imunisasi dan vaksin fix

Upload: yakin-doank

Post on 04-Jun-2018

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    1/24

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. LatarbelakangTuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mikobakterium tu-

    berkulosis yang bersifat sistemik sehingga dapat mengenai hampir semua organ

    tubuh dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi

    primer. Pada tahun 1992 WHO telah mencanangkan tuberkulosis sebagai Global

    Emergency. Laporan WHO tahun 2004 menyatakan bahwa terdapat 8,8 juta ka-

    sus baru tuberkulosis pada tahun 2002, sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi

    kuman tuberkulosis dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus ini terjadi

    di Asia Tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus di dunia. Indonesia berada dalam

    peringkat ketiga terburuk di dunia untuk jumlah penderita TB. Setiap tahun

    muncul 500 ribu kasus baru dan lebih dari 140 ribu lainnya meninggal. Seratus

    tahun yang lalu, satu dari lima kematian di Amerika Serikat disebabkan oleh tu-

    berkulosis. Selain TBC, terdapat pula penyakit lain yang angka kejadiannya

    tinggi seperti cacar, cpolio, campak, difteri dan hepatitis.

    Indonesia sehat 2015 adalah perilaku proaktif untuk memelihara dan

    meningkatkan kesehatan, mencegah terjadinya resiko penyakit, melindungi diri

    dari ancaman penyakit serta berpartisipasi akif dalam gerakan kesehatan

    masyarakat. Selanjutnya masyarakat mempunyai kemampuan untuk menjangkau

    pelayanan kesehatan yang bermutu. Layanan yang tersedia adalah layanan yang

    berhasil guna dan berdaya guna yang tersebar secara merata di Indonesia.

    Dengan demikian terwujudnya derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang

    memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

    Dengan upaya imunisasi terbukti bahwa penyakit cacar telah terbasmi

    dan Indonesia dinyatakan bebas dari penyakit cacar sejak tahun 1974. Mulai ta-

    hun 1977, upaya imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi

    dalam rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah

    Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu, tuberculosis, difteri, pertusis, campak, polio,

    tetanus serta hepatitis B.

  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    2/24

    2

    Walaupun PD3I sudah dapat ditekan, cakupan imunisasi harus diper-

    tahankan tinggi dan merata. Kegagalan untuk menjaga tingkat perlindungan

    yang tinggi dan merata dapat menimbulkan letusan (KLB) PD3I. Untuk itu,

    upaya imunisasi perlu disertai dengan upaya surveilans epidemiologi agar setiap

    peningkatan kasus penyakit atau terjadinya KLB dapat terdeteksi dan segera di-

    atasi. Dalam PP Nomor 25 Tahun 2000 kewenangan surveilans epidemiologi,

    termasuk penanggulangan KLB merupakan kewenangan bersama antara

    pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Selama beberapa tahun terakhir ini,

    kekawatiran akan kembalinya beberapa penyakit menular dan timbulnya penya-

    kit-penyakit menular baru kian meningkat.

    Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa program imunisasi

    kedalam penyelenggaraan yang bermutu dan efisien. Upaya tersebut didukung

    dengan kemajuan yang pesat dalam bidang penemuan vaksin baru (Rotavirus,

    Japanese encephalitis, dan lain-lain). Beberapa jenis vaksin dapat digabung se-

    bagai vaksin kombinasi yang terbukti dapat meningkatkan cakupan imunisasi,

    mengurangi jumlah suntikan dan kontak dengan petugas imunisasi.

    Dari uraian diatas jelaslah bahwa upaya imunisasi perlu terus ditingkat-

    kan untuk mencapai tingkat population imunity (kekebalan masyarakat) yang

    tinggi sehingga dapat memutuskan rantai penularan PD3I. Dengan kemajuan

    ilmu pengetahuan dan tehnologi, upaya imunisasi dapat semakin efektif dan

    efisien dengan harapan dapat memberikan sumbangan yang nyata bagi kese-

    jahteraan anak, ibu serta masyarakat lainnya.

    Peran dan fungsi perawat yang terlaksana adalah peran dan fungsi se-

    bagai pemberi pelayanan kesehatan yang melakukan peningkatan pelayanan

    kesehatan (66,7%), memberikan asuhan keperawatan (66,7%).Berdasarkan

    peran dan fungsi perawat sebagai penemu kasus umumnya tidak dilaksanakan

    (33,350%). Peran dan fungsi perawat sebagai penyuluh kesehatan mayoritas

    terlaksana dengan baik (100%). Sedangkan peran dan fungsi perawat sebagai

    koordinator dan kolaborator : melakukan koordinasi (66,7%), melakukan ker-

    jasama dengan keluarga dalam rencana pelayanan kesehatan (83,3%). Dari peran

    dan fungsi perawat sebagai konselor (91,7 50%). Dan hasil dari peran dan

    fungsi perawat sebagai panutan (100%).

    http://wp.me/POOCg-1Thttp://wp.me/POOCg-1Thttp://wp.me/POOCg-1Thttp://wp.me/POOCg-1Thttp://wp.me/POOCg-1T
  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    3/24

    3

    Saat mengabdi ke masyarakat, imunisasi adalah tindakan pelayanan da-

    sar yang harus bisa dilakukan, sehingga penting untuk memahami konsep dasar

    vaksin dan imuisasi agar nantinya bisa menerapkan dalam perannya sebagai

    perawat yang professional.

