hubungan ekosistem terumbu karang, padang lamun, manggrove

40
HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah pesisir merupakan wilayah batas pertemuan antara dua ekosistem besar, yaitu ekosistem darat dan laut. Kedua ekosistem ini memiliki karakteristik yang jauh berbeda sehingga daerah pertemuan ekosistem ini menjadi sangat spesifik dan ekstrim. Fluktuasi suhu, salinitas, dan pasang surut merupakan faktor lingkungan utama yang berpengaruh terhadap ekosistem di wilayah tersebut. Menurut (Odum, 1994), daerah perbatasan seperti daerah pesisir dan estuaria menjadi tempat pertemuan bagi banyak spesies organisme yang berasal dari darat dan laut. Adanya pertemuan antara dua ekosistem ini memberikan peluang bagi berbagai jenis organisme untuk menyeberang dari komunitas yang satu ke komunitas yang lain. Akibatnya, masing-masing jenis organisme yang berasal dari yang berbeda tersebut memiliki sebaran yang saling tumpang tindih dan bahkan memiliki spesies tersendiri yang tidak ditemukan di wilayah darat dan laut. Kadang-kadang spesies tertentu memiliki kelimpahan yang lebih besar di daerah peralihan dibandingkan dengan kedua daerah ekosistem yang mengapitnya. Lingkungan Pesisir 1

Upload: christine-prita-bie

Post on 02-Dec-2015

1.810 views

Category:

Documents


21 download

DESCRIPTION

ekosistem terumbu karang, lamun dan mangrove

TRANSCRIPT

Page 1: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Daerah pesisir merupakan wilayah batas pertemuan antara dua ekosistem

besar, yaitu ekosistem darat dan laut. Kedua ekosistem ini memiliki karakteristik

yang jauh berbeda sehingga daerah pertemuan ekosistem ini menjadi sangat

spesifik dan ekstrim. Fluktuasi suhu, salinitas, dan pasang surut merupakan faktor

lingkungan utama yang berpengaruh terhadap ekosistem di wilayah tersebut.

Menurut (Odum, 1994), daerah perbatasan seperti daerah pesisir dan

estuaria menjadi tempat pertemuan bagi banyak spesies organisme yang berasal

dari darat dan laut. Adanya pertemuan antara dua ekosistem ini memberikan

peluang bagi berbagai jenis organisme untuk menyeberang dari komunitas yang

satu ke komunitas yang lain. Akibatnya, masing-masing jenis organisme yang

berasal dari yang berbeda tersebut memiliki sebaran yang saling tumpang tindih

dan bahkan memiliki spesies tersendiri yang tidak ditemukan di wilayah darat dan

laut. Kadang-kadang spesies tertentu memiliki kelimpahan yang lebih besar di

daerah peralihan dibandingkan dengan kedua daerah ekosistem yang

mengapitnya.

Pertemuan antara ekosistem darat dan laut ini dikenal sebagi ekoton dan

pada akhirnya menciptakan suatu keterkaitan ekosistem. Keterkaitan ekosistem

terjadi akibat adanya hubungan timbal balik, baik yang sisifatnya satu arah

maupun dua arah. Hubungan ini akan mencapai titik klimaks pada saat

kesetimbangan dan kestabilan ekosistem telah tercapai. Kecendrungan

meningkatnya keanekaragaman dan kepadatan di daerah pertemuan antar

komunitas dikenal sebagai pengaruh tepi atau “edge effect”.

Jika kita mengikuti aliran sebuah sungai yang airnya bersumber dari mata

air di pegunungan, maka kita akan menemukan berbagai macam komunitas

berbeda yang dilalui oleh sungai tersebut hingga tiba di daerah pesisir dan laut.

Beberapa komunitas yang dilalui oleh aliran sungai tersebut diantaranya adalah

hutan pegunungan, daerah dataran rendah, mangrove, padang lamun, dan terumbu

karang. Rangkaian ekosistem dari sekumpulan komunitas tersebut menciptakan

Lingkungan Pesisir 1

Page 2: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

suatu keterkaitan ekosistem yang utuh dan saling berhubungan antara satu dengan

yang lainnya. Komunitas hutan pegunungan dan dataran rendah tergolong ke

dalam ekosistem darat. Sedangkan komunitas mangrove, padang lamun, dan

terumbu karang termasuk ke dalam ekosistem pesisir.

Komunitas mangrove, padang lamun, dan terumbu karang memiliki peran

yang saling mendukung bagi keutuhan ekosistem masing-masing. Mangrove

memiliki peranan sebagai penjebak hara dan sedimen, pelindung daratan dari

abrasi dan intrusi air laut dan menjadi tempat berlindung bagi banyak organisme

laut. Komunitas lamun memiliki peranan yaitu mengurangi energi gelombang,

menstabilkan substrat sehingga mengurangi kekeruhan, menjebak zat hara, serta

menjadi tempat bertelur dan mencari makan. Sedangkan terumbu karang sendiri

mempunyai peranan yaitu mengurangi energi gelombang, juga memperkokoh

daerah pesisir secara keseluruhan dan menjadi habitat bagi banyak jenis

organisme laut.

1.2. Tujuan

1. Untuk mengetahui hubungan antara ekosistem mangrove, padang lamun, dan

terumbu karang.

2. Untuk mengetahui manfaat dari ekosistem mangrove, padang lamun, dan

terumbu karang.

3. Untuk mengetahui syarat hidup dari masing-masing ekosistem mangrove,

padang lamun, dan terumbu karang.

4. Untuk mengetahui mengapa di daerah Padang Galak - Bali tidak ada

ekosistem padang lamun.

Lingkungan Pesisir 2

Page 3: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

2.1. Ekosistem Terumbu Karang

2.1.1 Pengertian Terumbu Karang

Binatang karang adalah pembentuk utama ekosistem terumbu karang.

Binatang karang yang berukuran sangat kecil disebut polip, yang dalam jumlah

ribuan membentuk koloni yang dikenal sebagai karang (karang batu atau karang

lunak). Dalam peristilahan “terumbu karang”, “karang” yang dimaksud adalah

koral, sekelompok hewan dari ordo Scleractinia yang menghasilkan kapur sebagai

pembentuk utama terumbu, sedang kan Terumbu adalah batuan sedimen kapur di

laut, yang juga meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel pada

batuan kapur tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari karang

maupun dari alga. Secara fisik terumbu karang adalah terumbu yang terbentuk

dari kapur yang sebagian besar dihasilkan koral. Di dalam terumbu karang, koral

adalah insinyur ekosistemnya. Sebagai hewan yang menghasilkan kapur untuk

kerangka tubuhnya, karang merupakan komponen yang terpenting dari ekosistem

tersebut. Jadi Terumbu Karang (Coral Reefs) merupakan ekosistem laut tropis

yang terdapat di perairan dangkal yang jernih, hangat (lebih dari 22oC), memiliki

kadar CaCO3 (Kalsium Karbonat) tinggi, dan komunitasnya disominasi berbagai

jenis hewan karang keras (Guilcher, 1988).

