ketagihan penggunaan internet di kalangan remaja sekolah tingkatan 4 di bandaraya johor bahru

Upload: jordon-alvarado

Post on 07-Jul-2018

231 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    1/38

    PERBEDAAN KARAKTERISTIK USIA, ASUPAN MAKANAN,

    AKTIVITAS FISIK, TINGKAT SOSIAL EKONOMI DAN

    PENGETAHUAN GIZI PADA WANITA DEWASA DENGAN

    KELEBIHAN BERAT BADAN ANTARA DI DESA DAN KOTA

    Artikel Penelitian

    Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

    studi pada Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran

    Universitas Diponegoro 

    disusun oleh :

    INDIRA SARASWATI

    G2C006029 

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    2/38

    HALAMAN PENGESAHAN

    Artikel penelitian dengan judul “Perbedaan Karakteristik Usia, Asupan Makanan,

    Aktivitas Fisik, Tingkat Sosial Ekonomi dan Pengetahuan Gizi pada Wanita Dewasa

    dengan Kelebihan Berat Badan antara di Desa dan Kota” telah dipertahankan

    dihadapan reviewer dan telah direvisi.

    Mahasiswa yang mengajukan :

    Nama : Indira Saraswati

    NIM : G2C006029

    Fakultas : Kedokteran

    Program studi : Ilmu Gizi

    Universitas : Diponegoro SemarangJudul : Perbedaan Karakteristik Usia, Asupan Makanan, Aktivitas

    Fisik, Tingkat Sosial Ekonomi dan Pengetahuan Gizi pada

    Wanita Dewasa dengan Kelebihan Berat Badan antara di Desa

    dan Kota

    Semarang, Oktober 2012

    Pembimbing

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    3/38

    PERBEDAAN KARAKTERISTIK USIA, ASUPAN MAKANAN, AKTIVITAS FISIK,

    TINGKAT SOSIAL EKONOMI DAN PENGETAHUAN GIZI PADA WANITA DEWASA

    DENGAN KELEBIHAN BERAT BADAN ANTARA DI DESA DAN KOTA 

    Indira Saraswati1 dan Fillah Fithra Dieny2 

    ABSTRAK

    Latar Belakang : Kejadian obesitas mengalami pergeseran tidak hanya terjadi di perkotaan (18,7%),

    namun juga di pedesaan (12%). Adanya pergeseran demografi menyebabkan perbedaan karakteristik

    penyebab terjadinya obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan karakteristik usia,

    asupan makanan, aktivitas fisik, tingkat sosial ekonomi dan pengetahuan gizi pada wanita dewasa

    dengan kelebihan berat badan antara di desa dan kota.

    Metode : Rancangan penelitian ini adalah cross-sectional dengan consecutive sampling. Jumlah

    sampel masing-masing kelompok 30 orang meliputi wanita dengan kelebihan berat badan dengan IMT

    >25,0 kg/m2. Data meliputi karakteristik subjek, asupan makanan, aktivitas fisik, tingkat sosial

    ekonomi dan pengetahuan gizi yang diperoleh dari kuesioner. Analisis data menggunakan Independent

    t-Test dan Mann Whitney. 

    Hasil : Prevalensi obesitas di kota lebih tinggi daripada di desa. Wanita dengan kelebihan berat badan

    di desa dan kota sebagian besar berusia 30–40 tahun, namun proporsinya lebih tinggi di desa

    dibandingkan di kota. Rerata asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak di kota lebih tinggi

    dibandingkan di desa. Sedangkan rerata asupan serat di desa lebih tinggi dibandingkan di kota.

    Aktivitas fisik di desa lebih tinggi dibandingkan di kota. Pendapatan, pendidikan dan pengetahuan gizi

    di kota lebih tinggi dibandingkan di desa.

    Kesimpulan :  Kejadian obesitas di kota lebih tinggi daripada di desa. Ditemukan perbedaan

    karakteristik pada wanita dengan kelebihan berat badan antara di desa dan kota meliptui usia, asupan

    energi, karbohidrat, protein, lemak, serat, aktivitas fisik, pendapatan, pendidikan dan pengetahuan gizi.

    Kata Kunci :  Usia, asupan makanan, aktivitas fisik, tingkat sosial ekonomi, pengetahuan gizi

    kelebihan berat badan, desa, kota.

    1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang2 Dosen Program Studi Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    4/38

    THE DIFFERENCES CHARACTERISTICS OF AGE, FOOD INTAKE, PHYSICAL

    ACTIVITY, SOCIO-ECONOMIC LEVEL AND NUTRITIONAL’S KNOWLEDGE IN ADULT

    WOMEN WITH OVERWEIGHT BETWEEN RURAL AND URBAN.

    Indira Saraswati1 dan Fillah Fithra Dieny2 

    ABSTRACT

    Background : The incident of obesity getting transition not only happened in urban (18,7%), but also

    in rural (12%). Demography transition caused differences characteristics of obesity. The purpose of

    this study was to determine the differences characteristics of age, food intake, physical activity, socio-

    economic level and nutritional’s knowledge in adult women with overweight between rural and urban.

    Method : The design of this study was cross-sectional with consecutive sampling method. Total

    sample 30 people in each group included overweight women with BMI >25,0 kg/m 2. Data included

    characteristics of subject, food intake, physical activity, socio-economic level and nutritional’s

    knowledge that were collected using a questionnaires. Data were analyzed using Independent t-Test

    and Mann Whitney.

    Result : Prevalence of obesity in urban was higher than rural. Most of overweight women in rural and

    urban was 30-40 years, but the proportion in rural higher than urban. The average of energy,

    carbohydrate, protein and fat intake in urban was higher than rural. Whereas the average of fiber intake

    in rural was higher than urban. Physical activity in rural was higher than urban. Income, education and

    nutritionals knowledge in urban was higher than rural.

    Conclusion : The incident of obesity in urban was higher than rural. There were differences

    characteristics in overweight women between rural and urban include age, intake of energy,

    carbohydrate, protein, fat, fiber, physical activity, income, education and nutritional’s knowledge.

    Keywords :  Age, food intake, physical activity, socio-economic level, nutritional’s knowledge,

    overweight, rural, urban.

    1 Student of Nutrition Science Medical Faculty Diponegoro University Semarang

    2 Lecturer of Nutrition Science Medical Faculty Diponegoro University Semarang 

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    5/38

    PENDAHULUAN

    Globalisasi telah memberikan berbagai dampak kepada masyarakat, dampak

    negatif yang terjadi adalah perubahan dalam gaya hidup. Masyarakat mulai beralih

    dari pola traditional lifestyle  menjadi sedentary lifestyle  yaitu kehidupan dengan

    aktivitas fisik kurang dan penyimpangan pola makan dimana asupan cenderung tinggi

    energi (karbohidrat, lemak dan protein) namun rendah serat.1 Faktor-faktor tersebut

    berkaitan dengan risiko kelebihan berat badan (overweight ) dan kejadian obesitas.

