ph imunisasi

Upload: fahrunidianiramani

Post on 05-Jan-2016

81 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ph

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN1.1 Latar BelakangImunisasi merupakan pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.Sejak penetapan program the Expanded Program of Immunisation (EPI) oleh WHO, cakupan imunisasi dasar anak meningkat dari 5% hingga mendekati 80% di seluruh dunia. Sekurang-kurangnya ada 2,7 juta kematian akibat campak, tetanus neonatorum dan pertusis serta 200.000 kelumpuhan akibat polio yang dapat dicegah setiap tahunnya.Data mutakhir dari Direktorat Surveilans Epidemiologi, Imunisasi, dan Kesehatan Matra, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen kesehatan Indonesia, pada tanggal 27 Mei 2011 menunjukkan angka cakupan imunisasi di tahun 2010 adalah campak 89,5%, DPT-3 90,4%, polio-4 87,4%, dan hepatitis B-3 mencapai 91%. Dari data yang ada, terlihat angka cakupan imunisasi dasar di Indonesia sudah cukup tinggi, namun beberapa pada daerah masih ditemukan angka cakupan di bawah standar nasional (Depkes RI, 2011).Kasus cakupan imunisasi di Puskesmas Nan Balimo Kota Solok juga menunjukkan imunisasi DPTHB-1 102,8%, DPTHB-2 100,4%, polio-2 101,6%, polio-3 101,6%. Namun masih terdapat imunisasi di bawah angka cakupan imunisasi dimana BCG 85,9%, Campak 78%, DPTHB-3 94,3%, polio-1 89,4%, dan polio-3 88,9%.Dengan adanya cakupan di bawah angka cakupan imunisasi tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tidak tercapainya angka cakupan imunisasi di Puskesmas Nan Balimo Kota solok. 1.2 Tujuana. Tujuan Umum Menentukan penyebab utama rendahnya angka cakupan imunisasi di wilayah kerja puskesmas Nan Balimo Menemukan upaya pemecahan masalah dan alternatif pemecahan masalah agar angka cakupan imunisasi di wilayah kerja puskesmas Nan Balimo dapat mencapai target yang sudah ditetapkan oleh puskesmas Nan Balimo Menyusun Plan Of Action dalam upaya peningkatan angka cakupan imunisasi di wilayah kerja puskesmas Nan Balimob. Tujuan Khusus Meningkatkan mutu dan akses pelayanan imunisasi di wilayah Nan Balimo Meningkatkan peran serta masyarakat di Nan Balimo1.3 Manfaat1. Meningkatkan kemampuan manajemen program imunisasi dalam mengelola kegiatannya dalam upaya peningkatan angka cakupan imunisasi2. Dapat menyusun rencana usulan kegiatan ke depannya.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi ImunisasiBerdasarkan keputusan Menteri Kesehatan No. 1611/Menkes/SK/XI/2005 imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan (Depkes, 2005: 10)Imunisasi adalah proses menginduksi secara buatan baik dengan vaksinasi (imunisasi aktif) maupun dengan pemberian antibody dan respon imun seluler yang melawan agen penginfeksi, sedangkan imunisasi pasif menyediakan proteksi sementara maupun transmisi transplasenta dari ibu ke janin.Program imunisasi merupakan suatu program pelayanan kesehatan yang memberikan pencegahan terhadap penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Saat ini pelayanan dasar yang dicakup meliputi penyakit : difteri, pertusis, tetanus, poliomyelitis, tuberculosis, campak dan hepatitis B (Depkes, 2006a).Pada dasarnya ada 2 jenis imunisasi, yaitu :1. Imunisasi Pasif (Pasive Immunization), imunisasi pasif ini adalah immunoglobulin. Jenis imunisasi ini dapat mencegah penyakit campak (measles pada anak-anak).2. Imunisasi Aktif (Active Immunization), imunisasi pada ibu hamil dan calon pengantin adalah imunisasi tetanus toksoid. Imunisasi ini untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang dilahirkan. Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Jenis imunisasi ini minimal dilakukan lima kali seumur hidup untuk mendapatkan kekebalan penuh. Imunisasi TT yang pertama bisa dilakukan kapan saja, misalnya sewaktu remaja. Lalu TT2 dilakukan sebulan setelah TT1 (dengan perlindungan tiga tahun). Tahap berikutnya adalah TT3, dilakukan enam bulan setelah TT2 (perlindungan enam tahun), kemudian TT4 diberikan satu tahun setelah TT3 (perlindungan 10 tahun), dan TT5 diberikan setahun setelah TT4 (perlindungan 25 tahun).

2.2 Tujuan Imunisasia. Tujuan UmumTurunnya angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat PD3I.b. Tujuan Khusus1. Program Imunisasi Tercapainya target Universal Child Immunization yaitu cakupan imunisasi lengkap minimal 80% secara merata pada bayi di 100% desa/ kelurahan pada tahun 2010 Tercapainya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal (insiden di bawah 1 per 1.000 kelahiran hidup dalam satu tahun) pada tahun 2005. Eradikasi polio pada tahun 2008. Tercapainya reduksi campak (RECAM) pada tahun 2005.2. Program Imunisasi Meningitis MeningokusMemberikan kekebalan tubuh terhadap penyakit Meningitis Meningokokus tertentu, sesuai dengan vaksin yang diberikan pada calon jemaah haji.3. Program Imunisasi Demam KuningMemberikan kekebalan efektif bagi semua orang yang melakukan perjalanan berasal dari atau ke negara endemis demam kuning sehingga dapat mencegah masuknya penyakit demam kuning di Indonesia.4. Program Imunisasi RabiesMenurunkan angka kematian pada kasus gigitan hewan penular rabies.

2.3 SASARAN IMUNISASI1. Program imunisasiImunisasi dilakukan di seluruh kelurahan di wilayah Indonesia. Imunisasi rutin diberikan kepada bayi di bawah umur satu tahun, wanita usia subur, yaitu wanita berusia 15 hingga 39 tahun termasuk ibu hamil dan calon pengantin. Imunisasi pada bayi disebut dengan imunisasi dasar, sedangkan imunisasi pada anak usia sekolah dasar dan wanita usia subur disebut dengan imunisasi lanjutan. Vaksin yang diberikan pada imunisasi rutin meliputi, pada bayi: hepatitis B, BCG, Polio, DPT, dan campak. Pada usia anak sekolah: DT (Difteri Tetanus), campak dan Tetanus Toksoid. Pada imunisasi terhadap wanita usia subur diberikan Tetanus Toksoid.Pada kejadian wabah penyakit tertentu di suatu wilayah dan waktu tertentu maka Imunisasi tambahan akan diberikan bila diperlukan. Imunisasi tambahan diberikan kepada bayi dan anak. Imunisasi tambahan sering dilakukan misalnya ketika terjadi suatu wabah penyakit tertentu dalam wilayah dan waktu tertentu misalnya, pemberian polio pada Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan pemberian imunisasi campak pada anak sekolah.2. Program imunisasi Meningitis MeningokusSeluruh calon/jemaah haji dan umroh, petugas Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) di Arab Saudi, Tim Kesehatan Haji Indonesia yang bertugas menyertai jemaah (kloter) dan petugas kesehatan di embarkasi/ debarkasi.3. Program imunisasi Demam KuningSemua orang yang melakukan perjalanan kecuali bayi dibawah 9 bulan dan ibu hamil trimester pertama, berasal dari negara atau ke negara yang dinyatakan endemis demam kuning (data negara endemis dikeluarkan oleh WHO yang selalu di update).4. Program imunisasi RabiesSasaran vaksinasi ditujukan pada 100% kasus gigitan yang berindikasi rabies, terutama pada lokasi tertular (selama 2 tahun terakhir pernah ada kasus klinis, epidemiologis, dan laboratoris dan desa-desa sekitarnya dalam radius 10 km).

