ii. tinjauan pustaka a. peranan lembaga amil zakat 1 ...digilib.unila.ac.id/19715/4/bab ii...
TRANSCRIPT
15
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Peranan Lembaga Amil Zakat
1. Pengertian Peranan
Peranan dapat didefinisikan sebagai kumpulan harapan terencana seseorang yang
mempunyai status tertentu dalam masyarakat. Menurut Margono Slamet
(Emirzan, 2006 : 6) peranan mencakup tindakan aturan perilaku yang perlu
dilaksanakan oleh seseorang yang menempati suatu posisi di dalam status sosial.
Soleman B. Taneko (Emirzan, 2006 : 7) mengemukakan bahwa dalam konsep
peranan terkandung harapan-harapan tertentu yaitu harapan agar menjalankan
kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya.
Dalam hal ini ada dua macam harapan, yaitu :
1. Harapan dari masyarakat terhadap pemegang peranan atau kewajiban-
kewajiban dari pemegang peranan.
2. Harapan yang dimiliki oleh pemegang peranan terhadap masyarakat atau
terhadap orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peran
atau kewajibannya.
16
Soerjono Soekamto (Emirzan, 2006 : 7-8) menyatakan bahwa peranan adalah
aspek dinamis kedudukan, apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajiban
sesuai dengan kedudukannya. Menurut Levinson peranan mencakup tiga hal
yaitu :
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan ini dalam arti merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan kemasyarakatan.
2. Peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan individu
dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perkelakuan individu yang penting
bagi struktur sosial masyarakat.
Berkaitan dengan kepentingan penelitian, dalam hal ini peranan lembaga amil
zakat dapat diartikan sebagai tindakan atau aktivitas yang dilakukan oleh lembaga
amil zakat dalam melaksanakan harapan yang dimiliki. Peranan suatu lembaga
atau organisasi dalam masyarakat lebih banyak menyangkut pada aktivitasnya
tersebut yang bersumber dari program-program yang dijalankan. Keberhasilan
LAZ dalam melakukan upaya menyadarkan masyarakat diukur dari bertambahnya
jumlah muzaki yang menyalurkan zakat melalui LAZ. Namun sebaliknya, jika
jumlah orang yang menyalurkan zakat semakin berkurang, maka LAZ tersebut
gagal dalam menyadarkan masyarakat.
17
2. Lembaga Amil Zakat (LAZ)
Lembaga Amil Zakat (LAZ) sering diartikan sebagai suatu lembaga masyarakat
yang informal, temporer dan hanya bekerja menerima zakat dan membagikan
kepada yang berhak menerimanya.
Lembaga amil zakat (LAZ) menurut Wiwoho, Yatim dan Hendargo (Sidiq, 2005 :
14) merupakan suatu bentuk organisasi, sistem manajemen dan mekanisme kerja
yang menjamin pengumpulan zakat dari yang berkewajiban membayarnya dan
menjamin pula pembagian atau penyebarannya sehingga tercapai tujuan yang
lebih jauh yaitu ikut memberantas kemiskinan dan kefakiran dengan
mengembangkan usaha-usaha produksi sehingga berkelanjutan ikut meningkatkan
kualitas kehidupan umat. Sebagai organisasi pengelola zakat, lembaga amil zakat
dapat menerima berbagai jenis dana selain zakat yaitu dan infaq/shadaqah, dana
wakaf dan dana pengelola
Lembaga Amil Zakat (LAZ) adalah lembaga yang melayani kepentingan publik
dalam penghimpunan dan penyaluran dana umat. Sebagai organisasi sektor publik
tentu saja LAZ memiliki stakeholders yang sangat luas. Konsekwensinya LAZ
dituntut dapat memberikan informasi mengenai pengelolaan kepada semua pihak
yang berkepentingan. Kemampuan untuk memberikan informasi yang terbuka,
seimbang dan merata kepada stakeholders terutama mengenai pengelolaan
keuangan adalah salah satu kriteria yang menentukan tingkat akuntabilitas dan
aksesibilitas lembaga (http://InzoPlus KR.Co.id, 24 Agustus 2007)
18
Dalam Keputusan Menteri Agama RI Nomor 581 Tahun 1999 tentang
Pelaksanaan Undang-undang tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat, lembaga
amil zakat adalah institusi pengelola zakat yang sepenuhnya dibentuk atas
prakarsa masyarakat dan oleh masyarakat yang bergerak di bidang dakwah,
pendidikan, sosial dan kemashlahatan umat Islam.
