identifikasi sebaran episenter dan...

Download IDENTIFIKASI SEBARAN EPISENTER DAN …fisika.um.ac.id/download/doc_download/334-artikelwindadwiayusari... · gunung api muda yang tumbuh pada zaman Kuarter Muda (Holosen), Gunung

If you can't read please download the document

Upload: phungtuyen

Post on 06-Feb-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

IDENTIFIKASI SEBARAN EPISENTER DAN HIPOSENTER GEMPA VULKANIK

GUNUNG API KELUT, JAWA TIMUR, BULAN JANUARI MEI 2013

Winda Dwi ayu Sari1, Daeng Achmad Suaidi

2, Nasikhudin

3

1

Mahasiswa Fisika Universitas negeri Malang 2 Dosen Fisika Universitas Negeri Malang

3 Dosen Fisika Universitas Negeri Malang

ABSTRAK

Sehubungan dengan semakin meningginya kubah lava baru Gunung Kelut semenjak letusan

terakhir tahun 2007, perlu dilakukan identifikasi dan analisa gempa vulkanik pada Gunung

Kelut pada bulan Januari - Mei 2013 guna mengetahui aktivitas vulkanis Gunung Kelut

berdasarkan analisa seismogram dan posisi sumber gempa (episenter dan hiposenter).

Diperoleh 15 event gempa vulkanik bulan JanuariMei 2013. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa sumber gempa vulkanik terdapat pada area Kawah dengan kedalaman gempa

vulkanik dangkal 12m dibawah puncak dengan frekuensi dominan berkisar 3-6 Hz dan

gempa vulkanik Dalam dengan kedalaman 1-4 km dibawah permukaan air laut yang

memiliki frekuensi dominan berkisar 5-7 Hz. Daeri hasil penentuan hiposenter diketahui

terjadi intrusi magma oleh gempa Vulkanik Dalam, hal ini di sebabkan posisi hiposenter

gempa semakin naik menuju ke puncak kawah.

Kata kunci : Gunung Api Kelut, Gempa Vulkanik, Episenter, Hiposenter

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gunung Kelut merupakan salah satu

gunung api yang terbentuk akibat proses

pertemuan dua lempeng yaitu lempeng

benua Indo-Australia dan lempeng tektonik

Eurasia. Gunung yang terletak 30 km dari

kota Kediri, Jawa Timur ini tercatat terakhir

memiliki aktivitas yang tinggi pada tahun

2007, sehingga menyebabkan terbentuknya

kubah lava baru di tengah danau kawah

Gunung Kelut yang diberi nama Anak

Kelut.

Gunung Anak Kelut ini kini terus

menerus di pantau karena memiliki

aktivitas yang lebih tinggi dari aktivitas

Gunung Kelut sebelumnya. Apalagi

Gunung Anak Kelut kini memiliki ukuran

semakin tinggi yang mungkin dkarenakan

desakan magma di bawah permukaannya.

Untuk memantau aktivitas kegempaan

vulkanik Gunung Anak Kelut terdapat

beberapa stasiun seismik yang dipasang di

sekitar Gunung Anak Kelut. Data

kegempaan dari tiap stasiun dikirim melalui

frekuensi radio ke Pos Pengamatan Gunung

Api (PPGA) Kelut di Dusun Margomulyo,

Desa Sugiwharas, Kecamatan Ngancar,

Kabupaten Kediri yang berjarak sekitar 6

kilometer dari kawah.

Data yang diterima dari kelima

stasiun seismik berupa rekaman sinyal

gelombang yang dicatat melalui alat

seismograf. Rekaman sinyal gelombang ini

memberi informasi gejala aktivitas Gunung

Anak Kelut, khususnya adalah informasi

mengenai frekuensi gempa vulkanik dan

hiposenter (sumber gempa dalam bumi).