2.1.2. Tipe-Tipe Terumbu Karang Berdasarkan Jenisnya

Berdasarkan jenisnya Terumbu Karang dapat di bagi menjadi dua, yaitu :

1. Terumbu Karang Keras (seperti brain coral dan elkhorn coral) merupakan

karang batu kapur yang keras yang membentuk terumbu karang. Karang batu

ini menjadi pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Walaupun terlihat

sangat kuat dan kokoh, karang sebenarnya sangat rapuh, mudah hancur dan

sangat rentan terhadap perubahan lingkungan.

2. Terumbu karang lunak (seperti sea fingers dan sea whips) tidak membentuk

karang. Terdapat beberapa tipe terumbu karang, yaitu terumbu karang yang

tumbuh di sepanjang pantai di continental shelf yang biasa disebut sebagai

Lingkungan Pesisir 3

Page 4: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

fringing reef, terumbu karang yang tumbuh sejajar pantai tapi agak lebih jauh

keluar (biasanya dipisahkan oleh sebuah laguna) yang biasa disebut sebagai

barrier reef, dan terumbu karang yang menyerupai cincin di sekitar pulau

vulkanik yang disebut coral atoll.

2.1.3. Tipe-Tipe Terumbu Karang Berdasarkan Jenisnya

Terumbu karang umumnya dikelompokkan ke dalam empat bentuk, yaitu :

1. Terumbu karang tepi (fringing reefs)

Terumbu karang tepi atau karang penerus berkembang di mayoritas pesisir

pantai dari pulau-pulau besar. Perkembangannya bisa mencapai kedalaman 40

meter dengan pertumbuhan ke atas dan ke arah luar menuju ke laut lepas.

Dalam proses perkembangannya, terumbu ini berbentuk melingkar yang

ditandai dengan adanya bentukan ban atau bagian endapan karang mati yang

mengelilingi pulau. Pada pantai yang curam, pertumbuhan terumbu jelas

mengarah secara vertical. Contoh : Bunaken (Sulawesi), Pulau Panaitan

(Banten), Nusa Dua (Bali).

2. Terumbu karang penghalang (barrier reefs)

Terumbu karang ini terletak pada jarak yang relatif jauh dari pulau, sekitar

0,52 km ke arah laut lepas dengan dibatasi oleh perairan berkedalaman hingga

75 meter. Terkadang membentuk lagoon (kolom air) atau celah perairan yang

lebarnya mencapai puluhan kilometer. Umumnya karang penghalang tumbuh

di sekitar pulau sangat besar besar atau benua dan membentuk gugusan pulau

karang yang terputus-putus. Contoh: Batuan Tengah (Bintan, Kepulauan

Riau), Spermonde (Sulawesi Selatan), Kepulauan Banggai (Sulawesi Tengah).

3. Terumbu karang cincin (atolls)

Terumbu karang yang berbentuk cincin yang mengelilingi batas dari pulau-

pulau vulkanik yang tenggelam sehingga tidak terdapat perbatasan dengan

daratan.

Lingkungan Pesisir 4

Page 5: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

4. Terumbu karang datar/Gosong Terumbu (patch reefs)

Gosong terumbu (patch reefs), terkadang disebut juga sebagai pulau datar (flat

island). Terumbu ini tumbuh dari bawah ke atas sampai ke permukaan dan,

dalam kurun waktu geologis, membantu pembentukan pulau datar. Umumnya

pulau ini akan berkembang secara horizontal atau vertikal dengan kedalaman

relatif dangkal. Contoh: Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Kepulauan Ujung

Batu.

2.1.4. Faktor-Faktor Lingkungan Yang Mempengaruhi Perkembangan

Ekosistem Terumbu Karang

1. Suhu

Secara global, sebaran terumbu karang di dunia dibatasi oleh permukaan laut

yang isotherm pada suhu 200C, dan tidak ada terumbu karang yang

berkembang di bawah suhu 180C. Terumbu karang tumbuh dan berkembang

optimal pada perairan bersuhu rata-rata tahunan 23-250C, dan dapat

menoleransi suhu sampai 36-400C.

2. Salinitas

Terumbu karang hanya dapat hidup di perairan laut dengan salinitas air yang

tetap di atas 30‰ tetapi dibawah 35‰ umumnya terumbu karang tidak

berkembang di perairan laut yang mendapat limpasan air tawar teratur dari

sungai besar, karena hal itu berarti penurunan salinitas. Contohnya di delta

sungai Brantas (Jawa Timur). Di sisi lain, terumbu karang dapat berkembang

di wilayah bersalinitas tinggi seperti Teluk Persiayaang salinitasnya 42%.

3. Cahaya Dan Kedalaman

Kedua faktor tersebut berperan penting untuk kelangsungan proses fotosintesis

oleh zooxantellae yang terdapat di jaringan karang. Terumbu yang dibangun

karang hermatipik dapat hidup di perairan dengan kedalaman maksimal 50-70

meter, dan umumnya berkembang di kedalaman 25 meter atau kurang. Titik

kompensasi untuk karang hermatipik berkembang menjadi terumbu adalah

pada kedalaman dengan intensitas cahaya 15-20% dari intensitas di

permukaan.

Lingkungan Pesisir 5

Page 6: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

4. Kecerahan

Faktor ini berhubungan dengan penetrasi cahaya. Kecerahan perairan tinggi

berarti penetrasi cahaya yang tinggi dan ideal untuk memicu produktivitas

perairan yang tinggi pula.

5. Gelombang

Gelombang merupakan faktor pembatas karena gelombang yang terlalu besar

dapat merusak struktur terumbu karang, contohnya gelombang tsunami.

Namun demikian, umumnya terumbu karang lebih berkembang di daerah yang

memiliki gelombang besar. Aksi gelombang juga dapat memberikan pasokan

air segar, oksigen, plankton, dan membantu menghalangi terjadinya

pengendapan pada koloni atau polip karang.

6. Arus

Faktor arus dapat berdampak baik atau buruk. Bersifat positif apabila

membawa nutrien dan bahan-bahan organik yang diperlukan oleh karang dan

zooxanthellae, sedangkan bersifat negatif apabila menyebabkan sedimentasi di

perairan terumbu karang dan menutupi permukaan karang sehingga berakibat

pada kematian karang.

