ii. tinjauan pustaka a. tuberkulosis parudigilib.unila.ac.id/9872/13/bab ii skripsi.pdf · ii....
TRANSCRIPT
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tuberkulosis Paru
1. Definisi TB
Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah
sangat lama dikenal manusia, misalnya dihubungkan dengan tempat tinggal
di daerah urban, lingkungan yang padat, dibuktikan dengan adanya
penemuan kerusakan tulang vertebra torak yang khas pada TB (Sudoyo.
AW. dkk, 2007).
TB adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium TB), sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2002).
2. Epidemiologi TB
a. Epidemologi global
Pada tahun 2009 terdapat 9,4 juta kasus baru di dunia, setara dengan
137 kasus per 100.000 penduduk. Jumlah kasus terus meningkat dari
tahun ke tahun. Sebagian besar dari perkiraan jumlah kasus pada tahun
2009 terjadi di Asia (55%) dan Afrika (30%) sedangkan 3 kasus
9
dengan jumlah lebih rendah terjadi di wilayah Mediterania Timur (7%),
daerah Eropa (4%) dan daerah Amerika (3%). Perkiraan jumlah kasus
TB meningkat pada kalangan anak-anak dan perempuan (WHO, 2010).
Alasan utama munculnya atau meningkatnya beban TB global ini antara
lain:
1) Kemiskinan pada berbagai penduduk.
2) Adanya perubahan demografik dengan meningkatnya penduduk
dunia dan prubahan dari struktur usia manusia yang hidup.
3) Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi terutama di Negara
miskin.
4) Tidak memadainya pendidikan mengenai TB diantara para dokter.
5) Terlantar dan kurangnya biaya untuk obat, sarana diagnostic, dan
pengawasan kasus TB dimana terjadi deteksi dan tata laksana kasus
yang tidak adekuat.
6) Adanya epidemi HIV terutama di Afrika dan Asia.
b. Epidemologi di Indonesia
Indonesia adalah negara dengan prevalensi TB ke-5 tertinggi di dunia
setelah Nigeria. Perkiraan kejadian BTA sputum yang positif di
Indonesia adalah 0,35-0,52 juta pada tahun 2010 (WHO, 2010).
10
3. Cara Penularan
Lingkungan hidup yang sangat padat, dan pemukiman di wilayah
perkotaan kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan
berperan sekali atas peningkatan jumlah kasus TB. Proses terjadinya
infeksi oleh Mycobacterium TB biasanya secara inhalasi, sehingga TB paru
merupakan manifestasi klinis yang paling sering dibandingkan organ
lainnya. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil yang
mengandung droplet nuele.Khususnya yang di dapat dari pasien TB paru
dengan batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam
(BTA) (Sudoyo. AW. dkk, 2007).
4. Gejala-Gejala Klinis
a. Demam
Biasanya subfebris menyerupai demam influenza.Tetapi panas badan
kadang-kadang mencapai 40-41° C. Serangan demam pertama dapat
sembuh sebentar tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah
seterusnya sehingga timbullah demam influenza ini sehingga pasien
merasa tidak pernah terbebas dari serangan demam influenza keadaan
ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh pasien dan berat ringannya
infeksi kuman TB yang masuk.
b. Batuk/Batuk Darah
Batuk terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan
untuk membuang produk-produk radang keluar. Karena terlibatnya
pada bronkus penyakit tidak sama mungkin saja batuk ada setelah
11
penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah berminggu-
minggu atau berbulan-bulan peradangan bermula. Sifat batuk dimulai
dari batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul peradangan
menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut adalah
berupa batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak Nafas
Pada penyakit yang ringan belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas di
temukan pada penyakit yang sudah lanjut, dengan infiltrasi sudah
meliputi setengah bagian paru-paru.
d. Nyeri Dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi
radang sudah sampai ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi
gesekan kedua pleura sewaktu pasien menarik atau melepaskan
nafasnya.
e. Malaise
Gejala malaise sering di temukan berupa anoreksia tidak ada nafsu
makan, badan makin kurus (berat badan turun), sakit kepala, meriang,
nyeri otot, keringat malam, dan lain lain.
