kemampuan literasi sains siswa berdasarkan...

63
KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ISU DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI PADA MATERI SISTEM KOLOID SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelas Sarjana Pendidikan (S.Pd) Oleh : Siti Nurmilawati 11140162000038 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020

Upload: others

Post on 22-Dec-2020

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ISU DALAM

KEHIDUPAN SEHARI-HARI PADA MATERI SISTEM KOLOID

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Sebagai Salah Satu

Syarat Memperoleh Gelas Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh :

Siti Nurmilawati

11140162000038

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2020

Page 2: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan
Page 3: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

ii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI

Skripsi berjudul Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan Isu dalam

Kehidupan Sehari-hari pada Materi Sistem Koloid disusun oleh Siti

Nurmilawati Nomor Induk Mahasiswa 11140162000038, Program Studi

Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah

sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diajukan pada sidang munaqasah sesuai

ketentuan yang ditetapkan fakultas.

Jakarta, 26 Juni 2020

Yang Mengesahkan,

Pembimbing I Pembimbing II

Salamah Agung, Ph.D Dewi Murniati, M.Si

NIP. 19790624 200604 2 002 NIP.-

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kimia

Burhanudin Milama, M.Pd

NIP. 19770201 200801 1 011

Page 4: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

iii

Page 5: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

iv

ABSTRAK

Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan Isu dalam

Kehidupan Sehari-hari pada Materi Sistem Koloid”, Program Studi

Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2020.

Literasi sains merupakan kemampuan untuk menerapkan ilmu sains dalam

memahami dan memecahkan masalah atau isu-isu sains dan sosial dalam

kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan

literasi sains siswa berdasarkan isu dalam kehidupan sehari-hari pada materi

sistem koloid. Sebanyak 313 siswa kelas XII di empat sekolah yang mewakili SMAN se Kota Tangerang Selatan berpartisipasi dalam penelitian ini.

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random

sampling. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

kuantitatif dengan penelitian survey. Adapun instrumen yang digunakan adalah 22

item soal uraian. Data kuantitafif yang diperoleh dianalisis dengan penskoran dan

diubah menjadi persentase. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa

kemampuan literasi sains siswa pada aspek pengetahuan dan kompetensi sains

berada pada kategori cukup baik dengan persentase ketercapaian yang diperoleh

berturut-turut sebesar 58,39% dan 57,89%. Dari hasil penelitian ini diharapkan

siswa dapat termotivasi untuk meningkatkan kemampuan literasi sains mereka

terkait isu-isu yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Kata Kunci: Literasi sains, Isu dalam Kehidupan Sehari-hari, Sistem Koloid.

Page 6: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

v

ABSTRACT

Siti Nurmilawati, "Literacy Ability of Students' Based on Issues in Daily Life

on Colloidal Systems material", Department of Chemistry Education, Faculty of

Tarbiya and Teaching Science, State Islamic University Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2020.

Scientific literacy is the ability to apply science in understanding and solving

scientific and social problems or issues in everyday life.. This study aimed to

determine the ability of students' scientific literacy based on issues in daily life on

colloidal system material. A total of 313 class XII students in four schools

representing South Tangerang City High School participated in this study. Sampling was done using cluster random sampling technique. The method used in

this research is quantitative descriptive method with survey research. The

instruments used were 22 essay questions. The obtained quantitative data were

analyzed by scoring and converted into percentages. Based on the results of the

study, it showed that the scientific literacy ability of students on aspects of science

knowledge and competence is in quite good category with the percentage of

achievement obtained respectively at 58.39% and 57.89%. From the results of this

study, it is hoped that students can be motivated to improve their scientific literacy

skills related to issues that exist in everyday life.

Keywords: Science Literacy, Issues in Daily Life,Colloidal Systems.

Page 7: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

vi

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrohim,

Alhamdullilahi rabbil ‘alamin. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurah

kepada Nabi Muhammad SAW, semoga kita mendapatkan syafa’at beliau di hari

akhir kelak.

Skripsi yang berjudul “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan Isu

dalam Kehidupan Sehari-hari pada Materi Sistem Koloid” ini ditunjukkan untuk

memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (S1) pada Program

Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Dalam kesempatan ini tak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu, mendukung dan membimbing penulis

dalam menyelesaikan skrispsi ini, diantaranya kepada:

1. Ibu Dr. Sururin, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Burhanudin Milama, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Ibu Salamah Agung, Ph.D., selaku pembimbing I yang telah memberikan

ilmu, saran, waktu, dan bimbingan kepada penulis selama penyusunan

skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

4. Ibu Dewi Murniati, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan

memberikan bimbingan, saran, kritik dan perhatiannya kepada penulis

selama penyusunan skripsi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan baik .

Page 8: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

vii

5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPA, khususnya dosen Program Studi

Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah

mendidik dan memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

6. Kedua Orang tua dan kakak-kakak tercinta, yang selalu memberikan doa,

dukungan, dan bantuan moril maupun materil kepada penulis.

7. Rubiko Ihsan, Lizda Tri Wahyuni, Dinda Nur Azizah, Reni Nofianti, Ismi

Istiqomah, Nita Mardiyanti, dan Ka Novi sebagai sahabat tercinta yang

senantiasa selalu membantu, mendukung, memberikan motivasi, saran dan

solusi kepada penulis.

8. Rosita Mahmudah, Indryani Marta Puspita, dan Nurkholisoh sebagai teman

sekaligus kakak tersayang yang selalu memberikan semangat, keceriaan,

motivasi, dan memberikan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman Pendidikan Kimia angkatan 2014 yang senantiasa membantu

dan saling memberikan motivasi.

10. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah

membantu hingga tersusunnya skripsi ini

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan,

untuk itu sangat diharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan

manfaat bagi mahasiswa sebagai calon guru dan secara umum bagi peningkatan

mutu pendidikan guna melahirkan manusia yang berkualitas. Aamiin.

Jakarta, 26 Juni 2020

Penulis

Page 9: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

viii

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SKRIPSI ........................................ i

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI .............................. ii

SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI .............................................. iii

ABSTRAK ...................................................................................................... iv

ABSTRACT ..................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL........................................................................................... x

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ...................................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 4

C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 4

D. Rumusan Masalah ................................................................................. 5

E. Tujuan Penelitian ................................................................................... 5

F. Manfaat Penelitian ................................................................................. 5

BAB II DESKRIPSI TEORITIK, HASIL PENELITIAN YANG

RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR .............................................. 7

A. Deskripsi Teoritik .................................................................................. 7

1. Literasi Sains .................................................................................. 7

2. Sistem Koloid ................................................................................. 17

B. Hasil Penelitian yang Relevan ............................................................... 24

C. Kerangka Berpikir ................................................................................. 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 29

A. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 29

B. Metode Penelitian .................................................................................. 29

C. Subjek Penelitian ................................................................................... 29

1. Populasi .......................................................................................... 29

Page 10: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

ix

2. Sampel ............................................................................................ 30

D. Prosedur Penelitian ................................................................................ 31

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 34

F. Instrumen Penelitian .............................................................................. 34

1. Tes .................................................................................................. 34

2. Wawancara ..................................................................................... 36

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ..................................................... 36

1. Validitas Tes ................................................................................... 36

2. Reliabilitas ...................................................................................... 38

3. Tingkat Kesukaran ......................................................................... 38

4. Daya Pembeda ................................................................................ 40

H. Teknik Analisis Data ............................................................................. 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 44

A. Hasil Penelitian...................................................................................... 44

1. Data Persentase Kemampuan Literasi Sains Siswa Secara

Keseluruhan.......................................................................................... 44

2. Data Persentase Kemampuan Literasi Sains Siswa pada Aspek

Pengetahuan Sains ................................................................................ 45

3. Data Persentase Kemampuan Literasi Sains Siswa pada Aspek

Kompetensi Sains ................................................................................. 45

B. Pembahasan ........................................................................................... 47

1. Aspek Pengetahuan Literasi Sains Siswa ....................................... 47

2. Aspek Kompetensi Literasi Sains Siswa ....................................... 51

BAB V KESIMPULAN.................................................................................. 56

A. Kesimpulan ............................................................................................ 56

B. Saran ...................................................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 57

LAMPIRAN .................................................................................................... 63

Page 11: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbandingan sifat antara larutan, koloid, dan suspensi .................. 18

Tabel 2.2 Jenis-jenis Koloid ............................................................................. 19

Tabel 3.1 Daftar Sampel SMA Negeri Kota Tangerang Selatan ..................... 30

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 34

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Literai Sains Siswa pada

Aspek Pengetahuan dan Kompetensi Sains Siswa ........................................... 35

Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara ........................................................................ 36

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas ............................................................................ 37

Tabel 3.6 Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal .................................................... 39

Tabel 3.7 Hasil Uji Daya Pembeda .................................................................. 40

Tabel 3.8 Kategori Tingkat Kemampuan Siswa Melalui Tes Skor (%) .......... 43

Tabel 4.1 Persentase Kemampuan Literasi Sains Siswa Secara Keseluruhan . 44

Tabel 4.2 Persentase Kemampuan Literasi Sains Siswa pada Aspek

Pengetahuan Sains ............................................................................................ 45

Tabel 4.3 Persentase Kemampuan Literasi Sains Siswa pada Aspek

Kompetensi Sains ............................................................................................. 46

Page 12: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Framework PISA.......................................................................... 9

Gambar 2.2 Indikator Kompetensi Literasi Sains ............................................ 10

Gambar 2.3 Indikator Pengetahuan Literasi Sains ........................................... 13

Gambar 2.4 Dua buah cara pembuatan koloid ................................................. 22

Gambar 2.5 Kerangka Berpikir ........................................................................ 28

Gambar 3.1 Diagram Prosedur Penelitian ........................................................ 33

Gambar 4.1 Persentase Kemampuan Literasi Sains Siswa Secara

Keseluruhan...................................................................................................... 47

Gambar 4.2 Persentase Kemampuan Literasi Sains Siswa pada Aspek

Pengetahuan Sains ............................................................................................ 48

Gambar 4.3 Persentase Kemampuan Literasi Sains Siswa pada Aspek

Kompetensi Sains ............................................................................................. 52

Page 13: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara (Studi Pendahuluan) ................................. 64

Lampiran 2. Soal Instrumen Penelitian ............................................................ 66

Lampiran 3. Validasi Ahli ................................................................................ 77

Lampiran 4. Pedoman Penskoran ..................................................................... 94

Lampiran 5. Uji Validitas dan Reliabilitas ....................................................... 110

Lampiran 6. Uji Daya Pembeda ...................................................................... 112

Lampiran 7. Uji Tingkat Kesukaran................................................................. 113

Lampiran 8. Hasil Tes Kemampuan Literasi Sains .......................................... 114

Lampiran 9. Hasil Tes Kemampuan Pengetahuan Sains ................................. 151

Lampiran 10. Hasil Tes Kemampuan Kompetensi Sains................................. 201

Lampiran 11. Contoh Jawaban Siswa .............................................................. 251

Lampiran 12. Surat Permohonan Izin Validasi Ahli ........................................ 258

Lampiran 13. Surat Permohonan Izin Validasi Empiris .................................. 259

Lampiran 14. Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................. 260

Lampiran 15. Surat Keterangan Uji Validasi Instrumen .................................. 264

Lampiran 16. Surat Keterangan Penelitian ...................................................... 265

Lampiran 17. Foto Kegiatan Penelitian ........................................................... 268

Page 14: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dunia pendidikan saat ini sedang gencar-gencarnya melakukan

pengembangan kecakapan hidup abad 21 yaitu kemampuan penguasan sains

dan teknologi (Arohman, Saefudin, & Priyandoko, 2016). Kondisi tersebut

merupakan akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

(IPTEK) yang begitu pesat (Situmorang, 2016). Hal ini dikarenakan

perkembangan IPTEK sangat berpengaruh terhadap berbagai bidang

kehidupan, terutama bidang pendidikan sehingga dapat dikatakan bahwa

IPTEK sangat memberi dampak besar bagi kehidupan manusia (Bahriah,

2015).

