documentii

58
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan pengindraan, melalui panca indra. Pengetahuan merupakan domain yang penting akan terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan diperoleh dari informasi baik secara lisan ataupun tertulis dari pengalaman seseorang. Pengetahuan diperoleh dari fakta atau kenyataan dengan mendengar radio, melihat televisi, dan sebagainya. Serta dapat diperoleh dari pengalaman berdasarkan pemikiran kritis (Soekanto, 2002).

Upload: muhamad-ibnu-sina

Post on 09-Dec-2014

39 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: DocumentII

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Pengertian

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang

melakukan pengindraan, melalui panca indra. Pengetahuan merupakan

domain yang penting akan terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo,

2007). Pengetahuan diperoleh dari informasi baik secara lisan ataupun

tertulis dari pengalaman seseorang. Pengetahuan diperoleh dari fakta atau

kenyataan dengan mendengar radio, melihat televisi, dan sebagainya. Serta

dapat diperoleh dari pengalaman berdasarkan pemikiran kritis (Soekanto,

2002).

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang. Dengan kata lain pengetahuan mempunyai pengaruh

sebagai motivasi awal bagi seseorang dalam berperilaku. Namun perlu

diperhatikan bahwa perubahan pengetahuan tidak selalu menyebabkan

perubahan perilaku, walaupun hubungan positif antara variabel

pengetahuan dan variabel perilaku telah banyak diperlihatkan. Untuk

mengukur tingkat pengetahuan terdiri dari enam peringkat:

Page 2: DocumentII

10

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya atau rangsangan yang telah diterima (Notoatmodjo, 2007).

Dalam tingkatan ini, tekanan utama pada pengenalan kembali fakta,

prinsip, aturan, atau strategi penyelesaian masalah. Beberapa kata kerja

yang dipakai untuk mengukur kemampuan tingkat tahu (know) antara

lain: atur; kutip; urutkan; tetapkan; daftar; ingat-ingat; gambarkan;

cocokkan; kenali; perkenalkan; sebutkan; hubungkan; beri nama; garis

bawahi; nyatakan; ulangi; reproduksi; tabulasi; pilih (Shirran, 2008).

2) Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan

materi tersebut secara benar (Notoatmodjo,2007). Dalam tingakatan

pengetahuan ini, seseorang telah dapat menafsirkan fakta, menyatakan

kembali apa yang ia lihat, menerjemahkan menjadi satu konteks baru,

menarik kesimpulan dan melihat konsekuensi. Beberapa kata kerja

yang dipakai untuk mengukur tingkat pemahaman seseorang antara

lain: perbaiki; pertahankan; uraikan; klasifikasi; cari ciri khasnya;

jelaskan; pertajam; bedakan; perluas; ubah; berikan; generalisir;

diskusikan; simpulkan; ringkas; laporkan; prediksikan; perkirakan;

identifikasi; nyatakan kembali (Shirran, 2008).

Page 3: DocumentII

11

3) Aplikasi (aplication)

Aplikasi penggunaan hukum-hukum atau rumus, metode, prinsip dan

lain sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain (Notoatmodjo,

2007). Beberapa kata kerja yang digunakan untuk mengukur tingkat

aplikasi seseorang adalah: terapkan; demonstrasikan; siapkan;

perhitungkan; buat eksperimen; temukan; pilih; buat; kaitkan;

klasifikasikan; upayakan; selesaikan; kembangkan; ambil contoh;

pindahkan; gambarkan; atur; pakai; tunjukkan; manfaatkan; hasilkan;

tafsirkan (Shirran, 2008).

4) Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke

dalam komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi dan

masih ada kaitannya satu sama lain. Seseorang mampu mengenali

kesalahan-kesalahan logis, menunjukkan kontradiksi atau

membedakan di antara fakta, pendapat, hipotesis, asumsi dan simpulan

serta mampu menggambarkan hubungan antar ide (Notoatmodjo,

2007). Beberapa kata kerja yang digunakan dalam pengukuran tingkat

analisis antara lain: analisis; garis bawahi; bedakan; tunjukkan;

rincikan; asosiasikan; gambarkan; bedakan; pisahkan; buat diagram;

simpulkan; tegaskan; bedakan; hubungkan; kurangi dan bandingkan

(Shirran, 2008).

Page 4: DocumentII

12

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru dan koheren. Manusia mampu menyusun formulasi baru

(Notoatmodjo, 2007). Beberapa kata kerja yang digunakan dalam

mengukur tingkat sintesis adalah: kategorikan; susun; bangun;

sintesiskan; desain; integrasikan; temukan; hipotesiskan; prediksikan;

hadapkan; integrasikan; susun; kumpulkan; kombinasikan; ciptakan;

rencanakan; perluas; formulasikan; hasilkan; rencanakan;teorisasikan

(Shirran, 2008).

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap

suatu materi atau objek dan didasarkan pada suatu kriteria yang

ditentukan sendiri atau dengan ketentuan yang sudah ada sehingga,

mampu menyatakan alasan untuk pertimbangan tersebut

(Notoatmodjo, 2007). Beberapa kata kerja yang dapat digunakan untuk

mengukur kemampuan tingkat evaluasi seseorang adalah: taksir;

pertahankan; dukung; pertimbangkan; kritik; kurangi; kontraskan; beri

komentar; beri alasan; bandingkan; evaluasi; verifikasi; nilai; putuskan

dan validasikan (Shirran, 2008).

Page 5: DocumentII

13

2. Pengukuran pengetahuan

Pengetahuan dapat diukur berdasarkan isi materi dan kedalaman

pengetahuan. Isi materi dapat diukur dengan metode wawancara atau

angket sedangkan kedalaman pengetahuan dapat diukur berdasarkan

tingkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Menurut Arikunto (2002) tingkat pengetahuan dikategorikan menjadi 3

yaitu ;

Baik bila nilai akumulasi ≥ 75 %

Cukup baik bila nilai akumulasi ≥ 60 – 75 %

Kurang baik bila nilai akumulasi < 60 %

3. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

a) Pendidikan

Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang

atau kelompok dan juga usaha mendewasakan seseorang melalui upaya

pengajaran dan pelatihan baik di sekolah ataupun di luar sekolah.

