ketagihan penggunaan internet di kalangan remaja sekolah tingkatan 4 di bandaraya johor bahru
TRANSCRIPT
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
1/38
PERBEDAAN KARAKTERISTIK USIA, ASUPAN MAKANAN,
AKTIVITAS FISIK, TINGKAT SOSIAL EKONOMI DAN
PENGETAHUAN GIZI PADA WANITA DEWASA DENGAN
KELEBIHAN BERAT BADAN ANTARA DI DESA DAN KOTA
Artikel Penelitian
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
studi pada Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
disusun oleh :
INDIRA SARASWATI
G2C006029
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
2/38
HALAMAN PENGESAHAN
Artikel penelitian dengan judul “Perbedaan Karakteristik Usia, Asupan Makanan,
Aktivitas Fisik, Tingkat Sosial Ekonomi dan Pengetahuan Gizi pada Wanita Dewasa
dengan Kelebihan Berat Badan antara di Desa dan Kota” telah dipertahankan
dihadapan reviewer dan telah direvisi.
Mahasiswa yang mengajukan :
Nama : Indira Saraswati
NIM : G2C006029
Fakultas : Kedokteran
Program studi : Ilmu Gizi
Universitas : Diponegoro SemarangJudul : Perbedaan Karakteristik Usia, Asupan Makanan, Aktivitas
Fisik, Tingkat Sosial Ekonomi dan Pengetahuan Gizi pada
Wanita Dewasa dengan Kelebihan Berat Badan antara di Desa
dan Kota
Semarang, Oktober 2012
Pembimbing
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
3/38
PERBEDAAN KARAKTERISTIK USIA, ASUPAN MAKANAN, AKTIVITAS FISIK,
TINGKAT SOSIAL EKONOMI DAN PENGETAHUAN GIZI PADA WANITA DEWASA
DENGAN KELEBIHAN BERAT BADAN ANTARA DI DESA DAN KOTA
Indira Saraswati1 dan Fillah Fithra Dieny2
ABSTRAK
Latar Belakang : Kejadian obesitas mengalami pergeseran tidak hanya terjadi di perkotaan (18,7%),
namun juga di pedesaan (12%). Adanya pergeseran demografi menyebabkan perbedaan karakteristik
penyebab terjadinya obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik usia,
asupan makanan, aktivitas fisik, tingkat sosial ekonomi dan pengetahuan gizi pada wanita dewasa
dengan kelebihan berat badan antara di desa dan kota.
Metode : Rancangan penelitian ini adalah cross-sectional dengan consecutive sampling. Jumlah
sampel masing-masing kelompok 30 orang meliputi wanita dengan kelebihan berat badan dengan IMT
>25,0 kg/m2. Data meliputi karakteristik subjek, asupan makanan, aktivitas fisik, tingkat sosial
ekonomi dan pengetahuan gizi yang diperoleh dari kuesioner. Analisis data menggunakan Independent
t-Test dan Mann Whitney.
Hasil : Prevalensi obesitas di kota lebih tinggi daripada di desa. Wanita dengan kelebihan berat badan
di desa dan kota sebagian besar berusia 30–40 tahun, namun proporsinya lebih tinggi di desa
dibandingkan di kota. Rerata asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak di kota lebih tinggi
dibandingkan di desa. Sedangkan rerata asupan serat di desa lebih tinggi dibandingkan di kota.
Aktivitas fisik di desa lebih tinggi dibandingkan di kota. Pendapatan, pendidikan dan pengetahuan gizi
di kota lebih tinggi dibandingkan di desa.
Kesimpulan : Kejadian obesitas di kota lebih tinggi daripada di desa. Ditemukan perbedaan
karakteristik pada wanita dengan kelebihan berat badan antara di desa dan kota meliptui usia, asupan
energi, karbohidrat, protein, lemak, serat, aktivitas fisik, pendapatan, pendidikan dan pengetahuan gizi.
Kata Kunci : Usia, asupan makanan, aktivitas fisik, tingkat sosial ekonomi, pengetahuan gizi
kelebihan berat badan, desa, kota.
1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang2 Dosen Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
4/38
THE DIFFERENCES CHARACTERISTICS OF AGE, FOOD INTAKE, PHYSICAL
ACTIVITY, SOCIO-ECONOMIC LEVEL AND NUTRITIONAL’S KNOWLEDGE IN ADULT
WOMEN WITH OVERWEIGHT BETWEEN RURAL AND URBAN.
Indira Saraswati1 dan Fillah Fithra Dieny2
ABSTRACT
Background : The incident of obesity getting transition not only happened in urban (18,7%), but also
in rural (12%). Demography transition caused differences characteristics of obesity. The purpose of
this study was to determine the differences characteristics of age, food intake, physical activity, socio-
economic level and nutritional’s knowledge in adult women with overweight between rural and urban.
Method : The design of this study was cross-sectional with consecutive sampling method. Total
sample 30 people in each group included overweight women with BMI >25,0 kg/m 2. Data included
characteristics of subject, food intake, physical activity, socio-economic level and nutritional’s
knowledge that were collected using a questionnaires. Data were analyzed using Independent t-Test
and Mann Whitney.
Result : Prevalence of obesity in urban was higher than rural. Most of overweight women in rural and
urban was 30-40 years, but the proportion in rural higher than urban. The average of energy,
carbohydrate, protein and fat intake in urban was higher than rural. Whereas the average of fiber intake
in rural was higher than urban. Physical activity in rural was higher than urban. Income, education and
nutritionals knowledge in urban was higher than rural.
Conclusion : The incident of obesity in urban was higher than rural. There were differences
characteristics in overweight women between rural and urban include age, intake of energy,
carbohydrate, protein, fat, fiber, physical activity, income, education and nutritional’s knowledge.
Keywords : Age, food intake, physical activity, socio-economic level, nutritional’s knowledge,
overweight, rural, urban.
1 Student of Nutrition Science Medical Faculty Diponegoro University Semarang
2 Lecturer of Nutrition Science Medical Faculty Diponegoro University Semarang
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
5/38
PENDAHULUAN
Globalisasi telah memberikan berbagai dampak kepada masyarakat, dampak
negatif yang terjadi adalah perubahan dalam gaya hidup. Masyarakat mulai beralih
dari pola traditional lifestyle menjadi sedentary lifestyle yaitu kehidupan dengan
aktivitas fisik kurang dan penyimpangan pola makan dimana asupan cenderung tinggi
energi (karbohidrat, lemak dan protein) namun rendah serat.1 Faktor-faktor tersebut
berkaitan dengan risiko kelebihan berat badan (overweight ) dan kejadian obesitas.
