ilmu asbab nuzul

33
ILMU ASBĀB AL-NUZŪL Makalah Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Alquran Oleh: Zainiyah F050515131 Dosen Pembimbing: Prof. DR. HM. Ridlwan Nashir, MA. ILMU ALQURAN DAN TAFSIR PROGRAM PASCASARJANA

Upload: niyaachan-neechan

Post on 11-Jul-2016

48 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Ilmu asbab nuzul

TRANSCRIPT

Page 1: Ilmu Asbab Nuzul

ILMU ASBĀB AL-NUZŪLMakalah

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Studi Alquran

Oleh:

Zainiyah

F050515131

Dosen Pembimbing:

Prof. DR. HM. Ridlwan Nashir, MA.

ILMU ALQURAN DAN TAFSIR

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA JAWA TIMUR

2015

Page 2: Ilmu Asbab Nuzul

1

A. Pendahuluan

Alquran adalah firman Allah yang mengandung mukjizat, diturunkan kepada

Nabi Muhammad dengan perantaraan malaikat Jibril. Alquran merupakan pedoman

utama umat Islam dalam hidup dan kehidupannya sehari-hari baik dalam ibadah

maupun muamalah. Untuk itu Alquran perlu dikaji, dipelajari dan dihayati sehingga

kandungannya dapat dipedomani, dilaksanakan serta dapat dijadikan petunjuk.

Mengingat bahwa Alquran adalah firman Allah, maka tidak ada seorangpun

yang dapat memahaminya secara utuh dan benar sebagaimana maksud Allah, kecuali

Nabi Muhammad, sebab Nabi adalah orang yang menerima wahyu Alquran, serta

orang yang diperintah untuk menyampaikannya kepada umat.

Semenjak kewafatan Nabi, tidak ada lagi sosok yang dapat menjadi rujukan

bila ada kesulitan dalam memahami suatu ayat. Oleh sebab itu, mufassir sejak masa

sahabat hingga sekarang berusaha memahami Alquran berdasarkan ayat Alquran

lainnya, periwayatan dari Nabi, ataupun melalui jalan ijtihad yang baik.

Guna memahami dan menjelaskan ayat Alquran dengan baik, diperlukan

sejumlah ilmu-ilmu Alquran dengan harapan agar penafsiran seorang mufassir bisa

mendekati kebenaran yang dimaksud Allah. Di antara ilmu yang dimaksud adalah

ilmu asbāb al-nuzūl, yakni pengetahuan mengenai sebab-sebab penurunan ayat

Alquran. Peranan ilmu ini dalam kajian tafsir adalah urgen, sebab sebagaimana

pernyataan Ibn Taimiyyah “pengetahuan tentang sebab penurunan ayat membantu

pemahaman terhadap ayat, karena pengetahuan tentang sebab menghasilkan

pengetahuan tentang efek (musabbab)”

B. Pengertian Asbāb al-Nuzūl

Berikut adalah sejumlah definisi asbāb al-nuzūl yang dipaparkan oleh

beberapa ulama ‘ulūm al-Qur’ān :

سبب النزول هو ما نزلت اآلية أو اآليات متحدثة عنه أو مبينة1لحكمه أيام وقوعه

1Muḥammad ‘Abd al-‘Adhīm al-Zarqānī, Manāhil al-‘Irfān fī ‘Ulūm al-Qur’ān, juz II (Aleppo: Maṭba’at ‘Isā al-Bābī al-Ḥalby wa Shirkāh, t.th), 106.

Page 3: Ilmu Asbab Nuzul

2

Asbāb al-nuzūl adalah sesuatu, yang karenanya satu ayat atau beberapa ayat

turun untuk menceritakan tentangnya, atau menjelaskan hukumnya pada saat

sesuatu itu terjadi.

ما نزلت اآلية اواآيات بسببه متضمنة له او مجيبة عنه او مبينة2لحكمه زمن وقوعه

Asbāb al-nuzūl adalah sesuatu yang menjadi sebab turunnya satu atau

beberapa ayat Alquran sebagai respon terhadapnya atau penjelas hukumnya

ketika peristiwa itu terjadi.

3مانزل قرآن بشأنه وقت وقوعه كحادثة او سؤال

Asbāb al-nuzūl adalah sesuatu yang menyebabkan penurunan Alquran

berkenaan dengannya, pada saat peristiwa itu terjadi, baik berupa suatu

kejadian atau pertanyaan.

Berdasarkan penjabaran definisi di atas, secara substansial, mereka sepakat

bahwa asbāb al-nuzūl adalah sesuatu yang menjadi latar belakang turunnya satu ayat

atau lebih, dan sebab tersebut teringkas dalam dua bentuk, yakni:4

1. Menceritakan suatu kejadian, kemudian ayat Alquran diturunkan terkait

tentangnya, contoh:

عن ابن عباس قال: }وأنذر عشيرتك األقربين{ خرج النبي ح33تى ص33عد الصفا، فهتف: "يا صاحباه"، فاجتمعوا إليه، فقال: "أرأيتكم لو أخ33برتكم أن خيالZ تخرج بسفح هذا الجبل أكنتم مصدقي؟ " قالوا: ما جربنا علي33كا Zا، قال: "فإني نذير لكم بين يدي عذاب شديد"، فق33ال أب33و لهب : تب كذب

2Ṣubḥi al-Ṣāliḥ, Mabāḥith fī ‘Ulūm al-Qur’ān (tt: Dār al-‘ilm li al-Malāyīn, 2000), 132.3Mannā’ bin Khalīl al-Qaṭṭān, Mabāḥith fī ‘Ulūm al-Qur’ān (tt: Maktabat al-Ma’ārif li al-

Nashr wa al-Tauzī’, 2000), 78.4Ibid., 77-78.

