ii. tinjauan pustaka a. asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/bab ii.pdf · 2015-12-23 · penilaian...

28
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmen Asesmen atau penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik. Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikulum itu sendiri.

Upload: vandiep

Post on 24-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Asesmen

Asesmen atau penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam

alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar

peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.

Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar

seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan

naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran

berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut

secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk

mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan

belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan

penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang

akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta

didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat

dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya

bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikulum itu sendiri.

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

8

Penilaian menurut Muchtar (2010: 71) mendefinisikan sebagai berikut:

Penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. Penilaian

sering dianggap sebagai salah satu dari tiga pilar utama yang sangat

menentukan kegiatan pembelajaran. Ketiga pilar tersebut adalah

perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Apabila ketiga pilar tersebut

sinergis dan berkesinambungan, maka akan sangat menentukan kualitas

pembelajaran. Oleh karena itu penilaian harus dirancang dan dilaksanakan

sesuai dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Sistem

penilaian harus dikembangkan sejalan dengan perkembangan model dan

strategi pembelajaran.

Penilaian menurut Kunandar (2013: 61) mendefinisikan sebagai berikut:

Penilaian adalah suatu yang sangat penting dalam kegiatan belajar

mengajar. Dengan penilaian hasil belajar maka dapat diketahui seberapa

besar keberhasilan peserta didik telah menguasai kompetensi atau materi

yang telah yang diajarkan oleh guru. Melalui penilaian juga dapat

dijadikan acuan untuk melihat tingkat keberhasilan atau efektifitas guru

dalam belajar. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar harus dilakukan

dengan baik mulai dari menentukan instrumen, penyusunan instrumen,

telaah instrumen, pelaksanaan penilaian, analisis hasil penilaian dan

program tindak lanjut hasil penilaian. Dengan penilaian hasil belajar yang

baik akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam perbaikan

kualitas proses belajar mengajar. Sebaliknya, kalau terjadi kesalahan

dalam penilaian hasil belajar, maka akan terjadi salah informasi tentang

kualitas proses belajar mengajar dan pada akhirnya tujuan pendidikan yang

sesungguhnya tidak akan tercapai.

Melihat penjelasan mengenai penilaian di atas maka dapat disimpulkan bahwa

penilaian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang telah disampaikan

guru. Penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk

memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau

ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik dengan memiliki

beberapa tujuan menentukan nilai suatu objek, seperti baik-buruk, efektif-tidak

efektif, berhasil-tidak berhasil, dan semacamnya sesuai dengan kriteria atau tolak

ukur yang telah ditetapkan sebelumnya.

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

9

B. Tujuan dan Manfaat Asesmen

Tujuan penilaian menurut Kunandar (2013: 70) antara lain sebagai berikut:

1) Melacak kemampuan peserta didik;

2) Mengecek ketercapaian kompetensi peserta didik;

3) Mendeteksi kompetensi yang belum dikuasai oleh peserta didik;

4) Menjadi umpan balik untuk perbaikan bagi peserta didik;

Manfaat penilaian menurut Kunandar (2013:71) antara lain sebagai berikut:

1) Mengetahui tingkat pencapai kopentensi selama dan setelah proses

pembelajaran berlangsung;

2) Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan

dan kelemahannya dalam proses pencapaian kopetensi;

3) Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami

peserta didik;

4) Umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan,

kegiatan dan sumber belajar yang digunakan;

5) Memberikan pilihan alternatif penilaian kepada guru;

6) Memberikan informasi kepada orang tua tentang mutu dan efektivitas

pembelajaran yang dilakukan sekolah.

Tujuan dan manfaat penilaian menurut Arikunto (2008: 37) antara lain sebagai

berikut:

1) Makna bagi siswa dengan diadakannya penilaian maka siswa dapat

mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang

diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh oleh siswa ada 2

kemungkinan yakni memuaskan atau tidak memuaskan.

2) Makna bagi guru dengan hasil penilaian guru akan dapat mengetahui

siswa mana saja yang berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah

berhasil menguasai bahan, maupun mengetahui siswa-siswa mana yang

belum menguasai bahan. Guru dapat mengetahui apakah materi yang

diajarkan sudah tepat bagi siswa sehingga untuk memberikan

pengajaran di waktu yang akan datang tidak perlu diadakan perubahan.

3) Makna bagi sekolah adalah guru-guru mangadakan penilaian dan

diketahui bagaimana hasil belajar siswa-siswanya, dapat diketahui pula

apakah kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai

harapan atau belum.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dan manfaat

penilaian sebagai berikut:

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

10

a) Manfaat penilaian bagi guru seperti:

1) Pada pelaksanaan penilaian, guru akan memperoleh data tentang

kemajuan belajar siswa.

2) Pada pelaksanaan penilaian guru akan dapat mengetahui apakah

metode mengajar yang digunakannya sudah sesuai atau tidak.

