jurusan s1-perbankan syariah fakultas ekonomi dan bisnis
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PENYEBAB DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH
BERMASALAH DI BRI SYARIAH KCP TULANG BAWANG BARAT
Oleh:
AYU UTAMI
141259010
Jurusan S1-Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1441 H / 2019 M
ii
PENYEBAB DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH
BERMASALAH DI BRI SYARIAH KCP TULANG BAWANG BARAT
Diajukan Untuk memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)
Oleh :
AYU UTAMI
141259010
Pembimbing I : SITI ZULAIKHA, S. Ag, M. H
Pembimbing II : SELVIA NURIASARI, M.E.I
Jurusan : S1 Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
METRO LAMPUNG
1441 H/ 2019
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
PENYEBAB DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH
BERMASALAH di BRI SYARIAH KCP TULANG BAWANG BARAT
Oleh:
AYU UTAMI
Bank syariah merupakan sebuah lembaga keuangan yang memenuhi
kebutuhan masyarakat atas transaksi pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu intas pembayaran. Di BRI Syariah
KCP Tulang Bawang Barat produk pembiayaan yang paling diminati oleh
masyarakat yaitu produk pembiayaan murabahah. BRI Syariah KCP Tulang
Bawang Barat dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga yang menghimpun
dana dan menyalurkan dana sering terjadi kasus pembiayaan bermasalah pada
produk murabahah. Pembiayaan bermasalah akan terus meningkat jika tidak
diminimalisir oleh pihak bank.
Metode penelitian yang digunakan merupakan penelitian lapangan (field
research), yang diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data-data
deskriptif. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan sumber data primer
yang diambil dari wawancara, serta data sekunder berupa studi dokumentasi,
kemudian keseluruhan data dikumpulkan selanjutnya peneliti menganalisis data
tersebut hingga memperoleh kesimpulan.
Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti di BRI Syariah KCP
Tulang Bawang Barat, yang pertama faktor penyebab pembiayaan bermasalah ada
dua yaitu pihak bank dan pihak nasabah, selanjutnya bagaimana menangani
pembiayaan bermasalah yaitu dengan pendekatan kekeluargaan, rescheduling,
restructuring dan recondition. Bentuk pencegahan pembiayaan bermasalah yaitu
ketika nasabah mengajukan pembiayaan, maka pihak Bank akan menilai terlebih
dahulu. Dari penilaian ini yang nantinya akan menjadi dasar bagi bank untuk
memutuskan apakah pembiayaan yang diajukan layak untuk direalisasikan atau
tidak. Adapun prinsip-prinsip penilaian yang dilakukan oleh BRI Syariah adalah
dengan menggunakan analisis 5 C yaitu: (Character, Capacity, Capital,
Collateral dan Contition).
vii
ORISINALITAS PENELITIAN
Yang Bertanda Tangan Dibawah Ini:
Nama : Ayu Utami
NPM : 141259010
Jurusan : S1 Perbankan Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam
Menyatakan bahwa skripsi ini keseluruhan adalah asli hasil penelitian saya,
kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan
didalam daftar pustaka.
Metro, 20 september 2019
Ayu Utami
NPM. 141259010
viii
MOTTO
لكمر إن كنتمر وإن ير قوا خا د ن تاصااأ ة وا ا يرسا ما ة إلا ناظرا ة فا ا نا ذو عسر كالامونا ٢٨٠تاعر
“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh
sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu,
lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”
(Q.S. al-Baqarah: 280)
ix
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT saya
persembahkan Skripsi ini kepada:
1. Kedua orangtuaku ayahanda tercinta Ahmad Saifudindan Ibuku terkasih
Mulyati yang tidak pernah lelah mendoakan dan mendukung peneliti baik
dalam bentuk moril materil serta tak pernah henti memberikan kasih
sayang dan memotovasi yang tidak ada batas untuk keberhasilan putrinya.
2. Adik-adikku Rizka Fitriani dan Sofy Ramadhani yang selalu mendoakan
dan menyemangatiku.
3. Sahabat-sahabat terbaikku Ana Hardiyanti, Istiqomah, Karmi Handini,
Shinta Purwati, Welly Sipmiarti, dan Winarti yang telah memberi
semangat dan motivasi.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penyebab
dan Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BRI Syariah KCP
Tulang Bawang Barat” ini dengan baik. Penulisan Skripsi ini adalah sebagai salah
satu bagian dalam persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Strata satu (S1)
Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam (FEBI) Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Metro.
Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang dalam pembuatan skripsi ini telah
memberikan banyak bantuan dalam berbagai bentuk seningga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik. peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag selaku Rektor IAIN Metro.
2. Ibu Dr. Widhiya Ninsiana, M.Hum selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan
Bisnis Islam.
3. Ibu Reonika Puspitasari, M.E.Sy selaku ketua jurusan S1 Perbankan Syariah
4. Ibu Siti Zulaikha, S. Ag, MH selaku pembimbing I yang telah memberi
dukungan, bantuan, perhatian, dan bahan masukan yang bersifat membantu
dalam menyusun proposal ini.
5. Ibu Selvia Nuriasari, M.E.I selaku pembimbing II yang telah memberi
dukungan, bantuan, perhatian, dan bahan masukan yang bersifat membantu
dalam menyusun proposal ini.
xi
6. PT. Bank BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat yang telah memberikan
izin penelitian
7. Almamater IAIN Metro yang telah memberikan pelajaran-pelajaran
intelektual yang berharga.
peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini,
maka peneliti mengharapkan kritik dan saran yang positif yang dapat membantu
memperbaiki hasil penelitian ini.
Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih bagi para dosen, dan semua
orang yang membantu atas selesainya skripsi ini, dan tidak lupa peneliti selalu
berharap semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat dalam pengembangan
ilmu pendidikan perbankan syariah.
Metro, Desember 2019
Ayu Utami
NPM. 141259010
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... iii
HALAMAN NOTA DINAS ........................................................................ iv
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................... vi
ORISINILITAS PENELITIAN ................................................................. vii
MOTTO ....................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ........................................................................................ ix
KATA PENGANTAR ................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ............................................................... 7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian .............................................................. 8
2. Manfaat Penelitian ............................................................ 8
D. Penelitian Relevan ................................................................... 8
xiii
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pembiayaan Murabahah .......................................................... 11
1. Pengertian Pembiayaan Murabahah ................................. 11
2. Dasar Hukum Pembiayaan Murabahah ............................ 12
3. Rukun dan Syarat Pembiayaa Murabahah ....................... 12
4. Murabahah Dalam Perbankan Syariah ............................. 14
B. Pembiayaan Bermasalah .......................................................... 15
1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah ................................. 15
2. Kolektabilitas Pembiayaan ............................................... 17
3. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah ....................... 18
4. Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah............................ 20
5. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah ............................. 22
C. Bank Umum Syariah ................................................................ 24
1. Pengertian Bank Umum Syariah ........................................ 24
2. Kegiatan dan Larangan Bank Umum Syariah ................... 25
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian ......................................................... 27
1. Jenis Penelitian ................................................................. 27
2. Sifat Penelitian .................................................................. 27
B. Sumber Data ............................................................................ 28
1. Sumber Data Primer.......................................................... 28
2. Sumber Data Sekunder ..................................................... 28
C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 29
1. Wawancara........................................................................ 29
2. Dokumentasi ..................................................................... 30
D. Teknik Analisis Data .............................................................. 30
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PERSEMBAHAN
A. Gambaran Umum BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat .... 32
1. Sejarah Berdirinya BRISyariah KCP Tulang Bawang
xiv
Barat ................................................................................. 32
2. Visi dan Misi BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat .... 33
3. Struktur Organisasi BRISyariah KCP Tulang Bawang
Barat ............................................................................... 34
4. Pembiayaan Murabahah di BRISyariah KCP Tulang
Bawang Barat ................................................................... 37
B. Penyebab Terjadinya Pembiayaan Bermasalah dalam Akad
Murabahah pada BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat .... 41
C. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah pada BRISyariah KCP
Tulang Bawang Barat .............................................................. 49
D. Pembahasan Penyebab dan Penyelesaian Pembiayaan yang
Bermasalah pada BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat ..... 54
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 61
B. Saran ........................................................................................ 62
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Murabahah............................................ 14
Table 2.2 Perbedaan Murabahah KUR dan Murabahah Komersil .......... 15
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Unit Mikro BRI Syariah Kantor Cabang
Pembantu Tulang Bawang Barat 2019 ................................... 34
Tabel 4.2 Pembiayaan Murabahah Bermasalah BRI Syariah KCP Tulang
Bawang Barat ........................................................................... 44
Tabel 4.3 Pembiayaan Murabahah Bermasalah BRI Syariah KCP Tulang
Bawang Barat per Desember 2018 ........................................... 45
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Penunjukan Tim Pembimbing Skripsi
2. Surat Perubahan Redaksi Judul/Lokasi Penelitian
3. Surat Izin Research
4. Surat Tugas
5. Surat Keterangan Bebas Pustaka
6. Alat Pengumpulan Data
7. Formulir Konsultasi Bimbingan Skripsi
8. Foto Dokumentasi Penelitian
9. Brosur BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Tulang Bawang Barat
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai
perantara bagi pihak berlebihan dana dan pihak kekurangan dana untuk
kegiatan usaha dan kegiatan lainnya yang sesuai dengan hukum islam. Bank
syariah dalam istilah internasional dikenal dengan Islamic Banking atau
Interest Free Banking merupakan suatu sistem perbankan yang dalam
pelaksanaan operasionalnya tidak menggunakan sistem bunga (riba),
spekulasi (maysir), dan ketidakpastian dan ketidakjelasan (gharar).1
Eksistensi lembaga keuangan perbankan menempati posisi sangat
strategis dalam menjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi di sektor
riil dengan pemilik dana. Dengan demikian, fungsi utama sektor perbankan
dalam infrastruktur kebijakan makro ekonomi memang diarahkan dalam
konteks bagaimana menjadikan uang efektif untuk meningkatkan nilai
tambah ekonomi.
Jenis usaha bank syariah sebagai lembaga keuangan perantara
(Financial Intermediary) secara sederhana dapat dijalankan ke dalam
pendanaan dan pembiayaan, serta jasa. Pendanaan disebut juga dengan sisi
liabilitas atau beban kewajiban yang harus dibayarkan oleh pihak bank
kepada pihak nasabah penabung atau investor. Selanjutnya pembiayaan
1 Nurjanah, Dewi Lela Hilyatin, “Strategi Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah pada
Pembiayaan Murabahah di Bank Syariah Mendiri Cabang Purwokerto”, Jurnal Ekonomi Islam
Vol. 4, No. 1 Januari-Juni 2016, 60.
2
disebut juga dengan asset, dikarenakan dana yang dipergunakan untuk
pembiayaan merupakan asset (kekayaan) bank tersebut. Walaupun bisa jadi
dana yang digunakan berasal dari dana pihak ketiga (DPK).2
Pasal 1 angka 12 UU No. 10 Tahun 1998 menerangkan pengertian
pembiayaan sebagai berikut: pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah
penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau
bagi hasil.3
Pembiayaan atau financing merupakan merupakan salah satu fungsi
bank dalam menjalankan aktivitas penyaluran atau penggunaan dana. Dalam
pelaksanaan pembiayaan, bank syariah harus memenuhi aspek syariah dan
aspek ekonomi, yang berarti bahwa setiap realisasi pembiayaan kepada para
nasabah, bank syariah harus tetap berpedoman kepada syariat islam dan tetap
mempertimbangkan keuntungan baik bagi pihak bank syariah maupun
nasabah bank syariah.
Dalam hal menjalankan perekonomian masyarakat, kini pemerintah
menerbitkan program pembiayaan modal kerja dan investasi yaitu Kredit
Usaha Rakyat (KUR) yang diberikan kepada lembaga-lembaga keuangan
perbankan baik itu syariah maupun konvensional.
2 Ibid 3 Jhoni Asmara, Dahlan, Imam Jauhari, “Proses Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah
Melalui Restrukturisasi, Suatu Penelitian pada Bank Syariah Mandiri Cabang Pembantu Jantho,”
Ilmu Hukum Universitas Syiah Kuala Volume 3, No. 3, Agustus 2015, 22.
3
Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan yang
diberikan oleh perbankan kepada UMKMK yang feasible tapi belum
bankable. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang
baik dan memiliki kemampuan untuk mengambalikan. UMKM dan koperasi
yang diharakan dapat mengakses KUR adalah yang bergerak di sektor usaha
produktif antara lain: pertanian, perikanan, dan kelautan, perindustrian,
kehutanan, dam jasa keuangan simpan pinjam.
