jurusan s1-perbankan syariah fakultas ekonomi dan bisnis

100
SKRIPSI PENYEBAB DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BRI SYARIAH KCP TULANG BAWANG BARAT Oleh: AYU UTAMI 141259010 Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO 1441 H / 2019 M

Upload: others

Post on 26-Nov-2021

16 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

SKRIPSI

PENYEBAB DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH

BERMASALAH DI BRI SYARIAH KCP TULANG BAWANG BARAT

Oleh:

AYU UTAMI

141259010

Jurusan S1-Perbankan Syariah

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO

1441 H / 2019 M

Page 2: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

ii

PENYEBAB DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH

BERMASALAH DI BRI SYARIAH KCP TULANG BAWANG BARAT

Diajukan Untuk memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Oleh :

AYU UTAMI

141259010

Pembimbing I : SITI ZULAIKHA, S. Ag, M. H

Pembimbing II : SELVIA NURIASARI, M.E.I

Jurusan : S1 Perbankan Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

METRO LAMPUNG

1441 H/ 2019

Page 3: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

iii

Page 4: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

iv

Page 5: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

v

Page 6: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

vi

ABSTRAK

PENYEBAB DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN MURABAHAH

BERMASALAH di BRI SYARIAH KCP TULANG BAWANG BARAT

Oleh:

AYU UTAMI

Bank syariah merupakan sebuah lembaga keuangan yang memenuhi

kebutuhan masyarakat atas transaksi pembiayaan berdasarkan prinsip syariah

yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu intas pembayaran. Di BRI Syariah

KCP Tulang Bawang Barat produk pembiayaan yang paling diminati oleh

masyarakat yaitu produk pembiayaan murabahah. BRI Syariah KCP Tulang

Bawang Barat dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga yang menghimpun

dana dan menyalurkan dana sering terjadi kasus pembiayaan bermasalah pada

produk murabahah. Pembiayaan bermasalah akan terus meningkat jika tidak

diminimalisir oleh pihak bank.

Metode penelitian yang digunakan merupakan penelitian lapangan (field

research), yang diartikan sebagai penelitian yang menghasilkan data-data

deskriptif. Dalam pengumpulan data peneliti menggunakan sumber data primer

yang diambil dari wawancara, serta data sekunder berupa studi dokumentasi,

kemudian keseluruhan data dikumpulkan selanjutnya peneliti menganalisis data

tersebut hingga memperoleh kesimpulan.

Hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti di BRI Syariah KCP

Tulang Bawang Barat, yang pertama faktor penyebab pembiayaan bermasalah ada

dua yaitu pihak bank dan pihak nasabah, selanjutnya bagaimana menangani

pembiayaan bermasalah yaitu dengan pendekatan kekeluargaan, rescheduling,

restructuring dan recondition. Bentuk pencegahan pembiayaan bermasalah yaitu

ketika nasabah mengajukan pembiayaan, maka pihak Bank akan menilai terlebih

dahulu. Dari penilaian ini yang nantinya akan menjadi dasar bagi bank untuk

memutuskan apakah pembiayaan yang diajukan layak untuk direalisasikan atau

tidak. Adapun prinsip-prinsip penilaian yang dilakukan oleh BRI Syariah adalah

dengan menggunakan analisis 5 C yaitu: (Character, Capacity, Capital,

Collateral dan Contition).

Page 7: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

vii

ORISINALITAS PENELITIAN

Yang Bertanda Tangan Dibawah Ini:

Nama : Ayu Utami

NPM : 141259010

Jurusan : S1 Perbankan Syariah

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

Menyatakan bahwa skripsi ini keseluruhan adalah asli hasil penelitian saya,

kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan

didalam daftar pustaka.

Metro, 20 september 2019

Ayu Utami

NPM. 141259010

Page 8: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

viii

MOTTO

لكمر إن كنتمر وإن ير قوا خا د ن تاصااأ ة وا ا يرسا ما ة إلا ناظرا ة فا ا نا ذو عسر كالامونا ٢٨٠تاعر

“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh

sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu,

lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui”

(Q.S. al-Baqarah: 280)

Page 9: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

ix

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT saya

persembahkan Skripsi ini kepada:

1. Kedua orangtuaku ayahanda tercinta Ahmad Saifudindan Ibuku terkasih

Mulyati yang tidak pernah lelah mendoakan dan mendukung peneliti baik

dalam bentuk moril materil serta tak pernah henti memberikan kasih

sayang dan memotovasi yang tidak ada batas untuk keberhasilan putrinya.

2. Adik-adikku Rizka Fitriani dan Sofy Ramadhani yang selalu mendoakan

dan menyemangatiku.

3. Sahabat-sahabat terbaikku Ana Hardiyanti, Istiqomah, Karmi Handini,

Shinta Purwati, Welly Sipmiarti, dan Winarti yang telah memberi

semangat dan motivasi.

Page 10: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat

dan rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penyebab

dan Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BRI Syariah KCP

Tulang Bawang Barat” ini dengan baik. Penulisan Skripsi ini adalah sebagai salah

satu bagian dalam persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Strata satu (S1)

Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam (FEBI) Institut

Agama Islam Negeri (IAIN) Metro.

Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada semua pihak yang dalam pembuatan skripsi ini telah

memberikan banyak bantuan dalam berbagai bentuk seningga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-

besarnya kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag selaku Rektor IAIN Metro.

2. Ibu Dr. Widhiya Ninsiana, M.Hum selaku Dekan Fakultas Ekonomi Dan

Bisnis Islam.

3. Ibu Reonika Puspitasari, M.E.Sy selaku ketua jurusan S1 Perbankan Syariah

4. Ibu Siti Zulaikha, S. Ag, MH selaku pembimbing I yang telah memberi

dukungan, bantuan, perhatian, dan bahan masukan yang bersifat membantu

dalam menyusun proposal ini.

5. Ibu Selvia Nuriasari, M.E.I selaku pembimbing II yang telah memberi

dukungan, bantuan, perhatian, dan bahan masukan yang bersifat membantu

dalam menyusun proposal ini.

Page 11: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

xi

6. PT. Bank BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat yang telah memberikan

izin penelitian

7. Almamater IAIN Metro yang telah memberikan pelajaran-pelajaran

intelektual yang berharga.

peneliti menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini,

maka peneliti mengharapkan kritik dan saran yang positif yang dapat membantu

memperbaiki hasil penelitian ini.

Akhir kata peneliti ucapkan terima kasih bagi para dosen, dan semua

orang yang membantu atas selesainya skripsi ini, dan tidak lupa peneliti selalu

berharap semoga hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat dalam pengembangan

ilmu pendidikan perbankan syariah.

Metro, Desember 2019

Ayu Utami

NPM. 141259010

Page 12: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i

HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... iii

HALAMAN NOTA DINAS ........................................................................ iv

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... v

ABSTRAK ................................................................................................... vi

ORISINILITAS PENELITIAN ................................................................. vii

MOTTO ....................................................................................................... viii

PERSEMBAHAN ........................................................................................ ix

KATA PENGANTAR ................................................................................. x

DAFTAR ISI ................................................................................................ xii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ............................................................... 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian .............................................................. 8

2. Manfaat Penelitian ............................................................ 8

D. Penelitian Relevan ................................................................... 8

Page 13: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

xiii

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pembiayaan Murabahah .......................................................... 11

1. Pengertian Pembiayaan Murabahah ................................. 11

2. Dasar Hukum Pembiayaan Murabahah ............................ 12

3. Rukun dan Syarat Pembiayaa Murabahah ....................... 12

4. Murabahah Dalam Perbankan Syariah ............................. 14

B. Pembiayaan Bermasalah .......................................................... 15

1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah ................................. 15

2. Kolektabilitas Pembiayaan ............................................... 17

3. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah ....................... 18

4. Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah............................ 20

5. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah ............................. 22

C. Bank Umum Syariah ................................................................ 24

1. Pengertian Bank Umum Syariah ........................................ 24

2. Kegiatan dan Larangan Bank Umum Syariah ................... 25

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian ......................................................... 27

1. Jenis Penelitian ................................................................. 27

2. Sifat Penelitian .................................................................. 27

B. Sumber Data ............................................................................ 28

1. Sumber Data Primer.......................................................... 28

2. Sumber Data Sekunder ..................................................... 28

C. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 29

1. Wawancara........................................................................ 29

2. Dokumentasi ..................................................................... 30

D. Teknik Analisis Data .............................................................. 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PERSEMBAHAN

A. Gambaran Umum BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat .... 32

1. Sejarah Berdirinya BRISyariah KCP Tulang Bawang

Page 14: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

xiv

Barat ................................................................................. 32

2. Visi dan Misi BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat .... 33

3. Struktur Organisasi BRISyariah KCP Tulang Bawang

Barat ............................................................................... 34

4. Pembiayaan Murabahah di BRISyariah KCP Tulang

Bawang Barat ................................................................... 37

B. Penyebab Terjadinya Pembiayaan Bermasalah dalam Akad

Murabahah pada BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat .... 41

C. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah pada BRISyariah KCP

Tulang Bawang Barat .............................................................. 49

D. Pembahasan Penyebab dan Penyelesaian Pembiayaan yang

Bermasalah pada BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat ..... 54

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 61

B. Saran ........................................................................................ 62

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 15: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Murabahah............................................ 14

Table 2.2 Perbedaan Murabahah KUR dan Murabahah Komersil .......... 15

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Unit Mikro BRI Syariah Kantor Cabang

Pembantu Tulang Bawang Barat 2019 ................................... 34

Tabel 4.2 Pembiayaan Murabahah Bermasalah BRI Syariah KCP Tulang

Bawang Barat ........................................................................... 44

Tabel 4.3 Pembiayaan Murabahah Bermasalah BRI Syariah KCP Tulang

Bawang Barat per Desember 2018 ........................................... 45

Page 16: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Penunjukan Tim Pembimbing Skripsi

2. Surat Perubahan Redaksi Judul/Lokasi Penelitian

3. Surat Izin Research

4. Surat Tugas

5. Surat Keterangan Bebas Pustaka

6. Alat Pengumpulan Data

7. Formulir Konsultasi Bimbingan Skripsi

8. Foto Dokumentasi Penelitian

9. Brosur BRI Syariah Kantor Cabang Pembantu Tulang Bawang Barat

Page 17: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank syariah merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai

perantara bagi pihak berlebihan dana dan pihak kekurangan dana untuk

kegiatan usaha dan kegiatan lainnya yang sesuai dengan hukum islam. Bank

syariah dalam istilah internasional dikenal dengan Islamic Banking atau

Interest Free Banking merupakan suatu sistem perbankan yang dalam

pelaksanaan operasionalnya tidak menggunakan sistem bunga (riba),

spekulasi (maysir), dan ketidakpastian dan ketidakjelasan (gharar).1

Eksistensi lembaga keuangan perbankan menempati posisi sangat

strategis dalam menjembatani kebutuhan modal kerja dan investasi di sektor

riil dengan pemilik dana. Dengan demikian, fungsi utama sektor perbankan

dalam infrastruktur kebijakan makro ekonomi memang diarahkan dalam

konteks bagaimana menjadikan uang efektif untuk meningkatkan nilai

tambah ekonomi.

Jenis usaha bank syariah sebagai lembaga keuangan perantara

(Financial Intermediary) secara sederhana dapat dijalankan ke dalam

pendanaan dan pembiayaan, serta jasa. Pendanaan disebut juga dengan sisi

liabilitas atau beban kewajiban yang harus dibayarkan oleh pihak bank

kepada pihak nasabah penabung atau investor. Selanjutnya pembiayaan

1 Nurjanah, Dewi Lela Hilyatin, “Strategi Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah pada

Pembiayaan Murabahah di Bank Syariah Mendiri Cabang Purwokerto”, Jurnal Ekonomi Islam

Vol. 4, No. 1 Januari-Juni 2016, 60.

Page 18: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

2

disebut juga dengan asset, dikarenakan dana yang dipergunakan untuk

pembiayaan merupakan asset (kekayaan) bank tersebut. Walaupun bisa jadi

dana yang digunakan berasal dari dana pihak ketiga (DPK).2

Pasal 1 angka 12 UU No. 10 Tahun 1998 menerangkan pengertian

pembiayaan sebagai berikut: pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah adalah

penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan

uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau

bagi hasil.3

Pembiayaan atau financing merupakan merupakan salah satu fungsi

bank dalam menjalankan aktivitas penyaluran atau penggunaan dana. Dalam

pelaksanaan pembiayaan, bank syariah harus memenuhi aspek syariah dan

aspek ekonomi, yang berarti bahwa setiap realisasi pembiayaan kepada para

nasabah, bank syariah harus tetap berpedoman kepada syariat islam dan tetap

mempertimbangkan keuntungan baik bagi pihak bank syariah maupun

nasabah bank syariah.

Dalam hal menjalankan perekonomian masyarakat, kini pemerintah

menerbitkan program pembiayaan modal kerja dan investasi yaitu Kredit

Usaha Rakyat (KUR) yang diberikan kepada lembaga-lembaga keuangan

perbankan baik itu syariah maupun konvensional.

2 Ibid 3 Jhoni Asmara, Dahlan, Imam Jauhari, “Proses Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah

Melalui Restrukturisasi, Suatu Penelitian pada Bank Syariah Mandiri Cabang Pembantu Jantho,”

Ilmu Hukum Universitas Syiah Kuala Volume 3, No. 3, Agustus 2015, 22.