3) Hasil penilaian dapat dimanfaatkan guru untuk melaporkan kemajuan

belajar siswa kepada orang tua/wali siswa.

b) Manfaat penilaian bagi siswa seperti:

1) Hasil penilaian dapat menjadi pendorong siswa agar belajar lebih giat.

2) Hasil penilaian dapat dimanfaatkan siswa untuk mengetahui kemajuan

belajarnya.

3) Hasil penilaian merupakan data tentang apakah cara belajar yang

dilaksanakannya sudah tepat atau belum.

c) Manfaat penilaian bagi lembaga/sekolah seperti:

1) Hasil penilaian dapat dimanfaatkan sekolah untuk mengetahui apakah

kondisi belajar mengajar yang dilaksanakan sekolah sudah sesuai

dengan harapan atau belum.

2) Hasil penilaian merupakah data yang dapat dimanfaatkan sekolah

untuk merencanakan pengembangan sekolah pada masa yang akan

datang.

3) Hasil penilaian merupakan bahan untuk menetapkan kebijakan dalam

upaya meningkatkan kualitas sekolah.

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

11

C. Prinsip Asesmen

Pada proses penilaian terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam

menilai peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah didasarkan Permendikbud Nomer 66 Tahun 2013

tentang standar penilaian pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi

faktor subjektivitas penilai.

2) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana,

menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.

3) Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pelaporannya.

4) Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar

pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

5) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada

pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur,

dan hasilnya.

6) Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

Sedangkan pelaksanaan penilaian pendidikan harus memperhatikan prinsip

penilaian. Ada 9 prinsip sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 20

Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Penilaian hasil belajar peserta

didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-

prinsip sebagai berikut:

1) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan

kemampuan yang diukur.

2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang

jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta

didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang

agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

4) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu

komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar

pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang

berkepentingan.

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

12

6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik

mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai

teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan

kemampuan peserta didik.

7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap

dengan mengikuti langkah-langkah baku.

8) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian

kompetensi yang ditetapkan.

9) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari

segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

Prinsip penilaian menurut Grounlund (1998: 28) antara lain sebagai berikut:

1) Harus ada spesifikasi yang jelas apa yang mau dinilai: penempatan,

formatif, ataukah sumatif.

2) Harus komprehensif: afektif, psikomotor, dan kognitif.

3) Butuh berbagai ragam teknik/metode asesmen, baik metode tes maupun

nontes.

4) Harus dapat memilih instrumen asesmen yang sesuai.

5) Harus jelas apa maksud dan tujuan diadakan asesmen, jadi akan jelas

pula apa tindak lanjutnya.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip

penilaian harus valid, objektif, terbuka, dan adil. Prinsip penilaian harus valid

yakni penilaian hasil belajar oleh pendidik harus mengukur pencapaian

kompetensi yang ditetapkan dalam standar isi (standar kompetensi dan

kompetensi dasar) dan standar kompetensi lulusan. Selain itu prinsip penilaian

harus objektif yakni penilaian hasil belajar peserta didik hendaknya tidak

dipengaruhi oleh subyektivitas penilai, perbedaan latar belakang agama, sosial-

ekonomi, budaya, bahasa, gender, dan hubungan emosional. Selain itu prinsip

penilaian harus terbuka yakni penilaian hasil belajar oleh pendidik bersifat terbuka

artinya prosedur penilaian, kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan

terhadap hasil belajar peserta didik dapat diketahui oleh semua pihak yang

berkepentingan.

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

13

D. Asesmen Otentik

Penilaian hasil belajar peserta didik harus menggunakan penilaian yang menilai

seluruh aspek dalam pembelajaran. Penilaian otentik dituntut dapat menilai semua

aspek dalam proses pembelajaran. Adapun aspek-aspek dalam pembelajaran yaitu

aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Sehingga penilaian otentik harus

memperlihatkan keseimbangan antara penilaian sikap, pengetahuan dan

ketrampilan peserta didik. Pada penilaian ini guru dapat mengambil penilaian

ketika proses pembelajaran sehingga penilaian ini tidak hanya dilakukan di akhir

periode pembelajaran saja. Penilaian otentik menurut Pantiwati (2013: 26)

menjelaskan sebagai berikut:

Penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran yang harus sejalan

dengan perkembangan model dan strategi pembelajaran. Seiring dengan

perkembangan kurikulum, maka asesmen yang digunakan harus

mengalami perkembangan juga. Pada kurikulum 2013, asesmen yang

ditekankan adalah asesmen otentik. Asesmen otentik adalah asesmen yang

menekankan pada permasalahan atau kenyataan nyata yang dilakukan

siswa pada saat pembelajaran berlangsung.

Penilaian otentik menurut Kunandar (2013: 35) mendefinisikan sebagai berikut:

Penilaian otentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan

pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan

berbagai instrument penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan

kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Dasar

(KD) dan Kompetensi Inti (KI).

Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan

bahwa seperti berikut:

Penilaian otentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi

atau konteks dunia “nyata” yang memerlukan berbagai macam pendekatan

untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu

masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan.

