kenali unsur diri manusia yang pada penciptaan manusia telah disematkan

12
Kenali unsur diri Manusia yang pada penciptaan manusia telah disematkan 2 (dua) Nafs/Sifat utama : I. Unsur Nafs Kiri (Cenderung Negatif) / Nafs Fujurah: Yang dapat menimbulkan / mengarahkan perilaku manusia pada nafs-nafs keburukan/kefasikan sbb : 1.An-Nafs Al-Hayawaniyyah. 2.An-Nafs Al-Musawwillah 3.An-Nafs Al-Ammarah 4. Nafsu Al-Lawwamah (Nafs ganda yang dapat menghantar ke negatife dan positif) 5. Nafsu Supiyah (Nafs ganda yang dapat menghantar ke negatife dan positif) II. Unsur Nafs Kanan (Nafsyu positive / At-Taqwa : Yang dapat menimbulkan / mengarahkan perilaku manusia pada nafs-nafs kebajikan/ketaqwaan sbb : 1.An-Nafs An-Nafsyaniyyah 2.An-Nafs Al-Mulhammah 3.An-Nafs Al-Muthmainnah Baca selengkapnya tentang Nafsy-nafsy yg terdapat dalam diri manusia di link berikut : - https://kelanadelapanpenjuruangin.wordpress.com/2013/07/25/ anasir-anasir-manusia-yang-disematkan-saat-diciptakan-tuhan/ Kalau manusia ditinggalkan oleh roh rohani ini, maka manusia itu tidak mempunyai nafsu lagi, sebab semua nafsu manusia itu roh rohani yang mengendalikannya. Maka, kalau manusia sudah bisa mengendalikan roh rohani ini dengan baik, ia akan hidup dalam kemuliaan. Roh rohani ini sifatnya selalu mengikuti penglihatan yang melihat. Dimana pandangan kita tempatkan, disitu roh rohani berada,namun sebaliknya jika manusia cenderung mengumbar nafsyu negatifnya saja maka keadaan manusia tersebut akan jatuh ke dalam derajat rendah (bahkan lebih rendah dari binatang).

Upload: aprila-c-dara

Post on 19-Jan-2016

20 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

unsur manusia

TRANSCRIPT

Page 1: Kenali Unsur Diri Manusia Yang Pada Penciptaan Manusia Telah Disematkan

Kenali unsur diri Manusia yang pada penciptaan manusia telah disematkan 2 (dua) Nafs/Sifat

utama :

I. Unsur Nafs Kiri (Cenderung Negatif) / Nafs Fujurah:

Yang dapat menimbulkan / mengarahkan perilaku manusia pada nafs-nafs

keburukan/kefasikan sbb :

1.An-Nafs Al-Hayawaniyyah.

2.An-Nafs Al-Musawwillah

3.An-Nafs Al-Ammarah

4. Nafsu Al-Lawwamah (Nafs ganda yang dapat menghantar ke negatife dan positif)

5. Nafsu Supiyah (Nafs ganda yang dapat menghantar ke negatife dan positif)

II. Unsur Nafs Kanan (Nafsyu positive / At-Taqwa :

Yang dapat menimbulkan / mengarahkan perilaku manusia pada nafs-nafs

kebajikan/ketaqwaan sbb :

1.An-Nafs An-Nafsyaniyyah

2.An-Nafs Al-Mulhammah

3.An-Nafs Al-Muthmainnah

Baca selengkapnya tentang Nafsy-nafsy yg terdapat dalam diri manusia di link berikut :

- https://kelanadelapanpenjuruangin.wordpress.com/2013/07/25/anasir-anasir-manusia-yang-

disematkan-saat-diciptakan-tuhan/

Kalau manusia ditinggalkan oleh roh rohani ini, maka manusia itu tidak mempunyai nafsu

lagi, sebab semua nafsu manusia itu roh rohani yang mengendalikannya. Maka, kalau

manusia sudah bisa mengendalikan roh rohani ini dengan baik, ia akan hidup dalam

kemuliaan. Roh rohani ini sifatnya selalu mengikuti penglihatan yang melihat. Dimana

pandangan kita tempatkan, disitu roh rohani berada,namun sebaliknya jika manusia

cenderung mengumbar nafsyu negatifnya saja maka keadaan manusia tersebut akan jatuh ke

dalam derajat rendah (bahkan lebih rendah dari binatang).

