ii._tinjauan_pustaka.pdf
TRANSCRIPT
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Beton
Beton adalah campuran dari agregat halus dan agregat kasar (pasir, kerikil,
batu pecah atau agregat lain) dengan semen, yang dipersatukan oleh air dalam
perbandingan tertentu. Beton juga dapat didefinisikan sebagai bahan bangunan
dan konstruksi yang sifat-sifatnya dapat ditentukan terlebih dahulu dengan
mengadakan perencanaan dan pengawasan yang teliti terhadap bahan-bahan
yang dipilih. (Samekto, 2001).
Beton mutu tinggi (High Strength Concrete) merupakan sebuah tipe beton
performa tinggi yang secara umum memiliki kuat tekan 6000 psi (40 MPa)
atau lebih. Ukuran kuat tekannya diperoleh dari silinder beton 150 mm – 300
mm atau silinder 100 mm – 200 mm pada umur 56 ataupun 90 hari, ataupun
umur yang telah ditentukan tergantung pada aplikasi yang diinginkan.
(Aprizon, 2008)
Untuk menjamin agar beton yang dihasilkan memenuhi persyaratan yang
diminta, dianjurkan agar pertama-tama menguji terlebih dahulu agregat yang
akan digunakan, kemudian membuat uji coba beton atau campuran biji beton
setelah rancangan campuran (mix design) dilakukan.
8
Faktor-faktor yang mempengaruhi mutu beton adalah
Mutu bahan batuan
Jenis/mutu semen
Faktor air semen
Gradasi/susunan butir bahan batuan
Pelaksanaan pembuatan beton
Curing (pematangan) beton, yaitu perawatan beton untuk dapat mencapai
kekuatan yang diinginkan.
Pada pembentukan beton setelah mengeras mempunyai sifat yang berbeda-
beda. Sifat-sifat beton yang akan diuraikan tidak selalu semua dimiliki oleh
setiap konstruksi beton, dan sifat-sifat tersebut juga relatif ditinjau dari sudut
pemakaian beton itu sendiri. Dengan kata lain, sifat-sifat penting dari beton
yang harus ada dalam suatu konstruksi harus disesuaikan dengan kebutuhan,
sehingga konstruksi lebih ekonomis. Sifat umum yang ada pada beton adalah
sebagai berikut.
1) Kemampuan dikerjakan (Workability)
Unsur-unsur yang mempengaruhi sifat mudah dikerjakan antara lain
adalah
Banyaknya air yang dipakai dalam campuran aduk beton
Penambahan semen ke dalam adukan beton
Gradasi campuran agregat kasar dan agregat halus
Pemakaian butir-butir agregat yang bulat akan mempermudah cara
pengerjaan beton
9
Cara pemadatan beton dan/atau jenis alat yang digunakan
2) Sifat tahan lama (Durability)
Tahan terhadap pengaruh cuaca
Tahan terhadap pengaruh zat kimia
Tahan terhadap erosi
3) Sifat kedap air
Pada beton yang dikeraskan dengan uap tekanan tinggi, kerapatan airnya
lebih baik daripada beton biasa, karena uap tekanan tinggi dapat
mereaksikan semen lebih sempurna. Beberapa faktor lain yang dapat
mempengaruhi sifat kedap air pada beton antara lain :
Mutu dan propositas agregat
Umur beton. Kekedapan air akan berkurang dengan adanya
perkembangan umur
Gradasi harus dipilih sedemikian agar beton dapat mudah dikerjakan
dengan baik dengan jumlah air yang minimal.
Perawatan beton merupakan faktor yang sangat penting untuk
mendapatkan kedap air.
4) Kekuatan Beton
Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi kekuatan beton adalah :
Faktor air semen dan kepadatan
Umur beton
Jenis semen
Jumlah semen
10
Sifat agregat
Cara pelaksanaan pembuatan beton
B. Material Penyusun
Dalam bidang bangunan yang dimaksud dengan beton adalah campuran dari
agregat halus dan agregat kasar (pasir, kerikil, batu pecah, atau jenis agregat
lain) dengan semen, yang dipersatukan oleh air dalam perbandingan tertentu.
