ii. tinjauan pustaka a. asesmendigilib.unila.ac.id/16174/16/bab ii.pdf · 2015-12-23 · penilaian...
TRANSCRIPT
7
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Asesmen
Asesmen atau penilaian adalah penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam
alat penilaian untuk memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar
peserta didik atau ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik.
Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar
seorang peserta didik. Hasil penilaian dapat berupa nilai kualitatif (pernyataan
naratif dalam kata-kata) dan nilai kuantitatif (berupa angka). Pengukuran
berhubungan dengan proses pencarian atau penentuan nilai kuantitatif tersebut
secara khusus, dalam konteks pembelajaran di kelas, penilaian dilakukan untuk
mengetahui kemajuan dan hasil belajar peserta didik, mendiagnosa kesulitan
belajar, memberikan umpan balik/perbaikan proses belajar mengajar, dan
penentuan kenaikan kelas. Melalui penilaian dapat diperoleh informasi yang
akurat tentang penyelenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta
didik, guru, serta proses pembelajaran itu sendiri. Berdasarkan informasi itu, dapat
dibuat keputusan tentang pembelajaran, kesulitan peserta didik dan upaya
bimbingan yang diperlukan serta keberadaan kurikulum itu sendiri.
8
Penilaian menurut Muchtar (2010: 71) mendefinisikan sebagai berikut:
Penilaian merupakan bagian integral dari proses pembelajaran. Penilaian
sering dianggap sebagai salah satu dari tiga pilar utama yang sangat
menentukan kegiatan pembelajaran. Ketiga pilar tersebut adalah
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Apabila ketiga pilar tersebut
sinergis dan berkesinambungan, maka akan sangat menentukan kualitas
pembelajaran. Oleh karena itu penilaian harus dirancang dan dilaksanakan
sesuai dengan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Sistem
penilaian harus dikembangkan sejalan dengan perkembangan model dan
strategi pembelajaran.
Penilaian menurut Kunandar (2013: 61) mendefinisikan sebagai berikut:
Penilaian adalah suatu yang sangat penting dalam kegiatan belajar
mengajar. Dengan penilaian hasil belajar maka dapat diketahui seberapa
besar keberhasilan peserta didik telah menguasai kompetensi atau materi
yang telah yang diajarkan oleh guru. Melalui penilaian juga dapat
dijadikan acuan untuk melihat tingkat keberhasilan atau efektifitas guru
dalam belajar. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar harus dilakukan
dengan baik mulai dari menentukan instrumen, penyusunan instrumen,
telaah instrumen, pelaksanaan penilaian, analisis hasil penilaian dan
program tindak lanjut hasil penilaian. Dengan penilaian hasil belajar yang
baik akan memberikan informasi yang bermanfaat dalam perbaikan
kualitas proses belajar mengajar. Sebaliknya, kalau terjadi kesalahan
dalam penilaian hasil belajar, maka akan terjadi salah informasi tentang
kualitas proses belajar mengajar dan pada akhirnya tujuan pendidikan yang
sesungguhnya tidak akan tercapai.
Melihat penjelasan mengenai penilaian di atas maka dapat disimpulkan bahwa
penilaian merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui sejauh
mana kemampuan siswa dalam memahami pelajaran yang telah disampaikan
guru. Penerapan berbagai cara dan penggunaan beragam alat penilaian untuk
memperoleh informasi tentang sejauh mana hasil belajar peserta didik atau
ketercapaian kompetensi (rangkaian kemampuan) peserta didik dengan memiliki
beberapa tujuan menentukan nilai suatu objek, seperti baik-buruk, efektif-tidak
efektif, berhasil-tidak berhasil, dan semacamnya sesuai dengan kriteria atau tolak
ukur yang telah ditetapkan sebelumnya.
9
B. Tujuan dan Manfaat Asesmen
Tujuan penilaian menurut Kunandar (2013: 70) antara lain sebagai berikut:
1) Melacak kemampuan peserta didik;
2) Mengecek ketercapaian kompetensi peserta didik;
3) Mendeteksi kompetensi yang belum dikuasai oleh peserta didik;
4) Menjadi umpan balik untuk perbaikan bagi peserta didik;
Manfaat penilaian menurut Kunandar (2013:71) antara lain sebagai berikut:
1) Mengetahui tingkat pencapai kopentensi selama dan setelah proses
pembelajaran berlangsung;
2) Memberikan umpan balik bagi peserta didik agar mengetahui kekuatan
dan kelemahannya dalam proses pencapaian kopetensi;
3) Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar yang dialami
peserta didik;
4) Umpan balik bagi guru dalam memperbaiki metode, pendekatan,
kegiatan dan sumber belajar yang digunakan;
5) Memberikan pilihan alternatif penilaian kepada guru;
6) Memberikan informasi kepada orang tua tentang mutu dan efektivitas
pembelajaran yang dilakukan sekolah.
Tujuan dan manfaat penilaian menurut Arikunto (2008: 37) antara lain sebagai
berikut:
1) Makna bagi siswa dengan diadakannya penilaian maka siswa dapat
mengetahui sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang
diberikan oleh guru. Hasil yang diperoleh oleh siswa ada 2
kemungkinan yakni memuaskan atau tidak memuaskan.