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

14

Penilaian otentik menurut Grounlund dalam Pantiwati (2013: 12) mendefinisikan

sebagai berikut:

Asesmen otentik adalah asesmen yang berpusat pada pelajar nyata seperti

kehidupan sehari-hari dan terintegrasi dalam strategi pembelajaran,

bersifat berkelanjutan dan dilakukan terhadap proses dan produk.

Asesmen otentik merupakan suatu proses yang terintegrasi untuk menentukan ciri

dan tingkat belajar dan perkembangan belajar peserta didik seperti yang dijelaskan

Kunandar (2013: 35):

Asemen otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang

perkembangan dan pencapaian pembelajaran oleh anak didik melalui

berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau

menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kompetensi

telah benar-benar dikuasai dan dicapai.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa asesmen otentik adalah

asesmen yang menilai apa yang dipelajari siswa bukan apakah siswa tersebut

belajar. Sehingga pada asesmen otentik ini tidak hanya menilai apa yang diketahui

oleh siswa saja tetapi juga menilai apa yang dapat siswa lakukan dalam proses

pembelajaran.

Implementasi dari asesmen otentik harus mengikuti prinsip-prinsip:

1) Asesmen merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran.

2) Asesmen harus mencerminkan masalah dunia nyata.

3) Asesmen harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang

sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.

4) Asesmen meliputi semua aspek dari tujuan pembelajaran, baik kognitif,

afektif maupun sensori motorik.

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

15

E. Jenis-Jenis Asesmen Otentik

Jenis-jenis penilaian otentik menurut pendapat Burton dalam Bakti (2014: 3)

menjelaskan sebagai berikut:

Penilaian otentik adalah sekumpulan penilaian yang menghubungkan

pengetahuan dengan praktik langsung. Pada penilaian otentik terdapat

beberapa teknik penilaian yang dapat dilakukan di antaranya penilaian

otentik termasuk di dalamnya penilaian perfomansi (performance

assessment), portofolio (portfolios), dan penilaian diri-sendiri (student

self-assessment), penugasan (Proyek/Projek), hasil kerja (Product), dan

tertulis (Paper & Pen).

Penilaian otentik menurut Daryanto (2014: 126) ada beberapa jenis antara lain,

yaitu :

1) Penilaian kinerja.

2) Penilaian proyek.

3) Penilaian portofolio.

4) Penilaian tertulis.

5) Penilaian lisan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis penilaian

otentik dapat berupa penilaian performansi, portofolio, penilaian diri sendiri,

penugasan, hasil kerja, dan tertulis.

Penilaian performansi (Performance Assessment) merupakan penilaian yang

dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.

Penilaian ini tepat dilakukan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang

menuntut peserta didik menunjukkan kinerjanya. Pemantauan didasarkan pada

kinerja (performance) yang ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu tugas atau

permasalahan yang diberikan. Hasil yang diperoleh merupakan suatu hasil dari

unjuk kerja tersebut. Penilaian ini merupakan bentuk penilaian yang membangun

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

16

respon siswa, misalnya dalam hal berbicara atau menulis. Respon siswa dapat

diperoleh guru dengan melakukan observasi selama pembelajaran di kelas.

Penilaian ini meminta siswa untuk menyelesaikan tugas yang komplek dalam

konteks pengetahuan, pembelajaran terkini, dan keahlian yang relevan untuk

menemukan solusi dari suatu permasalahan. Siswa dapat menggunakan bahan-

bahan atau menunjukkan hasil aktifitas tangan dalam mengatasi masalah, contoh:

laporan berbicara, menulis, proyek individu maupun grup, pameran, dan

demonstrasi.

Portofolio (Portfolios) merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada

berbagai informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik

dalam satu periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik tersebut dapat

berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh

peserta didiknya, hasil tes (bukan nilai), piagam penghargaan atau bentuk

informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran.

Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri

dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan

perbaikan. Portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar

peserta didik. Portofolio adalah penilaian yang meminta peserta didik menilai

dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi

yang dipelajari berdasarkan kreteria yang telah ditetapkan. Tujuan utama dari

portofolio adalah untuk mendukung atau memperbaiki proses dan hasil belajar.

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan nilai. Jenis

asesmen diri:

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

17

1) Asesmen langsung dan spesifik yaitu penilaian secara langsung pada saat

atau setelah selesai melakukan tugas, untuk menilai aspek-aspek tertentu

pada mata pelajaran.

2) Asesmen tidak langsung dan holistik yaitu penilaian yang dilakukan dalam

kurun waktu yang panjang, untuk memberikan penilaian secara

keseluruhan.

3) Asesmen sosio-afektif yaitu penilaian terhadap unsur-unsur afektif atau

emosional, misal: peserta didik diminta membuat tulisan yang membuat

curahan perasaan. Sistem pengumpulan hasil kerja siswa yang dianalisis

untuk menunjukkan kemajuan belajar siswa dalam jangka waktu tertentu.

Contoh penilaian portofolio, misalnya: menulis, membaca buku harian,

menggambar, audio atau video, dan atau komentar guru dan siswa tentang

kemajuan yang telah dicapai siswa.