Penentuan koordinat hiposenter pada

gempa vulkanik sangat penting untuk

diketahui sebab dapat mengetahui lokasi

intrusi magma gunung Kelut dan

memonitoring pertumbuhan kubah lava

yang baru.

1.2 Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui analisa seismogram gempa vulkanik Gunung Api Kelut

2. Mengetahui sebaran episenter dan hiposenter gempa vulkanik Gunung

Kelut selama Bulan Januari Mei 2013

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Morfologi Gunung Kelut

Gunung Kelud dengan puncak

tertinggi 1731 m dpl merupakan salah satu

gunung api aktif tipe A yang paling

berbahaya di Indonesia (Kusumadinata drr.

1979). Gunung kelut juga merupakan salah

satu gunung api bentuk strato yang masih

aktif dengan mempunyai danau kawah di

puncaknya. Lokasi Gunungapi kelut

terletak dalam tiga wilayah kabupaten di

Jawa Timur, yaitu Kabupaten malang,

Kabupaten Blitar dan Kabupaten Kediri.

Letak geografis Gunungapi Kelut berada

pada 7 56 LS dan 112 18,5 BT atau

7,937 LS dan 112,305 BT.

Gunung Kelut merupakan gunung

api Kuarter yang merupakan produk proses

tumbukan antara lempeng Indo-Australia

yang menunjam ke bawah lempeng Asia,

tepatnya di sebelah selatan Jawa. Sebagai

gunung api muda yang tumbuh pada zaman

Kuarter Muda (Holosen), Gunung Kelut

merupakan salah satu gunung api dalam

deretan gunung api yang tumbuh dan

berkembang di dalam Subzona Blitar dari

Zona Solo, dimulai dari daerah bagian

selatan Jawa bagian tengah (Gunung Lawu)

hingga Jawa bagian timur (Gunung Raung),

yang dibatasi gawir sesar Pegunungan

Selatan (Zaennudin, 2008).

Gunung api ini merupakan gunung

api strato, akan tetapi tidak seperti gunung

api strato yang lain-nya seperti Gunung

Merapi atau Semeru. Hal ini karena

kerucutnya tidak begitu jelas, puncak tidak

teratur, tajam dan terjal, serta kerucut yang

rendah. Keadaan puncak-puncak tersebut

disebabkan oleh sifat erupsi yang sangat

merusak (eksplosif) disertai dengan

pertumbuhan sumbat-sumbat lava, seperti

puncak Sumbing, Gajahmungkur, dan

puncak Kelud (Zaennudin, 2007).

Gambar 2.1 Peta fisiografi daerah Jawa bagian

timur(modifikasi dari Van-

Bemmelen, 1949)

Erupsi Gunung Kelut secara umum

mempunyai sifat eksplosif. Erupsi terjadi

dengan tanda yang minim, tidak terjadi

erupsi dari kecil kemudian membesar,

tetapi terjadi erupsi sangat singkat dan

langsung membesar. Seperti letusan paling

tinggi Gunung Kelut pada tahun 1990 yan

telah menimbulkan lebih dari 10.000

korban jiwa. Sifat erupsi tersebut

disebabkan oleh besarnya kandungan gas

dan kentalnya magma.

Sebelum erupsi November 2007,

Gunung Kelut merupakan gunung api yang

berdanau kawah. Kawah tersebut

merupakan kawah terakhir dari rangkaian

kawah yang terbentuk beberapa ratus ribu

tahun yang lalu. Kawah ini merupakan

pusat aktivitas erupsi sampai saat ini. Akan

tetapi sifat erupsi ini berubah dari sifat

eksplosif menjadi efusif pada aktivitas

bulan November 2007 dengan membentuk

kubah lava yang memenuhi danau kawah

(Humaida, 2011).

Gambar 2.2 Perubahan morfologi dalam kawah

Gunungapi Kelut

2.2 Gempa Vulkanik

Gempa vulkanik merupakan

gempa yang terjadi akibat meningkatnya

aktivitas gunung berapi yang disebabkan

oleh naiknya magma dari perut bumi ke

permukaan bumi. Magma kemudian

mendesak batuan-batuan yang ada di

atasnya sehingga menyebabkan terjadinya

getaran di muka bumi.

