kelompok 1. perancangan teknik ii
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
Laporan Akhir dengan judul “Mesin Pengayak Padi (Paddy Separator) bertenaga
Motor”. Laporan ini ditulis untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan
kuliah Perancangan Teknik II dari awal hingga selesai.
Pelaksanaan dan penyusunan laporan ini tidak mungkin terlaksana tanpa
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis turut
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Adjar Pratoto., selaku dosen pengampu I Matakuliah Perancangan
Teknik II yang telah memberikan pengetahuan dasar tentang Perancangan
Teknik II.
2. Bapak Dendi Adi Saputra M, MT., selaku dosen pengampu II Matakuliah
Perancangan Teknik II yang telah memberikan pengetahuan dasar tentang
Perancangan Teknik II.
3. Seluruh Anggota Kelompok 1, selaku anggota kelompok yang telah
bekerjasama, memberikan saran dan bantuannya, serta semua pihak yang
membantu kami baik secara langsung maupun tidak langsung.
Semoga laporan akhir ini dapat diterima dan memberikan manfaat bagi
yang membaca, kami mengharapkan kritik dan saran untuk kesempurnaan
Laporan Akhir ini.
Padang, Novenber 2015
Penulis
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan sektor pertanian menjadi bagian integral Pembangunan
Nasional yang telah mendapatkan tempat dan peranan strategis. Sasaran
pembangunan sektor pertanian adalah meningkatkan hasil pertanian untuk
mendukung industri yang kuat. Salah satu usaha untuk meningkatkan hasil
pertanian terutama tanaman pangan adalah dengan meningkatkan kuantitasnya.
Peningkatan kuantitas hasil dengan upaya menekan kehilangan dan kualitas
produksi, khususnya untuk tanaman padi terus digalakkan oleh pemerintah dalam
rangka meningkatkan dan melestarikan swasembada beras yang telah dicapai
pada tahun 1984 ( Survey Pertanian 1990).
Beras merupakan bahan pangan yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan masyarakat Indonesia, baik di kota maupun di pedesaan. Dengan
konsumsi beras yang masih sangat tinggi, yaitu sekitar 130 kg/kapita per tahun,
maka beras yang harus disediakan setiap tahunnya dalam suatu desa dapat
diperhitungkan berdasarkan jumlah penduduk desa tersebut. Kegagalan dalam
memenuhi kebutuhan beras secara mandiri, berarti pengaliran sumberdaya
ekonomi keluar desa karena harus membeli beras dari luar desa. Beras dihasilkan
dari bulir padi/gabah yang telah dirontokkan dari batangnya dan dilakukan
penggilingan sehingga menghasilkan beras.
Selain di tingkat on-farm, penanganan pascapanen padi juga perlu
diperhatikan dengan baik. Pemanenan, perontokan, pengayakan/pembersihan,
penjemuran, dan penggilingan padi harus dilakukan dengan cara dan teknologi
yang tepat, untuk menekan susut mutu dan susut jumlah.
Sebelum proses penggilingan, proses pengayakan merupakan proses
penting yang harus dilakukan agar pada saat penggilingan padi dapat
menghasilkan beras yang berkualitas karena padi yang digiling adalah padi yang
bersih dari kotoran dan padi hampa sehingga menghasilkan beras yang
berkualitas. Perontokan dan pengayakan padi mempunyai peranan yang sangat
vital dalam menghasilkan bulir padi/gabah yang bagus sehingga pada saat
penggiligan dapat dikonversi menjadi beras yang bagus dan siap diolah untuk
dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai cadangan.
Permasalahan lain yang dihadapi dewasa ini adalah terjadinya pergeseran
tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa, Disamping itu
perubahan sistim nilai dikalangan masyarakat desa menyebabkan terjadinya
kelangkaan tenaga kerja, terutama bagi kaum muda yang bersedia bekerja di
sektor pertanian. Akibat kekurangan tenaga kerja tersebut, maka biaya produksi
akan menjadi lebih tinggi karena petani akan berebut mencari tenaga kerja untuk
menyelesaikan pekerjaan dalam jangka waktu yang lebih cepat. Keadaan ini
menuntut adanya penanganan sistim agribisnis dan agroindustri yang lebih
intensif dan efisien. Untuk itu peranan alat dan mesin pertanian dengan skala yang
sesuai dan efisien baik teknis maupun ekonomis akan semakin dibutuhkan.