Dengan demikian telah kita pahami bahwa diri manusia itu terdapat unsur 9 (Sembilan)

“ROH” yakni :

1.Ruh Al-Hayat

2.Ruh Rabbani

3.Ruh Nurani

4.Ruh Rahmani

5.Ruh Al-Jasad

Page 2: Kenali Unsur Diri Manusia Yang Pada Penciptaan Manusia Telah Disematkan

6.Ruh An-Nabati

7.Ruh Al-Aql

8.Ruh Rewani / Sukma

9.Ruh Rohani / Ego.

KEFITRAHAN MANUSIA

Potensi Hanif , Akal, Qalb dan Nafsy

Kata fithrah (fitrah) merupakan derivasi dari kata fatara, artinya ciptaan, suci, dan seimbang.

Louis Ma’ruf dalam kamus Al-Munjid (1980:120) menyebutkan bahwa fitrah adalah sifat

yang ada pada setiap yang ada pada awal penciptaannya, sifat alami manusia,pada

agama,pada sunnah-Nya.

Menurut imam Al-Maraghi (1974: 200) fitrah adalah kondisi di mana Allah menciptakan

manusia yang menghadapkan dirinya kepada kebenaran dan kesiapan untuk menggunakan

pikirannya.

Dengan demikian arti fitrah dari segi bahasa dapat diartikan sebagai kondisi awal suatu

ciptaan atau kondisi awal manusia yang memiliki potensi untuk mengetahui dan cenderung

kepada kebenaran (hanif). Fitrah dalam arti hanif ini sejalan dengan isyarat Alquran:

الل�ه� ل�ق� ل�خ تب�د�يل ال ا علي�ه الن�اس فطر ال�ت�ي الل�ه� ة ف�ط�ر �ن�يفا ح ل�لد!ين� ك ه وج� ق�م�أ ف

يع�لم*ون ال الن�اس� ك�ثرأ لك�ن� و ي!م* ال�ق الد!ين* ذل�ك

“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah

Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah

Allah (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Ar-

Ruum, 30: 30)

Fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya dikaitkan dengan arti penciptaan fisik, melainkan

juga dalam arti rohaniah, yaitu sifat-sifat dasar manusia yang baik. Karena itu fitrah

disebutkan dalam konotasi nilai. Lahirnya fitrah sebagai nilai dasar kebaikan manusia itu

dapat dirujukkan kepada ayat:

ت لس�أ م� ه� س� نف*

أ على ده*م� ه ش�أ و م� ي�ته* ذ*ر! ور�ه�م� ظ*ه* م�ن آدم بن�ي م�ن ب@ك ر ذ خ

أ إ�ذ� و

ل�ين غاف� ذا ه عن� ك*ن�ا �ن�ا إ ة� يام ال�ق� يو�م � ول*وا تق* نأ د�نا ه� ش بلى � ال*وا ق ب!ك*م� ب�ر

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi

mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah

Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.

(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:

Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan

Tuhan).” (Q.S. Al-A’raaf, 7: 172)

Page 3: Kenali Unsur Diri Manusia Yang Pada Penciptaan Manusia Telah Disematkan

Ayat di atas merupakan penjelasan dari fitrah yang berarti hanif (kecenderungan kepada

kebaikan) yang dimiliki manusia karena terjadinya proses persaksian sebelum digelar ke

muka bumi. Persaksian ini merupakan proses fitrah manusia yang selalu memiliki kebutuhan

terhadap agama (institusi yang menjelaskan tentang Tuhan), karena itu dalam pandangan ini

manusia dianggap sebagai makhluk religius. Ayat di atas juga menjadi dasar bahwa manusia

memiliki potensi baik sejak awal kelahirannya. la bukan makhluk amoral, tetapi memiliki

potensi moral. Juga bukan makhluk yang kosong seperti kertas putih sebagaimana yang

dianut para pengikut teori tabula rasa.

Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia.

Potensi yang dimiliki manusia tersebut dapat dikelompokkan kepada dua hal, yaitu potensi

fisik dan potensi rohaniah.

Potensi fisik manusia telah dijelaskan pada bagian yang lalu, sedangkan potensi rohaniah

adalah akal, qalb dan nafsu. Akal dalam pengertian bahasa Indonesia berarti pikiran, atau

rasio. Harun Nasution (1986) menyebut akal dalam arti asalnya (bahasa Arab), yaitu

menahan, dan orang ‘aqil di zaman jahiliah yang dikenal dengan darah panasnya adalah

orang yang dapat menahan amarahnya dan oleh karenanya dapat mengambil sikap dan

tindakan yang berisi kebijaksanaan dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Senada

dengan itu akal dalam Alquran diartikan dengan kebijaksanaan (wisdom), intelegensia

(intelligent) dan pengertian (understanding). Dengan demikian di dalam Alquran akal

diletakkan bukan hanya pada ranah rasio tetapi juga rasa, bahkan lebih jauh dari itu jika akal

diartikan dengan hilunah atau bijaksana.

Al-qalb berasal dari kata qalaba yang berarti berubah, berpindah atau berbalik dan menurut

Ibn Sayyidah (Ibn Manzur: 179) berarti hati. Musa Asyari (1992) menyebutkan arti al-qalb

dengan dua pengertian, yang pertama pengertian kasar atau fisik, yaitu segumpal daging yang

berbentuk bulat panjang, terletak di dada sebelah kiri, yang sering disebut jantung.

Sedangkan arti yang kedua adalah pengertian yang halus yang bersifat ketuhanan dan

rohaniah yaitu hakikat manusia yang dapat menangkap segala pengertian, berpengetahuan

dan arif.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akal digunakan manusia dalam rangka

memikirkan alam sedangkan mengingat Tuhan adalah kegiatan yang berpusat pada qalbu.

Keduanya merupakan kesatuan daya rohani untuk dapat memahami kebenaran sehingga

manusia dapat memasuki suatu kesadaran tertinggi yang bersatu dengan kebenaran Ilahi.

Adapun nafsu (bahasa Arab: al-hawa, dalam bahasa Indonesia sering disehat hawa nafsu)

adalah suatu kekuatan yang mendorong manusia untuk mencapai keinginannya. Dorongan-

dorongan ini sering disebut dengan dorongan primitif, karena sifatnya yang bebas tanpa

Page 4: Kenali Unsur Diri Manusia Yang Pada Penciptaan Manusia Telah Disematkan

mengenal baik dan buruk. Oleh karena itu nafsu sering disebut sebagai dorongan kehendak

bebas. Dengan nafsu manusia dapat bergerak dinamis dari suatu keadaan ke keadaan yang

lain. Kecenderungan nafsu yang bebas tersebut jika tidak terkendali dapat menyebabkan

manusia memasuki kondisi yang membahayakan dirinya. Untuk mengendalikan nafsu

manusia menggunakan akalnya sehingga dorongan-dorongan tersebut dapat menjadi

kekuatan positif yang menggerakkan manusia ke arah tujuan yang jelas dan baik. Agar

manusia dapat bergerak ke arah yang jelas, maka agama berperan untuk menunjukkan jalan

yang akan harus ditempuhnya. Nafsu yang terkendali oleh akal dan berada padajalur yang

ditunjukkan agama inilah yang disebut an-nafs al-mutmainnah yang diungkapkan Alquran :

ئ�ن�ة* ال�م*ط�م الن�ف�س* ا ي�ت*ه أ يا

�ي�ة ض� ر� م� �ية اض� ر ب!ك� ر إ�لى ع�ي ج� ار�

باد�ي ع� ف�ي ل�ي اد�خ* ف

ن�ت�ي ج ل�ي اد�خ* و

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-

Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam surgaKu.”