Bahan-bahan tersebut memiliki sifat dari karateristik yang bervariasi, berikut
penjelasan karakteristik bahan-bahan penyusun beton mutu tinggi tersebut:
1. Semen
Semen portland merupakan bahan ikat yang penting dan banyak dipakai
dalam pembangunan fisik. Penggunaan jenis semen disesuaikan dengan
kondisi-kondisi tertentu sesuai sifat-sifat khususnya. Semen portland
merupakan semen hidrolis yang dihasilkan dengan cara menghaluskan
klinker yang terutama terdiri dari silikat-silikat kalsium yang bersifat
hidrolis dengan gips sebagai bahan tambahan. Fungsi semen adalah
mengikat butir-butir agregat menjadi satu padat. Semen bila dicampur
dengan air membentuk adukan pasta, dicampur dengan pasir dan air
menjadi mortar semen.
Jika bahan semen portland itu diuraikan susunan senyawanya secara kimia
(dengan anlisis kimia), akan terlihat jumlah oksida yang membentuk bahan
semen itu. Semen dibuat dari bahan-bahan/unsur-unsur yang mengandung
11
oksida-oksida. Unsur-unsur itu kurang lebih seperti yang tercantum pada
Tabel 2.1
Tabel 2.1 Komponen bahan baku semen
Jenis Bahan Persen (%)
Batu Kapur (CaO) 60 – 65Pasir Silikat (SiO2) 17 – 25Tanah Liat (Al2O3) 3 – 8Bijih Besi (Fe2O3) 0,5 – 6Magnesia(MgO) 0,5 – 4Sulfur (SO3)l – 2Soda/potash (Na2O + K2O) 0,5 – 1
Angka-angka tersebut merupakan batas-batas susunan senyawa kimia pada
bahan semen portland.
Menurut ASTM C 150, semen portland diklasifikasikan dalam lima jenis
yaitu:
Tabel 2.2 Klasifikasi semen Portland
No Jenis Keterangan
1 I
Semen portland untuk penggunaan umum yang tidak
memerlukan persyaratan-persyaratan khusus seperti
yang disyaratkan pada jenis-jenis lain.
2 II
Semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan ketahanan terhadap sulfat atau kalori
hidrasi sedang
3 III
Semen Portland yang dalam penggunaannya
memerlukan kekuatan tinggi pada tahap permulaan
setelah pengikatan terjadi.
4 IVSemen Portland yang dalam penggunaanya memerlukan
kalori hidrasi rendah
5 VSemen portland yang dalam penggunaanya memerlukan
ketahanan tinggi terhadap sulfat.
12
2. Agregat
Agregat adalah butiran mineral yang berfungsi sebagai bahan pengisi
dalam campuran mortar (aduk) dan beton. Batuan yang baik untuk agregat
adalah butiran-butiran yang keras, kompak, tidak pipih, kekal (tidak
mudah berubah volumenya karena perubahan cuaca), serta tidak mudah
terpengaruh oleh keadaan sekelilingnya. Agregat dalam suatu adukan
beton, terdiri dari butiran-butiran batuan dengan beberapa ukuran butir
dari ukuran yang besar sampai ukuran kecil (samekto, 2001).
Oleh karena itu, sebelum agregat digunakan, perlu dilakukan pengujian
terlebih dahulu terhadap sifat-sifat agregat itu. Agregat yang dipakai
campuran beton dibadakan menjadi dua jenis yaitu agregat halus dan agregat
kasar.
Agregat halus adalah yang semua butirnya menembus ayakan 4,75 mm
Agregat kasar adalah agregat yang semua butirnya tertinggal diatas
ayakan 4,75 mm
Untuk beton dengan kekompakan yang baik, diperlukan gradasi agregat
yang baik. Pada penelitian ini agregat kasar yang digunakan maksimum
2 – 2,5 cm dan untuk gradasi agregat halus digunakan lubang ayakan 4,8
mm; 2,4 mm; 1,2 mm; 0,6 mm; 0,3 mm dan 0,15 mm.