Pada tanggal 5 November 2007, presiden meluncurkan Kredit Usaha
Rakyat (KUR) dengan fasilitas penjaminan kredit dari pemerintah melalui PT
askrindo dan Perum Jamkrindo.4 Meskipun program KUR ini berasal dari
pemerintah sumber dana program KUR ini diperoleh 100% dari dana bank itu
sendiri, hanya saja pemerintah ikut andil dalam hal subsidi dan penetapan
marginnya.
Salah satu lembaga keuangan perbankan syariah yang ikut
berkontribusi dalam program KUR adalah BRI Syariah KCP Tulang Bawang
Barat dengan produk KUR Mikro iB BRI Syariah. Program KUR ini sangat
membantu para pengusaha kecil dan menengah karena dengan
diluncurkannya program ini akan lebih memudahkan mereka untuk
memperoleh modal sebagai sarana pendukung usahanya. Program ini
menggunakan akad Murabahah sebagai akad transaksinya. Akad Murabahah
adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya
kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai
4 Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian RI, Kredit Usaha Rakyat, Melalui
http://kur.ekon.go.id Diakses pada Tanggal 23 November 2019 Pukul 19:22 WIB
4
keuntungan yang disepakati.5 Dengan demikian terikat perjanjian yang telah
dibuat bersama.
Disamping menggunakan akad Murabahah, KUR Mikro iB
menggunakan akad Wakalah yaitu pemberian kuasa kepada pihak lain untuk
mengerjakan sesuatu. Dengan tujuan untuk diberikan kebebasan dari bank
kepada nasabah untuk membelikan barang sesuai dengan permintaan nasabah.
Namun, pemberian pembiayaan tersebut tidak selalu mulus pasti ada
permasalahan-permasalahan yang menyebabkan pembiayaan tersebut
bermasalah, pembiayaan bermasalah merupakan salah satu resiko besar yang
terdapat dalam setiap dunia perbankan baik itu bank konvensional maupun
bank syariah. Pembiayaan bermasalah atau macet memberikan dampak yang
buruk terhadap bank. Salah satu dampaknya adalah tidak terlunasinya
pembiayaan sebagian atau seluruhnya. Semakin besar pembiayaan
bermasalah maka akan berdampak buruk terhadap tingkat kesehatan likuiditas
bank. Dan hal ini juga berpengaruh pada menurunnya tingkat kepercayaan
para deposan yang menitipkan dananya.
Pembiayaan bermasalah atau keadaan turunnya mutu pembiayaan
yang tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi selalu memberikan warning sigh atau
faktor-faktor penyebab terlebih dahulu dalam masa pembiayaan.6
Penyebab timbulnya suatu kredit atau pembiayaan bermasalah terdiri
dari faktor internal dan faktor eksternal perbankan. Faktor internal, yaitu
5 Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/8/PBI/2018 Tentang Rasio To Value untuk Kredit
Properti, Rasio Financing To Value untuk Pembiayaan Properti, dan Uang Muka untuk Kredit atau
Pembiayaan kendaraan Bermotor. 6 Trisadini P Usanti, Abd Shomad, Transaksi Bank Syariah, (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), 102.
5
penyebab pembiayaan bermasalah yang berasal dari bank itu sendiri.
Sedangkan faktor eksternal pembiayaan bermasalah disebabkan oleh nasabah
pembiayaan, seperti side streaming yaitu nasabah menggunakan dana tidak
sesuai dengan ketentuan akad, nasabah beritikad tidak baik, tidak jujur, lalai,
dan lain sebagainya. Dapat pula diidentifikasi penyebab timbulnya
pembiayaan bermasalah antara lain karena perubahan politik dan peraturan
perundangan, deregulasi sektor riil, keuangan dan ekonomi.7
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada tanggal 20 Agustus
2018, jumlah nasabah pembiayaan murabahah bermasalah dari tahun 2016 ke
tahun 2018 mengalami penurunan. Pada tahun 2016 jumlah nasabah
pembiayaan murabahah di BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat sejumlah
111 nasabah, ada 15 orang pembiayaan murabahah yang tergolong dalam
pembiayaan bermasalah. Sedangkan pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2017
jumlah nasabah pembiayaan murabahah berjumlah 94 nasabah, ada 10 orang
pembiayaan yang tergolong pembiayaan bermasalah, dan pada tahun 2018
jumlah nasabah pembiayaan berjumlah 105 nasabah, 6 diantaranya termasuk
kedalama pembiayaan bermasalah.8 Artinya tingkat pembiayaan bermasalah
pada BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat masih tergolong rendah, namun
jika tidak segera diatasi maka pembiayaan bermasalah bisa meningkat setiap
tahunnya.
BRI Syariah adalah salah satu bank syariah yang terletak dijalan
utama dan juga berdekatan dengan pasar Dayamurni di Tulang Bawang
7 Nurjanah, Dewi Lela Hilyatin, “Strategi Penyelamatan., 65-66 8 Wawancara dengan bapak Miftahul Farid sebagai Account Officer Mikro, di BRI
Syariah KCP tulang bawang barat, tanggal 30 agustus 2018
6
Barat. Dengan lokasi yang strategis, maka BRI Syariah KCP Tulang Bawang
Barat menjadi salah satu alternatif favorit peminjam atau pembiayaan bagi
para pedagang yang berada di sekitar lokasi. Produk pembiayaan yang banyak
diminati oleh calon nasabah adalah pembiayaan KUR dengan angsuran ringan
dan margin yang relatif rendah menjadi primadona bagi para pedagang atau
petani.
Setiap tahunnya BRI Syariah menyediakan pembiayaan KUR iB
untuk sektor pertanian dan perdangan yang dapat diakses oleh UMKM atau
koperasi. Di BRI Syariah sendiri terdapat 3 AOM (Account Officer Mikro)
yang akan memproses pengajuan pembiayaan sampai pada tahap pencairan.
Masing-masing AOM diberi target oleh Pimpinan Cabang Pembantu + 300
juta setiap bulannya. Pada Agustus tahun 2018 kuota KUR iB di BRI Syariah
hanya tersisa pembiayaan di sektor pedagangan, namun untuk memenuhi
target, Pimpinan Cabang Pembantu menyarankan agar pembiayaan tersebut
dialihkan ke sektor pertanian dikarenakan pembiayaan untuk sektor pertanian
sudah habis, serta untuk memenuhi target pembiayaan yang akan disalurkan
oleh AOM.
Tentu para petani menyambut dengan baik mengenai pembiayaan
tersebut, karena para petani yang kekurangan modal untuk menanam atau
merawat lahannya dapat mengajukan pembiayaan ke BRI Syariah KCP
Tulang Bawang Barat. Namun prediksi dari pihak bank tidak selalu benar
mengenai harga komoditi pertanian dan perkebunan di pasaran, perubahan
cuaca yang menyebabkan gagal panen atau penurunan harga komoditi
7
pertanian secara tiba-tiba menyebabkan nasabah mengalami penurunan
pendapatan.
Pihak BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat tentu saja tidak tidak
menginginkan pembiayaan tersebut mengalami permasalahan, akan tetapi
permasalahan tersebut kerap kali muncul. Oleh karena itu bank syariah akan
melakukan upaya untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah tersebut, agar
dana yang telah disalurkan oleh bank syariah dapat diterima kembali. Akan
tetapi, mengingat dana yang telah dipergunakan oleh bank syariah dalam
memberikan pembiayaan berasal dari dana masyarakat yang ditempatkan di
bank syariah, dan bank syariah dalam memberikan pembiayaan wajib
menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank syariah dan kepentingan
nasabahnya yang telah mempercayakan dananya. Untuk meminimalisir
potensi kerugian akibat pembiayaan bermasalah tersebut, pihak bank perlu
melakukan beberapa tindakan. Tindakan-tindakan pembiayaan bermasalah
diantaranya adalah dengan menawarkan restrukturisasi.9
Restrukturisasi pembiayaan oleh bank umum syariah dilakukan
berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/9/PBI/2011 Tentang Perubahan
atas Peraturan Bank Indonesia nomor 10/18/PBI/2008 Tentang
Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah. Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan bank
dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya.10
Restrukturisasi pembiayaan yang ditawarkan oleh BRI Syariah KCP Tulang
9 Wawancara dengan bapak Subli sebagai Pimpinan Cabang Pembantu, di BRI Syariah
KCP tulang bawang barat, tanggal 20 agustus 2018 10 Peraturan Bank Indonesia No. 13/9/PBI/2011
8
Bawang Barat berupa rescheduling (penjadwalan ulang) apabila nasabah
pembiayaan masih mampu, hanya saja mengalami penurunan kemampuan
dalam membayar angsuran.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai metode BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat dalam
melakukan penanganan dan penyelesaian terhadap nasabah pembiayaan
bermasalah y.ang kemudian akan dilakukan penelitian dengan judul,
“Penyebab dan Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BRI
Syariah KCP Tulang Bawang Barat”.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok
permasalahan penelitian adalah apa penyebab pembiayaan bermasalah dan
bagaimana penyelesaiannya di BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui penyebab pembiayaan murabahah bermasalah
dan penyelesaiannya di BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi
dalam melakukan kajian terkait penyebab dan penyelesaian
pembiayaan murabahah bermasalah.
9
b. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi
lembaga keuangan syariah terkait penyebab dan penyelesaian
pembiayaan murabahah bermasalah.
D. Penelitian Relevan
Penelitian relevan atau yang disebut tinjauan pustaka (Prior Research)
berisi tentang uraian sistematis mengenai hasil penelitian terhadulu (Prior
Research) tentang persoalan yang akan dikaji dengan skripsi.11 Diantara
beberapa kajian yang yang relevan dengan judul diatas, adalah:
1. Penelitian skripsi Ade Abdul Mukti yang berjudul “Analisis Faktor-
Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah, Penelitian pada Karyawan
Bank Muamalat Indonesia Cabang Cirebon”, yang menganalisa faktor
penyebab pembiayaan bermasalah, serta bagaimana pengaruhnya
terhadap pembiayaan bermasalah.12 Penelitian ini berbeda dengan yang
dilakukan oleh Ade Abdul Mukti diatas, kesamaannya yaitu membatasi
pada faktor-faktor penyebab pembiayaan bermasalah, namun berbeda
dalam hal objek dan tempat penelitian, penyebab pembiayaan bermasalah
dan penelitian ini dibatasi oleh pembiayaan murabahah.
2. Penelitian skripsi Bunga Novita Sari yang berjudul “Strategi dalam
Menangani Pembiayaan Bermasalah pada PT. Bank Sumut Cabang
Syariah Medan”, yang menganalisa penyebab pembiayaan bermasalah
11 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro, Pedoman Skripsi
Karya Ilmiah, (Metro: 2015), 39 12 Ade Abdul Mukti, “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah,
Penelitian Pada Karyawan Bank Muamalat Indonesia Cabang Cirebon”, Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon 2013
10
dan strategi dalam menangani pembiayan bermasalah.13 Penelitian ini
berbeda dengan yang dilaksanakan oleh Bunga Novita Sari, kesamaannya
dengan peneliti adalah strategi penyelesian pembiayaan bermasalah.
Tidak dibatasi pada pembiayaan murabahah, penelitian ini juga berbeda
dalam hal objek dan tempat penelitian serta penyebab pembiayaan
bermasalahnya.
3. Penelitian skripsi karya Laili Maulistina yang berjudul “Strategi
Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Terhadap Akad Murabahah dalam
Perspektif Ekonomi Islam Studi Pada Bank Pembiayaan Rakyar Syariah
Bandar Lampung”, yang menganalisa wanprestasi pada pembiayaan
bermasalah.14
Penelitian ini berbeda dengan yang dilaksanakan oleh Laili
Maulistina, kesamaan yaitu membatasi pada akad murabahah, namun
berbeda dalam hal objek dan tempat penelitian, penyebab pembiayaan
bermasalah.
Peneliti memiliki kajian yang sama dengan penelitian terdahulu yaitu
membahas mengenai penyebab dan penyelesaian pembiayaan bermasalah.
Sedangkan perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah
penelitian ini dibatasi pada akad murabahah dan penyelesian pembiayaan
murabahah bermasalah di BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat.