Makin tinggi pendidikan, makin mudah seseorang menerima

pengetahuan (Meliono Irmayanti, 2007). Tingkat pendidikan juga

mempengaruhi persepsi seseorang untuk lebih menerima ide-ide dan

teknologi baru (SDKI, 1997). Pendidikan juga merupakan salah satu

faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang. Karena dapat membuat

seseorang untuk lebih mudah mengambil keputusan dan bertindak

(Meliono Irmayanti, 2007).

Page 6: DocumentII

14

b) Usia

Semakin banyak usia seseorang maka semakin bijaksana dan banyak

pengalaman/ hal yang telah dijumpai dan dikerjakan untuk memiliki

pengetahuan. Dengan pengetahuan tersebut dapat mengembangkan

kemampuan mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari

keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah

nyata (Meliono Irmayanti, 2007).

c) Sumber informasi

Seseorang yang mempunyai sumber informasi lebih banyak akan

mempunyai pengetahuan yang lebih luas (Soekanto, 2002). Informasi

yang diperoleh dari beberapa sumber akan mengetahui tingkat

pengetahuan seseorang. Bila seseorang banyak memperoleh informasi

maka ia cenderung memiliki pengetahuan yang lebih luas (Meliono

Irmayanti, 2007).

d) Sumber Pengetahuan

Berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh manusia untuk memperoleh

pengetahuan. Upaya-upaya tersebut yang dipergunakan dalam

memperoleh pengetahuan yaitu:

1) Orang yang Memiliki Otoritas

Salah satu upaya seseorang mendapatkan pengetahuan yaitu

dengan bertanya pada orang yang memiliki otoritas atau yang

dianggapnya lebih tahu. Pada zaman modern ini, orang yang

ditempatkan memiliki otoritas, misalnya dengan pengakuan

Page 7: DocumentII

15

melalui gelar, termasuk juga dalam hal ini misalnya, hasil

publikasi resmi mengenai kesaksian otoritas tersebut, seperti buku-

buku atau publikasi resmi pengetahuan lainnya.

2) Indra

Indra adalah peralatan pada diri manusia sebagai salah satu sumber

internal pengetahuan. Dalam filsafat science modern menyatakan

bahwa pengetahuan pada dasarnya adalah dan hanyalah

pengalaman - pengalaman konkrit kita yang terbentuk karena

persepsi indra, seperti persepsi penglihatan, pendengaran,

perabaan, penciuman dan perasa dengan lidah.

3) Akal

Dalam kenyataannya ada pengetahuan tertentu yang bisa dibangun

oleh manusia tanpa harus atau tidak bisa mempersepsinya dengan

indra terlebih dahulu. Pengetahuan apat diketahui dengan pasti dan

dengan sendirinya karena potensi akal.

4) Intuisi

Salah satu sumber pengetahuan yang mungkin adalah intuisi atau

pemahaman yang langsung tentang pengetahuan yang tidak

merupakan hasil pemikiran yang sadar atau persepsi rasa yang

langsung. Intuisi dapat berarti kesadaran tentang data-data yang

langsung dirasakan (Muliadi N, 2008)

Page 8: DocumentII

16

B. Sikap

Sikap masih merupakan reaksi tertutup, tidak dapat langsung dilihat ,

merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak. Sikap belum merupakan

suatu tindakan atau aktivitas. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat

tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap

stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang

bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli

psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau

kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu

(Notoatmodjo, 2007).

Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan

predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup

bukan merupakan reaksi terbuka tingkah laku yang terbuka.

Lebih dapat dijelaskan lagi bahwa sikap merupakan reaksi terhadap objek di

lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap terdiri

dari 3 komponen pokok, Allport (1954):

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu obyek

2. Kehidupan emosional  terhadap suatu obyek

3. Kecenderungan untuk bertindak

Page 9: DocumentII

17

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total

attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir,

keyakinan dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2007).

1. Tingkatan Sikap.

a). Menerima (receiving).

Orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang  diberikan (objek).

b). Merespon (responding).

Merespon yaitu memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan

dan menyelesaikan tugas yang diberikan. Usaha tersebut menunjukkan

bahwa orang menerima ide.

c). Menghargai (valuing).

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu

masalah.

d). Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala resiko. Bertanggung jawab merupakan sikap yang paling tinggi.

2. Pengukuran sikap :

Secara langsung  dapat ditanyakan bagaimana  pendapat atau

pernyataan responden terhadap suatu objek.

Page 10: DocumentII

18

Secara tidak langsung dapat dibuat pernyataan-pernyataan hipotesis,

kemudian ditanyakan pendapat responden.

C. Tindakan (Praktek)

Tindakan merupakan suatu perbuatan nyata yang dapat diamati atau dilihat.

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk tindakan (overt behavior).

Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah

fasilitas.

1. Tingkatan praktek

a). Persepsi (perception)

Persepsi merupakan mengenal dan memilih berbagai objek

sehubungan dengan tindakan  yang  akan diambil.

b). Respon terpimpin (guided response).

Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan

yang benar dan  sesuai dengan contoh.

c). Mekanisme (mecanism).

Mekanisme yaitu dapat melakukan  dengan benar, secara otomatis/

kebiasaan

Page 11: DocumentII

19

d). Adopsi (adoption).

Adopsi merupakan tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

Dengan kata lain, dapat memodifikasi tanpa mengurangi kebenaran

tindakan tersebut.

2. Pengukuran praktek :

a) Tidak langsung : wawancara terhadap kegiatann yang telah dilakukan

beberapa jam,hari atau bulan yang lalu.

b) Langsung :mengobservasi  tindakan atau kegiatan  responden.

