunakan deret Taylor

sebagai berikut :

)()()()( 2)()()( λλλ Oggg tkkk +∇+=+ dxxdx

gδ yang berubah-ubah dalam g akan diberikan sebagai

)()( )()( kk ggg xdx −+= λδ sehingga

)()( 2)( λλδ Ogg tk +∇= dx

Untuk λ yang cukup kecil, )( 2λO dapat dihilangkan. Akibatnya, akan

didapatkan

dx tkgg )( )(∇≅ λδ

71

Untuk membuat )()( )()( kk gg xdx <+ λ yang berarti bahwa 0<gδ , d

diperlukan sebagai arah turunan atau arah yang memenuhi

0)( )( <∇ dx tkg

Dengan demikian akan didapatkan,

)( )()( kk g xd −∇=

Berikut ini akan diberikan ilustrasi bila g adalah fungsi dengan dua variabel atau

peubah.

Gambar 3.5.1

Lemma 3.5.2

Misalkan : ng → fungsi yang memiliki diferensial di x dan misalkan bahwa

0)( ≠∇ xg . Penyelesaian optimal untuk masalah meminimumkan );( dxg ′ mengarah

72

kepada 1≤d yang diberikan kepada )(/)( xxd gg−∇= jika )(/)( xx gg∇−

adalah arah turun tercuram g di x.

Bukti

Derivatif berarah dari g di x dengan arah λ didefinisikan sebagai berikut

dxxdxxdx td ggggDg )()()(lim)();(

0∇=

−+==′

→ λλ

λ

Kemudian ditetapkan masalah mereduksi untuk meminimumkan dx tg )(∇ dengan

1≤d . Dari pertidaksamaan Schwatz, untuk 1≤d akan didapatkan

)()()( xdxdx ggg t ∇−≥∇−≥∇

Pertidaksamaan tersebut dapat dipenuhi jika dan hanya jika )(/)( xxdd gg−∇≡=

sehingga d adalah penyelesaian optimal dan bukti akan lengkap.

Karena g(x) akan direduksi sampai nilai minimumnya nol maka perbaikan nilai )(kx

adalah

)( )()()1( kkk g xxx ∇−=+ λ (3.5.2)

Sehingga nilai )( )()()1( kkk g xxx ∇−=+ λ merupakan perbaikan nilai dari )(kx

dalam mencari nilai minimum g.

73

Proporsisi 3.5.3

Jika { }∞=0)(

kkx adalah barisan turun tercuram untuk : ng → dan 0)( )( ≠∇ kg x

maka )()( )()1( kk gg xx <+

Bukti:

Perlu diingat kembali bahwa

)( )()()()()1( kkkkk g xxdxx ∇−=+=+ λλ

dengan 0)( ≥kλ yang membuat minimum fungsi

))(()( )()()( kkk gg xx ∇−= λλφ

untuk semua 0)( ≥kλ . Oleh karena itu untuk 0≥λ , akan didapatkan

)()( )()()( λφλφ kkk ≤

Berdasarkan aturan rantai,

0)()()))(0(()0()0(2)()()()(

)()( <∇−=∇∇−∇−== kktkk

kk gggg

dd xxxxλφφ

karena 0)( )( ≠∇ kg x dari asumsi. Kemudian, 0)0()( <′kφ dan berimplikasi dengan

ada 0>λ sedemikian sehingga )()0( )()( λφφ kk > untuk semua ( ]λλ ,0∈ .

Oleh karena itu

)()0()()()( )()()()()()1( kkkkkk gg xx =<≤=− φλφλφ

dan bukti dari pernyataan ini akan lengkap.

74

Berdasarkan proporsisi 3.5.3 dapat disimpulkan bahwa masalah dapat

direduksi menjadi menentukan λ sedemikian sehingga )( )1(xg akan kurang dari

)( )0(xg . Dalam menentukan pilihan tepat bagi nilai λ dapat dipertimbangkan

menjadi fungsi 1-variabel

))(()( )0()0( xx ggh ∇−= λλ (3.5.3)

Nilai λ yang dapat meminimumkan h merupakan nilai λ yang diperlukan dalam

persamaan (3.5.2).

Dalam mencari nilai minimum untuk fungsi h akan memerlukan diferensial

dari h dan kemudian menyelesaikan masalah mencari akar persamaan untuk

menentukan titik kritis dari h. Prosedur ini akan sangat merugikan. Dengan alasan

demikian, maka h akan diinterpolasikan dengan menggunakan polinomial kuadratik P

dan tiga nilai 321 ,, λλλ dengan harapan akan dekat dengan nilai minimum dari h.

Definisikan λ sebagai minimum mutlak P dalam interval tertutup paling

kecil yang memiliki 321 ,, λλλ dan menggunakan )(λP sebagai pendekatan nilai

miminum dari )(λh . Kemudian λ akan digunakan untuk menentukan iterasi baru

untuk pendekatan nilai minimum g.

)( )0()0()0( xxx g∇−= λ

75

Karena )( )0(xg sudah tersedia maka pertama akan dipilih 01 =λ untuk

meminimumkan perhitungan. Kemudian nilai 3λ ditentukan dengan )()( 13 λλ hh < .

Berdasarkan Quadratic Fit Line Search, akhirnya 2λ didapatkan dari 2/3λ .

Nilai minimum λ dari P dalam [ ]31 ,λλ terdapat salah satu hanya pada di

nilai kritis P atau di sisi kanan nilai akhir 3λ . Sebagai asumsinya,

)()()()( 1133 λλλλ PhhP =<= . Nilai kritis P dapat ditemukan karena P merupakan

polinomial kuadratik. Akan dibentuk suatu interpolasi )(λP dengan menggunakan

prinsip Interpolasi Kuadratik (Quadratic Interpolation). Diberikan tiga titik

),(dan ),(),,( 332211 ggg λλλ . Terdapat sebuah parabola yang melalui ketiga titik

tersebut. Persamaan parabola tersebut dapat ditulis dengan bentuk

))(()()( 213110 λλλλλλλ −−+−+= hhhP (3.5.4)

Akan dicari 310 dan , hhh yang memenuhi persamaan (3.5.4)

• untuk 01 == λλ

1 0 1 0 1 1( ) ( ) ( )P h g h g gλ λ λ= = → = =

• untuk 2λλ =

2 1 2 12 0 1 1 2 1

2 1 2

( ) ( )( ) ( ) ( ) g g g gP h h g h λ λλ λ λ λλ λ λ− −

= + − = → = =−

• untuk 3λλ =

3 0 1 1 3 1 2 3( ) ( ) ( )( ) ( )P h h h gλ λ λ λ λ λ λ λ= + − + − − =

76

23

23

23

232

3

12

13

12

12

23

23

3

)()(dengan ,

)()()()(

λλλλλλ

λ

λλλλλλ

λλλλ

−−

=−−

=−

=

−−−

−−−

=→

gggghhh

gggg

h

Sehingga,

)()( 2311 λλλλλ −++= hhgP

Titik kritis P, misalkan dinotasikan sebagai 0λ , dapat dicari dengan menggunakan

Teorema Nilai Ekstrem.

0dPdλ

=

1 3 2 32 0dP h h hd

λ λλ= − + =

Sehingga diperoleh

23132 λλ hhh −=−

3

231

2 hhh λ

λ−

=−

⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛−=

3

125.0

hh

λλ

Dengan demikian, titik kritis dari P adalah ( )0 ( )g g gλ= − ∇x x . Sehingga terdapat

empat buah nilai λ dan ( ( ))g gλ− ∇x x . Metode Turun Tercuram merupakan salah

satu metode yang termasuk klasifikasi Metode Gradien. Metode Gradien adalah

metode yang meminimumkan suatu fungsi dengan cara mencari besar gradien yang

77

dibutuhkan agar nilai fungsi yang baru bernilai paling kecil. Dengan kata lain, iterasi

akan berlanjut dengan memilih λ pada himpunan { }30 ,λλ supaya nilai

( ( ))g gλ− ∇x x akan minimum diantara himpunan { }30 , gg . Nilai λ yang didapatkan

akan digunakan untuk mendapatkan nilai x yang baru dengan

)( )()()1( kkk g xxx ∇−=+ λ

Apabila ε<− 1gg maka iterasi akan berhenti. Akan tetapi apabila tidak maka

iterasi akan berulang lagi dari awal.

78

Flowchart dari Metode Turun Tercuram dalam menyelesaikan sistem

persamaan non-linear.

start

N ilai aw al (x )T o leransi (erro r)Iterasi m ax . (N )

k = 0

w hile k <= N

If z0=0 x

z = z / z0a 1 = 0a 3 = 1

g3 = g_baru_3(x ,a 3 ,z)

a

ya

tidak

g1= g_aw al(x )z= grad(x )

z0= norm (z)

w hile g3 >= g1

end

a 3 = a 3 / 2g3 = g_baru_3(x ,a 3 ,z)

b

tidak

ya

79

Gambar 3.5.2

a

If a3 < error/2a2 = a3/2

g2 = g_baru_2(x,a2,z)

h1 = (g2-g1)/a2h2 = (g3-g2)/(a3-a2)

h3 = (h2-h1)/a3

a0 = 0.5(a2-h1/h3)g0 = g_baru(x,a0,z)

g = min(g0,g3)

x = x-az

If abs(g-g1) < error x end

k = k+1

end

ya

tidak

b

tidak ya x

80

Contoh 3.5.1

Carilah penyelesaian sistem persamaan non-linear dengan menggunakan metode

Turun Tercuram.