13 Bunga Novita Sari, “Strategi dalam Menangani Pembiayaan Bermasalah pada PT.
Bank Sumut Cabang Syariah Medan”, universitas islam negeri sumatera utara, 2018. 14 Laili Maulistina, “Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Terhadap Akad
Murabahah dalam Perspektif Ekonomi Islam Studi Pada Bank Pembiayaan Rakyar Syariah
Bandar Lampung”, universitas islam negeri raden intan, 2017
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pembiayaan Murabahah
1. Pengertian Pembiayaan Murabahah
Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan
mendefinisikan pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah sebagai
penyedia uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara Bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.15
Akad Murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan
menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya
dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.16
Jadi, murabahah adalah jual beli barang dengan menyertakan
harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan
pembeli. Dengan demikian pihak bank syariah diwajibkan menjelaskan
terkait harga beli dan tambahan keuntungan yang diinginkan kepada
nasabah.
Pembiayaan murabahah berdasarkan Peraturan Bank Indonesia
10/16/PBI/2008 adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu berupa transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah.17
15 Edi Susilo, Analisis Pembiayaan dan Resiko Perbankan Syari’ah Jilid I ( Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2017), 110 16 Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/8/PBI/2018
12
2. Dasar Hukum Pembiayaan Murabahah
a. Al-Qur’an
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu.”18
b. Hadits
ي صلى الل عليه و سل م قا عنه أن النب عن سهيب ر صي الل ارضة وخلط الب ر في هن الب ركة : الب يع إلى أجل والمق ثلا ث ل:
لب يع )رواه ابن ما جه( لب يت لا ل ر ل عي بالشArtinya: Dari Suhaib ar-Rumi radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah
Saw. Bersabda, “tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan:
jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan
mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan
untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah)19
3. Rukun dan Syarat Pembiayaan Murabahah
a. Rukun Murabahah
Rukun Murabahah adalah sebagai berikut:20
1) Pelaku akad, yaitu ba’i (penjual) adalah pihak yang memiliki
barang untuk dijual, dan musytari adalah pihak yang
memerlukan dan akan membeli barang;
2) Objek akad, yaitu mabi’ (barang dagangan) dan tsaman (harga);
3) Shighah, yaitu ijab dan qabul.
17 Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/16/PBI/2008, h. 4 18 QS. An-Nisa’ (4): 29 19 Darsono et.al, Perbankan Syariah di Indonesia Kelembagaan dan Kebijakan serta
Tantangan ke Depan, (Jakarta: Rajawali Press, 2017), 222 20 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), 82
13
b. Syarat Murabahah
Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 7/46/PBI/2005
kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan
Murabahah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut:21
1) Bank menyediakan dana pembiayaan berdasarkan perjanjian
jual beli barang.
2) Jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah kepada
bank ditentukan berdasarkan kesepakatan Bank dan nasabah.
3) Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian
barang yang telah disepakati kualifikasinya.
4) Dalam hal Bank mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk
membeli barang, maka akad Murabahah harus dilakukan setelah
barang secara prinsip menjadi milik bank.
5) Bank dapat meminta nasabah untuk membayar uang muka atau
urbun saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan barang
oleh nasabah.
6) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan agunan
tambahan selain barang yang dibiayai Bank.
7) Kesepakatan marjin harus ditentukan satu kali pada awal Akad
dan tidak berubah selama periode Akad.
8) Angsuran pembiayaan selama periode Akad harus dilakukan
secara proporsional.
Agar jual-beli sah dan halal, transaksi yang berlangsung
haruslah memenuhi rukun dan syarat jual beli. Syarat merupakan
suatu perkara yang wajib dilaksanakan untuk menentukan sah atau
tidakanya suatu perbuatan atau ibadah, namun letaknya berada diluar
perbuatan atau ibadan itu sendiri. Jika syarat jual-beli belum atau
kurang terpenuhi maka jual-beli tersebut dikatakan tidak sah.
21 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005, 11
14
4. Murabahah dalam Perbankan Syariah
Praktik pembiayaan murabahah yang diaplikasikan pada bank
syariah, diawali dengan proses pengajuan pembiayaan oleh nasabah.
Apabila telah disetujui maka berlanjut pada proses pencairan. Pada
praktik penyaluran pembiayaan murabahah, bank bertindak sebagai
pihak penyedia dana, baik sebagian atau seluruh dana yang dibutuhkan
untuk membeli barang yang sesuai dengan kualifikasi nasabah.
Selanjutnya, pembayaran oleh pihak nasabah dapat dilakukan secara
tangguh sesuai dengan kesepakatan kadua pihak.22
2.1 Skema Pembiayaan Murabahah
Skema diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pak Hasan (nasabah) mengajukan pembelian sebuah rumah dengan
mengajukan spesifikasi tertentu kepada Lembaga Keuangan Syariah
(LKS)
22 Nurjanah, Dewi Lela Hilyatin, “Strategi Penyelamatan, 73-74
15
b. LKS mewakilkan kepada pak Hasan untuk mencari dan membeli
rumah sesuai dengan spesifikasi yang diajukan.
c. LKS membeli rumah dari suplier seharga 450 juta, harga tersebut
diketahui oleh Pak Hasan, kemudian menjualnya kepada Pa Hasan
dengan harga 500 juta dengan akad murabahah angsuran.
d. Setelah pemesanan rumah sudah dapat, nasabah dan LKS
mengadakan akad murabahah dengan kesepakatan mengenai
besaran uang muka, besaran laba, jumlah angsuran yag harus
dibayarkan serta jangka waktu angsuran.
e. Pak hasan membayar uang muka sesuai dengan kesepakatan yaitu
140 juta
f. Pak Hasan membayar angsuran sebesar 10 juta setiap bulan selama
tiga tahun atau 36 bulan.
g. Setelah angsuran selesai atau lunas, LKS memberikan sertifikat
rumah kepada Pak Hasan.
Pada BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat terdapat dua jenis
pembiayaan, diantaranya yaitu Murabahah KUR dan Murabahah
Komersil. Berikut ini perbedaannya
Table 2.2 perbedaan Murabahah KUR dan Murabahah
Komersil
No Murabahah KUR Murabahah Komersil
1 Plafon pembiayaan maksimal
25 juta
- Mikro 25iB plafon pembiayaan
5–25 juta
- Mikro 75iB plafon pembiayaan
5–75 juta
16
- Mikro 500iB plafon pembiayaan
>75-500 juta
2 Margin 7% per tahun - Mikro 25iB dengan margin 1,2
%
- Mikro 75iB dengan margin 1 %
- Mikro500iB dengan margin
0,9%
3 Pembiayaan modal kerja
jangka waktu maksimal 3-36
bulan
- Mikro 25iB tenor 6-36 bulan
- Mikro 75iB tenor 6-36 bulan
- Mikro 500iB tenor 6-36 bulan,
6-48 bulan, 6-60 bulan.
4 Telah melakukan usaha aktif
minimal 6 bulan.
- Untuk mikro 75iB dan 500iB ,
lama usaha minimal 2 tahun
- Untuk mikro 25iB lama usaha
minimal 3 tahun
5 Agunan tidak wajib - Mikro 25iB tanpa agunan
- Mikro 75iB agunan berupa
kendaraan bermotor, kios, los
tanah kosong, tanah dan
bangunan, deposito BRI Syariah
- Mikro 500iB agunan berupa
kendaraan bermotor, kios, los
tanah kosong, tanah dan
bangunan, deposito BRI Syariah
6 Tidak ada biaya administrasi Biaya administrasi mengikuti
syarat dan ketentuan yang
berlaku.
Sumber: dokumen sekunder BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat
17
B. Pembiayaan Bermasalah
1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah
Pembiayaan bermasalah atau Non Performing financing (NPF)
adalah penyaluran dana oleh lembaga syariah yang dalam pelaksanaan
pembayaran kembali pembiayaan tidak memenuhi persyaratan yang
dijanjikan, serta tidak menepati jadwal angsuran hingga memberikan
dampak yang merugikan.23
Pembiayaan bermasalah ini dapat digolongkan menjadi tiga
kriteria yaitu, pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet.24
Adiwarman A Karim menjelaskan bahwa risiko pembiayaan adalah
resiko yang disebabkan oleh adanya kegagalan counterparty dalam
memenuhi kewajibannya. Dalam bank syariah, resiko pembiayaan
mencakup risiko terkait produk dan risiko terkait pembiayaan
korporasi.25
Jadi pembiayan bermasalah merupakan penyaluran dana yang
dilakukan bank syariah yang dalam pelaksanaan pembayaran
pembiayaannya nasabah tersebut tidak dapat memenuhi kewajibannya.
Pembiayaan bermasalah ini masuk kedalam golongan kurang lancar,
diragukan dan macet. Pembiayaan bermasalah juga berakibat pada
23 Daniatu Listanti, Moch Dzulkirom, Topoijono, “Upaya Penanganan Pembiayaan
Murabahah Bermasalah di Lembaga Keuangan Syariah,” Administrasi Bisnis Vol. 1 No. 11
Januari 2015, 3. 24 Ibid. 25Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: RajaGrafindo
Persada, 2014), 260
18
kerugian bank yaitu kerugian karena tidak di terimanya kembali dana
yang telah disalurkan, maupun pendapatan keuntungannya.
Sebelum mengalami pembiayaan yang bermasalah terlebih
dahulu akan terdapat tanda-tanda bermasalah seperti: menurunnya jumlah
penjualan, ketidak mampuan dalam merencanakan sebuah usaha, ataupun
key person meninggal. Pada tanda-tanda tersebut bank syariah perlu
melakukan beberapa tindakan sehingga tidak menimbulkan kerugian.
Untuk mengurangi timbulnya pembiayaan bermasalah Bank
Syariah perlu melakukan evaluasi terhadap calon nasabah, dan cara
paling mudah yang dapat dilakukan dengan menggunakan pedoman 5C
yaitu: character, capacity, capital, collateral, dan conditional. Serta
melakukan analisis 5P yaitu: party, purpose, payment, profitability dan
protection. Strategi tersebut perlu dilakukan agar Bank Syariah tidak
banyak mengalami kerugian dan dalam pemberian pembiayaan
murabahah tetap dapat terlaksana.26
2. Kolektibilitas Pembiayaan
Ketidaklancaran nasabah membayar angsuran pokok maupun
bagi hasil/ profit margin pembiayaan menyebabkan adanya kolektabilitas
pembiayaan. 27 Secara umum kolektabilitas pembiayaan dikategorikan
menjadi lima macam, yaitu: 28
a. Pembiayaan lancar (pass)
1) Pembayaran angsuran pokok dan/ bunga tepat waktu
2) Memiliki mutasi rekening yang aktif
26 Daniatu Listanti, Moch Dzulkirom, Topoijono, “Upaya Penanganan, 4 27 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN), 312 28 Edi Susilo, Analisis Pembiayaan., 317-318
19
3) Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai
(cash collateral).
b. Perhatian khusus (special mention)
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ bunga bagu hasil yang
belum melampaui sembilan puluh hari.
2) Kadang-kadang terjadi cerukan; atau
3) Mutasi rekening tidak aktif; atau
4) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan
5) Didukung pinjaman baru.
c. Kurang lancar (substandard)
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bagi hasil
2) Sering terjadi cerukan; atau
3) Frekuensi mutasi rekening terlalu rendah;atau
4) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih
dari sembilan puluh hari
5) Terjadinya indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur
6) Dokumentasi pinjaman yang lemah.
d. Diragukan (doubtful)
1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga.
2) Terjadi cerukan yang bersidat permanen
3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari.
4) Terjadi kapitalisasi bunga.
5) Dokumentasi huku yang lemah baik untuk perjanjian
pembiayaan maupun pengikatan jaminan.
e. Macet (loss)
1) Terjadi tunggakan angsuran pokok dan bunga
2) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru
3) Baik segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat
dicairkan dengan nilai wajar.
Pembiayaan dengan kolektabilitas lancar (pass)adalah masuk
dalam criteria Performing Loan, sedangkan pembiayaan dengan
kolektabilitas dalam perhatian khusus (special mention), kurang lancar
(substandard), diragukan (doubtfull), dan pembiayaan macet masuk
dalam kriteria kredit bermasalah (non-performing loan).29
29 Ibid.
20
3. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah
Keadaan turunnya mutu pembiayaan tidak terjadi secara tiba-
tiba, tetapi selalu memberikan “warning Sign” atau faktor-faktor
penyebab terlebih dahulu dalam masa pembiayaan. Ada beberapa faktor
penyebab pembiayaan bermasalah sebagai berikut:30
a. Faktor intern, yaitu:
1) Naluri bisnis dan kemampuan melakukan analisa kredit yang
belum memadai.