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama RI No. 581, dikemukakan bahwa
Lembaga amil zakat harus memiliki beberapa persyaratan teknis, antara lain :
1. Berbadan hukum
2. Memiliki data muzakki dan mustahik
3. Memiliki program kerja yang jelas
4. Memiliki pembukuan yang baik
5. Melampirkan surat pernyataan bersedia diaudit
Tugas pokok dari lembaga amil zakat adalah mengumpulkan, mendistribusikan
dan mendayagunakan zakat sesuai dengan ketentuan agama. Pengertian dari
kegiatan pengelolaan zakat menurut UU No. 38 tahun 1999 adalah kegiatan
perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan terhadap pengumpulan dan
pendistribusian serta pendayagunaan zakat.
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa lembaga amil zakat adalah sebuah
lembaga amil zakat yang dibentuk oleh masyarakat, bertugas menghimpun zakat
dari para muzaki (pemberi zakat), mengelola dan menyalurkan kepada mustahik
(penerima zakat) serta berkewajiban menginformasikan laporan keuangannya
kepada publik melalui media komunikasi yang dimiliki LAZ tersebut.
19
B. Tinjauan tentang Kesadaran Masyarakat
1. Pengertian Kesadaran
Menurut Salam ( Zainidah, 2008 : 36) kesadaran terdiri dari kata dasar sadar yang
berisi pengertian tahu, kenal, mengerti, dapat memperhitungkan arti, guna sampai
pada soal akibat perbuatan satu pekerjaan yang dihadapi seseorang baru dapat
dimintai tanggungjawab, bila ia sadar tentang apa yang diperbuatnya. Menurut
Devito, kesadaran adalah kemampuan untuk merespon atau memilah sesuatu
(Zainidah, 2008:38).
Sedangkan menurut Moenir (Marleni, 2003:9) kesadaran merupakan suatu proses
berpikir, metode dan renungan pertimbangan dan perbandingan sehingga
menghasilkan keyakinan, ketenangan dan ketetapan hati dan kesinambungan jiwa
sebagai tolak ukur perbuatan dan tindakan yang akan dilakukan.
2. Pengertian Masyarakat
Beberapa sarjana sosial mengemukakan pengertian yang berbeda - beda tentang
masyarakat, tergantung sudut pandang masing-masing. Menurut Soerjono
Soekamto (Abdulsyani, 2005:13) masyarakat merupakan suatu bentuk kehidupan
bersama manusia yang memiliki ciri-ciri pokok sebagai berikut :
1. Manusia yang hidup bersama secara teoritis, maka jumlah manusia yang
hidup bersama minimal dua orang.
2. Bergaul dalam jangka waktu yang lama.
3. Adanya kesadaran bahwa mereka satu kesatuan.
20
4. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan
bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok
merasa dirinya terikat satu sama lain.
W.J.S Poerwadarminta (Abdul Syani, 2005:3) mengartikan masyarakat sebagai
pergaulan hidup manusia atau sehimpunan orang yang hidup bersama dalam suatu
tempat dengan ikatan-ikatan aturan tertentu.