Introduksi alat dan mesin pertanian pada dasamya ditujukan untuk meningkatkan
produktivitas tenaga, lahan dan usaha tani, memperbaiki mutu hasil, memperluas
kesempatan kerja, mengurangi ongkos produksi yang kesemuanya ini pada
gilirannya akan meningkatkan dan meratakan pendapatan petani. Untuk
meningkatkan peranan alat dan mesin pertanian ini maka strategi yang perlu
diperhatikan adalah aksesibilitas petani terhadap peralatan mekanis. Dilihat dari
segi kondisi dan sifat petani yang umumnya memiliki lahan yang sempit, posisi
ekonomi yang lemah, keterampilan dan pendidikan yang terbatas, dan struktur
sosial yang mengikat, maka alat dan mesin yang dikembangkan adalah alat dan
mesin yang sesuai dengan kondisi petani tersebut di atas. Alat dan mesin yang
dimaksud di atas haruslah memenuhi persyaratan yaitu sederhana dalam
pembuatan, penggunaan dan perawatan, efektif dan efisien dalam penggunaan,
dapat dibuat didalam negeri/lokal dengan bahan yang tersedia di tempat tersebut
dan harga yang terjangkau. Sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam
pengembangan alat dan mesin pertanian di Indonesia dan kaitannya dengan
swasembada beras yang berkelanjutan, maka pemakaian mesin pengayak
(winnower) perlu terus ditingkatkan sebagai pengisi kekurangan tenaga kerja pada
pengayakan hasil perontokan padi. Efisiensi dan kapasitas ayakan dari seluruh
mesin pengayak padi yang telah ada sebaiknya lebih ditingkatkan untuk
menambah nilai ekonomi hasil panen. Dengan demikian, proses pengayakan harus
diperbaharui sesuai dengan perkembangan teknologi sehingga dapat menjamin
penambahan nilai ekonomis yang diharapkan dan agar usaha pemenuhan
kebutuhan akan beras dapat dilakukan secara optimal. Untuk menjamin
keberhasilan pengembangan tersebut perlu dilakukan pengujian secara teknis dan
ekonomi pengoperasian mesin perontok agar masyarakat calon pengguna
memperoleh informasi yang cukup tentang mesin pengayak/pembersih (Paddy
Separator/Winnower).
1.2 Tujuan
Tujuan dari rancangan ini adalah :
Untuk mengetahui alat-alat pengayak padi secara luas dan proses pengayakan
gabah untuk memisahkan padi yang bagus dengan padi hampa dan kotoran.
Mempelajari performansi teknis dan ekonomi mesin pengayak padi.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari hasil rancangan ini adalah :
Mahasiswa dapat mengetahui prosedur/langkah – langkah dalam proses
perancangan suatu system.
Hasil pembaharuan mesin pengayak padi yang konvensional dapat
membantu petani dalam mengatasi masalah kekurangan tenaga kerja dan
meningkatkan efisiensi dan nilai ekonomi pangan.
1.4 Batasan Masalah
Dalam perancangan system ini menjelaskan secara rinci proses pembuatan
mesin pengayak padi skala kecil dimana mesin pengayak padi ini dapat dibawa
kemana saja pada saat proses pascapanen dilakukan.
1.5 Sistematika Penulisan
Penulisan makalah perancangan meliputi pendahuluan seperti yang dijelaskan
pada bab ini. Selanjutnya pada bagian tinjauan pustaka akan diuraikan beberapa
landasan teori jenis – jenis mesin dan proses – proses pascapanen padi. Pada Bab
III akan diuraikan mengenai metodologi perancangan system. Selanjutnya pada
Bab IV akan dilakukan perhitungan pembebanan setiap komponen serta pemilihan
komponen yang tepat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Terminologi Pasca Panen Padi
Teknik pasca panen padi sangat penting diketahui oleh petani sebelum
mereka menjual hasil panennya kepada KUD ataupun lembaga tataniaga lainnya.