Penilaian diri-sendiri (Student Self-Assessment) merupakan kunci dalam penilaian

otentik dan dalam pengaturan pembelajaran diri, “motivasi dan strategi untuk

menyelesaikan permasalahan dengan tujuan spesifik”. Penilaian diri-sendiri

digunakan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang di

dalamnya merupakan integrasi dari kemampuan kognitif, motivasi, dan sikap

terhadap pembelajaran. Dalam pengaturan diri pembelajar, murid membuat

pilihan, memilih aktivitas pembelajaran, dan merencanakan bagaimana mereka

menggunakan waktu dan sumber. Mereka memiliki kebebasan untuk memilih

aktivitas yang menantang, mengambil resiko, meningkatkan kemahiran

pembelajaran, dan mencapi tujuan yang telah direncanakan.

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

18

Penugasan (Proyek) merupakan tugas yang harus diselesaikan dalam

periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari

pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data. Karena

dalam pelaksanaannya proyek bersumber pada data primer/sekunder, evaluasi

hasil, dan kerjasama dengan pihak lain, proyek merupakan suatu sarana yang

penting untuk menilai kemampuan umum dalam semua bidang. Proyek juga akan

memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan peserta didik pada

pembelajaran tertentu, kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan

pengetahuan, dan kemampuan peserta didik untuk mengomunikasikan informasi.

Penilaian ini juga merupakan penilaian terhadap suatu tugas yang mengandung

penyelidikan yang harus selesai dalam waktu tertentu. Proyek adalah suatu tugas

yang meminta siswa menghasilkan sesuatu oleh diri siswa sendiri pada suatu topik

yang berhubungan dengan kurikulum lebih dari hanya sekedar ”memproduksi”

pengetahuan dalam suatu tes.

Hasil kerja (Product) adalah penilaian terhadap keterampilan siswa dalam

membuat suatu produk tertentu dan kualitas produk tersebut. Tujuan penilaian

produk adalah:

1) Menilai penguasaan keterampilan siswa yang diperlukan sebelum

mempelajari keterampilan berikutnya.

2) Menilai tingkat kompetensi yang sudah dikuasai siswa pada setiap akhir

jenjang.

3) Menilai keterampilan siswa yang akan memasuki institusi pendidikan

tertentu.

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

19

Tertulis (Paper & Pen) dapat digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu tes esai

jawaban terbuka (extended-response) dan jawaban terbatas (restricted-response)

dan hal ini tergantung pada kebebasan yang diberikan kepada peserta didik untuk

mengorganisasikan atau menyusun ide-idenya dan menuliskan jawabannya.

Pada tes pilihan jamak termasuk tes tertutup karena siswa hanya memilih jawaban

yang paling benar yang sudah disediakan, sedangkan tes uraian termasuk tes

terbuka karena siswa bebas menjawab pertanyaan yang diberikan.

F. Asesmen Tertulis Bentuk Pilihan Jamak

Pada umumnya tes tertulis yang sering digunakan yaitu pilihan jamak dan uraian.

Tes tertulis bentuk pilihan jamak dapat digunakan untuk menilai kemampuan

mengingat dan memahami. Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang

menuntut siswa untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya

atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau meng-

ekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan

kata-katanya sendiri. Asesmen tes tertulis menurut Sofyana (2010: 3) yakni:

Asesmen secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis

merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta

didik dalam bentuk tulisan. Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu: (a)

memilih jawaban, yang dibedakan menjadi: (1) pilihan ganda, (2) dua

pilihan (benar-salah, ya-tidak), (3) menjodohkan, (4) sebab-akibat; (b)

mensuplai jawaban, dibedakan menjadi: (1) isian atau melengkapi, (2)

jawaban singkat atau pendek, dan (3) uraian.

Asesemen tes tertulis di bagi menjadi 2 bentuk yakni bentuk uraian dan bentuk

pilihan jamak. Tes tertulis bentuk pilihan jamak memiliki kelebihan dan

kekurangan menurut Haryati (2013: 55) menjelaskan sebagai berikut:

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

20

Kelebihan dari tes tertulis pilihan jamak yaitu mudah dianalisa, mencakup

banyak materi pelajaran, waktu yang diperlukan lebih singkat, dapat

menggunakan rumus singkat, pokok soal dirumuskan dengan singkat dan

jelas, materi yang ditanyakan jelas arahnya, dapat mengukur kemampuan

siswa sesuai dengan domain yang dikehendaki sesuai dengan tingkat

kesukarannya, soal tidak bergantung dari soal sebelumnya, semua

indikator dapat terwakili, mudah dibuat karena sejajar dengan indikator

yang hendak dinilai. Sedangkan kelemahan dari tes tertulis bentuk pilihan

jamak yaitu syarat dengan spekulasi untuk siswa kurang menggambarkan

sebuah proses, hanya dapat mengetahui kemampuan kognitif tanpa analisa,

kurang dapat menggambarkan kemampuan siswa secara utuh, membiasa-

kan siswa berpikir untung-untungan, kurang memberikan peluang

menjawab dengan benar pada siswa (hanya 20%) untuk 5 opsen jawaban,

kurang memacu siswa untuk memberikan analisis dan memberikan

jawaban, tidak dapat menjawab secara analisa atau kesimpulan, tidak dapat

mendeteksi langkah siswa dalam mengerjakan soal.