Sumber gempa di dalam bumi

dinamakan hiposenter. Proyeksi garis tegak

lurus hiposenter ke permukaan bumi

disebut sebagai episenter. Bila kedalaman

hiposenter dari permukaan adalah 0-70 km,

terjadilah gempa dangkal (shallow

earthquake), sedangkan bila kedalamannya

antara 70-700 km, terjadilah gempa dalam

(deep earthquake). Gempa dangkal

menimbulkan efek getaran yang lebih besar

dibanding gempa dalam. Hal ini disebabkan

letak hiposenter lebih dekat ke permukaan,

dimana batuan yang ada bersifat lebih keras

sehingga gempa dangkal melepaskan energi

yang lebih besar.

2.3 Klasifikasi Gempa Vulkanik

Balai Penyelidikan dan

Pengembangan Tekhnologi Kegunungapian

Direktorat Vulkanologi (1996) membuat

pula klasifikasi gempa yang dipakai bagi

pemantauan aktivitas seismik gunungapi.

Klasifikasinya adalah sebagai berikut :

Gempa Vulkanik Dalam (VA)

Gempa tipe ini berasal dari

kedalaman 2-5 km. Frekuensi dominan dari

analisa frekuensi gempa yang tercatat pada

elevasi 2625 m, berkisar antara 5 dan 8 Hz

(Sutarman, 2007). Gempa ini Biasanya

muncul pada gunung api yang aktif.

Penyebab dari gempa ini adalah adanya

magma yang naik ke permukaan disertai

dengan rekahan-rekahan. Ciri utama gempa

tipe ini adalah memiliki waktu tiba

gelombang P dan S yang relatif dapat

dibedakan dengan jelas, begitu pula dengan

impuls pertama yang cukup tegas sehingga

mudah membaca waktu tiba gempa. Gempa

vulkanik A ini merupakan gempa yang

bermagnitud besar dan memiliki energi

gempa yang cukup besar dibanding gempa

lainnya.

Gempa Vulkanik Dangkal (VB)

Gempa jenis ini bersumber pada

kedalaman kurang dari 2 km di bawah

puncak. Frekuensi dominan gempa berkisar

antara 4 dan 7 Hz. Berdasarkan

kenampakannya, gempa ini mirip dengan

gempa VA, hanya saja Gempa tipe ini

memiliki gelombang P yang tidak tegas dan

gelombang S sulit untuk dikenali sehingga

nilai (S-P) sulit untuk di tentukan. Gempa

ini hanya tercatat pada elevasi tinggi

sedangkan seismograf di lereng bawah

mencatat gempa jenis ini dengan amplitudo

yang jauh lebih kecil.

Gempa Tremor

Gempa tremor merupakan getaran

yang terjadi terus menerus dalam waktu

beberapa menit. Gempa ini dapat terjadi

karena adanya prgerakan magma dan lava.

Terdapat dua macam tremor yaitu tremor

frekuensi rendah dan tremor frekuensi

tinggi

Gempa Guguran

Gempa ini dapat terjadi dikarenakan

adanya getaran yang diakibatkan oleh

adanya guguran atau longsoran material

dari kubah lava yang terbentuk di kawah.

Amplitudo guguran berkembang dari kecil

dan mencapai maksimum setelah lebih dari

15 detik dari awal gempa.

2.4 Seismograf

Perkembangan alat seismometer

pertama sekali dimulai pada tahun 1875

ketika Filippo Cecchi menemukan cara

perekaman gelombang gempa

menggunakan pendulum tanpa damping

terhadap waktu. Perkembangan selanjutnya

pada tahun 1898 ketika E. Wiechert

mengembangan alat seismometer memakai

damping viscous dan bisa merekam seluruh

durasi gempa bumi (Afnimar, 2009).