Pengertian teknologi pasca panen adalah semua kegiatan yang dilakukan petani
dan juga oleh lembaga tata niaga atau swasta, sejak panen sampai dengan
pemasaran.
Kegiatan pasca panen ini meliputi panen (harvesting), perontokan
(threshing), pengayakan/pembersihan (cleaning), pengeringan (drying),
pengepakan (packaging), pengangkutan (transportation), penyimpanan (strorage),
pengolahan atau penggilingan (hulling or polishing) dan pemasaran (marketing).
Proses pasca panen merupakan rangkaian masalah yang luas dan kompleks, yang
tidak hanya ditentukan oleh masalah teknis tetapi juga melibatkan masalah social
dan ekonomi. Teknologi pasca panen tepat guna mutlak diperlukan karena
berkaitan dengan jumlah dan mutu komoditas. Penerapan teknologi ini akan
mendorong dihasilkannya komoditas yang lebih beragam, bermutu baik, dan
tersedia di setiap waktu dan tempat. Penanganan pasca panen perlu dukungan
teknologi tepat guna yang dihasilkan melalui penelitian dan melibatkan
keterpaduan antara kegiatan penelitian, pelaksanaan, kebijaksanaan, serta
pembinaan termasuk tata niaganya, seperti dapat dilihat pada gambar 2.1.
(Soemardi dan Thahir, 1991).
Penanganan pascapanen padi perlu diperhatikan dengan baik. Pemanenan,
perontokan, penjemuran, pembersihan, dan penggilingan padi harus dilakukan
dengan cara dan teknologi yang tepat, untuk menekan susut mutu dan susut
jumlah. Sebelum proses penggilingan, proses pengayakan merupakan proses
penting yang harus dilakukan agar pada saat penggilingan padi tidak dapat
menghasilkan beras yang berkualitas karena padi yang digiling adalah padi yang
bagus dan menghasilkan beras yang berkualitas. Perontokan dan pengayakan padi
mempunyai peranan yang sangat vital dalam menghasilkan bulir padi/gabah yang
bagus sehingga pada saat penggiligan dapat dikonversi menjadi beras yang bagus
dan siap diolah untuk dikonsumsi maupun untuk disimpan sebagai cadangan.
Gambar 2. 1 Peranan dan Fungsi Penanganan Pasca Panen, Berkaitan dengan Program dan
Tujuan (Soemardi dan Thahir, 1991).
2.2 Proses Pengolahan Padi
Dalam pengolahan padi dari masa on-farm hingga off-farm meliputi proses :
1. Panen Padi
Ada tiga macam cara panen padi di Indonesia yaitu :
Secara Tradisional (ani-ani).
Secara Manual, tanaman padi dipotong panjang menggunakan sabit
untuk selanjutnya dirontokkan menggunakan gebot.
Secara mekanis, padi dipotong pendek atau dipotong panjang
menggunakan sabit, mesin Mower atau mesin Reaper.
2. Proses perontokan padi
Kegiatan perontokan padi dilakukan setelah kegiatn panen (pasca panen).
Perontokan merupakan tahap penanganan pasca panen setelah pemotongan,
penumpukan dan pengumpulan padi. Pada tahap ini, kehilangan hasil akibat
ketidaktepatan dalam melakukan perontokan dapat mencapai lebih dari 5 %. Cara
perontokan padi telah mengalami perkembangan dari cara digebot menjadi
menggunakan pedal thresher dan power thresher.
Gebotan
Gebotan merupakan alat perontok padi tradisional yang masih banyak
digunakan petani. Bagian komponen alat gebotan terdiri dari:
(a) Rak perontok yang terbuat dari bambu/kayu dengan 4 kaki berdiri di atas
tanah, dapat dipindah-pindah.
