kelompok 1. perancangan teknik ii

25
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir dengan judul “Mesin Pengayak Padi (Paddy Separator) bertenaga Motor” . Laporan ini ditulis untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan kuliah Perancangan Teknik II dari awal hingga selesai. Pelaksanaan dan penyusunan laporan ini tidak mungkin terlaksana tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis turut menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Adjar Pratoto., selaku dosen pengampu I Matakuliah Perancangan Teknik II yang telah memberikan pengetahuan dasar tentang Perancangan Teknik II. 2. Bapak Dendi Adi Saputra M, MT., selaku dosen pengampu II Matakuliah Perancangan Teknik II yang telah memberikan pengetahuan dasar tentang Perancangan Teknik II. 3. Seluruh Anggota Kelompok 1, selaku anggota kelompok yang telah bekerjasama, memberikan saran dan bantuannya, serta semua pihak yang membantu kami baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga laporan akhir ini dapat diterima dan memberikan manfaat bagi yang membaca, kami mengharapkan

Upload: harry-ardianda

Post on 13-Apr-2016

89 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Kelompok 1. Perancangan Teknik II

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan

Laporan Akhir dengan judul “Mesin Pengayak Padi (Paddy Separator) bertenaga

Motor”. Laporan ini ditulis untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan

kuliah Perancangan Teknik II dari awal hingga selesai.

Pelaksanaan dan penyusunan laporan ini tidak mungkin terlaksana tanpa

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis turut

menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Adjar Pratoto., selaku dosen pengampu I Matakuliah Perancangan

Teknik II yang telah memberikan pengetahuan dasar tentang Perancangan

Teknik II.

2. Bapak Dendi Adi Saputra M, MT., selaku dosen pengampu II Matakuliah

Perancangan Teknik II yang telah memberikan pengetahuan dasar tentang

Perancangan Teknik II.

3. Seluruh Anggota Kelompok 1, selaku anggota kelompok yang telah

bekerjasama, memberikan saran dan bantuannya, serta semua pihak yang

membantu kami baik secara langsung maupun tidak langsung.

Semoga laporan akhir ini dapat diterima dan memberikan manfaat bagi

yang membaca, kami mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan

Laporan Akhir ini.

Padang, Novenber 2015

Penulis

Page 2: Kelompok 1. Perancangan Teknik II

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan sektor pertanian menjadi bagian integral Pembangunan

Nasional yang telah mendapatkan tempat dan peranan strategis. Sasaran

pembangunan sektor pertanian adalah meningkatkan hasil pertanian untuk

mendukung industri yang kuat. Salah satu usaha untuk meningkatkan hasil

pertanian terutama tanaman pangan adalah dengan meningkatkan kuantitasnya.

Peningkatan kuantitas hasil dengan upaya menekan kehilangan dan kualitas

produksi, khususnya untuk tanaman padi terus digalakkan oleh pemerintah dalam

rangka meningkatkan dan melestarikan swasembada beras yang telah dicapai

pada tahun 1984 ( Survey Pertanian 1990).

Beras merupakan bahan pangan yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan masyarakat Indonesia, baik di kota maupun di pedesaan. Dengan

konsumsi beras yang masih sangat tinggi, yaitu sekitar 130 kg/kapita per tahun,

maka beras yang harus disediakan setiap tahunnya dalam suatu desa dapat

diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk desa tersebut. Kegagalan dalam

memenuhi kebutuhan beras secara mandiri, berarti pengaliran sumberdaya

ekonomi keluar desa karena harus membeli beras dari luar desa. Beras dihasilkan

dari bulir padi/gabah yang telah dirontokkan dari batangnya dan dilakukan

penggilingan sehingga menghasilkan beras.

Selain di tingkat on-farm, penanganan pascapanen padi juga perlu

diperhatikan dengan baik. Pemanenan, perontokan, pengayakan/pembersihan,

penjemuran, dan penggilingan padi harus dilakukan dengan cara dan teknologi

yang tepat, untuk menekan susut mutu dan susut jumlah.

