kerajaan islam siak sri inderapura
TRANSCRIPT
Kerajaan Siak(1723 M – 1945 M)
Anggota Kelompok 1: Amalia Kusuma Dewi (01)
Ashifa Gita Primardhika (04) Astrilia Valentina (05)
Farih Aminah (12) Fitra Annisa Ramadhani (13)
Nurhana Septerina Budiarto (25) Windriastuti (35)
Guru Pembimbing : Ibu Nur Budiharti
SIAK?Batas-batas wilayah :Utara : Kabupaten BengkalisSelatan : Kabupaten PelalawanBarat : Kabupaten Kampar dan Kota PekanbaruTimur : Kabupaten Kepulauan Meranti
Awal Kerajaan Siak
Kerajaan Siak Sri Indrapura didirikan pada tahun 1723 M oleh Raja Kecil yang bergelar Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah putera Raja Johor (Sultan Mahmud Syah) dengan istrinya Encik Pong, dengan pusat kerajaan berada di Buantan. Konon nama Siak berasal dari nama sejenis tumbuh-tumbuhan yaitu siak-siak yang banyak terdapat disitu.
Sebelum kerajaan Siak berdiri, daerah Siak berada dibawah kekuasaan Johor.
Masa Awal• Tom Pires (1513-1515): Siak merupakan
kawasan yang berada antara Arcat dan Indragiri (kawasan pelabuhan raja Minangkabau, kemudian menjadi vasal Malaka) sebelum ditaklukan oleh Portugal. Sejak jatuhnya Malaka, Kesultanan Johor telah mengklaim Siak sebagai bagian dari wilayah kedaulatannya.
• Syair Perang Siak: Raja Kecil didaulat menjadi penguasa Siak atas mufakat masyarakat di Bengkalis. Hal ini bertujuan untuk melepaskan Siak dari pengaruh Kesultanan Johor.
• Hikayat Siak: Raja Kecil disebut juga dengan sang pengelana pewaris Sultan Johor yang kalah dalam perebutan kekuasaan.
• Korespondensi Sultan Indermasyah: (dipertuan Pagaruyung dengan Gubernur Jenderal Belanda di Malaka) menyebutkan bahwa Sultan Abdul Jalil merupakan saudaranya yang diutus untuk urusan dagang dengan pihak VOC dan menyebut dirinya sebagai Raja Kecil dari Pagaruyung, akan menuntut balas atas kematian Sultan Johor.
• Catatan Belanda: Pada tahun 1674 telah datang utusan dari Johor meminta bantuan raja Minangkabau untuk berperang melawan raja Jambi yang mengakibatkan hancurnya pusat pemerintahan Johor, yang sebelumnya juga telah dihancurkan oleh Portugal dan Aceh. Kemudian berdasarkan surat dari raja Jambi, Sultan Ingalaga kepada VOC pada tahun 1694, menyebutkan bahwa Sultan Abdul Jalil hadir menjadi saksi perdamaian dari perselisihan mereka.
Perkembangan islam di siak
Perdagangan Pernikahan
Melalui
Masa Kejayaan
Dengan klaim sebagai pewaris Malaka (1724-1726) Sultan Abdul Jalil melakukan perluasan wilayah, dimulai dengan Rokan dan membangun pertahanan armada laut di Bintan.
Namun pada tahun 1728, atas perintah Raja Sulaiman bersama pasukan Bugisnya, Raja Kecil diusir keluar dari Kepulauan Riau. Raja Sulaiman kemudian menjadikan Bintan sebagai pusat pemerintahannya.
Sementara Raja Kecil terpaksa melepas hegemoninya di Kepulauan Riau dan mulai membangun kekuatan baru di pesisir timur Sumatera.
Raja Kecil kembali bangkit dan menaklukan beberapa kawasan di Semenanjung Malaya (1740-1745).Karena mendapat ancaman dari Siak, dan disaat yang bersamaan orang-orang Bugis juga meminta balas atas jasa mereka, maka Raja Sulaiman meminta bantuan kepada Belanda di Malaka. Dalam perjanjian yang ditandatangani pada tahun 1746 itu, Johor menjanjikan akan memberikan Bengkalis kepada Belanda.