7. Sedimen

Karang umumnya tidak tahan terhadap sedimen. Karena sedimen merupakan

faktor pembatas yang potensial bagi sebaran karang di daerah dimana suhu

cocok untuk hewan ini.

2.1.5. Penghuni Terumbu Karang

1. Tumbuh-Tumbuhan

Ganggang (alga) merupakan suatu kelompok tumbuh-tumbuhan yang besar

dan beraneka ragam yang biasanya terdapat di dalam lingkungan akuatik.

Mereka adalah produsen primer, mampu menangkap energi surya dan

mnggunakannya untuk menghasilkan gula dan senyawa majemuk lainnya

dengan menyimpan energi. Lamun adalah salah satu vegetasi yang hidup di

Lingkungan Pesisir 6

Page 7: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

sekitar terumbu karang. Lamun mempunyai manfaat sebagai perangkap

sedimen.

2. Avertebrata

Hewan karang dari filum Cnidaria merupakan kelompok- kelompok utama

dari dunia hewan yang sangat penting dalam ekologi terumbu karang. Filum

Cnidaria itu dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu hydroid, ubur- ubur dan

Anthozoa.

Berbagai jenis cacing hidup di terumbu karang. Kebanyakan memiliki ukuran

kecil dan tidak kelihatan. Cacing berperan dalam proses erosi yang dilakukan

oleh hewan secara alami, yang disebut bioerosi, dari  batuan kapur menjadi

pecahan kapur sampai ke pasir dengan mliang pada batuan tadi.

Crustacea merupakan klompok yang amat terkenal dari filum Arthropoda

yang hidup dalam terumbu karang. Mereka terdiri dari teritip, kepiting, udang,

lobster dan udang  karang.

Banyak hewan Crustacea ini mempunyai hubungan khusus dengan hewan lain

di terumbu karang. Teritip menempel pada beberapa substrat seperti penyu

dan kepiting; udang pembersih dengan beberapa ikan; atau udang kecil

berwarna dengan anemone.

Molusca menyumbangkan cukup banyak kapur kepada ekosistem terumbu

yang merupakan penyumbang penting terbentuknya pasir laut.

Keanekaragaman Mollusca memainkan peranan penting di dalam jaringan

makanan terumbu karang yang rumit ini. Mereka juga menjadi dasar bagi

perdagangan besar cangkang hias dan penunjang utama perikanan kerang dan

cumi- cumi.

Echinodermata adalah penghuni perairan dangkal dan umumnya terdapat di

terumbu karang dan padang lamun. Bintang laut yang omnivora memakan apa

saja mulai dari sepon, teritip, keong dan kerang. Teripang mendiami sebagain

besar terumbu karang dan memakan alga dan detritus dasar.

3. Ikan Karang

Ikan karang terbagi dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu:

Lingkungan Pesisir 7

Page 8: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

a. Ikan target yaitu ikan-ikan yang lebih dikenal oleh nelayan sebagai

ikan konsumsi seperti Famili Serranide, Lutjanidae, Haemulidae,

Lethrinidae;

b. Kelompok jenis indikator yaitu ikan yang digunakan sebagai

indikator bagi kondisi kesehatan terumbu karang di suatu perairan

seperti Famili Chaetodontidae; dan

c. Kelompok ikan yang berperan dalam rantai makanan, karena peran

lainnya belum diketahui seperti Famili Pomacentridae, Scaridae,

Acanthuridae, Caesionidae, Siganidae, Muliidae, Apogonidae

(Adrim, 1993).

Banyak ikan yang mempunyai daerah hidup di terumbu karang dan jarang dari

ikan-ikan tersebut keluar daerahnya untuk mencari makanan dan tempat

perlindungan. Batas wilayah ikan tersebut didasarkan pada pasokan

makananan, keberadaan predator, daerah tempat hidup.

4. Reptilia

Reptilia yang terdapat pada ekosistem terumbu karang hanya dua kelompok

yaitu, ular laut dan penyu. Dua kelompok ini terancam punah. Ular ditangkap

untuk kulitnya, dan penyu terutama untuk telurnya.

2.1.6. Manfaat Ekosistem Terumbu Karang

1. Dari segi ekonomi ekosistem terumbu karang memiliki nilai estetika dan

tingkat keanekaragaman biota yang tinggi yang dapat dimanfaatkan sebagai

sumber makanan, bahan obat – obatan ataupun sebagai objek wisata bahari.

2. Ditinjau dari fungsi ekologisnya, terumbu karang yang sangat penting dalam

menjaga keseimbangan lingkungan dan menyumbangkan stabilitas fisik, yaitu

mampu menahan hempasan gelombang yang kuat sehingga dapat melindungi

pantai dari abrasi.

3. Adapun dari sisi sosial ekonomi, terumbu karang adalah sumber perikanan

yang produktif sehingga dapat meningkatkan pendapatan nelayan, penduduk

pesisir, dan devisa Negara yang berasal dari devisa perikanan dan pariwisata.

Lingkungan Pesisir 8

Page 9: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

2.1.7. Faktor-Faktor Yang Merusak Terumbu Karang

Indonesia memang kaya akan keanekaragaman hayatinya termasuk di laut.

Karena Indonesia termasuk negara kepulauan. Saat ini salah satu ekosistem yang

memiliki peranan penting yaitu terumbu karang kini mulai rusak. Hal ini

disebabkan oleh :

1. Pengendapan Kapur

Pengendapan kapur dapat berasal dari penebangan pohon yang dapat

mengakibatkan pengikisan tanah (erosi) yang akan terbawa ke laut dan

menutupi karang sehingga karang tidak dapat tumbuh karena sinar matahari

tertutup oleh sedimen.

2. Aliran Air Tawar

Aliran air tawar yang terus menerus dapat membunuh karang, air tawar

tersebut dapat berasal dari pipa pembuangan, pipa air hujan ataupun limbah

pabrik yang tidak seharusnya mengalir ke wilayah terumbu karang.

3. Berbagai Jenis Limbah Dan Sampah

Bahan pencemar bisa berasal dari berbagai sumber, diantaranya adalah limbah

pertanian, perkotaan, pabrik, pertambangan dan perminyakan.

4. Pemanasan Suhu Bumi

Pemanasan suhu bumi dikarenakan pelepasan karbon dioksida (CO2) ke udara.

Tingginya kadar CO2 diudara berpotensi meningkatan suhu secara global.

yang dapat mengakibatkan naiknya suhu air laut sehingga karang menjadi

memutih (bleaching) seiring dengan  perginya zooxanthelae dari jaringan kulit

karang, jika terjadi terus menerus maka pertumbuhan terumbu karang

terhambat dan akan mati.