Sebelum proses penggilingan, proses pengayakan merupakan proses

penting yang harus dilakukan agar pada saat penggilingan padi dapat

menghasilkan beras yang berkualitas karena padi yang digiling adalah padi yang

bersih dari kotoran dan padi hampa sehingga menghasilkan beras yang

berkualitas. Perontokan dan pengayakan padi mempunyai peranan yang sangat

Page 3: Kelompok 1. Perancangan Teknik II

vital dalam menghasilkan bulir padi/gabah yang bagus sehingga pada saat

penggiligan dapat dikonversi menjadi beras yang bagus dan siap diolah untuk

dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai cadangan.

Permasalahan lain yang dihadapi dewasa ini adalah terjadinya pergeseran

tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa, Disamping itu

perubahan sistim nilai dikalangan masyarakat desa menyebabkan terjadinya

kelangkaan tenaga kerja, terutama bagi kaum muda yang bersedia bekerja di

sektor pertanian. Akibat kekurangan tenaga kerja tersebut, maka biaya produksi

akan menjadi lebih tinggi karena petani akan berebut mencari tenaga kerja untuk

menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu yang lebih cepat. Keadaan ini

menuntut adanya penanganan sistim agribisnis dan agroindustri yang lebih

intensif dan efisien. Untuk itu peranan alat dan mesin pertanian dengan skala yang

sesuai dan efisien baik teknis maupun ekonomis akan semakin dibutuhkan.

Introduksi alat dan mesin pertanian pada dasamya ditujukan untuk meningkatkan

produktivitas tenaga, lahan dan usaha tani, memperbaiki mutu hasil, memperluas

kesempatan kerja, mengurangi ongkos produksi yang kesemuanya ini pada

gilirannya akan meningkatkan dan meratakan pendapatan petani. Untuk

meningkatkan peranan alat dan mesin pertanian ini maka strategi yang perlu

diperhatikan adalah aksesibilitas petani terhadap peralatan mekanis. Dilihat dari

segi kondisi dan sifat petani yang umumnya memiliki lahan yang sempit, posisi

ekonomi yang lemah, keterampilan dan pendidikan yang terbatas, dan struktur

sosial yang mengikat, maka alat dan mesin yang dikembangkan adalah alat dan

mesin yang sesuai dengan kondisi petani tersebut di atas. Alat dan mesin yang

dimaksud di atas haruslah memenuhi persyaratan yaitu sederhana dalam

pembuatan, penggunaan dan perawatan, efektif dan efisien dalam penggunaan,

dapat dibuat didalam negeri/lokal dengan bahan yang tersedia di tempat tersebut

dan harga yang terjangkau. Sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam

pengembangan alat dan mesin pertanian di Indonesia dan kaitannya dengan

swasembada beras yang berkelanjutan, maka pemakaian mesin pengayak

(winnower) perlu terus ditingkatkan sebagai pengisi kekurangan tenaga kerja pada

pengayakan hasil perontokan padi. Efisiensi dan kapasitas ayakan dari seluruh

mesin pengayak padi yang telah ada sebaiknya lebih ditingkatkan untuk

Page 4: Kelompok 1. Perancangan Teknik II

menambah nilai ekonomi hasil panen. Dengan demikian, proses pengayakan harus

diperbaharui sesuai dengan perkembangan teknologi sehingga dapat menjamin

penambahan nilai ekonomis yang diharapkan dan agar usaha pemenuhan

kebutuhan akan beras dapat dilakukan secara optimal. Untuk menjamin

keberhasilan pengembangan tersebut perlu dilakukan pengujian secara teknis dan

ekonomi pengoperasian mesin perontok agar masyarakat calon pengguna

memperoleh informasi yang cukup tentang mesin pengayak/pembersih (Paddy

Separator/Winnower).

1.2 Tujuan

Tujuan dari rancangan ini adalah :

Untuk mengetahui alat-alat pengayak padi secara luas dan proses pengayakan

gabah untuk memisahkan padi yang bagus dengan padi hampa dan kotoran.

Mempelajari performansi teknis dan ekonomi mesin pengayak padi.

1.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari hasil rancangan ini adalah :

Mahasiswa dapat mengetahui prosedur/langkah – langkah dalam proses

perancangan suatu system.

Hasil pembaharuan mesin pengayak padi yang konvensional dapat

membantu petani dalam mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja dan

meningkatkan efisiensi dan nilai ekonomi pangan.