Page 4: Ilmu Asbab Nuzul

3

33دا أبي لهب ت ي لك، إنما جمعتنا لهذا؟ ثم قام، فنزلت هذه السورة: }تب} 5وتب

2. Pertanyaan yang diajukan kepada Nabi, kemudian diturunkan ayat Alquran yang

menjelaskan hukum tentangnya, contoh:

م في ح33رثعن ابن مس33عود ق33ال: ل 33ه وس33 لى الل33ه علي بي ص33 كنت م33ع النهم: يب، فم33ر بنف3ر من اليه33ود، فق3ال بعض33 أ على عس3 3ة، وه33و يتوك بالمدينمعكم م33ا تكره33ون، ألوه، ال يس33 هم: ال تس33 وح؟ وق33ال بعض33 لوه عن ال33ر س33اعةZ ينظ33ر، وح، فق33ام س33 م ح33دثنا عن ال33ر 33ا القاس33 33ا أب فقاموا إليه فقالوا: يعد ال33وحي، ثم ق33ال: " ى ص33 33ه حت 33أخرت عن 33ه، فت 33وحى إلي ه ي فع33رفت أن

ي{ وح من أمر رب وح قل الر 6}ويسألونك عن الر

Adapun definisi menurut Khālid bin Sulaimān al-Mazīnī adalah:

7كل قول أو فعل نزل بشأنه قرآن عند وقوعه

Setiap perkaataan atau perbuatan yang menyebabkan Alquran turun berkenaan

dengannya ketika peristiwa tersebut terjadi.

Lafad mencakup ”قول“ pertanyaan, doa, ta’ajjub, ‘irḍ, tamannī, khabar,

ṭalab, dan semisalnya, sedangkan lafad “فعل” mencakup seluruh bentuk perbuatan,

seperti ibadah, kebiasaan, muamalah, peperangan dan selainnya.

C. Faedah Asbāb al-Nuzūl

Ilmu asbāb al-nuzūl memiliki banyak faedah sebagaimana yang disebutkan

sejumlah ulama, di antaranya:8

1. Merupakan cara efisien untuk memahami makna yang terkandung dalam ayat-ayat

Alquran.

5 Muslim bin Ḥajjāj al-Naisābūrī, al-Musnad al-Ṣaḥīḥ al-Mukhtaṣar bi Naql al-‘Adl ilā Rasūlillāh, vol.1 (Beirut: Dār Iḥyā’ al-Turāth, tt), 193.6 Muḥammad bin Ismā’il al-Bukhārī, al-Jāmi’ al-Musnad al-Ṣaḥīḥ al-Mukhtaṣar min Umūr Rasūlillāh wa Sunanih wa Ayyāmih, vol.IX (tt: Dār Ṭūq al-Najāt, 1422 H), 96.

7Khālid bin Sulaimān al-Mazīnī, al-Muḥarrar fī Asbāb Nuzūl al-Qur’ān min Khilāl al-Kutub al-Tis’at Dirāsat al-Asbāb Riwāyat wa Dirāyat (Saudi: Dār Ibn al-Jawzī, 2006), 105.

8Ibid, 26-36.

Page 5: Ilmu Asbab Nuzul

4

Ibn Daqīq al-Īd menyatakan “Keterangan sabab al-nuzūl merupakan jalan

yang kuat dalam memahami makna Alquran.” Demikian pula al-Shāṭibī yang juga

mengatakan bahwa ilmu asbāb al-nuzūl termasuk bagian yang sangat penting

dalam memahami Alquran, dan tidak dapat ditinggalkan.

Contoh: ه واسع ه إن الل وا فثم وجه الل ه المشرق والمغرب فأينما تول ولل9عليم

Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, Maka kemanapun kamu menghadap di

situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha

mengetahui.10

Secara dhahir, ayat itu menunjukkan bahwa umat Islam bisa salat menghadap

kemana saja kapanpun, tidak wajib menghadap Baitullah. Namun, jika meneliti

sabab al-nuzūl, maka diketahui bahwa ayat ini merupakan keringanan terkait

musafir yang melakukan salat sunnah.11

2. Menghilangkan kemusykilan dalam memahami ayat.

Contoh : Marwān bin Ḥakam yang merasa kurang jelas dengan makna ayat 33وا فال12 ون أن يحمدوا بما لم يفعل ذين يفرحون بما أتوا ويحب ال تحسبن الهم بمفازة من العذاب ولهم عذاب أليم تحسبن

Janganlah sekali-kali kamu menyangka, hahwa orang-orang yang gembira dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka supaya dipuji terhadap perbuatan yang belum mereka kerjakan janganlah kamu menyangka bahwa mereka terlepas dari siksa, dan bagi mereka siksa yang pedih.13

Marwān berpikir “Bagaimana bisa orang yang senang dengan perbuatannya dan

suka dipuji atas perbuatan yang tidak dilakukannya mendapatkan siksa? Dengan

demikian, pasti kita semua akan disiksa?. Kemusykilan yang didapati Marwān ini

akhirnya sirna dengan penjelasan Ibn ‘Abbās bahwa ayat in turun terkait Ahli

9 al-Qur’ān, 2:115.10 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahannya (Surabaya: CV. Jaya Sakti, 1989), 31.

11al-Zarqānī, Manāhil al-‘Irfān., 109.12 al-Qur’ān, 3:189.13 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahannya..., 109.

Page 6: Ilmu Asbab Nuzul

5

Kitab. Ketika mereka ditanya Nabi Muhammad suatu hal, mereka

menyembunyikan jawabannya, dan memberikan jawaban lainnya. Sehubungan

dengan itu, mereka meminta dipuji kepada Nabi Muhammad dan merasa bangga

atas tindakannya (menyembunyikan jawaban).