Melihat pengertian tes tertulis sebagaimana yang dijabarkan oleh beberapa ahli di

atas, maka dapat diketahui pada tes tertulis terbagi menjadi 2 bentuk yakni tes

tertulis pilihan jamak dan tes tertulis bentuk uraian. Pada tes tertulis bentuk

pilihan jamak terdapat beberapa kelebihan dan juga kelemahan.

Beberapa kelebihan dari tes pilihan jamak seperti:

1) Mudah dianalisa,

2) Mencakup banyak materi pelajaran,

3) Waktu yang diperlukan lebih singkat, dan

4) Pokok soal dirumuskan dengan singkat dan jelas.

Sedangkan kelemahan dari tes pilihan jamak yakni:

1) Syarat dengan spekulasi untuk siswa,

2) Kurang menggambarkan sebuah proses, dan

3) Hanya dapat mengetahui kemampuan kognitif tanpa analisa,

4) Kurang memberikan peluang menjawab dengan benar pada siswa

(hanya 20%) untuk 5 opsen jawaban.

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

21

Pada umumnya tes tertulis yang biasa digunakan oleh guru dalam melakukan

penilaian adalah tes tertulis bentuk pilihan jamak dan uraian. Tes tertulis bentuk

pilihan jamak dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan

memahami. Tes tertulis bentuk pilihan jamak juga merupakan tes yang dikatagori-

kan tes tertutup karena jawaban sudah tersedia, siswa hanya diminta memilih

jawaban yang benar atau yang paling benar dari beberapa pilihan yang disediakan.

Tes tertulis bentuk uraian merupakan alat penilaian yang dapat menilai

kemampuan siswa dalam mengingat, memahami, dan mengorganisasi gagasan

atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan gagasan jawaban

tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-kata.

G. Pengembangan

Pengembangan pembelajaran adalah suatu proses mendesain pembelajaran secara

logis, dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala sesuatu yang akan

dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar dengan memperhatikan potensi dan

kompetensi siswa. Penelitian pengembangan menurut Hosnan (2014: 389) adalah:

Penelitian pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk

mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.

Pengembangan menurut Richey dan Klein (2007: 129) adalah:

Pengembangan adalah proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam

bentuk fisik yang berkaitan dengan desain belajar sistematik dan proses

evaluasi dengan maksud menetapkan dasar empiris untuk mengkreasikan

produk pembelajaran yang baru atau model peningkatan pengembangan

yang sudah ada. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan

penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan agar dapat berfungsi di

masyarakat luas maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan

produk tersebut.

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

22

Pengembangan menurut Sugiyono (2013: 287) yakni:

Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa inggrisnya

Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan

untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk

tersebut.

Langkah langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2013: 288)

yakni:

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yakni potensi dan

masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi desain,

uji coba produk, revisi produk, uji coba pemakaian, revisi produk,

produksi massal.

Berdasarkan uraian paparan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian dan

pengembangan adalah serangkaian langkah sistematik, yang setiap langkah yang

dilakukan selalu mengacu kepada hasil dari langkah langkah sebelumnya hingga

akhirnya didapatkanlah produk–produk baru yang memiliki kualitas yang lebih

baik.

H. Pembelajaran IPA Terpadu

Sains adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena di alam semesta. Ilmu

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan

yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri objektif,

metodik, sistematis, universal, dan tentatif. IPA menurut Trianto (2010: 136-137)

adalah sebagai berikut:

IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara

umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui

metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah

seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

23

Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar proses ilmiah, produk ilmiah, dan sikap

ilmiah. Dari pembelajaran yang menggunakan proses atau prosedur ilmiah maka

akan menghasilkan produk yang bersifat ilmiah dan akan menumbuhkan sikap

ilmiah dalam diri siswa.

IPA menurut Marsetio Donosepoetro dalam Trianto (2010: 137) dipandang

sebagai berikut:

IPA sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan

pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru.

Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang

diajarkan dalam dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan

untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur

dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui

sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific

method).

IPA dapat digunakan untuk menemukan pengetahuan baru melalui kegiatan

ilmiah. Pengetahuan yang diterima siswa tidak hanya dalam pembelajaran di

sekolah saja, namun bisa diperoleh dari luar pembelajaran seperti melakukan

kegiatan pratikum dengan metode ilmiah. Dari serangkaian kegiatan yang

dilakukan siswa IPA dapat dipandang sebagai proses, produk, dan prosedur. Nilai-

nilai IPA menurut Prihanto Laksmi dalam Trianto (2010: 141-142) yang dapat

ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain:

1) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut

langkah-langkah metode ilmiah;

2) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan,

mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah;

3) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik

dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan.