Menyikapi perkembangan IPTEK yang sangat pesat dan dampak yang

dirasakan di berbagai Negara, maka harus tetap diimbangi dengan

pemahaman siswa dalam berinteraksi dengan IPTEK secara bijak dan mampu

beradaptasi dengan sains, lingkungan, masyarakat, dan teknologi. Berbagai

dampak atau perubahan yang terjadi dalam bidang pengetahuan, teknologi,

dan informasi secara mengglobal pada dasarnya ditujukkan untuk

meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Namun seiring dengan manfaat

yang dirasakan adapula dampak negatif yang juga bermunculan, seperti

terjadinya pemanasan global, krisis energi, ataupun kerusakan lingkungan

(Rahayu, 2017).

Pemahaman tentang fakta-fakta ilmiah dan hubungan antara sains,

teknologi dan masyarakat sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini sejalan

dengan pernyataan Bond dalam Rahayu (2017) bahwa masyarakat yang

memiliki pengetahuan tersebut dan mampu menerapkannya untuk

memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan nyata disebut dengan

masyarakat yang berliterasi sains. Oleh karena itu salah satu upaya yang dapat

dilakukan adalah merancang pendidikan yang sesuai dengan perkembangan

Page 15: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

2

zaman, dalam hal ini adalah pendidikan yang mampu menimbulkan

kemampuan literasi sains siswa (Situmorang, 2016). Hal ini sesuai dengan

Norris & Philips (2003) yang menyebutkan bahwa literasi sains telah menjadi

tujuan utama pendidikan sains pada beberapa dekade terakhir di berbagai

negara di seluruh dunia. Kebutuhan akan kemampuan literasi sains terhadap

siswa membuat negara-negara maju berpikir untuk membangun literasi sains

sejak dini.

Nuangchalem (2009) mengatakan bahwa literasi sains diperlukan oleh

setiap siswa. Namun saat ini skor kemampuan literasi sains di Indonesia

sangat jauh dibawah skor standar internasional yang ditetapkan oleh The

Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).

Berdasarkan laporan OECD sejak 10 tahun terakhir, hasil Programme for

Internasional Student Assesment (PISA) menunjukkan bahwa kemampuan

literasi sains siswa di Indonesia masih sangat rendah. Sebagaimana dikutip

dari OECD pada tahun 2009 Indonesia berada pada urutan ke-60 dari 65

negara dengan perolehan skor 383. Pada tahun 2012 Indonesia menduduki

peringkat ke-64 dari 65 negara dengan perolehan nilai saat itu yaitu 382 dan

pada tahun 2015 berada pada peringkat ke-62 dari 69 negara dengan

perolehan skor yaitu 403 (Pratiwi, 2019). Selanjutnya, pada tahun 2018

Indonesia berada pada peringkat ke-70 dari 78 negara dengan perolehan skor

yaitu 396. Berdasarkan hasil survei tersebut menunjukkan bahwa kemampuan

literasi sains siswa di Indonesia masih jauh dibawah skor rata-rata

internasional sebesar 500 (OECD, 2019). Hal ini menandakan bahwa

pembelajaran di Indonesia masih belum mengarahkan siswa untuk memahami

literasi sains, sehingga siswa tidak terbiasa untuk menerapkan pengetahuan

dan keterampilan sains yang dimilikinya untuk memecahkan masalah dalam

kehidupan sehari-hari.

Rendahnya mutu pendidikan yang dihasilkan di Indonesia membuat

pemerintah melakukan revisi kurikulum dari Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013 (Situmorang, 2016). Hal ini

sesuai dengan Abidin, Mulyati, & Yunansah (2018, hlm.140) yang

Page 16: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

3

menyatakan bahwa upaya peningkatan kemampuan literasi sains siswa

sejalan dengan diberlakukannya Kurikulum 2013. Lahirnya kurikulum 2013 di

Indonesia diharapkan dapat mewujudkan masyarakat berliterasi sains dengan

cara menetapkan kompetensi yang harus dimiliki siswa di masa depan seperti

kemampuan berkomunikasi, berpikir kritis, mempertimbangkan masalah

dalam sisi moral dan kemampuan hidup dalam masyarakat global.

Sejalan dengan upaya peningkatan kemampuan literasi sains siswa,

Hendri & Defianti (2015) mengatakan bahwa pendidikan sains harus dapat

menghubungkan konsep sains (ilmiah) dengan isu sosial yang berkembang di

masyarakat. Hal ini karena pendidikan sains memiliki peran sentral dalam

pendidikan, khususnya ilmu kimia karena ilmu kimia sangat berpengaruh

terhadap lingkungan kita dan terisi dengan produk-produk kimia (Gilbert &

Treagust, 2009 dalam Celik, 2014). Oleh karena itu pada pendidikan kimia

harus menekankan pemahaman siswa tentang peran kimia dalam masyarakat

dan meningkatkan kemampuan mereka untuk dapat mengevaluasi

permasalahan yang ada di sekitarnya yang berkaitan dengan kimia (Jegstad &

Sinnes, 2015).

Pemahaman terhadap ilmu kimia sangat penting bagi masyarakat, karena

setiap konsep ilmu kimia berkaitan dengan isu atau permasalahan yang ada

dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu kimia sangat penting dalam kehidupan

manusia, karena semua aspek yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari

seperti makanan, minuman, pakaian, obat-obatan, perumahan, kendaraan, dan

sebagainya berhubungan dengan ilmu kimia (Sujana, Permanasari, Sopandi, &

Mudzakir, 2014). Dengan memahami ilmu kimia diharapkan dapat membantu

masyarakat tidak hanya mengetahui pengetahuan sains tetapi dapat

menerapkan pengetahuan sains tersebut dalam memberikan solusi terhadap

permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya.

Salah satu konsep ilmu kimia yang bersifat aplikatif adalah materi sistem

koloid, hal ini dikarenakan sistem koloid termasuk salah satu materi yang

penting karena pokok bahasan tersebut sangat erat kaitannya dengan

kehidupan sehari-hari (Damanik & Yanny, 2016). Salah satu contoh sistem

Page 17: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

4

koloid yang sering dijumpai di sekitar kita adalah polutan. Polutan merupakan

zat-zat pencemar yang berbentuk gas-gas dan partikel kecil atau debu yang

menyebabkan polusi udara (BPLH DKI Jakarta, 2013). Polutan menyebabkan

terjadinya penurunan kualitas udara.

Pada era global ini, sejalan dengan perkembangan pembangunan kota,

pusa-pusat industri dan transportasi, kualitas udara mengalami perubahan

akibat terjadinya pencemaran udara (Ismiyati, 2014). Padahal udara

merupakan sumber kehidupan bagi makhluk hidup. Kualitas udara yang baik

akan berpengaruh pada kesehatan kita, begitupun jika kualitas udara menurun.

Kualitas udara yang menurun akibat dari pencemaran udara yang terjadi dapat

diminimalisir apabila adanya kesadaran dari manusia untuk mengurangi

dampak yang terjadi dari pencemaran tersebut. Oleh karena itu maka

diperlukan pemahaman siswa terhadap isu-isu yang ada dalam kehidupan

sehari-hari sehingga siswa dapat memecahkan permasalahan atau memberikan

solusi terhadap permasalahan yang ada. Dengan adanya penguasaan terhadap

kemampuan literasi sains maka dapat membantu meningkatkan pemahaman

siswa terhadap permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari (Zakaria

& Rosdiana, 2018).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Kemampuan Literasi Sains Siswa

Berdasarkan Isu dalam Kehidupan Sehari-hari pada Materi Sistem

Koloid”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka peneliti

dapat mengidentifikasi permasalahan, diantaranya :

1. Rendahnya kemampuan literas sains siswa di Indonesia

2. Pembelajaran di sekolah masih belum sepenuhnya menyajikan

pembelajaran yang berliterasi sains.

Page 18: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

5

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah yang diidentifikasi di atas, maka agar penelitian ini

lebih terarah, ruang lingkupnya perlu dibatasi. Penulis membatasi masalah

yang akan diteliti pada hal-hal berikut:

1. Aspek literasi sains yang diteliti berfokus pada pengetahuan dan

kompetensi sains

2. Isu-isu dalam kehidupan sehari-hari seputar materi sistem koloid.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diuraikan di atas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah kemampuan

literasi sains siswa khususnya pada aspek pengetahuan dan kompetensi sains

berdasarkan isu dalam kehidupan sehari-hari pada materi sistem koloid?”

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan, maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui kemampuan literasi sains siswa khususnya pada

aspek pengetahuan dan kompetensi sains berdasarkan isu dalam kehidupan

sehari-hari pada materi sistem koloid.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Guru

Memberikan gambaran sekaligus informasi mengenai ketercapaian

kemampuan literasi sains siswa saat ini sehingga diharapkan dapat

menjadi acuan untuk menerapkan pembelajaran dan pembuatan instrumen

tes yang berliterasi sains berdasarkan isu dalam kehidupan sehari-hari

sesuai dengan konsep materi yang diajarkan.

Page 19: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

6

2. Siswa

Mengembangkan pencapaian kemampuan literasi sains siswa,

meningkatkan pengetahuan dan kompetensi sains siswa terkait isu-isu

sistem koloid, dan menjadi sarana latihan bagi siswa untuk membiasakan

diri dalam menghubungkan pengetahuan sains yang diperoleh dengan isu-

isu atau masalah sosial-sains yang ada lingkungan sekitar.

3. Peneliti lain

Memberi informasi mengenai pengetahuan dan kompetensi sains

siswa mengenai isu-isu dalam kehdiupan sehari-hari terkait materi sistem

koloid, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan ketika

melakukan penelitian yang relevan.