2) Para anggota komite pemutus kredit tidak memiliki integritas
yang baik, sehingga keputusan pemberian kredit diambil tidak
secara mandiri, misalnya dipengaruhi tekanan dari luar.
3) Pengawasan terhadap penggunaan kredit tidak memadai
4) Pemberian kredit tidak cukup atau berlebihan jumlahnya
dibandingkan dengan jumlah kebutuhan yang sesungguhnya.
5) Kreditur tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai atak
dan track record debitur.
b. Faktor ekstern yang mengabaikan debitur tidak dapat memenuhi
kewajibannya terhadap kreditur, yaitu:31
1) Karakter nasabah tidak amanah (tidak jujur dalam memberikan
informasi dan laporan tentang kegiatannya).
2) Melakukan sidestreaming penggunaan data.
30 Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, (Jakarta: Kencana, 2007), 76 31 Trisadini P Usanti, Abd Shomad, Transaksi., 102-103
21
3) Kemampuan pengelolaan nasabah tidak memadai sehingga
kalah dalam persaingan usaha.
4) Usaha yang dijalankan relatif baru.
5) Bidang usaha nasabah terlalu jenuh.
6) Tidak mampu menaggulangi masalah/kurang menguasai bisnis.
7) Meninggalnya key person.
8) Perselisihan sesame direksi.
9) Terjadi bencana alam
10) Adanya kebijakan pemerintah: peraturan suatu produk atau
sektor ekonomi atau industri dapat berdampak positif maupun
negatif bagi perusahaan yang berkaitan dengan industry
tersebut.
4. Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah
Secara garis besar, upaya untuk mengatasi pembiayaan
bermasalah dapat dilakukan melalui upaya-upaya yang bersifat preventif
dan represif/kuratif.32 Upaya yang bersifat preventif (pencegahan)
dilakukan oleh bank sejak permohonan pembiayaan diajukan nasabah,
pelaksanaan analisia yang akurat terhadap data pembiayaan, pembuatan
perjanjian pembiayaan yang benar, pengikatan agunan yang menjamin
kepentingan bank sampai dengan pemantauan atau pengawasan terhadap
pembiayaan yang diberikan. Sedangkan upaya yang bersifat represif atau
32 Nurjanah, Dewi Lela Hilyatin, “Strategi Penyelamatan., 67
22
kuratif adalah upaya mengatasi pembiayaan bermasalah yang bersifat
penyelamatan atau penyelesaian terhadap pembiayaan bermasalah.
Penyelamatan pembiayan dilakukan bank dalam usaha
mengatasi permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh debitur yang
masih memiliki prospek usaha yang baik, namun mengalami kesulitan
pembayaran pokok dan/atau kewajiban-kewaiban lainnya, agar debitur
dapat memenuhi kembali kewajibannya.
Adapun penyelesaian yang ditempuh oleh pihak bank untuk
menyelesaikan pembiayaan bermasalah adalah dengan menawarkan
restrukturisasi. Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan
bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan
kewajibannya.33 Restrukturisasi pembiayaan dilakukan berdasarkan
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/9/PBI/2009 Tentang Perubahan atas
Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18.PBI/2008 Tentang
Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.
Antara lain melalui:
a. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal
pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya;
b. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau
seluruh persyaratan Pembiayaan tanpa menambah sisa pokok
keajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada Bank, antara lain
meliputi:
33 Peraturan bank indonesia nomor 13/9/PBI/2011
23
1) Perubahan jadal pembayaran;
2) Perubahan jadwal angsuran;
3) Perubahan jangka waktu;
4) Perubahan nisbah dalam pembiayaan mudharabah atau
musyarakah;
5) Perubahan proyeksi bagi hasil dalam pembiayaan mudharabah
atau musyarakah; dan/atau
6) Pemberian potongan.
c. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan
Pembiayaan yang antara lain meliputi:
1) Penambahan dana fasilitas Pembiayaan Bank;
2) Konversi akad Pembiayaan;
3) Konversi Pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka
aktu menengah; dan/atau
4) Konversi Pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara
pada perusahaan nasabah, yang dapat disertai dengan
rescheduling atau reconditioning.
Pelaksanaan restrukturisasi pembiayaan yang bermasalah
merupakan salah satu strategi perbaikan kualitas aktiva produktif, diluar
strategi pemutusan hubungan dengan nasabah yang dapat dilakukan baik
dengan penyelesaian melalui jalur hukum, penghapusan pembiayaan
24
maupun dengan tidak memperpanjang lagi pembiayaan yang jatuh
tempo.34
5. Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah
Penyelesaian pembiayaan bermasalah merupakan strategi
dimana pihak bank tidak ingin melanjutkan hubungan bisnis lagi dengan
nasabah dalam konteks waktu jangka panjang kecuali ada faktor-faktor
lain yang sangat mendukung kemungkinan adanya perbaikan kondisi
nasabah. Berikut adalah penyelesaian yang dilakukan:
a. Penyelesaian Melalui Eksekusi Jaminan
Penyelesaian melalui jaminan dilakukan oleh bank syariah
bilamana berdasarkan evaluasi ulang pembiayaan, prospek usaha
nasabah tidak ada/atau nasabah tidak kooperatif untuk
menyelesaikan pembiayaan. Eksekusi jaminan disesuaikan dengan
lembaga jaminan yang membebani benda jaminan tersebut, rahn,
jaminan hipotik, jaminan hak tanggungan, dan jaminan fidusia.35
b. Penyelesaian Melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional.
Berdasarkan klausa dalam perjanjian pembiayaan, jika salah
satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau terjadi perselisihan
diantara kedua belah pihak dan tidak tercapai kesepakatan melalui
musyawarah, maka penyelesaiannya bisa dilakukan melalui Badan
34 Jhoni Asmara, Dahlan, Imam Jauhari, “Proses Penyelesaian, 25-26 35 Trisadini P Usanti, Abd Shomad, Transaksi Bank…,112
25
Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS). Dalam hal ini
BASYARNAS berwewenang:
1) Menyelesaikan secara adil dan cepat sengketa muamalah
(perdata) yang timbul dalam bidang perdagangan, keuangan,
industri, jasa dan lain-lainnya yang menurut hukum dan
peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak
yang bersengketa, dan para pihak sepakat secara tertulis untuk
menyerahkan penyelesaian kepada BASYARNAS sesuai
dengan prosedur BASYARNAS.
2) Memberikan pendapat yang mengikat atas permintaan para
pihak tanpa adanya suatu sengketa mengenai persoalan
berkenaan dengan suatu perjanjian. 36
c. Penyelesaian Melalui Litigasi
Penyelesaian lewat litigasi akan ditempuh oleh bank
bilamana nasabah tidak beritikad baik, yaitu tidak menunjukan
kemauangan untuk memenuhi kewajibannya, sedangkan nasabah
sebenarnya masih mempunyai harta kekayaan lain yang tidak
dikuasai oleh bank atau sengaja disembunyikan atau mempunyai
sumber-sumber lain untuk menyelesaikan kredit macetnya. Sejak
disahkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang
Peradilan Agama maka bilamana terjadi sengketa dalam bidang
muamalah, dapat diselesaikan lewat peradilan agama.37
36 Ibid., 113-114 37 Ibid., 115
26
C. Bank Umum Syariah
1. Pengertian Bank Umum Syariah
Menurut Undang-Undang No. 21 tahun 2008 pasal 1 ayat (1)
Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank
Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan
usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
Dalam pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah disebutkan bahwa Bank Syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut
jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.38
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/9/PBI/2011
tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor
10//12/PBI/2008 tentang restrukturisasi Pembiayan Bagi Bank Syariah
dan Unit Usaha Syariah, Bank Umum Syariah yang selanjutnya disebut
BUS, adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.39
Bank syariah secara umum adalah lembaga keuangan yang usaha
pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam hal lalu lintas
pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan
38 Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 49-50 39 Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/9/PBI/2011
27
prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu berkaitan
dengan masalah uang sebagai dagangan utamanya.40
2. Kegiatan dan Larangan Bank Umum Syariah
Untuk mengenal jenis dan kegiatan usaha Bank Umum Syariah
(BUS), hal ini telah dijelaskan dalam undang-undang perbankan syariah
sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang RI no. 21 Tahun 2008
Pasal 19. Berdasarkan Pasal 19 Kegiatan Bank Umum Syariah
mencakup:41
a. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan
atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad
wadiah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah;
b. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito,
tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah;
c. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah,
Akad musyarakah, atau akad-akad lain yang tidak bertentangan
dengan Prinsip Syariah;
d. Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad
salam, Akad istishna’, atau akad lain yang tidak bertentangan
dengan prinsip Syariah;
e. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Aad lain
yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
f. Menyalurkan pembiayaan penyeaan barang bergera atau tidak
bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/sewa beli
dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak
bertentangan dengan Prinsip Syariah;
g. Melakukan pengembalian utang berdasarkan Akad hawalah atau
Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;
h. Melakukan usaha kartu debit dan/atau kertu pembiayaan berdasarkan
Prinsip Syariah;
40 M Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung: Pustaka Setia, 2012),
98 41 Undang-Undang Republlik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008. Tentang Perbankan
Syariah Pasal 19
28
Larangan bagi Bank umum syariah adalah sebagai berikut:42
a. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan Prinsip
Syariah;
b. Melakukan kegiatan jual beli saham secara langsung di pasar modal;
c. Melakukan penyertaan modal, kecuali melakukan kegiatan usaha
berdasarkan Prinsip Syariah dan melaukan kegiataan penyertaan
modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan Pembiayaan
berdasarkan Prinsip Syariah dengan syarat harus menarik kembali
penyertaannya.; dan
d. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagimana agen
pemasaran produk asuransi syariah.
42 Ibid., 17
29
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Sifat Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field
research). Penelitian lapangan yaitu suatu penelitian yang dilakukan di
lapangan atau dilokasi penelitian, suatu tempat yang dipilih sebagai
lokasi untuk menyelidiki gejala objektif yang terjadi di lokasi tersebut,
yang dilakukan juga untuk penyusunan laporan ilmiah.43 Adapun
maksud dari penelitian diatas adalah penelitian yang mempelajari secara
mendalam tentang penyebab dan penyelesian pembiayaan murabahah
bermasalah di BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat.
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelit`ian deskriptif
yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan dan
pengukuran-pengkuran terhadap gejala tertentu. Dalam penelitian
macam ini landasan teori mulai diperlukan tetapi bukan digunakan
sebagai landasan untuk menentukan kriteria pengukuran terhadap gejala
yang diamati dan akan diukur.44 Penelitian bertujuan untuk memberikan
gambaran penyebab dan penyelesian pembiayaan murabahah bermasalah
di BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat.
43 Abdurahmat Fathoni, Metode Penelitian dan Teori Penyusunan Skripsi Cet 1, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2006), 96. 44 Ibid, 97
30
B. Sumber Data
1. Sumber Data Primer
Sumber data ini adalah sumber pertama dimana sebuah data
dihasilkan.45 Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber
asli.46 Artinya sumber data yang diperoleh langsung dari sumbernya.
Sumber data primer dalam penelitian ini adalah dalam bentuk wawancara
dengan Bapak Subli sebagai Pimpinan Cabang Pembantu (Pincapem),
Bapak Yunan Pahlepi dan Miftahul Farid sebagai Account Officer Mikro
(AOM) yang menangani pembiayaan murabahah yang bermasalah
BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah
sumber data primer. Data yang dihasilkan dari sumber data ini adalah
data sekunder.47 Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk
yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya
sudah dalam bentuk publikasi.48 Data ini biasanya diperoleh dari
perpustakaan, dari laporan-laporan penelitian terdahulu atau dari buku-
buku dan literatur yang berkaitan dengan pembahasan serta dilengkapi
dengan dokumen-dokumen terkait Penyebab dan Penyelesaian
Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Antara lain buku Ismail ,
45 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2013),
129 46 Muhammad, Metodologi Penelitian Islam Pendekatan Kuaitatif, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2008), 103 47 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian., 129 48 Ibid, 102
31
perbankan Syariah; Adiwarman Karim, Bank Islam Analisa Fiqih dan
Keuangan; Edi Susilo, Analisis Pembiayaan dan Risiko Perbankan
Syariah.