5. Riwayat Terjadinya TB
a. Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan
kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga
dapat melewati sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus
12
berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap disana. Waktu antara
terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4 - 6
minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan
reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi
primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan
tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh
tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TB. Meskipun
demikian, ada beberapa kuman yang akan menetap sebagai kuman
persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak
mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam
beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TB. Masa
inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi
sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
b. TB Pasca Primer (Post Primary TB)
TB pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun
akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari TB
pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas
atau efusi pleura.
13
6. Diagnosis TB
a. Diagnosis TB Pada Orang Dewasa
1). BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis dinyatakan
positif apabila sedikitnya dua dari tiga SPS BTA hasilnya positif.
2). Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan
lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaan spesimen
SPS diulang.
3). Jika hasil rontgen mendukung TB, maka penderita didiagnosis
sebagai penderita TB BTA positif.
4). Jika hasil rontgen tidak mendukung TB, maka pemeriksaan lain
misalnya biakan.
Bila tiga spesimen dahak negatif, diberikan antibiotik spektrum luas
(misalnya kotrimoksasol atau amoksisilin) selama 1 - 2 minggu. Bila
tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan TB,
ulangi pemeriksaan dahak SPS :
1). Jika hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TB BTA
positif.
2). Jika hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen
dada, untuk mendukung diagnosis TB.
3). Bila hasil rontgen mendukung TB, diagnosis sebagai penderita TB
BTA negatif rontgen positif.
4). Bila hasil rontgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan
TB.
14
b. Diagnosis TB Pada Anak
Seorang anak harus dicurigai menderita TB kalau:
1) Mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TB
BTA positif
2) Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikan BCG (dalam
3-7 hari)
3) Terdapat gejala umum TB
7. Pengobatan TB
Tujuan pengobatan TB paru adalah:
a. menyembuhkan penderita
b. mencegah kematian
c. mencegah kekambuhan
d. menurunkan tingkat penularan
Sedangkan jenis dan dosis OAT adalah:
a. Isoniasid (H)
Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh
90%populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan.
b. Rifampisin (R)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman semi-dormant(persister)
yang tidak dapat dibunuh oleh Isoniasid.
15
c. Pirasinamid (Z)
Bersifat bakterisid, dapat membunuh kuman yang berada dalam sel
dengan suasana asam.
d. Streptomisin (S)
Bersifat bakterisid
e. Etambutol (E)
Bersifat sebagai bakteriostatik
Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua kuman
(termasuk kuman persisten) dapat di bunuh. Dosis tahap intensif dan dosis
tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada saat perut
kosong. Apabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat (jenis, dosis,
dan jangka waktu pengobatan), kuman TB akan berkembang menjadi
kuman kebal obat (resisten). Menjamin kepatuhan penderita menelan obat,
pengobatan perlu dilakukan dengan pengawasan langsung oleh PMO.
Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan tahap
lanjutan (Depkes RI, 2002).
B. Case Detection Rate (CDR) atau Angka Penemuan Penderita TB
1. Definisi
Angka penemuan penderita TB BTA positif baru adalah persentase
penderita baru TB yang diobati melalui DOTS.
16
2. Manfaat
Indikator ini memberikan informasi tentang perkembangan penderita TB
dan penanganan pengobatannya yang tuntas atau tidak. Penyakit TB
berjangkit melalui udara, namun pengawasan yang efektif melalui
penemuan dan penanganan kasus infeksi akan membatasi risiko
penyebarannya. Pendekatan yang direkomendasikan untuk pengawasan
adalah melalui strategi DOTS sebuah strategi murah dan dapat mencegah
jutaan penderita dari kematian.
3. Penemuan Penderita TB paru
Penemuan penderita TB paru dilakukan secara:
a. Passive promotif case finding
yaitu penemuan penderita secara pasif dengan promotif aktif pada
pengunjung (tersangka atau suspek) di unit pelayanan kesehatan.
Penemuan secara pasif tersebut didukung dengan penyuluhan secara aktif
baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat, untuk meningkatkan
cakupan penemuan tersangka penderita TB paru.
b. Pemeriksaan pada tersangka yang kontak dengan penderita
Yaitu semua orang yang kontak dengan penderita TB Paru dengan BTA
positif dengan gejala yang sama, kemudian diperiksa dahaknya meliputi
3 spesimen dahak Sewaktu, Pagi, Sewaktu (SPS), dilakukan selama 2
hari berturut-turut dan dahak yang terkumpul dikirim ke laboratorium.