Contoh :

Umar mempekerjakan Qudāmah bin Maẓ’ūn di daerah Bahrain, dan suatu

hari, al-Jārūd lapor kepada Umar bahwa Qudāmah meminum khamr. Umar pun

akhirnya mengeluarkan perintah agar Qudāmah dihukum jilid, namun Qudāmah

menolaknya, menganggap tindakannya benar dengan dalil:

“ جناح الصالحات وعملوا آمنوا ذين ال على ليس طعموا Kemudian Ibn ‘Abbās .”فيما

menjelaskan bahwa ayat itu merupakan apologi (‘udhur) bagi orang-orang yang

telah meninggal sebelum turunnya ayat taḥrīm al-khamr, sedangkan bagi orang

yang menemui “larangan minum khamr”, maka tidak ada apologi bagi mereka.

Inilah yang terjadi ketika Qudāmah tidak mengetahui sabab nuzūl ayat,

sehingga ia salah dalam mengambil dalil dari ayat tersebut, dan menganggapnya

sebagai kebolehan minum khamr.

3. Memberikan petunjuk tentang hikmah yang dikehendaki Allah atas apa yang telah

ditetapkan hukumnya.

Contoh:

اس في قوله تعالى: )وال تجهر بصالتك وال تخافت به33ا( ق33ال: عن ابن عبه مخت3ف بمك33ة، وك3ان إذا ص3لى بأص3حابه رف3ع ص3وته نزلت ورسول الل بالقرآن فإذا سمعه المشركون سبوا القرآن، ومن أنزل33ه، ومن ج33اء ب33هالتك( أي: بقراءت33ك، فيس33مع المش33ركون فقال الله لنبيه: )وال تجهر بص3333غ بين فيسبوا القرآن، )وال تخافت به33ا( عن أص33حابك فال تس33معهم )وابت

.) Z14ذلك سبيال

Ayat di atas mengandung sebuah hikmah agar membaca bacaan salat dengan

suara yang tidak terlalu keras atau terlalu pelan, karena alasan yang disebutkan 14 al-Bukhārī, al-Jāmi’ al-Musnad..., vol.VI, 87.

Page 7: Ilmu Asbab Nuzul

6

dalam sabab nuzulnya, yakni agar orang musyrik tidak mencaci Alquran, Allah

dan Nabi Muhammad.

4. Memberikan petunjuk tentang adanya ayat-ayat tertentu yang memiliki

kekhususan hukum tertentu. Hal ini lebih dirasakan perlunya oleh golongan yang

berpegang pada kaidah yang menyatakan: اللفظ بعموم ال السبب بخصوص العبرة(yang menjadi pegangan adalah kekhususan sebab bukan keumuman lafad)

5. Menghindarkan keraguan tentang ketentuan pembatasan (al-ḥashr) yang terdapat

dalam Alquran.

Contoh:

33ون م33Zا على ط33اعم يطعم33ه إال أن يك قل ال أج33د في م33ا أوحي إلي محره رجس ميتة أو دما مسفوحا أو لحم خنزير �ل فإن�قا أه �� أو فس

15......لغير الله به

Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi - karena Sesungguhnya semua itu kotor - atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah.... 16

Secara dhahir ayat ini menunjukkan bahwa makanan selain yang disebutkan

hukumnya adalah halal, padahal penyebutan “keharaman” terbatas pada makanan-

makanan tersebut sejatinya merupakan penolakan atas tindakan orang kafir yang

terbiasa menghalalkannya (bangkai, darah, daging babi, dan sembelihan yang

dipersembahkan bagi selain Allah). Jadi yang diambil dalam ayat ini adalah

“keharaman sesuatu”, bukan “kehalalan sesuatu”, dan ini bisa diketahui melalui

sabab nuzūlnya.17

6. Membantu memudahkan penghafalan ayat dan pengungkapan makna yang

terkandung di dalam ayat.

7. Mengetahui tarikh

15 al-Qur’ān, 6:14.16 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahannya..., 212.17 Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 138.

Page 8: Ilmu Asbab Nuzul

7

Tarikh suatu hukum dapat diketahui melalui sebab turunnya ayat yang

membahas hukum tersebut, dan ilmu tarikh itu berfaedah dalam ilmu nasakh

mansūkh.

8. Memperluas ilmu syariat, dan hal ini terbukti dengan banyaknya karangan

mengenai asbāb al-nuzūl yang sangat bermanfaat bagi para mujatahid dalam

proses ijtihadnya.

9. Memperjelas hal-hal yang mubham (samar), semisal nama orang yang terkait atau

hal-hal samar lainnya.

33ه - ق33ال: وق33ال ه عن ي الل أخ33رج البخ33اري عن ال33براء بن ع33ازب - رض3333انوا تي ك هم عن قبلتهم ال الس33فهاء من الن33اس - وهم اليه33ود -: )م33ا وال

18 (، فقد فسر السفهاء هنا بأنهم اليهود....عليها

10. Membuka rahasia-rahasia balāghah dalam Alquran.

Ilmu asbāb al-nuzūl berfaedah mengungkap keselarasan uslūb Alquran

dengan muqtaḍā al-ḥāl, dan corak seperti ini banyak dibahas dalam tafsir-tafsir

balāghȳ.19

D. Redaksi Asbāb Al-Nuzūl

Adapun susunan atau redaksi yang dapat memberi petunjuk tentang asbāb al-

nuzūl adalah :20

1. Ṣīghat ṣarīḥ fī al-sababiyyah (redaksi tegas), yang terdiri dari:

a. Kalimat yang menunjukkan “sebab” dengan jelas, contoh: كذا اآلية نزول سببb. Adanya huruf fā’ sababiyyah atau fa’ ta’qībiyyah yang masuk pada

periwayatan terkait penurunan ayat, baik setelah terjadi suatu peristiwa atau

pertanyaan.

Misalnya " " " اآلية فنزلت كذا عن رسول سئل أو كذا "حدث

18 al-Bukhārī, al-Jāmi’ al-Musnad..., vol.I, 88.19 Nūr al-Dīn Muḥammad ‘Itr al-Ḥalbȳ, ‘Ulūm al-Qur’ān al-Karīm (Damaskus: Maṭba’at al-Ṣabāḥ, 1993), 48.

20al-Qaṭṭān, Mabāḥith fī ‘Ulūm., 85.

