imunisasi

72
IMUNISASI dr. H. AHMAD NURI, Sp.A

Upload: momocamui

Post on 08-Dec-2014

103 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

imunisasi

TRANSCRIPT

Page 1: IMUNISASI

IMUNISASIdr. H. AHMAD NURI, Sp.A

Page 2: IMUNISASI

PENDAHULUAN

Program imunisasi merupakan upaya pencegahan penyakit yang sudah tertera dalam undang-undang kesehatan No. 23 Tahun 1992, “Paradigma Sehat” dilaksanakan melalui beberapa kegiatan antara lain pemberantasan penyakit. Salah satu upaya pemberantasan penyakit menular adalah upaya pengebalan (imunisasi)

Page 3: IMUNISASI

PENDAHULUAN Sasaran dan tujuan umum dari program imunisasi ini adalah

turunnya angka kesakitan, kecacatan, dan kematian akibat Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif, bermutu dan efisien.

Upaya imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak Tahun 1956. Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak Tahun 1974. Mulai Tahun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberculosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, Tetanus serta Hepatitis B.

PENDAHULUAN

Page 4: IMUNISASI

IMUNISASI

Cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu Ag, sehingga bila ia terpapar pada Ag yang serupa tidak terjadi penyakitUpaya Imunisasi dilakukan dengan pemberian vaksin: Vaksin adalah mikroorganisme yang diubah sedemikian rupa sehingga patogenitas atau toksisitasnya hilang tapi msih mengandung sifat antigenitas Antigen dapat merangsang pembentukan antibodi dan sistem imun dalam tubuh

Page 5: IMUNISASI

Pembagian Imunitas (Kekebalan):Kekebalan aktif• Kekebalan dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpapar pada Ag seperti pada imunisasi atau terpapar secara alamiah.• Berlangsung lama

Page 6: IMUNISASI

Kekebalan Pasif Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh,

bukan oleh individu itu sendiri, misalnya kekebalan bayi yang diperoleh dari ibu, setelah pemberian Ig serum

Tidak berlangsung lama

Tujuan Immunisasi Mencegah terjadinya penyakit tertentuMenghilangkan penyakit tertentu

(transmisinya manusia)

Page 7: IMUNISASI

RESPON IMUN

Respon tubuh terhadap Ag,untuk mengeliminasi Ag tsb. Primer Respon imun yang terjadi pada paparan pertama kali

dengan Ag Ab yang terbentuk IgM dengan titer yang rendah Sekunder Respon imun yang terjadi pada paparan setelah paparan

pertama kalinya dengan Ag yang serupa. Ab yang terbentuk IgG dengan titer yang tinggi sel memori mengalami transformasi, prolifrasi,

deferensiasi

Page 8: IMUNISASI

Keberhasilan Imunisasi tergantung faktorStatus Imun pejamu Adanya Ab spesifik pada pejamu keberhasilan

vaksinasi, mis: - Campak pada bayi - Kolustrum ASI IgA polio

Maturasi gen imunologikNeonatus Fungsi makrofag , kadar komplemen, aktifasi opsonin

Page 9: IMUNISASI

Pembentukan Ab spesifik terhadap Ag kurang, hasilvaksin ditunda sampai umur 2 bulanApabila diharapkan Cakupan imunisasi semaksimal mungkin atau Frekuensi penyakit , dampaknya pada neonatus

berat Imunisasi dapat diberikan pada neonatus Status imunologik respon terhadap vaksin kurang

Page 10: IMUNISASI

Faktor genetikSecara genetik respon imun manusia terhadap

Ag tertentu baik, cukup, rendah keberhasilan vaksinasi tidak 100%

Kualitas, Kuantitas VaksinCara pemberianPolio oral imunitas lokal dan sistemik

Dosis VaksinTinggi Menghambat respon

menimbulkan Efek SampingRendah Tidak merangsang sel

imunokompeten

Page 11: IMUNISASI

Frekuensi Pemberian Respon imun sekunder sel efektor aktif lebih cepat,

lebih tinggi produksinya,afinitas lebih tinggiFrekuensi pemberian mempengaruhi respon imun yang terjadi

Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar Ab spesifik masih tinggi Ag dinetralkan oleh Ab spesifik tidak merangsang sel imunokompeten

Page 12: IMUNISASI

AjuvanZat yang meningkatkan respon imun terhadap Agmempertahankan Ag tidak cepat hilangmengaktifkan sel imunokompeten

Jenis VaksinVaksin hidup menimbulkan respon imun lebih baik

Faktor epidemiologikMenentukan saat pemberian vaksinasi

Page 13: IMUNISASI

Kandungan Vaksin1.Antigen virus, bakteri.