Page 20: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

7

BAB II

DESKRIPSI TEORITIK, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN

KERANGKA BERPIKIR

A. Deskripsi Teoritik

1. Literasi Sains

a. Pengertian Literasi Sains

Literasi sains berasal dari gabungan dua kata Latin, yaitu literatus

yang artinya ditandai dengan huruf, melek huruf, atau berpendidikan,

dan kata scientia yaitu artinya memiliki pengetahuan (Toharudin,

Hendrawati, & Rustaman, 2011, hlm.1). Literasi sains merupakan

pembahasan konteks ilmu pengetahuan dan perannya dalam perubahan

dunia (Nuangchalerm, 2009). Literasi sains mencakup kemampuan

untuk menggunakan pengetahuan dan keterampilan ilmiah untuk

terlibat dengan isu-isu terkait ilmu pengetahuan dan dengan ide-ide

ilmu pengetahuan sebagai reflektif warga negara secara kreatif

berlandaskan bukti-bukti yang cukup, khususnya yang relevan dengan

kehidupan sehari-hari untuk memecahkan masalah-masalah penting

dan memberi argumentasi dalam membuat keputusan sosial ilmiah

secara bertanggung jawab (OECD, 2016: Holbrook & Rannikmae,

2009). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa literasi sains adalah

kemampuan untuk menerapkan ilmu sains dalam memahami dan

memecahkan masalah atau isu-isu sains dan sosial dalam kehidupan

sehari-hari.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diperoleh sebuah rumusan

tentang konsep literasi sains yaitu kemampuan seseorang untuk

memahami, mengkomunikasikan, dan menerapkan sains dalam

memecahkan masalah sehingga menimbulkan sikap dan kepekaan

yang tinggi pada diri dan lingkungannya dalam menentukan suatu

Page 21: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

8

keputusan berdasarkan pertimbangan sains (Toharudin, et al., 2011,

hlm. 8). Literasi sains juga tidak hanya sekedar pengetahuan tentang

konsep dan teori sains tetapi juga pengetahuan tentang prosedur dan

praktik umum terkait dengan penyelidikan ilmiah serta kaitannya

dengan permasalahan yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Siswa

yang memiliki kemampuan literasi sains akan membangun dirinya

untuk belajar lebih lanjut dan hidup di masyarakat yang dipengaruhi

oleh perkembangan sains dan teknologi sehingga peserta didik juga

dapat berguna bagi dirinya dan masyarakat sekitarnya (Toharudin, et

al., 2011, hlm. 3). Oleh karena itu, individu secara ilmiah akan mampu

mengkonstruksi pengetahuan tentang konsep dan ide utama yang

membentuk pondasi pemikiran ilmiah dan teknologi; bagaimana

pengetahuan semacam itu diturunkan; dan sejauh mana pengetahuan

itu dibuktikan dengan bukti atau penjelasan teoritis (OECD, 2016, hlm.

18). Sehingga literasi sains menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam

membentuk siswa agar menjadi warga yang aktif dan partisipatif dalam

konteks dunia nyata, serta mampu memecahkan setiap permasalahan

yang ada (Abidin, Mulyati, & Yunansah, 2018, hlm. 144).

b. Dimensi PISA pada Literasi Sains

The Programme for International Student Assessment (PISA)

memfokuskan beberapa dimensi/ranah pengukuran dalam literasi

sains. Dimensi literasi sains tersebut terdiri dari empat aspek

diantaranya yaitu konteks, pengetahuan yang terlibat, kompetensi yang

harus dicapai, dan sikap siswa terhadap sains. Keempat aspek tersebut

saling berkaitan dan menjadi kerangka kerja sains dalam PISA 2015

atau dikenal dengan framework PISA sebagai berikut (OECD, 2016).

Page 22: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

9

Gambar 2.1 Framework PISA

Berdasarkan gambar 2.1 Framework PISA meliputi empat aspek

yakni konteks, kompetensi, pengetahuan, dan sikap.

1) Konteks

Konteks sains pada PISA 2015 merupakan isu-isu pada tataran

personal, lokal/nasional, dan global yang melibatkan sains dan

teknologi. Konteks sains yang digunakan terdiri dari kesehatan,

sumber daya alam, lingkungan, bahaya, serta batasan sains dan

teknologi.

Aspek penting dalam asesmen literasi sains PISA adalah

keterlibatan siswa dalam berbagai situasi yang disajikan dalam

bentuk isu ilmiah. Menurut Rustaman (2004) dalam Wulandari

(2016) menyatakan bahwa aspek konteks literasi sains melibatkan

isu-isu penting yang berhubungan dengan sains dalam kehidupan

sehari-hari. Item asesmen literasi sains dirancang untuk konteks

yang tidak hanya terbatas pada kehidupan sekolah saja, tetapi juga

Kompetensi

Menjelaskan fenomena

secara ilmiah, mengevaluasi

dan merancang penyelidikan

ilmiah, menginterpretasikan

data dan bukti-bukti ilmiah.

Konteks

Personal, lokal/

nasional, global

Pengetahuan

Konten, prosedural, epistemik

Sikap

Minat dalam sains,

dukungan terhadap

penemuan ilmiah,

kesadaran

lingkungan.

Page 23: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

10

pada konteks kehidupan siswa secara umum. PISA berfokus pada

situasi terkait dengan diri individu, keluarga. Sosial, kondisi global,

dan beberapa topik untuk memahami kemajuan dalam bidang

sains. Dalam OECD (2013) dinyatakan bahwa asesmen literasi

sains PISA menilai kompetensi, pengetahuan, dan sikap yang

berhubungan dengan konteks.

2) Kompetensi

Kompetensi sains pada PISA 2015 meliputi (a) menjelaskan

fenomena dengan saintifik; (b) mendesain dan mengevaluasi

penelitian ilmiah; (c) menginterpretasikan data dan fakta secara

saintifik.

Dengan demikian literasi sains di PISA 2015 didefinisikan oleh

tiga indikator kompetensi berikut:

Gambar 2.2 Indikator Kompetensi Literasi Sains

Berdasarkan Gambar 2.2 dalam PISA kompetensi literasi sains

mencakup tiga hal berikut (OECD, 2016):

a) Menjelaskan fenomena ilmiah

Dalam menjelaskan fenomena ilmiah dibutuhkan lebih

dari kemampuan untuk mengingat dan menggunakan teori-

teori, ide-ide eksplanatoris, informasi, dan fakta (pengetahuan

Kompetensi

Menjelaskan

Fenomena Ilmiah

Menginterpretasikan

Data dan Bukti Ilmiah

Mengevaluasi dan

Merancang

Penyelidikan Ilmiah

Page 24: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

11

konten). Untuk kompetensi ini, individu membutuhkan

pengetahuan tentang bentuk-bentuk standar dan prosedur yang

digunakan dalam penyelidikan ilmiah untuk memperoleh

pengetahuan tersebut (pengetahuan prosedural). Selain itu

dibutuhkan pula pemahaman tentang peran dan fungsi dalam

membuktikan kebenaran pengetahuan yang dihasilkan oleh

ilmu pengetahuan (pengetahuan epistemik).

Kompetensi ini mencakup kemampuan untuk

mendeskripsikan atau menafsirkan fenomena dan memprediksi

kemungkinan perubahan. Selain itu, mungkin melibatkan

mengenali atau mengidentifikasi deskripsi, penjelasan, dan

prediksi yang sesuai.

b) Mengevaluasi dan merancang penyelidikan ilmiah

Dalam indikator ini siswa harus mampu memiliki

kemampuan mendesain dan mengevalusi proses penyelidikan

ilmiah. Kompetensi ini mencakup pula kemampuan siswa

dalam hal kemampuan berkolaborasi, berkomunikasi, berpikir

kritis, dan evaluatif. Untuk memiliki kompetensi ini siswa

harus memiliki kompetensi pengetahuan baik pengetahuan

konten, pengetahuan tentang prosedur yang umum digunakan

dalam ilmu (pengetahuan prosedural), maupun fungsi prosedur

dalam membenarkan klaim yang diajukan oleh ilmu

(pengetahuan epistemik).

c) Menginterpretasikan data dan bukti ilmiah

Kemampuan menginterpretasi data mencakup kemampuan

dasar dalam mencari pola, membuat tabel sederhana, dan

membuat grafik (baik grafik batang, venn, scatterplots, maupun

grafik pie). Selain kemampuan tersebut, kemampuan lain yang

tercakup dalam kompetensi ini adalah kemampuan argumentasi

dan kemampuan mengkritisi.

Page 25: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

12

Aspek kompetensi sains merujuk pada proses mental yang

terlibat ketika menjawab suatu pertanyaan atau memecahkan

masalah. Prioritas penilaian PISA 2012 dalam literasi sains tertuju

pada beberapa aspek kompetensi sains, yaitu: mengidentifikasi isu

ilmiah, menjelaskan fenomena ilmiah berdasakan pengetahuan

ilmiah, dan menggunakan bukti ilmiah untuk menarik kesimpulan

yang dijelaskan (Wulandari, 2016).

3) Pengetahuan

Pada PISA 2012 terdapat pengetahuan ilmiah yang mengacu

pada pengetahuan sains dan pengetahuan tentang sains itu sendiri.

Sampel pengetahuan siswa tentang sains yang dapat dinilai dalam

penilaian PISA dan penilaiannya adalah sejauh mana siswa dapat

menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks relevansinya

dengan kehidupan mereka. Pengetahuan yang dinilai dipilih dari

bidang utama fisika, kimia, biologi, ilmu bumi dan ruang angkasa,

dan teknologi sesuai dengan kriteria berikut:

a) relevan dengan situasi kehidupan nyata, pengetahuan ilmiah

berbeda dalam hal manfaatnya bagi kehidupan individu;

b) mewakili konsep ilmiah penting dan memiliki utilitas abadi;

dan

c) sesuai dengan perkembangan siswa kelas 15 tahun.

PISA menilai pengetahuan tentang sains dengan dua kategori.

Pertama adalah "penyelidikan ilmiah", yang berpusat pada

penyelidikan sebagai proses utama sains dan berbagai komponen

proses itu. Kedua adalah "penjelasan ilmiah", yang merupakan

hasil penyelidikan ilmiah. Penyelidikan dapat dianggap sebagai

alat sains, bagaimana ilmuwan memperoleh bukti dan penjelasan

sebagai tujuan sains dan bagaimana ilmuwan menggunakan data

(OECD, 2013).

Perubahan utama pada PISA 2015 adalah bahwa gagasan

"pengetahuan tentang sains" telah ditetapkan lebih jelas dan dibagi

Page 26: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

13

menjadi dua komponen: pengetahuan prosedural dan pengetahuan

epistemik. Pada PISA 2015 penilaian pengetahuan siswa mencakup

pengetahuan konten, prosedural, dan epistemik. Pengetahuan ini

memengaruhi seseorang dalam mencapai kompetensi tertentu,

mencakup pemahaman tentang fakta-fakta utama, konsep, dan teori

penjelasan yang membentuk dasar pengetahuan ilmiah.

Dengan demikian literasi sains di PISA 2015 didefinisikan oleh

tiga indikator pengetahuan sebagai berikut:

Gambar 2.3 Indikator Pengetahuan Literasi Sains

Berdasarkan Gambar 2.2 dalam PISA pengetahuan literasi

sains mencakup tiga hal berikut (OECD, 2016):

a) Pengetahuan konten, pengetahuan yang dinilai dan dipilih dari

berbagai bidang dalam konteks yang relevansinya dengan

kehidupan mereka masih sesuai dengan pengetahuan sains pada

PISA 2012.

b) Pengetahuan prosedural, pengetahuan tentang konsep dan

prosedur inilah yang penting untuk penyelidikan ilmiah yang

mendukung pengumpulan, analisis, dan interpretasi data

ilmiah. Ide-ide semacam itu membentuk suatu kumpulan

pengetahuan prosedural yang juga disebut “konsep bukti”.