Selanjutnya, menurut Ralp Linton (Abdul Syani, 2005:11) yang mengemukakan
bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup
dan bekerjasama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap
diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang dirumuskan
dengan jelas.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas mengenai masyarakat, maka dapat
disimpulkan bahwa masyarakat adalah sekelompok manusia yang bergaul
bersama dalam suatu kesatuan sistem hidup yang mempunyai ciri-ciri tertentu
yaitu hidup bersama dan dalam waktu lama dengan batas-batas tertentu serta
terkandung unsur-unsur seperti kepentingan, keinginan dan memiliki tujuan yang
sifatnya fungsional.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesadaran masyarakat adalah
sebagai suatu keadaan dimana masyarakat mengerti, tahu dan merasa yang
menimbulkan ketenangan dan ketetapan hati serta timbulnya keyakinan dalam
21
melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai bagian masyarakat tanpa ada
paksaan dari pihak lain.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap Masyarakat
W. A. Gerungan (Elentari, 2005:19) mengemukakan bahwa dua aspek yang
mempengaruhi sikap, kesadaran dan pengertian anggota kelompok adalah :
1. Peranan (fungsinya pada kelompok itu)
2. Timbal balik hubungan anggota kelompok
Saifudi Azwar (Elentari, 2005:19-20) mengemukakan bahwa kesadaran
masyarakat merupakan sikap sosial yang terbentuk dari adanya interaksi sosial
yang dialami oleh individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut adalah :
1. Pengalaman pribadi
Apa yang kita alami akan membentuk dan mempengaruhi penghayatan
terhadap stimulus sosial.
2. Orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang klonformis
atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Hal ini dimotivasi
oleh keinginan untuk menghindari konflik dengan orang tersebut.
3. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya karena
kebudayaan pulalah yang memberi corak pengalaman-pengalaman
individu.
4. Media massa
22
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa
membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan
opini seseorang.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama sebagai sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya dasar
pengertian dan konsep moral dalam individu.
6. Faktor emosional
Kadang-kadang suatu sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh
emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
Berkaitan dengan penelitian ini kesadaran masyarakat dalam menyalurkan zakat
dipengaruhi oleh peranan yang dimiliki oleh lembaga amil zakat dan adanya
interaksi antara LAZ dan masyarakat yang memberikan pengetahuan dan
pemahaman tentang zakat sehingga masyarakat secara sadar dan tanpa paksaan
akan mengeluarkan zakatnya melalui LAZ.
C. Tinjauan tentang Zakat
1. Pengertian Zakat
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan bentuk kata dasar dari zaka yang
berarti berkah, tumbuh, bersih dan baik. Karenanya zaka, berarti tumbuh dan
berkembang. Dari istilah zakat berarti sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
Allah yang diserahkan kepada orang-orang yang berhak (Nuruddin , 2006 : 6)
23
adapun orang yang menerima zakat disebut mustahik, sedangkan bagi yang orang
memberi zakat disebut muzakki (http://www.laziz UNS.ac.id tanggal 30 Oktober
2008).
Menurut Hikmat Kurnia dan A. Hidayat (2008 : 8) zakat merupakan salah satu
dari sistem ekonomi Islam karena zakat merupakan salah satu implementasi asas
keadilan dalam sistem ekonomi Islam. Di sisi lain Sahal (Sidiq, 2005 : 12 ) juga
menyatakan zakat adalah institusi-institusi untuk mencapai keadilan sosial, dalam
arti sebagai mekanisme penekanan modal pada sekelompok kecil masyarakat.
Zakat menurut Sudarsono (Sidiq, 2005 : 11) adalah mengeluarkan sebagian harta
bendanya untuk diberikan kepada fakir miskin sesuai dengan aturan-aturan yang
telah ditentukan dalam Al Qur’an sebagai pembersih serta penghapus kesalahan-
kesalahan manusia. Menurut Hafidduddin (2002 : 2) zakat merupakan bagian dari
harta dengan prasyarat tertentu yang Allah SWT mewajibkan kepada pemiliknya
untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu
pula.
2. Penerima Zakat (Mustahik)
Zakat yang diwajibkan kepada setiap muslim dengan syarat-syarat tertentu juga
memiliki batasan sehingga hanya diberikan kepada yang berhak. Batasan bagi
penerima zakat terdapat dalam Al-Qur’an, surat At-Taubah ayat 60, dimana yang
berhak menerima zakat ada 8 golongan. Golongan masyarakat yang berhak
menerima zakat dinamakan dengan Ashnaf yang terdiri dari :
24
a. fakir, adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan dan tidak memiliki
harta
b. miskin, adalah orang yang memiliki pekerjaan namun penghasilannya
tidak mencukupi kebutuhannya
c. amil, yaitu petugas zakat. Kelompok ini berhak mendapatkan bagian dari
zakat, maksimal satu perdelapan atau 12,5 persen, dengan catatan bahwa
petugas zakat ini memang melakukan tugas-tugas keamilan dengan sebaik-
baiknya dan waktunya sebagian besar atau seluruhnya untuk tugas
tersebut.
