kenali unsur diri manusia yang pada penciptaan manusia telah disematkan
DESCRIPTION
unsur manusiaTRANSCRIPT
Kenali unsur diri Manusia yang pada penciptaan manusia telah disematkan 2 (dua) Nafs/Sifat
utama :
I. Unsur Nafs Kiri (Cenderung Negatif) / Nafs Fujurah:
Yang dapat menimbulkan / mengarahkan perilaku manusia pada nafs-nafs
keburukan/kefasikan sbb :
1.An-Nafs Al-Hayawaniyyah.
2.An-Nafs Al-Musawwillah
3.An-Nafs Al-Ammarah
4. Nafsu Al-Lawwamah (Nafs ganda yang dapat menghantar ke negatife dan positif)
5. Nafsu Supiyah (Nafs ganda yang dapat menghantar ke negatife dan positif)
II. Unsur Nafs Kanan (Nafsyu positive / At-Taqwa :
Yang dapat menimbulkan / mengarahkan perilaku manusia pada nafs-nafs
kebajikan/ketaqwaan sbb :
1.An-Nafs An-Nafsyaniyyah
2.An-Nafs Al-Mulhammah
3.An-Nafs Al-Muthmainnah
Baca selengkapnya tentang Nafsy-nafsy yg terdapat dalam diri manusia di link berikut :
- https://kelanadelapanpenjuruangin.wordpress.com/2013/07/25/anasir-anasir-manusia-yang-
disematkan-saat-diciptakan-tuhan/
Kalau manusia ditinggalkan oleh roh rohani ini, maka manusia itu tidak mempunyai nafsu
lagi, sebab semua nafsu manusia itu roh rohani yang mengendalikannya. Maka, kalau
manusia sudah bisa mengendalikan roh rohani ini dengan baik, ia akan hidup dalam
kemuliaan. Roh rohani ini sifatnya selalu mengikuti penglihatan yang melihat. Dimana
pandangan kita tempatkan, disitu roh rohani berada,namun sebaliknya jika manusia
cenderung mengumbar nafsyu negatifnya saja maka keadaan manusia tersebut akan jatuh ke
dalam derajat rendah (bahkan lebih rendah dari binatang).
Dengan demikian telah kita pahami bahwa diri manusia itu terdapat unsur 9 (Sembilan)
“ROH” yakni :
1.Ruh Al-Hayat
2.Ruh Rabbani
3.Ruh Nurani
4.Ruh Rahmani
5.Ruh Al-Jasad
6.Ruh An-Nabati
7.Ruh Al-Aql
8.Ruh Rewani / Sukma
9.Ruh Rohani / Ego.
KEFITRAHAN MANUSIA
Potensi Hanif , Akal, Qalb dan Nafsy
Kata fithrah (fitrah) merupakan derivasi dari kata fatara, artinya ciptaan, suci, dan seimbang.
Louis Ma’ruf dalam kamus Al-Munjid (1980:120) menyebutkan bahwa fitrah adalah sifat
yang ada pada setiap yang ada pada awal penciptaannya, sifat alami manusia,pada
agama,pada sunnah-Nya.
Menurut imam Al-Maraghi (1974: 200) fitrah adalah kondisi di mana Allah menciptakan
manusia yang menghadapkan dirinya kepada kebenaran dan kesiapan untuk menggunakan
pikirannya.