    The World Health Organization  memperkirakan sekitar 1 milyar individu

    mengalami overweight  dan sekitar 300 juta individu tergolong obese.2 Menurut data

    prevalensi di negara maju maupun berkembang obesitas umumnya terjadi pada

    wanita dibanding pria. The National Health and Nutrition Examination Survey tahun

    2007-2008 pada penduduk dewasa Amerika Serikat menunjukkan prevalensi obesitas

    wanita lebih besar (35,5%) dibanding pria (32,2%).3  Data penelitian di Australia

    tahun 2003 menyatakan prevalensi obesitas wanita lebih tinggi (34,1%) dibandingpria (26,8%).4 Angka kejadian obesitas di Indonesia pada penduduk berusia 20 tahun

    ke atas berdasarkan data  Demographic Health Surveys tahun 2000-2001 menyatakan

    obesitas pada wanita lebih besar (4,5%.) dibanding pria (1,3%).5  Berdasarkan data

    WHO tahun 2008 pada penduduk Indonesia usia 20 tahun ke atas menunjukkan

    prevalensi obesitas lebih tinggi pada wanita (6,9%) dibanding pria (2,5%).6

    Dewasa ini obesitas mengalami pergeseran, awalnya obesitas cenderung

    dikaitkan dengan masyarakat perkotaan namun sekarang obesitas juga dialami oleh

    masyarakat pedesaan. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2010 prevalensi wanita

    obese lebih tinggi di daerah perkotaan (18 7%) dibanding daerah pedesaan (12%) 7

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    6/38

    Usia juga berkaitan dengan obesitas dimana peningkatan usia menyebabkan

    metabolisme tubuh menurun sehingga terjadi perubahan biologis yaitu penurunan

    fungsi otot dan peningkatan lemak tubuh. Penelitian di Malaysia menemukan bahwa

    obesitas kelompok umur 20-49 tahun lebih tinggi prevalensinya (58,2%)

    dibandingkan kelompok umur 50-59 tahun (45,6%).9

    Perubahan pola makan dengan seringnya mengkonsumsi makanan dalam

     jumlah yang berlebihan baik karbohidrat, lemak dan protein juga dapat menyebabkan

    terjadinya obesitas. Data The Australian Food and Nutrition Monitoring Unit  

    menunjukkan bahwa asupan energi penduduk Australia dewasa meningkat sekitar

    3%-4%, hal ini dapat meningkatkan berat badan kira-kira 1 kg/tahun.10 

    Aktivitas fisik juga merupakan penentu penting dalam peningkatan berat badan,

    karena kondisi yang inaktif dapat menimbulkan kejadian gizi lebih. Data FINRISK 

    Studies menyimpulkan bahwa obesitas lebih berpotensi pada orang dengan aktivitas

    fisik ringan, misalnya pada mereka yang menghabiskan waktu luangnya hanyadengan membaca atau menonton televisi dan juga orang yang memilih menggunakan

    kendaraan bermotor dalam beraktivitas daripada berjalan kaki/bersepeda.11

    Status sosial ekonomi juga mempengaruhi kejadian obesitas. Penelitian di

    Australia menunjukkan bahwa peningkatan pendapatan meningkatkan risiko

    obesitas,4 hal ini serupa dengan hasil penelitian di Missouri yang menjelaskan bahwa

    wanita yang berpenghasilan tinggi (≥$9000) tergolong obese  dibandingkan dengan

    yang berpenghasilan

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    7/38

    Berdasarkan penjelasan di atas peneliti tertarik untuk menganalisis apakah

    pergeseran kejadian overweight   antara di kota dan desa menyebabkan terjadinya

    pergeseran karakteristik (usia, asupan makanan, aktivitas fisik, tingkat sosial ekonomi

    dan pengetahuan gizi) di kedua tempat tinggal tersebut.

    METODA

    Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Lamper Kidul Kecamatan Semarang

    Selatan (kota) dan Dukuh Sedayu Kelurahan Kalisegoro Kecamatan Gunungpati

    (desa). Ruang lingkup penelitian adalah penelitian bidang gizi masyarakat dan

    merupakan studi observasional dengan metode cross-sectional (belah lintang).

    Populasi pada penelitian ini adalah wanita dewasa usia 20 – 40 tahun.

    Berdasarkan perhitungan besar sampel menggunakan rumus rerata dua populasi

    didapatkan subjek minimal sebesar 27 subjek untuk masing-masing kelompok, tetapi

    pada penelitian ini didapatkan 30 subjek untuk masing-masing kelompok. Carapengambilan subjek dilakukan dengan metode consecutive sampling dengan kriteria

    inklusi yaitu wanita berusia 20 – 40 tahun dengan IMT ≥ 25,0 kg/m2, tidak sedang

    menjalani diet khusus, tidak merokok/mengkonsumsi alkohol.

    Variabel independen adalah lingkungan tempat tinggal (desa dan kota).

    Variabel dependen adalah usia, asupan makanan (energi, karbohidrat, protein, lemak

    dan serat), aktivitas fisik, tingkat sosial ekonomi (pendapatan dan pendidikan) dan

    pengetahuan gizi.

    Lingkungan tempat tinggal didefinisikan sebagai lokasi/wilayah pemukiman

    seseorang berdasarkan keadaan demografis yaitu desa dan kota

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    8/38

     food frequency. Data jumlah asupan energi dibandingkan dengan kebutuhan energi

    sehari setiap individu, kemudian dikategorikan menjadi : defisit (< 70%),

    kurang (≥ 70 – 99%), baik (100 – 105%) dan lebih (> 105%).

    Asupan karbohidrat didefinisikan sebagai asupan sumber karbohidrat dari

    makanan dan minuman yang dikonsumsi selama penelitian meliputi jenis makanan

    sumber karbohidrat, jumlah dan frekuensi yang diperoleh dengan kuesioner

     food frequency. Data jumlah asupan karbohidrat dibandingkan dengan kebutuhan

    karbohidrat sehari setiap individu, kemudian dikategorikan menjadi : kurang (< 80%),

    baik (80 – 100%) dan lebih (> 100%).

    Asupan protein didefinisikan sebagai asupan sumber protein dari makanan dan

    minuman yang dikonsumsi selama penelitian meliputi jenis makanan sumber protein,

     jumlah dan frekuensi yang diperoleh dengan kuesioner  food frequency. Data jumlah

    asupan protein dibandingkan dengan kebutuhan protein sehari setiap individu,

    kemudian dikategorikan menjadi : kurang (< 80%), baik (80-100%), lebih (> 100%).Asupan lemak didefinisikan sebagai asupan sumber lemak dari makanan dan

    minuman yang dikonsumsi selama penelitian meliputi jenis makanan sumber lemak,

     jumlah dan frekuensi yang diperoleh dengan kuesioner  food frequency. Data jumlah

    asupan lemak dibandingkan dengan kebutuhan lemak sehari setiap individu,

    kemudian dikategorikan menjadi : kurang (< 80%), baik (80-100%), lebih (> 100%).

    Asupan serat didefinisikan sebagai asupan sumber serat dari makanan dan

    minuman yang dikonsumsi selama penelitian meliputi jenis makanan sumber serat,

     jumlah dan frekuensi yang diperoleh dengan kuesioner  food frequency. Data jumlah

    asupan serat dibandingkan dengan kebutuhan serat sehari setiap individu kemudian

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    9/38

    aktifitas fisik, dan menit yang digunakan dalam beraktifitas. Dikategorikan menjadi :

    ringan (< 2000 kkal), sedang (2000 – 2400 kkal) dan berat (> 2400 kkal).

    Pendapatan didefinisikan sebagai jumlah uang yang diperoleh subjek selama 1

    bulan yang berasal dari hasil kerjanya maupun pemberian dari anggota keluarga

    lainnya yang diketahui melalui kuesioner identitas subjek dan dikategorikan menjadi :

    < 1 juta rupiah, 1 – 5 juta rupiah dan > 5 juta rupiah.

    Pendidikan didefinisikan sebagai jumlah tahun tamat/selesai sekolah yang

    diperoleh subjek dari pendidikan formal yang diikuti, tahun yang berulang atau

    tinggal kelas tidak dihitung. Diketahui melalui kuesioner identitas subjek dan

    dikategorikan menjadi : SD, tamat SD, SMP, tamat SMP, SMA, tamat SMA,

    Diploma (D3), Sarjana (S1), Master (S2), Doktor (S3).

    Pengetahuan gizi didefinisikan sebagai skor kemampuan responden menjawab

    pertanyaan dengan benar tentang zat gizi seimbang dan pola makan yang benar.

    Diukur menggunakan kuesioner pengetahuan gizi, jawaban benar = 1 dan salah = 0.Total skor pengetahuan yang diperoleh dibandingkan dengan total skor seharusnya

    dikalikan 100% dan dikategorikan menjadi : baik (> 80% jawaban benar),

    cukup (60 – 80% jawaban benar) dan kurang (< 60% jawaban benar).

