kesetiaan allah terhadap janji “seluruh israel akan …repo.sttsetia.ac.id/129/1/tesis...

64
1 KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN DISELAMATKAN” DAN IMPLIKASINYA BAGI ORANG PERCAYA (STUDI EKSEGETIS MENURUT ROMA 11: 25-32). Ernawaty Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta Abstrak Situasi jemaat Roma, walaupun di dalam kedua jemaat itu orang-orang non-Yahudi yang menonjol, namun Paulus banyak berbicara mengenai ajaran yang keliru dari Yudaisme dan dengan demikian mcnerapkan PL secara lantang. Dalam suratnya, Paulus memperingti orang Yahudi juga non-Yahudi. Status istimewa Israel bukan karena mereka memiliki hukum Taurat atau melaksanakan sunat, tetapi menjadi bagian dari sejarah keselamatan yang Allah rencanakan. Dan penolakan Israel terjadi sementara dan sebagian. untuk menggenapi janji Allah, tidak hanya kepada Israel tetapi juga bangsa- bangsa lain. Dimana Israel menjadi pintu bagi masuknya bangsa-bangsa lain. Tulisan Paulus mengenai masa depan Israel bahwa “seluruh Israel akan diselamatkan” merupakan bukti kedaulatan dan kesetiaan Allah terhadap perjanjian yang dibuat-Nya. Perjanjian dengan Israel umat pilihan menjadi salah satu topik berita dalam PL. Namun juga tetap mendapat perhatian dalam PB, khususnya tulisan Paulus yang memberitakan panjang lebar dalam 3 pasal dalam suratnya kepadajemaat di Roma (9-11). Hal yang sangat menarik dan menjadi perhatian adalah interpretasi dari janji “seluruh Israel akan diselamatkan”. Sebab fakta sejarah menunjuk penolakan Israel Yahudi terhadap Yesus Sang Mesias sebagai Tuhan dan Juruslamat. Antara penolakan Israel dan penggenapan janji “all Israel will be saved” dalam tulisan Paulus pada hakekatnya mengungkapkan tiga (3) interpretasi yang menonjol, bahwa: (l) “penggenapan janji” menunjuk kepada sifat Allah (kedaulatan, keadilan dan kesetiaan Allah ), (2) “penggenapan janji” menunjuk kepada keberadaan (eksistensi) Allah, (3) “penggenapan janji” menunjuk kepada kerja (action) Allah yang menyelamatkan bangsa-Nya semata-mata untuk menunjukkan kebenaran janji-Nya. Dari penyelidikan Roma 11:25-32 mendeskripsikan sungguh luar biasanya Allah dalam menyatakan diri-Nya, dan metode perwujudan kesetiaan Allah terhadap perjanjian-Nya tidak terselami. Orang percaya dibenarkan dan mendapat anugerah keselamatan melalui iman kepada Penebus yang datang dari Zion yaitu Kristus Yesus, baik itu Israel pilihan maupun bangsa-bangsa lain yang juga dipilih dan dipanggil. Sebab penyataan kebenaran Allah terjadi di dalam Yesus Kristus, yang adalah dasar dari pembenaran itu. Pemahaman yang benar mengenai Allah Tritunggal menolong umat untuk hidup sesuai kehendak-Nya sampai “kepenuhannnya” tiba. Sebab, semuanya hidup di dalam anugerah Allah. Dr. Jan Boersema, M.Th. Dr. Djulius Thomas Bilo, M.Th.

Upload: others

Post on 26-Feb-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

1

KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN DISELAMATKAN” DAN IMPLIKASINYA BAGI ORANG PERCAYA (STUDI EKSEGETIS MENURUT ROMA 11: 25-32).

Ernawaty

Sekolah Tinggi Teologi Injili Arastamar (SETIA) Jakarta Abstrak Situasi jemaat Roma, walaupun di dalam kedua jemaat itu orang-orang non-Yahudi yang menonjol, namun Paulus banyak berbicara mengenai ajaran yang keliru dari Yudaisme dan dengan demikian mcnerapkan PL secara lantang. Dalam suratnya, Paulus memperingti orang Yahudi juga non-Yahudi. Status istimewa Israel bukan karena mereka memiliki hukum Taurat atau melaksanakan sunat, tetapi menjadi bagian dari sejarah keselamatan yang Allah rencanakan. Dan penolakan Israel terjadi sementara dan sebagian. untuk menggenapi janji Allah, tidak hanya kepada Israel tetapi juga bangsa-bangsa lain. Dimana Israel menjadi pintu bagi masuknya bangsa-bangsa lain. Tulisan Paulus mengenai masa depan Israel bahwa “seluruh Israel akan diselamatkan” merupakan bukti kedaulatan dan kesetiaan Allah terhadap perjanjian yang dibuat-Nya. Perjanjian dengan Israel umat pilihan menjadi salah satu topik berita dalam PL. Namun juga tetap mendapat perhatian dalam PB, khususnya tulisan Paulus yang memberitakan panjang lebar dalam 3 pasal dalam suratnya kepadajemaat di Roma (9-11). Hal yang sangat menarik dan menjadi perhatian adalah interpretasi dari janji “seluruh Israel akan diselamatkan”. Sebab fakta sejarah menunjuk penolakan Israel Yahudi terhadap Yesus Sang Mesias sebagai Tuhan dan Juruslamat. Antara penolakan Israel dan penggenapan janji “all Israel will be saved” dalam tulisan Paulus pada hakekatnya mengungkapkan tiga (3) interpretasi yang menonjol, bahwa: (l) “penggenapan janji” menunjuk kepada sifat Allah (kedaulatan, keadilan dan kesetiaan Allah), (2) “penggenapan janji” menunjuk kepada keberadaan (eksistensi) Allah, (3) “penggenapan janji” menunjuk kepada kerja (action) Allah yang menyelamatkan bangsa-Nya semata-mata untuk menunjukkan kebenaran janji-Nya. Dari penyelidikan Roma 11:25-32 mendeskripsikan sungguh luar biasanya Allah dalam menyatakan diri-Nya, dan metode perwujudan kesetiaan Allah terhadap perjanjian-Nya tidak terselami. Orang percaya dibenarkan dan mendapat anugerah keselamatan melalui iman kepada Penebus yang datang dari Zion yaitu Kristus Yesus, baik itu Israel pilihan maupun bangsa-bangsa lain yang juga dipilih dan dipanggil. Sebab penyataan kebenaran Allah terjadi di dalam Yesus Kristus, yang adalah dasar dari pembenaran itu. Pemahaman yang benar mengenai Allah Tritunggal menolong umat untuk hidup sesuai kehendak-Nya sampai “kepenuhannnya” tiba. Sebab, semuanya hidup di dalam anugerah Allah. Dr. Jan Boersema, M.Th. Dr. Djulius Thomas Bilo, M.Th.

Page 2: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

2

Daftar Isi Abstrak ...................................................................................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN DAN LATAR BELAKANG MASALAH .................................................. BAB II SEJARAH ISRAEL, JEMAAT DI ROMA, DAN LATAR BELAKANG SURAT ..............

A. Sejarah Bangsa Israel .......................................................................................................... 1. Bangsa Israel sebagai Umat Perjanjian ............................................................... 2. Bangsa Israel sebagai Umat Pilihan ...................................................................... 3. Bangsa Israel dalam Rencana Keselamatan .....................................................

a. Keselamatan bagi Bangsa Yahudi .................................................................. b. Keselamatan bagi Bangsa Non-Yahudi .......................................................

B. Jemaat di Roma ....................................................................................................................... 1. Sejarah berdirinya Jemaat di Roma ....................................................................... 2. Situasi Jemaat Roma ......................................................................................................

C. Latar Belakang Surat, Perikop, dan Struktur Roma 11:25-32 ........................ 1. Latar Belakang Surat Roma ....................................................................................... 2. Latar Belakang Perikop Perikop Roma 11:25-32 ...........................................

a. Konteks Dekat Roma 11:1-24 ............................................................................ b. Konteks jauh Roma 9-11 ......................................................................................

3. Struktur Roma 11:25-32 ............................................................................................. BAB III “SELURUH ISRAEL AKAN DISELAMATKAN” MENURUT ROMA 11:25-32 .........

A. Penggenapan Janji “seluruh Israel akan diselamatkan” (ay. 25-27) ........... 1. Kata “rahasia ini” atau “mistery” (ay. 25a) ........................................................ 2. Frasa “sebagian Israel telah dikeraskan” (ay. 25b) ....................................... 3. Kata “penuh” (ay. 25b) ................................................................................................. 4. Frasa “dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan (ay.

26a) ........................................................................................................................................ 5. Frasa “Dan inilah perjanjian-Ku” (ay. 27a) ........................................................ 6. Kesimpulan (ay. 25-27) ...............................................................................................

B. Dasar Keselamatan Israel (ay. 28-29) ........................................................................ 1. Frasa “mengenai Injil mereka adalah seteru Allah” (ay. 28a) ................. 2. Frasa “mengenai pilihan mereka adalah kekasih Allah” (ay. 28b) ........ 3. Frasa “Allah tidak menyesali karunia dan panggilan-Nya (karunia-

karunia dan panggilan-Nya)” (ay. 29) .................................................................. 4. Kesimpulan (ay. 28-29) ...............................................................................................

C. Penyataan Allah dalam rencana Keselamatan (ay. 30-32) .............................. 1. Frasa “tetapi sekarang beroleh kemurahan oleh ketidaktaatan

mereka” (ay. 30b) ........................................................................................................... 2. Frasa “oleh kemurahan yang telah kamu peroleh, mereka juga akan

beroleh kemurahan” (ay. 30b) ................................................................................. 3. Frasa “sebab Allah telah mengurung semua orang dalam

ketidaktaatan” (ay. 32a) .............................................................................................. 4. Frasa “supaya menunjukkan kemurahan-Nya kepada mereka

semua” (ay. 32) ................................................................................................................ 5. Kesimpulan (ay. 30-32) ...............................................................................................

BAB IV IMPLIKASI PENGGENAPAN JANJI KESELAMATAN ISRAEL BAGI ORANG PERCAYA............................................................................................................................................... A. Aspek Teologis ........................................................................................................................

1. Pemilihan dan Panggilan Allah serta Starus Umat Pilihan Tidak Dapat Batal .........................................................................................................................

2. Penggenapan Janji Allah Didasarkan Pada Sifat Allah ................................ 3. Status dan Keselamatan Israel Bukan Jaminan Eksklusivitas tetapi

Anugerah Belas Kasihan Allah Semata-mata ................................................... 4. Masa Depan Israel dan Kepenuhan Bangsa-bangsa menjadi Salah

Satu Aspek Eskatologi .................................................................................................. B. Aspek Praktis ...........................................................................................................................

Page 3: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

3

1. Sikap Pengakuan terhadap Kedaulatan Allah ................................................ 2. Sikap Bergantung Sepenuhnya pada Allah ...................................................... 3. Sikap Ketaatan yang Mutlak pada Allah ............................................................ 4. Sikap Bersyukur Atas Karunia Belas Kasihan Allah ....................................

BAB V KESIMPULAN ...................................................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................................. BAB 1 PENDAHULUAN

Bangsa Israel senantiasa dihubungkan dengan perjanjian yang dibuat Allah dengan Abraham, ketika pertama kali Abraham dipanggil keluar dari negerinya (Kej. 12). lsi perjanjian secara garis besar, yaitu: keturunan, Tanah, dan berkat yang kemudian perjanjian tersebut lekat dengan kehidupan bangsa Israel (sebagai keturunan Abraham) sampai saat ini. Sehingga, status Israel dalam sejarah keselamatan sampai kedatangan Kristus kembali sering menjadi topik perbincangan. Dan kemudian dihubungkan dengan tulisan Paulus mengenai keselamatan kepada “seluruh Israel” dalam Roma 11:26. Tulisan Paulus tersebut cukup memicu munculnya beberapa penafsiran mengenai masa depan Israel, juga menjadi alasan bagi penelitian penulis.

Dalam bab pendahuluan ini terdiri atas: Latar Belakang Penelitian; Rumusan Masalah Penelitian; Tujuan Penelitian; Ruang Lingkup Penelitian; Manfaat Penelitian; Hipotesis, Metode Penelitian,dan Sistematika Penelitian A. Latar Belakang Penelitian

Bangsa Israel menjadi pusat pembicaraan terlebih ketika terjadi konflik di Timur Tengah. Hal

tersebut dihubungkan dengan janji ALLAH dan status kepada leluhur bangsa Israel pada permulaannya. Persoalan status dan hak bangsa Israel dengan wilayah tanah Perjanjian cukup mendapat perhatian. Allah memilih bangsa Israel berdasarkan janji kepada leluhur mereka: Abraham, ishak, dan Yakub (Kej. 28:13, 42; Ke1. 2:24; 3:6; 6:8; U1. 9:5, 27; 29:3; 1 Taw 29:18). Alkitab mencatat Perjalanan hidup bangsa Israel sebagai umat Allah, tidak hanya dalam Perjanjian Lama (PL), tetapi juga dalam Perjanjian Baru (PB). Bangsa Israel, sekalipun sebagai umut pilihan, tetapi sering tidak setia kepada Allah Abraham, lshak, dan, Yakub (Ul. 33:3; 2 Raj. 17:14; Yer. 19:15; Rm. 10:21). Namun, Allah tetap setia dan memperhatikan umat yang telah dipilih-Nya (1 Raj. 10:9; 2 Taw. 9:8; 36:15).

Allah memberi hukum Taurat kepada bangsa Israel (Kel. 20:1-17) supaya taat dan takut kepada Allah serta tidak berbuat dosa (Kel. 20:20; U1. 33:4). Hukum Taurat berhubungan erat dengan sejarah bangsa Israel sebagai umat Allah. Allah memberi hukum Taurat kcpada bangsa Israel, dan seolah-olah melalui ketaatan pelaksanaan hukum Taurat bangsa Israel memperoleh pembenaran (Rm. 2:13). Dalam kitab Ulangan 7:7-9 dituliskan bahwa ALLAH memilih Israel bukan karena Israel lebih baik atau lebih besar. tetapi karena kasih ALLAH. Orang yang dibenarkan Allah pasti selamat dari murka Allah (Rm. 5:9). Bangsa Israel gagal taat melaksanakan hukum Taurat (Y eh. 22:26; Dan. 9:11). Kegagalan melaksanakan tuntutan hukum Taurat. bahkan bangsa Israel telah menolak Yesus menimbulkan pertanyaan; bagaimana dengan masa depan bangsa Israel? Keadaan bangsa Israel sebagai umat pilihan ALLAH menjadi pokok yang menarik. sebab posisi bangsa Israel tidak hanya dibicarakan pada Perjanjian Lama (PL), tetapi masih menjadi pembicaraan di Perjanjian Baru. Masa depan bangsa Israel sebagai umat pilihan ALLAH, menjadi perdebatan. Bangsa Israel gagal dalam pelaksanaan hukum Taurat dan penolakan mereka terhadap Kristus. Namun. ALLAH tidak pernah mengingkari janji-Nya, meskipun lsrael tidak setia, ALLAH tetap setia pada janji yang diberikan kepada Israel termasuk pada janji mengenai masa depan Israel yaitu keselamatan IsraeI. Rasul Paulus menjawab pertanyaan tersebut dengan menguraikannya dalam Roma pasal 11, bahwa Israel tetap menjadi umat pilihan yang masih memegang janji ALLAH.

Page 4: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

4

Dr. Showers seorang Dispensasional1 menulis dalam buku ‘Teologi Perjanjian Versus Dispensasionalis mengatakan bahwa; “Israel dengan jelas mendemonstrasikan ketidakpercayaannya kepada Allah yang didasarkan atas lima faktor yang dipakai Allah untuk pemerintahannya, yaitu hati nurani, teguran Roh Kudus, pemerintahan manusia, janji, dan hukum Musa (termasuk yang bersifat eksternal) dari dispensasi kelima. Dan selanjutnya Allah memulai dispensasi keenam dengan menetapkan anugerahnya sebagai faktor pemerintahan yang baru” (Peter,2004: 81).

Kegagalan dalam pelaksanaan hukum Taurat, masuk pada tahap dispensasi kelima. Oleh kegagalan dispesasi kelima, maka dipersiapkan dispensasi keenam.2 Pada dispensasi yang keenam ada pengalihan dari Israel kepada kelompok yang baru. Dasar pemahaman dispensasi keenam, “Israel telah menolak Kristus sehingga untuk sementara berkat bagi Israel dialihkan kepadajemaat Perjanjian Baru, namun Allah tidak lupa kepada janji-Nya (kepada leluhur Israel), bahwa Israel akan diperbarui ketika Israel menerima Kristus pada kedatangan-Nya yang kedua kali (Peter, 2004: 133). Pandangan Dispensasionalisme memberi peluang adanya sebuah masa pertobatan seluruh Israel pada kedatangan Kristus kembali (eskatologi). Dalam pembagian masa dispensasi, untuk dispensasi keenam adalah gereja. Jadi, kelompok baru yang menerima berkat oleh kegagalan sementara bangsa Israel adalah Gereja.

Penundaan berkat sementara bagi bangsa Israel, oleh kelompok Dispensasionalisme berdasar pada penafsiran Roma 11 (ibid, 133). Dispensasionalisme berpandangan bahwa janji dan status bangsa Israel tidak berubah, mereka adalah keturunan secara fisik dari Yakub.

Bangsa Israel yang telah dipilih dan diberi janji melalui leluhur (Abraham, lshak, dan Yakub), pasti mendapatkan janji tersebut. Pandangan Dispensasionalisme memahami bahwa bangsa Israel diselamatkan secara keseluruhan sebagai bangsa yang telah mengalami fase-fase dispensasi sampai kedatangan Kristus kembali.

Beberapa penafsir juga menaruh perhatian untuk pokok ini, dan memberi perhatian juga pada Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di Roma. Pokok tentang bangsa Israel sering dihubungkan dengan Gereja atau jemaat. Walvoord mcngatakan bahwa, karena Paulus sungguh memikirkan mengenai doktrin gereja dikaitkan kepada janji-janji yang diberikan kepada Israel, sehingga Paulus membahas dalam tiga (3) pasal penuh dalam Surat Roma (Rom. 9-11) (Walvoord, 1996: 576). Lebih spesifik Anthony A. Hoekema menulis bahwa Paulus secara khusus berbicara tentang keselamatan bangsa Israel di Roma 9-11, maka memasukkan keselamatan bagi bangsa Israel hingga jumlah yang penuh sebagai salah satu tanda akhir zaman (Hoekema, 2009: I90). Demikianlah, sejarah keselamatan bangsa Israel sebagai anak sulung, umat yang dipilih menjadi umat kesayangan-Nya (Kel. 4:22; U1. 7:6), menjadi perhatian yang menarik bagi penulis.

Penulis mengangkat situasi bangsa Israel dari sudut pandang Surat Roma, (khusus Rm. 9-11). Dengan inti pokok yang penulis teliti, yaitu mengenai janji keselamatan bangsa Israel, bahwa “seluruh Israel akan diselamatkan” (Rm. 1 1:25-32). Seperti Moo menuliskan bahwa Roma 11:25-32 “is not only the climax of 11:1 1-32; it is also the climax to all of Rom. 9-11 (Moo, 1996: 712). Pernyataan serupajuga dituliskan Grant R. Osborne, bahwa perikop ini merupakan kesimpulan untuk seluruh pasal 9-11, bukan hanya untuk pasal 11 (Osborne, 2004: 303). Paulus memberi informasi tentang masa depan bangsa Israel dalam perikop tersebut.

Beragam penafsiran Roma 11:25-32 mengenai status dan keselamatan bangsa Israel. Hal tersebut berkaitan dengan, pertanyaan sepanjang masa3 tentang keadilan Allah4 dan nasib bangsa

1 Dispensasionalism atau dispensasionalisme adalah ajaran bahwa sejarah keselamatan berkembang tahap demi tahap, sesuai dengan pembagian waktu oleh Allah (berdasarkan pandangan John Nelson Darby, 1800-1882), Henk en Napel, Kamus Teologi, BPK, Jakarta, 114. Dispensasionalisme memakai penafsiran secara harfiah, mengatakan bahwa janji kepada Israel tanpa syarat dan akan digenapi secara harfiah, serta penekanan Israel selalu keturunan Yakub secara fisik dan dan mengatakan program Allah kepada Israel berbeda dengan program Allah kepada Gereja (Enns-1, 2004, 161). 2 Eddy Peter dalam bukunya "Teologi Perjanjian versus Dispensasionalisme" menyebutkan delapan dispensasi: (1) Dispensasi tanpa dosa; (2) Dispensasi hati nurani; (3) Dispensasi pemerintahan manusia; (4) Dispensasi janji; (5) Dispensasi taurat dan para nabi; (6) Dispensasi Gereja; (7) Kesusahan besar; (8) Dispensasi kerajaan 1000 tahun, meskipun oleh tokoh-tokoh dispensasionalisme berbeda-beda dalam pembagiannya (Peter, 2004: 71-85). 3Pertanyaan sepanjang masa maksudnya bahwa hingga kini menjadi bahan diskusi, meskipun penelitian untuk menjawab pertanyaan tersebul tetap ada. Namun, hasil penelitian beragam sehinggajawaban juga beragam. 4Keadilan di sini, berkaitan dengan tindakan Allah terhadap umat Israel dan janjiNya untuk keselamatan Israel. Van den End dalam pendahuluan tafsiran Roma 11:25-32, mengungkapkan bahwa sama halnya kitab Ayub, Roma 9-11 mengangkat persoalan tindakan Tuhan terhadap umatNya, khususnya adil-tidaknya tindakan itu.

Page 5: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

5

Israel (Osborne, 2004: 303). Mengenai tindakan keadilan Allah, tidak hanya berhubungan dengan keselamatan bangsa Israel sebagai umat pilihan, tetapi dalam seluruh rencana keselamatan Allah. Keselamatan dari Allah berlaku bagi bangsa Israel juga bagi bangsa-bangsa lain (Yoh. 3:16; Kis. 11:18).

Dalam Roma 11:25-32 terdapat beberapa nas yang diperdebatkan oleh beberapa penafsir Ayat 25: “Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk" (TB). Beberapa kata atau kalimat yang menjadi perhatian, yaitu: (a) tentang istilah “rahasia” atau

“mistery"atau "musterion". Schreiner mengatakan, istilah "mistery" dalam Roma 11:25 dapat ditafsirkan mengandung tiga (3) tahapan, yaitu (1) sebagian Israel dijadikan keras untuk waktu terbatas; (2) keselamatan orang non-Yahudi akan mendahului keselamatan Israel; (3) seluruh Israel akhirnya akan diselamatkan (Schreiner, I998: 614). Kata “mistery” olch Schreiner mcngandung tiga tingkatan peristiwa; sebagian Israel dikeraskan, orang non-Yahudi diselamatkan lebih dahulu kemudian seluruh Israel diselamatkan. Sedikit berbeda penafsiran dengan Schreiner tentang istilah “mistery” dalam ayat 25, Van den End menafsirkan istilah “mistery” yang disingkapkan oleh Paulus terdiri atas tiga (3) bagian, yaitu: (l) sebagian Israel telah menjadi tegar; (2) ketegaran itu berlangsung sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk; (3) dengan jalan demikian seluruh Israel diselamatkan (Van den End, 2008: 628-629). Senada dengan pandangan Schreiner di atas, istilah “mistery” menurut Van den End menunjuk pada “pengerasan sebagian Israel”. Bahwa, jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain masuk sementara sebagian Israel dikeraskan, kemudian keselamatan seluruh Israel terjadi.

Douglas Moo menerjemahkan istilah “mistery’, dengan menghubungkan ayat 25b dengan ayat 26a sebagai bagian yang sangat berhubungan, dan memaparkan istilah “mistery” dalam tiga (3) klausa terpisah; (1) ketegaran menimpa sebagian Israel, (2) sampai jumlah yang penuh dari bukan Yahudi masuk, (3) dan dengan cara demikian seluruh Israel diselamatkan (M00, 1996: 716). Demikian, Moo mengarahkan istilah “mistery” pada restoration of Israel, yang menjadi pusat dari perikop ini (ibid, 712). Sedikit berbeda, Mays mendefenisikan istilah “mistery” dibentuk oleh tradisi apokaliptik yang menunjuk pada tujuan utama Allah bagi dunia kepunyaan-Nya, tersembunyi dari persepsi manusia tetapi diungkapkan pada istilah Allah sendiri. Dan hubungannya dengan ayat 25, Mays mengatakan bahwa sebagian dari Israel telah “mengeras” demi semua orang bukan Yahudi, tetapi “dengan cara ini” (ay. 26) seluruh Israel akan diselamatkan (Mays, 1988: 1159). Bagi Mays, istilah “mistery” merupakan penyataan tindakan Allah dalam proses keselamatan Israel yang diperluas kepada bangsa bukan Yahudi. Penafsiran dari kata “mistery” menjadi starting point untuk masuk dalam pemahaman dalam ayat-ayat berikutnya, termasuk beberapa kata yang masih terus diperdebatkan arti atau maknanya.

Perhatian penulis berikutnya pada (b) klausa “sebagian Israel” atau (merous to Israel) dan juga kata “tegar” atau “hardening” atau “mbpmmzs. (porosis) masih dalam ayat 25. Kata “sebagian Israel tegar” (dikeraskan) apakah mengacu kepada Israel dalam ayat 26? Dalam perikop sebelumnya (Rm. 11:1-10), terdapat penguraian Paulus tentang “sisa” bangsa Israel. Frasa “sebagian Israel yang ditegarkan” dalam ayat 25, dengan konsep “sisa” Israel (Rm. 11:1-10), memberi informasi tambahan untuk mengetahui jelas maksud Paulus dalam perikop tulisan ini. Menurut Morris pada perikop ini Paulus masih berbicara “sisa” bangsa Israel yang diselamatkan ketika sebagian besar telah “dijadikan keras” (Morris, 1988: 418). Konsep “sisa” bangsa Israel (Rm. 11:110) menurut Morris, itulah yang dimaksud pada istilah “sebagian Israel” (Rm. 1 1:25). Moo mengatakan bahwa batas temporal pengerasan Israel adalah “masuk” dari “kepenuhan dari bangsa-bangsa lain”, kata “masuk” mungkin menunjuk pada masuk ke dalam Kerajaan Allah (M00. 1996: 718). Informasi tambahan lagi bahwa peristiwa ini mengarahkan pada eskatologi.

Demikian Paulus menambahkan kalimat “sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk”. Kata “pléroma”atau “penuh”, bisa berarti jumlah secara angka, ataupun menggambarkan kesempurnaan yang cukup dari orang-orang yang diselamatkan dari bangsa-bangsa di luar Israel? Tenncy mengatakan bahwa, yang dimaksud adalah saat dimana kesempatan bagi bangsabangsa lain

Apakah Tuhan bertindak sewenang-wenang terhadap hambaNya Ayub. terhadap umatNya Israel? Ataukah tindakan Allah punya alasan dan tujuan? (Van den End, 2008: 623

Page 6: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

6

telah penuh dan orang-orang Israel yang percaya masuk ke dalam keselamatan (Tenney, 2009: 378). Tenney lebih mengacu pada kesempatan atau waktu dalam sebuah rentetan peristiwa. Sedikit berbeda, Van den End menerjemahkan “dunia bangsa-bangsa dalam keseluruhannya” (adalah “seluruh Israel” dalam Ayat 26a) (Van den End, 2008: 628). Kata “penuh”, mengarahkan pada peristiwa eskatologi, mengenai kegenapan seluruhnya.

Ayat 26-27: Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, seperti ada tertulis: "Dari Sion akan datang Penebus, Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub. Dan inilah perjanjian-Ku dengan mereka, apabila Aku menghapuskan dosa mereka." (TB) Frasa yang mendapat perhatian, yaitu “seluruh Israel akan diselamatkan”. Namun, sebelumnya,

memperhatikan frasa “dengan jalan demikian”. Menurut Cranfield frasa “dengan jalan demikian” dapat memiliki arti sebagai syarat-syarat, dan syarat tersebut harus digenapi lebih dahulu sehingga dapat memahami istilah “seluruh Israel” (Hegelberg, 2004: 227). Frasa “dengan demikian” menginformasikan tafsiran dari beberapa penafsir, ada yang menafsirkan sebagai waktu, dan menuliskan “lalu”, atau pun menunjuk rumus “sebagaimana tertulis”, namun Van den End memilih arti yang menunjuk “keadaan” yang terjadi pada bangsa Israel (V an den End, 2008: 629).

Menjadi pertanyaan, apakah “seluruh Israel” menunjuk kepada seluruh orang Yahudi tanpa kecuali yang pernah hidup? Atau pada sisa orang Yahudi yang percaya Kristus untuk diselamatkan? Ataukah kepada orang-orang Yahudi pada akhir sejarah yang percaya kepada Yesus Kristus menyelamatkan mereka? Schreiner mengatakan istilah (pas Israél) atau “seluruh Israel” itu menunjuk pada etnik Israel, karena tidak mungkin tiba-tiba berbeda maksud Paulus dalam ayat sebelumnya (ay. 25) (Schreiner, 1998: 615). Scheiner cenderung untuk menghubungkan istilah “Israel” pada ayat 26 dengan “Israel” pada ayat 25. Berbeda dengan beberapa penafsir yang mengatakan bahwa “seluruh Israel” di sini dapat diartikan “Israel yang dirohanikan” (menunjuk kepada gereja sebagai kumpulan orang percaya baik itu orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi). Agustinus dan Luther berada dalam ranah pemahaman bahwa “seluruh Israel” menunjuk pada “Israel rohani” atau gereja (Edwards , 1992: 275). Atau “seluruh Israel” menunjuk pada orang-orang terpilih dari Yahudi dan bukan Yahudi, seperti pemahaman Calvin dan Barth yang mengacu pada Roma 9:11 dan 11:5, 7 (ibid, 275).5 Demikian pula Anderson yang mempertahankan bahwa “seluruh Israel” adalah semua orang percaya, Yahudi atau bukan Yahudi (Schreiner, 1998: 614615). Pemahaman Agustinus, Calvin, dan lain-lain bukan sebuah tafsiran yang keliru untuk memasukkan semua orang yang dipilih sebagai “Israel rohani”. Tetapi, apa sebenarnya yang dimaksud Paulus untuk istilah “seluruh Israel” dalam ayat 26?

Hendriksen menulis bahwa ada tiga (3) teori untuk istilah “seluruh Israel”, yaitu; perlama Teori yang lebih popular yang mengatakan bahwa “seluruh Israel” menunjuk kehidupan rakyat Yahudi di bumi hingga akhir masa, yang dikumpulkan bersama dengan jumlah penuh dari orang bukan Yahudi pada kedatangan Kristus kembali (fokus pada seluruh rakyat Yahudi yang hidup di bumi sepanjang masa); kedua Teori John Calvin menunjuk keseluruhan jumlah orang pilihan sepanjang sejarah yang akhirnya diselamatkan, yaitu seluruh orang Yahudi dan non-Yahudi; Ketiga, Teori Ketiga menunjuk pada istilah “seluruh Israel” total jumlah orang Yahudi pilihan, jumlah scluruh “sisa” lsrael-these interpreters are convinced that this is the only interpretation that suits the text and context (Hendriksen, 1981 : 379-381)”. Hendriksen dan lainnya6 mengikut pada teori ketiga yang menurutnya sejalan dengan teks dan konteks.

Demikianlah, ketiga teori tersebut menafsir “Israel” dari latar belakang yang berbeda, ada yang tetap memaksakan Israel sebagai suatu bangsa. Juga ada yang membedakan bangsa Israel dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Serta, ada yang berpandangan bahwa ketika berbicara tentang Israel juga berbicara tentang Gereja.

Sejalan dengan pemahaman Hendriksen dari pendefinisian kata “seluruh Israel”, Moo lebih memilih memberi penafsiran “Israel” yang dimaksud sebagai “the corporate entity of the nation of Israel as it exists at a particular point in time” (M00, 1996: 723). Namun, Moo memberikan alternatif

5Pandangan Agustinus, Luther, Calvin dan Barth mengarahkan pemahaman bahwa Israel telah diperluas pada zaman Perjanjian Baru, dengan pengertian bahwa Israel sekarang bukan lagi secara keturunan tetapi secara rohani (Israel rohani) yang terdiri atas semua orang yang dipilih Allah dari tiap suku bangsa. 6Beberapa teolog Reformed, seperti: Herman Bavinck, L. Berkhot; H. Ridderbos, setuju dengan teori ketiga (Hendriksen, 1981: 381-382)

Page 7: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

7

serius pada “the elect among Israel throughout time” (orang pilihan di tengah-tengah Israel sepanjang masa) (ibid, 723). Sehingga frasa “seluruh Israel” dalam ayat 25b dan ayat 26a menunjuk pada orang Israel pilihan sepanjang masa. Sepanjang masa menunjuk pada orang Israel pada zaman dahulu hingga kedatangan Kristus kembali. Kelihatan penyelamatan bangsa Israel itu ‘closely associated with the return of Christ in glory’ (ibid, 725). Proses keselamatan terhadap Israel erat kaitannya dengan Kristus datang kembali dalam kemuliaan.

Kata “sebagian Israel” dan “seluruh Israel” penting dipahami dengan baik, sebab berkaitan dengan peryataan dalam ayat-ayat berikutnya.

Ayat 28-29: “Mengenai Injil mereka adalah seteru Allah oleh karena kamu, tetapi mengenai pilihan mereka adalah kekasih Allah oleh karena nenek moyang. Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya” (TB).

Penulis memberi perhatian pada frasa “mengenai Injil mereka adalah seteru Allah” (ay. 28a) dan frasa “mengenai pilihan mereka adalah kekasih Allah” yang ditujukan kepada bangsa Israel. Ridderbos dalam bukunya Paulus: Pemikiran Utama Teologinya, menyatakan:

Di pasal ini khususnya, Paulus berusaha mensintetiskan penolakan Israel sebagai umat Allah di satu pihak, dan pemilihannya di pihak lain; Antithesis yang kesatuannya penuh ketegangan ini dinyatakan paling jelas di ayat 28-29, saat ia berkata bahwa dalam hal ketidakpercayaan Israel akan Injil, mereka adalah musuh Allah karena bangsa-bangsa lain, tetapi dalam hal pemilihan, mereka adalah kekasih Allah karena nenek moyang (Ridderbos, 2008: 375). Sebuah kontradiksi yang dialami oleh kelompok yang sama dalam waktu yang sama. Satu sisi,

Israel menjadi musuh Allah tetapi pada sisi yang lain Israel mcnjadi kekasih Allah. Situasi ini, Van den End menyimpulkan bahwa “kalau Israel dibenci (9:13) dan ditegarkan (9:17) oleh Allah, hal itu berlaku untuk sementara saja ‘Kekasih’ itulah perkataan Allah yang terakhir” (Van den End, 2008: 634). Hal ini mengingat bahwa Allah setia meskipun Israel tidak setia, janji Allah tidak dapat batal. Moo menjelaskan bahwa ayat 28 menjadi kunci hubungan dengan ayat 27, yang memberi kesan terjadi perubahnn argumen Paulus (M00, 1996: 729). Seperti yang disampaiknn Schreiner ketika menerjemahkan “Israel” dalam ayat 25b dan 26a, dengan bercermin pada konteks Roma 11.

Kemudian frasa “Allah tidak menyesali karunia dan panggilan-Nya” (ay. 29). Kata “karunia dan panggilan” berhubungan dengan pemilihan dan janji Allah. Hal tersebut perlu untuk mendapat informasi lebih, apakah panggilan sebagai salah satu karunia yang mama? Hendriksen menafsirkan frasa tersebut “God’s irrevocable calling, a call that is not subject to change and is never withdrawn” (Hendriksen, 1981: 384) (panggilan Allah tidak dapat batal). Untuk kata “karunia Allah” (God’s gracious gifts), Hendriksen mengatakan bahwa “God’s gracious gifts must not be identified, as oficn happens, with the special privileges granted to the Jews as a people (9:4, 5) (ibid). Karunia dan panggilan Allah dalam perikop ini adalah karya Allah yang bersifat permanen dan hanya bagi orang pilihan.

Dalam Ayat 30-32, dua fiasa menjadi perhatian. Frasa (1) “beroleh kemurahan oleh ketidaktaatan mereka” (ay. 30b); frasa (2) “mengurung semua orang dalam ketidaktaatan” (ay. 32a).

Kedua frasa tersebut tersebut seolah-olah dapat dipahami seperti yang diungkapkan Branch bahwa, bagaimana Allah dapat menuntut tanggung jawab atas ketidaktaatan kita jika Allah sendiri yang menyebabkan ketidaktaatan itu? Teks ini tampaknya menunjukkan dengan jelas bahwa ketidaktaatan orang Yahudi maupun orang kafir (Rm. 11:30-31) dalam pengertian tertentu merupakan aktivitas Allah supaya kemurahan hati-Nya dapat ditunjukkan (Brauch, I997: 34). Tindakan Kemurahan hati Allah dinyatakan kepada Israel dan bangsa-bangsa lain.

Pernyataan Dunn bahwa ayat 30-31 adalah tujuan memasukkan rahasia ketidaktaatan berhubungan dengan kesiapan untuk menyambut kemurahan, namun yang pasti tujuan akhir adalah “in order that he might have mercy on all ” (Dunn, 1998: 528-529). Allah “mengeraskan” sebagaian Israel menjadi jalan keselamatan bagi bangsa bukan Yahudi, namun keselamatan bangsa bukan Yahudi menjadi kecemburuan Israel. Paulus dalam Roma 9-11, nampak memberikan informasi tentang beberapa pengertian yang kemudian menjadi dasar-dasar doktrin, tentang; Pembenaran Allah, Pemilihan, Kedaulatan Allah, Perjanjian, Akhir zaman.

Page 8: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

8

BAB II SEJARAH ISRAEL, JEMAAT DI ROMA DAN LATAR BELAKANG SURAT

Dalam pembahasan Bab II ini, penulis memaparkan tentang asal pemilihan danjanji ALLAH

berhubungan dengan sejarah keselamatan bangsa-bangsa. Dalam hubungannya dengan keselamtan

bangsa-bangsa di dunia, ALLAH memilih dan menaapkan janji keselamatan bagi bangsa-bangsa

dimulai dari sebuah bangsa. ALLAH memanggil dan memberi janji kepada bangsa yang lemah dan

kecil, yaitu bangsa Israel (UL. 727-9). Dengan melihat situasi bangsa Israel dari sudut pandang

Perjanjian Lama (Lima Kitab Musa) dan Perjanjian Baru, juga dalam tulisan rasul Paulus, cukup

memberi gambaran mengenai bangsa Israel.

Penulis juga sedikit mendeskripsikan tentang permulaan perjanjian bangsa Israel, dan status

yang dimiliki oleh bangsa Israel di antara bangsa-bangsa lain. Dalam hubungannya dengan sejarah

keselamatan yang juga melibatkan bangsa-bangsa lain, penulis menghubungkannya dengan situasi

orang percaya di Roma yang menjadi tujuan surat Paulus. Pembahasan tentang bangsa Israel dalam

Bab II ini, berhubungan dengan pemenuhan janji keselamatan ALLAH. Juga beberapa informasi

penting yang mendukung penelitian penulis dalam Roma 11: 25-32 (pada Bab III), di antaranya:

berkaitan antara bapak leluhur dengan bangsa Israel; berkaitan bangsa Israel, perjanjian Allah dengan

bapak leluhur; berkaitan dengan salah satu isi pajanjian bahwa “akan menjadi berkat bagi bangsa-

bangsa”, dan lain-lain. Dalam Bab II ini juga menyinggung sedikit mengenai pandangan

Dispensasionalis tentang janji keselamatan kepada bangsa Israel.

A. Sejarah Bangsa Israel

Silsilah merupakan hal yang penting bagi bangsa-bangsa di dunia ini. Seiring perjalanan sejarah

dari zaman ke zaman dapat ditelusuri dengan melihat catatan sejarah. Silsilah menyatakan siapa

nenek moyang kita dan menentukan siapa ahli waris dan penerus selanjutnya. Terlebih dalam sebuah

sistem monarki, Silsilah sangat penting karena menyatakan apakah seseorang berhak menduduki

tahta, warisan atau tidak.

Demikian dengan sejarah bangsa Israel sebagai umat Pilihan dan sebagai jalan bagi bangsa-

bangsa lain untuk memperoleh keselamatan, penting untuk dipaparkan. Dengan mengetahui sejarah

bangsa Israel, orang percaya lebih memahami cara ALLAH bekerja dalam karya keselamatan.

Bagaimana keselamatan sampai kepada bangsa-bangsa lain? Perjanjian Lama, khususnya kitab Musa

dan Perjanjian baru juga memberi informasi tentang bangsa Israel sebagai pemegang janji ALLAH

memaparkan asal terbentuknya Bangsa Israel.

1. Bangsa Israel sebagai Umat Perjanjian

ALLAH memanggil satu individu untuk menjadi satu bangsa, yang menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Terbentuknya bangsa pilihan ALLAH, dimulai dari pemanggilan Abraham, yang kemudian kelak disebut sebagai salah satu dari bapak-bapak leluhur bagi bangsa Israel. Penulis tertarik untuk mengawali sejarah bangsa Israel sebagai umat Peljanjian ALLAH, di mulai dari jaman Patriakh7 (Abraham, Ishak dan Yakub). Zaman Patriakh meliputi periode dari hidup Abraham sampai duabelas anak Yakub.