2) Makna bagi guru dengan hasil penilaian guru akan dapat mengetahui
siswa mana saja yang berhak melanjutkan pelajarannya karena sudah
berhasil menguasai bahan, maupun mengetahui siswa-siswa mana yang
belum menguasai bahan. Guru dapat mengetahui apakah materi yang
diajarkan sudah tepat bagi siswa sehingga untuk memberikan
pengajaran di waktu yang akan datang tidak perlu diadakan perubahan.
3) Makna bagi sekolah adalah guru-guru mangadakan penilaian dan
diketahui bagaimana hasil belajar siswa-siswanya, dapat diketahui pula
apakah kondisi belajar yang diciptakan oleh sekolah sudah sesuai
harapan atau belum.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi dan manfaat
penilaian sebagai berikut:
10
a) Manfaat penilaian bagi guru seperti:
1) Pada pelaksanaan penilaian, guru akan memperoleh data tentang
kemajuan belajar siswa.
2) Pada pelaksanaan penilaian guru akan dapat mengetahui apakah
metode mengajar yang digunakannya sudah sesuai atau tidak.
3) Hasil penilaian dapat dimanfaatkan guru untuk melaporkan kemajuan
belajar siswa kepada orang tua/wali siswa.
b) Manfaat penilaian bagi siswa seperti:
1) Hasil penilaian dapat menjadi pendorong siswa agar belajar lebih giat.
2) Hasil penilaian dapat dimanfaatkan siswa untuk mengetahui kemajuan
belajarnya.
3) Hasil penilaian merupakan data tentang apakah cara belajar yang
dilaksanakannya sudah tepat atau belum.
c) Manfaat penilaian bagi lembaga/sekolah seperti:
1) Hasil penilaian dapat dimanfaatkan sekolah untuk mengetahui apakah
kondisi belajar mengajar yang dilaksanakan sekolah sudah sesuai
dengan harapan atau belum.
2) Hasil penilaian merupakah data yang dapat dimanfaatkan sekolah
untuk merencanakan pengembangan sekolah pada masa yang akan
datang.
3) Hasil penilaian merupakan bahan untuk menetapkan kebijakan dalam
upaya meningkatkan kualitas sekolah.
11
C. Prinsip Asesmen
Pada proses penilaian terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
menilai peserta didik. Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah didasarkan Permendikbud Nomer 66 Tahun 2013
tentang standar penilaian pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Objektif, berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruhi
faktor subjektivitas penilai.
2) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana,
menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.
3) Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporannya.
4) Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.
5) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada
pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur,
dan hasilnya.
6) Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.
Sedangkan pelaksanaan penilaian pendidikan harus memperhatikan prinsip
penilaian. Ada 9 prinsip sebagaimana dijelaskan dalam Permendiknas Nomor 20
Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Penilaian hasil belajar peserta
didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan
kemampuan yang diukur.
2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang
jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta
didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang
agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu
komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar
pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang
berkepentingan.
12
6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik
mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai
teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan
kemampuan peserta didik.
7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap
dengan mengikuti langkah-langkah baku.
8) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian
kompetensi yang ditetapkan.
9) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari
segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.
Prinsip penilaian menurut Grounlund (1998: 28) antara lain sebagai berikut:
1) Harus ada spesifikasi yang jelas apa yang mau dinilai: penempatan,
formatif, ataukah sumatif.
2) Harus komprehensif: afektif, psikomotor, dan kognitif.
3) Butuh berbagai ragam teknik/metode asesmen, baik metode tes maupun
nontes.
4) Harus dapat memilih instrumen asesmen yang sesuai.
5) Harus jelas apa maksud dan tujuan diadakan asesmen, jadi akan jelas
pula apa tindak lanjutnya.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip
penilaian harus valid, objektif, terbuka, dan adil. Prinsip penilaian harus valid
yakni penilaian hasil belajar oleh pendidik harus mengukur pencapaian
kompetensi yang ditetapkan dalam standar isi (standar kompetensi dan
kompetensi dasar) dan standar kompetensi lulusan. Selain itu prinsip penilaian
harus objektif yakni penilaian hasil belajar peserta didik hendaknya tidak
dipengaruhi oleh subyektivitas penilai, perbedaan latar belakang agama, sosial-
ekonomi, budaya, bahasa, gender, dan hubungan emosional. Selain itu prinsip
penilaian harus terbuka yakni penilaian hasil belajar oleh pendidik bersifat terbuka
artinya prosedur penilaian, kriteria penilaian dan dasar pengambilan keputusan
terhadap hasil belajar peserta didik dapat diketahui oleh semua pihak yang
berkepentingan.
13
D. Asesmen Otentik
Penilaian hasil belajar peserta didik harus menggunakan penilaian yang menilai
seluruh aspek dalam pembelajaran. Penilaian otentik dituntut dapat menilai semua
aspek dalam proses pembelajaran. Adapun aspek-aspek dalam pembelajaran yaitu
aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Sehingga penilaian otentik harus
memperlihatkan keseimbangan antara penilaian sikap, pengetahuan dan
ketrampilan peserta didik. Pada penilaian ini guru dapat mengambil penilaian
ketika proses pembelajaran sehingga penilaian ini tidak hanya dilakukan di akhir
periode pembelajaran saja. Penilaian otentik menurut Pantiwati (2013: 26)
menjelaskan sebagai berikut:
Penilaian merupakan bagian dari proses pembelajaran yang harus sejalan
dengan perkembangan model dan strategi pembelajaran. Seiring dengan
perkembangan kurikulum, maka asesmen yang digunakan harus
mengalami perkembangan juga. Pada kurikulum 2013, asesmen yang
ditekankan adalah asesmen otentik. Asesmen otentik adalah asesmen yang
menekankan pada permasalahan atau kenyataan nyata yang dilakukan
siswa pada saat pembelajaran berlangsung.