Vaksin yang dilemahkanPolio, Campak, BCG

Vaksin matiPertusis

EksotoksinToksoid Dipteri, Tetanus

2. AjuvanPersenyawaan Aluminium Sulfat

3. Cairan pelarutAir, Garam fisiologis cairan kultur jaringan, telur

Page 14: IMUNISASI

Hal-hal yang merusak vaksin Panas semua vaksin Sinar matahari BCG Pembekuan toxoid Desinfeksi/antiseptik : sabun

Jadwal Imunisasi Untuk keseragaman Mendapatkan respon imun yang baik

berdasarkan keadaan epidemiologi, prioritas penyebab kematian, kesakitan

Page 15: IMUNISASI

JADWAL IMUNISASI PADA ANAK

Imunisasi Rutin, pada bayi: Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Campak Pada anak sekolah: DT/Td, Campak BIAS

( Bulan Imunisasi Anak Sekolah) diharuskan pada bulan Agustus (Campak) dan Nopember (DT)

Page 16: IMUNISASI

Imunisasi tambahan:HIb MeningitisPneumokokus PneumoniaeRotavirus DiareInfluenze InfluenzaVarilrix VariselaMMR Measles, Mumps, RubellaTyphim TyphusHavrix Hepatitis A HPV Kanker cervix

Imunisasi ulangan:Sering tidak diperhatikanMeningkatkan titer Ab yang mulai turun

Page 17: IMUNISASI
Page 18: IMUNISASI

JADWAL IMUNISASI menurut IDAI

Page 19: IMUNISASI

Imunisasi Hepatitis B

Memberikan kekebalan terhadap infeksi virus Hepatitis B Vaksin berisi HbsAg murni Diberikan sedini mungkin setelah lahir ok Indonesia daerah

endemis Hepatitis B Suntikan secara Intra Muskular didaerah paha, dosis 0,5ml Penyimpanan vaksin pada suhu 2 - 8 0C Bayi lahir dari ibu HbsAg (+) diberikan imunoglobulin hepatitis B

12 jam setelah lahir + imunisasi Hepatitis B Dosis kedua 1 bulan berikutnya

Page 20: IMUNISASI

Dosis ketiga 6 bulan berikutnya Imunisasi ulangan 5 tahun kemudian Kadar pencegahan anti HbsAg > 10 Цg/ml Produksi vaksin Hepatitis B di Indonesia, mulai program imunisasi

pada th 1997

Page 21: IMUNISASI

Imunisasi Polio

Memberikan kekebalan terhadap Polio Vaksin dari virus Polio yang dilemahkan Vaksin berbentuk cairan dengan kemasan 1cc atau 2 cc dalam

flacon, pipet Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1ml) Vaksin polio diberikan 4 kali, interval 4 - 6 minggu Imunisasi ulangan, 1 tahun berikutnya, SD kelas I, VI Anak diare gangguan penyerapan vaksin

Page 22: IMUNISASI

Ada 2 jenis vaksinIPV salk virus dimatikanOPV Sabin virus hidup dilemahkan

Ig A lokal IPV diberikan 0,5 ml IM dan untuk pasien

imunocompromised Penyimpanan pada suhu 2 - 8 0C

Page 23: IMUNISASI

Imunisasi BCG

Vaksin BCG tidak dapat mencegah seseorang terhindar dari infeksi M.tuberculosa 100% tapi dapat mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut.

Berasal dari bakteri hidup yang dilemahkan Ditemukan oleh Calmette Guerin Diberikan optimal pada usia 2-3 bulan Disuntikkan Intra kutan di daerah insertio M.Deltoid kanan

dengan dosis 0,05ml, anak >1th 0,1 ml Imunisasi ulang tidak perlu

Page 24: IMUNISASI

VAKSIN BCG

Page 25: IMUNISASI

Vaksin BCG berbentuk bubuk kuning harus dilarutkan dengan 1 cc NaCl 0,9%

Setelah dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang.