Zaman Patriakh dimulai bapa leluhur yaitu Abraham. Abraham diperanakkan oleh Terah yang berasal dari keturunan Sem (Kej. 11). Terah, Ayah Abraham membawa keluarganya untuk

7Istilah Patriakh, dalam bahasa lnggris “patriarch” berasal dari kata Yunani Patriarch yang terdiri dari dua kata: pathr (“ayah/bapak”) dan arch (“permulaan" atau “pcmimpin“). lstilah ini dipakai untuk merujuk pada nenek moyang bangsa Israel. Webster 's New Collegiate Dictionary (Springfield: G & C Merriam Co., 1973: 840)

Page 9: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

9

meninggalkan Ur-Kasdim menuju kc tanah Kanaan (Kej. 11:31). Alkitab tidak menjelaskan mengapa Terah mengajak semua keluarganya keluar dari Ur. Kita juga tidak tahu apakah kepergian Terah dan keluarganya bersamaan dengan emigrasi besar-besaran orang Mesopotamia. Tentang keluarnya keluarga Abraham dari Ur, sebagian teolog menganggap keluarnya keluarga Abraham dari Ur dapat dijelaskan melalui Hipotesa Amorit (Amorite Hypothesis).8 Alkitab mencatat bahwa rencana Terah semula adalah pergi ke tanah Kanaan (Kej. 11:31), seperti jalur emigrasi dalam Teori amorit. Tetapi, akhirnya Terah memutuskan untuk berhenti dan tinggal lama di Haran.9 Teori Amorit tidak dapat dijadikan bukti satu-satunya, tentang alasan perpindahan Terah tanpa dukungan dari bukti-bukti yang lain.

Terlepas dari motivasi yang sesungguhnya di balik emiglasi Terah dan keluarganya, Alkitab mencatat bahwa Abraham meninggalkan keluarganya karena alasan teologis. ALLAH memanggil Abraham secara khusus (ch. 12:1-3). Pada waktu dipanggil ALLAH untuk pergi dari Haran, Abraham bemmur 75 tahun (Kej. 12:4). Ketaatan Abraham untuk meninggalkan Haran merupakan sesuatu yang istimewa. Ketika Abraham melangkah lebih jauh dari Haran, sebenamya sudah memasuki peradaban yang berbeda dari peradaban Mesopotamia, karena Harus terletak di ujung daerah Mesopotamia. Walaupun Abraham tidak mengetahui ke mana harus pergi (Kej. 12:1 “ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu”), namun kemungkinan besar Abraham pasti tahu bahwa peradaban yang baru di tanah Kanaan berbeda dengan peradapan tempat asalnya. Lebih jauh, tindakan ini membuat Abraham terpisah dari keluarganya secara sosial (karena orang-orang kuno terbiasa hidup bersama-sama) dan keagamaan (nenek moyang Abraham adalah para penyembah berhala, Yos. 24:2-3).10 Abraham telah menjalani hidup di Haran, kemudian menuju tempat yang belum diketahui keadaannya, tentunya ini membutuhkan kebulatan hati dan keyakinan bahwa di tempat yang baru menjadi lebih baik.

Kisah pemanggilan Abraham dicatat dalam kitab Kejadian pasal 12 secara panjang lebar.

Abraham sebelumnya benama Abram (Kej. 11:26, 27; bnd Kej. 17:5). Sejarah keselamatan umat

manusia dimulai dari Kejadian 12:1-3 (meskipun dalam Kej. 3:15 ALLAH telah janjikan itu), ketika

ALLAH berfirman kepada Abram:

“Pergilah dari negerumu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu, ke negeri yang

akan Kutunjukkan kepadamu. Aku akan membuat engkau menjadi Bangsa yang besar, dan

memberkati engkau serta membuat namamu masyur, dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan

memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk

engkau, dan olehmn semua kaum dimukn bumi akan mendapat berkat.” (TB)

Dari Ur-Kasdim. Mesopotamia, suatu kota penyembahan Dewa Bulan. Abraham dipanggil keluar

menuju tanah perjanjian, dipanggil keluar dari sanak saudara, budaya, dan penyembahan ilah, berjalan

menuju tanah Perjanjian. Abraham memenuhi panggilan ALLAH semata-mata hanya karena iman

kepada ALLAH, dan yang dijanjikan ALLAH (lbr. 11:8-19). Sebelum peristiwa Kejadian 12, Alkitab

tidak banyak memaparkan tentang Abraham. Informasi yang disajikan sebelum Kejadian 12 hanyalah

bahwa Abraham anak dari Terah yang tinggal di Ur-Kasdim tempat penyembahan ilah bulan.

Selunjutnya dalam kitab Kejadian pasal 12 sampai 50, disajikan fakta-fakta dasar mengenai awal

sejarah keselamatan. ALLAH menentukan untuk mdmilih bangsa tertentu bagi diri-Nya, dimana

melalui bangsa itu ALLAH memberkati semua bangsa. ALLAH dengan sungguh-sungguh menempatkan

8Victor P. Hamilton dalam bukunya The Book of Genesis Chapters 1-17, N1COT(Hamilton, 1990: 60). Teori ini menyatakan bahwa pada sekitar tahun 3000 SM orang-orang dari daerah barat Mesopotamia (disebut “Amurru”) mengadakan emigrasi besar-besaran dari Mesopotamia melalui Siria dan Palestina lalu ke Mesir (Yakub Tri Handoko: www.gkri-exodus.org/image-upload/BIBPPL I_02_Sejarah.pdf) 9Ada beberapa kemungkinan mengapa Terah berhenti di Haran. Dia menganggap Haran sudah cukup aman dan jauh dari Ur. Penduduk Haran juga menyembah dewa bulan seperti orang-orang Ur, sehingga Terah merasa nyaman dengan hal itu. Haran juga bisa dianggap sebagai ujung peradaban Mesopotamia; jika Terah melangkah lebih jauh, maka Terah harus bersiap dengan peradaban lain. Lihat Alfred J. Hoerth, Archaeology & the Old Testament (Hoerth. 1998: 72). 10Yosua 24:2-3 Berkatalah Yosua kepada Seluruh bangsa itu: ”Beginilah Firman TUHAN, Allah: Dahulu kala di seberang sungai Elim, di sinilah diam nenek moyangmu. yakni Terah, Ayah abraham dan ayah Nahor, dan merekn beribadah kepada allah lain. Tetapi AKU mengambil Abraham, bapamu itu...(TB, LAI)

Page 10: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

10

diri-Nya di bawah sumpah untuk memberi tanah dan menjadikan keturunan Abraham sebagai satu

bangsa yang besar.

Perjanjian atau Kovenan Abraham adalah penting untuk mendapatkan pemahaman-pemahaman

yang tepat tentang konsep Perjanjian (sebab hubungan yang terjalin antara ALLAH dan bangsa Israel

adalah hubungan perjanjian) dan menjadi dasar Teologi Perjanjian Lama.

Istilah “perjanjian” dalam bahasa Latin: convenir diterjemahkan: bersepakat, dalam bahasa

lnggris dapat melihat dua kata yaitu “covenant” diterjemahkan perjanjian, dan “testament”

diterjemahkan “wasiat” dan dalam hubungannya dengan Alkitab diterjemahkan “Perjanjian” (M.

Echols An English-lndonesian Dictionary). Sedang dalam bahasa Ibrani ‘berit’ yang terjemahannya:

agreement, alliance, covenant, Holladay dalam Lexicon of The Old Testament mengarahkan perjanjian

ALLAH dengan Abraham dalam Kejadian 15:18. Bahwa ALLAH membuat perjanjian pada hari itu

kepada Abraham dan ALLAH sendiri yang memprakarsai perjanjian itu. Peristiwa dijelaskan dalam

Kejadian 15:17-18, ketika matahari telah terbenam dan hari menjadi gelap maka kelihatanlah

perapian yang berasap beserta suluh yang berapi lewat di antara potongan-potongan daging itu.

Perapian sering menjadi lambang atau simbol kehadiran ALLAH (ing. “Fire”, Kel. 19:18; Ul. 4:11-13;

lbr. 12:18), simbol kehadiran ALLAH atau disebut juga Theofani.

Peristiwa terjadinya perjanjian ALLAH dengan Abraham (Kej. 15:17-18) terjadi hanya sepihak,

dimana hanya tampak Theofani (kehadiran ALLAH) yang melewati potongan-potongan daging hewan

korban, sedang Abraham tidak turut melewatinya. Berbeda dalam Ulangan 19:18, Theofani (ALLAH)

mengikutsertakan Musa dan bangsa Israel dalam perjanjian di Sinai. Dengan demikian. perjanjian

ALLAH dengan Abraham adalah inisiatif dari ALLAH.

Kovenan Abraham adalah kovenan tak bersyarat pada awalnya, tetapi kemudian bersyarat.

Awalnya, ALLAH sendiri yang berikhtiar untuk mengadakan perjanjian dengan Abraham. ALLAH

mengikatkan diri-Nya sendiri dalam perjanjian itu. ALLAH tidak berkewajiban untuk membuat

perjanjian ataupun untuk memilih Abraham. ALLAH dari awal telah merencanakan keselamatan umat

manusia pasca kejatuhan dalam dosa (Kej. 3). Rencana karya keselamatan melalui perjanjian yang

ALLAH buat bersifat kekal, tidak dapat dibatalkan. Namun, pada waktu-waktu berikutnya. keturunan

Abraham (bangsa Israel) melanggar perjanjian itu, sehingga perjanjian bersifat besyarat. namun tidak

batal.

Perjanjian ALLAH kepada Abraham (Kej. 12:2-3), meliputi (1)“AKU akan membuat engkau

besar”; (2) “dan memberkati engkau”; (3) “membuat namamu masyur”; (4) “engkau akan menjadi

berkat’” (5) “olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat”. Lima poin janji ALLAH

kepada Abraham dapat disimpulkan dalam 3 (tiga)ha1, yaitu: janji tanah (tempat/wilayah); janji

keturunan; dan janji berkat (juga dalam bentuk penebusan).

Dari pemaparan penulis, dapat disimpulkan kronologi kehidupan Abraham, (a) ketaatan

Abraham memenuhi panggilan ALLAH adalah bukti keteladanan iman (Ibr. 11:8); (b) pembenaran

(Kej. 15:6) dan penetapan Abraham sebagai bapak orang beriman (Rm. 4:12) merupakan bukti bahwa

pembenaran bukan didasarkan pada perbuatan tetapi pada iman; (c) Alkitab mencatat Abraham

disunat dalam Kejadian 17:9-14, sedang fakta Abraham dibenarkan dalam Kejadian 15:6, dengan

demikian pembenamn Abraham tetjadi sebelum Abraham disunat. Ini menjadi catatan penting dalam

Surat Paulus, bahwa pembenaran itu bukan karena sunat (Rm. 4:9-12); (d) Abraham

mempersembahkan Ishak menjadi korban bakaran (Ibr. 11:17-19), bukan hanya membuktikan iman

Abraham, tetapi juga bukti pembenarannya (Yak. 2:21-23).

Alkitab mencatat tentang usaha Abraham dalam mempercepat proses janji ALLAH kepadanya

tentang keturunan. ALLAH berjanji untuk memberi Abraham keturunan dari Sara, istri Abraham.

Namun ternyata Abraham mengambil cara lain dengan mengambil Hagar sebagai istrinya yang

kemudian memperanakkan Ismael (Kej. 16:15). Walaupun, Ismael secara biologis lahir sebagai anak

sulung, namun Ismael bukan anak yang dijanjikan. Ishak lahir dari rahim Sara adalah anak yang

Page 11: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

11

dijanjikan, “...anak kandungmu, dialah yang akan menjadi ahli warismu (Kej. 15:4). Ahli waris

penerima janji tidak didasarkan pada keturunan biologis tetapi oleh “perjanjian”. Allah memberikan

beberapa janji kepada Abraham: tanah, keturunan yang besar dan Nama yang masyhur (Kej. 12:1-3).

Janji ini diulang berkali-kali seiring dengan krisis yang terjadi dalam hidup Abraham (Kej. 12:7, 14-17;

15:7, 13; 1721-8). Jika dihitung sejak pemanggilan dari Abraham (Kej. 12:4) sampai Abraham mati

(Kej 25:7), maka Abraham telah mengimani janji Allah selama 100 tahun. Akhirnya Abraham memang

mendapatkan keturunan sesuai dengan janji TUHAN, namun waktu Abraham meninggal keturunannya

belum menjadi bangsa yang besar (Kej 25: 1-10). Keturunan Abraham pun belum memiliki tanah

Kanaan (bdk. Kej. 15:13-16). Juga belum ada indikasi bahwa Nama Abraham dikenal oleh bangsa-

bangsa kuno pada waktu itu (kemenangan atas beberapa raja di Kejadian 14 pasti melambungkan

popularitas Abraham, namun sejauh ini tidak ada bukti nonbiblikal yang menunjukkan kemasyhuran

Abraham). Yang penting adalah Abraham sebagai nenek moyang jasmani bangsa Israel (Rm. 4:1) telah

memberi teladan iman yang benar (Ibr. 11:8-16), yaitu tetap percaya sekalipun belum mendapat (Ibr.

11:13, 39-40).

Abraham meninggal dunia, janji ALLAH diteruskan kepada Ishak (Kej. 25:11), bukan kepada

keturunan Abraham yang lain, karena Ishak adalah anak perjanjian (Kej. 17:19, 21). Hal ini

membuktikan bahwa tidak semua keturunan secara biologis ataujasmani dari Abraham adalah orang

Israel (Kej. 9:6b-9). Dalam kedaulatan-Nya, ALLAH telah memilih Ishak untuk menerima janji yang

seperti Abraham terima (Kej. 26:3-5). Hal serupa dengan ayahnya, Ishak juga mempunyai istri yang

mandul (Ribka), namun ketika Ishak berdoa, ALLAH mengabulkan doa Ishak dan akhirnya Ribka

mengandung (Kej. 25:21). Ribka melahirkan bayi kembar bagi Ishak, bayi pertama yang keluar diberi

nama Esau, yang kedua diberi nama Yakub (ay. 25-26). Ishak akhirnya mati pada umur 180 tahun (Kej.

35:28). Ishak memberkati Yakub yang seharusnya diberikan kepada Esau sebagai anak sulung. Ishak

telah berjalan bersama TUHAN selama 105 tahun, jika pada saat Abraham mati (Kej. 25:7) Ishak

bemmur 75 tahun (bdk. Kej. 21 :5).

Janji TUHAN selanjutnya diteruskan kepada Yakub, sekalipun Yakub memiliki saudara kembar

yang benama Esau (Kej. 25:23-26). Hal ini, sekali lagi membuktikan bahwa umat Allah adalah

berdasarkan pada pilihan atau janji, bukan keturunan jasmani (Rm. 9:10-13). Janji atau pilihan inipun

dibuat bukan berdasarkan perbuatan baik Yakub (Rm. 9:1 1). Dalam kenyataannya Yakub justru sering

memperdaya orang lain (Kej. 25:29-34; 2721-29; 30:31-43). Yakub memperanakkan 12 (duabelas)

anak laki-laki yang kelak menjadi 12 (duabelas) suku Israel (Kej. 35:22b). Nama “Israel” sendiri

didasarkan pada perubahan Nama Yakub (Kej. 32:28). Pada masa tua Yakub jumlah keturunannya

sudah mencapai 70 orang (Kej. 46:27). Akhirnya Yakub mati pada umur 147 tahun.

Arti “Yakub” yaitu pemegang tumit (Kej. 25:26) diganti dengan “Israel” yang berarti bergumul

dengan Allah (Kej. 32:28). Perubahan Nama Yakub ini menandai fase penting dalam hidupnya. Yakub

dahulu selalu berusaha dengan kekuatan sendiri untuk mencapai sesuatu yang sebenarnya sudah

dijanjikan Allah (Kej. 25:23), misalnya memperdayai kakaknya untuk mendapat hak kesulungan (Kej.

25:29-34) dan menipu ayahnya untuk mendapatkan berkat (Kej. 27: 129). Setelah peristiwa

perubahan Nama di Kejadian 32, Yakub tidak lagi menipu atau memperdayai orang lain. Kisah Yakub

setidaknya memindahkan latar belakang geografi dari Kanaan menuju ke Mesir dan di sinilah dimulai

sebuah babak baru sebuah bangsa, yaitu bangsa Israel.

Abraham, Ishak dan Yakub dipilih ALLAH bukan karena benar dan baik, tetapi oleh kedaulatan

pemilihan dan perjanjian ALLAH.

Allah menggenapi janji-Nya kepada Patriakh bangsa Israel, terwujud dalam sejarah keselamatan.

Israel dipanggil untuk masuk ke dalam hubungan khusus dengan Allah atau menjadi Umat Allah.

Penetapan Israel sebagai bangsa Allah (umat Allah), bukan karena keunikan atau kebesaran Israel.

Tetapi Allah mengingat janji-Nya kepada leluhur mereka. Sebagaimana Allah mengikatkan diri-Nya ke

Page 12: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

12

dalam perjanjian dengan Leluhur (Abraham, lshak dan Yakub). Allah meneruskan perjanjian-Nya

dengan bangsa Israel sebagai penerus janji kepada bapa-bapa leluhur.

Demikian Firman Allah dalam Keluaran 19:3b-6, "Beginilah kaukatakan kepada keturunan

Yakub dan kau beritakan kepada orang Israel, Kamu sendiri telah melihat apa yang Kulakukan

kepada orang Mesir, dan bagaimana Aku telah mendukung kamu diatas sayap Rajawali dan

membawa kamu kepadaKu, Jadi sekarang,jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firmanKu

dan berpegang pada perjanjianKu, maka kamu akan menjadi harta kesayanganKu sendiri dari

antara segala bangsa, sebab Akulah yang empunya seluruh bumi. Kamu akan menjadi bagiKu

kerajaan imam dan bangsa yang kudus. Inilah semuanya firman yang harus kau katakan kepada

orang Israel. (TB)

Perjanjian Allah dengan bangsa Israel menjadi bersyarat, dengan ditandai ketika terjadi

perjanjian itu, Ulangan 19:18, Theofani (kehadiran ALLAH) mengikutsertakan Musa dan bangsa Israel

dalam perjanjian di Sinai. Perjanjian kemudian bersifat bersyarat, bangsa Israel harus taat dan setia

dan sungguh-sungguh mendengarkan firman Allah dan berpegang pada perjanjian Allah.

ALLAH memilih Musa untuk mempimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, dari tempat

perbudakan (Kel. 2:6-10). Perjanjian melalui Musa tidak menggantikan perjanjian sebelumnya dengan

Abraham dan Israel (Longman 111, 201 1, 51).

Hubungan perjanjian Allah dengan bangsa Israel dilukiskan dengan 3 cara yaitu:

a. Menjadi harta kesayangan Allah di antara segala bangsa b. Menjadi kerajaan Imam dan bangsa yang kudus c. Israel akan menjadi umat Allah sendiri, dipisahkan dari bangsa-bangsa lain untuk melayani-Nya.

Demikian bangsa Israel menjadi umat perjanjian Allah, oleh karena Allah sendiri yang menetapkan perjanjian dengan leluhur bangsa Israel. Bangsa Israel harus taat pada perjanjian bersama dengan Allah. Allah telah memberikan tanah perjanjian kepada bangsa Israel pasca pembebasan mereka dari tanah perbudakan di Mesir. Dalam perjalanan untuk mencapai perjanjian Allah dengan leluhur bangsa Israel, Allah menjelaskan kepada Musa sebuah konsep perjanjian dalam Keluaran 6:1-7 dan ayat 6 merupakan kunci keseluruhan kitab Keluaran “Aku akan mengangkat kamu menjadi umatKu dan Aku akan menjadi Allahmu”. Oleh karena itu dalam keseluruhan kitab Keluaran, istilah “umat-Ku” (7:4,16; 8:1,20-23, 9:1,13,17; 10:3,4 bnd. 3:10; 4:22), “TUHAN, Allah orang Ibrani” (7:16; 9:1; 10:3 bdg. 5:3) muncul dalam frekuensi yang cukup banyak. Raja Firaun pun selalu menyebut TUHAN dengan “TUHAN Allahmu” (8:28; 10:8, 16, 17). Tuhan pun selalu menyebut diri-Nya dalam berhubungan dengan bangsa lsreal dengan “TUHAN, Allahmu” (6:6b; 15:26; 16:12; 20:2,5,7,10,12; 23:19,25; 34:24,26). Puncak dari hubungan Allah dan bangsa Isreal tersebut terjadi di Sinai (19:5) yang dinyatakan dalam bentuk “pertemuan Tuhan dengan bangsa Israel” (19:17), “berbicara” (20:22), “melihat Allah” (24:10). Selanjutnya Allah dan bangsa Israel membuat perjanjian melalui Decalogue (20:1-17) dan Kitab Perjanjian (21-23) dan kemudian perjanjian itu disahkan (Kel. 24). Sebagai bukti dari perjanjian itu Allah hadir di tengah-tengah umat-Nya melalui pendirian Tabernakel. Kitab Keluaran diakhiri dengan gambaran tentang kehadiran Allah melalui awan (40:34-38).

Perjanjian Abrahamik dilanjutkan pada perjanjian Sinaitic (Sinaitic Covenant).11 Kovenan di Gunung Sinai menginaugurasi tergenapinya inti janji kehadiran Allah di antara umat-Nya, bahwa Allah mendirikan pemerintahan-Nya di Israel dalam komitmen-Nya untuk memberkati dan melindungi umat-Nya. Dan Allah berjanji bahwa penggenapan diperuntukkan bagi mereka hanya jika mereka merespons kepada-Nya dalam kesetiaan (Yes. 48:17-19) (Van Gemeren, 2005: 117).

11Perjanjian Abrahamic terjadi ketika Abraham dipanggil keluar dari Haran menuju ke Tanah Perjanjian, sedang perjanjian Sinaitic terjadi ketika bangsa Israel (keturunan Abraham yang telah menjadi sebuah bangsa) dipanggil keluar dari Mesir menuju ke tanah Kanaan (Tanah Perjanjian). Perjanjian Sinaitic atau kovenan dengan Musa mengaplikasikan manfaat-manfaat dari kovenan Abraham kepada Israel dan meluaskan janji-janji dari sosok individu sang patriakh ke seluruh bangsa (Van Gemeren. 2005: 117)

Page 13: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

13

Allah berjanji membuat Israel menjadi “imamat yang rajani dan suatu bangsa yang kudus” (KeLI926). Bangsa itu dikhususkan oleh TUHAN untuk menjadi mediator kebenaran-Nya bagi bangsa lain (Enns-l, 2003: 62)12 Israel menjadi mediator Allah bagi bangsa-bangsa lain dalam recana keselamatan Allah bagi dunia ini, sama sekali bukan karena Israel baik adanya tetapi kesetiaan Allah akan janji kepada leluhur.

Kovenan sebagai pengantar anugerah dan janji mengalami transformasi di dalam pembahaman kovenan. Tuhan meyakinkan umat-Nya bahwa penciptaan dan penebusan saling terkait, kovenan adalah milik Allah (Van Gemeren, 2005:117). Kovenan Allah terhadap bangsa Israel terus diperbarui untuk memberi peringatan kepada bangsa Israel, sehingga mereka tidak menyombongkan diri sebagai bangsa yang spesial.

Sejarah bangsa Israel sebagai umat perjanjian terus dicatatkan dalam Alkitab, Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Sejarah perjanjian bangsa Israel tidak terputus dalam berita Perjanjian Lama, tetapi terus berkesinambungan dalam berita Perjanjian Baru.

Penulis Injil Matius memiliki harapan bahwa Israel (Nama Israel diasosiasikan dengan Nama Yakub Kej. 32) kelak menyambut Yesus sebagai Mesias. Beberapa catatan dalam Injil Matius menunjuk hal tersebut. Memulai catatan dalam silsilah Tuhan Yesus, dari keturunan Daud, anak Abraham (Mat. 1:1). Janji mengenai Mesias, tidak dimulai zaman Perjanjian Baru, namun dalam Perjanjian Lama. Janji kedatangan Mesias, Sang Juruslamat (Yang di Urapi) untuk membawa pembebasan bagi umat-Nya. Berita penggenapan janji kepada bangsa Israel, dibuktikan terhadap berita penyampaian pertobatan kepada bangsa Israel yang disuarakan oleh Mesias “Bertobatlah sebab Kerajaan Allah sudah dekat (Mat. 4:17, Luk. 24:47). Dilanjutkan dengan kisah pelayanan Tuhan Yesus terfokus kepada orang-orang Yahudi (Israel), Yesus mengajar di Bait Allah (Sinagoge), Yesus banyak berbicara mengenai kebiasaan orang Yahudi (Israel), termasuk tentang Hukum Musa bagi Israel, dan sampai pengutusan kedua belas rasul ke seluruh Israel.13 Namun, ketika Tuhan Yesus berbicara kepada seorang perempuan Siro Penesia, bahwa “Aku diutus hanya kepada domba-domba yang hilang dari Israel. . .” dan “Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing” (Mat. 15: 24, 27; Mar. 7: 27). Ungkapan dalam kisah tersebut mendeskripsikan tentang besarnya iman yang dimiliki seorang perempuan yang bukan berkebangsaan Israel (nonYahudi). Matthew Henry menuliskan bahwa peristiwa tersebut memberikan keterangan bahwa orang-orang bukan Yahudi juga mendapatkan perhatian dan belaskasihan yang sungguh yang disimpan Kristus bagi mereka (Henry, 2008: 744). Berita yang dicatat dalam kitab lnjil Sinoptik menjadi klaim diperuntukkan pertama kepada orang Yahudi (Israel), dan kemudian ada saat dimana bangsa-bangsa lainpun mendapat perhatian dalam sejarah keselamatan. Dan, belajar dari perjalanan Tuhan Yesus selama hidup-Nya bagaimana Tuhan Yesus menawarkan diri-Nya kepada bangsa Yahudi (Baxter, 1993: 228). Fokus utama berita kedatangan Kristus juga menempatkan Israel sebagai yang diutamakan.

Dalam kaitannya Israel milik kepunyaan Allah, dengan sebutan “Allah Israel” (“...mereka memuliakan Allah Israel” Mat. 15:31; bdk Luk. 1:68), ketika Yesus menyembuhkan banyak orang sakit, dan ketika Zakharia menyanyikan pujian syukur atas kelahiran Yohanes. Berita-berita tersebut menunjukkan sejarah bangsa Israel sebagai umat perjanjian belum berhenti. Israel dekat dan identik dengan Allah yang mengerjakan keselamatan bangsa-bangsa.

Selain catatan dalam kitab Injil, dapat juga menemukan dalam beberapa surat rasul Paulus yang banyak berbicara tentang Israel sebagai umat Perjanjian Allah. Dalam Kisah Para Rasul 15:14 “... sejak semula Allah menunjukkan rahmat-Nya kepada bangsa-bangsa lain, yaitu dengan memilih suatu umat dari antara mereka bagi nama-Nya”. Dan tentunya juga menyangkut tentang kelanjutan hidup bangsa Israel sebagai umat Perjanjian di antara bangsa-bangsa yang ada. Terjadi perdebatan tentang kelanjutan status bangsa Israel sebagai umat Perjanjian, sebab Israel telah seringkali melakukan

12Israel menjadi Imam bagi bangsa-bangsa, menjadi mediator anugrah Allah bagi bangsa-bangsa di dunia. Sebagaimana yang dinyatakan kepada Abraham “semua bangsa di bumi akan diberkati" (Enns, 2003: 62). Bangsa Israel menjadi terang bagi bangsa-bangsa lain (Yes. 48) 13Berita-berita tersebut disampaikan oleh lnjil Sinoptik (Marius, Markus, Lukas dan Yohanes). Bukan berarti orang-orang non-Yahudi tidak mendapat perhatian dalam pelayanan Tuhan Yesus ketika masih di bumi. Keempat lnjil Sinoptikjuga memberitakan beberapa pelayanan Tuhan Yesus kepada orang-orang non-Yahudi (Perempuan Siro Penesia (Mat. 15: 24, 27; Mar. 7: 27, Perempuan Samaria (Yoh. 4: 1-42). Lht. jg buku Van Bruggen, 2004: )

Page 14: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

14

kegagalan dan bahkan telah menolak Yesus Kristus. Dalam pelayanan perdananya, Paulus juga menjangkau orang-orang Yahudi, namun karena mereka menolak, akhirnya Paulus memfokuskan untuk melayani orang-orang non-Yahudi tanpa mengyahudikan mereka (Enns-l, 2003: 124-125), juga dicatat dalam Kisah Para Rasul pasal 22. Seperti pola pelayanan Tuhan Yesus, demikian pola pelayanan yang dikerjakan oleh Paulus yakni melayani orang-orang Yahudi dan kemudian melayani orang-orang non-Yahudi. Pernyataan Paulus dalam salah satu tulisan Suratnya, “...pertama-tama kepada orang-orang Yahudi kemudian orang-orang non-Yahudi” (Rm. 1: 16; 2: 9, 10).

Status bangsa Israel sebagai umat perjanjian Allah, yang memiliki identitas khusus mendapat perhatian rasul Paulus. Perhatian tersebut bukan disebabkan karena rasul Paulus adalah orang Yahudi (meskipun di satu sisi Paulus juga berkewargaan Romawi). Melainkan karena Paulus memahami bahwa Israel telah mendapat belaskasihan khusus daripada bangsa-bangsa lain.

Perjanjian Baru tetap mengakui eksistensi Israel sebagai umat Allah tanpa sedikitpun mengindikasikan bahwa status Israel sebagai umat Allah sudah berhenti ataupun tergantikan.

2. Bangsa lsrael sebagai Umat Pilihan

Pemilihan Allah atas umat-Nya yaitu Israel tidak bisa dipahami sebagai sesuatu yang tidak adil dan pilih kasih. Dan tidak juga sebagai pengutamaan atau pengistimewaan segolongan manusia tertentu dari pihak Allah. Namun jika kita bertolak dari Ulangan 9:5-6 nyata bahwa Allah tidak pernah bermaksud untuk meninggikan suatu bangsa di atas bangsa yang lain berdasarkan keadilan-Nyn. Namun sebaliknya, pemilihan Allah dapat merupakan suatu beban, yakni beban berat atas kehidupan Israel. Allah memang telah memilih Israel sebngai umat pilihan, tetapi Israel harus membayar dengan harga yang sangat mahal dan Israel harus pula menderita untuk menjadi bangsa pilihan Allah. Konsekuensi sebagai umat pilihan Allah adalah kesetiaan.

Israel yang memberontak membuat Allah menyerahkannya kepada kehinaan, musuh-musuh di sekitarnya, kekalahan yang terus-menerus sebagai suatu pembelajaran bagi umat. Bahkan Israel sendiri sebagai umat pilihan mempertanyakan “mengapa Allah telah memilih kami?” dan pertanyaan ini mau menyatakan kehinaan dan kerendahan Israel sebagai umat pilihan. Namun demikian, Allah pada akhirnya selalu menolong pergumulan mereka.

Alkitab mencatat tidak sedikit mengenai kegagalan Israel menjadi umat pilihan Allah. Namun Allah tidak pernah meninggalkan mereka. Di saat mereka mengalami kegagalan (tidak taat), Allah memberi pelajaran bagi mereka, sehingga mereka belajar untuk hidup taat. Pemilihan bangsa Israel oleh Allah merupakan gagasan yang mendasari kitab Ulangan. Scbab di dalam kitab Ulangan terdapat 30 kali kata kerja bahasa Ibrani bakhar yang berani “memilih". Pemilihan bangsa Israel ini tidak terlepas dengan pemanggilan Allah kepada Abraham dalam Kejadian 12:1-3, dan janji-Nya yang diajukan kepada keturunan Abraham. Allah memanggil Abraham untuk membentuk dari keturunannya suatu bangsa yang baru untuk karya penyelamatan-Nya yang baru yaitu suatu umat yang kudus.

Bangsa lsrael sudah menetap di Mesir selama ratusan tahun, tetapi Tuhan tidak melupakan janji-Nya kepada nenek moyang mereka (Kej. 15:13-15; Kel. 2:23-24). Allah memanggil Musa (Kel. 3) untuk membebaskan bangsa Israel melalui berbagai macan tulah (Kel. 7-12, ada 10 tulah). Bangsa Israel akhirbya diperbolehkan keluar dari tanah Mesir dengan membawa banyak harta (Kel. 12:35-36, 40-41; bdk. Kej. 15:14). Peristiwa ini merupakan permulaan yang serba baru bagi bangsa Israel. Bebeapa teolog bahkan menganggap peristiwa ini sebagai kelahiran bangsa Israel swbagai sebuah Negara (Bruce, 1997: 1). Pemanggilan Israel keluar dari tempat perbudakan, menandai pembebasan Israel. Israel dipilih dari antara bangsa-bangsa, dan dipanggil keluar dari perhambaan untuk mendapatkan kemerdekaan. Sehingga mereka bukan hamba. melainkan anak-anak Allah.

Peristiwa keluarnya Israel dari Mesir menjadi model pembebasan (penebusan) Perjanjian Lama di Sinai. Dan menjadi klimaks dari sejarah keselamatan dalam Perjanjian Lama. Berita penting kitab Keluaran menjadi tipologi dalam peristiwa masa depan yang berkaitan dalam sejarah keselamatan yang berhubungan dengan sejarah Israel, seperti: panglihatan para nabi tentang kembalinya bangsa Israel dari pembuangan digambarkan sebagai peristiwa Keluaran yang baru (Yes. 43:14-21; Yeh. 20:32-44); Pemaznur minta bantuan dari Allah dengan mengutip Keluaran sebagai contoh dari karya penyelamatan Allah (Maz. 80:8; 81:6; 99:6); dan kutipan lainnya dalam surat-surat oleh Paulus (1 Kor. 10:1-5). Dapat disimpulkan bahwa kitab Keluaran menjadi saksi berita jaminan kelepasan Allah pada

Page 15: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

15

masa kesukaran di masa depan. Kitab Keluaran menandai suatu era baru dari kehidupan bangsa Israel (Rowley, 2011:19).

Penting memperhatikan apa yang dituliskan oleh Musa dalam kitab Tauratnya, yang memberi informasi yang panjang lebar mengenai sejarah perjanjian Allah dan perkembangannya. Allah memakai Musa untuk memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir, namun pada hakikatnya Allah sendirilah yang menjadi pemimpin bagi Israel. Kitab Kejadian sampai Ulangan memberi banyak informasi sejarah Israel sebagai umat yang dipilih Allah dari bangsa-bangsa, dan sebagai umat yang dipanggil untuk menjadi mediator Allah. Israel sebagai umat pilihan mengalami perbudakan di Mesir, untuk itu Allah membebaskan mereka dengan memanggil mereka keluar dari Mesir. Sebab untuk mcnjadi mediator Allah bagi bangsa-bangsa, tentunya bukan bangsa yang mengalami penindasan (menjadi budak). Bagaimana mungkin bangsa yang dalam kegelapan dapat membawa terang bagi bangsa-bangsa lain, bangsa yang dalam perbudakan dapat menceritakan kelepasan jika mereka tidak mengalamai kelepasan.

Dalam perjalanan pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir menuju Tanah Perjanjian, sering Israel memberontak terhadap Allah. Kemudian Allah memberi hukum kepada lsrael. Hukum menjadi dasar bagi cara hidup bangsa Israel, yang sering gagal untuk taat kepada Musa terlebih untuk taat kepada Allah.

Gunung Sinai adalah saksi perjanjian dengan Abraham diikatkan kepada bangsa Israel seluruhnya secara resmi dan nyala, dan hukum Taurat diberikan sebagai hukum Perjanjian. Sebelum itu hukum hanya diberikan secara lisan dan turun temurun. Tetapi di padang gurun Sinai hukum telah menjadi bagian dari upacara pengadaan perjanjian. Allah sendiri menulisnya di atas dua Loh Batu. dan semua peraturan yang terperinci diberikan dalam kitab Keluaran-Ulangan.

Pemberian hukum Taurat kepada bangsa Israel menjadi sarana Allah. Dalam hal ini penulis memaparkan sedikit luas mengenai Hukum yang Allah beri kepada Israel. Hal tersebut disebabkan oleh pemahaman yang keliru dari Israel sendiri mengenai arti, tujuan, dan fungsi pemberian Hukum tersebut. Hukum Taurat datang karena dosa seperti yang Paulus katakan (Rm. 5:20; Gal.3: l9). Hukum Taurat itu baik, karena merupakan ungkapan dari karakter Allah. Tetapi hukum Taurat bukanlah dasar yang Allah inginkan bagi hubungan antara ciptaan-ciptaan-Nya dengan diri-Nya Hukum Taurat adalah suatu yang bersifat sementara yang diberikan kepada umat Israel ketika mereka dalam perjalanan menuju Tanah Perjanjian. Jadi pernah ada suatu waktu dimana hukum Taurat yang tertulis tidak diberikan, dan akan ada suatu waktu dimana hukum Taurat itu tidak difungsikan lagi (Boice, 2009: 246). Hal tersebut paralel dengan maksud kedatangan Tuhan Yesus ke dunia, dalam menggenapi tuntutan hukum Taurat sebab tidak ada seorangpun yang dapat memenuhi tuntutan Hukum tersebut untuk dapat dibenarkan.

Hukum yang Allah beri biasa dimengerti juga dengan sebutan “Torah”. Kata “Torah” dalam bahasa Ibrani memiliki beberapa arti yang berbeda namun berhubungan erat, yakni: “hukum, arahan, instruksi, didikan dan pengajaran". Keberagaman arti leksikal ini langsung memberikan peringatan untuk tidak mereduksi arti “Torah” secara sempit: perintah atau hukum. Pengertian-pengertian di atas terlihat dalam penggunaan kata “Torah” dalam Perjanjian Lama dengan arti yang beragam, seperti: menunjuk kepada hukum-hukum (Kel. 20; U1. 33; Maz. 78:1, 5, 10); menunjuk kepada seluruh kehendak Allah yang tertulis (Ul. 4:4; 30: 10; 31:9); menunjuk pada Lima kitab Musa (Kej.-U1. bdk Yos.1:8); menunjuk arti “Firman” Tuhan (dalam PL, Maz.1); menunjuk nasihat-nasihat hikmat seorang ibu, ayah ataupun pidato guru yang hikmat, serta dari nabi-nabi (Ams. 1:8; 6:20, bdk 31 :26; 4:1; 7:2; 13:14; Yes.8:16, 20; 30:9); digunakan untuk proklamasi profetis-eskatologis dari para nabi (Yes. 2:3; 42:4; Mik. 4:2); kata Torah dalam Perjanjian Baru menggunakan istilah nomos menunjuk kepada seluruh Perjanjian Lama (Mat. 5:17-18; Luk. 16:17; Tit. 3:9) (Yan Nggadas (Artikel), 2011).

Rasul Paulus sering menggunakan istilah nomos dalam surat-suratnya. Istilah itu dipakainya dalam beragam arti, terutama dalam suratnya kepada jemaat di Roma. Walaupun istilah nomos mempunyai berbagai arti, sesuai dengan konteks dimana istilah itu muncul. Istilah itu pada umumnya diterjemahkan dengan “hukum Taurat” dalam Alkitab (TB). Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK) menerjemahkannya secara beragam, dengan istilah-istilah “hukum-hukum dan peraturan-peraturan Allah, “hukum-hukum Allah”, “hukum Musa”, “hukum Agama”, “hukum agama Yahudi”, ataupun “perintah-perintah Allah”, namun tidak selalu mengungkapkan maknanya dalam setiap konteks (Katopo (Jurnal Biblika), 2007: 57), Sehingga dapat disimpulkan bahwa pemakaian istilah hukum bervariasi khususnya dalam Perjanjian Baru, semuanya disesuaikan dengan konteks dari masing-masing surat.

Page 16: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

16

Pemberian hukum Taurat kepada bangsa Israel merupakan stimulasi dari kovenan dalam kerajaan mediatorial bahwa Israel harus taat apabila bangsa itu mau menikmati berkat Allah (Enns-l , 2003: 63). Hukum Taurat ini juga menjadi tanda bagi bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah, sebab bangsa-bangsa lain tidak memiliki hukum tersebut. Hukum Taurat tidak membatalkan perjanjian Abraham, dimana dasar dari perjanjian Abraham adalah iman (Baxter, 1993: 88-89). Allah mengikatkan diri dalam perjanjian dengan Abraham, demikian Allah memberi hukum kepada bangsa Israel. Melalui pemberian Hukum, maka hubungan petsekutuan Israel dengan Allah bisa terpelihara.

Dalam kitab Musa menjelaskan ada 3 (tiga) kategori Hukum yang mengatur pola hidup bangsa Israel sebagai umat pilihan Allah. Pertama, Hukum bersifat Moral, berkenaan dengan Sepuluh Hukum yang dituliskan dalam dua Loh Batu. Hukum yang mengatur pola kehidupan bangsa Israel sehagai umat Pilihan Allah dalam hubungannya kepada Allah nenek moyang mereka dan kepada sesama manusia. Kedua, bersifat Sipil, dimana Israel hidup dengan kepedulian yang benar terhadap sesamanya dalam kerajaan meditorial. Ketiga, bersifat Seremonial, berkenaan dengan pola ibadah Israel (lihat kitab Imamat dan Bilangan) (Enns-l, 2003: 63-64). Demikian aturan dan fungsi Hukum yang diberikan Allah kepada bangsa Israel, dengan harapan Israel bisa taat dan hidup sesuai dengan kehendak Allah Hukum meminta standar hidup Kudus sesuai dengan sifat Allah sendiri. Konteks setiap tuntutan hukum Taurat merupakan nuansa anugerah, “Akulah Tuhan, Allahmu yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir (Kel. 20:2).

Sebagai orang lbrani asli, Paulus mengakui bahwa ketaatannya terhadap hukum Taurat tidak memiliki cacat sedikit pun (Flp. 3:56). Hukum Taurat adalah hukum Allah; hukum itu mengungkapkan kchendak dan tujuan Allah untuk umatNya. Mematuhi hukum Taurat berarti mematuhi kehendak Allah “Hukum Taurat adalah kudus, dan perintah itu juga adalah kudus, benar dan baik" (Rm. 7:12). Hukum itu “rohani” (Rm. 7:14) karena berasal dari Allah (Rm. 7:22), dan tujuannya adalah membimbing umat manusia kepada kehidupan yang benar (Rm. 7:10).