5. Uji Coba Senjata Militer

Pengujian bahan peledak dan nuklir di laut serta kebocoran dan buangan

reaktor nuklir menyebabkan radiasi di laut, bahan radio aktif tersebut dapat

bertahan hingga ribuan tahun yang berpotensi meningkatkan jumlah kerusakan

dan perubahan genetis (mutasi) biota laut.

Lingkungan Pesisir 9

Page 10: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

6. Cara Tangkap Yang Merusak

Cara tangkap yang merusak antara lain penggunaan racun dan bahan peledak.

7. Penambangan Dan Pengambilan Karang

Pengambilan dan penambangan karang umumnya digunakan sebagai bahan

bangunan. Penambangan karang berpotensi menghancurkan ribuan meter

persegi terumbu dan mengubah terumbu menjadi gurun pasir bawah air.

8. Penambatan Jangkar Dan Berjalan Pada Terumbu

Nelayan dan wisatawan seringkali menambatkan jankar perahu pada terumbu

karang. Jangkar yang dijatuhkan dan ditarik diantara karang maupun

hempasan rantainya yang sangat merusak koloni karang.

9. Serangan Binatang Laut Berduri

Bintang laut berduri adalah sejenis bintang laut besar pemangsa karang yang

permukaanya dipenuhi duri. Ia memakan karang dengan cara manjulurkan

bagian perutnya ke arah koloni karang, untuk kemudian mencerna dan

membungkus  polip-polip karang dipermukaan koloni tersebut.

2.2. Ekosistem Padang Lamun

2.2.1. Pengertian Padang Lamun

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang

dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan laut dangkal (Wood et al. 1969).

Semua lamun adalah tumbuhan berbiji satu (monokotil) yang mempunyai

akar, rimpang (rhizoma), daun, bunga dan buah seperti halnya dengan

tumbuhan berpembuluh yang tumbuh di darat (Tomlinson, 1974). Lamun

senantiasa membentuk hamparan permadani di laut yang dapat terdiri dari

satu species (monospesific; banyak terdapat di daerah temperate) atau

lebih dari satu species (multispecific; banyak terdapat di daerah tropis) yang

selanjutnya disebut padang lamun. Menurut Sheppard et al (1996),

Ekosistem padang lamun merupakan ekosistem pesisir yang ditumbuhi

oleh lamun sebagai vegetasi yang dominan serta mampu hidup secara

permanen di bawah permukaan air laut. Ekosistem padang lamun merupakan

Lingkungan Pesisir 10

Page 11: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

suatu ekosistem yang kompleks dan mempunyai fungsi dan manfaat yang

sangat panting bagi perairan wilayah pesisir. Secara taksonomi lamun

(seagrass) termasuk dalam kelompok Angiospermae yang hidupnya terbatas

di lingkungan laut yang umumnya hidup di perairan dangkal wilayah pesisir

Komunitas lamun di wilayah ini mempunyai diversitas yang lebih kompleks

dibanding yang berada di daerah sedang (Poiner & Robert., 1986).

2.2.2. Habitat Padang Lamun

Lamun hidup dan terdapat pada daerah daerah mid-intertidal sampai

kedalaman 0,5-10 m, dan sangat melimpah di daerah sublitoral. Jumlah

spesies lebih banyak terdapat di daerah tropik dari pada di daerah ugahari

(Barber, 1985). Habitat lamun dapat dilihat sebagai suatu komunitas, dalam

hal ini suatu padang lamun merupakan kerangka struktur dengan tumbuhan

dan hewan yang saling berhubungan. Habitat lamun dapat juga dilihat

sabagai suatu ekosistem, dalam hal ini hubungan hewan dan tumbuhan tadi

dilihat sebagai suatu proses yang dikendalikan oleh pengaruh-pengaruh

interaktif dari faktor-faktor biologis, fisika, kimiawi. Ekosistem padang lamun

pada daerah tropik dapat menempati berbagai habitat, dalam hal ini status

nutrien yang diperlukan sangat berpengaruh. Lamun dapat hidup mulai dari

rendah nutrien dan melimpah pada habitat yang tinggi nutrien. Lamun pada

umumnya dianggap sebagai kelompok tumbuhan yang homogen. Lamun

terlihat mempunyai kaitan dengan habitat dimana banyak lamun

(Thalassia) adalah substrat dasar dengan pasir kasar. Menurut

Haruna (Sangaji, 1994) juga mendapatkan Enhalus acoroides dominan hidup

pada substrat dasar berpasir dan pasir sedikit berlumpur dan kadang-kadang

terdapat pada dasar yang terdiri atas campuran pecahan karang yang telah mati.

2.2.3. Faktor-Faktor Pembatas Pertumbuhan Padang Lamun

1. Suhu

Beberapa peneliti melaporkan adanya pengaruh nyata perubahan suhu

terhadap kehidupan lamun, antara lain dapat mempengaruhi metabolisme,

Lingkungan Pesisir 11

Page 12: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

penyerapan unsur hara dan kelangsungan hidup lamun (Brouns dan Hiejs

1986; Marsh et al. 1986; Bulthuis, 1987). Marsh et al. (1986) melaporkan

bahwa pada kisaran suhu 25 – 30°C fotosintesis bersih akan meningkat

dengan meningkatnya suhu. Demikian juga respirasi lamun meningkat dengan

meningkatnya suhu, namun dengan kisaran yang lebih luas yaitu 5-35°C.

2. Salinitas

Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi antar jenis dan umur. Lamun

yang tua dapat menoleransi fluktuasi salinitas yang besar (Zieman, 1986).

Ditambahkan bahwa Thalassia ditemukan hidup dari salinitas 3,5-60 °°/o,

namun dengan waktu toleransi yang singkat. Kisaran optimum untuk

pertumbuhan Thalassia dilaporkan dari salinitas 24-35 °°/o. Salinitas juga

dapat berpengaruh terhadap biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar daun

dan kecepatan pulih lamun. Pada jenis Amphibolis antartica biomassa,

produktivitas dan kecepatan pulih tertinggi ditemukan pada salinitas 42,5 °°/o.

Sedangkan kerapatan semakin meningkat dengan meningkatnya salinitas,

namun jumlah cabang dan lebar daun semakin menurun (Walker, 1985).

