ikhlas dan bahaya riyaarchive.org/download/ebook_akhlak/ikhlasdanbahayariya.pdfyang mengandung...

38

Upload: others

Post on 11-Feb-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Judul : Ikhlas dan Bahaya Riya

    Penulis : Abu Muhsin Firanda Andirja. Lc.

    Desain Sampul : MRM Graph

    Disebarlauaskan melalui:

    Website:

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    e-Mail: [email protected]

    Januari, 2011

    Buku ini adalah online e-Book dari Maktabah Raudhah al Muhibbin yang bersumber dari tulisan al-Ustadz Firanda dari situs beliau http://www.firanda.com. Dipersilahkan untuk menyebarluaskan isi tanpa merubah maknanya, dengan tetap merujuk kepada Penulis sebagai sumber aslinya.

  • Catatan Maktabah

    Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan

    salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad

    keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang

    mengikuti mereka hingga hari kiamat.

    Amma Ba’du,

    Di hadapan anda adalah eBook “IKHLAS DAN BAHAYA RIYA

    yang kami ambil dari tulisan al-Ustadz Abu Muhsin Firanda

    Andirja hafidzahullahu melalui seri tulisan beliau dengan

    judul yang sama pada website http://www.firanda.com

    Tulisan ini kami muat kembali dalam bentuk eBook

    menyebarluaskan manfaatnya, dan memudahkan bagi anda

    untuk membacanya secara offline atau mencetaknya dan

    memberikan kepada kerabat anda.

    Semoga kita semua dapat memetik hikmah dan pe

    dari tulisan al-Ustadz. Kami memohon kepada Allah agar

    mengaungerahi kami dan anda semua keikhlasan

    melakukan segala amal ibadah, agar diridhai di sisiNya. Amin

    Penerbit on-line:

    Maktabah Raudhah al-Muhibbin

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    mailto: [email protected]

    Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat dan

    salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad �, dan

    orang yang

    IKHLAS DAN BAHAYA RIYA”

    Ustadz Abu Muhsin Firanda

    seri tulisan beliau dengan

    http://www.firanda.com.

    eBook untuk

    menyebarluaskan manfaatnya, dan memudahkan bagi anda

    acanya secara offline atau mencetaknya dan

    Semoga kita semua dapat memetik hikmah dan pelajaran

    Ustadz. Kami memohon kepada Allah agar

    mengaungerahi kami dan anda semua keikhlasan dalam

    melakukan segala amal ibadah, agar diridhai di sisiNya. Amin

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    KHLAS DAN BAHAYA RIYA

    “Dari Amirul mu’minin Umar bin Al-

    rodiallahu’anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah

    shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Sesungguhnya amalan

    amalan itu berdasarkan niatnya dan sesungguhnya bagi

    setiap orang apa yang ia niatkan, maka barangsiapa yang

    berhijrah kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya adalah

    kepada Allah dan RasulNya, dan barangsiapa yang hijrahnya

    karena untuk menggapai dunia atau wanita yang hendak

    dinikahinya maka hijrahnya kepada apa yang hijrahi”.

    Bukhari: 1).

    Berkata Abdurrahman bin Mahdi, “Kalau seandainya aku

    menulis sebuah kitab yang terdiri atas bab-bab maka aku

    akan menjadikan hadits Umar bin Al-Khattab yaitu hadits Al

    A’maalu bin Niyyaat di setiap bab” (Jami’ul Ulum 1/8).

    Imam Asy-Syafi’i berkata, “Hadits ini adalah sepertiga ilmu”

    (Jami’ul ‘Ulum 1/9).

    Imam Ahmad berkata, “Pokok-pokok Islam ada tiga hadits,

    hadits Umar rodiallahu’anhu, ”Hanya saja amal-

    berdasarkan niatnya”, hadits ‘Aisyah rodiallahu’anha,

    Barangsiapa yang berbuat perkara-perkara yang baru dalam

    1

    -Khotthob

    rodiallahu’anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah

    shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, Sesungguhnya amalan-

    dan sesungguhnya bagi

    setiap orang apa yang ia niatkan, maka barangsiapa yang

    berhijrah kepada Allah dan RasulNya maka hijrahnya adalah

    kepada Allah dan RasulNya, dan barangsiapa yang hijrahnya

    karena untuk menggapai dunia atau wanita yang hendak

    nya maka hijrahnya kepada apa yang hijrahi”. (HR. Al-

    Berkata Abdurrahman bin Mahdi, “Kalau seandainya aku

    bab maka aku

    Khattab yaitu hadits Al

    i setiap bab” (Jami’ul Ulum 1/8).

    Syafi’i berkata, “Hadits ini adalah sepertiga ilmu”

    pokok Islam ada tiga hadits,

    -amal itu

    berdasarkan niatnya”, hadits ‘Aisyah rodiallahu’anha,

    perkara yang baru dalam

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    agama ini yang bukan dari agama maka ia tertolak” dan

    hadits Nu’man bin Basyir rodiallahu’anhu ”Yang halal jelas

    dan yang haram jelas”. (Jami’ul ‘Ulum 1/9).

    Sesungguhnya pembahasan tentang ikhlas adalah

    pembahasan yang sangat penting yang berkaitan dengan

    agama Islam yang hanif (lurus) ini, hal dikarenakan tauhid

    adalah inti dan poros dari agama dan Allah tidaklah

    menerima kecuali yang murni diserahkan untukNya

    sebagaimana firman Allah,

    w��x��yz��...y��l

    “Hanyalah bagi Allah agama yang murni”. (QS. Az-Zumar : 3).

    Maka perkara apa saja yang merupakan perkara agama Allah

    jika hanya diserahkan kepada Allah maka Allah akan

    menerimanya, adapun jika diserahkan kepada Allah dan juga

    diserahkan kepada selain Allah (siapapun juga ia) maka Allah

    tidak akan menerimanya, karena Allah tidak menerima

    amalan yang diserikatkan, Dia hanyalah meneriman amalan

    agama yang kholis (murni) untukNya. Allah akan menolak

    dan mengembalikan amalan tersebut kepada pelakunya

    bahkan Allah memerintahkannya untuk mengambil pahala

    (ganjaran) amalannya tersebut kepada yang dia syari

    hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi

    wasallam, yang artinya:

    2

    agama maka ia tertolak” dan

    hadits Nu’man bin Basyir rodiallahu’anhu ”Yang halal jelas

    Sesungguhnya pembahasan tentang ikhlas adalah

    pembahasan yang sangat penting yang berkaitan dengan

    lurus) ini, hal dikarenakan tauhid

    adalah inti dan poros dari agama dan Allah tidaklah

    menerima kecuali yang murni diserahkan untukNya

    m�v���w

    Zumar : 3).

    kan perkara agama Allah

    jika hanya diserahkan kepada Allah maka Allah akan

    menerimanya, adapun jika diserahkan kepada Allah dan juga

    diserahkan kepada selain Allah (siapapun juga ia) maka Allah

    tidak akan menerimanya, karena Allah tidak menerima

    g diserikatkan, Dia hanyalah meneriman amalan

    agama yang kholis (murni) untukNya. Allah akan menolak

    dan mengembalikan amalan tersebut kepada pelakunya

    bahkan Allah memerintahkannya untuk mengambil pahala

    (ganjaran) amalannya tersebut kepada yang dia syarikatkan,

    hal ini sebagaimana disabdakan oleh Nabi shalallahu ‘alaihi

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    Allah berfirman “Aku adalah yang paling tidak butuh kepada

    syarikat, maka barangsiapa yang beramal suatu amalan

    untuku lantas ia mensyerikatkan amalannya tersebut

    kepada selainku maka Aku berlepas diri darinya dan ia untuk

    yang dia syarikatkan” (HR. Ibnu Majah 2/1405 no. 4202, dan

    ia adalah hadits yang shahih, sebagaimana perkataan Syaikh

    Abdul Malik Ar-Romadhoni, adapun lafal Imam Muslim

    (4/2289 no 2985) adalah, “aku tinggalkan dia dan

    ksyirikannya”).

    Berkata Syaikh Sholeh Alu Syaikh, “Lafal ‘amalan’ disini

    adalah nakiroh dalam konteks kalimat syart maka memberi

    faedah keumuman sehingga mencakup seluruh jenis amalan

    kebaikan baik amalan badan, amalan harta. Maupun amalan

    yang mengandung amalan badan dan amalan harta (seperti

    haji dan jihad)”. (At-Tamhid hal. 401).

    Definisi ikhlas menurut etimologi (menurut peletakan

    bahasa)

    Ikhlas menurut bahasa adalah sesuatu yang murni yang tidak

    tercampur dengan hal-hal yang bisa mencampurinya.

    Dikatakan bahwa “madu itu murni” jika sama sekali tidak

    tercampur dengan campuran dari luar, dan dikatakan “harta

    ini adalah murni untukmu” maksudnya adalah tidak ada

    seorangpun yang bersyarikat bersamamu dalam memiliki

    harta ini. Hal ini sebagaimana firman Allah tentang wanita

    3

    Allah berfirman “Aku adalah yang paling tidak butuh kepada

    syarikat, maka barangsiapa yang beramal suatu amalan

    untuku lantas ia mensyerikatkan amalannya tersebut (juga)

    kepada selainku maka Aku berlepas diri darinya dan ia untuk

    yang dia syarikatkan” (HR. Ibnu Majah 2/1405 no. 4202, dan

    ia adalah hadits yang shahih, sebagaimana perkataan Syaikh

    Romadhoni, adapun lafal Imam Muslim

    alah, “aku tinggalkan dia dan

    Berkata Syaikh Sholeh Alu Syaikh, “Lafal ‘amalan’ disini

    adalah nakiroh dalam konteks kalimat syart maka memberi

    faedah keumuman sehingga mencakup seluruh jenis amalan

    Maupun amalan

    yang mengandung amalan badan dan amalan harta (seperti

    Definisi ikhlas menurut etimologi (menurut peletakan

    Ikhlas menurut bahasa adalah sesuatu yang murni yang tidak

    yang bisa mencampurinya.

    Dikatakan bahwa “madu itu murni” jika sama sekali tidak

    tercampur dengan campuran dari luar, dan dikatakan “harta

    ini adalah murni untukmu” maksudnya adalah tidak ada

    seorangpun yang bersyarikat bersamamu dalam memiliki

    Hal ini sebagaimana firman Allah tentang wanita

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    yang menghadiahkan dirinya untuk Nabi �,

    ¥���¦��§��¨��©��ª������«��¬��®���¯��

    °����±��²��³��´��µ¶��..Ë���l

    “Dan perempuan mu’min yang menyerahkan dirinya kepada

    Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan

    bagimu, bukan untuk semua orang mu’min. (QS Al Ahzaab:

    50).

    T��U��V���WX��Y��Z���[��\��]��^��

    `��a��b��c��d��e���l

    “Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar

    terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum

    daripada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu

    yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi

    orang-orang yang meminumnya. (QS. An Nahl: 66).

    “Maka tatkala mereka berputus asa daripada (putusan) Yusuf

    mereka menyendiri sambil berunding dengan berbisik

    Berkatalah yang tertua diantara mereka: “Tidakkah kamu

    ketahui bahwa sesungguhnya ayahmu telah mengambil janji

    4

    m..�¥

    °

    Dan perempuan mu’min yang menyerahkan dirinya kepada

    Nabi kalau Nabi mau mengawininya, sebagai pengkhususan

    Al Ahzaab:

    m�S��T

    _��`

    Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar

    Kami memberimu minum

    daripada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu

    yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi

    Maka tatkala mereka berputus asa daripada (putusan) Yusuf

    mereka menyendiri sambil berunding dengan berbisik-bisik.

    Berkatalah yang tertua diantara mereka: “Tidakkah kamu

    ambil janji

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    dari kamu dengan nama Allah dan sebelum itu kamu telah

    menyia-nyiakan Yusuf. Sebab itu aku tidak akan meninggal

    kan negeri Mesir, sampai ayahku mengizinkan kepadaku

    (untuk kembali), atau Allah memberi keputusan terhadapku.

    Dan Dia adalah hakim yang sebaik-baiknya”. (QS. Yusuf: 80).