    Maka dalam makalah ini akan kami bahs mengenai konsep dasar vaksi-

    nasi dan imunisasi.

    B. Rumusan MasalahBagaimana konsep dasar vaksinasi dan imunisasi di Indonesia ?

    C. TujuanTujuan Umum

    Mahasiswa mampu memahami konsep dasar dari vaksinasi danimunisasi

    Tujuan Khusus

    1. Mampu menjelaskan pengertian dari Vaksinasi dan Imunisasi2. Mampu menjelaskan jenis Vaksinasi3. Mampu menjelaskan apa saja Vaksin dan Toksoit yang dianjurkan dan rute

    pemberian yang dianjurkan

    4. Mampu menjelaskan jadwal Imunisasi anak yang dianjurkan5.

    Mampu menjelaskan dosis Vaksin yang di anjurkan pada anak

    6. Mampu menjelaskan kontraindikasi dari pemberiam Vaksinasi dan Imunisasi7. Mampu menjelaskan efek samping yang diderita Mengetahui penanganan

    masalah pasca Imunisasi.

    D. ManfaatAgar mahasiswa benar-benar mampu memahami konsep dasar dari

    vaksinasi dan imunisasi agar dapat mengaplikasikannya dalam pemberian pela-

    yanan keperawatan.

  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    4/24

    4

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A.

    Pengertian Vaksinasi dan Imunisasi

    Vaksinasi adalah pemberian vaksin kedalam tubuh seseorang untuk

    memberikan kekebalan terhadap penyakit tersebut. Kata vaksinasi berasal dari

    bahasa Latin vaccayang berartisapi - diistilahkan demikian karenavaksinper-

    tama berasal darivirus yang menginfeksisapi (cacar sapi). Vaksinasi sering juga

    disebut dengan imunisasi. (http://id.wikipedia.org/wiki/Vaksinasi)

    Vaksinasi bertujuan untuk membangkitkan imunitas yang efektif sehing-

    ga terbentuk antibody dan sel-sel memory. Makin sering vaksinasi dilakukan,

    maka makin banyak jumlah sel memory yang terbentuk. Vaksinasi yang berhasil

    akan memberikan perlindungan kepada tubuh terhadap serangan infeksi. Hal ter-

    sebut tergantung dari spesifitas vaksin, cara pemberian vaksin, vaksin yang

    dapat membangkitkan respon imun, jenis vaksin, dan sebagainya. (Subowo,

    1993)

    Vaksin adalah sebuah senyawa antigen yang berfungsi untuk meningkat-

    kan imunitas atau sistem kekebalan pada tubuh terhadap virus. Terbuat dari vi-

    rus yang telah dilemahkan dengan menggunakan bahan tambahan seperti for-

    maldehid, dan thymerosal. (nafiisah.multiply.com/_kehalalan_vaksinasi)

    Imunisasi adalah suatu perlakuan yang mengakibatkan seorang menjadi

    kebal (imun) terhadap suatu penyakit.

    B. Jenis-Jenis VaksinVaksin diklasifikasikan menjadi 2, yakni vaksin hidup dan vaksin mati.

    a. Vaksin HidupVaksin hidup berasal dari organisme yang telah dilemahkan keganasann-

    ya. Tujuannya adalah untuk memodifikasi organisme agar bertingkah laku

    tetap alami seperti organisme asli tanpa menyebabkna sakit yang berarti.

    Pengurangan virulensi (keganasan) dikenal dengan istilah atenuasi (perlema-

    han). Cara atenuasi yang sederhana terhadap bakteri untuk keperluan vaksi-

    nasi adalah dengan pemanasan bakteri sampai tepat di bawah titik kematian

    atau memaparkan bakteri pada bahan kimia penginaktif sampai batas kon-

    http://id.wikipedia.org/wiki/Vaksinhttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kekebalan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakithttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Latinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sapihttp://id.wikipedia.org/wiki/Vaksinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Virushttp://id.wikipedia.org/wiki/Sapihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cacar_sapi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Vaksinasihttp://id.wikipedia.org/wiki/Vaksinasihttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Cacar_sapi&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Sapihttp://id.wikipedia.org/wiki/Virushttp://id.wikipedia.org/wiki/Vaksinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Sapihttp://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Latinhttp://id.wikipedia.org/wiki/Penyakithttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Kekebalan&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Vaksin
  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    5/24

    5

    sentrasi subletal. Menumbuhkan bakteri pada medium yang tidak cocok un-

    tuk pertumbuhannya, contohnya : Vaksin kolera unggas (Pasteurella multo-

    cida) oleh Pasteur ditumbuhkan di bawah keadaan yang kekurangan zat ma-

    kanan.

