jurnal bimbingan kelompok dengan teknik permainan …

14
JURNAL BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN KONTROL DIRI PESERTA DIDIK SMP OLEH : FIKI EKA SUGIANTO AHMAD MUHARAM K3112029 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2016

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: JURNAL BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN …

JURNAL

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN SIMULASI

UNTUK MENINGKATKAN KONTROL DIRI

PESERTA DIDIK SMP

OLEH :

FIKI EKA SUGIANTO AHMAD MUHARAM

K3112029

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juli 2016

Page 2: JURNAL BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN …

1

BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN SIMULASI

UNTUK MENINGKATKAN KONTROL DIRI

PESERTA DIDIK SMP

Fiki Eka Sugianto Ahmad Muharam1, Siti Sutarmi Fadhilah2, Chadidjah Husain Abdat3

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret

Email: [email protected], [email protected], [email protected]

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keefektifan bimbingan

kelompok dengan teknik permainan simulasi untuk meningkatkan kontrol diri

peserta didik SMP. Penelitian ini merupakan penelitian Quasi Experimental

Design dengan rancangan Nonequivalent Control Group Design yang terdiri dari

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Subjek penelitian masing-masing

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berjumlah 32 peserta didik yang

dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data

menggunakan angket kontrol diri. Analisis data menggunakan teknik independent

sample t-test dengan bantuan SPSS 18. Berdasarkan hasil analisis menggunakan

independent sample t-test diketahui nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 5.024 dengan nilai signifikansi

0.000<0.05. Sehingga 𝐻𝑂 ditolak dan 𝐻𝑎 diterima. Dengan demikian maka

hipotesis dalam penelitian ini diterima berarti ada perbedaan hasil gain score -

pretest dan posttest kontrol diri pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

yang signifikan. Simpulan yang dapat diambil dari hasil analisis yaitu, bimbingan

kelompok dengan teknik permainan simulasi efektif untuk meningkatkan kontrol

diri peserta didik SMP.

Kata kunci: bimbingan kelompok, permainan simulasi, kontrol diri

ABSTRACT This research aims to investigate the effectivity of group guidance

using simulation games technique to improve self-control of junior high school

students. The research was a Quasi Experimental Design with Nonequivalent

Control Group Design Program which consists of experimental and control

group. The subject of the research were 32 students of each group which is

chosen using purposive sampling technique. The data was collected using self-

control questionnaire. Then, the data was analyzed using paired sample t-test and

independent sample t-test technique with the help of SPSS 18. From the analysis

using independent sample t-test said that the number of tstatistic was 5.024 and

significance number was 0.000<0.05. Therefore, Ho was rejected and Ha is

accepted. Hence the hypothesis of the research, there is a significant difference

between the result of gain score pretest and posttest of self-control in

experimental and control group, is accepted. In conclusion, the group guidance

using simulation games is effective to improve self-control of junior high school

students.

Keyword: group guidance, simulation games, self-control

Page 3: JURNAL BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN …

2

PENDAHULUAN

Kontrol diri merupakan kemampuan individu untuk mengendalikan

seluruh aktivitas individu baik fisik maupun mental. Dengan adanya kontrol diri

individu mampu menjaga dirinya supaya tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal

negatif yang ada di lingkungannya. Borba (2008: 96) mengatakan bahwa kontrol

diri membantu individu mengendalikan perilakunya, sehingga dapat bertindak

benar berdasarkan pikiran dan hati nurani serta memberi kemampuan individu

mengatakan “tidak” pada tindakan yang tidak benar, dan memilih melakukan

tindakan bermoral. Kemampuan kontrol diri perlu dimiliki semua orang terutama

remaja. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa banyak

perubahan yang dialami pada fisik, kognitif, sosial, emosi dan moral. Kemampuan

kontrol diri sangat diperlukan remaja dalam interaksinya dengan lingkungan

supaya mampu menyesuaikan diri, mengendalikan emosi dan mengatur

perilakunya dengan baik.