Penilaian otentik menurut Kunandar (2013: 35) mendefinisikan sebagai berikut:
Penilaian otentik adalah kegiatan menilai peserta didik yang menekankan
pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan
berbagai instrument penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan
kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Dasar
(KD) dan Kompetensi Inti (KI).
Penilaian otentik menurut Mueller dalam Abidin (2012: 168) mendefinisikan
bahwa seperti berikut:
Penilaian otentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi
atau konteks dunia “nyata” yang memerlukan berbagai macam pendekatan
untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu
masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan.
14
Penilaian otentik menurut Grounlund dalam Pantiwati (2013: 12) mendefinisikan
sebagai berikut:
Asesmen otentik adalah asesmen yang berpusat pada pelajar nyata seperti
kehidupan sehari-hari dan terintegrasi dalam strategi pembelajaran,
bersifat berkelanjutan dan dilakukan terhadap proses dan produk.
Asesmen otentik merupakan suatu proses yang terintegrasi untuk menentukan ciri
dan tingkat belajar dan perkembangan belajar peserta didik seperti yang dijelaskan
Kunandar (2013: 35):
Asemen otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran oleh anak didik melalui
berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau
menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kompetensi
telah benar-benar dikuasai dan dicapai.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa asesmen otentik adalah
asesmen yang menilai apa yang dipelajari siswa bukan apakah siswa tersebut
belajar. Sehingga pada asesmen otentik ini tidak hanya menilai apa yang diketahui
oleh siswa saja tetapi juga menilai apa yang dapat siswa lakukan dalam proses
pembelajaran.
Implementasi dari asesmen otentik harus mengikuti prinsip-prinsip:
1) Asesmen merupakan bagian tak terpisahkan dari pembelajaran.
2) Asesmen harus mencerminkan masalah dunia nyata.
3) Asesmen harus menggunakan berbagai ukuran, metode dan kriteria yang
sesuai dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
4) Asesmen meliputi semua aspek dari tujuan pembelajaran, baik kognitif,
afektif maupun sensori motorik.
15
E. Jenis-Jenis Asesmen Otentik
Jenis-jenis penilaian otentik menurut pendapat Burton dalam Bakti (2014: 3)
menjelaskan sebagai berikut:
Penilaian otentik adalah sekumpulan penilaian yang menghubungkan
pengetahuan dengan praktik langsung. Pada penilaian otentik terdapat
beberapa teknik penilaian yang dapat dilakukan di antaranya penilaian
otentik termasuk di dalamnya penilaian perfomansi (performance
assessment), portofolio (portfolios), dan penilaian diri-sendiri (student
self-assessment), penugasan (Proyek/Projek), hasil kerja (Product), dan
tertulis (Paper & Pen).
Penilaian otentik menurut Daryanto (2014: 126) ada beberapa jenis antara lain,
yaitu :
1) Penilaian kinerja.
2) Penilaian proyek.
3) Penilaian portofolio.
4) Penilaian tertulis.
5) Penilaian lisan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis penilaian
otentik dapat berupa penilaian performansi, portofolio, penilaian diri sendiri,
penugasan, hasil kerja, dan tertulis.
Penilaian performansi (Performance Assessment) merupakan penilaian yang
dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu.
Penilaian ini tepat dilakukan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang
menuntut peserta didik menunjukkan kinerjanya. Pemantauan didasarkan pada
kinerja (performance) yang ditunjukkan dalam menyelesaikan suatu tugas atau
permasalahan yang diberikan. Hasil yang diperoleh merupakan suatu hasil dari
unjuk kerja tersebut. Penilaian ini merupakan bentuk penilaian yang membangun
16
respon siswa, misalnya dalam hal berbicara atau menulis. Respon siswa dapat
diperoleh guru dengan melakukan observasi selama pembelajaran di kelas.
Penilaian ini meminta siswa untuk menyelesaikan tugas yang komplek dalam
konteks pengetahuan, pembelajaran terkini, dan keahlian yang relevan untuk
menemukan solusi dari suatu permasalahan. Siswa dapat menggunakan bahan-
bahan atau menunjukkan hasil aktifitas tangan dalam mengatasi masalah, contoh:
laporan berbicara, menulis, proyek individu maupun grup, pameran, dan
demonstrasi.
Portofolio (Portfolios) merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
berbagai informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik
dalam satu periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik tersebut dapat
berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh
peserta didiknya, hasil tes (bukan nilai), piagam penghargaan atau bentuk
informasi lain yang terkait dengan kompetensi tertentu dalam satu mata pelajaran.
Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri
dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan
perbaikan. Portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar
peserta didik. Portofolio adalah penilaian yang meminta peserta didik menilai
dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi
yang dipelajari berdasarkan kreteria yang telah ditetapkan. Tujuan utama dari
portofolio adalah untuk mendukung atau memperbaiki proses dan hasil belajar.
Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk memberikan nilai. Jenis
asesmen diri:
17
1) Asesmen langsung dan spesifik yaitu penilaian secara langsung pada saat
atau setelah selesai melakukan tugas, untuk menilai aspek-aspek tertentu
pada mata pelajaran.