Page 9: Ilmu Asbab Nuzul

8

c. Adanya keterangan yang menjelaskan bahwa Rasul ditanya sesuatu kemudian

diikuti dengan turunnya ayat sebagai jawabannya.

2. Ṣīghat muḥtamilat li al-sababiyyah (redaksi yang menunjukkan kemungkinan

sebagai “sebab”), di antaranya :

a. " كذا في اآلية هذه -Maksud redaksi ini terkadang merupakan sabab al ."نزلت

nuzūl dan terkadang menunjukkan penjelasan yang terkandung dalam ayat.

Terkait ṣīghat ini, sejumlah ulama mengemukakan pendapatnya, di

antaranya:21

1) Menurut al-Zarkashī dan al-Suyūṭī, redaksi tersebut menunjukkan bahwa

ayat yang disebutkan itu berkenaan dengan hukum tertentu yang

disinggung dalam pembahasan ayat dan bukanlah sebagai sebab turunnya

ayat.

2) Menurut Ibn Taimiyyah, bentuk tersebut mengandung dua kemungkinan

petunjuk :

a. Sebagai sebab turunnya ayat

b. Sebagai keterangan tentang maksud ayat dan bukan sebagai sebab

turunnya ayat.

3) Menurut penelitian al-Qāsimī, para sahabat dan tābi’īn sering

menggunakan susunan redaksi itu dengan maksud memberikan gambaran

tentang apa yang dibenarkan oleh ayat. Dalam hal ini perlu dilakukan

ijtihad, yakni apakah riwayat itu sebagai asbāb al-nuzūl atau sekadar

penjelasan tentang kandungan suatu ayat.

4) Menurut al-Zarqānī, bentuk redaksi itu tidaklah secara pasti menunjukkan

sebab turunnya ayat, karena dapat saja berarti sebagai petunjuk tentang

kandungan ayat. Dalam hal ini, harus diteliti qarīnah (indikatornya)nya.

Bila ternyata ada qarīnah yang menunjukkan sebab turunnya ayat, maka

barulah dipahami bahwa redaksi itu menunjukkan tentang peristiwa sebab

turunnya ayat. 21 Baidan, Wawasan Baru., 144.

Page 10: Ilmu Asbab Nuzul

9

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka dapat dinyatakan bahwa

bentuk redaksi yang berbunyi كذا في اآلية هذه pada umumnya bukanlah نزلت

petunjuk kepada adanya sebab turunnya ayat, kecuali bila dibarengi qarīnah

tertentu. Dari qarīnah itu, barulah diketahui setelah diteliti keterangan-

keterangan yang berkenaan dengan ayat yang bersangkutan, apakah ungkapan

itu menjelaskan asbāb al-nuzūl atau bukan.

b. " " " كذا في إال نزلت اآلية هذه أحسب ما أو كذا في نزلت اآلية هذه ."أحسب

Perawi dengan redaksi ini tidak memastikan periwayatannya adalah “sebab”

penurunan ayat.

Sebagaimana redaksi sebelumnya, redaksi ini juga memerlukan

penelitian untuk diketahui statusnya, apakah sebagai sabab nuzūl atau bukan.

E. Macam-Macam Asbāb Al-Nuzūl

Berdasarkan jumlah ayat yang diturunkan dan asbāb al-nuzūlnya, ilmu ini

terdiri dari dua macam:

1. Ayat yang diturunkan berbilangan, sedangkan penyebabnya hanya satu (ta’addud

al-nāzil wa al-sabab wāḥid).

Contoh:

ه عنهم33ا - ق33ال: لم33ا ق33دم كعب بن األش33رف اس - رضي الل عن ابن عب مكة قالت له قريش: أنت خير أهل المدينة وسيدهم؟ قال: نعم، ق33الوا: أال ترى إلى هذا المنبتر من قومه يزعم أنه خير منا؟ ونحن - يعني أه33لانئك ه3و الحجيج وأه3ل الس3دانة - ق3ال: أنتم خ3ير من3ه ف3نزلت: )إن ش333ون 33اب يؤمن Zا من الكت يب 33وا نص33 ذين أوت 33ر إلى ال 33ر( ون33زلت: )ألم ت األبت

ا(. Z22بالجبت والطاغوت( - إلى قوله -: )فلن تجد له نصير

22 Aḥmad bin Shu’aib al-Khurāsānȳ al-Nasā’īy, al-Sunan al-Kubrā, vol. X (Beirut: Muassasat al-Risālat, 2001), 347

Page 11: Ilmu Asbab Nuzul

10

Kedua ayat di atas diturunkan terkait sebab berikut, yakni: Ketika Ka’ab bin

al-Ashraf tiba di Mekkah, orang Quraish menyambutnya dan menanyakan

pendapatnya mengenai orang yang hubungan dengan kaumnya terputus namun

mengaku sebagai orang yang lebih baik dari orang Quraish (maksud mereka

adalah Nabi Muhammad). Ditanya seperti itu, Ka’ab menjawab bahwa orang

Quraish lebih baik dari Nabi Muhammad. Karena itu, turunlah ayat-ayat

tersebut.23

2. Penyebabnya berbilangan, sedangkan ayat yang diturunkan hanya satu (ta’addud

al-sabab wa al-nāzil wāḥid)

Contoh:

33أتوا اس والحج وليس البر بأن ت ة قل هي مواقيت للن يسألونك عن األهلق3وا قى وأتوا البيوت من أبوابه3ا وات البيوت من ظهورها ولكن البر من ات

كم تفلحون ه لعل 24الل

Mereka bertanya kepadamu tentang bulan sabit. Katakanlah: "Bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan (bagi ibadat) haji; dan bukanlah kebajikan memasuki rumah-rumah dari belakangnya, akan tetapi kebajikan itu ialah kebajikan orang yang bertakwa. dan masuklah ke rumah-rumah itu dari pintu-pintunya; dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.25

أخرج البخاري ومس33لم عن ال33براء ق33ال: ن33زلت ه33ذه اآلي33ة فين33ا، ك33انت األنصار إذا حج33وا فج33اؤوا لم ي33دخلوا من قب33ل أب33واب بي33وتهم ولكن منر ب33ذلك 33ل باب33ه، فكان33ه عي ظهورها فجاء رجل من األنصار فدخل من قبقى 33ر من ات 33وت من ظهوره33ا ولكن الب فنزلت: )وليس البر بأن تأتوا البي

26وأتوا البيوت من أبوابها(.