    Cara etenuasi terhadap virus adalah dengan membiakkan pada spesies

    yang tidak sesuai untuk tumbuhnya, contoh : virus rinderpest yang patogen

    terhadap sapi, dilemahkan dengan menumbuhkannya pada kambing. Cara

    etenuasi lain adalah menumbuhkan virus mamalia pada telur atau menum-

    buhkan pada telur lain jenis, misalnya :virus influenza pada ayam dilema-

    hkan pada telur burung dara. Cara etenuasi yang umum adalah dengan mem-

    perpanjang masa pembiakannya di jaringan pembiak. Meskipun jaringan

    pembiak dapat diperoleh dari berbagai jenis, umumnya menggunakan sel

    biakan dari jenis hewan yang akan divaksinasi guna mengurangi efek

    samping akibat pemasukan jaringan asing.

    Vaksin organisme yang dilemahkan seperti untuk poliomyelitis (Sabin),

    measle, dan Rubella sudah dipakai secara luas. Namun untuk vaksin tertentu,

    kadang-kadang masih terdengar timbulnya efek yang merugikan seperti en-

    cephalitis. Efek samping lainnya, yakni ada kemungkinan timbulnya mutasi

    virus yang menjadi virulen.

    b. Vaksin MatiVaksin mati berasal dari mikroorganisme mati. Cara yang paling seder-

    hana untuk merusak kemampuan mikroba membuat sakit inang, tetapi tetap

    antigenik, yaitu dengan mencegah perbanyakannya melalui pembunuhan

    dengan cara tertentu. Parasit cacing dan protozoa sangat sulit untuk di-tumbuhkan dalam jumlah yang cukup banyak untuk pembuatan vaksin yang

    mengandung organisme mati. Sebaliknya, masalah tersebut tidak timbul pa-

    da sebagian bakteria dan virus, apalagi pada umumnya mereka masih tetap

    dapat memberikan antigen yang diperlukan. Contoh untuk vaksin mati, ada-

    lah tifoid (dicampur dengan paratyphoid A dan B), kolera dan virus polio-

    myelitis (Salk).

  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    6/24

    6

    Perlu diperhatikan agar dalm proses mematikan organisme tidak ikut ter-

    jadi kerusakan antigenisitas yang diperlukan untuk vaksin. Hal ini pernah di-

    alami pada tahun 1960-1961 sehingga terjadi kenaikan kejadian kematian

    karena penyakit polio walaupun telah diadakan vaksinasi Salk. Ternyata

    ketidakberhasilan vaksinasi disebabkan oleh lemahnya antigenisitas salah sa-

    tu dari 3 galur virus yang dipakai vaksin. Namun, pada saat ini teknologi

    pembuatannya masih diperbaiki. Selama produksi vaksin, pada awalnya ter-

    jadi kerusakan antigen fusi yang diperlukan untuk penyebaran virus yang

    dimatikan, sehingga imunitas yang terjadi tidak sempurna setelah vaksinasi.

    Imunitas yang tidak sempurna berbahaya bagi daerah yang mengalami en-

    demi penyakit tersebut atau yang berpenduduk kekurangan gizi.

    C. Vaksin dan Toksit yang dianjurkan dan Rute Pemberian yang DianjurkanBiasanya imunisasi bisa diberikan dengan cara disuntikkan maupun dite-

    teskan pada mulut anak balita (bawah lima tahun).

    1. PolioBibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus, vaksin yang

    digunakan oleh banyak negara termasuk Indonesia adalah vaksin hidup, ber-

    bentuk cairan. Pemberian vaksin ini menimbulkan kekebalan aktif terhadap

    penyakit poliomyelitis. Imunisasi dasar vaksin polio diberikan 4 kali (polio I,

    II, III, IV) dengan interval tidak kurang 4 minggu. Imunisasi polio ulangan

    diberikan satu tahun sejak imunisasi polio IV, kemudian saat masuk sekolah

    (5-6 tahun), dan saat meninggalkan sekolah dasar (12 tahun).

    Ada 2 jenis vaksin polio, yaitu vaksin Salk (berisi virus polio yang te-

    lah dimatikan dan diberikan secara suntik), dan vaksin Sabin (berisi vaksinhidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan). Di

    Indonesia, umumnya diberikan vaksin Sabin.