Seismometer adalah alat yang

digunakan untuk merekam gerakan tanah

dalam bumi.Seismograf adalah gabungan

antara alat seismometer dengan peralatan

perekam. Sedangkan hasil dari catatan

seismograf disebut dengan seismogram.

Prinsip kerja dari alat seismograf ini

yaitu mengembangkan kerja dari bandul

sederhana. ketika mendapatkan usikan atau

gangguan dari luar seperti gelombang

seismik maka bandul akan bergetar dan

merekam datanya seperti grafik.

2.5 Pengertian Gelombang

Gelombang adalah perambatan

suatu energi, yang mampu memindahkan

partikel ke tempat lain sesuai dengan arah

perambatannya. Gelombang seismik

merupakan gelombang yang menjalar di

dalam bumi yang disebabkan karena

adanya deformasi struktur di bawah bumi

akibat adanya tekanan ataupun tarikan

karena sifat keelastisitasan bumi. (Tjia,

1993)

Gambar 2.2 Jenis Gelombang (Hendrajaya,1990)

2.6 Analisa Seismogram

Spektrum pada prinsipnya

merupakan distribusi didalam domain

frekuensi baik itu secara distribusi

amplituda, fasa, energi maupun daya dari

suatu sinyal. Sehingga distribusi dari tiap-

tiap besaran tersebut adalah di dalam

domain frekuensi, maka diperlukan suatu

operasi pokok transformasi Fourier, yang

nantinya akan mengubah domain waktu

menjadi domain frekuensi. Di dalam

domain frekuensi, perhitungan akan lebih

mudah dilakukan daripada di dalam domain

waktu (Kristanto, 2005).

2.7 Penentuan Episenter dan Hiposenter

Dalam menentukan posisi kejadian

gempa (episenter/hiposenter) dibutuhkan

koorinat stasiun pengamat, model struktur

kecepatan realistis yang mengkarakterisasi

area jaringan stasiun pengamatan dan

setidaknya di butuhkan 4 data waktu tiba

gelombang P dan S (Tp dan Ts). Walaupun

demikian, penggunaan data waktu tiba

gelombang P saja bukan merupakan

masalah jika gempa terjadi dalam area

jaringan stasiun pengamat (Triyoso, 1991)

Salah satu cara penentuan

hiposenter adalah dengan analisis beda

waktu tiba. Dasar perhitungan hiposenter

dengan analisis beda waktu menggunakan

rumus sebagai berikut : (Siswowidjoyo,

S.1981) ( X X i)

2 + ( Y Y i)

2 + ( Z - Z i)

2 = (t i t0 )

2 Vp

2

(t i t0 ) Vp = ( S P )i k

Koefisien jarak (k) merupakan konstanta

dari rumus Omori :

Dimana :

i = 1,2,3 dan 4 ( stasiun ke-i )

X,Y,Z = koordinat sumber gempa yang

tidak di ketahui

(X,Y,Z)i = koordinat stasiun seismograf

k = koefisien jarak

ti = waktu tiba gelombang P

t0 = saat terjadinya gempa yang tidak

diketahui

Vp = cepat rambat gelombang P

Vs = cepat rambat gelombang S

D = Jarak hiposenter

S P = beda waktu tiba gel S dan P

Untuk memudahkan penjelasan,

diumpamakan koordinat titik sumber adalah

S yaitu Xi,Yi, Zi. Dan koordinat stasiun

diumpamakan titik H yaitu X, Y, Z. Dengan

kedua koordinat tersebut, dapat di hitung

panjang garis SH atau D, yaitu :

SH2 = ( Y Y i)

2 + ( X X i)

2

D2 = SH

2 + ( Z - Z i)

2

D2 = ( X X i)

2 + ( Y Y i)

2 + ( Z - Z i)

2

Dengan contoh penurunan rumus diats, bila

digunakan untuk kasus 4 stasiun

seismograf, di dapat 4 rumusan pula,

sebagai berikut :

