jilid i llano estacado tempat winnetou itu saya dengar dari pemburu-pemburu prairi atau dari...

33
LLANO ESTACADO Dr. Karl May JILID I Bagaimana Old Shaerhand memberi pelajaran kepada seorang pemburu prairi yang sombong, bagaimana ia berkenalan dengan Old Wabble, bekas Raja Cowboy dan bagaimana ia berkenalan dengan Old Surehand dan pengalaman ketiga orang penjelajah hutan itu bersama. Penerbit: PRADNYA PARAMITA Cetakan ke – 2, 1976

Upload: nguyenhanh

Post on 11-Apr-2018

220 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

LLANOESTACADODr. Karl May

JILIDI Bagaimana Old Sha erhand memberi pelajaran kepada seorang pemburu prairi yang sombong, bagaimana ia berkenalan dengan Old Wabble, bekas

Raja Cowboy dan bagaimana ia berkenalan dengan Old Surehand dan pengalaman ketiga orang penjelajah hutan itu bersama.

Penerbit: PRADNYA PARAMITACetakan ke – 2, 1976

KATA PENGANTAR Nama Dr. Karl May sebagai pengarang buku-buku lektur sangat populer pada pembaca tua dan muda di Eropa Barat pada zaman sebelum perang dunia

kedua.Ceritera-ceriteranya bukanlah rentetan peris wa yang seram di mana darah mengalir dan kekejaman ditulis secara realis s, akan tetapi mengandung

romantik yang sehat, tindakan yang jantan dan secara kesatria, diseling dengan humor dan gambaran cinta kepada alam terbuka.Sangatlah dipuji caranya melukiskan tokoh-tokoh beserta wataknya dan unsur-unsur pendidikan bagi pembaca-pembacanya. Oleh sebab itu dak

mengherankan, bahwa semua hasil karyanya tetap mengasyikkan yang membacanya.Banyak pembaca bertanya-tanya, adakah penulis ulung itu pernah mengunjungi negeri-negeri yang diceriterakannya dan adakah petualangannya itu

sungguh-sungguh dialaminya?Dr. Karl May meninggal dunia pada tanggal 12 Maret 1912. Dari surat-menyuratnya, catatan-catatannya dan surat-surat jalannya dapat ditarik

kesimpulan, bahwa ia telah menjelajah seluruh Eropa dan bahwa ia telah dua kali bepergian ke Amerika yakni dalam tahun 1863 dan 1869.Selanjutnya ia mengadakan perjalanan ke Aljazair, Tunisia dan jazirah Arab. Pada tahun 1899 ia mengunjungi Mesir, Syria dan Pales na sampai di

gurun-gurun.Pada tahun 1908 ia pergi lagi ke Amerika dan Canada dan hidup selama beberapa waktu bersama-sama orang-orang Indian.Menurut temannya, seorang ahli bahasa, Dr. Karl May memang mengenal beberapa bahasa asing dan bahasa suku, di antaranya: bahasa Turki, Persia,

Arab, Indian, Inggris, Portugis, Spanyol dan Latin.Banyak tanda mata dan kenang-kenangan disimpan di rumahnya di Radebeul dekat Dresden (Jerman) di antaranya bedil-peraknya dan bedil-pembunuh-

beruangnya.Ia telah pergi, tetapi karyanya tetap hidup.

OLD WABBLE Dalam pelbagai pengembaraan saya menjelajah benua Amerika, daerah Balkan, Afrika dan Asia Depan, saya berkenalan dengan banyak sekali orang

penduduk pribumi, yang akhirnya menjadi sahabat karib saya. Akan tetapi di antara mereka itu dak ada yang lebih saya sayangi daripada Winnetou ketuasuku Apache. Di mana saja saya mengembara, ha saya selalu rindu akan daerah prairi, hutan belukar dan pegunungan-pegunungan batu Amerika Utara,yang berkian-kian kali saya jelajahi bersama-sama dengan Winnetou. Kenda pun kedatangan saya dak ditentukan di muka, jadi kami dak menentukantempat pertemuan kami, namun biasanya saya dapat menjumpai sahabat saya itu. Dalam hal yang demikian saya pergi ke Rio Pecos, ke perkampungansuku Apache, dan di sana saya diberitahu, di mana saya dapat bertemu dengan ketua suku itu.

Kadang-kadang tempat Winnetou itu saya dengar dari pemburu-pemburu prairi atau dari orang-orang Indian yang saya jumpai di jalan. Perbuatan-perbuatan Winnetou selalu menjadi buah percakapan orang di daerah Wild West dan dimana Winnetou menampakkan diri, selalu ia menarik perha anorang.

Akan tetapi sering juga pada perpisahan kami saya dapat mengatakan kepada Winnetou, bilamana saya akan balik kembali, sehingga dengan demikiandapat menetapkan waktu dan tempat pertemuan kami dengan saksama. Saya menentukan waktu itu menurut perhitungan tarih orang Kristen, sedangWinnetou mempergunakan cara Indian, cara yang tampaknya dak memberi hasil yang teli , akan tetapi selalu Winnetou datang tepat pada waktunya danbelum pernah saya harus menunggu dia.

Hanya satu kali saja mengira bahwa Winnetou dak menepa janjinya. Ke ka kami berpisah di bukit-bukit rendah yang terletak di daerah UtaraAmerika, kami berjanji akan bertemu lagi di Sierra Madre empat bulan kemudian.

Pada kesempatan itu Winnetou bertanya:“Saudara saya tahu sungai yang oleh orang kulit pu h dikebut Clearbook. Di sana kita bersama-sama berburu. Masih ingatkah Anda pohon tahun, di

mana kita pada malam hari memasang kemah?”“Ingat benar.”“Kalau begitu kita dak akan sesat. Jikalau sesudah tengah hari bayang-bayang pohon tahun itu panjangnya lima kali panjang badan saudara saya,

maka Winnetou akan ada di sana. Howgh!”Pada saat yang dijanjikan itu saya ada di sana. Akan tetapi saya dak ada melihat Winnetou, walaupun bayang-bayang pohon tahun panjangnya tepat

lima kali panjang badan saja.Saya menunggu beberapa jam lamanya, akan tetapi Winnetou dak kunjung datang. Ha saya menjadi cemas, sebab saya tahu bahwa hanyalah

halangan yang besar saja dapat menyebabkan ia dak menepa janjinya. Tiba- ba mbullah pikiran pada saya, bahwa boleh jadi ia sudah lebih dahuludatang ke tempat itu, akan tetapi oleh karena alasan yang mendesak dak dapat menunggu kedatangan saya. Dalam hal yang demikian niscaya ia akanmeninggalkan sesuatu tanda. Karena itu maka saya menyelidiki batang pohon tahun dan betul... kira-kira se nggi badan manusia saya melihat sebatangpohon cemara tertusukkan pada batang pohon tahun itu. Tangkai cemara itu sudah kering. Oleh karena pohon tahun dak akan menumbuhkan ran ngcemara, maka tak dapat dak ran ng itu ditusukkan orang pada batang itu dengan sengaja. Ran ng itu saya cabut dan pada ujungnya ada terikat secarikkertas. Pada kertas itu saya dapati tulisan sebagai berikut:

“Orang Comanche hendak menyerang Bloody Fox; saudara saya hendaknya selekas-lekasnya pergi ke tempat nggal saudara kita Fox. Winnetou sudahmendahului untuk memberi bantuan.”

Para pembaca yang sudah mengenal Winnetou, tentu tahu bahwa ia pandai membaca dan menulis. Ia selalu membawa kertas. Surat itu memuat kabarburuk; saya merasa cemas mengenai nasibnya, walaupun saya tahu bahwa ia sanggup menghadapi se ap bahaya. Ha saya cemas juga memikirkan nasibBloody Fox, sebab niscaya ia akan tewas, apabila usaha Winnetou untuk memberi kabar tentang kedatangan orang Comanche dak berhasil. Akan dirisaya sendiri, perjalanan yang akan saya tempuh jauh daripada aman.

Jalan yang menuju ke tempat nggal Bloody Fox itu sangat berbahaya. Bloody Fox nggal di dalam sebuah waha di tengah-tengah Llano Estacado,suatu padang pasir yang luas. Jalan yang menuju ke tempat itu melalui daerah suku Comanche yang selalu bermusuhan dengan kami. Sekiranya saya jatuhke tangan suku Indian itu, maka niscaya saya akan menemui ajal saya pada ang siksaan. Orang-orang Comanche itu telah sejak lama menggali kapakpeperangan dan mengganggu keamanan di daerah sekitar Llano Estacado.

Mengingat keadaan itu tak boleh saya bimbang, melainkan saya harus ber ndak secepat-cepatnya. Betul saya hanya seorang diri saja, akan tetapi sayamenunggangi seekor kuda yang baik sekali, yang cepat larinya dan yang dapat saya percayai penuh. Lagi pula daerah yang harus saya lalu itu saya kenalbaik. Lain daripada itu sesungguhnya perjalanan itu lebih aman bagi seorang pemburu prairi yang berpengalaman daripada bagi sekelompok manusia yangbelum banyak pengalamannya. Bagaimana juga, segala keberatan harus saya singkirkan apabila keselamatan sahabat saya Bloody Fox ada dalam bahaya.Ia harus ditolong. Karena itu maka segera saya naik ke atas kuda saya untuk memenuhi permintaan saudara saya Winnetou.

Selama saya ada di Sierra, saya tak usah khawa r: di sana selalu ada tempat untuk bersembunyi dan saya sudah biasa mempergunakan pancainderasaya dengan baik. Akan tetapi sesudah Sierra itu saya harus melalui dataran-dataran tinggi yang gundul, di mana orang dapat melihat sampai jauh sekali.

Dataran-dataran nggi itu disilang oleh banyak lembah yang dalam dan yang terjal dindingnya; hanya di sana-sini saja ada pohon kaktus yang dakdapat dipergunakan sebagai tempat persembunyian. Jikalau di dalam lembah yang demikian saya bertemu dengan orang Comanche, maka saya hanyadapat menyelamatkan jiwa saya dengan cepat-cepat berbalik dan mengandalkan kecepatan dan ketabahan kuda saya.

Lembah yang paling berbahaya ialah yang disebut Mistake Canyon (Lembah kekeliruan), karena lembah itu banyak sekali dilalui oleh orang Indian.Lembah itu memperoleh namanya akibat kekeliruan yang membawa tewas. Kata orang, di sana seorang pemburu kulit pu h telah menembak sahabatkaribnya seorang Apache, karena disangkanya seorang musuh. Siapa orang kulit putih itu dan siapa orang kulit merah itu tiada diketahui orang. Selanjutnyalembah itu dihubungkan dengan sebuah takhayul yang membuat se ap pemburu prairi gemetar. Kata orang, jarang sekali orang kulit pu h dapat melaluilembah itu dengan selamat: hantu orang Apache yang tewas itu selalu meminta korban orang kulit putih.

Saya ada takut akan hantu itu, asal ia dak berupa pasukan orang Comanche yang dak mengenal perikemanusiaan. Sebelum saya sampai ke lembahitu, maka saya melihat jejak beberapa orang berkuda yang datangnya dari samping lalu membelok ke arah yang saya iku . Jejak itu terang dak berasaldari kuda liar, karena binatang-binatang itu dak ada didapa di daerah ini. Saya turun, lalu menyelidiki jejak itu. Saya merasa heran, sebab jejak ituasalnya dari kaki kuda yang bertapal; jadi orang-orang yang ada di depan saya itu bukanlah orang kulit merah. Siapakah mereka itu dan dengan maksudapa mereka datang ke mari?

Jejak itu saya turutkan dan sebentar kemudian saya melihat jejak yang menunjukkan bahwa seorang dari mereka telah turun, sedangkan yang lainberjalan terus.

Jejak itu saya selidiki dengan saksama: maka saya lihat di sebelah kiri jejak kaki yang turun itu beberapa bekas yang sangat kecil. Bekas apakah itu?Adakah orang itu membawa pedang? Kalau begitu niscaya itu adalah serdadu.

Barangkali sebuah ekspedisi militer yang mengejar orang Comanche untuk menghukum mereka. Saya meneruskan perjalanan saya dan beberapa lamakemudian saya melihat sebuah perkemahan. Kini saya yakin bahwa dugaan saya tadi benar. Mereka itu ialah pasukan tentara yang sedang mengadakanpatroli atau mengejar orang-orang Comanche yang telah menjalankan perampokan atau perampasan. Hutan kaktus itu memberi perlindungan bagi

pasukan itu dari dua pihak, akan tetapi mereka itu masih kurang waspada, sebab di sebelah Selatan dak ada saya dapa penjagaan, sehingga pada sianghari perkemahan itu dapat diserang dengan diam-diam dari sebelah Selatan. Sekiranya bukan saya yang datang, melainkan sepasukan orang Indian, makaniscaya dengan mudah sekali mereka terjebak.

Tidak jauh dari hutan kaktus itu ada sebuah lembah kecil yang tanahnya rupa-rupanya mengandung air. Di sebelah sana saya melihat kuda berjalandengan bebas. Untuk dapat berteduh pasukan itu memasang tenda dari kain lena dan untuk para opsir ada didirikan sebuah kemah yang besar. Di dekatkemah itu saya melihat kira-kira delapan atau sepuluh orang berbaring, yang rupa-rupanya bukan tentara, melainkan kebetulan belaka ada di sana untukbermalam. Saya mengambil keputusan untuk berbuat begitu juga. Sesungguhnya saya masih dapat berjalan terus, akan tetapi saya dak akan dapat dur,karena daerah itu tidak aman. Di sini saya mendapat perlindungan sehingga semalam suntuk dapat saya melepaskan lelah.

Ke ka mereka melihat saya datang, maka seorang bintara datang menyongsong saya dan membawa saya kepada komandannya. Ke ka saya turun darikuda saya, maka komandan itu mengamat-amati diri saya dan kuda saya, lalu bertanya:

“Dari mana, Tuan?”“Dari Sierra.”“Hendak ke mana?”“Ke Rio Pecos.”“Anda boleh mengucap syukur bahwa orang-orang Comanche telah kami usir. Adakah Anda menemukan jejak mereka?”“Tidak!”“Hm! Rupa-rupanya mereka lari ke arah Selatan. Sudah dua pekan lamanya kami ada di sini tanpa melihat seorang Comanche.”Hampir saja saya mengatakan “bodoh”, sebab apabila ia hendak menjumpai orang kulit merah, maka ia harus mencarinya. Tentu saja orang Indian itu

dak dengan sukarela mau jatuh ke tangan mereka. Ia dak mengetahui tempat orang Comanche, akan tetapi orang Comanche tahu benar bahwa ia ada disini. Sudah dapat dipas kan bahwa orang-orang Indian itu pada malam hari menyuruh mata-matanya datang ke mari untuk menyelidiki. Komandan itumenyambung perkataannya:

“Saya memerlukan seorang penyelidik yang dapat diandalkan. Old Wabble pernah bermalam di sini; dia yang paling cakap untuk saya jadikanpenyelidik, akan tetapi baru setelah ia pergi saya mengetahui bahwa dia Old Wabble. Barangkali ia sudah dapat mencium bahwa saya akan memaksa diamenjadi penyelidik saya sekiranya itu saya ketahui; karena itulah maka ia menyebut dirinya Cu er. Seminggu yang lalu seorang temannya ada menjumpaiWinnetou; itu penyelidik yang lebih baik lagi, sayang ia sudah pergi. Di mana Winnetou menampakkan diri, biasanya Old Sha erhand dak jauh juga;alangkah baiknya sekiranya dia jatuh ke tangan saya. Siapa nama Anda, Tuan?”

“Charley,” jawab saya. Nama itu ialah nama kecil saya yang dapat juga saya pergunakan sebagai nama keluarga tanpa menimbulkan curiga. Saya takhendak menyebutkan nama panggilan saya Old Sha erhand. Ha saya sedikit pun dak tertarik untuk nggal di sini, apalagi untuk dipergunakan sebagaimata-mata. Saya berpaling ke arah mereka yang menyimpang di sini secara kebetulan, akan tetapi saya dak melihat orang yang saya kenali. Walaupunbegitu kuda saya dan bedil saya dapat menimbulkan curiga. Sudah umum diketahui orang bahwa Old Sha erhand mempunyai dua buah bedil, bedil-pembunuh-beruang dan bedil Henry; lagi pula orang prairi tahu bahwa Old Sha erhand menunggangi kuda hitam hadiah Winnetou. Untung komandanpasukan itu dak seberapa cerdik; ia berbalik, masuk ke dalam kemahnya tanpa bertanya apa-apa lagi. Ha saya belum tenteram, sebab orang-orang itutadi boleh jadi semuanya pemburu prairi dan seorang dari mereka mungkin dapat mengenali saya.

Karena itu maka bedil Henry saya masukkan ke dalam selubungnya, sehingga orang dak akan melihat bentuknya. Bedil-pembunuh-beruang dak akanmudah dikenali orang. Kemudian saya angkat pelana kuda saya, lalu tunggangan saya itu saya lepaskan. Betul di tempat ini dak ada rumput, akan tetapidi antara pohon-pohon kaktus itu ada beberapa jenis tumbuh-tumbuhan yang dapat dimakan. Kuda saya pandai mencari makanannya sendiri tanpa adabahaya akan terluka oleh duri kaktus. Ke ka saya minta izin kepada orang-orang tadi supaya saya boleh duduk menemani mereka, maka salah seorangmenjawab:

“Silahkan, Tuan, dan ikutlah makan dengan saya. Nama saya Sam Parker dan apabila Sam mempunyai daging maka se ap orang boleh ikut makansampai daging itu habis. Laparkah Anda?”

“Saya kira begitu.”“Nah, ambillah sekerat. Kami ini semuanya pemburu prairi. Dan Anda?”Dalam pada itu ia memotong sekerat daging yang besarnya hampir satu kilo. Dari potongan daging itu saya mengerat sedikit, lalu menjawab:“Kadang-kadang saya mengembara di daerah sebelah sini Mississippi, akan tetapi saya kira belum boleh saya menyebut diri saya pemburu prairi. Tidak

sembarang orang patut menyebut dirinya begitu.”Ia menjawab dengan tertawa:“Itu benar, Tuan! Girang ha saya bahwa Anda seorang yang rendah ha , yang dak gemar melebih-lebihkan dirinya. Orang seper Anda itu dewasa ini

jarang sekali kita dapati. Nama Anda sudah kami dengar, Mr. Charley. Apa pekerjaan Anda di daerah Barat ini?”“Pencari kuburan, Mr. Parker.”“Astaga! Pencari kuburan?” serunya dengan heran.“Ya.”“Anda tidak berolok-olok?”“Sama sekali tidak.”“Kalau begitu saya harap Anda mau menerangkannya. Saya tidak mengerti sama sekali.”“Itu mudah sekali. Saya ingin menyelidiki sejarah orang Indian. Barangkali Anda telah mendengar bahwa untuk membuat penyelidikan yang mendalam

orang perlu menyelidiki kuburan nenek-moyang orang Indian zaman sekarang.”“Ha -ha lah, Tuan! Jangan-jangan Anda jatuh ke dalam lubang kubur dan dak akan dapat bangun lagi. Kalau Anda mencari mayat orang Indian,

sebaiknya carilah di daerah di mana dak ada bahaya mengancam. Di sini peluru dan tomahawk beterbangan di udara. Orang-orang Comanche sudahmenggali kapak peperangan. Dapatkah Anda menembak?”

“Sedikit.”“Hm! Saya pun pernah juga mengira bahwa saya dapat menembak. Barangkali nan akan saya ceriterakan juga. Anda ada mempunyai sebuah bedil

yang sudah tua sekali. Patut dipergunakan untuk membongkar tembok. Dan bedil yang Anda simpan di dalam selubung itu, adakah itu bedil perhiasan?Biarlah saya memberi Anda nasihat. Barangsiapa dak berpengalaman dan dak pandai menembak, janganlah mencari mayat di daerah ini. Anda bolehmenemani kami; itu lebih aman daripada berjalan seorang diri.”

“Ke arah mana tujuan Anda?”“Ke Rio Pecos juga, tempat yang Anda tuju seperti yang kami dengar tadi.”Kemudian ia melayangkan pandangan matanya ke seluruh badan saya, lalu menyambung.“Menilik pakaian Anda yang karena itu Anda seakan-akan baru diteteskan dari telur. Pakaian serupa itu dak serasi untuk daerah ini, Tuan. Seorang

penjelajah prairi yang seja lain benar rupanya. Walaupun begitu mau saya mengajak Anda ikut serta dengan kami. Anda akan kami lindungi, sebab tanpa

perlindungan Anda tak mungkin menyelesaikan perjalanan Anda dengan selamat. Rupa-rupanya Anda dapat juga menunggangi kuda, itupun menurutukuran orang di daerah Timur. Barangkali Anda membawa kuda penarik kereta, bukankah begitu?”

“Barangkali rupanya seper itu, Mr. Parker,” jawab saya, tetapi di dalam ha saya harus tertawa, sebab orang yang menyebut dirinya pemburu prairiyang berpengalaman itu belum lagi dapat mengenali kuda Indian yang asli. Tetapi sama sekali saya dak berkecil ha , sebaliknya saya menaruh simpaterhadap Sam Parker. Sekiranya saya menggabungkan diri dengan kelompoknya dan kemudian ia mengetahui siapa saya ini, maka tentu akan timbul situasiyang menggelikan. Tambahan lagi ia mempunyai teman beberapa orang yang sudah biasa mengembara di daerah Barat ini niscaya ada juga manfaatnyakalau kami nanti melalui Mistake Canyon karena itu maka saya mengambil keputusan untuk menerima tawarannya.

“Nah, ada betulkah dugaan saya?” katanya selanjutnya. “Kuda itu rupanya keren sekali seper Anda. Se ap orang dapat melihat bahwa binatang itusudah lama mengikuti Anda mencari kuburan dan selanjutnya tidak usah bekerja. Bagaimana, Mr. Charley, ikutkah Anda? Besok pagi-pagi kita berangkat.”

“Tawaran Anda saya terima dengan ucapan terimakasih, Tuan dan saya mohon dengan sangat agar Anda mau melindungi saya.”“Itu sudah sewajarnya dan saya kira memang Anda memerlukan perlindungan itu. Kita harus pergi selekas-lekasnya besok; saya khawa r kalau-kalau

komandan pasukan ini akan menahan salah seorang dari kita untuk menjadi mata-matanya. Bagaimana pikiranmu, Yos?”Pertanyaan itu ditujukannya kepada seseorang yang sudah agak lanjut usianya. Orang itu rupanya sangat simpa k, sungguhpun air mukanya seakan-

akan menyatakan perasaan marah yang ditahannya. Yos adalah singkatan kata Yozua; kemudian saya mendengar bahwa namanya ialah Jozua Hawley.“Pendapat saya begitu juga,” jawabnya.“Siapa akan mau mengerjakan pekerjaan yang rendah lagi berbahaya itu untuk mereka. Sayang benar mereka dak menahan Old Wabble; orang itu

serasi benar untuk tugas penyelidik. Saya akan merasa senang apabila saya sudah meninggalkan perkemahan ini dan sudah melalui Mistake Canyondengan selamat.”

“Anda takut akan hantu Indian yang sial itu?”“ Takut? Tidak, hanya lembah itu meninggalkan kenang-kenangan yang dak baik bagi saya. Saya sudah mengalami sesuatu yang belum pernah dialami

oleh orang lain. Di sana saya mendapatkan emas.”“Emas? Di Mistake Canyon? Mustahil! Di sana tidak ada emas.”“Ada, sebab kami sudah mendapatkannya.”“Barangkali secara kebetulan saja.”“Tidak, seorang Indian menunjukkan tempatnya kepada saya.”“Itu sama sekali saya tidak percaya. Seorang Indian tidak akan membuka rahasia itu, biarpun kepada sahabat karibnya.”“Kalau begitu saya merupakan perkecualian. Bahkan orang Indian itu ialah Indian yang tertembak mati karena kekeliruan. Barangkali kisah itu akan saya

ceriterakan besok apabila kita melihat canyon itu. Kini saya dak mempunyai selera untuk banyak berbicara. Tolong berikan daging itu kepada saya, perutsaya lapar. Biarpun hanya daging kambing gunung saja, akan tetapi rasanya lumayan. Alangkah enaknya sekiranya itu daging kijang!”

“Kijang? Jangan Anda membuat gusi saya gatal!” seru Parker sambil menelan air liurnya. “Daging kijang adalah daging yang paling empuk dan palingenak. Kalau saya mendengar kata kijang maka selalu saya teringat kepada seorang pemburu prairi yang telah mendidik saya menjadi seorang pemburu.”

“Siapakah itu?”“Namanya tadi sudah disebut. Old Wabble.”“Old Wabble? Anda kenal Old Wabble?”“Bodoh benar pertanyaan Anda! Dialah yang memimpin saya melakukan perbuatan saya yang pertama sebagai calon pemburu... biarlah saya

ceriterakan sekarang, sungguhpun saya akan Anda tertawakan. Perburuan saya itu bersangkutan dengan seekor kijang.”Ia menggosok-gosok lehernya, mendeham beberapa kali, lalu memulai ceriteranya:“Sesungguhnya namanya Fred Cutter, akan tetapi oleh karena jalannya goyang-siah maka ia selalu disebut Old Wabble.“Dahulu ia seorang cowboy di Texas dan ia sudah demikian biasa memakai pakaian cowboy sehingga di daerah Utara inipun ia tak mau

menanggalkannya. Ya selalu memakai kemeja yang terbuka pada lehernya. Leher dan dadanya dak pernah tertutup, akan tetapi di bawah topinya iamemakai kain yang dibalutkannya pada kepalanya sedemikian sehingga kedua ujung kain itu jatuh sampai pada bahunya. Ia selalu membawa sebuahpisau bowie yang panjang pada ikat pinggangnya; kuping telinganya dihiasi dengan an ng-an ng dan tangannya selalu memegang sigaret. Begitulahgambaran Old Wabble. Kulit mukanya berkerut, bibirnya tebal seper bibir orang Negro, hidungnya panjang dan lancip, matanya hanya setengah terbuka.Ia selalu memandang rendah kepada orang lain dan sesungguhnya itu sudah selayaknya, sebab Old Wabble bukan saja pandai sekali menunggang kuda,melainkan jagoan juga dalam menembak dan melemparkan lasso. Setiap usahanya diakhiri dengan perkataan: It’s clear.

“ Tentang diri saya, dapatlah saya katakan bahwa dahulu saya menjabat jurutulis di Princeton. Setelah saya cukup mengumpulkan uang, maka sayamembeli pakaian dan peralatan lainnya untuk menyampaikan maksud saya hendak menjadi penggali emas. Saya masih seorang greenhorn, seorangplonco, dan supaya tak usah membagi kekayaan yang akan saya peroleh dengan mencari emas itu dengan orang lain, maka saya hanya membawa seorangteman, yaitu Ben Needler, yang masih plonco juga. Ke ka kami meninggalkan kereta api di Eagle Rock, maka rupa kami seper dandy. Bekal yang kamibawa banyak sekali, berupa pelbagai barang yang indah dan memikat yang kemudian ternyata dak dapat dipergunakan sama sekali di daerah Barat ini.Seminggu kemudian balah kami di Paye e Fork, akan tetapi dalam waktu seminggu itu rupa kami sudah berubah sama sekali. Pakaian kami rupanyasudah seper pakaian orang gelandangan: badan kami sudah menjadi kurus karena kelaparan dan di jalan semua perbekalan kami telah kami buang,kecuali senjata dan mesiu. Berterus terang saja, bahkan senjata itupun kami mau menukarkan dengan sekerat ro , sebab beberapa hari lamanya kamitidak makan apa-apa.”

Kami duduk di tepi hutan sambil membenamkan kaki kami di dalam air, karena tak tahan lagi kami menahan sakit karena luka-luka pada kaki kami. Yangkami percakapkan hanyalah makanan yang enak-enak saja: daging bison, kaki beruang dan bis k kijang. Kami yakin bahwa di daerah itu tentu ada didapakijang. “Sekiranya saya melihat kijang, maka tanpa berpikir lagi saya tembak dia di antara kedua tanduknya dan....”

“Dan Anda akan mampus,” demikian kami mendengar suara orang mengejek dari arah hutan.“Badan Anda akan dikoyak-koyak oleh tanduk kijang itu. Kijang dak pernah ditembak orang di antara tanduknya, sebab kijang yang hidup di daerah ini

tidak bertanduk. Barangkali Anda murid sekolah yang baru datang dari New York.”Kami bangkit dengan terperanjat, lalu memandang kepada pembicara itu, yang kini keluar dari semak belukar di mana ia bersembunyi dan

mendengarkan percakapan kami.Percakapan selanjutnya dak akan saya ulang. Ia menanyai kami sebagai seorang guru menanyai muridnya. Kemudian diajaknya kami mengiku dia.

Kira-kira satu mil jauhnya dari sungai itu ada sebuah pondok yang disebutnya rancho. Pondok itu letaknya di padang rumput yang dikelilingi oleh semakbelukar. Di belakang pondok itu ada beberapa kandang tempat memberi perlindungan kepada kuda dan ternak yang lain pada hari buruk. Bekas cowboy itukini sudah menjadi peternak yang berdiri sendiri. Ia mempunyai seorang pembantu orang kulit pu h, Will Li on namanya. Lain daripada itu ada pulabeberapa pembantu bangsa Indian-ular yang mengabdi dengan se a dan oleh Old Wabble disebut vaqueros (gembala). Ke ka kami datang, orang-orangitu sedang memuati sebuah pedati ringan dengan terpal dan barang-barang lain.

“Kami hendak berburu kijang” kata Old Wabble. “Mereka sedang membuat persiapan untuk pergi berburu. Anda harus ikut, saya ingin mengetahui

kecakapan Anda; sekiranya Anda mempunyai bakat, maka Anda boleh nggal di sini. Akan tetapi masuklah dahulu, sebab: it’s clear, orang yang laparperutnya tentu tak dapat menembak.”