1 2

11 1 2 3 1 2 3 2

2 22 1 2 3 1 2 3

10 33 1 2 3 3 3

( , , ) 3 cos( ) 0

( , , ) 81( 0.1) sin 1.06 0

( , , ) 20 0x x

f x x x x x x

f x x x x x x

f x x x e x π− −

= − − =

= − + + + =

= + + =

Penyelesaian

Dengan pendekatan awal ( )(0) 0,0,0 t=x , toleransi 25 10ε −= × dan 10N =

Misalkan [ ] [ ] [ ]2 2 21 2 3 1 1 2 3 2 1 2 3 3 1 2 3( , , ) ( , , ) ( , , ) ( , , )g x x x f x x x f x x x f x x x= + + , maka

31 21 2 3

1 1 1

31 21 2 3 1 2 3

2 2 2

31 21 2 3

3 3 3

2 ( ) ( ) 2 ( ) ( ) 2 ( ) ( ),

( , , ) 2 ( ) ( ) 2 ( ) ( ) 2 ( ) ( ),

2 ( ) ( ) 2 ( ) ( ) 2 ( ) ( )

tff ff f f

x x xff fg x x x f f f

x x xff ff f f

x x x

⎛ ⎞∂∂ ∂+ +⎜ ⎟∂ ∂ ∂⎜ ⎟

⎜ ⎟∂∂ ∂∇ = + +⎜ ⎟

∂ ∂ ∂⎜ ⎟⎜ ⎟∂∂ ∂

+ +⎜ ⎟⎜ ⎟∂ ∂ ∂⎝ ⎠

x x x x x x

x x x x x x

x x x x x x

2 ( ) ' ( )= J x F x

Untuk ( )(0) 0,0,0 t=x , akan didapatkan

( )(0) 111.9748g =x , 0 2419.5538z = =z

Untuk 1 0α = 1 111.975g =

2 0.5α = 2 2.5357g = , 1 218.878h = −

3 1α = 3 93.5649g = 2 182.059h = 3 400.937h =

81

sehingga ( ) ( )111.975 218.878 400.937 0.5P α α α α= − + − . Oleh karena itu,

0 0.522959α = , 0 2.32762g =

Kemudian, 0 0.522959α = ,

(1) (0) (0.0112182,0.0111964, 0.522741)tα= − = −x x z

dan (1)( ) 2.32762g =x

Hasil penyelesaian dengan metode Turun Tercuram untuk iterasi selanjutnya

----------------------------------------------------------------------------

k | x1 | x2 | x3 | g(x)

----------------------------------------------------------------------------

1 0.0112 0.0101 -0.5227 111.9748

2 0.1379 -0.2055 -0.5221 2.3276

3 0.2670 0.0055 -0.5585 1.2741

4 0.2727 -0.0081 -0.5220 1.0681

5 0.3295 -0.0275 -0.5395 0.4683

6 0.3360 -0.0154 -0.5115 0.4100

7 0.3360 -0.0154 -0.5115 0.3142

Berikut ini akan diberikan tabel perbandingan pengaruh nilai awal dengan hasil akhir

dan jumlah iterasi yang diperlukan dalam metode Turun Tercuram. Akan digunakan

toleransi 210ε −=

82

Tabel 3.5.1 Pengaruh nilai awal pada Metode Turun Tercuram

No. Nilai Awal ( (0)x ) Penyelesaian ( ( )kx ) Iterasi

1. ( )0.1,0.1, 0.1 t− ( )0.421764,-0.005186,-0.520248 t 27

2. ( )5, 3, 1 t− − − ( )-1.736315,-0.332644,-0.522844 t 70

3. ( )9, 12, 4 t− − − ( )0.422740,-0.005132,-0.520248 t 398

4. ( )20, 30, 40 t− − − ( )-18.390576,-2.158388,-1.593550 t 500

5. ( )2,3,4 t ( )0.576013,-0.204810,-0.533606 t 36

6. ( )5,5,5 t ( )0.578528,-0.204851,-0.526207 t 91

7. ( )6,8,5 t ( )3.419360,0.296436,-0.490472 145

8. (9,7,5)t ( )3.375527,0.291598,-0.491060 t 308

9. ( )10,10,10 t ( )3.399235,0.294131,-0.490740 t 371

10. ( )20,25,30 t ( )18.643130,1.960350,0.370337 t 500

11. ( )78,96,120 t ( )79.352378,8.688564,72.737394 t 500

12. ( )100,100,100 t ( )102.171461,11.280871,90.699988 t 500

Berikut ini akan diberikan tabel perbandingan pengaruh nilai awal yang diberikan

oleh Metode Turun Tercuram yang diperoleh dari tabel 3.5.1 terhadap penyelesaian

akhir dan jumlah iterasi dengan menggunakan Metode Newton untuk menyelesaikan

sistem persamaan non-linear

83

Tabel 3.5.2 Pengaruh nilai akhir Metode Turun Tercuram terhadap Metode Newton

No. Nilai Akhir MTT ( (0)x ) Penyelesaian MN ( ( )kx ) Iterasi

1. ( )0.421764,-0.005186,-0.520248 t ( )0.500001,-0.000258,-0.523624 t 2

2. ( )-1.736315,-0.332644,-0.522844 t ( )0.498065,-0.208387,-0.529055 t 7

3. ( )0.422740,-0.005132,-0.520248 t ( )0.500001,-0.000251,-0.523624 t 2

4. ( )-18.390576,-2.158388,-1.593550 t ( )0.498135,-0.200712,-0.528855 t 9

5. ( )0.576013,-0.204810,-0.533606 t ( )0.498153,-0.199380,-0.528786 t 2

6. ( )0.578528,-0.204851,-0.526207 t ( )0.498150,-0.199359,-0.528784 t 2

7. ( )3.419360,0.296436,-0.490472 ( )0.500028,0.002968,-0.523516 t 3

8. ( )3.375527,0.291598,-0.491060 t ( )0.500028,0.002942,-0.523517 t 3

9. ( )3.399235,0.294131,-0.490740 t ( )0.500028,0.002978,-0.523516 t 3

10. ( )18.643130,1.960350,0.370337 t ( )0.500008,0.000909,-0.523575 t 4

11. ( )79.352378,8.688564,72.737394 t ( )0.500059,0.006573,-0.523427 t 6

12. ( )102.171461,11.280871,90.699988 t

( )0.500006,0.000612,-0.523583 t 7

Dengan menggunakan tabel 3.5.1 di atas, dapat diketahui bahwa nilai awal

tidaklah terlalu berpengaruh terhadap sistem dan metode. Untuk nilai awal yang

dekat dengan penyelesaian sebenarnya akan konvergen ke suatu nilai yaitu

( )0.500014,0.001589,-0.523557 t dengan iterasi yang cukup banyak juga. Bila

dibandingkan dengan metode Newton maka untuk nilai awal yang bisa dikatakan

84

cukup dekat dengan penyelesaian sebenarnya, metode Newton lebih menguntungkan

karena iterasi yang dibutuhkan untuk konvergen lebih sedikit dibandingkan dengan

metode Turun Tercuram Sedangkan untuk nilai awal yang cukup jauh, nilai akhir

tidak konvergen ke suatu nilai yang sama. Hasil penyelesaiannya akan berbeda-beda

dan iterasi yang dibutuhkan untuk mendapatkan hasil akhir juga relatif banyak. Akan

tetapi, nilai akhir yang didapatkan dari metode Turun Tercuram dapat menjadi nilai

awal yang cukup layak bagi metode Newton untuk menyelesaikan sistem persamaan

non-linear.

Dapat dilihat kembali tabel 3.5.2 yang memperlihatkan bahwa nilai awal yang

dekat ataupun yang jauh dari penyelesaian yang sebenarnya akan konvergen ke suatu

nilai yang sama yaitu ( )0.500014,0.001589,-0.523557 t dengan jumlah iterasi yang

relatif sedikit ( 16≤ ). Apabila dibandingkan dengan tabel 3.3.1, untuk nilai awal

(no.12) yang dengan metode Newton tidak memiliki penyelesaian dikarenakan

matriks Jacobiannya singular maka dengan nilai awal yang sudah diperbaiki oleh

metode Turun Tercuram, akan konvergen ke suatu nilai yang cukup dekat dengan

penyelesaian sebenarnya. Sehingga untuk nilai awal yang cukup jauh dari

penyelesaiannya, metode Turun Tercuram ini akan sangat membantu mengatasi

kelemahan metode Newton.