Pengetahuan

Konten Epistemik Prosedural

Page 27: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

14

Seseorang dapat berpikir tentang pengetahuan prosedural

sebagai pengetahuan tentang prosedur standar yang digunakan

para ilmuwan untuk mendapatkan data yang dapat diandalkan

dan valid. Pengetahuan seperti itu diperlukan baik untuk

melakukan penyelidikan ilmiah dan terlibat dalam tinjauan

kritis terhadap bukti yang mungkin digunakan untuk

mendukung klaim tertentu.

c) Pengetahuan epistemik, yang memiliki pengetahuan tersebut

dapat menjelaskan dengan contoh perbedaan antara teori ilmiah

dan hipotesis atau fakta ilmiah dan observasi. Pengetahuan

epistemik kemungkinan besar akan diuji secara pragmatis

dalam konteks di mana seorang siswa diminta untuk

menafsirkan dan menjawab pertanyaan. Sebagai contoh, siswa

dapat diminta untuk mengidentifikasi apakah kesimpulan

dibenarkan oleh data, atau bukti apa yang paling mendukung

hipotesis yang diajukan dalam suatu item dan menjelaskan

mengapa.

4) Sikap

Sikap meliputi bagaimana mereka memberikan respons

terhadap isu sains. Meliputi ketertarikan terhadap sains,

menghargai/menilai pendekatan ilmiah jika diperlukan, serta

kesadaran dan kepedulian terhadap masalah lingkungan. Ketiga

bidang ini dipilih untuk pengukuran karena sikap positif terhadap

sains, kepedulian terhadap lingkungan dan cara hidup yang

berkelanjutan secara lingkungan, dan disposisi untuk menilai

pendekatan ilmiah untuk penyelidikan adalah karakteristik dari

individu yang terpelajar secara ilmiah.

Rustaman (2004) dalam Wulandari (2016) mengatakan bahwa pada

aspek pengetahuan sains, siswa perlu menangkap sejumlah konsep

kunci atau esensial untuk dapat memahami fenomena alam tertentu dan

perubahan-perubahan yang terjadi akibat kegiatan manusia. Tujuan tes

Page 28: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

15

literasi PISA adalah untuk menggambarkan sejauh mana siswa dapat

menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks yang relevan dengan

kehidupan mereka.

c. Karakteristik Individu yang Memiliki Literasi Sains

Penerapan pembelajaran yang berliterasi sains, diperlukan

pemahaman yang cukup dan memadai mengenai karakteristik menasia

yang memiliki literasi sains. Menurut Toharudin, et al., (2011, hlm. 12)

karakter literasi sains yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1) Menggunakan konsep-konsep sains, keterampilan proses dan nilai

apabila ia mengambil keputusan yang bertanggungjawab dalam

kehidupan sehari-hari.

2) Mengetahui bagaimana masyarakat mempengaruhi sains dan

teknologi mempengaruhi masyarakat.

3) Mengetahui bahwa masyarakat mengontrol sains dan teknologi

melalui pengelolaan sumber daya alam.

4) Menyadari keterbatasan dan kegunaan sains dan teknologi untuk

meningkatkan kesejahteraan manusia

5) Memahami sebagian besar konsep-konsep sains, hipotesis dan

teori sains, dan mampu menggunakannya.

6) Menghargai sains dan teknologi sebagai stimulus intelektual yang

dimilikinya.

7) Mengetahui bahwa pengetahuan ilmiah bergantung pada proses-

proses inkuiri dan teori-teori.

8) Membedakan antara fakta-fakta ilmiah dan opini pribadi.

9) Mengakui asal-usul sains dan mengetahui bahwa pengetahuan

ilmiah itu tentatatif.

10) Mengetahui aplikasi teknologi dan pengambilan keputusan

menggunakan teknologi.

Page 29: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

16

11) Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk

memberi penghargaan kepada penelitian dan pengembangan

teknologi.

12) Mengetahui sumber-sumber informasi dari sains dan teknologi

yang dipercaya dan menggunakan sumber-sumber tersebut dalam

mengambil keputusan.

Pengembangan literasi sains bagi siswa perlu dipupuk dari tingkat

dasar untuk membangun landasan yang dapat mengembangkan

kompetensi di pendidikan yang lebih tinggi. Pendidik harus memahami

informasi dasar tentang siswa di dalam kelas, dan juga mampu

mendiagnosis siswa secara individu untuk mengembangkan siswa

berliterasi sains secara efektif. Diagnosis seperti itu akan melibatkan

penilaian untuk memberikan informasi pembelajaran siswa

sehubungan dengan pencapaian pengetahuan dan keterampilan siswa,

atau kesalahpahaman siswa tentang konsep atau isi yang diajarkan oleh

guru. Informasi tersebut kemudian dapat digunakan oleh para guru

untuk memperbaiki pengajaran mereka dalam meningkatkan literasi

sains siswa (Sucheewa, 2007 dalam Udompong & Wongwanich,

2014). Nuangchalem (2009) mengatakan bahwa literasi sains

diperlukan oleh setiap siswa. Setiap siswa nantinya akan menjadi

bagian dari masyarakat sehingga membutuhkan kemampuan untuk

menggunakan proses sains dan kebiasaan untuk berpikir sebagai upaya

memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari,

terutama masalah-masalah yang melibatkan isu-isu terkait sains yang

akan mendasari mereka dalam mengambil keputusan dan tindakan

yang cepat.

Tujuan besar pendidikan sains adalah untuk mengembangkan

literasi sains siswa mengenai hal-hal yang secara langsung

mempengaruhi kehidupan bermasyarakat sehingga mereka dapat

mengambil keputusan berdasarkan informasi dan pemahaman yang

tepat (Edeleke & Joshua, 2015). Tujuan pendidikan sains ditentukan

Page 30: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

17

sebagai pembinaan literasi ilmiah melalui: pemecahan masalah,

pengambilan keputusan, penalaran dan keterampilan berpikir kreatif.

Dan peran pendidikan sains dalam mengembangkan literasi sains

dengan memberikan dukungan bahwa literasi sains memainkan peran

sentral dalam kesuksesan nasional. Dalam mendorong inovasi tersebut

memerlukan lingkungan sosial yang mendukung (Laius, Post, &

Rannikmae, 2016).

2. Sistem Koloid

a. Pengertian Sistem Koloid

Suatu partikel yang ukurannya lebih kecil dari partikel suspensi

tetapi lebih besar dari partikel larutan sejati disebut koloid

(Widyatmoko, 2009, hlm. 120). Koloid adalah campuran heterogen

dan merupakan sistem dua fase. Dua fase ini meliputi zat terlarut

sebagai partikel koloid atau yang sering dikenal dengan fase terdispersi

serta zat yang merupakan kontinu dimana partikel koloid terdispersi

yang disebut medium pendispersi. Contoh dari sistem koloid

diantaranya lem, kanji, santan, dan jeli (Mose, 2014).

Berdasarkan zat penyusunnya, campuran terbagi ke dalam dua

jenis yaitu campuran homogen dan campuran heterogen. Contoh

campuran homogen adalah campuran air dengan garam, dimana garam

larut dalam air tanpa ada sedikitpun yang mengendap sehingga ia

dikatakan dengan larutan sejati. Berbeda dengan larutan heterogen

seperti campuran air dengan pasir. Ketika campuran tersebut dikocok

lalu didiamkan beberapa saat maka pasir akan mengendap di dasar

permukaan air dan sama sekali tidak larut. Campuran semacam ini

disebut dengan suspensi. Namun terdapat suatu campuran yang tidak

dapat dikategorikan ke dalam keduanya, campuran ini disebut dengan

koloid (Sastroharmidjojo, 2010, hlm. 244). Adapun perbandingan sifat

antara larutan, koloid dan suspensi menurut Mose, (2014) disimpulkan

dalam tabel 2.2 berikut ini.

Page 31: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

18

Tabel 2.1 Perbandingan sifat antara larutan, kolid, dan suspensi

Sifat Larutan Sejati Sistem Koloid Suspensi

Bentuk campuran Homogen Tampak homogen Heterogen

Bentuk dispersi Dispersi

molekuler Dispersi padatan Dispersi padatan

Ukuran partikel < 10−7 𝑐𝑚 atau

< 1 𝑛𝑚

10−7 𝑠/𝑑 10−5 𝑐𝑚

atau 1 𝑠/𝑑 100 𝑛𝑚

> 10−5 𝑐𝑚 atau

> 100 𝑛𝑚

Fasa Satu fasa Dua fasa Dua fasa

Kestabilan Stabil Umumnya stabil Tidak stabil

Penyaringan

Tidak dapat

disaring

meskipun

dengan

penyaring ultra

Tidak dapat

disaring kecuali

dengan penyaring

ultra

Dapat disaring

dengan kertas

saring biasa

Contoh

Larutan gula,

larutan garam,

alkohol 70%

Susu, sabun,

santan, mentega

Pasir dalam air,

kopi dalam air

b. Jenis-Jenis Koloid

Berdasarkan wujudnya, terdapat tiga macam wujud zat yaitu padat,

cair, dan gas. Tiap wujud zat dapat menjadi fasa terdispersi maupun

medium pendispersi dalam sistem koloid (Marheni, dkk, 2007, hlm.

5.12). Dari wujud zat tersebut maka sistem koloid terbagi menjadi

beberapa jenis koloid.

Menurut Marheni, dkk (2007, hlm. 5.12) penggolongan atau jenis-

jenis koloid disajikan pada tabel 2.3 sebagai berikut.

Page 32: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

19

Tabel 2.2 Jenis-jenis Koloid

Fase

Terdispersi

Medium

Pendispersi

Sistem

Koloid

Contoh

Gas Cair Busa

Buih sabun, ombak,

minuman ringan (coca cola

dll)

Gas Padat Busa padat Batu apung, karet busa

Cair Gas Aeorosol cair

Kabut, awan, obat semprot,

pengeras rambut

(hairspray)

Cair Cair Emulsi Susu, santan, minyak ikan

Cair Padat Emulsi padat

Keju, mentega, selai, agar-

agar

Padat Gas Aerosol padat

Asap, debu, buangan

knalpot

Padat Cair Sol Kanji, cat, tinta, air lumpur

Padat Padat Sol padat

Kaca, tanah, perunggu,

kuningan

c. Sifat-Sifat Koloid

Suatu campuran digolongkan ke dalam sistem koloid apabila

memiliki sifat-sifat yang berbeda dari larutan sejati. Untuk menentukan

apakah suatu zat dikatakan koloid atau bukan, sering dilakukan

beberapa perlakuan yang akan memunculkan sifat-sifat koloid (Mose,

2014). Beberapa sifat fisik yang membedakan sistem koloid dari

larutan sejati seperti berikut ini.

