impelementasi zakat terhadap kemaslahatan umat...
TRANSCRIPT
IMPELEMENTASI ZAKAT TERHADAP KEMASLAHATAN
UMAT SEBELUM DAN SESUDAH ADANYA UU NO. 23
TAHUN 2011 DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR
(Studi Penelitian Zakat Di Bazda)
Oleh:
HIKMATUL HIDAYATI MZ
NIM : 1420311018
TESIS
Diajukan Kepada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar
Magister Studi Islam Program Studi Hukum Islam
Konsentrasi Hukum Bisnis Syariah
YOGYAKARTA
2016
vii
ABSTRAK
Pengelolaan zakat di Kabuapten Lombok Timur masih memerlukan
banyak perhatian baik dari pemerintah maupun masyarakat. Dari segi pengelolaan
sangat membutuhkan manajemen penglolaan zakat yang cocok untuk
pengembangannya. Dengan adanya manajemen ini akan dapat terlihat pula
profesionalisme para amil zakat yang bertanggungjawab hingga dana zakat maal
itu bisa sampai tepat pada sasarannya/masyarakat yang berhak menerimanya.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah masih kurang maksimalnya
pengelolaan dana zakat di BAZNAS Kabupaten Lombok Timur. Untuk itu para
amil zakat bertanggungjawab sesuai dengan undang-undang baik UU No. 38
Tahun 1999 maupun UU No. 23 Tahun 2011 serta PERDA No. 9 Tahun 2009
dapat melaksanakan tugasnya dengan maksimal secara transparan, karena dengan
manajemen penglolaan yang baik dapat menumbuhkan kepercayaan para muzakki
terhadap lembaga zakat.
Dalam penelitian ini model yang digunakan untuk menganalisis
impelementasi zakat terhadap kemaslahatan umat sebelum dan sesudah adanya
UU No. 23 Tahun 2011 yakni dengan cara pengumpulkan data sebelum adanya
UU No. 23 Tahun 2011 yaitu tahun 2010 dan setelah adanya UU No. 23 Tahun
2011 yaitu diambil tahun 2012-2015. Data ini berdasarkan hasil pengumpulan
zakat oleh PNS (Pegawai Negeri Sipil) selaku muzakki selamat lima tahun
terakhir. Dari lima tahun tersebut kemudian dianalisis dan dibandingkan tahun
manakah yang mengalami peningkatan.
Hasil Analisis data menunjukkan bahwa penghimpunan zakat terbanyak
terjadi pada tahun 2015, jadi baik undang-undang yang lama maupun yang baru
tidak terlalu berpengaruh, namun justru karena menggunakan sistem yang berbeda
pada masa pemerintahan Bupati lama dengan Bupati baru walaupun
menggunakan PERDA yang sama.
Kata kunci: Zakat mal, Manajemen Pengelolaan Zakat, UU No. 23 Tahun 2011,
PERDA No. 9 Tahun 2002.
viii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan tesis ini
berpedoman pada Surat Keputusan Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987.
A. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
Alif أTidak
dilambangkan Tidak dilambangkan
Ba‟ B Be ب
Ta‟ T Te ت
Sa‟ Ṡ Es (dengan titik di atas) ث
Jim J Je ج
ḥa‟ Ḥ Ha (dengan titik di bawah) ح
Kha‟ Kh Ka dan ha خ
Dal D De د
Żal Ż Zet (dengan titik di atas) ذ
Ra‟ R Er ر
Zai Z Zet ز
Sin S Es س
Syin Sy Es dan ye ش
Ṣād Ṣ Es (dengan titik di bawah) ص
Ḍāḍ Ḍ De (dengan titik di bawah) ض
Ṭa‟ Ṭ Te (dengan titik di bawah) ط
Ẓa‟ Ẓ Zet (dengan titik di bawah) ظ
ain ʻ Koma terbalik di atas„ ع
ix
Gain G Ge غ
Fa‟ F Ef ف
Qāf Q Qi ق
Kaf K Ka ك
Lam L El ل
Mim M Em م
Nun N En ن
Wawu W We و
Ha‟ H Ha ه
Hamzah ` Apostrof ء
Ya‟ Y Ye ي
B. Konsonan Rangkap Karena Syaddah Ditulis Rangkap
1
2
متعقدين
عدة
Ditulis
Ditulis
Muta‟aqqidin
„iddah
C. Ta’ Marbutah Di Akhir Kata
1. Bila dimatikan ditulis h.
1
2
هبة
جزية
Ditulis
Ditulis
Hibbah
Jizyah
(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap
dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafal aslinya).
2. Bila diikuti dengan kata sandang „al‟ serta bacaan kedua itu terpisah, maka
ditulis dengan h.
‟Ditulis Karâmah al-auliyâ اءيلاألوةامرك
x
3. Bila ta‟ marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah
ditulis t atau h.
Ditulis Zakâh al-mal المالاةكز
D. Vokal Pendek
Fathah
Kasrah
Dammah
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
i
u
E. Vokal Panjang
1
2
3
4
Fathah + alif
ةيلاهج fathah + ya‟ mati
ىسنت kasrah + ya‟ mati
ميرك dammah + wawu mati
ضورف
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
A
jâhiliyyah
â
tansâ
î
karîm
û
furûd
F. Vokal Rangkap
1
2
fathah + ya‟ mati
مكنيب fathah + wawu mati
لوق
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ditulis
Ai
bainakum
au
qaul
xi
G. Vocal Pendek yang Berurutan Dalam Satu Kata Dipisahkan dengan
Apostrof
1
2
3
اانتم
اعدت
لئنسكرتم
Ditulis
Ditulis
Ditulis
a‟antum
u‟idat
la‟in syakartum
H. Kata Sandang Alif + Lam
1. Bila diikuti Huruf Qamariyah
1
2
القران
اقياس
Ditulis
Ditulis
al-Qur‟ān
al-Qiyās
2. Bila diikuti huruf syamsiyah ditulis dengan menggandakan huruf
syamsiayah yang mengikutinya, serta menghilangka hruf l (el)-nya.
1
2
السماء
الشمس
Ditulis
Ditulis
al-Samā‟
Asy-Syams
I. Penulisan Kata-Kata dalam Rangkaian Kalimat
1
2
ذويالفروض
اهلالسنة
Ditulis
Ditulis
ẓawi al-furuḍ
ahl as-sunnah
xii
MOTTO
Jadilah anda sebagai diri anda sendiri,
karena prinsip kita ada di dalam hati kita
dan tekad kita dapat meleburkan besi yang kuat
(Sa’ad bin Abi Waqqas)
Percaya kepada kemampuan diri sendiri
adalah rahasia kesuksesan dan kunci kebahagian
juga serta kemajuan dan keluluhan
Ambillah hikmah kebijaksanaan itu
sekalipun
dari wadah manapun datangnya
xiii
LEMBAR PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, rasa syukur hanya milik Allah SWT. yang telah memberikan kekuatan, baik secara zahir maupun bathin untuk bisa menyelesaikan tugas dan sekaligus merupakan tanggung jawab sebagai muslim untuk menuntut ilmu dan untuk mengamalkannya. Dengan selesainya tesis ini penulis merasa memiliki tanggung jawab yang besar untuk bisa mengamalkan ilmu yang selama ini didapatkan dalam bangku sekolah.
Karya sederhana ini saya persembahkan untuk: Ayah dan bunda tercinta (Drs H. Marzuki Adami dan
Marhamah) yang sangat saya sayangi, terima kasih saya yang tiada terhingga, karena perjuanganMu lah saya bisa sampai seperti ini dan adik-adikku dengan segenap kemampuannya membantu, memberikan saya semangat dan harapan
Semua guru-guruku dan dosen-dosenku yang telah mengajarkan dan membimbing saya hingga bisa sampai saat ini
Teman-teman seperjuangan dan yang tak terlupakan Al-Mamaterku Tercinta Program Pascasarjana, Prodi Hukum Islam, Konsentrasi Hukum Bisnis Syariah UIN Sunan Kalijaga
Teman-teman KP No. 14 yang selalu ada dalan suka dan duka.
xiv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puja, puji, dan syukur kepada Allah swt. Tuhan
Semesta Alam, yang telah memberikan taufiq dan hidayahNya kepada penulis
sehingga penulisan tesis ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam semoga
senantiasa tetap tercurah kepada nabi Muhammad Saw yang telah membawa umat
manusia keluar dari jalan kesesatan menuju ke jalan kebenaran yaitu Islam. Salam
takzim yang sekhalis-khalisnya untuk para ulama, para waliyullah.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, baik yang sifatnya material maupun spiritual. Olah
karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:
1. Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk menempuh kuliah di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
2. Prof. Dr. H. Noorhaidi Hasan, M.A., M.Phil, Ph.D, selaku Direktur Program
Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang telah memberikan
kesempatan dan juga kemudahan kepada penulis selama proses pendidikan.
3. Ro‟fah, BWS., M.A., Ph.D., selaku Ketua Program Studi hukum Islam
Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang telah banyak
memberikan motivasi dalam menjalani masa perkuliahan.
4. Fenti S.IP, selaku Staf Program Studi Hukum Islam Program Pascasarjana
Yogyakarta UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, yang telah banyak membantu
penulis dalam melancarkan persoalan-persoalan administrasi selama proses
perkuliahan sampai selesainya tesis ini.
5. Prof. Dr. Abd Salam Arief, M.A., selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, memberikan bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis
sehingga tesis ini dapat terselesaikan dengan baik.
xv
6. Para guru besar beserta segenap dosen dan staf pengajar yang telah membekali
penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan serta pengalaman sejak awal kuliah
sampai penulisan tesis ini.
7. Segenap civitas akademika UIN Sunan Kalijaga terutama Program
Pascasarjana yang memberikan kerjasama yang maksimal selama proses studi.
8. Pimpinan dan seluruh karyawan dan karyawati Perpustakaan UIN Sunan
Kalijaga yang telah memberikan bantuan berupa pinjaman buku sebagai
referensi dalam penulisan tesis ini.
9. Bapak Rawitah Asy‟ary, selaku ketua BAZNAS Kabupaten Lombok Timur
beserta jajarannya yang telah memberikan izin, kesempatan, dan dukungan
kepada penulis untuk melakukan penelitian.
10. Bapak Mujahid Dony Supanra, selaku informan sekaligus koordinator bidang
Penelitian & Pengembangan yang telah bersedia memberikan informasi-
informasi kepada penulis.
11. Bapak H. Ruslan, selaku ketua salah satu masjid di Kabupaten Lombok
Timur.
12. Bapak H. Hamzah Al-Khair yang menjadi salah satu responden dalam
penelitian ini.
13. Secara khusus orang yang paling saya hormati dan sayangi ayah dan bunda
yang dengan sabar dan ketulusan hati memberikan kasih sayangnya yang tiada
tara, membanting tulang demi memperjuangkan keberhasilanku. Semoga
Allah membalas semua ketulusan mereka. Hanya mutiara do‟a yang
kupanjatkan untuk membalas kasih sayang mereka.
14. Untuk yang tersayang Adikku Siti Puspita Hidaksakti MZ, S.Kom., Siti
Hijratul Hihadah MZ, S.Kom., Siti Roqibatul Mei Laili MZ, dan M. Zahid Al-
widani yang selalu memberikan semangat dan motivasi hingga akhir tesis ini.
15. Semua keluarga, teman dan sahabat-sahabatku yang selalu memberikan
dukungan dan motovasi.
16. Semua pihak yang tidak bisa disebut satu persatu yang telah banyak
membantu dan memberikan dukungan kepada penulis.
xvi
Tiada gading yang tak retak. Sebagai sebuah karya, tentu saja tesis ini
masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritikan konstruktif dari
semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan dan penyempurnaan tesis ini.
Akhir kata, diharapkan karya ini semoga dapat memberikan sumbangan
yang cukup berharga dan bermanfaat demi kemajuan pendidikan. Semoga jasa
baik mereka mendapatkan balasan yang setimpal di sisi Allah swt. Dan dicatat
sebagai amal ibadah di sisi-Nya. Amin ya rabal’alamin.
Yogyakarta, 11 Maret 2016
Penulis,
Hikmatul Hidayati MZ.
NIM: 1420311018
xvii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................ i
PERNYATAAN KEASLIAN .............................................................. ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ................................................. iii
PENGESAHAN ..................................................................................... iv
PERSETUJUAN TIM PENGUJI UJIAN TESIS ............................. v
NOTA DINAS PEMBIMBING .......................................................... vi
ABSTRAK ............................................................................................ vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................... viii
MOTTO ................................................................................................ xii
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................... xiii
KATA PENGANTAR .......................................................................... xiv
DAFTAR ISI.......................................................................................... xvii
DAFTAR TABEL ................................................................................ xx
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ xxii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xxiv
BAB I : PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ............................................................ 9
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 9
E. Kajian Pustaka ................................................................ 11
F. Kerangka Teoritik ........................................................... 20
G. Metode Penelitian ........................................................... 42
1. Ruang Lingkup Penelitian ........................................ 42
2. Jenis Penelitian ......................................................... 43
3. Pendekatan Penelitian ............................................... 44
4. Sumber Data Penelitian ............................................ 45
5. Teknik Pengumpulan Data ......................................... 46
6. Teknik Analisis Data ................................................ 49
H. Sistematika Pembahasan ................................................. 50
xviii
BAB II : KONSEP ZAKAT DAN PENDAYAGUNAAN UNTUK
KEMASLAHATAN UMMAT ......................................... 52
A. Konsep Zakat .................................................................. 52
1. Pengertian Zakat Menurut Hukum Islam dan UU No.
23 Tahun 2011 .......................................................... 52
2. Dasar Hukum Zakat .................................................. 56
3. Fungsi, Tujuan dan Manfaat Zakat ........................... 60
4. Hikmah Zakat ........................................................... 64
B. Sasaran Pendayagunaan Dana Zakat .............................. 66
C. Zakat Sebagai Pemberdayaan Ekonomi Serta Kemandirian
Ekonomi Umat ................................................................ 80
BAB III : DESKRIPSI TENTANG GAMBARAN UMUM DAERAH
KABUPATEN LOMBOK TIMUR .................................. 93
A. Islam di Kabupaten Lombok Timur ............................. 94
B. Kondisi Geografis Kabupaten Lombok Timur ............ 99
C. Pendidikan dan Kesehatan Kabupaten Lombok Timur 106
D. Kebudayaan Kabupaten Lombok Timur ...................... 108
E. Sarana Ekonomi Kabupaten Lombok Timur ............... 110
F. Kondisi Lembaga Zakat Kabupaten Lombok Timur ... 115
BAB IV : ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN .......................... 127
A. Sistem Pengumpulan Dan Pendayagunaan Serta
Pengelolaan Dana Zakat Terhadap Kemaslahatan Umat
Di BAZNAS Kabupaten Lombok Timur ....................... 127
B. Realisasi Pemberdayaan Umat Melalui Lembaga
BAZNAS Kabupaten Lombok Timur ........................... 139
C. Landasan Peraturan Pengelolaan Dana Zakat Di
Kabupaten Lombok Timur Sebelum Adanya UU No.
23 Tahun 2011 ................................................................. 144
xix
D. Impelementasi Zakat di Kabupaten Lombok Timur
Sebelum Dan Sesudah adanya UU No. 23 Tahun 2011
terhadap kemaslahatan umat ........................................... 148
BAB V : PENUTUP ............................................................................. 157
A. Kesimpulan ..................................................................... 157
B. Saran ................................................................................ 158
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 160
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xx
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Luas Lahan Menurut Jenis dan Kecamatan di Kabupaten Lombok
Timur Tahun 2014 (Ha).
Table 2 : Luas Kecamatan Kabupaten Lombok Timur tahun 2014.
Table 3 : Jumlah Penduduk Kabupaten Lombok Timur Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2014.
Table 4 : Jumlah Sekolah Menurut Tingkat Pendidikan dan Tipe Sekolah
Tahun 2014.
Table 5 : Hasil Jumlah Penghimpunan Dana Zakat Di BAZNAS 2010-2015
xxi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Struktur BAZNAS (Badan Amil Zakat Nasional Kabupaten Lombok
Timur)
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pedoman Wawancara, Pedoman Dokumentasi Pedoman Observasi
Lampiran 3 : Instrumen Penelitian
Lampiran 4 : Profil Keluarga Msyarakat Madani
Lampiran 6 : Hasil Jumlah Penghimpunan Dana Zakat Di BAZNAS 2010-2015
Lampiran 7 : UU No. 23 Tahun 2011
Lampiran 8 : Peraturan Daerah Kabupaten Lombok Timur No. 9 Tahun 2002
Lampiran 9: Surat-surat Izin Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang wajib dipenuhi oleh semua
muslim. Zakat dalam pelaksanaannya harus ditetapkan dan diatur oleh agama dan
negara. Prinsip zakat meliputi dasar-dasar yang sangat luas yakni zakat adalah
kewajiban untuk melaksanakan tugas ekonomi (menghindarkan penumpukan
kekayaan pada sekelompok kecil orang kaya), sosial (zakat memungkinkan
pelaksanaan tanggung jawab orang-orang kaya untuk membantu para mustahiq
memenuhi kebutuhan mereka) dan tanggung jawab moral (zakat mensucikan harta
yang dimilki agar hartanya diridhai oleh Allah SWT).
Memberi bantuan kepada masyarakat yang lemah merupakan kewajiban yang
didasari dengan kesadaran sepenuhnya dari lubuk hati guna meringankan beban hidup
mereka, terutama dalam hal kebutuhan ekonomi.Wujud kepedulian kita terhadap
saudara-saudara kita yang lemah adalah salah satunya dalam bentuk kewajiban
berupa zakat dengan batasan tetentu. Kewajiban untuk berzakat ini sudah dijelaskan
dalam Al-qur‟an, kitab-kitab hadits yang kemudian dikembangkan oleh ijtihad
manusia yang memenuhi syarat dalam berbagai aliran (mazhab) hukum Islam. Karena
itu, kendatipun istilahnya sama seringkali rumusan dan pengertiannya berbeda
(diantara aliran-aliran hukum tersebut).1
1 Muhammad Daut Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf,Cet 1. (Jakarta: UI-PRESS,
1988), hlm. 38.