    Yaitu para saudara Yusuf menyendiri untuk saling berbicara

    diantara mereka tanpa ada orang lain yang menyertai

    pembicaraan mereka.

    Definisi Ikhlas Menurut Istilah Syar’i (secara

    terminologi).

    Syaikh Abdul Malik menjelaskan, Para ulama bervariasi dalam

    mendefinisikan ikhlas namun hakikat dari definisi

    mereka adalah sama. Diantara mereka ada yang

    mendefenisikan bahwa ikhlas adalah “menjadikan tujuan

    hanyalah untuk Allah tatkala beribadah”, yaitu jika engkau

    sedang beribadah maka hatimu dan wajahmu engkau

    arahkan kepada Allah bukan kepada manusia. Ada yang

    mengatakan juga bahwa ikhlas adalah “membersihkan

    amalan dari komentar manusia”, yaitu jika engkau sedang

    melakukan suatu amalan tertentu maka engkau membersih

    kan dirimu dari memperhatikan manusia untuk mengetahui

    apakah perkataan (komentar) mereka tentang perbuatanmu

    itu. Cukuplah Allah saja yang memperhatikan amalan ke

    bajikanmu itu bahwasanya engkau ikhlas dalam amalanmu

    itu untukNya. Dan inilah yang seharusnya yang diperhatikan

    5

    dari kamu dengan nama Allah dan sebelum itu kamu telah

    nyiakan Yusuf. Sebab itu aku tidak akan meninggal-

    kan negeri Mesir, sampai ayahku mengizinkan kepadaku

    (untuk kembali), atau Allah memberi keputusan terhadapku.

    baiknya”. (QS. Yusuf: 80).

    Yaitu para saudara Yusuf menyendiri untuk saling berbicara

    diantara mereka tanpa ada orang lain yang menyertai

    yar’i (secara

    skan, Para ulama bervariasi dalam

    mendefinisikan ikhlas namun hakikat dari definisi-definisi

    mereka adalah sama. Diantara mereka ada yang

    mendefenisikan bahwa ikhlas adalah “menjadikan tujuan

    hanyalah untuk Allah tatkala beribadah”, yaitu jika engkau

    g beribadah maka hatimu dan wajahmu engkau

    arahkan kepada Allah bukan kepada manusia. Ada yang

    mengatakan juga bahwa ikhlas adalah “membersihkan

    amalan dari komentar manusia”, yaitu jika engkau sedang

    melakukan suatu amalan tertentu maka engkau membersih-

    n dirimu dari memperhatikan manusia untuk mengetahui

    apakah perkataan (komentar) mereka tentang perbuatanmu

    itu. Cukuplah Allah saja yang memperhatikan amalan ke-

    bajikanmu itu bahwasanya engkau ikhlas dalam amalanmu

    yang diperhatikan

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    oleh setiap muslim, hendaknya ia tidak menjadikan

    perhatiannya kepada perkataan manusia sehingga

    aktivitasnya tergantung dengan komentar manusia, namun

    hendaknya ia menjadikan perhatiannya kepada Robb

    manusia, karena yang jadi patokan adalah keridhoan Allah

    kepadamu (meskipun manusia tidak meridhoimu).

    Ada juga mengatakan bahwa ikhlas adalah “samanya amalan

    amalan seorang hamba antara yang nampak dengan yang

    ada di batin”, adapun riya’ yaitu dzohir (amalan yang

    nampak) dari seorang hamba lebih baik daripada batinnya

    dan ikhlas yang benar (dan ini derajat yang lebih tinggi dari

    ikhlas yang pertama) yaitu batin seseoang lebih baik daripada

    dzohirnya, yaitu engkau menampakkan sikap baik dihadapan

    manusia adalah karena kebaikan hatimu, maka sebagaimana

    engkau menghiasi amalan dzohirmu dihadapan manusia

    maka hendaknya engkaupun menghiasi hatimu dihadapan

    Robbmu.

    Ada juga yang mengatakan bahwa ikhlas adalah, “melupakan

    pandangan manusia dengan selalu memandang kepada

    Allah”, yaitu engkau lupa bahwasanya orang

    memperhatikanmu karena engkau selalu memandang

    kepada Allah, yaitu seakan-akan engkau melihat Allah yaitu

    sebagaimana sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam tentang

    ihsan “Engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau

    melihatNya dan jika engkau tidak melihatNya maka

    sesungguhnya Ia melihatmu”. Barangsiapa yang berhias

    6

    oleh setiap muslim, hendaknya ia tidak menjadikan

    perhatiannya kepada perkataan manusia sehingga

    aktivitasnya tergantung dengan komentar manusia, namun

    hendaknya ia menjadikan perhatiannya kepada Robb

    lah keridhoan Allah

    Ada juga mengatakan bahwa ikhlas adalah “samanya amalan-

    amalan seorang hamba antara yang nampak dengan yang

    ada di batin”, adapun riya’ yaitu dzohir (amalan yang

    lebih baik daripada batinnya

    dan ikhlas yang benar (dan ini derajat yang lebih tinggi dari

    ikhlas yang pertama) yaitu batin seseoang lebih baik daripada

    dzohirnya, yaitu engkau menampakkan sikap baik dihadapan

    bagaimana

    engkau menghiasi amalan dzohirmu dihadapan manusia

    maka hendaknya engkaupun menghiasi hatimu dihadapan

    Ada juga yang mengatakan bahwa ikhlas adalah, “melupakan

    pandangan manusia dengan selalu memandang kepada

    hwasanya orang-orang

    memperhatikanmu karena engkau selalu memandang

    akan engkau melihat Allah yaitu

    sebagaimana sabda Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam tentang

    akan engkau

    jika engkau tidak melihatNya maka

    sesungguhnya Ia melihatmu”. Barangsiapa yang berhias

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    dihadapan manusia dengan apa yang tidak ia miliki

    (dzohirnya tidak sesuai dengan batinnya) maka ia jatuh dari

    pandangan Allah, dan barangsiapa yang jatuh dari pandangan

    Allah maka apalagi yang bermanfaat baginya? Oleh karena

    itu hendaknya setiap orang takut jangan sampai ia jatuh dari

    pandangan Allah karena jika engkau jatuh dari pandangan

    Allah maka Allah tidak akan perduli denganmu dimanakah

    engkau akan binasa, jika Allah meninggalkan engkau dan

    menjadikan engkau bersandar kepada dirimu sendiri atau

    kepada makhluk maka berarti engkau telah bersandar

    kepada sesuatu yang lemah, dan terlepas darimu

    pertolongan Allah, dan tentunya balasan Allah pada hari

    akhirat lebih keras dan lebih pedih. (Dari ceramah beliau

    yang berjudul ikhlas. Definisi-definisi ini sebagaimana juga

    yang disampaikan oleh Ahmad Farid dalam kitabnya

    “Tazkiyatun Nufus” hal. 13).

    Berkata Syaikh Abdul Malik, “Ikhlas itu bukan hanya terbatas

    pada urusan amalan-amalan ibadah bahkan ia juga berkaitan

    dengan dakwah kepada Allah. Rasulullah shalallahu ‘alaihi

    wasallam saja (tetap) diperintahkan oleh Allah untuk ikhlas

    dalam dakwahnya”.

    7

    dihadapan manusia dengan apa yang tidak ia miliki

    (dzohirnya tidak sesuai dengan batinnya) maka ia jatuh dari

    pandangan Allah, dan barangsiapa yang jatuh dari pandangan

    Allah maka apalagi yang bermanfaat baginya? Oleh karena

    itu hendaknya setiap orang takut jangan sampai ia jatuh dari

    pandangan Allah karena jika engkau jatuh dari pandangan

    Allah maka Allah tidak akan perduli denganmu dimanakah

    lah meninggalkan engkau dan

    menjadikan engkau bersandar kepada dirimu sendiri atau

    kepada makhluk maka berarti engkau telah bersandar

    kepada sesuatu yang lemah, dan terlepas darimu

    pertolongan Allah, dan tentunya balasan Allah pada hari

    dan lebih pedih. (Dari ceramah beliau

    definisi ini sebagaimana juga

    yang disampaikan oleh Ahmad Farid dalam kitabnya

    Berkata Syaikh Abdul Malik, “Ikhlas itu bukan hanya terbatas

    amalan ibadah bahkan ia juga berkaitan

    dengan dakwah kepada Allah. Rasulullah shalallahu ‘alaihi

    wasallam saja (tetap) diperintahkan oleh Allah untuk ikhlas

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    q���r��s��t�� � � �uv� �w��x��y��z��

    }� � �~� �_� �`� �a� � �b��c� �l

    “Katakanlah, “Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang

    yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan

    hujjah yang nyata. Mahasuci Allah, dan aku tiada termasuk

    orang-orang yang musyrik.” (QS. Yusuf: 108).

    Yaitu dakwah hanyalah kepada Allah bukan kepada yang

    lainnya, dan dakwah yang membuahkan keberhasilan adalah

    dakwah yang dibangun karena untuk mencari wajah Allah.

    Aku memperingatkan kalian jangan sampai ada diantara kita

    dan kalian orang-orang yang senang jika dikatakan bahwa

    kampung mereka adalah kampung sunnah, senang jika

    masjid-masjid mereka disebut dengan masjid-masjid ahlus

    sunnah, atau masjid mereka adalah masjid yang pertama

    yang menghidupkan sunnah ini dan sunnah itu, atau masjid

    pertama yang menghadirkan para masyayikh salafiyyin dalam

    rangka mengalahkan selain mereka, namun terkadang

    mereka tidak sadar bahwa amalan mereka hancur dan rusak

    padahal mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat

    yang sebaik-baiknya. Dan ini adalah musibah yang sangat

    menyedihkan yaitu syaitan menggelincirkan seseorang

    sedikit-demi sedikit hingga terjatuh ke dalam jurang sedang

    ia menyangka bahwa ia sedang berada pada keadaan yang

    8

    m�p��q

    {|� �}

    Katakanlah, “Inilah jalanku (agamaku). Aku dan orang-orang

    engajak (kamu) kepada Allah dengan

    hujjah yang nyata. Mahasuci Allah, dan aku tiada termasuk

    Yaitu dakwah hanyalah kepada Allah bukan kepada yang

    lainnya, dan dakwah yang membuahkan keberhasilan adalah

    ang dibangun karena untuk mencari wajah Allah.

    Aku memperingatkan kalian jangan sampai ada diantara kita

    orang yang senang jika dikatakan bahwa

    kampung mereka adalah kampung sunnah, senang jika

    sjid ahlus

    sunnah, atau masjid mereka adalah masjid yang pertama

    yang menghidupkan sunnah ini dan sunnah itu, atau masjid

    pertama yang menghadirkan para masyayikh salafiyyin dalam

    rangka mengalahkan selain mereka, namun terkadang

    malan mereka hancur dan rusak

    padahal mereka menyangka bahwa mereka telah berbuat

    baiknya. Dan ini adalah musibah yang sangat

    menyedihkan yaitu syaitan menggelincirkan seseorang

    demi sedikit hingga terjatuh ke dalam jurang sedang

    yangka bahwa ia sedang berada pada keadaan yang

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    sebaik-baiknya. Betapa banyak masjid yang aku lihat yang

    Allah menghancurkan amalannya padahal dulu jemaahnya

    dzohirnya berada di atas sunnah karena disebabkan rusaknya

    batin mereka, dan sebab berlomba-lombanya mereka untuk

    dikatakan bahwa jemaah masjid adalah yang pertama kali

    berada di atas sunnah, hendaknya kalian berhati-hati…” (Dari

    ceramah beliau yang berjudul ikhlas).