Guru yang membelajarkan IPA di sekolah perlu menanamkan nilai-nilai yang

dapat membuat siswa untuk dapat berpikir secara teratur, sistematis, dan kegiatan

Page 18: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

24

yang dilakukan siswa mengikuti langkah-langkah metode ilmiah. Dalam

melakukan eksperimen, siswa diharapkan terampil menggunakan alat-alat

eksperimen dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan. Dan yang terakhir

siswa ditanamkan sikap ilmiah berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan dan

sikap tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka

pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Pembelajaran IPA

menurut Prihanto Laksmi dalam Trianto (2010: 142) antara lain:

1) memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan

bagaimana bersikap;

2) menanamkan sikap hidup ilmiah;

3) memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan;

4) mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai

para ilmuwan penemunya; dan

5) menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan

permasalahan.

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Menengah Pertama

(SMP) pada kurikulum tahun 2013 terdapat beberapa perubahan diantara adalah

konsep pembelajarannya dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative

science atau “IPA Terpadu” bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu.

Pembelajaran IPA di sekolah merujuk pada keterpaduan mata pelajaran fisika,

kimia, dan biologi dengan menggunakan metode ilmiah atau pendekatan ilmiah

(scientific approach). Pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu

pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara

individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep

serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik.

Page 19: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

25

Tujuan pembelajaran IPA Terpadu pada dasarnya menurut Puskur dalam Trianto

(2010: 155), yaitu:

1) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.

2) Meningkatkan minat dan motivasi siswa.

3) Dapat digunakan untuk mencapai beberapa kompetensi dasar secara

sekaligus.

Karena menggunakan konsep keterpaduan, dalam membelajarkan IPA di sekolah

memungkinkan beberapa materi dibelajarkan dalam satu proses pembelajaran

saja. Kemendikbud (2013: 4) menjelaskan bahwa ciri-ciri pembelajaran terpadu

antara lain holistik, bermakna, dan aktif. Holistik merupakan suatu peristiwa yang

menjadi pusat perhatian, dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk

memahami suatu fenomena dari segala sisi. Bermakna maksudnya terdapat

keterkaitan antara konsep menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan

diharapkan anak mampu menerapkannya untuk memecahkan masalah nyata di

dalam kehidupannya. Sedangkan aktif merupakan pembelajaran terpadu yang

dikembangkan melalui scientific approach, sehingga siswa terlibat secara aktif

dalam proses pembelajaran.

IPA Terpadu merupakan pelajaran yang di dalamnya terdapat materi tentang Bab

Suhu. Suhu adalah derajat panas dinginnya suatu benda. Di kehidupan sehari-hari

sering terjadi perpindahan kalor jika ada perbedaan suhu dari dua benda atau lebih

baik secara sengaja ataupun yang tidak sengaja. Kalor perpindah dari benda yang

bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah.

Jenis-jenis perpindahan kalor menurut Teguh (2008: 112), yaitu:

Ada tiga cara dalam perpindahan kalor yaitu:

1. konduksi (hantaran),

2. konveksi (aliran), dan

3. radiasi (pancaran).

Page 20: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

26

Pengertian konduksi menurut Teguh (2008: 112), yaitu:

Konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai

perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Contoh dari konduksi adalah

memegang besi dibakar atau dapat dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Membakar Batang Besi

Berdasarkan daya hantar kalor, benda dibedakan menjadi dua, yaitu:

1) Konduktor, yaitu zat yang memiliki daya hantar kalor baik.

Contoh : besi, baja, tembaga, aluminium, dll

2) Isolator, yaitu zat yang memiliki daya hantar kalor kurang baik.

Contoh: kayu, plastik, kertas, kaca, air, dll

Pengertian konveksi menurut Teguh (2008: 116), yaitu:

Konveksi adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai

perpindahan partikel-partikel zat tersebut.

Konveksi terjadi karena perbedaan massa jenis zat. Kamu dapat

memahami peristiwa konveksi, antara lain:

1) Pada zat cair karena perbedaan massa jenis zat, misal sistem

pemanasan air, dan sistem aliran air panas.

2) Pada zat gas karena perbedaan tekanan udara, misal terjadinya

angin darat dan angin laut, sistem ventilasi udara, untuk

mendapatkan udara yang lebih dingin dalam ruangan dipasang

AC atau kipas angin, dan cerobong asap pabrik.

Contoh dari konveksi adalah proses mendidihkan air atau dapat dilihat

pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Mendidihkan Air

Page 21: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

27

Pengertian konveksi menurut Teguh (2008: 116), yaitu:

Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara.

Contoh peristiwa dari radiasi adalah ketika didekat api unggun badan

terasa hangat atau dapat dilihat pada Gambar 2.3

Gambar 2.3 Menghangatkan Diri Di Dekat Api Unggun

Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan

bahwa:

1) Permukaan benda hitam, kusam, dan kasar merupakan pemancar

dan penyerap kalor yang baik.