Page 19: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

3

Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah kredit/pembiayaan yang

diberikan oleh perbankan kepada UMKMK yang feasible tapi belum

bankable. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang

baik dan memiliki kemampuan untuk mengambalikan. UMKM dan koperasi

yang diharakan dapat mengakses KUR adalah yang bergerak di sektor usaha

produktif antara lain: pertanian, perikanan, dan kelautan, perindustrian,

kehutanan, dam jasa keuangan simpan pinjam.

Pada tanggal 5 November 2007, presiden meluncurkan Kredit Usaha

Rakyat (KUR) dengan fasilitas penjaminan kredit dari pemerintah melalui PT

askrindo dan Perum Jamkrindo.4 Meskipun program KUR ini berasal dari

pemerintah sumber dana program KUR ini diperoleh 100% dari dana bank itu

sendiri, hanya saja pemerintah ikut andil dalam hal subsidi dan penetapan

marginnya.

Salah satu lembaga keuangan perbankan syariah yang ikut

berkontribusi dalam program KUR adalah BRI Syariah KCP Tulang Bawang

Barat dengan produk KUR Mikro iB BRI Syariah. Program KUR ini sangat

membantu para pengusaha kecil dan menengah karena dengan

diluncurkannya program ini akan lebih memudahkan mereka untuk

memperoleh modal sebagai sarana pendukung usahanya. Program ini

menggunakan akad Murabahah sebagai akad transaksinya. Akad Murabahah

adalah akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya

kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai

4 Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian RI, Kredit Usaha Rakyat, Melalui

http://kur.ekon.go.id Diakses pada Tanggal 23 November 2019 Pukul 19:22 WIB

Page 20: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

4

keuntungan yang disepakati.5 Dengan demikian terikat perjanjian yang telah

dibuat bersama.

Disamping menggunakan akad Murabahah, KUR Mikro iB

menggunakan akad Wakalah yaitu pemberian kuasa kepada pihak lain untuk

mengerjakan sesuatu. Dengan tujuan untuk diberikan kebebasan dari bank

kepada nasabah untuk membelikan barang sesuai dengan permintaan nasabah.

Namun, pemberian pembiayaan tersebut tidak selalu mulus pasti ada

permasalahan-permasalahan yang menyebabkan pembiayaan tersebut

bermasalah, pembiayaan bermasalah merupakan salah satu resiko besar yang

terdapat dalam setiap dunia perbankan baik itu bank konvensional maupun

bank syariah. Pembiayaan bermasalah atau macet memberikan dampak yang

buruk terhadap bank. Salah satu dampaknya adalah tidak terlunasinya

pembiayaan sebagian atau seluruhnya. Semakin besar pembiayaan

bermasalah maka akan berdampak buruk terhadap tingkat kesehatan likuiditas

bank. Dan hal ini juga berpengaruh pada menurunnya tingkat kepercayaan

para deposan yang menitipkan dananya.

Pembiayaan bermasalah atau keadaan turunnya mutu pembiayaan

yang tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi selalu memberikan warning sigh atau

faktor-faktor penyebab terlebih dahulu dalam masa pembiayaan.6

Penyebab timbulnya suatu kredit atau pembiayaan bermasalah terdiri

dari faktor internal dan faktor eksternal perbankan. Faktor internal, yaitu

5 Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/8/PBI/2018 Tentang Rasio To Value untuk Kredit

Properti, Rasio Financing To Value untuk Pembiayaan Properti, dan Uang Muka untuk Kredit atau

Pembiayaan kendaraan Bermotor. 6 Trisadini P Usanti, Abd Shomad, Transaksi Bank Syariah, (Jakarta: Bumi Aksara,

2013), 102.

Page 21: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

5

penyebab pembiayaan bermasalah yang berasal dari bank itu sendiri.

Sedangkan faktor eksternal pembiayaan bermasalah disebabkan oleh nasabah

pembiayaan, seperti side streaming yaitu nasabah menggunakan dana tidak

sesuai dengan ketentuan akad, nasabah beritikad tidak baik, tidak jujur, lalai,

dan lain sebagainya. Dapat pula diidentifikasi penyebab timbulnya

pembiayaan bermasalah antara lain karena perubahan politik dan peraturan

perundangan, deregulasi sektor riil, keuangan dan ekonomi.7

Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada tanggal 20 Agustus

2018, jumlah nasabah pembiayaan murabahah bermasalah dari tahun 2016 ke

tahun 2018 mengalami penurunan. Pada tahun 2016 jumlah nasabah

pembiayaan murabahah di BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat sejumlah

111 nasabah, ada 15 orang pembiayaan murabahah yang tergolong dalam

pembiayaan bermasalah. Sedangkan pada tahun sebelumnya yaitu tahun 2017

jumlah nasabah pembiayaan murabahah berjumlah 94 nasabah, ada 10 orang

pembiayaan yang tergolong pembiayaan bermasalah, dan pada tahun 2018

jumlah nasabah pembiayaan berjumlah 105 nasabah, 6 diantaranya termasuk

kedalama pembiayaan bermasalah.8 Artinya tingkat pembiayaan bermasalah

pada BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat masih tergolong rendah, namun

jika tidak segera diatasi maka pembiayaan bermasalah bisa meningkat setiap

tahunnya.

BRI Syariah adalah salah satu bank syariah yang terletak dijalan

utama dan juga berdekatan dengan pasar Dayamurni di Tulang Bawang

7 Nurjanah, Dewi Lela Hilyatin, “Strategi Penyelamatan., 65-66 8 Wawancara dengan bapak Miftahul Farid sebagai Account Officer Mikro, di BRI

Syariah KCP tulang bawang barat, tanggal 30 agustus 2018

Page 22: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

6

Barat. Dengan lokasi yang strategis, maka BRI Syariah KCP Tulang Bawang

Barat menjadi salah satu alternatif favorit peminjam atau pembiayaan bagi

para pedagang yang berada di sekitar lokasi. Produk pembiayaan yang banyak

diminati oleh calon nasabah adalah pembiayaan KUR dengan angsuran ringan

dan margin yang relatif rendah menjadi primadona bagi para pedagang atau

petani.

Setiap tahunnya BRI Syariah menyediakan pembiayaan KUR iB

untuk sektor pertanian dan perdangan yang dapat diakses oleh UMKM atau

koperasi. Di BRI Syariah sendiri terdapat 3 AOM (Account Officer Mikro)

yang akan memproses pengajuan pembiayaan sampai pada tahap pencairan.

Masing-masing AOM diberi target oleh Pimpinan Cabang Pembantu + 300

juta setiap bulannya. Pada Agustus tahun 2018 kuota KUR iB di BRI Syariah

hanya tersisa pembiayaan di sektor pedagangan, namun untuk memenuhi

target, Pimpinan Cabang Pembantu menyarankan agar pembiayaan tersebut

dialihkan ke sektor pertanian dikarenakan pembiayaan untuk sektor pertanian

sudah habis, serta untuk memenuhi target pembiayaan yang akan disalurkan

oleh AOM.

Tentu para petani menyambut dengan baik mengenai pembiayaan

tersebut, karena para petani yang kekurangan modal untuk menanam atau

merawat lahannya dapat mengajukan pembiayaan ke BRI Syariah KCP

Tulang Bawang Barat. Namun prediksi dari pihak bank tidak selalu benar

mengenai harga komoditi pertanian dan perkebunan di pasaran, perubahan

cuaca yang menyebabkan gagal panen atau penurunan harga komoditi

Page 23: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

7

pertanian secara tiba-tiba menyebabkan nasabah mengalami penurunan

pendapatan.

Pihak BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat tentu saja tidak tidak

menginginkan pembiayaan tersebut mengalami permasalahan, akan tetapi

permasalahan tersebut kerap kali muncul. Oleh karena itu bank syariah akan

melakukan upaya untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah tersebut, agar

dana yang telah disalurkan oleh bank syariah dapat diterima kembali. Akan

tetapi, mengingat dana yang telah dipergunakan oleh bank syariah dalam

memberikan pembiayaan berasal dari dana masyarakat yang ditempatkan di

bank syariah, dan bank syariah dalam memberikan pembiayaan wajib

menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank syariah dan kepentingan

nasabahnya yang telah mempercayakan dananya. Untuk meminimalisir

potensi kerugian akibat pembiayaan bermasalah tersebut, pihak bank perlu

melakukan beberapa tindakan. Tindakan-tindakan pembiayaan bermasalah

diantaranya adalah dengan menawarkan restrukturisasi.9

Restrukturisasi pembiayaan oleh bank umum syariah dilakukan

berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 13/9/PBI/2011 Tentang Perubahan

atas Peraturan Bank Indonesia nomor 10/18/PBI/2008 Tentang

Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Umum Syariah dan Unit Usaha

Syariah. Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan bank

dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan kewajibannya.10

Restrukturisasi pembiayaan yang ditawarkan oleh BRI Syariah KCP Tulang

9 Wawancara dengan bapak Subli sebagai Pimpinan Cabang Pembantu, di BRI Syariah

KCP tulang bawang barat, tanggal 20 agustus 2018 10 Peraturan Bank Indonesia No. 13/9/PBI/2011

Page 24: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

8

Bawang Barat berupa rescheduling (penjadwalan ulang) apabila nasabah

pembiayaan masih mampu, hanya saja mengalami penurunan kemampuan

dalam membayar angsuran.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai metode BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat dalam

melakukan penanganan dan penyelesaian terhadap nasabah pembiayaan

bermasalah y.ang kemudian akan dilakukan penelitian dengan judul,

“Penyebab dan Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BRI

Syariah KCP Tulang Bawang Barat”.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi pokok

permasalahan penelitian adalah apa penyebab pembiayaan bermasalah dan

bagaimana penyelesaiannya di BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui penyebab pembiayaan murabahah bermasalah

dan penyelesaiannya di BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat.

2. Manfaat Penelitian

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

dalam melakukan kajian terkait penyebab dan penyelesaian

pembiayaan murabahah bermasalah.

Page 25: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

9

b. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi

lembaga keuangan syariah terkait penyebab dan penyelesaian

pembiayaan murabahah bermasalah.

D. Penelitian Relevan

Penelitian relevan atau yang disebut tinjauan pustaka (Prior Research)

berisi tentang uraian sistematis mengenai hasil penelitian terhadulu (Prior

Research) tentang persoalan yang akan dikaji dengan skripsi.11 Diantara

beberapa kajian yang yang relevan dengan judul diatas, adalah:

1. Penelitian skripsi Ade Abdul Mukti yang berjudul “Analisis Faktor-

Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah, Penelitian pada Karyawan

Bank Muamalat Indonesia Cabang Cirebon”, yang menganalisa faktor

penyebab pembiayaan bermasalah, serta bagaimana pengaruhnya

terhadap pembiayaan bermasalah.12 Penelitian ini berbeda dengan yang

dilakukan oleh Ade Abdul Mukti diatas, kesamaannya yaitu membatasi

pada faktor-faktor penyebab pembiayaan bermasalah, namun berbeda

dalam hal objek dan tempat penelitian, penyebab pembiayaan bermasalah

dan penelitian ini dibatasi oleh pembiayaan murabahah.

2. Penelitian skripsi Bunga Novita Sari yang berjudul “Strategi dalam

Menangani Pembiayaan Bermasalah pada PT. Bank Sumut Cabang

Syariah Medan”, yang menganalisa penyebab pembiayaan bermasalah

11 Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro, Pedoman Skripsi

Karya Ilmiah, (Metro: 2015), 39 12 Ade Abdul Mukti, “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah,

Penelitian Pada Karyawan Bank Muamalat Indonesia Cabang Cirebon”, Institut Agama Islam

Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon 2013

Page 26: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

10

dan strategi dalam menangani pembiayan bermasalah.13 Penelitian ini

berbeda dengan yang dilaksanakan oleh Bunga Novita Sari, kesamaannya

dengan peneliti adalah strategi penyelesian pembiayaan bermasalah.

Tidak dibatasi pada pembiayaan murabahah, penelitian ini juga berbeda

dalam hal objek dan tempat penelitian serta penyebab pembiayaan

bermasalahnya.

3. Penelitian skripsi karya Laili Maulistina yang berjudul “Strategi

Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Terhadap Akad Murabahah dalam

Perspektif Ekonomi Islam Studi Pada Bank Pembiayaan Rakyar Syariah

Bandar Lampung”, yang menganalisa wanprestasi pada pembiayaan

bermasalah.14

Penelitian ini berbeda dengan yang dilaksanakan oleh Laili

Maulistina, kesamaan yaitu membatasi pada akad murabahah, namun

berbeda dalam hal objek dan tempat penelitian, penyebab pembiayaan

bermasalah.

Peneliti memiliki kajian yang sama dengan penelitian terdahulu yaitu

membahas mengenai penyebab dan penyelesaian pembiayaan bermasalah.

Sedangkan perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah

penelitian ini dibatasi pada akad murabahah dan penyelesian pembiayaan

murabahah bermasalah di BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat.