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai metode, berbagai
sumber dan berbagai cara. Teknik pengumpulan data ini, digunakan beberapa
metode yaitu:
1. Wawancara (interview)
Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses
tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang
dari pihak yang mewancarai dan jawaban diberikan oleh yang
diwawancara.49
Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara
terstruktur (terpimpin), yaitu wawancara yang pewawancaranya
menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan. Wawancara ini dilakukan dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya. Wawancara dilakukan
untuk memperoleh data dan informasi dari Pimpinan Cabang Pembantu
(Pincapem) yaitu Bapak Subli, Account Officer Mikro (AOM) yaitu
Bapak Yunan Pahlepi dan Miftahul Farid di BRISyariah KCP Tulang
Bawang Barat.
49 Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian., 105
32
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data
berupa data-data tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan
serat pemikiran tentang fenomena yang masih aktual dan sesuai dengan
masalah-masalah penelitian.50
Dokumen diperlukan untuk mendukung kelengkapan data yang
lain. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data melalui
buku-buku penunjang, data jumlah nasabah dan foto-foto. Antara lain
struktur organisasi dan brosur bank yang berkaitan dengan Penyebab dan
Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BRISyariah KCP
Tulang Bawang Barat.
D. Teknik Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah
dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi.
Gambar, foto, dan sebagainya.51 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
teknik analisis data kualitatif dengan menggunakan metode berfikir induktif.
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisirkan data, memilih-milihnya menjadi
satuan yang dapat dikelola, mengsintesiskannya, mencari dan menemukan
50 Muhamad, Metodologi Penelitian., 152 51 Lexy Meleong, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2014), 247
33
pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan
apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.52
Untuk menganalisa data, peneliti menggunakan metode berfikir
induktif yaitu pengambilan keputusan kesimpulan dimulai dari pernyataan
atau fakta-fakta khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat umum.
Teknik induktif digunakan untuk menilai fakta-fakta empiris,
kemudian dicocokkan dengan landasan yang ada. Oleh karenanya induktif
pada penelitian ini, bahwa peneliti akan menyampaikan serta menggambarkan
suatu fakta yang konkrit mengenai penyebab dan penyelesaian pembiayaan
murabahah bermasalah di BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat.
52 Lexy Meleong, Metode Penelitian, 248
34
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat
1. Sejarah Berdirinya BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero),
Tbk., terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah
mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui
suratnya No.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17
November 2008 PT.BRISyari’ah secara resmi beroperasi. Kemudian PT.
BRISyari’ah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara
konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan
prinsp syari’ah Islam.53
Dua tahun lebih PT. BRI Syariah hadir mempersembahkan
sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai
kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih
bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service
excellence) dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan.54
Saat ini PT BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar
berdasarkan aset. PT BRI Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi
aset, jumlah pembiayaan, dan perolehan dan pihak ketiga. Dengan
berfokus pada segmen menengah bawah, PT BRI Syariah menargetkan
53www.brisyariah.co.id diunduh pada 31 Juli 2019 pukul 08.37 WIB. 54Ibid.
35
menjadi bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan
layanan perbankan. Sesuai dengan visinya, PT BRI Syariah merintis
sinergi dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan
memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
sebagai Kantor Layanan Syari’ah dalam mengembangkan bisnis yang
berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan
konsumer berdasarkan prinsip syari’ah.
Pada tanggal 06 september 2013 operasional Kantor Cabang
Pembantu di Tulang Bawang Barat di mulai. Tepatnya beralamat di Jalan
Jendral sudirman No. 206, Pasar Dayamurni, Tulang Bawang Barat.55
2. Visi dan Misi BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat
a. Visi
Menjadi bank ritel modern terkemukan dengan ragam
layanan finansial sesua kebutuhan nasabah dengan jangkauan
termudah untuk kehidupan lebih bermakna.
b. Misi
1) Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam
kebutuhan finansial nasabah.
2) Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika
sesuai dengan prinsip syariah.
3) Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan
pun dan di mana pun.
55 Dokumentasi BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat dikutip pada tanggal 02 juli
2019.
36
4) Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas
hidup dan mengahdirkan ketentraman pikiran.56
3. Struktur Organisasi BRI Syariah KCP Metro
Adapun struktur organisasi di Bank BRISyariah KCP Metro
sebagai berikut:57
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Unit Mikro BRI Syariah KCP Metro
Keterangan:58
a. Pimpinan Cabang Pembantu (Pincapem)
Pincapem bertanggung jawab atas keseluruhan berjalannya
sistem operasional perbankan di level kantor cabang pembantu dan
membawahi keseluruhan bagian.
56Ibid 57Ibid 58 Dokumentasi BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat dikutip pada tanggal 02 juli
2019.
UH (Unit Head)
Imam Mas’ud
AOM (Account Officer Micro)
1. Yunan Pahlepi
2. Mislani Tamrin
3. Miftahul Faris :
O
k
t
a
d
i
a
n
s
y
a
h
:
D
i
Pincapem
Subli
37
b. Unit Head (UH)
Berwenang dalm merencanakan, mengkoordinir dan
menyediakan kegiatan unit mikro syariah untuk menajamin target
anggaran yang ditetapkan secara efektif dan efisien.
c. Account Officer Micro (AOM)
Bertugas mempersiapkan dan melaksanakan rencana atas
account pembiayaan untuk mencapai portofolio pembiayaan yang
berkembang, sehat dan menguntungkan serta menjalankan disiplin
proses sales dan melaksanakan proses marketing untuk segmen
komersial, khususnya pembiayaan mikro. Memasarkan pembiayaan
sesuai dengan ketentuan pembiayaan mikro dengan target yang telah
ditetapkan, melakukan proses pembiayaan baru dan perpanjangan
antara lain, detail analisa kualitatif, menyiapkan kelengkapan dan
keabsahan dokumen pembiayaan serta mengusulkan pembiayaan
kepada komite pembiayaan untuk mendapatkan keputusan,
mengelola tingkat kesehatan pembiayaan nasabah binaan yang
menjadi tanggung jawabnya dan mempertahankan kualitas
pembiayaan yang sesuai dengan target yang ditetapkan.
4. Pembiayaan Murabahah di BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat
Adapun yang dimaksud akad dan pembiayaan murabahah,
adalah jual beli yang harus ada objeknya, yaitu bank membelikan suatu
objek yang diminta nasabah, kemudian menjual kembali dengan
tambahan tingkat margin yang sesuai dengan kesepakatan nasabah dan
38
pihak BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat. Dan nanti akan di angsur
oleh nasabah selama jangka waktu pembiayaan yang diajukan oleh
nasabah.
Skema pembiayaan mikro BRISyariah KCP Tulang Bawang
Barat menggunakan akad murabahah (jual beli), dengan tujuan
pembiayaan untuk modal kerja, investasi dan konsumsi (setinggi-
tingginya 50 % dari tujuan produktif nasabah).59
Pembiayaan ini diperuntukan bagi wirausaha dan atau
pengusaha dengan lama usaha minimal 2 tahun untuk produk
pembiayaan Mikro, dan minimal 6 bulan untuk pembiayaan KUR.
Untuk BI Checking calon nasabah yang akan mengajukan
pembiayaan harus dengan Track Record Kolektabilitas lancar dan tidak
terdaftar dalam DHN BI. Pembiayaan ini diberikan kepada calon nasabah
dengan rentang umur minimal 21 tahun atau yang telah menikah untuk
usia lebih besar atau sama dengan 18 tahun. maksimal 65 tahun pada saat
akhir jangka waktu pembiayaan.
a. Adapun alur atau prosedur untuk pembiayaan Murabahah adalah
sebagai berikut: 60
1) Mengajukan permohonan pembiayaan murabahah yang
didalamnya diketahui penggunaannya untuk membeli barang-
barang berwujud.
59 Brosur BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat dikutip pada tanggal 31 Juli 2019. 60 Hasil wawancara dengan Bapak Subli selaku bagian pimpinan cabang pembantu
(PINCAPEM) di BRI Syariah KCP Metro pada tanggal 02 juli 2019 pukul 10.00 WIB
39
2) Dianalisa oleh bagian pembiayaan dengan menggunakan
pendekatan 5 C (Character, Capital, Capacity, Collateral, dan
Condition).
3) Bila yang mengajukan pembiayaan bukan dari kalangan
pegawai, maka dilakukan observasi atau survey lapangan terlebih
dahulu.
4) Bila hasil analisis tersebut lalu petugas pembiayaan atau Account
Officer Micro (AOM) menyampaikan usulan layak atau tidak
untuk diberikan pwmbiayaan dan untuk mendapatkan
rekomendasi di kepala bagian marketing hingga direksi.
5) Apabila hasil pengajuan pembiayaan ditolak maka pihak bank
akan memberitahukan kepada calon nasabah bahwa permohonan
pembiayaan tidak disetujui, dan jika permohonan disetujui maka
proses dilanjutkan kepada administrasi pembiayaan untuk
dipersiapkan akadnya.
6) Setelah akad beserta dokumen pendukung dianggap lengkap
maka dilanjutkan realisasi pembiayaan dengan langkah sebagai
berikut:
a) Penandatanganan akad dan dokumen pendukung lain.
b) Menandatangani warkat (nota) keuangan yang berkaitan
dengan pembiayaan nasabah.
c) Pencairan dana yang dilakukan setelah proses
penandatanganan pada administrasi terpenuhi.
40
d) Nasabah menerima dana dengan kuasa untuk penggunaan
dana berikut dengan jadwal angsuran sebagai acuan atau
monitoring pembayaran angsuran setiap bulannya.
7) Setelah penerimaan dana dan nasabah membelanjakannya lalu
nasabah diwajibkan ke bank untuk menyetorkan bukti pembelian
dengan jangka waktu penyerahan paling lama satu bulan.
b. Adapun dokumen-dokumen yang harus dipehuni oleh nasabah
pemohon adalah sebagai berikut: Syarat dokumen-dokumen yang
harus dipenuhi
1) Permohonan pembiayaan yang ditandatangani pemohon dan ahli
waris terdekat (suami-istri). Lampiran-lampiran berupa
dokumen: Fotocopy KTP pemohon, fotocopy ahli waris terdekat
(suami-istri), fotocopy Kartu Keluarga (KK), fotocopy surat
nikah, pas foto, fotocopy dokumen jaminan yang akan
diserahkan dan aslinya diserahkan pada saat pencairan bila
disetujui.
2) BI Checking yang bersifat rahasia untuk mengetahui bahwa
nasabah tersebut adalah tidak ada pembiayaan di bank lain dan
kondisi pembiayaan nasabah.
3) Momerandum usulan pembiayaan
4) Surat Persetujuan Prinsip Pembiayaan (SP3)
5) Perjanjian atau akad pembiayaan
6) Wakalah atau surat kuasa
41
7) Jadwal angsuran
8) Surat kuasa menjual barang jaminan (kuasa jual)
9) Surat pernyataan pengosongan barang jaminan apabila
berbentuk tanah dan bangunan
10) Pajak bumi dan bangunan (PBB) tahun terakhir dan izin
mendirikan bangunan (IMB) bila ada.
B. Penyebab Terjadinya Pembiayaan Bermasalah dalam Akad Murabahah
pada BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat
Prosedur pembiayaan adalah suatu gambaran sifat atau metode untuk
melaksanakan kegiatan pembiayaan. Persetujuan pembiayaan kepada setiap
nasabah yang harus dilakukan melalui proses penelitian yang obyektif
terhadap berbagai aspek yang berhubungan dengan objek pembiayaan,
sehingga memberikan keyakinan kepada semua pihak yang terkait, bahwa
nasabah dapat memenuhi segala kewajiban sesuai dengan persyaratan dan
jangka waktu untuk disepakati. Apabila ada suatu hal yang kemudian
menyebabkan ketidakmampuan nasabah untuk memenuhi kewajibannya,
maka bank telah diberi kuasa terhadap jaminan sebagai jalan keluarnya.
Prosedur untuk pengajuan pembiayaan KUR iB di BRI Syariah KCP
Tulang Bawang Barat yaitu nasabah datang ke Bank untuk mengajukan
pengecekan ke BI Cheking yang dilakukan oleh Account Officer Mikro dari
BRI Syariah, BI Cheking dilakukan untuk melihat reputasi pinjaman calon
debitur yang pernah ada apakah dalam keadaan lancar atau bermasalah.