    Vaksin ini diteteskan 2 tetes (0,1 ml) langsung ke mulut anak atau

    dengan menggunakan sendok yang berisi air gula. Kemasannya yang dibuat

    oleh Pasteur Merieux Serums & Vaccins, Perancis untuk Biofarma Bandung

    berupa flakon 10 dosis dan 1 pipet. Kandungan vaksin ini terdiri dari virus

    polio tipe 1, 2, dan 3 hidup yang dilemahkan, asam amino, antibiotic, dan

  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    7/24

  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    8/24

    8

    3. BCGVaksin BCG adalah vaksin hidup yang berasal dari bakteri. Vaksin

    BCG adalah vaksin beku kering seperti campak berbentuk bubuk. Vaksin

    BCG melindungi anak terhadap penyakit tuberculosis (TBC).

    Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang

    dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis. Vaksin dibuat dari

    bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan, ditemukan oleh Calmett

    Guerint. Sebelum menyuntikkan BCG, vaksin harus lebih dulu dilarutkan

    dengan 4 cc cairan pelarut (NaCl 0,9%). Vaksin yang sudah dilarutkan harus

    digunakan dalam waktu 3 jam. Vaksin akan mudah rusak bila kena sinar ma-

    tahari langsung. Tempat penyuntikan adalah sepertinya bagian lengan kanan

    atas.

    BCG diberikan 1 kali sebelum umur 2 bulan. BCG ulangan tidak di-

    anjurkan karena keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntik inrakutan di

    daerah insersio m.deltoideus dengan dosis untuk bayi kurang dari 1 tahun

    sebanyak 0,05 ml dan untuk anak 0,1 ml. pada bayi perempuan disuntikkan

    di paha kanan atas.

    Kemasan yang dibuat Biofarma berupa ampul 80 dosis bayidan 4 ml

    pelarut NaCl 0,9 %. Kandungan vaksin terdiri dari bakteri hidup yang di-

    lemahkan dari biakan Bacillus Calmette-Guerrin 50.000-1.000.000

    partikel/dosis. Secara fisik berupa vaksin beku kering tahan beku, stabilitas

    terhadap panas sedang. Setelah dilarutkan mudah rusak bila kena panas atau

    sinar matahari. Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-8 derajat Celcius

    dengan masa kadaluarsa 1 tahun dan harus terus terlindung dari sinar ma-

    tahari langsung atau tidak langsung. Setelah vaksin dilarutkan, harus segeradipakai dalam waktu 3 jam.

    Kontraindikasinya pasien dengan imunokompromis (leukemia, pen-

    gobatan steroid jangka panjang, dan infeksi HIV). Reaksi yang mungkin ter-

    jadi yakni:

    Reaksi local yang terjadi 1-2 minggu setelah penyuntikan erupa indurasi

    dan eritema di tempat suntikan yang berubah menjadi pustule kemudian

  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    9/24

  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    10/24

    10

    rekombinan atau 10 mcg vaksin plasma derivet. Dosis kedua diberikan saat

    berumur 1-2 bulan dan ketiga berumur 6 bulan. Imunisasi ulangan diberikan

    5 tahun kemudian. Sebelum memberikan umunisasi, dianjurkan untuk me-

    meriksa kadar HBsAg.

    Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2-8 derajat Celcius, tetapi tidak

    sampai beku. Kontraindikasinya, anak yang sakit erat. Vaksin dapat diberi-

    kan pada ibu hamil. Efek samping berupa efek local (nyeri di tempat sunti-

    kan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran

    cerna) yang akan hilang dalam beberapa hari.

    5. DPTImunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap

    difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang me-

    nyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau

    fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang

    ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang

    melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat me-

    nyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan

    atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti

    pneumonia, kejang dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang

    bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang.

    Vaksin disuntikkan intramuscular di bagian anterolateral paha

    sebanyak 0,5 ml. Kemasan yang dibuat Biofarma berupa flakon 5 ml, 10 do-

    sis. Kandungan vaksin terdiri dari 40 Lf toksoid bakteri, 15 Lf toksoid teta-

    nus, 24 (OU) Bordetella pertussis (mati) diserapkan ke dalam aluminiumfosfat dan mertiolat. Secara fisik berupa cairan tidak berwarna, berkabut

    dengan sdikit endapan putih, yang rusak bila beku, terkena panas, atau sinar

    matahari langsung. Vaksin disimpan dalam lemari es suhu 2 sampai 8 dera-

    jat Celcius dengan masa kadaluarsa 2 tahun.

    Kontraindikasinya usia di atas 7 tahun, demam (lebih dari 38 derajat

    Celcius), sakit berat (terutama kelainan neurologis), riwayat reaksi berat ter-

    hadap pemberian DPT sebelumnya berupa syok, kejang, penurunan

  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    11/24

    11

    kesadaran, atau gejala neurologis lainnya. Bila anak berusia lebih dari 7 ta-

    hun, dapat diberi imunisasi DT.

    Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, nyeri, bengkak lo-

    cal, abses steril, syok, kejang. Bila terjadi demam dan nyeri pada tempat

    suntikan dapat diberikan analgetik antipiretik. Bila terjadi reaksi berlebihan,

    maka imunisasi berikutnya diberikan DT

    6. Imunisasi MMRImunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, gondongan

    dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali. Campak menyebabkan

    demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak juga me-

    nyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan

    masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian.