Ukuran agregat maksimum untuk f’'c kurang dari 9000 psi (62 MPa)
digunakan ¾ inci - 1 inci (19 mm-25 mm), sedangkan f’c lebih dari 9000
psi (62 MPa) digunakan agregat maksimum 3/8 inci - ½ inci (9,5 mm-12,7
13
mm). Gradasi agregat kasar dan halus berdasarkan ASTM C 33 dapat
dilihat pada Tabe l2.3
Tabel 2.3. Gradasi agregat kasar dan agregat halus (ASTM C 33)
Lubang ayakan in.
(mm)
Persentase berat butir lolosUkuran maksimum agregat Agregat
halus2 in 1½ in 1 in ¾ in2 (50) 95 - 100 100 - - -
1½ (37,5) - 95 - 100 100 - -1(25) 25 - 70 - 95 - 100 100 -
¾ (19,0) - 35 - 70 - 90 - 100 -½ (12,5) 10 - 30 - 25 - 60 - -3/8 (9,5) - 10 - 30 - 20 - 25 100
No.4 (4,75) 0 - 5 0 - 5 10 - 30 0 - 10 95 - 100No.8 (2,36) 0 0 0 0 - 5 80 - 100
No.16 0 0 0 0 50 - 85No.30 (0,6) 0 0 0 0 25 - 60No.50 (0,3) 0 0 0 0 10 - 30
No.100 0 0 0 0 2 - 10
3. Air
Air merupakan bahan yang penting pada beton yang menyebabkan
terjadinya reaksi kimia dengan semen. Pada dasarnya air yang layak untuk
diminum, dapat dipakai untuk campuran beton. Akan tetapi dalam
pelaksanaan banyak air yang tidak layak untuk diminum dipakai untuk
campuran beton. (sebayang, 2005)
Air yang diperlukan untuk melakukan hidrasi hanya sekitar 30% dari berat
semen, kandungan air tidak boleh terlalu banyak karena kekuatan beton
akan rendah. Selain itu, kelebihan akan air akan bersama-sama dengan
semen bergerak ke permukaan adukan beton segar yang baru dituang
(bleeding). Selaput tipis akibat dari bleeding ini akan mengurangi lekatan
14
antara lapis-lapis beton dan merupakan bidang sambung yang lemah.
(Kardiyono Tjokrodimulyjo, 1992)
Persyaratan air sebagai bahan bangunan untuk campuran beton harus
memenuhi syarat sebgai berikut :
Air harus bersih
Tidak mengandung lumpur, minyak dan benda-benda merusak lainnya
yang dapat dilihat secara visual.
Tidak mengandung benda-benda tersuspensi lebih dari 2 gr/liter.
Tidak mengandung garam-garam yang dapat larut dan dapat merusak
beton (asam-asam, zat organik dan sebagainya) lebih dari 15 gr/liter.
Kandungan khlorida (Cl), tidak lebih dari 500 p.p.m dan senyawa
sulfat tidak lebih dari 1000 p.p.m.
Bila dibandingkan dengan kuat tekan beton yang memakai air suling ,
maka penurunan kekuatan kuat tekan beton yang memakai air yang
diperiksa tidak boleh lebih dari 10%.
Air yang mutunya diragukan harus dianalisa secara kimiadan
dievaluasi mutunya.
Khusus untuk beton prategang,kecuali syarat-syarat tersebut diatas, air
tidak boleh mengandung Chlorida lebih dari 50 p.p.m.