1.4 Batasan Masalah

Dalam perancangan system ini menjelaskan secara rinci proses pembuatan

mesin pengayak padi skala kecil dimana mesin pengayak padi ini dapat dibawa

kemana saja pada saat proses pascapanen dilakukan.

1.5 Sistematika Penulisan

Penulisan makalah perancangan meliputi pendahuluan seperti yang dijelaskan

pada bab ini. Selanjutnya pada bagian tinjauan pustaka akan diuraikan beberapa

landasan teori jenis – jenis mesin dan proses – proses pascapanen padi. Pada Bab

III akan diuraikan mengenai metodologi perancangan system. Selanjutnya pada

Page 5: Kelompok 1. Perancangan Teknik II

Bab IV akan dilakukan perhitungan pembebanan setiap komponen serta pemilihan

komponen yang tepat.

Page 6: Kelompok 1. Perancangan Teknik II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Terminologi Pasca Panen Padi

Teknik pasca panen padi sangat penting diketahui oleh petani sebelum

mereka menjual hasil panennya kepada KUD ataupun lembaga tataniaga lainnya.

Pengertian teknologi pasca panen adalah semua kegiatan yang dilakukan petani

dan juga oleh lembaga tata niaga atau swasta, sejak panen sampai dengan

pemasaran.

Kegiatan pasca panen ini meliputi panen (harvesting), perontokan

(threshing), pengayakan/pembersihan (cleaning), pengeringan (drying),

pengepakan (packaging), pengangkutan (transportation), penyimpanan (strorage),

pengolahan atau penggilingan (hulling or polishing) dan pemasaran (marketing).

Proses pasca panen merupakan rangkaian masalah yang luas dan kompleks, yang

tidak hanya ditentukan oleh masalah teknis tetapi juga melibatkan masalah social

dan ekonomi. Teknologi pasca panen tepat guna mutlak diperlukan karena

berkaitan dengan jumlah dan mutu komoditas. Penerapan teknologi ini akan

mendorong dihasilkannya komoditas yang lebih beragam, bermutu baik, dan

tersedia di setiap waktu dan tempat. Penanganan pasca panen perlu dukungan

teknologi tepat guna yang dihasilkan melalui penelitian dan melibatkan

keterpaduan antara kegiatan penelitian, pelaksanaan, kebijaksanaan, serta

pembinaan termasuk tata niaganya, seperti dapat dilihat pada gambar 2.1.

(Soemardi dan Thahir, 1991).

Penanganan pascapanen padi perlu diperhatikan dengan baik. Pemanenan,

perontokan, penjemuran, pembersihan, dan penggilingan padi harus dilakukan

dengan cara dan teknologi yang tepat, untuk menekan susut mutu dan susut

jumlah. Sebelum proses penggilingan, proses pengayakan merupakan proses

penting yang harus dilakukan agar pada saat penggilingan padi tidak dapat

menghasilkan beras yang berkualitas karena padi yang digiling adalah padi yang

bagus dan menghasilkan beras yang berkualitas. Perontokan dan pengayakan padi

mempunyai peranan yang sangat vital dalam menghasilkan bulir padi/gabah yang

Page 7: Kelompok 1. Perancangan Teknik II

bagus sehingga pada saat penggiligan dapat dikonversi menjadi beras yang bagus

dan siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai cadangan.

Gambar 2. 1 Peranan dan Fungsi Penanganan Pasca Panen, Berkaitan dengan Program dan

Tujuan (Soemardi dan Thahir, 1991).

Page 8: Kelompok 1. Perancangan Teknik II

2.2 Proses Pengolahan Padi

Dalam pengolahan padi dari masa on-farm hingga off-farm meliputi proses :

1. Panen Padi

Ada tiga macam cara panen padi di Indonesia yaitu :

Secara Tradisional (ani-ani).

Secara Manual, tanaman padi dipotong panjang menggunakan sabit

untuk selanjutnya dirontokkan menggunakan gebot.

Secara mekanis, padi dipotong pendek atau dipotong panjang

menggunakan sabit, mesin Mower atau mesin Reaper.