2.4 JENIS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASIa. DifteriDifetri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri corynebacterium diphtheriae. Penyebarannya melalui kontak dengan penderita pada masa inkubasi atau kontak dengan karier. Caranya melalui pernapasan, droplet infection atau melalui barang-barang/ makanan yang terkontaminasi atau susu mentah dapat menjadi perantara.Gejala awal penyakit adalah radang tenggorokan, hilang nafsu makan dan demam ringan. Dalam 2-3 hari timbul selaput putih kebiru-biruan pada tenggorokan dan tonsil. Difteri dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan pernafasan yang berakhir kematian.b. PertusiDisebut juga batuk rejan atau batuk 100 hari. Pertusi merupakan penyakit pada saluran pernafasan yang disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis. Penyebaran melalui percikan ludah (droplet infection) yang keluar pada waktu batuk atau bersin. Komplikasi pertusis adalah pneumonia bacterialis yang menyebabkan kematian.c. TetanusTetanus merupakan penyakit yang disebabkan oleh Clostridium tetani yang menghasilkan neurotoksin. Penyakit ini tidak menyebar dari orang ke orang, tetapi melalui kotoran yang masuk kedalam luka yang dalam.Gejala awal penyakit tetanus adalah kaku otot pada rahang, disertai kaku pada leher, kesulitan menelan, kaku otot perut, berkeringat dan demam. Pada bayi juga ada gejala berhenti menetek (sucking) antara 3-28 hari setelah lahir. Gejala berikutnya adalah kejang yang hebat dan tubuh menjadi kaku. Komplikasi tetanus adalah patah tulang akibat kejang, pneumonia dan infeksi lain yang menimbulkan kematian.d. TuberkulosisTuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosa. Penyakit ini menyebar melalui pernapasan lewat bersin atau batuk.Gejala awal adalah lemah badan, penurunan berat badan, demam dan keluar keringat pada malam hari. Gejala selanjutnya adalah batuk terus menerus, nyeri dada, batuk darah. Gejala lain tergantung pada organ yang diserang. Tuberkulosis dapat menyebabkan kelemahan dan kematian.e. CampakCampak merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus mycovirus viridae measles. Campak disebarkan melalui udara sewaktu droplet bersin atau batuk dari penderita.Gejala awal penyakit adalah demam, bercak kemerahan, batuk, pilek, conjungtivitis (mata merah). Selanjutnya timbul ruam pada muka dan leher kemudian menyebar ke tubuh dan tangan serta kaki. Komplikasi campak adalah diare hebat, peradangan pada telinga dan infeksi pada saluran pernafasan (pneumonia).f. PoliomelitisPoliomelitis merupakan penyakit pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh satu dari 3 (tiga) virus yang berhubungan, yaitu virus polio tipe 1, 2, 3. Secara klinis penyakit polio adalah anak dibawah umur 15 tahun yang menderita lumpuh layuh akut (Acute Flaccid Paralysis/ AFP). Penyebaran penyakit adalah melalui kotoran manusia (tinja) yang terkontaminasi. Kelumpuhan dimulai dengan gejala demam, nyeri otot, dan kelumpuhan terjadi pada minggu pertama sakit. Kematian bisa terjadi jika otot-otot pernafasan terinfeksi dan tidak segera ditangani.g. Hepatitis AHepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian, Virus hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A) penyebarannya melalui kotoran/tinja penderita yang penularannya melalui makanan dan minuman yang terkomtaminasi, bukan melalui aktivitas sexual atau melalui darah. Sebagai contoh, ikan atau kerang yang berasal dari kawasan air yang dicemari oleh kotoran manusia penderita.Pada minggu pertama, individu yang dijangkiti akan mengalami sakit seperti kuning, keletihan, demam, hilang selera makan, muntah-muntah, pusing dan kencing yang berwarna hitam pekat. Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus, dll.h. Hepatitis BHepatitis B merupakan penyakit yang disebabkan oleh hepatitis B yang merusak hati. Penularannya dengan kontak darah yang terinfeksi atau produknya melalui suntikan yang tidak aman, tranfusi darah, dari ibu ke bayi selama proses persalinan atau melalui hubungan seksual. Infeksi pada anak sering kali subklinis dan biasanya tidak menimbulkan gejala.Gejala infeksi klinis akut yang ada adalah merasa lemah, gangguan perut dan gejala lain seperti flu, urine menjadi kuning, kotoran menjadi pucat, warna kuning bisa terlihat pada tubuh.i. MeningitisMeningitis adalah peradangan yang terjadi pada meninges, yaitu membrane atau selaput yang melapisi otak dan syaraf tunjang. Meningitis dapat disebabkan berbagai organisme seperti virus, bakteri ataupun jamur yang menyebar masuk kedalam darah dan berpindah kedalam cairan otak.Pasien yang diduga mengalami Meningitis haruslah dilakukan suatu pemeriksaan yang akurat, baik itu disebabkan virus, bakteri ataupun jamur. Hal ini diperlukan untuk spesifikasi pengobatannya, karena masing-masing akan mendapatkan therapy sesuai penyebabnya.j. Kanker Lehar RahimPenyakit kanker leher rahim yang istilah kesehatannya adalah kanker servik (Cervical Cancer) merupakan kanker yang terjadi pada servik uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina). Penyakit kanker servik ini disebabkan oleh beberapa jenis virus yang disebut Human Papilloma Virus (HPV). Virus ini menyebar melalui kontak sexual, HPV dapat menyerang semua perempuan disetiap waktu tanpa melihat umur ataupun gaya hidup. Banyak wanita yang dengan daya tahan tubuh yang baik mampu melawan infeksi HPV dengan sendirinya. Namun demikian, terkadang virus ini berujung pada terjadinya penyakit kanker.k. InfluenzaInfluenza adalah penyakit menular yang menyerang saluran napas, dan sering menjadi wabah yang diperoleh dari menghirup virusinfluenza. Penyebab penyakit ini adalah Virus Influenza tipe A, B, dan C. Siapa pun bisa tertular penyakit ini, apalagi dalam sebuah komunitas yag seruangan. Sebabnya penyebaran virus melalui cairan yang keluar sewaktu penderita bersin, berbicara, dll. Apalagi jika kita berada dengan penderita dalam ruangan yang ber-AC (tertutup) dan tidak mendapat sinar matahari.Virus flu menyerang sel-sel permukaan saluran napas. Jaringan menjadi bengkak dan meradang. Namun meskipun rusak jaringan ini akan sembuh dalam beberapa minggul. Demam TifoidPenyakit Demam Tifoid (bahasa Inggris: Typhoid fever) yang biasa juga disebut typhus atau types dalam bahasa Indonesianya, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Typhi terutama menyerang bagian saluran pencernaan. Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut yang selalu ada di masyarakat (endemik) di Indonesia, mulai dari usia balita, anak-anak dan dewasa.m. RabiesRabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae dangenus Lysavirus. Karakteristik utama virus keluarga Rhabdoviridae adalah hanya memiliki satu utas negatif RNA yang tidak bersegmen. Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan yang berperan sebagai perantara penularan. Spesies hewan perantara bervariasi pada berbagai letak geografis. Hewan-hewan yang diketahui dapat menjadi perantara rabies antara lain rakun (Procyon lotor) dan sigung (Memphitis memphitis) diAmerika Utara, rubah merah (Vulpes vulpes) di Eropa, dan anjing di Afrika, Asia, danAmerika Latin. Afrika, Asia, dan Amerika Latin memiliki tingkat rabies yang masih tinggi Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau manusia melalui gigitan. Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan hewan perantara pada kulit yang terluka.n. RubellaRubella atau campak Jerman adalah penyakit yang disebabkan suatu virus RNA dari golongan Togavirus. Penyakit ini relatif tidak berbahaya dengan morbiditas dan mortalitas yang rendah pada manusia normal. Tetapi jika infeksi didapat saat kehamilan, dapat menyebabkan gangguan pada pembentukan organ dan dapat mengakibatkan kecacatan.o. GondonganPenyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) adalah suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah.Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia dan dapat timbul secara endemic atau epidemik, Gangguan ini cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-12 tahun. Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya.Adapun mereka yang beresiko besar untuk menderita atau tertular penyakit ini adalah mereka yang menggunakan atau mengkonsumsi obat-obatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid dan mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh.p. Haemophylus Influenze Type B (Hib)Hib adalah singkatan untuk Haemophilus influenzae type b, sejenis bakteria yang menyebabkan penyakit yang dapat berakibat fatal, seperti: Radang selaput otak ( Meningitis) -jangkitan pada selaput otak dan saraf tunjang Radang paru- paru (Pneumonia) jangkitan pada paru- paru Radang epiglotis ( kerongkong ) jangkitan pada epiglottis Keracunan darah ( septicaemia ) jangkitan darah Radang sendi jangkitan pada sendi Penyakit Hib, jangkitan HIV dan Hepatitits B BUKAN satu penyakit yang sama. Vaksin pencegah Hepatitis B adalah vaksin Hepatitis B manakala vaksin penyakit Hib adalah vaksin Hib. Mudah berjangkit terutama dikalangan kanak-kanak Mudah merebak Biasanya menyebabkan penyakit yang fatal atau membawa maut. Jangkitan Hib pada selaput otak bisa mengakibatkan kecatatan otak yang kekal.Penyakit Hib kerap berlaku dikalangan kanak- kanak bawah umur 5 tahun. Risiko jangkitan adalah paling tinggi dikalangan kanak- kanak berumur dibawah 1 tahun. Pengaulan rapat dengan kanak- kanak yang dijangkiti Hib meningkatkan risiko mendapat penyakit Hib. Bayi yang mendapatkan ASI, akan mendapat perlindungan daripada penyakit Hib, namun begitu, Imunisasi masih diperlukan untuk mendapat perlindungan maksimal.q. Cacar (Variola)Cacar juga disebabkan oleh virus, yaitu virus poks, cacar merupakan penyakit yang menyebar dengan cepat dan mematikan. Gejalanya demam, pilek, nyeri sendi, sakit kepala dan muncul gelembung-gelembung berisi nanah di sekujur tubuh yang bisa meninggalkan bekas atau bopeng. Pengembangan vaksin cacar merupakan kemenangan sejati dalam dunia imunisasi. Pada tahun 1980, Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengumumkan bahwa cacar telah diberantas dari planet ini.Lalu mengapa masih ada cacar saat ini? Cacar yang ada saat ini bukan cacar yang dimaksud di atas. Cacar di atas adalah variola, sedangkan cacar saat ini adalah varisela atau biasa kita sebut cacar air. Gejalanya memang mirip, hanya saja gelembung-gelembung yang muncul biasanya berwarna bening (tidak bernanah seperti variola) dan tidak berbahaya. Untuk di Indonesia, imunisasi cacar air tidak menjadi wajib pada imunisasi dasar.