    Gondongan menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada sa-

    lah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan

    bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis)

    dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga menyebabkan pem-

    bengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan.

    Campak Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan

    pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebabkan

    pembengkakan otak atau gangguan perdarahan.

    7. Imunisasi HibImunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influ-

    enza tipe b. Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan in-feksi tenggorokan berat yang bisa menyebabkan anak tersedak. Sampai saat

    ini, imunisasi HiB belum tergolong imunisasi wajib, mengingat harganya

    yang cukup mahal. Tetapi dari segi manfaat, imunisasi ini cukup penting.

    Hemophilus influenzae merupakan penyebab terjadinya radang selaput otak

    (meningitis), terutama pada bayi dan anak usia muda.

  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    12/24

    12

    Penyakit ini sangat berbahaya karena seringkali meninggalkan gejala

    sisa yang cukup serius. Misalnya kelumpuhan. Ada 2 jenis vaksin yang

    beredar di Indonesia, yaitu Act Hib dan Pedvax.

    8. Imunisasi VarisellaImunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air.

    Cacar air ditandai dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian

    secara perlahan mengering dan membentuk keropeng yang akan menge-

    lupas.

    9. Imunisasi HBVImunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis

    B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan ke-

    matian. Karena itu imunisasi hepatitis B termasuk yang wajib diberikan.

    Jadwal pemberian imunisasi ini sangat fleksibel, tergantung kesepakatan

    dokter dan orangtua. Bayi yang baru lahir pun bisa memperolehnya.

    Imunisasi ini pun biasanya diulang sesuai petunjuk dokter. Orang dewasa

    yang berisiko tinggi terinfeksi hepatitis B adalah individu yang dalam peker-

    jaannya kerap terpapar darah atau produk darah, klien dan staf dari institusi

    pendidikan orang cacat, pasien hemodialisis (cuci darah), orang yang ber-

    encana pergi atau tinggal di suatu tempat di mana infeksi hepatitis B sering

    dijumpai, pengguna obat suntik, homoseksual/biseksual aktif, heteroseksual

    aktif dengan pasangan berganti-ganti atau baru terkena penyakit menular

    seksual, fasilitas penampungan korban narkoba, imigran atau pengungsi di

    mana endemisitas daerah asal sangat tinggi/lumayan. Berikan tiga dosisdengan jadwal 0, 1, dan 6 bulan. Bila setelah imunisasi terdapat respon yang

    baik maka tidak perlu dilakukan pemberian imunisasi penguat (booster).

    10.Imunisasi Pneumokokus KonjungataImunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis

    bakteri yang sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat me-

  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    13/24

    13

    nyebabkan penyakit yang lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (in-

    feksi darah).

    11.TipaImunisasi tipa diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap

    demam tifoid (tifus atau paratifus). Kekebalan yang didapat bisa bertahan

    selama 3 sampai 5 tahun. Oleh karena itu perlu diulang kembali. Imunisasi

    ini dapat diberikan dalam 2 jenis: imunisasi oral berupa kapsul yang diberi-

    kan selang sehari selama 3 kali. Biasanya untuk anak yang sudah dapat

    menelan kapsul. Sedangkan bentuk suntikan diberikan satu kali. Pada

    imunisasi ini tidak terdapat efek samping.

    12.Hepatitis APenyakit ini sebenarnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan

    sendirinya. Tetapi bila terkena penyakit ini penyembuhannya memerlukan

    waktu yang lama, yaitu sekitar 1 sampai 2 bulan. Jadwal pemberian yang di-

    anjurkan tak berbeda dengan imunisasi hepatitis B. Vaksin hepatitis A

    diberikan dua dosis dengan jarak enam hingga 12 bulan pada orang yang

    berisiko terinfeksi virus ini, seperti penyaji makanan (food handlers), mere-

    ka yang sering melakukan perjalanan atau bekerja di suatu negara yang

    mempunyai prevalensi tinggi hepatitis A, homoseksual, pengguna narkoba,

    penderita penyakit hati, individu yang bekerja dengan hewan primata terin-

    feksi hepatitis A atau peneliti virus hepatitis A, dan penderita dengan

    gangguan faktor pembekuan darah.

    13.DTImunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang

    dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat untuk

    keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu

    menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri

    dan tetanus. Setiap orang dewasa harus mendapat vaksinasi lengkap tiga do-

    sis seri primer dari difteri dan toksoid tetanus, dengan dua dosis diberikan

  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    14/24

    14

    paling tidak berjarak empat minggu, dan dosis ketiga diberikan enam hingga

    12 bulan setelah dosis kedua. Jika orang dewasa belum pernah mendapat

    imunisasi tetanus dan difteri maka diberikan seri primer diikuti dosis pen-

    guat setiap 10 tahun.