Sebagai seorang Rabi, Paulus sangat menyadari bahwa hukum Taurat adalah pemberian kasih karunia Allah yang istimewa (Rm. 9:4; 3:1-2). Akan tetapi, Paulus juga mengetahui bahwa pemberian ini mengandung tanggung jawab. Hukum tersebut diberikan sebagai sesuatu yang waji b untuk ditaati (Rm. 2:17-24). Hukum Taurat itu ibaratnya kaca pembesar, yang memperlihatkan dosa-dosa yang tampaknya tidak kelihatan. Kaca pembesar tidak menambah objek yang dilihat tanpa alat tersebut, melainkan objek yang tidak kelihatan tanpa kaca pembesar akan kelihatan setelah menggunakan kaca pembesar. Demikian hukum Taurat memperlihatkan semua kesalahan yang kelihatannya tidak diketahui.

Yesus datang untuk menggenapi hukum Taurat (Mat. 5:17), sebab tidak seorangpun yang dapat melaksanakan tuntutan hukum Taurat. Tuntutan hukum Taurat adalah sempuma. Jadi, hal janji yang diberikan Allah dan Hukum yang juga diberikan Allah adalah anugerah. Hukum Taurat tidak membatalkan janji, tetapi hukum Taurat meneguhkan janji Allah.

Dalam beberapa Surat rasul Paulus juga mencatat mengenai status bangsa Israel dalam sejarah penyataan Allah. Ada dua konsep yang mendapat perhatian, yaitu “pemilihan” dan “panggilan”. Dua konsep tersebut tidak dapat dipisahkan dalam sejarah keselamatan dan sejarah penebusan. Konsep “pemilihan” merupakan pokok argumentasi Paulus ketika membahas tentang status Israel dalam sejarah penebusan (Rom. 9-11). Ada dua kata yang menarik untuk diteliti yang berhubungan dengan argumentasi tersebut, yaitu kata “pemilihan” dan “panggilan”. Pemilihan adalah terjemahan dari ekloge. Kata lain yang masih serumpun dengan ekloge adalah eklegomai yang berarti “memilih bagi diri sendiri”; “memilih (dari antara)”; dan ekletos, “yang dipilih”. Dalam bahasa Yunani klasik, rumpun istilah ini merujuk pada pemilihan orang atau benda. Penegasan pada tindakan Allah dalam memilih Iebih ditegaskan oleh kenyataan bahwa bentuk partisip dari bahur, yang menunjuk pada kualitas dari objek tidak pernah digunakan untuk Israel sebagai umat pilihan, sebaliknya yang dipakai adalah kata sifat bahur. Kenyataan ini secara teologis menunjukkan bahwa dalam hal pemilihan, kedaulatan Allahlah penentu atas dasarnya; bukan kualitas moral atau spiritual atau status sosial Israel. Kata ekloge dipakai secara ekslusif tanpa makna selain untuk menunjuk kepada tindakan Allah dalam memilih. Seperti dalam Surat Paulus kepadajemaat di Roma, Paulus menggunakan kata ekloge yang mengacu kepada pemilihan Israel.

Memperhatikan sejarah umat Israel dalam Perjanjian Lama sampai zamannya, Paulus melihat hanya sedikit dari bangsanya secara perorangan beriman seperti pengalaman pribadinya, sementara sebagian besar justru mengeraskan hati dan menolak kemurahan Allah (Rom. 11:7 loipoi “orang-orang yang lain telah tegar hatinya”). Kata “dipilih” dan “dipanggil” Iebih luas mengacu pada pemilihan dan

Page 17: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

17

panggilan orang-orang yang percaya kepada Kristus, sehingga makna tersebut juga berkaitan dengan istilah eklesia. Sehingga persamaan ataupun perbedaan Israel sebagai umat pilihan dan gereja yang juga adalah persekutuan umat pilihan, juga menjadi bahan diskusi dalam pokok ini.

Ada dua teks Perjanjian Baru yang paling sering terpeleset sehingga kata “Israel” di situ diartikan sebagai gereja. Yaitu Galatia 6:16 “semua orang yang memberi dirinya dipimpin oleh patokan ini, turunlah kiranya damai sejahtera dan rahmat atas mereka dan atas Israel milik Allah”. Dan Roma 9:6-8 “sebab tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel, dan juga tidak semua yang terhitung keturunan Abraham adalah anak Abraham, tetapi “yang berasal dari lshak yang akan disebut keturunanmu”. Artinya: bukan anak-anak menurut daging adalah anak-anak Allah, tetapi anak-anak perjanjian yang disebut keturunan yang benar” umat Allah (bdk dengan Surat Galatia). Namun, penulis tidak bermaksud untuk mempersoalkan kedua teks tersebut, penulis lebih melihat secara keseluruhan surat-surat Paulus yang jelas menekankan mengenai status Israel yang tidak tergantikan. Bahkan dalam Roma 9-11 memberi keterangan bahwa Israel masih memiliki janji keselamatan “all Israel will be Save”. Namun, menjadi perdebatan akan maksud dari peryataan Paulus tersebut, berhubung penolakan Israel terhadap Kristus.

Penulis fokus pada pengertian dari kata “pemilihan” dan “panggilan” Allah terhadap Israel, untuk deskripsi tulisan ini. Situasi Israel yang “dipilih” dan “dipanggil” tidak bisa terlepas dari sifat Allah yang setia. Tema: sunat dan Hukum menjadi bagian panting dalam surat-surat Paulus, terlebih ketika menyinggung tentang Israel, bangsa-bangsa lain dalam karya keselamatan.

3. Bangsa Israel Dalam Rencana Keselamatan

a. Keselamatan bagi bangsa Yahudi Sejarah keselamatan terus berlanjut. Umat Israel telah menolak Allah. Namun, apakah Allah

menolak umat kesayangan-Nya selama-lamanya? Masihkah mereka memiliki tempat penting dalam sejarah keselamatan ataukah mereka sekarang sudah menjadi bagian sejarah masa lampau? Banyak penulis mengenai Perjanjian Baru berkata tentang tidak ada masa depan bagi Israel (Schreiner, 2008: 857). Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh sikap Israel dalam catatan sejarah Perjanjian Lama. Ketidaksetiaan umat tidak dapat membatalkan kesetiaan dan pilihan Allah atas mereka (Hos. 1425-8), sebab Allah tidak pernah mengingkari diri-Nya (bdk. Im. 26:40-45; Ul.30:l-10; Yer. 31:36-37). Bangsa Israel dalam sejarah dan status sebagai umat perjanjian dan pilihan Allah sering jatuh. Umat Israel telah berbuat khianat dengan memberontak terhadap Allah mereka. Salah satu tindakan pemberontakan Israel yaitu dengan melakukan penyembahan berhala. Hal tersebut menunjukkan ketidaksetiaan Israel, sehingga layaklah Israel jika mendapat hukuman. Tidak hanya hukuman, Allah juga berhak untuk tidak lagi menyebut Israel sebagai umat-Nya. Israel layak untuk dibinasakan seperti bangsa-bangsa lain yang tidak menyembah kepada Allah. Tindakan Israel dalam melakukan penyembahan berhala, jelas telah melanggar hukum Taurat. Dalam Sepuluh Hukum yang telah diterima oleh Musa di gunung Sinai, jelas dalam hukum yang ke-2 (Kel. 20:4-5), Allah nenek moyang lsraellah yang membawa mereka keluar dari perbudakan di Mesir, dan yang satu-satunya layak untuk disembah. Ulangan 6:15 “jangan bangkitkan murka Tuhan, Allahmu, sehingga IA memunahkan engkau dan' muka bumi”. Jika Israel harus dibinasakan oleh karena dosa penyembahan yang mereka lakukan, bagaimana dengan janji keselamatan, tentang datangnya seorang Raja Damai (Yes. 9). Allah selalu bertindak untuk memulihkan Israel. Pemulihan yang Allah kerjakan bagi Israel meliputi seluruh aspek hidup bangsa Israel. Ketika Israel berkhianat, Allah tetap setia terhadap janji-Nya.

Atribut Allah yang setia kepada perjanjianNya untuk melepaskan dan memulihkan Israel sebagai umat perjanjian, menjadi patokan untuk memahami karya-Nya. Dan itu hams di kctahui dan diyakini oleh umat-Nya, sebagai pekenjaan-Nya.

Young menulis buku tafsir kitab Yesaya tentang pemberitahuan hal-hal baru kepada Israel. Hal-hal baru tersebut menunjuk pada kejadian-kejadian bertalian dengan pekerjaan kelepasan dari Allah untuk Israel dari dosa mereka (Young, 1972: 251)

Seperti ditekankan oleh Young, mengatakan bagaimana dengan janji keselamatan yang diucapkan Allah kepada nenek moyang mereka (ibid, 253). Mengingatkan bahwa Allah telah berjanji kepada nenek moyang mereka (Abraham, Ishak dan Yakub), untuk menjadi bangsa yang besar dan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa.

Page 18: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

18

Allah ternyata tidak memusnahkan umat-Nya, Israel. Melainkan “memurnikan” (TB), “menyuling” mereka, sehingga mereka betul-betul memiliki pembaruan (bdk. Yes. 48:10).

Kata “menguji” mengarah pada proses yang dipakai oleh Allah untuk menghakimi dan menghukum Israel. Allah dapat memakai metode pemulihan apapun dan dengan apapun, Allah berdaulat atas umat Israel. Tujuan yang ingin dicapai adalah agar Israel dipulihkan dari ketidaksetiaan mereka. Israel dipulihkan dari sikap pemberontakan mereka. Sehingga mereka dapat menikmati janji-janji dalam berita hal-hal yang baru.Pemilihan mereka adalah sama sekali dari kasih karunia Allah yang baik dan bukan mereka sendiri (Young, 1972: 254).

Dari pihak orang Yahudi pernah ada teologi dua perjanjian yang dikembangkan teolog Franz Rosenzweig (1886-1929) yang intinya adalah bahwa orang Yahudi memiliki perjanjian mereka sendiri dengan Allah dan karenanya tidak prrlu lnjil (World Council of Churches 1988). Namun, Hoekema (1979:199-201) berpendapat bahwa walaupun Perjanjian Baru sering membicarakan orang Yahudi sebagai kontras dari bangsa-bangsa lain, sama sekali Tuhan tidak bermaksud memiliki rencana keselamatan untuk Israel yang terpisah dan lain dari yang untuk bangsa-bangsa lain sepcrti dalam teologi Dispensasionalisme. Masa depan Israel bersatu dengan masa depan bangsa-bangsa yang percaya kepada Kristus (Yongki Karman, 2004: I20). Bangsa Israel hanya siap menerima suatu pembenaran yang berdasarkan perbuatan mereka, melalui ketaatan mereka pada hukum Taurat bukan berdasarkan anugerah yaitu pembenaran melalui iman. Bangsa Israel salah menafsirkan hukum Taurat, sebab mereka menyangka bahwa jalan yang ditunjukkan hukum Taurat ialah jalan perbuatan, tetapi sesungguhnya Taurat itu menunjukkanjalan iman. Sesungguhnya hukum Taurat memiliki makna penyataan Allah dalam Perjanjian Lama.

Bangsa Israel banyak kali melanggar tetapan Allah, bahkan hal terburuk atau yang fatal yang dikerjakan oleh Israel yaitu, mereka ikut dengan model hidup bangsa yang ada bersama mereka. Bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, bangsa-bangsa yang memiliki dan bahkan menyembah kepada dewa-dewa atau ilah-ilah.

Penghukuman bukan bertujuan untuk membinasakan Israel, tetapi untuk kemuliaan Nama-Nya. Dan juga untuk mempersiapkan bangsa Israel untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa (Yes. 49:6), membawa kemuliaan Nama Allah, di tengah bangsa-bangsa. Van Bruggen dalam buku Paul (Pioner for Israel's Messiah) menuliskan;

Dalam edisi-edisi naskah dan terjemahan-terjemahan yang modern kita membaca: “Israel tidak sampai kepada hukum itu.” Sebagian besar dari tulisan-tulisan tangan dan terjemahan-terjemahan yang lebih tua menulis “Israel tidak sampai kepada hukum kebenaran.” Bangsa-bangsa lain yang tidak khusus mengejar dikaiosune (‘kebenaran’), akan dibenarkan oleh iman, tetapi Israel telah kalah dalam perlombaan dengan ‘hukum kebenaran’. Seluruh sejarah bangsa itu memperlihatkan kegagagalan itu dan di zaman sekarang terjadi pengerasan hati karena orang-orang menolak Mesias Yesus, dan sebaliknya tetap berpegang erat kepada prestasi-prestasi (hukum Taurat) (Van Bruggen, 2005: 250) Bangsa Israel identik dengan hukum Taurat (berdasarkan perjanjian mereka dengan Allah pada

kovenan Sinai), namun pelaksanaan tuntutan hukum itu sendiri tidak dapat dipenuhi oleh Israel. Milliard J Ericson mengatakan bahwa Hukum jangan dianggap sebagai sesuatu yang asing dan

tidak bersifat pribadi bagi Allah. Sebaliknya hukum hendaknya dilihat sebagai ungkapan dari kehendak dan kepribadian Allah (Ericson, 2003: 479). Tidak menaati hukum merupakan suatu pelanggaran yang serius, bukan karena hukum itu memiliki nilai atau martabat yang hakiki, yang harus dipertahankan tetapi karena tidak menaatinya berarti secara langsung menyerang sifat Allah sendiri. Hukum Taurat harus dipahami sebagai sarana untuk berhubungan dengan Allah yang berkepribadian. Satu hal yang perlu diingat bahwa pelanggaran terhadap hukum Taurat baik melanggarnya ataupun tidak menjalankan sepenuhnya dapat mendatangkan hukuman bahkan bisa kepada hukuman mati.

Penghukuman Allah tetap harus datang kepada Israel. Bukan untuk menghancurkan atau membinasakan Israel semata-mata. Tetapi, tujuan penghukuman adalah pertobatan; setelah pertobatan ada pemulihan; dan pemulihan itu menyangkut keselamatan bukan hanya bagi Israel tetapi juga bagi bangsa-bangsa lainnya. Demikian nabi Zefanya juga mencatat bahwa Tuhan akan menghukum siapa saja yang tidak taat kepada-Nya, tidak terkecuali umat Israel. Namun Tuhan tetap mengadakan pemulihan sebab masih tersisa umat yang rendah hati dan lemah yang mencari

Page 19: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

19

perlindungan pada nama Tuhan (Zef. 3). Tuhan selalu mengingat janji-Nya, keadilan untuk mendatangkan penghukuman senantiasa diikuti kasih-Nya karena perjanjian-Nya.

Paulus membenarkan bahwa bangsa Yahudi memang mempunyai banyak sekali kelebihan dan di dalam segala hal pula. Pertama-tama karena kepada merekalah dipercayakan “Firman Allah”. Meskipun banyak di antara mereka menjadi tidak setia karena menolak Yesus Kristus, tetapi hal itu tidak meniadakan kesetiaan Allah (lihat keterangan yang lebih luas dalam Roma 9-11)(Van Bruggen, 2005: 247). Firman Allah tidak hanya dekat dalam kehidupan bangsa Israel tetapi ada dalam hati mcreka (U1. 30:14).

Sejarah keselamatan Israel memang unik dan penting untuk didiskusikan, sebab melalui sejarah keselamatan Israel memberi deskripsi bagaimana Allah bekerja dalam sejarah keselamatan bangsa-bangsa.

Israel adalah mediator Allah dalam rencana keselamatan bagi bangsa-bangsa lain. Israel hanya sebagai mediator bukan penentu bagi keselamatan bangsa-bangsa lain.

b. Keselamatan bagi bangsa non-Yahudi

Allah memberi janji bahwa keturunan Abraham seperti bintang-bintang di langit banyaknya (Kej. 15:5).

Kitab Yesaya (49:6) mencatat bahwa Israel sebagai umat pilihan menjadi terang bagi bangsa-bangsa. Sehingga bangsa-bangsa lain juga dapat mengenal Allah dan mengakui Allah Israel, satu-satu-Nya Allah yang benar. Israel sebagai sarana yang Allah pakai untuk melaksanakan janji kepada Abraham, bahwa melaluinya semua bangsa mendapat berkat.

Bangsa-bangsa di luar Israel bukannya tidak pernah atau selamanya tidak mendapat anugerah keselamatan, disebabkan mereka bukan keturunan Abraham. Tetapi Allah punya rencana sendiri dalam karya keselamatan yang memakai pribadi Abraham dan oleh bapak-bapak leluhur hingga menjadi sebuah bangsa, Israel. Memperhatikan janji Allah kepada Abraham dan rencana Allah dalam mempersiapkan bangsa Israel untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa, membuktikan bahwa keselamatan juga menjadi bagian dari bangsa-bangsa diluar Israel.

Yesus yang datang khusus kepada domba-bomba Israel juga membuka pintu bagi keselamatan bangsa-bangsa non-Yahudi. Ketika Tuhan Yesus menjawab iman seorang perempuan yang bukan dari kalangan orang Yahudi, “Hai ibu besar imanmu, maka jadilah kepadamu sepeni yang kau kehendaki” (Mat. 15:28). Juga dalam percakapan dengan seorang. perempuan Samaria, bahwa “...saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang...” (lih. Yoh. 4:1-42). Bahwa berita keselamatan tidak hanya milik dan datang kepada bangsa Yahudi, tetapi juga datang dan menjadi milik bangsa-bangsa non-Yahudi. Kemudian secara bersamaan Tuhan Yesus melayani dan mengerjakan penyembuhan penyakit kusta yang diderita oleh orang Yahudi dan non-Yahudi (Luk.17:11-19). Hal tersebut membuktikan bahwa keselamatan bukan milik bangsa Israel saja tetapi juga milik bangsa-bangsa lain.

Di Ikonium Barnabas dan Saulus berbicara dalam rumah ibadat, dan orangorang percaya terdiri dari orang Yahudi dan orang Yunani (Kis. 14:1). Demikian berita Injil tidak terbatas pada bangsa Yahudi. Sebab itu, tampaknya di Listra mereka bahkan secara langsung berbicara kepada orang-orang bukan Yahudi (Kis.14:7, 19-20).

Paulus menulis (Rm. 3:29) bahwa keselamatan dari Allah juga bagi bangsa-bangsa lain dan tidak ada perbedaan dalam hal keselamatan antara orang Yahudi (Israel) dan Yunani (bukan Israel). Mesias pertama-tama diutus kepada bangsa Yahudi (band. Kis.3:29), walaupun tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani (Rm. 2:29; 3:9; 10:12). Injil yaitu Mesias diberi pertama-tama kepada orang Yahudi bukan berarti hanya akan menjadi milik orang Yahudi, namun orang Yahudi mendapat kesempatan yang pertama untuk menikmati anugrah tersebut.

Jalan keselamatan yang diberikan kepada orang Israel maupun bukan Israel adalah melalui Iman kepada “the new Covenant” yaitu Kristus. Hays mengatakan bahwa “teori dua perjanjian” The Sinai covenant remain soteriologically valid for the Jewish people, while the new covenant in Christ is exclusively for gentiles (perjanjian Sinai tetap berlaku secara soteriologis bagi orang Yahudi, sedangkan perjanjian baru dalam Kristus berlaku secara eksklusif bagi orang bukan Yahudi), harus ditolak (Hays, 1996: 411). Jika teori tersebut diterima, maka terjadi perbedaan pekerjaan Allah dalam karya keselamatan, kepada Israel berdasarkan Hukum sedang kepada bukan Israel berdasarkan Iman. Sesungguhnya, baik kepada Israel maupun kepada bukan Israel menerima keselamatan karena iman

Page 20: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

20

kepada Tuhan Yesus. Iman yang dimiliki oleh Abraham, lshak dan Yakub sebagai bapak-bapak leluhur datang dari Allah. Hukum yang diberikan kepada Israel juga datang dari Allah. lmab dan hukum menghantar pada Yesus Kristus.

B. Jemaat di Roma 1. Sejarah Berdirinya Jemaat di Roma Pentingnya pusat pelayanan misi demi kemajuan dan berkembangnya pelayanan mendapat

perhimpun Puulus. Kota Roma menjadi kosmopolitan dan Romawi adalah dunia, artinya bahwa pada zaman itu kota Roma menjadi pusat bagi peradaban dunia sehingga jika menguasai pemerintahan Romawi maka dapat disejajarkan dengan menguasai dunia.

Situasi Roma yang menjadi pemusatan kekayaan oleh karena para kaisar memadati wilayah jantung Roma dengan gedung-gedung negara yang belum ada tandingannya dari ibukota manapun. Dan yang tentunya menjadi tempat tinggal senat dan menjadi pusut administrasi kerajaan (Tim Penyusun, J .D Douglas, 1988: 322), wajar jika mendapat perhatian Paulus dan demikian besarnya kerinduan Paulus untuk datang ke kota Roma. Sebab, jika kota Roma yang menjadi jantung (pusat) dapat dikuasai dengan InjiL maka kekaisaran Romawi dapat ditundukkan oleh Injil, juga Injil dapat cepat tersebar ke seluruh dunia.

Asal usul jemaat di Roma tidak pernah diketahui (bdk 2:10), tetapi ada beberapa petunjuk yang dapat menolong. Menurut Soetonius, Kladius mengusir orang Yahudi dari Kota Roma pada tahun 49 M setelah adanya pemberontakan yang diakibatkan oleh orang bernama Khretus. Meskipun Nama itu tidak harus berarti Kristus, kcmungkinan kuat orang Kristen terkena getahnya (Guthrie, 2009: 1-2). Namun, ada kemungkinan juga oleh orang-orang Yahudi yang bertobat pada hari Pentakosta (Kis. 2:10). Seperti pandangan beberapa penafsir cenderung untuk mengandaikan bahwa orang-orang Yahudi dari Roma (Kis. 2:10) yang hadir pada hari Pentakosta, bertobat, kembali ke Roma dan memberitakan lnjil di sana (M00, 1996: 4; juga Schreiner, 2008: 11).

Informasi yang juga sering diperdebatkan mengenai keberadaan Akwila dan Priskila menyangkut berdirinya jemaat di Roma. Sehingga muncul pertanyaan, apakah Akwila dan Priskila sudah menjadi orang Kristen sebelum mereka bertemu dengan Paulus di Korintus (Kis.18:2), atau tidak. Kalau sudah, hal itu merupakan bukti bagi keberadaan jemaat Kristen-Yahudi di Roma sebelum tahun 49.

Seperti yang telah disinggung oleh Guthrie mengenai seorang yang bernama Khretus. Siapa Khretus itu? Kalau dia harus disamakan dengan Kristus, kita harus menyimpulkan bahwa kekacauan dalam kalangan orang Yahudi disebabkan oleh pemberitaan lnjil Kristus di rumah-rumah ibadat (Hays, 1996:412; Bruce, 1997: 381-382).

Tetapi menurut Van Bruggen, nama Khretus itu tidak menunjuk kepada Kristus, dan tidak membuktikan bahwa lnjil Kristus sudah masuk Roma sebelum tahun 49 (pada tahun itu orang-orang Yahudi diusir dari Roma), melainkan menunjuk kepada seseorang yang bernama Khrestus, yang menyebabkan kekacauan di Palestina. Untuk memberi peringatan yang keras kepada orang-orang Yahudi di Palestina, Klaudius mengusir orang Yahudi dari Roma (Van Bruggen, 2005: 114-115).

Paulus adalah orang pertama yang memberitakan lnjil di rumah-rumah ibadat orang Yahudi. Ternyata jemaat Kristen Yahudi di Yerusalem dan Yudea hampir tidak mempengaruhi rumah-rumah ibadat di negara-negara lain.

Menurut beberapa orang, asal-usul jemaat di Roma bisa ditemukan di dalam rumah ibadat, dan kekristenan yang pertama di Kota itu bersifat Kristen-Yahudi. Setelah kaisar Klaudius mengusir semua orang Yahudi dari Kota itu (karena kerusuhan yang menurut pendapat ini timbul setelah masuknya Injil Kristus dalam rumah-rumah ibadat di Roma, sekitar 49 M), muncul lagi sebuah jemaat Kristen, tetapi sekarang anggota-anggolanya berasal dari bangsa-bangsa bukan Yahudi. Ketika beberapa tahun kemudian orang-orang Kristen Yahudi kembali lagi ke Roma, muncullah ketegangan antara orang Kristen-Yahudi dan orang Kristen bukan Yahudi (Hays, 1996: 412 dan Bruce, 1997: 381-383). Ketegangan antara orang Yahudi dan non-Yahudi dapat saja terjadi oleh konsep yang berbeda. Orang Yahudi begitu bangga dengan status turunan dari leluhur mereka, sebagai bangsa yang spesial, bangga oleh Hukum yang hanya ada pada mereka.

Jemaat atau orang Kristen yang ada di Roma telah ada sebelum Paulus menuliskan suratnya kepada mereka. Orang-orang “pendatang-pendatang” dari Roma juga telah ada ketika Petrus

Page 21: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

21

berkhotbah pada hari Pentakosta (Kis. 2). Di Roma telah ada orang-orang Yahudi, sehingga Injil lebih mudah ditanamkan. Ovidus mengatakan terdapat sinagoge-sinagoge untuk tempat pertemuan (Baxter, 201 1: 29-30). Dengan demikian tidak dapat dipastikan kapan dan siapa pendiri dari jemaat Roma, yang jelas bahwajemaat Roma telah lama ada “... sebab telah tersiar kabar tentang imanmu di seluruh dunia” (Rm. 1:8). Namun, Paulus tidak memandang bahwa jemaat Roma sebagai wilayah khusus dari rasul lain (Rm. 15:20).

2. Situasi Jemaat Roma

Hal situasi atau kondisi jemaat di Roma, juga memiliki beberapa pendapat. Tetapi menunrt Van

Bruggen bahwa Paulus tidak menulis tentang adanya pihak-pihak atau partai-partai tertentu di dalam jemaat. Hanya tentang perbedaan antara orang-orang yang kuat imannya dan yang lemah imannya (Rm.14:1-15:6) (Van Bruggen, 2005: 110-120).

Ada penafsir yang berpendapat bahwa ada sekelompok orang Kristen Yahudi di dalam jemaat di Roma mengandaikan bahwa jumlah orang Kristen bukan Yahudi lebih besar (lihat 1:5-7, 1:13, 15:16) (Witherington, 2004: 12). Situasi jemaat Roma yang terdiri dari orang Yahudi dan non-Yahudi, dimana orang non-Yahudi lebih banyak dapat saja menjadi alasan kuat bagi Paulus untuk memiliki kerinduan untuk mengunjungi mereka. Mengingat rasul Paulus pada saat itu begitu gigih untuk memberitakan Injil kepada orang-orang non-Yahudi. Selain itu, pengajaran yang ditawarkan Pulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma, bertemakan kebenaran Allah yang didasarkan pada konsep hukum Taurat yang ada pada orang Yahudi (Rm. 1-8).

Beberapa kali Paulus berkeinginan mengunjungi Roma (pada perjalanan Pl yang ketiga): pertama-tama melalui jalan darat (Makedonia), kemudian melalui laut dari Korintus, namun belum terlaksana. Dan kemudian, Paulus bertemu dengan Akwila dan Priskila, orang-orang Yahudi yang diusir dari Roma. Tetapi pada waktu Paulus menulis suratnya kepada jemaat di Roma, ternyata sudah ada orang-orang Kristen di Roma menurut Kisah Para Rasul 28: 1 7-25. Dan menurut Bavinck Febe yang merupakan seorang diakonos (pelayan) yang berada di Kengkrea (pelabuhan sebelah timur kota Korintus) hendak menuju Roma, dan olehnya Paulus menitipkan suratnya untuk jemaat di Roma (16:1-2) (Bavinck, 2007: 835).

Menurut Van Bruggen tidak ada alasan yang kuat untuk mengandaikan bahwa Paulus melawan para penganut Yudaisme dalam suratnya kepada Roma (karena tema-tema seperti ‘hukum Taurat’ dan ‘Israel’), sebab tidak ada konfrontasi tertentu melawan guru-guru palsu. Hanya satu kali saja Paulus memperingatkan jemaat terhadap orang-orang yang menimbulkan perpecahan dan godaan (Rm. 16:17-20), yaitu pada akhir Surat kepada jemaat itu. Kemungkinan Paulus hanya memberikan peringatan secara umum: seandainya ada orang-orang yang datang atau tampil, yang ajarannya berbeda dengan para teman sekerjanya yang baru disebutnya di atas (Rm. 16:1-16), maka jemaat harus menghadapi mereka dengan waspada (Van Brunggen, 200521 10-120)

Jadi, jika memperhatikan tema-tema yang Paulus singgung dalam suratnya kepada jemaat yang ada di Roma, maka dapat disimpulkan bahwa meskipun jumlah orang Yahudi dalam jemaat di Roma tidak banyak namun mereka perlu diberi peringatan dan pemahaman yang benar agar tidak teljadi perpecahan dalam jemaat dan iman percaya mereka tetap teguh. Sehingga dalam jemaat terjadi pertumbuhan baik orang Yahudi maupun non-Yahudi oleh pemahaman yang benar dalam iman kepada Kristus Yesus.

C. Latar Belakang Surat, Perikop dan Struktur Roma 11:25-32

1. Latar Belakang Surat Roma

Penulis surat Roma menjadi bahan diskusi sebab beberapa orang meragukan jika Paulus yang

menulis dikarenakan sebelumnya Paulus belum pemah ke Roma. Dan menurut tradisi Katholik, jemaat Roma didirikan olch Rasul Petrus pada tahun 42 tetapi Dalam Kisah Para Rasul 15 Petrus bemda di Yerusalem dalam sidang (Tahun 49) dan kemudian menetap di Yerusalem. Tetapi dalam surat Roma sendiri tidak menyebut nama Petrus (Hagelberg, 2004: 5). Sulit jika Petms dianggap sebagai penulis surat Roma.

Bagi penulis, Paulus adalah yang menulis Surat Roma dan dengan maksud memperkenalkan dirinya (dan juga Beritanya) kcpada jemaat Kristen di Roma (1: 1-7). Sebelumnya Paulus belum

Page 22: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

22

pernah datang ke Kota yang penting ini, meskipun Paulus mengenal beberapa orang Kristen di sana dan berharap bisa mengunjungi mereka (15:22; 16:21). Paulus menyatakan bahwa dirinya adalah seorang rasul, orang yang dipilih untuk mewartakan Injil (1:1). Dan lnjil yang Paulus beritakan adalah “kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi (Israel), tetapi juga orang Yunani (bukan Israel)” (1:16). Paulus mengingatkan pembaca suratnya ini bahwa, “semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah” (3:23). Lalu bagaimana supaya kita bisa diterima Allah? Inilah pertanyaan mendasar yang ingin dijawab oleh Paulus dalam Surat ini. Paulus mulai dengan menunjukkan bagaimana setiap orang telah gagal melakukan kehendak Allah. Orang-orang Yahudi tidak menaati Taurat Musa, sedangkan orang-orang bukan Yahudi menolak Allah mcskipun Allah sendiri sudah berbicara kepada mereka dengan berbagai cara (1:18-3:20).

Sekalipun Paulus adalah orang Yahudi, namun Paulus juga mempunyai hak kewarganegaraan Romawi. Hak itu tidak dibelinya, tetapi dimiliki karena kelahirannya (Kis. 22:28). Mengapa Surat Roma mempunyai daya tarik begitu hebat? Mengapa Surat ini sangat berharga? Teologi dalam Surat Roma (1:17) “. . .dengan Kabar Baik itu Allah menunjukkan bagaimana caranya hubungan manusia dengan Allah menjadi baik kembali; caranya adalah dengan percaya kepada Allah dari mula sampai akhir (BIMK=BIS).

Meskipun Surat Roma terutama sekali berisi hal-hal yang berkaitan dengan teologi, Surat ini juga mengandung hal-hal yang sifatnya praktis. Hal tersebut berani bahwa ada hubungan antara teologi dengan kehidupan Kristiani sangat berkaitan erat.

Berdasarkan uraian penulis di atas, maka penulis setuju dengan beberapa penafsir yang menegaskan bahwa tidak dapat disangkal Pauluslah penulis surat Roma. Bertolak dari beberapa penafsir, seperti; Edwards yang menekankan bahwa Paulus adalah penulis surat Roma diketahui dari kata pertama dalam surat: “Paulus”, juga dari autobiografi surat (1:8-15 dan 15:22-23). Tetapi yang dimengerti dalam terang dari fakta bahwa Roma adalah yang paling masuk akal, konsisten, dan sistematis Injil presentasi Paulus. Lihat juga dalam stah Para Rasul juga model dan teologi Roma tidak dapat disangkal adalah pengajaran Paulus. Tema-tema yang menjadi topik pengajaran Paulus seperti: Pembenaran, anugerah, iman dan hukum, Yahudi dan non-Yahudi, dosa sebagai perbudakan, Roh Kudus, Gereja sebagai Tubuh Kristus, kedaulatan Allah, kedatangan Kristus kembaliinilah model Paulus, dan semuanya ada di surat Roma (Edwards, 1992: 5-6).

Surat Roma sama sekali tidak menyebut Petrus dan sulit membayangkan jika Petrus ditunjuk sebagai penulis Surat Roma. Sebab, tidak ada informasi dalam Perjanjian Batu mengenai hal tersebut. Berbeda dengan Petrus, nama Paulus tertera pada pendahuluan surat (Rm. 1:1), Paulus memperkenalkan dirinya sebagai penulis. Surat Roma ini dapat dianggap sebagai ganti kerinduan Paulus atas keinginannya untuk berkunjung ke Roma, “aku harap dalam perjalananku ke Spanyol aku dapat singgah di tempatmu dan bertemu dengan kamu...” (Rm. 15). Harapan Paulus untuk mengunjungi Roma atau orang-orang percaya yang ada di Roma telah lama direncanakan (15: 22).

Penulisan surat Roma juga menjadi diskusi. Di Korintus Paulus bertemu dengan Akwila dan Priskila, yang baru datang dari Italia “karena kaisar Klaudius telah memerintahkan, supaya semua omng Yahudi meninggalkan Roma” (Kis.18:2). Itu berarti bahwa Paulus berada di Korintus pada tahun 50 dan 51, pada perjalanan misi yang kedua.

Menurut Enns Surat Roma ditulis pada tahun 57 AD, berjenis surat umum yang di dalamnya terdapat pengajaran tentang teologi: eskatologi (doktrin akhir zaman) dan soteriology (doktrin keselamatan), ditulis di Korintus ketika Paulus berada di Korintus(Enns-1, 2003: 125). Guthrie menetapkan penanggalan berdasarkan nasehat Paulus tentang “pemerintah” dalam Roma 13. Pada periode lima tahun pemerintahan Nero saat hukum dan tatanan ditegakkan di seluruh wilayah Roma, yaitu di antara 57-59M (Guthrie, 2009: 5).

Beberapa penafsir setuju tahun 54 dan S8AD, tetapi kunci penanggalan ketika penunjukan Galio sebagai gubernur di Korintus, yang kita tahu, karena dari prasasti yang ada, terjadi pada 51-52 AD. Paulus menulis Surat ke Roma ketika tinggal 3 bulan di Yunani (Kis. 20:1-4) kemungkinan di Korintus (Osborne, 2004:13-14). Namun Edwards mengarahkan tahun 57 AD sebagai penulisan surat Roma oleh Paulus, yang ditulis di Korinlus pada musim semi mungkin antisipasi kunjungan ke ibukota (Edwards, 1992: 6).

Dengan tegas Ben Witherington III memastikan bahwa ada sedikit atau tidak adanya perdebatan siapa penulis Surat Roma, maka dipastikan bahwa Pauluslah penulisnya, dimana tahun penulisan diperkirakan terjadi pada 56-57 AD (Witherington, 2004: 4-5). Ketika menulis Surat ini, menjelang akhir perjalanan misioner yang ketiga (bd. Rm. 15:25-26; Kis. 20:2-3; 1 Kor. 16:5-6), Paulus berada di

Page 23: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

23

Korintus di rumah Gayus (Rm. 16:23; 1 Kor. 1:14). Sementara menulis Surat ini melalui asistennya, Tertius (Rm. 16:22), Paulus sedang merencanakan kembali ke Yerusalem untuk hari Pentakosta (Kis. 20:16; sekitar musim semi tahun 57 atau 58) untuk menyampaikan secara pribadi persembahan dari gereja-gereja non-Yahudi kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem (Rm. 15:25-27).

Dengan demikian, surat Roma ditulis oleh rasul Paulus, dengan memperhatikan karakter tulisan Paulus. Dan penulisan surat Roma, penulis setuju dengan beberapa penafsir yang memperkirakan teljadi pada tahun 57-58AD.

Jika rasul Paulus belum pernah datang ke Roma memberitakan Injil di sana dan bukan pendiri dari jemaat yang ada di Roma, menjadi pertanyaan: apa tujuan Paulus menulis surat kepada orang percaya yang ada di Roma pada saat itu? Di Surat Roma Paulus meyakinkan orang percaya di Roma bahwa Paulus sudah berkali-kali merencanakan untuk memberitakan Injil kepada mereka, namun hingga saat itu kedatangannya masih dihalangi (Rm. 1:13-15; Rm. 15:22). Paulus menegaskan kerinduan yang sungguh mtuk mengunjungi mereka sehingga menyatakan rencananya untuk datang dengan segera (Rm. 15:23-32). Namun, jalan yang ditempuh oleh Paulus untuk sampai di Roma berbeda dengan kedatangannya padajemaat-jemaat yang dikunjungi sepanjang perjalanan Pl-nya. Sebab Paulus sampai di Roma dalam keadaannya sebagai tahanan, namun kerinduan Paulus untuk mengunjungi Roma dan memberitakan Injil kepada orang Kristen yang telah ada di Roma baik itu orang Yahudi maupun non-Yahudi tercapai (Kis. 28: 11-30).

Jadi, ternyata Injil sampai kepada bangsa-bangsa bukan Yahudi secara langsung dan tidak melalui rumah ibadat. Surat kepada jemaat di Roma itu secara intensif membahas posisi jemaat Kristen Yunani. Surat ini penting dalam diskusi antara orang-orang Kristen Katolik dan Protestan (ajaran mengenai pembenaran). Tetapi bagi Paulus pertanyaan yang aktuil ialah bagaimana hubungan jemaat Kristen dengan Israel umat Allah. Bagaimana pun pendapat kita, jelas bahwa pada saat Paulus menulis suratnya kepada jemaat di Roma, sebagian besar jemaat itu adalah orang-orang Kristen bukan Yahudi, dan jemaat itu tidak ada hubungan dengan rumah-rumah ibadat orang Yahudi (Witherington, 2004: 13). Dan yang jelas bagi penulis, tujuan Paulus dalam menulis surat kepada jemaat yang ada di Roma adalah memberi salam perkenalan sebagai sesama orang percaya, dan meneguhkan iman percaya mereka kepada Yesus Kristus, Anak Allah (1:1-5); wujud dari sukacita Paulus oleh berita mengenai iman mereka yang tersiar di seluruh dunia (1:8b); wujud kerinduan Paulus untuk mengunjungi mereka (1:8 bnd 15:22-32); wujud kepedulian Paulus terhadap pertumbuhan iman mereka dan kesatuan mereka (16:7-19).

2. Latar Belakang Perikop : Roma 11:25-32

a. Konteks Dekat: Roma 11:1-24

Dalam kitab nabi-nabi (PL) banyak menubuatkan dan mencatan hal yang serupa yang Paulus

tuliskan dalam Roma 9-11. Seperti dalam visi yang diterima oleh nabi Yesaya, dan setelah menerima visi itu kemudian menuliskannya dalam frasa “sampai kota-kota telah lengang sunyi sepi, TUHAN menyingkirkan manusia jauh-jauh, ...hanya sepersepuluhnya yang tersisa”, berita tersebut tentang penghukuman (Yes. 6:11-13). Dalam frasa tersebut terdapat konsep “sisa” yang juga Paulus bahas dalam Roma 11 (1-10). Ide konsep “sisa” umat dari Yesaya membawa pengharapan akan pemulihan. Penghakiman yang datang berfungsi sebagai pembersihan yang akan mengangkat dan menyisakan yang mumi, benih yang kudus akan bertahan (Yes. 6:13) (Ryken/Wilhoit/ Logman 111, 2011: 1028).

Ide konsep “sisa” juga dipaparkan oleh nabi Zefanya “Di antaramu akan Ku biarkan hidup suatu umat..., yakni sisa Israel itu,...” (Zef. 3:12-13). Ide konsep ”sisa” dalam Perjanjian Lama memainkan peranan penting dalam Perjanjian Baru. Ide konsep “sisa” membantu memberikan jawaban mengapa tidak semua orang Israel menerima Yesus sebagai Mesias yang dijanjikan. Sekaligus menegaskan bahwa “Akan tetapi Firman Allah tidak mungkin gagal” (Rm. 9:6). Sebab, tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel”, yang memberi jawab atas kedaulatan Allah dalam pemilihan dan rencana keselamatan, baik itu mengenai Israel dan non-Yahudi.