4. Styrofoam
Styrofoam adalah bahan yang tidak asing dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kebanyakan dari kita mengenalnya sebagai bahan untuk pembungkus
/pengepakan (packaging) terutama untuk aplikasi pengepakan yang
15
membutuhkan insulasi suhu (thermal insulation) yang baik, seperti
pengepakan ikan segar, bahan makanan perishable lainnya, es krim, dan
sebagainya. Sebagian dari kita juga sudah tahu bahwa styrofoam adalah
limbah (waste) yang semakin hari semakin menjadi masalah lingkungan
yang berat, karena terlihat makin berserakannya cangkir, bongkah, dan
lembaran styrofoam sepanjang mata memandang di pembuangan–
pembuangan sampah, dan diperburuk citranya dengan fakta bahwa
styrofoam ini adalah tidak membusuk (non-biodegradeable).
Timbunan sampah styrofoam akan terus bertambah apabila tidak didaur-
ulang (recycled) secara profesional. Polystyrene merupakan bahan yang
baik ditinjau dari segi mekanis maupun suhu namun bersifat agak rapuh
dan lunak pada suhu di bawah 1000 C (Billmeyer, 1984). Polystyrene ini
memiliki berat jenis sampai 1050 kg/m3, kuat tarik sampai 40 MN/m2,
modulus lentur sampai 3 GN/m2, modulus geser sampai 0,99 GN/m2,
angka poisson 0,33 (Crawford, 1998).
5. Bahan tambah untuk beton (Admixture)
Yang dimaksud bahan tambah untuk beton (concrete admixture) adalah
bahan atau zat kimia yang ditambahkan di dalam adukan beton pada tahap
mula-mula sewaktu beton masih segar. (Samekto, 2001)
Tujuan penggunaan bahan tambah untuk beton (admixture) secara umum
adalah untuk memperoleh sifat-sifat beton yang diinginkan, sesuai dengan
tujuan/keperluannya. Sifat-sifat beton yang dapat diperbaiki antara lain:
Memperbaiki kelecakan beton segar
16
Mengurangi faktor air semen pada beton segar
Mengurangi penggunaan semen
Mencegah terjadinya segregasi dan bleeding
Mengatur waktu pengikatan adukan beton
Meningkatkan kuat tekan beton keras
Meningkatkan sifat kedap air pada beton keras
Meningkatkan sifat tahan lama pada beton keras (lebih awet); sifat
tahan lama ini dapat berhubungan dengan tahan terhadap pengaruh zat
kimia, tahan terhadap gesekan, dan sebagainya.
Jika ditinjau dari fungsinya, ASTM C494-04 membagi bahan tambah
untuk beton menjadi 7 jenis.
Tipe A :Water reducing Admixtures
Bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi penggunaan
air pengaduk, untuk menghasilkan beton dengan konsistensi
tertentu. Dengan pemakaian bahan tambah ini faktor air semen
menjadi rendah pada tingkat kelecakan (workability) yang
sama. Dengan demikian kekuatan beton dapat meningkat.
Tipe B :Retarding Admixtures
Bahan tambahan yang dapat memperlambat proses pengerasan
aduk beton
Tipe C :Accelerating Admixtures
Jenis bahan tambah yang dapat mempercepat proses
pengikatan dan pengerasan adukan beton
17
Tipe D :Water Reducing and Retarding Amixtures
Jenis bahan tambahan yang berfungsi ganda, yaitu untuk
mengurangi penggunaan air tetapi tetap memperoleh adukan
beton dengan konsistensi tertentu, dan memperlambat proses
pengikatan dan pengerasan adukan beton
Tipe E :Water Reducing and accelerating Admixtures
Jenis bahan tambah yang berfungsi ganda, yaitu untuk
mengurangi penggunaan air dalam adukan dan mempercepat
proses pengikatan dan pengerasan adukan beton.
Tipe F :Water reducing, high range Admixtures
Bahan tambah jenis ini yaitu bahan tambah yang dipergunakan
untuk menghasilkan adukan beton dengan konsistensi tertentu
sebanyak 12% atau lebih
Tipe G :Water reducing
Bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi penggunaan
air pencampur adukan beton yang diperlukan, untuk
menghasilkan adukan beton dengan konsistensi tertentu,
sebanyak 12% atau lebih, dan juga untuk menghambat
pengikatan beton.
Dalam pekerjaan beton untuk konstruksi khusus dengan mutu beton tinggi
diperlukan perencanaan, pengawasan dan pelaksanaan yang sangat teliti.