Dengan demikian arti fitrah dari segi bahasa dapat diartikan sebagai kondisi awal suatu
ciptaan atau kondisi awal manusia yang memiliki potensi untuk mengetahui dan cenderung
kepada kebenaran (hanif). Fitrah dalam arti hanif ini sejalan dengan isyarat Alquran:
الل�ه� ل�ق� ل�خ تب�د�يل ال ا علي�ه الن�اس فطر ال�ت�ي الل�ه� ة ف�ط�ر �ن�يفا ح ل�لد!ين� ك ه وج� ق�م�أ ف
يع�لم*ون ال الن�اس� ك�ثرأ لك�ن� و ي!م* ال�ق الد!ين* ذل�ك
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah
Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah
Allah (itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (Q.S. Ar-
Ruum, 30: 30)
Fitrah dalam arti penciptaan tidak hanya dikaitkan dengan arti penciptaan fisik, melainkan
juga dalam arti rohaniah, yaitu sifat-sifat dasar manusia yang baik. Karena itu fitrah
disebutkan dalam konotasi nilai. Lahirnya fitrah sebagai nilai dasar kebaikan manusia itu
dapat dirujukkan kepada ayat:
ت لس�أ م� ه� س� نف*
أ على ده*م� ه ش�أ و م� ي�ته* ذ*ر! ور�ه�م� ظ*ه* م�ن آدم بن�ي م�ن ب@ك ر ذ خ
أ إ�ذ� و
ل�ين غاف� ذا ه عن� ك*ن�ا �ن�ا إ ة� يام ال�ق� يو�م � ول*وا تق* نأ د�نا ه� ش بلى � ال*وا ق ب!ك*م� ب�ر
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): Bukankah
Aku ini Tuhanmu? Mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan
Tuhan).” (Q.S. Al-A’raaf, 7: 172)
Ayat di atas merupakan penjelasan dari fitrah yang berarti hanif (kecenderungan kepada
kebaikan) yang dimiliki manusia karena terjadinya proses persaksian sebelum digelar ke
muka bumi. Persaksian ini merupakan proses fitrah manusia yang selalu memiliki kebutuhan
terhadap agama (institusi yang menjelaskan tentang Tuhan), karena itu dalam pandangan ini
manusia dianggap sebagai makhluk religius. Ayat di atas juga menjadi dasar bahwa manusia
memiliki potensi baik sejak awal kelahirannya. la bukan makhluk amoral, tetapi memiliki
potensi moral. Juga bukan makhluk yang kosong seperti kertas putih sebagaimana yang
dianut para pengikut teori tabula rasa.
Fitrah dalam arti potensi, yaitu kelengkapan yang diberikan pada saat dilahirkan ke dunia.
Potensi yang dimiliki manusia tersebut dapat dikelompokkan kepada dua hal, yaitu potensi
fisik dan potensi rohaniah.
Potensi fisik manusia telah dijelaskan pada bagian yang lalu, sedangkan potensi rohaniah
adalah akal, qalb dan nafsu. Akal dalam pengertian bahasa Indonesia berarti pikiran, atau
rasio. Harun Nasution (1986) menyebut akal dalam arti asalnya (bahasa Arab), yaitu
menahan, dan orang ‘aqil di zaman jahiliah yang dikenal dengan darah panasnya adalah
orang yang dapat menahan amarahnya dan oleh karenanya dapat mengambil sikap dan
tindakan yang berisi kebijaksanaan dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Senada
dengan itu akal dalam Alquran diartikan dengan kebijaksanaan (wisdom), intelegensia
(intelligent) dan pengertian (understanding). Dengan demikian di dalam Alquran akal
diletakkan bukan hanya pada ranah rasio tetapi juga rasa, bahkan lebih jauh dari itu jika akal
diartikan dengan hilunah atau bijaksana.
Al-qalb berasal dari kata qalaba yang berarti berubah, berpindah atau berbalik dan menurut
Ibn Sayyidah (Ibn Manzur: 179) berarti hati. Musa Asyari (1992) menyebutkan arti al-qalb
dengan dua pengertian, yang pertama pengertian kasar atau fisik, yaitu segumpal daging yang
berbentuk bulat panjang, terletak di dada sebelah kiri, yang sering disebut jantung.
Sedangkan arti yang kedua adalah pengertian yang halus yang bersifat ketuhanan dan
rohaniah yaitu hakikat manusia yang dapat menangkap segala pengertian, berpengetahuan
dan arif.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa akal digunakan manusia dalam rangka
memikirkan alam sedangkan mengingat Tuhan adalah kegiatan yang berpusat pada qalbu.
Keduanya merupakan kesatuan daya rohani untuk dapat memahami kebenaran sehingga
manusia dapat memasuki suatu kesadaran tertinggi yang bersatu dengan kebenaran Ilahi.