Konsep “sisa” Israel (Rm. 11:1-24) memberi gambaran situasi Israel dalam rencana keselamatan Allah. Konsep “sisa” mengantar pada pemahaman janji Allah terhadap keselamatan Israel dan pernyataan Paulus “seluruh Israel akan diselamatkan” (ay. 26a). Hays menuliskan bahwa gambaran

Page 24: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

24

mengenui “sisa” Israel yang setia adalah tema yang karakteristik dalam kitab-kimb nabi, Yesaya 1:9 dan 10:22-23 (Hays, 1996: 413). Pada waktu ini ada tinggal suatu sisa, menurut pilihan kasih karunia (Rm.1 1:5). Dan sisa itu adalah lambang dan kesaksian mengenai kesetiaan Allah yang tetap terhadap bangsa Israel, ‘The judgement pronounced on Israel remains penultimate; the final fruition of God‘s dealing with them remains to be seen’ (ibid, 415).

lstilah “sisa” dalam bahasa Yunani leimma kata benda nominatif neuter singular (ing: remnant). Roma 11:5 outos oun kai en to nun kairoi leimma kata eklogen kharitos gegonen (gegonen kata kerja perfek indikatif aktif orang ke3 tunggal dari ginomai artinya to become, be = menjadi), terjemahkan menjadi = pada waktu sekarang ini juga ada sisa, menjadi pilihan kasih karunia. Berdasar pada kata kerja to become, “sisa” yang tertinggal dari Israel ada oleh karena kasih karunia. Moo dalam bukunya Encountering The Book of Romans menuliskan buhwa tentang “sisa” pertama Paulus perkenalkan di Roma 9:27-29. Seperti Yesaya meramalkan bahwa "umat yang sisa akan diselamatkan (9:27, mengutip Yes. 10:22). Itu sisa-sisa orang percaya Yahudi yang setia terus eksis di zaman Paulus, “Pada saat ini ada sisa, menurut pilihan kasih karunia“ (M00, 2002: 165).

Pemaparan konsep “sisa”, dalam teks ini Paulus deskripsikan dalam dua bentuk, yaitu : Pertama, roti, akar dan cabang. Romans 11:16 “For if the tirstfruit be holy, thelump is also holy:

and if the root be holy, so are the branches” (KJV). Untuk ayat tersebut BIMK (BIS) menuliskan “Kalau sepotong roti yang pertama diberikan kepada Allah, itu berarti seluruh rotinya diberi kepada Allah juga. Dan kalau akar pohon adalah kepunyaan Allah, itu berarti cabang-cabangnya adalah milik-Nya juga”. Seperti telah dikemukakan para ahli, mungkin sekali roti sulung dan akar menunjuk kepada bapa leluhur Yahudi yang dengannya Allah mengikat perjanjian yang pertama. Paulus mengingatkan kepada orang non-Yahudi bahwa pada akhirnya keselamatan mereka datang melalui orang Yahudi, seperti bagian akhir ayat 16 kalau akar-akar pohon adalah milik Allah, maka cabang-cabang pohon itu adalah milik-Na juga (BMIK) (Newman dan Nida, 2012: 266).

Kedua, peristiwa “cangkok” cabang-cabang pohon Zaitun yang asli dengan cabang yang liar (17-24). Yohanes juga mendeskripsikan metafora Kristus sendiri tentang pohon anggur dan ranting-rantingnya (Yoh. 15). Dalam Roma, Paulus menggabungkan dan memperluas metafora Israel sebagai pohon Zaitun Allah untuk mengilustmsikan bagaimana orang-orang percaya dari bangsa-bangsa lain sebagai “tunas-tunas Zaitun yang liar” dicangkokkan kepada pohon Zaitun untuk menggantikan ranting-ranting (cabang-cabang) yang telah “patah”. (Ryken/Wilhoit/ Logman III, 2011: 200). Ranting-ranting yang telah “patah” adalah bangsa Israel yang tidak taat dan tidak percaya kepada Mesias. Sedang ranting-ranting (cabang-cabang) yang liar adalah bangsa-bangsa non-Yahudi, yang, mendapatkan kasih karunia untuk dicangkokkan kepada pohon Zaitun sejati. Paulus mengingatkan para pembacanya bahwa cangkokan itu adalah melambangkan anugerah, bukan terjadi secara alamiah tetapi karya supranatural. Oleh sebab itu cabang-cabang yang dicangkokkan tidak bisa bermegah secara rohani, tetapi dengan bersyukur. Dan pada saat yang sama, pengharapan ditegakkan oleh penempatan kembali secara supranatural cabang-cabang asli kepada pohon zaitun (ibid, 200). Dengan demikian keselamatan yang datang kepada bangsa Yahudi dan bangsa-bangsa non-Yahudi adalah pekerjaan Allah bukan perbuatan manusia.

Secara meringkas ditunjukkan bahwa Paulus menjelaskan kepada kaum Kristen dari bangsa-bangsa lain yang ada di Roma itu tentang posisi mereka sendiri. Mereka adalah sebuah kelompok kecil yang baru, yang berdiri dalam bayangan sebuah rumah ibadat tua yang terhormat (yang menjauh dari Mesias Yesus). Tetapi jemaat Kristen mendapat identitasnya berkat Allah sang Pencipta. Setelah dibebaskan dari penyembahan berhala, orang-orang Roma sekarang mencapai ketaatan iman dalam Allah Israel. Demikianlah mereka dicangkokkan ke dalam Israel yang menyembah Sang Mesias (Van Brunggen, 2005: 251). Namun, perlu diingat bahwa “Sebab kalau Allah tidak menyayangkan cabang-cabang asli, IA juga tidak akan menyayangkan kamu” (ay. 22). Paulus memperingatkan bangsa-bangsa non-Yahudi untuk tidak bermegah atau sombong atas pencangkokan (keselamatan) mereka, sebab jika Allah tidak menyayangkan memotong cabang yang asli terlebih kepada cabang liar yang dicangkokkan.

Israel memiliki Kovenan dan Sunat yang dapat digunakan untuk membangkitkan gambaran tentang Israel sebagai umat Allah. Israel harus memperlihatkan kesetiaan yang ekslusif dan teguh seperti yang mengalir keluar dalam perintah pertama (U1. 525-7), kesetiaan ini diuraikan secara terperinci dalam Ulangan 1-11. Israel harus ingat bahwa mereka telah dipilih oleh Allah untuk suatu hubungan yang istimewa (Ul. 7:6). Dalam Ulangan 9:4-6, sebagai bangsa yang telah dibebaskan dari perbudakan Israel hams ingat pada masa lalunya (Ul. 5:15; 15:15; 16:12; 24:18; 22) (Ryken/Wilhoit/ LogmanIII, 2011: 200). Secara tidak langsung juga mengingatkan Israel akan perjanjian Sinai dan

Page 25: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

25

pernyataan mereka bahwa mereka akan melakukan segala yang diFirmankan TUHAN (U1. 19:5-8), mereka akan taat. Dalam sejarahnya mereka lebih sering untuk memilih tidak taat namun Allah tetap memulihkan mereka, jika mereka kembali taat mereka akan diberkati. Demikian halnya dengan mereka telah menjadi ranting yang dipotong dari pohon asli akan dicangkokkan kembali jika mereka taat.

b. Konteks Jauh: Roma 9:-11

Pada topik tulisan dalam pasal 1-8 dalam, Paulus memberi pengajaran yang benar mengenai

iman yang membawa kepada keselamatan. Keselamatan tidak didapat dalam pengetahuan dan ketaatan dalam pelaksanaan Hukum, ataupun didasarkan pada keturunan biologis (sebagai warisan).

Demi meluruskan pemahaman mengenai hal tersebut baik itu bagi orang Yahudi yang mendapat status istimewa, maupun kepada orang non-Yahudi yang mendapat belaskasihan Allah. Dalam pasal 9-11 menjadi sesuatu yang penting untuk mendapat perhatian dari tidak hanya orang Yahudi tetapi juga non-Yahudi. Keduanya mendapat teguran dan pemahaman yang benar mengenai masa depan dan posisi mereka dalam karya keselamatan. Orang Yahudi tidak terlena oleh status istimewa mereka, dan orang Kristen bukan Yahudi tidak boleh sombong karena Israel menolak Yesus (Injil).

Siluasi Israel yang menolak lnjil (Mesias) membuat Paulus sangat berdukacita dan selalu bersedih hati (9:2). Tetapi juga bagi Israel masih ada jalan yang membawa kepada keselamatan, yaitu jalan iman kepada Kristus. Janji-janji bagi Israel masih berlaku. Keselamatan telah datang kepada bangsa-bangsa lain kanena ketidaktaatan Israel, supaya bangsa-bangsa lain itu membangkitkan cemburu di dalam hati bangsa Yahudi. Dengan jalan demikian “seluruh Israel” akan diselamatkan. sebab bagi Allahlah kemuliaan sampai selama-lamanya.

Kesetiaan Allah tidak dapat dipandang sebagai jaminan eksklusivitas bangsa Israel, bahkan tidak juga sebagai jaminan bahwa Israel tidak bakal mengalami penolakan. Sebab Allah tidak pernah mengikat diri-Nya pada suatu garis keturunan. Dari dua anak Abraham hanya satu yang jadi ahli waris, juga dari dua anak Ishak hanya satu yang jadi ahli waris yang mewarisi janji Allah. Jadi, sejarah Israel sendiri memperlihatkan kebebasan Allah untuk memilih yang satu dan menolak yang lain berdasarkan rahmat-Nya yang bebas. Kedaulatan Allah dalam pemilihan tidak bergantung pada garis keturunan, tidak semua yang lahir dari benih Abraham menjadi pilihan. Pilihan Allah kepada Israel menjadikan Israel memiliki identitas khusus yaitu “umat pilihan Allah”. Dan oleh identitas khusus tersebut, sejarah keselamatan bagi bangsa-bangsa segera di mulai.

Status bangsa Israel sebagai umat terpilih dan status tiap-tiap orang Yahudi sebagai orang pilihan Allah dari semula hanya berdasarkan pilihan Allah yang bebas mutlak.

Dari dua contoh, bahwa angkatan demi angkatan statusnya hanya berdasarkan pilihan bebas itu. Dilihat dari sudut manusia, kebebasan Allah itu adalah kebebasan untuk sewaktu-waktu meniadakan lagi pemilihan dari semula. Kebebasan Allah dalam pemilihan tidak terlepas dari kesetiaan Allah dalam janji-Nya, sebab Allah adalah Allah yang setia. Contoh pemilihan itu menjadi sample pemilihan bangsa Israel dari bangsa-bangsa lain (Kel. 33:19). Israel di pilih dan ditetapkan menjadi umat pilihan Allah bukan karena keturunan biologis bapak-bapak leluhur, tetapi Allah yang telah memilih mereka.

Sementara keselamatan bagi bangsa-bangsa lain sedang berlangsung, keselamatan untuk Israel juga terus berlangsung semakin mcluas sampai klimaksnya yang keselamatan bagi seluruh Israel (Murray, 1997: 94-96). Dan frasa “seluruh Israel akan diselamatkan” menjadi topik dalam tulisan ini tentang siapa yang dimaksudkan “seluruh Israel” pada pokok ini.

Roma 9-11, yang membahas secara khusus mengenai bangsa Israel. Orang mungkin menggolongkan bagian ini sebagai suatu uraian teologi atau falsafah oleh karena dalam pasal-pasal ini Rasul Paulus membahas tentang rahasia pekerjaan Allah dalam sejarah keselamatan. Namun, pada hakikatnya pasal-pasal ini bersifat sangat pribadi. Rasul Paulus sendiri adalah orang Yahudi, dan Paulus mengasihi bangsanya. Lalu mengapa bangsanya itu gagal dan tidak mau mengakui berita tentang Yesus Kristus? Dan kalau demikian, adakah harapan bagi mereka? Apakah Allah telah membuang mereka? Rasul Paulus tidak membicarakan ini sebagai sesuatu yang sifatnya angan-angan saja, atau hanya dalam teori saja, tetapi sebagai sesuatu yang sangat menyangkut dirinya. Hal ini terlihat dengan nyata bahwa dalam ayat-ayat tertentu pada pasal-pasal ini, perasaan Paulus lebih menonjol daripada logikanya atau pikirannya (Newman dan Nida, 2012: 3)

Apakah dengan mengaruniakan keselamatan oleh iman, Allah membatalkan perjanjianNya dengan Israel melalui hukum Taurat? Paulus menunjukkan bahwa pilihan Allah atas bangsa-bangsa

Page 26: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

26

lain seperti ketika Allah memilih Yakub daripada Esau, sepeni Allah memilih Israel menjadi alat pernyataan-Nya (Tenney, 1997: 378). Kaitan antara sifat Allah (setia, adil, berdaulat, benar, murah hati), perjanjian, pemilihan dan kedaulatan dalam rencana keselamatan, sangat jelas dipaparkan dalam bagian ini.

Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus menyimpulkan: mereka yang “dekat” dan mereka yang “jauh”, sekarang dipersatukan oleh satu iman dalam Allah yang adalah Bapa Yesus Kristus (Ef. 2: 16-18). Israel yang bersunat oleh pekerjaan lahiriah dengan yang bukan Israel kewarganegaraan telah didamaikan oleh kematian Kristus dan dipersatukan dalam tubuh Kristus sebagai orang-orang yang diselamatkan. Namun proses rencana keselamatan Israel dan non-Yahudi berbeda. Paulus menjelaskan proses tersebut dalam pasal 11, tentang “pemotongan dan pencangkokan”14 rantang-ranting Zaitun. Sementara pemotongan ranting asli (Israel), terjadi pencangkokan ranting-raming liar (bangsa-bangsa lain) kepada pohon zaitun. Dan masuknya banyak orang bukan Yahudi dianggap sebagai imbauan kepada Israel untuk percaya juga kepada Mesias Yesus (Van Bruggen, 2005: 261 -266).

Peristiwa tersebut memiliki alasan, dan alasan tersebut dijelaskan oleh Paulus dalam perikop yang menjadi penelitian penulis (Rm. 11:25-32).

3. Struktur Roma 11:25-32

a. Ay. 25-27

A. Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, B. aku mau agar kamu mengetahui rahasia ini:

B1 Sebagian dari lsrael telah menjadi tegar B1 sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk B1 Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, (ay. 26a)

A. seperti ada tertulis: B “Dari Sion akan datang Penebus,

B1 Ia akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub A. Dan inilah perjanjian-Ku dengan mereka

B apabila Aku menghapuskan dosa mereka” (TB) b. Ay. 28-29

A. Mengenai lnjil mereka adalah seteru Allah oleh karena kamu, B tetapi mengenai pilihan merka adalah kekasih Allah oleh karena nenek moyang Bl Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya (ay. 29) c. Ay. 30-32

A. Sebab sama seperti dahulu kamu tidak taat kepada Allah, B tetapi sekarang beroleh kemurahan oleh ketidaktaatan mereka, (ay. 30)

A. demikian juga mereka sekarang tidak taat B supaya oleh kemurahan yang telah kamu peroleh, mereka juga akan beroleh kemurahan.

(ay. 31) A. Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan,

B supaya Ia dapat menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua (ay. 32)

Dari struktur di atas, penulis memberi deskripsi pokok bagian Roma 11: 25-32 seperti berikut:

a. Ay. 25-27

14Gambaran agricultural tentang cangkok hanya sekali disebut dalam Alkitab (Rm. 11:17-24). Gambaran tentang cangkok dipinjam dari perawatan pohon-pohon zaitun untuk menjelaskan hubungan antara Israel dengan lnjil dan posisi orang-orang percaya dari bangsa-bangsa lain. Israel sebagai pohon zaitun Allah (Hos. 14:6-8) (Ryken /Wilhoit/Longman III, 2011: )

Page 27: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

27

25 Sebab, saudara-saudara, supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai, aku mau agar

kamu mengetahui rahasia ini: Sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang

penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk

26 Dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, seperti ada tertulis: “Dari Sion

akan datang Penebus, IA akan menyingkirkan segala kefasikan dari pada Yakub

27 Dan inilah perjanjian-Ku dengan mereka, apabila Aku menghapuskan dosa mereka” (TB)

Memberikan deskripsi hal kedepan mengenai bangsa Israel dalam rencana keselamatan berkaitan dengan status mereka senagai umat pilihan. Israel memiliki masa depan dalam rencana keselamatan. Sejarah keselamatan bagi Israel melalui proses yang menarik dan unik. Memberi pertimbangan juga kepada konsep pemikiran kaum dispensasionalims.

b. Ay. 28-29 28 Mengenai lnjil mereka adalah seteru Allah oleh karena kamu, tetapi mengenai pilihan

mereka adalah kekasih Allah oleh karena nenek moyang

29 Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya (TB)

Mengingatkan bahwa Allah setia kepada janji-Nya. Israel sepanjang sejarah menunjukkan sikap perseteruan dengan Allah. Allah memiliki alasan dalam sejarah Israel mengenai janji keselamatan kepada mereka. Melihat kilas balik sejarah keselamatan oleh pemilihan dan janji Allah. Berbeda dengan konsep teologi “dua perjanjian” yang membedakan model keselamatan yang ditetima oleh lsrael dengan yang diterima oleh bangsa-bangsa lain (non-Yahudi).

c. Ay. 30-32 30 Sebab sama seperti dahulu kamu tidak taat kepada Allah, tetapi sekarang beroleh

kemurahan oleh ketidaktaatan mereka,

31 demikian juga mereka sekarang tidak taat, supaya oleh kemurahan yang telah kamu

peroleh, mereka juga akan beroleh kemurahan.

32 Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan, supaya Ia dapat

menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua (TB)

Rencana Allah dalam keselamatan baik untuk Israel maupun untuk di luar Israel. Dan karya keselamatan kepada Israel sangat unik, tidak dapat dipahami. Tetapi dapat dimengerti jika memahami bahwa Allah adalah Allah yang berdaulat dan setia. Memiliki alur kisah maju-mundur. Yakobus, saudara Yesus, mengutip Amos 9:11-12, hal yang istimewa ialah bahwa bangsa-bangsa bukan Yahudi “goyim” dan “ammim” atau “ethne” disebut milik Allah.

BAB III “SELURUH ISRAEL AKAN Dl SELAMATKAN” MENURUT ROMA 11:25-32

Salah satu aspek eskatologi dalam Alkitab yang tidak bisa diabaikan adalah posisi dan peran

lsrael15 dalam sejarah keselamatan. Posisi Israel sebagai umat Allah menjadi topik yang tidak bisa

diabaikan begitu saja. Penetapan Allah untuk memakai Israel menjadi mediator bagi bangsa-bangsa

lain, tidak hanya berlaku pada zaman Perjanjian Lama, tetapi sampai lnjil diberitakan ke ujung bumi.

15Israel yang dimaksud di sini bukan berdasarkan kewarganegaraan (ataupun didasarkan pada identitas baru yang ada pada mereka, misalnya kartu kewarganegaraan, atau memegang paspor Israel), melainkan suatu entitas Umat Allah yang terdiri atas semua orang Yahudi seperti dalam Perjanjian Lama dan keturunan selanjutnya yang terbilang dalam kelompok pilihan (taat). Dengan demikian bukan secara keseluruhan Yahudi berdasar keturunan belaka. Untuk selanjutnya penulis kadang menunjuk pada Israel pilihan dengan sebutan Israel saja atau kadang dengan Israel pilihan atau orang Yahudi (9:6b bnd 2:28-29).

Page 28: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

28

Nampak pada topik yang diangkat oleh rasul Paulus dalam Roma 9-11. Roma pasal 11 tidak terpisah

dari nas sebelumnya. yang membahas mengenai masa depan Israel dalam konsep keselamatan dan

bahwa Israel masih memiliki masa depan. Berdasar pada tulisan Paulus kepada jemaat di Roma,

sekaligus pemberitahuan Paulus kepada bangsa-bangsa yang mendapat kemurahan oleh pengerasan

“sebagian Israel”, dan bahwa Israel masih memiliki status sebagai umat pilihan.

Konteks Roma 11:25-32, penulis membagi dalam tiga (3) hal: Pemenuhan janji keselamatan

Israel (ay. 25-27); Dasar keselamatan Israel (ay. 28-29); Penyataan Allah dalam Rencana Keselamatan

(Ay. 30-32).

A. Penggenapan Janji “Seluruh Israel Akan Diselamatkan” (Ay. 25-27)

Dalam memahami maksud Paulus dengan masa depan bagi Israel tentang keselamatan mereka, perikop Roma 1 1:1-24 telah memberi gambaran bahwa Allah menetapkan “sisa” pada Israel dan “... terlebih lagi mereka ini, yang menurut asal mereka akan dicangkokkan pada pohon zaitun mereka sendiri” (11: 24b). Adanya “kaum sisa” menunjukkan bahwa Israel tidak sepenuhnya ditinggalkan oleh Allah, tetapi sekaligus menunjukkan bahwa sejumlah besar Israel sedang dikesampingkan (Ridderbos, 2008: 377).

Beberapa frasa mendapat perhatian penulis untuk dapat memahami maksud Paulus dalam pernyataannya “all Israel will be saved” (seluruh Israel akan diselamatkan). Memulai dengan apa sebenarnya yang dimaksudkan Paulus dalam istilah “mystery”? dan peristiwa pengerasan pada sebagian Israel, serta yang dianggap penuh atau lengkap (sempurna) oleh masuknya bangsa-bangsa lain. Sebuah rentetan peristiwa yang informasinya saling melengkapi. Apa yang menyebabkan terjadi pengerasan pada sebagian Israel. Israel yang dimaksudkan akan diselamatkan seluruhnya atau dengan jumlah yang penuh? Beberapa frasa tersebut adalah: istilah Mistery; Sebagian Israel telah menjadi tegar; Sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain; dengan jalan demikan seluruh Israel akan diselamatkan; Penebus datang dari Sion; dan Inilah Perjanjian-Ku menjadi penelitian penulis pada bagian pertama (ay. 25-17).

1. Kata to musterion toutoo “rahasia ini” atau “mistery” (ay. 25a) (TB)

Kata “rahasia” atau “mistery”16 dalam bahasa Yunani dari kata musterion yang berarti mystery (NIV); a secret truth diterjemahkan sebuah rahasia kebenaran (TEV); a hidden reason for all of this diterjemahkan sebuah alasan tersembunyi bagi semua ini (JB).

Kata mistery yang digunakan dalam bahasa Yunani adalah kata musterion merupakan kata benda neuter akusatif tunggal, berarti menunjuk pada satu informasi yang tunggal. Istilah musterion, ou, to secret rahasia, secret teaching pengajaran rahasia, mistery menunjuk pada sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya tetapi sekarang dinyatakan (seperti pada Mark. 4: 11 hal Kerajaan Allah dalam perumpamaan seorang penabur; 1 Kor. 2:7 hal hikmat Allah yang dinyatakan; Kol. 1:26 tentang Kristus adalah pengharapan; Why. 10:7 kitab terbuka dan sangkakala). Demikian istilah mistery yang dipergunakan tidak merupakan kata yang menunjuk pada penggenapan yang tergenapi, melainkan penggenapan yang sedang terjadi. Seperti yang dituliskan oleh Markus 4:11 menunjuk pada rahasia kedatangan Kerajaan Allah yang telah dinyatakan oleh kedatangan Kristus yang pertama, tetapi sekaligus belum tergenapi (all ready but not yet). 16Menurut KBBI, salah satu dari enam arti “rahasia” adalah sesuatu yang sengaja disembunyikan supaya tidak diketahui orang lain (perhatikan unsur supaya tetap tersembunyi), sedangkan “mistery” mempunyai dua arti. Pertama, misteri adalah sesuatu yang masih belum jelas, masih menjadi teka-teki. Kedua, misteri adalah kenyataan yang begitu luhur sehingga secara prinsipal melampaui daya tangkap manusiawi apapun, yang semakin dapat dimengerti atau dihayati teuipi tidak pernah ditangkap seluruhnya sehingga tetap merupakan rahasia Juga karena setiap misteri menyangkut kehadiran atau kegiatan Ilahi, misalnya, realitas Allah Tritunggal dalam agama Kristen (hal ini menarik sebab muncul dalam kamus umum). Bagi penulis istilah misteri pada pokok tulisan penelitian merupakan sesuatu yang belum diungkapkan sebelumnya, seperti pada Efesus 3:16, pada ayat 6 penyataan Injil yang dulunya hanya untuk Yahudi. Deskripsi lebih luasnya tenuang dalam paparan penulis selanjutnya.

Page 29: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

29

Demikian pada konsep keselamatan yang menjadi salah satu karya Allah yang juga berkaitan dengan penggenapan tindakan dan janji Allah. Menghubungkan dengan catatan penulis Perjanjian Baru, Ernest Kasemann menyatakan bahwa mistery diartikan sebagai keselamatan yang tadinya masih tersembunyi dan sekarang sudah dinyatakan. Namun inipun belum sepenuhnya tersingkap untuk setiap orang, karena penyingkapan yang penuh masih menunggu waktu (Kasemann, 1990: 312). Demikian rasul Paulus juga menunjuk pada peristiwa karya keselamatan kepada orang Israel dan non-Yahudi (bangsa-bangsa lain) yang merupakan sebuah misteri yang sedang digenapi.

Dapat juga melihat tulisan Paulus dalam Efesus 3:1-6 penyataan rahasia dalam wahyu yang diterimanya bahwa musterion adalah mulai zaman itu bangsa-bangsa lain juga terhisab pada bangsa Tuhan, dalam ayat 6 “yaitu bahwa orang-orang bukan Yahudi, karena berita Injil, turut menjadi ahli-ahli waris dan anggota-anggota tubuh dan peserta dalam janji yang diberikan dalam Kristus Yesus” (TB).

Kembali pada maksud Paulus dalam ayat 25 dari kata mistery, Moo dalam tulisannya juga memberi pandangan bahwa Paulus berbicara tentang mistery sebagai sesuatu yang telah “tersembunyi” dari umat Allah di masa lalu (pada zaman PL) tapi sekarang telah terungkap dalam Injil (Moo, 1996: 714). Masih mengutip pandangan Moo, bahwa mistery yang Paulus maksudkan berkaitan dengan pengerasan Israel hingga jumlah yang penuh dari bangsa-banga lain masuk. Bagi Moo, harapan untuk keselamatan Israel dalam jumlah yang banyak atau dengan istilah yang ditulis Paulus “all Israel will be saved” merupakan harapan orang Yahudi di zaman Paulus, tetapi Moo meragukan untuk memasukkan makna mistery yang Paulus maksudkan (ibid, 715). Dengan demikian apa yang telah terjadi dan dinubuatkan dalam Perjanjian Lama mengenai bangsa Israel sebagai umat Allah, dan bagaimana masa depan mereka pada akhir zaman dinyatakan dalam lnjil seperti yang dituliskan oleh Paulus. Bahwa Israel bangsa Allah mengalami pengerasan pada masa-masa akhir.

Pandangan Schreiner mengenai mistery yang menjadi perdebatan penafsiran, bahwa mystery juga berkaitan dengan bangsa-bangsa lain. Namun dalam periode dimana keselamatan akan tersedia untuk mereka dalam sebuah kesempatan yang tidak akan berlangsung selamanya. Artinya bahwa setelah “seluruh Israel” diselamatkan, tidak akan ada lagi keselamatan bagi bangsa-bangsa lain, karena akhimya akan tiba (Schminer, 2008: 614). Terjadi kesinambungan pandangan Moo dan Schreiner mengenai istilah mistery yang Paulus tulis dalam teks ini.

Bagi Murray pengerasan yang dialami oleh sebagian Israel itulah kemungkinan yang dimaksudkan “mistery” oleh Rasul Paulus dalam ayat 25 (Murray, 1987: 92-93). Kemungkinan tersebut dapat dimengerti dengan pemahaman bahwa oleh pengerasan sebagian Israel tersebut akan menjadi berkat bagi banga-bangsa non-Yahudi, yang sebenarnya mereka mengira bahwa pengerasan yang menimpa Israel untuk selamanya. Demikian juga Beker menunjuk “mistery” dalam ayat 25 kemungkinan mengarah pada proses pengerasan Yahudi diikuti dengan keselamatan bangsa kafir yang telah dibicarakan pada perikop sebelumnya (Beker, I980: 333-335).

Sedang Hays menulis: “The mystery (11:25) is not that lsrael will be saved; that was always expected, and it is assured by the constancy of God. The mystery is that the salvation of Israel will occur, contrary to all previous expectation, in this particular way; the emphatic words in Paul's elucidation of the mystery aree kai houtoos. "in this way” (Hays, 1996: 416). Hays memaparkan bahwa Paulus menuliskan istilah mistery bukan bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah Israel akan diselamatkan, tetapi untuk menyatakan keselamatan Israel merupakan sebuah tindakan Allah yang tidak terpikirkan oleh Israel sendiri ataupun oleh non-Yahudi. Lebih lanjut Hays menjelaskan bahwa untuk memahami misrery yang Paulus maksudkan dalam perikop ini, perlu memahami uraian Paulus dari kata kai houtoos, “dengan jalan ini” atau “dengan cara ini”. Dengan demikian Hays lebih mengarah pada proses bagaimana jalan keselamatan Israel.

Namun pandangan yang sedikit berbeda datang dari pandangan Cranfield yang menunjuk “mistery” kemungkinan pada janji bahwa seluruh Israel akan diselamatkan (ay. 26) (Cranfield, 1990: 573-574). Cranfield mengarahkan bahwa Israel akan mengalami restorasi dan janji keselamatan seluruh Israel akan terjadi. Dan tampaknya restorasi yang dimaksudkan adalah sebuah restorasi yang besar-besaran.

Namun kembali pada arti kata “mistery” yang lebih menunjuk pada tindakan penyataan Allah dalam hubungannya dengan sejarah keselamatan, untuk perikop ini mengenai kegenapan janji keselamatan terhadap Israel dan melalui mereka untuk bangsa-bangsa Iain. Sebab istilah “mistery” sendiri adalah sesuatu yang bersifat rahasia atau tersembunyi, jadi pengerasan yang menimpa Israel menjadi sebuah mistery bagi bangsa-bangsa lain (non-Yahudi) jika ternyata Israel masih memiliki

Page 30: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

30

masa depan bahwa “all Israel will be saved". Meskipun masa depan itu tidak menunjuk secara kuantitas pada “seluruh tanpa terkecuali”, namun yang pasti bahwa pengerasan itu bersifat misteri dan misteri yang dimaksud memiliki makna pengharapan. sebagaimana harapan Paulus mengenai bangsanya.

Dan perlu juga untuk lebih memperhatikan apa yang menjadi alasan Paulus ketika ingin mengungkapkan mistery, terdapat frasa “supaya kamu jangan menganggap dirimu pandai” perlu mendapat perhatian. Frasa tersebut menunjuk sebuah objek dalam pemberitahuan mengenai suatu berita rahasia. Dan kata “kamu” yang berasal dari bentuk jamak “saudara-saudara”, itulah objek pemberitahuan rahasia tersebut. Dan kata benda “saudara-saudara”17 itu menunjuk pada orang-orang non-Yahudi. Bahwa apa yang telah dideskripsikan Paulus dalam Roma 11:1-24 khususnya ayat 11-24, Israel mengalami pemotongan dari pohon Zaitun sedang bangsa-bangsa lain (non-Yahudi) dicangkokkan. Alasan penulis menunjuk, kata adelphoi sebagai orang-orang ‘non-Yahudi sebab ayat 25 merupakan lanjutan dari ayat 24 ditandai dengan kata penghubung pada ayat 25 yaitu kata gar sebagai kata penghubung koordinat yang berarti sebab atau karena. Dalam konteks 11:11-24 Paulus banyak berbicara kepada orang non-Yahudi sebagai cabang liar yang dicangkokkan. Selajutnya diikuti kata phronimoi, kata sifat nominatif maskulin jamak dari phronimos diterjemahkan sensible, wise diterjemahkan bijaksana, thoughtful diterjemahkan tenggang hati, berpikir. Kata phronimoi dapat memiliki arti hikmat bijaksana menurut dirisendiri. Menjadi peringatan Paulus kepada orang non-Yahudi agar mereka tidak mengandalkan dengan hikmat bijaksana mereka sendiri, mereka harus mengetahui sebuah rahasia tentang keselamatan Israel. Bahwa oleh ketegaran Israel membuka jalan bagi masuknya bangsa-bangsa lain, atau dengan kata lain bahwa keselamatan datang kepada bangsa-bangsa lain melalui ketegaran Israel. Maksud Paulus tersebut tidak terlepas dari konteks sebelumnya (11:17-22) mengingatkan orang non-Yahudi bahwa rahasia sejarah keselamatan kepada Israel sedang dalam penyataan. Dan situasi yang samajuga bagi bangsa-bangsa lain, yaitu adanya harapan.

Keselamatan bukan hanya milik Israel sebagai umat pilihan keturunan bapak-bapak leluhur, tetapi bangsa-bangsa lain juga memiliki kesempatan untuk menerima anugerah keselamatan. Dengan demikian, menjadi kesimpulan penulis untuk istilah mystery yaitu sebuah rahasia mengenai karya Allah dalam sejarah keselamatan, seperti yang digunakan oleh Paulus dalam ayat 25 menunjuk pada proses dalam rencana keselamatan yang melibatkan Israel dalam perluasan berkat keselamatan kepada banga-bangsa lain. Mistery tersebut tidak diketahui karena belum dinyatakan, dan penyataannya melalui proses yang unik. Israel mengalami pengerasan untuk sebagian waktu dalam hal ini Israel pilihan (bukan keseluruhan Israel sebagai bangsa), dimana Paulus mengingatkan kelompok non-Yahudi untuk tidak sombong sebab melaluinya keselamatan meresap kepada bangsa-bangsa lain (non-Yahudi). Dan kemudian disusul waktu bagi masuknya bangsa-bangsa lain. Pengungkapan peristiwa yang telah disampaikan dari zaman Perjanjian Lama dan kini dinyatakan kepada umat Allah untuk menunjukkan bahwa Allah setia dan memiliki cara tersendiri yang unik untuk menyatakan sejarah keselamatan umat-Nya. Dan penyataan itu dinyatakan kepada mereka yang menaruh percaya dan harapan pada janji Allah, seperti Paulus yang memiliki kerinduan besar terhadap Israel pilihan sebagai umat Allah.

2. Frasa hoti porosis apo merous toi Israel “sebagian Israel telah dikeraskan” (ay. 25b) (TB)

Satu bagian yang mencakup dari “mistery” yang Paulus maksudkan dalam ayat 25a adalah terjadi pengerasan yang dialami oleh “sebagian Israel”. Pengerasan yang menimpa sebagian Israel dianggap sebagai tindakan penolakan Allah terhadap sebagian Israel. Kontras dengan pernyataan Paulus dalam ayat 26a “dengan demikian seluruh Israel akan diselamatkan”. Untuk itu perlu memperhatikan arti atau makna dati kalimat “sebagian Israel telah dikeraskan”. Frasa “sebagian Israel telah dikeraskan” terlihat dalam beberapa terjemahan : That a partial hardening has happened to

17Kata adelphoi, menunjuk kata benda orang pertama jamak dari kata adelphos yang artinya saudara-saudara ini menunjuk kepada bangsa non-Yahudi. Kata tersebut digunakan oleh Paulus sebagai sapaan kepada orang-orang non-Yahudi. Roma 11:13 Paulus menekankan bahwa dirinya adalah sebenarnya rasul bagi bangsa-bangsa non-Yahudi. Dan secara lahiriah Paulus dapat dikatakan berkewarganegaraan ganda (Yahudi dan Yunani), sehingga ketika Paulus menyapa mereka dengan sebutan saudara-saudara baik itu kepada orang Yahudi ataupun kepada non-Yahudi hal tersebut wajar.

Page 31: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

31

Israel (NASB); that a hardening in part has happened to Israel (NKJV); a hardening has come upon part of Israel (N RSV); that the stubbomess of the people of Israel is not permanent (TEV); one section of Israel has become blind (JB).

Memahami frasa tersebut dimulai dengan kata meros yang merupakan kata benda genetif neuter tunggal dari meros, diterjemahkan part artinya bagian atau sebagian. Ada yang mengatakan bahwa istilah “sebagian” dapat juga diartikan “untuk sementara”, artinya frasa “sebagian' Israel telah dikeraskan” menunjuk untuk waktu tertentu, dan dapat juga ditafsirkan dengan arti “pengerasan sebagian” bukan pengerasan total (Newman & Nida, 2012: 276). Penafsiran demikian sejalan dengan terjemahan dari NKJV dan TEV. Hal tersebut mengingatkan bahwa kemungkinan besar terjadi pencangkokkan kembali terhadap cabang-cabang yang asli (ay. 24). Pengerasan terhadap sebagian Israel18 menjadi salah satu bagian dari proses keselamatan Israel. Frasa “sebagian dari Israel telah menjadi tegar”, perikop 25-32 menjawab bahwa penolakan Allah terhadap Ismel tidak final. Israel memperoleh janji keselamatan melalui sebuah proses.

Sedang kata porosis kata benda nominatif feminim tunggal dari porosis dullness diterjemahkan ketumpulan, insensibility diterjemahkan hal tidak sadar, obstinacy diterjemahkan ketegaran, sifat keras kepala, being of closedmind diterjemahkan menutup pikiran. Sehingga kata “tegar” dapat menunjuk pada sejenis batu, biasanya istilah ini jika dihubungkan dengan pribadi seseorang dapat digunakan untuk melukiskan seseorang yang lamban dalam berpikir, bodoh, tidak lincah atau kaku ataupun pikirannya telah tertutup atau mengeras seperti batu. Sebagian Israel mengalami ketegaran atau menutup pikiran mereka. Kata sama yang digunakan Markus 3:5 ketika Yesus kesal melihat kekerasan hati orang Yahudi terhadap pemahaman tentang hukum Sabat, dimana Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat. Di antara murid-murid Yesus, ada yang degil hatinya sehingga tidak percaya pada kesaksian kebangkitan Kristus (Mark. 16:14). Di Efesus, Paulus berkhotbah dengan berani selama 3 bulan, ada sebagian orang yang tegar hatinya dan tidak mau percaya, sebaliknya mengumpat jalan Tuhan di depan orang banyak (Kis. 19:8, 9). Perjanjian Lama juga mencatat seperti dalam Kitab Keluaran, disebutkan Firaun dan orang Mesir berkeras hati (Kel. 7:3, 13, 22; 14:17), atau mengeraskan hati mereka. Kitab Yehezkiel juga menyebut orang Yahudi yang tertawan itu keras kepala dan tegar hati (Yehz. 2:4).

Menengok ke belakang sedikit tentang sejarah Israel yang telah memiliki sifat keras kepala yang dicatat dalam Perjanjian Lama, khususnya kitab Yesaya.19 Sikap Israel yang keras kepala, Yesaya menyebuynya “memberontak dari sejak kandungan" (tulisan ibrani). Ditekankan kata bagot treat faithlessly terjemahannya memperlakukan dengan tidak setia, treacherous “berkhianat”. Allah sangat mengenal sifat Israel. sebab sepanjang sejarah, Israel memperlihatkan ketidaksetiaan bahkan sifat pemberontakan mereka. Tafsiran Alkitab Masa Kini mengungkapkan, gambaran yang disampaikan dalam ayat 8 ini. adalah gambaran yang lebih gelap dari Yesaya 40:27, bahwa umat Allah sendiri yang keras pendirian (Yes. 48.3-8) (Tim Penyusun, 2008: 417). Pemberontak dari permulaannya, kemudian menjadi pengembangan lebih dalam pada literatur Perjanjian Lama (Yehz. 16:3). Pemberontakan Israel dibandingkan dengan awal kesetiaannya dalam Hosea 2:17; Yeremia 2:2, meskipun sebenarnya permulaan motif pemberontakan ditemukan dalam Yeremia 7:24-26 (Mckenzie, I981: 96). Hal tersebut tidak berarti untuk tidak memperhitungkan peristiwa dalam Kejadian pasal 3, sebab dalam hal ini telah dihubungkan dengan Yehuda sebagai umat. Pemberontakan tersebut menunjuk pada keberadaan mereka ketika di Mesir. Israel berubah setia, mereka melakukan pengkhianatan dengan melakukan penyembahan berhala.

Frasa 1‘3 83'? my; gym terjemahan harafiah “kepadamu dinamakan berlaku tidak setia dan memberontak dari kandungan”. Kata 1331M (0p6§é“), revolt, rebel diterjemahkan “memberontak, melawan”, merupakan bentuk kata kerja qal partisip yang dapat berbentuk past, present dan future, dari aksi yang terus berlanjut. Bahwa pemberontakan yang dilakukan oleh Israel secara terus-menerus, dari kandungan hingga ketika hal-hal baru ini disampaikan. Jenis waktu “past” ditekankan

18Pada ay. 1-10 Paulus mengajarkan bahwa penolakan terhadap Israel tidak total, ada sebuah sisa yang masih eksis 19Penelitian sifat keras kepala bangsa Israel berdasarkan nas dalam kitab Yesaya telah menjadi bahan penelitian penulis ketika menyusun sebuah karya ilmiah yang berjudul “Pemulihan Israel bagi kemuliaan Nama Allah menurut Yesaya 48:6b-11" ketika pengajuan tulisan akhir program M.Div. Penulis sengaja menampilkan kembali sebagai bahan tambahan gambaran tentang sifat keras Israel. Sehingga nyata bahwa pemilihan Allah terhadap Israel oleh karena kedaulatan Allah dan keselamatan Israel oleh karena kesetiaan janji Allah.

Page 32: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

32

dalam kalimat yang mengikutinya, “sejak dari kandungan”. Kata (mibbéten) belly, womb; from the womb (LXE, KJV; from birth (NIV, NIB), Kailias body cavity, belly (BGT), LAI menerjemahkan “sejak dari kandungan”. Penulis setuju dengan terjemahan LAI, KJV, LXE, sesuai kata mibbeten= belly, womb yang diterjemahkan dari kandungan, rahim, perut. Dengan membandingkan Yesaya pasal 2:2-3, Allah telah membesarkan umat-Nya, namun mereka kemudian memberontak dan tidak mengenal-Nya. Pemaparan Goldingay, iman yang patah dan pemberontakan adalah lebih berkaitan dengan keluarga daripada politik (30:12; 8-9), dan Yehezkiel menyebut Israel sebagai sebuah rumah tangga yang suka menentang (Goldingay, 2005: 34). Sebab itu menunjuk pada dosa warisan dari manusia pertama (Kej. 3). Seluruh manusia telah jatuh dalam dosa, Paulus juga menulisnya dalam Surat Roma.