(Q.S. Al-Fajr, 89:27-30)

Dengan demikian manusia ideal adalah manusia yang mampu menjaga fitrah (hanif)-nya dan

mampu mengelola dan memadukan potensi akal, qalbu, dan nafsunya secara harmonis.

HAK PREROGATIF MANUSIA

Mempunyai Hak Pilih dan Kebebasan

Pada setiap ciptaan-Nya, Allah telah menentukan qadamya. Qadar sendiri berarti

“memberikan ukuran/keterhinggaan/ketetapan). Arti ini dapat diketahui dari ayat-ayat berikut

ini:

لق وخ ل�ك� ال�م* ف�ي Jر�يك ش ل�ه* يك*ن لم� و �لدا و ذ� يت�خ� لم� و ض� ر� واأل� اوات� م الس� ل�ك* م* له* ال�ذ�ي

� د�يرا تق� ه* د�ر ق ف Oء ي� ش ك*ل�

“…yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan

tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu,

dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (Q.S. al-Furqan, 25: 2)

ال�عل�يم� ال�عز�يز� د�ير* تق� ذل�ك ا ل�ه Rر تق ل�م*س� ر�ي تج� م�س* والش�

“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha

Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Yasin, 36: 38)

ون ج* ر ت*خ� كذل�ك �ي�تا م� �بل�دة ب�ه� نا ر� نشأ ف Oرد ب�ق �اء م اء� م الس� م�ن ل نز� ال�ذ�ي و

“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan

dengan air itu negeri yang mati,…” [Q.S. az-Zukhruf, 43: 11)

Oرد ب�ق ناه* لق� خ Oء ي� ش ك*ل� �ن�ا إ

Page 5: Kenali Unsur Diri Manusia Yang Pada Penciptaan Manusia Telah Disematkan

“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (Q.S. al-Qamar, 54: 49)

� د�را ق Oء ي� ش ل�ك*ل! الل�ه* عل ج د� ق

“... Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Q.S. ath-

Thalaq, 65: 3)

را أج� ع�ظمأ و �ي�را خ و ه* الل�ه� ند ع� د*وه* تج� Oي�ر خ م!ن� ك*م س� نف*

أل� د!م*وا ت*ق ا ...وم

“... Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu, memperoleh

(balasannya) di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar

pahalanya,...”[Q.S. al-Muzamil 73: 20].

Oع�ل*وم م� Oرد ب�ق إ�ال� ل*ه* ن*نز! ا وم ائ�ن*ه* ز خ ندنا ع� إ�ال� Oء ي� ش م!ن إ�ن و

“Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya, dan Kami tidak

menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.” (Q.S. al-Hijr 15: 21)

Ide yang terkandung dalam doktrin qadar ini adalah bahwa Allah saja yang tak terhingga

secara mutlak, sedang segala sesuatu selain Allah sebagai ciptaanNya memiliki

“ukuran/keterhinggaan” atau memilih kapasitas yang terbatas. Menurut al-Qur’an, setiap

Allah menciptakan sesuatu hal (khalq), Allah memberikan sifat-sitat, potensi-potensi dan

hukum-hukum tingkah laku (amr, “perintah” atau hidayah “petunjuk”) tertentu kepadanya,

sehingga ia menuruti sebuah pola tertentu dan menjadi sebuah laktor didalam “kosmos”.

Oleh karena itu segala sesuatu di dalam alam semesta ini bertingkah laku sesuai dengan

hukum-hukum yang telah ditentukan padanya secara otomatis mentaati “perintah” Allah-

maka keseluruhan alam semesta ini adalah muslim atau tunduk kepada kehendak Allah.

Manusia adalah satu-satunya kekecualian didalam hukum universal ini karena diantara

scmuanya, manusialah satu-satunya ciptaan Allah yang diberi kebebasan untuk mentaati atau

mengingkari perintah Allah.