Remaja dalam interaksinya dengan lingkungan sosial dituntut untuk

berperilaku sesuai dengan aturan. Banyak remaja yang sudah mengetahui perilaku

baik yang diterima oleh lingkungan dan perilaku buruk yang tidak diterima oleh

lingkungan sosial. Prakteknya banyak remaja tidak mampu mengontrol diri dan

perilakunya sesuai dengan aturan. remaja dengan kontrol diri rendah biasanya

bereaksi spontan dan menyampaikan apapun yang diketahui tanpa berpikir

panjang. Perilaku kurang kontrol diri yang sering kita jumpai dalam kehidupan

sehari-hari adalah berbicara dengan orang lain menggunakan kata kasar yang

merendahkan misalnya, bodoh, jelek, dan goblok. Hal tersebut sering

menimbulkan perselisihan sehingga mengakibatkan perkelahian, tindakan

kekerasan, dan perilaku kenakalan remaja lainnya. Kenakalan remaja dapat

digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup

dalam perilaku (Santrock, 2003: 523).

Kinanti (2014) menjelaskan dalam konferensi pers catatan akhir tahun

komnas PA 2014, yang dilakukan di media center komisi nasional perlindungan

anak (30/12/2014), disebutkan dari 3.339 kasus kekerasan yang dilaporkan tahun

Page 4: JURNAL BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN …

3

2013, 16% di antara pelaku adalah anak-anak berusia 14 tahun dan ditahun 2015

diprediksi meningkat dari 12-18% menjadi 38%. Kasus tersebut menunjukkan

bahwa pada permasalahan dan penyimpangan remaja akan terus meningkat jika

tidak adanya kesadaran tentang pentingya kontrol diri dalam aktivitas kehidupan

sehari-hari. Kesadaran tentang pentingnya kontrol diri tidak hanya diterapkan di

rumah namun juga di lingkungan masyarakat, lingkungan pergaulan teman

sebaya, dan di lingkungan sekolah. Dalam lingkungan sekolah remaja sebagai

peserta didik harus disiplin menjalankan sagala aturan dan tata tertib yang ada di

sekolah. Namun, karena kurangnya kemampuan mengontrol diri peserta didik

sering melanggar berbagai aturan kedisiplinan sekolah.

Gorton (dalam Widodo, 2013: 143) mengklasifikasikan pelanggaran

disiplin akibat kontrol diri rendah menjadi 4 kategori, yaitu: (1) Perilaku tidak

sesuai yang dilakukan peserta didik dalam kelas berupa tindakan membantah atau

menjawab kata-kata guru dengan kasar, tidak memperhatikan penjelasan guru,

mengganggu teman lain, melakukan perusakan, mengucapkan kata-kata kotor,

menyontek, dan menyerang teman, (2) Perilaku tidak sesuai yang dilakukan di

luar kelas, meliputi berkelahi, merokok, mengkonsumsi obat-obat terlarang,

mencuri, berjudi, membuang sampah sembarangan, melakukan tindakan yang

digerakkan seseorang, misalnya demonstrasi, berada di tempat-tempat terlarang di

lingkungan sekolah, misalnya bermain-main di laboratorium, (3) Membolos, dan

(4) Terlambat, berupa terlambat hadir di kelas atau sekolah. Masalah-masalah

rendahnya kontrol diri seperti kenakalan remaja, kekerasan, dan pelanggaran

kedisiplinan semua itu berasal dari proses belajar yang kurang baik. Calhoun &

Acocella (1990: 150) mengatakan bahwa masalah-masalah kontrol diri muncul

dimana proses belajar sudah tidak lagi mencukupi atau tidak sesuai. Hal tersebut

menunjukkan bahwa kemampuan kontrol diri dapat berkembang dengan baik jika

proses belajar juga berjalan dengan baik dan lancar.