Page 33: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

20

1) Efek Tyndall

Efek Tyndall ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893)

seorang ahli fisika Inggris. Efek Tyndall digunakan untuk

membedakan koloid dari larutan sejati, sebab atom, molekul atau

ion yang membentuk larutan tidak dapat menghamburkan cahaya

akibat ukurannya terlalu kecil. Efek Tyndall (hamburan cahaya)

oleh suatu campuran menunjukkan bahwa campuran tersebut

adalah suatu koloid, dimana ukuran partikel-partikelnya lebih

besar dari ukuran partikel dalam larutan, sehingga

menghamburkan cahaya.

2) Gerak Brown

Gerakan acak partikel koloid dalam suatu medium disebut

gerak Brown. Partikel yang bergerak dalam suatu medium akan

menunjukkan suatu Gerakan acak seperti gerak Brown akibat

tumbukan antarpartikel yang tidak merata.

3) Adsorpsi

Adsorpsi merupakan peristiwa dimana partikel koloid

menyerap partikel bermuatan dari fase pendispersinya sehingga

partikel koloid menjadi bermuatan. Jenis muatannya tergantung

pada jenis partikel bermuatan yang diserap apakah anion atau

kation.

Sifat adsorpsi koloid digunakan dalam berbagai proses

antara lain, penjernihan air, penghilangan bau badan, dan

penyembuhan sakit perut.

4) Elektroforesis

Sistem koloid bersifat stabil, hal ini disebabkan adanya

muatan listrik pada permukaan partikel koloid yang berasal dari

zat asing yang teradsorpsi di permukaan koloid. Adanya muatan

listrik tertentu pada partikel-partikel terdispersi dalam sistem

koloid menyebabkan adanya gaya tolak menolak antarpartikel

sehingga partikel tersebut saling berjauhan.

Page 34: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

21

Untuk membuktikan bahwa partikel koloid bermuatan

listrik, dapat dilakukan dengan proses atau gejala elektroforesis,

berupa pergerakan partikel atau zat yang bermuatan listrik pada

kondisi pH tertentu ke arah kutub listrik yang berlawanan. Prinsip

elektroforesis dapat diterapkan dalam pemisahan macam-macam

protein dalam larutan, melapisi lateks atau melapisi anti karat pada

badan mobil.

5) Koagulasi

Prinsip penetralan muatan partikel koloid dapat digunakan

untuk menurunkan kestabilan koloid dengan cara penggumpalan,

dan proses ini dikenal dengan istilah koagulasi. Koagulasi adalah

penggumpalan partikel koloid sehingga terjadi endapan. Dengan

adanya koagulasi, zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid.

Beberapa contoh proses koagulasi seperti pembentukan delta di

muara sungai, penggumpalan lateks, pembuatan keju dengan

penambahan rennet (zat tertentu) ke dalam susu.

6) Dialisis

Dialisis adalah suatu teknik pemurnian berdasarkan pada

perbedaan ukuran partikelnya. Dialisis dilakukan dengan cara

menempatkan dispersi koloid dalam kantung yang terbuat dari

membrane seperti selofan, perkamen dan membran yang sejenis.

Prinsip dialisi digunakan untuk membantu pasien gagal ginjal dan

memisahkan tepung tapioca dari ion-ion sianida yang terkandung

dalam singkong.

d. Koloid Liofil dan Liofob

Berdasarkan perbedaan daya adsorpsi dari fase terdispersi terhadap

medium pendispersinya yang berupa zat cair, menurut Mose, (2014)

koloid dapat dibedakan menjadi dua jenis.

Page 35: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

22

1) Koloid Liofil

Koloid liofil (suka cairan) merupakan koloid yang memiliki

gaya tarik menarik yang cukup besar antara fase terdispersi dan

medium pendispersinya. Contohnya dispersi kanji, sabun, deterjen,

dan proten dalam air. Koloid liofil berfungsi sebagai koloid

pelindung.

2) Koloid Liofob

Sistem koloid dimana partikel terdispersinya mempunyai

daya adsorpsi yang relatif kecil disebut koloid liofob. Koloid liofob

(tidak suka cairan) merupakan koloid yang memiliki gaya tarik

menarik yang lemah atau bahkan tidak ada gaya tarik menarik

antara fase terdispersi dan medium pendispersinya.

Jika medium pendispersi koloid ini adalah air, maka istilah yang

digunakan adalah koloid hidrofil dan hidrofob. Contoh koloid hidrofil

adalah protein, sabun, deterjen, agar-agar, kanji, dan gelatin.

Sedangkan contoh koloid hidrofob adalah susu, mayonnaise, sol

belerang, dan sol-sol logam

e. Pembuatan Koloid

Pembuatan koloid dapat didekati dari dua arah. Pertama dengan

memecah partikel besar menjadi partikel koloid yang disebut dengan

dispersi. Cara kedua ialah mengubah molekul, atom, atau ion menjadi

partikel yang lebih besar yang berukuran koloid yang disebut dengan

cara kondensasi (Marheni, dkk, 2007, hlm. 5.20). kedua cara tersebut

digambarkan dengan bagan seperti berikut ini:

Gambar 2.4 Dua buah cara pembuatan koloid

Partikel

besar

Partikel

koloid

Partikel molekul,

ion, atom Dispersi Kondensasi

Page 36: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

23

Cara pembuatan koloid menurut Mose, (2014) dijelaskan sebagai

berikut.

1) Cara Kondensasi

Cara kondensasi adalah cara pembuatan partikel koloid dari

partikel larutan sejati, dengan kata lain pembentukan agregat

berukuran koloid dari partikel kecil seukuran molekul atau ion.

Cara ini umumnya dilakukan melalui reaksi kimia.

a. Reaksi Hidrolisis

Reaksi hidrolisis adalah reaksi yang melibatkan reaksi

penguraian molekul air membentuk ion 𝐻+ dan ion 𝑂𝐻−.

Contohnya pembentukan sol 𝐹𝑒(𝑂𝐻)3 dari hidrolisis 𝐹𝑒𝐶𝑙3.

b. Reaksi Redoks

Reaksi redoks adalah reaksi yang disertai perubahan

bilangan oksidasi. Contohnya pembuatan sol emas.

c. Reaksi Metatesis

Reaksi metatesis adalah reaksi pertukaran muatan antara

ion-ion. Contohnya penambahan larutan asam klorida ke

dalam larutan natrium tiosulfat akan terbentuk partikel

berukuran koloid.

2) Cara Dispersi

Cara dispersi adalah cara pembuatan partikel koloid dari

partikel yang lebih besar. Beberapa metode yang biasa digunakan

diantaranya sebagai berikut.

a) Cara mekanik

Pada cara ini, zat yang akan didispersikan dalam medium

pendispersi digiling sampai ukurannya berada pada rentang

partikel-partikel koloid.

b) Cara Peptisasi

Cara peptisasi dilakukan dengan memecahkan suspensi

kasar menjadi partikel terdispersi koloid kemudian

menambahkan ion-ion yang dapat diadsorpsi oleh partikel-

Page 37: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

24

partikel koloid sehingga koloid tersebut stabil. Secara praktis

cara ini dilakukan dengan menambahkan larutan ion sejenis ke

dalam suspensi suatu endapan kemudian dilakukan

pengadukan. Adanya pengadukan ini menimbulkan agregat

endapan terpecah menjadi agregat-agregat yang lebih kecil

menuju ukuran koloid.

c) Cara Homogenisasi

Cara ini dilakukan dengan memecahkan suspensi menjadi

partikel berukuran lebih kecil, kemudian dilewatkan melalui

lubang dengan ukuran pori tertentu dengan bantuan tekanan

tinggi sehingga partikel yang akan didispersikan ke

mediumnya relatif homogen, contohnya pada pembuatan susu.

d) Cara Busur Bredig

Cara ini menggunakan arus listrik bertegangan tinggi yang

dialirkan melalui dua buah elektroda yang terbuat dari kawat

logam. Kedua elektroda tersebut disimpan berdekatan dan

tercelup dalam air. Kawat logam merupakan bahan dasar untuk

pembuatan partikel terdispersi. Adanaya loncatan bunga api

listrik menyebabkan sebagiian bahan kawat logam menguap

dan terlarut ke dalam air sebagai medium pendispersi

membentuk sol.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk mendukung penelitian ini, berikut dikemukakan hasil penelitian

relevan yang berhubungan dengan penelitian ini:

1. Wulandari & Sholihin dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Kemampuan Literasi Sains pada Aspek Pengetahuan dan Kompetensi

Sains Siswa SMP pada Materi Kalor” menyimpulkan bahawa rata-rata

kemampuan literasi sains pada aspek pengetahuan dan kompetensi secara

keseluruhan adalah 66,45% dengan kategori pencapaian “baik”.

Page 38: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

25

2. Rizkita, Suwono, & Susilo dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis

Kemampuan Awal Literasi Sains Siswa SMA Kota Malang”. Penelitian

dilakukan pada siswa SMAN 4 Malang kelas X tahun ajaran 2015-2016

berjumlah 68 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan

awal literasi sains siswa tergolong masih rendah dengan rata-rata

persentase sebesar 52%.

3. Saad, Baharom, & Mokhsein dalam penelitiannya yang berjudul

“Scientific Reasoning Skills Based on Socio-Scientific Issues in The

Biology Subject”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa literasi

sains siswa masih rendah, sebanyak 78% (351 siswa) menjawab dalam

tingkat rendah; sementara 19% (85 siswa) berada di tingkat sedang dan

hanya 3% (14 siswa) berada di tingkat tinggi. Selain itu, siswa tidak

kompeten untuk menghubungkan konsep sains dan isu sosio-ilmiah.

4. Angraini dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Kemampuan

Literasi Sains Siswa SMA Kelas X di Kota Solok”. Penelitian dilakukan

pada siswa kelas X di 3 sekolah di kota Solok yaitu pada sekolah

akreditasi A, B dan C, sampel berjumlah 63 orang siswa. Hasil penelitian

tersebut menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains siswa kelas X di

kota Solok masih “kurang sekali”, karena persentase yang didapatkan

adalah 27,94% (kurang sekali ≤54% ).

5. Jho, Yoon, & Kim dalam penelitiannya yang berjudul “Hubungan

Pengetahuan, Sikap, dan Pengambilan Keputusan Siswa pada Socio-

scientific Issues: Studi Kasus Debat Siswa Mengenai tenaga Nuklir

sebagai Pembangkit Listrik di Korea” menyimpulkan bahwa pemahaman

siswa tentang pengetahuan sains meningkat secara signifikan sepanjang

pengajaran, mereka mempertahankan sikap dan pengambilan keputusan

yang sama mengenai masalah ini. Mengenai hubungan ketiga domain

tersebut, sikap menunjukkan beberapa tingkat hubungan dengan

pengambilan keputusan sedangkan pengetahuan sains tidak menunjukkan

hubungan yang signifikan dengan pengambilan keputusan.

Page 39: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

26

6. Dawson, Vaille dalam penelitiannya yang berjudul “Pemahaman Siswa

Sekolah Tinggi di Australia Barat Tentang Socio-scientific Issus

Perubahan Iklim” menyimpulkan bahwa siswa memahami fitur yang

berbeda dari perubahan iklim dan efek rumah kaca, namun tidak

semuanya dan terdapat hubungan antara keduanya.