Pendapat itu cocok benar. Kami makan dan minum sepuas-puasnya: kemudian berangkatlah kami, Old Wabble memberi kami kuda tunggangan. Sambilmembimbing seekor kuda beban bekas cowboy itu berjalan di depan. Saya diajaknya berjalan di sisinya. Ke ka saya menoleh, saya melihat Ben Needlerdan Will Li on berjalan bersama-sama dan di belakang mereka menyusul peda yang ditarik empat ekor kuda dan dikendarai oleh salah seorang darikeempat vaqueros itu. Orang Indian itu Pap Much namanya, orang-orang Indian yang lain dak ikut karena harus menjaga rancho. Sampai ke sebuahsungai kami mencari tempat yang dangkal untuk menyeberang.

Setelah kami semuanya menyeberang dengan selamat maka kami berjalan terus, berturut-turut melalui sebuah hutan belukar, sebuah lembah yangditumbuhi oleh rumput belaka dan akhirnya sampailah kami kepada sebuah savanna. Setelah beberapa jam lamanya kami berjalan, maka balah kamipada suatu tempat di mana tanah mulai menanjak. Di sini kami berhen untuk beris rahat. Peda dipunggah dan kami memasang kemah. Kuda kami, kamiikatkan, lalu kami membuat api. Maksud kami akan tinggal sehari lamanya di sini untuk berburu kambing hutan.

Siapa tahu, barangkali kami akan menjumpai bison pula, sebab dak jauh dari perkemahan kami ada kami melihat kerangka bison berserakan. PapMuch kami suruh menjaga kemah dan kami orang kulit pu h pergi ke paya-paya di daerah pegunungan di dekat situ, di mana menurut Old Wabble banyakkijang berkeliaran.

Sayang sekali hari itu kami dak melihat atau menjumpai binatang perburuan apapun. Itu dak saya sesalkan, oleh karena dengan demikian OldWabble dak mendapat kesempatan untuk menguji kecakapan saya menembak. Berterus-terang saja, pada ke ka itu ha saya berdebar-debar dan sayamerasa cemas sekali; barangkali dari jarak gapuluh langkah saya masih dapat menembak menara gereja, akan tetapi menembak seekor kambing gunungdari jarak enampuluh langkah mustahil dapat saya lakukan dengan hasil yang memuaskan.

Tiba- ba sekali Old Wabble ingin mencoba kecakapan kami menembak; kami menembak beberapa burung ruak, yang hinggap pada kerangka bisonyang letaknya kira-kira tujuhpuluh langkah dari tempat kami. Kini terpaksa saya menempuh ujian itu! Tembakan saya yang pertama sudah saya lepaskan,tentu saja dak mengena. Burung-burung itu dak terbang, bahkan bergerakpun dak. Adakah mereka itu mengetahui bahwa saya dak dapat menembak?Boleh jadi, akan tetapi lain daripada itu burung ruak dak pernah takut mendengar tembakan, sebab mereka tahu bahwa mereka dak pernah digangguoleh pemburu. Bahkan sebaliknya, bagi mereka tembakan merupakan tanda bahwa mereka akan mendapat makanan. Jikalau binatang yang tertembak itu

dak di nggalkan oleh pemburu, maka se dak- daknya isi perutnya akan dibuang dan akan menjadi mangsa burung ruak. Saya menembak ga kali lagi,semuanya tidak mengena. Kini datang giliran Ben. Dua kali Ben menembak tanpa mengena, akan tetapi tembakannya yang ketiga mengenai sasaran.

“ Tuan-tuan, it’s clear, nyatalah kini bahwa Anda berdua dilahirkan untuk menjadi pemburu prairi. Jangan khawa r! Segala kecakapan sudah Anda miliki,kecakapan itu tidak akan dapat bertambah lagi dengan jalan dan usaha apapun.”

Dalam pada itu, Old Wabble tertawa terkelak-kelak. Ben menerima ejekan itu dengan tawakal, akan tetapi saya menjadi marah. Akibatnya tak laindaripada sentakan belaka: “Diam, Tuan! Anda tak berhak menggerutu, teman Anda masih dapat mengenai sasaran pada tembakan yang ke ga, akantetapi Anda hanya menembak bulan. Anda dak mempunyai bakat sama sekali untuk hidup di daerah Barat ini; Anda sama sekali dak berguna bagi saya.Hanya satu nasihat saja yang dapat saya berikan kepada Anda: pulanglah selekas-lekasnya ke tempat asal Anda, di sini Anda akan mati kelaparan.”

Ucapan itu sangat mengesalkan ha saya; dak ada orang yang dilahirkan untuk segera menjadi pemburu yang ulung. Saya membulatkan ha untukmemperlihatkan sesuatu yang akan mengagumkan bekas cowboy itu.

Keesokan harinya kami pergi ke paya-paya di pegunungan Salmon-River. Kuda beban kami mua dengan bekal makanan, alat-alat untuk memasak,selimut dan perbekalan lainnya. Peda kami, kami nggalkan, sebab jalan yang akan kami tempuh itu dak dapat kami pergunakan untuk membawapeda . Daerah itu Anda kenal jadi tak usahlah saya menceriterakan perjalanan kami. Anda tahu betapa sulitnya jalan itu untuk ditempuh, terutama padatempat di mana Snakes Canyon menikung dengan tajam, dari mana kita harus menurun untuk mencapai jalan perburuan yang terkenal sebagai jalanWihinasht.

Di sebelah kanan kami ada dinding tanah batu yang nggi di sebelah kiri kami jurang yang curam dan di tengah-tengahnya itulah letak jalan yang haruskami lalui, yang lebarnya dak lebih daripada tujuhpuluh sen meter. Untung kuda kami sudah biasa menempuh jalan sesempit itu dan sudah biasa pulaberjalan di tepi jurang yang curam. Akhirnya kami sampai dengan selamat pada kungan yang saya sebut tadi akan tetapi segera mbullah bahaya yanglain.

Baru saja kami mendaki jalan di Wihinasht, maka kami bertemu dengan delapan orang Indian berkuda. Empat orang di antara mereka memakai tanda-tanda ketua suku. Mereka sedikitpun dak terkejut bertemu dengan kami dengan sekonyong-konyong, hanya ke ka mereka melalui kami mereka melihatke arah kami, tetapi dengan pandang yang acuh tak acuh.

Salah seorang yang berjalan di muka mengendarai kuda pu h dan ada membawa sebuah benda panjang yang dihiasi dengan jumbai. Bagi saya merekaitu tampaknya bukan sebagai orang yang membahayakan, lebih-lebih oleh karena mereka dak membawa tanda-tanda bahwa mereka sedang berperang,lagi pula mereka tidak membawa senjata. Akan tetapi demi mereka membelok maka Old Wabble menghentikan kudanya seraya berkata:

“Keparat! Apa maksud bedebah-bedebah itu datang ke mari? Mereka itu ialah orang Indian dari suku Panasht yang bermusuhan dengan Indian-ular.Hendak ke mana? Jangan-jangan mereka melalui rancho saya. Anak buah saya yang saya tinggalkan di rancho terancam oleh bahaya!”

“Mereka tidak bersenjata!” demikian saya menyangkal.Old Wabble tidak menjawab, melainkan berkata lagi:“Kita harus kembali ke kemah, bahkan barangkali kita harus pulang ke rancho. Hari ini kita tak dapat berburu. Orang-orang Indian itu harus kita dahului.

Saya mengetahui sebuah jalan sempit yang meminta ke perkemahan kita. Ayo, boys! Bergegas-gegaslah kita. Kalau mereka bermaksud jahat, jangan ragu-ragu kita menembak mereka, it’s clear!”

Kami memacu kuda kami. Lima menit lamanya kami melalui jalan kecil di antara tanah batu. Kemudian balah kami pada sebuah lembah yang sempit,yang tanahnya sebagian merupakan paya-paya dan sebagian ditumbuhi rumput. Di tengah-tengah lembah itu ada sebuah batang air. Old Wabble turunserta berkata:

“Di ujung lembah ini ada sebuah jalan kecil yang menurun ke arah kemah. Dengan menempuh jalan itu kita akan sampai lebih dahulu daripada orangkulit merah itu. Kita dapat berkuda, jadi seorang daripada kita harus nggal di sini untuk menjaga keamanan kuda kita. Untuk tugas itu saya pilih Sam yangmasyhur ini, yang sudah dapat menembak empat kail tanpa mengenai sasaran. Kalau kita menghadapi orang Indian, dia tak ada gunanya sama sekali bagikita, bahkan saya khawatir kalau-kalau tembakannya tidak mengenai orang Indian melainkan mengenai kita.”

Sam yang masyhur itu ialah saya. Samuel Parker, bekas jurutulis di Princeton! Saya hendak menyanggah, akan tetapi segera saya insaf bahwa sayaterpaksa harus menyerah. Ke ga orang itu mengambil senjatanya lalu berangkat, setelah Old Wabble memesankan dengan keras kepada saya jangansekali-kali saya meninggalkan tempat itu.

Marah saya bukan kepalang! Akan saya biarkankah mereka membunuh orang-orang Indian yang sama sekali dak mempunyai maksud jahat itu?Dapatkah itu saya biarkan! Tidak! Bukankah mereka itu manusia biasa seper saya. Lagi pula kini saya mendapat kesempatan untuk membalas dendamterhadap penghinaan tadi. Saya belum tahu adat orang di daerah Barat. Saya hanya menuru kehendak ha saya belaka. Kuda beban dan ke ga ekor kudatunggangan itu saya ikatkan kepada pohon, lalu saya berjalan cepat-cepat melalui jalan yang kami tempuh tadi. Saya merasa mempunyai kewajiban untuk

menyelamatkan orang-orang Indian itu. Selekas-lekasnya saya menuruni jalan Wihinasht, lalu masuk ke Snakes Canyon. Tidak lama kemudian saya melihatorang-orang Indian itu di muka saya. Mereka mendengar saya datang, lalu menoleh serta menghen kan kudanya. Saya bertanya adakah di antara merekayang mengerti bahasa Inggeris. Orang Indian yang menunggangi kuda putih dan membawa benda panjang itu menjawab:

“Saya To-ok-uh. Panah Cepat, seorang pemimpin Panasht-Shoshone. Adakah saudara saya orang kulit pu h membawa pesan dari orang tua yangternaknya digembalakan oleh orang Indian-ular?”

“O, Anda kenal orang tua itu?” tanya saya. “Anda disangkanya musuh dan ia sudah pergi mendahului Anda untuk membunuh Anda. Sebagai seorangKristen saya merasa wajib memberi Anda ingat terhadap bahaya itu.”

Orang Indian itu menatap muka saya seraya bertanya:“Di mana kuda teman-teman Anda?”“Di lembah yang terletak di seberang jalan Wihinasht.”Kemudian orang kulit merah itu bercakap-cakap dengan perlahan-lahan dengan teman-temannya, lalu dengan sikap yang ramah-tamah ia bertanya lagi

kepada saya:“Saudara saya orang kulit putih belum lama di daerah ini?”“Baru kemarin saya datang.”“Apa maksud orang kulit putih itu pergi ke pegunungan?”“Kami hendak berburu kijang.”“Adakah saudara saya seorang pemburu yang ternama?”“Bukan; saya tidak pandai menembak.”Dengan tersenyum ia bertanya terus sampai ia mengetahui segala-galanya. Saya dimintanya menyebut nama saya. Kemudian ia berkata:“Samuel Parker itu terlalu sukar bagi orang kulit merah untuk mengucapkannya. Lebih baik Anda kami sebut At-Pui, Orang Yang Baik Ha . Jikalau Anda

ingin lebih lama nggal di sini, Anda harus bersikap lebih ha -ha lagi. Kebaikan ha Anda dapat mencelakakan Anda. Anda boleh mengucap syukurbahwa kami dak sedang berperang. Lihatlah wampum ini — sementara itu ia menunjuk kepada benda panjang yang berjumbai itu — mengandung pesanperdamaian kepada sekalian suku Shoshone. Kami dak ada membawa senjata. Maksud kami ialah hendak menyampaikan pesan itu kepada orang-orangIndian-ular yang bekerja pada peternakan itu, agar di sampaikan kepada ketua-ketua suku Shoshone. Kami dak mempunyai alasan untuk merasa takut,tetapi sungguhpun begitu saya berterimakasih juga kepada Anda, seakan-akan kami sudah Anda selamatkan dari bahaya maut. Sekiranya Andamemerlukan teman, datanglah kepada kami! At-Pui, Orang Yang Baik Hati, selalu akan kami sambut dengan segala senang hati. Howgh!”

Ia menjabat tangan saya dan hendak meneruskan perjalanannya. Tapi segera saya minta kepadanya jangan hendaknya ia menceriterakan pertemuan inikepada peternak tua itu. Kemudian kami berpisah. Saya merasa puas, sekalipun saya insaf bahwa perbuatan saya itu dak bijaksana. Sebaliknya sayayakin bahwa saya sangat tidak hati-hati.

Se ba kembali di lembah, kuda beban dan kuda-kuda tunggangan itu saya lepaskan dari ikatannya, agar mereka dapat makan rumput. Waktu yangluang itu saya pergunakan untuk berla h menembak. Persediaan mesiu saya lumayan banyaknya dan di dalam karung perbekalan itu ada pula mesiudalam jumlah yang banyak. Setelah saya menghabiskan mesiu saya, dapatlah saya mengatakan bahwa kini saya dapat menembak menara gereja dengantepat dari jarak duaratus langkah.

Menjelang malam Old Wabble. Ben dan Will datang kembali. Mereka sudah bertemu dengan orang-orang kulit merah itu dan saya diberitahu bahwaorang-orang Indian itu dak mempunyai maksud yang jahat, melainkan hendak menyampaikan wampum belaka dan sesudah itu berbalik. Tentu saja sayaberdiam diri, tidak membuka rahasia saya.

Kami memutuskan bermalam di situ dan keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan kami ke paya-paya yang dak seberapa jauh letaknya daritempat itu. Paya-paya itu letaknya di dalam suatu lembah yang lebih luas daripada lembah yang kami kunjungi kemarin. Di tengah-tengah lembah itu adasebuah danau kecil yang tepinya berpaya-paya. Di dekatnya ada hutan belukar.

Setelah kami memunggah muatan kuda beban, maka kami memasang kemah, di mana saya harus tinggal untuk menjaga kuda.Kemudian teman-teman saya berangkat untuk berburu. Sampai rembang tengah hari saya dak mendengar apa-apa; kemudian saya mendengar

beberapa tembakan. Tidak lama sesudah itu saya melihat Ben Needler berjalan ke arah kami. Ia sudah diusir oleh Old Wabble, oleh karena ia tergesa-gesasekali menembak seekor kijang. Menjelang malam kembalilah Old Wabble dengan Litton.

Orang tua itu masih marah juga, katanya:“Jejak banyak sekali, bukan jejak kijang saja, melainkan jejak orang kulit merah juga yang sudah mendahului kita. Kijang-kijang itu sudah terusir oleh

mereka, it’s clear! Hanya seekor saja yang kami jumpai, tetapi si Needler itu terburu-buru benar menembak, sehingga kijang itu dapat lari. Itulah upahnyakalau orang membawa plonco. Tetapi saya dak mau pulang sebelum memperoleh seekor kijang, biarpun saya terpaksa menunggu di sini beberapa harilamanya.”

Sesudah itu ia dak mau berbicara lagi dengan kami berdua. Ke ka ia keesokan harinya mengajak Li on pergi berburu, marahnya belum hilang juga.Kedua orang plonco itu harus nggal di sini, karena mereka hanya akan mengganggu saja, katanya. Kini kami dapat melaksanakan rencana yang telahkami mufaka berdua. Jikalau kawanan kijang itu sudah terusir, maka sudah pas dak ada lagi di lembah ini, melainkan di luarnya. Karena itu kami harusmencari di tempat lain. Oleh karena ada kemungkinan bahwa baru menjelang malam kami akan kembali, maka kuda beban kami bawa untuk mengangkutperbekalan yang kami perlukan.

Kami meninggalkan lembah kami, lalu sampai kepada lembah lain di mana dak ada danau atau paya-paya, akan tetapi pas dak ada kijang juga,sebab di tempat itu sudah ada orang. Kami melihat seekor keledai yang berkeliaran sambil memakan rumput. Di mana ada keledai, niscaya ada manusia.

Tetapi orang yang mempunyai keledai itu tidak kami lihat.Di manakah mereka? Ben berjalan ke arah keledai itu, akan tetapi saya berjalan terus sambil membimbing kuda beban saya.Demikian keledai itu melihat Ben, maka ia berpaling lalu lari dengan melompat-lompat ke arah saya. Maka saya melihat bahwa binatang itu bukan

keledai. Segera saya turun lalu berlutut sambil membidikkan bedil saya. Saya melepaskan tembakan; binatang itu masih melompat dua atau ga kali, lalurebah.

Saya berlari-lari ke tempat binatang itu, Ben berbuat demikian juga. Peluru saya mengenai bahunya, tembus ke dalam dadanya.Binatang itu seekor kijang. Hasil perburuan kami itu kami ikatkan pada punggung kuda beban, lalu kami berjalan terus.Sebentar kemudian sampailah kami pada ujung lembah. Di sebelah kiri kami ada dinding batu yang tak dapat dipan ja , akan tetapi di depan kami ada

sebuah bukit kecil dan di belakangnya ada sebuah lagi. Oleh karena kuda beban kami pandai memanjat, maka kami memutuskan untuk pergi ke bukit didepan kami.

Dengan susah payah sampailah kami ke atas. Kini tanah itu menurun. Dari jauh kami mendengar suara orang membuat gaduh. Siapakah itu? Kami harusmengintai. Segera kami memanjat terus hingga sampai pada suatu tempat dari mana kami dapat melihat ke bawah. Needler hendak menjenguk, akantetapi oleh karena ia berpakaian putih, jadi dapat dilihat orang dari jauh, maka saya tariklah ia kembali dan saya maju untuk menjenguk.

Apa yang terjadi di dalam lembah yang ke dua itu hanya sebagian saja dapat saya lihat, oleh karena tempat peninjauan saya dak cukup nggi. Saya

melihat tujuh orang Indian berkuda yang sambil berteriak-teriak, mengejar sesuatu yang dak dapat saya lihat. Bunyi teriak itu makin lama makin dekat,akhirnya menjadi sedemikian kerasnya sehingga kuda beban kami menggerak-gerakkan telinganya dan mengibas-ngibaskan ekornya. Karena itu Ben sayasuruh turun untuk menenangkan binatang itu.

Kini saya melihat seorang Indian yang duduk di tempat yang agak nggi, kira-kira empatpuluh langkah jauhnya dari tempat saya. Orang itu ialah To-ok-uh, yang menganggukkan kepalanya ke arah saya sambil memberi isyarat dengan tangannya agar saya berdiam diri. Mengapa ia ada di situ? Mengapasaya harus berdiam diri? Kemarin dulu ia tidak bersenjata; sekarang ia memegang bedil yang diletakkannya di atas lututnya.

Sedang saya berpikir-pikir, maka bunyi teriak orang Indian itu makin lama makin dekat dan di bawah saya, saya mendengar bunyi batu yang jatuh.Aduhai, apa yang saya lihat itu? Binatang yang menakutkan Sambil mendengus-dengus dengan keras sekali ia memanjat bukit di tempat kami. Tubuhnyabesar, badannya lebih dari dua meter panjangnya, kakinya panjang. Demi binatang buas itu melihat Ben Needler dan kuda beban kami, maka iamengangkat kepalanya lalu membelok ke arah saya. Ben memekik karena terkejut, melemparkan bedilnya, berpaling, lalu lari tunggang-langgang tanpamengindahkan tempat yang dilaluinya.

Kuda kami melompat ke bawah.Saya dak sempat melihat adakah Ben dan kuda itu selamat sampai ke bawah, sebab binatang buas itu telah berlari ke arah saya. Bukan main terkejut

saya! Bedil saya terjatuh.Saya harus lari! Saya melompat dari batu yang satu ke batu yang lain, akan tetapi binatang itu mengiku saya. Untung saya melihat sebuah gua di

dalam tanah batu. Secepat-cepatnya saya merangkak masuk. Gua itu gelap dan binatang buas itu telah mencoba memasukkan kepalanya ke dalam lubanggua.

Ia mendengus-dengus, nafasnya ter upkan ke muka saya. Akhirnya binatang itu mengundurkan diri, oleh karena dak dapat masuk terhalang olehtanduknya, lalu lari ke tempat lain. Dalam pada itu ia menghadap ke arah tempat To-ok-uh. Ketua suku itu membidikkan bedilnya lalu menembak... dan...kijang itu rebah. Ya, binatang yang saya sangka binatang buas itu kini ternyata seekor kijang yang besar.

Dalam sekejap mata To-ok-uh sudah turun ke bawah lalu berlari-lari ke arah binatang itu. Saya menjengukkan kepala saya dan ketua suku Indian ituberkata:

“Saudara saya orang kulit putih boleh ke luar. Kijang ini jatuh oleh pelurunya, jadi adalah miliknya.”“Peluru saya” tanya saya dengan heran, sambil saya merangkak ke luar dari gua itu.“Ya,” jawabnya dengan mengangguk. “Anda ialah At-Pui. Orang Yang Baik Ha , yang telah menolong kami. Karena itu maka Anda akan menjadi

masyhur. Prajurit-prajurit Panasht telah menyerahkan wampumnya dan dengan cepat-cepat telah kembali ke lembah kijang, tempat merekamenyembunyikan senjata mereka. Di lembah itu Anda dak akan menjumpai kijang, kecuali anak kijang yang Anda ikatkan pada punggung kuda bebanAnda.

“Anda adalah orang yang jujur, sebab Anda mengatakan bahwa Anda dak pandai menembak, tetapi ucapan itu hendaknya jangan Anda ulang lagi,sebab saya menginginkan agar teman-teman Anda menghorma Anda seper kami mencintai Anda. Saya duduk di atas batu itu dan menyuruh orang-orangsaya menggiring kijang besar itu ke arah saya. Ketika itu saya melihat Anda dan segera saya putuskan untuk menghadiahkan kijang itu kepada Anda.

“Binatang itu ma tertembak oleh peluru Anda, supaya Anda menjadi masyhur sampai Anda benar-benar pandai menembak. Teman Anda dak melihatsaya dan saya akan menyingkir agar ia tidak akan melihat saya. Mudah-mudahan kita akan berjumpa lagi. Howgh!”

Ia menjabat tangan saya lalu menghilang di antara batu-batuan.Itulah cara orang Indian menyatakan rasa terima kasihnya. Ia memberi saya kesempatan untuk menjadi masyhur.Tetapi bolehkah saya menerima hadiah itu? Dan boleh pulakah saya menolaknya? Tidak, saya dak boleh menolak, sebab dengan demikian maka orang

Indian itu akan mengira bahwa saya dak mau menerima terimakasihnya dan dengan demikian dak menghargai pernyataan persahabatannya. OldWabble telah menghina saya. Apa salahnya kalau saya sekarang membalas dengan cara yang akan membuat dia iri hati.

Saya memungut bedil saya, lalu turun ke dalam lembah.Dari jauh saya melihat Ben Needler berdiri di samping kuda beban kami. Dengan lambaian tangan saya panggil dia supaya mengiku saya ke tempat di

mana kijang itu berbaring. Ben dak melihat orang Indian tadi dan dak seorangpun mengetahui bahwa saya mengenal ketua suku Panasht itu. Ben tentuakan yakin bahwa sayalah yang menembak kijang itu. Ia memandang saya dengan keheran-heranan; barangkali ia menaruh iri ha juga. Karena itu makasaya katakan kepadanya bahwa di depan teman-teman kami saya akan mengatakan bahwa Ben yang menembak anak kijang itu.

Ben saya suruh pulang dengan membawa kuda beban kami untuk mengambil Old Wabble dan Li on. Saya akan nggal di situ untuk menjaga agarkijang itu dak akan diganggu oleh burung ruak atau binatang-binatang lain. Hari sudah petang ke ka Ben datang bersama-sama dengan Old Wabble danLitton. Bekas cowboy itu berdiri tercengang-cengang. Ia mengaku dengan berterus terang bahwa ia belum pernah melihat kijang sebesar itu.

Perburuannya tidak menghasilkan apa-apa. Sekonyong-konyong ia membelalakkan matanya ke arah saya sambil berkata:“Nah, sekarang saya tahu maksud Anda. Ke ka Anda kemarin dulu empat kali menembak hawa, Anda hendak menipu saya, it’s clear; akan tetapi saya

berharap jangan hendaknya Anda berbuat begitu lagi kalau Anda ingin tetap menjadi sahabat saya!”Kami tetap bersahabat dan kemudian masih seringkali kami berburu dengan hasil yang baik sekali, berkat la han menembak yang saya adakan dengan

diam-diam. Lagi pula hadiah ketua suku Panasht itu seakan-akan memberi saya pandangan yang tajam dan tangan yang dak gemetar. Tidak lamasesudah itu tembakan saya sudah sedemikian baiknya sehingga Old Wabble tidak pernah menaruh curiga terhadap penipuan saya itu.

Masih berkali-kali saya bertemu dengan Panah Cepat dan se ap kali saya disebutnya At-Pui, Orang Yang Baik Ha . Ia menyimpan rahasia saya baik-baik dan hari ini untuk pertama kali saya membuka rahasia saya. “Ya, Tuan-tuan, saya mengaku dengan terus terang, bahwa kijang saya yang pertamasesungguhnya bukan hasil perburuan saya yang pertama, akan tetapi kijang itu bukan kijang saya yang terakhir, Howgh!”

Ia berdiam diri dan orang-orang yang lain asyik bercakap-cakap tentang kisah yang baru didengarnya itu. Saya dak ikut berbicara. Se ap orangpemburu prairi harus menempuh masa pelajarannya masing-masing; tidak seorangpun di lahirkan sebagai pemburu prairi yang ulung! Saya pun mempunyaiguru juga, guru yang pertama ialah Sam Hawkens dan kemudian saya mempunyai seorang guru yang tak ada bandingnya, yaitu sahabat dan saudara sayaWinnetou.

Akan Old Wabble, saya sudah banyak mendengar tentang dia, akan tetapi belum pernah bertemu. Namanya banyak sekali di percakapkan orang,perbuatannya menjadi bahan dan pokok kisah yang di ceriterakan oleh para pemburu prairi dan bagi mereka dia adalah seorang pahlawan. Sepanjangceritera-ceritera itu Old Wabble adalah orang yang ganjil, yang dak diketahui orang di mana ia mengembara, akan tetapi dengan sekonyong-konyongmenampakkan dirinya di sana-sini, hanya untuk waktu yang singkat saja dan peristiwa itu selalu menjadi bahan untuk dongeng yang aneh-aneh.

Semasa mudanya ia mendapat sebutan “Raja Cowboy”.Kini usianya ditaksir orang sudah lebih daripada sembilan puluh tahun, akan tetapi geraknya masih cepat dan kecakapannya belum lagi berkurang.

Hanya rambutnya yang pu h menunjukkan bahwa usianya sudah lanjut dan pengalamannya sudah banyak sekali. Saya selalu ingin sekali bertemu dengandia.

Kini ia tidak jauh di muka saya, akan tetapi barangkali ia akan menghilang lagi seperti yang sudah menjadi adatnya.

HANTU MISTAKE CANYON Hari sudah menjadi malam. Karena orang Comanche di duga berkeliaran di dekat perkemahan kami, maka kami dak boleh membuat api. Karena itu

maka kami tak mempunyai selera lagi untuk bercakap-cakap atau mendongeng. Kami segera pergi dur. Ke ka keesokan harinya kami hendak berangkat,maka ternyatalah bahwa kekhawa ran Parker beralasan. Komandan pasukan tentara itu menghendaki agar salah seorang dari pemburu itu nggal di situuntuk bertugas sebagai penyelidik.

Tetapi pemburu-pemburu itu menolak dengan sekeras-kerasnya, sehingga akhirnya komandan itu mengalah. Seorang penyelidik yang diperolehnyadengan paksaan tentu tidak akan berguna. Untuk berolok-olok saya menawarkan diri saya. Tetapi dengan lekas ia menolak serta berkata:

“Ah, Anda lebih baik berjalan terus saja, Mr. Charley! Orang yang pekerjaannya mencari tulang mayat, dak berguna sama sekali bagi saya. Palingbanyak Anda akan menjadi beban bagi kami.”

Rupa-rupanya ia telah mendengar untuk apa saya pergi ke daerah Barat ini. Jawab itu menggembirakan hati saya.Kami minta diri, lalu naik ke atas kuda. Saya berbuat seakan-akan saya masih plonco sekali dan hanya dengan susah payah dapat melangkahkan kaki

kanan saya ke atas punggung kuda saya. Selama perjalanan itu saya berbuat pura-pura masih canggung menunggang kuda, supaya teman-temanseperjalanan saya tidak menaruh curiga.

Kemudian saya mendengar bahwa orang-orang itu bertemu dan berkenalan di jalan dekat Rio Vila dan dengan kebetulan saja hendak pergi ke Texassemuanya, tetapi masing-masing dengan tujuannya sendiri. Dengan demikian maka mereka itu dak dapat disebut rombongan yang terikat oleh satupikiran atau satu tujuan. Perjalanan dari perkemahan tentara itu sampai ke Mistake Canyon meminta waktu empat jam lamanya. Dalam perjalanan itu

dak ada terjadi sesuatu. Untuk periang ha maka Jozua Hawley kami minta menebus janjinya, yakni menceriterakan pengalamannya di Mistake Canyon.Jawabnya singkat saja; ia akan menepa janjinya. Jawabnya yang singkat itu sudah menyingkapkan tabir rahasianya bagi saya; saya menger bahwadialah orang kulit putih yang karena kekeliruan telah menembak sahabatnya orang kulit merah.