Ayat di atas turun karena dua sebab, yakni:

a. Pertanyaan orang muslim kepada Nabi mengenai bulan sabit

23 al-Mazīnī, al-Muḥarrar fī Asbāb., 123.24 al-Qur’ān, 2:189.25 Departemen Agama Republik Indonesia, Al Qur’an dan Terjemahannya..., 46.26 al-Bukhārī, al-Jāmi’ al-Musnad..., vol.VIII, 3.

Page 12: Ilmu Asbab Nuzul

11

b. Sikap orang Anṣār yang memasuki rumah mereka dari belakang setelah

berhaji, bukan melalui pintunya. Hal ini merupakan kebiasaan yang ada pada

masa Jahiliah.27

F. Metode Mengetahui Asbāb Al-Nuzūl

Tidak ada jalan mengetahui asbāb al-nuzūl kecuali melalui penukilan yang

sahih. Mengenai hal ini, al-Wāḥidī menyebutkan bahwa “Tidak diperbolehkan untuk

berkata mengenai asbāb al-nuzūl melainkan dengan adanya periwayatan atau simā’

dari orang-orang yang menyaksikannya secara langsung, mengetahui sebab-sebabnya,

membahas ilmunya, serta bersungguh-sungguh mencarinya”

Dengan demikian, periwayatan sahabat terkait asbāb al-nuzūl dapat diterima

(maqbūl) meski tidak ada periwayatan lain yang memperkuatnya. Hal ini karena

perkataan sahabat yang di dalamnya tidak ada ruang ijtihad, hukumnya adalah

marfū’.

Adapun jika periwayatan asbāb al-nuzūl berupa hadis mursal, yakni hadis

yang di dalam sanadnya gugur salah seorang sahabat, maka statusnya tidak dapat

diterima, kecuali jika benar dan diperkuat oleh hadis mursal lainnya, serta perawinya

dari kalangan pemuka tafsir yang biasa mengambil periwayatan dari sahabat, semisal

Mujāhid, ‘Ikrimah, dan Sa’id bin Jubair. 28

Terkadang, ada dua riwayat atau lebih yang mengemukakan tentang asbāb al-

nuzūl untuk satu ayat tertentu. Dalam hal ini, perlu diadakan penelitian tentang

riwayat-riwayat yang dimaksud. Langkah penelitian yang harus ditempuh adalah:29

1. Bila riwayat-riwayat yang ada tidak menggunakan ṣīghat ṣarīḥ, dan tidak ada

pertentangan di antaranya, maka yang dimaksud riwayat itu adalah “penafsiran”,

bukan asbāb al-nuzūl, kecuali ada qarīnah.

27 Ibid., 126.28al-Zarqānī, Manāhil al-‘Irfān., 114.

29 al-Qaṭṭān, Mabāḥith fī ‘Ulūm., 87-90.

Page 13: Ilmu Asbab Nuzul

12

2. Bila salah satu riwayat ṣīghatnya ghairu ṣarīḥ, sedangkan yang lain ṣarīḥ, dan

keduanya berlawanan maka riwayat yang diambil adalah riwayat ṣarīḥ dan

menganggap periwayatan selainnya sebagi hukum atau penjelasan yang diambil

dari ayat.

Contoh: sabab nuzūl ayat شئتم ى أن حرثكم فأتوا لكم حرث نساؤكماؤكم ح33رث لكم{ فق33ال ابنأ. عن ن33افع ق33ال: ق33رأت ذات ي33وم: }نس33

عمر: أتدري فيم أنزلت ه33ذه اآلي33ة؟ قلت: ال، ق33ال: ن33زلت في إتي33ان30النساء في أدبارهن

عن جابر قال: كانت اليهود تق33ول: إذا أتى الرج33ل امرأت33ه من خلفه33اب. في قبلها جاء الولد أحول، فنزلت: }نساؤكم حرث لكم فأتوا ح33رثكم

ى شئتم{ 31أن

Dari kedua hadis di atas, riwayat yang mu’tamad adalah riwayat Jābir, karena

jelas dalam teks sebabnya, berbeda dengan riwayat Ibn ‘Umar yang oleh ulama

dianggap sebagai tafsir atau istinbāṭ dari ayat itu.

3. Bila riwayat-riwayat yang ada semuanya jelas dalam menyebutkan sebabnya.

Salah satu berkualitas sahih, sedang yang lainnya dha’īf, maka riwayat yang

berkualitas sahih harus diambil.

Contoh:

ما أخرجه الشيخان وغيرهما عن جندب البجلي قال: "اش33تكى الن33بيأ.33Zا، فأتت33ه ام33رأة فق33الت: ي33ا محم33د، م33ا أرى فلم يقم ليل33تين أو ثالث ش33يطانك إال ق33د ترك33ك، لم يقرب33ك ليل33تين أو ثالث33ة، ف33أنزل الل33ه:

ك وما قلى{ يل إذا سجى, ما ودعك رب 32}والضحى, والل

عن حفص بن ميسرة عن أمه عن أمها -وك33انت خ33ادم رس33ول الل33ه:ب. "أن جروZا دخل بيت النبي فدخل تحت السرير، فم33ات، فمكث الن33بي

30 al-Bukhārī, al-Jāmi’ al-Musnad..., vol.VI, 29.31 Ibid.32 Ibid., 182.