D2 = ( X X 1)

2 + ( Y Y1)

2 + ( Z - Z 1)

2

D2 = ( X X 2)

2 + ( Y Y2)

2 + ( Z - Z 2)

2

D2 = ( X X 3)

2 + ( Y Y3)

2 + ( Z - Z 3)

2

D2 = ( X X 4)

2 + ( Y Y4)

2 + ( Z - Z 4)

2

Analisa dengan cara diatas

memerlukan ketelitian pembacaan waktu

tiba gelombang P dan S atau lebih dikenal

dengan istilah (S P) (Siswowidjojo, 1998)

3. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam

penelitian ini adalah melakukan dan

mengumpulkan pengambilan data

seismogram digital dan analog selama

bulan JanuariMei 2013 di Pos Pengamatan

Gunungapi (PPGA) Kelut, Kabupaten

Kediri, Jawa Timur. Pengolahan

sedemikian rupa dengan software

seismologi yang ada.

Penelitian ini dilakukan dengan

beberapa tahap, yaitu :

1. Klasifikasi Data Data yag digunakan dalam penelitian

ini merupakan data gempa Vulkanik, yaitu

gempa Vulkanik Dangkal dan Gempa

Vulkanik Dalam selama bulan Januar-Mei

2013

2. Seleksi Data Data-data yang di dapat dari jaringan

pemantauan seismik berupa kumpulan

sinyal seismik yang berbentuk data analog

dan data digital. Data analog digunakan

sebagi pembanding dan penentu event

gempa vulkanik, sedangkan pembacaan dan

seleksi data digital dilakukan dengan

software LS7 WVE.

3. Analisis seismogram dengan Analisis Spektral

Analisa seismogram dengan analisis

spektral dilakukan untuk mengetahui

frekuensi yang dimiliki oleh sinyal-sinyal

yang telah di seleksi. Frekuensi yang di

tampilkan adalah frekuensi puncak atau

frekuensi dominan. Penentuaan frekuensi

dominan ini menggunakan bantuan

software Origin 7.0, dengan sebelumnya

mengubah sinyal berdomain waktu menjadi

domain frekuensi dengan Transformasi

Fourier.

4. Penentuan Episenter dan Hiposenter Penentuan hiposenter dilakukan

dengan menggunakan analisis beda waktu

tiba gelombang primer dan sekunder.

Parameter yang digunakan dalam analisa

hiposenter dengan software Gr-Hypo

adalah koordinat stasiunnya dan waktu

tiba gelombang P dan S serta kecepatan

gelombang P dan kecepatan gelombang S.

Hasil hiposenter berupa pengeplotan

koordinat hiposenter dalam arah Barat-

Timur dan Selatan-Utara.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Gejala awal letusan Gunung Kelut

dapat dilihat dari berbagai data yang

menunjukkan peningkatan aktivitas

Gunung Kelut tersebut. Salah satu data

yang digunakan adalah dengan

menggunakan data seismik. Dari data

kegempaan diatas, gejala awal letusan

Gunung Kelut ditandai dengan munculnya

gempa-gempa vulkanik, baik vulkanik

Dalam maupun vulkanik Dangkal. Gunung

Kelut tercatat terakhir meletus pada tahun

2007, dimana hasil letusan tersebut

menyebabkan munculnya kubah lava baru

di tengah kawah danau Gunung Kelut.

Awal tahun 2013 ini, telah terjadi

830 gempa selama bulan Januari-Mei 2013.

Data gempa vulkanik baik Vulkanik Dalam

maupaun Dangkal sebanyak 22 event. data

kemudian diseleksi bentuk sinyal

gelombangnya dengan menggunakan

software LS7 WVE sehingga hanya terdapat

15 event yang berhasil dianalisis.