Peristiwa itu rupa-rupanya sangat memberatkan sanubarinya: itu tampak pada air mukanya pada kesempatan pertama saya melihat dia.Sampai kini kami masih berjalan di dataran nggi yang makin lama makin menurun. Akhirnya kami berhen di dekat sebuah jurang. Jurang itu sangat

curam dindingnya dan dinding itu tingginya sekurang-kurangnya ada seratus meter.Kami mendengar desir air yang datang dari bawah. Air sungai itu tampaknya seper nta hitam. Di tempat kami berhen itu ada beberapa pohon kaktus

yang besar, yang tumbuh di tepi dinding batu. Lembah itu ialah Mistake Canyon yang harus kami lalui. Barangsiapa melihat ke bawah niscaya merasaseakan-akan dari tempat itu mengancam bencana. Saya sudah banyak sekali melihat Canyon dan sudah seringkali mengarunginya, akan tetapi dak adasebuah lembah yang sedahsyat ini.

Melalui jalan kecil yang sangat curam kami berjalan menurun. Kemudian kami menyeberangi sungai yang kini ternyata mempunyai warna yang biasasaja. Sampai kepada suatu batu dimana tenaga arus air itu memecah. Jos menghentikan kudanya, lalu duduk di atas batu itu serta berkata:

“Inilah tempat dimana saya hendak menebus janji saya. Turunlah, Tuan-tuan! Anda akan mendengar bagaimana ceritera hantu Mistake Canyon ituterjadi.”

“Hantu?” kata Sam Parker dengan tertawa: “Hanya orang yang bodoh saja percaya kepada hantu. Di sini seorang pemburu kulit pu h telah menembaksahabatnya seorang Apache karena kekeliruan belaka. Akan tetapi tak seorangpun dapat mengetahui siapa orang kulit pu h itu dan bagaimana asal hantuMistake Canyon itu terjadi.”

“Saya dapat mengatakannya, hanya saya saja,” kata Jos.“Anda? Tahukah Anda bagaimana peristiwa itu terjadi?”“Betapa saya dak tahu! Dari sini, dari batu di mana saya duduk ini, saya telah melepaskan tembakan yang membawa celaka itu. Dewasa itu mata saya

masih tajam, sebab peris wa itu terjadi gapuluh tahun yang lampau, akan tetapi mata saya itu dak cukup tajam untuk membedakan yang betul danyang salah. Saya mempunyai seorang sahabat, seorang Indian dari suku Apache, namanya Tkhlisch Lipa, artinya Ular Kobra.

Saya pernah menyelamatkan jiwanya dan karena itu ia berjanji akan menunjukkan saya tempat di mana terdapat nuggets dalam jumlah yang besar.Saya mencari empat orang yang saya pandang cakap untuk menemani saya pergi ke tempat emas itu. Kami harus ha -ha benar, karena tempat ituletaknya di dalam daerah orang Comanche. Oleh sebab itu maka kami berjalan kaki.

Hanya teman saya orang Apache saja yang berkuda ia dak mau berpisah dengan mustangnya. Berenam sampailah kami ke lembah ini. Pada tepilembah yang di sebelah sini Anda melihat beberapa pohon kaktus-raksasa. Dahulu di belakang pohon-pohonan itu banyak sekali terdapat pohon kaktus,sehingga dapat disebut sebuah hutan kaktus. Di sana kami mendirikan sebuah pondok untuk jadi tempat nggal kami sementara. Pekerjaan mencari emaskami lakukan di sini, di sebelah sungai.

Segera kami membagi pekerjaan: seorang harus menjaga pondok, seorang lagi harus pergi berburu untuk menjamin makanan kami. Pekerjaan berburuitu harus dilakukan dengan sangat hati-hati oleh karena Avat Cuts (*Kerbau Besar), ketua suku orang Comanche yang tinggal di daerah ini terkenal sebagaiorang yang bengis dan sebagai seorang pencari jejak yang sangat ulung. Karena itu se ap orang saya pesankan dengan sangat agar selalu membawasenjatanya. Kedua tugas tersebut dijalankan bergiliran oleh kelima teman saya ; hanya saya sendiri selalu bekerja di bawah.

Tkhlisch Lipa tidak berdusta; perolehan kami lebih daripada memuaskan.Sudah kira-kira ga minggu lamanya kami bekerja di situ. Pada suatu hari teman saya orang Apache bertugas di dalam pondok. Seorang teman saya

yang lain, Dinters namanya, pergi berburu. Yang lain membantu saya menggali emas. Teman saya orang kulit merah dak banyak kerjanya, karena ituuntuk mengisi waktu ia menanggalkan baju luarnya yang terbuat daripada selimut san llo, lalu menggosok badannya dengan lemak beruang agar jangandikerumuni oleh nyamuk, lalat dan serangga yang lain. Tiba- ba ia mendengar bunyi di belakangnya. Ia mengangkat kepalanya dan... melihat orang yangsangat ditaku nya, yaitu Avat Cuts, ketua suku orang Comanche. Ketua suku itu sedang mengayunkan bedilnya di atas kepalanya. Sebelum teman sayadapat mengelak, kepalanya sudah kena pukul yang sedemikian hebatnya sehingga ia jatuh pingsan.

Ia dibiarkan saja terbaring di situ dan Avat Cuts masuk ke dalam pondok untuk menyelidikinya. Ia menemukan kantong-kantong kulit kami yang berisinuggets, lalu digantungkannya pada ikat pinggangnya. Kemudian ia berbalik lalu menukarkan bajunya dengan baju orang Apache yang terbuat dari selimut& san llo itu. Kemudian ia bersiul memanggil kudanya yang di nggalkannya di belakang kaktus, akan tetapi pada saat itu ia melihat bahwa mustangteman saya orang Apache itu jauh lebih bagus daripada kudanya sendiri. Kini Avat Cuts hendak mengambil scalp musuhnya. Ia melangkahkan kakinya diatas badan Tkhlisch Lipa lalu membungkuk dan dengan tangan kirinya dipegangnya rambut orang Apache dan dengan tangan kanannya ia menggoreskanpisaunya pada kulit kepala teman saya. Akan tetapi usahanya gagal. Ular Kobra bangun karena sakit, lalu memegang tangan ketua suku Comanche.Mereka bergumul; berkat badannya yang jauh lebih besar Kerbau Besar tentu akan dapat mengalahkan teman saya.

Dalam pada itu Dinters pulang dari pekerjaannya berburu. Ia menemukan jejak orang Comanche lalu mengikutinya.Tiba di sudut hutan kaktus ia melihat kedua orang Indian itu sedang berkelahi. Orang Comanche yang memakai selimut san llo itu disangkanya

temannya sendiri. Ia membidikkan bedilnya lalu menembak ke arah orang Apache, akan tetapi untung benar tembakannya dak mengena. Mendengartembakan itu ketua suku orang Comanche menoleh, lalu segera melepaskan diri. Bedilnya di nggalkannya dan tanpa berpikir panjang ia naik ke ataspunggung kuda teman saya orang Apache, lalu melarikan diri secepat-cepatnya. Ular Kobra segera melompat ke atas punggung kuda yang di nggalkan

oleh orang Comanche itu, lalu mengejar musuh yang sedang lari itu. Dinters berdiri tertegun tercengang-cengang, dak menger duduk perkara itu. Olehkarena ia kebetulan berdiri di jalan ke luar dan tempat lain dihalang-halangi oleh pohon kaktus, maka orang Comanche itu mengambil jalan kecil yangmenuju ke lembah. Ia tahu bahwa jalan sempit itu ialah jalan satu-satunya untuk meninggalkan pondok itu, walaupun jalan itu sangat berbahaya karenacuram. Ya dak menduga bahwa di bawah ada empat orang kulit pu h sedang bekerja. Lihatlah, di dinding tanah batu di seberang kita ini ada tanah yangmenjorok; itulah jalan sempit yang saya maksud. Untuk orang yang berjalan kaki jalan itu sukar sekali di tempuh, apalagi untuk seorang berkuda. Andadapat memahami betapa heran kami melihat di sana dua orang berkuda yang seakan-akan sedang berpacu; di muka orang yang menunggangi mustangdan memakai selimut santillo milik Ular Kobra, di belakangnya orang yang menunggang kuda yang belum pernah kami lihat dan sedang mengayun-ayunkanlassonya hendak menangkap penunggang kuda yang di mukanya. Kami mendengar suara orang Apache yang tak hen -hen nya berseru: aguan selkhi nokhi! Tembaklah dia! Seruan itu tentu ditujukan kepada kami. Segera saya memungut bedil saya. Penunggang kuda yang pertama telah sampai ke dasarlembah, di sana, di seberang itu, lalu melompat terus. Kini datang pengejarnya.

Sekarang ia melepaskan lassonya, akan tetapi pada saat itu juga saya telah melepaskan tembakan saya. Saya mendengar dia memekik lalu jatuh dariatas kudanya. Alangkah terkejut saya demi saya melihat bahwa orang yang kena tembak itu tak lain daripada teman kami sendiri. Ia menunjuk ke depanseraya berkata: “Darteh litschane Avat Cuts: anjing itu ialah Kerbau Besar. Seketika itu teman kami meninggal.”

Jos berdiam diri, memandang ke arah tempat yang ditunjuknya itu dengan pandang yang mengandung kesedihan. Kamipun berdiam diri pula. AkhirnyaJos melanjutkan kisahnya:

“Demikianlah saya membalas kebaikan ha sahabat saya. Sejak itu lembah ini di sebut Mistake Canyon. Seringkali saya mendengar orangmenceriterakan ceritera itu, akan tetapi tak pernah saya berani mengatakan bahwa sayalah pelaku utama dalam ceritera itu. Sejak saat itu pikiran saya takpernah tenang. Akan tetapi oleh karena pada hari ini saya berdiri kembali di tempat saya dahulu, maka tak kuasalah rasanya saya menyimpan rahasia sayaitu lebih lama. Kini boleh Anda menyebut saya seorang pembunuh.”

“ Tidak!” seru teman-temannya. “Anda dak bersalah. Tetapi bagaimana kesudahannya dengan orang Comanche yang melarikan diri itu? Dapatkah ialolos?”

“ Tidak. Ke ka ia melompat, kudanya jatuh sehingga patah tulang kakinya. Kami dapa dia bersembunyi dak jauh dari tempat kuda itu. Anda tentumengerti bahwa sebentar kemudian jumlah mayat sudah bertambah dengan satu. Itulah undang-undang daerah Barat, akan tetapi janganlah kita bicarakanlagi!”

“Bagaimana dengan emas?”“Sesudah itu nasib kami berangsur-angsur menjadi sial. Pendapatan kami makin hari makin berkurang, akhirnya kami dak menemukan emas lagi.

Masih beberapa minggu lagi kami bekerja, menggali disana-sini, akan tetapi usaha itu dak membawa hasil sama sekali. Dan emas yang kami bawapulang habis dalam penjudian. Hanya satu hal saja yang tersimpan dalam ha saya dan tak akan meninggalkan saya seumur hidup saya. Yaitu kenang-kenangan pada saat peluru saya mengenai teman saya orang kulit merah. Bayangan itu selalu mbul di muka saya dan di telinga saya masih terdengarjeritnya. Marilah kita pergi! Tak tahan lagi saya berdiri di tempat ini lebih lama.”

Ia berdiri dengan perlahan-lahan, lalu memegang tali kekang kudanya, akan tetapi pada saat itu ia saya tahan dan saya pun berkata:“ Teman-teman kita semuanya sudah mengucapkan pendapatnya; mereka semuanya berpendapat bahwa Anda dak bersalah. Dengarkanlah pendapat

saya, Mr. Hawley.”“Pendapat Anda” tanyanya dengan suara yang menunjukkan bahwa ia tidak mengharapkan dari saya sesuatu yang dapat meredakan kesedihan hatinya.“Saya hendak menceriterakan suatu peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi, yaitu di negeri Jerman, tanah air saya.”“Apa gunanya ceritera itu bagi saya?”“Barangkali ada gunanya. Dengarkanlah! Dua orang pemasang gen ng harus memasang jago-mata-angin* (*Keping besi berbentuk ayam jantan yang

terletak pada puncak menara gereja, dan dapat berputar menurut arah angin) pada puncak menara gereja yang nggi. Pemasangan gen ng yang pertamaialah orang tua yang sudah berpengalaman. Yang lain ialah anaknya, yang mempunyai isteri dan empat orang anak. Mereka naik memanjat tangga, makinlama makin tinggi. Orang yang tua ada di atas, anaknya mengikutinya di bawahnya.

Kedua orang itu memegang jago-mata-angin yang berat itu dengan tangan kirinya dan dengan tangan kanannya berpegang pada tangga.Pekerjaan mereka disaksikan oleh berpuluh-puluh orang yang berdiri di muka gereja. Tiba-tiba mereka mendengar orang menjerit ketakutan.Yang menjerit itu ialah anak pemasang gen ng yang berdiri di tangga di bawah ayahnya. Ayahnya menjawab dengan tenang dan kelihatannya ia

memberi petunjuk. Anak itu menjerit lagi dan sesaat kemudian orang-orang yang menyaksikan itu menjerit-jerit pula, sebab mereka melihat bahwa ayahyang kakinya sedang di pegang oleh anaknya itu menyepakkan kakinya dengan keras sehingga anak itu jatuh terpelanting ke bawah.”

“Itu mustahil! Pembunuh anaknya sendiri?” seru Hawley.“Dengarkanlah terus! Orang-orang yang ada di muka gereja itu menjadi gempar, akan tetapi orang tua itu naik terus seorang diri, sambil membawa

jago-mata-angin. Se ba di atas, ia duduk dengan tenangnya lalu dengan susah payah menempatkan jago-mata-angin itu pada tempatnya. Setelah selesaipekerjaannya maka ia turun dengan tenang seakan-akan dak ada terjadi apa-apa. Akhirnya ia memasuki jendela kamar genta. Kini orang naik ke menaradan di dalam kamar genta di dapa orang ayah itu pingsan, terbaring di lantai. Ia di bawa pulang dan berminggu-minggu lamanya ia dak sadarkan diri.Berkat pertolongan dokter dan badannya yang kuat, maka akhirnya ia sembuh dan demi ia dapat berjalan, maka segera ia pergi ke pengadilan untukmelaporkan dirinya. Dan bagaimanakah pendapat pengadilan tentang peristiwa itu pada pendapat Anda, Mr. Hawley?”

“Mengapa Anda tanyakan? Dalam hal ini hanya ada satu hukum belaka: barangsiapa membunuh anaknya sudah selayaknya dihukum mati,” jawab Jos.“Sungguhkah itu pendapat Anda?”“Tentu saja. Tidak mungkin ada pendapat yang lain.”“O, itu mungkin sekali. Peris wa itu dapat dilihat dan di per mbangkan dari sudut yang lain. Memang, peris wa itu menggemparkan seluruh penduduk

kota dan di mana-mana menjadi buah bibir.”Dalam kalangan sarjana hukum orang berpendapat bahwa ia harus dijatuhi hukuman ma , akan tetapi sesudah itu ia dapat minta grasi kepada raja.

Mula-mula rakyat dak mau memper mbangkan keadaan yang dapat melunakkan hukuman itu, akan tetapi setelah mereka mendengar apa yang menjadialasan bagi perbuatannya itu maka berubah pikiran mereka. Ya, perbuatan itu dijalankan dengan sadar, akan tetapi apa yang menyebabkan ia berbuatbegitu? Anak itu dengan ba- ba berseru bahwa kepalanya menjadi pusing. “Pejamkan matamu dan tenangkan pikiranmu sampai hilang rasa peningmu;saya menunggu!” kata orang itu, sebab ia mengira bahwa pusing kepala itu hanya bersifat sementara. “Saya dak dapat berpegang, saya tak dapatmerasakan apa-apa lagi!” seru anak itu sambil melepaskan jago-mata-angin dan memegang kaki orang tua itu. Orang tua itu segera menger bahwapusing kepala itu dak bersifat sementara, melainkan merupakan serangan yang membuat korbannya dak berdaya sama sekali, suatu keadaan yang dakdapat di tolong lagi. Dalam sekejap mata ia menyadari keadaan mereka berdua.

Dengan tangan kirinya ia seorang diri memegang jago-mata-angin yang berat itu, dengan tangan kanan ia berpegang pada tangga. Kakinya di pegangoleh anaknya, yang sebenarnya badannya sudah tergantung di udara. Tak boleh dak mereka tentu akan lekas jatuh. Ia tahu bahwa ia tak akan tahan lamalagi.

Apa akal?

Mereka berdua adalah pencari na ah bagi seluruh keluarga. Bagaimana nan , apabila kedua-duanya akan tewas? Bukankah itu berar bencanaberganda? Tidak, seorang harus hidup untuk memberi makan kepada seluruh keluarga. Dalam pada itu anaknya berseru:

“Kaki saya sudah dak menyentuh tangga lagi; saya jatuh! Ia hanya berpegang pada kaki ayahnya saja. Ayah itu menger bahwa bencana yangmengancam itu tak dapat lagi dielakkannya. Apa yang harus terjadi, harus terlaksanakan dengan cepat. Maka didepaknya anaknya sehingga jatuh kebawah. Ia mendengar jeritan mereka yang menyaksikan peris wa itu dari bawah. Matanya menjadi kabur, jantungnya hampir berhen berdenyut, akantetapi ia harus memperkuat imannya. Dengan perlahan-lahan ia naik terus dan akhirnya menyelesaikan pekerjaannya. Kemudian ia turun, akan tetapi iamerasa bahwa tenaganya sudah hampir habis. Karena itu maka ia memasuki jendela menara dan setelah ia merasa berdiri di atas lantai, maka ia jatuhpingsan. Bagaimana sekarang, Mr. Hawley, belum berubahkah pendapat Anda?”

“Hm! Seperti Anda menceriterakannya itu, kini bunyinya agak lain.”Mereka yang mula-mula mengancam dan menyalahkan dia, akhirnya berdiam diri dan lambat-laun memperoleh pengertian yang lain.Ayah itu mendapat seorang pembela yang sangat cakap. Beberapa sarjana, ahli, mahaguru dan doktor harus mengutarakan pendapatnya mengenal soal

pusing kepala. Beberapa tukang kayu, tukang batu, pemain sirkus, pendek kata orang-orang yang biasa bekerja pada tempat yang sangat nggi,menda arkan dirinya untuk menjadi saksi dan mereka itu semuanya membenarkan keterangan terdakwa. Semuanya mengatakan bahwa ayah itu tak dapatberbuat lain dan mereka menyatakan dengan pas bahwa anak itu tak dapat dak tentu akan tewas. Akhirnya pemasang gen ng itu di bebaskan olehpengadilan. Sejak saat itu orang tua itu dak pernah tertawa lagi. Ia sedikitpun tak dapat melupakan perbuatannya yang membawa celaka itu. Bagaimanapendapat Anda sekarang, Tuan?”

“Keputusan pengadilan itu tepat sekali,” jawab Jos. “Akan tetapi apa sangkut paut peristiwa itu dengan soal tembakan saya?”“ Tidak menger kah Anda? Orang tua itu telah membunuh anaknya dengan sengaja, padahal Anda membunuh teman Anda orang Apache karena

kekeliruan. Pemasang genting itu dibebaskan oleh pengadilan; bagaimana keputusan juri dalam hal Anda?”Ia menundukkan kepalanya. Kemudian ia menjabat saya seraya berkata:“Kini saya menger maksud Anda, Mr. Charley. Ceritera Anda itu akan saya renungkan. Barangkali maksud Anda akan tercapai pula. Akan tetapi saya

tak mau tinggal lebih lama di tempat ini, marilah kita pergi. Marilah kita berjalan cepat-cepat supaya lekas ke luar dari lembah celaka ini!”Lembah itu sedemikian panjangnya sehingga baru sesudah sejam kami berjalan, sampailah kami pada ujungnya.Di sana ada kumpulan pohon kaktus raksasa lagi, tetapi yang sudah berbuah. Melihat itu Sam Parker menghen kan kudanya lalu berkata kepada teman-

teman kami sambil menunjuk kepada saya:“ Tuan-tuan, kini kita menghadapi daerah yang sangat berbahaya. Kita harus mengetahui, adakah se ap orang yang menyertai kita dapat di andalkan.

Mr. Charley ini telah menggabungkan diri kepada kita dan barangkali dak akan lekas meninggalkan kita. Se ap saat kita mungkin bertemu dengan orangComanche, maka akan terpaksa mempergunakan bedil kita. Jadi sudah selayaknya bahwa Mr. Charley ini akan kita minta memperlihatkan kecakapannyamenembak?”

“Ya ya, ia harus kita uji!” kata mereka. Hanya Jos Hawley saja yang berdiam diri.“Anda mendengar sendiri, Tuan!” kata Parker selanjutnya. “Mudah-mudahan Anda akan bersedia memperlihatkan kecakapan Anda.”“Tidak,” jawab saya. “Saya tidak mau seorang diri saja menempuh ujian.”“Siapa lagi yang harus kita uji?”“Anda dan teman-teman kita yang lain. Itu sudah sewajarnya.”“Sewajarnya? Mengapa sewajarnya? Barangkali Anda dak lebih pandai menembak daripada saya pada waktu saya datang ke pondok Old Wabble.

Sebenarnya sudah kemarin saya ingin menguji Anda, akan tetapi saya dak mau membuat Anda malu di muka serdadu-serdadu itu. Tetapi kini dak adaorang lain yang akan menyaksikan.”

“Apakah yang harus di tembak?”“Kira-kira seratus limapuluh langkah dari sini ada beberapa pohon kaktus. Pohon itu sudah berbuah. Saya ingin mengetahui adakah Anda dapat

mengenai buah itu dari sini.”“Anda dapat mengenainya, Mr. Parker?”“Tentu saja! Sangsikah Anda?”“Hm! Anda menghendaki saya melepaskan tembakan percobaan, karena Anda belum mengenal saya, akan tetapi sayapun belum mengenal Anda dan

dengan demikian saya mempunyai hak yang sama untuk mengetahui bagaimana Anda mempergunakan bedil. Saya akan menembak, akan tetapi hanyakalau Anda mau juga memperlihatkan apa yang sudah Anda pelajari.”

Ia memandang saya dengan keheran-heranan, kemudian tertawa gelak-gelak, lalu berseru:“Apa yang sudah saya pelajari! Itu bagus! Tuan-tuan, Sam Parker harus memperlihatkan apa yang sudah dipelajarinya! Baiklah! Barangkali Anda pernah

mendengar bahwa seorang penjelajah hutan yang seja dak akan mau menyia-nyiakan kesempatan untuk melepaskan tembakan percobaan yang bagus.Biarlah syarat Mr. Charley itu kita terima. Setujukah Anda, Tuan-tuan?”

Kesembilan orang yang lain itu memberikan persetujuannya. Maka kamipun turun dari atas kuda. Saya mengambil keputusan untuk menembak seburuk-buruknya supaya dapat di tertawakan. Kelak saya dapat menertawakan mereka kembali.

Kini mulailah kami memboroskan mesiu kami dengan tak ada manfaatnya. Parker dan Hawley memang pandai menembak yang lain boleh juga. Sayamelepaskan ga tembakan, dak ada sebuahpun yang mengenai sasaran. Peluru saya terbentur pada tanah batu yang jauh sekali letaknya daripadasasaran. Teman-teman saya tertawa gelak-gelak dan selaku seorang guru mengajar muridnya Parker berkata kepada saya:

“ Tepat seper yang saya duga! Barangsiapa melepaskan pelurunya lebih daripada duapuluh langkah di sisi sasaran, jangan hendaknya bersikapgegabah berani menyuruh Sam Parker melepaskan tembakan percobaan! Kini kami tahu kecakapan Anda! Anda dak akan pernah dapat menembakbinatang atau Indian dan Anda boleh mengucap syukur sudah bertemu dengan kami. Anda akan kami perlindungi dan saya dak menaruh keberatan sedikitjuga bahwa Anda tetap menemani kami melalui daerah yang berbahaya ini.”

Kami naik lagi, lalu berjalan terus. Saya dak berkecil ha di beri pelajaran oleh Sam Parker. Ia memang seorang pemburu prairi, jadi bahasanya jauhdaripada halus.

BERTEMU DENGAN OLD WABBLE.KEDOK SAYA TERBUKA.

Mula-mula kami harus melalui dataran nggi. Kemudian jalan kami menurun ke arah daerah Rio Pecos. Jikalau kami tetap berjalan secepat ini, maka

keesokan harinya malam hari kami dapat mencapai daerah itu. Segera kami melihat di sana-sini beberapa tempat yang ditumbuhi rumput, sesudah itutempat yang ditumbuhi semak-semak dan pada petang hari sampailah kami pada sebuah batang air yang pinggirnya di sana-sini ditumbuhi semak belukar.Sebelum matahari terbenam kami sudah dapat memperoleh tempat untuk bermalam. Di tempat itu ada juga beberapa pohon.

Tanpa bersepakat lebih dahulu kami mengakui Parker sebagai pemimpin kami. Ia memilih tempat yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh semakbelukar, hanya sebelah yang menghadap ke sungai saja tidak ada tumbuh-tumbuhannya.

Pilihan itu dak ada salahnya, lebih-lebih oleh karena tempat itu cukup luas untuk membawa kuda kami Juga. Jadi binatang-binatang itu tak perlu dijagasendiri.

Sedang kami memilih tempat untuk berbaring. Parker dan Hawley pergi berburu. Tak lama kemudian mereka sudah balik kembali membawa beberapaekor ayam untuk makanan malam. Kami mengumpulkan ran ng-ran ng untuk membuat api unggun. Selesai makan saya pergi ke pinggir hutan di manasaya mengikatkan kuda saya lalu duduk di dekatnya.

Teman-teman saya bercakap-cakap dengan asyiknya seper yang sudah di-adat-kan pemburu prairi apabila mereka duduk mengelilingi api unggun.Oleh karena yakin bahwa percakapan mereka dak akan menarik perha an saya, maka saya lebih suka duduk seorang diri saja. Sejak saya harus membuatujian menembak, selalu saya memencil; hanya Jos saja beberapa kali berjalan di sebelah saya untuk bercakap-cakap dengan sikap yang lebih ramah-tamah daripada biasa. Kini ia duduk berdiam diri di antara teman-temannya. Rupa-rupanya masih ada sesuatu yang dipikirkannya. Kemudian ia berdiri laludatang ke arah saya. Setelah duduk di sebelah saya maka ia berkata:

“Bolehkah saya menemani Anda, itupun kalau Anda tidak lebih suka duduk seorang diri saja?”“Silahkan, Mr. Hawley! Saya senang sekali Anda temani.”“ Terima kasih. Anda rupa-rupanya dak suka berbicara. Sayapun dak bermaksud hendak mengganggu Anda, akan tetapi saya ingin mengucapkan

terima kasih saya. Ceritera Anda dak lepas-lepas dari pikiran saya. Walaupun ha saya belum merasa damai sama sekali, akan tetapi sekarang sudahagak lega. Maklumlah, sampai kini saya belum dapat melepaskan keyakinan bahwa saya telah membunuh teman saya.”

“Pendapat Anda itu salah; ceritera saya dapat membuktikannya.”“Saya merasa berhutang budi kepada Anda. Betul Anda bukan seorang pemburu prairi akan tetapi Anda mempunyai sesuatu yang menumbuhkan rasa

simpa dalam ha saya. Karena itu maka kesal ha saya melihat hasil ujian Anda. Saya lebih senang sekiranya hasil itu lebih memuaskan sehingga Andatidak ditertawakan orang. Tiadakah Anda merasa jengkel?”

“ Tidak, saya tahu bahwa bakat orang dak sama. Orang yang dak pandai menembak barangkali mempunyai kecakapan lain yang melebihi kecakapanteman-temannya.”

“Boleh jadi, akan tetapi masih merupakan pertanyaan adakah kecakapan lain ada gunanya di daerah Barat ini. Akan tetapi saya dak hendakmenyinggung perasaan Anda dengan berbicara tentang sesuatu yang tak dapat Anda perbuat. Sebaliknya, saya berharap mudah-mudahan Andamempunyai kecakapan-kecakapan lain yang bermanfaat juga bagi Anda dan apabila Anda memerlukan bantuan saya, percayalah bahwa saya selalubersedia menolong Anda. Tetapi baiklah kita berdiam diri saja, saya tidak suka banyak berbicara.”

Ia berbaring. Teman-teman saya yang duduk di dekat api unggun bercakap-cakap sedemikian kerasnya sehingga dalam keadaan biasa niscaya merekaakan saya tegur, akan tetapi oleh karena mereka dak mengetahui siapa saya ini, maka teguran saya tentu dak akan diindahkannya. Mereka tahu betulbahwa tempat ini mungkin sekali dikunjungi oleh orang Comanche. Saya lebih tahu dari mereka, sebab saya sudah membaca surat Winnetou.

Bahwa mereka telah memasang api unggun itu adalah buk bahwa mereka kurang ha -ha , akan tetapi bahwa mereka bercakap-cakap sekeras ituadalah kesalahan yang besar. Cahaya api itu dapat mengundang musuh datang ke mari. Dan sekiranya cahaya itu dak dapat dilihat dari jauh, bau asapitu tentu dapat di cium oleh hidung Indian dari jarak beberapa ratus langkah. Karena itu maka saya membulatkan ha saya untuk memasang mata dantelinga saya baik-baik sampai api itu padam.