    Syuhroh (Popularitas)

    Ketenaran (popularitas) memang mahal harganya. Betapa

    banyak orang yang rela mengorbankan banyak harta benda

    hanya karena untuk memperoleh ketenaran. Sebagaimana

    yang telah dilakukan oleh para penyanyi, ataupun para

    bintang film. Mereka selalu berusaha tampil beda agar bisa

    menarik perhatian umat dunia. Bahkan ada yang rela untuk

    melakukan hal-hal yang aneh dan yang diharamkan oleh

    Allah hanya untuk memperoleh popularitas (sebagaimana

    penulis membaca pengakuan seorang wanita yang rela untuk

    berfoto setengah telanjang -bukan setengah lagi, tapi 90%,

    karena hanya tersisa beberapa utas benang atau secarik kain

    yang menutupi tubuhnya, “awas jangan dibayangkan!!”

    padalah dia hanya dibayar sangat rendah. Dia mengaku

    bahwasanya semua itu agar dia menjadi tenar. Na’udzu

    billahi min dzalik), yang toh setelah perjuangan dan

    pengorbanannya tersebut dia belum tentu tersohor.

    Kalaupun terkenal, toh belum tentu bertahan lama. Namun

    9

    baiknya. Betapa banyak masjid yang aku lihat yang

    Allah menghancurkan amalannya padahal dulu jemaahnya

    dzohirnya berada di atas sunnah karena disebabkan rusaknya

    ya mereka untuk

    dikatakan bahwa jemaah masjid adalah yang pertama kali

    hati…” (Dari

    Ketenaran (popularitas) memang mahal harganya. Betapa

    ang yang rela mengorbankan banyak harta benda

    hanya karena untuk memperoleh ketenaran. Sebagaimana

    yang telah dilakukan oleh para penyanyi, ataupun para

    bintang film. Mereka selalu berusaha tampil beda agar bisa

    g rela untuk

    hal yang aneh dan yang diharamkan oleh

    Allah hanya untuk memperoleh popularitas (sebagaimana

    penulis membaca pengakuan seorang wanita yang rela untuk

    bukan setengah lagi, tapi 90%,

    beberapa utas benang atau secarik kain

    yang menutupi tubuhnya, “awas jangan dibayangkan!!”-,

    padalah dia hanya dibayar sangat rendah. Dia mengaku

    bahwasanya semua itu agar dia menjadi tenar. Na’udzu

    billahi min dzalik), yang toh setelah perjuangan dan

    gorbanannya tersebut dia belum tentu tersohor.

    Kalaupun terkenal, toh belum tentu bertahan lama. Namun

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    bagaimanapun popularitas merupakan sesuatu impian yang

    didambakan oleh banyak manusia (kafir maupun muslim).

    Sebagaimana yang kita saksikan sekarang ini. Hampir seluruh

    keanehan-keanehan yang dilakukan oleh manusia se

    sungguhnya dikarenakan cinta popularitas. Kita lihat ada

    orang yang mengecet rambutnya bewarna warni, ada yang

    kepalanya setengah gundul dan setengahnya rambutnya

    panjang hingga bahunya dan dicat hijau (sebagaimana yang

    pernah dilihat oleh Syaikh Abdur Rozaq), ada yang rambutnya

    cuma ditengah saja panjang adapun sisanya gundul

    (sebagaimana penulis pernah lihat seorang dari tanah air

    yang model cukurannya seperti itu padahal dia lagi umroh),

    ada yang dipotong seperti warna macan tutul (botak gundul,

    botak gundul), ada yang tengahnya gundul dan kanan kiri

    kepalanya ada rambutnya, ada yang seluruh kepalanya

    gundul namun tersisia satu pelintiran yang panjang sekali,

    dan model-model yang lainnya yang banyak sekali dan aneh

    aneh. Ini, padahal baru masalah rambut, belum masalah

    telinga, hiasan leher, apalagi model pakaian. Yang semua ini

    hanyalah dilakukan demi ketenaran. Demi Allah, seandainya

    salah mereka itu tinggal di hutan yang tidak ada manusiany

    sama sekali kecuali dia sendiri, dan dia hanya berteman

    binatang dan pepohonan, demi Allah dia tidak akan me

    lakukan hal-hal aneh yang telah dia lakukan, karena tidak ada

    manusia yang memperhatikannya. Kalau dia tetap aneh juga

    maka dia akan terkenal diantara para hewan. Popularitas

    merupakan kenikmatan dunia yang mahal harganya.

    10

    bagaimanapun popularitas merupakan sesuatu impian yang

    didambakan oleh banyak manusia (kafir maupun muslim).

    . Hampir seluruh

    keanehan yang dilakukan oleh manusia se-

    sungguhnya dikarenakan cinta popularitas. Kita lihat ada

    orang yang mengecet rambutnya bewarna warni, ada yang

    kepalanya setengah gundul dan setengahnya rambutnya

    icat hijau (sebagaimana yang

    pernah dilihat oleh Syaikh Abdur Rozaq), ada yang rambutnya

    cuma ditengah saja panjang adapun sisanya gundul

    (sebagaimana penulis pernah lihat seorang dari tanah air

    yang model cukurannya seperti itu padahal dia lagi umroh),

    a yang dipotong seperti warna macan tutul (botak gundul,

    botak gundul), ada yang tengahnya gundul dan kanan kiri

    kepalanya ada rambutnya, ada yang seluruh kepalanya

    gundul namun tersisia satu pelintiran yang panjang sekali,

    g banyak sekali dan aneh-

    aneh. Ini, padahal baru masalah rambut, belum masalah

    telinga, hiasan leher, apalagi model pakaian. Yang semua ini

    hanyalah dilakukan demi ketenaran. Demi Allah, seandainya

    salah mereka itu tinggal di hutan yang tidak ada manusianya

    sama sekali kecuali dia sendiri, dan dia hanya berteman

    binatang dan pepohonan, demi Allah dia tidak akan me-

    hal aneh yang telah dia lakukan, karena tidak ada

    manusia yang memperhatikannya. Kalau dia tetap aneh juga

    tara para hewan. Popularitas

    merupakan kenikmatan dunia yang mahal harganya.

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    Penyakit cinta ketenaran ternyata tidak hanya menimpa

    orang awam saja yang tidak mengetahui perkara

    agama, namun juga menjangkiti para ahli ibadah dan para

    penuntut ilmu syar’i. Walaupun memang bentuknya

    berbeda, namun hakekatnya sama adalah cinta popularitas.

    Ahli ibadah juga ingin kesungguhannya dalam beribadah

    diketahui oleh para ahli ibadah yang lain, ahli ilmu pun ingin

    orang lain tahu bahwasanya dia adalah seorang yang pandai,

    sehingga akhirnya martabatnya tinggi dihadapan manusia.

    Penyakit inilah yang dalam kamus agama disebut penyakit

    riya’ (pingin dilihat orang) dan sum’ah (pingin didengar

    orang).

    Manusia begitu bersemangat untuk menutupi kejelekan

    kejelekan mereka, mereka tutup sebisa mungkin, kejelekan

    sekecil apapun, dibungkus rapat jangan sampai ketahuan. Hal

    ini dikarenakan mereka menginginkan mendapatkan

    kehormatan dimata manusia. Dengan terungkapnya

    kejelekan yang ada pada mereka maka akan turun

    kedudukan mereka di mata manusia. Seandainya mereka

    juga menutupi kebaikan-kebaikan mereka, -sekecil apapun

    kebaikan itu, jangan sampai ada yang tahu, siapapun

    orangnya (saudaranya, sahabat karibnya, guru

    anak-anaknya, bahkan istrinya) tidak ada yang mengeta

    kebaikannya-, tentunya mereka akan mencapai martabat

    mukhlisin (orang-orang yang ikhlas). Mereka berusaha sekuat

    mungkin agar yang hanya mengetahui kebaikan-

    yang telah mereka lakukan hanyalah Allah. Karena mereka

    11

    Penyakit cinta ketenaran ternyata tidak hanya menimpa

    orang awam saja yang tidak mengetahui perkara-perkara

    agama, namun juga menjangkiti para ahli ibadah dan para

    syar’i. Walaupun memang bentuknya

    berbeda, namun hakekatnya sama adalah cinta popularitas.

    ingin kesungguhannya dalam beribadah

    diketahui oleh para ahli ibadah yang lain, ahli ilmu pun ingin

    ang pandai,

    sehingga akhirnya martabatnya tinggi dihadapan manusia.

    Penyakit inilah yang dalam kamus agama disebut penyakit

    riya’ (pingin dilihat orang) dan sum’ah (pingin didengar

    Manusia begitu bersemangat untuk menutupi kejelekan-

    ka, mereka tutup sebisa mungkin, kejelekan

    sekecil apapun, dibungkus rapat jangan sampai ketahuan. Hal

    ini dikarenakan mereka menginginkan mendapatkan

    kehormatan dimata manusia. Dengan terungkapnya

    kejelekan yang ada pada mereka maka akan turun

    ereka di mata manusia. Seandainya mereka

    sekecil apapun

    kebaikan itu, jangan sampai ada yang tahu, siapapun

    orangnya (saudaranya, sahabat karibnya, guru-gurunya,

    anaknya, bahkan istrinya) tidak ada yang mengetahui

    , tentunya mereka akan mencapai martabat

    orang yang ikhlas). Mereka berusaha sekuat

    -kebaikan

    yang telah mereka lakukan hanyalah Allah. Karena mereka

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    hanya mengharapkan kedudukan di sisi Allah. Berkata Abu

    Hazim Salamah bin Dinar “Sembunyikanlah kebaikan

    kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan

    kejelekan-kejelekanmu.” (Berkata Syaikh Abdul Malik

    Romadhoni , “Diriwayatkan oleh Al-Fasawi dalam Al

    wa At-Tarikh (1/679), dan Abu Nu’aim dalam Al

    (3/240), dan Ibnu ‘Asakir dalam tarikh Dimasyq (22/68), dan

    sanadnya sohih”. Lihat Sittu Duror hal. 45).

    Dalam riwayat yang lain yang diriwayatkan oleh Al

    dalam Syu’ab Al-Iman no 6500 beliau berkata,

    “Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu sebagiamana engkau

    menyembunyikan keburukan-keburukanmu, dan janganlah

    engkau kagum dengan amalan-amalanmu, sesungguhnya

    engkau tidak tahu apakah engkau termasuk orang yang

    celaka (masuk neraka) atau orang yang bahagia (masuk

    surga)”.

    Berkata Syaikh Abdul Malik, “Namun mengapa kita tidak

    melaksanakan wasiat Abu Hazim ini?? Kenapa??, hal ini

    menunjukan bahwa keikhlasan belum sampai ke dalam hati

    kita sebagaimana yang dikehendaki Allah” (Dari ceramah

    beliau yang berjuduk ikhlas).

    Oleh karena itu banyak para imam salaf yang benci

    ketenaran. Mereka senang kalau nama mereka tidak disebut

    sebut oleh manusia. Mereka senang kalau tidak ada yang

    mengenal mereka. Hal ini demi untuk menjaga keihlasan

    12

    di sisi Allah. Berkata Abu

    Hazim Salamah bin Dinar “Sembunyikanlah kebaikan-

    kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan

    kejelekanmu.” (Berkata Syaikh Abdul Malik

    Fasawi dalam Al-Ma’rifah

    n Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah

    (3/240), dan Ibnu ‘Asakir dalam tarikh Dimasyq (22/68), dan

    Dalam riwayat yang lain yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi

    Iman no 6500 beliau berkata,

    kebaikanmu sebagiamana engkau

    keburukanmu, dan janganlah

    amalanmu, sesungguhnya

    engkau tidak tahu apakah engkau termasuk orang yang

    celaka (masuk neraka) atau orang yang bahagia (masuk

    rkata Syaikh Abdul Malik, “Namun mengapa kita tidak

    melaksanakan wasiat Abu Hazim ini?? Kenapa??, hal ini

    menunjukan bahwa keikhlasan belum sampai ke dalam hati

    kita sebagaimana yang dikehendaki Allah” (Dari ceramah

    na itu banyak para imam salaf yang benci

    ketenaran. Mereka senang kalau nama mereka tidak disebut-

    sebut oleh manusia. Mereka senang kalau tidak ada yang

    mengenal mereka. Hal ini demi untuk menjaga keihlasan

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    mereka, dan karena mereka kawatir hati mereka ter

    tatkala mendengar pujian manusia.