2.5 STRATEGI PEMBERIAN IMUNISASIa. Program Imunisasi Kebijakan Penyelenggaraan Imunisasi dilaksanakan oleh pemerintah, swasta, dan masyarakat, dengan mempertahankan prinsip keterpaduan antara pihak terkait Mengupayakan pemerataan jangkauan pelayanan imunisasi baik terhadap sasaran masyarakat maupun sasaran wilayah Mengupayakan kualitas pelayanan yang bermutu Mengupayakan kesinambungan penyelenggaraan melalui perencanaan program dan anggaran terpadu Perhatian khusus diberikan untuk wilayah rawan social, rawan penyakit (KLB) dan daerah-daerah sulit secara geografis Strategi Memberikan akses (pelayanan) kepada swasta dan masyarakat Membangun kemitraan dan jejaring kerja Ketersediaan dan kecukupan vaksin, peralatan rantai vaksin dan alat music Menerapkan system Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) untuk menentukan prioritas kegiatan serta tindakan perbaikan Pelayanan imunisasi dilaksanakan oleh tenaga professional/terlatih Pelaksanaan sesuai dengan standar Memanfaat perkembangan metoda dan teknologi Meningkatkan advokasi, fasilitasi dan pembinaan (Depkes RI, 2005).Di Indonesia, program imunisasi diatur oleh KementerianKesehatan Republik Indonesia. Pemerintah, bertanggung jawab menetapkan sasaran jumlah penerima imunisasi, kelompok umur serta tatacaramemberikan vaksin pada sasaran. Pelaksaan program imunisasi dilakukan oleh unit pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta. Institusi swasta dapat memberikan pelayanan imunisasi sepanjang memenuhi persyaratan perijinan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan, Di Indonesia pelayanan imunisasi dasar/ imunisasi rutin dapat diperoleh pada : 1. Pusat pelayanan yang dimiliki oleh pemerintah, seperti Puskesmas, Posyandu, Puskesmas pembantu, Rumah Sakit atau Rumah Bersalin 2. Pelayanan di luar gedung, namun diselenggarakan oleh pemerintah misalnya pada saat diselenggarakan program Bulan Imunisasi Anak Sekolah, pekan Imunisasi Nasional, atau melalui kunjungan dari rumah ke rumah. 3. Imunisasi rutin juga dapat diperoleh pada bidan praktik swasta, dokter praktik swasta atau rumah sakit swasta.