The World Health Organization memperkirakan sekitar 1 milyar individu
mengalami overweight dan sekitar 300 juta individu tergolong obese.2 Menurut data
prevalensi di negara maju maupun berkembang obesitas umumnya terjadi pada
wanita dibanding pria. The National Health and Nutrition Examination Survey tahun
2007-2008 pada penduduk dewasa Amerika Serikat menunjukkan prevalensi obesitas
wanita lebih besar (35,5%) dibanding pria (32,2%).3 Data penelitian di Australia
tahun 2003 menyatakan prevalensi obesitas wanita lebih tinggi (34,1%) dibandingpria (26,8%).4 Angka kejadian obesitas di Indonesia pada penduduk berusia 20 tahun
ke atas berdasarkan data Demographic Health Surveys tahun 2000-2001 menyatakan
obesitas pada wanita lebih besar (4,5%.) dibanding pria (1,3%).5 Berdasarkan data
WHO tahun 2008 pada penduduk Indonesia usia 20 tahun ke atas menunjukkan
prevalensi obesitas lebih tinggi pada wanita (6,9%) dibanding pria (2,5%).6
Dewasa ini obesitas mengalami pergeseran, awalnya obesitas cenderung
dikaitkan dengan masyarakat perkotaan namun sekarang obesitas juga dialami oleh
masyarakat pedesaan. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 prevalensi wanita
obese lebih tinggi di daerah perkotaan (18 7%) dibanding daerah pedesaan (12%) 7
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
6/38
Usia juga berkaitan dengan obesitas dimana peningkatan usia menyebabkan
metabolisme tubuh menurun sehingga terjadi perubahan biologis yaitu penurunan
fungsi otot dan peningkatan lemak tubuh. Penelitian di Malaysia menemukan bahwa
obesitas kelompok umur 20-49 tahun lebih tinggi prevalensinya (58,2%)
dibandingkan kelompok umur 50-59 tahun (45,6%).9
Perubahan pola makan dengan seringnya mengkonsumsi makanan dalam
jumlah yang berlebihan baik karbohidrat, lemak dan protein juga dapat menyebabkan
terjadinya obesitas. Data The Australian Food and Nutrition Monitoring Unit
menunjukkan bahwa asupan energi penduduk Australia dewasa meningkat sekitar
3%-4%, hal ini dapat meningkatkan berat badan kira-kira 1 kg/tahun.10
Aktivitas fisik juga merupakan penentu penting dalam peningkatan berat badan,
karena kondisi yang inaktif dapat menimbulkan kejadian gizi lebih. Data FINRISK
Studies menyimpulkan bahwa obesitas lebih berpotensi pada orang dengan aktivitas
fisik ringan, misalnya pada mereka yang menghabiskan waktu luangnya hanyadengan membaca atau menonton televisi dan juga orang yang memilih menggunakan
kendaraan bermotor dalam beraktivitas daripada berjalan kaki/bersepeda.11
Status sosial ekonomi juga mempengaruhi kejadian obesitas. Penelitian di
Australia menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan meningkatkan risiko
obesitas,4 hal ini serupa dengan hasil penelitian di Missouri yang menjelaskan bahwa
wanita yang berpenghasilan tinggi (≥$9000) tergolong obese dibandingkan dengan
yang berpenghasilan
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
7/38
Berdasarkan penjelasan di atas peneliti tertarik untuk menganalisis apakah
pergeseran kejadian overweight antara di kota dan desa menyebabkan terjadinya
pergeseran karakteristik (usia, asupan makanan, aktivitas fisik, tingkat sosial ekonomi
dan pengetahuan gizi) di kedua tempat tinggal tersebut.
METODA
Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Lamper Kidul Kecamatan Semarang
Selatan (kota) dan Dukuh Sedayu Kelurahan Kalisegoro Kecamatan Gunungpati
(desa). Ruang lingkup penelitian adalah penelitian bidang gizi masyarakat dan
merupakan studi observasional dengan metode cross-sectional (belah lintang).
Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa usia 20 – 40 tahun.
Berdasarkan perhitungan besar sampel menggunakan rumus rerata dua populasi
didapatkan subjek minimal sebesar 27 subjek untuk masing-masing kelompok, tetapi
pada penelitian ini didapatkan 30 subjek untuk masing-masing kelompok. Carapengambilan subjek dilakukan dengan metode consecutive sampling dengan kriteria
inklusi yaitu wanita berusia 20 – 40 tahun dengan IMT ≥ 25,0 kg/m2, tidak sedang
menjalani diet khusus, tidak merokok/mengkonsumsi alkohol.
Variabel independen adalah lingkungan tempat tinggal (desa dan kota).
Variabel dependen adalah usia, asupan makanan (energi, karbohidrat, protein, lemak
dan serat), aktivitas fisik, tingkat sosial ekonomi (pendapatan dan pendidikan) dan
pengetahuan gizi.
Lingkungan tempat tinggal didefinisikan sebagai lokasi/wilayah pemukiman
seseorang berdasarkan keadaan demografis yaitu desa dan kota
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
8/38
food frequency. Data jumlah asupan energi dibandingkan dengan kebutuhan energi
sehari setiap individu, kemudian dikategorikan menjadi : defisit (< 70%),
kurang (≥ 70 – 99%), baik (100 – 105%) dan lebih (> 105%).
Asupan karbohidrat didefinisikan sebagai asupan sumber karbohidrat dari
makanan dan minuman yang dikonsumsi selama penelitian meliputi jenis makanan
sumber karbohidrat, jumlah dan frekuensi yang diperoleh dengan kuesioner
food frequency. Data jumlah asupan karbohidrat dibandingkan dengan kebutuhan
karbohidrat sehari setiap individu, kemudian dikategorikan menjadi : kurang (< 80%),
baik (80 – 100%) dan lebih (> 100%).
Asupan protein didefinisikan sebagai asupan sumber protein dari makanan dan
minuman yang dikonsumsi selama penelitian meliputi jenis makanan sumber protein,
jumlah dan frekuensi yang diperoleh dengan kuesioner food frequency. Data jumlah
asupan protein dibandingkan dengan kebutuhan protein sehari setiap individu,
kemudian dikategorikan menjadi : kurang (< 80%), baik (80-100%), lebih (> 100%).Asupan lemak didefinisikan sebagai asupan sumber lemak dari makanan dan
minuman yang dikonsumsi selama penelitian meliputi jenis makanan sumber lemak,
jumlah dan frekuensi yang diperoleh dengan kuesioner food frequency. Data jumlah
asupan lemak dibandingkan dengan kebutuhan lemak sehari setiap individu,
kemudian dikategorikan menjadi : kurang (< 80%), baik (80-100%), lebih (> 100%).
Asupan serat didefinisikan sebagai asupan sumber serat dari makanan dan
minuman yang dikonsumsi selama penelitian meliputi jenis makanan sumber serat,
jumlah dan frekuensi yang diperoleh dengan kuesioner food frequency. Data jumlah
asupan serat dibandingkan dengan kebutuhan serat sehari setiap individu kemudian
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
9/38
aktifitas fisik, dan menit yang digunakan dalam beraktifitas. Dikategorikan menjadi :
ringan (< 2000 kkal), sedang (2000 – 2400 kkal) dan berat (> 2400 kkal).
Pendapatan didefinisikan sebagai jumlah uang yang diperoleh subjek selama 1
bulan yang berasal dari hasil kerjanya maupun pemberian dari anggota keluarga
lainnya yang diketahui melalui kuesioner identitas subjek dan dikategorikan menjadi :
< 1 juta rupiah, 1 – 5 juta rupiah dan > 5 juta rupiah.
Pendidikan didefinisikan sebagai jumlah tahun tamat/selesai sekolah yang
diperoleh subjek dari pendidikan formal yang diikuti, tahun yang berulang atau
tinggal kelas tidak dihitung. Diketahui melalui kuesioner identitas subjek dan
dikategorikan menjadi : SD, tamat SD, SMP, tamat SMP, SMA, tamat SMA,
Diploma (D3), Sarjana (S1), Master (S2), Doktor (S3).
Pengetahuan gizi didefinisikan sebagai skor kemampuan responden menjawab
pertanyaan dengan benar tentang zat gizi seimbang dan pola makan yang benar.