13 Bunga Novita Sari, “Strategi dalam Menangani Pembiayaan Bermasalah pada PT.

Bank Sumut Cabang Syariah Medan”, universitas islam negeri sumatera utara, 2018. 14 Laili Maulistina, “Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Terhadap Akad

Murabahah dalam Perspektif Ekonomi Islam Studi Pada Bank Pembiayaan Rakyar Syariah

Bandar Lampung”, universitas islam negeri raden intan, 2017

Page 27: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pembiayaan Murabahah

1. Pengertian Pembiayaan Murabahah

Menurut UU No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan

mendefinisikan pembiayaan berdasarkan prinsip Syariah sebagai

penyedia uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan

persetujuan atau kesepakatan antara Bank dengan pihak lain yang

mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan

tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.15

Akad Murabahah adalah akad pembiayaan suatu barang dengan

menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya

dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.16

Jadi, murabahah adalah jual beli barang dengan menyertakan

harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan

pembeli. Dengan demikian pihak bank syariah diwajibkan menjelaskan

terkait harga beli dan tambahan keuntungan yang diinginkan kepada

nasabah.

Pembiayaan murabahah berdasarkan Peraturan Bank Indonesia

10/16/PBI/2008 adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan

dengan itu berupa transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah.17

15 Edi Susilo, Analisis Pembiayaan dan Resiko Perbankan Syari’ah Jilid I ( Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2017), 110 16 Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/8/PBI/2018

Page 28: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

12

2. Dasar Hukum Pembiayaan Murabahah

a. Al-Qur’an

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.

dan janganlah kamu membunuh dirimu, Sesungguhnya Allah adalah

Maha Penyayang kepadamu.”18

b. Hadits

ي صلى الل عليه و سل م قا عنه أن النب عن سهيب ر صي الل ارضة وخلط الب ر في هن الب ركة : الب يع إلى أجل والمق ثلا ث ل:

لب يع )رواه ابن ما جه( لب يت لا ل ر ل عي بالشArtinya: Dari Suhaib ar-Rumi radhiallahu’anhu bahwa Rasulullah

Saw. Bersabda, “tiga hal yang didalamnya terdapat keberkahan:

jual beli secara tangguh, muqaradhah (mudharabah), dan

mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan

untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah)19

3. Rukun dan Syarat Pembiayaan Murabahah

a. Rukun Murabahah

Rukun Murabahah adalah sebagai berikut:20

1) Pelaku akad, yaitu ba’i (penjual) adalah pihak yang memiliki

barang untuk dijual, dan musytari adalah pihak yang

memerlukan dan akan membeli barang;

2) Objek akad, yaitu mabi’ (barang dagangan) dan tsaman (harga);

3) Shighah, yaitu ijab dan qabul.

17 Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/16/PBI/2008, h. 4 18 QS. An-Nisa’ (4): 29 19 Darsono et.al, Perbankan Syariah di Indonesia Kelembagaan dan Kebijakan serta

Tantangan ke Depan, (Jakarta: Rajawali Press, 2017), 222 20 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: Rajawali Press, 2013), 82

Page 29: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

13

b. Syarat Murabahah

Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No. 7/46/PBI/2005

kegiatan penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan berdasarkan

Murabahah berlaku persyaratan paling kurang sebagai berikut:21

1) Bank menyediakan dana pembiayaan berdasarkan perjanjian

jual beli barang.

2) Jangka waktu pembayaran harga barang oleh nasabah kepada

bank ditentukan berdasarkan kesepakatan Bank dan nasabah.

3) Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian

barang yang telah disepakati kualifikasinya.

4) Dalam hal Bank mewakilkan kepada nasabah (wakalah) untuk

membeli barang, maka akad Murabahah harus dilakukan setelah

barang secara prinsip menjadi milik bank.

5) Bank dapat meminta nasabah untuk membayar uang muka atau

urbun saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan barang

oleh nasabah.

6) Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan agunan

tambahan selain barang yang dibiayai Bank.

7) Kesepakatan marjin harus ditentukan satu kali pada awal Akad

dan tidak berubah selama periode Akad.

8) Angsuran pembiayaan selama periode Akad harus dilakukan

secara proporsional.

Agar jual-beli sah dan halal, transaksi yang berlangsung

haruslah memenuhi rukun dan syarat jual beli. Syarat merupakan

suatu perkara yang wajib dilaksanakan untuk menentukan sah atau

tidakanya suatu perbuatan atau ibadah, namun letaknya berada diluar

perbuatan atau ibadan itu sendiri. Jika syarat jual-beli belum atau

kurang terpenuhi maka jual-beli tersebut dikatakan tidak sah.

21 Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005, 11

Page 30: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

14

4. Murabahah dalam Perbankan Syariah

Praktik pembiayaan murabahah yang diaplikasikan pada bank

syariah, diawali dengan proses pengajuan pembiayaan oleh nasabah.

Apabila telah disetujui maka berlanjut pada proses pencairan. Pada

praktik penyaluran pembiayaan murabahah, bank bertindak sebagai

pihak penyedia dana, baik sebagian atau seluruh dana yang dibutuhkan

untuk membeli barang yang sesuai dengan kualifikasi nasabah.

Selanjutnya, pembayaran oleh pihak nasabah dapat dilakukan secara

tangguh sesuai dengan kesepakatan kadua pihak.22

2.1 Skema Pembiayaan Murabahah

Skema diatas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pak Hasan (nasabah) mengajukan pembelian sebuah rumah dengan

mengajukan spesifikasi tertentu kepada Lembaga Keuangan Syariah

(LKS)

22 Nurjanah, Dewi Lela Hilyatin, “Strategi Penyelamatan, 73-74

Page 31: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

15

b. LKS mewakilkan kepada pak Hasan untuk mencari dan membeli

rumah sesuai dengan spesifikasi yang diajukan.

c. LKS membeli rumah dari suplier seharga 450 juta, harga tersebut

diketahui oleh Pak Hasan, kemudian menjualnya kepada Pa Hasan

dengan harga 500 juta dengan akad murabahah angsuran.

d. Setelah pemesanan rumah sudah dapat, nasabah dan LKS

mengadakan akad murabahah dengan kesepakatan mengenai

besaran uang muka, besaran laba, jumlah angsuran yag harus

dibayarkan serta jangka waktu angsuran.

e. Pak hasan membayar uang muka sesuai dengan kesepakatan yaitu

140 juta

f. Pak Hasan membayar angsuran sebesar 10 juta setiap bulan selama

tiga tahun atau 36 bulan.

g. Setelah angsuran selesai atau lunas, LKS memberikan sertifikat

rumah kepada Pak Hasan.

Pada BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat terdapat dua jenis

pembiayaan, diantaranya yaitu Murabahah KUR dan Murabahah

Komersil. Berikut ini perbedaannya

Table 2.2 perbedaan Murabahah KUR dan Murabahah

Komersil

No Murabahah KUR Murabahah Komersil

1 Plafon pembiayaan maksimal

25 juta

- Mikro 25iB plafon pembiayaan

5–25 juta

- Mikro 75iB plafon pembiayaan

5–75 juta

Page 32: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

16

- Mikro 500iB plafon pembiayaan

>75-500 juta

2 Margin 7% per tahun - Mikro 25iB dengan margin 1,2

%

- Mikro 75iB dengan margin 1 %

- Mikro500iB dengan margin

0,9%

3 Pembiayaan modal kerja

jangka waktu maksimal 3-36

bulan

- Mikro 25iB tenor 6-36 bulan

- Mikro 75iB tenor 6-36 bulan

- Mikro 500iB tenor 6-36 bulan,

6-48 bulan, 6-60 bulan.

4 Telah melakukan usaha aktif

minimal 6 bulan.

- Untuk mikro 75iB dan 500iB ,

lama usaha minimal 2 tahun

- Untuk mikro 25iB lama usaha

minimal 3 tahun

5 Agunan tidak wajib - Mikro 25iB tanpa agunan

- Mikro 75iB agunan berupa

kendaraan bermotor, kios, los

tanah kosong, tanah dan

bangunan, deposito BRI Syariah

- Mikro 500iB agunan berupa

kendaraan bermotor, kios, los

tanah kosong, tanah dan

bangunan, deposito BRI Syariah

6 Tidak ada biaya administrasi Biaya administrasi mengikuti

syarat dan ketentuan yang

berlaku.

Sumber: dokumen sekunder BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat

Page 33: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

17

B. Pembiayaan Bermasalah

1. Pengertian Pembiayaan Bermasalah

Pembiayaan bermasalah atau Non Performing financing (NPF)

adalah penyaluran dana oleh lembaga syariah yang dalam pelaksanaan

pembayaran kembali pembiayaan tidak memenuhi persyaratan yang

dijanjikan, serta tidak menepati jadwal angsuran hingga memberikan

dampak yang merugikan.23

Pembiayaan bermasalah ini dapat digolongkan menjadi tiga

kriteria yaitu, pembiayaan kurang lancar, diragukan dan macet.24

Adiwarman A Karim menjelaskan bahwa risiko pembiayaan adalah

resiko yang disebabkan oleh adanya kegagalan counterparty dalam

memenuhi kewajibannya. Dalam bank syariah, resiko pembiayaan

mencakup risiko terkait produk dan risiko terkait pembiayaan

korporasi.25

Jadi pembiayan bermasalah merupakan penyaluran dana yang

dilakukan bank syariah yang dalam pelaksanaan pembayaran

pembiayaannya nasabah tersebut tidak dapat memenuhi kewajibannya.

Pembiayaan bermasalah ini masuk kedalam golongan kurang lancar,

diragukan dan macet. Pembiayaan bermasalah juga berakibat pada

23 Daniatu Listanti, Moch Dzulkirom, Topoijono, “Upaya Penanganan Pembiayaan

Murabahah Bermasalah di Lembaga Keuangan Syariah,” Administrasi Bisnis Vol. 1 No. 11

Januari 2015, 3. 24 Ibid. 25Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2014), 260

Page 34: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

18

kerugian bank yaitu kerugian karena tidak di terimanya kembali dana

yang telah disalurkan, maupun pendapatan keuntungannya.

Sebelum mengalami pembiayaan yang bermasalah terlebih

dahulu akan terdapat tanda-tanda bermasalah seperti: menurunnya jumlah

penjualan, ketidak mampuan dalam merencanakan sebuah usaha, ataupun

key person meninggal. Pada tanda-tanda tersebut bank syariah perlu

melakukan beberapa tindakan sehingga tidak menimbulkan kerugian.

Untuk mengurangi timbulnya pembiayaan bermasalah Bank

Syariah perlu melakukan evaluasi terhadap calon nasabah, dan cara

paling mudah yang dapat dilakukan dengan menggunakan pedoman 5C

yaitu: character, capacity, capital, collateral, dan conditional. Serta

melakukan analisis 5P yaitu: party, purpose, payment, profitability dan

protection. Strategi tersebut perlu dilakukan agar Bank Syariah tidak

banyak mengalami kerugian dan dalam pemberian pembiayaan

murabahah tetap dapat terlaksana.26

2. Kolektibilitas Pembiayaan

Ketidaklancaran nasabah membayar angsuran pokok maupun

bagi hasil/ profit margin pembiayaan menyebabkan adanya kolektabilitas

pembiayaan. 27 Secara umum kolektabilitas pembiayaan dikategorikan

menjadi lima macam, yaitu: 28

a. Pembiayaan lancar (pass)

1) Pembayaran angsuran pokok dan/ bunga tepat waktu

2) Memiliki mutasi rekening yang aktif

26 Daniatu Listanti, Moch Dzulkirom, Topoijono, “Upaya Penanganan, 4 27 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN), 312 28 Edi Susilo, Analisis Pembiayaan., 317-318

Page 35: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

19

3) Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai

(cash collateral).

b. Perhatian khusus (special mention)

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ bunga bagu hasil yang

belum melampaui sembilan puluh hari.

2) Kadang-kadang terjadi cerukan; atau

3) Mutasi rekening tidak aktif; atau

4) Jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan

5) Didukung pinjaman baru.

c. Kurang lancar (substandard)

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bagi hasil

2) Sering terjadi cerukan; atau

3) Frekuensi mutasi rekening terlalu rendah;atau

4) Terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih

dari sembilan puluh hari

5) Terjadinya indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur

6) Dokumentasi pinjaman yang lemah.

d. Diragukan (doubtful)

1) Terdapat tunggakan angsuran pokok dan bunga.

2) Terjadi cerukan yang bersidat permanen

3) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari.

4) Terjadi kapitalisasi bunga.

5) Dokumentasi huku yang lemah baik untuk perjanjian

pembiayaan maupun pengikatan jaminan.

e. Macet (loss)

1) Terjadi tunggakan angsuran pokok dan bunga

2) Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru

3) Baik segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat

dicairkan dengan nilai wajar.

Pembiayaan dengan kolektabilitas lancar (pass)adalah masuk

dalam criteria Performing Loan, sedangkan pembiayaan dengan

kolektabilitas dalam perhatian khusus (special mention), kurang lancar

(substandard), diragukan (doubtfull), dan pembiayaan macet masuk

dalam kriteria kredit bermasalah (non-performing loan).29

29 Ibid.

Page 36: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

20

3. Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah

Keadaan turunnya mutu pembiayaan tidak terjadi secara tiba-

tiba, tetapi selalu memberikan “warning Sign” atau faktor-faktor

penyebab terlebih dahulu dalam masa pembiayaan. Ada beberapa faktor

penyebab pembiayaan bermasalah sebagai berikut:30

a. Faktor intern, yaitu:

1) Naluri bisnis dan kemampuan melakukan analisa kredit yang

belum memadai.

2) Para anggota komite pemutus kredit tidak memiliki integritas

yang baik, sehingga keputusan pemberian kredit diambil tidak

secara mandiri, misalnya dipengaruhi tekanan dari luar.