Proses belajar yang baik harus memperhatikan suasana yang kondusif,

proses belajar aktif, menyenangkan, menumbuhkan motivasi peserta didik serta

memiliki sarana dan prasarana yang dikelola dengan baik. Dalam lingkungan

Page 5: JURNAL BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN …

4

belajar yang baik dan didukung kompetensi tenaga pendidik yang baik,

kemampuan kontrol diri akan berkembang dengan sendirinya. Louge & Forzano

(dalam Aroma & Suminar, 2012) mengatakan beberapa ciri-ciri peserta didik yang

mampu memiliki kontrol diri yang tinggi adalah sebagai berikut: (1) Tekun dan

tetap bertahan dengan tugas yang harus dikerjakan, walaupun banyak mengalami

hambatan, (2) Dapat mengubah perilaku menyesuaikan dengan aturan dan norma

yang berlaku dimana ia berada, (3) Tidak menunjukkan perilaku yang emosional

atau meledak-ledak, dan (4) Bersifat toleran atau dapat menyesuaikan diri

terhadap situasi yang tidak dikehendaki. Kemampuan kontrol diri yang tinggi

akan membawa dampak pada perilaku positif yang akan dilakukan peserta didik

selain itu juga berpengaruh pada pencapaian tujuan dan nilai diri peserta didik.

Bertitik tolak pada hal tersebut, dilakukan observasi dan wawancara

dengan guru bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Negeri 1 Kartasura. Menurut hasil observasi dan wawancara tersebut, diperoleh

informasi bahwa ditemukan beberapa peserta didik SMP Negeri 1 Kartasura yang

menunjukkan gejala kontrol diri yang rendah. Gejala tersebut antara lain terlambat

masuk kelas, tidak memperhatikan penjelasan guru, mengganggu teman lain,

mengucapkan kata-kata kasar, dan membuang sampah sembarangan. Hasil

penyebaran angket kontrol diri pada peserta didik berjumlah 32 diperoleh hasil

yaitu 31.25% memiliki kategori kontrol diri tinggi, 40.63% memiliki kategori

kontrol diri sedang, dan 28.13% memiliki kategori kontrol diri rendah. Kontrol

diri peserta didik yang rendah dirasakan sebagai masalah yang harus segera

mendapat penanganan. Penanganan yang sering diberikan oleh guru bimbingan

dan konseling di SMP Negeri 1 kartasura dalam menangani permasalahan peserta

didik biasanya menggunakan ceramah, penggunaan LKS, konseling dan,

bimbingan kelompok. Dalam pelaksanaan bimbingan kelompok belum banyak

menggunakan variasi teknik yang digunakan.

Mengingat pentingnya peningkatan kontrol diri pada perkembangan

peserta didik maka dibutuhkan layanan bimbingan dan konselingyang efektif

untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri peserta didik. Layanan bimbingan

Page 6: JURNAL BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN …

5

kelompok diprediksikan tepat dalam membantu peserta didik untuk meningkatkan

kontrol diri. Sejalan dengan pendapat Gunarsa (2012: 60) mengatakan bahwa

perilaku dan cara berpikir remaja banyak dipengaruhi oleh cara kelompok

(sebagai kesatuan) berperilaku. Perilaku individu dipengaruhi oleh perilaku

kelompok, apabila kelompok berperilaku baik maka individu anggota kelompok

tersebut juga berperilaku baik. Hartinah (2009: 63) mengatakan “Layanan

bimbingan kelompok merupakan media yang membantu peserta didik dengan

memanfaatkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan bersama”. Dengan

pelaksanaan bimbingan melalaui kegiatan kelompok peserta didik dapat mencapai

tujuan bersama. Bimbingan kelompok yang dilaksanakan akan memberikan

pengalaman-pengalaman baru, gagasan, serta diharapkan pemahaman kepada

peserta didik mengenai pentingnya upaya-upaya peningkatan kontrol diri.

Layanan bimbingan kelompok terdiri dari berbagai teknik, permainan

simulasi diprediksikan efektif dalam meningkatkan kontrol diri. Majid (2013:

206) mengatakan bahwa permainan simulasi adalah cara penyajian pengalaman

belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk memahami tentang konsep,

prinsip, atau keterampilan tertentu. Permainan simulasi dimaksudkan untuk

memberikan suatu pengetahuan dan wawasan yang berguna dalam mengatasi

permasalahan kontrol diri rendah yang ada pada peserta didik disederhanakan

sesuai tingkatan anak SMP.