Adapun nafsu (bahasa Arab: al-hawa, dalam bahasa Indonesia sering disehat hawa nafsu)
adalah suatu kekuatan yang mendorong manusia untuk mencapai keinginannya. Dorongan-
dorongan ini sering disebut dengan dorongan primitif, karena sifatnya yang bebas tanpa
mengenal baik dan buruk. Oleh karena itu nafsu sering disebut sebagai dorongan kehendak
bebas. Dengan nafsu manusia dapat bergerak dinamis dari suatu keadaan ke keadaan yang
lain. Kecenderungan nafsu yang bebas tersebut jika tidak terkendali dapat menyebabkan
manusia memasuki kondisi yang membahayakan dirinya. Untuk mengendalikan nafsu
manusia menggunakan akalnya sehingga dorongan-dorongan tersebut dapat menjadi
kekuatan positif yang menggerakkan manusia ke arah tujuan yang jelas dan baik. Agar
manusia dapat bergerak ke arah yang jelas, maka agama berperan untuk menunjukkan jalan
yang akan harus ditempuhnya. Nafsu yang terkendali oleh akal dan berada padajalur yang
ditunjukkan agama inilah yang disebut an-nafs al-mutmainnah yang diungkapkan Alquran :
ئ�ن�ة* ال�م*ط�م الن�ف�س* ا ي�ت*ه أ يا
�ي�ة ض� ر� م� �ية اض� ر ب!ك� ر إ�لى ع�ي ج� ار�
باد�ي ع� ف�ي ل�ي اد�خ* ف
ن�ت�ي ج ل�ي اد�خ* و
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-
Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hambaKu dan masuklah ke dalam surgaKu.”
(Q.S. Al-Fajr, 89:27-30)
Dengan demikian manusia ideal adalah manusia yang mampu menjaga fitrah (hanif)-nya dan
mampu mengelola dan memadukan potensi akal, qalbu, dan nafsunya secara harmonis.
HAK PREROGATIF MANUSIA
Mempunyai Hak Pilih dan Kebebasan
Pada setiap ciptaan-Nya, Allah telah menentukan qadamya. Qadar sendiri berarti
“memberikan ukuran/keterhinggaan/ketetapan). Arti ini dapat diketahui dari ayat-ayat berikut
ini:
لق وخ ل�ك� ال�م* ف�ي Jر�يك ش ل�ه* يك*ن لم� و �لدا و ذ� يت�خ� لم� و ض� ر� واأل� اوات� م الس� ل�ك* م* له* ال�ذ�ي
� د�يرا تق� ه* د�ر ق ف Oء ي� ش ك*ل�
“…yang kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi, dan Dia tidak mempunyai anak, dan
tidak ada sekutu bagiNya dalam kekuasaan(Nya), dan dia telah menciptakan segala sesuatu,
dan Dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (Q.S. al-Furqan, 25: 2)
ال�عل�يم� ال�عز�يز� د�ير* تق� ذل�ك ا ل�ه Rر تق ل�م*س� ر�ي تج� م�س* والش�
“Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha
Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. Yasin, 36: 38)
ون ج* ر ت*خ� كذل�ك �ي�تا م� �بل�دة ب�ه� نا ر� نشأ ف Oرد ب�ق �اء م اء� م الس� م�ن ل نز� ال�ذ�ي و
“Dan yang menurunkan air dari langit menurut kadar (yang diperlukan) lalu Kami hidupkan
dengan air itu negeri yang mati,…” [Q.S. az-Zukhruf, 43: 11)
Oرد ب�ق ناه* لق� خ Oء ي� ش ك*ل� �ن�ا إ
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.” (Q.S. al-Qamar, 54: 49)
� د�را ق Oء ي� ش ل�ك*ل! الل�ه* عل ج د� ق
“... Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Q.S. ath-
Thalaq, 65: 3)
را أج� ع�ظمأ و �ي�را خ و ه* الل�ه� ند ع� د*وه* تج� Oي�ر خ م!ن� ك*م س� نف*
أل� د!م*وا ت*ق ا ...وم
“... Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu, memperoleh
(balasannya) di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar
pahalanya,...”[Q.S. al-Muzamil 73: 20].
Oع�ل*وم م� Oرد ب�ق إ�ال� ل*ه* ن*نز! ا وم ائ�ن*ه* ز خ ندنا ع� إ�ال� Oء ي� ش م!ن إ�ن و
“Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya, dan Kami tidak
menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.” (Q.S. al-Hijr 15: 21)
Ide yang terkandung dalam doktrin qadar ini adalah bahwa Allah saja yang tak terhingga
secara mutlak, sedang segala sesuatu selain Allah sebagai ciptaanNya memiliki
“ukuran/keterhinggaan” atau memilih kapasitas yang terbatas. Menurut al-Qur’an, setiap
Allah menciptakan sesuatu hal (khalq), Allah memberikan sifat-sitat, potensi-potensi dan
hukum-hukum tingkah laku (amr, “perintah” atau hidayah “petunjuk”) tertentu kepadanya,
sehingga ia menuruti sebuah pola tertentu dan menjadi sebuah laktor didalam “kosmos”.