Sifat keras bangsa Israel tidak dimulai pada kedatangan Kristus, tetapi sejak awalnya telah keras. Sekali lagi mengingatkan pada pemilihan Israel adalah karena kedaulatan dan rancana awal Allah memakai Israel menjadi terang bagi bangsa-bangsa lain. Pemulihan yang terus Allah kerjakan atas kekerasan Israel menunjukkan bahwa Allah adalah setia. Kembali Paulus mencatat sejarah pengerasan Israel dalam Roma, konteks penelitian penulis. Dengan latar belakang pemahaman yang disampaikan oleh nabi Yesaya, tidak mengherankan jika kembali sepanjang sejarah Israel secara menyeluruh ada kelompok (sebagian) Israel yang mengalami pengerasan, namun oleh kasih Allah menganugerahkan pemulihan. Namun pemulihan yang dikerjakan oleh Allah tidak menyeluruh kepada semua orang Israel, tetapi kepada merekalah yang memiliki iman percaya yang mengalami pemulihan. Pengerasan yang Allah ijinkan tenjadi terhadap bangsa Israel dalam batas waktu tenentu dalam rencana masuknya bangsa-bangsa Iain dalam karya keselamatan. Pengerasan atas Israel yang bersifat sementara merupakan bagian dari rencana keselamatan Allah bagi masuknya bangsa-bangsa lain.

Pernyataan ini harus dihubungkan pada seluruh pasal 11. Telah ada dan akan terus berlanjut beberapa orang Yahudi menjadi percaya. Sebab kebutaan “sebagian Israel” adalah metode hasutan yang dipakai Allah (ay. 8-10) karena orang-orang Yahudi “menolak Yesus” sesuai dengan rencana Allah untuk menebus seluruh umat manusia. Allah telah berjanji untuk menyelamatkan “semua” (Kej. 3:15). Allah memilih Abraham untuk menjangkau. “semua” (Kej. 12:3). Allah memilih Israel untuk mencapai “semua” (Kel. 19:5-6). Israel gagal dalam karya misinya oleh kebanggaan pada rasa harga dirinya yang berlebihan, ketidaksetiaan dan tidak percaya. Allah ingin menjangkau dunia orang-orang non-Yahudi melalui berkat-Nya yaitu Israel (U1. 27-29). Namun, Israel tidak dapat memelihara perjanjian, oleh karena itu penghakiman sementara Allah jatuh atas mereka. Sekarang Allah telah mengambil keputusan berat dan digunakannya untuk menggenapi tujuan dasar-Nya dari penebusan umat manusia melalui iman (ay. 30-31; Yeh. 36:22-38). Oleh iman percaya mengajar dan mengingatkan umat untuk taat dan setia pada perjanjian Allah.

Allah tetap mengasihi dan menginginkan (berhasrat) pada keturunan alami Abraham untuk diselamatkan. Namun, mereka harus datang melalui iman dalam Kristus (Zak. 12:10). Menjadi pertanyaan apakah orang-orang Yahudi yang “dikeraskan” akankah memiliki waktu atau kesempatan untuk lepas dari kekerasan tersebut sehingga memperoleh keselamatan? dan bagaimana caranya? Allah sekali-kali tidak menolak Israel (11: 1-2), sebab bagi Israel masih tersedia hampan bagi meteka tetapi melalui tindakan Allah yang tak terduga.

Pengerasan Israel menjadi pintu bagi masuknya bangsa-bangsa non-Yahudi. Israel dikeraskan untuk membangkitkan cemburu mereka terhadap bangsa-bangsa lain yang mcndapat kesempatan masuk dalam objek penebusan Allah. Seperti kerinduan dan doa Paulus, sekalipun Paulus dikenal sebagai rasul bagi non-Yahudi tetapi memiliki kerinduan besar bagi keselamatan bangsa Israel. Tidak mengherankan jika Paulus sampai rela untuk terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara sebangsanya (9: 3).

Dari penelitian penulis mengenai “pengerasan” yang menimpa Israel, penulis setuju dengan pandangan Colin yang mengatakan;

“Paul insists that the hardening of Israel will persist only until this time. The expression “in this way” refers to what precedes. In this case it is used to indicate the way “all Israel will be saved”, that is, in the same way as the full number of the Gentiles come in. Paul's meaning is that a hardening of Israel will persist until the full number of Gentiles has come in, and as the Gentiles are coming in, many Jews will be coming in also and in this way, and by the time Christ appears the second time, the hardness will have disappeared and all Israel will be saved. By 'all lsrael' Paul means the Jewish elect of all ages” (Colin, 2012: 443).

Page 33: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

33

Pernyataan Colin yang menyimpulkan bahwa “pengerasan” yang menimpa atas Israel memiliki

limit waktu tertentu, yaitu sampai pada jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk. Dan bahwa “pengerasan” tersebut tidak hanya bersifat sementara karena ada batas waktunya, tetapi juga secara numerical. Secara numerical (bilangan, jumlah) dalam pemahaman bahwa “scluruh Israel” yang mencakup orang Israel terpilih dari sepanjang zaman sampai pada saat Kristus datang kali yang kedua. Fredik juga memberi pemahaman mengenai mistery yang Paulus maksudkan dalam perikop ini (ay. 25) bahwa “A secret or mystery, too profound for human ingenuity, is God's reason for the partial hardening of Israel's heart Ro 11:25 or the transformation of the surviving Christians at the Parousia 1 Cor 15:51 . Even Christ, who was understood by so few, is God's secret or mystery Col 2:2, hidden ages ago 1:26 (Frederik, 2000 : 662).20 Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa misteri yang dimaksudkan merupakan penyataan karya Allah dalam kaitannya dengan sejarah pemilihan dan keselamatan. Penyataan yang peristiwa dan caranya tidak terjangkau oleh pemikiran manusia, termasuk Israel umat pilihan. Sebab, ternyata yang disebut Yahudi bukanlah secara lahiriah, tetapi Yahudi sejati yang melaksanakan sunat di dalam hatinya (Rm. 2: 28-29), demikian juga nas yang menyatakan bahwa tidak semua keturunan Israel secara lahiriah akan disebut orang Israel (Rm. 9: 6). Seperti halnya tidak semua keturunan Abraham secara biologis akan terhitung sebagai keturunan Abraham, melainkan keturunan yang berasal dari perjanjian.

3. Kata pleroma “penuh” (Ay. 25b) (TB)

Kata the full number “jumlah yang penuh”, dari kata pleroma pleerooma, menunjuk pada

“jumlah penuh” dari bangsa-bangsa lain yang diselamatkan, tampak memiliki nilai yang lebih positif

jika dibanding dengan kata “sisa” dari Israel. Untuk frasa “jumlah yang penuh” dari bangsa-bangsa lain

dan kata “sisa” dari Israel, memiliki konsep yang berbeda. Sebab frasa “jumlah yang penuh” berkaitan

dengan pengerasan yang menimpa Israel. Seperti Paulus tuliskan dalam 11:12, menurutnya, kalau

pelanggaran dan kekurangan dari Israel saja sudah menyebabkan keselamatan bagi dunia, apalagi

kepenuhan jumlahnya, pasti itu akan menyebabkan kekayaan yang lebih besar lagi bagi dunia. Jadi,

bila pelanggaran mereka menyebabkan berkat bagi dunia, kepenuhan jumlah mereka (11: 12)

seharusnya tidak membuat berkat itu tertahan, sebaliknya, berkat itu akan lebih berlimpah (Dunn,

I988: 655-668). Demikian Dunn menganggap bahwa pengerasan Israel menjadi berkat bagi masuknya

bangsa-bangsa lain dalam kemurahan Allah. Bahwa pengerasan Israel semakin membuka peluang bagi

bangsa-bangsa lain dan tentunya bagi Israel juga yang mengalami pengerasan tersebut.

Frasa “until the fullness of the Gentiles has come in” mirip istilah pleerooma (GNT); Fullness

(NIV, KJV) digunakan dalam ayat 12 “kepenuhan” bagi bangsa-bangsa Yahudi. Kedua ayat berbicara

tentang pengetahuan masa lalu Allah dan pemilihan. Sedang kata akhri dalam frasa tersebut

diterjemahkan until yang merupakan kata penghubung temporal berhubungan dengan waktu sebuah

tindakan. Seperti deskripsi tentang batas waktu bagi periode non-Yahudi dalam Lukas 21:24.

Kesempatan diberikan kepada proses keselamatan bagi bangsa-bangsa non-Yahudi yang berbanding

terbalik dengan limit pengerasan terhadap Israel (ay. 25b). Kepenuhan ini dapat memjuk kepada

sejumlah besar orang Yahudi yang datang pada keselamatan, tapi kata ini lebih alami memiliki

kekuatan kualitatif, mengacu pada pengalaman penuh bahwa berkat untuk masuk dalam kerajaan

suatu hari orang Yahudi akan mengalaminya (Murray, 1965: 79).

20Dalam Roma 11:25 rahasia atau mistery yang dimaksudkan adalah alasan Allah bagi pengerasan hati sebagian Israel yang di luar jangkauan pikiran manusia. Atau juga menunjuk 1 Korintus 15:5 “Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah” yang mengarah pada parousia. Dan Kolose 2:2 mengungkapkan akan rahasia Allah tersebut, “supaya hati mereka terhibur dan mereka bersatu dalam kasih, sehingga mereka memperoleh segala kekayaan dan keyakinan pengertian, dan mengenal rahasia Allah, yaitu Kristus”. Dalam kaitannya dengan nubuatan yang telah tertulis dalam Perjanjian Lama, “yaitu rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan keturunan, tetapi yang sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudus-Nya” (Kol. 1:26).

Page 34: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

34

Berkaitan dengan konteks sebelumnya, hal “kepenuhan bangsa-bangsa lain” berkaitan erat

dengan batas temporal pengerasan Israel yang “datang” dari “kepenuhan bangsa-bangsa lain”. Seperti

yang ditunjuk oleh Murray bahwa kata “datang” mungkin mengacu pada masuk ke dalam kerajaan

Allah, dalam hal ini keselamatan Mesianis.

Untuk menguraikan frasa “kepenuhan bangsa-bangsa lain” cukup rumit, namun dalam hal ini

bertolak dari ayat 12. Moo menunjuk istilah “Kepenuhan” atau “pemenuhan” ataupun “selesai”

memiliki arti kualitatif. Dan “beberapa ahli berpikir bahwa karena “kepenuhan bangsa-bangsa lain”

hanya berarti “berkat penuh” bahwa Allah bermaksud untuk memberikan pada bangsa-bangsa lain,

atau mungkin “penyelesaian dari misi non-Yahudi” (Moo, 1996: 718). Misi kepada non-Yahudi atau

kepada bangsa-bangsa merupakan jumlah yang penuh atas masuknya bangsa-bangsa lain melalui

pengerasan sebagian Israel. Demikian juga Colin berpandangan bahwa “jumlah yang penuh dari

bangsa-bangsa itu menjadi patokan bahwa Injil telah diberitakan di seluruh dunia dan akan selesai

pada saat Kristus datang pada kali yang kedua” (Colin, 2012: 443).

Masih merujuk pada kata “kepenuhan” (pleerooma) yang menunjuk pada jumlah total dari

bangsa-bangsa lain sebelum Israel dipulihkan, C.K. Barrett mengurutkan demikian: mula-mula sisa

Israel, lalu bangsa-bangsa lain, baru akhirnya Israel secara keseluruhan (Barrett, 1987: 223). Urutan

tersebut tidak mengabaikan keselamatan dari sisa Israel yang menjadi topik penting dalam Roma 9-

11.

Konsep sisa tidak dapat dipandang sebagai sebuah hal yang negatif, sebab di dalam sisa

seringkali tecakup keseluruhan. Seperti, kata “sisa” pada zaman Elia (1 Raj. 19:10-18) dimana Elia

berputus asa (Elia berpikiran bahwa hanya dirinya seorang yang tetap tinggal benar di hadapan Alah),

tetapi Allah berkata bahwa masih tersisa Tujuh Ribu umat Israel yang tidak pernah sujud menyembah

Baal (atau kemungkinan lebih menurut Elia) di dalam sisa terbukti kasih karunia Allah dan sesuai

dengan nencana Allah.

Beberapa catatan penting juga perlu diketahui bahwa benar secara kesweluruhan bangsa Israel

tidak pernah benar di hadapan Allah, namun demikian selalu di tengah-tengah bangsa Israel ada sisa

yang kesetiaannya tidak berubah. Seperti dalam Amos 9:8-10 bahwa Allah akan menampi Israel sama

seperti orang menampi biji-biji gandum sehingga hanya yang baik yang tertinggal. Kemudian dalam

Mikha 2:12; 5:3 kaum sisa akan dikumpulkan oleh Allah, demikian juga dalam Zefanya 3: 12, 13. Nabi

Yeremia meramalkan sisa itu akan dikumpulkan dari seluruh negeti dimana mereka telah dicerai-

beraikan (Yer. 23:3). Kemudian nabi Yesaya yang memberi nama kedua anaknya yang bermakna

simbolis, salah satunya diberi nama Shear Yasyub (‘sisa itu akan kembali’, Yes. 7: 3). Selain itu juga

menyebut tentang “sisa” yang setia yang akan diselamatkan oleh Allah (Yes. 10: 20-22). Israel “sisa”

yang Allah tinggalkan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa, mencermati tulisan Paulus dalam 1

Korintus 5: 6 bahwa sedikit ragi dipakai untuk mengkhamiri seluruh adonan.

Maka dapat disimpulkan bahwa “kepenuhan bangsa-bangsa lain” sama seperti “pengerasan

sebagian Israel” yang memiliki arti temporal sebab keduanya saling berkaitan dan merupakan

serangkaian peristiwa. Kata “kepenuhan” bukan menunjuk pada arti “keseluruhan”, kata tersebut

berlawanan arti dengan “kejatuhan”. Kata “kepenuhan” lebih menunjuk pada “cukup” atau sampai

waktu tertentu. Jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain mengacu kepada jumlah penuh dari

bangsa-bangsa yang dipanggil Allah (9: 22-24). Sekali lagi untuk kata “jumlah yang penuh” tidak

menunjuk pada numberik. Demikian pula “jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa telah masuk” Paulus

memberi gambaran bahwa pemberitaan Injil telah sampai ke ujung bumi, dan waktu saat-saat akhir

kedatangan Kristus sang Mesias.

4. . Frasa Kai outoospas Israel satheesetai “dengan jalan demikian seluruh Israel akan

diselamatkan” (ay.26a) (TB)

Page 35: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

35

Kalimat pertama dari ayat 26 ini adalah pusat perdebatan dalam penafsiran Roma 9-11 dan

ajaran dalam Perjanjian Baru tentang orang Yahudi serta masa depan mereka (Moo, 1996: 719).

Sehingga tidak mengherankan jika begitu banyak penafsiran mengenai masa depan Israel sebagai

umat pilihan dan perjanjian dalam hubungannya dengan janji keselamatan mereka.

Kapan persisnya Israel diselamatkan tidak dikatakan. Ini bergantung pada bagaimana memahami kalimat pertama dari Roma 11:26 atau tepatnya, bagaimana menerjemahkan kata penegasan Kai outos. Frasa “dengan jalan demikian”, kata kai outos mendapat perhatian dalam penafsiran. Kata Kai berarti “and” dan “but” diterjemahkan “dan atau tetapi” berfungsi sebagai kata penghubung koodinasi pada pernyataan Paulus dalam ayat 25b (“...: sebagian dari Israel telah menjadi tegar sampai jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain telah masuk”). Kata Kai bisa tidak diartikan, sedang kata outos berbeda dengan kata akhri, yang tidak memiliki atau bukan sebagai kata penghubung temporal. Kata outos dari kata outo adjective adverb berfungsi sebagai kata penghubung komparatif yang dapat diartikan “dengan cara yang sama”, “sama seperti”, demikian”, atau “dengan cara ini”. Pemakaian penghubung komparatif menunjuk pada analogi atau perbandingan antara dua gagasan yang dihubungkan, atau yang menceritakan bagaimana sesuatu harus dilakukan Dalam hubungannya dengan ayat 25b dapat memiliki beberapa penafsiran, dapat menunjuk pada “akibat” atau “kesimpulan” dan sebagai akibat proses “seluruh Israel akan diselamatkan”. Jika outos menunjuk pada keterangan waktu, berarti hendak menyamakan dengan kata akhri dalam ayat 25a, tetapi sayangnya kata outos tidak memiliki arti temporal seperti halnya kata akhri. Telah dijelaskan bahwa kata outos tidak memiliki arti temporal, sehingga Dunn menekankan untuk kembali pada arti dasarnya “demikian, dengan cara ini” (Dunn, 1988: 681). Jika kata outos memiliki arti temporal hal tersebut dihubungkan dengan kalimat setelahnya yaitu “seperti ada tertulis”, sedangkan kata outos tidak memiliki arti temporal sehingga menunjuk pada “cara” dan ini dihubungkan dengan kalimat sebelumnya; dengan cara ini seluruh Israel akan diselamatkan. Dan arti yang lebih mendekati untuk kata outos di sini adalah dihubungkan dengan kalimat sebelumnya “dengan jalan demikian”, hal tersebut mengacu pada proses.

Cara keselamatan Israel yang dimaksud adalah proses yang sudah Paulus jelaskan secara garis besar (ay. 11-24) dan disimpulkan (ay. 25b). Allah mengeraskan hati kebanyakan Israel sementara bangsa-bangsa lain masuk ke dalam keselamatan Kristus, lalu keselamatan bangsa-bangsa pada gilirannya menimbulkan kecemburuan Israel dan Israel mengejar keselamatan itu. Jadi kalimat “'dengan jalan demikian” seluruh Israel akan diselamatkan bukan menunjuk pada saat terjadinya keselamatan Israel (sesudah “jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa lain masuk”). melainkan dengan cara bagaimana “seluruh Israel” akan diselamatkan. Paulus yakin bahwa pertobatan bangsa-bangsa merupakan cara Allah untuk membangkitkan kecemburuan Israel supaya akhirnya mereka bertobat. Dalam Perjanjian Baru tersirat bahwa berakhirnya ketegaran hati Israel dapat dikaitkan dengan kedatangan Kristus yang kedua kali, Yesus akan datang kembali, sesudah Injil diberitakan kepada semua bangsa, barulah Yesus datang kembali pada saat itu tiba juga keselamatan seluruh Israel (bdk. Yes. 2z-3). Jadi, dalam konteks ini sekalipun kata outos tidak memiliki arti temporal, namun paling tidak memiliki acuan waktu karena cara dimana “seluruh Israel akan diselamatkan” melibatkan suatu proses yang berkembang menurut tahap-tahap tertentu (Moo, 1996: 720).

Langkah selanjutnya penelitian terhadap frasa dalam ayat 11:26 “all Israel will be save." Dalam ayat 26 ini “Israel” yang dimaksud siapa? Kata “Israel” sendiri ada 2 pandangan yaitu: pertama, Israel secara rohani dalam konteks ayat 25 dan 26 ini dipegang oleh Calvin21 dan beberapa teolog Protestan abad ke-16 dan ke-17 di bagian Eropa juga memegang pandangan tersebut. Dan memasuki abad ke-20 pandangan tersebut masih dipegang beberapa teolog seperti Karl Barth dengan menulis bahwa “this salvation concerns all Israel, the whole Church, every Church” (Barth, 1950: 415-416; juga Dodd memiliki pandangan yang sama: Dodd, 1960: I91). Pendapat yang sama bahwa “seluruh Israel” adalah Israel yang mencakup orang-orang percaya dari bangsa-bangsa lain dan dari Israel sendiri, kata “Israel” dari Roma 11:26 dapat disamakan dengan “Israel milik Allah” dalam surat Paulus kepada jemaat di Galatia (Gal. 6:16) (Hays, 1996: 416-417). Ketika “jumlah yang penuh dari bangsa-bangsa

21Calvin menguraikan tafsirannya mengenai “Israel” yang dimaksud dalam ayat 25 dan 26 dalam

bukunya “The Epistle of Paul The Apostle to the Romans and to the Thessalonians” (Calvin, 1980: 255)

Page 36: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

36

lain telah masuk”, maka saat itulah “seluruh Israel akan diselamatkan” atau persisnya, “dengan demikian seluruh Israel akan diselamatkan”. Dengan kata lain, masuknya jumlah yang penuh atau jumlah yang genap dari bangsa-bangsa lain menghasilkan “seluruh Israel” diselamatkan. Menurut mereka, Paulus berpikir seluruh bangsa-bangsa lain yang percaya sepanjang zaman telah masuk, telah dicangkokkan kepada Pokok Anggur. Bangsa-bangsa yang dicangkokkan bersatu dengan semua orang Yahudi yang telah percaya serta membentuk jumlah total yang diselamatkan. Paulus juga mengungkapkan bahwa bangsa-bangsa lain yang masuk dapat digunakan Allah untuk memotivasi sebagian orang Yahudi agar menjadi percaya (ayat 11 dan 14).

Pandangan tersebut menganggap seolah-olah bahwa Gereja telah menggantikan kedudukan Israel sebagai umat Allah, Gereja adalah Israel baru. Sebab Israel seolah-olah sudah memiliki status yang sama seperti bangsa-bangsa lain, Israel seolah-olah dianggap tidak lagi memiliki status khusus. Jika demikian Israel tidak lagi memiliki masa depan dalam rencana keselamatan setelah mereka menolak Allah dan mengalami “pengerasan”. Dan maksud tulisan Paulus mengenai mistery tidak perlu mendapat perhatian khusus. Namun, oleh karena “pengerasan sebagian Israel” hanya bersifat sementara dan pada sebagian Israel adalah rencana Allah bagi masuknya bangsa-bangsa lain yang harus diketahui oleh orang-orang non-Yahudi, bahwa Israel sebagai umat pilihan karena bapak-bapak leluhur menerima janji keselamatan tersebut dengan cara yang unik.

Namun pada abad ke-l9, Charles Hodge seorang teolog dari Gereja Presbyterian Amerika Serikat, beranggapan bahwa seluruh orang Yahudi bukan menunjuk kepadajemaat sebab berbeda dengan kalimat sebelumnya “sebagian dad Israel telah menjadi tegar” (Hodge, 1993: 370).

Kedua, kata “Israel” menunjuk pada Israel Yahudi dimana dari sepuluh kali permunculan kata “Israel” dalam teks Roma 9-11, semuanya merujuk pada orang Yahudi sebagai kontras dengan bangsa-bangsa lain. Kemudian konteks terdekat dari munculnya kata “Israel” dalam ayat 25 jelas berbicara tentang Israel secara fisik dalam sejarah. Dan sekalipun Paulus sebelumnya pernah membahas tentang bangsa-bangsa lain yang terpilih (Rm. 11:7), namun konteks yang lebih banyak dari Roma 11 jelas menunjuk pembahasan Israel secara fisik, bukan secara rohani (namun dari Israel mereka itu yang percaya, bukan secara darah daging). Schreiner memberi argumentasi tegas menentang Anderson dengan menunjuk pada konteks Roma 11, yang membedakan orang non-Yahudi dari Israel, sejajar ayat sebelumnya (ay. 25) yang menunjuk kepada orang-orang Yahudi (Schreiner, 1998: 614). Pandangan tersebut ditekankan oleh Schreiner untuk menjawab Anderson yang mempertahankan bahwa “all Israel” direkomendasikan menunjuk pada semua orang percaya baik itu orang Yahudi ataupun non-Yahudi (Schreiner, 1998: 614). Pandangan ini menunjuk dalam beberapa pengertian pada Israel rohani atau Gereja. Paulus memakai konsep ini dalam Roma 2:28-29; Galatia 6:16; 1 Petrus 2:5, 9; dan Wahyu 1:6. Frasa “The full quota of the Gentiles” kepenuhan kuota dari bangsa-bangsa lain dalam ayat 25 adalah dalam hubungan paralel.

Penulis setuju dengan pandangan kedua yang menunjuk kata “Israel” sebagai Israel Yahudi bukan pada Israel rohani. Sebab dalam konteks ayat 25 dan 26 tidak dapat dipisahkan, Israel yang dimaksud dalam ayat 25 sama halnya Israel yang dimaksud dalam ayat 26. Lagi pula dalam pasal 9-11 kata “Israel” sudah 10 kali dipakai dalam arti etnis yang menunjuk pada bangsa Israel atau orang-orang Yahudi. Berbeda konteks surat Paulus dalam Galatia 6:16 yang menunjuk pada Yahudi dan non-Yahudi. Untuk konteks Roma 11:26 ini tidak tepat karena akan memberi peluang kepada orang-orang non-Yahudi untuk menjadi sombong (Moo, 1996: 721). Teolog Reformed Louis Berkof (1874-1953) beranggapan bahwa seluruh Israel menunjuk kepada orang-orang Israel yang terpilih sepanjang sejarah manusia. Dengan demikian bahwa Israel belum tergantikan dengan Allah mendirikan umat yang baru yaitu Gereja, melainkan Israel tetap mendapat perhatian dalam sejarah keselamatan.

Apabila “seluruh Israel” dimengetti secara fisik dan bangsa, lalu siapa saja yang termasuk “all Israel” (seluruh Israel)? Dalam hal ini ada tiga (3) pandangan seperti yang dituliskan oleh Moo yang menunjuk pada: tiga (3) kemungkinan yaitu: (l) persekutuan orang-orang pilihan, baik orang Yahudi maupun orang bukan Yahudi; (2) Israel sebagai bangsa; (3) Orang-orang pilihan dari bangsa Israel (Moo, 1996: 720). Atau dapat membagi berdasar latar belakang konteks pasal 9-11: pertama, menunjuk pada negara Israel modern, namun menurut Cranfield menuliskan “ it is also to be noted that there is here no trace of encouragement for any hopes entertained by Paul’s Jewish contemporaries for the reestablishment of a nation state in indenpendence and political power, norincidentallyanything which could feasibly be interpreted as a scriptual endorsement of the modem nation-state of Israel” (Cranfield, 1990: 283). Namun pandangan tersebut kurang banyak yang menganut dan tidak populer, hal ini disebabkan bahwa jelas dalam konteks Paulus sedang tidak

Page 37: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

37

membicarakan Israel dalam bentuk negara, tetapi Paulus membicarakan tentang pemulihan Israel sebagai umat pilihan. Dalam konteks ini Paulus membicarakan mengenai bangsa Israel yang sempat mengalami penolakan namun pada akhirnya mengalami restorasi dalam hubungannya Israel sebagai pintu bagi bangsa-bangsa lain. Lagi pula, pemenuhan masa depan Israel tidak akan bersifat lokasi duniawi seperti negara yang mencakup wilayah tanah air.

Kedua yaitu totalitas Israel sisa, dalam setiap masa tidak setiap orang Israel beriman, selalu ada yang gagal. Namun ternyata menurut Paulus, yang beriman teguh cuma sedikit, dan mereka itulah yang masuk dalam kelompok “sisa”. Jadi, Israel sisa yang selamat sepanjang sejarah itulah yang merupakan jumlah “seluruh Israel” (bdk Rm. 11:5).22 Menurut kelompok ini, sepanjang sejarah penjalanan Israel sebagai umat pilihan yang setiap masa mengalami kegagalan, Allah selalu meninggalkan sekelompok sisa. Kelompok sisa setiap zaman inilah yang menjadi totalitas “all Israel” yang diselamatkan.

Penafsir-penafsir lain berpendapat bahwa Paulus di sini menulis tentang suatu pertobatan massal orang-orang Yahudi pada akhir zaman (Moo, 1996: 720). Pendapat tersebut atau pandangan yang ketiga yang mengatakan bahwa kata “all Israel” adalah Israel yang secara massal, akan bertobat dan berpaling kepada Kristus pada akhir zaman setelah agama Kristen tersebar di antara bangsa-bangsa.23 Menurut pandangan yang ketiga ini bahwa ada saat Israel sebagai bangsa yang memiliki status khusus dalam rencana keselamatan Allah akan mengalami restorasi besar-besaran dan pada akhinya “all Israel will be saved”. Restorasi Israel secara besar-besaran inilah yang akan menjadi keunikan sejarah keselamatan Israel di antara bangsa-bangsa, di samping pencangkokan kembali pasca penolakan. Moo memberi perhatian yang serius pada “the elect among Israel throughout time” (Moo, 1996: 723), bahwa “seluruh Israel” adalah Israel pilihan sepanjang masa. Dengan demikian Israel tidak kehilangan status khusus mereka sebagai umat yang dipersiapkan Allah untuk menjadi mediator Allah dan sebagai umat perjanjian melalui bapak-bapak leluhur.

Kata “all” dalam pengertian pemilihan Allah bukan “seluruh” dalam pengertian pribadi per pribadi. Membandingkan dengan analogi pohon Zaitun yang berdasarkan janji bahwa satu hari akan menjadi lengkap (sempurna). Beberapa komentar bahwa ini harus menunjuk pada kewarganegaraan Israel oleh karena menunjuk pada konteks pasal 11 yang menjadi topik Paulus. Baik itu mengenai “sisa” atau Israel yang tersandung dan rencana keselamatan seluruh Israel, semua menunjuk pada Israel sebagai etnik. Juga pada kutipan Perjanjian Lama dalam ayat 26 dan 27 yang menunjuk pada “Sion” dan garis “keturunan Yakub”. Serta statement yang jelas dalam ayat 28 yang menunjuk pada Israel sebagai pilihan karena nenek moyang.

Kata “seluruh” tidak harus dimengerti “setiap” atau “semua” tanpa kecuali, tetapi Israel sebagai suatu keseluruhan, sebagai sebuah bangsa yang identitasnya tetap sekalipun dalam kejadian itu ada sebagian individu tidak percaya (Dunn, 1988: 681). Ungkapan “seluruh” Israel memang tidak perlu dianikan “setiap” orang Yahudi, karena seluruh lsrael memang tidak sama dengan penjumlahan total setiap orang Yahudi. Totalitas seluruh Israel lebih kepada pemahaman terhadap “penggolongan secara luas” daripada jumlah secara spesitik.

Tetapi jika pengertian massa dipaksa untuk didukung oleh konteks Roma 11, maka ungkapan “seluruh Israel” sejajar dengan “jumlah yang penuh” dari Israel (ay. 12), dan kontras dengan Israel sisa (ay. 5)? Israel yang kutang (ay. 12), beberapa dari cabang (ay. 17), serta sebagian dari Israel (ay. 25). Jadi, ungkapan “seluruh Israel” mesti menunjuk pada seluruh Israel dalam pengertian harfiah yang seluas-luasnya. Sehingga menurut Hays “Israel” dari Roma 11:26 dapat disamakan dengan “Israel milik Allah” dari Galatia 6:16 (Hays, 1996: 416-417), demi mengarahkan “kepenuhan dari keseluruhan” tersebut. Namun, konteks ayat 25 yang jelas menunjuk pada Israel, bukan pada orang-orang percaya (Yahudi dan non-Yahudi). Konteks dalam ayat 25 Paulus sedang menegur bangsa-bangsa non-Yahudi agar mereka tidak menjadi sombong oleh hikmat menurut mereka sendiri, bahwa Israel telah mengalami penolakan, tetapi mereka harus mengerti sebuah mistery. Paulus sedang mengungkapkan penyataan keselamatan pada bangsa Israel dalam ayat 25, dengan demikian Israel

22Pendapat ini dianut oleh sebagian bapa-bapa Gereja seperti Origenes, juga Martin Luther, (Luther, 1954: 146), juga Anthony A. Hoekema, (Hoekema, I979: 145) 23Pendapat ini umumnya dianut oleh bapa-bapa Gereja seperti Agustinus dan Krisostomus. Untuk penafsir-penafsir modern: Johanes Munck, (Munck, I967: 136); Th. Van den End, (Van den End, 1995: 544); John Murray, (Murray, 1987: 96-100)

Page 38: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

38

yang dimaksudkan Paulus dalam ayat 26 masih menunjuk pada Israel dalam ayat 25 dengan kata kai sebagai kata penghubung koordinasi dalam permulaan ayat 26.

Penting untuk memahami secara baik kata “all” atau “seluruh” dalam konteks ayat 26. Sebagai orang Yahudi, Paulus kemungkinan mewarisi cara berbahasa bangsa Israel. Sebagai contoh dalam Perjanjian Lama, ketika Samuel berkata kepada “seluruh” el atau panta all, every terjemahan semua, setiap. Bahwa semua orang Israel yang menghendaki kehadiran seorang raja untuk memimpin mereka (1 Sam. 12:1), bukan berarti bahwa setiap orang Israel yang hidup pada waktu itu berdiri di hadapan Samuel di Gilgal, melainkan kumpulan orang Israel yang hadir pada waktu itu sudah mewakili keseluruhan umat Israel. Lalu ketika Rehabeam beserta “seluruh” Israel meninggalkan hukum Tuhan, juga tidak berarti bahwa setiap orang Israel pada waktu itu sudah murtad dan mengikuti langkah Rehabeam yang salah, melainkan itu adalah pemakaian bahasa untuk memperlihatkan betapa seriusnya tindakan murtad raja sehingga jumlah orang Israel yang setia pada waktu itu seperti tidak berarti apa-apa dibandingkan banyaknya Israel yang murtad.

Kesimpulan penulis pada frasa “dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan”. Dimulai dengan pemahaman dari kata “all Israel” atau “seluruh Israel” menunjuk pada Israel secara etnik tetapi bukan bcrarti secara pribadi per pribadi. Keselamatan kepada “seluruh Israel” dengan cara yang unik yang tidak terduga yang sedang dinyatakan, bahwa keselamatan Israel sebelumnya membuka pintu keselamatan bagi bangsa-bangsa lain. Jika Paulus menaruh harapan besar kepada Israel dalam frasa “seluruh Israel akan diselamatkan”, bahwa Israel kelak mengalami restorasi besar-besaran dan terjadi pertobatan massal bagi Israel. Hal tersebut wajar, namun tidak menjadi kepastian bahwa “seluruh Israel” keturunan Israel masuk dalam Kerajaan-Nya, karena bukan semua Israel adalah Israel sejati. Kegenapan janji Allah “all Israel will be saved” tidak dapat dimengerti secara harfiah tetapi menjadi bukti kesetiaan Allah pada pemilihan dan perjanjian-Nya Sehingga mistery yang ditulis Paulus tergenapi bahwa “pengerasan pada sebagian Israel” menjadi sarana bagi masuknya bangsa-bangsa lain dan kegenapan atau kepenuhan dari bangsa-bangsa itu sampai pada batas berakhirnya pengerasan yang menimpa Israel sehingga “dengan cara demikian seluruh Israel akan diselamatkan”.

5. Frasa ezei ek Sion ho ruomenos “Penebus datang dari Sion”(ay. 26b) (TB)

Paulus menuliskan “dengan jalan demikian seluruh Israel akan diselamatkan, seperti ada tertulis: “Dari Sion akan datang Penebus, ...” (ay. 26a). Apa hubungan “all Israel will be saved" dengan frasa “The deliverer will come from Zion”. Untuk frasa “The deliverer will come from Zion”, ada dua pandangan: pertama, keselamatan yang datang dari Sion menunjuk pada kedatangan Kristus yang kedua kali dimana saat itu Anti-Kristus dimusnahkan (Munck, 1967: 137). Kedatangan Sang Penebus dari Sion (Rom. 11:26) dihubungkan dengan Yerusalem Surgawi tempat Yesus melayani sebagai lmam Besar (Ibr. 12:22). Namun, dalam tulisan Paulus ketika berbicara tentang kedatangan Yesus yang kedua kali, berita yang mau Paulus disampaikan bukan keselamatan tetapi penghakiman terakhir (bdk. 1 Kor. 15:24-25; 2 Kor. 5:10; 1 Tes. 521-3). Jadi, jika mengamati sebagian tulisan Paulus maka sulit untuk menerima pandangan bahwa Penebus yang datang dari Sion diarahkan pada kedatangan Kristus Yesus yang kedua kali.

Pandangan yang kedua, Penebus yang datang dari Sion menunjuk pada kedatangan Yesus yang pertama (Motyer, 1991: 153-155; Hoekema, 1979: 147). Frasa “Penebus datang dari Sion” dapat juga dituliskan “Penebus datang dari Israel”. Sebab “Sion” identik dengan Israel dan Penebus yang dimaksud adalah Yesus, maka tidak mengherankan jika dapat juga diartikan bahwa Yesus datang dari tengah-tengah Israel. Demikian Paulus sedang menekankan di sini bahwa Injil atau Kabar Baik datang dari Israel kepada bangsa-bangsa lain. Dan keberadaan Yesus di tengah-tengah Israel memulihkan dan membarui Israel sehingga layak jika nantinya disebut bahwa keselamatan datang dari Israel. Hal tersebut bukan bahwa lsrael yang menjadi sumber keselamatan melainkan bahwa Israel menjadi pintu bagi keselamatan bangsa-bangsa. Yaitu melalui Mesias yang datang dari Israel, tidak melalui yang lain.

Kedatangan Kristus pertama sebagai Penebus, hal tersebut tidak terlepas dari kata “Sion"24 yang dipahami identik dengan hal-hal yang dihubungkan langsung dengan lsrael sebagai keturunan Yakub.

24Sion merupaknn suatu simbol atau metafora bagi kota yang bersejarah yaitu Yesrusalem. Yahwe menjadikan tempat kediaman-Nya di sana dan memilih Sion bagi diri-Nya sendiri, walaupun diakui bahwa langit yang mengatasi langit pun tidak dapat memuat Allah yang tak terbatas (l Raj. 8: 27). Sion juga digambarkan sebagai

Page 39: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

39

Hal itu membawa pada pemahaman bahwa frasa “The deliverer will come from Zion” menunjuk pada peristiwa yang dituliskan oleh Yesaya 59:20 dan 27:9 yang dikutip Paulus dan menempatkannya dalam Roma 11:26, hal tersebut tidak harus dimengerti sebagai peristiwa yang menunjuk kepada kedatangan Kristus yang kedua kali seperti pandangan orang Dispensasionalism, tetapi menunjuk pada kedatangan Kristus yang pertama dalam karya penebusan (Hoekema, 2009: 199). Sebab mengingat bahwa pada kedatangan yang kedua Penebus tidak datang dari Sion melainkan dari Surga dan tidak lagi menebus atau menghilangkan kefasikan dari keturunan Yakub tetapi datang sebagai Hakim yang mengadili seluruh umat manusia (Israel dan bangsa-bangsa lain).

Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa perjanjian yang diadakan Allah dengan Yakub beserta keturunannya itu adalah perjanjian kekal yang bersyarat. Dalam Yesaya 27:9 “Maka beginilah akan dihapuskan kesalahan Yakub dan inilah buahnya kalau ia menjauhkan dosanya: ia akan membuat segala batu mezbah seperti batu-batu kapur yang dipecah-pecahkan, sehingga tiada lagi tiang-tiang berhala dan pedupaan-pedupaan yang tinggal berdiri”, ini sangat jelas menyatakan bahwa dosa Yakub (yaitu dosa Israel) akan diampuni dan dihapuskan, dengan syarat harus menghancurkan semua mezbah dan tiang-tiang berhala. Jika tidak, bukan hanya dosa mereka tidak akan diampuni, bahkan penghakiman Allah yang adil. akan menimpa mereka, kota berkubu akan menjadi kediaman yang dikosongkan dan ditinggalkan seperti padang gurun; Allah Pencipta mereka tidak akan mengasihani mereka, dan tidak akan memberkati mereka (Yes. 27:10-11).

Namun penganut Disepensasionalism memiliki pandangan bahwa “apa yang dinubuatkan di sini adalah bahwa sesudah maksud Allah bagi gereja-Nya digenapi, kemudian Allah akan melepaskan Israel (ay. 25-26). Rujukan kepada Israel yang diselamatkan itu bukan dalam pengertian bahwa mereka bebas dari segala kesalahan dosa atau kebenaran yang menebus, melainkan bahwa Israel akan diselamatkan dari musuh-musuhnya pada saat kedatangan Kristus yang kedua kali” (Walvoord, 1996: 589).

Betul bahwa Israel akan diselamatkan, tetapi pandangan ini mau memisahkan atau membedakan tujuan Allah terhadap Gereja dan kepada Israel. Lagi pula, pembebasan Israel yang dimaksudkan keliru, seolah-olah pembebasan yang dibutuhkan Israel hanya dalam bentuk politik kekuasaan saja. Dan waktu pembebasan bagi Israel yang dimaksud juga tidak tepat, sebab kedatangan Kristus yang kedua kali tidak lagi datang sebagai pembebas tetapi sebagai hakim yang datang kembali bukan hanya untuk Israel tetapi segala bangsa.

Umumnya para penafsir setuju bahwa “Penebus” di sini adalah Mesias atau Yesus. Dengan tegas mengatakan bahwa keselamatan seluruhnya adalah hasil tindakan Allah atau Mesias. Penebus sendiri yang akan menyingkirkan segala kefasikan dari Yakub. Penekanan ini tidak hanya cocok dengan pengalaman pribadi pertobatan Paulus yang secara manusiawi sebenarnya mustahil untuk bertobat, tetapi juga sesuai ajaran Paulus bahwa ketegaran hati Israel akan disingkirkan oleh Allah sendiri melalui kematian dan kebangkitan Kristus. Colin menyatakan bahwa frasa “dari Sion akan datang Penebus” menunjuk pada hanya oleh tindakan Allah sendiri yang menyingkirkan segala kefasikan pada Yakub (Israel), hal itu sesuai dengan perjanjian-Nya (Colin, 2012: 444). Pandangan Colin tersebut juga menunjuk pada tulisan Yesaya 59: 2-21, dimana dalam ayat 2-15 mendeskripsikan kebobrokan dalam lsrael, sedang dalam ayat 16-21 memaparkan bahwa hanya oleh kedatangan TUHAN sendiri yang akan mengerjakan penebusan bagi Yakub. Hal ini juga yang Paulus mau sampaikan bahwa pemulihan atas Israel hanya dapat dikerjakan oleh Sang Mesias yang datang dari Sion.