Dengan meletakkan telinga saya pada tanah saya berbaring dan melayangkan pandangan saya ke arah semak belukar.Sekonyong-konyong saya melihat kuda saya berhenti makan rumput serta mengangkat kepalanya dengan cara yang sudah saya kenal.Dalam pada itu ia mendengus-dengus lalu memalingkan kepalanya ke arah saya. Itu tanda bahwa dari pihak sana ada orang datang mendeka kami

dan orang itu adalah orang kulit putih. Sekiranya itu orang Indian, maka kuda itu tidak akan mendengus.Kuda saya sudah terlatih baik secara Indian.“Isch hosch!” seru saya setengah keras.Kuda itu memahami perintah saya lalu berbaring. Ia sudah memberi tanda kepada saya dan kini ia tahu bahwa saya telah memahami isyaratnya. Kini

binatang itu dak merasa cemas lagi. Orang yang mendeka kami itu dak akan melihat bahwa kuda saya telah mengetahui kedatangannya. Rupa-rupanya orang itu tidak berteman. Barangkali ia telah mencium bau asap api kami, lalu meninggalkan kudanya untuk merangkak mendekati kami.

Saya tak usah merasa khawa r, bahkan sebaliknya. Dalam keadaan kami ini se ap orang kulit pu h akan kami sambut dengan gembira. Tentu saja iaingin mendengarkan percakapan kami dahulu.

Kemudian ia akan mengambil kudanya untuk menggabungkan diri dengan kami. Saya tahu di arah mana ia harus saya cari. Karena itu saya memalingkankepala saya dari sana lalu memejamkan mata saya sedikit untuk mengintai tempat yang saya maksud itu. Ia dak perlu mengetahui bahwa mata sayaterarah ke sana.

Cahaya api memancarkan sinarnya di antara daun-daunan.Saya melihat ran ng bergerak sedikit. Dengan perlahan-lahan sekali orang itu merangkak di antara semak belukar. Saya dak mendengar apa-apa,

lebih-lebih oleh karena teman-teman saya masih selalu berbicara dengan keras. Kini orang itu sampai ke pinggir semak belukar, akan tetapi sulit baginyauntuk melihat, karena justru tempat itu ditumbuhi semak-semak yang lebat. Saya yakin bahwa ia harus mematahkan ran ng. Akan tetapi perbuatan ituakan menimbulkan bunyi. Jadi saya menduga bahwa ia akan mempergunakan pisau.

Betul dugaan saya, setengah menit kemudian saya melihat beberapa daun menghilang.Ketika saya memasang mata saya dengan saksama maka saya melihat dua buah titik yang agak terang. Itu ialah matanya, yang hanya dapat dilihat oleh

seorang penjelajah hutan yang matanya sudah terla h benar. Di atas matanya ada saya melihat sebuah garis pu h seper jumbai. Itu niscaya rambutnya,jadi orang itu sudah lanjut usianya. Tiba-tiba ia berseru lalu tampil ke tempat kami.

“Parker, Sam Parker!” serunya. “Sahabat saya!! Saya tak usah bersembunyi lagi.”Orang-orang yang duduk di dekat api itu bukan main terkejutnya. Jos, yang berbaring di sebelah saya, segera melompat.Saya tetap berbaring.“Old Wabble! Old Wabble!” seru Parker. Akan tetapi sebentar kemudian ia berseru lagi: “ Fred Cu er! Jangan hendaknya Anda marah bahwa kata itu

telah terlanjut ke luar dari mulut saya. Mr. Cutter. Itu di sebabkan oleh karena Anda dengan tiba-tiba sekali melompat ke tengah-tengah kami.”Old Wabble! Orang yang kemarin kami percakapkan, orang dengan siapa saya ingin berkenalan. Ya, itulah dia. tepat seper yang digambarkan oleh

Parker. Badannya tinggi dan kurus.Usianya sudah berpuluh-puluh tahun. Kemejanya kotor, leher dan dadanya terbuka dan bajunya sudah dak keruan warnanya. Topinya sudah tua dan

pinggir topi itu lebar sekali. Di bawah kepalanya ia memakai kain yang ujungnya terkulai sampai ke pada bahunya. Daun telinganya dihiasi dengan an ng-an ng. Dalam ikat pinggangnya ia membawa pisau bowie dan tangan kanannya yang kurus memegang sebuah bedil. Mukanya tepat seper yangdigambarkan oleh Parker. Tetapi yang menyolok sekali pada raja cowboy ini ialah rambutnya yang sudah putih, yang hampir jatuh sampai ke pinggangnya.

Ia melayangkan pandangnya ke sekelilingnya lalu menjawab: “Pshaw! Saya tahu bahwa orang menyebut saya Old Wabble dan saya dak berkeberatanapabila Anda berbuat begitu juga. Anda sekalian ini sangat dak ha -ha sekali. Memasang api yang baunya dapat tercium dari jarak duapuluh mil danberteriak-teriak sampai kedengaran sepuluh mil jauhnya! Sekiranya bukan saya melainkan setengah lusin orang Indian datang ke mari, maka Anda sekaliansudah tewas dalam waktu satu menit saja, it’s clear. Heran saya, masih ada juga orang yang tidak mau menjadi dewasa. Dari mana Anda ini datang?”

“Dari Rio Vila,” jawab Parker.“Hendak ke mana?”“Ke Rio Pecos.”“Kebetulan sekali. Anda dapat saya pergunakan. Saya memerlukan bantuan Anda. Baiklah saya mengambil kuda saya dahulu, nan akan saya

ceriterakan.”Dalam sekejap mata ia sudah menghilang. Ke sepuluh orang teman saya itu pandang memandang dengan tercengang.Kini Old Wabble sudah pergi, maka mereka berani bercakap-cakap lagi.Saya tetap berdiam diri. Kuda saya masih berbaring. Karena dalam sikap begitu ia tidak dapat makan, maka saya berseru:“Si, si!”Kuda itu segera berdiri lalu mulai lagi makan rumput.Beberapa lama kemudian Old Wabble sudah kembali dengan kudanya. Setelah ia melompa batang air, maka kuda itu dilepaskannya. Ia duduk di dekat

api serta berkata:“Api ini terlalu besar nyalanya, it’s clear. Karena saya tahu bahwa daerah ini aman, api itu dapat kita biarkan menyala. Berapa lama Anda hendak di

sini?”“Hanya malam ini!”“Besok dan lusa Anda masih akan ada di sini?”“Barangkali tidak!”“Pas ! Dengarkanlah. Tetapi lebih dahulu saya ingin mengetahui siapa Anda semuanya ini, Sam Parker saya kenal, ia menembak kijangnya yang

pertama ketika ia tinggal pada saya. Tetapi siapakah Anda yang lain-lain ini?”Parker menyebutkan nama teman-temannya, kemudian ia menunjuk ke arah saya lalu berkata dengan perlahan-lahan.“Itu Mr. Charley, seorang sarjana bangsa Jerman yang mencari kuburan Indian yang tua-tua.”Old Wabble berpaling ke arah saya, tetapi saya tetap berbaring. Ia berkata:“Mencari kuburan Indian? Pekerjaan yang ganjil. Akan tetapi ia seorang pemburu prairi juga?”“Bukan,” kata Parker selanjutnya. “Sebagai ujian ia harus menembakkan tembakan percobaan ga kali, akan tetapi pelurunya menyasar lebih daripada

duapuluh langkah.”“Hm! Begitulah kaum penyelidik yang datang ke mari untuk menulis buku kelak. Buku tentang bahasa dan asal-usul pelbagai suku orang kulit merah.

Saya pernah menjadi penunjuk jalan bagi orang serupa itu dan selama itu jengkel saja ha saya. Tidak seorang dari mereka itu dapat mempergunakanpisau atau bedil. Ilmu pengetahuan merusak bakat manusia, it’s clear. Akan tetapi kini saya hendak mengemukakan pertanyaan yang pen ng. MaukahAnda merebut selusin scalp?”

“Mengapa tidak! Scalp orang suku mana?”“Orang Comanche. Akan tetapi pekerjaan itu tidak mudah. Adakah Anda takut?”“ Tidak, akan tetapi saya sudah biasa menanyakan dahulu seluk beluk permainan sebelum saya mau ikut. Jadi saya rasa Anda harus menceriterakan

dahulu bagaimana letak soal itu.”“Anda sudah pernah mendengar nama Old Surehand?”Mendengar nama itu semuanya menunjukkan perhatian yang besar. Parker bertanya dengan cepat:“01d Surehand? Apa persoalannya?”“Ah, Anda kenal dia?”“Tentu saja, kita semuanya mengenal dia, walaupun belum pernah bertemu. Ia penembak yang paling ulung di daerah Barat ini.”“Itu barangkali berlebih-lebihan. Pelurunya selalu mengena, itulah asal namanya, akan tetapi Winnetou dan Old Sha erhand sekurang-kurangnya dak

kalah pandai menembak. Baru-baru ini saya bertemu dengan Old Surehand dan rasa hormat saya terhadap dia bertambah besar lagi. Kami berpisah, sebabsaya harus pergi ke arah Fort Stanton dan ia hendak pergi ke Rio Pecos, ke perkampungan orang Apache marga Mescalero untuk menanyakan di manaWinnetou, sebab ia ingin berkenalan dengan Winnetou dan Old Sha erhand, Baru saja kami berpisah maka saya mendengar bahwa orang Comanche telahmenggali kapak peperangan. Itu dak diketahuinya dan oleh karena ia harus melalui daerah orang Comanche, maka ia menuju ke bahaya yang besar.Lekas-lekas saya berbalik untuk memberi tahu dia. Itu dak sukar, sebab saya tahu jalan mana yang akan ditempuhnya. Saya dapat menyusulnya, akantetapi belum ada seperempat jam kami bercakap-cakap maka kami diserang oleh sepasukan orang Comanche itu?”

“Lebih daripada seratus orang.”“Dan Anda dapat lolos?”“Saya dapat, akan tetapi ia tidak,” jawab Old Wabble.“Ia Anda tinggalkan? Astaga! Adakah itu baik?”Kini orang tua itu bangkit lalu memandang Parker dengan agak marah seraya bertanya:“Hai, engkau hendak mengecam Fred Cu er, yang disebut orang Old Wabble? Tidak patut engkau berbuat begitu. Satu gram kecerdikan seringkali lebih

baik daripada sepuluh kilo mesiu. Ya, saya sudah lari. Mengapa dak? Memberi perlawanan dak berguna sama sekali. Itulah sebabnya maka OldSurehand telah menyerah dengan sukarela. Saya melihat bahwa ia dak mendapat luka. Perlukah saya menyerah juga? Kalau begitu, maka kami berduaakan tertangkap. Siapakah yang akan menolong kami? Tidak seorangpun akan mengetahui bahwa kami tertawan. Kami tentu akan dibunuh oleh orangComanche dan baru, setelah kami menjadi mayat, akan diketahui orang nasib kami. Tidak, saya dak sebodoh itu. Saya lebih suka lari. Peluru merekabeterbangan sekeliling saya, akan tetapi dak sebuahpun mengenai saya. Lihatlah, badan saya dak berlubang. Kini saya bebas dan dapat menolong OldSurehand.”

“Bagaimana Anda hendak menolong dia? Bukankah itu sangat berbahaya?”

“Ia, saya tahu, akan tetapi pemburu yang masyhur lagi gagah berani itu dak dapat saya biarkan tertawan. Saya tahu bahwa di seberang MistakeCanyon ada berkemah sepasukan tentara. Saya hendak pergi ke sana untuk mencari bantuan.”

“Maukah mereka ikut?”“Barangkali mereka akan menolak, sebab mereka sedang mencari suku Comanche yang lain, akan tetapi saya akan berusaha sekuat-kuatnya sampai

mereka mau membantu saya.”“Jangan-jangan sudah terlambat!”“Itulah! Saya harus bergegas-gegas. Serangan itu terjadi tadi pagi. Saya harus memberi kuda saya kesempatan melepaskan lelahnya dan besok malam

saya akan sampai ke perkemahan tentara itu. Sekiranya mereka mau, maka sesudah dua hari kami akan sampai ke tempat orang Comanche. Dalam padaitu mereka itu tentu sudah pergi. Mereka harus kita kejar dan untuk menyusul mereka kita memerlukan sekurang-kurangnya dua hari. Dalam pada itu OldSurehand mungkin sudah dibunuhnya. Sayang sekali saya tidak tahu akal lain. Saya memerlukan pertolongan Anda, Mr. Parker.”

“Bagaimana?”“Komandan tentara itu barangkali hanya mau memberi saya sebagian dari pasukannya. Karena itu saya minta sudi kiranya Anda menunggu di sini

sampai saya kembali dengan bala bantuan itu. Nan Anda semuanya ikut dengan kami. Sepuluh orang penjelajah hutan dengan sepuluh buah senjata yangbaik adalah sumbangan yang sangat berharga.”

“Saya dak akan menolak dan sepanjang saya mengenal teman-teman saya ini, merekapun akan bersedia membantu Anda. Hanya saya takut kalau-kalau kita akan terlambat. Tiada dapatkah kita mencoba tanpa bantuan pasukan itu? Dengan demikian kita mendapat keuntungan dua hari penuh.Pikirkanlah itu, Tuan!”

Old Wabble melayangkan pandangannya ke sekelilingnya.Rupa-rupanya ia tidak merasa puas, sebab ia mengerutkan dahinya lalu mengucapkan pendapatnya:“Usul Anda itu menunjukkan bahwa Anda orang yang gagah berani. Akan tetapi jangan hendaknya Anda lupa, betapa besar bahaya yang akan kita

hadapi. Adakah teman-teman yang ada di sini bersedia menyambung jiwanya untuk menolong orang yang belum dikenalnya, sekalipun orang itu OldSurehand namanya.”

“Hm! Tanyailah sendiri mereka itu, Mr. Cutter!”Ke ka mereka ditanyai Old Wabble seorang demi seorang, maka hanya Parker dan Hawley saja yang menjawab dengan tegas; yang lain-lain itu mau

juga, akan tetapi jawab mereka mengandung keragu-raguan. Kini cowboy tua itu menunjuk ke arah saya lalu menyambung:“Dan ahli kubur itu yang tembakannya selalu menyasar ada akan mampu menolong kita. Alangkah baiknya sekiranya saya mempunyai beberapa orang

pembantu yang berpengalaman dan yang dapat diandalkan. Maka usaha itu tentu dak seberapa berbahaya. Ingatlah bagaimana Old Sha erhand danWinnetou dapat menjalankan tugas yang lebih sulit dan lebih berbahaya tanpa mendapat bantuan dari orang lain! Mula-mula saya bermaksud hendakmencari Winnetou, akan tetapi saya tidak tahu di mana suku Mescalero itu pada saat ini selanjutnya....”

Tiba-tiba ia berhenti berbicara. Kuda saya biasa memencil dan tidak mau didekati oleh kuda yang belum dikenalnya.Kuda Old Wabble menghampiri dia terlalu dekat; ia menggigit ke arah kuda asing itu dan kuda Old Wabble menggigit kembali, lalu mereka berkelahi.“Kuda apa itu yang berani mengganggu kuda saya,” seru cowboy tua itu sambil melompat bangkit.Ia memegang kuda saya pada tali kekangnya untuk memisahkan kuda itu dari kudanya, akan tetapi kuda saya mengangkat ke dua kaki depannya lalu

menarik serta melemparkan Old Wabble jauh-jauh. Old Wabble terjatuh di sebelah saya. Sambil menyumpah-nyumpah ia bangkit kembali dan hendakmencoba lagi memegang kuda saya, akan tetapi pada saat itu ia saya beri peringatan:

“Peganglah kuda Anda sendiri, jangan Anda memegang kuda saya, nanti Anda kena depaknya. Kuda itu hanya patuh kepada saya.”Kuda saya sudah siap menyambut serangan bekas cowboy itu dan dalam pada itu ia mengambil sikap untuk mempertahankan diri. Kepalanya

diangkatnya dan sikapnya adalah sedemikian sehingga se ap ahli kuda akan kagum melihatnya. Semula Old Wabble dak mengindahkan kuda saya, akantetapi sekarang ia mundur beberapa langkah seraya berseru keheran-heranan:

“Thunderstorm, bukan main indahnya binatang ini! Ia harus saya amat-amati lebih saksama.”Ia berjalan perlahan-lahan mengelilingi kuda saya. Sebagai bekas raja cowboy Old Wabble adalah seorang ahli kuda. Mukanya berseri-seri.“Saya belum pernah melihat kuda sebagus ini!” katanya “Kuda jenis ini hanya dibesarkan di kandang orang Mescalero. Dari kandang itu hanya ada dua

ekor kuda hitam seperti ini, yang satu adalah....”Ia dak melanjutkan perkataannya, melainkan pergi ke arah tempat saya berbaring, memandang saya, membungkukkan badannya untuk memungut

bedil-pembunuh-beruang saya dan bedil Henry yang masih ada di dalam selubungnya, mengamat-ama ke dua buah bedil itu lalu diletakkannya kembaliserta bertanya kepada saya:

“Ini kuda Anda, Tuan?”“Ya,” jawab saya dengan mengangguk.“Kuda itu Anda beli?”“Tidak.”“Dihadiahkan orang ke pada Anda?”“Ya.”Kini ia tersenyum. Ia mengangguk-anggukkan kepalanya dan matanya berseri-seri. Ia bertanya lagi:“Pakaian perburuan ini, adakah itu hadiah juga?”“Ya.”“Dan Anda sungguh-sungguh menyelidiki kuburan tua?”“Sekali-kali.”“Nama Anda Charley?”“Betul.”“Saya pernah mendengar orang berceritera tentang seorang kulit pu h yang oleh saudara-angkatnya disebut Charley. Jangan hendaknya Anda berkecil

hati karena hampir-hampir saja saya salah memegang kuda Anda. Saya tidak akan berbuat begitu lagi, it’s clear!”Ia kembali ke tempatnya di dekat api, lalu duduk. Ia telah mengetahui rahasia saya, akan tetapi dak mau membuka rahasia itu di muka mereka yang

mengelilingi api unggun itu.Mereka dak memahami sikap dan perkataannya dan memandang cowboy tua itu dengan keheran-heranan. Akan tetapi Old Wabble bersikap acuh tak

acuh dan dak mau menjawab pertanyaan mereka. Karena itu maka para pemburu itu melanjutkan percakapannya. Saya bangkit untuk meninggalkantempat perhen an kami melalui para pemburu itu, tetapi bersikap seakan-akan saya dak mempunyai maksud yang tertentu. Saya tak ingin menarikperhatian mereka.

Sesungguhnya saya mempunyai alasan yang kuat untuk meninggalkan tempat itu. Old Surehand dan Old Wabble telah diserang oleh orang Comanche.Old Wabble dapat melarikan diri.

Ia adalah salah seorang dari penjelajah-penjelajah hutan yang paling berpengalaman, paling jantan dan paling cerdik; karena itu saya heran sekali iakini merasa aman. Saya yakin bahwa orang Comanche mengejar dia. Mereka niscaya menger bahwa Old Wabble akan mencari bantuan untukmembebaskan Old Surehand. Mereka harus menyusul itu dan harus membinasakannya. Old Wabble berjalan dengan cepat sekali, akan tetapi sayamenduga bahwa orang Comanche memilih prajurit-prajurit mereka yang paling cakap berkuda untuk mengejar pelari itu. Karena itu prajurit-prajuritComanche itu tak seberapa jauh di belakang Old Wabble, bahkan boleh jadi mereka sudah ada di dekat tempat perhentian kami.

Setelah saya melompa batang air, maka saya berjalan terus dengan ha -ha . Mata saya sudah biasa ke pada gelap-gulita, sehingga dak sulitlahsaya mencari jalan. Saya memilih tempat yang pada galibnya dihindari oleh orang yang berkuda dan di sana saya agak merasa aman. Walaupun begitupisau bowie saya sudah saya siapkan untuk mempertahankan diri, sebab orang-orang kulit merah barangkali telah mencium bau api unggun dan se apsaat dapat saya jumpai.

Dengan dak membuat bunyi sedikitpun saya berjalan terus. Setelah saya sedemikian jauhnya dari tempat perhen an kami sehingga tak dapat lagimencium bau api itu, maka saya berhenti. Di sana saya duduk, menantikan apa yang akan terjadi.

Sekiranya prajurit-prajurit Comanche itu berjalan terus pada malam hari, oleh karena mereka mengenal jalan yang ditempuh oleh Old Wabble, makamereka niscaya akan membuat api juga dan berhenti untuk berunding. Dalam hal yang demikian saya akan mencoba mendengarkan percakapan mereka.

Setelah lebih dari satu jam saya menunggu, maka saya berkata pada diri saya sendiri, bahwa malam itu dak akan terjadi apa-apa. Saya bangkit hendakbalik ke tempat perhentian kami.

Tetapi pada saat itu saya mendengar bunyi di belakang saya.Saya berhenti lalu memasang telinga saya. Ya, ada orang datang.Dengan segera saya berlutut di belakang semak-semak.Bunyi itu makin lama makin dekat; saya mendengar bunyi depak kuda. Menilik bunyi itu jumlah kuda itu dak lebih dari ga. Kemudian saya melihat dua

orang menunggang kuda, mereka itu orang kulit merah. Mereka tidak berhenti, melainkan berjalan terus melalui tempat persembunyian saya.Segera saya mengikuti mereka. Tiba-tiba seorang dari mereka menghentikan kudanya lalu berkata dalam bahasa Comanche:“Uf! Saya mencium bau api!”Yang lain menjawab:“Ya, itu bau asap.”“Anjing kulit putih itu tidak hati-hati; ia berani menyalakan api.”“Kalau begitu ia bukan prajurit yang masyhur.”“Ya, rupa-rupanya ia prajurit yang tidak berpengalaman. Tidak sukarlah bagi kita untuk mengambil scalpnya.”“Nah, ada betulkah pendapat saya? Tadi, ke ka hari mulai gelap, Anda mengusulkan agar kita berhen saja. Untung akhirnya Anda mau memenuhi

ajakan saya untuk berjalan terus. Kini scalpnya dapat kita ambil dan lekas-lekas kita kembali ke Saskuan Kui* (*Air Biru), kemana pasukan kita mendahuluikita.”

Mereka turun dari kudanya, mengikatkan tunggangannya ke pada pohon lalu berjalan terus dengan ha -ha . Mereka saya iku dari belakang. Dalampada itu saya berpikir; akan saya ikutilah mereka sampai ke tempat perhentian kami? Tidak. itu membahayakan. Mereka harus saya serang sekarang. Pisausaya masukkan kembali ke ikat pinggang saya, lalu saya mencabut pistol saya. Dengan ga lompatan sampailah saya ke dekat orang yang berjalan dibelakang. Saya pukul kepalanya dengan senjata saya sehingga ia rebah. Yang berjalan di depan mendengar bunyi pukulan saya, lalu menoleh sambilbertanya:

“Apa itu? Mengapa saudara saya....”Ia dak dapat mengakhiri kalimatnya. Pada saat itu ia sudah saya sergap, dengan tangan kiri saya, saya pegang batang lehernya dan dengan tangan

kanan saya, saya pukul kepalanya sehingga diapun rebah. Mereka ada membawa lasso. Kedua orang Indian yang pingsan itu saya ikatkan yang satu kepada yang lain, lalu tubuh kedua orang itu saya ikat erat-erat, sehingga apabila mereka sadar kembali pas mereka dak akan dapat bergerak. Tetapi olehkarena mereka dalam sikap itu masih akan dapat berguling-guling, maka mereka saya seret ke sebuah pohon dan saya ikatkan ke pada pohon itu. Kinimereka tidak akan dapat lolos dan saya pun kembali ke tempat perhentian kami.

Sampai ke sana saya berpaling lagi. Old Wabble memandang saya dengan curiga; orang-orang yang lain tidak menaruh perhatian sama sekali.“Tadi Anda tidak ada di sini, Tuan, jadi Anda tidak tahu apa yang kami percakapkan. Saya tidak jadi pergi ke perkemahan tentara,” katanya.“Anda mempunyai rencana yang baru?” tanya saya.“Ya. Tadi saya melupakan sesuatu. Barangkali Anda pernah mendengar nama Old Shatterhand?”“Itu betul.”“Nah, pemburu itu kini ada di dekat Rio-Pecos. Saya telah mengambil keputusan untuk mencari dia dan meminta pertolongannya. Apa pendapat Anda,

maukah ia menolong kita?”“Saya yakin bahwa ia mau.”“Pshaw!” seru Parker dengan suara mengejek. “Bagaimana Mr. Charley dapat mengetahui apa yang akan diperbuat oleh Old Shatterhand?”“Ah, saya dak sebodoh itu,” jawab saya. “Walaupun saya bukan penjelajah hutan yang masyhur seper Anda, akan tetapi saya dak akan membuat

kesalahan sebodoh yang Anda buat.”“Kesalahan? Kesalahan apa?”“Sikap Anda sedemikian lengah sehingga Anda tidak mendengar Mr. Cutter datang.”“Adakah Anda mendengarnya?”“Ya.”“Jangan Anda menyombong, Mr. Charley.”“Pshaw! Saya dapat membuk kannya. Mr. Cu er, katakanlah, bukankah Anda telah memotong ran ng dengan pisau agar Anda dapat melihat lebih

terang, ketika Anda bersembunyi di semak-semak itu?”“Ya, itu benar. Jadi Anda telah melihatnya, sebab kalau tidak begitu Anda tidak akan mengetahuinya.”“Kalau Anda betul-betul melihat, mengapa tidak Anda beritahukan kepada kami?” tanya Parker. “Untung bukan orang kulit merah yang datang.”“Saya tahu bahwa ia orang kulit putih.”“Mustahil.”“Ajaib! Anda menyebut diri Anda seorang pemburu prairi, akan tetapi dak tahu bagaimana pada malam hari membedakan orang kulit pu h dari orang

kulit merah, tanpa melihat orang itu. Lagi pula Anda telah membuat kesalahan yang lebih besar lagi. Kesalahan itu dapat mencelakakan kita.”“Aduhai! Kesalahan apakah yang sebesar itu?”“Dapatkah Anda menerka apa yang biasanya diperbuat oleh orang kulit merah apabila seorang kulit putih lolos dari kepungan mereka?”“Tentu saja. Mereka akan mengejar orang kulit putih itu. Setiap orang tahu!”“Nah, Mr. Cutter telah lolos dari kepungan orang Comanche. Anda mengira bahwa mereka tidak akan mengejar Mr. Cutter?”

“ Thunderstorm!” seru Old Wabble sambil memukul-mukul dahinya dengan tangannya. “Itu benar! Bodoh benar saya! Orang kulit merah tentu mengejarsaya dan akan berusaha sekuat-kuatnya untuk menangkap saya.”

“Dan Anda tidak memasang penjagaan?”“Itu harus segera kita jalankan.”“Itu saja belum cukup.”“Apa lagi, Tuan? Katakanlah lekas-lekas. Segala yang Anda pandang perlu akan saya kerjakan.”Di dalam ha benar-benar saya bertepuk paha kegirangan, melihat muka teman-teman saya. Dengan tercengang-cengang mereka bergan -gan

mengalihkan pandangnya dari Old Wabble ke saya dan dari saya ke Old Wabble akhirnya Parker bertanya dengan heran:“Apa yang dipandang perlu oleh Mr. Charley ini? Anda mengira bahwa Mr. Charley tahu apa yang harus kita perbuat dalam keadaan kita ini?”“Ya, benar, itu pendapat saya” jawab cowboy tua itu.“Saya telah mendengar sendiri dari mulutnya betapa ia memperha kan keamanan kita, lebih daripada kita sendiri. Jadi Mr. Charley, bagaimana nasihat

Anda”?“Jikalau orang kulit merah itu datang, niscaya mereka mencium bau api ini. Barangkali mereka sudah ada di dekat kita. Kalau boleh saya memberi Anda

nasihat suruhlah beberapa orang pergi menyelidik sampai mereka tidak dapat mencium bau api ini.”“Bagus, Tuan, bagus sekali Jangan kita tangguhkan lagi, Mr. Parker, suruhlah ga atau empat orang pergi menyelidik! Anda tentu menger bahwa itu

perlu sekali.”“Yes,” kata Sam Parker. “Saya heran mengapa kita dak lebih dahulu memikirkannya. Saya malu bahwa kita sampai diberi nasihat oleh seorang pencari

kuburan yang tidak tahu-menahu tentang hidup di prairi. Saya akan pergi sendiri dan akan membawa empat orang.”“Mereka harus memasang mata dan telinganya baik-baik, tidak mereka tidak akan melihat atau mendengar apa-apa, it’s clear.”Parker memilih empat orang lalu pergi. Saya yakin bahwa mereka akan menemui ke dua orang Comanche yang telah saya ikat dan saya bergirang ha

akan melihat muka teman-teman saya nanti.Mereka yang tinggal tidak banyak bercakap lagi. Saya berbaring di pinggir semak belukar, menunggu para penyelidik itu kembali.Lebih dari satu jam kami menunggu, baru mereka datang. Parker berjalan di muka: di belakangnya menyusul dua orang memimpin kuda Indian dan di

belakangnya lagi dua orang lain yang masing-masing membawa seorang Indian yang sudah dipisahkan dan diikat kembali. Dari jauh Parker sudah berseru:“Mr. Cutter, lihatlah apa yang kami bawa!”Old Wabble bangkit, memandang ke dua orang kulit merah itu lalu berseru:“Dua orang Indian, orang Comanche! Di mana mereka itu Anda tangkap?”“Tidak kami tangkap, melainkan kami dapati terbaring dan terikat.”“Jangan berolok-olok! Orang Indian tidak kita temukan, melainkan kita tangkap.”“Pendapat saya begitu juga, akan tetapi mereka benar-benar kita dapati sudah terikat.”“Itu tidak mungkin.”“Memang, saya kira begitu juga. Akan tetapi apa yang saya lihat dengan mata sendiri dak usah saya sangsikan. Siapakah yang menyerang dan

mengikat mereka? Tak dapat dak di dekat tempat kita ini harus ada orang kulit pu h yang dengan dak mengetahui bahwa kita ada di sini, menangkaporang Indian itu.”