Diukur menggunakan kuesioner pengetahuan gizi, jawaban benar = 1 dan salah = 0.Total skor pengetahuan yang diperoleh dibandingkan dengan total skor seharusnya
dikalikan 100% dan dikategorikan menjadi : baik (> 80% jawaban benar),
cukup (60 – 80% jawaban benar) dan kurang (< 60% jawaban benar).
Akses terhadap pangan didefinisikan sebagai jangkauan subjek untuk
memperoleh dan mencukupi kebutuhan makanan sehari-hari meliputi tempat dan
jarak yang ditempuh antara di kota dan desa, terdiri dari : pasar, warung/pedagang,
swalayan/supermarket dan kebun/sawah milik sendiri yang dapat diketahui dari
kuesioner identitas subjek.
Analisis data menggunakan program Statistic Package for the Social Science
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
10/38
HASIL PENELITIAN
A. Karakteristik Subjek
Berikut ini merupakan tabel karakteristik subjek yang meliputi usia subjek,
status gizi dan status pernikahan.
Tabel 1. Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia Subjek, Status Gizi dan Status Pernikahan
VariabelDesa Kota
n % n %
Usia Subjek20 – 29 tahun30 – 40 tahunStatus Gizi
OverweightObesitas
Status PernikahanMenikahBelum Menikah
624
237
300
2080
76,723,3
1000
1020
1020
282
33,366,7
33,366,7
93,36,7
Rentang usia subjek pada masing-masing kelompok adalah 20 sampai 40
tahun. Frekuensi wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota terbanyakberusia 30 sampai 40 tahun, namun proporsi di desa (80%) lebih tinggi dibanding
di kota (66,7%). Nilai rerata usia wanita dengan kelebihan berat badan di desa
adalah 35,2 tahun±5,3, sedangkan di kota 32,5 tahun±5,1. Terdapat perbedaan usia
(p = 0,013) antara wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota.
Kejadian obesitas lebih tinggi frekuensinya di kota (66,7%) daripada di desa
(23,3%). Nilai rerata indeks massa tubuh wanita dengan kelebihan berat badan di
desa adalah 28,9 kg/m2±2,4, sedangkan di kota 30,6 kg/m2±3,7.
Kelebihan berat badan di desa maupun di kota sesuai data yang diperoleh
b i b di l i l h i d h ik h i i d
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
11/38
badan di kota (90%) lebih tinggi dibandingkan di desa (63,3%). Nilai rerata asupan
energi wanita dengan kelebihan berat badan di kota lebih tinggi yaitu 2167,3
kkal±149,4, sedangkan di desa 2063,2 kkal±182,9. Terdapat perbedaan asupan
energi (p = 0,019) antara wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota.
Berikut ini merupakan tabel nilai rerata asupan energi, karbohidrat, protein, lemak
dan serat pada subjek di desa dan kota.
Tabel 2. Rerat Asupan Energi, Asupan Karbohidrat, Asupan Protein, Asupan Lemak dan
Asupan Serat pada Subjek di Desa dan Kota
Variabel
rerata±SD
Desa Kota
Asupan energi (kkal)Asupan karbohidrat (gram)Asupan protein (gram)Asupan lemak (gram)Asupan serat (gram)
2063,2±182,9262,3±13,362,6±7,763,5±5,814,4±2,9
2167,3±149,4281,3±21,581,6±10,476,7±10,912,6±3,6
Berikut ini merupakan tabel karakteristik asupan makanan subjek yang
meliputi asupan energi, karbohidrat, protein, lemak dan serat.
Tabel 3. Karakteristik Asupan Makanan Berdasarkan Asupan Energi, Asupan Karbohidrat,
Asupan Protein, Asupan Lemak dan Asupan Serat
VariabelDesa Kota
n % n %
Asupan EnergiBaik (100-105%)Lebih (> 105%)Asupan KarbohidratBaik (80-100%)Lebih (> 100%)Asupan ProteinLebih (> 100%)A L k
1119
300
30
36,763,3
1000
100
327
246
30
1090
8020
100
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
12/38
kelebihan berat badan di kota lebih tinggi yaitu 281,3 gram±21,5, sedangkan di desa
262,3 gram±13,3. Terdapat perbedaan asupan karbohidrat (p = 0,000) antara wanita
dengan kelebihan berat badan di desa dan kota.
Asupan protein dan lemak wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan
kota tergolong berlebih (100%), namun rerata asupan protein dan lemak wanita
dengan kelebihan berat badan di kota lebih tinggi dibandingkan di desa. Rerata
asupan protein wanita dengan kelebihan berat badan di kota adalah 81,6 gram±10,4,
sedangkan di desa 62,6 gram±7,7. Rerata asupan lemak wanita dengan kelebihan
berat badan di kota adalah 76,7 gram±10,9, sedangkan di desa 63,5 gram±5,8.Terdapat perbedaan asupan protein (p = 0,000) antara wanita dengan kelebihan
berat badan di desa dan kota. Terdapat perbedaan asupan lemak (p = 0,000) antara
wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% wanita dengan kelebihan berat
badan di desa dan kota memiliki asupan serat yang kurang, tetapi nilai rerata asupanserat wanita dengan kelebihan berat badan di desa lebih tinggi yaitu 14,4 gram±2,9,
sedangkan di kota 12,6 gram±3,6. Terdapat perbedaan asupan serat (p = 0,014)
antara wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota.
C. Karakteristik Aktivitas Fisik
Kelebihan berat badan tidak hanya dialami oleh subjek dengan tingkat
aktivitas ringan saja, tetapi juga terjadi pada subjek dengan tingkat aktivitas berat.
Aktivitas fisik sebagian besar wanita dengan kelebihan berat badan di desa (60%)
tergolong berat sedangkan di kota (33 3%) tergolong ringan Nilai rerata aktivitas
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
13/38
Tabel 4. Karakteristik Aktivitas Fisik Berdasarkan Aktivitas Fisik, Kebiasaan Olahraga,
Durasi Menonton Televisi, dan Kegiatan Sedentary Lifestyle
VariabelDesa Kota
n % n %
Aktivitas FisikRingan (< 2000 kkal)Sedang (2000 -2400 kkal)Berat (> 2400 kkal)Kebiasaan OlahragaYaTidak
Durasi Menonton Televisi2-5 jam/hari6-8 jam/hariKegiatan Sedentary Lifestyle Tiduran/bermalas-malasanMenonton televisiMembaca
01218
030
300
17130
04060
0100
1000
56,743,3
0
10137
921
1416
8163
33,343,323,3
3070
46,753,3
26,753,310
Sebagian besar wanita dengan kelebihan berat badan di desa maupun di kota
tidak pernah berolahraga. Seluruh wanita dengan kelebihan berat badan di desa
(100%) tidak berolahraga, sedangkan di kota hanya 30% yang berolahraga.
Wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota memiliki kebiasaan
menoton televisi lebih dari satu jam per hari. Seluruh wanita dengan kelebihan berat
badan di desa (100%) menghabiskan 2-5 jam waktunya untuk menonton televisi
setiap hari, sedangkan wanita dengan kelebihan berat badan di kota (53,3%)
menonton televisi selama 6-8 jam per hari.
Wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota menghabiskan waktu
luang mereka dengan melakukan gaya hidup sedentari seperti menonton televisi,
tiduran/bermalas-malasan dan membaca. Wanita dengan kelebihan berat badan di
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
14/38
SMA. Kelebihan berat badan tidak hanya terjadi pada subjek dengan tingkat
pendidikan rendah, tapi juga dapat terjadi pada subjek yang berpendidikan tinggi.
Wanita dengan kelebihan berat badan di desa sebagian besar terjadi pada tingkat
pendidikan rendah yaitu sekolah dasar (66,7%). Sedangkan di kota, kelebihan berat
badan dialami oleh subjek yang berpendidikan sekolah menengah atas (73,3%).
Nilai rerata tahun menyelesaikan sekolah wanita dengan kelebihan berat badan di
desa lebih rendah yaitu 8 tahun±2,9, sedangkan di kota 12,9 tahun±1,6. Terdapat
perbedaan pendidikan (p = 0,000) antara wanita dengan kelebihan berat badan di
desa dan kota. Berikut ini merupakan tabel karakteristik sosial ekonomi subjek yangmeliputi pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.
Tabel 5. Karakteristik Sosial Ekonomi Berdasarkan Pendidikan, Pekerjaan dan Pendapatan
VariabelDesa Kota
n % n %
PendidikanTamat SD
Tamat SMADiplomaSarjanaPekerjaanIbu Rumah TanggaKaryawan SwastaWiraswastaPetaniBuruhPendapatan
< Rp. 1 jutaRp. 1 – 5 juta> Rp. 5 juta
20
1000
95088
5250
66,7
33,300
3016,7
026,726,7
16,783,3
0
0
2244
1111800
0282
0
73,313,313,3
36,736,726,7
00
093,36,7
Kelebihan berat badan di kota sebagian besar terjadi pada ibu rumah tangga
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
15/38
rupiah, sedangkan 6,7% subjek di kota berpenghasilan lebih dari lima juta rupiah.
Nilai rerata pendapatan wanita dengan kelebihan berat badan di desa lebih rendah
yaitu 1.430.000 rupiah±440923,8, sedangkan di kota 2.961.667 rupiah±1573743,8.
Terdapat perbedaan pendapatan (p = 0,000) antara wanita dengan kelebihan berat
badan di desa dan kota.
E. Karakteristik Pengetahuan Gizi
Berikut ini merupakan tabel karakteristik pengetahuan gizi subjek.
Tabel 6. Karakteristik Pengetahuan Gizi
VariabelDesa Kota
n % n %
Pengetahuan GiziKurang (< 60%)Cukup (60-80%)Baik (>80%)
18102
6033,36,7
0219
07030
Kelebihan berat badan tidak hanya dialami subjek dengan tingkat pengetahuan
kurang, namun juga dapat terjadi pada subjek yang berpengetahuan baik. Wanita
dengan kelebihan berat badan di desa (60%) berpengetahuan kurang, sedangkan di
kota sebagian besar (70%) berpengetahuan cukup. Nilai rerata skor pengetahuan
gizi wanita dengan kelebihan berat badan di desa lebih rendah yaitu 59,1%±13,1,
sedangkan di kota 72,8%±10,2. Terdapat perbedaan pengetahuan gizi (p = 0,000)antara wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota.
F. Karakteristik Akses Pangan
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
16/38
enggan berbelanja di pasar karena jaraknya terlalu jauh (±5 km). Berikut ini
merupakan tabel karakteristik akses pangan subjek yang meliputi tempat
memperoleh bahan pangan dan kebiasaan membeli makanan siap saji.
Tabel 7. Karakteristik Akses Pangan Berdasarkan Tempat Memperoleh Bahan Pangan dan
Kebiasaan Membeli Makanan Siap Saji
VariabelDesa Kota
n % N %
Tempat Memperoleh Sumber Bahan PanganPasarWarung/pedagangKebun/sawah
Kebiasaan Membeli Makanan Siap SajiYaTidak
01218
1119
04060
36,763,3
20100
255
66,733,3
0
83,316,7
Wanita dengan kelebihan berat badan di desa (36,7%) dan kota (83,3%) sering
mengkonsumsi makanan siap saji per bulan. Makanan siap saji yang sering
dikonsumsi wanita dengan kelebihan berat badan di kota seperti fried chicken,
burger, pizza, bakso, mi ayam, batagor, siomay dan masakan warteg. Sedangkan
makanan siap saji yang sering dikonsumsi di desa seperti bakso, mi ayam, batagor
dan siomay.
PEMBAHASAN
A. Karakteristik Subjek
Karakteristik subjek dengan kelebihan berat badan di desa dan kota
meliputi usia subjek, status gizi dan status pernikahan.
Subjek pada penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia antara
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
17/38
Penelitian lain juga menyatakan bahwa prevalensi obesitas yang tinggi
ditemukan pada umur 20-60 tahun.14 Hal ini disebabkan karena tingkat
metabolisme tubuh menurun sehingga terjadi perubahan biologis yaitu penurunan
fungsi otot dan peningkatan lemak tubuh. Lemak tubuh mulai menumpuk pada
usia 30 tahun, karena kesibukan kerja sehingga menyebabkan kurangnya waktu
untuk berolahraga. Jika seseorang tidak mengontrol pola makan dan mempunyai
gaya hidup sedentari maka akan berisiko mengalami kegemukan.15
Kejadian obesitas lebih tinggi frekuensinya di kota (66,7%) daripada di
desa (23,3%). Penelitian yang sama di 36 negara berkembang menyebutkanbahwa prevalensi obesitas banyak terjadi di daerah urban (51%) daripada rural
(38%), tempat tinggal secara positif berhubungan dengan overweight dan
obesitas karena di perkotaan banyak ditemukan kemudahan akses terhadap
pangan dan transportasi seperti tersedianya makanan siap saji yang tinggi kalori
dan alat transportasi yang sering menggunakan kendaraan bermotor.8
Hal lain yang ditemukan pada penelitian ini adalah wanita dengan
kelebihan berat badan di desa maupun di kota sebagian besar dialami oleh wanita
yang sudah menikah, yaitu wanita dengan kelebihan berat badan di desa (100%)
dan di kota (93,3%) telah menikah. Sebuah studi cross-sectional menunjukkan
bahwa status pernikahan secara signifikan berhubungan dengan peningkatan
berat badan selama 2 tahun pernikahan, hal ini disebabkan adanya pengaruh
peningkatan nafsu makan yang berlebihan sehingga menyebabkan subjek makan
berlebihan sehingga lepas kontrol terhadap pengaturan berat badan.16
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
18/38
tergolong berlebih, tetapi asupan energi wanita dengan kelebihan berat badan di
kota (90%) lebih tinggi dibandingkan di desa (63.3%). Terdapat perbedaan
asupan energi (p = 0,019) antara wanita dengan kelebihan berat badan di desa
dan kota karena nilai rerata asupan energi wanita dengan kelebihan berat badan
di desa lebih rendah dibanding di kota, yaitu di desa 2063,18 kkal sedangkan di
kota 2167,34 kkal. Penelitian di Georgia State University Atlanta menyatakan
bahwa mengkonsumsi makanan dalam jumlah berlebihan berhubungan dengan
peningkatan berat badan. Pada orang obese dan overweight terdapat peningkatan
konsumsi 18,43 kJ total energi, 11,7 kJ karbohidrat dan 7,6 kJ lemak.17
Walaupun energi bukan merupakan zat gizi, tetapi energi selalu berkaitan dengan
karbohidrat, lemak dan protein. Energi merupakan hasil dari metabolisme