2. Proses perontokan padi

Kegiatan perontokan padi dilakukan setelah kegiatn panen (pasca panen).

Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan,

penumpukan dan pengumpulan padi. Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat

ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5 %. Cara

perontokan padi telah mengalami perkembangan dari cara digebot menjadi

menggunakan pedal thresher dan power thresher.

Gebotan

Gebotan merupakan alat perontok padi tradisional yang masih banyak

digunakan petani. Bagian komponen alat gebotan terdiri dari:

(a) Rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan 4 kaki berdiri di atas

tanah, dapat dipindah-pindah.

(b) Meja rak perontok terbuat dari belahan bambu/kayu membujur atau melintang

dengan jarak renggang 1 – 2 cm.

(c) Di bagian belakang, samping kanan dan kiri diberi dinding penutup dari tikar

bambu, plastik lembaran atau terpal sedangkan bagian depan terbuka.

Berikut ini cara perontokan padi dengan alat gebot :

(a) Malai padi diambil secukupnya lalu dipukulkan/digebot pada meja rak

perontok ± 5 kali dan hasil rontokannya akan jatuh di terpal yang ada di

bawah meja rak perontok.

Page 9: Kelompok 1. Perancangan Teknik II

(b) Hasil rontokan berupa gabah kemudian dikumpulkan.

Gambar 2. 2 Perontokan padi dengan cara gebot.

Pedal thresher

Pedal thresher merupakan alat perontok padi dengan konstruksi sederhana

dan digerakan menggunakan tenaga manusia. Kelebihan alat ini dibandingkan

dengan alat gebot adalah mampu menghemat tenaga dan waktu, mudah

diperasikan dan mengurangi kehilangan hasil, kapasitas kerja 75 – 100 kg per jam

dan cukup dioperasikan oleh 1 orang. Bagian komponen pedal thresher terdiri

dari :

(a) Kerangka utama terbuat dari kayu kaso atau pipa besi dengan ukuran

keseluruhan unit bervariasi, biasanya 120 cm x 120 cm.

(b) Silinder perontok terbuat dari lepengan papan berjajar berkeli-ling

membentuk silinder dengan diameter 36 – 38 cm dan lebar 42 – 45 cm. Di

sisi kiri dan kanan ditutup dengan pipa bulat setebal 2 – 3 cm. Pada

lempengan papan tersebut ditancapkan gigi perontok yang terbuat dari kawat

baja berbentuk huruf V terbalik. Ukuran lempengan kayu, tebal 10 – 15 mm,

lebar 90 mm dengan jarak antar lempengan 15 mm. Tinggi perontok ± 50 mm

dengan lebar kaki-kaki sebesar 25 mm dengan jarak antar gigi 40 mm. Jumlah

gigi perontok pada satu lempengan 10 buah dan jumlah lempengan papan 12

buah. Cara pemasang-an gigi perontok 20 mm diberi bantalan ball bearing

yang posisinya duduk pada rangka utama.

Page 10: Kelompok 1. Perancangan Teknik II

(c) Unit transmisi tenaga melalui rantai sepeda dan spocket yang prinsip kerjanya

sama seperti mesin jahit.

(d) Tutup penahan gabah terbuat dari lembaran plastik atau terpal dengan ukuran

> 0 cm x 40 cm x 35 cm. Bagian ini dapat dilepas dari kerangka utama.

Penggunaan pedal thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan

hasil padi sekitar 2,5 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan pedal thresher :

(a) Pedal perontok diinjak dengan kaki naik turun.

(b) Putaran poros pemutar memutar silinder perontok.

(c) Putaran silinder perontok yang memiliki gigi perontok dimanfaatkan

dengan memukul gabah yang menempel pada jerami sampai rontok.

(d) Arah putaran perontok berlawanan dengan posisi operator (men-

jauh dari operator).

Gambar 2. 3 Perontokan padi dengan pedal thresher

Power thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber

tenaga penggerak engine. Kelebihan mesin perontok ini dibandingkan dengan

alat perontok lainnya adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih

tinggi. Bagian komponen power thresher terdiri dari:

(a) Kerangka utama terbuat dari besi siku, uk. 40 mm x 40 mm x 4 mm dan plat

lembaran baja lunak tebal 1 – 3 mm, merupakan kedudukan komponen

lainnya.