    Akses terhadap pangan didefinisikan sebagai jangkauan subjek untuk

    memperoleh dan mencukupi kebutuhan makanan sehari-hari meliputi tempat dan

     jarak yang ditempuh antara di kota dan desa, terdiri dari : pasar, warung/pedagang,

    swalayan/supermarket dan kebun/sawah milik sendiri yang dapat diketahui dari

    kuesioner identitas subjek.

    Analisis data menggunakan program Statistic Package for the Social Science

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    10/38

    HASIL PENELITIAN

    A.  Karakteristik Subjek

    Berikut ini merupakan tabel karakteristik subjek yang meliputi usia subjek,

    status gizi dan status pernikahan.

    Tabel 1. Karakteristik Subjek Berdasarkan Usia Subjek, Status Gizi dan Status Pernikahan

    VariabelDesa Kota

    n % n %

    Usia Subjek20 – 29 tahun30 – 40 tahunStatus Gizi

    OverweightObesitas

    Status PernikahanMenikahBelum Menikah

    624

    237

    300

    2080

    76,723,3

    1000

    1020

    1020

    282

    33,366,7

    33,366,7

    93,36,7

    Rentang usia subjek pada masing-masing kelompok adalah 20 sampai 40

    tahun. Frekuensi wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota terbanyakberusia 30 sampai 40 tahun, namun proporsi di desa (80%) lebih tinggi dibanding

    di kota (66,7%). Nilai rerata usia wanita dengan kelebihan berat badan di desa

    adalah 35,2 tahun±5,3, sedangkan di kota 32,5 tahun±5,1. Terdapat perbedaan usia

    (p = 0,013) antara wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota.

    Kejadian obesitas lebih tinggi frekuensinya di kota (66,7%) daripada di desa

    (23,3%). Nilai rerata indeks massa tubuh wanita dengan kelebihan berat badan di

    desa adalah 28,9 kg/m2±2,4, sedangkan di kota 30,6 kg/m2±3,7. 

    Kelebihan berat badan di desa maupun di kota sesuai data yang diperoleh

    b i b di l i l h i d h ik h i i d

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    11/38

    badan di kota (90%) lebih tinggi dibandingkan di desa (63,3%). Nilai rerata asupan

    energi wanita dengan kelebihan berat badan di kota lebih tinggi yaitu 2167,3

    kkal±149,4, sedangkan di desa 2063,2 kkal±182,9. Terdapat perbedaan asupan

    energi (p = 0,019) antara wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota.

    Berikut ini merupakan tabel nilai rerata asupan energi, karbohidrat, protein, lemak

    dan serat pada subjek di desa dan kota.

    Tabel 2. Rerat Asupan Energi, Asupan Karbohidrat, Asupan Protein, Asupan Lemak dan

    Asupan Serat pada Subjek di Desa dan Kota 

    Variabel

    rerata±SD

    Desa Kota

    Asupan energi (kkal)Asupan karbohidrat (gram)Asupan protein (gram)Asupan lemak (gram)Asupan serat (gram)

    2063,2±182,9262,3±13,362,6±7,763,5±5,814,4±2,9

    2167,3±149,4281,3±21,581,6±10,476,7±10,912,6±3,6

    Berikut ini merupakan tabel karakteristik asupan makanan subjek yang

    meliputi asupan energi, karbohidrat, protein, lemak dan serat.

    Tabel 3. Karakteristik Asupan Makanan Berdasarkan Asupan Energi, Asupan Karbohidrat,

    Asupan Protein, Asupan Lemak dan Asupan Serat

    VariabelDesa Kota

    n % n %

    Asupan EnergiBaik (100-105%)Lebih (> 105%)Asupan KarbohidratBaik (80-100%)Lebih (> 100%)Asupan ProteinLebih (> 100%)A L k

    1119

    300

    30

    36,763,3

    1000

    100

    327

    246

    30

    1090

    8020

    100

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    12/38

    kelebihan berat badan di kota lebih tinggi yaitu 281,3 gram±21,5, sedangkan di desa

    262,3 gram±13,3. Terdapat perbedaan asupan karbohidrat (p = 0,000) antara wanita

    dengan kelebihan berat badan di desa dan kota.

    Asupan protein dan lemak wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan

    kota tergolong berlebih (100%), namun rerata asupan protein dan lemak wanita

    dengan kelebihan berat badan di kota lebih tinggi dibandingkan di desa. Rerata

    asupan protein wanita dengan kelebihan berat badan di kota adalah 81,6 gram±10,4,

    sedangkan di desa 62,6 gram±7,7. Rerata asupan lemak wanita dengan kelebihan

    berat badan di kota adalah 76,7 gram±10,9, sedangkan di desa 63,5 gram±5,8.Terdapat perbedaan asupan protein (p = 0,000) antara wanita dengan kelebihan

    berat badan di desa dan kota. Terdapat perbedaan asupan lemak (p = 0,000) antara

    wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% wanita dengan kelebihan berat

    badan di desa dan kota memiliki asupan serat yang kurang, tetapi nilai rerata asupanserat wanita dengan kelebihan berat badan di desa lebih tinggi yaitu 14,4 gram±2,9,

    sedangkan di kota 12,6 gram±3,6. Terdapat perbedaan asupan serat (p = 0,014)

    antara wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota.

    C.  Karakteristik Aktivitas Fisik

    Kelebihan berat badan tidak hanya dialami oleh subjek dengan tingkat

    aktivitas ringan saja, tetapi juga terjadi pada subjek dengan tingkat aktivitas berat.

    Aktivitas fisik sebagian besar wanita dengan kelebihan berat badan di desa (60%)

    tergolong berat sedangkan di kota (33 3%) tergolong ringan Nilai rerata aktivitas

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    13/38

    Tabel 4. Karakteristik Aktivitas Fisik Berdasarkan Aktivitas Fisik, Kebiasaan Olahraga,

    Durasi Menonton Televisi, dan Kegiatan Sedentary Lifestyle 

    VariabelDesa Kota

    n % n %

    Aktivitas FisikRingan (< 2000 kkal)Sedang (2000 -2400 kkal)Berat (> 2400 kkal)Kebiasaan OlahragaYaTidak

    Durasi Menonton Televisi2-5 jam/hari6-8 jam/hariKegiatan Sedentary Lifestyle Tiduran/bermalas-malasanMenonton televisiMembaca

    01218

    030

    300

    17130

    04060

    0100

    1000

    56,743,3

    0

    10137

    921

    1416

    8163

    33,343,323,3

    3070

    46,753,3

    26,753,310

    Sebagian besar wanita dengan kelebihan berat badan di desa maupun di kota

    tidak pernah berolahraga. Seluruh wanita dengan kelebihan berat badan di desa

    (100%) tidak berolahraga, sedangkan di kota hanya 30% yang berolahraga.

    Wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota memiliki kebiasaan

    menoton televisi lebih dari satu jam per hari. Seluruh wanita dengan kelebihan berat

    badan di desa (100%) menghabiskan 2-5 jam waktunya untuk menonton televisi

    setiap hari, sedangkan wanita dengan kelebihan berat badan di kota (53,3%)

    menonton televisi selama 6-8 jam per hari.

    Wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota menghabiskan waktu

    luang mereka dengan melakukan gaya hidup sedentari seperti menonton televisi,

    tiduran/bermalas-malasan dan membaca. Wanita dengan kelebihan berat badan di

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    14/38

    SMA. Kelebihan berat badan tidak hanya terjadi pada subjek dengan tingkat

    pendidikan rendah, tapi juga dapat terjadi pada subjek yang berpendidikan tinggi.

    Wanita dengan kelebihan berat badan di desa sebagian besar terjadi pada tingkat

    pendidikan rendah yaitu sekolah dasar (66,7%). Sedangkan di kota, kelebihan berat

    badan dialami oleh subjek yang berpendidikan sekolah menengah atas (73,3%).

    Nilai rerata tahun menyelesaikan sekolah wanita dengan kelebihan berat badan di

    desa lebih rendah yaitu 8 tahun±2,9, sedangkan di kota 12,9 tahun±1,6. Terdapat

    perbedaan pendidikan (p = 0,000) antara wanita dengan kelebihan berat badan di

    desa dan kota. Berikut ini merupakan tabel karakteristik sosial ekonomi subjek yangmeliputi pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.