Oleh karena itu segala sesuatu di dalam alam semesta ini bertingkah laku sesuai dengan
hukum-hukum yang telah ditentukan padanya secara otomatis mentaati “perintah” Allah-
maka keseluruhan alam semesta ini adalah muslim atau tunduk kepada kehendak Allah.
Manusia adalah satu-satunya kekecualian didalam hukum universal ini karena diantara
scmuanya, manusialah satu-satunya ciptaan Allah yang diberi kebebasan untuk mentaati atau
mengingkari perintah Allah.
Sebagaimana ciptaan yang lain, pada manusia juga telah ditetapkan sifat-sifat, potensi-potensi
dan hukum-hukum tingkah laku, yaitu bahwa manusia diciptakan telah dilengkapi dengan
perbekalan-perbekalan yang berupa kodrat, pembawaan jiwa (watak) dan perlengkapan-
perlengkapan lainnya. Semua ini dapat diarahkan pemakaiannya kearah yang baik maupun ke
arah yang buruk. Jadi tidak semata-mata untuk kebaikan atau untuk keburukan saja.
Walaupun sebagian orang lebih kuat iradah kebaikannya dan sebagian lain lebih kuat iradah
kejahatannya. Semua itu hanya Allah yang tahu ukurannya secara pasti, sebagaimana firman
Allah:
# # # من اب خ د� وق ا ك�اه ز من لح ف�أ د� ق ا واه تق� و ا ه ور ف*ج* ا ه م ل�ه
أ ف ا اه و� س وما Oف�سن و
ا اه #دس�
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa
itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaan. Sesungguh-nya beruntunglah orang yang
mensucikanjiwa itu. Dan sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” (Q.S. asy-
Syams, 91: 7-10)
Ayat di atas menunjukkan bahwa Allah menjadikan manusia dengan sempurna lagi
berimbangan dan mengisinya dengan kodrat-kodrat (sarana) yang dapat menerima kebaikan
atau kejahatan.
Di samping itu Allah juga telah membekali manusia dengan akal yang dapat membedakan
mana yang benar dan mana yang salah. Dan juga Allah memberikan kepada manusia tenaga
dan kemampuan untuk membenarkan yang haq dan menyalahkan yang bathil, sanggup
mengerjakan yang baik dan meninggalkan yang buruk.
Tidak hanya itu saja, Allah masih mengutus para rasul untuk mewujudkan jalan-jalan
kebenaran dan memberikan bimbingan. Allah juga telah merumuskan dalil-dalil (pokok-
pokok pedoman) tentang kebenaran dengan diturunkan kitab suci (al-Qur’an) kepada
manusia.
Dengan demikian manusia dipandang mukhtar dalam segala perbuatannya, dengan ikhtiar
yang hakiki, bukan majazi, karena ia menyukai perbuatan itu dan mempunyai pengaruh
dalam meninggalkan perbuatan.
Melihat kelengkapan perbekalan yang diberikan Allah kepada manusia, maka manusia harus
mengerahkan kodrat dan kemampuannya untuk memilih jalan kebenaran atau jalan sesat.