3) Pengawasan terhadap penggunaan kredit tidak memadai

4) Pemberian kredit tidak cukup atau berlebihan jumlahnya

dibandingkan dengan jumlah kebutuhan yang sesungguhnya.

5) Kreditur tidak mempunyai informasi yang cukup mengenai atak

dan track record debitur.

b. Faktor ekstern yang mengabaikan debitur tidak dapat memenuhi

kewajibannya terhadap kreditur, yaitu:31

1) Karakter nasabah tidak amanah (tidak jujur dalam memberikan

informasi dan laporan tentang kegiatannya).

2) Melakukan sidestreaming penggunaan data.

30 Suharnoko, Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus, (Jakarta: Kencana, 2007), 76 31 Trisadini P Usanti, Abd Shomad, Transaksi., 102-103

Page 37: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

21

3) Kemampuan pengelolaan nasabah tidak memadai sehingga

kalah dalam persaingan usaha.

4) Usaha yang dijalankan relatif baru.

5) Bidang usaha nasabah terlalu jenuh.

6) Tidak mampu menaggulangi masalah/kurang menguasai bisnis.

7) Meninggalnya key person.

8) Perselisihan sesame direksi.

9) Terjadi bencana alam

10) Adanya kebijakan pemerintah: peraturan suatu produk atau

sektor ekonomi atau industri dapat berdampak positif maupun

negatif bagi perusahaan yang berkaitan dengan industry

tersebut.

4. Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah

Secara garis besar, upaya untuk mengatasi pembiayaan

bermasalah dapat dilakukan melalui upaya-upaya yang bersifat preventif

dan represif/kuratif.32 Upaya yang bersifat preventif (pencegahan)

dilakukan oleh bank sejak permohonan pembiayaan diajukan nasabah,

pelaksanaan analisia yang akurat terhadap data pembiayaan, pembuatan

perjanjian pembiayaan yang benar, pengikatan agunan yang menjamin

kepentingan bank sampai dengan pemantauan atau pengawasan terhadap

pembiayaan yang diberikan. Sedangkan upaya yang bersifat represif atau

32 Nurjanah, Dewi Lela Hilyatin, “Strategi Penyelamatan., 67

Page 38: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

22

kuratif adalah upaya mengatasi pembiayaan bermasalah yang bersifat

penyelamatan atau penyelesaian terhadap pembiayaan bermasalah.

Penyelamatan pembiayan dilakukan bank dalam usaha

mengatasi permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh debitur yang

masih memiliki prospek usaha yang baik, namun mengalami kesulitan

pembayaran pokok dan/atau kewajiban-kewaiban lainnya, agar debitur

dapat memenuhi kembali kewajibannya.

Adapun penyelesaian yang ditempuh oleh pihak bank untuk

menyelesaikan pembiayaan bermasalah adalah dengan menawarkan

restrukturisasi. Restrukturisasi pembiayaan adalah upaya yang dilakukan

bank dalam rangka membantu nasabah agar dapat menyelesaikan

kewajibannya.33 Restrukturisasi pembiayaan dilakukan berdasarkan

Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/9/PBI/2009 Tentang Perubahan atas

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/18.PBI/2008 Tentang

Restrukturisasi Pembiayaan Bagi Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah.

Antara lain melalui:

a. Penjadwalan kembali (rescheduling), yaitu perubahan jadwal

pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya;

b. Persyaratan kembali (reconditioning), yaitu perubahan sebagian atau

seluruh persyaratan Pembiayaan tanpa menambah sisa pokok

keajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada Bank, antara lain

meliputi:

33 Peraturan bank indonesia nomor 13/9/PBI/2011

Page 39: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

23

1) Perubahan jadal pembayaran;

2) Perubahan jadwal angsuran;

3) Perubahan jangka waktu;

4) Perubahan nisbah dalam pembiayaan mudharabah atau

musyarakah;

5) Perubahan proyeksi bagi hasil dalam pembiayaan mudharabah

atau musyarakah; dan/atau

6) Pemberian potongan.

c. Penataan kembali (restructuring), yaitu perubahan persyaratan

Pembiayaan yang antara lain meliputi:

1) Penambahan dana fasilitas Pembiayaan Bank;

2) Konversi akad Pembiayaan;

3) Konversi Pembiayaan menjadi surat berharga syariah berjangka

aktu menengah; dan/atau

4) Konversi Pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara

pada perusahaan nasabah, yang dapat disertai dengan

rescheduling atau reconditioning.

Pelaksanaan restrukturisasi pembiayaan yang bermasalah

merupakan salah satu strategi perbaikan kualitas aktiva produktif, diluar

strategi pemutusan hubungan dengan nasabah yang dapat dilakukan baik

dengan penyelesaian melalui jalur hukum, penghapusan pembiayaan

Page 40: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

24

maupun dengan tidak memperpanjang lagi pembiayaan yang jatuh

tempo.34

5. Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah

Penyelesaian pembiayaan bermasalah merupakan strategi

dimana pihak bank tidak ingin melanjutkan hubungan bisnis lagi dengan

nasabah dalam konteks waktu jangka panjang kecuali ada faktor-faktor

lain yang sangat mendukung kemungkinan adanya perbaikan kondisi

nasabah. Berikut adalah penyelesaian yang dilakukan:

a. Penyelesaian Melalui Eksekusi Jaminan

Penyelesaian melalui jaminan dilakukan oleh bank syariah

bilamana berdasarkan evaluasi ulang pembiayaan, prospek usaha

nasabah tidak ada/atau nasabah tidak kooperatif untuk

menyelesaikan pembiayaan. Eksekusi jaminan disesuaikan dengan

lembaga jaminan yang membebani benda jaminan tersebut, rahn,

jaminan hipotik, jaminan hak tanggungan, dan jaminan fidusia.35

b. Penyelesaian Melalui Badan Arbitrase Syariah Nasional.

Berdasarkan klausa dalam perjanjian pembiayaan, jika salah

satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau terjadi perselisihan

diantara kedua belah pihak dan tidak tercapai kesepakatan melalui

musyawarah, maka penyelesaiannya bisa dilakukan melalui Badan

34 Jhoni Asmara, Dahlan, Imam Jauhari, “Proses Penyelesaian, 25-26 35 Trisadini P Usanti, Abd Shomad, Transaksi Bank…,112

Page 41: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

25

Arbitrase Syariah Nasional (BASYARNAS). Dalam hal ini

BASYARNAS berwewenang:

1) Menyelesaikan secara adil dan cepat sengketa muamalah

(perdata) yang timbul dalam bidang perdagangan, keuangan,

industri, jasa dan lain-lainnya yang menurut hukum dan

peraturan perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak

yang bersengketa, dan para pihak sepakat secara tertulis untuk

menyerahkan penyelesaian kepada BASYARNAS sesuai

dengan prosedur BASYARNAS.

2) Memberikan pendapat yang mengikat atas permintaan para

pihak tanpa adanya suatu sengketa mengenai persoalan

berkenaan dengan suatu perjanjian. 36

c. Penyelesaian Melalui Litigasi

Penyelesaian lewat litigasi akan ditempuh oleh bank

bilamana nasabah tidak beritikad baik, yaitu tidak menunjukan

kemauangan untuk memenuhi kewajibannya, sedangkan nasabah

sebenarnya masih mempunyai harta kekayaan lain yang tidak

dikuasai oleh bank atau sengaja disembunyikan atau mempunyai

sumber-sumber lain untuk menyelesaikan kredit macetnya. Sejak

disahkannya Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang

Peradilan Agama maka bilamana terjadi sengketa dalam bidang

muamalah, dapat diselesaikan lewat peradilan agama.37

36 Ibid., 113-114 37 Ibid., 115

Page 42: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

26

C. Bank Umum Syariah

1. Pengertian Bank Umum Syariah

Menurut Undang-Undang No. 21 tahun 2008 pasal 1 ayat (1)

Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank

Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan

usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

Dalam pasal 1 ayat (7) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang

Perbankan Syariah disebutkan bahwa Bank Syariah adalah bank yang

menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan menurut

jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat

Syariah.38

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/9/PBI/2011

tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor

10//12/PBI/2008 tentang restrukturisasi Pembiayan Bagi Bank Syariah

dan Unit Usaha Syariah, Bank Umum Syariah yang selanjutnya disebut

BUS, adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa

dalam lalu lintas pembayaran.39

Bank syariah secara umum adalah lembaga keuangan yang usaha

pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam hal lalu lintas

pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan

38 Sumar’in, Konsep Kelembagaan Bank Syariah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012), 49-50 39 Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/9/PBI/2011

Page 43: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

27

prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu berkaitan

dengan masalah uang sebagai dagangan utamanya.40

2. Kegiatan dan Larangan Bank Umum Syariah

Untuk mengenal jenis dan kegiatan usaha Bank Umum Syariah

(BUS), hal ini telah dijelaskan dalam undang-undang perbankan syariah

sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang RI no. 21 Tahun 2008

Pasal 19. Berdasarkan Pasal 19 Kegiatan Bank Umum Syariah

mencakup:41

a. Menghimpun dana dalam bentuk simpanan berupa giro, tabungan

atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu berdasarkan akad

wadiah atau akad lain yang tidak bertentangan dengan prinsip

syariah;

b. Menghimpun dana dalam bentuk investasi berupa deposito,

tabungan, atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu

berdasarkan akad mudharabah atau akad lain yang tidak

bertentangan dengan Prinsip Syariah;

c. Menyalurkan pembiayaan bagi hasil berdasarkan Akad mudharabah,

Akad musyarakah, atau akad-akad lain yang tidak bertentangan

dengan Prinsip Syariah;

d. Menyalurkan Pembiayaan berdasarkan Akad murabahah, Akad

salam, Akad istishna’, atau akad lain yang tidak bertentangan

dengan prinsip Syariah;

e. Menyalurkan pembiayaan berdasarkan Akad qardh atau Aad lain

yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

f. Menyalurkan pembiayaan penyeaan barang bergera atau tidak

bergerak kepada Nasabah berdasarkan Akad ijarah dan/sewa beli

dalam bentuk ijarah muntahiya bittamlik atau Akad lain yang tidak

bertentangan dengan Prinsip Syariah;

g. Melakukan pengembalian utang berdasarkan Akad hawalah atau

Akad lain yang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah;

h. Melakukan usaha kartu debit dan/atau kertu pembiayaan berdasarkan

Prinsip Syariah;

40 M Nur Rianto Al Arif, Lembaga Keuangan Syariah, (Bandung: Pustaka Setia, 2012),

98 41 Undang-Undang Republlik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008. Tentang Perbankan

Syariah Pasal 19

Page 44: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

28

Larangan bagi Bank umum syariah adalah sebagai berikut:42

a. Melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan Prinsip

Syariah;

b. Melakukan kegiatan jual beli saham secara langsung di pasar modal;

c. Melakukan penyertaan modal, kecuali melakukan kegiatan usaha

berdasarkan Prinsip Syariah dan melaukan kegiataan penyertaan

modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan Pembiayaan

berdasarkan Prinsip Syariah dengan syarat harus menarik kembali

penyertaannya.; dan

d. Melakukan kegiatan usaha perasuransian, kecuali sebagimana agen

pemasaran produk asuransi syariah.

42 Ibid., 17

Page 45: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Sifat Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field

research). Penelitian lapangan yaitu suatu penelitian yang dilakukan di

lapangan atau dilokasi penelitian, suatu tempat yang dipilih sebagai

lokasi untuk menyelidiki gejala objektif yang terjadi di lokasi tersebut,

yang dilakukan juga untuk penyusunan laporan ilmiah.43 Adapun

maksud dari penelitian diatas adalah penelitian yang mempelajari secara

mendalam tentang penyebab dan penyelesian pembiayaan murabahah

bermasalah di BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif. Penelit`ian deskriptif

yaitu suatu penelitian yang bermaksud mengadakan pemeriksaan dan

pengukuran-pengkuran terhadap gejala tertentu. Dalam penelitian

macam ini landasan teori mulai diperlukan tetapi bukan digunakan

sebagai landasan untuk menentukan kriteria pengukuran terhadap gejala

yang diamati dan akan diukur.44 Penelitian bertujuan untuk memberikan

gambaran penyebab dan penyelesian pembiayaan murabahah bermasalah

di BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat.

43 Abdurahmat Fathoni, Metode Penelitian dan Teori Penyusunan Skripsi Cet 1, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2006), 96. 44 Ibid, 97

Page 46: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

30

B. Sumber Data

1. Sumber Data Primer

Sumber data ini adalah sumber pertama dimana sebuah data

dihasilkan.45 Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber

asli.46 Artinya sumber data yang diperoleh langsung dari sumbernya.

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah dalam bentuk wawancara

dengan Bapak Subli sebagai Pimpinan Cabang Pembantu (Pincapem),

Bapak Yunan Pahlepi dan Miftahul Farid sebagai Account Officer Mikro

(AOM) yang menangani pembiayaan murabahah yang bermasalah

BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat

2. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data kedua sesudah

sumber data primer. Data yang dihasilkan dari sumber data ini adalah

data sekunder.47 Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk

yang sudah jadi, sudah dikumpulkan dan diolah oleh pihak lain, biasanya

sudah dalam bentuk publikasi.48 Data ini biasanya diperoleh dari

perpustakaan, dari laporan-laporan penelitian terdahulu atau dari buku-

buku dan literatur yang berkaitan dengan pembahasan serta dilengkapi

dengan dokumen-dokumen terkait Penyebab dan Penyelesaian

Pembiayaan Murabahah Bermasalah. Antara lain buku Ismail ,

45 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2013),

129 46 Muhammad, Metodologi Penelitian Islam Pendekatan Kuaitatif, (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2008), 103 47 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian., 129 48 Ibid, 102

Page 47: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

31

perbankan Syariah; Adiwarman Karim, Bank Islam Analisa Fiqih dan

Keuangan; Edi Susilo, Analisis Pembiayaan dan Risiko Perbankan

Syariah.