d. Muallaf , yaitu kelompok orang yang dianggap masih lemah imannya,
karena baru masuk Islam
e. Riqab, adalah budak yang ingin memerdekakan diri dengan membayar
uang tebusan budak belian untuk membebaskan dirinya,
f. gharimin atau kelompok orang yang berhutang. Tapi bukan berarti semua
bentuk hutang dapat dibayarkan dari zakat. Menurut para ulama ada
beberapa jenis hutang yang menjadikan orang yang berhutang berhak
untuk mendapatkan zakat yaitu :
1) Pertama, orang yang berhutang untuk kemaslahatan dan memenuhi
kebutuhan pokok pribadi dan keluarga yang menjadi
tanggungannya.
2) Kedua, orang yang berhutang untuk kemaslahatan umum, seperti
orang yang mendamaikan dua kelompok yang bertikai, dan untuk
mendamaikan ini ia memerlukan dana, kemudian ia meminjam
25
kepada orang lain. Mereka itulah orang-orang yaang berhak
mendapatkan zakat.
Adapun orang yang mempunyai hutang untuk bisnis, jika pada
waktu jatuh tempo ia tidak mempunyai sesuatu untuk membayar
hutangnya, maka menurut sebagian ulama mereka berhak
menerima zakat. Namun bagi mereka yang berhutang untuk bisnis,
meskipun mereka mempunyai hutang tapi kehidupan mereka
sangat berkecukupan, seperti para bisnisman dan para konglomerat
yang sebenarnya banyak diantara mereka memiliki hutang, maka
mereka adalah orang-orang yang wajib mengeluarkan zakat dan
bukan orang yang berhak menerima zakat
g. Fi sabilillah, yaitu orang yang berjuang di jalan Allah dan
h. Ibnu Sabil, yaitu orang yang terputus bekalnya dalam perjalanan.
Dari sudut pandang kesejahteraan masyarakat yang timpang maka golongan
ashnaf yang perlu diutamakan, karena kondisi yang mereka alami dapat
menyebabkan menurunnya kualitas hidup, kelaparan,bahkan kematian.
3. Syarat Wajib Zakat
Zakat diambil dari orang kaya (mampu) dan diberikan kepada orang-orang yang
tidak mampu, seperti fakir dan miskin. Indikator kemampuan itu adalah dihitung
dari nishab (nilai minimal sesuatu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya). Jika
seorang muslim memiliki harta kurang dari nishab, ajaran Islam membuka jalan
26
untuk mengeluarkan sebagian penghasilannya tanpa adanya nishab, yaitu dalam
bentuk infak atau sedekah (Hafidhuddin, 2002:25).
Adapun syarat-syarat wajib untuk mengeluarkan zakat adalah
a. Islam; Zakat hanya diwajibkan bagi orang Islam saja.
b. Merdeka; Hamba sahaya tidak wajib mengeluarkan zakat kecuali zakat
fitrah, sedangkan tuannya wajib mengeluarkannya. Di masa sekarang
persoalan hamba sahaya tidak ada lagi. Bagaimanapun syarat merdeka
tetap harus dicantumkan sebagai salah satu syarat wajib mengeluarkan
zakat karena persoalan hamba sahaya ini merupakan salah satu syarat yang
tetap ada.
c. Milik Sepenuhnya; Harta yang akan dizakati hendaknya milik sepenuhnya
seorang yang beragama Islam dan harus merdeka. Bagi harta yang
bekerjasama antara orang Islam dengan orang bukan Islam, maka hanya
harta orang Islam saja yang dikeluarkan zakatnya.
d. Cukup Haul; cukup haul maksudnya harta tersebut dimiliki genap setahun,
selama 354 hari menurut tanggalan hijrah atau 365 hari menurut tanggalan
mashehi.
e. Cukup Nisab; Nisab adalah nilai minimal sesuatu harta yang wajib
dikeluarkan zakatnya. Kebanyakan standar zakat harta (mal) menggunakan
nilai harga emas saat ini, jumlahnya sebanyak 85 gram. Nilai emas
dijadikan ukuran nisab untuk menghitung zakat uang simpanan, emas,
saham, perniagaan, pendapatan dan uang dana pensiun.