2
Pintu-pintu ijtihad2 yang selama ini tersumbat dalam bidang zakat harus
dibuka kembali, demi mencapai substansi dari ajaran zakat itu sendiri.Ijtihad dalam
bidang zakat ini telah dan selalu dilaksanakan di Indonesia, baik secara individual dan
konstitusi. Salah satu bukti dari proses ijtihad tersebut yakni dengan keberadaan Amil
Zakat Infak dan Sodaqoh yang mendapat respon positif pemerintah terhadap
pelaksanaan zakat. Selain itu juga respon positif pemerintah terhadap zakat yakni
dengan digantinya UU No. 38 Tahun 1999 menjadi UU No. 23 Tahun 2011.3
Zakat ini juga merupakan wujud salah satu pemasukan yang penting dari
pemasukan-pemasukan lainnya yang dimilki negara pada masa Rasulullah Saw, dan
khulafa‟ al-Rasyidin dalam bentuk uang serta para pengikut mereka sampai hari
kiamat tiba.Jika hukum pidana merupakan wujud perlindungan dasar bagi manusia
yang tidak dapat terlepas dari kehidupan sehari-hari masyarakat, maka zakat adalah
sebagai wujud batasan paling rendah yang mesti ada pada aturan ekonomi di
masyarakat.4
Disamping kesadaran yang makin tumbuh dalam masyarakat Islam Indonesia
tentang pengelolaan zakat, ada juga yang tidak percaya terhadap penyelenggaraan
2 Ijtihad adalah penelitian dan pemikiran untuk mendapatkan sesuatu yang terdekat dengan
kitab Allah dan sunnah Rasul saw, baik melalui suatu nash yang disebut qiyas, maupun melalui
maksud dan tujuan umum hikmah syariat. 3 Kebijakan di gantinya UU tersebut dilihat dari kebutuhan hukum karena UU sebelumnya
belum mampu menjawab keinginan masyarakat di tanah air, belum bisa efektif mengkondisikan
masyarakat agar gemar berzakat melalui lembaga, serta belum ada manfaat yang cukup signifikan
terhadap berlakunya UU tersebut namun disahkannya UU yang baru pun justru malah menimbulkan
kontroversi dikalangan para pegiat zakat sehingga realisasi pelaksanaan UU tersebut masih tidak jelas.
Lihat, Kurtanto Noor Aflah & Mohd.Nasir Tajang, Zakat & Peran Negara. (Jakarta: Forum Zakat
(FOZ), 2006), hlm. 67. 4 Pendahuluan Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba‟ly, Dalam Ekonomi Zakat ‘Sebuah Kajian
Moneter Dan Keuangan Syariah. (Jakarta: Raja Grafindo Persada 2006). hlm. ix
3
zakat itu sendiri seperti yang terjadi di Kabupaten Lombok Timur. Sikap ini
sebenarnya ditujukan kepada pengurus zakat karena kesalahan-kesalahan yang dibuat
oleh pengurusnya, malahan masyarakat di Kabupaten Lombok Timur lebih percaya
dengan amil tradisional yang sudah ada sejak dahulu sebagai sejarah adanya zakat
pertama kali. Hal ini tidak terlepas dari kelembagaan atau pengelolaan dana zakat
yang tidak sesuai dengan sasarnnya.
Penelitian ini akan dilakukan di BAZDA Kabupaten Lombok Timur, karena
melihat fenomena yang ada di Kabupaten Lombok Timur tersebut masih terlihat agak
tertutup, masyarakat yang wajib zakatmasih melakukan secara sendiri-sendiri dan
kurang begitu antusias dalam mengeluarkan zakat. Penelitian dilakukan untuk melihat
perbandingan potensi zakat sebelum dan sesudah adanya UU No. 23 Tahun 2011,
kalau ada terjadi perbedaan hasil penelitian sebelum dan sesudah adanya UU No. 23
Tahun 2011 tersebut, maka pengelolaan dana zakat di Kabupaten Lombok Timur
mengalami perubahan. Penelitian ini juga dilakukan agar dapat menjadi acuan yang
lebih baik untuk masyarakat dalam mengeluarkan zakat.
Memang sudah menjadi kebiasaan sejak dahulu para wajib zakat lebih-lebih
dipedesaan, mereka tidak menyerahkan zakatnya kepada beberapa dari delapan
golongan yang berhak menerimanya akan tetapi mereka menyerahkan zakatnya
kepada para pemimpin agama setempat, sementara pemimpin agama tersebut
terkadang tidak bertindak sebagai amil yang berkewajiban membagikan dan
menyalurkan zakat tersebut kepada mereka yang berhak menerimanya tetapi justru
4
bertindak sebagai mustahiq5sendiri yang masuk dalam kategori sabilillah.
6 Sikap
tersebut seharusnya bisa ditinggalkan untuk menghindari penumpukan harta zakat
pada orang tersebut.
Cara ini tidak sepenuhnya salah, namun harus diperhatikan tujuan zakat yang
sesungguhnya salah satunya yakni pemerataan untuk mencapai keadilan sosial.
Bahkan setelah adanya UU No. 23 Tahun 2011 pengelolaan dana zakat masih tetap
kurang maksimal walaupun mengalami beberapa pergeseran. Aktualisasi UU
pengelolaan zakat itu merupakan tugas daerah masing-masing untuk menginfentaris,
mengumpulkan dana dari masyarakat dan mengelolanya sesuai dengan ketentuan
nash, hal ini merupakan bagian dari aktualisasi makna zakat yang substansial yakni
menjadikan si penerima zakat menjadi si pembayar zakat.
Kemiskinan memang merupakan fenomena yang tidak akan pernah
terpisahkan dari dinamika kehidupan masyarakat. Kemiskinan membuat orang tidak
memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan gizi yang cukup, pendidikan yang
layak dan penyediaan kebutuhan lain yang semestinya. Masyarakat khususnya
Kabupaten Lombok Timur sudah saatnya mengintrospeksi diri, karena masih banyak
kekurangan dan ketertinggalan dalam bidang ekonomi, terutama dalam pengelolaan
zakat.
5 Mustahik adalah orang-orang yang masuk kedalam kategori 8 golongan yakni yang berhak
menerima zakat dan yang lebih diutamakan dari 8 golongan itu adalah fakir dan miskin. 6 Menurut asy-Syafi‟iyyah ‘Sabilillah’ ada dua macam yakni orang yang mau bepergian dan
orang yang di tengah perjalanan, ke duanya berhak menerima zakat, meskipun ada yang mau
menghutanginya atau ia mempunyai harta di negerinya, dalam arti bepergian dalam bidang ketaatan,
seperti hajji, perang, ziyarah yang disunnatkan, berhak diberi bagian zakat untuk nafkah, pakaian,
perbekalan dan apa saja yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan kepergiannya itu. Baca: pendapat
imam-imam lainnya dan zakat produktif dalam pespektif hukum Islam oleh Asnaini.
5
Pengelolaan zakat di Kabupaten Lombok Timur masih terkesan bersifat lokal
dan dilaksanakan secara sendiri-sendiri, apalagi dalam pemungutan zakat fitrah yang
hanya terjadi pada bulan ramadhan saja, namun seharusnya zakat yang lain seperti
zakat maal (harta) dan zakat profesi harus dikelola dengan baik pula disamping infak
dan shadaqah.
Pandangan zakat dan kemiskinan dalam Islam meliputi dua dimensi yang
sangat penting mencakup keseluruhan aspek kehidupan. Pertama dimensi vertikel
yang didalamnya meliputi sistem tindakan, dan tata nilai, yang mengatur hubungan
antara manausia dengan tuhannya, kedua dimensi horizontal yakni aturan-aturan yang
mengatur hubungan antara manusia dalam kehidupan sosialnya dan lingkungan
sekitarnya dalam usaha pemenuhan kebutuhan mereka.
Zakat memiliki potensi yang dapat digali sebagai sumber dana untuk
kemaslahatan umat. Selain memiliki dimensi vertikel sebagai bentuk pengabdian
kepada Sang khaliq, juga memiliki dimensi horizontal sebagai bentuk kepedulian
terhadap sesama manusia terutama masyarakat yang kurang beruntung kehidupannya.
Tak seorang pun ingin menjadi penerima zakat dan jika seorang membiarkan „yang
jelas‟ maupun „yang tidak jelas‟ (yang actual dan potensial) menganggur, maka ia
akan semakin kehilangan harta (karena dimakan zakat) dan oleh karena itu ia harus
bekerja.7
7 Muhammad Aslam Haneef, Pemikiran Eokonomi Islam Kontemporer ‘Analisis Komparatif
Terpilih’, (Terj: Suherman Rosyidi, Judul Asli: Contemporary Muslim Economic Though‟ A
Comparative Analysis), Ed 1, Cet 1. (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 24.
6
Aspiratif umat Islam yang menginginkan agar zakat diletakkan pada proporsi
yang benar, sebagian telah terakomodasi dengan pembentukan BAZNAS sebagai
amil zakat yang mendapat legitimasi undang-undang negara.Yang diperlukan saat
sekarang dan kedepan adalah keberpihakan politik dan back up kebijakan pemerintah,
sehingga BAZNAS dapat melakukan tugas dan fungsinya dengan kekuatan dan
kewibawaan.8 Undang-undang negara hanya mengatur lembaga pengelolaan zakat
sedangkan hukum zakat itu tetap mengikuti ketentuan syariah sesuai dengan Al-
qur‟an dan sunnah.9
Dengan UU No. 23 Tahun 2011 tersebut diharapkan mampu menjawab
kebutuhan hukum di Indonesia mengenai pengelolaan dana zakat ini. Tetapi pada
kenyataanya justru malah memunculkan banyak kontroversi dikalangan para pegiat
zakat yang menilai bahwa UU No. 23 Tahun 2011 tersebut tidak sesuai dengan
kebutuhan kondisi masyarakat, terlalu ketat. UU ini seolah-olah mempersempit
kemandirian masyarakat sendiri serta mempengaruhi kinerja dan menghambat kerja
daripada lembaga zakat yang telah ada terkait dengan pengelolaan dana zakat
tersebut.
Disamping itu juga kurangnya pemahaman masyarakat Kabupaten Lombok
Timur terutama para muzakki untuk memahami konsep zakat itu sendiri, Kemudian
kurangnya kesadaran akan wajib zakat, hal ini disebabkan tidak lain adalah
8 Fakhruddin, Fiqih Dan Manajemen Zakat Di Indonesia, Cet 1. (Malang: UIN Malang Press,
2008), hlm. 259-260. 9 Kurtanto Noor Aflah & Mohd.Nasir Tajang, Zakat & Peran Negara. (Jakarta: Forum Zakat
(FOZ), 2006), hlm. 67.
7
masyarakat kurang memahami konsep zakat yang merupakan ibadah (sosial).
Kemudian ditambah lagi kurangnya kepercayaan masyarakat akan pengelolaan dana
zakat dilembaga zakat tertentu, terkait dengan maraknya masalah korupsi yang selalu
menjadi sorotan publik membuat masyarakat terutama para muzakki takut akan
adanya zakat yang sudah dikeluarkan tersebut dikorupsikan oleh oknum yang tidak
bertanggung jawab.
Peran pemerintah daerah dan tokoh agama sangat diperlukan untuk bersinergi
sebaik mungkin agar pelaksanaan zakat dapat dikoordinasikan dan diarahkan tepat
pada sasarannya demi kemaslahatan umat, serta untuk memantapkan kepercayaan
masyarakat akan wajib zakat. Terkait dengan kemaslahatan umat pendayagunaan
zakat tidak hanya berorientasi pada kebutuhan komsumtif saja tetapi juga kebutuhan
produktif.
Sebagai amil tidak cukup hanya sekedar mematok saja „target fundraising’10
dan „sasaran pendayagunaan‟ dalam makna karitatif semata. Ia perlu melengkapi
dengan target dampak seperti apa yang diharapkan dari pendayagunaan zakat ke
tengah mustahiq yang disasarnya.11
Lebih-lebih zakat maal yang sangat dibutuhkan
oleh para mustahiq untuk kebutuhan jangka panjang, hingga dapat mencapai
10
Fundraising masksudnya kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dan sumber daya
lainnya (baik individu, kelompok, organisasi, perusahaan ataupun pemerintah) yang akan digunkan
untuk membiayai opersional program lembaga zakat, tidak hanya itu, fundraising juga diartikan salah
satu cara supaya lembaga zakat tetap eksis dalam menghadapi tantangan global yang mana bukan
hanya sekedar pengumpulkan dana namun juga dapat berupa segala macam benda dan fasilitas yang
bisa di manfaatkan sekaligus merupakan bentuk partisipasi dan kepedulian masyarakat. (baca: April
Purwanto Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelolaan Zakat. (Yogyakarta:Teras, 2009). 11
Kurtanto Noor Aflah & Mohd.Nasir Tajang, Zakat & Peran Negara.(Jakarta: Forum Zakat
(FOZ), 2006), hlm. 5.
8
kemaslahatan umat.Untuk itulah dibutuhkan strategi dan manajemen yang baik dalam
pengelolaan dana zakat maal ini.
Komaz menilai pemberlakuan undang-undang ini (UU No. 23 Tahun 2011)
dapat mematikan peran amil zakat tradisional yang sebelum ini telah eksis jauh
sebelum undang-undang ini diberlakukan. Salah satu poin yang dikhawatirkan adalah
adanya sanksi untuk para amil yang tidak memiliki izin dari Pemerintah, sebagaimana
diatur dalam pasal 38 dan 41. Padahal selama ini amil tradisional yang berbasis
masjid, pesantren atau perkumpulan masyarakat telah menjalankan kegiatan ini
bertahun-tahun, seperti yang terjadi di Kabupaten Lombok Timur masih banyak amil
tradisonal yang bahkan lebih dipercaya oleh masyarakat terutama yang masih di
lingkungan pedesaan yang mana jangkauan daripada LAZ masih terbatas.
Untuk mengetahui perbandingan impelementasi sebelum dan sesudah adanya
UU No. 23 Tahun 2011, Penelitian ini akan mengambil sampel sebelum adanya UU
No. 23 Tahun 2011 yakni pengelolaan zakat pada tahun 2010 dan setelah adanya UU
No. 23 Tahun 2011 yakni pada tahun 2012-2015.
Dengan demikian, mengacu pada permasalahan tersebut penulis ingin
menggali lebih dalam lagi sebagai upaya untuk mengetahui prospek dan
perkembangan zakat dalam implementasinya terhadap kemaslahatan umat di BAZDA
Kabupaten Lombok Timur, yang bukan hanya sebagai retorika dan legalitas formal
yang tidak terlaksana, namun sebagai konsep yang dapat terimplentasi dalam
kehidupan masyarakat hingga saat sekarang ini.
9
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat di tarik rumusan masalahnya yaitu:
1. Bagaimanakah penerapan zakat maal sebelum dan sesudah adanya UU No. 23
tahun 2011 di BAZNAS Kabupaten Lombok timur?
2. Apakah peran amil dimasyarakat masih aktif dalam menghimpun zakat?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas dapat diambil tujuan penelitiannya adalah
1. Untuk mengetahui profesionalisme para amil zakat hingga dana zakat maal itu
bisa sampai tepat pada sasarannya/masyarakat yang berhak menerimanya baik itu
sebelum dan sesudah adanya UU No. 23 Tauhn 2011 di Kabupaten Lombok
Timur.
2. Untuk mengetahui sejauhmana keaktifan amil yang tidak berbadan hukum
berperan dimasyarakat
D. Manfaat Penelitian
Manfaatyang diharapkan oleh penulis disini ada dua yaitu manfaat teoritis dan
manfaat praktis:
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis adalah manfaat yang digunakan untuk mengembangkan
ilmu pengetahuan secara teoritis dalam arti data yang diperoleh di lapangan saat
mengadakan penelitian nanti diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan analisis
dan kajian untuk dijadikan pola dukung pengembangan ilmu secara teoritis
seperti: Memperkaya khazanah ilmu pengetahuan pada berbagai bidang terutama
10
tentang peran lembaga-lembaga zakat yang terdapat dalam UU No. 23 Tahun
2011 tentang pengelolaan dana zakat ini.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi
pengetahuan tentang bagaimana peran lembaga zakat dalam mengelola dana zakat
tersebut kemudian bagaimana pelaksanaan pendistribusian dana zakat tersebut
supaya tepat pada sasarannya.
2. Manfaat Praktis
Manfaat Praktis adalah dapat dimanfaatkan secara langsung dalam hidup
dan kehidupan sehari-hari dalam arti kata informasi pengetahuan yang didapatkan
baik dari teori maupun data yang diperoleh dari lapangan saat mengadakan
penelitian dapat dijadikan bahan tambahan pengalaman dan pengetahuan baru,
diantaranya:
a. Diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui pelaksanaan tugas dan fungsi
masing-masing lembaga zakat maupum amil perorangan dalam mengelola
dana zakat khususnya di Kabupaten Lombok Timur.
b. Bagi masing-masing lembaga dan masyarakat dapat menyadari akan hak dan
kewajibannya serta tanggung jawab yang dipikulnya
c. Dapat menjadi masukan serta melengkapi koleksi bahan pustaka dan dapat
dijadikan sebagai bahan pembanding bagi penelitian-penelitian berikutnya,
khususnya yang ada kaitannya dengan judul penelitian ini.
11
E. Kajian Pustaka
Sejauh yang penulis ketahui, banyak tulisan baik berupa hasil penulisan,
artikel, jurnal maupun buku yang membahas tentang masalah zakat, namun sebagai
barometer untuk penulisan yang akan penulis lakukan, penulis mendapatkan beberapa
literatur terdahulu yang berhubungan dengan persoalan yang penulis kemukakan, dari
berbagai perspektif baik hukum, sosial, ekonomi, dan peranannya untuk
kemaslahatan umat dan mengentaskan kemiskinan.
Diskusi tentang zakat ini cukup meramaikan peta pemikiran ke-Islam-an.
Dengan kehadiran buku yang berjudul „strategi pengelolaan zakat di Indonesia‟ oleh
Noor Aflah mengemukakan bahwa pengelolaan zakat memang mengalami
pertumbuhan, OPZ makin kreatif dalam melakukan penggalangan maupun
penyaluran dana kemudian diikuti lahirnya lembaga-lembaga zakat baru yang kini
jumlahnya mengalami peningkatan yang signifikan, itu semua belum termasuk
kepanitiaan zakat yang muncul secara sporadis khususnya dibulan ramadhan, jika
dicermati penomena tersebut nampaknya malah terjadi dan bertumpuk di Jakarta dan
serta kota-kota besar lainnya.
Karena organisasi zakat tersebut sulit untuk melakukan sinergi, sangat sulit
untuk di ajak kerjasama terutama dalam satu hal membuat program besar yang bisa
berdampak dan bermanfaat besar bagi masyarakat miskin. Padahal visi, misi dan
sasaran organisasi relatif sama yakni mengangkat harkat martabat kaum dhuhafa,
dalil yang digunakan sama, target programnya sama, hanya kemasannya yang
berbeda.