42
Setelah semuanya di chek kemudian pihak bank melakukan tahap prosedur
selanjutnya, salah satunya menganalisis 5 C dala menilai nasabah.61 Prinsip
yang disebut 5C sebagai berikut:
1. Character
Karakter atau sifat dari calon nasabah dalam kehidupan pribadi
atau dalam lingkungan usaha. Karakter atau watak seseorang menjadi
penilaian yang sangat penting dalam pemberian suatu pembiayaan. Di
BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat sendiri lebih mengutamakan
pada penilaian karakter, apabila karakter seseorang sudah bagus maka
akan lancar dala pembiayaannya, karena walaupun calon nasabah mampu
untuk menyelesaikan utangnya, kalau nasabah tidak mempunyai itikad
baik, tentu akan membawa berbagai kesulitan BRI Syariah KCP Tulang
Bawang Barat di kemudian hari. Sedangkan informasi mengenai karakter
atau watak nasabah ini bisa didapatkan melalui pihak ketiga, seperti
keluarga, tetangga sekitar tempat nasabah tinggal, teman, rekan seprofesi,
masyarakat dilingkungan sekitar calon nasabah pembiayaan tersebut
berada, tokoh masyarakat yang berada disekitar lokasi calon pembiayaan,
dan orang-orang yang mempunyai hubungan dengan pemohon lainnya.
Apabila respon dari masyarakat sekitar tentang karakter calon nasabah
tersebut bagus maka pembiayaan akan dilanjutkan keprosedur
selanjutnya.
61 Hasil wawancara dengan Bapak Subli selaku bagian pimpinan cabang pembantu
(PINCAPEM) di BRI Syariah KCP Metro pada tanggal 02 juli 2019 pukul 10.00 WIB
43
2. Capacity
Capacity adalah kemampuan nasabah dalam merancang jenis
usaha yang akan dia jalankan. Dalam menilai kemampuan membayar
nasabah pihak bank menilai dari unsur penghasilan atau pendapatan
nasabah dari profesi pekerjannya. Apabila penghasilan dikurangi dengan
biaya yang dikeluarkan oleh nasabah untuk kebutuhan sehari-hari, lebih
tinggi dibandingkan dengan pengeluaran maka akan diberikan
pembiayaan. Ditanyakan juga nasabah mempunyai usaha lainnnya selain
profesi yang digeluti, jika ada bagaimana perkembangan dari usahanya
apabila usaha bisnisnya dilihat bagus maka pihak bank juga akan
mempertimbangkan juga pembiayaan yang diajukan oleh nasabah
tersebut.
3. Capital
Yaitu penilaian terhadap modal yang dimiliki nasabah yang akan
digunakan untuk menjalankan usahanya. Yang diukur dengan posisi
perusahaan secara keseluruhan yang ditujukan penekanan pada kompisisi
modalnnya. Capital juga melihat penggunaan modal apakah efektif
dilihat dari laporan kauangan (neraca dan laporan rugi/laba).
4. Collateral
Collateral adalah agunan yang diberikan nasabah selanjutnya
dititipkan kepada BRI Syariah KCP tulang Bawang Barat sebagai
jaminan dari nasabah kepada bank. Agunan ini digunakan jika terjadi
pembiayaan macet. Jaminan ini biasanya digunakan dalam pembiayaan
44
adalah sertifikat tanah dan bangunan, kios, BPKB, Deposito di BRI
Syariah KCP Tulang Bawang Barat. Jaminan tersebut merupakan
jaminan yang sah, dalam hal ini jaminan harus benar-benar dilihat dan
mengecek kebenarannya maka prosedur akan dilanjutkan.
5. Condition
Dalam menilai pembiayaan hendaknya dinilai kondisi ekonomi
sekarang dan mungkin untuk masa yang akan datang sesuai dengan
sektor masing-masing, serta diakibatkan dari prospek usaha sektor yang
dijalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya
benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan
pembiayaan tersebut bermasalah relatif kecil.
Proses pemberian Kredit Usaha Rakyat merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara nasabah
dengan BRI Syariah. Dimana peminjam wajib mengembalikan hutangnya
setelah jangka waktu tertentu. Namun pada jangka waktu (masa) pembiayaan
tidak mustahil terjadi suatu kondisi pembiayaan, yaitu adanya suatu
penyimpangan utama dalam hal pembayaran yang menyebabkan
keterlambatan dalam pembayaran atau yang disebut pembiyaan bermasalah.
Pembiayaan bermasalah bukan suatu permasalahan asing yang
dihadapi oleh bank. Karena setiap pemberian pembiayaan mengandung risiko
terhadap kemungkinan tidak terbayarnya angsuran oleh debitur pada akhir
masa jatuh tempo. Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan kemampuan
45
analisis dalam memproyeksikan dan menganalisa risiko-risiko yang terjadi
dimasa yang akan datang, termasuk kebijakan politik dan kondisi
perekonomian yang selalu berubah-ubah dan tidak bisa diperkirakan.
Berikut pembiayaan bermasalah yang terjadi pada nasabah
pembiayaan di BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat sebagai berikut:
Table 4.2. Pembiayaan Murabahah Bermasalah BRI Syariah KCP
Tulang Bawang Barat
Tahun Jumlah Nasabah
Pembiayaan KUR
Jumlah Nasabah
Pembiayaan Bermasalah
2016 111 15
2017 94 10
2018 105 6
Jumlah 310 31
Sumber: Dokumen Sekunder BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat
Berdasarkan data diatas, menunjukan bahwa jumlah nasabah
pembiayaan KUR di BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat cenderung
fluktuatif, sedangkan jumlah nasabah pembiayaan bermasalahnya mengalami
penurunan setiap tahunnya. Dari data tersebut menunjukan bahwa tingkat
pembiayaan bermasalah di BRI Syariah masih relatif rendah sehingga potensi
pembiayaannya macetnya juga rendah. Namun pembiayaan tersebut juga
perlu segera diatasi dengan strategi yang tepat agar pembiyaannya dapat
terselesaikan dan jumlah nasabah bermasalah tidak meningkat setiap
tahunnya.
46
Pembiayaan bermasalah yang terjadi di BRISyariah KCP Tulang
Bawang Barat per Desember 2018 untuk pembiayaan KUR dapat dilihat
melalui table berikut:
Table 4.3 Pembiayaan Murabahah Bermasalah BRI Syariah KCP
Tulang Bawang Barat per Desember 2018
No Kolektabilitas Keterlambatan Jumlah
Nasabah
1 Kol 1 (Lancar) 0 s/d 30 hari 187
2 Kol 2 ( Perhatian Khusus) 30 s/d 60 hari 7
3 Kol 3 (Diragukan) 90 s/d 180 hari 4
4 Kol 4 (Tidak Lancar) 180 s/d 270 hari 4
5 Kol 5 (Macet) >270 hari 4
Sumber: Dokumen Sekunder BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat
Sebagaimana diketahui bahwa dalam setiap pemberian pembiayaan
diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan yang
merupakan unsur utama dalam pembiayaan benar-benat terwujud sehingga
pembiayaan yang diberikan dapat mengenai sasarannya dan terjaminnya
pengembalian pembiayaan tersebut tepat waktunya sesuai dengan akad
perjanjian.
Tidak kembalinya pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah
berarti secara langsung mengancam kelangsungan hidup bank itu sendiri. Hal
tersebut karena penghasilan Bank yang utama adalah dari bagi hasil dan
margin (keuntungan jual beli) yang dikenakan terhadap pembiayaan yang
diberikan. Dana pembiayaan yang diberikan tersebut sebagian berasal dari
simpanan masyarakat baik yang berbentuk giro, tabungan maupun deposito
47
sebagai nasabah yang tertarik menyimpannya karena antara lain diberikan
bagi hasil.
Pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah baik yang digunakan
modal kerja maupun untuk kebutuhan mendesak ada kalanya terjadi
hambatan pengembalian oleh para nasabah sehingga menimbulkan
pembiayaan bermasalah.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan
bermasalah di BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat: Pertama, disebabkan
dari pihak Bank Syariah,62 (1) Lemahnya analis bank artinya marketing
kurang teliti atau tidak hati-hati dalam menganalisis calon nasabah
mengajukan pembiayaan seperti tidak menanyakan apakah calon nasabah
tersebut mempunyai tanggungan hutang atau tidak. (2) Marketing dikejar
target, faktor ini adalah faktor yang sering menjadi alasan timbulnya
pembiayaan bermasalah di BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat. Karena
dikejar target akhirnya marketing menggunakan bermacam cara supaya
pembiayaan yang diajukan nasabah tersebut dicairkan. Marketing melakukan
survey secara tidak mendetail kepada calon nasabah yang mengajukan
pembiayaan padahal didalam survey sudah ada prosedur yang diberikan oleh
bank. (3) Marketing memberikan pembiayaan kepada keluarganya sendiri
atau orang yang dikenal, faktor ini juga menyebabkan pembiayaan
bermasalah di BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat mengalami kemacetan
62 Hasil wawancara dengan Bapak Yunan Pahlepi selaku bagian Account Officer
Marketing (AOM) di BRI Syariah KCP Metro pada tanggal 26 juli 2019 pukul 11.00 WIB
48
karena marketing memberikan pembiayaan hanya atas dasar percaya,
biasanya tidak melalukan survey dengan mendetail.
Kedua, dari pihak nasabah kemacetan pembiayaan terjadi karena
(1) Manajemen usaha kurang baik, nasabah tidak dapat mengelola
usahanya dengan baik, karena nasabah tidak dapat membaca segmen pasar
dengan baik, persaingan sangat tajam, produksi kurang promosi. Akibat
usaha yang dijalankan tidak bisa berkembang.
(2) penggunaan dana tidak sesuai dengan akad. Seperti nasabah
mengajukan pembiayaan untuk modal usahanya membuat toko material.
kemudian ternyata tidak, ditengah perjalanan nasabah berubah pikiran
untuk melakukan usahanya. Dari masalah tersebut terjadi kredit macet
karena nasabah tidak mampu membayar hutang pembiayaan tersebut. (3)
Dana yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan usaha tersebut, dana
yang dibutuhkan oleh nasabah ternyata melebihi pembiayaan yang
diajukan nasabah ke bank. Kemudian nasabah meminjam dana ke tempat
lain sehingga nasabah kesulitan saat membayar.
(3) Kondisi ekonomi, kondisi perekonomian yang kurang baik
menyebabkan pendapatan menurun sedangkan pengeluaran bertambah
sehingga nasabah kesulitanmembayar angsuran kepada BRI Syariah.
(4) Kebijakan Pemerintah, ada kalanya kebijakan pemerintah
yang tidak memihak kepada perkembangan usaha kecil dan menengah
sehingga menyulitkan perkembangannya usahanya.
49
(4) Bencana Alam, pembiayaan bermasalah timbul karena
disebabkan oleh bencana alam yang menerjang usaha nasabah seperti
kebakaran yang terjadi di Pasar Pulung Kencana Tulang Bawang Barat,
mayoritas pedagang adalah nasabah BRI Syariah KCP Tulang Bawang
Barat. Kebakaran terjadi sebanyak dua kali dalam rentang waktu kurang
dari satu tahun sehingga nasabah kehilangan barang dagangannya dan
tidak dapat lagi melanjutkan usahanya yang berimplikasi terhadap
ketidakmampuan nasabah mengembalikan dana yang telah diberikan oleh
BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat.
C. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah pada BRISyariah KCP Tulang
Bawang Barat
Kegiatan operasional BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui pembiayaan akan
menghasilkan pendapatan dalam bentuk margin. Pendapatan tersebut
merupakan roda penggerak bagi kelangsungan hidup BRI Syariah KCP
Tulang Bawang Barat.
Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan produk KUR iB tentu
tidak lepas dari risiko-risiko pembiayaan bermasalah. Dalam penanganan
terhadap nasabah pembiayaan bermasalah BRI Syariah KCP Tulang Bawang
Barat sudah melakukan upaya-upaya yang tepat melalui pemberian Surat
peringatan administrasi dan mencari solusi melalui jalan musyawarah.
BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat juga selalu mengedepankan
keterbukaan dalam setiap permasalahan yang dihadapi nasabah. Karena BRI
50
Syariah KCP Tulang Bawang Barat menganggap nasabah bukan hanya patner
bisnis, akan tetapi juga saudara. Dalam setiap pencarian solusi pembiayaan
bermasalah, BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat menawarkan strategi-
strategi keringanan bagi nasabah yang kesulitan dalam memenuhi kewajiban
dalam mengangsur, yaitu sebagai berikut:63
Pertama, Pendekatan kekeluargaan. Ketika mulai teridentifikasi
bermasalah, nasabah tetap sering dan senantiasa didatangi, diberi tangguh
tanpa diwajibkan denda sedikitpun serta dicari penyebab permasalahan usaha
yang ada, selanjutnya dibantu solusi jalan pemecahannya. Ini biasanya pada
tunggakan kedua dan ketiga. Pada tunggakan keempat tetap dilakukan tingkat
penagihan. Pada tunggakan selanjutnya terkadang baru dikeluarkan surat
resmi angsuran, meski pada beberapa kasusbahkan sampai tunggakan keenam
pun masih diberi kelonggaran dan belum dikeluarkan surat angsuran
mengingat kesulitan yang menimpa nasabah.