D. Pendidikan

1. Definisi

Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses pengembangan sumberdaya

manusia. Menurut Andrew E. Sikula dalam Martoyo S. (1996) pendidikan

adalah suatu proses pendidikan jangka panjang yang dilakukan secara

sistematis dan prosedurnya diorganisisr melalui konsep belajar manajerial

perorangan dan pengetahuan teoritis untuk tujuan umum.

Pendidikan diselenggarakan sebagi suatu proses pembudayaan dan

pembedayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan

diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan

mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,

menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat. Pendidikan

Page 12: DocumentII

20

diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat

melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu

layanan pendidikan (Anonim, 2003).

Sciartino (1999) mengemukakan bahwa pendidikan yang cukup

merupakan dasar dalam pengembangan wawasan sarana yang

memudahkan untuk dimotivasi serta turut menentukan cara berpikir

seseorang dalam menerima pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat.

Menurut Sciartino, pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu proses

belajar yang memberikan latar belakang berupa mengajarkan kepada

manusia untuk dapat berpikir secara obyektif dan dapat memberikan

kemampuan untuk menilai apakah budaya masyarakat dapat diterima atau

mengakibatkan seseorang merubah tingkah laku.

Menurut Maslow, motifasi berhubungan dengan 5 (lima) macam

kebutuhan penting yang secara bersama dan membentuk hirarki yaitu :

a) Kebutuhan fisiologi (Physiologika needs )

b) Kebutuhan rasa aman ( Safety needs )

c) Kebutuhan sosial ( Social needs )

Dari definisi di atas pendidikan dan latihan bersifat filosofis dan teoritis

dan lebih diarahkan untuk golongan manajer. Sedangkan latihan

dimaksudkan untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan

teknik pelaksanaan kerja tertentu dalam waktu yang relatif singkat.

Page 13: DocumentII

21

2. Istilah-istilah Yang Berhubungan dengan Pendidikan

a. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara (Anonim, 2003).

b. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha

mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang

tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu (Anonim,

2005).

c. Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk

mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang

sesuai dengan tujuan pendidikan (Anonim, 2005).

d. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasaran tingkatan perkembangan peserta didik, tujuan yang

akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan (Anonim,

2005).

e. Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada

kekhususan tujuan pendidikan suatu satuan pendidikan (Anonim,

2005).

Page 14: DocumentII

22

f. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang

menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, non formal dan

informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan (Anonim, 2005).

3. Dasar, Fungsi dan Tujuan Pendidikan

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Anonim, 2003).

4. Prinsip Penyelenggaran Pendidikan

a. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan

serta tidak diskrimantif dengan menjunjung tinggi hak asasi

manusia, nilai keagamaan, nilai kultural dan kemajemukan bangsa.

b. Pendidikan diselenggaran sebagai satu kesatuan yang sistemik

dengan sistem terbuka dan multimakna.

c. Pendidikan diselenggarakan sebagi suatu proses pembudayaan dan

pembedayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

Page 15: DocumentII

23

d. Pendidikan dielenggarakan dengan memberi keteladanan,

membangun kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta

didik dalam proses pembelajaran.

e. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya

membaca, menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.

f. Pendidikan diselenggarakan dan pengendalian mutu layanan

pendidikan (Anonim, 2003).

5. Tingkatan Pendidikan

Pendidikan merupakan jenjang pendidikan formal terakhir yang pernah

diikuti oleh seseorang (Notoatmadjo, 2007). Tingkat pendidikan

menurut Notoatmodjo dibagi menjadi 3 tingkatan yaitu :

Rendah ( SD/SMP sedrajat)

Sedang (SMA /Sederajat)

Tinggi (Akademi/Perguruan tinggi)

E. Ketersediaan dan Kenyamanan Alat Pelindung Diri

Dalam UU No.1 Tahun 1970 pasal 14 butir c menyatakan bahwa pengurus

(pengusaha) diwajibkan untuk mengadakan secara cuma-cuma, semua alat

perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada dibawah

pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat

kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut

petunjuk pegawai pengawas atau ahli-ahli keselamatan kerja. Perlindungan

perorangan harus dianggap sebagai garis pertahanan terakhir, karena sering

peralatan ini tidak praktis untuk dan dipakai dan menghambat gerakan.

Page 16: DocumentII

24

Karenanya tidak mengherankan bila kadangkala dikesampingkan oleh pekerja.

Karena peralatan dirancang untuk mencegah bahaya luar agar tidak mengenai

tubuh pekerja, ia menahan panas tubuh dan uap air di dalamnya, sehingga

pekerja menjadi gerah, berkeringat dan cepat lelah (ILO, 1989).

Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumbung pada tahun

2000 bahwa secara statistik menunjukkan tidak ada hubungan bermakna

antarafasilitas dengan penggunaan APD. Menurut pernyataan sebagian besar

pekerja bahwa fasilitas APD yang telah disediakan perusahaan telah

mencukupi namun masih terdapat beberapa jenis alat pelindung diri yang

kurang nyaman pada saat dipakai. Sehingga memungkinkan pekerja tidak

disiplin dalam menggunakannya (Sumbung,2000).

F. Pengelasan

Pengelasan atau dalam bahasa Inggris “Welding” adalah salah satu teknik

penyambungan logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan

logam pengisi dengan atau tanpa tekanan dan dengan atau tanpa logam

tambahan dan menghasilkan sambungan yang kontinu (Sonawan dan

Suratman, 2000). Menurut Maman Suratman (2001), las asetilin (las karbit)

adalah cara pengelasan dengan menggunakan nyala api yang didapat dari

pembakaran gas asetilin dan oksigen (zat asam). Perlengkapan dan Alat-Alat

yang digunakan :

1. Botol Gas Asetilin

Page 17: DocumentII

25

Botol asetilin terbuat dari baja berisi gas asetilin yang telah dimampatkan

dengan volume 40 liter dan tekanan hingga 15 bar. Dalam botol ini

terdapat bahan berpori seperti kapas, sutra tiruan atau asbes yang berfungsi

sebagai penyerap asetor (Suratman, 2001).