12
Fakta yang sangat ketara adalah manakala melihat OPZ ditengah
lokasi/daerah yang baru terkena bencana, masing-masing organisasi begitu ingin
sekali mengangkat bendera sendiri setinggi-tingginya seakan lokasi bencana
dijadikan ajang „memamerkan‟ program masing-masing. Dari fenomena inilah
tampaknya sinergi masih hajatan „mahal‟ sehingga belum dianggap sebagai
kebutuhan bersama bagi OPZ.Salah satu kendala terhambatnya sinergi adalah
dikarenakan dorongan kuat sekaligus cerminan sikap egosentris.Diantara harapan
para petinggi OPZ terutama dalam penataan regulasi perzakatan adalah muatan revisi
UU zakat, diharapkan bisa mempertahankan yang positif dan yang masih kurang bisa
diperbaiki.12
Substansi UU Pengelolaan Zakat yang baru didominasi oleh pengaturan
terkait dengan kelembagaan yang meliputi aspek teknis, yang tidak bisa dipisahkan
dengan kelembagaan pelaksana. Dari proses perumusan hingga diundangkan UU No.
23 Tahun 2011 banyak mendapat sorotan dari organisasi pengelola zakat (OPZ)
khususnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Asnaini13
yang berjudul pemetaan potensi
zakat di provinsi Bengkulu sebagai upaya pengembangan ekonomi umat menyatakan
bahwa potensi zakat dapat dilihat dari potensi demografi, sumber/jenis zakat mal
yang dapat dikembangkan, dan aktualisasi zakat di BAZ dan masjid. Ternyata potensi
12
Noor Aflah, Strategi Pengelolaan Zakat Di Indonesia, Cet 1. (Jakarta: Forum Zakat (FOZ),
2011), hlm. 157. 13
Asnaini, Pemetaan Potensi Zakat Di Provinsi Bengkulu Sebagai (Upaya Perngembangan
Ekonomi Ummat), Disertasi, Koleksi Program Pascasarjana Pada UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2011, Tidak Diterbitkan.
13
yang terungkap adalah potensi minimum (paling jelek), disebabkan karena masih
banyaknya muzakki yang tidak membayar zakat ke BAZ dan ke masjid malah justru
langsung ke mustahiknya, meskipun ada juga yang kelembaga pendidikan dan
sosial/agama.
Kemudian minat masyarakat dalam membayar zakatnya kelembaga yang
sudah disediakan masih rendah, karena dilihat dari sisi internal muzakki disebabkan
oleh tiga hal, yakni ibadah sosial (zakat) masih diperlakukan sebagai ibadah
individual, kepercayaan (trust) muzakki terhadap lembaga zakat masih rendah, hal ini
menunjukkan prilaku sosial masyarakat yang tidak saling percaya didunia yang
sedang berkembang ini bahkan terjadi juga dalam pelaksanaan zakat, dan dalam
memberikan zakat, muzakki mengutamakan lingkungannya (tetangga dan saudara),
dalam hal ini membayar zakat langsung sekaligus memberikan, mencari aman, untuk
menghilangkan keraguan/rasa takut zakatnya tidak samapi pada kepada yang berhak
menerimanya jika diberikan melalui lembaga.
Adapun dalam penelitian tersebut terdapat beberapa korelasi paling rendah
terhadap faktor pengembangan ekonomi zakat (FEZ), yakni kurangnya
pengetahuan/kesadaran masyarakat tentang zakat, SDM pengelola sangat terbatas,
penerimaan zakat di lembaga sangat kecil, dan korelasi paling tinggi yakni dukungan
pemerintah, lokasi lembaga yang strategis, pengajaran zakat disekolah dan perguruan
tinggi. Penelitian ini hampir sama dengan yang diteliti akan tetapi bedanya lokasi
penelitian ini dilakukan di Lombok Timur yang memiliki adat dan kebiasaan yang
14
berbeda di masyarakat serta peraturan dan sistem pengelolaan zakat yang digunakan
berbeda pula.
Dalam penelitian lainoleh Zaki Ismail, dengan judul „politik syariah Islam di
Lombok Timur (studi kebijakan peraturan daerah Kabupaten Lombok Timur No. 9
Tahun 2002 Tentang Penelolaan Zakat)‟ pada tahun 2007,menjelaskan bahwa untuk
melaksanakan peraturan daerah itu dibentuk LAZ sebagai lembaga yang mengatur
pelaksanaan zakat yang disebut “zakat profesi”.14
Hal ini menimbulkan perbedaan
sikap dari masyarakat, para guru dan tokoh agama yakni terjadinya pro dan kontra
dengan memiliki alasan masing-masing.15
Peraturan ini bersifat menindas dan ortodoks walaupun didasarkan pada
pemahaman atau nilai luhur yang bertujuan sangat baik yakni keadilan sosial serta
bersifat represif. Perbuatannya yang tergesa-gesa dan pelaksanaannya meresahkan
sosial karena ada pihak yang menolak dan mendukung hingga berujung pada konflik.
pelaksanaan zakat profesi di Lombok Timur masih dianggap debateable karena hanya
merupakan hasil ijtihad hanya seorang ulama, tanpa didukung oleh ulama-ulama lain
(ijma‟).Penelitian ini masih berada pada periode pertama setelah disahkannya
PERDA No. 9 Tahun 2002 dan belum lahir UU No. 23 Tahun 2011.
14
Zakat profesi adalah zakat yang diwajibkan kepada seorang pegawai negeri yang diambil
dari gaji, upah atau pun honorarium setiap bulannya, misalnya dokter, konsultan, pengacara dan lain-
lain .Zakat profesi ini masih manuai kontra dikalangan para pekerja karena nizab yang diwajibkan
terkadang tidak sesuai dengan gaji yang mereka dapatkan.(Baca: Dzakiah Drajat, Zakat Pembersih
Harta Dan Jiwa, Jakarta: Yayasan Pendidikan Islam „Ruhama‟) 15
Zaki Ismail, „Politik Syariah Islam Di Lombok Timur (Studi Kebijakan Peraturan Daerah
Kabupaten Lombok Timur No. 9 Tahun 2002 Tentang Penelolaan Zakat), Tesis Koleksi Perpustakaan
Program Pascasarjana Pada Magister Studi Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2007, Tidak
Diterbitkan.
15
Berbeda dengan penelitian ini, yakni membandingkan pengelolaan zakat
sebelum dan sesudah disahkannya UU No. 23 Tahun 2011, namun, dengan memakai
peraturan turunan yang sama yakni PERDA No. 9 Tahun 2002, dan penelitian ini
memasuki periode ke dua dan ke tiga setelah disahkannya PERDA tersebut serta
terkait masa pemerintahan daerah yang berbeda pula.
Dalam buku Muhammad Daut Ali yang berjudul „sistem ekonomi Islam zakat
dan wakaf‟, menjelaskan kesadaran umat Islam yang cukup tinggi untuk
mengeluarkan zakat hanya baru tampak dalam penunaian zakat fitrah saja, sedangkan
kesadaran yang sama untuk pengeluarkan zakat harta masih belum nyata,16
Karena
tidak adanya pengorganisasian zakat yang jelas. Pengorganisasian sangat perlu diatur
sebaik-baiknya agar pelaksanaan zakat dapat dikoordinasikan dan diarahkan. Hal ini
perludilakukan untuk memantapkan kepercayaan masyarakat dan wajib zakat
khususnya di Kabupaten Lombok Timur.
Dalam jurnal Bimas Islam oleh mustolih siradj, UU No. 23 Tahun 2011
tentang pengelolaan zakat, sebuah pendapat menjelaskan bahwa, undang-undang
tersebut segera berhadapan langsung dengan berbagai masalah dalam
penerapannya,baik disebabkan adanya kekosongan atau celah hukum yang terbuka,
rumusannya terlampau luas, kekeliruan perumusan atau pendefinisian maupun kata
atau rumusan yang mengandung ambiguitas.
16
Muhammad Daut Ali, Sistetm Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, Cet 1.(Jakarta:UI-Press,
1988), hlm. 65.
16
Apalagi dihubungkan dengan realitas kehidupan masyarakat yang sangat
padat saat sekarang bisa saja semakin membuat UU No. 23 Tahun 2011 akan menjadi
rumusan kalimat mati ditinggalkan oleh perubahan masyarakat itu sendiri. Oleh
karena sangat mungkin umur dari UU No. 23 Tahun 2011 sendiri tidak akan bertahan
lama seperti halnya yang dialami oleh UU No. 38 Tahun 1999 yang hanya bertahan
dua belas tahun saja.
Faktanya, sebelum UU Pengelolaan Zakat diundangkan, pengelolaan zakat
dilakukan oleh masyarakat sendiri, baik oleh organisasi (antara lain organisasi
kemasyarakatan yang bergerak di bidang dakwah atau pendidikan), organisasi
berbadan hukum (yayasan), perkumpulan orang (seperti pengurus/takmir masjid atau
musholla), atau bahkan oleh satu atau beberapa orang yang dianggap sebagai tokoh
agama (alim ulama) dengan mengumpulkan dan membagi zakat dalam komunitas
tertentu yang anggota dan wilayahnya relatif kecil.
Masyarakat Kabupaten Lombok Timur masih menganggap UU No. 23 Tahun
2011 itu masih terlalu umum, tidak sesuai dengan kondisi masyarakat Lombok
Timur, bahkan dapat mendiskriminasi amil tradisional hingga memungkin terjadi
kriminalisasi terhadap amil tradisional yang sampai saat ini masih mendapat ruang
gerak dari BAZNAS Kabupaten Lombok Timur. Terkait dengan hasil yudicial review
MK tentang UU No.23 Tahun 2011 masih memberikan peluang bagi amil tradisional.
Kemudian terkait dengan larangan melakukan pengumpulan pendistribusian,
atau pendayagunaan zakat tanpa izin pejabat yang berwenang dan ketentuan pidana
bagi amil berdasarkan UU No. 23 Tahun 2011, dari hasil penelitian yang dilakukan
17
olehfaisal17
yang berjudul pemidanaan pengelolaan zakat (studi untuk penerapan
hukum Islam secara komfrehensif). Ketentuan UU zakat tersebut sesuai dengan
ketentuan yang ada dalam hukum pidana Islam.
Penelitian tersebut juga memberikan menjelaskan dari segi filosofi sanksi
yang diterapkan dalam pemidanaan pengelolaan zakat yakni sanksi takzir, karena
permasalahan zakat memang ada ketentuannya dalam al-qur‟an dan hadist, tetapi
hukuman dan takzir bagi pelanggaran pengelolaan dan pengembangannya diserahkan
kepada hakim. Di Kabupaten Lombok Timur sendiri sanksi yang ada dalam PERDA
No. 9 Tahun 2002 itu tidak diterapkan, namun, tetap diimbau kepada masyarakat.
Secara sosiologis permasalahan zakat di Indonesia sejak lama terjadi, namun
sanksinya belum ada, yang berlaku hanyalah sanksi sosial saja. Akan tetapi sejak
adanya UU No. 23 Tahun 2011 ditetapkan, hukuman pidana bagi amil mulai berlaku,
inilah yang merupakan salah satu pasal yang krusial dan menimbulkan kontra dari
para pegiat zakat, dikarenakan masih banyaknya amil tradisional yang tidak memiliki
izin khususnya di Kabupaten Lombok Timur, serta jangkauan LAZ yang masih
terbatas. Sementara menurutnya, Pengelolaan zakat oleh pemerintah sangat logis
karena beberapa pertimbangan salah satu adalah untuk menjamin kepastian dan
kedisiplinan pembayar zakat.
Salah satu pendapat Presiden Direktur Dompet Dhuafa dalam menyikapi
putusan MK tersebut, Ahmad Juwaini menyatakan bahwa yang terpenting keberadaan
17
Faisal, Pemidanaan Pengelolaan Zakat (Studi Penerapan Sanksi Dalam Pasal 21 Undang-
Undang No. 38 Tahun 1999 Dalam Perspektif Takzir) Disertasi, Koleksi Program Pascasarjana Pada
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2011, Tidak Diterbitkan.
18
Undang-undang ini jangan membatasi masyarakat yang ingin melakukan
pemberdayaan zakat. Lebih jauh kedepan, dengan adanya undang-undang ini
diharapkan mekanisme pengelolaan zakat di Indonesia lebih optimal lagi, mengingat
potensi zakat di Indonesia yang mencapai 200 Triliun per tahun. Koordinasi yang
baik antara LAZ dengan BAZ ataupun UPZ yang lain merupakan kunci sukses
pemberdayaan zakat di Indonesia. Karena dalam Islam juga menjelaskan zakat itu
harus didistribusikan tepat pada sasarannya.
Dalam buku yang berjudul fiqih kontekstual dari normaif ke pemaknaan sosial
yang ditulis oleh H. Ahmad Rofiq, mengkaji bahwa dalam memperbaharui
pemahaman masyarakat itu memerlukan keberanian, lebih-lebih mereka yang diserahi
amanat sebagai amil untuk mensosialisasikan kepada masyarakat dan
mengaplikasikannya. Pesan pokok zakat sebagai pemberdayaan ekonomi umat dapat
direalisasikan dengan sungguh-sungguh, hal ini perlu didukung dengan manajemen,
pengadministrasian dan pertanggung jawaban yang baik. Apabila langkah-langkah
tersebut dilakukan maka kemungkinan kepercayaan muzzaki kepada amil akan lebih
besar.
Menurut Hazairin dalam buku sistem ekonomi Islam zakat dan wakaf yang
ditulis oleh Muhammad Daut Ali, bahwa dalam penyusunan ekonomi Indonesia,
disamping komponen-komponen yang telah ada dalam sistem adat kita yaitu gotong
royong dan tolong-menolong, pengertian zakat yang terdapat dalam al-qur‟an sangat
besar manfaatnya kalau dipahami secara seksama. Khususnya di Kabupaten Lombok
19
Timur diharapkan dari semua segi baik agama, sosial ekonomi bisa dipahami dengan
baik oleh semua masyarakat.
Mengenai cara pelaksanaannya, sangat perlu dilakukan perubahan sehingga
memenuhi keperluan masa kini dan keadaan di Indonesia, mis alnya diadakan Bank
Zakat, yakni tempat mengumpulkan dana yang tidak ada lagi golongan yang
menerimanya dari mustahik (penerima zakat) yang delapan itu. Dari Bank Zakat ini
akan dapat disalurkan pinjaman-pinjaman jangka panjang yang tidak berbunga untuk
rakyat miskin guna membangun lapangan hidupnya yang produktif.
Menurut Qodri Azizy dalam bukunya yang berjudul membangun fondasi
ekonomi umat „meneropong prospek perkembangannya ekonomi Islam‟, dalam buku
ini terkait dengan manajemen zakat, beliau menyatakan bahwa berusaha untuk tidak
terperangkap pada kefrustasian mengelola zakat dan bersembunyi pada kefrustasian
terhadap anggapan tidak adanya Negara Islam yang sebenarnya. Akan tetapi kita
mencoba keadaan yang ada, bagaimana kita mampu mengelola menggunakan
manajemen yang tepat untuk keberhasilan yang sebesar-besarnya, sejauh kemampuan
kita.pada buku tersebut Beliau juga mengutarakan dalam perkembangan konsep
individualisme menemukan bahwa konsep yang semulaidentik dengan egoism,
selfishness dalam perkembangannya menjadi konsep untuk share (berbagi)
kebahagiaan dengan orang lain.
Berbagai telaah pustaka di atas, telah menggariskan bahwa menurut penulis
ini sangat penting karena sesuai dengan perkembangan ekonomi, sosial budaya
masyarakat khususnya di Kabupaten Lombok Timur yang masih membutuhkan
20
konsep dan tawaran pengembangan kondisi sosial-ekonomi umat Islam salah satunya
melalui pengelolaan zakat tersebut.
F. Kerangka Teoritik
Berbicara tentang konsep zakat merupakan salah satu pembahasan yang
senantiasa menjadi kajian para ahli fiqih maupun para pakar ekonomi Islam untuk
menganalisa berbagai masalah perekonomian masyarakat, tentunya dalam hal ini
berkaitan dengan konsep zakat yang kebanyakan orang memaknai zakat itu tidak
hanya untuk mengentaskan kemiskinan saja, namun dapat memberikan kemaslahatan
bagi umat.Zakat adalah ibadah yang berkaitan dengan harta benda yang telah
disepakati (maliyyah ijtima‟iyyah) yang memiliki posisi strategis dan menentukan,
baik dilihat dari sisi ajaran Islam maupun dari sisi pembangunan kesejahteraan
umat.18
Zakat memang bukan dimaksudkan untuk menghilangkan kemiskinan sama
sekali, tetapi bertujuan untuk menekan volume kemiskinan. Kemiskinan, di manapun
dan sampai kapanpun tetap akan ada, termasuk di negara-negara maju karena itu
sudah menjadi „sunnatullah‟. Hanya saja di negara kita jumlah orang miskin terlalu
banyak, sedang di negara-negara maju relatif lebih sedikit. Maka hadirnya zakat
diharapkan menjadi salah satu upaya agar bisa terjadi pemberdayaan terhadap
kalangan tidak mampu, bahkan dengan sedikit bereforia.
18
H. Ismail Nawawi, Zakat Dalam Perspektif Fiqh, Sosial & Ekonomi. (Surabaya: Putra
Media Nusantara, 2010), hlm. 1.
21
Beberapa kalangan mengandaikan zakat sebagai sosok „Imam Mahdi‟ atau
„Ratu Adil‟. Meski personifikasi ini sangat sulit dicerna rasio, tetapi diyakini suatu
saat, kehebatan dan kemukjizatan zakat akan muncul ke permukaan. Ungkapan
tersebut menggambarkan betapa kuatnya posisi zakat dalam ruang keyakinan
masyarakat.19
Karena zakat juga memiliki prinsip keyakinan keagamaan, prinsip
pemerataan dan keadilan, prinsip produktifitas dan kematangan, prinsip nalar, prinsip
kebebasan, prinsip etik dan kewajaran.20
Zakat sangat menonjol dalam pemikiran etis yang dihubungkan dengan
masalah-masalah sosial ekonomi. Besarnya peranan zakat dalam perkembangan
struktur sosial-ekonomi, Allah SAW mengingatkan, bahwa yang lalai dalam
melaksanakan keawajiban mengeluarkan zakat akan mendapat azab yang sangat
pedih. QS. At-Taubah ayat 34-35 merupakan ayat yang bersifat mengancam bagi
mereka yang tidak malakukan membayar zakat, sebagaiamana yang berbunyi:
19
Mustolih Siradj, Jalan Panjang Legislasi Syariat Zakat Indonesia ‘Studi Terhadap UU No.