Page 11: Kelompok 1. Perancangan Teknik II

(b) Silinder perontok terbuat dari besi strip dengan diameter berjajar berkeliling

membentuk silinder dengan diameter 30 – 40 cm dan lebar 40 – 60 cm. Di

sisi kiri dan kanan ditutup dengan lembaran bulat tebal 2 – 3 mm. Pada besi

strip yang melintang tersebut terpasang gigi perontok yang terbuat dari besi as

baja 10 mm, panjang 50 – 60 mm diperkuat dengan mur. Jumlah gigi

perontok 30 – 88 buah. Diameter poros perontok 25 mm, pada kedua ujung

poros diberi bantalan ball bearing yang posisinya duduk pada kerangka

utama.

(c) Dalam ruang silinder terdapat sirip pembawa, saringan perontok dan pelat

pendorong jerami. Sirip pembawa terletak di bagian atas silinder perontok,

terletak menempel pada tutup atas perontok. Sirip ini mengarah ke pintu

pengeluaran jerami di sebelah belakang mesin perontok. Terbuat dari plat

lembaran dengan tebal 1 – 2 mm. Jaringan perontok terletak di sebelah bawah

silinder perontok, terbuat dari kawat baja atau besi baja 0,6 – 8 mm bersusun

menjajar, membentuk setengah lingkar-an, jarak antar besi baja adalah 18 –

20 mm dan jarak antara ujung gigi perontok dan jaringan minimal 15 mm.

Pelat pendorong jerami terpasang pada silinder perontok yang tak terpasang

gigi perontok. Bagian ini terbuat dari besi plat tebal 2 – 3 mm denngan

ukuran 15 – 15 mm.

(d) Ayakan terletak di sebelah bawah saringan perontok, ukuran ayakan 45 mm x

390 mm, terbuat dari plat lembaran tebal 1,5 – 2 mm. Ayakan terdiri dari 2

tingkat. Bagian atas berlubang-lubang dengan ukuran 13 mm x 13 mm dan

bagian bawah rata. Ayakan ini bergerak maju mundur dan naik turun melalui

sitem as nocken.

(e) Kipas angin terbuat dari plastik dengan jumlah daun kipas 5 – 7 buah.

(f) Unit transmisi tenaga, melalui puller dan V belt dari motor penggerak silinder

perontok, kipas angin dan gerakan ayakan type V belt yang digunakan adalah

tipe B. Putaran silinder perontok untuk merontokan padi adalah 500 – 600

RPM.

Page 12: Kelompok 1. Perancangan Teknik II

Penggunaan power thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan

hasil padi sekitar 3 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan power thresher :

(a) Pemotongan tangkai pendek disarankan untuk merontok dengan mesin

perontok tipe “throw in” dimana semua bagian yang akan dirontok masuk ke

dalam ruang perontok.

(b) Pemotongan tangkai panjang disarankan untuk merontok secara manual

denngan alat atau mesin yang mempunyai tipe “Hold on” dimana tangki

jerami dipegang, hanya bagian ujung padi yang ada butirannya ditekankan

kepada alat perontok.

(c) Setelah mesin dihidupkan, atur putaran silinder perontok sesuai dengan yang

diinginkan untuk merontok padi

(d) Putaran silinder perontok akan mengisap jerami padi yang di-masukkan dari

pintu pemasuk-kan.

(e) Jerami akan berputar-putar di dalam ruang perontok, tergesek terpukul dan

terbawa oleh gigi perontok dan sirip pembwa menuju pintu pengeluaran

jerami.

(f) Butiran padi yang rontok dari jerami akan jatuh melalui saringan perontok,

sedang jerami akan terdorong oleh plat pendorong ke pintu peng-eluaran

jerami.

(g) Butiran padi, potongan jerami dan kotoran yang lolos dari saringan perontok

akan jatuh ke ayakan dengan bergoyang dan juga terhembus oleh kipas angin.

(h) Butiran hampa atau benda-benda ringan lainnya akan tertiup terbuang melalui

pintu pengeluaran kotoran ringan.