Penyimpanan pada suhu < 5 0C terhindar dari sinar matahari

Cara penyuntikan BCG Bersihkan lengan dengan kapas air Letakkan jarum hampir sejajar dengan lengan anak dengan

ujung jarum yang berlubang menghadap keatas

Page 26: IMUNISASI

Suntikkan 0,05 ml vaksin Intrakutan merasakan tahanan benjolan kulit yang pucat dengan pori-pori yang jelas diameter 4 - 6 mm

Kenapa suntikan Intrakutan ? Vaksin BCG lapisan chorium kulit sebagai depo berkembang

reaksi indurasi, erytema, pustula Setelah cukup berkembang subkutan kapiler-kel.limfe-

peredaran darahBayi kulitnya tipis intrakutan sulit sering suntikan

terlalu dalam (subkutan)

Page 27: IMUNISASI

Reaksi sesudah imunisasi BCG1. Reaksi normal lokal

2 minggu indurasi, eritema kemudian menjadi pustula

3 - 4 minggu pustula pecah menjadi ulkus (tidak perlu pengobatan)

8 - 12 minggu ulkus menjadi scar diameter 3 - 7 mm

2. Reaksi pada kelenjarMerupakan respon selular pertahanan tubuhKadang terjadi di kel.axilla dan supraklavikula

Page 28: IMUNISASI

Timbul 2 - 6 bulan sesudah imunisasi Kelenjar berkonsistensi padat, tidak nyeri, demam (-)Akan mengecil 1 - 3 bulan kemudian tanpa pengobatan

Komplikasi1. Abses ditempat suntikan

Abses bersifat tenang (cold abses) tidak perlu terapiOleh karena suntikan sub kutanAbses matang aspirasi

Page 29: IMUNISASI

2. Limfadenitis SupurativaOleh karena suntikan subkutan atau dosis tinggiTerjadi 2 - 6 bulan sesudah imunisasiBila telah matang aspirasiTerapi tuberkulostatika mempercepat

pengecilan

Reaksi pada yang pernah tertular TBC Koch phenomen-Reaksi lokal BCG berjalan cepat

(2 - 3 hari sesudah imunisasi), 4 - 6 minggu timbul scar

Page 30: IMUNISASI

Imunisasi bayi > 3 bulan tes Tuberkulin (Mantoux) atau PPD

Untuk menunjukkan apakah pernah kontak dengan kuman TBC

Menyuntikkan 0,1 ml PPD didaerah flexor lengan bawah secara intrakutan

Pembacaan dilakukan setelah 48 - 72 jam penyuntikan

Diukur besarnya diameter indurasi ditempat suntikan

Page 31: IMUNISASI

< 5 mm negatif 6 - 9 mm meragukan > 10 mm positifTest Mantoux (-) Imunisasi (+) pemeriksaan TBC Meragukan Ulang 2 minggu

Page 32: IMUNISASI

LOKASI DAN CARA INJEKSI

Page 33: IMUNISASI

Imunisasi DPT

Terdiri dariToxoid difteri Racun yang dilemahkanPertusis Bakteri yang dimatikanToxoid tetanus Racun yang dilemahkan

Merupakan vaksin cair. Jika didiamkan sedikit berkabut endapan putih didasarnya

Shake test utk melihat vaksin sdh membeku , vaksin akan rusak dg pembekuan

Diberikan pada bayi > 2 bulan oleh karena reaktogenitas pertusis pada bayi kecil

Dosis 0,5 ml secara intra muskular dibagian luar paha ok ototnya paling besar pada bayi

Page 34: IMUNISASI

Imunisasi dasar 3x, dengan interval 4 – 6 minggu, ulangan usia 18 bulan, 6 tahun

Vaksin mengandung Aluminium fosfat jika diberikan sub kutan menyebabkan iritasi lokal, peradangan dan nekrosis setempat