3. Kekeruhan

Kekeruhan secara tidak langsung dapat mempengaruhi kehidupan lamun

karena dapat menghalangi penetrasi cahaya yang dibutuhkan oleh lamun

untuk berfotosintesis masuk ke dalam air. Kekeruhan dapat disebabkan oleh

adanya partikel-partikel tersuspensi, baik oleh partikel-partikel hidup seperti

plankton maupun partikel-partikel mati seperti bahan-bahan organik, sedimen

dan sebagainya. Pada perairan pantai yang keruh, maka cahaya merupakan

faktor pembatas pertumbuhan dan produksi lamun (Hutomo, 1997).

4. Kedalaman

Kedalaman perairan dapat membatasi distribusi lamun secara vertikal. Lamun

tumbuh di zona intertidal bawah dan subtidal atas hingga mencapai kedalaman

30 m. Zona intertidal dicirikan oleh tumbuhan pionir yang didominasi oleh

Halophila ovalis, Cymodocea rotundata dan Holodule pinifolia, Sedangkan

Thalassodendron ciliatum mendominasi zona intertidal bawah (Hutomo,

1997).

Lingkungan Pesisir 12

Page 13: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

5. Nutrien

Dinamika nutrien memegang peranan kunci pada ekosistem padang lamun dan

ekosistem lainnya. Ketersediaan nutrien menjadi faktor pembatas

pertumbuhan, kelimpahan dan morfologi lamun pada perairan yang jernih

(Hutomo, 1997).

Unsur N dan P sedimen berada dalam bentuk terlarut di air antara,

terjerap/dapat dipertukarkan dan terikat. Hanya bentuk terlarut dan dapat

dipertukarkan yang dapat dimanfaatkan oleh lamun (Udy dan Dennison,

1996). Dihambahkan bahwa kapasitas sedimen kalsium karbonat dalam

menyerap fosfat sangat dipengaruhi oleh ukuran sedimen, dimana sedimen

hahis mempunyai kapasitas penyerapan yang paling tinggi.

6. Substrat

Lamun dapat ditemukan pada berbagai karakteristik substrat. Di Indonesia

padang lamun dikelompokkan ke dalam enam kategori berdasarkan

karakteristik tipe substratnya, yaitu lamun yang hidup di substrat lumpur,

lumpur pasiran, pasir, pasir lumpuran, puing karang dan batu karang (Kiswara,

1997). Selanjutnya Noor (1993) melaporkan adanya perbedaan penting antara

komunitas lamun dalam lingkungan sedimen karbonat dan sedimen terrigen

dalam hal struktur, kerapatan, morfologi dan biomassa.

2.2.4. Fungsi Padang Lamun

Padang lamun memiliki berbagai fungsi ekologi yang vital

dalam ekosistem pesisir dan sangat menunjang dan mempertahankan

biodiversitas pesisir dan lebih penting sebagai pendukung produktivitas

perikanan pantai. Beberapa fungsi padang lamun, yaitu:

1. Sebagai stabilisator perairan dengan fungsi sebagai perangkap dan

pengstabil sedimen dasar sehingga perairan menjadi lebih jernih.

2. Lamun menjadi sumber makanan langsung berbagai biota laut (ikan dan non

ikan).

3. Lamun sebagai produser primer.

Lingkungan Pesisir 13

Page 14: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

4. Komunitas lamun memberikan habitat penting (tempat hidup) dan

perlindungan (tempat berlindung) untuk sejumlah spesies hewan.

5. Lamun memegang fungsi utama dalam daur zat hara dan elemen- elemen

langka di lingkungan laut (Phillips dan Menez, 1988; Fortes, 1990).

Dalam sistem rantai makanan khususnya pada daun-daun

lamun yang berasosiasi dengan alga kecil yang dikenal dengan periphyton

dan epiphytic dari detritus yang merupakan sumber makanan terpenting bagi

hewan-hewan kecil seperti ikan-ikan kecil dan invertebrate kecil

contohnya : beberapa jenis udang, kuda laut, bivalve, gastropoda, dan

echinodermata. Lamun juga mempunyai hubungan ekologis dengan

ikan melalui rantai makanan dari produksi biomasanya. Epiphyte ini

dapat tumbuh sangat subur dengan melekat pada permukaan daun

lamun dan sangat di senangi oleh udang-udang kecil dan beberapa jenis

ikan-ikan kecil. Disamping itu padang lamun juga dapat melindungi

hewan-hewan kecil tadi dari serangan predator. Perubahan rantai makanan ini

bisa terjadi karena adanya perubahan yang cepat dari perkembangan

perubahan makanan oleh predator, dan adanya perubahan musiman

terhadap melimpahnya makanan untuk fauna. Walaupun begitu, sejauh ini

belum banyak diketahui bagaimana rantai energi dan nutrien tersebut

selanjutnya berperan dalam ekosistem pesisir yang lebih luas (Gambar

1). Selain duyung, manate dan penyu, tidak banyak jenis

ikan dan invertebrata yang diketahui memakan daun-daun lamun ini.

Sehingga kemungkinan yang paling besar, lamun ini menyumbang ke

dalam ekosistem pantai melalui detritus, yakni serpih-serpih bahan organik

(daun, rimpang dll.) yang membusuk yang diangkut arus laut dan menjadi

bahan makanan berbagai organisme pemakan detritus (dekomposer)

(Nybakken, 1988). Lamun yang mati akan kehilangan protein dan materi

organik lain yang dimakan oleh fauna pada saat permulaan

dekomposisi. Struktur karbohidrat diambil dari mikroflora (bakteri dan

jamur). Banyak dari metozoa yang dapat mencerna protein bakteri dan

serasah daun lamun diekskresi oleh fauna dan bentuk yang belum dicerna

akan didekomposisi lagi oleh mikroba decomposer sehingga sumber detritus

akan meningkat.

Lingkungan Pesisir 14

Page 15: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

Gambar 1.Rantai Makanan Pada Ekosistem Lamun(Sumber : http://shifadini.wordpress.com)

Gambar 2Aliran Energi Pada Ekosistem Lamun

(Sumber : After Thayer et al. 1975; Raffaelli and Hawkins 1996)

Lingkungan Pesisir 15

Page 16: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

2.2.5. Peran Padang Lamun

Peranan lamun di lingkungan perairan dangkal adalah sebagai berikut :

1. Sebagai Produsen Primer.

Lamun mempunyai tingkat produktivitas primer tertinggi bila

dibandingkan dengan ekosistem lainnya yang ada di laut dangkal seperti

ekosistem mangrove dan ekosistem terumbu karang (Thayer et al. 1975).

2. Sebagai Habitat Biota.

Lamun memberikan tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai

hewan dan tumbuh-tumbuhan (algae). Disamping itu, padang lamun

(seagrass beds) dapat juga sebagai daerah asuhan, padang pengembalaan

dan makanan dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan- ikan karang

(coral fishes) (Kikuchi & Peres 1977).