2. Generator Asetilin

Gas asetilin dapat dibuat secara sederhana dengan cara mencampur karbit

(calcium carbite) ditambah air, dengan rumus kimia CaC2 + 2H2O ®

C2H2 + Ca(OH)2 + kalor. Pencampuran ini dilakukan dalam sebuah

tabung yang disebut generator asetilin. Bagian-bagian dari generator

asetilin ini adalah ruang karbit dan dapur gas (retor), ruang air, ruang gas

asetilin, kunci (katup) air, alat pembersih (penyaring), gas, dan alat

pengaman bila kelebihan tekanan gas (Suratman, 2001).

3. Botol Oksigen ( Zat Asam)

Dalam botol oksigen yang terbuat dari baja dimampatkan gas oksigen

dengan tekanan gas sampai 151 bar. Di atas botol dipasang sebuah keran.

Pada keran ini terdapat sumbat pengaman. Bila tekanan gas di dalam botol

naik karena pengaruh panas, maka sumbat akan pecah dan gas kelebihan

akan keluar. Gas oksigen yang dapat diisikan pada botol tersebut sebanyak

74,5 m2 dengan kadar gas oksigen murni 99,5%. Kadar oksigen pada

nyala api las asetilin sangat berperan sebagai bahan penunjang untuk

penghematan, kecepatan, dan efisiensi kerja pada waktu pekerja

melakukan kegiatan pengelasan (Suratman, 2001).

Page 18: DocumentII

26

4. Regulator

Regulator berfungsi mengatur tekanan isi menjadi tekanan kerja yang tetap

besarnya. Pada regulator terdapat manometer yaitu manometer tekanan isi

dan manometer tekanan kerja. Yang dimaksud dengan tekanan isi adalah

tekanan gas yang berada dalam botol. Sedangkan yang dimaksud dengan

tekanan kerja adalah tekanan yang dibutuhkan manometer tekanan pada

waktu menggunakan regulator melakukan pekerjaan las (Suratman, 2001).

5. Pembakaran ( Torch )

Fungsi pembakar pada las asetilin adalah untuk mencampur oksigen dan

gas asetilin yang jumlah isinya hampir sama. Nyala api terjadi pada ujung

pembakar. Pada pembakar dapat dipasang berbagai ukuran ujung

pembakar, untuk memperoleh nyala api yang sesuai dengan tebal benda

kerja yang akan dilas atau dipotong. Pembakar berhubungan dengan dua

buah selang untuk gas oksigen. Ruang pencampur dan keran berfungsi

mengatur banyaknya gas oksigen dan asitilin yang digunakan pada saat

melakukan pekerjaan las (Suratman, 2001).

6. Pembakar Pemotong ( Cutting Torch )

Page 19: DocumentII

27

Pembakar untuk pemotong bentuknya serupa dengan pembakar untuk

mengelas biasa, perbedaannya adalah pada pembakar pemotong terdapat

pipa ketiga untuk saluran gas oksigen, selain itu ujung pembakarnya

berbeda dengan ujung pembakar untuk mengelas. Setiap pembakar

pemotong mempunyai alat pemegang pipa penghubung dan kepala

pemotong. Pada kepala pemotong dipasang mulut pemotong. Pada mulut

pemotong ini terdapat sebuah lubang kecil untuk pemanasan pendahuluan.

Panjang mulut pemotong untuk pekerjaan tertentu berbeda dan terdapat

juga ujung pemotong dengan bentuk lengkung (Suratman, 2001).

7. Selang Las

Selang las berfungsi untuk menyalurkan gas dari botol gas atau generator

ke pembakar. Selang ini harus tahan tekanan tinggi tetapi lemas atau tidak

kaku. Selang las oksigen biasanya berwarna hitam atau hijau. Pada ujung-

ujung selang oksigen ini terdapat mur penguat ulir kanan.

Selang gas asetilin biasanya berwarna merah yang pada ujung-ujungnya

terdapat pula mur pengatur dengan ulir kiri. Fungsi mur pengatur pada

kedua ujung selang tersebut adalah untuk mengikat regulator dan mengikat

pada pembakar. Untuk menjaga kekeliruan saat pengikatan dengan

regulator dan pembakar, maka baut dan mur pengikat dibedakan satu sama

lain, begitu juga bentuk nipelnya dibuat berbeda (Suratman, 2001).

8. Korek api

Korek api biasa tidak diperkenankan untuk menyalakan gas, karena tangan

kita posisinya terlalu dekat dengan ujung pembakar, sehingga sangat

Page 20: DocumentII

28

mudah terjilat nyala api. Untuk menyalakan gas pada proses ini biasanya

digunakan korek api las (Suratman, 2001).

9. Kawat las

Kawat las digunakan sebagai bahan pengisi untuk kekuatan las. Jenis

bahan kawat las yang dipakai harus sesuai dengan logam yang dilas

(Suratman, 2001).

10. Fulks

Fluks adalah bahan kimia berbentuk serbuk atom pasta dan ada juga yang

dibalutkan pada kawat las. Fluks sangat diperlukan untuk mengelas bahan-

bahan seperti paduan perak, paduan tembaga, baja, dan bahan non ferro

lainnya (Suratman, 2001).

Las karbit disebut juga las asetilin. Las karbit sebagaimana juga las yang lain

berfungsi sebagai alat untuk menyambung, memotong, atau mengerjakan

logam dengan panas dengan cara mencairkan logam tersebut. Panas untuk

mencairkan logam diperoleh dari pembakaran gas karbit/asetilin. Agar gas

karbit mudah terbakar maka diberi oksigen melalui selang ke pembakar

(Boentarto, 1997). Teknik mengelas meliputi tiga tahapan yaitu tehnik

menyalakan api las, teknik posisi dan tehnik mematikan api las

1. Teknik Menyalakan Api Las

Page 21: DocumentII

29

Menyalakan api las dilakukan dengan menggunakan brander. Apabila

pekerja las karbit belum terampil, sebaiknya menggunakan batang bara api

yang cukup panjang. Jika menggunakan korek api, sebaiknya memakai

korek api khusus untuk mengelas. Sebelum ujung brander disulut, kran-

kran dan tekanan kerja harus sudah disetel sesuai dengan brander yang

digunakan (Boentarto, 1997).