    Berkata Hammad bin Zaid: “Saya pernah berjalan bersama

    Ayyub (As-Sikhtyani), maka diapun membawaku ke jalan

    jalan cabang (selain jalan umum yang sering dilewati

    manusia-pen), saya heran kok dia bisa tahu jalan

    cabang tersebut ?! (ternyata dia melewati jalan-jalan kecil

    yang tidak dilewati orang banyak) karena takut manusia

    (mengenalnya dan) mengatakan, “Ini Ayyub” (Berkata Syaikh

    Abdul Malik Romadhoni: “Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad

    (7/249), dan Al-Fasawi dalam Al-Ma’rifah wa At

    (2/232), dan sanadnya shahih.” (Sittu Duror hal 46)).

    Berkata Imam Ahmad: “Aku ingin tinggal di jalan-jalan di sela

    sela gunung-gunung yang ada di Mekah hingga aku tidak

    dikenal. Aku ditimpa musibah ketenaran”. (As-Siyar 11/210).

    Tatkala sampai berita kepada Imam Ahmad bahwasanya

    manusia mendoakannya dia berkata: “Aku berharap semoga

    hal ini bukanlah istidroj”. (As-Siyar 11/211).

    Imam Ahmad juga pernah berkata tatkala tahu bahwa

    manusia mendoakan beliau: “Aku mohon kepada Allah

    tidak menjadikan kita termasuk orang-orang yang riya”. (As

    Siyar 11/211).

    Seseorang bertanya pada Tamim Ad-Dari ”Bagaimana sholat

    malam engkau”, maka marahlah Tamim, sangat marah,

    13

    mereka, dan karena mereka kawatir hati mereka terfitnah

    Berkata Hammad bin Zaid: “Saya pernah berjalan bersama

    Sikhtyani), maka diapun membawaku ke jalan-

    jalan cabang (selain jalan umum yang sering dilewati

    pen), saya heran kok dia bisa tahu jalan-jalan

    jalan kecil

    yang tidak dilewati orang banyak) karena takut manusia

    (mengenalnya dan) mengatakan, “Ini Ayyub” (Berkata Syaikh

    Abdul Malik Romadhoni: “Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad

    Ma’rifah wa At-Tarikh

    (2/232), dan sanadnya shahih.” (Sittu Duror hal 46)).

    jalan di sela-

    gunung yang ada di Mekah hingga aku tidak

    Siyar 11/210).

    Tatkala sampai berita kepada Imam Ahmad bahwasanya

    manusia mendoakannya dia berkata: “Aku berharap semoga

    Imam Ahmad juga pernah berkata tatkala tahu bahwa

    manusia mendoakan beliau: “Aku mohon kepada Allah agar

    orang yang riya”. (As-

    Dari ”Bagaimana sholat

    aka marahlah Tamim, sangat marah,

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    kemudian berkata, “Demi Allah, satu rakaat saja sholatku

    ditengah malam, tanpa diketahui (orang lain), lebih aku sukai

    daripada aku sholat semalam penuh kemudian aku ceritakan

    pada manusia” (Dinukil dari kitab Az- Zuhud, Imam Ahmad).

    Tidak seorangpun diantara kita yang meragukan akan

    kesungguhan para sahabat dalam beribadah. Namun

    walaupun demikian, mereka tidaklah ujub, atau

    memamerkan amalan mereka kapada manusia, jauh sekali

    dengan kita. Adapun sebagian kita (atau sebagian besar, atau

    seluruhnya (kecuali yang dirahmati oleh Allah), Allahu Al

    Musta’an, sudah amalannya sedikit, namun diceritakan

    kemana-mana (Bahkan kalau bisa orang sedunia

    mengetahuinya). Ada yang berkata, ”Dakwah saya disana…,

    disini…”, ada juga yang berkata,”Yang menghadiri majelis

    saya jumlahnya sekian dan sekian…” (padahal kalau dihitung

    belum tentu sebanyak yang disebutkan, atau memang benar

    yang hadir majelisnya banyak tetapi tidak selalu. Terkadang

    yang hadir dalam sebagian majelisnya cuma sedikit, n

    tidak dia ceritakan, atau yang hadir banyak tapi pada ngantuk

    semua, juga tidak dia ceritakan. Pokoknya dia ingin

    gambarkan pada manusia bahwa dia adalah da’i favorit), ada

    yang berkata, “Saya sudah baca kitab ini, kitab itu.. hal ini

    sebagaimana termuat dalam kitab ini atau kitab

    itu…”(padahal belum tentu satu kitabpun dia baca dari awal

    hingga akhir, atau bahkan belum tentu dia baca sama sekali

    secara langsung kitab itu. Namun dia ingin gambarkan pada

    manusia bahwa mutola’ahnya banyak, agar mereka ta

    14

    kemudian berkata, “Demi Allah, satu rakaat saja sholatku

    ditengah malam, tanpa diketahui (orang lain), lebih aku sukai

    daripada aku sholat semalam penuh kemudian aku ceritakan

    mam Ahmad).

    Tidak seorangpun diantara kita yang meragukan akan

    kesungguhan para sahabat dalam beribadah. Namun

    walaupun demikian, mereka tidaklah ujub, atau

    memamerkan amalan mereka kapada manusia, jauh sekali

    ian besar, atau

    seluruhnya (kecuali yang dirahmati oleh Allah), Allahu Al-

    Musta’an, sudah amalannya sedikit, namun diceritakan

    mana (Bahkan kalau bisa orang sedunia

    mengetahuinya). Ada yang berkata, ”Dakwah saya disana…,

    ata,”Yang menghadiri majelis

    saya jumlahnya sekian dan sekian…” (padahal kalau dihitung

    belum tentu sebanyak yang disebutkan, atau memang benar

    yang hadir majelisnya banyak tetapi tidak selalu. Terkadang

    yang hadir dalam sebagian majelisnya cuma sedikit, namun

    tidak dia ceritakan, atau yang hadir banyak tapi pada ngantuk

    semua, juga tidak dia ceritakan. Pokoknya dia ingin

    gambarkan pada manusia bahwa dia adalah da’i favorit), ada

    yang berkata, “Saya sudah baca kitab ini, kitab itu.. hal ini

    uat dalam kitab ini atau kitab

    itu…”(padahal belum tentu satu kitabpun dia baca dari awal

    hingga akhir, atau bahkan belum tentu dia baca sama sekali

    secara langsung kitab itu. Namun dia ingin gambarkan pada

    manusia bahwa mutola’ahnya banyak, agar mereka tahu

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    bahwa dia adalah orang yang berilmu dan gemar membaca).

    Yang mendorong ini semua adalah karena keinginan

    mendapat penghargaan dan penghormatan dari manusia.

    Lihatlah Tamim Ad-Dari tidak membuka pintu yang bisa

    mengantarkannya terjatuh dalam riya, sehingga dia tidak

    mau menjawab orang yang bertanya tentang ibadahnya.

    Namun sebaliknya, sebagian kaum muslimin sekarang justru

    menjadikan kesempatan pertanyaan seperti itu untuk bisa

    menceritakan seluruh ibadahnya, bahkan menanti

    untuk ditanya tentang ibadahnya, atau dakwahnya, atau

    perkara yang lainnya.

    Ayyub As-Sikhtiyani sholat sepanjang malam, dan jika

    menjelang fajar maka dia kembali untuk berbaring di tempat

    tidurnya. Dan jika telah terbit fajar maka diapun mengangkat

    suaranya seakan-akan dia baru saja bangun pada saat itu.

    (Diriwayatkan oleh Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah 3/8).

    Berkata Muhammad bin A’yun, ”Aku bersama Abdullah bin

    Mubarok dalam peperangan di negeri Rum. Tatkala kami

    selesai sholat isya’ Ibnul Mubarok pun merebahkan

    kepalanya untuk menampakkan padaku bahwa dia sudah

    tertidur. Maka akupun –bersama tombakku yang ada

    ditanganku- menggenggam tombakku dan meletakkan

    kepalaku diatas tombak tersebut, seakan-akan aku juga

    sudah tertidur. Maka Ibnul Mubarok menyangka bahwa aku

    sudah tertidur, maka diapun bangun diam-diam agar tidak

    15

    bahwa dia adalah orang yang berilmu dan gemar membaca).

    Yang mendorong ini semua adalah karena keinginan

    mendapat penghargaan dan penghormatan dari manusia.

    Dari tidak membuka pintu yang bisa

    gga dia tidak

    mau menjawab orang yang bertanya tentang ibadahnya.

    Namun sebaliknya, sebagian kaum muslimin sekarang justru

    menjadikan kesempatan pertanyaan seperti itu untuk bisa

    menceritakan seluruh ibadahnya, bahkan menanti-nanti

    adahnya, atau dakwahnya, atau

    Sikhtiyani sholat sepanjang malam, dan jika

    menjelang fajar maka dia kembali untuk berbaring di tempat

    tidurnya. Dan jika telah terbit fajar maka diapun mengangkat

    saja bangun pada saat itu.

    Hilyah 3/8).

    Berkata Muhammad bin A’yun, ”Aku bersama Abdullah bin

    Mubarok dalam peperangan di negeri Rum. Tatkala kami

    selesai sholat isya’ Ibnul Mubarok pun merebahkan

    ampakkan padaku bahwa dia sudah

    bersama tombakku yang ada

    menggenggam tombakku dan meletakkan

    akan aku juga

    sudah tertidur. Maka Ibnul Mubarok menyangka bahwa aku

    diam agar tidak

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    ada sorangpun dari pasukan yang mendengarnya lalu sholat

    malam hingga terbit fajar. Dan tatkala telah terbit fajar maka

    diapun datang untuk membagunkan aku karena dia

    menyangka aku tidur, seraya berkata “Ya Muhammad

    bangunlah!”, Akupun berkata: ”Sesungguhnya aku tidak

    tidur”. Tatkala Ibnul Mubarok mendengar hal ini dan

    mengetahui bahwa aku telah melihat sholat malamnya maka

    semenjak itu aku tidak pernah melihatnya lagi berbicara

    denganku. Dan tidak pernah juga ramah padaku pada setiap

    peperangannya. Seakan-akan dia tidak suka tatkala

    mengetahui bahwa aku mengetahui sholat malamnya itu,

    dan hal itu selalu nampak di wajahnya hingga beliau wafat.

    Aku tidak pernah melihat orang yang lebih menymbunyikan

    kebaikan-kebaikannya daripada Ibnul Mubarok” (Al

    At-Ta’dil, Ibnu Abi Hatim 1/266).

    Wahai saudaraku, ketahuilah… sesungguhnya ikhlas adalah

    sesuatu yang sangat berat, penuh perjuangan untuk bisa

    meraihnya. Pintu-pintu yang bisa dimasuki syaitan untuk bisa

    merusak keikhlasan kita terlalu banyak. Tatkala kita sedang

    beramal maka syaitanpun berusaha untuk bisa menjadikan

    kita riya’, kalau tidak bisa menjadikan kita riya’ di permulaan

    amal, maka dia akan berusaha agar kita riya’ di pertengahan

    amal. Kalau tidak mampu lagi maka di akhir amalan kita. Oleh

    karena itu kita dapati para salaf dahulu memngecek niat

    mereka ditengah amalan mereka, apakah masih tetap ikhlas

    atau sudah berubah?. Diriwayatkan dari Sualaiman bin

    Dawud Al-Hasyimi: ”Terkadang saya menyampaikan sebuah

    16

    ada sorangpun dari pasukan yang mendengarnya lalu sholat

    malam hingga terbit fajar. Dan tatkala telah terbit fajar maka

    diapun datang untuk membagunkan aku karena dia

    menyangka aku tidur, seraya berkata “Ya Muhammad

    ngunlah!”, Akupun berkata: ”Sesungguhnya aku tidak

    tidur”. Tatkala Ibnul Mubarok mendengar hal ini dan

    mengetahui bahwa aku telah melihat sholat malamnya maka

    semenjak itu aku tidak pernah melihatnya lagi berbicara

    aku pada setiap

    akan dia tidak suka tatkala

    mengetahui bahwa aku mengetahui sholat malamnya itu,

    dan hal itu selalu nampak di wajahnya hingga beliau wafat.