Salah satu cara yang dapat digunakan adalah pengurangan jumlah
penggunaan air dalam suatu campuran beton yang kemudian diharapkan
dapat meningkatkan kekuatan beton itu sendiri. Namun pengurangan
18
jumlah air ini kemudian sangat berpengaruh pada workability atau
kemudahan pekerjaan. Sudah menjadi sifat beton, semakin sedikit jumlah
air yang digunakan maka semakin tinggi kekuatan beton, namun semakin
sulit dalam hal pengerjaan.
Untuk mengatasi hal tersebut diatas, maka dapat digunakan bahan tambah
Tipe F. Penggunaan bahan tambah saat ini banyak merek bahan tambah
yang dapat dijumpai dipasaran. Merek bahan tambah tersebut walaupun
banyak tetapi harus tetap mengacu pada persyaratan setiap tipe – tipe yang
ada. SIKA merupakan salah satu produsen bahan tambah terbesar di
Indonesia salah satu prodak keluaranya yang dilempar kepasar adalah
Sikament LN.
Pada penelitian ini digunakan admixture untuk mengurangi penggunaan
air dengan maksud mencapai kekuatan beton mutu tinggi yang diharapkan
serta mempermudah pekerjaan dalam pelaksanaan pekerjaan
C. Perancangan Campuran Metode ACI 211.4R
Prosedur perancangan adukan beton dengan metode ACI 211.4R terdiri dari:
Menentukan slump dan kuat tekan rencana
Menentukan ukuran maksimum agregat
Menentukan Berat volume Agregat Kasar Optimum
Estimasi Air Campuran yang terperangkap dan Kadar-Udara
Menentukan w/c + p
Menentukan Kadar Bahan Semen
19
Menghitung komposisi campuran beton tanpa bahan tambahan untuk
volume per m3 kondisi kering oven.
Menghitung komposisi campuran beton dengan bahan tambahan untuk
volume per m3 kondisi kering oven
Koreksi kandungan air pada agregat
Perhitungan Superplasticizer (SP)
Menentukan komposisi paduan antara agregat kasar dengan persentase
styrofoam yang telah ditentukan (0% - 35 % dengan variasi 5%)
D. Workability / Kemudahan Pengerjaan
Kelecakan (workability), untuk mengukur tingkat kelecakan/workability
adukan dilakukan dengan menggunakan percobaan slump, yaitu dengan
menggunakan cetakan kerucut terpancung dengan tinggi 300 mm diisi dengan
beton segar, beton dipadatkan selapis demi selapis, kemudian cetakan
diangkat. Pengukuran dilakukan terhadap merosotnya adukan dari puncak
beton basah sebelum cetakan dibuka (disebut nilai slump).Semakin kecil nilai
slump, maka beton lebih kaku dan workability beton rendah. Slump yang baik
untuk pengerjakan beton adalah 70–80 mm. Slump > 100 mm adukan
dianggap terlalu encer.
Menurut Mulyono (2003) kemudahan pengerjaan dapat dilihat dari nilai slump
yang identik dengan tingkat keplastisan beton. Semakin plastis beton, semakin
mudah pengerjaannya. Unsur-unsur yang mempengaruhi antara lain :
1. Jumlah air campuran. Semakin banyak air semakin mudah untuk
dikerjakan.
20
2. Kandungan semen. Jika fas tetap, semakin banyak semen berarti semakin
banyak kebutuhan air sehingga keplastisannya pun akan semakin tinggi.
3. Gradasi campuran/kerikil. Jika memenuhi syarat dan standar, akan lebih
mudah untuk dikerjakan.
4. Bentuk butiran agregat kasar. Agregat berbentuk bulat-bulat lebih mudah
untuk dikerjakan.
5. Butiran maksimum.
6. Cara pemadatan dan alat pemadat.
Beton yang padat dan kuat diperoleh dari penggunaan air yang maksimal,
konsisten dengan derajat workability yang memberikan kepadatan maksimal
(Murdock dan Brook, 1986).