Sebagaimana ciptaan yang lain, pada manusia juga telah ditetapkan sifat-sifat, potensi-potensi

dan hukum-hukum tingkah laku, yaitu bahwa manusia diciptakan telah dilengkapi dengan

perbekalan-perbekalan yang berupa kodrat, pembawaan jiwa (watak) dan perlengkapan-

perlengkapan lainnya. Semua ini dapat diarahkan pemakaiannya kearah yang baik maupun ke

arah yang buruk. Jadi tidak semata-mata untuk kebaikan atau untuk keburukan saja.

Walaupun sebagian orang lebih kuat iradah kebaikannya dan sebagian lain lebih kuat iradah

kejahatannya. Semua itu hanya Allah yang tahu ukurannya secara pasti, sebagaimana firman

Allah:

# # # من اب خ د� وق ا ك�اه ز من لح ف�أ د� ق ا واه تق� و ا ه ور ف*ج* ا ه م ل�ه

أ ف ا اه و� س وما Oف�سن و

ا اه #دس�

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa

itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan. Sesungguh-nya beruntunglah orang yang

Page 6: Kenali Unsur Diri Manusia Yang Pada Penciptaan Manusia Telah Disematkan

mensucikanjiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Q.S. asy-

Syams, 91: 7-10)

Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah menjadikan manusia dengan sempurna lagi

berimbangan dan mengisinya dengan kodrat-kodrat (sarana) yang dapat menerima kebaikan

atau kejahatan.

Di samping itu Allah juga telah membekali manusia dengan akal yang dapat membedakan

mana yang benar dan mana yang salah. Dan juga Allah memberikan kepada manusia tenaga

dan kemampuan untuk membenarkan yang haq dan menyalahkan yang bathil, sanggup

mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk.

Tidak hanya itu saja, Allah masih mengutus para rasul untuk mewujudkan jalan-jalan

kebenaran dan memberikan bimbingan. Allah juga telah merumuskan dalil-dalil (pokok-

pokok pedoman) tentang kebenaran dengan diturunkan kitab suci (al-Qur’an) kepada

manusia.

Dengan demikian manusia dipandang mukhtar dalam segala perbuatannya, dengan ikhtiar

yang hakiki, bukan majazi, karena ia menyukai perbuatan itu dan mempunyai pengaruh

dalam meninggalkan perbuatan.

Melihat kelengkapan perbekalan yang diberikan Allah kepada manusia, maka manusia harus

mengerahkan kodrat dan kemampuannya untuk memilih jalan kebenaran atau jalan sesat.

Sebagaimana firman Allah:

دي�ن� الن�ج� دي�ناه* وه

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” (Q.S. al-Balad, 90: 10)

� ورا كف* ا إ�م� و �اك�را ش إ�م�ا ب�يل الس� دي�ناه* ه �ن�ا إ

“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula

yang kafir.” (Q.S. al-Insan, 76: 3)

Dengan demikian segala hasil dan akibat dari perbuatan manusia adalah karena ulah manusia

sendiri, sebagaimana firman Allah:

Jةين ه� ر بت� كس ا ب�م Oف�سن ك*ل@

“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” (Q.S. al-Muddatstsir,

74: 38)

ل!ل�عب�يد� Oم ب�ظال� ب@ك ر ا وم ا علي�ه ف اء سأ ومن� ه� س� ل�نف� ف �ال�حا ص عم�ل من�

Page 7: Kenali Unsur Diri Manusia Yang Pada Penciptaan Manusia Telah Disematkan

“Barang siapa mengerjakan amal sholeh maka (pahalanya) untuk dirinva sendiri dan barang

siapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri dan sekali-kali tidaklah

Tuhanmu menganiaya hamba-hamba(Nya).” (Q.S. Fushshilat, 41: 46)

م� ه� س� ن�ف*ب�أ ا م وا� ي*غي!ر* ت�ى ح Oو�م ب�ق ا م ي*غي!ر* ال الله إ�ن�

“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah

keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S. ar-Ra’du, 13: 11)