(b) Meja rak perontok terbuat dari belahan bambu/kayu membujur atau melintang
dengan jarak renggang 1 – 2 cm.
(c) Di bagian belakang, samping kanan dan kiri diberi dinding penutup dari tikar
bambu, plastik lembaran atau terpal sedangkan bagian depan terbuka.
Berikut ini cara perontokan padi dengan alat gebot :
(a) Malai padi diambil secukupnya lalu dipukulkan/digebot pada meja rak
perontok ± 5 kali dan hasil rontokannya akan jatuh di terpal yang ada di
bawah meja rak perontok.
(b) Hasil rontokan berupa gabah kemudian dikumpulkan.
Gambar 2. 2 Perontokan padi dengan cara gebot.
Pedal thresher
Pedal thresher merupakan alat perontok padi dengan konstruksi sederhana
dan digerakan menggunakan tenaga manusia. Kelebihan alat ini dibandingkan
dengan alat gebot adalah mampu menghemat tenaga dan waktu, mudah
diperasikan dan mengurangi kehilangan hasil, kapasitas kerja 75 – 100 kg per jam
dan cukup dioperasikan oleh 1 orang. Bagian komponen pedal thresher terdiri
dari :
(a) Kerangka utama terbuat dari kayu kaso atau pipa besi dengan ukuran
keseluruhan unit bervariasi, biasanya 120 cm x 120 cm.
(b) Silinder perontok terbuat dari lepengan papan berjajar berkeli-ling
membentuk silinder dengan diameter 36 – 38 cm dan lebar 42 – 45 cm. Di
sisi kiri dan kanan ditutup dengan pipa bulat setebal 2 – 3 cm. Pada
lempengan papan tersebut ditancapkan gigi perontok yang terbuat dari kawat
baja berbentuk huruf V terbalik. Ukuran lempengan kayu, tebal 10 – 15 mm,
lebar 90 mm dengan jarak antar lempengan 15 mm. Tinggi perontok ± 50 mm
dengan lebar kaki-kaki sebesar 25 mm dengan jarak antar gigi 40 mm. Jumlah
gigi perontok pada satu lempengan 10 buah dan jumlah lempengan papan 12
buah. Cara pemasang-an gigi perontok 20 mm diberi bantalan ball bearing
yang posisinya duduk pada rangka utama.
(c) Unit transmisi tenaga melalui rantai sepeda dan spocket yang prinsip kerjanya
sama seperti mesin jahit.
(d) Tutup penahan gabah terbuat dari lembaran plastik atau terpal dengan ukuran
> 0 cm x 40 cm x 35 cm. Bagian ini dapat dilepas dari kerangka utama.
Penggunaan pedal thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan
hasil padi sekitar 2,5 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan pedal thresher :
(a) Pedal perontok diinjak dengan kaki naik turun.
(b) Putaran poros pemutar memutar silinder perontok.
(c) Putaran silinder perontok yang memiliki gigi perontok dimanfaatkan
dengan memukul gabah yang menempel pada jerami sampai rontok.
(d) Arah putaran perontok berlawanan dengan posisi operator (men-
jauh dari operator).
Gambar 2. 3 Perontokan padi dengan pedal thresher
Power thresher merupakan mesin perontok yang menggunakan sumber
tenaga penggerak engine. Kelebihan mesin perontok ini dibandingkan dengan
alat perontok lainnya adalah kapasitas kerja lebih besar dan efisiensi kerja lebih
tinggi. Bagian komponen power thresher terdiri dari:
(a) Kerangka utama terbuat dari besi siku, uk. 40 mm x 40 mm x 4 mm dan plat
lembaran baja lunak tebal 1 – 3 mm, merupakan kedudukan komponen
lainnya.