2) Permukaan benda putih, mengkilap dan halus merupakan

pemancar dan penyerap kalor yang buruk

Dari beberapa pendapat di atas maka kalor dapat berpindah dari benda yang

bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Berdasarkan cara kalor berpidah

dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: Konduksi, Konveksi, dan Radiasi.

Konduksi adalah perpindahan kalor yang memerlukan zat perantara tetapi ketika

kalor berpindah partikel zat tidak ikut berpindah. Contoh dari konduksi adalah:

a. Membakar besi.

b. Memanaskan sendok.

c. Membakar alumunium.

d. Lempengan baja yang dibakar.

e. Plat besi dibakar.

Page 22: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

28

Konveksi adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai perpindahan

partikel-partikel zat tersebut. Konveksi terjadi karena perbedaan massa jenis zat.

Untuk mudah dapat memahami peristiwa konveksi, antara lain:

a. Pada zat cair karena perbedaan massa jenis zat, misal sistem pemanasan air,

sistem aliran air panas.

b. Pada zat gas karena perbedaan tekanan udara, misal terjadinya angin darat dan

angin laut, sistem ventilasi udara, untuk mendapatkan udara yang lebih dingin

dalam ruangan dipasang AC atau kipas angin, dan cerobong asap pabrik.

Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah:

Pada siang hari daratan lebih cepat panas daripada lautan. Hal ini mengakibatkan

udara panas di daratan akan naik dan tempat tersebut diisi oleh udara dingin dari

permukaan laut, sehingga terjadi gerakan udara dari laut menuju ke darat yang

biasa disebut angin laut. Angin laut terjadi pada siang hari, biasa digunakan oleh

nelayan tradisional untuk pulang ke daratan.

Pada malam hari daratan lebih cepat dingin daripada lautan. Hal ini

mengakibatkan udara panas di permukaan air laut akan naik dan tempat tersebut

diisi oleh udara dingin dari daratan, sehingga terjadi gerakan udara dari darat

menuju ke laut yang biasa disebut angin darat. Angin darat terjadi pada malam

hari, biasa digunakan oleh nelayan tradisional untuk melaut mencari ikan.

Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara. Alat yang

digunakan untuk menyelidiki sifat radiasi berbagai permukaan disebut termoskop

diferensial. Kedua bola lampu dicat dengan warna yang sama, tetapi di antara bola

tersebut diletakkan bejana kubus yang salah satu sisinya permukaannya hitam

Page 23: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

29

kusam dan sisi lainnya mengkilap. Beberapa contoh penerapan perpindahan kalor

secara radiasi dalam kehidupan sehari-hari.

a. Pada siang hari yang panas, orang lebih suka memakai baju cerah daripada baju

gelap. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penyerapan kalor.

b. Cat mobil atau motor dibuat mengkilap untuk mengurangi penyerapan kalor.

c. Mengenakan jaket tebal atau meringkuk di bawah selimut tebal saat udara

dingin badanmu merasa nyaman.

d. Dinding termos dilapisi perak.

I. Scientific Approach

Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 adalah untuk

penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan

pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi, yaitu dikenal dengan scientific

approach. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan,

dan keterampilan. Scientific approach merupakan pembelajaran yang mengadopsi

langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.

Kegiatan pembelajaran saintifik dilakukan melalui proses mengamati, menanya,

mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Lima pengalaman belajar ini

diimplementasikan ke dalam model atau strategi pembelajaran, metode, teknik,

maupun taktik yang digunakan. Scientific approach ini dapat diterapkan untuk

semua mata pelajaran dan sangat baik untuk mengembangkan kemampuan

berpikir siswa.

Page 24: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

30

Proses pembelajaran menurut Kemendikbud (2013: 35) terdiri atas lima

pengalaman belajar pokok yaitu:

1) mengamati,

2) menanya,

3) mengumpulkan informasi,

4) mengasosiasi, dan

5) mengkomunikasikan.

Proses pendekatan saintifik menurut Dyer dkk dalam Sani (2014: 53)

mengungkapkan bahwa:

Dapat dikembangkan pendekatan saintifik (scientific approach) dalam

proses pembelajaran antara lain: 1) mengamati; 2) menanya; 3)

mencoba/mengumpulkan informasi; 4) menalar/asosiasi; 5) membentuk

jejaring (melakukan komunikasi).

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran

melalui scientific approach terdiri dari mengamati, menanya, mengumpulkan

data, mengasosiasikan, dan mengomunikasikan. Dalam aktivitas belajar dengan

menggunakan scientific approach tidak harus dilakukan dengan prosedur yang

kaku. Proses pembelajaran yang berlangsung dapat disesuaikan dengan

pengetahuan yang akan dipelajari. Sani (2014: 54) menggambarkan proses

pembelajaran dengan scientific approach sebagai berikut:

Gambar 2.4 Komponen Pendekatan Pembelajaran Saintifik.

Page 25: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

31

Tabel 2.1: Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan

Maknanya.