Namun memperhatikan kata ezei yang adalah kata kerja bentuk future indikatif aktif (orang ke-3 tunggal dari kata heko, “have come” artinya akan datang) yang menunjuk peristiwa yang akan datang (Penebus yang akan datang dari Sion). Kata yang sama juga menunjuk pada tulisan Paulus dalam Ibrani 10: 37 yang menunjuk pada kedatangan yang akan datang (“... dan Ia yang datang, akan tiba dan tidak akan menangguhkan kedatangan-Nya”), membandingkan nubuatan saat-saat akhir kedatangan Sang Hakim (W1hy. l8: 8). Sehingga, tampak kata “akan datang” dalam frasa “Dari Sion akan datang Penebus, ...” sepertinya menunjuk pada kedatangan kembali Sang Penebus. Dan kemungkinan kata ezei yang berbentuk future ini yang dipakai oleh Dispensasionalism menjadi salah satu alasan untuk

seorang perempuan (Yes. 1:8); Sion juga diibaratkan istri yang ditinggalkan (Yes. 49:14), Sion seperti seorang ibu yang mandul (Yes. 49:20-21); Sion juga diibaratkan seorang istri yang hamil (Yes. 66:7-9), dimana keturunan rohani Sion akan mendiami bumi. Dalam lbrani 12, Sion dikontraskan dengan gunung yang secara theologis juga penting yaitu Sinai yang melambangkan suatu hubungan yang resmi dan secara hukum dengan Allah, sedang Sion melambangkan suatu hubungan anugerah. (Ryken/Wilhoit/Longman [1], 2011: 1026-1028)

Page 40: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

40

menunjuk bahwa kesempatan restorasi bangsa Israel terjadi ketika kedatangan Kristus yang kedua kali. Namun, Moo menunjuk bahwa Paulus ingin memperjelas mengenai keselamatan Israel akhirnya digenapi oleh Kristus pada saat kedatangan-Nya (Moo, 1996: 728). Pada saat kedatangan-Nya yang dimaksudkan adalah menjelang kedatangan-Nya. Sebab hanya melalui iman percaya kepada Kristus Yesus bangsa Israel bisa selamat, bukan karena melaksanakan hukum Taurat.

Hays menolak pandangan atau ajaran “teori dua perjanjian” yang menyatakan bahwa “in which the Sinai covenant remains soteriologically valid for the Jewish people, while the new covenant in Christ is exclusively for Gentiles” (Hays, 1996: 411). Oleh “teori dua perjanjian” membedakan dasar keselamatan Israel dengan dasar keselamatan non-Yahudi, dimana perjanjian Sinai tetap berlaku secara soteriologis bagi orang Yahudi, sedangkan perjanjian baru dalam Kristus berlaku secara eksklusif bagi orang non-Yahudi. Sama halnya dengan mengatakan bahwa Israel diselamatkan karena hukum Taurat (perantaraan Musa) sedang bangsa-bangsa lain (non-Yahudi) oleh karya Kristus. Pada akhirnya Moo menyimpulkan bahwa “The end-time conversion of a large number of Jews will therefore come about only through their faith in the gospel of Jesus the Messiah” (bahwa akhir waktu konversi dari sejumlah besar orang Yahudi itu akan terjadi hanya melalui iman mereka kepada Injil Yesus Sang Mesias) (Moo, 1996: 726). Dengan demikian, baik orang Israel maupun non-Yahudi (bangsa-bangsa lain) mendapatkan anugerah keselamatan hanya melalui iman kepada Yesus Kristus, meskipun cara atau proses keselamatan yang terjadi dalam sejarah Israel sebagai umat pilihan dan perjanjian merupakan proses yang unik. Bahwa keselamatan Israel melalui masuknya bangsa-bangsa lain, yang tampak bahwa Israel telah mengalami penolakan tetapi Paulus dengan tegas menjawab “... Allah tidak menolak umat yang dipilih-Nya” (11:2).

Dari pemaparan sebelumnya untuk frasa “Penebus akan datang keluar dari Sion”, penulis menyimpulkan bahwa pekerjaan penebusan bagi Israel pada kedatangan pertama sampai saat menjelang kedatangan kembali sang Pembebas. Kesimpulan tersebut bertolak dari sejarah penyataan Allah (nubuatan nabi Yesaya dalam 27: 9 dan 59: 20) yang jelas menunjuk pada nubuatan kedatangan Mesias yang pertama. Dan memperhatikan kata kerja ezei kata kerja bentuk future dalam teks Roma 11: 26b yang secara konteks membicarakan rahasia masa depan Israel setelah mereka menolak Kristus. Dengan memperhatikan kata kerja ezei yang juga dipakai dalam surat Paulus yang lain (Ibr. 10: 37) yang menunjuk pada masa menjelang kedatangan Kristus yang kedua. Dan juga teks dalam kitab Wahyu yang bertemakan kedatangan Kristus yang kedua kali (Why. 18: 8). Dan saat menjelang kedatangan Sang Penebus yang kedua kali pengerasan atas sebagian Israel akan dipulihkan, yaitu setelah “jumlah yang penuh” dari bangsa-bangsa lain telah masuk.

6. Frasa emou diatheke “Dan inilah perjanjian-Ku” (ay.27a) (TB) Kata diatheke, kata benda nominatif feminim tunggal dari diatheke last will and testament;

declaration of will = pernyataan Allah sendiri (emou kata ganti pribadi berkasus genetif yang menunjuk kepada milik berbentuk tunggal dari ego); perjanjian Allah; mengingatkan pada Perjanjian Allah dengan leluhur Israel (nenek moyang Israel, Abraham (Luk. 1:72; Kiss. 3:25) Allah sendiri yang mengingat sebuahjanji yang telah DIA ikat kepada leluhur Israel. Frasa “dan inilah perjanjian-Ku” mengingatkan kembali pada perjanjian yang Allah buat pada zaman Patriakh (Abraham, Ishak, dan Yakub). Allah setia, Allah senantiasa mengingat perjanjian yang DIA sendiri buat. Ketika Allah memberikan janji kepada keturunan Abrahan yaitu Ishak dan kemudian kepada keturunan Yakub, yang berlanjut pada sebuah bangsa dari keturunan Yakub yaitu Israel.

Allah mengingat akan janji-Nya kepada Israel dengan didasarkan pada “perjanjian”. Kalimat “Dan inilah perjanjian-Ku dengan mereka, apabila Aku menghapuskan dosa mereka” (ay. 27). Untuk frasa “Dan inilah perjanjian-Ku dengan mereka”, Dunn menunjuk pada Yesaya 59: 2125 sebagai isi

25Yesaya 59: 21 “Adapun Aku, inilah perjanjian-Ku dengan mereka, Firman TUHAN: Roh-Ku yang menghinggapi engkau dan firman-Ku yang Kutaruh dalam mulutmu tidak akan meninggalkan mulutmu dan mulut keturunanmu dan mulut keturunan mereka, dari sekarang sampai selamalamanya, firman TUHAN (TB). Bandingkan juga dalam Roma 10: 8-10 “Tetapi apakah katanya? lni: “Firman itu dekat kepadamu, yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu”. ltulah firman iman, yang kami beritakan. Sebab jika kamu mengaku dengan mulutmu, bahwa Yesus adalah Tuhan, dan percaya dalam hatimu, bahwa Allah telah membangkitkan Dia dari antara orang mati, maka kamu akan diselamatkan. Karena dengan hati orang percaya dan dibenarkan, dan dengan mulut orang mengaku dan diselamatkan (TB).

Page 41: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

41

perjanjian yang tidak dicantumkan dalam Roma 11: 27 sehingga menunjuk pada Roma 10:8-10 sebagai intrepretasi eskatologi lebih eksplisit (Roh Allah dan Firman Allah ada dalam mulut mereka) (Dunn, 1988: 684). Demikian pula Colin menunjuk tulisan Paulus dalam frasa “Dan inilah perjanjian-Ku dengan mereka, ...” yang menunjuk janji perjanjian baru yang di tulis dalam Yeremia 31: 31-34;

“31Sesungguhnya, akan datang waktunya, demikianlah firman TUHAN, AKU akan mengadakan perjanjian dalam kaum Israel dan kaum Yehuda, 32 bukan seperti perjanjian yang telah Kuadakan dengan nenek moyang mereka pada waktu Aku memegang tangan mereka untuk membawa mereka keluar dari tanah Mesir; perjanjian-Ku itu telah mereka ingkari, meskipun Aku menjadi tuan yang berkuasa atas mereka, demikanlah firman TUHAN. 33 Tetapi beginilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu, demikianlah firman TUHAN: Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku. 34 Dan tidak usah lagi orang mengajar sesamanya atau mengajar saudaranya dengan mengatakan: Kenallah TUHAN! Sebab mereka semua, besar kecil, akan mengenal Aku, demikianlah firman TUHAN, sebab Aku akan mengampuni kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa mereka” (TB) (bdk. Colin, 2012: 444-445) Perjanjian baru yang dimaksudkan bukanlah sebuah perjanjian yang baru dibuat untuk

mengganti perjanjian yang telah lama. Melainkan perjanjian yang dibarui, yaitu perjanjian yang telah ada itu dibarui kembali, dengan tujuan untuk kesempurnaan perjanjian itu sendiri dan menolong umat. Mengingat kembali ketika Musa mengulang pidatonya untuk mengingatkan bangsa Israel sebelum memasuki tanah Kanaan tentang perintah Allah: bahwa Firman itu sangat dekat yakni di dalam mulutmu dan di dalam hatimu, untuk dilakukan (U1. 30: 14). Bahwa Israel tidak perlu bersusah-susah untuk mengingat-ingat semua aturan hukum tertulis, sebab Allah sendiri telah menaruh hukum itu dalam mulut dan hati umat. Terlebih lagi ketika Yesus Sang Mesias itu datang menggenapi tuntutan pelaksanaan hukum tertulis tersebut yang umat tidak sanggup penuhi.

Dengan demikian, Allah tidak mendasari dengan perjanjian yang baru ataupun dengan perintah yang baru, melainkan perjanjian dan perintah yang sama yaitu melakukan kehendak Allah.

Kata kerja aphelomai aorist subjuntif medium orang pertama tunggal dari aphaireo terjemahan inggrisnya take away, remove, rob (mengambil, menghapus, merampas), yang didahului oleh kata hotan merupakan kata penghubung yang memiliki arti temporal (waktu) yang diterjemahkan at the time that, whenever (waktu itu, sewaktu-waktu, kctika). Kata kerja subjuntif aorist medium memiliki makna tindakan yang dikerjakan dengan tujuan untuk kcpentingan sendiri. Sehingga frasa hotan aphelomai diterjemahkan secara harafiah “waktu itu biarlah saya menghapus untuk diri saya sendiri” atau jika dilanjutkan dengan kalimat yang lengkap “waktu itu biarlah saya sendiri menghapus dosa memka untuk saya sendiri”. Hal tersebut memberi pemahaman bahwa saat dimana Allah bertindak menghapus dosa umat, itu didasarkan untuk kepentingan Allah, relevan dengan apa yang diberitakan oleh nabi Yesaya bahwa Allah memurnikan Israel hanya demi Nama Allah (Yes. 48: 9-11). Artinya bahwa penghapusan dosa atau pemulihan umat itu bagi Allah, sehingga umat tidak memiliki alasan bahwa Allah berkewajiban untuk menghapus dosa mereka. Sekali lagi bahwa Allah mengingat janji-Nya hanya oleh dasar dari perjanjian, sama seperti setiap kali Allah mengulangi perjanjian kepada bapak-bapak leluhur. Sehingga pemulihan terhadap Israel Allah kerjakan juga karena mengingat perjanjian tersebut.

Paulus memang memandang Israel pada zaman setelah kedatangan Kristus yang pertama sebagai bangsa yang sebagian dan sementara ditolak oleh Allah (11:7, 15). Akan tetapi jawaban untuk pertanyaan tentang kebenaran Allah (ay.12) ialah bahwa penolakan ini bersifat sebagian dan sementara. Pada akhirnya Allah akan menunjukkan diri-Nya benar atas firman-Nya dan menggenapi keselamatan Israel (ay. 26-27).

Penganut paham Dispensaioalism menyimpulkan bahwa penggenapan nubuat dalam Roma 11:25-27 sesuai dengan perjanjian Abraham yang menjanjikan bahwa Israel akan tetap menjadi satu bangsa untuk selama-lamanya, dan pada akhirnya mereka akan dipulihkan secara rohani dan secara politik ke tanah air mereka. Walaupun kebenaran ini ditentang oleh beberapa pakar yang menolak konsep kerajaan 1000 tahun sesudah kedatangan yang kedua, tetapi satu-satunya cara untuk memahami bagian-bagian ini adalah dengan menerima secara harafiah segala kenyataan bahwa Israel memiliki masa depan sebagai satu bangsa dan bahwa masa depan itu terknit dengan kedatangan

Page 42: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

42

Kristus yang kedua kali (Walvoord, 1996: S90). Pandangan Dispensasionalism yang diwakili oleh Walvoord tersebut memberikan pemahaman bahwa janji Abraham yang dalam bentuk keturunan dan tanah (wilayah) dipahami secara harafiah. Bahwa Israel secara keseluruhan bangsa akan mengalami pemulihan (restorasi) secara menyeluruh pada kedatangan Kristus yang kedua kali. Artinya bahwa Israel masih memiliki kesempatan ketika Kristus datang pada kali yang kedua.

Pandangan tersebut jelas keliru, ketika Kristus datang pada kali yang kedua tidak ada kesempatan lagi. Lagi pula, Roma 11:25-27 tidak menunjuk pada kebangunan bangsa dan mendirikan kembali kerajaan Israel secara politik. Serta, waktu yang masih tersedia bagi umat adalah sekarang sampai saat-saat menjelang Kristus datang pada kali yang kedua.

7. Kesimpulan (ay. 25-27)

Penggenapan janji Allah terhadap keselamatan Israel terungkap dalam tulisan Paulus dalam Roma 9-

11, dan puncak dari penyataan dan pengungkapan janji tersebut dalam 11: 25-27. Allah dalam karya-

Nya yang bersifat “mistery” yang diungkapkan oleh Paulus dam teks tersebut menjadi sebuah

peringatan bahwa Allah tetap setia pada perjanjian-Nya. Perjanjian yang telah dibuat-Nya dengan

tetap memakai Israel sebagai keturunan Abraham oleh perjanjian menjadi mediator. Dalam teks dapat

disimpulkan beberapa hal: Pertama, Israel pilihan masih memiliki masa depan dalam karya

keselamatan pasca penolakan mereka terhadap Mesias. Kedua, Israel pilihan yang dimaksud adalah

Israel keturunan Abraham secara perjanjian bukan keturunan secara biologis. Sehingga “all Israel”

tidak menunjuk Israel sebagai bangsa secara keseluruhan, melainkan Israel sebagai bangsa secara

individu. Ketiga, bahwa Allah bekerja dalam sebuah mistrry yang perlu diketahui oleh bangsa-bangsa

lain, bahwa mistery itu adalah proses dimana Israel mengalami “pengerasan” yang menjadikan Injil

menghampiri bangsa-bangsa lain, dan setelah kegenapannya maka “seluruh Israel” akan diselamatkan.

Dan, bahwa “pengerasan” Allah pakai untuk memperingati Israel akan ketegaran mereka, dan juga

menjadi penggenapan pekabaran Injil seluas-luasnya bagi bangsa-bangsa lain. Keempat, bahwa

keselamatan kepada Israel dan bangsa-bangsa lain didasarkan pada Injil yaitu iman kepada Mesias

yang datang dari Sion sebagai pembebas, bukan pada ketataan pelaksanaan hukum Taurat. Kelima,

bahwa Mesias yang datang dari Sion tidak hanya menunjuk pada kedatangan Kristus yang pertama

tetapi juga peringatan eskatologi “saat-saat terakhir” kedatangan Kristus kembali, saat dimana

kegenapan “seluruh Israel diselamatkan” terwujud. Keenam, bahwa perjanjian menjadi salah satu

penyataan Allah dalam mengungkapkan diri-Nya dan tindakannya.

B. Dasar Keselamatan Israel (Ay. 28-29)

28 karena di satu pihak menurut kabar baik mereka karena kamu orang-orang yang dibenci tetapi di lain pihak menurut pemilihan orang-orang yang dikasihi karena bapak-bapak (leluhur).

29 yang tidak ada penyesalan sebab kanmia-kamnia dan panggilan Allah.

Pemahaman yang memandang bahwa ada perbedaan keselamatan yang dijalani oleh bangsa

Israel sebagai umat pilihan Allah karena memiliki kekhasan dan sarana khusus seperti yang dipahami

oleh pemegang teori dua perjanjian ataupun penganut paham Dispensasionalism tidaklah benar. Oleh

sebab itu Paulus memberi jawab mengenai dasar keselamatan bagi lsrael sebagai bangsa pilihan atau

umat perjanjian dalam Roma 1 1: 28-29 “Mengenai lnjil mereka adalah seteru Allah oleh karena kamu,

tetapi mengenai pilihan mereka adalah kekasih Allah oleh karena nenek moyang. Sebab Allah tidak

menyesali kasih karunia dan panggilan-Nya“ (TB). Pernyataan Paulus tersebut memberi informnsi

penting bagi dasar keselamatan Israel. Penggambaran situasi Israel pada dua sisi yang bertolak

belakang dengan dua konsep pandang yang juga berbeda. Pada satu sisi Israel menjadi seteru atau

musuh Allah, sedang di sisi lain mereka umat yang dikasihi Allah. Untuk memahami maksud dari ayat

28-29 penting untuk mengerti beberapa frasa yang menurut penulis menjadi informasi yang baik,

Page 43: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

43

seperti: mengenai Injil mereka adalah seteru Allah; mengenai pilihan mereka adalah kekasih Allah;

Allah tidak menyesali karunia dan panggilan-Nya.

1. Frasa kata men to euangeloin exthroi dia humas “mengenai Injil mereka adalah seteru Allah”

(ay. 28b) (TB)

Kata kata adalah preposisi akusatif memberi penegasan atau seman pada kata men yang diterjemahkan on the one hand atau indeed, jadi sesungguhnya pada satu sisi yaitu euangelion good news (kabar baik), gospel (Injil).26 Untuk kata exthroi adalah kata sifat nominative maskulin jamak dari kata exthros hated, hostile (musuh atau mereka adalah musuh) kata yang sama juga digunakan oleh penulis Injil Matius (Mat. 13:28) mengenai seorang musuh yang masuk ke ladang dengan menabur lalang di antara gandum. Kalimat yang lengkap dari frasa ini adalah “mengenai Injil mereka adalah seteru Allah oleh karena kamu”. Kalimat pembuka dalam ayat 28 ini dimulai dengan “mengenai Injil”, Dunn menuliskan bahwa oleh Injil dalam konsep pemikiran Paulus adalah mcngacu pada Injil Kristus seperti yang diberitakan di beberapa tempat di Roma (1:1, 9, 16; 2:16; 10:16; 15:16, 19, 29)27 (Dunn, 1988: 685). Konsep pemikiran tersebut sangat besar kemungkinan oleh karena orang Yahudi telah menolak Yesus bahkan telah menyalibkan-Nya

Hendriksen menuliskan bahwa kata “mengenai Injil” menjadi sejauh dikaitkan atau dihubungkan dengan Injil maka mereka (Israel) adalah musuh demi kamu (orang non-Yahudi), dan menjadi catatan atau penting untuk diperhatikan frasa “for your sake” (demi kepentingan kamu). Hal tersebut telah Paulus jelaskan dalam ayat 11 karena pelanggaran Israel maka keselamatan datang kepada orang non-Yahudi (Hendriksen, 1981: 384). Demikian Van den End juga menerjemahkan kata “menurut atau mengenai” sebagai “dilihat dari sudut” dan kata “Injil” sendiri menunjuk pada berita kesukaan mengenai Yesus Kristus, sehingga kalimat yang lengkap untuk frasa ini menjadi “dilihat dari sudut pandang Injil Yesus Kristus (Van den End, 1995: 546). Injil Yesus Kristus senantiasa mengarahkan pemikiran pada karya Kristus di Bukit Golgota, yaitu peristiwa ketika Yesus Kristus disalibkan demi melaksanakan rencana keselamatan Allah yang menganugerahkan pembenaran bagi yang percaya. Untuk ftasa “as far as the Gospel” ternyata terdapat diskusi perbedaan pemahaman bahwa “the jews are the object of God’s hostility” (orang-orang Yahudi sebagai objek dari permusuhan Allah) ini memiliki makna pasif; dan pemahaman lainnya memiliki makna secaca aktif bahwa “the Jews are hostile to God” (orang-orang Yahudi bermusuhan kepada Allah) (Morris, 1988: 422). Sepanjang sejarah Israel dalam status mereka sebagai umat pilihan mereka tampak aktif untuk menjadikan diri mereka menjadi musuh Allah,28 sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa pada dasarnya Israel memiliki sifat keras. Namun dalam berita kitab Roma 11 ini memiliki makna pasif, bahwa orang-orang Israel sebagai objek dari permusuhan Allah.29 Israel sebagai objek sementara dari permusuhan Allah dcmi masuknya bangsa-bangsa lain. Bahwa Israel (kini) dimusuhi Allah (bd Rm. 9:13) dengan maksud supaya bangsa-bangsa kafir dapat masuk (bnd. ay. 17) dengan memperhatikan kata “demi kepentingan kamu” (for your sake) (Van den End, 1995: 546). Mengingatkan kembali rencana penyebaran Injil sampai ke bangsa-bangsa.

Hodge menuliskan bahwa status Israel pada nas ini yaitu sebagai “musuh” dapat saja diarahkan “bermusuhan” kepada lnjil, atau kepada rasul (Paulus) ataupun musuh dari Allah. Hodge menyimpulkan bahwa yang sesuai konteks mengenai Israel “musuh” dari Allah karena “they are now

26Injil yang dimaksudkan Paulus yang ditegaskan dalam Roma 1:16 bahwa lnjil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama 0rang Yahudi tetapi juga orang Yunani. 27Beberapa nas tersebut menunjuk Injil pada pribadi oknum kedua yaitu Yesus Kristus 1:1 Injil Allah; 1:9 Injil Anak-Nya; 1:16 Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan; 2:16 Injil yang menjadi hakim segala sesuatu; 10:16-17 Injil kabar baik yaitu firman Kristus; 15:16 Injil Allah; 15:19 Injil Kristus). Injil tentang Yesus Kristus atau berit kesukaan tentang apa yang telah Allah kerjakan melalui Yesus Kristus yaitu karya penebusan “salib” karena melalui karya tersebut umat memperoleh kelepasan dan kemerdekaan dari dosa atau dari tuntutan atau kutuk dari hukum Taurat, sebab Kristus telah menggenapinya. 28Beberapa peristiwa yang memberi informasi tentang bangsa Israel yang seolah-olah mau menjadikan diri mereka menjadi musuh bagi Allah. Sepanjang perjalanan bangsa Israel dari Mesir ke Tanah Kanaan ketika mereka mencobai TUHAN (peristiwa di Masa dan di Meriba Kel. 17); peristiwa mereka membuat patung anak lembu emas (Kel. 32). 29Kata “Theos” (Allah) tidak terdapat dalam terjemahan Yunani tetapi LAI menambahkan menjadi “Mengenai lnjil mereka adalah seteru Allah”

Page 44: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

44

aliens from their own covenant of promise” (Hodge, 1993: 375). Hodge lebih mengarahkan Israel “musuh” dari Allah atau dijadikan untuk sementara sebagai “musuh” disebabkan oleh Israel sekarang menjadi asing dengan perjanjian mereka sendiri. Dengan kata lain, Israel lupa dengan perjanjian yang telah mereka ikat bersama dengan Allah (Kel. 19), Israel dalam perjanjian tersebut harus melaksanakan dan taat kepada Allah mereka.

Demikian juga Calvin merumuskan frasa “As touching the gospel” memberikan pandangan bahwa fitur terburuk orang Yahudi tidak berarti bahwa mereka berada diperhitungan yang akan dibenci atau dipandang rendah oleh non-Yahudi, tetapi kejahatan utama Israel adalah ketidakpercayaan mereka. Paulus menunjukkan bahwa Israel telah demikian buta untuk sementara waktu oleh pemeliharaan Allah. Dan situasi tersebut dalam rangka agar Injil datang kepada bangsa-bangsa lain. Sehingga biar bagaimanapun Israel tidak secara terus-menerus lepas dari kasih karunia Allah, “Paul, therefore, admits that for the present they were alienated from God on account of the Gospel, in order that in this way the salvation, which before had been entrusted to them, might come to the Gentiles (Calvin, 1980: 257). Nampak Calvin pun setuju bahwa untuk sementara waktu Israel mengalami penolakan, sebab mereka tetap masih dalam pemeliharaan Allah dan lagi pula dalam rencana perluasan Injil bagi bangsa-bangsa lain. Posisi Israel yang dijadikan musuh Allah untuk sementara menjadi alat atau sarana Allah untuk berkat datang pada bangsa-bangsa lain. Israel dijadikan musuh memiliki makna Israel mengalami penolakan, namun penolakan tersebut bersifat sementara. Sebab, sekali lagi proses tersebut menjadikan Israel pintu bagi masuknya bangsa-bangsa lain. Dan sesuai konteks penolakan orang Yahudi pada zaman Kristus tidak melibatkan kebinasaan setiap individu bangsa itu, dan bahwa nantinya Israel mengalami restorasi. Allah senantiasa meninggalkan suatu “sisa” menurut pilihan kasih karunia.

Allah yang meninggalkan suatu “sisa” menurut pilihan kasih karunia mengingat mereka adalah umat pilihan. Hodge menuliskan bahwa Israel adalah “Having once taken the Jews into special connection with himself, he never intended to cast them off for ever” sebab menyangkut kepastian keputusan Allah dan perjanjian ketika mereka dijadikan umat pilihan (Hodge, 1993: 373). Pandangan Hodge ini benar adanya tetapi perlu berhati-hati untuk tidak menganggap hubungan Allah dengan Israel didasarkan pada keturunan. Sehingga akan membawa anggapan bahwa seluruh Israel (berkewarganegaraan Israel) sebagai bangsa akan diselamatkan, karena lahir sebagai warga negara Israel. Jika hal tersebut yang dimaksudkan, maka hal tersebut keliru, sebab “..tidak semua orang yang berasal dari Israel adalah orang Israel,” (9: 6) atau disebut dalam Roma 2: 28 bahwa yang disebut Yahudi bukanlah orang Yahudi lahiriah tetapi yang rohani. Namun jika yang dimaksudkan oleh Hodge adalah Israel yang berkewarganegaran Israel yang dipilih, maka itu tidak keliru. Sebab Israel pilihan itulah yang dimaksudkan untuk menjadi pintu bagi masuknya bangsa-bangsa lain.

Van Bruggen menuliskan bahwa Paulus, sang rasul bagi bangsa-bangsa lain melihat di zamannya terjadinya perluasan bangsa Israel oleh Roh Mesias Yesus. Bagi Paulus formasi bangsa Israel milik Allah, ditetapkan oleh berkembangnya karya Allah. Umat Israel tidak hilang sebagai uap di masa pemberitaan lnjil, melainkan Israel sebagai umat mengalami perluasan, tetapi tetap mengalami pengujian (Van Bruggen, 2005: 197-198). Perluasan bangsa Israel yang dimaksudkan ada kaitannya dengan paragraf sebelumnya, dengan menyimpulkan bahwa siapa saja atau dari bangsa mana saja dapat menjadi “Israel”. Dalam pengertian bahwa mereka yang percaya dan beriman kepada Yesus Kristus, yaitu mereka yang dipilih. Demikian juga Israel sebagai warga kebangsaan Israel yang dipilih, berdasarkan pemilihan bukan karena keturunan.

Perluasan yang terjadi adalah rencana Allah dalam karya keselamatan. Paulus menekankan rencana ilahi, meskipun Israel tidak setia dan menjadi obyek permusuhan Allah, Allah tetap bekerja melalui ketidaksetiaan Israel. Bahkan penolakan Isrel untuk menerima Injil tidak mengubah fakta bahwa Allah telah memilih mereka untuk berada dalam suatu hubungan istimewa dengan Allah (Morris, 1988: 423). Pernyataan Morris memberi penegasan bahwa Israel dalam perspektif Injil mereka tidak setia, namun Allah sedang mengerjakan pekerjaan yang melibatkan Israel pilihan untuk sebuah perluasan lnjil itu sendiri. Artinya pemilihan adalah konsep penting yang ditekankan oleh Morris. Mengingatkan pilihan Allah kepada keturunan Abraham yaitu Ishak bukan Ismael, dan dari keturunan lshak yaitu Yakub bukan Esau. Kemudian Paulus menekankan dalam 9: 11 bahwa “,...supaya rencana Allah tentang pemilihan-Nya diteguhkan...”.

2. Frasa Kata de ten eklogen agapetoi dia tous pateras “mengenai pilihan mereka adalah kekasih

Allah” (ay. 28b) (TB)

Page 45: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

45

Pengulangan kata Kata dalam ayat 28 dalam awal frasa baik itu “mengenai Injil mereka adalah

musuh Allah...” dan frasa kedua “mengenai pilihan mereka adalah kekasih Allah ...”. Kata kata untuk fmsa kedua dalam ayat 28 ini sejajar dengan Kata dalam frasa pertama ayat 28 ini. Sebab di dalam frasa yang kedua ini tidak diikuti kata men, tetapi untuk kata kata dalam frasa kedua ini diikuti kata de yang sama-sama merupakan kata penghubung koordinat yang berfungsi sebagai penghubung antara frasa pertama dengan fraasa kedua. Karena kata de berarti dan, juga bisa artinya tetapi. Untuk kata ten eklogen benda akusatif feminim tunggal yang didahului oleh kata sandung akusatif tunggul (ten). Kata eklogen dari ekloge yang diterjemahknn selection, election (pilihan, pemilihan). Dalam ayat 28 ini diinformasikan situnsi atau posisi Israel adalah sebuah keadaan yang bertolak belakang. Untuk frasa pertama bahwa sejauh berkaitan dengan Injil Israel adalah musuh Allah, tetapi jika berbicara mengenai pemilihan Israel adalah orang-orang yang dikasihi (agapetoi). Kembali kata “Allah” tidak ditemukan dalam terjemahan Yunani dan NIV, KJV, tetapi LAl menambahkan kata “Allah”. Sedikit berbeda dengan terjemahan NAS yang menuliskan “God's choice” (pemilihan Allah),terjemahan tersebut secara tidak langsung memberi makna dalam frasa ini bahwa oleh pilihan Allah maka Israel adalah kekasih Allah yang telah memilih mereka.

Frasa kedua dalam ayat 28 ini secara lengkapnya adalah “... mengenai pilihan mereka adalah kekasih Allah oleh karena nenek moyang”. Anak kalimat dari frasa kedua ini dia tous pateraa terdiri dari kata benda akusatif maskulin jamak didahului kata depan akusatif (bagi, untuk, demi) “...demi nenek moyang”, memberi pemahaman bahwa “tetapi jika dikaitkan dengan pemilihan, mereka menjadi kekasih Allah demi nenek moyang”. Nenek moyang Israel yang dimaksud adalah Abraham, Ishak, dan Yakub sebagai bapak-bapak perjanjian. Bahwa Ishak dipilih bukan Ismael untuk menjadi pewaris dari janji kepada Abraham, dan Yakub dipilih bukan Esau untuk menjadi pewaris dari janji kepada Abraham dan Ishak. Kemudian Israel dipilih dari antara bangsa-bangsa untuk menjadi pewaris janji dari leluhur.

Memperhatikan tulisan Van den End mengenai frasa kedua ayat 28 ini, bahwa: Kata “pilihan” membandingkan dengan 9:11 dan 11:5 dan 7 sebagai Israel yang dipilih yaitu

“sisa” tetapi dalam pembahasan tulisan ini mengenai “all Israel” (26a). Dilihat dari sudut pilihan Allah, Israel (dalam keseluruhan) tetap dikasihi Allah. Penting untuk memperhatikan “oleh karena nenek moyang“. "oleh karena” lain artinya dari dalam ayat 28a meskipun memang dua kali kata depan “dia” yang dipakai. Bukan kepentingan atau jasa nenek moyang (bnd pasal 4) tetapi artinya karena Allah telah memilih nenek moyang dan di dalam mereka telah memilih juga seluruh bangsa Israel. Dan pilihan tersebut adalah pilihan kasih karunia (11:5; bd Ul. 7:7). Ketidaksetiaan Israel tidak membatalkan kesetiaan Allah (3:3). Kalau Israel dibenci (9:13) dan ditegarkan (9:17) oleh Allah, hal itu berlaku untuk sementara saja, kata “kekasih” itulah perkataan Allah yang terakhir (Van den End, 1995: 547).

Van den End menegaskan kata “all Israel” tetapi sekaligus mengingatkan untuk penting memperhatikan “oleh karena nenek moyang”. Hal tersebut secara tidak langsung diberi batasan oleh “all Israel”, sebab seluruh Israel yang dimaksudkan adalah mereka yang termasuk dalam kelompok keturunan Abraham, Ishak, dan Yakub. Sebab, baik Ismael maupun Esau secara garis keturunan adalah keturunan Abraham dan Ishak, tetapi bukan keturunan Yakub (Israel) jadi mereka tidak ditetapkan sebagai penerima janji tersebut. Paulus mengutip ayat dalam Perjanjian Lama30 yang mengacu pada kedaulatan Allah tanpa syarat dalam mengasihi atau membenci, yang dipilih atau yang ditolak (Rm. 9: 13). Sehingga yang dimaksudkan “berkaitan dengan pilihan, mereka adalah kekasih Allah oleh karena nenek moyang”, bagi Van Bruggen yang Paulus maksudkan itu adalah bukan seluruh orang bangsa Yahudi begitu saja menjadi bangsa yang dipilih oleh Allah. Sehingga jika membandingkan frasa “berkaitan dengan lnjil” dan “berkaitan dengan pilihan”, bahwa frasa “berkaitan dengan pilihan” memiliki arti yang bersifat membatasi sedang “berkaitan dengan Injil” bersifat menyamaratakan (Van Bruggen, 2013: 164). Jadi, jika berpatokan pada Injil maka seluruh Israel adalah musuh, seluruh Israel

30Roma 9:7 bnd Kejadian 21:12 "Tetapi Allah berfirman kepada Abraham: “Janganlah sebal hatimu karena hal anak dan budakmu itu; dalam segala yang dikatakan Sara kepadamu, haruslah engkau mendengarkannya, sebab yang akan disebut keturunanmu ialah yang berasal dari lshak”. Untuk kemudian dalam perikop Roma 9 :1-29, Paulus memberi keterangan mengenai pilihan atas Israel yang tidak didasarkan pada hubungan biologis saja tetapi oleh pilihan dan kedaulatan Allah.

Page 46: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

46

secara bangsa termasuk “sisa” yang masih tertinggal yang dipilih berdasar kasih karunia. Sedang menurut pilihan mereka tetap dikasih karena mengingat janji kepada leluhur.

Israel dikasihi demi leluhur bukan berarti bahwa mereka semua terpilih untuk keselamatan kekal, Paulus sedang berbicara tentang tempat bangsa dalam rencana Allah, bukan nasib individu dari bangsa. Kemudian Morris menambahkan bahwa bangsa dikasih karena leluhur (“bapak”) tidak dapat dipahami bahwa seorang bapak sepenuhnya berhak mengatur semuanya yang bermanfaat bagi keturunannya (Morris, 1988: 423). Dengan pemahaman lain bahwa, “demi leluhur” atau “oleh karena nenek moyang” tidak bergantung kepada pribadi dari bapak leluhur atau tidak didasar pada perbuatan mereka. Namun oleh iman para leluhur sehingga semuanya diperhitungkan bagi mereka dan keturunan pilihan mereka (Ibr. 11:821).31 Withherington III menuliskan “The whole epistle stands under the sign that no person (not even a Jew) is justified by works and that even the pious do not enter the kingdom of God on the basis of their piety” (Withherington Ill, 2004: 277). Hal tersebut memberi peringatan kepada Israel bahwa mereka tidak boleh mengandalkan perbuatan ketaatan pada hukum Taurat yang ada pada mereka. Sebab seluruh Surat yang ditulis rasul memberi catatan bahwa tidak seorangpun, bahkan seomng Yahudi sekalipun dibenarkan oleh perbuatan mereka. Dan juga bahkan orang salehpun tidak masuk ke dalam kerajaan Allah atas dasar kesalehan mereka. Namun, kembali lagi pada pemilihan Allah yang didasarkan pada perjanjian dengan leluhur, maka kaum “sisa” yang dikeraskan dalam perikop ini sebagai “menurut pilihan kasih karunia” ini mempertahankan sifat unik dan tetap dari pemilihan Israel sebagai umat Allah, tetapi sekaligus menegaskan antitesis dengan orang Israel yang meletakkan pengharapan tidak pada anugerah tetapi pada perbuatan (Ridderbos, 2008: 376). Bukan berani perbuatan tidak penting, tetapi perbuatan baik bukan menjadi alasan untuk memperoleh pembenaran atau keselamatan, melainkan menjadi tanda atau buah dari iman.

Israel umat pilihan sementara waktu dalam posisi sebagai musuh dari Kabar Baik (Injil), dalam sebuah rencana Allah bagi bangsa-bangsa lain. Namun Israel pilihan tetap dalam pemeliharaan Allah, karena Allah setia pada perjanjian-Nya pada bapak-bapak leluhur dan pada keturunannya.

3. Frasa ametameleta gar ta kharismata kai he klesis tou Theou “Allah tidak menyesali karunia

dan panggilan-Nya (karunia-karunia dan panggilan Allah)” (ay. 29) (TB)

Ayat 29 menjadi dasar bagi pernyataan Paulus dalam ayat 28 mengenai posisi Israel dalam

perluasan bagi bangsa-bangsa lain. Kata ametameleta kata sifat nominatif neuter jamak dari

ametameleta not to be taken back; irrevocable (tidak dapat diambil kembali; tidak dapat dibatalkan

atau tidak dapat ditarik kembali). Sebelumnya terdapat kata penghubung gar (“for”) yang artinya

karena atau sebab yang menjadi penghubung dengan ayat 28. Kata sifat yang menjadi penekanan dari

pernyataan dalam ayat 29 ini yaitu kata ametameleta (“tidak dapat dibatalkan atau tidak dapat ditarik

kembali”). Memberi alasan dasar bahwa Israel menjadi musuh “Injil” namun tetap “dikasihi” dan

bahkan menjadi pintu bagi bangsa-bangsa lain, itu disebabkan bahwa sifat dari karunia-karunia dan

panggilan Allah tidak dapat dibatalkan. Hal yang lebih penting lagi bahwa Allah tidak pernah

menyesal, termasuk ketika memilih Israel untuk menjadi umat kesayangan-Nya dan menjadikan

mereka untuk menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Bukan berarti Allah tidak mengenal bangsa

Israel atau tidak mengetahui akan sikap Israel sepanjang sejarah, tetapi karena sifat kesetiaan Allah

semata. Paulus sudah menekankan pada awal argumennya: "firman Allah tidak gagal” (9:6a). Moo

menambahkan, bahwa;

However, while this initial statement of God's faithfulness to his promises was defensive-just

because Israel has not believed, "it is not as though" God is not faithful this second assertion is

positive -Israel still has a place in God's plan because God is faithful. In this way Paul marks the

movement of his argument. He began with a defense of God's word and constancy against a

31Hal tersebut juga dicatatkan dalam Kejadian l5:6, ketika Tuhan berfirman dan memberi janji keturunan kepada Abram bahwa anak kandungnya yang akan menjadi ahli warisnya dan tak terhitung jumlah keturunannya. Abram percaya dan TUHAN memperhitungkan kepadanya sebagai kebenaran.

Page 47: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

47

Jewish assumption of assured access to God's grace (9:6b-29); he ends with a defense of Israel's

continuing privileges on the basis of God's word against a Gentile assumption of superiority

(Moo, 1996: 732)

Bahwa kembali pada statement pada kesetiaan Allah terhadap janji-Nya, ketidakpercayaan Israel dianggap seolah-olah Allah tidak setia. tetapi ternyata Israel masih memiliki tempat dalam rencana Allah karena kesetiaan Allah. Pernyataan Paulus yang diawali dengan keteguhan Firman Allah (9:6), kemudian proses bagaimana Israel tetap mendapat perhatian dan pembelaan, sekalipun orang non-Yahudi pun mendapatkan perhatian. Tidak memberi kesimpulan bahwa, orang non-Yahudi (bangsa-bangsa lain) tidak penting dalam rencana keselamatan Allah tetapi, perhatian pada proses posisi Israel dalam rencana keselamatan yang memiliki keunikan.

Menunjuk pada kata kharismata kata benda nominatif neuter jamak dari kharisma (kharismata, hadiah). Untuk kata karunia dalam ayat 29 ini menunjuk bentuk jamak, menunjuk pada banyak karunia yang Allah berikan. Banyaknya karunia kemungkinan menunjuk pada daftar yang ditemukan dalam Roma 9: 4-5: diadopsinya Israel menjadi anak, menerima kemuliaan, perjanjian-perjanjian, hukum Taumt, ibadah, dan janji-janji, keturunan bapak-bapak leluhur yang menurunkan Mesias (Morris, 1996: 423). Sepanjang sejarah Israel menjadi umat kesayangan Allah, tidak hanya pemilihan mereka dari bangsa-bangsa lain menjadi berkat tersendiri bagi mereka. Tetapi pemeliharaan Allah dan begitu banyak berkat yang diberi, terlebih setiap kali bangsa Israel mengalami kejatuhan Allah tetap mengaruniakan pemulihan kepada mereka. Juga termasuk pemberian hukum yang menjadi takaran (ukuran), dan yang memberi warna sendiri bagi Israel dari bangsa-bangsa lain. Namun kemudian dianggap oleh bangsa Israel sebagai jalan bagi keselamatan mereka. Sehingga dalam pasal 1-8, Paulus mendeskripsikan kaitan bangsa Israel, hukum Taurat, iman, pembenaran dan keselamatan. Sehingga bangsa Israel tidak memiliki pemahaman yang keliru tentang keberadaan hukum Taurat bagi mereka. Temasuk kegiatan yang bersifat seremonial yang bangsa Israel kerjakan, tidak menjadi jaminan mereka diselamatkan.