karbohidrat, lemak dan protein. Peningkatan jumlah asupan energi diatas angka
kecukupan gizi yang dianjurkan dapat mempengaruhi perkembangan obesitas.18
Asupan karbohidrat wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota
tergolong baik, namun masih ada 20% subjek pada kelompok perkotaan yang
memiliki asupan karbohidrat berlebih. Terdapat perbedaan asupan karbohidrat
(p = 0,000) antara wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota. Nilai
rerata asupan karbohidrat wanita dengan kelebihan berat badan di desa lebih
rendah daripada di kota, yaitu di desa 262,35 gram sedangkan di kota
281,34 gram. Menurut rekomendasi WHO bahwa asupan karbohidrat yang
dianjurkan adalah 55%-75% dari total energi.19 Pada penelitian ini asupan
karbohidrat wanita dengan kelebihan berat badan di kota yang tergolong
berlebihan berkisar antara 300 3 347 1 gram dengan jenis karbohidrat yang
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
19/38
tertimbun dan apabila kondisi ini berlangsung lama dapat mengakibatkan
terjadinya kegemukan.18
Hasil analisis asupan makanan yang lain menunjukkan bahwa 100% wanita
dengan kelebihan berat badan dari masing-masing kelompok memiliki asupan
protein yang berlebihan. Berdasarkan perhitungan food frequency, asupan protein
wanita dengan kelebihan berat badan di kota lebih tinggi (57,5 – 98,2 gram)
dibandingkan di desa (50,8 – 79,3 gram). Terdapat perbedaan asupan protein
(p = 0,000) antara wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota. Hal ini
dapat dilihat dari nilai rerata asupan protein wanita dengan kelebihan berat badandi desa lebih rendah dibanding di kota, yaitu di desa 62,60 gram sedangkan di
kota 81,57 gram. Sebuah studi pada orang dewasa di Queen Elizabeth College
University of London mengemukakan bahwa kelompok yang mengkonsumsi
rendah protein mengalami peningkatan berat badan 1,1 kg, sedangkan kelompok
yang mengkonsumsi tinggi protein berat badannya meningkat sebesar 3,7 kg.20
Konsumsi protein yang berlebihan tidak menguntungkan bagi tubuh karena
makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak, misalnya sumber protein
hewani seperti daging merah, kuning telur, keju, susu full cream mengandung
lemak dalam jumlah besar sehingga dapat menimbulkan peningkatan kadar
lemak dan kolesterol, dan apabila dikonsumsi dalam jangka panjang
menyebabkan kegemukan.18
Hasil penelitian karakteristik asupan makanan lainnya menunjukkan bahwa
seluruh wanita dengan kelebihan berat badan (100%) di desa dan kota memiliki
asupan lemak berlebih Berdasarkan perhitungan food frequency asupan lemak
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
20/38
obesitas disebabkan karena mengkonsumsi makanan tinggi lemak secara
berlebihan dibandingkan dengan individu lain yang memiliki berat badan
normal.21 Anjuran konsumsi lemak tidak boleh lebih dari 25% dari kebutuhan
energi sehari-hari.22
Proporsi asupan lemak yang berlebihan bisa menjadi faktor
risiko bagi perkembangan obesitas.
Perbedaan asupan makanan antara dua kelompok subjek disebabkan karena
wanita dengan kelebihan berat badan di kota lokasinya berada di tengah kota
sehingga membuat subjek lebih mudah mengakses sumber makanan misalnya
makanan siap saji. Makanan siap saji umumnya mengandung tinggi kalori, lemak jenuh, kolesterol, dan natrium tetapi kandungan serat, kalsium, besi, riboflavin,
asam folat, vitamin A dan C sangat sedikit sehingga memiliki kandungan gizi
yang tidak seimbang.23 Kegemaran dan kebiasaan konsumsi makanan siap saji
dapat mengawali terjadinya penyakit degeneratif, salah satunya adalah obesitas.
Hal lain yang ditemukan pada penelitian ini menunjukkan bahwa 100%
wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota memiliki asupan serat
yang kurang. Berdasarkan perhitungan food frequency, asupan serat wanita
dengan kelebihan berat badan di kota berkisar antara 8,2 – 21,6 gram sedangkan
di desa 10,3 – 19,7 gram. Terdapat perbedaan asupan serat (p = 0,014) antara
wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota. Hal ini ditunjukkan oleh
nilai rerata asupan serat wanita dengan kelebihan berat badan di desa lebih tinggi
daripada di kota, yaitu di desa 14,46 gram sedangkan di kota 12,63 gram. Wanita
dengan kelebihan berat badan di desa lebih sering mengkonsumsi sayur dan buah
seperti sawi kangkung bayam daun singkong jambu pisang dan pepaya
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
21/38
Menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), seseorang dikatakan
kekurangan serat bila mengkonsumsi buah kurang dari 2-4 porsi/hari dan sayur
kurang dari 3-5 porsi/hari. Menurut WHO asupan serat berhubungan dengan
pengaturan berat badan dan pencegahan obesitas, karena asupan serat secara
dapat menurunkan kolesterol darah dengan melibatkan asam empedu. Orang
dengan konsumsi serat tinggi dapat mengeluarkan lebih banyak asam empedu
sehingga mengeluarkan lebih banyak lemak dan sterol dari feces. Hal tersebut
berarti serat dapat mencegah penyerapan asam empedu, lemak dan kolesterol
sehingga dapat mencegah terjadinya overweight dan obesitas.
25
The Baltimore Longitudinal Study of Aging melaporkan bahwa subjek yang mengkonsumsi
tinggi serat akan sedikit mengalami peningkatan body mass index, hal ini
dikarenakan makanan yang tinggi serat dapat menurunkan respon insulin
sehingga meningkatkan rasa kenyang dan munurunkan rasa lapar.26
C. Karakteristik Aktivitas Fisik
Karakteristik aktivitas fisik wanita dengan kelebihan berat badan di desa
dan kota meliputi aktivitas fisik, kebiasaan olahraga, durasi menonton televisi,
cara yang digunakan untuk pergi keluar rumah dan kegiatan selama waktu luang.
Kelebihan berat badan dapat terjadi bukan hanya karena makan berlebihan,
tetapi juga karena aktivitas fisik yang kurang sehingga terjadi kelebihan energi.
Kelebihan berat badan tidak hanya terjadi pada subjek dengan tingkat aktivitas
ringan saja, tetapi juga dapat terjadi pada subjek dengan tingkat aktivitas berat.
Aktivitas fisik sebagian besar wanita dengan kelebihan berat badan di desa (60%)
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
22/38
besar sedangkan di kota tergolong ringan, karena aktivitas fisik subjek di desa
tergolong berat seperti bercocok tanam/bertani, selama ±6 jam mereka bekerja di
ladang/sawah dan masih ditambah dengan pekerjaan rumah tangga seperti
menyapu lantai, mengepel lantai, menyetrika baju dan mencuci pakaian.
Sedangkan wanita dengan kelebihan berat badan di kota hanya melakukan
pekerjaan rumah tangga saja selama ±3 jam.