27
4. Macam-macam Zakat
Zakat ada dua macam yang terdiri dari zakat Nafs/fitrah dan zakat mal/harta
(Gustian Djuanda, 2006 : 18). Zakat fitrah merupakan zakat untuk menyucikan
diri. Dikeluarkan dan disalurkan kepada yang berhak pada bulan Ramadhan
sebelum tanggal 1 Syawal (hari raya Idul Fitri). Zakat ini dapat berbentuk bahan
pangan atau makanan pokok sesuai dengan daerah yang ditempati, maupun berupa
uang yang nilainya sebanding dengan ukuran/harga bahan pangan atau makanan
pokok tersebut.
Zakat mal atau zakat harta adalah zakat yang dikeluarkan untuk menyucikan
harta, apabila harta itu telah memenuhi syarat-syarat wajib zakat. Zakat mal
terbagi menjadi beberapa klasifikasi berdasarkan jenis harta yang dimiliki, antara
lain :
a. Zakat binatang ternak, meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan
kecil (kambing, domba), dan unggas (ayam, itik, burung)
b. Zakat emas dan perak, termasuk dalam kategori emas dan perak, adalah
mata uang yang berlaku pada waktu itu di masing-masing negara. Oleh
karena itu segala bentuk penyimpanan uang seperti tabungan, deposito, cek,
saham atau surat berharga lainnya termasuk ke dalam kategori emas dan
perak, sehingga penentuan nishab (jumlah minimal) dan besarnya zakat
disetarakan dengan emas dan perak.
28
c. Zakat harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual-
belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang-barang seperti alat-
alat, pakaian, makanan, perhiasan dan lain-lain.
d. Zakat hasil pertanian adalah zakat dari hasil tumbuh-tumbuhan yang
bernilai ekonomis, seperti biji-bijian, umbi-umbian, sayur-mayur, buah-
buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan dan lain-lain.
e. Zakat ma’din (hasil tambang) dan kekayaan laut. Hasil tambang adalah
benda-benda yang terdapat di perut bumi dan memilki nilai ekonomis,
seperti emas, perak, timah, tembaga dan lain-lain. Kekayaan laut adalah
segala sesuatu yang dieksploitasi dari laut, seperti mutiara, ambar dan lain-
lain
f. Rikaz (harta temuan) yaitu harta terpendam dari zaman dahulu atau biasa
disebut dengan harta karun. Termasuk di dalamnya harta yang ditemukan
dan tidak ada yang mengakui sebagai pemiliknya.
g. Zakat profesi merupakan zakat hasil profesi (pegawai negeri/swasta,
konsultan, dokter, notaris dan lain-lain)
5. Nishab Zakat
Nishab adalah nilai minimal sesuatu harta yang wajib dikeluarkan zakatnya.
Untuk zakat fitrah, nishabnya adalah mempunyai kelebihan bahan makanan
pokok pada hari Raya Idul Fitri dengan kadar zakat 2,5 kg beras atau 3,5 liter
bahan pokok. Sedangkan untuk zakat harta kebanyakan standar zakat harta (mal)
menggunakan nilai harga emas saat ini, jumlahnya sebanyak 85 gram. Nilai emas
29
dijadikan ukuran nishab untuk menghitung zakat uang simpanan, emas, saham,
perniagaan, pendapatan dan uang dana pensiun.
a. Emas dan Perak
(1) Nishab Emas sebesar 20 dinar (85 gram), perak sebesar 200 Dirham
(672 gram)
(2) sebagai acuan untuk perhitungan kadar zakat yang lain
(3) bentuk lain baik dari saham/obligasi, penjualan rumah,profesi
komersial.