Makna senada dapat dilihat pada beberapa ayat berikut ini:

ر� ل�يك�ف* ف اء ش ومن ل�ي*ؤ�م�ن ف اء ش فمن ب!ك*م� ر� م�ن ق@ ال�ح ..وق*ل�

“Dan katakanlah, Kebenaran itu datangnya dan Tuhanmu, maka barangsiapa yang ingin

(beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin, (kafir) biarlah ia kafir,…” (Q.S.

al-Kahfi, 18: 29)

بت� اك�تس ا م ا وعلي�ه بت� كس ا م ا له ا عه و*س� إ�ال� �سا نف� الله* ي*كل!ف* ال

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesangggupannya. la mendapat

pahala (dari kebajikan) yang ia usahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang

dikerjakannya…” (Q.S. al-Baqarah, 2: 286)

ل*ون يع�م كان*وا ا ب�م اء ز ج Oع�ي*نأ ة� ر� ق* م!ن م له* ي ف� خ�

أ* ا م� Jف�سن تع�لم* ال ف

“Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-

macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang

mereka kerjakan.” (Q.S. as-Sajadah, 32: 17)

Oث�يرك عن و يع�ف* و ي�د�يك*م� أ بت� كس ا ب�م ف Oةيب م@ص� م!ن ابك*م ص

أ ا وم

“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan

tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-

kesalahanmu).” (Q.S. asy-Syuura, 42: 30)

ل*وا عم� ال�ذ�ي بع�ض م ه* ل�ي*ذ�يق الن�اس� ي�د�ي أ بت� كس ا ب�م ر� ال�بح� و ال�بر! ف�ي اد* س ال�ف ر ظه

ع*ون ج� ير� م� لعل�ه*

“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,

supaya Allah merusakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar

mereka kembali (kejalan yang benar).” (Q.S. ar-Rum, 30: 41)

عى س ما إ�ال� ان� �نس ل�إل� ل�ي�س أن و

“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah

diusahakannya.”(Q.S. an-Najm, 53: 39)

Keterangan di atas menunjukkan bahwa Allah memberikan kebebasnya kepada manusia

untuk menggunakan potensi-potensi yang telah diberikan Allah kepada manusia. Dengan

demikian perbuatan manusia adalah hasil dari kehendak dan kemampuan manusia sendiri,

Page 8: Kenali Unsur Diri Manusia Yang Pada Penciptaan Manusia Telah Disematkan

yaitu kehendak dan kemampuan yang telah diberikan Allah kepada manusia. ,

Dengan potensi dan kemampuan diatas, manusia dibebani taklif, yaitu untuk berbuat baik dan

meninggalkan yang buruk; menunaikan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-

larangan.

Sebagai konsekwensinya, manusia diminta untuk memperianggungjawabkan atas segala

penggunaan potensi-potensi dan kemampuan yang telah diberikan Allah padanya untuk

melakukan kebaikan atau keburukan. Jika ia menggunakan potensi-potensi dan kemampuan

itu untuk kebaikan, maka Allah akan membalas dengan kebaikan danjika ia menggunakannya

untuk melakukan keburukan, maka Allah akan membalas dengan keburukan pula. Demikian

itulah keadilan Allah kepada hamba Nya.

Akhimya dapat diketahui bahwa dengan dibekali potensi-potensi, kemampuan dan akal;

diberi petunjuk tentang kebaikan dan kejahatan (dengan diutusnya rasul dan diturunkannya

kitab suci); dibebani kewajiban dan dimintai tanggung-jawab, maka manusia diberi

kebebasan berkehendak/ikhtiar untuk menentukan apa yang dikerjakan sebatas kemampuan

yang telah diberikan oleh Allah. Dengan demi-ldan manusia bukanlah makhluk yang

terpaksa.