Reaksi Pasca imunisasi Demam, nyeri pada tempat suntikan 1 - 2 hari

diberikan analgetik - antipiretikBila ada reaksi berlebihan pasca imunisasi

demam > 40 0C kejang , syok imunisasi selanjutnya DT atau DPaT atau diberi antipiretik + antikonvulsan oral

Page 35: IMUNISASI

VAKSIN DIFTERI TETANUS PERTUSIS ASELULER (DTPA)

Page 36: IMUNISASI

VAKSIN DPT DAN HB

Page 37: IMUNISASI

VAKSIN KOMBINASI DTP ASELULER + HIB

Page 38: IMUNISASI

VAKSIN KOMBINASI DTWP (WHOLE CELL) + HIB

Page 39: IMUNISASI

Imunisasi Hib

Untuk mencegah infeksi SSP oleh karena Haemofilus Influenza tipe B Diberikan pada umur 2-4-6 bulan ulangan 15-18 bulan, pada anak > 1

tahun. diberikan 1 kali Vaksin dalam bentuk beku kering dan 0,5 ml pelarut dalam semprit Dosis 0,5 ml diberikan intra muskular Disimpan pada suhu 2 - 8 0C Di Asia belum diberikan rutin Imunisasi rutin diberikan di negara Eropa, Amerika, Australia

Page 40: IMUNISASI

VAKSIN HAEMOPHYLUS INFLUENZA

Page 41: IMUNISASI

IMUNISASI PCV Untuk mencegah Infeksi paru oleh Pneumokokus ( IPD) Diberikan pada umur 2-4-6 dan 15 bulan Umur >2th diberikan 1 kali dosis 0,5 ml IM Sediaan ISyhflovix, Prevenar

Page 42: IMUNISASI

VAKSIN PNEUMOKOKUS

Page 43: IMUNISASI

IMUNISASI ROTAVIRUS

Untuk mencegah diare karena Rotavirus Diberikan 2 kali pada usia <6bulan Dosis pertama diberikan pada umur 6-14 minggu Diberikan secara oral (2ml) Sediaan: Rotarix, Rotateq

Page 44: IMUNISASI

IMUNISASI INFLUENZA

- Diberikan pada umur ≥ 6 bulan, setiap tahun. Untuk imunisasi primer anak 6 bulan - < 9 tahun diberikan 2 X dengan interval minimal 4 minggu.

- Dosis 6-35 bulan: 0.25 ml, >3th: 0.5 ml - Diberikan secara IM di paha atau deltoid - Sediaan : Vaxigrip

Page 45: IMUNISASI

Imunisasi Campak

Vaksin dari virus hidup yang dilemahkan Berbentuk beku kering, dilarutkan dalam 5cc pelarut

aquadest. Diberikan pada bayi umur 9 bulan, oleh karena masih ada

antibodi bayi yang diperoleh dari ibu Dosis 0,5 ml, diberikan sub kutan di lengan kiri Disimpan pada suhu 2 - 8 0C

Page 46: IMUNISASI

Efek samping demam, ruam setelah 7 - 12 hari pasca imunisasi

Vaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8 jam pada suhu 2 - 8 0C

Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan usia 6 bulan, diulang 6 bulan kemudian

Page 47: IMUNISASI

Imunisasi Varisela

Mencegah penyebab cacar air Bisa diberikan mulai umur 1 tahun, ulangan umur 12 tahun Vaksin varisela (varilrix) berisi virus hidup yang dilemahkan Kemasan beku kering disertai pelarut Vaksin diberikan secara sub kutan dosis 0.5 ml Penyimpanan pada suhu 2 - 8 0C

Page 48: IMUNISASI

Imunisasi MMR

Merupakan vaksin hidup yang dilemahkan terdiri dari Measles (campak) Mumps (Parotitis) Rubela (campak jerman)

Diberikan pada umur 15 bulan. Ulangan umur 5-6 tahun Dosis 0,5 ml secara sub kutan Sediaan vaksin MMR, Trimovax

Page 49: IMUNISASI

VAKSIN MMR

Page 50: IMUNISASI

Imunisasi Typhus

Tersedia 2 jenis vaksinSuntikan (Typhim) > 2 tahunOral (Vivotif) > 6 tahun .3

dosis hari 1,3 dan 5, kapsul diminum 1 jam sebelum makan, ulangan tiap 5 tahun

Typhim (Typherix) diberikan dengan dosis 0,5 ml secara Intra muskular. Ulangan dilakukan setiap 3 tahun