85

F. Konvergensi Metode Turun Tercuram

Asumsi 3.6.1

1. Nilai fungsi mempunyai batas bawah nol.

( ) 0 , ng = ∀ ∈x x

2. ( )(xg∇ merupakan kontinu Lipschitz) Fungsi g merupakan diferensiable yang

kontinu, yaitu ada sebuah konstanta K yang sedemikian sehingga

22)()( yxyx −≤∇−∇ Kgg

Lemma 3.6.2 ( Lemma Descent )

Jika g memenuhi kondisi Lipschitz dalam asumsi 3.6.1 (b) maka

2

22)()()( yKggg t +∇+≤+ xyxyx

Bukti :

Bukti lemma 3.6.2 bisa dilihat pada buku karangan Bertsekas, Dimitri P., Tsitsiklis,

John N. (1989). Parallel and Distributed Computation: Numerical Methods. Upper

Saddle River : Prentice Hall.

http://dspace.mit.edu/handle/1721.1/3719 (7 Oktober 2007, 07:15 AM)

Proporsisi 3.6.3 ( Konvergensi Algoritma Descent )

Misalkan asumsi 3.6.1 dipenuhi dan K1 dan K2 adalah konstanta positive. Barisan

{ })(kx yang dibangkitkan oleh algoritma dengan bentuk

86

( 1) ( ) ( )k k kλ+ = +x x d

dengan ( )kd memenuhi

( ) ( )12 2

( ) ,k kK g k≥ ∇ ∀d x (3.6.1)

dan

2( ) ( ) ( )2 2

( ) ,k t k kg K k∇ ≤ − ∀d x d (3.6.2)

Jika KK /20 2<< λ maka

0)(lim )( =∇∞→

k

kg x

Bukti

Dengan menggunakan Lemma Descent dan asumsi 3.6.1 akan didapatkan

2( 1) ( ) ( ) ( ) 2 ( )

2( ) ( ) ( )

2k k k t k kKg g gλ λ+ ≤ + ∇ +x x d x d

2( ) ( )

2 2( )

2k kKg K λλ ⎛ ⎞≤ − −⎜ ⎟

⎝ ⎠x d

Misalkan )2/( 2 λλβ KK −= dengan asumsi λ positif. Dari pertidaksamaan dan

kondisi nonnegatif dari asumsi 3.6.1 (a) akan didapatkan

2( 1) (0) ( )

20

0 ( ) (k

kg g τ

τ

β+

=

≤ ≤ − ∑x x d

Karena pertidaksamaan ini berlaku untuk semua k maka

2( ) (0)

20

1 ( )gτ

τ β

=

≤ < ∞∑ d x

87

( )lim 0k

k→∞=d dan persamaan (3.6.1) menunjukkan bahwa 0)(lim )( =∇

∞→

k

kg x

Teorema 3.6.4

Misalkan asumsi 3.6.1 dipenuhi dan Lemma Descent juga berlaku. Berdasarkan atas

Konvergensi Algoritma Descent dengan 121 == KK dan Algoritma Gradien yang

diberikan

( 1) ( ) ( )k k kλ+ = +x x d

dengan )(ks

( ) ( )

2 2( ) ,k kg k≥ ∇ ∀d x (3.6.3)

2( ) ( ) ( )

2( )k t ki kg∇ ≤ −d x d (3.6.4)

Jika K20 << λ maka 0)(lim )( =∇

∞→

k

kg x

Bukti

Dari pertidaksamaan 3.6.4 dan Lemma Descent maka

2( 1) ( ) ( ) ( ) 2 ( )

2( ) ( ) ( )

2k k k t k kKg g gλ λ+ ≤ + ∇ +x x d x d

2( ) ( )

2( ) 1

2k kKg λλ ⎛ ⎞≤ − −⎜ ⎟

⎝ ⎠x d

88

Kemudian akan didapatkan pertidaksamaan untuk setiap k jika jumlah total untuk

semua 0>k , setelah itu

2( 1) (0) ( )

20

0 ( ) ( ) 12

kk Kg g τ

τ

λλ+

=

⎛ ⎞≤ ≤ − −⎜ ⎟⎝ ⎠

∑x x d

Akan didapatkan bahwa pertidaksamaan bernilai benar untuk semua k, sedemikian

sehingga

2( ) (0)

20

1 ( )1

2

gK

τ

τ λλ

=

≤ < ∞⎛ ⎞−⎜ ⎟⎝ ⎠

∑ d x

Dapat dilihat bahwa pangkat untuk sisi kanan – sisi kiri terbatas, sehingga

( )lim 0t

k→∞=d

Yang berimplikasi dengan

0)(lim )( =∇∞→

k

kg x

Karakterisitik Konvergensi dari Metode Turun Tercuram

Metode Turun Tercuram akan bekerja cukup baik selama iterasinya akan

dekat dengan titik stasioner dan akan mendekati langkah ortogonal. Zigzaging terjadi

di sepanjang lembah yang ditunjukkan dengan garis titik-titik seperti pada gambar

3.6.1.

89

Gambar 3.6.1

Metode Turun Tercuram dalam mencapai nilai optimumnya akan

mempunyai arah gerak zigzag. Ini dikarenakan setiap iterasi sebelumnya ortogonal

dengan iterasi selanjutnya. Pernyataan tersebut didasarkan bahwa λ diperoleh

dengan meminimumkan ( ) ( )( )k kg λ+x d sehingga ( ){ }( ) ( ) 0k kd gd

λλ

+ =x d dengan

( )kλ λ= . Dengan diferensiasi akan didapatkan ( )( ) ( ) ( ) 0tk k kg λ∇ + =x d d . Karena

( )( 1)kg += −∇d x akan didapatkan hasil ( 1) ( ). 0k k+ =d d .

Proporsisi 3.6.5

Jika { }∞=0)(

kkx adalah barisan turun tercuram untuk fungsi yang diberikan : ng →

maka untuk setiap k vektor )()1( kk xx −+ adalah ortogonal dengan vektor

)1()2( ++ − kk xx .

90

Bukti:

Dari bentuk iterasi metode turun tercuram akan didapatkan

)(),(, )1()()1()()1()2()()1( +++++ ∇∇=−− kkkkkkkk gg xxxxxx λλ

Untuk melengkapi bukti cukup ditunjukkan bahwa

0)(),( )1()( =∇∇ +kk gg xx

Kemudian akan diperlihatkan bahwa )(kλ merupakan skalar tidak negatif yang

meminimumkan ))(()()( )()()()()( kkkkk ggg xxdx ∇−=+= λλλφ .

Oleh sebab itu, dengan menggunakan aturan rantai 0)( )()( =′ kk λφ akan didapatkan

)()( )()(

)()( kk

kk

dd λλφλφ =

))(())((0 )()()()( ktkkk ggg xxx −∇∇−∇= λ

)(),(0 )()1( kk gg xx ∇∇−= +

Contoh 3.6.1 Dengan menggunakan salah satu nilai awal dan penyelesaian yang didapatkan dari

penyelesaian sistem persamaan non-linear dengan metode Turun Tercuram (lihat

Tabel 3.5.1), akan dianalisis sifat-sifat konvergensinya. Menurut teorema 3.6.4 bahwa

metode Turun Tercuram mempunyai konvergen bila ( )lim ( ) 0k

kg

→∞∇ =x dan menurut

proporsisi 3.6.5 bahwa vektor-vektor penyelesaiannya akan ortogonal, maka akan

91

dibuktikan bahwa hasil perhitungan yang diperoleh dari penyelesaian sistem

persamaan non-linear dengan metode Turun Tercuram akan konvergen dan vektor-

vektor penyelesaiannya ortogonal.

Diberikan (0) (5,5,5)t=x , 100N = , 0.01ε = yang memiliki penyelesaian

( )0.578528, -0.204851, -0.526207 t=x . Berikut ini adalah hasil perhitungan dari

setiap iterasi dengan menggunakan metode Turun Tercuram yang akan disajikan

dalam Tabel 3.6.1 di bawah ini.

Tabel 3.6.1 Hasil perhitungan dengan metode Turun Tercuram

Iterasi ke-k 1x 2x 3x

0. 5.000000 5.000000 5.000000

1. 5.024567 2.966354 4.998120

2. 5.051793 1.611924 4.990655

3. 5.087377 0.613226 4.954122

89. 0.585583 -0.204980 -0.517213

90. 0.582978 -0.205237 -0.532617

91. 0.578528 -0.204851 -0.526207

( ) ( )(1) 5.024567, 2.966354, 4.998120 tg g∇ = ∇x

( )5 5 5-0.1471 10 ,7.3159 10 , 0.0403 10t

= × × ×

( ) ( )(1) 5 5 5lim lim -0.1471 10 ,7.3159 10 , 0.0403 10t

k kg

→∞ →∞∇ = × × ×x

92

( )5 5 5-0.1471 10 ,7.3159 10 , 0.0403 10t

= × × ×

( ) ( )(2) 5.051793, 1.611924, 4.990655 tg g∇ = ∇x

( )5 5 5-0.0419 10 , 1.1760 10 , 0.0430 10t

= × × ×

( ) ( )(2) 5 5 5lim lim -0.0419 10 , 1.1760 10 , 0.0430 10t

k kg

→∞ →∞∇ = × × ×x

( )5 5 5-0.0419 10 , 1.1760 10 , 0.0430 10t

= × × ×

Tabel 3.6.2 Perhitungan gradien pada iterasi ke-k

( )kx ( )( )kg∇ x ( )lim ( )k

kg

→∞∇ x

(1)x ( )5 5 5-0.1471 10 ,7.3159 10 , 0.0403 10t

× × × ( )5 5 5-0.1471 10 ,7.3159 10 , 0.0403 10t

× × ×

(2)x ( )5 5 5-0.0419 10 , 1.1760 10 , 0.0430 10t

× × × ( )5 5 5-0.0419 10 , 1.1760 10 , 0.0430 10t

× × ×

(3)x ( )3 3 3-0.2213 10 ,3.4876 10 , 4.3386 10t

× × × ( )3 3 3-0.2213 10 ,3.4876 10 ,4.3386 10t

× × ×

(89)x ( )1.7291, 0.1704, 10.2260 t ( )1.7291, 0.1704, 10.2260 t

(90)x ( ) 1.4931, -0.1297, -2.1506 t ( )1.4931, -0.1297, -2.1506 t

(91)x ( )1.4800, 0.0176, 8.0280 t ( )1.4800, 0.0176, 8.0280 t

93

( ) ( )(1) (2),g g∇ ∇x x

( ) ( )5 5 5 5 5 5-0.1471 10 ,7.3159 10 , 0.0403 10 , -0.0419 10 , 1.1760 10 , 0.0430 10t t

= × × × × × ×

108.6117 10= ×

Tabel 3.6.3 Perhitungan hasil kali dalam vektor-vektor penyelesaian

( ) ( )(1) (2),g g∇ ∇x x 108.6117 10×

( ) ( )(2) (3),g g∇ ∇x x 84.2975 10×

( ) ( )(89) (90),g g∇ ∇x x -19.4319

( ) ( )(90) (91),g g∇ ∇x x -15.0572

Berdasarkan tabel 3.6.2, dapat disimpulkan bahwa sistem persamaan non-linear ini

apabila diselesaikan dengan metode Turun Tercuram dapat memiliki penyelesaian

yang konvergen tetapi hasil penyelesaian yang terdapat pada tabel 3.6.1 belum hasil

yang maksimal karena nilai ( )lim ( )k

kg

→∞∇ x mendekati dengan nol. Apabila sistem

dikerjakan dengan toleransi kesalahan ε yang lebih kecil, sistem dapat memiliki

penyelesaian yang konvergen ke penyelesaian yang sebenarnya. Selain itu,

berdasarkan tabel 3.6.3, langkah dari metode ini belum mendekati langkah ortogonal

94

dikarenakan penyelesaian yang ada belum cukup dekat dengan titik stasioner yang

merupakan penyelesaian yang sebenarnya.