Sepeninggal Raja Kecil (1746), klaim atas Johor memudar. Dan pengantinya Sultan Mahmud berfokus kepada penguatan kedudukannya di pesisir timur Sumatera dan daerah vassal di Kedah dan kawasan pantai timur Semenanjung Malaya.
Pada tahun 1761, Sultan Siak membuat perjanjian ekslusif dengan pihak Belanda, dalam urusan dagang dan hak atas kedaulatan wilayahnya, serta bantuan dalam bidang persenjataan. Setelah Raja Mahmud wafat, muncul dualisme kepemimpinan di kerajaan ini. Raja Muhammad Ali yang lebih disukai Belanda kemudian menjadi Sultan Siak.
Raja Ismail telah menjadi duplikasi dari Raja Kecil (1767). Didukung oleh Orang Laut, ia terus menunjukan dominasinya di kawasan perairan timur Sumatera, dengan mengontrol perdagangan timah di Pulau Bangka, menaklukan Mempawah di Kalimantan Barat, membantu Terengganu menaklukan Kelantan, hubungan ini kemudian diperkuat dengan perkawinan antara Raja Ismail dengan saudara perempuan Sultan Terengganu.
Pengaruh Raja Ismail di kawasan Melayu sangat signifikan, mulai dari Terengganu, Jambi, dan Palembang.
Pada abad ke-18, Kesultanan Siak telah menjadi kekuatan yang dominan di pesisir timur Sumatera.
Kesultanan Siak menaklukkan daerah Langkat (1780) termasuk wilayah Deli dan Serdang. Di bawah ikatan perjanjian kerjasama dengan VOC, pada tahun 1784 Kesultanan Siak membantu VOC menyerang dan menundukkan Selangor. Sebelumnya mereka telah bekerjasama memadamkan pemberontakan Raja Haji Fisabilillah di Pulau Penyengat.
Faktor Kejayaan Siak:
Perdagangan Diplomasi
PERDAGANGAN• Kesultanan Siak Sri Inderapura mengambil keuntungan atas pengawasan perdagangan
melalui Selat Melaka, serta kemampuan mengendalikan para perompak.
• Sungai berpengaruh besar terhadap kemajuan perekonomian Siak. Sungai Siak merupakan kawasan pengumpulan kapur barus, benzoar, timah, dan emas. Sementara pada saat bersamaan masyarakat Siak juga telah menjadi eksportir kayu yang utama di Selat Malaka, serta salah satu kawasan industri kayu untuk pembuatan kapal maupun bangunan. Dengan cadangan kayu yang berlimpah,
• (1775) Belanda mengizinkan kapal-kapal Siak mendapat akses langsung kepada sumber beras dan garam di Pulau Jawa, tanpa harus membayar kompensasi kepada VOC.
• Kesultanan Siak mampu menggantikan pengaruh Johor atas penguasaan jalur perdagangan. Selain itu Kesultanan Siak juga muncul sebagai pemegang kunci ke dataran tinggi Minangkabau, melalui tiga sungai utama yaitu Siak, Kampar, dan Kuantan, yang telah menjadi kunci bagi kejayaan Malaka. Namun demikian kemajuan perekonomian Siak memudar seiring dengan munculnya gejolak di pedalaman Minangkabau yang dikenal dengan Perang Padri.
• - Dalam perjanjian yang ditandatangani pada tahun 1746 itu, Johor menjanjikan akan memberikan Bengkalis kepada Belanda. Perjanjian itu kemudian direspon oleh VOC dengan mendirikan gudang pada kawasan tersebut.
•- Pada tahun 1761, Sultan Siak membuat perjanjian ekslusif dengan pihak Belanda, dalam urusan dagang dan hak atas kedaulatan wilayahnya, serta bantuan dalam bidang persenjataan.
•- Di bawah ikatan perjanjian kerjasama dengan VOC, pada tahun 1784 Kesultanan Siak membantu VOC menyerang dan menundukkan Selangor.Sebelumnya mereka telah bekerjasama memadamkan pemberontakan Raja Haji Fisabilillah di Pulau Penyengat.