2. Teknik Posisi Mengelas

Posisi brander terhadap benda yang dilas sangat mempengaruhi hasil

pengelasan. Bermacam-macam posisi benda kerja antara lain yaitu tegak

misalnya rangka bangunan, miring misalnya rangka atap bangunan dan

sebagainya. Tidak semua benda kerja tersebut dapat diangkat dan dirubah

posisinya dengan mudah. Banyak benda kerja yang besar dan berat seperti

rangka mobil, pintu gerbang yang sulit dirubah posisinya. Dalam hal ini

proses pengelasan harus menyesuaikan dengan tata letak suatu benda kerja

tersebut (Boentarto, 1997).

Teknik posisi harus diikuti dengan gerakan pembakar dan kawat las yang

benar. Ada arah gerakan yang dianjurkan untuk masing-masing benda

kerja agar hasil pengelasan baik. Arah gerakan maju atau ke kiri

dianjurkan ketika mengelas baja yang tebalnya sampai 4,5 mm atau

mengelas besi tuang dan bahan-bahan non ferro. Arah gerakan brander ke

kanan atau mundur dianjurkan untuk mengelas baja yang tebalnya 4,5 mm

ke atas (Boentarto, 1997).

3. Teknik Mematikan Api Las

Page 22: DocumentII

30

Mematikan nyala api las tidak sama dengan mematikan api kompor atau

obor. Mematikan nyala las dilakukan dengan menutup kran gas asetilin

agar nyala api mati (Boentarto, 1997).

G. Cedera Radiasi

Selama proses pengelasan akan timbul sinar-sinar yang bersifat radiasi yang

dapat membahayakan pekerja las. Sinar-sinar tersebut meliputi sinar tampak,

sinar ultra violet, dan sinar inframerah. Radiasi adalah transmisi energi

melalui emisi berkas cahaya atau gelombang. Energi radiasi bisa terletak di

rentang sinar tampak, tetapi dapat pula lebih besar atau lebih kecil

dibandingkan sinar tampak. Radiasi energi tinggi (termasuk radiasi ultra

violet) disebut radiasi ionisasi karena memiliki kapasitas melepaskan elektron

dari atom atau molekul yang menyebabkan terjadinya ionisasi. Radiasi energi

rendah disebut radiasi non ionisasi karena tidak dapat melepaskan elektron

dari atom atau molekul (Corwin, 2000).

1. Efek Radiasi Pengion

Radiasi pengion dapat menyebabkan kematian sel baik secara langsung

dengan merusak membran sel dan menyebakan pembengkakan intrasel

sehingga terjadi lisis sel, atau secara tidak langsung dengan merusak ikatan

antara pasangan-pasangan basa molekul DNA. Rusaknya ikatan tersebut

menyebakan kesalahan-kesalahan pada replikasi atau transkripsi DNA.

Kesalahan-kesalahan tersebut sebagian dapat diperbaiki; apabila tidak,

maka kerusakan yang terjadi dapat menyebabkan kematian sel atau

timbulnya kanker akibat hilangnya kontrol genetik yang terdiri atas

Page 23: DocumentII

31

pembelahan sel molekul (Corwin, 2000).

Radiasi pengion juga dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas.

Radikal bebas adalah suatu atom atau molekul dengan elektron yang tidak

memiliki pasangan. Radikal bebas mencari reaksi-reaksi dimana ia dapat

memperoleh kembali elektron pasangannya. Selama menjalankan proses

tersebut, radikal bebas dapat merusak membran sel, retikulum

endoplasma, atau DNA sel yang rentan molekul (Corwin, 2000).

2. Efek Radiasi Nonionisasi

Radiasi nonionisasi mencakup radiasi gelombang mikro dan

ultrasonografik. Radiasi ini memiliki energi yang terlalu kecil untuk dapat

memutuskan ikatan DNA atau merusak membran sel, tetapi radiasi ini

dapat meningkatkan suhu suatu sistem, dan menyebabkan perubahan

dalam fungsi-fungsi transportasi. Efek radiasi nonionisasi pada kesehatan,

sedang dalam suatu penelitian mengenai komponen didalam molekul -

molekul (Corwin, 2000).

3. Efek Radiasi Sinar-Sinar Las Terhadap Ketajaman

Penglihatan Sinar-sinar yang dihasilkan selama proses pengelasan

termasuk dalam radiasi energi tinggi atau sering disebut radiasi ionisasi.

Sinar sinar tersebut antara lain:

a) Sinar Tampak

Benda kerja dan bahan tambah yang mencair pada las

mengeluarkan sinar tampak. Sinar tampak yaitu merupakan sinar

Page 24: DocumentII

32

ionisasi yang ditimbulkan dari radiasi. Sinar tampak memiliki

panjang gelombang 400-760 nm.

Semua sinar tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh

lensa dan kornea mata ke retina mata. Bila cahaya ini terlalu kuat

maka akan segera menjadi kelelahan pada mata (Nurdin, 1999).

Kelelahan pada mata berdampak pada berkurangnya daya

akomodasi mata. Hal ini menyebabkan pekerja dalam melihat

mencoba mendekatkan matanya terhadap obyek untuk

memperbesar ukuran benda, maka akomodasi lebih dipaksa.