BAB IV

TERAPAN METODE NEWTON DAN METODE TURUN TERCURAM

DALAM MENGHITUNG KONSENTRASI UNSUR DALAM SUATU

SAMPEL

Dalam Bab IV ini akan dibahas mengenai penerapan metode Newton dan

metode Turun Tercuram dalam bidang fisika, yaitu untuk mengetahui konsentrasi

unsur dalam suatu sampel dengan metode penyerapan cahaya.

A. Metode Penyerapan Cahaya

Bila cahaya dengan intensitas 0I datang menuju sampel, setelah mengalami

penyerapan intensitasnya akan berkurang menjadi I . Dari kedua nilai tersebut dapat

diperoleh nilai absorban A seperti dalam persamaan (4.1.1) [Harris, 1999].

0log IAI

= (4.1.1)

Sesuai dengan hukum Beer-Lambert, besarnya penyerapan tergantung pada

konsentrasi penyerap, panjang lintasan interaksi cahaya dan penyerap, serta jenis

penyerapnya [Brehm dan Mullin, 1989; Desember, 1996]. Karena persamaan (4.1.1)

dapat dinyatakan dalam persamaan (4.1.2)

A b cε= (4.1.2)

dengan ε : absorptivitas molar

b : panjang lintasan interaksi cahaya dan sampel

96

c : konsentrasi

Nilai absorptivitas molar ini tergantung pada jenis penyerap dan panjang

gelombang cahaya yang digunakan. Untuk cahaya dengan panjang gelombang i,

persamaan (4.1.2) akan menjadi

i iA b cε= (4.1.3)

Bila sampel memiliki n buah komponen, masing-masing komponen ke-j akan

memberikan sumbangan absorban seperti pada persamaan (4.1.3), sehingga absorban

totalnya akan mengikuti persamaan (4.1.4) di bawah.

1

n

T i i jj

A A=

= ∑ (4.1.4)

atau

1

n

T i i j jj

A bcε=

=∑ (4.1.5)

Persamaan (4.1.5) dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan (4.1.6)

1

n

T i i j jj

A f c=

=∑ (4.1.6)

dengan

i j i jf bε= (4.1.7)

Untuk mengukur konsentrasi n buah komponen dilakukan pengukuran absorban pada

n buah panjang gelombang yang berbeda. Sehingga akan diperoleh sistem persamaan

seperti pada persamaan (4.1.8)

97

1 11

2 21

1

n

j jj

n

j jj

n

n n jj

A f c

A f

A f

=

=

=

=

=

=

∑ j

c

c

(4.1.8)

Untuk setiap komponen sampel ke-j, hubungan antara absorban dan

konsentrasi dapat diperoleh dengan kalibrasi melalui pengukuran pada panjang

gelombang ke-i, dari komponen sampel ke-j yang sudah diketahui konsentrasinya.

Selanjutnya dengan menggunakan persamaan (4.1.8), nilai konsentrasi dari n buah

komponen dalam suatu sampel dapat ditentukan dengan mengukur absorban dari

sampel pada n buah panjang gelombang yang berbeda. Penyelesaian sistem

persamaan (4.1.8) tergantung pada hubungan antara absorban dan konsentrasi. Bila

diperoleh hubungan yang non-linear, maka sistem persamaannya juga non-linear

yang dapat diselesaikan secara numerik dengan berbagai metode.

B. Terapan Metode Newton dan Metode Turun Tercuram untuk menghitung

Konsentrasi Unsur

Dalam penerapan metode Newton dan metode Turun Tercuram ini, data-data

yang digunakan untuk membentuk sistem persamaan non-linear diperoleh dari

eksperimen yang telah dilakukan oleh rekan-rekan dari Program Studi Fisika, yaitu

mengukur konsentrasi larutan yang terdiri dari parasetamol dan kafein. Diasumsikan

98

bahwa untuk parasetamol dan kafein didapatkan hubungan antara absorban A

terhadap konsentrasi c mengikuti hubungan polinomial sebagai berikut :

20 1 2 3

3A a a c a c a c= + + + (4.2.1)

Konstanta pada persamaan (4.2.1) yang diperoleh dari data kalibrasi yang

disajikan pada Tabel 4.2.1 di bawah ini:

0 1 2 3, , ,a a a a

Tabel 4.2.1 Koefisien polinomial 2 30 1 2 3A a a c a c a c= + + +

Hubungan antara absorban dan konsentrasi dari parasetamol dan kafein untuk

berbagai panjang gelombang (lambda)

Komponen Lambda

(nm) 0a 1a 2a 3a

272,2 1,83E-3 1,44E-4 -4,99E-8 0 Parasetamol

249,1 5,38E-3 6,53E-5 0 0

272,2 -3,73E-4 -9,62E-8 -9,62E-8 3,49E-11 Kafein

249,1 1,09E-3 4,36E-5 -2,48E-8 0

Tabel 4.2.2 Hasil pengukuran absorban dari satu sampel yang

mengandung 500 ppm parasetamol dan 500 mg kafein.

No. Lambda (nm) Absorban

1. 272,2 0,073

2. 249,1 0,054

99

Misalkan 1x adalah variabel untuk konsentrasi parasetamol, dan 2x adalah

variabel untuk konsentrasi kafein. Kemudian dari data di atas pada panjang

gelombang 272,2 nm, 249,1 nm dapat diperoleh sistem persamaan non-linear dengan

dua variabel sebagai berikut :

3 4 8 2 4 5 8 2

1 1 2 21.83 10 1.44 10 4.99 10 3.73 10 8.95 10 9.62 10 0.073x x x x− − − − − −× + × − × − × + × − × =

3 5 3 5 8 21 25.38 10 6.53 10 1.09 10 4.36 10 2.48 10 0.054x x− − − − −× + × + × + × − × =2x

(4.2.2)

Sistem persamaan tersebut kemudian digunakan untuk menentukan

konsentrasi parasetamol dan kafein pada suatu campuran yang mengandung

keduanya. Dengan menggunakan konsentrasi awal 500 ppm parasetamol dan 500

ppm kafein, maka sistem (4.2.2) dapat diselesaikan secara numerik dengan metode

Newton dan metode Turun Tercuram.

Sistem persamaan (4.2.2) apabila diselesaikan secara numerik dengan

mengggunakan metode Newton dapat diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.2.3 Hasil Perhitungan Konsentrasi Parasetamol dan Kafein antara

panjang gelombang 272,2 nm dengan 249,1 nm

Konsentrasi No.

Iterasi Parasetamol 1( )x Kafein 2( )x

0 500.000000 500.000000

100

1 423.843759 726.223539

2 449.335171 674.055561

3 450.905444 670.608507

4 450.912307 670.593663

5 450.912307 670.593663

Sistem persamaan (4.2.2) apabila diselesaikan secara numerik dengan

mengggunakan metode Turun Tercuram dapat diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.2.4 Hasil Perhitungan Konsentrasi Parasetamol dan Kafein antara

panjang gelombang 272,2 nm dengan 249,1 nm

Konsentrasi No.

Iterasi Parasetamol 1( )x Kafein 2( )x

0 500.000000 500.000000

1 429.000257 503.667811

2 439.844950 515.576743

3 428.301140 526.854819

37 450.236144 668.645748

38 450.530737 668.740995

39 450.404301 669.131891

101

Berikut ini akan diberikan tabel perbandingan hasil perhitungan konsentrasi

parasetamol dan kafein yang diselesaikan dengan menggunakan metode Newton dan

metode Turun Tercuram.

Tabel 4.2.5 Tabel Perbandingan Perhitungan Konsentrasi dengan menggunakan

Metode Newton dan Metode Turun Tercuram

Metode Newton Metode Turun Tercuram

Konsentrasi Konsentrasi Lambda

Parasetamol Kafein Iterasi

Parasetamol Kafein Iterasi

272,2 dan

249,1 nm 450.912307 670.593663 5 450.404301 669.131891 39

C. Analisis Perhitungan Konsentrasi Umur dengan Metode Newton dan Metode

Turun Tercuram

Dalam subbab ini akan dianalisis tentang penyelesaian sistem persamaan non-

linear dengan menggunakan metode Newton dan metode Turun Tercuram. Analisis

secara lengkap dari perhitungan konsentrasi unsur dengan metode Newton dan

metode Turun Tercuram, antara lain :

1. Analisis sifat konvergensi pada hasil

Dengan menggunakan hasil yang diperoleh dari penyelesaian sistem

persamaan dengan metode Newton dan metode Turun Tercuram akan dianalisis sifat-

sifat konvergensinya.