Diplomasi
Masa Kemunduran
• Ekspansi kolonialisasi Belanda ke kawasan timur Pulau Sumatera tidak mampu dihadang oleh Kesultanan Siak.
• Penguasaan Inggris atas Selat Melaka, mendorong Sultan Siak (1840) untuk menerima tawaran perjanjian baru. Perjanjian ini menjadikan wilayah Kesultanan Siak semakin kecil dan terjepit antara wilayah kerajaan kecil lainnya yang mendapat perlindungan dari Inggris
• Perubahan peta politik atas penguasaan jalur Selat Malaka, kemudian adanya pertikaian internal Siak dan persaingan dengan Inggris dan Belanda, melemahkan pengaruh hegemoni Kesultanan Siak atas wilayah-wilayah yang pernah dikuasainya.
SISTEM PEMERINTAHAN Sebagai bagian dari rantau Minangkabau, sistem pemerintahan Kesultanan Siak mengikuti model Kerajaan
Pagaruyung. Setelah posisi Sultan, terdapat Dewan Menteri. Dewan Menteri berhak untuk memilih dan mengangkat Sultan
Siak. Dewan Menteri bersama dengan Sultan, menetapkan undang-undang serta peraturan bagi masyarakatnya. Dewan menteri ini terdiri dari:
• Datuk Tanah Datar• Datuk Limapuluh• Datuk Pesisir• Datuk Kampar
Seiring dengan perkembangan zaman, Siak Sri Inderapura melakukan pembenahan sistem birokrasi pemerintahannya. Hal ini tidak lepas dari pengaruh sistem pemerintahan yang berlaku di Eropa maupun pada
kawasan kolonial Belanda dan Inggris. Modernisasi ini terlihat pada naskah Ingat Jabatan (1897). Siak Sri Inderapura juga menerbitkan salah satu kitab hukum atau undang-undang, dikenal dengan nama Bab al-
Qawa'id (1901), untuk menguraikan hukum yang dikenakan kepada masyarakat Melayu dan masyarakat lain yang terlibat perkara dengan masyarakat Melayu.
Dalam pelaksanaan masalah pengadilan umum di Kesultanan Siak diselesaikan melalui Balai Kerapatan Tinggi yang dipimpin oleh Sultan Siak, Dewan Menteri dan dibantu oleh Kadi Siak serta Controleur Siak sebagai
anggota. Kesultanan Siak membagi kawasannya atas hulu dan hilir, masing-masing terdiri dari beberapa kawasan dalam
bentuk yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Datuk atau Tuanku atau Yang Dipertuan dan bertanggung jawab kepada Sultan Siak.
Pada kawasan tertentu, ditunjuk Kepala Suku yang bergelar Penghulu, dibantu oleh Sangko Penghulu, Malim Penghulu serta Lelo Penghulu.
Sultan Siak dan Dewan Menterinya serta Kadi Siak pada tahun 1888
Upacara penobatan Sultan Siak pada tahun 1899
Tahun Nama Sultan Catatan dan peristiwa penting
1723-1746 Sultan Abdul Jalil Syah Pertama kali berkuasa
1746-1761 Sultan Mahmud Memindahkan pusat pemerintahan ke Mempura
1761 Raja Ismail Dipaksa VOC turun tahta
1770-1779 Raja Muhammad Ali Johor telah menjadi bagian dari Siak Sri InderapuraMengizinkan pendirian Kerajaan Negeri Sembilan tahun 1773
1779-1781 Raja Ismail Kembali Berkuasa
1781-1791 Sultan Yahya Pada tanggal 1 - 8 - 1782 membuat perjanjian dengan VOC dalam berperang melawan Inggris
1791-1811 Sultan Sayyid Ali Putra dari Sayyid Osman al-Syaikh 'Ali Ba' Alawi, yang menikahi cucu perempuan Raja Kecil
1811-1827 Sultan Sayyid Ibrahim Membuat perjanjian kerjasama dengan Inggris tanggal 31 Agustus 1818.Kemudian dengan Belanda tahun 1822Pengaruh dari Perjanjian London tahun 1824, beberapa wilayah Siak lepas dan menjadi bagian dari kolonialisasi antara Inggris dan Belanda.Johor lepas dari Siak, berada dalam pengawasan Inggris.Pulau Lingga menjadi wilayah pengawasan Belanda.