    Veksin disuntikkan intramuscular subkutan dalam sebanyak 0,5 ml.

    kemasan yang dibuat Biofarma berupa flakon 25 ml, 50 dosis. Kandungan

    vaksin terdiri dari 40 Lf toksoid difteri, 15 Lf toksoid tetanus, aluminium

    fosfat, dan mertiolat. Secara fisik berupa cairan yang tidak berwarna, jernih,

    dan dapat rusak bila beku dan kena sinar matahari langsung. Vaksin disim-

    pan dalam lemari es suhu 2-8 derajat Celcius dengan masa kadaluarsa 2 ta-

    hun.

    Konraindikasinya anak yang sakit parah atau sedang menderita demam

    tinggi. Efek samping yang mungkin terjdai berupa demam ringan dan

    pembekakan local di tempat suntikan 1-2 hari.

    14.TTImunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif

    terhadap penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan

    untuk pencegahan (imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus.

    Jenis imunisasi ini minimal dilakukan lima kali seumur hidup untuk

    mendapatkan kekebalan penuh. Imunisasi TT yang pertama bisa dilakukan

    kapan saja, misalnya sewaktu remaja. Lalu TT2 dilakukan sebulan setelah

    TT1 (dengan perlindungan tiga tahun). Tahap berikutnya adalah TT3, dil-

    akukan enam bulan setelah TT2 (perlindungan enam tahun), kemudian TT4

    diberikan satu tahun setelah TT3 (perlindungan 10 tahun), dan TT5 diberi-kan setahun setelah TT4 (perlindungan 25 tahun).

    Vaksin disuntik intramuscular atau subkutan dalam sebanyak 0,5 ml.

    kandungan vaksin terdiri dari 25 Lf toksoid tetanus, aluminium fosfat, dan

    mertiolat. Secara fisik berupa cairan tidak berwarna, berkabut, dengan sedi-

    kit endapan putih yang tidak tahan beku dan panas. Vaksin disimpan dalam

    lemari es suhu 2 sampai 8 derajat Celcius dengan masa kadaluarsa 2 tahun.

  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    15/24

    15

    Kontraindikasinya anak yang sakit parah. Efek samping toksoid teta-

    nus berupa reaksi local (kemerahan, bengkak, dan rasa sakit di tempat sunti-

    kan), sedangkan pemberiananti tetanus serum mungkin dapat terjadi gatal di

    seuruh tubuh, nyeri kepala, dan renjatan.

    D. Jadwal Imunisasi Anak yang Dianjurkan

  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    16/24

    16

    E. Dosis Vaksin yang DianjurkanJenis Imunisasi Penyakit

    Terkait

    Dosis Komentar dan Peringatan

    Dianjurkan bagi semua orang dewasa HIV-positif

    Virus Hepatitis

    B (HBV)Hepatitis B 3 sunti-

    kan da-

    lam peri-

    ode 6 bu-

    lan

    Dianjurkan kecuali terdapat bukti keke-balan atau hepatitis aktif. Tes darah untuk

    memastikan tingkat antibodi HBV diper-

    lukan setelah rangkaian imunisasi be-

    rakhir. Suntikan tambahan mungkin dibu-

    tuhkan bila tingkat antibodi terlalu ren-

    dah.

    Influenza Flu 1 sunti-

    kan

    Harus diberikan tiap tahun. Hanya vaksin

    flu suntik yang sebaiknya diberikan pada

    mereka yang HIV-positif. Vaksin

    semprot (FluMist/LAIV) sebaiknya tidak

    diberikan untuk populasi ini.

    Cacar, mumps

    dan Rubella

    (MMR)

    1. Cacar

    2. Mumps

    3. Rubella

    (Cacar Jer-

    man)

    1 atau 2

    suntikan

    Satu-satunya vaksin hidup yang dianjur-

    kan untuk orang HIV positif dewasa.

    Orang yang lahir sebelum 1957 tidak per-

    lu diberikan vaksin ini. Orang dewasa

    HIV positif dengan jumlah CD4

  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    17/24

    17

    terpisah bila diperlukan untuk mem-

    peroleh tingkatan antibodi yang diper-

    lukan.

    Polysaccharide

    pneumococcal

    Pneumonia 1 atau 2

    suntikan

    Sebaiknya diberikan begitu didiagnosa

    HIV, kecuali bila divaksinasi dalam 5

    tahun terakhir. Bila jumlah CD4

  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    18/24

    18

    B perlu membahas apakah imunisasiHae-

    mophilus influenzaediperlukan.

    Meningococcal Bakterialmeningitis

    1 sunti-kan

    Dianjurkan bagi mahasiswa, tentara danorang-orang yang bepergian ke beberapa

    tempat di dunia.