17
4. Rumus Menentukan CDR
CDR= Jumlah Pasien Baru BTA Positif/Perkiraan Jumlah Pasien Baru
x100%
Perkiraan jumlah pasien baru didapatkan dari perhitungan insidens kasus
BTA paru positf dikali jumlah penduduk. Target CDR nasional adalah
70%.
C. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap sesuatu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Berdasarkan
penelitian pun didapat bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih
langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan (Notoatmdjo,
2002).
Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan.
18
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham tentang sesuatu harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, dan menyimpulkan.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode maupun
prinsip dalam situasi yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis ialah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk yang baru.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilain terhadap suatu materi atau objek berdasarkan kriteria yang
ditetapkan sendiri maupun yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang diukur dari responden (Notoatmodjo, 2002).
19
D. Kader
1. Pengertian
Kader adalah siapa saja dari anggota masyarakat yang mau bekerja sama
secara suka rela dan ikhlas, mau dan sanggup menggerakkan masyarakat
dalam penanganan berbagai penyakit. Kader juga sebagai penggerak
masyarakat dalam hal membantu serta mendukung keberhasilan pemerintah
dibidang kesehatan dan tidak mengharapkan imbalan berupa gaji dari
pemerintah, melainkan bekerja secara sukarela. Kader merupakan ujung
tombak dalam kegiatan yang mendukung permasalahan kesehatan. Mereka
merupakan angggota masyarakat yang mau bekerja untuk menggerakkan
masyarakat dalam menanggulangi masalah kesehatan (Trisnawati AG dan
Rahayuningsih FB, 2008).
2. Tujuan Pembentukan Kader
Menurut Karo-Karo (2003), kader yang dinamis dengan pendidikan rata-rata
tingkat desa ternyata mampu melaksanakan beberapa hal yang sederhana,
akan tetapi berguna bagi masyarakat sekelompoknya meliputi:
a. Pengobatan ringan atau sederhana, pemberian obat cacing pengobatan
terhadap diare dan pemberian larutan gula garam, obat-obatan sederhana
dan lain-lain.
20
b. Penimbangan dan penyuluhan gizi.
c. Pemberantasan penyakit menular, pencarian kasus, pelaporan
vaksinasi, pemberian distribusi obat/alat kontrasepsi Keluarga
Berencana.
d. Peyediaan dan distribusi obat atau alat kontasepsi Keluarga Berencana.
e. Penyuluhan kesehatan dan bimbingan upaya keberhasilan
lingkungan, pembuatan jamban keluarga dan sarana air sederhana.
f. Penyelenggaraan dana sehat dan pos kesehatan desa dan lain-lain.
3. Persyaratan menjadi kader
Bahwa pembangunan di bidang kesehatan dapat dipengaruhi oleh keaktifan
masyarakat dan pemuka-pemukanya termasuk kader, maka pemilihan calon
kader yang akan dilatih perlu mendapat perhatian. Secara disadari bahwa
memilih kader yang merupakan pilihan masyarakat dan mendapat dukungan
dari kepala desa setempat tidaklah mudah. Namun, proses pemilihan kader
ini hendaknya melalui musyawarah dengan masyarakat, dan dukungan dari
para pamong desa.
Berikut ini beberapa persaratan umum yang dapat dipertimbangkan untuk
pemilihan calon kader.
a. Dapat baca, tulis dengan bahasa Indonesia
b. Secara fisik dapat melaksanakan tugas-tugas sebagai kader
c. Mempunyai penghasilan sendiri dan tinggal tetap di desa yang
bersangkutan.
21
d. Aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial maupun pembangunan desanya
e. Dikenal masyarakat dan dapat bekerjasama dengan masyarakat calon
kader lainnya dan berwibawa
f. Sanggup membina paling sedikit 10 kepala keluarga untuk meningkatkan
keadaan kesehatan lingkungan
g. Mempunyai keterampilan
Kader kesehatan mempunyai peran yang besar dalam upanya meningkatkan
kemampuan masyarakat menolong dirinya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Selain itu peran kader ikut membina masyarakat
dalam bidang kesehatan dengan melalui kegiatan yang dilakukan dengan
baik di Posyandu (Zulkifli, 2003).
4. Peran Fungsi Kader
Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerak masyarakat:
a. perilaku hidup bersih dan sehat
b. pengamatan terhadap masalah kesehatan didesa
c. upaya penyehatan dilingkungan
d. peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita
e. permasyarakatan keluarga sadar gizi (Zulkifli, 2003).