Program kegiatan imunisasi yang dilakukan di Indonesia :1. Imunisasi rutinKegiatan imunisasi ini adalah kegiatan yang dilakukan secara rutin dan terus- menerus dilaksanakan pada periode waktu yang telah ditetapkan. Tujuan imunisasi rutin ini adalah untuk melengkapi imunisasi rutin pada bayi dan WUS. Berdasar tempat pelayanan, imunisasi rutin di bagi menjadi :a. Pelayanan di gedung, misal di puskesmas, pustu, RS, RSB, dan poilindesb. Pelayanan di luar gedung, misal di posyandu, home visit, dan sekolahc. Diselenggarakan oleh swasta, misal di RS swasta, dokter praktik, bidan praktik2. Imunisasi tambahanAdalah kegiatan imunisasi yang tidak rutin dilaksanakan. Hanya dilakukan atas dasar ditemukannya masalah dari hasil pemantauan atau evaluasi. Contoh kegiatan imunisasi tambahan adalah :a. Backlog Fighting adalah upaya aktif melengkapi imunisasi dasar pada anak yang berusia 1-3 tahun di desa non UCI tiap 2 tahun sekalib. Crash programKegiatan ini dilakukan untuk wilayah yang butuh intervensi cepat karena masalah khusus (misal AKB tinggi, infrastruktur kurang, memberikan kekebalan pada kelp sasaran yg blm mendapat imunisasi rutin3. Imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan kondisi epidemiologis penyakit4. Kegiatan imunisasi massalImunisasi massal dilakukan di wilayah tertentu yang luas dan waktu tertentu. Program- programnya :a. PIN (Pekan Imunisasi Nasional)Merupakan upaya untuk memutus siklus kehidupan virus polio importasi dengan cara memberi vaksin polio kepada tiap balita dan bbl tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya. Imunisasi diberikan 2 kali, masing- masing 2 tetes dengan selang waktu 1 bulan. Selain untuk memutus mata rantai virus polio, PIN juga ditujukan untuk booster atau imunisasi ulangan polio.b. Sub PINMerupakan upaya memutus rantai virus polio bila ditemukan 1 kasus polio dalam wilayah terbatas (kabupaten) dengan pemberian 2 kali imunisasi dalam interval waktu 1 bulan secara serentak pada sasaran berumur < 1 tahunc. Catch up campaign campakMerupakan upaya memutus transmisi penularan virus campak pada anak sekolah dan balita, pemberian dilakukan pada siswa SD kelas 1-6 tanpa mempertimbangkan status imunisasi sebelumnya5. Program imunisasi meningitis meningokokusImunisasi Meningitis meningokokus tetravalen diberikan pada calon jamaah haji minimal 10 hari sebelum keberangkatan ke Arab Saudi. Jika diberikan < 10 hari, harus diberikan profilaksis dengan antimikroba yang sensitif terhadap Neisseria meningetidis. Pelaksanaan dilakukan bersamaan dengan kesehatan II di Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Sesuai International Health regulation setiap calon jemaah haji harus sudah diimunisasi Meningitis Meningokokus, dengan dibuktikan International Certificate of Vaccination (ICV) yang berlaku maksimal 2 tahun. Kekebalan terjadi 2 minggu setelah penyuntikan. 6. Program Imunisasi demam kuningSesuai International Health Regulation setiap orang yang masuk Indonesia berasal atau melewati daerah diduga terjangkit demam kuning serta daerah terjangkit telah diimunisasi demam kuning, yang dibuktikan dengan International Certificate of Vaccination (ICV) yang berlaku, masa berlaku 10 tahun. Kekebalan terjadi 10 hari setelah penyuntikan7. Program imunisasi rabies Vaksin anti rabies (VAR) manusia diberikan pada seluruh kasus gigitan hewan penular rabies (HPR) yang berindikasi, sehingga kemungkinan kematian akibat rabies dapat dicegah. Pemberdayaan Puskesmas dalam penatalaksanaan kasus gigian yaitu cuci setiap luka gigitan akibat digigit hewan penular rabies dengan menggunakan sabun/ detergen selama 10-15 menit pada air mengalir, kemudian dibilas dengan alkohol atau betadine.

Di Indonesia, untuk pelayanan kesehatan pemerintah, vaksin yang termasuk dalam program imunisasi dasar diberikan secara gratis, kadang-kadang di beberapa unit pelayanan kesehatan hanya membayar kartu masuk puskesmas atau rumah sakit tergantung pada kebijakan daerah. Vaksin yang termasuk program imunisasi dasar adalah: Hepatitis B, Diptheri, Pertusis, Tetanus, polio, BCG dan vaksin campak. Untuk vaksin yang tidak termasuk program imunisasi dasar, seperti HiB, Pneumoni, MMR maka harus membayar vaksin yang diberikan. Untuk pelayanan swasta, bila vaksin bukan berasal dari vaksin pemerintah maka yang bersangkutan harus membayar biaya vaksin dan konsultasi pada pihak swasta (Probandari dkk, 2013).

Meningkatkan imunisasi pada anak dan remajaStrategi yang dapat meningkatkan kepatuhan meliputi memberi informasi mengenai vaksin kepada orangtua pada saat pemulangan bayi baru lahir, mengrimkan kartu pengingat, menyediakan jasa imunisasi setiap hari, menghilangkan hambatan terhadap vaksinasi (seperti waktu tunggu yang lama dan sistem yang diberikan hanya dengan perjanjian), dan mengambil setiap kesempatan untuk mengimunisasi anak ketika mereka memasuki fasilitas layanan kesehatan (seperti departemen kedaruratan klinik, praktik swasta, dan rumah sakit) (Wong, 2008)

b. Sistem Pelaporan dan Dokumentasi Program ImunisasiPencatatan dan pelaporan imunisasi adalah pencatatan dan pelaporan data program imunisasi, meliputi hasil cakupan imunisasi, data logistik, data inventaris peralatan imunisasi dan kasus diduga KIPI atau KIPI. Pencatatan dan pelaporan dalam manajemen program imunisasi memegang peran penting dan sangat menentukan. Selain menunjang pelayanan imunisasi juga menjadi dasar untuk membuat perencanaan maupun evaluasi. Manfaat pencatatan dan pelaporan hasil imunisasi:a. Memantau hasil kegiatan dan mengambil tindakan koreksi secara cepat, terutama untuk tingkat puskesmas dan kabupaten/kota.b. Memantau distribusi serta efisiensi penggunaan logistik.c. Membuat analisis untuk perbaikan program dan perencanaan.d. Sebagai pertanggungjawaban akuntabilitas program.

PencatatanUntuk masing-masing tingkat administrasi perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:a. Pelayanan Luar Gedung (Tingkat Desa)1. Data Cakupan Imunisasi Pelayanan imunisasi di luar gedung meliputi pelayanan imunisasi di rumah sakit, rumah bersalin, praktek dokter/bidan swasta, puskesmas pembantu, poskesdes, dan posyandu. Petugas mengkompilasikan data sasaran ke dalam buku pencatatan hasil imunisasi bayi dan ibu. Pencatatan hasil imunisasi untuk bayi (BCG, DPT-HB, Polio, Campak, Hepatitis B Uniject) dicatat oleh petugas imunisasi di buku kuning. Satu buku biasanya untuk 1 desa. Untuk masing-masing bayi, imunisasi yang diberikan pada hari itu dicatat juga di KMS bayi. Pencatatan hasil imunisasi TT untuk WUS termasuk ibu hamil dan calon pengantin dicatat buku catatan imunisasi WUS. Untuk masingmasing ibu hamil dicatat di buku KIA/buku kohort ibu/KMS ibu hamil. Untuk anak sekolah, imunisasi DT, campak atau TT yang diberikan, dicatat pada buku catatan khusus, 1 kopi diberikan kepada sekolah. Untuk masing-masing anak sekolah, diberikan kartu TT seumur hidup yang berisi catatan pemberian tetanus toxoid. Bila saat bayi terbukti pernah mendapat DPT, maka dimulai dari DPT2 dapat dicatat sebagai TT1 dan DPT3 sebagai TT2 pada kartu TT seumur hidup, sehingga pemberian DT/TT di sekolah dicatat sebagai TT3. Bila tidak terbukti pernah mendapat suntikan DPT maka DT dicatat sebagai TT1.b. Pelayanan Dalam Gedung (Tingkat Puskesmas)1. Data Cakupan Imunisasi Di dalam gedung (di puskesmas), dilakukan pelayanan imunisasi untuk bayi dan WUS. Hasil kegiatan imunisasi di puskesmas dicatat di buku merah. Untuk masing-masing bayi, imunisasi yang diberikan pada hari itu dicatat juga di KMS bayi. Untuk WUS yang diimunisasi pada hari itu dicatat juga di kartu TT dan/atau KMS ibu hamil. Pada akhir bulan, hasil pelayanan imunisasi di puskesmas direkapitulasi di Buku Rekapitulasi Hasil Imunisasi Rutin Puskesmas (buku biru). Hasil imunisasi harus dipisahkan terhadap kelompok di luar umur sasaran dan sasaran dari luar wilayah. Pemisahan ini sebenarnya sudah dilakukan mulai saat pencatatan, supaya tidak mengacaukan perhitungan persentase cakupan.2. Data Rekapitulasi Pelayanan Imunisasi dari Luar Gedung Hasil imunisasi anak sekolah direkapitulasi di buku rekapitulasi hasil imunisasi anak sekolah. Laporan hasil imunisasi dari rumah sakit, rumah bersalin, praktek dokter/bidan swasta, puskesmas pembantu, poskesdes, dan posyandu juga direkapitulasi di buku biru pada bulan yang sesuai.Pada akhir bulan, setelah hasil pelayanan imunisasi di luar dan di dalam gedung direkap menjadi satu di buku biru, setiap catatan dari buku biru ini dibuat rangkap dua. Lembar pertama dibawa/dikirim sebagai laporan ke kabupaten sewaktu mengambil vaksin/konsultasi sedangkan lembar kedua/kopi disimpan di puskesmas. Selanjutnya hasil cakupan imunisasi dianalisis dalam bentuk grafik pemantauan wilayah setempat (PWS).3. Data Vaksin dan Logistik Lainnya Masing-masing jenis vaksin dan logistik lainnya mempunyai buku stok tersendiri. Keluar masuknya vaksin dan logistik harus dicatat di dalam buku stok vaksin dan logistik. Sisa atau stok vaksin dan logistik lainnya harus selalu dihitung setiap kali penerimaan dan pengeluaran.Pencatatan di buku stok vaksin dan logistik harus terperinci seperti: jumlah, nomor batch dan Vaccine Vial Monitor (VVM) (vaksin), nomor lot (ADS), tanggal kadaluarsa. Setiap tiga bulan dilakukan pemeriksaan stok fisik dari vaksin dan logistik, kemudian dicatat hasil tersebut pada kolom penyesuaian di buku stok vaksin dan logistik. Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) dibuat oleh kabupaten untuk mengeluarkan barang, puskesmas yang menerima barang harus mengarsipkannya. Vaccine Arrival Report (VAR) diisi oleh puskesmas saat vaksin tiba di puskesmas, dikirim kembali ke kabupaten, serta diarsipkan oleh puskesmas. Untuk sarana cold chain (lemari es, freezer, vaccine carrier, cold box, dll) dicatat dalam buku inventaris meliputi: jumlah, type, merk, kondisi dan nomor seri. Untuk peralatan habis pakai seperti ADS, safety box, dan spare part cukup dicatat jumlah dan jenisnya.4. Data Suhu Lemari EsTemperatur lemari es, harus dicatat pada kartu pencatatan suhu lemari es, dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Kartu suhu diletakkan di tempat yang mudah dilihat dekat lemari es.