4.1 Hasil Analisa Seismogram

Analisa seismogram yang

digunakan dalam mengetahui karakteristik

dari Gunung api Kelut dapat dilihat dari

spektral waktu dan frekuensinya. Pada

gempa vulkanik Dangkal (VB) frekuensi

dominan berkisar antara 3-6 Hz yang

memiliki fase P dan S yang relaif tidak

dapat dibedakan, sedangkan pada gempa

Vulkanik Dalam (VA) dengan frekuensi

dminan gempa berkisar antara 5-7 Hz

memiliki fase P dann S yang relatif dapat

dibedakan dengan jelas.

Gambar 4. 1 Hasil Pengolahan dengan Software

Origin 7.0

Dari hasil pengolahan data seismik

digital dengan software Origin 7.0,

diperoleh sampling frekuensi sebesar 100

Hz. Untuk frekuensi yang diperoleh pada

gambar 4.1 adalah lebih dari 5,17 Hz.

Berdasarkan frekuensi dan banyaknya

frekuensi gempa, posisi gempa vulkanik

relatif terdapat pada stasiun Kawah.

4.2 Penentuan Beda Waktu Tiba Gelombang Tiap Stasiun

Berdasarkan hasil seleksi data

digital dengan menggunakan LS7 WVE,

data yang akan dianalisis dalam penentuan

episenter dan hiposenternya ada 3 event,

yaitu data gempa Vulkanik Dangkal tanggal

28 Januari 2013, data gempa Vulkanik

Dalam tanggal 22 Januari 2013 dan 12

Maret 2013. Ketiga event ini dianalisis

lebih lanjut untuk menentukan beda waktu

tiba gelombangnya dengan menggunakan

Software Gr-Hypo. Tabel 4.1 adalah hasil

waktu tiba gelombang dengan software Gr-

Hypo

Tabel 4.1 Waktu Tiba Gelombang P

Tiap Stasiun Gempa Vulkanik

Pada gempa Vulkanik Dalam

tanggal 22 Januari dan 12 Maret 2013,

waktu tiba gelombang P pada stasiun

Sumbing lebih datang terlebih dahulu

daripada stasiun Lirang dan Kawah. Hal ini

dapat diasumsikan bahwa sumber gempa

lebih dekat dengan stasiun Sumbing

daripada stasiun Kawah. Sedangkan pada

gempa Vulkanik Dangkal Tanggal 28

Januari 2013, waktu tiba gelombang P

datang terlebih dahulu pada stasiun Kawah,

hal ini juga mengasumsikan bahwa posisi

sumber gempa Vulkanik Dangkal lebih

dekat dengan stasiun Kawah.

4.3 Penentuan Episenter dan Hiposenter

Penentuan episenter dan hiposenter

pada penelitian ini menggunakan software

Gempa Tanggal

Waktu Tiba gelombang P

Stasiun

Kawah

Stasiun

Lirang

Stasiun

Sumbing

VA 22-Jan-13 16:32:11.03 16:32:11.16 16:32:10.70

12-Mar-13 08:46:10.52 08.46.10.52 08.46.10.31

VB 28-Jan-13 18:06:15.85 18:06:16.42 18:06:16.48

Gr-Hypo. Penentuannya berdasarkan

metode beda waktu tiba gelombang primer

dan gelombang sekunder (ts-tp) serta

dengan menggunakan model kecepatan

gelombang primer dan gelombang

sekunder. Hasil koordinat hiposenter

disajikan dalam tabel 4.2

Tabel 4.2 Koordinat Hiposenter Gempa

Vulkanik

Tanggal

Event

Koordinat Hiposenter RMS

Error X Y Z

28-Jan 0,087 0,073 1,245 0,141

22 Jan -3,027 -1,975 -4,137 0,269

12 Maret -2,275 0,724 -1,475 0,134

Dalam penentuan episenter dan

hiposenter gempa Vulkanik, dengan mem-

plotting koordinat pada tabel 4.2. koordinat

x adalah arah Barat-Timur, y adalah arah

Selatan-Utara dan koordinat z sebagai

kedalaman. Sehingga koordinat (x,y) untuk

episenter, koordintat (x,z) untuk hiposenter

arah Barat-Timur dan (y,z) untuk hiposenter

arah Selatan-Utara.