1827-1864 Sultan Sayyid IsmailMangkubumi Sayyid al-Syarif Jalaluddin 'Ali Ba' Alawi
Menerima perjanjian baru dengan Inggris tahun 1840.Tahun 1864 dipaksa Belanda turun tahta.
1864-1889 Sultan Syarif Kasim I Pengangkatannya mesti disetujui oleh Ratu Belanda, Belanda menempatkan controleur di SiakDiperebutkan oleh Inggris dan Belanda dalam Perjanjian Sumatera
1889-1908 Sultan Syarif Hasyim Meresmikan Istana Siak Sri Inderapura
1915-1945 Sultan Syarif Kasim II Menyerahkan kerajaannya pada pemerintah Republik Indonesia
WARISAN SEJARAH
• Balai Kerapatan Tinggi• Istana Siak Sri Inderapura• Tari Zapin Melayu• Tari Olang – Olang• Masjid Syahabbudin• Tenun Siak• Balimau Kasai
Siak Sri Inderapura sampai sekarang tetap diabadikan sebagai nama ibu kota dari Kabupaten Siak yang dibangun tahun 1886 serta Istana Siak Sri Inderapura yang dibangun pada tahun 1889 masih berdiri sebagai simbol kejayaan masa silam, termasuk Tari Zapin Melayu dan Tari Olang-olang yang pernah mendapat kehormatan menjadi pertunjukan utama untuk ditampilkan pada setiap perayaan di Kesultanan Siak Sri Inderapura. Begitu juga nama Siak masih melekat merujuk kepada nama sebuah sungai di Provinsi Riau sekarang, yaitu Sungai Siak yang bermuara pada kawasan timur pulau Sumatera.
Balai Kerapatan Tinggi
Jalan Sultan Ismail, letaknya tidak jauh dari Istana Siak. Dibangun tahun 1886, dulunya digunakan sebagai
tempat musyawarah raja-raja
Istana Siak Sri Inderapura
Jalan Sultan Syarif Kasim, Kelurahan Kampung Dalam, Kecamatan Siak, Kabupaten Siak. Dibangun tahun 1889 oleh Sultan Assyaidis Hasyim Abdul Jalil Syaifuddin.
Tari Zapin Melayu
Masjid Syahabbudin
Masjid ini awal mulanya berlokasi di jalan Sultan Syarif Qasim dengan bangunan fisik terbuat dari kayu dan terdapat mimbar yang berukir dari Jepara. Tahun 1935 masjid dipindah oleh Sultan Syarif Qasim II sebagai sultan Siak XII ke Jalan Sultan Ismail di tepi Sungai Siak. Masjid ini telah mengalami 3 kali renovasi;Tahun 1963Tahun 2003
Tenunan Siak
Tenunan siak pertama kali diperkenalkan oleh pengrajin yang didatangkan dari Kerajaan Terengganu Malaysia pada masa Kerajaan Siak. Pengrajin itu seorang wanita yang bernama Wan Siti binti Wan Karim.
Balimau Kasai
Balimau Kasai adalah sebuah upacara tradisional yang istimewa bagi masyarakat Kampar di Provinsi Riau untuk menyambut bulan suci Ramadan. Upacara tradisional ini selain sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan memasuki bulan puasa, juga merupakan simbol penyucian dan pembersihan diri.
Balimau sendiri bermakna mandi dengan menggunakan air yang dicampur jeruk yang oleh masyarakat setempat disebut limau. Sedangkan kasai adalah wangi- wangian yang dipakai saat berkeramas.
Sultan Kerajaan Siak
Sultan Syarif Kasim II
Sultan Abdul Jalil Syah