Disimpan pada suhu 2 - 8 0C Tidak mencegah salmonella para typhi A atau B

Page 51: IMUNISASI

VAKSIN THYPUS SEDIAAN ORAL DAN INJEKSI

Page 52: IMUNISASI

Imunisasi Hepatitis A

Imunisasi diberikan pada anak umur > 2 tahun Imunisasi dasar 2x dengan interval 6 bulan Dosis vaksin 0,5 ml secara Intra muskular di paha

ataudaerah deltoid Sediaan Vaksin : Havrix, Avaxim, Vaqta

Page 53: IMUNISASI

IMUNISASI HPV Mencegah penyakit Kanker cervix Diberikan pada wanita usia ≥10 tahun Diberikan dalam 3 dosis 0-1-6 bulan Dosis 0,5 ml IM pada deltoid

Page 54: IMUNISASI

Cold Chain (Rantai Dingin)

Vaksin harus disimpan dalam keadaan dingin mulai dari pabrik sampai ke sasaran

Simpan vaksin di lemari es pada suhu yang tepat 2 - 8 0C Pintu lemari harus selalu tertutup, terkunci Simpan termometer untuk memonitor lemari es Taruh vaksin Polio, Campak pad rak I dekat freezer Untuk membawa vaksin ke posyandu harus

menggunakan vaccine carrier/ termos yang berisi es

Page 55: IMUNISASI

Kerusakan VaksinVaksin sensitif beku

Vaksin Pada suhu Dapat bertahan selama

Hepatitis B, DPT-HB - 0,5°C Max ½ jam

DPT,DT,TT - 5°C s/d -10°C Max 1,5-2jam

DPT, DPT-HB, DT Beberapa °C diatas suhu udara luar (ambient temperature <34°C)

14 hari

Hepatitis B dan TT Beberapa °C diatas suhu udara luar (ambient temperature <34°C)

30 hari

Page 56: IMUNISASI

Vaksin Sensitif Panas

Vaksin Pada suhu Dapat bertahan selama

Polio Beberapa °C diatas suhu udara luar (ambient temperature <34°C)

2 hari

Campak dan BCG Beberapa °C diatas suhu udara luar (ambient temperature <34°C)

7 hari

Page 57: IMUNISASI

Alat pemantau suhu untuk mengetahui kondisi vaksinVaccine Vial Monitor1. VVM adalah alat pemantau paparan suhu panas, fungsi:

untuk memantau suhu vaksin selama dalam perjalanan maupun dalam penyimpanan

2. VVM ditempelkan pada setiap vial vaksin3. Mempunyai bentuk lingkaran dengan bentuk segiempat

pada bagian dalamnya4. Diameter VVM sekitar 0,7 cm (7mm)5. VVM mempunyai karakteristik yang berbeda, spesifik

untuk tiap jenis vaksin.6. Setiap jenis vaksin mempunyai VVM tersendiri

Page 58: IMUNISASI

Termometer Muller1. Suatu alat pengukur suhu tanpa menggunakan sensor

pengukur2. Dimasukkan ke dalam lemari es atau freezer, digunakan

untuk memantau suhu selama pengiriman vaksin atau pada saat penyimpanan

Freeze watch1. Suatu alat pemantau suhu dingin dibawah 0°C2. Alat ini menggunakan cairan berwarna biru sebagai

indikator, bila freeze watch terpapar suhu dibawah 0°C maka latar belakang putih yang ada berubah menjadi biru, kadaluarsa adalah 5 tahun dari tahun produksi.

Page 59: IMUNISASI

Freeze Tag1. Suatu alat pemantau suhu dingin dibawah 0°C2. Digerakkan dengan baterai 1,5 volt yang dapat bertahan

selama 5 tahun, menggunakan sistem elektronik dengan menampilkan tanda rumput atau silang (X)

3. Bila tanda rumput pada monitor berubah menjadi tanda silang, hal ini menandakan bahwa sudah terpapar pada suhu dibawah 0°C selama lebih dari 1 jam.