PelaporanPelaporan dilakukan oleh setiap unit yang melakukan kegiatan imunisasi, mulai dari posyandu, poskesdes, puskesmas pembantu, puskesmas, rumah sakit, unit pelayanan swasta (bidan/dokter praktek, rumah bersalin) kepada puskesmas. Pelaporan hasil imunisasi harus lengkap dan tepat waktu (lihat skema pelaporan di bawah ini).Pelaporan hasil imunisasi unit pelayanan swasta dan RS menggunakan format laporan hasil imunisasi rutin unit pelayanan yang berisi kolom asal desa sasaran dan format ini harus dilaporkan ke puskesmas di wilayah RS/RB tersebut setiap bulan.

Yang dilaporkan adalah:a. Cakupan imunisasi rutin dilaporkan setiap bulan dari puskesmas ke kabupaten/kota paling lambat tanggal 5, dari kabupaten ke provinsi paling lambat tanggal 10 dan dari provinsi ke subdit imunisasi (pusat) paling lambat tanggal 15.b. UCI desa dilaporkan dalam periode satu tahun (januari-desember). Pengiriman dari puskesmas ke kabupaten/kota pada mingggu I, dari kabupaten/kota ke provinsi pada minggu II dan dari provinsi ke pusat (subdit imunisasi) minggu III bulan januari tahun berikutnya.c. Cakupan imunisasi dan pemakaian vaksin dan logistik kegiatan Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) dilaporkan pada minggu I dari puskesmas dari kabupaten/kota, minggu II dari kabupaten/kota ke provinsi dan minggu III dari provinsi ke pusat (subdit imunisasi) setelah bulan pelaksanaan.d. Laporan pemakaian vaksin dan logistik. Pemakaian vaksin dan logistik dilaporkan setiap bulan bersama-sama dengan laporan cakupan imunisasi.e. Laporan keadaan rantai vaksin (lemari es, freezer, vacine carrier, cold box, dll) meliputi: jumlah, type, merek, kondisi dan nomor seri dilaporkan setiap tahun secara berjenjang.f. Kasus KIPI atau diduga KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi) Laporan kasus KIPI menggunakan format pelaporan KIPI. Bila dilakukan pelacakan dilengkapi dengan kronologis kejadian serta data yang lengkap seperti: riwayat perawatan (jalan/inap), prosedur pelaksanaan imunisasi, penanganan vaksin dan rantai vaksin, data vaksin, dan lain-lain.

Laporan harus dibuat secepatnya, sehingga keputusan dapat segera diambil untuk melakukan tindakan atau pelacakan. Pada keadaan tertentu, laporan satu kasus KIPI dapat dilaporkan beberapa kali sampai ada kesimpulan akhir dari kasus (Ditjen PP & PL, 2007: 4-10). Pencatatan dna pelaporan imunisasi adalah pencatatan dan pelaporan data program imunisasi, meliputi hasil cakupa imunisasi, data logistik, data inventaris peralaatn imunisasi dan kasus diduga KIPI atau KIPI.Pencatatan dan pelaporan dalam manajemen program imunisasi memegang peranan penting dan sangat menentukan. Selain menunjang pelayanan imunisasi juga menjadi dasar untuk membuat perencanaan maupun evaluasi.Manfaat pencatatan dan pelaporan hasil imunisasi:a. Memantau hasil kegiatan dan mengambil tindakan koreksi secara cepat, terutaam untuk tingkat puskesmas dan kabupaten/kota.b. Memantau distribusi serta efisiensi penggunaan logistikc. Membuat analisis untuk perbaikan program dan perencanaand. Sebagai pertanggungjawaban akuntabilitas program