Keadan ini menimbulkan penglihatan rangkap dan kabur. Selain

itu, pemaksaan daya akomodasi oleh mata juga menimbulkan sakit

kepala di daerah atas mata.

b) Sinar Infra Merah

Sinar infra merah dan ultra violet berasal dari busur listrik. Sinar

infra merah adalah sinar yang merupakan sumber panas yang

memancarkan gelombang gelombang elektromagnetis. Jika

gelombang ini mengenai benda, maka pada benda tersebut

dilepaskan energi yang berubah menjadi panas.

c) Sinar Ultra Violet

Sinar ultra violet mempunyai panjang gelombang antara 240 nm-

320 nm. Sumber sinar ultra violet selain sinar matahari, juga

dihasilkan pada kegiatan pengelasan, lampu-lampu pijar,

pengerjaan laser, dan lain-lain (Budiono.2003). Sinar ultra violet

Page 25: DocumentII

33

sebenarnya adalah pancaran yang mudah terserap, tetapi sinar ini

mempunyai pengaruh besar terhadap reaksi kimia yang terjadi di

dalam tubuh. Sinar ultra violet akan segera merusak epitel kornea.

Pasien yang telah terkena sinar ultra violet akan memberikan

keluhan 4-10 jam setelah trauma.

Pasien akan merasa mata sangat sakit, mata seperti kelilipan atau

kemasukan pasir, fotofobia, blefarospasme, dan konjungtiva kemotik

(Nurdin,1999). Kornea akan menunjukkan adanya infiltrat pada

permukaannya, yang kadang-kadang disertai dengan kornea yang keruh

dan uji fluorensin positif. Keratitis terutama terdapat pada fisura palpebra.

Pupil akan terlihat miosis. Tajam penglihatan akan terganggu. Keratitis ini

dapat sembuh tanpa cacat, akan tetapi bila radiasi berjalan lama kerusakan

dapat permanen sehingga akan memberikan kekeruhan pada kornea.

Keratitis dapat bersifat akibat efek kumulatif sinar ultra violet sehingga

gambaran keratitisnya yang menjadi bertambah berat (Ilyas, 2004)

Pada mata, sinar ultra violet juga dapat mengakibatkan fotoelektrika.

Pencegahan dapat dilakukan dengan cara menghindari kemungkinan mata

terpapar sinar ultra violet dan menggunakan kacamata yang tidak tembus

sinar tersebut (Budiono, 2003).

H. Jenis Alat Pelindung Diri Pada Bengkel Las

1. Helm Pengaman

Page 26: DocumentII

34

a. Helm pengaman sangat penting penggunaannya, yaitu untuk

menghindari:Tumbukan langsung benda keras dengan kepala.

b. Kejatuhan langsung benda keras terhadap kepala.

c. Cipratan ledakan-ledakan kecil dari cairan las yang mengakibatkan

terbakarnya bagian kepala (Nurdin, 1999).

Syarat-syarat dari helm pengaman yaitu:

a. Nyaman dipakai.

b. Kuat dan tahan dari benturan, panas dan goresan benda tajam.

c. Daya kalor panasnya relatif kecil.

d. Terbuat dari fibre glass (Nurdin, 1999).

2. Kacamata Las (Gogel)

Pelindung mata digunakan untuk menghindari pengaruh radiasi energi

seperti sinar ultra violet, inframerah dan lain-lain yang dapat merusak

mata. Pemaparan sinar ultra violet dengan intensitas tinggi dalam waktu

singkat atau pemaparan sinar ultra violet intensitas rendah dalam waktu

cukup lama akan merusak kornea mata. Para pekerja yang kemungkinan

dapat terkena bahaya dari sinar yang menyilaukan, seperti sinar dari las

potong dengan menggunakan gas dan percikan dari las sinar yang memijar

harus menggunakan pelindung mata khusus. Pekerjaan pengelasan juga

menghasilkan radiasi inframerah tergantung pada temperatur lelah mental

(Direktorat Hilir Bidang Pemasaran dan Niaga, 2002).

Page 27: DocumentII

35

Jenis pelindung mata yang digunakan sebagai alat pelindung diri oleh

pekerja las karbit adalah kacamata las (gogel). Kacamata las (gogel) sangat

penting digunakan pada saat mengelas, untuk melindungi mata dari radiasi

sinar ultra violet, sinar tampak dan sinar inframerah. Gogel tersebut harus

mampu menurunkan kekuatan pancaran sinar tampak dan harus dapat

melindungi mata dari pancaran sinar ultra violet dan inframerah. Untuk

mendapatkan kacamata las dengan kaca gelap yang memiliki sifat tidak

tembus sinar-sinar berbahaya sulit didapatkan. Namun, biasanya kacamata

las hanya dapat menahan sekian persen dari sinar-sinar yang berbahaya,

sehingga dapat dicegah bahayanya bagi mata.

Lebih banyak sinar dari suatu panjang gelombang yang dipancarkan oleh

suatu sumber bahaya, maka lebih besar pula daya absorbsi untuk sinar itu

yang harus dipunyai kacamata las. Untuk keperluan ini maka kacamata las

harus mempunyai warna tranmisi tertentu, misalnya abu-abu, coklat atau

hijau. Lensa kacamata tidak boleh terlalu gelap, karena tidak dapat melihat

benda kerja dengan jelas, tetapi juga tidak boleh terlalu terang, sebab akan

menyilaukan. Bahan dari kacamata las (gogel) dapat terbuat dari plastik

yang transparan dengan lensa yang dilapisi kobalt untuk melindungi

bahaya radiasi gelombang elektromagnetik non ionisasi dan kesilauan atau

lensa yang terbuat dari kaca yang dilapisi timah hitam untuk melindungi

dari radiasi gelombang elektromagnetik dan mengion (Budiono, 2003).

Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam memilih gogel adalah:

1). Harus mempunyai daya penerus yang tepat terhadap cahaya tampak.

2). Harus mampu menahan cahaya dan sinar yang berbahaya.

Page 28: DocumentII

36

3). Harus mempunyai sifat-sifat yang tidak melelahkan mata.

4). Harus tahan lama dan mempunyai sifat yang tidak mudah berubah.

5). Harus memberikan rasa nyaman kepada pemakai (Wiryosumarto,

2000).