Kedua, Rescheduling (Penjadwalan Ulang) 64 merupakan upaya BRI
Syariah KCP Tulang Bawang Barat dalam menyelamatkan pembiayaan
bermasalah yang diberikan pada nasabah. Cara ini dilakukan jika ternyata
pihak nasabah tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya dalam membayar
pembiayaan baik angsuran pokok maupun marginnya. Proses rescheduling ini
disesuaikan dengan pendapatan hasil usaha nasabah yang sedang mengalami
kesulitan. Hal tersebut bisa berbentuk memperpanjang jangka waktu
63Hasil wawancara dengan Bapak Miftahul Farid selaku bagian Account Officer
Marketing (AOM) di BRI Syariah KCP Metro pada tanggal 30 juli 2019 pukul 11.30 WIB 64Hasil wawancara dengan Bapak Subli selaku bagian pimpinan cabang pembantu
(PINCAPEM) di BRI Syariah KCP Metro pada tanggal 20 juli 2019 pukul 10.00 WIB
51
angsuran, misalnya semula angsuran ditetapkan sebulan sekali menjadi dua
bulan sekali.
Ketiga, Restructuring (penyusunan atau penataan ulang) pihak BRI
Syariah memberikan fasilitas penambahan pembiayaan kembali kepada
nasabah yang mengalami masalah dalam usahanya yang disebabkan diluar
kemampuan nasabah, seperti usaha yang terkena musibah kebakaran di pasar
Pulung Kencana tahun lalu.
Keempat, Reconditioning (Persyaratan Kembali) merupakan usaha
dari BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat untuk menyelamatkan
pembiayaan bermasalah dengan cara mengubah sebagian kondisi
(persyaratan) yang semula disepakati. Dalam perubahan kondisi persyaratan
pembiayaan haruslah memperhatikan permasalahan yang dihadapi nasabah
dalam menjalankan usahanya. Dalam hal ini perubahan persyaratan yaitu
penundaan pembayaran margin, dalam artian margin tetap dihitung setelah
nasabah berkesanggupan.
Kelima, Eksekusi (penyitaan barang jaminan nasabah)65 mekanisme
ini ditempuh jika nasabah benar-benar sudah tidak mampu lagi untuk
membayarkan kewajiban angsurannya. Untuk jaminan >100 juta
menggunakan Hak Tanggungan, sedangkan <100 juta menggunakan kuasa
jual. Untuk menjual barang jaminan biasanya pihak BRI Syariah menawarkan
nasabah menjual sendiri jaminannya dengan jangka waktu yang telah
65 Hasil wawancara dengan Bapak Subli selaku bagian pimpinan cabang pembantu
(PINCAPEM) di BRI Syariah KCP Metro pada tanggal 20 juli 2019 pukul 10.00 WIB
52
ditentukan bank. Namun apabila jaminan belum juga terjual maka jaminan
akan diambil alih oleh bank untuk dilakukan lelang.
Sebelum terjadinya pembiayaan bermasalah, BRI Syariah KCP
Tulang Bawang Barat mempunyai beberapa strategi pencegahan sebagai
berikut:66 Pertama, analisis kelayakan bisnis. Sebelum mengabulkan
permohonan pembiayaan nasabah, wajib hukumnya bagi BRI Syariah KCP
Tulang Bawang Barat untuk mengetahui bagaimana kondisi nasabah
pembiayaan, apakah layak untuk mendapatkan pembiayaan atau tidak. Dalam
menilai kelayakan nasabah untuk mendapatkan pembiayaan BRI Syariah
KCP Tulang Bawang Barat menggunakan aspek 5 C. analisa 5 C digunakan
sebagai langkah awal dalam menentukan status nasabah, apakah layak
mendapatkan pembiayaan atau tidak.
Kedua, survey.67 Survey yang dilakukan BRI Syariah KCP Tulang
Bawang Baratadalah dengan mengunjungi tempat usaha nasabah. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui kondisi nasabah yang sebenarnya, agar dapat
dicocokkan dengan keterangan nasabah pada saat permohonan pembiayaan
kepada BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat.
Kegiatan survey yang dilakukan dapat menjawab aspek 5 C yang
dibutuhkan bank dalam menganalisis kemampuan dan karakter nasabah.
Selain mengunjungi tempat usaha nasabah BRI Syariah KCP Tulang Bawang
Barat juga melakukan survey melalui supplier (pemasok) barang dagangan
66 Hasil wawancara dengan Bapak Miftahul Farid selaku bagian Account Officer
Marketing (AOM) di BRI Syariah KCP Metro pada tanggal 30 juli 2019 pukul 11.30 WIB 67 Hasil wawancara dengan Bapak Miftahul Farid selaku bagian Account Officer
Marketing (AOM) di BRI Syariah KCP Metro pada tanggal 30 juli 2019 pukul 11.30 WIB
53
yang bekerjasama dengan nasabah. Dari supplier dapat diketahui bagaimana
karakter nasabah dalam berinteraksi. Survey juga dilakukan pada tetangga
rumah dari nasabah hingga kondisi jaminan yang disertakan dalam
permohonan pembiayaan kepada BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat.
Suevey yang dilakukan pada jaminan meliputi, croscek kepemilikan jaminan
(BPKB atau sertifikat tanah), kondisi tanah (lokasi jaminan), hingga taksiran
harga tanah atau bangunan yang dijaminkan.
Ketiga, pengawasan setelah pencairan.68 Pengawasan ini dilakukan
BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat dengan memberikan perhatian,
berupa mengingatkan nasabah bahwa beberapa hari lagi jatuh tempo
pembayaran angsuran. Bentuk pengingatan tersebut diberikan kepada nasabah
yang memiliki plafon pembiaayaan yang besar. karena mereka memiliki
risiko pembiayaan yang lebih besar daripada nasabah yang memiliki
pembiayaan yang kecil, maka bentuk pengawasan BRI Syariah KCP Tulang
Bawang Barat berupa kunjungan ke tempat usaha nasabah. Hal ini juga akan
meningkatkan rasa kekeluargaan diantara BRI Syariah KCP Tulang Bawang
Barat dengan nasabahnya.
Metode pengawasan yang dilakukan oleh BRI Syariah KCP Tulang
Bawang Barat yaitu: BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat menghubungi
nasabah yang sudah mendekati jatuh tempo pembayaran hutang melalui
telepon, BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat melakukan kunjungan
silaturahin ketempat nasabah (rumah dan atau tempat usaha), mengevaluasi
68 Hasil wawancara dengan Bapak Yunan Pahlepi selaku bagian Account Officer
Marketing (AOM) di BRI Syariah KCP Metro pada tanggal 26 juli 2019 pukul 11.30 WIB
54
mutasi rekening dan atau keuangan nasabah, memperhatikan langsung usaha
nasabah, membantu nasabah untuk menyelesaikan permasalahan yang
dihadapi yang berkaitan langsung dengan problem cash flow.
D. Pembahasan Penyebab dan Penyelesaian Pembiayaan yang Bermasalah
pada BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat
Dalam pelaksanaan pembiayaan pada sektor KUR di BRI Syariah
KCP Tulang Bawang Barat kebanyakan menggunakan akad murabahah yang
mana pihak Bank membantu modal usaha yaitu penambahan perlengkapan
usaha untuk meningkatkan usaha di daerah operasionalnya akan tetapi untuk
pembelian barang yang dibutuhkan nasabah menggunakan akad wakalah
(perwakilan) untuk pengembangan usaha anggota, dimana akad wakalah
merupakan salah satu bentuk perilaku tolong-menolong dengan dasar
kepercayaan dalam melancarkan berbagai aktivitas ekonomi baik di sektor riil
maupun keuangan. Dengan cara BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat
memberikan sejumlah uang/modal yang telah diajukan oleh nasabah dengan
ketentuan slip pembelian barang diserahkan kepihak BRI Syariah KCP
Tulang Bawang Barat tanpa adanya pengurangan ataupun tambahan.
Untuk memperkecil resiko tidak kembalinya pokok pembiayaan,
dalam memberikan pembiayaan bank harus mempertimbangkan beberapa hal
terkait dengan itikad baik dan kemampuan membayar nasabah untuk
melunasi pinjaman. Biasanya kriteria penilaian yang umum dan harus
dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak
55
utnuk diberikan, dengana dilakukan analisis 5 C. hal yang paling utama
adalah untuk melihat itikad baik nasabah adalah dengan menilai karakter.
Character merupakan sifat atau watak seseorang, bertujuan untuk
memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat atau karakter orang yang
akan diberi pembiayaan benar-benar dapat dipercaya.69 Untuk melihat watak
atau sifat dari calon debitur dapat dilihat dari latar belakang si nasabah, baik
yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi. Dari
sifat dan watak ini dapat dijadikan suatu ukuran tentang kemauan nasabah
untuk membayar. Apabila karakter seseorang sudah bagus maka akan lancar
pembiayaannya, karena walaupun calon nasabah mampu untuk menyelesaian
utangnya kalau nasabah tidak mempunyai itikad baik tentu akan
menimbulkan pembiayaan bermasalah.
Yang kedua adalah condition, dalam menilai suatu pembiayaan,
hendaknya melihat pula dari segi sektor ekonomi pada saat ini dan dimasa
yang akan dating sesuai dengan sektor masing-masing. Bank juga harus
menganalisis keadaan pasar di dalam dan diluar negeri baik masa lalu
maupun masa yang akan datang, sehingga masa depan pemasaran dan hasil
proyek atau usaha calon nasabah debitur yang dibiayai dapat diketahui.70
Namun pada kenyataannya prediksi bank tidak selalu tepat, kadang kala
diawal pembiayaan harga komoditi pertanian mengalani peningkatan namun
pada pertengahan pembiayaan tiba-tiba terjadi penurunan harga yang drastis
sehingga menyebabkan penurunan pendapatan para petani. Cuaca ekstrem
69 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: Rajawali Press, 2016), 136 70 Sumar’in, Konsep Kelembagaan., 117
56
juga bisa menyebabkan petani gagal panen sehingga nasabah tidak dapat
memenuhi kewajiaban membayar angsuran kepada bank.
Dalam melakukan analisa terhadap penanganan pembiayaan
bermasalah, petugas atau pegawai harus mengetahui dan memprediksi
masalah yang mungkin menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah.
Pengenalan masalah secara dini sangat penting agar bank dapat
mempersiapkan langkah-langkah pengamanan dan menyusun strategi yang
tepat, sehingga kerugian yang lebih besar dapat diminimalisir.
Penanganan atas pembiayaan bermasalah dapat dilakukan dengan
sistematis dengan menindak lanjuti secara lebih awal yang diperoleh dari
pengamatan secara langsung dari nasabah dan diwaspadai dengan
menentukan langkah yang tepat untuk melakukan perbaikan sebelum
terjadinya pembiayaan dan berkembang semakin buruk.
Sebelum pembiayaan yang diberikan kepada nasabah bank harus
yakin bahwa pembiayaan yang diberikan benar-benar akan kembali.
Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian.
Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah mengandung resiko
yang berakibat pada pembiayaan bermasalah yang dapat mengganggu
operasional dan likuiditas bank. Adanya resiko yang dihadapi bank yaitu
tidak kembalinya fasilitas pembiayaan yang dipinjamkan kepada nasabah
menjadi tolak ukur BRI Syariah. Namun pada kenyataannya dilapangan
seiring waktu pembiayaan murabahah mengalami masalah. Penyebab
57
pembiayaan bermasalah tidak dapat dihindari oleh suatu lembaga keuangan
seperti BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat.
Mengenai pembiayaan bermasalah yang terjadi pada BRI Syariah
KCP Tulang Bawang Barat karena ada beberapa faktor yaitu faktor dari bank
dan nasabah. Faktor bank disebabkan dari pihak perbankan dalam melakukan
analisisnya, pihak analisis kurang teliti sehingga apa yang seharusnya terjadi
tidak di prediksi sebelumnya. Dapat pula terjadi akibat dari pihak analisis
pembiayaan dengan debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara
subjektif.