    Tabel 5. Karakteristik Sosial Ekonomi Berdasarkan Pendidikan, Pekerjaan dan Pendapatan

    VariabelDesa Kota

    n % n %

    PendidikanTamat SD

    Tamat SMADiplomaSarjanaPekerjaanIbu Rumah TanggaKaryawan SwastaWiraswastaPetaniBuruhPendapatan

    < Rp. 1 jutaRp. 1 – 5 juta> Rp. 5 juta

    20

    1000

    95088

    5250

    66,7

    33,300

    3016,7

    026,726,7

    16,783,3

    0

    0

    2244

    1111800

    0282

    0

    73,313,313,3

    36,736,726,7

    00

    093,36,7

    Kelebihan berat badan di kota sebagian besar terjadi pada ibu rumah tangga

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    15/38

    rupiah, sedangkan 6,7% subjek di kota berpenghasilan lebih dari lima juta rupiah.

    Nilai rerata pendapatan wanita dengan kelebihan berat badan di desa lebih rendah

    yaitu 1.430.000 rupiah±440923,8, sedangkan di kota 2.961.667 rupiah±1573743,8.

    Terdapat perbedaan pendapatan (p = 0,000) antara wanita dengan kelebihan berat

    badan di desa dan kota.

    E.  Karakteristik Pengetahuan Gizi

    Berikut ini merupakan tabel karakteristik pengetahuan gizi subjek.

    Tabel 6. Karakteristik Pengetahuan Gizi

    VariabelDesa Kota

    n % n %

    Pengetahuan GiziKurang (< 60%)Cukup (60-80%)Baik (>80%)

    18102

    6033,36,7

    0219

    07030

    Kelebihan berat badan tidak hanya dialami subjek dengan tingkat pengetahuan

    kurang, namun juga dapat terjadi pada subjek yang berpengetahuan baik. Wanita

    dengan kelebihan berat badan di desa (60%) berpengetahuan kurang, sedangkan di

    kota sebagian besar (70%) berpengetahuan cukup. Nilai rerata skor pengetahuan

    gizi wanita dengan kelebihan berat badan di desa lebih rendah yaitu 59,1%±13,1,

    sedangkan di kota 72,8%±10,2. Terdapat perbedaan pengetahuan gizi (p = 0,000)antara wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota.

    F.  Karakteristik Akses Pangan

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    16/38

    enggan berbelanja di pasar karena jaraknya terlalu jauh (±5 km). Berikut ini

    merupakan tabel karakteristik akses pangan subjek yang meliputi tempat

    memperoleh bahan pangan dan kebiasaan membeli makanan siap saji.

    Tabel 7. Karakteristik Akses Pangan Berdasarkan Tempat Memperoleh Bahan Pangan dan

    Kebiasaan Membeli Makanan Siap Saji

    VariabelDesa Kota

    n % N %

    Tempat Memperoleh Sumber Bahan PanganPasarWarung/pedagangKebun/sawah

    Kebiasaan Membeli Makanan Siap SajiYaTidak

    01218

    1119

    04060

    36,763,3

    20100

    255

    66,733,3

    0

    83,316,7

    Wanita dengan kelebihan berat badan di desa (36,7%) dan kota (83,3%) sering

    mengkonsumsi makanan siap saji per bulan. Makanan siap saji yang sering

    dikonsumsi wanita dengan kelebihan berat badan di kota seperti fried chicken,

    burger, pizza, bakso, mi ayam, batagor, siomay dan masakan warteg. Sedangkan

    makanan siap saji yang sering dikonsumsi di desa seperti bakso, mi ayam, batagor

    dan siomay.

    PEMBAHASAN

    A.  Karakteristik Subjek

    Karakteristik subjek dengan kelebihan berat badan di desa dan kota

    meliputi usia subjek, status gizi dan status pernikahan.

    Subjek pada penelitian ini adalah wanita dewasa dengan rentang usia antara

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    17/38

    Penelitian lain juga menyatakan bahwa prevalensi obesitas yang tinggi

    ditemukan pada umur 20-60 tahun.14  Hal ini disebabkan karena tingkat

    metabolisme tubuh menurun sehingga terjadi perubahan biologis yaitu penurunan

    fungsi otot dan peningkatan lemak tubuh. Lemak tubuh mulai menumpuk pada

    usia 30 tahun, karena kesibukan kerja sehingga menyebabkan kurangnya waktu

    untuk berolahraga. Jika seseorang tidak mengontrol pola makan dan mempunyai

    gaya hidup sedentari maka akan berisiko mengalami kegemukan.15

    Kejadian obesitas lebih tinggi frekuensinya di kota (66,7%) daripada di

    desa (23,3%). Penelitian yang sama di 36 negara berkembang menyebutkanbahwa prevalensi obesitas banyak terjadi di daerah urban  (51%) daripada rural 

    (38%), tempat tinggal secara positif berhubungan dengan overweight   dan

    obesitas karena di perkotaan banyak ditemukan kemudahan akses terhadap

    pangan dan transportasi seperti tersedianya makanan siap saji yang tinggi kalori

    dan alat transportasi yang sering menggunakan kendaraan bermotor.8

    Hal lain yang ditemukan pada penelitian ini adalah wanita dengan

    kelebihan berat badan di desa maupun di kota sebagian besar dialami oleh wanita

    yang sudah menikah, yaitu wanita dengan kelebihan berat badan di desa (100%)

    dan di kota (93,3%) telah menikah. Sebuah studi cross-sectional  menunjukkan

    bahwa status pernikahan secara signifikan berhubungan dengan peningkatan

    berat badan selama 2 tahun pernikahan, hal ini disebabkan adanya pengaruh

    peningkatan nafsu makan yang berlebihan sehingga menyebabkan subjek makan

    berlebihan sehingga lepas kontrol terhadap pengaturan berat badan.16

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    18/38

    tergolong berlebih, tetapi asupan energi wanita dengan kelebihan berat badan di

    kota (90%) lebih tinggi dibandingkan di desa (63.3%). Terdapat perbedaan

    asupan energi (p = 0,019) antara wanita dengan kelebihan berat badan di desa

    dan kota karena nilai rerata asupan energi wanita dengan kelebihan berat badan

    di desa lebih rendah dibanding di kota, yaitu di desa 2063,18 kkal sedangkan di

    kota 2167,34 kkal. Penelitian di Georgia State University Atlanta menyatakan

    bahwa mengkonsumsi makanan dalam jumlah berlebihan berhubungan dengan

    peningkatan berat badan. Pada orang obese dan overweight  terdapat peningkatan

    konsumsi 18,43 kJ total energi, 11,7 kJ karbohidrat dan 7,6 kJ lemak.17

     Walaupun energi bukan merupakan zat gizi, tetapi energi selalu berkaitan dengan

    karbohidrat, lemak dan protein. Energi merupakan hasil dari metabolisme

    karbohidrat, lemak dan protein. Peningkatan jumlah asupan energi diatas angka

    kecukupan gizi yang dianjurkan dapat mempengaruhi perkembangan obesitas.18 

    Asupan karbohidrat wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota

    tergolong baik, namun masih ada 20% subjek pada kelompok perkotaan yang

    memiliki asupan karbohidrat berlebih. Terdapat perbedaan asupan karbohidrat

    (p = 0,000) antara wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota. Nilai

    rerata asupan karbohidrat wanita dengan kelebihan berat badan di desa lebih

    rendah daripada di kota, yaitu di desa 262,35 gram sedangkan di kota

    281,34 gram. Menurut rekomendasi WHO bahwa asupan karbohidrat yang

    dianjurkan adalah 55%-75% dari total energi.19  Pada penelitian ini asupan

    karbohidrat wanita dengan kelebihan berat badan di kota yang tergolong

    berlebihan berkisar antara 300 3 347 1 gram dengan jenis karbohidrat yang

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    19/38

    tertimbun dan apabila kondisi ini berlangsung lama dapat mengakibatkan

    terjadinya kegemukan.18 

    Hasil analisis asupan makanan yang lain menunjukkan bahwa 100% wanita

    dengan kelebihan berat badan dari masing-masing kelompok memiliki asupan

    protein yang berlebihan. Berdasarkan perhitungan food frequency, asupan protein

    wanita dengan kelebihan berat badan di kota lebih tinggi (57,5 – 98,2 gram)