2) Asesmen tidak langsung dan holistik yaitu penilaian yang dilakukan dalam
kurun waktu yang panjang, untuk memberikan penilaian secara
keseluruhan.
3) Asesmen sosio-afektif yaitu penilaian terhadap unsur-unsur afektif atau
emosional, misal: peserta didik diminta membuat tulisan yang membuat
curahan perasaan. Sistem pengumpulan hasil kerja siswa yang dianalisis
untuk menunjukkan kemajuan belajar siswa dalam jangka waktu tertentu.
Contoh penilaian portofolio, misalnya: menulis, membaca buku harian,
menggambar, audio atau video, dan atau komentar guru dan siswa tentang
kemajuan yang telah dicapai siswa.
Penilaian diri-sendiri (Student Self-Assessment) merupakan kunci dalam penilaian
otentik dan dalam pengaturan pembelajaran diri, “motivasi dan strategi untuk
menyelesaikan permasalahan dengan tujuan spesifik”. Penilaian diri-sendiri
digunakan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran yang di
dalamnya merupakan integrasi dari kemampuan kognitif, motivasi, dan sikap
terhadap pembelajaran. Dalam pengaturan diri pembelajar, murid membuat
pilihan, memilih aktivitas pembelajaran, dan merencanakan bagaimana mereka
menggunakan waktu dan sumber. Mereka memiliki kebebasan untuk memilih
aktivitas yang menantang, mengambil resiko, meningkatkan kemahiran
pembelajaran, dan mencapi tujuan yang telah direncanakan.
18
Penugasan (Proyek) merupakan tugas yang harus diselesaikan dalam
periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari
pengumpulan, pengorganisasian, pengevaluasian, hingga penyajian data. Karena
dalam pelaksanaannya proyek bersumber pada data primer/sekunder, evaluasi
hasil, dan kerjasama dengan pihak lain, proyek merupakan suatu sarana yang
penting untuk menilai kemampuan umum dalam semua bidang. Proyek juga akan
memberikan informasi tentang pemahaman dan pengetahuan peserta didik pada
pembelajaran tertentu, kemampuan peserta didik dalam mengaplikasikan
pengetahuan, dan kemampuan peserta didik untuk mengomunikasikan informasi.
Penilaian ini juga merupakan penilaian terhadap suatu tugas yang mengandung
penyelidikan yang harus selesai dalam waktu tertentu. Proyek adalah suatu tugas
yang meminta siswa menghasilkan sesuatu oleh diri siswa sendiri pada suatu topik
yang berhubungan dengan kurikulum lebih dari hanya sekedar ”memproduksi”
pengetahuan dalam suatu tes.
Hasil kerja (Product) adalah penilaian terhadap keterampilan siswa dalam
membuat suatu produk tertentu dan kualitas produk tersebut. Tujuan penilaian
produk adalah:
1) Menilai penguasaan keterampilan siswa yang diperlukan sebelum
mempelajari keterampilan berikutnya.
2) Menilai tingkat kompetensi yang sudah dikuasai siswa pada setiap akhir
jenjang.
3) Menilai keterampilan siswa yang akan memasuki institusi pendidikan
tertentu.
19
Tertulis (Paper & Pen) dapat digolongkan menjadi dua bentuk, yaitu tes esai
jawaban terbuka (extended-response) dan jawaban terbatas (restricted-response)
dan hal ini tergantung pada kebebasan yang diberikan kepada peserta didik untuk
mengorganisasikan atau menyusun ide-idenya dan menuliskan jawabannya.
Pada tes pilihan jamak termasuk tes tertutup karena siswa hanya memilih jawaban
yang paling benar yang sudah disediakan, sedangkan tes uraian termasuk tes
terbuka karena siswa bebas menjawab pertanyaan yang diberikan.
F. Asesmen Tertulis Bentuk Pilihan Jamak
Pada umumnya tes tertulis yang sering digunakan yaitu pilihan jamak dan uraian.
Tes tertulis bentuk pilihan jamak dapat digunakan untuk menilai kemampuan
mengingat dan memahami. Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang
menuntut siswa untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya
atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau meng-
ekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan
kata-katanya sendiri. Asesmen tes tertulis menurut Sofyana (2010: 3) yakni:
Asesmen secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes tertulis
merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta
didik dalam bentuk tulisan. Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu: (a)
memilih jawaban, yang dibedakan menjadi: (1) pilihan ganda, (2) dua
pilihan (benar-salah, ya-tidak), (3) menjodohkan, (4) sebab-akibat; (b)
mensuplai jawaban, dibedakan menjadi: (1) isian atau melengkapi, (2)
jawaban singkat atau pendek, dan (3) uraian.
Asesemen tes tertulis di bagi menjadi 2 bentuk yakni bentuk uraian dan bentuk
pilihan jamak. Tes tertulis bentuk pilihan jamak memiliki kelebihan dan
kekurangan menurut Haryati (2013: 55) menjelaskan sebagai berikut:
20
Kelebihan dari tes tertulis pilihan jamak yaitu mudah dianalisa, mencakup
banyak materi pelajaran, waktu yang diperlukan lebih singkat, dapat
menggunakan rumus singkat, pokok soal dirumuskan dengan singkat dan
jelas, materi yang ditanyakan jelas arahnya, dapat mengukur kemampuan
siswa sesuai dengan domain yang dikehendaki sesuai dengan tingkat
kesukarannya, soal tidak bergantung dari soal sebelumnya, semua
indikator dapat terwakili, mudah dibuat karena sejajar dengan indikator
yang hendak dinilai. Sedangkan kelemahan dari tes tertulis bentuk pilihan
jamak yaitu syarat dengan spekulasi untuk siswa kurang menggambarkan
sebuah proses, hanya dapat mengetahui kemampuan kognitif tanpa analisa,
kurang dapat menggambarkan kemampuan siswa secara utuh, membiasa-
kan siswa berpikir untung-untungan, kurang memberikan peluang
menjawab dengan benar pada siswa (hanya 20%) untuk 5 opsen jawaban,
kurang memacu siswa untuk memberikan analisis dan memberikan
jawaban, tidak dapat menjawab secara analisa atau kesimpulan, tidak dapat
mendeteksi langkah siswa dalam mengerjakan soal.