Page 14: Ilmu Asbab Nuzul

13

أربعة أيام ال ينزل عليه ال33وحي، فق33ال: ي33ا خول33ة، م33ا ح33دث في بيت رس33ول الل3ه, ص3لى الل33ه علي3ه وس33لم؟ جبري3ل ال ي3أتيني! فقلت في نفسي: لو هيأت ال33بيت وكنس33ته، ف33أهويت بالمكنس33ة تحت الس33رير، فأخرجت الجرو، فجاء النبي ترعد لحيته، وك3ان إذا ن3زل علي3ه أخذت3ه الرعدة فقال: يا خولة دثريني فأنزل الله: }والضحى{ ... إلى قول33ه:

33}فترضى{

Ibn Ḥajar mengomentari kedua hadis ini “Kisah keterlembatan Jibril

menyampaikan wahyu disebabkan anak anjing yang mati di bawah tempat tidur

Nabi itu memang masyhur, namun keberadaannya sebagai sabab nuzūl tergolong

gharīb, karena di sanadnya terdapat orang yang tidak dikenal, jadi riwayat yang

mu’tamad adalah riwayat ṣaḥīḥain”

4. Bila kedua-duanya sahih dan dapat dilakukan tarjīḥ, maka yang dipakai adalah

riwayat yang lebih sahih dengan cara meneliti:

a. Semua sanad dan periwayatannya.

b. Bentuk redaksi yang dipakai oleh riwayat-riwayat yang ada.

c. Siapa periwayat yang langsung menghadiri peristiwa turunnya ayat itu, usianya

berapa saat itu, dan bagaimana pengakuannya tentang ayat itu.

Contoh :

أخرج الترمذي وصححه عن ابن عباس قال: "قالت قريش لليهود:أ.Zا نسأل عنه ه33ذا الرج33ل، فق33الوا: اس33ألوه عن ال33روح، أعطونا شيئوح من أم33ر وح ق33ل ال33ر ألونك عن ال33ر فسألوه فأنزل الل33ه: }ويس33

ي{ ... اآلية، رب ما أخرجه البخاري عن ابن مسعود ق33ال: "كنت أمش33ي م33ع الن33بيب.

بالمدين33ة، وه33و يتوك33أ على عس33يب، فم33ر بنف33ر من اليه33ود، فق33ال بعضهم: لو سألتموه، فقالوا: حدثنا عن الروح، فق33ام س33اعة ورف33ع

33 Sulaimān bin Aḥmad al-Ṭabrānȳ, al-Mu’jam al-Kabīr, vol.24 (Kairo: Maktabat Ibn Taimiyyah, 1994), 249.

Page 15: Ilmu Asbab Nuzul

14

رأسه، فعرفت أنه يوحى إليه، ح3تى ص3عد ال33وحي، ثم ق3ال: }ق33ل} Zي وما أوتيتم من العلم إال قليال وح من أمر رب الر

Menurut al-Qaṭṭān, riwayat yang diunggulkan adalah riwayat Ibn Mas’ūd,

karena ia hadir saat peristiwa itu terjadi.

d. Bila keduanya sahih dan tidak dapat ditarjīḥkan tetapi masih dapat

dikompromikan, maka kedua riwayat itu sama-sama dipakai dan saling

menjelaskan.

Contoh:

بن أمية قذف امرأته عند الن33بي بش33ريك بنهاللأ. عن ابن عباس: أن 33ة وإال ح33د في ظه33رك" فق33ال: ي33ا رس33ول سحماء. فقال النبي: ن "البي

33ة؟ فجع33ل ن الله.. إذا رأى أح33دنا على امرأت33ه رجالZ ينطل33ق يلتمس البينة وإال ح33د في ظه33رك" , فق33ال هالل: وال33ذي رسول الله يقول: "البي بعثك بالحق إني لصادق، ولينزلن الله ما يبرئ ظهري من الحد، ونزل

ذين يرمون أزواجهم 34{...... جبريل فأنزل عليه: }وال

Z العجالني ج33اء إلى عاص33م بن ع33دي ب. عن سهل بن س33عد أن ع33ويمراZ أيقتله Z وجد مع امرأته رجال األنصاري فقال له: يا عاصم، أرأيت رجاله فتقتلونه، أم كيف يفع3ل؟ س33ل لي ي33ا عاص33م عن ذل3ك رس33ول الله المس33ائل فس33أل عاص33م عن ذل33ك رس33ول الل33ه فك33ره رس33ول الله فلم33ا رج33ع وعابها، حتى كبر على عاص33م م33ا س33مع من رس33ول الل عاصم إلى أهله، جاءه عويمر فقال: يا عاصم، ماذا قال ل33ك رس33وله المس33ألة ه ؟ فقال عاصم: لم تأتني بخير، ق33د ك33ره رس33ول الل الله ال أنتهي حتى أسأله عنها، فأقبل التي سألته عنها، قال عويمر: والله ه وس33ط الن33اس، فق33ال: ي33ا رس33ول الل عويمر حتى أتى رس33ول اللZ، أيقتل33ه فتقتلون33ه، أم كي33ف يفع33ل؟ Z وجد مع امرأته رجال أرأيت رجال

34 al-Bukhārī, al-Jāmi’ al-Musnad..., vol.VI, 100.

Page 16: Ilmu Asbab Nuzul

15

ه ه في33ك وفي ص3احبتك ف33اذهب ف33أت :فقال رسول الل )قد أنزل الل35.بها(

ه آلتين النبي فجاء وق33د أن33زل وفي لفظ للبخاري: فقال عويمر: والل الله تع33الى الق33رآن خل33ف عاص33م، فق33ال ل33ه: )ق33د أن33زل الل33ه فيكم

.)Z قرآناUntuk menyelesaikan ikhtilaf ini, Imam Nawawī berkomentar: “Orang

pertama yang menjadi sebab turunnya ayat ini sebenarnya adalah Hilāl, kemudian

bertepatan dengan kedatangan ‘Uwaymir mengajukan pertanyaan yang sama,

maka diturunkanlah ayat tersebut menjelaskan keadaan keduanya”

e. Bila riwayat-riwayat itu sahih dan tidak dapat dikompromikan, karena keterpautan

waktunya yang cukup jauh, maka kedua riwayat tersebut sama-sama dipakai,

dengan pengertian bahwa ayat itu telah turun lebih dari satu kali.