102

a. Metode Newton

Sesuai dengan teori dari metode Newton yang mempunyai sifat konvergensi

q-kuadratik, maka akan dibuktikan bahwa hasil yang diperoleh dari penyelesaian

sistem persamaan non-linear dengan metode Newton bersifat q-kuadratik. Bukti

dapat dilihat dari hasil perhitungan berikut :

(2) (2) (1)= −e x x

( ) ( )449.335171, 674.055561 423.843759, 726.223539t t= −

( )25.4914, -52.1680 58.0630t= =

Tabel 4.3.1 Perhitungan kesalahan pada iterasi ke-k

( )ke ( )ke

(2)e 58.0630 (3)e 3.7879 (4)e 0.0164 (5)e 0

Berdasarkan dari tabel 4.3.1 dapat dilihat bahwa (5) (4) (3) (2)≤ ≤ ≤e e e e

Dengan menggunakan teorema 3.4.2 dapat disimpulkan bahwa sistem persamaan

non-linear di atas mempunyai sifat konvergen q-kuadratik. Sehingga menurut

teorema 3.3.4, bahwa metode Newton akan konvergen kuadratik ke suatu nilai p

103

yang merupakan penyelesaian dari sistem. Dalam hal ini, untuk sistem (4.2.2)

akan konvergen ke ( ) . 450.912307, 670.593663 t

b. Metode Turun Tercuram

Menurut Teorema 3.6.4 dalam membuktikan konvergensi metode Turun

Tercuram cukup membuktikan ( )( )lim 0k

kg

→∞∇ =x dan berdasarkan proporsisi 3.6.5

vektor-vektor dalam setiap iterasinya akan ortogonal. Maka akan dibuktikan

bahwa hasil yang diperoleh dari penyelesaian sistem persamaan dengan metode

Turun Tercuram akan konvergen dan vektornya saling ortogonal.

( ) ( )(1) 429.000257, 503.667811 tg g∇ =∇x ( )-6 -6-0.1537 10 , -0.1688 10t

= × ×

( ) ( )(1) -6 -6lim lim -0.1537 10 , -0.1688 10t

k kg

→∞ →∞∇ = × ×x

( )-6 -6-0.1537 10 , -0.1688 10t

= × × 0≈

Tabel 4.3.2 Perhitungan gradien pada iterasi ke-k

( )kx ( )( )kg∇ x ( )lim ( )k

kg

→∞∇ x

(1)x ( )-6 -6-0.1537 10 , -0.1688 10t

× × 0

(2)x ( )-6 -60.1617 10 , -0.1579 10t

× × 0

(3)x ( )-6 -6-0.1644 10 , -0.1553 10t

× × 0

104

(37)x ( )-8 -8-0.6495 10 , -0.2100 10t

× × 0

(38)x ( )-8 -80.1187 10 , -0.3671 10t

× × 0

(39)x ( )-8 -8-0.4874 10 , -0.1576 10t

× × 0

( ) ( )(1) (2),g g∇ ∇x x

( ) ( )-6 -6 -6 -6-0.1537 10 , -0.1688 10 , 0.1617 10 ,-0.1579 10t t

= × × × ×

-15-2.0417 10 0= × ≈

Tabel 4.3.3 Perhitungan hasil kali dalam vektor-vektor penyelesaian

( ) ( )(1) (2),g g∇ ∇x x 0

( ) ( )(2) (3),g g∇ ∇x x 0

( ) ( )(37) (38),g g∇ ∇x x 0

( ) ( )(38) (39),g g∇ ∇x x 0

Dengan menggunakan teorema 3.6.4 dan proporsisi 3.6.5, maka dapat

disimpulkan bahwa sistem persamaan non-linear konvergen dan vektor-vektor

105

penyelesaiannya akan ortogonal. Dalam hal ini, sistem (4.2.2) akan konvergen ke

. ( )450.404301, 669.131891 t

2. Pengaruh nilai awal terhadap hasil

Sistem persamaan non-linear pada panjang gelombang 272,2 nm dengan

249,1 nm mula-mula diselesaikan dengan metode Newton dan metode Turun

Tercuram dengan nilai awal . Pada sistem persamaan (4.2.2),

dengan metode Newton akan didapatkan penyelesaian

((0) 500,500 t=x )

( )450.912307, 670.593663 t

yang konvergen q-kuadratik sedangkan dengan metode Turun Tercuram akan

didapatkan penyelesaian yang hasilnya mendekati penyelesaian dengan metode

Newton yaitu ( yang konvergen dan vektor-vektor

penyelesaiannya ortogonal. ortogonal. Kemudian sistem persamaan non-linear

tersebut dicoba diselesaikan menggunakan metode Newton dan metode Turun

Tercuram dengan nilai awal yang berbeda-beda, sehingga diperoleh hasil yang akan

disajikan dalam tabel-tabel di bawah ini.

)450.404301, 669.131891 t

106

Tabel 4.3.4 Hasil Perhitungan Konsentrasi Parasetamol dan Kafein pada panjang

gelombang 272,2 nm dan 249,1 nm menggunakan metode Newton dengan nilai

awal yang berbeda-beda

Percob. Konsentrasi Awal Konsentrasi Hasil Perhitungan Iterasi

Parasetamol : 501 ppm Parasetamol : 450.912307 ppm 1

Kafein : 502 ppm Kafein : 670.593663 ppm 6

Parasetamol : 400 ppm Parasetamol : 450.912307 ppm 2

Kafein : 600 ppm Kafein : 670.593663 ppm 5

Parasetamol : 450 ppm Parasetamol : 450.912307 ppm 3

Kafein : 550 ppm Kafein : 670.593663 ppm 5

Parasetamol : 300 ppm Parasetamol : 450.912307 ppm 4

Kafein : 700 ppm Kafein : 670.593663 ppm 5

Parasetamol : 250 ppm Parasetamol : 450.912307 ppm 5

Kafein : 600 ppm Kafein : 670.593663 ppm 6

Parasetamol : 50 ppm Parasetamol : 450.912307 ppm 6

Kafein : 200 ppm Kafein : 670.593663 ppm 8

Parasetamol : 50 ppm Parasetamol : 450.912307 ppm 7

Kafein : 20 ppm Kafein : 670.593663 ppm 17

107

Tabel 4.3.5 Hasil Perhitungan Konsentrasi Parasetamol dan Kafein pada panjang

gelombang 272,2 nm dan 249,1 nm menggunakan metode Turun Tercuram

dengan nilai awal yang berbeda-beda

Percob. Konsentrasi Awal Konsentrasi Hasil Perhitungan Iterasi

Parasetamol : 501 ppm Parasetamol : 450.578267 ppm 1

Kafein : 502 ppm Kafein : 668.984190 ppm 38

Parasetamol : 400 ppm Parasetamol : 450.825941 ppm 2

Kafein : 600 ppm Kafein : 669.584988 ppm 18

Parasetamol : 450 ppm Parasetamol : 450.718464 ppm 3

Kafein : 550 ppm Kafein : 669.139080 ppm 28

Parasetamol : 300 ppm Parasetamol : 450.576308 ppm 4

Kafein : 700 ppm Kafein : 668.639602 ppm 15

Parasetamol : 250 ppm Parasetamol : 451.447881 ppm 5

Kafein : 600 ppm Kafein : 672.090105 ppm 18

Parasetamol : 50 ppm Parasetamol : 450.884851 ppm 6

Kafein : 200 ppm Kafein : 670.703908 ppm 229

Parasetamol : 50 ppm Parasetamol : 450.481547 ppm 7

Kafein : 20 ppm Kafein : 669.467190 ppm 61

Dengan menggunakan tabel 4.3.4 dapat dilihat bahwa dengan nilai awal yang

berbeda-beda, sistem persamaan non-linear yang terbentuk apabila diselesaikan

dengan metode Newton akan konvergen ke suatu nilai yang sama atau mendekati

dengan tingkat kesalahan yang relatif kecil. Sedangkan dari tabel 4.3.5 dapat dilihat

pula bahwa dengan nilai yang berbeda-beda, sistem persamaan non-linear yang

terbentuk apabila diselesaikan dengan metode Turun Tercuram akan konvergen ke

suatu nilai yang mendekati penyelesaian yang didapatkan dari penyelesaian sistem

108

persamaan dengan metode Newton. Meskipun nilai awalnya sangat jauh berbeda,

tetapi diperoleh hasil yang konvergen ke suatu nilai yang sama atau mendekati, yang

membedakan hanyalah jumlah iterasi yang terjadi sampai sistem persamaan non-

linear konvergen. Pada metode Newton, untuk mendapatkan hasil yang konvergen

walaupun dengan nilai awal yang relatif cukup jauh, tidak memerlukan iterasi yang

cukup banyak. Dengan iterasi yang relatif sedikit, sistem persamaan sudah

konvergen. Sedangkan pada metode Turun Tercuram, untuk mendapatkan hasil yang

konvergen dengan nilai awal yang relatif cukup jauh, memerlukan iterasi yang cukup

banyak. Bahkan ada nilai awal yang membutuhkan 229 iterasi sampai sistem

persamaan dapat konvergen.

Berdasarkan analisis di atas, dapat dikatakan bahwa dalam menyelesaikan

sistem persamaan antara panjang gelombang 272,2 nm dan 249,1 nm dapat

menggunakan metode Newton dan metode Turun Tercuram. Hal ini dikarenakan,

dalam sistem ini, nilai awal tidaklah berpengaruh. Dengan nilai awal yang berbeda-

beda, kedua metode akan memberikan hasil akhir yang konvergen dan mendekati

bahkan cukup dekat ke suatu nilai yang sama walaupun dengan jumlah iterasi yang

berbeda-beda. Dengan demikian, pada sistem ini, dapat disimpulkan bahwa metode

Newton dan metode Turun Tercuram tidak sensitif terhadap nilai awal.