Kata benda kedua yang tidak disesalkan oleh Allah atau yang tidak dapat Allah balalkan adalah kata klesis, yang adalah kata benda nominatif feminim tunggal dari kata klesis “call, calling, invitation” (merupakan panggilan atau undangan). Panggilan Allah adalah salah satu tindakan Allah dalam karya keselamatan. Surat Efesus 4:1, 4; Filipi 3:14; bagaimana panggilan itu dihubungkan dengan keselamatan dan pembenaran. Sehingga sifat panggilan Allah terhadap Israel tidak sementara dan hanya satu kali.

Karunia-karunia yang diberikan kepada bangsa Israel dapat dikatakan bersifat menyeluruh kepada semua orang Israel, dan panggilan yang datang kepada Israel berhubungan dengan panggilan bapak-bapak leluhur yang berawal pada panggilan Abraham.

Dunn menulis “The word "call" is no doubt deliberately intended to recall the main thrust of the argument in 9:6-29: a call defined in terms of promise and election, not of works; directed to a "no-people," Gentiles as well as Jews; not determined by the ethnic and cultic boundaries of the people Israel (Dunn, I988: 694). Panggilan pada Israel menyangkut mengenai janji atau perjanjian. Bukan menunjuk pada perbuatan Israel yang berkenaan pada ketaatan dan sifat seolah-olah pengagungan mereka terhadap hukum Taurat dan ibadat mereka.

Pada frasa “dikasihi demi nenek moyang” (28) dan frasa “...dan panggilan-Nya” (29), memberi infomasi bahwa Israel dikasihi oleh karena nenek moyang dan dijelaskan dalam ayat 29 bahwa semuanya itu berdasarkan karunia dan panggilan-Nya. Schreiner menuliskan; “God did not summon the fathers because of their virtue but because of the glorious freedom of his grace. Nor is the appeal to his past promises a constraint that bind God contrary to his freedom, for God freely made the promise from the beginning, and the fulfillment of the promises represent the constancy of his word” (Schreiner, I998: 626). Kembali penegasan bahwa panggilan kepada bapak-bapak leluhur bukan oleh kebajikan mereka melainkan oleh kebebasan kemurahan Allah. Bahwa dari awal Allah bebas membuat janji serta pemenuhan janji-janji Allah menjadi peneguhan dari Firman-Nya. Peneguhan firman-Nya sekaligus menyatakan kesetiaan Allah.

Roma 3:3 “Jadi bagaimana, jika di antara mereka ada yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah?”. Paulus menyatakan keyakinannya untuk kesetiaan Allah kepada Israel, yang dalam bentuk pertanyaan (Dunn, 1988: 694). Kesetiaan Allah terhadap janji tidak dapat dibatalkan oleh tidaksetiaan Israel, bahkan oleh penolakan mereka terhadap lnjil. Dan bahwa,

Page 48: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

48

keselamatan Israel pada akhir sejarah, kemudian adalah pemenuhan perjanjian yang dibuat dengan Abraham, lshak, dan Yakub.

Allah tidak meninggalkan umat-Nya, tetapi telah berjanji, untuk mencangkokkan kembali ke pohon zaitun. Janji dan limpahan rahmat Allah atas Israel merupakan perwujudan kebaikan kasih-Nya (Schreiner, 1998: 627). Dengan demikian ketika proses pengerasan terjadi terhadap sebagian Israel (ayat 25) bukan akhir dari penghakiman final bagi Israel, sebab menjadi rencana Allah untuk perluasan lnjil ke bangsa-bangsa lain. Berkat belas kasihan Allah kepada Israel namun “-.. does it mean that every single ethnic Israelite alive at the time of Israel's salvation will necessarily be included...the promise is for the majority of the nation...” (Schreiner, 2008: 860). Hanya orang pilihan saja dari etnik Israel yang menjadi bagian dalam penyataan kesetiaan Allah, terhadap janji kepada Israel. Frasa “...for the majority of the nation...” (untuk sebagian besar bangsa), dalam pandangan Schreiner jelas tidak menunjuk pada semua Israel (secara per individu). Pengharapan keselamatan datang kepada Israel dengan jumlah yang banyak (bd. pandangan ketiga terhadap “all Israel” (ay. 25-26)).

Kemungkinan besar pengharapan yang sama yang dimiliki oleh Paulus ketika menuliskan Roma 9-11. Meskipun pengharapan tersebut belum tergenapi. yang menjadi penghiburan adalah bahwa Israel belum mengalami penolakan final. tetapi Israel memiliki masa depan dan bahkan menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lain. Dan terlebih lagi hal tersebut menegaskan keabsahan firman Allah, bahwa Allah adalah benar terhadap firman-Nya.

4. Kesimpulan (ay. 28-29)

Dalam teks ayat 28-29 jelas memberi jawab dasar keselamatan Israel adalah “perjanjian” Allah

dengan leluhur mereka. Dapat dipahami melalui; Pertama, bahwa sepanjang sejarah, Alkitab sendiri memberi informasi bahwa Israel kerap kali jatuh dan sering mencobai Allah. Sehingga Paulus menuliskan bahwa jika dipandang dari Injil Israel adalah musuh Allah, namun jika memperhatikan “perjanjian” leluhur mereka dikasih Allah. Kedua, karena sifat Allah sendiri adalah setia dan tidak berubah-ubah. Jika Allah membuat “perjanjian” dengan leluhur mereka bukan Allah tidak mengetahui bahwa keturunan Abraham berkelakuan berbeda dengan Abraham yang taat, sedang Israel terkenal sebagai bangsa yang tegar tengkuk. Namun, Allah menyatakan bahwa “Diri-Nya tidak berubah setia terhadap perjanjian-Nya”, bahwa Allah tidak pernah menyesali kasih karunia yang telah dicurahkan. Dan terlebih bahwa Allah menyelamatkan Israel dalam ketidaksetiaan mereka, menunjukkan keselamatan itu adalah anugerah semata karena Allah yang menginginkannya. Ketiga, bahwa ketika Allah menggenapi perjanjian-Nya, artinya bahwa Allah tidak bisa bertentangan dengan diri-Nya sendiri mengenaj kesetiaan, keadilan, kebenaran dan kemurahan-Nya.

C. Penyataan Allah dalam Rencana Keselamatan (Ay. 30-32) 30 dan sebab sama seperti kamu dahulu tidak taut kepada Allah telapi sekmng dibcri belas kasihan oleh ketidaktaatan (orang-orang) ini 31 demikian juga orang-orang ini sekarang menjadi tidak taat oleh belas kasihan kepada kamu dan supaya juga mereka diberi belas kasihan 32 sebab Allah telah mengunmg semua orang dalam ketidaktaatan supaya kepada semua (orang) IA memberi belas kasihan Beberapa frasa yang mendapat perhatian penulis untuk bagian ketiga ini, seperti: tetapi

sekarang beroleh kemurahan oleh ketidaktaatan mereka; oleh kemurahan yang telah kamu peroleh,

mereka juga akan beroleh kemurahan; Allah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan; supaya

menunjukkan Kemurahan-Nya kepada mereka semua. Penulis berharap dari beberapa frasa tersebut

dapat memberi pemahaman yang benar maksud ataupun tujuan karya Allah yang tidak terjangkau

oleh akal budi manusia.

1. Frasa nun eleethete te touton apeitheiai, “tetapi sekarang beroleh kemurahan oleh

ketidaktaatan mereka” (ay. 30b) (TB)

Page 49: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

49

Ayat 30 “Sebab sama seperti kamu dahulu tidak taat kepada Allah, tetapi sekarang beroleh kemurahan oleh ketidaktaatan mereka”. Jika memperhatikan isi ayat 30 terdapat pengulangan yang berbanding terbalik, agak sedikit mirip dengan ayat 28 dimana Israel pada satu sisi adalah “musuh” namun disisi yang lain adalah “kekasih”. Dan juga dengan melanjutkan pada ayat 31 yang juga mendeskripsikan mengenai posisi Israel dan juga orang non-Yahudi.

Frasa nun de eleethete32 tei touton apeitheiai (tetapi sekarang kalian (dulu) telah diberi belas kasihan dari ketidaktaatan mereka) mendeskripsikan posisi Israel dan orang non-Yahudi (bangsa-bangsa lain) seperti bertukar tempat. Dalam ayat 30 ini secara khusus ditujukan pada orang non-Yahudi bagaimana mereka diingatkan bahwa belas kasihan Allah diberi kepada mereka oleh karena ketidaktaatan Israel.

Witherington III menuliskan “For in the same way that Gentiles were once disobedient to God, but now in the eschatological age have been ushered in and have found mercy through Christ and through the Jews' disobedience, so also the Jews have been disobedient so that they too may find mercy (Witherington m, 2004: 276). Witherington memaparkan bahwa pada peristiwa eskatologi orang non-Yahudi (banga-bangsa lain) mengantar mereka untuk memperoleh kemurahan. melalui Kristus dan melalui ketidaktaatan orang Yahudi. Situasi Israel sebagai “musuh” dalam ketidaktaatan mereka menjadi “keuntungan” bagi orang non-Yahudi. Demikianlah Israel menjadi pintu bagi bangsa-bangsa lain, bukan karena sifat baik mereka melainkan oleh ketidaktaatan mereka. Jadi, masuknya bangsa-bangsa lain oleh karena situasi Israel, kedepan tidak dapat menjadi kebanggaan Israel bahwa mereka telah membuat bangsa-bangsa lain mendapat kemurahan. Masuknya bangsa-bangsa lain yang dicangkokkan pada pohon Zaitun dan berarti masuk dalam rencana keselamatan Allah dan terhitung sebagai orang-orang yang beroleh anugerah keselamatan, dan kesemuanya itu hanyalah semata-mata limpahan belas kasihan Allah pada mereka.

2. Frasa outos kai outoi nun epeitesan toi humetero eleei, ina kai autoi [nun] eleethosin. “oleh

kemurahan yang telah kamu peroleh, mereka juga akan beroleh kemurahan” (ay. 31) (TB)

Ayat 30 dan 31 telah disebutkan sebelumnya sebagai informasi situasi atau posisi Israel pilihan dan posisi orang non-Yahudi yaitu bangsa-bangsa lain yang mendapatkan kemurahan oleh ketidaktaatan Israel (ay. 28). Frasa penghubung antara ayat 29 dan 30 adalah “demikian juga mereka sekarang” (TB), hal sebaliknya apa yang berlaku pada orang non-Yahudi, juga berlaku pada Israel pilihan mengenai karunia kemurahan Allah. Kata epeithesan kata ketja aorist indikatif aktif orang ketiga jamak dari apeitheo disobey, be disobedientor disloyal (tidak taat, tidak setia; ketidataatan mereka dulu), ketidaktaatan yang terjadi atas mereka dulu menjadi berkat bagi bangsa-bangsa lainjuga menjadi berkat bagi Israel sendiri. Ketidaktaatan dalam ketidakpercayaan mereka kepada Yesus Kristus. Sehingga kemurahan yang dinikmati oleh bangsa-bangsa lain oleh ketidaktaatan Israel juga berlaku bagi Israel sendiri. Dengan demikian orang non-Yahudi juga tidak boleh sombong oleh kemurahan yang telah mereka terima.

Schreiner menuliskan bahwa ayat 31 ini merupakan; “... to draw a comparison between the situation of the Jews and that of the Gentiles. Just as the Gentiles were disobedient in the past era of salvation history (pate, formerly, v. 30), now (nun) the Jews are disobedient. A reversal has occurred in history in that the historical people of God (the Jews) have strayed from God, while the Gentiles who were estranged Ii'om God throughout history have now responded to God. The disobedience of the Jews to God, as 9:30-10:21 demonstrates, has manifested itself in their refusal to submit to the gospel of Christ” (Schreiner, 1998: 627). Sejarah mencatat telah terjadi situasi yang saling “menguntungkan” antara posisi Israel

sebelumnya dan posisi non-Yahudi sekarang ini. Non-Yahudi yang tidak taat di masa lalu dalam

3218 Kata eleethete kata kerja indikatif aorist pasif orang kedua jamak dari eleeo have mercy or pity on someone, show mercy to someone (mengasihani atau kasihan pada seseorang, menunjukkan belas kasihan kepada seseorang. Belas kasihan yang dimaksudkan seperti yang tercatat dalam beberapa bagian Alkitab (Mat. 5:7; 18:33; Mark. 5:19; Luk. 16:24; 1 Kor. 7:25; Rm. 12:8), bahwa berasal dari Allah atau pemberian Allah sendiri.

Page 50: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

50

sejarah keselamatan (ay. 30), sekarang orang Yahudi yang menunjukkan ketidaktaatan mereka. Schreiner menyebutnya situasi ini sebagai pembalikan dalam sejarah, dimana orang Yahudi telah menyimpang dari Allah sedang satu pihak bangsa-bangsa lain sedang telah merespons kepada Allah. Dan ketidaktaatan orang Yahudi seperti dalam 9:30-10:21 menunjukkan perwujudan bahwa penolakan orang Yahudi dimaksudkan supaya mereka tunduk pada lnjil Kristus. Hal terebut menjadi pelajaran bagi orang Yahudi bahwa dalam lnjil Kristuslah keselamatan itu didapat, bukan karena memiliki Taurat ataupun karena memiliki status sebagai bangsa pilihan.

Israel kembali diingatkan bahwa keadaan mereka sebagai umat pilihan dan bangsa-bangsa lain yang seolah-olah tidak mendapat tempat dalam rencana ilahi Allah, namun dari awal bangsa-bangsa lainpun telah dilirik oleh Allah. Pernyataan Allah “... dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat” (Kej. 12:3), dan “... tetapi Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa supaya keselamatan-Ku sampai ke ujung bumi” (Yes. 49: 6b).

Antara kata epeithesan (ketidakpercayaan atau ketidaktaatan) dan kata eleethosin (diberi kemurahan) menjadi kosa kata yang saling bergantian posisinya dalam ayat 30 dan 31 dalam hubungannya dengan Israel pilihan dan non-Yahudi. Situasi tersebut dirancang Allah untuk menyatakan kemurahan-Nya baik kepada Israel maupun kepada non-Yahudi. Jadi, terdapat kesamaan dan perbedaan antara Israel dan non-Yahudi, kesamaan mereka adalah ketidaktaatan. Sedang perbedannnya melalui ketidaktaatan orang Yahudi sehingga bangsa-bangsa lain datang untuk mendapatkan rahmat Allah, dan melalui tindakan Allah dalam anugerah belas kasihan pada non-Yahudi dan rahmat untuk Israel pun datang (Morris, 1996: 425). Allah tidak sepenuhnya meninggalkan Israel dan beralih kepada orang non-Yahudi, Allah memberi pelajaran kepada Israel ketika non-Yahudi mendapat perhatian dan dicangkokkan pada pohon Zaitun.

Israel kerapkali menunjukkan ketidaktaatan kepada Allah, sehingga Paulus menuliskan “siapakah kamu, hai manusia, maka kamu membantah Allah? Dapatkah yang dibentuk berkata kepada yang membentuknya: “mengapa Engkau membentuk aku demikian?” (9: 20). Tulisan Paulus tersebut memberikan peringatan bahwa Allah berdaulat pada kehendak-Nya. Allah layaknya seorang tukang periuk yang ketika membentuk sebuah periuk Dia bebas membentuknya sesuai keinginan-Nya. Temasuk dalam rencana keselamatan seperti firman-Nya “Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah hati" (9:15). Pernyataan Allah tersebut berkenaan kepada pemilihan yang ditetapkan sesuai kebendak-Nya semata, penggambaran janji keturunan Abraham yang akan mewarisi janji. Termasuk pemilihan pada Israel dan penetapan Israel untuk menjadi pintu masuknya bangsa-bangsa lain, untuk menyatakan kemasyuran Allah. Jika Israel baik adanya, maka pekerjaan Allah tidak istimewa untuk memakai Israel menjadi alat, namun oleh karena Israel tidak memiliki sesuatu yang dapat dibanggakan untuk menjadi alat maka nyatalah betapa Allah setia pada perjanjianNya dan penuh dengan kemurahan.

Adanya fakta ketidaktaatan non-Yahudi dalam menerima kemurahan Allah akan mengejutkan orang Yahudi, Dunn menambahkan “that their ”obedience" is in fact disobedience to the word of faith (10:16,21). By coming to see that their exclusive claim to God's covenanted mercy was what was actually disqualifying them from that mercy, they would become open once again to receiving that mercy as sheer mercy, mercy to the disobedient” (Dunn, 1988: 695). Menjadi pelajaran bagi Israel pilihan untuk menyadari pemahaman meneka mengenai sikap mereka yang mengklaim diri mereka “taat”, namun sebenarnya mereka tidak taat. Israel harus menyadari diskualifikasi mereka dari kemurahan Allah sehingga mata mereka terbuka sekali lagi, dan mereka harus mengakui bahwa kemurahan yang diterima adalah anugrah semata-mata. Oleh karena kemurahan atau anugrah tersebut datang kembali kepada mereka dalam keadaan mereka tidak taat, tidak dicatat bahwa mereka akhirnya menyadari dan berubah menjadi taat maka kemurahan itu datang pada meneka. Melainkan kemurahan itu datang kembali kepada mereka dalam keadaan mereka masih hidup dalam ketidaktaatan. Allah mempergunakan ketidaktaatan Israel untuk menunjukkan kemurahan-Nya baik kepada non-Yahudi maupun kepada Israel sendiri.

Untuk situasi ini Barth menyebumya “an almost intolerable eschatological tension” (suatu ketegangan eskatologis hampir tak tertahankan), Morris menjawab kesimpulan Barth ini dalam bentuk pertanyaanan: Apakah Paulus berbicara tentang akhir zaman? Atau sesuatu yang terjadi dalam zaman sekarang ini? “Now locates it in this age (sekarang ini, yaitu pada masa ini), kemungkinan juga Paulus menunjuk menjelang akhir zaman (Morris, 1996: 425). Morris tidak menolak kesimpulan Barth untuk langsung mengarahkan tulisan Paulus ini pada peristiwa akhir zaman (kedatangan Kristus yang

Page 51: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

51

kedua). Masa kini atau sekarang ini yang Paulus maksudkan adalah masa pemberitaan Injil sebelum kedatangan Kristus yang kedua kali.

Namun pada hakikatnya kemurahan atau belas kasihan Allah berlaku sesuai dengan kehendak dan kedaulatan-Nya. Sebagaimana belas kasihan itu telah diterima oleh non-Yahudi pada masa pengerasan Israel, maka belaskasihan atau kemurahan itu juga akan datang pada Israel.

3. Frasa sunekleisen gar ho Theos tous pantas eis apeitheian, “sebab Allah telah mengurung

semua orang dalam ketidaktaatan” (ay. 32a) (TB)

Beberapa terjemahan untuk frasa tersebut:

32 “Sebab Allah telah mengurung semua orang dalam ketidaktaatan , supaya IA dapat menunjukkan kemurahan-Nya atas mereka semua” (LAI, TB)

32 “For God hath concluded (menutup, mengakhiri) them all in unbelief, that he might have mercy upon all”(KJV)

32 “For God has bound (membatasi; mengelilingi) all men over to disobedience so that he may have mercy on them all” (NIV)

32 “Sebab Allah sudah membiarkan seluruh umat manusia dikuasai ketidaktaatan, supaya IA dapat menunjukkan belas kasihan-Nya kepada mereka semuanya” (BIMK/BIS)

Bagian ini Paulus tulis tidak hanya lagi diperuntukkan bagi non-Yahudi tetapi juga bagi Israel.

Kata sunekleisen kata kerja aorist indikatif aktif orang ketiga tunggal dari kata sunegkleio berarti close up together menutup bersama-sama (juga digunakan dalam Luk. 5:6 “... mereka menangkap sejumlah besar ikan, sehingga jala mereka mulai koyak); namun juga memiliki terjemahan lain yaitu confine, imprison dalam bahasa indonesia membatasi, memejamkan (arti yang sama dalam Roma 11:32 karena Allah telah mengurung semua orang (sunekleisen garho Theos); membandingkan dalam Galatia 3:22 “Tetapi Kitab suci telah mengurung segala sesuatu...) Untuk terjemahan KJV memiliki pengertian yang sama dengan kata yang sama dalam Lukas 5:6, tetapi untuk kata sunekleisen yang dimaksudkan sama dengan yang diterjemahkan oleh LAI, NIV, Yunani yang berarti memenjarakan atau mengurung, kata sama yang dipergunakan dalam Galatia 3: 22 “Tetapi kitab Suci telah mengurung segala sesuatu di bawah kekuasaan dosa, supaya oleh karena iman dalam Yesus Kristus janji itu diberikan kepada mereka yang percaya”. Hal tersebut menunjukkan bahwa baik orang Yahudi maupun non-Yahudi mereka adalah orang berdosa (Rm. 1:24, 26, 28).

Allah telah mengurung “semua orang” tous pantas (Israel pilihan dan non-Yahudi) ke dalam ketidaktaatan (eis apeitheian). Kata pantas “semua orang” ada beberapa penafsir mengartikannya “semua orang pilihan”, sedang yang lain melihat atau menjadikannya sebagai referensi ke arah keselamatan universal (Morris, 1996: 426). Kemungkinan ayat ini menjadi salah satu referensi ayat untuk mengklaim adanya keselamatan bagi semua orang (paham universalism). Namun untuk memahami “semua orang” dalam ayat 32 perlu melihat konteks dari teks, dimana pada bagian ini Paulus sedang berurusan dengan orang Yahudi dan non-Yahudi dalam ketidaktaatan mereka. Morris menegaskan bahwa, Paulus di sini tidak berurusan dengan keselamatan individu melainkan situasi yang terjadi pada orang Yahudi dan non-Yahudi, dimana Allah memiliki tujuan yaitu dengan mengaruniakan rahmat-Nya kepada mereka (ibid, 426). Semua orang (Yahudi dan non-Yahudi pilihan) yang terkurung dalam ketidaktaatan mereka, menjadi bagian rencana Allah dalam memproklamirkan kemurahan-Nya.

Pengertian yang sama untuk kata “all Israel” (ay. 26) tampak juga dalam “semua orang”, nas ini seolah-olah bernafaskan pengajaran universalism, oleh karena dalam nas ini menjelaskan bagaimana Allah berhenti berusaha mendiamkan “semua” dalam ketidaktaatan untuk memperpanjang rahmat-Nya pada “semua” (pantas) (CranEeld, I979: 588; Dunn, 1988: 689). Schreiner menjelaskan bahwa, meskipun beberapa berpendapat menunjuk kata pantas yang diterjemahkan pada “semua orang” harus memiliki denotasi yang sama di kedua bagian ayat sehingga “semua orang” tanpa terkecuali. Penafsiran semacam itu tidak memenuhi batas-batas kontekstual dari diskusi ajaran Paulus, untuk ayat sebelumnya menjelaskan bahwa kata pantas kedua menunjuk pada kelompok orang Yahudi dan non-Yahudi (Schreiner, 1998: 629). Kelompok universalism mengartikan “semua orang” secara

Page 52: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

52

universal sehingga semua orang nantinya mendapat anugerah. Jika “semua orang” telah dipenjarakan dalam ketidaktaatan, maka “semua orang” akan mendapatkan kemurahan-Nya juga kepada “semua orang” tersebut. Namun, konteks yang disampaikan oleh Paulus berbeda, seperti pada “all Israel” menunjuk pada seluruh Israel secara keturunan namun tidak semua Israel hanya Israel pilihan. Demikian dalam konteks ayat 32 ini, dimaksudkan Paulus adalah “semua orang” dalam pembahasan ayat 25-32, yaitu mereka adalah orang pilihan dalam kelompok keturunan Israel dan non-Yahudi.

Allah telah mengurung baik Israel maupun non-Yahudi dalam ketidaktaatan. Frasa “mengumng semua orang dalam ketidaktaatan” memberi pemahaman sebagai “membuat semua orang tunduk kepada sikap tidak taat mereka” membandingkan terjemahan BMIK “membiarkan seluruh umat manusia dikuasai ketidaktaatan”. Pemikiran tersebut seperti yang tercatat dalam 1:28 “Dan karena mereka tidak merasa perlu untuk mengakui Allah, maka Allah menyerahkan mereka kepada pikiran-pikiran yang terkutuk, sehingga mereka melakukan yang tidak pantas”. Dan oleh situasi “pembiaran” tersebut Allah menunjukkan kemurahan kasih-Nya kepada mereka, dan kemurahan yang mereka dapat secara cuma-cuma.

Allah menyerahkan manusia dalam keinginan dan nafsu mereka sendiri. Mereka memutuskan untuk bergerak dengan cara sendiri dan terlepas dari Allah, mereka menemukan diri mereka semakin terbatas dan dikelilingi oleh konsekuensi dari keputusan mereka sendiri. Artinya, bahwa mereka telah memilih secara bebas jalan ketidaktaatan yang telah membelenggu mereka (Dunn, 1988: 696). Situasi tersebut seperti seolah-olah memang Allah menutup mata untuk mereka, oleh “pembiaran” Allah atas sikap yang mereka pilih yaitu untuk tidak taat. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa benar-benar kemurahan yang akhirnya datang pada mereka, betul-betul adalah kemurahan Allah semata-mata. Sebab, mereka mendapatkan anugerah dalam keadaan mereka tidak taat.

4. Frasa hina tous pantas eleesei "supaya menunjukkan Kemurahan-Nya kepada mereka semua"

(ay. 32) (TB)

Frasa “..., supaya IA dapat menunjukkan kemumhan-Nya atas mereka semua” (ay. 32b, TB). Hal tersebut bukan mau mengajarkan bahwa semua orang tanpa kecuali adalah penerima kemurahan Allah, tetapi memberi pengertian bahwa “semua orang” (Yahudi dan non-Yahudi) tidak ada pembedaan menerima anugerah penyelamatan Allah yang tidak terduga. Bahwa Allah adalah tema yang mendominasi sejarah (Schreiner, 1998: 629). Sebenarnya Allah bukan hanya menjadi tema yang mendominasi sejarah tetapi lebih dari itu Allah adalah pusat dari sejarah.

Allah menempatkan Israel dan juga orang non-Yahudi pada satu situasi yang membuat Israel dan non-Yahudi tidak mulia yaitu ketidaktaatan. Ketidaktaatan adalah sikap yang bertolak belakang dari yang dituntut Allah dari umat-Nya. Allah hanya menuntut ketaatan Israel ketika mengikat perjanjian dengan mereka, “Jadi sekarang, jika kamu sungguh-sungguh mendengarkan firman-Ku dan bcrpegang pada perjanjian-Ku, maka kamu akan menjadi harta kesayangan-Ku sendiri atas segala bangsa, ...” (Kel. l9: 5). Kata “mendengarkan firman-Ku” dan “berpegang pada perjanjian-Ku (TB) terjemahan lain untuk frasa “ mendengarkan fuman-Ku” diterjemahkan “obey my voiceindeed” (KJV) atau “obey me jidly” (NIV), kedua terjemahan tersebut lebih menjelaskan bahwa yang dimaksudkan bukan hanya sekadar untuk mendengar tetapi pada “taat”, tampak juga pada terjemahan BGT “ean akoei akuosete tes emes phoves”, untuk sepenuhnya melaksanakan apa yang disuarakan oleh Allah (firman Allah). Sedang untuk frasa “berpegang pada perjanjian-Ku”, yang diterjemahkan NIV dan KJV “keep my covenant, BGT “phulazete ten diatheken”, menunjuk pada kata “memelihara” perjanjian. , Sehingga berita Keluaran 19:5 menunjuk pada perintah Allah pada Israel untuk taat melaksanakan ketetapan Allah (firman-Nya) dan memelihara perjanjian Allah.

Namun pada kenyataannya Israel banyak kali tidak mendengar suara (firman Allah) dan melanggar perjanjian Allah. Ketika mereka dalam perjalanan keluar dari Mesir menuju tanah Kannan, beberapa peristiwa tercatat mengenai sikap mereka terhadap kebutuhan mereka di dalam perjalanan: minum mereka (Kel. 15:22-24; 17:3), makanan (Kel. 16:2-3), mereka mengeluh dan bersungut-sungut, mereka mencobai Allah dengan penyesalan mereka keluar dari Mesir. Israel telah mencobai Allah yang telah membentuk dan merancang mereka menjadi bangsa yang berharga. Israel membuat patung anak lembu emas, sehingga mereka disebut sebagai bangsa yang tegar tengkuk (Kel. 32). Israel mau menciptakan allah bagi mereka karena ketidaksabaran mereka menanti Musa turun dari Sinai. Mereka mencipta ilah bagi mereka yang akan mereka sembah. Israel memposisikan dirinya sebagai pencipta

Page 53: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

53

dari yang telah mencipta mereka, yang pada kenyataannya merekalah yang telah mendapat belas kasihan Allah sehingga menjadi bangsa yang penting dalam sejarah keselamatan. Allahlah yang menjadi tukang periuk bagi mereka.

Israel sebagai bejana dan Allah adalah tukang periuknya, maka oleh pengerasannya sehingga Israel menjadi bejana kemurkaan namun situasi tersebut hanya bersifat sementara dimana terdapat tujuan ultimat Allah dalam menunjukkan belas kasihan-Nya. Bukan hanya kepada Israel sebagai bejana kemurkaan-Nya tetapi juga kepada non-Yahudi yang juga berada dalam situasi ketidaktaatan mereka. Hal tersebut dimaksudkan bahwa Allah melakukan ini agar baik orang Israel maupun non-Yahudi (bangsa-bangsa lain) memiliki hubungan dengan Allah dengan didasarkan pada kasih karunia dan iman. Dengan demikian tidak seorangpun di antara mereka yang berpikir bahwa Allah berhutang kepada mereka, atau Allah memiliki kewajiban untuk melepaskan mereka (mengasihani mereka) (Witherington Ill, 2004: 276). Sebab tindakan Allah tersebut dikarenakan bahwa Allah mengingat kepada janji-Nya kepada leluhur Israel, dan berkat bagi bangsa-bangsa lain.

Schreiner menyebutnya sebagai semacam osilasi33 antara keselamatan orang Yahudi kemudian bangsa-bangsa lain dan kemudian orang-orang Yahudi lagi. Hal tersebut menjelaskan bahwa tidak ada kelompok etnis yang layak dan bahwa karya keselamatan Allah adalah hasil dari kasih karunia belas kasihan-Nya (Schreiner, 1998: 629). Meskipun memang ada yang telah ditentukan untuk tidak mendapatkan belas kasihan Allah, sebab tidak semua Israel secara keturunan selamat dan tidak semua dari bangsa-bangsa lain mendapat anugerah. Sedang Ridderboss menyebut gerakan keselamatan dalam konteks ini sebagai relasi ketergantungan satu sama lain, yang tersimpul dalam ayat 30-32 (Ridderbos, 2008: 379). Bahwa kemurahan yang diterima oleh non-Yahudi akibat dari ketidaktaatan Yahudi (Israel, oleh pengerasan sebagian), demikian juga kemurahan itu akan diterima kembali oleh Israel setelah kepenuhan bangsa-bangsa lain.

Kemurahan Allah diberikan kepada umat-Nya yang mau taat dan setia. Seperti penyertaan Allah terhadap Israel di padang Gurun sampai sepanjang sejarah Alkitab. Namun, pada sisi lain Alkitab mencatat mengenai Firaun tetap dibiarkan hidup dalam ketidaktaan, oleh karena Firaun tidak mau mendegar Allah untuk membiarkan Israel keluar dari Mesir (Kel. 9:16). Allah membiarkan Firaun dalam ketidaktaatan sehingga Allah memperlihatkan kuasa-Nya (Rm. 9:17). Selain Firaun. ada juga bangsa-bangsa lain yang memang hidup dalam ketidaktaatan kepada Allah bahkan tidak mengenal Allah, yang Allah pakai untuk memberi pelajaran kepada Israel. Namun, diakhir Alkitab tidak mencatat bahwa mereka mendapatkan kemurahan Allah seperti Israel pilihan dan non-Yahudi pilihan yang mendapat kemurahan dalam ketidaktaatan mereka.

5. Kesimpulan (ay. 30-32) Rancangan Allah tidak dapat diselidiki dan tidak dapat diselami, Allah begitu unik dalam

berkarya sehingga karya-Nya tidak dapat diduga. Pada teks ini, Paulus kembali mengingatkan, baik kepada orang Yahudi maupun kcpada non-Yahudi bahwa: Pertama, situasi yang dialami oleh orang Israel (mengalami penolakan sementara) tidak boleh menjadi kesombongan bagi orang non-Yahudi, dan sebaliknya belas kasihan Allah yang datang kepada non-Yahudi (oleh ketidaktaatan Israel) menjadi peringatan bagi Israel. Kedua, baik orang Yahudi maupun nonYahudi (baik orang Israel ataupun bangsa-bangsa lain) sama-sama mendapatkan belas kasihan Allah. Keduanya diselamatkan oleh karena kemurahan Allah, sebab baik Yahudi maupun non-Yahudi diselamatkan dalam ketidaktaatan mereka. Allah menyatakan kemurahan kasih-Nya kepada Israel ataupun pada bangsa-bangsa lain saat situasi yang tidak melayakkan atau mewajarkan mereka untuk mendapat keselamatan. Ketiga, dalam ketidaktaatan umat hal tersebut menyatakan bahwa kemurahan Allah sempurna nyata dalam kehidupan umat-Nya. Kemurahan Allah tidak hilang oleh ketidaktaatan Israel ataupun bangsa-bangsa lain, dan kesetiaan Allah tidak dapat berubah oleh ketidaksetiaan mereka, sebab Allah yang telah memilih mereka adalah setia.

33Menurut KBBI pengertian dari osilasi adalah gerakan ke kiri dan ke kanan atau ke atas dan ke bawah; ayunan (KBBI, 1024). Dalam kaitannya dengan karya keselamatan kepada umat (Israel dan non-Yahudi) seperti terdapat alur maju dan mundur, seperti gerakan mengayun (ke kiri dan ke kanan atau ke atas dan ke bawah).

Page 54: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

54

BAB IV IMPLIKASI PENGGENAPAN JANJI KESELAMATAN ISRAEL BAGI ORANG PERCAYA

Sesuai dengan perikop penelitian dalam kaitan dengan: penggenapan janji keselamatan

terhadap Israel dan relevansinya dengan orang percaya masa kini. Penulis mendeskripsikan implikasi

perikop dan membaginya dalam 2 (dua) aspek, yaitu: aspck teologis dan aspck praktis. Berikut uraian

kedua aspek tersebut:

A. Aspek Teologis

Aspek teologis yang dimaksudkan dalam penelitian tulisan Paulus dalam Roma 11:25-32

mengenai penggenapan janji terhadap umat kepunyaan Allah yaitu Israel pilihan, mencakup beberapa

hal:

1. Pemilihan dan Panggilan Allah serta Status Umat pilihan tidak dapat batal.

Rencana keselamatan yang dikerjakan oleh Allah Tritunggal adalah merupakan rencana yang kekal dan tidak terduga. Penetapan cara, sarana dan objek sejarah keselamatan ada dalam rencana dan sejarah keselamatan itu sendiri yang telah ditetapkan Allah pada mulanya. Allah adalah Allah yang tidak berubah, Allah yang adil dan setia dan terlebih lagi Allah adalah Allah yang berdaulat dalam segala rancangan-Nya. Rancangan Allah tidak dipengaruhi ataupun terpengaruh oleh siapapun. Allah hadir dalam rencana-Nya dan rencana Allah. Ketika Allah telah memilih dan menetapkan tidak seorangpun atau tidak ada satu situasipun yang dapat membatalkan panggilan dan pemilihan tersebut. Abraham di panggil dan ditetapkan menjadi Bapa orang beriman (percaya), bangsa Israel yang dipilih di antara bangsa-bangsa dan pilihan Allah terhadap Israel menjadi gambaran bagaimana predestinasi Allah terhadap orang percaya. Apa yang dialami dan dikerjakan oleh bangsa Israel sepanjang mereka ditetapkan menjadi bangsa pilihan dan sampai kedatangan Kristus Sang Mesias pada kali yang kedua, menjadi gambaran kehidupan orang percaya dalam kapasitas mereka sebagai umat pilihan. Sepanjang sejarah mencatat bahwa pemilihan dan panggilan Allah terhadap Israel tidak berubah. Dalam pengertian bahwa Israel telah Allah tetapkan sebagai umat perjanjian dan penetapan tersebut bergantung pada kedaulatan Allah. Dan kedaulatan Allah tidak terpisah dari sifat Allah yang kasih, adil dan setia. Panggilan Allah terhadap Israel perjanjian merupakan panggilan yang tidak dapat batal. Panggilan dan pilihan Allah adalah panggilan yang tidak dapat dibatalkan atau bersifat efektif. R. C. Sproul menyebut bahwa “kadang-kadang panggilan efektif ini disebut “anugerah yang tidak dapat ditolak”, dalam pemahaman bahwa Anugerah Allah tersebut berkuasa melebihi natur umat untuk menolaknya (Sproul, 2002: 223). Jadi, sebenarnya panggilan dan pemilihan Allah terhadap umat-Nya tidak dapat ditolak dan tidak dapat batal. Sebab, pada hakikatnya Allah yang telah memanggil dan memilih sesuai dengan kehendak dan rencana-Nya. John Murray menyinggung mengenai pemilihan itu “bukan menunjuk pada panggilan umum tetapi kepada panggilan yang membawa manusia masuk ke dalam kondisi keselamatan, dan demikian bersifat efektual” (Murray, 2008: 107-108). Artinya bahwa ketika Allah telah memanggil dan memilih umat-Nya tidak dipengaruhi oleh apapun, teriebih lagi bahwa panggilan dan pilihan tersebut memiliki tujuan kekekalan. Jadi, panggilan, pemilihan dan status umat Allah tidak dapat berubah atau batal.

Masa depan Israel “sisa sepanjang sejarah” sampai kedatangan Mesias Sang Penebus sebagai umat pilihan yang Paulus sebutkan “seluruh Israel”, seperti dalam penelitian penulis bahwa menunjuk pada Israel sejati atau dalam pengertian Israel pilihan diberi status khusus. Kisah Para Rasul menyakinkan orang pilihan bahwa status tersebut tidak dapat dibatalkan, sebab “semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya” (Kiss. 13:48). Artinya: pertama, bahwa semua yang ditentukan Allah tak kurang satu orang pun untuk hidup yang kekal pasti akan percaya; kedua, bahwa hanya sebagian orang yang “ditentukan Allah untuk hidup yang kekal” sebab bila semua

Page 55: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

55

manusia tanpa kecuali ditentukan Allah untuk memperoleh hidup yang kekal, maka ungkapan “semua yang ditentukan Allah” akan kehilangan maknanya. Semua orang yang telah dipanggil, dipilih Allah sehingga mendapat status sebagai umat pilihan tidak perlu ragu akan kehilangannya. Sebab, sebagaimana Allah yang telah memilih dan memanggil maka Allah yang akan memberi keyakinan akan iman yang telah diberikan kepada mereka (Tit. 1:1). Penting untuk diperhatikan bahwa pemilihan oleh kedaulatan Allah tidak meniadakan tanggung jawab manusia (Fil. 2:12-13).

2. Penggenapan Janji Allah didasarkan pada sifat Allah

Allah memberikan solusi melalui “janji” kepada manusia ketika pertama kali manusiajatuh ke

dalam dosa (Kej. 3), Allah yang mencari manusia pasca jatuhnya manusia ke dalam dosa, artinya

bahwa Allah sendiri yang bertindak. Dan bahwa Allah mengetahui bahwa manusia tidak akan pernah

sanggup untuk bisa lepas dari belenggu dosa sebab sulit untuk taat. Ketidaktaatan manusia ataupun

ketidakpercayaan manusia bukan berasal dari Allah, melainkan manusia itu sendiri; bdk Fasal Ajaran

Dordrecht (FAD), Pasal Ajaran yang Pertama: Pemilihan dan Penolakan Ilahi, ay. 5 (Van den End, 2001:

58).

Penjanjian Allah dengan Abraham dilanjutkan kepada Israel yang dipilih (sebagai pewaris Abraham) di antara bangsa-bangsa menjadi sejarah yang mengungkapkan diri Allah. Diri Allah tidak dapat terlepas bahkan tidak dapat bertolak belakang dari sifat-Nya, bahwa Allah tidak dapat menyangkal diri-Nya sendiri (2 Tim. 2:13). Alkitab menginformasikan kepada umat mengenai Diri dan karya Allah yang tidak dapat diduga.34 Demikian halnya dengan rencana keselamatan yang dirancangkan oleh Allah, juga tidak terduga dan tidak dapat dipahami oleh manusia termasuk umat-Nya. Oleh karena rancangan Allah tidak dapat dipahami dan diduga oleh manusia sehingga tampak cara Allah seperti tidak adil, sehingga Paulus menulis “Jika demikian apakah yang hendak kita katakan? Apakah Allah tidak adil? Mustahil (Rm. 9:14), kemudian perikop Roma 9-11 menjawab penanyaan tersebut bahwa semua bergantung pada Allah saja. Pernyataan yang sama juga ditemukan dalam perumpamaan mengenai orang-orang upahan di kebun anggur “Tidakkah Aku bebas mempergunakan milik-Ku menurut kehendak hati-Ku?” (Mat. 20: 15 bd Rom. 9: 15, 18, 21, 25). Allah berdaulat dalam memberikan karunia-karunia-Nya, baik dalam dunia yang natural maupun yang spiritual. Bahwa Allah bukan saja memiliki hak untuk melakukan keinginan-Nya terhadap makhluk ciptaan-Nya, tetapi juga melaksanakan hak tersebut yang semuanya sangat jelas ketika kita memahami anugrah predestinasi Allah (Pink, 2005: 52-53).