عليه رسول الله وعن33ده أب33و جه33ل "لما حضر أبا طالب الوفاة دخل أ. وعبد الله بن أبي أمية، فقال: " أي عم، قل: ال إله إال الله أح33اج ل33ك بها عند الل ه3"، فقال أبو جهل وعبد الله: يا أب33ا ط33الب: أت33رغب عن ملة عبد المطلب؟ فلم يزاال يكلمان33ه ح33تى ق33ال: ه33و على مل33ة عب33د المطلب، فقال النبي: "ألستغفرن لك ما لم أنه عن33ه"، ف33نزلت: }م33ا

ذين آمنوا أن يستغفروا للمشركين{ بي وال 36كان للن

عن علي قال: "سمعت رجالZ يس33تغفر ألبوي33ه وهم33ا مش33ركان فقلت:ب. تستغفر ألبويك وهما مش33ركان؟ فق33ال: اس33تغفر إب33راهيم ألبي33ه وه33و

37مشرك، فذكرت ذلك لرسول الله فنزلت".

لىت. ه ص33 ه عنه، قال: خرج رسول الل ه بن مسعود رضي الل عن عبد اللنا، ثم 33ا فجلس33 م ينظر في المقابر، وخرجنا معه، فأمرن الله عليه وسل

35 Ibid, vol.III., 412.36 Ibid, vol.V., 52.37 Muḥammad bin ‘Isā al-Turmudhȳ, al-Jāmi’ al-Kabīr- Sunan al-Tirmidhȳ, vol. V (Beirut: Dār al-Gharb al-Islāmȳ, 1998), 132.

Page 17: Ilmu Asbab Nuzul

16

، ثم ارتف33ع نحيب Zى انتهى إلى قبر منها فناجاه ط33ويال تخطا القبور حت33ا 33ل إلين 33ا لبكائه، ثم أقب 33Zا فبكين م باكي ل ه صلى الله عليه وس33 رسول الل33اك فق33د ذي أبك ه، م33ا ال ول الل 33ا رس33 فتلقاه عمر بن الخطاب فقال: ي33ا: 33ائي؟« فقلن أبكانا، وأفزعنا، فجاء فجلس إلينا فق33ال: »أف33زعكم بك33ر 33اجي في33ه، قب ذي رأيتموني أن ه فقال: " إن القبر ال نعم يا رسول اللي في زيارته33ا، ف33أذن لي في33ه، ي استأذنت رب أمي آمنة بنت وهب وإن33ان فاستأذنته في االستغفار لها، فلم يأذن لي فيه، ونزل علي }م33ا ك

ذين آمنوا أن يستغفروا للمشركين{ بي وال 38للن

Riwayat-riwayat di atas seluruhnya sahih, dan penyelesaiannya dilakukan

dengan mengkompromikan semuanya dengan pengertian bahwa ayat tersebut

turun lebih dari sekali.

Berdasar metode penelitian tentang asbāb al-nuzūl tersebut, tampak jelas

bahwa ilmu hadis sangat berperan penting dalam proses penelitian dan penentuan

riwayat-riwayat yang bisa dipakai tentang sebab turunnya suatu ayat.

G. Hubungan Sebab-Akibat dalam Kaitannya dengan Asbāb al-Nuzūl

Ulama telah membahas mengenai hubungan antara sebab yang terjadi dengan

ayat yang turun. Hal ini dianggap penting, karena sangat erat kaitannya dengan

penetapan hukum, sebagai akibat darinya, yakni apakah ayat itu berlaku secara umum

sesuai lafadnya, atau khusus terikat dengan sebab penurunan ayat itu. Puncak

perselisihan paham ini melahirkan dua kaidah yang saling berhadapan, yaitu:39

1. اللفظ بعموم ال السبب بخصوص Yang menjadi pegangan (‘ibrah) adalah“: العبرة

kekhususan sebab, bukan keumuman lafad.”

2. السبب بخصوص ال اللفظ بعموم Yang menjadi pegangan (‘ibrah) adalah“: العبرة

keumuman lafad, bukan kekhususan sebab.”

38 Muḥammad bin ‘Abdillāh al-Naisābūrȳ, al-Mustadrak ‘alā al-Ṣaḥīḥain, vol.II (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1990), 366.39 Baidan, Wawasan Baru., 146-147.

Page 18: Ilmu Asbab Nuzul

17

Perbedaan tersebut timbul, karena “sebab khusus” terkadang mengakibatkan

penurunan ayat yang bersifat khusus pula (sesuai tema sebabnya), dan terkadang juga

menyebabkan penurunan ayat dengan redaksi umum. Secara ringkas, gambarannya

adalah sebagai berikut:

1. Sebab dan lafad ayat yang turun sama-sama umum.

Contoh:

اء في المحيض وال س33 ويسألونك عن المحيض ق33ل ه33و أذZى ف33اعتزلوا النه ه إن الل ى يطهرن فإذا تطهرن فأتوهن من حيث أمركم الل تقربوهن حت

وابين ويحب المتطهرين{ 40يحب الت

عن أنس قال: "إن اليهود ك33انوا إذا حاض33ت الم33رأة منهم أخرجوه33ا منئل ال33بيت ولم يؤاكلوه33ا ولم يش33اربوها ولم يجامعوه33ا في ال33بيوت، فس33ألونك عن المحيض{ .. اآلي33ة، رسول الله عن ذلك، ف33أنزل الل33ه: }ويس3341فقال رسول الله: "جامعوهن في البيوت، واصنعوا كل شيء إال النكاح"

Ayat ini diturunkan dengan teks umum dan penanyanya juga umum, yakni

sejumlah kaum muslim yang bertanya kepada Nabi Muhammad bagaimana cara

bermuamalah dengan istri mereka yang haid.