3. Sebagai Penangkap Sedimen.

Daun lamun yang lebat akan memperlambat air yang disebabkan oleh

arus dan ombak, sehingga perairan disekitarnya menjadi tenang. Disamping

itu, rimpang dan akar lamun dapat menahan dan mengikat sedimen,

sehingga dapat menguatkan dan menstabilkan dasar permukaan. Jadi

padang lamun yang berfungsi sebagai penangkap sedimen dapat mencegah

erosi (Gingsburg & Lowenstan 195 8, Thoraug & Austin, 1976).

4. Sebagai Pendaur Zat Hara.

Lamun memegang peranan penting dalam pendauran berbagai zat hara

dan elemen-elemen yang langka di lingkungan laut. khususnya zat-zat hara

yang dibutuhkan oleh algae epifitik.

2.3. Ekosistem Mangrove

2.3.1. Pengertian Mangrove

Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang

selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air

laut tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Sedangkan daerah pantai adalah daratan

Lingkungan Pesisir 16

Page 17: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

yang terletak di bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan

laut dan masih dipengaruhi oleh pasang surut, dengan kelerengan kurang dari

8% (Departemen Kehutanan, 1994 dalam Santoso, 2000).

Menurut Nybakken (1992), hutan mangrove adalah sebutan umum

yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik

yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas atau semak-

semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Hutan

mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8

famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga : Avicennie,

Sonneratia, Rhyzophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera,

Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus (Bengen, 2000).

Kata mangrove mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas,

yaitu komunitas atau masyarakat tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap

kadar garam/salinitas (pasang surut air laut); dan kedua sebagai individu

spesies (Macnae, 1968 dalam Supriharyono, 2000). Supaya tidak rancu,

Macnae menggunakan istilah “mangal” apabila berkaitan dengan komunitas

hutan dan “mangrove” untuk individu tumbuhan. Hutan mangrove oleh

masyarakat sering disebut pula dengan hutan bakau atau hutan payau. Namun

menurut Khazali (1998), penyebutan mangrove sebagai bakau nampaknya kurang

tepat karena bakau merupakan salah satu nama kelompok jenis tumbuhan

yang ada di mangrove.

Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alam tempat

berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara

makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu

sendiri, terdapat pada wilayah pesisir, terpengaruh pasang surut air laut, dan

didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam

perairan asin/payau (Santoso, 2000).

Dalam suatu paparan mangrove di suatu daerah tidak harus terdapat semua

jenis spesies mangrove (Hutching and Saenger, 1987 dalam Idawaty, 1999).

Formasi hutan mangrove dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti

kekeringan, energi gelombang, kondisi pasang surut, sedimentasi, mineralogi,

efek neotektonik (Jenning and Bird, 1967 dalam Idawaty, 1999). Sedangkan

IUCN (1993), menyebutkan bahwa komposisi spesies dan karakteristik hutan

Lingkungan Pesisir 17

Page 18: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

mangrove tergantung pada faktor-faktor cuaca, bentuk lahan pesisir, jarak antar

pasang surut air laut, ketersediaan air tawar, dan tipe tanah.

2.3.2. Daya Adaptasi Mangrove Terhadap Lingkungan

Tumbuhan mangrove mempunyai daya adaptasi yang khas terhadap

lingkungan. Bengen (2001), menguraikan adaptasi tersebut dalam bentuk :

1. Adaptasi terhadap kadar kadar oksigen rendah, menyebabkan mangrove

memiliki bentuk perakaran yang khas : (1) bertipe cakar ayam yang

mempunyai pneumatofora (misalnya : Avecennia spp., Xylocarpus., dan

Sonneratia spp.) untuk mengambil oksigen dari udara; dan (2) bertipe

penyangga/tongkat yang mempunyai lentisel (misalnya Rhyzophora spp.).

2. Adaptasi terhadap garam yang tinggi :

a. Memiliki sel khusus dalam daun yang berfungsi untuk menyimpan garam.

b. Berdaun kuat dan tebal yang banyak mengandung air untuk mengatur

keseimbangan garam.

c. Daunnya memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan.

3. Adaptasi terhadap tanah yang kurang stabil dan adanya pasang surut, dengan

cara mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk

jaringan horizontal yang lebar. Di samping untuk memperkokoh pohon,

akar tersebut juga berfungsi untuk mengambil unsur hara dan menahan

sedimen.

2.3.3. Zonasi Hutan Mangrove

Menurut Bengen (2001), penyebaran dan zonasi hutan mangrove

tergantung oleh berbagai faktor lingkungan. Berikut salah satu tipe zonasi hutan

mangrove di Indonesia :

1. Daerah yang paling dekat dengan laut, dengan substrat agak berpasir,

sering ditumbuhi oleh Avicennia spp. Pada zona ini biasa berasosiasi

Lingkungan Pesisir 18

Page 19: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

Sonneratia spp. yang dominan tumbuh pada lumpur dalam yang kaya bahan

organik.

2. Lebih ke arah darat, hutan mangrove umumnya didominasi oleh Rhizophora

spp. Di zona ini juga dijumpai Bruguiera spp. dan Xylocarpus spp.

3. Zona berikutnya didominasi oleh Bruguiera spp.

4. Zona transisi antara hutan mangrove dengan hutan dataran rendah biasa

ditumbuhi oleh Nypa fruticans, dan beberapa spesies palem lainnya.

2.3.4. Ciri Dan Karakteristik Ekosistem Mangrove

Ekosistem mangrove hanya didapati di daerah tropik  dan sub-tropik.

Ekosistem mangrove dapat berkembang dengan baik pada lingkungan dengan

ciri-ciri ekologik sebagai berikut:

1. Jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir dengan bahan-bahan

yang  berasal dari lumpur, pasir atau pecahan karang

2. Lahannya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun hanya

tergenang pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan ini akan

menentukan komposisi vegetasi ekosistem mangrove itu sendiri

3. Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat (sungai, mata air atau air

tanah) yang berfungsi untuk menurunkan salinitas, menambah pasokan unsur

hara dan lumpur

4. Suhu udara dengan fluktuasi musiman tidak lebih dari 5ºC dan suhu rata-rata

di bulan terdingin lebih dari 20ºC

5. Airnya payau dengan salinitas 2-22 ppt atau asin dengan salinitas mencapai 38

ppt

6. Arus laut tidak terlalu deras

7. Tempat-tempat yang terlindung dari angin kencang dan gempuran ombak

yang kuat

8. Topografi pantai yang datar / landai.

Lingkungan Pesisir 19

Page 20: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

Habitat dengan ciri-ciri ekologik tersebut umumnya dapat ditemukan di daerah-

daerah pantai yang dangkal,  muara-muara sungai dan pulau-pulau yang terletak

pada teluk.