LANGKAH

PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR

KOMPETENSI

YANG

DIKEMBANGKAN

Mengamati Membaca, mendengar,

menyimak, melihat (tanpa

atau dengan alat)

Melatih

kesungguhan,

ketelitian, mencari

informasi.

Menanya Mengajukan pertanyaan

tentang informasi yang

tidak dipahami dari apa

yang diamati atau

pertanyaan untuk

mendapatkan informasi

tambahan tentang apa yang

diamati (dimulai dari

pertanyaan faktual sampai

ke pertanyaan yang bersifat

hipotetik).

Mengembangkan

kreativitas, rasa ingin

tahu, kemampuan

merumuskan

pertanyaan untuk

membentuk pikiran

kritis yang perlu

untuk hidup cerdas

dan belajar sepanjang

hayat.

Mengumpulkan

informasi/ eksperimen

melakukan eksperimen

membaca sumber lain

selain buku teks

mengamati objek/

kejadian/aktivitas

wawancara dengan

narasumber.

Mengembangkan

sikap teliti,

jujur,sopan,

menghargai pendapat

orang lain,

berkomunikasi,

menerapkan

kemampuan

mengumpulkan

informasi melalui

berbagai cara yang

dipelajari,

mengembangkan

kebiasaan belajar dan

belajar sepanjang

hayat.

Mengasosiasikan/mengo

-lah informasi

Mengolah informasi yang

sudah dikumpulkan baik

terbatas dari hasil kegiatan

mengumpulkan/eksperimen

maupun hasil dari kegiatan

mengamati dan kegiatan

mengumpulkan informasi.

Pengolahan informasi yang

dikumpulkan dari yang

Mengembangkan

sikap jujur, teliti,

disiplin, taat aturan,

kerja keras,

kemampuan

menerapkan prosedur

dan kemampuan

berpikir induktif

serta deduktif dalam

Page 26: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

32

LANGKAH

PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR

KOMPETENSI

YANG

DIKEMBANGKAN

bersifat menambah

keluasan dan kedalaman

sampai kepada pengolahan

informasi yang bersifat

mencari solusi dari

berbagai sumber yang

memiliki pendapat yang

berbeda sampai kepada

yang bertentangan.

menyimpulkan.

Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil

pengamatan, kesimpulan

berdasarkan hasil analisis

secara lisan, tertulis, atau

media lainnya.

Mengembangkan

sikap jujur, teliti,

toleransi,

kemampuan berpikir

sistematis,

mengungkapkan

pendapat dengan

singkat dan jelas, dan

mengembangkan

kemampuan

berbahasa yang baik

dan benar.

Dalam pelaksanaanya, kelima proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Mengamati

Dalam melakukan pengamatan siswa harus melibatkan panca indera. Tujuan dari

mengamati yaitu untuk memperoleh informasi secara nyata. Pada proses

mengamati, tidak terlepas dari keterampilan lainnya, antara lain melakukan

pengelompokan atau membandingkan. Suatu pengamatan yang cermat sangat

dibutuhkan siswa untuk menganalisis permasalahan atau fenomena yang berkaitan

dengan apa yang diamati.

Page 27: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

33

2. Menanya

Pada proses pembelajaran, siswa dilatih untuk membuat pertanyaan berkenaan

dengan topik yang akan dipelajari. Kegiatan tersebut bertujuan untuk

meningkatkan keingintahuan siswa dan mengembangkan kemampuan siswa. Guru

berperan sebagai motivator supaya siswa menyampaikan pertanyaan yang terkait

dengan apa yang dipelajari.

3. Mencoba/Memperoleh Informasi

Untuk memperoleh informasi berkaitan dengan apa yang dipelajari, siswa

mengumpulkan berbagai informasi dari sumber-sumber yang ada seperti buku

teks, internet, dan lain-lain. Untuk membantu siswa dalam melakukan percobaan,

guru perlu memberikan beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk

membangun konsep siswa dan menyediakan LKS sebagai penuntun siswa dalam

mencoba.

4. Menalar/Asosiasi

Menalar merupakan aktivitas mental khusus dalam melakukan inferensi.

Sedangkan inferensi merupakan kegiatan menarik kesimpulan berdasarkan

pendapat (premis). Data, fakta, atau informasi yang terkait fenomena yang ada.

Upaya guru dalam melatih siswa untuk melakukan kegiatan menalar dapat

dilakukan dengan meminta siswa untuk menganalisis data yang telah diperoleh

dari hasil mencoba sehingga siswa dapat menentukan hubungan antar variable

yang ada, menguju hipotesis, menjelaskan mengenai data percobaan berdasarkan

teori yang ada serta dapat menarik kesimpulan.

Page 28: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/BAB II.pdf · 2015-12-23 · Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan ... menunjukkan

34

5. Membentuk Jaringan/Komunikasi

Kemampuan berkomunikasi sangat perlu untuk dimiliki siswa supaya siswa dapat

menyampaikan hasil pembelajaran yang telah dilakukan kepada teman lainnya.

Kemampuan berkomunikasi sama pentingnya dengan kemampuan pengetahuan,

keterampilan, dan pengalaman.