Kedaulatan Allah tidak menunjukkan ketidakadilan Allah, melainkan menunjukkan: kesetiaan Allah; kebenaran Allah; kemurahan Allah juga keadilan Allah. Tulisan Paulus dalam Roma 11: 26-27 menunjukkan bahwa pada akhirnya karakteristik dari kesetiaan Allah sangat erat dengan kebenaran Allah. Manusia yang telah jatuh ke dalam dosa layak untuk mendapat hukuman, keadilan dan kesetiaan Allah nyata dalam karya penebusan yang dikerjakan oleh Yesus Kristus.

Dan keadilan Allah tersebut menunjukkan kebenaran Allah sendiri, “hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena la telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus (Rm. 3:25-26). Demikian status yang diberikan kepada Israel pilihan oleh perjanjian, juga bagi yang memperoleh pembenaran Allah tersebut memperoleh status menjadi orang yang benar.

Pengakuan sepenuhnya terhadap kedaulatan Allah, jelas penolakan terhadap pengajaran bahwa keselamatan didasarkan pada perbuatan manusia atau didasarkan pada hukum tertentu. Sebab

34Beberpa nas Alkitab seperti: Ayub 5:9 dan 9:10 “la melakukan perbuatan-perbuatan yang besar dan yang tidak terduga, serta keajaiban-keajaiban yang tidak terbilang banyaknya”. Dan ketika pemazmur menyanyikan pujian karena kemurahan TUHAN: “Besarlah TUHAN dan sangat terpuji, dan kebesaran-Nya tidak terduga” (Maz. 145:3). Juga nabi Daniel memproklamirkan bahwa “Dialah yang menyingkapkan hal-hal yang tidak terduga dan yang tersembunyi, Dia tahu apa yang ada di dalam gelap, dan terang ada pada-Nya” (Dan. 2:22). Serta tulisan Paulus “Kepadaku yang paling hina di antara segala orang kudus, telah dianugerahkan kasih karunia ini, untuk memberitakan kepada orang-orang bukan Yahudi kekayaan Kristus, yang tidak merduga itu (Ef. 3:8).

Page 56: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

56

keyakinan akan keselamatan itu didasarkan pada Allah saja (bd. 1 Kor. 1:9). Jika Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma memberi penegasan mengenai kesetiaan Allah dalam bentuk pertanyaan “jadi, bagaimana, jika di antara mereka ada yang tidak setia, dapatkah ketidaksetiaan itu membatalkan kesetiaan Allah? (Rm. 3:3). Sedangkan surat Paulus yang ditujukan kepada jemaat di Tesalonika memberi penerangan dan keyakinan bahwa “Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya” (I Tes. 5:24).

Allah tetap setia pada firman-Nya dan penggenapan pada kehendak-Nya (Zuck & Bock, 2011: 280). Allah dan karya-Nya tidak bergantung pada siapa atau apapun.

3. Status dan Keselamatan Israel hukan jaminan Eklusivitas tetapi Anugrah Belas kasihan Allah

semata-mata

Iman merupakan karunia dari Allah, dan “... bukan semua orang beroleh iman” (2 Tes 3:2). Oleh imanlah yang memimpin kepada keselamatan di dalam Kristus (2 Tim. 3:15). Dengan demikian, Allah tidak memberikan karunia iman yang memimpin keselamatan di dalam Kristus itu kepada semua orang (bnd. Yun. 2:9 “keselamatan dari Tuhan. Namun Tuhan tidak menyelamatkan semua orang).

Pilihan Allah terhadap Bapa leluhur termasuk bangsa Israel itu terjadi karena kasih karunia, bukan karena perbuatan, sebab jikat tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia (Rm. 11: 5-6). Bahwa manusia diselamatkan oleh kasih karunia dan itu merupakan pemberian Allah, sehingga tidak ada alasan bagi mereka untuk memegahkan diri (Kol. 2:8-9). Panggilan dan pemilihan tersebut bukan berdasarkan pada perbuatan baik manusia untuk dapat dipilih, namun oleh kehendak Allah semata-mata (bnd Rm. 9:11 bahwa pemilihan terhadap pewaris perjanjian ditentukan dari semenjak mereka belum dilahirkan dan belum melakukan yang baik atau yang jahat), juga bukan terletak pada garis keturunan. Jika pilihan Allah didasarkan pada keturunan, dapatlah itu dianggap sebagai sebuah jaminan yang ekslusif. Tetapi pilihan dan panggilan tersebut bukan didasarkan pada keturunan melainkan pada kehendak dan kedaulatan Allah, sehingga tidak ada alasan untuk menjadikannya sebagai jaminan ekslusivitas.

Van den End menyebutkan bahwa Allah tidak pernah membuat perjanjian berdasarkan pada garis keturunan, oleh sebab itu kesetiaan Allah trrhadap penggenapan janji kepada Israel tidak dapat dipandang sebagai jaminan eksklusivitas kedudukan bangsa Yahudi dan bahkan jaminan bagi Israel tidak bakal mengalami penolakan (Van den End, 2008: 509). Dengan demikian setiap pribadi dari umat pilihan sebagai umat perjanjian tetap menjaga dan memelihara perjanjian tersebut. Setiap pribadi yang telah memiliki status khusus sebagai umat yang telah dipilih, menyatakan keistimewaan yang diterima sebagai umat Allah melalui ketaatan dan pengakuan akan Allah dan karya-Nya.

4. Masa Depan Israel dan Kepenuhan bangsa-bangsa menjadi salah satu aspek Eskatologi

Penggenapan janji terhadap keselamatan Israel dan kepenuhan bangsa-bangsa lain dalam sejarah keselamatan menjadi salah salah satu aspek eskatologi. Janji “seluruh Israel akan diselamatkan” terpenuhi dan masuknya bangsa-bangsa lain juga terpenuhi dan itu artinya pemberitaan Injil telah sampai ke ujung bumi (bnd Mat 24:24 “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya”). Dengan demikian Pemberitaan Injil sampai ke ujung bumi ke segala suku bangsa maka kedatangan Kristus kembali mengikutinya.

Keselamatan Israel dan jumlah yang penuh di sepanjang zaman antara kedatangan Kristus pertama dan kedatangan kedua, memberi kepastian mengenai kembalinya Kristus untuk kedua kali meskipun tanggal kedatangan-Nya tidak dapat diperkirakan. Dan yang penting juga diperhatikan bahwa “tanda tersebut harus mengusik hati kita untuk melihat kepentingan dan mendesaknya misi penginjilan bagi orang-orang Yahudi” dalam pemahaman bahwa Allah tidak menolak umat pilihan-Nya sebab Allah punya tujuan bagi Israel (Hoekema, 2009: 200-201). Israel adalah mediator Allah bagi bangsa-bangsa lain, dengan demikian perhatian terhadap misi penginjilan kepada suku-suku bangsa (bangsa-bangsa lain) juga penting. Pengharapan restorasi terhadap Israel secara besar-besaran, bagi penulis bukanlah sesuatu yang salah dan juga bukan sesuatu yang harus terjadi.

Page 57: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

57

B. Aspek Praktis

1. Sikap pengakuan terhadap kedaulatan Allah

Pemahaman yang benar terhadap cara Allah bekerja melalui pengakuan terhadap kedaulatan-

Nya. Kedaulatan Allah bukan merupakan keinginan untuk menunjukkan sikap sewenang-wenang,

tetapi adalah bentuk dari kehendak satu Pribadi yang memiliki kebajikan dan hikmat yang sempurna

(Pink, 2005: 178). Dan pengakuan terhadap kedaulatan Allah membentuk: pertama, kerendahan hati,

sikap pengakuan terhadap kedaulatan Allah, bahwa Allah adalah Sang Penciptan dan Pemelihara

termasuk dalam rencana-Nya. Seperti halnya Paulus yang tunduk pada kedaulatan Allah, Filipi 1:12-26

memaparkan bagaimana Paulus dalam keadaan terpenjara namun tetap bersukacita. Juga Paulus

mengungkapkan bagaimana sikapnya terhadap kehadiran ‘saudara-saudara’ (rekan dan orang-orang

yang dilayaninya), yang telah mendoakannya. Sehingga meskipun mengalami situasi tersebut Paulus

tetap menjunjung Kristus yang oleh-Nya Paulus dipenjarakan. Ketika seseorang mengakui kedaulatan

Allah, bahwa Allah berdaulat atas kehidupannya, baik itu dalam situasi sukacita maupun dalam situasi

kesulitan akan tetap meninggikan Allah dan menghargai sesamanya. Kedua, penghormatan yang

dalam pada Allah, “kurangnya rasa hormat menimbulkan ketidaktaatan kepada Allah, sebaliknya rasa

hormat yang benar akan menimbulkan dan memicu timbulnya ketaatan” (Pink, 2005: 166). Ketaatan

Abraham menjadi bukti bahwa Abraham sangat menghormati perintah Allah untuk pergi ke tempat

yang Allah perintahkan kepadanya. Dan ketaatan itu diperhitungkan oleh Allah sebagai kebenaran

(bnd. Kej. 15:6). Demikian Israel pilihan, Allah juga menginginkan mereka mtuk taat dan tunduk pada

kedaulatan Allah.

2. Sikap bergantung sepenuhnya pada Allah

Seharusnya manusia berkewajiban untuk percaya sepenuhnya kepada Allah, sebab Allah tidak pernah merancangkan yang jahat kepada umat-Nya (Yer. 29:11). Abraham memenuhi panggilan Allah tanpa mengetahui kemana dan apa yang sedang Allah rencanakan terhadapnya, menunjukkan Abraham percaya pada Allah sepenuhnya. Abraham percaya bahwa Allah yang telah memanggilnya pasti punya rencana yang baik untuknya. Bahkan Abraham tidak meragukan akan kebutuhannya apakah dapat terpenuhi, apakah tempat yang akan dituju aman bagi dirinya dan keluarganya. Perasaan percaya akan mewujudkan rasa kebergantungan sepenuhnya, tidak ada keraguan sedikitpun dan itulah iman. Iman yang demikianlah yang dimaksudkan oleh Paulus dalam surat Ibrani “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat” (Ibr. 11:1). Abraham menjadi contoh orang yang memiliki iman yang luar biasa, sehingga Allah menetapkan Abraham sebagai bapak bagi semua orang yang beriman (Rm. 4:11, 12; bnd 4: 16-17). Ketika Abraham diperintahkan oleh Allah untuk mempersembahkan anaknya (Ishak), anak yang begitu dikasihinya. Abraham taat dan melakukan seperti yang Allah perintahkan, dan dengan penuh keyakinan Abraham menyatakan sikap kebergantungannya kepada Allah, atas jawabnya kepada Ishak “Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku” (Kej. 22:8). Tampak dari peristiwa tersebut bahwa Abraham begitu bergantung sepenuhnya pada Allah bukan pada yang lain, meskipun pada awalnya Allah yang membawa dirinya dalam situasi yang sulit.35 Allah yang memberi harapan dengan memberi keturunan kepadanya, namun Allah sendirilah yang kemudian seolah-olah memutuskan harapan tersebut. Kejadian 22:8 merupakan jawaban iman yang luar biasa dari Abraham dan bukti pernyataan sikap dari sifat kebergantlmgan Abraham pada Allah

35Penulis menyimpulkan situasi yang dihadapi oleh Abraham tersebut adalah situasi yang sangat sulit. Sebab Ishak didapat dari keadaan yang tidak memungkinknn karena usia Abraham dan Sara, kemudian kurun waktu untuk mendapatkan) anak tersebut adalah dalam jangka waktu yang cukup lama, dan merupakan anak tunggal dari Sara. Kemudian Allah memerintahkan untuk mengorbankannya, dapat saja Abraham protes kepada Allah dengan menyatakan “untuk apa Allah memberi Ishak yang pada akhirnya Allah juga yang meminta lshak untuk dijadikan korban persembahan”. Namun Abraham taat pada apa yang Allah katakan kepadanya tanpa protes apapun, artinya bahwa Abraham percaya sepenuhnya dan kelanjutan kehidupannya bergantung pada apa yang Allah katakan.

Page 58: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

58

satu-satunya, “Allah yang akan menyediakan”. Meskipun tampaknya Allah seolah-olah Allah yang membawa Abraham dalam situasi yang sulit namun Allah juga yang akan memberi solusi untuk situasi tersebut.

Demikian juga Paulus mengembalikan persoalan Israel kepada belas kasihan kemurahan Allah. Paulus punya harapan yang besar bagi bangsanya (Israel), sehingga Paulus menuliskan betapa hatinya sangat berdukacita dan bersedih, bahkan Paulus rela dikutuk demi mereka (9:2-3). Paulus percaya bahwa Israel yang telah dipilih Allah akan tetap mendapat perhatian Allah. Dan keyakinan Paulus yang besar mengenai masa depan Israel tersebut adalah bahwa Israel masih mendapatkan belas kasihan pasca “pengerasan sebagian Israel”. Oleh sebab itu Paulus menguraikannya dalam tiga pasal dalam suratnya kepada jemaat di Roma (pasal 9-1 1). Dimana dalam pasal-pasal sebelumnya Paulus mengaitkannya dengan situasi Israel yang sangat bergantung pada hukum Taurat dan aturan-aturannya (pasal 2). Namun kemudian Paulus mengingatkan mereka bahwa iman seperti yang ada pada Abrahamlah yang akan menyelamatkan mereka, yaitu iman yang percaya dan bergantung sepenuhnya pada kehendak dan rencana Allah (pasal 4). Dan iman yang Paulus maksudkan adalah bukan karena ketaatan dan bergantung pada Taurat melainkan iman kepada yang telah membenarkan yaitu Allah di dalam Yesus Kristus (pasal 5).

Harapan Paulus tersebut dengan memandang pada sejarah keselamatan bahwa percaya mengenai apa yang telah Allah kerjakan pada zaman dahulu menjadi bukti bahwa Allah tidak pernah berubah, bahwa Allah adalah Allah yang setia. Sproul juga memiliki pandangan yang sama “bahwa kita percaya kepada Allah untuk masa yang akan datang berdasarkan iman kita pada apa yang telah dicapai oleh Allah pada masa lampau” (Sproul, 2002: 244). Sama halnya pernyataan dari rasul Paulus sesuai dengan apa yang dialaminya dan menurut imannya yang bergantung sepenuhnya pada Allah, bahwa “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Fil. 2:13). Oleh sebab itu Paulus mengajak orang percaya untuk percaya sepenuhnya pada apa yang Allah kerjakan, sehingga hal tersebut memampukan mereka untuk hidup bergantung sepenuhnya pada Allah.

3. Sikap ketaatan yang mutlak pada Allah

Alkitab mencatat kehidupan orang-orang yang taat kepada Allah dan juga mencatat kehiduapan orang-orang yang tidak taat kepada Allah. Contoh jelas pada perikop penelitian penulis mengenai Israel. Sejarah Israel umat pilihan dan yang bukan umat pilihan, mereka yang sclalu mengalami pemulihan oleh kemurahan Allah dan kembali belajar untuk taat. Israel sekalipun secara biologis menjadi keturunan Abraham tidak menjamin mereka memperoleh keselamatan. Sebab keselamatan yang Allah berikan bagi mereka yang memiliki ketaatan yang mutlak kepada Allah Abraham, Ishak,dan Yakub. Yesus berkata bahwa setiap mereka yang percaya, mendengar dan taat kepada-Nya akan memperoleh hidup kekal (Yoh. 102 27-28). Ketaatan Abraham tidak dapat dijadikan tiket bagi seluruh Israel secara biologis untuk juga mendapatkan jaminan sebagai orang yang mempunyai iman yang Allah inginkan. Berbeda dengan ketaatan yang dimaksudkan oleh bangsa Israel bahwa mereka taat pada hukum sehingga mereka memiliki sesuatu yang lebih dibanding dengan bangsa-bangsa lain. Allah memang memberi hukum kepada mereka supaya mereka taat dan mematuhi hukum tersebut, tetapi bukan menjadikan hukum tersebut sebagai standar keselamatan bagi mereka. Sepanjang sejarah pemilihan Allah kepada umat-Nya, Allah hanya menginginkan ketaatan mereka kepada-Nya.

Belajar dari kehidupan orang-orang yang membuktikan ketaatan mercka kepada Allah, seperti halnya Daniel. Daniel salah seorang tokoh yang memberikan teladan ketaatan yang luar biasa. Allah memberi perintah untuk taat kepada pemerintah, disatu sisi Daniel juga harus taat kepada yang disembahnya (Dan. 3, bnd 1:8). Namun karena Daniel mengenal Allah sehingga ketaatannya lebih besar kepada Allah daripada perintah raja Nebukadnezar. Daniel dan juga bersama dengan teman-temannya (Sadrakh, Mesakh, dan Abednego) sangat mengenal Allah sehingga mereka sangat percaya kepada Allah. Apapun36 yang mereka hadapi tidak dapat melunturkan kepercayaan mereka dan

36Apapun yang penulis maksudkan seperti ketika mereka diangkat untuk dipekerjakan di istana, mereka berketetapan untuk tidak menajiskan diri dengan santapan raja (1:8), kemudian ketika menafsirkan mimpi raja, daniel tetap memperkenalkan bahwa Allahlah yang telah memberitahukan itu semua (Daniel tidak mengatasnamakan dirinya sendiri), sehingga raja memuji Allah Daniel (2: 45b, 47). Serta ketika diperintahkan

Page 59: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

59

ketaatan mereka kepada Allah nenek moyang mereka. sehingga keluar pernyataan mereka yang tegas bahwa sekalipun Allah yang mereka sembah tidak melepaskan mereka dari perapian yang menyala-nyala maka mereka tetap tidak akan menyembah kepada dewa dan patung raja (Dan. 3: 17-18) Ketaatan yang sempurna juga ditunjukkan oleh Yesus yang taat kepada kehendak Bapa-Nya. sampai mati (Flp. 2:8), demikianjuga murid-murid yang taat terhadap perintah Yesus untuk tinggal menetap di Yerusalem sebelum Roh Kudus turun atas mereka (Kis. 1-2; Luk. 24: 49) dan buah dari ketaatan mereka adalah mereka dapat menjadi saksi Yesus Kristus.

Sikap ketaatan yang mutlak atau sepenuhnya kepada Allah akan senantiasa menunjukkan sikap pengakuan sepenuhnya juga terhadap Allah. W. Pink menyimpulkan bahwa “orang yang taat pada keputusan kehendak Yang Mahakuasa akan mengakui hak mutlak-Nya untuk melakukan kepada kita segala yang dianggap-Nya baik” (Pink, 2005: 168). Demikian Yesus mengingatkan juga kepada murid-murid-Nya untuk mengakui Allah, dan juga kepada semua orang percaya untuk senantiasa mengaminkan apa yang menjadi pernyataan dari Doa Bapa kami “...jadilah kehendak-Mu...”, sehingga dari pengakuan tersebut mengingatkan untuk taat pada apa yang Allah inginkan.

4. Sikap bersyukur atas karunia belas kasihan Allah

Pada saat manusia menyadari bahwa, “apabila IA memilih untuk memperlihatkan anugerah-Nya pada sebagian orang dan tidak pada yang lain, hal itu bukan tidak adil karena IA tidak berhutang apapun pada siapapun, lebih dari itu, semua orang memiliki kehendak untuk berpaling dari Allah” (Enns-l, 2003: 420). Catatan Paul Enns tersebut menegaskan bahwa pemilihan Allah terjadi kepada siapa yang dikehendaki-Nya, manusia tidak dapat mengklaim bahwa Allah tidak adil. Manusia tidak memiliki dasar untuk dipilih oleh Allah, sebab pilihan tersebut tidak didasarkan pada manusia melainkan pada keinginan Allah.

Keinginan Allah dalam karya pemilihan memiliki tujuan, seperti konklusi yang diberitakan oleh Ryrie yang mendapat catatan penting bagi Paul Enss, berikut:

Allah tidak melimpahkan anugerah efektif-Nya secara sembarangan dan tanpa tujuan. Tujuan-Nya bukan hanya untuk mencerahkan, melahirbarukan, dan membawa orang berdosa ke dalam persektuan dengan diri-Nya, tetapi hal itu terutama adalah untuk membawa kemuliaan bagi diri-Nya sendiri. Tujuan-Nya adalah supaya orang berdosa yang telah menjadi penerima anugerah efektif dapat juga “memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia” yang memanggil mereka “keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib” (1 Pet. 2:9-10, ASV). Allah dimuliakan melalui apa yang diperlihatkan dari anugreah efektif-Nya dalam kehidupan yang ditebus (Ibid, 420). Artinya bahwa, Allah memilih dan menetapkan seseorang untuk tidak hanya sekadar untuk

memperoleh keselamatan, namun kembali kepada kemuliaan Allah. Dengan demikian, tidak ada alasan bagi umat manusia yang telah mendapatkan belas kasihan Allah untuk tidak menghargai kasih karunia dengan menjadikannya sia-sia (2 Kor. 6: 1-2). Melainkan, kemudian memiliki alasan yang kuat untuk menaikkan pujian dan ucapan syukur yang melimpah (Ef. 5:20). Tetaplah kerjakan keselamatanmu! Adalah ajakan yang tegas yang Paulus serukan kepada semua mereka yang memperoleh anugerah Allah (Flp. 2:12). Mengerjakan keselamatan bukan pada pemahaman mengusahakan keselamatan tersebut, tetapi mewujudnyatakan berkat keselamatan tersebut dalam sikap hidup. Beberapa sikap

untuk sujud menyembah kepada patung raja, dan hukuman bagi yang tidak sujud menyunbah kepada patung raja adalah dimasukkan ke dalam pempian yang menyala-nyala, tetapi mereka memilih hanya menyembah kepada Allah saja (pasal 3). Selanjutnya pada pemerintahan Darius, kembali mereka dituntut untuk menunjukkan ketaatan mereka, dan mereka lebih memilih untuk tetap berdoa kepada Allah daripada raja (pasal 6).

Page 60: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

60

hidup yang dapat mewujudnyatakan rasa syukur atas karunia Allah melalui pengaplikasian dari tri panggilan gereja: bersekutu, bersaksi dan melayani.

a) Persekutuan pribadi dengan Allah. Sebagaimana panggilan dan pemilihan terhadap pribadi orang

percaya, maka hubungan pribadi tersebut penting. Allah memberi perintah untuk mengasihi Allah

dengan segenap hati, segenap jiwa dan dengan segenap akal budi (Mat. 22: 37), artinya adalah

mengasihi Allah dalam semua aspek kehidupan. Mengasihi Allah dapat terwujud jika mengenal dengan

baik siapa Allah, dan pengenalan tersebut dapat terwujud jika terjalin hubungaan pribadi yang akrab

dengan Allah. Hubungan pribadi yang membawa pada pengenalan yang benar tentang Allah dapat

melalui: Firman Allah (Alkitab), doa dan puji-pujian.

b) Turut menyaksikan kemurahan Allah. Kemurahan Allah ataupun perbuatan-perbuatan Allah yang

ajaib yang telah dirasakan selayaknya tidak untuk diri sendiri. Menceritakan akan kemurahan belas

kasihan Allah adalah merupakan bukti dari wujud rasa syukur atas karya Allah, sehingga orang

lainpun dapat mengetahui siapa Allah dan mengenal karya-Nya (Kis. 22:15; 1 Yoh. 4: 14). Perintah

yang sama juga diberitakan oleh rasul Yohanes dan Petrus mengajak untuk menjadi saksi Kristus (Yoh.

15: 27 bnd 1 Pet. 2:9). Kesaksian dalam sikap hidup sehari-hari adalah bukti nyata kesaksian orang

percaya, sebab melalui kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan (2 Kor. 3:18). Sikap hidup menjadi

bukti Allah ada di dalam kita dan kita ada di dalam Allah, sebab jika Allah tinggal di dalam kita dan kita

di dalam Allah tentunya kita melakukan apa yang menjadi kehendak Allah (Yoh. 15).

c) Turut mengambil bagian dalam pelayanan. Pernyataan tegas Paulus mengenai dirinya sendiri “aku

(lah) yang berhutang baik kepada orang Yunani maupun kepada orang bukan Yunani (Rm. 1: 14),

menunjukkan bahwa ada sesuatu yang harus dan menjadi kewajiban bagi Paulus untuk dikerjakan.

Paulus menyatakan “jadi dengan akal budiku aku melayani hukum Allah, tetapi dengan tubuh insaniku

aku melayani hukum dosa (Rm. 7:26). Pada bagian lain Paulus menuliskan yang mengingatkan kepada

setiap orang percaya bahwa mereka juga adalah orang-orang yang berhutang, tapi bukan kepada

daging. Bahwa setiap mereka adalah orang-orang yang telah dihidupkan oleh Roh Allah dan menjadi

anak-anak Allah (Rm. 8: 12). Dan sebagai orang yang telah hidup di dalam Allah tentunya sama seperti

Kristus yang melakukan kehendak Bapa-Nya, agar Bapa-Nya dipermuliakan (Yoh. l4: l3). Paulus

menegaskan status orang percaya adalah melakukan kehendak Allah (Ef. 2: 10). Allah menjadikan

Israel sebagai mediator sebab mereka masuk dalam umat perjanjian, dan sebagai pribadi yang juga

terhitung sebagai umat yang dipilih maka setiap pribadi tersebut patut juga menjadi sarana sehingga

berita Injil sampai kepada suku-suku bangsa (bdk. Mat. 28: 9-20).

Perkataan Yesus “Aku datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani” (Mat. 20: 28;

Mark. 10: 45), adalah model pelayanan Yesus. Model pelayanan yang telah diberikan oleh Yesus

selama di bumi menjadi model pelayanan yang yang patut diteladani, yakni melayani dengan tunduk

pada kehendak dan rencana Bapa sehingga Allah Bapa dipermuliakan.

BAB V KESIMPULAN

Paulus tidak pernah mengunjungi Roma dan tidak pernah mendirikan jemaat di Roma, tetapi Paulus begitu bersemangat untuk menulis surat kepada jemaat yang telah ada di Roma, dengan alasan: untuk memenuhi kerinduannya yang telah lama tersimpan untuk mengunjungi jemaat itu (1:13, 15: 22). Sebab telah mendengar iman yang bertumbuh dalam jemaat yang di Roma yang anggotanya terdiri orang Yahudi dan non-Yahudi. Namun, tidak terlepas dari rencana Allah dalam perluasan Injil kepada suku-suku bangsa, mengingat status dan posisi dari kota Roma (bab 2).

Page 61: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

61

Alkitab mencatat mengenai status khusus yang diterima oleh Israel di antara bangsa-bangsa lainnya. Status bangsa Israel di tengah bangsa-bangsa yang ada di dunia ini sering menjadi bahan diskusi. Berita yang sering dihubungkan dengan Israel Yahudi yaitu pertikaian yang sering terjadi dan masih terus berlangsung di jalur Gaza. Pertikaian tersebut selalu dikaitkan dengan status bangsa Israel yang mendapat tempat istimewa, sebagai bangsa yang dipilih Allah dalam menjalankan misi Allah. Allah menjalankan misi-Nya bagi dunia dengan memakai satu pribadi dan kemudian sebuah bangsa. Abraham adalah alat misi Allah dan perjanjian merupakan pengikat dari misi tersebut. Perjanjian yang Allah buat menjadi bukti keberadaan Allah (Allah ada), perjanjian merupakan bukti keadilan, kedaulatan dan kesetiaan Allah (karakter Allah). Perjanjian juga merupakan wujud dari kerja Allah yang tidak terduga dan tidak terselami (action Allah). Dalam Roma 11:25-32 menjadi bukti salah satu teks yang Paulus tulis sebagai bukti sejarah bagaimana Allah menyatakan eksistensi-Nya berkenaan dengan sifat dan kerja-Nya.

Dari perikop penelitian penulis dalam Roma 11: 25-32 yang membuktikan kesetiaan Allah dalam penggenapan janji terhadap umat Israel, menyimpulkan: Pertama, pekerjaan Allah merupakan suatu mistery atau rahasia yang cara dan waktunya tidak dapat diduga oleh pikiran manusia. Cara Allah bekerja tidak terduga dan tidak dapat dipahami oleh pikiran manusia. Sungguh unik karya keselamatan yang Allah kerjakan bagi umat manusia, tidak terselami dan tidak terduga, sungguh Allah berdaulat dalam rancangan-Nya. Pintu keselamatan bagi bangsa-bangsa yang telah dinubuatkan dari zaman Perjanjian Lama, tergenapi melalui proses yang unik yang melibatkan status Israel pilihan sebagai mediator Allah.

Kedua, perjanjian menjadi metode Allah menunjukkan kedaulatan dan keadilan-Nya kepada manusia. Gagasan umat pilihan tidak dapat dipertahankan sebagai dasar alasan. Hubungan dengan Allah adalah suatu hubungan pribadi, oleh sebab itu setiap pribadi harus menyerahkan dirinya sendiri dan hidupnya sendiri kepada Allah. Allah tidak memanggil manusia secara massal. Allah punya “jalur komunikasi-Nya sendiri ke dalam setiap hati”. Orang tidak diselamatkan karena anggota suatu bangsa atau keluarga, atau oleh karena telah mewarisi kebenaran dan keselamatan dari leluhumya. Melainkan diselamatkan karena telah mengambil keputusan secara pribadi untuk mempersembahkan diri kepada Allah.

Ketiga, Sisa itulah yang mereka secara individual telah menyerahkan hatinya kepada Allah. Sekarang, baik kelompok “sisa” dari Israel sepanjang masa maupun orang non-Yahudi dari suku-suku bangsa yang lain, keduanya adalah cabang yang dicangkokkan, hasil dari kemurahan Allah berdasarkan pada kesetiaan-Nya. Sedang, kata “all Israel” bagi penulis bukanlah menunjuk pada keseluruhan tanpa terkecuali dari keturunan Israel. Ataupun juga bukan menunjuk pada kepastian restorasi massal dari keturunan Israel, meskipun pengharapan tersebut merupakan hal yang tidak keliru. Namun, yang jelas bahwa kegenapan Israel pilihan dan kepenuhan non-Yahudi adalah cukup, artinya perjanjian Allah telah terpenuhi bahwa Israel umat pilihan keturunan Abraham diselamatkan dan bangsa-bangsa lain juga diselamatkan oleh berkat dari perjanjian.

Keempat, Proses yang diungkapkan Paulus dalam Roma l 1: 25-32 memberi peringatan dan pelajaran bahwa betapa dalam kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah, serta tidak terselami jalan-jalan-Nya. Fokus utama Allah tidak pada jumlah, melainkan pada kualitas hidup umat-Nya yaitu ketataan dan kesetiaan. Sebab, kebebasan dari hukuman ini tidak menjadikan orang-orang percaya bebas dari keharusan untuk menaati Allah.

Kelima, Penantian dan pengharapan pada kedatangan Kristus Sang Mesias pada kali yang kedua dinantikan dengan bersikap aktif, berjaga-jaga dan bekerja untuk menghasilkan buah sampai pada kegenapannya, yaitu saat dimana Kristus datang kembali. Paulus tampak mengakui bahwa orang Israel memiliki semangat untuk Allah, tetapi semangat mereka itu tidak disertai dengan pemahaman yang benar, karena sebenarnya Kristus adalah tujuan akhir dari Taurat (10:2-4), yang telah mereka tolak.

Page 62: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

62

Daftar Pustaka

Alkitab LAI Barrett, C. K. 1987. The Epistle to the Romans. Peabody: Harper’s New Testament Commentaries Bart, Karl. 1950. The Epistle to the Romans. Oxford university, London: Amen House Bavinck, J. H. 2007. Sejarah Kerajaan Allah-2. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Baxter, J. Sidlow. 1993. Explore The Book. Jakarta: YKBK/OMF. Beker, J. C. 1980. Paul the apostle: The T riumph of God in life and Thought. Philadelphia : Fortress. Boice, James Montgomery. 2009. Dasar-dasar Iman Kristen (Fondations of Christian Faith). Surabaya:

Momentum. Branch, Manfred T. 2011. Ucapan Paulus yang Sulit, (InterVarsity Press Downers Grove). Malang:

SAAT. Bromilcy, W & Kittel, Gehard edt. Thranslated by Geoffrey. 1964. Thelogical dictionary of the new

testament V. I. Michigan: Eerdmans. Bruce, F. F. 1997. Israel & the Nations, rev. by D. F. Payne. Downer Grove: InterValsity Press. Bruggen, Jacob Van. 2005. Paul: pioneerfor Israel's Messiah, P&R Publishing Co. New Jersey. 2003. Kristus di Bumi. Jakarta : BPK Gunung Mulia. 2013 Membaca Alkitab. Surabaya: Momentum. ĺ Calvin’s, John. 1980. The Epistle of Paul The Apostle to the Romans and to the Thessalonians. Michigan:

Eerdman, Grand Rapids. 1993 Commentaries Vol. XIX; ACT 14-28 Romans 1-16 (By Henry Beveridge, ESQ), Michigan: Baker

Book House, Grand Rapids. Colins dan Edward G. Farrugia. 1991. Kamus Teologi. Yokyakana: Kanisus. Craniield, C.E.B. 1990. Romans: A Shorter Commentary; Michigan: WB. Eerdmans Publishing Co, Grand

Rapids. Danker, Frederick William. 2000. A Greek-English Lexicon of The New T estament and Other Early

Christian Literature (BDAG). London: The University of Chicago Press. Dodd, CH. 1960. The Epistle of Paul to the Romans. London: Fontana Books, Collins. Dunn, James D.G. 1988. Romans 9-16 (Word Biblical Commentary 38B, Dallas: Word. Edwards, James R. 1992. New International Biblical Commentary Romans, Massachusetts:

Hendrickson Publishers, USA. Enns, Paul. 2003. The Moody HandBook of Theology: Baku Pegangan Teology (JilidI ), Malang: SAAT Erickson, Millard J 2003 T eologi Kristen Volume Dua, Malang: Gandum Mas Frederik, Willian Danker 2000 A Greek English Lexicon of The New Testament and Other Early

Christian Literature, Chicago: The University of Chicago press. Goldingay, John 2005 The Message of Isaiah 40-55 a Literary-Theological Commentary, t&t Clark ©

John Goldingay Guthri, Donald 2009 New Testament Introduction Vol. 2, Surabaya: Momentum Hamilton, Victor P. 1990 The Book of Genesis Chapters 1-17, NICOT, Michigan: Wm. B. Berdmans

Publishing Co, Grand Rapids Harrison, F. 1976 The expositor’s Bible Commentary: Romans through Galatians Vol.10 Romans by

Everett (Frank E. G & Gaebeelein General Editor), Michigan: Zondervan, Grand Rapids Hasan, Alwi. 1991 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka Hays, Richard B. 1996 The Moral Vtsion of the New T estament. A Contemporary Introduction to New

Testament Ethics. San Francisco: HarperCollins Hegelberg, Dave. 2004 qusiran Roma, Bandung: Kalam Hidup Hendriksen, William. 1981 New Testament Commentary: Exposition of Paul’s Epistle To the Romans

Volume 11 Chapters 9-16, Michigan: Baker Book House, Grand Rapids Henry, Matthew. 2008 Tafsiran Injil Matias 15-28, Surabaya: Momentum Hodge, Charles. 1993 Commentary on the Epistle to the Romans, Michigan: WM. B. Eerdmans

Publishing Co, Grand Rapinds, USA Hoekema, Anthony A. 2009 Alkitab dan Akhir Zaman (The Bible and The Future), Surabaya:

Momentum Hoerth, Alfred J. 1998 Archaeology & the Old Testament, Grand Rapids: BakerBooks Karman, Yongki. 2004 Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama: dari Kanon sampai Doa, Jakarta: BPK

Gunung Mulia

Page 63: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

63

Kasemann, Ernest 1990 Commnetary on Romans (terj. Geoffrey W. Bromiley), Grand Rapids: Eerdmans

Katopo, P. G. 2007 Makna nomos dalam Surat Roma (Jurnal Biblika), Jakarta: LAI Kruse, Colin G 2012 Paul ’s Letter To The Romans (The Pillar Testament Commentary), Michigan: WB. Eerdmans Publishing Co, Grand Rapids

Longman III, Tremper. 2011 Memahami Keluaran, How to read Exodus (Downer Grove: InterVarsityPress, Illions), Jakarta: Scripture Union Indonesia,

Luther, Martin. 1954. Commentary on the Epistle to the Romans terj. J. Theodore Mueller, Michigan: Grand Rapids, Zondervan

Mckenzie, John. L 1981 Second Isaiah a New Translation With Introduction And Commentary, New York, Garden City: Doubleday & Company, Inc

Moo, Douglas J. 1996 The Epistle To the Romans (The New International Commentary on the New T estament), Michigan: William B. Berdmans Publishing Co, Grand Rapids

Moo, Douglas J. 2002. Encountering The Book of Romans, Michigan: Baker Accademic, Grand Rapids Morris, Leon. 1996 The Epistle to the Romans (Pillar NTC), Michigan: Grand Rapids, Eerdmans

Publishing Co Morris, Leon. 2006. New Testament Theology, Michigan: Zondervan Corporation Grand Rapids Motyer, Steve. 1991. Israel in the Plan of God: Light on Today's Debate, Leicester: IVP Munck, Johanes. 1967 Christ and Israel: An Interpretation of Romans 9-1 1 (telj. Ingeborg Noxon:

Philadelphia: Fortress Murray, John. 1987 The Epistle to the Romans: The New International Commentary on the New

Testament, Michigan: Grand Rapids, B. Eerdmans Publishing Co Murray, John. 1997 The Epistle To the Romans (The English Text With Introduction, Exposition and

Notes), Michigan: Grand Rapids William B. Eerdmans Publishing Co Murray, John. 2008 Penggenapan dan Penerapan Penebusan, Surabaya: Momentum Murrell, Stanford E. 1999 The New Covenant in Christ A Survey Of The New Testament, Newman, Barclay M & Nida, Eugene A. 2012 A Handbook on Paul ’3 Letterto the Romans, J akarta: LAI Osborne, Grant R. 2004 Roman The [VP New Testament Commentary Series, lllions: Intervarsity Press,

Downers Grove, USA Osborne, Grant R. 2012 The Hermeneutika Spiral: A Comprehensive Introduction to Biblical

Intrepretation, Surbaya: Momentum Peter, Eddy. 2004 Teologi Perjanjian Versus Dispensasionalisme, Jakarta: STTI Philadelphia Tim Penyusun. 2002 Ensiklopedi Alkitab Masa Kini jilid M-Z, Jakarta: YKBK/OMF Tim Penyusun. 2008. Tafsir Alkitab Masa Kini jilid-2, Jakarta: YKBK/OMF Tim Penyusun. 2008. Tafsir Alkitab Masa Kini jilid-3, Jakarta: YKBK/OMF Pink, Arthur W. 2005 The Sovereignty of God, Surabaya: Momentum Ridderbos, Herman. 2008 Paulus: Pemikiran utama theologinya; Surabaya: Momentum Rowley, H. H. 2011 Worship in Ancient Israel, Jakarta: BPK Gunung Mulia, Ryken, Leland & Wilhoit, James C. & Longman III, Tremper 2011 The Dictionary of Biblical Imagery

(Kamus Gambaran Alkitab), Surabaya: Momentum Schreiner, Thomas R. 1998 Romans (Baker Exegetical Commentary on the New Testament), Michigan:

Baker Accademic, Grand Rapids Schreiner, Thomas R. 2008 New Testament: Magnifying GOD in Christ, Michigan: Grand Rapids Sproul, R. C. 2002 Dasar Iman Kristen (Kebenaran-kebenaran), Malang: SAAT Stott, John. 1994 Romans (God’s Good News for the world); Illions: Intervarsity Press, Downers Grove Tenney, Merril C. 2009 New T estament Survey, Malang: Gandum Mas Van den End, Th. 2008 Surat Roma (Tafsir Alkitab), Jakarta: BPK Gunung Mulia Van den End, Th. 2001 Enam Belas Dokumen Dasar Calvinisme, Jakarta: BPK Gunung Mulia Van Gemeren, Willem A. 2005 Penginterpretasian Kitab Para Nabi, Surabaya: Momentum Walvoord, John F. 1991 Penggenapan Nubuat Masa Kini-Zaman Akhir, Malang: Gandum Mas 1996 Every: Prophecy of The Bible (Pedoman Lengkap: Nubuat Alkitab); Malang: Gandum Mas Witherington, Ben III & Hyatt, Darlene 2004 Paul ’3 Letter to the Romans. A SociaI-Rhetorical

Commentary, Michigan: B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids Yan Nggadas, Deky Hidnas. 2011 Articles, Biblical Exegesis, Taurat Sebagai Syarat Covenan Lama Bagi

Israel, Jakarta

Page 64: KESETIAAN ALLAH TERHADAP JANJI “SELURUH ISRAEL AKAN …repo.sttsetia.ac.id/129/1/Tesis Ernawati-dikompresi.pdf · 2020. 8. 21. · Surat kiriman Paulus kepada jemaat yang ada di

64

Young, Edward J. 1972 The Book of Isaiah Volume 3 Chapters 44-66, Michigan/Cambridge: William B. Eerdmans Publishing Company, Grand Rapids

Ziesler, John. 1989 Paul's Letter to the Romans, London: Trinity Press International, Philadelphia Zuck, Roy B & Bock, Darrell L. 2011. A Biblical Theology of The New Testament. Malang: Gandum Mas. Sumber lain: Handoko, Yakub Tri www.ghi-exodus.orglimage-upload/BIB-PPLl__02_Sejarah.pdf Pengantar

Perjanjian Lama BAB II Sejarah Bangsa Israel Henk, Ten Napel. Kamus Teologi. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Echols, M. 2007. An EnglishIndonesia Dictionaty. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.