Melihat pengertian tes tertulis sebagaimana yang dijabarkan oleh beberapa ahli di
atas, maka dapat diketahui pada tes tertulis terbagi menjadi 2 bentuk yakni tes
tertulis pilihan jamak dan tes tertulis bentuk uraian. Pada tes tertulis bentuk
pilihan jamak terdapat beberapa kelebihan dan juga kelemahan.
Beberapa kelebihan dari tes pilihan jamak seperti:
1) Mudah dianalisa,
2) Mencakup banyak materi pelajaran,
3) Waktu yang diperlukan lebih singkat, dan
4) Pokok soal dirumuskan dengan singkat dan jelas.
Sedangkan kelemahan dari tes pilihan jamak yakni:
1) Syarat dengan spekulasi untuk siswa,
2) Kurang menggambarkan sebuah proses, dan
3) Hanya dapat mengetahui kemampuan kognitif tanpa analisa,
4) Kurang memberikan peluang menjawab dengan benar pada siswa
(hanya 20%) untuk 5 opsen jawaban.
21
Pada umumnya tes tertulis yang biasa digunakan oleh guru dalam melakukan
penilaian adalah tes tertulis bentuk pilihan jamak dan uraian. Tes tertulis bentuk
pilihan jamak dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan
memahami. Tes tertulis bentuk pilihan jamak juga merupakan tes yang dikatagori-
kan tes tertutup karena jawaban sudah tersedia, siswa hanya diminta memilih
jawaban yang benar atau yang paling benar dari beberapa pilihan yang disediakan.
Tes tertulis bentuk uraian merupakan alat penilaian yang dapat menilai
kemampuan siswa dalam mengingat, memahami, dan mengorganisasi gagasan
atau hal-hal yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan gagasan jawaban
tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-kata.
G. Pengembangan
Pengembangan pembelajaran adalah suatu proses mendesain pembelajaran secara
logis, dan sistematis dalam rangka untuk menetapkan segala sesuatu yang akan
dilaksanakan dalam proses kegiatan belajar dengan memperhatikan potensi dan
kompetensi siswa. Penelitian pengembangan menurut Hosnan (2014: 389) adalah:
Penelitian pengembangan adalah suatu proses yang digunakan untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.
Pengembangan menurut Richey dan Klein (2007: 129) adalah:
Pengembangan adalah proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam
bentuk fisik yang berkaitan dengan desain belajar sistematik dan proses
evaluasi dengan maksud menetapkan dasar empiris untuk mengkreasikan
produk pembelajaran yang baru atau model peningkatan pengembangan
yang sudah ada. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan
penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan agar dapat berfungsi di
masyarakat luas maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan
produk tersebut.
22
Pengembangan menurut Sugiyono (2013: 287) yakni:
Metode penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa inggrisnya
Research and Development adalah metode penelitian yang digunakan
untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk
tersebut.
Langkah langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2013: 288)
yakni:
Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yakni potensi dan
masalah, pengumpulan data, desain produk, validasi desain, revisi desain,
uji coba produk, revisi produk, uji coba pemakaian, revisi produk,
produksi massal.
Berdasarkan uraian paparan di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian dan
pengembangan adalah serangkaian langkah sistematik, yang setiap langkah yang
dilakukan selalu mengacu kepada hasil dari langkah langkah sebelumnya hingga
akhirnya didapatkanlah produk–produk baru yang memiliki kualitas yang lebih
baik.
H. Pembelajaran IPA Terpadu
Sains adalah ilmu yang mempelajari fenomena-fenomena di alam semesta. Ilmu
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan pengetahuan ilmiah, yaitu pengetahuan
yang telah mengalami uji kebenaran melalui metode ilmiah, dengan ciri objektif,
metodik, sistematis, universal, dan tentatif. IPA menurut Trianto (2010: 136-137)
adalah sebagai berikut:
IPA adalah suatu kumpulan teori yang sistematis, penerapannya secara
umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui
metode ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah
seperti rasa ingin tahu, terbuka, jujur dan sebagainya.
23
Pada hakikatnya IPA dibangun atas dasar proses ilmiah, produk ilmiah, dan sikap
ilmiah. Dari pembelajaran yang menggunakan proses atau prosedur ilmiah maka
akan menghasilkan produk yang bersifat ilmiah dan akan menumbuhkan sikap
ilmiah dalam diri siswa.
IPA menurut Marsetio Donosepoetro dalam Trianto (2010: 137) dipandang
sebagai berikut:
IPA sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan
pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru.
Sebagai produk diartikan sebagai hasil proses, berupa pengetahuan yang
diajarkan dalam dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan
untuk penyebaran atau dissiminasi pengetahuan. Sebagai prosedur
dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui
sesuatu (riset pada umumnya) yang lazim disebut metode ilmiah (scientific
method).