    dibandingkan di desa (50,8 – 79,3 gram). Terdapat perbedaan asupan protein

    (p = 0,000) antara wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota. Hal ini

    dapat dilihat dari nilai rerata asupan protein wanita dengan kelebihan berat badandi desa lebih rendah dibanding di kota, yaitu di desa 62,60 gram sedangkan di

    kota 81,57 gram. Sebuah studi pada orang dewasa di Queen Elizabeth College

    University of London mengemukakan bahwa kelompok yang mengkonsumsi

    rendah protein mengalami peningkatan berat badan 1,1 kg, sedangkan kelompok

    yang mengkonsumsi tinggi protein berat badannya meningkat sebesar 3,7 kg.20

    Konsumsi protein yang berlebihan tidak menguntungkan bagi tubuh karena

    makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak, misalnya sumber protein

    hewani seperti daging merah, kuning telur, keju, susu  full cream  mengandung

    lemak dalam jumlah besar sehingga dapat menimbulkan peningkatan kadar

    lemak dan kolesterol, dan apabila dikonsumsi dalam jangka panjang

    menyebabkan kegemukan.18 

    Hasil penelitian karakteristik asupan makanan lainnya menunjukkan bahwa

    seluruh wanita dengan kelebihan berat badan (100%) di desa dan kota memiliki

    asupan lemak berlebih Berdasarkan perhitungan food frequency asupan lemak

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    20/38

    obesitas disebabkan karena mengkonsumsi makanan tinggi lemak secara

    berlebihan dibandingkan dengan individu lain yang memiliki berat badan

    normal.21  Anjuran konsumsi lemak tidak boleh lebih dari 25% dari kebutuhan

    energi sehari-hari.22

     Proporsi asupan lemak yang berlebihan bisa menjadi faktor

    risiko bagi perkembangan obesitas.

    Perbedaan asupan makanan antara dua kelompok subjek disebabkan karena

    wanita dengan kelebihan berat badan di kota lokasinya berada di tengah kota

    sehingga membuat subjek lebih mudah mengakses sumber makanan misalnya

    makanan siap saji. Makanan siap saji umumnya mengandung tinggi kalori, lemak jenuh, kolesterol, dan natrium tetapi kandungan serat, kalsium, besi, riboflavin,

    asam folat, vitamin A dan C sangat sedikit sehingga memiliki kandungan gizi

    yang tidak seimbang.23  Kegemaran dan kebiasaan konsumsi makanan siap saji

    dapat mengawali terjadinya penyakit degeneratif, salah satunya adalah obesitas.

    Hal lain yang ditemukan pada penelitian ini menunjukkan bahwa 100%

    wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota memiliki asupan serat

    yang kurang. Berdasarkan perhitungan  food frequency, asupan serat wanita

    dengan kelebihan berat badan di kota berkisar antara 8,2 – 21,6 gram sedangkan

    di desa 10,3 – 19,7 gram. Terdapat perbedaan asupan serat (p = 0,014) antara

    wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota. Hal ini ditunjukkan oleh

    nilai rerata asupan serat wanita dengan kelebihan berat badan di desa lebih tinggi

    daripada di kota, yaitu di desa 14,46 gram sedangkan di kota 12,63 gram. Wanita

    dengan kelebihan berat badan di desa lebih sering mengkonsumsi sayur dan buah

    seperti sawi kangkung bayam daun singkong jambu pisang dan pepaya

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    21/38

    Menurut Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS), seseorang dikatakan

    kekurangan serat bila mengkonsumsi buah kurang dari 2-4 porsi/hari dan sayur

    kurang dari 3-5 porsi/hari. Menurut WHO asupan serat berhubungan dengan

    pengaturan berat badan dan pencegahan obesitas, karena asupan serat secara

    dapat menurunkan kolesterol darah dengan melibatkan asam empedu. Orang

    dengan konsumsi serat tinggi dapat mengeluarkan lebih banyak asam empedu

    sehingga mengeluarkan lebih banyak lemak dan sterol dari feces. Hal tersebut

    berarti serat dapat mencegah penyerapan asam empedu, lemak dan kolesterol

    sehingga dapat mencegah terjadinya overweight   dan obesitas.

    25

      The Baltimore Longitudinal Study of Aging  melaporkan bahwa subjek yang mengkonsumsi

    tinggi serat akan sedikit mengalami peningkatan body mass index, hal ini

    dikarenakan makanan yang tinggi serat dapat menurunkan respon insulin

    sehingga meningkatkan rasa kenyang dan munurunkan rasa lapar.26 

    C.  Karakteristik Aktivitas Fisik

    Karakteristik aktivitas fisik wanita dengan kelebihan berat badan di desa

    dan kota meliputi aktivitas fisik, kebiasaan olahraga, durasi menonton televisi,

    cara yang digunakan untuk pergi keluar rumah dan kegiatan selama waktu luang.

    Kelebihan berat badan dapat terjadi bukan hanya karena makan berlebihan,

    tetapi juga karena aktivitas fisik yang kurang sehingga terjadi kelebihan energi.

    Kelebihan berat badan tidak hanya terjadi pada subjek dengan tingkat aktivitas

    ringan saja, tetapi juga dapat terjadi pada subjek dengan tingkat aktivitas berat.

    Aktivitas fisik sebagian besar wanita dengan kelebihan berat badan di desa (60%)

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    22/38

    besar sedangkan di kota tergolong ringan, karena aktivitas fisik subjek di desa

    tergolong berat seperti bercocok tanam/bertani, selama ±6 jam mereka bekerja di

    ladang/sawah dan masih ditambah dengan pekerjaan rumah tangga seperti

    menyapu lantai, mengepel lantai, menyetrika baju dan mencuci pakaian.

    Sedangkan wanita dengan kelebihan berat badan di kota hanya melakukan

    pekerjaan rumah tangga saja selama ±3 jam.

    Gaya hidup sedentari wanita dengan kelebihan berat badan di kota lebih

    tinggi, hal ini terbukti dari lamanya menonton televisi. Berdasarkan penelitian

    diketahui bahwa wanita dengan kelebihan berat badan di kota (53,3%)menghabiskan 6-8 jam waktunya untuk menonton televisi setiap harinya,

    sedangkan di desa (100%) menonton televisi 2-5 jam per hari. Kegiatan sedentari

    yang dilakukan subjek pada masing-masing kelompok adalah menonton televisi

    dan tiduran/bermalas-malasan. Wanita dengan kelebihan berat badan di kota

    membutuhkan waktu 6-8 jam sedangkan di desa 2-5 jam untuk melakukan

    kegiatan waktu luang mereka. Penelitian di Australia menjelaskan bahwa

    sedentary lifestyle  khususnya menonton televisi memiliki hubungan positif

    dengan obesitas, sebaliknya berhubungan negatif dengan peningkatan aktivitas

    fisik.4 Tiduran/bermalas-malasan dan menonton televisi merupakan contoh gaya

    hidup sedentari yang dapat mengurangi pengeluaran energi untuk aktivitas

    sehingga memperburuk status gizi.

    Karakteristik kebiasaan olahraga pada penelitian ini ditemukan bahwa

    seluruh wanita dengan kelebihan berat badan di desa tidak pernah berolahraga,

    sedangkan 30% wanita dengan kelebihan berat badan di kota rutin berolahraga

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    23/38

    D.  Karakteristik Sosial Ekonomi

    Karakteristik sosial ekonomi wanita dengan kelebihan berat badan di desa

    dan kota meliputi pendidikan, pekerjaan dan pendapatan.