Berdasarkan Gambar 4.4 di ketahui

bahwa koordinat episenter gempa

Vulkanik Dangkal pada tanggal 28 Januari

2013 berada di stasiun kawah, tepatnya 87

m dari pusat kawah. Hal ini dapat terbukti

karena stasiun kawah merekam waktu tiba

gelombang primer lebih cepat dari stasiun

yang lain. Sedangkan koordinat episenter

gempa Vulkanik Dalam, event tanggal 22

Januari 2013 berjarak 3,61 km dari Stasiun

Kawah, dan pada event tanggal 12 Maret

berjarak 2,38 km dari stasiun Kawah.

Sesuai dengan waktu tiba gelombang pada

bab 4.3, kedua koordinat gempa Vulkanik

Dalam ini juga telah terbukti dekat dengan

stasiun Sumbing

Dari hasil plotting hiposenter pada

penampang BaratTimur dan SelatanUtara

pada Gambar 4.5 dan gambar 4.6 dapat

diketahui bahwa pusat gempa Vulkanik

Dangkal (VB) Gunung Kelut berada pada

kedalaman 12m dibawah kawah aktif.

Sedangkan aktivitas gempa vulkanik Dalam

(VA) hiposenter pada event tanggal 22

Januari berada pada kedalaman 4,137 km

di bawah permukaan air laut dan pada event

tanggal 12 Maret berada pada kedalaman

1,475 km di bawah permukaan air laut.

Berdasarkan kedalaman hiposenter

Vulkanik Dalam (VA) pada Gambar 4.5

dan 4.6 diketahui adanya pergerakan

magma menuju ke permukaan (intrusi

magma) ke arah Utara atau arah menuju

Kawah yang ditandai dengan letak event

hiposenter yang semakin lama menuju ke

atas.

Selain itu letak hiposenter yang

berbeda dari posisi event sebelumnya,

mengindikasikan bahwa aktivitas vulkanik

Gunung Kelut selama bulan Januari Mei

2013 dalam taraf aman untuk dikunjungi.

Gambar 4.2 Hasil Episenter

Gambar 4.3 Hasil Hiposenter Pada Penampang

Barat-Timur

Stasiun

Episenter

U

Gambar 4.4 Hasil Hiposenter Pada Penampang

Selatan Utara

5. KESIMPULAN DAN SARAN

4.3 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan

pembahasan yang telah di lakukan, dapat

disimpulkan sebagai berikut :

1. Analisa seismogram Gempa Vulkanik berdasarkan frekuensi spektralnya,

yaitu gempa Vulkanik Dangkal

memiliki frekuensi dominan sebesar 3-

6 Hz sedangkan gempa Vulkanik

Dalam memiliki frekuensi 5-7 Hz.

2. Posisi episenter gempa Vulkanik Dangkal berada 0,087 km dari Kawah,

hiposenternya berada dibawah kawah

aktif dengan kedalaman 12m dibawah

puncak kawah. Episenter Gempa

Vulkanik Dalam, event tanggal 22

Januari 2013 berjarak 3,61 km dari

Stasiun Kawah dengan kedalaman

4,137 km dibawah permukaan air laut,

dan pada event tanggal 12 Maret

berjarak 2,38 km dari stasiun Kawah

dengan kedalaman 1,475 km dibawah

permukaan air laut. Perubahan posisi

hiposenter pada bulan Januari Maret

2013 mengindikasikan terjadi intrusi

magma kearah utara atau arah Kawah

dalam tubuh Gunung Kelut. Posisi

hiposenter yang berbeda juga

mengindikasikan bahwa Gunung Kelut

dalam keadaan aman.