IPA dapat digunakan untuk menemukan pengetahuan baru melalui kegiatan
ilmiah. Pengetahuan yang diterima siswa tidak hanya dalam pembelajaran di
sekolah saja, namun bisa diperoleh dari luar pembelajaran seperti melakukan
kegiatan pratikum dengan metode ilmiah. Dari serangkaian kegiatan yang
dilakukan siswa IPA dapat dipandang sebagai proses, produk, dan prosedur. Nilai-
nilai IPA menurut Prihanto Laksmi dalam Trianto (2010: 141-142) yang dapat
ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain:
1) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut
langkah-langkah metode ilmiah;
2) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan,
mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah;
3) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik
dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan.
Guru yang membelajarkan IPA di sekolah perlu menanamkan nilai-nilai yang
dapat membuat siswa untuk dapat berpikir secara teratur, sistematis, dan kegiatan
24
yang dilakukan siswa mengikuti langkah-langkah metode ilmiah. Dalam
melakukan eksperimen, siswa diharapkan terampil menggunakan alat-alat
eksperimen dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan. Dan yang terakhir
siswa ditanamkan sikap ilmiah berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan dan
sikap tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebagai alat pendidikan yang berguna untuk mencapai tujuan pendidikan, maka
pendidikan IPA di sekolah mempunyai tujuan-tujuan tertentu. Pembelajaran IPA
menurut Prihanto Laksmi dalam Trianto (2010: 142) antara lain:
1) memberikan pengetahuan kepada siswa tentang dunia tempat hidup dan
bagaimana bersikap;
2) menanamkan sikap hidup ilmiah;
3) memberikan keterampilan untuk melakukan pengamatan;
4) mendidik siswa untuk mengenal, mengetahui cara kerja serta menghargai
para ilmuwan penemunya; dan
5) menggunakan dan menerapkan metode ilmiah dalam memecahkan
permasalahan.
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Menengah Pertama
(SMP) pada kurikulum tahun 2013 terdapat beberapa perubahan diantara adalah
konsep pembelajarannya dikembangkan sebagai mata pelajaran integrative
science atau “IPA Terpadu” bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu.
Pembelajaran IPA di sekolah merujuk pada keterpaduan mata pelajaran fisika,
kimia, dan biologi dengan menggunakan metode ilmiah atau pendekatan ilmiah
(scientific approach). Pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu
pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara
individual maupun kelompok aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep
serta prinsip-prinsip secara holistik dan otentik.
25
Tujuan pembelajaran IPA Terpadu pada dasarnya menurut Puskur dalam Trianto
(2010: 155), yaitu:
1) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
2) Meningkatkan minat dan motivasi siswa.
3) Dapat digunakan untuk mencapai beberapa kompetensi dasar secara
sekaligus.
Karena menggunakan konsep keterpaduan, dalam membelajarkan IPA di sekolah
memungkinkan beberapa materi dibelajarkan dalam satu proses pembelajaran
saja. Kemendikbud (2013: 4) menjelaskan bahwa ciri-ciri pembelajaran terpadu
antara lain holistik, bermakna, dan aktif. Holistik merupakan suatu peristiwa yang
menjadi pusat perhatian, dikaji dari beberapa bidang studi sekaligus untuk
memahami suatu fenomena dari segala sisi. Bermakna maksudnya terdapat
keterkaitan antara konsep menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari dan
diharapkan anak mampu menerapkannya untuk memecahkan masalah nyata di
dalam kehidupannya. Sedangkan aktif merupakan pembelajaran terpadu yang
dikembangkan melalui scientific approach, sehingga siswa terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran.
IPA Terpadu merupakan pelajaran yang di dalamnya terdapat materi tentang Bab
Suhu. Suhu adalah derajat panas dinginnya suatu benda. Di kehidupan sehari-hari
sering terjadi perpindahan kalor jika ada perbedaan suhu dari dua benda atau lebih
baik secara sengaja ataupun yang tidak sengaja. Kalor perpindah dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah.
Jenis-jenis perpindahan kalor menurut Teguh (2008: 112), yaitu:
Ada tiga cara dalam perpindahan kalor yaitu:
1. konduksi (hantaran),
2. konveksi (aliran), dan
3. radiasi (pancaran).
26
Pengertian konduksi menurut Teguh (2008: 112), yaitu:
Konduksi adalah perpindahan kalor melalui suatu zat tanpa disertai
perpindahan partikel-partikel zat tersebut. Contoh dari konduksi adalah
memegang besi dibakar atau dapat dilihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Membakar Batang Besi
Berdasarkan daya hantar kalor, benda dibedakan menjadi dua, yaitu:
1) Konduktor, yaitu zat yang memiliki daya hantar kalor baik.
Contoh : besi, baja, tembaga, aluminium, dll
2) Isolator, yaitu zat yang memiliki daya hantar kalor kurang baik.
Contoh: kayu, plastik, kertas, kaca, air, dll
Pengertian konveksi menurut Teguh (2008: 116), yaitu:
Konveksi adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai
perpindahan partikel-partikel zat tersebut.
Konveksi terjadi karena perbedaan massa jenis zat. Kamu dapat
memahami peristiwa konveksi, antara lain:
1) Pada zat cair karena perbedaan massa jenis zat, misal sistem
pemanasan air, dan sistem aliran air panas.