23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat’, Jurnal Bimas Islam, Vol 7, No. 3 Tahun 2014, hlm. 412. 20
Muhammad Daut Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf,Cet 1. (Jakarta: UI-PRESS,
Tth), hlm. 39.
22
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari
orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan
harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia)
dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan
tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka berikanlah kabar gembira
kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, dan
pada hari ketika emas dan perak dipanaskandalam neraka Jahannam, lalu
dengannya itu disetrika dahi, lambung dan punggung mereka (seraya
dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk
dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu
simpan itu”.21
Jadi berzakat tidak semata-mata diartikan sebagai manifestasi keimanan
kepada Allah dan manfaatnya tertuju kepada diri sendiri berupa pahala, malainkan
juga dipikirkan dan dirasakan secara etis, yaitu dilihat dari sudut pandang
kemanusiaan. Oleh karena itu, kaum muslimin menjadi peka terhadap lingkungan
sosialnya, sehingga bisa melihat adanya lapisan masyarakat miskin yang harus
mendapatkan perhatian dari golongan kaya.
Kemudian menimbulkan pemikiran rasional yang lebih teknis, yaitu
menghubungkan masalah zakat dengan masalah realokasi sumber-sumber ekonomi.
Dengan demikian, apabila ditinjau dari pendekatan etis dan pemikiran rasional-
eknomis, adalah sebagai kebijaksaan ekonomi yang dapat mengangkat derajat orang-
21
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnnya. (Jakarta: Departemen Agama RI,
2009), hlm. 153.
23
orang miskin, sehingga dampak sosial yang diharapkan ini dapat tercapai secara
maksimal. Lebih jauh dari itu. Bahwa kekuatan suatu komunitas terletak pada
distribusi kekayaan yang adil. Jika terdapat beberapa orang menjadi sangat kaya,
sementara sebagian besar masih tetap miskin, maka komunitas itu akan sangat lemah
sehingga mudah dihancurkan oleh pihak lain.22
Pendekatan ekonomi Islam terhadap upaya pemberantasan kemiskinan dan
pelaksanaan ekonomi Islam yang adil, melalui adanya jaminan sosial yang berbentuk
zakat yang berladaskan ajaran Islam. Sistem jaminan sosial dimaksudkan untuk
menjadi sistem pemerataan dalam kehidupan ekonomi, hal ini juga harus dilakukan
oleh negara karena yang berkaitan dengan tanggungjawab negara atas pemerataan
dan kesejahteraan rakyat. Rasulullah SAW, memberikan statemen tentang
tanggungjawab individu, keluarga dan negara. Maka bagi negara diharapkan
membantu dan mendanai rakyat yang hidup dibawah garis kemiskinan. Bantuan
negara itulah yang diambil dari dana zakat. Sistem yang diterapkan dalam ekonomi
Islam dalam pemerataan mempunyai konsep-konsep yang jelas sehingga tidak
membatasi hal kepemilikan dalam Islam.23
Kendati Islam membolehkan kepemilikan secara pribadi, namun esensi
kepemilikannya sangat berbeda dengan yang diperaktikkan sistem ekonomi
kapitalis.Perbedaan tersebut salah satunya adalah adanya pengeluaran zakat terhadap
harta benda yang dimiliki.Disinilah letak yang membedakan dan menjawab
22
Ibid, hlm. 43-44. 23
Muhammad & Ridwan Mas‟ud, Zakat Dan Kemiskinan Instrument Pemberdayaan
Ekonomi Umat. (Yogyakarta: UII Press, 2005), hlm. 23-24.
24
bagaimana penaggulangan ketimpangan ekonomi, karena ketimpangan tidak dapat
dielakakan karena kebebasan.Pemilikan atas benda dalam konsep ekonomi Islam, jika
ada akibat, maka Islam telah memiliki solusi yang sistematis yakni adanya zakat.
Keberhasilan ekonomi Islam terletak pada sejauhmana keselarasan atau
keseimbangan dapat dilakukan antara kebutuhan materi dan kebutuhan etika
manusia.sistem ekonomi Islam tidak melupakan ciri pokok kemajuan manusia yang
tergantung kepada sejauhmana lancarnya koordinasi dan keharmonisan antara aspek
moral dan material dalam kehidupan manusia. apabila aspek moral dipisahkan dari
perkembangan ekonomi, maka ia akan kehilangan control yang berfungsi menjaga
kestabilan dan keseimbangan dalam sistem sosial.
Disamping itu apabila kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan ekonomi
tidak mempunyai batasan-batasan moral yang jelas dan menuju pada paham
materialis, amoralis dan korupsi, maka akan mengakibatkan goyahnya kestabilan
ekonomi masyarakat, sehingga akan menimbulkan permusuhan dan tidak ada lagi
rasa saling tolong menolong. Cita cita dari sistem ekonomi adalah bagaimana
menciptakan kesejateraan pengikutnya secara optimal, namun untuk meningkatkan
kesejateraan itu tidak lepas dari bagaimana meningkatkan pertumbuhan.
Istilah pertumbuhan cenderung berkonotasi pada produksi dalam
perekonomian bangsa dan dan bagaimana menciptakan pemerataan (distribusi) yang
adil sehingga tidak terjadi ketimpangan. Produksi dan distribusi sangat erat kaitannya
dengan perekonomian. Dari sisi inilah zakat memiliki peran penting, sebab zakat akan
25
memperbaiki pola produksi dan sistem ekonomi.24
Terlepas dari usaha pemberantasan
kemiskinan dengan mengelola hasil pemungutan zakat sejenisnya, maka pandangan
Islam terhadap sebuah tatanan sosial ekonomi yang adil juga memberikan solusi
untuk pemerataan pendapatan.Namun tidak memiliki peran yang begitu banyak
dalam pertumbuhan.25
Selain sebagai poros dan keuangan Islam, zakat juga sebagai pengaman sosial
dan ekonomi. Dibidang ekonomi zakat mencegah penumpukan harta kekayaan
sehingga produktif dan menciptakan pendistribusian ke golongan-golongan yang
telah ditentukan dalam syariat. Golongan-golongan penerima zakat selalu ada sampai
akhir zaman dan sistem ekonomi Islam yang bersumber kepada Al-Qur‟an dan
sunnah telah mengantisipasi dengan diwajibkannya oleh Allah untuk menyisihkan
sebagian harta untuk orang yang membutuhkan.
Islam menganggap kehidupan ekonomi yang baik sebagai suatu rangsangan
bagi jiwa dan sarana berhubungan dengan Allah. Dari sini terlihat bahwa Islam
memperlihatkan masalah harta. Menurut Islam, harta adalah suatu sarana untuk
memperoleh kebaikan, sedangkan segala sarana untuk memperoleh kebaikan adalah
baik.26
Tidak bisa dipungkiri dalam masyarakat selalu terdapat perbedaan tingkat
kemampuan dalam bidang ekonomi sehingga melahirkan adanya golongan ekonomi
24
Ibid, hlm. 25-26. 25
Ibid, hlm. 63. 26
Yusuf Qardhawi, Norma Dan Etika Ekonomi Islam, (Terj: Zainal Arifin, Dahlia Husain),
Cet 1. (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), hlm. 74.
26
lemah dan ekonomi kuat.Dalam keadaan ekonomi yang lebih mencolok terdapat pula
dalam masyarakat adanya golongan fakir miskin dan golongan kaya. Dan yang selalu
lebih dominan dalam masyarakat adalah golongan fakir miskin dan golongan kaya
bagian kecil saja dari anggota masyarakat. Sebagai mahluk sosial, yang tak mungkin
bisa hidup sendirian, tentu kita sangat membutuhkan teman berbagi dan teman saling
membantu.27
Perbedaan kelas yang sangat timpang pada masyarakat sering menimbulkan
rasa iri hati dan dengki dari yang miskin terhadap yang kaya dan rasa memandang
rendah atau kurang menghargai dari yang kaya terhadap yang miskin. Suasana
kondisi yang demikian itu tidak menguntungkan bagi masyarakat dan dapat
menimbulkan pertentangan sosial. Hal demikian akan merugikan golongan yang
kaya, sebab terganggunya ketertiban sosial berbentuk kerusuhan, maka orang-orang
yang kaya selalu menjadi sasaran orang-orang miskin. Dampak tersebut jelas
menimbulkan gejala sosial yang merugikan si kaya itu sendiri akibat dari
ketimpangan pendapatan.
Disinilah letak zakat dalam menjawab berbagai kegelisahan atas ketimpangan
ekonomi.Zakat merupakan ajaran Islam yang mengacu pada pemberdayaan dan
perekonomian umat. Dengan berzakat harta akan terbentengi dari bencana.
Berhasilnya zakat sebagai salah satu cara dalam mengembalikan distribusi kakayaan
adalah karena zakat itu diwajibkan atas segalamacam harta yang tumbuh sehingga
27
H. Rosiady Husaenie Sayuti & H. Lalu Gafar Ismail, Revitalisasi Zakat Dan Penomena
Kemiskinan Di Lombok Timur, Cet 1.(Mataram, Pantheon Media Pessindo & LARISPA, 2007), hlm.
153.
27
zakat itu bersifat menyeluruh dan luas kaidah penerapannya, zakat juga nerupakan
alat permanen bagi pengembalian distribusi kekayaan.28
Tujuan zakat yang terpenting adalah mempersempit ketimpangan ekonomi
dalam masyarakat hingga kebatas yang seminimal mungkin. Tujuannya adalah
menjadikan perbedaan ekonomi diantara masyarakat secara adil dan seksama,
sehingga yang kaya tidak semakin kaya (dengan mengeksploitasi anggota masyarakat
yang miskin) dan yang miskin semakin miskin, jadi dalam hal ini yang berhak
menerima zakat hanyalah orang-orang miskin karena tujuannya adalah
menghapuskan kemiskinan.29
Jadi zakat didasarkan pada kesadaram religius.
Tindakan seorang berzakat bukanlah umpannya, tindakan ekonomi.Artinya, bukan
motif ekonomi semata yang mendorong orang berzakat
Istilah ekonomi, zakat merupakan tindakan pemindahan kekayaan dari
golongan kaya kepada golongan yang tidak punya. Transfer kekayaan berarti transfer
sumber-sumber ekonomi. Tindakan ini tentu mengakibatkan perubahan tertentu yang
bersifat ekonomis, umpannya saja, seorang menerima zakat bisa mempergunakannya
untuk konsumtif atau produktif.30
Penggunaan zakat untuk konsumtif hanyalah untuk hal-hal yang bersifat
darurat, artinya, ketika ada mustahiq yang tidak mungkin untuk dibimbing untuk
mempunyia usaha mandiri atau memang untuk kepentingan mendesak, maka
28
Muhammad & Ridwan Mas‟ud, Zakat Dan Kemiskinan Instrument Pemberdayaan
Ekonomi Umat.(Yogyakarta: UII Press, 2005), hlm. 28-29. 29
Ibid, hlm. 40. 30
Ibid, hlm. 42.
28
penggunan konsumtif dapat dilakukan. Dana zakat, infak sadaqah dan wakaf akan
lebih cepat digunakan untuk mengentaskan umat dari kemiskinan jika dikelola untuk
menjadi sumber dana yang penggunaannya sejak dari awal seperti pelatihan sampai
dengan modal usaha.31
Zakat mempunyai dua sisi yang tidak dapat dipisahkan yakni, pihak yang
berkedudukan sebagai penerima zakat yang disebut mustahik yang berhak mendapat
bagian dari dana/harta zakat.dan orang-orang yang wajib membayar zakat yang
disebut muzakki yaitu orang-orang yang memiliki harta benda sesuai dengan
ketentuan peraturan zakat yang dikeluarkan berdasarkan dengan jumlah kekayaan
(nishab) serta lamanya kepemilikan harta (haul) tersebut. Sisi yang terakhir itulah
yang masuk dalam kategori arkan al-Islam.
Dimensi yang pertama hanya merupakan konsekuensi logis dari adanya sisi
yang kedua. Dengan kata lain, adanya pengumpulan zakat disebabkan karena adanya
muzakki (wajib zakat). Pemanfaatan zakat memang sangat tergantung pada
pengelolaannya. Apabila pengelolaannya baik, maka manfaatnnya akan dapat
dirasakan oleh masyarakat.
Dalam memanajemeni zakat proses awal perlu dilakukan perencanaan. Secara
konseptual perencanaan adalah proses pemikiran penentuan sasaran dan tujuan yang
ingin dicapai, tindakan yang harus dilaksanakan, bentuk organisasi yang tetap untuk
31
Qodri Azizy, Membangun Fondasi Eknomi Ummat ‘Meneropong Prosspek
Perkembangannya Ekonomi Islam’. Cet 1, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.) hlm. 148-149.
29
mencapainya dan orang-orang yang bertanggung jawab terhadap kegiatan yang
hendak dilaksanakan oleh badan/lembaga amil zakat.32
Pendayagunaan teknik dan manajemennya harus telah mulai dikaji dan
diperhatikan mana yang lebih sesuai untuk perkembangan saat ini. Perubahan ini
sangat penting mengingat adanya tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam
pengelolaan zakat (pengumpulan, pembagian dan pengelola). Ketiga hal tersebut
harus seiring agar eksistensi dan pengelolaan zakat semakin hari semakin baik dan
zakat dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Dana zakat tidak hanya berfungsi konsumtif seperti yang dipahami oleh
masyarakat, tetapi dalam rangka pemberdayaan ekonomi umat, zakat mestinya juga
diarahkan kepada sifat produktif 33
agar tercapainya peningkatan taraf hidup dan
perekonomian umat. Seperti yang kita ketahui lembaga amil zakat bertugas
mengumpulkan, mendistribusikan dan mendayagunakan sesuai dengan ketentuan
agama.34
Dalam hal ini diperlukan teori manajemen untuk menganalisa pelaksanaan
pengelolaan dana zakat baik BAZ maupun masjid atau mushalla di Kabupaten
Lombok Timur. John G. Glover mendefinisikan manajemen sebagai kepandaian
manusia menganalisa, merencanakan, memotivasi, menilai dan mengawasi
32
H. Ismail Nawawi, Zakat Dalam Perspektif Fiqh, Sosial & Ekonomi. (Surabaya: Putra
Media Nusantara, 2010), hlm. 48. 33
Bersifat produktif artinnya dengan cara memberikan modal atau zakat yang dapat
dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan hidup dalam jangka panjang, misalnaya: pedagang dikasih
modal, pengrajin dikasih alat dan bahan. Lihat, Fiqh Kontekstual Dari Normatif Ke Pemaknan Sosial,
Oleh Ahmad Rofiq, hlm. 259-260. 34
Mursyid, Mekanisme Pengumpulan Zakat, Infaq Dan Shodaqah (Menurut Hukum Syara’
Dan UU), Cet 1. (Yogyakarta: Magistra Insani Press, 2006), hlm. 24.
30
penggunaan secara efektif sumber-sumber manusia dan bahkan yang digunakan untuk
mencapai tujuan tertentu.35
Manajemen juga dipandang sebagai sebuah proses yang merupakan/terdiri
dari beberapa pelaksanaan kegiatan dari fungsi manajemen itu sendiri. Manajemen
yang dilakukan secara sederhana merupakan naluri setiap manusia dalam mencapai
tujuan serta memenuhi.Keadaan yang demikian yang merupakan manajemen secara
naluriah.
Dengan melaksanakan manajemen secara naluriah ini tidak jarang akan terjadi
adanya kekeliruan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja dan akan sering
pula terjadi adanya ketidakefesienan dalam pelaksanaan mananejemen. Dari
ketidakefesienan ini akhirnya akan berakibat tidak dapat dicapainya tujuan yang
diharapkan atau paling tidak akan terjadi ketidaksesuaian hasil yang diperoleh dengan
yang diharapkan. Penerapan manajemen seperti ini tidak boleh diterapkan untuk
organisasi yang besar seperti perusahaan, lembaga sosial ataupun lembaga
pemerintah.36
Agar dapat menerapkan konsep manajemen yang baik dan benar serta
profesional, maka kita harus mengetahui prinsip-prinsip dasar teori manajemen.
Peranan manajemen sangat penting guna menunjang keberhasilan dan tercapai tujuan
yang diharapkan. Setiap lembaga atau organisasi memiliki tujuan yang berbeda-beda.
Perlu diketahui bahwa meskipun dalam jenis organisasi yang sama, apabila statusnya
35
Bukhari Alma, Pengantar Bisnis, Cet 15. (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 139. 36
Indriyo Gitosudarmo, Pengantar Bisnis, Ed 2, Cet 8. (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta,
2003. hlm. 316-317.
31
berlainan akan dapat menyebabkan adanya tujuan yang berbeda. Akan tetapi apapun
bentuknya, apapun namanya, apapun statusnya dalam mencapai dan merealisasikan
tujuannya secara efektif dan efesien akan selalu memerlukan manajemen, begitu juga
halnya dengan lembaga zakat ini.
Ada lima fungsi manajemen yakni sebagai suatu kegiatan planning,
organizing, staffing,coordinating, dan controlling.37
Lembaga BAZ merupakan
sebuah organisasi sosial keagamaan yang konsen dalam pengelolaan dana zakat.
Sebuah organisasi yang melayani kepentingan masyarakat, BAZ juga memiliki visi
dan misi serta tujuan, maka penerapan fungsi-fungsi manajemen menjadi sesuatu
yang sangat penting dan sangat mendesak. Teori ini dirasa paling tepat untuk
mengupas persoalan zakat dan pendekatan dalam membahas implementasi zakat
terhadap kemaslahatan umat.
Pertama, planning adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan
persiapan masa depan kegiatan bisnis seperti mempormulasikan prosedur dan
programnya, menyediakan metode untuk pengawasan keuangan termasuk
penggunaan anggaran. Planning ini merupakan fungsi manajemen yang paling
penting karena disini diformulasikan apa yang akan dikerjakan, siapa yang
mengerjakan, dimana, dan carannya serta bagaimana penilainnya.
Kedua, organizing adalah mencakup persiapan untuk melaksanakan planning
menjadi kegiatan nyata.Ini memerlukan membentuk struktur organisasi, membuat
prosedur, dan mengalokasikan fungsi-fungsi dan kewajiban unit organisasi dan
37
Bukhari Alma, Pengantar Bisnis, Cet 15, (Bandung: Alfabeta, 2012), hlm. 142-144.
32
individu-individu. Tugas organizing ialah merancang suatu tim kerjasama, mengatur
aturan otoritas dan komunikasi dalam berbagai jenjang organisasi.