Gaya hidup sedentari wanita dengan kelebihan berat badan di kota lebih
tinggi, hal ini terbukti dari lamanya menonton televisi. Berdasarkan penelitian
diketahui bahwa wanita dengan kelebihan berat badan di kota (53,3%)menghabiskan 6-8 jam waktunya untuk menonton televisi setiap harinya,
sedangkan di desa (100%) menonton televisi 2-5 jam per hari. Kegiatan sedentari
yang dilakukan subjek pada masing-masing kelompok adalah menonton televisi
dan tiduran/bermalas-malasan. Wanita dengan kelebihan berat badan di kota
membutuhkan waktu 6-8 jam sedangkan di desa 2-5 jam untuk melakukan
kegiatan waktu luang mereka. Penelitian di Australia menjelaskan bahwa
sedentary lifestyle khususnya menonton televisi memiliki hubungan positif
dengan obesitas, sebaliknya berhubungan negatif dengan peningkatan aktivitas
fisik.4 Tiduran/bermalas-malasan dan menonton televisi merupakan contoh gaya
hidup sedentari yang dapat mengurangi pengeluaran energi untuk aktivitas
sehingga memperburuk status gizi.
Karakteristik kebiasaan olahraga pada penelitian ini ditemukan bahwa
seluruh wanita dengan kelebihan berat badan di desa tidak pernah berolahraga,
sedangkan 30% wanita dengan kelebihan berat badan di kota rutin berolahraga
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
23/38
D. Karakteristik Sosial Ekonomi
Karakteristik sosial ekonomi wanita dengan kelebihan berat badan di desa
dan kota meliputi pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.
Tingkat pendidikan wanita dengan kelebihan berat badan di desa sebagian
besar telah tamat SD, sedangkan di kota lebih dari separuhnya berpendidikan
tamat SMA. Kelebihan berat badan tidak hanya terjadi pada subjek dengan
tingkat pendidikan rendah, tapi juga dialami subjek yang berpendidikan tinggi.
Kelebihan berat badan di desa sebagian besar terjadi pada tingkat pendidikan
rendah yaitu sekolah dasar (66,7%). Sedangkan di kota, kelebihan berat badandialami oleh subjek yang berpendidikan sekolah menengah atas (73,3%).
Terdapat perbedaan pendidikan (p = 0,000) antara wanita dengan kelebihan berat
badan di desa dan kota. Hal ini dapat dilihat dari nilai rerata tingkat pendidikan
wanita dengan kelebihan berat badan di desa lebih rendah dibanding di kota,
yaitu di desa 8 tahun sedangkan di kota 12,93 tahun. Penelitian di Amerika
Serikat menyebutkan bahwa prevalensi penduduk yang mengalami obesitas lebih
tinggi pada tingkat pendidikan sama dengan atau di bawah SMA (25,3%)
dibandingkan dengan pendidikan di atas SMA atau universitas (14,3%).14
Berbagai studi yang meneliti tentang tingkat pendidikan mengatakan
bahwa sebagian besar individu overweight dan obesitas memiliki tingkat
pendidikan yang tinggi, umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka
pekerjaanya semakin baik, dengan tingkat pendapatan yang relatif lebih tinggi
maka akan mempengaruhi gaya hidup akibat peningkatan kesejahteraan dan pada
akhirnya akan mempengaruhi pola makan Dimana pada sebagian orang
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
24/38
berat badan di desa juga ada yang bekerja sebagai karyawan swasta, sedangkan
di kota berwiraswasta.
Pendapatan memiliki peranan penting dalam memenuhi kebutuhan
makanan yang diperlukan oleh tubuh. Kelebihan berat badan tidak hanya terjadi
pada subjek dengan pendapatan tinggi (> Rp. 5 juta), namun juga dialami oleh
subjek yang mempunyai pendapatan rendah (< Rp. 1 juta). Sebesar 16,7% wanita
dengan kelebihan berat badan di desa berpenghasilan kurang dari satu juta
rupiah, sedangkan 6,7% wanita dengan kelebihan berat badan di kota
berpenghasilan lebih dari lima juta rupiah.Terdapat perbedaan pendapatan (p = 0,000) antara wanita dengan
kelebihan berat badan di desa dan kota. Nilai rerata tingkat pendapatan wanita
dengan kelebihan berat badan di desa lebih rendah dibanding di kota, yaitu di
desa Rp. 1.430.000 rupiah sedangkan di kota Rp. 2.961.667 rupiah. Sama halnya
dengan hasil penelitian di Missouri yang menyatakan bahwa peningkatan
pendapatan berhubungan positif dengan obesitas, dimana wanita dengan
penghasilan ≥$9000 cenderung obese dibandingkan dengan yang berpenghasilan
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
25/38
tentu mencerminkan kebiasaan makannya, dimana mereka mungkin memahami
tentang karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lain yang diperlukan untuk
keseimbangan diet tetapi belum tentu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-
harinya. Pengetahuan gizi yang tidak mendukung tingkat kecukupan zat gizidapat disebabkan karena kurang mampunya responden dalam menerjemahkan
pengetahuan gizi yang dimilikinya dalam bentuk makanan sehari-hari sehingga
dapat menyebabkan terjadinya gizi lebih.29
Terdapat perbedaan pengetahuan gizi (p = 0,000) antara wanita dengan
kelebihan berat badan di desa dan kota. Hal ini ditunjukkan oleh nilai reratapengetahuan gizi wanita dengan kelebihan berat badan di desa lebih rendah
daripada di kota, yaitu di desa 59,1% sedangkan di kota 72,8%. Penelitian pada
kelompok eksperimen di Maastricht University yang meneliti tentang
pengetahuan kaitannya dengan obesitas menunjukkan bahwa persentase jawaban
yang benar pada tes pengetahuan meningkat dari 30% ( pretest ) menjadi 42%
( posttest ) setelah diberikan edukasi selama 1 bulan.13 Tingkat pengetahuan
seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. The French Gaz de France
Electricité de France melaporkan bahwa seseorang dengan pendidikan sekolah
dasar memiliki body mass index lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat
perguruan tinggi, hal ini dikarenakan minimnya pendidikan formal yang
diperoleh sehingga pengetahuan yang didapat lebih rendah.30
F. Karakteristik Akses Pangan
Karakteristik akses pangan wanita dengan kelebihan berat badan di desa
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
26/38
(40%). Lokasi tempat tinggal subjek kelompok kota yang dekat dengan pasar
(1-500 meter) sehingga memudahkan subjek untuk mencari sumber bahan
pangan dengan membelinya di pasar. Subjek pada kelompok kota ada juga yang
memperoleh sumber bahan pangan dengan berbelanja dari warung/pedagang.Sedangkan subjek pada kelompok desa yang sebagian besar subjeknya bercocok
tanam sehingga mereka memperoleh sumber bahan pangan di kebun/sawah.
Subjek kelompok desa yang tidak bercocok tanam memperoleh sumber bahan
pangan dari warung/pedagang, mereka enggan berbelanja ke pasar karena
jaraknya terlalu jauh (±5 km).Dewasa ini masyarakat menginginkan segala sesuatu yang praktis,
sehingga mereka cenderung memilih makan makanan siap saji yang tinggi kalori.