2.3.5. Manfaat Ekosistem Hutan Mangrove

Ekosistem hutan mangrove bermanfaat secara ekologis dan ekonomis.

Fungsi ekologis dan ekonomis hutan mangrove adalah (Santoso dan H.W.

Arifin, 1998) :

1. Fungsi Ekologis

a. Pelindung garis pantai dari abrasi

b. Mempercepat perluasan pantai melalui pengendapan

c. Mencegah intrusi air laut ke daratan

d. Tempat berpijah aneka biota laut

e. Tempat berlindung dan berkembang biak berbagai jenis burung, mamalia,

reptil, dan serangga

f. Sebagai pengatur iklim mikro

2. Fungsi Ekonomis

a. Penghasil keperluan rumah tangga (kayu bakar, arang, bahan bangunan,

bahan makanan, obat-obatan)

b. Penghasil keperluan industry (bahan baku kertas, tekstil, kosmetik,

penyamak kulit, pewarna)

c. Penghasil bibit ikan, nener udang, kepiting, kerang, madu dan telur burung

d. Pariwisata, penelitian, dan pendidikan.

Lingkungan Pesisir 20

Page 21: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

2.4. Keterkaitan Hubungan Antara Terumbu Karang, Padang Lamun,

Dan Mangrove.

Komunitas mangrove, padang lamun dan terumbu karang memiliki peran

yang saling mendukung bagi keutuhan ekosistem masing-masing. Mangrove

memiliki peran secara fisik sebagai penjebak hara dan sedimen, pelindung daratan

dari abrasi dan intrusi air laut dan menjadi tempat berlindung bagi banyak

organisme laut. Komunitas padang lamun berperan secara fisik dengan

mengurangi energi gelombang, menstabilkan substrat sehingga mengurangi

kekeruhan, menjebak zat hara, serta menjadi tempat bertelur, mencari. Sedangkan

terumbu karang sendiri, selain berperan mengurangi energi gelombang, juga

memperkokoh daerah pesisir secara keseluruhan dan menjadi habitat bagi banyak

jenis organisme laut. Keterkaitan ekosistem terumbu karang, padang lamun,

mangrove dapat dibagai menjadi dua, yaitu : Keterkaitan Ekosistem Secara

Biologis dan Keterkaitan Ekosistem Secara Ekologis.

1. Keterkaitan Ekosistem Secara Biologis

Hubungan keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang

sudah diduga sejak lama oleh para ahli ekologi. Namun kepastian tentang

bentuk keterkaitan antara ketiga ekosistem tersebut secara biologis masih

belum banyak dibuktikan. Salah satu penelitian yang dilakukan untuk

membuktikan adanya keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan

terumbu karang tersebut dilaksanakan oleh Nagelkerken et al., (2000), di

Pulau Curacao, Karibia.

Penelitian tersebut dilakukan untuk membuktikan apakah daerah mangrove

dan lamun benar-benar secara mutlak (obligat) dibutuhkan oleh ikan karang

untuk membesarkan ikan yang masih juvenil ataukah hanya sebagai tempat

alternatif (fakulatif) saja untuk memijah. Lokasi penelitian dibagi menjadi 4

jenis biotope (habitat) yang berbeda, yaitu : daerah padang lamun di teluk

yang ditumbuhi komunitas mangrove, daerah padang lamun di teluk yang

tidak ditumbuhi mangrove (tanpa mangrove), daerah berlumpur di teluk yang

ditumbuhi lamun dan mangrove serta daerah berlumpur di teluk yang tidak

ditumbuhi lamun dan mangrove (daerah kosong tanpa vegetasi).

Lingkungan Pesisir 21

Page 22: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, Nagelkerken et al., (2000)

melaporkan bahwa beberapa spesies ikan menggunakan daerah lamun dan

mangrove sebagai daerah asuhan tempat membesarkan juvenile (nursery

ground). Kelimpahan dan kekayaan jenis (species richness) tertinggi

ditemukan di daerah padang lamun dan daerah berlumpur yang sekelilingnya

ditumbuhi oleh vegetasi mangrove.

Keterkaitan ekosistem antara mangrove, lamun dan terumbu karang

menciptakan suatu variasi habitat yang mempertinggi keanekaragaman jenis

organisme. Hal ini membuktikan adanya pengaruh tepi (edge effect) seperti

tampak pada penelitian Nagelkerken et al. (2000). Adanya variasi habitat

menciptakan daerah tepi yang saling tumpang tindih. Hal ini menimbulkan

suatu daerah pertemuan antar spesies sehingga meningkatkan keanekaragaman

jenis organisme di daerah tersebut.

2. Keterkaitan Ekosistem Secara Biologis

Secara ekologis, terumbu karang mempunyai keterkaitan dengan daratan dan

lautan serta ekosistem lain, seperti hutan mangrove dan lamun. Hal ini

disebabkan karena terumbu karang berada dekat dengan ekosistem tersebut

serta daratan dan lautan. Berbagai dampak kegiatan pembangunan yang

dilakukan di lahan atas atau di sekitar padang lamun atau hutan mangrove

akan menimbulkan dampak pula pada ekosistem terumbu karang. Demikian

pula dengan kegiatan yang dilakukan di laut lepas, seperti: kegiatan

pengeboran minyak lepas pantai, pembuangan limbah dan perhubungan laut.

Gambar Ekosistem Mangrove

Lingkungan Pesisir 22

Page 23: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

Gambar Ekosistem Terumbu Karang

Gambar Ekosistem Padang Lamun

2.5. Mengapa Di Daerah Padang Galak - Bali Tidak Ada Ekosistem Padang Lamun

Pesisir Kota Denpasar juga memiliki lamun. Lamun merupakan

tumbuhan yang hidup di perairan pantai yang dangkal. Ekosistem padang

lamun merupakan salah satu ekosistem di laut dangkal yang produktif.

Produktivitas organiknya cukup tinggi dengan produktivitas primer berkisar

antara 900-4650 gC/m2/tahun. Lamun memiliki sistem perakaran yang silang

menyilang dengan rhizoma yang dapat menstabilkan pantai karena daya

pegangnya terhadap pasir pantai. Padang lamun (seagrass) merupakan tumbuhan

Lingkungan Pesisir 23

Page 24: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

berbunga, berbuah, berdaun dan berakar sejati yang tumbuh pada substrat

berlumpur, berpasir sampai berbatu yang hidup terendam di dalam air laut

dangkal dan jernih, dengan sirkulasi air yang baik. Lamun mengkolonisasi

suatu daerah melalui penyebaran buah (propagule) yang dihasilkan secara

seksual. Beberapa tumbuhan lamun seperti Thalassia testudinium, Cymodocea

manatorium, Diplanthera wrightii dan Ruppia maritima, diketahui

mengandung blue green algae secara epipit yang menunjukkan adanya fiksasi

nitrogen.