Namun demikian kehendak dan kemampuan manusia bukanlah kehendak dan kemampuan

yang bebas tanpa batas. Melainkan semua itu dibatasi oleh sunnatullah, yaitu ketetapan Allah

yang telah diberikan Allah kepada makhluk Nya.

Peran Ganda Manusia:

Sebagai Hamba dan Khalifah

Allah menciptakan manusia tidak sekadar untuk permainan, tetapi untuk melaksanakan tugas

yang berat (Q.S. al-Mu’minun, 23: 115)

Menunaikan amanah yang manusia memang telah bersedia untuk menerimanya (Q.S. al-

Ahzab, 33: 72),

Yaitu melaksanakan fungsinya sebagai khalifah dimuka bumi dan misinya untuk

menciptakan kemakmuran di muka bumi. Fungsi sebagi khalifah ditunjukkan oleh ayat:

د* س� ي*ف� من ا يه ف� عل* تج� أ � ال*وا ق �ة ل�يف خ ض� ر�

األ ف�ي Jاع�ل ج إ�ن!ي الئ�كة� ل�ل�م ب@ك ر ال ق إ�ذ� و

ال ق لك د!س* ن*ق و د�ك م� ب�ح ب!ح* ن*س ن* نح� و اء الد!م ك* ف� يس� و ا يه ف�

تع�لم*ون ال ا م ع�لم*أ إ�ن!ي

“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak

menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak

menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan

menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan

Page 9: Kenali Unsur Diri Manusia Yang Pada Penciptaan Manusia Telah Disematkan

mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak

kamu ketahui.” (Q.S. al-Baqarah, 2: 30)

ا م ف�ي ك*م� ل!يب�ل*و Oات ج در Oع�ضب و�ق ف ك*م� بع�ض ع ف ور ض� ر�األ الئ�ف خ علك*م� ج ال�ذ�ي و وه*

Jيم ح� ر� Jور لغف* �ن�ه* إ و اب� ال�ع�ق ر�يع* س ب�ك ر إ�ن� آتاك*م�

“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa (khalifah) di bumi dan Dia

meninggikan sebagian kamu atas sehagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu

tentang apa yang diberikan Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksanya

dan sesungguhnya Dia M aha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. al-An’am, 6: 165)

Misi manusia adalah membuat kemakmuran di muka bumi dengan jalan menegakkan sebuah

tata sosial yang bermoral untuk terwujudnya masyarakat yang beradab, adil dan makmur

untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Hal ini bisa ditelusuri dalam firman Allah:

ين ل!ل�عالم� �ة م ح� ر إ�ال� ل�ناك س ر�أ ا وم

“Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta

alam.” (Q.S. al-Anbiya’, 21: 107)

Di samping kewajiban untuk menunaikan amanah sebagai khalifah, maka kewajiban yang

lain yang langsung kepada Allah adalah “Ibadah”. Allah bahkan telah menegaskan bahwa

manusia diciptakan memang untuk beribadah kepada Allah, sebagaimana firman Allah

sebagai berikut:

ل�يع�ب*د*ون� إ�ال� �نس واإل� ن� ال�ج� ت* لق� خ ا وم

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah KU.”

(Q.S. adz-Dzariyat, 51: 56)

Oleh karena itu manusia hams mengabdikan diri sepenuhnya untuk menghambakan diri

semata-mata karena Allah.

�م�ين� ع�ال ال ب� ر� �ه� �ل ل �ي و�م�م�ات �اي� ي و�م�ح ك�ي �س� و�ن �ي �ت ص�ال ��ن إ ق�ل

“Katakanlah: ‘Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk

Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. al-An’am, 6: 162)

Maka demikianlah yang disebut bahwa seluruh aktivitas manusia sesungguhnya mempunyai

nilai ibadah apabila dilakukan dalam rangka penunaian amanah sebagai khalifah untuk

menuju tercapainya nilai-nilai Islam yang rahmatan lil’alamin dan mengorientasikan segala

laku perbuatannya dipersembahkan hanya kepada Allah Ta’ala saja.