2) Pada zat gas karena perbedaan tekanan udara, misal terjadinya
angin darat dan angin laut, sistem ventilasi udara, untuk
mendapatkan udara yang lebih dingin dalam ruangan dipasang
AC atau kipas angin, dan cerobong asap pabrik.
Contoh dari konveksi adalah proses mendidihkan air atau dapat dilihat
pada Gambar 2.2
Gambar 2.2 Mendidihkan Air
27
Pengertian konveksi menurut Teguh (2008: 116), yaitu:
Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara.
Contoh peristiwa dari radiasi adalah ketika didekat api unggun badan
terasa hangat atau dapat dilihat pada Gambar 2.3
Gambar 2.3 Menghangatkan Diri Di Dekat Api Unggun
Dari hasil pengamatan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan
bahwa:
1) Permukaan benda hitam, kusam, dan kasar merupakan pemancar
dan penyerap kalor yang baik.
2) Permukaan benda putih, mengkilap dan halus merupakan
pemancar dan penyerap kalor yang buruk
Dari beberapa pendapat di atas maka kalor dapat berpindah dari benda yang
bersuhu tinggi ke benda yang bersuhu rendah. Berdasarkan cara kalor berpidah
dapat dibedakan menjadi 3 yaitu: Konduksi, Konveksi, dan Radiasi.
Konduksi adalah perpindahan kalor yang memerlukan zat perantara tetapi ketika
kalor berpindah partikel zat tidak ikut berpindah. Contoh dari konduksi adalah:
a. Membakar besi.
b. Memanaskan sendok.
c. Membakar alumunium.
d. Lempengan baja yang dibakar.
e. Plat besi dibakar.
28
Konveksi adalah perpindahan kalor pada suatu zat yang disertai perpindahan
partikel-partikel zat tersebut. Konveksi terjadi karena perbedaan massa jenis zat.
Untuk mudah dapat memahami peristiwa konveksi, antara lain:
a. Pada zat cair karena perbedaan massa jenis zat, misal sistem pemanasan air,
sistem aliran air panas.
b. Pada zat gas karena perbedaan tekanan udara, misal terjadinya angin darat dan
angin laut, sistem ventilasi udara, untuk mendapatkan udara yang lebih dingin
dalam ruangan dipasang AC atau kipas angin, dan cerobong asap pabrik.
Contoh dalam kehidupan sehari-hari adalah:
Pada siang hari daratan lebih cepat panas daripada lautan. Hal ini mengakibatkan
udara panas di daratan akan naik dan tempat tersebut diisi oleh udara dingin dari
permukaan laut, sehingga terjadi gerakan udara dari laut menuju ke darat yang
biasa disebut angin laut. Angin laut terjadi pada siang hari, biasa digunakan oleh
nelayan tradisional untuk pulang ke daratan.
Pada malam hari daratan lebih cepat dingin daripada lautan. Hal ini
mengakibatkan udara panas di permukaan air laut akan naik dan tempat tersebut
diisi oleh udara dingin dari daratan, sehingga terjadi gerakan udara dari darat
menuju ke laut yang biasa disebut angin darat. Angin darat terjadi pada malam
hari, biasa digunakan oleh nelayan tradisional untuk melaut mencari ikan.
Radiasi adalah perpindahan kalor tanpa melalui zat perantara. Alat yang
digunakan untuk menyelidiki sifat radiasi berbagai permukaan disebut termoskop
diferensial. Kedua bola lampu dicat dengan warna yang sama, tetapi di antara bola
tersebut diletakkan bejana kubus yang salah satu sisinya permukaannya hitam
29
kusam dan sisi lainnya mengkilap. Beberapa contoh penerapan perpindahan kalor
secara radiasi dalam kehidupan sehari-hari.
a. Pada siang hari yang panas, orang lebih suka memakai baju cerah daripada baju
gelap. Hal ini bertujuan untuk mengurangi penyerapan kalor.
b. Cat mobil atau motor dibuat mengkilap untuk mengurangi penyerapan kalor.
c. Mengenakan jaket tebal atau meringkuk di bawah selimut tebal saat udara
dingin badanmu merasa nyaman.
d. Dinding termos dilapisi perak.
I. Scientific Approach
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 adalah untuk
penguatan sikap (tahu mengapa), keterampilan (tahu bagaimana), dan
pengetahuan (tahu apa) yang terintegrasi, yaitu dikenal dengan scientific
approach. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan,
dan keterampilan. Scientific approach merupakan pembelajaran yang mengadopsi
langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah.
Kegiatan pembelajaran saintifik dilakukan melalui proses mengamati, menanya,
mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Lima pengalaman belajar ini
diimplementasikan ke dalam model atau strategi pembelajaran, metode, teknik,
maupun taktik yang digunakan. Scientific approach ini dapat diterapkan untuk
semua mata pelajaran dan sangat baik untuk mengembangkan kemampuan
berpikir siswa.
30
Proses pembelajaran menurut Kemendikbud (2013: 35) terdiri atas lima
pengalaman belajar pokok yaitu:
1) mengamati,
2) menanya,
3) mengumpulkan informasi,
4) mengasosiasi, dan
5) mengkomunikasikan.