Berdasarkan fenomena tersebut maka peneliti terdorong untuk

mengadakan penelitian eksperimen dengan judul “Bimbingan Kelompok dengan

Teknik Permainan Simulasi untuk Meningkatkan Kontrol Diri Peserta Didik

Kelas VIII SMP Negeri 1 Kartasura Tahun Ajaran 2015/2016”.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam desain penelitian ini adalah eksperimen.

Menurut Sugiyono (2013: 73) bentuk desain eksperimen, yaitu: Pre- Experimental

Design, True Experimental Design, Factorial Design, dan Quasi Experimental

Design. Penelitian ini dilakukan menggunakan desain penelitian ekperimen semu

Page 7: JURNAL BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN …

6

(Quasi Experimental Design). Tujuan desain ekperimen semu (Quasi

Experimental Design) adalah untuk memprediksi keadaan yang dapat dicapai

melalui eksperimen yang sebenarnya, tetapi tidak ada pengontrolan atau

manipulasi terhadap seluruh variabel yang relevan (Arifin 2011: 74). Jenis desain

penelitian eksperimen semu yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group

Design. Nonequivalent Control Group Design merupakan suatu rancangan

penelitian yang terdiri dari dua kelompok, yaitu, kelompok eksperimen yang

diberi treatment dan kelompok kontrol yang tidak diberi treatment.

Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VIII SMP Negeri 1

Kartasura yang terdiri kelas VIII I sebagai kelompok eksperimen yang terdiri dari

32 peserta didik dan kelas VIII F sebagai kelompok kontrol yang terdiri dari 32

peserta didik. Pengambilan subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Purposive Sampling. Dalam penelitian ini dicari kelas dengan kriteria peserta

didiknya menunjukkan gejala kontrol diri rendah paling nampak, digunakan

sebagai subjek penelitian menurut hasil wawancara dan observasi. Analisis data

menggunakan bantuan SPSS 18 dengan rumus T-test. Analisis T-test yang

digunakan adalah independent sample t-test. Penggunaan analisis independent

sample t-test digunakan untuk mengetahui perbedaan gain score dari pretest dan

posttest antara kelompok eksperimen yang menerima treatment dengan kelompok

kontrol yang tidak menerima treatment.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Penelitian

Pengujian dilakukan dengan penghitungan mean pretest dan posttest

terlebih dahulu pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk

mengetahui berapa besar peningkatan mean antara kedua kelompok yaitu

kelompok eksperimen yang mendapatkan treatment dengan kelompok kontrol

yang tidak mendapatkan treatment. Berikut hasil penghitungan mean antara kedua

kelompok yaitu kelompok eksperimen yang mendapatkan treatment dengan

kelompok kontrol tersebut:

Page 8: JURNAL BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN …

7

Tabel 1. Deskripsi Mean Skor Pretest - Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol

Mean Std. Deviation

Pretest Eksperimen 126.56 9.765

Posttest Eksperimen 140.69 12.167

Posttest Kontrol 133.09 13.206

Pretest Kontrol 135.38 12.207

Valid N (listwise)

Tabel 1, di atas menunjukkan bahwa nilai mean pretest kelompok

eksperimen sebesar 126.56, sedangkan nilai mean posttest menjadi 140.69

sehingga dapat diketahui terdapat kenaikan sebesar 14.13 poin. Sedangkan

kelompok kontrol diketahui bahwa nilai mean pretest sebesar 133.09, sedangkan

nilai mean posttest menjadi 135.38, sehingga dapat diketahui terdapat kenaikan

sebesar 2.29 poin. Dari perhitungan mean di atas dapat dikatakan bahwa

peningkatan nilai mean kelompok eksperimen yang mendapatkan treatment

permainan simulasi lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan nilai mean

kelompok kontrol tanpa diberikan treatment. Berikut disajikan histogram

perbedaan mean skor pretest - posttest kelompok eksperimen dan kelompok

kontrol:

Gambar 1. Histogram Perbedaan Mean Skor Pretest-posttest Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol

Penelitian ini selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis menggunakan t-

test, yaitu pengujian terhadap gain score antara pretest-posttest pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan teknik independent sample t-test.