    Tingkat pendidikan wanita dengan kelebihan berat badan di desa sebagian

    besar telah tamat SD, sedangkan di kota lebih dari separuhnya berpendidikan

    tamat SMA. Kelebihan berat badan tidak hanya terjadi pada subjek dengan

    tingkat pendidikan rendah, tapi juga dialami subjek yang berpendidikan tinggi.

    Kelebihan berat badan di desa sebagian besar terjadi pada tingkat pendidikan

    rendah yaitu sekolah dasar (66,7%). Sedangkan di kota, kelebihan berat badandialami oleh subjek yang berpendidikan sekolah menengah atas (73,3%).

    Terdapat perbedaan pendidikan (p = 0,000) antara wanita dengan kelebihan berat

    badan di desa dan kota. Hal ini dapat dilihat dari nilai rerata tingkat pendidikan

    wanita dengan kelebihan berat badan di desa lebih rendah dibanding di kota,

    yaitu di desa 8 tahun sedangkan di kota 12,93 tahun. Penelitian di Amerika

    Serikat menyebutkan bahwa prevalensi penduduk yang mengalami obesitas lebih

    tinggi pada tingkat pendidikan sama dengan atau di bawah SMA (25,3%)

    dibandingkan dengan pendidikan di atas SMA atau universitas (14,3%).14 

    Berbagai studi yang meneliti tentang tingkat pendidikan mengatakan

    bahwa sebagian besar individu overweight   dan obesitas memiliki tingkat

    pendidikan yang tinggi, umumnya semakin tinggi pendidikan seseorang maka

    pekerjaanya semakin baik, dengan tingkat pendapatan yang relatif lebih tinggi

    maka akan mempengaruhi gaya hidup akibat peningkatan kesejahteraan dan pada

    akhirnya akan mempengaruhi pola makan Dimana pada sebagian orang

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    24/38

    berat badan di desa juga ada yang bekerja sebagai karyawan swasta, sedangkan

    di kota berwiraswasta.

    Pendapatan memiliki peranan penting dalam memenuhi kebutuhan

    makanan yang diperlukan oleh tubuh. Kelebihan berat badan tidak hanya terjadi

    pada subjek dengan pendapatan tinggi (> Rp. 5 juta), namun juga dialami oleh

    subjek yang mempunyai pendapatan rendah (< Rp. 1 juta). Sebesar 16,7% wanita

    dengan kelebihan berat badan di desa berpenghasilan kurang dari satu juta

    rupiah, sedangkan 6,7% wanita dengan kelebihan berat badan di kota

    berpenghasilan lebih dari lima juta rupiah.Terdapat perbedaan pendapatan (p = 0,000) antara wanita dengan

    kelebihan berat badan di desa dan kota. Nilai rerata tingkat pendapatan wanita

    dengan kelebihan berat badan di desa lebih rendah dibanding di kota, yaitu di

    desa Rp. 1.430.000 rupiah sedangkan di kota Rp. 2.961.667 rupiah. Sama halnya

    dengan hasil penelitian di Missouri yang menyatakan bahwa peningkatan

    pendapatan berhubungan positif dengan obesitas, dimana wanita dengan

    penghasilan ≥$9000 cenderung obese dibandingkan dengan yang berpenghasilan

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    25/38

    tentu mencerminkan kebiasaan makannya, dimana mereka mungkin memahami

    tentang karbohidrat, protein, lemak dan zat gizi lain yang diperlukan untuk

    keseimbangan diet tetapi belum tentu diaplikasikan dalam kehidupan sehari-

    harinya. Pengetahuan gizi yang tidak mendukung tingkat kecukupan zat gizidapat disebabkan karena kurang mampunya responden dalam menerjemahkan

    pengetahuan gizi yang dimilikinya dalam bentuk makanan sehari-hari sehingga

    dapat menyebabkan terjadinya gizi lebih.29 

    Terdapat perbedaan pengetahuan gizi (p = 0,000) antara wanita dengan

    kelebihan berat badan di desa dan kota. Hal ini ditunjukkan oleh nilai reratapengetahuan gizi wanita dengan kelebihan berat badan di desa lebih rendah

    daripada di kota, yaitu di desa 59,1% sedangkan di kota 72,8%. Penelitian pada

    kelompok eksperimen di Maastricht University yang meneliti tentang

    pengetahuan kaitannya dengan obesitas menunjukkan bahwa persentase jawaban

    yang benar pada tes pengetahuan meningkat dari 30% ( pretest ) menjadi 42%

    ( posttest ) setelah diberikan edukasi selama 1 bulan.13 Tingkat pengetahuan

    seseorang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. The French Gaz de France

     Electricité de France  melaporkan bahwa seseorang dengan pendidikan sekolah

    dasar memiliki body mass index  lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat

    perguruan tinggi, hal ini dikarenakan minimnya pendidikan formal yang

    diperoleh sehingga pengetahuan yang didapat lebih rendah.30 

    F.  Karakteristik Akses Pangan

    Karakteristik akses pangan wanita dengan kelebihan berat badan di desa

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    26/38

    (40%). Lokasi tempat tinggal subjek kelompok kota yang dekat dengan pasar

    (1-500 meter) sehingga memudahkan subjek untuk mencari sumber bahan

    pangan dengan membelinya di pasar. Subjek pada kelompok kota ada juga yang

    memperoleh sumber bahan pangan dengan berbelanja dari warung/pedagang.Sedangkan subjek pada kelompok desa yang sebagian besar subjeknya bercocok

    tanam sehingga mereka memperoleh sumber bahan pangan di kebun/sawah.

    Subjek kelompok desa yang tidak bercocok tanam memperoleh sumber bahan

    pangan dari warung/pedagang, mereka enggan berbelanja ke pasar karena

     jaraknya terlalu jauh (±5 km).Dewasa ini masyarakat menginginkan segala sesuatu yang praktis,

    sehingga mereka cenderung memilih makan makanan siap saji yang tinggi kalori.

    Makanan siap saji cenderung tinggi energi (karbohidrat, lemak dan protein)

    namun rendah serat.1  Penyimpangan pola makan tersebut dapat menimbulkan

    penimbunan lemak tubuh, dimana lemak tubuh merupakan cerminan terjadinya

    overweight  dan obesitas. Hasil penelitian menunjukkan wanita dengan kelebihan

    berat badan di desa (36,7%) mengkonsumsi makanan siap saji per bulan,

    sedangkan wanita dengan kelebihan berat badan di kota (83,3%) sering

    mengkonsumsi makanan siap saji per bulan. Makanan siap saji yang sering

    dikonsumsi subjek di kota seperti burger, pizza, spaghetti, fried chicken, bakso,

    batagor, siomay dan masakan warteg. Sedangkan makan siap saji yang sering

    dikonsumsi subjek di desa seperti bakso, batagor dan siomay. The Seguimiento

    Universidad de Navarra Project   juga menjelaskan bahwa konsumsi  fast food  

    seperti hamburger pizza dan sosis dapat meningkatkan berat badan

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    27/38

    SIMPULAN

    Prevalensi obesitas di kota lebih tinggi dibandingkan di desa. Pergeseran

    kejadian obesitas yang tidak hanya terjadi di kota namun juga di desa ternyata

    mempengaruhi perbedaan karakteristik pada wanita dengan kelebihan berat badanantara di desa dan kota meliputi usia, asupan energi, asupan karbohidrat, asupan

    protein, asupan lemak, asupan serat, aktivitas fisik, pendapatan, pendidikan dan

    pengetahuan gizi. Wanita dengan kelebihan berat badan di desa dan kota sebagian

    besar berusia 30–40 tahun, namun proporsinya lebih tinggi di desa dibandingkan di

    kota. Asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak pada kedua kelompoktergolong berlebih, namun rerata asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak di

    kota lebih tinggi dibandingkan di desa. Sedangkan asupan serat pada kedua

    kelompok tergolong kurang, namun rerata asupan serat di desa lebih tinggi

    dibandingkan di kota. Kelebihan berat badan tidak hanya terjadi pada wanita dengan

    aktivitas ringan saja, namun juga terjadi pada wanita yang memiliki aktivitas berat.