Cowboy tua itu mengerling ke arah saya, menganggukkan kepalanya lalu berkata:“Ya, orang kulit putih, akan tetapi tidak banyak; hanya seorang saja.”“Seorang?”“Yes. Adakah orang Indian itu luka?”“Tidak. Sama sekali tidak luka, bahkan tidak ada saya dapati bekas serangan.”“Kalau begitu mereka dak berkelahi; mereka telah diserang tanpa mendapat kesempatan untuk mempertahankan diri. Tidak banyak orang yang dapat

menyerang secara begitu. Ingatkah Anda nama pemburu prairi yang baru saja saya sebut tadi?”“Old Shatterhand? Diakah yang menyerang dan mengikat Indian ini?”“Ya.”“Kalau begitu betul dugaan Anda bahwa ia ada di daerah ini. Marilah dia kita cari.”“ Tidak perlu kita mencari dia. Ia tahu bahwa kita ada di sini dan memerlukan pertolongannya. Percayalah bahwa pada saat yang dipandangnya baik ia

akan menampakkan diri!”“Anda berbuat seakan-akan ia mahatahu, Mr. Cu er! Bukankah ia manusia biasa dan hanya dapat mengetahui apa yang dilihatnya atau didengarnya.

Akan tetapi tak perlu kita bertengkar! Katakanlah apa yang harus kita perbuat dengan kedua orang tawanan ini. Bukankah mereka dak usah kita bawa kemana kita pergi? Mereka akan mengganggu kebebasan kita bergerak. Tetapi kita tidak pula dapat membebaskan mereka.”

“Itu bodoh sekali it’s clear!”“Jadi kita tembak saja, itu yang paling baik?”“Jangan tergesa-gesa! Bukan kita yang menangkap mereka, melainkan Old Sha erhand. Bukankah Anda pernah mendengar bahwa Old Sha erhand

hanya membunuh seorang kulit merah apabila ia terpaksa berbuat begitu?”“Itu dak usah kita indahkan. Pertama: belum tentu ia ada di daerah ini, kedua: orang-orang Indian ini bukan tawanannya, melainkan tawanan kita

dan... ketiga: kita harus berunding dan mengadakan pengadilan menurut undang-undang prairi. Anda ikut juga berunding?”“Tidak. Tawanan ini bukan urusan saya. Akan tetapi saya mau juga mendengarkan.”“Saya tidak berkeberatan. Marilah kita mulai.”Kedua orang Comanche itu terikat dan terbaring di sebelah api, ke ka orang-orang kulit pu h itu berunding. Adakah mereka menger bahasa Inggeris,

jadi mengetahui apa yang dipercakapkan, dak dapat saya lihat pada muka mereka. Perundingan itu berlangsung beberapa menit saja dan keputusanmereka ialah bahwa tawanan-tawanan itu akan ditembak ma di tempat itu juga. Hanya Jos Hawley saja yang dak menyetujui keputusan itu. Hukumanitu hendak dilaksanakan dengan singkat: Parker memberi perintah kepada teman-temannya supaya mengangkut orang-orang Indian yang akan dijatuhihukuman itu ke dekat tempat perhentian kami. Kini saya anggap tibalah waktunya untuk berbicara.

“Nanti dulu, Mr. Parker! Peradilan savana itu tadi ada cacatnya, sehingga keputusan itu tidak sah.”“Anda tahu apa tentang peradilan savana? Apa yang Anda maksud?”“Sesungguhnya ada beberapa kesalahan. Pertama, ada orang yang tidak ikut berunding, padahal ia berhak pula mengeluarkan pendapatnya.”“Mr. Cutter tidak mau.”“Bukan dia yang saya maksud, melainkan saya sendiri. Saya termasuk rombongan ini juga dan dengan demikian dak boleh di nggalkan dalam

perundingan sepenting itu.”“Apa!” jawab Parker dengan tertawa, “Anda sama sekali dak termasuk rombongan ini, melainkan Anda ada di bawah perlindungan kami, begitulah

letak perkaranya. Sekiranya kami tidak mau melindungi Anda, belum tentu pada saat ini Anda masih hidup.”“ Tentang itu saya tak hendak bertengkar dengan Anda, Mr. Parker. Soal diri saya bukan menjadi soal. Kesalahan yang kedua ialah bahwa Anda belum

menanyai orang kulit merah itu. Tidak boleh kita menjatuhkan hukuman ma kepada seseorang tanpa menanyai dia! Selanjutnya seorang tawanan adalahhak orang yang menawannya, bukan hak orang lain. Siapa di antara Anda dapat mengatakan telah mengalahkan dan menangkap orang-orang Comancheitu?”

“Jangan sebodoh itu! Orang-orang ini adalah hak kami, kecuali jikalau Anda dapat mengatakan siapa orang yang mengalahkan mereka ; orang itubertindak misterius dan tidak menampakkan dirinya sama sekali.”

“Saya dapat mengatakannya, sebab ia tidak menyembunyikan diri melainkan menampakkan diri, Mr. Parker.”“Tunjukkanlah dia!” katanya dengan tertawa.“Ia berbaring di sudut ini: yaitu saya sendiri.”“Anda? Anda telah mengalahkan dan mengikat orang-orang Indian ini? Jikalau Anda benar-benar dapat mengalahkan satu orang Indian saja dan dapat

mengikat dia hidup-hidup seperti orang Indian ini, maka saya bukanlah seorang pemburu prairi.”“Memang, Anda belum pernah menjadi pemburu prairi.”“Ho ho! Untuk berbuat begitu orang memerlukan kekuatan Old Sha erhand. Saya kira Anda dak hendak mengatakan bahwa Anda mempunyai kekuatan

itu?”“Mengatakan tidak, akan tetapi dapat membuktikan! Awas!”Selama saya bertengkar mulut itu saya berbaring dengan tenang. Kini saya bangkit, saya pegang ikat pinggangnya dengan tangan kanan saya, saya

ombang-ambingkan beberapa kali di atas kepala saya sehingga ia berteriak-teriak, lalu saya lepaskan lagi seraya bertanya:“Sudah cukupkah itu atau perlukah Anda merasakan tinju saya pada kepala Anda?”Sebelum ia dapat menjawab maka salah seorang dari tawanan itu berseru dengan suara keras:“Old Shatterhand! Old Shatterhand!”Karena saya tadi berbaring di tempat yang gelap, maka ia tak dapat melihat saya, akan tetapi kini saya berdiri di dekat api sehingga ia dapat melihat

saya. Saya mendekati orang Comanche itu lalu bertanya:“Prajurit Comanche yang tertawan itu mengenal saya?”“Ya,” jawabnya.“Di mana Anda melihat saya?”“Di Llano Estacado. Saya ialah seorang daripada duapuluh orang prajurit yang menyongsong ketua suku Tevua Schohe dan anaknya Schiba Bigk untuk

melindungi mereka terhadap penyamun orang kulit putih. Sayang sekali kami datang terlambat: Tevua Schohe gugur oleh peluru para pembunuh itu.”“Ya, itu cocok. Anda fasih berbicara bahasa orang kulit putih, jadi Anda mengerti apa yang kami bicarakan tadi?”“Ya. Kami mendengar bahwa Old Shatterhand hendak melindungi kami.”“Ia selalu berbuat begitu. Saya adalah sahabat se ap prajurit orang kulit merah dan saya merasa sedih apabila mereka mengangkat tomahawknya

untuk berperang dengan orang kulit pu h, sebab saya tahu bahwa mereka dapat memenangkan pertempuran yang pertama atau yang kedua, akan tetapitidak akan dapat memenangkan pertempuran yang terakhir. Andapun akan menyaksikan bahwa saya tidak menghendaki jiwa orang kulit merah.”

“Kami adalah prajurit yang gagah berani: kami tidak takut mati.”“Itu saya tahu, akan tetapi hidup lebih baik daripada ma dan ma ditembak sesudah Anda dikalahkan tanpa memberi perlawanan daklah akan

mengharumkan nama Anda. Adakah saya mau menyelamatkan jiwa Anda, itu bergantung kepada jawaban Anda atas pertanyaan saya. Siapa nama ketuasuku yang dipatuhi oleh seluruh suku Anda?”

“Vupa Umugi, Guntur Besar, yang belum pernah dikalahkan orang.”“Di mana letak perkampungan Anda?”“Itu tidak akan saya katakan.”“Prajurit-prajurit Anda pergi berperang?”“Ya.”“Berapa banyak jumlah prajurit Anda?”“Saya tidak akan menjawab.”“Di mana mereka sekarang?”“Saya tidak tahu.”“Siapa yang hendak Anda perangi?”“Saya tahu, akan tetapi tidak mau mengatakannya.”“Anda dak mau berbicara, Anda lebih suka mengorbankan jiwa Anda daripada mengkhiana suku Anda; Anda seorang prajurit yang gagah berani. Itu

saya hargai. Pulanglah dan katakan kepada para pemimpin Anda dan para prajurit Comanche bahwa Old Sha erhand dapat menghargai keberanian dankesetiaan seorang prajurit.”

Saya membungkuk untuk melepaskan ikatan mereka. Setelah mereka lepas maka mereka bangkit dan orang yang berbicara dengan saya itu berseru:“Old Shatterhand melepaskan ikatan kami dan mengatakan bahwa kami boleh pergi. Jadi kami sudah bebas dan kami boleh pergi sesuka hati kami?”“Ya.”“Apa yang hendak Anda perbuat dengan senjata dan kuda kami?”“Semuanya boleh Anda ambil kembali. Old Shatterhand bukan pencuri atau perampok.”“Uf, uf! Anda akan mengintai ke mana kami pergi?”“Tidak, saya berjanji tidak akan berbuat begitu.”“Uf, uf! Old Sha erhand belum pernah mengingkari janji; ia orang kulit pu h yang paling mulia. Itu akan kami katakan kepada teman-teman dan

saudara-saudara kami.”“Masih banyak sekali orang kulit pu h yang bersikap dan berpikir seper saya. Ini senjata Anda dan itu kuda Anda. Lekas, pergilah! Akan tetapi tempat

ini akan kami jaga baik-baik. Sekiranya Anda tidak pergi, melainkan hendak mengintai kami, maka peluru kami pasti akan mengenai Anda!”“Kami akan pergi tanpa menoleh satu kalipun. Howgh!”Dari para orang kulit putih itu tidak seorangpun menyela perkataan saya, akan tetapi kini Parker datang ke pada saya serta bertanya:“Anda bersungguh-sungguh, Tuan? Anda hendak membebaskan mereka?”“Ya.”“Anda hendaknya jangan marah, akan tetapi terpaksa saya mengatakan bahwa Anda membuat kesalahan yang....”Kini ia saya gertak dengan pertanyaan:“Anda sekarang tahu siapa saya?”

“Ya.”“Jadi bukan Mr. Charley yang Anda perlakukan sebagai seorang yang tolol?”“Bukan, melainkan Old Shatterhand, Tuan.”“Kalau begitu diamlah dan jangan hendaknya Anda mencoba menetapkan apa yang harus saya perbuat! Barangkali Anda orang yang baik ha dan

penjelajah hutan yang berguna, akan tetapi pada saat saya menginjakkan kaki saya untuk pertama kali di daerah Barat ini, sudah dak dapat saya dikecam oleh orang seper Anda. Barang siapa mengatakan bahwa Hata tla, kuda Old Sha erhand yang masyhur itu adalah kuda penarik kereta dak bolehmencoba memberi saya pelajaran.”

Setelah memberi teguran itu maka saya berpaling serta dak memperha kan dia lagi. Saya mempunyai alasan yang kuat untuk memperlakukan diaseper itu. Jikalau kami masih tetap akan berjalan bersama-sama dan Sam Parker masih mengira bahwa kecakapannya melebihi kecakapan orang lain,maka sikap itu dapat menimbulkan pelbagai kesulitan. Itulah sebabnya maka dia saya tegur sekeras itu, sungguhpun itu bertentangan dengan kebiasaansaya.

Orang-orang Comanche itu naik ke atas kuda mereka, menganggukkan kepalanya ke arah saya sebagai tanda terima-kasih tanpa menoleh ke arahteman-teman saya. Sikap itu menimbulkan kemarahan Old Wabble yang hingga kini tidak berkata apa-apa, walaupun ia tidak setuju dengan saya.

“Berlagak benar orang-orang itu!” begitu ia menggerutu. “Kami dipandangnya hawa belaka. Tiadakah Anda bersikap terlalu manis terhadap mereka, Mr.Shatterhand?”

“Tidak.”“Saya dak hendak mengecam perbuatan Anda. Akan tetapi barangkali ada baiknya sekiranya Anda dak berjanji bahwa kita dak akan mengiku jejak

mereka. Jikalau kita hendak membebaskan Old Surehand, maka kita harus tahu ke mana Old Surehand itu dibawa.”“Itu sudah saya ketahui. Saya telah mendengarkan percakapan mereka sebelum mereka saya nju, Old Surehand telah dibawa ke Saskuan Kui, ke Air

Biru.”“Kalau begitu baiklah. Tahukah Anda di mana letak tempat itu?”“Ya. Tempat itu sudah saya kunjungi dua kali.”“Akan tetapi saya masih khawatir kalau-kalau mereka akan menceriterakan apa yang terjadi di sini dan bahwa kita akan menyusul.”“Sebaliknya! Itu adalah siasat yang akan menguntungkan kita. Lagi pula nama Old Surehand dak ada saya sebut-sebut. Mereka akan menduga bahwa

saya dak mengetahui apa-apa, atau dak mempunyai alasan untuk mencampuri perkaranya. Percayalah, Mr. Cu er, saya dak membuat kesalahan. Lagipula kita sudah beruntung dak perlu membawa ke dua orang Comanche itu. Mereka dak akan mengganggu perjalanan kita dan saya dak akanmengizinkan mereka akan dihukum mati.”

“Itu betul, it’s clear. Dan Anda benar-benar mengira bahwa mereka itu tidak akan berbalik dengan diam-diam?”“Mereka dak akan kembali. Untuk berjaga-jaga marilah kita nggalkan tempat ini; kita padamkan api ini dan kita mencari tempat bermalam yang lain.

Itu dapat kita kerjakan dengan segera.”Setelah api itu padam, maka kami berjalan kembali ke arah dari mana kami datang, sampai menemukan tempat yang serasi untuk bermalam. Kami

memasang dua penjagaan, lalu pergi tidur. Masih lama saya jaga serta mendengar teman-teman saya berbisik-bisik.Saya dapat menduga apa yang dipercakapkan itu.Mereka membicarakan peris wa yang ajaib itu, yakni bahwa Mr. Charley telah berolok-olok terhadap mereka dan ternyata adalah Old Sha erhand.

Setidak-tidaknya Old Wabble sangat bergirang hati oleh karena dialah yang pertama-tama mengenali saya.

AIR BIRU Keesokan harinya saya ingin mengetahui, siapa dari teman-teman itu mau ikut ke Saskuan Kui. Ke ka itu saya tanyakan maka semuanya minta dengan

sangat agar dibolehkan ikut serta.Kini mereka telah tahu siapa saya dan dak seorangpun menaruh keberatan lagi untuk ikut membebaskan Old Surehand. Mereka yakin bahwa usaha itu

niscaya akan berhasil baik. Bahkan Sam Parker, yang kemarin saya tegur dengan keras itu, kini menyatakan kegirangannya. Jos Hawley mencarikesempatan untuk berbicara dengan saya tanpa dapat di dengar orang.

“Siapa akan mengira bahwa Anda adalah Old Sha erhand, Tuan! Tetapi karena kini telah ternyata begitu, maka senang sekali ha saya bahwa Andatelah membuat ha saya menjadi lega dengan ceritera Anda. Saya hanyalah seorang pemburu prairi yang sederhana, akan tetapi apabila Anda mengirabahwa Anda dapat mempergunakan saya, maka berilah saya sebarang tugas yang Anda pandang patut. Yakinlah, bahwa saya dak akan memalukanAnda.”

Kini kami berangkat. Mula-mula saya menyusur tepi batang air yang melalui tempat perhen an kami. Kira-kira satu jam lamanya kami mengiku sungaiitu. Akhirnya lembah itu membelok ke arah Selatan. Di tempat itu saya melihat bahwa rumputnya bekas diinjak orang. Old Wabble turun untuk menyelidikijejak itu.

“Saya kira itu dak perlu lagi, Mr. Cu er,” kata saya. “Saya telah memberi janji saya kepada orang-orang Comanche itu bahwa saya dak akanmengikuti jejaknya.”

“Jadi Anda menduga bahwa ini jejak mereka? Hm! Saya masih belum yakin. Sekiranya mereka melalui jalan ini, maka jejak kuda mereka sudah dari tadikita lihat.”

“ Tidak. Antara waktu mereka berangkat dan saat kita berangkat adalah besar sekali, sehingga rumput itu sudah tegak kembali. Akan tetapi merekaberhenti di sini dan oleh karena mereka baru saja berangkat, maka jejak ini masih kelihatan.”

“Boleh jadi itu betul, akan tetapi saya berpendapat bahwa orang-orang Indian itu dak bersikap ha -ha , sebab mereka sudah berhen pada tempatyang hanya satu jam saja jauhnya dari perhentian kita.”

“Mengapa mereka bersikap dak ha -ha ? Mereka sudah saya bebaskan dan saya sudah berjanji dak akan mengejar mereka. Tentu saja merekamerasa aman sekali. Lagi pula pada siang hari orang dapat berjalan lebih cepat daripada pada malam hari. Karena itu maka sudah sewajarnyalah bahwamereka berhen pada malam hari untuk melanjutkan perjalanan mereka pada siang hari. Setelah mereka satu jam perjalanan jauhnya dari tempat kita,maka tanpa ragu-ragu lagi mereka dapat berhenti untuk bermalam.”

Kini Old Wabble tersenyum lalu berkata:“Anda hendak menepati janji Anda dan berjanji tidak hendak mengikuti jejak mereka, akan tetapi saya yakin bahwa itu tidak mungkin.”“Mengapa tidak?”“Karena kita harus menempuh jalan yang dilalui oleh kedua orang Comanche itu; jadi kita terpaksa melihat jejak mereka. Atau adakah Anda menyangka

bahwa kita harus memejamkan mata kita?”“Tidak, kita tidak akan mengikuti jejak ini.”“Hanya karena Anda sudah berjanji?”“ Tentu saja dak, akan tetapi ada sebab yang lain yang lebih beralasan. Kedua orang Comanche itu barangkali akan mengiku sungai ini agar mereka

se ap waktu dapat memberi kesempatan kuda mereka untuk minum. Sungai ini menuju ke Rio Pecos juga, akan tetapi jalan menyusur sungai ini ialah jalanyang mengeliling. Kita akan meninggalkan sungai ini dan akan membelok ke Timur. Dengan demikian kita akan lebih dahulu sampai ke Saskuan Kui. Betapabesar keuntungannya bagi kita, rasanya tak perlu lagi saya terangkan.”

Tanpa tersenyum Old Wabble berkata:“Ya, kalau begitu Mr. Sha erhand, saya akui kebenarannya. Saya menger bahwa saya masih dapat belajar dari Anda, it’s clear! Tetapi katakanlah,

sangat sukarkah jalan yang Anda maksud itu?”“Sama sekali dak. Jalan itu selalu menurun, daerah yang akan kita lalui agak datar, kadang-kadang merupakan batu-batuan, kadang-kadang pasir,

akan tetapi tidak ada air. Untuk mendapat air, kita harus menaruh sabar hingga sampai ke Rio Pecos.”“Justru orang Comanche ada di sana! Tiadakah mereka akan menghalangi kita mengambil air yang sangat kita perlukan itu sesudah kita membuat

perjalanan sejauh itu?”“ Tidak. Saya tahu dengan tepat letak Saskuan Kui. Sungai itu akan kita deka pada tempat yang lain, sehingga kita dapat memberi kuda kita

kesempatan untuk minum tanpa ada bahaya.”“Saya merasa puas, sebab kini saya tahu bahwa, apabila Anda memimpin kita, kita boleh percaya bahwa segala-gala yang kita perlukan untuk

keamanan kita, sudah terjamin. Hanya ini yang masih akan saya katakan kepada Anda: Saya lebih tua, jauh lebih tua daripada Anda dan karena itusesungguhnya sudah sewajarnya bahwa Anda mengangkat saya sebagai pemimpin; akan tetapi dengan segala senang ha saya tunduk kepada Anda.Andalah komandan kita yang harus kita patuhi. Berterang-terang saja, Old Wabble belum pernah menyerah mentah-mentah seper sekarang ini.Bagaimana pendapat Anda? Tentu pendapat saya ini akan Anda terima dengan rasa terima kasih, bukankah begitu, Mr. Shatterhand? It’s clear!”

Ya, Old Wabble adalah orang yang tak pernah mau tunduk kepada orang lain. Itu saya ketahui. Tampak pada mukanya betapa berat keputusan itubaginya. Ia mengharapkan saya akan memuji sikapnya. Akan tetapi pengharapannya itu tidak saya penuhi, sebab saya menjawab:

“ Tidak, pendapat saya dak begitu. Kita adalah penjelajah hutan yang merdeka. Kita bukan serdadu yang mengenal pelbagai pangkat dan harus tundukkepada disiplin kepangkatan. Di antara kita tidak ada komandan dalam arti militer; jadi kita ini semuanya mempunyai hak yang sama.”

“Akan tetapi, Mr. Shatterhand, saya kira Anda tidak dapat menghendaki, agar kita selalu sependapat!”“Tentu saja tidak.”“Nah, bagaimana nanti apabila kita berselisih pendapat?”“Berselisih? Anda maksud bertengkar? Itu dak akan terjadi antara orang yang bijaksana. Jikalau ada selisih pendapat, maka kita berunding, Mr.

Cutter.”“Lalu?”“Lalu kita mengikuti rencana yang paling baik.”“Dan jikalau yang lain-lain memandang rencana itu tidak sebagai yang paling baik, bagaimana?”“Maka mereka itu bodoh dan saya biasanya tidak mau bergaul dengan orang yang bodoh.”“He?” tanyanya.Rupa Old Wabble sekarang lucu sekali. Air mukanya menyatakan kecerdikan bercampur kebodohan. Seke ka lamanya ia dak bergerak; kemudian ia

menggerak-gerakkan lengannya, lalu menyambung:“Bodoh, jadi bodoh, dan Anda dak mau bergaul dengan orang yang bodoh! Jadi maksud Anda ialah bahwa hanya kami saja yang dapat berbuat

bodoh?”

“Maksud saya ialah menjaga jangan sampai saya akan menyangkal atau menyanggah pendapat yang baik atau tepat.”“Ooo! Dan sekiranya pendapat Anda tepat, tetapi kami tidak menurutinya?”“Kalau begitu maka Anda sekalian akan saya tinggalkan. Saya akan mencari jalan saya sendiri.”“Dengan begitu kita tidak dapat menyelesaikan apa yang harus kita kerjakan.”“Ooo! Dapat juga. Hanya itu akan saya kerjakan sendiri. Orang yang bijaksana, seorang diri saja dapat mencapai lebih banyak daripada apabila ia

dibantu oleh sepuluh orang yang hanya menimbulkan gangguan belaka.”“Jadi dengan kata-kata lain: Old Sha erhand dak pernah bodoh; semuanya harus dikerjakan sesuai dengan pendapatnya sendiri dan apabila ada

begitu halnya, maka ia akan pergi?”“Kira-kira begitu, tetapi tidak saya rumuskan setajam itu.”“Bukankah itu kira-kira sama dengan apabila Anda kita angkat sebagai komandan?”“ Tidak, sebab Anda dak selalu harus mematuhi saya secara membabi buta; se ap orang boleh mengutarakan pendapatnya. Lagi pula Mr. Cu er, saya

yakin seyakin-yakinnya, bahwa Anda akan selalu berbuat tepat dan tidak akan mau menjalankan sesuatu yang salah.”Kini muka bekas raja cowboy itu bersinar-sinar kegirangan dan iapun berseru:“Kata Anda itu benar, benar sekali, it’s clear! Kita dak mempunyai komandan, akan tetapi jikalau yang lain-lain ini dak menger bahwa pendapat

Anda benar, maka mereka kita tinggalkan. Ayoh, kita harus berjalan terus.”Kami mendaki lereng lembah dan setelah sampai di atas, maka kami membelok ke arah Timur. Kami menghadapi tanah datar dan oleh karena kuda

kami tadi sudah minum sepuas-puasnya, maka dapatlah kami berjalan cepat sekali. Old Wabble selalu berjalan di samping saya; berulang-ulang iamemalingkan kepalanya ke arah kuda saya yang sangat dikaguminya.

Cowboy tua itu pandai sekali menunggang kuda. Ia berdiri tegak di atas pelananya seper seorang anak muda belia. Sesungguhnya Old Wabble dakseratus persen memenuhi pengharapan saya, sebab keberatan-keberatan dan sangkalan-sangkalan yang dikemukakannya ke ka kami berhen di dekatsungai tadi, ada membuk kan bahwa ia mempunyai pandangan yang tajam, jangankan pandangan yang dak pernah sesat, yang pada hakekatnya harusdimiliki oleh seorang pemburu yang ulung. Akan tetap raja cowboy itu memang hanya biasa bergerak di padang bebas, di savana yang terbuka, sehingga ia

dak pernah mendapat kesempatan untuk memperoleh sifat-sifat yang hanya dapat dikembangkan di dalam hutan-hutan yang lebat dan pegunungan-pegunungan yang berbatu-batu. Akan tetapi dalam segala hal yang bersangkut-paut dengan kehidupan seorang cowboy. maka ia dapat saya andalkan.

Berjam-jam lamanya ia berjalan di samping saya tanpa mengucapkan sepatah kata. Ketika saya menyinggung sikapnya itu, maka ia menjawab:“Saya gemar sekali berbicara dan gemar sekali berceritera, akan tetapi saya tahu bahwa itu dak Anda sukai; Anda lebih menghargai ndakan daripada

perkataan. Se ap orang sudah pernah mendengar bahwa berhari-hari lamanya Anda dapat berjalan bersama-sama dengan Winnetou tanpa mengeluarkansepatah kata. Bahkan apabila Anda menghadapi bahaya yang oleh pemburu-pemburu prairi biasa akan dirundingkan cara mengatasinya, maka Anda danWinnetou hanyalah bertukar pandang atau isyarat belaka. Itulah sebabnya maka saya berdiam diri. Saya tak mau Anda sangka tukang ngobrol; it’s clear!”

“Memang, Winnetou lebih memen ngkan ndakan daripada perkataan dan sebetulnya perangai saya seper perangai Winnetou. Saya akan sangatbergirang hati sekiranya dengan Andapun saya dapat bertukar pikiran dengan perantaraan tanda dan isyarat belaka, Mr. Cutter.”

“Jangan khawa r, Tuan! Saya seorang yang banyak berpengalaman; saya akan berusaha sekeras-kerasnya agar saya selalu memahami Anda, agar Andadapat mempergunakan saya.”

Dalam pada itu kami sudah mendeka anak sungai Rio Pecos yang tepinya ditumbuhi semak-semak. Anak sungai ini sudah pernah saya kunjungidahulu. Sungai itu kami ikuti sampai pada muaranya. Dua jam lagi hari akan malam; untuk sampai ke Saskuan Kui kami harus berjalan satu jam.

Air Biru ialah sebuah danau kecil yang airnya berwarna biru tua. Air danau itu mengalir ke Rio Pecos. Tepi danau itu ditumbuhi oleh pohon kapas. Kamiharus menyeberangi sungai itu. Tempat itu dak dapat kami pergunakan karena ke dua orang Comanche bekas tawanan kami itu niscaya akan menemukanjejak kami apabila kami menyeberang di tempat itu. Dengan demikian maka dak ada cara yang lain daripada berenang ke seberang. Untung hari sedangpanas; jadi air itu akan menyegarkan badan kami.

Sampai di seberang kami memeriksai tanah, kalau-kalau ada jejak; kami dak ada melihat jejak. Dengan ha -ha kami berjalan ke arah Air Biru. Danauitu kami deka dari arah Utara dan di sanapun kami dak mendapa jejak. Saya turun dan setelah kuda saya saya ikatkan pada pohon, maka sayaberbaring di atas rumput. Tanpa berkata-kata Old Wabble mengiku teladan saya; rupa-rupanya ia ingin meniru sikap Winnetou yang dak banyakberbicara. Teman-teman saya yang lain merasa heran bahwa saya berbaring.

Mereka tidak turun dan Parker berkata:“Mengapa turun, Tuan? Hari masih slang!”“Justru karena hari masih siang maka saya turun,” jawab saya.“Bukankah kita hendak pergi ke Air Biru?”“Tidak.”“Jadi Anda hendak menunggu sampai gelap? Mengapa tidak pada siang hari, jadi kita dapat melihat jejak?”“Ya, kita dapat melihat jejak, akan tetapi jejak kita akan dilihat orang juga.”“Saya kira, apabila kita bersikap hati-hati....”Kini ia disela oleh Old Wabble yang menegur dia dengan keras:“Diamlah, jangan berteriak-teriak sebagai unta! Adakah saya berbicara? Old Sha erhand tentu tahu apa yang harus diperbuatnya. Kalau Anda hendak

menjual scalp Anda kepada orang Comanche, silahkanlah berjalan terus, tetapi saya tinggal di sini.”“Oho, jangan sekasar itu, Old Wabble! Saya tidak biasa disebut orang unta.”“Se ap orang harus mengenal dirinya. Betul Anda sudah pernah menembak kijang Anda yang pertama dengan tepat, akan tetapi sesudah itu tembakan

Anda sering menyasar; jadi dak patutlah Anda menyangkal perkataan Mr. Sha erhand. Diamlah kalau dak maka kami akan pergi dan Anda sekalian akankami tinggalkan di sini.”