    Aku tidak pernah melihat orang yang lebih menymbunyikan

    aripada Ibnul Mubarok” (Al-Jarh wa

    Wahai saudaraku, ketahuilah… sesungguhnya ikhlas adalah

    sesuatu yang sangat berat, penuh perjuangan untuk bisa

    pintu yang bisa dimasuki syaitan untuk bisa

    asan kita terlalu banyak. Tatkala kita sedang

    beramal maka syaitanpun berusaha untuk bisa menjadikan

    kita riya’, kalau tidak bisa menjadikan kita riya’ di permulaan

    amal, maka dia akan berusaha agar kita riya’ di pertengahan

    ka di akhir amalan kita. Oleh

    karena itu kita dapati para salaf dahulu memngecek niat

    mereka ditengah amalan mereka, apakah masih tetap ikhlas

    atau sudah berubah?. Diriwayatkan dari Sualaiman bin

    Hasyimi: ”Terkadang saya menyampaikan sebuah

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    hadits dan niat saya ikhlas, (namun) tatkala saya sampaikan

    sebagian hadits tersebut berubahlah niat saya, ternyata satu

    hadits saja membutuhkan banyak niat” Disebutkan oleh Al

    Khotib Al-Bagdadi dalam Tarikh beliau (9/31), Al-Mizzi dalam

    Tahdzibul Kamal (11/412), dan Ad-Dazahabi dalam Siyar

    (10/625), lihat Jami’ul ‘Ulum wal Hikam hal 83, tahqiq Al

    Arnauth).

    Lihatlah bagaimana hati-hatinya salaf dalam menjaga niat

    mereka, untuk bisa menyampaikan satu hadits saja (yang

    mungkin hanya beberapa buah kata) dia memperh

    niatnya berulang-ulang. Bagaimana dengan kita sekarang?

    Bukan cuma berpuluh-puluh kata yang kita lontarkan, bahkan

    beribu-ribu kata (tatkala mengisi pengajian, atau memberi

    pendapat atau nasehat tatkala diminta, atau yang lainnya…)

    pernahkah kita mengecek niat kita disela-sela pembicaraan

    kita??. Terkadang seseorang di awal sedang mengisi

    pengajian, dia mendapati niatnya ikhlas. Namun tatkala di

    tengah pengajian, disaat dia memandang bagaimana para

    pendengarnya terkagum-kagum dengan kefasihannya

    melontarkan dalil disaat itulah syaitan berperan aktif untuk

    merubah niatnya. Waspadalah wahai para saudaraku…

    sesungguhnya hanya sedikit yang selamat dari tipu daya

    syaitan.

    Sungguh benarlah perkataan Sufyan Ats-Tsauri, ”Saya tidak

    pernah menghadapi sesuatu yang lebih berat daripada niat,

    karena niat itu berbolak-balik (berubah-ubah)” (Hilyatul

    17

    dan niat saya ikhlas, (namun) tatkala saya sampaikan

    sebagian hadits tersebut berubahlah niat saya, ternyata satu

    hadits saja membutuhkan banyak niat” Disebutkan oleh Al-

    Mizzi dalam

    Dazahabi dalam Siyar

    (10/625), lihat Jami’ul ‘Ulum wal Hikam hal 83, tahqiq Al-

    hatinya salaf dalam menjaga niat

    mereka, untuk bisa menyampaikan satu hadits saja (yang

    mungkin hanya beberapa buah kata) dia memperhatikan

    ulang. Bagaimana dengan kita sekarang?

    puluh kata yang kita lontarkan, bahkan

    ribu kata (tatkala mengisi pengajian, atau memberi

    pendapat atau nasehat tatkala diminta, atau yang lainnya…)

    sela pembicaraan

    kita??. Terkadang seseorang di awal sedang mengisi

    pengajian, dia mendapati niatnya ikhlas. Namun tatkala di

    tengah pengajian, disaat dia memandang bagaimana para

    kagum dengan kefasihannya

    ntarkan dalil disaat itulah syaitan berperan aktif untuk

    merubah niatnya. Waspadalah wahai para saudaraku…

    sesungguhnya hanya sedikit yang selamat dari tipu daya

    Tsauri, ”Saya tidak

    yang lebih berat daripada niat,

    ubah)” (Hilyatul

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    Auliya (7/ hal 5 dan 62), lihat Jami’ul ‘Ulul wal Hikam hal 70,

    tahqiq Al-Arnauth).

    Kalau seseorang telah selamat dari tipu daya syaitan hingga

    selesai amalnya, ingatlah…syaitan tidak putus asa. Dia mulai

    menggelitik hati orang tersebut dan merayu orang tersebut

    untuk menceritakan amalan solehnya pada manusia, dan

    syaitan menipunya dengan berkata, ”Ini bukanlah riya…,

    supaya kamu bisa dicontohi manusia…”. Akhirnya terj

    orang tersebut dan diapun mengungkapkan kebaikan

    kebaikannya di hadapan orang, maka bisa jadi diapun

    menceritakan kabaikan-kebaikannya pada manusia karena

    riya’, maka ini merupakan kecelakaan baginya, atau kalau

    tidak maka minimal pahalanya berkurang. Karena pahala

    amalan yang sirr (disembunyikan) lebih baik daripada amalan

    yang diketahui orang lain.

    Allah berfirman, yang artinya:

    S� � �T� �U� �VW� �X� �Y��

    Z��[��� � �\��]��^_� �`�� �a��

    cd� � �e� �f� �g� �h� �i� �l “Jika kalian menampakkan sedekah kalian maka itu adalah

    baik sekali. Dan jika kalian menyembunyikannya dan kalian

    berikan kepada orang-orang fakir maka menyembunyikanya

    18

    Auliya (7/ hal 5 dan 62), lihat Jami’ul ‘Ulul wal Hikam hal 70,

    Kalau seseorang telah selamat dari tipu daya syaitan hingga

    lah…syaitan tidak putus asa. Dia mulai

    menggelitik hati orang tersebut dan merayu orang tersebut

    untuk menceritakan amalan solehnya pada manusia, dan

    syaitan menipunya dengan berkata, ”Ini bukanlah riya…,

    supaya kamu bisa dicontohi manusia…”. Akhirnya terjebaklah

    orang tersebut dan diapun mengungkapkan kebaikan-

    hadapan orang, maka bisa jadi diapun

    kebaikannya pada manusia karena

    riya’, maka ini merupakan kecelakaan baginya, atau kalau

    g. Karena pahala

    amalan yang sirr (disembunyikan) lebih baik daripada amalan

    m�R� �S

    Z

    b��c “Jika kalian menampakkan sedekah kalian maka itu adalah

    Dan jika kalian menyembunyikannya dan kalian

    orang fakir maka menyembunyikanya

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    itu lebih baik bagi kalian. Dan Allah akan menghapuskan dari

    kalian sebagian kesalahan-kesalahan kalian, dan Allah maha

    mengetahui apa yang kalian kerjakan” (QS. Al-Baqoroh: 271).

    Berkata Ibnu Kasir dalam Tafsirnya, ”Asalnya isror (amalan

    secara tersembunyi tanpa diketahui orang lain) adalah lebih

    afdol dengan dalil ayat ini dan hadits dalam shohihain

    (Bukhori dan Muslim) dari Abu Huroiroh, beliau berkata:

    “Berkata Rasulullah : ”Tujuh golongan yang berada di

    naungan Allah pada hari dimana tidak ada naungan kecuali

    naungan Allah, Imam yang adil, dan seorang yang bersedekah

    lalu dia menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak

    mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya”

    Diriwayatkan oleh Al-Bukhori (1423) dan Muslim (2377).

    Berkata Imam Nawawi: ”Berkata para Ulama bahwanya

    penyebutan tangan kanan dan kiri menunjukan kesungguhan

    dan sangat disembunyikannya serta tidak diketuhinya

    sedekah. Perumpamaan dengan kedua tangan tersebut

    karena dekatnya tangan kanan dengan tangan kiri, dan

    tangan kanan selalu menyertai tangan kiri. Dan maknanya

    adalah seandainya tangan kiri itu seorang laki-laki yang

    terjaga maka dia tidak akan mengetahui apa yang diinfak

    oleh tangan kanan karena saking disembunyikannya.” (Al

    Minhaj 7/122), hal ini juga sebagaimana penjelasan Ibnu Hajr

    (Al-Fath 2/191).

    Rosulullah � bersabda: ”Tatkala Allah menciptakan bumi,

    bumi tersebut bergoyang-goyang, maka Allah pun

    19

    itu lebih baik bagi kalian. Dan Allah akan menghapuskan dari

    kesalahan kalian, dan Allah maha

    Baqoroh: 271).

    afsirnya, ”Asalnya isror (amalan

    secara tersembunyi tanpa diketahui orang lain) adalah lebih

    afdol dengan dalil ayat ini dan hadits dalam shohihain

    (Bukhori dan Muslim) dari Abu Huroiroh, beliau berkata:

    “Berkata Rasulullah : ”Tujuh golongan yang berada dibawah

    naungan Allah pada hari dimana tidak ada naungan kecuali

    naungan Allah, Imam yang adil, dan seorang yang bersedekah

    lalu dia menyembunyikannya hingga tangan kirinya tidak

    mengetahui apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya”

    ri (1423) dan Muslim (2377).

    Berkata Imam Nawawi: ”Berkata para Ulama bahwanya

    penyebutan tangan kanan dan kiri menunjukan kesungguhan

    mbunyikannya serta tidak diketuhinya

    Perumpamaan dengan kedua tangan tersebut

    an kanan dengan tangan kiri, dan

    tangan kanan selalu menyertai tangan kiri. Dan maknanya

    laki yang

    terjaga maka dia tidak akan mengetahui apa yang diinfak

    oleh tangan kanan karena saking disembunyikannya.” (Al-

    Minhaj 7/122), hal ini juga sebagaimana penjelasan Ibnu Hajr

    bersabda: ”Tatkala Allah menciptakan bumi,

    goyang, maka Allah pun

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    menciptakan gunung-gunung kalau Allah lemparkan gunung

    gunung tersebut di atas bumi maka tenanglah bumi. Maka

    para malaikatpun terkagum-kagum dengan penciptaan

    gunung, mereka berkata, ”Wahai Tuhan kami, apakah ada

    dari makhluk Mu yang lebih kuat dari gunung?” Allah

    berkata, “Ada yaitu besi”. Lalu mereka bertanya (lagi),

    ”Wahai Tuhan kami, apakah ada dari makhlukMu yang lebih

    kuat dari besi?”, Allah menjawab, ”Ada yaitu api.”, mereka

    bertanya (lagi), ”Wahai Tuhan kami, apakah ada makhluk Mu

    yang lebih kuat dari pada api?”, Allah menjawab, ”Ada yaitu

    air”, mereka bertanya (lagi), ”Wahai Tuhan kami, apakah ada

    makhlukMu yang lebih kuat dari pada air?”, Allah menjawab,

    ”Ada yaitu angin” mereka bertanya (lagi), ”Wahai Tuhan

    kami, apakah ada makhlukMu yang lebih kuat dari pada

    angin?”, Allah menjawab, ”Ada yaitu seorang anak Adam

    yang bersedekah dengan tangan kanannya lalu dia

    sembunyikan agar tidak diketahui tangan

    Diriwayatkan oleh Imam Ahamad dalam Musnadnya 3/124

    dari hadits Anas bin Malik. Berkata Ibnu Hajar, ”Dari hadits

    Anas dengan sanad yang hasan marfu’” (Al-Fath 2/191).