b. Harta Perniagaan
(1) bidang perdagangan , industri, agro industri, jasa,
(2) nishab sebesar 85 gram emas selama satu tahun
(3) kadar : 2,5 % x nishab
c. Harta Peternakan
(1) Sapi, Kerbau, Kuda, Unta
- Nishab 30 ekor
Jumlah Wajib Zakat
30 – 39 ekor 1 ekor sapi jantan/betina tabi’
40 – 59 ekor 1 ekor betina musinnah
60 – 69 ekor 2 ekor sapi tabi’
70 – 79 ekor 1 ekor musinnah, 1 ekor tabi’
80 – 89 ekor 2 ekor musinnah
30
Keterangan : yang dimaksud dengan sapi tabi’ adalah sapi yang berumur 1 tahun,
masuk tahun ke-2, sedangkan sapi mussinah adalah sapi yang berumur 2 tahun,
masuk tahun ke-3.
(2) Kambing, Domba
- Nishab 40 ekor
Jumlah Wajib Zakat
40 – 120 ekor 1 ekor kambing/domba
121 – 200 ekor 2 ekor kambing/domba
201 – 300 ekor 3 ekor kambing/domba
(3) Ternak Unggas dan Perikanan
Besar zakat = 2,5 % x nilai kekayaan yang berkembang
d. Hasil Pertanian
(1) Nishab sebesar 5 wasq ( 750 kg) makanan pokok yang paling umum
(2) Kadar Zakat 10 % x hasil bersih ( tadah hujan)
(3) Kadar Zakat 5 % x hasil bersih (pengairan buatan)
e. Hasil tambang, hasil laut, dan barang temuan (rikaz)
(1) Nishab 85 gram emas
(2) Kadar Zakat 20,5 x nilai bersih
f. Zakat Profesi
(1) Nishab 85 gram emas
(2) Kadar zakat 2,5 %
31
6. Manfaat Zakat
Secara umum zakat bertujuan untuk menutupi kebutuhan pihak-pihak yang
memerlukan dari harta orang-orang kaya sehingga merupakan cerminan dari rasa
saling tolong menolong antara sesama manusia beriman. Menurut Hafiddudin
(2002:10) beberapa manfaat zakat adalah:
1. Sebagai perwujudan iman kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya,
menghilangkan sifat kikir dan rakus
2. Menolong, membantu dan membina kaum dhuafa maupun mustahik
lainnya ke arah kehidupan yang lebih baik dan lebih sejahtera.
3. Sebagai sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana yang
dibutuhkan oleh umat Islam.
4. Untuk mewujudkan keseimbangan dalam kepemilikan dan distribusi harta.
Sudarsono (Sidiq, 2005:12) mengemukakan fungsi zakat yaitu sebagai berikut :
1. Mendidik diri agar bersifat mulia dan pemurah dengan membiasakan diri
membayarkan amanat kepada orang yang berhak dan berkepentingan ,
juga membersihkan diri dari sifat kikir dan akhlak yang tercela
2. Memberikan pertolongan kepada orang yang lemah agar dia dapat
menunaikan kewajibannya kepada Allah SWT dan masyarakat.
3. Ucapan rasa syukur dan terima kasih atas nikmat yang diberikan oleh
Allah SWT kepadanya.
4. Menjaga niat jahat yang akan dlakukan oleh si miskin dan yang susah.
5. Mempercepat hubungan kasih sayang antara si kaya dan si miskin.
32
Sedangkan hikmah diwajibkannya zakat bagi yang mampu menurut Zuhdi (Sidiq,
2005:13) adalah :
1. Membersihkan/mensucikan jiwa muzakki dari sifat-sifat tercela
2. Membersihkan harta bendanya dari kemungkinan bercampurnya dengan
harta benda yang tidak 100 persen halal
3. Mencegah berputarnya harta kekayaan berada di tangan-tangan orang-
orang kaya saja demi terwujudnya pemerataan pendapatn dan
kesejahteraan masyarakat.
4. Untuk memenuhi kepentingan umum seperti jembatan, irigasi, dan untuk
kepentingan agama seperti masjid/mushola.