Dalam tahun-tahun terakhir ini pembuatan kacamata las telah mengalami

kemajuan, karena menggunakan bahan buatan. Gagang kacamata las

terbuat dari bahan yang tidak begitu keras, sehingga pada saat kacamata

dipakai sepanjang hari dan berkeringat, tidak membuat sakit pada kulit

muka. Karena lubang hawa yang kecil pada gagangnya dan karena kaca

mukanya bukan penghantar panas yang baik, maka kacamata itu tidak

akan menjadi buram karena penglihatan.

Bagian bundar dari kacamata dihubungkan dengan sebuah kawat baja,

yang berfungsi untuk mengikat kaca. Karena sifat lengkung dari kawat

baja tersebut, maka kacamata nyaman dipakai. Selain itu, pada bagian

dalam kaca yang sudah kuat tersebut masih bisa dilapisi dengan sebuah

pelat bening dari mika atau celon. Mika dan celon ini mencegah kaca

menjadi buram (Wiryosumarto, 2000)..

3. Pelindung Muka

Pelindung muka dipakai untuk melindungi seluruh muka terhadap

kebakaran kulit sebagai akibat dari cahaya busur, percikan dan lain-

lainnya, yang tidak dapat dilindungi dengan hanya memakai pelindung

mata saja. Bentuk dari pelindung muka bermacam-macam, dapat

berbentuk helm las (helmet welding) dan kedok las (handshield welding).

Page 29: DocumentII

37

Kedok las yang dipegang dengan tangan, digunakan pada waktu mengelas

di bawah tangan, vertikal maupun horizontal. Helm las dipakai pada

kepala sehingga kedua tangan bisa bebas. Alat ini digunakan terutama

pada waktu mengelas posisi di atas kepala. Kedok las dan helm las

dilengkapi dengan kaca penyaring (filter) yang harus dipakai selama

proses pengelasan. Tujuan dari filter ini adalah untuk menghilangkan dan

menyaring sinar infra merah dan ultra violet. Filter dilapisi oleh kaca

bening atau kaca plastik yang ditempatkan di sebelah luar dan dalam,

fungsinya untuk melindungi filter dari percikan-percikan las (Nurdin,

1999).

4. Kacamata Bening (Safety Spectacles)

Kacamata bening dipakai pada waktu membersihkan terak, karena terak

sangat rapuh dan keras pada waktu dingin (Nurdin, 1999).

5. Pelindung Telinga (Hearing Protection)

Alat pelindung telinga digunakan untuk melindungi telinga dari kebisingan

pada waktu menggerinda, meluruskan benda kerja, persiapan pengelasan

dan lain sebagainya (Nurdin, 1999).

6. Alat Pelindung Hidung (Respirator)

Alat pelindung hidung digunakan untuk menjaga asap dan debu agar tidak

langsung masuk ke hidung (Nurdin, 1999).

7. Pakaian Kerja

Page 30: DocumentII

38

Pakaian kerja pada waktu mengelas berfungsi untuk melindungi anggota

badan dari bahaya-bahaya waktu mengelas.

Syarat-syarat pakaian kerja yaitu:

a. Bahan pakaian kerja harus terbuat dari kain katun atau kulit, karena

katun dan kulit akan tidak cepat bereaksi bila bersentuhan dengan

panas.

b. Menghindari pakaian kerja yang terbuat dari bahan polyester atau

bahan yang mengandung sintetis, karena bahan tersebut akan cepat

bereaksi dan mudah menempel pada kulit badan apabila kena loncatan

bunga api.

c. Pakaian kerja tidak terlalu longgar dan tidak terlalu sempit, karena

kalau terlalu longgar akan menambah ruang gerak anggota badan,

terlalu sempit akan mengurangi gerak anggota badan.

d. Hindarkan celana dari lipatan bagian bawah, hal ini dapat

menimbulkan tersangkut dengan benda lain atau kemasukan bunga api

(Nurdin, 1999).

8. Pelindung Dada (Apron)

Bagian dalam dada merupakan bagian yang sangat peka terhadap pengaruh

panas dan sinar yang tajam. Sinar dari las listrik termasuk sinar yang

sangat tajam. Untuk melindungi bagian dalam dada tersebut digunakan

pelindung dada. Pelindung dada dipakai setelah baju las (Boentarto, 1997).

Page 31: DocumentII

39

9. Sarung Tangan

Pekerjaan mengelas selalu berhadapan dengan benda-benda panas dan arus

listrik. Untuk melindungi jari-jari tangan dari benda panas dan sengatan

listrik, maka tukang las harus memakai sarung tangan yang tahan panas

dan bersifat isolasi. Sarung tangan harus lemas sehingga tidak

mengganggu pekerjaan jari-jari tangan. Sarung tangan dibuat dari kulit

atau asbes lunak untuk memudahkan memegang pemegang elektroda.

Waktu mengelas harus selalu memakai sepasang sarung tangan (Boentarto,

1997).

10. Sepatu Kerja

Fungsi dari sepatu kerja yaitu untuk melindungi kaki dari beram-beram

tajam, kejatuhan benda-benda tajam dan percikan cairan logam serta

goresan-goresan benda-benda tajam. Syarat-syarat dari sepatu kerja yaitu

kuat dan tahan api, tinggi dengan penutup ujung sepatu dari baja, dan

bahan dari kulit (Nurdin, 1999).

I. Alat Pelindung Diri

1. Pengertian Alat Pelindung Diri (APD)

Page 32: DocumentII

40

Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang mempunyai kemampuan

untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi

tenaga kerja dari bahaya ditempat kerja (ILO,1991)

APD digunakan sebagai cara terakhir untuk melindungi pekerja dari

potensi bahaya yang ada apabila pengendalian engineering dan

administrative telah dilakukan/tidak mungkin dilakukan/dalam keadaan

darurat. APD tidak dapat menghilangkan ataupun mengurangi bahaya

yang ada, APD hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan

menempatkan penghalang antara pekerja dengan bahaya. Sebagai upaya

terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja, APD haruslah nyaman

dipakai, tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan yang

efektif terhadap bahaya. Pemakaian APD mempunyai kelemahan antara

lain kemampuan perlindungan yang tidak sempurna karena memakai APD

yang tidak tepat, cara pemakaian APD yang salah, APD tidak memenuhi

syarat yang diperlukan (Diana, 2003).