    Sungguh benar orang yang berkata, “Jangan heran kalau

    engkau melihat seorang yang bisa jalan di atas air, karena

    syaitan juga bisa berjalan di atas air. Janganlah heran kalau

    engkau melihat seorang yang berjalan terbang diudara,

    karena syaitan juga bisa terbang di udara. Tapi heranlah

    engkau jika engkau melihat seorang yang bersedekah dengan

    tangan kanannya namun tangan kirinya tidak mengetahui

    20

    an gunung-

    gunung tersebut di atas bumi maka tenanglah bumi. Maka

    kagum dengan penciptaan

    gunung, mereka berkata, ”Wahai Tuhan kami, apakah ada

    dari makhluk Mu yang lebih kuat dari gunung?” Allah

    eka bertanya (lagi),

    ”Wahai Tuhan kami, apakah ada dari makhlukMu yang lebih

    kuat dari besi?”, Allah menjawab, ”Ada yaitu api.”, mereka

    bertanya (lagi), ”Wahai Tuhan kami, apakah ada makhluk Mu

    yang lebih kuat dari pada api?”, Allah menjawab, ”Ada yaitu

    r”, mereka bertanya (lagi), ”Wahai Tuhan kami, apakah ada

    Allah menjawab,

    angin” mereka bertanya (lagi), ”Wahai Tuhan

    kami, apakah ada makhlukMu yang lebih kuat dari pada

    angin?”, Allah menjawab, ”Ada yaitu seorang anak Adam

    yang bersedekah dengan tangan kanannya lalu dia

    sembunyikan agar tidak diketahui tangan kirinya”.

    ayatkan oleh Imam Ahamad dalam Musnadnya 3/124

    dari hadits Anas bin Malik. Berkata Ibnu Hajar, ”Dari hadits

    Fath 2/191).

    Sungguh benar orang yang berkata, “Jangan heran kalau

    di atas air, karena

    syaitan juga bisa berjalan di atas air. Janganlah heran kalau

    engkau melihat seorang yang berjalan terbang diudara,

    karena syaitan juga bisa terbang di udara. Tapi heranlah

    engkau jika engkau melihat seorang yang bersedekah dengan

    n kanannya namun tangan kirinya tidak mengetahui-

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    nya, karena syaitan tidak bersedekah (apalagi dengan ikhlas)

    (Untaian kalimat ini, penulis tidak mengetahui siapa yang

    mengucapkannya. Namun penulis pernah mendengarnya

    dari seorang petugas penjaga mushola dikapal laut, tatkala

    menyampaikan nasehat pada awak penumpang kapal.

    Mungkin saja dialah yang mengucapkan perkataan ini

    pertama kali. Namun bagaimanapun perkataan ini benar

    maknanya jika ditinjau dari kacamata syar’i, Wallahu A’lam).

    Ingat perkataan Ibnul Qoyyim, “Tidaklah akan berkumpul

    keikhlasan dalam hati bersama rasa senang untuk dipuji dan

    disanjung dan keinginan untuk memperoleh apa yang ada

    pada manusia kecuali sebagaimana terkumpulnya air dan

    api…” (Fawaid Al-Fawaid, Ibnul Qoyyim, tahqiq Syaikh Ali

    Hasan, hal 423). Wahai Dzat yang membolak-balikan hati

    (manusia) tetapkanlah hatiku di atas agamaMu.

    Hukum Menyembunyikan Amal.

    Para ulama menjelaskan bahwa keutamaan menyem

    bunyikan amalan kebajikan (karena hal ini lebih menjauhkan

    dari riya) itu hanya khusus bagi amalan-amalan mustahab

    bukan amalan-amalan yang wajib. Berkata Ibnu Hajar: ”At

    Thobari dan yang lainnya telah menukil ijma’ bahwa sedekah

    yang wajib secara terang-terangan lebih afdhol daripada

    secara tersembunyi. Adapun sedekah yang mustaha

    sebaliknya.” (Al-Fath 3/365). Sebagian mereka juga

    21

    nya, karena syaitan tidak bersedekah (apalagi dengan ikhlas)

    (Untaian kalimat ini, penulis tidak mengetahui siapa yang

    mengucapkannya. Namun penulis pernah mendengarnya

    kapal laut, tatkala

    menyampaikan nasehat pada awak penumpang kapal.

    Mungkin saja dialah yang mengucapkan perkataan ini

    pertama kali. Namun bagaimanapun perkataan ini benar

    maknanya jika ditinjau dari kacamata syar’i, Wallahu A’lam).

    Qoyyim, “Tidaklah akan berkumpul

    keikhlasan dalam hati bersama rasa senang untuk dipuji dan

    disanjung dan keinginan untuk memperoleh apa yang ada

    pada manusia kecuali sebagaimana terkumpulnya air dan

    Fawaid, Ibnul Qoyyim, tahqiq Syaikh Ali

    balikan hati-hati

    Para ulama menjelaskan bahwa keutamaan menyem-

    bunyikan amalan kebajikan (karena hal ini lebih menjauhkan

    amalan mustahab

    Berkata Ibnu Hajar: ”At-

    Thobari dan yang lainnya telah menukil ijma’ bahwa sedekah

    terangan lebih afdhol daripada

    secara tersembunyi. Adapun sedekah yang mustahab maka

    Fath 3/365). Sebagian mereka juga

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    mengecualikan orang-orang yang merupakan teladan bagi

    masyarakat, maka justru lebih afdhol bagi mereka untuk

    beramal terang-terangan agar bisa diikuti dengan syarat

    mereka aman dari riya’, dan hal ini tidaklah mungkin kecuali

    jika iman dan keyakinan mereka yang kuat.

    Pernah Imam Ahmad mengatakan kepada salah seorang

    muridnya (yang bernama Abu Bakar) tatkala sampai

    kepadanya kabar bahwa manusia memujinya: “Wahai Abu

    Bakar, jika seseorang mengetahui (aib-aib) dirinya maka tidak

    bermanfaat baginya pujian manusia”. (As-Siyar 11/211).

    Berkata Hammad, “Pernah Ayyub membawaku ke jalan yang

    lebih jauh, maka akupun perkata padanya, “Jalan yang ini

    yang lebih dekat”, maka Ayyub menjawab: ”Saya

    menghindari majelis-majelis manusia (menghindari

    keramaian manusia-pent

    )”. Dan Ayyub jika memberi salam

    kepada manusia, mereka menjawab salamnya lebih dari

    kalau mereka menjawab salam selain Ayyub. Maka Ayyub

    berkata: ”Ya Allah sesungguhnya Engkau mengetahui bahw

    saya tidaklah menginginkan hal ini!, Ya Allah sesungguhnya

    Engkau mengetahui bahwa saya tidaklah menginginkan hal

    ini!.” Berkata Syaikh Abdul Malik: ”Diriwayatkan oleh Ibnu

    Sa’d (7/248) dan Al-Fasawi (2/239), dan sanadnya shahih”.

    (Sittu Duror hal 47).

    Berkata Abu Zur’ah Yahya bin Abi ‘Amr, “Ad-Dlohhak bin Qois

    keluar bersama manusia untuk sholat istisqo (sholat untuk

    minta hujan), namun hujan tak kunjung datang, dan mereka

    22

    orang yang merupakan teladan bagi

    masyarakat, maka justru lebih afdhol bagi mereka untuk

    terangan agar bisa diikuti dengan syarat

    ni tidaklah mungkin kecuali

    Pernah Imam Ahmad mengatakan kepada salah seorang

    muridnya (yang bernama Abu Bakar) tatkala sampai

    kepadanya kabar bahwa manusia memujinya: “Wahai Abu

    aib) dirinya maka tidak

    Siyar 11/211).

    Berkata Hammad, “Pernah Ayyub membawaku ke jalan yang

    lebih jauh, maka akupun perkata padanya, “Jalan yang ini

    yang lebih dekat”, maka Ayyub menjawab: ”Saya

    majelis manusia (menghindari

    Dan Ayyub jika memberi salam

    kepada manusia, mereka menjawab salamnya lebih dari

    kalau mereka menjawab salam selain Ayyub. Maka Ayyub

    berkata: ”Ya Allah sesungguhnya Engkau mengetahui bahwa

    !, Ya Allah sesungguhnya

    Engkau mengetahui bahwa saya tidaklah menginginkan hal

    ini!.” Berkata Syaikh Abdul Malik: ”Diriwayatkan oleh Ibnu

    Fasawi (2/239), dan sanadnya shahih”.

    Dlohhak bin Qois

    keluar bersama manusia untuk sholat istisqo (sholat untuk

    minta hujan), namun hujan tak kunjung datang, dan mereka

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    tidak melihat adanya awan. Maka beliau berkata: ”Dimana

    Yazid bin Al-Aswad?” (Dalam riwayat yang lain: Maka tidak

    seorangpun yang menjawabnya, kemudian dia berkata:

    ”Dimana Yazid bin Al-Aswad?, Aku tegaskan padanya jika dia

    mendengar perkataanku ini hendaknya dia berdiri”), maka

    berkata Yazid :”Saya di sini!”, berkata Ad-

    ”Berdirilah!, mintalah kepada Allah agar menurunkan hujan

    bagi kami!”. Maka Yazid pun berdiri dan menundukan

    kepalanya diantara dua bahunya, dan menyingsingkan lengan

    banjunya lalu berdoa: ”Ya Allah, sesungguhnya para

    hambaMu memintaku untuk berdoa kepadaMu”.

    tidaklah dia berdoa tiga kali kecuali langsung turunlah hujan

    yang deras sekali, hingga hampir saja mereka tenggelam

    karenanya. Kemudian dia berkata: ”Ya Allah, sesungguhnya

    hal ini telah membuatku menjadi tersohor, maka

    istirahatkanlah aku dari ketenaran ini”, dan tidak berselang

    lama yaitu seminggu kemudian diapun meninggal.” Lihat

    takhrij kisah ini secara terperinci dalam buku Sittu Duror

    karya Syaikh Abdul Malik Romadloni hal. 47.

    Lihatlah wahai saudaraku, bagaimana Yazid Al-Aswad merasa

    tidak tentram dengan ketenarannya bahkan dia meminta

    kepada Allah agar mencabut nyawanya agar terhindar dari

    ketenarannya. Ketenaran di mata Yazid adalah sebuah

    penyakit yang berbahaya, yang dia harus menghindarinya

    walaupun dengan meninggalkan dunia ini. Allahu Akbar.. !

    inilah akhlak salaf (Berkata Guru kami Syaikh Abdul Qoyyum,

    “Adapun orang-orang yang memerintahkan para pengikutnya

    23

    tidak melihat adanya awan. Maka beliau berkata: ”Dimana

    lam riwayat yang lain: Maka tidak

    seorangpun yang menjawabnya, kemudian dia berkata:

    Aswad?, Aku tegaskan padanya jika dia

    mendengar perkataanku ini hendaknya dia berdiri”), maka

    -Dlohhak:

    dirilah!, mintalah kepada Allah agar menurunkan hujan

    bagi kami!”. Maka Yazid pun berdiri dan menundukan

    kepalanya diantara dua bahunya, dan menyingsingkan lengan

    banjunya lalu berdoa: ”Ya Allah, sesungguhnya para

    hambaMu memintaku untuk berdoa kepadaMu”. Lalu

    tiga kali kecuali langsung turunlah hujan

    yang deras sekali, hingga hampir saja mereka tenggelam

    karenanya. Kemudian dia berkata: ”Ya Allah, sesungguhnya

    hal ini telah membuatku menjadi tersohor, maka

    ri ketenaran ini”, dan tidak berselang

    lama yaitu seminggu kemudian diapun meninggal.” Lihat

    takhrij kisah ini secara terperinci dalam buku Sittu Duror

    Aswad merasa

    idak tentram dengan ketenarannya bahkan dia meminta

    kepada Allah agar mencabut nyawanya agar terhindar dari

    ketenarannya. Ketenaran di mata Yazid adalah sebuah

    penyakit yang berbahaya, yang dia harus menghindarinya

    llahu Akbar.. !

    inilah akhlak salaf (Berkata Guru kami Syaikh Abdul Qoyyum,

    orang yang memerintahkan para pengikutnya

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    atau rela para pengikutnya mencium tangannya lalu ia

    berkata bahwa ia adalah wali Allah maka ia adalah dajjal”).

    Namun banyak orang yang terbalik, mereka malah

    menjadikan ketenaran merupakan kenikmatan yang sungguh

    nikmat sehingga mereka berusaha untuk meraihnya dengan

    berbagai macam cara.