Rupa-rupanya percakapan kami tadi sangat membekas pada Old Wabble. Ya, kami akan pergi dan Anda akan kami nggalkan di sini, perkataan-perkataan itu diingatnya benar. Dengan bersikap sekeras itu terhadap Parker ia hendak membuk kan bahwa ia sependapat dengan saya. Dalam pada itusaya yakin bahwa Old Wabble dak akan lama sanggup berdiam diri. Pada kesempatan yang dipandangnya baik, tentu ia akan berbuat seper Parker danakan mengganggu saya dengan pelbagai pertanyaan.

Setelah hari mulai gelap, maka bangkitlah saya lalu berkata:“Kini saya akan pergi menyelidiki. Bedil saya saya tinggalkan di sini dan saya minta jangan hendaknya ada seorangpun yang meninggalkan tempat ini.”“ Tepat sekali,” demikian Old Wabble memperkuat perkataan saya. “Saya kira kedua orang Comanche bekas tawanan kita akan segera datang.

Barangkali mereka akan melalui tempat ini.”“Saya kira tidak, Mr. Cutter. Mereka tentu akan mempergunakan tempat penyeberangan di sebelah hulu itu.”“Anda kira begitu?”“Ya. Karena itulah maka saya memilih tempat ini untuk melepaskan lelah. Mereka tidak akan melihat kita.”

“Bolehkah saya ikut menyelidiki?”“Anda jangan marah, sebenarnya saya lebih suka pergi seorang diri.”“Anda takut kalau-kalau saya kurang berpengalaman, sehingga akan menggagalkan usaha Anda? Percayalah, Tuan, bahwa saya sudah biasa

menyelidiki. Bukankah itu kemarin malam sudah saya buktikan?”“Hm! Tetapi Anda saya lihat juga.”“Bukan saya, melainkan ranting yang bergerak.”“Pshaw! Sebelum Anda memotong ranting itu saya telah melihat mata Anda.”“Mata saya? Astaga!”“Ya, tentu saja hanya dapat dilihat oleh mata yang tajam dan terla h. Anda tahu bahwa mata selalu berkilat-kilat dan pada saat itu Anda membukakan

mata Anda lebar-lebar.”“Ya, itu perlu! Barangsiapa hendak melihat sesuatu, harus membuka matanya lebar-lebar.”“Sama sekali dak. Seorang penyelidik yang ha -ha akan memejamkan matanya sebanyak-banyaknya, sehingga dak dapat dilihat orang, Saya selalu

berbuat begitu dan apabila saya telah melihat apa yang hendak saya lihat, maka mata saya, saya pejamkan sama sekali, sebab sesudah itu saya hanyahendak mendengar saja. Pertama, mata saya tidak akan kelihatan orang, kedua, dengan mata tertutup pendengaran kita menjadi lebih tajam.”

“Ya, betul-betul saya masih dapat belajar daripada Anda!”“Lagipula bukan mata Anda saja yang saya lihat, melainkan rambut Anda juga.”“Rambut itu kelihatan juga?”“Jangan Anda merasa heran. Rambut Anda putih metah, jadi tampak dengan jelas. Kalau saya boleh memberi nasihat, rambut itu hendaknya Anda tutupi

baik-baik apabila Anda pergi menyelidiki. Jangan-jangan Anda akan kehilangan rambut dan kulit kepala Anda.” (Catatan editor: di buku tertulis ‘pu hmetah’, dan ini berulang kali disebutkan di bab-bab selanjutnya.)

“Ya, ya, betul, betul! Semuanya itu akan saya perhatikan dan akan saya kerjakan. Bolehkah saya ikut?”“Sesungguhnya saya lebih suka pergi sendiri.”“Saya menger , akan tetapi, bukankah Anda manusia juga? Bagaimana kalau Anda tertangkap. Maka kami duduk di sini dan dak tahu di mana Anda

dan bagaimana kami dapat menolong Anda?”“Itu tidak benar seratus persen.”“Saya berjanji, tidak akan membuat kesalahan.”“Hm! Mudah-mudahan Anda akan menepati janji.”“Ha, jadi saya boleh ikut. Terimakasih! Kini saya akan menutupi rambut saya. Sesudah itu kita boleh berangkat.”Rambutnya digulungnya, lalu ditutupinya dengan kain kepalanya. Sambil berbuat begitu ia berkata:“Adakah Anda tahu betul keadaan sekitar Air Biru itu, maka Anda berani mencari orang kulit merah di sana walaupun hari gelap-gulita?”“Ya, sesungguhnya Anda harus menger sendiri, sebab sekiranya dak begitu, maka pekerjaan itu tentu saya jalankan pada siang hari; tentu saya dak

akan enak-enak berbaring di sini.”“Syukur, syukur!” seru Parker.Old Wabble menoleh seraya bertanya dengan marah:“Diam, jangan Anda berteriak-teriak sekeras itu!”“Syukur, kata saya,” jawab Parker, “karena senang hati saya, oleh karena Anda mendapat tamparan.”“Tamparan? Bagaimana?”“ Tadi Anda bersikap kasar sekali terhadap saya, saya Anda suruh diam dan saya Anda sebut unta oleh karena saya berani mengutarakan pertanyaan

dengan sopan santun dan kini Anda sendiri mengeluarkan pertanyaan yang tak ada ujung pangkalnya, sehingga Old Sha erhand harus menegur Anda.Bukankah ia berkata: sesungguhnya Anda harus mengerti sendiri; karena itulah maka saya berseru syukur!”

“Tutup mulutmu! Pertanyaan saya beralasan benar.”“Begitu juga pertanyaan saya.”“Omong kosong! Lagipula, jikalau orang dikerumuni oleh musuh, pantang orang berteriak-teriak. Mari, Mr. Shatterhand, orang ini kita tinggalkan saja.”“Kita tinggalkan untuk seterusnya?” tanya saya dengan tertawa.“Tidak, sampai kita kembali.”Bedil saya saya serahkan kepada Parker; kemudian kami berangkat.Air Biru itu dikelilingi oleh sebuah hutan. Hutan itu dak lebar dan berbatas pada padang rumput yang terbuka. Kami berhen di pinggir hutan dan di

sana kami tak usah khawa r akan bertemu dengan orang Indian atau akan dilihat orang, sebab banyak sekali semak-semak di mana kami dapatbersembunyi. Demi hari sudah gelap sama sekali, tak ada sama sekali yang harus kami khawatirkan.

Rupa-rupanya teguran Parker tadi tidak membekas pada Old Wabble. Belum berapa jauh kami berjalan, maka ia sudah bertanya dengan berbisik:“Bagaimana bentuk Air itu, Mr. Shatterhand?”“Bulat, tetapi tidak seberapa besar; sebenarnya lebih layak kita sebut telaga.”“Berapa besarnya?”“Sudah pernah saya renangi dari tepi ke tepi dalam waktu duapuluh menit.”“Kalau begitu tak dapat kita sebut kecil, sebab saya pernah mendengar bahwa Anda pandai sekali berenang. Kata orang pernah dikejar oleh orang

Indian dan dapat menyelamatkan jiwa Anda dengan berenang.”“Ya, bahkan sudah beberapa kali.”“Dan semua perenang orang kulit merah, bahkan yang paling ulungpun, sudah Anda kalahkan semuanya.”“Ya, kalau tidak begitu tentu saya sudah mati. Anda pandai berenang, Mr. Cutter?”“Seperti ikan. Sangsikah Anda?”“Mengapa akan sangsi, Anda tentu dak akan berdusta. Kalau begitu Anda lebih pandai berenang daripada saya, sebab saya dak dapat mengatakan

bahwa saya dapat berenang sebagai ikan. Anda tidak dapat dikatakan gemuk.”“Tidak, hanya tulang dan kulit belaka. Adakah Anda mengira bahwa orang yang kurus badannya tidak akan pandai berenang?”“Kata orang begitu.”“Itu salah! Orang yang gemuk badannya akan lebih banyak ditahan oleh air. Badan saya panjang dan kurus, sehingga seakan-akan saya dapat

menembusi air. Sama halnya dengan anak-panah bentuknya panjang dan tipis dan karena itu lebih cepat melayang di udara, it’s clear!”Bagi saya belum lagi clear, akan tetapi saya mau juga percaya bahwa ia pandai berenang, walaupun tidak seperti ikan.“Adakah pulau di Air Biru itu?” tanyanya lagi.“Hanya sebuah, letaknya dekat pada tepi sebelah Utara.”

“Kalau tetap gelap begini dan orang Indian tidak membuat api, niscaya sukar sekali untuk mencari mereka.”“Sebentar lagi bintang akan gemerlapan di langit dan sayapun yakin bahwa orang Comanche akan membuat api. Bagi mereka dak ada alasan untuk

menduga bahwa ada musuh akan datang. Mereka merasa aman, jadi tidak akan duduk dalam gelap.”“Bagaimana caranya kita mendekati?”“Di tepi danau, tepat berhadapan dengan pulau, ada suatu tempat yang serasi benar bagi tempat bermalam. Saya sudah dua kali mempergunakan

tempat itu dan saya kira orang-orang Indian itu akan memilih tempat itu. Di dekat tempat itu ada semak belukar yang sangat lebat, lagi pula pohon-pohonan yang tinggi.”

“Itu tidak menguntungkan bagi kita, sukar kita menerobos hutan belukar yang lebat itu. Bukankah begitu, Mr. Shatterhand?”“Ya, itu benar, akan tetapi harus kita terobosi juga. Tambahan lagi ada sesuatu yang akan lebih mempersukar pelaksanaan rencana kita.”“Apa itu?”“Antara air dan hutan itu dak ada padang rumput yang cukup luas untuk memberi makanan kepada kuda. Tentu kuda itu akan ditambatkan di sebelah

sini hutan, sebab di sini banyak rumput.”“Wah, kalau begitu tentu mereka akan memasang penjagaan!”“ Tentu saja! Jadi kita ini terjepit; di muka ada perkemahan, di belakang ada penjagaan kuda. Kita harus ha -ha benar, lebih-lebih oleh karena kuda

Indian sangat tajam telinganya. Karena itu janganlah kita berbicara lagi.”Akhirnya kami sudah dekat pada danau dan untung sekali dak bertemu dengan orang Indian. Kini kami ba pada tempat dari mana air danau mengalir

ke sungai. Di sini hutan belukar itu menjorok ke dalam prairi. Kami berjalan terus, akan tetapi sekonyong-konyong kami mendengar suara orang.“Pako!” seru orang, “karbune!”Artinya: “Pako, dengarlah!”“Himme unoso sowui (ada apa)?” jawab Indian yang kedua.“Kim!” Artinya: kemarilah!“Un neats nariskoe, wone tithteste najokone: saya tidak mau, sebab saya sedang membuat seruling.”Saya berbisik kepada Old Wabble:“Itu logat orang Comanche-Naiini. Mereka orang Comanche yang kita cari. Anda mengerti logat itu?”“Ya. Yang seorang memanggil yang lain, akan tetapi ia tak mau datang.”“Bagus! Anda menger bahasa mereka, jadi Anda dapat juga menangkap percakapan mereka. Nah, dugaan saya betul. Lihatlah, itu kuda mereka. Yang

memanggil tadi ialah seorang penjaga. Sekarang ikutilah saya dari belakang, akan tetapi sangat hati-hati.”Cepat-cepat kami merangkak terus sampai ke ujung hutan. Di sana kami melihat sebuah api unggun kira-kira empatratus langkah jauhnya dari tempat

kami. Api itu dikelilingi oleh beberapa orang Indian yang bertugas menjaga kuda.“Betul dugaan Anda, Sir,” kata Old Wabble. “Itu kuda mereka dan di belakang semak-semak dan pohon-pohonan itu tempat perkemahan orang

Comanche.”“Ya, itu tempat yang saya sebut tadi; di sana saya dahulu berkemah. Kini kita harus berbaring agar penjaga itu tidak melihat kita.”Kami merangkak terus dan di muka kami ada tempat terbuka di dalam semak belukar, yang rupa-rupanya di pergunakan orang sebagai jalan untuk lalu-

lintas dari tempat perkemahan ke tempat kuda. Sayang kami dak boleh mempergunakan tempat itu. Orang kulit merah itu tentu berjalan kian kemarimelalui jalan itu dan kami tidak mau bertemu dengan mereka.

Kami membelok ke kanan lalu mencari jalan yang sejajar dengan jalan tersebut. Karena semak belukar di tempat itu sangat lebat, maka hanya dengansusah payah kami mencapai pinggir hutan yang di seberang. Dari sana kami melihat perkemahan orang Comanche.

Perkemahan itu ialah yang disebut orang perkemahan perang. Betul orang-orang Indian itu dak mencat mukanya dengan warna perang, jadibermaksud hendak nggal di sini agak lama, akan tetapi kami dak melihat kemah yang sebenar kemah, ar nya yang terbuat dari pada terpal; itumenandakan bahwa mereka dak datang ke mari untuk berburu. Mereka itu merasa aman sekali, sebab mereka telah membuat dak kurang daripadadelapan buah api unggun yang memberi penerangan bagi seratus limapuluh orang Indian. Mereka sedang membuat dendeng; dendeng itu diiris-irisnyapanjang-panjang dan digantungkan di dekat api supaya menjadi kering. Itu membuk kan bahwa mereka hendak pergi berperang dan akan membuatperjalanan yang jauh, dalam perjalanan mana mereka dak sempat berburu atau dak akan melalui daerah di mana mereka akan dapat menembak bisonatau binatang lain. Daerah serupa itu saya kenal: yaitu padang pasir yang disebut orang Llano Estacado.

Mereka itu sibuk bekerja. Ada yang sedang memotong daging, ada yang membakar daging di atas api. Daging yang sudah dibakar ber mbun- mbun didekat mereka, rupa-rupanya akan dipergunakannya untuk makan malam. Pada dua api unggun yang kecil duduk beberapa orang yang sedang bercakap-cakap sambil mengedarkan pipa. Sayang sekali tempat mereka itu jauh sekali. Mereka itu duduknya terpisah, sebab sekiranya mereka itu duduk padasebuah api unggun, maka sekaligus percakapan mereka dapat saya tangkap. Kini kami harus berpisah, masing-masing harus mendeka sebuah api unggununtuk mendengarkan percakapan mereka.

Pulau yang saya sebut dalam percakapan saya dengan Old Wabble tadi, kelihatan sebagai sebuah benda hitam yang di atasnya agak diterangi olehbayangan cahaya. Tanpa bayangan itu pulau itu tak akan kelihatan. Bayangan itu barangkali berasal dari api yang dinyalakan orang di sana. Mengapamereka itu membakar api di pulau? Saya layangkan pandangan saya dari kelompok ke-kelompok, maka kini dapat saya menjawab pertanyaan itu. Ditempat ini saya hanya melihat orang Indian belaka, tidak ada saya lihat seorang kulit putih.

“Keparat!” bisik cowboy tua itu, “mereka sudah saya hitung; semuanya ada kira-kira seratus limapuluh orang, akan tetapi di antara mereka tak adaseorang kulit putih. Jangan-jangan Old Surehand telah dibunuhnya.”

“Tidak, saya duga ia ditawan di pulau.”“Aha! Benda hitam di dalam air yang di atasnya ada bayangan cahaya itu?”“Ya.”“Lega hati saya, tetapi mengapa dia tidak ditawan di sini.”“Di sana Old Surehand tidak akan dapat meloloskan diri. Dan di sana tawanan itu tidak memerlukan penjagaan yang kuat.”“Hm, di sinipun Old Surehand tidak akan dapat melarikan diri. sebab tentu ia terikat.”“Ya, tetapi mereka harus mengindahkan segala kemungkinan. Siapa tahu! Kalau ada orang datang kemari mereka tentu akan melihat tawanan itu. Itu

tidak boleh.”“Itu dak menguntungkan kita. Sekiranya ia ditawan di sini, maka dapat kita membebaskan dia, akan tetapi dak mungkin kita membebaskan Old

Surehand dari pulau itu.”“Pshaw! Bagi saya lebih baik dia ditawan di pulau. Nan akan saya buk kan. Tetapi lebih dulu kita harus pergi ke tempat pemimpin-pemimpin Indian

itu, supaya dapat mendengarkan percakapan mereka.”“Bukankah itu perbuatan yang sangat sembrono? Saya bukan penakut, akan tetapi sekiranya kita dapat mendengarkan percakapan mereka, masih

merupakan pertanyaan adakah pembicaraan mereka itu penting bagi kita.”

“Pen ng atau dak, saya akan mencoba juga. Sudah sering sekali saya berbuat begitu dan selalu saya mendengar sesuatu yang pen ng. Apa yang akanmereka percakapkan? Tentu saja tentang apa yang sudah terjadi, tentang apa yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi, jadi mungkin tentangtawanan dan tentang perjalanan mereka nan . Kita mengambil risiko. Walaupun saya tahu bahwa Anda dak takut, akan tetapi berterang-terangan saja.saya lebih senang pergi seorang diri. Saya belum yakin bahwa Anda akan dapat menjalankannya”

“Oho! Adakah saya sudah membuat kesalahan? Bukankah saya sudah membuktikan bahwa saya pandai juga menyelidik?”“Ya, sampai sekarang pekerjaan itu tidak berapa sulit, akan tetapi yang akan kita kerjakan sekarang adalah sulit sekali.”“Pshaw! Saya dapat menjalankannya juga!”“Betul? Nah, mari kita coba. Anda melihat dua buah api unggun kecil itu di mana ada orang Indian sedang bercakap-cakap. Anda pergi ke unggun-api

yang terdekat. Hutan ini hampir menjulur sampai ke sana, sehingga Anda selalu dapat bersembunyi. Saya akan mengambil api yang sebelah sana, yangletaknya dekat pada danau. Itu sukar didekati. Anda setuju?”

“Ya, walaupun bukan kehormatan bagi saya bahwa Anda memilih yang paling berbahaya.”“Dengarkanlah! Nan kita harus balik ke tempat ini. Barangsiapa balik lebih dahulu, harus memberi tanda, bahwa pekerjaannya telah selesai. Tanda itu

tidak boleh menimbulkan curiga pada orang kulit merah. Anda dapat meniru bunyi burung hantu?”“Saya kira dapat.”“Nah, segera setelah Anda balik ke mari, maka Anda harus meniru bunyi burung hantu; yang pertama dan kedua jaraknya agak lama, yang kedua dan

ketiga cepat berturut-turut. Mengertikah Anda?”“Ya. Untuk membedakan dari bunyi burung hantu yang sebenarnya.”“Betul, Kalau saya lebih dahulu kembali ke mari, saya akan berbuat begitu juga. Sekiranya Anda diketahui orang, maka...”“Diketahui orang?” demikian ia menyela. “Saya akan menjaga jangan sampai dilihat orang.”“Jangan takabur. Penjelajah hutan yang paling cerdik dan paling ha -ha pun mungkin juga mendapat sial. Jadi kalau Anda dilihat orang, jangan Anda

memikirkan keadaan saya, melainkan lekas-lekas kembali ke tempat perhentian kita melalui semak belukar yang lebat. Saya akan segera menyusul.”“Kalau Anda dilihat orang?”“Saya akan lari juga dan Anda harus mengikuti saya secepat-cepatnya. Masih hendak bertanya lagi?”“Tidak. Tugas saya sudah jelas.”“Sukses!”“Ya, sukses! Saya dak akan membuat Anda kecewa.” Ia membelok ke kiri masuk ke dalam semak belukar. Betulkah ia tak akan membuat kesalahan?

Saya masih belum yakin benar.

PERGI MENYELIDIK Seper telah saya katakan tadi, tugas saya jauh lebih berat daripada tugas Old Wabble. Api yang akan saya deka itu letaknya di dekat danau, dan di

antara api dan saya dak ada sesuatupun yang dapat saya pergunakan sebagai tempat bersembunyi. Bagaimana saya dapat mendekat dan dapatberbaring sekian lamanya tanpa dilihat orang? Itulah masalahnya. Saya harus pergi ke sana, sebab salah seorang yang duduk dekat api itu adalah ketuasuku. Itu ternyata dari bulu burung rajawali yang tertusukkan dalam rambutnya. Kalau saya dak salah, orang itu ialah Vupa Umugi, ketua suku orangComanche.

Satu-satunya jalan yang dapat saya tempuh ialah melalui air. Tetapi bagaimana itu dapat saya kerjakan sambil menyembunyikan diri saya. Belumpernah saya mengerjakan sesuatu yang sebesar itu risikonya. Tepi danau itu ditumbuhi oleh alang-alang. Kini saya memperoleh akal. Saya menanggalkanbaju luar saya dan oleh karena kulit saya pu h maka saya harus mencari tempat yang gelap. Di sebelah kanan, dak seberapa jauh dari api itu, semakbelukar berbatas kepada air. Lekas-lekas saya menanggalkan pakaian saya, lalu mengambil beberapa tali serta pisau bowie saya. Kemudian pakaian saya,saya sembunyikan di dalam semak-semak. Saya memotong beberapa batang alang-alang; saya jalin menjadi berkas yang dapat saya ikatkan pada kepalasaya. Kemudian saya membuat lubang dalam alang-alang itu, tepat di muka mata saya; gunanya ialah untuk melihat. Dengan perlahan-lahan sayamerangkak ke dalam air.

Baik berjalan ataupun berenang, selalu harus saya usahakan agar alang-alang di atas kepala saya itu letaknya tetap sama ngginya dengan alang-alang yang tumbuh di tepi danau. Kini saya bergerak maju dengan perlahan-lahan sekali. Sekiranya saya akan dilihat orang, maka saya harus berenang keseberang danau dan balik kembali ke tempat saya menyembunyikan pakaian saya.

Mula-mula saya melalui tempat yang agak dangkal. Saya harus berbaring dan merangkak di dalam lumpur. Kulit saya tersentuh pada daun alang-alangyang sangat tajam itu; jadi saya harus ha -ha supaya dak mendapat luka. Akhirnya sampailah saya kepada tempat yang agak dalam. Di sini saya dapatberjalan. Kemudian kaki saya dak menjejak tanah lagi, sehingga saya terpaksa berenang. Jarak yang harus saya tempuh itu jauhnya dak lebih daripadaenampuluh meter, akan tetapi dalam setengah jam saya belum menempuh seperdua dari jalan itu. Saya ha -ha benar, sebab orang-orang kulit merah itutidak boleh melihat bahwa ikatan alang-alang saya bergerak. Dengan demikian perjalanan saya akan banyak sekali memakan waktu.

Untung segera terjadi sesuatu yang membantu saya.Saya mendengar orang-orang bersorak-sorak dan ke ka saya melayangkan pandang saya ke arah padang rumput, maka saya melihat dua orang Indian

masuk ke tempat perkemahan. Kedua orang Indian itu ialah bekas tawanan kami. Mereka pergi mengejar Old Wabble atas perintah ketua suku. Kini se aporang ingin mengetahui apa hasil mereka. Kebanyakan orang Comanche itu menyongsong mereka, akan tetapi ketua suku tetap duduk di tempatnya.Perha an semua orang tertuju kepada mereka yang baru datang itu. Tidak seorangpun melihat ke arah danau. Kesempatan baik itu saya pergunakan;dalam semenit saja sampailah saya pada tempat yang saya tuju. Saya merangkak ke dalam lumpur di tepi danau. Di sana saya berbaring, bertumpu padakedua siku lengan saya. Kini saya dapat melihat dengan jelas apa yang terjadi di padang rumput itu.

Kedua orang Comanche itu sekarang sudah sampai ke dekat api unggun ketua suku. Vupa Umugi menyambut mereka dengan marah:“Saya dak ada melihat scalp orang kulit pu h pada ikat pinggang Anda. Sudah butakah Anda maka Anda tak dapat mengiku jejak lagi? Adakah kuda

Anda telah patah kakinya sehingga Anda tak dapat menyusul orang kulit putih itu?”Bekas tawanan-tawanan saya itu yang seorang berdiam diri saja seraya menunduk. Tetapi yang lain rupanya lebih berani; ia menatap muka ketua suku

seraya menjawab:“Mata kami tidak buta dan kaki kuda kami tidak patah.”“Tetapi mana scalp orang kulit putih itu?”“Masih ada pada kepalanya.”“Jadi ia tidak mati?”“Ia masih hidup.”“Jadi Anda membiarkan dia lolos?”Kini Vupa Umugi membelalakkan matanya, lalu bertanya dengan suara yang mengancam:“Sekali lagi, Anda membiarkan dia melarikan diri?”“Ia dapat menyelamatkan dirinya,” jawab orang Comanche yang lain.“Kalau begitu Anda berdua adalah anjing yang pincang, yang dak boleh dipercayai mengejar seorang pelari! Anda akan saya pulangkan ke

perkampungan perempuan-perempuan tua.”“Anda ialah Vupa Umugi, ketua suku kita di dalam perang, yang perintahnya harus kita patuhi, akan tetapi jikalau Anda memberi perintah yang tak

dapat dilaksanakan, maka Anda tak boleh menghina orang yang sudah berusaha mematuhi perintah Anda. Kami bukan anjing pincang, melainkan prajurityang berpengalaman dan yang gagah berani; kalau dak begitu niscaya kami dak akan Anda pilih untuk menjalankan tugas itu. Tidak, kami dak akanpergi ke kemah perempuan tua. Mengapa Anda sudah mengecam, sebelum Anda mendengar apa sebabnya maka kami tidak ada membawa scalp?”

Berani benar orang itu menyanggah perkataan ketua sukunya. Orang ini niscaya dak takut. Vupa Umugi telah terkenal sebagai orang yang bengis,bukan saja terhadap orang kulit putih, melainkan terhadap sesama sukunya juga. Ia dihormati sebagai seorang prajurit, akan tetapi tidak disayangi.

Banyak orang yang dak senang akan sikapnya. Sikap prajurit Comanche tadi menunjukkan keberanian, akan tetapi ia dak sembrono. Seorang ketuasuku Indian bukanlah seorang diktator. Ia dipilih oleh seluruh suku; ia tetap menjabat ketua suku selama pengalamannya, kecerdikannya dankeberaniannya melebihi sesamanya, akan tetapi setiap waktu ia dapat dipecat oleh dewan kaum tua. Itu diinsafi oleh Vupa Umugi.

Wajahnya menunjukkan bahwa jawab prajurit Comanche itu menimbulkan kemarahannya; tangannya sudah memegang pisaunya, akan tetapi iamenahan dirinya dan dengan tenang ia berkata:

“Ceriterakanlah apa yang sudah terjadi. Saya hendak mendengarkannya, nanti akan saya putuskan bolehkah Anda tetap menjadi prajurit Comanche atautidak.”

Ia duduk; yang lain-lainpun duduk pula. Kini prajurit Comanche itu menceriterakan kisah pengejarannya. Semuanya berdiam diri sampai pada perkataan:“Tiba-tiba kepala kami dipukul orang dan rebahlah kami. Ketika kami sadar kembali, kami telah terikat pada pohon.”“Terikat?” seru ketua suku. “Dan Anda tidak memberi perlawanan?”“Dapatkah ketua suku Naiini memberi perlawanan kepada seorang musuh yang tidak dilihatnya?”“Saya akan melihat setiap musuh yang berani menyerang saya.”“Anda tak akan dapat melihat musuh ini!”“Siapa musuh itu? Sebutkan namanya!”“Old Shatterhand!”“Uf!” seru ketua suku sambil bangkit, lalu duduk kembali.“Uf! Uf! Uf!” seru yang lain-lain.“Old Sha erhand! Anjing kulit pu h yang sudah sekian kali tertangkap oleh orang Comanche, akan tetapi selalu dapat melepaskan diri! O, sekiranya

saya ada di tempat Anda!”“Maka nasib Anda tak akan lain.”“Diam! Saya Vupa Umugi, saya dak akan membiarkan orang mendeka saya. Kami sedang mengejar orang kulit pu h yang lari. Dapatkah kami

mengetahui bahwa ia sudah bertemu dengan orang kulit pu h yang lain? Dan dapatkah kami menduga bahwa orang kulit pu h yang lain itu ialah OldShatterhand, yang belum pernah dikalahkan orang?”

“Anda hendaknya lebih hati-hati.”“Kami sudah ha -ha . Demi kami mencium bau api, maka kami segera berhen dan mengikatkan kuda kami pada pohon. Dengan dak membuat bunyi

kami menyuruk-nyuruk untuk melihat siapa yang duduk di dekat api itu. Kami yakin bahwa kami dak akan dapat dilihat dan ditangkap orang; dugaan kamitak lain daripada hendak memperoleh scalp. Tetapi ba- ba Old Sha erhand telah mengiku kami dari belakang. Ia men gadang saya di belakang semak-semak. Malam itu gelap dan kami dak dapat melihat dia. Ke ka kami lalu di dekatnya, maka kami disergapnya dan di njunya. Bukankah saudara-saudarasaya sudah pernah mendengar betapa kuatnya, tangannya?”

Pertanyaan itu ditujukannya kepada prajurit-prajurit yang berdiri sekelilingnya.“He, he, he, he (ya, ya, ya, ya)!” jawab mereka.“Bukankah Anda mendengar pula bahwa setiap orang yang ditinjunya akan jatuh pingsan?”“He, he, he!”“Sekiranya bukan kami melainkan Anda yang diadang oleh Old Sha erhand, adakah Anda mengira bahwa Anda akan melihat dia dan akan dapat

menghindari dia?”“Ke, ke (tidak, tidak)!”Siasatnya untuk membela diri itu cerdik benar.Pernyataan teman-temannya bahwa mereka sependapat dengan dia dapat mengelakkan amarah ketua suku. Ia berceritera terus, tanpa disela lagi oleh

Vupa Umugi. Setelah selesai kisahnya, maka ia bertanya:“Demikianlah Old Shatterhand memperlakukan musuhnya. Dapatkah Anda menerka, siapa orang kulit putih yang kami kejar itu?”Mereka menggelengkan kepalanya.“Orang kulit putih itu sudah seringkali kita dengar namanya.”“Saya ada melihat dia, ke ka ia menerobosi pasukan kita seakan-akan ia kebal terhadap peluru dan senjata, akan tetapi saya dak mengenal dia,”

jawab Vupa Umugi.“Rambutnya panjang dan putih metah warnanya. Tidakkah Anda melihatnya?”“Ya, saya melihatnya.”“Mukanya berkerut dan usianya sudah lebih daripada sembilan puluh tahun. Orang kulit pu h yang selanjut itu usianya, yang pu h metah warna

rambutnya dan yang sepandai itu berkuda, hanyalah seorang saja.”“Uf! Uf!” seru ketua suku. “Adakah yang Anda maksud itu Old Wabble?”“Ya, itu yang saya maksud. Dialah orang kulit putih itu.”“Sial benar kita. Tidak ada orang kulit pu h yang lain, yang sudah sedemikian banyak menumpahkan darah orang kulit merah seper Old Wabble!