7. Zo’bi, Abdallah Salim dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh

Penggunaan Pendekaatan Socio-scientific Issues dalam Mengajarkan

Masalah Lingkungan untuk Meningkatkan kemampuan Siswa dalam

Membuat Keputusan yang Tepat dalam Isu-isu Ini” menyimpulkan bahwa

penggunaan pendekatan socio-scientific issues dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam memperbaiki keputusan mereka terhadap

masalah lingkungan.

C. Kerangka Berpikir

Literasi sains telah menjadi tujuan utama pendidikan sains pada beberapa

dekade terakhir di berbagai negara di seluruh dunia. Nuangchalem (2009)

mengatakan bahwa literasi sains diperlukan oleh setiap siswa. Namun, hasil

PISA menunjukkan bahwa literasi sains siswa di Indonesia masih sangat

rendah. Pada tahun 2009 Indonesia berada pada urutan ke 38 dari 40 negara,

dan pada tahun 2012 berada di urutan ke 64 dai 65 negara (OECD, 2015).

Hasil ini menunjukkan bahwa pembelajaran di Indonesia belum mengarahkan

siswa untuk memahami literasi sains sehingga siswa tidak terbiasa untuk

menerapkan pengetahuan dan keterampilan sains yang dimilikinya untuk

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Sejalan dengan upaya peningkatan kemampuan literasi sains siswa,

Hendri & Defianti (2015) mengatakan bahwa pendidikan sains harus dapat

menghubungkan konsep sains (ilmiah) dengan isu sosial yang berkembang di

masyarakat. Hal ini karena pendidikan sains memiliki peran sentral dalam

pendidikan, khususnya ilmu kimia karena ilmu kimia sangat berpengaruh

terhadap lingkungan kita dan terisi dengan produk-produk kimia (Gilbert &

Treagust, 2009 dalam Celik, 2014). Oleh karena itu pada pendidikan kimia

Page 40: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

27

harus menekankan pemahaman siswa tentang peran kimia dalam masyarakat

dan meningkatkan kemampuan mereka untuk dapat mengevaluasi

permasalahan yang ada di sekitarnya yang berkaitan dengan kimia (Jegstad &

Sinnes, 2015).

Pemahaman terhadap ilmu kimia sangat penting bagi masyarakat, karena

setiap konsep ilmu kimia berkaitan dengan isu atau permasalahan yang ada

dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu kimia sangat penting dalam kehidupan

manusia, karena semua aspek yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari

seperti makanan, minuman, pakaian, obat-obatan, perumahan, kendaraan, dan

sebagainya berhubungan dengan ilmu kimia (Sujana, Permanasari, Sopandi, &

Mudzakir, 2014). Dengan memahami ilmu kimia diharapkan dapat membantu

masyarakat tidak hanya mengetahui pengetahuan sains tetapi dapat

menerapkan pengetahuan sains tersebut dalam memberikan solusi terhadap

permasalahan yang ada di lingkungan sekitarnya.

Page 41: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

28

Gambar 2.5 Kerangka Berpikir

Kompetensi yang harus dicapai pada

pembelajaran Kurikulum 2013

Literasi sains sebagai tujuan utama

Pendidikan sains

Kompetensi Sains Pengetahuan Sains

Pendidikan sains harus dapat

menghubungkan konsep sains dengan

isu sosial ilmiah

Menyajikan isu dalam kehidupan sehari-hari

merupakan salah satu cara yang dapat menciptakan

masyarakat berliterasi sains

Sistem koloid merupakan salah satu isu

yang erat kaitannya dengan kehidupan

sehari-hari

Kemampuan literasi sains siswa berdasarkan

isu dalam kehidupan sehari-hari pada materi

sistem koloid

Page 42: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di beberapa SMA Negeri yang berada di

Tangerang Selatan pada semester ganjil 2019/2020. Adapun pelaksanaan

penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2019.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode ini digunakan untuk

mengetahui kemampuan literasi sains siswa dengan menunjukkan

persentasenya terhadap SSI pada materi sistem koloid. Instrumen penelitian

yang digunakan dioleh secara statistik dan dianalisis untuk memperoleh data

hasil penelitian. Penelitian yang digunakan juga menggunakan metode

penelitian survey. Penelitian survey digunakan untuk mengumpulkan data atau

informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel yang

relatif kecil (Arifin, 2011, hlm. 54).

C. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi atau universe adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik

berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi. Jika

seluruh anggota populasi diambil semua untuk dijadikan sumber data,

maka cara ini disebut sensus, tetapi jika hanya sebagian dari populasi yang

dijadikan sumber data, maka cara itu disebut sampel (Arifin, 2011, hlm.

215). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA yang sudah

mempelajari materi sistem koloid yaitu siswa kelas XII pada

Page 43: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

30

semester ganjil di SMA Negeri se-Kota Tangerang Selatan pada tahun

ajaran 2019/2020.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi dalam bentuk mini (miniatur

population). Dengan kata lain, jika seluruh anggota populasi diambil

semua untuk dijadikan sumber data, maka cara ini disebut sensus, tetapi

jika hanya sebagian dari populasi yang dijadikan sumber data, maka cara

itu disebut sampel (Arifin, 2011, hlm. 215).

Sampel penelitian yang digunakan yaitu siswa kelas XII pada

beberapa SMA Negeri se-Kota Tangerang Selatan pada semester ganjil

tahun ajaran 2019/2020. Adapun teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini menggunakan cluster random sampling, yaitu dengan

memilih secara acak yang didasarkan pada klaster (gugus) (Eriyanto,

2007, hlm. 116). Dalam penarikan sampel klaster, SMA Negeri

ditempatkan sebagai satuan penarikan sampel (Primary Sampling

Unit/PSU). Peneliti menarik terlebih dahulu SMA Negeri Tangerang

Selatan, terpilih 4 SMA Negeri dari total 12 SMA Negeri yang ada di Kota

Tangerang Selatan berdasarkan klaster pada kecamatan yang berbeda

setiap sekolah yang terpilih. Dari keempat SMA Negeri yang telah terpilih

selanjutnya menentukan kelas yang sudah mempelajari materi sistem

koloid. Berdasarkan proses tersebut akhirnya diperoleh kesimpulan total

siswa yang dijadikan subjek penelitian adalah sebanyak 313 siswa yang

dapat mewakili siswa kelas XII SMA Negeri se-Kota Tangerang Selatan

dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Daftar Sampel SMA Negeri Kota Tangerang Selatan

No. Nama Sekolah Alamat

Jumlah

Siswa

1 SMAN 1 Kota Tangerang Selatan Ciputat 59

Page 44: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

31

2 SMAN 3 Kota Tangerang Selatan Pamulang 82

3 SMAN 5 Kota Tangerang Selatan Pondok Aren 96

4 SMAN 12 Kota Tangerang Selatan Serpong 76

Total 313

D. Prosedur Penelitian

Terdapat tiga tahap dalam penelitian, yaitu persiapan penelitian,

pelaksanaan penelitian, dan analisis, refleksi, dan evaluasi penelitian.

1. Persiapan Penelitian

a. Studi literatur, untuk memperoleh landasan teoritis yang relevan

dengan studi literatur PISA dan jurnal-jurnal yang relevan dengan

penelitian yang akan diteliti.

b. Menyusun instrumen penelitian yaitu instrumen tes uraian berupa soal

kemampuan literasi sains sesuai dengan indikator kemampuan literasi

sains yang telah ditentukan

c. Menguji validitas instrumen tes kepada para ahli kemudian

memperbaiki instrumen tes sesuai saran ahli.

d. Menguji cobakan instrumen tes yang telah dibuat kepada sisiwa untuk

mengetahui validitas, reliabilitas, dan tingkat kesukaran. Hasil uji coba

dikonsultasikan kembali dengan dosen, apabila sudah layak maka

instrumen tersebut siap digunakan.

e. Mengurus surat perizinan penelitian.

f. Perizinan pelaksanan penelitian dengan sekolah yang bersangkutan.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Studi pendahuluan berupa wawancara guru bidang studi.

b. Penyebaran instrumen tes uraian SSI kepada sampel untuk

memperoleh data.

Page 45: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

32

3. Analisis, Refleksi, dan Evaluasi Penelitian

a. Pengumpulan data, mengolah, dan menganalisis data hasil penelitian

b. Menuliskan hasil dan pembahasan

c. Membuat kesimpulan.

Secara garis besar prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai

berikut:

Page 46: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

33

Gambar 3.1 Diagram Prosedur Penelitian

Studi Literatur

Pembuatan instrumen penelitian

Revisi

Validasi instrumen

Analisis data

Menuliskan hasil dan pembahasan

Penarikan kesimpulan

Pengumpulan data

Tah

ap P

ersiapan

T

ahap

Pelak

sanaan

Pen

elitian

Tah

ap P

enyelu

raianan

Pen

elitian

Ya

Pengambilan data

Tidak

Page 47: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

34

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, maka

penulis menempuh beberapa teknik sebagai berikut:

Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data

No. Sumber Data Jenis Data Instrumen Waktu

1 Siswa Kemampuan

literasi sains

Tes uraian Dilakukan di kelas

setelah mempelajari

materi sistem koloid

2 Guru Pembelajaran

kimia berbasis

literasi sains

Pedoman

wawancara

Dilakukan di sekolah

sebelum penelitian

berlangsung

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Tes

Instrumen tes yang digunakan berupa tes tulis dalam bentuk tes

uraian bebas. Instrumen tes disusun berdasarkan PISA 2015 yang terdiri

atas aspek pengetahuan dan kompetensi sains. Tes uraian disebut juga

dengan essay examination. Secara umum tes ini berbentuk pertanyaan

yang menuntut siswa menjawabnya dalam bentuk menguraikan,

menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberi alasan, dan

bentuk lainnya sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan

kata-kata dan bahasa sendiri (Sudjana, 2014, hlm. 35-39). Tes uraian ini

digunakan untuk mengetahui kemampuan literasi sains siswa dengan

memberikan soal berupa isu-isu dalam kehidupan sehari-hari pada materi

sistem koloid. Sebelum membuat butir soal, peneliti terlebih dahulu

Page 48: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

35

membuat kisi-kisi soal sebagai pedoman. Adapun kisi-kisi soal tes tertulis

kemampuan literasi sains siswa dipaparkan pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Tes Kemampuan Literai Sains Siswa

pada Aspek Pengetahuan dan Kompetensi Sains Siswa

No. Aspek Literasi

Sains Indikator Tiap Aspek Butir Soal

Jumlah

Soal

1 Pengetahuan

Konten (Content)

1, 2, 5, 6, 9,

11, 12, 14,

15, 16, 17,

18, 19, 20

14

Prosedural

(Procedural) 2, 4 2

Epistemik

(Epistemic)

7, 8, 10, 13,

21, 22

6

2 Kompetensi

Menjelaskan fenomena

secara ilmiah (Explain

phenomena

scientifically)

1, 5, 6, 9, 11,

12, 14, 15,

16, 17, 18,

19, 20

13

Menginterpretasikan

data dan membuktikan

secara ilmiah (Interpret

data and evidence

scientifically)