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai metode, berbagai

sumber dan berbagai cara. Teknik pengumpulan data ini, digunakan beberapa

metode yaitu:

1. Wawancara (interview)

Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui proses

tanya jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan datang

dari pihak yang mewancarai dan jawaban diberikan oleh yang

diwawancara.49

Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara

terstruktur (terpimpin), yaitu wawancara yang pewawancaranya

menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan

diajukan. Wawancara ini dilakukan dengan menggunakan daftar

pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya. Wawancara dilakukan

untuk memperoleh data dan informasi dari Pimpinan Cabang Pembantu

(Pincapem) yaitu Bapak Subli, Account Officer Mikro (AOM) yaitu

Bapak Yunan Pahlepi dan Miftahul Farid di BRISyariah KCP Tulang

Bawang Barat.

49 Abdurrahmat Fathoni, Metodologi Penelitian., 105

Page 48: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

32

2. Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data

berupa data-data tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan

serat pemikiran tentang fenomena yang masih aktual dan sesuai dengan

masalah-masalah penelitian.50

Dokumen diperlukan untuk mendukung kelengkapan data yang

lain. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengumpulan data melalui

buku-buku penunjang, data jumlah nasabah dan foto-foto. Antara lain

struktur organisasi dan brosur bank yang berkaitan dengan Penyebab dan

Penyelesaian Pembiayaan Murabahah Bermasalah di BRISyariah KCP

Tulang Bawang Barat.

D. Teknik Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah

dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi.

Gambar, foto, dan sebagainya.51 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan

teknik analisis data kualitatif dengan menggunakan metode berfikir induktif.

Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan

bekerja dengan data, mengorganisirkan data, memilih-milihnya menjadi

satuan yang dapat dikelola, mengsintesiskannya, mencari dan menemukan

50 Muhamad, Metodologi Penelitian., 152 51 Lexy Meleong, Metode Penelitian Kuantitatif, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya,

2014), 247

Page 49: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

33

pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan

apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.52

Untuk menganalisa data, peneliti menggunakan metode berfikir

induktif yaitu pengambilan keputusan kesimpulan dimulai dari pernyataan

atau fakta-fakta khusus menuju pada kesimpulan yang bersifat umum.

Teknik induktif digunakan untuk menilai fakta-fakta empiris,

kemudian dicocokkan dengan landasan yang ada. Oleh karenanya induktif

pada penelitian ini, bahwa peneliti akan menyampaikan serta menggambarkan

suatu fakta yang konkrit mengenai penyebab dan penyelesaian pembiayaan

murabahah bermasalah di BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat.

52 Lexy Meleong, Metode Penelitian, 248

Page 50: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat

1. Sejarah Berdirinya BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat

Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero),

Tbk., terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah

mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui

suratnya No.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17

November 2008 PT.BRISyari’ah secara resmi beroperasi. Kemudian PT.

BRISyari’ah merubah kegiatan usaha yang semula beroperasional secara

konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan

prinsp syari’ah Islam.53

Dua tahun lebih PT. BRI Syariah hadir mempersembahkan

sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai

kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih

bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service

excellence) dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan.54

Saat ini PT BRI Syariah menjadi bank syariah ketiga terbesar

berdasarkan aset. PT BRI Syariah tumbuh dengan pesat baik dari sisi

aset, jumlah pembiayaan, dan perolehan dan pihak ketiga. Dengan

berfokus pada segmen menengah bawah, PT BRI Syariah menargetkan

53www.brisyariah.co.id diunduh pada 31 Juli 2019 pukul 08.37 WIB. 54Ibid.

Page 51: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

35

menjadi bank ritel modern terkemuka dengan berbagai ragam produk dan

layanan perbankan. Sesuai dengan visinya, PT BRI Syariah merintis

sinergi dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan

memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,

sebagai Kantor Layanan Syari’ah dalam mengembangkan bisnis yang

berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan kegiatan

konsumer berdasarkan prinsip syari’ah.

Pada tanggal 06 september 2013 operasional Kantor Cabang

Pembantu di Tulang Bawang Barat di mulai. Tepatnya beralamat di Jalan

Jendral sudirman No. 206, Pasar Dayamurni, Tulang Bawang Barat.55

2. Visi dan Misi BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat

a. Visi

Menjadi bank ritel modern terkemukan dengan ragam

layanan finansial sesua kebutuhan nasabah dengan jangkauan

termudah untuk kehidupan lebih bermakna.

b. Misi

1) Memahami keragaman individu dan mengakomodasi beragam

kebutuhan finansial nasabah.

2) Menyediakan produk dan layanan yang mengedepankan etika

sesuai dengan prinsip syariah.

3) Menyediakan akses ternyaman melalui berbagai sarana kapan

pun dan di mana pun.

55 Dokumentasi BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat dikutip pada tanggal 02 juli

2019.

Page 52: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

36

4) Memungkinkan setiap individu untuk meningkatkan kualitas

hidup dan mengahdirkan ketentraman pikiran.56

3. Struktur Organisasi BRI Syariah KCP Metro

Adapun struktur organisasi di Bank BRISyariah KCP Metro

sebagai berikut:57

Gambar 4.1 Struktur Organisasi Unit Mikro BRI Syariah KCP Metro

Keterangan:58

a. Pimpinan Cabang Pembantu (Pincapem)

Pincapem bertanggung jawab atas keseluruhan berjalannya

sistem operasional perbankan di level kantor cabang pembantu dan

membawahi keseluruhan bagian.

56Ibid 57Ibid 58 Dokumentasi BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat dikutip pada tanggal 02 juli

2019.

UH (Unit Head)

Imam Mas’ud

AOM (Account Officer Micro)

1. Yunan Pahlepi

2. Mislani Tamrin

3. Miftahul Faris :

O

k

t

a

d

i

a

n

s

y

a

h

:

D

i

Pincapem

Subli

Page 53: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

37

b. Unit Head (UH)

Berwenang dalm merencanakan, mengkoordinir dan

menyediakan kegiatan unit mikro syariah untuk menajamin target

anggaran yang ditetapkan secara efektif dan efisien.

c. Account Officer Micro (AOM)

Bertugas mempersiapkan dan melaksanakan rencana atas

account pembiayaan untuk mencapai portofolio pembiayaan yang

berkembang, sehat dan menguntungkan serta menjalankan disiplin

proses sales dan melaksanakan proses marketing untuk segmen

komersial, khususnya pembiayaan mikro. Memasarkan pembiayaan

sesuai dengan ketentuan pembiayaan mikro dengan target yang telah

ditetapkan, melakukan proses pembiayaan baru dan perpanjangan

antara lain, detail analisa kualitatif, menyiapkan kelengkapan dan

keabsahan dokumen pembiayaan serta mengusulkan pembiayaan

kepada komite pembiayaan untuk mendapatkan keputusan,

mengelola tingkat kesehatan pembiayaan nasabah binaan yang

menjadi tanggung jawabnya dan mempertahankan kualitas

pembiayaan yang sesuai dengan target yang ditetapkan.

4. Pembiayaan Murabahah di BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat

Adapun yang dimaksud akad dan pembiayaan murabahah,

adalah jual beli yang harus ada objeknya, yaitu bank membelikan suatu

objek yang diminta nasabah, kemudian menjual kembali dengan

tambahan tingkat margin yang sesuai dengan kesepakatan nasabah dan

Page 54: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

38

pihak BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat. Dan nanti akan di angsur

oleh nasabah selama jangka waktu pembiayaan yang diajukan oleh

nasabah.

Skema pembiayaan mikro BRISyariah KCP Tulang Bawang

Barat menggunakan akad murabahah (jual beli), dengan tujuan

pembiayaan untuk modal kerja, investasi dan konsumsi (setinggi-

tingginya 50 % dari tujuan produktif nasabah).59

Pembiayaan ini diperuntukan bagi wirausaha dan atau

pengusaha dengan lama usaha minimal 2 tahun untuk produk

pembiayaan Mikro, dan minimal 6 bulan untuk pembiayaan KUR.

Untuk BI Checking calon nasabah yang akan mengajukan

pembiayaan harus dengan Track Record Kolektabilitas lancar dan tidak

terdaftar dalam DHN BI. Pembiayaan ini diberikan kepada calon nasabah

dengan rentang umur minimal 21 tahun atau yang telah menikah untuk

usia lebih besar atau sama dengan 18 tahun. maksimal 65 tahun pada saat

akhir jangka waktu pembiayaan.

a. Adapun alur atau prosedur untuk pembiayaan Murabahah adalah

sebagai berikut: 60

1) Mengajukan permohonan pembiayaan murabahah yang

didalamnya diketahui penggunaannya untuk membeli barang-

barang berwujud.

59 Brosur BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat dikutip pada tanggal 31 Juli 2019. 60 Hasil wawancara dengan Bapak Subli selaku bagian pimpinan cabang pembantu

(PINCAPEM) di BRI Syariah KCP Metro pada tanggal 02 juli 2019 pukul 10.00 WIB

Page 55: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

39

2) Dianalisa oleh bagian pembiayaan dengan menggunakan

pendekatan 5 C (Character, Capital, Capacity, Collateral, dan

Condition).

3) Bila yang mengajukan pembiayaan bukan dari kalangan

pegawai, maka dilakukan observasi atau survey lapangan terlebih

dahulu.

4) Bila hasil analisis tersebut lalu petugas pembiayaan atau Account

Officer Micro (AOM) menyampaikan usulan layak atau tidak

untuk diberikan pwmbiayaan dan untuk mendapatkan

rekomendasi di kepala bagian marketing hingga direksi.

5) Apabila hasil pengajuan pembiayaan ditolak maka pihak bank

akan memberitahukan kepada calon nasabah bahwa permohonan

pembiayaan tidak disetujui, dan jika permohonan disetujui maka

proses dilanjutkan kepada administrasi pembiayaan untuk

dipersiapkan akadnya.

6) Setelah akad beserta dokumen pendukung dianggap lengkap

maka dilanjutkan realisasi pembiayaan dengan langkah sebagai

berikut:

a) Penandatanganan akad dan dokumen pendukung lain.

b) Menandatangani warkat (nota) keuangan yang berkaitan

dengan pembiayaan nasabah.

c) Pencairan dana yang dilakukan setelah proses

penandatanganan pada administrasi terpenuhi.

Page 56: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

40

d) Nasabah menerima dana dengan kuasa untuk penggunaan

dana berikut dengan jadwal angsuran sebagai acuan atau

monitoring pembayaran angsuran setiap bulannya.

7) Setelah penerimaan dana dan nasabah membelanjakannya lalu

nasabah diwajibkan ke bank untuk menyetorkan bukti pembelian

dengan jangka waktu penyerahan paling lama satu bulan.

b. Adapun dokumen-dokumen yang harus dipehuni oleh nasabah

pemohon adalah sebagai berikut: Syarat dokumen-dokumen yang

harus dipenuhi

1) Permohonan pembiayaan yang ditandatangani pemohon dan ahli

waris terdekat (suami-istri). Lampiran-lampiran berupa

dokumen: Fotocopy KTP pemohon, fotocopy ahli waris terdekat

(suami-istri), fotocopy Kartu Keluarga (KK), fotocopy surat

nikah, pas foto, fotocopy dokumen jaminan yang akan

diserahkan dan aslinya diserahkan pada saat pencairan bila

disetujui.

2) BI Checking yang bersifat rahasia untuk mengetahui bahwa

nasabah tersebut adalah tidak ada pembiayaan di bank lain dan

kondisi pembiayaan nasabah.

3) Momerandum usulan pembiayaan

4) Surat Persetujuan Prinsip Pembiayaan (SP3)

5) Perjanjian atau akad pembiayaan

6) Wakalah atau surat kuasa

Page 57: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

41

7) Jadwal angsuran

8) Surat kuasa menjual barang jaminan (kuasa jual)

9) Surat pernyataan pengosongan barang jaminan apabila

berbentuk tanah dan bangunan

10) Pajak bumi dan bangunan (PBB) tahun terakhir dan izin

mendirikan bangunan (IMB) bila ada.

B. Penyebab Terjadinya Pembiayaan Bermasalah dalam Akad Murabahah

pada BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat

Prosedur pembiayaan adalah suatu gambaran sifat atau metode untuk

melaksanakan kegiatan pembiayaan. Persetujuan pembiayaan kepada setiap

nasabah yang harus dilakukan melalui proses penelitian yang obyektif

terhadap berbagai aspek yang berhubungan dengan objek pembiayaan,

sehingga memberikan keyakinan kepada semua pihak yang terkait, bahwa

nasabah dapat memenuhi segala kewajiban sesuai dengan persyaratan dan

jangka waktu untuk disepakati. Apabila ada suatu hal yang kemudian

menyebabkan ketidakmampuan nasabah untuk memenuhi kewajibannya,

maka bank telah diberi kuasa terhadap jaminan sebagai jalan keluarnya.