2. Jika lafad ayat yang turun dan sebabnya sama-sama bersifat khusus, maka ayat

tersebut secara pasti terbatas pada sebab tersebut.

Contoh:

ك به لسانك لتعج33ل ه عنه - في قوله: )ال تحر اس - رضي الل عن ابن عبم - إذا ن33زل جبري33ل ل 33ه وس33 ه علي لى الل ه - ص33 به( ق33ال: ك33ان رس33ول الل بالوحي، وكان مما يحرك به لسانه وشفتيه، فيشتد علي33ه، وك33ان يع33رف33ه ك ب 33وم القيام33ة( )ال تح33ر م بي منه فأنزل الله اآلي33ة ال33تي في: )ال أقس33

42( إن علينا جمعه( 16لسانك لتعجل به )

40 al-Qur’ān, 2:22241 al-Naisābūrī, al-Musnad al-Ṣaḥīḥ...., vol.I, 246.42 al-Bukhārī, al-Jāmi’ al-Musnad..., vol.VI, 163.

Page 19: Ilmu Asbab Nuzul

18

Sebab dan ayat yang diturunkan pada riwayat di atas khusus untuk Nabi

Muhammad.43

3. Sebabnya umum, dan lafad ayat yang diturunkan bentuknya khusus.

Terkait gambaran ini, tidak ditemukan dalam kajian asbāb al-nuzūl,

sebagaimana penuturan Abū Shuhbah : “Gambaran ini meski benar secara akal,

namun secara balāgha tidak diperkenankan, karena ketiadaan keselarasan antara

sebab dan ayat yang turun”44

4. Sebabnya khusus, dan lafad ayat yang diturunkan bentuknya umum

Dalam hal ini, ulama berbeda pendapat tentang mana yang harus dipegangi :45

a. Jumhūr ulama berpendapat bahwa yang harus dipegangi adalah keumumuman

lafad, bukan kekhususan sebab. Kaidahnya berbunyi:

السبب بخصوص ال اللفظ بعموم العبرةDi antara argumennya adalah :

1) ḥujjah yang harus dipegang adalah lafad ayat, karena sebab-sebab yang

timbul hanya sebagai penjelas.

2) Pada prinsipnya, kandungan lafad memiliki pengertian umum kecuali ada

qarīnah

3) Para sahabat Nabi dan generasi mujtahid setelah mereka berpegang pada

keumuman teks ayat, bukan pada sebab yang terjadi.

b. Sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa yang harus dipegangi adalah

kekhususan sebabnya. Kaidah yang mereka pegang adalah:

اللفظ بعموم ال السبب بخصوص العبرةDi antara argumennya adalah bahwa ayat yang turun, pada hakikatnya

merupakan keringkasan kasus yang terjadi beserta petunjuk penyelesaiannya.

Sedangkan pada kasus lain yang serupa dengannya, hukum yang dipakai tidak

langsung berasal dari ayat itu, melainkan melalui metode qiyās.

43 al-Mazīnī, al-Muḥarrar fī Asbāb., 133.44 Ibid., 129.45 Baidan, Wawasan Baru., 149-150.

Page 20: Ilmu Asbab Nuzul

19

Dengan demikian, antara pendapat jumhūr dan sebagian ulama lainnya

sebenarnya tidak jauh berbeda bila dilihat dari segi cakupan hukumnya.

Perbedaannya hanya terletak pada penggunaan dalilnya. Mayoritas ulama memakai

dalil manṭūq ayat, sedangkan selain mereka, menggunakan meode qiyās.

Adapun kaidah mu’tamad yang digunakan oleh jumhūr fuqahā’, uṣūliyyīn,

dan mufassirīn adalah السبب لخصوص ال اللفظ لعموم .العبرة Karena itu,

Muḥammad bin Ka’ab berkata “Sesungguhnya suatu ayat Alquran itu diturunkan

mengenai ‘seseorang’, kemudian pada selanjutnya, ia berlaku secara umum”,

sebagaimana ayat hukuman potong tangan, ẓihār, ataupun li’ān, meski pada awalnya

turun pada orang tertentu.

H. Analisis

Ulama sepakat bahwa ayat-ayat Alquran yang turun, ada yang melalui asbāb

al-nuzūl, dan ada pula yang tidak melaluinya. Adapun maksud dari asbāb al-nuzūl

adalah setiap perkataan atau perbuatan yang melatarbelakangi penurunan ayat

Alquran, dan ini menampakkan kebijaksanaan Allah sebagai Pemberi petunjuk.

Pengetahuan akan asbāb al-nuzūl ini sangat penting terutama dalam

memahami makna Alquran, dan menghilangkan kemusykilan dalam penafsirannya

serta mengungkap berbagai hikmah dan balaghah dari ayat Alquran.

Asbāb al-nuzūl hanya dapat diketahui melalui periwayatan yang sahih, dan

ilmu hadis sangat berperan dalam penelitian asbāb al-nuzūl ini, karena ia berperan

sebagai barometer dalam penentuan kualitas riwayat asbāb al-nuzūl, sebab banyak

periwayatan yang mengindikasikan asbāb al-nuzūl, dan semuanya bisa saling cocok

atau bertentangan. Karena itu, selain ilmu hadis, seorang ulama yang meneliti asbāb

al-nuzūl juga harus jeli melihat redaksi riwayatnya, apakah jelas menunjukkan sebab

atau tidak, serta harus meneliti qarīnah-qarīnah lain yang berhubungan dengannya

sehingga bisa melakukan tarjīḥ atas riwayat-riwayat yang ada dengan baik.

Page 21: Ilmu Asbab Nuzul

20

Terkait ilmu asbāb al-nuzūl ini, para ulama dan mujtahid lebih menguatkan

kaidah السبب بخصوص ال اللفظ بعموم ,العبرة selama tidak ada qarīnah yang

menyatakan lain.