    Umunya kelebihan berat badan terjadi pada wanita dengan pendapatan tinggi,

    namun ternyata kelebihan berat badan juga dialami oleh wanita yang berpendapatan

    rendah. Kelebihan berat badan biasanya berkaitan dengan pendidikan yang rendah,

    akan tetapi wanita yang memiliki pendidikan tinggi pun juga bisa mengalami

    kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan biasanya dikaitkan dengan

    pengetahuan gizi yang rendah, tapi wanita dengan pengetahuan gizi baik pun juga

    bisa mengalami kelebihan berat badan.

    SARAN

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    28/38

    DAFTAR PUSTAKA

    1.  Hadi H. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya Terhadap Kebijakan

    Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta. 2005.

    2.  World Health Organization. Obesity and overweight: programmes and project ofglobal strategy on diet, physical activity and health. Geneva, Switzerland: WHO

    Document Production Services. 2010.

    3.  Flegal KM, Carroll MD, Ogden CL, Curtin LR. Prevalence and trends in obesity

    among US adults, 1999–2008 . JAMA 2010;303(3):235–241.

    4.  Cameron AJ, Welborn TA, Zimmet PZ, Dunstan DW, Owen N, Salmon J et al.Overweight and obesity in Australia: The 1999-2000 Australian Diabetes,

    obesity and lifestyle study (AusDiab). MJA 2003;178:427-432.

    5.  International Association for The Study of Obesity. Global Prevalence of Adult

    Obesity. London. 2011.

    6.  World Health Organization. Indonesia: Health Profile. 2008.

    7.  Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar

    (Riskesdas) 2010. Jakarta: Badan Litbangkes, Depkes RI, 2010.

    8.  Mendez MA, Monteiro CA, Popkin BM. Overweight exceeds underweight

    among women in most developing countries. Am J Clin Nutr 2005;81:714-21.

    9.  Sidik SM, Rampal L. The prevalence and factor associated with obesity among

    adult women in Selangor, Malaysia. Asia Pasific Family Medcine 2009;8:2.

    10.  Cook T, Rutishauser IHE, Seelig M. Comparable data on food and nutrient

    intake and physical measurements from the 1983, 1985 and 1995 National

    Nutrition Surveys Canberra: Commonwealth Department of Health and Aged

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    29/38

    13.  Maiburg BHJ, Rethans JJE, Schuwirth LWT, Mathus-Vliegen LMH, van Ree

    JW. Controlled trial of effect of computer-based nutrition course on knowledge

    and practise of general practitioner trainees. Am J Clin Nutr 2003;77:1019S-

    24S.14.  Hill JO, Cetanacci VA, Wyatt HR. Modern Nutrition in Health and Disease. 10th 

    ed . Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia. 2006.

    15.  Purwati S, dkk. Perencanaan Menu Untuk Penderita Kegemukan. Cetakan 7.

    Penebar Swadaya. Jakarta. 2005.

    16.  Jeffery RW, Rick AM. Cross-Sectional and Longitudinal Associations between

     Body Mass Index and Marriage-Related Factors. Obesity Research  2002;

    10(8):809-815.

    17.  Pearcey SM, Castro JM. Food intake and meal patterns of weight-stable and

    weight-gaining persons. Am J Clin Nutr 2002;76:107-12.

    18.  Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

    2001.

    19.  Treacy J. Obesity. The Report of the National Taskforce on Obesity. Irlandia.

    2005.

    20.  Miller DS, Mumford P. An experimental study of overeating low- or high-protein

    diets. Am J Clin Nutr 1997:11:pp.1212-1222.

    21.  Tucker LA, Kano MJ. Dietary fat and body fat: a multivariate study of 250 adult

     females. Am J Clin Nutr 1999:56:616-22.

    22.  PUGS. Direktorat Bina Kesehatan Masyarakat. Direktorat Gizi Departemen

    Kesehatan RI Jakarta 2002

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    30/38

    26.  Newby PK, Muller D, Hallfrisch J et al.  Dietary patterns and changes in body

    mass index and waist circumference in adults. Am J Clin Nutr 2003;77:1417–25.

    27.  Eleanor S. Body composition, energy and physical activity. Mosby. 1994.

    28.  Soerjodibroto, Walujo.  Asia Pasific Menu Pattern in Relation to Lipid Abnormalities: an Indonesia Perspective. Medical Journal of Indonesia 2004;

    no.13 pp.252-7.

    29.  Apriadji. Gizi Keluarga. Penebar Swadaya. Jakarta. 1996.

    30.  Dugravot A, Sabia S, Stringhini S et al.  Do socioeconomic factors shape weight

    and obesity trajectories over the transition from midlife to old age? Result from

    the French GAZEL cohort study. Am J Clin Nutr 2010;92:16-23.

    31.  Bes-Rastrollo M, Sánchez-Villegas A, Gómez-Gracia E, Martínez JA, Pajares

    RM, Martínez-González MA. Predictors of weight gain in a Mediterranean

    cohort: the Seguimiento Universidad de Navarra Study. Am J Clin Nutr 

    2006;2:362-70.

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    31/38

    LAMPIRAN

    Descriptives

    Nilai Minimum, Maximum, Rerata dan Standar Deviasi Pada Subjek di Desa

    Variabel Min Max RerataStandar

    Deviasi

    Usia (tahun)Indeks massa tubuh (kg/m2)

    Asupan energi (kkal)Asupan karbohidrat (gram)Asupan protein (gram)Asupan lemak (gram)Asupan serat (gram)Aktivitas fisik (kkal)Jumlah tahun tamat/selesai sekolah (tahun)Jumlah pendapatan (rupiah)Tingkat pengetahuan gizi (%)

    2225,14

    1855,55243,6050,8055,0010,302157680000040

    4035,31

    2506,75296,7079,3075,8019,70289112250000088

    35,2028,94

    2063,18262,3562,6063,4714,462515,638,00143000059,07

    5,332,44

    182,9113,337,695,752,90235,702,88440923,8013,07

    Nilai Minimum, Maximum, Rerata dan Standar Deviasi Pada Subjek di Kota 

    Variabel Min Max RerataStandar

    Deviasi

    Usia (tahun)Indeks massa tubuh (kg/m2)Asupan energi (kkal)Asupan karbohidrat (gram)Asupan protein (gram)Asupan lemak (gram)Asupan serat (gram)Aktivitas fisik (kkal)Jumlah tahun tamat/selesai sekolah (tahun)Jumlah pendapatan (rupiah)Tingkat pengetahuan gizi (%)

    2225,521853,70250,5057,5052,208,20178512120000060

    3940,942464,20347,1098,2095,3021,60278616750000088

    32,4730,632167,34281,3481,5776,7312,632237,3712,93296166772,80

    5,103,70149,3921,4910,4310,983,61285,521,601573743,8010,15

    tempat tinggal

    30 50.0 50.0 50.0

    30 50.0 50.0 100.0

    60 100.0 100.0

    desa

    kota

    Total

    ValidFrequency Percent Valid Percent

    CumulativePercent

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    32/38

     

    status pernikahan

    58 96.7 96.7 96.7

    2 3.3 3.3 100.0

    60 100.0 100.0

    menikah

    belum menikah

    Total

    ValidFrequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    pekerjaan subjek

    20 33.3 33.3 33.3

    16 26.7 26.7 60.0

    8 13.3 13.3 73.3

    8 13.3 13.3 86.7

    8 13.3 13.3 100.0

    60 100.0 100.0

    ibu rumah tangga

    karyawan swasta

    wiraswasta

    petani

    buruh

    Total

    ValidFrequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    kategori pendapatan

    5 8.3 8.3 8.3

    53 88.3 88.3 96.7

    2 3.3 3.3 100.0

    60 100.0 100.0

    < 1 juta

    1 - 5 juta

    > 5 juta

    Total

    ValidFrequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    kategori pendidikan

    20 33.3 33.3 33.3

    32 53.3 53.3 86.7

    4 6.7 6.7 93.3

    4 6.7 6.7 100.060 100.0 100.0

    tamat SD

    tamat SMA

    diploma

    sarjana

    Total

    ValidFrequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    cara memperoleh sumber bahan makanan