Makanan siap saji cenderung tinggi energi (karbohidrat, lemak dan protein)
namun rendah serat.1 Penyimpangan pola makan tersebut dapat menimbulkan
penimbunan lemak tubuh, dimana lemak tubuh merupakan cerminan terjadinya
overweight dan obesitas. Hasil penelitian menunjukkan wanita dengan kelebihan
berat badan di desa (36,7%) mengkonsumsi makanan siap saji per bulan,
sedangkan wanita dengan kelebihan berat badan di kota (83,3%) sering
mengkonsumsi makanan siap saji per bulan. Makanan siap saji yang sering
dikonsumsi subjek di kota seperti burger, pizza, spaghetti, fried chicken, bakso,
batagor, siomay dan masakan warteg. Sedangkan makan siap saji yang sering
dikonsumsi subjek di desa seperti bakso, batagor dan siomay. The Seguimiento
Universidad de Navarra Project juga menjelaskan bahwa konsumsi fast food
seperti hamburger pizza dan sosis dapat meningkatkan berat badan
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
27/38
SIMPULAN
Prevalensi obesitas di kota lebih tinggi dibandingkan di desa. Pergeseran
kejadian obesitas yang tidak hanya terjadi di kota namun juga di desa ternyata
mempengaruhi perbedaan karakteristik pada wanita dengan kelebihan berat badanantara di desa dan kota meliputi usia, asupan energi, asupan karbohidrat, asupan
protein, asupan lemak, asupan serat, aktivitas fisik, pendapatan, pendidikan dan
pengetahuan gizi. Wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota sebagian
besar berusia 30–40 tahun, namun proporsinya lebih tinggi di desa dibandingkan di
kota. Asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak pada kedua kelompoktergolong berlebih, namun rerata asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak di
kota lebih tinggi dibandingkan di desa. Sedangkan asupan serat pada kedua
kelompok tergolong kurang, namun rerata asupan serat di desa lebih tinggi
dibandingkan di kota. Kelebihan berat badan tidak hanya terjadi pada wanita dengan
aktivitas ringan saja, namun juga terjadi pada wanita yang memiliki aktivitas berat.
Umunya kelebihan berat badan terjadi pada wanita dengan pendapatan tinggi,
namun ternyata kelebihan berat badan juga dialami oleh wanita yang berpendapatan
rendah. Kelebihan berat badan biasanya berkaitan dengan pendidikan yang rendah,
akan tetapi wanita yang memiliki pendidikan tinggi pun juga bisa mengalami
kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan biasanya dikaitkan dengan
pengetahuan gizi yang rendah, tapi wanita dengan pengetahuan gizi baik pun juga
bisa mengalami kelebihan berat badan.
SARAN
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
28/38
DAFTAR PUSTAKA
1. Hadi H. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya Terhadap Kebijakan
Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta. 2005.
2. World Health Organization. Obesity and overweight: programmes and project ofglobal strategy on diet, physical activity and health. Geneva, Switzerland: WHO
Document Production Services. 2010.
3. Flegal KM, Carroll MD, Ogden CL, Curtin LR. Prevalence and trends in obesity
among US adults, 1999–2008 . JAMA 2010;303(3):235–241.
4. Cameron AJ, Welborn TA, Zimmet PZ, Dunstan DW, Owen N, Salmon J et al.Overweight and obesity in Australia: The 1999-2000 Australian Diabetes,
obesity and lifestyle study (AusDiab). MJA 2003;178:427-432.
5. International Association for The Study of Obesity. Global Prevalence of Adult
Obesity. London. 2011.
6. World Health Organization. Indonesia: Health Profile. 2008.
7. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) 2010. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI, 2010.
8. Mendez MA, Monteiro CA, Popkin BM. Overweight exceeds underweight
among women in most developing countries. Am J Clin Nutr 2005;81:714-21.
9. Sidik SM, Rampal L. The prevalence and factor associated with obesity among
adult women in Selangor, Malaysia. Asia Pasific Family Medcine 2009;8:2.
10. Cook T, Rutishauser IHE, Seelig M. Comparable data on food and nutrient
intake and physical measurements from the 1983, 1985 and 1995 National
Nutrition Surveys Canberra: Commonwealth Department of Health and Aged
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
29/38
13. Maiburg BHJ, Rethans JJE, Schuwirth LWT, Mathus-Vliegen LMH, van Ree
JW. Controlled trial of effect of computer-based nutrition course on knowledge
and practise of general practitioner trainees. Am J Clin Nutr 2003;77:1019S-
24S.14. Hill JO, Cetanacci VA, Wyatt HR. Modern Nutrition in Health and Disease. 10th
ed . Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 2006.
15. Purwati S, dkk. Perencanaan Menu Untuk Penderita Kegemukan. Cetakan 7.
Penebar Swadaya. Jakarta. 2005.
16. Jeffery RW, Rick AM. Cross-Sectional and Longitudinal Associations between
Body Mass Index and Marriage-Related Factors. Obesity Research 2002;
10(8):809-815.
17. Pearcey SM, Castro JM. Food intake and meal patterns of weight-stable and
weight-gaining persons. Am J Clin Nutr 2002;76:107-12.
18. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
2001.
19. Treacy J. Obesity. The Report of the National Taskforce on Obesity. Irlandia.
2005.
20. Miller DS, Mumford P. An experimental study of overeating low- or high-protein
diets. Am J Clin Nutr 1997:11:pp.1212-1222.
21. Tucker LA, Kano MJ. Dietary fat and body fat: a multivariate study of 250 adult
females. Am J Clin Nutr 1999:56:616-22.
22. PUGS. Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat. Direktorat Gizi Departemen
Kesehatan RI Jakarta 2002
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
30/38
26. Newby PK, Muller D, Hallfrisch J et al. Dietary patterns and changes in body
mass index and waist circumference in adults. Am J Clin Nutr 2003;77:1417–25.
27. Eleanor S. Body composition, energy and physical activity. Mosby. 1994.
28. Soerjodibroto, Walujo. Asia Pasific Menu Pattern in Relation to Lipid Abnormalities: an Indonesia Perspective. Medical Journal of Indonesia 2004;
no.13 pp.252-7.
29. Apriadji. Gizi Keluarga. Penebar Swadaya. Jakarta. 1996.
30. Dugravot A, Sabia S, Stringhini S et al. Do socioeconomic factors shape weight
and obesity trajectories over the transition from midlife to old age? Result from
the French GAZEL cohort study. Am J Clin Nutr 2010;92:16-23.
31. Bes-Rastrollo M, Sánchez-Villegas A, Gómez-Gracia E, Martínez JA, Pajares
RM, Martínez-González MA. Predictors of weight gain in a Mediterranean
cohort: the Seguimiento Universidad de Navarra Study. Am J Clin Nutr
2006;2:362-70.