4.4 Saran Saran untuk penelitian sejenis pada

masa mendatang yaitu perlu dilakukan

analisis data gempa vulkanik sebelumnya

untuk mengetahui perkembangan intrusi

magma berdasarkan letak hiposentrum

Gunung Kelut

DAFTAR PUSTAKA

Sutikno Bronto . 2006. Fasies gunung api

dan aplikasinya. Jurnal Geologi

Indonesia, Vol. 1 No. 2 Juni 2006: 59-

71

Zaennudin, A., 2007. Penyelidikan

Endapan Piroklastika Gunung Kelud,

Jawa Timur. Laporan Pengamatan dan

Penyelidikan Gunungapi, Pusat

Volkanologi dan Mitigasi Bencana

Geologi, Bandung.

Zaennudin, A., 2008. Prakiraan Bahaya

Erupsi Gunung Kelud, submitted to

Jurnal Geologi Indonesia.

(Http://www.vsi.esdm.go.id, Gunung

Kelud, Gunungapi di P. Jawa,

Gunungapi Indonesia, akses tanggal 3

Juni 2013).

HaeraNi, M. HeNdrasto, dan H. Z. abidiN,

Deformasi Gunung Kelud

Pascapembentukan Kubah Lava

November 2007. Jurnal Geologi

Indonesia, Vol. 5 No. 1 Maret 2010:

13-30

H. Humaida, K. S. BrotopuSpito,H. d.

pranowo, dan narSito. 2011.

Pemodelan Perubahan Densitas dan

Viskositas Magma serta Pengaruhnya

Terhadap Sifat Erupsi Gunung Kelud.

Jurnal Geologi Indonesia, Vol. 6 No. 4

Desember 2011: 227-237

Susilawati. 2008. Penerapan Penjalaran

Gelombang Seismik Gempa pada

penelaahan Struktur Bagian Dalam

Bumi. Medan: Jurusan Fisika

Universitas Sumatera Utara. (Online).

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/12

3456789/1890/1/08E00648.pdf)

Siswowidjojo S, 1993, Interpretasi

Kegiatan Gunungapi, modul Pelatihan

/ Kursus Pengamat Gunungapi,

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1890/1/08E00648.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1890/1/08E00648.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1890/1/08E00648.pdf

Direktorat Vulkanologi, tidak

diterbitkan

Siswowidjojo S, 1998, Pengantar

Seismologi Gunungapi, modul Kursus

Pengamat Gunungapi Tk.I, Mei-

Agustus 1998, Pusat Pengembangan

Tenaga Pertambangan Direktorat

Jenderal Pertambangan Umum, tidak

diterbitkan

BPPTK, Direktorat Vulkanologi, 2000,

Penyelidikan Vulkanologi Gunung

Kelut

Afnimar. 2009. Seismologi. Bandung : ITB

Cholisina Anik P. 2011. Analisis Sinyal

Seismik Gempa letusan Gunung

Semeru, Jawa Timur Tahun 2009.

Skripsi :UB

Wulan. Pambayun U. 2011, Karakterisasi

Gempa Vulkanik Dalam Gunung

semeru (VA), Jawa Timur, Tahun 2009.

Skripsi :UB

Hilmi, M.H, 2012. Interpretasi Sistem

Vulkanik Gunungapi Kelud

Menggunakan metode Geomagnetik.

Skripsi, UGM Yogyakarta

_______.2009. Dunia Seismik, (Online),

(http://www.duniaseismik.blogspot.ht

ml?m=1, diakses 24 Juni 2013.

Drs.Moh.Mamur T, Omi Kartawidjaja.

1988. Penuntun Pelajaran Geografi

SMA Kelas III. Bandung : Ganeca

Excat Bandung

Romsiyatin. Penentuan Sebaran Hiposenter

Gunungapi Merapi Berdasarkan Data

Gempa Vulkanik Tahun 2006. Jurnal

Neutrino Vol.4, No. 2 April 2012