Kondisi ekosistem padang lamun yang ada di wilayah pesisir Kota

Denpasar menyebar mulai dari Depan Hotel Grand Bali Beach hingga Pantai

Mertasari. Lamun yang ada di Pantai Sanur tumbuh di hamparan pantai

sepanjang sekitar 8 km yang terbentang dari Hotel Grand Bali Beach sampai

Mertasari. Substrat dasar tempat lamun itu tumbuh terdiri atas pasir, pecahan

karang, karang mati, batuan massif, karang dan algae. Di lokasi dengan

kondisi seperti ini banyak dimanfaatkan untuk kegiatan mandi, renang dan

kegiatan wisata lainnya. Akibatnya lamun yang tumbuh alami tersebut semakin

hari semakin tertekan yang mengarah kepada terjadinya degradasi lingkungan

pantai yang lebih serius. Di Pantai Padang Galak hingga pantai Matahari

Terbit, tidak ada lamun karena ombaknya besar dan tidak terlindung oleh karang

penghalang di depannya. Ekosistem padang lamun tersebut merupakan

habitat yang baik bagi beberapa jenis udang, kepiting, ikan dan kerang-

kerangan. Hal ini karena padang lamun merupakan ekosistem yang produktif

dan sumberdaya yang bernilai tinggi yang berperan memperkaya kesuburan

lautan dan memberi perlindungan serta makanan bagi berbagai spesies

ekonomis penting.

Lingkungan Pesisir 24

Page 25: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1. Kesimpulan

Terumbu Karang (Coral Reefs) merupakan ekosistem laut tropis yang

terdapat di perairan dangkal yang jernih, hangat (lebih dari 22oC), memiliki kadar

CaCO3 (Kalsium Karbonat) tinggi, dan komunitasnya disominasi berbagai jenis

hewan karang keras (Guilcher, 1988). Beberapa faktor yang mempengaruhi

perkembangan terumbu karang antara lain, suhu, salinitas, cahaya dan kedalaman,

kecerahan, gelombang, arus, dan sedimen. Manfaat ekosistem terumbu karng

antara lain, dari segi ekonomi, dari fungsi ekologis, dan dari segi sosial ekonomi.

Lamun (seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang

dapat tumbuh dengan baik pada lingkungan laut dangkal (Wood et al. 1969).

Semua lamun adalah tumbuhan berbiji satu (monokotil) yang mempunyai

akar, rimpang (rhizoma), daun, bunga dan buah seperti halnya dengan

tumbuhan berpembuluh yang tumbuh di darat (Tomlinson, 1974). Beberapa

faktor yang menjadi pembatas perkembangan padang lamun antara lain, suhu,

salinitas, kekeruhan, kedalaman, nutrien, substrat. Manfaat padang lamun antara

lain, sebagai produsen primer, sebagai habitat biota, sebagai penangkap sedimen,

dan sebagai pendaur zat hara.

Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang

selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air

laut tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Daya adaptasi mangrove terhadap

lingkungan antara lain, adaptasi terhadap kadar oksigen rendah, adaptasi terhadap

garam yang tinggi, dan Adaptasi terhadap tanah yang kurang stabil dan adanya

pasang surut. Manfaat dari ekosistem hutan mangrove dapat dilihat dari segi

ekologis dan dari segi ekonomis.

Komunitas mangrove, padang lamun dan terumbu karang memiliki peran

yang saling mendukung bagi keutuhan ekosistem masing-masing. Mangrove

memiliki peran secara fisik sebagai penjebak hara dan sedimen, pelindung daratan

dari abrasi dan intrusi air laut dan menjadi tempat berlindung bagi banyak

Lingkungan Pesisir 25

Page 26: Hubungan Ekosistem Terumbu Karang, Padang Lamun, Manggrove

HUBUNGAN EKOSISTEM TERUMBU KARANG, PADANG LAMUN, DAN MANGROVE

organisme laut. Komunitas padang lamun berperan secara fisik dengan

mengurangi energi gelombang, menstabilkan substrat sehingga mengurangi

kekeruhan, menjebak zat hara, serta menjadi tempat bertelur, mencari. Sedangkan

terumbu karang sendiri, selain berperan mengurangi energi gelombang, juga

memperkokoh daerah pesisir secara keseluruhan dan menjadi habitat bagi banyak

jenis organisme laut.

Kondisi ekosistem padang lamun yang ada di wilayah pesisir Kota

Denpasar menyebar mulai dari Depan Hotel Grand Bali Beach hingga Pantai

Mertasari. Lamun yang ada di Pantai Sanur tumbuh di hamparan pantai sepanjang

sekitar 8 km yang terbentang dari Hotel Grand Bali Beach sampai Mertasari.

Substrat dasar tempat lamun itu tumbuh terdiri atas pasir, pecahan karang,

karang mati, batuan massif, karang dan algae. Di Pantai Padang Galak hingga

pantai Matahari Terbit, tidak ada lamun karena ombaknya besar dan tidak

terlindung oleh karang penghalang di depannya.

3.2. Saran

Sebagai sumber daya pesisir, ketiga ekosistem tersebut memiliki multi

fungsi untuk menunjang sistem kehidupan dan berperan penting dalam

dinamika pesisir dan laut, terutama perikanan pantai sehingga pemeliharaan

dan rehabilitasi ketiga ekosistem tersebut merupakan salah satu alasan

untuk tetap mempertahankannya. Ekosistem di dalam wilayah pesisir

seperti terumbu karang, mangrove, padang lamun, estauria dan ekosistem

lainya sangat penting dalam menunjang keberadaan biota terutama pada

perikanan serta beberapa aspek lain seperti fungsi fisik dan sosial-ekonomi.

Ekosistem tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan ekosistem

sekitarnya, bahkan sangat dipengaruhi aktifitas darat. Namun, akhir-akhir ini

kondisi ekosistem tersebut semakin menyusut oleh adanya kerusakan yang

disebabkan oleh aktivitas manusia. Oleh karena itu sebagai manusia haruslah

menjaga dan tetap melestarikannya agar ekosistem tersebut terpelihara dan dapat

membantu mengurangi dampak terhadap lingkungan yang ada.

Lingkungan Pesisir 26