5. Meningktkan kualitas hidup/ kesejahteraan masyarakat.
Disebutkan pada http://www.azurahkio.wordpress.com, manfaat pemberian zakat
antara lain :
1. Mempererat hubungan si kaya dan si miskin.
2. Agar tidak terjadi kejahatan dari orang - orang miskin dan susah yang
dapat merusak ketertiban masyarakat.
3. Guna membersihkan diri.
D. Kerangka Pemikiran
Zakat merupakan salah satu bentuk kepedulian sosial dalam ajaran Islam, yang
apabila dikumpulkan dan dikelola dengan baik maka akan lebih berdaya guna dan
efektif pemanfaatannya. Potensi zakat di Indonesia sangat besar namun
sayangnya potensi tersebut belum tergali dengan maksimal. Pengetahuan
33
masyarakat tentang zakat masih sangat kurang dan itu pun kebanyakan masih
sebatas zakat fitrah, padahal ada macam-macam zakat. Pola pengumpulan dan
penyaluran zakat juga menentukan optimal atau tidaknya zakat tersebut bagi
masyarakat miskin. Penyaluran zakat dapat diberikan langsung dari muzaki
(pemberi zakat) kepada mustahik (penerima zakat), agar muzaki merasa yakin
bahwa zakatnya telah sampai pada mustahik. Namun penyaluran zakat secara
langsung dikhawatirkan tidak dapat memastikan bahwa semua orang yang wajib
mengeluarkan zakat telah melaksanakan kewajibannya. Karenanya walaupun
telah ditetapkan dalam UU. No. 38 Tahun 1999 bahwa setiap orang muslim yang
mampu membayar zakat, berkewajiban untuk melaksanakannya, tetapi tidak ada
sanksi bagi orang yang tidak melaksanakannya. Dengan kondisi ini optimalisasi
pembayaran zakat tergantung pada kesadaran individu.
Sejak adanya undang-undang tersebut, di Indonesia telah banyak bermunculan
lembaga pengelola zakat baik yang dibentuk oleh pemerintah maupun yang
dibentuk secara swadaya oleh masyarakat. Lembaga amil zakat sebagai salah satu
organisasi pengelola zakat yang bertugas melakukan penghimpunan, pengelolaan
dan penyaluran zakat. Dalam menjalankan tugas menghimpun dana dari
masyarakat ternyata belum didukung oleh masyarakat. Ini dilihat dari masih
banyaknya masyarakat yang enggan menyalurkan zakatnya melalui LAZ. Padahal
adanya interaksi antara masyarakat dan LAZ diharapkan dapat membuat hasil
zakat lebih optimal.
34
Untuk itulah diperlukan upaya dari LAZ agar dapat mensosialisasikan
lembaganya kepada masyarakat, meningkatkan pengetahuan masayarakat tentang
kewajiban zakat serta menyadarkan masyarakat agar mengeluarkan zakat demi
tercapainya keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
Faktor pendukung dan faktor penghambat baik secara internal maupun eksternal
tentunya tak bisa terlepas dari kinerja LAZDAI sebagai lembaga amil zakat.
Karena hal tersebut tentunya akan mempengaruhi keberhasilan LAZDAI dalam
menyadarkan masyarakat untuk mengeluarkan zakat.
35
Bagan 1. Kerangka Pemikiran
Upaya LAZDAI dalam Menyadarkan Masyarakat
untuk Mengeluarkan Zakat
- Potensi zakat yang cukup
besar di masyarakat
- Kurangnya kesadaran
masyarakat mengeluarkan
zakat melalui LAZ
Faktor pendukung
peningkatan kesadaran
zakat
Upaya LAZDAI dalam
menyadarkan masyarakat untuk
mengeluarkan zakat
a. Sosialisasi zakat/ majalah
b. Presentasi zakat/ seminar
zakat
c. Kerjasama dengan
instansi/perusahaan
d. Pengajian, majelis taklim dan
pendekatan secara personal
e. Peningkatan layanan
f. Program-program yang
menarik
Faktor penghambat
peningkatan kesadaran
zakat
a. Faktor Internal
b. Faktor eksternal