Dalam hal ini, perlu dibedakan antara pernyataan tidak sensitif atau sensitif

terhadap nilai awal dengan nilai awal yang baik. Kesensitifan terhadap nilai awal

akan mempengaruhi apakah dengan nilai awal berapapun yang diberikan, sistem akan

konvergen ke suatu nilai yang sama atau mendekati. Sedangkan nilai awal yang baik

109

adalah nilai awal yang dapat membuat sistem non-linear lebih cepat konvergen ke

suatu nilai atau dengan kata lain dengan jumlah iterasi yang relatif sedikit.

3. Pengaruh pendekatan fungsi terhadap hasil

Sistem persamaan non-linear yang dibentuk terdiri dari fungsi-fungsi

polinomial yang merupakan pendekatan dengan menggunakan data-data atau

koefisien yang diperoleh dari percobaan tentang pengukuran konsentrasi unsur dalam

larutan parasetamol dan kafein. Dengan data yang ada dapat dibentuk sistem

persamaan non-linear seperti pada sistem persamaan (4.2.2). Data yang disajikan

sebagian besar merupakan hasil pembulatan.

Kemudian untuk menganalisis lebih mendalam tentang fungsi, dilakukan

penghitungan dengan metode Newton dan metode Turun Tercuram. Koefisien-

koefisien fungsi diubah dengan tingkat kesalahan atau selisih yang relatif kecil,

kemudian dibentuk sistem persamaan non-linear baru. Sistem persamaan non-linear

yang baru kemudian dicoba diselesaikan secara numerik dengan metode Newton dan

metode Turun Tercuram dan menggunakan nilai awal yang sama. Namun,

penyelesaian yang diperoleh sangat jauh berbeda dengan penyelesaian semula. Hal ini

disebabkan perhitungan dengan metode Newton dan metode Turun Tercuram

melibatkan banyak subsitusi fungsi, diantaranya sebagai berikut :

110

a. Metode Newton

Pada langkah awal, fungsi diturunkan untuk membentuk matriks Jacobi ( )J x ,

subsitusi nilai awal ke fungsi-fungsi dalam sistem persamaan non-linear

sehingga diperoleh ( )(0)F x , subsitusi nilai awal ke matriks Jacobi sehingga

diperoleh , serta menghitung invers dari ( (0)J x ) ( ) 1(0) −J x yang akan

digunakan untuk menghitung penyelesaian pada iterasi berikutnya dan akan

didapatkan nilai baru . Nilai baru tersebut akan

digunakan untuk menghitung nilai dengan

(1) (0) (0) 1 (0)( ) (−= −x x J x F x )

( )kx 1, 2,k = … pada iterasi

selanjutnya sampai akan menghasilkan penyelesaian akhir sistem persamaan

non-linear. Perlu diingat dalam metode Newton, selain karena fungsi-fungsi

yang ada di dalam sistem persamaan non-linear dan nilai awal yang diberikan,

iterasi dalam metode Newton dapat dilanjutkan kembali asalkan ada ( ) 1−J x .

b. Metode Turun Tercuram

Pada langkah pertama, akan dibentuk suatu fungsi baru dan akan

dibentuk (

21g f f= + 2

2

( ) 2 ( ) ( )tg∇ =x J x F x ( )g∇ x dijabarkan berdasarkan definisi 3.5.1).

Kemudian, akan dicari ( )z g= ∇ x . Subsitusikan nilai awal ke dalam ,

dan z sehingga diperoleh , dan . Kemudian,

menurut Quadratic Fit Line Search dan Interpolasi Kuadratik akan didapatkan

( )g x

( )g∇ x (0)( )g x (0)(g∇ x ) (0)z

111

0 1 2 3, , ,α α α α dan nilai dengan

serta . Setelah itu akan dipilih nilai

0 1 2, , ,g g g g3 )(0) (0) (0)( ) ( (i ig g gα= − ∇x x x

0,1, 2,3i = α dari himpunan { }0 3,α α

suapaya nilai akan minimum diantara himpunan {( (0)g x ) }0 3,g g . Nilai α

yang didapatkan akan digunakan untuk mendapatkan nilai dengan

. Nilai baru tersebut akan digunakan untuk menghitung

nilai dengan

(1)x

((1) (0) (0)gα= − ∇x x x )( )kx 1, 2,k = … pada iterasi selanjutnya sampai akan

menghasilkan penyelesaian akhir sistem persamaan non-linear.

Dengan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa metode Newton dan

metode Turun Tercuram sangat sensitif terhadap fungsi-fungsi yang membentuk

sistem persamaan non-linear. Walaupun dengan metode Turun Tercuram dapat

mengatasi kelemahan metode Newton tetapi dengan fungsi dan data yang akurat serta

tepat akan menghasilkan penyelesaian yang lebih baik lagi. Sedikit pembulatan

koefisien fungsi, penyelesaian yang diperoleh dapat sangat jauh berbeda. Oleh karena

itu data yang digunakan harus benar-benar akurat dan pendekatan fungsi yang

dibentuk juga haruslah tepat.

4. Perbandingan nilai absorban hasil pengukuran dengan hasil perhitungan

Dengan mensubsitusi hasil yang diperoleh dengan metode Newton dan

metode Turun Tercuram (lihat Tabel 4.2.5) ke fungsi-fungsi yang membentuk sistem

112

persamaan non-linear, akan diperoleh nilai absorban. Perbandingan nilai absorban

hasil pengukuran dan hasil perhitungan yang didapatkan dari metode Newton dan

metode Turun Tercuram akan disajikan dalam Tabel di bawah ini :

Tabel 4.3.6 Perbandingan nilai absorban hasil perhitungan dari metode Newton dan

nilai absorban hasil pengukuran

Konsentrasi Hasil

Perhitungan (ppm)

Lambda

(nm)

Absorban dari

Perhitungan

Absorban dari

Pengukuran

Parasetamol : 450.912307 272,2 0.0730 0.073

Kafein : 670.593663 249,1 0.0540 0.054

Tabel 4.3.7 Perbandingan nilai absorban hasil perhitungan dari Metode Turun

Tercuram dengan nilai absorban hasil pengukuran

Konsentrasi Hasil

Perhitungan (ppm)

Lambda

(nm)

Absorban dari

Perhitungan

Absorban dari

Pengukuran

Parasetamol : 450.404301 272,2 0.0730 0.073

Kafein : 669.131891 249,1 0.0540 0.054

Dengan Tabel 4.3.6 dan Tabel 4.3.7 di atas, nilai absorban hasil perhitungan untuk

sistem persamaan non-linear pada panjang gelombang 272,2 nm dan 249,1 nm yang

didapatkan dari metode Newton adalah ( )0.0730,0.0540 t sedangkan dari metode

Turun Tercuram adalah ( )0.0730,0.0540 t . Kedua nilai absorban tersebut sama

dengan nilai absorban hasil pengukuran yaitu ( )0.073,0.054 t . Ini menunjukkan

113

bahwa penyelesaian yang diperoleh merupakan akar-akar dari sistem persamaan di

atas.

5. Konsentrasi Parasetamol dan Kafein yang memenuhi

Dari seluruh hasil yang diperoleh setelah diadakan analisis secara menyeluruh

dapat diperoleh konsentrasi parasetamol yang memenuhi atau masuk akal baik secara

matematika maupun fisika. Perlu dilihat kembali Tabel 4.2.9 di atas, terlihat bahwa

pada sistem persamaan (4.2.2) dengan panjang gelombang 272,2 nm dengan 249,1

nm apabila diselesaikan dengan metode Newton akan diperoleh konsentrasi

parasetamol sebesar 450.912307 dan konsentrasi kafein sebesar 670.593663,

sedangkan bila diselesaikan dengan metode Turun Tercuram akan diperoleh

konsentrasi parasetamol sebesar 450.404301 dan konsentrasi kafein sebesar

669.131891 yang mendekati dengan konsentrasi unsur yang didapatkan dari metode

Newton. Nilai konsentrasi kedua unsur di atas semuanya positif dan perbandingan

nilai absorban hasil perhitungan dengan nilai absorban hasil pengukuran dari sistem

persamaan non-linear (4.2.2) di atas sama (lihat Tabel 4.3.6 dan Tabel 4.3.7). Jadi,

dapat disimpulkan bahwa metode Newton dan metode Turun Tercuram dapat

diterapkan untuk mengkombinasikan besarnya konsentrasi parasetamol dan kafein

dalam larutan untuk memperoleh nilai absorban yang diinginkan. Nilai konsentrasi

yang diperoleh adalah parasetamol sebesar 450.912307 ppm dan kafein sebesar

670.593663 ppm.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

beberapa hal berikut ini :

1. Metode Newton merupakan salah satu metode untuk menyelesaikan sistem

persamaan non-linear dan merupakan perluasan dari Metode Newton-Raphson

dan Iterasi Titik Tetap. Syarat dalam menyelesaikan sistem persamaan non-linear

dengan metode Newton adalah sebagai berikut :

a. Sistem persamaan non-linear yang dimaksud adalah sistem persamaan non-

linear yang terdiri dari n persamaan dan n variabel.

b. Semua fungsi yang terlibat dalam sistem persamaan non-linear harus

diferensiabel.