Ketiga, Staffing adalah memilih dan mengembangkan personil terutama yang
membantu ditingkat eksekutif formal. Keempat, coordinating adalah fungsi ini
menyangkut mengintegrasikan berbagai unit yang berbeda, termasuk prosedur, orang,
polisy, dan perencanaan. Makin besar organisasi, makin penting fungsi ini.Koordinasi
harus ada pada setiap tingkat organisasi.
Kelima, controlling adalah membimbing pekerjaan agar mengikuti arah yang
diharapkan, yang telah ditetapkan. Ini tidak sama artinya dengan memberi perintah
atau komando, yang banyak dilakukan oleh para pengawas. Demikian pula control
bukan berarti mencari-cari kesalahan orang lain, akan tetapi control bertujuan
mengembalikan segala sesuatu ke jalan yang benar, seandainya terlihat ada yang
menyimpang.
Pola pendukung dalam sebuah lembaga atau organisasi yakni sistem informasi
manajemen.Informasi merupakan elemen yang paling kritikal dalam sebuah
organisasi atau lembaga, karena informasi merupakan dasar bagi penentuan sterategi,
perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan. Oleh karena itu manajemen harus
menciptakan dan memelihara sistem informasi manajemen yang dipahami dan
diterima oleh semua jajaran dalam lembaga tersebut.38
38
Dengan adanya sistem manajemen yang baik pada sebuah lembaga atau oraganisasi sangat
berpengaruh pada keberhasilan program yang telah direncanakan, Lihat, Sondang P. Siagian,
Manajemen Internasional, Cet 2. (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hlm. 198.
33
Adapun tujuan pengelolaan keuangan tersebut sebenarnya bisa berlaku untuk
siapa saja, bukan terbatas pada perusahaan, individu, dan pemerintahpun mungkin
akan menerapkan konsep keuangan tersebut dalam pengaturan keuangan mereka39
tentunya dengan sebuah manajemen yang baik, Lebih-lebih pada manajemen
pengelolaan dana zakat ini agar supaya tepat pada sasarannya.
Sasaran zakat berkaitan dengan orang yang berkewajiban zakat (muzzaki) dan
orang yang berhak mendapatkan zakat (mustahik) dan tujuannya adalah menyantuni
orang yang berhak agar terpenuhi kebutuhan dasarnya atau meringankan beban
mereka, bentuk organisasi atau kelembagaan zakat yang sesuai dengan tingkat
kebutuhan yang hendak dicapai dalam pengelolaan zakat, melakukan penggalian
sumber dan distribusi zakat seperti melakukan identifikasi orang-orang yang
berkewajiban zakat dan orang yang berhak menerima zakat kemudian dikompilasikan
dengan data khusus sehingga teridentifikasi secara tertib dan rapi, menentukan waktu
penggalian sumber data dan waktu untuk mendistribusikan zakat dengan skala
prioritas.
Kemudian berkaitan dengan tanggung jawab yakni menetapkan amil atau
pengelola zakat yang mempunyai komitmen, kompetensi, mindset dan
profesionalisme dalam mengelola dana zakat serta adanya sistem pengawasan
terhadap pelaksanaan zakat mulai dari perencanaan sampai pada pelaksanaannya
secara berkesinambungan untuk menciptakan efesiensi dan efektivitas.
39
Ni Luh Putu Wiagustini, Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. (Denpasar, Bali: Udayana
University Press, 2010), hlm. 10.
34
Di Indonesia praktik pengelolaan zakat dilakukan secara tradisional.Ada yang
dipercayakan kepada amil (pengurus), ada pula yang langsung diberikan muzaki
kepada mustahik. Antusiasme pembayar zakat sudah sangat tinggi, hanya saja belum
terorganisir dengan baik sehingga sulit diukur. Kadangkala zakat hanya dikelola oleh
amil temporer baik penghimpunan maupun pendayagunaannya, personalianya juga
dibentuk secara ad hoc terutama menjelang datang Ramadhan atau dibentuk
manakala ada kepentingan mendesak tertentu seperti membangun pesantren, masjid,
mushalla, madrasah maupun kepentingan sosial lainnya. Setelah itu selesai, amil ad
hoc membubarkan diri.
Program sekejap seperti itu pada hakekatnya sama saja dengan melestarikan
keimiskinan itu sendiri. Sebelum adanya UU No. 23 Tahun 2011 organisasi
pengelolaan zakat terdiri dari dua jenis yakni Badan Amil Zakat (BAZ) pada pasal 6
dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) pada pasal 7 yang terdapat dalam bab III UU No. 38
Tahun 1999.
Fenomena perzakatan secara sederhana dalam masyarakat Islam di Indonesia
dari sisi historis sudah menjadi kebiasaan selama ratusan tahun sehingga berurat akar
di tengah masyarakat muslim Indonesia. Sayangnya, belum ada satu catatan sejarah
manapun yang bisa memastikan kapan persisnya praktik zakat mulai berlangsung.
Pada zaman kolonial praktik zakat secara tradisional sudah terjadi.Zakat pada
masa lalu merupakan tulang punggung dan sekaligus penggerak bagi tegaknya
dakwah Islam di nusantara. Kegiatan zakat kental sebagai dimensi ekspresi dan
antusiasme masyarakat muslim dalam menjalankan ajaran agamanya menjadi salah
35
satu faktor pendorong. Pengelolaan ZIS (zakat, infak, dan sedekah) masih dominan
bersifat personal, yang tingkat akuntabilitas dan transparansinya tidak begitu bagus.
Dalam hadist mengatakan:
بيل ذلك خيس للريه يسيدون وجه هللا فئبت ذا القسبى حقه والمسكيه وابه الس
وأولئك هم المفلحون
Artinya: Maka berikanlah kepada kerabat yang terdekat akan haknya, demikian
(pula) kepada fakir miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan.Itulah
yang lebih baik bagi orang-orang yang mencari keridhaan Allah, dan
mereka itulah orang-orang beruntung.
Zakat masih dianggap sebagai kegiatan membantu orang tidak mampu yang
merupakan pekerjaan sosial yang tidak perlu diseriusi sebagaimana memposisikan
pekerjaan/profesi sehari-hari. Akibat „pola‟ semacam ini pemikiran dan praktik zakat
memiliki banyak kelemahan baik dalam aspek filosofis, struktur kelembagaan dan
manajemen operasional yang menjadikan visi zakat teredusir dari semula merupakan
simbol gerakan sosial menjadi aksi simbolik personal semata yang tidak berdampak
pada realitas sosial.40
Para pemikir ekonomi Islam mendefinisikan zakat adalah sebagai harta yang
ditetapkan oleh pemerintah atau pejabat berwenang kepada masyarakat umum atau
individual yang bersifat mengikat, final, tanpa mendapatkan imbalan tertentu yang
40
H. Ismail Nawawi, Zakat Dalam Perspektif Fiqh, Sosial & Ekonomi.(Surabaya: Putra
Media Nusantara, 2010), hlm. 413-414.
36
dilakukan oleh pemerintah sesuai dengan kemampuan pemilik harta.41
Dana zakat
dikelola dengan sistem dan manajemen yang amanah, profesional dan integral dengan
bimbingan dan pengawasan dari pemerintah dan masyarakat akan menjadi pemacu
gerak ekonomi di dalam masyarakat dan menyehatkan tatanan sosial sehingga
semakin berkurangnya kesenjangan antara kelompok masyarakat yang mampu dan
kelompok masyarakat yang kurang mampu.42
Merebaknya amil di satu sisi menjadi penomena yang menggembirakan,
namun disisi lain sangat menghawatirkan. Peran amil diyakini sangat menentukan
dalam mekanisme zakat. Namun banyak mekanisme yang salah kaprah dengan
berbagai bentuknya dalam upaya mengumpulkan potensi zakat antara lain: amil
mengambil porsi yang berlebihan, tidak adanya audit, rawan penyalahgunaan, muzaki
tidak pernah melakukan kontrol, pemolesan yang laporan keuangan dan kegiatan,
amil tidak tau kemana zakat disalurkan, membuat program yang salah sasaran,
kegiatan mengumpulkan zakat yang sporadis, minimnya pengetahuan menejemen dan
sebagainya.43
Mengenai kendala optimalisasi fungsi zakat di Indonesia ada beberapa
kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik dalam menerapkan zakat di tengah-tengah
masyarakat. Kebiasaan tersebut termasuk sikap tradisional. Kebiasaan terjadi
41
Gazi Inayah, Teori Komprehensip Tentang Zakat Dan Pajak, (Judul Asli: Al-Iqtishad Al-
Islami Az-Zakah Wa Ad-Adribah, Penerjemah: Zainuddin Adnan & Nailil Falah), Cet 1. (Yogyakarta:
Tiara Wacana, 2003), hlm. 3. 42
Umratul Khasanah, Manajemen Zakat Modern ‘Instrumen Pemberdayaan Ekonomi
Ummat’. (Malang: UIN-Maliki Press, 2010), hlm. 39. 43
Noor Aflah, Strategi Pengelolaan Zakat Di Indonesia, Cet 1. (Jakarta: Forum Zakat (FOZ),
2011), hlm. 65-66.
37
diantaranya pada masalah mustahiq (termasuk sifat tradisional dalam dalam
mengeluarkan zakat), sumber zakat, dan pendayagunaan zakat. Tentang persoalan ini
terjadi dualisme antara kenyataan dilapangan yang dimotori oleh sebagian ulama‟
yang berbasis pondok salafi dengan Departmen Agama yang dimotori oleh ulama-
akademisi. Sebagian ulama tradisional tetap pada pendiriannya bahwa zakat itu wajib
dikeluarkan, tetapi dengan syarat yang sangat ketat, seperti mengenyangkan,
makanan pokok, tahan lama, kering dan sebagainya, sementara Departemen Agama
dengan mensyaratkan komoditi yang bernilai ekonomis.44
Masyarakat muslim Indonesia seharusnya mampu mengoptimalkan
pendayagunaan zakat bagi kesejahteraan umum. Sayangnya, pengelolaan zakat masih
menyisakan beberapa kendala konseptual dan teknis.Salah satu akar persoalannya ada
pada formalitas zakat.Artinya, zakat hanya dianggap sebagai kewajiban normatif,
tanpa memperhatikan efeknya bagi pemberdayaan ekonomi umat. Akibatnya,
semangat keadilan ekonomi dalam implementasi zakat menjadi hilang.
Ekonomi zakat dan relevansinya dengan zaman modern menjadi isu
perdebatan hangat antara penganut muslim liberal dan muslim konservatif. Bebeda
dengan keyakinan muslim sekuler maupun konsrevatif yang dicapai Nabi didasarkan
tidak hanya berlangsung sementara, namun memiliki nilai-nilai permanen Qur‟an.
Beliau membawa revolusi terbesar bahkan keajaiban ekonomi dan politik dalam
44
Muslihun Muslim, Fiqh Ekonomi. (Mataram: Lembaga Kajian Islam Dan Masyarakat
(LKIM), 2005), hlm. 89-90.
38
sejarah manusia.tidak berapa lama setelah hijrah ke Madinah dan melaksanakan
sistem shalat dan zakat, kondisi ekonomi masyarakat berubah.
Karenanya sistem zakat yang diciptakan ini merupakan sistem kesejateraan
universal pertama dalam sejarah manusia.ia secara bertahap menggantikan ekonomi
berbasis pada perbudakan yang ada dikala itu menjadi ekonomi berbasis
kesejahteraan. Diakhir masa kenabian, seluruh semenanjung Arabia menikmati
keamanan ekonomi dan politik.Dan sistem ini mencapai kegemilangan dimasa
Khalifah umar.
Dengan demikian mereka telah membajak „kereta Islam‟ dari jalur rel Nabi
kita (SAW) dan sahabat (RA) dan menempatkannya pada jalur baru yang disebut
Shari‟ah sejak itu minoritas orang kaya dan berkuasa telah mengendalikan kereta dan
menyenangkan teman-temannya sambil mengeksploitasi sebagian besar umat Islam.
Akibatnya, kaum muslimin harus terus-menerus hidup dalam kemiskinan dan
menderitadibidang ekonomi dari generasi ke generasi. Sistem zakat yang dimiliki
Islam akhirnya tidak mampu menjawab apapun mengatasi kondisi yang menyedihkan
ini.45
Orientasi zakat tidak diarahkan pada pemberdayaan ekonomi masyarakat, tapi
lebih karena ia merupakan kewajiban dari Tuhan. Bahkan, tidak sedikit muzakki yang
mengeluarkan zakat disertai maksud untuk menyucikan harta atau supaya hartanya
bertambah (berkah).Ini artinya, muzakki membayarkan zakat untuk kepentingan
45
M. Donny Supanra, Revolusi Zakat & Revitalisasi Baitulmaal,Cet 1.(Yogyakarta: Genta
Press, 2014), hlm. 35-39.
39
subyektifitasnya sendiri.Memang tidak salah, tapi secara tidak langsung, substansi
dari perintah zakat serta efeknya bagi perekonomian masyarakat menjadi terabaikan.
Untuk itu dibuatlah UU No. 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat yang
kemudian diganti dengan UU No. 23 Tahun 2011, namun UU yang baru ini memuat
kontroversi dikalangan para pegiat zakat, karena didalamnya terdapat beberapa pasal
yang krusial sehingga para pegiat zakat mengajukan yudicial review ke Mahkamah
Konstitusi.
Konsep dan praktek zakat telah dikurangi menjadi bentuk ritual tanpa
kehidupan dimana orang kaya mempercayai mereka akan memperoleh surga
dikemudian. Sebaliknya, Nabi SAW bertindak untuk membangun agama Allah yang
maha kuasa di Madinah, dengan melaksanakan sistem shalat dan zakat sebagaimana
diperintahkan dalam Al-Qur‟an.
Bilamana zakat adalah salah satu pilar agama, maka haruslah ada alasan kuat
bahwa pilar itu haruslah sebuah fondasi yang kokoh. Fondasi yang kokoh ini haruslah
terbangun dari keyakinan yang tak tergoyahkah dari setiap muslim, 100 % komitmen,
ketulusan penuh, serta dedikasi penuh terhadap keyakinan bahwa semua sumber
daya yang dimiliki Allah di planet ini tersedia bagi semua mahluk dan umat manusia
untuk kelangsungam hidup, gizi dan pertumbuhan.
Setiap individu, kelompok, pemerintahan atau sistem yang menganggu aliran
alami sumberdaya yang dimiliki Allah pada planet kepada semua manusia akan
menciptakan keseimbangan di alam yang disebabkan dalam masyarakat kaya, miskin,
majikan, budak, pekerja. Namun ketidakseimbangan ekonomi terus berlajut dan
40
tumbuh tanpa kendali karena manusia telah menolak dalam ketamakannya, untuk
mempercayai prinsip ekonomi mendasari zakat: aliran sumberdaya bagi semua
manusia yang tidak terbatas.46
Disamping teori manajemen juga digunakan teori minat, minat ialah suatu
dorongan yang menyebabkan terikatnya perhatian individu pada objek tertentu seperti
pekerjaan, pelajaran, benda dan orang. Minat berhubungan dengan spek kognitif,
efektif dan motorik dan merupakan sumber motivasi untuk melakukan apa yang
diinginkan.Minat berhubungan dengan sesuatu yang menguntungkan dan dapat
menimbulkan kepuasan bagi dirinya.Kesenangan merupakan minat sifatnya yang
sementara. Adapun minat bersifat tetap (persistent) dan ada unsur memenuhi
kebutuhan dan memberikan kepuasan. Semakin sering minat diekspresikan dalam
kegiatan akan semakin kuat minat tersebut, sebaliknya minat akan menjadi pupus
kalau tidak ada kesempatan untuk mengekspresikannya.47
Minat dapat diartikan pula sebagai kesadaran seseorang bahwa suatu objek,
seseorang, suatu masalah ataupun situasi yang mempunyai sangkut paut sengan
dirinya yang dilakukannya dengan sadar, serta diikuti rasa senang.Minat memiliki
sifat dan karakter khusus seperti:48
1. Minat bersifat pribadi (individual), ada perbedaan antara minat seseorang dan
orang lain.
2. Minat menimbulkan efek diskriminatif.
46
Ibid, hlm. 43-44. 47
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, Ed 1, Cet 1. (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 63. 48
Ibid, hlm. 63.-64.
41
3. Erat hubungannya dengan motivasi, mempengaruhi dan dipengaruhi motivasi.
4. Minat merupakan sesuatu yang dipelajari, bukan bawaan lahir dan dapat berubah
tergantung pada kebutuhan, pengalaman, dan mode.
Faktor-faktor yang meliputi minat antara lain, kebutuhan fisik, sosial dan
egoistis serta penglaman.49
Minat ini bisa muncul seketika atau secara spontan ketika
individu merasa senang terhadap objek tersebut dan bahkan ketika objeknya
berbentuk barang, individu tersebut cenderung ingin memiliki objek tersebut. Dari
minat tersebut dapat memunculkan sebuah motivasi.
Motivasi merupakan suatu proses dimana kebutuhan-kebutuhan mendorong
seseorang untuk melakukan serangkaian kegiatan yang mengarah ke tercapainya
tujuan tertentu. Tujuan yang jika berhasil dicapai akan memuaskan dan memenuhi
kebutuhan-kebuthan tersebut.50
Adanya dorongan dalam diri manusia untuk berbuat,
memenuhi kebutuhan hidupnya disebut motif.
Motif sebagai kekuatan yang ada dalam diri manusia menyebabkannya
bertindak atau berbuat untuk memenuhi kebutuhannya ataupun mencapai tujuan
tertentu baik pribadi maupun dalan lembaga atau organisasi. Motif ini lebih
menekankan pada dorongan internal dalam diri individu.51
Dalam hal ini masyarakat
membayar zakat tersebut atas dorongan apa,dengan adanya motivasi atau dorongan
tersebut masyarakat akan berminat untuk membayar zakat.
49
Ibid, hlm 64. 50
Ashar Sunyoto Munandar, Psikologi Industry Dan Organisasi. (Jakarta: UI Press, 2001),
hlm. 323. 51
Lihat, Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, Ed 1, Cet 1. (Jakarta: Kencana, 2011), hlm.
64-65.
42
Disamping itu juga digunakan teori kepercayaan, kepercayaan artinya
kemauan seseorang untuk bertumpu pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan
padanya. Kepercayaan merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi
seseorang dalam konteks sosialnya, misalnya ketika seseorang mau melakukan
sesuatu, ia akan melakukan sesuatu tersebut berdasarkan orang yang dipercayanya.