(b) Silinder perontok terbuat dari besi strip dengan diameter berjajar berkeliling
membentuk silinder dengan diameter 30 – 40 cm dan lebar 40 – 60 cm. Di
sisi kiri dan kanan ditutup dengan lembaran bulat tebal 2 – 3 mm. Pada besi
strip yang melintang tersebut terpasang gigi perontok yang terbuat dari besi as
baja 10 mm, panjang 50 – 60 mm diperkuat dengan mur. Jumlah gigi
perontok 30 – 88 buah. Diameter poros perontok 25 mm, pada kedua ujung
poros diberi bantalan ball bearing yang posisinya duduk pada kerangka
utama.
(c) Dalam ruang silinder terdapat sirip pembawa, saringan perontok dan pelat
pendorong jerami. Sirip pembawa terletak di bagian atas silinder perontok,
terletak menempel pada tutup atas perontok. Sirip ini mengarah ke pintu
pengeluaran jerami di sebelah belakang mesin perontok. Terbuat dari plat
lembaran dengan tebal 1 – 2 mm. Jaringan perontok terletak di sebelah bawah
silinder perontok, terbuat dari kawat baja atau besi baja 0,6 – 8 mm bersusun
menjajar, membentuk setengah lingkar-an, jarak antar besi baja adalah 18 –
20 mm dan jarak antara ujung gigi perontok dan jaringan minimal 15 mm.
Pelat pendorong jerami terpasang pada silinder perontok yang tak terpasang
gigi perontok. Bagian ini terbuat dari besi plat tebal 2 – 3 mm denngan
ukuran 15 – 15 mm.
(d) Ayakan terletak di sebelah bawah saringan perontok, ukuran ayakan 45 mm x
390 mm, terbuat dari plat lembaran tebal 1,5 – 2 mm. Ayakan terdiri dari 2
tingkat. Bagian atas berlubang-lubang dengan ukuran 13 mm x 13 mm dan
bagian bawah rata. Ayakan ini bergerak maju mundur dan naik turun melalui
sitem as nocken.
(e) Kipas angin terbuat dari plastik dengan jumlah daun kipas 5 – 7 buah.
(f) Unit transmisi tenaga, melalui puller dan V belt dari motor penggerak silinder
perontok, kipas angin dan gerakan ayakan type V belt yang digunakan adalah
tipe B. Putaran silinder perontok untuk merontokan padi adalah 500 – 600
RPM.
Penggunaan power thresher dalam perontokan dapat menekan kehilangan
hasil padi sekitar 3 %. Berikut ini cara perontokan padi dengan power thresher :
(a) Pemotongan tangkai pendek disarankan untuk merontok dengan mesin
perontok tipe “throw in” dimana semua bagian yang akan dirontok masuk ke
dalam ruang perontok.
(b) Pemotongan tangkai panjang disarankan untuk merontok secara manual
denngan alat atau mesin yang mempunyai tipe “Hold on” dimana tangki
jerami dipegang, hanya bagian ujung padi yang ada butirannya ditekankan
kepada alat perontok.
(c) Setelah mesin dihidupkan, atur putaran silinder perontok sesuai dengan yang
diinginkan untuk merontok padi
(d) Putaran silinder perontok akan mengisap jerami padi yang di-masukkan dari
pintu pemasuk-kan.
(e) Jerami akan berputar-putar di dalam ruang perontok, tergesek terpukul dan
terbawa oleh gigi perontok dan sirip pembwa menuju pintu pengeluaran
jerami.
(f) Butiran padi yang rontok dari jerami akan jatuh melalui saringan perontok,
sedang jerami akan terdorong oleh plat pendorong ke pintu peng-eluaran
jerami.
(g) Butiran padi, potongan jerami dan kotoran yang lolos dari saringan perontok
akan jatuh ke ayakan dengan bergoyang dan juga terhembus oleh kipas angin.
(h) Butiran hampa atau benda-benda ringan lainnya akan tertiup terbuang melalui
pintu pengeluaran kotoran ringan.
(i) Benda yang lebih besar dari butiran padi akan terpisah melalui ayakan yang
berlubang, sedangkan butir padi akan jatuh dan tertampung pada pintu
pengeluaran padi bernas.