Metode Newton adalah suatu algoritma iterasi fungsional yang membangkitkan

dengan dan adalah matriks Jacobi

dari sistem persamaan non-linear. Metode Newton memiliki konvergensi yang

bersifat q-kuadratik dengan relasi kesalahan

( ) ( 1) ( 1) 1 ( 1)( ) (k k k k− − −= −x x J x F x )− 1k ≥ ( )J x

( 1) ( )k+ ≤e e k . Metode Newton

sangat populer karena bentuk iterasinya yang sederhana, meskipun demikian

metode Newton mempunyai dua kelemahan yang utama, yaitu :

115

a. Metode Newton cukup sensitif terhadap nilai awal sehingga memerlukan

pendekatan awal yang baik (mendekati akar) untuk menghasilkan barisan

iterasi yang konvergen.

b. Keharusan untuk memiliki 1( )−J x , apabila syarat ini tidak terpenuhi maka

iterasi tidak dapat dilanjutkan kembali.

2. Metode Turun Tercuram merupakan metode optimasi yang dapat digunakan

untuk mengatasi kelemahan Metode Newton. Secara umum, metode ini

merupakan metode untuk menentukan minimum lokal dari fungsi multivariabel

dengan bentuk . Misalkan terdapat suatu sistem persamaan : ng → ( ) =F x 0

yang memiliki suatu penyelesaian maka dapat didefinisikan

fungsi g dengan . Penyelesaian minimum merupakan

penyelesaian dari sistem

tnxxx ),,,( 21 …=x

[ 2

1( ) ( )

n

ii

g f=

= ∑x ]x ( )g x

( ) =F x 0 . Penyelesaian yang diberikan adalah

dengan dan (( ) ( 1) ( 1) ( 1)k k k kgλ− − −= − ∇x x x ) 1k ≥ ( )g∇ x adalah gradien dari

. Metode Turun Tercuram akan konvergen apabila dan

memiliki karakteristik bahwa vektor-vektor penyelesaian akan ortogonal apabila

dekat dengan titik stasionernya.

( )g x ( )lim ( ) 0k

kg

→∞∇ x =

3. Metode Turun Tercuram juga sensitif terhadap nilai awal. Akan tetapi,

penyelesaian yang dihasilkan dari metode Turun Tercuram dapat menjadi nilai

116

awal yang baik bagi metode Newton, yang artinya bahwa berapapun nilai awal

yang sudah diperbaiki oleh metode Turun Tercuram dapat membuat penyelesaian

sistem persamaan non-linear dengan metode Newton akan konvergen ke suatu

nilai yang sama atau dengan kesalahan yang relatif kecil.

4. Metode Newton dan Metode Turun Tercuram dapat diaplikasikan dalam bidang

fisika yaitu menghitung konsentrasi unsur dalam sampel. Metode Newton dan

metode Turun Tercuram akan diterapkan untuk mengkombinasikan besarnya

konsentrasi parasetamol dan kafein dalam larutan untuk memperoleh nilai

absorban yang diinginkan. Dalam hal ini, konsentrasi parasetamol dan kafein

yang memenuhi adalah parasetamol sebesar 450.912307 ppm dan kafein sebesar

670.593663 ppm.

B. Saran

1. Masih banyak terdapat metode numeris yang dapat digunakan untuk

menyelesaikan sistem persamaan non-linear, contohnya Iterasi GMRES.

2. Pada metode Turun Tercuram, masih banyak terdapat metode line search yang

dapat digunakan dalam mencari λ .

3. Masih banyak terdapat metode optimasi yang dapat digunakan untuk

menyelesaikan sistem persamaan non-linear.

117

DAFTAR PUSTAKA

Anton, Howard. (2000). Dasar-Dasar Aljabar Linear (Terjemahan). Edisi ketujuh.

Jilid I. Batam Centre : Interaksa.

Bazaraa, Mokhtar S., Sherali, Hanif D., Shetty, C.M. (1993). Nonlinear

Programming Theory and Algoritma, 2 nd ed. New York : John Willey & Sons.

Bertsekas, Dimitri P., Tsitsiklis, John N. (1989). Parallel and Distributed

Computation: Numerical Methods. Upper Saddle River : Prentice Hall.

http://dspace.mit.edu/handle/1721.1/3719 (7 Oktober 2007, 07:15 AM) Budhi, Wono Setya. (1995). Aljabar Linear. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Burden, R. L , and Faires, J. D. (1985). Numerical Analysis. Boston: PWS Publisher.

Cahyaningsih, C. Duduk Dwi. (2005). Perbandingan Metode-Metode Penyelesaian

Persamaan Non-Linear Secara Numeris. Yogyakarta : USD.

Chung, Timothy, and Gupta, Vijay. (2004). Distributed Algoritms and Optimization :

A Case Study. (Mobile Robotics Reading Group)

http://robotics.caltech.edu/readinggroup/distoptim/DistOptimNotes2.pdf (30 Agustus 2007, 10:30 PM ) Edi, S. (2006). Modifikasi pada AAS IL451 untuk Pengukuran Konsentrasi Unsur

dalam Sampel. (Makalah disampaikan dalam seminar dosen rumpun MIPA

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta)

Horn, Roger A., and Johnson, Charles A. (1990). Matrix Analysis. New York :

Cambridge.

Kelley, C. T. (1995). Iterative Methods for Linear and Non-Linear Equations.

Philadelphia.

www.ec-securehost.com/SIAM/FR16.html (17 September 2006, 01:00 AM)

Leon, Steven J. (2001). Aljabar Linear dan Aplikasinya (Terjemahan). Edisi kelima.

Jakarta : Penerbit Erlangga.

Linfield, G, and Penny, J. (2000). Numerical Methods Using Matlab. Upper Saddle

River: Prentice Hall.

118

Pramustiwi, Valentina Rian. (2007). Penyelesaian Sistem Persamaan Non-Linear

dengan Metode Broyden dan Terapannya. Yogyakarta : USD.

Sert, Cuneyt. ME 310 Numerical Methods Interpolation.Ankara.

http://www.me.metu.edu.tr/cuneyt/me310/me310%20interpolation.pdf (15 Oktober 2007, 09:56 PM) Soemantri, R., Tutoyo, A. (2006). Diktat Pengantar Analisis Real. Yogyakarta :

FMIPA USD.

Thomas, George B., Finney, Ross L. (1986). Kalkulus dan Geometri Analitik

(Terjemahan). Edisi keenam. Jilid I. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Varbeg, Dale., Purcell, Edwin J. (1997). Calculus, 7 th ed. New Jersey : Prentice Hall.

Vekantaraman, P. (2001). Applied Optimization with Matlab Programming. New

York : John Willey & Sons.

119

LAMPIRAN 1

PROGRAM MENU UTAMA

Listing Program pilih=0; while pilih~=3 fprintf('\n\n\n\n'); disp('Program Penyelesaian Sistem Persamaan Non-Linear'); disp('oleh Maria Nirmala Anggi Fitra Murti Martosudjito (033114007)'); disp('sebagai syarat memperoleh gelar S.Si'); fprintf('\n\n\n\n'); disp('-------------------------------------------------------'); disp(' Menu Utama'); disp(' Penyelesaian Sistem Persamaan Non-Linear'); disp('-------------------------------------------------------'); disp(' 1. Metode Newton'); disp(' 2. Metode Turun Tercuram'); disp(' 3. Keluar'); fprintf('\n\n'); pilih=input('Masukkan menu pilihan anda='); switch pilih case 1 newton; case 2 turun_tercuram; case 3 disp('Keluar'); otherwise disp('Masukkan anda salah'); end end disp('Terimakasih anda telah menggunakan program ini.');

OUTPUT >> skripsi Program Penyelesaian Sistem Persamaan Non-Linear oleh Maria Nirmala Anggi Fitra Murti Martosudjito (033114007) sebagai syarat memperoleh gelar S.Si ------------------------------------------------------- Menu Utama Penyelesaian Sistem Persamaan Non-Linear ------------------------------------------------------- 1. Metode Newton 2. Metode Turun Tercuram 3. Keluar Masukkan menu pilihan anda=

120

LAMPIRAN 2 PROGRAM METODE NEWTON Listing Program % program metode newton % dibuat oleh Maria Nirmala Anggi Fitra Murti Martosudjito % 033114007 % sebagai lampiran skripsi clc %memasukkan beberapa data seperti x0,tol dan iterasi maksimum. fprintf('Metode Newton\n\n'); fprintf('Masukkan data yang dibutuhkan\n\n'); x=input('x0 = '); tol=input('Toleransi error = '); N=input('Max.iterasi = '); k=1; fprintf('\n\nOutput\n'); fprintf('\n---------------------------------------------------'); fprintf('\n\tk | x1 | x2 | x3'); fprintf('\n---------------------------------------------------'); fprintf('\n%4.0f %12f %12f %12f',k-1,x); tic while k <= N fx=fungsi(x); %menghitung nilai fungsi f(x). jx=jacobian(x); %menghitung nilai matriks jacobian. y=-inv(jx)*fx; if norm(y)<tol %mengecek apakah iterasi akan berhenti atau dilanjutkan. fprintf('\n%4.0f %12f %12f %12f',k,x); break end x=x+y'; %nilai x yang baru. fprintf('\n%4.0f %12f %12f %12f',k,x); k=k+1;%iterasi akan dilanjutkan kembali. end if k>=N fprintf('\nIterasi Maksimum Terlewati'); %pemberitahuan bahwa iterasi maksimum sudah terlampaui. end toc function fx=fungsi(x) x1=x(1);x2=x(2);x3=x(3); f1=3*x1-cos(x2*x3)-0.5; f2=x1^2-81*(x2+0.1)^2+sin(x3)+1.06; f3=exp(-x1*x2)+20*x3+((10*pi-3)/3); fx=[f1;f2;f3];