Kepercayaan juga dapat diartikan adanya penilaian seseorang terhadap orang
lain, dari penilaian tersebut dapat menimbulkan kepercayaan. Dengan kepercayaan
tersebut dapat menciptakan hubungan yang baik. Dalam hal ini, bagaimana seorang
muzakki mempercayakan zakatnya kepada sebuah lembaga baik BAZ maupun masjid
atau mushalla khususnya masyarakat di Kabupaten Lombok timur yang didasarkan
pada tujuan lembaga zakat itu adalah mengentaskan kemiskinan serta untuk mencapai
kemaslahatan umat. Dimensi kepercayaan ini yakni sejauh mana sesorang percaya
dan merasa yakin terhadap orang lain dalam suatu situasi.
Dalam penjelasan di atas, penulis dapat mengambil kerangka teori
manajemen, teori minatdan teori kepercayaan sebagai salah satu teori yang dijadikan
rujukan untuk mengembangan penelitian ini.
G. Metode Penelitian
1. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menghindari pembahasan yang lebih jauh dari judul penelitian ini,
maka ruang lingkup penelitian ini hanya membahas masalah implementasi zakat
terhadap kemaslahatan umat sebelum dan sesudah adanya UU No. 23 tahun 2011
43
mengenai pengelolaan dana zakat hanya di BAZDA Kabupaten Lombok Timur
saja.
2. Jenis Penelitian
Dengan memahami dan menganalisis permasalahan yang ada, makadalam
penelitian ini penulis memakai jenis penelitian lapangan (field research), yaitu
suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap
suatu objek tertentu dengan mempelajarinya sebagai kasus. Dalam hal ini penulis
akan mencoba untuk mengeksplorasi sistem kerja yang diterapkan dalam
pengelolaan dana zakat ini di Kabupaten Lombok Timur.
Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini dikaji berdasarkan
imformasi apa adanya dari sumber data. Data yang diproleh tidak dirubah dalam
bentuk angka atau simbol-simbol dan tidak dilakukan analisa dengan rumusan
statistik dan matematika. Hal ini terkait dengan definisi yaitu penelitian yang
bersifat atau memiliki karakteristik bahwa data dinyatakan dalam keadaan
sewajarnya atau sebagaimana adanya (natural setting), dengan tidak dirubah
dalam bentuk simbol-simbol atau bilangan.52
Pada penelitian ini penulis menggunakan penelitian lapangan (field
research) dengan alasan pertama, metode field research ini lebih mudah, hanya
berbentuk penjelasan dan kata-kata. Kedua, metode ini lebih mudah menyajikan
hasil penelitian secara langsung antara peneliti dengan responden maupun
52
Dedy Mulyan, Metode Penelitian Kualitatif ‘Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu
Sosial Lainnya’, Cet 1. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 150.
44
informan dan ketiga, motode ini lebih peka terhadap pola-pola yang terkait
dengan permasalah tersebut.
Dalam hal ini penulis akan meneliti masalah implementasi zakat sebelum
dan sesudah adanya UU No. 23 Tahun 2011 tentang pengelolaan zakat karena ada
beberapa perbedaan dalam UU tersebut, yang mana dalam UU tersebut juga
masih menimbulkan kontroversi diantara kalangan pegiat zakat. walaupun sudah
ada keputusan Mahkamah Konstitusi, namun penulis ingin meneliti lebih
mendalam lagi mengenai undang-undang tersebut, sejauhmana implementasi UU
tersebut dalam pengelolaan dana zakat terhadap kemaslahatan umat khususnya di
Kabupaten Lombok Timur. Jadi Permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini
dikaji berdasarkan hasil revisi UU No. 23 Tahun 2011 yang sebelumnya
merupakan UU No. 38 Tahun 1999.
3. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan antara lain: pendekatan
fenomenologis yakni penulis tidak hanya sekedar berupaya mencari jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun secara pasti dan berstruktur,
namun harus mengangkat masalah-masalah yang bersifat esensial yang ditemukan
selama penelitian, pendekatan sosiologis dan historis yakni, dimana pendekatan
ini tidak terlepas dari kehidupan sosial masyarakat yang merupakan salah satu
kewajibannya adalah dengan membayar zakat yang memang sudah ada sejak
dahulu diwajibkan bagi orang muslim.
45
pendekatan konseptual yakni bagaimana pengelolaan dana zakat yang
sebenarnya didalam lembaga zakat yang sudah dipercaya hingga bisa sampai pada
sasarannya, dan pendekatan hermeneutika hukum ialah bagaimana pengelolaan
dana zakat berdasarkan hukum Islam dan UU yang sudah ditetapkan, apakah itu
sudah sejalan? hal inilah yang menjadi salah satu tolak ukur penulis untuk
melakukan sebuah penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menelaah semua
pendekatan serta regulasi yang menyangkut pengelolaaan zakat.
4. Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian adalah subyek dari mana data dapat diperoleh.53
Pada penelitian ini penulis memperoleh sumber data utama yakni dari responden
dan informan. data yang digunakan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi
dua yakni sumber data primer dan sumber data sekunder: data primer, adalah data
yang diperoleh secara langsung melalui wawancara dengan responden dan
informan. Adapun responden dan informan dalam penelitian ini yaitu masyarakat
dan para pegiat zakat, praktisi, dan akademisi yang ada di Kabupaten Lombok
Timur.
Data sekunder adalah data yang diperoleh penulis dari penelitian
kepustakaan sebagai data pendukung, yang merupakan hasil penelitian dan
pengolahan orang lain, yang sudah tersedia dalam bentuk buku-buku atau
53
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Ilmiah.(Jakarta: PT. Bina
Aksara, 1993), hlm. 114.
46
dokumen, majalah, artikel dan karya ilmiah. Data sekunder ini bisa didapatkan di
mana saja selama berkaitan dengan permasalahan yang penulis angkat.
5. Tehnik Pengumpulan Data
Metode merupakan suatu yang penting dalam sebuah penelitian guna
mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.54
Metode pengumpulan
data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data.55
Pengumpulan data merupakan bagian yang sangat penting
dalam setiap kegiatan penelitian. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan data
yang akurat, terperinci dan dapat dipercaya serta dapat dipertanggungjawabkan,
maka tehnik penelitian yang digunakan harus tepat agar sesuai data yang
diperlukan, Sesuai dengan sumber data seperti yang dijelaskan di atas, maka
dalam penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara: observasi,
wawancara (interview) dan dokumenter. Ketiga tekhnik pengumpulan data ini
dianggap paling tepat karena sesuai dengan permasalahan.
a. Observasi
Metode observasi adalah pengamatan yang dilakukan secara sengaja,
sistematis, mengenai fenomena dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian
dilakukan pencatatan. Dengan menggunakan observasi atau pengamatan
memungkinkan gejala-gejala penelitian dapat diamati dari dekat. Peneliti
54
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif R&D. (Bandung: Alfabeta, 2013),
hlm. 2. 55
Riduwan, Metode Dan Tehnik Penyusunan Tesis, Cet VII.(Bandung: Alfabeta,2010),hlm.
97.
47
bertugas melihat obyek dan kepekaan mengungkapkan serta membaca
permasalahan dalam momen-momen tertentu.
Dalam pencatatan data observasi bukanlah sekedar mencatat tetapi
juga mengadakan obsevasi yang rehabilitasnya dapat dipertahankan
semaksimal mungkin.Penelitian merupakan bagian yang integral dari situasi
yang diteliti, sehingga kehadiran peneliti tidak mempengaruhi situasi itu
dalam kewajarannya, yakni dilakukan dengan menggunakan instrumen
observasi dengan model checklist ( ) yang didalamnya terdapat beberapa hal
atau parameter yang dijadikan bahan untuk mengumpulkan data.
b. Wawancara, (interview)
Wawancara adalah merupakan pertemuan antara dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.56
Wawancara digunakan
guna mendapat informasi yang di butuhkan sesuai dengan permasalahan yang
peneliti angkat, dimana teknik wawancara yang digunakan terhadap
dataprimer dikumpulkan dengan teknik wawancara tidak terarah (non-
directive interview) atau tidak terstruktur (free flowing interview) yaitu dengan
mengadakan komunikasi langsung kepada respoden yakni masyarakat dan
informan yang dalam hal ini adalah para pegiat zakat atau praktis dan
akademisi, dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide) guna
56
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif R&D,Cet IV.(Bandung:
Alfabeta,2008),hlm. 231.
48
membantu mencari jawaban atas analisis pengelolaan zakat sebelum dan
sesudah adanya UU No. 23 tahun 2011 implementasinya terhadap
kemaslahatan umat di Kabupaten Lombok Timur.
Menggunakan wawancara yang tidak terstruktur ini supaya terjalin
hubungan baik terlebih dahulu dengan responden, kemudian pertemuan awal
itu diharapkan akan menghimpun data dan informasi yang beraneka ragam
dan masih bersifat umum. Setelah itu, untuk menspesifikasi perolehan data
dan informasi tersebut agar sesuai dengan fokus penelitian, maka barulah
dilakukan wawancara bestruktur.
c. Studi Dokumenter
Disamping pengumpulan datadengan menggunakan tehnik observasi
dan wawancarajuga dilakukan studi dokumenter. Data yang terhimpun
melalui studi dokumenter ini adalah data otentik yang terhimpun dalam
dokumentasi, kemudian dilakukan penjajakan terhadap dokumen, literatur,
pencatatan dan informasi lainnya yang relevan dengan fokus penelitian ini
serta dapat menunjang penyajian hasil penelitian ini. Studi dokumenter ini
perlu karena hal ini dimungkinkan untuk dapat memanfaatkan data sekunder
dan juga untuk menyesuaikan data yang di dapatkan dengan cara observasi
dan wawancara tersebut supaya tidak terjadi penyimpangan antara keduanya.
Guba dan Lincoln dalam Yatim Riyanto mengatakan bahwa dokumen
adalah setiap bahan tertulis ataupun film yang sering digunakan untuk
keperluan penelitian karena alasan-alasan seperti dokumen merupakan sumber
49
yang stabil, sesuai untuk penelitian kualitatif deskriftip karna sifatnya yang
alamiah dan berguna sebagai bukti untuk pengujian.
6. Tehnik Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan
cara mengorganisasikan data kedalam kataegori, menjabarkan ke dalam unit-unit,
melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan
akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.57
Dalam penelitian ini data yang diperoleh baik dari studi dokumenter
maupun dari data lapangan akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Analisis
deskriptif kualitatif yaitu metode analisis data yang mengelompokkan dan
menyeleksi data yang diperoleh dari penelitian lapangan menurut kualitas dan
kebenarannya, kemudian dihubungkan dengan teori-teori, asas-asas, dan kaidah-
kaidah hukum yang diperoleh dari studi dokumenter sehingga diperoleh jawaban
atas permasalahan yang dirumuskan. Analisis data dilakukan untuk mengetahui
implementasi zakat terhadap kemaslahatan umat sebelum dan sesudah adanya UU
No. 23 tahun 2011 pengelolaan dana zakat di Kabupaten Lombok Timur. Dengan
menggunakan tehnik analisis data seperti ini peneliti akan dapat melihat
sejauhmana implementasi zakat tersebut khususnya di Kabupaten Lombok Timur.
57
Ibid, hal. 244.
50
H. Sistematika Pembahasan
Penelitian ini terdiri dari lima bab, yang masing-masing terkait satu dengan
yang lainnya secara logis dan sistematis. Pada bab satu yang merupakan pendahuluan
akan menjelaskan unsur-unsur penting yang menjadi syarat dalam suatu penelitian
ilmiah yakni dari segi aspek-aspek metodologisnya yang meliputi latar belakang
masalah yang menjadi dasar penulis untuk melakukan penelitian ini hingga muncul
rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, kerangka teoritik,
metode penelitian dan dilengkapi dengan sistematika pembahasan.
Bab kedua membahas tentang kajian konsep zakat dan impelementasinya
terhadap kemaslahatan umat yang mencakup landasan kewajiban zakat sampai pada
pengelolaan zakat sebagaimana mengacu kepada UU No. 23 Tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat. Pada bagian ini penulis akan mencoba untuk menelusuri
sejuhmana zakat itu berperan untuk kemaslahan umat sebelum dan sesudahnya
adanya UU tersebut.
Bab ketiga mendeskripsikan tentang gambaran umum daerah yang dijadikan
objek penelitian yang meliputi sketsa historis Kabupaten Lombok Timur seperti
tentang Islam di Kabupaten Lombok Timur, kondisi geografis Kabupaten Lombok
Timur, pendidikan dan kebudayaan serta sarana ekonomi Kabupaten Lombok Timur,
dan lembaga zakat Kabupaten Lombok Timur mulai dari kepengurusan sampai pada
mekanisme pengelolaannya. Dengan ini diharapkan memberikan gambaran kondisi
lokasi penelitian yang dijadikan sebagai rujukan pada penelitian impelentasi zakat
terhadap kemaslahatan umat sebelum dan sesudah adanya UU No. 23 Tahun 2011 ini.
51
Bab keempat menguraikan hasil penelitian yang telah dilaksanakan baik data
yang didapatkan dari hasil lapangan seperti wawancara dengan informan dan
respoden maupun pustaka seperti buku, majalah, koran kemudian dikomparasikan
dengan menggunakan metode analisis data. Pada bagian ini penulis akan
memfokuskan pada impelementasi zakat terkait UU No. 23 Tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat terhadap kemaslahatan umat.
Bab kelima merupakan penutup dengan merumuskan kesimpulan-kesimpulan
dari penjelasan sebelumnya atau sebagai jawaban dari pokok masalah yang diangkat
dan saran atau masukan-masukan sekaligus harapan penulis yang bersifat
membangun dalam perbaikan penelitian ilmiah lebih lanjut.
157
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan analisis data yang telah dilakukandari hasil
penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:
1. Pelaksanaan zakat di Kabupaten Lombok Timur pada masa pemerintahan Bupati
lama (periode 2008–2013) mengalami naik turun akibat gejolak yang muncul
sebelumnya yakni pada tahun 2005 karena adanya pro dan kontra masyarakat
terhadap pemberlakuan undang-undang nomor 9 tahun 2002 kepada
PNS(pegawai negeri sipil), dan pada masa Pemerintahan yang baru (periode
2013-2018) pengumpulan zakat maal cukup meningkat karena para PNS mulai
sadar akan kewajiban zakat ini. Jumlah peningkatan yang paling banyak dari
tahun 2010-2015 yakni pada tahun 2015 dengan mencapai angka 11,038,533,632.
Pada tahun ini juga kembali menuangkan keberhasilannya sebagai BAZDA
urutan ke 2 yang berhasil. Jadi peningkatan hasil pengumpulan zakat maal itu
dikarenakan sistem kepemerintahan yang berbeda, bukan karena UU.
2. Untuk zakat pertanian masyarakat Kabupaten Lombok Timur masih mengikuti
budaya yang dibiasakan dari dulu yakni mendistribusikannya langsung zakatnya
kepada mustahik yang dianggap berhak menerima zakat tanpa harus melalui
Lembaga Amil Zakat yang ada.
158
3. Peran amil zakat dimasyarakat masih terbilang cukup aktif karena dari BAZNAS
sendiri memang tidak mengambil porsi amil yang sudah ada sejak dulu
dimasyarakat sebelum adanya undang-undang dengan batasan-batasan ketentuan
yang sudah ada. Walaupun amil tersebut tidak berbadan hukum, namun salah satu
pernyataan Mahkamah Konstitusi bahwa amil tradisional tidak perlu izin dan
badan amil berbadan hukum pun tidak harus berbentuk organisasi
kemasyarakatan. Itu bukanlah merupakan syarat wajib.
B. Saran-saran
Dari uraian di atas dapatlah kiranya disampaikan saran dan harapan yang
berguna bagi semua kalangan, baik masyarakat maupun pemerintah agar tercapainya
sebuah kemaslahatan umat dengan dana zakat sebagaimana telah disarankan oleh
agama dan negara. Saran-saran tersebut yaitu :
1. Bagi masyarakat lebih-lebih para muzakki hendaknya memahami konsep dan
makna dari zakat itu sendiri, sehingga di harapkan para muzaki mempunyai
pandangan yang luas dan tidak hanya sekedar mengeluarkan zakat begitu saja
tanpa ada rasa atau niat hanya semata-mata karena Allah, dan dapat diaplikasikan
dalam kehidupan umat beragama.
2. Di harapkan juga bagi Pemerintah selaku amil untuk lebih tegas, melakukan
sosialisasi dan harus transparansi/terbuka terhadap masyarakat.
3. Diharapkan kepada para mustahiq sebisa mungkin untuk dapat memanfaatkan
dana zakat dengan sebaik-baiknya, tidak hanya digunakan untuk konsumtif saja
159
namun juga untuk produktif. Untuk itu diharapkan kepada para mustahiqharus giat
dan tekundalam bekerja di bidang masing-masing.
4. Diharapkan ilmu pengetahuan tentang kewajiban zakat ini mampu mengubah cara
pandang masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Lombok Timur kearah
yang lebih luas, baik muzakki maupun mustahikdalam memahami tujuan dan
dampak dari penunaian zakat ini.
160
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Al-Hamid Mahmud Al-Ba‟ly, Dalam Ekonomi Zakat ‘Sebuah Kajian Moneter
Dan Keuangan Syariah’. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006.
Abdullah Al-Muslih & Shalah Ash-Shawi, Fiqih Ekonomi Keuangna Islam, (Terj:
Abu Umar Basyir, Judul Asli:Ma La Yasa‟ At-Tajiro Jabluhu). Jakarta: Darul
Haq, 2004.
Abdurrahman Qadir, Zakat Dalam Dimensi Mahdhoh Dan Sosial. Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 1998.
Adiwarman Azwar Karim, Ekonomi Islami: Suatu Kajian Ekonomi Makro. Jakarta:
Iiit Indonesia 2002.
Ahmad Rofiq, Fiqh Kontekstual Dari Normatif Ke Pemaknan Sosial. Surabaya: Bina
Ilmu, 1996.
Ahmad Subianto, Shadaqah, Infak, Dan Zakat ‘Sebagai Instrument Untuk
Membangun Indonesia Yang Bersih, Sehar Dan Benar. Jakarta: Yayasan
Bermula Dari Kanan, 2004.
A. A. Islahi, Konsep Ekonomi Ibnu Taimiyah. Surabaya: PT Bina Ilmu, 1997.
Andri Soemitra, Bank & Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana, 2015.
April Purwanto, Manajemen Fundraising Bagi Organisasi Pengelolaan Zakat.
Yogyakarta: Teras, 2009.
Ashar Sunyoto Munandar, Psikologi Industri Dan Organisasi. Jakarta: UI Press,
2001.