Pengelolaan VaksinRantai Vaksin atau Cold Chain adalah Pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin tersimpan pada suhu dan kondisi yang telah ditetapkan. Peralatan rantai vaksin adalah seluruh peralatan yang digunakan dalam pengelolaan vaksin sesuai dengan prosedur untuk menjaga vaksin pada suhu yang telah ditetapkan. Sarana rantai vaksin atau cold chain dibuat secara khusus untuk menjaga potensi vaksin dan setiap jenis sarana cold chain mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Berikut sarana rantai vaksin :a. Lemari EsSetiap puskesmas harus mempunyai 1 lemari es sesuai standar program (buka atas). Pustu potensial secara bertahap juga dilengkapi dengan lemari es b. Mini FreezerSebagai sarana untuk membekukan cold pack di setiap puskesmas diperlukan 1 buah freezerc. Vaccine CarrierVaccine carrier biasanya di tingkat puskesmas digunakan untuk pengambilan vaksin ke kabupaten/kota. Untuk daerah yang sulit vaccine carrier sangat cocok digunakan ke lapangan, mengingat jarak tempuh maupun sarana jalan, sehingga diperlukan vaccine carrier yang dapat mempertahankan suhu relatif lebih lama.d. ThermosThermos digunakan untuk membawa vaksin ke lapangan/posyandu. Setiap thermos dilengkapi dengan cool pack minimal 4 buah @ 0,1 liter. Mengingat daya tahan untuk mempertahankan suhu hanya kurang lebih 10 jam, maka thermos sangat cocok digunakan untuk daerah yang transportasinya mudah dijangkau.e. Cold BoxCold Box di tingkat puskesmas digunakan apabila dalam keadaan darurat seperti listrik padam untuk waktu cukup lama, atau lemari es sedang mengalami kerusakan yang bila diperbaiki memakan waktu lama.f. Freeze Tag/Freeze WatchFreeze Tag untuk memantau suhu dari kabupaten ke puskesmas pada waktu membawa vaksin, serta dari puskesmas sampai lapangan/posyandu dalam upaya peningkatan kualitas rantai vaksing. Kotak dingin cair (Cool Pack)Kotak dingin cair (Cool Pack) adalah wadah plastik berbentuk segi empat, besar ataupun kecil yang diisi dengan air yang kemudian didinginkan pada suhu +2C dalam lemari es selama 24 jam. Bila kotak dingin tidak ada, dibuat dalam kantong plastik bening.h. Kotak dingin beku (Cold Pack)Kotak dingin beku (Cold pack) adalah wadah plastik berbentuk segi empat, besar ataupun kecil yang diisi dengan air yang kemudian pada suhu -5C 15C dalam freezer selama 24 jam. Bila kotak dingin tidak ada, dibuat dalam kantong plastik bening.Penerimaan /pengambilan vaksin (transportasi) Pengambilan vaksin dari Puskesmas ke kabupaten/kota dengan menggunakan peralatan rantai vaksin yang sudah ditentukan. Misalnya cold box atau vaccine carrier. Jenis peralatan pembawa vaksin disesuaikan dengan jumlah vaksin yang akan diambil. Sebelum memasukkan vaksin ke dalam alat pembawa, periksa indikator vaksin (VVM). Vaksin yang boleh digunakan hanya bila indikator VVM tingkat A atau B. Sedangkan bila VVM pada tingkat C atau D tidak usah diterima karena tidak dapat digunakan lagi. Masukkan kotak cair dingin (cool pack) ke dalam alat pembawa dan di bagian tengah diletakkan thermometer Muller, untuk jarak jauh bila freeze tag/watch tersedia dapat dimasukkan ke dalam alat pembawa. Alat pembawa vaksin yang sudah berisi vaksin, selama perjalanan dari kabupaten/kota ke puskesmas tidak boleh kena sinar matahari langsung. Catat dalam buku stok vaksin : tanggal menerima vaksin, jumlah, nomor batch dan tanggal kadaluarsa.

Penyimpanan Vaksin Vaksin disimpan pada suhu +2C +8C Bagian bawah lemari es diletakkan kotak dingin cair (cool pack) sebagai penahan dingin dan kestabilan suhu Vaksin TT diletakkan lebih jauh dari evaporator. Beri jarak antara kotak vaksin minimal 1-2 cm atau satu jari tangan agar terjadi sirkulasi udara yang baik. Letakkan 1 buah thermometer Muller di bagian tengah lemari es. Penyimpanan vaksin harus dicatat 2 kali sehari pada grafik suhu yaitu saat datang pagi hari dan menjelang pulang siang/sore hari.

BAB IIIHASIL PRAKTEK KLINIK3.1 Gambaran Umum institusi Praktek3.1.1 ANALISA SITUASI Puskesmas Nan Balimo merupakan salah satu puskesmas yang ada di Kota Solok yang berdiri pada tahun 2008 dengan luas tanah 1200 M2, dan merupakan puskesmas non perawatan atau puskesmas rawat jalan. Puskesmas Nan Balimo terletak di Kecamatan Tanjung Harapan dengan batas batas wilayah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Aripan Kabupaten Solok Sebelah Selatan berbatasan dengan Kel PPA dan Kampung Jawa Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan tanjung paku Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kampung jawaJarak antara Puskesmas Nan Balimo dengan Ibukota Propinsi Sumatera Barat 67 km, dengan Luas wilayah kerja 1474 Ha yang terbagi atas 2 (dua) kelurahan, yaitu : Kelurahan Nan Balimo Kelurahan Laing

3.1.2 VISI DAN MISIA. VISI Terwujudnya masyarakat Nan Balimo dan laing mandiri untuk hidup sehat

B. MISI Meningkatkan pemberdayaan masyarakat untuk ber-PHBS Meningkatkan kemitraan dengan stake holder bidang kesehatan Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan Meningkatkan sumber daya manusia kesehatan Memantapkan manajemen Puskesmas dan sistim informasi Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerja Memelihara dan meningkatkan UKP dan UKM serta kesehatan lingkungan3.1.3 SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN1. Gedung Puskesmas1 buah gedung puskesmas yang terletak di Kelurahan Nan Balimo Kota Solok2. Puskesmas Pembantu Pustu Gelanggang Betung Pustu Tembok Pustu Laing Taluk Pustu Laing Pasir3. Pos Kesehatan Kelurahan Poskeskel Nan Balimo Poskeskel Laing4. Sarana Transportasi Kendaraan Dinas Roda 4: 1 Unit Kendaraan Dinas Roda 2: 13 UnitDATA SARANA DAN PRASARANA KESEHATANDI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAN BALIMOTAHUN 2015NoJenis SaranaJumlah

1.Puskesmas Induk1 Unit

2.Puskesmas Pembantu4 Unit

3.Poskeskel2 Unit

4.Posyandu Balita9 Unit

5.Posyandu Lansia4 Unit

6.Kendaraan Dinas Roda 41 Unit

7.Kendaraan Dinas Roda 213Unit

3.1.4 KETENAGAAN PUSKESMASTenaga yang ada di Puskesmas Nan Balimo Tahun 2015, yaitu :NoJenis TenagaJumlahKet

1Dokter Umum2

2Dokter Gigi1

3Kesehatan Masyarakat41 Kepala Pusk, 1 TU

4Tenaga Perawat9

5Tenaga Bidan121 sukarela

6Tenaga Sanitarian1

7Tenaga Gizi3

8Perawat Gigi1

9Tenaga Apotik/gudang obat2

10Tenaga Analis1

11Tenaga Refraksi Optisi0

12Tenaga RM1

13Tenaga Elektromedik0

14Tenaga Umum0

15Tenaga Supir1

16Penjaga Malam1

17Tenaga Kebersihan1

Total40

3.2 Gambaran Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Nan Balimo

3.2.1 UPAYA KESEHATAN WAJIB 3.2.1.1 Promosi kesehatanA. Kegiatan yang dilakukan : Penyuluhan ke Sekolah Penyuluhan di Posyandu Penyuluhan Keliling Pembinaan Kelurahan model PHBS KTR Pelaksanaan kegiatan Kelurahan Siaga

B. Hasil Kegiatan :NoKegiatanPencapaian (%)Target (%)

1. Penyuluhan Keliling 8x

2. Penyuluhan Ke Posyandu 108x

3. Pembinaan Kelurahan Siaga 2x

4. Penyuluhan ke Sekolah 10x

5. Kelurahan Siaga 100x

3.2.1.2 Kesehatan Lingkungan A. Kegiatan yang dilakukan : inspeksi sanitasi dasar rumah sehat pemeriksaan TTU-TPM STBM Pengelolaan sampah RT Pembinaan dan Pengawasan kwalitas air Penyuluhan Hygiene sanitasi ke sekolah Penyuluhan kawasan sehatHasil Kegiatan

B. Hasil Kegiatan :NoKegiatanPencapaian %Target %

Akses air bersih * 90,892

Jamban keluarga * 70,590

Pembuangan limbah 85,1375

Pengelolaan sampah 84,995

Rumah sehat 87,1280

TTU 89,475

TPM 82,565

3.2.1.3 Kesehatan Ibu dan Anak serta KBA. Kegiatan yang dilakukan :a. Program Kesehatan Ibu Kelas Ibu Hamil Pelayanan ANC Kunjungan Bumil Resti Kunjungan Nifas Pemantauan Stiker P4K/ANC Berkwalitas otopsi verbal,dllb. Program Kesehatan Anak DDTK Kelas Ibu Balita c. Program Keluarga Berencana pelayanan dan konseling penanganan komplikasi ringan