115

120

125

130

135

140

145

Eksperimen Kontrol

Histogram Perbedaan Mean Skor Pretest-posttest Kelompok

Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Pretest

Posttest

Page 9: JURNAL BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN …

8

Teknik pengujian hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini dengan

menetapkan taraf signifikansi yaitu 5% (0,05), apabila nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan

signifikansi (p)>0.05, maka 𝐻𝑂 diterima dan 𝐻𝑎 ditolak, tetapi apabila nilai

𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan signifikansi (p)<0.05, maka 𝐻𝑎 diterima dan 𝐻𝑜 ditolak. Adapun

hasil perhitungannya sebagai berikut:

Tabel 2. Hasil Analisis Gain Score Pretest-Posttest antara Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol.

Independent Sample Test

Levene's Test

for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-

tailed)

Mean

Difference

Std. Error

Difference

95%

Confidence

Interval of the

Difference

Lower Upper

Equal

variances

assumed

3.891 0.053 5.024 62 0.000 11.844 2.357 7.132 16.556

Equal

variances

not

assumed

5.024 57.209 0.000 11.844 2.357 7.124 16.564

Tabel 2, di atas menunjukkan hasil analisis independent sample t-test

diperoleh nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 5.024 dengan nilai signifikansi 0.000. Dengan hasil

signifikansi sebesar 0.000<0.05, menunjukkan bahwa 𝐻𝑂 ditolak dan 𝐻𝑎 diterima,

berarti diketahui bahwa ada perbedaan hasil gain score - pretest dan posttest

kontrol diri pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang sangat

signifikan.

Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan bimbingan

kelompok dengan teknik permainan simulasi untuk meningkatkan kontrol diri

peserta didik SMP. Hasil pengujian gain score antara pretest dan posttest angket

kontrol diri pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan

independent sample t-test diketahui nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 5.024 dan hasil signifikansi

sebesar 0.000<0.05. Dengan hasil signifikansi sebesar 0.000<0.05, menunjukkan

Page 10: JURNAL BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN …

9

bahwa 𝐻𝑂 ditolak dan 𝐻𝑎 diterima, berarti diketahui bahwa ada perbedaan hasil

gain score pretest dan posttest kontrol diri pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol yang sangat signifikan. Perbedaan peningkatan kemampuan

kontrol diri yang dilihat dari analisis gain score ini terjadi karena pemberian

treatment pada kelompok eksperimen.

Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan

kontrol diri yang terjadi merupakan hasil treatment bimbingan kelompok dengan

teknik permainan simulasi yang diberikan kepada kelompok eksperimen. Gillispie

(dalam Hasan, dkk: 2011) mengatakan bahwa permainan simulasi sebagai upaya

untuk menyediakan lingkungan bagi peserta atau pemain yang tidak akan mereka

alami seperti biasa yaitu, lingkungan yang ditarik dari kenyataan di mana

fenomena yang ada dimasyarakat yang membentuk situasi kompleks dan kadang-

kadang membingungkan, menjadi situasi yang lebih mudah dipahami, jelas, dan

mendidik. Sehingga dalam permainan simulasi menyediakan keuntungan yang

tidak ditemukan dalam latihan dengan menggunakan cara yang lain.

Peterson (dalam Gredler M. E: 2004) menjelaskan permainan simulasi

memiliki beberapa keuntungan yaitu; Pertama, permainan simulasi mampu

menjembatani kesenjangan antara ruang kelas dan dunia nyata dengan

menyediakan pengalaman dengan masalah yang lebih berkembang dan kompleks.

Kedua, permainan simulasi dapat mengungkapkan kesalahpahaman dan

pemahaman peserta didik tentang konten atau materi yang diberikan. Ketiga, dan

yang paling penting, permainan simulasi dapat menyediakan informasi tentang

strategi penyelesaian masalah peserta didik. Dengan berbagai keuntungan yang

didapat sehingga peneliti menggunakan permainan simulasi untuk meningkatkan

kontrol diri peserta didik.