161
Asnaini, Zakat Produktif Dalam Pespektif Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.
Azyumardi Azra, Islam Subtantib ‘Agar Umat Islam Tidak Jadi Buih’. Bandung:
Mizan, 2000.
Bahrie, Tokoh & Sejarah Perkembangan Islam Lombok. Mataram, NTB: Pustaka
Widya, 2010.
Bukhari Alma, Pengantar Bisnis. Bandung: Alfabeta, 2012.
Citra Permatasari, Dkk, Zakat Perspektif Mikro-Makro Pendekatan Riset. Jakarta:
Kencana 2015.
Dedy Mulyan, Metode Penelitian Kualitatif ‘Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya’. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2010.
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Dan Terjemahnnya. Jakarta: Departemen Agama
RI, 2009.
Didin Hafifuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Sedekah. Jakarta: Gema
Insani Press, 1998.
Dzakiah Drajat, Zakat Pembersih Harta Dan Jiwa. Jakarta: Yayasan Pendidikan
Islam ‘Ruhama’, 1991.
Fakhruddin, Fiqih Dan Manajemen Zakat Di Indonesia. Malang: UIN Malang Press,
2008.
Gazi Inayah, Teori Komprehensip Tentang Zakat Dan Pajak. Yogyakarta: Tiara
Wacana, 2003.
Gunawan Sumodiningrat, Pemberdayaan Sosial ‘Kajian Ringkas Tentang
Pembangunan Manusia Indonesia’. Jakarta: Kompas, 2007.
162
Gustian Djuanda Dkk, Pelaporan Zakat Pengurangan Pajak Penghasilan. Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada, 2006.
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pedoman Zakat. Jakarta: Bulan Bintang, 1987.
H. Ismail Nawawi, Zakat Dalam Perspektif Fiqh, Sosial & Ekonomi. Surabaya: Putra
Media Nusantara, 2010.
Hj. Umratul Khasanah, Manajemen Zakat Modern ‘Instrumen Pemberdayaan
Ekonomi Umat’. Malang: UIN-Maliki Press, Tth.
H. Rosiady Husaenie Sayuti & H. Lalu Gafar Ismail, Revitalisasi Zakat Dan
Penomena Kemiskinan Di Lombok Timur. Mataram, Pantheon Media
Pessindo & LARISPA, 2007
Ilyas Supena & Darmuin, Manajemen Zakat. Semarang: Walisongo Press, 2009.
Indriyo Gitosudarmo, Pengantar Bisnis. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2003.
Khalid Bin Ali Al-Masyiqah, Fiqih Zakat Kontemporer. Yogyakarta: Samodra Ilmu,
2007.
Kurtanto Noor Aflah & Mohd.Nasir Tajang, Zakat & Peran Negara. Jakarta: Forum
Zakat (FOZ), 2006.
Muhammad Aslam Haneef, Pemikiran Eokonomi Islam Kontemporer ‘Analisis
Komparatif Terpilih, (Terj: Suherman Rosyidi, Judul Asli: Contemporary
Muslim Economic Though‟ A Comparative Analysis). Jakarta: Rajawali
Pers, 2010.
M. Donny Supanra, Revolusi Zakat & Revitalisasi Baitulmaal. Yogyakarta: Genta
Press, 2014.
163
Muhammad Daut Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf. Jakarta: UI-PRESS,
1988.
Muhammad Daut Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf. Jakarta: UI-PRESS,
Tth.
Muhammad & Ridwan Mas‟ud, Zakat Dan Kemiskinan Instrument Pemberdayaan
Ekonomi Umat. Yogyakarta: UII Press, 2005.
Muhammad, Lembaga Keuangan Mikro Syariah ‘Pergulatan Melawan Kemiskinan
Dan Penetrasi Ekonomi Global. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009.
Muslihun Muslim, Fiqh Ekonomi. Mataram: Lembaga Kajian Islam Dan Masyarakat
(LKIM), 2005.
Mursyid, Mekanisme Pengumpulan Zakat, Infaq Dan Shodaqah (Menurut Hukum
Syara’ Dan UU).Yogyakarta: Magistra Insani Press, 2006.
Mustolih Siradj, Jalan Panjang Legislasi Syariat Zakat Indonesia ‘Studi Terhadap
UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat’, Jurnal Bimas Islam,
Vol 7, No. 3 Tahun 2014.
Noor Aflah, Strategi Pengelolaan Zakat Di Indonesia. Jakarta: Forum Zakat (FOZ),
2011.
Nurudin Mhd. Ali, Zakat Sebagai Instrument Dalam Kebijakan Fikal. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2006.
Qodri Azizy, Membangun Fondasi Eknomi Ummat ‘Meneropong Prospek
Perkembangannya Ekonomi Islam’. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.
Riduwan, Metode Dan Tehnik Penyusunan Tesis. Bandung: Alfabeta,2010.
164
Syahrin Harahap, Islam Dinamis ‘Menegakkan Nilai-Nilai Ajaran Al-Quann Dalam
Kehidupan Modern Di Indonesia’. Yogyakarta: Tiara Wacana, 1997.
Sofyan Hasan, Pengantar Hukum Zakat Dan Wakaf. Surabaya: Al-Ikhlas, 1995.
Sondang P. Siagian, Manajemen Internasional. Jakarta: Bumi Aksara, 2006.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Ilmiah. Jakarta: PT. Bina
Aksara, 1993.
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif R&D. Bandung:
Alfabeta,2008.
Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin, Sifat Zakat Nabi, seri ke 3. Jakarta:
Darus sunnah, 2014.
Umratul Khasanah, Manajemen Zakat Modern ‘Instrumen Pemberdayaan Ekonomi
Ummat’. Malang: UIN-Maliki Press, 2010.
Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana, 2011.
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat ‘Studi Komparatif menegnai Stataus Dan pilsafat
zakat Berdasarkan Qur’an Dan Hadits’. Jakarta: Pustaka Litera Antar Nusa,
1993.
Yusuf Qardhawi, Norma Dan Etika Ekonomi Islam, (Terj: Zainal Arifin, Dahlia
Husain). Jakarta: Gema Insani Press, 1997.
Zaki Ismail, ‘Politik Syariah Islam Di Lombok Timur (Studi Kebijakan Peraturan
Daerah Kabupaten Lombok Timur No. 9 Tahun 2002 Tentang Penelolaan
Zakat), Tesis Program Pascasarjana Pada Magister Studi Islam UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta, 2007.
165
UU No. 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat
PERDA Zakat No. 9 Tahun 2002.
UU No. 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat
Mustofa, M.EI, Sistem Ekonomi Keuangan Publik Berbasis Zakat,
http://journal.iaingorontalo.ac.id/index.php/ma/article/view/173/12
Duta, Sejarah Perkembangan BAZDA Lombok Timur,
http://dutaselaparang.com/?p=395.
Fuad Nasar, Artikel ‘Reorganisasi BAZNAS di Daerah dan Permasalahannya’,
https://berugaqelen2013.wordpress.com/tag/radar-lombok/
Fuad Nasar, Reorganisasi BAZNAS di Daerah dan Permasalahannya,
http://www.baznaskablotim.com/reorganisasi-baznas-di-daerah-dan
permasalahannya/
Redaksi Lombok Post, Dua Usulan Raperda Disetujui,http://www.lombokpost.net/
2016/02/24/ dua-usulan-raperda di setujui.
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NO 9 TAHUN 2002
TENTANG
PENGELOLAAN ZAKAT
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI LOMBOK TIMUR
Menimbang :
a. Bahwa kewajiban membayar zakat sebagai Rukun Islam yang ketiga merupakan syariat Islam yang wajib ditunaikanoleh
setiap orang atau badan usaha yang dimiliki orang Islam yang berkecukupan dan mampu;
b. Bahwa zakat disamping merupakan ibadah yang bernilai sosial yaitu merupakan sumber dana yang potensial dalam upaya
memberdayakan ekonomi masyarakat/umat untuk mewujudkan kesejateraan sosial yang lebik baik;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagiamana dimaksud huruf a dan b, dipandang perlu membentuk peraturan Daerah
tentang Pengelolaan Zakat.
Mengingat :
1. Undang nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I
Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran
Negara Tahun Nomor 1655);
2. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3839);
3. Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pertimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1999 Nomor 72,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3884);
4. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 164, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3885);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikel di Daerah (Lembaran Negara
Tahun 1988 Nomor 10,Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah
Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan atas Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4838);
8. Keputusan Presiden Nomor 44 Tahun 1999 tentang Teknik Penyusunan Peraturan Perundangndangan dan Bentuk
Rancangan Undang-ndang, Rancangan Peraturan Pemerintah Dan Rancangan Keputusan Presiden (Lembaran Negara
Tahun 1999 Nomor 70);
9. Keputusan Presiden Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
10. Keputusan Menteri Agama Nomor 581 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Zakat.
Dengan Persetujuan
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
KEBUPATEN LOMBOK TIMUR
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT
BAB 1
KETENTUAN UMUM
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Lombok Timur;
2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Lombok timur;
3. Bupati adalah Bupati Lombok timur;
4. DPRD Adalah Dewan Perwakilan Daerah Kabupaten Lombok Timur;
5. Zakat adalah harta yang wajib disisihkan oleh seorang musllim atau badan yang dimiliki oleh orang muslim sesuai dengan
ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya;
6. Muzakki adalah orang atau badan yang dimiliki oleh orsng muslim yang berkewajiban menunaikan zakat;
7. Mustahiq adalah orang atau badan yang berhak menerima zakat;
8. Agama adalah agama Islam;
9. Rikaaz adalah hasil galian harta zaman purbakala yang tidak bertuan;
10. Badan amil zakat adalah organisasi yang bertugas mengelola zakat.
BAB II
KEWAJIBAN MENUNAIKAN ZAKTA
Pasal 2
Setiap Penduduk Daerah yang beragama Islam dan mampu atau badan yang dimiliki oleh orang Islam berkewajiban menunaikan
zakat.
Pasal 3
Pemerintah Daerah berkewajiban meberi perlindungan, pembinaan dan pelayanan kepada Muzakki, Mustahik dan Amil Zakat.
BAB III
HARTA YANG DIKENAI ZAKAT
Pasal 4
(1) Zakat terdiri dari zakat mal dan zakat fitrah
(2) Harta yang kenai zakat adalah:
a. Emas, perak dan uang;
b. Hasil perdagangan dan perusahaan;
c. Hasil pertanian, hasil perkebunan dan hasil perikanan;
d. Hasil pertambangan;
e. Hasil pendapatan dan jasa;
f. Rikaaz
(3) Perhitungan Zakat Mal menurut nisab, kadar, dan waktunya ditetapkan berdasarkan hukum agama.
BAB IV
AZAS DAN TUJUAN PENGELOLAAN ZAKAT
Pasal 5
Pengelolaan zakat berdasarkan syariat (hukum ) Islam yang tertuang dalam Al-Qur;an dan Al-Hadist sertaperaturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pasal 6
Pengelolaan zakat bertujuan:
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menunaikan zakat sesuai dengan tuntunan Islam
2. Meningkatkan fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam pengelolaan zakat sebagai upaya mewujudkan kesejahteraan
masyarakat dan keadilan sosial;
3. Meningkatkan fungsi dan pemanfaatan zakat untuk pemberdayaan ekonomi umat.
BAB V
ORGANISASI PENGELOLAAN ZAKAT
Bagian Pertama
Badan Amil Zakat
Pasal 7
(1) Pengelolaan Zakat dilakukan oleh amil zakat yang dibentuk oleh:
a. Daerah Kabupaten oleh Bupati atas usul kepala kantor departemen agama;
b. Kecamatan oleh camat atas usul kepala kantor urusan agama kecamatan;
c. Desa/kelurahan oleh kepala desa/lurah atas persetujuan BPD/LMD/LKMD.
(2) Badan Amil Zakat di semua tingkatan memiliki hubungan kerja yang bersifat koordinatif, konsumtif dan informatif;
(3) Pengurus Badan Amil Zakat terdiri atas unsur masyarakat dan pemerintah yang memenuhi persyaratan tertentu.
(4) Organisasi Badan Amil Zakat terdiri atas unsur pertimbangan, unsur pengawasan dan unsur pelaksana.
Pasal 8
(1) Badan Amil Zakat dikukuhkan, dibina dan dilindungi oleh pemerintah daerah bersama aparat dibawahnya.
(2) Badan Amil Zakat sebaagiamana dimaksud dalam pasal 7 ayat 1harus memenuhi persyaratan yang diatur selanjutnya oleh
Bupati
Pasal 9
Badan amil zakat sebagiamana dimaksud pasal 7 dan pasal 8 mempunyai tugas pokok mencatat pengumpulkan, mendistribusikan
dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama.
Pasal 10
Dalam melaksanakan tugasnya , Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat bertanggujawab kepada Pemerintah Daerah.
Pasal 11
Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan organisasi dan tata kerja Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat ditetapkan dengan
keputusan Bupati.
Bagian Kedua
Lembaga Amil Zakat
Pasal 12
(1) Selain Badan Amil Zakat yang dibentuk oleh pemerintah, maka masyarakat dapat membentuk Lembaga Amil Zakat.
(2) Lembaga Amil Zakat adalah institusi pengelolaan zakat yang sepenuhnya dibentuk oleh prakarsa masyarakat dan oleh
masyarakat yang bergerak dibidang dakwah, pendidikan, sosial dan kemaslahatan umat Islam.
(3) Pengukuhan dan pembinaan lembaga amail zakat dilakukan oleh pemerintah daerah.
(4) Untuk mendapatakan pengukuhan, Lembaga Amil Zakat mengajukan permohonan kepada Pemerintah Daerah sesuai dengan
tingkatan organisasi masyarakat Islam yang memilikinya dengan melampirkan syarat-syarat sebagai berikut:
a. Akte pendirian (bentuk badan hukum)
b. Data Muzakki dan Mustahik;
c. Daftar susunan pengurus;
d. Rencana program kerja jangka pendek, jangka menengah,dan jangka panjang;
e. Neraca atau laporan pisisi keunangan;
f. Surat pernyataan bersedia untuk diaudit.
Pasal 13
(1) Lembaga Amil Zakat yang telah dikukuhkan memiliki kewajiban sebagai berikut:
a. Segera melakukan kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah dibuat;
b. Menyusun laporan, termasuk laporan keuangan;
c. Mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit melalui media massa;
d. Menyerahkan laporan kepada pemerintah daerah.
(2) Lembaga amil zakat yang telah dikukuhkan dapat ditinjau kembalia apabila tidak lagi memenuhi persyaratan dan tidak
melaksanakan kewajiban sebagiamana yang telah ditentukan.
(3) Mekanisme peninjauan ulang terhadap pengukuhan lembaga amil zakat yang dilakukan melalui tahap pemberian peningkatan
secara tertulis sampai tiga (3) kali dan baru dilakukan pencabutan pengukuhan.
(4) Pencabutan pengukuhan Lembaga Amil Zakat dapat menghilangkan hak pembinaan, perlindungan dan pelayanan dari
pemerintah, tidak diakuinya bukti setoran zakat yang dikeluarkan sebagai pengurangan pendapatan kena pajak dan tidak dapat
melakukan pengumpulan dana zakat.
BAB VI
PENGUMPULAN ZAKAT
Pasal 14
(1) Pengumpulan zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat dengan cara menerima dan/atau mengambil
dari muzakki atas dasar pemberitahuan muzakki;
(2) Badan Amail Zakat dan Lembaga Amil Zakat dapat bekerjasama dengan bank dalam pengumpulkan zakat harta muzakki yang
berada di Bank atas permintaan muzakki.
Pasal 15
Badan amil zakat dapat menerima harta selain zakat seperti infaq, shodaqoh, hibah wakaf, warisan dan kaffarat
Pasal 16
(1) Muzakki melakukan perhitungan sendiri harta dan kewajiban zakatnya berdasarkan hukum agama;
(2) Dalam hal tidak dapat menghitung sendiri zakat harta dan kewajiban zakatnya, sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
muzakki dapat meminta bantuan kepada badan amil zakat atau badan amil zakat memberikan bantuan kepada muzakki untuk
menghitungnya;
(3) Zakat yang telah dibayarkan kepada amil zakat dikurangkan dari laba/pendaptan sisa ke pajak dan wajib pajak yang
bersangkutan sesuai dengan peraturan undang-undang yang berlaku.
Pasal 17
Lingkup kewenangan pengumpulan zakat oleh badan amil zakat adalah sebagai berikut:
1. Badan Amil Zakat Kabupaten mengumpulkan zakat dari muzakki pada instansi/lembaga pemerintah dan swasta, perusahaan-
perusahaan dan dinas daerah;
2. Badan Amil Zakat kecamatan pengumpulkan zakat dari muzakki pada instansi/lembaga pemerintah swasta dan perusahaan-
perusahaan kecil dan pedagang serta pengusaha di pasar;
3. Badan Amil Zakat desa/kelurahan mengumpulkan zakat dari para petanidan mayarakat umum termasuk pengumpulan zakat
fitrah dari para muzakki.
BAB VII
PEMANFAATAN ZAKAT
Pasal 18
(1) Hasil pengumpulan zakat untuk mustahik sesuai dengan ketentuan agama.
(2) Pemanfaatan hasil pengumpulan zakat berdasarkan skala prioritas kebutuhan mustahik dan dapat dimanfaatkan usaha
produktif.
(3) Persyaratan dan prosedur pemanfaatan hasil pengumpulan zakat sebagaimana dimaksud ayat (2) diatur dengan keputusan
Bupati.
Pasal 19
Hasil penerimaan infak, shadaqoh, wasiat, warisan dan kaffarat, sebagaimana dimkasud dalama pasal 1 dimanfaatkan untuk usaha
yang produktif.
BAB VIII
PENGAWASAN
Pasal 20
(1) Pengawasan terhadap pelaksanaan kewajiban muzakki dilakukan oleh Badan Amil Zakat.
(2) Pengwasan terhadap pelakasanaan tugas Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat dilakukan oleh unsur pengawasan,
sebagiamana dimaksud dalam pasal 7 ayat (3) dan (4), pasal 12 dan pasal 13.
(3) Pimpinan unsur pengawas dipilih langsung oleh anggota.
(4) Unsur pengawas berkedudukan disemua tingkat badan amil zakat.
(5) Dalam melakukan pemeriksaan keuangan badan zakat, unsur pengawas dapat meminta bantuan akuntan pubik.
Pasal 21
Bupati memberikan laporan tahunan tentang pelaksanaan dan pengelolaan zakat kepada DPRD.
Pasal 22
Masyarakat dapat berperan serta dalam peengawasan Badan Amil Zakat dan Lembaga Amil Zakat.