Beton mutu tinggi menggunakan niali fas rendah, berarti air yang
digunakan sangat sedikit, sehingga nilai slump rendah
E. Perawatan (Curing)
Jumlah air di dalam beton cair sebetulnya sudah lebih dari cukup (sekitar 12
liter per sak semen) untuk menyelesaikan reaksi hidrasi. Namun sebagian air
hilang karena menguap sehingga hidrasi selanjutnya terganggu. Karena hidrasi
relatif cepat pada hari-hari pertama, perawatan yang paling penting adalah
pada beton yang memiliki umur muda. Kehilangan air yang cepat juga
menyebabkan beton menyusut, terjadi tegangan tarik pada beton yang sedang
mongering sehingga dapat menimbulkan retak.
Kondisi perawatan yang baik dapat dicapai terdiri dari:
Beton dibasahi terus menerus dengan air
21
Beton direndam di dalam air
Beton dilindungi dengan karung basah, film plastik, atau kertas perawan
tahan air
Dengan menggunakan perawatan gabungan acuan-membran cair untuk
mempertahankan uap air semula dari beton basah
F. Berat Volume
Nilai berat volume dapat dirumuskan sebagai
BV =
Keterangan: BV = Berat Volume beton (kg/m3)
Bs = Berat beton ( kg )
Vb = Volume beton (m3)
Dalam Penelitian ini dipergunakan sampel beton dengan bentuk silinder maka
volume beton dapat dinyatakan sebagai ¼ π d2 t dengan d sebagai diameter
silinder dan t sebagai tinggi silinder beton.
G. Pengujian beton
Pengujian kuat tekan beton
Kekuatan tekan beton adalah muatan tekan maksimum yang dapat dipikul
persatuan luas atau kekuatan tekan beton dari sejumlah besar hasil-hasil
pemeriksaan benda uji, dimana kemungkinan adanya kekuatan tekan yang
kurang dari itu, terbatas sampai 5% saja. Kekuatan tekan beton yang dapat
22
dicapai adalah 1000 kg/cm2. Penampang pada pelaksanaan kuat tekan
beton ditunjukkan pada gambar
Gambar 1. Penampang pengujian kuat tekan beton
Setelah pelaksaaan pengujian kuat tekan beton maka diperoleh pola
keruntuhan. Berdasarkan ASTM C39/C39M–03 bentuk pola keruntuhan
pada beton normal atau pada beton yang lebih dari 42 MPa ditunjukkan
pada gambar 2
Gambar 2. Pola keruntuhan benda uji
Pola-pola keruntuhan seperti yang digambarkan diatas diakibatkan oleh
penambang atas dan bawah pada mesin uji kuat tekan beton, tetapi secara
umum pola-pola keruntuhan diakibatkan oleh pengaruh mutu bahan
pembentuk beton, cara pengerjaan pada saat pencampuran dan pemadatan
adukan beton.
23
Pengujian kuat tarik belah beton
Untuk pengujian kuat tarik belah silinder (tensile splitting cylinder test).
Benda uji silinder diletakkan pada alat uji dalam posisi rebah. Beban vertikal
diberikan sepanjang selimut selinder berangsur-angsur dinaikan
pembebanannya hingga dicapai nilai maksimum dan terbelah oleh karena
beban tarik horizontal Saat pasta semen mengeras akan terjadi penyusutan
pada beton, proses ini akan membentuk microcrack pada daerah lemah
(weak zone) disekitar butiran styrofoam. Kekuatan tarik adalah suatu sifat
yang lebih bervariasi dibanding kekuatan tekan dan besarnya 0,57 dari
kuat tekan (wang,1994)
Semakin banyak jumlah styrofoam yang ditambahkan dalam campuran
beton, maka akan semakin banyak microcrack pada daerah lemah yang
akan terbentuk pada saat pasta semen mengalami proses pengerasan.
Jumlah microcrack dalam beton akan mempengaruhi kekuatan beton
(giri,2008).