Sebagaimana firman Allah:
دي�ن� الن�ج� دي�ناه* وه
“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan.” (Q.S. al-Balad, 90: 10)
� ورا كف* ا إ�م� و �اك�را ش إ�م�ا ب�يل الس� دي�ناه* ه �ن�ا إ
“Sesungguhnya Kami telah menunjukinya jalan yang lurus; ada yang bersyukur dan ada pula
yang kafir.” (Q.S. al-Insan, 76: 3)
Dengan demikian segala hasil dan akibat dari perbuatan manusia adalah karena ulah manusia
sendiri, sebagaimana firman Allah:
Jةين ه� ر بت� كس ا ب�م Oف�سن ك*ل@
“Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya.” (Q.S. al-Muddatstsir,
74: 38)
ل!ل�عب�يد� Oم ب�ظال� ب@ك ر ا وم ا علي�ه ف اء سأ ومن� ه� س� ل�نف� ف �ال�حا ص عم�ل من�
“Barang siapa mengerjakan amal sholeh maka (pahalanya) untuk dirinva sendiri dan barang
siapa yang berbuat jahat maka (dosanya) atas dirinya sendiri dan sekali-kali tidaklah
Tuhanmu menganiaya hamba-hamba(Nya).” (Q.S. Fushshilat, 41: 46)
م� ه� س� ن�ف*ب�أ ا م وا� ي*غي!ر* ت�ى ح Oو�م ب�ق ا م ي*غي!ر* ال الله إ�ن�
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah
keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Q.S. ar-Ra’du, 13: 11)
Makna senada dapat dilihat pada beberapa ayat berikut ini:
ر� ل�يك�ف* ف اء ش ومن ل�ي*ؤ�م�ن ف اء ش فمن ب!ك*م� ر� م�ن ق@ ال�ح ..وق*ل�
“Dan katakanlah, Kebenaran itu datangnya dan Tuhanmu, maka barangsiapa yang ingin
(beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin, (kafir) biarlah ia kafir,…” (Q.S.
al-Kahfi, 18: 29)
بت� اك�تس ا م ا وعلي�ه بت� كس ا م ا له ا عه و*س� إ�ال� �سا نف� الله* ي*كل!ف* ال
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesangggupannya. la mendapat
pahala (dari kebajikan) yang ia usahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang
dikerjakannya…” (Q.S. al-Baqarah, 2: 286)
ل*ون يع�م كان*وا ا ب�م اء ز ج Oع�ي*نأ ة� ر� ق* م!ن م له* ي ف� خ�
أ* ا م� Jف�سن تع�لم* ال ف
“Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu (bermacam-
macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang
mereka kerjakan.” (Q.S. as-Sajadah, 32: 17)
Oث�يرك عن و يع�ف* و ي�د�يك*م� أ بت� كس ا ب�م ف Oةيب م@ص� م!ن ابك*م ص
أ ا وم
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan
tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-
kesalahanmu).” (Q.S. asy-Syuura, 42: 30)
ل*وا عم� ال�ذ�ي بع�ض م ه* ل�ي*ذ�يق الن�اس� ي�د�ي أ بت� كس ا ب�م ر� ال�بح� و ال�بر! ف�ي اد* س ال�ف ر ظه
ع*ون ج� ير� م� لعل�ه*
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia,
supaya Allah merusakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka kembali (kejalan yang benar).” (Q.S. ar-Rum, 30: 41)
عى س ما إ�ال� ان� �نس ل�إل� ل�ي�س أن و
“Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya.”(Q.S. an-Najm, 53: 39)
Keterangan di atas menunjukkan bahwa Allah memberikan kebebasnya kepada manusia
untuk menggunakan potensi-potensi yang telah diberikan Allah kepada manusia. Dengan
demikian perbuatan manusia adalah hasil dari kehendak dan kemampuan manusia sendiri,
yaitu kehendak dan kemampuan yang telah diberikan Allah kepada manusia. ,
Dengan potensi dan kemampuan diatas, manusia dibebani taklif, yaitu untuk berbuat baik dan
meninggalkan yang buruk; menunaikan kewajiban-kewajiban dan meninggalkan larangan-
larangan.
Sebagai konsekwensinya, manusia diminta untuk memperianggungjawabkan atas segala
penggunaan potensi-potensi dan kemampuan yang telah diberikan Allah padanya untuk
melakukan kebaikan atau keburukan. Jika ia menggunakan potensi-potensi dan kemampuan
itu untuk kebaikan, maka Allah akan membalas dengan kebaikan danjika ia menggunakannya
untuk melakukan keburukan, maka Allah akan membalas dengan keburukan pula. Demikian
itulah keadilan Allah kepada hamba Nya.
Akhimya dapat diketahui bahwa dengan dibekali potensi-potensi, kemampuan dan akal;
diberi petunjuk tentang kebaikan dan kejahatan (dengan diutusnya rasul dan diturunkannya
kitab suci); dibebani kewajiban dan dimintai tanggung-jawab, maka manusia diberi
kebebasan berkehendak/ikhtiar untuk menentukan apa yang dikerjakan sebatas kemampuan
yang telah diberikan oleh Allah. Dengan demi-ldan manusia bukanlah makhluk yang
terpaksa.