Gambar 2. 4 Perontokan padi dengan power thresher
3. Pembersih/Pengayakan padi
Proses ini dilakukan untuk memisahkan padi bersih dengan kotoran dan
padi hampa dengan memanfaatkan hembusan angin.
4. Pengeringan dan penyimpanan
Proses pengeringan merupakan proses untuk mengurangi kadar air yang
terdapat didalam bulir padi sehingga pada proses penggilingan padi tidak patah
atau bulir padi tidak mengecil karena terkikis pada saat penyosohan.
5. Penggilingan dan pengemasan dalam bentuk beras.
Proses ini untuk mendapatkan hasil akhir dari pengolahan padi ini menjadi beras
yang akan dimakan.
2.3 Pengertian Proses Pengayakan (Paddy Separator/Winnower)
Proses pengayakan padi merupakan proses penting pasca panen, fungsinya
untuk memisahkan padi yang bersih dengan kotoran, potongan daun, serta padi
hampa yang dapat merusak kualitas beras yang dihasilkan. Pengayak padi atau
Paddy Separator/Winnower adalah proses “penampian” atau memisahkan gabah
(padi) dari kotoran. Proses “pembersihan padi” ini dapat dilakukan sebelum atau
sesudah proses pengeringan. Apabila panen padi dilakukan menggunakan mesin
Combine Harvester, teknologi pembersihan padi tidak diperlukan lagi karena
outlet mesin Combine harvester telah menghasilkan padi yang bersih dari kotoran
dan gabah hampa. Namun bila proses perontokan padi menggunakan threster atau
gebot, maka proses pembersihan/pengayakan padi perlu dilakukan untuk
memperoleh gabah bersih.
Pengayakan padi dapat dilakukan secara tradisional dengan memanfaat hembusan
angin alami saat berada di lapangan menggunakan garpu, shovel, atau keranjang
(terbuat dari anyaman bambu, plastic, atau logam). Mekanisme kerjanya adalah
pada saat ada angina kencang, gabah di taburkan dari atas ke bawah, sehingga
kotoran ringan akan terhembus kesamping dan gabah bersih akan jatuh vertical ke
bawah secara gravitasi. Cara pembersihan padi semacam ini sangat sederhana dan
mudah, akan tetapi kurang efektif dan efisien. Selain itu juga membutuhkan waktu
kerja yang hampir sama dengan proses perontokan manual, yaitu 40-45 kg/jam.
Cara yang lebih efektif dan efisien adalah dengan membuat hembusan angin
buatan (artificial wind). Aliran angin sebaiknya bersifat laminar bukan angin
turbulent. Aliran angin laminar adalah aliran angin yang bergerak kearah maju
secara sejajar, sedangkan aliran angin turbulent bergerak kearah maju secara
acak/berputar.
Paddy Separator/Winnower dirancang untuk menghasilkan aliran angin
buatan (artificial wind) secara laminar dengan bagian utamanya berupa blower
tipe centrifugal. Paddy Separator/Winnower sebagai alat atau mesin “penampi” dipakai
untuk memisahkan butiran padi dari kotoran ringan yang terikut (jerami, butir hampa,
dan benda – benda ringan lainnya), prinsip pemisahannya berlangsung secara gravitasi
berdasarkan atas pusat hembusan angina buatan, sedangkan benda-benda dengan
bobot relatif lebih berat akan jatuh vertical kea rah bawah.