Targeting dari pimpinan juga menjadi salah satu penyebab
pembiayaan bermasalah pada BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat.
Karena dengan adanya targeting pihak marketing akan melaukan berbagai
cara untuk mencapai targetnya dan mendapatkan bonus bila target tersebut
tercapai. Marketing melakukan survey secara tidak detail kepada calon
nasabah yang mengajukan pembiayaan padahal didalam survey sudah ada
prosedur yang diberikan oleh bank.
Faktor nasabah merupakan faktor yang berada diluar kekuasaan
manajemen perusahaan. Pertama, karakter nasabah. Karakter nasabah yang
tidak amanah seperti penggunaan dana yang tidak sesuai dengan akad. Seperti
saat pengajuan pembiayaan nasabah meminjam dana untuk memajukan usaha
materialnya, namun setelah proses pencairan nasabah berubah pikiran untuk
melanjutkan usahanya seperti membeli kondaraan pribadi bukan kendaraan
58
barang untuk memudahkan usahanya. Sehingga nasabah kesulitan membayar
angsuran kendaraan sedangkan usahanya belum berkembang.
Kedua, manajemen usaha yang kurang baik, nasabah belum bisa
mengelola usahanya dengan baik serta belum bisa membaca segmen pasar.
Sehingga nasabah tidak siap jika menghadapi persaiangan usaha yang
semakin tajam, kurangnya promosi dan pemahaman tentang pemasaran juga
menyebabkan proses distribusi tidak maksimal. Rata-rata nasabah juga belum
bisa untuk mengembangkan hasil pertaniannya, misalnya petani singkong
yang hanya akan menjual singkongnya ke pengepul mereka belum bisa
mengolah singkong menjadi panganan yang bernilai lebih sehingga dapat
menghasilkan keuntungan yang lebih banyak.
Ketiga, kebijakan pemerintah. Ada kalanya kebijakan pemerintah
dapat merugikan para petani kecil sehingga menyulitkan perkembangan
usahnya. Misalnya harga komoditi singkong dan karet yang menurun drastis
menyebabkan para petani mengalami kemerosotan pendapatan. Sehingga
angsuran ke bank juga menjadi terganggu karena pendapatannya digunakan
untuk kebutuhan sehari-hari.
Pembiayaan bermasalah pada lembaga keuangan bukan hal yang
baru untuk didengar. Tidak sedikit lembaga keuangan hancur karena tidak
mampu memanajemen masalah dengan baik, resiko pembiayaan bermasalah
pasti akan dihadapi sebagai resiko pemberian pembiayaan. Dari setiap
penyaluran pembiayaan yang diberikan mengandung resiko karena adanya
59
keterbatasan kemampuan manusia dalam memprediksi masa yang akan
dating.
Penanggulangan pembiayaan bermasalah merupakan tugas yang
harus dilakukan lembaga keuangan ketika pembiayaan yang diberikan kepada
nasabah mengalami masalah atau mengalami kemacetan. Bank atau lembaga
keuangan umumnya mempunyai strategi untuk mengatasi pembiayaan macet
yang telah menjadi standar operasional dalam penanggulangannya. Berikut
ini adala upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah.
Pertama, pendekatan kekeluargaan. Ketika mulai teridentifikasi
bermasalah, nasabah tetap sering dan senantiasa didatangi, diberi tangguh
tanpa diwajibkan denda sedikitpun serta dicari penyebab permasalahan usaha
yang ada, selanjutnya dibantu solusi jalan pemecahannya. BRI Syariah juga
menetapkan komitmen H-7 sehingga apabila terdapat masalah maka lebih
cepat terdeteksi dan pihak bank juga lebih cepat mencari solusi agar
pembiayaan tersebut tidak terus berkembang menjadi pembiayaan macet.
Kedua, Rescheduling (penjadwalan ulang). Hal ini dilakukan dengan
cara memperpanjang jangka waktu pembiayaan, dimana debitur diberi
keringanan dalam jangka waktu pembiayaan. Proses rescheduling ini dengan
pendapatan dengan hasil usaha nasabah yang sedang mengalami kesullitan.
Ketiga, restructuring (penyusunan atau penataan ulang) yaitu
penambahan dana fasilitas pembiayaan bank. pihak BRI Syariah memberikan
fasilitas penambahan pembiayaan kembali kepada nasabah yang mengalami
60
masalah dalam usahanya yang disebabkan diluar kemampuan nasabah, seperti
usaha yang terkena musibah kebakaran di pasar Pulung Kencana tahun lalu.
Keempat, reconditioning (persyaratan kembali). Yaitu perubahan
sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan tanpa menambah isi pokok
kewajiban nasabah yang harus dibayar kepada bank.71 Dalam perubahan
kondisi persyaratan pembiayaan haruslah memperhatikan permasalahan yang
dihadapi nasabah dalam menjalankan usahanya. Seperti penundaan
pembayaran margin, dalam artian margin tetap dihitung setelah nasabah
berkesanggupan.
Sebelum terjadinya pembiayaan bermasalah, BRI Syariah melakukan
upaya-upaya pencegahan yang bersifat preventif yaitu pencegahan yang
diakukan oleh bank sejak permonan pembiayaan diajukan oleh nasabah.72
Stretegi yang dilakukan bank yang pertama, analisis kelayakan nasabah.
Pihak bank harus mengetahui kondisi calon nasabah pembiayaan. Dalam
menganalisisnya dapat menggunakan aspek 5 C.
Kedua, survey. Melakukan kunjungan ke rumah maupun tempat
usaha nasabah untuk mengetahui kondisi nasabah yang sebenarnya agar dapat
dicocokkan dengan keterangan nasabah pada saat pengajuan pembiayaan.
Ketiga, pengawasan setelah pencairan. Pengawasan ini dilakukan
agar dana yang diajukan oleh nasabah benar-benar digunakan untuk usaha.
Juga untuk mengingatkan nasabah yang sudah mendekati jatuh tempo
pembayaran angsuran.
71 Peraturan Bank Indonesia nomor 12/9/PBI/2011 72 Nurjanah, dewi lela hilyatin, “strategi penyelamatan., 67
61
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan bab sebelumnya peneliti
menganalisis faktor penyebab pembiayaan bermasalah pada produk
pembiayaan murabahah di BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat dan cara
penyelesaian pembiayaan bermasalah dapat diambil kesimpulan.
Produk pembiayaan murabahah adalah penyediaan dana atau tagihan
yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi jual beli dalam bentuk
piutang murabahah.
Faktor penyebab pembiayaan bermasalah pada produk pembiayaan
murabahah ada dua yaitu dari pihak bank dan pihak nasabah. Faktor yang
disebabkan dari bank yaitu lemahnya analisis bank, marketing dikejar target,
dan marketing memberikan pembiayaan kepada keluarganya atau kerabatnya.
Sedangkan faktor dari nasabah berupa manajeman usaha kurang baik,
penggunaan dana tidak sesuai dengan akad, kondisi ekonomi, kebijakan
pemerintah dan bencana alam.
BRI Syariah juga melakukan strategi pencegahan pembiayaan
bermasalah yang bersifat preventif dan refresif/kuratif. Preventif berupa
analisis kelayakan bisnis, survey dan pengawasan pencairan. Sedangkan
refresif atau kuratif berupa pendekatan kekeluargaan, rescheduling
62
(penjadwalan ulang), restructuring (penataan ulang), reconditioning
(persyaratan kembali), dan eksekusi jaminan.
B. Saran
Berdasarkan data dan informasi yang telah didapat oleh peneliti,
maka peneliti hendaknya memberikan saran-saran kepada pihak-pihak yang
terkait dengan tujuan menambah wawasan dan pengetahuan yaitu:
Dalam upaya meningkatkan kualitas pembiayaan pada BRISyariah
KCP Tulang Bawang Barat sudah cukup baik, tetapi BRISyariah KCP Tulang
Bawang Barat dendaknya lebih memperbaiki kinerja dalam pemberian
khususnya pembiayaan murabahah agar lebih baik dalam meningkatkan
pembiayaan dan kompeten dalam menghadapi persaingan yang lebih ketat.
1. Untuk pengurus BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat khususnya
Accont Officer Mikro atau petugas pembiayaan agar lebih berhati-hati
dan cermat dalam menganalisis calon nasabah yang akan diberikan
pembiayaan yang bertujuan untuk dapat meminimalisir terjadinya kredit
atau pembiayaan bermasalah.
2. Dalam hal penyelesaian pembiayaan bermasalah pada pembiayaan
murabahah pihak bank dapat menghindari terjadinya lelang jaminan.
63
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M Nur Rianto Al. Lembaga Keuangan Syariah. Bandung: Pustaka Setia,
2012.
Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Press, 2013.
Asmara, Jhoni, Dahlan, dan Imam Jauhari. “Proses Penyelesaian Pembiayaan
Bermasalah Melalui Restrukturisasi, Suatu Penelitian pada Bank Syariah
Mandiri Cabang Pembantu Jantho,” Ilmu Hukum Universitas Syiah Kuala
Volume 3, No. 3, Agustus 2015.
Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Jakarta: Kencana,
2013.
Darsono, Ali Sakti, Ascarya. Perbankan Syariah di Indonesia Kelembagaan dan
Kebijakan serta Tantangan ke Depan. Jakarta: Rajawali Press, 2017.
Fathoni, Abdurahmat. Metode Penelitian dan Teori Penyusunan Skripsi Cet 1.
Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
Karim, Adiwarman A. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2014.
Kasmir. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Rajawali Press, 2016.
Listanti, Daniatu, Moch Dzulkirom, dan Topoijono. “Upaya Penanganan
Pembiayaan Murabahah Bermasalah di Lembaga Keuangan Syariah,”
Administrasi Bisnis Vol. 1 No. 11 Januari 2015.
Maulistina, Laili. “Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Terhadap Akad
Murabahah dalam Perspektif Ekonomi Islam Studi Pada Bank
Pembiayaan Rakyar Syariah Bandar Lampung”. universitas islam negeri
raden intan. 2017.
Meleong, Lexy. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2014.
Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: Unit Penerbit dan
Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2011.
Muhammad. Metodologi Penelitian Islam Pendekatan Kuaitatif. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2008.
Mukti, Ade Abdul. “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah,
Penelitian Pada Karyawan Bank Muamalat Indonesia Cabang Cirebon”.
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon 2013.
64
Nurjanah, Dewi Lela Hilyatin, “Strategi Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah
pada Pembiayaan Murabahah di Bank Syariah Mendiri Cabang
Purwokerto”, Jurnal Ekonomi Islam Vol. 4, No. 1 Januari-Juni 2016.
Sari, Bunga Novita “Strategi dalam Menangani Pembiayaan Bermasalah pada PT.
Bank Sumut Cabang Syariah Medan”. universitas islam negeri sumatera
utara. 2018.
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro. Pedoman
Skripsi Karya Ilmiah. Metro: 2015.
Suharnoko. Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus. Jakarta: Kencana, 2007.
Sumar’in. Konsep Kelembagaan Bank Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.
Susilo, Edi. Analisis Pembiayaan dan Resiko Perbankan Syari’ah Jilid I .
Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017.
Undang-Undang Republlik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008. Tentang Perbankan
Syariah Pasal 19
Usanti, Trisadini P, Abd Shomad. Transaksi Bank Syariah. Jakarta: Bumi
Aksara, 2013.
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 04/DSN-MUI/IV/2000
Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005
Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/8/PBI/2018
Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/9/PBI/2011
Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/16/PBI/2008
QS. Al-Baqarah 280
QS. An-Nisa’ 29
RIWAYAT HIDUP
Ayu Utami dilahirkan di Bukit Dalung, 19 Juni
1996. Anak pertama dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak Ahmad Saefudin dan Ibu Mulyati.
Pendidikan pertama di tempuh di Sekolah
Dasar Negeri (SD N) 07 Candimas, lulus pada tahun
2008. Kemudian melanjut di Sekolah Menengah
Pertama Negeri (SMP N) 10 Kotabumi, selesai pada tahun 2011. Lalu Sekolah
Menengah Atas (SMA) Kemala Bhayangkari dan selesai pada tahun 2014.
Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di STAIN Jurai Siwo Metro jurusan
S1-Perbankan Syariah dimulai pada semester satu Tahun Ajaran 2014/2015. Pada
Tahun 2016/2017 STAIN Jurai Siwo Metro berganti nama menjadi IAIN Metro
hingga saat ini.