Namun demikian kehendak dan kemampuan manusia bukanlah kehendak dan kemampuan
yang bebas tanpa batas. Melainkan semua itu dibatasi oleh sunnatullah, yaitu ketetapan Allah
yang telah diberikan Allah kepada makhluk Nya.
Peran Ganda Manusia:
Sebagai Hamba dan Khalifah
Allah menciptakan manusia tidak sekadar untuk permainan, tetapi untuk melaksanakan tugas
yang berat (Q.S. al-Mu’minun, 23: 115)
Menunaikan amanah yang manusia memang telah bersedia untuk menerimanya (Q.S. al-
Ahzab, 33: 72),
Yaitu melaksanakan fungsinya sebagai khalifah dimuka bumi dan misinya untuk
menciptakan kemakmuran di muka bumi. Fungsi sebagi khalifah ditunjukkan oleh ayat:
د* س� ي*ف� من ا يه ف� عل* تج� أ � ال*وا ق �ة ل�يف خ ض� ر�
األ ف�ي Jاع�ل ج إ�ن!ي الئ�كة� ل�ل�م ب@ك ر ال ق إ�ذ� و
ال ق لك د!س* ن*ق و د�ك م� ب�ح ب!ح* ن*س ن* نح� و اء الد!م ك* ف� يس� و ا يه ف�
تع�لم*ون ال ا م ع�لم*أ إ�ن!ي
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi’. Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.” (Q.S. al-Baqarah, 2: 30)
ا م ف�ي ك*م� ل!يب�ل*و Oات ج در Oع�ضب و�ق ف ك*م� بع�ض ع ف ور ض� ر�األ الئ�ف خ علك*م� ج ال�ذ�ي و وه*
Jيم ح� ر� Jور لغف* �ن�ه* إ و اب� ال�ع�ق ر�يع* س ب�ك ر إ�ن� آتاك*م�
“Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa (khalifah) di bumi dan Dia
meninggikan sebagian kamu atas sehagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu
tentang apa yang diberikan Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksanya
dan sesungguhnya Dia M aha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. al-An’am, 6: 165)
Misi manusia adalah membuat kemakmuran di muka bumi dengan jalan menegakkan sebuah
tata sosial yang bermoral untuk terwujudnya masyarakat yang beradab, adil dan makmur
untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam. Hal ini bisa ditelusuri dalam firman Allah:
ين ل!ل�عالم� �ة م ح� ر إ�ال� ل�ناك س ر�أ ا وم
“Dan tidaklah Kami mengutus kamu, melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta
alam.” (Q.S. al-Anbiya’, 21: 107)
Di samping kewajiban untuk menunaikan amanah sebagai khalifah, maka kewajiban yang
lain yang langsung kepada Allah adalah “Ibadah”. Allah bahkan telah menegaskan bahwa
manusia diciptakan memang untuk beribadah kepada Allah, sebagaimana firman Allah
sebagai berikut:
ل�يع�ب*د*ون� إ�ال� �نس واإل� ن� ال�ج� ت* لق� خ ا وم
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah KU.”
(Q.S. adz-Dzariyat, 51: 56)
Oleh karena itu manusia hams mengabdikan diri sepenuhnya untuk menghambakan diri
semata-mata karena Allah.
�م�ين� ع�ال ال ب� ر� �ه� �ل ل �ي و�م�م�ات �اي� ي و�م�ح ك�ي �س� و�ن �ي �ت ص�ال ��ن إ ق�ل
“Katakanlah: ‘Sesungguhnya sembahyangku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk
Allah, Tuhan semesta alam.” (Q.S. al-An’am, 6: 162)
Maka demikianlah yang disebut bahwa seluruh aktivitas manusia sesungguhnya mempunyai
nilai ibadah apabila dilakukan dalam rangka penunaian amanah sebagai khalifah untuk
menuju tercapainya nilai-nilai Islam yang rahmatan lil’alamin dan mengorientasikan segala
laku perbuatannya dipersembahkan hanya kepada Allah Ta’ala saja.