    Cumulative

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    33/38

     

    jarak memperoleh sumber bahan makanan

    42 70.0 70.0 70.0

    18 30.0 30.0 100.0

    60 100.0 100.0

    1 - 500 meter

    1000 - 2000 meter

    Total

    ValidFrequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    kebiasaan membeli makanan siap saji

    36 60.0 60.0 60.0

    24 40.0 40.0 100.0

    60 100.0 100.0

    ya

    tidak

    Total

    ValidFrequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    jarak membeli makanan siap saji

    24 40.0 40.0 40.0

    36 60.0 60.0 100.0

    60 100.0 100.0

    0

    1 - 500 meter

    Total

    ValidFrequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    kategori indeks massa tubuh

    36 60.0 60.0 60.0

    24 40.0 40.0 100.0

    60 100.0 100.0

    overweight

    obesitas

    Total

    ValidFrequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    kategori asupan energi

    14 23.3 23.3 23.3

    46 76.7 76.7 100.0

    60 100.0 100.0

    baik = 100 - 105%

    lebih = > 105%

    Total

    ValidFrequency Percent Valid Percent CumulativePercent

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    34/38

     

    kategori asupan protein

    60 100.0 100.0 100.0lebih = > 100%ValidFrequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    kategori asupan lemak

    60 100.0 100.0 100.0lebih = > 100%ValidFrequency Percent Valid Percent

    CumulativePercent

    kategori asupan serat

    60 100.0 100.0 100.0kurang = < 25 gramValidFrequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    lama menonton tv sehari-hari

    44 73.3 73.3 73.3

    16 26.7 26.7 100.0

    60 100.0 100.0

    1 - 5 jam

    6 - 10 jam

    Total

    ValidFrequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    kebiasaan berolahraga

    9 15.0 15.0 15.0

    51 85.0 85.0 100.0

    60 100.0 100.0

    ya

    tidak

    Total

    ValidFrequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    lamanya berolahraga

    51 85.0 85.0 85.0

    9 15.0 15.0 100.0

    60 100 0 100 0

    0

    1 - 5 jam

    T t l

    ValidFrequency Percent Valid Percent

    CumulativePercent

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    35/38

     

    kegiatan sedentari

    25 41.7 41.7 41.7

    29 48.3 48.3 90.0

    3 5.0 5.0 95.0

    1 1.7 1.7 96.71 1.7 1.7 98.3

    1 1.7 1.7 100.0

    60 100.0 100.0

    tiduran/bemalas-

    malasan

    menonton televisi

    membaca

    memasakbeberes

    bepergian

    Total

    ValidFrequency Percent Valid Percent

    CumulativePercent

    lama melakukan kegiatan sedentari

    43 71.7 71.7 71.7

    17 28.3 28.3 100.0

    60 100.0 100.0

    1 - 5 jam6 - 10 jam

    Total

    Valid

    Frequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    kategori aktivitas fisik

    10 16.7 16.7 16.7

    25 41.7 41.7 58.3

    25 41.7 41.7 100.0

    60 100.0 100.0

    aktivitas ringan = <

    2000 kkal

    aktivitas sedang =2000 - 2400 kkal

    aktivitas berat = >

    2400 kkal

    Total

    ValidFrequency Percent Valid Percent

    Cumulative

    Percent

    kategori pengetahuan

    18 30.0 30.0 30.0

    31 51.7 51.7 81.7

    11 18.3 18.3 100.0

    60 100.0 100.0

    kurang = < 60%

    cukup = 60 - 8-%

    baik = > 80%

    Total

    ValidFrequency Percent Valid P ercent

    Cumulative

    Percent

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    36/38

     

    Test Statistics a

    282.000

    747.000

    -2.494

    .013

    Mann-Whitney U

    Wilcoxon W

    Z

    Asymp. Sig. (2-tailed)

    usia

    Grouping Variable: tempat tinggala.

    Test Statistics a

    283.000

    748.000

    -2.469

    .014

    Mann-Whitney U

    Wilcoxon W

    Z

    Asymp. Sig. (2-tailed)

    asupan serat

    Grouping Variable: tempat tinggala.

    Test Statistics a

    95.500560.500

    -5.252

    .000

    Mann-Whitney UWilcoxon W

    Z

    Asymp. Sig. (2-tailed)

     jumlah

    pendapatan

    Grouping Variable: tempat tinggala.

    Test Statistics a

    110.000

    575.000

    Mann-Whitney U

    Wilcoxon W

     jumlah tahun

    tamat/selesai

    sekolah

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    37/38

    Analisis Bivariat

     

    Independent Samples Test

    1.885 .175 -2.416 58 .019 -104.15500 43.11725 -190.464 -17.84644

    -2.416 55.777 .019 -104.15500 43.11725 -190.537 -17.77313

    Equal variances

    assumed

    Equal variances

    not assumed

    asupan energi

    F Sig.

    Levene's Test for

    Equality of Variances

    t df Sig. (2-tailed)

    Mean

    Difference

    Std. Error

    Difference Lower Upper

    95% Confidence

    Interval of the

    Difference

    t-test for Equality of Means

    Independent Samples Test

    2.483 .121 -4.112 58 .000 -18.99000 4.61766 -28.23325 -9.74675

    -4.112 48.437 .000 -18.99000 4.61766 -28.27226 -9.70774

    Equal variancesassumed

    Equal variances

    not assumed

    asupan karbohidrat

    F Sig.

    Levene's Test for

    Equality of Variances

    t df Sig. (2-tailed)

    Mean

    Difference

    Std. Error

    Difference Lower Upper

    95% Confidence

    Interval of the

    Difference

    t-test for Equality of Means

    Independent Samples Test

    1.304 .258 -8.015 58 .000 -18.97067 2.36687 -23.70848 -14.23286

    -8.015 53.344 .000 -18.97067 2.36687 -23.71730 -14.22404

    Equal variances

    assumed

    Equal variances

    not assumed

    asupan proteinF Sig.

    Levene's Test for

    Equality of Variances

    t df Sig. (2-tailed)

    Mean

    Difference

    Std. Error

    Difference Lower Upper

    95% ConfidenceInterval of the

    Difference

    t-test for Equality of Means

  • 8/18/2019 Ketagihan Penggunaan Internet Di Kalangan Remaja Sekolah Tingkatan 4 Di Bandaraya Johor Bahru

    38/38

     

    Independent Samples Test

    8.147 .006 -5.857 58 .000 -13.25500 2.26319 -17.78526 -8.72474

    -5.857 43.797 .000 -13.25500 2.26319 -17.81675 -8.69325

    Equal variances

    assumed

    Equal variances

    not assumed

    asupan lemakF Sig.

    Levene's Test for

    Equality of Variances

    t df Sig. (2-tailed)

    Mean

    Difference

    Std. Error

    Difference Lower Upper

    95% ConfidenceInterval of the

    Difference

    t-test for Equality of Means

    Independent Samples Test

    .482 .490 4.117 58 .000 278.267 67.595 142.960 413.573

    4.117 55.991 .000 278.267 67.595 142.857 413.676

    Equal variances

    assumed

    Equal variances

    not assumed

    aktivitas fisik

    F Sig.

    Levene's Test for

    Equality of Variances

    t df Sig. (2-tailed)

    Mean

    Difference

    Std. Error

    Difference Lower Upper

    95% Confidence

    Interval of the

    Difference

    t-test for Equality of Means

    Independent Samples Test

    2.772 .101 -4.546 58 .000 -13.733 3.021 -19.780 -7.687

    -4.546 54.664 .000 -13.733 3.021 -19.788 -7.679

    Equal variances

    assumed

    Equal variances

    not assumed

    pengetahuanF Sig.

    Levene's Test for

    Equality of Variances

    t df Sig. (2-tailed)

    Mean

    Difference

    Std. Error

    Difference Lower Upper

    95% Confidence

    Interval of the

    Difference

    t-test for Equality of Means