(i) Benda yang lebih besar dari butiran padi akan terpisah melalui ayakan yang

berlubang, sedangkan butir padi akan jatuh dan tertampung pada pintu

pengeluaran padi bernas.

Page 13: Kelompok 1. Perancangan Teknik II

Gambar 2. 4 Perontokan padi dengan power thresher

3. Pembersih/Pengayakan padi

Proses ini dilakukan untuk memisahkan padi bersih dengan kotoran dan

padi hampa dengan memanfaatkan hembusan angin.

4. Pengeringan dan penyimpanan

Proses pengeringan merupakan proses untuk mengurangi kadar air yang

terdapat didalam bulir padi sehingga pada proses penggilingan padi tidak patah

atau bulir padi tidak mengecil karena terkikis pada saat penyosohan.

5. Penggilingan dan pengemasan dalam bentuk beras.

Proses ini untuk mendapatkan hasil akhir dari pengolahan padi ini menjadi beras

yang akan dimakan.

2.3 Pengertian Proses Pengayakan (Paddy Separator/Winnower)

Proses pengayakan padi merupakan proses penting pasca panen, fungsinya

untuk memisahkan padi yang bersih dengan kotoran, potongan daun, serta padi

hampa yang dapat merusak kualitas beras yang dihasilkan. Pengayak padi atau

Paddy Separator/Winnower adalah proses “penampian” atau memisahkan gabah

(padi) dari kotoran. Proses “pembersihan padi” ini dapat dilakukan sebelum atau

sesudah proses pengeringan. Apabila panen padi dilakukan menggunakan mesin

Combine Harvester, teknologi pembersihan padi tidak diperlukan lagi karena

outlet mesin Combine harvester telah menghasilkan padi yang bersih dari kotoran

Page 14: Kelompok 1. Perancangan Teknik II

dan gabah hampa. Namun bila proses perontokan padi menggunakan threster atau

gebot, maka proses pembersihan/pengayakan padi perlu dilakukan untuk

memperoleh gabah bersih.

Pengayakan padi dapat dilakukan secara tradisional dengan memanfaat hembusan

angin alami saat berada di lapangan menggunakan garpu, shovel, atau keranjang

(terbuat dari anyaman bambu, plastic, atau logam). Mekanisme kerjanya adalah

pada saat ada angina kencang, gabah di taburkan dari atas ke bawah, sehingga

kotoran ringan akan terhembus kesamping dan gabah bersih akan jatuh vertical ke

bawah secara gravitasi. Cara pembersihan padi semacam ini sangat sederhana dan

mudah, akan tetapi kurang efektif dan efisien. Selain itu juga membutuhkan waktu

kerja yang hampir sama dengan proses perontokan manual, yaitu 40-45 kg/jam.

Cara yang lebih efektif dan efisien adalah dengan membuat hembusan angin

buatan (artificial wind). Aliran angin sebaiknya bersifat laminar bukan angin

turbulent. Aliran angin laminar adalah aliran angin yang bergerak kearah maju

secara sejajar, sedangkan aliran angin turbulent bergerak kearah maju secara

acak/berputar.

Paddy Separator/Winnower dirancang untuk menghasilkan aliran angin

buatan (artificial wind) secara laminar dengan bagian utamanya berupa blower

tipe centrifugal. Paddy Separator/Winnower sebagai alat atau mesin “penampi” dipakai

untuk memisahkan butiran padi dari kotoran ringan yang terikut (jerami, butir hampa,

dan benda – benda ringan lainnya), prinsip pemisahannya berlangsung secara gravitasi

berdasarkan atas pusat hembusan angina buatan, sedangkan benda-benda dengan

bobot relatif lebih berat akan jatuh vertical kea rah bawah.