    Dari Abu Hamzah Ats-Tsumali, beliau berkata: ”Ali bin Husain

    memikul sekarung roti diatas pundaknya pada malam hari

    untuk dia sedekahkan, dan dia berkata, ”Sesungguhnya

    sedekah dengan tersembunyi memadamkan kemarahan

    Allah”. Ini merupakan hadits yang marfu’ dari Nabi, yang

    diriwayatkan dari banyak sahabat, seperti Abdullah bin Ja’far,

    Abu Sa’id Al-Khudri, Ibnu “Abbas, Ibnu Ma’ud, Ummu

    Salamah, Abu Umamah, Mu’awiyah bin Haidah, dan Anas bin

    Malik. Berkata Syaikh Al-Albani: ”Kesimpulannya hadits ini

    dengan jalannya yang banyak serta syawahidnya adalah

    hadits yang shahih, tidak diragukan lagi. Bahkan termasuk

    hadits mutawatir menurut sebagian ahli hadits muta’akhirin”

    (As-Shohihah 4/539, hadits no. 1908).

    Dan dari ‘Amr bin Tsabit berkata, ”Tatkala Ali bin Husain

    meninggal mereka memandikan mayatnya lalu mereka

    melihat bekas hitam pada pundaknya, lalu mereka bertanya:

    ”Apa ini”, lalu dijawab: ”Beliau selalu memikul berkarung

    karung tepung pada malam hari untuk diberikan kepada faqir

    miskin yang ada di Madinah”.

    24

    atau rela para pengikutnya mencium tangannya lalu ia

    berkata bahwa ia adalah wali Allah maka ia adalah dajjal”).

    k orang yang terbalik, mereka malah

    menjadikan ketenaran merupakan kenikmatan yang sungguh

    nikmat sehingga mereka berusaha untuk meraihnya dengan

    Tsumali, beliau berkata: ”Ali bin Husain

    pundaknya pada malam hari

    untuk dia sedekahkan, dan dia berkata, ”Sesungguhnya

    sedekah dengan tersembunyi memadamkan kemarahan

    Allah”. Ini merupakan hadits yang marfu’ dari Nabi, yang

    diriwayatkan dari banyak sahabat, seperti Abdullah bin Ja’far,

    Khudri, Ibnu “Abbas, Ibnu Ma’ud, Ummu

    Salamah, Abu Umamah, Mu’awiyah bin Haidah, dan Anas bin

    Albani: ”Kesimpulannya hadits ini

    dengan jalannya yang banyak serta syawahidnya adalah

    kan termasuk

    hadits mutawatir menurut sebagian ahli hadits muta’akhirin”

    Dan dari ‘Amr bin Tsabit berkata, ”Tatkala Ali bin Husain

    meninggal mereka memandikan mayatnya lalu mereka

    alu mereka bertanya:

    ”Apa ini”, lalu dijawab: ”Beliau selalu memikul berkarung-

    karung tepung pada malam hari untuk diberikan kepada faqir

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    Berkata Ibnu ‘Aisyah: ”Ayahku berkata kepadaku: ”Saya

    mendengar penduduk Madinah berkata: ”Kami tidak pernah

    kehilangan sedekah yang tersembunyi hingga meninggalnya

    Ali bin Husain” Lihat ketiga atsar tersebut dalam Sifatus

    Sofwah (2/96), Aina Nahnu hal. 9.

    Lihatlah bagaimana Ali bin Husain menyembunyikan

    amalannya hingga penduduk Madinah tidak ada yang tahu,

    mereka baru tahu tatkala beliau meninggal karena sedekah

    yang biasanya mereka terima di malam hari berhenti, dan

    mereka juga menemukan tanda hitam di pundak beliau.

    Imam Al-Iz bin Abdus Salam telah menjelaskan hukum

    menyembunyikan amalan kebajikan secara terperinci sebagai

    berikut. Beliau berkata, “Keta’atan (pada Allah) ada tiga:

    1. Yang pertama, adalah amalan yang disyariatkan secara

    dengan dinampakan seperti adzan, iqomat, bertakbir,

    membaca Quran dalam sholat secara jahr, khutbah

    amar ma’ruf nahi mungkar, mendirikan sholat jumat dan

    sholat secara berjamaah, merayakan hari-hari ‘ied, jiha

    mengunjungi orang-orang yang sakit, mengantar jenazah,

    maka hal-hal seperti ini tidak mungkin disembunyikan. Jika

    pelaku amalan-amalan tersebut takut riya, maka hendaknya

    dia berusaha bersungguh-sungguh untuk menolaknya hingga

    dia bisa ikhlas kemudian dia bisa melaksanakannya dengan

    ikhlas, sehingga dengan demikian dia akan mendapatkan

    pahala amalannya dan juga pahala karena kesungguhannya

    25

    Berkata Ibnu ‘Aisyah: ”Ayahku berkata kepadaku: ”Saya

    : ”Kami tidak pernah

    kehilangan sedekah yang tersembunyi hingga meninggalnya

    Ali bin Husain” Lihat ketiga atsar tersebut dalam Sifatus

    Lihatlah bagaimana Ali bin Husain menyembunyikan

    ak ada yang tahu,

    mereka baru tahu tatkala beliau meninggal karena sedekah

    yang biasanya mereka terima di malam hari berhenti, dan

    mereka juga menemukan tanda hitam di pundak beliau.

    Iz bin Abdus Salam telah menjelaskan hukum

    menyembunyikan amalan kebajikan secara terperinci sebagai

    berikut. Beliau berkata, “Keta’atan (pada Allah) ada tiga:

    adalah amalan yang disyariatkan secara

    dengan dinampakan seperti adzan, iqomat, bertakbir,

    membaca Quran dalam sholat secara jahr, khutbah-kutbah,

    amar ma’ruf nahi mungkar, mendirikan sholat jumat dan

    hari ‘ied, jihad,

    orang yang sakit, mengantar jenazah,

    hal seperti ini tidak mungkin disembunyikan. Jika

    amalan tersebut takut riya, maka hendaknya

    sungguh untuk menolaknya hingga

    ia bisa melaksanakannya dengan

    ikhlas, sehingga dengan demikian dia akan mendapatkan

    pahala amalannya dan juga pahala karena kesungguhannya

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    menolak riya, karena amalan-amalan ini maslahatnya juga

    untuk orang lain.

    2. Yang kedua, amalan yang jika diamalkan

    tersembunyi lebih afdhol dari pada jika dinampakkan.

    Contohnya seperti membaca qiro’ah secara perlahan tatkala

    sholat (yaitu sholat yang tidak disyari’atkan untuk

    menjahrkan qiro’ah), dan berdzikir dalam sholat secara

    perlahan. Maka dengan perlahan lebih baik daripada jika

    dijahrkan.

    3. Yang ketiga, amalan yang terkadang disembunyikan dan

    terkadang dinampakkan seperti sedekah. Jika dia kawatir

    tertimpa riya’ atau dia tahu bahwasanya biasanya kalau dia

    nampakan amalannya dia akan riya’, maka amalan (s

    tersebut disembunyikan lebih baik daripada jika dinampak

    kan.

    Adapun orang yang aman dari riya’ maka ada dua keadaan

    nya:

    1. Yang pertama, dia bukanlah termasuk orang yang diikuti,

    maka lebih baik dia menyembunyikan sedekahnya, karena

    bisa jadi dia tertimpa riya’ tatkala menampakkan

    sedekahnya.

    2. Yang kedua, dia merupakan orang yang dicontohi, maka

    dia menampakan sedekahnya lebih baik karena hal itu

    26

    amalan ini maslahatnya juga

    2. Yang kedua, amalan yang jika diamalkan secara

    tersembunyi lebih afdhol dari pada jika dinampakkan.

    Contohnya seperti membaca qiro’ah secara perlahan tatkala

    sholat (yaitu sholat yang tidak disyari’atkan untuk

    menjahrkan qiro’ah), dan berdzikir dalam sholat secara

    lebih baik daripada jika

    3. Yang ketiga, amalan yang terkadang disembunyikan dan

    terkadang dinampakkan seperti sedekah. Jika dia kawatir

    tertimpa riya’ atau dia tahu bahwasanya biasanya kalau dia

    nampakan amalannya dia akan riya’, maka amalan (sedekah)

    tersebut disembunyikan lebih baik daripada jika dinampak-

    Adapun orang yang aman dari riya’ maka ada dua keadaan-

    1. Yang pertama, dia bukanlah termasuk orang yang diikuti,

    maka lebih baik dia menyembunyikan sedekahnya, karena

    tertimpa riya’ tatkala menampakkan

    2. Yang kedua, dia merupakan orang yang dicontohi, maka

    dia menampakan sedekahnya lebih baik karena hal itu

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    membantu fakir miskin dan dia akan diikuti. Maka dia telah

    memberi manfaat kepada fakir miskin dengan sedekahnya

    dan dia juga menyebabkan orang-orang kaya bersedekah

    pada fakir miskin karena mencontohi dia, dan dia juga telah

    memberi manfaat pada orang-orang kaya tersebut karena

    mengikuti dia beramal soleh.” Qowa’idul Ahkam 1/125

    (Sebagaimana dinukil oleh Sulaiman Al-Asyqor dal kitabnya

    Al-Ikhlash hal 128-129).

    Tentunya kita lebih mengetahui diri kita, kita termasuk orang

    yang aman dari riya atau tidak.

    Mengobati Penyakit Cinta Ketenaran

    Berkata Abdullah bin Mas’ud, “Seandainya kalian mengetahui

    dosa-dosaku maka tidak ada dua orangpun yang berjalan di

    belakangku, dan kalian pasti akan melemparkan tanah di

    kepalaku, aku sungguh berangan-angan agar Allah

    mengampuni satu dosa dari dosa-dosaku dan aku dipanggil

    dengan Abdullah bin Rowtsah”. (Al-Mustadrok 3/3

    5382).

    Berkata Syaikh Sholeh Alu Syaikh, ((“Untaian kalimat ini

    adalah madrasah (pelajaran), dan hal ini tidak diragukan lagi

    karena tersohornya seseorang mungkin terjadi jika orang

    tersebut memiliki kelebihan di antara manusia, bahkan bisa

    jadi orang-orang mengagungkannya, bisa jadi orang

    27

    membantu fakir miskin dan dia akan diikuti. Maka dia telah

    n sedekahnya

    orang kaya bersedekah

    pada fakir miskin karena mencontohi dia, dan dia juga telah

    orang kaya tersebut karena

    mengikuti dia beramal soleh.” Qowa’idul Ahkam 1/125

    Asyqor dal kitabnya

    Tentunya kita lebih mengetahui diri kita, kita termasuk orang

    Berkata Abdullah bin Mas’ud, “Seandainya kalian mengetahui

    saku maka tidak ada dua orangpun yang berjalan di

    belakangku, dan kalian pasti akan melemparkan tanah di

    angan agar Allah

    dosaku dan aku dipanggil

    Mustadrok 3/357 no.

    Berkata Syaikh Sholeh Alu Syaikh, ((“Untaian kalimat ini

    adalah madrasah (pelajaran), dan hal ini tidak diragukan lagi

    karena tersohornya seseorang mungkin terjadi jika orang

    antara manusia, bahkan bisa

    orang mengagungkannya, bisa jadi orang-orang

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    memujinya, bisa jadi mereka mengikutinya berjalan di

    belakangnya. Seseorang jika semakin bertambah ma’rifatnya

    kepada Allah maka ia akan sadar dan mengetahui bahwa

    dosa-dosanya banyak, dan banyak, dan sangat banyak. Oleh

    karena tidaklah suatu hal yang mengherankan jika Nabi

    shalallahu ‘alaihi wasallam mewasiatkan kepada Abu Bakar

    padahal ia adalah orang yang terbaik dari umat ini dari para

    sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam – yang selalu

    membenarkan (apa yang dikabarkan oleh Nabi shalallahu

    ‘alaihi wasallam-pen), yang Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam

    telah berkata tentangnya, “Jika ditimbang iman Abu Bakar

    dibanding dengan iman umat maka akan lebih berat iman

    Abu Bakar”, namun Nabi shalallahu ‘alaihi was

    mewasiatkannya untuk berdo’a di akhir sholatnya, “Robku,

    sesungguhnya aku telah banyak mendzolimi diriku dan tidak

    ada yang mengampuni dosa-dosa kecuali engkau maka

    ampunilah aku dengan pengampunanMu”. Yang

    mewasiatkan adalah Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam dan

    yang diwasiatkan adalah Abu Bakar As-Shiddiq. Semakin

    bertambah ma’rifat seorang hamba kepada Robnya maka ia

    akan takut kepada Allah, takut kalau ada yang mengikutinya

    dari belakang, khawatir ia diagungkan diantara manusia,

    khawatir diangkat-angkat diantara manusia, karena ia

    mengetahui hak-hak Allah sehingga dia mengetahui bahwa ia

    tidak akan mungkin menunaikan hak Allah, ia selalu kurang

    dalam bersyukur kepada Allah, dan ini merupakan salah satu

    bentuk dosa.