    Tidak dianjurkan bagi orang dewasa HIV-positif

    Anthrax Anthrax Vaksin smallpox dan varicella yang sekarang ada

    merupakan vaksin hidup. Kecuali vaksin MMR,

    vaksin hidup tidak dianjurkan bagi orang dengan

    HIV. Walaupun vaksin anthrax yang sekarang

    berlisensi tidak untuk vaksin hidup, Komite Pen-

    asehat untuk Praktik Imunisasi tidak menganjurkan

    vaksinasi rutin anthrax.

    Smallpox Smallpox

    Varicella Chicken pox

    Varicella-

    zoster*

    Shingles

    Beberapa dosis vaksin yang dianjurkan, antara lain:

    Vaksin BCG dengan dosis untuk bayi kurang dari 1 tahun sebanyak 0,05 ml dan

    untuk anak 0,1 ml.

    Vaksin DPT diberikan sebanyak 0,5 ml.

    Vaksin DT diberikan sebanyak 0,5 ml.

    Vaksin tetanus diberikan 0,5 ml.

    Vaksin polio diberikan 2 tetes (0,1 ml).

    Vaksin campak diberikan 0,5 ml.

    Vaksin Hepatitis B diberikan sesuai kadar HBsAg. Yakni:

    HBsAg negative diberikan 5 mcg vaksin rekombinan atau 10 mcg vaksin plasma

    derived.

    HBsAg positif diberikan 0,5 ml HBIG dan 5 mcg vaksin rekombinan atau 10 mcg

    vaksin plasma derived.

    HBsAg tidak diketahui dibebrikan 0,5 ml mcg vaksin rekombinan atau 10 mcg

    vaksin plasma derived.

  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    19/24

    19

    F. KontraindikasiKONTRAINDIKASI VAKSINASI

    Ada beberapa kondisi di mana jadwal pemberian vaksin berubah. Pasien

    yang sebelumnya mengalami reaksi anafilaksis, pasien yang sebelumnya men-

    galami ensefalopati dalam 7 hari dari dosis difteria, dan tetanus sebelumnya

    (DPT), atau mereka yang mengalami gejala sisa sedang atau berat setelah dosis

    sebelumnya tidak boleh menerima dosis lanjutan. Selain itu DPT sering ditunda

    untuk anak yang sebelumnya mengalami demam lebih dari 40 derajat Celcius

    dalam 48 jam dari vaksinasi atau mereka yang mengalami kejang atau terjadi

    syok dalam 3 hari sebelum vaksinasi. Vaksin hidup biasanya tidak diindikasikan

    untuk pasien dengan imunosupresi seperti infeksi HIV, leukemia, limfoma,

    keganasan, penggunaan kortikosteroid tertentu, atau pada pengobatan imuno-

    supresi untuk mencegah penolakan transplantasi.

    KONDISI YANG BUKAN HALANGAN UNTUK MELAKUKAN

    IMUNISASI

    1. Gangguan saluran napas atas atau gangguan salurancerna ringan2. Riwayat efek samping imunisasi dalam keluarga.3. Riwayat kejang dalam keluarga.4. Riwayat kejang demam5. Riwayat penyakit infeksi terdahulu6. Kontak dengan penderita suatu penyakit infeksi7. Kelainan saraf menetap seperti palsi serebral sindrom Down8.

    Eksim dan kelainan lokal di kulit

    9. Penyakit kronis (jantung, paru, penyakit metabolik)10.Terapi antibiotika; terapi steroid topikal (terapi lokal, kulit, mata)11.Riwayat kuning pada masa neonatus atau beberapa hari setelah lahir12.Berat lahir rendah13.Ibu si anak sedang hamil14.Usia anak melebihi usia rekomendasi imunisasi

  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    20/24

    20

    KONDISI DIMANA IMUNISASI TIDAK DAPAT DIBERIKAN ATAU

    IMUNISASI BOLEH DITUNDA:

    1. Sakit berat dan akut; Demam tinggi;2. Reaksi alergi yang berat atau reaksi anafilaktik;3. Bila anak menderita gangguan sistem imun berat (sedang menjalani terapi

    steroid jangka lama, HIV) tidak boleh diberi vaksin hidup (Polio Oral,

    MMR, BCG, Cacar Air).

    4. Alergi terhadap telur, hindari imunisasi influenza

    G. Kemungkinan Efek Samping dari ImunisasiKEMUNGKINAN EFEK SAMPING DARI IMUNISASI

    1. BCGReaksi normal. Bakteri BCG ditubuh bekerja dengan sangat lambat.

    Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil merah di tempat penyun-

    tikan dengan garis tengah 10 mm. Setelah 2 3 minggu kemudian, pem-

    bengkakan menjadi abses kecil yang kemudian menjadi luka dengan garis

    tengah 10 mm, jangan berikan obat apapun pada luka dan biarkan terbuka

    atau bila akan ditutup gunakan kasa kering. Luka tersebut akan sembuh dan

    meninggalkan jaringan parut tengah 3-7 mm.