Sekiranya ia jatuh ke tangan kita, maka sorak sorai orang-orang Comanche dak akan ada habis-habisnya. Tetapi sekali lagi ia tak akan dapat lepas. Kitaakan bertemu lagi dengan dia dan ia pasti akan kita tangkap, barangkali besok.”

“Anda akan menyuruh kita semuanya mengejar dia?”“Tidak.”“Dengan jalan apa Anda hendak menangkap dia?”Ketua suku itu rupa-rupanya menjadi marah lagi oleh pertanyaan yang dipandangnya tidak sopan itu.“Saudara saya adalah prajurit biasa saja, tetapi berani bertanya kepada pemimpinnya apa yang hendak diperbuatnya. Pertanyaan serupa itu dak patut,

akan tetapi walaupun begitu saya mau menjawabnya, sekalipun hanya untuk membuk kan bahwa Anda sudah saya ampuni. Kita dak usah mengejar OldWabble sebab ia akan datang ke mari.”

“Tidak, ia tidak akan datang ke mari,” kata prajurit itu.“Pas ! Ia tentu akan datang ke mari!” seru ketua suku. “Ia pergi untuk mencari bala bantuan. Ia sudah menjumpai sepuluh orang kulit pu h dan di

antaranya ada Old Shatterhand. Ia pasti akan datang ke mari untuk membebaskan orang kulit putih yang kita tawan di pulau.”“Mereka sudah kehilangan akal sehat mereka, apabila mereka mengira dapat mengalahkan kita dengan sebelas orang belaka!”“Old Shatterhand ada pada mereka! Orang kulit putih yang dipimpinnya selalu berani mengambil segala risiko.”“Mereka tidak tahu tempat kita.”“Anda meninggalkan jejak dan jejak itu niscaya akan diikutinya.”“Old Shatterhand telah berjanji tidak akan mengikuti jejak kami.”“Janji itu tidak akan ditepatinya.”“Tidak, ia bukan pembohong. Saya belum pernah mendengar bahwa Old Shatterhand sudah mengingkari janjinya.”“Sebaiknya saudara saya menutup mulutnya. Perbuatan Anda dak sopan. DI hadapan prajurit-prajurit yang sudah tua-tua ini dak patut Anda

menyanggah perkataan ketua suku Anda!”Ini suatu teguran yang dapat mengandung ancaman, akan tetapi Vupa Umugi tidak disayangi oleh anak buahnya.Orang Comanche itu mengetahui dari pandang mata teman-temannya bahwa mereka sependapat dengan dia. Karena itu ia berkata lagi:“Saya tahu bahwa saya jauh lebih muda daripada prajurit-prajurit tua yang sangat bijaksana ini, akan tetapi oleh karena sayalah yang menjumpai Old

Sha erhand dan saya pulalah yang bercakap-cakap dengan dia dan saya juga yang memperoleh janjinya, barangkali saya akan diperkenankan mengatakankata-kata apa yang saya dengar dari mulutnya.”

Maka kini berkatalah seorang Indian tua yang duduk di samping ketua suku:“Silahkan saudara saya mengatakan kepada kami kata-kata apa yang didengarnya. Oleh karena kita telah menggali kapak peperangan, maka segala

sesuatu yang tampaknya remeh boleh jadi mempunyai ar yang pen ng. Pertemuan dengan Old Sha erhand adalah suatu hal yang pen ng sekali. Dimana Old Shatterhand menampakkan diri, di sana tentu ada Winnetou, ketua suku Apache. Adakah Anda melihat Winnetou?”

“Ia tidak ada di antara mereka,” jawab prajurit itu.“Tidak ada di sekitarnya pula?”“Kami tidak melihat tanda-tanda yang menunjukkan kemungkinan itu.”“Kata-kata apakah yang diucapkan oleh Old Shatterhand ketika ia berjanji?”Orang Comanche itu berpikir sebentar, lalu menjawab:“Demikian saya berkata kepada Old Shatterhand: Anda akan menyelidiki jejak kami untuk mengetahui ke mana kami pergi?

“Ia menjawab: Tidak, saya berjanji tidak akan berbuat begitu.“Itulah dengan tepat kata-kata yang diucapkan oleh Old Shatterhand.”“Jikalau Old Sha erhand berkata begitu, maka janji itu mempunyai kekuatan yang sama dengan apabila ia mengucapkannya dalam upacara mengisap

calumet. Ia pas menepa janjinya dan ia dak akan mengiku jejak Anda! Howgh! Kini kita telah mendengar apa yang hendak kita ketahui. Saudara sayaboleh mengundurkan diri.”

Maka pergilah kedua orang Comanche itu, diiku oleh mereka yang tadi berlari-lari datang ke tempat api itu. Orang-orang Comanche yang akandihampiri oleh Old Wabble, sementara itu datang pula ke tempat ketua suku. Karena itu maka saya menduga bahwa Old Wabble telah balik ke tempatnya.Sebentar kemudian dugaan saya itu ternyata benar, sebab saya mendengar bunyi burung hantu empat kali dengan cara seper yang sudah saya sepakadengan bekas cowboy itu.

Sesungguhnya saat itu memberi kesempatan yang baik sekali bagi saya untuk mengundurkan diri. Akan tetapi saya menduga bahwa mereka akanmeneruskan percakapan mereka mengenai soal-soal yang pen ng bagi kami. Lagi pula pada sangka saya nan tentu tak akan ada kesempatan sebaik itulagi. Orang-orang Comanche itu belum lagi makan. Nan kalau persiapan mereka untuk makan malam telah selesai, mereka tentu akan pergi ke tempatapi di mana orang membakar daging. Dengan demikian maka saya akan mendapat kesempatan untuk mengundurkan diri tanpa dapat dilihat orang. Karenapertimbangan itu maka saya tetap berbaring di atas lumpur.

Ketua suku Comanche rupa-rupanya marah bahwa prajurit tua itu telah mencampuri percakapannya. Setelah kedua orang prajurit muda itu pergi, makaia berpaling kepada prajurit tua itu:

“Saudara saya rupa-rupanya lupa bahwa kewibawaan saya selaku ketua suku telah dirugikannya karena ia telah melindungi seorang prajurit mudaterhadap saya!”

Prajurit tua itu menjawab:“Kewibawaan seorang ketua suku paling dirugikan oleh sikap yang dak bijaksana. Kami percaya bahwa Old Sha erhand akan menepa janjinya, hanya

Anda belaka yang tidak percaya.”“Karena saya mengenal anjing kulit putih ini.”“Kami mengenal dia juga. Lidahnya belum pernah dicemarkan oleh dusta.”“Ya, akan tetapi lidahnya itu licin sekali. Old Sha erhand ialah orang kulit pu h yang paling jujur, akan tetapi dalam pada itu ia orang kulit pu h yang

paling cerdik juga. Ia dak berdusta, itu benar. Apa yang dijanjikannya niscaya ditepa nya, akan tetapi hanya sesuai dengan apa yang dimaksudnya, dakdengan apa yang dikehendaki orang. Kata-kata yang diucapkannya kepada musuhnya ialah seakan-akan mesiu yang di mbang- mbang dengan saksamasebelum dimasukkan ke dalam laras bedil.”

“Jadi Vupa Umugi menduga bahwa janji yang diucapkannya kepada kedua prajurit kita itu tadi dapat ditafsirkan lain!”“ Tidak. Ia dak akan mengiku jejak mereka, akan tetapi ia dak akan memberikan janji itu sekiranya ia dak mengetahui jalan lain untuk mendengar

apa yang hendak diketahuinya.”“Tidak ada jalan lain!”“Pendapat saudara saya begitu, akan tetapi pendapat saya berlainan. Seringkali orang mengatakan bahwa Old Sha erhand selalu tahu apa yang

hendak diketahuinya. Saya yakin bahwa ia tahu dengan pasti bahwa kita berkemah di Saskuan Kui.”“Itu dak mungkin, sebab dak ada orang yang memberitahukannya. Tetapi sekiranya ia tahu maka itu belum lagi merupakan alasan untuk mengira

bahwa ia akan datang ke mari.”“Ia hendak membebaskan tawanan kita.”“Old Shatterhand mengenal itu? Dan sekiranya begitu maka masih merupakan teka-teki maukah ia menyabung nyawanya untuk mencobanya?”“Ia akan menolong setiap orang kulit putih!”“Rombongannya hanya sebelas orang banyaknya dan kita mempunyai seratus limapuluh orang prajurit!”“Ia dak menghitung jumlah musuhnya, sebab ia mempunyai bedil khasiat yang dapat ditembakkannya terus-menerus. Dan adakah saudara saya

mengetahui bahwa Old Sha erhand selalu menghindari pertumpahan darah? Ia lebih suka mempergunakan muslihat dan muslihatnya itu biasanya lebihmengena daripada bedil khasiatnya. Ia akan datang ke mari bukan hendak berperang, melainkan hendak membebaskan tawanan kita dengan jalanmuslihat.”

Prajurit tua itu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil berpikir, tetapi akhirnya ia berkata lagi:“Perkataan Vupa Umugi tak dapat mengubah pikiran saya, akan tetapi oleh karena kita sudah menggali kapak peperangan maka kita harus bersikap

sangat waspada. Segala kemungkinan dan segala sesuatu yang biasanya kita pandang remeh, hendaknya kita mbang masak-masak. Saya yakin bahwaOld Sha erhand dak akan datang ke mari. tetapi Anda berpendapat bahwa ia pas akan datang. Anda kata benar bahwa ia dapat diharapkan akan datangke mari, maka tidakkah sebaiknya kita menghindari dia?”

“ Takutkah saudara saya? Saya berharap benar mudah-mudahan dia akan datang. Itu akan memberi kita kesempatan untuk menangkap dia bersama-sama dengan Old Wabble.”

“Anda ingin menangkap angin?”“Adakah Old Shatterhand itu angin? Bukankah ia sudah beberapa kali tertangkap oleh orang kulit merah?”“Ya, saya tahu, akan tetapi bukankah ia selalu dapat lolos?”“Kalau ia jatuh ke tangan saya, maka ia tak akan mendapat kesempatan untuk melepaskan diri.”“Kalau begitu bukalah tangan Anda. niscaya ia akan masuk ke dalamnya.”“ Tak usah Anda mengejek! Nan benar-benar akan saya buka tangan saya, maka ia akan masuk ke dalamnya. Saya sudah tahu apabila ia akan datang,

yaitu besok. Kedua prajurit kita itu meninggalkan orang kulit pu h pada malam hari, tentunya Old Sha erhand akan berangkat keesokan harinya pagi-pagi.Dengan demikian maka prajurit kita mendahului dia. Dan oleh karena mereka datang malam ini, maka Old Shatterhand baru besok akan datang.”

“Ke tempat ini?”“Tidak, tidak akan saya biarkan ia mendekat sampai tempat ini: ia akan saya adang di Rio Pecos.”“Tahukah Anda tempat di mana ia akan menyeberang?”“Ya, di tempat yang biasa dipergunakan orang untuk menyeberang. Dan jikalau tempat itu dak diketahuinya, maka ia akan mencarinya dan akan

mendapatkannya.”“Old Shatterhand tidak memerlukan tempat yang dangkal; ia pandai sekali berenang.”“Itu dak saya lupakan juga. Besok saya akan memasang penjagaan sepanjang tepi sungai. Dengan demikian ada dapat ia menipu mata kita.

Alangkah baiknya sekiranya Nale Masiuv* (*Jari Empat) sudah ada di sini, dak pada hari sesudah lusa. Ia membawa seratus orang prajurit; denganbantuannya saya akan dapat memasang penjagaan yang sangat panjang.”

Pada saat itu saya mendengar orang berteriak: “ Teschkaro! Makan!” dan semua orang berlari-lari ke arah api di mana orang membakar daging. VupaUmugi bangkit dengan perlahan-lahan lalu pergi mengambil makanannya. Itulah kesempatan yang sebaik-baiknya bagi saya untuk mengundurkan diri. Saya

melayangkan pandangan saya ke seluruh padang rumput. Tidak seorangpun melihat ke arah danau, jangan lagi ke arah tempat saya bersembunyi.Rupa-rupanya mereka sangat lapar. Saya mundur sampai ke tempat yang dalam, kemudian saya berenang cepat-cepat tanpa berusaha sedikitpun untuk

menyembunyikan diri saya. Setelah saya sampai ke tempat di mana saya menanggalkan pakaian saya, maka saya naik ke darat lalu mengenakan pakaiansaya lagi. Sesudah itu saya merangkak ke tempat di mana Old Wabble menunggu saya.

Ikatan alang-alang saya bawa. Sekiranya alang-alang itu saya nggalkan di sana maka orang-orang Comanche niscaya akan mengetahuinya dan akanmenaruh curiga. Sedemikian ha -ha saya merangkak sehingga Old Wabble dak dapat mendengar kedatangan saya dan ke ka bahunya saya sentuhdengan tangan saya ia terkejut:

“Astaga! Andakah itu, Sir?” tanyanya.“Ya, saya,” jawab saya.“Sekiranya bukan Anda melainkan orang Comanche, niscaya saya tikam!”“Itu dak mungkin, Mr. Cu er! Anda berbaring dengan dak bergerak sama sekali dan tempat ini sunyi sekali, akan tetapi sungguhpun begitu Anda

tidak mendengar kedatangan saya. Bagaimana sekiranya bukan saya, melainkan seorang Comanche yang datang?”“Itu tidak mungkin, sebab tidak ada orang yang dapat merangkak tanpa membuat bunyi seperti Anda. Bagaimana, berhasilkah usaha Anda, Sir?”“Saya merasa puas.”“Saya juga.”“Apakah yang Anda dengar?”“Tidak banyak, akan tetapi penting sekali, Old Surehand hanya di jaga oleh dua orang kulit merah.”“Di mana?”“Aha, Anda ingin mengetahuinya? Sekiranya saya tidak ikut, maka Anda tidak akan mengetahuinya.”“Salah, Mr. Cutter Sayapun telah tahu. Ia ditawan di pulau.”“Ya. itu yang Anda sangka tadi.”“Bukan begitu; saya mendengarnya dari mulut Vupa Umugi.”“Adakah ia mengatakannya? Sial benar saya ini! Saya kira Anda akan bersenang hati mendengar dari mulut saya bahwa dugaan Anda benar.”“Janganlah itu Anda sesali! Apa yang masih Anda dengar lagi?”“ Tidak apa-apa. Saya kira kabar saya itu merupakan barang baru bagi Anda, akan tetapi kini ternyata bahwa susah payah saya sia-sia belaka.

Barangkali saya akan dapat mendengar lebih banyak, sekiranya kedua orang Comanche bekas tawanan kita itu ada datang dengan sekonyong-konyong.Sejak saat itu orang-orang yang duduk di dekat saya itu pergi semuanya ke tempat ketua suku. Anda tentu mendengar lebih banyak?”

“Ya, akan tetapi nanti saja saya ceriterakan. Ini bukan tempat untuk bercakap-cakap. Marilah kita pergi!”“Ke mana?”“Ke padang terbuka melalui jalan yang kita tempuh tadi.”“Jadi menerobos hutan belukar. Dan itu Anda sebut jalan!”Dalam perjalanan pulang itu kami harus hati-hati seperti pada perjalanan kami ke mari, tetapi untung benar kami tidak menjumpai orang Indian.“He, kita berjalan ke arah tempat perhentian kita”, kata Old Wabble.“Ke mana lagi kalau tidak ke sana?”“Hm! Barangkali saya akan Anda tertawakan, akan tetapi saya mengira bahwa kita tidak akan kembali sebelum dapat membebaskan Old Surehand.”“Angan-angan itu melampaui batas keberanian yang wajar.”“Ya, sayang keadaannya berlainan sekali daripada yang kita harapkan. Sekiranya Old Surehand ditawan di tepi danau, bukan di pulau, maka ada sulit

bagi kita untuk membebaskannya. Kita merangkak mendekat... kita potong ikatannya... kita melompat bangkit... lalu berlari... orang-orang Indian mengejarkita... akan tetapi kita lebih cepat sampai ke tempat perhentian kita... lalu naik ke atas kuda serta... lari secepat-cepatnya.”

“Wah, enak benar rencana Anda itu di dengar, mudah benar pekerjaan itu kedengarannya.”“Dengan terus terang saya mengakui, bahwa ingin sekali saya memperlihatkan kepada teman-teman kita betapa dua orang pemburu prairi yang seja

seperti kita ini, tanpa bantuan orang, dapat merebut seorang tawanan dari tangan seratus limapuluh orang prajurit Comanche.”“Dengan perkataan lain: Anda ingin berlagak.”“Boleh Anda sebut begitu, apa boleh buat. Tetapi, bukankah itu perbuatan yang jantan, yang serasi untuk dikerjakan oleh Old Sha erhand dan Old

Wabble! Ya, kesempatan seper itu dak akan ada lagi. Nan Sam Parker, Jos Hawley dan teman-teman yang lain tentu akan Anda perkenankan ikutmembantu.”

“Membantu yang sebenar membantu dak. Mereka hanya akan saya beri tugas menghalang-halangi orang-orang Comanche yang mungkin akanmengejar kita. Tetapi pekerjaan membebaskan Old Surehand akan kita jalankan berdua.”

“Itu sangat menyenangkan hati saya.”“Tetapi saya minta satu syarat, yakni bahwa Anda benar-benar pandai berenang seperti yang Anda katakan.”“Jangan khawatir, saya berenang seperti ikan, seperti ikan, it’s clear! Jadi, Mr. Shatterhand, kita akan berenang?”“Ya, bukankah kita harus pergi ke pulau? Jadi Anda benar-benar berani berenang dari seberang danau ini ke pulau lalu berenang kembali?”“Mengapa Anda masih bertanya! Tadi sudah saya katakan bahwa kalau perlu saya mau berenang dari sini ke bulan, sekiranya antara bumi dan bulan

ada air.”“Nah! Kalau begitu pekerjaan kita dak akan terlalu sulit. Kita berenang ke pulau, kita pukul kedua orang penjaganya sampai dak dapat berdaya, kita

bebaskan Old Surehand, lalu kita bawa berenang ke tepi danau.”Old Wabble berhenti, memegang tangan saya lalu berkata:“Wah! mudah benar kedengarannya.”“Rencana Anda tadi begitu juga.”“Ya, tetapi lain. Yang saya maksud ialah membebaskan dia di darat, bukan melalui air. Kita belum mengetahui adakah Old Surehand pandai juga

berenang?”“Seorang pemburu prairi seperti dia tentu pandai berenang.”“Tetapi ia terikat. Tentu tangan dan kakinya akan menjadi kaku, sehingga masih merupakan pertanyaan dapatkah ia mempergunakannya.”“Saya tidak khawatir, sebab kata orang badannya sangat kuat.”“Itu saya yakin. Baiklah, rencana Anda akan kita jalankan. Akan tetapi, lihatlah ke langit. Bintang-bintang sedang gemerlapan. Saya takut kalau-kalau

penjaganya akan melihat kita.”“Mereka tidak akan dapat melihat kita, kita akan menyembunyikan diri kita di belakang alang-alang.”“Anda akan membawa alang-alang? Saya kira orang-orang kulit merah itu tidak akan dapat kita tipu dengan jalan yang sederhana itu.”“Dapat juga; itu sudah saya buktikan.”

Maka saya ceriterakan kepadanya bagaimana saya mendekati api unggun ketua suku orang Comanche, Maka Old Wabble berkata lagi:“Hm! Ya, dengan seikat alang-alang masih dapat, akan tetapi bagaimana halnya dengan dua buah ikatan. Bukankah kedua berkas itu ada akan dapat

sama benar geraknya? Itu akan menimbulkan syak pada orang-orang Indian itu.”“Ya, tentu. Karena itu kita dak akan membuat dua buah ikatan, melainkan kita membuat pulau kecil dari alang-alang yang dengan perlahan-lahan

sekali hanyut ke arah pulau; kita bersembunyi di bawahnya.”“Ya, itu barangkali mungkin.”“Mula-mula kita berenang dengan cepat, akan tetapi apabila kita sudah dekat pada pulau sehingga dapat terlihat oleh mata para penjaga, maka pulau

itu harus bergerak dengan perlahan-lahan sekali, seakan-akan dihanyutkan oleh arus air.”“ Tetapi bagaimana kita menyembunyikan badan kita? Kalau kita berenang berdampingan, maka pulau itu harus kita buat besar-besar agar tubuh kita

tersembunyikan baik-baik. Lagi pula kita mempunyai kulit putih sehingga lekas tampak oleh penjaga itu.”“Kita berenang dengan pakaian lengkap.”“Hm,” jawabnya.“Anda khawatir kalau-kalau dengan demikian kita tidak akan dapat bergerak dengan bebas di dalam air?”“O, sama sekali tidak! Hanya masih tinggal satu pertanyaan, yaitu adakah para penjaga itu akan membiarkan alang-alang kita menyentuh tepi pulau?”“Dapatkah Anda menyelam?”“Seperti katak, seperti katak, Its’ clear! Katakan sajalah berapa dalam saya harus menyelam!”“Itu bagus, sebab kita harus menyelam. Jikalau para penjaga itu melihat pulau kita hanyut di dekat pulau, maka mereka akan berlari-lari melihat benda

yang terapung itu.”“Ya, saya sependapat dengan Anda. Benda itu akan dibiarkannya hanyut.”“Saya kira begitu, akan tetapi akan kita jaga jangan sampai alang-alang itu menyentuh daratan. Setelah kita dekat pada pulau maka kita menyelam di

bawah permukaan air, lalu berenang mengeliling, sehingga kita dapat mendarat di balik pulau. Pada saat para penjaga itu mengamat-ama alang-alang,kita naik ke darat dan kita serbu mereka dari belakang. Dengan dua pukulan tinju mereka akan rebah.”

“Bagus, bagus sekali, Mr. Shatterhand! Dan apa tugas saya?”“Anda harus segera melepaskan ikatan Old Surehand. Itu harus Anda kerjakan secepat-cepatnya, sebab ada pula kemungkinan bahwa kita harus pergi

dengan segera, umpamanya jikalau salah seorang dari penjaga itu dapat berteriak minta tolong.”“Celaka benar kalau itu terjadi.”“Ya. Anda maklum bahwa semuanya harus kita kerjakan dengan tepat. Tak boleh ada satu bagianpun dari rencana itu yang gagal. Karena itu maka

mengertilah Anda, mengapa saya tadi bertanya adakah Anda sungguh-sungguh yakin dapat menjalankan apa yang saya kehendaki daripada Anda.”“Tentu, dengan mudah sekali. Percayalah, Sir!”“Dengan terus terang saya mengakui bahwa saya tidak memandang pekerjaan itu mudah. Jangan kita bersikap sembrono!”“Saya tidak akan sembrono, Sir! Sudah pernahkah Anda melihat Old Wabble berenang dan menyelam?”“Belum.”“Lihat sajalah nan . Dan kalau semuanya sudah selesai, maka Anda akan mengetahui, bahwa Anda dak akan mendapatkan seorang pembantu yang

lebih cakap daripada saya, it’s clear!”“Syukur, sebab dalam usaha itu kita akan mempertaruhkan nyawa kita.”Sesungguhnya saya belum yakin benar bahwa orang tua itu dapat saya andalkan. Badannya yang sangat kurus itu dak memberi jaminan bahwa ia

pandai berenang dan cara ia menjawab pertanyaan saya itu menunjukkan bahwa ia gemar bersombong, akan tetapi sudah umum diketahui orang bahwacowboy tua itu orang yang gagah berani dan berpengalaman. Dan karena ia dak pernah ragu-ragu memberi jawaban dengan tegas, maka saya haruspercaya.

MEMBEBASKAN OLD SUREHAND. Kami sudah sampai ke tempat perhen an kami. Teman-teman kami sudah mulai cemas, karena lama sekali kami belum kembali. Kami ceriterakan apa

yang kami alami dan apa yang telah kami lihat, lalu kami katakan pula apa yang hendak kami perbuat. Parker dan Hawley merasa sayang bahwa merekadak mendapat peranan yang lebih ak f. Teman-teman yang lain berdiam diri, barangkali mereka merasa puas bahwa saya dak menghendaki dari

mereka supaya menyabung nyawanya. Segera kami naik ke atas kuda, lalu berjalan mengeliling ke arah seberang danau.Se banya di sana kami turun, lalu mengikatkan kuda kami pada pohon-pohonan. Di seberang kami, kami melihat api unggun orang Comanche. Segera

kami memotong alang-alang sebanyak yang kami perlukan. Dari beberapa ran ng kami membuat rangka rakit yang akan kami pergunakan. Alang-alangyang telah kami potong itu kami ikatkan kepada rakit sehingga ran ng kayu itu dak kelihatan dari atas. Di tengah rakit itu ada beberapa lubang untukkepala kami. Dari beberapa utas tali kami membuat empat buah simpul yang kami ikatkan kepada rakit dan nan akan kami pergunakan sebagai tempatberpegang. Kami usahakan pula; agar kami dapat melihat dengan leluasa apabila kami bersembunyi di dalam pulau alang-alang itu.

Kini kami hendak memulai pelaksanaan rencana kami.Saku-saku kami, kami kosongkan. Dari senjata-senjata kami hanya pisau saja yang akan kami bawa. Setelah selesai, maka Parker bertanya:“Jadi benar-benar kami tak usah berbuat apa-apa, Mr. Shatterhand?”“ Tidak, akan tetapi Anda mempunyai tugas yang sangat pen ng. Sekiranya kami dilihat orang serta dikejar, maka dengan segera kami berenang

kembali. Apabila pengejar ada di belakang kami, maka adalah tugas Anda menghalang-halangi mereka menyusul kami.”“Bolehkah kami menembak?”“Ya.”“Ya.”“Dalam gelap gulita ini? Kalau orang berenang, yang kita lihat hanyalah kepalanya. Bagaimana kita dapat membedakan kepala seorang kulit pu h

daripada kepala seorang kulit merah? Jangan-jangan Anda yang kami tembak?”“Jangan Anda menembak sebelum Anda melihat dengan jelas kepada siapa Anda membidik. Lagi pula kami akan berteriak. Jikalau salah seorang dari

kami berkelahi dengan orang kulit merah di dalam air, jangan sekali-kali Anda menembak, biarpun kami dekat sekali pada Anda. Nah, ini semuanya sudahjelas. Marilah kita berangkat.”

“Ya, setengah jam lagi kami akan kembali membawa Old Surehand,” seru Old Wabble dengan menyombong.Old Wabble turun ke dalam air; saya menyusul.Selama kami masih jauh dari pulau, kami dapat berenang biasa, belum perlu kami memasukkan kepala kami ke dalam lubang di dalam rakit. Dalam

pada itu saya mengerlingkan mata saya ke arah Old Wabble untuk mengetahui, adakah ia benar-benar dapat berenang seper ikan. Saya dak merasakecewa, akan tetapi beberapa menit kemudian saya melihat bahwa rakit itu agak tenggelam di bagian sebelah Old Wabble.

“Anda terlalu menekan pada rakit, Mr. Cutter,” kata saya. “Anda belum lelah, bukan?”“Lelah? Mana boleh?” jawabnya. “Rakit di sebelah saya ini agak tenggelam oleh bretel pada celana saya. Karena badan saya terlalu kurus.”Saya dak menyangkal, akan tetapi dak lama kemudian rakit pada bagian Old Wabble itu makin banyak tenggelam, sehingga mbul di atas air di

sebelah saya. Maka saya berkata:“Saya kira lebih baik Anda kembali saja, Mr. Cutter. Kini belum terlambat. Rupa-rupanya pekerjaan ini terlalu berat bagi Anda.”“Omong kosong! Tidakkah Anda melihat bahwa saya berenang seperti ikan?”“Karena saya mendorong rakit yang Anda tekan ini.”“Hanya tampaknya saja begitu. Aduh, bretel ini mengganggu sekali. Biarlah saya lepaskan.”Dengan tangannya yang satu ia berpegang pada rakit, dengan tangannya yang lain ia melepaskan bretelnya, lalu dimasukkannya ke dalam saku

celananya. Rupa-rupanya benar bretel itu mengganggu dia, sebab kini rakit itu dak tenggelam lagi. Saya mendengar dengus napasnya makin lamamenjadi makin keras. Teranglah bahwa ia harus mempergunakan segala tenaganya. Ketika saya menyindir, ia menjawab:

“Ah, itu paru-paru saya sebelah kiri; selalu membuat suara keras apabila saya bernapas, akan tetapi paru-paru saya sebelah kanan masih sempurna.”Kini lima menit lamanya kami berenang tanpa berkata.Kemudian saya melihat bahwa ia makin lama makin dalam tenggelam ke dalam air.“Rupa-rupanya badan Anda makin lama makin menjadi berat,” kata saya.“Itu tak perlu mengherankan. Pakaian saya kini sudah basah kuyup, jadi menjadi berat, lagi pula... hai, apa itu?”Tangan kanannya meraba-raba celananya.“Anda mencari apa, Sir?”“Saya mencari... yah... Mr. Shatterhand, bretel saya harus saya pasang lagi.”“Mengapa?”“Karena celana saya turun. Jangan-jangan celana itu sebentar lagi akan lepas. Tolonglah saya!”Saya tolong dia menarik celananya. Kini kami berenang terus. Tetapi dari menit ke menit saya menjadi lebih cemas lagi. Saya insaf bahwa ia bukan

perenang yang ulung. Bukan saja saya harus mendorong rakit, melainkan harus mendorong dia juga.“Kita harus kembali, Mr. Cu er,” kata saya. “Anda benar-benar sudah lelah, padahal rencana kita ini memerlukan seluruh tenaga kita. Ingatlah akan

bahaya yang kita hadapi.”“Saya belum mempergunakan seluruh tenaga saya. Saya tidak mau balik. Anda tidak hendak membuat saya malu, bukan?”Ya, saya tak hendak membuat dia malu, akan tetapi bolehkah saya meneruskan usaha ini apabila cowboy itu selama ini hanya menjadi beban saja?