Cara pemeriksaan vaksinUJI KOCOK (Shake Test)Dilakukan untuk meyakinkan apakah vaksin tersangka bekumasih layak digunakan atau tidak

Page 60: IMUNISASI

Penanganan vaksin rusakVaksin yang disebut rusak adalah:1. Vaksin yang sudah menunjukkan indikator VVM pada

tingkat C dan D berarti sudah rusak dan tidak dapat digunakan lagi

2. Vaksin yang sudah lewat tanggal kadaluarsa3. Vaksin yang beku4. Vaksin yang pecahVaksin yang rusak dikeluarkan dari lemari es, kemudiandilaporkan kembali kepada atasan petugas. Jika sedikit dapatdimusnahkan sendiri oleh Puskesmas, tetapi bila banyak dapat dikumpulkan ke Dinkes kabupaten/Kota dengandibuat berita acara pemusnahan

Page 61: IMUNISASI

Penanganan vaksin sisaSisa vaksin yang telah dibuka pada pelayanan Posyandu

tidak boleh digunakan lagi. Sedangkan pelyanan imunisasi statis (di Puskesmas, Poloklinik) sisa vaksin dapat dipergunakan lagi dengan ketentuan sebgai berikut:

1. Vaksin tidak melewati tanggal kadaluarsa2. Tetap disimpan pada suhu +20C-+80C3. Kemasan tidak pernah tercampur atau terendam dengan

air4. VVM tidak menunjukkan indikasi terkena paparan panas

yang merusak vaksin5. Pada label agar ditulis tanggal pada saat vial pertama kali

dipakai/dibuka

Page 62: IMUNISASI

6. Vaksin DPT, DT,TT Hepatitis B, dan DPT-HB dapat digunakan kembali hingga minggu sejak vial vaksin dibuka

7. Vaksin polio dapat digunakan kembali hingga 3 minggu sejak vial dibuka

8. Vaksin campak karena tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan tidak lebih dari 8 jam sejak dilarutkan, sedangkan vaksin BCG hanya boleh digunakan 3 jam setelah dilarutkan

Page 63: IMUNISASI

KIPI (KEJADIAN IKUTAN PASCA IMUNISASI))

Definisi KIPIKIPI adalah semua kejadian sakit atau kematian

yang terjadi dalam masa 1 bulan setelah imunisasiPada kejadian tertentu, lama pengamatan KIPI

dapat mencapai masa 42 hari (arthritis kronik pasca vaksinasi rubella) atau sampai enam bulan (infeksi virus campak vaccine strain pada resipien non immunodefisiensi atau resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi polio)

Page 64: IMUNISASI

ETIOLOGI KIPI Tidak semua kejadian KIPI disebabkan oleh imunisasi

karena sebagian besar ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Oleh karena itu untuk menentukan KIPI, diperlukan keterangan mengenai:

1. Besar frekuensi kejadian KIPI pada pemberian vaksin tertentu

2. Sifat kelainan tersebut lokal atau sistemik3. Apakah penyebab dapat dipastikan, diduga, atau tidak

terbukti4. Apakah dapat disimpulkan bahwa KIPI berhubungan

dengan vaksin, kesalahan produksi atau kesalahan prosedur

Page 65: IMUNISASI

Reaksi vaksin (Vaccine Reaction)Gejala KIPI yang disebabkan induksi vaksin

umumnya sudah dapat diprediksi terlebih dahulu karena merupakan reaksi simpang vaksin dan secara klinis biasanya ringan. Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala klinis hebat seperti reaksi anafilaksis sistemik dengan resiko kematian.

KLASIFIKASI KIPI (WHO, 1999)

Page 66: IMUNISASI

Kesalahan Program (Programmatic Error)Sebagian besar kasus KIPI berhubungan dengan masalah

program dan teknik pelaksanaan imunisasi yang meliputi kesalahan program penyimpanan, pengelolaan, dan tata laksana pemberian vaksin.