    Reaksi berat. Kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat atau

    abses yang lebih dalam, kadang juga terjadi pembengkakan di kelenjar limfe

    pada leher / ketiak, hal ini disebabkan kesalahan penyuntikan yang terlalu

    dalam dan dosis yang terlalu tinggi.

    Reaksi yang lebih cepat. Jika anak sudah mempunyai kekebalan ter-

    hadap TBC, proses pembengkakan mungkin terjadi lebih cepat dari 2minggu, ini berarti anak tersebut sudah mendapat imunisasi BCG atau

    kemungkinan anak tersebut telah terinfeksi BCG.

  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    21/24

    21

    2. DPTPanas. Kebanyakan anak akan menderita panas pada sore hari setelah

    mendapat imunisasi DPT, tapi panas ini akan sembuh dalam 1 2 hari.

    Anjurkan agar jangan dibungkus dengan baju tebal dan dimandikan dengan

    cara melap dengan air yang dicelupkan ke air hangat.

    Rasa sakit di daerah suntikan. Sebagian anak merasa nyeri, sakit,

    kemerahan, bengkak.

    Peradangan. Bila pembengkakan terjadi seminggu atau lebih, maka hal

    ini mungkin disebabkan peradangan, mungkin disebabkan oleh jarum suntik

    yang tidak steril karena:

    a. Telah tersentuh,b. Sebelum dipakai menyuntik jarum diletakkan diatas tempat yang tid-

    ak steril,

    c. Sterilisasi kurang lama,d. Pencemaran oleh kuman.Kejang-kejang. Reaksi yang jarang terjadi sebaliknya diketahui petugas,

    reaksi disebabkan oleh komponen dari vaksin DPT.

    3. PolioBila anak sedang diare ada kemungkinan vaksin tidak bekerja dengan

    baik karena ada gangguan penyerapan vaksin oleh usus akibat diare berat.

    4. Hepatitis BEfek samping berupa efek local (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis

    (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran cerna) yang akan

    hilang dalam beberapa hari.

    5. TTEfek samping toksoid tetanus berupa reaksi local (kemerahan, bengkak,

    dan rasa sakit di tempat suntikan), sedangkan pemberian anti tetanus serum

    mungkin dapat terjadi gatal di seuruh tubuh, nyeri kepala, dan renjatan.

  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    22/24

  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    23/24

    23

    BAB III

    PENUTUP

    A. KesimpulanVaksinasi, atau imunisasi, adalah suntikan yang merangsang ketahanan

    tubuh kita terhadap infeksi tertentu.

    Tujuan dari program vaksinasi adalah untuk melebarkan skala pencegahan

    penyakit infeksi yang spesifik agar tidak terjadi dalam populasi.

    Petunjuk yang detail tentang mereka yang mengalami alergi dan kom-

    plikasi lain harus merupakan informasi yang disediakan yaitu meliputi pendingi-

    nan, penyimpanan, dosis, dan cara pemberian.

    Vaksin diklasifikasikan menjadi 2, yakni vaksin hidup dan vaksin mati.

    Biasanya imunisasi bisa diberikan dengan cara disuntikkan maupun dite-

    teskan pada mulut anak balita (bawah lima tahun).

    Ada berbagai jenis vaksin yang biasa diberikan, antara lain vaksin BCG,

    DPT, TT, Polio, Campak, Hepatitis B, dsb.

    B. SaranMahasiswa harus memahami konsep dasar vaksinasi dan imunisasi. Kar-

    na dengan pemahaman yang benar mahasiswa mampu memberikan tindakan

    yang mandiri,kolaborasi dan edukasi secara tepat. Karena sebagai mahasiswa

    kesehatan pada bidang keperawatan,tugasnya adalah pemberi asuhan keperawa-

    tan, educator atau pendidik,kolaborator,advokat, peneliti serta konsultan bagi

    pasien pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.

  • 8/13/2019 Imunisasi Dan Vaksin FIX

    24/24

    DAFTAR PUSTAKA

    Lisnawati,Lilis. 2011. Generasi Sehat Melalui Imunisasi.Jakarta : CV. Trans Info Media

    Mansjoer, Arif M. Dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Ja-

    karta : MediaAesculapius.

    Subowo. 1993. Imunologi Klinik. Bandung : Angkasa.

    Http://yakiendoank2share.wordpress.com

    http://yakiendoank.blogspot.com

    Http://b11nk.wordpress.com/2009/08/22/imunisasi.html

    Http://bidansherly.wordpress.com/tag/jenis-jenis-vaksin.html

    http://yakiendoank2share.wordpress.com/http://b11nk.wordpress.com/2009/08/22/imunisasi.htmlhttp://bidansherly.wordpress.com/tag/jenis-jenis-vaksin.htmlhttp://bidansherly.wordpress.com/tag/jenis-jenis-vaksin.htmlhttp://b11nk.wordpress.com/2009/08/22/imunisasi.htmlhttp://yakiendoank2share.wordpress.com/