    28

    memujinya, bisa jadi mereka mengikutinya berjalan di

    belakangnya. Seseorang jika semakin bertambah ma’rifatnya

    kepada Allah maka ia akan sadar dan mengetahui bahwa

    banyak. Oleh

    karena tidaklah suatu hal yang mengherankan jika Nabi

    shalallahu ‘alaihi wasallam mewasiatkan kepada Abu Bakar –

    padahal ia adalah orang yang terbaik dari umat ini dari para

    yang selalu

    a yang dikabarkan oleh Nabi shalallahu

    pen), yang Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam

    telah berkata tentangnya, “Jika ditimbang iman Abu Bakar

    dibanding dengan iman umat maka akan lebih berat iman

    Abu Bakar”, namun Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam

    mewasiatkannya untuk berdo’a di akhir sholatnya, “Robku,

    sesungguhnya aku telah banyak mendzolimi diriku dan tidak

    dosa kecuali engkau maka

    ampunilah aku dengan pengampunanMu”. Yang

    wasallam dan

    Shiddiq. Semakin

    bertambah ma’rifat seorang hamba kepada Robnya maka ia

    akan takut kepada Allah, takut kalau ada yang mengikutinya

    dari belakang, khawatir ia diagungkan diantara manusia,

    ngkat diantara manusia, karena ia

    hak Allah sehingga dia mengetahui bahwa ia

    tidak akan mungkin menunaikan hak Allah, ia selalu kurang

    dalam bersyukur kepada Allah, dan ini merupakan salah satu

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    Di antara manusia ada yang merupakan qori’ Al-Qur’an dan

    tersohor karena keindahan suaranya, keindahan bacaannya,

    maka orang-orangpun berkumpul di sekitarnya. Di

    manusia ada yang alim, tersohor dengan ilmunya, dengan

    fatwa-fatwanya, dengan kesholehannya, kewaro’annya,

    maka orang-orangpun berkumpul di sekelilingnya.

    Di antara mereka ada yang menjadi da’i yang terkenal

    dengan pengorbanannya dan perjuangannya dalam

    berdakwah maka orang-orang pun berkumpul di

    sekelilingnya karena Allah telah memberi petunjuk kepada

    mereka dengan perantaranya. Demikian juga ada yang

    terkenal dengan sikapnya yang selalu menunaikan amanah,

    ada yang tersohor dengan sikapnya yang menegakkan amar

    ma’ruf nahi mungkar, dan demikianlah… Posisi terkenalnya

    seseorang merupakan posisi yang sangat mudah

    menggelincirkan seseorang, oleh karena itu Ibnu Mas’ud

    mewasiatkan kepada dirinya sendiri dengan menjelaskan

    keadaan dirinya (yang penuh dengan dosa), dan menjelaskan

    apa yang wajib bagi setiap orang yang memiliki pengikut…

    Hendaknya setiap orang yang tersohor (dengan k

    atau termasuk orang yang terpandang untuk selalu

    merendahkan dirinya diantara manusia dan menampakkan

    hal itu, bukan malah untuk semakin naik derajatnya di

    hadapan manusia namun agar semakin terangkat derajatnya

    di hadapan Allah, dan ini semua kembali kepada keikhlasan,

    karena diantara manusia ada yang merendahkan dirinya di

    29

    Qur’an dan

    tersohor karena keindahan suaranya, keindahan bacaannya,

    orangpun berkumpul di sekitarnya. Di antara

    manusia ada yang alim, tersohor dengan ilmunya, dengan

    fatwanya, dengan kesholehannya, kewaro’annya,

    antara mereka ada yang menjadi da’i yang terkenal

    dengan pengorbanannya dan perjuangannya dalam

    orang pun berkumpul di

    sekelilingnya karena Allah telah memberi petunjuk kepada

    nya. Demikian juga ada yang

    terkenal dengan sikapnya yang selalu menunaikan amanah,

    ada yang tersohor dengan sikapnya yang menegakkan amar

    ma’ruf nahi mungkar, dan demikianlah… Posisi terkenalnya

    seseorang merupakan posisi yang sangat mudah

    seseorang, oleh karena itu Ibnu Mas’ud

    mewasiatkan kepada dirinya sendiri dengan menjelaskan

    keadaan dirinya (yang penuh dengan dosa), dan menjelaskan

    apa yang wajib bagi setiap orang yang memiliki pengikut…

    Hendaknya setiap orang yang tersohor (dengan kebaikan)

    atau termasuk orang yang terpandang untuk selalu

    merendahkan dirinya diantara manusia dan menampakkan

    hal itu, bukan malah untuk semakin naik derajatnya di

    hadapan manusia namun agar semakin terangkat derajatnya

    bali kepada keikhlasan,

    karena diantara manusia ada yang merendahkan dirinya di

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    hadapan manusia namun agar tersohor dan ini adalah

    termasuk (tipuan) syaitan. Dan diantara manusia ada yang

    merendahkan dirinya di hadapan manusia dan Allah

    mengetahui hatinya bahwasanya ia benar dengan sikapnya

    itu, ia takut pertemuan dengan Allah, ia takut hari di mana

    dibalas apa-apa yang terdapat dalam dada-dada, hari di

    mana nampak apa yang ada disimpan di hati-hati, tidak ada

    yang tersembunyi di hadapan Allah dan mereka ti

    menyembunyikan pembicaraan mereka di hadapan Allah.

    Ini adalah pelajaran yang berharga bagi setiap yang dipanuti

    dan yang mengikuti. Adapun pengikut maka hendaknya ia

    tahu bahwa orang yang diikutinya itu tidak boleh diagungkan,

    namun hanyalah diambil faedah darinya berupa syari’at Allah

    atau faedah yang diambil oleh masyarakat, karena yang

    diagungkan hanyalah Allah kemudian Rasulullah shalallahu

    ‘alaihi wasallam. Adapun manusia yang lain maka jika mereka

    baik maka bagi mereka rasa cinta pada diri kita. Dan

    hendaknya orang yang tersohor untuk selalu takut, rendah,

    dan mengingat dosa-dosanya, mengingat bahwa ia akan

    berdiri di hadapan Allah, ingat bahwasanya ia bukanlah orang

    yang berhak diikuti oleh dua orang di belakangnya.

    Oleh karena itu tatkala Abu Bakar dipuji di hadapan manusia

    maka ia berkhutbah setelah itu dan riwayat ini shahih

    sebagaimana diriwayatkan oleh imam Ahmad dan yang

    lainnya ia berkata: “Ya Allah jadikanlah aku lebih baik dari

    apa yang mereka persangkakan dan ampunkanlah apa

    30

    hadapan manusia namun agar tersohor dan ini adalah

    termasuk (tipuan) syaitan. Dan diantara manusia ada yang

    merendahkan dirinya di hadapan manusia dan Allah

    bahwasanya ia benar dengan sikapnya

    itu, ia takut pertemuan dengan Allah, ia takut hari di mana

    dada, hari di

    hati, tidak ada

    yang tersembunyi di hadapan Allah dan mereka tidak bisa

    menyembunyikan pembicaraan mereka di hadapan Allah.

    Ini adalah pelajaran yang berharga bagi setiap yang dipanuti

    dan yang mengikuti. Adapun pengikut maka hendaknya ia

    tahu bahwa orang yang diikutinya itu tidak boleh diagungkan,

    mbil faedah darinya berupa syari’at Allah

    atau faedah yang diambil oleh masyarakat, karena yang

    diagungkan hanyalah Allah kemudian Rasulullah shalallahu

    ‘alaihi wasallam. Adapun manusia yang lain maka jika mereka

    kita. Dan

    hendaknya orang yang tersohor untuk selalu takut, rendah,

    dosanya, mengingat bahwa ia akan

    berdiri di hadapan Allah, ingat bahwasanya ia bukanlah orang

    yang berhak diikuti oleh dua orang di belakangnya.

    Abu Bakar dipuji di hadapan manusia

    utbah setelah itu dan riwayat ini shahih

    sebagaimana diriwayatkan oleh imam Ahmad dan yang

    lainnya ia berkata: “Ya Allah jadikanlah aku lebih baik dari

    apa yang mereka persangkakan dan ampunkanlah apa-apa

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org

    yang mereka tidak ketahui”, ia mengucapkan doa ini dengan

    keras untuk mengingatkan manusia bahwasanya ia memiliki

    dosa sehingga mereka tidak berlebih-lebihan kepadanya.

    Apakah hal ini sebagaimana yang kita lihat pada kenyataan

    dimana orang yang diagungkan semakin menjadi-

    diagungkan dirinya??, orang yang mengagungkan juga

    semakin mengagungkan orang yang diikutinya?? Ini bukanlah

    jalan para sahabat radhiallahu ‘anhum, Umar terkadang ujub

    dengan dirinya -dan dia adalah seorang khalifah, orang kedua

    yang dikabarkan dengan masuk surga setelah Abu Bakar

    maka ia pun memikul suatu barang di tengah pasar untuk

    merendahkan dirinya hingga ia tidak merasa dirinya besar.

    Diantara kesalahan-kesalahan adalah sifat ujub (takjub

    dengan diri sendiri), yaitu seseorang memandang dirinya

    waw (hebat). Ada diantara salafus shalih yang jika hendak

    menyampaikan suatu (mau’idzoh) dan jika ia melihat orang

    orang berkumpul maka iapun meninggalkan majelis tersebut,

    kenapa?, karena keselamatan jiwanya lebih utama

    dibandingkan keselamatan jiwa orang lain, karena ia melihat

    ramainya orang yang telah berkumpul dan ia menyadari

    bahwa dirinya mulai merasakan bahwa dirinya senang karena

    kehadiran mereka, yang pada diam memperhatikannya, dan

    memperhatikannya, maka iapun mengobati dirinya dengan

    meninggalkan mereka maka merekapun membicarakannya

    akibat hal tersebut, Namun yang paling penting adalah

    keselamatan jiwa dan hatinya dihadapan Allah. Dan

    keselamatan hatinya lebih utama dibandingkan keselamatan

    31

    ng mereka tidak ketahui”, ia mengucapkan doa ini dengan

    keras untuk mengingatkan manusia bahwasanya ia memiliki

    lebihan kepadanya.

    Apakah hal ini sebagaimana yang kita lihat pada kenyataan

    -jadi agar

    diagungkan dirinya??, orang yang mengagungkan juga

    semakin mengagungkan orang yang diikutinya?? Ini bukanlah

    jalan para sahabat radhiallahu ‘anhum, Umar terkadang ujub

    dan dia adalah seorang khalifah, orang kedua

    g dikabarkan dengan masuk surga setelah Abu Bakar-,

    maka ia pun memikul suatu barang di tengah pasar untuk

    merendahkan dirinya hingga ia tidak merasa dirinya besar.

    kesalahan adalah sifat ujub (takjub

    ng memandang dirinya

    waw (hebat). Ada diantara salafus shalih yang jika hendak

    menyampaikan suatu (mau’idzoh) dan jika ia melihat orang-

    orang berkumpul maka iapun meninggalkan majelis tersebut,

    kenapa?, karena keselamatan jiwanya lebih utama

    eselamatan jiwa orang lain, karena ia melihat

    ramainya orang yang telah berkumpul dan ia menyadari

    bahwa dirinya mulai merasakan bahwa dirinya senang karena

    kehadiran mereka, yang pada diam memperhatikannya, dan

    ya dengan

    meninggalkan mereka maka merekapun membicarakannya

    akibat hal tersebut, Namun yang paling penting adalah

    keselamatan jiwa dan hatinya dihadapan Allah. Dan

    keselamatan hatinya lebih utama dibandingkan keselamatan

  • Ikhlas dan Bahaya Riya

    http://www.raudhatulmuhibbin.org