Prosedur untuk pengajuan pembiayaan KUR iB di BRI Syariah KCP

Tulang Bawang Barat yaitu nasabah datang ke Bank untuk mengajukan

pengecekan ke BI Cheking yang dilakukan oleh Account Officer Mikro dari

BRI Syariah, BI Cheking dilakukan untuk melihat reputasi pinjaman calon

debitur yang pernah ada apakah dalam keadaan lancar atau bermasalah.

Page 58: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

42

Setelah semuanya di chek kemudian pihak bank melakukan tahap prosedur

selanjutnya, salah satunya menganalisis 5 C dala menilai nasabah.61 Prinsip

yang disebut 5C sebagai berikut:

1. Character

Karakter atau sifat dari calon nasabah dalam kehidupan pribadi

atau dalam lingkungan usaha. Karakter atau watak seseorang menjadi

penilaian yang sangat penting dalam pemberian suatu pembiayaan. Di

BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat sendiri lebih mengutamakan

pada penilaian karakter, apabila karakter seseorang sudah bagus maka

akan lancar dala pembiayaannya, karena walaupun calon nasabah mampu

untuk menyelesaikan utangnya, kalau nasabah tidak mempunyai itikad

baik, tentu akan membawa berbagai kesulitan BRI Syariah KCP Tulang

Bawang Barat di kemudian hari. Sedangkan informasi mengenai karakter

atau watak nasabah ini bisa didapatkan melalui pihak ketiga, seperti

keluarga, tetangga sekitar tempat nasabah tinggal, teman, rekan seprofesi,

masyarakat dilingkungan sekitar calon nasabah pembiayaan tersebut

berada, tokoh masyarakat yang berada disekitar lokasi calon pembiayaan,

dan orang-orang yang mempunyai hubungan dengan pemohon lainnya.

Apabila respon dari masyarakat sekitar tentang karakter calon nasabah

tersebut bagus maka pembiayaan akan dilanjutkan keprosedur

selanjutnya.

61 Hasil wawancara dengan Bapak Subli selaku bagian pimpinan cabang pembantu

(PINCAPEM) di BRI Syariah KCP Metro pada tanggal 02 juli 2019 pukul 10.00 WIB

Page 59: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

43

2. Capacity

Capacity adalah kemampuan nasabah dalam merancang jenis

usaha yang akan dia jalankan. Dalam menilai kemampuan membayar

nasabah pihak bank menilai dari unsur penghasilan atau pendapatan

nasabah dari profesi pekerjannya. Apabila penghasilan dikurangi dengan

biaya yang dikeluarkan oleh nasabah untuk kebutuhan sehari-hari, lebih

tinggi dibandingkan dengan pengeluaran maka akan diberikan

pembiayaan. Ditanyakan juga nasabah mempunyai usaha lainnnya selain

profesi yang digeluti, jika ada bagaimana perkembangan dari usahanya

apabila usaha bisnisnya dilihat bagus maka pihak bank juga akan

mempertimbangkan juga pembiayaan yang diajukan oleh nasabah

tersebut.

3. Capital

Yaitu penilaian terhadap modal yang dimiliki nasabah yang akan

digunakan untuk menjalankan usahanya. Yang diukur dengan posisi

perusahaan secara keseluruhan yang ditujukan penekanan pada kompisisi

modalnnya. Capital juga melihat penggunaan modal apakah efektif

dilihat dari laporan kauangan (neraca dan laporan rugi/laba).

4. Collateral

Collateral adalah agunan yang diberikan nasabah selanjutnya

dititipkan kepada BRI Syariah KCP tulang Bawang Barat sebagai

jaminan dari nasabah kepada bank. Agunan ini digunakan jika terjadi

pembiayaan macet. Jaminan ini biasanya digunakan dalam pembiayaan

Page 60: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

44

adalah sertifikat tanah dan bangunan, kios, BPKB, Deposito di BRI

Syariah KCP Tulang Bawang Barat. Jaminan tersebut merupakan

jaminan yang sah, dalam hal ini jaminan harus benar-benar dilihat dan

mengecek kebenarannya maka prosedur akan dilanjutkan.

5. Condition

Dalam menilai pembiayaan hendaknya dinilai kondisi ekonomi

sekarang dan mungkin untuk masa yang akan datang sesuai dengan

sektor masing-masing, serta diakibatkan dari prospek usaha sektor yang

dijalankan. Penilaian prospek bidang usaha yang dibiayai hendaknya

benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan

pembiayaan tersebut bermasalah relatif kecil.

Proses pemberian Kredit Usaha Rakyat merupakan kegiatan yang

bertujuan untuk menyalurkan dana kepada masyarakat yang membutuhkan

berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara nasabah

dengan BRI Syariah. Dimana peminjam wajib mengembalikan hutangnya

setelah jangka waktu tertentu. Namun pada jangka waktu (masa) pembiayaan

tidak mustahil terjadi suatu kondisi pembiayaan, yaitu adanya suatu

penyimpangan utama dalam hal pembayaran yang menyebabkan

keterlambatan dalam pembayaran atau yang disebut pembiyaan bermasalah.

Pembiayaan bermasalah bukan suatu permasalahan asing yang

dihadapi oleh bank. Karena setiap pemberian pembiayaan mengandung risiko

terhadap kemungkinan tidak terbayarnya angsuran oleh debitur pada akhir

masa jatuh tempo. Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan kemampuan

Page 61: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

45

analisis dalam memproyeksikan dan menganalisa risiko-risiko yang terjadi

dimasa yang akan datang, termasuk kebijakan politik dan kondisi

perekonomian yang selalu berubah-ubah dan tidak bisa diperkirakan.

Berikut pembiayaan bermasalah yang terjadi pada nasabah

pembiayaan di BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat sebagai berikut:

Table 4.2. Pembiayaan Murabahah Bermasalah BRI Syariah KCP

Tulang Bawang Barat

Tahun Jumlah Nasabah

Pembiayaan KUR

Jumlah Nasabah

Pembiayaan Bermasalah

2016 111 15

2017 94 10

2018 105 6

Jumlah 310 31

Sumber: Dokumen Sekunder BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat

Berdasarkan data diatas, menunjukan bahwa jumlah nasabah

pembiayaan KUR di BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat cenderung

fluktuatif, sedangkan jumlah nasabah pembiayaan bermasalahnya mengalami

penurunan setiap tahunnya. Dari data tersebut menunjukan bahwa tingkat

pembiayaan bermasalah di BRI Syariah masih relatif rendah sehingga potensi

pembiayaannya macetnya juga rendah. Namun pembiayaan tersebut juga

perlu segera diatasi dengan strategi yang tepat agar pembiyaannya dapat

terselesaikan dan jumlah nasabah bermasalah tidak meningkat setiap

tahunnya.

Page 62: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

46

Pembiayaan bermasalah yang terjadi di BRISyariah KCP Tulang

Bawang Barat per Desember 2018 untuk pembiayaan KUR dapat dilihat

melalui table berikut:

Table 4.3 Pembiayaan Murabahah Bermasalah BRI Syariah KCP

Tulang Bawang Barat per Desember 2018

No Kolektabilitas Keterlambatan Jumlah

Nasabah

1 Kol 1 (Lancar) 0 s/d 30 hari 187

2 Kol 2 ( Perhatian Khusus) 30 s/d 60 hari 7

3 Kol 3 (Diragukan) 90 s/d 180 hari 4

4 Kol 4 (Tidak Lancar) 180 s/d 270 hari 4

5 Kol 5 (Macet) >270 hari 4

Sumber: Dokumen Sekunder BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat

Sebagaimana diketahui bahwa dalam setiap pemberian pembiayaan

diperlukan adanya pertimbangan serta kehati-hatian agar kepercayaan yang

merupakan unsur utama dalam pembiayaan benar-benat terwujud sehingga

pembiayaan yang diberikan dapat mengenai sasarannya dan terjaminnya

pengembalian pembiayaan tersebut tepat waktunya sesuai dengan akad

perjanjian.

Tidak kembalinya pembiayaan yang diberikan oleh bank syariah

berarti secara langsung mengancam kelangsungan hidup bank itu sendiri. Hal

tersebut karena penghasilan Bank yang utama adalah dari bagi hasil dan

margin (keuntungan jual beli) yang dikenakan terhadap pembiayaan yang

diberikan. Dana pembiayaan yang diberikan tersebut sebagian berasal dari

simpanan masyarakat baik yang berbentuk giro, tabungan maupun deposito

Page 63: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

47

sebagai nasabah yang tertarik menyimpannya karena antara lain diberikan

bagi hasil.

Pembiayaan yang disalurkan Bank Syariah baik yang digunakan

modal kerja maupun untuk kebutuhan mendesak ada kalanya terjadi

hambatan pengembalian oleh para nasabah sehingga menimbulkan

pembiayaan bermasalah.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya pembiayaan

bermasalah di BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat: Pertama, disebabkan

dari pihak Bank Syariah,62 (1) Lemahnya analis bank artinya marketing

kurang teliti atau tidak hati-hati dalam menganalisis calon nasabah

mengajukan pembiayaan seperti tidak menanyakan apakah calon nasabah

tersebut mempunyai tanggungan hutang atau tidak. (2) Marketing dikejar

target, faktor ini adalah faktor yang sering menjadi alasan timbulnya

pembiayaan bermasalah di BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat. Karena

dikejar target akhirnya marketing menggunakan bermacam cara supaya

pembiayaan yang diajukan nasabah tersebut dicairkan. Marketing melakukan

survey secara tidak mendetail kepada calon nasabah yang mengajukan

pembiayaan padahal didalam survey sudah ada prosedur yang diberikan oleh

bank. (3) Marketing memberikan pembiayaan kepada keluarganya sendiri

atau orang yang dikenal, faktor ini juga menyebabkan pembiayaan

bermasalah di BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat mengalami kemacetan

62 Hasil wawancara dengan Bapak Yunan Pahlepi selaku bagian Account Officer

Marketing (AOM) di BRI Syariah KCP Metro pada tanggal 26 juli 2019 pukul 11.00 WIB

Page 64: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

48

karena marketing memberikan pembiayaan hanya atas dasar percaya,

biasanya tidak melalukan survey dengan mendetail.

Kedua, dari pihak nasabah kemacetan pembiayaan terjadi karena

(1) Manajemen usaha kurang baik, nasabah tidak dapat mengelola

usahanya dengan baik, karena nasabah tidak dapat membaca segmen pasar

dengan baik, persaingan sangat tajam, produksi kurang promosi. Akibat

usaha yang dijalankan tidak bisa berkembang.

(2) penggunaan dana tidak sesuai dengan akad. Seperti nasabah

mengajukan pembiayaan untuk modal usahanya membuat toko material.

kemudian ternyata tidak, ditengah perjalanan nasabah berubah pikiran

untuk melakukan usahanya. Dari masalah tersebut terjadi kredit macet

karena nasabah tidak mampu membayar hutang pembiayaan tersebut. (3)

Dana yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan usaha tersebut, dana

yang dibutuhkan oleh nasabah ternyata melebihi pembiayaan yang

diajukan nasabah ke bank. Kemudian nasabah meminjam dana ke tempat

lain sehingga nasabah kesulitan saat membayar.

(3) Kondisi ekonomi, kondisi perekonomian yang kurang baik

menyebabkan pendapatan menurun sedangkan pengeluaran bertambah

sehingga nasabah kesulitanmembayar angsuran kepada BRI Syariah.

(4) Kebijakan Pemerintah, ada kalanya kebijakan pemerintah

yang tidak memihak kepada perkembangan usaha kecil dan menengah

sehingga menyulitkan perkembangannya usahanya.

Page 65: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

49

(4) Bencana Alam, pembiayaan bermasalah timbul karena

disebabkan oleh bencana alam yang menerjang usaha nasabah seperti

kebakaran yang terjadi di Pasar Pulung Kencana Tulang Bawang Barat,

mayoritas pedagang adalah nasabah BRI Syariah KCP Tulang Bawang

Barat. Kebakaran terjadi sebanyak dua kali dalam rentang waktu kurang

dari satu tahun sehingga nasabah kehilangan barang dagangannya dan

tidak dapat lagi melanjutkan usahanya yang berimplikasi terhadap

ketidakmampuan nasabah mengembalikan dana yang telah diberikan oleh

BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat.

C. Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah pada BRISyariah KCP Tulang

Bawang Barat

Kegiatan operasional BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui pembiayaan akan

menghasilkan pendapatan dalam bentuk margin. Pendapatan tersebut

merupakan roda penggerak bagi kelangsungan hidup BRI Syariah KCP

Tulang Bawang Barat.

Penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan produk KUR iB tentu

tidak lepas dari risiko-risiko pembiayaan bermasalah. Dalam penanganan

terhadap nasabah pembiayaan bermasalah BRI Syariah KCP Tulang Bawang

Barat sudah melakukan upaya-upaya yang tepat melalui pemberian Surat

peringatan administrasi dan mencari solusi melalui jalan musyawarah.

BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat juga selalu mengedepankan

keterbukaan dalam setiap permasalahan yang dihadapi nasabah. Karena BRI

Page 66: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

50

Syariah KCP Tulang Bawang Barat menganggap nasabah bukan hanya patner

bisnis, akan tetapi juga saudara. Dalam setiap pencarian solusi pembiayaan

bermasalah, BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat menawarkan strategi-

strategi keringanan bagi nasabah yang kesulitan dalam memenuhi kewajiban

dalam mengangsur, yaitu sebagai berikut:63

Pertama, Pendekatan kekeluargaan. Ketika mulai teridentifikasi

bermasalah, nasabah tetap sering dan senantiasa didatangi, diberi tangguh

tanpa diwajibkan denda sedikitpun serta dicari penyebab permasalahan usaha

yang ada, selanjutnya dibantu solusi jalan pemecahannya. Ini biasanya pada

tunggakan kedua dan ketiga. Pada tunggakan keempat tetap dilakukan tingkat

penagihan. Pada tunggakan selanjutnya terkadang baru dikeluarkan surat

resmi angsuran, meski pada beberapa kasusbahkan sampai tunggakan keenam

pun masih diberi kelonggaran dan belum dikeluarkan surat angsuran

mengingat kesulitan yang menimpa nasabah.

Kedua, Rescheduling (Penjadwalan Ulang) 64 merupakan upaya BRI

Syariah KCP Tulang Bawang Barat dalam menyelamatkan pembiayaan

bermasalah yang diberikan pada nasabah. Cara ini dilakukan jika ternyata

pihak nasabah tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya dalam membayar

pembiayaan baik angsuran pokok maupun marginnya. Proses rescheduling ini

disesuaikan dengan pendapatan hasil usaha nasabah yang sedang mengalami

kesulitan. Hal tersebut bisa berbentuk memperpanjang jangka waktu

63Hasil wawancara dengan Bapak Miftahul Farid selaku bagian Account Officer

Marketing (AOM) di BRI Syariah KCP Metro pada tanggal 30 juli 2019 pukul 11.30 WIB 64Hasil wawancara dengan Bapak Subli selaku bagian pimpinan cabang pembantu

(PINCAPEM) di BRI Syariah KCP Metro pada tanggal 20 juli 2019 pukul 10.00 WIB

Page 67: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

51

angsuran, misalnya semula angsuran ditetapkan sebulan sekali menjadi dua

bulan sekali.

Ketiga, Restructuring (penyusunan atau penataan ulang) pihak BRI

Syariah memberikan fasilitas penambahan pembiayaan kembali kepada

nasabah yang mengalami masalah dalam usahanya yang disebabkan diluar

kemampuan nasabah, seperti usaha yang terkena musibah kebakaran di pasar

Pulung Kencana tahun lalu.

Keempat, Reconditioning (Persyaratan Kembali) merupakan usaha

dari BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat untuk menyelamatkan

pembiayaan bermasalah dengan cara mengubah sebagian kondisi

(persyaratan) yang semula disepakati. Dalam perubahan kondisi persyaratan

pembiayaan haruslah memperhatikan permasalahan yang dihadapi nasabah

dalam menjalankan usahanya. Dalam hal ini perubahan persyaratan yaitu

penundaan pembayaran margin, dalam artian margin tetap dihitung setelah

nasabah berkesanggupan.

Kelima, Eksekusi (penyitaan barang jaminan nasabah)65 mekanisme

ini ditempuh jika nasabah benar-benar sudah tidak mampu lagi untuk

membayarkan kewajiban angsurannya. Untuk jaminan >100 juta

menggunakan Hak Tanggungan, sedangkan <100 juta menggunakan kuasa

jual. Untuk menjual barang jaminan biasanya pihak BRI Syariah menawarkan

nasabah menjual sendiri jaminannya dengan jangka waktu yang telah

65 Hasil wawancara dengan Bapak Subli selaku bagian pimpinan cabang pembantu

(PINCAPEM) di BRI Syariah KCP Metro pada tanggal 20 juli 2019 pukul 10.00 WIB

Page 68: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

52

ditentukan bank. Namun apabila jaminan belum juga terjual maka jaminan

akan diambil alih oleh bank untuk dilakukan lelang.

Sebelum terjadinya pembiayaan bermasalah, BRI Syariah KCP

Tulang Bawang Barat mempunyai beberapa strategi pencegahan sebagai

berikut:66 Pertama, analisis kelayakan bisnis. Sebelum mengabulkan

permohonan pembiayaan nasabah, wajib hukumnya bagi BRI Syariah KCP

Tulang Bawang Barat untuk mengetahui bagaimana kondisi nasabah

pembiayaan, apakah layak untuk mendapatkan pembiayaan atau tidak. Dalam

menilai kelayakan nasabah untuk mendapatkan pembiayaan BRI Syariah

KCP Tulang Bawang Barat menggunakan aspek 5 C. analisa 5 C digunakan

sebagai langkah awal dalam menentukan status nasabah, apakah layak

mendapatkan pembiayaan atau tidak.

Kedua, survey.67 Survey yang dilakukan BRI Syariah KCP Tulang

Bawang Baratadalah dengan mengunjungi tempat usaha nasabah. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui kondisi nasabah yang sebenarnya, agar dapat

dicocokkan dengan keterangan nasabah pada saat permohonan pembiayaan

kepada BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat.

Kegiatan survey yang dilakukan dapat menjawab aspek 5 C yang

dibutuhkan bank dalam menganalisis kemampuan dan karakter nasabah.

Selain mengunjungi tempat usaha nasabah BRI Syariah KCP Tulang Bawang

Barat juga melakukan survey melalui supplier (pemasok) barang dagangan

66 Hasil wawancara dengan Bapak Miftahul Farid selaku bagian Account Officer

Marketing (AOM) di BRI Syariah KCP Metro pada tanggal 30 juli 2019 pukul 11.30 WIB 67 Hasil wawancara dengan Bapak Miftahul Farid selaku bagian Account Officer

Marketing (AOM) di BRI Syariah KCP Metro pada tanggal 30 juli 2019 pukul 11.30 WIB

Page 69: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

53

yang bekerjasama dengan nasabah. Dari supplier dapat diketahui bagaimana

karakter nasabah dalam berinteraksi. Survey juga dilakukan pada tetangga

rumah dari nasabah hingga kondisi jaminan yang disertakan dalam

permohonan pembiayaan kepada BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat.

Suevey yang dilakukan pada jaminan meliputi, croscek kepemilikan jaminan

(BPKB atau sertifikat tanah), kondisi tanah (lokasi jaminan), hingga taksiran

harga tanah atau bangunan yang dijaminkan.

Ketiga, pengawasan setelah pencairan.68 Pengawasan ini dilakukan

BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat dengan memberikan perhatian,

berupa mengingatkan nasabah bahwa beberapa hari lagi jatuh tempo

pembayaran angsuran. Bentuk pengingatan tersebut diberikan kepada nasabah

yang memiliki plafon pembiaayaan yang besar. karena mereka memiliki

risiko pembiayaan yang lebih besar daripada nasabah yang memiliki

pembiayaan yang kecil, maka bentuk pengawasan BRI Syariah KCP Tulang

Bawang Barat berupa kunjungan ke tempat usaha nasabah. Hal ini juga akan

meningkatkan rasa kekeluargaan diantara BRI Syariah KCP Tulang Bawang

Barat dengan nasabahnya.

Metode pengawasan yang dilakukan oleh BRI Syariah KCP Tulang

Bawang Barat yaitu: BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat menghubungi

nasabah yang sudah mendekati jatuh tempo pembayaran hutang melalui

telepon, BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat melakukan kunjungan

silaturahin ketempat nasabah (rumah dan atau tempat usaha), mengevaluasi

68 Hasil wawancara dengan Bapak Yunan Pahlepi selaku bagian Account Officer

Marketing (AOM) di BRI Syariah KCP Metro pada tanggal 26 juli 2019 pukul 11.30 WIB

Page 70: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

54

mutasi rekening dan atau keuangan nasabah, memperhatikan langsung usaha

nasabah, membantu nasabah untuk menyelesaikan permasalahan yang

dihadapi yang berkaitan langsung dengan problem cash flow.

D. Pembahasan Penyebab dan Penyelesaian Pembiayaan yang Bermasalah

pada BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat

Dalam pelaksanaan pembiayaan pada sektor KUR di BRI Syariah

KCP Tulang Bawang Barat kebanyakan menggunakan akad murabahah yang

mana pihak Bank membantu modal usaha yaitu penambahan perlengkapan

usaha untuk meningkatkan usaha di daerah operasionalnya akan tetapi untuk

pembelian barang yang dibutuhkan nasabah menggunakan akad wakalah

(perwakilan) untuk pengembangan usaha anggota, dimana akad wakalah

merupakan salah satu bentuk perilaku tolong-menolong dengan dasar

kepercayaan dalam melancarkan berbagai aktivitas ekonomi baik di sektor riil

maupun keuangan. Dengan cara BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat

memberikan sejumlah uang/modal yang telah diajukan oleh nasabah dengan

ketentuan slip pembelian barang diserahkan kepihak BRI Syariah KCP

Tulang Bawang Barat tanpa adanya pengurangan ataupun tambahan.

Untuk memperkecil resiko tidak kembalinya pokok pembiayaan,

dalam memberikan pembiayaan bank harus mempertimbangkan beberapa hal

terkait dengan itikad baik dan kemampuan membayar nasabah untuk

melunasi pinjaman. Biasanya kriteria penilaian yang umum dan harus

dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak

Page 71: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

55

utnuk diberikan, dengana dilakukan analisis 5 C. hal yang paling utama

adalah untuk melihat itikad baik nasabah adalah dengan menilai karakter.

Character merupakan sifat atau watak seseorang, bertujuan untuk

memberikan keyakinan kepada bank bahwa sifat atau karakter orang yang

akan diberi pembiayaan benar-benar dapat dipercaya.69 Untuk melihat watak

atau sifat dari calon debitur dapat dilihat dari latar belakang si nasabah, baik

yang bersifat latar belakang pekerjaan maupun yang bersifat pribadi. Dari

sifat dan watak ini dapat dijadikan suatu ukuran tentang kemauan nasabah

untuk membayar. Apabila karakter seseorang sudah bagus maka akan lancar

pembiayaannya, karena walaupun calon nasabah mampu untuk menyelesaian

utangnya kalau nasabah tidak mempunyai itikad baik tentu akan

menimbulkan pembiayaan bermasalah.

Yang kedua adalah condition, dalam menilai suatu pembiayaan,

hendaknya melihat pula dari segi sektor ekonomi pada saat ini dan dimasa

yang akan dating sesuai dengan sektor masing-masing. Bank juga harus

menganalisis keadaan pasar di dalam dan diluar negeri baik masa lalu

maupun masa yang akan datang, sehingga masa depan pemasaran dan hasil

proyek atau usaha calon nasabah debitur yang dibiayai dapat diketahui.70

Namun pada kenyataannya prediksi bank tidak selalu tepat, kadang kala

diawal pembiayaan harga komoditi pertanian mengalani peningkatan namun

pada pertengahan pembiayaan tiba-tiba terjadi penurunan harga yang drastis

sehingga menyebabkan penurunan pendapatan para petani. Cuaca ekstrem

69 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: Rajawali Press, 2016), 136 70 Sumar’in, Konsep Kelembagaan., 117

Page 72: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

56

juga bisa menyebabkan petani gagal panen sehingga nasabah tidak dapat

memenuhi kewajiaban membayar angsuran kepada bank.

Dalam melakukan analisa terhadap penanganan pembiayaan

bermasalah, petugas atau pegawai harus mengetahui dan memprediksi

masalah yang mungkin menyebabkan terjadinya pembiayaan bermasalah.

Pengenalan masalah secara dini sangat penting agar bank dapat

mempersiapkan langkah-langkah pengamanan dan menyusun strategi yang

tepat, sehingga kerugian yang lebih besar dapat diminimalisir.

Penanganan atas pembiayaan bermasalah dapat dilakukan dengan

sistematis dengan menindak lanjuti secara lebih awal yang diperoleh dari

pengamatan secara langsung dari nasabah dan diwaspadai dengan

menentukan langkah yang tepat untuk melakukan perbaikan sebelum

terjadinya pembiayaan dan berkembang semakin buruk.

Sebelum pembiayaan yang diberikan kepada nasabah bank harus

yakin bahwa pembiayaan yang diberikan benar-benar akan kembali.

Keyakinan tersebut diperoleh dari hasil penilaian.

Pembiayaan yang diberikan kepada nasabah mengandung resiko

yang berakibat pada pembiayaan bermasalah yang dapat mengganggu

operasional dan likuiditas bank. Adanya resiko yang dihadapi bank yaitu

tidak kembalinya fasilitas pembiayaan yang dipinjamkan kepada nasabah

menjadi tolak ukur BRI Syariah. Namun pada kenyataannya dilapangan

seiring waktu pembiayaan murabahah mengalami masalah. Penyebab

Page 73: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

57

pembiayaan bermasalah tidak dapat dihindari oleh suatu lembaga keuangan

seperti BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat.

Mengenai pembiayaan bermasalah yang terjadi pada BRI Syariah

KCP Tulang Bawang Barat karena ada beberapa faktor yaitu faktor dari bank

dan nasabah. Faktor bank disebabkan dari pihak perbankan dalam melakukan

analisisnya, pihak analisis kurang teliti sehingga apa yang seharusnya terjadi

tidak di prediksi sebelumnya. Dapat pula terjadi akibat dari pihak analisis

pembiayaan dengan debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara

subjektif.

Targeting dari pimpinan juga menjadi salah satu penyebab

pembiayaan bermasalah pada BRI Syariah KCP Tulang Bawang Barat.