BAB IX
SANKSI
Pasal 23
Setiap muzakki yang karena keengganan dan kelalaiannya tidak menunaikan zakat mal dihukum sebagai berikut:
a. Diberikan peringatan sebanyak tiga (3) kali;
b. Apabila setelah teguran sebagaimana dimaksud huruf (a) tidak diindahkan maka nama diumumkan didepan Jemaah pada hari
jum’at.
Pasal 24
(1) Setiap pengelolaan zakat karena kelalaian tidak mencatat atau dengan tidak benar harta zakat, infak, shadaqah, hibah, wasiat
dan kaffarat sebagaimana dimaksud pasal 9 , pasal 12, pasal 13 dan 15 diancam dengan hukuman kurungan selama-lamanya
tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp. 30.000.000, (tiga puluh juta rupiah).
(2) Setiap Badan Amil Zakat dan petugas Lembaga Amil Zakat yang melakukan tidak kejahatan dikenai sanksi sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(3) Tindak pidana sebagaimana dimaksud ayat merupakan pelanggaran.
BAB X
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 25
(1) Selain pejabat penyidik umum,penyidik atas pelanggaran Peraturan Daerah ini dilakukan oleh pejabat Penyidik Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah yang pangkat ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku:
(2) Kewenangan penyidik sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah:
a. Menerima laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak pidana;
b. Melakukan tindakan pertama pada saat tempat kejadian dan melakukan pemeriksaan;
c. Menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka;
d. Melakukan penyitaan benda dan / atau surat;
e. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang;
f. Memanggil seseornag untu didengar atau diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
g. Memanggil seorang ahli yang diperlukan dalam hubungan dengan pemeriksaan perkara;
h. Menghentikan penyidikan;
i. Melakukan tindakan lain menurut hukum ynag dapat dipertanggungjawabkan.
(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil wajib membuat berita acara terhadap setiap tindakannya:
a. Pemeriksaan tersangka;
b. Perusakan rumah;
c. Pemeriksaan surat;
d. Pemeriksaan saksi;
e. Pemeriksaan ditempat kejadian perkara.
f. Berita acara tersebut ayat (3) dikirim kepenuntut umum melalui penyidik polri.
BAB XI
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 26
Dalam menunjang pelaksanaan tugas Badan Amil Zakat sebagaimana dimaksudpasal 7, Pemerintah Daerah dapat membantu biaya
operasional
Pasal 27
Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang pengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran
Kabupaten Lombok Timur.
Disahkan diSelong
Pada tanggal 29 Juli 2002
BUPATI LOMBOK TIMUR
Ttd
H.SYAHDAN
Diundangkan di Selong
Pada tanggal 28 Juni 2004
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR
Ttd
H. LALU KAMALUDDIN
Instrument Penelitian
Berilah tanda centang ( ) pada jawaban yang anda pilih!
Keterangan: SS=Sangat Setuju, S=Setuju, KS=Kurang Setuju, TS=Tidak Setuju, STS=Sangat Tidak Setuju
Uraian
SS S KS TS STS
1. Membayar zakat di Lembaga zakat karena ingin mengharap rahmat
dari Allah
2. Membayar di Lembaga zakat karena kewajibannya sebagai umat
muslim
3. Membayar zakat pada Lembaga zakat agar dapat digunakan untuk
kemaslahan umat
4. Membayar zakat di Lembaga zakat karena anjuran dari keluarga dan
mengikuti keluarga
5. Membayar zakat di Lembaga zakat karena merupakan kebiasaan/
tradisi yang ada dalam keluarga
6. Membayar zakat di Lembaga karena mendapat informasi dari
masyarakat setempat
7. Membayar zakat di Lembaga zakat tersebut karena disukai oleh
banyak orang
8. Membayar zakat di Lembaga zakat tersebut karena sosialisasi yang
dilakukan oleh pihak pemerintah
9. Membayar zakat di Lembaga tersebut karena menjalankan tugas dan
kewajiban berdasarkan aturan yang berlaku
10. Membayar zakat di Lembaga karena salah satu amil zakat yang ada
dilembaga zakat adalah keluarga
11. Membayar zakat di Lembaga zakat tersebut karena zakat dikelola
dengan baik
12. Membayar di Lembaga zakat karena digunakan untuk meningkatkan
taraf hidup para fakir miskin
13. Membayar zakat di Lembaga zakat karena tidak disalurkan hanya
pada satu golongan saja.
14. Membayar zakat di Lembaga zakat karena merupakan instruksi dari
pemerintah maupun pemerintah daerah
15. Membayar zakat di Lembaga zakat karena pengelolaannya dikontrol
dan diawasi langsung oleh pemerintah
16. Membayar zakat di Lembaga zakat karena adanya UU dan PERDA
yang mengatur
17. Membayar Zakat di Lembaga karena UU tersebut menjelaskan tujuan
dan manfaat zakat
18. Membayar zakat di Lembaga zakat karena laporan keuangannya
selalu dipublikasikan untuk setiap penggunaan/ pengeluarannya
19. Membayar zakat di Lembaga zakat karena setiap programnya
dijalankan dengan baik dan benar
20. Membayar zakat di Lembaga zakat tersebut karena menyediakan
layanan pembayaran zakat sepanjang hari
21. Membayar zakat di Lembaga zakat tersebut karena amil zakat
menjemput zakat dari rumah ke rumah
22. Membayar zakat di Lembaga Zakat tersebut karena dekat dari rumah
23. Membayar zakat di Lembaga zakat tersebut karena tempatnya mudah
dijangkau
24. Saya membayar zakat di Lembaga Zakat karena sudah dikenal oleh
masyarakat luas
25. Membayar zakat di Lembaga Zakat karena memiliki reputasi yang
baik
PEDOMAN WAWANCARA BAGI AMIL ZAKAT
1. Apa visi dan misinya BAZNAS Kabupaten Lombok Timur?
2. Kapan berdirinya BAZNAS Kabupaten Lombok Timur?
3. Apa saja program yang dilakukan oleh BAZNAS Kabupaten Lombok Timur?
4. Bagaimana penyaluran/pembayaran zakat yang selama ini diperaktikkan oleh
masyarakat Kabupaten Lombok timur? Apakah selama proses menghadapi
kendala?
5. Kesulitan apa saja yang ditemui dalam pengelolaan zakat di BAZNAS
Kabupaten Lombok Timur?
6. Apakah pendistribusian zakat di BAZNAS Kabupaten Lombok Timur sesuai
dengan UU No. 23 Tahun 2011? sudah sesuai prosedur?
7. Apakah dana zakat didistribusikan kesemua daerah Kabupaten Lombok Timur
atau daerah tertentu saja?
8. Bagaimana pengelolaan zakat di BAZNAS Kabupaten Lombok Timur
sebelum adanya UU No. 23 Tahun 2011?
9. Apakah Setelah adanya UU No. 23 Tahun 2011 pengelolaan zakat di
BAZNAS Kabupaten Lombok Timur banyak mengalami perubahan mulai dari
penghimpunan sampai penyalurannya terkait peralihan kedudukan LAZ/BAZ
yang berada di bawah koordinasi BAZNAS sesuai dengan UU No. 23 Tahun
2011 ataukah masih berjalan menurut UU sebelumnya?
10. Model pendekatan bagaimanakah kira-kira yang diterapkan dalam mengelola
dana zakat tersebut untuk kemaslahatan ummat di BAZNAS Kabupaten
Lombok Timur?
11. apakah menurut anda PP No. 14 tahun 2014 sudah melengkapi UU
sebelumnya?
12. Apakah ada landasan hukum yang dijadikan pedoman didalam pendistribusian
zakat, baik hukum Islam maupun positif? Peraturan daerah?
13. Standar atau kriteria seperti apa saja yang dikenakan pada mustahik?
14. Bagaimana sistem pendapatan mustahik? Dan berapa besarnya dana yang
diberikan kepada mustahik?
15. Apakah semua mustahik mendapatkan dana zakat dengan jumlah yang sama?
16. Apakah dana yang diberikan bersifat konsumtif atau produktif?
17. Bagaimana pemahaman muzakki terhadap kewajiban melaksanakan zakat
melalui lembaga?
18. Kira-kira sistem pelaporan dan pertanggungjawaban lembaga amil zakat dapat
memberikan penataan lembaga amil zakat yang lebih baik?
19. Zakat apa saja yang telah dibayarkan atau dikeluarkan oleh masyarakat
Kabupaten Lombok Timur? jenis zakat?
20. Dari penghasilan dan harta dalam bentuk apa zakat dikeluarkan, serta kepada
siapa zakat tersebut diberikan?
21. Bagaimana pengelolaan zakat fitrah dan zakat maal di BAZNAS Kabupaten
Lombok Timur?
22. Selain BAZNAS apakah ada lembaga yang mengurus zakat didesa/kelurahan
atau dinas/instansi/swasta di Kabupaten Lombok Timur?
23. Adakah bimbingan pengetahuan yang diberikan kepada masyarakat oleh
pengelola BAZNAS Kabupaten Lombok Timur?
24. Apa harapannya kedepan untuk kemajuan BAZNAS Kabupaten Lombok
Timur?
25. Di Kabupaten Lombok Timur kecamatan manakah yang paling banyak
pendapatan zakatnya?
26. Ada berapa macam lembaga amil zakat yang mengurusi dana ummat ini?
Pedoman Wawancara Bagi Mustahik
1. Bagaimana pendapat anda tentang pengelolaan zakat Kabupaten Lombok
Timur?
2. Apakah menurut anda pendistribusian zakat di Kabupaten Lombok Timur
sudah sesuai prosedur?
3. Bagaimana system dan prosedur penerimaan dana zakat dari BAZNAS
Kabupaten Lombok Timur?
4. Kapandana zakat tersebut diterima dan sudah beberapa kali anda menerima?
5. Dalam bentuk apa saja zakat yang anda terima? Konsumtif atau produktif?
6. Berapa besar jumlah dana yang pernah anda terima?
7. Dipergunakan untuk apa dana zakat tersebut?
8. Apakah manfaat dana zakat terhadap mustahik?
9. Apavisidanmisinya BAZNAS Kabupaten Lombok Timur?
10. Kapanberdirinya BAZNAS KabupatenLotim?
11. bagaimanapengelolaan zakat sebelumadanya UU No. 23 Tahun 2011?
12. ApakahSetelahadanya UU No. 23 Tahun 2011 pengelolaan zakat di BAZNAS
Kabupaten Lombok
Timurbanyakmengalamiperubahanmulaidaripenghimpunansampaipenyalurann
yaterkaitperalihankedudukan LAZ/BAZ yang berada di bawahkoordinasi
BAZNAS sesuaidengan UU No. 23 Tahun 2011ataukahmasihberjalanmenurut
UU sebelumnya?
13. Sepengetahuanandaapasaja program yang dilakukanoleh BAZNAS Kabupaten
Lombok Timur?
14. Menurutandabagaimanapenyaluran/pembayaran zakat yang
selamainidipraktikkanolehmasyarakatKabupaten Lombok timur?
Apakahselama proses menghadapikendala?
15. Denganadanyapendistribusiandana zakat
iniapakahdapatmengentaskankemiskinan yang maksimal?
16. Menurutandaapakahpendistribusian zakat di BAZNAS
KabupatenLotimsesuaidengan UU No 23 Tahun 2011?
17. apakahmenurutanda PP No. 14 tahun 2014 sudahmelengkapi UU sebelumnya?
18. Kira-kiraapakahmenurutandasistem yang ditentukan di BAZNAS
tersebutdapatdiimplementasikanterhadapsemualembagapengelola zakat?
19. Kira-kiradenganandamenerima zakat,
apakahandamerasakesejateraandankeadilansosialitusudahtercapai?
20. Bagaimanapemahamanmustahikterhadappemanfaatan zakat melaluilembaga
BAZNAS Kabupaten Lombok Timur?
21. Bagaimanatanggapanmustahiktentangkeberadaan BAZNAS Kabupaten
Lombok Timur?
22. Selain BAZNAS apakahadalembaga yang mengurus zakat
didesa/kelurahanataudinas/imstansi/swasta di Kabupaten Lombok Timur?
23. Adakahbimbinganpengetahuan yang diterimamustahikdaripengurus BAZNAS
Kabupaten Lombok Timur?
24. Menurutandaapakahkepengurusanlembaga BAZNAS
aktif/maksimaldalammengeloladana zakat samapaisaatini
25. Sebagaimustahikapaharapanandakedepanuntukkemajuan BAZNAS
dankesejahteraanmasyarakat?
Pedoman Wawancara Bagi Muzakki
1. Bagaimana pendapatan dItentang pengelolaan zakat Kabupaten Lombok
Timur?
2. Apakah menurut anda pendistribusian zakat di Kabupaten Lombok Timur
sudah sesuai prosedur?
3. Sejak tahun berapa anda mulai mengeluarkan zakat?
4. Dalam bentukapa zakat yang anda keluarkan?
5. Kapan wajib zakat di laksanakan dan sudah berapa kali anda menyerahkan
zakat harta atau profesi selain infaq dan shadaqah?
6. Apakah setiap mengeluarkan zakat selalu di BAZNAS? Atau diserahkan
kepada amil tradisional ataukah disalurkan sendiri langsung kemustahiknya?
7. Apa visi dan misinya BAZNAS Kabupaten Lombok Timur?
8. Kapan berdirinya BAZNAS Kabupaten Lotim?
9. Bagaimana pengelolaan zakat sebelum adanya UU No. 23 Tahun 2011?
10. Apakah Setelah adanya UU No. 23 Tahun 2011 pengelolaan zakat di
BAZNAS Kabupaten Lombok Timur banyak mengalami perubahan mulai dari
penghimpunan sampai penyalurannya terkait peralihan kedudukan LAZ/BAZ
yang berada di bawah koordinasi BAZNAS sesuai dengan UU No. 23 Tahun
2011 ataukah berjalan menurut UU sebelumnya?
11. Sepengetahuan anda apasaja program yang dilakukan oleh BAZNAS
Kabupaten Lotim?
12. Menurut anda bagaimana penyaluran/pembayaran zakat yang selama ini
dipraktikkan oleh masyarakat Kabupaten Lombok timur? Apakah selama
proses menghadapi kendala?
13. Dalam mengeluarkan zakat apakah anda lebih percaya lembaga BAZNASA
Atau amil tradisional?
14. Sepengetahuan anda apakah dana zakat didistribusikan kesemua daerah
Kabupaten Lombok Timur atau daerah tertentu saja?
15. Menurut anda apakah pendistribusian zakat di BAZNAS Kabupaten Lotim
sesuai dengan UU No 23 Tahun2011?
16. Apakah menurut anda PP No. 14tahun 2014 sudah melengkapi UU
sebelumnya?
17. Kira-kira apakah menurut anda sistem yang ditentukan di BAZNAS tersebut
dapat diimplementasikan terhadap semua lembaga pengelola zakat?
18. Kira-kira dengan anda mengeluarkan zakat, apakah dapat mengentaskan
kemiskinan dan dapat mencapai kesejateraan dan keadilan sosial?
19. Bagaimana pemahaman muzakki terhadap kewajiban melaksanakan zakat
melalui lembaga BAZNAS Kabupaten Lotim?
20. Bagaimana tanggapan muzakki tentang keberadaan BAZNAS Kabupaten
Lombok Timur?
21. Selain BAZNAS apakah ada lembaga yang mengurus zakat didesa/kelurahan
atau dinas/imstansi/swasta di Kabupaten Lombok Timur?
22. Sebagai muzakki kesulitan apa saja yang anda temui dalam melaksanakan
kewajiban zakat?
23. Dalam mengeluarkan zakat apakah selalu di BAZNAS atau dilembaga lain?
24. Adakah bimbingan pengetahuan yang anda peroleh dari pengelola BAZ/LAZ
ataupun BAZNAS?
25. Menurut anda apakah kepengurusan lembaga BAZNAS aktif/maksimal dalam
mengelola dana zakat sampai saat ini
26. Sebagai muzakki apa harapan anda kedepan untuk kemajuan BAZNAS dan
kesejahteraan masyarakat?
Penghimpunan2003-2014
2003 2004 2005 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2,015
1 JANUARI 376,626,693 364,850,565 173,650,417 421,361,851 180.120.865 134. 553.776 446,294,094 294,379,739 132,898,288 372,271,081 724,193,614
2 PEBRUARI 373,450,932 365,826,108 234,791,787 256,347,919 198.563.764 147.176.578 164,098,709 164,271,529 149,733,219 584,832,137 663,374,167
3 M A RE T 365,397,477 366,314,274 228,532,120 273,071,749 161.151.179 180.883.216 143,676,554 211,538,093 147,368,669 600,093,764 846,255,770
4 A P R I L 368,017,259 361,727,270 232,737,562 340,779,146 169.244.852 167.419.685 169,986,623 209,144,252 240,112,237 542,206,250 880,767,042
5 M E I 367,834,638 369,196,019 303,571,895 299,798,874 158.924.685 157.154.201 159,584,998 232,730,787 132,712,880 569,642,155 864,296,827
6 J U N I 778,191,887 376,126,492 265,189,919 348,676,001 184.578.500 277.880.128 209,777,508 167,928,549 160,596,924 573,724,203 798,235,229
7 J U L I 369,613,734 756,045,007 332,151,992 284,833,224 160.059.434 398.314.955 197,195,027 179,068,392 257,628,791 757,874,325 1,688,925,033
8 AGUSTUS 351,857,522 373,786,709 247,103,268 210,207,156 154.539.732 214.683.764 229,597,833 187,621,271 229,563,129 610,403,213 775,522,944
9 SETEMBER 368,850,992 373,567,088 336,820,874 263,792,388 164.695.383 333.752.814 161,623,561 154,312,480 201,364,446 642,246,163 851,536,198
10 OKTOBER 370,133,254 374,361,188 324,506,906 60,002,078 147.368.380 221.779.952 161,852,223 177,333,619 309,721,100 660,889,672 870,062,639
11 NOPEMBER 10.792.978 370,229,409 122,753,462 253,828,187 142,770,541 158.578.268 153.030.910 157,775,479 166,522,301 363,292,301 709,618,814 926,327,243
12 DESEMBER 358.992.171 366, 591,305 361,338,846 129,670,881 218.431.619 188.353.514 183,655,474 213,760,202 413,682,200 900,464,926 1,149,036,926
4,460,205,801 4,204,556,187 3,294,223,773 3,031,311,808 2,056,256,661 2,574,983,493 2,646,127,582 2,358,611,214 2,738,676,197 7,524,268,717 11,038,533,632