B. Hasil Kegiatana. Program Kesehatan IbuNoKegiatanPencapaian (%)Target(%)

1K1 Sasaran 187107,5100

2K4 Sasaran 1879695

3Persalinan oleh Nakes sasaran 17993,390

4Persalinan komplikasi Obstetri10080

5Kunjungan Nifas82,790

6Deteksi resti ibu hamil o Nakes1520

7Deteksi Resti ibu Hamil o Masy010

8Kematian Ibu hamil/bersalin/nifas00

b. Program Kesehatan AnakNoProgramKegiatansasaranPencapaian (%)Target (%)

(Anak)Jumlah KN117088,2390

Jumlah KN Lengkap sasaran 17017082,790

DDTK 2x/tahun65982,990

Jumlah neonatus komplikasi yg ditangani026,680

(Bayi)Pelayanan Bayi

DDTK 4x/th17090,590

Yankes anak balita17084,685

Jlh kematian neonatus04-

Jlh kematian bayi01-

Jlh Kematian Balita00-

c. Program Keluarga BerencanaNoKelurahanJmlPUSPeserta KB BaruPeserta KB AktifDROP OUT

KumulatifKumulatifKumulatif

Jml%Jml%Jml%

1Nan Balimo12501088,6490872,6836,64

2Laing1744123,613376,42313,2

Total142414916,12104174,510616,5

3.2.1.4 Perbaikan Gizi MasyarakatA. Kegiatan yang dilakukan : Penimbangan Masal & Pembr Vit A (bln Feb & Agst) pengukuran Status Gizi Murid TK/PAUD pengukuran Status Gizi Siswa SD, SLTP & SLTA Pemberian PMT Pemulihan Kelas gizi Survey GAKY tingkat rumah tangga. Kegiatan rutin seperti : pemberian vit A pemberian tablet Fe GERNASDARZI

B. Hasil KegiatanNoKegiatanPencapaian (%)Target (%)

D/S Balita65,769

N/D Balita89.487

BGM/D Balita0,93

Pendistribusian Vit A9885

Ibu hamil mendapat 90 tablet Fe9695

Bayi usia 0-6 bulan mendapat asi ekslusif90.980

Balita gizi buruk mendapat perawatan--

Cakupan rumah tangga yg konsumsi beryodium10090

3.2.1.5 Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit A. Kegiatan yang dilakukan :a. Prog. P2P Sosialisasi P2P dan Surveilans Pemeriksaan kontak TB Penyegaran Kader TB Penyuluhan HIV AIDS,IMS & TB untuk pemuda dan Lapas Survey Epidemiologi PTM Posbindu b. Kusta penemuan dan penanganan kasus c. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TBCa. Pelacakan Kasus Kontak b. PMO TBc. TB mangkird. Penyaringan saspece. Pencegahan dan Pemberantasan DBD Sosialisasi DBD Pemantauan Jentik PEf. Penemuan dan Penanggulangan Pneumonia penemuan dan penanganan kasus

g. Penemuan dan Penanganan Kasus Rabies : Pelacakan Kasus h. Program Imunisasi Pelayanan Imunisasi BIAS TT WUS Sweeping Pelacakan KIPI B. Hasil Kegiatan1. Prog. P2PNoKegiatanPencapaian %Target %

Penemuan kasus BTA (+) *3870

Angka Bebas Jentik(ABJ)77,4392

Penemuan kasus Pneumoni *18 org-

Pengobatan Diare100100

Penanganan kasus DBD100100

Penemuan kasus Kusta--

Rabies : Kasus Gigitan19 org-

Pemberian VAR/SAR9-

IVA : diperiksa63 org237 org

hasil (+)2 org-

Pemakaian Zink pada diare pada anak balita100100

2. Program ImunisasiNoKegiatanPencapaian %Target %

Imunisasi lengkap91.290

HB 092.485

BCG95.395

Polio 196.595

DPT HB 1101.295

DPT HB 395.990

Polio 498.290

Campak91.290

BIAS Campak96.395

BIAS DT/TT93.995

TT WUS SMU91.185

TT WUS POSYANDU82.985

3.2.1.6 Pengobatan Program pengobatan yang dilaksanakan di puskesmas adalah program pengobatan tingkat pertama atau program pengobatan dasar yang mengacu kepada standar pengobatan rasional di puskesmas. Obat-obatan yang digunakan di dalam pengobatan dasar di puskesmas ini harus mengacu pada obat-obat standar yang terdapat di dalam Formularium Nasional (Fornas).3.2.2 PROGRAM PENGEMBANGAN (INOVASI)3.2.2.1 Kegiatan1. UKS Skrining murid kelas 1 SD/SLTP/SLTA Pembinaan Sekolah Sehat Pelatihan Dokter Kecil/Kader Kesehatan

2. Perkesmas asuhan keperawatan pada keluarga kunjungan rumah KK Resti

3. Kesehatan Jiwa penemuan dini dan penanganan kasus jiwa rujukan kasus jiwa

4. Kesehatan Mata penemuan dan penangan kasus rujukan

5. Kesehatan Lansia pelayanan di dalam dan luar gedung pembinaan kelompok Lansia senam lansia Penyuluhan Kesehatan Lansia Deteksi Dini Kesehatan Lansia

6. PKPR (Pelayanan Kes Peduli Remaja) pelatihan kader PKPR Penyuluhan & konsultasi ke sekolah konsultasi bagi remaja

7. Kesehatan Gigi & Mulut Dalam Gedung : Pelayanan kedaruratan Gigi Pelayanan Kesehatan Gigi dan mulut dasar Pelayanan medik gigi dasar Luar Gedung UKGS UKGM

3.2.2.2 Hasil Kegiatan1. UKSNoKegiatanPencapaian %Target %

Skrining : SD *-100

SMP/SMU-100

Pelatihan Dokter Kecil-100

Pembinaan sekolah sehat4 sekolah

2. Kesehatan Jiwa, Kesehatan Lansia, Perkesmas, PKPR (Pelayanan Kes Peduli Remaja)NoProgramKegiatanPencapaian %Target %

JIWACakupan Pelayanan32 orang-

LANSIAPelayanan dalam dan luar gedung81.4973

PERKESMASJumlah KK yg dibina12559

PKPRPelayanan dalam dan luar gedung88,0782

3.3 Fokus Kajian Program Imunisasi3.3.1 Identifikasi MasalahProses identifikasi masalah melalui kegiatan observasi dan wawancara dengan pimpinan puskesmas, pemegang program di puskesmas, kader-kader posyandu dan masyarakat.Beberapa masalah program imunisasi yang didapatkan di puskesmas Nan Balimo antara lain:1. Rendahnya angka cakupan imunisasi BCGCakupan pencapaian imunisasi BCG di puskesmas Nan Balimo adalah 85,9% yang target seharusnya 95%2. Rendahnya angka cakupan imunisasi campakCakupan pencapaian imunisasi campak di puskesmas Nan Balimo adalah 78% target seharusnya 90% 3. Rendahnya angka cakupan imunisasi polio-1Cakupan pencapaian imunisasi polio-1 di puskesmas Nan Balimo adalah 89,4% target seharusnya 95%4. Rendahnya angka cakupan imunisasi polio-4Cakupan pencapaian imunisasi polio-4 di puskesmas Nan Balimo adalah 88,9% target seharusnya 90%.3.3.2 Penetapan Prioritas Masalah Setelah dilakukan analisis, masalah tersebut dikelompokkan dalam enam masalah utama yaitu:1. Rendahnya angka cakupan imunisasi campak dari target yang dicapai yaitu 78%2. Rendahnya angka cakupan imunisasi BCG dari target yang dicapai yaitu 85,9%3. Rendahnya angka cakupan imunisasi polio-1 dari target yang dicapai yaitu 89,4% 4. Rendahnya angka cakupan imunisasi polio-4 dari target yang dicapai yaitu 88,9% Beberapa masalah program imunisasi yang ditemukan di puskesmas Nan Balimo harus ditentukan prioritas masalahnya dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan puskesmas. Upaya yang dilakukan untuk menentukan prioritas masalah tersebut adalah dengan menggunakan teknik scoring sebagai berikut:1. Urgensi ( masalah yang penting untuk diselesaikan )Nilai 1: tidak pentingNilai 2: kurang pentingNilai 3: cukup pentingNilai 4: pentingNilai 5: sangat penting