Karena dengan adanya targeting pihak marketing akan melaukan berbagai

cara untuk mencapai targetnya dan mendapatkan bonus bila target tersebut

tercapai. Marketing melakukan survey secara tidak detail kepada calon

nasabah yang mengajukan pembiayaan padahal didalam survey sudah ada

prosedur yang diberikan oleh bank.

Faktor nasabah merupakan faktor yang berada diluar kekuasaan

manajemen perusahaan. Pertama, karakter nasabah. Karakter nasabah yang

tidak amanah seperti penggunaan dana yang tidak sesuai dengan akad. Seperti

saat pengajuan pembiayaan nasabah meminjam dana untuk memajukan usaha

materialnya, namun setelah proses pencairan nasabah berubah pikiran untuk

melanjutkan usahanya seperti membeli kondaraan pribadi bukan kendaraan

Page 74: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

58

barang untuk memudahkan usahanya. Sehingga nasabah kesulitan membayar

angsuran kendaraan sedangkan usahanya belum berkembang.

Kedua, manajemen usaha yang kurang baik, nasabah belum bisa

mengelola usahanya dengan baik serta belum bisa membaca segmen pasar.

Sehingga nasabah tidak siap jika menghadapi persaiangan usaha yang

semakin tajam, kurangnya promosi dan pemahaman tentang pemasaran juga

menyebabkan proses distribusi tidak maksimal. Rata-rata nasabah juga belum

bisa untuk mengembangkan hasil pertaniannya, misalnya petani singkong

yang hanya akan menjual singkongnya ke pengepul mereka belum bisa

mengolah singkong menjadi panganan yang bernilai lebih sehingga dapat

menghasilkan keuntungan yang lebih banyak.

Ketiga, kebijakan pemerintah. Ada kalanya kebijakan pemerintah

dapat merugikan para petani kecil sehingga menyulitkan perkembangan

usahnya. Misalnya harga komoditi singkong dan karet yang menurun drastis

menyebabkan para petani mengalami kemerosotan pendapatan. Sehingga

angsuran ke bank juga menjadi terganggu karena pendapatannya digunakan

untuk kebutuhan sehari-hari.

Pembiayaan bermasalah pada lembaga keuangan bukan hal yang

baru untuk didengar. Tidak sedikit lembaga keuangan hancur karena tidak

mampu memanajemen masalah dengan baik, resiko pembiayaan bermasalah

pasti akan dihadapi sebagai resiko pemberian pembiayaan. Dari setiap

penyaluran pembiayaan yang diberikan mengandung resiko karena adanya

Page 75: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

59

keterbatasan kemampuan manusia dalam memprediksi masa yang akan

dating.

Penanggulangan pembiayaan bermasalah merupakan tugas yang

harus dilakukan lembaga keuangan ketika pembiayaan yang diberikan kepada

nasabah mengalami masalah atau mengalami kemacetan. Bank atau lembaga

keuangan umumnya mempunyai strategi untuk mengatasi pembiayaan macet

yang telah menjadi standar operasional dalam penanggulangannya. Berikut

ini adala upaya penyelesaian pembiayaan bermasalah.

Pertama, pendekatan kekeluargaan. Ketika mulai teridentifikasi

bermasalah, nasabah tetap sering dan senantiasa didatangi, diberi tangguh

tanpa diwajibkan denda sedikitpun serta dicari penyebab permasalahan usaha

yang ada, selanjutnya dibantu solusi jalan pemecahannya. BRI Syariah juga

menetapkan komitmen H-7 sehingga apabila terdapat masalah maka lebih

cepat terdeteksi dan pihak bank juga lebih cepat mencari solusi agar

pembiayaan tersebut tidak terus berkembang menjadi pembiayaan macet.

Kedua, Rescheduling (penjadwalan ulang). Hal ini dilakukan dengan

cara memperpanjang jangka waktu pembiayaan, dimana debitur diberi

keringanan dalam jangka waktu pembiayaan. Proses rescheduling ini dengan

pendapatan dengan hasil usaha nasabah yang sedang mengalami kesullitan.

Ketiga, restructuring (penyusunan atau penataan ulang) yaitu

penambahan dana fasilitas pembiayaan bank. pihak BRI Syariah memberikan

fasilitas penambahan pembiayaan kembali kepada nasabah yang mengalami

Page 76: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

60

masalah dalam usahanya yang disebabkan diluar kemampuan nasabah, seperti

usaha yang terkena musibah kebakaran di pasar Pulung Kencana tahun lalu.

Keempat, reconditioning (persyaratan kembali). Yaitu perubahan

sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan tanpa menambah isi pokok

kewajiban nasabah yang harus dibayar kepada bank.71 Dalam perubahan

kondisi persyaratan pembiayaan haruslah memperhatikan permasalahan yang

dihadapi nasabah dalam menjalankan usahanya. Seperti penundaan

pembayaran margin, dalam artian margin tetap dihitung setelah nasabah

berkesanggupan.

Sebelum terjadinya pembiayaan bermasalah, BRI Syariah melakukan

upaya-upaya pencegahan yang bersifat preventif yaitu pencegahan yang

diakukan oleh bank sejak permonan pembiayaan diajukan oleh nasabah.72

Stretegi yang dilakukan bank yang pertama, analisis kelayakan nasabah.

Pihak bank harus mengetahui kondisi calon nasabah pembiayaan. Dalam

menganalisisnya dapat menggunakan aspek 5 C.

Kedua, survey. Melakukan kunjungan ke rumah maupun tempat

usaha nasabah untuk mengetahui kondisi nasabah yang sebenarnya agar dapat

dicocokkan dengan keterangan nasabah pada saat pengajuan pembiayaan.

Ketiga, pengawasan setelah pencairan. Pengawasan ini dilakukan

agar dana yang diajukan oleh nasabah benar-benar digunakan untuk usaha.

Juga untuk mengingatkan nasabah yang sudah mendekati jatuh tempo

pembayaran angsuran.

71 Peraturan Bank Indonesia nomor 12/9/PBI/2011 72 Nurjanah, dewi lela hilyatin, “strategi penyelamatan., 67

Page 77: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

61

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan bab sebelumnya peneliti

menganalisis faktor penyebab pembiayaan bermasalah pada produk

pembiayaan murabahah di BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat dan cara

penyelesaian pembiayaan bermasalah dapat diambil kesimpulan.

Produk pembiayaan murabahah adalah penyediaan dana atau tagihan

yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi jual beli dalam bentuk

piutang murabahah.

Faktor penyebab pembiayaan bermasalah pada produk pembiayaan

murabahah ada dua yaitu dari pihak bank dan pihak nasabah. Faktor yang

disebabkan dari bank yaitu lemahnya analisis bank, marketing dikejar target,

dan marketing memberikan pembiayaan kepada keluarganya atau kerabatnya.

Sedangkan faktor dari nasabah berupa manajeman usaha kurang baik,

penggunaan dana tidak sesuai dengan akad, kondisi ekonomi, kebijakan

pemerintah dan bencana alam.

BRI Syariah juga melakukan strategi pencegahan pembiayaan

bermasalah yang bersifat preventif dan refresif/kuratif. Preventif berupa

analisis kelayakan bisnis, survey dan pengawasan pencairan. Sedangkan

refresif atau kuratif berupa pendekatan kekeluargaan, rescheduling

Page 78: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

62

(penjadwalan ulang), restructuring (penataan ulang), reconditioning

(persyaratan kembali), dan eksekusi jaminan.

B. Saran

Berdasarkan data dan informasi yang telah didapat oleh peneliti,

maka peneliti hendaknya memberikan saran-saran kepada pihak-pihak yang

terkait dengan tujuan menambah wawasan dan pengetahuan yaitu:

Dalam upaya meningkatkan kualitas pembiayaan pada BRISyariah

KCP Tulang Bawang Barat sudah cukup baik, tetapi BRISyariah KCP Tulang

Bawang Barat dendaknya lebih memperbaiki kinerja dalam pemberian

khususnya pembiayaan murabahah agar lebih baik dalam meningkatkan

pembiayaan dan kompeten dalam menghadapi persaingan yang lebih ketat.

1. Untuk pengurus BRISyariah KCP Tulang Bawang Barat khususnya

Accont Officer Mikro atau petugas pembiayaan agar lebih berhati-hati

dan cermat dalam menganalisis calon nasabah yang akan diberikan

pembiayaan yang bertujuan untuk dapat meminimalisir terjadinya kredit

atau pembiayaan bermasalah.

2. Dalam hal penyelesaian pembiayaan bermasalah pada pembiayaan

murabahah pihak bank dapat menghindari terjadinya lelang jaminan.

Page 79: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

63

DAFTAR PUSTAKA

Arif, M Nur Rianto Al. Lembaga Keuangan Syariah. Bandung: Pustaka Setia,

2012.

Ascarya. Akad dan Produk Bank Syariah. Jakarta: Rajawali Press, 2013.

Asmara, Jhoni, Dahlan, dan Imam Jauhari. “Proses Penyelesaian Pembiayaan

Bermasalah Melalui Restrukturisasi, Suatu Penelitian pada Bank Syariah

Mandiri Cabang Pembantu Jantho,” Ilmu Hukum Universitas Syiah Kuala

Volume 3, No. 3, Agustus 2015.

Bungin, Burhan. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi. Jakarta: Kencana,

2013.

Darsono, Ali Sakti, Ascarya. Perbankan Syariah di Indonesia Kelembagaan dan

Kebijakan serta Tantangan ke Depan. Jakarta: Rajawali Press, 2017.

Fathoni, Abdurahmat. Metode Penelitian dan Teori Penyusunan Skripsi Cet 1.

Jakarta: Rineka Cipta, 2006.

Karim, Adiwarman A. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2014.

Kasmir. Dasar-Dasar Perbankan. Jakarta: Rajawali Press, 2016.

Listanti, Daniatu, Moch Dzulkirom, dan Topoijono. “Upaya Penanganan

Pembiayaan Murabahah Bermasalah di Lembaga Keuangan Syariah,”

Administrasi Bisnis Vol. 1 No. 11 Januari 2015.

Maulistina, Laili. “Strategi Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah Terhadap Akad

Murabahah dalam Perspektif Ekonomi Islam Studi Pada Bank

Pembiayaan Rakyar Syariah Bandar Lampung”. universitas islam negeri

raden intan. 2017.

Meleong, Lexy. Metode Penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosda

Karya, 2014.

Muhammad. Manajemen Bank Syariah. Yogyakarta: Unit Penerbit dan

Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN, 2011.

Muhammad. Metodologi Penelitian Islam Pendekatan Kuaitatif. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2008.

Mukti, Ade Abdul. “Analisis Faktor-Faktor Penyebab Pembiayaan Bermasalah,

Penelitian Pada Karyawan Bank Muamalat Indonesia Cabang Cirebon”.

Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon 2013.

Page 80: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

64

Nurjanah, Dewi Lela Hilyatin, “Strategi Penyelamatan Pembiayaan Bermasalah

pada Pembiayaan Murabahah di Bank Syariah Mendiri Cabang

Purwokerto”, Jurnal Ekonomi Islam Vol. 4, No. 1 Januari-Juni 2016.

Sari, Bunga Novita “Strategi dalam Menangani Pembiayaan Bermasalah pada PT.

Bank Sumut Cabang Syariah Medan”. universitas islam negeri sumatera

utara. 2018.

Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro. Pedoman

Skripsi Karya Ilmiah. Metro: 2015.

Suharnoko. Hukum Perjanjian Teori dan Analisa Kasus. Jakarta: Kencana, 2007.

Sumar’in. Konsep Kelembagaan Bank Syariah. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2012.

Susilo, Edi. Analisis Pembiayaan dan Resiko Perbankan Syari’ah Jilid I .

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2017.

Undang-Undang Republlik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008. Tentang Perbankan

Syariah Pasal 19

Usanti, Trisadini P, Abd Shomad. Transaksi Bank Syariah. Jakarta: Bumi

Aksara, 2013.

Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 04/DSN-MUI/IV/2000

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/46/PBI/2005

Peraturan Bank Indonesia Nomor 20/8/PBI/2018

Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/9/PBI/2011

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/16/PBI/2008

QS. Al-Baqarah 280

QS. An-Nisa’ 29

Page 81: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Page 82: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Page 83: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Page 84: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Page 85: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Page 86: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Page 87: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Page 88: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Page 89: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Page 90: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Page 91: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Page 92: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Page 93: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Page 94: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Page 95: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Page 96: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Page 97: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Page 98: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Page 99: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Page 100: Jurusan S1-Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

RIWAYAT HIDUP

Ayu Utami dilahirkan di Bukit Dalung, 19 Juni

1996. Anak pertama dari tiga bersaudara dari

pasangan Bapak Ahmad Saefudin dan Ibu Mulyati.

Pendidikan pertama di tempuh di Sekolah

Dasar Negeri (SD N) 07 Candimas, lulus pada tahun

2008. Kemudian melanjut di Sekolah Menengah

Pertama Negeri (SMP N) 10 Kotabumi, selesai pada tahun 2011. Lalu Sekolah

Menengah Atas (SMA) Kemala Bhayangkari dan selesai pada tahun 2014.

Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di STAIN Jurai Siwo Metro jurusan

S1-Perbankan Syariah dimulai pada semester satu Tahun Ajaran 2014/2015. Pada

Tahun 2016/2017 STAIN Jurai Siwo Metro berganti nama menjadi IAIN Metro

hingga saat ini.