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
31/38
LAMPIRAN
Descriptives
Nilai Minimum, Maximum, Rerata dan Standar Deviasi Pada Subjek di Desa
Variabel Min Max RerataStandar
Deviasi
Usia (tahun)Indeks massa tubuh (kg/m2)
Asupan energi (kkal)Asupan karbohidrat (gram)Asupan protein (gram)Asupan lemak (gram)Asupan serat (gram)Aktivitas fisik (kkal)Jumlah tahun tamat/selesai sekolah (tahun)Jumlah pendapatan (rupiah)Tingkat pengetahuan gizi (%)
2225,14
1855,55243,6050,8055,0010,302157680000040
4035,31
2506,75296,7079,3075,8019,70289112250000088
35,2028,94
2063,18262,3562,6063,4714,462515,638,00143000059,07
5,332,44
182,9113,337,695,752,90235,702,88440923,8013,07
Nilai Minimum, Maximum, Rerata dan Standar Deviasi Pada Subjek di Kota
Variabel Min Max RerataStandar
Deviasi
Usia (tahun)Indeks massa tubuh (kg/m2)Asupan energi (kkal)Asupan karbohidrat (gram)Asupan protein (gram)Asupan lemak (gram)Asupan serat (gram)Aktivitas fisik (kkal)Jumlah tahun tamat/selesai sekolah (tahun)Jumlah pendapatan (rupiah)Tingkat pengetahuan gizi (%)
2225,521853,70250,5057,5052,208,20178512120000060
3940,942464,20347,1098,2095,3021,60278616750000088
32,4730,632167,34281,3481,5776,7312,632237,3712,93296166772,80
5,103,70149,3921,4910,4310,983,61285,521,601573743,8010,15
tempat tinggal
30 50.0 50.0 50.0
30 50.0 50.0 100.0
60 100.0 100.0
desa
kota
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
32/38
status pernikahan
58 96.7 96.7 96.7
2 3.3 3.3 100.0
60 100.0 100.0
menikah
belum menikah
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
pekerjaan subjek
20 33.3 33.3 33.3
16 26.7 26.7 60.0
8 13.3 13.3 73.3
8 13.3 13.3 86.7
8 13.3 13.3 100.0
60 100.0 100.0
ibu rumah tangga
karyawan swasta
wiraswasta
petani
buruh
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
kategori pendapatan
5 8.3 8.3 8.3
53 88.3 88.3 96.7
2 3.3 3.3 100.0
60 100.0 100.0
< 1 juta
1 - 5 juta
> 5 juta
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
kategori pendidikan
20 33.3 33.3 33.3
32 53.3 53.3 86.7
4 6.7 6.7 93.3
4 6.7 6.7 100.060 100.0 100.0
tamat SD
tamat SMA
diploma
sarjana
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
cara memperoleh sumber bahan makanan
Cumulative
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
33/38
jarak memperoleh sumber bahan makanan
42 70.0 70.0 70.0
18 30.0 30.0 100.0
60 100.0 100.0
1 - 500 meter
1000 - 2000 meter
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
kebiasaan membeli makanan siap saji
36 60.0 60.0 60.0
24 40.0 40.0 100.0
60 100.0 100.0
ya
tidak
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
jarak membeli makanan siap saji
24 40.0 40.0 40.0
36 60.0 60.0 100.0
60 100.0 100.0
0
1 - 500 meter
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
kategori indeks massa tubuh
36 60.0 60.0 60.0
24 40.0 40.0 100.0
60 100.0 100.0
overweight
obesitas
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
kategori asupan energi
14 23.3 23.3 23.3
46 76.7 76.7 100.0
60 100.0 100.0
baik = 100 - 105%
lebih = > 105%
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent CumulativePercent
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
34/38
kategori asupan protein
60 100.0 100.0 100.0lebih = > 100%ValidFrequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
kategori asupan lemak
60 100.0 100.0 100.0lebih = > 100%ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
kategori asupan serat
60 100.0 100.0 100.0kurang = < 25 gramValidFrequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
lama menonton tv sehari-hari
44 73.3 73.3 73.3
16 26.7 26.7 100.0
60 100.0 100.0
1 - 5 jam
6 - 10 jam
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
kebiasaan berolahraga
9 15.0 15.0 15.0
51 85.0 85.0 100.0
60 100.0 100.0
ya
tidak
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
lamanya berolahraga
51 85.0 85.0 85.0
9 15.0 15.0 100.0
60 100 0 100 0
0
1 - 5 jam
T t l
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
35/38
kegiatan sedentari
25 41.7 41.7 41.7
29 48.3 48.3 90.0
3 5.0 5.0 95.0
1 1.7 1.7 96.71 1.7 1.7 98.3
1 1.7 1.7 100.0
60 100.0 100.0
tiduran/bemalas-
malasan
menonton televisi
membaca
memasakbeberes
bepergian
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
lama melakukan kegiatan sedentari
43 71.7 71.7 71.7
17 28.3 28.3 100.0
60 100.0 100.0
1 - 5 jam6 - 10 jam
Total
Valid
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
kategori aktivitas fisik
10 16.7 16.7 16.7
25 41.7 41.7 58.3
25 41.7 41.7 100.0
60 100.0 100.0
aktivitas ringan = <
2000 kkal
aktivitas sedang =2000 - 2400 kkal
aktivitas berat = >
2400 kkal
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
kategori pengetahuan
18 30.0 30.0 30.0
31 51.7 51.7 81.7
11 18.3 18.3 100.0
60 100.0 100.0
kurang = < 60%
cukup = 60 - 8-%
baik = > 80%
Total
ValidFrequency Percent Valid P ercent
Cumulative
Percent
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
36/38
Test Statistics a
282.000
747.000
-2.494
.013
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
usia
Grouping Variable: tempat tinggala.
Test Statistics a
283.000
748.000
-2.469
.014
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
asupan serat
Grouping Variable: tempat tinggala.
Test Statistics a
95.500560.500
-5.252
.000
Mann-Whitney UWilcoxon W
Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
jumlah
pendapatan
Grouping Variable: tempat tinggala.
Test Statistics a
110.000
575.000
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
jumlah tahun
tamat/selesai
sekolah
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
37/38
Analisis Bivariat
Independent Samples Test
1.885 .175 -2.416 58 .019 -104.15500 43.11725 -190.464 -17.84644
-2.416 55.777 .019 -104.15500 43.11725 -190.537 -17.77313
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
asupan energi
F Sig.
Levene's Test for
Equality of Variances
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
95% Confidence
Interval of the
Difference
t-test for Equality of Means
Independent Samples Test
2.483 .121 -4.112 58 .000 -18.99000 4.61766 -28.23325 -9.74675
-4.112 48.437 .000 -18.99000 4.61766 -28.27226 -9.70774
Equal variancesassumed
Equal variances
not assumed
asupan karbohidrat
F Sig.
Levene's Test for
Equality of Variances
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
95% Confidence
Interval of the
Difference
t-test for Equality of Means
Independent Samples Test
1.304 .258 -8.015 58 .000 -18.97067 2.36687 -23.70848 -14.23286
-8.015 53.344 .000 -18.97067 2.36687 -23.71730 -14.22404
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
asupan proteinF Sig.
Levene's Test for
Equality of Variances
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
t-test for Equality of Means
-
8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru
38/38
Independent Samples Test
8.147 .006 -5.857 58 .000 -13.25500 2.26319 -17.78526 -8.72474
-5.857 43.797 .000 -13.25500 2.26319 -17.81675 -8.69325
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
asupan lemakF Sig.
Levene's Test for
Equality of Variances
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
95% ConfidenceInterval of the
Difference
t-test for Equality of Means
Independent Samples Test
.482 .490 4.117 58 .000 278.267 67.595 142.960 413.573
4.117 55.991 .000 278.267 67.595 142.857 413.676
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
aktivitas fisik
F Sig.
Levene's Test for
Equality of Variances
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
95% Confidence
Interval of the
Difference
t-test for Equality of Means
Independent Samples Test
2.772 .101 -4.546 58 .000 -13.733 3.021 -19.780 -7.687
-4.546 54.664 .000 -13.733 3.021 -19.788 -7.679
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
pengetahuanF Sig.
Levene's Test for
Equality of Variances
t df Sig. (2-tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference Lower Upper
95% Confidence
Interval of the
Difference
t-test for Equality of Means