2, 4 2

Mengevaluasi dan

merancang penelitian

ilmiah (Evaluate and

design scientific

enquiry)

3, 7, 8, 10,

13, 21, 22

7

Page 49: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

36

2. Wawancara

Peneliti menggunakan wawancara sebagai data pendukung untuk

menguatkan penelitian yang dilakukan. Jenis wawancara yang digunakan

adalah wawancara tidak terstruktur. Sugiyono (2016) mengatakan bahwa

“wawancara tidak terstruktur adalah wawancara bebas dimana peneliti

tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara

sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya” (hlm. 74). Kisi-kisi

wawancara yang peneliti gunakan terdapat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kisi-kisi Wawancara

No. Indikator Pertanyaan

1. Pengetahuan tentang literasi sains

2. Pembelajaran kimia berbasis literasi sains

3. Pengetahuan tentang Socio-Scientific Issues (SSI)

4. Penggunaan SSI dalam pembelajaran kimia

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Uji Validitas Tes

Validitas tes adalah tingkat suatu tes dapat mengukur apa yang

hendak kita ukur. Diukur dengan instrumen yang telah disusun secara

khusus karena mengukur seuatu yang sifatnya penting dan pasti (Arikunto,

2016, hlm. 170-171). Oleh karena itu, suatu instrumen yang valid dapat

menghasilkan data yang valid karena dapat mengukur suatu aspek secara

tepat. Uji validitas instrumen tes pada penelitian ini dilakukan dengan uji

coba soal yang kemudian dianalisis menggunakan software Anates versi

4.0.9. Hasil uji validitas disajikan dalam Tabel 3.5 berikut:

Page 50: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

37

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Tes

No. Soal Rhitung Rtabel Keterangan

1 0,720 0,3438 Valid

2 0,427 0,3438 Valid

3 0,607 0,3438 Valid

4 0,527 0,3438 Valid

5 0,516 0,3438 Valid

6 0,409 0,3438 Valid

7 0,530 0,3438 Valid

8 0,414 0,3438 Valid

9 0,394 0,3438 Valid

10 0,398 0,3438 Valid

11 0,296 0,3438 Tidak Valid

12 0,406 0,3438 Valid

13 0,500 0,3438 Valid

14 0,412 0,3438 Valid

15 0,462 0,3438 Valid

16 0,498 0,3438 Valid

17 0,464 0,3438 Valid

18 0,235 0,3438 Tidak Valid

19 0,466 0,3438 Valid

20 0,223 0,3438 Tidak Valid

21 0,514 0,3438 Valid

22 0,483 0,3438 Valid

Page 51: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

38

2. Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah ketepatan suatu tes apabila diteskan kepada

subjek yang sama (Arikunto, 2016, hlm. 104). Uji reliabilitas dilakukan

dengan tujuan untuk menguji tingkat keajegan suatu tes yang akan

digunakan dalam penelitian. Suatu instrumen dapat dikatakan reliabel jika

selalu memberikan hasil yang sama jika diujikan pada kelompok yang

sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda (Arifin, 2011, hlm. 248).

Menurut Arikunto (2016, hlm. 100) reliabilitas berhubungan dengan

masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf

kepecayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang

tetap. Instrumen yang baik adalah instrumen yang dapat dengan ajeg

memberikan data yang sesuai dengan kenyataan. Pengujian reliabilitas

pada penelitian ini akan menggunakan software Anates versi 4.0.9.

Menurut Sujarweni (2014, hlm. 193) jika nilai reliabilitas > 0,60 maka

instrumen dinyatakan reliabel atau konsisten. Berdasarkan uji reliabilitas

yang telah dilakukan diperoleh hasil reliabilitas sebesar 0,84 yang berarti

instrumen dinyatakan reliabel.

3. Tingkat Kesukaran

Perhitungan taraf kesukaran soal adalah keseimbangan dari tingkat

kesulitan soal. Tingkat kesukaran diuji untuk mengetahui sukar atau

tidaknya butir soal berdasarkan kriteria-kriteria yang sudah ditetapkan.

Disini yang terpenting adalah penentuan proporsi dan kriteria soal yang

termasuk mudah, sedang, dan sukar (Purwanto, 2007, hlm. 135). Menurut

Arikunto (2016, hlm. 222) soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu

mudah atau tidak terlalu sukar. Pengujian tingkat kesukaran ini

menggunakan software Anates versi 4.0.9. Kriteria yang digunakan

berdasarkan yang dikemukakan oleh Arikunto (2016, hlm. 225). Hasil uji

tingkat kesukaran disajikan dalam Tabel 3.6 berikut:

Page 52: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

39

Tabel 3.6 Uji Tingkat Kesukaran Tiap Butir Soal

No. Soal Tingkat Kesukaran (%) Kriteria

1 58,33 Sedang

2 54,17 Sedang

3 31,94 Sedang

4 40,28 Sedang

5 41,67 Sedang

6 27,78 Sukar

7 55,56 Sedang

8 56,94 Sedang

9 43,06 Sedang

10 36,11 Sedang

11 45,83 Sedang

12 36,11 Sedang

13 40,28 Sedang

14 36,11 Sedang

15 51,39 Sedang

16 31,94 Sedang

17 34,72 Sedang

18 34,72 Sedang

19 36,11 Sedang

20 20,83 Sukar

21 23,61 Sukar

22 19,44 Sukar

Page 53: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

40

4. Daya Pembeda

Perhitungan daya pembeda bertujuan untuk mengetahui kesanggupan

soal dalam membedakan siswa yang tergolong tinggi, kurang, atau lemah

pengetahuan sainsnya. Semakin tinggi koefisien daya pembeda suatu butir

soal, semakin mampu butir soal tersebut membedakan antara peserta didik

yang menguasai kompetensi dengan peserta didik yang kurang meguasai.

Menurut Arikunto (2016, hlm. 226) daya pembeda soal adalah

kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai

(berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh (berkemampuan

rendah). Pengujian daya pembeda soal dilakukan dengan menggunakan

software Anates versi 4.0.9. kriteria yang digunakan berdasarkan yang

dikemukakan oleh Arikunto (2016, hlm. 232). Hasil uji validitas dan

reliabilitas disajikan dalam Tabel 3.7 berikut:

Tabel 3.7 Hasil Uji Daya Pembeda

No. Soal Daya Pembeda (%) Kriteria

1 33,33 Cukup

2 19,44 Jelek

3 36,11 Cukup

4 30,56 Cukup

5 27,78 Cukup

6 38,89 Cukup

7 33,33 Cukup

8 25,00 Cukup

9 19,44 Jelek

10 22,22 Cukup

11 13,89 Jelek

Page 54: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

41

12 22,22 Cukup

13 30,56 Cukup

14 16,67 Jelek

15 25,00 Cukup

16 19,44 Jelek

17 25,00 Cukup

18 13,89 Jelek

19 27,78 Cukup

20 8,33 Jelek

21 30,56 Cukup

22 27,78 Cukup

H. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul, analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif

kuantitatif, dalam Arikunto (2016, hlm. 262) dijelaskan bahwa analisis

deskriptif kuantitatif adalah teknik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mencari jumlah frekuensi dan mencari jumlah persentasenya.

Selanjutnya data ini dianalisis dan diverifikasi keabsahannya, diberi kode,

diklasifikasi, diberi skor dengan analisis deskriptif.

Tingkat kemampuan literasi sains siswa ditentukan berdasarkan tes

uraian yang mewakili indikator literasi sains. Jika siswa menjawab dengan

benar maka akan memperoleh skor sesuai dengan pedoman penskoran yang

telah dibuat. Kemudian data hasil penelitian dianalisis dengan menghitung

persentase ketercapaian literasi sains pada aspek pengetahuan dan kompetensi

sains dibantu dengan Microsoft Excel. Berikut langkah-langkah pengolahan

data:

Page 55: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

42

a. Menghitung jumlah skor benar yang diperoleh siswa pada setiap butir soal

uraian berdasarkan pendoman penskoran dengan rentang skor 0-4 pada

masing-masing soal:

𝑠 = ∑ 𝑅

Keterangan:

S = Skor total siswa yang benar

R = Jawaban siswa yang benar

b. Skor yang diperoleh dihitung menjadi nilai persentase dengan skala 0-

100. Skor maksimum (SM) dari 22 soal tes uraian adalah 88 dan bobot

untuk soal soal uraian adalah 100% jika benar semua. Menurut Purwanto

(2010, hlm. 102) nilai persentase ketercapaian literasi sains ini dapat

ditentukan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑁𝑃 =𝑅

𝑆𝑀 𝑥 100

Keterangan:

NP = nilai persen yang dicari

R = skor mentah yang diperoleh siswa

SM = skor maksimal ideal

100 = Bilangan tetap

c. Menghitung rata-rata nilai (mean) keseluruhan dengan menggunakan

rumus :

X =∑ 𝑥

𝑁

Keterangan:

X = Rata-rata nilai

∑ 𝑥 = Jumlah nilai seluruhnya

𝑁 = Banyak siswa

d. Kemudian untuk melihat tingkat literasi sains siswa/i dikategorikan

menjadi kategori sangat kurang sampai sangat baik mengikuti aturan

Purwanto (2010, hlm. 103) seperti pada Tabel 3.9 berikut:

Page 56: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

43

Tabel 3.8 Kategori Tingkat Kemampuan Literasi Sains Siswa Melalui

Tes Skor (%)

Skor Kategori

81 – 100

61 – 80

41 – 60

21 – 40

0 – 20

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

Sangat Kurang

Page 57: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

56

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan literasi sains siswa

khususnya pada aspek pengetahuan dan kompetensi sains berdasarkan isu

dalam kehidupan sehari-hari pada materi sistem koloid. Berdasarkan hasil

penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kemampuan literasi

sains siswa pada aspek pengetahuan dan kompetensi sains berada pada

kategori cukup baik dengan persentase ketercapaian yang diperoleh berturut-

turut sebesar 58,39% dan 57,89%.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat

dikemukakan beberapa saran dari penulis sebagai berikut :

1. Hendaknya ke depannya dilakukan penelitian yang menggunakan fasilitas

pendukung terhadap kemampuan literasi sains agar dapat meningkatkan

kemampuan pengetahuan dan kompetensi sains siswa seperti penyediaan

sumber bacaan dan bahan ajar berbasis literasi sains terkait isu-isu sosial

ilmiah sesuai dengan konsep atau materi yang diajarkan.

2. Hendaknya untuk penelitian selanjutnya dilakukan penelitian pada seluruh

aspek literasi sains agar dapat mengetahui pencapaian kemampuan literasi

sains secara keseluruhan.

Page 58: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

57

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y., Mulyati, T., & Yunansah, H. (2018). Pembelajaran Literasi Strategi

Meningkatkan Kemampuan Literasi Matematika, Sains, Membaca, dan

Menulis. Jakarta: Bumi Aksara.