2.4 Jenis – Jenis Pengayak Padi (Paddy Separator/Winnower)
Berdasarkan jenis tenaga penggeraknya, winnower terdiri atas :
1. Pedal Winnower
Pedal Winnower seperti yang tampak pada gambar 2. 5, mempunyai dua
komponen utama berupa baling-baling (Blower) tipe sentrifugal, sirip blower
berjumlah dua, tiga atau empat buah terbuat dari bahan pelat tipis, triplek, kayu
tipis, atau seng. Sirip ini terpusat pada suatu poros besi bulat/kayu bulat yang
kedua ujungnya dipasangi bantalan (Larger/bearing), dan disalah satu sisi poros
dipasang gir sepeda (free wheel) serta rantai/belt yang dihubungi ke engkol (juga
terbuat dari gir depan sepeda engkol). Kedua gir sepeda ini dipasang sejajar sama
tingga dengan jarak 30 cm. Rumah baling-baling (centrifugal blower) berbentuk
silinder dengan dua buah sisi lingkaran berdiameter 85 cm (terbuat dari
kayu/triplek), lebar sisi silinder 36 cm terbuat dari bahan seng yang diperkuat
dengan bilah-bilah kayu dibagian sisi luarnya. Dikedua sisi lingkaran blower
diberi lobang angina (untuk aliran udara masuk) berbentuk lingkaran dengan
diameter lingkaran lebih kurang 25 cm. Apabila lobang ini tidak dibuat, maka
winnower tidak akan menghasilkan aliran angina laminar, bahkan tidak dapat
dioperasikan sama sekali. Seluruh komponen yang terbuat dari kayu disambung
dengan bantuan paku, sedangkan semua komponen yang terbuat dari logam
(kerangka sirip blower da poros) disambung menggunakan las (las karbit atau las
listrik).
Gambar 2. 5 Sketsa Pedal Paddy Separator/Winnower.
Mekanisme kerja Pedal Winnower adalah sebagai berikut :
Bahan biji-bijian dimasukkan kedalam bak penampung (hopper)
secukupnya sesuai dengan luas penampung (hopper).
Operator berdiri tegak disamping winnower, tangan kanan memegang dan
memutar engkol (searah jarum jam), setelah putaran poros mencapai 200
rpm, pelan-pelan sekat pintu pemasukkan biji dibuka/ditarik (berupa sekat
antara ruang hoper dengan ruang penampi).
Dengan demikian biji akan turun secara gravitasi (dalam jumlah sedikit
akan tetapi kontinyu) dan menerima hembusan angin buatan.
Terdapat tiga lubang pengeluaran biji, dimana lubang pertama
mengeluarkan biji bersih, lubang kedua mengeluarkan biji hampa, butir hijau, dan
kotoran lain. Sedangkan kotoran ringan akan terbang dan terlempar keluar di pintu
winnower paling ujung yang merupakan lubang ketiga.
Terdapat juga jenis winnower modifikasi (Gambar 51 dan 52), yaitu
winnower yang mirip dengan Pedal Winnower akan tetapi hembusan anginnya
diperoleh dari kipas atau fan aksial (Kipas/Fan yang umum di jual untuk
keperluan rumah tangga/industri). Namun efisiensi kinerjanya kurang
memuaskan, karena aliran angin buatan masih bersifat turbulen, agar aliran angin
dari fan tipe aksial ini menghasilkan aliran angin yang semi turbulent, maka
didepan fan aksial ini harus ditambahkan kisi-kisi pengarah angin berupa susunan
bilah-bilah material (plat, kayu triplek, papan tipis, atau bilah plastik) yang
disusun sejajar tegak lurus dengan arah angin yang dihasilkan.
2. Paddy Separator Bertenaga Motor
Prinsip kerjanya mirip dengan Pedal Winnower, hanya berbeda pada
tenaga penggeraknya, yaitu motor listrik atau engine. Mekanisme kerja Paddy
Separator adalah : gabah yang akan dibersihkan dimasukkan kedalam Hopper,
kemudian dengan mengatur katup pengumpan gabah akan turun secara grafitasi
kearah pengayak yang bergerak maju mundur karena terhubung dengan poros
eksentrik. Dari pengayak, gabah turun secara gravitasi ke pintu pengeluaran biji.
2.5 Prinsip Kerja Paddy Separator/Winnower
2.6 Fungsi Paddy Separator/Winnower
2.7 Prinsip Kerja Paddy Separator/Winnower
BAB III. METODOLOGI
BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN
BAB V. PENUTUP