Tetapi barangkali betul ia belum mempergunakan seluruh tenaganya. Selalu ia mencoba meyakinkan saya, bahwa ia hanya hendak menghemat tenagasaja. Lagi pula kami sudah menempuh separoh jalan. Apa boleh buat, kita terus! Tetapi lima menit kemudian saya terpaksa berkata:

“Saya kira lebih baik Anda membaringkan dada Anda di atas rakit. Dengan demikian Anda dapat melepaskan lelah Anda sedikit; nan Anda segarkembali.”

“Itu benar. Akan tetapi tiadakah akan menjadi terlalu berat bagi Anda?”“Tidak, cobalah.”Ia menuruti nasihat saya. Sedang saya mendorong rakit, ia berkata:“Hai, Mr. Shatterhand! Para penjaga itu tentu akan menaruh curiga jikalau mereka melihat rakit ini bergerak, sebab air ini sama sekali tidak berombak.”“ Tidak apa. Air ini mengalir ke Rio Pecos; karena itu sudah selayaknya rakit kita bergerak, akan tetapi geraknya harus perlahan-lahan benar. Saya dak

merasa cemas. Ada soal lain yang saya khawatirkan.”“Apa?”“Anda.”“Pshaw! Saya belum mau melelah-lelahkan badan saya. Nan kalau pertunjukan kita sudah mulai, barulah saya akan mempergunakan segenap tenaga

saya.”“Hm! Kini soal lain. Sebentar lagi kita harus menyelam: kalau tidak dapat menjalankannya maka celakalah kita!”“Mr. Sha erhand, Anda jangan khawa r, betul-betul, kecemasan Anda sama sekali dak beralasan. Barangsiapa sekurus saya ini tentu pandai sekali

menyelam.”Itu benar. Saya mencoba menekan kecemasan saya, sungguhpun kini saya yakin bahwa sebenarnya lebih menguntungkan bagi saya apabila ia dak

ikut, melainkan tinggal bersama-sama dengan teman-teman yang lain.Kami sudah dekat pada pulau dan rakit itu saya kemudikan ke arah yang saya kehendaki. Api unggun di pulau untung hanya kecil saja, lagi pula

tertutupi oleh semak belukar. Saya berenang dengan tenang dan ter b, supaya jangan membuat ombak. Kini kami sudah dekat sekali pada pulau sehinggatak boleh lagi kami berenang secara biasa.

“Mr. Cutter, kini sudah tiba waktunya untuk masuk ke dalam rakit.”“Ya, marilah!”“Ingat-ingatlah! Jikalau Anda hendak mengatakan sesuatu, hendaknya Anda berbisik-bisik saja.”“Ya, saya mengerti!”“Walaupun rakit ini harus bergerak atas kekuatan arus air belaka, akan tetapi harus dikemudikan juga. Itu akan saya kerjakan sendiri.”“Baik. Berilah saya isyarat apabila kita harus menyelam.”Kami menyuruk ke bawah rakit lalu memasukkan kepala kami di dalam lubang yang sudah disediakan untuk itu. Gerak tangan atau kaki yang sedikit saja

sudah cukup untuk mengemudikan rakit.“Anda dapat melihat, Sir?” demikian Old Wabble berbisik.“Ya.”“Saya juga. Lihatlah itu!”“Ya, saya sudah melihat.”“Ia melihat kita. Apa yang akan diperbuatnya?”Jarak kita dari pulau kira-kira enampuluh langkah.Dalam semak-semak yang tumbuh di tepi pulau ada celah-celah, sehingga kami dapat melihat api unggun. Dari celah itu kami melihat seorang Indian

yang pergi ke tepi untuk menceduk air. Orang Indian itu melihat rakit kami. Ia memandang ke arah kami, akan tetapi segera kembali ke api unggun.Orang Indian itu dak kembali ke tepi. Dalam pada itu kami makin lama makin mendekat. Masih empatpuluh langkah, gapuluh langkah, duapuluh

langkah, yakni hanya sepuluh langkah saja jarak kami dari pulau.“Mr. Cu er, sekarang!” kata saya dengan berbisik, “Saya menyelam ke sebelah kiri, Anda ke sebelah kanan, di balik pulau kita akan bertemu. Sudah

siapkah Anda?”“Ya, kita boleh mulai.”“Ayo, satu... dua... tiga!”Saya melepaskan kedua tangan saya, lalu menyelam dalam-dalam, kemudian saya berenang di bawah permukaan air, mengelilingi pulau itu dari

sebelah kiri. Saya timbul kembali tepat di belakang pulau. Saya tidak ada melihat Old Wabble.Tentu saja ia sudah mendarat di tempat yang lain. Saya tak sempat mencari dia. Segera saya naik ke darat, lalu merangkak melalui semak-semak.

Kedua orang penjaga itu duduk di dekat api. Di sebelah mereka saya melihat tawanan berbaring di dekat belukar. Mukanya dak dapat saya lihat, akantetapi kakinya diterangi oleh cahaya api: kaki itu terikat. Kini saya harus cepat-cepat bertindak!

Saya bangkit; dengan dua lompatan saja sudah sampailah saya kepada api, meninju ke kiri dan meninju ke kanan, sebentar saja kedua orang kulitmerah itu sudah rebah. Saya membungkukkan badan saja untuk menyelidiki mereka. Kedua orang itu sudah pingsan.

“Hai, orang kulit putih,” demikian saya mendengar suara tawanan. “Anda datang untuk....”“Ya, tetapi jangan Anda berbicara, kita harus bertindak dengan cepat.”Saya mencabut pisau saya untuk memotong ikatannya, akan tetapi pada saat itu saya mendengar bunyi di belakang saya.“Andakah itu, Mr. Cutter?” tanya saya tanpa menoleh, sebab pada saat itu saya yakin bahwa bunyi itu dibuat oleh Old Wabble.“Uf! Uf!”Kata-kata itu diucapkan dengan suara yang asing bagi saya. Segera saya bangkit, lalu menoleh. Saya melihat dua orang Indian yang basah kuyup. Kelak

saya mendengar dari Old Surehand bahwa penjagaan di pulau itu selalu digan se ap ga jam. Penggan itu datang ke mari dengan berenang. Itulahsebabnya maka kedua orang itu basah kuyup.

Segera saya ber ndak. Saya dapat merebahkan seorang kulit merah dengan nju saya, kemudian saya hendak memegang Indian yang kedua. Akantetapi usaha saya itu gagal; orang Indian itu menjerit, lalu menceburkan diri ke dalam air. Sambil berteriak-teriak ia berenang ke arah perkemahan orangComanche.

Kini saya tak boleh membuang-buang waktu. Dengan cepat saya potong tali ikatan Old Surehand.“Dapatkah Anda bergerak?” tanya saya ketika ia bangkit.“Lekas! Lekas!” Tawanan itu menggeliatkan badannya, lalu membungkuk untuk memungut pisau dari salah seorang Indian yang pingsan itu. Ia

menjawab dengan suara yang tenang sekali:“Saya dapat menjalankan apa saja yang Anda kehendaki, Sir.”“Anda dapat berenang?”“Ya. ke mana?”“Ke seberang sana! Di sana kita ditunggu oleh beberapa orang kulit putih.”“Marilah. Orang-orang kulit merah segera akan datang ke mari.”Itu betul. Saya mendengar orang-orang Comanche memekik-mekik dan meraung-raung. Kami dak melihat mereka, akan tetapi kami mendengar bunyi

mereka menceburkan diri ke dalam air dan sebentar kemudian kami mendengar suara mereka berenang. Kami harus lekas pergi. Akan tetapi di manakahOld Wabble?

“Mr. Cutter, Mr. Cutter!” demikian saya berteriak. “Mr. Cutter, di mana Anda?”Old Surehand berlari ke tepi pulau untuk melihat ke arah perkemahan orang Comanche. Ia segera berbalik, lalu bertanya dengan ter-gesa-gesa:“Mr. Cutter? Yang Anda maksud Old Wabble?”“Ya. Ia bersama-sama dengan saya berenang ke pulau ini, tetapi ia tidak saya lihat.”“Masih ada lagi orang kulit putih di sini kecuali dia?”“Tidak.”“Kalau begitu tak usah kita mencari dia. Saya kenal dia, selalu banyak tingkahnya.”“Tetapi celaka dia!”

“Jangan khawa r. Sir! Ia pandai mencari jalannya sendiri. Biarkanlah, ayuh, kita pergi! Orang-orang kulit merah semuanya sudah ada di air, yang palingdi muka barangkali sudah hampir sampai ke mari. Ayuh, cepat!”

Tangan saya ditariknya. Saya menger mengapa ia tergesa-gesa benar. Di air antara pulau dan perkemahan orang Comanche berkecimpungan orangkulit merah. Yang ada di muka sekali dak lebih daripada sepuluh meter jauhnya dari pulau. Betul, saya dak boleh mencari Old Wabble, melainkan harusmemikirkan keamanan saya sendiri dan keamanan Old Surehand.

“Ya, marilah, lekas mencebur!” jawab saya, “Ikutilah saya, secepat-cepatnya!”Kami terjun ke dalam air lalu berenang dengan gaya yang ter b supaya dak lekas lelah. Teriak orang Indian makin lama makin keras. Mereka telah

melihat kami dan berusaha sekeras-kerasnya untuk menyusul kami.Tentang diri saya, saya dak takut, tak ada orang Indian yang dapat menyusul saya, akan tetapi bagaimana Old Surehand? Sebagai seorang penjelajah

hutan yang seja tentu ia pandai sekali berenang, akan tetapi karena ia sudah beberapa hari tertawan maka tenaganya sudah banyak berkurang dan sayatahu benar betapa eratnya ikatan tali Indian.

Barangkali kakinya bengkak-bengkak dan urat dagingnya masih kaku.Saya berenang di sampingnya serta mengamat-ama keadaan badannya. Ia berenang dengan cepat sehingga mula-mula sudah hampir hilang

kecemasan saya. Akan tetapi segera saya melihat bahwa gerak tangannya makin menjadi lambat.“Anda sudah lelah, Sir?” tanya saya.“Tidak,” jawabnya, “akan tetapi tangan dan kaki saya sudah semutan.”“Itu akibat Anda terikat beberapa hari. Bagaimana, dapatkah kiranya Anda bertahan sampai ke tepi danau?”“Mudah-mudahan. Dalam keadaan biasa tak ada orang Indian dapat menyusul saya, akan tetapi kini rasanya darah saya tidak mau mengalir.”Sebentar kemudian kakinya menjadi kejang. Itu berbahaya sekali; karena itu saya berkata:“Balikkan badan Anda dan berenanglah pada punggung Anda; pergunakan kaki saja supaya tangan Anda mendapat kesempatan untuk melepaskan

lelah.”Nasihat saya itu dituru nya. Kecepatan kami berkurang sekali. Saya pun berenang pada punggung pula untuk dapat melihat mereka yang mengejar

kami. Semuanya masih ada di belakang kami, akan tetapi jaraknya berlain-lainan. Seorang dari mereka hanya kira-kira seratus langkah saja jauhnya darikami. Old Surehand melihat ia mendekat lalu berkata:

“Kita harus berenang lebih cepat lagi; saya akan mencoba berenang secara biasa lagi.”Itu dicobanya, akan tetapi segera ia harus mengaku:“Tangan saya masih semutan. Tinggalkanlah saya; Anda berenang terus.”“Tidak! Anda akan saya dukung.”“Jangan. Badan saya terlalu berat!”“Tidak bagi saya.”“Akan tetapi kecepatan kita masih kurang juga dan kita akan tersusul oleh mereka.”“Belum tentu. Marilah!”Dengan ragu-ragu ia memenuhi permintaan saya. Kini kami maju lebih cepat sedikit, akan tetapi belum cukup, sebab orang Indian yang saya maksud

tadi makin lama makin dekat pada kami. Ia memeras segala tenaganya. Saya menger bahwa akhirnya ia akan dapat menyusul saya. Untung hanya diaseorang saja yang sudah dekat; yang lain-lain masih jauh ke nggalan. Dalam gelap gulita sesungguhnya ia dak akan dapat melihat kami, akan tetapidanau itu diterangi cahaya api unggun di perkemahan orang Comanche. Betul cahaya itu dak sampai ke tempat kami akan tetapi dipantulkan olehpermukaan air sehingga kepala kami kelihatan juga. Rupa-rupanya mata orang Indian itu tajam sekali; ia berenang ke arah kami.

Akhirnya ia hanya kira-kira tigapuluh langkah di belakang kami, padahal kami baru menempuh tiga perempat jalan.Orang Indian itu menyerukan pekik peperangan.“Kita akan tersusul!” kata Old Surehand. “Itu salah saya. Anda seorang perenang yang ulung, akan tetapi Anda mendukung kira-kira seratus kilo. Anda

tak akan dapat bertahan.”“Pshaw! Anda didukung pula oleh air dan saya tidak takut kepada seorang Indian belaka.”“Saya tidak takut juga. Kalau ia mendekat, ia akan saya tikam dengan pisau ini. Kini rupa-rupanya tangan saya sudah mulai pulih kembali.”“Serahkan pekerjaan itu kepada saya. Badan saya masih segar.”“Anda hendak membunuh dia? Sesungguhnya saya enggan menumpahkan darah kalau tidak perlu benar.”“Saya sependapat dengan Anda. Maksud saya hendak meninju kepalanya, kemudian akan saya seret ke tepi.”“Sir, hanya Old Sha erhand dapat berbuat begitu. Urat daging saya kuat juga, akan tetapi jikalau saya hendak membuat orang pingsan, maka saya

harus memukul beberapa kali berturut-turut.”“Itu bukan soal kekuatan; saya tahu akalnya. Bagaimana, dapatkah Anda sekarang berenang lagi?”“Ya, lepaskanlah saya; saya rasa badan saya sudah cukup kuat lagi.”“Kekuatan Anda belum pulih kembali dan Anda sudah mau berkelahi dengan orang Indian itu. Hanya Old Surehand berani berbuat begitu.”“Anda tahu nama saya. Bolehkah saya mengetahui nama Anda?”“Nanti akan saya beritahukan. Tetapi sekarang cobalah berenang seperti biasa.”Betul, tangannya sudah dapat dipergunakannya lagi.Pada saat itu dak kami insafi betapa ganjil perbuatan kami: dua orang kulit pu h yang sedang berenang di dalam danau, dikejar oleh sepasukan orang

Indian, akan tetapi bercakap-cakap seakan-akan mereka enak duduk di dalam kamar. Hanya penjelajah hutan yang seja dapat berbuat begitu. Dalampada itu kecepatan kami belum banyak bertambah; orang Indian itu berenang lebih cepat lagi dan makin dekat pada kami, kemudian ia menyerukan pekikpeperangan lagi.

“Kini dia akan saya lawan; biarlah Anda melihat saja kalau Anda mau,” kata saya.Kemudian saya berenang menyongsong orang Indian itu.Musuh saya melihat bahwa saya hendak melawan, lalu berhenti berenang. Sambil mengangkat pisaunya ia berseru:“Saya Vupa Umugi, ketua suku orang Comanche. Pisau saya akan menembusi jantung anjing-anjing kulit putih itu.”Aha! Itu ketua suku. Senang hati saya.“Saya Old Shatterhand, yang Anda kira tidak akan dapat lolos,” jawab saya. “Perlihatkanlah sekarang bahwa dugaan Anda benar.”“Old Shatterhand! Old Shatterhand!” demikian Old Surehand dan orang Indian itu berseru bersamaan dan ketua suku orang Comanche itu menyambung:“Ah, Anda si coyote busuk! Kalau begitu Anda akan mati.”Sesudah berkata demikian ia cepat-cepat menyelam. Ia hendak menikam saya dari bawah, akan tetapi saya dak hendak menunggu sampai ia berbuat

begitu. Sayapun menyelam, akan tetapi lebih dalam lagi daripada dia. Kini badan saya kira-kira lima meter di bawah permukaan air, lalu saya melihat keatas, ya, ketua suku itu saya lihat ada di atas saya! Ia berenang ke atas, akan tetapi pada saat itu saya sudah ada di belakangnya dan mbul di atas air

tepat di belakangnya.Saya tinju kepalanya lalu saya pegang rambutnya agar ia tidak tenggelam.“Old Shatterhand! Benar-benar Old Shatterhand! Itulah buktinya,” seru Old Surehand.“Ya, Sir, saya Old Shatterhand. Masih kejangkah tangan Anda?”“Saya kira tidak lagi.”“Marilah kita berenang lebih cepat. Orang kulit merah ini saya seret.”Betul, kini kami berenang dengan cepat. Akhirnya sampailah kami ke tepi danau dengan selamat. Ketua suku itu sudah siuman kembali, lalu kami ikat.Usaha kami telah berhasil, sayang ada tetapinya.Saya telah membebaskan Old Surehand dan menangkap ketua suku orang Comanche, akan tetapi Old Wabble sudah hilang. Apakah yang terjadi dengan

dia? Old Surehand tidak percaya bahwa ia sudah mati.“Anda rupa-rupanya belum mengenal dia, Sir! Ia dak dapat ma . Saya berani bertaruh bahwa kini ia sedang bersembunyi di tempat yang aman. Saya

tidak akan heran sekiranya ia sekonyong-konyong datang di tengah-tengah kita sambil membawa seorang tawanan atau lebih.”“Mudah-mudahan begitu. Tetapi sekiranya ia tertawan, dapat juga kita menolong dia. Ketua suku ini dapat kita tukarkan dengan dia.”“Jadi tidak akan Anda bunuh?”“Saya bukan pembunuh! Sekiranya Old Wabble kembali dengan selamat, maka orang kulit merah ini akan saya bebaskan.”“Setuju sekali, Sir. Tetapi lihatlah itu, saya melihat banyak kepala orang timbul di atas permukaan air.”Kebanyakan orang Comanche sudah kembali, akan tetapi ada beberapa orang yang terus mengejar kami. Mereka itu semuanya diusir kembali oleh

tembakan teman-teman saya orang kulit pu h. Untuk sementara kami semuanya aman. Teman-teman saya tentu saja ingin mengetahui apa yang sudahterjadi di pulau tadi. Dengan singkat saya ceriterakan pengalaman saya.

Belum selesai saya berceritera maka saya mendengar bunyi di semak-semak di belakang saya. Saya memberi isyarat kepada teman-teman saya supayaberdiam diri. Kami mendengar bunyi ranting patah, diseling oleh bunyi depak kuda. Kemudian saya mendengar orang memberi perintah:

“Tundukkan kepalamu, hai orang kulit merah, nanti habis hidungmu tertusuk-tusuk oleh duri, it’s clear!”“Old Wabble!” seru Old Surehand. “Nah, Anda melihat sendiri bahwa ramalan saya benar”..Betul, Old Wabble terbit dari semak-semak sambil membimbing kuda yang memikul seorang Indian yang terikat pada punggung kuda itu. Lain daripada

itu Old Wabble masih menuntun dua ekor kuda beban.“Nah, saya sudah kembali,” katanya. “Saya ada membawa oleh-oleh. Ah, good evening, Mr. Surehand! Anda ada di sini juga? Saya sudah tahu bahwa

Mr. Shatterhand tidak memerlukan bantuan saya.”“Di mana Anda selama ini, Mr. Cutter?” tanya saya. “Kami cemas sekali.”“Cemas? Mengapa Anda cemas? Saya dapat menjaga diri saya sendiri; inilah buktinya.”“Mengapa Anda tidak mendarat di pulau?”“Karena saya tolol, it’s clear. Saya mengira bahwa saya pandai sekali berenang dan menyelam, akan tetapi bersama-sama dengan Anda saya selalu

ke nggalan. Saya enggan berenang kembali dan saya dak mau kehilangan celana saya. Apalagi saya harus menyelam! Barangkali saya dak akan mbullagi.

Karena itu maka saya tetap bergantung pada rakit dan saya ikut hanyut dibawa arus air. Kemudian saya mendengar orang memekik-mekik. Orang-orangkulit merah terjun ke dalam air. Tidak seorangpun nggal di darat. Bahkan para penjaga kuda datang juga berlari-lari, lalu ikut mengejar Anda. Hanyaseorang saja yang nggal dan saya sudah membulatkan ha saya untuk menangkap dia. Karena itu maka saya mendarat. Orang Indian itu saya njukepalanya sehingga ia rebah tanpa minta izin lebih dahulu. Lekas-lekas ia saya ikat dengan tali yang dipergunakan oleh orang Comanche untuk menjemurdaging.

Maka terpikirlah oleh saya bahwa daging itu dapat kita pergunakan. Karena itu maka saya berlari-lari ke tempat kuda.Saya mengambil tiga ekor, seekor untuk mengangkut orang kulit merah ini dan yang dua ekor untuk mengangkut daging.Saya masih sempat juga membawa pelana. Saya harus bergegas-gegas agar jangan terlambat, akan tetapi semuanya berjalan dengan lancar. Demi

orang kulit merah yang pertama telah mendarat kembali, maka saya pergi membawa orang kulit merah ini dan oleh-oleh saya berupa daging dan pelana.“Nah, katakanlah, akan kita apakan orang Indian ini? Itu saya serahkan kepada Anda sekalian. Akan kita apakan daging ini, tak usahlah Anda jawab. Sayatahu bagaimana kita mempergunakannya.”

“ Tawanan ini besok kita bebaskan,” kata Old Surehand. “Saya dak berkeberatan, asalkan ia mau berjalan kaki. Hai, itu Vupa Umugi, ketua suku orangComanche! Bagaimana ia jatuh ke tangan Anda?”

“Ditangkap oleh Old Shatterhand.”“Ia ada di pulau juga?”“Tidak, ditangkap di dalam air.”“O, pertempuran laut! Itu harus Anda ceriterakan nanti. Ia hendak Anda bebaskan juga?”“Ya.”“Sayang! Sebenarnya lebih baik dia kita gantung. Tetapi jangan dia dibebaskan sebelum Anda memperoleh kembali segala milik Anda. Saya bukan

sahabat orang Indian: mereka semuanya bodoh: kalau kita bersikap murah ha maka mereka mengira bahwa kita takut. Sekiranya seratus limapuluh orangComanche itu semuanya tenggelam di dalam danau, maka masyarakat dunia ini tidak kehilangan apa-apa, it’s clear!”

Demi keamanan kami maka saya ajak teman-teman saya mencari tempat lain untuk bermalam. Musuh-musuh kami tahu bahwa kami ada di tepi danausebelah sini, karena itu kami pergi ke prairi sehingga mereka dak akan dapat menyerang kami dengan ba- ba. Setelah saya mengatur penjagaan makakami pergi tidur. Sebelum saya berbaring, saya mendapatkan Old Surehand untuk bertanya:

“Mr. Surehand, adakah Anda mempunyai maksud tertentu di daerah ini?”“Ya. Saya hendak pergi ke perkampungan orang Apache Mescalero untuk sekiranya dapat menjumpai Winnetou. Saya ingin berkenalan dengan dia. Saya

malu sudah sekian lamanya mengembara di prairi, tetapi belum pernah bertemu dengan Winnetou dan Old Shatterhand!”“Kami pun belum mengenal Anda juga, akan tetapi sudah banyak sekali mendengar tentang Anda. Keinginan Anda akan terpenuhi, sebab saya setujuan

dengan Anda. akan tetapi tidak akan pergi ke perkampungan orang Apache Mescalero; Winnetou tidak ada di sana.”“Di manakah ia?”“Di Llano Estacado.”“Bolehkah saya ikut dengan Anda?”“Dengan segala senang ha . Kami memerlukan bantuan Anda. Besok akan saya ceriterakan sebabnya; kini kita harus dur supaya besok tenaga kita

pulih kembali. Tetapi sudah dapat saya katakan juga sekarang, bahwa maksud kami ialah akan menghalang-halangi orang Comanche menjalankanperbuatan yang tidak baik.”

“Orang Comanche ini?”

“Orang Comanche ini dan orang Comanche lain, yang akan menggabungkan diri dengan mereka. Anda tentu mendengar apa yang dibicarakannya.Tiadakah mereka menyinggung-nyinggung tujuan perjalanan mereka?”

“Ya. Akan tetapi mereka berbisik-bisik, sehingga saya tak dapat mendengarnya. Tetapi saya ingin sekali membayar utang saya, yakni bahwa merekatelah dapat menyergap saya seakan-akan saya seorang plonco. Sesungguhnya saya merasa malu terhadap Anda.”

“Anda tak usah malu. Saya sendiri sudah beberapa kali tertangkap oleh orang Indian dan saya merasa beruntung dapat berjasa sedikit terhadap Anda.Selamat malam!”

“Good night, Mr. Shatterhand!”Walaupun pakaian saya basah, namun saya tidur sampai pukul empat pagi, pada saat mana saya dibangunkan oleh penjaga yang terakhir.Fajar sudah menyingsing, waktu teman-teman saya bangunkan.“Good morning, Sir,” demikian Old Surehand memberi salam kepada saya. “Nyenyak benar saya dur dan badan saya rasanya segar-bugar. Segala

akibat ikatan sudah hilang belaka. Dengan perbuatan apa kita mulai hari ini, Sir?”“Ketua suku orang Comanche kita beritahu apa yang kita kehendaki dari padanya. Tawanan Old Wabble kita bebaskan untuk menyampaikan pesan

ketua sukunya.”“Sambil menunggu utusan itu kembali, kita dapat makan sarapan sekenyang-kenyangnya,” kata Old Wabble. “Daging oleh-oleh saya itu seberapa dapat

hendaknya kita simpan di dalam perut saja.”Ajakan Old Wabble itu tentu saja kami sambut dengan gembira. Akan tetapi lebih dahulu kami harus berunding dengan Vupa Umugi. Old Surehand kami

persilahkan menyampaikan syaratnya kepada ketua suku itu. Vupa Umugi menerima segala syarat tanpa ragu-ragu. Tawanan Old Wabble lepaskan dariikatannya, lalu pergi untuk menyampaikan pesan ketua sukunya kepada orang-orang Comanche. Kini kami dapat makan sepuas-puasnya.

Kira-kira dua jam sesudah itu utusan Vupa Umugi kembali dengan beberapa orang Indian. Mereka membawa kuda, senjata dan segala milik OldSurehand. Setelah Old Surehand menyatakan bahwa semuanya serba lengkap, maka ketua suku itu kami bebaskan. Sebenarnya lebih baik ia kami suruhberjanji dak akan bermusuhan lagi dengan kami, akan tetapi kami yakin bahwa itu tak ada gunanya, sebab ketua suku itu niscaya dak akan menepajanjinya. Setelah kami lepaskan ikatannya, maka ia berpaling kepada saya:

“Kini kita sudah berdamai, saya ingin mengetahui berapa lama perdamaian itu akan berlangsung.”“Selama Anda kehendaki,” jawab saya.“Mengapa Old Shatterhand tidak mempergunakan bahasa yang lebih jelas? Apa sebabnya ia tidak menyebut waktu yang tentu?”“Karena saya dak dapat berbuat begitu. Kami dak bermusuhan dengan orang kulit merah dan kami ingin hidup dengan damai dengan mereka. Selama

mereka mau berdamai kami tidak akan menggali kapak peperangan.”“Uf! Berapa lama orang-orang kulit putih ini akan tinggal di daerah ini?”“Kami akan pergi dengan segera.”“Ke mana?”“Ke manakah angin ber up? Kadang-kadang ke arah sini, kadang-kadang ke arah sana. Demikian pula halnya dengan seorang pemburu prairi; ia tak

akan dapat mengatakan dengan tepat ke mana ia akan pergi.”“Jawab Old Shatterhand mengelaki pertanyaan saya.”“Sekiranya saya yang bertanya, niscaya jawab Anda begitu juga.”“Tidak! Saya akan berkata benar.”“Nah, itu kami coba. Berapa lama prajurit-prajurit kulit merah akan tinggal di Air Biru?”“Masih beberapa hari. Kami datang ke mari untuk mengambil ikan dan apabila pekerjaan itu sudah selesai, maka kami akan pergi.”“Ke mana?”“Pulang ke perkampungan kami.”“Itu bijaksana sekali; hendaknya mereka berbuat sesuai dengan perkataan Anda!! Anda telah berkata bahwa Anda dak takut kepada Old Sha erhand.

Memang, Anda tak usah takut, asal Anda tidak memaksa dia berjuang dengan Anda Howgh!”Ketua suku itu tidak memberi jawaban, melainkan segera pergi diikuti oleh orang-orang kulit merah yang lain.Jilid I berakhir di sini. Jikalau pembaca ingin mengetahui, bagaimana Old Sha erhand bertemu dengan Winnetou dan bagaimana mereka bersama-sama

pergi ke Llano Estacado untuk menolong Bloody Fox yang terancam oleh serangan suku-suku Comanche dan kejadian-kejadian apa yang dialami oleh parapemburu prairi itu di jalan, maka kami persilahkan pembaca membaca sambungan jilid ini, yaitu Llano Estacado jilid II.