Adeleke, A. A., & Joshua, E. O. (2015). Development and Validation of Scientific

Literacy Achievement Test to Assess Senior Secondary School Students’

Literacy Acquisition in Physics. Journal of Education and Practice, 6(7),

28-43. p-ISSN: 2222-1735, e-ISSN: 2222-288X.

Angraini, G. (2014). Analisis Kemampuan Literasi Sains Siswa SMA Kelas X di

Kota Solok. Prosiding Mathematics and Sciences Forum, 161-170. ISBN:

9786020960005.

Arif, R. (2015). Profil Capaian Literasi Sains Siswa SMP di Kabupaten Sumedang

dengan Menggunakan Scientific Literacy Assessments (SLA). (Skripsi).

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Arifin, Zainal. (2011). Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Arikunto, S. (2016). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:

Bumi Aksara.

Arohman, M., Saefudin, & Priyandoko, D. (2016). Kemampuan Literasi Sains

Siswa pada Pembelajaran Ekosistem. Proceeding Biology Education

Conference, 13(1), 90-92.

Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup DKI Jakarta. (2013). Kondisi Lingkungan

Hidup dan Kecenderungannya. (Online), (http:

https://lingkunganhidup.jakarta.go.id/Docs/Lap_SLHD/Lap_2D.htm),

diakses pada 5 Juni 2020.

Bahriah, E. S. (2015). Peningkatan Literasi Sains Calon Guru Kimia pada Aspek

Konteks Aplikasi dan Proses Sains. EDUSAINS, 7(1), 11-17.

Baihaqi, I., Prasetyo, A. P. B., & Retnoningsih, A. (2015). Pengembangan

Perangkat Pembelajaran Lingkungan Hidup Bervisi Konservasi dengan

Page 59: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

58

Pendekatan Scientific Skill pada Pengolahan Sampah Organik di Sekolah.

Lembaran Ilmu Kependidikan, 44(2), 54-60.

Damanik, L., & Yanny, A. (2016). Perancangan Aplikasi Pembelajaran Sistem

Koloid Menggunakan Computer Based Learning. Jurnal Riset Komputer, 3

(6), 80-83.

Dawson, V. (2015). Western Australian High School Student’s Understandings

about the Socioscientific Issue of Climate Change. International Journal of

Science Education.

Dawson, V., & Venville, G.J. (2009). High-school Student’s Informal Reasoning

and Argumentation about Biotechnology: An Indicator of Scientific

Literacy?. International Journal of Science Education, 31(11), 1421-1445.

Eriyanto. (2007). Teknik Sampling Analisis Opini Publik. Yogyakarta: PT. LkiS

Pelangi Aksara.

Fardan, A., Rahayu, S., & Yahmin. (2016). Kajian Penanaman Pengetahuan

Epistemik Secara Eksplisit Reflektif pada Pembelajaran Kimia dalam

Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMA. Prosiding Seminar Nasional

Pendidikan IP Pascasarjana UM, 1, 529-541. ISBN: 978-602-9286-21-2.

Fowler, S.R., Zeidler, D.L., & Sadler, T.D. (2009). Moral Sensitivity in The

Context of Socioscientific Issues in High School Science Students.

International Journal of Science Teacher Education, 31(2), 279-296.

Hendri, S., & Defianti, A. (2015). Membentuk Keterampilan Argumentasi Siswa

Melalui Isu Sosial Ilmiah dalam Pembelajaran Sains. Prosiding Simposium

Nasional Inovasi dan Pembelajaran Sains 2015 (SNIPS 2015), 545-548.

ISBN: 9786021965580.

Holbrook, J., & Rannikmae, M. (2009). The Meaning of Scientific Literacy.

International Journal of Environmental & Science Education, 4(3), 275-

288.

Imansari, M., Sudarmin, & Sumarni, W. (2018). Analisis Literasi Kimia Peserta

Didik Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Bermuatan Etnosains.

Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 12(2), 2201-2211.

Page 60: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

59

Ismiyati, Marlita, D., & Saidah, D. (2014). Pencemaran Udara Akibat Emisi Gas

Buang Kendaraan Bermotor. Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik,

1(3), 241-248.

Jegstad, K. M., & Sinnes, A. T. (2015). Chemistry Teaching for The Future: A

Model for Secondary Chemistry Education for Sustainable Development.

International Journal of Science Education, 37(4), 655-683. ISSN: 0950-

0693. https://doi.org/10.1080/09500693.2014.1003988.

Jho, H., Yoon, H. G., & Kim, M. (2014). The Relationship of Science Knowladge,

Attitude and Decision Making on Socio-scientific Issues: The Case Study of

Students’ Debates on a Nuclear Power Plant in Korea. Journal Science &

Education, 23, 1131-1151.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Peraturan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013 tentang

Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. (Online),

(http://sdm.data.kemendikbud.go.id/SNP/dokumen/Permendikbud%20No%

2064%20Tahun%202013.pdf), diakses pada 20 Agustus 2019.

Laius, A., Post, A., & Rannikmae, M. (2016). Asessment of Scientific Literacy of

Estonian Gymnasium Students during the Operation of a Competence-based

Science Curriculum. Universal Journal of Educational Research, 4(5),

1142-1147.

Marie, R., Birtt, L., Margareta, E., Malin, I., Claes , M., Agneta, R., Mikael, W.

(2011). Socio-sscienific Issues- A Way to Improve Student’s Interest and

Learning. Journal US-China Education Review,3, 342-347. ISSN: 1548-

6613.

Marheni, dkk. (2007). Kimia Dasar. Jakarta: Universitas Terbuka.

Morris, H. (2014). Sociosceintific Issues and Multidisciplinarity in School

Science Textbooks. International Journal pf Science Education, 36(7),

1137-1158. p-ISSN: 0950-0693, e-ISSN: 1464-5289.

Mose, Y. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Predict-Observe-Explain

(POE) pada Materi Koloid untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir

Kritis dan Keterampilan Prses Sains Siswa.

Page 61: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

60

Norris, S. P., & Phillips, L. M. (2003). How Literacy in Its Fundamental Sense is

Central to Scientific Literacy. Wiley Periodicals. Ins., 224.

Nuangchalerm, P. (2009). Development of Socioscientific Issues-Based Teaching

for Preservice Science Teachers. Journal of Socio Sciences, 5(3), 239-243.

OECD. (2013). PISA 2012 Assesment and Analytical Framework: Science,

Reading, Mathematic and Financial Literacy. Paris: OECD Publishing.

http://dx.doi.org/10.1787/9789264190511-en.

OECD. (2016). PISA 2015 Assesment and Analytical Framework: Science,

Reading, Mathematic and Financial Literacy. Paris: OECD Publishing.

http://dx.doi.org/10.1787/978926425425-en.

OECD. (2019). PISA 2018 Insight and Interpretation Framework: Science,

Reading, Mathematic and Financial Literacy. Paris: OECD Publishing.

Perwitasari, T., Sudarmin, S., & Linuwih, S. (2016). Peningkatan Literasi sains

Melalui Pembelajaran Energi dan Perubahannya Bermuatan Etnosains pada

Pengasapan Ikan. Jurnal Penelitan Pendidikan IPA, 1(2), 62-70. P-ISSN:

2527-7537, e-ISSN: 2549-2209.

http://dx.doi.org/10.26740/jppipa.v1n2.p62-70.

Pratiwi, I. (2019). Efek Program PISA Terhadap Kurikulum di Indonesia. Jurnal

Pendidikan dan Kebudayaan, 4(1), 51-59. ISSN: 20894392.

https://doi.org/10.15294/jpii.v5i2.7676.

Purwanto, N. (2007). Prinsi-prinsip dan Teknik Evaluasi Pembelajaran. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Rahayu, S. (2017). Mengoptimalkan Aspek Literasi dalam Pembelajaran Kimia.

Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY, 1-16.

Rizkita, L., Suwono, H., & Herawati, S. (2016). Analisis Kemampuan Awal

Literasi Sains Siswa SMA Kota Malang. Prosiding Seminar Nasional II,

771-781.

Saad, M. I. M., Baharom, S., & Mokhsein, S. E. (2017). Scientific Reasoning

Skills Based On Socio-Scientific Issues in The Biology Subject.

International Journal of Advanced and Applied Sciences, 4(3), 13-18.

Page 62: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

61

Sadler, T. D. (2011). Socio-scientific Issues in the Classroom: Teaching,

Learning, and Research. New York: Springer. https://doi.org/10.1007/978-

94-007-1159-4.

Sadler, T. D., Romine, W. L., & Topcu, M. S. (2016). Learning Science Content

Through Socio-Scientific Issues-Based Instruction: A Multi-Level

Assessment Study. International Journal of Science Education, 1-14. ISSN:

0950-0693, e-ISSN: 1464-5289.

https://doi.org/10.1080/09500693.2016.1204481.

Sastrohamidjojo, H. (2010). Kimia Dasar Edisi Ke-2. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Situmorang, R. P. (2016). Integrasi Literasi Sains Peserta Didik dalam

Pembelajaran Sains. Jurnal Satya Widya, 32(1), 49-56.

Sudjana, N. (2014). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya.

Sujana, A., Permanasari, A., Sopandi, W., & Mudzakir, A. (2014). Literasi Kimia

Mahasiswa PGSD dan Guru IPA Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan IPA

Indonesia (JPII), 3(1), 5-11.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D. Bandung: CV Alfabeta.

Toharudin, Hendrawati, & Rustaman. (2011). Membangun Literasi Sains Peserta

Didik. Bandung: Humaniora.

Udompong, L., & Wongwanich, S. (2014). Diagnosis of the Scientific Literacy

Chracteristics of Primary Students. Journal Procedia Social and Behavioral

Sciences, 5091-5096. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.01.10798.

Widyatmoko, H. (2009). Kimia Dasar Tingkat Universitas. Jakarta: Universitas

Trisakti.

Wulandari, N., & Sholihin, H. (2016). Analisis Kemampuan Literasi Sains pada

Aspek Pengetahuan dan Kompetensi Sains Siswa pada Materi Kalor. Jurnal

EDUSAINS, 8(1), 67-73.

Yuliati, Y. (2017). Literasi Sains dalam Pembelajaran IPA. Jurnal Cakrawala

Pendas, 3(2), 21-28.

Page 63: KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA BERDASARKAN ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/51746...iv ABSTRAK Siti Nurmilawati, “Kemampuan Literasi Sains Siswa Berdasarkan

62

Zakaria, M., R., & Rosidana, L. (2018). Profil Literasi Sains Peserta Didik Kelas

VII pada Topik Pemanasan Global. Pensa e-jurnal, 6(2), 170-174.

Zeidler, D.L., & Sadler, T.D. (2008). Social and Ethical Issues in Science

Education: A Prelude to Action. Journal Science and Education, 17, 799-

803.

Zeidler, D.L., Sadler, T.D., Applebaum, S., & Callahan, B.E. (2009). Advancing

Reflective Judgment Through Socioscientific Issues. Journal of Research in

Science Teaching, 46(1), 74-101.

Zo’bi, A. S. (2014). The Effect of Using Socio-Scientific Issues Approach in

Teaching Environmental Issues on Improving the Student’s Ability of

Making Appropriate Decisions Towards These Issues. International journal

Education Studies, 7(8), 113-123.