Permainan simulasi membuat peserta didik terlibat secara aktif dengan

memerankan suatu peran berdasarkan kartu tugas simulasi, saling bekerjasam dan

menciptakan dinamika kelompok yang baik. Kartu tugas simulasi ini berisikan

tentang kegiatan, pertanyaan, dan peristiwa yang berkaitan dengan kontrol diri

Page 11: JURNAL BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN …

10

sehingga ketika diperankan menambah pengetahuan, informasi, keterampilan dan

pengalaman peserta didik tentang kontrol diri seperti mampu mengatur perilaku,

melakukan pertimbangan kognitif dan mampu mengambil keputusan dengan

tepat. Semua itu membuat peserta didik untuk. Permainan simulasi ini selain

untuk meningkatkan kemampuan kontrol diri peserta didik juga digunakan untuk

mengubah perilaku kontrol diri rendah pada peserta didik.

Perilaku kontrol diri rendah yang diubah dengan permainan simulasi

yaitu: (1) Perilaku tidak sesuai yang dilakukan peserta didik dalam kelas berupa

tindakan membantah atau menjawab kata-kata guru dengan kasar, tidak

memperhatikan penjelasan guru, mengganggu teman lain, mengucapkan kata-kata

kotor (2) Perilaku tidak sesuai yang dilakukan di luar kelas, meliputi membuang

sampah sembarangan (3) Terlambat, berupa terlambat hadir di kelas atau sekolah.

Setelah dilaksanakan treatment bimbingan kelompok dengan teknik permainan

simulasi intensitas kemunculan perilaku kontrol diri rendah dapat diubah dan

dikurangi namun ada perilaku yang belum bisa untuk diubah seperti mengganggu

teman lain, dan membuang sampah sembarangan. Perilaku kontrol diri rendah

berkaitan erat dengan keadaan emosi peserta didik. Pergolakan emosi yang terjadi

pada peserta didik tidak terlepas dari berbagai macam pengaruh, seperti

lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman- teman sebaya serta

aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari (Lestari, 2012).

Pelaksanaan permainan simulasi terkadang tidak berjalan dengan baik

seperti yang dikehendaki guru bimbingan dan konseling, masih ada peserta didik

yang merasa malu saat tampil ataupun membuat kesalahan dengan melakukan

pemeranan yang tidak sesuai dengan topik kartu tugas simulasi yang diperankan.

Namun, demikian peserta didik tetap diberikan kesempatan untuk memeperbaiki

penampilanya dan diberikan pengarahan tentang hal yang tidak dimengerti.

Dudziak W & Hendrickson C (1998) mengatakan bahwa peserta didik yang

melakukan permainan dengan kurang baik mampu mengidentifikasi dan

menganalisis kesalahan mereka. Pemain yang melakukan kesalahan diawal akan

belajar menjadi lebih baik pada permainan selanjutnya. Dengan melakukan

Page 12: JURNAL BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN …

11

permainan simulasi bimbingan kelompok akan menjadi lebih menarik, dan

menyenangkan terutama bagi peserta didik SMP, sehingga tujuan permainan

simulasi untuk meningkatkan kontrol diri peserta didik dapat tercapai.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan pengujian hipotesis menggunakan teknik independent

sample t-test diperoleh nilai 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 5.024 dan hasil signifikansi sebesar 0.000.

Dengan nilai signifikansi 0.000<0.05, maka 𝐻𝑂 ditolak dan 𝐻𝑎 diterima, dengan

demikian dinyatakan bahwa ada perbedaan yang signifikan pada gain score antara

pretest - posttest kontrol diri pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Hasil pengujian independent sample t-test dapat disimpulkan bahwa penelitian

yang dilakukan menggunakan treatment bimbingan kelompok dengan teknik

permainan simulasi efektif untuk meningkatkan kontrol diri peserta didik SMP.

Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti terbukti dan diterima

kebenarannya.

Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi dari hasil penelitian, maka dapat diajukan

beberapa saran sebagai berikut:

1. Guru Bimbingan dan Konseling

Guru bimbingan dan konseling sebaiknya mampu menerapkan bimbingan

kelompok dengan teknik permainan simulasi untuk meningkatkan kontrol diri

serta mampu membuat inovasi baru dalam upaya membantu serta

membimbing peserta didik menyelesaikan masalah dan mengembangkan

potensi yang dimiliki.

2. Peserta Didik

Peserta didik sebaiknya mampu menerapkan pengetahuan, pengalaman, dan

cara menyelesaikan masalah tentang kontrol diri yang didapat dari bimbingan

kelompok dengan teknik permainan simulasi dalam kehidupan sehari-hari.

Page 13: JURNAL BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN …

12

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini sebaiknya digunakan sebagai referensi, informasi dan

pengetahuan tentang cara meningkatkan kontrol diri peserta didik

menggunakan bimbingan kelompok teknik permainan simulasi untuk

dikembangkan dengan subjek dan bidang layanan yang lebih luas.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. (2011). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru.

Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Aroma, I.S & Suminar, D.R. (2012). Hubungan Antara Tingkat Kontrol Diri

Dengan Kecenderungan Perilaku Kenakalan Remaja. Jurnal Psikologi

Pendidikan dan Perkembangan Vol. 01 No. 02.

Borba, Michele. (2008). Membangun Kecerdasan Moral. Terj. Lina Jusuf.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Calhoun J.F & Acocella J.R. (1990). Psikologi tentang Penyesuaian dan

Hubungan Kemanusiaan. Terj. R.S Satmoko. Semarang: IKIP Semarang

Press.

Dudziak W & Hendrickson C. (1988). Simulation Game For Contract

Negotiations. Journal of Management in Engineering. Diperoleh pada 11

Februari 2016, http://ascelibrary.org/doi/10.1061/%28ASCE%299742-

597X%281988%294%3A2%28113%29.

Gredler M. E. (2004). Games and Simulations and Their Relationships to

Learning. Jurnal. Lawrence Erlbaum Associates. Diperoleh pada 11

Februari_2016,http://www.coulthard.com/library/%28gredler%2C%20200

4%29.html.

Gunarsa S.D & Gunarsa, Yulia S.D. (2012). Psikologi untuk Membimbing.

Jakarta: Libra.

Hartinah, Siti. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: PT Refika

Aditama.

Hasan L.M., Atmoko, Aji., Indreswari, Henny. (2011). Teknik Permainan

Simulasi dalam Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Keterampilan

Hubungan Interpersonal Siswa SMP. Jurnal Bimbingan dan Konseling

(JBK). Vol.24, Halm. 213.

Page 14: JURNAL BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK PERMAINAN …

13

Kinanti, A.A. (2014). Komnas PA: 2014, Jumlah Anak yang Jadi Pelaku

Kekerasan Naik 10 Persen. Detik. Diperoleh pada 11 Februari 2016, dari

http://health.detik.com/read/2014/12/30/170045/2790328/763/komnas-pa-

2014-jumlah-anak-yang-jadi-pelaku-kekerasan-naik-10-persen.

Lestari, Indah. (2012). Pengembangan Model Bimbingan Kelompok dengan

Teknik Simulasi untuk Meningkatkan Kecerdasan Emosi Siswa. Jurnal

Bimbingan Konseling. Diperoleh pada 11 Februari pada 2016 pada,

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jubk.

Majid, A. (2013). Strategi penbelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Santrock J.W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. Terj. Shinto B.A &

Sherly Sargih. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Widodo, Bernardus. (2013). Perilaku Disiplin Siswa Ditinjau dari Aspek

Pengendalian Diri (Self Control) dam Keterbukaan Diri (Self Disclosure)

pada Siswa SMK Wonosari Caruban Kabupaten Madiun. Jurnal Widya

Warta No. 01 Tahun XXXV/Januari 2013.