2. Macam-macam Alat Pelindung Diri (APD)

Beberapa jenis APD yang digunakan untuk melindungi pekerja dari

potensi bahaya terdiri dari pelindung kepala (safety helmet), pelindung

tangan (gloves), pelindung mata dan wajah (googles, face shield),

pelindung telinga (ear plug, ear muff), pelindung pernapasan (respirator

masker), pakaian pelindung (wear pack) dan pelindung kaki (safety shoes).

Page 33: DocumentII

41

3. Faktor –faktor yang mempengaruhi penggunaa Alat Pelindung Diri

(APD)

Menurut Setyawati (2008), faktor yang mempengaruhi penggunaan APD

antara lain: usia, pengalaman kerja, persepsi, lingkungan kerja, jam kerja,

shift kerja, beban kerja, sifat pekerjaan, komunikasi, dan manajemen.

Faktor lain yang mempengaruhi penggunaan APD adalah :

a) Faktor lingkungan kerja.

b) Beban kerja yang dirasakan saat bekerja.

c) Faktor pekerja, seperti pendidikan, masa kerja, sikap, pengetahuan,

kenyamanan, usia.

d) Pengawasan. Perusahaan mengawasi karyawan dalam menggunakan

APD. Adanya pemberian reward-punishment kepada karyawan, serta

pujian kepada karyawan yang taat terhadap peraturan perusahaan.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sungkono (2005) terhadap

pekerja batik di Seragen, didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang

bermakana antara masa kerja dengan penggunaan alat pelindung diri dengan p

= 0,001. Sungkono membagi masa kerja menjadi ≥ 1 tahun dan < 1 tahun.

Dimana tingkat kepatuhan penggunaan alat pelindung diri pada pekerja

dengan masa kerja ≥ 1 tahun sebesar 64 % sedangkan pekerja dengan masa

Page 34: DocumentII

42

kerja < 1 tahun memiliki tingkat kepatuhan penggunaan alat pelindung diri

sebesar 36% (Sungkono, 2005)

J. Perilaku

1. Pengertian

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas dari manusia itu

sendiri baik dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung.

Menurut Robert Kwick, perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu

organisme yang dapat diamati dan dapat dipelajari (Notoatmodjo, 2007).

2. Perilaku Kesehatan

Perilaku kesehatan pada hakekatnya adalah suatu respon seseorang

terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku ini mempunyai respon

terhadap fasilitas pelayanan, cara pelayanan, petugas kesehatan dan obat-

obatan. Perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok,

yaitu:

a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance)

Perilaku pemeliharan kesehatan adalah usaha seseorang untuk

memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit atau usaha untuk

penyembuhan bila sakit.

Perilaku pemeliharaan kesehatan terdiri dari tiga aspek, yaitu:

1. Perilaku pencegahan penyakit dan penyembuhan bila sakit

serta pemulihan kesehatan bila telah sembuh dari sakit.

Page 35: DocumentII

43

2. Perilaku peningkatan kesehatan.

3. Perilaku gizi

b. Perilaku pencarian dan penanganan sistem atau fasilitas pelayanan

kesehatan atau pencarian pengobatan (health seeking behavior).

Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat sakit

atau kecelakaan. Perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self

treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri (Notoatmodjo,

2007).

c. Perilaku kesehatan lingkungan

Perilaku kesehatan lingkungan adalah cara seseorang merespon

lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, sehingga

lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatan (Notoatmodjo,

2007).

3. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kesehatan

Lawrence Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat

kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua

faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar

lingkungan (nonbehavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri

ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor yaitu:

a. Faktor predisposisi (predisposing factor)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap hal-

hal yang berkaitan dengan kesehatan, tingkat pendidikan, tingkat sosial

ekonomi dan sebagainya. Untuk berperilaku kesehatan, diperlukan

Page 36: DocumentII

44

pengetahuan dan kesadaran tentang manfaat perilaku kesehatan

tersebut. Disamping itu, kadang kepercayaan akan tradisi masyarakat,

tingkat pendidikan dan sosial ekonomi juga dapat menghambat atau

mendorong seseorang untuk berperilaku. Faktor-faktor ini terutama

yang positif mempermudah terwujudnya perilaku kesehatan, maka

faktor ini disebut faktor pemudah (Notoatmodjo, 2007).

b. Faktor pemungkin (enabling factor)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas

kesehatan bagi masyarakat. Untuk dapat berperilaku sehat, masyarakat

memerlukan sarana dan prasarana mendukung atau fasilitas yang

memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan,bmaka faktor-faktor

ini disebut faktor pendukung atau pemudah (Notoatmodjo, 2007).

c. Faktor penguat (rainforcing factor)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma),

tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas kesehatan,

termasuk juga undang-undang, peraturan yang terkait dengan

kesehatan. Untuk dapat berperilaku sehat positif dan dukungan fasilitas

saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari tokoh

masyarakat, tokoh agama dan para petugas kesehatan. (Notoatmodjo,

2007).

4. Proses Perubahan Perilaku

Page 37: DocumentII

45

Dalam penelitian Rogers mengungkapkan bahwa sebelum orang

mengadaptasi perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan, yaitu:

a. Awareness (kesadaran), yaitu orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (obyek).

b. Interest (merasa senang), yaitu orang mulai tertarik terhadap stimulus

atau obyek tersebut.

c. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus

tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden baik.

d. Trial (mencoba), yaitu orang telah mulai mencoba melakukan sesuatu

sesuai dengan apa yang dikehendaki stimulus.

e. Adaptation (menerima), yaitu subyek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus

(Notoatmodjo, 2007)

Disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan

ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya

dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu,

ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan terhadap

kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku

(Notoadmojo, 2007).