Proses pendekatan saintifik menurut Dyer dkk dalam Sani (2014: 53)
mengungkapkan bahwa:
Dapat dikembangkan pendekatan saintifik (scientific approach) dalam
proses pembelajaran antara lain: 1) mengamati; 2) menanya; 3)
mencoba/mengumpulkan informasi; 4) menalar/asosiasi; 5) membentuk
jejaring (melakukan komunikasi).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran
melalui scientific approach terdiri dari mengamati, menanya, mengumpulkan
data, mengasosiasikan, dan mengomunikasikan. Dalam aktivitas belajar dengan
menggunakan scientific approach tidak harus dilakukan dengan prosedur yang
kaku. Proses pembelajaran yang berlangsung dapat disesuaikan dengan
pengetahuan yang akan dipelajari. Sani (2014: 54) menggambarkan proses
pembelajaran dengan scientific approach sebagai berikut:
Gambar 2.4 Komponen Pendekatan Pembelajaran Saintifik.
31
Tabel 2.1: Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan Belajar dan
Maknanya.
LANGKAH
PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR
KOMPETENSI
YANG
DIKEMBANGKAN
Mengamati Membaca, mendengar,
menyimak, melihat (tanpa
atau dengan alat)
Melatih
kesungguhan,
ketelitian, mencari
informasi.
Menanya Mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang
tidak dipahami dari apa
yang diamati atau
pertanyaan untuk
mendapatkan informasi
tambahan tentang apa yang
diamati (dimulai dari
pertanyaan faktual sampai
ke pertanyaan yang bersifat
hipotetik).
Mengembangkan
kreativitas, rasa ingin
tahu, kemampuan
merumuskan
pertanyaan untuk
membentuk pikiran
kritis yang perlu
untuk hidup cerdas
dan belajar sepanjang
hayat.
Mengumpulkan
informasi/ eksperimen
melakukan eksperimen
membaca sumber lain
selain buku teks
mengamati objek/
kejadian/aktivitas
wawancara dengan
narasumber.
Mengembangkan
sikap teliti,
jujur,sopan,
menghargai pendapat
orang lain,
berkomunikasi,
menerapkan
kemampuan
mengumpulkan
informasi melalui
berbagai cara yang
dipelajari,
mengembangkan
kebiasaan belajar dan
belajar sepanjang
hayat.
Mengasosiasikan/mengo
-lah informasi
Mengolah informasi yang
sudah dikumpulkan baik
terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen
maupun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan
mengumpulkan informasi.
Pengolahan informasi yang
dikumpulkan dari yang
Mengembangkan
sikap jujur, teliti,
disiplin, taat aturan,
kerja keras,
kemampuan
menerapkan prosedur
dan kemampuan
berpikir induktif
serta deduktif dalam
32
LANGKAH
PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR
KOMPETENSI
YANG
DIKEMBANGKAN
bersifat menambah
keluasan dan kedalaman
sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat
mencari solusi dari
berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang
berbeda sampai kepada
yang bertentangan.
menyimpulkan.
Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan
berdasarkan hasil analisis
secara lisan, tertulis, atau
media lainnya.
Mengembangkan
sikap jujur, teliti,
toleransi,
kemampuan berpikir
sistematis,
mengungkapkan
pendapat dengan
singkat dan jelas, dan
mengembangkan
kemampuan
berbahasa yang baik
dan benar.
Dalam pelaksanaanya, kelima proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mengamati
Dalam melakukan pengamatan siswa harus melibatkan panca indera. Tujuan dari
mengamati yaitu untuk memperoleh informasi secara nyata. Pada proses
mengamati, tidak terlepas dari keterampilan lainnya, antara lain melakukan
pengelompokan atau membandingkan. Suatu pengamatan yang cermat sangat
dibutuhkan siswa untuk menganalisis permasalahan atau fenomena yang berkaitan
dengan apa yang diamati.
33
2. Menanya
Pada proses pembelajaran, siswa dilatih untuk membuat pertanyaan berkenaan
dengan topik yang akan dipelajari. Kegiatan tersebut bertujuan untuk
meningkatkan keingintahuan siswa dan mengembangkan kemampuan siswa. Guru
berperan sebagai motivator supaya siswa menyampaikan pertanyaan yang terkait
dengan apa yang dipelajari.
3. Mencoba/Memperoleh Informasi
Untuk memperoleh informasi berkaitan dengan apa yang dipelajari, siswa
mengumpulkan berbagai informasi dari sumber-sumber yang ada seperti buku
teks, internet, dan lain-lain. Untuk membantu siswa dalam melakukan percobaan,
guru perlu memberikan beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk
membangun konsep siswa dan menyediakan LKS sebagai penuntun siswa dalam
mencoba.
4. Menalar/Asosiasi
Menalar merupakan aktivitas mental khusus dalam melakukan inferensi.
Sedangkan inferensi merupakan kegiatan menarik kesimpulan berdasarkan
pendapat (premis). Data, fakta, atau informasi yang terkait fenomena yang ada.
Upaya guru dalam melatih siswa untuk melakukan kegiatan menalar dapat
dilakukan dengan meminta siswa untuk menganalisis data yang telah diperoleh
dari hasil mencoba sehingga siswa dapat menentukan hubungan antar variable
yang ada, menguju hipotesis, menjelaskan mengenai data percobaan berdasarkan
teori yang ada serta dapat menarik kesimpulan.
34
5. Membentuk Jaringan/Komunikasi
Kemampuan berkomunikasi sangat perlu untuk dimiliki siswa supaya siswa dapat
menyampaikan hasil pembelajaran yang telah dilakukan kepada teman lainnya.
Kemampuan berkomunikasi sama pentingnya dengan kemampuan pengetahuan,
keterampilan, dan pengalaman.