Kesalahan tersebut dapat terjadi pada berbagai tingkatan prosedur imunisasi, misalnya: dosis antigen (terlalu banyak), lokasi dan cara penyuntikan , sterilisasi syringe dan jarum, jarum bekas pakai, tindakan aseptik dan antiseptik, kontaminasi vaksin dan alat suntik, penyimpanan vaksin, pemakaian sisa vaksin, jenis dan jumlah pelarut, tidak memperhatikan petunjuk produsen (petunjuk pemakaian, indikasi, kontra, dll).

Kecurigaan terhadap tatalaksana perlu diperhatikan apabila terdapat kecenderungan kasus KIPI berulang pada petugas yang sama.

Page 67: IMUNISASI

Kebetulan (coincidental)kejadian terjadi setelah imunisasi tapi tidak disebabkan oleh vaksin. Indikator faktor kebetulan ditemukannya kejadian yang sama disaat bersamaan pada kelompok populasi setempat dengan karakter serupa tetap tidak mendapat imunisasi

o Reaksi suntikan (injection reaction)- kejadian yang diesebabkan oleh rasa takut atau gelisah atau sakit dari tindakan penyuntikan daan bukan dari vaksin.- reaksi suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengka dan kemerahan pada tempat suntik,sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual.

Page 68: IMUNISASI

Penyebab tidak diketahui- bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokan kedalam salah satu penyebab maka untuk sementara dimasukkan kedalam kelompok ini sambil menunggu informasi lebih lanjut.- biasanya dengan kelengkapan informasi tersebut akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI

Page 69: IMUNISASI

GEJALA KLINIS KIPITabel 1. Reaksi KIPI dan gejala KIPIReaksi KIPI Gejala KIPI

Lokal Abses pada tempat suntikanLimfadenitisReaksi lokal lain yang berat, misalnya selulitis, BCG-itis

SSP Kelumpuhan akutEnsefalopatiEnsefalitis MeningitisKejang

Lain-lain Reaksi alergi, urtikaria, dermatitis, edemaReaksi anafilaksisSyok anafilaksisAtralgiaDemam tinggi > 38,5Osteomielitis Sindrom syok septik

Page 70: IMUNISASI

Tabel 2. Reaksi vaksin, Interval kejadian dan Rasio KIPI

Vaksin Reaksi Interval kejadian Rasio per juta dosis

BCG Limfadenitis supuratifBCG OstitisBCG it is diseminate

2-6 bulan1-12 bulan1-12 bulan

100-10001-7002

HiB Tidak ditemukan

Hepatitis B Anafilaksis 0-4 jam 1-2

Measles/MMR Kejang demamTrombositopeniaAnafilaktik

5-12 hari15-35 hari0-1 jam

333331-59

Tetanus Neuritis brakialisAnafilaktikAbses steril

2-28 hari0-4 jam1-6 minggu

5-101-66-10

Tetanus-diphteri Sama dengan tetanus

DPTT Menangis menjerit berkepanjangan >3jmKejang demam

0-24 jam

0-3 hari

1000-60000

570

Page 71: IMUNISASI

Keterangan:Reaksi (kecuali anafilaksis) tidak terjadi bila anak sudah

kebal (kurang lebih 90% anak yang menerima dosis kedua) anak umur diatas 6 tajun jarang mengalami kejang demam

Resiko VAPP (Vaccine associated paralitic poliomyelitis) lebih tinggi pada penerima dosis pertama ( 2 per 1,4,-3,4 juta dosis), sedangkan resiko penerima dosis-dosis selanjutnya 1 per 6,7 juta dosis.

Kejang umumnya diawali dengan demam, frekuensinya tergantung pada riwayat kejang sebelumnya, riwayat dalam keluarga serta umur, dengan resiko lebih tingggi pada bayi-bayi diatas umur 4 bulan.

Page 72: IMUNISASI

Mengingat tidak ada satupun jenis vaksin yang aman tanpa efek samping maka apabila seorang anak telah mendapatkan imunisasi perlu diobservasi beberapa saat, sehingga dipastikan tidak terjadi KIPI (reaksi cepat)

Berapa lama observasi sebenarnya sulit ditentukan, tetapi pada umumnya setelah pemberian setiap jenis imunisasi harus dilakukan observasi selama 15 menit untuk menghindarkan kerancuan maka gejala klinis yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangka waktu tertentu timbulnya gejala klinis.