2. Seriousness ( tingkat keseriusan )Nilai 1: tidak pentingNilai 2: kurang pentingNilai 3: cukup pentingNilai 4: pentingNilai 5: sangat penting3. Growth ( tingkat pengembangan )Nilai 1: tidak pentingNilai 2: kurang pentingNilai 3: cukup pentingNilai 4: pentingNilai 5: sangat penting

Tabel Penetapan Prioritas masalahMasalahUSGTotalPrioritas

Rendahnya angka cakupan imunisasi campak55414II

Rendahnya angka cakupan imunisasi BCG55515I

Rendahnya angka cakupan imunisasi polio-144311IV

Rendahnya angka cakupan imunisasi polio-444412III

Diagram Sebab Akibat dari Ishikawa (Fishbone) Program imunisasiPuskesmas Nan Balimo2014

MetodeManusia

Pencapaian cakupan yang masih kurang kurangnya pengetahuan masyarakat tentang imunisasi

Rendahnya angka cakupan imunisasi campak dipuskesmas Nan Balimo adalah 78% target seharusnya 90% Kurangnya sosialisasi/ tidak dilaporkannya anak yang pindahPenyuluhan imunisasi kurangnya kerja sama dg pustu/puskeskel/dokter praktek swasta kurangnya pemanfaatan media informasi kurangnya dukungan dari keluarga lokasi jauh untuk imunisasi

Lingkungan Sarana

3.3.3 Analisa Sebab Akibat MasalahNoVariabel PenyebabAlternatif Pemecahan Masalah

Faktor Penyebab Penyebab Masalah

1Manusia Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang imunisasi Tidak dilaporkannya anak yang pindah

Memberikan penyuluhan tentang manfaat imunisasi dan akibat apabila tidak dilakukan imunisasi Mendata jumlah anak yang mendapat imunisasi secara berkala

2Metoda Kurangnya kerja sama dengan pustu/puskeskel/ dokter praktek swasta Kurangnya sosialisasi/ penyuluhan imunisasi Pencapaian cakupan yang masih kurang Meningkatkan kerja sama dengan pustu/puskeskel/ dokter praktek swasta Melakukan penyuluhan imunisasi kepada masyarakat Meningkatkan kerja sama dengan masyarakat

3Sarana Kurangnya pemanfaatan media informasi imunisasi Memanfaatkan seluruh media informasi imunisasi yang ada

4Lingkungan Lokasi jauh Kurangnya dukungan dari keluarga Melakukan kunjungan langsung ke rumah anak yang mendapat imunisasi Melakukan penyuluhan tentang imunisasi kepada keluarga

3.3.4 Plan Of Action1. Manusia Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai program imunisasi di Puskesmas Pelaksana: Petugas program imunisasi dan petugas promosi kesehatanSasaran: Pengunjung puskesmas Nan Balimo dan PosyanduWaktu: 1x sebulanTempat : Puskesmas dan PosyanduTarget: Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya imunisasi dan peningkatan angka cakupan imunisasiPelaksanaan: Penyuluhan secara personal dan massal Mendata jumlah anak yang mendapat imunisasi secara berkalaPelaksana: Petugas program imunisasi dan petugas promosi kesehatanSasaran: Rumah anak yang mendapat imunisasiWaktu: 1x sebulanTempat : Rumah wargaTarget: Peningkatan angka cakupan imunisasiPelaksanaan: Penyuluhan secara personal dan massal2. Metoda Kurangnya kerja sama dengan pustu/puskeskel/ dokter praktek swasta Pelaksana : Petugas program imunisasi dan petugas promosi kesehatanSasaran: Pustu/puskeskel/ dokter praktek swastaTarget: Peningkatan kerja sama pustu/puskeskel/ dokter praktek swastaPelaksanaan: Meningkatkan intensitas kunjungan ke Pustu/puskeskel/ dokter praktek swasta Kurangnya sosialisasi/ penyuluhan imunisasiPelaksana: Petugas program imunisasi dan petugas promosi kesehatanSasaran: Pengunjung puskesmas Nan Balimo dan PosyanduWaktu: 1x sebulanTempat : Puskesmas dan PosyanduTarget: Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya imunisasi dan peningkatan angka cakupan imunisasiPelaksanaan: Penyuluhan secara personal dan massal Pencapaian cakupan yang masih kurangPelaksana: Petugas program imunisasi dan petugas promosi kesehatanSasaran: Pengunjung puskesmas Nan Balimo dan PosyanduTarget: Peningkatan angka cakupan imunisasiPelaksanaan: Meningkatkan kerja sama dengan masyarakat3. Sarana Kurangnya pemanfaatan media informasi imunisasiPelaksana: Petugas program imunisasi dan petugas promosi kesehatanSasaran: Pengunjung puskesmas Nan Balimo dan PosyanduTarget: Peningkatan angka cakupan imunisasiPelaksanaan: Meningkatkan kerja sama dengan masyarakat4. Lingkungan Lokasi jauhPelaksana: Petugas program imunisasi dan petugas promosi kesehatanSasaran: Pengunjung puskesmas Nan Balimo dan PosyanduWaktu: 1x sebulanTempat : Rumah anak yang mendapat imunisasiTarget: Peningkatan angka cakupan imunisasiPelaksanaan: Melakukan kunjungan langsung ke rumah anak yang mendapat imunisasi Kurangnya dukungan dari keluargaPelaksana: Petugas program imunisasi dan petugas promosi kesehatanSasaran: Keluarga anak yang mendapat imunisasiWaktu: 1x sebulanTempat : Rumah anak yang mendapat imunisasiTarget: Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya imunisasi dan peningkatan angka cakupan imunisasiPelaksanaan: Melakukan penyuluhan tentang imunisasi kepada keluarga

BAB IVPENUTUP4.1 KesimpulanBerdasarkan analisis data, didapatkan persentase pencapaian angka cakupan imunisasi BCG di Puskesmas Nan Balimo kota Solok periode januari-desember 2014 lebih rendah dari target Dinas Kesehatan Kota Solok 2014 yaitu hanya sebesar 85,9%.Penyebab rendahnya pencapaian cakupan imunisasi BCG di Puskesmas Nan Balimo periode januari-desember 2014 dari hasil wawancara dengan pemegang program imunisasi adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang imunisasi, anak yang diimunisasi pindah, lokasi jauh, keluarga yang tidak mendukung imunisasi dan kurangnya kerja sama dengan pustu/puskeskel/dokter praktek swasta. Alternative pemecahan masalah yang diusulkan adalah memberikan penyuluhan tentang imunisasi kepada seluruh lapisan masyarakat terutama keluarga anak yang mendapatkan imunisasi, melakukan kunjungan ke rumah dan meningkatkan kerja sama dengan pustu/puskeskel/dokter praktek swasta.

4.2 Saran Dalam rangka meningkatkan cakupan imunisasi BCG maka disarankan untuk mengadakan dan melakukan monitoring kegiatan setiap bulan, melakukan penyuluhan tentang imunisasi dan meningkatkan kerja sama dengan pustu/puskeskel/dokter praktek swasta.

52