2.4 Jenis – Jenis Pengayak Padi (Paddy Separator/Winnower)

Berdasarkan jenis tenaga penggeraknya, winnower terdiri atas :

1. Pedal Winnower

Pedal Winnower seperti yang tampak pada gambar 2. 5, mempunyai dua

komponen utama berupa baling-baling (Blower) tipe sentrifugal, sirip blower

berjumlah dua, tiga atau empat buah terbuat dari bahan pelat tipis, triplek, kayu

tipis, atau seng. Sirip ini terpusat pada suatu poros besi bulat/kayu bulat yang

kedua ujungnya dipasangi bantalan (Larger/bearing), dan disalah satu sisi poros

Page 15: Kelompok 1. Perancangan Teknik II

dipasang gir sepeda (free wheel) serta rantai/belt yang dihubungi ke engkol (juga

terbuat dari gir depan sepeda engkol). Kedua gir sepeda ini dipasang sejajar sama

tingga dengan jarak 30 cm. Rumah baling-baling (centrifugal blower) berbentuk

silinder dengan dua buah sisi lingkaran berdiameter 85 cm (terbuat dari

kayu/triplek), lebar sisi silinder 36 cm terbuat dari bahan seng yang diperkuat

dengan bilah-bilah kayu dibagian sisi luarnya. Dikedua sisi lingkaran blower

diberi lobang angina (untuk aliran udara masuk) berbentuk lingkaran dengan

diameter lingkaran lebih kurang 25 cm. Apabila lobang ini tidak dibuat, maka

winnower tidak akan menghasilkan aliran angina laminar, bahkan tidak dapat

dioperasikan sama sekali. Seluruh komponen yang terbuat dari kayu disambung

dengan bantuan paku, sedangkan semua komponen yang terbuat dari logam

(kerangka sirip blower da poros) disambung menggunakan las (las karbit atau las

listrik).

Gambar 2. 5 Sketsa Pedal Paddy Separator/Winnower.

Mekanisme kerja Pedal Winnower adalah sebagai berikut :

Bahan biji-bijian dimasukkan kedalam bak penampung (hopper)

secukupnya sesuai dengan luas penampung (hopper).

Operator berdiri tegak disamping winnower, tangan kanan memegang dan

memutar engkol (searah jarum jam), setelah putaran poros mencapai 200

rpm, pelan-pelan sekat pintu pemasukkan biji dibuka/ditarik (berupa sekat

antara ruang hoper dengan ruang penampi).

Page 16: Kelompok 1. Perancangan Teknik II

Dengan demikian biji akan turun secara gravitasi (dalam jumlah sedikit

akan tetapi kontinyu) dan menerima hembusan angin buatan.

Terdapat tiga lubang pengeluaran biji, dimana lubang pertama

mengeluarkan biji bersih, lubang kedua mengeluarkan biji hampa, butir hijau, dan

kotoran lain. Sedangkan kotoran ringan akan terbang dan terlempar keluar di pintu

winnower paling ujung yang merupakan lubang ketiga.

Terdapat juga jenis winnower modifikasi (Gambar 51 dan 52), yaitu

winnower yang mirip dengan Pedal Winnower akan tetapi hembusan anginnya

diperoleh dari kipas atau fan aksial (Kipas/Fan yang umum di jual untuk

keperluan rumah tangga/industri). Namun efisiensi kinerjanya kurang

memuaskan, karena aliran angin buatan masih bersifat turbulen, agar aliran angin

dari fan tipe aksial ini menghasilkan aliran angin yang semi turbulent, maka

didepan fan aksial ini harus ditambahkan kisi-kisi pengarah angin berupa susunan

bilah-bilah material (plat, kayu triplek, papan tipis, atau bilah plastik) yang

disusun sejajar tegak lurus dengan arah angin yang dihasilkan.

Page 17: Kelompok 1. Perancangan Teknik II

2. Paddy Separator Bertenaga Motor

Prinsip kerjanya mirip dengan Pedal Winnower, hanya berbeda pada

tenaga penggeraknya, yaitu motor listrik atau engine. Mekanisme kerja Paddy

Separator adalah : gabah yang akan dibersihkan dimasukkan kedalam Hopper,

kemudian dengan mengatur katup pengumpan gabah akan turun secara grafitasi

kearah pengayak yang bergerak maju mundur karena terhubung dengan poros

eksentrik. Dari pengayak, gabah turun secara gravitasi ke pintu pengeluaran biji.

2.5 Prinsip Kerja Paddy Separator/Winnower

2.6 Fungsi Paddy Separator/Winnower

2.7 Prinsip Kerja Paddy Separator/Winnower

BAB III. METODOLOGI

BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V. PENUTUP