121

function jx=jacobian(x) x1=x(1);x2=x(2);x3=x(3); j11=3; j12=x3*sin(x2*x3); j13=x2*sin(x2*x3); j21=2*x1; j22=-162*(x2+0.1); j23=cos(x3); j31=-x2*exp(-x1*x2); j32=-x1*exp(-x1*x2); j33=20; jx=[j11 j12 j13;j21 j22 j23;j31 j32 j33]; %j(ik)=turunan fungsi ke-i terhadap variabel ke-k OUTPUT >> newton Metode Newton Masukkan data yang dibutuhkan x0 = [0 0 0] Toleransi error = 10e-6 Max.iterasi = 100 Output --------------------------------------------------- k | x1 | x2 | x3 --------------------------------------------------- 0 0.000000 0.000000 0.000000 1 0.500000 -0.016889 -0.523599 2 0.500016 0.001720 -0.523554 3 0.500000 0.000015 -0.523598 4 0.500000 0.000000 -0.523599 5 0.500000 0.000000 -0.523599 elapsed_time = 0.1500

122

LAMPIRAN 3 PROGRAM METODE TURUN TERCURAM Listing Program % program metode turun tercuram % dibuat oleh Maria Nirmala Anggi Fitra Murti Martosudjito % 033114007 % sebagai lampiran skripsi function turun_tercuram clc %memasukkan beberapa data seperti x0,toleransi dan maksimum iterasi fprintf('Metode Turun Tercuram\n\n'); fprintf('Masukkan data yang dibutuhkan\n\n'); x=input('x0='); %nilai awal tol=input('Toleransi eror='); %toleransi error N=input('Iterasi maksimum='); k=1; n=length(x); g1=g_awal(x); fprintf('\n\nOutput\n'); fprintf('\n--------------------------------------------------'); fprintf('\n\tk | x1 | x2 | x3 | g(x)'); fprintf('\n--------------------------------------------------'); fprintf('\n%4.0f %12f %12f %12f %12f',k-1,x,g1); tic while k<=N %fungsi awal F(x)=0 fx=fungsi(x); %fungsi g(x)=f1(x)^2+f2(x)^2+f3(x)^2 g1=g_awal(x); %gradien g(x) z=grad(x); z0=norm(z,2); if z0==0 fprintf('\n%4.0f %12f %12f %12f %12f\n',k,x,g1); %mengecek apakah iterasi akan berhenti atau dilanjutkan. disp('stopping kriteria : 1'); break end z=z/z0; lamda1=0; lamda3=1; g3=g_baru_3(x,lamda3,z); while g3>=g1 lamda3=lamda3/2; g3=g_baru_3(x,lamda3,z); if lamda3 < (tol/2)

123

fprintf('\n%4.0f %12f %12f %12f %12f\n',k,x,g1); %mengecek apakah iterasi akan berhenti atau dilanjutkan. disp('stopping kriteria : 2'); break end end lamda2=lamda3/2; g2=g_baru_2(x,lamda2,z); h1=(g2-g1)/lamda2; h2=(g3-g2)/(lamda3-lamda2); h3=(h2-h1)/lamda3; lamda0=0.5*(lamda2-(h1/h3)); ld=[lamda0 lamda1 lamda2 lamda3]; for i=1:4 g(i)=g_baru(x,ld(i),z); end h=min(g); p=find(h==g); lamda=ld(p); for m=1:n x(m)=x(m)-lamda*z(m); %nilai x yang baru end if abs(h-g1)<tol fprintf('\n%4.0f %12f %12f %12f %12f\n',k,x,g1); %mengecek apakah iterasi akan berhenti atau dilanjutkan. disp('stopping kriteria : 3'); break end fprintf('\n%4.0f %12f %12f %12f %12f',k,x,g1); k=k+1; %iterasi akan dilanjutkan kembali. end if k>N fprintf('\nIterasi maksimum terlewati'); %pemberitahuan bahwa iterasi maksimum sudah terlampaui end toc function fx=fungsi(x) x1=x(1);x2=x(2);x3=x(3); f1=3*x1-cos(x2*x3)-0.5; f2=x1^2-81*(x2+0.1)^2+sin(x3)+1.06; f3=exp(-x1*x2)+20*x3+((10*pi-3)/3); fx=[f1;f2;f3]; function g1=g_awal(x0) x1=x0(1);x2=x0(2);x3=x0(3); f1=3*x1-cos(x2*x3)-0.5; f2=x1^2-81*(x2+0.1)^2+sin(x3)+1.06; f3=exp(-x1*x2)+20*x3+((10*pi-3)/3); g1=f1^2+f2^2+f3^2;

124

function z=grad(x0) x1=x0(1);x2=x0(2);x3=x0(3); fx=fungsi(x0); jx=jacobian(x0); z=2*jx'*fx; function jx=jacobian(x) x1=x(1);x2=x(2);x3=x(3); j11=3; j12=x3*sin(x2*x3); j13=x2*sin(x2*x3); j21=2*x1; j22=-162*(x2+0.1); j23=cos(x3); j31=-x2*exp(-x1*x2); j32=-x1*exp(-x1*x2); j33=20; jx=[j11 j12 j13;j21 j22 j23;j31 j32 j33]; %j(ik)=turunan fungsi ke-i terhadap variabel ke-k function g3=g_baru_3(x0,lamda,z) x1=x0(1);x2=x0(2);x3=x0(3); z1=z(1);z2=z(2);z3=z(3); f1=3*(x1-lamda*z1)-cos((x2-lamda*z2)*(x3-lamda*z3))-0.5; f2=(x1-lamda*z1)^2-81*((x2-lamda*z2)+0.1)^2+sin(x3-lamda*z3)+1.06; f3=exp(-(x1-lamda*z1)*(x2-lamda*z2))+20*(x3-lamda*z3)+((10*pi-3)/3); g3=f1^2+f2^2+f3^2; function g2=g_baru_2(x0,lamda,z) x1=x0(1);x2=x0(2);x3=x0(3); z1=z(1);z2=z(2);z3=z(3); f1=3*(x1-lamda*z1)-cos((x2-lamda*z2)*(x3-lamda*z3))-0.5; f2=(x1-lamda*z1)^2-81*((x2-lamda*z2)+0.1)^2+sin(x3-lamda*z3)+1.06; f3=exp(-(x1-lamda*z1)*(x2-lamda*z2))+20*(x3-lamda*z3)+((10*pi-3)/3); g2=f1^2+f2^2+f3^2; function g=g_baru(x0,lamda,z) x1=x0(1);x2=x0(2);x3=x0(3); z1=z(1);z2=z(2);z3=z(3); f1=3*(x1-lamda*z1)-cos((x2-lamda*z2)*(x3-lamda*z3))-0.5; f2=(x1-lamda*z1)^2-81*((x2-lamda*z2)+0.1)^2+sin(x3-lamda*z3)+1.06; f3=(exp(-(x1-lamda*z1)*(x2-lamda*z2))+20*(x3-lamda*z3)+((10*pi-3)/3))^2; g=f1^2+f2^2+f3^2;

125

OUTPUT >> turun_tercuram Metode Turun Tercuram Masukkan data yang dibutuhkan x0=[0 0 0] Toleransi eror=10e-5 Iterasi maksimum=500 Output ------------------------------------------------------------ k | x1 | x2 | x3 | g(x) ------------------------------------------------------------ 0 0.000000 0.000000 0.000000 111.974771 1 0.011218 0.010096 -0.522741 111.974771 2 0.137860 -0.205453 -0.522059 2.327617 3 0.266959 0.005511 -0.558494 1.274058 4 0.272734 -0.008118 -0.522006 1.068131 5 0.329502 -0.027514 -0.539540 0.468309 6 0.336015 -0.015417 -0.511472 0.409987 7 0.340035 -0.011098 -0.525940 0.314165 8 0.365968 -0.002590 -0.510719 0.233251 9 0.369629 -0.005242 -0.525676 0.232554 10 0.381781 -0.010456 -0.517353 0.155591 11 0.387115 -0.005500 -0.531178 0.146196 12 0.392156 -0.007284 -0.516497 0.137422 13 0.396954 -0.005207 -0.531221 0.126224 14 0.401578 -0.006774 -0.516379 0.118461 15 0.405922 -0.004695 -0.531243 0.109379 16 0.410166 -0.006335 -0.516295 0.102757 17 0.414106 -0.004215 -0.531266 0.095305 18 0.417997 -0.005928 -0.516231 0.089716 19 0.421573 -0.003769 -0.531287 0.083561 20 0.425140 -0.005551 -0.516179 0.078874 21 0.428388 -0.003357 -0.531305 0.073766 22 0.431657 -0.005203 -0.516138 0.069853 23 0.434607 -0.002976 -0.531319 0.065599 24 0.437604 -0.004882 -0.516103 0.062342 25 0.440283 -0.002624 -0.531330 0.058790 26 0.443031 -0.004586 -0.516075 0.056086 27 0.445463 -0.002300 -0.531339 0.053114 28 0.446756 -0.003333 -0.523497 0.050876 29 0.477514 -0.000432 -0.528199 0.025534 30 0.478065 -0.001307 -0.523567 0.013336 31 0.493563 -0.001754 -0.525507 0.004332 32 0.493752 -0.000261 -0.521902 0.002169 33 0.493914 -0.000237 -0.523848 0.001512 34 0.494142 -0.000404 -0.523450 0.000363 stopping kriteria : 3 elapsed_time = 0.0400